impor sapi dibatasi

Upload: jaka-ramadhan

Post on 03-Mar-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

impor sapi

TRANSCRIPT

Impor Sapi Dibatasi, RI Butuh Kapal Pengangkut TernakLani Pujiastuti- detikfinanceJumat, 31/07/2015 09:31 WIB

Jakarta-Indonesia hingga saat ini belum punya kapal khusus pengangkut ternak sapi. Kapal tersebut diperlukan untuk mengangkut ternak dari daerah sentra produksi sapi seperti NTT menuju Jakarta dan sekitarnya.

Terlebih saat ini kementerian perdagangan membatasi kuota impor sapi kuartal III-2015 hanya 50.000 ekor sapi bakalan dari Australia. Pembatasan tersebut untuk mengendalikan laju impor sapi bakalan.

Stok dalam negeri akan dioptimalkan. Sapi-sapi dari sentra akan diangkut lebih banyak, namun rupanya infrastruktur belum siap, Indonesia butuh kapal khusus pengangkut sapi.

"Rencana kapal ternak sangat bagus dan kita memang sangat butuh sejak dulu. Layaknya kandang berjalan di atas laut lengkap dengan pakan untuk angkut ternak dalam jumlah besar," jelas Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Muladno ketika dihubungidetikFinance,Jumat (31/7/2015).

Muladno mengungkapkan selama ini ternak diangkut dari sentra seperti NTT dengan kapal barang bahkan kapal penumpang. "Selama ini sapi-sapi diangkut masuk truk. Truk masuk ke kapal ferry. Itu jelas ngga nyaman, bahkan masih ditemukan sapi-sapi digantung lehernya di atas kapal," ungkapnya.

Menurut Muladno, selain tidak nyaman, biayanya pun tinggi. "Biayanya tinggi karena dengan kapal penumpang atau barang hanya bisa angkut dalam jumlah kecil. Ternak kita banyak tapi tersebar dalam jumlah kecil-kecil dan di setiap daerah punya pemain sendiri," terangnya.

Muladno menjelaskan, kapal penumpang tidak layak bagi sapi karena sempit dan tidak bisa memberi pakan. Sapi harus diturunkan dari truk untuk diberi pakan. Hal tersebut cukup merepotkan dan resiko sapi lepas karena stress perjalanan.

"Kapal khusus ternak itu ada tempat pakan dan minum. Ternak juga butuh kenyamanan, bisa makan dan minum selama perjalanan berhari-hari. Seperti kandang berjalan, sapi hanya pindah lokasi saja," jelasnya.

Kementerian Perhubungan menyebut kapal khusus ternak beroperasi September tahun ini senilai Rp 60 miliar.(hen/hen)Sumber: http://finance.detik.com/read/2015/07/31/093149/2979716/4/impor-sapi-dibatasi-ri-butuh-kapal-pengangkut-ternak

Sapi Pun Butuh Kapal Yang Layak Oleh:administrator Juni 20, 2014 Liputan KhususPALU Siang itu matahari sangat terik. Hembusan angin laut tak mampu mengurangi panas yang menggigit kulit. Yang terjadi justru hembusan angin membawa aroma tak sedap di sekitar Pelabuhan Taipa, Palu.Aroma tak sedap itu berasal dari kotoran sapi di sekitar pelabuhan. Meski petugas kebersihan di pelabuhan sudah berusaha untuk membersihkan dengan cara menyapu dan menyiram dengan air, namun aroma tak sedap itu tetap menyeruak di hidung. Karena sapi yang membuang kotoran secara sembarangan di sekitar pelabuhan, datangnya secara bertahap. Sapi-sapi itu adalah milik peternak di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah yang akan dijual ke Balikpapan maupun Samarinda di Propinsi Kalimantan Timur.Dijual ke sana, karena selain permintaannya cukup tinggi, harga jualnya juga lebih menggiurkan. Di Sulawesi harga sapi Donggala hanya dihargai antara Rp 6 juta sampai Rp 10 juta per ekor, tergantung ukuran. Di Kalimantan Timur mencapai Rp 8 juta hingga Rp 12 juta per ekor. Harga akan melonjak menjelang Lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha karena tingginya permintaan. Selisihnya bisa mencapai Rp 2-3 juta dibandingkan bulan sebelumnya.Untuk memenuhi permintaan, pedagang harus mencari ternak tersebut ke desa-desa yang ada di pegunungan di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi. Itu yang membuat peternak maupun pedagang sapi lebih memilih menjual ke Kalimantan Timur daripada dijual di Sulawesi Tengah, kata Salim, salah seorang pedagang sapi di Pelabuhan Taipa, Palu belum lama ini.Untuk mengangkut sapi dari Sulawesi Tengah ke Kalimantan Timur, peternak maupun pedagang menggunakan kapal feri KM Madani dari Pelabuhan Taipa, Palu ke Pelabuhan Kariangau, Balikpapan. Data yang diperoleh dari Pelabuhan Taipa Palu, pengiriman sapi ke Kalimantan Timur rata-rata antara 120 hingga 150 ekor setiap bulannya.Saat kami datang, sekitar 20 ekor sapi dalam berbagai ukuran itu dilepas ditempatkan di bagian belakang kapal. Sapi-sapi tersebut diikat dengan tali ke balok-balok yang dipasang melintang. Sebelum masuk ke dalam kapal, bagian belakang kapal yang akan digunakan sebagai tempat sapi-sapi ditaburi serbuk kayu. Sehingga kotoran sapi mudah dibersihkan.Kapal dengan bobot 1.106 GRT yang dioperasikan oleh PT ASDP Indonesia Ferry ini memang menjadi satu-satunya andalan para peternak sapi. Selain peternak sapi, ada puluhan petani sayur-sayuran dan buah-buahan serta ribuan masyarakat yang akan pergi ke Kelimantan Timur sangat mengandalkan KM Madani, mengingat kapal bercat putih biru ini merupakan sarana utama mengangkut barang-barang dagangan terutama hasil pertanian dan perkebunan seperti sayur mayur jenis kol, wortel, sawi, daun bawang, serta buah-buahan seperti pisang, mangga, nangka, alpukat, tomat, cabai dan juga jagung dari Sulawesi Tengah ke Kalimantan Timur. Meski menjadi andalan bahkan menjadi satu-satunya alat penyeberangan yang aman, kondisi kapal bisa dikatakan jauh dari kata layak.Dengan kecepatan antara 7-9 knot, dari Pelabuhan Taipa ke Pelabuhan Kariangau membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Jika ombak di Selat Makasar sedang tidak bersahabat, jarak tempuh menjadi lebih panjang yaitu 30 jam karena kecepatan kapal hanya bisa 4 knot. Bahkan jika cuaca sangat buruk, kapal bisa kembali ke pelabuhan asal. Kapal ini juga hanya melayani dua kali dalam seminggu.Karena kondisi kapal yang jauh dari kata layak itulah, Dinas Perhubungan Sulawesi Tengah dengan pertimbangan keselamatan hanya mengizinkan penumpang yang naik hanya 249 orang dari kapasitas 400 penumpang. Kita tidak mau ambil resiko, kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelabuhan Ferry Taipa Palu, Rocky Surentu.Tarif satu kali penyebrangan sepanjang 208 mile, sebesar Rp 140.000. Tarif itu untuk biaya penyeberangan Rp 122.000 dan Rp 18.000 untuk biaya makan sepanjang perjalanan. Untuk hasil pertanian dihitung berdasarkan berat yaitu Rp 33.000/koli. Pemda Palu memberikan subsidi dalam bentuk bahan bakar minyak (BBM) dan gaji nakhoda, awak kapal dan petugas darat yang berjumlah 25 orang, jelas Ariadi, supervisi dari PT ASDP.Yang menjadi permasalahan adalah, bilamana kapal harus melakukan docking. Aktifitas pelabuhan pun menjadi lumpuh. Masyarakat, peternak dan pedagang pun harus menderita karena tidak bisa memanfaatkan jasa KM Madani yang sudah berusia 15 tahun.Contohnya tahun 2012 lalu. Kapal harus melakukan docking, padahal saat itu menjelang bulan puasa dan lebaran, dimana masa-masa tersebut adalah masa `panen` bagi para pedagang kecil dan menengah di Palu dan Balikpapan karena kebutuhan masyarakat Kaltim sangat tinggi terutama buah-buahan untuk buka puasa, telur dan sayur-mayur. Tapi mereka urung menangguk untung karena KM Madani tidak beroperasi.Karena tidak ingin kehilangan rejeki, sebagian pedagang terpaksa mengalihkan barang mereka untuk diangkut lewat penyeberangan Mamuju, Sulawesi Barat, namun biaya angkut terlalu mahal karena jarak antara Palu dan Mamuju mencapai hampir 500 km. Ada juga pedagang yang nekat, yaitu menggunakan kapal kayu dari Pelabuhan Owani, pelabuhan rakyat di Kabupaten Donggala.Yang menjadi kekhawatiran Rocky adalah, selain kondisi kapalnya yang sangat tidak layak untuk mengangkut barang dalam jumlah banyak, dan sangat riskan untuk melewati Selat Makassar yang dikenal ganas, para penumpang juga tidak diasuransikan. Lebih parahnya lagi, Syahbandar di sana mengabaikan faktor keselamatan. Meski BMKG merilis kondisi cuaca yang buruk, sehingga kapal tidak boleh berangkat, tapi Syahbandar tetap melepas kapal kayu tersebut dengan alasan desakan penumpang, papar Rocky.Bukan hanya orang, sapi dan hewan ternak pun membutuhkan kapal yang layak dan stabil. Karena jika kapal tidak stabil akan membuat sapi merasa tidak nyaman dan akibatnya bisa bergerak kemana dia suka. Ini bisa mengakibatkan kapal berguncang yang pada akhirnya bukan hanya mengancam keselamatan sapi dan hewan ternak lainnya, tapi juga keselamatan penumpang kapal kayu itu, jelas Rocky. Oleh karena itu, Rocky berharap pemerintah pusat mencari jalan keluar, yaitu dengan menyediakan kapal fery yang lebih layak, memenuhi faktor keselamatan dengan kecepatan dan kapasitas yang lebih dari KM Madani.Saya sudah mengajukan ke PT ASDP dan dan Ditjen Perhubungan Darat tahun 2012 lalu. Keluhan juga sudah saya sampaikan ke Pak Wiratno saat berkunjung ke Taipa. Tapi sampai hari ini tidak ada respon, kata Rocky.Komisaris PT ASDP Indonesia Ferry Wiratno yang dihubungi secara terpisah membenarkan bahwa pihaknya pernah datang ke Pelabuhan Taipa dan melihat kondisi KM Madani yang cukup memprihatinkan. Betul saya sudah ke Taipa dan melihat kondisi KM Madani, ujar Wiratno.Mantan Direktur ASDP Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan mengatakan akan segera memberikan masukan mengenai kondisi kapal yang ada di Palu kepada Direksi.Saya sampaikan terima kasih atas informasinya dan akan saya dorong agar supaya manajemen PT ASDP memberikan perhatian khusus pada masalah ini, ujar Wiratno.Dirjen Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso mengaku belum ada laporan mengenai permintaan tambahan kapal penyeberangan untuk rute Pelabuhan Taipa ke Pelabuhan Kariangau. Permintaannya ditujukan kemana? Ke PT ASDP atau ke Ditjen Perhubungan Laut? Kalau ke saya (Ditjen Perhubungan Darat) belum ada. Kalau ada pasti akan saya perhatikan betul-betul, apalagi ini untuk kepentingan masyarakat banyak, kata Suroyo.Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Propinsi Sulawesi Tengah Hindro Surahmat ATD mengatakan, jika PT ASDP atau pemerintah pusat berencana memberikan tambahan beberapa kapal, selain akan menambah frekuensi penyeberangan dari Pelabuhan Taipa ke Pelabuhan Kariangau sehingga terjadi crossing, ia juga akan mengusulkan untuk membuka rute baru dari Pelabuhan Taipa ke Pelabuhan Lok Tuan, Bontang, Kalimantan Timur.Hindro menjelaskan, banyak masyarakat Sulawesi Tengah yang bekerja di sektor tambang dan minyak di Bontang. Selama ini pekerja dari Sulawesi Tengah menggunakan penyeberangan ke Kariangau, selanjutnya masih harus menempuh perjalanan darat sekitar 300 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 6-7 jam.Sama seperti halnya Balikpapan, Bontang merupakan salah satu pasar potensial bagi para peternak sapi dan pedagang sayur dan buah-buahan dari Sulawesi Tengah. Karena ketidaktersediaannya alat transportasi ke Bontang, hingga saat ini masyarakat Sulawesi Tengah hanya membidik Balikpapan dan Samarinda.Kalau dari segi kajian ekonomi, dibukanya rute pelayaran baru ini akan memberikan manfaat bagi dua propinsi. Kami akan melakukan kajian lebih mendalam dan membicarakannya dengan Dishub Kaltim dan Dishub Kotamadya Bontang sehingga memiliki argumentasi yang lebih kuat, jelas Hindro.(Raharjo)Sapi Pun Butuh Kapal Yang Layak Oleh:administrator Juni 20, 2014 Liputan KhususPALU Siang itu matahari sangat terik. Hembusan angin laut tak mampu mengurangi panas yang menggigit kulit. Yang terjadi justru hembusan angin membawa aroma tak sedap di sekitar Pelabuhan Taipa, Palu.Aroma tak sedap itu berasal dari kotoran sapi di sekitar pelabuhan. Meski petugas kebersihan di pelabuhan sudah berusaha untuk membersihkan dengan cara menyapu dan menyiram dengan air, namun aroma tak sedap itu tetap menyeruak di hidung. Karena sapi yang membuang kotoran secara sembarangan di sekitar pelabuhan, datangnya secara bertahap. Sapi-sapi itu adalah milik peternak di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah yang akan dijual ke Balikpapan maupun Samarinda di Propinsi Kalimantan Timur.Dijual ke sana, karena selain permintaannya cukup tinggi, harga jualnya juga lebih menggiurkan. Di Sulawesi harga sapi Donggala hanya dihargai antara Rp 6 juta sampai Rp 10 juta per ekor, tergantung ukuran. Di Kalimantan Timur mencapai Rp 8 juta hingga Rp 12 juta per ekor. Harga akan melonjak menjelang Lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha karena tingginya permintaan. Selisihnya bisa mencapai Rp 2-3 juta dibandingkan bulan sebelumnya.Untuk memenuhi permintaan, pedagang harus mencari ternak tersebut ke desa-desa yang ada di pegunungan di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi. Itu yang membuat peternak maupun pedagang sapi lebih memilih menjual ke Kalimantan Timur daripada dijual di Sulawesi Tengah, kata Salim, salah seorang pedagang sapi di Pelabuhan Taipa, Palu belum lama ini.Untuk mengangkut sapi dari Sulawesi Tengah ke Kalimantan Timur, peternak maupun pedagang menggunakan kapal feri KM Madani dari Pelabuhan Taipa, Palu ke Pelabuhan Kariangau, Balikpapan. Data yang diperoleh dari Pelabuhan Taipa Palu, pengiriman sapi ke Kalimantan Timur rata-rata antara 120 hingga 150 ekor setiap bulannya.Saat kami datang, sekitar 20 ekor sapi dalam berbagai ukuran itu dilepas ditempatkan di bagian belakang kapal. Sapi-sapi tersebut diikat dengan tali ke balok-balok yang dipasang melintang. Sebelum masuk ke dalam kapal, bagian belakang kapal yang akan digunakan sebagai tempat sapi-sapi ditaburi serbuk kayu. Sehingga kotoran sapi mudah dibersihkan.Kapal dengan bobot 1.106 GRT yang dioperasikan oleh PT ASDP Indonesia Ferry ini memang menjadi satu-satunya andalan para peternak sapi. Selain peternak sapi, ada puluhan petani sayur-sayuran dan buah-buahan serta ribuan masyarakat yang akan pergi ke Kelimantan Timur sangat mengandalkan KM Madani, mengingat kapal bercat putih biru ini merupakan sarana utama mengangkut barang-barang dagangan terutama hasil pertanian dan perkebunan seperti sayur mayur jenis kol, wortel, sawi, daun bawang, serta buah-buahan seperti pisang, mangga, nangka, alpukat, tomat, cabai dan juga jagung dari Sulawesi Tengah ke Kalimantan Timur. Meski menjadi andalan bahkan menjadi satu-satunya alat penyeberangan yang aman, kondisi kapal bisa dikatakan jauh dari kata layak.Dengan kecepatan antara 7-9 knot, dari Pelabuhan Taipa ke Pelabuhan Kariangau membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Jika ombak di Selat Makasar sedang tidak bersahabat, jarak tempuh menjadi lebih panjang yaitu 30 jam karena kecepatan kapal hanya bisa 4 knot. Bahkan jika cuaca sangat buruk, kapal bisa kembali ke pelabuhan asal. Kapal ini juga hanya melayani dua kali dalam seminggu.Karena kondisi kapal yang jauh dari kata layak itulah, Dinas Perhubungan Sulawesi Tengah dengan pertimbangan keselamatan hanya mengizinkan penumpang yang naik hanya 249 orang dari kapasitas 400 penumpang. Kita tidak mau ambil resiko, kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelabuhan Ferry Taipa Palu, Rocky Surentu.Tarif satu kali penyebrangan sepanjang 208 mile, sebesar Rp 140.000. Tarif itu untuk biaya penyeberangan Rp 122.000 dan Rp 18.000 untuk biaya makan sepanjang perjalanan. Untuk hasil pertanian dihitung berdasarkan berat yaitu Rp 33.000/koli. Pemda Palu memberikan subsidi dalam bentuk bahan bakar minyak (BBM) dan gaji nakhoda, awak kapal dan petugas darat yang berjumlah 25 orang, jelas Ariadi, supervisi dari PT ASDP.Yang menjadi permasalahan adalah, bilamana kapal harus melakukan docking. Aktifitas pelabuhan pun menjadi lumpuh. Masyarakat, peternak dan pedagang pun harus menderita karena tidak bisa memanfaatkan jasa KM Madani yang sudah berusia 15 tahun.Contohnya tahun 2012 lalu. Kapal harus melakukan docking, padahal saat itu menjelang bulan puasa dan lebaran, dimana masa-masa tersebut adalah masa `panen` bagi para pedagang kecil dan menengah di Palu dan Balikpapan karena kebutuhan masyarakat Kaltim sangat tinggi terutama buah-buahan untuk buka puasa, telur dan sayur-mayur. Tapi mereka urung menangguk untung karena KM Madani tidak beroperasi.Karena tidak ingin kehilangan rejeki, sebagian pedagang terpaksa mengalihkan barang mereka untuk diangkut lewat penyeberangan Mamuju, Sulawesi Barat, namun biaya angkut terlalu mahal karena jarak antara Palu dan Mamuju mencapai hampir 500 km. Ada juga pedagang yang nekat, yaitu menggunakan kapal kayu dari Pelabuhan Owani, pelabuhan rakyat di Kabupaten Donggala.Yang menjadi kekhawatiran Rocky adalah, selain kondisi kapalnya yang sangat tidak layak untuk mengangkut barang dalam jumlah banyak, dan sangat riskan untuk melewati Selat Makassar yang dikenal ganas, para penumpang juga tidak diasuransikan. Lebih parahnya lagi, Syahbandar di sana mengabaikan faktor keselamatan. Meski BMKG merilis kondisi cuaca yang buruk, sehingga kapal tidak boleh berangkat, tapi Syahbandar tetap melepas kapal kayu tersebut dengan alasan desakan penumpang, papar Rocky.Bukan hanya orang, sapi dan hewan ternak pun membutuhkan kapal yang layak dan stabil. Karena jika kapal tidak stabil akan membuat sapi merasa tidak nyaman dan akibatnya bisa bergerak kemana dia suka. Ini bisa mengakibatkan kapal berguncang yang pada akhirnya bukan hanya mengancam keselamatan sapi dan hewan ternak lainnya, tapi juga keselamatan penumpang kapal kayu itu, jelas Rocky. Oleh karena itu, Rocky berharap pemerintah pusat mencari jalan keluar, yaitu dengan menyediakan kapal fery yang lebih layak, memenuhi faktor keselamatan dengan kecepatan dan kapasitas yang lebih dari KM Madani.Saya sudah mengajukan ke PT ASDP dan dan Ditjen Perhubungan Darat tahun 2012 lalu. Keluhan juga sudah saya sampaikan ke Pak Wiratno saat berkunjung ke Taipa. Tapi sampai hari ini tidak ada respon, kata Rocky.Komisaris PT ASDP Indonesia Ferry Wiratno yang dihubungi secara terpisah membenarkan bahwa pihaknya pernah datang ke Pelabuhan Taipa dan melihat kondisi KM Madani yang cukup memprihatinkan. Betul saya sudah ke Taipa dan melihat kondisi KM Madani, ujar Wiratno.Mantan Direktur ASDP Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan mengatakan akan segera memberikan masukan mengenai kondisi kapal yang ada di Palu kepada Direksi.Saya sampaikan terima kasih atas informasinya dan akan saya dorong agar supaya manajemen PT ASDP memberikan perhatian khusus pada masalah ini, ujar Wiratno.Dirjen Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso mengaku belum ada laporan mengenai permintaan tambahan kapal penyeberangan untuk rute Pelabuhan Taipa ke Pelabuhan Kariangau. Permintaannya ditujukan kemana? Ke PT ASDP atau ke Ditjen Perhubungan Laut? Kalau ke saya (Ditjen Perhubungan Darat) belum ada. Kalau ada pasti akan saya perhatikan betul-betul, apalagi ini untuk kepentingan masyarakat banyak, kata Suroyo.Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Propinsi Sulawesi Tengah Hindro Surahmat ATD mengatakan, jika PT ASDP atau pemerintah pusat berencana memberikan tambahan beberapa kapal, selain akan menambah frekuensi penyeberangan dari Pelabuhan Taipa ke Pelabuhan Kariangau sehingga terjadi crossing, ia juga akan mengusulkan untuk membuka rute baru dari Pelabuhan Taipa ke Pelabuhan Lok Tuan, Bontang, Kalimantan Timur.Hindro menjelaskan, banyak masyarakat Sulawesi Tengah yang bekerja di sektor tambang dan minyak di Bontang. Selama ini pekerja dari Sulawesi Tengah menggunakan penyeberangan ke Kariangau, selanjutnya masih harus menempuh perjalanan darat sekitar 300 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 6-7 jam.Sama seperti halnya Balikpapan, Bontang merupakan salah satu pasar potensial bagi para peternak sapi dan pedagang sayur dan buah-buahan dari Sulawesi Tengah. Karena ketidaktersediaannya alat transportasi ke Bontang, hingga saat ini masyarakat Sulawesi Tengah hanya membidik Balikpapan dan Samarinda.Kalau dari segi kajian ekonomi, dibukanya rute pelayaran baru ini akan memberikan manfaat bagi dua propinsi. Kami akan melakukan kajian lebih mendalam dan membicarakannya dengan Dishub Kaltim dan Dishub Kotamadya Bontang sehingga memiliki argumentasi yang lebih kuat, jelas Hindro.(Raharjo)Sumber: http://dishub.sulteng.go.id/?p=108

Modifikasi Kapal Ternak Telan Rp30 Miliar

Paper Catalog23 Juni 2014 - 2:05 pm |with0 Comments| 78 ViewsJAKARTAKementerian Perhubungan menargetkan modifikasi duakapalternak yang menghabiskan Rp30 miliar akan selesai pada akhir tahun ini, dan mulai dioperasikan pada awal 2015. Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Bobby R. Mamahit mengatakan saat ini pihaknya memodifikasi dua unitkapalperintis menjadikapalternakyang ditargetkan akan selesai pada akhir tahun ini.Menurut rencana, paparnyakapalternak tersebut akan mulai beroperasi pada awal tahun depan setelah setelah dilakukan pelelangan guna menentukan perusahaan yang akan menjadi operatorkapaltersebut. Akhir tahun selesai, dan awal tahun depan operasi, ujarnya, Jumat (20/6). Keduakapalperintis yang dimodifikasi tersebut adalah KM Darakinusa dan KM Papua Tiga. Keduanya bertipe 750 DWT dengan kapasitas angkut 200 ternak sejenis sapi dan kerbau. Pengadaankapaltersebut berawal dari kajian bersama Kemenhub dengan Kementerian Pertanian pada 2013 yang dipicu keluhan peternak dan sorotan dunia terhadap pengiriman ternak di Indonesia.Hasil kajian itu menjadi bagian rencana Kemenhub untuk mengadakankapalangkutankhusus hewan ternak. Selain menjadi rencana pertama pengadaankapalternak dalam negeri, pengadaankapalini juga bertujuan mendukung ketahanan pangan nasional.Nantinya, pengoperasiankapalternak bisa memperbaiki pendistribusian sapi dan kerbau sehingga kesehatan atau bobot ternak akan lebih terjamin. Namun, Bobby menegaskan pihaknya belum mengetahui terkait dengan sentra peternakan yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian. Menurutnya, pihaknya masih menunggu kepastian lokasi sentra ternak dan pelabuhan.[Sentra ternak dan rutekapal] itu yang belum diputuskan. Komoditas angkutan domainnya Kementan. Selain memodifikasikapalternak, lanjutnya, Kemenhub pada tahun ini juga berencana membangun satu unitkapalternak dengan total anggaran mencapai Rp30 miliar. Pengadaankapaltersebut merupakan proyek tahun jamak selamayang dikerjakan selama 2 tahun. Dia memproyeksikankapalternak tersebut memiliki panjang 68 meter dengan lebar 14 meter. Kecepatan lajukapal12 knot, dengan tipe 750 DWT dan mampu mengangkut 500 ternak sejenis sapi dan kerbau.Sebelumnya, Kementan telah merekomendasikan dua pelabuhan di Pulau Jawa yakni di Cirebon dan Surabaya sebagai lokasi pengakutan dan pendaratan ternak. Untuk daerah asal ternak, Ditjen Peternakan Kementan menilai Kabupaten Bima, Kupang dan Sumba Timur di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang terkenal sebagai sentra peternakannasional juga layak untuk menjadi sentra angkutan ternak di kawasan timur Indonesia.Dirjen Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan khusus untuk Pulau Jawa, pihaknya merekomendasikan Tanjung Perak, Surabaya, dan Cirebon sebagai Pelabuhan pengakutan dan pendaratan ternak. Jangan ke Tanjung Priok, sudah terlalu ramai. Ke Cirebon saja. Jadi nanti dipotong dulu di sana, ujarnya.Dia menilai Cirebon telah memiliki tiga unit rumah pemotongan hewan (RPH) yang kondisinya cukup memadai untuk melakukan pemotongan skala besar. Dia menilai pengadaankapalkhusus ternak akan secara signifikan mengurangi risiko cacat dan kematian sampai 10% serta penyusutan bobot ternak akibat transportasi hingga 30%. (Bisnis Indonesia)Sumber: http://aim-services.co.id/modifikasi-kapal-ternak-telan-rp30-miliar/

Terpana Tanker, Lupa Buat Kapal Angkut SapiSamdysara SaragihRabu, 26/08/2015 16:44 WIB10

Suasana pemuatan sapi asal Kupang, NTT ke dalam peti kemas di atas lumbung kapal kargo di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (8/7/15). Kementerian Perdagangan akan mengimpor sekitar 270 ribu ekor dari Australia menjelang Hari Raya Idul Fitri guna memenuhi kebutuhan akan daging sapi yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi sapi lokal.ANTARABisnis.com, JAKARTA Pemerintah didesak untuk membangun kapal-kapal khusus pengangkut ternak guna mengatasi masalah distribusi pangan nasional.Pakar transportasi laut dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Raja Oloan Saut Gurning mengatakan selama ini angkutan hewan ternak seperti sapi dari Indonesia timur ke Pulau Jawa menggunakan kapal kargo umum yang telah dialihfungsikan.Padahal kapal kargokantidak ada kandang khusus yang dilengkapi dengan sanitasi, katanya saat dihubungiBisnis.com, Selasa (25/8/2015).Saut menuturkan Indonesia mesti mencontoh negara lain yang mewajibkan penggunaan kapal khusus ternak atau yang dinamakan kapal seluler (cellular vessel). Di Australia, kata dia, setiap pengekspor sapi harus menggunakan kendaraan itu bila akan mengirimkan sapi ke negara lain.Australia mensyaratkan ini sebagaianimal ethic. Mereka memang paling perhatian tentang itu mulai pengiriman sampai rumah potong, kata doktor bidang logistik maritim dari Universitas Tasmania, Australia, ini.Menurut dia, walaupun waktu tempuh kapal antara Australia dan Kupang ke Jakarta sama-sama memakan 1 minggu, tetapi kondisi ternak ketika tiba akan berbeda. Sapi dengan kapal kargo tidak akan berada dalam kondisi bugar sehingga mempengaruhi harga jualnya.Sapi-sapi itu stres. Bahkan banyak yang mati karena tidurnya susah dan kepanasan, tidak ada minum, ucapnya.Saut menilai masalah rantai pasokan inilah yang turut menyebabkan kelangkaan daging sapi di Jakarta beberapa waktu lalu. Setelah Lebaran, harga sapi yang biasanya turun justru melonjak hingga Rp140.000 di beberapa pasar di Jakarta.Mobilitas ternak dari daerah-daerah surplus sapi tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Pemerintah pun membuka izin kepada Bulog untuk mengimpor 50.000 ton sapi potong dari Australia. Padahal kapal angkut khusus sapi tadi harus disewa dari negara lain melalui broker yang bisa memakan waktu dari satu minggu hingga sebulan. Jadi logistik kita dikuasai swasta dan asing, katanya.Saut meminta kasus ini menjadi pelecut bagi pemerintah untuk segera menyiapkan alat pengangkutan ternak. Menurut dia, kemampuan riset dan teknologi anak bangsa telah cukup mampu untuk mewujudkan transportasi laut itu.ITS pernah merancang kapal itu dengan isi 100 sampai 200 sapi. Perusahaan galangan seperti PT PAL pun sudah bisa buat, ujar Dosen Jurusan Teknik Sistem Perkapalan ITS ini.Dia mengusulkan agar Kementerian Pertanian atau Bulog menjadi penyelenggara kapal, berkolaborasi dengan BUMN pelayaran yang tengah mati suri. Apalagi Presiden Joko Widodo sudah menegaskan pentingnya sektor maritim dan swasembada pangan selama pemerintahannya.Selama ini kita terpana dengan kapal tanker dan kapal gas sementara alat angkut khusus untuk mobilitas pangan kita sendiri tidak ada.Sumber: http://industri.bisnis.com/read/20150826/99/465989/terpana-tanker-lupa-buat-kapal-angkut-sapi

Jumat, 09 Mei 2014 | 10:03 EmailPD Pasar Jaya Kaji Kerja Sama Daging Sapi dengan NTT

Gubernur NTT, Frans Lebu Raya dan Gubernur DKI, Joko Widodo di Kupang NTTGubernur NTT, Frans Lebu Raya dan Gubernur DKI, Joko Widodo di Kupang NTT (Suara Pembaruan/Yoseph Kelen)

Jakarta - PD Pasar Jaya masih perlu mengkaji kerja sama antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan Pemprov Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam pengadaan daging sapi.

Direktur Utama PD Pasar Jaya Djangga Lubis menegas, kajian dilakukan karena banyak pertimbangan bisnis yang harus dipikirkan. Selain itu, MoU baru dilakukan sebatas dua Pemprov saja, belum secara konkrit melakukan kerja sama dengan Pemprov NTT.

"Sejauh ini, MoU antara PD Pasar Jaya dengan Pemprov NTT belum ada. MoU yang dilakukan Pak Gubernur baru sebatas antar dua pemerintah daerah saja," kata Djangga, Jumat (9/5).

Sebelum melakukan MoU dengan Pemprov NTT terkait pemasokan daging sapi, Djangga menyatakan pihaknya mau melakukan kajian lebih dalam untuk menjalin kerja sama tersebut.

Salah satu yang dipertimbangkan adalah jarak pengangkutan daging sapi dari NTT ke Jakarta sangat jauh. Karena akan membutuhkan waktu yang lama, maka dibutuhkan kapal ternak khusus. Kapal ini untuk menjamin kondisi ternak atau daging sapi tetap dalam kondisi atau kualitas baik ketika sampai di Jakarta.

"Jarak yang jauh itu yang menjadi pertimbangan kami. Karena kami tidak ingin kualitas daging yang dikonsumsi warga Jakarta menurun kualitasnya. Makanya kami lakukan kajian yang lebih mendalam, baik dari segi bisnis maupun segi kebutuhan warga Jakarta," ujarnya.

Pertimbangan lain yang sedang diperhitungkan adalah margin harga beli dengan harga jual. Perhitungan margin itu bukan bertujuan mencari untung perusahaan, melainkan demi kelangsungan ketahanan pangan di Jakarta terutama daging sapi.

Direktur Keuangan PD Pasar Jaya Alexander Yerris menambahkan ada satu hal lagi yang harus dipertimbangkan dalam kajian tersebut. Yaitu dalam bentuk ternak utuh atau dalam bentuk daging segar.

"Itu sih yang sedang kami pertimbangkan. Tapi sepertinya kami ingin daging sampai di sini bersih. Jadi enggak perlu lagi bangun rumah pemotongan hewan,"jelasnya.

Seperti diberitakan, Gubernur Joko Widodo dan Gubernur NTT Frans Lebu Raya telah menandatangani kesepakatan bersama di Peternakan Desa Ponain Kecamatan Amaras Barat Kabupaten Kupang NTT 29 April 2014.

PD Pasar Jaya dipercaya oleh Pemprov DKI menjadi distributor daging sapi dari NTT menggantikan PD Dharma Jaya yang sedang dalam perbaikan internal manajemen mereka. Sebenarnya Dharma Jaya adalah satu-satunya BUMD DKI yang sejak dulu bergerak dalam bidang distribusi daging tetapi mengalami kerugian.

Gubernur Joko Widodo memberi kepercayaan kepada PD Pasar Jaya sebagai distributor daging sapi untuk pasar Jakarta dengan kebutuhan 150 ton per hari setara dengan 1.500 ekor per hari atau 52.500 ton per tahun.

Sejauh ini 30% kebutuhan daging Jakarta atau sekitar 50 ton per hari mengandalkan impor dari luar negeri. Jokowi menginginkan DKI bisa memenuhi kebutuhan daging sapi semuanya berasal dari dalam negeri yakni dengan kerja sama dengan NTT.

Lenny Tristia Tambun/YSSumber: http://www.beritasatu.com/megapolitan/183015-pd-pasar-jaya-kaji-kerja-sama-daging-sapi-dengan-ntt.html