pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah korupsi berasal dari bahasa latin corruptio, corruption dalam bahasa Inggris dan corruptie dalam bahasa Belanda. Korupsi disamping dipakai untuk menunjuk keadaan atau perbuatan yang busuk, juga disangkut pautkan kepada ketidakjujuran seseorang dalam bidang keuangan. 1 Menurut Vito Tanzi korupsi dapat diartikan sebagai “perilaku tidak mematuhi prinsip, dilakukan oleh perorangan di sektor swasta atau pejabat publik, dan keputusan dibuat berdasarkan hubungan pribadi atau keluarga, korupsi akan timbul, termasuk juga konflik kepentingan dan nepotisme”. 2 Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah begitu meluas. Praktik korupsi pada masa sekarang mengalami 1 Lihat, Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1996, h.115. 2 Hendarman Supandji, Korupsi dan Penegakan Hukum, Makalah Seminar Nasional “Korupsi antara Kausatif dan Simptomatik”, Jakarta, 29 Juni 2006, h.5, dikutip dari Vito Tanzi, Corruption, Governmental Activities and Markets, IMF Working Paper, Agustus 1994.

Upload: vinividivliki

Post on 10-Jun-2015

4.025 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pemaparan sekilas tentang perbedaan dan batasan antara tindak pidana suap dan tindak pidana pemberian gratifikasi dalam TPK (tindak pidana korupsi)

TRANSCRIPT

Page 1: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

1

B A B I

P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang

Istilah korupsi berasal dari bahasa latin corruptio, corruption dalam bahasa

Inggris dan corruptie dalam bahasa Belanda. Korupsi disamping dipakai untuk

menunjuk keadaan atau perbuatan yang busuk, juga disangkut pautkan kepada

ketidakjujuran seseorang dalam bidang keuangan.1 Menurut Vito Tanzi korupsi

dapat diartikan sebagai “perilaku tidak mematuhi prinsip, dilakukan oleh peroran-

gan di sektor swasta atau pejabat publik, dan keputusan dibuat berdasarkan

hubungan pribadi atau keluarga, korupsi akan timbul, termasuk juga konflik ke-

pentingan dan nepotisme”.2

Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah begitu meluas. Praktik korupsi

pada masa sekarang mengalami perkembangan dengan munculnya praktik-praktik

baru yang berusaha memanfaatkan celah atau kelemahan berbagai peraturan

perundang-undangan yang ada. Penerapan dan penegakan Undang-Undang 20

Tahun 2001 yang merupakan perubahan dari Undang-Undang 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (yang selanjutnya disebut UU

PTPK) masih banyak menemui kendala-kendala.

Permasalahan korupsi sendiri akhir-akhir ini di Indonesia seperti tiada

habis-habisnya dan muncul silih berganti, perbincangan mengenai korupsi selalu

1 Lihat, Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1996, h.115.

2 Hendarman Supandji, Korupsi dan Penegakan Hukum, Makalah Seminar Nasional “Korupsi antara Kausatif dan Simptomatik”, Jakarta, 29 Juni 2006, h.5, dikutip dari Vito Tanzi, Corruption, Governmental Activities and Markets, IMF Working Paper, Agustus 1994.

Page 2: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

2

menarik perhatian masyarakat. Hendarman Supandji pernah menyampaikan

bahwa, “Meski upaya pemberantasan korupsi semakin meningkat, tetapi belum

menunjukkan tanda-tanda bahwa crime rate-nya menurun dan Indonesia masih

tetap termasuk dalam peringkat negara-negara terkorup di dunia”,3 dari

pengalaman sehari-hari, tampaknya keberhasilan bangsa kita memberantas

korupsi masih sangat terkendala oleh perilaku masyarakat sendiri yang memiliki

toleransi terlalu tinggi terhadap korupsi. Jeremy Pope mesinyalir :

Korupsi makin mudah ditemukan di berbagai bidang kehidupan. Pertama, karena melemahnya nilai-nilai sosial, kepentingan pribadi menjadi lebih utama dibanding kepentingan umum, serta kepemilikan benda secara individual menjadi etika pribadi yang melandasi perilaku sosial sebagian besar orang. Kedua, tidak ada transparansi dan tanggung gugat sistem integritas publik.4

Berbagai kalangan menganggap korupsi sepertinya sudah merasuk di

seluruh lini kehidupan dan sepertinya telah menyatu dengan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara. Aparat penegak hukum yang diharapkan

dapat menjalankan tugasnya secara jujur dan tegas dalam menegakan hukum yang

berkaitan dengan tindak pidana korupsi, namun dalam perjalanannya malah

banyak aparat penegak hukum yang menjadi pelaku dari tindak pidana itu sendiri.

Celakanya, upaya pemberantasan korupsi ternyata bahkan bisa menjadi komoditas

tersendiri bagi berkembangnya korupsi. Perilaku aparat saat ini menjadi sorotan

dalam penegakan hukum mengenai tindak pidana korupsi. Marwan Effendy dalam

tulisannya Korupsi dan Strategi Pemberantasannya menulis,

3 Ibid, h..1.

4 Ibid, h.1, dikutip dari Jeremy Pope, Confronting Corruption: The Elements of Nasional Integrity System, Transparency International Indonesia, Jakarta 2003, h.2.

Page 3: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

3

Keberhasilan suatu penegakan hukum memang sangat bergantung kepada keberadaan institusi dari aparat penegak hukum sebagai penggeraknya. Baik buruknya penegakan hukum akan tercermin dari perilaku aparat penegak hukum itu sendiri. Aparatur penegak hukum dituntut tidak saja harus mampu mewujudkan hukum dari positioning yang in abstracto menjadi in concreto, tetapi dituntut juga harus profesional dan proporsional.5

Belakangan ini kasus korupsi yang paling marak dan banyak menjadi

sorotan adalah mengenai gratifikasi dan suap. Banyak media memberitakan

mengenai pejabat baik ditingkat pusat maupun daerah dan aparat penegak hukum

terlibat dalam perkara gratifikasi dan tindak pidana suap, dan kedua hal inilah

yang akan menjadi fokus bahasan pada skripsi ini.

Kecenderungan memberikan sesuatu sebagai wujud penghormatan

memang sudah berakar kuat pada budaya Indonesia, yang menjadi masalah ialah

bahwa suap di Indonesia sudah memiliki akar budaya yang demikian dalam.

Kosakata suap dalam bahasa Indonesia salah satunya adalah upeti, upeti berasal

dari kata utpatti dalam bahasa Sansekerta yang kurang lebih berarti bukti

kesetiaan. Menurut sejarah, upeti adalah suatu bentuk persembahan dari adipati

atau raja-raja kecil kepada raja penakluk, dalam budaya birokrasi di Indonesia

ketika kebanyakan pemerintahan masih menggunakan sistem kerajaan yang

kemudian dimanfaatkan oleh penjajah Belanda, upeti merupakan salah satu

bentuk tanda kesetiaan yang dapat dipahami sebagai simbiosis mutualisme.

Sistem kekuasaan yang mengambil pola hierarkhis ini ternyata mengalami

adaptasi di dalam sistem birokrasi modern di Indonesia.6 5 Marwan Effendy, Hand Out Korupsi dan Strategi Pemberantasannya, Dalam Dialog

Nasional Strategi Pemberantasan Korupsi dalam memicu pertumbuhan ekonomi, Jakarta, 20 September 2006, h.2.

6 Lihat, Wahyudi Kumorotomo, Budaya Upeti, Suap dan Birokrasi Publik, Gogle.com, 22 Maret 2008, h.2

Page 4: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

4

”Dalam disertasi klasiknya, Heather Sutherland menggambarkan betapa sistem upeti yang telah berlangsung selama berabad-abad itu tetap menjadi pola transfer kekuasaan antara rakyat dan penguasa ketika para birokrat di Indonesia sudah harus bekerja dengan sistem administrasi modern. Pola patron-client di mana upeti merupakan alat tukar kekuasaan dianggap sebagai standar yang wajar diantara para birokrat modern atau pamong-praja di Indonesia”.7

Kebiasaan tersebut sudah mengakar dalam budaya birokrasi, maka budaya

upeti atau yang dipahami oleh masyarakat sebagai pemberian, sangat sulit

diberantas. Banyak orang mengatakan bahwa karena sistem upeti dianggap

sebagai sesuatu yang biasa, maka hal ini lama kelamaan mengarah kepada suap

sehingga menyebabkan korupsi membudaya diantara bangsa Indonesia. Budaya

upeti saat ini memang telah banyak disalahartikan dan sangat berpengaruh

terhadap merebaknya penyakit birokrasi di indonesia. Masyarakat kerap kali gagal

dalam membedakan antara pemberian dan suap.8 Masalah ini sebenarnya dihadapi

bukan hanya di negara-negara berkembang tetapi juga di negara maju. Terlebih

lagi, situasi seperti ini diperparah oleh budaya dan persepsi masyarakat bahwa

imbalan material yang tidak resmi adalah sesuatu yang sah dan seolah-olah

menjadi wajar atau bahkan menjadi prosedur standar, maka, suap menjadi

fenomena yang terjadi dan meluas dalam semua tingkatan birokrasi.

Judy Nadler dalam sebuah artikelnya menjelaskan betapa sulitnya

masyarakat, termasuk di negara maju seperti Amerika Serikat, untuk membedakan

antara hadiah (gift) dengan suap (bribe) ketika mereka berhadapan dengan

7Ibid, h.3, dikutip dari Heather Sutherland, The Making of A Bureaucratic Elite, 1979.

8 Ibid, h.5.

Page 5: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

5

pejabat.9 Istilah pemberian kemudian berkembang dengan munculnya istilah

gratifikasi yang terdapat dalam UU PTPK. Pasal 12 B UU PTPK mendefinisikan

gratifikasi sebagai pemberian dalam arti luas yakni meliputi pemberian uang,

barang, komisi, pinjaman tanpa bunga, perjalanan wisata dan fasilitas lainnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya dan kebiasaan terkait dengan pemberian

hadiah sebagai bentuk penghormatan tersebut memang sudah mengakar kuat pada

masyarakat kita, pengaturan gratifikasi dalam UU PTPK dimaksudkan agar kebi-

asaan terkait pemberian yang telah mengakar kuat pada masyarakat kita ini

terutama pada pejabat publik dapat dikendalikan sehingga tidak menggarah pada

suap.

Diberlakukannya UU PTPK belum dapat memberikan pengertian secara

jelas antara suap dan pemberian (gratifikasi). Berbeda dengan sebelum disahkan-

nya UU PTPK, dimana sebelumnya suap sulit dibedakan dengan pemberian pada

umumnya karena kerap kali dipandang sebagai pemberian yang wajar, setelah

disahkannya UU PTPK justru gratifikasi yang sulit dibedakan dengan suap dan

kerap kali dipandang sebagai suap, khususnya pada pegawai negeri, pejabat dan

penyelenggara negara. UU PTPK dinilai terlalu luas dan kurang terperinci dalam

memberi definisi terhadap gratifikasi, serta kurang jelas dalam memberikan pa-

rameter antara gratifikasi dan suap.

Istilah gratifikasi sendiri banyak mendapat stigma negatif, hal ini terlihat

dari himbauan yang dikeluarkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

beberapa waktu lalu yang melarang pejabat untuk menerima parsel pada hari

9 Lihat, Judy Nadler, When Does A Gift Become A Bribe, csmonitor.com, 25 Januari 2006.

Page 6: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

6

raya Idul Fitri dan Natal, hal ini karena stigma negatif mengenai suap yang

dilekatkan dengan pemberian parsel. Himbauan KPK tersebut bisa dipandang

benar, karena bertujuan agar pegawai negeri, pejabat atau penyelenggara negara

tidak terbiasa menerima pemberian, yang nantinya pemberian tersebut

dikhawatirkan dapat mendorongnya melakukan ”sesuatu” yang bertentangan

dengan kewajiban dan tugasnya, akan tetapi apapun alasannya, tidak semua

pemberian (gratifikasi) kepada pegawai negeri dapat serta merta disamakan

dengan pemberian suap.

Istilah Gratikikasi berasal dari bahasa Belanda, gratikatie yang kemudian

diadopsi menjadi kata dalam bahasa Inggris yang berarti hadiah.10 Indriyanto

Senoadji menulis bahwa, “istilah gratifikasi yang dalam bahasa Inggris disebut

gratification adalah istilah yang muncul di negara-negara Anglo Saxon dan Eropa

kontinental. Istilah gratification muncul karena sulitnya pembuktian mengenai

suap (bribery),”11 sebelumnya gratification (gratifikasi) lebih banyak dikenal

sebagai gift atau pemberian (dalam bahasa Indonesia). Gratification dan gift me-

mang hampir memiliki pengertian yang sama, namun terdapat perbedaan diantara

keduanya, dalam beberapa kamus hukum asing dijelaskan mengenai pengertian

gratifikasi (gratification) dan pemberian (gift), yaitu :

10 Lihat, Lambok H.Hutaruk, Gratifikasi dan Anti Korupsi, disampaikan pada Work-shop on Business Ethics “Managing Ethical Dilemma on Facilitating Payments”, Jakarta, 30 Jan-uari 2007.

11 Indriyanto Senoadji, Masalah Korupsi di Indonesia, jodisantoso.blogspot.com, 11 Juli 2007.

Page 7: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

7

1. The Lectric Law Library’s Lexicon. Gift : “A voluntary transfer of

property from one person or entity to another made without charge or

consideration”.12

2. Duhaime dictionary. Gift : “A transfer of property with nothing given in

return”.13

3. Law dictionary. Gratification : “A reward given voluntarily for some ser-

vice or benefit rendered, without being requested so to do, either expressly

or by rendered, without being requested so to do, either expressly or by

implication. Implication”14.

4. Merriam-Webster's Dictionary of Law. Gift : “Something voluntarily

transferred without compensation”.15

5. Bouvier’s Law Dictionary. Gratification : “A reward given voluntarily for

some service or benefit rendered, without being requested to do so, either

expressly or by implication”.16

6. Black’s Law Dictionary. Gratification : “A gratuity ; a recompence or re-

ward for services or benefits, given voluntarily, without solicitation or

promise”.17

12 ? Gift-The 'Lectric Law Library's Lexicon, lectlaw.com

13 ?Gift-Duhaime Dictionary, duhaime.org

14 ?Gratification-Law dictionary, law-dictionary.org

15 ?Gift-Merriam-Webster's Dictionary of Law, Merriam-Webster Incorporated,1996

16 ?Gratification-Bouvier’s Law Dictionary, www.constitution.org

17 ?Gratification-Black’s Law Dictionary

Page 8: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

8

Beberapa pengertian mengenai gratification (gratifikasi) dan gift (pembe-

rian) diatas walaupun memiliki rumusan yang berbeda-beda akan tetapi hampir

memiliki definisi yang sama, namun yang perlu diketahui disini terdapat perbe-

daan antara definisi Gratification dan gift. Mengenai definisi gift, dapat disim-

pulkan bahwa gift adalah perpindahan sesuatu (barang atau uang) dari sesorang

pada orang lain tanpa pamrih atau mengharap imbalan. Berbeda dengan gift, grati-

fication adalah upah atau imbalan dari seseorang (pemberi) kepada orang lain

(penerima) tanpa diminta atau diperjanjikan terlebih dahulu, atas suatu pelayanan

atau keuntungan yang didapat oleh pemberi.

Gratification (gratifikasi) merupakan bentuk khusus dari gift (pemberian),

yang membedakan antara gratifikasi dan pemberian adalah latar belakangnya. Per-

pindahan sesuatu (barang atau uang) dari pemberi kepada penerima yang terjadi

dalam suatu pemberian (gift) tidak dilatar belakangi suatu hal tertentu, namun per-

pindahan sesuatu (barang atau uang) dari pemberi kepada penerima yang terjadi

dalam gratifikasi (gratification) dilatarbelakangi oleh keuntungan yang didapat

oleh pemberi, walaupun imbalan atau upah yang diberikan dalam gratifikasi

adalah bukan hal yang diperjanjikan atau dipersyaratkan terlebih dahulu.

Imbalan atau upah yang diberikan dalam gratifikasi adalah bukan hal yang

diperjanjikan atau dipersyaratkan terlebih dahulu, namun gratifikasi kerap kali

disamakan dengan suap. Suap dalam bahasa Inggris diartikan sebagai bribe, dari

berita maupun pembahasan mengenai kasus atau perkara korupsi, suap dapat

dikatakan sebagai salah satu kasus atau perkara yang paling banyak mendapat

sorotan dibandingkan beberapa kasus korupsi lainnya karena pembuktiannya yang

Page 9: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

9

sulit18, dalam beberapa literatur dan kamus hukum asing dijelaskan mengenai

pengertian suap (bribe), yaitu :

1. Law dictionary. Bribe :

The gift or promise, which is accepted, of some advantage, as the induce-ment for some illegal act or omission; or of some illegal as the inducement for some illegal act or omission; or of some illegal emolument, as a con-sideration, for preferring one person to another, in the performance of a legal act. 19

2. Merriam-Webster's Dictionary of Law. Bribe : “A benefit (as money)

given, promised, or offered in order to influence the judgment or conduct

of a person in a position of trust (as an official or witness)”. 20

3. Nolo’s Encyclopedia. Bribe : “Official commits an illegal act that inter-

feres with the performance of his or her duties. For example, an elected

official who accepts a bribe in exchange for political favors has committed

malfeasance”. 21

4. Bouvier’s law dictionary. Bribery :

The receiving or offering any undue reward by or to any person whomsoever, whose ordinary profession or business relates to the adminis-tration of public justice, in order to influence his behaviour in office, and to incline him to act contrary to his duty and the known rules of honesty and integrity. 22

18 Hanny Leihitu, Delik Penyuapan, hariankomentar.com, 28 Maret 2008. 19Bribe-Law dictionary, law-dictionary.org

20Bribe-Merriam-Webster's Dictionary of Law, Merriam-Webster Incorporated,1996

21 ?Bribe-Nolo's Encyclopedia of Everyday Law, nolo.com

22Bribery-Bouvier’s Law Dictionary, www.constitution.org

Page 10: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

10

Rusma Dwiyana dalam artikelnya yang berjudul Tinjauan Konseptual

Yuridis Terhadap Korupsi, memberikan pengertian penyuapan adalah pembayaran

(baik dalam bentuk uang ataupun dalam bentuk lainnya) yang diberikan atau

diterima dalam suatu hubungan yang korup, dalam suatu jumlah tertentu, suatu

persentase dari nilai kontrak, atau bentuk-bentuk lain dari pemberian uang, yang

biasanya dibayarkan kepada pejabat negara yang dapat membuat kontrak atas

nama negara atau mendistribusikan keuntungan kepada negara, individu,

pengusaha dan klien.23

Suap sendiri dapat dibedakan atas pembayaran kembali, uang pelicin, dan hadiah, yang diterima dari publik. Bentuk-bentuk pembayaran tersebut ditujukan untuk mempercepat dan mempermudah berbagai urusan yang berkaitan dengan birokrasi negara.  Pemberian tersebut dipergunakan untuk menghindari pajak, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, atau bahkan untuk memproteksi pasar dan monopoli, perizinan ekspor-impor, dan lain-lain.Suap juga dapat berupa pajak tidak resmi, jika pejabat publik membebankan ‘biaya tambahan’ (under the table payment) kepada konsumen (masyarakat/publik).24

Definisi mengenai suap (bribe) yang telah dijelaskan diatas terdapat

beberapa kesamaan, dari kesamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa suap adalah

suatu upah yang diberikan atau suatu janji yang ditawarkan dengan tujuan agar si

penerima (orang yang memiliki jabatan atau posisi yang penting) berbuat sesuatu

yang bertentangan dengan kewajibannya atau aturan dan mengarahkan

perbuatannya supaya sesuai dengan kehendak si pemberi suap tersebut.

23Lihat, Rusma Dwiyana, Tinjauan Konseptual Yuridis Terhadap Korupsi, Trans-parency International Indonesia www.ti.org.id, 31 Januari 2008

24 Ibid

Page 11: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

11

Berbeda dengan makna gratifikasi yang masih diperdebatkan, jelas bahwa

suap adalah perbuatan yang bertentangan dengan hukum, karena tujuan yang

dikehendaki oleh si pemberi suap bertentangan dengan kewajiban penerima dan

peraturan yang ada, dari pengertian umum mengenai gratifikasi dan suap yang

telah dijelaskan dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara gratifikasi dan

suap, namun dalam penerapan UU PTPK masih terdapat kesulitan dalam mem-

bedakan antara gratifikasi dan suap. Mengenai hal ini, Nur Basuki Minarno

berpendapat :

Ada pemahaman yang keliru soal gratifikasi dan implikasinya jika gratifikasi diterima pegawai negeri atau penyelenggara negara. Hal itu belum banyak diketahui khalayak masyarakat,tidak menutup kemungkinan juga bagi aparat penegak hukum tidak memahami norma hukum yang terkait dengan gratifikasi. Jika dibiarkan tanpa ada kejelasan atas konsep tersebut, dikhawatirkan ada ketakutan yang luar biasa bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara untuk menerima hadiah.25

Sulitnya penafsiran mengenai batasan gratifikasi dan suap juga dapat

dilihat dari silang pendapat yang timbul diantara anggota DPRD kota Mojokerto

beberapa waktu lalu. Sebagian anggota DPRD Mojokerto dari beberapa fraksi

mengembalikan parsel yang diterima mereka karena mengganggap bahwa

pemberian yang mereka terima tersebut merupakan hal yang terlarang dan hal

tersebut merupakan kebijakan fraksi, barangsiapa yang tidak menurutinya

dianggap indisipliner, namun sebagian anggota DPRD lainnya enggan

mengembalikannya karena menganggap bahwa pemberian yang mereka terima

bukan dikategorikan sebagai suap yang merupakan sesuatu yang terlarang.26

25

? Nur Basuki Minarno, Tidak Semua Gratifikasi Suap, Jawa Pos, 19 Oktober 2006. 26

Page 12: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

12

Perlu diperhatikan bahwa tidak semua pemberian (gratifikasi) bisa

digolongkan sebagai suap, karena itulah sangat penting untuk mengetahui unsur-

unsur yang terdapat pada gratifikasi dan suap dalam tindak pidana korupsi, se-

hingga dapat dipahami apa yang membedakan suap dan gratifikasi dan kapan su-

atu gratifikasi dapat dikatakan sebagai suap. Apabila tidak, hal ini dapat menim-

bulkan kesalahan penerapan mengenai aturan suap dan gratifikasi dan akan

menimbulkan kesulitan dalam pembuktian terkait tindak pidana suap dan peneri-

maan gratifikasi yang nantinya akan menghambat pemberantasan tindak pidana

korupsi.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis merumuskan

permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Apakah unsur-unsur esensial pada gratifikasi dan suap dalam tindak pidana

korupsi ?

2. Bagaimana pembuktian dalam perkara gratifikasi dan delik suap dalam

tindak pidana korupsi ?

1.3. Metode

Metode penulisan merupakan faktor penting dalam penulisan hukum yang

dipakai sebagai cara untuk menemukan, mengembangkan sekaligus menguji

?“Akhirnya Kembalikan Parsel”, Mojokerto.go.id, 30 September 2007.

Page 13: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

13

kebenaran serta untuk menjalankan prosedur yang benar sehingga penulisan

skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

1.3.1. Tipe penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan tipe penulisan yuridis normatif. Tipe

penulisan yuridis normatif adalah pendekatan masalah yang mempunyai maksud

dan tujuan untuk mengkaji perundang-undangan dan peraturan yang berlaku juga

buku-buku yang berkonsep teoritis, kemudian dihubungkan dengan permasalahan

yang menjadi pokok pembahasan yang dibahas di dalam penulisan skripsi ini.

1.3.2. Pendekatan

Pendekatan penulisan yang digunakan adalah pendekatan perundang-

undangan (statute approach) dan conseptual approach. Pendekatan statute

approach adalah pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari peraturan

perundang-undangn yang berhubungan dengan judul penulisan, setelah itu

diaplikasikan pada permasalah yang dijadikan objek penulisan. Pendekatan

conseptual approach adalah pendekatan yang dilakukan dengan membangun

suatu konsep yang berasal dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang

berkembang di dalam ilmu hukum.27

1.3.3. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penulisan hukum ini

diperoleh melalui :

27 Lihat, Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2007, h. 137-139

Page 14: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

14

a. Sumber Bahan Hukum Primer

Sumber bahan hukum primer adalah sumber bahan hukum yang diperoleh

dengan pengumpulan peraturan perundang – undangan antara lain Undang-

Undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana,

Undang-Undang No.1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana, Undang-Undang No.11 Tahun 1980 Tentang Tindak Pidana Suap,

Undang-Undang No.20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-

Undang No.28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan

Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme, Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No.65 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kekayaan

Penyelenggara Negara, Undang-Undang No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Adapun bahan hukum primer yang digunakan, didapat dengan cara melakukan

studi pustaka yang dilanjutkan dengan kegiatan inventarisasi dan identifikasi

terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan materi

penulisan .

b. Sumber Bahan Hukum Sekunder

Sumber bahan hukum sekunder berasal dari buku-buku, makalah, kamus

hukum, artikel dan bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan materi

penulisan. Bahan hukum sekunder diperoleh dengan cara studi dokumen,

mempelajari permasalahan melalui buku-buku, literatur, makalah, kamus

hukum dan bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan materi ditambah

lagi dengan kegiatan pencarian data menggunakan internet.

Page 15: pendahuluan skripsi gratifikasi dan suap

15