kasus 2 individu prak.audit

5
Denny Aiki / 115020300111031 / Kasus 2 Pertanyaaan Diskusi 1. Dalam SA Seksi 312 mengenai risiko audit dan materialitas dalam pelaksanaan audit di jlaskan bahwa perrtimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Penaksiran risiko salah saji material (yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan) harus dilakukan dalam perencanaan. Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan bawaan dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas darisalah saji material. Tingkat materialitas mencakup tingkat yang menyeluruh untukmasing- masing laporan keuangan pokok, namun, karena laporan keuangan saling berhubungan, dan sebagian besar prosedur audit berhubungan dengan lebih dari satu jenis laporan keuangan, agar efisien, untuk tujuan perencanaan, auditor biasanya mempertimbangkan materialitas pada tingkat kumpulan salah saji terkecil yang dapat dianggap material untuk salah satu laporan keuangan pokok. Jadi penentuan tingkat materialitas diukur berdasarkan persepsi audior itu sendiri. Tiap audior memiliki ingkat ukuran materialitas yang berbeda-beda. Dalam mengurangi resiko audit yang berdasarkan prinsip kehati-hatian, apabila trdapat suatu hal yang blum bisa mnyakini audior (dalam kasus ini adalah penurunan nilai aset , maka auditor boleh menyewa jasa appraisal karena hal tersebut diluar kemampuan auditor. Pada umumnya tingkat materialitas pada perusahaan akan dihitung berpengaruh bila presentasenya adalah diatas 5%. Dan yang terjadi pada PT Maju Makmur, kerugian materialitasyang terjadi adalah di atas 10%. Maka menurut saya, dapat dikatakan bahwa PT Maju Makmur mengalami kerugian yang cukup material.

Upload: dennyaiki

Post on 11-Apr-2016

16 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Kasus 2 individu prak.audit

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus 2 individu prak.audit

Denny Aiki / 115020300111031 / Kasus 2

Pertanyaaan Diskusi

1. Dalam SA Seksi 312 mengenai risiko audit dan materialitas dalam pelaksanaan audit di jlaskan bahwa perrtimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Penaksiran risiko salah saji material (yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan) harus dilakukan dalam perencanaan.

Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan bawaan dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas darisalah saji material. Tingkat materialitas mencakup tingkat yang menyeluruh untukmasing-masing laporan keuangan pokok, namun, karena laporan keuangan saling berhubungan, dan sebagian besar prosedur audit berhubungan dengan lebih dari satu jenis laporan keuangan, agar efisien, untuk tujuan perencanaan, auditor biasanya mempertimbangkan materialitas pada tingkat kumpulan salah saji terkecil yang dapat dianggap material untuk salah satu laporan keuangan pokok. Jadi penentuan tingkat materialitas diukur berdasarkan persepsi audior itu sendiri. Tiap audior memiliki ingkat ukuran materialitas yang berbeda-beda. Dalam mengurangi resiko audit yang berdasarkan prinsip kehati-hatian, apabila trdapat suatu hal yang blum bisa mnyakini audior (dalam kasus ini adalah penurunan nilai aset , maka auditor boleh menyewa jasa appraisal karena hal tersebut diluar kemampuan auditor.

Pada umumnya tingkat materialitas pada perusahaan akan dihitung berpengaruh bila presentasenya adalah diatas 5%. Dan yang terjadi pada PT Maju Makmur, kerugian materialitasyang terjadi adalah di atas 10%. Maka menurut saya, dapat dikatakan bahwa PT Maju Makmur mengalami kerugian yang cukup material.

2. Menurut PSA No. 16 Seksi 315 disebutkan bahwa pada dasarnya auditor pengganti dianjurkan untuk menjalin komunikasi terlebih dahulu dengan auditor sebelumnya berkenaan mengenai masalah proses audit sebelumnya yang dilakukan oleh auditor terdahulu. Hal ini penting mengingat dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada auditor pengganti dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan perikatan. Auditor pengganti harus selalu memperhatikan antara lain, bahwa auditor pendahulu dan klien mungkin berbeda pendapat tentang penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit, atau hal-hal signifikan yang serupa, di dalam kasus ini antara KAP Adi susilo & Rekan sebagai auditor baru & PT. Maju Makmur sebagai Calon Klien dari KAP Adi Susilo & Rekan. Namun pada dasarnya, ada saja hal-hal yang tidak diinginkan salah satunya mengenai Pemilik PT. Maju Makmur, Langgeng Santoso yang tidak memberikan ijin kepada KAP Adi Susilo & Rekan untuk melakukan diskusi dengan auditor terdahulu.

Page 2: Kasus 2 individu prak.audit

Berkenaan dengan permasalahan diatas, bila calon klien (Langgeng Santoso) tidak memberikan izin kepada auditor pengganti untuk memperoleh informasi dari auditor sebelumnya, menurut SA 315.2 auditor pengganti (KAP Adi Susilo & Rekan) harus menyelidiki alasan-alasan dan mempertimbangkan pengaruh penolakan atau pembatasan tersebut dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan dari calon klien tersebut.

3. Tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh KAP AS&R adalah mengandalkan bukti-bukti terkait untuk membuat kesimpulan di dalam pengujian subtantif.

4. Kantor Akuntan Publik (KAP) perlu dimonitor dan di “audit“ oleh sesama auditor (peer review) guna menilai kelayakan desain sistem pengendalian kualitas dan kesesuaiannya dengan standar kualitas yang diisyaratkan sehingga output yang dihasilkan dapat mencapai standar kualitas yang tinggi.

Peer review sebagai mekanisme monitoring yang dipersiapkan oleh auditor dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan audit. Selain itu peer review dirasakan memberi manfaat baik bagi klien, kantor akuntan publik maupun akuntan yang terlibat dalam peer review. Manfaat tersebut antara lain mengurangi risiko litigation (tuntutan), memberikan pengalaman positif, mempertinggi moral pekerja, memberikan competitive edge dan lebih meyakinkan klien atas kualitas jasa yang diberikan (Harjanti, 2002).Dalam ilustrasi kasus tersebut, yang diperiksa oleh tim berdasarkan peer review tersebut adalah mengenai pengendalian dan penrimaan perikatan audit baru. Dalam laporan akhir peer review dijlasakan bahwa pengambilan keputusan mengenai penerimaan klien baru dan komitmennya terhadap jasa yang diberikan oleh KAP AS&R hanya diambil semata-mata oleh managing partnr yang seringkali tidak melakukan investigasi mndalam terhadap klien potensial tersebut.

5. Tujuan dokumentasi audit adalah membantu audit dalam menjembatani antara bukti dan opini auditor. Berkas permanen merupakan bukti yang harus dibuat dan bisa digunakan diluar tahun berjalan atau tahun – tahun selanjutnya.Contohnya adalah hasil dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) .Berkas tahun berjalan merupakan bukti yang perlu dibuat tetapi tidak harus dibuat. Contohnya yaitu program audit seperti neraca,kertas kerja, yang dapat diterapkan.

6. Berdasarkan PSA No. 2 tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

Kemudian berdsarkan PSA No. 05 SA 311 Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa “Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.” Seksi ini berisi panduan bagi auditor yang melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia

Page 3: Kasus 2 individu prak.audit

di dalam mempertimbangkan dan menerapkan prosedur perencanaan dan supervisi, termasuk penyiapan program audit, pengumpulan informasi tentang bisnis entitas, penyelesaian perbedaan pendapat di antara personel kantor akuntan. Perencanaan dan supervisi berlangsung terus-menerus selama audit, dan prosedur yang berkaitan seringkali tumpang-tindih (overlap). Dalam fungsi audit ini juga terdapat keterkaitan dengan etika profesi yang dimiliki seorang audior. Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan. Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit. Berdasarkan Goverment Accounting Sandars dari US GAO disebutkan dalam paragraf 1.19, dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, auditor harus menjaga integritas, obyektifitas dan independensi. Jadi seorang Auditor harus menjalankan fungsi audit tersebut seesuai dengan ujuan dan fungsi yang telah di jelaskan di atas dan dalam menjalankan fungsi audit trsebut seorang Auditor haruslah berpegang teguh sesuai dengan etika profesionalnya.Prosedur yang dilakukan selanjutnya apabila perusahaan tersebut go public adalah analitycal prosedur. Melalui analitycal prosedur ini audior dapat membandingkan anatra perusahaan yang sejenis .

7. Semua tergantung perusahaan, apabila lebih menekankan fee audit, maka lebih baik Adi Susilo sebaiknya melakukan review laporan keuangan dulu terkait kegiatan ini memiliki rtujuan untuk menentukan tingkat fee. Namun bila nantinya fee yang diperoleh ternyata tidak sesuai maka lebih baik Adi Susilo lebih baik hanya melakukan review saja. Terdapat perbedaan antara review atas laporan keuangan dengan audit. Review atas laporan keuangan adalah pelaksanaan prosedur permintaan keterangan darimanajemen entitas serta analisis komparatif yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat modifikasi material yang harus dilakukan ataslaporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan PABU. Tujuan review adalah untuk memberikan keyakinan negatif sebagai lawan dari pernyataan positif pada suatu audit. Review tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat karena:

Review tidak mencakup pemerolehan pemahaman pengendalian intern. Review tidak mencakup penetapan risiko pengendalian. Review tidak mencakup pemerolehan bahan bukti yang menguatkan seperti

inspeksi, pengamatan, dan konfirmasi.Review dapat menjadikan perhatian akuntan tertuju kepada hal-hal penting yangmempengaruhi laporan keuangan, namun tidak memberikan keyakinan bahwa akuntan akanmengetahui semua hal penting yang akan terungkap melalui suatu audit.d.Audit laporan keuangan adalah upaya memperoleh dan mengevaluasi bukti yang mendasarilaporan keuangan historis yang memuat asersi yang dibuat manajemen entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai PABU.Yang menjadi dampak financial tersbut adalah jumlah fee akan banyak diterima oleh audior.

8. Yang akan saya rekomendasikan adalah fee nya, resiko nya, proses bisnis, SPI nya, bukti transaksi lebih khususnya ke aset tetap.