kata pengantar · web viewkata pengantar puji syukur kami panjatkan pada tuhan yang maha esa, atas...
TRANSCRIPT
1
DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGADIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATANTAHUN 2020
RENCANA AKSI KEGIATANUPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGATAHUN 2020-2025
KEMENTERIANKESEHATANREPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Rencana Aksi Kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025. Rencana Aksi Kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga memuat kebijakan, peta strategis, sasaran strategis, indikator dan target yang akan dicapai. Dokumen ini diharapkan menjadi acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi serta pengembangan program, sehingga upaya kesehatan kerja dan olahraga dapat dilaksanakan secara terarah dan terukur.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak atas perhatian dan dedikasinya untuk memberikan pemikiran, tenaga dan waktu dalam penyusunan rencana aksi ini.
Semoga Rencana aksi kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020–2025 dapat mendukung tercapainya implementasi dan efektifitas upaya kesehatan kerja dan olahraga di daerah dalam mewujudkan masyarakat yang sehat bugar dan produktif.
Salam sehat, bugar, produktif Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga
drg. Kartini Rustandi, M.Kes
1
Pembinadrg. Kartini Rustandi, M.Kes
Penyusun Dhito Pemi Aprianto, S.KepRR Winda, K, S.Si, MKKK
Kontributordrg. Dyah Erti K, MPHdr. Rusmiyati, MQIHTasripin, SKM, MKesdr. Nita Mardiah, M.KesIka Ratnawati, SKM, MKKKdr. Feby Anggraini, MKKdr. Astuti, MKKdr. Inne Lutfiana, MKKHana Fasjar Septanti, SKMBen Fauzi Ramadhan, SKMPengelola Program Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan Provinsi
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR IPEMBINA IIPENYUSUN IIKONTRIBUTOR IIDAFTAR ISI IIIDAFTAR GAMBAR IVDAFTAR TABEL IVBAB IPENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1B. TUJUAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI 2C. SASARAN 2D. DASAR HUKUM 2E. RUANG LINGKUP 41. ANALISA SITUASI UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA 42. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA 43. INDIKATOR KEBERHASILAN UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA 44. MONITORING DAN EVALUASI 4
BAB IIANALISA SITUASI UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA 5
A. KONDISI KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA 5B. ANALISIS SWOT 8C. ANALISIS POSISI BERSAING 10
BAB IIIARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 13KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA 13
A. ARAH KEBIJAKAN UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA 13B. STRATEGI UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA 15
BAB IVINDIKATOR KEBERHASILANUPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA 18BAB VMONITORING DAN EVALUASI 20BAB VIPENUTUP 22
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Piramida Komposisi Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur 5
Gambar 2. Peran Pekerja dalam Pembangunan 6
Gambar 3. Kesehatan Kerja dan Olahraga dalam Mendukung Pembangunan Kesehatan Masyarakat 8
Gambar 4. Kuadran Posisi Bersaing 12
Gambar 5 Hubungan Prioritas Nasional, Prioritas Program dan Kegiatan Prioritas Bidang Kesehatan 14
Gambar 6. Peta Strategi Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga 17
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas 5
4
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sumber daya manusia Indonesia yang produktif secara sosial dan ekonomi merupakan modal pembangunan bangsa. Untuk mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang produktif dan berdaya saing dipengaruhi oleh beberapa aspek, termasuk status atau kondisi kesehatan. Upaya kesehatan kerja dan olahraga ditujukan untuk mewujudkan masyarakat pekerja di Indonesia agar sehat, bugar, dan produktif.
Upaya kesehatan kerja dan olahraga mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif. Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja dan olahraga dilaksanakan secara berjenjang oleh pemerintah pusat sampai pemerintah daerah di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sampai pada pelaksanaan di tempat kerja, dengan melibatkan peran lintas program, lintas sektor, swasta (dunia usaha) serta peran aktif seluruh masyarakat melalui pemberdayaan.
Penduduk Indonesia berjumlah 265 juta yang diantaranya lebih dari 133 juta diantaranya merupakan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang siap untuk bekerja (BPS, 2018). Komposisi penduduk Indonesia saat ini menuju pada komposisi bonus demografi, puncak bonus demografi di Indonesia diperkirakan akan didapat pada tahun 2035 yang dapat menjadi peluang sekaligus tantangan, dengan mayoritas penduduk usia produktif, kualitas kelompok ini akan menentukan masa depan Indonesia, oleh karena itu upaya kesehatan dengan fokus sasaran usia kerja menjadi penting untuk menciptakan SDM yang berkualitas agar bonus demografi dapat dimanfaatkan.
Pekerja merupakan penggerak perekonomian bangsa, disisi lain pekerja juga berada pada usia produktif, merupakan pencetak generasi penerus bangsa. Posisi pekerja juga sebagai tulang punggung keluarga memiliki peran penting dalam kesehatan keluarga. Pekerja akan menentukan pemenuhan gizi keluarga, health literacy pada keluarga hingga pembiasaan pola hidup yang sehat pada keluarga. Disisi lain pekerja juga berada pada masa reproduktif akan berkontribusi terhadap pencapaian dan memiliki daya ungkit yang tinggi terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi, stunting, penyakit menular, penyakit tidak menular serta permasalahan kesehatan masyarakat lainnya. Sehingga dapat dikatakan, pekerja yang sehat akan berkontribusi mendukung tercapainya SDGs No.1, 2, 3, 5, 8 (Kemiskinan, kelaparan, kesehatan dan pekerjaan yang layak).
Upaya kesehatan kerja yang sudah diimplementasikan diantaranya melalui Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK), Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP), kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di fasilitas pelayanan kesehatan dan perkantoran, serta pelayanan kesehatan kerja di era JKN. Sedangkan, upaya
1 | Page
kesehatan olahraga meliputi pembinaan kebugaran jasmani pada masyarakat, khususnya jemaah haji, ASN, dan anak sekolah, serta pembudayaan aktivitas fisik pada individu, komunitas/kelompok, lingkungan dan sistem sesuai dengan Global Action Plan on Physical Activity (GAPPA).
Agar upaya kesehatan kerja dan olahraga dapat berjalan dengan baik, berkesinambungan, dan terpadu, perlu disusun Rencana Aksi Kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi serta pengembangan upaya kesehatan kerja dan olahraga tahun 2020-2025.
B. Tujuan Penyusunan Rencana Aksi1. Mendukung pencapaian masyarakat sehat, bugar dan produktif. 2. Mendukung pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Menenngah (RPJMN),
Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Kesehatan dan Rencana Aksi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Tahun 2020-2024.
3. Menentukan arah dan sasaran upaya kesehatan kerja dan olahraga tahun 2020-2025 yang kesinambungan dan berkelanjutan.
4. Panduan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi serta pengembangan upaya kesehatan kerja dan olahraga tahun 2020-2025.
5. Panduan bagi kabupaten/ kota melaksanakan kesehatan kerja dan olahraga
C. Sasaran1. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota2. Lintas program dan lintas sektor terkait.3. Pemangku kepentingan di pusat, provinsi dan kabupaten/kota. 4. Perencana dan pemeriksa/auditor.
D. Dasar Hukum1. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.2. Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).3. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional4. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025.5. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 6. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit7. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.8. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;9. Peraturan Pemerintah No 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja 10. Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional;11. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja 12. Peraturan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020 - 2024.
2 | Page
13. Instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan masyarakat Hidup Sehat
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik;16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 473 Tahun 2014 tentang
Pelimpahan Wewenang dan Tanggung jawab Kementerian Kesehatan di Tingkat Kabupaten/Kota;
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 474 Tahun 2014 tentang Pelimpahan Wewenang dan Tanggung jawab Kementerian Kesehatan di Tingkat Provinsi.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
19. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
21. Permenkes No 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit 22. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/…./2020
tentang Rencana Strategis Kemenkes RI Tahun 2020-2024.
E. Ruang Lingkup1. Analisa situasi Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga2. Arah Kebijakan dan Strategi Kesehatan Kerja dan Olahraga3. Indikator Keberhasilan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga4. Monitoring dan Evaluasi
3 | Page
BAB IIANALISA SITUASI
UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
A. Kondisi Kesehatan Kerja dan OlahragaProyeksi kependudukan Indonesia pada tahun 2025 menunjukkan adanya peningkatan di kelompok usia kerja sebagai bonus demografi sebagaimana terlihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Piramida Komposisi Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 dan Tahun 2025
Saat ini penduduk Indonesia berjumlah 266 juta dan sekitar 133 juta merupakan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang siap untuk bekerja (BPS, 2018). Komposisi populasi Indonesia saat ini sedang menghadapi bonus demografi dimana hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang. Puncak bonus demografi di Indonesia diperkirakan pada tahun 2035 dengan mayoritas penduduk adalah usia produktif. Kualitas kelompok usia produksi generasi di masa tersebut akan menentukan peluang Indonesia menjadi negara maju.
Proporsi usia kerja yang terus meningkat merupakan tantangan sekaligus kesempatan yang perlu dikawal untuk mewujudkan angkatan kerja yang sehat dan produktif. Pekerja memiliki peran penting dalam pembangunan. Kesehatan merupakan komponen penting dalam menentukan kelaikan kerja (fit to work) untuk menunjang kinerja sesuai tugasnya, proporsi pekerja yang besar menjadi tantangan karena mengakibatkan meningkatnya risiko kasus Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) yang tinggi. Peluang ini harus dimanfaatkan dengan mendorong peningkatan kualitas, derajat kesehatan dan produktivitas sehingga bangsa Indonesia menjadi negara maju dan kompetitif.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat mengakibatkan pekerja tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga terjadi penurunan produktifitas kerja, yang akan merugikan perusahaan atau menghambat karir pekerja tersebut. Pekerja merupakan aset perusahaan dan secara makro merupakan penggerak perekonomian bangsa, disisi lain pekerja juga berada pada usia
4 | Page
produktif, merupakan pencetak generasi penerus bangsa. Posisi pekerja sebagai tulang punggung keluarga memiliki peran penting dalam kesehatan keluarga. Pekerja akan menentukan pemenuhan gizi keluarga, health literacy pada keluarga hingga pembiasaan pola hidup yang sehat pada keluarga. Disisi lain pekerja juga berada pada masa reproduktif akan berkontribusi terhadap pencapaian dan memiliki daya ungkit yang tinggi terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi, stunting, penyakit menular, penyakit tidak menular serta permasalahan kesehatan masyarakat lainnya. Sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi sangat penting diintervensi pada populasi ini seperti pada pencapaian total fertility rate, keberhasilan program keluarga berencana. Peran penting pekerja yang sehat akan berkontribusi mendukung tercapainya SDGs No.1, 2, 3, 5, 8 (Kemiskinan, kelaparan, kesehatan dan pekerjaan yang layak).
Gambar 2. Peran Pekerja dalam Pembangunan
Pada studi beban penyakit yang dilakukan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menunjukan trend DALYs/tahun produktif yang hilang untuk hidup sehat disebabkan karena kematian dini, penyakit atau cedera per 100.000 akibat risiko tekanan diastolik yang tinggi, gula darah puasa yang tinggi, kebiasaan merokok dan risiko diet yang tidak sehat. Diet tidak sehat menyumbang beban penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, urogenital, darah, endokrin dan neoplasma. Tekanan darah sistolik yang tinggi menyumbang pada beban penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, urogenital, darah dan endokrin. Gula darah yang tinggi menyumbang pada beban penyakit diabetes, jantung dan pembuluh darah, endokrin, HIV/AIDS dan tuberkulosis. Dalam konteks ini, beban ganda terjadi karena di satu sisi beban penyakit menular masih banyak terjadi di Indonesia seperti tuberkulosis dan pada saat bersamaan masyarakat dan pemerintah juga dibebani oleh penyakit tidak menular seperti diabetes.
5 | Page
Temuan tersebut diperkuat dengan data Riskesdas 2018 dimana dilaporkan bahwa terjadi peningkatan pada faktor risiko perilaku penyebab Penyakit tidak menular sebagai berikut 95,5% penduduk kurang konsumsi buah dan sayur, 33,8% penduduk memiliki kebiasaan merokok, 33,5% penduduk kurang melakukan aktivitas fisik. Situasi ini memperlihatkan bahwa upaya promotif preventif menjadi kunci utama untuk menjamin keberhasilan pencapaian dampak pembangunan kesehatan.
Grafik 1. Faktor Risiko Penyakit Pada Usia Produktif
Sumber : Studi Beban Penyakit, 2018 Sumber : Riskesdas 2018
Riskesdas, 2018 menunjukkan bahwa pekerja sektor formal cenderung lebih rendah pernah menyusui anaknya dibandingkan dengan pekerja sektor informal. Hal ini terjadi karena pada ibu bekerja di sektor formal terikat oleh jam kerja minimal 8 jam/hari. Sedangkan untuk sektor informal waktu kerja bisa diatur sesuai dengan kebutuhan ibu utk menyusui anaknya. Sehubungan dengan hal tersebut, pekerja sebagai pencetak generasi yang akan datang, perlu mendapatkan akses intervensi upaya kesehatan anak melalui tempat kerja seperti peningkatan ASI bagi ibu bekerja dan pencegahan stunting. Selain itu meningkatnya proporsi anemia pada ibu hamil meningkat dari 37.1 pada tahun 2013 menjadi 48,9 pada tahun 2018 harus menjadi perhatian.
B. Kondisi terkait Kesehatan OlahragaAktivitas fisik menurut WHO merupakan pergerakan tubuh yang melibatkan otot-otot dalam pengeluaran energi. Ketidakaktifan fisik menjadi salah satu penyebab dari kematian secara global sebesar 6%. Selain itu ketidakaktifan fisik menjadi salah satu pemicu penyakit kronis seperti kanker usus (20-25%), diabetes mellitus (27%) dan penyakit jantung koroner (30%) (berdasarkan data apakah?). Di negara-negara berkembang kematian akibat penyakit tidak menular mencapai sekitar 82%. Kanker dan diabetes mellitus merupakan penyakit pembunuh terbesar di dunia, dengan perkiraan mengakibatkan 38
6 | Page
Tren DALYs per 100.000
juta kematian setiap tahunnya. Dari jumlah kematian ini 16 juta terjadi pada usia di bawah 70 tahun. Jika dampak faktor risiko global dapat diatasi maka akan mengurangi jumlah kematian di seluruh dunia. Salah satunya dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur. Di beberapa negara kegiatan aktivitas fisik semakin rendah. Secara global, 23% orang dewasa dan 81% remaja sekolah tidak cukup aktif.
Hasil Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan ketidakaktifan fisik di Indonesia meningkat menjadi 33,5% dari…%. Ketidakaktifan fisik memicu peningkatan kejadian penyakit tidak menular. Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia pada tahun 2018 juga meningkat, diantaranya kanker meningkat dari 1,4% menjadi 1,8%, diabetes meningkat dari 1,5% menjadi 2,0%, stroke meningkat dari 7,0% menjadi 10,9% dan hipertensi 8,4%. Ketidakaktifan fisik akan memicu masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar.
Kegiatan aktivitas fisik mencakup kegiatan yang menggerakkan tubuh dan sebagai bagian dari kegiatan bermain, bekerja, transportasi aktif, pekerjaan rumah dan kegiatan rekreasi. Peningkatan aktivitas fisik bukan hanya menjadi masalah individu melainkan masalah masyarakat. Oleh karena itu, dalam peningkatan aktivitas fisik diperlukan kerjasama lintas sektor dan pendekatan berdasarkan populasi, multisektor, multidisiplin dan relevan secara budaya. Instruksi Presiden No.1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat menjadi dasar dalam peningkatan kegiatan aktivitas fisik di masyarakat. Instruksi presiden ini melibatkan lintas kementerian/lembaga. Walaupun sudah terbentuk kebijakan penggerakan aktivitas fisik, angka ketidakaktifan fisik di Indonesia masih memprihatinkan.
Secara global, terdapat acuan dalam implementasi penggerakan aktivitas fisik. Global Action Plan on Physical Activity (GAPPA) tahun ..sebagai acuan global dalam meningkatkan individu aktif untuk mewujudkan kesehatan dunia. Terdapat empat strategi yang tertuang dalam GAPPA mulai dari membentuk masyarakat aktif, lingkungan aktif, individu aktif dan sistem yang aktif. Indonesia belum memiliki kebijakan kesehatan secara nasional yang bertujuan menggerakan aktivitas fisik bagi setiap individu dan lapisan masyarakat. Dibutuhkan suatu dokumen yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam pengembangan kebijakan, peraturan dan upaya atau program untuk menggerakan aktivitas fisik. Aksi secara Nasional dalam penggerakan aktivitas fisik yang melibatkan lintas sektor baik pemerintah, daerah, privat dan masyarakat itu sendiri.
7 | Page
Gambar 3. Kesehatan Kerja dan Olahraga dalam Mendukung Pembangunan Kesehatan Masyarakat
C. Analisis SWOTBerdasarkan survey terkait SWOT upaya kesehatan kerja dan olahraga1 dengan responden pengelola program kesehatan kerja dan olahraga di daerah didapatkan:
Hal yang menjadi kekuatan (Strength) dalam upaya kesehatan kerja dan olahraga diantaranya :
1. Telah ada Payung hukum/ kebijakan terkait kesehatan kerja dan olahraga yang kuat.
2. Adanya kebijakan tentang pengelola kesehatan kerja dan olahraga di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
3. Adanya NSPK terkait kesehatan kerja dan olahraga.4. Tersedianya anggaran pelaksanaan kesehatan kerja dan olahraga di
tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.5. Tersedianya sistem informasi kesehatan kerja dan olahraga.6. Terlibat dalam tim Kementerian/Lembaga dan/atau internal Kementerian
Kesehatan yang telah di SK-kan
Hal yang menjadi kelemahan (weakness) dalam upaya kesehatan kerja dan olahraga diantaranya :1. Belum terimplementasinya sistem monitoring dan evaluasi kesehatan
kerja dan olahraga yang dengan baik.2. Data terkait upaya kesehatan kerja dan olahraga belum cukup lengkap
sebagai dasar perencanaan, advokasi dan evaluasi. 3. Terbatasnya jumlah SDM dalam pelaksaanaan upaya kesehatan kerja dan
olahraga di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
1 Berdasarkan survey melalui google form dan diisi secara sukarela oleh pengelola program kesejaor pada rentang waktu akhir Juni 2019 (http://bit.ly/SWOTKesjaor2019 atau https://forms.gle/KvcnUxzCZ7Q4UtWg7 )8 | Page
4. Adanya disparitas kemampuan pengelola program kesehatan kerja dan olahraga di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
5. Dukungan pembiayaan daerah belum mencukupi dalam pelaksanaan upaya kesehatan kerja dan olahraga.
6. Belum adanya sistem rujukan kesehatan kerja dan olahraga.
Hal yang menjadi kesempatan (Opportunity) dalam upaya kesehatan kerja dan olahraga diantaranya :1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi arus utama dalam
kebijakan pembangunan nasional.2. Besarnya kelompok usia produktif.3. Semakin kuatnya jejaring dan kerjasama Lintas program dan lintas sektor
dalam pelakasanaan kesehatan kerja dan olahraga.4. Meningkatnya kebutuhan daerah untuk pelaksanaan dan pengembangan
kesehatan kerja dan olahraga.5. Sebagian kabupaten/kota telah menganggarkan APBD untuk upaya
kesehatan kerja dan olahraga dalam .6. Adanya potensi pemanfaatan anggaran dari sumber lain yang tidak
mengikat (Dana Desa, dukungan swasta, lintas kementerian, dan hibah).7. Adanya berbagai kesepakatan internasional terkait kesehatan kerja dan
olahraga yang menjadi acuan (GAPPA, Healthy Workplace, Workers Health, event internasional).
8. Adanya kegiatan terkait Kesehatan Kerja dalam akreditasi puskesmas9. Adanya pandemi covid-19 membuat LS/LP dan masyarakat melaksanakan 10. Kebijakan K3 sdh menjadi kebijakan di lintas sektor lain
Hal yang menjadi ancaman (Threat) dalam upaya kesehatan kerja dan olahraga diantaranya 1. Kondisi geografis, infrastuktur dan sosiokultural yang sangat beragam di
daerah.2. Masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang konsep sehat, bugar dan
produktif.3. Disparitas kemampuan Pemerintah Daerah dalam upaya kesehatan kerja
dan olahraga.4. Perubahan gaya hidup dan terjadinya transisi epidemiologi.5. Revolusi indutri 4.0.6. Besarnya jumlah pekerja sektor informal.7. Besarnya jumlah pekerja perempuan.8. Belum optimalnya koordinasi dan kerjasama lintas sektor dan lintas
program (masih terfragmentasi).
D. Analisis Posisi BersaingBerdasarkan hasil SWOT tersebut dapat dipetakan posisi bersaing kesehatan kerja dan olahraga sebagai berikut ini :
Strength
No. Kekuatan Bobot RatingNilai
Terbobot
9 | Page
1.Telah ada Payung hukum/ kebijakan terkait kesehatan kerja dan olahraga yang kuat 30 80 24
2.
Adanya kebijakan tentang pengelola kesehatan kerja dan olahraga di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
20 80 16
3.Adanya NSPK terkait kesehatan kerja dan olahraga 20 80 16
4.
Tersedianya anggaran pelaksanaan kesehatan kerja dan olahraga di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota
15 75 11.25
5.Tersedianya sistem informasi kesehatan kerja dan olahraga 15 75 11.25
TOTAL 100 78.5strength-->belum masuk ttg keterlibatan dikesjaor dalam SK2 tim dgn K/L lain atau internal kemenkes
Weakness
No. Kelemahan Bobot RatingNilai
Terbobot
1.Payung hukum/ kebijakaan terkait upaya kesehatan olahraga
20 80 16
2.System monitoring dan evaluasi kesehatan kerja yang dapat diukur dengan baik
10 80 8
3.
Pengelola program kesehatan kerja dan olahraga belum memahami definisi operasional terkait indikator kesehatan kerja dan olahraga dengan baik
15 40 6
4.
Provinsi belum memiliki perhatian yang memadai terhadap upaya kesehatan kerja dan olahraga
20 50 10
5.
Data terkait upaya kesehatan kerja dan olahraga belum cukup lengkap sebagai dasar perencanaan, advokasi dan evaluasi
15 40 6
6.
Belum mencukupinya jumlah SDM dalam pelaksaanaan upaya kesehatankerja dan olahraga
10 40 4
7.
Provinsi masih tergantung pada dana dekonsentrasi dalam pelaksanaan upaya kesehatan kerja dan olahraga
10 40 4
Total 100 54
Opportunity
No. Peluang Bobot RatingNilai
Terbobot
10 | Page
1
Kementerian/ Lembaga mulai memahami tetang pentingnya upaya kesehatan kerja dan olahraga terhadap kesehatan dan produktifitas
20 60 12
2Perencanaan anggaran di daerah melalui dana dekonsentrasi telah sesuai dengan kebutuhan dan usulan daerah
20 70 14
3Kabupaten/kota telah memiliki perhatian yang memadai terhadap upaya kesehatan kerja dan olahraga
30 50 15
4Kabupaten/kota telah menganggarkan pelaksanaan upaya kesehatan kerja dan olahraga dalam APBD
30 50 15
Total 100 56
Threat No
. Ancaman Bobot RatingNilai
Terbobot
1
Lintas program terkait upaya kesehatan kerja dan olahraga belum memahami pentingnya peran upaya kesehatan kerja dan olahraga dalam mendorong pelaksanaan program lainnya
20 50 10
2Lintas program di sector kesehatan kerja belum mendukung upaya kesehatan kerja dan olahraga
20 50 10
3
Lintas sector dan stakeholder terkait upaya kesehatan kerja dan olahraga belum memahami pentingnya peran upaya kesehatan kerja dan olahraga dalam mewujudkan masyarakat sehat
20 60 12
4Lintas sector dan stakeholder terkait belum mendukung pelaksanaan upaya kesehatan kerja dan olahraga
20 70 14
5System manajemen kinerja pegawai terkait kesehatan kerja dan olahraga belum berjalan dengan baik
10 70 7
6
Kabupaten/kota yang telah menganggarkan pelaksanaan upaya kesehatan kerja dan olahraga dalam APBD masih terkonsentrasi diwilayah Jawa, Sumatera, dan sebagian Kalimantan
10 70 7
Total 100 60
Berdasarkan bobot dan rating yang telah diperoleh untuk setiap faktor, maka dapat dipetakan posisi bersaing Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga berada di kuadran II, dimana telah memiliki dasar kekuatan yang cukup namun
11 | Page
menghadapi sedikit tantangan terutama dari luar organisasi yang mengelola upaya kesehatan kerja dan olahraga. Strategi yang tepat dalam hal ini menggunakan difersifikasi strategi atau strategi inovasi.
-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
kU ADR AN p O S I S I bE R S AI N G u p a ya keseh a t a n kerj a d a n o l a h r a ga
Gambar 4. Kuadran Posisi Bersaing
12 | Page
Threat
Oppotunity
Weakness Strength
(24.5,-4)
BAB IIIARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
A. Arah Kebijakan Upaya Kesehatan Kerja dan OlahragaTema RPJMN IV tahun 2020-2024 adalah “Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang sejahtera, adil dan berkesinambungan” dengan pengarusutamaam pada 1) kesetaraan gender, 2) tata kelola yang baik, 3) pembanungan berkeleanjutan, 4) model sosial budaya yang baik dan 5) pemanfaatan transformasi digital dengan optimal.
Prioritas RPJMN IV tahun 2020-2024 adalah : 1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas.2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin
pemerataan.3. Meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing.4. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.5. Memperkukat infrastuktur mendukung pengembangan ekonomi dan
pelayanan dasar.6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan
perubahan iklim.7. Memperkuat stabilitas politik, hukum, dan keamanan dan transformasi
pelayanan publik.
Sektor kesehatan berfokus pada Prioritas Nasional (PN) ke-3 yaitu meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing, dalam PN ke-3 terdapat 7 Program Prioritas (PP) yaitu :1. Pengendalian pendudukan dan tata kelola kependudukan.2. Penguatan perlindungan sosial.3. Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan.4. Pemerataan pelayanan pendidikan berkualitas.5. Peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda.6. Pengentasan kemiskinan, dan.7. Peningatan produktivitas dan daya saing.
Setelah itu, Kementerian Kesehatan lebih fokusnya melaksanakan amanat PP ke-3 yaitu peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan. Pada PP ke-3 terdapat 5 Kegiatan Prioritas (KP) yaitu :1. Peningkatan kesehatan ibu, anak, KB dan Kesehatan Reproduksi.2. Percepatan perbaikan gizi masyarakat.3. Peningkatan pengendalian penyakit.4. Peningkatan pelayanan kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.5. Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
13 | Page
Upaya kesehatan kerja dan olahraga mendukung pelbagai kegiatan prioritas dan proyek prioritas terutama pada kegiatan prioritas peningkatan kesehatan ibu, anak, KB, dan kesehatan reproduksi; peningkatan pengendalian penyakit; dan penguatan gerakan masyarakat hidup sehat.
Masukkan Renstra Kemenkes 2020-2024
B. Strategi Upaya Kesehatan Kerja dan OlahragaBerdasarkan amanah undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, terutama pasal 164, upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, baik pada pekerja sektor formal dan informal, dan berlaku bagi setiap orang, serta pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja agar tujuan tersebut dapat tercapai. Sedangkan berdasarkan pasal 80, diamanatkan bahwa upaya kesehatan olahraga ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat yang merupakan upaya dasar dalam meningkatkan prestasi belajar, kerja dan olahraga.
Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang Kesehatan Kerja dan Olahraga sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan fungsi sebagai berikut :1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang kesehatan okupasi dan
surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan okupasi dan
surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga;
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Berdasarkan analisa SWOT pada BAB II, didapatkan bahwa berdasarkan posisi bersaing (kuadran II), strategi yang paling efektif adalah melalui difersifikasi strategi atau strategi inovasi. Strategi ini merupakan penjabaran dari pemanfaatkan kekuatatan (strength) yang telah ada untuk mengatasi ancaman
14 | Page
Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 5 Hubungan Prioritas Nasional, Prioritas Program dan
Prioritas Program No.3 Peningkatan Askes dan Mutu Pelayanan Kesehatan
Prioritas Nasional No.3 Meningkatakan SDM Berkualitas dan Berdaya Saing
(treath) yang ada sehingga ditekankan pada pengelolaan kekuatan yang telah ada, meneruskan strategi sebelumnya dan penekanan pada inovasi serta pelibatan berbagai stakholder terkait.
Oleh karena itu, strategi upaya kesehatan kerja dan olahraga 2020-2025 diantaranya :1. Melanjutkan kegiatan yang telah ada dan mengembangkan serta
memperkuat upaya inovasi, seperti a) pelibatan perguruan tinggi dalam mengevaluasi upaya yang telah ada, b) meningkatkan peran organisasi profesi dan komunitas,c) penggunaan teknologi dan informasi dalam kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi termasuk pencatatan dan pelaporan, d) penguatan data dasar melalui pendataan mandiri, survey dan pelibatan
peneliti di Kementerian Kesehatan dan atau K/L laine) penguatan SDM kesehatan kerja dan olahraga dengan pelibatan psikolog
atau pakar manajemen.2. Memperkuat upaya advokasi terhadap lintas program dan lintas sektor,
seperti a) advokasi pimpinan di internal Kementerian Kesehatan tentang
pentingnya upaya kesehatan kerja dan olahraga dalam pencapaian derajat kesehatan,
b) advokasi kepada K/L yang memiliki fungsi koordinasi antar K/L (terutama Kemenko PMK, BAPPENAS, Kantor Staf Presiden), dan
c) advokasi door to door kepada K/L yang erat kaitannya dengan upaya kesehatan kerja dan olahraga (Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian PAN-RB, BAPPENAS, Kemenko PMK, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kop dan UMKM, Kementerian Peternakan, KPPA, BNP2TKI, BPJS dan BPJSTK).
3. Memperkuat koordinasi antar lintas program dan lintas sektor, seperti a) penggunaan IT based sebagai media koordinasi dan sosialisasi,b) pemanfaatan platform digital (misal media sosial) dalam koordinasi dan
sosialisasi program,c) pelibatan aktif K/L dalam berbagai kegiatan internal kesehatan kerja
dan olahraga, d) penyebaran berbagai hasil penelitian, panduan dan media KIE terkait
kesehatan kerja dan olahraga kepada stakeholder terkait, dane) pelibatan organisasi internasional dalam upaya kesehatan kerja dan
olahraga.4. Memperkuat kemampuan internal, seperti
a) penyusunan kebijakan / aturan terkait upaya kesehatan olahraga,b) peningkatan kapasitas SDM dengan pelatihan, workshop dan shortcourse
di tataran nasional dan internasional,c) perbaikan manajemen SDM termasuk penempatan pegawai, pembagian
beban kerja, pemberian reward dan punishment yang berdasarkan analisa dan saran pakar, dan
d) memperkuat sistem manajemen organisasi/satuan kerja seperti melaksanakan WBK WBBM dan sertifikasi ISO.
15 | Page
Strategi upaya kesehatan kerja dan olahraga tersebut diimplementasikan dalam mewujudkan :1. Terwujudnya implementasi dan efektivitas program kesehatan kerja dan
olahraga.2. Terjalinnya kemitraan dan jejaring dengan akademisi, organisasi profesi,
BPJS, LSM, NGO dan komunitas.3. Terwujudnya pemerintah bersih dan melayani4. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dalam implementasi kesehatan
kerja dan olahraga.5. Terwujudnya optimalisasi peran dinas kesehatan melaksanakan kesehatan
kerja dan olahraga.6. Terwujudnya optimalisasi peran fasilitas pelayanan kesehatan
melaksanakan kesehatan kerja dan olahraga.7. Terbentuknya sistem informasi terintegrasi dan terlaksananya evaluasi
kesehatan kerja dan olahraga.8. Terlaksananya advokasi, sosialisasi, koordinasi kesehatan kerja dan
olahraga (pemerintah daerah, dunia usaha, lintas program, lintas sektor, dll).
9. Terwujudnya organisasi yang berinovasi dalam upaya Kesehatan kerja dan olahraga.
10. Tersedianya SDM pelaksana kesehatan kerja dan olahraga yang kompeten dan berbudaya kinerja.
11. Tersedianya regulasi dan perencanaan program kesehatan kerja dan olahraga berkesinambungan.
16 | Page
Gambar 6. Peta Strategi Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
17 | Page
Tabel. Strategi, Indikator dan Target Upaya Kesehatan Kerja dan Olaraga tahun 2020-2025
No Sasaran Strategis No IndikatorTarget
2020 2021 2022 2023 2024 2025
1
Terwujudnya implementasi dan efektifitas program Kesehatan Kerja dan Olahraga
1Jumlah provinsi yang melaksanakan Kesehatan Kerja
34 34 34 34 34 34
2Jumlah provinsi yang melaksanakan Kesehatan Olahraga
34 34 34 34 34 34
3Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan kesehatan kerja
308 334 360 385 411 411
4Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan kesehatan olahraga
308 334 360 385 411 411
2
Terwujudnya kemitraan dan jejaring Kesehatan Kerja dan Olahraga
5
Jumlah MoU / perjanjian kerjasama/ kesepakatan dengan K/L, PT, OP, BPJS, LSM dan lain-lain di tingkat pusat
5 5 5 5 5 5
Jumlah tempat kerja yang melaksanakan kesehatan kerja
75.000 125.000 150.000 175.000 200.000200.00
0
3
Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan implementasi Kesehatan Kerja dan Olahraga
6Jumlah Pos UKK yang aktif atau dibina
8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 16.000
7
Kelompok masyarakat yang melaksanakan aktivitas fisik (kelompok masyarakat, Ibu Hamil, Lansia)
30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 50.000
4
Terwujudnya optimalisasi peran dinas kesehatan melaksanakan Kesehatan Kerja dan Olahraga
9
Jumlah petugas yang dilatih /diorentasi oleh provinsi
400 400 400 400 400 400
Jumlah provinsi yang memiliki petugas terlatih Tatalaksana PAK
11 22 34 34 34 34
Jumlah provinsi dan kab/kota yang memiliki Jabfung Pembimbing Kesehatan Kerja
300 (25 provinsi
+ ??)400 450 500 548 548
10
Persentase (%) Kab/Kota yang menggunakan SITKO sebagai alat pencatatan dan pelaporan
60 80 90 95 98 98
5 Terwujudnya optimalisasi peran fasilitas pelayanan kesehatan melaksanakan
11 Jumlah RS yang melaksanakan kesehatan kerja (akreditasi tkt apa?do?)
2465 2500 2600 2700 2800 2.877
18 | Page
Kesehatan Kerja dan Olahraga
12jumlah Puskesmas yang melaksanakan Kesja
6000 6500 7000 7500 8000 8500
13jumlah Puskesmas yang melaksanakan kesehatan Olahraga
6000 6500 7000 7500 8000 8500
14Jumlah jamaah haji yang diperiksa kebugaran
40% 50% 60% 70% 80% 85%
No Sasaran Strategis No IndikatorTarget
2020 2021 2022 2023 2024 2025
6
Terbentunya sistem informasi dan evaluasi program Kesehatan Kerja dan Olahraga
15
Pengembagan sistim informasi kesehatan kerja dan olahraga
2 1 2 0 0 2
16
Jumlah hasil analisis upaya kesehatan kerja dan olahraga
8 8 8 8 8 8
7
Terlaksananya advokasi, sosialisasi, koordinasi Kesehatan Kerja dan Olahraga
17
Jumlah provinsi dan Kab/kota yang di advokasi/ sosialisasi
34 34 34 34 34 34
18
jumlah kabupaten/kota yang memiliki APBD untuk kegiatan kesehatan kerja dan olahraga
120 125 130 135 140 145
8
Terwujudnya organisasi yang berinovasi untuk mempercepat upaya kesjaor
19Jumlah kegiatan inovasi di Dit Kesjaor
2 2 2 2 2 2
9
Tersedianya SDM yang kompeten dan berbudaya kinerja (cek perencanaan terkait pengembangan SDM internal)
20
Subdit/ Subbag di Dit.Kesjaor yang memenuhi penilaian berkinerja
5 5 5 5 5 5
21
Pembinaan SDM Dit Kesjaor berdasarkan penempatan, kualifikasi, dan kinerja
56 56 56 56 56 56
10
Tersedianya kebijakan/NSPK dan perencanaan program Kesehatan Kerja dan Olahraga berkesinambungan
21
Jumlah kebijakan/pedoman /panduan yang disusun atau direviu (disesuaikan dengan PMK ORTALA)
5 5 5 5 5 5
Terwujudnya pemerintah yang bersih dan melayani
Pelaksanaan RB
Satker WBK WBBM
19 | Page
BAB IVINDIKATOR KEBERHASILAN
UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
Strategi upaya kesehatan kerja dan olahraga diukur keberhasilannya melalui berbagai indikator, dimana pada periode 2020 – 2024 ditetapkan indicator sebagai berikut :
NOPROGRAM/ KEGIATAN/
OUTPUT
INDIKATOR KINERJA
KEGIATAN
TARGET 2020-2024
2020 2021 2022 2023 2024
Kegiatan:PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAH RAGA
1. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja
308 334 360 385 411
2. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga
308 334 360 385 411
1 Pelaksanaan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja
Jumlah tempat kerja yang melaksanakan kesehatan kerja
75.000
125.000 150.000 175.000 200.000
2 Instansi pemerintah yang Melaksanakan Pengukuran Kebugaran Jasmani
Jumlah instansi pemerintah yang melakukan pengukuran Kebugaran Jasmani
2.200 3600 4.400 5.100 5.800
3 Jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani
Persentase jemaah haji yang diukur kebugaran jasmaninya
70 75 80 80 80
4 Kelompok masyarakat yang melaksanakan aktivitas fisik
Jumlah kelompok masyarakat yang melaksanakan aktivitas fisik
10.000
20.000 30.000 40.000 50.000
1. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerjaKabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja dengan baik adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:a. Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota melaksanakan
kesehatan kerja, sebagai berikut :1). Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor risiko di
tempat kerja, atau penggunaan APD, atau APAR, atau pengukuran kebugaran jasmani bagi petugas).
2). Deteksi dini PTM dan atau pencegahan PM/PAK pada pekerja puskesmas .
3). Pemberdayaan masyarakat kelompok pekerja informal (POS UKK).b. Tersedianya SK/SE yang mendukung pelaksanaan upaya kesehatan kerja. c. Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal
20 | Page
2. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahragaKabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga adalah:a. 60% Puskesmas melaksanakan kesehatan olahraga, sebagai berikuit:
1) Pengukuran kebugaran ASN dan anak sekolah / jamaah haji2) Pembinaan kelompok masyarakat yang melakukan aktivitas fisik (Ibu
hamil, Lansia, kelompok olahraga masyarakat).b. Pembinaan kebugaran jasmani pekerja tingkat kabupaten/kota
Yang dimaksud tempat kerja yang melaksanakan kesehatan kerja adalah perkantoran/perusahaan/fasilitas pelayanan kesehatan (FKTP dan rumah sakit)/ kelompok kerja (poktan, kelompok nelayan, kelompok perajin dll) yang melaksanakan upaya kesehatan kerja, meliputi :
1. Tempat kerja informal (pertanian, UMKM, dan perikanan) : dinayatakan telah melaksanakan upaya kesehatan kerja apabila tersedia kader terlatih, melakukan penylyhan kesehatan, identifikasi risiko, tersedia P3K, pelayanan kesehatan pada pekerja (deteksi dini PTM)
2. Perusahaan dinyatakan telah melaksanakan upaya kesehatan kerja apabila : menerapkan SMK3, adanya medical checkup pegawai, penyuluhan kesehatan, melaporkan jumlah pekerja perusahaan dan program kesehatan kepada puskesmas atau dinas kesehatan atau telah melaksanakan kesehatan kerja apabila : menerapkan GP2SP minimal yaitu ruang ASI dan program kesehatan reproduksi (cuti melahirkan, cuti haid, pemerksaaan sebelum kehamilan, pemerosaaan saat kehamilan)
3. Fasyankes (puskesmas dan klinik pratama) telah melaksanakan upaya kesehatan kerja apabila telah memiliki perencaaan K3, pengelolaa porgram kesehatan kerja, SOP Kerja, peta identifikasi risiko, jalur dan rambu-rambu evakuasi, APAR dan pelayanan kesehatan pada pekerja
4. Rumah Sakit (RS certikal dan daerah) dinyatakan telah melaksanakan upaya kesehatan kerja apabila : memiliki perencaaan K3, instalasi atau komite K3, SOP Kerja, peta identifikasi risiko, jalur dan rambu-rambu evakuasi, APAR, pengelolaan limbah, pelayanan penyakit pada pekerja
5. Perkantoran (pemerintah dan swasta) dinyatakan melaksanakan upaya kesehatan kerja bila memiliki tim K3, SOP)
Yang dimaksud tempat kerja yang melaksanakan kesehatan kerja adalah perkantoran/ perusahaan/fasilitas pelayanan kesehatan/ tempat usaha lainnya yang melaksanakan upaya kesehatan kerja meliputi :
1. Melaksanakan minimal 1 upaya promotif kesehatan di tempat kerja, diantaranya: a. Peningkatan pengetahuan kesehatan (penyuluhan, banner, poster)b. Penyediaan ruang ASI
2. Melaksanakan minimal 1 upaya preventif di tempat kerja, diantaranya;a. Pereganganb. Pemeriksaan kebugaran jasmanic. Olahraga setiap minggu d. Pemeriksaan kesehatan berkala pada pekerja.
21 | Page
Yang dimaksud instansi pemerintah yang melaksanakan pengukuran kebugaran jasmani adalah instansi pemerintah yang melakukan pengukuran kebugaran jasmani bagi pegawainya minimal satu kali dalam setahun.
Yang dimaksud Jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani adalah calon Jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmaninya dalam kurun waktu tertentu sebelum keberangkatan haji.
22 | Page
BAB VMONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi (Monev) dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian dan kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dalam perencanan program dengan hasil yang dicapai melalui kegiatan dan/atau program secara berkala dan terus menerus. Sehingga didapatkan, 1. Tren dari luaran dalam kurun waktu tertentu2. Informasi terkait penyebab dari sebuah hasil atau keadaan, dan3. Umpan balik terhadap kebijakan dan usaha yang ada
Dalam pelaksanaanya monev dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Monev kuantitatif dilakukan untuk mengukur hubungan yang terjadi antar indikator dan variable pembentuk indikator, dan monev kualitatif dilakukan untuk menemukan gambaran persepsi terhadap gap atau kesenjangan dalam mencapai output atau indikator atau variable pembentuk indikator. Monev dilakukan pada semua tahapan kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan hasil yang dicapai.
.Dalam upaya kesehatan kerja dan olahraga, monev dilakukan melalui :A. Laporan Rutin
Laporan rutin dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan menggunakan format yang telah ditetapkan dan disepakati.
Laporan rutin disampaikan melalui melalui Sistem Informasi Puskesmas (Simpus) dan Sistem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga (SITKO).
Laporan rutin dilaporkan secara berjenjang dengan batas ketentuan waktu sebagai berikut
No Jenjang Pelaporan Keterangan1 Puskesmas Paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya2 Dinas Kesehatan
Kabupaten / KotaPaling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
3 Dinas Kesehatan Provinsi Paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya4 Kementerian Kesehatan
c.q Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
Menerima pelaporan dinas kesehatan provinsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dan menyampaikan kepada Setditjen Kesmas paling lambat tanggal 17 dibulan yang sama
B. Laporan KhususLaporan khusus adalah laporan monitoring dan evaluasi pada kegiatan atau masalah tertentu terkait upaya kesehatan kerja dan olahraga yang memerlukan perhatian khusus dari Kementerian Kesehatan, laporan khusus dapat bersifat top down yaitu berdasarkan permintaan Kementerian Kesehatan atau bottom
23 | Page
up yaitu berdasarkan urgensi daerah agar mendapat perhatian dari Kementerian Kesehatan.
Laporan khusus setidaknya berisi mengenai 1. Masalah yang ada.2. Langkah Pengendalian/ strategi mencapai tujuan yang telah dilaksanakan.3. Hasil yang dicapai.4. Dukungan yang diperlukan.5. Rencana tindaklanjut.6. Kesimpulan dan Saran.
Contoh laporan khusus adalah laporan saat arus mudik lebaran, natal dan tahun baru; laporan jika adanya bencana; laporan saat terjadi kejadian khusus misal kebakaran di RS vertikal.
C. Survei atau penelitianSurvei dan penelitian dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak dari pelaksanaan kegiatan atau program kesehatan kerja dan olahraga. Survei atau penelitian dilakukan secara nasional sepert melalui Riset Kesehatan Dasar, Survei Demografi Kesehatan Indonesia, Riset Fasilitas Kesehatan, dan Survei Sosial Ekonomi Nasional, ataupun bersifat lokal diwilayah kerja provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas
Pelaksanaan survei dapat dilakukan secara mandiri, bekerjasama dengan perguruan tinggi, lembaga penelitian independen atau instansi pemerintah yang memiliki tusi penilitian
D. Kunjungan lapanganKunjungan lapangan dapat dilakukan mulai dari tingkat puskesmas ke wilayah kerjanya, kabupaten/kota kewilayah kerjanya, provinsi ke wilayah kerjanya dan pusat ke berbagai wilayah dan lokus sesuai dengan kebutuhan.
Kunjungan lapangan dilakukan untuk mendapatkan, 1. Gambaran yang mendalam terhadap upaya kesehatan kerja dan olahraga
baik secara terintegrasi ataupun parsial.2. Gambaran pelaksanaan praktik terbaik (best practices) agar dapat
direplikasi pada daerah/lokus lain.3. Percepatan pencapaian upaya kesehatan kerja dan olahraga.4. Evaluasi menyeluruh atau perbagian sesuai urgensi dari kebijakan
pimpinan.
monitoring yang berhubungan pengajuan satker kategori bebas korupsi dan bersih melayani terdiri atas:
1. gratifikasi2. whisttle blowing system3. Pengaduan masyarakat 4. Penanganan benturan kepentingan5. Sistem pengendalian Intern Pemerintah
24 | Page
6. Serta satuan kepatuhan intern 7. Pengendalian intern pelaporan keuangan
25 | Page
BAB VIPENUTUP
Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga diharapkan dapat menjadi panduan umum dalam implementasi upaya kesehatan kerja dan olahraga pada tahun 2020-2025, sehingga proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi upaya kesehatan kerja dan olahraga dapat terukur, terarah dan tepat sasaran. Rencana Aksi ini bersifat umum dan perlu merujuk pelbagai panduan, literatur dan kebijakan yang ada dalam implementasinya. Semoga Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2020 – 2025, baik secara langusng maupun tidak langsung dapat mendukung tercapainya masyarakat sehat, bugar dan produktif agar terwujudnya Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
26 | Page