kasus pelanggaran etika bisnis pada bank lippo

Upload: evelynkurniadi

Post on 03-Jun-2018

577 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Pada Bank Lippo

    1/7

    KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS PADA

    BANKLIPPO

    Nama Anggota :

    1. Dita Puji Lestari (22210106)

    2. Helen Kusmadi H (23210193)

    3. Pheby Reski Bahar (29210519)

    4. Rahmah Putri Ayu (25210559)

    5. Rio Endry Febrian (26210004)

    4 EB 17

    I. SEJARAH BERDIRINYA BANK LIPPO

    Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang memiliki nama Tionghoa, Lie Mo Tie

    membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada1981. Waktu

    dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar

    sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia, bank yang didirikan

    oleh keluarga Liem Sioe Liong.Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan meninggalkan Bank

    Panin.

    Di BCA, Mochtar mendapatkan share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi orang kepercayaanLiem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar Riady bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar baru

    keluar dari BCA pada akhir 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp5 triliun.

    Bergabung dengan Hasyim Ning membuat ia bersemangat. Pada 1987, setelah ia bergabung, aset

    Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen menjadi Rp257,73 miliar. Hal ini

    membuat kagum kalangan perbankannasional.Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of Bank

    Marketing.

    Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini melakukan merger dengan Bank Umum Asia dan

    semenjak saat itu lahirlah Lippobank.Inilah cikal bakal Grup Lippo.

    II. KONTROVERSI BANK LIPPO

    A. Skandal Laporan Keuangan Ganda Bank Lippo

    Kasus PT. Bank Lippo Tbk ini berawal dari laporan keuangan Triwulan III tahun 2002 yang

    dikeluarkan tanggal 30 September 2002 oleh PT. Bank Lippo Tbk, yaitu terjadi perbedaan informasi

    atas Laporan Keuangan yang disampaikan ke public melalui iklan di sebuah surat kabar nasional

  • 8/12/2019 Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Pada Bank Lippo

    2/7

    pada tanggal 28 November 2002 dengan Laporan Keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Jakarta

    (BEJ).

    Dalam laporan tersebut dimuat adanya pernyataan manajemen PT. Bank Lippo Tbk bahwa Laporan

    Keuangan tersebut disusun berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasi yang telah diaudit oleh KAP

    Prasetio, Sarwoko, Sandjaja (penanggung jawab Drs. Ruchjat Kosasih) dengan Pendapat Wajar

    Tanpa Pengecualian.

    Penyajian laporan tersebut dibuat dalam bentuk komparasi per 30 September 2002 (audited) dan per

    30 september 2001 (unaudited). Dicantumkan, Nilai Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) per 30

    September 2002 sebesar Rp. 2,393 triliun, total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 24,185

    triliun, Laba tahun berjalan per 30 September 2002 sebesar Rp. 98,77 miliar, dan Rasio Kewajiban

    Modal Minimum Yang Tersedia (CAR) sebesar 24,77%.

    Pada Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002tanggal yang sama- yang

    disampaikan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 27 Desember 2002, ternyata disampaikanlaporan yang berbeda. Laporan itu mencantumkan Pernyataan manajemen PT. Bank Lippo Tbk

    bahwa Laporan Keuangan yang disampaikan adalah Laporan Keuangan audited yang tidak disertai

    dengan laporan auditor independen yang berisi opini Akuntan Publik.

    Penyajian laporan juga dilakukan dalam bentuk komparasi per 30 September 2002 (audited) dan 30

    September 2001 (unaudited). Dicantumkan Nilai Agunan Yang Diambil Alih Bersih (AYDA) per

    30 September 2002 sebesar Rp. 1,42 triliun, total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 22,8

    triliun, Rugi bersih per 30 September 2002 sebesar Rp. 1,273 triliun, dan Rasio Kecukupan Modal

    Minimum (CAR) sebesar 4,23%.

    Dapat dilihat, bahwa pada tanggal yang sama ditemukan perbedaan. Perbedaan tersebut baik dalam

    jumlah AYDA, total aktiva, CAR, bahkan kondisi untung rugi. Atas hal tersebut, Pada tanggal 6

    Januari 2003, Akuntan Publik KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja menyampaikan Laporan Keuangan

    PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002 kepada manajemen PT. Bank Lippo.

    Dalam laporan tersebut dikemukakan bahwa Laporan Auditor independen yang berisi opini Akuntan

    Publik Drs. Ruchjat Kosasih dari KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja dengan pendapat Wajar Tanpa

    Pengecualian. Laporan Auditor independen tersebut tertanggal 20 November 2002, kecuali untuk

    catatan 40a tertanggal 22 November 2002 dan catatan 40c tertanggal 16 Desember 2002.

    Penyajian dalam bentuk komparasi per 30 September 2002, 31 Desember 2001 dan 31 Desember

    2000. Total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 22,8 triliun, Nilai Agunan Yang Diambil Alih

    Bersih (AYDA) per 30 September 2002 sebesar Rp. 1,42 triliun, Rugi bersih per 30 September 2002

    sebesar Rp. 1,273 triliun, Rasio Kecukupan Modal sebesar Rp. 4,23%.

    B. Saham

  • 8/12/2019 Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Pada Bank Lippo

    3/7

    Pada periode yang sama sejumlah broker melakukan transaksi jual dalam jumlah sangat besar.

    Ironisnya, pada 14 Februari broker yang sama berbalik melakukan transaksi beli dalam volume

    signifikan. Praktik semacam itu menguatkan dugaan memang terjadi manipulasi laporan keuangan

    serta insider trading.Dengan tujuan, manajemen (khususnya pemilik lama) bisa masuk dan

    menguasai saham mayoritas bank itu.

    Banyak yang menduga skenario yang mereka inginkan adalah pihak manajemen ingin menawar

    saham terbatas (rights issue). Lewat cara itu pemegang saham mayoritas saat ini, yaitu pemerintah,

    mau tidak mau harus mengeluarkan banyak uang. Karena jika tidak dilakukan, kepemilikan

    sahamnya terdilusi.Ringkas kata, pemilik lama menginginkan pemerintah merekapitalisasi tahap

    kedua terhadap bank itu.

    C. Bank Lippo Menyokong Dana Kampanye Bill Clinton

    Hubungan erat antara grup Lippo dengan Partai Demokrat AS bermula dari tahun 1976 James Riady,

    anak Mochtar Riady si bos Lippo, berangkat ke New York untuk bekerja di Irving Trust BankingCompany di tahun 1975. Tak lama, James Riady pindah ke Little Rock, Arkansas (kota kelahiran Bill

    Clinton) di tahun 1976.

    Di Arkansas, James Riady bersama Jack Steven mendirikan Worthen Bank dengan modal awal

    US$ 20 juta. Jack Steven, yang disebut-sebut sebagai Godfathernya Arkansas ini adalah rekan dekat

    Mochtar Riady. Melalui Jack Steven inilah, James Riady bisa kenalan dengan Jimmy Carter, Bill

    Clinton dan sebagainya.

    Pada tahun 1984, James Riady ditunjuk Jack Steven menjadi Direktur Utama

    Worthen Bank.James Riady pun lalu menunjuk Hillary Clinton sebagai pengacara Worthen Bank.Disinilah hubungan James Riady dengan pasutri Clinton merapat

    Pada tahun 1990an, Bill Clinton menyatakan kepada James Riady kalau ia berencana maju ke pemilu

    presiden AS. James Riady pun memberitakan kabar tersebut kepada ayahnya, Mochtar

    Riady.Mochtar Riady pun langsung memerintahkan James Riady partisipasi aktif dalam kampanye

    Bill Clinton. Tak cuma James Riady, seluruh anggota dan jaringan yang dimiliki Lippo Group pun

    dikerahkan untuk membantu kampanye Bill Clinton

    Bentuk sokongan James Riady dan Ted Sioeng pada Bill Clinton Al Gore adalah pengumpulan

    dana kampanye. Fokus dari tim pengumpulan dana kampanye ClintonAl Gore yang ditanganiJames Riady dan Ted Sioeng adalah dari pengusaha-pengusaha Asia. jumlahnya dana yang

    dikumpulkan James RiadyTed Sioeng untuk ClintonAl Gore mencapai US$ 7,5 juta.

    Secara pribadi dan perusahaan, keluarga Riady dan Lippo Group mendapat jaringan dan keleluasaan

    berbisnis di AS . Indonesia pun mendapat Keringanan bea impor ke AS pada masa Bill Clinton.

    Karena para pengusaha Tionghoa di Indonesia ikut menyetor dana ke Clinton, maka mereka melobi

  • 8/12/2019 Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Pada Bank Lippo

    4/7

    kemudahan perdagangan, Tak cuma Indonesia, RRC pun ikutan memperoleh kemudahan impor

    produk-produk RRC ke AS semasa Clinton.

    Hasil kerja #LippoGate inilah yang menjadi salah satu pemicu kenapa para pengusaha Tionghoa

    Indonesia mulai eksodus ke pasar global.Sejak tahun 1994, satu per satu para pengusaha besar

    memindahkan markas besar usahanya ke luar negeri.Indonesia hanya menjadi tempat beroperasinya

    alat-alat produksi, tapi hasil, uang dan keuntungannya semua dibawa ke Singapura dan Hong

    Kong.Dampak migrasi dana-dana para pengusaha ini bagi Indonesia??Rupiah mengalami pelemahan

    berturut-turut dan menjadi salah satu pemicu krisis moneter Asia.

    Ketika skandal sumbangan Lippo Grup utk kampanye Clinton tsb terbongkar, Partai Demokrat

    terpaksa kembalikan hampir US$ 500 ribu. Sementara itu, Muchtar dan James Riady /Lippo Grup

    dinyatakan bersalah oleh pengadilan AS atas pelanggaran UU dana kampanye AS karena terbukti

    melanggar hukum terkait pemberian sumbangan dana kampanye Capres PD, Bill Clinton. Keluarga

    Riady /Lippo Grup dihukum membayar denda US$ 8.6 juta atau Rp. 86 milyar atas pelanggaran

    tersebut.

    III. PELANGGARAN HUKUM OLEH BANK LIPPO

    Di dalam kasus PT. Lippo Bank Tbk tersebut mengandung 3 (tiga) unsur dari pasal 93 Undang-

    Undang Pasar Modal.Pertama, tindakan tersebut mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek.

    Dari fakta menunjukan bahwa tindakan PT. Bank Lippo Tbk dengan memberikan informasi yang

    menyesatkan pada laporan keuangan per 30 September 2002 telah menimbulkan ketidakpastian di

    masyarakat sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa.Saham PT. Lippo Bank Tbk pun

    mengalami fluktuasi yang tajam disebabkan oleh missleading information tersebut.

    Terlihat bahwa akibat laporan keuangan yang diterbitkan tersebut menggerakkan harga.Bahkan, tidak

    semata-mata berdampak pada saham PT Bank Lippo, tbk semata, tetapi juga bursa efek secara

    keseluruhan.

    Kedua, setiap Pihak dilarang dengan cara apapun, membuat pernyataan atau memberikan keterangan

    yang secara material tidak benar atau menyesatkan. Dalam kasus tersebut ditemukan fakta sebagai

    berikut bahwa dalam Laporan Keuangan per 30 September 2002 yang diiklankan di media massa

    pada tanggal 28 November 2002, Manajemen PT. Bank Lippo Tbk menyatakan bahwa Laporan

    Keuangan tersebut disusun berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasi yang telah diaudit oleh KAPPrasetyo, Sarwoko dan Sandjaja dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian.

    Akan tetapi, Hasil pemeriksaan Bapepam menunjukan bahwa laporan keuangan PT. Bank Lippo Tbk

    per 30 September 2002 yang diiklankan pada tanggal 28 November 2002 adalah laporan keuangan

    yang tidak diaudit meskipun angka-angkanya sama seperti yang tercantum dalam Laporan Auditor

    Independen. Hal ini menunjukan bahwa pernyataan atau keterangan yang diberikan oleh pihak

  • 8/12/2019 Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Pada Bank Lippo

    5/7

    manajemen PT. Bank Lippo Tbk dalam laporan tersebut secara material tidak benar atau

    menyesatkan.

    Ketiga, pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau

    keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan atau tidak cukup berhati-hati dalam

    menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.

    Pencantuman kata audited pada Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002

    membawa implikasi pada perhitungan akun-akun didalamnya yang terlihat baik namun

    sesungguhnya bukan keadaan yang sebenarnya. Laporan keuangan yang disampaikan ke publik

    tanggal 28 November 2002 mencatat total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 24,185 triliun,

    laba tahun berjalan sebesar Rp. 98,77 miliar dan CAR sebesar 24,77%.

    Sekilas dengan membaca laporan ini, Investor melihat bahwa kinerja perusahaan berjalan dengan

    bagus. Dengan demikian keputusan-keputusan yang diambil investor akan menguntungkan

    perusahaan misalnya Investor melakukan pembelian saham Lippo secara besar-besaran.

    Hal ini tentunya merugikan Investor sebab dengan dasar informasi yang salah maka keputusan yang

    diambilnya juga tidak tepat. Keadaan yang sebenarnya adalah sebagaimana Laporan Keuangan per

    30 September yang disampaikan ke BEJ tanggal 27 Desember 2002 yang sudah diaudit oleh KAP

    Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja dimana total aktiva per 30 September 2002 sebesar Rp. 22,8 triliun,

    rugi bersih sebesar Rp. 1,273 triliun dan CAR sebesar 4,23%.

    IV. PENJELASAN DARI PIHAK BANK LIPPO

    Dari fakta yang telah diuraikan sebelumnya, PT. Bank Lippo Tbk telah dua kali memberikanpenjelasan dan pemaparan kepada publik berkaitan dengan adanya perbedaan dalam Laporan

    Keuangan per 30 September 2002 yang disampaikannya.

    Pertama, dalam pengumuman penjelasan di Harian Investor tanggal 17 Januari 2003. PT Bank Lippo

    Tbk menegaskan bahwa Laporan Keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002 adalah

    informasi yang akurat dan benar serta mencerminkan kinerja Bank Lippo yang sesungguhnya yakni

    CAR 24,77% dan NPL 9,03%.

    Kedua, dalam paparan publik di Hotel Aryaduta Jakarta tanggal 11 Februari 2003. Manajemen PT.

    Bank Lippo Tbk kembali menegaskan bahwa angka-angka yang disajikan dalam Laporan Keuangan

    per 30 September 2002 yang telah dipublikasikan ke media massa pada 28 November 2002 dalam

    rangka memenuhi peraturan BI adalah angka-angka yang akurat dan benar serta telah disajikan sesuai

    dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Pedoman Akuntansi Perbankan

    Indonesia (PAPI).

    Sementara itu dilain pihak, Auditor dari laporan keuangan Bank Lippo per 30 September 2002 yakni

    Ernst & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja) dalam penjelasan tertulisnya kepada

  • 8/12/2019 Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Pada Bank Lippo

    6/7

    Bapepam menyatakan bahwa mengaudit satu laporan. Laporan keuangan itulah yang disampaikan

    kepada BEJ tanggal 27 Desember 2002. Dijelaskan bahwa dalam laporan keuangan hasil audit Ernst

    & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja) berbeda dengan laporan konsolidasi yang

    dipublikasikan.

    Laporan keuangan yang dipublikasikan tanggal 28 November 2002 menyebutkan aktiva Bank Lippo

    sebesar Rp. 24 triliun dan laba bersih sebesar Rp. 28 miliar. Padahal menurut laporan yang diaudit

    oleh tim audit dari Ernst & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja) sebagaimana

    dilaporkan kepada BEJ tanggal 27 Desember 2002 menyebutkan aktiva Rp. 22,8 triliun dan rugi

    bersih Rp. 1,3 triliun. Dengan demikian terdapat ketidakcocokan antara keterangan yang diberikan

    oleh pihak manajemen dengan pihak auditornya.

    Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak manajemen PT. Bank Lippo Tbk tidak cukup

    berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangannya dalam

    laporan keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke publik tanggal 28 November

    2002.Pihak manajemen dalam mempublikasikan laporan keuangan tersebut terbukti tidak

    berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak auditor Ernst & Young and Partner (Prasetyo, Sarwoko

    dan Sandjaja).

    Oleh karena ketiga unsur dalam pasal 93 Undang-undang Pasar Modal telah terpenuhi maka tindakan

    pihak manajemen PT. Bank Lippo Tbk dalam memberikan keterangan atau informasi laporan

    keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke publik merupakan suatu tindakan penyesatan

    informasi publik (misleading information). Dengan demikian, memang benar telah terdapat

    pelanggaran hukum yang dilakukan oleh PT. Bank Lippo, Tbk.

    V. PUTUSAN ATAS KASUS LAPORAN GANDA BANK LIPPO

    Sanksi BEJ atas Bank Lippo adalah berupa peringatan keras, selain itu BEJ mewajibkan Bank Lippo

    menyerahkan laporan kemajuan (progress report) setiap minggu sekali mulai 24 Februari sampai

    keluarnya laporan keuangan auditan tahun 2002.

    Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) pun memberikan sanksi. Dalam siaran persnya tanggal 17

    Maret 2003 mengumumkan pemberian sanksi administratif kepada Direksi PT. Bank Lippo Tbk

    berupa kewajiban menyetor uang ke Kas Negara sejumlah Rp. 2,5 miliar. Sedangkan terhadap PT.

    Bank Lippo Tbk diwajibkan untuk memberikan penjelasan kepada pemegang saham perihal

    kekurang hati-hatian yang telah dilakukan serta sanksi administratif yang diterima oleh PT. BankLippo Tbk dalam Rapat Umum Pemegang Saham berikutnya.

    Pihak yang bertanggung jawab dalam pelanggaran ini adalah Akuntan Publik Drs. Ruchjat Kosasih

    dari KAP Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja sebagai penanggung jawab pemeriksaan atau audit atas

    laporan keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2002. Atas kelalaian yang dilakukannya

  • 8/12/2019 Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Pada Bank Lippo

    7/7

    Bapepam menjatuhkan sanksi administratif berupa kewajiban menyetor uang ke Kas Negara sebesar

    Rp. 3,5 juta.

    VI. KESIMPULAN

    Jadi dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Bank Lippo Tbk. terbukti melakukanpelanggaran hukum atas Pasal 93 Undang Undang Pasar Modal.Pelanggaran hukum ini terjadi karena

    sistem yang ada dalam soal laporan keuangan memang cukup rumit.Kerumitan ini rentan

    menghadirkan kelalaian dari pihak pelaku pasar modal.

    Dan dalam hal pengenaan sanksi, sanksi nya tidak tepat karena sanksi yang dikenakan (hanya bersifat

    administratif) tidak sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 93 Undang-Undang Pasar Modal yang

    sangat jelas mencederai asas kepastian hukum dan menyebabkan ketidakpastian hukum.