kasus suap impor sapi
TRANSCRIPT
Kasus Suap Impor Sapi KPK Bidik Tersangka BaruJakarta | Jum'at, 15 Mar 2013
M. Yamin Panca Setia
KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) mengisyaratkan adanya penetapan tersangka
baru dalam kasus suap penentuan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian
(Kementan). KPK tengah mengumpulkan dua alat bukti untuk menjerat tersangka baru
tersebut. "Kemungkinan tersangka baru itu ada, tentu setelah ditemukan adanya dua alat
bukti yang cukup," kata juru bicara KPK Johan Budi saat ditemui di kantornya, Kamis
(14/3).
Dalam kasus tersebut, KPK telah menetapkan empat orang tersangka. Mereka yakni
mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah
serta Direktur PT Indoguna Utama Juard Effendi dan Arya Abdi Effendi. Untuk
mengembangkan penyidikan, hari ini penyidik KPK kembali memeriksa Menteri
Pertanian (Mentan), Suswono. Menteri asal PKS itu menjalani pemeriksaan lanjutan
sebagai saksi untuk tersangka Luthfi. "Mentan diperiksa kembali karena masih
diperlukan keterangannya," ujar Johan.
Menurut sumber Jurnal Nasional di KPK, pada pemeriksaan kedua ini Suswono dimintai
keterangan mengenai mekanisme penentuan kuota impor sapi di Kementan.
Sebelumnya, pada pemeriksaan perdana pada medio Februari lalu, mantan anggota
Komisi IV DPR dari Fraksi PKS itu diperiksa soal pertemuan di Hotel Arya Duta, Medan.
Pertemuan pada Januari 2013 itu dihadiri Luthfi, Dirut PT Indoguna Utama Maria
Elizabeth Lima, dan pengusaha Elda Devianne Adiningrat. Kuasa hukum Elda, John
Pieter Nazar menyebut, pertemuan itu diinisiatori oleh Luthfi Suswono. Dia juga
mengklaim, kliennya tidak menghadiri pertemuan itu.
Sumber di KPK tersebut mengungkap, KPK tengah menelusuri indikasi pemberian janji
atau hadiah kepada Suswono. Pasalnya, tersangka Luthfi diduga menggunakan
pengaruhnya (trading influence) sebagai petinggi PKS untuk mengintervensi penentuan
kuota impor daging sapi di kementerian pimpinan Suswono. Intervensi Luthfi
dimaksudkan agar kuota daging impor sebanyak 8000 ton seperti diinginkan PT
Indoguna Utama bisa terealisasi. Total kuota impor daging sapi pada 2013 adalah
80.000 ton, namun rencananya ada penambahan kuota hingga 15.000 ton dengan
penetapan perusahaan yang mendapatkan tambahan kuota pada Januari 2013.
Dugaan sementara, PT Indogana Utama menjanjikan komisi atau fee sebesar Rp5 ribu
untuk tiap kilo daging. Artinya, imbalan fee untuk pengelolaan kuota impor daging sapi
sebanyak Rp40 miliar. Sementara uang Rp1 miliar yang diberikan PT Indoguna Utama
untuk tersangka Luthfi via Ahmad hanyalah uang muka. "Sedang ditelusuri apakah ada
pemberian janji juga kepada Mentan," ujar pejabat KPK yang enggan disebut namanya.
Usai diperiksa selama sembilan jam, Suswono mengaku dicecar penyidik KPK mengenai
pertemuannya dengan Luthfi Hasan Ishaq bersama petinggi PT Indoguna Utama dan
pihak lainnya di Medan. "Jadi masih memperjelas saja soal isi pertemuan di Medan dan
ini melengkapi pemeriksaan sebelumnya," ujar Suswono tadi malam seraya menebar
senyum kepada wartawan. Suswono menyatakan, pertemuan di Medan, tidak
membahas tambahan kuota impor daging dan hanya berlangsung satu kali. "Sekali saja
pertemuannya, tidak membahas tambahan kuota impor (daging)," katanya.
Suswono mengaku, pertemuan tersebut hanya membicarakan soal data menyangkut
potensi daging sapi lokal. Menteri asal PKS itu tak membantah sempat menerima data
dari Maria Elizabeth Liman. Menurut Suswono, Elizabeth tak sependapat dengan data
yang telah dikeluarkan oleh Kementan. "Saudari Elizabeth meyerahkan data yang tanda
kutip menyalahkan data yang dikeluarkan Kementan," katanya.
Namun, Suswono enggan membeberkan lebih jauh mengenai data yang diterimanya dari
Elizabeth tersebut. Termasuk soal peran sejumlah pihak lainnya yang telah dipanggil
penyidik KPK sebagai saksi, khususnya peran Ridwan Hakim, putra Ketua Dewan Syuro
PKS, Hilmi Aminuddin. Ridwan disebut-sebut mengetahui banyak mengenai proses
impor daging sapi di Kementan.
Menurut sumber di KPK, Ridwan Hakim Yusuf berperan aktif memuluskan kuota daging
sapi impor untuk PT Indoguna. Ridwan diduga sebagai pihak yang menjembatani
kongkalikong antara Indoguna dan tersangka Luthfi. Kini, pria yang berstatus saksi itu
telah dicegah ke luar negeri. "Ridwan ini yang mengurus agar kuota impor daging untuk
Indoguna bisa gol," ungkap sumber itu. Untuk mengembangkan penyidikan kasus ini
KPK telah melakukan penggeledahan di kantor Kementan di Ragunan, Jakarta Selatan.
KPK juga pernah memeriksa Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan,
Syukur Iwantoro sebagai saksi.
KPK tak hanya berkutat membongkar kasus dugaan suap di balik kebijakan kuota impor
sapi di Kementan. Namun, komisi antikorupsi itu juga berencana membongkar dugaan
adanya praktik kartel dalam bisnis daging sapi di Indonesia. Dalam mengungkap dugaan
praktik culas itu, KPK telah melakukan kajian. Direktorat Penelitian Pengembangan
(Litbang) KPK menemukan adanya sejumlah titik kerawanan tindak pidana korupsi
berkaitan dengan perdagangan komoditas daging sapi. Dari pengaduan masyarakat
sepanjang tahun 2005 hingga 2012, KPK menemukan sejumlah modus yang mengarah
dugaan tindak pidana korupsi antara lain: penggelapan impor daging sapi, impor daging
sapi fiktif, penyalahgunaan prosedur importasi daging sapi, penyalahgunaan dana
bantuan sosial (bansos) ternak sapi, dan suap proses impor daging sapi.
Menurut Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, modus tersebut terjadi karena banyaknya
permasalahan di sektor daging di Indonesia yang dibiarkan terjadi. "Dalam satu dekade,
ada indikasi pembiaran by design (terencana)," tegas Busyro di Kantor KPK, Jakarta,
beberapa waktu lalu. Dalam membongkar dugaan kejahatan kartel dalam perdagangan
daging sapi itu, KPK menggunakan pendekatan sistemik. "Kasus bisnis daging sapi ini,
sistem, sistem ini sedang kami kaji, tim penyidik juga melakukan pendalaman dan
pendetilan dalam kerangka sistem untuk menemukan apakah sistem itu ada unsur-unsur
korupsi atau tidak," kata Busyro.
Artinya, menurut Busyro, KPK tidak hanya fokus pada penyidikan orang per orang.
"Bidang pencegahan menyampaikan hal (terkait sistem) ini kepada tim agar
pengembangannya tidak hanya pada perseorangan yang sekarang menjadi tersangka.
Mungkinkah yang lain juga tersangkut? Ini kajian sistem, bisa saja dibuka penyidikan
baru," jelas Busyro.
Kronologi Tangkap Tangan Kasus Impor Sapi Yang Melibatkan LuthfiKamis, 31 Januari 2013 0 comments
Cikop News - JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang juga Presiden Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) Luthfi Hasan Ishaq sebagai tersangka kasus penerimaan suap terkait impor
daging sapi.
Penetapan Luthfi sebagai tersangka ini berawal dari operasi tangkap tangan terhadap
empat orang pada Selasa (29/1/2013) malam. Juru bicara KPK Johan Budi dalam jumpa
pers di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Rabu (30/1/2013) malam ini, mengungkapkan
kronologi penangkapan tersebut.
Johan mengatakan, KPK mulanya menerima informasi dari masyarakat mengenai
rencana transaksi suap yang akan dilakukan di kantor PT Indoguna Utama di kawasan
Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Menanggapi informasi ini, KPK pun mengirim tim untuk membuntuti Ahmad Fatanah,
orang dekat Luthi. "Kita memperoleh informasi di lapangan, ada serah terima uang di
kantor PT IU (Indoguna Utama)," kata Johan.
Siang harinya, Ahmad sampai di kantor PT Indoguna Utama. Dia tampak bertemu
dengan Arya Abdi Effendi dan Juard Effendi yang diketahui sebagai direktur perusahaan
yang bergerak di bidang impor makanan tersebut. Setelah terjadi serah terima di kantor
PT Indoguna, Ahmad tampak meluncur ke Hotel Le Meridien, Jakarta untuk bertemu
dengan seseorang.
Sementara Juard dan Arya Abdi Effendi terlihat meninggalkan kantor perusahaan
tersebut. Penyidik KPK pun menggerebek Ahmad di Hotel Le Meredien sekitar pukul
20.20 WIB. "Dia (Ahmad) keluar hotel bersama M (Maharani)," ujar Johan.
Maharani, tidak ditetapkan sebagai tersangka, namun tetap dibawa ke Gedung KPK,
Kuningan, Jakarta, untuk diperiksa. Setelah menangkap Ahmad dan Maharani, penyidik
KPK pun meringkus Juard dan Arya di rumah Arya kawasan Cakung, Jakarta Timur.
Keempatnya pun digelandang ke Gedung KPK untuk diperiksa.
Bersamaan dengan itu, penyidik KPK menyita barang bukti berupa uang Rp 1 miliar yang
dibungkus dalam kantung kresek dan koper. Penyidik juga mengamankan sejumlah buku
tabungan dan sejumlah berkas.
Dari hasil pemeriksaan dan gelar perkara, KPK menetapkan Ahmad, Arya, Juard,
sebagai tersangka. Hasil gelar perkara juga menunjukkan ada dua alat bukti yang cukup
untuk menjerat Luthfi.
Sebagai pihak yang diduga menerima suap, Luthfi dan Ahmad dijerat dengan Pasal 12
huruf a atau b atau Pasal 5 ayat 1 atau Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Sementara Arya dan Juard dijerat dengan Pasal 5 ayat 1 atau Pasal 13 UU Tipikor juncto
Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP selaku pihak yang diduga berperan sebagai pemberi suap.
(kompas.com)
Impor Daging dan Skenario Mematikan Industri Peternakan SapiPenulis : Jay Waluyo - Editor : Dzikry Subhanie Sabtu, 2 Februari 2013 17:33:40
JurnalParlemen/Hadi Rahman
Niat melakukan swasembada daging tanpa dibarengi kebijakan menutup keran impor daging hanya akan
menjadi janji politik pepesan kosong.
Jakarta - Pemenuhan kebutuhan daging sapi di dalam negeri
dengan cara impor mencerminkan sektor ini telah dimasuki 'mafia
daging' yang erat kaitannya dengan kapitalisme global.
"MPR dalam melihat kasus kelangkaan daging nasional dan
kebijakan impor yang mengakibatkan mahalnya harga daging di
dalam negeri sebagai suatu aspek bekerjanya sistem kapitalisme
global," ujar Sekretaris Fraksi PDIP MPR RI Achmad Basarah
kepada JurnalParlemen, Sabtu (2/2).
Menurut anggota Komisi III DPR ini, kapitalis global bekerja sama
dengan kaum birokrat komprador yang menjadi kaki tangan
kepentingan asing. Akibatnya, sentra-sentra pengelolaan
peternakan sapi dalam negeri, baik oleh industri maupun oleh
rakyat mengalami defisit.
"Suatu hal yang mustahil terjadi dalam suatu negeri yang kaya
akan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sebagian
besar hidup sebagai petani seperti di Indonesia ini. Singkatnya,
kebijakan impor daging merupakan satu kesatuan skenario
dimatikannya secara sistemik industri peternakan sapi nasional,"
ujarnya.
Basarah menambahkan, kegiatan impor daging sapi yang hingga
kini masih terus berlangsung membuktikan program swasembada
daging belum tercapai. Hal ini lantaran kebijakan untuk menuju
arah swasembada daging, masih banyak yang perlu dipertanyakan,
baik dari sisi konsistensi, keberpihakan pada peternak lokal, dan
kebijakan pendukung program tersebut.
"Niat melakukan swasembada daging tanpa dibarengi kebijakan
menutup keran impor daging hanya akan menjadi janji politik
pepesan kosong," tegasnya.
Soal langkah KPK membongkar kasus suap impor daging, Basarah
mengatakan penegakan hukum atas dugaan korupsi dalam kasus
impor daging ini harus mempunyai manfaat bagi kepentingam
rakyat untuk mendapatkan kembali ketersediaan daging nasional
dengan harga yang terjangkau agar gizi rakyat dapat diperbaiki.
Kasus Impor Sapi Bukan Percobaan Penyuapan (http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt510f7c6e5feb6/kasus-impor-sapi-bukan-percobaan-penyuapan)Pakar hukum menilai sangkaan pasal penyuapan yang digunakan KPK sudah tepat.
Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq usai diperiksa KPK. Foto: Sgp
Isu miring beredar pasca penahanan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq atas dugaan keterlibatannya dalam kasus suap impor daging di Kementerian Pertanian. Mulai dari politisasi, diskriminasi, hubungan ’gelap‘ pimpinan KPK Abraham Samad dengan elit PKS, sampai opini yang mengarahkan pada percobaan penyuapan.Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Andalas Elwi Danil meminta KPK tidak terpengaruh dengan semua isu maupun pernyataan politik yang dilontarkan para pengurus dan kader PKS. “Marilah kita beri kepercayaan kepada KPK untuk bisa mengungkapkan kasus ini secara tuntas,” katanya kepada hukumonline, Minggu (3/2).Apa yang dilakukan KPK, kata Elwi, adalah suatu proses penegakan hukum, sedangkan yang dilakukan PKS adalah statement atau proses politik. Elwi meminta masyarakat menempatkan proses tersebut pada dua sisi yang berbeda. Terlebih lagi pada penggiringan opini yang menyatakan perbuatan itu sebagai percobaan penyuapan.
Meski uang Rp1 miliar dari PT Indoguna Utama belum sampai ke tangan Luthfie, bukan berarti perbuatan itu dikategorikan sebagai percobaan penyuapan. Elwi meyakini KPK memiliki bukti-bukti terkait adanya janji yang
diberikan dan diterima Luthfie, sehingga anggota Komisi I DPR itu ditetapkan sebagai tersangka dan sekarang ditahan.
Melalui juru bicaranya, KPK sempat menyampaikan rentetan peristiwa sebelum operasi tangkap tangan terhadap dua perwakilan PT Indoguna dan Ahmad Fathanah. Peristiwa-peristiwa itu menjadi penting, karena menurut Elwi bisa saja Luthfie menjanjikan kemudahan bagi PT Indoguna untuk memperoleh kesempatan melakukan impor daging.
“Paling tidak, harus dilihat apa keterangan Ahmad Fathanah dan pihak PT Indoguna. Jangan-jangan PT Indoguna memiliki bukti uang itu diminta tolong disampaikan kepada Pak Luthfie atau memang ada pembicaraan, komunikasi telepon sebelumnya antara Pak Luthfie dengan Menteri Pertanian seperti yang pernah dikatakan KPK,” ujarnya.
Elwi melanjutkan, apabila rentetan peristiwa itu yang terjadi sebelum penangkapan dua perwakilan PT Indoguna dan Fathanah, maka tindak pidana yang dilakukan sudah masuk kategori penyuapan dan bukan lagi percobaan penyuapan. Dia menilai pasal sangkaan yang dikenakan terhadap Luthfie dan ketiga tersangka lainnya sudah tepat.
Senada, pengajar hukum pidana Fakultas Hukum Universitas Indonesia Hasril Hertanto juga menganggap dugaan tindak pidana tersebut sudah masuk kategori penyuapan. Percobaan tindak pidana itu terjadi kalau perbuatan tidak jadi dilakukan karena faktor internal pelaku yang memutuskan tidak jadi melakukan perbuatan pidana.
“Kalau kasus LHI (Luthfie Hasan Ishaq) sebenarnya sudah masuk penyuapan. Tidak sampainya uang itu ke LHI bukan karena pengantar membatalkannya, tetapi karena keduluan ditangkap KPK. Hanya saja perbuatan itu belum sempurna menjadi tindak pidana penyuapan karena belum sampai ke orang yang akan disuap,” terangnya.Hasril berpendapat, apabila Fathanah merupakan orang suruhan Luthfie, perbuatan Fathanah hanya dikategorikan sebagai turut serta melakukan yang bentuknya bisa medeplicteheid,mededader, atau doenpleger. Sempurnanya penyuapan terjadi kalau Luthfie sebagai orang yang paling berkepentingan langsung menerimanya.Penyelenggara negaraPertanyaan lain yang muncul adalah posisi Luthfie sebagai anggota Komisi I DPR. Meski terkategori penyelenggara negara, Luthfie dalam jabatannya tidak memiliki kewenangan secara langsung untuk mempengaruhi kebijakan di bidang pertanian. Komisi I merupakan komisi yang membidangi pertahanan, intelijen, luar negeri, dan komunikasi.
Elwi berpendapat, posisi Luthfie di DPR tidak menjadi masalah. “Dia kan penyelenggara negara. Orang tidak akan mau memberikan uang kalaulah dia bukan penyelenggara negara yang dianggap bisa mempengaruhi. Anggota DPR kan bisa mempengaruhi kebijakan yang diambil oleh pemerintah, sekalipun tidak langsung,” tuturnya.
Apalagi kedudukan Luthfie sebagai Presiden PKS, menurut Elwi sangat sulit dipisahkan dengan jabatannya sebagai anggota DPR. Sebagai pimpinan parpol, mungkin saja Luthfie memiliki andil untuk mempengaruhi kebijakan Menteri Pertanian Suswono yang notabene kader PKS. Namun, yang terpenting Luthfie adalah anggota DPR.
Pernyataan serupa juga disampaikan Hasril. Dari ketiga pasal yang dikenakan terhadap Luthfie, tidak disebutkan antara penyuapan dengan kebijakan yang akan dipengaruhi harus sejalan. “Yang dilihat hanya statusnya. Tidak penting apakah jabatannya sebagai penyelenggara negara itu berurusan dengan pertanian atau tidak,” tandasnya.
Penangkapan Luthfie dilakukan setelah KPK menangkap tangan dua perwakilan PT Indoguna, Juard Effendi dan Arya Abadi Effendi, serta Ahmad Fathanah yang diketahui sebagai orang dekat Luthfie pada Selasa malam (29/1). KPK menangkap Fathanah bersama seorang mahasiswi bernama Maharani di Hotel Le Meridien, Jakarta.
Setelah melakukan pemeriksaan, Maharani dilepaskan karena tidak memiliki hubungan dengan kasus yang disangkakan KPK terhadap keempat orang tersebut. Uang yang diberikan PT Indoguna kepada Luthfie melalui Fathanah diduga berkaitan dengan kebijakan impor daging sapi yang akan diberlakukan di Kementan.KPK mengenakan Luthfi dan Fathanah dengan Pasal 12 huruf a dan b atau Pasal 5 ayat (2) atau Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Sementara, Juard dan Arya dikenakan Pasal 5 ayat (1) atau Pasal 13 UU Tipikor jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
KASUS IMPOR DAGING: Penetapan TPPU Pada LUTHFI Dinilai Jauh Dari Fakta (http://www.bisnis-kti.com/index.php/2013/03/kasus-impor-daging-penetapan-tppu-pada-luthfi-dinilai-jauh-dari-fakta/)Oleh Newswire on Tuesday, 26 March 2013
Share on Facebook Twitter Delicious Digg
ISTIMEWA/GOOGLE IMAGE
Luthfi Hasan Ishaaq, tersangka kasus dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terkait kasus dugaan
suap pengurusan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian.
JAKARTA– Pengacara Luthfi Hasan Ishaaq, Zainudin Paru menegaskan KPK terburu-buru dalam menetapkan kliennya sebagai tersangka kasus dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang terkait kasus dugaan suap pengurusan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian.“Itu terburu-buru dan jauh dari fakta sebenarnya,” kata pengacara Luthfi Hasan Ishaaq, Zainudin Paru kepada Antara di Jakarta, Selasa (26/3).Dia mengatakan, terkait sangkaan TPPU kepada kliennya dalam kasus suap impor daging sapi tidak ada uang atau barang yang diterima kliennya. Menurut dia belum ada peristiwa hukum yang dilakukan Luthfi yang mengarah TPPU dalam kasus dugaan suap tersebut.
“Kalau TPPU tentang impor sapi, tidak ada uang atau barang yang sampai kepada beliau,” ujarnya.Zainudin menegaskan tim pengacara akan mempertanyakan langkah KPK menetapkan kliennya sebagai tersangka. Karena menurut dia ada kegalauan pada KPK terkait pemeriksaan Luthfi.“Tadi diberikan surat perpanjangan penahanan 30 hari, itu artinya pemeriksaan belum dapat apa yang dituduhkan KPK. Bayangkan kalau pemeriksaan kepada Pak Luthfi merambat pada hal yang tidak substansial,” katanya.Hal itu menurut dia terkait pemanggilan Sekjen PKS dan Sekjen DPR yang tidak ada hubungannya dengan materi kasus yang disangkakan kepada kliennya.Zainudin mengatakan selama ini KPK sudah menanyakan mengenai aset kliennya dan hal itu sudah dianggap selesai karena masuk dalam Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN).Sebelumnya, KPK telah menetapkan Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terkait kasus dugaan suap kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian.“Diduga dalam tindak pidana korupsi dengan tersangka LHI, penyidik menduga ada upaya melakukan TPPU,” ujar juru bicara KPK Johan Budi di Jakarta, Selasa (26/3).KPK menduga Luthfi Hasan telah menyamarkan, menyembunyikan dan atau merubah bentuk kekayaan yang diduga dari hasil korupsi kuota impor daging sapi. Dengan demikian, KPK menetapkan Luthfi Hasan sebagai tersangka TPPU berikutnya setelah Ahmad Fathanah.Johan menambahkan, pihaknya masih terus melakukan penelusuran untuk sejumlah aset yang dimiliki Luthfi Hasan.KPK menyangkakan Luthfi Hasan dengan pasal nomor 3 atau 4 atau 5 Undang-Undang nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU junto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. (Antara/Juanda)