kasus herpes ulya
DESCRIPTION
laporan kasusTRANSCRIPT
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama/Jenis Kelamin/Umur : N / Laki-laki / 18 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Rt 12 Kel.Buluran Kenali Kec Buluran
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara : 3 saudara
c. Status ekonomi keluarga : pasien berobat dengan ASKES
Mampu
d. KB : -
e. Kondisi Rumah : Baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga: baik
III. Aspek Psikologis di Keluarga : Baik
IV. Keluhan Utama :
Terdapat bentol-bentol di pinggang kiri ± 5 hari yang lalu
VI. Keluhan Tambahan :
Badan terasa lemas, gelembung-gelumbung yang terasa perih dan panas
VII. Riwayat Penyakit Sekarang : (autoanamnesa)
± 5 hari yang lalu pasien mengeluh timbul beberapa bentol-bentol
kemerahan sebesar jarum pentul pinggang kiri yang terasa perih dan panas.
Sebelumnya pasien mengaku demam, demam tidak terlalu tinggi, hilang
timbul, badan terasa lemah. Kemudian Bintil-bintil kemerahan tersebut
terasa rasa perih dan panas seperti terbakar. Rasa nyeri dirasakan seperti
tertusuk-tusuk. Awalnya os mengira bahwa hal itu alergi karena mandi
menggunakan air asin.
1
± 2 hari Bintil kemerahan dirasakan makin banyak namun tidak
bertambah di bagian tubuh lainnya hanya dibagian belakang pinggang kiri
menjalar sampai ke lipat paha kiri. Bentol-bentol kemerahan yang agak
kehiraman tersebut menjadi gelembung-gelembung yang berisi cairan
berwarna bening. Gelembung tersebut makin lama makin membesar yang
terasa perih dan nyeri. Terdapat beberapa gelembung yang berisi cairan
berwarna kuning muda, makin lama makin membesar seperti melepuh yang
terasa sangat perih, beberapa gelembung pecah dan membentuk keropeng
yang mengering. Pada saat datang ke Puskemas simpang IV sipin deman (-).
Pasien mengaku sebelumnya mengalami kelelahan karena pulang
pergi dalam 1 hari ke sabak dengan menggunakan motor sendiran. Riwayat
kontak dengan orang yang mengalami penyakit serupa dan lingkungan
sekitar yang mempunyai keluhan yang sama disangkal. Riwayat terkena
benda panas, mengoleskan bahan tertentu di tempat kelainan kulit disangkal.
Tetapi os ada riwayat mandi menggunakan air asin disabak. Pasien
menyangkal menggunakan obat-obatan. Keluhan perih dan panas tidak
bertambah saat berkeringat atau pada waktu malam hari.
V. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
- Riwayat Varisela (+)
- Riwayat alergi suatu obat, makanan atau dengan kontak sesuatu
disangkal
VIII.Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 37,1°C
4. Tekanan darah : 120/80 mmHg
5. Nadi : 92x/menit
2
6. Pernafasan
- Frekuensi : 20 x/menit
7. Berat badan : 58 Kg
8. Tinggi badan : 165 cm
Body Mass Index : ( BB) / (TB)2
: (58) / (1,65)2 = 21,3 (Normal)
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda,
perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor, ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang
tertinggal
Pulmo
3
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Sonor
Auskultasi Wheezing (-), rhonki
(-)
Wheezing (-), rhonki
(-)
Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula
kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula
kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Datar, Liat status Dermatologis
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans
musculer (-), hepatomegali (-), splenomegali
(-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
4
Ekstremitas Atas :
Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 – 5
Ekstremitas bawah :
Edema (-), akral hangat., kekuatan otot 5 – 5
Status Dermatologi
Regio inguinalis Sinistra:
vesikel multiple milier, herpetiformis, konfluens dengan susunan tidak teratur dan
dasar eritematosa, dan tampak papul eritematosa multiple milier berkelompok
dengan dasar eritematosa.
VIII.Diagnosis kerja
Herpes Zooster
IX. Diagnosis Banding
1. Herpes Zooster
2. Herpes Simpleks
3. Impetigo Bulosa
XI. Manajemen
Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyebab penyakitnya, faktor-faktor
yang dapat memperberat keluhan (Faktor eksogen memecahkan vesikel,
faktor endogen meliputi malnutrisi, terapi imunosupresan, dan riwayat
keluarga yang positif, dan pemakaian steroid jangka panjang)
- Menjelaskan pengobatan penyakit herpes zoster ini memerlukan
pengobatan + 7 hari.
Preventif :
- Istirahat
- Selalu menjaga kebersihan tubuh
5
- Menjaga ruam dalam keadaan bersih dan kering untuk meminimalkan
resiko infeksi bakteri
- Tidak menggunakan handuk dan pakaian secara bersamaan dengan
anggota keluarga lainnya
- Jemur handuk setelah dipakai, jangan biarkan dalam keadaan basah
- Gantung/simpan pakaian di tempat yang kering
Kuratif :
Non M edikamentosa
Istirahat
Menjaga kebersihan dan kelembapan tubuh
Selalu menjaga kebersihan tubuh
Menjaga ruam dalam keadaan bersih dan kering untuk meminimalkan
resiko infeksi bakteri
Tidak menggunakan handuk dan pakaian secara bersamaan dengan
anggota keluarga lainnya
Jemur handuk setelah dipakai, jangan biarkan dalam keadaan basah
Gantung/simpan pakaian di tempat yang kering
banyak makan makanan yang bergizi seperti sayur dan buah-buahan
M edikamentosa
Topical
Asiklovir krim 5 %
Sistemik
Asiklovir 5 x 800 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Pengobatan Tradisional:
1. Cara Pertama
Ambil umbi tumbuhan dewa merah yang masih segar sekitar
kurang lebih 6-9 gram. Kemudian rebuslah umbi daun dewa merah
yang masih segar lalu minum airnya. Sedangkan untuk pemakaian
6
luar, giling umbi segar atau daun segar sampai halus. Bubuhkan
pada kutil yang meradangan akibat herpes simpleks maupun herpes
zoster atau luka bakar.
Iris tipis daun dewa merah sekitar 10-15 gram atua umbi segar 6-9
gram. Rebuslah dengan tiga gelas air sampai tersisia 1 gelas.
Setelah air tersebut dingin, kemudian saring dan minum 2 kali
sehari, masing-masing setengah gelas. Apabila diminum setiap
hari, maka tanda peradangan dan kekambuhan herpes simpleks
akan segera berkurang.
Ambil Jinten hitam satu sendok teh, dua umbi kecil temu putih,
satu umbi bidara upas, 20 lembar sambiloto, dan 5 batang
brotowali masing-masing sekitar sekitar lima cm. Cara meramunya
kesemua bahan dirrebus menggunakan lima gelas air hingga tersisa
2 gelas saja. Kemdian ramuan yang telah Anda buat tadi diminum
dua kali sehari masing-masing 2 gelas.
2. Cara Kedua
Teh hijau yang dimanfaatkan dalam mengobati herpes adalah teh hijau
kantong atau celup, caranya cukup mudah. Teh tersebut dicelupkan
kedalam air hangat kemudianm kompreskan pada luka yang terkena
herpes, lakukan selama beberapa menit, dan ulangi lagi setiap jamnya.
Anda juga dapat menekan kantong teh hangat pada bagian yang terinfeksi
selama 30 menit.
3. Cara Ketiga
Untuk mengobati herpes menggunakan gel lidah buaya juga cukup mudah,
caranya Anda tingal mengoleskan gel Lidah buaya segar atau yang lebih
familiar dengan sebutan aloe vera barbadensis di are yang terinfeksi
penyakit herpes, gel lidah buaya ini berfungsi meredakan rasa sakit dan
juga bisa mempercepat penyembuhan. Jika ingin lebih simpel lagi Anda
bisa menggunakan ekstrak minyak aloe vera.
7
d. Disability
-
e. Rehabilitatif
Menjaga kesehatan dan gizi tubuh
Dinas Kesehatan Kota Jambi
R/ Asiklovir mg 400 tab No. XXX
s 5 d d tab II
R/ Asiklovir 5 % krim No. I
s . u. e
R/ Asam Mefenamat mg 500 tab No.XV
s 3 d d tab I pc
Pro : N Umur : 18 tahun
Alamat : Rt 12 Kel.Buluran Kenali Kec Buluran
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-
zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus
yang terjadi setelah infeksi primer. Sinonim: dampa, cacar ular.1
2.2 EPIDEMIOLOGI1
Umur : Biasanya pada dewasa, kadang-kadang juga pada anak-anak.
Jenis Kelamin : pria = wanita
Musim : Tidak tergantung musim
2.3 PATOGENESIS
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion
kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan
daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang
ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala-gejala
gangguan motorik.1
Varicella zoster merupakan virus rantai ganda DNA, anggota famili virus
herpes yang tergolong virus neuropatik atau neurodermatotropik. Reaktivasi virus
varicella zoster dapat dipicu oleh berbagai faktor seperti pembedahan,
penyinaran, lanjut usia, dan keadaan tubuh yang lemah meliputi malnutrisi,
seseorang yang sedang dalam pengobatan imunosupresan jangka panjang, atau
menderita penyakit sistemik. Jika virus ini menyerang ganglion anterior, maka
menimbulkan gejala gangguan motorik.2
2.4 GEJALA KLINIS
Sebelum timbul gejala kulit terdapat, gejala prodromal baik sistemik
(demam, pusing, malese), maupun gejala prodromal lokal (nyeri otot-tulang, gatal,
pegal dan sebagainya). Setelah itu timbul eritema vesikel yang berkelompok 9
dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang
jernih, kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) pustul dan krusta. Kadang-
kadang vesikel mengandung darah dan disebut sebagai herpes zoster hemoragik.
Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan
penyembuhan berupa sikatriks. Bila menyerang cabang oftalmikus N. V disebul
herpes zoster oftalmik.1
Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan
otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan
kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan
pendengaran, nistagmus dan nausea, juga terdapat gangguan pengecapan.1
Bila menyerang wajah, daerah yang dipersarafi N. V cabang atas disebut
herpes zoster frontalis. Herpes zoster abortif, artinya penyakit ini berlangsung
dalam waktu yang singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel
dan eritem. Bila menyerang saraf interkostal disebut herpes zoster torakalis. Bila
menyerang daerah lumbal disebut herpes zoster abdominalis/ lumbalis.1
2.5 PERJALANAN PENYAKIT
Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru
yang tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi
berlangsung kira-kira 1-2 minggu.1
2.6 PEMERIKSAAN KULIT
Lokalisasi : Bisa di semua tempat, paling sering pada servikal IV sampai
lumbal II
Efloresensi/sifat-sifatnya : Lesi biasanya berupa kelompok- kelompok
vesikel sampai bula di atas daerah yang eritematosa. Lesi yang khas bersifat
unilateral pada dermatom yang sesuai dengan Ietak saraf yang terinfeksi virus.
Dermatom adalah area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf
spinalis. Masing masing saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang
dipersarafinya ke otak. Dermatom pada dada dan perut seperti tumpukan cakram
10
yang dipersarafi oleh saraf spinal yang berbeda, sedangkan sepanjang lengan dan
kaki, dermatom berjalan secara longitudinal sepanjang anggota badan.3
Dermatom sangat bermanfaat dalam bidang neurologi untuk menemukan
tempat kerusakan saraf saraf spinalis. Virus yang menginfeksi saraf tulang
belakang seperti infeksi herpes zoster (shingles), dapat mengungkapkan
sumbernya dengan muncul sebagai lesi pada dermatom tertentu.3
2.7 KOMPLIKASI1
- Neuralgia pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini
dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan
gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari. Kecenderungan
ini dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster di atas usia 40 tahun.
11
- Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, di
antaranya ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan
neuritis optik.
- Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran
virus secara per kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang
berdekatan. Paralisis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan
munculnya lesi. Ber-bagai paralisis dapat terjadi, misalnya di muka,
diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, dan anus. Umumnya
akan sembuh spontan.
- Infeksi juga dapat menjalar ke alat dalam, misalnya paru, hepar, dan otak.
2.8 DIAGNOSA BANDING1,4
1) Herpes simpleks: hanya dapat dibedakan dengan mencari virus herpes
simpleks dalam embrio ayam, kelinci, tikus.
2) Varisela: biasanya lesi menyebar sentrifugal, selalu disertai demam.
3) Impetigo vesikobulosa: lebih sering pada anak-anak, dengan gam-baran
vesikel
dan bula yang cepat pecah dan menjadi krusta.
2.9 PENATALAKSANAANNYA1,4
- Istirahat
- Untuk mengurangi neuralgia dapat diberikan analgetik
- Usahakan supaya vesikel tidak pecah untuk menghindari infeksi sekunder,
yaitu dengan bedak salisil 2%. Bila terjadi infeksi se-kunder dapat
diberikan antibiotik lokal mis. salep kloramfenikol 2%.
- Obat Antiviral : Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan
pasien dengan defisiensi imunitas mengingat komplikasinya. Obat yang
12
biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misal-nya valasiklovir.
Sebaiknya diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi muncul.
- Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5 x 800 mg sehari dan biasanya
diberikan 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup 3 x 1000 mg sehari karena
konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru masih tetap timbul
obat tersebut rhasih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak
lesi baru tidak timbul lagi.
- Untuk neuralgia pasca hepatikà Obat yang direkomendasikan di antaranya
gabapentin dosisnya 1,800 mg - 2,400 mg sehari. Hari pertama dosisnya
300 mg sehari diberikan sebelum tidur, setiap 3 hari dosis dinaikkan 300
mg sehari sehingga mencapai 1,800 mg sehari.
- Sindrom Ramsay Hunt à prednison dengan dosis 3 x 20 mg sehari, setelah
seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis prednison
setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan
obat antiviral. Dikatakan kegunaannya untuk mencegah fibrosis ganglion.
2.10 PROGNOSIS
Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada
tindakan perawatan secara dini.1
BAB III
ANALISA KASUS
13
Studi kasus Tn. A, laki-laki 28 tahun datang dengan keluhan terdapat
bentol-bentol di pinggang kiri ± 5 hari yang lalu yang terasa perih dan panas.
Penegakkan diagnosis pada kasus ini berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Pada anamnesis didapatkan keluhan ± 5 hari yang lalu pasien mengeluh
timbul beberapa bentol-bentol kemerahan sebesar jarum pentul pinggang kiri yang
terasa perih dan panas. Sebelumnya pasien mengaku demam, demam tidak terlalu
tinggi, hilang timbul, badan terasa lemah. Kemudian Bintil-bintil kemerahan
tersebut terasa rasa perih dan panas seperti terbakar. Rasa nyeri dirasakan seperti
tertusuk-tusuk. Awalnya os mengira bahwa hal itu alergi karena mandi
menggunakan air asin. ± 2 hari Bintil kemerahan dirasakan makin banyak namun
tidak bertambah di bagian tubuh lainnya hanya dibagian belakang pinggang kiri
menjalar sampai ke lipat paha kiri. Bentol-bentol kemerahan yang agak kehiraman
tersebut menjadi gelembung-gelembung yang berisi cairan berwarna bening.
Gelembung tersebut makin lama makin membesar yang terasa perih dan nyeri.
Beberapa gelembung pecah dan membentuk keropeng yang mengering. Pada saat
datang ke Puskemas simpang IV sipin deman (-). Pasien mengaku sebelumnya
mengalami kelelahan karena pulang pergi dalam 1 hari ke sabak dengan
menggunakan motor sendiran. Riwayat kontak dengan orang yang mengalami
penyakit serupa dan lingkungan sekitar yang mempunyai keluhan yang sama
disangkal.
Hal ini sesuai dengan keluhan yang sering dikeluhkan pasien herpes zoster
yaitu timbul eritema makulo papular yang dalam waktu singkat menjadi vesikel
yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini
berisi cairan jernih, yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga.
Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan
unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh.Umumnya lesi
terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.
Dan daerah yang paling sering terkena adalah dermatom servikal IV sampai
lumbal II dan biasanya mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.
14
Sebelumnya pasien mengaku demam, demam tidak terlalu tinggi, hilang
timbul, badan terasa lemah dan selain itu pasien juga mengeluh seluruh badan
terutama pinggang terasa pegal–pegal. Hal ini menunjukkan pasien sebelumnya
mengalami gejala prodromal yang merupakan gejala khas dari infeksi virus
herpes, gejala prodromal berupa gejala sistemik maupun lokal, gejala sistemik
berupa demam, pusing dan malaise, sedangkan gejala lokal berupa nyeri otot-
tulang, gatal, pegal dan sebagainya.
Pasien mengaku pernah menderita cacar saat pasien masih kecil. Riwayat
kontak dengan orang yang mengalami penyakit serupa dan lingkungan sekitar
yang mempunyai keluhan yang sama disangkal. Hal ini sesuai dengan penyebab
herpes zoster yaitu merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita
mendapat varisela sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis di dapatkan dalam batas normal.
Pada pemeriksaan dermatologis di dapatkan pada daerah pinggang kiri melingkar
sampai daerah lipat paha kiri ditemukan vesikel multiple milier, herpetiformis,
konfluens dengan susunan tidak teratur dan dasar eritematosa, dan tampak papul
eritematosa multiple milier berkelompok dengan dasar eritematosa. Menurut
kepustakaan, penyakit herpes zoster ini, ruamnya berupa eritema yang dalam
waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang
eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh
(berwarna abu-abu), dapat menjadi pustul dan krusta. Kadang-kadang vesikel
mengandung darah dan disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula
timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan
berupa sikatriks. Berdasarkan tempat predileksi herpes zoster yaitu daerah yang
paling sering terkena adalah daerah torakal terutama dermatome C6 – L2. Pada
kasus ini sama seperti herpes zoster yaitu di daerah perut dan pinggang bawah
sampai lipat paha kiri setinggi dermatom L1.
Adapun differensial diagnosis kelainan kulit penderita ini yaitu : Herpes
simpleks biasanya disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis)
tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas
kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan
infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens. Infeksi virus herpes
15
simpleks berlangsung dalam 3 tingkat yaitu infeksi primer, fase laten dan infeksi
rekurens. Infeksi primer berlangsung lebih lama dan berat kira-kira 3 minggu dan
sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise, dan anoreksia, dan
dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening regional. Kelainan klinis
yang sering dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab
dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat
menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya
sembuh tanpa sikatriks. Tempat predileksi virus herpes simpleks terbagi dua yaitu
tipe I di daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung, dan tipe II
daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital. Pada kasus ini keluhannya
mirip dengan herpes simpleks yaitu eritema yang dalam waktu singkat menjadi
vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Tetapi
tempat predileksinya berbeda, pada herpes simpleks predileksinya di daerah mulut
dan hidung serta daerah genital. Sedangkan pada kasus ini kelainan terdapat di
daerah lipat paha dan pinggang dan sesuai dengan dermatom saraf. Tidak
dipilihnya herpes simplek sebagai diagnosis kerja karena berbagai alasan. Pada
pasien ini, keluhan baru pertama kali dirasakan. Hal ini tidak sesuai dengan kasus
herpes simplek yang cenderung bersifat residif. Sementara itu, pada herpes zoster,
keluhan jarang berulang kecuali pada kasus adanya defisiensi imun yang tampak
jelas secara klinis. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan tzanck test tidak
diusulkan dilakukan karena karakteristik sitolopatologinya biasanya tidak banyak
menunjukkan perbedaan. Akan tetapi pada keadaan yang meragukan diperlukan
pemeriksaan penunjang antara lain: isolasi virus dengan kultur jaringan dan
identifikasi morfologi dengan mikroskop elektron, pemeriksaan antigen dengan
imunofluoresen, tes serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.
Impetigo vesiko-bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama
berupa lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang
tampak hipopion. Keadaan umum baik, tetapi dapat timbul gejala konstitusi
berupa malaise dan demam.Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung, atau
daerah yang tidak tertutup pakaian.Terdapat pada anak, bayi, dan orang dewasa.
16
Umumnya sangat mudah menular. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula
hipopion dimana lepuh timbul mendadak pada kulit sehat, bervariasi mulai miliar
hingga lentikular, dapat bertahan 2-3 hari. Kadang-kadang waktu pasien
datang berobat, vesikel/bula telah memecah sehingga yang tampak hanya kolaret
dan dasarnya masih eritematosa, erosi, dan ekskoriasi. Pada kasus ini keluhannya
mirip dengan impetigo bulosa dimana terdapat lepuh-lepuh yang berisi cairan
namun dinding pada herpes zooster tidak tegang sepeti kasus impetigo bulosa,
keluhan kontitusi pada impetigo vesiko bulosa meliputi malaise dan demam
menyerupai fase prodormal pada herpes zoster. Terdapat perbedaan ruam pada
herpes zoster dan impetigo vesiko bulosa dimana pada herpes zoster erupsi mulai
dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat jam kemudian
terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga.
Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta
ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu sedangkan pada impetigo bulosa kelainan
kulit berupa eritema, bula, dan bula hipopion dimana lepuh timbul mendadak pada
kulit sehat, bervariasi mulai miliar hingga lentikular, dapat bertahan 2-3 hari
dengan vesikel/bula yang mudah pecah sehingga tampak koloret dengan dasar
yang eritematosa.1,2
Terapi pada pasein ini yaitu preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Tindakan promotif pada pasien ini yaitu : istirahat, selalu menjaga kebersihan
tubuh, menjaga ruam dalam keadaan bersih dan kering untuk meminimalkan
resiko infeksi bakteri, tidak menggunakan handuk dan pakaian secara bersamaan
dengan anggota keluarga lainnya, jemur handuk setelah dipakai, jangan biarkan
dalam keadaan basah, gantung/simpan pakaian di tempat yang kering.
Terapi kuratif medikamentosa pada pasien ini diberi asiklovir karena
mekanisme kerjanya menghambat enzim DNA polymerase virus, asiklovir segera
diubah menjadi asiklo-guanosin monofosfat oleh enzim timidin kinase virus,
kemudian diubah lagi menjadi asiklo-guanosin trifosfat (asiklo-GTP), asiklo-GTP
bergabung dengan DNA virus yang akan mengakibatkan terhentinya aktifitas
enzim DNA polymerase. Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang
ditimbulkan oleh virus herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam
mefenamat. Dosis asam mefenamat adalah 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 17
kali, atau dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri muncul. Dan obat topikalnya
asiklovir krim 5 %.
Pengamatan Rumah :
Rumah terbuat dari semen (permanen) dengan ukuran 10x 7,5 m2. Didalam
rumah tersebut terdapat ruang tamu dengan 2 buah jendela dengan masing-masing
berukuran 50x 70 cm2, dilengkapi dengan ventilasi. Terdapat tiga buah kamar
tidur dengan masing-masing kamarnya berukuran antara 3x4 m2, ketiga kamar
memiliki ventilasi udara.
Lantai rumah os terbuat dari keramik, penataan alat atau perabot rumah
tangga tertata dengan rapi. Dapur tempat ibu os memasak cukup luas, keluarga
pasien memasak dengan menggunakan kompor gas. Di belakang dapur terdapat
kamar mandi, tempat penampungan air dan tempat mencuci piring. Tidak ada
sumur di rumah os, sumber air berasal dari PAM dan air hujan yang di gunakan
untuk mencuci dan memasak namun untuk air minum, pasien menggunakan
fasilitas air minum isi ulang.
Pengamatan Lingkungan:
Keluarga os hidup dilingkungan tempat tinggal yang padat penghuni.
Keadaan tempat tinggal os dengan tetangganya sangat dekat hanya dipisahkan
dengan dinding rumah pada sebelah kanan rumah dan dipisahkan oleh jalan kecil
pada sebalah kiri rumah os. Keadaan rumah disekitar rumah rapih dan bersih.
Dipan rumah os terdapat kolam ikan kecil yang terdapat ikannya dan selokan air.
Berdasarkan Hasil wawancara /pengamatan Keluarga /hubungan keluarga:
Pasien tinggal bersama kedua orang tua, serta dua saudara, tidak terdapat
keluarga dengan keluhan yang sama.
18
Hasil wawancara /pengamatan perilaku kesehatan:
Dari hasil anamnesa perilaku kesehatan pasien didapatkan hasil: perilaku
kesehatan pasien dinilai baik karena pasien menjaga kebersihan diri dan memiliki
perilaku hidup yang baik.
Analisis pasien secara holistik
Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah
Keluarga os hidup dilingkungan tempat tinggal yang padat penghuni.
Keadaan rumah dan lingkungan rumah pasien dinilai cukup rapi dan bersih.
Pembuangan sampah dan limbah di nilai cukup baik. Pasien adalah seorang
mahasiswa .Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa os mendapatkan kelelahan
fisik sebelum timbulnya penyakit. Tidak adanya riwayat penyakit yang sama pada
keluarga pasien.
Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit
Adapun faktor resiko atau etiologi yang didapat pada kasus ini yaitu daya
tahan tubuh yang menurun dan sudah pernah mengalami varicela sebelumnya
yang memungkinkan terjadinya penyakit tersebut. Tidak ada faktor resiko yang
didapat dari keadaan rumah dan lingkungan pasien karena dinilai cukup rapi dan
bersih.
Promotif:
- Memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga pasien saat
dilakukannya kunjungan rumah dan memberi saran-saran untuk
terciptanya pribadi yang sehat , rumah sehat dan lingkungan yang
sehat sebagai upaya pencegahan penyakit yang dapat diderita lagi oleh
pasien ataupun keluarganya.
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyebab penyakitnya, faktor-
faktor yang dapat memperberat keluhan (Faktor eksogen memecahkan
vesikel, faktor endogen meliputi malnutrisi, terapi imunosupresan, dan
riwayat keluarga yang positif, dan pemakaian steroid jangka panjang)
19
- Menjelaskan pengobatan penyakit herpes zoster ini memerlukan
pengobatan + 7 hari.
Preventif:
- Istirahat
- Selalu menjaga kebersihan tubuh
- Menjaga ruam dalam keadaan bersih dan kering untuk meminimalkan
resiko infeksi bakteri
- Tidak menggunakan handuk dan pakaian secara bersamaan dengan
anggota keluarga lainnya
- Jemur handuk setelah dipakai, jangan biarkan dalam keadaan basah
- Gantung/simpan pakaian di tempat yang kering
20
Dissability Limination
- Pasien perlu diberikan penjelasan tentang proses pengobatan penyakit kulit
yang disebabkan oleh virus dan berapa lama pemberian terapi sehingga
pasien paham dan taat dalam pemakaian obat. Menjelaskan bahwa rasa
nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan
setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa
bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam
kehidupan sehari-hari.
Rehabilitatif:
Menjaga kesehatan dan gizi tubuh
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko RP. Penyakit Virus. Dalam :Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Edisi 5. Jakarta: FKUI, 2008.
2. James WD, Berger T, Elston D. Andrew’s diseases of the skin.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011.
3. Baehr M, Frotscher M. Duus’ topical diagnosis in neurology. 4th ed. New
York: Thieme,2005.
4. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardani WI, Setiowulan W. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2001.
5. Cara Mengobati Herpes. Di unduh dari: http://superampuh.com/cara-
mengobati-herpes.
22