kasus 3-management puskesmas heni
DESCRIPTION
kfjuishxfngionTRANSCRIPT
Manajemen Puskesmas dan Administrasi Kesehatan
Atikah Binti Su Azmi
102008241 B3
Blok 26 Community Medicine
Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat 11470
Skenario 3 :
Dokter Tr sudah bertugas di Puskesmas sekitar 6 bulan. Ia mengadakan lokakarya mini
puskesmas dan mendapatkan data cakupan imunisasi dasar, peserta baru KB, ANC, dan
pembenterasan DHF belum mencapai hasil yang diharapkan. Ia mempunyai 1 orang
dokter gigi, 3 orang perawat, 1 orang sanitarian dan 3 orang petugas administrasi.
Wilayahnya mencakup kecamatan dengan populasi 30 000 jiwa. Sebahagian besar
transportasi dilakukan dengan motor, perahu motor, dan pejalan kaki.
BAB I
1.1 Pendahuluan
Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan dan pembinaan kesehatan
masyarakat telah dibangunkan puskesmas yang mana merupakan unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan di suatu wilayah kerja tertentu. Puskesmas ini berfungsi sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Pembangunan dibidang Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat Kesehatan
1
masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan bagi masyarakat
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan .
Peningkatan Kesehatan (Promotif), Pencegahan Penyakit (Prepentif), Penyembuhan
Penyakit (Kuratif) dan Pemulihan kesehatan (Rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh,terpadu dan berkesinambungan.
Upaya Kesehatan ditingkatkan dengan tujuan agar dapat menyelenggarakan
Upaya kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat, terutama yang
berpenghasilan rendah dengan peran serta aktif dari masyarakat. Mengingat fungsi
puskesmas sebagai pusat pengembangan, pembinaan dan pelaksana upaya kesehatan di
Wilayah kerjanya. Kegiatan – kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas dari
waktu kewaktu terus berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat yang memerlukan
pelayanan kesehatan yang baik dan optimal. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat
tersebut, kegiatan yang akan dilakukan oleh Puskesmas perlu direncanakan lebih teliti
dan seksama supaya dapat dicapai hasil yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.
BAB II
Isi
PUSKESMAS
2.1 DEFINISI PUSKESMAS
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas juga dapat didefinasikan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten /kota yang bertangungjawab menyelenggarakan pembangunanan kesehatan di
suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004). Dengan kata lain, puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggunjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah
kerjanya.
2
2.2 FUNGSI PUSKESMAS
Berikut ini merupakan fungsi-fungsi puskesmas beserta proses dalam melaksanakan
fungsi tersebut.
Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkat
kemampuan untuk hidup sehat.
Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsi dilaksanakan dengan cara sebagai berikut.
Merangsang masyarakat termasuk swasta melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri.
Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana mengali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis
maupun rujukan kesehatan masyarakat dengan penentuan bantuan tersebut tidak
menimbulkan ketergantungan.
Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
Bekerjasama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan
program puskesmas.
2.3 PERAN PUSKESMAS
Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital
sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan
jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan
kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tatalaksana
kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem-evaluasi dan pemantuan yang akurat. Rangkaian
3
manajerial tersebut bermanfaat dalam penentuan skala prioritas daerah dan sebagai bahan
kesesuaian dalam menentukan. Rancangan Anggaran Pembelanjaan Daerah (RAPBD)
yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Pada masa mendatang, puskesmas
juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.
2.4 FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PELAYANAN PUSKESMAS
Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki masalah-
masalah. Adapun masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas itu diakibatkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut:2
Faktor Internal
Pelaksanaan Manajemen
Pelaksanaan manajemen merupakan hal penting yang menentukan dalam
mencapai tujuan yang efisien dan efektif dari tujuan Puskesmas. Dimana fungsi
manajemen itu untuk planning, organizing, leading, dan controling. Pada
kegiatan perencanaan setiap tahunnya sering kali tidak berjalan sehingga
kegiatan berjalan apa adanya sesuai kebiasaan yang dianggap ‘baik/sudah
biasa’. Bahkan terasa sekali bahwa tidak pernah adanya upaya pengembangan.
Serta tidak pernah terpikir untuk mempersoalkan kendali mutu pelayanan yang
disebabkan kurangnya pengetahuan, peralatan, dan perhatian tersita pada upaya
pengobatan. Dapat dikatakan bahwa kepala Puskesmas lebih sibuk pada
masalah-masalah manajerial daripada kasus-kasus klinik. Dapat dikatakan juga
bahwa kurangnya pengetahuan para Kepala Puskesmas dan rendahnya
disiplin/etos kerja staff, menjadikan unsur manajemen ini tidak berjalan. Tentu
hal ini menghambat kinerja Puskesmas untuk melayani masyarakat dalam
bidang kesehatan.
Sarana dan Prasarana
4
Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam mencapai
target dari program-program Puskesmas. Tetapi apa yang terjadi pada
Puskesmas di Indonesia terkesan tidak diperhatian oleh pemerintah dengan
alasan wilayah geografis yang sulit untuk dijangkau, sehingga sarana dan
prasarana yang ada di dalam Puskesmas sangat terbatas, baik berupa alat medis
maupun obat-obatan. Hal ini terjadi akibat dari sumber keuangan yang dimiliki
Puskesmas terbatas sehingga mutu pelayanan puskesmas pun menjadi rendah
karena tidak sesuai dengan standart kesehatan.
Tenaga medis
Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan
ketidakmampuannya melaksanakan program dari Dinas Kesehatan. Misalanya
program Posyandu yang tidak tepat sasaran. Jumlah tenaga medis sedikit karena
insentif dari pemerintah daerah. Faktor kesejahteraan pegawai memang hal
penting karena berkaitan dengan satu-satunya pendapatan resmi mereka adalah
gaji. Untuk mencapai penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas di
perlukan pimpinan yang mau memotivasi pegawainya dengan cara memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Sumber keuangan Puskesmas
Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang didapat
tidak sebanding dengan pengeluaran operasional Puskesmas sehingga biaya
pelayanan Puskesmas pun mahal padahal sarana yang terdapat di sana tidak
sebanding dengan apa yang harus dibayar sehingga hal ini berdampak kepada
masyarakat untuk beralih pergi ke Rumah Sakit saja yang fasilitas lebih baik
daripada Puskesmas. Adapun sumber-sumber keuangan Puskesmas sebagai
berikut:2
Pemerintah
Sumber biaya berasal dari Pemerintah Kabupaten yang dibedakan atas
dana pembangunan dan dana anggaran rutin. Dana ini diturunkan secara
bertahap ke Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten.
5
Retribusi
Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan Puskesmas yang
membiayai upaya kesehatan perorangan yang pemanfaatanya dan
besarnya ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
PT. ASKES
Puskesmas menerima dana dari PT. ASKES yang peruntukannya sebagai
imbal jasa kepada peserta ASKES yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PT. JAMSOSTEK
Puskesmas menerima dana dari PT. JAMSOSTEK yang peruntukannya
sebagai imbal jasa kepada peserta JAMSOSTEK yaitu Pegawai /
karyawan yang berada dibawah naungan Dinas Tenaga Kerja.
BPP (Badan Penyantun Puskesmas)
Dengan memberdayakan potensi yang dimiliki masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sumber-sumber keuangan Puskesmas ini ternyata tidak dapat membiayai
operasinal dari program-program Puskesmas. Hal ini diakibatkan oleh beberapa
faktor yaitu, birokratisasi penyaluran keuangan dari pemerintah sampai ke
Puskesmasnya dan rendahnya responsibilitas pengelola manajemen Puskesmas.
Psiko-sosial antara tenaga medis dengan penduduk
Perbedaan psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
dengan penduduk menimbulkan hambatan dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan Puskesma.Tenaga-tenaga yang diperbantukan di Puskesmas biasanya
terdiri dari orang-orang terpelajar dan bukan berasal dari daerah tersebut,
sehingga penduduk menganggapnya sebagai orang asing. Apalagi jika bahasa
yang digunakan adalah bahasa yang tidak dimengerti oleh penduduk, maka
akibatnya penduduk segan untuk datang ke Puskesmas.2
Faktor Eksternal
6
Kondisi Geografis
Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada daerah pelosok atau
setingkat dengan kecamatan. Dimana kecamatan tiap-tiap daerah memilki
keadaan yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
puskesmas. Memang ada kecamatan-kecamatan yang hanya dengan satu
Puskesmas sudah dapat menjangkau seluruh penduduk. Tetapi ada juga
puskesmas yang hanya dapat dijangkau oleh penduduk yang bermukim di
dekatnya karena penduduk yang lain bertempat tinggal jauh dari Puskesmas.
Hal ini terkait pada dana yang tidak cukup untuk menggunakan alat-alat
transportasi atau memang tempat tinggalnya terpencil sehingga penduduknya
lebih senang tinggal di rumahnya daripada pergi ke Puskesmas.
Pemerintah daerah
Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat atas pemahaman
pembangunan kesehatan yang setengah-setengah dari pihak legslatif dan
eksekutif yang tercermin dari dijadikannya pelayanan kesehatan sebagai tulang
punggung pendapatan daerah. Ini berarti orang sakit dijadikan tualng punggung
pendapatan daerah. Padahal upaya menyehatkan masyarakat sejatinya
termaktub dalam hakikat dan semangat UU. No.22 dan UU No. 25 tahun 1999
yang pada intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan
mengembangkan demokrasi menuju peningkatan kesejahteraan rakyat.
Disamping itu alokasi anggaran kesehatan berbagai daerah mencerminkan
kurangnya perhatian terhadap investasi hak-hak dasar pembangunan manusia
diantaranya pelayanan kesehatan dasar.2
Keadaan Ekonomi Penduduk
Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam sulitnya
mengupayakan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Jumlah warga negara
Indonesia mayoritas bermata pencarian petani dan nelayan yang mana kondisi
ekonominya kurang memadai. Walaupun ada ketentuan yang memperbolehkan
mereka yang tidak mampu untuk tidak usah membayar retribusi di Puskesmas,
7
namun kenyataannya orang-orang yang demikian justru enggan datang ke
Puskesmas.
Kondisi Pendidikan Penduduk
Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam menghambat
pelayanan yang dihadapi oleh Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan
pada tingkat pertama, karena pada umumnya pendidikan masyarakat desa masih
rendah, maka pola pikir mereka sangat sederhana dan kurang atau bahkan
belum paham akan arti kesehatan. Mereka cenderung mengikuti sifat-sifat
tradisional yang sejak dulu dipegang oleh masyarakat dan lingkungannya.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki tingkat
pendidikan yang rendah yang mana sebagian besar penduduk Indonesia lulusan
SD terutama di daerah pelosok-pelosok Indonesia, sehingga hal berdampak
pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan masyarakat
Indonesia sehat terutama pada lembaga Puskesmas yang letaknya dekat dengan
masyarakat tersebut. Selain itu juga disebabkan Rumah Sakit lebih baik sarana
dan prasarananya, padahal Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang
paling dasar dalam lingkungan masyarakat setempat.2
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada aspek melayani
penyembuhan penyakit yang sudah diderita oleh penduduk dibandingkan
dengan melayani obat-obatan yang dapat digunakan sebagai upaya pencegahan
timbulnya suatu penyakit pada penduduk. Dengan kata lain pelayanan kesehatan
Puskesmas lebih banyak ditekankan pada tindakan kuratif dibandingkan pada
tindakan preventif apalagi promotif. Selain itu Dinas Kesehatan juga kurang
melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan program-program
Puskesmas yang sudah ada sehingga tidak terwujudnya pelayanan kesehatan di
tingkat basis.
2.5 DOKTER KEPALA PUSKESMAS
8
Model optimal layanan kesehatan mungkin salah satu yang memberikan
kontribusi untuk konvergensi input yang berbeda terhadap kepuasan nilai-nilai
relevansi, kualitas, efektivitas biaya dan kesetaraan dalam kesehatan. Pemikiran
inovatif dan upaya harus berani dibuat untuk melawan fragmentasi berderap dari
sistem perawatan kesehatan pengiriman, yang individual ditandai dengan setidaknya
tiga split. Yang pertama adalah isolasi relatif dari individu perawatan dari perawatan
berbasis populasi, atau dengan kata lain, perpecahan antara obat dan publik
kesehatan, yang kedua adalah perpecahan antara generalis dan spesialis dan yang
ketiga adalah perpecahan antara sektor kesehatan dan sektor lainnya dengan bantalan
pada kesehatan.3
Prioritas harus diberikan kepada kegiatan rekonsiliasi diarahkan pada
kesehatan individu dan kelompok dan penelitian yang didedikasikan untuk desain
skema yang tepat, dimana kedua set kegiatan dapat dilakukan koordinasi dan dalam
yang dapat diterima dan biaya-efektif keseimbangan, baik dalam pengaturan
perawatan kesehatan yang sama atau oleh kesehatan yang sama profesional.
Konsep dari "dokter bintang lima" diusulkan sebagai profil ideal dokter memiliki
campuran bakat untuk melaksanakan berbagai layanan yang pengaturan kesehatan
harus memberikan untuk memenuhi persyaratan relevansi, kualitas, efektivitas
biaya dan kesetaraan dalam kesehatan.3
Antara kriteria-kriteria dokter “Bintang Lima” adalah :3
i) Penyedia rawatan (care provider)
Selain memberikan perawatan individu "bintang lima dokter" harus
mengambil
memperhitungkan total (fisik, mental dan sosial) kebutuhan pasien. Mereka
harus
memastikan bahwa berbagai pengobatan kuratif, preventif atau rehabilitatif
akan dibagikan dengan cara yang saling melengkapi, terintegrasi dan
9
berkesinambungan. Dan mereka harus memastikan bahwa pengobatan adalah
kualitas tertinggi.
ii) Pembuat keputusan (decision maker)
Dalam iklim transparansi "bintang lima dokter" akan harus mengambil
keputusan yang dapat dibenarkan dalam hal efikasi dan biaya. Dari semua
cara yang mungkin pengobatan kondisi kesehatan yang diberikan, salah satu
yang tampaknya paling sesuai dalam diberikan situasi harus dipilih. Sebagai
pengeluaran regards, keterbatasan sumber daya yang tersedia untuk kesehatan
harus dibagi secara adil untuk kepentingan setiap individu dalam masyarakat.
iii) Komunikator (communicator)
Gaya Hidup aspek seperti diet seimbang, langkah-langkah keamanan di
tempat kerja, jenis kegiatan rekreasi, menghormati lingkungan dan seterusnya
semua memiliki menentukan pengaruh terhadap kesehatan. Keterlibatan
individu dalam melindungi dan atau kesehatan sendiri itu, sangat penting,
karena paparan risiko kesehatan sangat oleh perilaku seseorang. Para dokter
besok harus komunikator sangat baik dalam untuk membujuk individu,
keluarga dan masyarakat bertanggung jawab mereka untuk mengadopsi gaya
hidup sehat dan mitra menjadi dalam upaya kesehatan.
iv) Pemimpin masyakat (community leader)
Kebutuhan dan masalah seluruh masyarakat di pinggiran atau sebuah distrik
tidak boleh dilupakan. Dengan memahami faktor-faktor penentu kesehatan
dalam lingkungan fisik dan sosial dan dengan menghargai luasnya setiap
masalah atau risiko kesehatan "bintang lima dokter" tidak akan hanya menjadi
memperlakukan individu-individu yang mencari bantuan tetapi juga akan
mengambil bunga positif dalam kegiatan kesehatan masyarakat yang akan
bermanfaat kepada sejumlah besar orang.
v) Manager
10
Untuk melaksanakan semua fungsi, maka akan penting untuk "bintang lima
dokter" untuk memperoleh keterampilan manajerial. Ini akan memungkinkan
mereka untuk memulai pertukaran informasi dalam untuk membuat keputusan
yang lebih baik, dan untuk bekerja dalam tim multidisiplin di dekat hubungan
dengan mitra lainnya untuk kesehatan dan pembangunan sosial. Kedua lama
dan baru perawatan pengeluaran harus terintegrasi dengan keseluruhan
kesehatan dan pelayanan sosial, apakah ditujukan untuk individu atau untuk
masyarakat.
2.6 UPAYA KESEHATAN PUSKESMAS
Untuk mencapai visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang
keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni :1,4
i) Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
Upaya Promosi Kesehatan
Upaya Kesehatan Linkungan
Upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Upaya Pencegahan dan Pembanterasan Penyakit Menular
Upaya Pengobatan
ii) Upaya Kesehatan Pengembangan
11
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih
dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni :
Upaya Kesehatan Sekolah
Upaya Kesehatan Olah Raga
Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Upaya Kesehatan Kerja
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Upaya Kesehatan Jiwa
Upaya Kesehatan Mata
Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya
pencatatan pelaporan tidak termasuk pelihan karena ketiga upaya ini merupakan
pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila perawatan
kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut maka dapat
dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi,
yakni upaya lain diluar upaya Puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka
mempercepat tercapainya visi Puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh Puskesmas bersama
dina kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya
kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan berwajib Puskesmas
telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu
pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan
12
Puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan
tertentu pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.
Apabila Puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas kesehatan
kabupaten/kota bertanggungjawab dan wajib menyelenggarakannya. Unutk itu dinas
kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat inap.
Untuk ini di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang
dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan
prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Lebih lanjut, di beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaan ini, apabila ada kemampuan,
di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan medik spesialistik tersebut, baik dalam
bentuk rawat jalan maupun rawat inap. Keberadaan pelayanan medik spesialistik di
Puskesmas hanya dalam rangka mendekatkan pelayanan rujukan kepada masyarakat
yang membutuhkan. Status dokter dan atau tenaga spesialis yang bekerja di
Puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen atau tenaga tetap fungsional Puskesmas
yang diatur oleh dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
Perlu diingatkan meskipun Puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi Puskesmas tetap
sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
3.1 SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP)
DEFINISI
13
Merupakan tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan
puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan
serta hasil yang dicapai oleh puskesmas.5
TUJUAN
Tujuan umum :
Tersedianya data dan informasi yang kaurat, tepat waktu dan mutakhir secara periodic
dan teratur untuk pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas
diberbagai tingkat administrasi.5
Tujuan khusus :
1. Tersediannya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok
puskesmas yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara teratur.
2. Terlaksananya pelaporan data secara teratur di berbagai jenjang administrasi,
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Digunakannya data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka
pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas diberbagai tingkat
administrasi.5
Ruang lingkup
1. SP2TP dilakukan oleh semua puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan
puskesmas keliling
2. Pencatatan dan pelaporan mencakup :
a) Data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas
b) Data ketenagaan di puskesmas
c) Data sarana yang dimiliki puskesmas
d) Data kegiatan pokok puskesmas (18 upaya pokok) baik di dalam gedung
maupun di luar gedung.
3. Pelaporan dilakukan secara periodic (bulanan, tribulanan, semester dan tahunan)
Pelaksanaan
14
1. Pencatatan dengan menggunakan format
a) Family folder
b) Buku register
Rawat jalan dan rawat inap
Penimbangan
Kohort ibu
Kohort anak
Persalinan
Laboratorium
Penangamatan penyakit menular
Imunisasi
PKM
c) Kartu indeks penyakit (kelompok penyakit)
d) Kartu perusahaan
e) Kartu murid
f) Sensus harian (penyakit dan kegiatan puskesmas) untuk mempermudah
pembuatan laporan.
2. Pelaporan
Jenis dan period laporan :
a) Bulanan
Data kesakitan
Data kematian
Data operasional (gizi, imunisasi, KIA, KB, dsb.)
Data managemen obat
b) Triwulan
Data kegiatan puskesmas
c) Tahunan
Umum dan fasilitas
Sarana
Tenaga
Alur pengiriman
15
Dikirim ke Dinas Kesehatan TK II, diteruskan ke Dinas Kesehatan TK I, kemudian
diteruskan ke Departemen Kesehatan. Umpan balik di kirim ke kanwil depkes propinsi.5
3.2 SOLUSI MENGATASI MASALAH YANG MUNCUL DI LINGKUP
PUSKESMAS
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi
mempunyai kewenangan yang besar dalam menciptakan inovasi model pelayanan
kesehatan di daerah. Untuk itu dibutuhkan komitmen dan kemauan untuk
meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dengan melakukan
revitalisasi sistem kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien
di Puskesmas, peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan/revitalisasi kader PKK,
pembentukan standar pelayanan kesehatan minimum untuk kinerja sistem kesehatan yang
komprehensif, serta memperbaiki sistem informasi pada semua tingkatan pemerintah.
Dari banyak kasus yang terjadi dibanyak daerah, jelas bahwa Puskesmas memiliki
pencitraan yang rendah pada saat sekarang, terutama jika dilihat dari sarana, Puskesmas
tidak memiliki fasilitas yang lengkap walaupun sudah mendapat dana dari Dinas
Kesehatan.
PROBLEM SOLVING CYCLE
Siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) merupakan pendekatan integral dan
komprehensif dalam penyusunan rencana dan program yang mana akan membantu
memberikan pemahaman situasi dan masalah yang dihadapi. Adapun langkah-langkah
proses pemecahan masalah dalam keseluruhan siklus pemecahan masalahjuga
dihubungkan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen Puskesmas.6,7
Langkah pertama dalam siklus pemecahan masalah adalah menentukan masalah
dengan baik. Ini dimulai dengan kegiatan analisis situasi atau disebut juga identifikasi
masalah. Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat yang berkembang di
wilayah kerja Puskesmas dan pengembangan program intervensinya, pimpinan
Puskesmas dapat menganalisis masalah kesehatan tersebut dengan menggunakan
pendekatan epidemiologi, prinsip-prinsip kesehatan masyarakat, kedokteran pencegahan,
16
paradigma hidup sehat menurut Blum dan analisis sistem. Dari analisis situasi akan
diketemukan banyak masalah. Masalah adalah keadaan atau realiti yang menyimpang
dari apa yang diharapkan. Atau sering juga dikatakan bahwa masalah adalah kesenjangan
antara apa yang diharapkan dengan apa yang menjadi kenyataan. Umumnya dalam
kehidupan sehari-hari, sumber daya yang tersedia tidak cukup untuk memecahkan semua
masalah tersebut. Oleh sebab itu, perlu ditentukan masalah kesehatan mana yang harus
diutamakan (diprioritaskan).
Masalah yang sudah menjadi prioritas, perlu dirumuskan dengan jelas. Perumusan
masalah yang baik adalah jika:
1. Ada pernyataan tentang kesenjangan secara kualitatif dan/atau
kuantitatif
2. Didukung oleh data
3. Dinyatakan secara spesifik apa masalah tersebut, siapa yangterkena,
dimana lokasinya, kapan waktunya.
Untuk masalah yang sudah dirumuskan dengan baik, kemudian ditentukan tujuan
yang akan dicapai, yaitu apakah masalah tersebut akan dikurangi sampai tingkat tertentu
atau masalah tersebut dihilangkan sama sekali. Selanjutnya adalah memilih
alternatifintervensi atau kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut
diatas. Untuk itu, perlu dilakukan analisis determinan masalah atau kadang-kadang
disebut analisis faktor risiko.6
Selanjutnya setelah faktor-faktor risiko yang akan menyebabkan masalah dikaji
dan program Puskesmas dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Untuk itu memerlukan suatu organisasi yang tertata dengan baik (organizing).
Pelaksanaan program atau implementasi memerlukan fungsi penggerakan dan
pelaksanaan (actuating) dengan melaksanakan fungsi kepemimpinan, motivasi,
komunikasi, dan pengarahan serta pengawasan dan
17
pengendalian. (controlling). Hasil implementasi dan pelaksanaan kemudian dilakukan
penilaian (evaluating). Evaluasi ini kemudian dipergunakan sebagaimasukan dalam
proses atau siklus selanjutnya dalam pemecahan masalah.6
Penilaian prioritas malasah
Untuk meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program kesehatan,
diperlukan suatu proses perencanaan yang akan menghasilkan suatu rencana yang
menyeluruh (komprehensif dan holistik). Perencanaan kesehatan adalah kegiatan yang
perlu dilakukan dimasa yang akan datang, yang jelas tujuannya.
Identifikasi dan prioritas malasah kesehatan merupakan bagian dari proses
perencanaan harus dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh unsure terkait ,
termasuk masyarakat. Sehingga masalah yang ditetapkan untuk ditanggulangi betul- betul
merupakan masalah dari masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan untuk
menanggulangi masalah kesehatan yang ada, masyarakat dapat berperan aktid di
dalamnya. Untuk menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal yang harus
dilakukan yaitu:7,8
a) Melakukan pengumpulan data
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu tersedia dara
yang cukup. Untuk itu perlu dilakukan pengumpulan data yang berkaitan
dengan lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan,
termasuk keadaan geografis, keadaan pemerintahan, kependudukan,
pendidikan, pekerjaan, mata pencarian, sosial budaya dan keadaan
kesehatan.
b) Pengolahan data
Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut harus
diolah dengan menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga
jelas sifat- sifat yang dimiliki oleh masing- masing data tersebut. Cara
pengolahan data yang dikenal ada 3 macam yaitu
18
i. Manual
ii. Elektirkal
iii. Mekanik
c) Penyajian data
Data yang telah diolah perlu disajikan. Ada 3 macam penyajian data yang
lazim dipergunakan yakni secara:
i. Tekstular
ii. Tabular
iii. Grafikal
d) Pemilihan prioritas masalah
Hasil penyajian data akan memunculkan pelbagai masalah. Tidak semua
masalah dapat diselesaikan, karena itu diperlukan pemilihan prioritas
masalah, dalam arti masalah yang paling penting untuk diselesaikan.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentuuntuk menentukan urutan
masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas
memerlukan perumusan masalah yang baik yakni spesifik, jelas ada kesenjangan yang
dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan secara sistematis. Ia
ditentukan juga dengan berdasarkan criteria matriks.8
Problem Solving Cycle
Masalah
Kesenjangan antara apa yang ditemukan dengan apa yang semestinya (standar)
19
No
.Masalah
Importancy TF R
P S RI SB P PC IP T D S T
1
Kelayakan teknologi
Ilmu Teknologi
Sumber daya
Dana Sarana Tenaga
20
2
3
Beri nilai
1-5
Pemilihan prioritas jalan keluar
Penentuan prioritas masalah merupakan hal yang sangat penting, setelah masalah-
maslah kesehatan teridentifikasi. Penentuan prioritas masalah harus memperhatikan
beberapa faktor antara lain, besarnya masalah, pertimbangan politik, persepsi
masyarakat, dan bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan. Cara memilih prioritas
masalah dilakukan dengan penetapan prioritas penyelesaian masalah yaitu:
1. Penyusunan alternative jalan keluar
a. Pengalaman yang ada
i. kepustakaan
b. Sesuatu yang baru
i. Berpikir kreatif
ii. Hukum sebab akibat
Tentukan berbagai penyebab masalah
Periksa kebenaran
Mengubah penyebab masalah ke dalam bentuk lapangan
2. Pemilihan prioritas jalan keluar (criteria matriks)
a. Efektif
i. Magnitude
ii. Importancy
iii. Vulnerability
b. Efisiensi
i. Cost (biaya)
No
. Masalah
Efektif Efisiensi
MIV/
C
M I V C
21
1
2
3
Beri nilai 1
– 5
3. Melakukan uji lapangan
4. Memperbaiki prioritas jalan keluar
5. Penyusunan rencana
a. Uraian rinci dan lengkap tentang tujuan dan cara mencapai tujuan
i. Pedoman
ii. Memperoleh dukungan
b. Unsur- unsur rencana
PENENTUAN TUJUAN
Setelah penentuan penilaian masalah telah selesai, selanjutnya dilakukan
penetapan tujuan yaitu dengan mengubah pernyataan negatif dari masalah (baik itu pada
Output, Proses, maupun Input) menjadi pernyataan positif ( Tujuan)7,8
Tujuan Output :
Meningkatkan Kualitas pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh PUSKESMAS
(Preventif, Promosi, Kuratif, Rehabilitatif ) dari KURANG OPTIMAL menjadi
OPTIMAl
Solusi : Man yaitu Jumlah Petugas (medis/paramedis dan non
medis/paramedis) yang berlebihan dimutasi pada program yang
kekurangan tenaga
Solusi : Money yaitu Sumber-sumber pembiayaan kesehatan yang kurang
tersedia dengan mencari dan mendapat sumber pembiayaan lain misalnya
swadaya masyarakat.
22
Konsekwensi dari tujuan proses dan input ini adalah penyedian sarana dan prasarana
termasuk penggunaan biaya operasional pada petugas yang yang ditempatkan pada
posisi baru. Namun konsekwensi ini tidaklah lebih penting dari ketidak percayaan
masyarakat kepada petugas/Puskesmas, disamping itu juga pengaruh terhadap
komponen proses lainnya terhadap pencapaian mutu kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat yang optimal.
Tujuan Proses II:
Meningkatkan pelayanan penderita dan pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat
tidak tepat menjadi tepat misalnya diskusi/penyuluhan pada keluarga (masyarakat)
tentang pengetahuan tentang cara membangun/ menggunakan WC yang benar dan
sehat.
Solusi: Metode yaitu Prosedur kerja/layanan kesehatan masyarakat yang
kurang tersedia menjadi tersedia
Solusi : Markets yaitu Masyarakat wilayah Puskesmas dan Penderita tidak
terdata menjadi terdata
Solusi : Machine yaitu Perlengkapan dan peralatan kesehatan kurang tersedia
menjadi tersedia.
Konsekwensi dari dari tujuan proses dan input ini adalah penggunaan waktu diluar
jam kerja karena adanya kebutuhan/keinginan masyarakat dimana mereka bisa
bertemu dengan petugas kesehatan hanya pada waktu selesai kerja yaitu disore dan
malam dll.
MENETAPKAN KEGIATAN
Kemudian ditentukan jenis kegiatan yang sesuai, agar tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai. Disini juga perlu diperhatikan dari beberapa alternatif kegiatan
23
yang ada, dipilih kegiatan yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan
selanjutnya dibuat rincian kegiatan yang dilakukan termasuk uraian penggunaan biaya
kegiatan.7,8
Penentuan Kegiatan dapat dijabarkan dari contoh diatas yaitu sebagai berikut :
Tujuan :
Meningkatkan Kualitas pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh PUSKESMAS
(Preventif, Promosi, Kuratif, Rehabilitatif) dari KURANG OPTIMAL menjadi
Optimal
Contoh Kegiatannya :
1. Pertemuan Rutin peningkatan kinerja petugas.
2. Penggalangan sumber-sumber pembiayaan yang bersumber dari
masyarakat. Misalnya penggunaan Dana BAZ untuk pelayanan kesehatan
keluarga miskin.
3. Pendataan penderita dan Masyarakat. Dalam program kesehatan.
Agar lebih jelas dalam pencapaian tujuan ketiga kegiatan ini, dijabarkan lagi
dalam bentuk Input, Proses dan Output dan Rencana Tindak Tanjut (Feed Back)
termasuk Penanggung jawab, Pelaksana, waktu dan lokasi pelaksanaan serta rincian
biaya kegiatan.
Contoh Kegiatan : Pertemuan rutin peningkatan kinerja petugas puskesmas
Input
Peserta : 20 Petugas (staf) Puskesmas
Fasilitator : Kepala Puskesmas
Nasumber : Ka. Dinas Kesehatan
Panitia : 2 orang dari staf Puskesmas
Agenda : Petunjuk pertemuan Staf Puskesmas.
24
Proses
1. Diskusi dan pembahasan hasil dan kinerja masing-masing petugas (staf)
Puskesmas
2. Pemberian sangsi dan hadiah (reward) pada petugas berhasil dan tidak
berhasil.
Output
20 petugas puskesmas berpartisipasi dalam pertemuan rutin peningkatan
kinerja petugas Puskesmas.
Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas
Pelaksana : Kepala TU Puskesmas
Lokasi : Ruang pertemuan Puskesmas
Jadwal : Dilaksanakan tiap tiga bulan sekali setiap hari senin minggu
pertama bulan berjalan
Selanjutnya adalah pembuatan Rencana Tindak lanjut ialah Evaluasi yaitu
kegiatan memantau sampai sejaumana kegiatan yang dilakukan telah mencapai tujuan
dari sistem pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas).
Evaluasi
Suatu proses untuk menilai jumlah keberhasilan dari pelaksaan suatu program
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses yang teratur dan sistemis dalam
mebandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau criteria yang ditetapkan,
dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta penyusunan saran- saran yang dapat
dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program. Pengukuran terhadap akibat yang
ditimbulkan dari perlaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Terdapat 3 jenis penilaian:
1. Formative evaluation (Sesuai dengan masalah yang ditemukan)
2. Promotive evaluation (Program sesuai dengan rencana atau tidak)
25
3. Summative evaluation (Mengukur keluaran dan dampak)
Langkah- langkah penilaian
1. Pahami program
a. Latar belakang
b. Masalah
c. Tujuan
d. Kegiatan
e. Organisasi
f. Sumber daya
g. Tolak ukur
2. Macam dan ruang lingkup
3. Rencana
a. Tujuan penilaian
b. Macam data
c. Sumber data
d. Cara mendapatkan data
e. Cara menarik kesimpulan
4. Laksanakan
5. Kesimpulan
a. Keberhasilan program
b. Nilai program
6. Susun saran
PENDEKATAN SISTEM
Program dan pelayanan kesehatan Puskesmas pada dasarnya adalah sebuah
sistem, maka analisis yang dilakukan adalah analisis sistem, yaitu suatu cara kerja dengan
menggunakan fasilitas yang tersedia, melakukan pengumpulan berbagai masalah yg
26
dihadapi oleh suatu sistem pelayanan dan program kesehatan untuk kemudian dicarikan
berbagai jalan keluar/pemecahan yang memungkinkan lengkap dengan uraiannya
sehingga dapat membantu pimpinan Puskesmas dalam pengambilan keputusan untuk
mencapai tujuan Puskesmas yg telah ditetapkan.1,7
Analisis dengan pendekatan sistem dilakukan dengan cara merinci faktor-faktor
atau komponen-komponen sistem pelayanan dan program kesehatan. Oleh sebab itu,
analisis situasi program dan pelayanan Puskesmas meliputi analisis terhadap :6
• Input : Sumber daya Puskesmas meliputi 7 M + 1 I,
• Proses : Proses manajemen Puskesmas yakni pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen dan pelayanan kesehatan Puskesmas. Namun karena aspek
“proses” dalam program dan pelayanan Puskesmas sangat banyak dan
berbeda-beda, maka analisis lebih menekankan pada input dan output.
• Output (hasil antara) : Indikator-indikator ketiga pilar Indonesia Sehat 2010
yang mempengaruhi hasil akhir, yaitu indikator-indikator keadaan lingkungan,
indikator-indikator perilaku hidup masyarakat, serta indikator-indikator akses
dan mutu pelayanan kesehatan.
• Outcome (hasil akhir) : Derajat kesehatan berupa indikator-indikator
mortalitas (kematian), yang dipengaruhi oleh indikator-indikator morbiditas
(kesakitan) dan indikator-indikator status gizi.
• Impact (manfaat dan dampak/efek) : Efek langsung dan tidak langsung atau
konsekuensi yang diakibatkan dari pencapaiuan tujuan, yaitu benefit cost,
kepuasan pelanggan dan masyarakat serta derajat kesehatan (Angka Harapan
Hidup/AHH).
• Lingkungan : Lingkungan fisik, biologis, dan sosio-kultural, lingkungan tugas
(task environment) dan lingkungan umum (general environment) atau
lingkungan makro, yaitu ekonomi, sosial, budaya, demografi, dan lingkungan,
politik, pemerintahan, dan hukum, teknologi, dan persaingan.
Analisis situasi program dan pelayanan kesehatan Puskesmas dilakukan
dengan mengevaluasi pencapaian tujuan dan target kinerja program Puskesmas
tahun yang lalu atau tahun berjalan sebagai titik awal bagi kegiatan tahun
mendatang. Yang perlu diketahui apakah target-target tahun yang lalu atau tahun
27
yang sedang berjalan bisa tercapai atau tidak.
Pengerakkan pelaksanaan (Lokakarya Mini Puskesmas)
Dalam kerangka manajemen puskesmas yang terdiri dari P1(perencanaan,
P2(pergerakkan pelaksanaan) dan P3 (pengawasan, pengendalian dan penilaian).
Lokarkarya Mini Puskesmas merupakan pedoman untuk P2.9
Keberhasilan pembangunan kesehatan memerlukan keterpaduan baik lintas program
maupun lintas sektor. Penyelenggaraan program kesehatan memerlukan dukungan lintas
sektor terkait.oleh karena Puskesmas harus melakukan kerjasama dengan lintas sektor
agar diperoleh dukungan dalam pelaksanaan berbagai kegiatannya.
Salah satu bentuk penggalangan dan pemantauan berbagai kegiatan adalah melalui
pertemuan dalam hal ini adalah Lokakarya Mini. Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya
mini meliputi 2 hal:9
Lintas program
Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan memecahkan
masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru. Pertemuan bertujuan untuk:
a) Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk Puskesmas
Pembantu dan Bidan di Desa.
b) Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
c) Meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk dapat melaksanakan kegiatan
sesuai dengan perencanaan (RPK).
d) Mengkaji pelaksanaan rencana kerja (RPK) yang telah disusun, memecahkan
masalah yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja
yang baru.
Lintas sektor
28
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sector-sektor yang
bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan dilaksanakan
untuk:
a) Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan
menggembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
b) Mengkaji hasil kegiatan kerja sama, memecahkan masalah yang terjadi serta
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rwencana kerja sama.
Lokakarya mini Bulanan Puskesmas
Tujuan umum
Terselenggaranya lokakarya bulanan intern Puskesmas dalam rangka pemantauan hasil
kerja petugas Puskesmas dengan cara membandingkan rencana kejra bulan lalu dari
setiap petugas dengan hasil kegiatannya dam membandingkan kegiatan dari daerah
binaan dengan target serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnnya.9
Tujuan khusus
a) Diketahui hasil kegiatan Puskesmas bulan lalu
b) Disampaikannya hasil rapat dari Kabupaten/Kota, Kecamatan dan berbagai
kebijakan serta program
c) Diketahui masalah/hambatan dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu
d) Dirumuskannya cara pemecahan masalah
e) Disusunnya rencana kerja bulan baru
Tahapan kegiatan
Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas diselenggarakan dalam 2 tahap yaitu:
Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama
Lokakarya mini bulanan pertama merupakan lokakarya penggalangan tim
diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana
kegiatan Puskesmas (RPK).
29
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawab dan pelaksana
setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja
Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh petugas Puskesmas dengan
mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.9
Pelaksanaaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama
Masukan
a) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran,
tanggungjawab staf dan kewenangan Puskesmas.
b) Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru berkaitan dengan
Puskesmas.
c) Informansi tentang tatacara penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action = POA)
Puskesmas.
Proses
a) Inventaris kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan/daerah binaan.
b) Analisis beban kerja tiap petugas.
c) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggungjawab daerah binaan.
d) Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action = POA) Puskesmas tahunan
berdasarkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPK).
Keluaran
a) Rencana kegiatan (Plan Of Action = POA) Puskesmas tahunan.
b) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegitan sessuai dengan POA.
c) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
30
Gambar. Contoh Susunan Acara Penyelenggaraan Lokakarya Mini yang Pertama
Lokakarya Mini Bulanan Rutin
Diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari Lokakarya Mini Bulanan yang pertama.
Lokakarya Mini Bulanan Rutin dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA
puskesmas, yang dlakukan setiap bulan secara teratur.
Penanggunajawab penyelenggara Lokakarya Mini Bulanan adalah Kepala Puskesmas,
yang dalam pelaksanaannya dibantu staf Puskesmas dengan mengadakan rapat kerja
seperti biasanya. Fokus utama Lokakarya Mini Bulanan Rutin adalah ditekankan kepada
masalah pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan. Antara hal-hal yang
direncanakan, pelaksanaanya serta hasilnya agar kegiatan yang dilaksanakan tersebut
dapat berhasil guna dan berdayaguna.
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan
Masukan
a) Laporan hasil kegiatan bulan lalu
b) Informasi tentang hasil rapat Kabupaten/Kota
c) Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan
d) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
31
Proses
a) Analisis hambatan dan madalh, antara lain dengan mempergunakan PWS
(pemantauan wilayah setempat)
b) Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap
standar pelayanan.
c) Merumuskan alternatif pemecahan masalah
Keluaran
a) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
b) Rencana kerja bulan yang baru
Penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan
Untuk dapat menyelenggarakan perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a) Pengarah : Kepala Puskesmas
b) Peserta : seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas Pembantu dan
Bidan di Desa.
c) Waktu
Disesuaikan dengan kondisi dan situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Prinsip yang harus dipegang adalah
Lokakarya Mini Bulanan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas
puskesmas tanpa menganggu aktivitas pelayanan serta dapat tercapai tujuan.
d) Acara
Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini Bulanan bersifat dinamis, dapat
disusun sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas
setempat. Sebagai contoh :
i. Lokakarya Mini Bulanan yang pertama disebut juga dengan Lokakarya
Penggalangan Tim
Pembukaan
Dinamika kelompok
Pengenalan program baru
32
POA Puskesmas
Analisa beban kerja petugas
Pembagian tugas dan desa binaan
Kesepakatan unutk melaksanakan rencana kerja baru
ii. Lokakarya Mini Bulanan Rutin
Pembukaan
Dinamika kelompok; menumbuhkan motivasi
Pengenalan program baru
Inventaris kegiatan bulan lalu
Analisa pemecahan masalah dan pemecahan
Penyusunan kegiatan bulan yang akan datang
Pembagian tugas bulan yang akan datang
Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru
e) Tempat
Diupayakan agar Lokakarya Mini Bulanan dapat diselenggarakan di Puskesmas,
apabila tidak memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang lokasinya
berdekatan dengan Puskesmas. Ruang yang dipakai hendaknya cukup untuk
menampung peserta.
f) Persiapan
Sebelum pertemuan diadakan, perlu pesiapan yang meliputi:
Pemberitahuan hari, tanggal dan jam
Pengaturan tempat
Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik
Rencana kerja harian bulan lalu
Membuat visualisasi hasil pelaksanaaan kegiatan bulan dibandingkan
dengan target bulanan per desa, antara lain menggunakan PWS.
Buku catatan/ notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat Lintas
Sektor/Kecamatan
Materi pelajaran dan alat peraga yang digunakan
Formulir rencana kerja bulanan secukupnya
33
Gambar. Contoh Susunan Acara pada Lokakarya Mini Bulanan Rutin
Lokakarya Mini Tribulanan Lintas Sektor
Setelah penggalangan/peningkatan kerjasama lintas sektoral sebagai tindak lanjut
semangat kerjasama dengan tim yang telah ditimbulkan dalam lingkungan sektor yang
bersangkutan, perlu dipelihara dengan baik. Disamping itu keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat memerlukan dukungan lintas sektor. Dimana kegiatan masing-masing
sektor perlu dikoordinasi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.8
Untuk menggalang kerjasama lintas sektoral terutama dalam membina peran serta
masyarakat di tingkat kecamatan, perlu dirumuskan bersama secara jelas tentang peran
yang harus dilakukan masing-masing sektor dan mekanismenya.
Tujuan umum
a) Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sector dalam rangka mengkaji hasil
kegiatan kejra sama lintas sektoral dan tersusunya rencana kerja tribulan
berikutnya.
Tujuan khusus
a) Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan hambatan
yang dihadapi
34
b) Dirumusnya mekanisme/rencana kerja lintas sektoral yang baru untuk tribulan
yang akan datang
Tahapan kegiatan
Lokakarya Mini Tribulanan yang Pertama
Lokakarya Mini Tribulanan yang pertama merupaka penggalangan tim diselenggarakan
dalam rangka pengorganisasian.
Pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang
terkait dengan kesehatan. Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan
penanggungjawab dan pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja.
Seluruh program kerja dan wilayah kerja kecamatan dilakukan pembagian habis kepada
seluruh petugas sector terakit dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.
Pelaksanaan Lokakarya Mini Tribulanan
Masukan
a) Penggalangan tim dilakukan melalui dinamika kelompok
b) Informasi tentang program lintas sektoral
c) Informansi tentang program kesehatan
d) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
Proses
a) Inventaris peran bantu masing-masing sektor
b) Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor
c) Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor
Keluaran
a) Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program kesehatan
b) Rencana kegiatan masing-masing sektor
Lokakarya Mini Tribulanan Rutin
35
Lokakarya tribulanan lintas sektoral merupakan tindak lanjut dari lokakarya
penggalangan kerjasama lintas sektoral yang telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan
tiap tribulan secara tetap.Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan puskesmas dibnatu
oleh sector terkait di kecamatan.9
Pelaksanaan Lokakarya tribulanan lintas sektoral
Masukan
a) Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehtan dan dukungan sektor terkait
b) Inventaris masalah/hambatan dari masing-masing sector dalam pelaksanaan
program kesehatan
c) Pemberian informasi baru
Proses
a) Analisis hambatan/masalah pelaksanaan program kesehatan
b) Analisis masalah/hambatan dukungan dari masing-masing sektor
c) Merumuskan cara penyelesaian masalah
d) Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulanan baru
Keluaran
a) Rencana kerja tribulanan yang baru
b) Kesepakatan bersama
Penyelenggaraan Lokakarya Tribulanan Lintas Sektoral
Persiapan
Sebelum lokakarya dilaksanakan, perlu diadakan persiapan yang meliputi:
a) Pendekatan kepada Camat
i. Memimpin lokakarya dengan menjelaskan acaranya
ii. Mengkoordinasikan sektor-sektor agar menyajikan laporan kegiatan dan
pembinaan
iii. Mempersiapkan tempat penyelenggaraan lokakarya
36
b) Puskesmas melaksanakan
i. Pembuatan visualisasi hasil kegiatan dalam bentuk mudah oleh sektor,
antara lain dalam bentuk PWS.
ii. Persiapan alat tulis sektor kantor dan formulir kerja tribulan lintas sektor
iii. Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instrusi/surat-suart yang
berhubungan dengan peran serta masyarakt yang berkaitan dengan sektor
kesehatan
iv. Penugasan salah seorang seorang staf untuk membuat notulen lokakarya
v. Pembuatan surat-surat undangan lokakarya untuk ditandatangani camat.
Peserta
Lokakarya Mini Tribulanan Lintas Sektoral dipimpin oleh camat, adapun peserta
Lokakarya Mini Tribulanan adalah sebagai berikut:
a) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
b) Tim Penggerak PKK Kecamatan
c) Puksesmas di wilayah Kecamatan
d) Staf Kecamatan, antara lain: pertanian, agama, pendidikan, BKKBN, social
e) Lembaga/organisai kemasyarakat, antara lain: TP PKK Kecamatan, BPP/BPKM/
Konsil Kesehatan Kecamatan (apabila sudah terbentuk)
Waktu
Lokakarya Mini Tribulanan lintas sektoral yang pertama diselenggarakan ada bulan
pertama tahun anggaran berjalan. Sedangkan unutk selanjutnya dilaksanakan setiap
tribulan. Adapun waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat. Yang
perlu dijadikan pertimbangan adalah diupayakan agar seluruh peserta dapat menghadiri
lokakarya. Lokakarya ini diselenggarakan dalam waktu ± 4 jam. Secara umum jadwal
acara Lokakarya Mini Tribulanan :
a) Lokakarya Mini Tribulanan yang pertama
Pembukaan
37
Dinamika kelompok
Kegiatan sektor
Inventaris peran bantu sektor
Analisa hambatan/masalah
Pembagian peran dan tanggungjawab sektor
Perumusan rencana kerja
Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
b) Lokakarya Mini Tribulanan rutin
Pembukaan
Dinamika kelompok; menumbuhkan motivasi
Kegiatan sektor terkait
Masalah /hambatan masing-masing sektor
Analisa masalah/hambatan
Upaya pemecahan masaah
Rencana kerja tribulan mendatang
Kesepakatan pembinaan
Kesepakatan bersama
Penutupan
Tempat
Dilakukan di Kecamatan atau tempat lain yang dianggap sesuai.
38
Gambar. Contoh Susunan Acara Lokakarya Mini Tribulanan yang Pertama
Pemantauan wilayah setempat (PWS)
Merupakan alat pemantauan hasil imunisasi atau gambar pencapaian hasil imunisasi dan
kecenderungannya di masing-masing wilayah operasional. Dengan PWS dapat
menetukan tindak lanjut yang harus dilakukan sehinggaa hasil imunisassi dapat
diperbaiki dan akhirnya secara kumulatif dapat mencapai target.9
Prinsip PWS
a) Memanfaatkan data yang ada dari cakupan
b) Menggunakan indikator sederhana
i. Jangkauan/aksesibilitas : cakupan DPT1, hepB < 0-7 hari, TT1
ii. Kualitas program (tingkat perlindungan): cakupan DPT3, Polio4, campak,
TT2 + ibu hamil
iii. Efektifitas/manajemen program: angka Drop out DPT1- campak
c) Dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan setempat
d) Dimanfaatkan untuk umpan balik
39
e) Teratur dan tepat waktu (setiap bulan)
f) Memudahkan analisis
Catatan: TT2 + ibu hamil ; adalah cakupan kumulatif TT2, TT3, TT4, dan TT5
pada ibu hamil
Cara membuat grafik PWS diperlukan langkah-langkah
Pengumpulan dan pengolahan data
Untuk membuat PWS perlu tersedia data-data cakupan imunisasi dari tiap desa(missal
buku kuning dan merah). Dati ini sudah dikumpulkan/diolah ke buu rekapitulasi
Pukesmas (Buku Biru) dan dikelompokkan ke dalam format pengolahan data PWS
berdasarkan wilayah operasional (desa/kelurahan), sebagai berikut:
Contoh: Format pengolahan data PWS
Gambar . Hasil imunisasi DPT1 bulanan tiap desa Puskesmas tahun 2004.
Untuk mengetahui perkembangan cakupan imunisasi tiap desa, pengolahan data
sebaiknya dilakukan untuk semua pelayanan imunisasi:
i. DPT1, DPT2, DPT3
ii. BCG
iii. HB1 (0-7 hari0, HB1 total, HB2, HB3
iv. Campak
v. Polio1, Polio2, Polio3. Polio4
vi. TT1, TT2, TT3, TT4, TT5
vii. DO: DPT1-campak
viii. DPT-HB1, DPT-HB2, DPT-HB3 (unutk propinsi yang sudah menggunakan
vaksin DPT-HB kombinasi)
40
Yang perlu diperhatikan dalam mebuat grafik PWS adalah:
a) Judul grafik
Topik: % cakupan imunisasi……………
Waktu: januari, februari, maret
Tempat : Puskesmas………………..
b) Kolom vertikal
Target bualan dan target satu tahun sesuaia dengan antigen
Gambar . Pengisian Kolom Vertikal dan Baris Horizontal
c) Baris horizontal
% kumulatif cakupan tiap desa adalah cakupan januari s/d bulan pada
waktu PWS dibuat
% bulan ini adalah cakuapan waktu dibuat PWS
% bulan lalu adalahh cakupan satu bulan lalu
Trend ↑: bila cakupan bulan ini lebih tinggi dari bulan lalu
Trend - : bilacakupan bulan ini sama dengan bulan lalu
Trend ↓ : bila cakupan bulan ini lebih rendah dari bulan lalu
Ranking desa: diurut dari desa dengan cakupan yang paling tinggi ke
paling rendah
41
Gambar. PWS Puskesmas *Tahun 2002
BAB III
4.1 Kesimpulan
Secara garis besar lingkup penilaian kinerja Puskesmas tersebut berdasarkan
upaya-upaya kesehatan dalam menyelenggarakannya. Pelayanan kesehatan yang meliputi
upaya kesehatan wajib sesuai dengan kebijakan nasional , dimana penetapan jenis
pelayanannya disusun oleh dinas kabupaten/kota. Upaya kesehatan pengembangan antara
lain penambahan upaya kesehatan atau penerrapan pendekatan baru (inovasi) upaya
kesehatan dalam pelaksanaan pengembangan progaram kesehatan yang dilaksanakan di
puskesmas.
Pelaksanaan manajemen puskesmas dalam menyelengarakan kegiatan meliputi
proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan lokarya mini dan penilaian kinerja serta
manajemen alat, obat, keuangan dan lain-lain. Manakala mutu pelayanan puskesmas
meliputi penilaian input pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang ditetapkan.
Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhan terhadap standar pelayanan
yang ditetapkan. Penilaian output pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yang
diselenggarakan. Dimana masing-masing program / kegiatan mempunyai indikator mutu
42
tersendiri. Penilaian outcome pelayanan antara lain melalui pengukuran tingkat kepuasan
pengguna jasa pelayanan puskesmas.
4.2 Daftar Pustaka
1. Ferry Efendi,Makhfudli.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Penerbit Salemba Medika.Jakarta,2009; h 274-85
2. Tjiptoherijanto, prijono, Said Z. Abidin,
Reformasi Administrasi dan Pembangunan Nasional 1993. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta; h 44-6
3. Dr Charles Boelen.The Five-Star Doctor: An Asset to Health Care Reform.World
Health Organization, Geneva, Switzerland. Diunduh dari
www.who.int/entity/hrh/en/HRDJ_1_1_02.pdf. 10 Juni 2011.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
128/MENKES/SK/II/2004.Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat.Department Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004; h13-8,20-31
5. Effendy N. SP2TP. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Edisi 2.
Penerbit buku kedokteran EGC.Jakarta,1998; h 185-6.
6. Endang Sutisnan Sulaeman. Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di
Puskesmas diunduh dari http://www.uns.ac.id/datainformasi/buku/ Microsoft
%20Word%20%20BUKU%20MANAJEMEN%20KESEHATAN%20REVISI
%20_Dr.%20Endang%20Sutisna_.pdf, 10 Juli 2011
7. Program dan Metode Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat. Dinunduh
dari http://www.docstoc.com/docs/6579317/04-Proses-dan-Metode-Perencanaan-
Program -Kesehatan-Masyarakat, 10 Juli 2011
8. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Departemen kesehatan RI. Jakarta. 2006; 1-30
9. Drs. Nasrul Effendy. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Edisi
2.Penerbit Buku KedokteranEGC,1998;183-188
43