kata pengantar.doc

35
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi berasal dari dua kata : auto berarti sendiri, nomos berarti rumah tangga atau urusan pemerintahan. Otonomi dengan demikian berarti mengurus rumah tangga sendiri. Dengan mendampingkan kata otonomi dengan kata Daerah, maka istilah “mengurus rumah tangga sendiri” mengandung makna memperoleh kekuasaan dari pusat dan mengatur atau menyelenggarakan rumah tangga pemerintahan daerah sendiri. Berdasarkan Keputusan Mendagri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi menjadi dasar pengelolaan semua potensi daerah yang ada dan dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh daerah yang mendapatkan hak otonomi dari daerah pusat. Kesempatan 1

Upload: ahmad-adlan

Post on 10-Dec-2014

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

contoh kata pengantar

TRANSCRIPT

Page 1: Kata Pengantar.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otonomi berasal dari dua kata : auto berarti sendiri, nomos berarti rumah

tangga atau urusan pemerintahan. Otonomi dengan demikian berarti mengurus

rumah tangga sendiri. Dengan mendampingkan kata otonomi dengan kata Daerah,

maka istilah “mengurus rumah tangga sendiri” mengandung makna memperoleh

kekuasaan dari pusat dan mengatur atau menyelenggarakan rumah tangga

pemerintahan daerah sendiri.

Berdasarkan Keputusan Mendagri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun

2000 tentang Pedoman Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi

menjadi dasar pengelolaan semua potensi daerah yang ada dan dimanfaatkan

semaksimal mungkin oleh daerah yang mendapatkan hak otonomi dari daerah

pusat. Kesempatan ini sangat menguntungkan bagi daerah-daerah yang memiliki

potensi alam yang besar untuk dapat mengelola daerah sendiri secara mandiri,

dengan peraturan pemerintah yang dulunya mengalokasikan hasil hasil daerah

75% untuk pusat dan 25% untuk dikembalikan kedaerah membuat daerah-daerah

baik tingkat I maupun daerah tingkat II sulit untuk mengembangkan potensi

daerahnya baik secara ekonomi maupun budaya dan pariwisata.

1

Page 2: Kata Pengantar.doc

Dengan adanya otonami daerah diharapkan daerah tingkat I maupun Tingakat

II mampu mengelola daerahnya sendiri. Untuk kepentingan rakyat demi untuk

meningkatkan dan mensejahtrakan rakyat secara sosial ekonomi.

1.2 Tujuan

Tujuan ditulisnya makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui hal-hal

menegenai otonomi daerah.

2

Page 3: Kata Pengantar.doc

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Otonomi Daerah

Pengertian "otonom" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

secara bahasa adalah "berdiri sendiri" atau "dengan pemerintahan sendiri".

Sedangkan "daerah" adalah suatu "wilayah" atau "lingkungan pemerintah".Secara

istilah "otonomi daerah" adalah "wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah

yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu

sendiri." dan pengertian lebih luas lagi adalah wewenang/kekuasaan pada suatu

wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah

masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan

keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan

tradisi adat istiadat daerah lingkungannya. Otonomi daerah menurut UU No.32

tahun 2004 Pasal 1 ayat 5 adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sementara itu daerah otonom dalam UU No. 32 tahun 2004 Pasal 1 ayat 6

dijelaskan selanjutnya yang disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut

3

Page 4: Kata Pengantar.doc

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang meliputi kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan,

ketersediaan alat dan bahan, dan kemampuan dalam berorganisasi. Otonomi

daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu, seperti politik luar negeri,

pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. Bidang-bidang

tersebut tetap menjadi urusan pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah

berdasar pada prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman.

Dalam otonomi daerah ada prinsip desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan

yang dijelaskan dalam UU No.32 tahun 2004 sebagai berikut:

1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh

Pemerinta kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada

instansi vertikal di wilayah tertentu.

3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah

dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau

desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk

melaksanakan tugas tertentu.

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus penting dalam rangka

memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Pengembangan suatu daerah dapat

4

Page 5: Kata Pengantar.doc

disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-

masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah

untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang

menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh

kemampuan dan kemauan pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi

dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak

melanggar ketentuan perundang-undangan.

2.2. Prinsip Otonomi Daerah

Otonomi daerah diselenggarakan untuk menterjemahkan gagasan

desentralisasi sebagai kritik atas kuatnya sentralisasi yang diselenggarakan pada

masa pemerintahan rezim Soeharto. Desentralisasi dipilih sebab ia memiliki

kelebihan dibanding sentralisasi negara yang melahirkan problem bernegara.

Melalui reformasi, otonomi daerah menjadi kebijakan yang dibuat untuk bisa

membangun tata kelola baru yang lebih baik dibanding masa sebelumnya.

Otonomi daerah memiliki prinsip-prinsip yang harus ada untuk bisa mencapai

tujuan. Prinsip itu adalah:

1. Adanya pemberian kewenangan dan hak kepada pemerintah daerah untuk

mengurus rumah tangganya sendiri

2. Dalam menjalankan wewenang dan hak mengurus rumah tangganya,

daerah tidak dapat menjalankan di luar batas-batas wilayahnya.

5

Page 6: Kata Pengantar.doc

3. Penyelenggaraan otonomi daerah harus dilaksanakan dengan

memperhatikan aspek demokrasi, pelayanan yang prima, keadilan,

pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah.

4. Penyelenggaraan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemampuan

daerah dan dilaksanakan secara bertanggung jawab untuk mensejahterakan

masyarakat.

5. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara

sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

antar daerah.

Penyelenggaraan otonomi daerah dirumuskan dalam tiga ruang lingkup

interaksi yang utama yakni politik, ekonomi serta sosial dan budaya :

1. Bidang politik. Otonomi daerah adalah sebuah proses untuk membuka

ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara

demokratis. Memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan

pemerintahan yang responsif terhadap kepentingan masyarakat luas dan

memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas

pertanggung jawaban publik. Otonomi daerah juga berarti kesempatan

membangun struktur pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan daerah,

membangun sistem dan pola karir politik dan administrasi yang

kompetitif, serta mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang

efektif.

6

Page 7: Kata Pengantar.doc

2. Bidang ekonomi. Otonomi daerah harus menjamin lancarnya pelaksanaan

kebijakan ekonomi nasional di daerah sekaligus terbukanya peluang bagi

pemerintah daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk

mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Dalam

konteks ini, otonomi daerah akan memungkinkan lahirnya berbagai

prakarsa pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi,

memudahkan proses perijinan usaha dan membangun berbagai

infrastruktur yang menunjang perputaran ekonomi di daerahnya. Dengan

demikian otonomi daerah akan membawa masyarakat ke tingkat

kesejahteraan yang lebih tinggi untuk masyarakat daerah

3. Bidang sosial budaya Otonomi daerah digunakan untuk menciptakan dan

memelihara harmoni sosial dan pada saat yang sama memelihara nilai-nilai

lokal yang dipandang bersifat kondusif terhadap kemampuan masyarakat

merespons dinamika kehidupan masyarakat.

2.3. Permasalahan Otonomi Daerah

Implementasi Otonomi daerah bukan tanpa masalah. Ia melahirkan

banyak persoalan ketika diterjemahkan di lapangan. Banyaknya permasalahan

yang muncul menunjukan implementasi kebijakan ini menemui kendala-kendala

yang harus selalu dievakuasi dan selanjutnya disempurnakan agar tujuannya

tercapai. Beberapa persoalan itu adalah:

1. Kewenangan yang tumpang tindih Pelaksanaan otonomi daerah masih

kental diwarnai oleh kewenangan yang tumpang tindih antar institusi

7

Page 8: Kata Pengantar.doc

pemerintahan dan aturan yang berlaku, baik antara aturan yang lebih

tinggi atau aturan yang lebih rendah. Peletakan kewenangan juga

masih menjadi pekerjaan rumah dalam kebijakan ini. Apakah

kewenangan itu ada di kabupaten kota atau provinsi.

2. Anggaran Banyak terjadi keuangan daerah tidak mencukupi sehingga

menghambat pembangunan. Sementara pemerintah daerah lemah

dalam kebijakan menarik investasi di daerah. Di sisi yang lain juga

banyak terjadi persoalan kurangnya transparansi dan akuntabilitas

dalam penyusunan APBD yang merugikan rakyat. Dalam otonomi

daerah, paradigma anggaran telah bergeser ke arah apa yang disebut

dengan anggaran partisipatif. Tapi dalam prakteknya, keinginan

masyarakat akan selalu bertabrakan dengan kepentingan elit sehingga

dalam penetapan anggaran belanja daerah, lebih cenderung

mencerminkan kepentingan elit daripada kepentingan masyarakat.

3. Pelayanan Publik Masih rendahnya pelayanan publik kepada

masyarakat. Ini disebabkan rendahnya kompetensi PNS daerah dan

tidak jelasnya standar pelayanan yang diberikan. Belum lagi rendahnya

akuntabilitas pelayanan yang membuat pelayanan tidak prima. Banyak

terjadi juga Pemerintah daerah mengalami kelebihan PNS dengan

kompetensi tidak memadai dan kekurangan PNS dengan kualifikasi

terbaik. Di sisi yang lain tidak sedikit juga gejala mengedepankan

”Putra Asli Daerah” untuk menduduki jabatan strategis dan

mengabaikan profesionalitas jabatan.8

Page 9: Kata Pengantar.doc

4. Politik Identitas Diri Menguatnya politik identitas diri selama

pelaksanaan otonomi daerah yang mendorong satu daerah berusaha

melepaskan diri dari induknya yang sebelumnya menyatu. Otonomi

daerah dibayang-bayangi oleh potensi konflik horizontal yang

bernuansa etnis

5. Orientasi Kekuasaan Otonomi daerah masih menjadi isu pergeseran

kekuasaan di kalangan elit daripada isu untuk melayani masyarakat

secara lebih efektif. Otonomi daerah diwarnai oleh kepentingan elit

lokal yang mencoba memanfaatkan otonomi daerah sebagai

momentum untuk mencapai kepentingan politiknya dengan cara

memobilisasi massa dan mengembangkan sentimen kedaerahan seperti

”putra daerah” dalam pemilihan kepala daerah.

6. Lembaga Perwakilan Meningkatnya kewenangan DPRD ternyata

tidak diikuti dengan terserapnya aspirasi masyarakat oleh lembaga

perwakilan rakyat. Ini disebabkan oleh kurangnya kompetensi anggota

DPRD, termasuk kurangnya pemahaman terhadap peraturan

perundangan. Akibatnya meski kewenangan itu ada, tidak berefek

terhadap kebijakan yang hadir untuk menguntungkan publik. Persoalan

lain juga adalah banyak terjadi campur tangan DPRD dalam penentuan

karir pegawai di daerah.

7. Pemekaran Wilayah Pemekaran wilayah menjadi masalah sebab

ternyata ini tidak dilakukan dengan grand desain dari pemerintah

9

Page 10: Kata Pengantar.doc

pusat. Semestinya desain itu dengan pertimbangan utama guna

menjamin kepentingan nasional secara keseluruhan. Jadi prakarsa

pemekaran itu harus muncul dari pusat. Tapi yang terjadi adalah

prakarsa dan inisiatif pemekaran itu berasal dari masyarakat di daerah.

Ini menimbulkan problem sebab pemekaran lebih didominasi oleh

kepentingan elit daerah dan tidak mempertimbangkan kepentingan

nasional secara keseluruhan.

8. Pilkada Langsung Pemilihan kepala daerah secara langsung di daerah

ternyata menimbulkan banyak persoalan. Pilkada langsung sebenarnya

tidak diatur di UUD, sebab yang diatur untuk pemilihan langsung

hanyalah presiden. Pilkada langsung menimbulkan besarnya biaya

yang harus dikeluarkan untuk pelaksanaan suksesi kepemimpinan ini.

Padahal kondisi sosial masyarakat masih terjebak kemiskinan.

Disamping itu, pilkada langsung juga telah menimbulkan moral hazard

yang luas di masyarakat akibat politik uang yang beredar. Tidak hanya

itu pilkada langsung juga tidak menjamin hadirnya kepala daerah yang

lebih bagus dari sebelumnya.

2.4. Pokok – Pokok Penyelenggaraan Otonomi Daerah

Penyelenggaraan otonomi daerah diharapkan bisa memacu prakarsa dan

kreativitas pemerintah daerah untuk bisa menjalankan pembangunan guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu diperlukan keseriusan agar

10

Page 11: Kata Pengantar.doc

kebijakan ini bisa berhasil dijalankan. Pokok-pokok penyelenggaraan otonomi

daerah meliputi:

1. Penyerahan kewenangan pemerintahan dalam hubungan domestik kepada

daerah. Kecuali untuk bidang keuangan dan moneter, politik luar negeri,

peradilan, pertahanan, keagamaan serta beberapa bidang kebijakan

pemerintahan yang bersifat strategis nasional, maka pada dasarnya semua

bidang pemerintahan yang lain dapat didesentralisasikan.

2. Dalam otonomi pemerintahan daerah terbagi atas dua ruang lingkup,

bukan tingkatan, yaitu daerah kabupaten dan kota yang diberi status

otonomi penuh dan propinsi yang diberi otonomi terbatas. Otonomi penuh

berarti tidak adanya operasi pemerintahan pusat di daerah kabupaten dan

kota, kecuali untuk bidang-bidang yang dikecualikan tadi. Otonomi

terbatas berarti adanya ruang yang tersedia bagi pemerintah pusat untuk

melakukan operasi di daerah propinsi.

3. Gubernur propinsi, selain berstatus kepala daerah otonom, juga sebagai

wakil pemerintah pusat. Karena sistem otonomi tidak bertingkat (tidak ada

hubungan hierarki antara pemerintah provinsi dengan pemerintah

kabupaten/kota), maka hubungan provinsi dan kabupaten bersifat

koordinatif, pembinaan dan pengawasan. Sebagai wakil pemerintah pusat,

gubernur mengkoordinasikan tugas-tugas pemerintahan antar kabupaten

dan kota di wilayahnya. Gubernur juga melakukan supervisi terhadap

pemerintah kabupaten/kota atas pelaksanaan berbagai kebijakan

11

Page 12: Kata Pengantar.doc

pemerintah pusat serta bertanggung jawab mengawasi penyelenggaraan

pemerintah berdasarkan otnomi daerah di dalam wilayahnya.

4. Adanya penguatan peran DPRD dalam pemilihan dan penetapan kepala

daerah. Otonomi daerah memberi kewenangan untuk mempertegas DPRD

dalam menilai keberhasilan atau kegagalan kepemimpinan kepala daerah.

Selain itu untuk memfungsikan peran pemberdayaan dan penyalur aspirasi

masyarakat yang sebenarnya.

5. Peningkatan efektivitas fungsi-fungsi pelayanaan eksekutif melalui

pembenahan organisasi dan institusi yang dimiliki agar lebih sesuai

dengan ruang lingkup kewenangan yang telah didesentralisasikan setara

dengan beban tugas yang dipikul, selaras dengan kondisi daerah serta lebih

responsif dengan kebutuhan daerah.

6. Peningkatan efisiensi administrasi keuangan daerah serta pengaturan yang

jelas atas sumber-sumber pendapatan negara dan daerah, pembagian

revenue dari sumber penerimaan yang berkait dengan kekayaan alam,

pajak dan retribusi, serta tata cara dan syarat untuk pinjaman dan obligasi

daerah.

7. Perwujudan desentralisasi fiskal melalui pembesaran alokasi subsidi dari

pemerintah pusat yang bersifat ”block grant”, pengatura pembagian

sumber-sumber pendapatan daerah, pemberian keleluasaan kepada daerah

untuk menetapkan prioritas pembangunan, serta optimalisasi upaya

12

Page 13: Kata Pengantar.doc

pemberdayaan masyarakat melalui lembaga-lembaga swadaya

pembangunan yang ada.

8. Pembinaan dan pemberdayaan lembaga-lembaga dan nilai-nilai lokal yang

bersifat kondusif terhadap uapaya memelihara harmoni sosial dan

solidaritas sosial suatu bangsa.

Dalam otonomi daerah, ada pembagian wewenang antara pemerintah pusat

dan daerah yang diatur menurut UU No.32 tahun 2004. Pembagian wewenang itu

meliputi: 1. Kewewenangan pemerintah pusat (Pasal 10 ayat 3) meliputi: a. politik

luar negeri; b. pertahanan; c. Keamanan; d. Yustisi; e. moneter dan fiskal

nasional; dan f. agama; 2. Kewenangan Pemerintah Provinsi meliputi (Pasal 13

ayat 1 UU. No. 32 Tahun 2004):

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

4. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

5. Penanganan bidang kesehatan;

6. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;

7. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;

8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;

13

Page 14: Kata Pengantar.doc

9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk

lintas kabupaten/kota;

10. Pengendalian lingkungan hidup;

11. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;

12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;

14. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota;

15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan

oleh kabupaten/kota ;

16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

undangan.

2.5. Regulasi Otonomi Daerah

Undang-Undang

UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah

UU No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan Daerah

UU No.34/2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.18

Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara14

Page 15: Kata Pengantar.doc

UU No.22/2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

UU No.1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

UU No.10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara

UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah Menggantikan UU

N0.22/1999

2.6. Otonomi Daerah di Aceh

Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum

yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur.

Pengakuan Negara atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh

terakhir diberikan melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh (LN 2006 No 62, TLN 4633). UU Pemerintahan Aceh ini

15

Page 16: Kata Pengantar.doc

tidak terlepas dari Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara

Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka yang ditandatangani pada tanggal 15

Agustus 2005 dan merupakan suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat

menuju pembangunan sosial, ekonomi, serta politik di Aceh secara berkelanjutan.

Hal-hal mendasar yang menjadi isi UU Pemerintahan Aceh ini antara lain:

1. Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah provinsi dalam sistem

NKRI berdasarkan UUD Tahun 1945 yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Aceh dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh sesuai dengan fungsi dan

kewenangan masing-masing.

2. Tatanan otonomi seluas-luasnya yang diterapkan di Aceh berdasarkan UU

Pemerintahan Aceh ini merupakan subsistem dalam sistem pemerintahan

secara nasional.

3. Pengaturan dalam Qanun Aceh maupun Kabupaten/Kota yang banyak

diamanatkan dalam UU Pemerintahan Aceh merupakan wujud konkret

bagi terselenggaranya kewajiban konstitusional dalam pelaksanaan

pemerintahan tersebut.

4. Pengaturan perimbangan keuangan pusat dan daerah tercermin melalui

pemberian kewenangan untuk pemanfaatan sumber pendanaan yang ada.

5. Implementasi formal penegakan syari’at Islam dengan asas personalitas

ke-Islaman terhadap setiap orang yang berada di Aceh tanpa membedakan

16

Page 17: Kata Pengantar.doc

kewarganegaraan, kedudukan, dan status dalam wilayah sesuai dengan

batas-batas daerah Provinsi Aceh.

Pengakuan sifat istimewa dan khusus oleh Negara kepada Aceh sebenarnya

telah melalui perjalanan waktu yang panjang. Tercatat setidaknya ada tiga

peraturan penting yang pernah diberlakukan bagi keistimewaan dan kekhususan

Aceh yaitu Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia Nomor 1/Missi/1959

tentang Keistimewaan Provinsi Aceh, UU 44/1999 tentang Penyelenggaraan

Keistimewaan bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh, dan UU 18/2001 tentang

Otonomi Khusus bagi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam. Dengan dikeluarkannya UU Pemerintahan Aceh, diharapkan

dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan di Aceh untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan yang berkeadilan dan keadilan yang berkesejahteraan

di Aceh.

Provinsi Aceh berdiri pada tanggal 7 Desember 1959 dengan landasan

pendirian berdasarkan UU No. 24 Tahun 1956 yang beribukota Banda aceh. Luas

wilayah provinsi ini ± 57.365,57 km2 dengan posisi ( letak geografis ) 2 derajat –

6 derajat lintang utara dan 95 derajat -98 derajat bujur timur dan berada dalam

pulau sumatra dan memiliki 21 kabupaten. Lambang dari provinsi Nanggroe aceh

Darussalam adalah pancacita. Provinsi ini mempunyai potensi yang sangat besar

baik itu dari segi perikanan, pertanian dan perkebunan, industri, peternakan,

pertambangan, dan kehutanan.

17

Page 18: Kata Pengantar.doc

Provinsi Aceh adalah salah satu provinsi yang telah menerapkan otonomi

daerah dengan landasan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 dan prinsip-

prinsip pemberian Otonomi Daerah dalam UU 22/1999 yaitu Penyelengaraan

Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan,

pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman Daerah. Pelaksanaan Otonomi

Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertangung jawab.

Aceh merupakan provinsi yang mempunyai potensi perikanan dan

kelautan yang cukup besar. Hasil perikanan di Aceh terdiri dari perikanan darat

dan laut. Potensi perikanan laut di daerah Aceh cukup potensial, tetapi belum

dimanfaatkan secara optimal. Data tahun 1997 menunjukkan bahwa hasil

perikanan laut mencapai 110.817,1 ton dan perikanan darat mencapai 24.436,7

ton. Sedangkan pada tahun 1998 hasil produksi perikanan laut mencapai

114.778,4 ton dan perikanan darat mencapai 23.228,4 ton. Hasil potensi perikanan

di Aceh akan lebih banyak lagi jika perikanan tersebut dikembangkan dengan

menggunakan peralatan yang modern dan canggih. Potensi perikanan, termasuk

perikanan laut di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) belum dimanfaatkan

secara optimal. Sekitar 60% dari total potensi perikanan yang dimiliki oleh

provinsi Aceh belum termanfaatkan an 40% lainnya juga belum termanfaatkan

secaa optimal.

Aceh sejak tahun 1999 telah menerapkan otonomi daerah dal

kepemerintahannya. Secara filosofis, ada dua tujuan utama yang ingin dicapai dari

penerapan kebijakan desentralisasi atau otonomi daerah yaitu tujuan demokrasi

dan tujuan kesejahteraan. Tujuan demokrasi akan memposisikan pemerintah 18

Page 19: Kata Pengantar.doc

daerah sebagai instrumen pendidikan politik di tingkat lokal yang secara agregat

akan menyumbang terhadap pendidikan politik secara nasional sebagai elemen

dasar dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara serta

mempercepat terwujudnya masyarakat madani atau civil society. Tujuan

kesejahteraan mengisyaratkan pemerintahan daerah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat lokal melalui penyediaan pelayanan publik secara

efektif, efesien.

Otonomi daerah ini berarti pemerintah daerah mempunyai wewenang

penuh dalam mengelola potensi yang dimiliki dan pembangunan. Selain itu

pendapatan yang didapatkan oleh pemerintah daerah 80% kembali ke daerah yang

digunakan sebagai kas daerah, pembangunan dan lain sebagainya dan 20% di

salurkan kepemerintahan pusat. Hal ini akan membuat pemerintah daerah merasa

diberlakukan dengan adil tanpa harus ada terjadinya kesenjangan-kesenjangan

dengan pemerintah pusat. Salah satu aspek yang mempunyai potensi di Nanggroe

Aceh Darussalam adalah perikanan dan kelautan yangterdiri dari perikanan darat

yang meliputi budidaya dan perikanan laut yang meliputi pengangkapan dan juga

budidaya. Peraturan yang mengatur perikanan di Aceh bersumber pada 2 hal yaitu

hukum adat dan perda ( peraturan daerah ) yang mana hal ini dikarenakan otonomi

daerah sehingga daerah mempunyai wewenang untuk mengeluarkan peraturan

yang menyangkut dengan daerahnya. Peraturan adat yang berlaku di Aceh di

dikenal dengan nama hukom laot. Adapun peraturan daerah yang mengatur

perikanan dan kelautan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di sesuaikan

dengan keadaan provinsi tersebut sehingga tidak bertentangan dengan hukum

19

Page 20: Kata Pengantar.doc

adat. Dengan adanya peraturan daerah yang dibuat diharapkan pemerintah dan

segenap komponen masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam dapat

memanfaatkan potensi yang ada dengan optimal tanpa harus mengakibatkan

ekploitasi yang berlebihan .

Hukum adat yang ada diketuai oleh panglima laot. Panglima Laot

merupakan suatu struktur adat di kalangan masyarakat nelayan di propinsi

Nanggroe Aceh Darussalam, yang bertugas memimpin persekutuan adat pengelola

Hukôm Adat Laôt. Hukôm Adat Laôt dikembangkan berbasis syariah Islam dan

mengatur tata cara penangkapan ikan di laut (meupayang), menetapkan waktu

penangkapan ikan di laut, melaksanakan ketentuan-ketentuan adat dan mengelola

upacara-upacara adat kenelayanan, menyelesaikan perselisihan antar nelayan serta

menjadi penghubung antara nelayan dengan penguasa (dulu uleebalang, sekarang

pemerintah daerah.

Struktur adat ini mulai diakui keberadaannya dalam tatanan

kepemerintahan daerah sebagai organisasi kepemerintahan tingkat desa di

Kabupaten Aceh Besar pada tahun 1977 (Surat Keputusan Bupati Aceh Besar No.

1/1977 tentang Struktur Organisasi Pemerintahan di Daerah Pedesaan Aceh

Besar). Akan tetapi, fungsi dan kedudukannya belum dijelaskan secara detail.

Pada tahun 1990, Pemerintah Aceh menerbitkan Peraturan Daerah No. 2/1990

tentang Pembinaan dan Pengembangan Adat Istiadat, Kebiasaan-kebiasaan

Masyarakat beserta Lembaga Adat, yang menyebutkan bahwa Panglima Laôt

adalah orang yang memimpin adat istiadat, kebiasaan yang berlaku di bidang

penangkapan ikan di laut. Dengan adanya hukom laot ini dapat meminimalisir 20

Page 21: Kata Pengantar.doc

terjadinya ekploitasi yang berlebihan terhadap penangkapan ikan dan mencegah

terjadi kepunahan ikan karena tata cara dalam menangkap ikan sudah diatur dalam

hukom laot ini.

21

Page 22: Kata Pengantar.doc

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Beberapa waktu belakangan semenjak bergulirnya gelombang reformasi,

otonomi daerah menjadi salah satu topik sentral yang banyak dibicarakan dan

diterapkan di kepemerintahan daerah. Sebenarnya “otonomi daerah” bukanlah

suatu hal yang baru karena semenjak berdirinya Negara Kesatuan Republik

Indonesia , konsep otonomi daerah sudah digunakan dalam penyelenggaraan

pemerintahan di daerah. Bahkan pada masa pemerintahan kolonial Belanda,

prinsip-prinsip otonomi sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan

pemerintahan.

Semenjak awal kemerdekaan sampai sekarang telah terdapat beberapa

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kebijakan Otonomi

Daerah. UU 1/1945 menganut sistem otonomi daerah rumah tangga formil. UU

22/1948 memberikan hak otonomi dan medebewind yang seluas-luasnya kepada

Daerah. Selanjutnya UU 1/1957 menganut sistem otonomi ril yang seluas-

luasnya. Kemudian UU 5/1974 menganut prinsip otonomi daerah yang nyata dan

bertanggung. Sedangkan saat ini di bawah UU 22/1999 dianut prinsip otonomi

daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Seperti yang kita ketahui Negara

Indonesia memiliki daeah yang sangat luas yang terbagi dalam provinsi-provinsi,

22

Page 23: Kata Pengantar.doc

kabupaten-kabupaten, kecamatan-kecamatan dan sebagainya. Dengan adanya

desentralisasi melalui penerapan otonomi daerah di harapkan dapat

mengoptimalkan pengelolaan daerah dan memeratakan pembangunan di daerah.

23

Page 24: Kata Pengantar.doc

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Aceh. 2005. Dalam

Angka: Banda Aceh.

Cholisin, dkk, 2005, Kewarganegaraan SMA/MA kelas XI, Mediatama:Surakarta

J. Kaloh, 2002, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Rineka Cipta: Bandung.

Suprapto,dkk, 2005, Kewarganegaraan Kurikulum 2004 Kelas 3 SMA, PT Bumi

Qaksara, Jakarta

Undang-Undang Otonomi Daerah ( UU. No. 32 dan 33 Tahun 2004) ,Citra

Umbara: Bandung

Wasistiono, Sadu dan Ondo Riyani, 2001, Etika Hubungan Legislatif-Eksekutif

dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah, Pusat Kajian Pemerintahan

STPDN: Bandung

24