perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

22
Perundang - Undangan dan Kebijakan Pembangunan Peternakan IMPOR SAPI BAKALAN

Upload: wahyu-sejati

Post on 02-Jul-2015

547 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Kasus Pro Kontra Impor Sapi Bakalan

TRANSCRIPT

Page 1: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Perundang-Undangan danKebijakan Pembangunan

PeternakanIMPOR SAPI BAKALAN

Page 2: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Sapi Bakalan

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan

Hewan pada Bab 1 pasal 1

“bakalan hewan yang disebut bakalan

adalah hewan bukan bibit yang

mempunyai s i fat unggul untuk

dipel ihara guna tujuan produksi ”.

Page 3: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Lampiran Keputusan Menteri PertanianNomor 419/Kpts/OT.210/7/2001 pada bab

1 butir “ 4 ”

“sapi bakalan adalah sapi berumur 1-2

tahun yang memenuhi persyaratan

tertentu baik jantan maupun betina

untuk tujuan produksi .”

Page 4: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Sapi Bakalan yang baik :

1. Bulu licin dan mengkilap

2. Selaput lender dan gusi berwarna merah.

3. Kulit mudah dilipat dan akan kembalikeposisi awal.

4. Hidung tidak kotor, basah dan tidak panas.

5. Suhu tubuhnya berkisar 39 – 40 derajat C

6. Sapi tampak bergairah dan nafsu makantinggi

7. Cepat bereaksi terhadap gangguan luar

8. Kotoran padat

Stiadi, Dedi. 2011. Memilih Bakalan Sapi untuk di Gemukan. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sukra

Page 5: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Impor Sapi Bakalan

kegiatan impor atau memasukkan

sapi bakalan ke dalam negeri dari

negara lain untuk kepentingan

tertentu

Page 6: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Kebutuhan Daging di Indonesia

Page 7: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Suryana, 2009

Rata-rata konsumsi daging (daging merah dan

putih) rakyat Indonesia pada tahun 2009masih cukup rendah, yaitu sebesar 4,5 kg perkapita per tahun, sedangkan konsumsi dagingrakyat Malaysia sudah mencapai 46,87 kg perkapita per tahun dan konsumsi daging rakyat

Fipilina mencapai 24,96 kg per kapita pertahun

Page 8: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan
Page 9: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan
Page 10: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Kebutuhan Impor Sapi Bakalan

Sapi bakalan impor dalam penggemukan diIndonesia dilakukan dengan sangat intensif,padat modal dan walaupun haga pakan telahnaik sekitar 30% dari Tahun 2006 tetap sajadiminati. Tahun 2007 impor sapi bakalanmencapai 520.000 ekor (atau setara dengan 104ribu ton daging) dari kapasitas penggemukan600 ribu ekor (ISPI, 2008).

Page 11: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

ISPI. 2008. Diskusi sumbangan pemikiran PB ISPI untuk mensukseskan program swasembadadaging sapi nasional. Konggres ISPI Tahun 2008

Page 12: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Kasus Impor SapiBakalan

PRO

KONTRA

Page 13: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

PRO

Page 14: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Menurut Karnadi pemilik PT. Karya Anugrah Rumpin

penggemukan sapi dilakukan dengan membeli sapibakalan. Sapi bakalan ini bisa menggunakan sapiimpor atau juga sapi lokal. Untuk sapi bakalan lokal,sapi asal Nusa Tenggara Timur (NTT) dan NusaTenggara Barat (NTB), harganya Rp 28.250 per kg.Sedangkan sapi lokal yang berasal dari Jawa Timurdan Jawa Tengah, dibanderol Rp 27.000 per kg. Sapibakalan lokal, rata-rata berbobot 350 kg per ekor.Untuk sapi impor, Karnadi menyebut, harganyamencapai US $ 2,90 per kg dengan bobot 250 kg-300kg per ekor

PRO

Page 15: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

“Meski bobotnya lebih kecil tapi secara genetik sapiimpor memiliki pertumbuhan berat badan lebih baik 1,4 kg-1,5 kg per hari. Sedangkan sapi lokal rata-rata 1,2 kg-

1,3 kg per hari. Namun sapi bakalan lokal yang sudahdiperbaiki genetiknya, sebenarnya bisa juga mempunyaipotensi penambahan bobot per hari yang sama dengan

sapi bakalan impor,” jelas pemilik PT. Karya AnugrahRumpin ini.

Setelah 90 hari masa penggemukan, sapi bakalandiperkirakan akan berbobot 435 kg. Jika harga daging sapiRp 30.000 per kg, sapi yang telah digemukan bisa laku Rp

11,5 juta-Rp 12 juta per ekor. Jadi keuntungan per ekorbisa mencapai Rp 5 jutaan. Bisnis ini akan lebih

menjanjiikan jika populasi sapi yang digemukan minimal 20 ekor.

Page 16: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

PRO

Page 17: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Ke awal

Page 18: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

perjalanan sapi impor

Swasembada daging

pengadaan bakalan sapi lokal secara sungguh-sungguh

2009? 2014?

pengadaan bahan baku sapi bakalan bagi industri Feedlot diIndonesia yang berasal dari berbagai negara harus sangat

diwaspadai.

Indonesia sebagai negara yang bebas penyakit PMK

Australia, New Zealand dan Amerika Serikat

Indonesia akan menjadi bulan-bulanan Australia dalammemasarkan sapinya

X X

Page 19: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Undang-Undang No 18 Tahun 2009 BAB IV PETERNAKAN

Bagian Kesatu tentang Benih, Bibit, dan Bakalan

Page 20: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Pasal 13 Ayat 1

“Penyediaan dan pengembanganbenih, bibit, dan/atau bakalan

dilakukan dengan mengutamakanproduksi dalam negeri dan

kemampuan ekonomi kerakyatan

Page 21: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

Pasal 13 Ayat 2

“Pemerintah berkewajiban untuk melakukan pengembangan usaha

pembenihan dan/ atau pembibitan dengan melibatkan peran serta

masyarakat untuk menjamin ketersediaan benih, bibit, dan/atau

bakalan”.

Page 22: Perundang undangan dan kebijakan pembangunan peternakan - pro kontra impor sapi bakalan

TERIMAKASIH

TERIMAKASIH

TERIMAKASIH

TERIMAKASIH

TERIMAKASIH

TERIMAKASIH

TERIMAKASIH TERIMAKASIH

TERIMAKASIH