karya ilmiah2

20

Click here to load reader

Upload: abimanyuhandoko

Post on 22-Jun-2015

3.246 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karya ilmiah2

1

DILEMA PEMBELAJARAN MENYIMAK

BAHASA INGGRIS PADA KELAS III DI SMA.

Supriyadi

NIP 131650243

SMU Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara

Page 2: Karya ilmiah2

2

DILEMA PEMBELAJARAN MENYIMAK

BAHASA INGGRIS PADA KELAS III DI SMA.

Supriyadi*

Abstrak: Diterapkannya sistem penilaian kelulusan untuk kelas III berdampak pada pembelajaran bahasa Inggris, yaitu terjadi penyimpangan tujuan pembelajaran bahasa Inggris untuk terampil berbahasa Inggris menjadi target lulus Ujian Nasional. Bentuk soal ujian nasional menjadi acuan para guru dalam pembelajaran bahasa Inggris akibatnya pembelajaran menyimak bahasa Inggris terabaikan, karena dianggap membuang waktu saja. Sehingga produk yang dihasilkan dari pembelajaran bahasa Inggris tidak memuaskan semua pihak. Bahasa Inggris adalah alat komunikasi, maka dalam pembelajarannya pun harus tetap konsisten terhadap pembelajaran bahasa, yang meliputi aspek: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Ini berarti pembelajaran menyimak tetap penting dan mendapat porsi yang layak agar seseorang bisa terampil berbahasa Inggris. Tetapi bila pembelajaran menyimak dengan teknik Pre –While - Post Activity tetap diperlakukan banyak menemui kendala atau hambatan yaitu tidak adanya kebebasan para guru berkreasi, bentuk ujian nasional, dan buku paket yang telah usang. Kata Kunci : pembelajaran menyimak, permasalahan menyimak, dilema

pembelajaran , pelaksanaan pembelajaran

PENDAHULUAN

Dengan diberlakukannya Sistem penilan kelulusan untuk kelas III, bahwa

mata pelajaran Matematika, Ekonomi, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia minimal

harus mendapat 3,01 dalam ujian nasional maka ke-empat mata pelajaran tersebut

mendapat perhatian khusus pada tiap-tiap sekolah. Konsekuensinya, Sekolah

* Supriyadi adalah guru SMA Negeri 1 Wanadadi, Banjarnegara

Page 3: Karya ilmiah2

3

berupaya semaksimal mungkin memfasilitasi guru dan siswa dalam kegiatan belajar

mengajar agar menjadi seperti yang diingikan sehingga siswanya bisa lulus semua.

Hal tersebut diatas berdampak tujuan pembelajaran di sekolah yang lebih

mementingkan mengejar target kelulusan dari pada terjadinya proses belajar

mengajar. Kegiatan belajar mengajar (KBM) berubah menjadi tidak berproses, tetapi

menjadi ajang penempaan siswa melalui pemberian latihan banyak soal. Kondisi ini

berlangsung semakin intens bila semakin dekat dengan waktu ujian nasional.

Selanjutnya fungsi kelaspun berubah dari tempat proses KBM menjadi tempat

pemberian latihan banyak soal. Soal-soal yang diberikan oleh guru selalu mengacu

pada soal-soal ujian nasional. Padahal bentuk soalnya adalah tertulis dengan jenis

soal pelihan ganda. Pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa Inggris sebagai

sarana komunikasi tidak menguntungkan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pembelajaran Bahasa

Inggris sebagai alat komunikasi menjadi timpang. Mestinya pembelajaran bahasa

Inggris yang mencakup 4 skill: listening, speaking, reading dan writing dilakukan

secara terpadu. Pada kenyataan di sekolah, karena alasan tertentu, pembelajaran

listening hampir tidak ada.

Sudah kita ketahui bersama bahwa sebelum kita bisa berkomunikasi, kita

tuntut untuk bisa mendengarkan dengan baik. Tentu kita tidak mengalami kesulitan

dalam mendengarkan bahasa ibu, tetapi akan dapat sulit mendengarkan bahasa asing

(Underwood 1990:1)

Page 4: Karya ilmiah2

4

Konsep pengajaran bahasa haruslah tetap mengacu pada bahasa sebagai alat

berkomunikasi. Oleh karena itu, anak bisa mendengarkan dengan mudah haruslah

diberikan pembelajaran listening lebih banyak waktu. Tujuan memberikan siswa

dengan praktek menyimak yang memadai memungkinkan mereka mengerti dengan

mudah baik penutur asli Bahasa Inggris atau bukan, bila mereka bicara dengan

kecepatan normal dan dalam situasi yang tak tentu (Matthews 1985:60).

Dari dua pendapat ahli tersebut dapat kita ketahui, pertama bahwa seseorang

untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan baik haruslah

belajar sesuai dengan feature bahasa Inggris sebagi alat komunikasi yang mencakup 4

aspek ketrampilan, yaitu: listening, speaking, reading, dan writing. Kedua, bahwa

mendengarkan dengan baik adalah sebagai pra-syarat untuk mencapai ketiga

ketrmpilan lainnya. Ketiga, bahwa untuk dapat mengusai bahasa Inggris dengan baik

dibutuhkan pembelajaran menyimak dalam waktu yang cukup memadai.

Uraian diatas dengan jelas menunjukkan bahwa pembelajaran menyimak

menjadi sangat penting dalam mempelajari bahasa Inggris sebagi sarana komunikasi.

Maka pembelajaran bahasa Inggris harus diposisikan kembali pada tempat yang tepat

sesuai dengan fitrahnya sebagai alat komunikasi.

Tulisan ini diharapkan, secara teoritis bisa memberikan kontribusi

pengetahuan untuk pengembangan pembelajaran bahasa Inggris. Sedangkan secara

praktis dapat bermanfaat bagi pengambil keputusan sebagai masukan untuk

menetapkan kebijakan, dan bagi guru sebagai pengajar di sekolah sebagai bahan

pertimbangan dalam mengajar bahasa Inggris.

Page 5: Karya ilmiah2

5

PEMBELAJARAN MENYIMAK

Menyimak (listening ) adalah suatu kegiatan mencurahkan perhatian dan

mencoba menangkap arti atau makna dari sesuatu yang kita dengar (Underwood

1990:1).

Pengajaran tersebut memberikan makna pada kita bahwa pendengar itu selalu

aktif, karena otaknya bekerja melakukan proses encoding dan decoding. Bila kegiatan

ini berjalan dengan baik maka hasil yang disampaikan sesuai dengan apa yang

dimaksud oleh pembicara. Untuk bisa diterima oleh masyarakat dalam berkomunikasi

kita harus bisa menjadi pendengar yang baik.

Galvin dikutip oleh Underwood (1990:4). Ada 5 alasan kita mendengarkan :

(a) untuk melibatkan dalam kegiatan sosial

(b) untuk bertukar informasi

(c) untuk latihan pengendalian

(d) untuk bertukar perasaan

(e) untuk kesenangan

Logikanya design pembelajaran menyimak haruslah dirancang, menyimak

yang mempunyai tujuan yang mengandung unsur tersebut diatas. Misalnya siswa

diminta untuk mencapai informasi rinci atau ide pokoknya. Hal ini dimaksudkan agar

anak pikirannya terfokus, tidak setiap kata didengarkan tetapi yang berkait dengan

pertanyaannya saja. Littlewood (1981:68) menunjukan ada beberapa kegiatan yang

bisa digunakan untuk membantu mengembangkan ketrampilan menyimak:

Page 6: Karya ilmiah2

6

1. Performing Physical Tasks

Dimana siswa diminta mencari arti tertentu yang ada kaitannya dengan

tugas yang harus dia lakukan. Kegiatan ini mendorong siswa mendengarkan

secara selektif, yaitu mensarikan informasi yang relevan dengan tugasnya.

Keberhasilan kegiatan ini diukur dari kegiatan praktek semata, apakah tugas non-

linguistik ini dilakukan secara benar atau tidak.

a. Identifikasi dan seleksi

Siswa mempunyai sejumlah gambar. Dia harus mendengarkan sebuah

deskripsi atau dialog, kemudian memilih atau menseleksi gambar mana yang

sesuai dengan teks lisan tersebut.

b. Mengurutkan (Sequencing)

Siswa dengan sejumlah gambar diminta mengurutkan sesuai dengan teks lisan

yang dimaksud.

c. Menempatkan (Locating)

Disini siswa diminta menempatkan sesuatu tidak dengan urutan tetapi sesuai

dengan lokasinya. Teksnya bisa berupa percakapan 2 orang dimana mereka

harus menempatklan almarinya.

d. Drawing and Contructing

Siswa diminta mendengarkan sebuah cerita atau diskusi dan menggambarnya

misal: rencana ruangan rumah. Dalam cara yang sama siswa diminta

menyusun sebuah model atau pola dengan menggunakan balok-balok kecil

yang sudah disediakan.

Page 7: Karya ilmiah2

7

e. Performing other actions

Siswa diminta untuk melakukan atau menirukan sesuatu sebagaimana yang

diperintahkan sesuai dengan teks lisan.

Dalam kegiatan yang ada pada perfoming phycical tasks, yang diperlukan

oleh siswa adalah memberikan respon sederhana. Hal yang demikian diperlukan

dalam pembelajaran menyimak pada tahap awal memeperlajari bahasa Inggris.

Karena dengan tugas yang sederhana ini menyebabkan bisa mendorong siswa

menyukai bahasa Inggris dan juga mereka tidak merasa takut lagi dalam

pembelajaran menyimak.

2. Transferring Information

Dalam kegiatan ini siswa sudah diminta untuk mensarikan informasi yang

relevan dari teks kemudian ditransfer dalam bentuk lain. Misalnya : siswa

diminta mendengarkan 2 narasi pendek, kemudian mengisi tabel yang sudah

disediakan.

Dengan model demikian, cara ini mengajarkan kepada siswa untuk

berfikir sistematis dan praktis. Siswa diminta melakukan scanning, kemudian

menempatkan pada tabel yang tersedia sesuai dengan isi teks lisan. Kegiatan ini

bisa digunakan sebagai batu loncatan pada tahap yang lebih tinggi

3. Reformulating and Evaluating Information

Dalam tahap ini siswa diberikan tugas yang lebih luas, yang berorientasi

pada teks secara comprehensive. Seperti di dalam kegiatan information transfer,

Page 8: Karya ilmiah2

8

siswa mendengar suatu teks kemudian meringkas hal-hal yang penting dengan

kata-katanya sendiri.

Kegiatan ini cukup komplek karena siswa dituntut untuk bisa mencerna

materi lisan, kemudian mengaitkan dan mengolah informasi yang didapatkan,

dan dengan kata-katanya sendiri merangkum dari teks lisan tersebut.

Jenis Materi Pelajaran Listening

Berikut Underwood (1990: 5) merekomendasikan sejumlah situasi menyimak

seyogyanya yang kita siapkan.

1. Listening to live conversation in which one takes no part

Seseorang yang dengan sendirinya mendengarkan percakapan orang lain karena

sesuatu yang dikatakan dalam percakapan itu menarik untuk didengarnya.

2. Listening to announcements

Disini seseorang hanya tertarik pada informasi yang relevan dengan yang

dibutuhkan, dan mengabaikan informasi-informasi lainnya. Biasanya terjadi di

bandara atau setasiun.

3. Listening to news & the weather forcast on the radio

Tujuannya untuk memperoleh informasi secara jelas berita utama hari ini atau

apakah hari ini akan ada topan sehingga seseorang bisa melakukan antisipasi

4. Watching the news the weather forecart on television

Visualisasi pembicara pada layar TV ikut membantu mempermudah seseorang

memahami apa yang sedang dikatakan karena ekspresi wajah, pandangan mata,

gerak tangan dsb.

Page 9: Karya ilmiah2

9

5. Listening to the radio for entertainment

Pendengar biasanya mengalami kesulitan karena keterbatasan pengetahuan apa

yang sedang dikatakan. Dalam hal ini ia harus mempunyai pengalaman berbagai

macam faktor situasi.

6. Watching television for entertainment

Hal demikian lebih mudah bila dibanding kita mendengarkan radio, karena

menonton TV tanda-tanda paralinguistiknya yang diberikan oleh pembicara bisa

membantu pendengar untuk memahami maksudnya.

7. Watching a live performance of a play

Tujuan pokoknya adalah untuk hiburan. Seseorang menonton drama karena

tertarik pada ceritanya atau aktornya dan interaksi diantara mereka.

8. Watching a film in a cinema

Kelebihan film atas siaran langsung adalah bahwa suara dapat dihasilkan pada

tingkat yang diinginkan sehingga pendengar tidak mengalami ksulitan

mendengarkan kata-kata.

9. Listening to records

Suara musik yang berbaur dengan lirik lagu tersebut dan menjadikan tidak jelas,

tetapi suara rhython dan irama lagu kadang-kadang bisa membantu pendengar

untuk memprediksi kata-kata apa berikutnya.

10. Following a lesson

Siswa memerlukan kemampuan untuk memahami konsep dan harus bisa

membedakan antara ide pokok dan pendukung ide pokok.

Page 10: Karya ilmiah2

10

11. Listening on the telephone

Bila ada gangguan kemungkinan pendengar mengalami kesulitan menangkap

kata-kata yang diucapkan.

Hal-hal tersebut di atas menyadarkan kepada guru untuk lebih banyak

berkreasi dalam usaha menciptakan materi pembelajaran menyimak. Sehingga guru

tidak perlu merasa kekurangan materi sedangkan model pembelajaranya bisa dibuat

sebagaimana yang disarankan oleh Littlewood tentang macam-macam kegiatan untuk

mengembangkan ketrampilan menyimak.

Daftar diatas juga memberikan masukkan kepada guru bahwa selayaknya

materi pembelajaran menyimak itu materi yang autentik. Artinya isi dari teks lisan

tersebut benar-benar ada dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga dengan

situasi yang beragam tersebut bisa menjadikan pembelajaran menyimak menjadi

menarik dan tidak membosankan.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENYIMAK

a. Pre-listening activity

Adalah suatu kegiatan sebelum siswa mendengarkan teks lisan.

Fungsinya adalah untuk memfasilitasi siswa siap menerima kegiatan menyimak

dengan harapan siswa tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran menyimak

karena pengetahuan yang relevan dan kata kunci dibahas dalam kegiatan ini.

Pada tahap ini Underwood (1990:31) mengemukakan beberapa kegiatan yang bisa

diterapkan oleh guru:

Page 11: Karya ilmiah2

11

- Guru memberikan informasi yang relevan dengan topik yang akan dibahas.

- Murid membaca teks yang relevan dengan teks listening.

- Murid mengamati gambar-gambar.

- Diskusi dengan topik yang ada kaitannya dengan teks listening.

- Kegiatan tanya jawab.

- Latihan menulis.

- Mengikuti perintah untuk kegiatan menyimak.

- Pertimbangan bagaimana kegiatan menyimak dilaksanakan.

Disini guru dituntut untuk lebih peka dalam memilih kegiatan tersebut

diatas yang sesuai dengan teks lisan, sehingga fungsi pre-listening activity untuk

memfasilitasi memahami teks lisan bisa terpenuhi. Kegiatan ini hendaknya

dirancang oleh guru yang bisa membangkitkan minat siswa untuk mengetahui

topiknya lebih jauh pada kegiatan selanjutnya. Pada akhir kegiatan ini guru harus

percaya bahwa siswa sudah siap bekal pengetahuan yang ada kaitanya dengan isi

teks lisan.

b. While-listening activity

Tujuan dari kegiatan ini adalah mengembangkan ketrampilan siswa dalam

mendapatkan pesan dari bahasa ucapan. Disini harus ada alasan kuat mengapa

siswa harus mendengarkan sehingga pikiran anak sudah terfokus pada apa yang

akan didengar dari teks lisan tersebut.

Page 12: Karya ilmiah2

12

Agar siswa tidak merasa takut menghadapi kegiatan pembelajaran ini

maka pembelajaran harus menarik, tingkat kesulitannya sesuai dengan

kemampuan anak dan pengerjaannya sederhana.

Sebelum teks lisan diperdengarkan kepada siswa, hand-out harus

diberikan terlebih dahulu kemudian dicek apakah dalam hand-out tersebut ada

hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa. Yang perlu dihindari adalah siswa

tidak tahu apa yang harus dilakukan. Yang tersering terjadi disekolah bahwa

pembelajaran menyimak berubah menjadi testing, karena mereka tidak

memahami fungsi pembelajaran.

c. Post-listening activity

Kegiatan ini berlangsung setelah while-listening activity, dan merupakan

pengembangan dari pre-listening activity dan while-listening activity. Tujuannya

adalah untuk mengecek apakah murid telah memahami apa yang mereka perlukan

untuk dapat mengerti dan apakah mereka telah menyempurnakan tugas-tugas apa

saja yang ada pada while listening telah di kerjakan dengan baik. Tujuan

berikutnya adalah untuk merefleksi mengapa beberapa anak mengalami kesulitan

atau tidak bisa mendapatkan pesan secara utuh dari teks lisan. Selain itu, dalam

while listening siswa mendapat keuntungan untuk memikirkan perilaku pembicara

apa yang disampaikan dalam perilaku tersebut. Kemudian yang terakhir, kegiatan

dalam tahap ini adalah merupakan pengembangan topik dalam atau bahasa pada

teks lisan.

Page 13: Karya ilmiah2

13

Karena kegiatan ini merupakan pengembangan dari kegiatan yang sudah

dilakukan sebelumnya maka materinya tidak terlepas dari topik yang dibahas.

Tetapi jenis kegiatannya bisa berubah misalnya menjadi pengayaan kosa kata,

atau menulis. Bisanya kegiatan ini bersifat ringan dan menyenangkan.

PERMASALAHAN YANG TIMBUL DALAM BELAJAR MENYIMAK

BAHASA INGGRIS.

Kita secara cepat bisa membedakan percakapan langsung dengan percakapan

melalu telephone. Dan kita mengakui bahwa mendengarkan melalu telepon, jauh

lebih sulit. Apapun permasalahanya tentu tidak lepas dari ciri bahasa ucapan yang

diantaranya ada tekanan, intonasi, formal, informal, dan lain-lain.

Underwood (1990:16) mengetengahkan beberapa permasalahan potensial

yang bakal muncul bila belajar menyimak Bahasa Inggris.

1. Tidak adanya kendali kecepatan pada pembicara

Dalam pelajaran listening comprehension sering siswa mengalami kesulitan

karena mereka tidak bisa mengendalikan kecepatan si pembicara seolah-olah

ungkapan-ungkapannya lenyap begitu saja. Siswa hanya dapat menangkap

sepotong-potong.

Keadaan ini menyebabkan informasi yang diperoleh siswa tidak lengkap yang

bisa merusak pemahaman siswa tentang isi teks. Bila siswa mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang topik teks lisan tersebut, siswa masih bisa

berkerja menghubung-hubungkan informsi yang sepotong tersebut dengan

pengetahuannya, namun hal ini bersifat spekulatif.

Page 14: Karya ilmiah2

14

2. Tidak dapat diulangi lagi.

Bila kita saling berhadapan langsung, hal-hal yang kurang jelas bisa ditanyakan

lagi sehingga komunikasi menjadi jelas. Tetapi kalau siswa tidak paham, tidak

bisa dilakukan seperti dalam percakapan langsung.

Pembelajaran itu memang berbeda dari testing karena pembelajaran bersifat

membantu. Bila dipandang perlu oleh guru teks lisan tersebut bisa dipergunakan

sampai tiga kali. Dengan demikian anak tidak menjadi frustasi.

3. Kosa kata terbatas

Pemilihan kosa kata pembicara yang tidak bisa diketahui artinya oleh pendengar,

ia tidak menghentikan pembicaraan tersebut untuk minta klarifikasi. Namun

pendengar bila melakukan reka-rekaan arti apa yang diucapkan dan itupun

pendengar harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang yang dibicarakan.

Bila dalam kegiatan pre-listening activity dirancang dan berjalan dengan baik,

sebetulnya keterbatasan kosa kata sudah bisa diatasi. Karena kata-kata kunci yang

ada pada teks lisan harus sudah dikuasai oleh anak sebelum teks tersebut

diperdengarkan.

4. Kesulitan mengenali tanda-tanda.

Banyak cara yang digunakan oleh pembicara bila ia akan berpindah dari hal yang

satu ke hal yang lainnya, atau dalam memberikan contoh atau mengulangi hal-hal

tertentu. Tanda-tanda tersebut tidaklah begitu saja untuk seorang yang

mendengarkan bahasa asing.

5. Masalah interpretasi

Page 15: Karya ilmiah2

15

Siswa yang tidak terbiasa dengan konteks yang dibicarakan mungkin mengalami

kesulitan dalam menginterprestasikan kata-kata yang ia dengar meskipun ia

mengetahui arti klasikalnya. Seseorang yang belum anda ketahui, apakah untuk

datang pada jam 08.00 tiba-tiba menelpon anda “I’ll be a bit late”. Anda tidak

paham berapa lama harus menuggu meskipun anda mengetahui kata “bit”. Tetapi

bila kawan anda dengan mengucapkan kata yang sama, pasti anda tahu berapa

lama harus menunggu.

6. Tidak mampu berkonsentrasi.

Banyak hal yang menyebabkan siswa tidak bisa berkonsentrasi, diantaranya

rekaman yang tidak baik, mesinnya tidak baik atau ruanganya yang tidak

memadai. Ketidak mampuan berkonsentrasi sebentar saja dapat menyebabkan

kerusakan pemahaman apa yang didengar.

7. Kemapanan kebiasaan belajar.

Siswa yang biasa belajar bahasa inggris melalui membaca, akan merasa asing

terhadap kata-kata yang digunakan oleh pembicara. Karena siswa tidak berbicara

mendengarnya meskipun mereka sering menjumpai dalam buku bacaan.

PERMASALAHAN YANG TIMBUL DALAM PEMBELAJARAN MENYI-

MAK BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH

1. Menyimak bahasa Inggris sulit

Sulitnya menyimak bahasa Inggris tidak hanya dihadapi oleh siswa saja

namun juga oleh guru. Sudah tentu, guru sudah bekerja keras untuk mengusai

Page 16: Karya ilmiah2

16

bahan yang akan diajarkan dengan sebaik-baiknya. Ia dituntut mampu

menjelaskan baik dari aspek struktural dan fungsional meaning-nya. Hal

demikian menyebabkan guru malas untuk mengajarkan listening comprehension.

2. Pembelajaran menyimak dianggap membuang-buang waktu

Konsekuensi dari ujian nasional yang berbentuk tertulis, pembelajaran

menyimak dianggap tidak mendukung ujian nasional. Alternatif terbaik yang

dipilih oleh guru adalah lebih baik memilih pembelajaran reading, speaking atau

writing daripada mengambil resiko anak tidak lulus karena waktu tersita untuk

pembelajaran menyimak.

3. Tidak adanya materi menyimak yang memadai

Mungkin kaset tape, video, CD pembelajaran bahasa Inggris, tetapi itupun

harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Akibatnya guru harus mencari

keman-mana, dan menyita waktu.

4. Tidak adanya rencana pembelajaran menyimak bahasa Inggris

Karena tidak pernah mengajarkan pelajaran menyimak bahasa Inggris

guru merasa ada kesulitan membuat rencana pembelajaran. Ia memerlukan model

sebagai acuan untuk merancang pembelajaran menyimak.

DILEMA PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA INGGRIS

Bahasa Inggris sebagai sarana komunikasi, idealnya diajarkan meliputi 4

aspek : mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca. Jadi sikap pembelajaran

bahasa Inggris harus mengacu pada bahasa sebagai sarana komunikasi. Bila hal

tersebut tidak dipenuhi berarti bisa berakibat out come yang akan dihasilkan sangat

Page 17: Karya ilmiah2

17

rendah. Hal ini sudah diketahui bersama bahwa kemampuan berbahasa Inggris siswa

tidak memuaskan. Kedaan ini dicoba diatasi dengan penataran-penataran, serta

kegiatan MGMP, namun hasilnya masih tetap.

Berdasarkan pembelajaran menyimak dan permasalahan yang ada, maka hal-

hal yang bersifat dilematis :

1. Tidak adanya kebebasan para guru dalam pembelajaran bahasa Inggris, mereka

mudah terjebak dengan keseragaman. Mereka masih takut bila berbeda dengan

lainnya. Maka keberadaan soal test yang mengacu pada soal Nasional merupakan

status quo yang harus diamankan. Guru memahami betul kemampuan siswanya,

dan sadar untuk berusaha meningkatkan ketrampilan siswanya. Namun ia terikat

pada konsep pembelajaran bahasa Inggris di sekolah yang hanya sekedar mencari

nilai untuk lulus.

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Inggris menyimpang

Tujuan pembelajaran bahasa Inggris adalah agar anak bisa lulus, jadi bukan agar

anak bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Dengan demikian guru tidak mau

mengambil resiko, karena sering mengajarkan listening anak menjadi tidak lulus.

Padahal bila anak diharapkan terampil berbahasa Inggris pra-syaratnya adalah

anak harus terampil dalam menyimak, karena menyimak sebagai dasar untuk

ketrampilan berbahasa lainnya. Sehinga sampai sekarang pun kelemahan ini

belum bisa diatasi. Sebagaian besar pembelajaran bahasa Inggris berkutat masalah

reading dan dampaknya mereka mengalami kesulitan bila akan berkomunikasi

aktif dengan orang lain, karena mereka lemah pada pronounciation sehingga

mereka salah dalam mendengarkan dan tidak mampu dalam berbicara.

Page 18: Karya ilmiah2

18

3. Jenis Soal Ujian Nasional

Jenis Soal Ujian Nasional adalah pilihan ganda yang bersifat spekulatif. Sehingga

kawasan kognitif saja yang dikembangkan sedangkan untuk efektif dan motorik

terabaikan. Kita semua percaya bahwa semua guru menghendaki siswanya

terampil berbahasa Inggris, tetapi untuk apa pembelajaran menyimak diadakan

bila arah pembelajaran bahasa Inggris agar bisa mengerjakan soal-soal ujian

nasional. Pilihan yang tepat untuk guru adalah melakukan pembelajaran bahasa

Inggris dengan model latihan soal sebagai persiapan menghadapi ujian nasional.

4. Buku paket yang sudah usang

Buku paket yang ada selalu dijadikan acuan dalam pembuatan soal test, mestinya

guru lebih kreatif mencari buku lain yang memadai untuk dijadikan buku

pegangan siswa. Karena buku pegangan siswa yang ada sekarang tidak

memungkinkan untuk bisa mengembangkan ketrampilan menyimak. Dengan

demikian pola pembelajarannya pun bisa dipastikan monoton tidak pernah

menyentuh kegiatan pembelajaran menyimak. Tetapi bila guru menganjur

menggunakan buku yang di dalamnya memuat ketrampilan-ketrampilan pengem-

bangan berbahasa siswa. Konsekuensinya anak terbebani biaya. Dan juga, kalau

guru membuat materi sendiri waktu yang dibutuhkan juga lama. Akhirnya,

meskipun dengan berat hati berketetapan lebih baik menggunakan buku usang

dari pada repot-repot, toh buku tersebut buku pegangan siswa yang dianjurkan

oleh pemerintah.

Page 19: Karya ilmiah2

19

PENUTUP

Simpulan

Ketrampilan menyimak merupakan pra-syarat pada ketrampilan yang lain

dalam berbahasa untuk terampil berbahasa Inggris tentu diperlukan juga ketrampilan

dalam menyimak. Seseorang tidak akan begitu saja terampil dalam berbahasa Inggris

bila tidak belajar dalam waktu yang relatif lama. Dengan demikian agar seseorang itu

terampil berbahasa Inggris, ia perlu waktu yang lama juga dalam pembelajaran

menyimak. Namun pada kenyataannya di sekolah, hampir bisa dipastikan bahwa

pembelajaran menyimak menjadi sesuatu yang langka. Dan hal tersebut menjadi salah

satu sebab mengapa kemampuan berbahasa Inggris anak tidak baik

Sebab yang lain yang ikut memberikan kontribusi terhadap rendahnya

kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris tidak terlepas dari model pembelajaran-

nya. Hal demikian karena dampak dari sistem penilaian kelulusan yang menggunakan

ujian nasional sebagai pedoman. Sehingga bentuk dan jenis soal ujian nasional

dijadikan referensi oleh guru dalam pembelajaran. Akibatnya pembelajaran

menyimak tidak dipandang perlu. Disinilah letak penyimpangan pembelajaran bahasa

Inggris.

Saran

Berdasarkan uraian di atas agar pembelajaran bahasa Inggris bisa memberikan

makna kepada siswa sehingga mampu berhasa Inggris dengan baik maka

pembelajaran menyimak juga harus mendapatkan alokasi waktu sama dengan

pembelajaran untuk ketrampilan lainnya.

Page 20: Karya ilmiah2

20

Pembelajaran menyimak Bahasa Inggris haruslah dipandang sebagai bagian

penting pembelajaran bahasa sebagai alat komunikasi. Sehingga harus mendapat

porsi yang sama besarnya dengan pembelajaran yang lain seperti membaca, berbicara

dan menulis.

Konsekuensi logis dengan Pembelajaran tersebut, Sistem ujian Nasional

haruslah diubah karena bisa dianggap menghambat pengajaran bahasa di sekolah.

Sehingga out put siswa tidak pernah bisa mengucapkan bahasa Inggris dengan baik,

mereka ragu dan malu bila salah meskipun secara tertulis mereka tahu artinya.

Pembahasan pengajaran bahasa Inggris pada forum MGMP harus dibenahi,

tidak hanya terjebak hanya pada pembuatan soal, SP, RP dan AMP. Tetapi lebih

menekan pada mengatasi bagaimana siswa terampil dalam berbahasa Inggris.

DAFTAR PUSTAKA

Underwood, Mary. 1990. Teaching Listening. New York: Longman Inc.

Littlewood, William. 1983. Communicative Language Teaching. London: Cambrige.

Johson, keith and Morrow, Keith. 1981. Communication in the Classroom. Hongkong: Longman.

Matthews, Alan, Spratt, Mary and Dangerfiled, Less. 1990. At The Calkface. Great

Britain: Edward Arnold. Lewis. Michael and Hill Jimmie. 1990. Practical Technigues for Language Teaching.

London: Commercial Colour Press.