kata pengantar · segala puji bagi allah tuhan semesta alam, solawat serta salah sealu tercurah...
TRANSCRIPT
1
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, solawat serta salah sealu tercurah pada
junjunan Nabi besar Muhammad SAW, dalam bimbingan dan konseling kelompok terdapat visi
dan misi dalam menjalankannya, ada yang memang dilakukan terencana dan bahkan ada juga
yang sewaktu waktu jadi tidak terencana. Hal ini tergatung dari keterampilan seorang konselor
atau guru BK.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam rangka
membantu konseli menghadapi masalahnya adalah dengan memberikan pelayanan konseling
kelompok. Menurut Prayitno (1997) layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok
merupakan dua jenis layanan kegiatan yang saling keterkaitannya sangat besar. Keduanya
mempergunakan dinamika kelompok sebagai media kegaitannya. Lebih jauh Sukardi dan
Kusmawati (2008) mengungkapkan bahwa masalah yang dapat dibahas meliputi berbagai
masalah dalam segenap bimbingan (yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir).
Layanan Konseling kelompok yang memungkinkan beberapa orang secara bersama-
sama melangsungkan proses kegiatan menjadikannya lebih efisien dalam hal penggunaan
waktu. Hal ini tentu menguntungkan banyak pihak, mulai dari konselor itu sendiri dan
konselinya. Manfaat lain dari BK kelompok ini adalah menjadi luasnya perspektif siswa yang
mengalami masalah karena mendapatkan banyak masukan dari anggota kelompoknya.
Dalam Buku inilah akan dipaparkan mengenai panduan praktek bimbingan dan
konseling kelompok, semoga bermanfaat dan selalu senang dalam mejalankan bimbingan dan
konseling kelompok, bisa dijadikan alternatif untuk memberikan layanan kepada bimbingan dan
konseling apabila diperlukan untuk konseling kelompok. Satu kata What A Beautiful Group
Conseling.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya dan yang paling penting
dalam lingkungan civitas akademika konseling, psikologi dan juga umumnya. Terima Kasih.
Penulis
Maulidha Sholehah,S.Pd
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .........................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB. I PSIKOEDUKASI
A. Latar Belakang Masalah
1. Pengertian Psikoedukasi .......................................................................................2
2. Pengertian Bimbingan dan Kelompok .....................................................................4
3. Pengertian Konseling Kelompok ............................................................................5
a. Tujuan Bimbingan dan Konseling Kelompok ............................................... .....6
b. Asas Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan Konseling Kelompok............ ..7
4. Perkembangan Remaja ..................................................................................... .. 11
5. Layanan Psikoedukasi Perkembangan Karakter (SMP / SMA)........................... . 11
6. Elaborasi Psikoedukasi, Bimbingan Konseling Kelompok dan
Perkembangan Karir............................................................................................. 18
B. Perencanaan Layanan Psikoedukasi
1. Layanan Perencanaan Psikoedukasi Jurus Ampuh Masuk Perguruan
Tinggi Negeri .....................................................................................................19
2. Layanan Perencanaan Psikoedukasi Pemahaman Lingkungan........................41
3. Layanan Perencanaan Psikoedukasi Kemana Setelah SMP.............................63
BAB. II KONSELING KELOMPOK
A. Latar Belakang Masalah
1. Konseling Kelompok..................................................................................................88
2. Pengertian Keluarga..................................................................................................90
3. Fenomena Perceraian Di Kalangan Celebritis ..........................................................94
4. Psikoedukasi Keluarga...............................................................................................96
B. Perencanaan Layanan Konseling Kelompok
1. Perencanaan Layanan Psikoedukasi Pengawasan Terhadap Siswa yang Orang Tuanya
Bercerai .......................................................................................................................97
a. Definisi Perilaku ....................................................................................................97
b. Tujuan Jangka Panjang ........................................................................................98
c. Tujuan Jangka Pendek .........................................................................................98
d. Isu dan Kata Kunci.................................................................................................98
e. Asesmen yang Akan Dilakukan dan Tahapan Konseling Kelompok......................99
iii
BAB. III. REFLEKSI PERKULIAHAN
A. Perubahan Pengetahuan / Sikap/ Kesadaran apandapatkan dari Perkuliahan Ini.............118
B. Apa masukan Mengenai Perkuliahan ini.............................................................................119
C. Apa Rencana Profesional Anda Yang Akan Datang Berkaitan dengan Keterampilan BK
Kelompok.............................................................................................................................119
Daftar Pustaka .................................................................................................................... 121
Daftar Riwayat Penulis ......................................................................................................123
1
BAB I
PSIKOEDUKASI
A. LATAR BELAKANG
Bimbingan dan konseling kelompok adalah saah satu cara kegiatn
bimbingann yang mengrientasikan apa yang menjadi tujuan kelompok dan apa
yang menjadi konteks dalam kelompok. Kegiatan bimbingan dam konseling ada
dalam konteks individual, kelompok dan klasikal. Dalam buku ini akan membahas
banyak mengenai bimbingan dan dan konseling kelompok.
Bimbingan dan konseling dan konseling kelompok yang akan dipaparkan
dalam buku ini adalah mengenai panduan kegiatan bimbingan konseling secara
proseduran dan kompleks. Ini dititk beratkan pada sumber buku
Psychoeducational Group Proses dari Nina W Brown dan Group cuonseling
Jacobs, kedua buku tersebut menjadi sumber utama buku What a beautiful
Counseling yang dilengkapi dari berbagai judul buku dan jurnal bimbingan dan
konseling kelompok.
Untuk mengenai teknis pelayanan di dalam buku ini adalah menitik
beratkan pada panduan melakukan bimbingan dan konseling kelompok mengenai
perkemabngan karir, hang mutlak hal ini sangat dibutuhkan pada siswa kelas XII
SMA dan juga panduan operasional konseling kelompok mengenai Cara
mengatasi Orang Tua yang bercerai bagi siswa kelas XII. Mengapa terkesan
dilakukan pada kelas XII SMA? Karena penulis menitikberatkan pada proses awal
menuju kehidupan dalam perkembangan adalah mahasiswa. Mahasiswa berada
dalam fase perkembangan dalam rentang remaja akhir dan dewasa awal. Ini yang
menjadi rujukan utama dalam buku ini, jadi mengantarkan individu pada fase
perkembangan tersebut untuk diantarkan menjadi pada posisi dalam tugas
perkembangan yang optimal pada fasenya. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah
mengapa pada cara mengatasi orang tua yang bercerai? Karena penulis
menyakini betul pada fase perkembangan pada remaja akhir dan dewasa awal
individu jikalau seandainya mempunyai kasus atau pemgalaman mengenai orang
tua bercerai sudah berada dalam kondisi menerima dan tegar dalam
menkalaninya, ataupun individu tersebut dapat mempunyai pengetahuan
mengenai hal ini dan bisa diamalkan dan dibagi pada teman dan sekitarnya
sekitarnya.
Dalam buku ini akan disajikan III BAB, BAB I akan dimulai pembaca
memahami psikoedukasi, pengertian bimbingan dan kelompok, pengertian
konseling kelompok, perkembangan remaja yang akan difokuskan pada
perkembangan karir remaja, layanan psikoedukasi, perkembangan karakteristik
2
remaja, Elaborasi psikoedukasi bimbingan dan konseling kelompok,
perkemabngan karur remaja, dan perencanaan layanan edukasi. BAB II akan
disajikan konseling kelompok, pengertian keluarga, Fenomena perceraian di
kalangan selebritis dan perencanaan layanan konseling kelompok, dan BAB III
akan dibahas mengenai Refleksi perkuliah mata kuliah bimbingan dan konseling
kelompok yang dibimbing oleh Dr. Susi Fitri, M.Psi, Kons.
1. Pengertian Psikoedukasi
Psikoedukasi adalah suatu bentuk pendidikan ataupun pelatihan
terhadap seseorang dengan gangguan psikiatri yang bertujuan untuk proses
treatment dan rehabilitasi. Sasaran dari psikoedukasi adalah untuk
mengembangkan dan meningkatkan penerimaan pasien terhadap penyakit
ataupun gangguan yang ia alami, meningkatkan partisipasi pasien dalam
terapi, dan pengemabngan coping mechanism ketika pasien menghadapi
masalah yang berkaitan dengan penyakit tersebut. (Goldman, 1998 dikutip dari
Bordbar dan Faridhosseeini, 2010) Definisi istilah psikoedukasi adalah suatu
intervensi yang dapat dilakukan pada individu, keluarga, dan kelompok yang
fokus pada mendidik partisipasinya tantangan signifikan dalam hidup,
membantu partisipan mengembangkan sumber sumber dukungan dan
dukungan sosial dalam menghadapi tantangan tersebut, dan mengembangkan
keterampilan coping untuk menghadapi tantangan tersebut. (Griffth, 2006
dikutip dari Walsh, 2010). Psikoedukasi adalah treatmen yang diberikan secara
profesional dimana mengintegrasikan intervensi psikoteraputik dan edukasi
(Lukens dan McFarlane 2004).
Jadi, sederhananya, Psikoedukasi merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk meningkatkan pemahaman atau keterampilan sebagai usaha
pengenalan serta pencegahan atau meluasnya gangguan Psikologis di
kelompok masyarakat.
Untuk itu, Psikoedukasi diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman bukan hanya bagi pasien, tetapi juga lingkungan dan terutama
keluarga.
Psikoedukasi ini banyak sebetulnya istilah yang ada dalam dunia
psikologi, dalam dunia konseling tidak terlalu buming. Akantetapi karena hal ii
penting dilakukan maka ini akan menjadi hal yang menarik dan akan senantisa
membabtu mengoptimalkan potensi individu. Banyak bentuk intervensi yang
dapat digunakan dalam dunia psikologi, baik itu intervensi individual, kelompok,
bahkan komunitas. Tiap intervensi memiliki pendekatannya masing-masing
apakah psikoanalisa, psikodinamika, cognitive-behavior ,humanistik, dan
sebagainya. Salah satu intervensi yang dapat digunakan dalam berbagai seting
3
dan dapat diterapkan secara individual ataupun kelompok adalah Psikoedukasi.
Psikoedukasi sebenanrnya sudah cukup populer dalam praktek-praktek
helping
Menjawab 30 tahun terakhir di Amerika dan seluruh dunia. Namun,
untuk Indonesia sendiri bentuk intervensi ini belum banyak diterapkan untuk
setiap seting.
Psikoedukasi merupakan salah satu bentuk dari intervensi, baik
untuk keluarga maupun klien yang merupakan bagian dari terapi psikososial.
Tujuan dari program psikoedukasi adalah menambah pengetahuan tentang
gangguan jiwa sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kambuh dan
meningkatkan fungsi keluarga. Tujuan ini akan dicapai melalui serangkaian
kegiatan edukasi tentang penyakit, cara mengatasi gejala, dan kemampuan
yang dimiliki keluarga (Stuart & Laraia, 2001).
Psikoedukasi atau sering disebut dengan personal and social
education atau pendidikan pribadi dan sosial merupakan gerakan yang relatif
baru namun penting di lingkungan psikologi konseling. Psikoedukasi juga
merupakan terapi yang bertujuan untuk memberikan informasi terhadap
keluarga dan masyarakat yang mengalami distress, memberikan pendidikan
kepada mereka untuk meningkatkan keterampilan, meningkatkan kemampuan
kognitif dan psikomotor, untuk dapat memahami dan meningkatkan koping
akibat gangguan jiwa yang dapat mengakibatkan masalah pada keluarga dan
masyarakat (Wijayanti, Wahyuningsih & Widiyanti, 2010).
Stuart & Laraia (2001) menjelaskan bahwa secara umum, program
komprehensif dari psikoedukasi adalah sebagai berikut:
a. Komponen didaktik, berupa pendidikan kesehatan, yang menyediakan
informasi tentang penyakit dan sistem kesehatan jiwa.
b. Komponen ketrampilan, yang menyediakan pelatihan tentang komunikasi,
penyelesaian konflik, pemecahan masalah, asertif, manajemen perilaku dan
manajemen stres.
c. Komponen emosional, memberi kesempatan ventilasi dan berbagi perasaan
disertai dukungan emosional. Mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan,
khusus pada keadaan krisis.
d. Komponen sosial, peningkatan penggunaan jejaring formal dan non formal.
Peningkatan kontak dengan jejaring sumber daya dan sistem pendukung
yang ada di masyarakat akan menguntungkan keluarga dan klien.
4
2. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2002 :48),bimbingan kelompok yaitu
layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu
(terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang
kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota
keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
Menurut Prayitno ( 1995 : 62 ) menyatakan Bimbingan kelompok berarti
memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan
konseling. Bimbingan kelompok lebih merupakan suatu upaya bimbingan
kepada individu-individu melalui kelompok.
Menurut Juntika (2003 : 31),bimbingan kelompok merupakan bantuan
terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan
kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok
membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
Menurut Prof. Mungin (2005 : 17) menyatakan bimbingan kelompok
adalah suatu kegiatan kelompok di mana pimpinan kelompok menyediakan
informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi
lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai
tujuan-tujuan bersama.
Menurut W.S.Winkel dan M.M. Sri Hastuti. (2004:111). Bimbingan
kelompok dilakukan bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu orang.
Bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya
dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan Konseling (konseling
kelompok), dibentuk kelompok diskusi, diberikan bimbingan karier kepada
siswa-siswi yang tergabung dalam satu kesatuan kelas di SMA. Dalam
bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan
optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat
dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.
Jadi dapat disimpulkan kegiatan bimbingan kelompok merupakan salah
satu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada sejumlah
individu dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok
untuk membahas topik tertentu yang dipimpin oleh pemimpin kelompok
bertujuan menunjang pemahaman, pengembangan dan pertimbangan
pengambilan keputusan/ tindakan individu.
5
3. Pengertian Konseling Kelompok
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2003) konseling kelompok merupakan
konseling yang di selenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan
dinamika kelompok yang terjdi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang
dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu,
yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (bidang
bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
Menurut Heru Mugiarso (2007) konseling kelompok merupakan
layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Materi
umum layanan konseling kelompok diselenggarakan dalam kelompok yang
memanfaatkan dinamika kelompok yang meliputi segenap bidang bimbingan.
Masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh
anggota kelompok.
Menurut Prayitno (2004) layanan konseling kelompok pada dasarnya
adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana
kelompok. Disana ada konselor dan ada klien, yaitu para anggota kelompok
(yang jumlahnya minimal dua orang). Disana terjadi hubungan konseling dalam
suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan yaitu
hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban. Dimana juga ada
pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab
timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan
metode-metode khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
Menurut Winkel (2007) konseling kelompok adalah suatu proses
antarpribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikitan dan perilaku yang
disadari.
Menurut Tatik Romlah (2001) konseling kelompok adalah upaya untuk
membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih
lancar, upaya itu bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang
bersangkutan dapat menjalani perkembangannya dengan lebih mudah.
Menurut Gazda (1989) dalam Tatik Romlah (2001) konseling kelompok
adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang memusatkan diri pada
pikitan dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi seperti sikap
permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling pengertian, saling menerima
dan membantu.
Dari uraian-uraian yang disampaikan beberapa ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwasannya konseling kelompok merupakan salah satu layanan
konseling yang di selenggarakan dalam suasana kelompok yang
memanfaatkan dinamika kelompok, serta terdapat hubungan konseling yang
6
hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban.Hal ini merupakan upaya
individu untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya
dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan perbaikan. Sebab, pada
konseling kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien,
penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah,
kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
1.Tujuan Bimbingan dan Konseling Kelompok
a. Tujuan Bimbingan kelompok
1) Tujuan Umum
Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk
pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya
kemampuan berkomunikasi perserta layanan (siswa).
2) Tujuan Khusus
Secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan
untuk mendorong pengembangan perasaan, pikitan, persepsi,
wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku
yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan berkomunikasi
baik verbal maupun non verbal para siswa.
Menurut Prayitno (1995 : 70) tujuan yang ingin dicapai dalam
bimbingan kelompok yaitu penguasaan informasi untuk tujuan
yang lebih luas, pengembangan pribadi, dan pembahasan
masalah atau topik-topik umum secara luas dan mendalam yang
bermanfaat bagi para anggota kelompok
Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:17).Tujuan bimbingan
kelompok adalah untuk memberi informasi dan data untuk
mempermudah pembuatan keputusan dan tingkah laku.
b. Tujuan Konseling Kelompok
Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:20). Tujuan yang ingin
dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi,
pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh
masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan
masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota
kelompok yang lain.
Menurut Dewa Ketut Sukardi, (2002:49).Tujuan konseling
kelompok meliputi:
a) Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang
banyak
7
b) Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman
sebayanya
c) Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota
kelompok
d) Mengentaskan permasalahan – permasalahan kelompok.
Menurut Prayitno, (1997:80). Konseling kelompok
memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan
pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
2. Asas Bimbingan dan Konseling Kelompok
a. Asas Bimbingan Kelompok
Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah
aturan ataupun asas-asas yang harus diperhatikan oleh para
anggota, asas-asas tersebut yaitu:
1) Asas Kesukarelaan
Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari
anggota kelompok harus bersifat sukarela, tanpa paksaan.Klien
secara sukarela dan tanpa adanya paksaan, mau menyampaikan
masalah yang dihadapi dengan mengungkapkan hal – hal yang
dialaminya pada konselor.
2) Asas keterbukaan
Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan
sekali. Karena jika ketrbukaan ini tidak muncul maka akan terdapat
keragu-raguan atau kekhawatiran dari anggota.
3) Asas kegiatan
Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila
klien yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai
tujuan– tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya
menimbulkan suasana agar klien yang dibimbing mampu
menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian
masalah.
4) Asas kekinian
Masalah yag dibahas dalam kegiatan konseling kelompok
harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas
adalah masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak,
yang mengganggu keefektifan kehidupan sehari-hari, yang
membutuhkan penyelesaian segera, bukan masalah dua tahun
yang lalu ataupun masalah waktu kecil.
8
5) Asas kenormatifan
Dalam kegiatan konseling kelompok, setiap anggota harus
dapat menghargai pendapat orang lain, jika ada yang ingin
mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus
mempersilahkannya terlebih dahulu atau dengan kata lain tidak
ada yang berebut.
6) Asas kerahasiaan
Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting
dalam bimbingan kelompok diharapkan bersedia menjaga
semua (pembicaraan ataupun tindakan) yang ada dalam
kegiatan bimbingan kelompok dan tidak layak diketahui oleh
orang lain selain orang-orang yang mengikuti kegiatan .
b. Asas Konseling Kelompok
Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah
aturan ataupun asas-asas yang harus diperhatikan oleh para
anggota, asas-asas tersebut yaitu:
1) Asas kerahasiaan
Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting
dalam konseling kelompok karena masalah yang dibahas
dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap
anggota kelompok diharapkan bersedia menjaga semua
(pembicaraan ataupun tindakan) yang ada dalam kegiatan
konseling kelompok dan tidak layak diketahui oleh orang lain
selain orang-orang yang mengikuti kegiatan konseling
kelompok .
2) Asas Kesukarelaan
Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari
anggota kelompok harus bersifat sukarela, tanpa paksaan.
3) Asas keterbukaan
Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan
sekali. Karena jika ketrbukaan ini tidak muncul maka akan
terdapat keragu-raguan atau kekhawatiran dari anggota.
4) Asas kegiatan
Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti
bila klien yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam
mencapai tujuan– tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok
hendaknya menimbulkan suasana agar klien yang dibimbing
mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam
penyelesaian masalah
9
5) Asas kenormatifan
Dalam kegiatan konseling kelompok, setiap anggota
harus dapat menghargai pendapat orang lain, jika ada yang
ingin mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus
mempersilahkannya terlebih dahulu atau dengan kata lain tidak
ada yang berebut.
6) Asas kekinian
Masalah yag dibahas dalam kegiatan konseling
kelompok harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang
dibahas adalah masalah yang saat ini sedang dialami yang
mendesak, yang mengganggu keefektifan kehidupan sehari-
hari, yang membutuhkan penyelesaian segera, bukan
masalah dua tahun yang lalu ataupun masalah waktu kecil.
4. Perkembangan Remaja
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescence”
yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud
adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial
dan psikologis (Widyastuti, 2009)
1. Tahapan Masa Remaja
Berdasarkan sifat dan ciri perkembangnya, masa
(rentang waktu) remaja ada tiga tahap menurut widyastuti
(2009), yaitu:
Masa remaja awal (10-12 tahun)
1. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman
sebaya
2. Tampak dan merasa ingin bebas
3. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berpikir dan khayal (abstrak)
Masa remaja tengah (13-15 tahun)
1. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
2. Adanya keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan
jenis
3. Timbul perasaan cinta yang mendalam
10
4. Mampu berfikir abstrak (berkhayal) makin
berkembang berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan seksual
Masa remaja akhir (16-19 tahun)
1. Manampakkan pengungkapan kebebasan diri
2. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
3. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
4. Dapat mewujudkan persaan cinta
5. Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak
2. Ciri-Ciri Perkembangan Remaja
Perkembangan remaja terlihat pada ciri-ciri sebagai
berikut (Widyastuti, 2009) :
Perkembangan Biologis
Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktifitas
hormonal dibawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik
yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan
pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks
sekunder.
Perkembangan Psikologis
Teori psikososial tradisional menganggap bahwa kritis
perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya
identitas. Pada masa remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai
individu yang lain.
Perkembangan Kognitif
Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan
berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan
aktual yang merupakan ciri periode konkret, remaja juga
memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi.
Perkembangan Moral
Anak yang lebih muda hanya dapat menerima
keputusanatau sudut pandang orang dewasa, sedangkan remaja,
untuk memperoleh autonomi dari orang dewasa mereka harus
menggantikan seperangkat moral dan nilai mereka sendiri.
11
Perkembangan Spiritual
Remaja mampu memahami konsep abstrak dan
menginterpretasikan analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu
berempati, berfilosofi dan berfikir secara logis.
Perkembangan Sosial
Remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi
keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari
kewenangan keluarga. Masa remaja adalah masa dengan
kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman dekat dan
teman sebaya.
4. Layanan Psikoedukasi Perkembangan Karekteristik Karier Remaja
(SMP/SMA)
Istilah remaja (adolecense diartikan sebagai sesuatu yang “tumbuh”
atau “tumbuh menjadi dewasa “ secara luas mencakup proses kematangan
mental, emosional, social dan fisik . ini berarti pada usia remaja (12-20 tahun,
WHO) seseorang mulai menjalani proses pendewasaan diri.
Komunitas e-psikologi (2007) memandang masa remaja sebagai
sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupu
peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dulu dianggap
sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau
batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu
terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan
usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10ntahun mungkin saja sudah (atau
sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan
sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa .ia belum
siap menghadapi dunia orang dewasa meski disaat orang yang sama ia
jugbukan anak anak lagi . berbea dengan balita yang perkembangannya jelas
dapat diukur, remaja hamper tidak memiliki pola perkembangan yang pasti
.dalam perkembangannya sering kali mereka menjadi bingung karena
kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka
dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa
Bagi sebagian besar orang yang baru berangkat dewasa bahkan
yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling
berkesan dalam hidup mereka. Kenangan terhadap masa remaja merupakan
kenangan yang tidak mudah gampang dilupakan , sebaik atau seburuk
12
apapun itu. Sementara banyak orang tua yang tetap menganggap anak
remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab dimata orang tua
anak remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang
dewasa. Sebaliknya pada anak remaja ,tuntunan internal membawa mereka
pada keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh orag tua
keduanyya memiliki kesamaan jelas : remaja adalah waktu yang kritis
sebelum menghadapi hidup sebagai orang dewasa (e-psikologi,2007)
Berdasarkan perspektif biososial masa remaja adalah masa “strom
and drag”, yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi antara
kegoncangan pendeitaan,asmara , dan pemberontakan dengan otoritas orang
dewasa (hall dan yusuf,2000),terjadinnya pertumbuhan fisik , masa transisi ,
dan perubahan fisik tersebut menentukan pengalaman sosialnya (barker
dalam yusuf,2000) .
Ditinjau dari perspektif relasi interpersonal masa remaja adalah masa
mulai mengenal minat terhadap lawan jenis yang dimulai dari kesadaran untuk
berhubunga (unilaterally aware), kontak permulaan (surface contact), dan
saling berhubungan (mutually=a continuum) (levinger dalam yusuf ,2000).
Selanjutnya berhubungan dengan diantara dua remaja yang berbea jenis
kelamin mendorong remaja kearah percintaan (pacaran)(Ellen&Elaine dalam
yusuf,2000)
Perspektif sosiologis dan antropologis memandang remaja sebagai
masa terjadinyya konnflik dengan orang tua karena terjadi perbedaan
pengalaman budaya. (differential cultural cotect ) ( kingsey 7 davis dalam yusuf,
2000) Perspektif psikologis memandang masa remaja sebagai masa yang erat
kaitannya dengan sense of identity vs role confusion
(Hurlock,1980;santrock,1983;makmun,1996;yusuf,2000). Jika remaja tidak
memiliki sense of identy yang sehat maka remaja akan mengalami role
confusion yang pada akhirnya akan mudah terpengaruh oleh pengaruh dari luar
Perspektif belajar social memandang masa remaja sebagai masa
senang bergaul dengan teman sebaya karena dipandang menawarkan social
reward dan peer status needs yang lebih menarik dari pada keluarga (parson &
grinder dalam yusuf 2000). Selanjutya remaja berusaha mempelajari respons
respons social dengan cara mengamati dan mengimitasi berbagai perilaku
teman sebayanya (bandura).
13
Ahli psikologi perkembangan,Hurlock (1980) mengemukakan beberapa
karakteristik yang menggambarkan kekhasan kehidupan remaja ,antara lain
sebagai berikut .
Pertama sebagai remaja sebagai periode yang dinilai penting ,artinya ini adalah masa
dimana seorang dapat menentukan bagaimana kehidupan dewasa kelak.
Kedua, masa remaja merupakan periode peralihan, yag dimaksud peralihan disini
adalah transisi antara masa anak menuju dewasa , dalam arti pada masa ini seseorang
akan mengalami sebuah penyesuaian baru baik dalam sikap maupun prilaku yang
cukup “dilematis”
Ketiga, masa remaja juga merupakan periode perubahan.perubahan yang
dimaksudkan adalah perubahan dalam sikap ,perilaku maupun secara fisik berikut
adalah macam perubahan yang terjadi pada masa remaja:
1. meningginya emosi yang intensitasinya bergantung kepada tingkat perubahan fisik
dan psikologis yang terjadi
2. perubahan tubuh, minat dan menimbulkan masalah baru
3. perubahan nilai nilai yang dipegang perubahan ini sangat bergantung pada
perubahan minat dan pola perilaku remaja itu sendiri
4. munculnya sikap yang ambivalen di diri remaja berkaitan dengan perubahan itu
sendiri
Keempat ,masa remaja pun digambarkan sebagai metode pencaran identitas diri
(erikson)proses inipun sangat mempengaruhi perilaku remaja ,karena dalam prosesnya
seorang remaja berusaha untuk memunculkan diri lewat usaha-usahanya berperilaku
agar dapat diterima oleh lingkungannya
Kelima, masa remaja juga merupakan periode yang tidak realistic , remaja cenderung
memandang kehidupan memalui kacamata berwarna “merah jambu”. Ia melihat dirinya
sendiri dan orang lain sebagai mana adanya, terlebih dalam hal mendapatkan apa apa
yng diinginkannya
Keenam, masa remaja sebagai ambang masa dewasa .dengan semakin dekatnya usia
kematangan yang sebenarnya , para remaja mulai gelisah untuk meninggalkan
stereotype belasan tahun dan untuk memberikan kesa bahwa mereka memang sudah
dewasa. Oleh karna itu, mereka mulai berperilaku seperti hanya perilaku orang orang
dewasa menurut pesepsinya.
Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dillihat berdasarkan perubahan pada
dimensi dimensi berikut.
14
1. Perkembangan fisik biologis
Pada masa pubertas hormon seorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis
hormon (gonadotrophius atau gonadrotroplic hormones) yang berhubungan dengan
pertumbuhan ,yaitu: 1)follicle-stimulating hormone (FSH);dan 2)letuenizing hormone
(LH). Pada anak perempuan ,kedua hormone tersebut merangsang pertumbuhan
estrogen dan progesterone dua jenis hormone kewanitaan .pada anak lelaki ,
leutenizing hormone yang juga dinamakan interstitial-cell stimulating hormone (ISCH)
merangsang pertumbuhan testosterone .
Pertumbuhan secara cepat dari hormone hormone tersebut diatas mengubah
system biologis seorang anak. Anak perempuan akan mengalami menstruasi pertama
(menarche), sebagai pertanda bahwa system reproduksiya sudah aktif. Selain itu,
terjadi juga perubahan fisik seperti peyudara mulai berkembang ,pinggul bertambah
besar,serta tumbuh rambut public atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak. Anak
laki laki mengalami “mimpi basah” (mimpi berhubungan seksual), tumbuh rambut pubik
atau bulu kapok di sekitar kemaluan atau ketiak, mulai memperlihatkan perubahan
dalam suara,otot, tumbuh kumis dan gondok laki (jakun) serta fisisk lainnya yang
berhubungan dengan tumbuhnya hormone testosterome bentuk fisik mereka akan
berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.
2. Perkembangan kognitif
Menurut piaget (makmun,1996;yusuf, 2000;betham, 2002; e-psikologi 2007)
perkembangan kognitif remaja merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).pada periode ini , idealnya
para remaja sudah memiliki pola pokir sendiri dalam usaha memecahkan masalah
masalah yang kompleks dan abstrak kemampuan berpikir para remja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
pemecahan alternative pemecahan masalah berserta kemungkinan akibat atau hasilnya
. kapasitas berfikir secara dimensi seperti ilmuan .remaja tidak lagimenerima informasi
apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikitan mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman
masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi , dan
rencana untuk masa depan dengan kemampuan oprasional formal ii, para remaja
mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
15
3. Perkembangan moral
Jika ditinjau dari perspektif perkembangan moral yang dikemukakan oleh
Lawrence Kohlberg (setiono, 1997;yusuf, 2000) pada umumnya remaja berada dalam
tingkatan konvensial atau berada dlam tahap ketiga (berperilaku sesuai dengan
tuntutan dan harapan kelompok ), dan keempat (loyalitas terhadap norma atau
peraturan yang berlaku diyakininya .
4. Perkembangan psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak . pada masa ini suasana hati
(mood) dapat berubah dengan sangat cepat. Gesssel et al. (Hurlock,1980)
mengemukakan bahwa remaja empat belas tahun seringkali mudah marah, mudah
terangsang , dan emosinya cenderung “meledak”, tidak berusaha mengendalikan
perasaannya , sebaliknya remaja enam belas tahun mengatakan bahwa mereka “tidak
mempunyai keprihatinan”. Jadi, adanya bedai dan tekanan dalam periode ini berkurang
menjelang berakhirnya awal masa remaja.
Hasil penelitian di Chicago oleh milhalyi dan Larson (e-psikologi,2007)
menemukan bahwa remaja rata rata memerlukan hanya 45 menit untuk merubah dari
mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa” sementara orang dewasa memerlukan
beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para
remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah,pekerjaan sekolah , atau
kegiatan sehari hari dirumah. Meski mood remaja yang mudah berubah ubah dengan
cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
5. Perkembangan sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition”. Yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unikk , baik
menyangkut sifat sifat pribadi, minat, nilai nilai maupun perasaannya. Pemahaman ini
mendorong remaja untuk menjalin hubungan social yang lebih akrab dengan teman
sebayanya , baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan . pada masa ini juga
berkembang sikap “conformity” (yusuf,2000)
Remaja yang sehat adalah remaja yang mencapai perkembangan dimensi social
dengan baik, yakni memiliki penyesuaian social(social adjustment) yang tepat.
Penyesuaian social ini dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk mereaksi secara
tepat terhadap realitas siosial , situasi ,baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarkat sekitar.
16
6. Perkembangan Religius
Seiring dengan perkembangan kognitif, kemampuan bepikir abstrak remaja
memungkinanya untuk dapat mentransformasikan keyakinan beragamnya. Dia dapat
mengapresiasi kualitas keabstrakan tuhan sebagai yang maha kuasa. Berkembangnya
kesadaran beragama seiring dengan mulainya remaja menanykan at
mempermasalahkan sumber sumber otoritas dalam kehidupan. Pada masa remaja
awal (sekitar usia 13-16 tahun) terjadi kegoncangan keyakinan akan adanya tuhan ,
kadangkadang sang kuat, ibadahnya yang kadang kadang rajin kadang kadang menjadi
rajin kadang kadang malas , sebaiknya, pada masa remaja akhir usia (17-21 tahun)
kehidupan beragama remaja sudah mulai melibatkan diri ke dalam kegiatan kegiatan
keagamaan (yusuf,2000)
Grand Theory perkembangan karir remaja adalah yang dikemukakan oleh Super
(Sharf, 1992) dalam konsep life-stages. Super (Manrihu, 1992 : 19) meringkas konsep
life-stages ke dalam 12 proposisi perkembangan karir berikut.
1. Individu berada dalam kemampuan – kemampuan, minat – minat, dan kepribadian –
kepribadiannya.
2. Dengan sifat – sifat yang berbeda, individumempunyai kewenangan mutlak untuk
melakukan sejumlah pekerjaan.
3. Masing – masing pekerjaan menentut pola khaskemampuan, minat, dan sifat – sifat
kepribadian.
4. Preferensi dan kopetensi vokasional dapat berubah sesuai dengan situasi kehiduapn.
5. Proses perubahan dapat dirangkum dalam suatu ringkasan tahap kehidupan.
6. Sifat dan pola karir ditentukan oleh taraf sosioekonomik, kemampuan mental, dan
kesempatan yang terbuka dan karakteristik kepribadian individu.
7. Perkembangan karir adalah fungsi dari kematangan biologis dan realitas dalam
perkembangan konsep diri.
8. Faktor yang menentukan dalam perkembangan karir adalah perkembangandalam
implementasi konsep diri.
9. Proses pemulihan karir merupakan hasil perpadauan antara faktor individual dan faktor
sosial, serta antara konsep diri dan kenyataan.
10. Keputusan karir tergantung pada dimana individu menemukan jalan keluar yang
memadai bagi kemampuan, minat, sifat kepribadian dan hati.
11. Taraf kepuasan yang individu peroleh dari pekerjaan sebanding dengan tingkat dimana
mereka telah sanggup mengimplementasikan konsep dirinya.
12. Pekerjaan dan okupasi menyediakan suatu fokus untuk organisasi kepribadian baik pria
maupun wanita.
17
Berdasarkan 12 proposisi tersebut, Super membagi tahap perkembangan karir menjadi lima
tahapan, yaitu :
1) tahap pertumbuhan (growth)
2) tahap eksplorasi (exploration)
3) tahap pendirian (establislunent)
4) tahap pemeliharaan (maintenance)
5) tahap kemunduran (decline) (Osipow, 1983: 157, Manhiru, 1986: 27-29; Sharf, 1992:169).
Menurut pendapat tersebut perkembangan karir remaja berada pada tahap eksplorasi
(exploration).
Berdasarkan uraian tersebut, karakteristik perkembangan karir remaja sesuai dengan
karakteristik karir pada tahap eksplorasi (usia 15-24 tahun). Tahap eksplorasu ditandai dengan
mulai melakukan penelaahan diri (self examiniation), mencoba membagi berbagai peranan,
serta melakukan penjelajahan perkerjaan atau vokasional baik disekolah, pada waktu senggang
maupun melalui sistem magang. Level eksplorasi meliputi tiga sub tahapan berikut.
Pertama, sub tahap tentatif (usia antara 15-17 tahun). Tahap ini dikarakteristikan
dengan mulai dipertimbangkannya aspek – aspek kebutuhan, minat, kapsitas, nilai –
nilai dan kesempatan secara menyeluruh. Pilihan pada masa tantatif ini mulai
diusahakan untuk keluar dari fantasi, baik melalui diskusi, bekerja maupun aktivitas
lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dimaknai bahawa tugas perkembangan
karir pada masa remaja sub tahap trantatif ialah kristalisasi prefrensi karir (Sharf, 1992 :
212-215; Manhiru, 1986 : 28 – 29).
Kedua, sub tahap transisi (usia antara 18-21 tahun). Tahap ini dikarakteristikan dengan
menonjolanya pertimbangan yang lebih realtistis untuk memasuki dunia kerja atau
latihan profesional serta berusaha mengimplementasikan konsep diri. Tugas
perkembangan pada sub tahap transisi adalah spesifikasi prefrensi karir.
Ketiga, sub tahap mencoba (trial)-dengan sedikit komitmen (usia antara)
dikarakteristikan dengan mulai ditemukannya lahan atau lapangan pekerjaan yang
dipandang cocok, serta mencobanya sebagai sesuatu yang
18
Pendapat lain mengenai karakteristik perkembangan karir remaja. Dikemukakan
oleh Muro & Kottman (1995) tujuan pengembangan karir untuk para siswa (remaja) di
sekolah menengah adalah mengembangakan kesadaran diri dan untuk mulai eksplorasi
dan orientasi karir yang lebih formal. Secara rinci, program perlu menekankan membatu
para siswa dengan penilaian tentang keserasian pribadi mereka, kemampuan, dan minat
sebelum memusatkan pada atas eksplorasi dan orientasi karir. Para siswa perlu dipandu
untuk mengevaluasi informasi karir dalam hubungan dengan penilaian pribadi mereka. Para
siswa juga harus belajar konsep dasar teknologi. Lebih lanjut Murro & Kattman (1995)
mengemukakan tentang kompetisi karir yang harus dikembangakan pada tahap
perkembangan karir remaja adalah sebagai berikut
1. Perkembangan dan pengembangan konsep diri positif (positive self-cencept) dan
pemenuhan kebutuhan diri (self-effictive) untuk pengmbangan karir.
2. Pemahaman teori (cognitive), sikap (effective), dan pengmbangan psikomotorik
diperlukan untuk pengmebangan keputusan karir
3. Mempelajari nilai-nilai tentang tanggung jawab dan kebiasaan bekerja yang baik dan
perencanaan untuk peluang pendidikan dan karir.
4. Menenjukan kemampuan penguasaan teknologi dan mengidentifikasi bidang kerja yang
berhubungan dengan teknologi.
6.Elaborasi Psikoedukasi, Bimbingan Dan Konseling Kelompok Dan Perkembangan Karir
Remaja
Dalam bimbingan dan konseling jelompok pasti banyak hal yang harus dilakukan baik
secar tujuan konseling kelompok maupun secara prosedural konseling kelompok. Biasanya
bimbingan dannoonseling kelompok itu lebih tepat digunakan pada fase perkembangan pada
taraf remaja, yakni adanya hal yang berkaitan dengan dunia remaja.Mengapa penulis
mengatakan bahwa bmbingan dan konseling lebih tepat diguanakan pada ase remaja, karena
hakikatnya remaja sudah bisa menjalankan proses psikoedukasi yang optimal dan dapat
mengerji dan paham pada fase fase perkembangan yang sesuai dengan fase remaja.
Contohnya remaja dapat dikatakan memahami konsep tujuan dan konsep bimbingan dan
konseling kelompok.
Lalu dalam perkembangan remajanya pun dapat dikatakan optimal dalam hal
perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik. Penulis mengkhususkan pada perkembangan
karir, karena dirasa penting dan optimal dalam perkembangan karir akan dititik beratkan dalam
bentuk modul Rencana Pelaksanaan Layanan di buku ini.
19
B. Perencanaan Layanan Psikoedukasi
1. Topik pembahasan / Aspek perkembangan :
Jurus Ampuh Menentukan Jurusan di
Perguruan Tinggi
2. Penjelasan mengenai Peran konselor dan tahapan layanan Psikoedukasi
1) Konselor membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar
anggota kelompok.
2) Konselor harus mampu para anggota bimbingan koelompok mencurahkan
segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompoknya.
3) Konselor berusaha menyakinkan para anggota bimbingan kelompok itu
agar apa yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama
dalam kelompok tersebut.
4) Konselor membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha
memberikan pengertian pada anggota bimbingan kelompok untuk
mematuhinya dengan optimal.
5) Konselor harus bisa memposisikan diri benar-benar berusaha untuk
secara aktif dalam mengkondisikan psikologis, pikitan, alur kegiatan
bimbinngan kelompok.
6) Konselor harus mampu berkomunikasi secara terbuka dengan para
anggota bimbingan kelompok.
20
7) Konselor harus mampu memberi kesempatan anggota lain untuk juga
menjalankan peranannya sebagai peserta bimbingan kelompok.
8) Konselor harus mampu merumuskan tema apa yang akan dibahs dan
semua anggota kelompok turut serta aktif dalam kegiatan kegiatan.
3. Kompetensi layanan
a) Ranah Kognitif
a. Siswa dapat membedakan baik buruknya nilai-nilai sosial di
masyarakat melalui diskusi kelompok.
b. siswa dapat menentukan baik buruknya nilai sosial melalui diskusi
kelompok.
c. Siswa dapat menjelaskan norma-norma di sekolah melalu mind
mapping.
d. Siswa dapat melaksanakan norma-norma di sekolah melalui mind
mapping.
b) Ranah Afektif
a. Siswa dapat mengikuti kegiatan role play mengenai dilemma pribadi.
b. Siswa dapat membentuk pendapat dari dilemma pribadi melalui role
play.
c. Siswa dapat mengatakan haknya dalam berpendapat melalui debat
aktif.
d. Siswa dapat memecahkan kesimpulan melalui debat aktif tentang hak-
hak individu.
c) Ranah Psikomotorik
1. Siswa dapat membedakan etika yang baik dan etika yang buruk melalui
metode modeling.
2. Siswa dapat memperbaiki etika yang buruk menjadi etika yang baik
melalui modeling.
3. Siswa dapat menerangkan perilaku yang baik dalam film
4. Siswa dapat menampilkan perilaku-perilaku yang baik melalui tokoh
dalam film.
d) Kompetensi Layanan dalam perkembangan karir
a) Siswa dapat merumuskan pilihan jurusan di perguruan tinggi hasil
berfikir kritis
b) Siswa dapat menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi
c) Siswa dapat memilah milih jurusan di perguruan tinggi melalui ia
menyebutkan kelemahan dan kelebihan jikalau pilih jurusan yang
dipilih.
d) Siswa dapat menikmati jurusan di perguruan tinggi atas pilihanannya.
21
4. Standar Kompetensi : Agar siswa mampu memilih jurusan yang sesuai
bakat dan minat.
5. Kompetensi Dasar :
1. Siswa dapat mengenali potensi yang dimilikinya.
2. Siswa dapat memasuki jurusan yang sesuai dengan minat dan
bakatnya.
3. Siswa dapat belajar mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya
dalam hal pendidikan.
6. Bidang bimbingan : Karir
7. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan Informasi
8. Klasikal / Kelompok : Layanan Klasikal
9. Fungsi Layanan : Fungsi Pemahaman
10. Waktu Penyelenggaraan : 1 X 45 Menit (Dibuat tiga pertemuan )
11. Penyelenggaran Layanan : Guru Pembimbing dan Konseling
12. Pihak- pihak yang dilibatkan : Tutor Teman Sebaya
13. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
14. Sasaran layanan : Sasaran layanan diberikan pada kelas XII SMA.
15. Jumlah anggota : Jumalah anggota 10 orang siswa.
16. Banyak dan lamanya pertemuan Ada tiga pertemuan yaitu ada pertemuan
pendahuluan, pertemuan kegiatan dan tahap penutup.
17. Metode
Diskusi kelompok mengenai Jurus Ampuh Menentukan Jurusan di Perguruan
Tinggi
18. Media
Papan tulis, penghapus, spidol non permanen, infokus dan LKS
19. Strategi Layanan / Uraian Kegitan :
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Pembukaan:
a. Memberikan salam dan mengecek
kehadiran siswa
b. Memberikan pengarahan dan perintah
kepada seluruh siswa peserta
biimbingan dan konseling kelompok.
c. Memberikan pengarahan dan membantu
a. Menjawab salam dan pertanyaan guru
yang berkaitan dengan pengecekan
kehadiran
b. Siswa yang ditunjuk/mengacungkan
tangan menjawab pertanyaan, sedangkan
yang lain memperhatikan.
22
guru seluruh peserta bimbingan dan
konseling kelompok untuk
mengkoordinir dan mengatakan apa
yang harus dilakukan pada saat
berjalankan bimbingan dan konseling
kelompok berjalan.
d. Apersepsi:
1) Bertanya kepada siswa sampai sejauh
mana mereka mengenali potensi dirinya
2) Bertanya tentang cara
pemahaman/pengenalan potensi diri
secara efektif.
2. Kegiatan Inti:
a. Guru menjelaskan urgensi pemahaman
potensi diri bagi individu.
b. Guru menjelaskan materi tentang jurus
ampuh menentukan pilihan jurusan
c. Sebagai evaluasi, guru memberikan
pertanyaan dan tanggapan terhadap
materi yang telah diuraikan.
a. Siswa menyimak uraian guru
b. Siswa masih menyimak materi yang
diuraikan oleh guru.
c. Siswa menjawab pertanyaan dan
tanggapan yang diminta oleh guru.
3. Penutup:
a. Guru meninjau kembali materi yang telah
disampaikan.
b. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya atau memberikan
komentar.
c. Guru menjawab pertanyaan siswa.
d. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berkonsultasi tentang
potensi dan pemahaman diri baik di luar
maupun di dalam kelas.
e. Menutup materi dan memberikan salam
a. Siswa memperhatikan uraian
kesimpulan yang disampaikan oleh guru.
b. Jika ada permasalahan, siswa
mengajukan pertanyaan atau
memberikan komentar
c. Siswa mendenganrkan jawaban atas
pertanyaan yang disampaikan oleh
siswa
d. Siswa menjawab salam
23
20. Tahapan Kegiatan Konseling Kelompok
Tahap Persiapan :
Kegiatan ini dilakukan pada siswa SMA yang berusia antara 17-18 tahun, anggota
kelompok berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan 5 anak perempuan.
Topik yang akan dibahas mengenai permasalahan siswa yang orangtuanya bercerai,
kegiatan ini berlangsung sekitar 60 menit dilakukan di ruangan BK yang tertutup dengan
formasi duduk melingkar di karpet yang nyaman.
1. Memulai kelompok
Salah satu hal terpenting yang diperhatikan pada sesi pertama adalah
bagaimana memulai kelompok. Cara pemimpin membuka sesi akan menjadi hal
penting yang berhubungan dengan situasi kelompok yang akan berlangsung dan
tingkat kenyamanan anggota kelompok, lebih jelasnya sebagai berikut :
1. Menerima kehadiran anggota kelompok secara terbuka dan mengucapkan
terimakasih dan mengucapkan salam untuk seluruh anggota kelompok pada
kegiatan konseling kelompok, yang mana ini merupakan hal yang sangat awal
dan wajib dilakukan. Karena esensinya melakukan terima kasih dan salah itu kita
memberi pengahrgaan yang paripurna untuk memberikan penghargaan awal
pada setiap anggota kelompok.
2. Pemimpin kelompok memimpin doa. Pilih salah satu anggota kelompok yang
dianggap mampu jadi pemimpin misalnya memimpin doa, menjadi asisten konselor
dengan membantu membagikan kertas dari konselor dan mengumpulkan kertas ke
konselor untuk dapat dikumpulkan kembali pada konselor.
3. Konselor menjelaskan pengertian dan tujuan dalam konseling kelompok.Hal ini
digunakan untuk hal yang ingin dicapai dengan baik dan sesuai dengan hal yang
dianggap penting sebagai tujuan yang nyata dalam kegiatan konseling kelompok.
4. Pemimpin kelompok menjelaskan cara pelaksanaan konseling kelompok.
5. Pemimpin kelompok menjelaskan asas-asas Konseling kelompok (sukarela,
terbuka, normatif,dan rahasia).
6. Kesepakatan waktu.
7. Perkenalan anggota kelompok.
Skenario:
Konselor: “assalamualaikum wr.wb. menjawab salam anak-anak, bagaimana kabar kalian
hari ini?”
Konselor: “nah, sebelum memulai kegiatan, alangkah lebih baiknya kita membaca do‟a
terlebih dahulu, ayo siapa yang mau memimpin do‟anya?”
24
Konselor: “ya, saya ucapkan terimakasih kepada kamu yang telah memimpin do‟a bersama,
kemudian saya berterimakasih juga kepada kalian semua yang telah hadir dalam kegiatan
ini”.
2. Membantu anggota berkenalan
Jika anggota tidak saling mengenal satu sama lain, itu biasanya keuntungan agar
anggota dapat memperkenalkan dengan segera setelah tahap pembukaan. Anggota
cenderung merasa lebih nyaman setelah belajar mengenal nama masing-masing dan
menghabiskan beberapa waktu untuk mengenal satu sama lain. Hal ini penting karena dua
alasan. Pertama, pertumbuhan, terapi, atau kelompok saling berbagi, anggota jauh lebih
ingin tahu tentang orang-orang dengan siapa mereka akan membahas masalah pribadi.
Kedua, pengenalan menyeluruh membantu kelompok mulai mengembangkan kepercayaan
dalam kelompok, karena anggota dapat mengenal satu sama lain atau tidak akan
membahas masalah pribadi.
Proses berkenalan dilakukan melalui permainan, konselor atau pemimpin
kelompok meminta anggotanya untuk menyebutkan nama, usia, tempat tinggal, dan
perasaannya saat ini dengan menggunakan simulasi permainan melalui saling mengoper
pulpen. Langkah permainannya diawali dengan pemimpin kelompok memegang pulpen dan
berkata “ini pulpen, nama saya Altruis, usia 18 tahun, tempat tinggal di Cilegon, dan
perasaan saya saat ini gembira, pulpen ini saya berikan ke orang disebelah saya”, kemudian
orang kedua berkata “ini pulpen saya dapatkan dari faris, usia 17,6 bulan tahun, tempat
tinggal di serang, perasaannya saat ini gembira, dan saya faisal, usia 17 tahun, tempat
tinggal di jalan mesjid agung serang, perasaannya saat ini penasaran, pulpen ini saya
berikan ke orang disebelah saya” begitu seterusnya sampai semua anggota kelompok
selesai mendapatkan pulpen dan berkenalan.
1. Konselor memberikan rancangan untuk lebih mengenal dengan anggota kelompok
satu dengan yang lain
2. Konselor mempersilahkan kepada anggota kelompok lebih mengenal satu sama
lainnya.
3. Konselor memberikan rujukan untuk saling mengenal satu sama lain
4. Konselor memberikan pemahaman dengan satu dengan lainnya dalam sebuah
kelompok untuk paham yang namanya anggota kelompok apabila saling kenal dan
saling sayang ada keterkaitan batin
5. Konselor memberikan pemahaman yang signifikan untuk memberikan hal yang sesuai
dengan hal yang ingin dibahas dengan sebelumnya saling mengenal satu sama lain.
6. Konselor selalu memberikan hal yang menarik dalam hal perkenalan untuk menarik
perhatian khusus para anggotanya.
25
Skenario:
Konselor: “yaa, kegiatan selanjutnya adalah kita berkenalan satu persatu yaa, ada yang belum
saling kenal kan semuanya?”
Konselor: “perkenalannya dilakukan menggunakan sedikit permainan yang bernama “ini
pulpen”. Perkenalannya dengan menyebutkan nama, usia, tempat tinggal, dan perasaannya
saat ini. Caranya diawali dengan saya memegang pulpen dan berkata ini pulpen, nama saya
Viko, usia 18tahun, tempat tinggal di bumi agung, dan perasaan saya saat ini gembira, pulpen
ini saya berikan ke orang disebelah saya, kemudian saya berikan ke orang sebelah saya dan
dia berkata ini pulpen saya dapatkan dari faris, usia 30 tahun, tempat tinggal di klender,
perasaannya saat ini gembira, dan saya Alex, usia 18 tahun, tempat tinggal di Serang Banten ,
perasaannya saat ini penasaran, pulpen ini saya berikan ke orang disebelah saya, begitu
seterusnya sampai semua anggota kelompok selesai mendapatkan pulpen dan berkenalan,
sampai sini paham semua? Apakah ada yang ditanyakan?”
Konselor: “kalau tidak ada yang bertanya kita mulai saja ya permainan ini”.
3. Mengklarifikasi tujuan kelompok
Tujuan dari kelompok merupakan faktor paling penting dalam menentukan kegiatan kelompok.
pemimpin kelompok dapat memimpin anggotanya untuk berbagi beberapa informasi yang
relevan tentang diri mereka sendiri. Pemimpin juga mungkin memiliki andil anggota mengapa
mereka menghadiri kelompok atau harapan mereka dari sesi.
Pemimpin harus yakin bahwa tujuan kelompok ini diklarifikasi menjawab sesi pertama.
Klarifikasi penting jika belum ada wawancara awal sebelum pertemuan kelompok pertama.
Dalam kegiatan kelompok yang akan dilakukan membahas mengenai permasalahan pada
siswa yang orang tuanya bercerai, tujuannya adalah untuk memberikan kebijaksanaan
bagaimana pengalaman yang dimiliki oleh siswa mengenai pengaruh dan keberlanjutan
kehidupan keluarganya, mengembangkan kebijaksanaan yang nyata, perasaan pribadi yang
berlawanan dengan ketergantungan pribadi, menambahkan perasaan pengendalian diri,
mengganti perasaan depresi dengan keamanan dan percaya diri, dan mengontrol ekspresi
perasaan setelah mengalami stres yang berkepanjangan.
Skenario:
Konselor: “yaa, setelah kita saling berkenalan, selanjutnya kita membahas mengenai tujuan dari
kegiatan ini, ada yang sudah tahu tujuannya apa?”.
Konselor: “yaa, tujuan dari kegiatan kelompok ini untuk membantu permasalahan kalian dengan
orang tua masing-masing, supaya kalian bisa menghadapi kenyataan yang terjadi”.
Konselor: “tujuan lainnya yaitu untuk memberikan kebijaksanaan bagaimana pengalaman yang
dimiliki oleh siswa mengenai pengaruh dan keberlanjutan kehidupan keluarganya, bisa saling
berbagi informasi dan pengalaman, mengembangkan kebijaksanaan yang nyata, perasaan
pribadi yang berlawanan dengan ketergantungan pribadi, menambahkan perasaan
26
pengendalian diri, mengganti perasaan depresi dengan keamanan dan percaya diri, dan
mengontrol ekspresi perasaan setelah mengalami stres yang berkepanjangan”.
4. Menjelaskan peran pemimpin
Menjawab kegiatan, pemimpin harus menjelaskan apa perannya menjawab sepanjang sesi,
yaitu: berperan memimpin jalannya kegiatan, peran untuk mengajar, peran fasilitatif, dan peran
terapi. Pemimpin juga mungkin perlu menjelaskan beberapa perilaku kepemimpinannya, seperti
memotong pembicaraan anggota kelompok sewaktu-waktu dan memancing anggota untuk
berbicara. Jika pemimpin berencana untuk melakukan terapi, ia mungkin ingin menjelaskan
salah satu teknik yang ia rencanakan untuk digunakan dengan anggota yang mungkin belum
terbiasa. Beberapa pemimpin dapat menggunakan teknik psikodrama, atau "kursi kosong", atau
putaran terapi. Menjelaskan prosedur pada sesi pertama atau kedua mengurangi kemungkinan
kebingungan atau kesalahpahaman ketika mereka melakukan kegiatan dalam sesi selanjutnya.
Secara teknis kursi kosong akan ditempatkan mengenai jalur jurusan di perguruan
tinggi yang diminati oleh sesuai mibat dan bakat siswa, sehingga pada saat dijalaninya akan
menjadi optimal karena sesuai minat dan bakat siswa.
Skenario:
Konselor: “selanjutnya kita akan membahas mengenai peran saya dalam kegiatan ini”.
Konselor: “peran saya dalam kegiatan ini yaitu sebagai pemimpin dalam kelompok ini,
memimpin jalannya kegiatan, berperan untuk mengajar, berperan fasilitatif, dan berperan
sebagai terapi, tujuannya agar kegiatan ini menjadi terarah dan dapat menghasilkan informasi
yang bermanfaat dan dapat mengentaskan permasalahan kalian”.
5. Menjelaskan bagaimana kelompok akan dilakukan
Hal ini penting untuk memperjelas menjawab sesi pertama bagaimana pemimpin yang
berencana untuk melakukan kegiatan. Memberi petunjuk anggota tentang jenis diskusi dan
kegiatan yang akan mengambil tempat di kelompok akan membantu untuk kemudahan
ketegangan dan menjamin kelancaran kegiatan kelompok itu. Alasan lain untuk menyatakan
apa yang akan terjadi dalam kelompok adalah bahwa anggota, setelah mendenganr penjelasan
tentang bagaimana kelompok akan dilakukan, dapat memutuskan bahwa mereka tidak ingin
dalam kelompok. Jika anggota tidak memutuskan untuk tidak bergabung dengan kelompok,
pemimpin butuh berbicara secara pribadi dengan anggota untuk mengetahui alasannya. Untuk
lebih jelasnya lagi sebagai berikut :
1. Konselor membantu membuat harapan harapan apa saja yang diinginkan oleh konseli
satu dengan yang lainnya
2. Konselor bisa membuat media secarik kertas untuk dibagikan kepada konseli untuk
dijadikan dan dicatat untuk sebagai media apa yang diharpkan oleh konseli. Jadi
teknisnya konseli menulis apa yang diinginkan oleh konseli pada secarik kertas. Ini
upaya hawatir ada hal yang kurang mampu untuk mengungkakan diarea publik.
27
3. Konselor meyakinakan pada konseli bahwasanya semua hal ini dapat menjadi acuan
yang nyata sebagai motovasi internal yang diliki oleh konseli sebagai pelaku kegitan
konseli kelompok.
4. gar dinamika kelompok selalu berkembang, maka peranan yang dimainkan para
anggota kelompok menurut (Romlah, 2001) adalah :
5. membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok
6. mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok
7. berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama
8. membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik agar
optimal.
9. benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.
10. mampu berkomunikasi secara terbuka
11. berusaha membantu anggota lain
12. memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan peranannya
13. menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.
Skenario:
Konselor: “pada pertemuan kali ini, kegiatan yang akan kita lakukan adalah membahas
mengenai perasaan kalian mengenai hubungan dengan keluarganya masing-masing, hal
tersebut dilakukan dengan harapan agar kalian dapat mengentaskan permasalahan yang
sekarang sedang dialami”.
Konselor: “sebelum melangkah ke kegiatan selanjutnya, apakah kalian ada yang mau
bertanya? Apakah ada yang keberatan dalam mengikuti kegiatan ini?”
6. Menjelaskan aturan dasar
Aturan dasar tertentu harus dibahas dalam sesi pertama. Aturan tentang makan, minum,
atau berbicara menjawab kegiatan kelompok berlangsung serta menjaga kerahasiaan informasi
anggota kelompok dan pembahasan yang akan disampaikan. Biasanya aturan disebutkan
dalam sesi pertama agar tidak mengganggu jalannya diskusi. Aturan kelompok yang ditetapkan
melarang menyerang anggota kelompok lainnya. Ketika semua aturan-aturan dasar yang
tercakup dalam saat-saat awal kelompok, anggota mungkin menjadi bosan atau cemas sesuatu
akan terjadi. Intinya adalah bahwa pemimpin tidak harus menggunakan banyak aturan dasar
sewaktu menjelaskan, kecuali ada beberapa alasan untuk melakukannya. Jika anggota
kelompok ada yang mencoba untuk berdebat tentang aturan, pemimpin harus menjelaskan
dengan tenang mengapa penting dibuat aturan kelompok untuk kelancaran kegiatan kelompok
yang akan dilakukan. Untuk lebih jelasnya lagi sebagai berikut :
28
1. Konselor melakukan Tahap Pengenalan dalam Aturan di Kelompok merupakan masa
setelah proses pembentukan dan sebelum masa bekerja (kegiatan).
2. Konselor dimulai dengan masa badai, dimana anggota kelompok mulai bersaing
dengan yang lain dalam kelompok untuk mendapatkan temapat kekuasaan dalam
kelompok. Pada tahap ini muncul perasaan-perasaan kecemasan, pertentangan,
pertahanan, ketegangan, konflik, konfrontasi dsb.
3. Misalnya Konselor menghadapi anggota yang frustasi dan kegaduhan meningkat pada
tahap ini, namun ini merupakan saat yang produktif bagi anggota kelompok untuk
memperbaiki sosialisasinya di masa lalu yang tidak produktif, membuat pengalaman-
pengalaman baru dan menetapkan tempatnya dalam kelompok tersebut.
4. Dibutuhkan Kompetensi konselor Melakukan ketrampilan konselor dalam beberapa
hal, yaitu kepekaan waktu, kemampuan melihat perilaku anggota dan mengenal
suasana emosi di dalam kelompok.
5. Konselor harus peka kapan harus melakukan konfrontasi terhadap anggota dan kapan
harus memberikan dukungan, oleh karena itu konselor harus memperhatikan pola
perilaku anggota dalam kelompok.
Skenario:
Konselor: “tahap selanjutnya, kita akan membahas mengenai aturan yang berlaku dalam
kegiatan ini”.
Konselor: “aturan tersebut dilakukan agar kegiatan ini dapat berjalan secara kondusif dan demi
kelancaran kegiatan. Aturan tersebut yaitu dilarang berbicara sebelum dipersilahkan oleh
pemimpin kelompok, menghargai dan mendenganrkan dengan seksama ketika pemimpin
kelompok dan anggota kelompok lain sedang berbicara, dilarang makan dan minum menjawab
kegiatan berlangsung, dan ketika akan berbicara harus mengangkat tangan terlebih dahulu,
kemudian yang paling penting adalah menjaga kerahasiaan pembahasan didalam kegiatan kita
ini diluar kelompok”.
Konselor: “begitu aturan yang akan kita terapkan dalam kegiatan ini, apakah ada tanggapan?”
7. Memeriksa tingkat kenyamanan para anggota
Untuk membantu mengurangi ketidaknyamanan yang akan terjadi, pemimpin bisa
menghabiskan beberapa menit terfokus pada topik tingkat kenyamanan dengan cara
menanyakan kecemasan apa yang di hadapi anggota menjawab masa diskusi ini. Kemudian
pemimpin menanyakan kembali tentang ketidaknyamanan anggota dengan memberikan skala 1
sampai 10 tingkat ketidaknyamanan yang dialami oleh anggota. Setelah itu pemimpin bisa
memberikan waktu sekitar tiga menit untuk anggota mencari pasangan dan mendiskusikan
29
tingkat kenyamanan dan mengapa mereka merasa seperti yang mereka lakukan. Setelah itu
kita akan kembali ke kelompok besar untuk diskusi.
Kegiatan ini akan membantu anggota berbicara tentang tingkat kenyamanan dalam kelompok.
Diskusi seperti ini membantu anggota untuk merasa lebih nyaman, baik melalui berbagi
perasaan mereka dan melalui mendenganr bahwa beberapa orang lain merasa
ketidaknyamanan. Kemudian dapat melakukan permainan seperti dengan kegiatan ice breaking
“opposite”. Konselor menjelaskan tentang permainan opposite. Yaitu “kebalikan”,anggota
kelompok melakukan gerakan yang diucapkan konselor, misalkan jika konselor mengatakan
“opposite” maju maka konseli mundur, jika jongkok maka berdiri, dan seterusnya. Jika tidak ada
kata “opposite” yang diucapkan konselor, maka gerakan jadi normal, misalnya maju maka
konseli tetap maju.
Skenario:
Konselor: “sekarang saya bertanya kepada kalian, apakah sampai saat ini kalian merasa
nyaman dalam kegiatan ini?”
Konselor: “apakah ada diantara kalian yang merasa tidak nyaman didalam kegiatan ini?”
Konselor: “sekarang kalian coba berpasangan, kemudian kalian saling menanyakan apakah
kalian merasa nyaman atau tidak saat ini dan berikan alasannya, saya beri waktu 3 menit untuk
kalian saling bertanya, kemudian kalian berkumpul lagi didalam kelompok besar dan melingkar
lagi, semua paham tugasnya sekarang?”
Konselor: “untuk menambah kenyamanan dalam kegiatan kita ini, sekarang kita akan
melakukan ice breaking yang diberi nama “opposite”, yang artinya “kebalikan”, cara mainnya
yaitu kalian bergerak mengikuti ucapan yang saya katakan, misalkan jika saya mengatakan
“opposite” maju maka kalian mundur, jika saya bilang “opposite” jongkok maka berdiri, dan
seterusnya. Lalu jika tidak ada kata “opposite” yang diucapkan saya, maka gerakannya jadi
normal, misalnya saya bilang maju maka kalian tetap maju. Bagaimana, apakah sudah paham
cara bermainnya? Jika sudah paham semuanya, ayo kita mulai permainan ini”
8. Memperkenalkan dan berfokus pada konten
Konten dalam konteks ini yaitu topik yang sedang dibahas dalam kelompok. Konten
harus dipantau oleh pemimpin terus-menerus, untuk fokus pada tujuan kelompok. Dalam
membahas topik yang akan dibahas, pemimpin hendaknya memberikan pendahuluan agar
anggota memiliki gambaran tentang topik tersebut dan alasan mengapa mereka ada di
kelompok ini. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :
1. Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok.
2. Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk mengikuti kegiatan lebih lanjut.
3. Mengenali suasana apabila anggota belum siap memasuki tahap berikutnya dan mengatasi
suasana tersebut.
4. Pemimpin kelompok membantu anggota memilih topik bahasan.
30
Skenario:
Konselor: “sekarang, kegiatan kita selanjutnya adalah fokus pada topik yang akan kita bahas,
apakah semuanya sudah siap?”
Konselor: “jika semua sudah siap, ayo kita mulai kegiatan ini”
Konselor: “sebelumnya kita sudah membahas alasan kalian berkumpul disini bukan?”
Konselor: “yaa benar, kalian dikumpulkan disini untuk saling berbagi dan saling membantu
mengentaskan permasalahan yang sekarang sedang dihadapi”
Konselor: “keluarga merupakan faktor penting dalam kehidupan kita, terlebih kedua orangtua
kita yang selalu melindungi, membesarkan kita, berusaha mewujudkan keinginan kita,
menyediakan semua kebutuhan kita, dan mereka yang paling menyayangi kita. Tapi, ketika
mereka berdua memutuskan untuk berpisah, apakah semua yang saya sebutkan itu akan
hilang begitu saja? Apakah kalian merasakan seperti itu?”
Konselor: “sekarang saya mau mendenganrkan pendapat kalian, ayo siapa yang mau
memberikan pendapat yang pertama?”
Konselor: “setelah mendenganrkan pendapat kalian semua, bagaimana kehidupan kalian
sekarang?, apa perbedaan yang kalian rasakan sebelum orangtua kalian berpisah dengan
setelah orangtua kalian berpisah?, ayo siapa yang mau duluan menjawab?”
Konselor: “apakah ada tanggapan dari kalian untuk jawaban dari teman-teman kalian tadi?”
Konselor: “kemudian sekarang, bagaimana hubungan kalian saat ini dengan kedua orangtua
kalian?, bagaimana kalian berkomunikasi dengan mereka? Ayo sekarang siapa yang mau
duluan menjawab pertanyaan saya?, saya harap anggota yang berbeda ya yang menjawab
duluan”.
Konselor. “ Ada beberapa hal yang mesti kalian ingat bahwasanya ada beberapa hal yang mesti
dilakukan untuk membuat energi positif dan energi negatif?
Konselor :”Semua hal ini menjadikan hal yang realistik menjadi fenomena banyak terjadi untuk
selalu diberikan yang terbaik.
Konselor :‟Harus diberikan hal yang menjadi inti dalam perlakukan yang baik
8. Mengatur Nada Chemistri yang Positif
1. Konselor mempersiapkan ruang diskusi lengkap dengan sarana yang akan dibutuhkan
dalam proses diskusi.
2. Anggota kelompok yang terdiri dari 6 – 10 siswa siap di ruang kelas.
3. Konselor membimbing para anggota diskusi untuk memperkenalkan diri masing –
masing. Dalam perkenalan tersebut boleh diAdakah tanya jawab tentang identitas
anggota dan ditutup dengan permainan kelompok untuk menuju “kunci akrab”.
4. Dipimpin konselor membuat suatu kesepakatan bersama bahwa anggota kelompok
tidak dibenarkan untuk membuka masalah yang dibahas kelompok di luar ruang diskusi
(asas kerahasiaan) dan setiap anggota kelompok berjanji untuk membantu setiap
masalah yang dikemukakan oleh teman anggota kelompok.
31
5. Konselor memulai diskusi kelompok dengan memberikan sebuah gambaran mengenai
cara belajar yang sesuai secara belajar mandiri atau kelompok ,
6. Konselor memberikan kesempatan kepada anggota diskusi untuk menanggapi
masalah yang telah ada.
7. Pengakhiran diskusi dengan : (1) himpunan ada folow up atau tindak lanjut tentang
masalah yang sudah didiskusikan. (2) bila perlu menentukan waktu untuk diskusi
selanjutnya.
Pertemuan 2
Tahap 2: Peralihan
Dalam tahap peralihan disini akan dijelaskan dan akan dibahas mengenai hal yang
kontras dengan apa yang ingin disampaikan pada keanggotaan konseling kelompok ini, semua
hal yang ingin di sampaikan dan akan dituju pada seluruh peseta konseling adalah hal yang
menjadi prioritas dimana ini merupakan pada awal tahap kegiatan.
Pada tahap ini bisa juga disebut tahap penghubung karena pada tahap inilah kelompok
mencapai tujuannya. Dalam tahap ini kelompok melakukan diskusi tentang berbagai konflik.
Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi secara
aktif di dalam pelaksanaan kegiatan, menanyakan dan memastikan kesiapan anggota kelompok
untuk melanjutkan proses pelaksanaan konseling kelompok, serta memaparkan topik yang
akan dibahas dalam konseling kelompok.
Skenario:
Konselor: “Assalamualaikum anak anaku? Ibu sangat bangga dengan seluruh prestasi kalian
sebelumnya, prestasi itu bukan hanya materi, piala, niali rapot yang bagus. Akantetapi
keterampilan dalam mengungkapkan pendapat di area umum dalam satu forum konseling saja
itu menurut pendapat ibu itu adalah prestasi yang membanggakan. Ibu akan melanjutkan hasil
dari pertemuan sebelumnya, semuanya sudah siap?”
Adakah yang akan memandu doa sebelum kita laksakana konseling kelompok lanjuta dari
kemarin?” sialhkan aada diantara kalian ingin memperlihatkan prestasi kalian untuk memimpin
doa, Ingat yah anak anaku yang soleh dan sholehah prestasi itu bukan hanya materi, akantetapi
keterampilan memimpin doa itu adalah prestasi yang membanggakan, ibu tidak akan menunjuk,
akantetapi ibu akan menunggu 1 menit siapa yang akan mempin doa?”
Konselor: “Terimakasih kepada anggota yang telah memimpin do‟a, pada pertemuan ini apakah
semua anggota kelompok hadir? Apakah kalian masih ingat nama-nama anggota kelompok?”
Konselor: “ya, pada kegiatan sekarang, sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya, saya akan
bertanya kepada kalian mengenai pertemuan yang lalu”
32
Konselor: “bagaimana pendapat kalian mengenai pertemuan yang lalu? Apakah masih ingat
mengenai pembahasan pertemuan yang lalu?”
Konselor: “sekarang, apakah kalian masih ingat aturan dasar yang telah disampaikan pada
pertemuan yang lalu?”
Konselor: “pada pertemuan yang lalu, aturan yang paling penting adalah kerahasiaan bukan?
Apakah sekarang kalian masih setuju dengan peraturan itu?”
Konselor: “sekarang jika kalian akan ditanya oleh teman atau siapapun ketika keluar dari tempat
ini, apa yang akan kalian katakan? Coba masing-masing dari kalian menjawabnya” Round
word
Konselor: “hmm, sekarang menurut kalian siapa yang paling mungkin bertanya kepada kalian
ketika keluar dari kegiatan ini?”
Konselor: “oke, sekarang saya akan menjadi guru itu, nanti saya akan bertanya kepada kalian
masing-masing, kemudian kalian menjawab dengan apa yang tadi kalian sampaikan,
bagaimana, apakah semua paham? Jika sudah paham mari kita mulai kegiatannya” Role Play
Konselor: “menurut kalian apakah semua anggota sudah cukup kuat dalam menjaga rahasianya
yang tadi telah disampaikan, apakah masih ada yang belum merasa puas?”
Konselor: “sekarang apakah kalian masih merasa nyaman dengan mengikuti kegiatan ini?”
Konselor: “baik, selanjutnya apakah kalian sudah siap untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya
dalam kegiatan ini?”
Konselor: “oke hebat jika semuanya sudah siap, namun karena terbatasnya waktu kita akan
melanjutkan ke tahap selanjutnya pada satu hari dari sekarang ya, diwaktu, tempat, dan formasi
yang sama dengan sekarang, kita akhiri pertemuan kedua ini dengan membaca hamdalah.
sekarang silahkan lanjutkan belajar”.
Pertemuan 3
Tahap 3: Kegiatan
Pada tahap ini masing-masing anggota kelompok menyampaikan pendapat tentang masalah
Jurus Ampuh Melanjutkan ke Perguruan Tinggi dengan cara secara bergantian memberikan
pendapat. Pemimpin kelompok atau Konselor membahas dan mengupas topik secara tuntas
dan berusaha mempertahankan keadaan kondusif dalam kelompok. Anggota kelompok diminta
untuk menyampaikan langkah apa yang akan dilakukannya berkaitan dengan permasalahan
yang dialami.
Skenario:
1. Membuat Fokus
Konselor: “Menjawab salam anak anak? Sebelum memulai kegiatan kita membaca do‟a terlebih
dahulu ya, berdo‟a mulai. Selesai, apakah semua anggota kelompok hari ini hadir?
Konselor: “sekarang apakah kalian masih ingat dengan pembahasan pertemuan kemarin?”
33
Konselor: “pada tahap ini kita memasuki kegiatan inti dalam pertemuan kita, berdasarkan
pertemuan kemarin anggota kelompok sudah bisa berusaha menampilkan sikap kerahasiaan
bukan ? Ibu sangat menghargai bagi siapapun siswa itu dapat menceritakan pengalaman yang
didapat pada Jurus ampuh melanjutkan ke perguruan tinggi, sekarang siapa diantara kalian
yang merasa memiliki suatu permasalahan paling sulit dan menyedihkan berdasarkan
pengalaman kalian saat ini, permasalahan tersebut mengenai apa? Silahkan siapa yang mau
menjawab pertama”
Konselor: “siapa yang tadi mengatakan bahwa seandainya salah masuk jurusan di oerguruan
tinggi paling menyedihkan dalam hidupnya? Coba kamu ceritakan apa yang dirasakan karena
itu?”
Konselor: “apakah ada pengalaman yang sama dengan apa yang diceritakan tadi?”
Konselor: “sekarang dari permasalahan kalian ini, coba pilihlah rentangannya antara satu buah
batu bata yang paling ringan sampai tiga buah batu bata yang paling berat jika diibaratkan
permasalahan kalian seperti sebuah beban yang kamu angkat sekarang, dimulai dari anggota
yang berawalan namanya angka no.1 kemudian dilanjutkan sesuai angka berikutnya ok,
silahkan dimulai dari sekarang?” (Karena memang betul dipahami bahwa kelas XI itu adalah
masalah paling rumitnya adalah bingung mengambil jurusan apa di perguruan tinggi, sehingga
siswa mengatakan bahwa ini adalah masalah utamanya pada saat ini, pada saat kelas XII)
Round scale
2. Mengganti Fokus
Konselor: “Barusan kalian menceritakan permasalahan yang difikirkan salam masuk jurusan di
perguruan tinggi? Silahkan siapa yang akan berbicara terlebih dahulu”
3. Memotong Pembicaraan
Konselor: “ Wah , maaf apa yang kamu ucapkan merupakan hal yang tidak saat ini dibahas,
sekarang silahkan teman teman yang lain mengemukakan penjelasannya?”
4. Mengajak Berbicara
Konselor: “sekarang kita membahas mengenai apa yang menjadi kendalanya jikalau kalian
salah masuk jurusan di perguruan tinggi, silahkan memilih rentangan dari satu yang artinya
sangat jauh sampai lima yang artinya sangat dekat, silahkan dimulai dari anggota yang sebelah
kanan” -Rounds scale
Konselor: “kemudian coba tadi yang memiliki nilai yang sama bergabung berdua-dua, kemudian
kalian saling menceritakan pengalaman kalian seandainya kalian salah ambil jurusan
diperguruan tinggi menjawab lima menit”
-Dyads
34
Konselor: “yuk kita berkumpul dalam satu kelompok lagi, sekarang coba kalian ceritakan
tentang persamaan pengalaman kalian dari mulai kelompok yang disebelah kiri”
Konselor: “apakah ada yang mempunyai pengalaman yang sama dengan kelompok ini?”
Konselor: “selanjutnya saya ingin bertanya pada kalian, manakah yang paling sudah mantap
memilih jurusan di perguruan tinggi?”
Konselor: “sekarang berikan nilai pada piliahn jurusan di perguruan tinggi, misal fakultas
ekonomi, fakultas psikologi, fakultas mipa kalian antara rentangan satu sampai sepuluh yang
mempunyai arti semakin tinggi angka maka semakin tinggi tingkat kedekatannya, pahamkan?
Kita mulai dari anggota yang paling tinggi”
Konselor: “apakah kalian merasa nyaman dengan keadaan kalian saat ini?”
Konselor: “sekarang coba ceritakan permasalahan kalian yang saat mengenai bingung dan
takut salah masuk jurusan di perguruan tinggi”
Latihan
“Hari nii ibu atau bapa akan menggukan teknik role play, iana kalian semua anggota ada 10
peserta yang mana hal ini smua dihadapkan pada kursi kosing yang semua kursi tersebut ada
10 (sesuai masing masing jurusan di perguruan tinggi) jurusan yang ada di perguruan tinggi”
“Ibu minta kalian untuk menyepertikan semua peran yang ada di kurisi kosong tersebut
“contohnya adalah misal ibaratkan 1 kursi adalah seandainya jurusan IPA, 1 kursi seandainya
jurusan seandainya kedokteran, 1 kursi seandainya jurusan kimia, 1 kursi seandainya jurusan
geologi, 1 kursi seandainya jurusan ekonomi, 1 kursi seandainya jurusan biologi, 1 kursi
seandainya jurusan psikologi, 1 kursi seandainya jurusan konseling, 1 kursi seandainya jurusan
teknik elektro dan 1 teknik jurusan kedokteran”.
“ semua diantara kalian menyepertikan keadaan psikologis yang mana pada setiap kursi
tersebut”
“kalau bisa full sampai pada semua kursi tersebut di duduki oleh kalian semua secara satu
persatu”
“ Lalu apa yang kalian rasakan?”
“Apa yang kalian ada perasaan yang senang atau tidak senang ? itu semua tergantung dari
pribadi kalian masing masing ?”
“Tidak boleh diantara kalian tidak duduk dalam kursi tersebut, harus semua kursi di duduki dan
kalian, dan dinikmati persaan psikologisnya seandainya kalian berada dalam kursi tersebut”
35
“Apabila dalam diri kalian ada persaaan nyaman dalam diri seandainya kalian menduduki satu
kursi tadi?”
“Apakah ada dalam diri kalian yang merasakan it real my life? Setelah kalian menduduki salt
satu kursi tersebut?”
“Itu bisa indikator awal apabila kalian diri kalian !”
Pertemuan 4
Tahap 3: Kegiatan
Konselor: “: “Assalamualaikum anak anaku? Ibu sangat bangga dengan seluruh prestasi kalian
sebelumnya, prestasi itu bukan hanya materi, piala, niali rapot yang bagus. Akantetapi
keterampilan dalam mengungkapkan pendapat di area umum dalam satu forum konseling saja
itu menurut pendapat ibu itu adalah prestasi yang membanggakan. Ibu akan melanjutkan hasil
dari pertemuan sebelumnya, semuanya sudah siap?”
Konselor: “Oke, pada kegiatan saat ini, sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya, saya akan
bertanya kepada kalian mengenai pertemuan yang lalu, bagaimana pendapat kalian mengenai
pertemuan yang lalu? Apakah masih ingat mengenal pembahasan pertemuan yang lalu?
Silahkan siapa yang mau menyampaikan pertama?”
Latihan
Pada latihan ini pemimpin meminta anggota “Menilai dan mengambil kesimpulan” Hal ini
digunakan untuk menghasilkan diskusi tentang jurus ampuh dalam melanjutkan ke perguruan
tinggi”.
Konselor: “Banyak fenomena terjadi pada siswa dan siswi kelas XII yang mengalami hal
salah masuk jurusan di perguruan tinggi, ibu berfikir mungkin saja ia bekum pernah
melaksanakan bimbingan dan konseling kelompok semacam ini, karena hal ini merupakan hal
yang sangat krusial terjadi dikalangan siswa kelas XII”
Konselor “ Lalu siapa yang akan bertanggung jawab jikalau semua itu terjadi pada diri individu
masing masing para siswa di sekolah?”
Konselor “ Semua hal ini menjadi momok yang menakutkan bukan?”
Konselor “Mengapa hal ini sangat menakutkan bagi diri kita sendiri atau bagi orang banyak?”
Konselor “ karena bisa dipahami betul bahwa sanya apabila salah mengambil jurusan di
perguruan tinggi itu merupakan hal yang tidak baik, karena hal tersebut bisa menimbulkan hal
kurang baik, bukan begitu anak anak?”
Konselor “Siapa diantara kalian ada yang mau berargumentasi mengeai hal in?”
36
Konselor “ Ada yang bisa jawab? Mengapa hal ini sangat tidak boleh terjadi dikalangan siswa
SMA kelas XII?”
Konselor “Bagus sekali kamu berani mengungkapkan apa yang terjadi jikalau ada yang seperti
itu “
Konselor “Memang benar sekali bahwasanya jikalau seorang siswa yang cita citanya menjadi
sarjana teknik, misalnya sarjana teknik kimia, karena beliau bingung ingin masuk teknik fisika
tidak ada yang membimbing, jadinya bagimana?”
Konselor “Ada yang bisa memberikan jawaban pada ibu?”
Konselor “Wah pintar sekali kamu nak, berani mengungkakan pendapat mu, ibu kasih reward
yah... “
Konselor: “oke sekarang semuanya sudah merasakan memilih dan menyimpulakn baik?, saya
rasa pertemuan hari ini cukup, kita akan akhiri pertemuan kali ini, tapi sebelumnya saya mau
meminta pendapat masing-masing anggota mengenai pembahasan pada pertemuan kali ini,
silahkan siapa yang mau memulai?”
Konselor: “terimakasih atas perhatian dan keikutsertaan kalian dalam berlatih bermain peran
dalam satu keluarga boneka, kita akan bertemu kembali satu hari dari sekarang ditempat dan
waktu yang sama, semoga kita semua bisa mengikuti kegiatan selanjutnya dengan formasi
yang lengkap lagi ya, kita tutup kegiatan hari ini dengan mengucapkan hamdalah, menjawab
salam, bel masuk jam peajaran berikutnua sudah terdenganr, semoga konseling kelompok
pada saat ini memberikan pencerahan pada kalian semua.amin... ”
Pertemuan 5
Tahap 3: Kegiatan
Konselor: “Menjawab salam anak anakku, bagaimana kabarnya hari ini? Sebelum memulai
kegiatan mari kita berdo‟a bersama sama.”
Konselor: “Terimakasih, pada pertemuan ini apakah semua anggota kelompok hadir?”
Konselor: “syukurlah anggota kelompoknya sampai sekarang lengkap ya, pada kegiatan
sekarang, sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya, saya akan bertanya kepada kalian
mengenai pertemuan yang lalu, bagaimana pendapat kalian mengenai pertemuan yang lalu?
Apakah masih ingat mengenai pembahasan pertemuan yang lalu?”
Konselor: “ya bagus sekali kalian masih ingat pembahasan kita sebelumnya, hari ini saya mau
mendenganr cerita mengenai keadaan kalian sebelum dan sesudah mwlaksakana simulasi
jurus ampun pilih jurusan di perguruan tinggi, mengenai perasaan dan harga diri yang kalian
rasakan, ingat ya saya tekankan sekali lagi untuk menjunjung tinggi asas kerahasiaannya agar
dapat menampilkan asas keterbukaan, semuanya mengerti yah anak anakku? Sekarang
silahkan siapa yang akan memulai ceritanya. Jika tidak ada yang mau memulainya, coba
sekarang kalian berdiri, sekarang yang memiliki badan tertinggi silahkan memulai bercerita ya,
37
kemudian dilanjutkan sampai yang paling tidak tinggi ya, ayo silahkan bercerita, tempat dan
waktunya dipersilahkan”
Situasi khusus:
Anggota kelompok yang pendiam
Konselor: “oke silahkan anggota selanjutnya yang tertinggi ketiga. Hmm nampaknya kamu
untuk saat ini belum bisa bercerita ya, oke tidak apa-apa, sekarang kita langsung ke anggota
selanjutnya, tapi setelah ini kita akan coba kembali ke kamu yaa, kita lihat apakah kamu sudah
siap atau belum untuk bercerita”
Konselor: “apakah ada yang mempunyai cerita mirip dengan apa yang baru diceritakan? Jika
tidak ada sekarang kita kembali ke kamu yang tadi sempat dilewat, apakah sekarang kamu
sudah bisa untuk bercerita? Ya bagus sekali, sekarang silahkan untuk mulai bercerita ya”
Anggota kelompok yang menangis
Konselor: “ (...................................konselor terdiam sejenak dan fokus mata dan seluruh gestur
pada siswa yang sedang menangis, tidak perlu di usah usah, hanya bisa diberikan tisu atau ait
minum..........), untuk anggota disebelahnya jangan mencoba melarang dia untuk menangis ,
biarkan dia mengeluarkan emosinya sampai dia merasa tuntas”.
Konselor: “sekarang apakah kamu masih ingin bertahan dalam kelompok atau keluar sejenak
dalam kelompok? Jika masih ingin bertahan kita tunggu cerita selanjutnya sampai kamu merasa
lega”
Konselor: “sekarang apakah kamu sudah merasa lega? Jika sudah mari kita melanjutkan kisah
selanjutnya dari anggota lainnya”
Konselor: “Baiklah, sekarang semuanya sudah mendapat kesempatan untuk bercerita ya,
setelah bercerita saya mau meminta pendapat masing-masing anggota setelah bercerita, dan
apa kita-kita rencana selanjutnya yang akan dilakukan, silahkan siapa yang mau memulai?”-
Round word
Konselor: “saya rasa cukup untuk kegiatan hari ini, saya ucapkan terimakasih atas partisipasi
kalian, kita akan bertemu kembali besok ditempat dan waktu yang sama untuk pertemuan
terakhir dalam kegiatan kelompok ini, semoga kita semua bisa mengikuti kegiatan terkahir
besok dengan formasi yang lengkap lagi ya, kita tutup kegiatan hari ini dengan mengucapkan
hamdalallah silahkan anaka anka semua melanjutkan belajar ya”
Pertemuan 6
Tahap 4: Pengakhiran atau Penutupan
Pada tahap ini konselor menyampaikan bahwa kegiatan konseling kelompok akan segera
berakhir. Konselor memastikan bahwa topik yang telah dibahas sudah dimengerti dan dipahami
38
oleh seluruh anggota kelompok. Anggota kelompok diminta untuk menyampaikan kesan dan
manfaat yang telah diperoleh setelah mengikuti konseling kelompok. Konselor menanyakan
perlu atau tidaknya pelaksanaan konseling kelompok selanjutnya. Konselor mengakhiri kegiatan
bimbingan kelompok dengan berdo‟a bersama yang dipimpin oleh salah satu anggota
kelompok, kemudian salam penutup.
Konselor: “Assalamualaikum.. hari ini apa kabar semuanya? Sebelum memulai kegiatan mari
kita berdo‟a ya, ayo siapa yang bersedia memimpin do‟a hari ini?”
Konselor: “ya terimakasih. Pada pertemuan saat ini yang mana adalah pertemuan terakhir ini
apakah semua anggota kelompok hadir?”
Konselor: “Baiklah, sampai kegiatan terakhir anggota kelompoknya lengkap terus ya, kegiatan
kelompok ini akan segera berakhir, pada pertemuan terakhir ini, saya akan memberikan
beberapa pertanyaan kepada kalian, yang pertama apakah topik yang telah dibahas sudah
dimengerti dan dipahami oleh kalian?”
Konselor: “sekarang masing-masing anggota menyampaikan kesan dan manfaat yang telah
diperoleh setelah mengikuti kegiatan ini, silahkan dimulai dari yang paling tengah dilanjutkan ke
kanan dan lanjut bagian kiri” _Round word
Konselor: “selanjutnya saya mau tahu perkembangan dan perubahan yang terjadi pada kalian
setelah mengikuti kegiatan ini, silahkan dimulai dari anggota yang duduk disebelah kanan dan
kiri” Round word
Konselor: “kemudian bagaimana komitmen yang akan datang setelah kalian mengikuti kegiatan
ini sebanyak enam kali, apakah masih perlu atau tidak kita melakukan kegiatan kelompok
selanjutnya? Silahkan acungkan tangannya yang mau berpendapat”
Konselor: “lalu bagaimana kelompok ini selanjutnya? Apakah setiap seminggu sekali bertemu,
atau dibuat grup media sosialnya atau bagaimana? Silahkan kalian mengemukakan
pendapatnya”
Konselor: “oke sekarang semuanya sudah menyampikan pendapatnya, kita sudah
mendapatkan kesimpulan dari kegiatan kelompok kita ini yaitu kalian tidak menghadapi
permasalahan yang saat ini kalian alami sendirian bukan?, ada teman-teman kamu yang
merasakan hal yang sama, jadi hal yang salah jika kalian masih bersikap menyendiri, masih
merasa diri kalian yang paling menderita sampai mengganggu kegiatan belajar kalian, dan
ternyata sebuah permasalahan dapat diselesaikan secara baik dan benar bukan?. Saya
berharap kalian dapat mengaplikasikan hasil dari kegiatan ini ke dalam kehidupan kalian sehari-
hari khususnya dalam berhubungan dengan keluarga kalian, dapat meningkatkan rasa
kepercayaan diri kalian, harga diri kalian, dan rasa bersyukur kalian dalam kehidupan ini, serta
permasalahan tersebut dapat diselesaikan sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar kalian”.
Konselor: “baiklah, ibu rasa pertemuan hari ini cukup, kita akan akhiri pertemuan dan kegiatan
kelompok ini, sesuai kesepakatan kelompok kita akan bertemu kembali dua minggu dari
39
sekarang untuk menceritakan perkembangan hubungan keluarga masing-masing anggota
kelompok oke”
Konselor: “saya ucapkan terimakasih atas partisipasi kalian menjawab kegiatan ini berlangsung,
semoga kita semua bisa mengentaskan permasalahan masing-masing ya, sebelum ditutup mari
kita berdo‟a bersama.”
baik terimakasih, kita tutup kegiatan hari ini dengan mengucapkan hamdalah,
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh. silahkan kalian kembali ke aktifitasnya
masing-masing, sampai jumpa dua minggu lagi, salam untuk keluarga kalian, sukses selalu,
dan terus semangat dan yakinkan pada diri kalian bahwa hidup itu indah, seindah pelangi yang
datang setelah hujan deras, maka nikmati, resapi dan ambil hikmah dari setiap peristiwa yang
pahit maupun manis dan semoga kalian dapat mengambil jurusan seuai dengan minat dan
bakat kalian di perguruan tinggi favorite kalian, aminnnn, sukses untuk kita semua...”.
21. Uraian materi / sumber bahan bacaan : Dalam menentukan suatu pilhan
banyak hal yang harus kita perhatikan, karena dengan mengetahuinya kita akan mampu
mempertimbangkan dan menyesuaikannya dengan kemampuan yang dimiliki. Adapun
jurus yang dapat kita lakukan dalam menentukan pilihan yaitu :
1. Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif
pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Bakat merupakan
potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir adalah Sebelum
menentukan jurusan, ketahuilah dulu apa bakat dan minat kamu. Untuk mengetahui
bakat, kita dapat mengikuti program tes bakat dan kemampuan yang ada. Daripada
salah pilih jurusan, nggak ada salahnya sebelum memilih kita konsultasi terlebih
dahulu.
2. Kemampuan Kognitif Kemampuan Bakat dan minat saja tidak cukup tapi kita juga
harus terus meningkatkan kemampuan kita. Kemampuan kognitif untuk selalu
Belajar, belajar, dan jangan pernah berhenti. Perpadauan antara minat, bakat dan
kemampuan yang tinggi mampu menciptakan kesempatan yang luar biasa.
3. Jangan Malu Bertanya. Jangan malu bertanya kepada konselor atau guru
Bimbingan dan konseling yang sedang memandu, ataupun kalau ada pertanyaan
kepada teman sejawat bisa diutarakan. Ingat pepatah mengatakan malu bertanya
sesat dijalan. Jangan segan-segan untuk bertanya dan mengumpulkan informasi
yang seluas-luasnya tentang jurusan apa yang hendak kamu pilih. Jika kamu
mempunyai waktu yang cukup, berdiskusilah dengan senior-seniormu tentang
jurusan yang akan kamu pilih, dan juga pengalaman senior senior nya yang sudah
berada ditempat perguruan tinggi yang populer.
4. Berdo‟a. Do‟a memang benar-benar jadi senjata andalan semua orang yang ada di
dunia ini. Setelah melalui tahapan-tahapan usaha yang kamu lakukan, jurus
pamungkas yang kita miliki adalah menyerahkan semuanya kepada Tuhan Yang
40
Maha Esa. Mintalah kepada Tuhan yang terbaik untuk masa depanmu karena
Tuhan Maha mengetahui apa yang terbaik untu masa depan kita., Misalnya seperti
ini. Ya Tuhan terima kasih atas segala karunia indah Mu di dua ini, Karena Mu aku
bisa menjalankan segala aktifitas belajar. Tiada daya dan upaya yang bisa hamba
lakukan tanpa ijin dari Mu Tuhan. Maka luluskanlah aku di Perguan Tinggi Favoritku.
Amin.
22. Rencana Penilaian : melaksanakan pre dan post pemahaman siswa secara lisan
23. Catatan Khusus : Siswa memiliki kesempatan untuk berkonsultasi di dalam atau
di luar kelas mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya, terutama
tentang pemahaman potensi diri.
24. Sumber : Muhammad.Ardi. 2011.Mengenal jurusan dai perguruan tinggi lebih
awal di SMA. Surabaya :PT. Rosdakarya
Guru Bimbingan dan Konseling
(.............................................)
41
2. Layanana Perencanaan Psikoedukasi
1. Topik pembahasan / Aspek perkembangan :
Pemahaman Lingkungan
2. Penjelasan mengenai Peran konselor dan tahapan layanan
Psikoedukasi
1) Konselor membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan
antar anggota kelompok.
2) Konselor harus mampu para anggota bimbingan koelompok
mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan
kelompoknya.
3) Konselor berusaha menyakinkan para anggota bimbingan kelompok itu
agar apa yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama
dalam kelompok tersebut.
4) Konselor membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha
memberikan pengertian pada anggota bimbingan kelompok untuk
mematuhinya dengan optimal.
5) Konselor harus bisa memposisikan diri benar-benar berusaha untuk
secara aktif dalam mengkondisikan psikologis, pikitan, alur kegiatan
bimbinngan kelompok.
6) Konselor harus mampu berkomunikasi secara terbuka dengan para
anggota bimbingan kelompok.
7) Konselor harus mampu memberi kesempatan anggota lain untuk juga
menjalankan peranannya sebagai peserta bimbingan kelompok.
8) Konselor harus mampu merumuskan tema apa yang akan dibahs dan
semua anggota kelompok turut serta aktif dalam kegiatan kegiatan.
42
3. Kompetensi layanan
1. Ranah Kognitif
a. Siswa dapat membedakan baik buruknya nilai-nilai sosial di
masyarakat melalui diskusi kelompok.
b. siswa dapat menentukan baik buruknya nilai sosial melalui diskusi
kelompok.
c. Siswa dapat menjelaskan norma-norma di sekolah melalu mind
mapping.
d. Siswa dapat melaksanakan norma-norma di sekolah melalui mind
mapping.
2. Ranah Afektif
a. Siswa dapat mengikuti kegiatan role play mengenai dilemma pribadi.
b. Siswa dapat membentuk pendapat dari dilemma pribadi melalui role
play.
c. Siswa dapat mengatakan haknya dalam berpendapat melalui debat
aktif.
d. Siswa dapat memecahkan kesimpulan melalui debat aktif tentang hak-
hak individu.
3. Ranah Psikomotorik
a. Siswa dapat membedakan etika yang baik dan etika yang buruk melalui
metode modeling.
b. Siswa dapat memperbaiki etika yang buruk menjadi etika yang baik
melalui modeling.
c. Siswa dapat menerangkan perilaku yang baik dalam film
d. Siswa dapat menampilkan perilaku-perilaku yang baik melalui tokoh
dalam film.
4. Kompetensi Layanan dalam perkembangan karir
a.Siswa dapat merumuskan pilihan jurusan di perguruan tinggi hasil
berfikir kritis
b.Siswa dapat menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi
c.Siswa dapat memilah milih jurusan di perguruan tinggi melalui ia
menyebutkan kelemahan dan kelebihan jikalau pilih jurusan yang
dipilih.
d.Siswa dapat menikmati jurusan di perguruan tinggi atas pilihanannya.
4. Standar Kompetensi : Siswa mengetahui lingkungan pekerjaan
yang tersedia.
5. Kompetensi Dasar :
1. Siswa dapat melakukan lingukungan pekerjaan yang ia minati
43
2. Siswa dapat menyebutkan jenis pekerjaan yang diketahui.
3. Siswa dapat menyebutkan sektor pekerjaan yang diketahui.
4. Siswa dapat memilih jenis pekerjaan yang diminati dari setiap sector
yang diminati.
6. Bidang bimbingan : Karir
7. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan karir
8. Klasikal / Kelompok : Layanan Klasikal
9. Fungsi Layanan : Fungsi Pemahaman dan
pengembangan
10. Waktu Penyelenggaraan : 3 X Pertemuan (3 X 45 Menit)
11. Penyelenggaran Layanan : Guru Pembimbing dan Konseling
12. Pihak- pihak yang dilibatkan : Tutor Teman Sebaya
13. Metode : simulasi dan diskusi
14. Sasaran layanan :Sasaran layanan diberikan pada kelas XII SMA.
15. Jumlah anggota : Jumalah anggota 10 orang siswa.
16. Banyak dan lamanya pertemuan
Ada tiga pertemuan yaitu ada pertemuan pendahuluan, pertemuan
kegiatan dan tahap penutup.
17. Metode : Diskusi kelompok mengenai mengenal lingkungan
18. Media : Papan tulis, penghapus, spidol non permanen, infokus
dan LKS
19. Strategi Layanan / Uraian Kegitan :
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Pembukaan:
a. Memberikan salam dan mengecek
kehadiran siswa
b. Memberikan pengarahan dan perintah
kepada seluruh siswa peserta
biimbingan dan konseling kelompok.
c. Memberikan pengarahan dan membantu
guru seluruh peserta bimbingan dan
konseling kelompok untuk
mengkoordinir dan mengatakan apa
yang harus dilakukan pada saat
berjalankan bimbingan dan konseling
kelompok berjalan.
d. Apersepsi:
a. Menjawab salam dan pertanyaan guru
yang berkaitan dengan pengecekan
kehadiran
b. Siswa yang ditunjuk/mengacungkan
tangan menjawab pertanyaan, sedangkan
yang lain memperhatikan.
44
1) Bertanya kepada siswa sampai sejauh
mana mereka mengenali potensi dirinya
2) Bertanya tentang cara
pemahaman/pengenalan potensi diri
secara efektif.
2. Kegiatan Inti:
a. Guru menjelaskan urgensi pemahaman
potensi diri bagi individu.
b. Guru menjelaskan materi tentang jurus
ampuh menentukan pilihan jurusan
c. Sebagai evaluasi, guru memberikan
pertanyaan dan tanggapan terhadap
materi yang telah diuraikan.
a. Siswa menyimak uraian guru
b. Siswa masih menyimak materi yang
diuraikan oleh guru.
c. Siswa menjawab pertanyaan dan
tanggapan yang diminta oleh guru.
3. Penutup:
a. Guru meninjau kembali materi yang telah
disampaikan.
b. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya atau memberikan
komentar.
c. Guru menjawab pertanyaan siswa.
d. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berkonsultasi tentang
potensi dan pemahaman diri baik di luar
maupun di dalam kelas.
e. Menutup materi dan memberikan salam
a. Siswa memperhatikan uraian
kesimpulan yang disampaikan oleh guru.
b. Jika ada permasalahan, siswa
mengajukan pertanyaan atau
memberikan komentar
c. Siswa mendenganrkan jawaban atas
pertanyaan yang disampaikan oleh
siswa
d. Siswa menjawab salam
20. Tahapan Kegiatan Konseling Kelompok
Tahap Persiapan :
Kegiatan ini dilakukan pada siswa SMA yang berusia antara 17-18 tahun, anggota kelompok
berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Topik yang akan
dibahas mengenai permasalahan siswa yang orangtuanya bercerai, kegiatan ini berlangsung
sekitar 60 menit dilakukan di ruangan BK yang tertutup dengan formasi duduk melingkar di
karpet yang nyaman.
45
1. Memulai kelompok
Salah satu hal terpenting yang diperhatikan pada sesi pertama adalah bagaimana memulai
kelompok. Cara pemimpin membuka sesi akan menjadi hal penting yang berhubungan dengan
situasi kelompok yang akan berlangsung dan tingkat kenyamanan anggota kelompok, lebih
jelasnya sebagai berikut :
1. Menerima kehadiran anggota kelompok secara terbuka dan mengucapkan terimakasih dan
mengucapkan salam untuk seluruh anggota kelompok pada kegiatan konseling kelompok,
yang mana ini merupakan hal yang sangat awal dan wajib dilakukan. Karena esensinya
melakukan terima kasih dan salah itu kita memberi pengahrgaan yang paripurna untuk
memberikan penghargaan awal pada setiap anggota kelompok.
2. Pemimpin kelompok memimpin doa. Pilih salah satu anggota kelompok yang dianggap
mampu jadi pemimpin misalnya memimpin doa, menjadi asisten konselor dengan membantu
membagikan kertas dari konselor dan mengumpulkan kertas ke konselor untuk dapat
dikumpulkan kembali pada konselor.
3. Konselor menjelaskan pengertian dan tujuan dalam konseling kelompok.Hal ini digunakan
untuk hal yang ingin dicapai dengan baik dan sesuai dengan hal yang dianggap penting
sebagai tujuan yang nyata dalam kegiatan konseling kelompok.
4. Pemimpin kelompok menjelaskan cara pelaksanaan konseling kelompok.
5. Pemimpin kelompok menjelaskan asas-asas Konseling kelompok (sukarela, terbuka,
normatif,dan rahasia).
6. Kesepakatan waktu.
7. Perkenalan anggota kelompok.
Skenario:
Konselor: “assalamualaikum wr.wb. menjawab salam anak-anak, bagaimana kabar kalian hari
ini?”
Konselor: “nah, sebelum memulai kegiatan, alangkah lebih baiknya kita membaca do‟a terlebih
dahulu, ayo siapa yang mau memimpin do‟anya?”
Konselor: “ya, saya ucapkan terimakasih kepada kamu yang telah memimpin do‟a bersama,
kemudian saya berterimakasih juga kepada kalian semua yang telah hadir dalam kegiatan ini”.
2. Membantu anggota berkenalan
Jika anggota tidak saling mengenal satu sama lain, itu biasanya keuntungan agar anggota
dapat memperkenalkan dengan segera setelah tahap pembukaan. Anggota cenderung merasa
lebih nyaman setelah belajar mengenal nama masing-masing dan menghabiskan beberapa
waktu untuk mengenal satu sama lain. Hal ini penting karena dua alasan. Pertama,
pertumbuhan, terapi, atau kelompok saling berbagi, anggota jauh lebih ingin tahu tentang
46
orang-orang dengan siapa mereka akan membahas masalah pribadi. Kedua, pengenalan
menyeluruh membantu kelompok mulai mengembangkan kepercayaan dalam kelompok,
karena anggota dapat mengenal satu sama lain atau tidak akan membahas masalah pribadi.
Proses berkenalan dilakukan melalui permainan, konselor atau pemimpin kelompok meminta
anggotanya untuk menyebutkan nama, usia, tempat tinggal, dan perasaannya saat ini dengan
menggunakan simulasi permainan melalui saling mengoper pulpen. Langkah permainannya
diawali dengan pemimpin kelompok memegang pulpen dan berkata “ini pulpen, nama saya
Jaka, usia 18 tahun, tempat tinggal di Tegalwangi, dan perasaan saya saat ini gembira, pulpen
ini saya berikan ke orang disebelah saya”, kemudian orang kedua berkata “ini pulpen saya
dapatkan dari Ina, usia 17,6 bulan tahun, tempat tinggal di Ciceri, perasaannya saat ini gembira,
dan saya Tanjung , usia 17 tahun, tempat tinggal di jalan kepodang serang, perasaannya saat
ini penasaran, pulpen ini saya berikan ke orang disebelah saya” begitu seterusnya sampai
semua anggota kelompok selesai mendapatkan pulpen dan berkenalan dan seterusnya sampai
semua anggota bimbingan konseling kelompok memperkenalkan diri.
1. Konselor memberikan rancangan untuk lebih mengenal dengan anggota kelompok satu
dengan yang lain
2. Konselor mempersilahkan kepada anggota kelompok lebih mengenal satu sama lainnya.
3. Konselor memberikan rujukan untuk saling mengenal satu sama lain
4. Konselor memberikan pemahaman dengan satu dengan lainnya dalam sebuah kelompok
untuk paham yang namanya anggota kelompok apabila saling kenal dan saling sayang ada
keterkaitan batin
5. Konselor memberikan pemahaman yang signifikan untuk memberikan hal yang sesuai
dengan hal yang ingin dibahas dengan sebelumnya saling mengenal satu sama lain.
6. Konselor selalu memberikan hal yang menarik dalam hal perkenalan untuk menarik
perhatian khusus para anggotanya.
Skenario:
Konselor: “yaa, kegiatan selanjutnya adalah kita berkenalan satu persatu yaa, ada yang belum
saling kenal kan semuanya?”
Konselor: “perkenalannya dilakukan menggunakan sedikit permainan yang bernama “ini
pulpen”. Perkenalannya dengan menyebutkan nama, usia, tempat tinggal, dan perasaannya
saat ini. Caranya diawali dengan saya memegang pulpen dan berkata ini pulpen, nama saya
Viko, usia 18tahun, tempat tinggal di bumi agung, dan perasaan saya saat ini gembira, pulpen
ini saya berikan ke orang disebelah saya, kemudian saya berikan ke orang sebelah saya dan
dia berkata ini pulpen saya dapatkan dari faris, usia 30 tahun, tempat tinggal di klender,
perasaannya saat ini gembira, dan saya Alex, usia 18 tahun, tempat tinggal di Serang Banten ,
perasaannya saat ini penasaran, pulpen ini saya berikan ke orang disebelah saya, begitu
47
seterusnya sampai semua anggota kelompok selesai mendapatkan pulpen dan berkenalan,
sampai sini paham semua? Apakah ada yang ditanyakan?”
Konselor: “kalau tidak ada yang bertanya kita mulai saja ya permainan ini”.
3. Mengklarifikasi tujuan kelompok
Tujuan dari kelompok merupakan faktor paling penting dalam menentukan kegiatan kelompok.
pemimpin kelompok dapat memimpin anggotanya untuk berbagi beberapa informasi yang
relevan tentang diri mereka sendiri. Pemimpin juga mungkin memiliki andil anggota mengapa
mereka menghadiri kelompok atau harapan mereka dari sesi.
Pemimpin harus yakin bahwa tujuan kelompok ini diklarifikasi menjawab sesi pertama.
Klarifikasi penting jika belum ada wawancara awal sebelum pertemuan kelompok pertama.
Dalam kegiatan kelompok yang akan dilakukan mengenal lingkungan kampus dari segi
akademik dan lingkunganya, tujuannya adalah untuk memberikan kebijaksanaan bagaimana
pengalaman yang dimiliki oleh siswa mengenai pengaruh dan keberlanjutan pemahaman
lingkungan kampus dan jurusan di kampus Universitas, mengembangkan sikap pengenalan
lingkungan yang mana ini merupakan hal yang harus dilakkan oleh siswa kelas XII yang mana
akan sebentar lagi menuju menjadi mahasiswa yang akan ada sangat perbedaan dari semasa
SMA dan yang akan datang menjadi Mahasiswa.Siswa memahami apa yang harus dipenuhi
dan dilakukan agar semua tugas perkembangan pada fase nya terjalani degan baik dan
optimal.
Skenario:
Konselor: “yaa, setelah kita saling berkenalan, selanjutnya kita membahas mengenai tujuan dari
kegiatan ini, ada yang sudah tahu tujuannya apa?”.
Konselor: “yaa, tujuan dari kegiatan kelompok ini untuk membantu permasalahan kalian dengan
orang tua masing-masing, supaya kalian bisa menghadapi kenyataan yang terjadi”.
Konselor: “tujuan lainnya yaitu bagaimana pengalaman yang dimiliki oleh siswa mengenai
pengaruh dan keberlanjutan pemahaman lingkungan kampus dan jurusan di kampus
Universitas, mengembangkan sikap pengenalan lingkungan yang mana ini merupakan hal yang
harus dilakkan oleh siswa kelas XII yang mana akan sebentar lagi menuju menjadi mahasiswa
yang akan ada sangat perbedaan dari semasa SMA dan yang akan datang menjadi
Mahasiswa.Siswa memahami apa yang harus dipenuhi dan dilakukan agar semua tugas
perkembangan pada fase nya terjalani degan baik dan optimal”.
4. Menjelaskan peran pemimpin
Menjawab kegiatan, pemimpin harus menjelaskan apa perannya menjawab sepanjang sesi,
yaitu: berperan memimpin jalannya kegiatan, peran untuk mengajar, peran fasilitatif, dan peran
terapi. Pemimpin juga mungkin perlu menjelaskan beberapa perilaku kepemimpinannya, seperti
memotong pembicaraan anggota kelompok sewaktu-waktu dan memancing anggota untuk
berbicara. Jika pemimpin berencana untuk melakukan terapi, ia mungkin ingin menjelaskan
48
salah satu teknik yang ia rencanakan untuk digunakan dengan anggota yang mungkin belum
terbiasa. Beberapa pemimpin dapat menggunakan teknik psikodrama, atau "kursi kosong", atau
putaran terapi. Menjelaskan prosedur pada sesi pertama atau kedua mengurangi kemungkinan
kebingungan atau kesalahpahaman ketika mereka melakukan kegiatan dalam sesi selanjutnya.
Secara teknis kursi kosong akan ditempatkan mengenai jalur jurusan di perguruan
tinggi yang diminati oleh sesuai minat dan bakat siswa, sehingga pada saat dijalaninya akan
menjadi optimal karena sesuai minat dan bakat siswa.
Skenario:
Konselor: “selanjutnya kita akan membahas mengenai peran saya dalam kegiatan ini”.
Konselor: “peran saya dalam kegiatan ini yaitu sebagai pemimpin dalam kelompok ini,
memimpin jalannya kegiatan, berperan untuk mengajar, berperan fasilitatif, dan berperan
sebagai terapi, tujuannya agar kegiatan ini menjadi terarah dan dapat menghasilkan informasi
yang bermanfaat dan dapat mengentaskan permasalahan kalian”.
5. Menjelaskan bagaimana kelompok akan dilakukan
Hal ini penting untuk memperjelas menjawab sesi pertama bagaimana pemimpin yang
berencana untuk melakukan kegiatan. Memberi petunjuk anggota tentang jenis diskusi dan
kegiatan yang akan mengambil tempat di kelompok akan membantu untuk kemudahan
ketegangan dan menjamin kelancaran kegiatan kelompok itu. Alasan lain untuk menyatakan
apa yang akan terjadi dalam kelompok adalah bahwa anggota, setelah mendenganr penjelasan
tentang bagaimana kelompok akan dilakukan, dapat memutuskan bahwa mereka tidak ingin
dalam kelompok. Jika anggota tidak memutuskan untuk tidak bergabung dengan kelompok,
pemimpin butuh berbicara secara pribadi dengan anggota untuk mengetahui alasannya. Untuk
lebih jelasnya lagi sebagai berikut :
1. Konselor membantu membuat harapan harapan apa saja yang diinginkan oleh konseli satu
dengan yang lainnya
2. Konselor bisa membuat media secarik kertas untuk dibagikan kepada konseli untuk
dijadikan dan dicatat untuk sebagai media apa yang diharpkan oleh konseli. Jadi teknisnya
konseli menulis apa yang diinginkan oleh konseli pada secarik kertas. Ini upaya hawatir ada
hal yang kurang mampu untuk mengungkakan diarea publik.
3. Konselor meyakinakan pada konseli bahwasanya semua hal ini dapat menjadi acuan yang
nyata sebagai motovasi internal yang diliki oleh konseli sebagai pelaku kegitan konseli
kelompok.
4. gar dinamika kelompok selalu berkembang, maka peranan yang dimainkan para anggota
kelompok menurut (Romlah, 2001) adalah :
5. membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok
6. mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok
7. berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama
49
8. membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik agar
optimal.
9. benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.
10. mampu berkomunikasi secara terbuka
11. berusaha membantu anggota lain
12. memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan peranannya
13. menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.
Skenario:
Konselor: “pada pertemuan kali ini, kegiatan yang akan kita lakukan adalah membahas
mengenai perasaan kalian mengenai hubungan dengan keluarganya masing-masing, hal
tersebut dilakukan dengan harapan agar kalian dapat mengentaskan permasalahan yang
sekarang sedang dialami”.
Konselor: “sebelum melangkah ke kegiatan selanjutnya, apakah kalian ada yang mau
bertanya? Apakah ada yang keberatan dalam mengikuti kegiatan ini?”
6. Menjelaskan aturan dasar
Aturan dasar tertentu harus dibahas dalam sesi pertama. Aturan tentang makan,
minum, atau berbicara menjawab kegiatan kelompok berlangsung serta menjaga kerahasiaan
informasi anggota kelompok dan pembahasan yang akan disampaikan. Biasanya aturan
disebutkan dalam sesi pertama agar tidak mengganggu jalannya diskusi. Aturan kelompok yang
ditetapkan melarang menyerang anggota kelompok lainnya. Ketika semua aturan-aturan dasar
yang tercakup dalam saat-saat awal kelompok, anggota mungkin menjadi bosan atau cemas
sesuatu akan terjadi. Intinya adalah bahwa pemimpin tidak harus menggunakan banyak aturan
dasar sewaktu menjelaskan, kecuali ada beberapa alasan untuk melakukannya. Jika anggota
kelompok ada yang mencoba untuk berdebat tentang aturan, pemimpin harus menjelaskan
dengan tenang mengapa penting dibuat aturan kelompok untuk kelancaran kegiatan kelompok
yang akan dilakukan. Untuk lebih jelasnya lagi sebagai berikut :
1. Konselor melakukan Tahap Pengenalan dalam Aturan di Kelompok merupakan masa
setelah proses pembentukan dan sebelum masa bekerja (kegiatan).
2. Konselor dimulai dengan masa badai, dimana anggota kelompok mulai bersaing dengan
yang lain dalam kelompok untuk mendapatkan temapat kekuasaan dalam kelompok. Pada
tahap ini muncul perasaan-perasaan kecemasan, pertentangan, pertahanan, ketegangan,
konflik, konfrontasi dsb.
3. Misalnya Konselor menghadapi anggota yang frustasi dan kegaduhan meningkat pada
tahap ini, namun ini merupakan saat yang produktif bagi anggota kelompok untuk
memperbaiki sosialisasinya di masa lalu yang tidak produktif, membuat pengalaman-
pengalaman baru dan menetapkan tempatnya dalam kelompok tersebut.
50
4. Dibutuhkan Kompetensi konselor Melakukan ketrampilan konselor dalam beberapa hal,
yaitu kepekaan waktu, kemampuan melihat perilaku anggota dan mengenal suasana
emosi di dalam kelompok.
5. Konselor harus peka kapan harus melakukan konfrontasi terhadap anggota dan kapan
harus memberikan dukungan, oleh karena itu konselor harus memperhatikan pola perilaku
anggota dalam kelompok.
Skenario:
Konselor: “tahap selanjutnya, kita akan membahas mengenai aturan yang berlaku dalam
kegiatan ini”.
Konselor: “aturan tersebut dilakukan agar kegiatan ini dapat berjalan secara kondusif dan demi
kelancaran kegiatan. Aturan tersebut yaitu dilarang berbicara sebelum dipersilahkan oleh
pemimpin kelompok, menghargai dan mendenganrkan dengan seksama ketika pemimpin
kelompok dan anggota kelompok lain sedang berbicara, dilarang makan dan minum menjawab
kegiatan berlangsung, dan ketika akan berbicara harus mengangkat tangan terlebih dahulu,
kemudian yang paling penting adalah menjaga kerahasiaan pembahasan didalam kegiatan kita
ini diluar kelompok”.
Konselor: “begitu aturan yang akan kita terapkan dalam kegiatan ini, apakah ada tanggapan?”
7. Memeriksa tingkat kenyamanan para anggota
Untuk membantu mengurangi ketidaknyamanan yang akan terjadi, pemimpin bisa
menghabiskan beberapa menit terfokus pada topik tingkat kenyamanan dengan cara
menanyakan kecemasan apa yang di hadapi anggota menjawab masa diskusi ini. Kemudian
pemimpin menanyakan kembali tentang ketidaknyamanan anggota dengan memberikan skala 1
sampai 10 tingkat ketidaknyamanan yang dialami oleh anggota. Setelah itu pemimpin bisa
memberikan waktu sekitar tiga menit untuk anggota mencari pasangan dan mendiskusikan
tingkat kenyamanan dan mengapa mereka merasa seperti yang mereka lakukan. Setelah itu
kita akan kembali ke kelompok besar untuk diskusi.
Kegiatan ini akan membantu anggota berbicara tentang tingkat kenyamanan dalam kelompok.
Diskusi seperti ini membantu anggota untuk merasa lebih nyaman, baik melalui berbagi
perasaan mereka dan melalui mendenganr bahwa beberapa orang lain merasa
ketidaknyamanan. Kemudian dapat melakukan permainan seperti dengan kegiatan ice breaking
“opposite”. Konselor menjelaskan tentang permainan opposite. Yaitu “kebalikan”,anggota
kelompok melakukan gerakan yang diucapkan konselor, misalkan jika konselor mengatakan
“opposite” maju maka konseli mundur, jika jongkok maka berdiri, dan seterusnya. Jika tidak ada
kata “opposite” yang diucapkan konselor, maka gerakan jadi normal, misalnya maju maka
konseli tetap maju.
Skenario:
51
Konselor: “sekarang saya bertanya kepada kalian, apakah sampai saat ini kalian merasa
nyaman dalam kegiatan ini?”
Konselor: “apakah ada diantara kalian yang merasa tidak nyaman didalam kegiatan ini?”
Konselor: “sekarang kalian coba berpasangan, kemudian kalian saling menanyakan apakah
kalian merasa nyaman atau tidak saat ini dan berikan alasannya, saya beri waktu 3 menit untuk
kalian saling bertanya, kemudian kalian berkumpul lagi didalam kelompok besar dan melingkar
lagi, semua paham tugasnya sekarang?”
Konselor: “untuk menambah kenyamanan dalam kegiatan kita ini, sekarang kita akan
melakukan ice breaking yang diberi nama “opposite”, yang artinya “kebalikan”, cara mainnya
yaitu kalian bergerak mengikuti ucapan yang saya katakan, misalkan jika saya mengatakan
“opposite” maju maka kalian mundur, jika saya bilang “opposite” jongkok maka berdiri, dan
seterusnya. Lalu jika tidak ada kata “opposite” yang diucapkan saya, maka gerakannya jadi
normal, misalnya saya bilang maju maka kalian tetap maju. Bagaimana, apakah sudah paham
cara bermainnya? Jika sudah paham semuanya, ayo kita mulai permainan ini”
8. Memperkenalkan dan berfokus pada konten
Konten dalam konteks ini yaitu topik yang sedang dibahas dalam kelompok. Konten harus
dipantau oleh pemimpin terus-menerus, untuk fokus pada tujuan kelompok. Dalam membahas
topik yang akan dibahas, pemimpin hendaknya memberikan pendahuluan agar anggota
memiliki gambaran tentang topik tersebut dan alasan mengapa mereka ada di kelompok ini.
Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :
1. Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok.
2. Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk mengikuti kegiatan lebih lanjut.
3. Mengenali suasana apabila anggota belum siap memasuki tahap berikutnya dan
mengatasi suasana tersebut.
4. Pemimpin kelompok membantu anggota memilih topik bahasan.
Skenario:
Konselor: “sekarang, kegiatan kita selanjutnya adalah fokus pada topik yang akan kita bahas,
apakah semuanya sudah siap?”
Konselor: “jika semua sudah siap, ayo kita mulai kegiatan ini”
Konselor: “sebelumnya kita sudah membahas alasan kalian berkumpul disini bukan?”
Konselor: “yaa benar, kalian dikumpulkan disini untuk saling berbagi dan saling membantu
mengentaskan permasalahan yang sekarang sedang dihadapi”
Konselor: “Pemahaman lingkungan dalam fase perkembangan yang mana ini merupakan
situasi yang akan di laksanakan pada siswa siswi Sekolah Menengah Atas pada kegiatan karir
yang akan datang, hal ini hars dipersiapkan sejak dini di masa Sekolah Menengah Atas, siap
tidak siap mesti dijalani dengan selalu berfikir positif dan jangan pernah ada perasaan takut.
52
Konselor: “sekarang saya mau mendenganrkan pendapat kalian, ayo siapa yang mau
memberikan pendapat yang pertama?”
Konselor: “setelah mendenganrkan pendapat kalian semua, bagaimana kehidupan kalian
sekarang?, apa perbedaan yang kalian sebelum kalian menjadi mahasiswa yang notabene
harus memahami lingkungan dengan optimal?, ayo siapa yang mau duluan menjawab?”
Konselor: “apakah ada tanggapan dari kalian untuk jawaban dari teman-teman kalian tadi?”
Konselor: “kemudian sekarang, bagaimana dengan usaha kalian untuk mengenal dan
memahami lingkungan di kampus setelah hanaya kehidupan di Sekolah Menengah Atas?”,
bagaimana kalian berkomunikasi dan berusaha mengenal lingkungan diperguruan tinggi? Ayo
sekarang siapa yang mau duluan menjawab pertanyaan saya?, saya harap anggota yang
berbeda ya yang menjawab duluan”.
Konselor. “ Ada beberapa hal yang mesti kalian ingat bahwasanya ada beberapa hal yang mesti
dilakukan untuk membuat energi positif dan energi negatif?
Konselor :”Semua hal ini menjadikan hal yang realistik menjadi fenomena banyak terjadi untuk
selalu diberikan yang terbaik.
Konselor :‟Harus diberikan hal yang menjadi inti dalam perlakukan yang baik
8. Mengatur Nada Chemistri yang Positif
1. Konselor mempersiapkan ruang diskusi lengkap dengan sarana yang akan dibutuhkan
dalam proses diskusi.
2. Anggota kelompok yang terdiri dari 6 – 10 siswa siap di ruang kelas.
3. Konselor membimbing para anggota diskusi untuk memperkenalkan diri masing –
masing. Dalam perkenalan tersebut boleh di adakah tanya jawab tentang identitas
anggota dan ditutup dengan permainan kelompok untuk menuju “kunci akrab”.
4. Dipimpin konselor membuat suatu kesepakatan bersama bahwa anggota kelompok
tidak dibenarkan untuk membuka masalah yang dibahas kelompok di luar ruang diskusi
(asas kerahasiaan) dan setiap anggota kelompok berjanji untuk membantu setiap
masalah yang dikemukakan oleh teman anggota kelompok.
5. Konselor memulai diskusi kelompok dengan memberikan sebuah gambaran mengenai
cara belajar yang sesuai secara belajar mandiri atau kelompok ,
6. Konselor memberikan kesempatan kepada anggota diskusi untuk menanggapi
masalah yang telah ada.
7. Pengakhiran diskusi dengan : (1) himpunan ada folow up atau tindak lanjut tentang
masalah yang sudah didiskusikan. (2) bila perlu menentukan waktu untuk diskusi
selanjutnya.
Pertemuan 2
Tahap 2: Peralihan
Dalam tahap peralihan disini akan dijelaskan dan akan dibahas mengenai hal yang
kontras dengan apa yang ingin disampaikan pada keanggotaan konseling kelompok ini, semua
53
hal yang ingin di sampaikan dan akan dituju pada seluruh peseta konseling adalah hal yang
menjadi prioritas dimana ini merupakan pada awal tahap kegiatan.
Pada tahap ini bisa juga disebut tahap penghubung karena pada tahap inilah kelompok
mencapai tujuannya. Dalam tahap ini kelompok melakukan diskusi tentang berbagai konflikan
lingkungan di perguruan tinggi, baik dalam lingkungan akademik kampus maupun dalam
kegiatan lingkungan sosial sekitar.. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota kelompok
untuk ikut berpartisipasi secara aktif di dalam pelaksanaan kegiatan, menanyakan dan
memastikan kesiapan anggota kelompok untuk melanjutkan proses pelaksanaan konseling
kelompok, serta memaparkan topik yang akan dibahas dalam konseling kelompok.
Skenario:
Konselor: “Assalamualaikum anak anaku? Ibu sangat bangga dengan seluruh prestasi kalian
sebelumnya, prestasi itu bukan hanya materi, piala, niali rapot yang bagus. Akantetapi
keterampilan dalam mengungkapkan pendapat di area umum dalam satu forum konseling saja
itu menurut pendapat ibu itu adalah prestasi yang membanggakan. Ibu akan melanjutkan hasil
dari pertemuan sebelumnya, semuanya sudah siap?”
Adakah yang akan memandu doa sebelum kita laksakana konseling kelompok lanjuta dari
kemarin?” sialhkan aada diantara kalian ingin memperlihatkan prestasi kalian untuk memimpin
doa, Ingat yah anak anaku yang soleh dan sholehah prestasi itu bukan hanya materi, akantetapi
keterampilan memimpin doa itu adalah prestasi yang membanggakan, ibu tidak akan menunjuk,
akantetapi ibu akan menunggu 1 menit siapa yang akan mempin doa?”
Konselor: “Terimakasih kepada anggota yang telah memimpin do‟a, pada pertemuan ini apakah
semua anggota kelompok hadir? Apakah kalian masih ingat nama-nama anggota kelompok?”
Konselor: “ya, pada kegiatan sekarang, sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya, saya akan
bertanya kepada kalian mengenai pertemuan yang lalu”
Konselor: “bagaimana pendapat kalian mengenai pertemuan yang lalu? Apakah masih ingat
mengenai pembahasan pertemuan yang lalu?”
Konselor: “sekarang, apakah kalian masih ingat aturan dasar yang telah disampaikan pada
pertemuan yang lalu?”
Konselor: “pada pertemuan yang lalu, aturan yang paling penting adalah kerahasiaan bukan?
Apakah sekarang kalian masih setuju dengan peraturan itu?”
Konselor: “sekarang jika kalian akan ditanya oleh teman atau siapapun ketika keluar dari tempat
ini, apa yang akan kalian katakan? Coba masing-masing dari kalian menjawabnya” Round
word
Konselor: “hmm, sekarang menurut kalian siapa yang paling mungkin bertanya kepada kalian
ketika keluar dari kegiatan ini?”
54
Konselor: “oke, sekarang saya akan menjadi guru itu, nanti saya akan bertanya kepada kalian
masing-masing, kemudian kalian menjawab dengan apa yang tadi kalian sampaikan,
bagaimana, apakah semua paham? Jika sudah paham mari kita mulai kegiatannya” Role Play
Konselor: “menurut kalian apakah semua anggota sudah cukup kuat dalam menjaga rahasianya
yang tadi telah disampaikan, apakah masih ada yang belum merasa puas?”
Konselor: “sekarang apakah kalian masih merasa nyaman dengan mengikuti kegiatan ini?”
Konselor: “baik, selanjutnya apakah kalian sudah siap untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya
dalam kegiatan ini?”
Konselor: “oke hebat jika semuanya sudah siap, namun karena terbatasnya waktu kita akan
melanjutkan ke tahap selanjutnya pada satu hari dari sekarang ya, diwaktu, tempat, dan formasi
yang sama dengan sekarang, kita akhiri pertemuan kedua ini dengan membaca hamdalah.
sekarang silahkan lanjutkan belajar”.
Pertemuan 3
Tahap 3: Kegiatan
Pada tahap ini masing-masing anggota kelompok menyampaikan pendapat tentang masalah
Jurus Ampuh Melanjutkan ke Perguruan Tinggi dengan cara secara bergantian memberikan
pendapat. Pemimpin kelompok atau Konselor membahas dan mengupas topik secara tuntas
dan berusaha mempertahankan keadaan kondusif dalam kelompok. Anggota kelompok diminta
untuk menyampaikan langkah apa yang akan dilakukannya berkaitan dengan permasalahan
yang dialami.
Skenario:
5. Membuat Fokus
Konselor: “Menjawab salam anak anak? Sebelum memulai kegiatan kita membaca do‟a terlebih
dahulu ya, berdo‟a mulai. Selesai, apakah semua anggota kelompok hari ini hadir?
Konselor: “sekarang apakah kalian masih ingat dengan pembahasan pertemuan kemarin?”
Konselor: “pada tahap ini kita memasuki kegiatan inti dalam pertemuan kita, berdasarkan
pertemuan kemarin anggota kelompok sudah bisa berusaha menampilkan sikap kerahasiaan
bukan ? Ibu sangat menghargai bagi siapapun siswa itu dapat menceritakan mencoba
memahami lingkungan yang akan kalian jalani pada saat akan menjadi mahasiswa kelak,
sekarang siapa diantara kalian yang merasa memiliki suatu permasalahan paling sulit dan
menyedihkan berdasarkan pengalaman kalian saat ini, permasalahan tersebut mengenai apa?
Silahkan siapa yang mau menjawab pertama”
Konselor: “siapa yang tadi mengatakan bahwa seandainya tidak bisa memahami lingkungan
karena kangen rumah, tidak bisa tinggal sendiri, tidak bisa ditempat sepi, dan tidak bisa jauh
dari orang tua paling menyedihkan dalam hidupnya? Coba kamu ceritakan apa yang dirasakan
karena itu?”
Konselor: “apakah ada pengalaman yang sama dengan apa yang diceritakan tadi?”
55
Konselor: “sekarang dari permasalahan kalian ini, coba pilihlah rentangannya antara satu buah
batu bata yang paling ringan sampai tiga buah batu bata yang paling berat jika diibaratkan
permasalahan kalian seperti sebuah beban yang kamu angkat sekarang, dimulai dari anggota
yang berawalan namanya angka no.1 kemudian dilanjutkan sesuai angka berikutnya ok,
silahkan dimulai dari sekarang?” (Karena memang betul dipahami bahwa kelas XI itu adalah
masalah perlu usaha yang keras adalah memahami lingkungan, sehingga siswa mengatakan
bahwa ini adalah masalah utamanya pada saat ini, pada saat kelas XII)
Round scale
6. Mengganti Fokus
Konselor: “Barusan kalian menceritakan permasalahan yang difikirkan salama pemahaman
lingkungan di perguraun tinggi kelak? Silahkan siapa yang akan berbicara terlebih dahulu”
7. Memotong Pembicaraan
Konselor: “ Wah , maaf apa yang kami ucapkan merupakan hal yang tidak saat ini dibahas,
sekarang silahkan teman teman yang lain mengemukakan penjelasannya?”
8. Mengajak Berbicara
Konselor: “sekarang kita membahas mengenai apa yang menjadi kendalanya jikalau sulit untuk
memahami lingkungan di pergui di masyarakat, silahkan memilih rentangan dari satu yang
artinya sangat jauh sampai lima yang artinya sangat dekat, silahkan dimulai dari anggota yang
sebelah kanan” -Rounds scale
Konselor: “kemudian coba tadi yang memiliki nilai yang sama bergabung berdua-dua, kemudian
kalian saling menceritakan pengalaman kalian seandainya kalian salah ambil jurusan
diperguruan tinggi menjawab lima menit”
-Dyads
Konselor: “yuk kita berkumpul dalam satu kelompok lagi, sekarang coba kalian ceritakan
tentang persamaan pengalaman kalian dari mulai kelompok yang disebelah kiri”
Konselor: “apakah ada yang mempunyai pengalaman yang sama dengan kelompok ini?”
Konselor: “selanjutnya saya ingin bertanya pada kalian, manakah yang paling sudah mantap
memahami lingkungan, baik lingkungan akademik maupun lingkungan sosial kampus?”
Konselor: “sekarang berikan nilai pada piliahn jurusan di perguruan tinggi, misal fakultas
ekonomi, fakultas psikologi, fakultas mipa kalian antara rentangan satu sampai sepuluh yang
mempunyai arti semakin tinggi angka maka semakin tinggi tingkat kedekatannya, pahamkan?
Kita mulai dari anggota yang paling tinggi”
Konselor: “apakah kalian merasa nyaman dengan keadaan kalian saat ini?”
56
Konselor: “sekarang coba ceritakan permasalahan kalian yang saat mengenai bingung dan
takut salah masuk jurusan di perguruan tinggi”
Latihan
Konselor : “Hari ini ibu akan menggunakan latihan memahami lingkungan dengan teknik teori
RET, Teori RET ialah Teori Rasional Emotif Therapi yang mana ada perasaan – perasaan yang
irasional dalam diri kalian, maka dengan mencerna lebih baik, lebih rinci maka akan
merasionalkan pikitan yang irasional dengan baik dan optimal.”
Konselor : “Misalnya kalian pasti merasa ada hal yang negatif dalam proses latihan simulasi ini
memahami lingkungan misalnya, takut tinggal jauh dati orang tua, takut mearsa hidup sendiri
tidak ada yang memperhatikan, takut ada orang jahat dan saya akan di merasa tidak PeDe
tinggal dikota besar yang banyak orang tinggal dari luar pulau di Indonesia?”
Konselor : “Ataukah merasa bahwa positif, misalnya senang tinggal di daerah yang baru bisa
kenal dengan orang orang baru yang tidak akan pernah terulang denagn hal seperti ini,
maksudnya belum tentu dikampung halaman ada yang seperti ini suasananya, adan juga ingin
bersaing di tingkat nasional karena kenal dengan semua orang yang berbeda beda suku, ras ,
golongan dan lain sebagainya”
Konselor : “Semua hal ini pasti ada yang melatarbelakangi pikitan kalian , ini merupakan
kegiatan atau kondisi yang dapat dikatakan rasional dan irasional.”
Konselor : “ Kegiatan yang rasional dan kegiatan yang irasional adalah hal yang perlu
diluruskan dengan optimal, dimana hal ini merupkan hal yang dapat memberikan kontribusi
positif ataupun negatif dalam proses penetralisiran pikitan atau perasaan kondisi psikologis
seseorang.”
Konseloe : “ Sekarang bayangkan hal yang indah indah atau pikitan positif tadi berperan aktif?”
Konselor : “ Maka suasana hati akan senang bukan?”
Konselor : “ perasaan itulah yang akan membahas penuh apakah kita merasa sreg atau sesuai
dengan isi hati atau tidak?”.
Konselor : “Kalau perasaan itu sreg atau sesuai dengan isi hati maka itulah yang akan di
tekankan pada pikitan anda dan juga mensugesti diri bahwa meamng itulah yang akan terjadi.”
Konselor : “Apakah ada yang belum mengerti maksud ibu?”
Konselor : “Syukurlah kalau kalian sudah mengerti.”
57
Pertemuan 4
Tahap 3: Kegiatan
Konselor: “: “Assalamualaikum anak anaku? Ibu sangat bangga dengan seluruh prestasi kalian
sebelumnya, prestasi itu bukan hanya materi, piala, niali rapot yang bagus. Akantetapi
keterampilan dalam mengungkapkan pendapat di area umum dalam satu forum konseling saja
itu menurut pendapat ibu itu adalah prestasi yang membanggakan. Ibu akan melanjutkan hasil
dari pertemuan sebelumnya, semuanya sudah siap?”
Konselor: “Oke, pada kegiatan saat ini, sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya, saya akan
bertanya kepada kalian mengenai pertemuan yang lalu, bagaimana pendapat kalian mengenai
pertemuan yang lalu? Apakah masih ingat mengenal pembahasan pertemuan yang lalu?
Silahkan siapa yang mau menyampaikan pertama?”
Latihan
Pada latihan ini pemimpin meminta anggota “Menilai dan mengambil kesimpulan” Hal ini
digunakan untuk menghasilkan diskusi tentang pemahaman lingkungan di perguruan tinggi baik
dalam akademisi misanya jurusan di perguruan tinggi tersebut atau lingkungan kampus di
perguruan tinggi tersebut”.
Konselor: “Banyak fenomena terjadi pada siswa dan siswi kelas XII yang mengalami hal
pemahaman lingkungan baim dalam akademisi misalnya jurusan yang ada di kampus tersebut
maupun pada lingkungan sosial di masyarakat kampus, ibu berfikir mungkin saja ia bekum
pernah melaksanakan bimbingan dan konseling kelompok semacam ini, karena hal ini
merupakan hal yang sangat krusial terjadi dikalangan siswa kelas XII”
Konselor “ Lalu siapa yang akan bertanggung jawab jikalau semua itu terjadi pada diri individu
masing masing para siswa di sekolah?”
Konselor “ Semua hal ini menjadi momok yang menakutkan bukan?”
Konselor “Mengapa hal ini sangat menakutkan bagi diri kita sendiri atau bagi orang banyak?”
Konselor “ karena bisa dipahami betul bahwa dalam memahami lingkungan di perguruan tinggi
itu adalah hal yang bisa jadi dikatakan serius untuk di jalani, karena tidak semua orang mampu
berkemampuan demikian, karena hal tersebut bisa menimbulkan hal kurang , bukan begitu
anak anak?”
Konselor “Siapa diantara kalian ada yang mau berargumentasi mengeai hal in?”
Konselor “ Ada yang bisa jawab? Mengapa hal ini sangat tidak boleh terjadi dikalangan siswa
SMA kelas XII?”
Konselor “Bagus sekali kamu berani mengungkapkan apa yang terjadi jikalau ada yang seperti
itu “
58
Konselor “Memang benar sekali bahwasanya jikalau seorang siswa yang cita citanya menjadi
sarjana teknik, misalnya sarjana teknik kimia, karena beliau bingung ingin masuk teknik fisika
tidak ada yang membimbing, jadinya bagimana?”
Konselor “Ada yang bisa memberikan jawaban pada ibu?”
Konselor “Wah pintar sekali kamu nak, berani mengungkakan pendapat mu, ibu kasih reward
yah... “
Konselor: “oke sekarang semuanya sudah merasakan memilih dan menyimpulakn baik?, saya
rasa pertemuan hari ini cukup, kita akan akhiri pertemuan kali ini, tapi sebelumnya saya mau
meminta pendapat masing-masing anggota mengenai pembahasan pada pertemuan kali ini,
silahkan siapa yang mau memulai?”
Konselor: “terimakasih atas perhatian dan keikutsertaan kalian dalam berlatih dalam Rasional
Emotif Therapy yang mana kita memposisikan diri sebagai yang mempunyai pikiran yang
kurang masuk akal menjadi pikiran positf yang masuk akan sehat. Kita akan bertemu kembali
satu hari dari sekarang ditempat dan waktu yang sama, semoga kita semua bisa mengikuti
kegiatan selanjutnya dengan formasi yang lengkap lagi ya, kita tutup kegiatan hari ini dengan
mengucapkan hamdalah, menjawab salam, bel masuk jam peajaran berikutnua sudah
terdenganr, semoga konseling kelompok pada saat ini memberikan pencerahan pada kalian
semua.amin... ”
Pertemuan 5
Tahap 3: Kegiatan
Konselor: “Menjawab salam anak anakku, bagaimana kabarnya hari ini? Sebelum memulai
kegiatan mari kita berdo‟a bersama sama.”
Konselor: “Terimakasih, pada pertemuan ini apakah semua anggota kelompok hadir?”
Konselor: “syukurlah anggota kelompoknya sampai sekarang lengkap ya, pada kegiatan
sekarang, sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya, saya akan bertanya kepada kalian
mengenai pertemuan yang lalu, bagaimana pendapat kalian mengenai pertemuan yang lalu?
Apakah masih ingat mengenai pembahasan pertemuan yang lalu?”
Konselor: “ya bagus sekali kalian masih ingat pembahasan kita sebelumnya, hari ini saya mau
mendenganr cerita mengenai keadaan kalian sebelum dan sesudah mwlaksakana simulasi
jurus ampun pilih jurusan di perguruan tinggi, mengenai perasaan dan harga diri yang kalian
rasakan, ingat ya saya tekankan sekali lagi untuk menjunjung tinggi asas kerahasiaannya agar
dapat menampilkan asas keterbukaan, semuanya mengerti yah anak anakku? Sekarang
silahkan siapa yang akan memulai ceritanya. Jika tidak ada yang mau memulainya, coba
sekarang kalian berdiri, sekarang yang memiliki badan tertinggi silahkan memulai bercerita ya,
kemudian dilanjutkan sampai yang paling tidak tinggi ya, ayo silahkan bercerita, tempat dan
waktunya dipersilahkan”
59
Situasi khusus:
Anggota kelompok yang pendiam
Konselor: “oke silahkan anggota selanjutnya yang tertinggi ketiga. Hmm nampaknya kamu
untuk saat ini belum bisa bercerita ya, oke tidak apa-apa, sekarang kita langsung ke anggota
selanjutnya, tapi setelah ini kita akan coba kembali ke kamu yaa, kita lihat apakah kamu sudah
siap atau belum untuk bercerita”
Konselor: “apakah ada yang mempunyai cerita mirip dengan apa yang baru diceritakan? Jika
tidak ada sekarang kita kembali ke kamu yang tadi sempat dilewat, apakah sekarang kamu
sudah bisa untuk bercerita? Ya bagus sekali, sekarang silahkan untuk mulai bercerita ya”
Anggota kelompok yang menangis
Konselor: “ (...................................konselor terdiam sejenak dan fokus mata dan seluruh gestur
pada siswa yang sedang menangis, tidak perlu di usah usah, hanya bisa diberikan tisu atau ait
minum..........), untuk anggota disebelahnya jangan mencoba melarang dia untuk menangis ,
biarkan dia mengeluarkan emosinya sampai dia merasa tuntas”.
Konselor: “sekarang apakah kamu masih ingin bertahan dalam kelompok atau keluar sejenak
dalam kelompok? Jika masih ingin bertahan kita tunggu cerita selanjutnya sampai kamu merasa
lega”
Konselor: “sekarang apakah kamu sudah merasa lega? Jika sudah mari kita melanjutkan kisah
selanjutnya dari anggota lainnya”
Konselor: “Baiklah, sekarang semuanya sudah mendapat kesempatan untuk bercerita ya,
setelah bercerita saya mau meminta pendapat masing-masing anggota setelah bercerita, dan
apa kita-kita rencana selanjutnya yang akan dilakukan, silahkan siapa yang mau memulai?”-
Round word
Konselor: “saya rasa cukup untuk kegiatan hari ini, saya ucapkan terimakasih atas partisipasi
kalian, kita akan bertemu kembali besok ditempat dan waktu yang sama untuk pertemuan
terakhir dalam kegiatan kelompok ini, semoga kita semua bisa mengikuti kegiatan terkahir
besok dengan formasi yang lengkap lagi ya, kita tutup kegiatan hari ini dengan mengucapkan
hamdalallah silahkan anaka anka semua melanjutkan belajar ya”
Pertemuan 6
Tahap 4: Pengakhiran atau Penutupan
Pada tahap ini konselor menyampaikan bahwa kegiatan konseling kelompok akan segera
berakhir. Konselor memastikan bahwa topik yang telah dibahas sudah dimengerti dan dipahami
oleh seluruh anggota kelompok. Anggota kelompok diminta untuk menyampaikan kesan dan
manfaat yang telah diperoleh setelah mengikuti konseling kelompok. Konselor menanyakan
60
perlu atau tidaknya pelaksanaan konseling kelompok selanjutnya. Konselor mengakhiri kegiatan
bimbingan kelompok dengan berdo‟a bersama yang dipimpin oleh salah satu anggota
kelompok, kemudian salam penutup.
Konselor: “Assalamualaikum.. hari ini apa kabar semuanya? Sebelum memulai kegiatan mari
kita berdo‟a ya, ayo siapa yang bersedia memimpin do‟a hari ini?”
Konselor: “ya terimakasih. Pada pertemuan saat ini yang mana adalah pertemuan terakhir ini
apakah semua anggota kelompok hadir?”
Konselor: “Baiklah, sampai kegiatan terakhir anggota kelompoknya lengkap terus ya, kegiatan
kelompok ini akan segera berakhir, pada pertemuan terakhir ini, saya akan memberikan
beberapa pertanyaan kepada kalian, yang pertama apakah topik yang telah dibahas sudah
dimengerti dan dipahami oleh kalian?”
Konselor: “sekarang masing-masing anggota menyampaikan kesan dan manfaat yang telah
diperoleh setelah mengikuti kegiatan ini, silahkan dimulai dari yang paling tengah dilanjutkan ke
kanan dan lanjut bagian kiri” _Round word
Konselor: “selanjutnya saya mau tahu perkembangan dan perubahan yang terjadi pada kalian
setelah mengikuti kegiatan ini, silahkan dimulai dari anggota yang duduk disebelah kanan dan
kiri” Round word
Konselor: “kemudian bagaimana komitmen yang akan datang setelah kalian mengikuti kegiatan
ini sebanyak enam kali, apakah masih perlu atau tidak kita melakukan kegiatan kelompok
selanjutnya? Silahkan acungkan tangannya yang mau berpendapat”
Konselor: “lalu bagaimana kelompok ini selanjutnya? Apakah setiap seminggu sekali bertemu,
atau dibuat grup media sosialnya atau bagaimana? Silahkan kalian mengemukakan
pendapatnya”
Konselor: “oke sekarang semuanya sudah menyampikan pendapatnya, kita sudah
mendapatkan kesimpulan dari kegiatan kelompok kita ini yaitu kalian tidak menghadapi
permasalahan yang saat ini kalian alami sendirian bukan?, ada teman-teman kamu yang
merasakan hal yang sama, jadi hal yang salah jika kalian masih bersikap menyendiri, masih
merasa diri kalian yang paling menderita sampai mengganggu kegiatan belajar kalian, dan
ternyata sebuah permasalahan dapat diselesaikan secara baik dan benar bukan?. Saya
berharap kalian dapat mengaplikasikan hasil dari kegiatan ini ke dalam kehidupan kalian sehari-
hari khususnya dalam berhubungan dengan keluarga kalian, dapat meningkatkan rasa
kepercayaan diri kalian, harga diri kalian, dan rasa bersyukur kalian dalam kehidupan ini, serta
permasalahan tersebut dapat diselesaikan sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar kalian”.
Konselor: “baiklah, ibu rasa pertemuan hari ini cukup, kita akan akhiri pertemuan dan kegiatan
kelompok ini, sesuai kesepakatan kelompok kita akan bertemu kembali dua minggu dari
sekarang untuk menceritakan perkembangan hubungan keluarga masing-masing anggota
kelompok oke”
61
Konselor: “saya ucapkan terimakasih atas partisipasi kalian menjawab kegiatan ini berlangsung,
semoga kita semua bisa mengentaskan permasalahan masing-masing ya, sebelum ditutup mari
kita berdo‟a bersama.”
baik terimakasih, kita tutup kegiatan hari ini dengan mengucapkan hamdalah,
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh. silahkan kalian kembali ke aktifitasnya
masing-masing, sampai jumpa dua minggu lagi, salam untuk keluarga kalian, sukses selalu,
dan terus semangat dan yakinkan pada diri kalian bahwa hidup itu indah, seindah pelangi yang
datang setelah hujan deras, maka nikmati, resapi dan ambil hikmah dari setiap peristiwa yang
pahit maupun manis dan semoga kalian dapat mengambil jurusan seuai dengan minat dan
bakat kalian di perguruan tinggi favorite kalian, aminnnn, sukses untuk kita semua...”.
21. Uraian materi / sumber bahan bacaan : Bahan (Materi) Layanan
Pengertian dan Batasan Informasi Jabatan
Informasi atau penerangan adalah gambaran pengetahuan tentang faktor-
faktor atau kumpulan sesuatu. Sedangkan menurut ilmu komunikasi, penerangan
adalah suatu siklus penting dalam komunikasi (hubungan). Dengan
demikian informasi atau penerangan merupakan suatu proses yang dinamis menuju
suatu sasaran pengetahuan.
Jabatan adalah sekumpulan pekerjaan (job) yang sama atau berhubungan satu
sama lain, dan dalam pelaksanaannya memerlukan tanggung jawab, kecakapan,
pegetahuan, dan kemampuan yang sama. Hal ini berarti setiap jabatan mewakili
fungsi umum, tugas dan beban kerja pokok yang dilakukan oleh seorang pekerja
yang melakukan pekerjaan yang sama. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah
No. 200 tahun 1961, jabatan adalah kedudukan atau posisi seseorang yang
menunjukkan tugas, hak dan tanggung jawab dalam suatu organisasi/instansi
tersebut.
Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa informasi jabatan
adalah suatu proses yang dinamis untuk memberikan gambaran pengetahuan yang
faktual dan objektif tentang jabatan (kelompok posisi) dan dunia kerja umumnya,
agar seseorang memiliki insight/gambaran jelas dan persepsi/pengenalan, sehingga
akan memantapkan pemilihan jabatannya.
Dasar-Dasar Kepentingan Informasi Jabatan
Faktor informasi jabatan penting diketahui dan pahami oleh semua siswa di
samping informasi tentang dirinya dalam pemilihan jabatan. Khususnya terhadap
anak didik usia remaja sebagai calon tenaga kerja, maka informasi jabatan ini
sangat penting karena merupakan bimbingan dalam memilih jabatan atau pekerjaan
yang cocok bilamana pekerjaan yang dipangku sesuai dengan kepribadian, maka
terbukalah kemungkinan bagi yang bersangkutan untuk mengembangkan kemapuan
yang ada pada dirinya. Dengan demikian dapatlah diharapkan suatu sukses dalam
62
pekerjaannya dan akhirnya akan memperoleh kepuasan yang tidak semata-mata
ditentukan oleh penghasilan yang diperolehnya dari jabatan tersebut.
Orang dapat mempunyai jabatan dengan penghasilan yang cukup tinggi dan
memungkinkan untuk dapat mewah, akan tetapi jika jabatan itu kurang cocok
dengan kemampuan otaknya, kepribadiannya, kemampuan fisik dan sebagainya,
pekerjaan tersebut tidak akan mendatangkan kepuasan yang sempurna, hal
tersebut dapat menimbulkan akibat yang negatif seperti frustrasi, stres atau gejala
yang lainnya.
Motivasi Orang Bekerja
1. Melatih kemandirian/dapat berdiri sendiri
2. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan
3. Mendapatkan kesenangan, kepuasan dan harga diri
4. Membantu/menolong orang atau kumpulan orang lain
5. Mendapatkan imbalan dari hasil kerjanya
6. Ibadah
7. Dll
Sektor Pekerjaan
1. Pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan
2. Pertambangan dan pengolahan logam
3. Industri pengolahan
4. Perlistrikan, gas dan air
5. Bangunan dan jalan
6. Angkutan dan komunikasi
7. Perdagangan dan keuangan
8. Jasa
9. Pendidikan, kebudayan dan agama
10. Kesehatan
11. Ketatausahaan
12. Kemasyarakatan
22. Rencana Penilaian : melaksanakan pre dan post pemahaman siswa
secara lisan
23. Catatan Khusus : Siswa memiliki kesempatan untuk berkonsultasi di dalam atau
di luar kelas mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya, terutama
tentang pemahaman potensi diri serta ddalam mengenal pemahaman lingkungan
di perguruan tinggi yang hendak ia hendak jadkan sebagai tempat menuntut ilmu
study lanjutan setelah Sekolah Menengah Atas.
63
24. Sumber : Buku paket BK kelas 1 SMA oleh Agus Sutiksna dan
Departemen P & K Jakarta 1984
Cilegon,
..........,.....................................
Guru Bimbingan dan Konseling
(.............................................)
3. Perencanaan Layanan Psikoedukasi
1. Topik pembahasan / Aspek perkembangan :
Kemana setelah lulus SMP
2. Penjelasan mengenai Peran konselor dan tahapan layanan Psikoedukasi
1) Konselor membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar
anggota kelompok.
2) Konselor harus mampu para anggota bimbingan koelompok mencurahkan
segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompoknya.
3) Konselor berusaha menyakinkan para anggota bimbingan kelompok itu agar apa
yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama dalam kelompok
tersebut.
64
4) Konselor membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha memberikan
pengertian pada anggota bimbingan kelompok untuk mematuhinya dengan
optimal.
5) Konselor harus bisa memposisikan diri benar-benar berusaha untuk secara aktif
dalam mengkondisikan psikologis, pikitan, alur kegiatan bimbinngan kelompok.
6) Konselor harus mampu berkomunikasi secara terbuka dengan para anggota
bimbingan kelompok.
7) Konselor harus mampu memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan
peranannya sebagai peserta bimbingan kelompok.
8) Konselor harus mampu merumuskan tema apa yang akan dibahs dan semua
anggota kelompok turut serta aktif dalam kegiatan kegiatan.
3. Kompetensi layanan
1. Ranah Kognitif
a. Siswa dapat membedakan baik buruknya nilai-nilai sosial di masyarakat
melalui diskusi kelompok.
b. siswa dapat menentukan baik buruknya nilai sosial melalui diskusi
kelompok.
c. Siswa dapat menjelaskan norma-norma di sekolah melalu mind mapping.
d. Siswa dapat melaksanakan norma-norma di sekolah melalui mind
mapping.
2. Ranah Afektif
a. Siswa dapat mengikuti kegiatan role play mengenai dilemma pribadi.
b. Siswa dapat membentuk pendapat dari dilemma pribadi melalui role
play.
c. Siswa dapat mengatakan haknya dalam berpendapat melalui debat
aktif.
d. Siswa dapat memecahkan kesimpulan melalui debat aktif tentang hak-
hak individu.
3. Ranah Psikomotorik
a. Siswa dapat membedakan etika yang baik dan etika yang buruk melalui
metode modeling.
b. Siswa dapat memperbaiki etika yang buruk menjadi etika yang baik
melalui modeling.
c. Siswa dapat menerangkan perilaku yang baik dalam film
d. Siswa dapat menampilkan perilaku-perilaku yang baik melalui tokoh
dalam film.
65
4. Kompetensi Layanan dalam perkembangan karir
a. Siswa dapat merumuskan pilihan jurusan di study lanjutan setelah SMP
hasil berfikir kritis
b. Siswa dapat menentukan pilihan jurusan di SMP
c. Siswa dapat memilah milih jurusan di SMP
d. Siswa dapat menikmati jurusan di SMA atas pilihanannya.
5. Standar Kompetensi :
1. Siswa memiliki wawasan mengenai pilihan karir setelah lulus dari
SMP
2. Siswa memiliki peencanaan karir, dan betapa pentingnya perencanaan karir
dalam mencapai tujuan atau cita-cita di masa yang akan datang
6. Kompetensi Dasar :
1. Siswa mampu membuat perencanaan karir untuk mencapai tujuan atau cita-
cita yang diharapkan.
2. Siswa memiliki motivasi untuk mencapai cita-citanya
3. Siswa mampu memutuskan sekolah lanjutan yang akan dipilih setelah lulus
SMP
7. Bidang bimbingan : Karir
8. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan karir
9. Klasikal / Kelompok : Layanan Klasikal atau kelompok
10. Fungsi Layanan : Fungsi Pemahaman dan
pengembangan karir
11. Waktu Penyelenggaraan : 3 X Pertemuan (3 X 45 Menit)
12. Penyelenggaran Layanan : Guru Pembimbing dan Konseling
13. Pihak- pihak yang dilibatkan : Tutor Teman Sebaya
14. Metode : simulasi dan diskusi
15. Sasaran layanan : Sasaran layanan diberikan pada kelas IX SMP.
16. Jumlah anggota :Jumalah anggota 10 orang siswa.
17. Banyak dan lamanya pertemuan : Ada tiga pertemuan yaitu ada pertemuan
pendahuluan, pertemuan kegiatan dan
tahap penutup.
18. Metode : Diskusi kelompok mengenai mengenal mau kemana setelah SMP
19. Media : Papan tulis, penghapus, spidol non permanen, infokus dan LKS
66
20. Strategi Layanan / Uraian Kegitan :
Tahap Kegiatan Waktu
Pembukaan Salam Pembuka
Presensi
5 menit
Isi
Guru pembimbing menjelaskan mengenai
Pilihan Setelah Lulus dari SMP : SMA
dan SMK
15 menit
Guru pembimbing meminta siswa
menentukan pilihan sekolah lanjutan
setelah lulus SMP dengan membuat
perencanaan karir melalui ”Pohon
Harapan” .Penjelasan pohon harapan
yaitu siswa bisa gambar pohon yang
digambar hanya pohon dan tangkainya
saja, lalu seperti semua daun – daunnya
adalah bentuk nya seperti daun yang di
dalam daun itu ada tulisan harapan apa
saja yang ada. Ini semua haraan yang
ingin dicapai oleh siswa.
(Guru pembimbing memberikan contoh
dari Pohon Harapan)
15 menit
Penutup
Mengambil kesimpulan bersama siswa
mengenai kegiatan yang telah
dilakukan.
Salam Penutup
5 menit
21. Tahapan Kegiatan Konseling Kelompok
Tahap Persiapan :
Kegiatan ini dilakukan pada siswa SMP yang berusia antara 13-14
tahun, anggota kelompok berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5 anak laki-laki
dan 5 anak perempuan. Topik yang akan dibahas mengenai permasalahan
siswa yang orangtuanya bercerai, kegiatan ini berlangsung sekitar 60 menit
dilakukan di ruangan BK yang tertutup dengan formasi duduk melingkar di
karpet yang nyaman.
67
1. Memulai kelompok
Salah satu hal terpenting yang diperhatikan pada sesi pertama adalah
bagaimana memulai kelompok. Cara pemimpin membuka sesi akan menjadi
hal penting yang berhubungan dengan situasi kelompok yang akan
berlangsung dan tingkat kenyamanan anggota kelompok, lebih jelasnya
sebagai berikut :
1. Menerima kehadiran anggota kelompok secara terbuka dan mengucapkan
terimakasih dan mengucapkan salam untuk seluruh anggota kelompok pada
kegiatan konseling kelompok, yang mana ini merupakan hal yang sangat awal
dan wajib dilakukan. Karena esensinya melakukan terima kasih dan salah itu
kita memberi pengahrgaan yang paripurna untuk memberikan penghargaan
awal pada setiap anggota kelompok.
2. Pemimpin kelompok memimpin doa. Pilih salah satu anggota kelompok yang
dianggap mampu jadi pemimpin misalnya memimpin doa, menjadi asisten
konselor dengan membantu membagikan kertas dari konselor dan
mengumpulkan kertas ke konselor untuk dapat dikumpulkan kembali pada
konselor.
3. Konselor menjelaskan pengertian dan tujuan dalam konseling kelompok.Hal
ini digunakan untuk hal yang ingin dicapai dengan baik dan sesuai dengan hal
yang dianggap penting sebagai tujuan yang nyata dalam kegiatan konseling
kelompok.
4. Pemimpin kelompok menjelaskan cara pelaksanaan konseling kelompok.
5. Pemimpin kelompok menjelaskan asas-asas Konseling kelompok (sukarela,
terbuka, normatif,dan rahasia).
6. Kesepakatan waktu.
7. Perkenalan anggota kelompok.
Skenario:
Konselor: “assalamualaikum wr.wb. menjawab salam anak-anak, bagaimana
kabar kalian hari ini?”
Konselor: “nah, sebelum memulai kegiatan, alangkah lebih baiknya kita
membaca do‟a terlebih dahulu, ayo siapa yang mau memimpin do‟anya?”
Konselor: “ya, saya ucapkan terimakasih kepada kamu yang telah memimpin
do‟a bersama, kemudian saya berterimakasih juga kepada kalian semua yang
telah hadir dalam kegiatan ini”.
68
2. Membantu anggota berkenalan
Jika anggota tidak saling mengenal satu sama lain, itu biasanya
keuntungan agar anggota dapat memperkenalkan dengan segera setelah
tahap pembukaan. Anggota cenderung merasa lebih nyaman setelah belajar
mengenal nama masing-masing dan menghabiskan beberapa waktu untuk
mengenal satu sama lain. Hal ini penting karena dua alasan. Pertama,
pertumbuhan, terapi, atau kelompok saling berbagi, anggota jauh lebih ingin
tahu tentang orang-orang dengan siapa mereka akan membahas masalah
pribadi. Kedua, pengenalan menyeluruh membantu kelompok mulai
mengembangkan kepercayaan dalam kelompok, karena anggota dapat
mengenal satu sama lain atau tidak akan membahas masalah pribadi.
Proses berkenalan dilakukan melalui permainan, konselor atau
pemimpin kelompok meminta anggotanya untuk menyebutkan nama, usia,
tempat tinggal, dan perasaannya saat ini dengan menggunakan simulasi
permainan melalui saling mengoper pulpen. Langkah permainannya diawali
dengan pemimpin kelompok memegang pulpen dan berkata “ini Tipe x , nama
saya Ainiyah, usia 13 tahun, tempat tinggal di Cilegon Timur, dan perasaan
saya saat ini gembira, Tipe x ini saya berikan ke orang disebelah saya”,
kemudian orang kedua berkata “ini tipe x saya dapatkan dari yuni, usia 13,4
bulan tahun, tempat tinggal di penancangan, perasaannya saat ini gembira,
dan saya Tanzil , usia 14 tahun, tempat tinggal di jalan perum nusa raya
cilegon, perasaannya saat ini penasaran, tipe x ini saya berikan ke orang
disebelah saya” begitu seterusnya sampai semua anggota kelompok selesai
mendapatkan tipe x dan berkenalan dan seterusnya sampai semua anggota
bimbingan konseling kelompok memperkenalkan diri.
1. Konselor memberikan rancangan untuk lebih mengenal dengan
anggota kelompok satu dengan yang lain
2. Konselor mempersilahkan kepada anggota kelompok lebih mengenal satu
sama lainnya.
3. Konselor memberikan rujukan untuk saling mengenal satu sama lain
4. Konselor memberikan pemahaman dengan satu dengan lainnya dalam
sebuah kelompok untuk paham yang namanya anggota kelompok apabila
saling kenal dan saling sayang ada keterkaitan batin
5. Konselor memberikan pemahaman yang signifikan untuk memberikan hal
yang sesuai dengan hal yang ingin dibahas dengan sebelumnya saling
mengenal satu sama lain.
69
6. Konselor selalu memberikan hal yang menarik dalam hal perkenalan untuk
menarik perhatian khusus para anggotanya.
Skenario:
Konselor: “yaa, kegiatan selanjutnya adalah kita berkenalan satu persatu yaa,
ada yang belum saling kenal kan semuanya?”
Konselor: “perkenalannya dilakukan menggunakan sedikit permainan yang
bernama “ini tipe x”. Perkenalannya dengan menyebutkan nama, usia, tempat
tinggal, dan perasaannya saat ini. Caranya diawali dengan saya memegang
tipe x dan berkata ini tipe x, nama saya rani , usia 14 tahun, tempat tinggal di
taman cilegon indah , dan perasaan saya saat ini gembira, tipe x ini saya
berikan ke orang disebelah saya, kemudian saya berikan ke orang sebelah
saya dan dia berkata ini pulpen saya dapatkan dari nani, usia 14 tahun, tempat
tinggal di najong place, perasaannya saat ini gembira, dan saya yuli tempat
tinggal di londong, usia 14 tahun, tempat tinggal di tembong serang ,
perasaannya saat ini penasaran, tipe x ini saya berikan ke orang disebelah
saya, begitu seterusnya sampai semua anggota kelompok selesai
mendapatkan pulpen dan berkenalan, sampai sini paham semua? Apakah ada
yang ditanyakan?”
Konselor: “kalau tidak ada yang bertanya kita mulai saja ya permainan ini”.
3. Mengklarifikasi tujuan kelompok
Tujuan dari kelompok merupakan faktor paling penting dalam
menentukan kegiatan kelompok. pemimpin kelompok dapat memimpin
anggotanya untuk berbagi beberapa informasi yang relevan tentang diri
mereka sendiri. Pemimpin juga mungkin memiliki andil anggota mengapa
mereka menghadiri kelompok atau harapan mereka dari sesi.
Pemimpin harus yakin bahwa tujuan kelompok ini diklarifikasi
menjawab sesi pertama. Klarifikasi penting jika belum ada wawancara awal
sebelum pertemuan kelompok pertama. Dalam kegiatan kelompok yang akan
dilakukan mengenal lingkungan kampus dari segi akademik dan
lingkunganya, tujuannya adalah untuk memberikan kebijaksanaan bagaimana
pengalaman yang dimiliki oleh siswa mengenai pengaruh dan keberlanjutan
pemahaman lingkungan kampus dan jurusan di kampus Universitas,
mengembangkan sikap pengenalan lingkungan yang mana ini merupakan hal
yang harus dilakkan oleh siswa kelas IX yang mana akan sebentar lagi
menuju menjadi mahasiswa yang akan ada sangat perbedaan dari semasa
SMP dan yang akan datang menjadi Siswa .Siswa memahami apa yang harus
70
dipenuhi dan dilakukan agar semua tugas perkembangan pada fase nya
terjalani degan baik dan optimal.
Skenario:
Konselor: “yaa, setelah kita saling berkenalan, selanjutnya kita membahas
mengenai tujuan dari kegiatan ini, ada yang sudah tahu tujuannya apa?”.
Konselor: “yaa, tujuan dari kegiatan kelompok ini untuk membantu
permasalahan kalian dengan orang tua masing-masing, supaya kalian bisa
menghadapi kenyataan yang terjadi”.
Konselor: “tujuan lainnya yaitu bagaimana pengalaman yang dimiliki oleh siswa
mengenai pengaruh dan keberlanjutan pemahaman lingkungan Sekolah
Menengah Atas dibeberapa area lokal daerah masing masing dan adanya
pembagian jurusan IPA atau IPS mengembangkan pengenalan study lanjutan
setelah SMP yang mana ini merupakan hal yang harus dilakkan oleh siswa
kelas IX yang mana ini akan memberikan dampak positif mengenai informasi
study lanjutan setelah SMP.Siswa memahami apa yang harus dipenuhi dan
dilakukan agar semua tugas perkembangan pada fase nya terjalani degan
baik dan optimal untuk melanjutkan ke jenjang SMA”.
4. Menjelaskan peran pemimpin
Menjawab kegiatan, pemimpin harus menjelaskan apa perannya menjawab
sepanjang sesi, yaitu: berperan memimpin jalannya kegiatan, peran untuk
mengajar, peran fasilitatif, dan peran terapi. Pemimpin juga mungkin perlu
menjelaskan beberapa perilaku kepemimpinannya, seperti memotong
pembicaraan anggota kelompok sewaktu-waktu dan memancing anggota untuk
berbicara. Jika pemimpin berencana untuk melakukan terapi, ia mungkin ingin
menjelaskan salah satu teknik yang ia rencanakan untuk digunakan dengan
anggota yang mungkin belum terbiasa. Beberapa pemimpin dapat
menggunakan teknik psikodrama, atau "kursi kosong", atau putaran terapi.
Menjelaskan prosedur pada sesi pertama atau kedua mengurangi
kemungkinan kebingungan atau kesalahpahaman ketika mereka melakukan
kegiatan dalam sesi selanjutnya.
Secara teknis kursi kosong akan ditempatkan mengenai jalur jurusan di
perguruan tinggi yang diminati oleh sesuai minat dan bakat siswa, sehingga
pada saat dijalaninya akan menjadi optimal karena sesuai minat dan bakat
siswa.
Skenario:
Konselor: “selanjutnya kita akan membahas mengenai peran saya dalam
kegiatan ini”.
71
Konselor: “peran saya dalam kegiatan ini yaitu sebagai pemimpin dalam
kelompok ini, memimpin jalannya kegiatan, berperan untuk mengajar, berperan
fasilitatif, dan berperan sebagai terapi, tujuannya agar kegiatan ini menjadi
terarah dan dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat dan dapat
mengentaskan permasalahan kalian”.
5. Menjelaskan bagaimana kelompok akan dilakukan
Hal ini penting untuk memperjelas menjawab sesi pertama bagaimana
pemimpin yang berencana untuk melakukan kegiatan. Memberi petunjuk
anggota tentang jenis diskusi dan kegiatan yang akan mengambil tempat di
kelompok akan membantu untuk kemudahan ketegangan dan menjamin
kelancaran kegiatan kelompok itu. Alasan lain untuk menyatakan apa yang
akan terjadi dalam kelompok adalah bahwa anggota, setelah mendenganr
penjelasan tentang bagaimana kelompok akan dilakukan, dapat memutuskan
bahwa mereka tidak ingin dalam kelompok. Jika anggota tidak memutuskan
untuk tidak bergabung dengan kelompok, pemimpin butuh berbicara secara
pribadi dengan anggota untuk mengetahui alasannya. Untuk lebih jelasnya lagi
sebagai berikut :
1. Konselor membantu membuat harapan harapan apa saja yang diinginkan
oleh konseli satu dengan yang lainnya
2. Konselor bisa membuat media secarik kertas untuk dibagikan kepada
konseli untuk dijadikan dan dicatat untuk sebagai media apa yang
diharpkan oleh konseli. Jadi teknisnya konseli menulis apa yang diinginkan
oleh konseli pada secarik kertas. Ini upaya hawatir ada hal yang kurang
mampu untuk mengungkakan diarea publik.
3. Konselor meyakinakan pada konseli bahwasanya semua hal ini dapat
menjadi acuan yang nyata sebagai motovasi internal yang diliki oleh
konseli sebagai pelaku kegitan konseli kelompok.
4. gar dinamika kelompok selalu berkembang, maka peranan yang dimainkan
para anggota kelompok menurut (Romlah, 2001) adalah :
5. membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota
kelompok
6. mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan
kelompok
7. berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan
bersama
8. membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya
dengan baik agar optimal.
72
9. benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan
kelompok.
10. mampu berkomunikasi secara terbuka
11. berusaha membantu anggota lain
12. memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan peranannya
13. menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.
Skenario:
Konselor: “pada pertemuan kali ini, kegiatan yang akan kita lakukan adalah
membahas mengenai perasaan kalian mengenai hubungan dengan
keluarganya masing-masing, hal tersebut dilakukan dengan harapan agar
kalian dapat mengentaskan permasalahan yang sekarang sedang dialami”.
Konselor: “sebelum melangkah ke kegiatan selanjutnya, apakah kalian ada
yang mau bertanya? Apakah ada yang keberatan dalam mengikuti kegiatan
ini?”
6. Menjelaskan aturan dasar
Aturan dasar tertentu harus dibahas dalam sesi pertama. Aturan tentang
makan, minum, atau berbicara menjawab kegiatan kelompok berlangsung serta
menjaga kerahasiaan informasi anggota kelompok dan pembahasan yang akan
disampaikan. Biasanya aturan disebutkan dalam sesi pertama agar tidak
mengganggu jalannya diskusi. Aturan kelompok yang ditetapkan melarang
menyerang anggota kelompok lainnya. Ketika semua aturan-aturan dasar yang
tercakup dalam saat-saat awal kelompok, anggota mungkin menjadi bosan atau
cemas sesuatu akan terjadi. Intinya adalah bahwa pemimpin tidak harus
menggunakan banyak aturan dasar sewaktu menjelaskan, kecuali ada
beberapa alasan untuk melakukannya. Jika anggota kelompok ada yang
mencoba untuk berdebat tentang aturan, pemimpin harus menjelaskan dengan
tenang mengapa penting dibuat aturan kelompok untuk kelancaran kegiatan
kelompok yang akan dilakukan. Untuk lebih jelasnya lagi sebagai berikut :
1. Konselor melakukan Tahap Pengenalan dalam Aturan di Kelompok
merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum masa bekerja
(kegiatan).
2. Konselor dimulai dengan masa badai, dimana anggota kelompok mulai
bersaing dengan yang lain dalam kelompok untuk mendapatkan temapat
kekuasaan dalam kelompok. Pada tahap ini muncul perasaan-perasaan
kecemasan, pertentangan, pertahanan, ketegangan, konflik, konfrontasi
dsb.
73
3. Misalnya Konselor menghadapi anggota yang frustasi dan kegaduhan
meningkat pada tahap ini, namun ini merupakan saat yang produktif bagi
anggota kelompok untuk memperbaiki sosialisasinya di masa lalu yang
tidak produktif, membuat pengalaman-pengalaman baru dan menetapkan
tempatnya dalam kelompok tersebut.
4. Dibutuhkan Kompetensi konselor Melakukan ketrampilan konselor dalam
beberapa hal, yaitu kepekaan waktu, kemampuan melihat perilaku anggota
dan mengenal suasana emosi di dalam kelompok.
5. Konselor harus peka kapan harus melakukan konfrontasi terhadap anggota
dan kapan harus memberikan dukungan, oleh karena itu konselor harus
memperhatikan pola perilaku anggota dalam kelompok.
Skenario:
Konselor: “tahap selanjutnya, kita akan membahas mengenai aturan yang
berlaku dalam kegiatan ini”.
Konselor: “aturan tersebut dilakukan agar kegiatan ini dapat berjalan secara
kondusif dan demi kelancaran kegiatan. Aturan tersebut yaitu dilarang
berbicara sebelum dipersilahkan oleh pemimpin kelompok, menghargai dan
mendenganrkan dengan seksama ketika pemimpin kelompok dan anggota
kelompok lain sedang berbicara, dilarang makan dan minum menjawab
kegiatan berlangsung, dan ketika akan berbicara harus mengangkat tangan
terlebih dahulu, kemudian yang paling penting adalah menjaga kerahasiaan
pembahasan didalam kegiatan kita ini diluar kelompok”.
Konselor: “begitu aturan yang akan kita terapkan dalam kegiatan ini, apakah
ada tanggapan?”
7. Memeriksa tingkat kenyamanan para anggota
Untuk membantu mengurangi ketidaknyamanan yang akan terjadi, pemimpin
bisa menghabiskan beberapa menit terfokus pada topik tingkat kenyamanan
dengan cara menanyakan kecemasan apa yang di hadapi anggota menjawab
masa diskusi ini. Kemudian pemimpin menanyakan kembali tentang
ketidaknyamanan anggota dengan memberikan skala 1 sampai 10 tingkat
ketidaknyamanan yang dialami oleh anggota. Setelah itu pemimpin bisa
memberikan waktu sekitar tiga menit untuk anggota mencari pasangan dan
mendiskusikan tingkat kenyamanan dan mengapa mereka merasa seperti yang
mereka lakukan. Setelah itu kita akan kembali ke kelompok besar untuk
diskusi.
Kegiatan ini akan membantu anggota berbicara tentang tingkat kenyamanan
dalam kelompok. Diskusi seperti ini membantu anggota untuk merasa lebih
nyaman, baik melalui berbagi perasaan mereka dan melalui mendenganr
74
bahwa beberapa orang lain merasa ketidaknyamanan. Kemudian dapat
melakukan permainan seperti dengan kegiatan ice breaking “opposite”.
Konselor menjelaskan tentang permainan opposite. Yaitu “kebalikan”,anggota
kelompok melakukan gerakan yang diucapkan konselor, misalkan jika konselor
mengatakan “opposite” maju maka konseli mundur, jika jongkok maka berdiri,
dan seterusnya. Jika tidak ada kata “opposite” yang diucapkan konselor, maka
gerakan jadi normal, misalnya maju maka konseli tetap maju.
Skenario:
Konselor: “sekarang saya bertanya kepada kalian, apakah sampai saat ini
kalian merasa nyaman dalam kegiatan ini?”
Konselor: “apakah ada diantara kalian yang merasa tidak nyaman didalam
kegiatan ini?”
Konselor: “sekarang kalian coba berpasangan, kemudian kalian saling
menanyakan apakah kalian merasa nyaman atau tidak saat ini dan berikan
alasannya, saya beri waktu 3 menit untuk kalian saling bertanya, kemudian
kalian berkumpul lagi didalam kelompok besar dan melingkar lagi, semua
paham tugasnya sekarang?”
Konselor: “untuk menambah kenyamanan dalam kegiatan kita ini, sekarang kita
akan melakukan ice breaking yang diberi nama “opposite”, yang artinya
“kebalikan”, cara mainnya yaitu kalian bergerak mengikuti ucapan yang saya
katakan, misalkan jika saya mengatakan “opposite” maju maka kalian mundur,
jika saya bilang “opposite” jongkok maka berdiri, dan seterusnya. Lalu jika tidak
ada kata “opposite” yang diucapkan saya, maka gerakannya jadi normal,
misalnya saya bilang maju maka kalian tetap maju. Bagaimana, apakah sudah
paham cara bermainnya? Jika sudah paham semuanya, ayo kita mulai
permainan ini”
8. Memperkenalkan dan berfokus pada konten
Konten dalam konteks ini yaitu topik yang sedang dibahas dalam kelompok.
Konten harus dipantau oleh pemimpin terus-menerus, untuk fokus pada tujuan
kelompok. Dalam membahas topik yang akan dibahas, pemimpin hendaknya
memberikan pendahuluan agar anggota memiliki gambaran tentang topik
tersebut dan alasan mengapa mereka ada di kelompok ini. Untuk lebih jelasnya
sebagai berikut :
1. Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok.
2. Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk mengikuti kegiatan lebih
lanjut.
3. Mengenali suasana apabila anggota belum siap memasuki tahap
berikutnya dan mengatasi suasana tersebut.
4. Pemimpin kelompok membantu anggota memilih topik bahasan.
75
Skenario:
Konselor: “sekarang, kegiatan kita selanjutnya adalah fokus pada topik yang
akan kita bahas, apakah semuanya sudah siap?”
Konselor: “jika semua sudah siap, ayo kita mulai kegiatan ini”
Konselor: “sebelumnya kita sudah membahas alasan kalian berkumpul disini
bukan?”
Konselor: “yaa benar, kalian dikumpulkan disini untuk saling berbagi dan saling
membantu mengentaskan permasalahan yang sekarang sedang dihadapi”
Konselor: “Pemahaman lingkungan dalam fase perkembangan yang mana ini
merupakan situasi yang akan di laksanakan pada siswa siswi Sekolah
Menengah Pertama pada kegiatan karir yang akan datang, hal ini hars
dipersiapkan sejak dini di masa Sekolah Menengah Pertama , siap tidak siap
mesti dijalani dengan selalu berfikir positif dan jangan pernah ada perasaan
takut.
Konselor: “sekarang saya mau mendenganrkan pendapat kalian, ayo siapa
yang mau memberikan pendapat yang pertama?”
Konselor: “setelah mendenganrkan pendapat kalian semua, bagaimana
perasaan kalian sekarang?, apa perbedaan yang kalian sebelum kalian
menjadi siswa kelas X di SMA favorite kalian yang notabene harus memahami
dalam study lanjutan ke Sekolag menengah Atas ?, ayo siapa yang mau duluan
menjawab?”
Konselor: “apakah ada tanggapan dari kalian untuk jawaban dari teman-teman
kalian tadi?”
Konselor: “kemudian sekarang, bagaimana dengan usaha kalian untuk
mengenal dan memahami lingkungan di kampus setelah hanaya kehidupan di
Sekolah Menengah Atas?”, bagaimana kalian berkomunikasi dan berusaha
mengenal sistematikan di Sekolah Menengah Atas? Ayo sekarang siapa yang
mau duluan menjawab pertanyaan saya?, saya harap anggota yang berbeda
ya yang menjawab duluan”.
Konselor. “ Ada beberapa hal yang mesti kalian ingat bahwasanya ada
beberapa hal yang mesti dilakukan untuk membuat energi positif dan energi
negatif?
Konselor :”Semua hal ini menjadikan hal yang realistik menjadi fenomena
banyak terjadi untuk selalu diberikan yang terbaik.
Konselor :‟Harus diberikan hal yang menjadi inti dalam perlakukan yang baik
8. Mengatur Nada Chemistri yang Positif
1. Konselor mempersiapkan ruang diskusi lengkap dengan sarana
yang akan dibutuhkan dalam proses diskusi.
76
2. Anggota kelompok yang terdiri dari 6 – 10 siswa siap di ruang
kelas.
3. Konselor membimbing para anggota diskusi untuk
memperkenalkan diri masing – masing. Dalam perkenalan
tersebut boleh di adakah tanya jawab tentang identitas anggota
dan ditutup dengan permainan kelompok untuk menuju “kunci
akrab”.
4. Dipimpin konselor membuat suatu kesepakatan bersama bahwa
anggota kelompok tidak dibenarkan untuk membuka masalah
yang dibahas kelompok di luar ruang diskusi (asas kerahasiaan)
dan setiap anggota kelompok berjanji untuk membantu setiap
masalah yang dikemukakan oleh teman anggota kelompok.
5. Konselor memulai diskusi kelompok dengan memberikan sebuah
gambaran mengenai cara belajar yang sesuai secara belajar
mandiri atau kelompok ,
6. Konselor memberikan kesempatan kepada anggota diskusi untuk
menanggapi masalah yang telah ada.
7. Pengakhiran diskusi dengan : (1) himpunan ada folow up atau
tindak lanjut tentang masalah yang sudah didiskusikan. (2) bila
perlu menentukan waktu untuk diskusi selanjutnya.
Pertemuan 2
Tahap 2: Peralihan
Dalam tahap peralihan disini akan dijelaskan dan akan dibahas
mengenai hal yang kontras dengan apa yang ingin disampaikan pada
keanggotaan konseling kelompok ini, semua hal yang ingin di sampaikan dan
akan dituju pada seluruh peseta konseling adalah hal yang menjadi prioritas
dimana ini merupakan pada awal tahap kegiatan.
Pada tahap ini bisa juga disebut tahap penghubung karena pada tahap
inilah kelompok mencapai tujuannya. Dalam tahap ini kelompok melakukan
diskusi tentang berbagai konflikan lingkungan di perguruan tinggi, baik dalam
lingkungan akademik kampus maupun dalam kegiatan lingkungan sosial
sekitar.. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota kelompok untuk ikut
berpartisipasi secara aktif di dalam pelaksanaan kegiatan, menanyakan dan
memastikan kesiapan anggota kelompok untuk melanjutkan proses
pelaksanaan konseling kelompok, serta memaparkan topik yang akan dibahas
dalam konseling kelompok.
77
Skenario:
Konselor: “Assalamualaikum anak anaku? Ibu sangat bangga dengan
seluruh prestasi kalian sebelumnya, prestasi itu bukan hanya materi, piala, niali
rapot yang bagus. Akantetapi keterampilan dalam mengungkapkan pendapat di
area umum dalam satu forum konseling saja itu menurut pendapat ibu itu
adalah prestasi yang membanggakan. Ibu akan melanjutkan hasil dari
pertemuan sebelumnya, semuanya sudah siap?”
Adakah yang akan memandu doa sebelum kita laksakana konseling
kelompok lanjuta dari kemarin?” sialhkan aada diantara kalian ingin
memperlihatkan prestasi kalian untuk memimpin doa, Ingat yah anak anaku
yang soleh dan sholehah prestasi itu bukan hanya materi, akantetapi
keterampilan memimpin doa itu adalah prestasi yang membanggakan, ibu tidak
akan menunjuk, akantetapi ibu akan menunggu 1 menit siapa yang akan
mempin doa?”
Konselor: “Terimakasih kepada anggota yang telah memimpin do‟a, pada
pertemuan ini apakah semua anggota kelompok hadir? Apakah kalian masih
ingat nama-nama anggota kelompok?”
Konselor: “ya, pada kegiatan sekarang, sebelum melanjutkan ke tahap
selanjutnya, saya akan bertanya kepada kalian mengenai pertemuan yang lalu”
Konselor: “bagaimana pendapat kalian mengenai pertemuan yang lalu? Apakah
masih ingat mengenai pembahasan pertemuan yang lalu?”
Konselor: “sekarang, apakah kalian masih ingat aturan dasar yang telah
disampaikan pada pertemuan yang lalu?”
Konselor: “pada pertemuan yang lalu, aturan yang paling penting adalah
kerahasiaan bukan? Apakah sekarang kalian masih setuju dengan peraturan
itu?”
Konselor: “sekarang jika kalian akan ditanya oleh teman atau siapapun ketika
keluar dari tempat ini, apa yang akan kalian katakan? Coba masing-masing dari
kalian menjawabnya” Round word
Konselor: “hmm, sekarang menurut kalian siapa yang paling mungkin bertanya
kepada kalian ketika keluar dari kegiatan ini?”
Konselor: “oke, sekarang saya akan menjadi guru itu, nanti saya akan bertanya
kepada kalian masing-masing, kemudian kalian menjawab dengan apa yang
tadi kalian sampaikan, bagaimana, apakah semua paham? Jika sudah paham
mari kita mulai kegiatannya” Role Play
Konselor: “menurut kalian apakah semua anggota sudah cukup kuat dalam
menjaga rahasianya yang tadi telah disampaikan, apakah masih ada yang
belum merasa puas?”
78
Konselor: “sekarang apakah kalian masih merasa nyaman dengan mengikuti
kegiatan ini?”
Konselor: “baik, selanjutnya apakah kalian sudah siap untuk melanjutkan ke
tahap selanjutnya dalam kegiatan ini?”
Konselor: “oke hebat jika semuanya sudah siap, namun karena terbatasnya
waktu kita akan melanjutkan ke tahap selanjutnya pada satu hari dari sekarang
ya, diwaktu, tempat, dan formasi yang sama dengan sekarang, kita akhiri
pertemuan kedua ini dengan membaca hamdalah. sekarang silahkan lanjutkan
belajar”.
Pertemuan 3
Tahap 3: Kegiatan
Pada tahap ini masing-masing anggota kelompok menyampaikan pendapat
tentang masalah kebingunan atau belum tahu araham mau kemana setelah
SMP? dengan secara bergantian memberikan pendapat. Pemimpin kelompok
atau Konselor membahas dan mengupas topik secara tuntas dan berusaha
mempertahankan keadaan kondusif dalam kelompok. Anggota kelompok
diminta untuk menyampaikan langkah apa yang akan dilakukannya berkaitan
dengan permasalahan yang dialami.
Skenario:
9. Membuat Fokus
Konselor: “Menjawab salam anak anak? Sebelum memulai kegiatan kita
membaca do‟a terlebih dahulu ya, berdo‟a mulai. Selesai, apakah semua
anggota kelompok hari ini hadir?
Konselor: “sekarang apakah kalian masih ingat dengan pembahasan
pertemuan kemarin?”
Konselor: “pada tahap ini kita memasuki kegiatan inti dalam pertemuan kita,
berdasarkan pertemuan kemarin anggota kelompok sudah bisa berusaha
menampilkan sikap kerahasiaan bukan ? Ibu sangat menghargai bagi siapapun
siswa itu dapat menceritakan mencoba memahami lingkungan yang akan kalian
jalani pada saat akan menjadi mahasiswa kelak, sekarang siapa diantara kalian
yang merasa memiliki suatu permasalahan paling sulit dan menyedihkan
berdasarkan pengalaman kalian saat ini, permasalahan tersebut mengenai
apa? Silahkan siapa yang mau menjawab pertama”
Konselor: “siapa yang tadi mengatakan bahwa seandainya tidak bisa
memahami lingkungan karena kangen rumah, tidak bisa tinggal sendiri, tidak
bisa ditempat sepi, dan tidak bisa jauh dari orang tua paling menyedihkan
dalam hidupnya? Coba kamu ceritakan apa yang dirasakan karena itu?”
79
Konselor: “apakah ada pengalaman yang sama dengan apa yang diceritakan
tadi?”
Konselor: “sekarang dari permasalahan kalian ini, coba pilihlah rentangannya
antara satu buah batu bata yang paling ringan sampai tiga buah batu bata yang
paling berat jika diibaratkan permasalahan kalian seperti sebuah beban yang
kamu angkat sekarang, dimulai dari anggota yang berawalan namanya angka
no.1 kemudian dilanjutkan sesuai angka berikutnya ok, silahkan dimulai dari
sekarang?” (Karena memang betul dipahami bahwa kelas XI itu adalah
masalah perlu pengenalan lebih awal mengenai study lanjutan setelah SMP
dan sistematika penjurusan di SMA ada jurusan IPA dan Jurusan IPS, sehingga
siswa mengatakan bahwa ini adalah masalah utamanya pada saat ini, pada
saat kelas IX)
Round scale
10. Mengganti Fokus
Konselor: “Barusan kalian menceritakan permasalahan yang difikirkan salama
pemahaman lingkungan di perguraun tinggi kelak? Silahkan siapa yang akan
berbicara terlebih dahulu”
11. Memotong Pembicaraan
Konselor: “ Wah , maaf apa yang kami ucapkan merupakan hal yang tidak saat
ini dibahas, sekarang silahkan teman teman yang lain mengemukakan
penjelasannya?”
12. Mengajak Berbicara
Konselor: “sekarang kita membahas mengenai apa yang menjadi kendalanya
jikalau sulit untuk memahami study lanjutan setelah SMP dan penjurusan IPA
atau IPS, silahkan memilih rentangan dari satu yang artinya sangat jauh sampai
lima yang artinya sangat dekat, silahkan dimulai dari anggota yang sebelah
kanan” -Rounds scale.
Konselor: “kemudian coba tadi yang memiliki nilai yang sama bergabung
berdua-dua, kemudian kalian saling menceritakan pengalaman kalian
seandainya kalian salah dalam menentukan study lanjutan di Sekolah
Menengah Atas selama lima menit –Dyads
Konselor: “yuk kita berkumpul dalam satu kelompok lagi, sekarang coba kalian
ceritakan tentang persamaan pengalaman kalian dari mulai kelompok yang
disebelah kiri”
80
Konselor: “apakah ada yang mempunyai pengalaman yang sama dengan
kelompok ini?”
Konselor: “selanjutnya saya ingin bertanya pada kalian, manakah yang paling
sudah mantap memahami lingkungan, baik lingkungan akademik maupun
lingkungan sosial kampus?”
Konselor: “sekarang berikan nilai pada piliahn jurusan di perguruan tinggi, misal
fakultas ekonomi, fakultas psikologi, fakultas mipa kalian antara rentangan satu
sampai sepuluh yang mempunyai arti semakin tinggi angka maka semakin
tinggi tingkat kedekatannya, pahamkan? Kita mulai dari anggota yang paling
tinggi”
Konselor: “apakah kalian merasa nyaman dengan keadaan kalian saat ini?”
Konselor: “sekarang coba ceritakan permasalahan kalian yang saat mengenai
bingung dan takut salah masuk jurusan di perguruan tinggi”
“Hari nii ibu atau bapa akan menggukan teknik role play, iana kalian semua
anggota ada 10 peserta yang mana hal ini smua dihadapkan pada kursi kosing
yang semua kursi tersebut ada 10 (sesuai masing masing jurusan di perguruan
tinggi) jurusan yang ada di perguruan tinggi”
“Ibu minta kalian untuk menyepertikan semua peran yang ada di kurisi kosong
tersebut
“contohnya adalah misal ibaratkan 1 kursi adalah seandainya jurusan IPA, 1
kursi seandainya jurusan seandainya kedokteran, 1 kursi seandainya jurusan
kimia, 1 kursi seandainya jurusan geologi, 1 kursi seandainya jurusan ekonomi,
1 kursi seandainya jurusan biologi, 1 kursi seandainya jurusan psikologi, 1 kursi
seandainya jurusan konseling, 1 kursi seandainya jurusan teknik elektro dan 1
teknik jurusan kedokteran”.
“ semua diantara kalian menyepertikan keadaan psikologis yang mana pada
setiap kursi tersebut”
“kalau bisa full sampai pada semua kursi tersebut di duduki oleh kalian semua
secara satu persatu”
“ Lalu apa yang kalian rasakan?”
“Apa yang kalian ada perasaan yang senang atau tidak senang ? itu semua
tergantung dari pribadi kalian masing masing ?”
“Tidak boleh diantara kalian tidak duduk dalam kursi tersebut, harus semua
kursi di duduki dan kalian, dan dinikmati persaan psikologisnya seandainya
kalian berada dalam kursi tersebut”
“Apabila dalam diri kalian ada persaaan nyaman dalam diri seandainya kalian
menduduki satu kursi tadi?”
81
“Apakah ada dalam diri kalian yang merasakan it real my life? Setelah kalian
menduduki salt satu kursi tersebut?”
“Itu bisa indikator awal apabila kalian diri kalian !”
Pertemuan 4
Tahap 3: Kegiatan
Konselor: “: “Assalamualaikum anak anaku? Ibu sangat bangga dengan seluruh
prestasi kalian sebelumnya, prestasi itu bukan hanya materi, piala, niali rapot
yang bagus. Akantetapi keterampilan dalam mengungkapkan pendapat di area
umum dalam satu forum konseling saja itu menurut pendapat ibu itu adalah
prestasi yang membanggakan. Ibu akan melanjutkan hasil dari pertemuan
sebelumnya, semuanya sudah siap?”
Konselor: “Oke, pada kegiatan saat ini, sebelum melanjutkan ke tahap
selanjutnya, saya akan bertanya kepada kalian mengenai pertemuan yang lalu,
bagaimana pendapat kalian mengenai pertemuan yang lalu? Apakah masih
ingat mengenal pembahasan pertemuan yang lalu? Silahkan siapa yang mau
menyampaikan pertama?”
Latihan
Pada latihan ini pemimpin meminta anggota “Menilai dan mengambil
kesimpulan” Hal ini digunakan untuk menghasilkan diskusi tentang pemenuhan
layanan informasi bagi siswa kelas IX yang akan melanjutkan ke Sekolah
Menengah Atas dan mengambil konsentrasi jurusan di IPA atau IPS”.
Konselor: “Banyak fenomena terjadi pada siswa dan siswi kelas IX yang
measa kebingungan mau masuk SMA dan mengambil jurusan di SMA yaitu
IPA, IPS ayau bahasa, ibu berfikir mungkin saja ia bekum pernah
melaksanakan bimbingan dan konseling kelompok semacam ini, karena hal ini
merupakan hal yang sangat krusial terjadi dikalangan siswa kelas IX”
Konselor “ Lalu siapa yang akan bertanggung jawab jikalau semua itu terjadi
pada diri individu masing masing para siswa di sekolah?”
Konselor “ Semua hal ini menjadi momok yang menakutkan bukan?”
Konselor “Mengapa hal ini sangat menakutkan bagi diri kita sendiri atau bagi
orang banyak?”
Konselor “ karena bisa dipahami betul bahwa sanya apabila salah mengambil
jurusan di perguruan tinggi itu merupakan hal yang tidak baik, karena hal
tersebut bisa menimbulkan hal kurang baik, bukan begitu anak anak?”
Konselor “Siapa diantara kalian ada yang mau berargumentasi mengeai hal
in?”
Konselor “ Ada yang bisa jawab? Mengapa hal ini sangat tidak boleh terjadi
dikalangan siswa SMP kelas IX?”
82
Konselor “Bagus sekali kamu berani mengungkapkan apa yang terjadi jikalau
ada yang seperti itu “
Konselor “memang terkadanga hal ini dianggap penting bagi kalian sebagai
siswa SMP kelas IX yang mana kebingungan memilih jurusab IPA atau IPS,
misalnya kalian ingin masuk juriusan IPA akantetapi orang tua tidak
mendukung, lalu misalnya kalian ingin masuk IPS akantetapi kalian gengsi
kalau masuk IPS takut dianggap siswa kelas No.2 atau misalnya lagi kalian
ingin masuk jurusan IPA akantetapi kalian merasa tidak mampu hitung hitungan
dan semua ini tidak ada yang membimbing, jadinya bagimana?”
Konselor “Ada yang bisa memberikan jawaban pada ibu?”
Konselor “Wah pintar sekali kamu nak, berani mengungkakan pendapat mu, ibu
kasih reward yah... “
Konselor: “oke sekarang semuanya sudah merasakan memilih dan
menyimpulakn baik?, saya rasa pertemuan hari ini cukup, kita akan akhiri
pertemuan kali ini, tapi sebelumnya saya mau meminta pendapat masing-
masing anggota mengenai pembahasan pada pertemuan kali ini, silahkan
siapa yang mau memulai?”
Konselor: “terimakasih atas perhatian dan keikutsertaan kalian dalam berlatih
bermain peran dalam satu keluarga boneka, kita akan bertemu kembali satu
hari dari sekarang ditempat dan waktu yang sama, semoga kita semua bisa
mengikuti kegiatan selanjutnya dengan formasi yang lengkap lagi ya, kita tutup
kegiatan hari ini dengan mengucapkan hamdalah, menjawab salam, bel masuk
jam peajaran berikutnua sudah terdenganr, semoga konseling kelompok pada
saat ini memberikan pencerahan pada kalian semua.amin... ”
Pertemuan 5
Tahap 3: Kegiatan
Konselor: “Menjawab salam anak anakku, bagaimana kabarnya hari ini?
Sebelum memulai kegiatan mari kita berdo‟a bersama sama.”
Konselor: “Terimakasih, pada pertemuan ini apakah semua anggota kelompok
hadir?”
Konselor: “syukurlah anggota kelompoknya sampai sekarang lengkap ya, pada
kegiatan sekarang, sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya, saya akan
bertanya kepada kalian mengenai pertemuan yang lalu, bagaimana pendapat
kalian mengenai pertemuan yang lalu? Apakah masih ingat mengenai
pembahasan pertemuan yang lalu?”
Konselor: “ya bagus sekali kalian masih ingat pembahasan kita sebelumnya,
hari ini saya mau mendenganr cerita mengenai keadaan kalian sebelum dan
sesudah mwlaksakana simulasi jurus ampun pilih jurusan di perguruan tinggi,
83
mengenai perasaan dan harga diri yang kalian rasakan, ingat ya saya tekankan
sekali lagi untuk menjunjung tinggi asas kerahasiaannya agar dapat
menampilkan asas keterbukaan, semuanya mengerti yah anak anakku?
Sekarang silahkan siapa yang akan memulai ceritanya. Jika tidak ada yang
mau memulainya, coba sekarang kalian berdiri, sekarang yang memiliki badan
tertinggi silahkan memulai bercerita ya, kemudian dilanjutkan sampai yang
paling tidak tinggi ya, ayo silahkan bercerita, tempat dan waktunya
dipersilahkan”
Situasi khusus:
Anggota kelompok yang pendiam
Konselor: “oke silahkan anggota selanjutnya yang tertinggi ketiga. Hmm
nampaknya kamu untuk saat ini belum bisa bercerita ya, oke tidak apa-apa,
sekarang kita langsung ke anggota selanjutnya, tapi setelah ini kita akan coba
kembali ke kamu yaa, kita lihat apakah kamu sudah siap atau belum untuk
bercerita”
Konselor: “apakah ada yang mempunyai cerita mirip dengan apa yang baru
diceritakan? Jika tidak ada sekarang kita kembali ke kamu yang tadi sempat
dilewat, apakah sekarang kamu sudah bisa untuk bercerita? Ya bagus sekali,
sekarang silahkan untuk mulai bercerita ya”
Anggota kelompok yang menangis
Konselor: “ (...................................konselor terdiam sejenak dan fokus mata
dan seluruh gestur pada siswa yang sedang menangis, tidak perlu di usah
usah, hanya bisa diberikan tisu atau ait minum..........), untuk anggota
disebelahnya jangan mencoba melarang dia untuk menangis , biarkan dia
mengeluarkan emosinya sampai dia merasa tuntas”.
Konselor: “sekarang apakah kamu masih ingin bertahan dalam kelompok atau
keluar sejenak dalam kelompok? Jika masih ingin bertahan kita tunggu cerita
selanjutnya sampai kamu merasa lega”
Konselor: “sekarang apakah kamu sudah merasa lega? Jika sudah mari kita
melanjutkan kisah selanjutnya dari anggota lainnya”
Konselor: “Baiklah, sekarang semuanya sudah mendapat kesempatan untuk
bercerita ya, setelah bercerita saya mau meminta pendapat masing-masing
anggota setelah bercerita, dan apa kita-kita rencana selanjutnya yang akan
dilakukan, silahkan siapa yang mau memulai?”- Round word
Konselor: “saya rasa cukup untuk kegiatan hari ini, saya ucapkan terimakasih
atas partisipasi kalian, kita akan bertemu kembali besok ditempat dan waktu
yang sama untuk pertemuan terakhir dalam kegiatan kelompok ini, semoga kita
84
semua bisa mengikuti kegiatan terkahir besok dengan formasi yang lengkap
lagi ya, kita tutup kegiatan hari ini dengan mengucapkan hamdalallah silahkan
anaka anka semua melanjutkan belajar ya”
Pertemuan 6
Tahap 4: Pengakhiran atau Penutupan
Pada tahap ini konselor menyampaikan bahwa kegiatan konseling kelompok
akan segera berakhir. Konselor memastikan bahwa topik yang telah dibahas
sudah dimengerti dan dipahami oleh seluruh anggota kelompok. Anggota
kelompok diminta untuk menyampaikan kesan dan manfaat yang telah
diperoleh setelah mengikuti konseling kelompok. Konselor menanyakan perlu
atau tidaknya pelaksanaan konseling kelompok selanjutnya. Konselor
mengakhiri kegiatan bimbingan kelompok dengan berdo‟a bersama yang
dipimpin oleh salah satu anggota kelompok, kemudian salam penutup.
Konselor: “Assalamualaikum.. hari ini apa kabar semuanya? Sebelum memulai
kegiatan mari kita berdo‟a ya, ayo siapa yang bersedia memimpin do‟a hari
ini?”
Konselor: “ya terimakasih. Pada pertemuan saat ini yang mana adalah
pertemuan terakhir ini apakah semua anggota kelompok hadir?”
Konselor: “Baiklah, sampai kegiatan terakhir anggota kelompoknya lengkap
terus ya, kegiatan kelompok ini akan segera berakhir, pada pertemuan terakhir
ini, saya akan memberikan beberapa pertanyaan kepada kalian, yang pertama
apakah topik yang telah dibahas sudah dimengerti dan dipahami oleh kalian?”
Konselor: “sekarang masing-masing anggota menyampaikan kesan dan
manfaat yang telah diperoleh setelah mengikuti kegiatan ini, silahkan dimulai
dari yang paling tengah dilanjutkan ke kanan dan lanjut bagian kiri” _Round
word
Konselor: “selanjutnya saya mau tahu perkembangan dan perubahan yang
terjadi pada kalian setelah mengikuti kegiatan ini, silahkan dimulai dari anggota
yang duduk disebelah kanan dan kiri” Round word
Konselor: “kemudian bagaimana komitmen yang akan datang setelah kalian
mengikuti kegiatan ini sebanyak enam kali, apakah masih perlu atau tidak kita
melakukan kegiatan kelompok selanjutnya? Silahkan acungkan tangannya
yang mau berpendapat”
Konselor: “lalu bagaimana kelompok ini selanjutnya? Apakah setiap seminggu
sekali bertemu, atau dibuat grup media sosialnya atau bagaimana? Silahkan
kalian mengemukakan pendapatnya”
85
Konselor: “oke sekarang semuanya sudah menyampikan pendapatnya, kita
sudah mendapatkan kesimpulan dari kegiatan kelompok kita ini yaitu kalian
tidak menghadapi permasalahan yang saat ini kalian alami sendirian bukan?,
ada teman-teman kamu yang merasakan hal yang sama, jadi hal yang salah
jika kalian masih bersikap menyendiri, masih merasa diri kalian yang paling
menderita sampai mengganggu kegiatan belajar kalian, dan ternyata sebuah
permasalahan dapat diselesaikan secara baik dan benar bukan?. Saya
berharap kalian dapat mengaplikasikan hasil dari kegiatan ini ke dalam
kehidupan kalian sehari-hari khususnya dalam berhubungan dengan keluarga
kalian, dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri kalian, harga diri kalian, dan
rasa bersyukur kalian dalam kehidupan ini, serta permasalahan tersebut dapat
diselesaikan sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar kalian”.
Konselor: “baiklah, ibu rasa pertemuan hari ini cukup, kita akan akhiri
pertemuan dan kegiatan kelompok ini, sesuai kesepakatan kelompok kita akan
bertemu kembali dua minggu dari sekarang untuk menceritakan perkembangan
hubungan keluarga masing-masing anggota kelompok oke”
Konselor: “saya ucapkan terimakasih atas partisipasi kalian menjawab kegiatan
ini berlangsung, semoga kita semua bisa mengentaskan permasalahan
masing-masing ya, sebelum ditutup mari kita berdo‟a bersama.”
baik terimakasih, kita tutup kegiatan hari ini dengan mengucapkan
hamdalah, Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh. silahkan kalian
kembali ke aktifitasnya masing-masing, sampai jumpa dua minggu lagi, salam
untuk keluarga kalian, sukses selalu, dan terus semangat dan yakinkan pada
diri kalian bahwa hidup itu indah, seindah pelangi yang datang setelah hujan
deras, maka nikmati, resapi dan ambil hikmah dari setiap peristiwa yang pahit
maupun manis dan semoga kalian dapat mengambil jurusan seuai dengan
minat dan bakat kalian di perguruan tinggi favorite kalian, aminnnn, sukses
untuk kita semua...”.
22. Uraian materi / sumber bahan bacaan :
Tahap Kegiatan Waktu
Pembukaan Salam Pembuka
Presensi
5 menit
Isi
Guru pembimbing menjelaskan mengenai
Pilihan Setelah Lulus dari SMP : SMA
dan SMK
15 menit
86
Guru pembimbing meminta siswa
menentukan pilihan sekolah lanjutan
setelah lulus SMP dengan membuat
perencanaan karir melalui ”Pohon
Harapan” .Penjelasan pohon harapan
yaitu siswa bisa gambar pohon yang
digambar hanya pohon dan tangkainya
saja, lalu seperti semua daun – daunnya
adalah bentuk nya seperti daun yang di
dalam daun itu ada tulisan harapan apa
saja yang ada. Ini semua haraan yang
ingin dicapai oleh siswa.
(Guru pembimbing memberikan contoh
dari Pohon Harapan)
15 menit
Penutup
Mengambil kesimpulan bersama siswa
mengenai kegiatan yang telah
dilakukan.
Salam Penutup
6 menit
23. Rencana Penilaian : Siswa diminta menentukan pilihan sekolah
lanjutan setelah lulus dari SMP beserta alsannya.
24. Catatan Khusus : Siswa diberi pemahaman layanana karir setelah SMP
untuk meneruskan study lanjutannya ke tingkat atas lebih dini supaya
menjadikan layanan kokseling karir yang optimal.
25. Sumber : Uraian materi / sumber bahan bacaan :
1. Lias, Wandi dkk. 2008. Cara Jitu memilih SMA Unggulan. BK
2. Mulyatiningsih, Rudi dkk. 2004. Bimbingan Pribadi,Sosial,Belajar, Karir.
Jakarta : Grasindo.
3. Tim Penulis MGP dan Kelompok Kerja Pengembang Kurikulum BK SMP
DKI Jakarta. 2008. Modul BK, Meniti Karir Masa Depan. Jakarta : PT.
Tunas Melati
87
...........,.....................................
Guru Bimbingan dan Konseling
(.............................................)
88
BAB II
KONSELING KELOMPOK
A. Latar belakang
1.Konseling Kelompok
Dalam Buku Panduan Model Pengembangan Diri (2006 : 6) yang dimaksud
dengan konseling kelompok adalah: ”Layanan yang membantu peserta didik dalam
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.” Kemudian
dalam Buku Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (2002 :
19) yang dimaksud dengan konseling kelompok adalah Layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan
dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah
yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang di alami oleh masing-masing
anggota kelompok.
Dari definisi di atas dapatlah ditarik pengertian mengenai konseling kelompok
sebagai berikut :
1. Konseling kelompok adalah bantuan, artinya kegiatan ini merupakan bantuan dari
konselor kepada konseli, sehingga konseli bisa merasakan hal-hal positif seperti bebannya
jadi ringan,punya semangat dan memperoleh alternatif pemecahan masalah.
2. Konseling kelompok adalah kegiatan yang memanfaatkan dinamika kelompok, artinya
kegiatan ini dilaksanakan sekelompok konseli yang bersedia melibatkan diri dalam
pemecahan masalah, sanggup menjalin kerjasama antara anggota kelompok, adanya
saling mempercayai, adanya semangat yang tinggi, adanya saling memberikan tanggapan,
reaksi dan empati antar anggota kelompok.
3. Konseling kelompok berfungsi untuk pembahasan dan pengentasan masalah konseli,
artinya tujuan akhir dari rangkaian kegiatan konseling kelompok adalah mengentaskan
masalah konseli sehingga konseli bisa berkembang optimal sesuai dengan tugas
perkembangannya.
Konseling kelompok pada umumnya dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap
Pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran (
Prayitno, 1995: 40). Tahap-tahap ini merupakan satu kesatuan dalam seluruh kegiatan
kelompok.
1. Tahap Pembentukan
Tahap Pembentukan merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri, tahap
memasukan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota
saling memperkenalkan diri dan mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang
ingin dicapai.
Peran konselor sebagai pimpinan kelompok pada tahap ini antara lain :
89
a. Menjelaskan tujuan kegiatan,
b. Menumbuhkan rasa saling mengenal antar anggota,
c. menumbuhkan sikap saling mempercayai dan menerima.
Beberapa teknik yang bisa digunakan dalam tahap ini diantaranya teknik
”pertanyaan dan jawaban” serta teknik permainan kelompok (Prayitno, 1995: 40-44).
2. Tahap Peralihan
Setelah tahap pembentukan konseling kelompok dapat dilanjutkan
ketahap berikutnya yaitu tahap peralihan, dimana tahap ini merupakan pembangunan
jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga.
Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan konselor meliputi beberapa hal sebagai
berikut:
a. Konselor menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.
b. Menawarkan atau mengamati apakah anggota sudah siap menjalani kegiatan pada
tahap selanjutnya,
c. meningkatkan keikutsertaan anggota.
Tujuan dari tahap peralihan adalah membebaskan konseli dari perasaan
enggan serta memantapkan suasana kelompok dan kebersamaan. Peranan konselor
pada tahap ini yakni menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka,
mendorong dibahasnya suasana perasaan masing-masing konseli serta membuka diri
dan penuh empati (prayitno, 1995: 44-47).
3. Tahap Kegiatan
Tahap ketiga dari konseling kelompok adalah tahap pelaksanaan kegiatan atau
tahap kegiatan pencapaian tujuan, tahap ini merupakan tahap yang sebenarnya dari
kelompok, namum kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung
dari keberhasilan dua tahap sebelumnya.
Langkah-langkah kegiatan pada tahap pelaksanaan kegiatan ini antara lain:
a. Masing-masing konseli secara bebas mengemukakan masalah atau topik
bahasan,
b. menetapkan topik yang akan dibahas dulu,
c. konseli membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas, disamping itu
perlu dIadakah kegiatan selingan.
Tujuan dari tahap ketiga ini adalah terungkapnya secara bebas masalah atau topik
yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok, terbahasnya masalah
dan topik yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas, ikut sertanya seluruh
anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-
unsur tingkah laku, pemikitan ataupun perasaan. Peranan konselor pada tahap ini
yakni sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka, aktif tetapi tidak banyak
bicara, memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati (Prayitno,
1995:47-57).
90
4. Pengakhiran
Tahap keempat dari konseling kelompok adalah tahap pengakhiran atau tahap
penilaian dan tindak lanjut, pada tahap ini kegiatan konseling kelompok hendaknya
dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para konseli akan
mampu menerapkan hal-hal yang telah mereka bahas dalam konseling kelompok.
Kegiatan pada tahap peralihan ini langkah-langkah yang dapat diambil antara lain:
a. penjelasan konselor bahwa kegiatan akan diakhiri,
b. Konselor dan konseli mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan,
c. membahas kegiatan lanjutan,
d. mengemukakan pesan dan harapan.
Tujuan dari tahap pengakhiran adalah mengungkap kesan-kesan konseli
tentang pelaksanaan kegiatan, mengungkap hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai
yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas, merumuskan rencana kegiatan lebih
lanjut, menjadga hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan
diakhiri. Peranan konselor disini diantaranya tetap mengusahakan suasana hangat,
bebas dan terbuka. Memberikan dorongan untuk kegiatan lebih lanjut, menjaga rasa
persahabatan dan empati. (Prayitno, 1995: 58-60).
Pendekatan konseling behavioral merupakan penerapan berbagai macam
teknik dan prosedur yang berakar dari berbagai teori tentang belajar. Dalam prosesnya
pendekatan ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada
pengubahan tingkah laku kearah cara-cara yang lebih adaptif.
Tujuan konseling behavioral menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer dan
Stone, 1980) adalah: „membantu individu untuk “belajar” memecahkan masalah
interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu‟. Penekanan kata belajar dalam
proposisi di atas adalah atas pertimbangan bahwa konselor membantu klien belajar
atau mengubah tingkah lakunya. Konselor berperan dalam membantu proses belajar
dengan menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga
klien dapat memecahkan masalah dan mengubah tingkah lakunya(Zaenudin, 2008 : 11-
12).
2. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan lembaga terkecil dalam sistem sosial
kemasyarakatan yang terdiri dari satu orang lebih yang tinggal bersama, hidup
dalam sebuah rumah tangga untuk berinteraksi dan berkomunikasi dan disatukan
oleh aturan-aturan hukum pernikahan yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya hak dan kewajiban yang harus ditunaikan baik itu sebagai suami dan
sebagai istri, begitu pula pemenuhan hak dan kewajiban antara suami - istri
sebagai orang tua dengan anak yang berada dalam kehidupan keluarga tersebut.
Bagi anak keluarga merupakan lembaga primer yang tidak dapat diganti dengan
91
kelembagaan yang lain. Di dalam keluargalah anak mengenal arti hidup, cinta kasih
dan arti kebersamaan. Di dalam keluarga tersebut anak dibesarkan, diberikan
pendidikan dengan suasana aman yang dapat mengantarkan di masa-masa
perkembangannya. Pada kenyataannya, tidak semua keluarga dapat menjalankan
fungsinya dengan baik
Di antara unit sosial, keluarga merupakan unit yang sangat komplek. Banyak
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para anggota keluarga yang satu dengan
anggota keluarga yang lain. Seringkali keseimbangan akan terganggu dan
membahayakan kehidupan keluarga yang mengakibatkan keluarga tidak akan
merasakan kebahagiaan. Tidak jarang perselisihan-perselisihan dan pertengkaran-
pertengkaran diantara suami-istri tersebut berakhir dengan perceraian. Maka
timbulah rentetan-rentetan kesulitan terutama bagi seorang anak yang selalu
membutuhkan kehadiran orangtua disepanjang hidupnya. (Gunarsa, 1986: 135).
Harapan seorang anak yang begitu rindu untuk pulang ke rumah guna
mendapati ibu dan ayahnya bagaikan air pelepas dahaga, namun harapan itu sirna
lantaran ayah dan ibu tak lagi berada dalam kebersamaan. Keluarga yang
diharapkan sebagai sumber energi dan sumber semangat pun hancur. Tak ada
lagi untaian nasihat mengalir tenang, tak ada lagi aktivitas saling memperbaiki, dan
menggali kebenaran, serta berbagi perasaan. Hal - hal yang biasanya ditemukan
anak ketika orangtuanya bercerai adalah rasa tidak aman, tidak diinginkan atau
ditolak oleh orangtuanya yang pergi, sedih dan kesepian, marah, kehilangan,
merasa bersalah, menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab orangtua bercerai.
Perasaan-perasaan itu oleh anak dapat termanifestasi dalam bentuk perilaku suka
mengamuk, menjadi kasar, dan tindakan agresif lainnya, menjadi pendiam, tidak
lagi ceria, tidak suka bergaul, sulit berkonsentrasi, dan tidak berminat pada tugas
sekolah sehingga prestasi di sekolah cenderung menurun, suka melamun,
terutama mengkhayalkan orangtuanya akan bersatu lagi.
Begitu halnya peran orangtua di dalam keluarga, saat anak disiapkan untuk
belajar memahami lingkungan yang ada didekatnya, setiap hari anak melakukan
interaksi dengan kedua orang tuanya, dan saudara-saudaranya yang berada
dalam satu rumah. Tidak hanya sebatas itu, anak-anak juga melakukan
aktifitasnya di dunia luar, seperti misalnya di sekolah sebagai pendidikan formal.
Perselisihan rumah tangga memiliki efek-efek yang mendalam terhadap kesehatan
jasmani dan emosional anak, dan juga terhadap kemampuan anak-anak untuk
bergaul dengan teman-teman sebayanya, anak-anak yang dididik oleh orangtua
yang dicirikan oleh kecaman, sikap bertahan, dan penghinaan menjadi jauh lebih
besar kemungkinan untuk memperlihatkan tingkah laku antisocial serta egresi
terhadap rekan-rekan bermain mereka. Mereka menghadapi lebih banyak kesulitan
untuk mengatur emosi mereka, untuk memusatkan perhatian mereka, dan untuk
92
menghibur diri mereka sendiri bila mereka marah. Fungsi keluarga sebagai pusat
ketenangan jiwa bagi anakpun akan luntur.
Manurung (1995,h:46) mengemukakan bahwa rumah tangga adalah
kelompok sosial yang biasanya berpusat pada satu keluarga, ditambah dengan
beberapa warga yang tinggal dan hidup bersama dalam satu rumah sehingga
merupakan satu-kesatuan. Jalan kehidupan seseorang terkadang tidak sejalan
dengan kenyataan sesuatu dapat saja berubah, sementara itu orang dan
kehidupannya secara konstan pun mengalami perubahan. Jadi kehidupan rumah
tangga akan dengan sendirinya lebih menyertakan disharmoni daripada kehidupan
rumah tangga yang bahagia sepanjang masa. Menurut Kartono (1986,h:59)
pasangan suami istri yang bercerai, merupakan sumber untuk memunculkan
dampak negatif bagi anak. Pernikahan sebagai status atau cara hidup memiliki
konsekuensi tertentu pada suami istri. Tugas mereka yang pokok adalah sebagai
berikut: menyempurnakan cinta, kasih sayang, membahagiakan, membentuk
persekutuan hidup yang penuh cinta, memberikan keturunan dan mendidik anak-
anak yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka. Ikut membangun masyarakat
dan ikut mengembangkan umat beragama seiman. Tugas itu ada yang
menyangkut suami istri itu sendiri, ada yang menyangkut anak - anak dan adapula
yang menyangkut yang lebih luas. Banyaknya perceraian yang terjadi diantara
pasangan suami istri disebabkan karena mereka sudah tidak dapat membina
hubungan perkawinan dan rumah tangga lagi. Berita tentang perceraian suami istri
banyak menghiasi tayangan media elektronik seperti televisi dan media cetak.
Perceraian pada dasarnya merupakan peristiwa yang sebenarnya tidak
dikehendaki oleh pasangan suami istri yang sama-sama terikat dalam perkawinan.
Perceraian pasangan suami-istri (pasutri) kerap berakhir menyakitkan bagi
pihak-pihak yang terlibat, termasuk di dalamnya adalah anak-anak. Perceraian
juga dapat menimbulkan stres dan trauma untuk memulai hubungan baru dengan
lawan jenis. Menurut psikiater Amerika Serikat (AS) Thomas Holmes dan Richard
Rahe yang meneliti tingkat stres manusia, perceraian adalah penyebab stres
kedua paling tinggi, setelah kematian pasangan hidup. Konflik yang terjadi pada
kedua orangtua sudah pasti akan berimbas pada anak-anak mereka. Hidup di
lingkungan keluarga yang sering bertengkar, akan menyulitkan bagi anak untuk
mengembangkan kepribadian yang sehat. Hal ini membuka peluang bagi
perkembangan rasa kurang percaya diri yang intens, yang membuat mereka sering
mengalami kegagalan dalam meraih prestasi sosial yang optimal (Sadarjoen,
2005: 93).
Perceraian marak terjadi bukan hanya di kalangan artis atau public figure
saja. Di dalam keluarga sederhana, bahkan di dalam lingkungan pendidik,
lingkungan yang tampak religius, perceraian juga banyak terjadi. Hal ini antara lain
93
peneliti temukan dalam wawancara dengan sejumlah tokoh masyarakat di sekitar
tempat peneliti berdomisili, dengan informan pertama adalah kepala sekolah dari
sekolah negeri yang menjadi objek penelitian ini. Ia mengatakan bahwa masalah
perceraian menjadi hal yang sudah lumrah di masyarakat kebanyakan, dan kasus
perceraian semakin meningkat setiap tahun. Hal ini termasuk masalah sosial yang
sangat pelik, selain mempengaruhi juga masalah pendidikan.
Fenomena perceraian seakan menjamur di kalangan masyarakat, di
Kabupaten Banyuasin sekarang ini Berdasarkan Data BPS Kabupaten Banyuasin
Tahun 2012 sebanyak 3,5% pasangan suami istri melakukan perceraian dengan
kasus yang berbeda-beda. Data BPS tersebut menunjukkan bahwa fenomena
cerai yang terjadi sekarang ini semakin meningkat seperti yang terjadi di Desa
Purwosari Kecamatan Sembawa berdasarkan data dari Desa setempat di desa ini
jumlah perceraian semakin meningkat di awal 2011 yang jumlah nya hanya 8
pasangan meningkat drastis di tahun 2013 menjadi 24 pasangan. Desa Purwosari
adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Sembawa dan terletak di
Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan dengan jumlah penduduk
640/KK atau 2.250 Jiwa. Masyarakat disini memiliki pekerjaan yang berbeda-beda,
ada sopir, pedagang, pegawai dll. Karena banyaknya kesibukan para orang tua
disini yang sering meninggalkan keluarga mereka menyebabkan para istri maupun
para suami mencari penghiburan di luar rumah, selain itu faktor kekerasan rumah
tangga juga seakan menambah daftar panjang perceraian di desa tersebut. Anak-
anak yang tidak tahu apa-apa pun menjadi korban para orang tua yang hanya
memikirkan egonya masing-masing tanpa memikirkan keadaan anak tersebut.
Kondisi kebutuhan psikologis pada anak yang orangtuanya bercerai,
berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Resyanto (1998:82)
menunjukkan bahwa kebutuhan psikologis anak yang orangtuanya bercerai adalah
adanya rasa aman, kasih sayang, serta kebutuhan percaya diri. Rasa aman
dibutuhkan pada saat berhubungan dengan teman lawan jenis, menghadapi masa
depan, dan bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya. Mereka punya rasa
takut disebabkan kekhawatiran bahwa orang lain akan memandang rendah
terhadap diri dan keluarganya, mengakibatkan seorang anak sakit hati terhadap
keputusan yang diambil oleh orangtuanya untuk bercerai.
Kerusakan perkembangan psikologis anak seperti depresi, menarik diri dari
pergaulan sosial, kompetensi sosial yang rendah serta berbagai persoalan
gangguan perilaku anak erat kaitannya kesukaran emosional yang dihadapi anak
dari pasangan yang berada dalam kondisi konflik yang ahklaknya menuju pada
proses perceraian (Hetherington dan Clingempeel dalam Sawitri, 2005, h:2).
94
Akantetapi jaman sekarang didukung penuh dengan berbagai alat
komuniaksi internet dala lain sebabagiamanya, walauoun peran dan kasih sayag
ibu dan ayah tidak akan terganti akantetapi akan menjadi hal yang membantu
untuk dapat mereduksipikitan alam bawah sadar anak yang membentuk tugas
perkembangan, misal dalam internet banyak layanan edukasi kegiatan kegiatan
bermanfaat contoh satu game menciptakan permainan yang hal hal yang dapat
membantu ibumu memasak dirumah, disitu banyak terdapat resep memasak, cara
memasak dan cara penyajian dalam memasak. Hal seperti ini memang kecil
keberfungsiannya akan tetapi apabila kita lakukan dengan inten dan berkelanjutan
maka pikitan negatif anak yang orang tuanya bercerai akan tereduksi dengan
sendrinya.
Saya akan menceritakan kasus perceraian selebritis Indonesia maupun luar
negeri, sebagai berikut :
3. Fenomena Perceraian di Kalangan Celebritis
1. Kasus perceraian Maia Estiansty dengan Ahmad Dhani,
Kasus perceraian ini merupakan hal yang fenomenal yang pernah ada
dilingkungan masyarakat Indonesia, yang mana ini merupkan hal yang tidak
sampai terfikir dengan pikitan yang rasional. Memang segala hal yang
dianggap tidak rasional itu sering terjadi dikalangan masyarakat kita. Hal ini
saja sampai tidak habis fikir, Mulan kwok teman duet nya Maia Estianty istri
dari Ahmad Dhani merebut dengan halus Dhani yang masih Sah menjadi
suami nya Maia, samapi sekarang bercerai dan Ahmad Dhani menikah dengan
Mulan dan bercerai dengan Maia Estianty. Akantetapi dengan berjalannya
waktu anak anak mereka berhasil dengan prestasi yang dimilikinya, Al
95
sekarang sebagai peamin sinetron, bintang iklan, El sebagai pemain band
yang handal, Dul sebagai pemain sinetron yang aktif dan juga berprestasi,
meski pada saat waktu lalu ada kasus kalau Dul Menabrak 6 orang pejalan
kaki dan dinyatakan tewas 4 orang dan 2 orangnya luka parah.
Akantetapi kalau kita lihat mereka adalah anak broken home yang
notabene pastinya kurang kasih sayang orang tua, mereka bisa
mengekspresikannya melalui hobi yang menjadi di bidang seni. Mereka saja
bisa masa kamu enggak.. hayooo malu dong sama kucing hehehhe..
2. Kasus Perceraian Krisdayanti dengan Anang Hermasyah dan Krisdayanti
tergantikan oleh Ashanty
Kasus perceraian anang dan ashanty ini juga menjadi hal yang mengagetkan
khalayak ramani, pasalanya pasangan ini adalah pasangan yang sangat
serasi, mereka sering menciptakan lagu bersama, akantetapi Kriidayanti
terpaut oleh laki laki kaya dan macho dari Timor Leste, Anang pun
mengetahuinya lalu mereka bercerai dan Krisdayanti menikah dengan pria asal
Timor Leste. Lama membujang Anangpun terpaut asmara dengan wanita
cantik yang bernama Ashanty, tidak lama berpacaran akhurnya Anang dan
Ashanty menikah dan dikarunia anak cantik dan ganteng lalu ditambah lagi
kedua anak Hasil pernikahan Anang dan Krisdayanti , ikut di Anang sehingga
mereka hidup bersama dengan ibu tirinya yang cantik, baik dan ramah.
Dan amazingnya Asanty dan Anang bisa tinggal bersama bahagia dengan
kedua anak hasil pernikahannya dengan krisdayanti. Saya yakin hati Aurel dan
Azriel itu sangat sakit dan tidak semangat hidup kantetapi dengan mereka
sabar akhii nya mereka pun bisa mempunyai ibu tiri yang baik dan akhirnya
mereka nyaman hidup dengan ibu tirinya tersebut. Jadi tidak ada alasan
bahwa hidup kita tidak bahagia, semuanya akan bahagian dengan waktu yang
kita tidak pernah tahu akan kapan bahagia, yang penting kita yakini bahwa
hidup dalam situasi apaun pasti bahagia bersama.
3. Kasus Perceraian Erik dan Mona dari Australia yang tetap harmonis untuk
anak anak.
Hal unik lagi adalah pasanan yang berkewarganegaraan Australia ini, mereka
sepakat bercerai karena mempunyai visi dan misi hidup yang sangat berbeda,
ibaratnya yang satu ingin ke barat dan yang satu ingin ke utara, jelas tidak
akan pernah bisa bersatu. Akantetapi semua ini bisa disepakati dengan
komitmen yang jelas.
Terlepas denagn komitmen membesarkan dan membahagiakan anak sampai
menjadi orang sukkes, karena mereka berkeyakinan bahwa anak adalah suci
96
pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa. Jadi akan terjadi sesuatu apapun tetap
anak akan mejadi prioritas uama. Terlepas mereka tetap bercerai demi
kebahagiaan mereka sendiri.
Wah luar biasa bukan, semua hal yang berbau rumah tangga baik itu yang
baik, bertanggung jawab, lalu aa juga bahagia akantetapi tetap orang tua
bercerai, memang ada satu sisi hal yang mejadi momok yang mengenakan
dan tidak mengenakan, tapi disisi lalin semua akan indah pada
waktunya.Tuhan akan senantiasa memberikan kebahagiaan yang bisa
dinikmati oleh Hambanya di dunia dan akan dipertanggungjawabkan diakherat
kelak.
Ketiga kasus diatas adalah salah satu bagian integral yang bisa
dijadikan contoh bagi seluruh remaja yang butuh kasih sayang orang tua
karena orang tuanya bercerai, selalu menjadikan hidup ini tidak indah krena
tidak ada senyuman mama dan papa yang selalu tidak bisa dirasakan, selalu
terbatas minta uang kalau mau ada keperluan di sekolah, selalu bingung mau
pergi kemana mana karena takut mama marah dan bapa marah, selalu susah
untuk berkomunikasi, selalu dianggap oleh orang lain sebelah mata karena
dianggap keluarga yang tidak normal dan lain sebagainya.
Tapi pada intinya apabila kita maknai hal ini dengan baik dan
berpositif thingking pada Allah semesta alam. Semua akan indah pada
waktunya, maksud waktunya adalah, yakini bahwa Allah sebesar apapun
memberikan ujian pada hamba Nya pasti akan indah pada waktunya, pasti
Allah kasih waktu yang tidak bisa diberi tahu kapan dan tidak bisa dikatakan
waktu tibanya kapan untuk bahagia itu. Maka kita harus selalu berpositif
tingkhing terhadap Allah.
4. Psikoedukasi keluarga
Hal-hal yang dilakukan pada saat melakukan psikoedukasi keluarga antara lain:
• Mengidentifikasi bagaimana reaksi anggota keluarga terhadap keadaan
pasien yang menderita gangguan jiwa.
• Mengidentifikasi faktor penyebab gangguan jiwa yang diderita oleh pasien.
• Mengidentifikasi tanda dan gejala prodormal gangguan jiwa yang terjadi pada
pasien.
• Mengajarkan kepada keluarga bagaimana strategi koping yang dapat
diterapkan.
97
• Menjelaskan kepada keluarga tentang psikobiologi gangguan jiwa, diagnosis
dan pengobatannya, reaksi keluarga, trauma keluarga, pencegahan
kambuh, guideline keluarga.
• Melakukan pemecahan masalah secara terstruktur.
B. Perencanaan Layanan Konseling kelompok
1. Perencanaan Layanan Konseling Kelompok Pengawasan Terhadap Siswa yang
Orangtuanya Bercerai
a. Definisi Perilaku
1. Perasaan yang mencerminkan perilaku positif dan negatif remaja yang dapat
diketahui oleh orang tua siswa, mengalami ketergantungan secara dekat
menggambarkan kemunculan emosi pada suatu kegiatan.
2. Kegiatan berharga yang berkaitan dengan konflik tanpa ada pemisahan hubungan
dan mengoptimalkan suatu hubungan.
3. Perasaan mengenai harga diri yang rendah
4. Hal yang berkaitan dengan perilaku yang tidak sesuai atau konflik identitas yang
berkaitan dengan pengalaman masa lalu siswa.
5. Perasaan yang menggambarkan depresi siswa dan merasa sendiri seperti
terisolasi.
6. Kebiasaan mengenai tanggapan yang mempunyai situasi yang tidak
menyenangkan
7. Hal yang berkaitan dengan penyebab perceraian pada orang tua
8. Mempunyai cerita yang memiliki penyebab dari kekerasan berasal dari
ketergantungan perasaan siswa.
9. Kegiatan kelompok yang ada didalam terapi individu
b. Tujuan Jangka Panjang
1. Memberikan Kebijaksanaan bagaiamna pengalaman yang dimiliki oleh siswa
mengenai pengaruh dan keberlanjutan kehidupan keluarganya.
2. Mengembangkan kebijaksanaan yang nyata, perasaan pribadi yang berlawanan
dengan ketergantungan pribadi
3. Menambahkan perasaan pengendalian diri
4. Mengganti perasaan depresi dengan keamanan dan percaya diri
5. Mengontrol ekspresi perasaan setelah mengalami stres yang berkepanjangan.
98
c. Tujuan Jangka Pendek
1. Menggambarkan efek yang negatif siswa yang terkena kekerasan dalam bertingkah
laku, untuk mengatakan perasaannya.
2. Mempraktekan latihan berperilaku santai sesuai perasaan.
3. Mengatakan hal yang disenanginya dalam kemampuan psikologis dan emosional
dalam permasalahan kekerasan.
d. Isu dan kata kunci yang berkaitan dengan Pengawasan terhadap siswa yang
orang tuanya bercerai dari buku Bimbingan dan Konseling Kelompok oleh
Jacobs. Halaman 278.
Topik 1: Kebutuhan Persetujuan
1. Sumber persetujuan: orang tua, kekasih, bos, anak, dan teman
2. Dimana kebutuhan akan persetujuan berasal
3. Bagaimana orang mencari persetujuan
4. Seberapa kuat kebutuhan akan persetujuan
5. Cara positif dan negatif agar orang mencari persetujuan
6. Mempercayai diri sendiri
7. Ketergantungan / independensi
8. Perbedaan antara membutuhkan dan menginginkan persetujuan
9. Bagaimana cara mengurangi perilaku mencari persetujuan
10. Penggunaan teori REBT, TA, dan lampiran untuk memahami kebutuhan
Masalah kunci
Topik 2: Harga Diri
1. Definisi harga diri
2. Sumber harga diri
3. Meningkatkan harga diri
4. Kemungkinan mengubah perasaan harga diri
5. Peran orang tua
6. Peran saudara kandung dan teman
7. Peran pasangan atau kekasih
8. Sekolah, nilai, kecerdasan, dan harga diri
9. Penampilan dan harga diri
10. Olahraga dan harga diri
11. Bekerja dan harga diri
12. Keadaan ego anak
13. REBT, self-talk, dan harga diri
14. Mendefinisikan pemenang dan pecundang
99
15. Rasa bersalah, malu, dan harga diri
e. Asesmen yang akan dilakukan dan Tahapan Konseling Kelompok
1. Angket
Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam memperoleh data siswa diantaranya
dengan memberikan angket atau alat asesmen non tes kepada para siswa berupa Daftar Cek
Masalah (DCM), untuk mendapatkan informasi mengenai siswa yang mengalami permasalahan
karena kondisi keluarganya yang orangtuanya bercerai.
2. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi
dengan cara tanya jawab antara konselor dengan siswa. Pada hakikatnya wawancara
merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau
tema yang akan dibahas. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya, yaitu angket yang telah
diberikan kepada siswa. Konselor mewawancarai para siswa yang mengalami permasalahan
karena orangtuanya bercerai berdasarkan hasil angket DCM yang sudah mereka isi untuk
mengajak para siswa tersebut mengikuti kegiatan konseling kelompok.
3. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan
analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di
dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang
sudah ada
4. Tahapan Kegiatan Konseling Kelompok
Kegiatan ini dilakukan pada siswa SMA yang berusia antara 17-18 tahun, anggota kelompok
berjumlah 9 orang yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Topik yang akan
dibahas mengenai permasalahan siswa yang orangtuanya bercerai, kegiatan ini berlangsung
sekitar 60 menit dilakukan di ruangan BK yang tertutup dengan formasi duduk melingkar di
karpet yang nyaman.
5. Memulai kelompok
Salah satu hal terpenting yang diperhatikan pada sesi pertama adalah bagaimana memulai
kelompok. Cara pemimpin membuka sesi akan menjadi hal penting yang berhubungan dengan
situasi kelompok yang akan berlangsung dan tingkat kenyamanan anggota kelompok.
Skenario:
100
Konselor: “assalamualaikum wr.wb. menjawab salam anak-anak, bagaimana kabar kalian hari
ini?”
Konselor: “nah, sebelum memulai kegiatan, alangkah lebih baiknya kita membaca do‟a terlebih
dahulu, ayo siapa yang mau memimpin do‟anya?”
Konselor: “ya, saya ucapkan terimakasih kepada kamu yang telah memimpin do‟a bersama,
kemudian saya berterimakasih juga kepada kalian semua yang telah hadir dalam kegiatan ini”.
6. Membantu anggota berkenalan
Jika anggota tidak saling mengenal satu sama lain, itu biasanya keuntungan agar anggota
dapat memperkenalkan dengan segera setelah tahap pembukaan. Anggota cenderung merasa
lebih nyaman setelah belajar mengenal nama masing-masing dan menghabiskan beberapa
waktu untuk mengenal satu sama lain. Hal ini penting karena dua alasan. Pertama,
pertumbuhan, terapi, atau kelompok saling berbagi, anggota jauh lebih ingin tahu tentang
orang-orang dengan siapa mereka akan membahas masalah pribadi. Kedua, pengenalan
menyeluruh membantu kelompok mulai mengembangkan kepercayaan dalam kelompok,
karena anggota dapat mengenal satu sama lain atau tidak akan membahas masalah pribadi.
Proses berkenalan dilakukan melalui permainan, konselor atau pemimpin kelompok meminta
anggotanya untuk menyebutkan nama, usia, tempat tinggal, dan perasaannya saat ini dengan
menggunakan simulasi permainan melalui saling mengoper pulpen. Langkah permainannya
diawali dengan pemimpin kelompok memegang pulpen dan berkata “ini pulpen, nama saya
faris, usia 24 tahun, tempat tinggal di klender, dan perasaan saya saat ini gembira, pulpen ini
saya berikan ke orang disebelah saya”, kemudian orang kedua berkata “ini pulpen saya
dapatkan dari faris, usia 24 tahun, tempat tinggal di klender, perasaannya saat ini gembira, dan
saya faisal, usia 17 tahun, tempat tinggal di kayu manis, perasaannya saat ini penasaran,
pulpen ini saya berikan ke orang disebelah saya” begitu seterusnya sampai semua anggota
kelompok selesai mendapatkan pulpen dan berkenalan.
Skenario:
Konselor: “yaa, kegiatan selanjutnya adalah kita berkenalan satu persatu yaa, ada yang belum
saling kenal kan semuanya?”
Konselor: “perkenalannya dilakukan menggunakan sedikit permainan yang bernama “ini
pulpen”. Perkenalannya dengan menyebutkan nama, usia, tempat tinggal, dan perasaannya
saat ini. Caranya diawali dengan saya memegang pulpen dan berkata ini pulpen, nama saya
Viko, usia 30 tahun, tempat tinggal di klender, dan perasaan saya saat ini gembira, pulpen ini
saya berikan ke orang disebelah saya, kemudian saya berikan ke orang sebelah saya dan dia
berkata ini pulpen saya dapatkan dari faris, usia 30 tahun, tempat tinggal di klender,
perasaannya saat ini gembira, dan saya Alex, usia 18 tahun, tempat tinggal di Serang Banten ,
perasaannya saat ini penasaran, pulpen ini saya berikan ke orang disebelah saya, begitu
101
seterusnya sampai semua anggota kelompok selesai mendapatkan pulpen dan berkenalan,
sampai sini paham semua? Apakah ada yang ditanyakan?”
Konselor: “kalau tidak ada yang bertanya kita mulai saja ya permainan ini”.
7. Mengklarifikasi tujuan kelompok
Tujuan dari kelompok merupakan faktor paling penting dalam menentukan kegiatan kelompok.
pemimpin kelompok dapat memimpin anggotanya untuk berbagi beberapa informasi yang
relevan tentang diri mereka sendiri. Pemimpin juga mungkin memiliki andil anggota mengapa
mereka menghadiri kelompok atau harapan mereka dari sesi.
Pemimpin harus yakin bahwa tujuan kelompok ini diklarifikasi menjawab sesi pertama.
Klarifikasi penting jika belum ada wawancara awal sebelum pertemuan kelompok pertama.
Dalam kegiatan kelompok yang akan dilakukan membahas mengenai permasalahan pada
siswa yang orang tuanya bercerai, tujuannya adalah untuk memberikan kebijaksanaan
bagaimana pengalaman yang dimiliki oleh siswa mengenai pengaruh dan keberlanjutan
kehidupan keluarganya, mengembangkan kebijaksanaan yang nyata, perasaan pribadi yang
berlawanan dengan ketergantungan pribadi, menambahkan perasaan pengendalian diri,
mengganti perasaan depresi dengan keamanan dan percaya diri, dan mengontrol ekspresi
perasaan setelah mengalami stres yang berkepanjangan.
Skenario:
Konselor: “yaa, setelah kita saling berkenalan, selanjutnya kita membahas mengenai tujuan dari
kegiatan ini, ada yang sudah tahu tujuannya apa?”.
Konselor: “yaa, tujuan dari kegiatan kelompok ini untuk membantu permasalahan kalian dengan
orang tua masing-masing, supaya kalian bisa menghadapi kenyataan yang terjadi”.
Konselor: “tujuan lainnya yaitu untuk memberikan kebijaksanaan bagaimana pengalaman yang
dimiliki oleh siswa mengenai pengaruh dan keberlanjutan kehidupan keluarganya, bisa saling
berbagi informasi dan pengalaman, mengembangkan kebijaksanaan yang nyata, perasaan
pribadi yang berlawanan dengan ketergantungan pribadi, menambahkan perasaan
pengendalian diri, mengganti perasaan depresi dengan keamanan dan percaya diri, dan
mengontrol ekspresi perasaan setelah mengalami stres yang berkepanjangan”.
8. Menjelaskan peran pemimpin
Menjawab kegiatan, pemimpin harus menjelaskan apa perannya menjawab sepanjang sesi,
yaitu: berperan memimpin jalannya kegiatan, peran untuk mengajar, peran fasilitatif, dan peran
terapi. Pemimpin juga mungkin perlu menjelaskan beberapa perilaku kepemimpinannya, seperti
memotong pembicaraan anggota kelompok sewaktu-waktu dan memancing anggota untuk
berbicara. Jika pemimpin berencana untuk melakukan terapi, ia mungkin ingin menjelaskan
salah satu teknik yang ia rencanakan untuk digunakan dengan anggota yang mungkin belum
terbiasa. Beberapa pemimpin dapat menggunakan teknik psikodrama, atau "kursi kosong", atau
102
putaran terapi. Menjelaskan prosedur pada sesi pertama atau kedua mengurangi kemungkinan
kebingungan atau kesalahpahaman ketika mereka melakukan kegiatan dalam sesi selanjutnya.
Skenario:
Konselor: “selanjutnya kita akan membahas mengenai peran saya dalam kegiatan ini”.
Konselor: “peran saya dalam kegiatan ini yaitu sebagai pemimpin dalam kelompok ini,
memimpin jalannya kegiatan, berperan untuk mengajar, berperan fasilitatif, dan berperan
sebagai terapi, tujuannya agar kegiatan ini menjadi terarah dan dapat menghasilkan informasi
yang bermanfaat dan dapat mengentaskan permasalahan kalian”.
9. Menjelaskan bagaimana kelompok akan dilakukan
Hal ini penting untuk memperjelas menjawab sesi pertama bagaimana pemimpin yang
berencana untuk melakukan kegiatan. Memberi petunjuk anggota tentang jenis diskusi dan
kegiatan yang akan mengambil tempat di kelompok akan membantu untuk kemudahan
ketegangan dan menjamin kelancaran kegiatan kelompok itu. Alasan lain untuk menyatakan
apa yang akan terjadi dalam kelompok adalah bahwa anggota, setelah mendenganr penjelasan
tentang bagaimana kelompok akan dilakukan, dapat memutuskan bahwa mereka tidak ingin
dalam kelompok. Jika anggota tidak memutuskan untuk tidak bergabung dengan kelompok,
pemimpin butuh berbicara secara pribadi dengan anggota untuk mengetahui alasannya.
Skenario:
Konselor: “pada pertemuan kali ini, kegiatan yang akan kita lakukan adalah membahas
mengenai perasaan kalian mengenai hubungan dengan keluarganya masing-masing, hal
tersebut dilakukan dengan harapan agar kalian dapat mengentaskan permasalahan yang
sekarang sedang dialami”.
Konselor: “sebelum melangkah ke kegiatan selanjutnya, apakah kalian ada yang mau
bertanya? Apakah ada yang keberatan dalam mengikuti kegiatan ini?”
10. Menjelaskan aturan dasar
Aturan dasar tertentu harus dibahas dalam sesi pertama. Aturan tentang makan, minum, atau
berbicara menjawab kegiatan kelompok berlangsung serta menjaga kerahasiaan informasi
anggota kelompok dan pembahasan yang akan disampaikan. Biasanya aturan disebutkan
dalam sesi pertama agar tidak mengganggu jalannya diskusi. Aturan kelompok yang ditetapkan
melarang menyerang anggota kelompok lainnya. Ketika semua aturan-aturan dasar yang
tercakup dalam saat-saat awal kelompok, anggota mungkin menjadi bosan atau cemas sesuatu
akan terjadi. Intinya adalah bahwa pemimpin tidak harus menggunakan banyak aturan dasar
sewaktu menjelaskan, kecuali ada beberapa alasan untuk melakukannya. Jika anggota
kelompok ada yang mencoba untuk berdebat tentang aturan, pemimpin harus menjelaskan
dengan tenang mengapa penting dibuat aturan kelompok untuk kelancaran kegiatan kelompok
yang akan dilakukan.
103
Skenario:
Konselor: “tahap selanjutnya, kita akan membahas mengenai aturan yang berlaku dalam
kegiatan ini”.
Konselor: “aturan tersebut dilakukan agar kegiatan ini dapat berjalan secara kondusif dan demi
kelancaran kegiatan. Aturan tersebut yaitu dilarang berbicara sebelum dipersilahkan oleh
pemimpin kelompok, menghargai dan mendenganrkan dengan seksama ketika pemimpin
kelompok dan anggota kelompok lain sedang berbicara, dilarang makan dan minum menjawab
kegiatan berlangsung, dan ketika akan berbicara harus mengangkat tangan terlebih dahulu,
kemudian yang paling penting adalah menjaga kerahasiaan pembahasan didalam kegiatan kita
ini diluar kelompok”.
Konselor: “begitu aturan yang akan kita terapkan dalam kegiatan ini, apakah ada tanggapan?”
11. Memeriksa tingkat kenyamanan para anggota
Untuk membantu mengurangi ketidaknyamanan yang akan terjadi, pemimpin bisa
menghabiskan beberapa menit terfokus pada topik tingkat kenyamanan dengan cara
menanyakan kecemasan apa yang di hadapi anggota menjawab masa diskusi ini. Kemudian
pemimpin menanyakan kembali tentang ketidaknyamanan anggota dengan memberikan skala 1
sampai 10 tingkat ketidaknyamanan yang dialami oleh anggota. Setelah itu pemimpin bisa
memberikan waktu sekitar tiga menit untuk anggota mencari pasangan dan mendiskusikan
tingkat kenyamanan dan mengapa mereka merasa seperti yang mereka lakukan. Setelah itu
kita akan kembali ke kelompok besar untuk diskusi.
Kegiatan ini akan membantu anggota berbicara tentang tingkat kenyamanan dalam kelompok.
Diskusi seperti ini membantu anggota untuk merasa lebih nyaman, baik melalui berbagi
perasaan mereka dan melalui mendenganr bahwa beberapa orang lain merasa
ketidaknyamanan. Kemudian dapat melakukan permainan seperti dengan kegiatan ice breaking
“opposite”. Konselor menjelaskan tentang permainan opposite. Yaitu “kebalikan”,anggota
kelompok melakukan gerakan yang diucapkan konselor, misalkan jika konselor mengatakan
“opposite” maju maka konseli mundur, jika jongkok maka berdiri, dan seterusnya. Jika tidak ada
kata “opposite” yang diucapkan konselor, maka gerakan jadi normal, misalnya maju maka
konseli tetap maju.
Skenario:
Konselor: “sekarang saya bertanya kepada kalian, apakah sampai saat ini kalian merasa
nyaman dalam kegiatan ini?”
Konselor: “apakah ada diantara kalian yang merasa tidak nyaman didalam kegiatan ini?”
Konselor: “sekarang kalian coba berpasangan, kemudian kalian saling menanyakan apakah
kalian merasa nyaman atau tidak saat ini dan berikan alasannya, saya beri waktu 3 menit untuk
kalian saling bertanya, kemudian kalian berkumpul lagi didalam kelompok besar dan melingkar
lagi, semua paham tugasnya sekarang?”
104
Konselor: “untuk menambah kenyamanan dalam kegiatan kita ini, sekarang kita akan
melakukan ice breaking yang diberi nama “opposite”, yang artinya “kebalikan”, cara mainnya
yaitu kalian bergerak mengikuti ucapan yang saya katakan, misalkan jika saya mengatakan
“opposite” maju maka kalian mundur, jika saya bilang “opposite” jongkok maka berdiri, dan
seterusnya. Lalu jika tidak ada kata “opposite” yang diucapkan saya, maka gerakannya jadi
normal, misalnya saya bilang maju maka kalian tetap maju. Bagaimana, apakah sudah paham
cara bermainnya? Jika sudah paham semuanya, ayo kita mulai permainan ini”
12. Memperkenalkan dan berfokus pada konten
Konten dalam konteks ini yaitu topik yang sedang dibahas dalam kelompok. Konten harus
dipantau oleh pemimpin terus-menerus, untuk fokus pada tujuan kelompok. Dalam membahas
topik yang akan dibahas, pemimpin hendaknya memberikan pendahuluan agar anggota
memiliki gambaran tentang topik tersebut dan alasan mengapa mereka ada di kelompok ini.
Pada kegiatan ini akan membahas topik mengenai kecemasan pada siswa yang orangtuanya
bercerai.
Skenario:
Konselor: “sekarang, kegiatan kita selanjutnya adalah fokus pada topik yang akan kita bahas,
apakah semuanya sudah siap?”
Konselor: “jika semua sudah siap, ayo kita mulai kegiatan ini”
Konselor: “sebelumnya kita sudah membahas alasan kalian berkumpul disini bukan?”
Konselor: “yaa benar, kalian dikumpulkan disini untuk saling berbagi dan saling membantu
mengentaskan permasalahan yang sekarang sedang dihadapi”
Konselor: “keluarga merupakan faktor penting dalam kehidupan kita, terlebih kedua orangtua
kita yang selalu melindungi, membesarkan kita, berusaha mewujudkan keinginan kita,
menyediakan semua kebutuhan kita, dan mereka yang paling menyayangi kita. Tapi, ketika
mereka berdua memutuskan untuk berpisah, apakah semua yang saya sebutkan itu akan
hilang begitu saja? Apakah kalian merasakan seperti itu?”
Konselor: “sekarang saya mau mendenganrkan pendapat kalian, ayo siapa yang mau
memberikan pendapat yang pertama?”
Konselor: “setelah mendenganrkan pendapat kalian semua, bagaimana kehidupan kalian
sekarang?, apa perbedaan yang kalian rasakan sebelum orangtua kalian berpisah dengan
setelah orangtua kalian berpisah?, ayo siapa yang mau duluan menjawab?”
Konselor: “apakah ada tanggapan dari kalian untuk jawaban dari teman-teman kalian tadi?”
Konselor: “kemudian sekarang, bagaimana hubungan kalian saat ini dengan kedua orangtua
kalian?, bagaimana kalian berkomunikasi dengan mereka? Ayo sekarang siapa yang mau
duluan menjawab pertanyaan saya?, saya harap anggota yang berbeda ya yang menjawab
duluan”.
Konselor. “ Ada beberapa hal yang mesti kalian ingat bahwasanya ada beberapa hal yang mesti
dilakukan untuk membuat energi positif dan energi negatif?
105
Konselor :”Semua hal ini menjadikan hal yang realistik menjadi fenomena banyak terjadi untuk
selalu diberikan yang terbaik.
Konselor :‟Harus diberikan hal yang menjadi inti dalam perlakukan yang baik
Tahap Persiapan :
Langkah Kegiatan :
1. Beginig group : Memulai Kelompok
I.Tahap Pembentukan
1. Menerima kehadiran anggota kelompok secara terbuka dan mengucapkan terimakasih dan
mengucapkan salam untuk seluruh anggota kelompok pada kegiatan konseling kelompok,
yang mana ini merupakan hal yang sangat awal dan wajib dilakukan. Karena esensinya
melakukan terima kasih dan salah itu kita memberi pengahrgaan yang paripurna untuk
memberikan penghargaan awal pada setiap anggota kelompok.
2. Pemimpin kelompok memimpin doa. Pilih salah satu anggota kelompok yang dianggap
mampu jadi pemimpin misalnya memimpin doa, menjadi asisten konselor dengan membantu
membagikan kertas dari konselor dan mengumpulkan kertas ke konselor untuk dapat
dikumpulkan kembali pada konselor.
3. Konselor menjelaskan pengertian dan tujuan dalam konseling kelompok.Hal ini digunakan
untuk hal yang ingin dicapai dengan baik dan sesuai dengan hal yang dianggap penting
sebagai tujuan yang nyata dalam kegiatan konseling kelompok.
4. Pemimpin kelompok menjelaskan cara pelaksanaan konseling kelompok.
5. Pemimpin kelompok menjelaskan asas-asas Konseling kelompok (sukarela, terbuka,
normatif,dan rahasia).
6. Kesepakatan waktu.
7. Perkenalan anggota kelompok.
2. Helping members get acquainted : Membantu Perkenalan Kelompok
1. Konselor memberikan rancangan untuk lebih mengenal dengan anggota kelompok satu
dengan yang lain
2. Konselor mempersilahkan kepada anggota kelompok lebih mengenal satu sama lainnya.
3. Konselor memberikan rujukan untuk saling mengenal satu sama lain
4. Konselor memberikan pemahaman dengan satu dengan lainnya dalam sebuah kelompok
untuk paham yang namanya anggota kelompok apabila saling kenal dan saling sayang ada
keterkaitan batin
5. Konselor memberikan pemahaman yang signifikan untuk memberikan hal yang sesuai
dengan hal yang ingin dibahas dengan sebelumnya saling mengenal satu sama lain.
106
6. Konselor selalu memberikan hal yang menarik dalam hal perkenalan untuk menarik
perhatian khusus para anggotanya.
3. Setting positif tone : Mengatur Nada Chemistri yang Positif
1. Konselor mempersiapkan ruang diskusi lengkap dengan sarana yang akan
dibutuhkan dalam proses diskusi.
2. Anggota kelompok yang terdiri dari 6 – 10 siswa siap di ruang kelas.
3. Konselor membimbing para anggota diskusi untuk memperkenalkan diri masing –
masing. Dalam perkenalan tersebut boleh diAdakah tanya jawab tentang
identitas anggota dan ditutup dengan permainan kelompok untuk menuju “kunci
akrab”.
4. Dipimpin konselor membuat suatu kesepakatan bersama bahwa anggota
kelompok tidak dibenarkan untuk membuka masalah yang dibahas kelompok di
luar ruang diskusi (asas kerahasiaan) dan setiap anggota kelompok berjanji
untuk membantu setiap masalah yang dikemukakan oleh teman anggota
kelompok.
5. Konselor memulai diskusi kelompok dengan memberikan sebuah gambaran
mengenai cara belajar yang sesuai secara belajar mandiri atau kelompok ,
6. Konselor memberikan kesempatan kepada anggota diskusi untuk menanggapi
masalah yang telah ada.
7. Pengakhiran diskusi dengan : (1) himpunan ada folow up atau tindak lanjut
tentang masalah yang sudah didiskusikan. (2) bila perlu menentukan waktu untuk
diskusi selanjutnya.
4.Explaining the leader’s role : Menerangkan mengenai aturan dalam
kelompok
1. Konselor melakukan Tahap Pengenalan dalam Aturan di Kelompok
merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum masa bekerja
(kegiatan).
2. Konselor dimulai dengan masa badai, dimana anggota kelompok mulai
bersaing dengan yang lain dalam kelompok untuk mendapatkan temapat
kekuasaan dalam kelompok. Pada tahap ini muncul perasaan-perasaan
kecemasan, pertentangan, pertahanan, ketegangan, konflik, konfrontasi
dsb.
3. Misalnya Konselor menghadapi anggota yang frustasi dan kegaduhan
meningkat pada tahap ini, namun ini merupakan saat yang produktif bagi
anggota kelompok untuk memperbaiki sosialisasinya di masa lalu yang
107
tidak produktif, membuat pengalaman-pengalaman baru dan menetapkan
tempatnya dalam kelompok tersebut.
4. Dibutuhkan Kompetensi konselor Melakukan ketrampilan konselor dalam
beberapa hal, yaitu kepekaan waktu, kemampuan melihat perilaku anggota
dan mengenal suasana emosi di dalam kelompok.
5. Konselor harus peka kapan harus melakukan konfrontasi terhadap anggota
dan kapan harus memberikan dukungan, oleh karena itu konselor harus
memperhatikan pola perilaku anggota dalam kelompok.
5. Helping member verbalize expectation : Membantu angota kelompok untuk
menggambarakan pengarapan
1. Konselor membantu membuat harapan harapan apa saja yang diinginkan oleh
konseli satu dengan yang lainnya
2. Konselor bisa membuat media secarik kertas untuk dibagikan kepada konseli
untuk dijadikan dan dicatat untuk sebagai media apa yang diharpkan oleh
konseli. Jadi teknisnya konseli menulis apa yang diinginkan oleh konseli pada
secarik kertas. Ini upaya hawatir ada hal yang kurang mampu untuk
mengungkakan diarea publik.
3. Konselor meyakinakan pada konseli bahwasanya semua hal ini dapat menjadi
acuan yang nyata sebagai motovasi internal yang diliki oleh konseli sebagai
pelaku kegitan konseli kelompok.
4. gar dinamika kelompok selalu berkembang, maka peranan yang dimainkan
para anggota kelompok menurut (Romlah, 2001) adalah :
5. membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota
kelompok
6. mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan
kelompok
7. berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama
8. membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan
baik agar optimal.
9. benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan
kelompok.
10. mampu berkomunikasi secara terbuka
11. berusaha membantu anggota lain
12. memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan peranannya
13. menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.
108
6. Expalining group roles : Menerangkan aturan kelompok
1. Konselor memberikan hal yang ingin capai dalam aturan kelompok uantuk memberikan
hal yang ingin dicapai dalam konseling kelompok
2. Konselor memberikan arahamn bahwa setelah ada bimbingan dan konseling kelompok
itu ada hal yang akan dicapai dengan signifikan
3. Konselor memberikan arahan tuk adanya hal yang ingin dicapai dari hasil konseling
kelompok
4. Konselor dapat memberikan pandangan untuk hal yang diinginkan.
5. Konselor membeikan pandangan jikalau ada yang melakukan sesuatu dalam kegiatan
konseling kelompok ini yang tidak sesuai dengan yang inginkan, harus senantiasa
dapat di ulang kembali sampai tahap akhir sehingga optimal.
7. Explaining any special terms that will be used : Menerangkan hal yang
dianggap penting yang akan dilakukan dalam konseling kelompok
1. Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok.
2. Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk mengikuti kegiatan lebih
lanjut.
3. Mengenali suasana apabila anggota belum siap memasuki tahap
berikutnya dan mengatasi suasana tersebut.
4. Pemimpin kelompok membantu anggota memilih topik bahasan.
8. Using Excercise : Menggunakan latihan
1. Dalam konseling kelompok misal meode yang ingin diberikan adalah metode
game, games ini harus senatiasa dapat memberikan hal yang positif dan
seseau dengan apa yang dibicarakan dengan baik dan terencana
2. Salah satu contoh yang diinginakan dalam sebuah latihan adalah misalnya
adanya pelakasakaan pree tes dan post tes yang mana hal ini memberikan
kegiatan yang dimiliki.
3. Semua anggota kelompok melaksaksanakan hal yang ingin dicapai dan selalu
memberikan dampak positif untuk para anggota.
4. Konselor menyebutkan cara dan alur yang harus dikerjakan oleh anggota
konseling kelompok.
Pertemuan 2
Tahap 2: Peralihan
Dalam tahap peralhan disini akan dijelaskan dana akan dibahas mengenai hal
yang kontrsa dengan apa yang ingin disampaikan pada kegoatan konseling kelompok
109
ini, semua hal yang ingin di sampaikan dan akan dituju pada seluruh peseta konseling
adalah hal yang menjadi prioritas dimana ini merupakan pada awal tahap kegiatan.
Pada tahap ini bisa juga disebut tahap penghubung karena pada tahap inilah
kelompok mencapai tujuannya. Dalam tahap ini kelompok melakukan diskusi tentang
berbagai konflik. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota kelompok untuk ikut
berpartisipasi secara aktif di dalam pelaksanaan kegiatan, menanyakan dan
memastikan kesiapan anggota kelompok untuk melanjutkan proses pelaksanaan
konseling kelompok, serta memaparkan topik yang akan dibahas dalam konseling
kelompok.
Skenario:
Konselor: “Assalamualaikum anak anaku yang soleh dan sholehah? Ibu sangat bangga
dengan seluruh prestasi kalian sebelumnya, prestasi itu bukan hanya materi, piala, niali
rapot yang bagus. Akantetapi keterampilan dalam mengungkapkan pendapat di area
umum dalam satu forum konseling saja itu menurut pendapat ibu itu adalah prestasi
yang membanggakan. Ibu akan melanjutkan hasil dari pertemuan sebelumnya,
semuanya sudah siap?”
Adakah yang akan memandu doa sebelum kita laksakana konseling kelompok lanjuta
dari kemarin?” sialhkan aada diantara kalian ingin memperlihatkan prestasi kalian untuk
memimpin doa, Ingat yah anak anaku yang soleh dan sholehah prestasi itu bukan
hanya materi, akantetapi keterampilan memimpin doa itu adalah prestasi yang
membanggakan, ibu tidak akan menunjuk, akantetapi ibu akan menunggu 1 menit
siapa yang akan mempin doa?”
Konselor: “Terimakasih kepada anggota yang telah memimpin do‟a, pada pertemuan ini
apakah semua anggota kelompok hadir? Apakah kalian masih ingat nama-nama
anggota kelompok?”
Konselor: “ya, pada kegiatan sekarang, sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya,
saya akan bertanya kepada kalian mengenai pertemuan yang lalu”
Konselor: “bagaimana pendapat kalian mengenai pertemuan yang lalu? Apakah masih
ingat mengenai pembahasan pertemuan yang lalu?”
Konselor: “sekarang, apakah kalian masih ingat aturan dasar yang telah disampaikan
pada pertemuan yang lalu?”
Konselor: “pada pertemuan yang lalu, aturan yang paling penting adalah kerahasiaan
bukan? Apakah sekarang kalian masih setuju dengan peraturan itu?”
110
Konselor: “sekarang jika kalian akan ditanya oleh teman atau siapapun ketika keluar
dari tempat ini, apa yang akan kalian katakan? Coba masing-masing dari kalian
menjawabnya” Round word
Konselor: “hmm, sekarang menurut kalian siapa yang paling mungkin bertanya kepada
kalian ketika keluar dari kegiatan ini?”
Konselor: “oke, sekarang saya akan menjadi guru itu, nanti saya akan bertanya kepada
kalian masing-masing, kemudian kalian menjawab dengan apa yang tadi kalian
sampaikan, bagaimana, apakah semua paham? Jika sudah paham mari kita mulai
kegiatannya” Role Play
Konselor: “menurut kalian apakah semua anggota sudah cukup kuat dalam menjaga
rahasianya yang tadi telah disampaikan, apakah masih ada yang belum merasa puas?”
Konselor: “sekarang apakah kalian masih merasa nyaman dengan mengikuti kegiatan
ini?”
Konselor: “baik, selanjutnya apakah kalian sudah siap untuk melanjutkan ke tahap
selanjutnya dalam kegiatan ini?”
Konselor: “oke hebat jika semuanya sudah siap, namun karena terbatasnya waktu kita
akan melanjutkan ke tahap selanjutnya pada satu hari dari sekarang ya, diwaktu,
tempat, dan formasi yang sama dengan sekarang, kita akhiri pertemuan kedua ini
dengan membaca hamdalah. sekarang silahkan lanjutkan belajar”.
Pertemuan 3
Tahap 3: Kegiatan
Pada tahap ini masing-masing anggota kelompok menyampaikan pendapat tentang
masalah yang berkaitan dengan hubungan keluarganya yang orangtuanya bercerai
dengan cara secara bergantian memberikan pendapat. Pemimpin kelompok atau
Konselor membahas dan mengupas topik secara tuntas dan berusaha
mempertahankan keadaan kondusif dalam kelompok. Anggota kelompok diminta untuk
menyampaikan langkah apa yang akan dilakukannya berkaitan dengan permasalahan
yang dialami.
Skenario:
13. Membuat Fokus
Konselor: “Menjawab salam anak anak? Sebelum memulai kegiatan kita membaca do‟a
terlebih dahulu ya, berdo‟a mulai. Selesai, apakah semua anggota kelompok hari ini
hadir?
Konselor: “sekarang apakah kalian masih ingat dengan pembahasan pertemuan
kemarin?”
Konselor: “pada tahap ini kita memasuki kegiatan inti dalam pertemuan kita,
berdasarkan pertemuan kemarin anggota kelompok sudah bisa berusaha menampilkan
111
sikap kerahasiaan bukanIbu sangat menghargai bagi siapapun siswa itu dapat
menceritakan pengalaman yang didapat pada orang tua kalian yang bercerai, sekarang
siapa diantara kalian yang merasa memiliki suatu permasalahan paling sulit dan
menyedihkan berdasarkan pengalaman kalian saat ini, permasalahan tersebut
mengenai apa? Silahkan siapa yang mau menjawab pertama”
Konselor: “siapa yang tadi mengatakan bahwa perceraian orangtua menjadi hal yang
paling menyedihkan dalam hidupnya? Coba kamu ceritakan apa yang dirasakan karena
itu?”
Konselor: “apakah ada pengalaman yang sama dengan apa yang diceritakan tadi?”
Konselor: “sekarang dari permasalahan kalian ini, coba pilihlah rentangannya antara
satu buah batu bata yang paling ringan sampai tiga buah batu bata yang paling berat
jika diibaratkan permasalahan kalian seperti sebuah beban yang kamu angkat
sekarang, dimulai dari anggota yang berawalan namanya angka no.1 kemudian
dilanjutkan sesuai angka berikutnya ok, silahkan dimulai dari sekarang?”
Round scale
14. Mengganti Fokus
Konselor: “Barusan kalian menceritakan permasalahan yang dialami berdasarkan
pengalaman kalian, sekarang apa arti kedua orang tua untuk kalian ? Silahkan
siapa yang akan berbicara terlebih dahulu”
15. Memotong Pembicaraan
Konselor: “ Wah , maaf apa yang kamu ucapkan mrupakan hal yang tidak saat ini
dibahas, sekarang silahkan teman teman yang lain mengemukakan
penjelasannya?”
16. Mengajak Berbicara
Konselor: “sekarang kita membahas mengenai hubungan kalian dengan kedua
orangtua kalian, silahkan memilih rentangan dari satu yang artinya sangat jauh
sampai lima yang artinya sangat dekat, silahkan dimulai dari anggota yang sebelah
kanan” -Rounds scale
Konselor: “kemudian coba tadi yang memiliki nilai yang sama bergabung berdua-
dua, kemudian kalian saling menceritakan pengalaman kalian masing-masing
mengenai hubungan kalian dengan kedua orangtua kalian menjawab lima menit”
-Dyads
Konselor: “yuk kita berkumpul dalam satu kelompok lagi, sekarang coba kalian
ceritakan tentang persamaan pengalaman kalian dari mulai kelompok yang
disebelah kiri”
Konselor: “apakah ada yang mempunyai pengalaman yang sama dengan kelompok
ini?”
112
Konselor: “selanjutnya saya ingin bertanya pada kalian, manakah yang lebih dekat
dengan kalian antara ayah atau ibu?”
Konselor: “sekarang berikan nilai kepada ayah dan ibu kalian antara rentangan satu
sampai sepuluh yang mempunyai arti semakin tinggi angka maka semakin tinggi tingkat
kedekatannya, pahamkan? Kita mulai dari anggota yang paling tinggi”
Konselor: “apakah kalian merasa nyaman dengan keadaan kalian saat ini?”
Konselor: “sekarang coba ceritakan permasalahan kalian yang saat ini sedang dihadapi
yang berhubungan dengan kedua orangtua kalian”
Latihan
“Hari ini ibu akan memberikan simulasi permainan boneka bonekaan yang mana adalah
ini ada sebuah keluarga ada seorang bapa, ibu dan kedua anak perempuan mereka.
“Anak perempuan ini merasa sedih sekali karena bapa dan ibu nya sepakat bercerai
dikarenakan ini adalah pilihan terbaik menurut mereka, anak perempuannya menangis
karena tidak ingin orang tuanya bercerai ingin selalu bersatu, lalu Anak perempuan
yang satu lagi juga selalu mengurung diri di kamar karena tidak mau bapa dan ibunya
bercerai”.
Konselor :
“Apakah yang akan kalian lakukan jikalau berada di posisi ini ?”
“Apa yang kalian sepakati pada diri kalian jikalau hal ini memang terjadi pada diri
kalian?”
Lalu dalam konseling kelompok ini kalian merasakan nyaman dalam kelompok,
Konselor :
“Apakah kalian merasakan kenyamanan dalam kelompok, sehinga jalian merasa akan
terus berekslporasi perasaan dalam kelompok?”
Menanyakan akan kehadiran anggota kelompok.
Konselor :“Apakah semua hadir, adakah yang tidak hadir dalam kegiatan konseling
kelompok ini?”
“Bagaimana menurut kalian , pesan dan kesan akalian jikalau ada yang mengalami
kejadian seperi keluarga boneka bonekaan diatas?”
“Apa yang harus kalian lakukan dan apa yang harus kalian tanamkan apabila menjadi
salah satu anggota kelarga tersebut”.
113
“Wah kalian sudah bisa mengungkapkan apa itu permasalah yang kalian hadapi pada
situasi orang yua yang bercerai, ibu beri enghargaan yag setinggi – tingginya untuk
kalian bisa mengungkapkan apa yang kalian rasakan. Baik konseling kelompok ini akan
kita lanjutkan 1 hari kedepan yah.:
“Semoga semuanya diberi kesehatan lahir dan batin, ibu hari ini cukup senang karena
kalian sangat interaktif dan komunikatif dalam menjalankan kegiatan konseling
kelompok ini, silahkan ada yang mau ke kantin untuk jajan, ke musola untuk solat
dhuha, mau lanjut mengerjalan PR, gunakan waktu sebermanfaat mungkin yah nak,
karena waktu tidak akan kembali lagi.”
Pertemuan 4
Tahap 3: Kegiatan
Konselor: “: “Assalamualaikum anak anaku yang soleh dan sholehah? Ibu sangat
bangga dengan seluruh prestasi kalian sebelumnya, prestasi itu bukan hanya materi,
piala, niali rapot yang bagus. Akantetapi keterampilan dalam mengungkapkan pendapat
di area umum dalam satu forum konseling saja itu menurut pendapat ibu itu adalah
prestasi yang membanggakan. Ibu akan melanjutkan hasil dari pertemuan sebelumnya,
semuanya sudah siap?”
Konselor: “Oke, pada kegiatan saat ini, sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya,
saya akan bertanya kepada kalian mengenai pertemuan yang lalu, bagaimana
pendapat kalian mengenai pertemuan yang lalu? Apakah masih ingat mengenai
pembahasan pertemuan yang lalu? Silahkan siapa yang mau menyampaikan
pertama?”
Latihan
Pada latihan ini pemimpin meminta anggota “Menilai dan mengambil kesimpulan” Hal
ini digunakan untuk menghasilkan diskusi tentang hubungan keluarga.
Konselor: “ Saat ini ibu akan memberi latihan lanjutan dari keamrin mengeai
bermain boneka bonekaan yang mana ada satu keluarga dalam satu keluarga boneka
tersebut, ayahanya kebetulan menjadi pengusaha sukses pada saat itu yang mana
akan membiayai seluruh kebutuhan yang dibutuhkan oleh keluarganya dan yang
terdapat tiga orang anak yang satu laki laki dan yang satu perempuan yang mana anak
laki laki dan dua anak perempuan tersebut saling berhubungan baik dengan satu sama
lain. Bapa boneka itu baik sekali, menjadi bapa yang sangat bertanggung jawab.”
“ Seketika bapa boneka itu mengalami kebangkrutan yang mana kebangkrutan dialami
karena dinamika perusahaan yang semakin terpuruknya nilai inflasi keungan negara”
“Dengan tidak lama bangkrut bapa boneka tersebut, tanpa pikir panjang ibu boneka
tersebut meminta cerai dengan alasan ekonomi yang tidak terpenuhi”
114
“Semua anak anak boneka tersebut bersedih dan bisa menyimpulkan bahwa mama
boneka tersebut, kok tega teganya memutuskan bercerai dari bapa boneka itu dikala
bapa boneka itu pada saat kesulitan ekonomi”
Konselor: “oke... silahan kalian amati kejadian yang dialami oleh bapa boneka
tersebut da apa tanggapan kalian kepada mama boneka? Silahkan kalian
mengacungkan tangan kalian?”.
Konselor: “sekarang memilih anggota untuk menjadi masing-masing dari peran tersebut
dan memilih seseorang untuk menjadi dirinya”
Konselor: “sekarang posisi orang-orang seperti kamu melihat mereka. Apakah
yang kalian akan pilih dan rasakan lalu siapaka yang kalian [ilih dan simpulkan baik?”
Konselor: “lalu apa yang kalian lakukan sebagai anak anak boneka tersebut”
Konselor: “lalu mengapa kalian sangat membenci mama boneka tersebut”
Konselor: “Setelah kalian memilih dan menyimpulakn siapa yang paling baik, paling
bertanggung jawab buat keluarga boneka tersebut, apakah mama boneka atau papa
boneka?”
Konselor: “oke sekarang semuanya sudah merasakan memilih dan menyimpulakn
baik?, saya rasa pertemuan hari ini cukup, kita akan akhiri pertemuan kali ini, tapi
sebelumnya saya mau meminta pendapat masing-masing anggota mengenai
pembahasan pada pertemuan kali ini, silahkan siapa yang mau memulai?”
Konselor: “terimakasih atas perhatian dan keikutsertaan kalian dalam berlatih bermain
peran dalam satu keluarga boneka, kita akan bertemu kembali satu hari dari sekarang
ditempat dan waktu yang sama, semoga kita semua bisa mengikuti kegiatan
selanjutnya dengan formasi yang lengkap lagi ya, kita tutup kegiatan hari ini dengan
mengucapkan hamdalah, menjawab salam, bel masuk jam peajaran berikutnua sudah
terdenganr, semoga konseling kelompok pada saat ini memberikan pencerahan pada
kalian semua.amin... ”
Pertemuan 5
Tahap 3: Kegiatan
Konselor: “Menjawab salam anak anakku, bagaimana kabarnya hari ini? Sebelum
memulai kegiatan mari kita berdo‟a bersama sama.”
Konselor: “Terimakasih, pada pertemuan ini apakah semua anggota kelompok hadir?”
Konselor: “syukurlah anggota kelompoknya sampai sekarang lengkap ya, pada
kegiatan sekarang, sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya, saya akan bertanya
kepada kalian mengenai pertemuan yang lalu, bagaimana pendapat kalian mengenai
pertemuan yang lalu? Apakah masih ingat mengenai pembahasan pertemuan yang
lalu?”
115
Konselor: “ya bagus sekali kalian masih ingat pembahasan kita sebelumnya, hari ini
saya mau mendenganr cerita mengenai keadaan kalian sebelum dan sesudah orangtua
kalian berpisah, mengenai perasaan dan harga diri yang kalian rasakan, ingat ya saya
tekankan sekali lagi untuk menjunjung tinggi asas kerahasiaannya agar dapat
menampilkan asas keterbukaan, semuanya mengerti yah anak anakku? Sekarang
silahkan siapa yang akan memulai ceritanya. Jika tidak ada yang mau memulainya,
coba sekarang kalian berdiri, sekarang yang memiliki badan tertinggi silahkan memulai
bercerita ya, kemudian dilanjutkan sampai yang paling tidak tinggi ya, ayo silahkan
bercerita, tempat dan waktunya dipersilahkan”
Situasi khusus:
Anggota kelompok yang pendiam
Konselor: “oke silahkan anggota selanjutnya yang tertinggi ketiga. Hmm nampaknya
kamu untuk saat ini belum bisa bercerita ya, oke tidak apa-apa, sekarang kita langsung
ke anggota selanjutnya, tapi setelah ini kita akan coba kembali ke kamu yaa, kita lihat
apakah kamu sudah siap atau belum untuk bercerita”
Konselor: “apakah ada yang mempunyai cerita mirip dengan apa yang baru
diceritakan? Jika tidak ada sekarang kita kembali ke kamu yang tadi sempat dilewat,
apakah sekarang kamu sudah bisa untuk bercerita? Ya bagus sekali, sekarang silahkan
untuk mulai bercerita ya”
Anggota kelompok yang menangis
Konselor: “ (...................................konselor terdiam sejenak dan fokus mata dan seluruh
gestur pada siswa yang sedang menangis, tidak perlu di usah usah, hanya bisa
diberikan tisu atau ait minum..........), untuk anggota disebelahnya jangan mencoba
melarang dia untuk menangis , biarkan dia mengeluarkan emosinya sampai dia merasa
tuntas”.
Konselor: “sekarang apakah kamu masih ingin bertahan dalam kelompok atau keluar
sejenak dalam kelompok? Jika masih ingin bertahan kita tunggu cerita selanjutnya
sampai kamu merasa lega”
Konselor: “sekarang apakah kamu sudah merasa lega? Jika sudah mari kita
melanjutkan kisah selanjutnya dari anggota lainnya”
Konselor: “Baiklah, sekarang semuanya sudah mendapat kesempatan untuk bercerita
ya, setelah bercerita saya mau meminta pendapat masing-masing anggota setelah
bercerita, dan apa kita-kita rencana selanjutnya yang akan dilakukan, silahkan siapa
yang mau memulai?”- Round word
Konselor: “saya rasa cukup untuk kegiatan hari ini, saya ucapkan terimakasih atas
partisipasi kalian, kita akan bertemu kembali besok ditempat dan waktu yang sama
untuk pertemuan terakhir dalam kegiatan kelompok ini, semoga kita semua bisa
mengikuti kegiatan terkahir besok dengan formasi yang lengkap lagi ya, kita tutup
116
kegiatan hari ini dengan mengucapkan hamdalallah silahkan anaka anka semua
melanjutkan belajar ya”
Pertemuan 6
Tahap 4: Pengakhiran atau Penutupan
Pada tahap ini konselor menyampaikan bahwa kegiatan konseling kelompok akan
segera berakhir. Konselor memastikan bahwa topik yang telah dibahas sudah
dimengerti dan dipahami oleh seluruh anggota kelompok. Anggota kelompok diminta
untuk menyampaikan kesan dan manfaat yang telah diperoleh setelah mengikuti
konseling kelompok. Konselor menanyakan perlu atau tidaknya pelaksanaan konseling
kelompok selanjutnya. Konselor mengakhiri kegiatan bimbingan kelompok dengan
berdo‟a bersama yang dipimpin oleh salah satu anggota kelompok, kemudian salam
penutup.
Konselor: “Assalamualaikum.. hari ini apa kabar semuanya? Sebelum memulai
kegiatan mari kita berdo‟a ya, ayo siapa yang bersedia memimpin do‟a hari ini?”
Konselor: “ya terimakasih. Pada pertemuan saat ini yang mana adalah pertemuan
terakhir ini apakah semua anggota kelompok hadir?”
Konselor: “Baiklah, sampai kegiatan terakhir anggota kelompoknya lengkap terus ya,
kegiatan kelompok ini akan segera berakhir, pada pertemuan terakhir ini, saya akan
memberikan beberapa pertanyaan kepada kalian, yang pertama apakah topik yang
telah dibahas sudah dimengerti dan dipahami oleh kalian?”
Konselor: “sekarang masing-masing anggota menyampaikan kesan dan manfaat yang
telah diperoleh setelah mengikuti kegiatan ini, silahkan dimulai dari yang paling tengah
dilanjutkan ke kanan dan lanjut bagian kiri” _Round word
Konselor: “selanjutnya saya mau tahu perkembangan dan perubahan yang terjadi pada
kalian setelah mengikuti kegiatan ini, silahkan dimulai dari anggota yang duduk
disebelah kanan dan kiri” Round word
Konselor: “kemudian bagaimana komitmen yang akan datang setelah kalian mengikuti
kegiatan ini sebanyak enam kali, apakah masih perlu atau tidak kita melakukan
kegiatan kelompok selanjutnya? Silahkan acungkan tangannya yang mau berpendapat”
Konselor: “lalu bagaimana kelompok ini selanjutnya? Apakah setiap seminggu sekali
bertemu, atau dibuat grup media sosialnya atau bagaimana? Silahkan kalian
mengemukakan pendapatnya”
Konselor: “oke sekarang semuanya sudah menyampikan pendapatnya, kita sudah
mendapatkan kesimpulan dari kegiatan kelompok kita ini yaitu kalian tidak menghadapi
permasalahan yang saat ini kalian alami sendirian bukan?, ada teman-teman kamu
yang merasakan hal yang sama, jadi hal yang salah jika kalian masih bersikap
menyendiri, masih merasa diri kalian yang paling menderita sampai mengganggu
kegiatan belajar kalian, dan ternyata sebuah permasalahan dapat diselesaikan secara
117
baik dan benar bukan?. Saya berharap kalian dapat mengaplikasikan hasil dari
kegiatan ini ke dalam kehidupan kalian sehari-hari khususnya dalam berhubungan
dengan keluarga kalian, dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri kalian, harga diri
kalian, dan rasa bersyukur kalian dalam kehidupan ini, serta permasalahan tersebut
dapat diselesaikan sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar kalian”.
Konselor: “baiklah, ibu rasa pertemuan hari ini cukup, kita akan akhiri pertemuan dan
kegiatan kelompok ini, sesuai kesepakatan kelompok kita akan bertemu kembali dua
minggu dari sekarang untuk menceritakan perkembangan hubungan keluarga masing-
masing anggota kelompok oke”
Konselor: “saya ucapkan terimakasih atas partisipasi kalian menjawab kegiatan ini
berlangsung, semoga kita semua bisa mengentaskan permasalahan masing-masing
ya, sebelum ditutup mari kita berdo‟a bersama.”
baik terimakasih, kita tutup kegiatan hari ini dengan mengucapkan hamdalah,
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh. silahkan kalian kembali ke
aktifitasnya masing-masing, sampai jumpa dua minggu lagi, salam untuk keluarga
kalian, sukses selalu, dan terus semangat dan yakinkan pada diri kalian bahwa hidup
itu indah, seindah pelangi yang datang setelah hujan deras, maka nikmati, resapi dan
ambil hikmah dari setiap peristiwa yang pahit maupun manis”.
118
BAB III
REFLEKSI PERKULIAHAN
A. Perubahan pengetahuan/sikap/kesadaran apa yang anda dapatkan dari
perkuliahan ini?
1. Perubahan pengetahuan yang saya alami setelah menikmati perkuliah bimbingan
dan konseling kelompok adalah :
a) Saya lebih merinci setiap kegiatan dalam bimbingan dan konseling kelompok
agara tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan optimal.
b) Mampu memperluas populasi layanan,
c) Menghemat waktu pelaksanaan layanan
d) Mengajarkan individu untuk selalu komitmen pada aturan
e) Mengajarkan individu untuk hidup dalam suatu lingkungan yang lebih luas
f) Terbuka terhadap perbedaan dan persamaan dirinya dengan orang lain
g) Dapat mengemukakan hal-hal yang penting bagi dirinya
h) Memperoleh balikan yang cepat dari anggota kelompok lain dan pimpinan
kelompok dalam mengalami suatu kesempatan untuk menguji suatu prilaku baru
i) Meningkatkan kepercayaan diri.
j) Membantu siswa agar berkembang menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung
jawab, kreatif, produktif dan berperilaku jujur
k) Membantu siswa untuk memahami diri dan lingkungannya
l) Membantu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang
dapat menghambat perkembangan dirinya
m) Membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi baik di
rumah, sekolah maupun masyarakat.
2. Perubahan Sikap yang saya alami setelah menikmati perkuliah bimbingan dan
konseling kelompok adalah :
Perubahan sikap yang muncil setelah belajar dalam mata kuliah bimbingan dan
konseling kelompok adalah adanya kerja sama satu sama lain dan juga harus
saling mensupport dan menanggapi permasalahan orang lain khususnya bagi
peserta kegiatan bimbingan dan konseling kelompok.
3. Perubahan Kesadaran yang saya alami setelah menikmati perkuliah bimbingan
dan konseling kelompok adalah :
Perubahan kesadaran yang nampak adalah bahwa dalam proses kesadaran
di dalam area kelompok sangat berbeda dari area individual, yang mana ini
merupakan hal yang selalu diberikan titik dimana haru bersikap prefesioanal untuk
119
memberikan teknis bimbingan yang optimal.
Contoh dalam melakaukan konseling indivudual kita hanya berpusat pada
satu subjek saja, lalu apabila dalam bimbingan dan konseling kelompok adalah
semua aspek individu dalam kelompk yang mencakup semu peserta konseling
kelompok ikut hadir. Dan ini perlu keterampilan konseling yang paripurna dan
opimal. Tentunya butuh konsentrasi lebih dalam konselor atau guru BK tersebut
agar melakukan bimbingan an konseling kelompok dikatakan oltimal dan seluruh
peserta dapat terpenuhi kebutuhan psikologis nya.
B. Apa masukan anda mengenai perkuliahan ini?
Masukan mengenai perkuliah ini adalah selalu merekomendasikan kepada
mahasiswa untuk banyak membaca buku dan diberitahu untuk prihal judulnya, kalau
bisa karya ilmiah melalui tugas tugas yang diberikan keoada mahasiswa nya
dimasukan ke dalam jurnal nasional, artinya ada publikasi sehingga penghargaan tugas
yang dibuat oleh mahasiswa dapat terpublikasikan pada dunia sosial dan bisa
bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Sesekali dalam proses pengajarannya di adakan simulasi konseling kelompok yang
menjadi kebutuhan Psikologi kelompok mahasiswa tersebut, sehingga tidak hanya
sekedar teori melainkan ada prakteknya, karena tidak dipungkiri bahwa teori dan
praktek adalah hal yang sangat berbeda, maka mesti dilatih intens untuk
pengoptimalannya.
Lebih banyak memberikan kontribusi dari pada arahan yang dirasa keberbutuhan
mahasiswa tidak terlalu ke arah sana, akantetapi ke arah praktek dan akademisi.
Karena dengan menjunjung tinggi hal ini pasti mata kuliah ini dapat dikatakan optial,
efektif dan efisien
C. Apa rencana profesional anda yang akan datang berkaitan dengan keterampilan BK
kelompok?
Rencana Profesional saya yang akan datang berkaitan dengan keterampilan BK
Kelompok adalah Saya akan melaksakan keprofesionalan saya dalam mengatur,
menciptakan, memberikan kontribusi yang positif lalu akan membuat konseling sekreatif
mungkin, yang mana dalam bimbingan dan konseling kelompok ini membutuhkan
konselor atau guru bk yang kreatif mungkin. Mengapa hal tersebut terjadi karena ii
merupakan hal yang krsial dalam bimbingan dan konselng kelompok.
Maksud sekreatif mungkin adalah konselor harus bisa menciptakan suasana dan
kondisi sekreatif mungkin, karena bisa saja keberhasilan konseling kelompok ini bukan
berdasarkan kontek konseling kelompok akantetapi karena konselor atau guru BK yang
kreatif mungkin dan selalu memiliki inovasi yang tinggi sehingga ada pembaharuan
pembaharuan yang nyata bagi seluruh kegiatan bimbingan dan konseling kelompok.
120
Cara nya bagaimana menjadi konselor yang diidam-idamkan prihal bimbingan dan
konseling kelompok berdasarkan mata kuliah yang bimbingan dna konseling kelompok
yang dibimbing oleh Dr. Susi Fitri, M.Psi. Kons menurut saya adalah banyak membaca
dan memahami buku Nina mengenai Bimbingan dan Konseling Kelompok dan juga
Buku Jacob mengenai Konseling Kelompo, Banyak memberikan pembaharuan yang
signifikan, sekreatif mungkin dan selalu menghargai hasil karya orang lain sehingga
dapat menjadi kemasan yang baik dan bisa memberikan kontribusi yang positif.
121
DAFTAR PUSTAKA
Amti, Erman dan prayitno. 2004. Layanan bimbingan dan konseling kelompok. Padang:
Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Padang.
Sukardi dan Kusumawati. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbigan dan
Konseling di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta
Jacobs, ED E. 1978. Group Counseling. Canada : Brooks Cole Cengage Learning
Brown, Nina. 2004. Psychoeducational Group Process dan Practice. New York : Great
Britain
Wiyati, R., Wahyuningsih, D., Widayati, E.D. (2010). Pengaruh Psikoedukasi Keluarga
Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal Of nursing), Volume 5, No.2.
Prodi keperawatan Purwokerto, Poltekkes, Semarang.
Stuart, G.W & Laraia,MT.T. (2005). Principle and Practise of Psychiartric Nursing. St.
Louis : Mosby
Sukardi, Dewa Ketut. 1987. Bimbingan Karier di Sekolah – sekolah. Jakarta : Balai
Pustaka
Nurihsan , Juntika dan Yusuf, Syamsu. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Hurlock, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkeimbangan (Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan). Jakarta : Erlangga
W.S. Winkel dan M.M Sri Hastuti.2004. Bimbingan dan konseling di institusi
pendidikan.Yogyakarta:Media Abadi
Dewa, Ketut S. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta.
Eddy, Wibowo Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes
Press.
Mugiarso, Heru dkk. 007. Bimbingan dan Konseling. Semarang : UPT UNNES PRESS.
122
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Romlah, Tatik. 2001. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang : Universitas
Negeri Malang.
Santosa ,Slamet.2004. Dinamika Kelompok.jakarta : PT . Bumi Aksara.
W. S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
123
RIWAYAT DAN FOTO PENULIS
Maulidha Sholehah adalah nama Penulis buku What a
beautifull Group Counseling, Ibu dari kedua anak laki laki yang
soleh dan pintar yang bernama Muhammad Auri Afandi umur 6
Tahun sudah mau masuk SD kelas 1 tahun ini dan yang kedua
bernama Altruis Afandi yang sekarang berusia 3,7 bulan. Istri
dari Ahmad Afadi ini sedang diamanahi seorang guru BK di
salah satu Sekolah Bosowa Al Azhar Cilegon dan kelak akan
menuju Dosen di Perguruan Tinggi Negeri Di Daerah Banten yaitu UNTIRTA.
Penulis sangat senang dengan menulis meski hasil tulisannya masih belum bisa
dikatakan bagus, akantetapi pnulis akan selalu terus mencoba dengan kesungguhan
hati.Penuhlis sangat senang sekali metode Ujian Akhir Semester yang mana ini memberikan
kesempatan pada kemampuan kognitif kita untuk mengkontrak otak yang kita miliki lebih
berperan penting dan optimal untuk menganalisis pembuatan buku dalam UAS mata kuliah
Bimbingan dan Konseling Kelompok. Penulis sangat berterima kasih kepada Dosen tersayang
sudah membimbing sehingga penulis selesai dengan hasil yang maksimal, harapan penulis
untuk menjalani dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling Kelompok.
Dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling Kelompok dapat Saya lebih merinci
setiap kegiatan dalam bimbingan dan konseling kelompok agara tujuan yang ingin dicapai dapat
terlaksana dengan optimal adalah mampu memperluas populasi layanan, menghemat waktu
pelaksanaan layanan, mengajarkan individu untuk selalu komitmen pada aturan, mengajarkan
individu untuk hidup dalam suatu lingkungan yang lebih luas, terbuka terhadap perbedaan dan
persamaan dirinya dengan orang lain, dapat mengemukakan hal-hal yang penting bagi dirinya,
memperoleh balikan yang cepat dari anggota kelompok lain dan pimpinan kelompok dalam
mengalami suatu kesempatan untuk menguji suatu perilaku baru.
Dalam buku ini difokuskan pada panduan layanan psikoedukasi mengenai
perkemabngan karir dan pribadi sosial yaitu pelayanan psikoeduukasi Jurus Ampuh Masuk
Perguruan Tinggi Negeri, Pemahaman Lingkungan di Perguruan Tinggi baik dari segi akademik
maupun lingkungan sosial, lalu Mau Kemana Setelah SMP dan Cara Mengatasi Orang Tua
yang Bercerai. Untuk mengatasi itu semua metode yang paling baik menurut penulis adalah
Bimbingan dan Konseling Kelompok. Karena hakikatnya Hiduo ini indah maka dalam praktek
bimbingan dan konseling Kelompok pun banayak seninya sehingga apabila dimaknai dengan
perasaan positif maka akan terlintas dalam benak kita... What A Beautiful Group Counseling....
Maulidha Sholehah, S.Pd