karya tulid

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara berkembang saat ini masih menghadapi berbagai masalah kependudukan. Adapun yang dimaksud dengan masalah kependudukan adalah terdapatnya ketimpangan antara jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dengan kemampuan serta laju pertumbuhan ekonomi . Saat ini jumlah penduduk Indonesia menduduki urutan nomor empat terbanyak di dunia . Jika laju pertambahan penduduk tidak diatasi dengan segera, akan dapat menggagalkan segala jerih payah kita di bidang pembangunan. Untuk mengatasi bom populasi manusia itu, para ahli reproduksi menawarkan solusi keluarga berencana . Salah satu usaha yang dilaksanakan antara lain adalah penyediaan sarana kontrasepsi . Sarana ini sudah sering diperkenalkan pada masyarakat, akan tetapi masih menjadikan wanita sebagai sasaran utamanya. Sebaiknya, jika sasaran itu diperluas pada pria sebagai wujud aktif keikutsertaannya di dalam mensukseskan program KB. Menurut Deputi di bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Pusat Imam Haryadi ( 2002 ), mengatakan kesertaan pria Indonesia untuk ber-KB sangat 1 | Karya Tulis Ilmiah

Upload: komang-wida-pratiwi

Post on 19-Jun-2015

535 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: karya tulid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara berkembang saat ini masih menghadapi berbagai masalah

kependudukan. Adapun yang dimaksud dengan masalah kependudukan adalah terdapatnya

ketimpangan antara jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dengan kemampuan serta laju

pertumbuhan ekonomi . Saat ini jumlah penduduk Indonesia menduduki urutan nomor empat

terbanyak di dunia . Jika laju pertambahan penduduk tidak diatasi dengan segera, akan dapat

menggagalkan segala jerih payah kita di bidang pembangunan.

Untuk mengatasi bom populasi manusia itu, para ahli reproduksi menawarkan solusi

keluarga berencana . Salah satu usaha yang dilaksanakan antara lain adalah penyediaan

sarana kontrasepsi . Sarana ini sudah sering diperkenalkan pada masyarakat, akan tetapi

masih menjadikan wanita sebagai sasaran utamanya. Sebaiknya, jika sasaran itu diperluas

pada pria sebagai wujud aktif keikutsertaannya di dalam mensukseskan program KB. Menurut

Deputi di bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Pusat Imam

Haryadi ( 2002 ), mengatakan kesertaan pria Indonesia untuk ber-KB sangat rendah hanya

sekitar tiga persen. Yang tiga persen tersebut menggunakan kondom 0,7 persen, vasektomi

0,4 persen, senggama terputus 0,8 persen dan pantang berkala 1,1 persen. Angka tersebut

jauh lebih rendah dibandingkan dengan angka kesertaan KB pria di negara Islam, seperti di

Pakistan mencapai 5,2 persen, Bangladeh 13, 9 persen dan Malaysia sebesar 16,8 persen.

Rendahnya penggunaan kontrasepsi oleh pria tersebut disebabkan oleh terbatasnya macam

dan jenis alat kontrasepsi laki-laki. Faktor lain adalah rendahnya pengetahuan dan

pemahaman tentang kesehatan reproduksi.Oleh karena itu, sarana KB untuk pihak pria harus

mendapat perhatian.

Bahan kontrasepsi untuk program Keluarga Berencana ( KB ) haruslah aman, tidak

menimbulkan efek samping, tidak mengganggu kesehatan, tidak menurunkan libido, dan

sedapatnya reversibel. Reversibel artinya, jika pemakaian dihentikan pada usia subur, akan

dapat lagi memiliki anak alias fertil (Notodhardjo, 2002 )

Pada dasarnya pengendalian kesuburan pada pria jauh lebih sulit, bila dibandingkan

dengan pada wanita. Hal ini disebabkan karena jutaan sperma yang diproduksi oleh organ

reproduksi pria harus dikendalikan agar tidak dapat membuahi ovum ( Purwaningsih , 2003 ).

1 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 2: karya tulid

Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) telah membentuk Kelompok Kerja

( “ Task Force “ ) untuk mencari dan mengembangkan metode pengaturan kesuburan pria.

Mandat yang diberikan kepada Kelompok Kerja tersebut adalah mencari dan

mengembangkan metode kontrasepsi pria melalui bahan / zat dari tumbuh- tumbuhan yang

diduga mengandung bahan antifertilitas ( Purwaningsih , 2003 )

Bahan kontrasepsi yang ideal haruslah dapat digunakan oleh kedua pasangan suami-

istri. Ini untuk keadilan, dan juga mengurangi efek samping yang muncul kalau pemakaian

berlangsung sangat lama. Kalau pemakaian bahan itu berselang seling antara istri dan suami,

diperkirakan efek samping yang timbul karena pemakaian yang berlarut dapat dihindari. Atau

jika menimbulkan sedikit beban, misalnya mual-mual, pusing dan kegemukan, maka beban itu

bisa dipikul bergantian.

Bahan kontrasepssi yang khusus untuk suami atau pria, pada umumnya haruslah

pula tidak akan menurunkan potensi seks. Masalah ini memang tidak demikian diperlukan

untuk pihak istri atau kaum wanita pada umumnya.Yang khusus diperlukan oleh pria ialah

kebugaran potensi seks.Potensi seks merupakan syarat mutlak agar dapat melakukan

hubungan intim, dan agar sperma suami bisa membuahi telur istri.( Yatim, 2001 )

Metoda KB yang tersedia untuk pria sebagai objek saat ini adalah senggama

terputus (coitus interruptus ), kondom, vasektomi, hormonal. Coitus interuptus besar

kegagalannya. Kondom, meskipun murah dan mudah digunakan serta tidak berpengaruh

buruk terhadap kesehatan dan potensi seksual, tetap kurang efektif karena harus dipakai

setiap kali akan melakukan senggama. Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang kurang

ideal, karena bersifat ireversibel. Cara yang kini lebih aman dibandingkan vasektomi, yaitu

dengan memotong pangkal saluran mani tanpa menggunakan pisau, tetapi dengan arus listrik

yang disebut elektro-kauterisasi. Metode kontrasepsi pria, kecuali yang tersebut di atas,

sampai saat ini masih dalam tahap penelitian ( Yatim, 2001 )

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka penelitian-penelitian kearah

penemuan kontrasepsi pria merupakan tantangan bagi ahli andrologi. Untuk mencapai tujuan

tersebut,pada saat ini para ahli menaruh perhatian besar terhadap penggunaan bahan

alamiah ( tanaman ) yang ada disekitar kita sebagai obyek yng perlu diteliti, sehingga pada

suatu saat dapat dimasyarakatkan suatu cara kontrasepsi pria yang aman, efektif, reversibel,

dapat diterima secara perorangan maupun budaya pada berbagai tingkatan reproduksi. Salah

satu tanaman yang diyakini berkasiat sebagai kontrasepsi adalah kacang ercis ( Pisum

sativum ).

2 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 3: karya tulid

Kacang ercis diduga berkasiat sebagai kontrasepsi bermula dari populasi masyarakat

di Tibet yang tidak mengalami perubahan signifikan selama lebih dari 2 ( dua ) abad. Setelah

dilakukan obserfasi ternyata dalam menu makanan mereka hampir selalu ditemui ercis atau

dalam bahasa mereka disebut motor. Di Indonesia kacang ini dikenal dengan sebutan gamet,

kacang kapri, atau kacang polong. Kacang bercita rasa gurih ini bisa muncul dalam sajian

sayur bening, kaserol, tumisan atau jus, tergantung selera.

Dari penelahaan intensif di laboratorium akhirnya diketahui terkendalinya kelahiran di

Tibet dikarenakan senyawa kimia m-xilohidroksiquinon yang merupakan senyawa utama

minyak kacang ercis. Senyawa ini diyakini sangat efektif dalam menghalangi aktifitas

spermatozoa. Karenanya, m-xilohidroksiquinon digolongkan kedalam senyawa antifertilitas

nonsteroid ( Avianto, 2000 ). Disamping itu kacang ercis juga berkasiat sebagai spermicidal,

fungistatic , dan sebagai obat kulit seperti acne ( Porcher et. Al . 1995-2000 ). Akan tetapi

masyarakat menggunakannya atas dasar pengalaman saja tanpa didasari bukti-bukti empiris

maupun ilmiah.

Dari uraian tesebut di atas tampaknya kacang ercis dapat berkasiat sebagai

kontrasepsi pada wanita maupun pada pria. Karena keterbatasan dana dan waktu

penenelitian ini akan dibatasi untuk mengetahui kasiat m-xilohidroksiquinon sebagai

spermacidal dengan melakukan ujicoba padakelinci jantan dewasa.

1. 2 . Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dibuat

rumusan masalah sebagai berikut : Apakah biji kacang ercis dapat berkasiat sebagai

spermacidal pada kelinci jantan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui efektivitas

kacang ercis sebagai spermacidal pada kelinci jantan. Dalam rangka mencari alternatif baru

alat kontrasepsi pada pria yang berasal dari tumbuhan.

1.4 Manfaat Penelitian

3 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 4: karya tulid

1.4 .1 Manfaat untuk dunia pengetahuan

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

tentang tanaman berkasiat sebagai antifertilitas, khususnya kacang ercis.

1. 4.2 Manfaat untuk kepentingan masyarakat.

Memberikan alternative pilihan kepada masyarakat dalam masa krisis ekonomi untuk

menggunakan tanaman sebagai kontrasepsi, terutama bagi mereka yang tidak cocok dengan

metode kontrasepsi yang telah dicobakan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kekerabatan Kacang Ercis ( Pisum Sativum )

Nenek moyang kacang ercis tidak diketahui, dan terdapat perbedaan pandangan

tentang kemungkinan daerah asal tanaman ini. Salah satu pendapat menyatakan bahwa Asia

Tengah, Abissinia, dan lembah Mediterania adalah pusat utama, dengan wilayah Timur Dekat

sebagai pusat sekender. Pendapat lain menyatakan bahwa lembah Mediterania adalah pusat

4 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 5: karya tulid

utama, dengan wilayah Timur Dekat dan dataran tengah Etiopia sebagai pusat kedua.

( Rubatzky dan Yamaguchi, 1998 ).

Kacang ercis terdapat, dan tumbuh dengan subur di Eropa, Cina, India dan Amerika

Utara. Di Inggris kacang ini terkenal dengan sebutan Field Pie atau Garden Pie atau kapri

Inggris ( English Pie ) ( Porcher et al,1995-2000 ).

Kacang kapri termasuk tanaman semusim yang berupa semak dan menjalar. Batang

panjang, kecil, dan ramping. Memiliki tipe daun majemuk, menyirip dengan 2-3 pasang anak

daun, berbentuk tandan yang terdiri atas 1-2 bunga. Kelopak berwarna hijau, terdiri atas 5

daun kelopak. Daun mahkota berjumlah 5 lembar, berwarna putih, cokelat, atau merah muda.

Benang sari berjumlah 10 helai, yang terbagi menjadi 2 berkas. Bakal buah terdiri atas 4 – 15

bakal biji.

Kacang kapri yang dipanen muda, dalam istilah sehari-hari disebut kacang polong.

Adapun kacang kapri yang dipanen tua dan diambil bijinya, disebut kacang ercis.

(Fachruddin,2000 )

Klasifikasi kacang ercis ( Pisum Sativum ) adalah sebagai berikut

( Fachruddin, 2000 ) :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Subkelas : Dialypetalae

Ordo : Rosales

Famili : Leguminoceae / Papilionaceae

Genus : Pisum

Spesies : Pisum Sativum

2.1.1 Kandugan Kacang Ercis

Kacang kapri yang dipanen muda mengandung; 5 – 8 % protein, 0,5 % lemak, dan

10 -15 % karbohidrat. Sedangkan yang dipanen tua atau matur kandungan zatnya lebih tinggi

yaitu 20 -25 % protein, 1 -3 % lemak, dan 60 % karbohidrat ( Porcher et al,1995- 2000 ).

Kandungan terpenting dari biji kacang ercis terdapat dalam minyaknya, yaitu senyawa kimia

m-xilohidroksiquinon

.( Avianto , 2000 )

5 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 6: karya tulid

2.1.2 Manfaat Kacang Ercis

Selain digunakan segar sebagai menu sehari-hari seperti sayur bening, sop, atau jus

kacang kapri juga dibekukan. Pembekuan lebih umum pada pengolahan kultivar biji keriut,

sedangkan pengalengan untuk pengolahan kultivar biji bundar.

Di kalangan dunia medis biji kacang ercis dapat digunakan sebagai kontrasepsi,

fungistatic dan spermicidal. Selain itu juga sering dipakai bahan bedak

( powder ) untuk berbagai penyakit kulit termasuk acne.( Porcher, et al .

1995 – 2000 ).

2.2 Kekerabatan kelinci

Kelinci pada awalnya merupakan hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan

sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan

percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai

daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci

dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci

juga menimbulkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci,

Jawa disebut trewelu dan sebagainya. Di Indonesia ternak kelinci masih dilakukan secara

tradisional dan Manfaat yang diambil dari kelinci adalah bulu dan daging yang sampai saat ini

mulai laku keras di pasaran. Selain itu hasil ikutan masih dapat dimanfaatkan untuk pupuk,

kerajinan dan pakan ternak.

Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :

• Kingdom : Animalia

• Phylum : Chordata

• Class : Mamalia

• Ordo : Lagomorpha

• Famili : Leporidae

• Sub famili : Leporine

• Genus : Lepus, Orictolagus

• Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp.

Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian,

Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black,

6 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 7: karya tulid

Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur

dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat

baik untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu. (Warintek, 2000-2006)

2.2.1 Reproduksi dan Perkawinan

Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan (betina

dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan dan mortalitas anak tinggi. Bila

pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah

beranak. Waktu kawin pagi/sore hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali

perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan. (Warintek, 2000-2006)

2.2.2 Proses Kelahiran

Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari.

Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari

setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari

menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang beranak untuk memberi kesempatan

menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering

terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak

yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor. (Warintek, 2000-2006)

2.2.3 Pemberian Pakan

Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan, rumput gajah,

sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang, biji-

bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan

bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi pakan ini perlu pakan tambahn berupa konsentrat yang

dapat dibeli di toko pakan ternak.

2.3 Spermatogenesis dan Faktor yang mempengaruhinya.

2.3.1 Spermatogenesis

Pada manusia, satu siklus spermatogenesis yang teratur diperlukan waktu

rata – rata 74 hari untuk membentuk sebuah sperma matang dari sel germinativum primitip

( spermatogenium ) ( Gadong et al, 2001 ). Suatu eksperimental dengan penyuntikan H-

timidin kedalam testis sukarelawan menunjukan, bahwa pada manusia perubahan yang terjadi

7 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 8: karya tulid

antara tahap spermatogenia dan pembentukan spermatozoa membutuhkan waktu lebih

kurang 64 hari ( Junquera et al , 1995; Fawcett and Jensh, 2002 ). Dan proses

spermatogenesis tidak berlangsung secara serentak maupun secara sinkron dalam semua

tubulus seminiverus , tetapi berlangsung secara bergelombang . Hal ini menerangkan

mengapa penampilan tubulus itu tidak teratur , dan setiap daerah menunjukkan fase

spermatogesis yang berbeda , hal ini juga menyebabkan mengapa spermatozoa dijumpai

pada beberapa daerah dari tubulus seminiferus sementara pada tempat lain hanya ditemukan

spermatid ( Junquera et al ,1995 ).

Spermatogenesis adalah suatu rangkaian perkembangan sel spermatogonia dari

epitel tubulus seminiferus yang mengadakan proliferasi dan selanjutnya berubah menjadi

spermatozoa yang bebas. Rangkaian perkembangan ini dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu;

pertama fase spermatositogenesis yang merupakan fase mitosis dimana spermatogonium

membelah menghasilkan generasi sel baru yang nantinya akan menghasilkan spermatosit

primer. Fase kedua yaitu fase miosis , selama fase ini spermatosit primer mengalami dua kali

pembelahan secara beruntun , dengan mereduksi sampai setengah jumlah kromosom dan

jumlah DNA per sel , menjadi spermatosit sekunder, lalu menjadi spermatid. Fase ketiga

adalah spermiogenesis, selama fase ini spermatid mengalami proses sitodiferensiasi rumit

dan bekembang menjadi spermatozoa ( Ganong, 2001; Junqueira et al, 1995; Syahrum

dkk,1994 ).

2.3.1.2 Meiosis I

Setelah sitesis DNA dan pembentukan kromatin sejenis lengkap, spermatsit

preleptoten memasuki profase ( profase I ) dari pembelahan miosis pertama

( meosis I ) yang ditujukan dengan masa yang panjang lebih dari 20 hari ( Fawcett & Jensh,

2002 ). Selama profase,ukuran sel induk dan nukleusnya meningkat secara progresif. Bentuk

nukleus yang menunjukan perubahan penting dari kromosom adalah dasar untuk

mengklasifikasikan spermatosit primer. Tahap-tahap urutan profase I adalah leptoten I ,

zygopten I ,pakiten I, diploten I dan diakinesis I. Pada spermatosit leptoten, kromosom

menjadi padat, tetapi tidak berpasangan dan nampak seperti filamen halus dan benang

kromatin berbintik-bintik dalam nukleus. Spermatosit zygoten sedikit lebih besar ditunjukan

oleh benang kromatin yang panjang dan lebih tebal, dan mulai nampak seperti karangan

bunga karena kromosom mengumpul pada satu sisi nukleus ( Burger et. al , 1976; Matsumoto

et.al , 1996 )

8 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 9: karya tulid

Pada spermatosit pakiten, kromosom sudah lengkap berpasangandan bertahan

sampai berkisar dua minggu. Setiap kromosom terrdiri dari sepasang kromatid sejsenis yang

bergantung pada sentromernya. Oleh karena itu pasangan kromosom homolog ini masing-

masing berisi 4 kromatid dan disebut sebagai bivalen atau tetrad.

Selama masa berpasangan atau bergabungnya kromosom ini, terjadi pertukaran material

genetik melalui pindah silang antara kromatid. Rekombinasi genetik ini memberikan hasil

kromosom sel induk yang mengandung kombinasi unik dari material genetik. Spermatosit

pakhiten ditandai oleh nukleusyang ovoid dan besar, brisi bahan kromatid yang tebal dan

pendek serta nukleus berbentuk sphris yang menonjol. Pada spermatosit diploten , pasangan

kromosom telah terpisah hampir di sepanjang lengannya., kecuali pada tempat dimana

kiasma berlokasi. Bila dibandingkan dengan spermatosit pakhiten , spermatosit diploten

merupakan tipe sel induk yang terbesar. Dengan nukleus yang lebih besar dan daerah yang

lebih terang diantara tonjolan pita kromatin. Selama diakinesis I kromosom terus memendek

untuk mencapai pemadatan maksimal dan terlepas seluruhnya dari membrane nukleus.

Setelah masa profase I yang panjang, tahap selanjutnya adalah meiosis I berjalan secara

cepat. Diakinesis I akan segera diikuti oleh metafase I. Pada tahap ini membran nukleus mulai

meisah, timbul benang- benang spindel dan pasangan kromosom mensejajarkan diri pada

poros ekuatorial sel dengan berorientasi pada sentromer di kutub yang berbeda. Pasangan

kromosom homolog tersebut selanjutnya terpisah, sedangkan sentromer dengan kromatin

sejenis bergerak menuju kutub sel yang berlawanan selama anfase I. Pada telofase I

kromosom haploid akan berkelompok pada kutub sel yang berlawanan. Setelah tahap ini, sel

akan membelah membentuk dua spermatosit sekunder yang masing-masing berisi pasangan

kromosom haploid ( 23 kromosom atau 1N jumlah kromosom ), dengan kromatid sejenis yang

masih bergabung pada sentromernya ( 2N kandungan DNA ). Spermatosit sekunder

berbentuk sphris dan lebih kecil dari spermatosit primer. Nukleusnya bulat dan berwarna lebih

gelap, berisi pola kromatid yang relatif homogen dengan beberapa gumpalan kromatik yang

besar. Spermatosit sekunder, waktu hidup pendek, lebih kurang 8 jam , gambaran kurang

spesifik sehingga secara histologik sulit diidentikasi ( Matsumoto et.al , 1996; Fawcett &

Jensh, 2002 ).

2.3.1.3 Meiosis II

Setelah interfase yang singkat, spermatosit sekunder memasuki pembelahan miosis

II, yang mirip dengan pembelahan mitosis, hanya sel yang memasuki miosis II mengandung

9 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 10: karya tulid

jumlah kromosom haploid. Selama metafaseII 23 kromosom spermatosit sekunder masing-

masing berisi 2 kromatid sejenis dan bergabung bersama pada sentromernya, akan mengatur

diri pada poros ekuatorial sel.

Selama anafaseII, sentromer membelah secara longitudinal dan kromatid sejenis

terpisah dari kromosomnya dan mulai bergerak ke kutub sel yang berlawanan. Kromatid akan

berkelompok pada kutub yang berlawanan selama telofase II dan sel akan membelah untuk

membentuk dua spermatid yang masing –masing berisi sejumlah kromosom haploid dan

kandungan DNA haploid ( 1N ) ( Burger et al ,1976 ; Gunawan et al , 1978; Matsumoto et al ,

1996 )

2.3.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis

Faktor –faktor yang mempengaruhi terhadap spermatogesis dapat dikelompokan

menjadi dua bagian, yakni faktor endogen dan eksogen .

Termasuk faktor endogen adalah endokrin ( hormonal ), psikologis dan genetik, sedangkan

faktor eksogen meliputi faktor fisik dan bahan – bahan kimia / obat-obatan.

Faktor endokrin merupakan faktor penting yang mempunyai peranan dalam mengatur

dan mengendalikan spermatogenesis yang dikenal sebagai proses hipotalamus – hipofisis –

testis. Pada dasarnya spermatogenesis dikendalikan oleh sistem susunan saraf pusat.

Beberapa impuls aferen siintegrasikan dalam hipotalamus pada area hipofisiotropik, yang

mengandung sel-sel dan serabut-serabut saraf yang kaya akan biogenic amine yaitu

nerepnefrin dan dopamine yang bertindak sebagai neurotransmiter untuk merangsang

kelompok sel-sel khusus yang mengandung sel-sel neuron peptidergik.Dari neuron

peptidergik ini akan dilepaskan hormon-hormon releasing, pada ujung-ujng saraf yang

berdekatan dengan flexus primer sistem portal hipotesis. Hormon releasing tersebut adalah

gonadotropin releasing hormon

( Gn RH ). Suatu dekaptida yang merangsang hipofise anterior untuk menghasilkan

gonadotropi, yaitu follicle stimulating hormone ( FSH ) dan Luteinizing hormone

( LH ), yang selanjutnya menstimuli target organ pada testis

LH mempengaruhi sel interstisia, merangsang produksi hormone androgen

( testosterone ) yang diperlukan untuk perkembangan normal sel-sel garis keturunan

spermatogenik. FSH diketahui mempengaruhi sel Sertoli, merangsang adenilat siklase dan

kemudian meningkatkan cAMP, FSH juga meningkatkan sitesis dan sekresi protein pengikat

10 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 11: karya tulid

androgen ( ABP). Protein ini bergabung dengan testosterone dan mengangkut hormone ini

kedalam lumen tubulus seminiferus. Di dalam tubulus seminiferus, androgen berfungsi dalam

mengontrol proses spermatogenesis pada pembelahan meiosis dan proses spermiogenesis.

Hormon steroid lain yang berpengaruh pada proses spermatogenesis adalah estrogen.

Sintesis estrogen ini berlangsung di sel Leydig melalui sesuatu aromatisasi androgen. Pada

umumnya, pengaruh estrogen adalah menekan proses spermatogenesis melalui penekanan

fungsi hipotalamus dalam mensekresi GnRH.

Selain hormon- hormon steroid, terdapat juga senyawa lain yang disekresi oleh testis,

yaitu inhibin. Inhibin ini dihasilkan oleh sel Sertoli dan mempunyai fungsi menekan hipofisis

untuk mensekresi gonadotropin ( Syahrum dkk, 1994 ; Junqueira . et al, 1998 )

Malnutrisi, alkoholisme, dan kerja obat tertentu ( seperti busulfan ) dapat

mengakibatkan gangguan pada spermatogonia, yang kemudian menyebabkan penurunan

produksi spermatozoa.Radiasi sinar- X dan garam cadmium cukup toksik terhadap sel turunan

spermatogenik ( Junqueira et al ,1998 )

Penelitan menunjukan, bahwa 30 % kelainan spermatogenesis pada manusia

disebabkan oleh faktor genetik yang secara fenotip dihubungkan dengan azoospermia dan

aligospermia idiopatik yang berat (Vogt, 2001).

Spermatogenesis memerlukan suhu yang lebih rendah daripada suhu bagian bagian

dalam tubuh. Testis dalam keadaan normal memiliki suhu sekitar 320 C. Testis dipertahankan

dingin oleh udara yang mengitari skrotum dan munkin oleh pertukaran panas melalui arus

balik antar arteri dan vena spermatika. Bila testis tetap berada dalam abdomen atau bila pada

hewan percobaan didekatkan ke tubuh dengan pakaian yang ketet akan terjadi degenerasi

diding tubulus dan sterilitas. Mandi air panas ( 43-45 0 C selama 30 menit per hari ) dan

busana penyokong atletik berinsulasi menurunkan hitung sperma pada manusia, kadang-

kadang sebesar 90%. Namun, penurunan dengan cara ini tidak cukup konsisten

untukmenjadikan suatu tindakan untuk kontrasepsi pria.Selain itu terdapat bukti yang

mengisyaratkan adanya efek musim pada pria, yaitu hitung sperma lebih tinggi pada musim

dingin berapapun suhu pajanan skrotum ( Ganong, 20003 )

2.4 Kontrasepsi Pria

Secara umum, usah kontrasepsi adalah usaha mencegah kehamilan. Secara biologis,

usaha tersebut merupakan usaha mencegah terjadinya fertilisasi. Fertilisasi dapat dicegah jika

spermatozoa itu tidak ada atau dihambat perjalanannya dan atau dihambat potensinya.

11 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 12: karya tulid

Secara klinis dapat berupa oligozoospermia, azospermia, atau astenozoospermia ( Tadjudin

MK. 1984 )

Sampai saat ini metode kontrasepsi pria yang tersedia yaitu kondom, vasektomi dan

metode alamiah coitus interuptus,sehingga akan dapat mengurangi partisipasi pria dalam

gerakan keluarga berencana. Usaha pengendalian kesuburan pria telah dilakukan dalam

penelitian di beberapa negara termasuk Indonesia. Melalui penelitian yang intensif diharapkan

berhasil didapatkan suatu cara untuk mengendalikan kesuburan pria sebagai suatu

kontrasepsi baru yang aman , efektif, dan reversibl. Menurut Jaenudeen and Hafes ( 1987 )

tingkat fertilitas pria berhubungan dengan produksi sperma, viabilitas dan kemampuan

spermatozoa untuk melakukan fertilisasi, hasrat / dorongan seksual, kemampuan untuk koitus.

Selain hal tersebut produksi sperma terkait dengan faktor-faktor lainnya yang dapat

menentukan kesuburan pria, antara lain : jumlah spermatozoa pada saat ejkulasi, motilitas

spermatozoa dan morpologi spermatozoa. Motilitas spermatozoa merupakan salah satu faktor

dalam menentukan kualitas spermatozoa, karena motilitas spermatozoa ikut berperan

menentukan kemampuan spermatozoa mencapai membran ovom, penetrasi ke dalam ovom

sampai terjadi proses fertilisasi ( Syahrum,1992 dalam Panghiyangani, 1994 )

Selain jumlah dan motilitas, morfologi spermatozoa memegang peranan penting

dalam menentukan fertilitas pria. Jumlah spermatozoa dengan morfologi abnormal akan

meningkat pada pria infertile, yang mungkin disebabkan karena trauma, infeksi, kelainan

genetik, dan kelainan hormonal

(Jainudeen and Hafes,1987 )

Menurut Tadjudin (1986 ), eperti dikutip oleh Endang Purwaningsih ( 2003 ),

mekanisme kerja zat yang bersifat antifertilitas terhadap organ reproduksi pria secara in vitro

dapat digolongkan atas dasar lokasi, yaitu pre-testikuler, testikuler dan post testikuler. Cara

pre- testikuler, adalah cara yang menghambat proses spermatogenesis melalui penekanan

pada poros hipotalamus- hipofisis dalam mensekresi gonadotropin. Cara testikuler, adalah

cara yang menghambat proses spermatogenesis di dalam testis. Cara post- testikuler, adalah

cara yang dapat menghambat spermatozoa sesudah testis, yaitu dengan menghambat

pematangan spermatozoa setelah berada di epididimis.

.

12 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 13: karya tulid

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian experimen tahap awal dengan pemberian kacang ercis

secara oral kepada 18 ekor kelinci jantan sebagai control perlakuan dan 6 ekor kelinci jantan

sebagai kontrol. Dari 18 ekor kelinci jantan tersebut, 6 ekor kelinci jantan I diberikan kacang

ercis sebanyak 150 gram, 6 ekor kelinci jantan II diberikan kacang ercis sebanyak 200 gram,

dan 6 ekor kelinci jantan III diberikan kacang ercis sebanyak 250 gram. Pemberian kacang

ercis dilakukan secara rutin setiap hari satu kali selama 30 hari. Setelah 30 hari, 24 ekor

kelinci jantan dikawinkan 24 ekor kelinci betina.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Kandang kelinci sebanyak 20

Tempat makan

Alat tulis

Komputer

3.2.2 Bahan

Kacang ercis 30 kg

Wortel

13 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 14: karya tulid

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dari tanggal 2 januari 2010 sampai Februari 2010 di perumahan

nangka mulya indah, Denpasar- Bali

NO TANGGAL PELAKSANAAN KEGIATAN

1 2 JANUARI - 2 FEBRUARI

2010

Pemberian makan kacang ercis sebanyak 0,25kg per hari terhadap kelinci jantan kelompok

perlakuan dan pemberian makan tanpa kacang ercis pada kelinci jantan kelompok kontrol.

2 3 FEBRUARI - 4 FEBRUARI

2010

Pengawinan kelinci jantan dan betina dari kelompok perlakuan dan kontrol

3 5 FEBRUARI - 6 FEBRUARI

2010

Observasi terhadap masa kebuntingan kelinci betina.

4 5 FEBRUARI - 7 FEBRUARI

2010

Kelinci betina melahirkan anak

BAB IV

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

14 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 15: karya tulid

4.1. Kerangka Konsep

Dari permasalahan dan tinjauan pustaka tersebut, maka disusun kerangka konsep

sebagai berikut.

Spermatogenesis dipengaruhi oleh faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor

endogen meliputi hormonal, psikologis dan genetik. Faktor eksogen meliputi faktor fisik dan

bahan-bahan kimia / obat-obatan. Kacang ercis termasuk dalam faktor eksogen, mengandung

zat aktif antifertilitas yaitu m-xilohidroksiquinon yang dapat membunuh sel-sel spermatogenik

dalam tubulus seminiferus mencit ( Mus musculus)

4.2 Hipotesis Penelitian

Setelah menetapkan kerangka konsep penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kacang ercis, jumlah spermatogonium A semakin

menurun.

15 | K a r y a T u l i s I l m i a h

SPERMATOGENE

FAKTOR ENDOGEN HORMONAL PSIGOLOGIS GENETIK

FAKTOR EKSOGEN FISIK KIMIA ATAU OBAT

OBATAN EKSTRAK KACANG ERCIS

(M-XILOHIDROKSIQUINON)

KONDISI SPERMATOGENESIS

JUMLAH DAN PERUBAHAN SPERMATOGONIUM A SPERMATOSIT PRIMER PAKHITEN SPERMATID 7 SPERMATID 16

Page 16: karya tulid

2. Semakin tinggi konsetrasi ekstrtak kacang ercis, jumlah spermatosit primer pakhiten

semakin menurun.

3. semakin tinggi konsentrasi ekstrak kacang ercis, jumlah spermatid 7 dan 16 semakin

menurun.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Senyawa kimia m-xilohidroksiquinon yang merupakan senyawa utama minyak kacang

ercis. Senyawa ini diyakini sangat efektif dalam menghalangi aktifitas spermatozoa.

16 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 17: karya tulid

Karenanya, m-xilohidroksiquinon digolongkan kedalam senyawa antifertilitas nonsteroid

berkasiat sebagai spermicidal yang mampu menghambat meledaknya populasi penduduk

dimana :

1. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kacang ercis, jumlah spermatogonium A semakin

menurun.

2. Semakin tinggi konsetrasi ekstrtak kacang ercis, jumlah spermatosit primer pakhiten

semakin menurun.

3. semakin tinggi konsentrasi ekstrak kacang ercis, jumlah spermatid 7 dan 16 semakin

menurun.

6.2 Saran

6.2.1 Agar pemerintah mencegah meledaknya populasi penduduk dengan memanfaatkan

kacang ercis sebagai alat kontrasepsi.

6.2.2 Agar para saintis lebih mengembangkan kegunaan dari kacang ercis agar lebih

bermanfaat bagi masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Avianto. A . 2000. Pisau ? . Mon,16 Oct 2000 04 : 37 : 59 – 0700. Available from :

URL : http : // www.pikiran-rakyat . com / Cetak / 0904 / 16 / Cakrawala / penelitian .

html.

17 | K a r y a T u l i s I l m i a h

Page 18: karya tulid

Haryadi , I. 2002. Hanya Tiga Persen Kesertaan Pria Ber- KB di Indonesia. Available From :

Gatra com ( http// www gatra co id / index 2 php 32 id = 2002 01 07 0016 2227 &

rubric =Kesehatan & mid =2 )

Niksolihin,S 1997 . Sayuran dunia 2 ( World vegetable ). In : Rubatsky , V.E &

Yamaguchi ,M.jilid kedua .Bandung : ITB Bandung.

Notodihardjo, R. 2002 . Reproduksi , Kontrasepsi, dan Keluarga Berncana . Yogyakarta :

Kanisius..

Oentoeng, S . 1978 : Spermatogesis dan Pegendalian Hormon , dalam Koentjoro Soehadi,

Spermatologi , Prosiding Simposiu Spermatologi , Surabaya.

Semadha . 2003 . Ekstrak Biji Klabet Menghambat Spermatogenesis Pada Mencit. Tesis

Proram Pasca Sarjana Universitas Udayana, Denpasar.

Suarjana .2003 . Pemberian Ekstrak Buah Terong Ngor ( Solanum Indicum ) Menghambat

Spermatogenesis pada Mencit ( Mus Musculus )Tesis Program Pasca Sarjana

Universitas Udayana . Denpasar.

Syahrum, M.H . 1994 . Reproduksi dan Embriologi . Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Tadjudin, M.K. 1984 . tujuan Kontrasepsi pada Pria : Oligozoospermia, Azoospermia ,

Astenozoospermia . Majalah Kedokteran Indonesia ; 1984 ; 34: 335- 695.

Widyaya Kusumah, H. M.D.2001 . Fisiologi Kedokteran ( Revie of Medical Physiology ) . Edisi

20. In : Ganong. W.f. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Yatim,W.2001. Bahan Kontrasepsi untuk Keluarga Berencana. Bandung : Balai Kesehatan

Universitas Padjadjaran . Available From : URL : http: // www.kompas .com/ kompas –

cetak / 0105/ 25/iptek/baha30.htm

18 | K a r y a T u l i s I l m i a h