karsinogenesis dasar khairunnisa

Upload: ichakhair

Post on 02-Jun-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Karsinogenesis Dasar Khairunnisa

    1/9

    KARSINOGENESIS DASAR

    Disusun Oleh :

    Khairunnisa

    04121001091

    PDU Reguler 2012

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMUM

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    2014

  • 8/11/2019 Karsinogenesis Dasar Khairunnisa

    2/9

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar

    penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang

    digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker

    adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas

    normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke

    organ lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama

    kematian akibat kanker (WHO, 2009).

    Menurut National Cancer Institute(2009), kanker adalah suatu istilah untuk

    penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat

    menyerang jaringan di sekitarnya.

    Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan neoplasma

    ganas, dan ada banyak tumor atau neoplasma lain yang tidak bersifat kanker (Price et

    al., 2006).

    Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Suatu neoplasma,

    sesuai definisi Wills, adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya

    berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta

    terus demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah

    berhenti (Kumar et al., 2007).

    Istilah tumor kurang lebih merupakan sinonim dari istilah neoplasma. Semua

    istilah tumor diartikan secara sederhana sebagai pembengkakan atau gumpalan, dan

    kadang-kadang istilah tumor sejati dipakai untuk membedakan neoplasma dengan

    gumpalan lainnya. Neoplasma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya; ada yang

    jinak, ada pula yang ganas (Price et al., 2006).

  • 8/11/2019 Karsinogenesis Dasar Khairunnisa

    3/9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sifat-sifat Neoplasma

    Tabel 2.1 Menunjukkan Karakteristik Tumor Jinak dan Tumor Ganas.

    Karakteristik Tumor Jinak Tumor Ganas

    Diferensiasi / anaplasia Berdiferensiasi baik,

    struktur mungkin khas

    jaringan asal

    Sebagian tidak

    memperlihatkan

    diferensiasi disertai

    anaplasia; struktur seringtidak khas

    Laju pertumbuhan Biasanya progresif dan

    lambat; mungkin berhenti

    tumbuh atau

    menciut; gambaran

    mitotik jarang dan normal

    Tidak terduga dan

    mungkin cepat atau

    lambat; gambaran

    mitotik mungkin banyak

    dan abnormal

    Invasi local Biasanya kohesif dan

    ekspansil, massa berbatas

    tegas yang tidak menginvasi

    atau

    menginfiltrasi jaringan

    normal di sekitarnya

    Invasif lokal,

    meginfiltrasi jaringan

    normal di sekitarnya;

    kadang-kadang mungkin

    tampak kohesif dan

    ekspansil tetapi dengan

    invasi mikroskopik

    Metastasis Tidak ada Sering ditemukan;

    semakin besar dan

    semakin kurang

    berdiferensiasi tumor

    primer, semakin besar

    kemungkinan metastasis.

  • 8/11/2019 Karsinogenesis Dasar Khairunnisa

    4/9

    2.2 Faktor Risiko dan Predisposisi Terjadinya Karsinoma

    2.2.1 Faktor geografik dan lingkungan

    Karsinogen lingkungan banyak ditemukan di lingkungan sekitar. Contohnya

    seperti sinar matahari, dapat ditemukan terutama di perkotaan, atau terbatas pada

    pekerjaan tertentu. Hal tertentu dalam makanan dilaporkan mungkin merupakan

    faktor predisposisi. Termasuk diantaranya merokok dan konsumsi alkohol kronik.

    2.2.2 Usia

    Secara umum, frekuensi kanker meningkat seiring pertambahan usia. Hal ini

    terjadi akibat akumulasi mutasi somatik yang disebabkan oleh berkembangnya

    neoplasma ganas. Menurunnya kompetensi imunitas yang menyertai penuaan juga

    mungkin berperan.

    2.2.3Hereditas

    Saat ini terbukti bahwa pada banyak jenis kanker, terdapat tidak saja pengaruh

    lingkungan, tetapi juga predisposisi herediter. Bentuk herediter kanker dapat

    dibagi menjadi tiga kategori.

    a.

    Sindrom kanker herediter, pewarisan satu gen mutannya akan sangat

    meningkatkan risiko terjangkitnya kanker yang bersangkutan. Predisposisinya

    memperlihatkan pola pewarisan dominan autosomal

    b.

    Kanker familial, kanker ini tidak disertai fenotipe penanda tertentu.

    Contohnya mencakup karsinoma kolon, payudara, ovarium, dan otak. Kanker

    familial tertentu dapat dikaitkan dengan pewarisan gen mutan. Contohnya

    keterkaitan gen BRCA1 dan BRCA2 dengan kanker payudara dan ovarium

    familial.

    c.

    Sindrom resesif autosomal gangguan perbaikan DNA. Selain kelainan

    prakanker yang diwariskan secara dominan, sekelompok kecil gangguan

    resesif autosomal secara kolektif memperlihatkan ciri instabilitas kromosom

    atau DNA (Kumar et al., 2007).

    2.3 Karsinogenesis Dasar

    Dalam kondisi normal, pembelahan, poliferasi, dan diferensiasi sel dikontrol

    secara ketat (Price et al., 2006). Kerusakan genetik nonletal merupakan hal sentral

    dalam karsinogenesis. Kerusakan atau mutasi genetik semacam ini mungkin didapat

  • 8/11/2019 Karsinogenesis Dasar Khairunnisa

    5/9

    akibat pengaruh lingkungan, seperti zat kimia, radiasi, atau virus, atau diwariskan dalam

    sel germinativum.

    Telah diidentifikasi empat golongan gen yang memainkan peranan penting

    dalam mengatur sinyal mekanisme faktor pertumbuhan dan siklus sel itu sendiri,

    termasuk protoonkogen yang mendorong pertumbuhan, gen penekan kanker (tumor

    suppressor gene) yang menghambat pertumbuhan (antionkogen), gen yang mengatur

    kematian sel terencana (programmed cell death), atau apoptosis dan gen yang mengatur

    perbaikan DNA yang rusak.

    Karsinogenesis adalah suatu proses yang mempunyai banyak tahap, baik pada

    tingkat fenotipe maupun genotype. Suatu neoplasma ganas memiliki beberapa sifat

    fenotipik, misalnya pertumbuhan berlebihan, sifat invasi lokal, dan kemampuan

    metastasis jauh. Sifat ini diperoleh secara bertahap, suatu fenomena yang disebut tumor

    progression. Pada tingkat molekular, progresi ini terjadi akibat akumulasi kelainan

    genetik yang pada sebagian kasus dipermudah oleh adanya gangguan pada perbaikan

    DNA. Perubahan genetik yang mempermudah tumor progression melibatkan tidak saja

    gen yang mengendalikan angiogenesis, invasi, dan metastasis. Sel kanker juga harus

    melewatkan proses penuaan normal yang membatasi pembelahan sel.

    Dalam kondisi fisiologis normal, mekanisme sinyal sel yang memulai proliferasi

    sel dapat dibagi menjadi langkah- langkah sebagai berikut: (1) faktor pertumbuhan,

    terikat pada reseptor khusus pada permukaan sel; (2) reseptor faktor pertumbuhan

    diaktifkan yang sebaliknya mengaktifkan beberapa protein transduser; (3) sinyal

    ditransmisikan melewati sitosol melalui second messenger menuju inti sel; (4) faktor

    transkripsi inti yang memulai pengaktifan transkripsi asam deoksiribonukleat (DNA).

    Ketika keadaan menguntungkan untuk pertumbuhan sel, sel terus melalui fase

    replikasi sel, Siklus sel tersebut dibagi menjadi empat fase: G1 (gap 1), S (sintesis), G2

    (gap 2), dan M (mitosis). Sel tidak aktif yang terdapat dalam keadaan tidak membelah

    disebut G0.

    Banyak yang telah diketahui tentang gen RB karena merupakan gen penekan

    tumor yang pertama kali ditemukan. Produk gen RB adalah suatu protein pengikat-

    DNA yang diekspresikan pada semua sel yang diteliti; protein tersebut berada dalam

    bentuk terhipofosforilasi aktif dan terhiperfosforilasi tidak aktif. Pada keadaan aktif, RB

    berfungsi sebagai rem untuk menghambat melajunya sel dari fase G1 ke S pada siklus

    sel. Apabila sel dirangsang oleh faktor pertumbuhan, protein RB diinaktifkan melalui

    fosforilasi, rem dilepas, dan sel melewati tahap G1 ke S. saat masuk fase S, sel bertekad

  • 8/11/2019 Karsinogenesis Dasar Khairunnisa

    6/9

    (committed) untuk membelah tanpa memerlukan stimulasi faktor pertumbuhan

    tambahan. Selama fase M berikutnya, gugus fosfat dikeluarkan dari RB oleh fosfat

    selular sehingga kembali dihasilkan bentuk RB terdefosforilasi.

    Dasar molekul efek perngereman ini telah diungkapkan secara rinci dan elegan.

    Sel tenang (quiescent, pada G0 atau G1) mengandung RB bentuk terhipofosforilasi

    yang inaktif. Pada status ini, RB mencegah replikasi sel dengan mengikat, dan mungkin

    menyebabkan sekuestrasi, family E2F dari faktor transkripsi. Apabila sel yang tenang

    ini dirangsang oleh faktor pertumbuhan, konsentrasi siklin D dan E meningkat, dan

    aktivasi siklin D/CDK4, siklin D/CDK6, dan siklin E/CDK2 yang terjadi menyebabkan

    fosforilasi RB. RB bentuk terhiperfosforilasi membebaskan faktor transkripsi E2F dan

    mengaktifkan transkripsi beberapa gen sasaran. Apabila tidak terdapat protein RB, atau

    apabila kemampuannya untuk menyingkirkan faktor transkripsi terganggu akibat

    mutasi, rem molecular terhadap siklus sel akan lepas, dan sel berpindah secara

    bersemangat ke dalam fase S.

    Gambar 2.1 Skema Sederhana Dasar Molekular Kanker. (Kumar et al., 2007).

    Gen penekan tumor TP53 (dulu P53) adalah salah satu gen yang paling seringmengalami mutasi pada kanker manusia. Gen ini memiliki banyak fungsi dan tidak

  • 8/11/2019 Karsinogenesis Dasar Khairunnisa

    7/9

    dapat di klasifikasikan dengan mudah ke dalam kelompok fungsional tertentu yang

    serupa dengan gen lain. TP53 dapat menimbulkan efek anti proliferasi, tetapi yang tidak

    kalah penting, gen ini juga mengendalikan apoptosis. secara mendasar, TP53 dapat

    dipandang sebagai suatu monitor sentral untuk stress, mengarahkan sel untuk

    memberikan tanggapan yang sesuai, baik berupa penghentian siklus sel maupun

    apoptosis. Berbagai stress dapat memicu jalur respons TP53, termasuk anoksia, ekspresi

    onkogen yang tidak sesuai, dan kerusakan pada integritas DNA. Dengan mengendalikan

    respons kerusakan DNA, TP53 berperan penting dalam mempertahankan integritas

    genom.

    TP53 normal di dalam sel yang tidak mengalami stress memiliki waktu paruh

    yang pendek (20 menit). Waktu paruh yang pendek ini disebabkan oleh ikatan dengan

    MDM2, suatu protein yang mencari TP53 untuk menghancurkannya. TP53 mengalami

    modifikasi pascatranskripsi yang membebaskannya dari MDM2 dan meningkatkan

    waktu-paruhnya. Selama proses pembebasan dari MDM2, TP53 juga menjadi aktif

    sebagai suatu faktor transkripsi. Sudah ditemukan lusinan gen yang transkripsinya

    dipicu oleh TP53. Gen tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kategori umum-gen

    yang menyebabkan penghentian siklus sel dan gen yang menyebabkan apoptosis.

    Penghentian siklus sel yang diperantarai oleh TP53 dapat dianggap sebagai respons

    primordial terhadap kerusakan DNA. Hal ini terjadi pada akhir fase G1 dan disebabkan

    terutama oleh transkripsi CDK1 dependen-TP53 CDKN1A(p21). Gen CDKN1A,

    seperti telah dijelaskan, menghambat kompleks siklin/CDK dan mencegah fosforilasi

    RB yang penting agar sel dapat masuk ke fase G1. Penghentian siklus sel ini disambut

    baik karena memberi napas bagi sel untuk memperbaiki kerusakan DNA. TP53 juga

    membantu proses dengan menginduksi protein tertentu, seperti GADD45( penghentian

    pertumbuhan dan kerusakan DNA), yang membantu perbaikan DNA. Apabila

    kerusakan DNA berhasil diperbaiki, TP53 meningkatkan ( upregulate ) transkripsi

    MDM2, yang kemudian menkan (down regulate) TP53, sehingga hambatan terhadap

    siklus sel dapat dihilangkan. Apabila selama jeda kerusakan DNA tidak dapat

    diperbaiki, TP53 normal mengarahkan sel ke kematian dengan memicu apoptosis.

    Protein ini melakukannya dengan memicu gen pencetus seperti BAX.

    Secara singkat, TP53 mendeteksi kerusakan DNA melalui mekanisme yang

    tidak diketahui dan membantu perbaikan DNA dengan menyebabkan penghentian G1

    dan memicu gen yang memperbaiki DNA. Sel yang mengalami kerusakan DNA dan

    tidak dapat diperbaiki diarahkan oleh TP53 untuk mengalami apoptosis. Berdasarkan

  • 8/11/2019 Karsinogenesis Dasar Khairunnisa

    8/9

    aktivitas ini, TP53 layak disebut pengawal genom. Apabila terjadi kehilangan TP53

    secara homozigot, kerusakan DNA tidak dapat diperbaiki dan mutasi akan terfiksasi di

    sel yang membelah sehingga sel akan masuk jalan satu-arah menuju transformasi

    keganasan.

    Gambar 2.2 Peran TP53 dalam Mempertahankan Integritas Genom.

    (Kumar et al., 2007).

  • 8/11/2019 Karsinogenesis Dasar Khairunnisa

    9/9

    DAFTAR PUSTAKA

    Kumar, Vinay et al. 2004.Buku Ajar Patologi Volume 1 Edisi 7.Jakarta : Penerbit

    Buku Kedokteran EGC.

    Price, Sylvia A et al. 2002.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

    Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC