kary atul is

23
Umum Akedemi ngkatan Udara (AAU) yang berkedudukan di Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan militer di Lingkungan TNI/TNI AU dan masuk dalam kategori lembaga pendidikan tinggi di lingkungan nasional. Secara organisatoris, AAU merupakan badan pelaksana pusat Mabesau yang betugas menyelenggarakan pendidikan pertama perwira sukarela TNI/TNI AU yang bercirikan prajurit pejuang Saptamarga profesional, berkemampuan akademis potensial dasar matra udara, serta berkesempatan jasmani untuk menunjang tugas dalam pengabdian selaku bagian dari kekuatan pertahanan negara. Seiring dengan tugas tersebut, AAU menyelenggarakan tiga program studi/majoring meliputi Teknik Aeronautika, Teknik Elektronika dan Teknik Manajemen Industri. Program pendidikan AAU dilaksanakan selama 4 tahun yang meliputi 1 tahun program pendidikan integratif di Resimen Chandradimuka Magelang dan 3 tahun di Akademi Angkatan Udara. Karbol yang lulus dari pendidikan dilantik menjadi perwira TNI/TNI AU serta dapat mengembangkan kemampuan sejalan dengan perkembangan teknologi sistem senjata TNI AU. Sejalan dengan pengalaman penugasan dan pendidikan pengembangan selanjutnya, para lulusan AAU diproyeksi untuk menjadi pemimpin dalam organisasi TNI/TNI AU. JUMLAH JURUSAN 3 program studi NAMA JURUSAN Teknik Aeronautika Teknik Elektronika Teknik Manajemen Industri KONTAK AKADEMI ANGKATAN UDARA YOGYAKARTA Kesatrian AAU, Jl. Laksda Adisucipto Yogyakarta (0274) 486922 Pswt.6134 dan 6234 www.aau.ac.id

Upload: susiyanti

Post on 12-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

karya

TRANSCRIPT

Page 1: Kary Atul Is

Umum

Akedemi ngkatan Udara (AAU) yang berkedudukan di Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan militer di Lingkungan TNI/TNI AU dan masuk dalam kategori lembaga pendidikan tinggi di lingkungan nasional. Secara organisatoris, AAU merupakan badan pelaksana pusat Mabesau yang betugas menyelenggarakan pendidikan pertama perwira sukarela TNI/TNI AU yang bercirikan prajurit pejuang Saptamarga profesional, berkemampuan akademis potensial dasar matra udara, serta berkesempatan jasmani untuk menunjang tugas dalam pengabdian selaku bagian dari kekuatan pertahanan negara.

Seiring dengan tugas tersebut, AAU menyelenggarakan tiga program studi/majoring meliputi Teknik Aeronautika, Teknik Elektronika dan Teknik Manajemen Industri. Program pendidikan AAU dilaksanakan selama 4 tahun yang meliputi 1 tahun program pendidikan integratif di Resimen Chandradimuka Magelang dan 3 tahun di Akademi Angkatan Udara. Karbol yang lulus dari pendidikan dilantik menjadi perwira TNI/TNI AU serta dapat mengembangkan kemampuan sejalan dengan perkembangan teknologi sistem senjata TNI AU. Sejalan dengan pengalaman penugasan dan pendidikan pengembangan selanjutnya, para lulusan AAU diproyeksi untuk menjadi pemimpin dalam organisasi TNI/TNI AU.

JUMLAH JURUSAN

3 program studi 

NAMA JURUSAN

Teknik Aeronautika    Teknik Elektronika     Teknik Manajemen Industri      

KONTAK AKADEMI ANGKATAN UDARA YOGYAKARTA

 Kesatrian AAU, Jl. Laksda Adisucipto Yogyakarta          (0274) 486922 Pswt.6134 dan 6234           www.aau.ac.id           [email protected]         

Koleksi museum

Museum ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama peristiwa sejarah

Angkatan Udara Indonesia. Sejumlah pesawat tempur dan replikanya juga terdapat di museum

ini yang kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan,

diantaranya:

Page 2: Kary Atul Is

Pesawat Ki-43 buatan Jepang

Pesawat PBY-5A (Catalina).

Replika pesawat WEL-I RI-X (pesawat pertama hasil produksi Indonesia)

Pesawat A6M5 Zero Sen buatan Jepang.

Pesawat pembom B-25 Mitchell, B-26 Invader, TU-16 Badger.

Helikopter 360 buatan AS.

Pesawat P-51 Mustang buatan AS.

Pesawat KY51 Cureng buatan Jepang.

Replika pesawat Glider Kampret buatan Indonesia.

Pesawat TS-8 Dies buatan AS.

Pesawat Mig-15,17 dan 21 buatan Russia.

Museum ini merupakan Museum Dirgantara terlengkap di Indonesia yang  menempati Area seluas lima hektar dengan luas bangunan sekitar 7.600 m2. Museum Dirgantara Mandala sejarahnya berasal dari penggabungan dua Museum yakni Museum Pusat AURI yang didirikan 1967 di Jakarta dan  Museum Pendidikan atau Taruna yang sudah ada di komplek pendidikan AKABRI Bagian Udara Jogja. Pada 1977 keduanya kemudian digabungkan.

Koleksi Museum Dirgantara Mandala memamerkan benda-benda koleksi sejarah, antara lain : koleksi peninggalan para pahlawan udara, diorama, pesawat miniatur, pesawat terbang dari

Page 3: Kary Atul Is

negara-negara Blok Barat dan Timur, senjata api, senjata tajam, mesin pesawat, radar, bom atau roket, parasut dan patung-patung tokoh TNI Angkatan Udara.

Dalam museum ini, para pengunjung dapat menyaksikan pesawat-pesawat dan benda sejarah dalam perjuangan TNI Angkatan Udara, sejak perang kemerdekaan sampai saat ini. Selain itu bisa dilihat pula diorama dari satelit Palapa dan kapal ruang angkasa Challenger, yang mengorbitkan satelit tersebut. 

Gedungnya dibagi menjadi enam ruang. Yakni, RuangUtama, Ruang Kronologi I dan II, Ruang Alutsista, Ruang Paskhas, Ruang Diorama, dan Ruang Minat Dirgantara.

a. Ruang UtamaDi ruang ini di pajang  Beberapa foto Mantan Pimpinan TNI – AU , Antara lain: Laksamana Udara suryadi Pimpinan TNI – AU (Kepala stafmTRI AU tahun1946 – 1962), Laksamana Udara Omar Dani (Mentri Panglima Angkatan Udarta tahun 1962 – 1965), Laksamana Muda Udara Sri Muljono Herlambang (Menteri Panglima Angkatan Udara 1965 – 1966), Laksamana Muda Udara Roesmin Nurjadin ( Menteri Panglima angkatan udara tahun 1966 – 1969, Marsekal TNI

Page 4: Kary Atul Is

Suwoto Sukendar (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 1969 – 1973, Marsekal TNI Saleh Baasarah (Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1973 – 1976). Selain foto-foto tersebut, diruang ini juga di pamerkan Lambang – Lambang dan Motto dari korps TNI-AU antara lain: Swa Bhuwana adalah lambang TNI angkatan Udara, yang artinya sayap Tanah Air, Pataka Komando Opearesi TNI AU (Koopsau), Dengan Motto: Abhibuti Antarikhse Artinya : keunggulan di udara adalah tujuan utama, Pataka Komando Panduan tempur Udara (Kopatdara) Dengan Motto : Nitya Smakta Maarwati SarwabayaArtinya : senantias siaga bertindak terhadap segala ancaman bahaya, Pataka komando pertahanan Udara (Kohadud) Dengan Motto nya Surakhsita NabhastataArtinya : Udara yang di pertahankan dengan baikb. Ruang Kronologi I dan II , Di Ruang ini pengunjung bisa melihat diorama sejarah dan dokumen-dokumen semasa zaman Proklamasi Kemerdekaan, pembentukan AURI, Serangan Udara Pertama terhadap Semarang-Salatiga-Ambarawa, Operasi Penumpasan PKI Muso/Madiun, Operasi Lintas Udara, Pembentukan Skadron AURI tahun 1950, Penumpasan DI/TII-PRRI/Permesta-Trikora-Dwikora, Operasi Non Militer TNI AU, hingga Operasi Penumpasan sisa-sisa pemberontakan G30S/PKI.

c.Ruang Alutsistadi ruang ini kita dapat melihat peralatan tempur TNI-AU, antara lain : rudal antipesawat, senjata PSU (penangkis serangan udara) dan beberapa senapan yang dipakai oleh pasukan Indonesia yang melawan Belanda waktu itu. Beberapa pesawat, dirancang bisa dinaiki oleh pengungjung. Tentu saja secara statis, tidak diterbangkan. Jadi siapapun bisa langsung tahu keadaan di dalam pesawat, dan teknologi yang sudah ada saat itu. jenis Tu-16 yang terletak di pelataran museum. Ada juga pesawat PBY-5A Catalina dan UF 1 Albatros IR-0117. Catalina buatan AS masuk ke jajaran Skadron V Lanud Abdulrachman Saleh pada 1950. AURI mendapatkan delapan Catalina bekas pakai AU Hindia Belanda sebagai realisasi Konferensi Meja Bundar, 1949.

Page 5: Kary Atul Is

Sementara Albatros, pesawat amfibi angkut sedang buatan AS juga masuk ke dalam jajaran Skadron V Intai Laut AURI- Lanud Abdulrachman Saleh tahun 1955. AURI membeli sebanyak delapan pesawat dari AS, Selain, ketiga pesawat, di halaman masih ditempatkan rudal pertahanan udara jarak sedang SA-75 buatan Soviet alat ini sempat digunakan sebagai salah satu senjata untuk mempertahankan Ibu Kota.

D.RUANG DIORAMADiruang ini Terdapat beberapa Diorama Antara lain: Deorama penerbangan pertama pesawat merah putih, Diorama peristiwa 29 juli 1947, Diorama setelah penerbangan pertama, Diorama Trikora, Diorama Satelit (SKSD) Palapa.

Page 6: Kary Atul Is

Uraian Diatas hanyalah beberapa gambaran dari apa yang bisa kita temukan di Museum Dirgantara Mandala

Museum Dirgantara Mandala

salah satu koleksi museum

Museum yang mempunyai koleksi

kedirgantaraan paling lengkap di Indonesia ini

adalah adalah museum dirgantara utama

Indonesia. Sekelas dengan Museum Monino di

Rusia atau Museum Smithsonian di Amerika.

Banyak pesawat-pesawat yang mempunyai

peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa

ada di museum ini.

Diantaranya,  pesawat Guntei  bersayap ganda bekas tentara Jepang. Pesawat ini digunakan

untuk melakukan pengeboman pertama dalam sejarah angkatan bersenjata Indonesia. Pesawat ini

bersama 2 pesawat tua lainnya mengebom posisi-posisi Balanda di Salatiga. Sebuah manuver

yang membuat Belanda terhenyak.

Di Museum ini juga terdapat koleksi pesawat Mustang, pesawat yang pada masa Perang Dunia

ke II mampu mengungguli superioritas pesawat-pesawat tempur Jerman dan Jepang. Pesawat

legendaris ini kemudian digunakan oleh  AU Indonesia untuk menggempur Permesta, termasuk

menembak jatuh pesawat B-25 yang digunakan oleh Angkatan Udara Permesta dengan pilot

sewaan dari Amerika, Allan Pope.

MiG-21

Koleksi hebat lainnya adalah, pesawat-pesawat MiG

buatan Rusia, yang memulai era pesawat jet di

Indonesia. Koleksi pesawat MiG ini mulai dari MiG

15, MiG 17, MiG 19, hingga MiG 21 yang merupakan

pesawat terhebat di masanya.  Pesawat MiG 21 ini,

meski tidak berhadapan langsung dengan pesawat

Belanda di Irian Barat, namun kehadirannya mampu

Page 7: Kary Atul Is

menciutkan keberanian Belanda dalam mempertahankan Irian Barat.

Selain koleksi pesawat, pengunjung juga dapat melihat berbagai diorama dan perjalanan sejarah

Angkatan Udara Republik Indonesia. Di Museum Dirgantara Mandala, pengunjung juga akan

melihat WEL, Wieweko Experimental Light, pesawat asli buatan anak negeri. Meski sederhana 

namun pesawat ini dapat terbang dengan baik.

Museum Dirgantara Mandala ini menempati bekas bangunan pabrik gula peninggalan Belanda.

Selain koleksi di dalam ruangan, museum ini juga mempunyai koleksi yang diletakkan di luar

ruangan. Salah satunya adalah pesawat Pembom TU-16, pesawat pembom jarak jauh yang juga

sangat ditakuti oleh Belanda pada masa Operasi Trikora.

Mengunjungi Museum Dirgantara Mandala memang menarik. Pengunjung dpata melihat koleksi

lengkap kedirgantaraan Indonesia dan dapat melihat sendiri betapa jayanya bangsa ini di masa

lalu. Museum ini buka dari jam 09.00 hingga jam 15.00 dengan harga tiket Karena berada di

dalam kompleks TNI AU, pengunjung harus membawa kelengkapan surat seperti SIM dan KTP.

CANDI PRAMBANAN

Pintu masuk ke kompleks bangunan ini terdapat di keempat arah penjuru mata angin, akan tetapi

arah hadap bangunan ini adalah ke arah timur, maka pintu masuk utama candi ini adalah gerbang

timur. Kompleks candi Prambanan terdiri dari:

1. 3 Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma

2. 3 Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan Angsa

3. 2 Candi Apit: terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi Wahana di

sisi utara dan selatan

4. 4 Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu masuk halaman

dalam atau zona inti

5. 4 Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti

Page 8: Kary Atul Is

6. 224 Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan konsentris dengan jumlah candi dari

barisan terdalam hingga terluar: 44, 52, 60, dan 68

Maka terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.

Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan.[13] Tetapi kini hanya

tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2 candi perwara. Banyak

candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi perwara hanya 2 yang sudah dipugar, yang

tersisa hanya tumpukan batu yang berserakan. Kompleks candi Prambanan terdiri atas tiga zona;

pertama adalah zona luar, kedua adalah zona tengah yang terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah

zona dalam yang merupakan zona tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil kecil.

Penampang denah kompleks candi Prambanan adalah berdasarkan lahan bujur sangkar yan

terdiri atas tiga bagian atau zona, masing-masing halaman zona ini dibatasi tembok batu andesit.

Zona terluar ditandai dengan pagar bujur sangkar yang masing-masing sisinya sepanjang 390

meter, dengan orientasi Timur Laut - Barat Daya. Kecuali gerbang selatan yang masih tersisa,

bagian gerbang lain dan dinding candi ini sudah banyak yang hilang. Fungsi dari halaman luar

ini secara pasti belum diketahui; kemungkinan adalah lahan taman suci, atau kompleks asrama

Brahmana dan murid-muridnya. Mungkin dulu bangunan yang berdiri di halaman terluar ini

terbuat dari bahan kayu, sehingga sudah lapuk dan musnah tak tersisa.

Candi Prambanan adalah salah satu candi Hindu terbesar di Asia Tenggara selain Angkor Wat.

Tiga candi utama disebut Trimurti dan dipersembahkan kepadantiga dewa

utama Trimurti: Siwa sang Penghancur, Wisnu sang Pemelihara dan Brahma sang Pencipta. Di

kompleks candi ini Siwa lebih diutamakan dan lebih dimuliakan dari dua dewa Trimurti lainnya.

Candi Siwa sebagai bangunan utama sekaligus yang terbesar dan tertinggi, menjulang setinggi

47 meter.

Candi Siwa

Candi Siwa, candi utama di kompleks candi Prambanan yang dipersembahkan untuk dewa Siwa.

Page 9: Kary Atul Is

Arca Durga Mahisasuramardini di ruang utara candi Siwa.

Halaman dalam adalah zona paling suci dari ketiga zona kompleks candi. Pelataran ini

ditinggikan permukaannya dan berdenah bujur sangkar dikurung pagar batu dengan empat

gerbang di empat penjuru mata angin. Dalam halaman berpermukaan pasir ini terdapat delapan

candi utama; yaitu tiga candi utama yang disebut candi Trimurti ("tiga wujud"), dipersembahkan

untuk tiga dewa Hindu tertinggi: Dewa Brahma Sang Pencipta,Wishnu Sang Pemelihara,

dan Siwa Sang Pemusnah.

Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus tetinggi di kompleks candi

Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter dan lebar 34 meter. Puncak mastaka atau kemuncak

candi ini dimahkotai modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Bentuk

wajra ini merupakan versi Hindu sandingan dari stupa yang ditemukan pada kemuncak candi

Buddha. Candi Siwa dikelilingi lorong galeri yang dihiasi relief yang menceritakan

kisah Ramayana; terukir di dinding dalam pada pagar langkan. Di atas pagar langkan ini dipagari

jajaran kemuncak yang juga berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai urutannya,

pengunjung harus masuk dari sisi timur, lalu melakukanpradakshina yakni berputar mengelilingi

candi sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini dilanjutkan ke Candi Brahma.

Candi Siwa di tengah-tengah, memuat lima ruangan, satu ruangan di setiap arah mata angin dan

satu garbagriha, yaitu ruangan utama dan terbesar yang terletak di tengah candi. Ruangan timur

terhubung dengan ruangan utama tempat bersemayam sebuah arca Siwa Mahadewa(Perwujudan

Siwa sebagai Dewa Tertinggi) setinggi tiga meter. Arca ini memiliki Lakçana (atribut atau

simbol) Siwa, yaitu chandrakapala(tengkorak di atas bulan sabit), jatamakuta (mahkota

keagungan), dan trinetra (mata ketiga) di dahinya. Arca ini memiliki empat lengan yang

memegang atribut Siwa, seperti aksamala (tasbih), camara (rambut ekor kuda pengusir lalat),

dan trisula. Arca ini mengenakan upawita (tali kasta) berbentuk ular naga (kobra). Siwa

digambarkan mengenakan cawat dari kulit harimau, digambarkan dengan ukiran kepala, cakar,

Page 10: Kary Atul Is

dan ekor harimau di pahanya. Sebagian sejarawan beranggapa bahwa arca Siwa ini merupakan

perwujudan raja Balitung sebagai dewa Siwa, sebagai arca pedharmaan anumerta beliau.

Sehingga ketika raja ini wafat, arwahnya dianggap bersatu kembali dengan dewa penitisnya yaitu

Siwa.[14] Arca Siwa Mahadewa ini berdiri di atas lapik bunga padma di atas landasan persegi

berbentuk yoni yang pada sisi utaranya terukir ularNāga (kobra).

Tiga ruang yang lebih kecil lainnya menyimpan arca-arca yang ukuran lebih kecil yang berkaitan

dengan Siwa. Di dalam ruang selatan terdapat Resi Agastya, Ganesha putra Siwa di ruang barat,

dan di ruang utara terdapat arca sakti atau istri Siwa, Durga Mahisasuramardini,

menggambarkan Durga sebagai pembasmi Mahisasura, raksasa Lembu yang

menyerang swargaloka. Arca Durga ini juga disebut sebagai Rara Jonggrang (dara langsing)

oleh penduduk setempat. Arca ini dikaitkan dengan tokoh putri legendaris Rara Jonggrang.

Candi Brahma dan Candi Wishnu

Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Dewa Wisnu, yang terletak di sisi utara dan satunya

dipersembahkan kepada Brahma, yang terletak di sisi selatan. Kedua candi ini menghadap ke

timur dan hanya terdapat satu ruang, yang dipersembahkan untuk dewa-dewa ini. Candi Brahma

menyimpan arca Brahma dan Candi Wishnu menyimpan arca Wishnu yang berukuran tinggi

hampir 3 meter. Ukuran candi Brahma dan Wishnu adalah sama, yakni lebar 20 meter dan tinggi

33 meter.

Candi Wahana

Candi Garuda, salah satu candi wahana

Tepat di depan candi Trimurti terdapat tiga candi yang lebih kecil daripada candi Brahma dan

Wishnu yang dipersembahkan kepada kendaraan atau wahana dewa-dewa ini; sang

lembu Nandi wahana Siwa, sang Angsa wahana Brahma, dan sang Garuda wahana Wisnu.

Candi-candi wahana ini terletak tepat di depan dewa penunggangnya. Di depan candi Siwa

terdapat candi Nandi, di dalamnya terdapat arca lembu Nandi. Pada dinding di belakang arca

Nandi ini di kiri dan kanannya mengapit arca Chandra dewa bulan dan Surya dewa matahari.

Page 11: Kary Atul Is

Chandra digambarkan berdiri di atas kereta yang ditarik 10 kuda, sedangkan Surya berdiri di atas

kereta yang ditarik 7 kuda.[15] Tepat di depan candi Brahma terdapat candi Angsa. Candi ini

kosong dan tidak ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin dulu pernah bersemayam arca Angsa

sebagai kendaraan Brahma di dalamnya. Di depan candi Wishnu terdapat candi yang

dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi sama seperti candi Angsa, di dalam candi ini tidak

ditemukan arca Garuda. Mungkin dulu arca Garuda pernah ada di dalam candi ini. Hingga kini

Garuda menjadi lambang penting di Indonesia, yaitu sebagai lambang negara Garuda Pancasila.

Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok

Di antara baris keenam candi-candi utama ini terdapat Candi Apit. Ukuran Candi Apit hampir

sama dengan ukuran candi perwara, yaitu tinggi 14 meter dengan tapak denah 6 x 6 meter.

Disamping 8 candi utama ini terdapat candi kecil berupa kuil kecil yang mungkin fungsinya

menyerupai pelinggihan dalam Pura Hindu Bali tempat meletakan canang atau sesaji, sekaligus

sebagai aling-aling di depan pintu masuk. Candi-candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat

penjuru mata angin di muka pintu masuk, dan 4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi Kelir dan

Candi Patok berbentuk miniatur candi tanpa tangga dengan tinggi sekitar 2 meter.

Candi Perwara

Dua dinding berdenah bujur sangkar yang mengurung dua halaman dalam, tersusun dengan

orientasi sesuai empat penjuru mata angin. Dinding kedua berukuran panjang 225 meter di tiap

sisinya. Di antara dua dinding ini adalah halaman kedua atau zona kedua. Zona kedua terdiri atas

224 candi perwara yang disusun dalam empat baris konsentris. Candi-candi ini dibangun di atas

empat undakan teras-teras yang makin ke tengah sedikit makin tinggi. Empat baris candi-candi

ini berukuran lebih kecil daripada candi utama. Candi-candi ini disebut "Candi Perwara" yaitu

candi pengawal atau candi pelengkap. Candi-candi perwara disusun dalam empat baris

konsentris baris terdalam terdiri atas 44 candi, baris kedua 52 candi, baris ketiga 60 candi, dan

baris keempat sekaligus baris terluar terdiri atas 68 candi.

Masing-masing candi perwara ini berukuran tinggi 14 meter dengan tapak denah 6 x 6 meter, dan

jumlah keseluruhan candi perwara di halaman ini adalah 224 candi. Kesemua candi perwara ini

memiliki satu tangga dan pintu masuk sesuai arah hadap utamanya, kecuali 16 candi di sudut

yang memiliki dua tangga dan pintu masuk menghadap ke dua arah luar.[16] Jika kebanyakan atap

candi di halaman dalam zona inti berbentuk wajra, maka atap candi perwara berbentuk ratna

yang melambangkan permata.

Aslinya ada banyak candi yang ada di halaman ini, akan tetapi hanya sedikit yang telah dipugar.

Bentuk candi perwara ini dirancang seragam. Sejarawan menduga bahwa candi-candi ini dibiayai

dan dibangun oleh penguasa daerah sebagai tanda bakti dan persembahan bagi raja. Sementara

ada pendapat yang mengaitkan empat baris candi perwara melambangkan empat kasta, dan

hanya orang-orang anggota kasta itu yang boleh memasuki dan beribadah di dalamnya; baris

Page 12: Kary Atul Is

paling dalam hanya oleh dimasuki kasta Brahmana, berikutnya hingga baris terluar adalah

barisan candi untuk Ksatriya, Waisya, dan Sudra. Sementara pihak lain menganggap tidak ada

kaitannya antara candi perwara dan empat kasta. Barisan candi perwara kemungkinan dipakai

untuk beribadah, atau tempat bertapa (meditasi) bagi pendeta dan umatnya.

Catatan tentang fungsi candi-candi tersebut juga tidak ada, tetapi seperti telah disebutkan,

bahwa Candi Prambanan dipercaya pada masa itu sebagai pusat kebudayaan dan ibu kota

kerajaan. Maka disimpulkan bahwa kompleks Candi Prambanan merupakan tempat

persembahyangan raja-raja. Ini dapat dilihat dari besar dan luasnya bangunan kompleks

yang megah, yang dibangun khusus untuk kerabat keraton. Hal ini terlihat dari pahatan atau

relief pada sekeliling candi yang menggambarkan makhluk-makhluk sorga, dan replika

Gunung Mahameru yang diyakini merupakan tempat bersemayamnya dewa-dewa. Selain itu,

terdapat arca Nandiswara dan Mahakala yang merupakan manifestasi dari Dewa Ciwa yang

dianut oleh Dinasti Sanjaya yakni Hindu Ciwa.

Sejarah Perkembangan AAU

Sejarah AAU diawali dengan Sekolah Penerbang yang didirikan pada tanggal 15 November 1945 oleh Agustinus Adisutjipto di Pangkalan Udara Maguwo ( Lanud Adisutjipto ) Yogyakarta. Pada bulan September 1947, untuk pertama kali TNI AU menerima pemuda-pemuda lulusan SLA untuk di didik sebagai siswa penerbang. Pendidikan dibekali dengan dasar kemiliteran di Bukit TInggi dan dilanjutkan dengan pendidikan penerbang di India. Pada bulan November 1950 sebanyak 60 Kadet TNI AU dikirim ke California (USA) untuk mengikuti pendidikan penerbang di Taloa.

Dalam perkembangan selanjutnya, dilaksanakan pembangunan gedung sebagai sarana tempat belajar. Bertepatan dengan hari TNI AU tanggal 09 April 1960, diadakan upacara peletakan batu pertama pembangunan Kesatrian Akademi Angkatan Udara di Lanud Adisutjipto. Selanjutnya pada tanggal 26 Juli 1965 Kesatrian AAU beserta Pusaranya diresmikan Menteri Panglima Angkatan Udara. Tanggal 26 Juli tersebut kemudian dinyatakan sebagai hari jadi AAU.

Pada tanggal 16 Desember 1966 AAU bersama-sama dengan lembaga pendidikan ABRI lainnya (AMN, AAL dan AAK) diintegrasikan menjadi Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) dan selanjutnya AAU menjadi Akabri bagian udara. Dalam rangka reorganisasi ABRI dan sesuai kebijakan petinggi ABRI, sejak tanggal 16 Juni 1984 Akabri Bagian Udara kemudian dikembalikan ke jajaran TNI AU dengan nama AKademi TNI Angkatan Udara. Pada tanggal 8 November 1985 Pusara AAU yang berseloka Vidya Karma Vira Paksa diterima kembali oleh pemimpin TNI AU.

Page 13: Kary Atul Is

Dalam perjalannya, AAU saat itu masih bernama Akademi TNI AU berupaya agar pelaksanaan pendidikan selalu dapat mengikuti perkembangan. Salah satu kegiatan yang ditempuh adalah dengan menerapkan Pola pendidikan 3-1. Pola yang mulai berlaku pada tahun 1986 itu merupakan pola pendidikan yang tersusun dalam program 3 tahun pendidikan yang tersusun dalam program 3 tahun pendidikan di AAU dan 1 tahun dasar kecabangan di Kesatuan-kesatuan TNI AU. Dalam rangka mengikuti perkembangan pula, sejak tahun 1986 AAU mulai menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS). Sesuai kebutuhan kemudian ditetapkan tiga majoring penyelenggaraan pendidikan yaitu, Aeronautika, Elektronika dan Administrasi. Pada tahun 1992 majoring Administrasi disesuaikan menjadi majoring teknik Industri dan selanjutnya pada tahun 1999 diubah menjadi majoring teknik Manajemen Industri. (Sumber : aau.ac.id)

SEJARAH CANDI PRAMBANAN

Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan

perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para Brahman yang bermakna

"Brahman Agung" yaitu Brahman atau realitas abadi tertinggi dan teragung yang tak dapat

digambarkan, yang kerap disamakan dengan konsep Tuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain

menganggap Para Brahman mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi

oleh para brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama "Prambanan" berasal dari

akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau memikul tugas, merujuk

kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata dan menjalankan keselarasan jagat.

Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa

Sansekerta; Siwagrha (Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam Siwa), berdasarkan Prasasti

Siwagrha yang bertarikh 778 Saka (856 Masehi). Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini

dengan tiga candi utamanya memuliakan Brahma, Siwa, dan Wisnu. Akan tetapi Siwa

Mahadewa yang menempati ruang utama di candi Siwa adalah dewa yang paling dimuliakan

dalam kompleks candi ini.

Page 14: Kary Atul Is

Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.

Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam.

Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.

Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.

Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.

Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.

Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama

Page 15: Kary Atul Is

Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti ‘terbit’ atau ‘bersinar’, biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).

Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.

Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.

Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.

Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.

Candi Prambanan  yang kadang disebut orang dengan nama candi Roro Jonggrang terletak di kecamatan Prambanan kurang lebih  tujuh belas kilometer sebelah timur kota Yogyakarta. Untuk mengunjungi obyek wisata ini sangatlah mudah karena candi ini terletak persis ditepi jalan raya. Kalau kita naik bus dari kota Solo candi ini terlihat berdiri megah menjulang tinggi disebelah kanan jalan sebelum masuk masuk Yogyakarta. Candi Prambanan ini merupakan salah satu peniggalan kekunoan warisan nenek moyang kita bangsa Indonesia, oleh sebab itu candi ini harus kita rawat dan kita jaga untuk kelestariannya.

Page 16: Kary Atul Is

Berdasarkan prasasti Siwagrha yang berangka tahun 856 M (778 caka) yang ditemukan didaerah Prambanan (sekarang prasasti  ini disimpan di museum pusat Jakarta) diterangkan bahwa candi tersebut diperkirakan didirikan sekitar abad IX oleh seorang raja yang bernama Dyah Pitaloka yang bergelar Rakai Kayu Wangi. Beliau ini memerintah pada tahun 851 ~ 882 M.

Secara fisik candi ini dibuat dari susunan beribu ribu batu andesit (batu kali). Kalau kita lihat dari segi artistiknya bangunan candi ini tampaknya merupakan candi terbesar termegah dan terindah ke dua di Jawa Tengah setelah candi Borobudur yang berada di daerah Kedu Magelang. Tinggi candi ini dari kaki hingga kepuncaknya kurang lebih empat puluh dua meter dan kalau dilihat dari ornament pahatannya oleh para ahli arkeolegi candi ini digolongkan candi Hindu.

Sebagaimana umumnya candi sebagai sebuah bangunan kuno biasanya secara vertical dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian kaki, bagian tubuh dan bagian atap. Demikian pula secara horizontal bagian candi ini juga terdiri dari tiga bagian yaitu :

~ Halaman ke satu, merupakan pusat atau jeroan.~ Halaman ke dua, merupakan tengahan.~ Halaman ke tiga, merupakan bagian luar atau njobo.

Ketiga halalman ini satu sama lain saling dihubungkan dengan gapura yang terletak pada bagian tengah di keempat sisi masing masing. Pada bagian ketiga ini tidak ada bangunan candi satupun kecuali gapura selamatan. Dihalaman kedua terdapat 224 candi perwara, dihalaman kesatu terdapat 16 cadi yaitucandi Syiwa sebagai induk, candi Brahmana, candi Wisnu, candi Nandi, candi Wahana A dan B, 2 candi apit, 4 candi kelir dan 4 candi sudut. Secara keseluaruhan jumlah candi yang ada di komplek candi Pramabanan ini ada 240 buah.

Postur candi Prambanan ini bila dilihat secara vertical (berdiri tegak) sebenarnya melambangkan alam kehiduan yaitu alam semesta, alam antara dan alam akherat sehingga dengan nyata bangunan candi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1.       Bagian pertama, kaki, melambangkan alam bawah/dunia,tempatnya manusia biasa.2.      Bagian ke dua, tubuh, melambangkan alam antara, tempat manusia yang telah meninggalkan

urusan  keduniaan dengan senantiasa berusaha mensucikan diri dan mendekatkan diri  kepada Sang Khaliq.

3.       Bagian ke tiga, bagian atap melambangkan alam atas, alam nirwana.

Secara fungsi dan kegunaan  candi Prambanan ini berbeda dengan candi Borobudur. Hal ini bisa kita ketahui dari bentuk bangunannya, kalau candi Borobudur berbentuk seperti cungkup atau mangkok yang tengkurap, istilahnya stupa atau  punden berundak yang didalamnya memiliki ruangan namun orang tidak bisa masuk sehingga fungsi candi Borobudur diyakini sebagai tempat untuk menyemayamkan abu jenazah para biksu yang terkenal, tempat menyimpan relik atau benda benda peninggalan Budha, sedangkan di candi Prambanan banyak kita jumpai ruangan

Page 17: Kary Atul Is

yang didalamnya diletakkan patung atau arca sehingga dengan demikian bisa diambil kesimpulan candi Prambanan merupakan tempat untuk memuja atau sembahyang bagi penganut agama Hindu.

SEJARAH

Sejarah Perkembangan AAU

Sejarah AAU diawali dengan Sekolah Penerbang yang didirikan pada tanggal 15 November 1945 oleh Agustinus Adisutjipto di Pangkalan Udara Maguwo ( Lanud Adisutjipto ) Yogyakarta. Pada bulan September 1947, untuk pertama kali TNI AU menerima pemuda-pemuda lulusan SLA untuk di didik sebagai siswa penerbang. Pendidikan dibekali dengan dasar kemiliteran di Bukit TInggi dan dilanjutkan dengan pendidikan penerbang di India. Pada bulan November 1950 sebanyak 60 Kadet TNI AU dikirim ke California (USA) untuk mengikuti pendidikan penerbang di Taloa.

Dalam perkembangan selanjutnya, dilaksanakan pembangunan gedung sebagai sarana tempat belajar. Bertepatan dengan hari TNI AU tanggal 09 April 1960, diadakan upacara peletakan batu pertama pembangunan Kesatrian Akademi Angkatan Udara di Lanud Adisutjipto. Selanjutnya pada tanggal 26 Juli 1965 Kesatrian AAU beserta Pusaranya diresmikan Menteri Panglima Angkatan Udara. Tanggal 26 Juli tersebut kemudian dinyatakan sebagai hari jadi AAU.

Pada tanggal 16 Desember 1966 AAU bersama-sama dengan lembaga pendidikan ABRI lainnya (AMN, AAL dan AAK) diintegrasikan menjadi Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) dan selanjutnya AAU menjadi Akabri bagian udara. Dalam rangka reorganisasi ABRI dan sesuai kebijakan petinggi ABRI, sejak tanggal 16 Juni 1984 Akabri Bagian Udara kemudian dikembalikan ke jajaran TNI AU dengan nama AKademi TNI Angkatan Udara. Pada tanggal 8 November 1985 Pusara AAU yang berseloka Vidya Karma Vira Paksa diterima kembali oleh pemimpin TNI AU.

Dalam perjalannya, AAU saat itu masih bernama Akademi TNI AU berupaya agar pelaksanaan pendidikan selalu dapat mengikuti perkembangan. Salah satu kegiatan yang ditempuh adalah dengan menerapkan Pola pendidikan 3-1. Pola yang mulai berlaku pada tahun 1986 itu merupakan pola pendidikan yang tersusun dalam program 3 tahun pendidikan yang tersusun dalam program 3 tahun pendidikan di AAU dan 1 tahun dasar kecabangan di Kesatuan-kesatuan TNI AU. Dalam rangka mengikuti perkembangan pula, sejak tahun 1986 AAU mulai menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS). Sesuai kebutuhan kemudian ditetapkan tiga majoring penyelenggaraan pendidikan yaitu, Aeronautika, Elektronika dan Administrasi. Pada tahun 1992 majoring Administrasi disesuaikan menjadi majoring teknik Industri dan selanjutnya pada tahun 1999 diubah menjadi majoring teknik Manajemen Industri. (Sumber : aau.ac.id)

Page 18: Kary Atul Is

SEJARAH CANDI PRAMBANAN

Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan

perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para Brahman yang bermakna

"Brahman Agung" yaitu Brahman atau realitas abadi tertinggi dan teragung yang tak dapat

digambarkan, yang kerap disamakan dengan konsep Tuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain

menganggap Para Brahman mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi

oleh para brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama "Prambanan" berasal dari

akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau memikul tugas, merujuk

kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata dan menjalankan keselarasan jagat.

Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa

Sansekerta; Siwagrha (Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam Siwa), berdasarkan Prasasti

Siwagrha yang bertarikh 778 Saka (856 Masehi). Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini

dengan tiga candi utamanya memuliakan Brahma, Siwa, dan Wisnu. Akan tetapi Siwa

Mahadewa yang menempati ruang utama di candi Siwa adalah dewa yang paling dimuliakan

dalam kompleks candi ini.