kasus 2-asma eksaserbasi akut-2003

15
BAB I PENDAHULUAN Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap mengganggu aktivitas bahkan kegiatan harian. Produktivitas menurun akibat mangkir kerja atau sekolah, dan dapat menimbulkan disability (kecacatan), sehingga menambah penurunan produktivitas serta menurunkan kualitas hidup. 1 World Health Organization (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi pada masa akan datang. Asma dapat diderita seumur hidup sebagaimana penyakit alergi lainnya, dan tidak dapat disembuhkan secara total. Upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya penurunan frekuensi dan derajat serangan, sedangkan penatalaksanaan utama adalah menghindari faktor penyebab. 1 1

Upload: rusthavia-afrilianti-juan

Post on 10-Feb-2016

20 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

asma

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus 2-Asma Eksaserbasi Akut-2003

BAB I

PENDAHULUAN

Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Asma dapat bersifat

ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap mengganggu

aktivitas bahkan kegiatan harian. Produktivitas menurun akibat mangkir kerja atau sekolah,

dan dapat menimbulkan disability (kecacatan), sehingga menambah penurunan produktivitas

serta menurunkan kualitas hidup.1

World Health Organization (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia

menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai

180.000 orang setiap tahun. Sumber lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai

300 juta orang di seluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila

tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan

prevalensi yang lebih tinggi lagi pada masa akan datang.

Asma dapat diderita seumur hidup sebagaimana penyakit alergi lainnya, dan tidak

dapat disembuhkan secara total. Upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk menanggulangi

permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya penurunan frekuensi dan derajat

serangan, sedangkan penatalaksanaan utama adalah menghindari faktor penyebab.1

1

Page 2: Kasus 2-Asma Eksaserbasi Akut-2003

BAB II

LAPORAN KASUS

PRIMARY SURVEY (Ny. S)

Vital Sign :

Tekanan darah : 150/110 mmHg

Nadi : 96 kali/menit, regular, kuat angkat

Suhu : 36,50C

Pernapasan : 28 kali/menit

Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas

Breathing : spontan, 28 kali/menit, torako-abdominal, pergerakan thoraks simetris

kanan/kiri

Circulation: Tekanan darah 150/110 mmHg, Nadi 96 kali/menit reguler, kuat angkat

Disability : GCS (Eye 4,Verbal 5,Motorik 6) pupil isokor +/+ (diameter 3 mm/3mm)

Evaluasi masalah : kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign yaitu

sesak nafas yang memerlukan pemberian oksigen segera.

Pemberian label : Kuning.

Tatalaksana awal : tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruangan non

bedah dan diberikan oksigenasi.

I. IDENTITAS

Identitas penderita

Nama : Ny. S

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 50 th

Alamat : Jl. RTA Milono km 2,5

Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan: 29/09/2015

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan suami pasien.

1. Keluhan utama: Sesak nafas

2. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke IGD dengan keluhan utama sesak nafas

sejak tadi malam. Sesak muncul terus menerus sejak tadi malam dan memberat sejak tadi

pagi SMRS. Keluhan sesak pasien tidak mengalami perbaikan dengan istirahat dan pasien

2

Page 3: Kasus 2-Asma Eksaserbasi Akut-2003

merasa sesaknya berkurang dengan posisi duduk. Keluhan sesak disertai batuk sejak 2

minggu SMRS. Batuk tidak berdahak dan hanya kadang-kadang muncul. Pasien juga

merasa sering berkeringat malam dan mengalami penurunan berat badan selama 1 bulan

terakhir. Riwayat nyeri dada, pilek dan demam disangkal. Pasien mengaku pernah masuk

juga ke IGD 1 bulan yang lalu dengan keluhan yang sama.

3.. Riwayat penyakit dahulu: Sebelumnya pasien sudah sering sesak nafas dan beberapa

kali masuk IGD dengan keluhan yang sama. Pasien memiliki riwayat pengobatan batuk

selama 6 bulan ± 3 tahun yang lalu, pasien mengatakan mengikuti pengobatan hingga

tuntas. Riwayat hipertensi dan DM disangkal.

4. Riwayat penyakit keluarga: Ayah pasien memiliki keluhan sakit yang sama.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

1. Keadaan umum : Tampak sesak

Kesadaran : Compos Mentis

2. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 150/110 mmHg

Nadi : 96 kali/menit, regular, kuat angkat

Suhu : 36,50C

Pernapasan : 28 kali/menit

3. Mata : cojungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, diameter pupil

3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+).

4. Leher : perbesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)

5. Toraks : Simetris, retraksi intercostal (+), fremitus taktil normal simetris, sonor,

vesikuler +/+, ronkhi (-/-), wheezing (+/+), ictus cordis tidak terlihat dan teraba pada

SIC V midclavicula sinistra, S1-S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-).

6. Abdomen : Datar, supel, bising usus (+) normal, timpani, heparlien tidak teraba

membesar, shifting dulness (-).

7. Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, udema (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

3

Page 4: Kasus 2-Asma Eksaserbasi Akut-2003

V. DIAGNOSA

- Asma Bronkial Eksaserbasi Akut

VI. PENATALAKSANAAN

- O2 2 lpm

- Nebulisasi Ipratropium bromide+Salbutamol (Combivent) dan Fluticasone Propionate

(Flexotide)

- Po: Salbutamol 3x2 mg, Metilprednisolon 2x8mg, Gliseril Guaiakolat (GG) 3x1

- Pasien dipulangkan

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : BONAM

Quo ad functionam : BONAM

Quo ad sanationam : BONAM

4

Page 5: Kasus 2-Asma Eksaserbasi Akut-2003

BAB III

PEMBAHASAN

Kegawatdaruratan pada pasien ini adalah pasien merupakan prioritas karena pasien

dating dengan keluhan sesak nafas yang memerlukan pemberian oksigen dan bronkodilator

untuk meringankan beban pernafasan.

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel

dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang

menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, yang menimbulkan gejala

episodik berulang dan mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam

atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas,

bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.1

Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berkaitan dengan

cuaca. Anamsesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, di tambah dengan

pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan

lebih meningkatkan nilai diagnostik.2

1. Riwayat penyakit/gejala :

- Bersifat episodik,seringkali reveribel dengan atau tanpa pengobatan

- Gejala berupa batuk,sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak

- Gejala/timbul/memburuk terutama malam/dini hari

- Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu

- Respons terhadap pemberian bronkodilator

2. Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :

- Riwayat keluarga (atopi)

- Riwayat alergi / atopi

- Penyakit lain yang memberatkan

- Perkembangan penyakit dan pengobatan

Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani dapat normal.

Kelainan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan adalah mengi pada auskultasi.

Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal walaupun pada pengukuran

objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan jalan napas, edema dan hipersekresi dapat

menyumbat saluran napas, maka sebagai kompensasi penderita bernapas pada volume paru

yang lebih besar untuk mengatasi menutupnya saluran napas.

5

Page 6: Kasus 2-Asma Eksaserbasi Akut-2003

Hal itu meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis berupa sesak

napas, mengi dan hiperinflasi. demikian mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada

serangan yang sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah,

sukar biacara,takikardi, hiperniflasi dan penggunan otot bantu napas.1,2

Menurut Global Initiative for Asthma (Medical Communications Resources, Inc; 2006)

1. Intermiten

Gejala kurang dari 1 kali, serangan singkat, gejala nokturnal tidak lebih dari 2

kali/bulan (FEV1 ≥80% predicted atau PEF ≥80% nilai terbaik individu, variabilitas

PEV atau FEV1<20%)

2. Persisten ringan

Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari, serangan dapat

mengganggu aktivitas dan tidur, gejala nokturnal >2 kali/bulan (FEV1 ≥80%

predicted atau PEF ≥80% nilai terbaik individu, variabilitas PEV atau FEV120-30%)

3. Persisten sedang

Gejala terjadi setiap hari, serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur, gejala

nokturnal >1 kali/ minggu, menggunakan agonis-β2 kerja pendek setiap hari (FEV1

60-80% predicted atau PEF 60-80% nilai terbaik individu, variabilitas PEV atau

FEV1>30%).

4. Persisten berat

Gejala terjadi setiap hari, serangan sering terjadi, gejala asma nokturnal sering terjadi

(FEV1 ≤60% predicted atau PEF ≤60% nilai terbaik individu, variabilitas PEV atau

FEV1>30%)

Tabel 1. Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis (sebelum pengobatan)

Derajat Gejala Gejala malam Faal paru

Intermiten Gejala kurang dari 1x/mingguAsimtomatik

Kurang dari 2 kali dalam sebulan

APE >80%

Persisten ringan

-Gejala lebih dari 1x/minggu tapi kurang dari 1x/hari-Serangan dapat menganggu Aktivitas dan tidur

Lebih dari 2 kali dalam sebulan

APE >80%

6

Page 7: Kasus 2-Asma Eksaserbasi Akut-2003

Persisten sedang

-Setiap hari, -serangan 2 kali/seminggu, bisa berahari-hari.-menggunakan obat setiap hari-Aktivitas & tidur terganggu

Lebih 1 kali dalam seminggu

APE 60-80%

Persisten berat

- gejala Kontinyu-Aktivitas terbatas-sering serangan

Sering APE <60%

Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan kondisi terkontrolnya asma (asma terkontrol)

Karakteristik Terkontrol total Terkontrol sebagian Tidak terkontrol

Gejala harian Tidak ada atau <= 2 per minggu

>2x per minggu Terdapat >= 3 kriteria dari asma terkontrol sebagian dalam setiap minggu

Keterbatasan aktivitas

Tidak ada Ada

Asma malam Tidak ada Ada

Kebutuhan pelega

Tidak ada atau <= 2 per minggu

>2x per minggu

APE atau VEP1 Normal <80% prediksi/nilai terbaik

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien mengarah ke diagnosis asma

bronkial eksaserbasi akut. Dimana eksaserbasi didefinisikan sebagai episodik perburukan

yang ditandai dengan meningkatnya gejala disertai penurunan arus ekspirasi melalui

pemeriksaan faal paru. Adapun tatalaksana awal yang diberikan pada pasien dengan

eksaserbasi yaitu terdiri atas pemberian oksigen dengan target saturasi oksigen mencapai

90% pada orang dewasa dan 95% pada anak – anak. Pada pasien ini diberikan oksigenasi

dengan menggunakan nasal kanul 2 lpm.

Di samping itu, diberikan pula bronkodilator berupa SABA secara nebulisasi

sebanyak maksimal 3 kali dalam 1 jam dengan rentang waktu 15 – 20 menit. Pada pasien ini

7

Page 8: Kasus 2-Asma Eksaserbasi Akut-2003

diberikan tatalaksana nebulisasi dengan menggunakan Ipratropium bromide+Salbutamol

(Combivent) dan Fluticasone Propionate (Flexotide), nebulisasi dilakukan selama 15 menit.

Bronkodilator diindikasikan karena efek bronkodilatasi yang kuat dan onset kerja

yang cepat. Adapun cara pemberian yang dianjurkan adalah inhalasi dengan IDT memakai

spacer. Dalam praktiknya, SABA seringkali dikombinasikan dengan antikolinergik, yaitu

ipratropium bromide. Bila masih belum menunjukkan hasil yang optimal, dapat diberikan

aminofilin secara bolus intravena secara perlahan – lahan dengan dosis 5 – 6 mg/kg BB

dilanjutkan dengan drip dosis 0,5 – 0,9 mg/kgBB/jam.3

Setelah terapi, kembali dilakukan monitor pada kondisi pasien. Dalam 1 – 2 jam

berikutnya, kembali dilakukan penilaian untuk melihat apakah diperlukan tindakan

selanjutnya. Bila pengobatan berespons baik dan pasien telah stabil, pasien dapat

dipulangkan.

Setelah dilakukan nebulisasi, pada pasien ini dilakukan observasi selama 1 jam.

Setelah satu jam, saat dilakukan anamnesis dan pemeriksaan, pasien mengatakan keluhan

sesak pasien sudah berkurang dan pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien

130/90 mmHg dan auskultasi paru wheezing sudah berkurang. Oleh karena itu pasien

diperbolehkan untuk pulang.

Pada pasien ini diberikan obat pulang berupa salbutamol 3x2 mg, metilprednisolon

2x8 mg dan GG 3x1.

Kortikosteroid diindikasikan pada kejadian eksaserbasi akut, terutama apabila belum

ditemukan respons optimal dengan bronkodilator, eksaserbasi pada terapi kortikosteroid oral,

serta kondisi eksaserbasi berat. Efek yang ditimbulkannya bukanlah bronkodilatasi secara

langsung, melainkan hambatan produksi kemokin, sitokin, eikosanoid, hambatan pada

peningkatan basofil, eosinofil, dan leukosit lain di jaringan paru, serta menurunkan

permeabilitas vaskular.

Pada umumnya, pemberian dosis tunggal besar bila diperlukan pun dapat dibenarkan,

terutama apabila terdapat kondisi yang mengancam jiwa pasien. Namun, perlu diperhatikan

bahwa penghentian tiba – tiba atau penggunaan kortikosteroid berkepanjangan diketahui

berhubungan dengan meningkatnya risiko infeksi, hipertensi, ulkus lambung / duodenum,

hiperglikemia, dan osteoporosis.3,4 Pada praktik sehari – hari, pemberian yang dianjurkan

8

Page 9: Kasus 2-Asma Eksaserbasi Akut-2003

adalah prednison oral 50 mg, metilprednisolon 125 mg intravena, atau hidrokortison 500 mg

intravena. Pada pasien ini digunakan metilprednisolon 8 mg dengan pemberian 2 kali sehari.

Pada pasien ini diberikan GG 3 kali sehari. Gliseril Guaiakolat (GG) merupakan

ekspektoran meningkatkan pembersihan mukus dari saluran bronkus. Ekspektoran bekerja

dengan cara merangsang selaput lendir lambung dan selanjutnya secara refleks memicu

pengeluaran lendir saluran nafas sehingga menurunkan tingkat kekentalan dan mempermudah

pengeluaran dahak. Obat ini juga merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran

dahak. Ekspektoran diberikan untuk membantu pengeluaran dahak setelah dilakukan

nebulisasi.4

Pasien dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik paru, untuk memeriksaan keluhan batuk

selama 2 minggu, keringat malam dan penurunan berat badan yang dialami pasien selama 1

bulan terakhir.

Informasi mengenai perjalanan klinis asma mengatakan bahwa prognosis baik

ditemukan pada 50 sampai 80 persen pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan

timbul pada masa kanak-kanak. Tidak seperti penyakit saluran napas yang lain seperti

bronchitis kronik, asma tidak progresif. Walaupun ada laporan pasien asma yang mengalami

perubahan fungsi paru yang irreversible, pasien ini seringkali memiliki rangsangan komorbid

seperti perokok berat. Bahkan jika tidak diobati, pasien asma tidak akan berubah dari

penyakit yang ringan menjadi penyakit yang berat seiring berjalannya waktu. Beberapa

penelitian mengatakan bahwa remisi spontan terjadi pada kira-kira 20 persen pasien yang

menderita penyakit ini di usia dewasa dan 40 persen atau lebih diharapkan membaik dengan

jumlah dan beratnya serangan yang jauh berkurang sewaktu pasien di usia tua.2

9

Page 10: Kasus 2-Asma Eksaserbasi Akut-2003

BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan pasien Ny. S, usia 50 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas

disertai batuk tidak berdahak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital tekanan darah

150/110 mmHg, denyut nadi 96 kali/menit, RR 28 kali permenit, pada pemeriksaan toraks

didapatkan retraksi intercostal, auskutasi wheezing (+) dikedualapang paru. Berdasarkan hasil

pemeriksaan yang didapatkan pasien didiagnosis asma bronkial eksaserbasi akut.

Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan nebulisasi, yang kemudian dilakukan observasi

selama 1 jam di IGD. Setelah 1 jam, gejala klinis pasien berkurang, tekanan darah 130/90

mmHg, auskultasi paru wheezing berkurang, sehingga pasien diperbolehkan untuk pulabng.

Obat pulang pasien berupa bronkodilator oral, kortikosteroid dan ekspektoran. Pasien

dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik paru.

10

Page 11: Kasus 2-Asma Eksaserbasi Akut-2003

DAFTAR PUSTAKA

1. PDPI. Asma: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI; 2004.

2. DAI. Pedoman Tatalaksana Asma. Jakarta: Dewan Asma Indonesia; 2011.

3. Goodman & Gilman’s the Pharmacological Basis of Therapeutics. 11 th edition. New York: McGraw Hill; 2010.p.297-315.

4. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi 5 Edisi Revisi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2012. hal. 66-82, 273-97.

11