kata pengantar - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laptah 2017.pdf · depok,...
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
akhirnya buku Laporan Tahunan Balai Besar PPMB-TPH Tahun 2017 dapat diselesaikan. Laporan Tahunan merupakan
bentuk penyampaian informasi kepada publik mengenai kinerja yang sudah dilaksanakan dan dihasilkan oleh Balai
Besar PPMB-TPH.
Laporan disajikan untuk menggambarkan peran dan
konstribusi Balai Besar PPMB-TPH melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mendukung program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dalam pelaksanaan program/kegiatan
tersebut tentu terdapat kendala dan hambatan. Laporan Tahunan ini disajikan dengan maksud untuk
mengidentifikasi masukan-masukan yang berguna bagi pengembangan program/kegiatan serta mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pada masa
yang akan datang.
Disadari bahwa diperlukan komitmen, kerja keras dan kerjasama segenap jajaran Balai Besar PPMB-TPH dalam
rangka mencapai tujuan dan sasaran guna mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan. Selanjutnya diharapkan
semakin banyak kegiatan Balai Besar PPMB-TPH yang lebih terukur dan tajam sehingga dapat memberikan dampak yang lebih luas bagi pembangunan tanaman pangan.
Kami berharap agar Buku Laporan Tahunan ini dapat dimanfaatkan sebagai media refleksi dari capaian kinerja Balai Besar PPMB-TPH di tahun 2017. Atas peran serta dan
kerja keras seluruh jajaran Balai Besar PPMB-TPH dalam melaksanakan tugas dan fungsi Balai, diucapkan terima
kasih.
Depok, Januari 2018
Kepala Balai Besar PPMB-TPH
Ir. Tri Susetyo, M.M. NIP 195903111983031022
BAB I
PENDAHULUAN
PROFIL BALAI BESAR
PENGEMBANGAN PENGUJIAN
MUTU BENIH TANAMAN PANGAN
DAN HORTIKULTURA
(BALAI BESAR PPMB-TPH)
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) dibentuk melalui Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 41/OT.140/9/2006, yang ditetapkan kembali dengan
Permentan Nomor 78/Permentan/OT.140/11/2011 tanggal 30 Nopember 2011. Balai Besar PPMB-TPH merupakan unit pelaksana teknis yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan serta secara teknis dibina oleh Direktur Perbenihan, Ditjen
Tanaman Pangan dan Direktur Perbenihan, Ditjen Hortikultura.
Visi Terwujudnya lembaga pengembangan pengujian mutu benih
bertaraf internasional untuk mendukung sistem perbenihan tanaman pangan dan hortikultura yang tangguh dan berdaya saing.
Misi
1. Mengembangkan metode pengujian mutu benih yang valid dan aplikatif
2. meningkatkan kompotensi kelembagaan balai besar PPMB-TPH
3. mewujudkan standardisasi laboraturium penguji benih diseluruh Indonesia
4. melaksanakan sertifikasi benih pada perdagangan
internasional (orange dan blue international certificate)
TUGAS DAN FUNGSI Sesuai Permentan Nomor 78/Permentan/OT.140/11/2011
yang mengatur kedudukan, tugas pokok dan fungsi, serta susunan organisasi Balai Besar PPMB-TPH.
Tugas Pokok Balai Besar PPMB-TPH bertugas melaksanakan
pengembangan serta pemberian bimbingan teknis pengujian mutu benih dan penerapan sistem manajemen mutu benih
tanaman pangan dan hortikultura.
Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Besar PPMB-TPH menyelenggarakan fungsi:
1. penyusunan program dan evaluasi pengembangan pengujian mutu benih srerta bimbingan teknis pengujian mutu benih dan penerapan system manajemen mutu
benih tanaman pangan dan hortikultura; 2. pelaksanaan pengembangan teknis dan metode
pengujian laboratorium, sertifikasi, dan pengawasan peredaran benih tanaman pangan dan hortikultura;
3. pelaksanaan uji banding (uji proefisiensi, unjuk kerja
metode; uji arbitrase, dan uji acuan) antar laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura;
4. pelaksanaan uji petik mutu benih tanaman pangan dan
hortikultura yang beredar; 5. pelaksanaan sertifikasi International Seed Testing
Association (ISTA) untuk benih tanaman pangan dan hortikultura;
6. pelaksanaan sertifikasi system mutu dan pemberian hak penandaan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada pelaku usaha perbenihan tanaman pangan dan
hortikultura;
7. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis pengujian mutu benih dan penerapan sistem manajemen mutu
benih tanaman pangan dan hortikultura; 8. penyusunan informasi dan dokumentasi hasil
pengembangan pengujian mutu benih serta pemberian
bimbingan teknis pengujian mutu benih dan penerapan sistem manajemen mutu benih tanaman pangan dan
hortikultura; dan
9. pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Besar PPMB-TPH.
STRUKTUR ORGANISASI
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Balai Besar
PPMB-TPH dipimpin oleh seorang Kepala dan memiliki dua Eselon III dan kelompok fungsional sebagai berikut:
1. Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan program dan evaluasi kegiatan pelaksanaan pengembangan pengujian mutu benih, pemberian
bimbingan teknis pengujian mutu benih dan penerapan sistem manajemen mutu benih tanaman pangan dan hortikultura, serta pelaksanaan urusan tata usaha dan
rumah tangga. Dalam melaksanakan tugasnya, Bagian Umum menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan penyusunan program, anggaran, dan evaluasi serta pelaporan;
b. fasilitasi kegiatan pengembangan pengujian mutu
benih serta pemberian bimbingan teknis pengujian mutu benih dan penerapan sistem manajemen mutu benih tanaman pangan dan hortikultura;
c. pelaksanaan urusan kepegawaian, tata usaha dan rumah tangga; dan
d. pelaksanaan urusan keuangan, perlengkapan, dan perpustakaan.
Bagian Umum terdiri atas: (1) Subbagian Program dan
Evaluasi yang mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan program, anggaran dan evaluasi, serta
pelaporan; (2) Subbagian Kepegawaian dan Tata Usaha
yang mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, tata usaha, dan rumah tangga; dan (3) Subbagian
Keuangan dan Perlengkapan yang mempunyai tugas melakukan urusan keuangan, perlengkapan, dan perpusatakaan, fasilitasi kegiatan pengembangan
pengujian mutu benih dan penerapan sistem manajemen mutu benih tanaman pangan dan hortikultura.
2. Bidang Informasi dan Jaringan Laboratorium mempunyai tugas melaksanakan penyusunan informasi dan dokumentasi hasil pengembangan pengujian mutu benih
tanaman pangan dan hortikultura serta pelaksanaan pemberian bimbingan teknis pengujian mutu benih dan penerapan sistem manajemen mutu benih tanaman
pangan dan hortikultura. Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Informasi dan Jaringan Laboratorium
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan informasi dan dokumentasi hasil pengembangan pengujian mutu benih tanaman
pangan dan hortikultura; b. pengelolaan sampel dan koleksi varietas, isolate
pathogen tular benih dan benih hasil uji tanaman
pangan dan hortikultura; c. penyiapan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis
pengujian mutu benih dan penerapan sistem manajemen mutu benih tanaman pangan dan hortikultura; dan
d. fasilitasi pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan pemberian hak penadaan Standar Nasional Indonesia
(SNI) pada pelaku usaha perbenihan tanaman pangan dan hortikultura.
Bidang Informasi dan Jaringan Laboratorium terdiri atas:
(1) Seksi Informasi dan Dokumentasi yang mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan informasi dan dokumentasi hasil pengembangan pengujian mutu
benih, serta pengelolaan sampel dan koleksi varietas isolate pathogen tular benih dan benih hasil uji tanaman
pangan dan hortikultura; (2) Seksi Jaringan Laboratorium yang mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan teknis pengujian mutu benih dan
penerapan sistem manajemen mutu benih tanaman
pangan dan hortikultura, serta fasilitasi pelaksanaan sertifikasi system mutu dan pemberian hak penandaan
Standar Nasional Indonesia (SNI) pada pelaku usaha perbenihan tanaman pangan dan hortikultura.
3. Kelompok Fungsional dalam melaksanan tugas
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2006 tentang produksi, sertifikasi, dan peredaran
benih bina pada pasal 35 dinyatakan bahwa pengujian mutu benih di laboratorium mengacu pada ISTA Rules, namun tidak semua metode yang ada di ISTA Rules dapat
dilaksanakan di Indonesia. Beberapa permasalahan metode pengujian mutu benih (laboratorium, sertifikasi,
dan pengawasan peredaran) belum menemukan solusi yang tepat sehingga diperlukan kegiatan pengembangan metode/validasi/verifikasi metode pengujian mutu benih
(laboratorium, sertifikasi, dan pengawasan peredaran). Kegiatan pengembangan metode/validasi/verifikasi ini
dilaksanakan oleh Balai Besar PPMB-TPH yang merupakan visualisasi dari salah satu fungsi Balai Besar PPMB-TPH.
Struktur Organisasi Balai Besar PPMB-TPH seperti pada gambar berikut:
STRUKTUR ORGANISASI BALAI BESAR PPMB-TPH
(Permentan Nomor 78/Permentan/OT.140/11/2011)
KEPALA
BAGIAN
UMUM
BIDANG INFORMASI
DAN JARINGAN LABORATORIUM
SUBBAG PROGRAM DAN
EVALUASI SUBBAG
KEPEGAWAIAN
DAN TATA USAHA SUBBAG
KEUANGAN DAN
PERLENGKAPAN
SEKSI INFORMASI DAN
DOKUMENTANSI SEKSI JARINGAN
LABORATORIUM
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SUMBER DAYA MANUSIA
Pada awal tahun 2017 jumlah pegawai Balai Besar PPMB-TPH sebanyak 77 orang, yang terdiri dari 62 orang pegawai
dan 15 orang Tenaga Kerja Kontrak (TKK). Selama tahun 2017 terjadi pemberhentian, pemindahan, dan pengangkatan dalam jabatan pimpinan tinggi pratama
(eselon II), administrator (eselon III) dan jabatan pengawas (eselon IV) di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
melalui Keputusan Menteri Pertanian, maka terjadi perubahan jumlah pegawai Balai Besar PPMB-TPH. Sampai dengan 31 Desember 2017, Balai Besar PPMB-TPH
didukung oleh 71 orang pegawai yang terdiri dari tenaga teknis sebanyak 4 orang, tenaga administrasi 19 orang, tenaga fungsional 33 orang dan Tenaga Kerja Kontrak (TKK)
15 orang.
Keadaan pegawai berdasarkan latar belakang pendidikan
terdiri dari S2 sebanyak 12 orang, S1 sebanyak 25 orang, D3 sebanyak 4 orang, dan SLTA 19 orang. Sampai dengan 31 Desember 2017 pegawai yang masih melaksanakan tugas
belajar sebanyak 4 orang.
Tabel 1. Keadaan Pegawai Berdasarkan Pendidikan
(Posisi: s.d 31 Desember 2017)
Sedangkan keadaan pegawai Balai Besar PPMB-TPH berdasarkan pangkat/golongan, terdiri dari golongan IV
sebanyak 3 orang, golongan III 40 orang, dan golongan II 13 orang.
Tabel 2. Keadaan Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan (Posisi: s.d 31 Desember 2017)
Jumlah pegawai seluruhnya terdapat pada Lampiran.
SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan prasarana yang dimiliki Balai Besar PPMB-TPH
untuk tahun anggaran 2017 berdasarkan audit neraca BNN maka posisi Barang Milik Negara (BMN) Balai Besar PPMB-
TPH per 31 Desember 2017
Tabel 3. Laporan Posisi Barang Milik Negara di Neraca 2017 (Posisi: s.d 31 Desember 2017)
JUMLAH
KODE URAIAN
1 2 3
117111 Barang Konsumsi 7,211,500
117113 Bahan untuk Pemeliharaan 0
117114 Suku Cadang 0
117131 Bahan Baku 0
117199 Persediaan Lainnya 0
131111 Tanah 5,714,972,000
132111 Peralatan dan Mesin 13,712,562,993
133111 Gedung dan Bangunan 3,130,693,646
134111 Jalan dan Jembatan 254,300,874
134113 Jaringan 108,880,000
135121 Aset Tetap Lainnya 18,759,500
136111 Konstruksi Dalam pengerjaan 0
137111 Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin -11,013,453,769
137211 Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan -878,323,995
137311 Akumulasi Penyusutan Jalan dan Jembatan -104,216,658
137313 Akumulasi Penyusutan Jaringan -20,252,880
166112 Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan 402,076,850
169122 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi -399,601,850
J U M L A H 10,933,608,211
AKUN NERACA
ANGGARAN DAN REALISASI
Pada tahun 2017 Balai Besar PPMB-TPH mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp9.974.669.000,- dialokasikan
untuk membiayai kegiatan pengembangan metode pengujian mutu benih dan penerapan sistem mutu laboratorium pengujian benih dengan output/sub output sebagai berikut:
Tabel 4. Pagu Balai Besar PPMB-TPH Tahun 2017
Realisasi Keuangan
Sampai dengan 31 Desember 2017 Balai Besar PPMB-TPH
merealisasikan anggaran sebesar Rp9.586.904.777,- atau 96,11%. Berikut realisasi anggaran per output/sub output tahun 2017 seperti pada Tabel berikut.
Tabel 5. Realiasi Anggaran Balai Besar PPMB-TPH Tahun 2017 (Posisi: s.d 31 Desember 2017)
Sisa anggaran yang tidak direalisasikan sebagian besar terdapat pada gaji dan uang makan pegawai.
BAB II
CAPAIAN KINERJA
PENGEMBANGAN
METODE
PENGEMBANGAN METODE/
VALIDASI/VERIFIKASI METODE
Kegiatan pengembangan metode/validasi/verifikasi yang dilaksanakan oleh Balai Besar PPMB-TPH merupakan
visualisasi dari salah satu fungsi Balai Besar PPMB-TPH dan mendukung program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
yakni Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.
Pada TA. 2017 Balai Besar melaksanakan kegiatan pengembangan/validasi/verifikasi dalam rangka memecahkan permasalahan, kendala maupun harmonisasi
perkembangan teknologi di bidang mutu benih. Kegiatan ini terdiri dari sepuluh judul Pengembangan dan validasi
metode.
1. Verifikasi Pengujian Nematoda Aphelenchoides besseyi Terbawa Benih Padi
Pengujian nematoda terbawa benih padi telah tercantum dalam ISTA Rules (Chapter 7 no 025). Sebagian besar
laboratorium benih BPSB telah mengenal uji nematoda terbawa benih, tetapi belum digunakan secara rutin. Pada tahun 2016, Balai Besar PPMB-TPH telah
melakukan pengembangan validasi ini dengan melibatkan 9 BPSB di Indonesia yaitu BPSBTPH Jawa
Barat, BPSB Provinsi Jawa Tengah, BPSB TPH
Kalimantan Selatan, UPTD BPSB TPH Sulawesi Selatan, BPSBTPH Provinsi Nusa Tenggara Barat, UPTD
BPSBTPH Provinsi Lampung, UPT PSB Provinsi Nusa Tenggara Timur, UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur dan UPSBTPH Provinsi Kalimantan Barat. Kegiatan verifikasi
ini dilanjutkan di tahun 2017 dengan melibatkan BPSB lainnya di Indonesia. Tujuan dari pengembangan metode
ini adalah memverifikasi tingkat reprodusibilitas uji nematoda terbawa benih padi di beberapa laboratorium BPSB di Indonesia.
Kegiatan pengembangan metode ini dilakukan pada Januari s.d Desember 2017 di laboratorium Balai Besar PPMB-TPH. Kegiatan pengembangan metode ini terdiri
dari beberapa tahap yaitu pengadaan sarana pengujian; pemilihan laboratorium peserta; penyiapan contoh benih
uji; uji homogenitas: pendampingan pengujian; verifikasi pengujian oleh laboratorium peserta verifikasi; dan uji stabilitas.
Data verifikasi diolah secara kualitatif sesuai dengan norm NF EN ISO 16140 untuk menentukan kriteria performanya berdasarkan sensitifitas, spesifisitas dan
akurasinya. Analisa ini terdiri dari membandingkan antara hasil yang diharapkan (sampel yang sudah
diketahui positif atau negatif, dan telah divalidasi dengan uji homogenitas) dan hasil uji dari laboratorium peserta.
Tabel 6. Pengolahan statistik secara kualitatif
Keterangan: PA = positif agreement ND = negatif deviation NA = negatif agreement PD = positif deviation
Kemudian dihitung:
Sensitivity = ΣPA
ΣPA+ΣND
Specificity = ΣNA
ΣNA+ΣPD
Accuracy = ΣNA+ΣPA
ΣPA+ΣNA+ΣPD+ΣND
Sensitivitas 100% menunjukkan bahwa laboratorium/analis selalu dapat mendeteksi nematoda target (tidak ada false negatif). Spesifisitas 100%
menunjukkan bahwa laboratorium/analis tidak memberikan hasil positif pada contoh benih yang tidak
terinfeksi nematoda (tidak ada false positif). Accuracy 100% menunjukkan bahwa pathogen target selalu terdeteksi (tidak ada false negatif atau false positif).
Pada tahap pengadaan sarana pengujian, disiapkan masing-masing satu paket sarana pengujian nematoda
terbawa benih untuk setiap lab peserta. Tiap paket sarana pengujian berisi alat pancing nematoda, saringan, beaker glass 100 ml, cawan petri/sirakus,
objek dan cover glass (gambar 1).
Gambar 1. Atas (ki-ka): alat pancing nematoda, saringan dan beaker
glass 100 ml. Bawah (ki-ka): cawan petri, objek dan cover glass
Laboratorium yang dipilih merupakan laboratorium yang memiliki personel dan fasilitas pengujian yang memadai
berdasarkan surat konfirmasi kesediaan sebagai peserta kegiatan verifikasi. Laboratorium peserta pada tahun 2017 ini adalah (1) BPSBTPH Provinsi Papua Barat; (2)
x 100
x 100
x 100
UPT BPSBTPH Provinsi Riau; (3) UPT BPSBTPH Provinsi Sumatera Utara; (4) PPMPHP Provinsi DKI Jakarta; (5)
UPT BPSBTPH Provinsi Bali; (6) UPTD BPSBTPH Aceh; (7) UPTD BPSBP DIY; (8) BPSB Sumatera Selatan; (9) BPSB Sumatera Barat; (10) BPSB Bengkulu; (11) BPSB
Kalimantan Timur; (12) BPSB Sulawesi Tenggara; (13) BPSB Sulawesi Tengah; (14) BPSB Kalimantan Tengah;
(15) BPSB Papua; dan (16) BPSB Sulawesi Barat.
Contoh benih uji disiapkan oleh laboratorium nematoda Balai Besar PPMB-TPH berupa contoh uji positif dan
contoh uji negatif. Contoh uji positif yaitu benih padi yang terinfeksi nematoda A. besseyi (varietas Pak Tiwi),
sedangkan contoh uji negatif yaitu benih padi yang tidak terinfeksi nematoda A. besseyi atau benih padi sehat (varietas Situ Bagendit). Dilakukan perlakuan benih
pada contoh uji negatif (yaitu benih padi varietas Situ Bagendit yang tidak terinfeksi nematoda A. besseyi) berupa perendaman benih selama 24 jam di suhu ruang, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 60°C dengan menggunakan oven selama 1 jam. Contoh
benih yang digunakan untuk kegiatan ini adalah sebanyak 8 lot dengan kode huruf A s.d H, yang terdiri
dari 4 contoh benih positif nematode (kode A, D, E, H) dan 4 contoh benih negatif nematode (B, C, F, G). Setelah itu dilakukan pengemasan benih padi (contoh
benih positif dan negatif) menggunakan alumunium foil yang akan digunakan untuk uji homogenitas, uji stabilitas dan verifikasi pengujian antar laboratorium
peserta.
Tabel 7. Data Pengujian Nematoda 8 Lot Benih Padi pada
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan sebelum contoh uji dikirim ke peserta uji banding, tujuannya untuk memastikan
keseragaman contoh uji. Tiap lot benih diuji masing-masing sebanyak 10 ulangan. Contoh uji dikatakan homogen bila semua subsampel yang diuji
homogenitasnya positif untuk contoh uji yang terinfeksi dan negatif untuk contoh uji yang sehat. Pada contoh
benih positif terdapat nematoda Aphelenchoides besseyi yang terdeteksi minimal 10 ekor, sedangkan pada contoh benih negatif terdapat nematoda Aphelenchoides besseyi yang terdeteksi maksimal 10 ekor. Hasil uji homogenitas seperti pada pada Tabel 7 di atas. Dari hasil uji
homogenitas diperoleh data bahwa sampel yang digunakan sudah homogen. Delapan lot benih padi ini selanjutnya dikirim ke laboratorium peserta.
Pendampingan pengujian dilakukan oleh analis Balai Besar PPMB-TPH ke laboratorium peserta verifikasi.
Kegiatan pendampingan ini merupakan sosialisasi metode pengujian nematoda terbawa benih pada laboratorium penguji benih di Indonesia karena banyak
laboratorium yang belum pernah melaksanakan pengujian nematoda terbawa benih padi ini. Pada tahap pendampingan ini dilakukan penyampaian sarana
pengujian dan praktek pengujian nematoda terbawa benih padi (Gambar 2).
Gambar 2. Dokumentasi kegiatan pendampingan pengujian
nematoda pada benih padi
Kalteng
Sultra Bali Yogyakarta
DKI Jakarta Riau
Papua Barat Sulteng Bengkulu
Pada tahap pelaksanaan verifikasi pengujian oleh laboratorium peserta verifikasi, setiap laboratorium
peserta menerima satu paket yang dikirim melalui pos. Adapun paket tersebut berisi contoh benih dan petunjuk pelaksanaan pengujian. Peserta melakukan pengujian
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan pengujian yang diberikan dan tanggal yang ditentukan. Dari 16
laboratorium peserta, hanya 12 laboratorium yang mengirimkan hasil ujinya. Adapun hasil verifikasi pengujian nematoda terbawa benih padi dari
laboratorium peserta dapat dilihat pada Tabel 8.
Sensitivity 100% menunjukkan bahwa laboratorium atau
analis selalu dapat mendeteksi nematoda target. Pada Tabel 8 terlihat bahwa dari 12 laboratorium, terdapat 4 laboratorium peserta yang tidak dapat mendeteksi
nematoda target pada contoh uji positif sehingga sensitivitynya kurang dari 75%, berdasarkan informasi
dari analis saat pendampingan, diketahui bahwa alat yang digunakan (mikroskop stereo) di laboratorium peserta kondisinya kurang bagus, sehingga
mempengaruhi hasil pengujian.
Specivicity 100% menunjukkan bahwa
laboratorium/analis tidak memberikan hasil positif pada contoh benih yang tidak terinfeksi nematoda (tidak ada false positif). Pada Tabel 8 terlihat bahwa dari 12
laboratorium, terdapat 3 laboratorium yang specivicitynya kurang dari 75%. Hal ini dikarenakan
adanya kesalahan dalam mendeteksi nematoda.
Accuracy 100% menunjukkan bahwa pathogen target selalu terdeteksi. Pada Tabel 9 terlihat bahwa dari 12
laboratorium peserta, terdapat 6 laboratorium yang accurasinya lebih dari 75%.
Tabel 8. Data Verifikasi Pengujian Nematoda Terbawa Benih Padi dari Laboratorium Peserta
Uji stabilitas dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan verifikasi oleh peserta. Tiap lot benih di uji masing-masing sebanyak 3 ulangan. Adapun hasil uji stabilitas
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Data Pengujian Nematoda 8 Lot Benih Padi pada
Uji Stabilitas
Contoh uji yang digunakan pada pengembangan metode ini stabil karena data uji stabilitas dibandingkan dengan
data uji homogenitas memberikan hasil yang sama, semua contoh uji positif memberikan hasil yang positif, dan contoh uji negatif juga memberikan hasil yang
negatif.
Dari kegiatan pengembangan metode ini diperoleh
rekomendasi:
a. Dari 11 laboratorium peserta kegiatan verifikasi, terdapat 6 laboratorium yang dapat melakukan
pengujian nematoda terbawa benih dengan nilai sensitivity, specivicity dan accuracy lebih dari 75%.
yaitu laboratorium UPT BPSBTPH Provinsi Bali, BPSB Sumatera Selatan, BPSB TPH Provinsi Papua Barat, BPSB Kalimantan Timur, BPSB Bengkulu dan
UPT PSB TPH Provinsi Riau.
b. Sedangkan 5 laboratorium lainnya (PPMPHP Provinsi
DKI Jakarta, UPTD BPSBTPH Aceh, UPTD BPSBP DIY, BPSB Sumatera Barat dan BPSB Sulawesi Tenggara) dapat melakukan pengujian nematoda
terbawa benih tetapi nilai sensitivity, specivicity dan accuracy nya kurang dari 75%.
c. Sampai tahun 2017, dari 32 BPSB di Indonesia, terdapat 21 BPSB yang mampu melakukan pengujian nematoda terbawa benih padi. Kegiatan
verifikasi ini akan dilanjutkan dengan melibatkan 11 BPSB di tahun 2018.
2. Verifikasi dan Validasi Metode Penetapan Kadar Air Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi rendahnya kandungan air dalam
benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap vialibitas benih. Oleh karena itu
pengujian terhadap kadar air benih perlu dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar berdasarkan kebutuhannya (Sutopo 2006).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 56/Permentan/PK.110/11/2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina
pada pasal 26 disebutkan bahwa untuk mengetahui kesesuaian mutu benih dalam bentuk biji dilakukan
pengujian di laboratorium. Pengujian kadar air atau lebih dikenal penetapan kadar air benih di laboratorium diperlukan untuk mengetahui apakah tingkat kadar air
suatu lot benih sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Penetapan kadar air metode oven
ditujukan untuk mengetahui presentase kadar air yang terkandung dalam benih yang diukur berdasarkan berat air yang hilang karena pemanasan oven suhu konstan
terhadap berat awal contoh benih.
Pada ISTA Rules sesuai Tabel 9A untuk komoditas benih padi dan jagung telah ditetapkan penggunaan penetapan
kadar air metode oven suhu tinggi 130-1330C, untuk padi selama 2 jam dan jagung selama 4 jam. Sedangkan benih kedelai masih menggunakan metode oven suhu
rendah tetap 103-1050C selama 17 jam. Terkait dengan hal tersebut beberapa laboratorium pengujian mutu
benih di daerah di seluruh Indonesia memiliki permasalahan yaitu waktu datangnya sampel yang berbeda (padi, jagung, dan kedelai) dalam jumlah banyak
untuk pengujian kadar air. Sedangkan setiap komoditas tidak dapat dilakukan pengujian kadar air secara
bersamaan karena perbedaan metode oven yang digunakan sesuai Tabel 9A ISTA Rules (ISTA Handbook 2014) sedangkan hasil uji dalam rangka pengisian label
sertifikat mutu benih diharapkan dapat segera disampaikan ke konsumen. Oleh karena itu kegiatan
pengembangan metode berjudul Verifikasi Metode Pengujian Kadar Air Suhu Rendah selama 17 jam pada Benih Padi, Jagung, Kedelai diharapkan mampu
memberikan informasi adanya kemungkinan pengujian kadar air yang dapat dilakukan secara bersamaan pada komoditas benih yang berbeda-beda dengan metode oven
acuan dasar yaitu metode oven suhu rendah tetap 1030C selama 17 jam.
Tujuan dari kegiatan verifikasi metode ini adalah untuk mengetahui bahwa pengujian kadar air benih (padi, jagung, dan kedelai) dapat dilakukan secara bersamaan
menggunakan metode suhu rendah konstan 17 jam selama 1030C. Hipotesis yang diajukan adalah metode
suhu rendah konstan dapat digunakan untuk pengujian kadar air benih padi, jagung dan kedelai secara bersamaan.
Kegiatan verifikasi dilaksanakan pada bulan Januari s.d Desember 2017 bertempat di Laboratorium Pengujian Benih Balai Besar PPMB-TPH. Bahan yang digunakan
dalam kegiatan ini adalah benih padi, jagung, kedelai masing-masing dua varietas. Peralatan yang digunakan
adalah oven dan neraca yang terkalibrasi grinder serta cawan. Verifikasi metode ini dilaksanakan dengan
tahapan prosedur sebagai berikut: persiapan contoh benih, pembagian tingkat kadar air benih, pengemasan
contoh benih dan pengujian kadar air benih. Hasil uji kemudian dianalisa berdasarkan nilai toleransi 0,3% (ISTA Handbook on Moisture Determination, 2007).
Kegiatan verifikasi metode yang dilakukan di Balai Besar PPMB-TPH menunjukkan bahwa metode penetapan
kadar air suhu rendah 17 jam untuk benih padi dan jagung belum bisa menggantikan metode penetapaan kadar air suhu tinggi yang direkomendasikan ISTA Rules.
Adapun hasil pengolahan data dari berbagai pengujian yang dilakukan dapat dilihat dari beberapa Tabel berikut
ini.
Tabel 10. Pengujian metode penetapakan kadar air suhu rendah 17 jam dengan suhu tinggi 2 jam pada
benih padi yang dilakukan oleh 3 analis dengan 3 tingkat kadar
Tabel 11. Pengujian kadar air benih padi yang dilakukan
oleh 1 analis pada beberapa tingkat kadar air
Tabel 12. Pengujian kadar air benih padi yang dilakukan 1 analis pada 1 varietas dengan metode oven
suhu rendah 18 jam
Dari Tabel 10 dan 11 terlihat dari nilai toleransi semua
pengujian yang dilakukan berada diluar toleransi yang ditetapkan ISTA yaitu 0,3. Tabel 12 dan 13 diperoleh data keberterimaan hanya 22,2%, hal ini ditandai dari
nilai yang berada di dalam toleransi hanya ada 2 data dari 9 data lainnya.
Tabel 13. Pengujian yang dilakukan oleh 2 analis pada 1
varietas dengan beberapa tingkat kadar air
Tabel 14. Pengujian kadar air benih padi yang dilakukan oleh 3 analis pada beberapa tingkat kadar air
Dari Tabel 14 terlihat bahwa pengujian kadar air metode oven suhu rendah pada benih padi yang berada di dalam
toleransi hanya berjumlah 44,4%. Hal ini belum memenuhi persyaratan yang tertuang dalam ISTA Rules setidaknya nilai keberterimaannya mencapai 75%.
Tabel 15. Pengujian kadar air benih padi pada suhu tinggi 2 jam dan suhu rendah 18 jam oleh 8 analis pada 2 varietas dengan 2 tingkat kadar
air
Tabel 16. Pengujian kadar air benih jagung suhu tinggi 4 jam dan suhu rendah 17 jam oleh 1 analis
pada 1 varietas
Tabel 17. Pengujian kadar benih jagung suhu tinggi 4 jam + 12 menit dan suhu rendah 17 jam pada
2 varietas oleh 8 analis
Dari data Tabel 15, 16 dan 17 belum memberikan hasil yang signifkan dalam toleransi semuanya berada diluar
toleransi. Untuk Tabel 15 adalah upaya melakukan pengujian dengan memperpanjang pengujian kadar air
benih metode oven suhu rendah selama 18 jam pada benih padi dan Tabel 13 adalah pengujian dengan
memperpanjang waktu pengujian metode oven suhu tinggi selama 12 menit pada benih jagung. Namun upaya
tersebut juga tidak memberikan hasil yang signifikan. Semuanya masih berada diluar toleransi. Tabel 12 juga menunjukkan hasil diluar toleransi pada pengujian
metode oven suhu rendah 17 jam dengan suhu tinggi 4 jam (sesuai ketentuan ISTA). Pada Tabel 18 dimana
dengan memperpendek pengujian metode oven suhu rendah menjadi 16 jam terbukti masih belum bisa berada dalam toleransi yang ditentukan yaitu 0,3 sebagai
persyaratan metode tersebut dapat dijadikan alternatif selain persyaratan keberterimaan minimal 75%.
Tabel 18. Pengujian kadar air benih jagung metode oven
suhu tinggi 4 jam dam suhu rendah 16 jam pada 2 varietas oleh 12 analis
Benih kedelai tidak dilakukan observasi berlanjut karena dalam ketentuan ISTA penetapan kadar air benih kedelai
masih menggunakan metode oven suhu rendah 17 jam.
Berdasarkan hasil beberapa pengujian menunjukkan bahwa metode oven suhu rendah belum dapat digunakan
sebagai alternatif penganti dari pengujian metode oven suhu tinggi (sesuai ketentuan ISTA) pada benih padi dan
jagung. Sehingga hasil verifikasi ini memberikan data
bahwa dalam penetapan kadar air benih padi dan jagung hanya dapat dilakukan pada metode oven suhu tinggi
untuk padi 2 jam dan jagung 4 jam sesuai ketentuan ISTA.
Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan di Balai
Besar PPMB-TPH memberikan hasil sebagai berikut: a. Menolak hipotesis awal bahwa penetapan kadar air
dengan metode oven suhu rendah dapat diaplikasikan sebagai metode alternatif selain penetapan kadar air benih dengan metode oven suhu tinggi seperti
tercantum dalam ISTA Rules. b. Hasil verifikasi ini memantapkan bahwa penetapan
kadar air benih padi hanya bisa diujikan pada suhu tinggi 2 jam dan benih jagung 4 jam.
c. Berdasarkan hal tersebut benih kedelai yang telah
disiapkan tidak kami lakukan pengujian karena dalam ISTA Rules Tabel 9A penetapakan kadar airnya yang
disarankan ISTA pada metode oven suhu rendah 17 jam.
Adapun hasil yang dapat direkomendasikan pada
kegiatan verifikasi ini antara lain: a. Perlu adanya komunikasi ke pihak ISTA untuk
mencari solusi tidak diterimanya hipotesis awal bahwa
penetapan suhu rendah 17 jam dapat dijadikan salah satu alternatif dalam penetapan kadar air benih padi
dan jagung. b. Hasil validasi benih kedelai yang telah berhasil perlu
dilakukan pengujian repeatabilitas untuk dapat
diajukan ke komite ISTA yaitu dari penetapan kadar air benih kedelai dengan metode oven suhu rendah 17
jam menjadi suhu tinggi 1 jam.
3. Pengkajian Penggunaan Alat Combine Harvester
Padi sebagai tanaman yang dibudidayakan dengan pola tanam serentak, pada saat dipanen membutuhkan
tenaga kerja yang sangat banyak agar panen dapat dilakukan tepat waktu. Kebutuhan tenaga kerja yang besar pada saat panen ini menjadi masalah pada
daerah-daerah tertentu yang pekerja pertaniannya sedikit. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja adalah dengan cara meningkatkan kapasitas dan efisiensi kerja
dengan menggunakan mesin panen dalam hal ini Combine harvester. Keuntungan menggunakan mesin panen antara lain lebih efisien dan biaya panen per
hektar dapat lebih rendah dibanding cara tradisional.
Combine harvester merupakan alat atau mesin pertanian
modern yang banyak dimanfaatkan pada kegiatan usaha tani yang maju. Dengan menggunakan Combine harvester kegiatan panen menjadi lebih mudah dan efisien, tenaga kerja lebih sedikit, waktu kerja lebih singkat, hasil pemotongan padi lebih bersih, kehilangan
hasil waktu panen dapat ditekan dan tidak perlu menggunakan banyak tenaga kerja. Sesuai dengan
namanya mesin ini merupakan kombinasi dari tiga operasi yang berbeda, yaitu: menuai, merontokkan, dan menampi, dijadikan satu rangkaian operasi.
Berdasarkan kondisi tersebut maka Combine harvester berpotensi untuk dipergunakan sebagai alat panen pada
penangkaran benih padi, hingga saat ini pada beberapa provinsi sudah menggunakan alat tersebut untuk panen. Namun yang menjadi masalah di lapang adalah pada
rumitnya membersihkan komponen yang ada pada mesin tersebut agar bersih dari biji gulma atau varietas
pada panen sebelumnya sehingga Combine harvester itu layak digunakan untuk panen benih. Jika mesin digunakan untuk satu varietas tidak masalah, tetapi
kalau harus memanen banyak varietas membutuhkan waktu yang lama untuk membersihkannya.
Combine harvester yang beredar di Indonesia harus memenuhi Standar SNI. Namun standar SNI pada Combine harvester belum mempertimbangkan kelayakan
untuk pengunaan pada panen benih. Combine harvester yang digunakan belum bisa menjamin hasil panen
penangkaran benih tidak tercampur dengan campuran varietas lain (CVL), benih tanaman lain/gulma, benih yang rusak/patah dan kotoran lainnya sehingga tidak
direkomendasikan untuk digunakan panen pada areal penangkaran. Sisa benih yang tertinggal di dalam alat
combine harvester bisa mencapai 2 kg. Berdasarkan
standar acuan, kategori bersih adalah bebas dari jerami dan gabah hampa.
Salah satu tugas pokok dan fungsi dari Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan hortikultura adalah kegiatan verifikasi metode,
pengembangan metode dan validasi metode. Oleh karena itu pada tahun anggaran 2017 dilaksanakan
pengembangan metode Pengkajian Penggunaan Combine Harvester Terhadap Kualitas Mutu Benih Padi untuk mengetahui seberapa efektif combine harvester dapat
dimanfaatkan pada proses panen benih padi di areal penangkaran. Tujuan kegiatan pengembangan metode
ini adalah untuk mengetahui mutu benih padi yang merupakan hasil panen menggunakan Combine harvester.
Kegiatan pengembangan metode ini dilaksanakan pada bulan Januari s.d Desember 2017 di laboratorium Fisika
dan Biologi Balai Besar PPMB-TPH. Pengambilan sampel dilapang pada saat panen dilaksanakan pada Bulan
Maret di lahan sertifikasi produsen milik CV. Putra Utama Perkasa (PUP) di Pati Provinsi Jawa Tengah dan pada bulan September di lahan sertifikasi produsen
milik PT Sang Hyang Seri di Sukamandi Provinsi Jawa Barat.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah benih padi varietas Ciherang dan Mekongga, media perkecambahan. Alat yang digunakan adalah alat
Combine harvester, Thresher, alat prosesing benih, neraca terkalibrasi, oven, Grinding mill serta alat
pengujian kemurnian standar lainnya.
Pengembangan metode dilaksanakan dengan prosedur pelaksaaan sebagai berikut:
a. Pengumpulan data dan informasi mengenai alat Combine harvester yang digunakan dan tanaman
padi yang akan dipanen
Sebelum proses panen dibutuhkan informasi mengenai alat panen yang akan digunakan, yaitu
merk/tipe, lebar potong mesin, daya motor mesin dan kecepatan jalan pemanenan. Mesin pemanen
padi (paddy combine harvester) yang digunakan adalah tipe riding merk Maxxi Ndr-85 Turbo
merupakan mesin pertanian yang berfungsi untuk memanen padi melalui tahapan mengait, mengarahkan, memotong, membawa hasil potongan,
merontok dan membersihkan gabah yang dilakukan secara terpadu dalam satu kali proses. Hasill uji
unjuk kerja tipe riding merk Maxxi Ndr-85 Turbo adalah lebar pemotongan 1960 mm, daya motor mesin 62 kW, kecepatan jalan pemanenan 3,91
km/jam dan tingkat kebersihan gabah 96,1%.
b. Prosedur cara pembersihan Combine harvester dan
Thresher yang akan digunakan pada panen padi
Combine harvester yang beredar di lapang terdiri dari
beberapa tipe. Pada masing-masing alat disertai cara pengoperasian dan perawatan peralatan, pada kegiatan ini akan dikaji bagaimana cara
pembersihan alat Combine harvester secara umum sehingga dapat diaplikasikan pada semua tipe alat.
Jika alat akan digunakan untuk panen benih dengan varietas yang berbeda maka dilakukan pembersihan. Bagian yang dibersihkan yaitu pada bagian depan
(bagian pemotong), drum perontok (Thresher) dan bagian belakang mesin. Pemeriksaan alat panen
Combine harvester dilakukan dengan blower dan sapu lidi (Gambar 3).
Gambar 3. Pembersihan alat Combine Harvester
Pembersihan alat Thresher dilakukan dengan memeriksa gerigi besi yang ada di dalam thresher
dengan cara diblower, pemeriksaan kipas yang ada
di mesin dan penyapuan di bawah gerigi besi (Gambar 4).
Gambar 4. Pembersihan alat thresher
c. Pengambilan sampel di lapang
Pengambilan sampel benih varietas Ciherang dan
Mekongga pada saat panen menggunakan combine harvester (Gambar 5) dan panen manual dengan
menggunakan arit dan thresher (gambar 6) dilakukan di areal sawah Sukamandi, Jawa Barat yang dikelola
oleh PT Sang Hyang Seri. Pengambilan sampel di area sertifikasi CV. Putra Utama Perkasa di Pati hanya diperoleh pengambilan sampel dengan
menggunakan combine harvester saja. Hasil panen menggunakan arit dan thresher sebagai data
pendukung. Sampel benih yang diambil adalah sampel benih dari karung ke-1 sampai dengan karung ke-10 masing-masing 1 kg. Kemudian
dilakukan pengujian mutu benih sesuai ISTA Rules terhadap parameter analisis kemurnian serta
pengujian terhadap parameter kadar air dan daya berkecambah yang digunakan sebagai data pendukung (Gambar 7).
Gambar 5. Panen menggunakan combine harvester
Gambar 6. Panen menggunakan arit dan Thresher (manual)
Gambar 7. Skema prosedur
d. Homogenitas benih dan pengemasan
Sampel panen yang diambil dari karung ke-1 sampai
dengan karung ke-10 dihomogenkan dengan menggunakan conical divider. Selanjutnya dilakukan
pengambilan contoh kerja dan pengemasan untuk pengujian mutu benih penetapan kadar air dan analisis kemurnian. Pengujian daya berkecambah
diambil dari komponen benih murni hasil analisis kemurnian. Tahap selanjutnya adalah pengujian mutu benih dilaboratorium.
e. Analisis Data
Hasil analisis kemurnian yang diperoleh dari sampel
yang diambil di lapang dianalisis datanya menggunakan uji Least Signifiance Different (LSD).
Tanaman Padi
Varietas Ciherang
Diambil sampel benih karung ke- 1 sampai
dengan karung ke-10 dan semua karung
yang telah melalui prosesing benih (Kontrol)
Analisis kemurnian, kadar air, daya
berkecambah
Varietas Mekongga
Analisis Data
uji LSD (Least Significance Different)
Combine Harvester
Arit dan Thresher Combine Harvester
Arit Thresher
Mesin pemanen padi (Paddy Combine Harvester) yang digunakan di Pati dan Sukamandi adalah tipe riding
merk Maxxi Ndr-85 Turbo. Berdasarkan ketentuan sertifikasi bahwa alat yang akan digunakan untuk panen harus bersih dari segala macam kotoran
maupun varietas lainnya. Pada pemanenan benih padi tersebut menggunakan Big Combine Harvester (alat panen tipe besar) sehingga cara pembersihan dapat lebih mudah dan tidak memakan banyak waktu. Jika alat akan digunakan untuk panen benih
dengan varietas yang berbeda maka dilakukan pembersihan pada alat. Proses pembersihan
dilakukan kurang lebih selama setengah jam oleh dua orang teknisi.
Berdasarkan mutu hasil panen benih padi
menggunakan Combine harvester di Pati pada varietas Mekongga tingkat kemurnian benih dan
jumlah BTL tidak berbeda dengan benih padi yang sudah diprosesing (kontrol) pada karung ke-7. Sedangkan pada varietas Ciherang hingga karung ke-
10 tingkat kemurnian benih dan jumlah benih tanaman lain (BTL) berbeda nyata dengan benih padi
yang sudah diprosesing (kontrol) (Tabel 19).
Berdasarkan mutu hasil panen benih padi menggunakan Combine harvester di Sukamandi pada
varietas Mekongga tingkat kemurnian benih dan jumlah BTL tidak berbeda nyata dengan benih padi
yang sudah diprosesing (kontrol) pada karung ke-9. Sedangkan pada varietas Ciherang tingkat kemurnian benih dan jumlah benih tanaman lain
(BTL) tidak berbeda nyata dengan benih padi yang sudah diprosesing (kontrol) pada karung ke-10 (Tabel 20).
Tabel 19. Mutu hasil panen benih dengan menggunakan Combine harvester di Pati,
Jawa Tengah
Keterangan: * Tidak berbeda nyata dengan kontrol;KA=kadar air; KM=kemurnian; BM=benih
murni; BTL=benih tanaman lain; KB=kotoran benih; DB=daya berkecambah
Tabel 20. Mutu hasil panen benih dengan
menggunakan Combine harvester di Sukamandi, Jawa Barat
Keterangan: * Tidak berbeda nyata dengan kontrol;KA=kadar air; KM=kemurnian; BM=benih
murni; BTL=benih tanaman lain; KB=kotoran benih; DB=daya berkecambah
Tabel 21. Mutu hasil panen benih dengan menggunakan arit dan thresher di
Sukamandi, Jawa Barat
Keterangan: * Tidak berbeda nyata dengan kontrol;KA=kadar air; KM=kemurnian; BM=benih
murni; BTL=benih tanaman lain; KB=kotoran benih; DB=daya berkecambah
Berdasarkan mutu hasil panen benih padi menggunakan Thresher di Sukamandi pada varietas
Mekongga tingkat kemurnian benih dan benih tanaman lain (BTL) tidak berbeda nyata pada karung
ke-10 dengan benih padi yang sudah diprosesing (kontrol). Sedangkan varietas Ciherang tingkat kemurnian benih dan jumlah benih tanaman lain
(BTL) pada karung ke-7 tidak berbeda nyata dengan benih padi yang sudah diprosesing (kontrol).
Tingginya mutu benih padi setelah prosesing benih
(kontrol) dikarenakan benih padi yang sudah dipanen pada hari itu juga langsung menuju tahap prosesing
benih. Untuk menghasilkan benih padi yang bermutu perlu didukung dengan penggunaan peralatan prosesing benih yang memadai dan terpelihara. Pada
Gambar 8. Dapat dilihat tahapan prosesing dimulai dari tahap pertama yaitu: (a) gabah benih padi dari
lapang masuk ke Paddy cleaner; (b) kemudian dengan menggunakan elevator menuju blower turun ke elevator lagi untuk selanjutnya masuk ke Vertical dryer (b) Alat prosesing setelah calon benih kering,
keluar dari drier masuk ke elevator menuju ke ayakan turun ke blower selanjutnya masuk ke Gravity separator (c), dari Gravity separator masuk ke timbangan lalu ke mesin Packing (d).
Gambar 8. Tahapan prosesing benih
Mutu benih hasil panen dengan menggunakan arit dan Thresher memiliki tingkat kemurnian yang tidak
jauh berbeda dibandingkan dengan menggunakan Combine harvester. Jumlah benih tanaman lain pada
varietas mekongga sangat tinggi dengan menggunakan Combine harvester di wilayah Produsen PT Sang Hyang
Seri yang kemungkinan disebabkan adanya kontaminasi tanaman gulma pada saat panen.
Benih yang diperoleh dari hasil panen pada karung
ke-1 hingga karung ke-10 menghasilkan mutu benih yang rendah dikarenakan adanya kandungan benih
tanaman lain dan kotoran benih namun dengan prosesing benih melalui peralatan yang memadai dan terpelihara maka hasil akhir benih yang dihasilkan
akan menjadi tinggi dapat memenuhi standar mutu benih (kemurnian 98-99% dan Biji Gulma 0,0%) dalam kegiatan sertifikasi benih sehingga berdasarkan
hal tersebut Combine harvester dapat digunakan untuk panen benih padi.
Berdasarkan hasil pengkajian hasil akhir mutu benih padi yang dipanen menggunakan Combine harvester dapat memenuhi standar mutu benih dalam kegiatan sertifikasi benih padi sehingga berdasarkan hal
Paddy
cleaner
Vertika
l
dryer
Gravity
separat
or
Packing
machine
tersebut Combine harvester dapat digunakan untuk panen benih padi.
Dari kegiatan validasi metode ini diperoleh rekomendasi sebagai berikut: a. Penggunaan Combine harvester untuk dipergunakan
sebagai alat panen benih padi sangat membantu baik dari segi efektifitas dan efesiensi, namun perlu
diperhatikan terkait dengan kebersihan Combine harvester baik sebelum ataupun setelah digunakan.
b. Perlu pengkajian lanjut terhadap parameter campuran varietas lain (CVL), penggunaan combine harvester dengan tipe yang berbeda dan varietas lainnya.
4. Kajian Keberadaan Bakteri Burkholderia glumae
Bakteri Burkholderia glumae mulai banyak dibicarakan kembali setelah Kementerian Pertanian pada bulan
Desember 2016 mengklarifikasi adanya pernyataan di media massa bahwa padi hibrida yang dimasukkan oleh Pemerintah melalui Kementan mengandung bakteri
Burkholderia glumae. Bakteri ini sudah menyebar hampir seluruh persawahan di Pulau Jawa serta
membuat padi tidak berisi dan membusuk.
Pernyataan klarifikasi yang disampaikan oleh Kementerian Pertanian sebagai berikut:
a. Padi hibrida ditanam di banyak tempat, Kalimantan, Sumatera, Jawa, NTB dan Sulawesi.
b. Total pertanaman hibrida hanya 0 (nol) komaan % total pertanaman padi Indonesia
c. Dalam Buku Juknis organisme pengganggu tanaman
yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bahwa Bakteri Burkholderia glumae bukan
merupakan Mayor Desease padi di Indonesia, sehingga belum pernah ada puso akibat bakteri tersebut
d. Bakteri Burkholderia glumae sudah lama ada di Indonesia sejak tahun 1987 dan merupakan bakteri
tipe A2 yang dapat dikendalikan. Sudah 30 tahun dan tidak berpengaruh terhadap produktivitas sehingga bukan baru ditemukan. Selama rentang waktu
tersebut, keberadaan Bakteri Burkholderia glumae belum pernah ada kejadian yang mengakibatkan gagal
panen.
Burkholderia glumae adalah patogen terbawa benih padi,
menginfeksi stadia persemaian dan pembungaan yang menyebabkan biji menjadi abortus (busuk gabah), kehilangan hasil mencapai 70%. Penyakit tanaman padi
yang disebabkan oleh bakteri Burkholderia glumae adalah Bakteri Busuk Gabah/Bacterial Grain Rot/BGR.
Bakteri Burkholderia glumae merupakan bakteri terbawa benih (Balai Besar POPT 2016).
Upaya penanganan yang sudah direkomendasikan oleh Balai Besar POPT sebagai berikut: 1) perlakukan benih (seleksi benih dengan larutan garam, perlakuan air
hangat, perlakuan agen pengendali hayati Paenibacillus polymyxa: 5-10 ml per liter air); 2) perlakuan di
pertanaman; 3) pola bercocok tanam interplanting; 4) sanitasi lingkungan; dan 5) manipulasi lingkungan dan pemupukan.
Selain upaya penanganan yang telah direkomendasikan, diperlukan juga pengendalian dini penyebaran Bakteri
Burkholderia glumae pada sistem sertifikasi benih yang merupakan ranah dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan khususnya Balai Besar PPMB-TPH. Pengendalian
pada sistem sertifikasi benih dapat dilakukan dengan menentukan batas maksimal jumlah Bakteri
Burkholderia glumae pada benih yang dapat menurunkan produksi. Penentuan batas maksimal tidak langsung bisa dilaksanakan, namun sebagai langkah
awal perlu dilaksakan terlebih dahulu kajian seberapa banyak bakteri Burkholderia glumae yang berada dalam
lingkup proses sertifikasi benih padi.
Kajian awal ini bertujuan untuk: a. Mengetahui tingkat infeksi Bakteri Burkholderia
glumae dalam tahapan proses sertifikasi benih padi (kajian tahun pertama)
b. Mengetahui batas maksimal tingkat infeksi Bakteri Burkholderia glumae yang dapat menurunkan
produksi (kajian tahun ke-2 dan 3)
Kajian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2017. Pengujian bakteri dilaksanakan
di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH, sedangkan pengambilan benih (sebelum semai dan hasil panen) di wilayah kerja UPTD BPSB-TPH Provinsi Jawa Barat.
Bahan dan alat yang diperlukan antara lain: benih padi inbrida/hibrida sebelum sebar dan hasil panen,
tanaman padi dan peralatan pengujian bakteri di laboratorium Bakteri dan elektroforesis Balai Besar PPMB-TPH. Untuk tahun pertama dilaksanakan
identifikasi keberadaan dan tingkat infeksi bakteri Burkholderia glumae dengan metode konvensional (media
selektif) dan uji PCR/Uji DNA (gambar 9). Primer yang digunakan adalah Primer B. glumae Forward (JLBgF): TGGGTAGTCTCTGTAGGGAA dan Primer B.glumae
Reverse (JLBgR): TCATCCTCTGACTGGCTCAA
Gambar 9. Pelaksanaan pengujian DNA
Burkholderia glumae adalah patogen terbawa benih dan penyakit busuk gabah yang disebabkan oleh
Burkholderia glumae dapat menurunkan produksi hingga 75% (Trung et al, 1993). Banyak negara, terutama
negara tropis dan subtropis beranggapan bahwa Burkholderia glumae menyebabkan penyakit pada
tanaman padi yang berisiko tinggi (Ham et al, 2011). Luo dkk (2007) berdasarkan analisis resiko penyakit tanaman, di China. Pada tahun 2007 Burkholderia glumae tercantum dalam daftar penyakit karantina tumbuhan. Di Indonesia juga masuk dalam Peraturan
Menteri Pertanian tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina sejak tahun 2011.
Beberapa contoh benih padi yang diperoleh untuk diuji Bakteri Burkholderia glumae dari data UPTD BPSBTPH
Provinsi Jawa Barat TA. 2017 (Tabel 22).
Tabel 22. Produsen dan varietas yang digunakan sebagai bahan uji
Sebelum dilaksanakan pengujian bakteri Burkholderia glumae, untuk meningkatkan kompetensi analis pelaksana pengujian, di Balai Besar PPMB-TPH pada tanggal 27-29 September 2017 dilaksanakan inhouse training deteksi pathogen terbawa benih padi, salah satu targetnya adalah Burkholderia glumae (Gambar 10).
Gambar 10. Deteksi dan diagnosa Burkholderia glumae saat inhouse
training
Hasil plating bakteri dari benih padi yang digunakan
sebagai sampel pada media S-PG agar hanya ditemukan bakteri Burkholderia glumae dalam jumlah yang sangat
sedikit (Tabel 23 dan Gambar 11).
100
10-1
10-2
Tabel 23. Jumlah koloni bakteri Burkholderia glumae pada media S-PG
Gambar 11. Bakteri Burkholderia glumae pada media S-PG agar
Namun setelah dilaksanakan aplifikasi DNA dengan uji
PCR, semua sampel teridentifikasi ada Bakteri Burkholderia glumae (Gambar 12).
100 bp A B C D E F G H I J
Gambar 12. Hasil amplifikasi DNA
Keterangan : A : Inpari 31/ PT Pertani Majalengka B : Ciherang/ PT Pertani Karawang C : IPB3S/ Pertanaman Cianjur
D : Ciherang/ BBPTP Garut E : Inpari 32/ PT Pertani Majalengka F : IPB 35S/ Tanam Karawang G : Ciherang/ PT Pertani Karawang setelah sertifikasi H : IPB3S/ Penanaman Karawang setelah sertifikasi I : (Sampel benih dari IPB (Inhouse Training BG) J : (Sampel benih dari IPB (Inhouse Training BG) ukuran DNA target 164 basepair
Dari pengujian yang dilakukan diketahui bahwa Bakteri Burkholderia glumae pada benih padi yang masuk dalam ranah sertifikasi benih di bawah Pengawasan UPTD
BPSB-TPH Provinsi Jawa Barat ada (Gambar 13), namun tidak muncul pada media selektif, sehingga hanya bisa
diketahui dengan uji PCR.
Gambar 13. Areal Sertifikasi benih padi di Jawa Barat yang diambil sampel untuk diuji bakteri Bakteri Burkholderia glumae
Kesimpulan yang didapat pada pengujian ini sebagai berikut: a. Tingkat infeksi bakteri Burkholderia glumae pada
sampel yang diuji, tidak teridentifikasi dengan media selektif, namun ada pada hasil penggandaan DNA
dengan Uji PCR. b. Keberadaan bakteri Burkholderia glumae ada pada
benih padi dalam proses sertifikasi benih, namun
pada saat ini jumlahnya masih sangat sedikit.
Dari kajian ini dapat direkomendasikan bahwa:
Tingkat infeksi bakteri Burkholderia glumae pada benih padi masih sangat rendah sehingga belum diperlukan kajian selanjutnya yaitu untuk mengetahui batas
maksimal tingkat infeksi bakteri Burkholderia glumae yang dapat menurunkan produksi (kajian tahun ke 2
dan 3).
5. Penentuan Batas Maksimum Nematoda Parasit Aphelenchoides besseyi Pada Benih Padi Untuk
Standar Mutu Kesehatan
Potensi penyakit terbawa benih padi dapat dideteksi awal dengan pengujian kesehatan benih. Patogen-patogen
yang terbawa benih padi adalah Xanthomonas oryzae (bakteri), Pyricularia oryzae (cendawan) dan
Aphelenchoides besseyi (nematoda). Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
mikroorganisme penyebab penyakit (patogen) pada benih seperti cendawan, bakteri, virus dan nematoda (Anonim, 2011). Aphelenchoides besseyi adalah nematoda parasit
tajuk penyebab penyakit “pucuk putih atau white tip“ yang banyak ditemukan di areal pertanaman padi di
seluruh dunia. Gejala penyakit yang disebabkan infeksi A. besseyi adalah ujung daun sampai beberapa
sentimeter menjadi putih, nekrosis, daun bendera menyimpang dan terpilin, perkembangan malai terhambat (Gambar 14), dan terdapat stripe/garis coklat
pada batas bagian yang sakit dan yang sehat (Song et al., 2004). Infeksi Aphelenchoides besseyi menyebabkan
kehilangan hasil dan kualitas gabah menjadi menurun (Hoshino dan Togashi, 2000).
Gambar 14. Gejala white tip pada batang utama dan daun bendera
(Tulek and Cobanoglu, 2012)
Kehilangan hasil padi akibat nematoda A. besseyi dipengaruhi oleh varietas, musim, suhu, teknik budidaya dan faktor-faktor lain. Gergon and Mew, (1989)
dalam Jamali et al., (2012) menyebutkan populasi maksimum nematoda yang menyebabkan kecacatan per
butir padi adalah 121 spesimen. Kehilangan hasil padi minimal 5% oleh 30 A. besseyi hidup/ 100 butir padi.
Pada kondisi lingkungan yang mendukung, penyebaran infeksi dapat disebabkan hanya oleh 1 bulir benih yang mengandung nematoda ini (Fukano, 1962; Gergon and
Mirsa, 1992 dalam Jamali et al., (2012).
Hasil percobaan di Balai Besar PPMB-TPH tahun 2015,
menunjukkan bahwa pada populasi awal A. besseyi ± 414 spesimen per 400 butir padi varietas Pak Tiwi tidak
menimbulkan penurunan hasil pada padi, karena hasil padi level 0 % (kontrol) tidak berbeda dengan level 7 (100% = infeksi A. besseyi dalam sampel).
Hasil Percobaan tahun 2016, di rumah kasa dalam boks pertumbuhan menunjukkan pada populasi awal A. besseyi ± 692 spesimen per 400 butir padi varietas Pak Tiwi menunjukkan gejala penyakit white-tip 39% dari 100
populasi tanaman, menurunkan hasil padi 28.1% jika seluruh populasi tanaman terinfeksi nematoda tersebut.
Gambar 15. Gejala pucuk putih pada ujung daun tanaman padi
umur 12-14 hst
Tujuan kegiatan ini adalah 1) untuk mengetahui hubungan populasi awal Aphelenchoides besseyi pada
benih terhadap hasil padi (lahan sawah), dan 2) untuk menentukan jumlah populasi maksimum A. besseyi pada benih padi dalam batas aman/tidak menurunkan hasil padi. Kegiatan dilakukan pada Februari sampai dengan Desember 2017.
Bahan yang digunakan: benih padi varietas Paktiwi, Ciherang, Inpari 30 dan Mekongga dengan populasi awal A. besseyi ± 300-900 spesimen per 1.000 butir benih
padi, media tanam padi/lahan, alat yang digunakan
adalah mikroskop (stereo dan coumpound), inkubator, alat pengujian nematoda, dan alat berkebun.
Metode pengujian, terdiri dari: a. Uji Pendahuluan, untuk mendeteksi dan menyeleksi
sampel padi yang terinfeksi A. besseyi. Uji eliminasi A. besseyi dengan treatment atau perlakuan air panas pada ± 400 gr sampel padi. Diharapkan dapat sampel
yang bersih dari A. besseyi (sehat) sebagai kontrol (level 0%). Pembentukan level mencampurkan benih
treatment (sehat) dan benih non-treatment (level 100%) dengan komposisi tertentu. Misalnya level 50%
sebanyak 40 gram, maka 20 gram benih treatment + 20 gram benih non-treatment.
b. Uji Daya Tumbuh (DT), dilakukan terhadap keempat
sampel sesuai level infeksi dalam suatu blok pertumbuhan. Blok tersebut diulang 3 kali dengan
komposisi level yang diacak dalam blok tersebut (gambar 16).
Gambar 16. Tata letak blok percobaan
c. Analisa hasil dan nematoda terbawa benih, benih hasil panen tiap varietas dan tiap level dilakukan pengujian nematoda terbawa benih untuk mengidentifikasi A. besseyi dan multiplikasinya. Bagan percobaan seperti terlihat pada Gambar 17.
A
C
B
D
Gambar 17. Bagan Prosedur Pengujian
Untuk menganalisis data percobaan, digunakan rancangan percobaan kelompok acak lengkap dengan
1 faktor yaitu level infeksi, diulang 3 kali.
Bentuk umum model linear:
Y ij = µ + i + i Dimana; i = 1, 2, 3..., t
Y ij = Pengamatan pada perlakuan ke- i µ = Rataan umum
i = Pengaruh perlakuan ke- i
i = Pengaruh acak pada perlakuan ke- i
Metode yang digunakan untuk mengeliminasi A.
besseyi pada padi adalah perendaman air panas suhu 55°-60° 5-10 menit setelah benih direndam air dingin selama 16-20 jam. Perlakuan air panas menjadi
metode yang cukup efektif untuk mengeliminasi nematoda A. besseyi, meskipun tidak bisa
sepenuhnya. Nematoda ini diketahui memiliki resistensi yang tinggi terhadap perlakuan panas dan kimia dalam kondisi yang anhydrobiotic (Prasad and
Varaprasad, 1992).
Intepretasi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman padi
Analisa hasil dan nematoda
terbawa benih-multiflikasi
Uji Daya Tumbuh
Penentuan level
sampel terinfestasi + sehat)
Uji Pendahuluan
(Identifikasi sampel)
Sampel (+) A. Besseyi (Sampel A dan B)
Sampel non-treatment
(benih terinfestasi)
Sampel treatment
(benih sehat)
Sivakumar (1988) dalam Islam et al., (2015) melakukan observasi terhadap efektifitas perendaman
benih padi dalam air yang mengandung 1% potasium klorida (KCl 1%) atau 1% sodium klorida (NaCl 1%) selama 2 jam memberikan dampak disinfestasi 95-
97% terhadap A. besseyi. Hal ini kemudian diaplikasikan dalam percobaan ini untuk
mengeliminasi A. besseyi, dengan cara merendam benih dalam air dingin selama 20 jam, lalu direndam
larutan NaCl 1% selama 2 jam dan direndam air panas suhu 55°-60° selama 10 menit. Untuk mengetahui perlakuan tersebut di atas berpengaruh
atau tidak terhadap viabilitas benih, maka dilakukan uji Daya Berkecambah (DB). Hasilnya adalah perlakuan tersebut tidak mempengaruhi DB benih.
Hasil uji DB benih yang diberi perlakuan larutan NaCl 1% dan perendaman air panas terlihat seperti pada
Gambar 18 di bawah ini.
Gambar 18. Hasil uji daya berkecambah setelah perlakuan air
panas dan garam
Hasil uji nematoda terlihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Hasil pengujian nematoda terbawa benih padi
Selanjutnya dilakukan uji Daya Tumbuh (DT) untuk mengetahui tingkat kejadian penyakit pada tanaman.
Terlihat gejala pucuk putih pada ujung daun tanaman padi mulai pada umur 7 hst dan nampak lebih jelas setelah berumur 10-14 hst. Gambar 19 di bawah ini
adalah gejala pucuk putih yang terlihat pada ujung tanaman padi berumur 12-14 hst yang dilakukan
dalam boks perkecambahan di rumah kasa.
Gambar 19. Gejala pucuk putih pada ujung daun tanaman padi
umur 12-14 hst
Hasil pengamatan persentase tingkat kejadian penyakit di rumah kasa pada tiap level terlihat pada Tabel 25 berikut.
Tabel 25. Persentase kejadian penyakit setiap level infeksi
Tabel 26. Tingkat kejadian penyakit pada masing-masing level dan varietas
Di masa generatif, gejala hanya terlihat pada bagian ujung daunnya yang kuning lalu klorosis. Gejala tersebut serupa dengan gejala penyakit white-tip yang
digambarkan oleh Tulek dan Cobanoglu, 2012 (Gambar 19). Gejala awal penyakit white-tip paling
jelas pada awal pertumbuhan adalah timbulnya klorosis pada ujung atau pucuk daun yang baru muncul dari pelepah daun. Pucuk-pucuk tersebut
kemudian kering dan menggulung, sedang bagian daun yang lain tampak normal (Luc, et al, 1995).
Gejala tidak nampak pada bagian reproduksi tanaman yaitu bagian malai padi ataupun daun benderanya. Menurut Bridge et al., (1995), A. besseyi sangat aktif
menyerang pertanaman padi pada kelembaban relatif di atas 70%. Kelembaban relatif yang tinggi selama
fase reproduksi tanaman padi sangat diperlukan untuk melakukan migrasi ke dalam malai padi dan
menyebabkan timbulnya gejala penyakit. Menurut Tulek et al., (2015), nematoda parasit A. besseyi secara biologis aktif saat terjadi kondisi lapisan
lembab mengandung air yang disuplai dari jaringan tanaman atau cairan tubuh dari inangnya.
Data pendukung yang dapat diintrepetasikan adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun 75 s.d
94 hst yang terlihat pada Tabel 27 berikut.
Tabel 27. Data hasil ukur tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun
Pada Tabel 27 diatas jumlah anakan produktif (kolom
terakhir = 94 hst) antar level pada semua varietas tidak berbeda. Sehingga jumlah A. besseyi dalam
benih pada setiap level tidak mempengaruhi komponen hasil tersebut. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh jumlah populasi awal A. besseyi dalam benih tidak cukup berpengaruh terhadap penurunan kemampuan tanaman dalam
menghasilkan komponen hasil jumlah anakan produktif, meskipun gejala penyakit pada ujung daun tanaman padi terlihat. Menurut Togashi dan Hoshino
(2001) dalam Osei et.al, (2011), apabila jumlah rata-rata A. besseyi per biji meningkat, maka ekspresi
penyakit white tip/ujung putih akan meningkat pula. Tulek et al., (2014), menyatakan kehilangan hasil yang
disebabkan oleh nematoda ujung putih pada kepadatan populasi nematoda yang berbeda saat memanen dipengaruhi oleh kondisi iklim yaitu
kelembaban, temperatur dan curah hujan, serta dipengaruhi oleh kepadatan populasi saat benih
ditanam dan persentase jumlah tanaman terinfestasi yaitu persentase tanaman yang nampak terinfeksi
dengan gejala pada daun benderanya.
Hal yang dapat disimpulkan: 1) Infeksi nematoda parasit Aphelenchoides besseyi belum berdampak
pada komponen hasil padi yaitu jumlah anakan produktif yang tidak berbeda pada tiap level dan 2)
Jumlah populasi awal Aphelenchoides yang digunakan dalam percobaan ini dalam batas aman karena komponen hasil jumlah anakan produktif semua
varietas pada level 0% dan 100% tidak berbeda.
Rekomendasi: Percobaan lain dapat dilakukan pada
populasi awal yang lebih tinggi dan atau dapat dilakukan pada varietas yang berbeda.
6. Validasi Uji Tetrazolium Benih Padi
Pengujian Tetrazolium (TZ) merupakan salah satu
metode uji yang telah tercantum dalam Kepmentan Nomor 635/HK.150/C/07/2015 untuk memverifikasi benih segar pada akhir pengujian daya berkecambah
benih padi, apabila jumlah benih segar lebih dari 5%. Selain itu, pengujian TZ juga digunakan untuk
menentukan viabilitas benih secara cepat (± 2 hari).
Program Kementerian Pertanian dalam upaya khusus peningkatan produksi padi jagung dan kedelai, dan
berdasarkan Permentan Nomor 03/Permentan/OT.140/ 2015 bantuan benih untuk program UPSUS adalah
benih bersertifikat. Sementara pengujian daya berkecambah benih dalam proses sertifikasi benih padi memerlukan waktu 14 hari. Sehingga, untuk
mendukung program UPSUS tersebut, maka pengujian TZ berpotensi mempercepat/mempersingkat waktu pengujian viabilitas benih dalam proses sertifikasi.
Sebagian besar laboratorium benih BPSB telah mengenal uji TZ, tetapi belum digunakan secara rutin. Pada tahun
2015 telah dilaksanakan verifikasi untuk memperoleh reprodusibilitas uji TZ di 10 laboratorium benih Indonesia. Hasil verifikasi menunjukkan nilai korelasi
yang masih rendah serta keragaman hasil uji baik antar
analis di Balai Besar PPMB-TPH maupun antar laboratorium BPSB. Meskipun nilai korelasi yang
diperoleh pada kegiatan tersebut masih rendah, namun hasil penelitian Nugraha et al (2012) menunjukkan tingkat korelasi sangat nyata (r=0.993) antara pengujian
TZ dan DB, dan tingkat korelasi ini telah memenuhi persyaratan r minimum untuk uji TZ, sehingga uji TZ ini
dapat dianggap sebagai metode yang potensial untuk menggantikan uji DB. Beberapa faktor kritikal yang perlu diketahui analis sebagai bekal penerapan uji TZ
antara lain pemahaman terhadap teori uji DB; kesesuaian antara metode uji DB, penyiapan contoh uji
TZ, evaluasi topografi pewarnaan pada benih; serta penggunaan mikroskop pada saat evaluasi hasil uji.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memvalidasi
penggunaan uji tetrazolium dalam pengujian viabilitas benih padi dalam rangka percepatan proses sertifikasi untuk mendukung program UPSUS PAJALE.
Kegiatan ini dilaksanakan dari Januari sampai dengan November 2017 di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH
dan sebelas laboratorium penguji benih BPSBTPH tingkat provinsi yaitu BPSBTPH Provinsi Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Riau, Jawa Timur,
Sumatera Selatan, Bali, Aceh, NTB, Sumatera Barat, serta DI. Yogyakarta.
Bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah benih padi dengan 4 lot benih yang berbeda. Contoh kerja yang akan digunakan adalah 70 gram per sampel
untuk masing-masing lot. Selain itu akan disiapkan bahan pembuat larutan buffer, garam tetrazolium chlorida serta gambar pola pewarnaan tetrazolium.
Terdapat beberapa tahap pengujian pada kegiatan ini yaitu tahap pertama meliputi uji pendahuluan dan uji
homogenitas sampel untuk mengetahui secara pasti level mutu lot benih yang akan digunakan. Uji pendahuluan ini meliputi kadar air, kemurnian, daya berkecambah.
Uji homogenitas dilaksanakan setelah benih dikemas. Pengujian ini untuk memastikan bahwa seluruh kemasan sampel tidak signifikan heterogen. Tahap
kedua adalah pembuatan pola pewarnaan uji tetrazolium pada padi, yang diperlukan sebagai pedoman
laboratorium dalam penentuan benih viabel dan non viabel. Tahap terakhr adalah pengolahan data hasil uji
antar laboratorium. Hasil pengolahan data ini akan digunakan untuk memperoleh nilai korelasi antara pengujian daya berkecambah dan pengujian TZ serta uji
regresi antara uji TZ dan uji DB.
Pada kegiatan ini benih yang diuji terdiri dari empat sampel dengan varietas yang berbeda yaitu Inpari 32,
Mekongga, Inpari 42 dan Inpari 43. Hasil uji mutu awal keempat sampel menunjukkan bahwa benih masih
memiliki viabilitas yang baik (Tabel 28).
Tabel 28. Hasil uji mutu awal sampel benih untuk pengujian tetrazolium
Tahap pengujian selanjutnya yaitu uji homogenitas
sampel yang telah dikemas sesuai dengan jumlah laboratorium yang akan menguji sampel tersebut. Hasil
uji homogenitas menunjukkan bahwa keempat lot sampel yang tersedia homogen (Tabel 29).
Tabel 29. Uji homogenitas sampel benih pengujian TZ
Pada proses pengujian TZ oleh laboratorium BPSB, juga
diberikan gambar-gambar sebagai acuan dalam proses
evaluasi hasil pengujian TZ, antara lain gambar pola pewarnaan benih viable, benih non viable, serta contoh
gambar salah pemotongan dalam proses penyiapan benih (Gambar 20, Gambar 21 dan Gambar 22).
Gambar 20. Pola pewarnaan benih viable
Gambar 21. Pola pewarnaan benih non viable
Gambar 22. Hasil pewarnaan pada benih karena salah pemotongan
Data hasil pengujian terlebih dahulu dilakukan uji Grubbs untuk mengetahui data-data outlier atau data yang yang terlalu jauh dari kumpulan data yang
dihasilkan (Tabel 30). Uji grubbs dilakukan baik untuk data daya berkecambah maupun untuk data tetrazolium. Pengolahan data dilakukan untuk masing-
masil sampel uji serta gabungan dari keempat sampel uji.
Tabel 30. Hasil uji Grubbs sampel pengujian tetrazolium
Hasil pengolahan data untuk memperoleh nilai korelasi antara uji daya berkecambah dan uji tetrazolium menunjukkan dari empat sampel, hanya terdapat satu
sampel yaitu sampel varietas Inpari 43 memiliki nilai korelasi tertinggi yaitu 0,84, sedangkan nilai korelasi tiga
sampel lainnya dan gabungan dari 4 sampel masih rendah yaitu dibawah 0.5 (Tabel 31).
Tabel 31. Nilai korelasi antara daya berkecambah dan uji
tetrazolium pada empat sampel uji
Rendahnya nilai korelasi sebagian besar sampel uji diduga karena kesulitan dalam proses pemotongan
benih, sehingga hasil evaluasi pola pewarna sulit dilakukan. Hal tersebut berdampak pada nilai hasil uji
tetrazolium yang cukup jauh dari nilai hasil uji daya berkecambah. Sedangkan jika dilihat dari kisaran selisih antara hasil uji daya berkecambah dan uji tetrazolium,
diketahui 60% data uji memiliki selisih kurang dari 5%. Hal ini menunjukkan bahwa uji tetrazolium ini masih berpotensi untuk dikembangkan sebagai alternatif
pengujian viabilitas benih untuk mempercepat waktu sertifikasi benih.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan ini adalah nilai korelasi pada varietas Inpari 43 yaitu sebesar 0.83,
serta 60% data hasil uji memiliki kisaran selisih antara pengujian daya berkecambah dan uji tetrazolium kurang dari 5% menunjukkan bahwa pengujian tetrazolium
pada benih padi berpotensi untuk digunakan sebagai alternatif metode untuk percepatan pengujian mutu
benih padi.
Adapun rekomendasi dari kegiatan ini adalah dalam rangka percepatan pengujian mutu benih untuk proses
sertifikasi, pengujian mutu benih padi dengan metode uji tetrazolium masih diperlukan peningkatan kemampuan analis dalam prosedur penyiapan benih, khususnya
dalam teknik pembelahan benih, serta kemampuan dalam evaluasi hasil pola pewarnaan uji tetrazolium
yang dapat dilakukan melalui pelatihan analis benih.
7. Validasi Metode Kemurnian Genetik
Kebenaran varietas atau kemurnian secara genetik menjadi aspek mutu benih dalam penggunaan varietas
benih yang tepat. Pengujian kemurnian hibrida tercakup pula dalam salah satu parameter verifikasi varietas berdasarkan ISTA rules (2014) melalui biomolekuler
(protein, DNA). Pada Permentan Nomor 48/Permentan/ SR.120/8/2012 pasal 41 mensyaratkan adanya uji
hibriditas untuk benih hasil persilangan. Pengertian uji hibriditas tersebut adalah pengujian lapangan dan/atau laboratorium untuk mengetahui kebenaran suatu
varietas hibrida secara genetik sesuai dengan varietas asli (otentik). Bila peraturan tersebut dikembangkan
sebagai metode pengujian di laboratorium untuk komoditas tanaman pangan diharapkan dapat mempersingkat proses penyediaan benih bermutu bagi
petani dalam upaya pencapaian swasembada pangan. Oleh karena itu, salah satu validasi metode yang diajukan pada TA. 2017 adalah validasi pengujian
kemurnian genetik secara biomolekuler (DNA) benih padi hibrida menggunakan penanda mikrosatelit sebagai
kontribusi aspek teknis bagi instansi pengawasan dan sertifikasi benih tanaman di daerah dengan melibatkan
laboratorium di daerah sebagai laboratorium peserta. Tujuan dari validasi metode ini adalah untuk
memperoleh prosedur pengujian kemurnian genetik secara biomolekuler (DNA) padi hibrida menggunakan penanda mikrosatelit (SSR) yang valid.
Hasil yang didapat dari lima primer yang digunakan rata-rata menunjukkan primer tersebut dapat digunakan
untuk melacak hibrida tersebut dengan tetuanya, namun belum dapat digunakan sebagai penciri spesifik varietas hibrida tertentu. Hasil validasi pada
laboratorium peserta dapat dilihat pada seperti pada Gambar 23 dan Gambar 24.
Gambar 23. PCR hasil validasi pada tiga laboratorium peserta
dengan primer RM 206
Hasil PCR pada tiga laboratorium peserta dengan primer
RM 276 pada Hipa 5 Ceva murni, Hipa 5 Ceva campuran dengan kedua tetuanya menunjukkan bahwa varietas tersebut memiliki alel-alel yang merupakan gabungan
dari tetua jantan dan betina nya, begitu pula pada hibrida Hipa 19 murni dan Hipa 19 campuran dengan kedua tetuanya (Gambar V. I. 23). Primer RM 276 juga
dapat digunakan untuk memverifikasi varietas hibrida padi Hipa 5 Ceva dan Hipa 19 dengan masing-masing
tetuanya.
M A B C D E F G H I J
RM 206
Lab 1 (i)
Lab 2 (ii)
100bp A B C D E F G H I J
Lab 3 (iii)
Gambar 24. PCR hasil validasi pada tiga laboratorium peserta
dengan primer RM 276
Pada amplifikasi PCR menggunakan primer RM 263 dan RM 335 (Gambar 24), hasil dari ketiga laboratorium peserta juga menunjukkan bahwa primer-primer
tersebut dapat digunakan untuk memverifikasi antara varietas hibrida Hipa 5 Ceva dan Hibrida 19 dengan kedua tetuanya. Alel-alel yang muncul pada kedua
varietas tersebut terlihat merupakan gabungan dari alel-alel kedua tetuanya.
Sementara hasil amplifikasi dengan primer RM 346 (Gambar 25), pada ketiga laboratorium peserta menunjukkan pita alel alel yang sama pada semua
sampel yang digunakan, sehingga primer ini tidak dapat digunakan untuk menverifikasi varietas hibrida Hipa 5
Ceva dan Hipa 19 dengan tetua tetuanya.
Lab 2 L A B C D E F G H I J
M A B C D E F G H I J
RM 276
Lab 1
Lab 3 100bp A B C D E F G H I J
Gambar 25. PCR hasil validasi pada tiga laboratorium peserta
dengan primer RM 346
Hal yang bisa disimpulkan: 1) Hasil validasi metode pada ketiga laboratorium peserta menunjukkan, 2) Primer RM 206, RM 276, RM 263dan RM 335 dapat digunakan
untuk memverifikasi varietas hibrida Hipa 5 Ceva dan Hipa 19 dengan kedua tetuanya, dan 3) Primer RM 346
tidak dapat digunakan untuk memverifikasi varietas Hibrida Hipa 5 ceva dan Hipa 19 dengan kedua tetuanya karena hasil ampifikasi hibrida tersebut dan kedua
tetuanya menunjukkan pita pita yang tidak berbeda.
Rekomendasi: 1) Perlu dilakukan validasi dengan menggunakan padi hibrida varietas yang lain dengan
kedua tetuanya, 2) Penggunaan gel akrilamid disarankan diaplikasikan untuk elektroforesis hasil PCR dengan
marka mikrosatelit SSR.
8. Validasi Metode Deteksi dan Identifikasi Pyricularya oryzae
Pengujian kesehatan benih di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH mengacu pada metode ISTA Rules yang
diterbitkan dalam Annexe Chapter 7 (Seed Health Testing). Metode ISTA No.7-011 merupakan metode
untuk deteksi cendawan Pyricularia oryzae pada benih
padi dengan metode blotter test. Prinsip Metode ISTA ini adalah benih ditabur di atas kertas saring (filter) yang
dilembabkan kemudian diinkubasi pada suhu 22±2°C di bawah penyinaran lampu Near Ultra Violet (NUV) 12 jam terang dan 12 jam gelap secara bergantian selama 7
hari.
Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH pada Tahun 2016
telah melaksanakan kegiatan Verifikasi terhadap Metode ISTA No. 7-011. Verifikasi metode ISTA dilakukan dengan membandingkan kombinasi perlakuan metode
uji yang meliputi: jarak penyinaran lampu NUV (25 cm/40 cm), waktu penyinaran lampu NUV (dimulai hari
ke-1/ke-2/ke-3 hingga hari ke-7), penggunaan 2 jenis cawan petri (kaca/plastik), serta penggunaan suhu inkubasi (suhu ruang 28-30°C/suhu terkendali 22±2°C,
dengan/tanpa perlakuan suhu dingin -20°C). Berdasarkan hasil verifikasi diperoleh kesimpulan bahwa seluruh metode tidak berpengaruh nyata terhadap hasil
uji pada α 9,99%. Bila mempertimbangkan tingkat kemudahan bagi analis dalam proses identifikasi
cendawan, maka dari seluruh metode terdapat satu metode yang dinilai paling efektif yaitu modifikasi Metode ISTA No. 7-011 dengan menambahkan perlakuan
inkubasi suhu -20oC (deep freeze) pada hari ke-2 masa inkubasi. Namun, permasalahan yang muncul bila
metode ini harus diterapkan yaitu kurang aplikatif di Laboratorium Pengujian Benih di daerah (BPSB) karena sebagian besar laboratorium di daerah tidak memiliki
alat pendingin suhu -20oC dan lampu NUV. Selain itu penggunaan kertas saring dalam pengujian sehari-hari
dianggap tidak ekonomis karena harganya relatif mahal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka pada tahun 2017 dilakukan pengkajian/pengembangan
metode ISTA No. 7-011 yang bertujuan untuk mendapatkan metode yang lebih aplikatif dan efektif serta dapat diterapkan di seluruh Laboratorium
Pengujian Benih (BPSB). Kegiatan pengembangan metode pada awalnya akan dilakukan sampai tahap
validasi dan verifikasi kemampuan analis di beberapa Laboratorium BPSB, namun karena kesulitan mendapatkan benih di lapang dengan tingkat infeksi
tinggi menyebabkan keterbatasan waktu dan jumlah benih yang tersedia tidak mencukupi untuk pelaksanaan
validasi.
Kegiatan pengembangan metode dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan benih terinfeksi P. oryzae
Pengembangan metode diawali dengan penyiapan
contoh benih padi positif terinfeksi cendawan P. oryzae yang diambil dari beberapa lokasi lahan dalam
waktu yang berbeda tergantung dari masa panen. Hasil uji laboratorium terhadap benih-benih yang diperoleh dari tiga kali proses pengambilan di lapang
mempunyai tingkat infeksi cendawan P. oryzae yang sangat rendah, sehingga benih tersebut tidak dapat
digunakan untuk kegiatan pengembangan metode. Sebagai bahan uji digunakan benih yang positif terinfeksi cendawan P. oryzae yaitu benih padi varietas
Lokal Jepang dengan tingkat infeksi yang relatif tinggi yaitu >70% (belum bersertifikat). Penggunaan benih
dengan infeksi tinggi dimaksudkan untuk menghindari hasil uji dengan persentase 0% (negatif), sehingga dapat dilihat variasi keragaman datanya
pada setiap metode yang digunakan.
b. Homogenisasi dan pengemasan benih
Homogenisasi benih dilakukan di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH secara manual dengan cara diaduk-aduk hingga tercampur rata. Homogenisasi juga
dilakukan secara mekanis menggunakan alat conical devider untuk memastikan keseragaman contoh
benih. Peralatan yang telah digunakan untuk homogenisasi selanjutnya disemprot dengan alkohol 70%, kemudian dibersihkan dengan kertas tissue
untuk mencegah kontaminasi silang pada benih yang lain.
c. Uji pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan untuk memastikan bahwa benih yang digunakan pada pengembangan metode ini
merupakan benih yang positif terinfeksi cendawan
target. Metode yang digunakan pada uji pendahuluan adalah Metode ISTA No. 7-011 yang ditambahkan
perlakuan inkubasi pada alat pendingin bersuhu -20ºC (deep freeze) seperti medicool pada hari ke-2.
Pengujian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui potensi metode baru yang dapat digunakan dalam deteksi cendawan target, misalnya perlakuan suhu
dingin menggunakan alat yang banyak ketersediaannya di laboratorium seperti freezer. Selain
itu, observasi juga dilakukan pada sumber cahaya seperti lampu TL, dan media tumbuh seperti kertas koran CD yang biasa digunakan pada pengujian daya
berkecambah. Dari hasil uji pendahuluan diketahui bahwa metode blotter test dengan kombinasi
perlakuan suhu dingin menggunakan freezer (kisaran -18ºC s.d -1ºC) selama 24 jam, baik menggunakan kertas saring/koran CD sebagai media, serta
penyinaran lampu NUV/lampu TL/cahaya alami dapat digunakan untuk mendeteksi cendawan P. oryzae.
d. Pengembangan Metode ISTA 7-011
Pengembangan metode dilakukan melalui pengujian seperti pada uji pendahuluan, namun dengan
memperbanyak jumlah ulangan dan jumlah kombinasi perlakuan metode yang digunakan.
Modifikasi metode terdiri dari 11 kombinasi perlakuan yaitu penggunaan media kertas saring dibandingkan kertas CD dengan penyinaran di bawah lampu NUV
dibandingkan lampu TL/cahaya alami, serta penggunaan perlakuan suhu dingin -20°C (deep freeze) dibandingkan perlakuan suhu pada kisaran -18°C s.d -1°C (freeze). Pengujian dilakukan oleh 4
orang analis, dimana setiap analis menguji 400 butir benih dengan 11 perlakuan metode. Pada gambar 26 dan 27 dapat dilihat proses pengujian dan kondisi
beberapa perlakuan metode yang digunakan.
Gambar 26. Proses plating benih (a); Perlakuan penggunaan media
kertas filter dan kertas Koran CD (b)
Gambar 27. Perlakuan inkubasi benih dengan penyinaran: a.
Lampu NUV; b. Lampu TL; c. Cahaya alami suhu 28-30°C; d.
Cahaya alami suhu 20±2°C (dekat dari jendela); dan e. Cahaya alami
suhu 20±2°C (jauh dari jendela)
Pada Gambar 28 dapat dilihat dokumentasi proses
pengamatan menggunakan mikroskop dan hasil identifikasi cendawan secara morfologi oleh analis.
Gambar 28. Pengamatan secara mikroskopis: Deteksi P. oryzae
menggunakan mikroskop stereo (a); Morfologi cendawan P. oryzae
dibawah mikroskop stereo (b); Identifikasi cendawan P. oryzae di
bawah mikroskop compound (c); Morfologi cendawan P. oryzae
dibawah mikroskop compound (d)
b a
d c b a
Konidia
Konidiofor
Hasil deteksi cendawan P. oryzae ditunjukan dengan ciri morfologi berupa konidiofor lurus atau berlekuk,
membentuk siku pada ujung, berwarna coklat muda, panjangnya dapat mencapai 200 µm, lebar 3-5 µm. Konidia mengelompok, berbentuk bulat telur dengan
ujung runcing, obpyriform, obclavate, warnanya hialin sampai coklat muda, pada umumnya terdiri dari 2 septa,
ukuran konidia 17-30 x 7-10 µm. (Ik-Hwa Hyun, dkk. 2004).
Pada pelaksanaan pengembangan metode, pengujian
oleh masing-masing analis dilakukan secara bertahap pada tiap perlakuan. Pengujian tidak dapat dilakukan
secara serempak mengingat kapasitas ruangan inkubator yang terbatas, selain itu juga karena faktor kesibukan analis yang berbeda-beda. Dengan demikian,
apabila terdapat perbedaan yang nyata antar hasil uji pada tiap perlakuan, bukan disebabkan contoh benih yang tidak homogen karena benih telah dihomogenkan
terlebih dulu. Berikut adalah data rinci hasil identifikasi cendawan oleh 4 orang analis yang tersaji pada Tabel 32.
Tabel 32. Hasil Identifikasi Cendawan P. oryzae secara Morfologi pada Berbagai Perlakuan Metode
Keterangan: Tanda * : Metode dengan perlakuan sterilisasi permukaan benih menggunakan NaOCl 1%
Sesuai Tabel 32 dapat dilihat data 11 kombinasi perlakuan yang terdiri dari perlakuan suhu dingin,
penggunaan jenis kertas media, dan sumber cahaya untuk penyinaran. Metode M0 merupakan metode acuan dengan cawan petri diletakkan di bawah penyinaran
lampu NUV dan perlakuan suhu deep freeze. Begitu pula metode M1, namun M1 menggunakan perlakuan suhu
freeze seperti pada 9 metode yang lain. Metode M3 dan M4 merupakan 2 metode yang menggunakan penyinaran lampu TL. Pada percobaan ini, hasil pengukuran
intensitas cahaya lampu TL yang digunakan berkisar 1544 Lux. M5 dan M6 merupakan metode dengan
perlakuan cahaya alami (dekat dengan jendela) pada suhu ruang 20-24⁰C dengan intensitas cahaya berkisar
488 Lux. Metode M7 adalah perlakuan cahaya alami pada suhu ruang 28-30⁰C dengan intensitas cahaya
berkisar 1055 Lux. Sementara itu M9 dan M10
merupakan metode dengan perlakuan cahaya alami (jauh dari jendela) yaitu pada suhu ruang 20-24⁰C
dengan intensitas cahaya berkisar 22 Lux. M8
merupakan metode dengan perlakuan penyinaran lampu NUV yang disertai sterilisasi permukaan benih yaitu dengan cara merendam benih menggunakan larutan
NaOCl 1% selama 1 menit dan dibilas dengan menggunakan air steril sebanyak 3x. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui apakah perlakuan sterilisasi permukaan efektif dalam menekan pertumbuhan cendawan saprofit sehingga berpengaruh terhadap
keberadaan cendawan target.
Data pada Tabel 32 menunjukkan bahwa perlakuan
metode baru seperti penggunaan media kertas koran CD dapat untuk mendeteksi cendawan P. oryzae. Namun berdasarkan pengalaman analis, analis sedikit
mengalami kesulitan dalam proses pengamatan cendawan secara mikroskopis karena kertas koran CD
yang cenderung berwarna gelap sehingga dapat mempengaruhi ketelitian dan hasil akhir pengamatan. Hasil uji oleh 4 orang analis terlihat beragam. Faktor
yang diduga sangat berpengaruh pada keragaman hasil uji ini adalah perlakuan metode uji yang digunakan.
Pada sebagian besar hasil uji, penggunaan media kertas saring menghasilkan persentase infeksi cendawan yang
lebih tinggi daripada penggunaan kertas koran CD. Sementara itu, perlakuan penggunaan cahaya alami dengan intensitas cahaya ±488 Lux juga dapat
mendeteksi cendawan P. oryzae dengan tingkat infeksi tinggi yang mendekati hasil uji metode acuan. Untuk
mengetahui pengaruh perlakuan metode terhadap hasil uji apakah berbeda nyata atau tidak, maka dilakukan pengolahan data secara statistik menggunakan analisis
ragam Uji Anova dan diuji lanjut menggunakan Uji Dunnett pada taraf 5% untuk mengetahui perlakuan
yang berbeda nyata dengan metode acuan.
Gambar 29. Hasil uji Dunnet
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa 11 perlakuan metode uji yang digunakan untuk deteksi P. oryzae berpengaruh nyata terhadap hasil uji pada α 0,01%. Hasil uji lanjut dengan menggunakan Uji
Dunnett diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan metode acuan (M0) dengan metode M2, M3, M4, M6, M7, M8, M9, dan M10 (gambar
29). Namun tidak ada beda nyata antara metode acuan (M0) dengan metode M1 dan M5. Metode M1 adalah
perlakuan seperti pada metode acuan yaitu metode blotter test dengan penyinaran lampu NUV, namun dengan perlakuan suhu dingin freeze. Sedangkan
metode M5 adalah perlakuan menggunakan media kertas saring dengan perlakuan inkubasi suhu 20-24°C
dan penyinaran cahaya alami dengan intesitas cahaya ± 488 Lux. Sehingga dapat ditetapkan metode yang dianggap paling aplikatif adalah M5, karena tidak
memerlukan penggunaan lampu NUV. Dengan demikian hasil pengembangan metode ini sesuai dengan yang
diharapkan yaitu diperoleh metode baru yang aplikatif dan efektif, mengingat ketersediaan lampu NUV yang sulit didapatkan di pasaran bagi laboratorium BPSB di
daerah.
Kesimpulan yang dihasilkan dari pengembangan metode
ini adalah diperoleh metode yang aplikatif dan efektif untuk deteksi cendawan Pyricularia oryzae pada benih padi yaitu metode blotter test menggunakan media kertas
saring dengan perlakuan suhu inkubasi 22±2°C dengan penyinaran cahaya alami pada intesitas ± 488 Lux dan
ditambahkan perlakuan freeze pada hari ke-2 masa inkubasi selama 7 hari. Sedangkan rekomendasinya diperlukan kegiatan validasi dan verifikasi metode
deteksi cendawan Pyricularia oryzae pada benih padi ke laboratorium BPSB di daerah pada TA. 2018 untuk
mengetahui tingkat uji reprodusibilitas dari metode baru.
9. Validasi Trier Dalam Pengambilan Contoh Benih
Jagung
Pengambilan contoh benih adalah tahapan dasar dan
penting dalam suatu rangkaian pemeriksaan mutu benih. Tujuan dari pengambilan contoh adalah untuk mendapatkan contoh yang mewakili dalam jumlah yang
sesuai untuk pengujian di laboratorium, dan mempunyai susunan atau komponen yang sama dengan kelompok
benihnya, dengan kata lain mutu contoh benih yang diambil harus sama dengan mutu benih di lot. Karena pentingnya proses pengambilan contoh, maka
pengambilan contoh harus dilakukan oleh petugas yang kompeten, menggunakan metode dan alat yang tepat. Salah satu alat yang penting dan digunakan dalam
pengambilan contoh benih adalah trier. Trier yang biasa digunakan untuk pengambilan contoh benih jagung
adalah Nobbe trier.
Tujuan dari pengembangan metode ini adalah untuk
memvalidasi trier yang biasa dipakai oleh BPSB atau perusahaan benih, trier hasil modifikasi Balai Besar
Mekanisasi Pertanian dan trier yang sesuai persyaratan ISTA yang ada di Balai Besar PPMB-TPH.
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Nobbe Trier yaitu trier yang digunakan oleh BPSB, perusahaan
benih, trier hasil modifikasi Balai Besar Mekanisasi Pertanian dan trier yang sesuai persyaratan ISTA yang
ada di Balai Besar PPMB-TPH (Gambar 30). Sedangkan data ukuran trier yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 33.
Gambar 29. Trier yang digunakan dalam kegiatan validasi (A) Stick trier Balai Besar PPMB-TPH sesuai ISTA, (B) Nobbe trier Balai Besar
PPMB-TPH sesuai ISTA, (C) Nobbe trier hasil modifikasi Balai Besar
Mekanisasi Pertanian, (D) Nobbe trier dari BPSB Provinsi Jawa Tengah dan (E) Nobbe trier dari PT. Bisi International Tbk
Tabel 33. Data ukuran trier
Validasi ini dilakukan dengan cara mengambil contoh
benih dari 3 kelompok/lot benih dengan menggunakan berbagai jenis trier. Setiap trier akan di uji atau
digunakan oleh 2 orang Petugas Pengambil Contoh (PPC) teregister dari Balai Besar PPMB-TPH. Setiap pengambilan contoh di ulang 3 kali. Sehingga terdapat
A
B
C
D
E
90 pengambilan contoh (5 trier x 2 PPC x 3 lot benih x 3 ulangan) dan 90 contoh kirim yang akan di uji.
Pada pelaksanaan di gudang, ternyata trier C tidak aplikatif karena akan merusak kemasan benih, sehingga
trier C tidak dilakukan pengambilan contohnya. Sehingga terdapat 72 pengambilan contoh (4 trier x 2
PPC x 3 lot benih x 3 ulangan) dan 72 contoh kirim yang akan di uji. Contoh kirim tersebut akan diuji kemurnian (benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih),
kadar air, daya berkecambah dan berat 1.000 butir.
Analisa data dilakukan berdasarkan Miles (1963) berupa Trueness dan repeability. Trueness menggambarkan
bahwa rata-rata kualitas masing-masing trier tidak berbeda nyata. Repeatability menggambarkan variasi
dari hasil uji ketika pengambilan contoh dan pengujian dilakukan pada kondisi yang sama.
Tabel 34. Rata-rata dari 3 ulangan per 4 jenis trier dan 3 lot benih jagung
Tabel 35. Standar deviasi dari 3 ulangan per 4 jenis trier dan 3 lot benih jagung
Benih yang digunakan merupakan benih komersial dan masih memiliki mutu yang tinggi. Tabel 34
menunjukkan rata-rata dari 3 ulangan per lot benih jagung dan trier. Tabel 35 menunjukkan Standar Deviasi
dari 3 ulangan per lot benih jagung dan trier.
Tabel 36 menunjukkan repeatability pengambilan contoh
benih dengan menggunakan Nobbe trier Balai Besar PPMB-TPH sesuai ISTA (Trier B). Pada pengujian
kemurnian benih, daya berkecambah dan kadar air variasi antara 3 ulangan pengujian dan 2 orang PPC per lot benih tidak ada yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan variasi pengambilan contoh yang dihitung berdasarkan Miles (1963). Hasil ini menunjukkan bahwa Nobbe trier Balai Besar PPMB-TPH sesuai ISTA (Trier B)
memang valid digunakan untuk pengambilan contoh benih jagung.
Tabel 36. Repeatability pengambilan contoh benih dengan menggunakan nobbe trier Balai Besar
PPMB-TPH sesuai ISTA (Trier B)
Repeability dan trueness Stick trier Balai Besar PPMB-
TPH sesuai ISTA (Trier A), Nobbe trier dari BPSB Provinsi Jawa Tengah (Trier D) dan Nobbe trier dari PT. Bisi International Tbk (Trier E) kemudian dihitung dan
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 37 sampai 42.
Tabel 37. Repeatability pengambilan contoh benih
dengan menggunakan stick trier Balai Besar PPMB-TPH Sesuai ISTA (Trier A)
Tabel 38. Repeatability Pengambilan Contoh Benih dengan Menggunakan Nobbe trier dari BPSB
provinsi Jawa Tengah (Trier D)
Tabel 39. Repeatability pengambilan contoh benih
dengan menggunakan nobbe trier dari PT. Bisi International Tbk (Trier E)
Tabel 40. Trueness pengambilan contoh benih dengan
menggunakan stick trier Balai Besar PPMB-TPH sesuai ISTA (Trier A)
Tabel 41. Trueness pengambilan contoh benih dengan menggunakan nobbe trier dari BPSB Provinsi
Jawa Tengah (Trier D)
Tabel 42. Trueness pengambilan contoh benih dengan
menggunakan nobbe trier dari PT. Bisi International Tbk (Trier E)
Secara umum, Trier A, D dan E tidak menimbulkan masalah yang berarti selama digunakan dalam
pengambilan contoh benih jagung oleh 2 orang PPC. Sedangkan Berdasarkan hasil perhitungan, Trier A (Stick trier Balai Besar PPMB-TPH sesuai ISTA) dan E (Nobbe trier dari PT. Bisi International Tbk.) dapat digunakan
karena hampir pada semua pengujian, standar deviasinya lebih rendah dari standar deviasi yang dapat diterima. Tetapi untuk trier A, penggunaannya
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam mengumpulkan contoh komposit dibandingkan trier lainnya. Trier D (Nobbe trier dari BPSB Provinsi Jawa Tengah) merupakan trier yang paling mudah digunakan
dan membutuhkan waktu yang paling singkat dalam pelaksanaan pengambilan contoh benih jagung tetapi
hasil perhitungan truenessnya lebih tinggi dari standar yang dapat diterima pada pengujian daya berkecambah.
Dari kegiatan pengembangan metode ini diperoleh rekomendasi bahwa Trier A dan E dapat digunakan
dalam pengambilan contoh benih jagung. Kegiatan validasi ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan trier dari BPSB dan produsen benih lainnya.
10. Validasi Alat Pemotong Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan salah satu tanaman pangan di Indonesia. Berbeda dengan benih true seed lainnya,
benih kacang tanah diperdagangkan dalam bentuk polong, kelebihan dari kondisi ini adalah benih didalam polong terlindung dari kerusakan-kerusakan seperti
kerusakan mekanis akibat benturan, serta terlindung dari kondisi lingkungan yang kurang optimum bagi benih. Namun demikian, kandungan air dalam benih
tetap merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Pengujian penetapan kadar air perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah tingkat kadar air suatu lot benih sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Kadar air merupakan salah satu parameter yang
menentukan mutu benih yang dicantumkan dalam label benih. Pengujian penetapan kadar air benih kacang
tanah berdasarkan ISTA Rules dilakukan dengan menggunakan metode oven suhu rendah tetap 101-105oC selama 17 jam dengan cara pemotongan
dikarenakan kacang tanah memiliki kadar minyak tinggi sehinggga dipotong ≤ 7 mm dan waktu pemotongan ≤ 4
menit (ISTA, 2016). Kondisi di laboratorium pemotongan benih kacang tanah secara manual membutuhkan waktu yang lama dan hasil pemotongan yang tidak
seragam.
Pada tahun anggaran 2013 Balai Besar PPMB-TPH telah melaksanakan validasi kadar air benih kacang tanah
dengan mengacu ISTA Handbook on Moisture Determination diperoleh hasil validasi penetapan kadar
air benih kacang tanah dapat dilakukan melalui metode oven suhu tinggi selama satu jam, tetapi hanya valid
untuk benih-benih kacang tanah yang berukuran kecil/sedang (berat 100 butir berkisar 35-40gram),
sedangkan untuk benih kacang tanah berukuran besar seperti varietas Jerapah (40-45 gram) tidak valid.
Pada tahun anggaran 2014 kegiatan validasi dilanjutkan
untuk benih berukuran besar dan diperoleh hasil metode oven suhu tinggi memberikan hasil yang setara
dengan metode oven suhu rendah (metode acuan) pada penetapan kadar air benih kacang tanah didukung dengan ukuran potongan kacang tanah yang lebih
seragam. Ketidakvalidan yang terjadi karena semakin besar ukuran benih, semakin besar pula variasi ukuran hasil pemotongan sebelum pengeringan dan semakin
besar pula peluang contoh kerja terpapar udara, sehingga hal ini berpengaruh terhadap hasil kadar air
yang bervariasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut dibutuhkan alat pemotong benih kacang tanah untuk memudahkan
analis dalam pengujian dan hasil pemotongan lebih seragam sehingga hasil penetapan kadar air lebih akurat. Oleh karena itu maka pada tahun 2017
dilaksanakan validasi cara pemotongan benih kacang tanah (Arachis hypogaea) untuk keseragaman
pemotongan dalam penetapan kadar air. Tujuan kegiatan validasi ini adalah untuk menghasilkan ukuran
potongan benih kacang tanah yang seragam dan memperoleh hasil penetapan kadar air yang valid.
Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai
dengan Desember 2017 di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) dan Laboratorium
BPSB Daerah. Untuk design dan pembuatan alat pemotong kacang tanah bekerja sama dengan Balai
Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong. Alat pemotong benih kacang tanah yang digunakan merupakan hasil penyempurnaan alat yang digunakan
pada kegiatan validasi pada tahun 2014. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah benih kacang tanah sebanyak tiga varietas, yaitu Takar 1, mewakili
varietas dengan ukuran benih besar (berat 100 biji ±
65.5 g), Talam 2, mewakili varietas dengan ukuran benih sedang (berat 100 biji ± 43.4 g) dan Bima, mewakili
varietas dengan ukuran benih kecil (berat 100 biji 30-40 g).
Validasi alat pemotong kacang tanah dilaksanakan
dengan prosedur pelaksanaan sebagai berikut:
a. Penyempurnaan design terhadap alat potong kacang
tanah yang telah divalidasi pada TA 2014/Prototipe 2014 (Gambar 31). Pada Prototipe 2014 tidak terdapat penampung benih sehingga setelah melalui
proses pemotongan, benih menempel pada pisau dan bagian bawah alat sehingga harus diambil satu persatu menggunakan pinset untuk dipindahkan ke
dalam wadah, sehingga akan memakan waktu. Dalam satu kali pengujian penetapan kadar air
dibutuhkan ± 25 butir benih sehingga pemotongan dilakukan 4-5 kali karena satu kali pemotongan hanya untuk 5 butir benih. Gambar teknis design
alat pemotong kacang tanah (APKT) 2017 dapat dilihat pada Gambar 31.
b.
Gambar 31. Hasil pemotongan dengan menggunakan prototipe 2014
Penyempurnaan alat dilakukan pada bagian-bagian sebagai berikut: 1) Bagian pisau terbuat dari bahan stainless
sehingga tidak mudah berkarat dan tajam agar proses pemotongan lebih cepat dan ukuran kacang
tanah lebih seragam serta mudah diganti jika pisau mulai tumpul.
2) Dibagian bawah alat dibuat wadah penampung benih. Benih yang sudah dipotong langsung
masuk wadah penampung sehingga tidak terpapar udara.
3) Bahan alat diganti dengan bahan yang lebih ringan
dan mudah dibersihkan.
Gambar 32. Gambar teknis alat pemotong kacang tanah
c. Pembuatan alat pemotong kacang tanah (APKT 2017)
Pembuatan alat kacang tanah dibuat berdasarkan
design dan spesifikasi alat yang sesuai dengan persyaratan penetapan kadar air benih, yaitu hasil pemotongan menjadi bagian-bagian kecil dengan
ketebalan < 7 mm sebagai pengganti penghancuran. Alat pemotong dirancang sedemikian rupa sehingga
diharapkan pemotongan dapat dilakukan lebih cepat dan hasilnya lebih seragam.
Gambar 33. Alat pemotong untuk validasi pengujian penetapan
kadar air benih kacang tanah
d. Persiapan bahan uji
Persiapan bahan uji dilakukan dengan
menghomogenkan benih dengan cara mencampur dan mengaduk keseluruhan contoh benih untuk masing-masing varietas, kemudian dilakukan penimbangan
benih dan kemudian pengemasan contoh benih dengan kemasan aluminium foil dan diberi kode
untuk pengujian penetapan kadar air pada tahap selanjutnya.
e. Uji Heterogenitas
Contoh benih pada ketiga varietas diuji keheterogenitasannya dengan menggunakan metode acuan, dan hasil pengujian dianalisa berdasarkan
toleransi 0,3 antara selisih pengujian tertinggi dan terendah (ISTA Handbook on Moisture Determination, 2007). Hal ini untuk menjamin bahwa contoh benih yang digunakan sebagai bahan validasi adalah homogen untuk setiap tingkat kadar airnya, dengan demikian
apabila terjadi ketidakvalidan hasil maka sumbernya bukan karena contoh benih heterogen.
Prosedur uji heterogenitas, sebagai berikut: 1) Mengambil sepuluh kemasan benih; 2) Menetapkan kadar air dengan metode acuan (metode
oven suhu rendah 101-1050C selama 17± 1 jam) @ 2 ulangan;
3) Cara pemotongan benih menggunakan prototipe 2014; 4) Benih dinyatakan homogen apabila selisih pengujian
tertinggi dan terendah tidak lebih dari 0,3%.
f. Verifikasi cara pemotongan benih kacang tanah
Verifikasi cara pemotongan benih kacang tanah dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian antar
pengujian dan dua metode terhadap sarana/ prasarana di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH.
Verifikasi cara pemotongan benih kacang tanah dilakukan pengujian penetapan kadar air terhadap ketiga varietas benih menggunakan beberapa metode,
yaitu:
1) metode acuan (metode oven suhu rendah 101-1050C selama 17± 1 jam) dengan menggunakan
prototipe 2014 2) metode suhu tinggi 130-1330C selama 1 jam
dengan menggunakan prototipe 2014
3) metode suhu tinggi 130-1330C selama 1 jam dengan menggunakan APKT 2017.
Prosedur dan evaluasi hasil uji untuk suhu tinggi:
Uji singkat pada suhu 1300C dianggap diterima jika hasil pada suhu ini tidak berbeda signifikan dari hasil
uji yang dipersyaratkan pada 1030C selama 17 jam yang dianggap sebagai metode acuan/referensi. Nilai toleransi digunakan untuk mengidentifikasi
penyimpangan setiap sampel pada suhu 130ºC dari 103ºC selama 17 jam, dan persentase maksimum dari
hasil menyimpang digunakan sebagai aturan keputusan (Nijenstein, et.al. 2007). Nilai toleransi yang digunakan berdasarkan ISTA sebesar 0,3%.
g. Uji Reprodusibilitas
Uji reprodusibilitas, adalah untuk melihat tingkat kesamaan antara pengulangan pengukuran yang
dikerjakan pada kondisi berbeda dalam hal laboratorium, analis, peralatan dan waktu. Setelah
dinyatakan homogen, contoh benih kacang tanah kemudian diberi kode, dikemas dan dikirimkan ke tujuh laboratorium BPSB-TPH untuk dilakukan
penetapan kadar airnya. Benih yang dikirim sebanyak 6 kemasan. Kemasan A1, B1 dan C1 dilakukan
pengujian dengan menggunakan pengeringan metode oven suhu rendah 101-1050C selama 17 ± 1 jam dan kemasan A2, B2 dan C2 dilakukan pengujian dengan
metode oven suhu tinggi 130-133oC selama satu jam dengan pemotongan. Pemotongan benih dilakukan dengan menggunakan alat pemotong kacang tanah
(APKT 2017).
Pengumpulan data melalui kuisioner dilakukan untuk
mengetahui tanggapan mengenai penggunaan alat pemotong kacang tanah yang digunakan dalam pengujian penetapan kadar air. Laboratorium
pengujian benih/BPSB yang menjadi peserta validasi adalah Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah,
Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Palembang, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Balai Besar PPMB-TPH.
h. Analisa Data
Kegiatan validasi bertujuan untuk membuktikan
karakterisasi kehandalan suatu metode uji oleh beberapa laboratorium. Untuk itu kegiatan ini dilakukan oleh minimal 6-8 laboratorium sebagai
peserta. Setiap varietas diuji dengan menggunakan metode baru/pengganti (oven suhu tinggi selama 1 jam) dan metode acuan (oven suhu rendah selama 17
jam).
Pengolahan data yang diperoleh dan pengambilan
keputusan dilakukan menurut ISTA Handbook on Mouisture Determination, 2007. Perbedaan diperoleh
dengan menghitung selisih penetapan kadar air antara metode referensi dengan metode yang diusulkan. Jika perbedaan ≥ 75% masih dalam batas toleransi ISTA
(0,3%) maka metode oven suhu tinggi 130-133oC selama satu jam dapat diterima.
Tabel 43. Hasil uji heterogenitas pada ketiga varietas
benih
Uji heterogenitas dilakukan setelah semua contoh benih telah dikemas dengan kemasan aluminium foil.
Hasil uji menunjukkan bahwa contoh uji dalam
kondisi homogen karena selisih nilai kadar air tertinggi dan terendah pada ketiga varietas dalam
batas toleransi ISTA yaitu tidak lebih dari 0,3% (Tabel 43).
Tabel 44. Hasil verifikasi cara pemotongan benih
kacang tanah menggunakan alat prototipe 2014 dan APKT 2017 dengan metode acuan
dan metode suhu tinggi selama 1 jam
Uji heterogenitas dilakukan untuk memastikan bahwa contoh benih yang dibagikan ke peserta validasi antar
laboratorium seragam sehingga perbedaan hasil analisis bukan disebabkan oleh sampel yang tidak
homogen.
Hasil verifikasi cara pemotongan benih kacang tanah dengan menggunakan prototipe 2014 menggunakan
metode acuan 17 jam dibandingkan dengan metode suhu tinggi selama satu jam menggunakan alat prototipe 2014 dan APKT 2017 dapat diterima karena
selisih kedua metode dalam batas toleransi ISTA yaitu tidak lebih dari 0,3% (Tabel 44).
Uji reprodusibilitas dilaksanakan dengan melibatkan delapan laboratorium penguji/BPSB. Uji reprodusibilitas dilakukan pengujian pada waktu
yang hampir bersamaan di masing-masing laboratorium peserta. Pada tahap ini dilakukan
pengiriman bahan dan penjelasan petunjuk teknis secara langsung oleh tim kepada seluruh laboratorium peserta.
Tabel 45. Data hasil penetapan kadar air laboratorium peserta validasi
Keterangan: * tidak toleran
Berdasarkan hasil penetapan kadar air dari peserta validasi hanya terdapat satu peserta yang memberikan hasil yang tidak toleran yaitu lebih dari 0,3% (Tabel
45). Metode penetapan kadar air menggunakan APKT 2017 dengan metode suhu tinggi 130-1330C selama 1
jam dapat diterima karena persentase laboratorium yang toleran lebih dari 75% (Tabel 46). Berdasarkan kuisioner yang dibagikan kepada peserta validasi
metode alat pemotong kacang tanah APKT 2017 memberikan hasil pemotongan dibawah 7 mm, hasil
pemotongan relatif seragam dan mudah dibersihkan (Tabel 47).
Tabel 46. Persentase laboratorium yang toleran
Tabel 47. Kuisioner penggunaan alat pemotong
kacang tanah (APKT 2017)
Keterangan: Kriteria Penilaian: Sangat Setuju (5), Setuju (4), Kurang Setuju
(3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1)
Berdasarkan hasil validasi metode cara pemotongan menggunakan alat pemotong kacang tanah (APKT 2017) dapat digunakan dalam penetapan kadar air
metode suhu tinggi 130-1330C selama 1 jam. Alat pemotong kacang tanah (APKT 2017) memberikan
hasil pemotongan dibawah 7 mm, hasil pemotongan relatif seragam dan mudah dibersihkan.
Dari kegiatan validasi metode ini diperoleh
rekomendasi sebagai berikut: 1. Metode pemotongan benih dengan alat pemotong
kacang tanah (APKT 2017) menggunakan oven
suhu tinggi (130-1330C) selama 1 jam dapat digunakan dalam penetapan kadar air benih
kacang tanah menggantikan metode
acuan/metode oven suhu rendah (101-1050C) selama 17 jam.
2. Perlu penyempurnanan design sehingga alat dapat lebih mudah digunakan, lebih mudah dalam pemotongan dan lebih efisien waktu
pemotongannya.
PELAYANAN PENGUJIAN
Pelayanan pengujian dapat didefinisikan sebagai bentuk layanan jasa dari laboratorium yang dalam hal ini
dilaksanakan oleh Balai Besar PPMB-TPH dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat Kegiatan pelayanan
pengujian di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH mencakup kegiatan pengujian internal dan eksternal. Pengujian internal dilakukan untuk mendukung kegiatan uji
profisiensi, uji petik mutu benih yang beredar, pemeliharaan ruang lingkup akreditasi serta pemeliharaan kompetensi alat serta analis, sedangkan pengujian eksternal merupakan
permintaan pengujian dari customer (pelanggan).
Seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 48
Tahun 2012, telah ditetapkan Jenis dan Tarif PNBP (Penerimaan Negara Buka Pajak) yang berlaku pada Kementerian Pertanian. Dalam Peraturan Pemerintah
disebutkan, bahwa jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Pertanian diantaranya adalah. jasa layanan
pengujian, analisis, dan pengembangan pertanian.
Peraturan Pemerintah ini juga menegaskan, bahwa seluruh penerimaan PNBP yang berlaku pada Kementerian Pertanian
wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara. Dengan berdasar Peraturan ini maka Laboratorium Balai Besar
PPMB-TPH berhak meminta biaya kepada pelanggan eksternal yang nantinya akan disetorkan ke Kas Negara. Setiap jenis pengujian mempunyai tarif yang berbeda (Tabel
48).
Tabel 48. Jenis pelayanan dan tarif pengujian per sampel
Kondisi teknis yang beragam dari laboratorium pengujian
mutu benih di daerah seperti kompetensi sumber daya laboratorium daerah berbeda dengan daerah lain perlu
difasilitasi dengan laboratorium pembanding. Untuk itu laboratorium penguji mutu benih Balai Besar PPMB-TPH berupaya dapat berperan dalam penerapan standardisasi
metode uji benih, sehingga keseragaman hasil uji dapat tercapai.
Ruang lingkup pelayanan pengujian terdiri uji eksternal yang meliputi uji servis untuk sertifikat ISTA, uji banding, uji profisiensi dari customer luar balai besar dan uji internal
yang meliputi pemeliharaan ruang lingkup pengujian terakreditasi, uji banding unjuk kerja laboratorium/analis,
pengecekan/kalibrasi alat untuk pengukuran. Kegiatan pelayanan pengujian TA. 2017 menetapkan pencapaian 1.000 contoh benih yang dapat ditangani oleh laboratorium
dan hingga TA. 2017 akhir telah tercapai sejumlah 1.618 contoh benih. Komoditas benih pelayanan pengujian berupa benih tanaman pangan, hortikultura dan benih tanaman
lain yang diperoleh dari Pemeliharaan Ruang Lingkup, uji profisiensi ISTA, Uji Petik dan Uji Service uji. Pencapaian
contoh benih dalam pelayanan pengujian tiap laboratorium Balai Besar PPMB-TPH selama TA. 2017 tersaji pada Gambar 34.
Gambar 34. Pencapaian Jumlah Contoh Benih pelayanan pengujian
bulan Januari-Desember 2017
Benih yang diuji di Balai Besar PPMB-TPH dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu benih tanaman pangan (Gambar 35) total sebanyak 937 benih, benih hortikultura
sebanyak 629 benih dan benih tanaman lain sebanyak 52 benih (Tabel 49).
Gambar 35. Komoditas dan jumlah benih tanaman pangan
Benih tanaman lain diperoleh dari uji profisiensi ISTA,
pemeliharaan ruang lingkup Balai Besar PPMB-TPH, juga campuran benih yang terdiri dari benih padi+jagung,
wortel+bayam, jagung+cabai, wortel+sawi, dan padi+sawi yang dipergunakan dalam pemeliharaan ruang lingkup kalibrasi devider.
Tabel 49. Jenis komoditas dan jumlah sampel benih hortikultura dan benih tanaman lain
Sampel uji profisiensi berjumlah 713 contoh benih, terbagi menjadi 3 yaitu uji profisiensi ISTA sebanyak 16 contoh
benih, uji profisiensi Balai Besar PPMB-TPH sebanyak 685 contoh benih, dan uji profisiensi lainnya sebanyak 12
contoh benih. Jenis komoditas dan jumlah sampel uji profisiensi tersaji pada Tabel 50 berikut.
Tabel 50. Jenis komoditas dan jumlah sampel uji
profisiensi
Jumlah sampel uji petik Balai Besar PPMB-TPH pada TA 2017 sebanyak 87 sampel benih tanaman pangan, terinci pada Tabel 51 berikut.
Tabel 51. Jenis komoditas dan jumlah sampel uji petik
Berdasarkan realisasi hasil kegiatan pelayanan pengujian di delapan laboratorium Balai Besar PPMB-TPH kegiatan
pelayanan pengujian yang terdiri dari kegiatan uji profisiensi, uji petik benih beredar, pemeliharaan ruang lingkup dan uji service melebihi target yang telah
ditetapkan. Jumlah sampel benih dari bulan Januari-Desember 2017 berjumlah 1.618 sampel.
BAB III
CAPAIAN KINERJA
BIDANG INFORMASI
DAN
JARINGAN
LABORATORIUM
SEKSI INFORMASI DAN
DOKUMENTASI
1. Pembuatan Buku Literatur
Kegiatan pembuatan buku literatur merupakan salah
satu program yang ditujukan untuk menyediakan literatur pendukung pengujian mutu benih dengan cara menyusun dan membuat literatur yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam pengujian mutu benih tanaman pangan dan hortikultura.
Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan ini adalah peningkatan wawasan pengetahuan Pengawas Benih Tanaman (PBT) dan Analis Benih Laboratorium,
khususnya penanganan alat yang benar sejak perencanaan, sampai dengan penggunaannya karena
sangat berpengaruh terhadap hasil pengujian di laboratorium.
Keakuratan pengujian mutu benih tanaman pangan dan
hortikultura merupakan hal penting yang harus selalu dipertahankan dan buku literatur sebagai referensi dalam pengujian mutu benih sangat diperlukan oleh
analis laboratorium agar setiap pengujian mutu benih
representatif terhadap hasilnya. Sehubungan dengan hal tersebut pada tahun tahun 2017 Balai Besar PPMB-TPH
menyusun buku literatur sebanyak satu buku yang berjudul “Koleksi Gulma Sebagai Bahan Acuan Laboratorium”.
Kegiatan pembuatan buku literatur telah terealisasi tercetak sebanyak 100 buku dan telah didistribusikan ke
32 BPSB-TPH provinsi di Indonesia, narasumber (Dosen Institut Pertanian Bogor), Penyusun, Penyelia Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH, Satker, Program
dan Evaluasi.
2. Database/Website
Pengelolaan data secara sistem komputerisasi dengan
pengaplikasian database dan penyebarluasan informasi pengembangan pengujian mutu benih tanaman pangan
dan hortikultura serta kegiatan lain di Balai Besar PPMB-TPH melalui website. Hal ini dimaksudkan agar tercapainya dokumentasi data pengembangan metode
pengujian benih TPH yang diuji, sisa benih yang dimusnahkan serta koleksi benih/IPTB, tersedianya
sistem informasi perbenihan berbasis website di Balai Besar PPMB-TPH.
Pada tahun 2017 telah dilakukan updating data yang
ditampilkan dalam website Balai Besar PPMB-TPH: http://bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id,
sebanyak 30 materi dengan judul materi sebagai berikut:
▪ Verifikasi Pengujian Nematoda “Aphelencoides besseyi” Terbawa Benih Padi Tahun 2016
▪ Mengenal Keunggulan Beberapa Varietas Bawang Merah
▪ Koleksi Benih (Pembuatan dan Penggunaan) ▪ Pengembangan Model Desa Mandiri Benih ▪ Varietas Unggul Komoditas Tanaman Pangan Hasil
Pelepasan Varietas Tahun 2016 ▪ Uji Sterilitas Autoclave ▪ Pembacaan Sertifikat Kalibrasi Timbangan Analitik ▪ Status Akreditasi Penyelenggaraan Uji Profisiensi
(PUP) Balai Besar PPMB-TPH ▪ Pembacaan Sertifikat Kalibrasi Oven
▪ Pentingnya Kegiatan Uji Adaptasi untuk Menghasilkan Varietas Unggul
▪ Sekilas Informasi Mengenai “Patogen Terbawa Benih” Pada Benih Padi dan Jagung Yang Beredar Tahun 2016
▪ Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih
▪ Prinsip Pengambilan Contoh Benih dan Pengujian Benih Tanaman Tropis dan Subtropis
▪ Menuju Era Data Pangan Berkualitas ▪ Pengawasan dan Pengendalian Varietas Tanaman PRG
Pertanian yang Beredar dan Dimanfaatkan di Wilayah Indonesia
▪ Balai Besar PPMB-TPH sebagai Penyiap Bahan Uji UP Kesehatan Benih Tingkat International
▪ Evaluasi Kinerja Analis Laboratorium Mutu Benih dengan Trend Analyst
▪ Pelatihan Analisa Mutu Benih dengan Uji Tetrazolium ▪ Menangkal Serangan Wereng Batang Coklat dengan
Menanam Padi Varietas Unggul Baru ▪ Alternaria tenuis Auct umumnya Mengkontaminasi
Benih ▪ Pameran Hari Pangan Sedunia XXXVII Tahun 2017 ▪ Pendampingan Kegiatan Verifikasi Pengujian
Nematoda Tahun 2017 ▪ Patogen Pada Bawang Merah ▪ Pengujian Mutu Benih di Laboratorium Menjadi
Mudah Melalui Validasi Metode ▪ Pengembangan Benih Produk Rekayasa Genetik (PRG) ▪ Pengawalan Sertifikasi Benih Kedelai ▪ Pengujian DNA, Prinsip Umum ▪ Jaminan Mutu Laboratorium BPSB-TPH Provinsi
Papua Barat Melalui Akreditasi ▪ Penyelenggaraan Uji Profisiensi Tahun 2017 oleh
Penyelenggara Uji Profisiensi Balai Besar PPMB-TPH ▪ Evaluasi Kinerja Kegiatan Pengembangan Metode
Tahun Anggaran 2017
Pengelolaan secara sistematik untuk data perbenihan di
lingkup Balai Besar PPMB-TPH telah dilakukan secara bertahap. Pendataan ini bertujuan untuk mempermudah
melihat keragaman jumlah sampel serta jenis pengujian yang diterima Balai Besar PPMB-TPH.
Susunan database di Balai Besar PPMB-TPH terdiri dari pendataan pada tiga jenis pengujian mutu benih yaitu uji servis, uji profisiensi dan uji petik. Berkaitan hal
tersebut, data realisasi kegiatan pengujian mutu benih tahun 2017 sebanyak 1.149 sampel pengujian yang
berasal dari 340 sampel uji servis, 713 sampel uji profisiensi dan 96 sampel uji petik benih beredar.
Salah satu aspek teknis yang berkaitan dengan
pengelolaan benih di Balai Besar PPMB-TPH adalah pemusnahan arsip sisa contoh kirim yang telah melebihi batas masa simpan arsip benih yaitu masa simpan lebih
dari satu tahun. Kegiatan pemusnahan sampel di tahun 2017 sebanyak 1.083 sampel telah dimusnahkan. Data
lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 52.
Tabel 52. Pemusnahan arsip sisa contoh kirim tahun 2016
3. Penerbitan Buletin Vigor
a. Penerbitan Buletin Vigor
Kegiatan penerbitan buletin vigor bertujuan untuk
menginformasikan dan menyebarkan hasil kegiatan
pengembangan dan pengujian mutu benih kepada masyarakat pengguna benih, serta kegiatan lainnya
yang dilaksanakan oleh Balai Besar PPMB-TPH seperti hasil pengembangan metode, validasi, penerapan sistem manajemen mutu laboratorium benih,
pelatihan, pameran, dan lain-lain.
Selain itu buletin vigor juga merupakan wahana
terbuka untuk umum untuk menuangkan hasil penelitian, hasil pengembangan metode ataupun hasil kegiatan yang diselenggarakan Balai Besar PPMB-TPH
terkait pengujian mutu benih.
Target penerbitan buletin vigor di tahun 2017 sebanyak tiga edisi pada bulan Juli, September dan
November. Adapun informasi dan realisasi tahun 2017 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 53.
Tabel 53. Informasi yang diterbitkan dalam majalah vigor
Pendistribusian buletin vigor telah dilakukan ke seluruh BPSB di Indonesia dan pihak-pihak lain yang
memerlukan.
b. Publikasi Artikel di Tabloid Sinar Tani
Manfaat penyampaian artikel baik melalui penerbitan
buletin vigor maupun media cetak Sinar Tani adalah tersedianya informasi termutakhir seluruh kegiatan
yang diselenggarakan oleh Balai Besar PPMB-TPH serta penyampaian hasil pengembangan dan pengujian mutu benih tanaman pangan dan
hortikultura perlu disebarluaskan kepada masyarakat salah satunya melalui publikasi di tabloid Sinar Tani. Selain itu juga merupakan wahana komunikasi antara
Balai Besar PPMB-TPH dengan berbagai stakeholder terkait disamping itu juga dapat merupakan wahana
promosi Balai Besar PPMB-TPH sebagai salah satu instansi yang telah terakreditasi baik secara nasional maupun internasional dalam bidang pengujian mutu
benih tanaman pangan dan hortikultura.
Realisasi publikasi artikel melalui tabloid Sinar Tani sebanyak tiga kali penerbitan dengan judul:
1) Penggunaan Combine Harvester dalam Menghasilkan Benih Padi Bermutu Edisi 6-12
September 2017 No. 3717 Tahun XLVIII 2) Pentingnya Standar Mutu Kesehatan Benih Dalam
Sertifikasi Benih Padi Edisi 20-26 September 2017 No. 3719 Tahun XLVIII
3) Kalibrasi Divider Edisi 6-12 Desember 2017
No.3729 Tahun XLVIII.
4. Pameran Pertanian
Kegiatan pameran bertujuan untuk menginformasikan
dan menyebarkan hasil kegiatan pengembangan dan pengujian mutu benih kepada masyarakat luas.
Pelaksanaan kegiatan pameran merupakan salah satu kegiatan yang berguna untuk publikasi dan sarana penyampaian informasi terkait dengan pengembangan
pengujian mutu benih tanaman pangan dan hortikultura, pengembangan metode pengujian mutu benih, peningkatan kompetensi SDM di bidang
pengujian benih dan kegiatan lain yang berkaitan dengan Balai Besar PPMB-TPH. Pada tahun 2017 telah
melaksanakan kegiatan pameran sebanyak tiga kali, yaitu sebagai berikut:
a. Pameran Gebyar Produk Unggulan Nusantara (GPUN)
2017 yang diselenggarakan pada tanggal 9-12 Maret 2017 sebagai peserta dan info guide di Palembang
Trade Center (PTC) Palembang. Pameran GPUN 2017 dikunjungi tidak kurang dari 500 pengunjung dari berbagai kalangan baik akademis, praktisi, pelajar,
mahasiwa dan kalangan masyarakat luas. Pameran Gebyar Produk Unggulan Nusantara (GPUN) 2017 dibuka secara resmi oleh Ahmad Rizali (Kepala Dinas
Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Selatan).
b. Pameran 17th Agrofood Expo 2017 yang
diselenggarakan pada tanggal 11-14 Mei 2017 sebagai peserta dan info guide di Hall B Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta. Pameran 17th Agrofood Expo 2017 dikunjungi tidak kurang dari 1.000 pengunjung dari berbagai kalangan baik
akademis, praktisi, pelajar, mahasiwa dan kalangan masyarakat luas. Pameran 17th Agrofood Expo 2017
dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Republik Indonesia.
c. Pameran Pangan Nusantara (PPN) 2017 yang diselenggarakan pada tanggal 18-21 Mei 2017 sebagai peserta dan info guide di Jogja Expo Center
(JEC) Jogyakarta. Pameran PPN 2017 dikunjungi tidak kurang dari 500 pengunjung dari berbagai kalangan baik akademis, praktisi, pelajar, mahasiwa
dan kalangan masyarakat luas. Pameran Pangan Nusantara (PPN) 2017 dibuka secara resmi oleh
Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekretaris Daerah DIY.
d. Pameran “Hari Pangan Sedunia” (HPS) ke XXXVII
yang diselenggarakan pada tanggal 19-22 Oktober 2017 di Hall A Makodam XII Tanjung Pura, Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat
sebagai info guide di Stand Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan. Pameran HPS 2017 dikunjungi tidak kurang 2.000 pengunjung dari berbagai
kalangan baik akademisi, praktisi, pelajar, mahasiwa dan kalangan masyarakat luas. Pameran HPS dibuka secara resmi oleh Menteri Pertanian.
Balai Besar PPMB-TPH dalam pameran tersebut menampilkan materi dan bahan pameran yang meliputi
booklet “Profil Balai Besar PPMB-TPH”, buletin vigor, standing poster, aneka koleksi benih kering, dan materi pengujian benih daya berkecambah.
5. Koleksi Varietas dan IPTB Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kegiatan koleksi merupakan kegiatan pengumpulan koleksi varietas/IPTB/DNA yang ditanam maupun disimpan dan terdokumentasi dengan baik serta dapat
dimanfaatkan sebagai bahan acuan/pembanding dalam pengujian laboratorium bagi Pengawas Benih Tanaman/
pihak terkait dalam rangka pengenalan varietas; dan sebagai material acuan yang mampu telusur serta dapat menjelaskan tentang perbedaan hasil pengujian.
Kegiatan koleksi benih selain sebagai bahan acuan juga dapat digunakan sebagai bahan display saat kegiatan pameran untuk memperkenalkan berbagai jenis varietas
yang telah dilepas baik dalam bentuk koleksi kering benih dan IPTB. Hal ini juga dapat digunakan sebagai
bahan informasi kepada masyarakat mengenai cara mengkoleksi benih dan IPTB.
Sasaran kegiatan pada awalnya 55 jenis koleksi,
sementara realisasi tahun 2017 mencapai 70 jenis koleksi yang terdiri dari:
a. Koleksi kering benih tanaman pangan 43 jenis b. Koleksi kering tanaman hortikultura 15 jenis c. Koleksi tanaman buah dalam pot (tabulampot) 12
jenis.
Data koleksi benih secara keseluruhan sampai bulan Desember 2017 dapat dilihat pada Tabel 54 sampai
Tabel 56.
Tabel 54. Data koleksi benih kering benih tanaman pangan tahun 2017
Tabel 55. Data koleksi benih kering tanaman
hortikultura tahun 2017
Tabel 56. Koleksi tanaman buah dalam pot tahun 2017
6. Uji Petik Mutu Benih yang Beredar
Pengawasan atau pengendalian mutu benih dilakukan
sejak dari proses produksi benih hingga benih tersebut diedarkan di masyarakat. Pengawasan mutu benih bertujuan agar benih yang akan dipergunakan oleh
petani terjamin mutunya. Baik itu mutu genetik, mutu fisiologis maupun mutu fisik. Pengawasan peredaran
benih bina dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman yang berkedudukan di Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan tugas dan fungsi Pengawasan dan
Sertifikasi Benih (BPSBTPH), sedangkan proses sertifikasi benih bina selain diselenggarakan BPSBTPH juga produsen benih bina yang mendapat sertifikat dari
Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/SR.120/1/2014,
tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/ SR.120/3/2015 pada pasal 44 (ayat 1
dan 45).
Salah satu realisasi bantuan Pemerintah Pusat dalam hal pengawasan peredaran benih bina terutama pada
pengawasan hilir, adalah pengawasan benih di pasar melalui pelaksanaan uji petik mutu benih tanaman
pangan yang beredar. Kegiatan ini merupakan salah satu fungsi Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Permentan
Nomor 78/Permentan/OT.140/11/2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengembangan
Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura).
Tujuan kegiatan ini antara lain:
a. Mengevaluasi kondisi benih beredar (padi dan jagung), di tujuh provinsi dari segi mutu benih (kesesuaian dengan standar mutu), cara penyimpanan, serta
kondisi kemasan benih beredar seperti jenis kemasan, informasi pada kemasan (kebenaran label, dan
kebenaran informasi pada label sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi setiap komoditas, tanggal
kadaluarsa, warna label, volume benih, bahasa yang digunakan, perlakuan pada benih).
b. Sebagai bahan masukan untuk menyusun pengembangan metode pengujian mutu benih Adapun realisasi kegiatan pada tahun 2016 adalah
telah dilaksanakannya kegiatan uji petik tanaman pangan di sembilan provinsi yaitu: Jawa Timur,
Lampung, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, D.I. Yogjakarta, dan Banten; dengan jumlah total benih
yang telah diperoleh sebanyak 111 sampel tanaman pangan yang terdiri dari: padi 65 sampel dan jagung 46 sampel.
Tahun 2017 juga dilaksanakannya kegiatan uji petik tanaman pangan di enam provinsi yaitu: Kalimantan
Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat dan Banten; dengan jumlah total benih yang telah diperoleh sebanyak 96 sampel
tanaman pangan yang terdiri dari: padi 66 sampel, jagung 23 sampel dan kedelai 7 sampel.
SEKSI JARINGAN LABORATORIUM
1. Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
Penerapan sistem manajemen mutu laboratorium bertujuan untuk menciptakan laboratorium penguji
benih yang sesuai standar dan membantu laboratorium penguji benih dalam menerapkan sistem manajemen laboratorium berdasarkan SNI ISO/IEC 17025:2008.
Penerapan sistem manajemen mutu mengacu pada SNI ISO/IEC 17025:2008 yang merupakan persyaratan
umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi. Laboratorium yang menerapkan sistem manajemen mutu secara efektif akan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas sehari-hari. Penilaian dan pengakuan kompetensi laboratorium dilakukan oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN) melalui program akreditasi laboratorium.
Laboratorium yang terakreditasi berarti memiliki kompetensi minimal sesuai dengan SNI ISO/IEC
17025:2008.
Sertifikat hasil uji yang dikeluarkan oleh laboratorium terakreditasi dijamin mutunya, artinya hasil uji yang
tertera dalam sertifikat itu akurat sesuai dengan kondisi sampel yang diuji dan datanya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan secara hukum. Penggunaan benih bermutu tinggi yang dijamin dengan sertifikat hasil uji dari laboratorium yang
terakreditasi akan dapat meningkatkan penggunaan benih secara lebih rasional.
Balai Besar PPMB-TPH memberikan bimbingan teknis
penerapan sistem manajemen mutu laboratorium kepada laboratorium yang melaksanakan tugas dan
fungsi pengawasan dan sertifikasi benih. Bimbingan teknis diberikan melalui kegiatan fasilitasi penerapan sistem manajemen mutu laboratorium (KPSM). Kegiatan
ini merupakan pelaksanaan tugas pokok memberikan bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium.
Sasaran kegiatan penerapan sistem manajemen mutu laboratorium sebanyak delapan laboratorium penguji
benih yaitu UPTD BPSBTPH Provinsi Sumatera Selatan, BPSMB Provinsi Bangka Belitung, BPSBTPH Provinsi Banten, BPSB Provinsi Bali, UPTD BPSBTPH Provinsi
Sulawesi Barat, BP2STP Provinsi Maluku Utara, BPSBTPH Provinsi Papua Barat, dan BPSBTPH Provinsi
Papua. Kegiatan penerapan sistem manajemen mutu disesuaikan dengan kondisi dan status masing-masing laboratorium sasaran. Secara umum, tahapan kegiatan
penerapan sistem manajemen mutu adalah sebagai berikut: a. Sosialisasi SNI/ISO IEC 17025:2008, ISTA Rules dan
peraturan-peraturan terkait lainnya seperti Permentan, ketentuan akreditasi, uji profisiensi dan
lain sebagainya. b. Bimbingan teknis penyusunan dokumen sistem mutu. c. Bimbingan teknis penerapan sistem mutu SNI/ISO
IEC 17025:2008 dan teknis pengujian mutu benih.
d. Bimbingan teknis proses akreditasi. e. Pemantauan penerapan sistem mutu.
Hingga berakhirnya tahun anggaran 2017, status penerapan sistem mutu di delapan laboratorium tersebut seperti dalam Tabel 57.
Tabel 57. Status penerapan sistem mutu laboratorium tahun 2017
Gambar 36. Pemantauan Penerapan Sistem Mutu UPTD BPT
Provinsi Sumatera Selatan
Gambar 37. Diskusi tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutu di Laboratorium Balai Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSMB-TPH) Provinsi Bangka
Belitung
Gambar 38. Diskusi tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutu di Laboratorium BPSBTPH Provinsi. Banten
Gambar 39. Diskusi tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutu di
Laboratorium BPSB Provinsi Bali
Gambar 40. Bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu
di UPTD BPSB-TPH Provinsi Sulawesi Barat
Gambar 41. Bimbingan penerapan sistem manajemen mutu kepada
personil laboratorium BP2STP Maluku Utara
Gambar 42. Diskusi tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutu di
BPSB-TPH Provinsi Papua Barat
Gambar 43. Pelaksanaan bimbingan penyusunan dokumen sistem
manajemen mutu dan inventarisasi peralatan di BPSBTPH Provinsi
Papua
Selain hasil yang dicapai pada delapan laboratorium target seperti pada Tabel 57 di atas, Balai Besar PPMB-
TPH juga memfasilitasi beberapa laboratorium provinsi lain dalam proses akreditasinya. Beberapa laboratorium tersebut adalah BPSBTPH Provinsi Sumatera Utara
(pemenuhan persyaratan kelengkapan reakreditasi) dan BPSBTPH Provinsi Gorontalo untuk pemenuhan
tindakan perbaikan asesmen (Gambar 44).
Gambar 44. Diskusi tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutu di
Laboratorium BPSB Provinsi Gorontalo
2. Penguatan Laboratorium Penguji Benih
Kegiatan penguatan laboratorium penguji benih
merupakan kegiatan penerapan sistem manajemen mutu laboratorium Balai Besar PPMB-TH untuk menjamin bahwa laboratorium selalu menjaga kompetensinya
sesuai dengan kriteria akreditasi. Dalam rangka memelihara status akreditasi yang diberikan oleh KAN,
kegiatan laboratorium Balai Besar PPMB-TPH pada tahun 2017 meliputi audit internal, revisi dokumen sistem manajemen mutu, kaji ulang manajemen, dan
tindakan perbaikan asesmen, serta sosialisasi dokumen.
2.1. Audit Internal
Audit internal dilaksanakan pada tanggal 5-6 Juni 2017 sesuai Surat Tugas Kepala Balai Besar PPMB-TPH Nomor 251d.KP.340/C.3.BBMB/05/2017
tanggal 31 Mei 2017. Tim audit terdiri dari Siti Fadhilah, S.P., M.Si, Ir. Heri Adi Setyawan, Nike Fitria Wibawa, S.TP, M.P, Siti Nurhaeni, S.P dan
Umi Sri Rezeki. Hasil audit internal ditemukan 24 temuan ketidaksesuaian, yang terdiri dari 8 aspek
manajemen dan 16 aspek teknis.
Gambar 45. Pelaksanaan audit internal laboratorium penguji benih Balai Besar PPMB-TPH tahun 2017
2.2. Kaji Ulang Manajemen
Kaji Ulang Manajemen Laboratorium dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi penerapan sistem manajemen mutu laboratorium penguji benih
berdasarkan SNI ISO/IEC 17025: 2008 pada Balai Besar PPMB-TPH pada tanggal 30 Oktober 2017. Kaji ulang manajemen dipimpin oleh Kepala Balai
Besar PPMB-TPH sebagai Manajer Puncak di aula Balai Besar PPMB-TPH (Gambar 46 ). Sementara itu
Manajer Mutu menyampaikan pencapaian sasaran mutu tahun 2017, seperti tertera seperti dalam Tabel 58.
Gambar 46. Kaji ulang manajemen Laboratorium Penguji
Benih Balai Besar PPMB-TPH tahun 2017
Tabel 58. Pencapaian sasaran mutu tahun 2017
Dari delapan sasaran mutu, semua sasaran mutu
dapat dilaksanakan, dan berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa sasaran mutu tahun 2017 dapat tercapai.
Setelah melalui diskusi, maka ditetapkan sasaran mutu tahun 2017 sebagai berikut:
a. Pengembangan dan validasi metode 10 judul b. Mengikuti uji profisiensi ISTA 3 kali c. Melaksanakan audit internal 1 kali
d. Melaksanakan/mengikuti pelatihan 1 kali e. Pemeliharaan ruang lingkup 7 laboratorium f. Melaksanakan kalibrasi peralatan 7 laboratorium
g. Melaksanakan kaji ulang manajemen 1 kali h. Melaksanakan kaji ulang dokumen 1 kali
2.3. Kaji Ulang Dokumen Sistem Mutu
Perubahan dokumen TA 2017 dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian kebijakan dan prosedur
yang dilaksanakan oleh laboratorium penguji benih dengan SNI ISO/IEC 17025:2008. Revisi dokumen
ini sebagai tindakan perbaikan hasil audit internal dan tindakan perbaikan asesmen re-akreditasi. Dokumen mutakhir hasil revisi merupakan
dokumen edisi 4 tanggal 20 Desember 2017 meliputi panduan mutu, dokumen prosedur dan
instruksi kerja serta pedoman form.
2.4. Permohonan Dokumen
Sosialisasi sudah dilaksanakan pada tanggal 18
Desember 2017. Semua dokumen yang tidak mengalami revisi maupun yang direvisi disosialisasikan ke seluruh personil Laboratorium
oleh Manajer Teknis (Koordinator Fungsional) dan Manajer Mutu Laboratorium (Kepala Bidang
Informasi dan Jaringan Laboratorium).
2.5. Re-akreditasi, Assemen Lapangan dan Tindakan Perbaikan
Asesmen lapangan dilakukan pada 6-7 Desember 2016, dengan tiga asesor KAN yaitu Saptowo J. Pardal (Asesor Kepala, bidang mikrobiologi dan
bioteknologi), Dewi Kusumawardani (Asesor Anggota, bidang manajemen) dan Aziz Purwantoro
(Asesor Anggota, bidang mutu benih). Dari proses asesmen tersebut, asesor memberikan ringkasan hasil temuan ketidaksesuaian sebagai berikut:
a. Secara umum laboratorium Balai Besar PPMB-TPH telah mengimplementasikan sistem
manajemen mutu berdasarkan SNI ISO/IEC 17025:2008 dengan baik dan konsisten, didukung oleh komitmen pimpinan dan personel
yang memadai.
b. Namun demikian, ada beberapa hal yang belum sesuai. Dari hasil asesmen ulang ini telah
ditemukan ketidaksesuaian sebanyak 17, yang terdiri dari 4 aspek manajemen dan 13 aspek
teknis. Kategori temuan 2 sebanyak 14 dan kategori 3 sebanyak 3 ketidaksesuaian.
c. Ketidaksesuaian pada aspek manajemen meliputi pengendalian dokumen, subkontrak pengujian,
pembelian jasa dan perbekalan dan penanganan pengaduan.
d. Ketidaksesuaian pada asepek teknis meliputi
personel, metode uji dan validasi metode, peralatan, ketertelusuran pengukuran,
penanganan barang yang diuji, jaminan mutu hasil pengujian dan pelaporan hasil.
Tindakan perbaikan telah dilaksanakan yaitu:
Tindakan Perbaikan I tanggal 7 Maret 2017, Tindakan Perbaikan II tanggal 23 Maret 2017, dan Tindakan Perbaikan III tanggal 12 Mei 2017.
Tindakan perbaikan yang dilakukan telah memenuhi terhadap seluruh temuan
ketidaksesuaian, sehingga pada tanggal 6 Juni 2017, Laboratorium dinyatakan dapat mempertahankan akreditasi yang telah
didapatkan. Pada bulan Juni 2017 telah diterbitkan Sertifikat reakreditasi LP-162-IDN yang ditetapkan oleh Komite Akreditasi Nasional pada
tanggal 6 Juni 2017 dan berlaku sampai tanggal 6 Juni 2021 (Gambar 47).
Gambar 47. Sertifikat Akreditasi Laboratorium Penguji Benih
Balai Besar PPMB-TPH tahun 2017 No. LP-162-IDN
3. Penyelenggara Uji Profisiensi (PUP)
PUP adalah laboratorium/lembaga penyelenggara uji
profisiensi bagi laboratorium penguji atau laboratorium kalibrasi. Balai Besar PPMB-TPH merupakan PUP bagi
laboratorium penguji benih, yang terakreditasi oleh KAN pada Agustus 2011 dan kembali diakreditasi pada
Desember 2015 dengan nomor UPP-001-IDN. Ruang lingkup penyelenggaraan uji profisiensi meliputi benih tanaman pangan dan hortikultura dengan parameter
penetapan kadar air, analisis kemurnian, pengujian daya berkecambah dan penetapan berat 1.000 butir.
Tujuan dari kegiatan PUP dalam penguatan kelembagaan ini adalah pemeliharaan status akreditasi yang diberikan oleh KAN dan penyelenggaraan uji
profisiensi untuk menilai kinerja laboratorium penguji benih di Indonesia. Dalam rangka pemeliharaan status akreditasi, Balai Besar PPMB-TPH telah melakukan:
3.1. Tindakan Perbaikan Surveilen I
Survailen I untuk PUP dilaksanakan tanggal 8
Desember 2016, hasil survailen ditemukan tujuh temuan ketidaksesuaian, yaitu: tiga aspek manajemen dan empat aspek teknis, lima temuan
masuk pada kategori 2, dan dua masuk pada kategori 3. Tindakan perbaikan yang dikirimkan pada tanggal 7 Januari 2017 dan 16 Januari 2017
telah memenuhi, sehingga akreditasi PUP Balai Besar PPMB-TPH masih dapat dilanjutkan.
3.2. Audit Internal
Audit internal PUP dilaksanakan pada tanggal 7-8 Juni 2017, berdasarkan SPT Kepala Balai Besar
PPMB-TPH Nomor 251c.KP.340/C.3.BBMB/05/2017, tanggal 31 Mei
2017. Tim Auditor terdiri dari: Endang Murwantini, S.P, M.P, sebagai ketua auditor, dan Nyi Suryati, S.P, serta Rahayu Nurkartika, S.P sebagai anggota.
Audit internal dilaksanakan dengan tujuan untuk memverifikasi kesesuaian dokumen dan penerapannya dengan persyaratan SNI ISO/IEC
17043:2010. Audit internal dipimpin oleh manajer mutu bertempat di aula Balai Besar PPMB-TPH.
Pada Closing meeting disampaikan terdapat empat belas temuan ketidaksesuaian yang terdiri dari delapan aspek manajemen dan enam aspek teknis.
Ketidaksesuaian audit internal telah ditindaklanjuti dengan tindakan perbaikan.
Gambar 48. Closing meeting Audit Internal PUP
3.3. Revisi Dokumen Sistem Mutu
Kesesuaian antara kebijakan dan prosedur
dilaksanakan dengan memutakhirkan dokumen, yaitu: revisi Panduan Mutu (sasaran mutu pada tanggal 3 Januari 2017), Prosedur Kerja (PK 8, PK
29 tanggal 3 Januari 2017, dan PK 9 tanggal 10 Januari 2017), Pedoman Form (form 3-Ed 4. Rev 2 tanggal 30 Mei 2017) serta revisi hasil kegiatan
audit internal dan kaji ulang manajemen.
3.4. Sosialisasi Dokumen Sistem Mutu
Kegiatan sosialisasi dokumen sistem mutu dilaksanakan pada 19 Desember 2017. Kegiatan sosialisasi dihadiri oleh personel PUP dari penyiap
bahan uji serta tim analisa data. Sosialisasi dilaksanakan agar para personel memahami
dokumen sistem mutu edisi mutakhir. Dokumen sistem mutu yang disosialisasikan adalah panduan mutu, prosedur kerja dan pedoman form.
3.5. Kaji Ulang Manajemen
PUP Balai Besar PPMB-TPH melaksanakan kaji ulang manajemen pada 7 November 2017. Manajer
Mutu menyampaikan pencapaian sasaran mutu tahun 2017 seperti dalam Tabel 59.
Tabel 59. Pencapaian Sasaran Mutu Tahun 2017
Sesuai dengan SNI ISO/IEC 17043:2010, agenda
kaji ulang manejemen membahas: a. Kesesuaian kebijakan dan prosedur b. Laporan dari manajemen dan penyelia
c. Hasil audit internal terakhir d. Tindakan korektif dan tindakan pencegahan e. Penilaian oleh lembaga eksternal
f. Perubahan volume dan jenis pekerjaan g. Umpan balik dari pelanggan, kelompok penasehat
atau peserta h. Keluhan dan dan banding i. Faktor lain, seperti sumber daya dan pelatihan
staf
4. Keanggotan Dalam Organisasi Internasional
Balai Besar PPMB-TPH yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 78/Permentan/OT.140/11/2011 mempunyai fungsi
Balai Besar PPMB-TPH diantaranya adalah melaksanakan pengembangan teknik dan metode pengujian laboratorium, sertifikasi, dan pengawasan
peredaran benih tanaman pangan dan hortikultura, serta sertifikasi International Seed Testing Association (ISTA) untuk benih tanaman pangan dan hortikultura.
Balai Besar PPMB-TPH menjadi anggota ISTA pada tanggal 1 Januari 2006 dengan nomor keanggotaan
IDML01. Penunjukan Balai Besar PPMB-TPH sebagai perwakilan resmi pada ISTA ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor
2485/Kpts/OT.140/ 7/2012 tanggal 6 Juli 2012. Tujuan dari kegiatan keanggotaan dalam organisasi
internasional, yaitu: a. Mempertahankan status akreditasi dengan
menerapkan sistem manajemen mutu pada
laboratorium sesuai standar akreditasi ISTA; b. Meningkatkan kerjasama dengan organisasi
perbenihan tingkat internasional dan berperan aktif
dalam kegiatan yang diselenggarakan ISTA; c. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia
Balai Besar PPMB-TPH.
Aktivitas Balai Besar PPMB-TPH terkait dengan keanggotaan ISTA pada tahun 2017 meliputi:
a. Status kelembagaan
1) Melakukan proses administrasi keuangan keanggotaan ISTA 2018
Pembayaran iuran keanggotaan tahun 2017 telah diproses sejak tahun 2016 melalui pengajuan
invoice pada tingkat Sekretariat Ditjen Tanaman Pangan untuk dilanjutkan hingga tingkat
Kementerian Pertanian dan diteruskan pada Kementerian Luar Negeri. Pembayaran tagihan telah dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri pada
tanggal 3 Maret 2017 (Gambar 49) dan terbit sertifikat keanggotaan ISTA untuk tahun 2017 (Gambar 50).
Gambar 49. Tanda Terima pembayaran keanggotaan ISTA
tahun 2017 dan biaya Akreditasi Tahun 2107
Gambar 50. Sertifikat keanggotaan ISTA untuk tahun 2017
2) Re-akreditasi untuk tahun 2017-2020
Balai Besar PPMB-TPH resmi terakreditasi ISTA dimulai sejak 2 November 2010 dan berakhir pada
bulan November 2013. Reakreditasi pertama pada 30 Januari 2014 dan berakhir 30 Januari 2017. Untuk mempertahankan kembali status akreditasi,
pada tahun 2016 Balai Besar PPMB-TPH telah mengajukan permohonan reakreditasi ke Sekretariat ISTA untuk beberapa ruang lingkup,
yaitu:
a) Pengambilan contoh (sampling), mencakup kelompok benih serealia (cereals), kacang-
kacangan (pulses), tanaman pertanian lainnya (other agricultural crops), dan sayuran
(vegetables).
b) Kemurnian dan penetapan benih tanaman lain
(purity and determination of other seeds by number), mencakup kelompok benih serealia
(cereals), kacang-kacangan (pulses), tanaman pertanian lainnya (other agricultural crops), dan
sayuran (vegetables).
c) Daya berkecambah (germination), mencakup
kelompok benih serealia (cereals), kacang-kacangan (pulses), tanaman pertanian lainnya (other agricultural crops), dan sayuran
(vegetables).
d) Kadar air (moisture) untuk metode oven suhu
konstan rendah dan tinggi penghancuran halus (fine grinding), metode oven suhu konstan rendah
dan tinggi penghancuran kasar (coarse grinding), metode oven suhu konstan rendah dan tinggi
pemotongan benih (cutting), dan metode oven suhu konstan rendah dan tinggi tanpa penghancuran (no grinding), mencakup spesies
yang tertera pada Tabel 9A bagian 1 dan 2 ISTA Rules.
e) Kesehatan benih yang diajukan adalah deteksi cendawan Alternaria radicina pada wortel (Daucus carota) metode blotter, Phoma lingam pada kelompok sawi (Brassica spp.), Dreschlera oryzae pada padi (Oryza sativa), Pyricularia oryzae pada padi, dan Alternaria padwickii pada padi, serta
nematoda Aphelenchoides besseyi pada padi (Oryza sativa).
Pada tanggal 13 Maret 2017 Jeremy Smith yang
ditugaskan oleh ISTA sebagai Lead Auditor untuk kegiatan reakreditasi ISTA memberitahukan waktu
pelaksanaan audit yaitu tanggal 31 Maret 2107. Jeremy Smith mengirimkan juga mengenai jadwal
audit, beberapa hal yang harus dipersiapkan (Logistic checklist) dan pengaturan waktu
pelaksanaan audit.
Dalam menghadapi pelaksanaan audit reakreditasi ISTA, Balai Besar PPMB-TPH mempersiapkan
beberapa hal yang terkait antara lain letter of invitation, pemesanan kamar hotel, lot benih untuk
praktek pengambilan sampel, sampel benih untuk demonstrasi, dan dokumen sistem manajemen
mutu. Pada tanggal 30 Maret 2017 disampaikan memorandum untuk kehadiran seluruh personil Laboratorium dalam kegiatan audit.
Pelaksanaan Audit pada tanggal 31 Maret 2017 dimulai dengan pertemuan pembukaan oleh Jeremy Smith (Lead/System Auditor) dan Zita Ripka
(Technical Auditor), dilanjutkan dengan audit ke Bagian Pengambilan Contoh, Audit Aspek
Manajemen dan Aspek Teknis.
Gambar 51. Opening Meeting ISTA Audit, Audit Bagian PPC dan Aspek Manajemen serta Aspek Teknis
Dalam Re-akreditasi ISTA terdapat sembilan
ketidaksesuaian aspek manajemen dan 10 dari Aspek teknis. Tindakan Perbaikan telah dilaksanakan selama 3 tahap, yaitu Tahap I (23 Juni 2017), Tahap II
(6 Agustus 2017) dan Tahap III (4 September 2017).
Pada tanggal 5 September 2017 dinyatakan semua tindakan perbaikan sudah memenuhi. Auditor
merekomendasikan pemberian status Akreditasi kepada Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH. Pada tanggal 11 September 2017 diterbitkan Sertifikat
Akreditasi oleh ISTA (gambar 52).
Gambar 52. Sertifikat Akreditasi yang diterbitkan oleh ISTA
b. Penerapan Sistem Manajemen Mutu
Pada tahun 2017, Balai Besar PPMB-TPH berpartisipasi pada tiga putaran uji profisiensi ISTA.
Satu putaran dapat terdiri dari dua jenis spesies dengan parameter berbeda. ISTA menginformasikan bahwa satu putaran uji profisiensi diundur dan
sampai dengan laporan ini dibuat belum ada pemberitahuan lebih lanjut. Adapun jenis spesies dan hasil uji profisiensi yang diperoleh pada tahun 2017
dapat dilihat pada Tabel 60.
Tabel 60. Spesies yang diuji dan hasil uji profisiensi yang sudah diterbitkan ISTA
Keterangan: *) Pelaksanaan tahun 2016, hasil akhir diterima awal tahun 2017 **) Dalam proses pengujian di laboratorium
c. Kegiatan lain
1) Penyedia Benih bahan Uji Profisiensi ISTA parameter kesehatan Benih
Balai Besar PPMB-TPH menerima permohonan
Ketua Komite Kesehatan Benih ISTA (Valerie Grimault) untuk menjadi penyedia bahan uji benih
padi yang mengandung Aphelenchoides besseyi untuk uji profisiensi tingkat internasional tahun 2017. Biaya pengadaan dan pengiriman bahan uji
tersebut ditanggung oleh ISTA. Balai Besar PPMB-TPH dapat memenuhi permohonan tersebut. Bahan
uji yang dikirim ke ISTA adalah benih padi yang sehat (healthy) dan benih padfi yang mengandung nematoda Aphelenchoides besseyi (high infected) sebanyak 5 kg. Pada saat pengiriman dilampiri surat dari ISTA berupa: Lettre Officielle D’
autorisation, Declaration D’importation De Semences et Plants, Fature Proforma/Proforma invoice, benih di
kirim Ke ISTA (Gambar 53).
Gambar 53. Benih padi healthy dan high infected yang dikirim
ke ISTA
Sebagai bukti untuk perijinan pengeluaran benih disertai juga Keputusan Menteri Pertanian Nomor
04/PI.200/C/EXP/3/2017 tentang Pemberian Izin Pengeluaran Benih Dari Wilayah Negara Indonesia.
2) Melakukan proses administratif narasumber untuk
pelatihan yang diselenggarakan oleh ISTA
Personil Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH yaitu Siti Fadhilah, SP. MSi sebagai narasumber mewakili
ISTA pada Pelatihan Pengujian Kesehatan di India bulan Maret 2018.
3) Partisipasi dalam survey ISTA
Komite Varietas ISTA menyelenggarakan survei kepuasan mengenai Audit ISTA (mulai persiapan,
pelaksanaan serta kejelasan informasi tetang audit). Hasil survei ini akan diggunakan sebagai bahan
referensi untuk perencanaan kegiatan selanjutnya. Balai Besar PPMB-TPH turut berpartisipasi dengan mengisi aplikasi secara online.
4) Menghadiri pertemuan terkait keanggotaan organisasi internasional
Pertemuan membahas mengenai evaluasi pemanfaatan keanggotaan Kementerian Pertanian pada 17 Organisasi Internasional (OI) terkait pada
hal manfaat dan biaya kontribusi. Evaluasi pokja terhadap keanggotaan Indonesia pada OI tahun
2015 adalah 112 OI bersifat global, strategis dan regulatory, 46 OI telah dimanfaatkan oleh instansi
penjuru dan 75 OI perlu peninjauan mendalam. Organisasi Internasional ISTA dimana Balai Besar PPMB-TP menjadi salah satu anggotanya berada
pada kelompok 46 OI yang telah dimanfaatkan penjuru. Namun demikian tetap diperlukan
justifikasi kelengkapan informasi mengenai manfaat keanggotaan ISTA.
Gambar 54. Matrik Evaluasi Keanggotaan ISTA TA. 2017
5. Penyelenggaraan Uji Profisiensi
Penyelenggaraan uji profisiensi pada tahun 2017 mencakup dua komoditas yaitu jagung (Zea mays) dan
kacang panjang (Vigna unguiculata). Parameter yang diuji adalah penetapan kadar air dan pengujian daya
berkecambah pada benih jagung sedangkan pada benih kacang panjang adalah penetapan kadar air, analisis kemurnian dan pengujian daya berkecambah.
Tabel 61. Pencapaian sasaran mutu tahun 2017
Keterangan: Nomor urut bukan merupakan kode laboratorium
Kegiatan uji profisiensi yang diselenggarakan oleh Balai Besar PPMB-TPH tidak hanya diikuti oleh laboratorium pengujian benih BPSBTPH (Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura) yang ada di setiap provinsi di Indonesia, namun juga
diikuti oleh laboratorium di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian, Balai Besar
Proteksi dan Perbenihan Perkebunan, Balai Perbenihan Tanaman Hutan, Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi
Pakan serta perusahaan benih swasta. Keikutsertaan laboratorium di luar perbenihan tanaman pangan dan hortikultura dikarenakan belum ada penyelenggaraan uji
profisiensi dengan lingkup yang sesuai.
Penyelenggaraan uji profisiensi diawali dengan
penyediaan sampel bahan uji yang homogen, pengiriman bahan uji ke peserta, pengujian oleh peserta berdasarkan parameter pengujian yang telah ditetapkan,
pengiriman hasil pengujian oleh peserta, pengolahan data hasil pengujian dan penyampaian hasil pengolahan data ke peserta. Hasil uji homogenitas benih jagung
(penetapan kadar air dan daya berkecambah) dan benih kacang panjang (penetapan kadar air, analisis
kemurnian, pengujian daya berkecambah) menunjukkan tidak signifikan heterogen atau homogen. Hal ini berarti contoh uji yang dikirimkan ke peserta adalah homogen.
Tabel 62. Ringkasan hasil uji homogenitas berdasarkan parameter penetapan kadar air, analisis kemurnian dan pengujian daya berkecambah
Pelaporan hasil yang tepat merupakan salah satu faktor
teknis sesuai dengan SNI ISO/IEC 17025:2008 yang sebaiknya dipenuhi oleh laboratorium. Dalam penerapan
sehari-hari di laboratorium, pelaporan identik dengan penulisan hasil uji laboratorium yang akan dijadikan dasar dalam penulisan mutu benih pada data label
benih dalam proses sertifikasi benih. Kesalahan pembulatan, penjumlahan komponen ataupun penulisan akan berdampak luas. Laboratorium peserta yang tidak
memenuhi persyaratan tersebut tidak akan diikutsertakan dalam analisis data secara statistik.
Pada saat analisis dan evaluasi data, PUP Balai Besar PPMB-TPH melaksanakan konsultasi secara langsung dengan pakar statistik. Analisis data kadar air,
kemurnian dan daya berkecambah dari laboratorium peserta dilakukan dengan menggunakan uji Grubb’s dan
dievaluasi lebih lanjut dengan uji Z-score gabungan tiga lot yang mengacu pada ISTA Proficiency Test Programme.
Penentuan nilai acuan dan standar deviasi berasal laboratorium yang berpartisipasi dalam uji profisiensi serta memiliki kesesuian kompetensi dan kinerja
berdasarkan persyaratan SNI ISO/IEC 17025:2008 selama tiga tahun berturut-turut, memenuhi persyaratan verifikasi administrasi dan teknis, serta
memenuhi persyaratan analisis data melalui uji Grubb’s.
Evaluasi unjuk kerja laboratorium pada uji profisiensi
tahun 2017 menggunakan kategori dengan huruf A, B, C, D, D* dan D**, yaitu merupakan kriteria sangat memuaskan (A), memuaskan (B), meragukan/kurang
memuaskan (C), dan tidak memuaskan (D, D*, dan D**).
Tabel 63. Evaluasi data hasil uji peserta berdasarkan
seleksi awal, uji Grubb’s dan Z-score pada parameter penetapan kadar air
Tabel 64. Evaluasi data hasil uji peserta berdasarkan seleksi awal, uji Grubb’s dan Z-score pada
parameter analisis kemurnian
Tabel 65. Evaluasi data hasil uji peserta berdasarkan seleksi awal, uji Grubb’s dan Z-score pada
parameter pengujian daya berkecambah
Peserta dengan kategori A dan B tidak melakukan tindakan perbaikan, tetapi masih perlu melakukan peningkatan berkelanjutan. Peserta dengan nilai C, D,
D* dan D** disarankan perlu melakukan tindakan perbaikan melalui investigasi untuk menemukan akar
permasalahan pada pengujian.
BAB IV
CAPAIAN KINERJA
BAGIAN UMUM
SUBBAGIAN PROGRAM DAN
EVALUASI
1. Penyusunan Program dan Rencana Kerja
Sebagai salah satu unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, kegiatan Balai Besar PPMB-
TPH mengacu dan mendukung program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yaitu Program Peningkatan
Produksi, Produktivitas dan mutu hasil Tanaman Pangan. Untuk mendukung program tersebut, sama dengan tahun sebelumnya pada tahun 2017 Balai Besar
PPMB-TPH melaksanakan kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih.
Agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana perlu ditetapkan petunjuk teknis dan kerangka
acuan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin pelaksanaan kegiatan dapat berjalan efektif, efisien, akunTabel sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
1.1. Pengganggaran
DIPA petikan satker Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2017 telah diterima berdasarkan surat
pengesahan No. SP DIPA-018.03.2.010082/2017 tanggal 07 Desember 2016 dengan total anggaran Rp11.439.256.000,-. Setelah dilakukan revisi
refocusing anggaran Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, maka Balai Besar PPMB-TPH berkurang sebesar Rp1.464.587.000,-, sehingga total anggaran
berubah menjadi Rp9.974.669.000,-. DIPA petikan satker Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2016
menjadi No. SP DIPA-018.03.2.010082/2017 tanggal 21 Maret 2017.
1.2. Penyusunan KAK dan JUKNIS
Dokumen perencanaan merupakan faktor penting yang harus disiapkan sebagai salah satu pedoman
dalam melaksanakan kegiatan. Dokumen tersebut antara lain Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) disamping peraturan
perundang-undangan yang berlaku lainnya. Hal ini diperlukan untuk memberikan pedoman bagi
pelaksana kegiatan agar tujuan dan sasaran dapat tercapai secara optimal. Penyusunan KAK/TOR dan JUKNIS tahun 2017 mengacu pada DIPA, Petunjuk
Operasional Kegiatan (POK) serta dokumen RKA-KL TA. 2017. KAK/TOR dan JUKNIS disusun berama dengan penanggung jawab kegiatan dan pelaksana
kegiatan lingkup Balai Besar PPMB-TPH.
a. Penyusunan Kerangka Acuan Kegiatan
Kerangka Acuan Kegiatan (Term of Reference), adalah suatu dokumen yang menginformasikan
gambaran umum dan penjelasan mengenai keluaran kegiatan yang akan dicapai sesuai dengan target yang ditetapkan yang memuat
latar belakang, penerima manfaat, strategi pencapaian, waktu pencapaian, dan biaya yang diperlukan. KAK ini dilengkapi dengan rencana
anggaran biaya per jenis belanja dari masing-masing kegiatan.
b. Penyusunan JUKNIS
JUKNIS disusun secara detil termasuk titik kritis dan resiko yang mungkin timbul dalam
pelaksanaan kegiatan dengan mengacu pada sistem pengendalian intern.
1.3. Penyusunan Perjanjian Kinerja
Perjanjian Kinerja tahun 2017 merupakan bagian
dari dokumen yang diperjanjikan antara Kepala Balai Besar PPMB-TPH dengan Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan merupakan dokumen
perjanjian kinerja selama satu tahun, khususnya dalam mendukung program Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan yaitu program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada
berkelanjutan.
Selanjutnya Perjanjian Kinerja tahun 2017 ini dijabarkan lebih lanjut ke dalam indikator kinerja
sebagai acuan penilaian kinerja masing-masing kegiatan yang telah ditetapkan. Adapun Indikator
Kinerja Utama (IKU) Balai Besar PPMB-TPH dalam menunjang program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil tanaman pangan yang
meliputi : a. Pengembangan metode pengujian mutu benih 10
metode
b. Dokumen Layanan Internal sebanyak 12 layanan c. Dokumen Layanan Perkantoran selama 12 bulan
1.4. Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2017
Untuk mendukung program Balai TA. 2017 telah
disusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dengan berkoordinasi bersama penanggung jawab kegiatan
lingkup Balai Besar PPMB-TPH. RKT disusun H-1 sebagai dasar penyusunan anggaran tahun 2017. RKT ini memuat tentang pelaksanaan kegiatan yang
mencakup: a. Indikator Kinerja Utama yang berisi program,
sasaran, indikator sasaran, target dan
penanggung jawab b. Penetapan Kinerja berisi program utama,
sasaran, indikator kinerja output, indikator kinerja outcome dan anggaran
c. Rencana Kinerja Tahunan yang berisi sasaran strategis, indikator output dan target
d. Rencana Kerja dengan program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan
swasembada berkelanjutan yang terdiri dari 15 kegiatan.
1.5. Penyusunan Renja-KL Tahun 2018
Rencana kerja tahun 2018 mengacu pada Matriks Renstra Kementerian Pertanian tahun 2015-2019.
Kegiatan operasional yang disusun dalam Rencana Kinerja Anggaran-Kementerian Lembaga (Renja-KL) 2018 adalah sebagai berikut:
a. Uji Terap Metode Pengujian Mutu Benih 1) Melaksanakan Bimbingan Teknis dan
Sosialisasi Kegiatan Pengujian Mutu Benih 2) Melaksanakan Penerapan Pengembangan
Metode Pengujian Mutu Benih
3) Melaksanakan standarisasi laboratorium pengujian mutu benih
b. Layanan Internal
1) Perencanaan Kegiatan 2) Pengelolaan Keuangan dan Perlengkapan
3) Pengelolaan Kepegawaian dan Tata Usaha 4) Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi 5) Pengadaan Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran 6) Rehabilitasi dan Renovasi Gedung dan
Bangunan
c. Layanan Perkantoran 1) Gaji dan Tunjangan
2) Operasional dan Pemeliharaan Kantor
1.6. Penyusunan Anggaran Tahun 2018
Balai Besar PPMB-TPH pada tahun 2018
memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp11.500.00.000,-. Tahapan kegiatan yaitu:
a. Perencanaan
1) Mengikuti pertemuan penyusunan
Perencanaan Anggaran (RKA-K/L) Pagu Sementara TA. 2018 lingkup Ditjen Tanaman Pangan pada tanggal 7 Maret 2017 di Jakarta.
Alokasi anggaran Balai Besar PPMB-TPH TA. 2018 sebesar Rp13.382.312.000,-
2) Mengikuti pertemuan Koordinasi Penyusunan RKA-K/L Alokasi Anggaran Lingkup Ditjen Tanaman Pangan TA. 2018 pada tanggal 18 -
21 Juli 2017 di Depok. Alokasi anggaran Balai Besar PPMB-TPH TA. 2018 sebesar Rp11.500.000.000,-
b. Reviu APIP
Pelaksanaan reviu APIP pada tahun 2018 oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian yaitu reviu RKA-K/L oleh Biro Perencanaan dan APIP tanggal 25-26 Juli 2017 di Bogor.
2. Revisi
2.1. Revisi DIPA
Refocusing (Pertemuan dan Anggaran)
Mengikuti pertemuan Penelaahan revisi anggaran
RKA-K/L Pagu Anggaran Kementerian Pertanian Tahun 2017 oleh pada tanggal 20 Februari 2017 di Jakarta.
Selanjutnya penyusunan RKA-KL dan DIPA 2017 mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No.
94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL 2017. Pembahasan RKA-KL 2017 mencakup usulan kegiatan-kegiatan Balai
yang akan dilaksanakan TA. 2017 telah dilakukan melalui sistem aplikasi yang terintegrasi dalam format kertas kerja RKA-KL. Untuk mendukung
RKA-KL telah dilakukan penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) sesuai format yang telah
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran.
Terakhir penelaahan eksternal untuk finalisasi RKA-KL TA. 2017 yang berlangsung di Direktorat
Jenderal Anggaran. Penelaahan RKA-KL Balai Besar PPMB-TPH mencakup:
a. Kesesuaian nama Program dan Kegiatan Tahun
2017, yaitu :
1) Nama Program :
(018.03.06) Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Hasil Pangan.
2) Nama Kegiatan :
(1767) Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem
Mutu Laboratorium Pengujian Benih.
b. Kesesuaian Kode Satker dan Pagu Anggaran, yaitu dengan kode 010082 dan pagu anggaran sebesar Rp. 9.974.669.000,-.
c. Kesesuaian Penyusunan Sub Kegiatan, KAK dan RAB
d. Kesesuaian Penggunaan Standar Biaya Umum
(SBU) dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
33/PMK.02/2016.
e. Kesesuaian data pendukung kegiatan yang meliputi data peralatan inventaris kantor dan
referensi harga dari suplier dan lain-lain.
f. Kelengkapan Surat Pernyataan Tanggung Jawab
Mutlak (SPTJM).
2.2. Revisi Anggaran
DIPA petikan satker Balai Besar Pengembangan
Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2017 telah diterima berdasarkan surat pengesahan No. SP DIPA-018.03.2.010082/2017
tanggal 7 Desember 2016 dengan total anggaran Rp11.439.256.000,-. Setelah dilakukan revisi
refocusing anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, maka Balai Besar PPMB-TPH berkurang
sebesar Rp1.464.587.000,-, sehingga total anggaran berubah menjadi Rp9.974.669.000,-. DIPA petikan satker Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu
Benih Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2016 menjadi No. SP DIPA-018.03.2.010082/2017
tanggal 21 Maret 2017.
Pada tahun 2017 telah dilakukan revisi DIPA sebanyak satu kali dan revisi POK sebanyak dua
kali. Revisi DIPA/POK dilakukan berdasarkan kebijakan dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bahwa pada tahun 2017 dilakukan refocusing
anggaran khususnya Perjalanan Dinas lingkup Ditjen Tanaman Pangan.
3. Evaluasi dan Pelaporan
3.1 Penyusunan Laporan Bulanan dan Simonev
Laporan bulanan Balai Besar dilakukan secara
rutin setiap bulannya. Laporan bulanan menyajikan kegiatan Bagian Umum, kegiatan Bidang Informasi dan Jaringan Laboratorium serta kegiatan kelompok
fungsional Pengawas Benih Tanaman yang mencakup progres seluruh kegiatan baik yang
tercantum pada DIPA maupun kinerja lainnya. Demikian juga dengan laporan Simonev disusun setiap bulan yang mencakup realisasi fisik dan
keuangan.
Berdasarkan undangan dari Sekretaris Jenderal
Kementerian Pertanian Nomor B.371/TU.020/A.1/ 3/2017 menghadiri Workshop Aplikasi Monev TA. 2017 pada tanggal 11-13 April 2017 di Sheraton
Mustika Hotel, Yogyakarta.
3.2. Penyusunan Laporan Tahunan dan Laporan Kinerja
Balai Besar PPMB-TPH melaksanakan konsinyasi
dan workshop penyusunan Laporan Tahunan dan Laporan Kinerja pada tanggal 22-23 Desember
2017. Laporan Tahunan merupakan pertanggungjawaban laporan kegiatan secara rinci
yang bertujuan memberikan informasi hasil-hasil yang sudah dicapai dan mengungkap permasalahan
yang memerlukan tindak lanjut serta perbaikan sebagai bahan evaluasi. Sedangkan Laporan Kinerja (LAKIN) merupakan laporan kinerja berdasarkan
indikator input, output, dan outcome dengan cara menilai tingkat keberhasilannya sebagai bahan
evaluasi dari pihak internal maupun eksternal dalam melakukan penilaian kinerja Balai Besar.
Berdasarkan tingkat pelaksanaan kegiatan rata-rata
hampir mencapai 100%. Kegiatan/sub kegiatan telah dilaksanakan seluruhnya, baik administrasi maupun teknis yang dibiayai dari anggaran DIPA
Balai Besar PPMB-TPH tahun 2017. Kegiatan administrasi yang dimaksud adalah kegiatan yang
mendukung kegiatan teknis Balai Besar. Kegiatan ini meliputi kegiatan struktural yang pengelolaannya di bawah Bagian Umum serta
Bidang Informasi dan Jaringan Laboratorium telah dilaksanakan secara optimal dengan penggunaan sumber daya yang tersedia.
Selanjutnya, kegiatan teknis Balai Besar adalah kegiatan laboratorium maupun kelembagaan dalam
rangka melaksanakan tupoksi yang meliputi pelayanan pengujian mutu benih kepada masyarakat/stakeholder, validasi dan
pengembangan metode pengujian, penerapan sistem manajemen mutu kepada seluruh laboratorium
pengujian mutu benih di Indonesia, uji profisiensi untuk mengetahui kompetensi laboratorium daerah, uji petik mutu benih yang beredar, pembuatan
buku literatur dan koleksi varietas/IPTB/DNA.
3.3. Evaluasi Anggaran
Dalam rangka meningkatan akuntabilitas dan
transparansi atas pelaksanaan program kegiatan dan penggunaan anggaran, maka pada bulan
Desember 2017 Tim pelaporan dan penyusunan laporan bulanan serta pelaporan monitoring dan evaluasi dengan hasil realisasi anggaran
berdasarkan sistem akuntansi keuangan sampai dengan 31 Desember 2017 sebesar
Rp9.586.904.777,- atau 96,11% dari Pagu Rp9.974.669.000,- sedangkan realisasi fisik sebesar 100%. Anggaran yang tidak dapat diserap sebesar
Rp387.764.223,- (3,89%) yang merupakan sisa gaji dan uang makan pegawai.
4. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Utama
Monitoring dan Evaluasi Program/Kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan
Penerapan Sistem Mutu laboratorium Pengujian Benih Tahun 2017 dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh konsistensi kebijakan pelaksanaannya bagi
pencapaian Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan dan
Hortikultura melalui fungsi (1) pengembangan teknik dan metode pengujian laboratorium, sertifikasi dan pengawasan peredaran benih tanaman pangan dan
hortikultura, (2) pelaksanaan pemberian bimbingan teknis pengujian mutu benih dan penerapan sistem manajemen mutu benih tanaman pangan dan
hortikultura, (3) Pelaksanaan uji banding (uji profisiensi) antar laboratorium pengujian benih
tanaman pangan dan hortikultura.
Laboratorium pengujian mutu benih yang di monitoring antara lain :
a. Balai Pengawasan Perbenihan dan Sertifikasi Tanaman Pertanian (BP2STP) Provinsi Maluku
Utara
b. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP) Provinsi DI. Yogyakarta
c. BPSB-TPH Provinsi Bengkulu
d. BPSB-TPH Provinsi Lampung
e. BPSB-TPH Provinsi Sumatera Utara
f. BPSB-TPH Provinsi Jawa Tengah
g. BPSB-TPH Provinsi Sumatera Selatan
h. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Perbenihan Tanaman (BPSPT) Provinsi Jambi
i. BPSB-TPH Provinsi Sulawesi Tenggara
j. Pengawasan dan Sertifikasi Benih (PSB) Provinsi Nusa Tenggara Timur
k. BPSB-TPH Provinsi Kalimantan Tengah
l. UPT Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sulawesi Tengah
m. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih/Bibit
(BPSBB) Pertanian dan Peternakan Provinsi Maluku
n. BPSB-TPH Provinsi Jawa Barat
o. BPSB-TPH Provinsi Kalimantan Barat
p. BPSB-TPH Provinsi Gorontalo
q. UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur
Kesimpulan dari kegiatan monitoring kegiatan
strategis yaitu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kegiatan utama (pengembangan metode pengujian di laboratorium, bimbingan teknis kepada
seluruh laboratorium BPSB di Indonesia dan penyelenggaraan uji profisiensi) yang dilaksanakan
Balai Besar PPMB-TPH, dapat memberikan manfaat bagi laboratorium BPSB-TPH, hal tersebut dapat terlihat dari peran kegiatan yang dilaksanakan
terhadap peningkatan kinerja pengujian laboratorium dan peningkatan kompetensi laboratorium BPSB-TPH.
Standarisasi laboratorium yang terus meningkat, peningkatan kompetensi personil laboratorium dan pemanfaatan metode yang dikembangkan oleh Balai
Besar PPMB-TPH membuktikan kegiatan tersebut memberikan kontribusi yang positif bagi laboratorium BPSB-TPH. Namun demikian terdapat beberapa
kegiatan pengembangan metode yang belum dapat diaplikasikan di laboratorium BPSB-TPH akibat dari
beberapa faktor yang menjadi penghambat antara lain
kelengkapan sarana/prasarana yang kurang memadai, kompetensi personil yang masih rendah dan
belum adanya permintaan atau costumer yang melakukan pengujian.
Permasalahan yang dihadapi pada laboratorium
BPSB-TPH adalah sebagai berikut :
a. Kompetensi personil (PBT) masih perlu
ditingkatkan khususnya dalam pelaksanaan pengujian dan pemahaman tentang sistem mutu, pengujian DHL terutama dalam hal hasil uji, dan
pelatihan pengujian nematoda bagi BPSB-TPH.
b. Keterbatasan jumlah personil menyebabkan ruang
lingkup pengujian yang dapat dilaksanakan juga terbatas, hanya terbatas pada pengujian standar sedangkan pengujian kesehatan cendawan
dilakukan hanya untuk melatih keterampilan analis.
c. Keterbatasan kemampuan analis dalam pengujian
pengujian Tetrazolium pada benih kedelai karena banyaknya topografi pewarnaan pada kategori
viabel dan nonviabel agar lebih disederhanakan sehingga memudahkan analis dalam melakukan evaluasi.
d. Kurangnya Sarana dan prasarana dalam proses penerapan sistem manajemen mutu seperti Genset,
AC, keterdiaan air bersih, dan kecukupan daya listrik.
e. Aliran listrik tidak stabil dan masih mengalami
pemadaman listrik.
f. Peralatan dan ruangan masih kurang khususnya untuk pengujian kesehatan benih.
g. Keterbatasan PBT di masing-masing kabupaten sehingga berpengaruh terhadap proses pelayanan
sertifikasi dan pelabelan benih.
h. Pengaruh dari keterbatasan PBT mengakibatkan masih dijumpainya kasus-kasus di lapangan
seperti beredarnya benih tanpa label maupun benih yang sudah kadaluwarsa.
i. Dengan status kepegawaian berada di masing-masing kabupaten akibat otonomi daerah mengakibatkan koordinasi pembinaannya menjadi
terkendala.
j. Peralatan laboratorium yang ada relatif sudah lama
sehingga perlu peremajaan.
k. Tidak adanya kepastian tersedianya anggaran selama proses re-akreditasi berlangsung.
l. Dalam pelaksanaan Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium khususnya perpanjangan reakreditasi masih terkendala dengan jaringan
Internet karena tidak bisa membuka setaip saat KANMIS sehingga masih ada beberapa persyaratan
yang belum diupload.
m. Anggaran untuk mengikuti pelatihan dan magang untuk meningkatkan kompetensi personil dan
untuk perbaikan/kalibrasi peralatan laboratorium sangat terbatas.
n. Kompetensi personil dalam memahami sistem mutu masih kurang khususnya tentang pengelolaan dokumentasi dan kaji ulang
manajemen.
o. Di beberapa BPSB-TPH komitmen pimpinan dalam
menerapkan sistem mutu laboratorium masih perlu ditingkatkan.
Rekomendasi yang dapat diberikan untuk
meningkatkan kinerja laboratorium BPSB-TPH adalah sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan kompetensi personil
laboratorium BPSB-TPH disarankan agar merencanakan anggaran untuk mengikuti pelatihan
maupun magang yang setiap tahun diselenggarakan oleh Balai Besar PPMB-TPH, dan apabila anggarannya memungkinkan dapat mengadakan
pelatihan sendiri (inhouse training) dengan
mengundang petugas dari Balai Besar PPMB-TPH sebagai narasumber.
b. Mendorong agar senantiasa meningkatkan pemahaman tentang sistem mutu bagi personil laboratorium dengan mengikuti pelatihan yang
diadakan baik oleh KAN maupun Balai Besar PPMB-TPH.
c. Disarankan agar manajemen BPSB-TPH dapat memenuhi kebutuhan peralatan laboratorium secara bertahap agar dapat menambah ruang
lingkup akreditasi baik melalui APBN maupun APBD, untuk meningkatkan kinerja pelayanan kepada masyarakat dalam pengawasan dan
sertifikasi benih.
d. Dokumen sistem mutu yang relevan sebaiknya
tersedia di semua tempat kerja (di ruang penerimaan contoh, laboratorium dan ruang analis) sebagai bukti bahwa dokumen tersedia dan mudah
diakses serta digunakan sebagai panduan dalam setiap kegiatan. Misal, Instruksi Kerja tersedia di lab yang masuk dalam lingkup akreditasi.
e. Sasaran mutu laboratorium agar disempurnakan menjadi sasaran yang terukur.
f. Menyiapkan jaringan internet yang memadai dan personil laboratorium yang mampu mengaplikasikan sistem online sehingga akses
informasi akan lebih mudah dan cepat.
g. Menjalin komunikasi dengan Balai Besar PPMB-TPH
dan KAN dalam melengkapi dokumen melalui KANMIS dan hal-hal lain terkait proses reakreditasi.
h. Spesifikasi standard peralatan laboratorium
hendaknya didiskusikan dengan Balai Bear PPMB-TPH.
i. Mengusulkan jika memungkinkan untuk menambah jumlah PBT dan analis laboratorium melalui pemerintah daerah.
j. Untuk meningkatkan kompetensi analis, Laboratorium BPSB-TPH perlu dilibatkan dalam
kegiatan validasi/verifikasi metode yang diselenggarakan oleh Balai Besar PPMB-TPH.
k. Untuk kasus di laboratorium BPSB-TPH Sumatera
Selatan yang akreditasinya dicabut, disarankan melakukan kembali pendaftaran akreditasi, Balai
Besar PPMB-TPH akan memfasilitasi proses akreditasinya.
l. Menyarankan Balai Besar PPMB-TPH secara reguler
melaksanakan sinkronisasi Pengembangan Metode, Uji Profisiensi maupun Penerapan Sistem manajemen Mutu Laboratorium karena sinkronisasi
tersebut merupakan ajang bertukar informasi, diskusi serta saran pemecahan masalah – masalah
yang terjadi di masing – masing Laboratorium.
m. Balai Besar PPMB-TPH melaksanakan pelatihan untuk analis laboratorium secara reguler untuk
meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang metode pengujian yang terbaru (mutakhir).
5. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar
PPMB-TPH) untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
SPI diperlukan sebagai upaya pengendalian kegiatan Balai Besar PPMB-TPH, karena pada dasarnya kegiatan harus dilaksanakan secara tertib, terkendali,
efektif dan efisien agar dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan dapat melakukan
deteksi dini terhadap titik kritis atau resiko yang kemungkinan terjadi dan segera mencari solusi
penyelesaian.
Ruang lingkup sistem pengendalian intern sebagai
tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 adalah 1) Lingkungan Pengendalian; 2) Penilaian Resiko; 3) Kegiatan Pengendalian; 4)
Informasi dan Komunikasi; dan 5) Pemantauan.Kegiatan sistem pengendalian intern
lingkup Balai Besar PPMB-TPH meliputi :
5.1. Pembentukan Tim Satlak PI
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern (SPI) menyatakan bahwa SPI merupakan alat pengendalian dan pengawasan program/kegiatan
serta memudahkan dalam evaluasi dan pelaporan. Sebagai implementasi dari amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, Balai Besar PPMB-TPH membentuk Tim Satuan Pelaksana Pengendalian Intern tahun 2016
berdasarkan Keputusan Kepala Balai Besar PPMB-TPH Nomor 03B.RC.110/C3.BPMB/2/ 2017 tanggal 7 Februari 2017. Sehubungan
dengan mutasi jabatan Eselon III dan IV lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dan
adanya Keputusan Kepala Balai Besar PPMB-TPH Nomor 330A.KP.340/C.3.BBMB/8/2017 tentang Penetapan Pegawai Balai Besar PPMB-TPH
tanggal 21 Agustus 2017, maka dilakukan revisi susunan anggota Satlak PI dengan struktur
organisasi dan tugas Tim sebagai berikut :
a. Struktur Organisasi Satlak Pengendalian Intern
KETUA Nyi Suryati,SP
SEKRETARIS Rika Batra, SP,MSi
PENANGGUNG JAWAB Ir. Tri Susetyo, MM
Gambar 55. Struktur Organisasi Satuan Pelaksana
Pengendali Intern
b. Tugas Tim Satlak Pengendalian Intern meliputi:
1) Membantu pimpinan dalam melaksanakan pengendalian intern lingkup Balai Besar PPMB-TPH;
2) Menyusun program kerja dan anggaran SPI;
3) Melakukan sosialisasi rencana kerja dan
menerapkan pelaksanaan SPI; 4) Meningkatkan kemampuan sumberdaya
manusia pelaksana SPI; 5) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan
SPI;
6) Pemantauan dan evaluasi penyelesaian tindak lanjut hasil audit;
7) Membina dan manilai pelaksanaan SPI
melalui koordinasi dan pemantauan ditingkat lapangan;
8) Menyusun laporan secara berkala pelaksanaan SPI.
Menindaklanjuti Keputusan Kepala Balai Besar
PPMB-TPH dengan memperhatikan uraian tugas yang dibebankan pada tim satlak pengendalian
intern, maka pada tahun 2017 Tim Satlak PI melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian intern seperti pemantauan,
evaluasi, koordinasi dan soaialisasi dalam rangka
meningkatkan peran sistem pengendalian intern lingkup Balai Besar PPMB-TPH yang menjadi
kinerja tim satlak pengendalian intern yang meliputi :
5.2. Rapat Koordinasi Tim Satlak PI Rapat koordinasi Tim Satlak PI dilakukan secara
berkala paling kurang tiga bulan sekali, sekaligus mengumpulkan, mendiskusikan dan melakukan
evaluasi bahan penyusunan laporan pengendalian intern terhadap pelaksanaan kegiatan sebagai bahan masukan bagi pimpinan.
Tim Satlak PI melakukan pengendalian dan evaluasi kegiatan secara berkala terhadap progres kegiatan yang telah dilaksanakan. Disamping itu,
koordinasi tim satuan pelaksana pengendalian intern juga dilakukan pada rapat-rapat rutin
dengan pimpinan yang dilaksanakan minimal satu bulan sekali dengan pokok bahasan evaluasi perkembangan kegiatan dan tindak lanjut
permasalahan/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan.
5.3. Menyusun Program Kerja Satlak PI
Menetapkan program kerja satlak pengendalian
intern, penyusunan program kerja satlak pengendalian intern yang merupakan rencana kegiatan yang disusun untuk mendukung tugas
dan fungsi Tim Satlak Pengendalian Internyang berupa tahapan kegiatan yang dilengkapi dengan
jadwal palang sebagai salah satu dasar pelaksanaan tugas Tim Satlak PI agar kinerjanya lebih terarah. Program kerja satlak pengendalian
intern dan jadwal palang tahun 2016 seperti terlihat pada Tabel 66.
Tabel 66. Program kerja Satlak Pengendalian Intern
No Uraian Jadwal Tahun 2017
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des
1 Penetapan Tim Satlak PI
2 Rapat Koordinasi Tim Satlak PI
3 Penyusunan Program Kerja SPI
4 Penyusunan Petunjuk Teknis SPI
5 Monitoring dan Pemantauan
Kegiatan SPI
6 Penilaian SPI WBK dan WBBM
7 Evaluasi dan Penyusunan
Laporan Triwulan
5.4. Menyusun Petunjuk Teknis Monitoring dan
Evaluasi Kegiatan Utama
Tujuan penyusunan petunjuk teknis monitoring dan evaluasi kegiatan utama adalah sebagai pedoman untuk mempermudah tim monitoring
dan evaluasi dan tim satuan pelaksana pengendalian intern dalam melakukan evaluasi
dan pengendalian kegiatan utama lingkup Balai Besar PPMB-TPH yang berhubungan langsung dengan laboratorium di daerah yangmerupakan
salah satu alat ukur dalam mencapai sasaran sesuai target yang ditetapkan secara efektif,
efisien dan akunTabel dengan tujuan meliputi : a. Mengevaluasi capaian kinerja output dan
outcome yang mencakup fungsi : (1)
pengembangan teknik dan metode pengujian laboratorium, sertifikasi dan pengawasan peredaran benih tanaman pangan dan
hortikultura, (2) pelaksanaan pemberian bimbingan teknis pengujian mutu benih dan
penerapan sistem manajemen mutu benih tanaman pangan dan hortikultura, (3) Pelaksanaan uji banding (uji profisiensi) antar
laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura.
b. Mendapatkan umpan balik dan rekomendasi dalam pemanfaatan program dan kegiatan.
Ruang lingkup petunjuk teknis monitoring dan
evaluasi kegiatan utama ini meliputi Program/Kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem
Mutu laboratorium Pengujian Benih Tahun 2016 mencakup pelaksanaan (1) pengembangan teknik
dan metode pengujian laboratorium, sertifikasi
dan pengawasan peredaran benih tanaman pangan dan hortikultura, (2) pelaksanaan
pemberian bimbingan teknis pengujian mutu benih dan penerapan sistem manajemen mutu benih tanaman pangan dan hortikultura, (3)
Pelaksanaan uji banding (uji profisiensi) antar laboratorium pengujian benih tanaman pangan
dan hortikultura, di laboratorium pengujian mutu benih BPSB-TPH.
5.5. Menyusun Laporan Kinerja Tim Satlak PI Mengacu pada Pedoman Umum SPI penanggung
jawab sistem pengendalian intern wajib menyusun laporan kinerja secara berkala di masing-masing unit kerjanya sesuai dengan
tahapan kegiatannya. Implementasi yang telah dilakukan adalah yang merupakan bagian dari
kinerja tim satuan pelaksana pengendalian intern adalah dengan melakukan rapat koordinasi tim satuan pelaksana pengendalian intern melalui
memorandum (surat undangan) ketua tim satuan pelaksana pengendalian intern kepada anggota
tim dan penanggung jawab/pelaksana kegiatan untuk melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap kegiatan yang sedang berjalan serta
mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Pada triwulan I berdasarkan memorandum
tentang undangan rapat koordinasi dari Kepala Bagian Umum selaku ketua Tim Satuan
Pelaksana Pengendalian Intern, pada tanggal 12 Juni 2017 dilakukan pertemuan dengan seluruh anggota tim satuan pelaksana pengendalian
intern dengan notulen sebagai berikut : a. Menyusun dan menyepakati program kerja dan
jadwal kegiatan pengendalian intern tahun 2017.
b. Menyusun petunjuk teknis SPI yang berisi
tentang titik kritis dan analisis resiko baik kegiatan utama maupun kegiatan pendukung TA. 2017.
c. Evaluasi tindak lanjut hasil monitoring dan Evaluasi tahun 2017.
d. Monitoring pengelolaan anggaran triwulan I, dengan realisasi keuangan sebesar RP1.421.096.068,- atau 14,25%, sedangkan
realisasi fisiknya sebesar 15,75%. Realisasi keuangan tersebut masih lebih rendah
dibandingkan dengan Rencana Operasional Kegiatan (ROK) sebesar 17,87%, penyerapan tidak sesuai target dikarenakan tertundanya
pengadaan belanja modal sehingga memperlambat realisasi anggaran.
Pada triwulan II tim satuan pelaksana
pengendalian intern melakukan rapat koordinasi pada tanggal 29 Agustus 2017. Agenda rapat
koordinasi adalah melakukan sosialisasi Keputusan Tim Satlak PI 2017 (revisi), monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan s.d triwulan II
tahun 2017, dan rencana monev pengembangan validasi metode pengujian mutu benih di BPSB ke beberapa provinsi. Realisasi anggaran Balai
sebesar Rp 5.424.237.138,- atau 54,38% sedangkan realisasi fisiknya sebesar 55,88%.
Realisasi tersebut masih di bawah target pada ROK yaitu 67,26 %, untuk itu perlu percepatan penyerapan anggaran. Beberapa kegiatan yang
serapan anggaran masih rendah antara lain: Pengawalan UPSUS padi, jagung dan kedelai;
pengembangan metode; dan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Strategis Balai Besar PPMB-TPH sehingga masih perlu dilakukan langkah-
langkah untuk mempercepat penyerapan anggaran agar tidak menumpuk di akhir tahun.
Pada triwulan III tim satuan pelaksana
pengendalian intern melakukan rapat koordinasi pada tanggal 8 November 2017. Agenda rapat koordinasi adalah realisasi serapan anggaran dan
fisik kegiatan s.d Triwulan III tahun 2017 serta permasalahan; target penyerapan anggaran dan penyelesaian fisik kegiatan s.d akhir tahun 2017;
dan penyusunan jadwal rapat/ pertemuan lingkup Balai Besar PPMB-TPH. Berdasarkan
SP2D realisasi anggaran sampai dengan tanggal 7 November 2017 sebesar Rp 7.828.800.780,- atau 78,49%. Dari data realisasi SP2D persentase
penyerapan anggaran masing-masing kegiatan jika dibandingkan Rencana Operasional Kegiatan
(ROK) masih terdapat kegiatan yang realisasi serapan anggarannya masih rendah (di bawah 60%).
Pada triwulan IV tim satuan pelaksana pengendalian intern melakukan rapat koordinasi pada tanggal 8 Desember 2017 engan agenda
rapat monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan s.d Triwulan IV (akhir tahun) 2017 dan
rencana Audit Unsur SPI lingkup Balai Besar PPMB-TPH. Sementara memperhatikan potensi serapan anggaran yang ada, maka prediksi
sampai dengan akhir Desember 2017 mencapai Rp9.577.705.452,- atau 96,02% dan target fisik mencapai 100%. Realisasi serapan anggaran
sampai dengan 4 Desember 2017 sebesar Rp8.547.609.000,- atau 85,70% dari Pagu
anggaran Rp9.974.669.000,-. Realisasi tersebut masih di bawah target, kegiatan yang serapan anggaran masih rendah yaitu pengadaan
beberapa alat labotorium antara lain : Cool Box Sample Cooling and Freezing Workstation,
mikropipet, grinding mill, thermometer glass, blender benih, penghancur benih, dan anak
timbangan. Hal tersebut dikarenakan belum dilaksanakan pengiriman alat oleh pihak supplier sehingga menyebabkan terhambatnya
pelaksanaan kegiatan dan realisasi anggaran.
SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN DAN
TATA USAHA
1. Kepegawaian
1.1. Mutasi Pegawai
Selama tahun 2017 Pegawai yang mutasi dari dan ke Balai Besar PPMB-TPH sebanyak 11orang seperti
pada Tabel berikut.
Tabel 69. Mutasi pegawai tahun 2017
1.2. Kenaikan Pangkat/Jabatan dan Kenaikan Gaji Berkala
Pegawai Balai Besar PPMB-TPH yang naik pangkat
pada tahun 2017 sebanyak 11 orang dan naik jabatan 3 orang.
Tabel 70. Kenaikan pangkat pegawai tahun 2017
Sedangkan Pegawai Balai Besar PPMB-TPH yang
naik jabatan pada tahun 2017 sebanyak 3 orang.
Tabel 71. Realisasi kenaikan jabatan selama tahun
2017
Selama tahun 2017 telah direalisasikan kenaikan gaji berkala sebanyak 39 orang.
Tabel 72. Kenaikan gaji berkala tahun 2017
1.3. Cuti
Pada tahun 2017 Pegawai Balai Besar PPMB-TPH yang mengambil cuti sebanyak 29 orang, terdiri dari cuti tahunan 20 orang, cuti alasan penting 5
orang, dan cuti bersalin 4 orang.
Tabel 73. Jumlah pegawai yang mengambil cuti
tahun 2017
% Kehadiran : (Jumlah Pegawai x Hari Kerja) – (S+I+C+TI+DL+TB X 100%
(Jumlah Pegawai x Hari Kerja)
1.4. Pembinaan dan Pengembangan SDM
a. Absensi
Dalam rangka pembinaan pegawai negeri sipil di lingkungan Balai Besar PPMB-TPH khususnya dalam rangka meningkatkan kedisiplinan
pegawai maka telah dilaksanakan Sosialisasi PP 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil. Sedangkan untuk pengawasan kehadiran pegawai telah dilakukan absensi dengan menggunakan finger print pada saat masuk dan
pulang. Data absensi pegawai tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 74.
Tabel 74. Rekapitulasi kehadiran pegawai tahun
2017
Data tersebut diperoleh dari rumus sebagai
berikut:
%
Keterangan: S : Sakit; I : Izin; C : Cuti; TI : Tanpa Izin; DL : Dinas Luar; TB : Tugas Belajar
b. Penghargaan/Reward dan Hukuman/ Punishment
Penghargaan/reward merupakan hak bagi seseorang Pegawai Negeri Sipil yang telah
melaksanakan tugas selama menjadi Pegawai. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian
baru dapat memberikan penghargaan/reward berupa penghargaan Satya Lancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia terhadap
pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan/Balai Besar PPMB-TPH yang
telah mengabdikan diri kepada bangsa dan negara selama X, XX tahun serta XXX. Pada tahun 2017 telah diusulkan sebanyak 11 orang
untuk penghargaan Satya Lancana Karya Satya X tahun, namun belum ada realisasi.
Tabel 75. Pegawai yang diusulkan untuk memperoleh penghargaan Satya Lancana Karya Satya dari Presiden RI
sampai akhir tahun 2017
Bagi pegawai yang melakukan pelanggaran akan dikenakan penjatuhan hukuman/punishment disiplin. Selama tahun 2017 tidak ada pegawai yang dikenai penjatuhan hukuman.
c. Tugas Belajar
Dalam rangka meningkatkan kompetensi
pegawai maka Balai Besar PPMB-TPH memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada pegawai untuk melanjutkan studi ke
jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada tahun 2017
pegawai yang masih dalam proses studi sebanyak 4 orang sebagaimana terdapat pada Tabel 76.
Tabel 76. Pegawai yang mengikuti tugas belajar
d. Penilaian Prestasi Kerja dan Penyusunan
Sasaran Kinerja
Dalam rangka mengukur prestasi kerja Pegawai
Balai Besar PPMB-TPH maka pada bulan Januari 2017 telah dilakukan penilaian presatasi kerja pegawai. Penilaian Prestasi Kerja
(PPK) pegawai terdiri atas unsur Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) periode tahun 2017 (60%) dan unsur perilaku (40%). Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai dilaksanakan terhadap 57 orang pegawai. Nilai rata-rata PPK = 84,17 dengan
nilai tertinggi = 91,00 dan terendah = 77,34 Selain itu juga telah dilaksanakan kegiatan penyusunan Sasaran Kinerja untuk tahun 2018.
2. Tata Usaha
2.1. Surat Menyurat
Dari rekapitulasi surat masuk dan surat keluar selama tahun 2017 sebanyak 1.459 surat yaitu surat yang masuk 663 dan surat keluar 796 surat.
Tabel 77. Rekapitulasi surat masuk dan surat keluar tahun 2017
2.2. Langganan Daya dan Jasa
Dengan meningkatnya volume kegiatan kantor
sehari-hari perlu didukung oleh sarana listrik dan telepon serta jaringan internet yang memadai.
Sarana listrik, telepon dan jaringan internet merupakan kebutuhan mendasar bagi pelaksanaan tugas sehari-hari. Kegiatan ini telah dilaksanakan
selama satu tahun dengan cara memantau pemakaian listrik, telepon dan internet setiap bulan. Listrik dan telepon serta internet harus digunakan
secara efektif dan efisien, sehingga tidak terjadi pemborosan. Untuk memenuhi kapasitas listrik
yang diperlukan kantor maka telah dilakukan penambahan daya.
2.3. Pemeliharaan Halaman
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas sehari-hari diperlukan sarana pendukung berupa
bangunan gedung kantor dan halaman kantor serta
barang inventaris lainnya. Agar sarana dan prasarana tersebut dapat berjalan dengan baik
diperlukan pemeliharaan dan perawatan secara teratur setiap bulannya. Kegiatan perawatan gedung dan halaman kantor Balai Besar PPMB-TPH antara
lain: a. Pemupukan pohon induk dan tanaman hias
b. Pemangkasan ranting pohon dan pemotongan rumput
c. Membersihkan ruang kantor, Musolla, dan
Halaman Kantor d. Mengganti tanaman hias yang sudah mati e. Membuat atau memasang rak besi untuk
tanaman hias f. Memelihara kebersihan pos jaga keamanan
g. Penataan halaman belakang gedung kantor h. Membuat taman dan kolam i. Pembuatan lampu taman
j. Pembuatan pembatas pohon dan pengecetan k. Pembuatan pembatas parkir mobil l. Membuat rincian pekerjaan sehari-hari, petugas
lapangan dan keamanan kantor Balai Besar PPMB-TPH
Selain itu dalam rangka mendukung kelancaran tugas di bidang tata usaha maka dilakukan kegiatan-kegiatan seperti:
a. Membagi tugas kebersihan ruang kantor b. Melaksanakan cek keamanan lingkungan kantor
c. Menata gudang arsip d. Membuat jadwal piket Satpam dalam rangka
menjaga keamanan
2.4. Keperluan Operasional Perkantoran
Dalam rangka pelaksanaan dan kelancaran operasional tugas sehari-hari perkantoran
diperlukan tersedianya sarana dan prasarana berupa keperluan sehari-hari perkantoran seperti:
alat tulis kantor, komputer supplies, peralatan kebersihan, kebutuhan pelaksanaan rapat dan lain-lain. Untuk kelancaran tugas sehari-hari
perkantoran telah didukung dengan SDM yang
mencakup pramubakti, petugas pengamanan kantor dan pengemudi. Terselenggaranya
operasional perkantoran ini dilaksanakan setiap hari dengan cara mengamati dan memenuhi kebutuhan pegawai dalam melaksanakan aktifitas
pekerjaannya, kebutuhan pegawai tersebut termasuk kebutuhan pimpinan yang mendukung
kelancaran tugas kedinasan sehari-hari. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: a. Melakukan/penyiapan konsumsi untuk rapat-
rapat internal b. Memfasilitasi kebutuhan dan keperluan tamu
kantor
c. Menyiapkan keperluan perlengkapan pegawai dan petugas Satpam
d. Menyiapkan kebutuhan konsumsi petugas Satpam
e. Menyiapkan kebutuhan alat-alat rumah tangga
kantor f. Melakukan pelayanan sehari-hari kepada pegawai g. Menyiapkan bahan untuk kebersihan kantor
3. Pelayanan Publik
3.1. Penerapan SNI ISO 9001:2008
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik pada Balai Besar PPMB-TPH telah menerapkan SNI ISO 9001:2008 dengan ruang
lingkup: a. pengelolaan kenaikan pangkat, pengelolaan
kehadiran pegawai b. pengelolaan gaji c. pengelolaan surat menyurat
d. penyelenggaraan program e. pelatihan/bimbingan penerapan sistem mutu
Balai Besar PPMB-TPH sudah memperoleh
Sertifikat SNI ISO 9001:2008 dikeluarkan oleh Sucofindo International Certification Services (SICS)
dengan nomor QSC 01241 (berakhir pada bulan Februari 2017). Dengan terbitnya SNI ISO 9001:2015 yang terbaru maka Balai Besar PPMB-
TPH migrasi dari ISO 9001:2008 ke ISO 9001:2015 dengan menambah dua ruang lingkup yaitu
Pelayanan Pengujian Eksternal dan Penyelengaraan Uji Profisiensi.
Untuk menilai penerapan sistem mutu di Balai
Besar PPMB-TPH tahun 2017 telah dilakukan kegiatan audit internal pada tanggal 30-31 Mei 2017
dan kaji ulang manajemen pada tanggal 15 September 2017. Selain kegiatan tersebut juga dilakukan audit stage 1 pada tanggal 29 Nopember
2017 dan audit stage 2 pada tanggal 14-15 Desember 2017 oleh auditor dari Sucofindo.
3.2. IPNBK
Dalam rangka meningkatkan dan menumbuh
kembangkan semangat etos kerja, maka perlu dilakukan penerapan nilai-nilai dasar budaya kerja
aparatur negara secara intensif dan menyeluruh. Untuk mencapai hal tersebut pelu dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan kinerja oleh seluruh
aparatur yang dilakukan secara sunggung-sungguh, konsisten dan efektif. Untuk mengukur tingkat
capaian penerapan nilai-nilai tersebut maka dilakukan penilaian terhadap penerapan Budaya Kerja di lingkungan Balai Besar PPMB-TPH.
Penilaian dilakukan dengan cara membagikan daftar kuesioner IPNBK kepada masing masing pegawai, sesuai SK MENPAN Nomor 25 Tahun 2002
dengan pertanyaan sebanyak 44 responden, jawaban dari responden kemudian diolah dan di
nilai sesuai ketentuan penilaian berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32/ Permentan/OT.140/ 6/2009 tentang indikator
Budaya Kerja Aparatur Negara Lingkup Kementerian Pertanian. Dari penilaian yang sudah
dilakukan diperoleh hasil bahwa Nilai Mutu Budaya Kerja di Balai Besar PPMB-TPH tahun 2017 adalah sebesar 81,53 dengan kategori Sangat Baik.
3.3. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Salah satu faktor utama dalam mewujudkan
pemerintahan bersih (clean government) dan kepemerintahan yang baik (good governance) adalah
melaksanakan reformasi birokrasi. Salah satu upaya sebagai tindaklanjut dari reformasi birokrasi adalah melaksanakan perbaikan layanan publik di
satuan kerja Balai Besar PPMB-TPH. Balai Besar PPMB-TPH dalam melakukan perbaikan layanan diawali dengan melakukan evaluasi terhadap
kepuasan masyarakat dalam memperoleh layanan di kantor ini Evaluasi yang berwujud pengukuran
kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih efektif
Pengukuran Indek Kepuasan Masyarakat berpedoman kepada keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah. Berdasarkan pedoman tersebut metode yang digunakan adalah survei dengan menggunakan kuesioner yang berisi
14 unsur sebagai alat bantu pengumpulan data. Responden dipilih secara acak untuk memenuhi
akurasi hasil penyusunan indeks. Survey kepuasaan masyarakat dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu:
● Semester 1, pelaksanaan mulai tanggal 1 Januari s.d 30 Juni 2017 sebanyak 33 Responden dengan
nilai IKM 80,79 (Kategori Baik) ● Semester 2, pelaksanaan mulai tanggal 1 Juli s.d
21 Nopember 2017 sebanyak 32 responden
dengan nilai IKM 82,37 (Kategori Sangat Baik)
3.4. Lembaga Sertifikasi Personil
Salah satu fungsi Balai Besar PPMB-TPH dalam
melaksanakan tugas pengembangan serta pemberian bimbingan teknis mutu benih dan
penerapan sistem manajemen mutu benih tanaman
pangan dan hortikultura adalah melakukan uji petik mutu benih yang beredar. Oleh karena itu
dalam rangka memberikan penjelasan tentang mutu benih yang berupa hasil pengujian dari laboratorium diperlukan petugas pengambil contoh
dan analis yang kompeten. Kompetensi dan profesi petugas pengambil contoh dan analis laboratorium
dapat ditunjukkan melalui sertifikasi personil.
Kegiatan sertifikasi personil dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi personil yang telah diakreditasi
oleh KAN. Sertifikasi personil diberikan terhadap perorangan yang memenuhi persyaratan teknis tertentu dalam pelaksanaan kegiatan standardisasi.
Disamping itu juga diperlukan petugas pengambil contoh benih yang bersertifikat. Kegiatan Lembaga
Sertifikasi Personil sampai dengan bulan Desember 2017 adalah penyusunan dokumen Lembaga Sertifikasi Personil, serta petugas pengambil contoh
telah mengikuti ujian PPC sebanyak 13 orang pada tanggal 14 Nopember 2017 di Lembaga Sertifikasi Personil PPMB Ciracas.
4. Pelatihan
Seiring dengan perkembangan yang semakin pesat maka
pegawai memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai sesuai dengan kondisi saat ini. Dalam rangka maksud diatas pada tahun 2017 telah
dilaksanakan dua kali pelatihan dan dua kali inhouse training.
4.1. Pelatihan
Kegiatan pendidikan dan pelatihan pemahaman SNI
ISO 9001:2015 yang diselenggarakan oleh MASTAN yang berlangsung di Hotel Blue Sky Jln Aipda KS Tubun No. 19 Petamburan Jakarta, tanggal 16-17
Mei 2017. Peserta pelatihan yang hadir sebanyak empat orang yaitu: Siklis, SP; Nike Fitria Wibawa, STP, MP; Harry Wibowo, dan Irmayanti.
4.2. Inhouse Training Pemahaman SNI 17025:2008
Bakteri Burkholderia glumae mulai banyak
dibicarakan kembali setelah Kementerian Pertanian pada bulan Desember 2016 mengklarifikasi adanya
pernyataan di media massa bahwa Padi Hibrida yang dimasukkan oleh Pemerintah melalui Kementan mengandung bakteri Burkholderia glumae. Bakteri ini sudah menyebar hampir seluruh persawahan di Pulau Jawa serta membuat padi
tidak berisi dan membusuk. Pernyataan klarifikasi yang disampaikan oleh Kementan adalah Padi hibrida di tanam di banyak tempat, Kalimantan,
Sumatera, Jawa, NTB dan Sulawesi. Dalam Buku Juknis organisme pengganggu tanaman yang
dikeluarkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bahwa Bakteri Burkholderia glumae bukan merupakan Mayor Desease padi di Indonesia,
sehingga belum pernah ada puso akibat bakteri tersebut.
Dalam Permentan Nomor 93/Permentan/OT.140/ 12/2011, Bakteri Burkholderia glumae masuk
dalam OPTK merupakan OPTK A2 Golongan A1, yaitu Organisme Pengganggu Tanaman Tumbuhan Karantina (OPTK) yang sudah terdapat di Indonesia,
namun masih terbatas dan sedang dikendalikan, serta merupakan OPTK yang tidak dapat dibebaskan dari media pembawanya.
Penyakit tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Burkholderia glumae adalah Bakteri Busuk
Gabah/ Bacterial Grain Rot/BGR. Bakteri Burkholderia glumae merupakan bakteri tular benih
gram negative, non fluorescent, berbentuk batang dan flagela polar (1-3 lagela polar). Koloni Burkholderia glumae berwarna putih keabu abuan
dan kuning akibat adanya pigmen. Pigmen yang dihasilkan Bakteri Burkholderia glumae berwarna
kuning hijau yang larut dalam air di berbagai media.
Deteksi bakteri Burkholderia glumae pada benih dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara
lain dengan penggunaan media spesifik seperti media SPG, King’s B dan Media Wakimoto. Selain dengan media spesifik, deteksi bakteri tersebut
dapat menggunakan metode PCR.
a. Waktu dan Pelaksanaan
Kegiatan inhouse training deteksi Burkholderia glumae dilaksanakan pada tanggal 27-29 September
2017, di laboratorium Mikrobiologi Bakteri dan Laboratorium Elektroforesis Balai Besar PPMB-TPH.
b. Materi
Materi yang disampaikan pada kegiatan inhouse training adalah sebagai berikut:
1) Pre test 2) Gejala penyakit Xanthomonas oryzae pv.
Oryzae dan Burkholderia glumae di lapang (Teori)
3) Pengantar bakteri terbawa benih (Teori)
4) Pengujian baketri Xanthomonas oryzae pv. Oryzae dan Burkholderia glumae (Teori)
5) Pembuatan bahan dan media untuk pengujian liquid assay (Praktek)
6) Penyiapan sampel dan inkubasi (Praktek) 7) Pengenceran berseri dan plating (Praktek) 8) Karakterisasi isolat bakteri (uji morfologi dan
biokimia) (Praktek) 9) Pengujian Xanthomonas oryzae pv. Oryzae
dan Burkholderia glumae (Materi) 10) Isolasi DNA Xanthomonas oryzae pv. Oryzae
dan Burkholderia glumae (Praktek) 11) Penyiapan coktail dan running PCR (Praktek) 12) Penyiapan agarose dan buffer TAE (Praktek)
13) Elektroforesis hasil PCR (Praktek) 14) Visualisasi dan interpretasi hasil (Praktek)
15) Pengolahan data untuk Pengembangan dan Validasi Metode (Teori)
16) Post Test
c. Narasumber
1) Umi Kulsum SP, MP (Staff Balai Besar
PPOPT Jatisari 2) Dr. Ir. Abdul Qadir, Msi. (Staff Pengajar
Institut Pertanian Bogor)
3) Dr. Ir. Giyanto, M.Si (Staff Pengajar Institut Pertanian Bogor)
4) Nadlrummubin, SP, M.Si (Staff Laboratorium Bakteri, IPB)
5) Mahardika Gama Pradana, SP (Staff
Laboratorium Bakteri, IPB)
d. Peserta
Kegiatan inhouse training diikuti oleh 30 orang
peserta yang terdiri dari: 1) Balai Besar PPMB-TPH sebanyak 28 orang
2) Direktorat Serelia sebanyak satu orang 3) Direktorat Perbenihan sebanyak satu orang
e. Hasil Pre Test dan Post Test
Hasil pre test dan post test adalah sebagai berikut:
1) Rata-rata nilai hasil Pre test adalah 60,5 dengan nilai terendah 10 dan nilai tertinggi
80 2) Rata-rata hasil Post test adalah 92,5 dengan
nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 90
3) Terdapat peningkatan 54,2%
4.3. Inhouse Training Pemahaman SNI 17025:2008
Penerapan standarisasi laboratorium penguji benih untuk membangun sistem perbenihan yang tangguh merupakan modal dasar yang harus
dimiliki dalam menghadapi persaingan global. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan peran serta semua pihak baik ditingkat pusat maupun
daerah. Di Indonesia untuk menjadi laboratorium pengujian benih yang terstandardisasi harus
terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Laboratorium terakreditasi harus dapat menunjukkan kompetensinya sesuai dengan SNI
ISO/IEC 17025:2008. tentang persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan
laboratorium kalibrasi yang terdiri dari 15 aspek manajemen dan 10 aspek teknis.
Laboratorium penguji benih mempunyai peranan
penting dalam menyajikan hasil uji yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan bagi pengguna benih.
Salah satu faktor penting dalam menwujudkan hal ini adalah peningkatan kompentensi sumber daya manusia (SDM) laboratorium penguji benih melalui
pelatihan baik yang bersifat teknis maupun manajemen.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi personil
untuk mempertahankan status laboratorium terakreditasi yang diberikan oleh Komite Akreditasi
Nasional maka diperlukan beberapa faktor pendukung, yang diantaranya faktor sumber daya manusia maka dilakukan Inhouse Training
Pemahaman SNI ISO/IEC 17025:2008.
a. Waktu, Tempat dan Jadwal
Pelatihan Inhouse Training Pemahaman SNI 17025:2008 dilaksanakan pada tanggal 27-28 November2017, bertempat di Aula Balai Besar
Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.
b. Peserta
Peserta Pelatihan Inhouse Training Pemahaman SNI 17025:2008 sebanyak 25 orang yang
merupakan pegawai Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.
c. Narasumber
Narasumber inhouse training pemahaman SNI
ISO/IEC 17025 : 2008 sebanyak 2 (dua) orang berasal dari Badan Standarisasi Nasional (BSN) yaitu Dr. Komar Sutriah dan Wiranti Suwarti
Sari.
d. Hasil Pre Test dan Post Test
Dalam rangka mengevaluasi peningkatan
pengetahuan peserta in house training dalam pemahaman SNI ISO/IEC 17025:2008
dilakukan Pre dan Post Test dengan hasil sebagai berikut : 1) Rata – rata nilai hasil Pre test adalah 54.20
dengan nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 85
2) Rata – rata hasil Post test adalah 70.28
dengan nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 95
3) Terdapat peningkatan 16.08 %.
4.4. Pelatihan 3 M
Penyesuaian dan penyempurnaan tata naskah
dinas sebagai bagian dari unsur administrasi umum perlu mempertimbangkan dinamika perkembangan
peraturan perundangan dan teknologi informasi untuk memperlancar arus informasi serta komunikasi tulis kedinasan. Ketatalaksanaan
Pemerintah merupakan pengaturan tentang cara melaksanakan tugas dan fungsi dalam berbagai bidang kegiatan pemerintah di lingkungan instansi
Pemerintah pusat dan daerah. Ruang lingkup administrasi umum yang meliputi tata naskah
dinas, penamaan lembaga, singkatan dan akronim, kearsipan, serta tata ruang perkantoran.
Tercapainya kesamaan pengertian dan penafsiran
penyelenggaraan tata naskah dinas di seluruh unit kerja yang ada di lingkup Kementerian Pertanian.
Terwujudnya keterpaduan pengelolaan tata naskah dinas dengan unsur lainnya dalam lingkup administrasi umum. Lancarnya komunikasi tulis
kedinasan serta kemudahan dalam pengendalian. Tercapainya efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan tata naskah dinas. Berkurangnya
tumpang tindih, salah tapsir dan pemborosan penyelenggaraan tata naskah.
a. Waktu, Tempat dan Jadwal
Pelatihan 3M dilaksanakan pada tanggal 7
Desember 2017, bertempat di Aula Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.
b. Peserta
Peserta Pelatihan 3M adalah seluruh pegawai
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.
c. Narasumber
Narasumber yang memberikan materi pada Pelatihan 3M adalah berasal dari: 1) Subbag Tata Naskah, Biro Umum dan
Pengadaan, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2) Subbag Kearsipan, Biro Umum dan Pengadaan, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
3) Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
d. Materi
1) Tata Naskah 2) Kearsipan;
3) E- Personal
SUBBAGIAN KEUANGAN DAN
PERLENGKAPAN
1. Keuangan
3.1. Operasional Pengelolaan Satuan Kerja (Satker)
Pengelolaan Keuangan Satuan Kerja mengacu pada
Pedoman Administrasi Keuangan di Lingkungan Kementerian Pertanian, Peraturan Menteri
Keuangan dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Balai Besar PPMB-TPH dalam
melaksanakan kegiatan administrasi keuangan, Satker Balai Besar PPMB-TPH selalu melakukan
koordinasi dan rekonsiliasi dengan KPPN Jakarta V. Pengelolaan Satker meliputi Pengelolaan Keuangan seluruh kegiatan yang ada di Balai Besar PPMB-
TPH TA. 2017.
3.2. Pendapatan Negara
Dalam Upaya meningkatkan penerimaan negara telah diupayakan melalui aktifitas penerimaan negara bukan pajak. Pada Tahun Anggaran 2017
Balai Besar PPMB-TPH memperoleh Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar
Rp126.130.000,- (Seratus dua puluh enam juta seratus tiga puluh ribu rupiah) yang terdiri dari penerimaan umum sebesar Rp0,- penerimaan
fungsional sebesar Rp126.130.000,-. Nilai tersebut telah seluruhnya di setorkan ke kas negara.
2. Perlengkapan
2.1. Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
Pengadaan Perangkat pengolah data dan komunikasi yang telah dilaksanakan dapat terlihat pada Tabel 78.
Tabel 78. Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Tahun 2017
2.2. Pengadaan Meubelair
Pengadaan perlengkapan sarana gedung yang telah
dilaksanakan dapat terlihat pada Tabel 79.
Tabel 79. Pengadaan Meubelair Tahun 2017
2.3. Pengadaan Peralatan Perkantoran
Pengadaan perlengkapan sarana gedung yang telah
dilaksanakan dapat terlihat pada Tabel 80.
Tabel 80. Pengadaan peralatan perkantoran tahun 2017
2.4. Pengadaan Alat Laboratorium
Pengadaan perelengkapan sarana gedung yang telah dilaksanakan dapat terlihat pada Tabel 81.
Tabel 81. Pengadaan alat laboratorium tahun 2017
2.5. Pemeliharaan Gedung Kantor
Pemeliharaan gedung kantor telah dilaksanakan
dengan baik dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas. Selama Tahun Angggaran 2017 pemeliharaan gedung kantor yang telah
dilaksanakan adalah seperti pada Tabel 82.
Tabel 82. Pemeliharaan gedung dan bangunan
kantor tahun 2017
2.6. Perbaikan Peralatan Kantor
Perbaikan peralatan kantor telah dilaksanakan
dengan baik dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Besar PPMB-TPH. Selama Tahun Angggaran 2017 perabaikan
peralatan kantor yang telah dilaksanakan dapat terlihat pada Tabel 83.
Tabel 83. Perbaikan peralatan kantor TA. 2017
2.7. Perawatan Kendaraan Bermotor
Perawatan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang dilaksanakan meliputi servis,
penggantian Spare part dan oli, pembelian bahan bakar dan perpanjangan STNK untuk 24 unit
kendaraan roda dua dan 5 unit kendaraan roda empat. Perawatan ini dilaksanakan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Balai
Besar PPMB-TPH.
2.8. Operasional dan Pemeliharaan Peralatan
Laboratorium
Dalam rangka menjaga kondisi peralatan laboratorium, maka diperlukan perawatan/kalibrasi
peralatan laboratorium secara berkala. Untuk itu telah dilakukan perbaikan dan kalibrasi alat
laboratorium seperti terlihat pada Tabel 84.
Tabel 84. Kalibrasi alat laboratorium
2.9. Peminjaman Peralatan dan Kendaraan
Sebagai upaya untuk mendukung kelancaran tugas
dan fungsi Balai Besar PPMB-TPH dan keperluan pribadi pegawai telah dilakukan peminjaman peralatan dan kendaraan. Adapun peminjaman
peralatan dan kendaraan selama tahun 2017 dapat terlihat pada Tabel 85.
Tabel 85. Daftar Peminjaman Peralatan dan
Kendaraan Tahun 2017
1. Perpustakaan
Kegiatan penyelenggaraan perpustakaan Balai Besar
PPMB-TPH pada tahun 2017 yaitu telah melakukan inventaris dan arsip buku/laporan kegiatan seperti
tertera pada Tabel berikut.
Tabel 86. Jumlah buku yang dipinjam, peminjam, pembuatan kliping dan pengunjung
perpustakaan tahun 2017
Kalteng Sultra Bali Yogyakarta DKI Jakarta Riau Papua Barat Sulteng Bengkulu