karyailmiah
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ECENG GONDOK merupakan tanaman yang hidup mengapung di
air.Kondisi di daerah kecamatan lengayang yang mayoritas penduduknya
mengandalkan lahan pertanian sebagai sumber ekonomi bagi kehidupan sehari-
hari membuat eceng gondok menjadi tanaman yang sangat mudah ditemui di
daerah ini.Eceng gondok biasanya sangat mudah dijumpai didaerah persawahan
yang habis panen atau daerah persawahan yang terbengkalai dan digenangi
air.Keberadaan eceng gondok didaerah ini sering diabaikan oleh masyarakat
padahal selain tanaman gulma atau dianggap sebagai tanaman pengganggu eceng
gondok memiliki manfaat yang sangat menguntungkan dalam menyerap sisa-sisa
pestisida yang digunakan sebagai obat atau racun hama di lahan pertanian.Oleh
karna itulah penulis tergelitik untuk menulis karya ilmiah ini.
B. TUJUAN PENULISAN
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk,mengetahui sifat-sifat eceng
gondok secara global serta kemampuannya dalam menyerap logam-logam berat
sisa dari hasil pestisida.Selain itu juga untuk mengetahui seberapa besar dampak
negatif dan positif yang ditimbulkan oleh eceng gondok terhadap lingkungan.
C. WAKTU DAN TEMPAT
Penulisan karya ilmiah dimulai pada tanggal 25 November - 10 Desember
2010.Tempat penulisan karya ilmiah ini dilakukan di rumah penulis sendiri
tepatnya Desa Ganting Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.
1
D. PEMBATASAN MASALAH
Karya ilmiah ini mengambil pembatasan masalah sekitar pengenalan
eceng gondok dan sifat-sifatnya serta kemampuan daya serapnya terhadap logam-
logam berat.Kemampuan daya serap eceng gondok terhadap logam berat dibatasi
pada daya serapnya terhadap krom (Cr) dan cesium (Cs).
E. PERUMUSAN MASALAH
Eceng gondok (Eichhornia Crassipes) menurut Nunung
Prabaningrum,Anung Muharini,Yorike Imelda Dimalouw dalam tulisannya yang
berjudul “DAYA SERAP TANAMAN ECENG GONDOK SEBAGAI SALAH
SATU ALTERNATIF FITOREMEDIATOR” dapat digunakan untuk
mendekontaminasikan polutan dari lingkungan khususnya daerah
perairan.Dekontaminasi polutan dari lingkungan dapat dilakukan dengan
menggunakan teknologi Fitoremediasi.Fetoremediasi adalah pemenfaatan
tanaman untuk menyerap,mengekstrasi,menghilangkan atau mendetoksikasi
polutan dari lingkungan hidupnya.
Pada perkembangannya,proses Fitoremediasi yang telah diteliti dan
dipublikasikan serta digunakan secara komersial adalah:
1. Fitoekstrasi,yaitu metode yang memanfaatkan tanaman pengakumulasi
logam atau radionuklida yang dapat mengangkut dan membersihkan
konsentrat logam atau radionuklida dari tanah kedalam bagian tanaman
yang kemudian dipanen.
2. Rizofiltrasi,yaitu metode yang memanfaatkan akar-akar tanaman untuk
menyerap konsentrat dari lapisan endapan logam beracun atau radio
nuklida dari dalam air yang tercemar kedalam bagian tanaman.
Kelebihan teknologi ini antara lain modal proses relatif kecil,biaya yang
dipergunakan relatif rendah,gangguan terhadap lingkungan minimal,dan dapat
diterima langsung oleh masyarakat (Argonne National Lab,1997).
2
Menurut Herman Yoseph Sriyana dalam tulisannya yang berjudul
“KEMAMPUAN ECENG GONDOK DALAM MENURUNKAN KADAR
KROM (Cr) PADA LIMBAH DENGAN SISTEM AIR MENGGENANG DAN
AIR MENGALIR” menjelaskan bahwa eceng gondok dapat digunakan sebagai
Fitoremediator atau tanaman yang dapat menyerap Krom di air.Peristiwa
penyerapan krom (Cr) daiair oleh eceng gondok dari lingkungannya terjadi
melalui peristiwa difusi.Peristiwa difusi ini bisa dipercepat dengan meningkatkan
suhu,tekanan dan konsentrasi zat terlarut (Salisbury,1995).
Limbah yang mengandung bahan aktif logam berat krom (Cr) sangat
beracun bagi kehidupan organism.Keberadaan krom dalam perairan dapat
merusak tanah dan lahan pertanian.Krom (Cr) sangat berbahaya bagi kesehatan
karena unsur krom dapat menyebabkan kanker,gagal ginjal dan kerusakan paru-
paru (Palar,1994).
Salah satu metode untuk menguji daya serap eceng gondok terhadap krom
adalah dengan pengujian langsung terhadap limbah krom (Cr) pada air
menggenang dan air mengalir.Pada air tergenang limbah krom dengan konsentrasi
20 ppm dibuat dengan cara melarutkan 74,63 mg K2CrO4 dalam 1 liter air.
Penurunan konsentrasi krom (Cr) pada air menggenang dilakukan dengan
memasukan limbah krom (Cr) kedalam kolam eceng gondok.Kolam yang dipakai
berukuran panjang 150 cm,lebar 70 cm,dan tinggi 30 cm.Pengukuran kadar krom
(Cr) dilakukan dengan mengukur sampel setiap hari pada jam yang sama
menggunakan alat ukur AAS selama 15 hari.
Gambar 1. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
3
Ukuran kolam untuk pemgukuran krom pada air mengalir sama dengan
pengukuran krom pada air menggenang,pengukuran atau penghitungan terhadap
sampel juga dilakukan selama 15 hari dengan alat yang sama,yaitu: AAS.Letak
perbedaannya adalah pada system air mengalir disediakan pintu masuk dan pintu
keluar air pada kolam bak penampung.
Selain pengukuran daya serap eceng gondok terhadap krom (Cr),juga telah
dilakukan pengukuran daya serap tanaman eceng gondok terhadap unsur cesium
(Cs).Pengukuran ini dilakukan oleh Nunung Prabaningrum,Anung Muharani dan
Yorike Imelda Dimalouw.Pengukuran daya serap eceng gondok terhadap unsur
cesium (Cs) dilakukan dengan menggunakan bahan air sumur,tanaman eceng
gondok yang diambil didaerah yang sama,memiliki jumlah daun yang sama dan
tinggi hamper sama,CsNO3 buatan,HNO3,Hcl buatan dan Aquades (Air Destilata).
Cesium adalah salah satu zat radioaktif yang dapat terlepas
kelingkungan.Sehingga lingkungan akan terkontaminasi atau tercemar distribusi
dan metabolism unsur cesium (Cs) relatif mirip dengan kalium sehingga dapat
terdistribusi keseluruh tubuh apabila kita mengonsumsi air yang mengandung
cesium.
Radionuklida cesium (Cs) dihasilkan dari reaksi fisi bahan bakar reaktor
nuklir yang memancarkan radiasi gamma sebagai radiasi utamanya serta sangat
berbahaya bagi lingkungan karna memiliki tingkat toksisitas yang
tinggi.Kecelakaan reaktor yang dapat menyebabakan lepasnya radionuklida ke
lingkungan dapat disebabakan oleh beberapa faktor,antara lain: kebocoran pada
selongsong bahan bakar,tidak sempurnanya penanganan pada saat penggantian
bahan bakar,populasi neutron yang tinggih dan pecahnya pipa pendingin reaktor.
Alat yang digunnakan dalam pengukuran daya serap eceng gondok
terhadap cesium ini meliputi: fasilitas iradiasi lazy susan reaktor kartini PT
APB,bulan sebagai sumber neutron termal,kompor pemanas,oven,agate
mortal,peralatan gelas kimia,neraca digital,pipet ukur,sarung tangan,ember plastik
dan vial polietilen.
Pengukuran dilakukan dengan cara memasukan air sumur dengan volume
3 liter kedalam ember plastik kemudian dipilih eceng gondok dengan tinggi 30 cm
dengan jumlah daun 5 helai.Kemudian eceng gondok di aklamasi atau ditanam
4
kedalam ember plastik selama 1 minggu setelah terlebih dahulu eceng gondok
dicuci sampai bersih.Aklamasi dilakukan agar eceng gondok dapat beradaptasi
dengan lingkungan baru.
Setelah 1 minggu dilakukan penambahan CsNO3 kedalam media tanam
dengan konsentrasi 5,10 dan 15 mg/l.Setelah itu tanaman (eceng gondok) dipanen
dengan variasi umur 4,8,12 dan 16 hari setelah CsNO3 dimasukkan kemedia
tanam.
Tanaman yang sudah dipanen dicuci bersih dengan aquades,lalu
dipisahkan bagian tanaman,yaitu: akar,batang dan daun.Kemudian dikeringkan
dengan menggunakan kompor pemanas pada suhu 100 0C selama 10 jam.Sampel
yang telah kering kemudian ditumbuk menjadi serbuk,diambil dengan cara
dengan berat 40 mg dan dimasukkan kedalam vial polietilen.Selanjutnyadianalisis
kadar unsur Cs dengan menggunakan analisis aktivasi neutron.
Dari hasil pengukuran daya serap eceng gondok terhadap krom (Cr) dan
cesium (Cs) dapat dilihat pada BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN.Pengukuran
terhadap krom (Cr) dilakukan dengan sistem air menggenang dan air mengalir
sedangkan cesium pengukuran dilakukan pada akar,batang dan daun eceng
gondok.
5
BAB II
MATERI KARYA ILMIAH
A. SEKILAS TENTANG ECENG GONDOK
Eceng gondok atau enceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah salah
satu jenis tumbuhan air mengapung.Selain dikenal dengan nama eceng
gondok,dibeberapa daerah di Indonesia eceng gondok mempunyai nama lain
seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama kelipuk,di Lampung dikenal
dengan nama ringgak,di Dayak dikenal dengan nama ilung-ilung dan di Manado
dikenal dengan nama tumpe.Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak
sengaja oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp Von Martius,seorang
ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan
ekspedisi di sungai Amazon Brazil.Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh
yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak
lingkungan perairan.Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air
ke daerah peraiaran lainnya.
Gambar 2. Eceng Gondok
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang berakar dalam
tanah.Tingginya sekitar 0,4 - 0,5 meter,tidak mempunyai batang,daunya tunggal
serta berbentuk oval.Ujung dan pangkal daun meruncing sedangkan pangkal
tangkai menggelembung.Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau,bunganya
berbentuk tabung.Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam.Buahnya kotak
beruang tiga dan berwarna hijau.
6
B. HABITAT ECENG GONDOK
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal,tanah basa,rawa,aliran
air,danau,tempat penampungan air dan sungai.Eceng gondok dapat mentolerir
perubahan yang ekstrim dari ketingian air,laju air dan perubahan ketersediaan
nutrien,PH,temperature dan racun-racun dalam air.Pertumbuhan eceng gondok
yang cepat dapat disebabkan oleh air yang mengandung nutrien tinggi ,terutama
yang kaya akan nitrogen,fosfat dan potasium.Kandungan garam yang tinggi dalam
air dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada
danau-danau dierah pantai Afrika Barat,dimana eceng gondok bertambah
sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik yaitu: pada saat
musim kemarau.
C. DAMPAK NEGATIF ECENG GONDOK TERHADAP
LINGKUNGAN
Eceng gondok selalu dianggap sebagai pengganggu karena
pertumbuhannya yang cepat dan banyak dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkunan.Dampak-dampak negatif terhadap lingkungan yang
disebabkan oleh eceng gondok antara lain:
1. Meningkatkan Ovapotranspirasi,yaitu pengupan dan hilangnya air melalui
daun-daun tanaman dikarenakan daun-daun eceng gondok yang lebar dan
tipis serta pertumbuhannya yang cepat.
2. Eceng gondok dalam jumlah yang besar atau banyak diperairan dapat
mengakibatkan turunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan
sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air
(DO:Dissolved Oxygens).
3. Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun kedasar perairan
sehingga mempercepat terjadinya proses pendakalan.
7
4. Mengganggu lalu lintas (transportasi) air,khususnya bagi masyarakat yang
kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti didaerah pedalaman
Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
5. Meningkatkan habitat bagi vekto penyakit pada manusia.
6. Menurunkan nilai estetika pada lingkungan perairan.
Untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh eceng gondok
dapat dilakukan cara penanggulangan sebagai berikut:
1. Menggunakan herbisida.
2. Mengangkat eceng gondok secara langsung dari lingkungan perairan.
3. Menggunakan hewan predator (hewan pemakan eceng gondok) seperti
ikan grass carp (Etenopharngodon Idella).
4. Memberdayakan eceng gondok sebagai tanaman bermanfaat.
Gambar 3. Ikan Grass Carp
D. DAMPAK POSITIF ECENG GONDOK TERHADAP
LINGKUNGAN
Karena cukup banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan oleh eceng
gondok maka banyak masyarakat yang tidak acuh atau tidak mau peduli terhadap
eceng gondok.Eceng gondok hanya dianggap sebagai gulma pengganggu pada
daerah perairan.Padahal tidak mungkin tuhan menciptakan sesuatu secara sia-sia
8
dan tidak ada gunanya.Jika dipikirkan lebih mendalam selain dampak negatif yang
ditimbulkan oleh eceng gondok terhadap lingkungan,eceng gondok juga memiliki
manfaat atau mempunyai dampak positif terhadap lingkungan antara lain:
1. Eceng gondok dapat digunakan untuk bahan kerajinan tangan.
2. Eceng gondok dapat digunakan sebagai media bagi petumbuhan jamur
meraing.
3. Eceng gondok bisa digunakan sebagai bahan pembuatan perabot.
4. Eceng gondok juga dapat dijadikan kompos.
5. Eceng gondok mengandung Lignoselulosa yang dapat digunakan sebagai
bahan pembuatan kertas.
6. Eceng gondok juga bisa digunakan sebagai bahan pembuatan Bioetanol
(Biogas) yang sekarang ini amat diperlukan untuk mengatasi berkurangnya
produksi minyak dunia.
7. Eceng gondok juga dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak.
8. Terakhir yang saat ini menjadi bahan penelitian dan perbincangan para
pakar,eceng gondok dapat dijadikan sebagai Fitoremediator atau tanaman
penyerap limbah logam yang berbahaya bagi lingkungan,seperti: Fe, Hg,
Zn, Pb, Cr, Cs dan sebagainya.
9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Daya Serap Enceng Gondok Terhadap Krom ( Cr )
Berdasarkan ujicoba atau penelitian yang dilakukan oleh Herman Joseph
Sriyana tentang kemampuan enceng gondok dalam menurunkan kadar krom pada
sistem air menggenang dan sistem air mengalir maka diperoleh data atau hasil
dalam bentuk tabel (1) dan tabel (2) sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Penyerapan Eceng Gondok Terhadap Krom (Cr) pada Sistem Air
Menggenang
Hari
Ke-
Konsentrasi
Krom (ppm)
Besar Penurunan
Konsentrasi Krom (ppm)
Kecepatan Penyerapan Crom /
kg eceng gondok / hari
1 18,91 1,09 74,64
2 17,82 1,09 73,82
3 16,77 1,05 71,13
4 15,71 1,06 71,85
5 14,65 1,06 71,90
6 13,63 1,02 69,21
7 12,65 0,98 69,52
8 11,69 096 65,20
9 10,72 0,97 65,92
10 9,75 0,97 65,96
11 8,85 0,9 61,21
12 7,97 0,88 59,88
13 7,15 0,82 55,81
14 6,39 0,76 51,73
15 5,74 0,65 44,23
Tabel 2. Hasil Penyerapan Eceng Gondok Terhadap Krom (Cr) Pada Sistem
Air Mengalir
10
Hari
Ke-
Konsentrasi
Krom (ppm)
Besar Penurunan
Konsentrasi Krom (ppm)
Kecepatan Penyerapan Crom /
kg eceng gondok / hari
1 18,86 1,14 83,27
2 18,85 1,15 84,00
3 18,87 1,13 82,54
4 18,82 1,18 86,19
5 18,83 1,17 85,46
6 18,82 1,18 86,19
7 18,83 1,17 85,46
8 18,83 1,17 85,46
9 18,83 1,17 85,46
10 18,81 1,19 83,27
11 18,84 1,16 84,73
12 18,82 1,18 86,19
13 18,82 1,18 86,19
14 18,84 1,16 84,73
15 18,86 1,14 83,27
B. Hasil Daya Serap Eceng Gondok Terhadap Cesium ( Cs)
Berdasarkan ujicoba atau penelitian yang dilakukan oleh Nunung
Prabaningrum, Anang Mohari dan Yorike Imelda didapatkan hasil daya serap
eceng gondok pada bagian akar, batang dan daun sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Penyerapan Akar Eceng Gondok Terhadap Cesium ( Cs )
Konsentrasi Berat Cs ( μg / g akar kering )
11
CsNo3 ( mg/L )
4 hari 8 hari 12 hari 16 hari
0 28 ± 5 86 ± 25 625 ± 25 480 ± 22
5 1601 ± 40 3189 ± 68 3785 ± 68 5185 ± 71
0 1735 ± 41 7142 ± 100 10.235 ± 100 6256 ± 78
15 3751 ± 60 5799 ± 94 9304 ± 94 15.847 ± 124
Tabel 4. Hasil Daya Serap Batang Eceng Gondok Terhadap Cesium ( Cs )
Konsentrasi
CsNo3 ( mg/L )
Berat Cs ( μg / g akar kering )
4 hari 8 hari 12 hari 16 hari
0 11 ± 3 41 ± 6 224 ± 15 396 ± 20
5 648 ± 25 1123 ± 33 1182 ± 34 2070 ± 45
0 1438 ± 37 1898 ± 44 2042 ± 44 2395 ± 47
15 1662 ± 40 4796 ± 69 3537 ± 59 5364 ± 73
Tabel 5. Hasil Daya Serap Daun Eceng Gondok Terhadap Cesium ( Cs )
Konsentrasi
CsNo3 ( mg/L )
Berat Cs ( μg / g akar kering )
4 hari 8 hari 12 hari 16 hari
0 28 ± 5 122 ± 11 223 ± 15 36 ± 6
5 922 ± 29 2076 ± 45 2342 ± 48 4592 ± 68
0 1623 ± 40 3204 ± 56 3781 ± 59 3033 ± 55
15 2123 ± 46 4694 ± 68 4112 ± 63 7626 ± 86
C. Pembahasan Daya Serap Eceng Gondok Terhadap Krom ( Cr )
12
Pengujian yang dilakukan terhadap eceng gondok dalam menurunkan
kadar krom ( Cr ) 20 ppm diperoleh data pada tabel 1 bahwa konsentrasi krom
pada kolom eceng gondok mengalami penurunan dari konsentrasi awal 20 ppm
menjadi 5,74 pada hari ke-15 sehingga terjadi penurunan konsentrasi krom
sebesar 14,26 ppm atau 71,3 % dari konsentrasi awal.
Kecepatan penyerapan per harinya juga mengalami penurunan dari 74,64
mg cr / Kg eceng gondok / harinya pada hari ke-15. hal ini mungkin disebabkan
menurunnya konsentrasi krom (Cr) disekitar akar eceng gondok sehingga krom
yang mengalami difusi berbanding lurus dengan perbedaan konsentrasi krom (Cr)
antar kedua tempat yang mengalami difusi atau antara konsentrasi krom di
lingkungan sekitar akar dan di dalam air. Jadi jika perbedaan konsentrasi krom
(Cr) antara sekitar akar dan didalam akar semakin kecil maka penyerapan yang
terjadi juga semakin kecil.
Dari data yang diperoleh dari tabel 2 diketahui bahwa kecepatan
penyerapan kadar krom pada sistem air mengalir oleh eceng gondok terlihat
konstan (tetap). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena konsentrasi krom
(Cr) pada air limbah yang ada disekitar akar eceng gondok selalu tetap, yaitu
sebesar 20 ppm sehingga kecepatan proses difusi atau penyerapan yang terjadi
juga konstan.
D. Pembahasan Daya Serap Energi Gondok Terhadap Cesium (Cs)
Dari data yang ditunjukkan dari tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah
Cesium (Cs) yang diserap akar eceng gondok semakin besar dengan
bertambahnya umur tanaman eceng gondok. Daya serap terbesar pada akar
dicapai pada pemberian konsentrasi CSNO3 sebesar 15 mg / L ke dalam media
tanam dengan umur tanaman 16 hari, yaitu ( 15847 ± 124 ) μg / gr akar kering.
Pada tabel 4. jumlah Cesium yang diserap batang eceng gondok meningkat
untuk pemberian konsentrasi 5 dan 10 mg / L dengan bertambahnya umur
tanaman. Pada pemberian konsentrasi 15 mg / L menunjukkan jumlah Cesium
yang diserap batang menurun pada saat umur 12 hari dan meningkat pada umur16
hari. Hal ini dikarenakan pada umur 12 hari Cesium diserap oleh akar sebagian
13
besar ditranspor ke daun sehingga Cesium diserap batang sedikit. Pada saat umur
16 hari Cesium yang diserap oleh batang lebih banyak karena sebagian besar
ditranspor ke daun. Daya serap batang terhadap Cesium terbesar dicapai pada
pemberian larutan CsNO3 dengan konsentrasi 15 mg / L dengan umur tanaman 16
hari, yaitu ( 5364 ± 73 μg / g batang. Kering )
Pada tabel 5 pemberian konsentrasi 5 mg / L, jumlah Cesium yang diserap
meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Pada konsentrasi 10 mg / L
dalam media tanaman, daya serap daun pada hari ke-16 mengalami penurunan,
akibat dari berkurangnya bulu-bulu akar yang aktif. Daya serap daun terhadap
Cesium terbesar dicapai pada pemberian larutan CsNO3 dengan konsentrasi 15
mg / L dengan umur tanaman 16 hari yaitu : ( 7626 ± 86) μg / g daun kering ).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
14
A. Kesimpulan
Dari data yang diperoleh pada tabel 1 sampai dengan tabel 5 dapat
disimpulkan bahwa eceng gondok dapat digunakan sebagai fitoremediator atau
tanaman yang mampu menyerap limbah Krom dan Cesium yang terdapat didalam
air. Oleh karena itu sangat diharapkan agar dimasa yang akan datang dilakukan
penelitian yang lebih mendalam terhadap eceng gondok agar segala kelebihan
yang dimiliki oleh eceng gondok dapat lebih dimanfaatkan
B. Saran
Oleh karena cukup banyaknya manfaat yang dapat kita peroleh dari eceng
gondok maka penulis menyarankan agar keberadaan eceng gondok dilingkungan
perlu mendapat perhartian khusus agar segala kelebihan eceng gondok dapat
dipergunakan sebaik-baiknya guna kepentingan umat manusia. Eceng gondok
tidak lagi dianggap sebagai gulma / pengganggu tetapi dianggap sebagai tanaman
yang berguna bagi lingkungan dan umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
15
Argonne, National Laboratory, 1997. Biomining The Soil To Remove Metal. Program and Capabilites Database, No. 603 – 002
Dwijoseputro, 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia : Pustaka Jakarta
Kalsoum. U, 2005, Pengaruh pH terhadap Kemampuan Eceng Gondok Dalam Menurunkan Kadar Amonia Pada Air Berbasis Amonia Dengan Kondisi Air Menggenang, Jurusan Teknik Sipil UGM : Yogyakarta
Palar. H, 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta Jakarta : Jakarta
Salisbury. BF, 1995, Fisiologi Tumbuhan, Penerbit ITB : Bandung
Stoenis, J. V, 1997, Flora Untuk Sekolah di Indonesia, PT. Prodnya Paramitha : Jakarta
16