kata pengantar - file · web viewpada tahun 2010 jumlah penduduk kota lhokseumawe 171.163...
TRANSCRIPT
1
cover
KATA PENGANTAR
BAB I
i
ii
DAFTAR ISI
BAB II
ii
iii
DAFTAR TABEL
BAB III
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kota Lhokseumawe 171.163 jiwa dan
pada tahun 2015 jumlah penduduk Kota Lhokseumawe mencapai 191.407 jiwa,
dengan pertambahan jumlah penduduk dari tahun 2010-2015 ialah 20.244 jiwa.
Hal ini menunjukan jumlah penduduk Kota Lhokseumawe mengalami
peningkatan yang cukup pesat dengan tingkat pertumbuhan 2,25% per tahun
(Sumber: Badan Pusat Statistik Lhokseumawe). Pertumbuhan tersebut
memberikan dampak yang nyata dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan masyarakat secara
otomatis juga ikut meningkat.
Pertumbuhan penduduk akan menyebabkan kebutuhan akan lahan sebagai
ruang untuk tempat aktivitas mereka semakin meningkat dan akan
menimbulkan semacam kompetisi untuk mendapatkan ruang yang cocok
sesuai dengan berbagai kepentingan dan keperluan manusia (Budihardjo,
1997:113). Dan kita tahu, segala apa yang hidup pasti mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan yang bersifat material maupun nonmaterial, positif atau
negatif, tergantung pada pengaruh luar yang diterima dan diolah oleh penduduk
setempat. Perubahan-perubahan ini dimungkinkan misalnya karena adanya
pengaruh dari lalu lintas, yang dapat menghasilkan social change, economical
change, technological change, cultural change, dan sebagainya. Manusia baik
sebagai perorangan maupun sebagai kelompok, hidup di dalam dan dengan
lingkungannya. Hubungan yang erat dan timbal balik sifatnya tersebut, manusia
menyesuaikan diri, memelihara serta mengelola lingkungannya. Hasil hubungan
yang dinamik antara manusia dengan lingkungannya itu dapat timbul suatu bentuk
aktivitas atau kegiatan. Bentuk aktivitas ini menimbulkan beberapa perubahan,
yaitu perubahan perkembangan (developmental change), perubahan lokasi
v
vi
(locational change), dan perubahan tata laku (behavioral change). Gambar 1.1
dapat mengggambarkan hubungannya.
Gambar 1.1 Skema Hubungan Manusia, Lingkungan dan Perubahan (Bintarto, 1983: 73)
Dari skema tersebut perubahan pertumbuhan suatu kawasan dipengaruhi
oleh hubungan manusia dengan lingkungannya. Pertumbuhan suatu kawasan juga
dapat disebabkan karena adanya hubungan kawasan tersebut dengan keberadaan
kawasan lainnya. Kawasan yang berkembang cepat akan mendorong
perkembangan kawasan disekitarnya sebagai kawasan pendukung. Perkembangan
kawasan inti dapat mempengaruhi tata ruang kawasan pendukungnya. Kampus
merupakan sarana untuk mendapat ilmu bagi masyarakat, dapat menjadi pusat
pertumbuhan baru yang memberikan banyak dampak bagi lokasi disekitarnya.
Wilayah sekitar kampus merupakan wilayah yang kompleks. Diwilayah tersebut
akan ditinggali oleh orang-orang yang datang dari bermacam-macam daerah, suku
dan kebudayaan atau disebut wilayah yang plural, orang-orang yang datang
dengan tujuan untuk berkuliah. Orang-orang yang datang dan tinggal didaerah
tersebut akan terus bertambah, seiring dengan kebutuhan pendidikan bagi
masyarakat. Wilayah kampus juga menuntut adanya pusat pelayanan yang dapat
memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang tinggal disana.
vi
vii
Universitas Malikussaleh merupakan salah satu universitas negeri yang
berada di Kota Lhokseumawe. Setiap tahunnya universitas ini berusaha untuk
meningkatkan kualitas dengan cara membangun infrastruktur dan melengkapi
fasilitas-fasilitas kampus. Selain itu, penambahan program studi juga untuk
meningkatkan mutu pendidikan di universitas tersebut seperti belum lama ini
tahun 2015 Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik membuka Prodi Baru masing-
masing Prodi Ekonomi Islam dan Prodi Sistem informasi. Dan bahkan satu
Fakultas Keguruan dengan lima jurusan juga dibuka. Dengan bertambahnya
fasilitas-fasilitas serta program studi tersebut maka secara langsung menarik para
pendatang khususnya dari luar kota Lhokseumawe untuk melanjutkan pendidikan
di Universitas Malikessaleh (UNIMAL) ini.
Beberapa tahun terakhir, kawasan sekitar kampus UNIMAL terutama di
Bukit Indah banyak mengalami perubahan baik itu kondisi Gampong (lingkungan
seperti, bertambahnya bangunan rumah, kantin, dan bangunn penyedia jasaa)
maupun sosial masyarakat sendiri. Perubahan ini tidak menutup kemungkinaan
akan merubah tata ruang gampong sekitar , Seperti banyaknya perubahan tata
guna lahan. Lahan yang sebelumnya difungsikan sebagai ruang terbuka hijau atau
non hijau berubah fungsi menjadi lahan terbangun. Adapula bangunan yang
sebelumnya difugsikan sebagai permukiman kemudian berubah fungsi sebagai
tempat usaha perdagangan dan jasa serta ada penambahan jalan Gampong.
Kawasan sekitar kampus UNIMAL juga mengalami perubahan dari sisi ekonomi.
Pertumbuhan tempat-tempat perdagangan seperti warung, toko bahkan tempat
penyadia jasa seperti warnet, Tempat Pangkas, Laundry semakin meningkat.
Fenomena-fenomena perubahan tersebut, mungkin memiliki hubungan yang
signifikan dengan keberadaan kampus UNIMAL, sehingga penelitin merasa
tertarik untuk meneliti Dampak Keberadaan kampus Universitas Malikussaleh
terhadap perubahan tata ruang wilayah disekitarnya. Dimana peneliti memilih
lokasi Gampong Blang Pulo. Alasan lainnya mengapa peneliti tertarik meneliti hal
tersebut ialah merujuk pada usulan (Amalia, 2013) dalam bukunya (Harmoni dan
Konflik), Apalagi jika studi ini nantinya dapat dilanjutkan dalam konteks selain
mengeksplorasi hubungan dan interaksi sosial yang ada juga mengkaji dampak
vii
viii
pembangunan kampus Unimal diberbagai wilayah kampusnya terhadap
masyarakat sekitar dalam berbagai aspek, diantaranya aspek pendidikan,
kesehatan, ekonomi, kesejahteraan, pemberdayaan masyarakat maupun
berbagai aspek lainnya.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan menjadi fokus
penelitian adalah:
a. Banyaknya perubahan alih fungi tata guna lahan sehingga dapat merubah
tata ruang wilayah Gampong Blang Pulo Terkait dengan Keberadaan
UNIMAL.
Permasalahan diatas akan menjawab pertanyaan penelitian, yaitu:
a. Bagaimana Dampak keberadaan Kampus Universitas Malikussaleh
terhadap perubahan tata ruang wilayah dikawasan sekitar Khususnya
Gampong Blang Pulo?
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
I.3.1 Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh keberadaan
Kampus Unimal di Bukit Indah terhadap perubahan Alih Fungsi tata guna lahan di
Gampong Blang Pulo dari tahun 2010 sampai tahun 2016.
I.3.2 Tujuan
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberadaan
Kampus Universitas Malikussaleh di Bukit Indah terhadap perubahan Alih
Fungssi tata guna lahan di Gampong Blang Pulo dari tahun 2010 sampai tahun
2016. Sehingga dapat merubah tata ruang wilayah Gampong Blang Pulo.
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi semua
pihak yang memiliki kepentingan dengan masalah yang diteliti, yaitu :
viii
ix
I.4.1 Aspek Teoritis
Secara teoritis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu
pemahaman mengenai hubungan perkembangan satu kawasan dengan kawasan
sekitarnya
I.4.2 Aspek Praktis
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi pembaca
memberikan pengertian dan menumbuhkan kesadaran atas pentingnya keberadaan
suatu perguruan Tinggi, dapat berguna bagi ilmu pengetahuan, serta dapat
memberi informasi juga konstribusi untuk penelitian bagi peneliti-peneliti lainnya.
b. Bagi Pembangunan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
masyarakat sekitar, pihak kampus dan pemerintah setempat dalam menentukan
kebijakan Tata Ruang khususnya yang terkait perkembangan kawasan sekitar
Universitas Malikussaleh agar lebih teratur.
I.5 Penegasan Istilah
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dipertegas untuk
dapat membatasi isi dari penelitian tersebut. Berikut penegasan istilah dalam
penelitian ini:
I.5.1 Hubungan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Hubungan adalah kesinambungan
interaksi antara dua atau lebih yang memudahkan proses pengenalan satu akan
yang lain.
I.5.2 Dampak
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Dampak berati 1. pengaruh kuat
yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif); 2. benturan yang cukup
hebat antara dua benda sehingga menyebabkan perubahan yang berarti dalam
momentum (pusa) sistem yang mengalami benturan itu;
ix
x
I.5.3 Kampus
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kampus adalah daerah lingkungan
bangunan utama perguruan tinggi (universitas, akademi) tempat semua kegiatan
belajar-mengajar dan administrasi berlangsung
I.5.4 Tata Ruang
Menurut UU No. 26. Tahun 2007, tentang Penataan ruang, Tata ruang
adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan
maupun tidak. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman system
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.
I.5.5 Gampong
Gampong atau nama Lain adalah kesatuan masyarakat hokum yang berada
dibawah Mukim dan dipimpin oleh Keuchik atau nama lain yang berhak
menyelenggarakan urusan Rumah tangga sendiri. (Lhokseumawe, 2009)
x
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 Perguruan Tinggi
II.1.1 Pengertian Perguruan Tinggi
Dalam Peraturan Pemerintah No.30 tahun 1990, Perguruan Tinggi
merupakan organisasi satuan pendidikan, yang menyelenggarakan pendidikan di
jenjang pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Ciri-ciri
perguruan tinggi adalah adanya mahasiswa, dosen dan program studi. Mahasiswa
adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu (PP
NO. 30 Tahun 1990). Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan
tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat. Program Studi dalam sebuah Jurusan dapat diartikan sebagai
bidang keahlian khusus yang diambil sesuai Jurusan kuliah.
Menurut UU no. 2 tahun 1989, ayat (1), perguruan Tinggi merupakan
kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk mempersiapkan
peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademis dan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Sedangkan menurut UU
No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikn Tinggi, Perguruan tinggi adalah satuan
pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan tinggi.
Perguruan Tinggi merupakan wadah bagi masyarakat kampus.
Sebagai suatu organisasi maka perguruan tinggi mempunyai (1) struktur, (2)
aturan penyelesaian tugas, yang mencakup pembagian tugas antar kelompok
fungsional dan antar warga dalam kelompok yang sama, (3) rencana kegiatan, dan
(4) tujuan. Tujuan dibimbing oleh asas dan membimbing rencana kegiatan.
Struktur dan aturan penyelesaian tugas menjadi prasarana pencapaian tujuan
dan sekaligus mencerminkan asas.
5
6
Jadi, Perguruan tinggi ialah suatu wadah/satuan untuk pendidikan setelah
selesai menjalani pendidikan Dasar ditingkat menengah yaitu Sekolah Menengah
Atas (SMA) atau sederajad, dimana didalam satuan terebut yang mengikuti
pendidikan dinamakan sebagai mahasiswa dan tim pendidik diebut Dosen,
mahasiswa akan dibimbing, diajari untuk mencapai hasil ilmu yang diterapkan
sesuai dengan jurusannya masing-masing. Perguruan tinggi sebagai masyarakat
tidak terlepas dari suatu masyarakat besar yang menjadi lingkungannya
(pengertian atau ungkapan universal), atau yang menjadi induknya
(pengertian atau ungkapan paternalistik). Dalam hal Indonesia, yang
kebanyakan warganya sangat cenderung pada paternalisme, masyarakat
perguruan tinggi menjadi anak masyarakat besar Indonesia. Penempatan dan
penyesuaian diri masyarakat kampus pada masyarakat besar Indonesia lebih
banyak berlangsung secara formalistik (melalui ketentuan, peraturan, undang-
undang yang bermaksud baik) daripada secara ekologi. Fakta ini berpengaruh
jelas pada penjabaran asas menjadi tujuan dan selanjutnya pada penjabaran
tujuan menjadi tugas pokok. Barangkali pengaruh fakta ini sampai pula
mencapai asas. Keberadaan perguruan tinggi memberi pengaruh pada kawasan
sekitarnya khususnya kawasan yang berbatasan langsung dengan perguruan tinggi
tersebut. Hal yang paling utama ialah berdatangannya para calon mahasiswa dari
daerah lain yang ingin melanjutkan pendidikan dan tentunya tidak menutup
kemungkinan masyarakat lainnya juga akan berdatangan terutama dengan tujuan
mencari nafkah baik dengan berjualan, mencari kerja, maupun penyedia jasa
lainnya. Sehingga dengan kedatangan para calon mahasiswa dan masyarakat
tersebut tentunya akan menambah jumlah penduduk/populasi di daaerah sekitar
kampus sehingga kepadatan bangunanpun meningkat demi memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan. Perubahan ini akan mempengaruhi pola penggunaan
lahan dan fungsi rumah sebagai kegiatan sosial. Adanya alih fungsi rumah tinggal
menjadi rumah dengan kegiatan ekonomi (sewa/kontrak kamar),
perubahan/penambahan ruang dan bangunan guna menambah kapasitas (Riyanto,
2002) dalam (Wijaya, 2012).
7
Sebuah perguruan tinggi yang berdiri di suatu kota mempunyai pengaruh
yang cukup signifikan terhadap kota secara fisik dan juga secara non fisik.
Dampak kota secara non fisik adalah perekonomian khususnya harga perumahan,
sosial (kelompok-kelompok perumahan permanen berganti fungsi menjadi
pemondokan sementara), jumlah penduduk kelas menengah, budaya (selera yang
seragam serta penyediaan layanan). Dampak secara fisik adalah alih fungsi
bangunan (Allison, 2006) dalam ( Ekawati, 2006).
Adanya pendidikan tinggi juga mempengaruhi kota, daya tarik kota
sebagai kawasan perguruan tinggi. Hal ini akan mengakibatkan adanya migrasi
yang masuk bukan saja melanjutkan studi tetapi juga mencari kesempatan dan
peluang kerja. Selain itu juga akan memberi dampak terhadap pelayanan
infrastruktur yang ada seperti jaringan air bersih, jalan dan drainase (Purcahyono,
2002) dalam (Wijaya, 2012).
II.2 Lahan
II.2.1 Defenisi lahan
Menurut Purwowidodo (1983) lahan mempunyai pengertian: “Suatu
lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang
sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan”.
Definisi lain juga dikemukakan oleh Arsyad yaitu : Lahan diartikan
sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta
benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan,
termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti
hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti
yang tersalinasi. (FAO dalam Arsyad, 1989)
Sedangkan Bintarto (1977:134) berpendapat: Lahan dapat diartikan
sebagai land settlemen yaitu suatu tempat atau daerah dimana penduduk
berkumpul dan hidup bersama, dimana mereka dapat menggunakan lingkungan
setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya.
8
Dengan demikian sangatlah jelas bahwa setiap makhuk hidup pasti
membutuhkan lahan untuk tumbuh dan berkembang, berbagai aktifitas manusia di
dalam ruang bumi ini tidak lepas dari fungsi lahan yang berbeda-beda
II.2.2 Pemanfaatan Lahan
Pemanfaatan lahan adalah penggunaan tanah untuk aktifitas/kegiatan
orang atau badan hukum yang dapat ditujukan secara nyata. Hervey dan Kivell
(1993) dalam Silitonga (2005), mengemukakan bila dilihat dari sisi permintaan
lahan, ada 3 faktor yang mempengaruhi pemanfaatan lahan diperkotaan, yaitu
(a) aksebilitas umum terhadap pusat kegiatan, (b) aksesibilitas khusus karena
adanya aglomerasi serta (c) faktor pelengkap yang mencakup historis, topografi
dan karakteristik tapak. Faktor-faktor penentu penggunaan lahan tersebut adalah
akibat dari dinamika perkembangan kegiatan diperkotaan. dan karena adanya
karakteristik lahan yang terbatas, maka akan terjadi persaingan penggunaan
lahan di perkotaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan pemanfaatan lahan
II.2.3 Perubahan Pengunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi perkembangan struktur kota. Pengertian lahan dapat ditinjau dari
beberapa segi, tergantung dari segi apa seseorang malihat lahan tersebut. Dari segi
geografi dan ekonomi pengertian lahan adalah sebagai berikut (Linchfield, 1980
dalam Merhendriyanto, 2003):
1. Ditinjau dari segi fisik geografi, lahan adalah tempat dimana sebuah hunian
tercipta dan mempunyai kwalitas fisik yang penting dalam
penggunaannya.
2. Sistem pengembangan lahan, berhubungan dengan proses konversi atau
rekonversi lahan (ruang) dan penyesuaiannya bagi kegunaan manusia dalam
mendukung sistem aktivitas yang telah ada sebelumnya.
9
3. Sistem lingkungan, berhubungan dengan unsur-unsur biotik dan abiotic
yang dihasilkan dari proses alam yang dikaitkan dengan air, udara dan zat-zat
lain.
Anthony J. Catanese (1986:317) dalam Yusran, 2006 mengatakan
bahwa dalam perencanaan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh manusia,
aktifitas dan lokasi, dimana hubungan ketiganya sangat berkaitan, sehingga dapat
dianggap sebagai siklus perubahan penggunaan lahan.
Sumber : Anthony J.Catanese,
II.2.4 Perubahan Pemanfaatan Lahan
Pengertian konversi lahan atau perubahan guna lahan adalah alih fungsi
atau mutasi lahan secara umum menyangkut tranformasi dalam pengalokasian
sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lain (Tjahjati, 1997
dalam Yusran, 2006). Dalam lingkup internal kota, perubahan pemanfaatan lahan
merupakan fenomena yang lazim terjadi seiring dengan dinarnika perkembangan
kota yang dihadapkan pada keterbatasan lahan untuk mewadahinya. Perubahan
pemanfaatan ini terjadi baik dari lahan yang pemanfaatannya bersifat tidak
terbangun menjadi kawasan terbangun, maupun dari satu jenis pemanfaatan lahan
ke jenis pemanfaatan lahan dalam kawasan terbangun kota (Kombaitan
dkk,2000).
10
II.2.5 Faktor Penyebab Perubahan Pemanfaatan Lahan
Penyebab perubahan pemanfaatan lahan menurut Charles C. Colby dapat
disebabkan oleh dua faktor yang saling berlawanan (Kustiwan, 2000 dalam
Rachmat Triadi, 2012) :
1. Gaya sentrifugal, mendorong kegiatan berpindah dari pusat kota ke
wilayah pinggiran.
2. Gaya sentripetal, bekerja menahan fungsi-fungsi tertentu di pusat kota dan
menarik fungsi lain kedalamnya.
3. Daya Tarik Fungsional, Daya tarik yang dikemukakan dengan
pengelompokan unit-unit fungsional pada unit-unit lain yang mempunyai tipe
sama menunjukkan tipe lain dari daya tarik fungsional. Alrahman (1989) dalam
Rachmat Triadi, (2012), menjelaskan bahwa dalam melakukan kegiatan
berbelanja, umumnya konsumen dipengaruhi oleh potensi dari tempat
perbelanjaan yang salah satunya adalah daya tarik lokasi . Daya tarik tersebut
adalah : kondisi lingkungan, fungsi persinggahan dan image.
4. Gengsi Fungsional, Berkembangnya reputasi dari suatu jalan atau lokasi yang
merupakan akibat adanya fungsi tertentu, seperti terdapatnya restoran, toko,
praktek dokter, dll.
5. Persamaan Manusiawi, Faktor ini dapat bekerja sebagai gaya sentripetal
maupun sentrifugal, yaitu dengan menilai/memandang gaya yang ada dipusat
kota sebagai daya tarik atau sebaliknya. Misalnya saja, pajak bumi dan
bangunan (PBB) di pusat kota yang tinggi dapat membuat seseorang pindah
dari pusat kota (sentrifugal) karena keuntungan yang diperoleh dari
kegiatannya tidak ekonomis, tetapi dapat menahan orang lainnya untuk tetap
tinggal (gaya sentripetal) karena keuntungan yang diperoleh dari kegiatannya
masih lebih besar dari pajak yang harus dibayai.
II.2.6 Bentuk, Karakteristik dan Jenis Perubahan Pemanfaatan Lahan
Menurut Oktavia (1998) dan Ibrahim (1991) dalam Supardi (2008)
menyebutkan bahwa ada tiga jenis perubahan pelanggaran terhadap dokumen
rencana kota, yaitu :
11
1. Perubahan fungsi, yaitu perubahan yang tidak sesuai dengan fungsi lain yang
telah ditetapkan dalam rencana, yaitu fungsi yang ditetapkan dalam Rencana
Umum Tata Ruang Kota.
2. Perubahan blok peruntukan, yaitu pemanfaatan yang tidak sesuai dengan
arahan peruntukan yang telah ditetapkan, yaitu perubahan Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Garis Sempadan
Bangunan (GSB) tiap blok yang ditetapkan dalam Rencana Detail Tata Ruang
Kota.
3. Perubahan persyaratan teknis, yaitu pemanfaatan sesuai dengan
fungsi dan peruntukan, tetapi persyaratan teknis bangunan tidak sesuai
dengan ketentuan dalam rencana dan peraturan bangunan setempat, yaitu
persyaratan teknis yang ditetapkan dalam rencana tapak kawasan dan
perpetakan yang menyangkut tata letak dan tata bangunan beserta sarana
lingkungan.
II.2.7 Proses Perubahan Pemanfaatan Lahan
Sejalan dengan dinamika pusat kota, proses perubahan yang terjadi dapat
dibagi ke dalam tujuh tahap sebagai berikut (Kombaitan, dkk, 2000) dalam
Supardi (2008):
1. Proses awal (inception), yaitu mulai berkembangnya suatu kawasan
sebagai calon pusat kota bersama-sama mulai berkembangnya suatu kota.
2. Proses eksklusi (exclusion), yaitu terjadinya penonjolan nilai lahan tertinggi
di pusat kota sehingga kawasan pusat kota menjadi eksklusif.
3. Proses segregasi, yaitu terjadinya pemisahan kawasan fungsional baru di luar
kawasan pusat kota.
4. Proses perluasan (extension), yaitu terjadinya perluasan kawasan pusat kota
akibat bertambahnya jumlah kegiatan dan meluasnya jangkauan pelayanan.
5. Proses peniruan dan penyesuaian (replication and readjustment), yaitu
munculnya fungsi serupa pusat kota, terutama pusat belanja, dipinggiran kota
akibat tejadinya perluasan wilayah terbangun kota yang pada gilirannya
menimbulkan penyesuaian di pusat lama.
12
6. Proses peremajaan (redevelopment), yaitu dilakukannya peremajaan pusat
kota akibat dinamika perubahan karakter maupun kegiatan di dalamnya.
7. Realisme kota, yaitu terjadinya hubungan berjenjang di suatu kota, dimana
pusat kota menjadi lokasi terpenting sementara kawasan- kawasan lainnya
mengurutkan diri dalam jenjang yang lebih rendah.
Terdapat dua tipe dasar perkembangan kota, yaitu pertumbuhan dan
transformasi. Pertumbuhan mencakup semua jenis permukiman baru, termasuk di
dalamnya permukiman yang sama sekali baru dan perluasan permukiman yang
ada. Adapun transformasi adalah perubahan terus-menerus pada bagian perkotaan.
Pada dasarnya tahapan dalam suatu proses pengalihan fungsi kawasan yang
terjadi terutama dari fungsi perumahan ke fungsi baru adalah sebagai berikut
(Bourne,1971) dalam (Supardi,2008):
1. Penetrasi, yaitu terjadinya penerobosan fungsi baru ke dalam suatu fungsi
yang homogen.
2. Invasi, yaitu terjadinya serbuan fungsi baru yang lebih besar dari tahap
penetrasi tetapi belum mendominasi fungsi lama.
3. Dominasi, yaitu terjadinya perubahan dominan proporsi fungsi dari fungsi
lama ke fungsi baru akibat besarnya perubahan ke fungsi baru.
4. Suksesi, yaitu terjadinya pergantian sama sekali dari suatu fungsi lama ke
fungsi baru.
II.3 Tata Ruang
II.3.1 Pengertian Tata Ruang
Menurut D.A. Tisna Admidjaja dalam Yusuf (1997),, yang dimaksud
dengan ruang adalah “wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris
yang merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan
kehidupannya dalam suatu kualitas kehidupan yang layak”. Tata ruang adalah
wujud struktur ruang dan pola ruang.Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
13
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan sarana dan prasarana. Menurut White dalam (Catanese dan Snyder,
1979) Permukiman mempunyai kontribusi fisik yang terbesar pada lingkungan
buatan dan menempati ruang kota terbanyak. Permukiman telah berkembang
menjadi suatu kegiatan yang kompleks yang melibatkan banyak peran bagi
banyak tenaga, baik dalam sektor pemerintahan maupun swasta.Sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.
Menurut Beimborn dalam (Catanese dan Snyder, 1979) terdapat suatu
hubungan erat antara perencanaan daerah den pengadaan sarana dan prasarana,
karena pengembangan fisik dan ekonomi atau peremajaan kawasan, daerah
metropolitan, lokalitas dan lingkungan perumahan, dan bahkan suatu jalan
membutuhkan investasiinvestasi pemeritah tertentu. Pada skala yang lebih tinggi
hal ini akan mencakup fasilitas-fasilitas seperti Bandar udara, jalan kereta api,
jaringan jalan raya dan instalasi utilitas yang besar. Pada skala kecil, sarana dan
prasaran tersebut dapat berupa pengadaan pelayanan-pelayanan umum yang
penting bagi pola-pola pengembangan tertentu. Misalnya suatu kawasan
permukiman membutuhkan jalan-jalan dan trotoar, atau jalan setapak, saluran air
bersih, saluran air limbah dan saluran air kotor. Berikut merupakan Tabel 2.1
sarana dan prasarana bagi pembangunan lokal.
Table 2.1 Jenis Sarana dan Prasarana bagi Pembangunan LokalKATEGORI JENIS
Jalan Jalan RayaJalan Lingkungan
Jalan SetapakUtilitas Umum Air Minum
Air KotorAir Limbah
14
Utilitas Pribadi GasListrik
TeleponFasilitas
Pelayanan Umum
Kantor-kantor Administrasi dan PelayananStation Pemadam Kebakaran dan Kepolisian
PerpustakaanSekolah
Taman dan Tempat BermainPengumpulan Sampah
Sumber : Pengantar Perencanaan Kota, Catanese dan Snyder (1984)
Menurut Mirsa (2012), standar kebutuhan sarana permukiman yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah mencakup
fasilitas ruang terbuka hijau, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas
perubadatan, fasilitas sosial, fasilitas rekreasi/hiburan, fasilitas pelayanan
pemerintahan, fasilitas komersial/perdagangan, dan fasilitas sosial lainnya. Pola
ruangadalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya.Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Keberadaan kawasan
lindung dan kawasan budidaya dapat dilihat dari peta solid void atau tutupan
lahan (penggunaan lahan) apakah tutupan vegetasi atau tutupan bangunan.Dapat
juga dinyatakan dalam peta pemanfaatan lahan, peta tersebut memperlihatkan
apakah lahan difungsikan sebagai permukiman, ladang, sawah dan sebagainya.
II.3.2 Jenis-jenis Pola ruang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitan
Sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, penelitian ini
merupakan jenis penelitian kuantitatif. Jenis metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif
adalah metode penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena
sosial atau fenomena alam secara sistematis, faktual, dan akurat. Data berupa
angka akan diperoleh dalam penelitian kemudian akan dideskripsikan sesuai
dengan klasifikasi yang ada. Dari analisis dan tampilan data tersebut peneliti
membuat interpretasi dalam bentuk narasi yang menunjukan kualitas dari gejala
atau fenomena yang menjadi objek penelitian (Arikunto, 2006: 14)
III.2 Daerah Penelitian
Daerah yang dipilih sebagai daerah penelitian adalah Gampong Blang
Pulo Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe.
III.3 Populasi dan Sampel Penelitian
III.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117). Populasi
dalam penelitian ini adalah penduduk Gampong Blang Pulo, yang secara definitif
administratif berstatus sebagai penduduk Gampong Blang Pulo dan berstatus
sebagai kepala keluarga.
III.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006: 131). Selanjutnya Arikunto memberikan perkiraan apabila
populasinya kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Karena populasi dalam
15
16
penelitian ini lebih dari 100, maka peneliti menggunakan sampel sebagai subjek
penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengambil 10% dari keseluruhan jumlah
populasi. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
proporsional random sampling, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Proportional sampling
Proportional sampling adalah teknik sampling yang memperhatikan
proporsi/perimbangan sub populasi, dengan menggunakan teknik ini diperoleh
proportional sampel. Proportional sampel adalah sampel yang perimbangannya
mengikuti perimbangan sub populasi. Jadi dengan menggunakan proportional
sampling, maka proporsi atau perimbangan besarnya sampel yang akan diambil
dari masing-masing sub populasi dapat ditentukan, yaitu sebesar 10% dari jumlah
individu untuk tiap-tiap sub populasi.
b. Random sampling
Random sampling adalah pengambilan secara random atau acak. Dalam
random sampling semua individu dalam populasi memiliki hak yang sama untuk
dijadikan sampel. Cara random yang digunakan untuk menentukan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan cara undian.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan bahwa sampel diambil dengan proporsional 10% dari jumlah
populasi yang ada.
2) Membuat nomor urut sejumlah populasi yang sudah ditetapkan.
3) Menggulung nomor undian tersebut dan mencampurkannya dalam satu
tempat/wadah.
4) Mulai mengundi dengan cara dikocok terlebih dahulu kemudian mengeluarkan
satu demi satu.
5) Setiap undian yang keluar, harus di catat nomor urut atau nomor undiannya
telah ditetapkan sebagai responden.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10% atau sekitar 130 dari jumlah
populasi 1302 seluruh Kepala Keluarga. Lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel 1.
17
III.4 Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 60).
Adapun variabel pada penelitian ini adalah:
III.4.1 Variabel Bebas (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keberadaan kampus UNIMAL.
Sub Variabelnya adalah :
a. Jumlah mahasiswa UNIMAL (Kampus Bukit Indah tahun 2012-
2016).
III.4.2 Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tata ruang Gampong Blang
Pulo.
Sub Variabelnya adalah :
a. Jumlah rumah tinggal di Gampong Blang Pulo (Tahun 2012-2016).
b. Jumlah Rumah Kost di Gampong Blang Pulo (Tahun 2012-2016).
c. Jumlah kantin/Warung makanan di Gampong Blang Pulo (Tahun
2012-2016).
d. Jumlah Penyedia jasa (rental PS, Warnet, Laudry, Photo Copy DLL)
III.5 Kebutuhan Data
Data penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
a. Jumlah KK (Kepala Keluarga) dalam tiap-tiap Dusun.
b. Jumlah dan Bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan penduduk
Gampong Blang Pulo.
c. Jumlah Mahasiswa Unimal yang tinggal Di Gampong Blang Pulo.
III.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan diterapkan dalam penelitian ini
adalah:
r xy=N∑ XY −( XY )(XY )
√{N∑X
2−(∑X
2)}{N∑Y
2−∑Y
2 }
18
III.6.1 Metode dokumentasi.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada
di BPS dan data monografi Kelurahan Sekaran. Adapun data-data yang
akan dicari dengan metode ini adalah sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk dalam 1 Dusun.
b. Jumlah KK (Kepala Keluarga) dalam tiap-tiap Dusun.
c. Bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan penduduk Gampong Blang Pulo.
III.6.2 Angket
Merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung
(peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat
pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab atau direspon oleh responden (Sukmadinata, 2010: 219)
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa identitas
responden, tingkat pendidikan, organisasi kemasyarakatan, pekerjaan,
kepemilikan Rumah (kos-kosan/tempat tinggal, Dll).
III.7 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
III.7.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mempunyai validitas tinggi, sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010:211).
Dalam penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi
Product Moment dengan angka kasar yang dikemukakan Pearson. Penggunaan
rumus dikarenakan datanya dalan bentuk interval atau rasio. Rumus korelasi
Product Moment dengan angka kasar yang dikemukakan Pearson yaitu:
r11=( KK−1 )(1−∑σ b
2
σ t2 )
19
Keterangan :
rxy = koefesien korelasi antara skor item dengan skor total
∑X = Jumlah skor item
∑Y = Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total
N = Jumlah responden
∑ X2 = Jumlah kuadrat skor item
∑ Y2 = Jumlah kuadrat skor total
Untuk menentukan valid atau tidaknya suatu instrumen adalah dengan
mengkonsultasikan hasil perhitungan rxy dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%
atau taraf kepercayaan 95%. Apabila rxy ≤ rtabel maka dikatakan valid. Namun
sebaliknya apabila rxy ≤ rtabel maka dikatakan tidak valid.
III.7.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument tersebut sudah baik (Arikunto,2010:221). Reliabilitas Dilakukan untuk
mengukur konsistensi konstrak atau variabel penelitian. Suatu kuesioner
dikatakan Reliabel atau handal jika jawaban seseorang terrhadap pertnyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu untuk mengukur Realibilitas dengan uji
statistik Crobbah Alpha ( α ) sebagai berikut:
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrument
K = banyaknya butir pertanyaan atau banyakanya soal
∑σ b2 = jumlah varians butir
σ t2 = varians soal
(Arikunto,2010:239)
20
Untuk menentukan reliabel tidaknya instrument adalah dengan
mengkonsultasikan hasil r11 dengan rtabel dengan taraf signifikan 5 % atau taraf
kepercayaan 95 %. Apabila r11 ≥ rtabel maka dikatakan reliable. Namun apabila r11
≤ rtabel maka dikatakan tidak reliabel.
III.8 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data
deskriptif persentase. Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran
responden tentang dampak kampus UNIMAL, keadaan tata ruang Gampong
Blang Pulo.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan teknik analisis data
sebagai berikut :
a. Membuat tabel distribusi angket
b. Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang telah
ditetapkan, dengan ketentuan mengubah skor kualitatif menjadi skor
kuantitatif dengan cara:
1) Jika jawaban responden a maka diberi skor 4
2) Jika jawaban responden b maka diberi skor 3
3) Jika jawaban responden c maka diberi skor 2
4) Jika jawaban responden d maka diberi skor 1
c. Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap responden
d. Memasukan skor tersebut ke dalam rumus sebagai berikut:
Dp= nN
x100 %
Dimana:
Dp = persentase sub variabel
n = jumlah nilai yang diperoleh
N = jumlah nilai ideal
(Ali, 1993: 186)
e. Hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel kategori
Persentase tinggi = (4:4) x 100% = 100%
21
Persentase rendah = (1:4) x 100% = 25%
Rentang = 100% - 25% = 75%
Kriteria yang digunakan = 4
Panjang kelas interval = 75% ; 4 = 18,7%
Dengan panjang kelas interval 18,7% dan persentase terendah 25%
dapat dibuat kriteria sebagai berikut:
Interval Skor (%) Kriteria
81,26 – 100 Sangat tinggi
62,51 – 81,25 Tinggi
43,76 – 62,50 Rendah
25,00 – 43,75 Sangat rendah