kata pengantar · web viewpuji syukur kehadirat allah swt, karena atas perkenannya laporan...

47
LAPORAN PENDAHULUAN KAJIAN PEMETAAN RENCANA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PULAU SUMBAWA Kerjasama: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Mataram Dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB MATARAM 1

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

LAPORAN PENDAHULUAN

KAJIAN PEMETAAN RENCANA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PULAU

SUMBAWA

Kerjasama:

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Mataram

Dan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB

MATARAM

2017

1

Page 2: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan

tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan di Pulau Sumbawa

dapat diselesaikan. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama antara lembaga penelitian dan

pengabdian masyarakat (LPPM) Universitas Mataram dan Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk tahun anggaran 2017.

Laporan ini memberikan gambaran umum tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan, landasan teori serta metode/pendekatan yang akan digunakan dalam melakukan

Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan di Pulau Sumbawa. Laporan

ini akan menjadi acuan dan pedoman dalam pelaksanaan studi serta dalam penyusunan

laporan akhir nantinya.

Mataram, 08 Mei 2017

Tim Peneliti LPPM

Universitas Mataram

2

Page 3: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

DAFTAR TABEL......................................................................................................................4

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................5

BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................6

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................6

1.2 PERMASALAHAN.........................................................................................................7

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN...............................................................................................8

1.4 MANFAAT......................................................................................................................8

1.5 SASARAN.......................................................................................................................9

BAB II. KAJIAN TEORITIS/TINJAUAN PUSTAKA..........................................................10

2.1 Definisi Kemiskinan.......................................................................................................10

2.2 Penyebab Kemiskinan....................................................................................................12

2.3 Lingkaran Kemiskinan...................................................................................................14

2.4 Indikator Kemiskinan.....................................................................................................16

2.5 Mengukur Kemiskinan...................................................................................................18

2.6 Kesenjangan Ekonomi....................................................................................................20

2.7 Kesenjangan Non-Ekonomi............................................................................................21

2.8 Pendekatan dalam Penanggulangan Kemiskinan...........................................................21

2.9 Gambaran Umum Pulau Sumbawa................................................................................24

BAB III. METODOLOGI........................................................................................................27

3.1 Waktu dan Lokasi...........................................................................................................27

3.2 Penentuan sampel wilayah.............................................................................................27

3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data................................................................27

3.4 Analisis Data..................................................................................................................28

3.5 Skema Penelitian............................................................................................................28

3.6..............................................................................................Jadwal Pelaksanaan Kegiatan30

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31

3

Page 4: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kabupaten/kota di pulau Sumbawa serta luas wilayah administratif masing-masing....................................................................................................................................25

Tabel 2. Total jumlah penduduk dan angka kemiskinan di lima kabupaten/kota di pulau Sumbawa....................................................................................................................25

Tabel 3. Rincian dan jadwal penelitian...................................................................................30

4

Page 5: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus kemiskinan dari sisi pendapatan..................................................................14

Gambar 2. Siklus kemiskinan dari sisi tabungan,....................................................................15

Gambar 3. Siklus kemiskinan dari sisi konsumsi.....................................................................16

Gambar 4. Peta Pulau Sumbawa..............................................................................................24

Gambar 5. Skema penelitian....................................................................................................29

5

Page 6: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kemiskinan merupakan masalah umum yang dihadapi oleh semua daerah di Indonesia

termasuk Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Secara umum, kemiskinan dapat

didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan individu atau kelompok masyarakat

dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) seperti rendahnya akses masyarakat terhadap

fasilitas-fasiltias pendidikan, kesehatan dan peluang-peluang ekonomi yang tersedia

(Subianto, 2008).

Menurut Badan Pusat Statistik (2016), angka kemiskinan di Provinsi NTB pada tahun

2015 mencapai 824.450 ribu jiwa, atau sekitar 17% dari total jumlah penduduk Provinsi

NTB. Dari angka tersebut, 214.609 jiwa berdomisili di Pulau Sumbawa, yang tersebar di 5

kabupaten/kota. Berbagai program penanggulangan kemiskinan khususnya di kabupaten/kota

Pulau Sumbawa telah dilaksanakan oleh pemerintah, diantaranya dibidang sosial ekonomi,

kesehatan dan pendidikan. Namun dalam perkembangannya, program-program tersebut

ternyata belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam menurunkan tingkat

kemiskinan. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase angka kemiskinan yang turun dari

tahun ke tahun sangat kecil, bahkan di beberapa wilayah kabupaten/kota justru meningkat.

Pertanyaan yang mucul kemudian adalah mengapa program-program tersebut belum mampu

mengurangi angka kemiskinan secara signifikan termasuk di daerah kabupaten/kota di pulau

Sumbawa?, Apa bentuk kendala dan jenis permasalahan yang dihadapi?, Apakah pada level

pembuat kebijakan/program, proses pelaksanaan atau proses adaptasi masyarakat yang

lambat?, dan lain-lain. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) selaku lembaga

6

Page 7: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

perwakilan pemerintah pusat di daerah memandang perlu dilakukan studi mendalam tentang

bentuk/jenis program penganggulangan kemiskinan di wilayah-wilayah yang angka

kemiskinannya masih tergolong tinggi, sebagai bahan acuan dalam menyusun program-

program ke depan.

Pemetaan rencana program penanggulangan kemiskinan sangat diperlukan untuk

meningkatkan efektifitas setiap program yang dilaksanakan. Output yang diharapkan dari

kegiatan semacam ini, disamping tersedianya informasi-informasi penting yang dapat

digunakan untuk perbaikan sistem dari program-program yang sudah dilaksanakan, juga

muncul rekomendasi-rekomendasi spesifik berbasis sumberdaya daerah. Studi-studi semacam

ini diharapkan mampu meningkatkan peran dan fungsi BAPPEDA Provinsi NTB dalam

membantu kepala-kepala daerah untuk menentukan kebijakan dan melaksanakan program

penanggulangan kemiskinan khususnya di Pulau Sumbawa.

1.2 PERMASALAHAN

Angka kemiskinan di Pulau Sumbawa masih tergolong tinggi, lebih tinggi dari rata-

rata nasional. Program penanggulangan kemiskinan dari pemerintah pusat dengan jumlah

anggaran yang cukup besar masih belum optimal dalam mengurangi angka kemiskinan di

kantong-kantong kemiskinan. Oleh karenanya, kajian hal-hal yang berkaitan dengan aspek-

aspek kemiskinan di daerah bersangkutan sangat diperlukan. Untuk lebih jelasnya, masalah

yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kemiskinan di Pulau Sumbawa yang masih cukup tinggi.

b. Program-program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan pemerintah masih

belum mampu mengurangi angka kemiskinan secara signifikan.

7

Page 8: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

c. Kurangnya data dan informasi seperti potensi, jenis program, kendala/hambatan yang

berkaitan dengan daerah-daerah terutama daerah dengan angka kemiskinan yang

masih relatif tinggi.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang program

penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota di Pulau Sumbawa. Dengan maksud tersebut

maka tujuan penelitian adalah berikut:

1. Mengidentifikasi mata pencaharian masyarakat yang tinggal di daerah miskin di Pulau

Sumbawa.

2. Mengidentifikasi bentuk, jenis dan mekanisme intervensi pemerintah beserta mitra

pemerintah (kebijakan dan program/kegiatan) untuk penanggulangan kemiskinan di

Pulau Sumbawa.

3. Mengetahui efektifitas (korelasi) program-program penanggulangan kemiskinan

dengan angka kemiskinan di Pulau Sumbawa.

4. Mengidentifikasi peluang pengembangan usaha dan alternatif usaha lainnnya.

5. Memberikan rekomendasi yang dapat memperbaiki pelaksanaan program yang sudah

berjalan maupun program baru untuk mengakselerasi penanggulangan kemiskinan di

kantung-kantung kemiskinan.

1.4 MANFAAT

Secara teoritis, kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kebijakan

penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah (pemerintah provinsi

maupun pemerintah kabupaten), swasta serta respon masyarakat miskin khususnya di

kabupaten/kota yang ada di Pulau Sumbawa.

8

Page 9: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

Sedangkan manfaat praktis adalah sebagai bahan masukan bagi para pengambil

kebijakan terutama pada level provinsi dan kabupaten/kota bahwa dalam penyusunan dan

pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.

1.5 SASARAN

1. Tersedianya informasi tentang jenis-jenis mata pencaharian masyarakat miskin di

Pulau Sumbawa.

2. Teridentifikasinya bentuk, jenis dan mekanisme intervensi pemerintah beserta mitra

pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan di Pulau Sumbawa.

3. Tersedianya informasi tentang korelasi antara program penanggulangan kemiskinan

dengan tingkat kemiskinan di di Pulau Sumbawa.

4. Teridentifikasinya informasi yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan

program penanggulangan kemiskinan di Pulau Sumbawa.

5. Tersedianya informasi tentang jenis-jenis usaha masyarakat miskin yang dapat

dikembangkan ke depan.

6. Tersusunnya daftar rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan

program penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan maupun program-

program baru di Pulau Sumbawa.

9

Page 10: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

BAB II. KAJIAN TEORITIS/TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kemiskinan

World Bank (2006) mendefinisikan kemiskinan sebagai bentuk kehilangan

kesejahteraan (depriviation of well being) dari individu atau kelompok masyarakat.

Sedangkan menurut Pattinama (2009), kemiskinan merupakan suatu kondisi rendahnya akses

individu/masyarakat terhadap infrastruktur sosial ekonomi, keluar dari keterisolasian,

ketidakberdayaan, kebebasan mengeluarkan pendapat, serta memperoleh keadilan dalam

pembangunan. Definisi yang lebih spesifik disampaikan oleh BPS (2016), dimana

kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu/masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan dasar baik itu kebutuhan makanan dan non-makanan. Kebutuhan makanan

diartikan sebagai kebutuhan minimum kalori perorang perhari, yaitu 2.100 kilokalori

(Suharto dkk, 2002). Sedangkan yang termasuk kebutuhan non-makanan adalah kebutuhan

untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan juga diartikan dari aspek

sosial oleh Sen dalam Bloom dan Canning (2001), sebagai bentuk kekurangan kebebasan

substantif “capability deprivation” yaitu kesempatan dan rasa aman. Mengacu pada definisi

kemiskinan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan masalah

multidimensi kehidupan yang sangat kompleks. Dalam laporan ini, definisi kemiskinan akan

lebih banyak mengacu kepada definisi yang disampaikan oleh BPS karena variabel-variabel

yang digunakan lebih terukur dan jelas.

Kemiskinan menurut Nurkse, 1953 dalam Kuncoro (1997) dapat diklasifikasi ke dalam

4 macam, yaitu:

1. Kemiskinan absolut, yaitu keadaan dimana pendapatan kasar bulanan tidak mencukupi

untuk membeli kebutuhan minimum. Seseorang termasuk ke dalam golongan miskin

10

Page 11: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

absolut apabila pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk

menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Definisi kemiskinan absolut seringkali digunakan

dalam perencanaan program penanggulangan kemiskinan yang ditetapkan oleh

pemerintah karena definisi dan pendekatan tersebut dapat digunakan untuk menilai efek

dari kebijakan anti kemiskinan antar waktu atau perkiraan dampak suatu proyek terhadap

kemiskinan. Pendekatan ini juga merupakan pendekatan yang digunakan oleh Bank

Dunia untuk dapat membandingkan angka kemiskinan antar negara. Bank Dunia

menggunakan pendekatan ini karena memudahkan dalam menentukan kemana dana

bantuan akan disalurkan dan kemajuan yang dicapai suatu negara dapat dianalisis.

2. Kemiskinan relatif, yaitu kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara suatu

kebutuhan dengan tingkat pendapatan lainnya. Seseorang termasuk golongan miskin relatif

apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah

dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis

kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga

konsep kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada.

3. Kemiskinan struktural yaitu kondisi di mana sekelompok orang berada di dalam wilayah

kemiskinan, dan tidak ada peluang bagi mereka untuk keluar dari kemiskinan. Kemiskinan

struktural lebih menuju kepada orang atau sekelompok orang yang tetap miskin atau

menjadi miskin karena struktur masyarakatnya yang timpang, yang tidak menguntungkan

bagi golongan yang lemah.

4. Kemiskinan kultural yaitu budaya yang membuat orang miskin, yang dalam antropologi

kemiskinan sebagai adanya budaya miskin. Seseorang termasuk golongan miskin kultural

apabila sikap orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha

memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang

membantunya atau dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri

11

Page 12: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

yaitu pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya. Menurut Mardimin (1996),

kemiskinan kultural terjadi karena budaya masyarakat sendiri yang sudah turun-temurun

membuat mereka menjadi miskin.

2.2 Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan menurut Munkner (2001) disebabkan oleh faktor-faktor dan dimensi-

dimensi yang berbeda. Secara konseptual, penyebab kemiskinan di Indonesia dapat

dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural dan

kemiskinan kultural (Chalid, 2006).

1. Kemiskinan alamiah merupakan kemiskinan yang disebabkan faktor alam seperti

sumberdaya yang langka dan akibat perkembangan teknologi yang rendah dan juga

kemiskinan akibat jumlah penduduk yang melaju dengan pesat di tengah-tengah

sumberdaya alam yang tetap. Kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti ini

pada umumnya tidak mempunyai kesenjangan yang terlalu tinggi (Medah. 2013).

2. Kemiskinan struktural atau kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh

kebijakan suatu sistem supra-struktural politik yang membentuk struktur-struktur sosial.

Fenomena di lapang menunjukkan bahwa penduduk miskin tidak dapat menggunakan

sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Misalnya, kebijakan

telah membuat sekelompok masyarakat mendominasi penguasaan sarana ekonomi,

sementara kelompok masyarakat lainnya tidak memiliki kesempatan. Pada kategori ini,

kesenjangan ekonomi masyarakat sangat tinggi antara yang miskin dan yang kaya.

3. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang muncul akibat tuntutan tradisi/adat yang

membebani masyarakat seperti upacara perkawinan, kematian dan pesta adat lainnya, dan

12

Page 13: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

juga sikap mentalitas seperti lamban, malas, konsumtif serta kurang berorientasi ke

depan.

Kemiskinan yang terjadi di Indonesia umumnya dapat dikategorikan ke dalam bentuk

kemiskinan struktural atau buatan, karena secara alamiah Indonesia mempunyai cukup

potensi dan sumber daya untuk tidak mengalami kemiskinan. Kemiskinan struktural adalah

kemiskinan akibat dari supra-struktur yang membuat sebagian anggota atau kelompok

masyarakat tertentu mendominasi sarana ekonomi, sosial, politik dan budaya. Struktur ini

menyebabkan tidak adanya pemerataan, tidak berkembangnya kualitas dan daya kreasi rakyat

dalam pelaksanaan pembangunan serta dipinggirkannya peran dan partisipasi masyarakat

dalam setiap pelaksanaan pembangunan yang terindikasi dengan melemahnya tingkat

keswadayaan masyarakat.

Sumber lain mengklasifikasi penyebab kemiskinan menjadi 2 faktor, yakni: faktor

manusia, dan faktor non-manusia. 

a. Faktor oleh manusia, meliputi: sikap, pola pikir serta wawasan yang rendah, malas berpikir

dan bekerja, kurang keterampilan, pola hidup yang cendrung konsumtif, sikap

apatis/egois/pesimis, rendah diri,  adanya jarak antara kaya dan miskin, belenggu adat dan

kebiasaan, adanya teknologi baru yang hanya menguntungkan kaum tertentu (kaya), adanya

perusakan lingkungan hidup,  pendidikan rendah, populasi penduduk yang tinggi,

pemborosan dan kurang menghargai waktu,  kurang motivasi mengembangkan prestasi,

kurang kerjasama, pengangguran dan sempitnya lapangan kerja,  kesadaran politik dan

hukum,  serta tidak dapat memanfaatkan sumber daya alam (SDA) setempat (Manurung

dalam Bulletin YDS, 1993). 

b. Faktor non-manusia, meliputi: faktor alam, lahan tidak subur/lahan sempit, keterisolasian

desa, sarana perhubungan tidak ada, kurangnya fasilitas umum, langkanya modal, tidak

13

Page 14: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

stabilnya harga hasil bumi, industrialisasi sangat minim, belum terjagkau oleh media

informasi, kurang berfungsinya lembaga-lembaga desa,  serta kepemilikan tanah yang kurang

merata (Manurung dalam Bulletin YDS, 1993). 

2.3 Lingkaran Kemiskinan

Kemiskinan suatu individu atau kelompok masyarakat dapat dikarenakan individu

atau kelompok masyarakat tersebut berada dalam suatu siklus yang membawa pada kondisi

miskin. Jika dianalisis terdapat tiga siklus kehidupan yang dapat membawa individu atau

kelompok masyarakat pada kondisi miskin. Pertama, yaitu jika siklus dilihat dari sektor

ekonomi yaitu tingkat pendapatan yang rendah. Seseorang yang miskin memiliki pendapatan

rendah dan mengakibatkan si miskin memiliki daya beli yang rendah atas pendidikan dan

informasi. Karenanya, si miskin hanya mendapatkan tingkat pengetahuan rendah dan

berpengaruh pada tingkat produktifitas yang dihasilkannya juga rendah. Sebagai akibatnya,

individu atau kelompok masyarakat tersebut menjadi tetap miskin. Siklus ini akan terus

berputar, sampai ada suatu kondisi yang dapat memotong siklus tersebut sehingga si miskin

dapat berubah tidak menjadi miskin kembali atau setidaknya memiliki tingkat kehidupan

yang lebih baik. Adapun siklus ini dapat diilustrasikan dalam gambar sebagai berikut.

14

Produksi Rendah Pengetahuan Rendah

Daya beli pendidikan dan informasi rendah

Pendapatan RendahMISKIN

Page 15: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

Gambar 1. Siklus kemiskinan dari sisi pendapatan.

Kedua, yaitu jika siklus dilihat dari sisi tabungan yang mana individu miskin atau

suatu kelompok masyarakat miskin memiliki tabungan yang rendah. Tabungan yang rendah

menyebakabkan si miskin memiliki modal yang kecil untuk usaha atau melakukan aktifitas

perekonomian. Secara umum modal yang kecil mengakibatkan tingkat produktifitas rendah

sehingga produksi juga rendah. Dikarenakan produksi yang rendah maka pendapatan yang

dihasilkan juga rendah. Sehingga, jadilah individu atau kelompok masyarakat tersebut tetap

miskin. Siklus ini akan terus berputar, sampai dengan ada suatu kondisi yang dapat

memotong siklus tersebut sehingga si miskin dapat berubah atau menuju ke tingkat

kesejahteraan yang lebih baik. Adapun siklus ini dapat diilustrasikan dalam gambar sebagai

berikut:

Gambar 2. Siklus kemiskinan dari sisi tabungan,

Ketiga, yaitu jika siklus dilihat dari sisi konsumsi. Sebagaimana telah diketahui

bahwa pada umumnya individu atau kelompok masyarakat miskin memiliki tingkat konsumsi

yang rendah termasuk juga konsumsi atas papan, sarana dan prasarana yang juga masih

rendah. Dengan tingkat konsumsi yang rendah dapat menyebabkan status gizi juga rendah.

15

Pendapatan Rendah Produktifitas Rendah

Modal Kecil

Tabungan RendahMISKIN

Page 16: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

Status gizi yang rendah berakibat pada tingkat kesehatan yang rendah. Hal ini dikarenakan

kesehatan yang baik pada umumnya didukung oleh gizi yang baik pula. Apabila suatu

individu atau kelompok masyarakat yang memiliki tingkat kesehatan yang rendah, maka

kinerja yang dihasilkan juga relatif rendah. Kinerja yang rendah menimbulkan tingkat

produktifitas juga rendah. Tingkat produktifitas yang rendah menyebabkan individu atau

kelompok masyarakat tersebut berada dalam kondisi tetap miskin. Siklus ini akan terus

berputar, sampai ada suatu kondisi yang dapat memotong siklus tersebut sehingga si miskin

dapat berubah atau menuju pada kondisi kesejahteraan yang lebih baik. Adapun siklus

tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar sebagai berikut.

Gambar 3. Siklus kemiskinan dari sisi konsumsi.

2.4 Indikator Kemiskinan

Berdasarkan pemutahiran basis data terpadu (PBDT) tahun 2015, TNP2K menetapkankan 20

indikator kemiskinan yang dikelompokkan ke dalam 5 aspek, yaitu: status kesejahteraan (3

indikator), pendidikan (2 indikator), kesehatan (4 indikator), ketenagakerjaan (3 indikator)

dan informasi pokok rumah tangga (8 indikator).

A. Status kesejahteraan

16

Kinerja Rendah Kesehatan Rendah

Status Gizi Rendah

Konsumsi RendahMISKIN

Page 17: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

1. Jumlah rumah tangga dan individu, menurut status kesejahteraan

2. Jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan menurut kelompok

umur

3. Jumlah individu, menurut kelompok usia dan jenis kelamin

B. Pendidikan

1. Jumlah anak bersekolah, menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin

2. Jumlah anak yang bersekolah dan tidak bersekolah menurut kelompok usia

C. Kesehatan

1. Jumlah rumah tangga menurut penggunaan fasilitas tempat buang air besar

2. Jumlah rumah tangga menurut tempat pembuangan akhir tinja

3. Jumlah individu yang menderita cacat menurut kelompok usia

4. Jumlah individu yang memiliki penyakit kronis menurut kelompok usia

D. Ketenagakerjaan

1. Jumlah individu yang bekerja dan tidak bekerja menurut kelompok usia

2. Jumlah kepala rumah tangga yang bekerja menurut lapangan pekerjaan

3. Jumlah individu usia 18-60 tahun yang bekerja menurut lapangan pekerjaan

E. Informasi pokok rumah tangga

1. Jumlah rumah tangga menurut status penguasaan bangunan tempat tinggal yang

ditempati

2. Jumlah rumah tangga menurut status penguasaan lahan tempat tinggal yang ditempati

3. Jumlah rumah tangga menurut jenis lantai terluas dari tempat tinggal yang ditempati

4. Jumlah rumah tangga menurut jenis dinding dari tempat tinggal yang ditempati

5. Jumlah rumah tangga menurut jenis atap dari tempat tinggal yang ditempati

6. Jumlah rumah tangga menurut air minum

7. Jumlah rumah tangga meurut sumber penerangan utama

17

Page 18: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

8. Jumlah rumah tangga menurut bahan bakar/energi utama untuk memasak

Sedangkan BPS tahun 2008 menetapkan 8 indikator untuk menentukan rumah tangga

miskin, yaitu:

1). Luas lantai perkapita,

2) Jenis lantai,

3) Air minum/ketersediaan air,

4) Jenis jamban,

5) Kepemilikan asset,

6) Pendapatan perbulan,

7) Pengeluaran, dan

8) Konsumsi lauk-pauk.

Pendekatan ini lebih sederhana dari pendekatan lainnya namun kelemahannya adalah

cenderung mengabaikan perkembangan standar kebutuhan minimum manusia yang

mengikuti perkembangan dan kemajuan pembangunan maupun teknologi.

2.5 Mengukur Kemiskinan

Kemiskinan umumnya diukur berdasarkan sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin

diidentifikasi sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di

bawah garis kemiskinan (BPS, 2016). Sedangkan, garis kemiskinan merupakan penjumlahan

dari garis kemikinan makanan dan non-makanan. Garis kemiskinan makanan ditentukan dari

nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori

18

Page 19: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

perorang perhari (Suharto dkk, 2002). Sedangkan non-makanan adalah kebutuhan minimum

untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

Kemiskinan dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Salah satu indikator

kuantitatif dari kemiskinan antara lain adalah tingkat pendapatan rumah tangga, tingkat

konsumsi rumah tangga, dan sebagainya. Sedangkan indikator kualitatif antara lain adalah

tingkat pendidikan, kondisi rumah yang dihuni, dan sebagainya. Menurut Haughton dan

Khandker (2009), pendekatan kemiskinan secara menyeluruh berfokus pada kapabilitas

individu terhadap fungsinya dalam masyarakat. Secara umum orang miskin kurang memiliki

kapabilitas. Mereka tidak memiliki pendapatan, pendidikan, kesehatan yang cukup atau

kurang memiliki kebebasan politik. Oleh karena itu pengukuran kemiskinan penting untuk

dilakukan. Terdapat empat alasan untuk mengukur kemiskinan (Haughton dan Khandker,

2009): penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu agenda dalam pembangunan; 2)

untuk mengidentifikasi individu atau kelompok masyarakat miskin sehingga target dari

intervensi kebijakan yang pro poor dapat tercapai; 3) untuk melakukan monitor dan evaluasi

atas intervensi kebijakan dalam program pengentasan kemiskinan; dan 4) untuk melakukan

evaluasi atas efektifitas kelembagaan yang menjalankan program pengentasan kemiskinan.

Langkah utama untuk mengukur kemiskinan adalah mendefinisikan sebuah indikator

kesejahteraan seperti pendapatan per kapita atau konsumsi per kapita. Secara prinsipnya

pendapatan adalah konsumsi ditambah dengan perubahan dalam kekayaan suatu individu.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam permanent income hypothesis konsumsi dapat mengukur

pendapatan permanen karena konsumsi suatu individu dipengaruhi oleh pendapatan

permanennya. Oleh karena itu, pengukuran kesejahteraan melalui nilai konsumsinya layak

dilakukan.

Menurut Ravallion (1998), terdapat tiga langkah untuk mengukur kemiskinan.

Pertama, seperti telah dijelaskan sebelumnya yaitu mendefinisikan sebuah indikator

19

Page 20: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

kesejahteraan. Kedua, menetapkan standar minimum kehidupan individu, yaitu kebutuhan

minimal seorang individu yang harus dipenuhi, selanjutnya disebut garis kemiskinan. Ketiga

adalah membuat deskripsi data sebagai informasi agregat dari garis kemiskinan suatu

masyarakat yang menjadi kajian.

2.6 Kesenjangan Ekonomi

Dalam analisis tentang perkembangan kemiskinan, hal terkait yang perlu dibahas

adalah kesenjangan ekonomi, yang ditunjukan dengan timpangnya pertumbuhan pengeluaran

antar kelompok masyarakat. Kesenjangan yang terjadi antar sektor yaitu antara pekerja

formal dan informal, antara sektor pertanian dan non-pertanian, serta kesenjangan antara

daerah pedesaan dan perkotaan. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kesenjangan

yaitu: kebijakan yang tidak pro-poor, kurangnya akses terhadap sarana-prasarana pendukung

ekonomi untuk masyarakat menengah ke bawah, berkurangnya kebutuhan tenaga kurang

terampil, pertumbuhan penduduk kelompok ekonomi menengah ke bawah yang relatif tinggi,

tidak adanya peningkatan upah yang signifikan. Dengan demikian diperlukan intervensi

berupa kebijakan pemerintah yang pro-poor, khususnya untuk kelompok masyarakat

menengah ke bawah, yaitu dengan meningkatkan keterampilan, produktivitas, akses terhadap

modal sehingga dapat meningkatkan akses terhadap kegiatan ekonomi produktif.

Perbedaan yang mencolok antara tingkat pendapatan pada sektor pertanian dan non-

pertanian menyebabkan kesenjangan semakin tinggi. Pekerja dengan keahlian yang lebih

tinggi mendapatkan upah relatif jauh lebih besar dibandingkan pekerja biasa. Upah pekerja di

sektor formal relatif lebih tinggi dibandingkan upah pekerja di sektor informal. Pekerja pada

sektor formal lebih banyak terdapat pada pusat-pusat ekonomi terutama di daerah perkotaan.

Penurunan yang cukup tajam atas proporsi tenaga kerja di bidang pertanian juga disebabkan

oleh kualitas SDM yang masih belum siap dan tingginya keahlian yang diperlukan untuk

sektor industri. Sedangkan tingkat pendidikan penduduk miskin atau kelompok 40% ekonomi

20

Page 21: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

terbawah yang rendah menyebabkan pekerja miskin menjadi kurang kompetitif untuk

mendapatkan lapangan kerja yang layak (Decent Job).

2.7 Kesenjangan Non-Ekonomi

Dalam pengertian yang lebih luas atas tingkat kemiskinan selain kesenjangan di

bidang ekonomi, kesenjangan juga terjadi di bidang non-ekonomi. Kesenjangan di bidang

non-ekonomi yaitu di bidang pendidikan, kesehatan serta akses terhadap sarana dan

prasarana. Ketimpangan di bidang pendidikan terjadi pada usia kurang lebih 15 tahun dengan

usia yang lebih tua. Jika dibandingkan masih cukup banyak generasi tua yang belum

menamatkan Sekolah Dasar (SD) ataupun Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

Sehingga apabila dibandingkan terdapat ketimpangan dari sisi tingkat pendidikan antara

generasi tua dan generasi muda.

Untuk akses di bidang kesehatan, kesenjangan terjadi pada kesehatan ibu dan anak.

Masih terdapatnya anak yang belum memiliki akte lahir membuat terbatasnya akses

penduduk miskin terhadap pendidikan gratis serta jaminan sosial lainnya. Sedangkan

kesenjangan non-ekonomi lainnya yaitu kesenjangan terhadap akses infrastruktur,

penerangan, air bersih, dan sanitasi. Salah satu kunci utama rendahnya pertumbuhan

pendapatan kelompok menengah ke bawah adalah kurangnya akses terhadap pelayanan dasar

sehingga dapat menjadi lebih produktif.

2.8 Pendekatan dalam Penanggulangan Kemiskinan

Pemerintah melalui UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang PROPENAS, menetapkan upaya

penanggulangan kemiskinan sebagai satu dari beberapa prioritas. Sasaran penanggulangan

kemiskinan ini adalah menurunkan jumlah penduduk miskin, meningkatkan asksesibilitas

masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar terutama pendidikan, kesehatan dan prasarana

21

Page 22: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

dasar termasuk air minum dan sanitasi; mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin

terutama untuk pendidikan dan kesehatan, prasarana dasar khususnya air minum dan sanitasi,

meningkatkan kualitas hidup keluarga miskin; dan meningkatkan pendapatan dan kesempatan

berusaha kelompok masyarakat miskin, termasuk meningkatnya akses masyarakat miskin

terhadap permodalan, bantuan teknis, dan berbagai sarana dan prasarana produksi.

Dalam pengimplementasiannya, Sumodiningrat (1996) mengelompokkan kebijakan

penanggulangan kemiskinan menjadi tiga berdasarkan target/sasarannya, yaitu:

1. Kebijkan yang bersifat tidak langsung, dimana kebijakan diarahkan untuk

memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi

penduduk miskin. Kebijakan ini lebih diarahkan pada penciptaan kondisi menjamin

kelangsungan setiap upaya peningkatan pemerataan pembangunan dan

penanggulangan kemiskinan, penyedia sarana dan prasarana, penguatan kelembagaan

serta penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang menunjang kegiatan sosial

ekonomi masyarakat.

2. Kebijakan yang bersifat langsung, dimana kebijakan/program mengarah pada

peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran. Kebijaksanaan langsung diarahkan

pada peningkatan akses terhadap sarana dan prasarana yang mendukung penyediaan

kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.

3. Kebijakan yang bersifat khusus, dimana program diarahkan untuk menjangkau

masyarakat miskin dan daerah terpencil melalui upaya yang sangat khusus. Kebijakan

khusus diutamakan pada penyiapan penduduk miskin di lokasi yang terpencil untuk

dapat melakukan kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan budaya pada masyarakat

setempat.

22

Page 23: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

Mustopadidjaja (1988) berpendapat bahwa keberhasilan implementasi kebijakan tergantung

pada 3 unsur penting, yaitu:

1). adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan,

2) adanya dukungan dari terget grup atau kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan

diharapkan akan manerima manfaat dari perubahan, dan

3) unsur pelaksanaan, baik organisasi maupun program yang bertanggung jawab dalam

pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.

Sementara itu, Ndraha (1997) berpendapat bahwa sikap dan perilaku merupakan salah satu

aspek penting yang mempengaruhi implementasi suatu kebijakan. Sikap adalah

kecenderungan jiwa terhadap sesuatu, sedangkan perilaku adalah operasionalisasi dan

aktualisasi sikap seseorang atau kelompok dalam atau terhadap situasi dan kondisi

lingkungan baik masyarakat, alam, teknologi atau juga organisasi.

Dalam rangka mendekatkan kebijakan publik yang diformulasikan (kebijakan makro) dengan

operasionalisasi program-program di lapangan, diperlukan pendekatan yang holistik dan

terpadu baik kebutuhan program yang berdampak langsung dan berjangka pendek seperti

crash program, peningkatan usaha produktif dan lain sebagainya, maupun berdampak tidak

langsung yang sifatnya berjangka menengah dan panjang seperti penyediaan prasarana dan

sarana untuk memberikan akses terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan, kemudahan

serta menunjang mobilitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat khususnya orang-orang

miskin. Kebijakan dan program bantuan sosial yang merupakan crash program dalam rangka

penanggulangan kemiskinan untuk kelompok rentan perlu diimplementasikan secara baik

khususnya dalam hal kriteria dan indentifikasi kelompok sasaran penerima.

Bidang kesehatan merupakan komponen penting bagi upaya penanggulangan kemiskinan.

Pendekatan program ini apabila akan diteruskan perlu dilakukan secara komprehensif

berbasis keluarga. Dengan pendekatan keluarga maka program pendidikan wajib belajar

23

Page 24: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

pendidikan dasar 9 tahun, program peningkatan kesehatan bagi ibu hamil dan anak balita

akan terlaksana dengan baik. Juga kepala keluarga akan memperoleh kemudahan dalam

mengakses sumber-sumber permodalan, termasuk bantuan dana bergulir atau program padat

karya.

Pada akhirnya dampak dari keberhasilan program penanggulangan kemiskinan sangat

tergantung pada kapasitas si miskin sendiri yang tercermin dalam knowledge, attitude dan

practices untuk berjuang keluar dari belenggu kemiskinan. Dalam program kemitraan

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) maka diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas UMKM penerima bantuan dana, meningkatkan keuntungan dan

mengurangi pengangguran.

2.9 Gambaran Umum Pulau Sumbawa

Pulau Sumbawa merupakan salah satu dari dua pulau besar yang masuk ke dalam wilayah

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Total luas Pulau Sumbawa mencapai 15.414,5 km2,

atau sekitar 2/3 luas Provinsi NTB, yang terbagi menjadi 5 kabupaten/kota administratif,

yaitu: Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu, Kabupaten

Bima dan Kota Bima. Kelima kabupaten/kota tersebut terbagi menjadi 63 kecamatan dan 543

desa/kelurahan. Adapun luas masing-masing wilayah kabupaten/kota administratif tersebut

tertera pada Tabel 1 dibawah ini.

24

Page 25: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

Gambar 4. Peta Pulau Sumbawa.

Tabel 1. Kabupaten/kota di Pulau Sumbawa serta luas wilayah administratif masing-masing.

No Kabupaten/Kota Luas (km2) Jumlah

Kecamatan

Jumlah

Desa/Kelurahan

1 Sumbawa Barat 1.849,02 8 65

2 Sumbawa 6.643,98 24 166

3 Dompu 2.324,60 8 81

4 Bima 4.389,40 18 193

5 Kota Bima 207,50 5 38

Total area 15.414,50 63 543Sumber: BPS, 2016

Meskipun luas wilayah Pulau Sumbawa lebih besar dari Lombok, namun jumlah

penduduknya lebih sedikit dari total penduduk yang mendiami Pulau Lombok. Total

penduduk Pulau Sumbawa mencapai 1.441.297 jiwa atau sekitar 30% dari total penduduk

Provinsi NTB (4.835.577 jiwa) (Tabel 2). Dari angka tersebut, sekitar 214.609 jiwa (14.89%)

masih teridentifikasi berada di bawah garis kemiskinan. Angka tersebut masih lebih tinggi

25

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Sumbawa

Kab. DompuKab. Bima

Kota Bima

Page 26: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

dari rata-rata angka kemiskinan dan nasional yakitu 12%, meskipun sedikit lebih rendah dari

angka kemiskinan rata-rata Provinsi NTB tahun 2015 yakni 17 % (BPS, 2016).

Tabel 2. Total jumlah penduduk dan angka kemiskinan di lima kabupaten/kota di Pulau Sumbawa.

No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Th 2015 (jiwa)

Jumlah Penduduk miskin

Jiwa %

1 Kab. Sumbawa Barat 133.391 22.503 16,87

2 Kab. Sumbawa 441.10273.664

16,7

3 Kab. Dompu 238.386 35.996 15,1

4 Kab. Bima 468.682 75.177 16,04

5 Kota Bima 159.736 15.558 9,74

6 Rata-rata 1.441.297 222.898 14,89

Sumber: BPS, 2016

Berdasarkan jumlah jiwa, angka kemiskinan terbesar terdapat di Kabupaten Bima (75.176

jiwa) diikuti oleh Kabupaten Sumbawa, Dompu, Sumbawa Barat dan Kota Bima. Namun

berdasarkan prosentase dari total jumlah penduduknya, Kabupaten Sumbawa Barat

menempati peringkat tertinggi (16.87%) diikuti oleh Kab. Sumbawa, Kab. Bima, Kab.

Dompu, dan Kota Bima pada level 9.74 % (Tabel 2). Angka kemiskinan di Sumbawa secara

umum lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata angka kemiskinan Provinsi NTB.

26

Page 27: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yang dimulai pada Bulan April sampai

dengan Bulan Mei 2017. Lokasi pengambilan sampel meliputi wilayah administratif

kabupaten/kota Pulau Sumbawa.

3.2 Penentuan sampel wilayah

Penetapan lokasi dilakukan dengan metode purposive sampling dengan mengambil 4

kabupaten/kota berdasarkan jumlah angka kemiskinan (jiwa). Data terbaru dari BPS

menunjukkan bahwa 4 kabupaten/kota dengan angka kemiskinan tertinggi di Pulau Sumbawa

yaitu (1) Kab. Bima, (2) Kab. Dompu, (3) Kab. Sumbawa, dan (4) Kota Bima. Oleh

karenanya, 4 kabupaten/kota tesebut ditetapkan sebagai sampel wilayah. Selanjutnya dari

keempat kabupaten/kota ditetapkan masing-masing satu desa sebagai representasi yaitu Desa

Labuhan Sumbawa di Kab Sumbawa, Desa Tambe di Kabupaten Bima, Desa O’o di Kab

Dompu dan Kelurahan Jatibaru di Kota Bima.

3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data

Teknik pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara mendalam

(depth interview) (Singarimbun dan Effendi, 1987). Responden adalah pejabat di BAPPEDA

kabupaten/kota selaku koordinator program penanggulangan kemiskinan di daerah. Selain itu

peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala desa serta aparatnya selaku pelaksana

paling bawah dalam pengimplementasi program di kantung-kantung kemiskinan. Hal ini

dilakukan untuk mengamati secara langsung obyek penelitian di lapangan.

27

Page 28: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

Sumber data ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari

masyarakat dan pemerintah pada level provinsi atau kabupaten/kota di Pulau Sumbawa

seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

dan kantor desa/kelurahan. Sedangkan data primer yang dikumpulkan meliputi mata

pencaharian, indikator-indikator kemiskinan, bentuk-bentuk program pemerintah, serta jenis-

jenis kendala yang dihadapi didalam pelaksanaan dan lain-lain. Adapun data sekunder

diperoleh dari literatur yang saling terkait dengan wilayah riset. Fokus penelitian adalah

kelompok penduduk miskin. Kelompok sasaran ditentukan berdasarkan pengenalan akan

kondisi lapang dan informasi awal yang telah diperoleh dari informan kunci (key informan).

Selanjutnya untuk mendapatkan informasi tentang kondisi nyata di lapang, dilakukan dengan

wawancara.

3.4 Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data-data seperti

jenis mata pencaharian responden, jenis dan bentuk intervensi (program) yang telah

dilakukan oleh pemerintah, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program, dan peluang

usaha masyarakat miskin di Pulau Sumbawa dianalisis melalui penafsiran kompilasi data,

dengan menggunakan acuan dari studi literatur dan juga logika verbal sesuai dengan variabel

dengan melakukan pengujian data.

3.5 Skema Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan skema di bawah ini, Gambar 5. Dimulai dari

penggalian informasi tentang program-program penanggulangan kemiskinan (jenis program

dan sasaran) di kabupaten/kota, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program.

28

Page 29: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

Bedasarkan informasi-informasi di atas, dibuat beberapa rekomendasi untuk perbaikan

program yang sudah berjalan maupun menyusun program baru berdasarkan potensi daerah.

Gambar 5. Skema penelitian.

29

Kabupaten/Kota

Program penanggulangan

kemiskinan

Pembiayaan/Anggaran

Jenis Program

Jumlah Sasaran Program

Tercapai Tidak tercapai

Strategi/rekomendasi

Page 30: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

3.6. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Adapun jadwal kegiatan penelitian tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Rincian dan jadwal penelitian.

No Rincian kegiatan

Minggu ke-Maret April Mei

IV I II III IV I II III IV1 Penyusunan laporan pendahuluan2 Presentasi laporan pendahuluan3 Pengumpulan data

4A. Data sekunder (BAPPEDA kab/kota, kantor

desa)B. Data primer (responden melalui survey)

5 Presentasi laporan akhir6 Penyerahan laporan akhir

30

Page 31: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik. 2016. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2012-2016.

Download. ntb.bps.go.id (diakses tanggal 25 Maret 2017).

2. Chalid, P. 2006. Teori dan isu pembangunan. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

3. Haughton, J., dan Khandker, S. R. 2009. Handbook on Poverty and Inequality.

Washington, DC: The World Bank. http://doi.org/10.1596/978-0- 8213-7613-3

4. Medah, M. S. 2013. Analisis Beberapa Faktor Penyebab Kemiskinan Petani Di

Kecamatan Kupang Timur–Kabupaten Kupang. PARTNER, 20(2), 144-153.

5. Munkner, Hans H dan Thomas W, 2001. Sektor Informal Sumber Pendapatan Bagi

Kaum Miskin, dalam Menggempur Akar-Akar Kemiskinan (Izzedin Bakhit dkk),

Attacking the Roots of Poverty, Jakarta: Yakoma-PGI.

6. Pabudu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

7. Pattinama, M.J., 2009. Pengentasan Kemiskinan dengan Kearifan Lokal (Studi Kasus

Di Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat). Jurnal Makara Sosial

Humaniora, 13(1), pp.1-12.

8. Singarimbun, M., dan Effendi, S. 1987. Metode Penelitian Survey, Jakarta,

PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

9. Subianto, I. 2008. Analisis faktor-faktor yang memperngaruhi tingkat kemiskinan di

kabupaten sidoarjo, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

10. Suharto dkk . 2004 Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Studi kasus keluarga

miskin di Indonesia, lembaga Studi Pembangunan (LPS) STKS, Bandung, Indonesia.

11. Suharto, E. 2002. “Coping Strategies dan Keberfungsian Sosial: Mengembangkan

Pendekatan Pekerjaan Sosial dalam Mengkaji dan Menangani Kemiskinan." Makalah

31

Page 32: KATA PENGANTAR · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenanNya laporan pendahuluan tentang Kajian Pemetaan Rencana Penanggulangan Kemiskinan d i Pulau Sumbawa

pada Seminar “Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Merancang-Kembangkan

Program Pesswrembangunan Kesejahteraan Sosial yang Bernuansa Pekerjaan

Sosial” Selasa. Vol. 17.

12. Suharto, E. 1998. Human Development Strategy: The Quest for Paradigmatic and

Pragmatic Intervention for the Urban Informal Sector (No. 98/2). working paper.

13. Tim Nasional Percepatan penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). 2015. Peta

Indikator Kemiskinan per kabupaten provinsi Nusa Tenggara Barat.

14. Willis, K. 2011. Theories and practices of development. Taylor & Francis.

15. Word Bank. 2006. Era baru dalam pengentasn kemiskinan di Indonesia. Jakarta.

16. Yacoub, Y. 2013. Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan

Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat.

32