karsinoma tiroid.docx

11

Click here to load reader

Upload: rereayedia

Post on 21-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

KARSINOMA TIROID

PREVALENSIAngka kekerapan keganasan pada nodul tiroid berkisar 5-10%. Prevalensi keganasan pada multinodular tidak jauh berbeda. Gharib H dalam laporannya mendapatkan angka 4,1% dan 4,7% masing-masing prevalensi untuk nodul tunggal dan multipel. Bila dilihat dari jenis karsinomanya, kurang lebih 90% jenis karsinoma papilare dan folikulare, 5-9% jenis karsinoma medulare, 1 -2 % jenis karsinoma anaplastik, 1-3% jenis lainnya. Anak anak usia di bawah 20 tahun dengan nodul tiroid dingin mempunyai risiko keganasan 2 kali lebih besar dibanding kelompok dewasa. Kelompok usia di atas 60'^ di samping mempunyai prevalensi keganasan lebih tinggi, juga mempunyai tingkat agresivitas penyakit yang lebih berat, yang terlihat dari seringnya kejadian jenis karsinoma tiroid tidak berdiferensiasi.

KLASIFIKASIKlasifikasi karsinoma tiroid dibedakan atas dasar, 1. Asal sel yang berkembang menjadi sel ganas, dan 2. Tingkat keganasannya.1. Asal Sela. Tumor epitelial Tumor berasal dari sel folikulare.Jinak : Adenoma Folikulare, Konvensional,Varia.Ganas: Karsinoma Berdiferensiasi baik: karsinoma folikulare, karsinoma papilare (konvensional,varian) Berdiferensiasi buruk (karsinoma insular)- Tak berdiferensiasi (anaplastik)b. Tumor berasal dari sel C (berhubungan dengan tumor neuroendokrin) Karsinoma Medularec. Tumor berasal dari sel folikulare dan sel C Sarkoma Limfoma Malignum (dan neoplasma hematopoetik yang berhubungan) Neoplasma Miselaneus2. Tingkat keganasan. Untuk kepentingan praktis, karsinoma tiroid dibagi atas 3 kategori, yaitu:Tingkat keganasan rendah : a). Karsinoma papilare, b). Karsinoma folikular (dengan invasi minimal)Tingkat keganasan menengah : a). Karsinoma folikulare (dengan invasi luas), b). Karsinoma medulare, c). Limfoma maligna, d). Karsinoma tiroid berdiferensiasi burukTingkat keganasan tinggi : a). Karsinoma tidak berdiferensiasi, b). Haemangioendothelioma maligna (angiosarcoma).Perangai karsinoma tiroid yang berdiferensiasi baik relatif jinak, perkembangannya lambat dengan kelangsungan hidup cukup panjang. Dilaporkan angka kelangsungan hidup 10 tahun berkisar 74-93% untuk jenis papilare dan 43-94% untuk jenis folikulare. Sedang karsinoma tiroid yang tidak berdiferensiasi (anaplastik) hampir semuanya meninggal dalam 1 tahun. Di klinik Mayo, hanya 3.6% karsinoma berdiferensiasi buruk yang mampu bertahan hidup lebih dari 5 tahun, meskipun telah mendapat terapi operasi, radiasi eksternal dan kemoterapi.

PENDEKATAN DIAGNOSISPasien dengan karsinoma tiroid biasanya datang dengan nodul soliter Pengambilan keterangan riwayat penyakit (anamnesis) merupakan bagian penting dalam rangka penegakan diagnosis.AnamnesisSebagian besar keganasan tiroid tidak memberikan gejala yang berat, kecuali keganasan jenis anaplastik yang sangat cepat membesar bahkan dalam hitungan minggu. Sebagian kecil pasien, khususnya pasien dengan nodul tiroid yang besar, mengeluh adanya gejala penekanan pada esofagus dan trakhea. Biasanya nodul tiroid tidak disertai rasa nyeri, kecuali timbul perdarahan ke dalam nodul atau bila kelainannya tiroiditis akut/subakut. Keluhan lain pada keganasan yang mungkin ada iaIah suara serak.Dalam hal riwayat kesehatan, banyak faktor yang perlu ditanyakan, apakah ke arah ganas atau tidak. Seperti misalnya usia pasien saat pertama kali nodul tiroid ditemukan, riwayat radiasi pengion saat usia anak-anak, jenis kelamin pria, meskipun prevalensi nodul tiroid lebih rendah, tetapi kecenderungannya menjadi ganas lebih tinggi dibandingkan pada wanita. Respons terhadap pengobatan dengan hormon tiroid juga dapat digunakan sebagai petunjuk dalam evaluasi nodul tiroid.Riwayat karsinoma tiroid medulare dalam keluarga, penting untuk evalusi nodul tiroid ke arah ganas atau jinak. Sebagian pasien dengan karsinoma tiroid medulareherediter juga memiliki penyakit lain yang tergabung dalam MEN (multiple endocrine neoplasia) 2A atau MEN2B.

Pemeriksaan FisisPemeriksaan fisik diarahkan pada kemungkinan adanya keganasan tiroid. Pertumbuhan nodul yang cepat merupakan salah satu tanda keganasan tiroid, terutama jenis karsinoma tiroid yang tidak berdiferensiasi (anaplastik). Tanda lainnya iaIah konsistensi nodul keras dan melekat ke jaringan sekitar, serta terdapat pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher Pada tiroiditis, perabaan nodul nyeri dan kadang-kadang berfluktuasi karena ada abses/ pus. Sedangkan jenis nodul tiroid lainnya biasanya tidak memberikan kelainan fisik kecuali benjolan leher.Untuk memudahkan pendekatan diagnostik, berikut ini adalah kumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang mengarah pada nodul tiroid jinak, tanpa menghilangkan kemungkinan adanya keganasan, yaitu : Riwayat keluarga tiroiditis Hashimoto atau penyakit tiroid autoimun Riwayat keluarga dengan nodul tiroid jinak atau goiter Gejala hipotiroidisme atau hipertiroidisme Nyeri dan kencang pada nodul Lunak, rata dan tidak terfiksir Struma multinodular tanpa nodul dominan dan konsistensi samaSedangkan di bawah ini adalah kumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang meningkatkan kecurigaan ke arah keganasan tiroid, yaitu : usia 60th mempunyai prevalensi tinggi keganasan pada nodul yang teraba. Nodul pada pria mempunyai kemungkinan 2 kali lebih tinggi menjadi ganas dari wanita Keluhan suara serak, susah napas, batuk, disfagia Riwayat radiasi pengion pada saat kanak-kanak Padat, keras, tidak rata dan terfiksir Limfadenopati servikal Riwayat keganasan tiroid sebelumnya

Pemeriksaan PenunjangBiopsi aspirasi jarum halus (BAJAH). Pemeriksaan sitologi dari BAJAH nodul tiroid merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam proses diagnosis. BAJAH oleh operator yang trampil, saat ini dianggap sebagai metode yang efektif untuk membedakan jinak atau ganas pada nodul soliter atau nodul dominan dalam struma multinodular. Gharib dkk melaporkan bahwa BAJAH mempunyai sensitivitas sebesar 83% dan spesifisitas 92%. Bila BAJAH dikerjakan dengan baik, akan menghasilkan angka negatif palsu kurang dari 5%, dan angka positip palsu hampir mendekati 1%. Hasil BAJAH dibagi menjadi 4 kategori, yaitu : jinak, mencurigakan (termasuk adenoma folikulare, Hurthle dan gambaran yang sugestif tapi tidak konklusif karsinoma papilare tiroid), ganas dan tidak adekuat.Jenis karsinoma yang dapat segera ditentukan ialah karsinoma papilare, medulare atau anaplastik. Sedangkan untuk jenis karsinoma folikulare, untuk membedakannya dari adenoma folikulare, harus dilakukan pemeriksaan histopatologi yang dapat memperlihatkan adanya invasi kapsul tumor atau invasi vaskular. Mengingat secara sitologi tidak dapat membedakan adenoma folikulare dari karsinoma folikulare, maka keduanya dikelompokkanmenjadi neoplasma folikulare intermediate atau suspicious. Pada kelompok suspicious, angka kejadian karsinoma folikulare berkisar 20% dengan angka tertinggi terjadi pada kelompok dengan ukuran nodul besar, usia bertambah dan kelamin laki-laki. Sekitar 15-20% pemeriksaan BAJAH, memberikan hasil inadequat dalam hal material/sampel. Pada keadaan seperti ini dianjurkan untuk mengulang BAJAH dengan bantuan USG {guided USG) sehingga pengambilan sampel menjadi lebih akurat.Pemeriksaan potong beku {frozen section) pada saat operasi berlangsung, tidak memberikan keterangan banyak untuk neoplasma folikulare, tetapi dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis dugaan karsinoma papilare.Laboratorium. Keganasan tiroid bisa terjadi pada keadaan fungsi tiroid yang normal, hiper maupun hipotiroid. Oleh karena itu perlu diingat bahwa abnormalitas fungsi tiroidtidak dengan sendirinya menghilangkan kemungkinan keganasan. Sering pada Hashimoto juga timbul nodul baik uni/bilateral, sehingga pada tiroiditis kronik Hashimotopun masih mungkin terdapat keganasan.Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk keganasan tiroid cukup sensitif tetapi tidak spesifik, karena peningkatan kadar tiroglobulin juga ditemukan pada tiroiditis, penyakit Graves dan adenoma tiroid. Pemeriksaan kadartiroglobulin sangat baik untuk monitor kekambuhan karsinoma tiroid pasca terapi, kecuali pada karsinoma tiroid medulare dan anaplastik, karena sel karsinoma anaplastik tidak mensekresi tiroglobulin. Pada pasien dengan riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare, tes genetik dan pemeriksaan kadar kalsitonin perlu dikerjakan. Bila tidak ada kecurigaan ke arah karsinoma tiroid medulare atau neoplasia endokrin multipel 2, pemeriksaan kadar kalsitonin tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin. Pemeriksaan imunohistokimia biasanya juga tidak dapat membedakan lesi jinak dari lesi ganas.Pencitraan. Pencitraan pada nodul tiroid tidak dapat menentukan jinak atau ganas, tetapi dapat membantu mengarahkan dugaan nodul tioid tersebut cenderung jinak atau ganas. Modalitas pencitraan yang sering digunakan pada nodul tiroid iaIah sidik (sintigrafi) tiroid dan USG.Sintigrafi tiroid pada keganasan hanya memberikan gambaran hipofungsi atau nodul dingin, sehingga dikatakan tidak spesifik dan tidak diagnostik. Sintigrafi tiroid dapat dilakukan dengan menggunakan 2 macam isotop, yaitu iodium radioaktif (123-I) dan technetium pertechnetate (99m-Tc). 123-I lebih banyak digunakan dalam evaluasi fungsi tiroid, sedang 99m-Tc lebih digunakan untuk evaluasi anatominya. Pada sintigrafi tiroid, kurang lebih 80-85% nodul tiroid memberikan hasil dingin (cold) dan 10-15% dari kelompok ini mempunyai kemungkinan ganas. Nodul panas (hot) ditemukan sekitar 5% dengan risiko ganas paling rendah, sedang nodul hangat (warm) terdapat 10-15% dari seluruh nodul dengan kemungkinan ganas lebih rendah dari 10%.USG pada evaluasi awal nodul tiroid dilakukan untuk menentukan ukuran dan jumlah nodul, meski sebenarnya USG tidak dapat membedakan nodul jinak dari yang ganas. USG pada nodul tiroid yang dingin sebagian besar akan menghasilkan gambaran solid, campuran solid-kistik dan sedikit kista simpel. Dari suatu seri penelitian USG nodul tiroid, didapatkan 69% solid, 12% campuran dan 19% kista. Dari seluruh 19% kista tersebut, hanya 7% yang ganas, sedangkan kemungkinan ganas dari nodul solid atau campuran berkisar 20%. USG juga dikerjakan untuk menentukan multinodularitas yang tidak teraba dengan palpasi, khususnya pada individu dengan riwayat radiasi pengion pada daerah kepala dan leher. Nodul soliter atau multipel yang lebih kecil dari 1cm yang hanya terdeteksi dengan USG umumnya jinak dan tidak diperlukan pemeriksaan lanjutan lain kecuali evaluasi USG ulang secara periodik. Nodul yang terdeteksi dengan USG pada pasien Graves umumnya jinak. Dari 315 pasien Graves ditemukan 106 nodul ukuran 8mm atau lebih, pada evaluasi sitologi hanya ditemukan 1 (satu) kasus karsinoma.Modalitas pencitraan lain seperti computed tomographic scanning (CT Scan) dan magnetic resonance imaging (MRI) tidak direkomendasikan untuk evaluasi keganasan tiroid, karena disamping tidak memberikan keterangan berarti untuk diagnosis, juga sangat mahal. CTScan atau MRI baru diperlukan bila ingin mengetahui adanya perluasan struma substernal atau terdapat kompresi trakea.Terapi supresi siroksin (untuk diagnostik). Salah satu cara meminimalisasi hasil negatif palsu pada BAJAH iaIah dengan terapi supresi TSH dengan tiroksin. Yang dimaksud terapi supresi TSH dengan L-tiroksin iaIah menekan sekresi TSH dari hipofisis sampai kadar TSH di bawah batas nilai terendah angka normal. Rasionalitas supresi TSH berdasarkan bukti bahwa TSH merupakan stimulator kuat untuk fungsi kelenjar tiroid dan pertumbuhannya. Cara ini diharapkan dapat memisahkan nodul yang memberikan Respons dan tidak, dan kelompok terakhir ini lebih besar kemungkinan ganasnya. Tetapi dengan adanya reseptor TSH di sel-sel karsinoma tiroid, maka terapi tersebut juga akan memberikan pengecilan nodul. Ini terbukti dari 13-15% pasien karsinoma tiroid mengecil dengan terapi supresi. Oleh karena itu tidak ada atau adanya Respons terhadap supresi TSH tidak dengan sendirinya secara pasti menyingkirkan keganasan.Berdasarkan data-data pada evaluasi klinis dan pemeriksaan penunjang, maka dapat diduga kecenderungan suatu nodul tiroid jinak atau ganas. (tabel 1) Tabel 1. Kecenderungan Suatu Nodul Tiroid Jinak atau Ganas

PENGELOLAAN KARSINOMA TIROIDOperasiTiroidektomi total, bila masih memungkinkan untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor dan jaringan tiroid yang sehat, merupakan prosedur awal pada hampir sebagian besar pasien karsinoma tiroid berdiferensiasi. Bila ditemukan metastasis kelenjar getah bening (KGB) regional, diteruskan dengan radical neck dissection. Pada karsinoma tiroid medulare, setelah tiroidektomi total, mengingat tingginya angka metastasis KGB regional, dilanjutkandengan central and bilateral lateral node dissection. Untuk karsinoma anaplastik, mengingat perkembangannya yang cepat dan umumnya diketahui setelah kondisinya lanjut, biasanya tidak dapat dioperasi lagi.Beberapa pertimbangan dan keuntungan pilihan prosedur operasi ini adalah sebagai berikut: Fokus-fokus karsinoma papilare ditemukan di kedua lobus tiroid pada 60-85% pasien. Sesudah operasi unilateral (lobektomi), 5-10% kekambuhan karsinoma tiroid papilare terjadi pada lobus kontralateral. Efektivitas terapi ablasi lodium radioaktif menjadi lebih tinggi. Spesifisitas pemeriksaan tiroglobulin sebagai marker kekambuhan menjadi lebih tinggi setelah reseksi tumor dan jaringan tiroid sebanyak-banyaknya.Meskipun demikian kontroversi mengenai luasnya operasi masih terus berlangsung hingga kini. Pada analisis retrospektif, dari 1685 pasien risiko rendah, angka kekambuhan 20 tahun setelah lobektomi sebesar 22% dibanding 8% pada pasien yang menjalani tiroidektomi total. Jenis tindakan lain seperti tiroidektomi subtotal, yang menyisakan jaringan tiroid sebesar 5g, tidak memperoleh keuntungan-keuntungan seperti disebutkan di atas.Sebaliknya, alasan prosedur tiroidektomi unilateral (lobektomi) adalah tidak adanya manfaat memperbaiki angka kelangsungan hidup yang nyata dari tindakan agresif, disamping prosedur tiroidektomi unilateral dapat mengurangi risiko hipoparatiroidisme dan kerusakan nervus laryngeus. Pada penelitian 465 pasien dengan risiko rendah, angka kekambuhan lokal setelah follow up 20 tahun (4% vs 1%) atau angka kegagalan menyeluruh (13% vs 8%) tidak berbeda pada 276 kasus lobektomi dan 90 kasus tiroidektomi total.Beberapa konsensus penatalaksanaan karsinoma tiroid menyebutkan bahwa tiroidektomi total diperlukan pada karsinoma tiroid papilare primer dengan diameter paling tidak 1cm, khususnya bila massa telah ektensi ke luar kelenjar tiroid, atau ditemukan metastasis.Pada karsinoma tiroid berdiferensiasi baik yang ditemukan pada saat kehamilan berlangsung, menurut Moosa M dkk, pengelolaannya dapat ditunda hingga selesai persalinannya. Dalam laporannya, Moosa M dkk menyebutkan bahwa prognosis karsinoma tiroid berdiferensiasi baik sama baiknya antara wanita hamil dan tidak hamil untuk kelompok usia yang sama dan bahwa pada sebagian besar kasus, diagnosis dan pengelolaannya dapat ditunda hingga selesai persalinan.

Terapi Ablasi lodium RadioaktifPada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi, selanjutnya diberikan terapi ablasi iodium radioaktif 131-I. Dosis I berkisar 80mCi dianjurkan untuk diberikan pada keadaan tersebut, mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel folikulare, termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikulare. Karsinoma tiroid medulare dan anaplastik tidak sensitif dengan terapi ablasi 131-I. Sekali terkonsentrasi di dalam sel, akan mengalami penguraian b, mengeluarkan energi tinggi yang menginduksi sitotoksisitas radiasi seperti pancaran sinar g pada sel tiroid. Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu: Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma Meningkatkan spesifisitas sintigrafi 131-I untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid normal Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang dihasilkan hanya oleh sel tiroid.Terapi ablasi iodium radioaktif umumnya tidak direkomendasikan pada pasien dengan tumor primer soliter diameter kurang dari 1cm, kecuali ditemukan adanya invasi ekstratiroid atau metastasis. Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah tiroidektomi total, kadar hormon tiroid diturunkan dengan menghentikan obat L-tiroksin, sehingga TSH endogen terstimulasi hingga mencapai kadar di atas 25- 30 mU/L. Mengingat waktu paruh L-tiroksin adalah 7 hari, biasanya diperlukan waktu 4-5 minggu untuk mencapai kadar TSH tersebut di atas. Pasien juga perlu menghindari makanan yang mengandung tinggi iodium paling kurang 2 minggu sebelum sintigrafi dikerjakan, karena peningkatan iodium non-radioaktif di dalam sel tiroid menekan uptake iodium radioaktif.

Terapi Supresi L-Tiroksin Mengingat karsinoma tiroid berdiferensiasi baik jenis papilare maupun folikulare- merupakan 90% dari seluruh karsinoma tiroid- mempunyai tingkat pertumbuhan yang lambat, maka evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan sembuh total. Selama periode tersebut, diberikan terapi supresi dengan L-tiroksin dosis suprafisiologis untuk menekan produksi TSH. Supresi terhadap TSH pada karsinoma tiroid pasca operasi dipertimbangkan karena adanya reseptor TSH di sel-sel karsinoma tiroid, sehingga bila tidak ditekan, TSH tersebut dapat merangsang pertumbuhan sel-sel ganas yang tertinggal, Harus dipertimbangkan untuk selalu dalam keseimbangan antara manfaat terapi supresi TSH dan efek samping terapi tiroksin jangka panjang. Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian karena keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok risiko tinggi adalah 0,01 mU/L. Dosis L-tiroksin untuk terapi supresi bersifat individual, rata-rata 2 ug/kgBB.Terapi supresi dengan L-tiroksin terhadap sekresi TSH dalam jangka panjang dapat memberikan efek samping di berbagai organ target, seperti tulang rangka dan jantung. Banyak penelitian akhir-akhir ini yang menghubungkan keadaan hipertiroidisme ini dengan gangguan metabolisme tulang yaitu meningkatnya bone turnover; bone loss dan risiko fraktur tulang. Umumnya pada kelompok usia tua lebih nyata efek sampingnya dibanding usia muda. Rata-rata efek samping yang dilaporkan terjadi setelah pemberian L-tiroksin dosis supresi berkisar 7-15 tahun. Pengamatan pada kelompok pre dan post menopause yang mendapat terapi L-tiroksin dosis supresi jangka panjang memberikan hasil yang bervariasi. Roti E. Dkk melaporkan banyak studi memperlihatkan penurunan densitas tulang sebagai reaksi terhadap terapi supresi terjadi baik pada pre maupun post menopause. Salah satu penelitian pada premenopause yang mendapat terapi L-tiroksin dosis supresi selama kurang lebih 10,7 tahun memperlihatkan penurunan densitas mineral tulang femoral neck yang bermakna dan pada kelompok ini bone turnover juga meningkat. Gharib dkk melaporkan hasil yang berbeda dimana penurunan densitas tulang tidak berbeda bermakna antara kelompok premenopause dengan normal. Suatu studi meta-analsis yang melibatkan 239 pasien, pada kelompok pre menopause terdapat kehilangan massa tulang sebesar 2,7% setelah 8,2 tahun, tidak berbeda dengan yang dialami kelompok wanita normal. Sementara Schneider dkk melaporkan bahwa terapi estrogen menghambat proses kehilangan massa tulang yang diinduksi L-tiroksin. Terapi tiroksin yang tidak sampai menekan sekresi TSH tidak menyebabkan osteopenia.

FAKTOR RISIKO PROGNOSTIKFaktor risiko prognostik digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan jenis pengobatan yang akan diberikan. Diharapkan dengan mengetahui faktor risiko prognostik ini pengobatan dapat dilakukan lebih selektif, sehingga tidak kecolongan pasien keganasan tiroid tertentu yang memang harus mendapat pengobatan agresif, demikian juga pada pasien tertentu dapat terhindar dari pengobatan berlebihan yang tidak perlu. Faktor risiok prognostik tersebut adalah sebagainberikut:AMES {Age, Metastasis, Extent of primary cancer, tumor Size) Age: pria 40 th, wanita > 50 th Metastasis : metastasis jauh/tanpa metastasis jauh Extent: papilare intratiroid atau folikulare dengan infasi kapsul minimal/ papilare ekstratiroidal atau folikulare dengan invasi mayor Size : 5 cm/> 5 cm. Risiko rendah : 1). Setiap usia risiko rendah tanpa metastasis, 2). Usia risiko tinggi tanpa meta dan dengan ekstensi. dan ukuran tumor risiko rendah. Risiko tinggi: 1). Setiap pasien dengan metastasis, atau 2). Usia risiko tinggi dengan salah satu ekstensi atau ukuran tumor untuk risiko tinggi.DAMES (AMES + pemeriksaan DNA sel tumor dengan flow cytometry)AMES risiko rendah + DNA euploid : risiko rendahAMES risiko rendah + DNA aneuploid : risiko sedangAMES risiko tinggi + DNA aneuploid : risiko tinggiAGES {Age, tumor Grade, tumor Extent, tumor Size) Skor prognostik : 0.05 x usia tahun (kecuali usia 6. MACIS MMetastasis, Age, Completeness of resection. Invasion, Size)Skor prognostik : 3.1 (usia40'^), + 0.3 x ukuran tumor dalam cm, +1 (jika diangkat tidak komplit), +1 (jika invasi lokal), +3 (jika metastasis jauh). Kategori risiko skor prognostik : 0-5.99; 6-6.99; 7-7.99; > 8.Dengan pengelompokan faktor risiko prognostik tersebut, dapat diperkirakan angka kelangsungan pasien keganasan tiroid. Dengan pengelompokan seperti ini, dapat disarankan, misalnya pada pasien dengan angka kelangsungan hidup 20 tahun-nya 99%, tentu tidak memerlukan pengobatan yang intensif, sehingga terhindar dari kemungkinan.