karismatik kyai dalam pengembanganrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49258... ·...
TRANSCRIPT
KARISMATIK KYAI DALAM PENGEMBANGAN
PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF
(Studi kasus Pondok Pesantren Sa’id Yusuf Depok, Jawa Barat)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Dedeh Kurniawati
11151110000062
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1440 H
2
3
4
iv
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisa tentang karismatik kyai dalam proses
pengembangan sebuah pondok pesantren. Penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif deskriptif yang dimana pengumpulan datanya menggunakan metode
observasi dan wawancara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukan
bagaimana proses terbentuknya pondok pesantren sa‟id yusuf, dan mengetahui
bagaimana peran kyai dalam proses pengembangan pondok pesantren sa‟id yusuf.
Teori yang digunakan adalah : pertama, teori karisma yang dipaparkan oleh Max
Weber yang mengatakan bahwa istilah “karisma” mengacu pada suatu kualitas
tertentu dari kepribadian individual dengan kekuatan mana dia dianggap luar-
biasa dan diperlakukan sebagai seseorang yang mendapat kekuasaan (kekuatan)
atau kualitas adi-kodrati, adi-insani, atau sekurang-kurangnya secara khusus tak
ada taranya. Kualitas dan kekuatan ini sedemikian rupa sehingga tidak mungkin
terdapat pada orang-orang biasa, akan tetapi dianggap sebagai berasal dari dunia
dewata atau tidak biasa, dan atas dasar itu individu tersebut diperlakukan sebagai
„pemimpin‟. Pengakuan terhadap karisma adalah masalah pengabdian pribadi
sepenuhnya yang timbul karena antusiasme, atau keputusasaan dan harapan.
Kedua, teori Connective Leadership oleh Jean Lipman-Blumen yang mengatakan
ada sembilan elemen penting yang harus ada didalam diri pemimpin untuk
memimpin sebuah organisai, sembilan elemen tersebut ialah empowers, networks,
personal, instrinsic, competitive, power, collaborative, contributory, dan mentors.
Hasil penelitian ini pun mengatakan bahwa terbentuknya pondok pesantren sa‟id
yusuf merupakan hasil ijtihad seorang kyai. Ijtihad kyai dalam membangun dan
mengembangkan pondok pesantren berhasil karena adanya “karisma” didalam
diri kyai dan dijalankan dengan sembilan elemen penting dalam memimpin
pondok pesantren.
Kata kunci: Peran kyai, Karisma Kyai, Pengembangan Pondok Pesantren.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT karena
berkat kekuasaan Nya, rahmat, karunia, dan Anugrah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga serta pengikutnya hingga akhir
zaman.
Untuk yang paling istimewa, Ayahanda Dedi Suparman dan Ibunda Siti
Jaenah tersayang. Terima kasih. Untuk kakak-kakak tersayang, Muhammad Riza
Fahlevi SE, Dewi Syaraswati S.Pd. Serta kakak ipar, Muhammad Irfan Rahmat
Saleh SE, dan Siti Jamilah. Terima kasih telah memberikan bantuan materi dan
nonmaterial, semangat serta kesabaran yang tiada henti kepada penulis. Tidak
lupa kepada keponakan tersayang Ramania Maheswari, Reina Azkadina, Leonara
Hafsa Izzatunnisa sebagai penyemangat penulis.
Skripsi ini bukan hanya hasil karya penulis seorang diri, karena banyak
pihak-pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan
penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih penulis yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Prof Dr. Hj Amany Burhanudin Lubis, Lc, Ma selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Ali Munhanif, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
3. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., dan Ibu Dr. Joharotul Jamilah, M.Si.,
selaku masing-masing Ketua dan Sekretaris Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membawa Prodi Sosiologi ke garda terdepan
(Akreditasi A). Terimakasih telah menyetujui permohonan penyusunan
skripsi ini,
4. Bapak Saifuddin Asrori M.Si..selaku Dosen pembimbing, berbaik hati
menyempatkan waktu luang di tengah kesibukan kepada penulis untuk
mendiskusikan berbagai hal dari mulai seminar proposal hingga menjadi
sebuah skripsi . Terimakasih atas ketelitian, kesabaran, dan dukungan
moril yang diberikan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini
5. Bapak Kasyfiyullah M.Si., selaku dosen Sosiologi Pendidikan FISIP, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, atas kritik, masukan dan motivasi kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
HidayatullahJakarta yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran
berharga kepada penulis. Dan juga untuk seluruh staff Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Dr. Kh. Saroni na S.Ag M.Pd selaku Pimpinan Pondok Pesantren Sa‟id
Yusuf beserta keluarga, terimakasih telah memberikan izin diadakannya
penelitian di Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf dan telah mempermudah
penulis dalam proses observasi berlangsung.
vii
8. Ustadz Saefullah, selaku Wakil Pimpinan Pengasuh Santri, terimakasih
atas segala bantuannya kepada penulis dan telah mempermudah penulis
ketika proses observasi berlangsung. Beserta seluruh Ustadz dan Ustadzah
Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf (Ustadz Rijal, Ustadzah Dwi, Ustadzah
Eca) yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala
bantuannya selama proses observasi berlangsung, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Hadi Darmawan S.Pd.I dan Bapak Hasan Al-Qodri S.Pd.,selaku
Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum,
terimakasih telah mempermudah peneliti mendapatkan data penelitian.
10. Gus Fahri Al-Hisyam, Selaku Putra Pertama dari Dr. Kh. Saroni na S.Ag
M.Pd selaku Pimpinan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf, terimakasih atas
segala bantuannya dimulai dari sebelum observasi berlangsung hingga
telah diselesaikannya skripsi ini.
11. Seluruh narasumber dalam penelitian ini, mulai dari Ketua Lingkungan RT
01/09 hinggasantri-santri di Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf.
12. Sultan Andiha Sulaiman S.sos. terimakasih selalu memberikan support
yang sangat berarti bagi penulis, telah menjadi tempat penulis berkeluh
kesah selama penulisan skripsi ini, dan juga selalu memberikan semangat
tanpa henti, memberikan optimisme kepada penulis untuk selalu
menyelesaikan penelitian ini.
viii
13. Sayyidah Nailu Afiyah, Surya Ananda Fitriani, Rahmah Indar, dan Imam
Kurniawan. Terimakasih atas saran, kritik, dan support tiada henti yang
kalian berikan kepada penulis.
14. Khairunnisa Hia, Zhafira Rahmayani, Inas Amirah, Annisa Pratiwi, Rafli
Wiyan Affandi, Hasanul Banna, Oka Pangestu Adi, Yunandika, Ferbian
Ahmad Rifai, Muhammad Nur Romdoni, Dodi Kurniawan, Hanif Susila,
Aldo Ghani Atmojo, Zainal Murtado. (RANDOM SQUAD), Terimakasih
atas support dan doa yang diberikan.
15. Kawan-kawan Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2015 Terima kasih karena telah menjadi teman seperjuangan yang luar
biasa.
16. Faraulina Dwi Oktaviani, Anggi Septiani, Nadya Rahmi, Lutfi Bagus,
terimakasih atas support yang diberikan kepada penulis.
17. Kanda-Yunda HMI KOMFISIP, Cabang Ciputat, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Tanpa mengurangi rasa bangga, penulis
mengucapkan terimakasih. “Yakin Usaha Sampai”
18. Semua pihak yang telah berinteraksi kepada penulis dan memberikan
semangat serta inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang
membangun.Semoga penelitian ini memberi manfaat dan pengetahuan
bagi pembaca.
ix
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Jakarta, 7 Oktober 2019
Dedeh Kurniawati
x
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ....................................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI. ..................................................... iii
ABSTRAK. ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian............................................................................... 7
2. Manfaat Penelitian............................................................................. 8
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 8
E. Kerangka Teori ....................................................................................... 15
1. Definisi Konseptual .......................................................................... 15
2. Rutinisasi Karisma Max Weber ....................................................... 17
3. Connective Leadership ..................................................................... 19
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 20
2. Lokasi dan Waktu Penelitian Subjek Penelitian .............................. 21
3. Teknik dan Penentuan Informan ...................................................... 21
4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 23
5. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 24
xi
6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 24
7. Kesimpulan....................................................................................... 25
G. Sistematika Penulisan............................................................................. 26
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf .............................................................. 27
B. Letak Geografis ...................................................................................... 28
C. Sejarah Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf .................................................. 28
D. Visi dan Misi Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf ........................................ 29
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kegiatan 24 Jam Santri ................................................................................ 39
B. Peran Kyai dalam Proses Pengembangan Pondok Pesantren ...................... 44
1. Empowers ............................................................................................... 48
2. Networks ................................................................................................. 50
3. Personal ................................................................................................. 51
4. Direct ...................................................................................................... 55
5. Relational ............................................................................................... 59
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................... 66
B. Saran ............................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 70
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Struktur Yayasan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf ............................ 34
Gambar II.2. Struktur Kepala Sekolah beserta jajarannya ..................................... 35
Gambar II.3. Struktur Organisasi Santri ................................................................ 38
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I.E.1. Teori Connective Leadership (Jean Lipman-Blumen) ....................... 19
Tabel II.E.2. Kegiatan Ekstra Kurikuler Santri ...................................................... 30
Tabel II.F.3. Aktivitas Santri Dalam 24 Jam .......................................................... 31
Tabel II.G.4. Jumlah Siswa dan Santri Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf ................. 32
Tabel II.G.5. Jumlah Santri Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf ................................... 32
Tabel II.H.6. Nama Kitab dan Guru yang Mengajar .............................................. 33
Tabel II.K.7. Daftar Guru dan Mata Pelajaran ....................................................... 36
Tabel III.A.8. Jadwal Kegiatan santri dalam 24 jam .............................................. 39
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Transkip Wawancara ........................................................................ xvi
Lampiran II. Dokumentasi .................................................................................. Iix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Globalisasi dan modernisasi telah memasuki segala ranah
kehidupan, termasuk pondok pesantren. Bagi kalangan pesantren,
perubahan arus modernisasi yang sangat cepat bukan satu hal yang mudah.
Paling tidak ada beberapa pola lembaga asli atau “indegeneous”
Indonesia, yaitu; menutup diri, melakukan penyesuaian dan mengikuti
nilai-nilai modern (Madjid, 1997). Skripsi ini membahas tentang
kebertahanan dan keberlanjutan pendidikan Pesantren Sa‟id Yusuf, Depok,
melalui „rutinisasi karisma‟ Kyai di era modern.
Keberadaan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tetap
istiqâmah dan konsisten melakukan perannya sebagai pusat pendalaman
ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi al-dîn) dan lembaga dakwah Islamiyah yang
ikut serta mencerdaskan bangsa telah diakui oleh masyarakat. Ini
dibuktikan dengan keberhasilannya dalam mencetak tokoh-tokoh agama,
pejuang bangsa serta tokoh masyarakat, baik di masa pra-kemerdekaan,
setelah kemerdekaan maupun di zaman sekarang ini, merupakan bukti
nyata bahwa pondok pesantren telah banyak memberikan kontribusi
dalam membangun bangsa Indonesia.
Secara umum, pondok pesantren memiliki lima elemen penting,
yaitu; pondok atau asrama, masjid atau madrasah, Kyai, santri, dan
2
pengajaran kitab-kitab Islam (Dhofier, 2011:19; Yacub,1993:65).
Rangkaian kelima elemen mempunyai fungsi sebagaimana dirangkum oleh
Zarkasyi: (1) pesantren harus berbentuk asrama, (2) fungsi Kyai sebagai
tauladan yang berperan sebagai guru, pendidik, dan pembimbing, (3)
masjid sebagai pusat kegiatan, dan (4) materi yang diajarkan tidak terbatas
kepada kitab kuning saja.
Dalam peraturan no.3 tahun 1979, Menteri Agama RI membagi tipe
pesantren menjadi empat, yaitu: Pertama, santri belajar masih secara
tradisional yaitu menggunakan wetonan dan sorogan, serta menetap atau
tinggal di asrama Pondok Pesantren). Kedua, pengajaran masih bersifat
klasikal dan juga dengan pengajaran oleh Kyai yang bersifat aplikasi.
Ketiga, asrama yang fungsinya untuk tinggal, dan pembelajaran berada
diluar asrama, biasa disebut dengan Madrasah. Keempat, ada sistem
pondok pesantren dan sistem sekolah atau madrasah ( Tolib, 2015)
Sebagai lembaga pendidikan dengan sistem asrama, proses
pendidikan di pesantren dilakukan selama 24 jam sehari melalui
bimbingan sesama santri, guru dan mentor dalam kondisi ketat dan disiplin
yang kuat, beberapa kalangan menyamakan dengan penjara, dengan tujuan
terbentuk „identitas baru‟ sebagaimana tujuan pendidikan pesantren.
Identitas merupakan sesuatu yang memberikan makna dan tujuan,
baik secara individual ataupun secara kolektif. Walaupun begitu, biasanya
identitas kelompok (etnis, agama, mazhab, dan organisasi) lebih penting
dan lebih menentukan, dikarenakan setiap individu didalam sebuah
3
kelompok biasanya mengkonstruksi identitas personalnya dengan merujuk
kepada identitas kelompok. Bahkan tidak jarang aktor-aktor berpengaruh
dalam sebuah kelompok mengkonstruksi identitas kelompok berdasarkan
referensi identitas personalnya sedangkan anggota kelompok
mengidentifikasi dirinya dengan identitas tersebut. Proses konstruksi
identitas pasti akan melibatkan individu dan kelompok. (Subhan, 2012:24)
Dalam konteks Pendidikan Islam, konsep identitas sangat berkaitan
dengan konsep ideologi keagamaan yang menjadi ciri utama kelompok.
Seperti yang dikutip dari Muhammad Khalid Masud, sarjana Pakistan yang
menurutnya ketika ada lembaga pendidikan yang melakukan modernisasi
dengan mengambil elemen-elemen modern Barat, dengan mengajarkan
sains modern, maka identitas Islam (Ideologi keagamaan) yang mereka
anut secara tidak langsung akan terganggu. Maka dari itu, modernisasi
pendidikan Islam itu hanya boleh berlangsung, ketika identitas
kelompoknya itu tidak terganggu. (Masud, 2001:233-245)
Apa yang dimaksud dengan ideologi keagamaan, adalah suatu
konsep yang digunakan untuk menunjuk paham ke Islaman yang diikuti
sebuah kelompok muslim. Dalam lingkungan NU, contoh dari ideologi
keagamaan yang mereka ikuti adalah ahl sunnah wa al-jamaah (Aswaja)
sebagaimana yang dirumuskan oleh Kyai Hasyim Asy,ari. Dan dengan
demikian bahwa Aswaja bisa dikatakan sebagai identitas kelompok NU
dalam bentuk ideologi keagamaan yang menjadi ciri khas sekaligus
sebagai ciri yang pada hakekatnya tidak boleh berubah walaupun
4
berhadapan dengan modernisasi, termasuk modernisasi pendidikan.
(Subhan, 2012)
Pesantren memberikan kontribusi sangat berarti dalam
penyelenggaraan pendidikan Islam dan pada gilirannya pembentukan
identitas sosial-politik masyarakat muslim, dikenal mempunyai karakter
yang khas yaitu ramah, moderat, dan toleran, berbeda dengan kawasan
lainnya, khususnya Timur-Tengah yang merupakan poros dunia Islam
(Steenbrink, 1986:6). Melalui proses pendidikan, di mana Kyai sebagai
figur utama dan penggunaan „kitab kuning‟, gagasan Islam tradisional
mewarnai masa-masa awal tumbuhnya kesadaran sebagai bangsa dan
negara (Abdullah, 1987:152). Kemudian, ketika proses modernisasi oleh
pemerintah orde baru berpengaruh kuat dalam kehidupan masyarakat,
kebangkitan kelompok muslim yang di sebut “kelas menengah santri baru”
(Anwar, 1995:7), berlangsung sejalan dengan modernisasi yang terjadi
dalam lembaga pendidikan Islam tradisional pesantren. Perkembangan
selanjutnya terjadi ketika hubungan Masyarakat Muslim Indonesia dengan
dinamika Islam transnasional semakin erat, mulai muncul dan berkembang
model pesantren salafi (Hasan, 2008). Baik pesantren salaf (tradisional)
dan khalaf (modern) menerapkan pola pendidikan yang lebih moderat,
sedangkan pesantren salafi lebih konservatif dan ekslusif.
Berbicara mengenai pondok pesantren, Abdurrahman wahid
mengatakan bahwasanya seorang Kyai memiliki hierarki kekuasaan satu-
satunya yang secara eksplisit diakui dalam lingkungan pondok pesantren.
5
Kekuasaan yang ada didalam diri Kyai itu bersifat absolut, yang pada
akhirnya akan membuat santri merasa terikat dengan Kyainya (Wahid,
1995). Kemampuan Kyai dalam memecahkan sebuah permasalahan baik
dalam segi sosio-psikis-kultural-politik-religius membuat masyarakat
menaruh kepercayaan yang besar terhadap Kyai. Hal tersebut juga
menyebabkan Kyai menempati posisi kelompok elite dalam struktur sosial
dan politik didalam masyrakat. Petuah-petuah yang diberikan Kyai
memiliki daya pikat yang luar biasa bagi masyarakat. (Mujamil, 2005)
Kepemimpinan Kyai merupakan suatu fenomena unik, keunikan
tersebut dapat dilihat dari tugas dan perannya yang sangat kompleks, yaitu
sebagai pelopor, penggerak keseluruhan aktivitas pesantren, pendidik dan
peserta aktif dalam menangani berbagai persoalan sosial masyarakat. Para
ahli menemukan banyak fungsi yang dimiliki oleh kepemimpinan Kyai,
sedikitnya ada dua fungsi kepemimpinan Kyai. Pertama, sebagai agen
budaya yang bisa memfilter dan membendung budaya masyarakat yang
bersifat global. Kedua, sebagai mediator yang menghubungkan antara
kepentingan berbagai segmen masyarakat, terutama kelompok elite.
(Muhamad, 2011).
Proses transformasi kepemimpinan untuk dunia pesantren terbentuk
karena dua pertimbangan. Pertama, pesantren dianggap sebagai lembaga
tradisional yang terbelakang dan kurang partisipatif namun memiliki
potensi besar dalam hal memobilisasi sumber daya lokal. Kedua, pesantren
6
dapat dijadikan instrument untuk mencapai tujuan pembangunan, seperti
sosialisasi gagasan, mobilisasi sumberdaya pembangunan (Subadar, 2013)
Sejak awal abad ke-20 telah terjadi modernisasi lembaga pendidikan
Islam, sebuah periode dimana menjadi awal mula kebangkitan modernitas
di dunia Islam. Pada periode tersebut, dunia Islam mengalami pergulatan
dengan kolonialisme dan imperealisme yang menimbulkan berbagai
implikasi. Salah satu yang paling penting adalah terjadinya proses cultural
encounter di mana Islam dan modernitas menjadi wacana dominan.
(Subhan, 2012:4)
Didalam buku karya Ronald Alan Lukens Bull dengan judul A
Peaceful Jihad: Javanese Islamic Education and Religious Identity
Construction, digambarkan bagaimana pesantren di Jawa Timur
mengalami pergulatan dengan modernisasi dan globalisasi. Konstruksi
identitas menjadi fokus didalam buku ini. Dengan beberapa kasus
pesantren di Jombang dan Malang, Jawa Timur. Karya ini memperlihatkan
proses-proses negosiasi pesantren dengan nilai-nilai globalisasi yang
menjadi icon di zaman ini (Bull-Lukens, 2005:9). Konsep-konsep
modernisasi, globalisasi, dan konstruksi identitas yang menjadi basis dari
analisis Lukens Bull menjadi salah satu inspirasi dalam penelitian ini.
Didalam penelitian ini, dapat dilihat bagaimana proses
pengembangan yang dilakukan oleh kyai untuk Pondok Pesantren Sa‟id
Yusuf. Proses tersebut dilakukan melalui dua cara, pertama dengan pola
pendidikan khas sebuah pondok pesantren, yang menjadi sebuah identitas
7
di pondok pesantren dan sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam
pesantren mampu memberikan nilai-nilai penting yang tidak bisa
didapatkan diluar pondok pesantren, dan kedua dengan „rutinisasi karisma„
Kyai di Pondok Pesantren tersebut.
B. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana peran „rutinisasi karisma‟ Kyai dalam proses
pengembangan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf ?
2. Apa saja elemen-elemen penting dalam „rutinisasi karisma‟
tersebut ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pertanyaan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai oleh
peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagi berikut
1. Untuk mengetahui bagaimana „rutinisasi karisma‟ Kyai dalam proses
pengembangan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf
2. Untuk mengetahui apa saja elemen-elemen penting dalam „rutinisasi
karisma‟ tersebut
Sedangkan manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis.
8
1. Manfaat Teoritis
a. Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat menjadikan salah satu
sumber referensi untuk menambah pengetahuan dengan tema penelitian
yang yang tidak jauh berbeda.
b. Penelitian ini juga diharapkan menjadi salah satu tulisan yang bisa
memberikan kontribusi untuk dunia pendidikan.
c. Tulisan ini juga bisa djadikan salah satu bacaan mengenai teori-teori
modernitas dan karisma Kyai dalam sebuah studi kritis tentang
modernitas di pondok pesantren.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bagi mahasiswa
yang memberi informasi, wawasan dan pemahaman yang mendalam
tentang realitas yang ada dalam pondok pesantren.
b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu saksi nyata dalam
proses modernisasi yang ada di Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf
c. Penelitian ini juga bisa dijadikan salah satu bacaan untuk penelitian
yang akan datang.
9
D. Tinjauan Pustaka
Sejumlah sarjana telah melakukan kajian tentang pendidikan Islam
di Indonesia, khususnya tentang pesantren. Beragam fokus kajian disoroti
dari berbagai aspek seperti peran sosial-keagamaan, budaya, politik dan
pimpinan pesantren (Kyai). Kajian klasik Geertz (1960) terkait peran
pesantren dalam proses modernisasi bagi komunitas masyarakat Jawa.
Kyai digambarkan sebagai “broker budaya”. Geertz menilai bahwa
modernisasi akan berdampak pada berkurang atau hilanngya pengaruh
pesantren tradisional. Kajian serupa dari Horikoshi (1976) Nasionalisasi
dan sekularisasi pendidikan setelah kemerdekaan nasional menantang
status pesantren dalam hierarki pendidikan negara. Selain itu,
pengembangan sistem madrasah oleh Muhammadiyah, yang
menggabungkan pendidikan agama tradisional dengan organisasi
kurikulum formal dan mata pelajaran sekuler, mengancam keberadaan
pesantren. Steenbrink (1986) melanjutkan kajian tentang peran sosial
pesantren berhadapan dengan meningkatnya proses sekularisasi.
Moosmuller (1989) menunjukkan bahwa pesantren telah
berkembang sebagian besar terlepas dari cita-cita pendidikan barat. Hanya
saja sejak abad kesembilan belas mereka dihadapkan dengan model
pendidikan barat dan menanggapinya. Respons ini telah mengakomodasi
dalam berbagai cara. Banyak pesantren memperkenalkan mata pelajaran
sekuler yang sering dicapai dengan memperkenalkan lembaga madrasah
atas dasar pesantren, memodifikasi rutinitas harian mereka sehingga
10
memungkinkan santri mengunjungi sekolah formal di luar pesantren pada
siang hari, dan membuka pendidikan mereka kepada perempuan.
Kajian Dhofier (1994) tentang “Tradisi Pesantren” mengulas
tentang jaringan kekeluargaan Kyai pesantren tradisional menjadi salah
satu kunci kebertahanan nilai-nilai tradisional di pesantren. Pesantren satu-
satunya pendidikan formal yang ditemukan di Jawa. Di pesantren, Kyai
adalah tulang punggung komunitas Islam tradisionalis di Jawa. Dhofier
mengulas pola dasar pesantren. Unsur-unsurnya adalah hubungan Kyai -
santri, asrama atau pondok, kitab kuning, dan praktik normatif. Hubungan
Kyai dan santri menciptakan ikatan kepatuhan antara tuan dan pengikut
yang jauh melampaui waktu siswa di pesantren. Di pondok, Kyai berfungsi
sebagai contoh hidup dari kehidupan Islam yang benar. Selanjutnya,
pondok menyediakan lingkungan yang terkendali dimana karakter siswa
dapat dibentuk. Pesantren juga menekankan pentingnya dan praktik sehari-
hari Islam normatif (yaitu, menjaga Lima Rukun). Akhirnya, ciri khas khas
pesantren adalah kitab kuning (teks-teks Arab klasik) yang membentuk
fondasi kurikulum pesantren dan pendapat Kyai.
Peran dan status studi teks-teks klasik dalam aksara Arab (kitab
kuning) dalam tradisi pesantren didokumentasikan dan dianalisis oleh van
Bruinessen (1994). Kesinambungan yang dicapai harus tidak dipahami
untuk menunjukkan bahwa tradisi pesantren dicirikan seperti kaku dan
tidak fleksibel. Kemandirian politik serta otonomi organisasi dan keuangan
telah memungkinkan pesantren untuk merespons dan secara selektif
11
mengakomodasi perubahan sosial di lingkungan mereka dan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan modern.
Jurnal “ Kepemimpinan Kyai dalam Ideologi Pemikiran Santri di
Pesantren Salafiah Mlangi Yogyakarta“ (Zainal Arifin 2015). Fokus
penelitian ini untuk mengungkap pola kepemimpinan Kyai, strategi
kepemimpinan Kyai dalam proses ideologisasi pemikiran santri di
pesantren-pesantren salafiyah Mlangi Yogyakarta, dan implikasi
kepemimpinan Kyai terhadap pemikiran santri dalam memahami ajaran
agama Islam. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
kepemimpinan Max Weber dan model kepemimpinan dalam suatu
organisasi pendidikan. Dimana weber membagi pola kepemimpinan
berdasarkan dengan teori dominasinya menjadi tiga, yaitu kepemimpinan
traditional, karismatik, dan rasional. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu penelitian lapangan (field research) dengan
jenis pendekatan kualitatif deskriptif.. Dari hasil penelitian ini, dapat
ditunjukkan bahwa kemajuan dan perkembangan pondok pesantren itu
tergantung dari kepemimpinan Kyai di sebuah pondok pesantren.
Pola kepemimpinan seorang Kyai sangat mempengaruhi hidup
atau matinya sebuah pesantren. Yang dimaksud dengan kepemimpinan itu
tidak hanya sekedar mengelola pesantren, namun juga dilihat dari kekuatan
spiritual dan nilai-nilai ketaatan kepada Allah SWT. Kesimpulan dari
jurnal ini, pertama dilihat menggunakan teori dominasi Weber yang
membagi pola kepemimpinan kedalam tiga tipe yaitu tradisional,
12
karismatik, dan rasional, maka tradisi pendidikan pesantren dimana santri-
santri sangat menghormati posisi Kyai sebagai pemimpin itu menjadi hal
yang sangat mempengaruhi kepemimpian dalam tipe kepemimpinan
tradisional. Kemudian, untuk kepemimpinan tipe karismatik didorong
dengan sikap religiusitas dari seorang Kyai dan keteladanan akhlak Islam
yang memang ditunjukan dalam sehari-hari. Sedangkan untuk
kepemimpinan rasional, didorong oleh manajemen pesantren dan
pengembangan orientasi pesantren Salafiyah menjadi pesantren gabungan
(mixed) yaitu gabungan pesantren salafiyah dan pesantren modern seperti
yang sudah dijelaskan diatas. Kedua, ideologi yang dianut adalah
Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) an-Nahdliyah dan strategi ideologisasi
santri yang dilakukan oleh Kyai melalui kajian kitab-kitab klasik
bermadzhab Aswaja an-Nahdliyah, penguatan peran alumni, melestarikan
tradisi pesantren salafiyah, dan kaderisasi dengan keikutsertaan pada
organisai NU. Ketiga, implikasi tipe kepemimpinan Kyai terhadap
pemikiran santri adalah sikap fanatic santri dalam mengikuti pemikiran
keagamaan Kyai (dipengaruhi oleh kepemimpinan tradisional dan
karismatik).
Jurnal Saifuddin Asrori “Negosiasi Ruang Publik: Modernisasi dan
Penguatan Civil Society Model Pesantren” ditulis oleh Saifudin Asrori,
2017. Jurnal penelitian ini mencoba menjawab kemampuan pesantren dalam
mempersiapkan santrinya agar mampu berpartisipasi di era masyarakat
modern dan mendukung penguatan masyarakat sipil. Peran pesantren di di
13
era modernisasi di evaluasi melalui program-program pendidikan yang
berhubungan dengan pendidikan anti-kekerasan, toleransi antar keyakinan
dan etnis, pluralisme, Hak Asasi Manusia (HAM), kesetaraan gender,
demokrasi, serta keadilan politik dan social. Hasil penelitian didalam jurnal
ini dapat disimpulkan bahwa : (1) Nilai-nilai yang dikembangkan Pondok
Gontor dalam membentuk karakter santrinya terdiri dari lima nilai yang
disebut dengan pancajiwa pondok, kelima nilai itu ialah keikhlasan,
kesederhanaan, kemandirian, persaudaraan yang dilandasi oleh semangat
agama, dan kebebasan. Disamping itu, Pondok Gontor juga mengembangkan
motto “berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran
bebas”. (2) nilai-nilai modern tersebut diimplementasikan baik dalam proses
pembelajaran, pembentukan budaya pesantren, kegiatan kokurikuler, dan
kegiatan ekstrakurikuler, karena itu dapat dikatakan bahwa pondok Gontor
merupakan institusi pendidikan keagamaan yang menerapkan pendidikan
karakter secara terpadu dalam keseluruhan proses pendidikannya mulai dari
proses pembelajaran, manajemen pesantren, dan kegiatan keseharian santri.
Jurnal “Spirit Of Education In Indonesia” “Pesantren” (Pam Nilan
2009). Menggunakan metode penelitian kualitatif dengan observasi
lapangan satu tahun lamanya, membahas semangat pendidikan di
Indonesia, dimensi kesenangan, dan cara meningkatkan semangat untuk
mengejar pengetahuan setinggi-tingginya. Peneliti menjadikan dua pondok
pesantren sebagai sumber informasi dari penelitian ini. Kedua pesantren
tersebut sangat miskin, tidak hanya menurut standar barat tetapi
14
dibadingkan dengan sekolah negeri di Indonesia pun kondisinya sangat
sulit. Perwujudan wacana pesantren sebagai prestasi akademis yang tinggi
diilustrasikan oleh Khadija sebagai contoh, (seorang lulusan pesantren
perempuan muda) yang saat ini sedang belajar di tingkatan pendidikan
doctoral, Inggris. Penelitian ini menggunakan teori Foucaldian dengan
mengambil pesantren yang tengah ber pengalaman di Indonesia. Dari hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebagai lembaga pendidikan modern,
pesantren idealnya menanamkan semangat pendidikan yang luas pada
siswa. Kapasitas pedagogis ini beroperasi tidak hanya melalui proses
pembelajaran di kelas formal, tetapi juga melalui operasi rutin terkait bio-
power dan tenaga pastoral dalam kehidupan sehari-hari pondok dan
madrasah. Dalam kondisi hidup dan belajar asketis, kesenangan atau
imbalan menjadi salah satu alasan untuk pencapaian pengetahuan yang
diasumsikan menjadi hak istimewa di masa depan. Wacana pengetahuan
atau pendidikan dihargai dalam teologi Islam Indonesia dan praktik
keagamaan di tingkat terdalam. Diyakini bahwa, di dunia modern kedua
jenis pengetahuan atau pendidikan agama dan sekuler harus dikejar jika
para santri ingin memposisikan diri sebagai khalifatullah fi al-ardh 'wakil
bupati' Allah di bumi. Sebagai wacana, 'semangat pendidikan' dipahami
untuk mencerminkan tidak kurang dari kehendak Tuhan.
Dari beberapa literatur yang telah dipaparkan, terdapat hal yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Yaitu dari segi
teori, ketiga penelitian tersebut belum ada yang memakai teori Karisma
15
dari Weber, teori Connective Leadership dari Jean Lipman, dan teori
Modernitas dari S.N eisenstadt.
E. Kerangka Teoritis
1. Defisini Konseptual
a. Pondok Pesantren
Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata ”santri” yang
mendapat imbuhan awalan ”pe” dan akhiran ”an” yang menunjukkan
tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang pula pesantren
dianggap sebagai gabungan dari kata ”santri” (manusia baik) dengan suku
kata ”tra” (suka menolong) sehingga kata pesantren dapat diartikan tempat
pendidikan manusia baik-baik (Zarkasy, 1998: 106).
Pesantren juga dikenal dengan tambahan istilah pondok yang dalam
arti kata bahasa Indonesia mempunyai arti kamar, gubug, rumah kecil
dengan menekankan kesederhanaan bangunan atau pondok juga berasal
dari bahasa Arab ”Fundũq” yang berarti ruang tidur, wisma, hotel
sederhana, atau mengandung arti tempat tinggal yang terbuat dari bambu (
Zarkasy, 1998).
Nasir (2005: 80) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah
lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta
mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.
Dhofier (1994:84) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah
lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami,
16
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
b. Karisma Kyai
Secara etimologi, kharisma berasal dari kata Yunani yang artinya
divinely inspired gift (karunia yang diinspirasi ilahi), seperti kemampuan
untuk melakukan mukjizat atau memprediksi peristiwa-peristiwa di masa
mendatang (Yuki, 1998 : 268).
Pengertian kharisma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kepemimpinan yang
luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan
pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya atau atribut
kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu. Dengan
demikian, kharisma merupakan atribut yang melekat pada diri seseorang.
Kharisma dapat bersumber dari keturunan atau ciri fisik, kepribadian
mulia, serta kelebihan khusus dalam pengetahuan keagamaan maupun
pengetahuan umum yang dimiliki seseorang (Thomas, 1987:43)
Dalam hal ini kepemimpinan diberikan kepada seseorang yang
memiliki kemampuan atau keunggulan di banding yang lain. Menurut Max
Weber, kepemimpinan kharismatik didapat oleh seorang yang begitu luar
biasa sehingga perintah dan perkataannya dapat mempengaruhi
sekelompok orang (Arisandi,2015:70)
17
Jadi kharisma yang dimiliki seorang Kyai yang bertujuan untuk
memimpin masyarakat, maka pengidentifikasian ini mengacu kepada
fungsi ulama atau Kyai sebagai pelanjut dan pengemban risalah kenabian
yang disampaikan kepada umat manusia. Atas dasar kedudukan yang
ditempati ulama itu, mereka ditempatkan pada hierarki teratas dalam
struktur sosial masyarakat Islam. (Huda,2015: 157 )
2. Karisma dan Rutinisasi Karisma Max Weber
Istilah “karisma” mengacu pada suatu kualitas tertentu dari
kepribadian individual dengan kekuatan mana dia dianggap luar-biasa dan
diperlakukan sebagai seseorang yang mendapat kekuasaan (kekuatan) atau
kualitas adi-kodrati, adi-insani, atau sekurang-kurangnya secara khusus tak
ada taranya. Kualitas dan kekuatan ini sedemikian rupa sehingga tidak
mungkin terdapat pada orang-orang biasa, akan tetapi dianggap sebagai
berasal dari dunia dewata atau tidak biasa, dan atas dasar itu individu
tersebut diperlakukan sebagai „pemimpin‟.
Pengakuan terhadap karisma adalah masalah pengabdian pribadi
sepenuhnya yang timbul karena antusiasme, atau keputusasaan dan harapan.
Menurut Parsons, “otoritas atau kewenangan seorang pemimpin bukan
merupakan ekspresi „keinginan‟ para pengikutnya, namun merupakan
tanggungjawab dan kewajiban yang harus dilaksanakan.” Karena itu, ada
semangat moral yang khas yang sangat bertentangan dengan bentuk-bentuk
moralitas tradisional dan perhitungan rasional. Kelompok karismatik tidak
18
memiliki sistem peran, aturan, dan prosedur yang rumit untuk memandu
kinerja fungsi administratif. Mereka menolak “penghematan harian atau
everyday economizing,” pencapaian pendapatan reguler dengan kegiatan
ekonomi berkelanjutan yang ditujukan untuk tujuan ini. Untuk itu, situasi
karismatik merupakan antisesis total „rutinisasi‟ dari institusi sosial
organsasi dan hubungan sosial.
Karisma bisa dibuat „rutin‟ dengan rutinisasi kualitas yang luar
biasa tersebut. Ketika sampai di sana maka yang terjadi adalah suatu
komunitas sudah diciptakan, dan pola hubungan sudah dibangun, hanya
pertanyaan apa jenis hubungan sosial tersebut; “hubungan sosial yang
terlibat langsung secara ketat bersifat pribadi, berdasarkan pada validitas
dan praktek kualitas karismatik pribadi tersebut. Kalau sekiranya ini tidak
semata-mata menjadi fenomena sementara akan tetapi mau berlanjut
menjadi sesuatu hubungan yang mantab. “komunitas” pada murid atau
pengikut atau organisasi partai atau setiap bentuk organisasi politik atau
birokratik, perlulah bagi kekuasaan dengan karakter karismatik berubah
secara radikal. Sungguh, dalam bentuknya yang murni kekuasaan karismatik
boleh dikatakan baru berada dalam tahap awal. Tidak bisa stabil, namun
menjadi sesuatu yang diwariskan atau dirasionalisasikan, atau suatu
pengabungan antara keduanya.
Weber membagi pola kepemimpinan berdasarkan dengan teori
dominasinya menjadi tiga bagian, yaitu kepemimpinan tradisional,
karismatik, dan rasional. Bryan S. Turner (1974:23) Menjelaskan teori
19
weber, bahwa pertama kepemimpinan legal rasional bersumberkan pada
keyakinan legalitas atas dasar aturan dan prosedur yang berlaku, kedua,
kepemimpinan karismatik bersumberkan pada kesucian, kepahlawanan, dan
kualitas (karakter) luar biasa dari pemimpinnya atau menurut Abdul Gaffar
Karim (2009:103) karisma itu muncul berdasarkan pada kualitas spiritual
seorang pemimpin. Sedangkan yang ketiga, kepemimpinan tradisional
bersumberkan pada otoritas tradisi masyarakat tertentu.
3. Teori Connective Leadership dari Jean Lipman-Blumen.
Teori ini mengatakan bahwasanya kepemimpinan yang baik adalah
kepemimpinan yang dapat menginspirasi bawahannya untuk melakukan
pekerjaan agar sesuai dengan apa yang menjadi visi misi sebuah organisasi.
Dalam memimpin sebuah organisasi, setidaknya seorang pemimpin harus
memiliki elemen-elemen yang ada dibawah ini. (Blumen, 2000)
Tabel I.E.1 Teori Connective Leadership (Jean Lipman-Blumen)
Instrumental
Direct
Relational
Empowers Intrinsic Collaborative
Networks Competitive Contributory
Personal Power Mentors
20
Elemen-elemen tersebut berbicara mengenai :
- Bagaimana seorang pemimpin organisasi memberikan kuasa terhadap
bawahannya, dan dalam hal apa saja mereka mempunyai hak dan
kewajiban dalam organisasi tersebut.
- Bagaimana seorang pemimpin organisasi memberikan jaringan secara
tidak langsung terhadap bawahannya.
- Bagaimana sikap pemimpin organisasi dalam menghadapi
permasalahan didalam organisasinya, apakah terjun langsung dalam
menghadapi permasalahan tersebut atau mendelegasikan setiap
permasalah kepada bawahannya.
- Bagaimana seorang pemimpin organisasi dalam memberikan perintah
bawahan didalam organisasinya. Apakah jenis perintah yang diberikan
seorang pemimpin organisasi menggunakan prosedural yang sulit,
atau justru sebaliknya.
- Bagaimana pemimpin organisasi memproses permasalahan yang ada
di di dalam organisasinya.
- Bagaimana upaya seorang pemimpin organisasi dalam membangun
sebuah tim, baik dalam organisasi maupun dengan masyarakat di luar
organisasi.
21
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana
dalam penelitiaiannya memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang
holistic atau utuh, kompleks, dinamis, dan penuh makna ( Sugiyono,
20005 : 1 ). Pendekatan kualitatif dipilih untuk menempatkan pandangan
peneliti pada cara pandang subjek yang diteliti melalui interaksi secara
langsung.
Pendekatan kualitatif selalu berusaha memahami pemakanaan dari
subjek yang diteliti (intersubjective meaning) dimana peneliti
mengobservasi dan melakukan interaksi antar komunikasi secara intensif
dengan subjek yang diteliti agar mampu memahami dan mengembangkan
kategori-kategori, pola-pola, dan analisis terhadap proses sosial yang
terjadi di tengah masyarakat ( Creswell, 2010 ; Ivan, 2015 : 45 ).
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf Jl. Duren
RT 01 RW 09, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoran
Mas, Kota Depok. 16434.
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 4 bulan. Dalam waktu
tersebut dilakukan wawancara mendalam dengan informan yang telah
ditentukan, kemudian melakukan observasi di Pondok Pesantren Sa‟id
22
Yusuf dengan cara berada di Pondok Pesantren tersebut dalam beberapa
hari dan mengamati keadaan sekitar.
3. Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan, dilakukan secara purposive sampling. Dimana
proses tersebut memiliki tujuan tertentu dan dengan alasan tertentu. Yaitu
menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan
kriteria terpilih yang relavan dengan masalah penelitian (Bungin, 2007 :
107 ). Adapun, peneliti memilih informan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Pendiri Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf
Pendiri Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf merupakan orang yang
mengetahui dengan pasti semua proses modernisasi di Pondok
Pesantren Sa‟id Yusuf.
b. Para ustadz dan ustadzah merupakan orang yang juga mengetahui
proses perubahan-perubahan yang ada di Pondok Pesantren Sa‟id
Yusuf.
c. Santri merupakan orang yang tinggal atau bersekolah di pondok
pesantren tersebut.
d. Alumni Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf merupakan kelompok yang
menjadi saksi pondok pesantren dari awal berdiri hingga sekarang.
e. Ketua Lingkungan RT tempat Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf
didirikan
23
4. Pengumpulan data
Dalam proses pengumpulan data untuk penelitian ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Wawancara
Dalam penelitian lapangan atau observasi, selain mengamati
dan mencatat, peneliti juga melakukan wawancara. Wawancara
yang dilakukan memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara
umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka
(openended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan
opini dari para partisipan (Cresswell, 2009 : 267). Wawancara
adalah salah satu teknik yang peneliti gunakan dalam
mengumpulkan data, sebab cara ini merupakan cara yang paling
mudah sebagai langkah awal dalam mengetahui dan memahami
Pondok Pesantren Secara keseluruhan.
b. Observasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang artinya
memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti
dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilakuk
yang dituju. Cartwright & Cartwright mendefinisikan sebagai suatu
yang melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam”
perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi
ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
24
memberikan sutau kesimpulan atau diagnosis
(Herdiansyah,2012:131). Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi,
sebab cara ini merupakan cara yang sangat ampuh untuk
mendapatkan data secara valid dan empiris yang tidak dapat
dilakukan oleh teknik wawancara, sebab dengan cara ini peneliti
bisa mendapatkan data secara detail dan memahami kegiatan 24
jam santri di Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf.
5. Jenis atau Sumber Data
Data primer, yaitu suatu data yang diperoleh dari hasil penelitian
yang sudah dilakukan dilapangan serta hasil wawancara dengan
informan. Peneliti tidak menekankan pada jumlah informan dalam
penelitian ini tetapi lebih kepada kualitas dari informasi yang peneliti
dapat dari informan tersebut. Disini, peneliti memilih 9-10 orang
informan dalam penelitian ini.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti dari beberapa
literature yang terkait dengan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan
objek penelitian, buku-buku, jurnal-jurnal peneliti terdahulu, internet.
6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong
(2006) dalam bukunya mengatakan bahwa analisis data adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
25
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
Data mentah yang dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data
yang telah disebutkan, selanjutnya direduksi. Reduksi data berisi tentang
proses penggabungan dan penyelarasan segala bentuk data yang
diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis
(Herdiansyah, 2012: 180). Dengan kata lain, data yang sudah terkumpul
dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.
Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan data mentah berupa hasil
wawancara yang kemudian direduksi dengan cara memilih data yang
sesuai dengan kebutuhan penelitian. Selanjutnya dari hasil reduksi data
tersebut, peneliti mulai menyajikannya dalam bentuk laporan ilmiah.
7. Kesimpulan
Tahapan akhir ialah verifikasi dan kesimpulan sebagai suatu
penarikan arti data yang telah ditampilkan. Penarikan arti data yang
sudah ada ialah berdasarkan sejauh mana pemahaman peneliti dan
interpretasi yang dibuatnya. Miles dan Huberman (1992) dalam karyanya
yang dikutip oleh Idrus (2009) menyatakan bahwa dari permulaan
pengumpulan data, peneliti dapat mulai mencari arti benda-benda,
mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang
26
ada, alur sebab-akibat dan proposisi untuk menarik sebuah kesimpulan
sementara. Dari kesimpulan sementara, peneliti dapat melakukam
verifikasi hasil temuan untuk dapat memperdalam suatu proses observasi
dan wawancara agar mendapatkan data yang valid dan reliable. Dengan
melakukan verifikasi, peneliti dapat mempertahankan dan menjamin
validitas dan reliabilitas hasil temuan (Idrus, 2009).
8. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dirancang berdasarkan bab-per-bab sekaligus
memberikan perincian konten dalam masing-masing bab. Terdapat empat
bab dalam skripsi ini, sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, Bagian ini memaparkan pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Gambaran Umum, Bagian ini berisikan gambaran umum
mengenai Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf yang meliputi sejarah pondok
pesantren, struktur kepengrusan yayasan, struktur guru SMP Sa‟id Yusuf
beserta data mata pelajaran yang di ampu, dan juga struktur Organisasi
santri.
27
Bab III Analisis dan Temuan Lapangan, Bagian ini berisikan pengerjaan
analisis dari temuan data penelitian di lapangan. Data penelitian di
dapatkan dari hasil observasi dengan menetap di pondok pesantren selama
beberapa hari, dan juga hasil wawancara dengan beberapa narasumber.
Bab IV Kesimpulan dan Saran, Bagian ini memaparkan kesimpulan dan
saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan pertanyaan penelitian.
Serta memberikan saran yang berguna untuk keperluan penelitian
selanjutnya.
28
BAB II
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF
A. Pondok Pesantren Sa’id Yusuf
Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf adalah sebuah pondok pesantren
yang memadukan antara pendidikan pesantren modern dan salaf yang
implementasinya menyatu pada sistem pendidikan Nasional, yang
bertujuan untuk mencetak anak didik berakhlak mulia sesuai dengan
ajaran Al-Quran dan Sunah Rasulullah SAW. Pondok Pesantren Sa‟id
Yusuf saat ini berada dibawah payung hukum Yaasan Sa‟id Yusuf yang
berdiri pada tahun 2007 dan saat ini ada beberapa lembaga pendidikan
formal dan Non Formal, seperti SD IT, SMP, dan MA. Pendidikan Non
formal seperti Majlis Ta‟lim dan Majlis Zikir.
Kurikulum yang dipakai di Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf ada
dua macam, yakni kurikulum pesantren yang dibuat dan disusun oleh
lembaga sendiri dari yayasan dan pesantren dan kurikulum sekolah yang
mengacu pada KTSP. Adapun beberapa ungggulan dari Pondok
Pesantren Sa‟id Yusuf adalah
1. Bahasa (Arab dan Inggris)
2. Hafalan surat-surat dan ayat-ayat pendek
3. Do‟a sehari-hari yang dibutuhkan masyarakat saat ini
29
Kurikulum Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf juga mengacu pada pesantren
modern dan salaf yang ada di Indonesia.
B. Letak Geografis
Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf terletak di jalan Duren No. 51
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.
Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf tidak berada dipinggir jalan raya. Jarak
dari Pondok Pesantren dengan jalan raya dapat ditempuh dalam waktu 2
menit (motor). Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf juga berdekatan dengan
tempat wisata Islam Masjid Kubah Emas, jaraknya sekitar 2.0 km.
C. Sejarah Pondok Pesantren Sa’id Yusuf
Sejarah didirikannya Yayasan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf
karena melihat fenomena yang ada di lingkungan masyarakat sekitar
yayasan ini. Pada saat ini banyak sekali orang yang hidup dibawah garis
kemiskinan. Akibatnya mereka tidak dapat mengenyam pendidikan yang
pada gilirannya akan membawa kepada keterbelakangan dan kebodohan,
inilah yang dinyatakan oleh Rasulullah Saw,bahwa kebododhan akan
membawa kepada ke kufuran. Melihat fenomena inilah maka para pendiri
yayasan terketuk untuk membantu mereka yang tidak mampu untuk
mendapatkan pendidikan yang layak, mecari jalan keluar agar yang miskin
tidak selamanya miskin, yang bodoh tidak selamanya bodoh, maka untuk
lebih legal dan lebih sempurnanya dukungan dan bantuan moral untuk
30
mereka maka dibuatlah terlebih dahulu sebuah paying hokum yaitu sebuah
yayasan.
Selain melihat fenomena yang ada di lingkungan masyarakat
sehingga berdirinya yayasan ini, ada sebuha hadits Rasul yang mengatakan
bahwa „Sebaik-baik manusia adalah mereka (manusia) yang bermanfaat
bagi manusia yang lain.” Dari hadis itulah para pendiri yayasan Pondok
Pesantren Sa‟id Yusuf ingin menjadi orang yang bermanfaat untuk orang
lain agar tergolong manusia yang baik dan menjadi umat rasulullah Saw.
Bukan hanya pendiri yayasan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf yang akan
menjadi umat yang baik, namun juga untuk para donatur yang peduli
dengan lembaga ini pun baik dari harga atau tenaga .
D. Visi dan Misi Pondok Pesantren Sa’id Yusuf
a. Visi :
Lembaga yang berwibawa, terkemuka, berdedikasi, berlandaskan Al-
Qur‟an dan Sunnah RAsulullah SAW.
b. Misi
1. Menjadikan dan mencetak generasi Qur‟ani
2. Menjadikan generasi yang berakhlakul karimah
3. Menjadikan generasi yang dapat berkiprah di masyarakat
4. Menjadikan generasi yang cerdas, spiritual, emosional, dan
intelektual
5. Menjadikan lembaga yang menjadi kebanggan masyarakat.
31
E. Kegiatan Ekstra Kurikuler Santri
Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf memiliki beberapa kegiatan ekstra
kurikuler dalam kegaiatan kesehariannya, berikut kegiatan tersebut dalam
bentuk tabel :
Tabel II.E.2 Kegiatan Ekstra Kurikuler Santri
No. Kegiatan
1. Hajir Marawis
2. Seni Qasidah
3. Muhadoroh dua bahasa (Arab dan Inggris)
4. Karate dan Pencak Silat
5. Kepramukaan
6. Teater
7. Seni baca Al-Quran dan Seni Kaligrafi
8. Muhadatsah
Kegiatan ini dilakukan oleh para santri dengan tujuan untuk melihat minat
dan bakat para santri sebagai bekal keterampilan mereka masing-masing.
32
F. Aktifitas Santri
Berikut merupakan rangkuman kegiatan santri dalam 24 jam dalam bentuk
tabel.
Tabel II.F.3 Aktivitas Santri dalam 24 jam.
Waktu Kegiatan
04.00 WIB- 05.00 WIB Bangun tidur, Shalat Tahajud dan Subuh
berjamaah
05.00 WIB – 06.00 WIB Belajar pondok pada tiap-tiap marhalah
06.00 WIB – 07.00 WIB Sarapan pagi, muhadatsah, dan persiapan
berangkat Sekolah
07.00 WIB – 12.50 WIB Belajar Sekolah Formal
12.50 WIB – 13.30 WIB Shalat Dzuhur dan makan siang
13.30 WIB – 15.00 WIB Istirahat (mencuci pakaian, tidur,
mengerjakan PR)
15.00 WIB – 17.00 WIB Shalat Ashar, membaca al-waqiah, belajar
pondok, dan makan sore
17.00 WIB – 18.00 WIB Mandi dan Shalat Magrib
18.00 WIB – 20.02 WIB Tadarus Al-Quran dilanjutkan dengan
Shalat Isya
20.02 WIB – 22.00 WIB Belajar pondok dan belajar sekolah
22.00 WIB – 04.00 WIB Istirahat
33
G. Data Siswa dan Santri Pondok Pesantren Sa’id Yusuf
Berikut merupakan tabel jumlah siswa secara kesulurah, baik santri
maupun siswa yang tidak menginap di asrama
Tabel II.G.4 Jumlah Siswa dan santri Jumlah santri Pondok
Pesantren Sa’id Yusuf
TK ATAU RA Sa‟id Yusuf 40 siswa
SDIT Sa‟id Yusuf 230 siswa
SMP Sa‟id Yusuf 170 siswa
MA Sa‟id Yusuf 85 siswa
Total Siswa 525 siswa
Berikut ini merupakan tabel jumlah santri secara keseluruhan
Tabel II.G.5 Jumlah santri Pondok Pesantren Sa’id Yusuf
Santri SMP Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf 95 Santri
Santri MA Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf 45 Santri
Total Santri 140 Santri
34
H. Daftar Ustadz dan Ustadzah beserta Kitab yang di ajarkan
Ini merupakan daftar ustadz dan ustadzah yang mengajar kitab para santri
di Pondok Pesantren dalam bentuk tabel
Tabel II.H.6. Nama Guru beserta kitab
No Nama Jenis Kitab
1. Ustadzah Melly Safinatunnajah
2. Ustadzah Echa Shorof, Jurumiah
3. Ustadzah Syarifah Nahwu, Mufrodat
4. Ustadzah Bila Nahu
5. Ustadzah Dwi Fiqih Fathul Qorib
6. Ustadzah Elis Shorof
7. Ustadz Yoni Fiqih Fathul Qorib
8. Ustadz Danis Shorof
9. Ustadz Lutfi Tajwid
10. Ustadz Saefullah Nahwu Shorof
11. Ustadz Sabil Shorof
35
I. Struktur Yayasan Pondok Pesantren Sa’id Yusuf
Ini merupakan Struktur Yayasan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf dalam
bentuk gambar
Gambar II.1.1 Struktur Yayasan Pondok Pesantren Sa’id Yusuf
PEMBINA
Bpk. H. Umar H. R
PENASEHAT
Bpk. H. Yasmon
KETUA HARIAN
Dr. Kh. Saroni na S.Ag
M.Pd
SEKRETARIS
Bpk. Caca Supardi
BENDAHARA
Bpk. Selamet Riyadi
36
J. Struktur Struktur Kepala Sekolah beserta jajarannya
Berikut ini merupakan Struktur Kepala sekolah beserta jajaran inti dalam
mengelola SMP Sa‟id Yusuf
Gambar II.J.2. Struktur Kepala Sekolah beserta jajarannya
KEPALA SEKOLAH
Hadi Darmawan S.Pd.I
BENDAHARA
Lutfiani
OPERATOR
Saiful Ramadhan
WK KESISWAAN
Abdul Azis HMS,
S.PD
PEMBINA OSIS
Muhtadin
WAKIL KURIKULUM
Hasan Al-Qodri S.Pd
37
K. Daftar Guru dan Mata Pelajaran yang di ajarkan
Berikut daftar mata pelajaran yang ada di SMP Sa‟id Yusuf beserta Guru
yang mengajar mata pelajaran tersebut dalam bentuk tabel.
Tabel II.K.6. Nama Guru dan Mata Pelajaran yang diajarkan
No. Mata Pelajaran Nama Guru
1 Matematika
Hasan Alqodri, S.Pd.
Dra. Dadah Suciati
2 Bahasa Indonesia
Supandi, M.Pd.
Muttaqin, S.Pd.
3 Bahasa Inggris
Dini Rubiyanti Lesmana, S.Pd.
Yusri Yuliana, S.Pd.
4 Ilmu Pengetahuan Alam Rosdiana, S.Pd.
5 Ilmu Pengetahuan Sosial
Rahmi Fathiyas Syah
Lutfiani
6 Tekhnolgi dan Ilmu Komunikasi Saiful Ramadhan
7 Pendidikan Kewarganegaraan Sami,S.Pd
8 Penjas Olahraga dan Kesehatan Muhtadin
9 SBK dan Prakarya Marif S.N
10 Pendidikan Agama Islam Rosyadah, S.Pd.I.
11 Sejarah Kebudyaan Islam Arfan Dadi
12 Bahasa Arab Iskandar Zuhdi, M.Pd.
38
13 Akhlak Abdul Azis HMS, S.Pd.
14 Aqidah dan FIqih Yoni Nuruddin
15 Tahsin Edi Kurnia, S.Pd.
16 Tahfizh H. Khozin Muchtar
17 Muhadoroh Abdul Rahman
18 Pramuka M. Amin
19 Ekstrak Kurikuler Silat Samin
39
L. Struktur Organisasi Santri
Santri memiliki struktur organisasi pondok dalam menjalankan
kesehariannya. Berikut struktur organisasi santri dalam bentuk gambar
Gambar II.K.3 Struktur organisasi santri
KETUA
Abdul Khair
BIDANG PENDIDIKAN
- Ikhsan Nardiansyah
- Surya Pratama
- Gusti Pramudya
BIDANG KEAMANAN
- Bahru Dias Al-Yasi
- M. Indrian Saputra
BIDANG KEBERSIHAN
- Ariq
- Bembi Setiawan
- Afif Nurzaman
BENDAHARA
M. Rafi Putra Herdiansyah
40
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kegiatan Santri dalam 24 Jam
Tabel III.A.8. Jadwal Kegiatan santri dalam 24 jam
Waktu Kegiatan
04.00 WIB- 05.00 WIB Bangun tidur, Shalat Tahajud dan
Subuh berjamaah
05.00 WIB – 06.00 WIB Belajar pondok pada tiap-tiap
marhalah
06.00 WIB – 07.00 WIB Sarapan pagi, muhadatsah, dan
persiapan berangkat Sekolah
07.00 WIB – 12.50 WIB Belajar Sekolah Formal
12.50 WIB – 13.30 WIB Shalat Dzuhur dan makan siang
13.30 WIB – 15.00 WIB Istirahat (mencuci pakaian, tidur,
mengerjakan PR)
15.00 WIB – 17.00 WIB Shalat Ashar, membaca al-
waqiah, belajar pondok, dan
makan sore
17.00 WIB – 18.00 WIB Mandi dan Shalat Magrib
18.00 WIB – 20.02 WIB Tadarus Al-Quran dilanjutkan
41
dengan Shalat Isya
20.02 WIB – 22.00 WIB Pengajian Kitab, Murajaah, Shalat
Sunnah
22.00 WIB – 04.00 WIB Istirahat
Setelah observasi yang dilakukan di pondok pesantren selama
beberapa hari, dapat dikatakan bahwa hampir semua kegiatan santri
mempunyai nilai khas tersendiri. Nilai khas tersebut dilihat dari proses
rutinisasi kegiatan 24 jam santri. Inilah penjabaran kegiatan santri
yang dilaksanakan dari bangun tidur hingga kembali tidur di malam
hari.
Pada pagi hari mereka diwajibkan untuk mandi sebelum
subuh, namun dikarenakan kamar mandi yang tidak mencukupi,
kebanyakan santri mandi ketika setelah sarapan telah selesai. Setelah
beberapa santri selesai mandi mereka melanjutkan dengan shalat
tahajud, kemudian dilanjutkan dengan shalat subuh berjamaah (di
kamar masing-masing baik santri laki-laki dan santri perempuan).
Setelah subuh berjamaah, mereka langsung menuju kelas masing-
masing untuk belajar salaf dengan ustadz dan ustadzah masing-
masing. Dikarenakan gedung SMP jauh dari Yayasan, maka proses
belajar kitab tersebut dilakukan di ruang kelas SDIT yang letaknya
masih satu gerbang dengan kamar-kamar santri. Setelah belajar kitab,
para santri yang belum mandi pun akan mulai antri untuk mandi.
42
Mereka yang sudah mandi akan membersihkan halaman didepan
kamar santri, dan lingkungan sekolah. Baik santri laki-laki maupun
perempuan mereka akan berlomba-lomba membersihkan halaman,
karena barang siapa yang selesai terlebih dahulu, maka mereka berhak
untuk makan terlebih dahulu. Setelah kegiatan bersoh-bersih halaman
selesai, mereka pun melanjutkan dengan sarapan bersama. Sarapan
dilakukan menyesuaikan situasi dan kondisi, terkadang mereka
sarapan dikamar, terkadang mereka sarapan di sebuah aula kecil yang
menjadi tempat belajar mengaji.
Proses makan selesai, mereka pun langsung bersih-bersih dan
bersiap ke lapangan guna melaksanakan kegiatan muhadatsah,
muhadatsah merupakan kegiatan percakan tiga bahasa, yaitu bahasa
Indonesia, bahasa inggris, dan bahasa arab. Kegiatan itu dilaksanakan
wajib setiap pagi sebelum berangkan ke sekolah dan dilakukan selama
30 menit lamanya. Setelah kegiatan muhadasah selesai, mereka pun
bergegas untuk berangkan ke sekolah, gedung SMP Sa‟id Yusuf
memang lumayan jauh dari kamar santri. Santri setidaknya harus
melewati sawah dan perumahan sepanjang perjalanan menuju
sekolahnya. Sampai disekolah santri belajar biasa seperti sekolah
formal pada umunya, namun untuk santri itu jam pulangnya berbeda.
Khusus santri jam pulangnya itu sebelum zuhur, dan semua santri
harus melakukan shalat zuhur berjamaah di kamar masing-masing.
Namun berbeda dengan santri, para siswa SMP yang tidak mondok
43
akan pulang jam 14.00. setelah zuhur berjamaah, mereka melanjutkan
kegiatan dengan pembacaan surat-surat pendek kemudian dilanjutkan
dengan makan siang.
Setelah makan siang santri memiliki waktu istirahat selama
beberapa jam, biasanya mereka melakukan kegiatan di waktu kosong
tersbut untuk kegiatan pribadi mereka seperti mengerjakan PR,
mencuci pakaian, tidur siang, dan sebagainya. Setelah waktu istirahat
selesai, mereka kemudian bersiap untuk shalat ashar berjamaah di
kamar masing-maisng kemudian setelah shalat langsung dilanjutkan
dengan belajar kitab di ruang kelas masing-masing. Setelah kegiatan
tersebut semua santri bergegas menuju kamar masing-masing untuk
mandi dan melakukan piket asrama, piket asrama biasanya dilakukan
dengan bersih-bersih kamar santri, merapikan gantungan baju,
merapikan kasur, barang pribadi, dll. Setelah piket asrama, mereka
bersiap untuk pembacaan surat al-wakiah secara berjamaah di aula.
Setelah pembacaan al-wakiah, mereka kemudian shalat maghrib
berjamaah dan melanjutkan dengan pengajian tadarusan al-quran
hingga azan isya berkumandang. Setelah itu, mereka lanjutkan dengan
shalat isya berjamaah. Setelah shalat isya mereka kembali kekamar
untuk ganti baju dan bersiap untuk makan malam bersama. Setelah
kegiatan makan malam, para santri pun kembali kekamar untuk
bersiap-siap mengikuti pembelajaran kitab yang ada di kelas masing-
masing. Setelah pelajaran kitab selesai, mereka kemudian melakukan
44
murajaah di kamar masing-masing sebelum tidur, dilanjutkan dengan
shalat Sunnah. Disini shalat Sunnah tidak diwajibkan, jadi boleh
dilakukan dan boleh langsung tidur. Berbeda dengan shalat tahajud
yang memang diwajibkan harus shalat tahajud di jam tersebut.
Setelah shalat para santri merapihkan tempat tidurnya dan bersiap
untuk tidur, ada yang masih mengobrol namun ada yang langsung
tidur. Didalam kamar santri, terdapat kamar yang diisi oleh para
ustadzah, jadi mereka langsung bisa memperhatikan santri dari dekat.
Itulah kegiatan yang dilakukan para santri ketika hari sekolah.
Di hari minggu, santri biasanya melakukan kegiatan-kegiatan ekstak
kurikuler pramuka, sepak bola, dan lainnya yang berbau olahraga.
Biasanya di hari minggu banyak santri yang dikunjungi oleh orang
tuanya, orang tua mereka akan mengobrol dan membeli barang-barang
atau keperluan santri yang kurang. Santri pun diizinkan untuk keluar
pesantren jika ada orang tua dan ada keperluan yang akan dibeli.
Kemudian ketika jam kunjungan habis, biasanya di sore hari para
santri bergotong royong untuk membersihkan masjid dan lingkungan
masjid. Karena letak masjid itu diluar pondok pesantren dan berada di
lingkungan warga, maka proses kerja bakti yang dilakukan santri pun
sangat terasa untuk warga-warga sekitar masjid tersebut. Tidak jarang
warga tersebut ikut membersihkan lingkungan masjid bersama santri-
santri.
45
Kegiatan santri dalam 24 jam tersebut secara tidak langsung
membentuk solidaritas antar santri. Ikatan yang begitu kuat pun sangat
terlihat antar santri, baik senior dan junior pun terlihat sangat saling
menyayangi. Salah satu kegiatan yang mereka lakukan dan merupakan
sebuah bukti solidaritas mereka yaitu adanya proses kolektif yang
dilakukan oleh para santri perempuan untuk membuat penutup kamar
mandi ( karena saat ini kamar mandi hanya ditutup oleh kain ). Para
santri dengan senang hati menabung dan menyisihkan uang jajannya
yang kemudian dikumpulkan ke bendahara santri perempuan untuk
membuat pintu kamar mandi. Mereka tidak sayang menggunakan
uang jajannya untuk hal tersebut.
B. Peran Kyai dalam pengembangan pondok pesantren
Dalam proses kegiatan 24 jam santri yang telah diuraikan diatas,
peran Kyai sangatlah penting di dalamnya. Peran Kyai sebagai
pimpinan pondok pesantren tidak bisa berjalan lancar jika Kyai tidak
memiliki dua hal penting. Pertama, Kyai setidaknya harus memiliki
sebuah “karisma”. Karisma diartikan sebagai suatu kualitas tertentu
dari kepribadian individual dengan kekuatan yang dianggap luar-
biasa dan diperlakukan sebagai seseorang yang mendapat kekuasaan
atau kualitas adi-kodrati, adi-insani, atau sekurang-kurangnya secara
khusus tak ada taranya. Kualitas dan kekuatan ini tidak mungkin
terdapat pada orang-orang biasa, dan dianggap berasal dari dunia
46
dewata atau tidak biasa, dan atas dasar itu individu tersebut
diperlakukan sebagai „pemimpin‟. Maka dari itu hal-hal luar biasa ini
lah yang membuat seorang Kyai mampu untuk mendirikan sebuah
pondok pesantren dizaman sekarang ini.
Penulis melihat secara langsung bagaimana karisma itu terlihat
nyata disaat observasi di pondok pesantren tersebut. Dan salah satu
karisma Kyai yang paling menonjol selama observasi dilakukan
adalah ketika kasus santri melarikan diri dari pondok pesantren. Tidak
hanya itu, penulis juga mencoba untuk melihat sejauh mana karisma
yang dimiliki pimpinan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf melalui
wawancara dengan narasumber yang paham akan karisma seorang
Kyai yakni sahabat dari pimpinan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf,
sekaligus ketua RT 01/09.
Selama proses observasi berlangsung di pondok pesantren, ada
sebuah kasus santri melarikan diri ke daerah sukabumi selama dua
hari. Kemudian orang tua santri pun mengantar kembali santri tersebut
ke pondok pesantren dan meminta Kyai untuk membuat anaknya
nyaman di pondok pesantren. Lalu kyai mengambil sebuah gelas
berisi air putih, kemudian di masukan ke dalam mulut kyai lalu
kemudian air tersebut di buang ke tangan kyai untuk di sisihkan
kepada santri tersebut. Proses tersebut, biasa disebut oleh orang
sekitar pondok pesantren dengan sebutan “nyembur”, dengan tujuan
agar anak tersebut nyaman di Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf. Adapun
47
kepercayaan yang diberikan oleh orang tua santri kepada kyai untuk
memberikan proses tersebut dikarenakan kyai memiliki sebuah
karisma. Orang tua santri tidak mungkin memberikan kepercayaan
tersebut jika beliau tidak meyakini ada hal luar biasa yang dimiliki
oleh kyai.
Karisma yang dimiliki pemimpin pesantren sa‟id yusuf, tidak
berlaku untuk ruang lingkup pesantren saja. Faktanya, dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, karisma Kyai juga memancar untuk
lingkungan sekitarnya. Bahkan, salah satu narasumber penelitian ini
yaitu bapak Asmawi selaku ketua Rt pun menyampaikan dan
meyakini bahwa dengan adanya Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf telah
membuat lingkungan RT 01/09 seperti dijaga dari hal-hal yang
membahayakan atau “marabahaya”, misalnya dengan kegiatan zikir-
zikir yang dilaksanakan di pondok pesantren, itu membuat beliau
yakin masyarakatnya akan dijauhkan dari penyakit-penyakit. Seperti
dalam kutipan wawancara berikut ini :
“Ya saya merasakan itu dengan banyaknya dzikir-dzikir disana
akan menjauhkan kita dari penyakit, bahla di lingkungan, itu
pasti.” (A… Agustus 2019. Ketua lingkungan RT 01/09)
Bagi masyarakat yang tidak begitu paham mengenai karisma
atau barokah mungkin tidak menyadari hal-hal seperti itu. Lain halnya
dengan bapak Asmawi yang meyakini bahwa selain dengan adanya
pondok pesantren membuat lingkungan menjadi berwibawa, ada salah
48
satu dari kegiatan santri selama 24 jam yang membawa barokah untuk
lingkungan, yaitu pembacaan surat al-wakiah yang dilaksanakan
setelah shalat Ashar berjamaah. Dengan pembacaan surat Al-wakiah
tersebut, beliau meyakini sedikit banyak lingkungan akan
mendapatkan barokahnya. Seperti dalam kutipan wawancara berikut
ini
“Dan ya berpengaruh juga itu pesantren buat lingkungan, artinya
ada wibawa lingkungan itu pasti, ada berkah lingkungan itu
pasti, kan setiap habis ashar itu kan ada pembacaan wakiah
berjamaah, kalo memang santrinya seratus, ya seratus balik
wakiah. Itu pasti berkah untuk kita semua disini, cuma kadang-
kadang kita ga nyadarin aja” (A… Agustus 2019. Ketua
lingkungan RT 01/09)
Karisma yang dimiliki Kyai membuat orang-orang yang berada
disekitarnya mengagumi sosok Kyai. Seperti yang dikatakan bapak
asmawi, bahwa beliau begitu mengagumi sosok Kyai selama ini.
Bahkan rasa kagumnya yang luar biasa terhadap Kyai membuat beliau
tidak segan-segan untuk menceritakan sosok Kyai kepada orang-orang
yang mungkin tidak begitu sadar akan karisma yang dimiliki Kyai.
Seperti dalam kutipan wawancara berikut ini
“Dan kita seharusnya bersyukur gitu jadi kita pun sangat
menghrgai beliau, sekalipun beliau mah ga pernah minta untuk
dihargai, tapi saya mah secara pribadi hati mah kesampean
kesana walaupun saya ga ngomong gitu. Saya mah misal lagi
ngorol ama orang juga saya ngomong gitu perjalan paaji, kan di
amah ama pa arifin ilham juga deket banget”. (A… Agustus
2019. Ketua lingkungan RT 01/09)
49
Bapak Asmawi juga menceritakan bagaimana Kyai
diperlakukan oleh jamaahnya ketika menghadiri sebuah acara besar.
Sambutan yang sangat meriah untuk Kyai, arak-arakan yang diberikan
oleh panitia untuk Kyai. Beliau menceritakan hal ini dengan wajah
yang sangat antusias dan senang. Namun, di akhir pembicaraan ini
beliau juga mengatakan bahwa Kyai tidak pernah meminta untuk di
agung-agungkan seperti ini. Beliau juga menuturkan Kyai sebenarnya
tidak terlalu menyukai di arak seperti itu. Seperti dalam kutipan
wawancara berikut ini
“ Mungkin kalo kita mah ngeliat paaji sosok biasa disini, tapi
kalo saya lagi nganter beliau ceramah atau ada acara apalagi
acara tabhlig akbar, atau maulid itu luar biasa penyambutan,
sampe di arak diapain, ya padahal di amah ga mao tapi orang-
orang mengagungkan gitu.” (A… Agustus 2019. Ketua
lingkungan RT 01/09)
Kedua, Kyai harus memiliki tiga elemen dari teori Connective
Leadership. Adapun 3 elemen tersebut adalah :Instrumental, Direct,
dan Relational. Kemudian dari 3 elemen tersebut, diturunkan menjadi
sembilan elemen dibawahnya. Yakni : Empowers, Networks,
Personal, Intrinsic, Competitive, Power, Collaborative, Contributory,
dan Mentors.
1. Empowers
Dalam proses pemberian kuasa terhadap guru, tentu Kyai harus
mempertimbangkan banyak hal. Kyai telah memberikan kuasa
50
terhadap guru untuk memarahi santri ketika permasalahannya masih
dalam tahap wajar. Ketika penulis mencoba menanyakan apabila ada
kesalahan seperti telat mengaji, siapa yang akan menghukum mereka
dan santri pun menjawab bahwa ustadzah lah yang akan memarahi
santri ketika santri dalam keadaan telat mengaji. Seperti yang
disebutkan oleh narasumber berikut ini :
”Biasanya kalo saya atau temen-temen telat ngaji si
dimarahinnya sama utadzah ka. Bukan dimarahi sih tapi kayak
dibilangin aja. Tegas gitu “ MAM… Agustus 2019. Santri
Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
Berdasarkan penuturan yang telah disebutkan diatas, Kyai
memberikan kuasa terhadap guru dengan berhak memarahi santri
ketika santri telat dalam melakukan kegiatan di pesantren. Namun,
kekuasaan yang diberikan Kyai kepada guru untuk mengatur santri
harus digunakan tepat pada tempatnya. Yakni ketika santri salah, dan
harus diberi teguran. Teguran yang dilakukan pun hanya berupa kata-
kata yang sopan dan menunjukan ketegasan dirinya sebagai guru.
Bukan hanya terhadap guru, Kyai juga memberikan kuasa nya
terhadap alumni yang sedang mengabdi. Untuk saat ini, kurang lebih
ada 5 alumni Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf yang sedang mengabdi
disini, ketika peneliti mempertanyakan kegiatan yang dilakukan oleh
pengabdi selama di pondok pesantren, mereka menjawab bahwa
terkadang, Kyai memberikan kuasa kepada para pengabdi untuk
mengajar santri jika ada guru yang tidak masuk. Bukan hanya itu, ada
51
beberapa alumni yang menjadi pengajar tetap di pondok pesantren.
seperti yang disebutkan oleh narasumber berikut ini :
“ ya gantiin guru yang kosong gitu teh, misal nih ntar ada yang
gak masuk gurunya yaudah ijal gantiin dah “ (R..Agustus 2019
Alumni Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
Kyai juga memberikan kuasa kepada guru untuk mengurus
santri dalam hal kebersihan, ketika kamar santri ada yang kotor itu
sudah seharusnya para guru di asrama bisa memarahai santri agar
kamar selalu terlihat bersih. Karena ketika Kyai berkeliling untuk
memeriksa kebersihan, jika ada kamar yang kotor maka guru-guru
pun ikut dimarahi oleh Kyai dan dianggap tidak bisa untuk mengurus
santri dengan baik dan benar. Seperti yang diceritakan oleh salah satu
informan berikut ini :
“ya misalnya karena pesantren kotor, terus santri gak ada yang
ngurus gitu biasanya marah, lagian kalo abi tuh yang penting
shalat jamaah, kebersihan udah itu doang. ustaz-ustaz paling
diomelin kalo misalnya kamar banat sama banin ada yang kotor,
itu kayak ga bisa ngurus santri gitu kak menurut abi. “(A…
Agustus 2019. Santri Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
2. Networks
Dalam hal ini, pimpinan Pondok Pesantren Sa;id Yusuf tidak
segan-segan mendelegasikan ustadz dan uztadzah dalam menghadiri
acara yang sifatnya mengedukasi dan berguna untuk pondok
pesantren. Bukan sekali saja, namun sering sekali pimpinan Pondok
Pesantren Sa‟id Yusuf mendelegasikan ustadznya untuk menghadiri
52
acara-acara penting. Itu dilakukan Kyai bukan karena alasan semata-
mata beliau tidak bisa menghadiri acara tersebut, melainkan agar
ustadz disini mendapatkan ilmu yang bermanfaat yang dapat
diterapkan di pondok pesantren. Hal itu mengartikan bahwa secara
tidak langsung Kyai memberikan jaringan kepada ustadz di pondok
pesantren agar ustadz di pondok pesantren semakin perkembang
dengan banyaknya jaringan yang didapatkan. Dan hal itu dijelaskan
juga oleh Kyai secara langsung didalam kutipan wawancara berikut
ini :
” Ohiya kalo itu iya biasa, kaya macem kemarin acara forum
komunikasi pesantren. Itu kan saya mengutus salah satu ustadz.
Kemudian acara misalkan rapat-rapat kepesantrenan ke
KEMENAG itu saya utus ustadznya. Tujuannya agar dia juga
paham gitu. Ketika dia sudah tidak disini, dia bisa memanage
pesantren yang lain gitu. “(S…Agustus 2019. Kyai dan
Pimpinan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
Dari kutipan wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Kyai tidak segan-segan berbagi jaringan terhadap guru-guru di
pondok pesantren. Bahkan hal itu bukan hanya sekedar perwakilan
dari pondok pesantren, melainkan dengan tujuan agar guru yang
diutus oleh Kyai tersebut paham tentang perkembangan
kepesantrenan dan berguna untuk dirinya mengajar baik di Pondok
Pesantren Sa‟id Yusuf maupun pondok pesantren lainnya.
3. Personal
53
Dalam menangani proses permasalahan santri, setidaknya Kyai
mempunyai dua pilihan yaitu Kyai harus terjun langsung, atau
mendelegasikan permasalahan kepada guru santri tersebut. Dilihat dari
hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan selama satu
minggu di pondok pesantren, terlihat bahwa dalam beberapa hal, Kyai
melakukan terjun langsung dalam mengawasi santri. Contohnya dalam
proses memeriksa kebersihan kamar santri, Kyai satu minggu sekali
memeriksa kamar santri. Ketika dalam proses memeriksa kamar
tersebut dan ternyata kamar dalam keadaan kotor, maka Kyai tidak
segan-segan untuk langsung memarahi para santri atau bahkan
melemparkan barang-barang di depan wajah santri. Sepeerti yang
diceritakan beberapa santri dalam kutipan wawancara berikut ini :
“kalo kita sekola juga abi suka masuk kamar, tiba-tiba pas kita
pulang sekolah kamar udh diacak-acak sama abi “(A… Agustus
2019. Santri Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
“ Pernah, waktu itu abi kan mau ngecek bangunan diatas, terus
abi liat yg kotor-kotor abi bilang “ini banat ember-ember jangan
taro di kamar, taro di kamar mandi “(MAM… Agustus 2019.
Santri Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
Bukan hanya santri, hal tersebut juga dikonfirmasi oleh para
guru di pondok pesantren bahwa Kyai memang terjun langsung dalam
memeriksa kebersihan kamar santri, bahkan juga kamar mandi. Para
santri yang memang tahu Kyai melakukan cek kebersihan seminggu
sekali, maka biasanya sebelumnya mereka bergotong royong untuk
54
menghindari amarah dari Kyai. Seperti kutipan wawancara oleh salah
satu guru pondok pesantren dibawah ini yang memang tinggal di
pondok pesantren.
“ iya, langsung beliau cek ke kamar santri, ke kamar mandi juga.
Itu beliau cek setiap hari minggu pagi. Jadi ketika besok pagi
mau dicek santri-santri semua gotong royong atau kerja bakti di
kamar masing-masing. “ (S… Agustus 2019. Guru Pondok
Pesantren Sa‟id Yusuf)
Bukan hanya itu, guru di pondok pesantren pun mengakui
bahwa Kyai merupakan orang yang anti dengan tempat-tempat yang
tidak bersih. Seperti dalam kutipan wawancara berikut ini :
“terjun langsung teh, hampir tiap minggu beliau memperhatikan
santri apalagi terhadap kebersihan beliau anti banget ada tempat-
tempat yang kotor. Kalo beliau ngeliat tempat ada yang kotor
atau gantung-gantungan baju kalo tiap minggu itu abi yang
terjun langsung. “ (S… Agustus 2019. Guru Pondok Pesantren
Sa‟id Yusuf)
Dalam ceramahnya pun, Kyai selalu menegaskan bahwa
kebersihan itu sebagian daripada iman. Itu merupakan suatu bukti
bahwa permasalahan yang ada dalam santri, tidak jauh soal
kebersihan. Hal ini dikonfirmasi dalam wawancara kepada guru
pondok pesantren.
“Pernah, itu biasa. Apalagi anak cowok, lemari berantakan,
soalnya abi menjaga banget kebersihan soalnya. Pasti setiap
ngaji abi selalu bilang “kebersihan itu annazofatuminal iman ”.
makanya kalo masalah piket abi keras banget “ (D… Agustus
2019. Guru Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
55
Dalam kegiatan Kyai dalam memperhatikan santri secara
langsung, Kyai tidak hanya fokus kepada kebersihan saja. Kyai juga
tidak segan untuk memperhatikan santri ketika sudah waktunya jam
tidur santri. Dalam kesehariannya, Kyai selalu memeriksa kamar
santri satu persatu. Hal ini dijelaskan oleh Ketua lingkungan yang juga
merupakan sahabat dekat Kyai. Berikut kutipan wawancaranya :
“iya, dia mah nih misal udah jam 10 malem santri udah pada
tidur, ya dia mah ngontrol gitu satu satu ke kamar santri nih
bocah udah pada tidur belom. Nggak lagi lepas gitu aja.” (A…
Agustus 2019. Ketua Lingkungan sekaligus sahabat dekat Kyai)
Dari wawancara tersebut menunjukan Kyai merupakan orang
yang sangat memperhatikan santri, hal ini dibuktikan dengan rutinitas
sebelum tidur Kyai yang selalu menyempatkan diri untuk sejenak
berkeliling memastikan bahwa para santri sudah tidur di kamar
masing-masing.
Bukan hanya dalam hal kebersihan dan keliling malam saja yang
Kyai lakukan sendiri, nyatanya Kyai juga mau melakukan hal-hal
kecil didepan para santri. Contohnya seperti kegiatan piket bersih-
bersih. Kyai tidak malu melakukan tugas piket yang seharusnya
dilakukan para santri. Kyai juga tidak segan untuk menyiram tanaman
sendiri. Namun, santri yang melihatnya pun tidak enak hati melihat
Kyainya melakukan hal-hal tersebut, dengan inisiatifnya mereka
menawarkan diri untuk menggantikan posisi tersebut. Tidak jarang
Kyai tetap ingin melakukan kegiatan tersebut. Dan menolak tawaran
56
santri yang ingin menggantikan posisi tersebut. Hal ini dijelaskan oleh
salah satu guru pondok pesantren dalam kutipan wawancara berikut
ini :
“Sering, kan ada buya atau Kyai yang mengarahkan semuanya
kepada ustadz dan ustadzah, nah kalo abi enggak, kalo sesuatu
ada yang masih bisa abi kerjain sendiri abi terjun langsung.
Contoh kayak piket, itu kan suatu hal kecil, abi kalo sempet itu
turun langsung (D… Agustus 2019. Guru Pondok Pesantren
Sa‟id Yusuf)
Tidak hanya itu, hal tersebut juga dikonfrmasi oleh salah satu
santri yang ada di pondok pesantren, yang menyebutkan bahwa Kyai
tidak segan menyapu halaman dan Kyai menolak bantuan para santri.
“Jadi kadang abi nyapu halaman pondok, lalu kita samperin
terus kita bilang biar kita aja. Kalo emang abi lagi senggang
yaudah ahirnya abi aja gitu. Nyiram-nyiram juga sering. “(A…
Agustus 2019. Santri Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
4. Direct
Poin ini berbicara mengenai perintah yang diberikan oleh kyai.
Apakah kyai terjun langsung dalam menangani permasalahan didalam
pondok pesantren, atau tidak. Ketika kita berbicara mengenai jenis
hukuman yang diberikan oleh Kyai terhadap santri-santri yang
bermasalah, setidaknya kita harus mengetahui terlebih dahulu apa saja
yang biasanya menjadi suatu permasalahan di pondok pesantren ini.
Adapun dari penelitian yang telah dilakukan, permasalahan yang
57
biasanya dilakukan oleh para santri yang harus ditangani oleh Kyai
dalam penangannnya adalah :
a. Pacaran
b. Membawa HP
c. Merokok
Dari ketiga jenis permasalahan tersebut, hukuman yang
diberikan oleh Kyai pastinya berbeda-beda. Ada santri yang di jemur
di tengah lapangan, ada pula yang di hukum dengan membotakan
kepalanya dan langsung dicukur oleh Kyai sendiri. Untuk kesalahan
membawa handphone, karena di pondok memang tidak diperkenankan
untuk membawa handphone, maka hukumannya adalah hafalan.
Namun sebelum hafalan semua santri yang membawa handphone itu
dikumpulkan dilapangan dan handphonenya dihancurkan didepan
santri-santri tersebut.
Kesalahan-kesalahan besar seperti merokok, membawa
handphone itu dilakukan santri dalam beberapa tahun yang lalu.
Untuk beberapa tahun belakangan ini memang santri-santri pondok
pesantren disini cenderung tidak membawa masalah dalam hal besar,
ini dibuktikan dari hasil wawancara dengan salah satu alumni yang
mengajar disana yang mengatakan bahwa dalam beberapa tahun yang
lalu sempat ada kasus santri membawa HP dan proses
penghukumannya serupa seperti yang disebutkan diatas. Tidak hanya
itu, salah satu alumni pondok pesantren ini pun mengakui bahwa
58
untuk saat ini, santri-santri cenderung takut terhadap hukuman yang
diberikan Kyai. Namun sebenarnya, hukuman yang diberikan Kyai
saat ini kepada santri-santri sudah berbeda dengan hukuman pada
saaat ia bersekolah. Dan jika dibandingkan dengan saat dirinya
menjadi santri, hukuman saat ini belum seberapa. Hal ini bisa dilihat
dari kutipan wawancara berikut ini
“ kalo yang bawa hape pernah tuh ketauan sama abi berapa
orang gitu kan (beberapa tahun yang lalu) , yaudah dah langsung
diancurin didepan kita semuanya. Parah banget dah dulu mah
abi juga. Kalo sekarang mah santri pada takut gitu ama abi
padahal mah ga ada apa-apanya dibanding dulu. ” (R… Agustus
2019. Alumni Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
Perbedaan proses hukuman yang diberikan Kyai kepada santri,
diperjelas dengan kutipan wawancara kepada salah satu alumni, yang
menyebutkan bahwa hukuman saat ini memang tidak sebanding
dengan hukuman untuk santri di tahun-tahun sebelumnya untuk kasus
yang sama. Contohnya untuk permasalahan pacaran, santri-santri
terdahulu menyebutkan bahwa proses penghukuman yang diberikan
Kyai kepada santri itu berupa pembotakan rambut santri tersebut,
tidak hanya itu Kyai pun tidak segan-segan mengeluarkan santri
tersebut dari yayasan. Berbeda untuk santri sekarang, Kyai
memberikan hukuman bagi santri yang berpacaran hanya dengan
menjemur kedua santri tersebut atau bahkan hanya berupa hafalan.
“untuk yang pacaran biasanya tuh ngehukumnya ya bisa pake
dijemur dua-duanya, bisa cowonya dibotakin dulu mah, ada juga
yang dikeluarin dari sekolah. Tapi sekarang mah kemaren ada
59
yang ketauan pacaran cuma disuru ngapal doang. Tapi
tergantung abi si ka kalo ngehukum gitu kan ustaznya harus
nanya dulu ke abi.” (R… Agustus 2019. Alumni Pondok
Pesantren Sa‟id Yusuf)
Hal ini juga dikonfirmasi oleh salah satu guru di Pondok
Pesantren tersebut, bahwa proses penghukuman santri untuk kasus
santri berpacaran itu hanya sebatas dijemur atau hafalan. Namun itu
tergantung keputusan dari Kyai sendiri. Berikut kutipan
wawancaranya
“ Dikumpulin buktinya dulu, saksi, dari pihak laki-laki dan
dikumpul ke ustadz, saksi dari pihak perempuan dikumpul ke
ustadzah, kita kumpulin terus abis itu kita rapatin. Terus
biasanya kita juga ngomong ke atasan penyelesaiannya gimana,
kadang sih abi bilang hafalan aja. Kadang dijemur disini (nunjuk
lapangan) jadi sesuai keputusan abi sih “(S… Agustus 2019.
Guru Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
Dalam metode penghukuman ini pun penulis langsung
mengkonfirmasi kepada Kyai untuk memastikannya, dan ternyata
memang metode hukum hafalan yang dipakai saat ini oleh Kyai
dikarenakan Kyai menginginkan memberikan hukuman yang juga
sekaligus mengedukasi kepada santrinya. Sepeerti dalam kutipan
wawancara berikut ini
“Paling hukuman untuk anak-anak itu mereka yang sifatnya
edukasi ya seperti hafalan. Hafalan aja yang kita kasih hukuman
kepada mereka. Karena kenapa hafalan, karena saya melihat
model pembelajaran kan ada jenis hukuman yang mendidik, jadi
itu aja.” (S… Agustus 2019. Kyai sekaligus pimpinan Pondok
Pesantren Sa‟id Yusuf)
60
Disini dapat ditarik kesimpulan bahwasanya dalam proses
penghukuman santri, Kyai mempunyai kuasa langsung atas hukuman
apa yang harus diberikan terhadap santri yang sedang bermasalah.
Proses penghukuman santri atau jenis hukuman yang dberikan itu
merupakan hukuman dengan berdasarkan pertimbangan yang matang
oleh Kyai. Untuk permasalahan besar seperti permasalahan yang
disebutkan diatas, guru-guru hanya menuruti perintah Kyai dalam
pemberian hukuman yang tepat.
Adapun dalam proses penghukuman untuk santri yang
bermasalah, biasanya Kyai memerikan kuasa terhadap guru untuk
menyelesaikannya. Nemun ketika guru tidak sanggup atau lepas
tangan dengan berbagai pertimbangan, maka guru akan menunggu
keputusan Kyai dalam menangani santri bermasalah tersebut. Hal ini
dikonfrimasi dalam wawancara dengan Kyai secara langsung.
”Pertama ke pengasuh dulu, kemudian apabila pengasuh tidak
mampu menangani saya yang turun.” (S… Agustus 2019. Kyai
sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
5. Relational ( Collaborative, Contributory, Mentors)
Hasil dari observasi yang dilakukan menunjukan bahwa
pertama, pimpinan besar Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf telah menjadi
pemimpin yang bisa membawa dan membangun tim dengan baik,
dilihat dari bagaimana beliau memberikan tempat yang terbaik dalam
rangka rapat kerja akhir tahun beliau menginginkan rapat itu dengan
61
kondisi yang nyaman, sejuk, yang akhirnya akan menghasilkan
gagasan yang bagus, dan dapat berfikir jernih dibanding rapat hanya
didalam ruangan sekolah. Hal itu dijelaskan oleh salah satu
narasumber peneliti yang selaku supir pribadi Kyai, dan merangkap
sebagai ketua RT di lingkungan pondok pesantren.
“Kayak kemaren kepuncak itu dia bukan lagi maen leha-leha itu.
Memang ada yang ingin dibicarakan dengan guru-guru disana,
kenapa dia sampe kesana, artinya kan kalo disana mungkin
guru-guru bisa lebih konsentrasi dalam rapat. Kan kalo rapat
ahir taun pengennya ditempat guru-guru bisa focus gitu. Bukan
dia lagi sok-sokan gitu bukan, tapi dia punya trik tersendiri.
Rapat mah disini juga bisa padahal. Ya kalo dia mau ngirit mah
ngapain repot kesana kan, kan kalo dipuncak itu kan
pengeluaran lebih besar jadinya. Ya tapi dia emang maunya
begitu. Kemaren puncak kan say amah Cuma nganter yaudah
saya mah ngeliatin doang. Dia mah pada rapat dari jam 09.00
sampe jam 01.00 juga belom udahan itu artinya kan memang
ada planning yang dia pikirin untuk kedepan gitu. Makanya itu
otak utamanya paaji., baru nitip amanah-amanahnya ke kepala
sekolahnya kan. “(A… Agustus 2019. Ketua lingkungan RT
01/09 yang juga sebagai sahabat dekat dari Kyai)
Bukan hanya itu saja, kemampuan Kyai dalam membangun tim
juga bisa dilihat dari salah satu cerita narasumber yang berprofesi
sebagai pimpinan santri di pondok pesantren. Sebelum diterima
menjadi pengasuh di pondok, Kyai sangat terbuka mengajak ustadz
tersebut untuk sama-sama membangun pondok pesantren bersama-
sama.
Proses membangun tim dalam sebuah pondok pesantren, tidak
hanya dilibatkan oleh Kyai, melainkan dari keluarga Kyai. Disini, istri
Kyai berperan sebagai seorang ibu yang harus memberikan
62
kenyamanan untuk santri dan juga para guru di pondok pesantren.
Kenyamanan tersebut diberikan dalam upaya untuk mempertahankan
tim yang ada di pondok pesantren tersebut. Ustadz pun menyebutkan
bahwa memang kenyamanan yang diberikan pihak yayasan luar biasa
kepadanya. Beliau menyinggung juga soal keuangan, jika soal
keuangan mungkin memang tidak seberapa jika dibanding dengan
mengajar ditempat lain. Namun, dengan kenyamanan yang diberikan
dari pihak yayasan, baik dari tempat tinggal dan juga perlakuan-
perlakuan pihak yayasan mampu mengalahkan besarnya bayaran dari
tempat mengajar yang lain. Berikut kutipan wawancaranya
“Memang kan saya kesini pertama kali karena si fahri, karena
kita sama-sama dari darus salam. Saya kontak si fahri “fahri
tanya ama abi deh, ada lowongan ngajar nggak di pondok ente”
beberapa hari kemudian si fahri ngasih kabar abi mau nelfon
nyuruh saya dateng, yaudah abi bilang bahwa kita satu
almamater darus salam kita majuin aja ini pondok bareng-
bareng, saya ga bawa apa-apa tuh. Baju juga kaga bawa. Dan
kenapa disini saya bisa bertahan lama, jujur kekeluargaannya
luar biasa. Kalo untuk (mohon maaf ya) fee, itu kecil saya akuin.
Tapi balik lagi apalah fee besar kalo kita juga kerja ngak
nyaman tempatnya. Yang kedua fasilitas disini ya saya akuin
sebagai pengasuh ya lengkap, kamar ada, kipas ada, dispenser
ada, Kasur ada, makan ya tinggal makan tidur ya tinggal tidur,
ya lebih dari cukup menurut saya mah. Ya Cuma memang untuk
kewajiban pengasuh ya sudah resiko masing-masing ya
bangunin santri dll tu sudah resiko kita. “(S… Agustus 2019.
Guru sekaligus pengasuh santri Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
Tidak hanya pandai dalam membangun sebuah tim, Kyai
mampu menjadi mentor yang baik bagi santri maupun masyarakat. Ini
bisa dilihat dari bagaimana rutinitas ibadah Kyai menjadi sebuah
63
sesuatu yang diagungkan oleh para santri, karena hampir seluruh
santri menyebutkan bahwasanya hal yang dikagumi dari Kyai yaitu
ibadahnya Kyai. Bahkan bukan hanya santri, ketua lingkungan dan
Pembina satri pun mengatakan hal yang sama. Bagi ketua lingkungan
disini, praktek yang diajarkan oleh Kyai itu menjadikan Kyai sebagai
mentor secara tidak langsung. Karena masyarakat melihat dan merasa
terpanggil dengan apa yang Kyai praktekan. Hal tersebut Ini bisa
dilihat dari hasil wawancara berikut ini :
“Apa yang dia bicarakan, dia praktekan. Makanya kan orang-
orang juga akan terpanggil. Termasuk parung bingung juga
yang pertama buka zikir dan ramai diikuti kan di RT sini karena
ada paaji syaroni. Namun, keterbatasan waktu beliau jadi ga bisa
lanjut gitu.” (A… Agustus 2019. Ketua lingkungan RT 01/09)
Dikonfrimasi oleh Pengasuh santri bahwa apa yang beliau
kagumi dari sosok Kyai adalah ibadahnya seorang Kyai yang tidak
pernah putus meskipun dalam keadaan sakit. Seperti dalam kutipan
wawancara berikut ini
“Dan memang yang saya kagumi dari beliau itu dari segi
ibadahnya luar biasa, beliau tahajud gak pernah lolos, apalagi
shalat jamaah ga pernah lolos pasti ikut terus sekalipun sakit
asam urat. Prinsip beliau gini kalo memang masih bisa jalan
beliau pasti akan jamaah di masjid, itu yang bikin termotivasi
santri yang seperti itu, sama baca qurannya ga pernah putus
“(S… Agustus 2019 Guru dan juga Pengasuh santri Pondok
Pesantren Sa‟id Yusuf)
Selain sebagai pemimpinan yang mampu membangun tim, dan
menjadi mentor bagi masyarakat maupun santri, peniliti juga melihat
64
apakah Kyai masih berkontribusi dalam proses pengajaran di pondok
pesantren maupun masyarakat, atau justru sebaliknya dan tidak
berkontribusi dalam keduanya. Hasil penelitian menunjukan bawha
disaat kesibukannya sebagai pimpinan besar sebuah pondok pesantren,
tidak membuat beliau melepas santri begitu saja.
Hal itu terlihat dari hasil wawancara yang menyebutkan bahwa
Kyai setiap harinya selalu mengawasi pembelajaran dari tingkat RA
hingga MA. Bahkan, Kyai sendiri yang mengatur administrasi pondok
pesantrennya secara keseluruhan. Tidak hanya itu, Kyai juga masih
turut berperan aktif dalam memberikan ilmu kepada santri-santri baru.
Bisa dikatakan Kyai merupakan sebuah pintu santri sebelum santri
diajarkan oleh guru-guru lain di pondok pesantren. Kyai setidaknya
harus tetap mengajarkan ilmu dasar-dasar untuk santri sebelum santri
mempelajari banyak hal lain oleh guru yang lain. Hal tersebut
menunjukan bahwa Kyai msih berkontribusi aktif dalam proses
memberikan ilmu kepada santri. Hal tersebut dikonfirmasi dalam
kutipan wawancara berikut ini:
“Kalau secara umum, untuk maju atau mundur nya pesantren ini
masih tetap saya yang pegang administrasinya. Artinya saya
yang memanage itu semua. Baik dari tingkat RA, sampai ke
tingkat Madrasah Aliyah hingga ketingkat kepesantrenan.
Kemudian untuk sehari-harinya ya saya tetap mengawasi
bagaimana pembelajaran itu berjalan, dan saya tetap ikut
berperan mengajar juga. Jadi mengajar ilmu dasar yang harus
mereka miliki terlebih dahulu baru setelah saya ajarkan kepada
mereka, meraka dikembangkan oleh guru-guru yang baik disini.
Jadi pintunya misalkan saya megang ilmu alatnya, nausorohnya,
fiqihnya, tahrimnya, kemudian saya pegang ilmu akhlaknya,
65
saya tetap berperan memegang itu. “(S… Agustus 2019. Kyai
sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
Kontribusi yang dilakukan Kyai tidak hanya didalam pondok
pesantren. Kyai masih turut serta berkontribusi di lingkungan, dengan
berbagai kegiatan yang ada di lingkungan. Hal tersebut dibuktikan
dengan kegiatan pengajian malam jumat rutin yang ada di
lingkungannya, ketika Kyai ada waktu kosong beliau tidak segan
untuk hadir dalam pengajian tersebut dan memberikan ceramah atau
sebagian ilmu yang beliau punya untuk maysrakatnya. Namun sebagai
pimpinan pondok pesantren, tentunya banyak kegiatan-kegaitaan
yang harus dihadiri oleh beliau dan membuat Kyai tidak selalu hadir
dalam acara pengajian rutin di lingkungan.
Kyai mensiasati ketidakhadirannya dengan berolahraga sebagai
gantinya, dengan berolahraga bersepeda di setiap pagi ataupun sore,
Kyai dapat berinterkasi dengan masyarakat. Beliau tidak
menginginkan posisinya sebagai pimpinan sebuah pondok pesantren
menjadi sebuah batasan dirinya dalam kegiatan yang ada di
lingkungan.
“ya sebenernya mah paaji itu kalo sempet mah dia pasti ngaji
malem jumat di lingkungan tehh, cumakan keterbatasan waktu
karena dia juga punya kegiatan di pondok. Jadi kalo misalnya
dia lagi sempet mah dia ngaji dan pasti gasih ceramah di
lingkungan, Cuma kalo dia lagi ga ngaji ya digantiin
penceramahnya. Ya sebenernya mah paaji orangnya bergaul dan
pengen gitu deket ke masyarakat, ya Cuma emang sibuk ya
kadang ceramah dan kadang juga kan kegiatan pondok, ya dia
menggunakan olahraga sepeda lah sebagai salah satu cara dia
66
interaksi lah ke masyarakat.” ( S… Agustus 2019. Kyai
sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf)
Namun jika acara-acara besar di lingkungan, Kyai akan hadir
dan memberikan kontribusi dalam berbagai hal, termasuk dana untuk
acara tersebut. Bukan hanya itu, kontribusi ini pun dilakukan ketika
ada prosesi pemotongan qurban di lingkungan pada tahun 2019.
Meskipun di pondok pesantrennya tengah mengadakan pemotongan
idul qurban, namun Kyai memilih berkontribusi di masyarakat dan
sekaligus menjadi mentor dalam prosesi pemotongan tersebut. Alasan
beliau masih berkontribusi di masyarakat dikarenakan beliau merasa
bahwa masyarakat tidak bisa beliau tinggalkan meskipun ia
mempunyai sebuah lembaga yaitu sebuah yayasan pondok pesantren,
pun begitu dengan pengajarannya. Beliau menggangap bahwa selain
sebagai pimpinan sebuah pondok pesantren, profesi beliau sebagai
tenaga pengajar di Pondok Pesantren Al‟Hamidiyah Depok pun harus
seimbang dengan dakwah di masyarakat. Beliau merasa bukan hanya
di dalam instansi sekolah saja beliau harus berdakwah, melainkan juga
di masyarakat. Ini bisa dilihat dari kutipan wawancara berikut ini
“Kan kita hidup di masyarakat, masyarakat itu tidak bisa kita
tingalkan. Dan kita ada lembaga, ketika saya mengajar di
sekolah alhamidiyah nih, tapi sekolah diluar juga harus di
ajarkan juga (masyarakat).” (S… Agustus 2019. Kyai sekaligus
Pimpinan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf).
67
Itulah hasil dari analisa penulis mengenai kegiatan santri di
Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf, karisma Kyai Pondok Pesantren Sa‟id
Yusuf, dan elemen-elemen kyai dalam proses pengembangan Pondok
Pesantren Sa‟id Yusuf.
68
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai proses
pengembangan di sebuah pondok pesantren, maka kesimpulan yang dapat
ditarik berdasarkan data dan hasil analisis adalah :
Pertama, Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf merupakan pondok
pesantren salaf-modern yang memadukan kurikulum pemerintah dengan
kurikulum pondok pesantren. Kurikulum pondok pesantren dipertahankan
dengan tujuan untuk mempertahankan identitas khas Pondok Pesantren
Sa‟id Yusuf. Kurikulum pesantren adalah kegiatan yang dirancang oleh
Yayasan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf, seperti pembacaan atau
pembelajaran kitab kuning, pengajian al-wakiah, zikir, dan tadarusan yang
dilakukan setiap hari.
Kedua, dimasukannya kurikulum pemerintah dan segala bentuk
kegiatan diluar mengaji dan pembelajaran kitab seperti percakapan tiga
bahasa (muhadatsah), pentas seni, ceramah, marawis, pelajaran membawa
acara, muhadoroh (arab dan inggris) merupakan cara yang diambil oleh
pondok pesantren agar santri mampu bersaing dengan dunia pendidikan di
era modern. Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf terbukti selalu siap membuka
diri untuk hal-hal baru dan tidak menutup kemungkinan untuk memasukan
69
kegiatan-kegiatan positif tanpa menghilangkan identitas khas Pondok
Pesantren Sa‟id Yusuf.
Ketiga, terbentuknya Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf dengan
berbagai kegiatan diluar pengajian dan pembelajaran kitab yang
dimasukan kedalamnya, merupakan hasil dari sebuah ijtihad Kyai selama
ini. Keberhasilan ijtihad Kyai dalam proses pengembangan Pondok
Pesantren Sa‟id Yusuf dilandasi dua hal penting. Pertama, Kyai memiliki
elemen-elemen penting dalam memimpin pondok pesantrennya. Elemen-
elemen yang dimiliki Kyai dalam membangun pondok pesantren ialah :
1. Kiai menjadikan dirinya sebagai mentor baik di pondok pesantren
maupun diluar pondok pesantren.
2. Kyai tetap berkontribusi didalam masyarakat meskipun telah
menjadi pimpinan pondok pesantren.
3. Dalam memimpin sebuah pondok pesantren, Kyai terbukti turun
langsung dalam melihat permasalahan yang ada di dalam pondok
pesantren
4. Kyai terbukti juga turun langsung dalam mengelola segala
administrasi pondok pesantren.
5. Kyai tidak segan memberikan jaringan terhadap guru di pondok
pesantren
6. Kyai berhasil memberikan kenyaman untuk santri dan ustadzah di
pondok pesantren
70
Keempat, semua elemen tersebut berjalan lancar karena ada
“karisma” yang dimiliki Kyai dalam menjalankan perannya sebagai
pimpinan pondok pesantren. Proses terbentuknya pondok pesantren tidak
hanya dilihat dari keberhasilan Kyai dalam membangun sebuah tim atau
organisasi. Kyai terbukti memiliki “karisma” dalam proses terbentuknya
pondok pesantren hingga saat ini mengelola pondok pesantren. Karisma
Kyai dipancarkan tidak hanya kedalam pondok pesantren, namun juga ke
lingkungan sekitar pesantren dan jamaah Kyai diluar lingkungan
pesantren. seperti :
- Jamaah Kyai memberikan penyambutan luar biasa ketika Kyai
akan memberikan ceramah, dengan arak-arakan dan sebagainya.
- Masyarakat meyakini bahwa dibangunnya pondok pesantren
telah memberikan wibawa bagi lingkungan sekitar
- Tidak hanya itu, kegiatan santri dalam sehari-hari dipercaya
memberikan barokah untuk lingkungan, masyarakat dijauhkan
dari segala macam penyakit dan bahaya.
- Keyakinan para santri dan orang tua santri bahwa kiai memiliki
sebuah hal yang luar biasa yang tidak dimiliki semua orang,
yaitu karisma.
71
B. Saran
Terdapat beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan berdasarkan
dari saat pengumpulan data hingga saat penulisan penelitian ini. Saran-
saran ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan renungan bagi para
akademisi selanjutnya :
1. Penelitian ini mengarah kepada sosiologi agama sehingga diharapkan
agar akademisi selanjutnya dapat memperbanyak literatur tentang
sosiologi agama .
2. Penelitian ini lebih membahas tentang bagaimana proses pondok
pesantren salaf-modern terbentuk, serta bagaimana peran Kyai dalam
proses pengembangan pondok pesantren menggunakan kajian teori
Connective Leadership dari Jean Lipman-Blumen dan Karisma dari
Max Weber. Bila akademisi selanjutnya ingin mengkaji tentang peran
Kyai dalam terbentuknya Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf, maka dengan
digunakannya teori baru akan menjadi suatu penelitian yang baru dan
lebih menarik.
3. Hasil penelitian ini memberikan petunjuk untuk digali secara maksimal
oleh peneliti selanjutnya, terutama berkenaan dengan barokah dan
karisma Kyai dalam pondok pesantren.
72
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdulsyani. Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Archetti P Eduardo. Modernity dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper (ed.), “
Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial” Jilid II Jakarta: Rajawali, 2000.
Arisandi, Herman. Buku Pintar Pemikiran Tokoh-Tokoh Sosiologi dari Klasik Sampai
Modern Yogyakarta: IRCiSoD, 2015.
Bendix, Reinhard. Apa Itu Modernisasi dalam Modernisasi: Masalah Model
Pembangunan terj. Mien Joebhaar et al, Jakarta: Rajawali, 1985.
Blumen, Lipman, Jean. Connective Leadership, Oxford: Oxford University Press, 2000.
Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya) edisi kedua. Jakarta: Kencana Predana Group, 2007.
------,. Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi Jakarta : Kencana Prenada Group, 2013.
Bull, Lukens, Ronald. A Peaceful Jihad : Negotiating Identity and modernity in muslim
java New York : Palgrave Macmillan, 2005.
Crasswel, W John. Qualitative Inquiry And Research Design Choosing Among Five
Tradition London: Sage Publication, 1998.
Dea, O.F, Thomas. Sosiologi Agama; Suatu Pengenalan Awal. Jakarta: Rajawali Press,
1987.
73
Eisenstadt, Noah, Samuel. Multiple Modernities The MIT Press on behalf of American
Academy of Arts & Sciences, 2000.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial
Jakarta Selatan: Salemba Humanika, 2012.
Huda, Nur. Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2015.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006
Subadar, Halim, Abdul. Modernisasi Pesantren Studi Transformasi Kepemimpinan
Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren Yogyakarta : Lkis Printing Cemerlang,
2013.
Subhan, Arief. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia abad ke-20. Jakarta : Kencana,
2012.
Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta, 2013.
Sztompka, Piort. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada, 2004.
Walid, Muhammad. Kepemimpinan Spiritual Kharismatik : Telaah Krisis Terhadap
Kepemimpinan KH. Achmad Muzakki Syah Pengasuh Pondok Pesantren Al-
Qodiri, 2011.
Yuki, Gari. kepemimpinan dalam Organisasi Jakarta: Prenhalindo, 1998.
JURNAL, TESIS
74
Arifin, Zainal. “Kepemimpinan Kiai dalam Ideologi pemikiran santri di pesantren-
pesantren salafiyah Mlangi Yogyakarta” 2015
Asrori, Saifudin,. “ Negoisasi Ruang Publik : Modernisasi dan Penguatan Civil Society
model pesantren” 2017
Bull, Lukens, A, Ronald, 2001. “ Modernity and Tradition in Islamic Education in
Indonesia”
Dakir, 2004 “Pola Baru Kepemimpinan Kiai dalam Pembangunan Pendidikan ( Studi
Kasus Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya ) “
Hasan, Muhammad, 2015. “Inovasi dan Modernisasi Pendidikan Pondok Pesanteren”
Mansur, Habib, cep. 2012 „Peranan Pendidikan Islam di Pesantren dalam
mengantisipasi dampak negative era Globalisasi (Penelitian di pondok
pesantren Nurul Huda A1-Manshuriyyah Kampung Cimaragas Desa
Karangsari Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut)”
Mansur, Habib, Cep, 2012. “ Peranan Pendidikan Islam di Pesantren dalam
Mengantisipasi Dampak Globalisasi “ (Penelitian di pondok pesantren Nurul
Huda A1-Manshuriyyah Kampung Cimaragas Desa Karangsari Kecamatan
Pangatikan Kabupaten Garut)
Nilan, Pam, 2009. “ Spirit of Education in Indonesia (Pesantren) ”
Tolib, Abdul, 2015. “Pendidikan di Pondok Pesantren Modern”
Iix
Foto penulis bersama kyai
FOTO GEDUNG-GEDUNG YAYASAN PONDOK PESANTREN SA’ID
YUSUF BESERTA KEGIATAN SANTRI KEGIATAN SANTRI
Iix
Gedung SMP Sa’id Yusuf Lapangan Olahraga SMP
Sa’id Yusuf
Lorong Kelas SMP Sa’id Yusuf Ruang kelas SMP Sa’id Yusuf
Kelas dalam tahap pembangunan
Tangga dalam pembangunan Tangga dalam pembangunan
Iix
Pos Satpam dalam pembangunan Gerbang Pondok Pesantren
Aula serbaguna
Gedung pondok pesantren tampak depan
Kediaman Kyai
Iix
Masjid Sa’id Yusuf
Suasana belajar di sekolah Kegiatan muhadatsah
Kegiatan muhadatsah
Acara di aula
Pengajian Salaf Pengajian salaf di kelas
Iix
Tadarus Al-quran Solat berjamaah
Setor hafalan Muhadhoroh
Ceramah oleh kyai Makan malam bersama
Makan siang bersama Muhadatsah
Iix
Marawis Persiapan pengajian wali santri
Kerja bakti di sekitar masjid Piket di sekolah
Kegiatan pramuka Pentas seni
Kontribusi kyai saat Idul Adha
xv
LAMPIRAN
Berikut transkip wawancara dengan beberapa informan selama peneliti melakukan
penelitian.
Nama responden : Asmawi
Umur : 46 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : ketua RT
Peneliti Apakah bapa sudah lama pak tinggal disini pak ?
Informan saya mah disini udah dari sejak tahun 1994, jadi pas saya
nikah sama ibu ya tiggal disini, tapi asli mah orang pa
matrais, masih sepi disini belum banyak rumah
Peneliti artinya bapak tau banget lah ya perubahan dan perkembangan
di lingkungan ini ?
Informan tau, tau pasti. Apalagi kan saya mah udah rt dari jaman dulu
the
Peneliti apa sih pak tanggapan bapak pas pertma kali tahu bahwa
dilingkungan kita mau dibangun pondok pesantren ?
Informan saya sangat setuju dan senang dengan dibangun pondok
pesantren, karena sedikit banyak pasti akan mempermudah
warga di sini teh dalam hal apa aja juga. Saya mah dari
jaman dulu udah temen jalan teh sama paaji, jadi emang saya
mah tau dari dulu dah istilahnya proses-prosesnya. Kan
bangun pesantren itu bukan satu hal yang mudah. Saya mah
dari jaman dulu dah dari jaman masih pake motor vespa,
xvi
motor king, terus motor grand dan sampe sekarang udah pake
mobil masih saya yang dampingin gitu. Udah dari tahun
1997 saya mah dampingin paaji teh. Ya pokonya cerita saya
sama paaji mah luar biasa, ya udah deket banget lah ama dia.
Makanya say amah sama dia ya gua elu aja jadinya. Tapi saya
juga bisa nempatin si, barangkali saya lagi nganter dia
ceramah mah saya gaakan manggil dia “ji” atau gua elu ya
manggilnya “kiai, ustadz”, kayanya emang disini di rt sini
emang cuma saya yang bener-bener tau beliau, yang emang
sejalan sama beliau. Dari jaman dulu pergi ceramah naik
motor ujan-ujanan panas-panasan, motor bocor, jadi sangat
wajar menurut saya kalo sekarang dia punya mobil. Dia juga
kan capek udah dari dulu susah payah.
Peneliti artinya, bapak sudah mendampingi beliau kurang lebih
selama 20 tahun lebih ya pak ?
Informan iya, dia mah kalo mau ceramah malah dia yang menyesuaikan
jadwal sama saya teh, kayak dia nanya saya bisa hari ini apa
engga, bisa ngga tanggal segitu. Tapi ya alhamdulillah si
kayaknya mah saya selalu bisa pas diminta sama paaji karena
kan saya juga freelance jadi gampang. Jadi di amah kalo saya
ada waktu buat nganterin, ya dia ambil itu job, kalo dia saya
misalkan ga bisa ya dia ngga ambil itu job. Kalo berkaitan
dengan pondok pesantren ya itu perjungannya dia benar-benar
luar biasa gitu, ya kalo secara itungan mah kan ya mohon
maaf di amah istilahnya tanah mah cuma serumah-rumahnya
dia doang kan, selepas dari itu kan ya emang kekuasaan dari
allah ada yang percaya sama beliau. Awalnya kan setahu
saya waktu itu dia au bikin Madrasah, dihibahin sama yang
punya tanah kurang lebih 200m, dan dijanjikan sama yang
punya tanah itu, kalo memang ini dijalankan dengan benar itu
xvii
akan saya tambah. Karena dijalanin bener ya jadinya seperti
ini. Karena saya tau juga karena saya pernah kerumahnya
berapa kali kemaren-maren sama paaji, itu tinggalnya di Pd
Gede namanya bp haji Asgani itu dia jaman pak Soeharto itu
dia jadi menteri Kabulog. Daan terus seiring berjalannya
waktu, kegigihan beliau berjaan alhamdulillah sampai
sekarang. Ya artinya gigih paaji, saya salut luar biasa. Itu
bukan hal yang leha-leha itu, artinya apalagi dia kudu mikirin
karyawan, guru, dia sehat aja saya seneng banget ngeliatnya.
Mungkin kalo kit amah cukup urusin keluarga, saya nih
makan, urusan, anak sekolah, kondangan, jadi. Kalo di amah
banyak orang yang dipikirin, tapi belum tentu orang lain
mikirin dia. Artinya di amah begitu juga emang cerita ama
saya, kayak lebaran kemaren dia mikirn berapa guru, berapa
karyawan. Dan dia bilang bahwa ketika dia mikirin orang
lain, Allah itu pasti mikirin dia, dan itu nyata. Dia memang
dikasih tambahan oleh Allah, sampe dia mah umrah bolak
balik, haji kalo mau berapa kali. Cuma memang dia ga bisa
ninggal pondok lama-lama, jadi paling 2-3 tahun sekali kalo
memang ada travel-travel yang minta dia mimpin ke mekah.
Jadi paaji itu gimana ya, obrolan dia mah ama saya ya ga
pernah ada rahasia. Mungkin kalo kita mah ngeliat paaji
sosok biasa disini, tapi kalo saya lagi nganter beliau ceramah
atau ada acara apalagi acara tabhlig akbar, atau maulid itu
luar biasa penyambutan, sampe di arak diapain, ya padahal di
amah ga mao tapi orang-orang mengagungkan gitu. Dan ya
berpengaruh juga itu pesantren buat lingkungan, artinya ada
wibawa lingkungan itu pasti, ada berkah lingkungan itu pasti,
kan setiap habis ashar itu kana da pembacaan wakiah
berjamaah, kalo memang santrinya seraus, ya seratus balik
wakiah. Itu pasti berkah untuk kita semua disini, Cuma
xviii
kadang-kadnag kita ga nyadarin aja. Ya saya merasakan itu
dengan banyaknya dzikir-dzikir disana akan menjauhkan kita
dari penyakit, bahla di lingkungan, itu pasti. Dan kita
seharusnya bersyukur gitu jadi kita pun sangat menghrgai
beliau, sekalipun beliau mah ga pernah minta untuk dihargai,
tapi saya mah secara pribadi hati mah kesampean kesana
walaupun saya ga ngomong gitu. Saya mah misal lagi ngorol
ama orang juga saya ngomong gitu perjalan paaji, kan di
amah ama pa arifin ilham juga deket banget. Sedeket-
deketnya yang lain ya itu paaji sya roni, paling utama.
Apapun yang pa arifin saying juga banyak yang dikasih ke
paaji syaroni, ya dulu aja jaman-jaman tab aja kita mah disini
belum ada yang punya, dia mah si fahri udah dikasih sama pa
arifin seharga 5juta. Secara cuma-cuma itu teh. Sampe jam
tangan yang harganya puluhan juta, dikasihnya ke paaji.
Sampe sekarang pun sebenernya paaji setiap kamis dan jumat
kalo ga salah itu kepondoknya alm ustadz arifin ilham.
Karena itu wasiat dari alm, malah pengennya mah paaji
tinggal disono aja, Cuma kan balik lagi paaji juga punya
anak-anak disini jadi ya paling dia sempetin mah harus
seminggu minimal dua kali untuk ngeliat keadaan dan gurus
hal-hal yang harus diurus gitu Ya namanya jalan seharian
penuh gitu kalo sekali ajaln pasti banyak cerita lah gitu. Jadi
kalo istilahnya nabi kan istimewanya kan mujizat ya, kalo
para syeikh itu kan karomah, kalo sekelas kita kan maunah,
saya fikir tingkatan maunah gitu ya udah keliatan gitu.
Bermanfaat buat orang buat masyarakat gitu. Dia kalo mikirin
buat diri sendiri mah lagi ngapain berjuang bangun pondok
pesantren, dengan dia ceramah dengan gelar doctor aja udah
cukup. Cuma dia nggak seperti itu, ya saya salut.
xix
Peneliti Dari yang bapak ceritakan, artinya kurang lebih posisi bapak
dengan ustadz ariffin ilham itu sama ya pak, sama-sama
teman baik paaji syaroni, disini saya melihat bapak begitu
dekat dan kagum terhadap paaji syaroni, begitu juga dengan
pa arifin yang sangat dekat dengan paaji, yang saya mau
tanyakan memangnya apa sih yang membuat bapa begitu
nyaman berkawan dengan paaji, padahal sekarang kan paaji
sudah kiai pak.
Informan ya begini, saya juga senang memang nganterin paaji kemana-
mana selain kerjaan, tapi saya juga ada hikmah tersendiri
minimal saya juga ada siraman melalui ceramah-ceramah dia
gitu. Dan dia sama saya itu nggak ada rahasia-rahasiaan gitu.
Ya say amah ketemu juga kan gua elu gua elu aja. Ya sering
becanda-becanda yang ke orang-orang mah sungkan ya ke
saya mah enggak. Tapi say amah sadar banget posisi dia
seperti apa, ditempat-tempat tertentu juga saya bisa
menempatkan diri. Disini mah saya lu gua, tapi kalo dia lagi
mau ceramah turun dari mobil saya harus pegangin buku dia
ya saya pegangin, missal kitab dia apa hp dia ya saya
manggilnya pak ustadz. Sombong juga engga paaji, mungkin
sifat itu juga yang akan mengangkat beliau, karenas aya yakin
sifat sombong itu sangat dibenci yang kuasa. Dan ornag ngga
akna naik derajatnya jjika diikuti sifat sombong dalam
dirinya. Untuk ceramah jauh-jauh mah memamng pasti sama
saya berangkatnya the, Cuma memang jarang pergi jauh
bukan apa yak arena emang masih bimbang ama
pesantrennya, belum bisa ditinggal lama-lama ya seperti itu.
Peneliti adakah sifat-sifat pa kyai syaroni yang berubah dari dulu
hingga sekarang ?
xx
Informan engga sama sekali
Peneliti dengan dibangunnya pondok pesantren, apakah ada hal yang
membuat warga menjadi religious ?
Informan ada, itu pasti. Karena kan disaat dia mengajak orang untuk
baik, dia kan bukan sekedar ajakan tapi dia praktek. Apa yang
dia bicarakan, dia praktekan. Makanya kan orang-orang juga
akan terpanggil. Termasuk parung bingung juga yang
pertama buka zikir dan ramai diikuti kan di RT sini karena
ada paaji syaroni. Namun, keterbatasan waktu beliau jadi ga
bisa lanjut gitu. Jadi paaji itu kalo kita liat sekarang uda jadi
besar ya bukan hasil capek, ya sekarang juga masih cape
saya liat karena bangunan kan masih terus membangun. Kan
ddia juga repot, kalo mau banyakin santri dia gaada
tempatnya, mau ditaro dimana. Saya fikir dia emang tekadnya
udah bulat, karena kalo dia emag ga niat mah dia udah cukup,
Cuma kan dia mikirin ma uterus gedein itu pesantren. Dia
juga sering bilang ama saya pengen banget mensejahterakan
guru, itu emang belum tercapai gitu. Kalo sekarang banyak
tukang ya dia cerita kalo udah hari kamis jumat itu udah
bingung buat hari sabtu.
Peneliti saya lihat hampir semua pegawainya dia mah orang sini ya
pak, terlihat dia ingin mensejahterakan orang sini ya pak ?
Informan iya emang beliau kalo bisa mah pengennya ngidupin orang
sini gitu teh, kalo bisa mah apa aja dari orang sini baik dari
tenaga pengajar, tukang bangunan, tukang masak kek gitu.
Kadang dia mah misalnya lagi ga punya duit lagi
pembangunan kan ngurangin pegawai tuh, ya di amah hati
mah tetap mikirin. Dia mah suka ngomong kalo lagi libur
suka kasian sama pegawainya, tapi gimana lagi. Dia mah kan
xxi
the kalo ada rejeki juga mau beliin saya mobil elf, biar ada
penghasilan juga buat pondok, tapi ya emang belom ada
rejekinya. Kalo santri mah bayaran istilahnya ada aja gitu
yang nggak bayaran.
Peneliti orang sini pak RT ?
Informan dia sih ga nyebutin tapi yang jelas dalam semua murid tidak
semua sama. Yang punya duit ya bayaran tetap bayaran, kalo
yang ga punya duit mah ya ga bayaran lima bulan juga ada.
Peneliti kalo disekolah kan biasanya ada peraturan tuh pak RT,
misalnya tiga bulan ngak bayaran aja bisa kena SP kan, nah
itu disini berarti ga diterapkan ya ?
Informan nggak, dia mah makanya sering nombokin istilahnya, dia mah
udah kayak lalapan kali ama orang yang nggak bayaran tehh
Peneliti pak RT tau gaksih gimana cara pak kiai ngedidik santri itu ?
Informan nggak gampang teh ngedidik santri mah, ya walaupun
namanya santri ya tetep aja gitu ada aja santri yang bandel
mah. Dan itu yang buat kita mah belum tentu mampu,
makanya kadang-kadang dia galak, ya memang dia harus
galak.
Peneliti oh paaji galak ya pak ? hahaha
Informan ya galak, galak mah galak banget. Cuma emang itu harus,
kalo dia engga galak juga ya mungkin ada santri yang
ngelunjak lah apa lah gitu. Dan dia pun tahu gimana dia harus
galak. Tapi memang ke santri itu harus ada aturan, dan dia
menerapkan aturan.
xxii
Peneliti pernah gak sih pak paaji cerita misalnya dia habis galak sama
salah satu santri gitu
Informan iya, karena gini ketika dia galak dia kasih peraturan ke santri
itu karena dia saying. Dia pengen santrinya jadi. Jadi missal
dengan kekerasan akan membuat dia jadi orang, dia akan
sadar nantinya. Untuk sekarang mungkin untuk satri terima
pait, tapi untuk nanti itu baik.
Peneliti paaji itu turun langsung gak sih pak untuk nanganin santri ?
Informan iya, dia mah nih misal udah jam 10 malem santri udah pada
tidur, ya dia mah ngontrol gitu satu satu ke kamar santri nih
bocah udah pada tidur belom. Nggak lagi lepas gitu aja.
Pokonya selain modal kesabaran tinggi, itu modal paaji ga
ada lagi. Kayak kemaren kepuncak itu dia bukan lagi maen
leha-leha itu. Memang ada yang ingin dibicarakan dengan
guru-guru disana, kenapa dia sampe kesana, artinya kan kalo
disana mungkin guru-guru bisa lebih konsentrasi dalam rapat.
Kan kalo rapat ahir taun pengennya ditempat guru-guru bisa
focus gitu. Bukan dia lagi sok-sokan gitu bukan, tapi dia
punya trik tersendiri. Rapat mah disini juga bisa padahal. Ya
kalo dia mau ngirit mah ngapain repot kesana kan, kan kalo
dipuncak itu kan pengeluaran lebih besar jadinya. Ya tapi dia
emang maunya begitu. Kemaren puncak kan say amah Cuma
nganter yaudah saya mah ngeliatin doang. Dia mah pada rapat
dari jam 09.00 sampe jam 01.00 juga belom udahan itu
artinya kan memang ada planning yang dia pikirin untuk
kedepan gitu. Makanya itu otak utamanya paaji., baru nitip
amanah-amanahnya ke kepala sekolahnya kan.
xxiii
Peneliti gimana sih pak interkasi paaji dengan lingkungan ?
Informan ya sebenernya mah paaji itu kalo sempet mah dia pasti ngaji
malem jumat di lingkungan teh, Cuma kan keterbatasan
waktu karena dia juga punya kegiatan di pondok. Jadi kalo
misalnya dia lagi sempet mah dia ngaji dan pasti ngasih
ceramah di lingkungan, Cuma kalo dia lagi ga ngaji ya
digantiin penceramahnya. Ya sebenernya mah paaji orangnya
bergaul dan pengen gitu deket ke masyarakat, ya Cuma
emang sibuk ya kadang ceramah dan kadang juga kan
kegiatan pondok, ya dia menggunakan olahraga sepeda lah
sebagai salah satu cara dia interaksi lah ke masyarakat
Peneliti sebagai orang yang dekat dengan pak hj saroni, menurut
bapak pola asuh yayasan itu akan turun ke keluarga atau
diluar keluarga ya pak ?
Informan menurut saya ke keluarga, karena kita bisa liat sendiri
sekarang dia menyantrenkan si fahri ke mesir (anaknya)
siibnu (keponakannya) juga kemesir, harapan dia kedua nya
bisa membangun pesantren dikemudian hari, karena pasti
namanya dari luar negeri banyak hal-hal baru. Dan dia juga
mau pesantren pastinya nggak ketinggalan jaman, sekarang
pun anak keduanya dia pesantrenin di pondok pesantren
tradisional tehh, keponakannya juga dia suruh pesantren, jadi
memang dia berharap kepada 4 laki-laki dikeluarganya
artinya 2 anaknya dan 2 keponakannya bisa melanjutkan
harapan-harapan beliau di kemudian hari.
Peneliti bapak optimis pesantren ini untuk kedepannya ?
xxiv
Informan sangat optimis, karena dilihat dari perkembangannya, dan
kesabaran paaji dan kemauan paaji terus membangun, bahkan
di amah pernah ngomong cta-citanya mah dia pengen punya
unversitas disini.
Nama : Ustadz Saifullah
Umur : 31 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Pembina santri laki-laki dan perempuan
Peneliti bagaimana pandangan anda terhadap bapak KH. Syahroni ?
Informan kalo untuk kepribadian beliau memang luar biasa, beliau
merintis ini dari beliau gak punya sampe sekarang berdiri dan
sampai ada cabang yaitu SMP, ya itu luar biasa. Dari RA-
MA, bahkan visi misi beliau ingin mendirikan fakultas. Dan
memang yang saya kagumi dari beliau itu dari segi
ibadahnya luar biasa, beliau tahajud gak pernah lolos, apalagi
solat jamaah ga pernah lolos pasti ikut terus sekalipun sakit
asam urat. Prinsip beliau gini kalo memang masih bisa jalan
beliau pasti akan jamaah di masjid, itu yang bikin termotivasi
santri yang seperti itu, sama baca qurannya ga pernah putus.
Salah satu saya pernah ngobrol sama temennya abi, abi itu
pernah di umrohin atau di haji-in oleh ust arifin ilham,
pertamanya beliau itu meminta kusen buat pondok pesantren,
tapi ust arifin ilhm punya nazar siapa yang dating ke masjid
duluan dia akan diberangkatkan umroh atau haji oleh beliau.
Abi ngomong ke pak ust arifin bahwa beliau kesana mau
minta kusen Cuma abi juga kaget bahwa ust arifin juga punya
nazar. Abi itu sudah istiqomah, tahajud, quran, jamaah luar
xxv
biasa.
Peneliti bapak tau gak sih alaasan abi bangun pondok pesantren ?
Informan ya saya rasa itu salah satu cita-cita beliau, apalagi di parung
bingung ini kan baru ini aja pondok pesantren, dan beliau
melihat perkembangannya juga luar biasa gitu ya
alhamdulillah sedikit banyak menjadikan lingkungan sini
religious. Makanya abi ngeliat pondok pesantren ini
walaupun ini sekolah umumnya pun dari ba’da zuhur itu
agamanya.
Peneliti gimana sih pak pola mendidik santri disini ? pakai kekerasan
atau bagaimana ketika santri berbuat salah ?
Informan kalo abi disini emang nggak pernah pakai kekerasan tehh,
semisal saya pun gitu istilahnya santri kan memang tanggung
jawab saya ya, ya saya juga gak pernah melakukan kekerasan
ke santri yak arena abi pun tidak mencontohkan hal itu.ya
paling ngomel ya maih batas wajar lah. Kalo dibotakin
dsbnya sih saya rasa enggak. alhamdulillah ya saya disini
selama saya ada disini jarang ada kasus parah teh, paling
kasus kayak gitu doang tadi itu bocah kabur karena gak betah.
Kalo untuk ngeroko disini alhamdulillah nggak pernah,
karena 1 akses untuk mereka merokonya tidak ada, disini
kelas ditutup semua, malam pun sebelum saya tidu saya
pantau semua.
Peneliti pak kalo interaksi abi ke ustadz dan ustadzah yang ada di sini
bagaimana ya ?
Informan cakep pisan, komunikasi dari pihak yayasan ke pihak
pengasuh cakep, interaksinya bagus, dan kalua ada apapun
xxvi
kendala di pengasuh itu nggak di omongin didepan santri.
Tapi ketika santri ngaji semua pengasuh dipanggil
dikumpulin dan dinasehati, ketika santri pulang kita sudah
bubar. Jadi santri ga tau misal kita diomelin gitu. Ini prinsip
yang beliau ajarkan.
Peneliti artinya dalam mengatur santri apakah abi terjun langsung atau
mengontrol hanya memalui pengasuh saja ?
Informan terjun langsung teh, hampir tiap minggu beliau mengontrol
santri apalagi terhadapkebersihan beliau anti banget ada
tempat-tempat yang kotor. Kalo beliau ngeliat tempat ada
yang kotor atau gantung-gantungan baju kalo tiap minggu itu
abi yang terjun langsung.
Peneliti jadi abi cek langsung ke kamar santri pak ?
Informan iya, langsung beliau cek ke kamar santri, ke kamar mandi
juga. Itu beliau cek setiap hari minggu pagi. Jadi ketika besok
pagi mau dicek santri-santri semua gotong royong atau kerja
bakti di kamar masing-masing. Nah ketika abis sudah cek
terjun langsung dan ketika ada kendala itu dipanggil lah
pengasuh-pengasuh . ini ini ini tolong di rapihin, nah
pengasuh yang kordinasi ke pengurus.
Peneliti oh jadi untuk kroscek itu beliau tidak mau mendengar laporan
dari pengasuh ya pak ?
Informan kagak, beliau maunya cek langsung seperti yang saya
sebutkan tadi the
Peneliti kalo untuk bapak sendiri, apasih pak yang bikin bapak tertarik
untuk menjadi salah satu bagian dari pondok pesantren ini ?
xxvii
Informan memang kan saya kesini pertama kali karena si fahri, karena
kita sama-sama dari darus salam. Saya kontak si fahri “fahri
tanya ama abi deh, ada lowongan ngajar nggak di pondok
ente” beberapa hari kemudian si fahri ngasih kabar abi mau
nelfon nyuruh saya dateng, yaudah abi bilang bahwa kita satu
almamater darus salam kita majuin aja ini pondok bareng-
bareng, saya ga bawa apa-apa tuh. Baju juga kaga bawa. Dan
kenapa disini saya bisa bertahan lama, jujur kekeluargaannya
luar biasa. Kalo untuk (mohon maaf ya) fee, itu kecil saya
akuin. Tapi balik lagi apalah fee besar kalo kita juga kerja
ngak nyaman tempatnya. Yang kedua fasilitas disini ya saya
akuin sebagai pengasuh ya lengkap, kamar ada, kipas ada,
dispenser ada, Kasur ada, makan ya tinggal makan tidur ya
tinggal tidur, ya lebih dari cukup menurut saya mah. Ya
Cuma memang untuk kewajiban pengasuh ya sudah resiko
masing-masing ya bangunin santri dll tu sudah resiko kita.
Peneliti apakah komunikasi dan perlakuan dari pihak yayasan juga
membuat nyaman baik ke pengasuh maupun ke santri ?
Informan sangat nyaman, nyaman nomor satu kalo disini. Kalo untuk
santri mereka mengutamakan air dan makanan, disini
alhamdulillah nggak pernah asat. Santri belum bayaran kita
tetap kasih makan, makan sehari tiga kali. Bahkan dalam
sebulan ini kita sudah 3 kali makna D’besto
Peneliti itu kalo makan d;besto gitu memang dari pondok
menyediakan atau bagaimana ya pak ?
Informan yang saya pahami untuk makanan diluar dapur d’besto
dsbnya itu biasanya dari donatur.
Peneliti apakah donatur disini banyak pak ?
xxviii
Informan banyak, dari mulai bangun hingga makanan alhamdulillah.
Kemarin aja siangnya santri makan d’besto, sorenya itu
makan eskrim. Malanya baca yasin untuk donatur biasanya
gitu kalo hari ini ada makan enak ya malamnya baca yasin
gitu. Dan memang kita punya donatur tetap, yang ngedrop
makan, dapur dsbnya.
Peneliti itu donatur tetap untuk makanan bisa mencukupi berapa %
untuk makan santri pak kira-kira?
Informan yang saya pahami itu dapur ditanggung semua, karena setiap
seminggu sekali kita ngambil di pasar induk
Peneliti sebagai orang yang berkomunikasi langsung dengn santri,
gimana sih pak perkembangan santri disini baik secara kualiti
dan kuantiti ?
Informan untuk kualiti ya, saya lihat perbandingan sa’id yusuf dengan
missal al karimiyah, al hidyah, darus salam, ya kalo dari segi
kitab jauh kita menang. Karena alhamdulillah kemarin kita
lomba di darul rohman di sawnagan kita lomba baca kitab se
kabupaten bogor kita juara 1. Dan loma pidato Bahasa
Indonesia terus lomba marawis di ust nata itu saya lupa nama
pesantrennya itu juara 1 juga. Jadi begitu untuk kualitas,
untuk kuantitas pun dari tahun kemarin sampai tahun ini kita
ada peningkatan jauh. Ini yang seharusnya bukan kamar
diajadikan kamar sementara, lemarinya disana. Karena
prediksi kita meleset, paling banyak itu 15-20 santri tahun ini,
ternyata pas didata semuanya itu 29.
Peneliti itu tetap diterima pak ?
xxix
Informan kalo kita pribadi selama anaknya mau mondok kita akan
terima terus
Peneliti kalo kepengurusan yayasan itu dari keluarga atau bukan ya
pak ?
Informan iya ketuanya abi, sekertaris fahri dan bendahara umi. Baru
dibawahnya seksi-seksi itu diisi orang lain.
Peneliti pak abi itu berperan penting gaksih dalam keseharian santri ?
Informan sangat berperan penting, karena setiap malam aja nih kan ada
satpam, itu kadang-kadang abi yang bangunin. Karena
memang abi itu mohon map sekalipun gerbang ketutup pintu
rumah ketutup dan horden ketutup, kalo jam 12 keatas ada
motor masuk itu abi ngeliat dari jendela. Jadi saya juga
bingung abi itu tidurnya jam berapa sih , abi bangunnya jam
berapa. Cara ngatur waktunya beliau luar biasa.
Peneliti pak abi itu kan ceramah dimana-mananya banyak, ko dia
masih bisanngontrol santri gitu sih pak ?
Informan pak abi itu kan ceramah dimana-mananya banyak, ko dia
masih bisanngontrol santri gitu sih pak ?
Nama : Ria Juliana Putri
Umur : 14 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Santri
Informan betah nggak disini ?
xxx
Informan insyaAllah betah ka
Peneliti kalo sudah 3 tahun bertahan sih harusnya betah yah hehe
apa sih yang bikin betah ?
Informan semuanya kak bikin betah
Peneliti kamu disini disuru orang tua atau kemauan sendiri ?
Informan disuru orang tua
Peneliti kenapa mau ?
Informan harus nurut kak hehe
Peneliti kamu orang mana nih ?
Informan Jakarta kak
Peneliti tahu pesantren ini darimana ?
Informan dari alumni
Peneliti disini guru-gurunya ngajarnya gimana ?
galak-galak nggak ?
Informan engga sih baik-baik kak
Peneliti kamu pernah nggak dimarahin sama salah satu guru ? dan
kalo pernah, itu biasanya kenapa tuh ?
Informan telat jamaah dimasjid, ngajinya telat
Peneliti emang kalo ngaji telat itu biasanya dimarahinnya sama siapa
tuh ?
Informan sama ustadzah
xxxi
Peneliti biasnya marahnya gimana ? galak gak sih ?
Informan nggak galak tapi tegas
Peneliti kamu pernah ngobrol sama abi ?
Informan Enggak
Peneliti kenapa nggak ? abi gak deket ya sama santri ?
Informan hm paling yang penting-penting aja ka
Peneliti oh gitu, pernah liat abi marah nggak ?
Informan Pernah
Peneliti kenapa tuh gara-garanya ?
Informan kotor sama banyak gantungan baju
Peneliti berarti emang abi tuh maunya bersih gitu ya ?
Informan ya abi tuh orangnya bersih banget
Peneliti abi tuh galak enggak ?
Informan mengangguk) sampe banting-banting piring, gelas di lempar-
lempar keluar kamar
Peneliti selain kotor ada lagi gak yang biasanya bikin abi itu marah ?
Informan nggak sih ka
Peneliti menurut kamu abi tuh orangnya gimana sih ?
Informan baik,
Peneliti abi suka ngobrol nggak sama santri-santri?
xxxii
Informan Kurang
Peneliti berarti kamu bersih-bersih setiap hari dong ?
Informan iya piket pagi sama sore
Peneliti abi tuh ada jam kontrolnya nggak ?
Informan nggak, jadi tuh kalo missal kita lagi solat atau lagi ngaji terus
abi masuk kamar itu kita was-was
Peneliti jadi kamu ga tau tuh kapan aja jadwalnya abi sidak
kebersihan ?
Informan nggak, tiba-tiba aj ga pernah info gitu. kalo kita sekola juga
abi suka masuk kamar, tiba-tiba pas kita pulang sekolah
kamar udh diacak-acak sama abi
Peneliti pernah gak sih anak-anak lagi dikamar terus abi marahin
kalian karena kotor ?
Informan pernah, waktu itu abi kan mau ngecek bangunan diatas, terus
abi liat yg kotor-kotor abi bilang “ini banat ember-ember
jangan taro di kamar, taro di kamar mandi.
Peneliti pernah gaksih abi lagi marah gitu terus sampe ada santri yang
nangis ?
Informan nggak sih kak
Peneliti kamu kagum nggak sama abi ? kalo kagum, apa yg bikin
kagum ?
Informan tegas, rajin ibadah, sering kemasjid
xxxiii
Nama : Tantri
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Santri
Informan gimana mondok disini ?
Informan alhamdulillah enak
Peneliti apasih yang bikin betah ?
Informan kegiatan, kaka kelas
Peneliti kaka kelasnya kenapa tuh ?
Informan bisa ngasih motivasi, nasehat untuk kedepanya lebih baik.
Peneliti terus ada lagi nggak yang bikin kamu tuh betah disini ?
biasanya kan pesantren ada yang nggak betah kan.
Informan banyak sih, hampir semuanya bikin betah
Peneliti pertama kali tau pesantren ini darimana ?
Informan dari tetangga
Peneliti tetangga kamu pesantren disini atau gimana ?
Informan iyah pesantren disini
Peneliti ini kamu mondok disini atas kemauan sendiri atau orang tua ?
Informan kemauan sendiri
Peneliti kenapa mau pesantren ?
xxxiv
Informan gapapa kalo diluar takut kebawa pergaulan
Peneliti ada nggak sih kegiatan santri yang bikin kamu tuh seneng
gitu
Informan ada, muhadoroh
Peneliti disini guru-guru ngajinya gimana ?
Informan Tegas
Informan pernah ngobrol sama abi ?
Informan Nggak
Peneliti kenapa nggak pernah? Abi nggak deket ya sama santri ?
Informan deket Cuma gak berani aja
Peneliti loh kenapa sih, emang abi galak yah ?
Informan Nggaa
Peneliti abi tuh orangnya galak nggak ?
Informan nggak, Cuma abi tuh apik dan disiplin, apalagi sama
kebersihan
Peneliti pernah nggak liat abi marah ?
Informan pernah, gara-gara kebersihan
Peneliti biasanya abi kalo marah tuh gimana sih ?
Informan ya cuma dibilangin aja suru bersih-bersih jangan kotor
Peneliti abi tuh biasanya ngontrol berapa kali sih seminggu ?
Informan ngga, beliau mendadak kalo cek kebersihan
xxxv
Peneliti berarti kamar kalian harus rapi terus dong ?
Informan Iyaa
Peneliti abi biasanya ngontrol kalo kamu lagi diluar atau didalam
kamar ?
Informan Diluar
Peneliti kagum gak sih sama abi ?
Informan Kagum
Peneliti apa yang bikin kagum ?
Informan beliau sabar, semangat, banyak ambil hikmah dari
kepribadian beliau
Peneliti tadi kamu bilang abi itu orangnya nggak patah semangat,
kenapa sih kamu bilang seperti itu ?
Informan hm gimana ya, beliau sering aja kasih semangat untuk kami,
disiplin, mengntrol dirinya, ngajinya
Peneliti kamu pernah liat santri dimarahin secara personal ngga sih
sama abi ?
Informan Pernah
Peneliti biasanya gara-gara apa tuh ?
Informan Akhlak
Peneliti kenapa tuh ?
Informan iya misalnya santrinya nggak sopan, songong atau gimana
sama kaka kelas, atau deket sama anak cowok
xxxvi
Peneliti emang biasanya kalo marah gimana sih ? pernah nggak
sampe kasar gitu ?
Informan Nggak
Nama : Aulia
Umur : 14 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Santri
Peneliti gimana mondok disini ?
Informan betah sih betah
Peneliti apa sih yang bikin betah disini ?
Informan Kebersamaannya
Peneliti kamu mondok disini karena orang tua atau diri sendiri ?
Informan diri sendiri
Peneliti kamu tau pondok pesantren ini darimana ?
Informan dari saudara ku itu saudaranya abi
Peneliti kamu orang mana sih ?
Informan pasir putih
Peneliti menurut kamu guru-guru disini gimana ?
Informan tegas, terus baik juga
Peneliti pernah nggak dimarahin sama guru ?
xxxvii
Informan pernah kalo kitanya salah
Peneliti apa sih kegitan yang paling kamu suka dalam kegiatan 24 jam
santri ?
Informan Pramuka
Peneliti kamu biasanya pulang berapa bulan sekali ?
Informan kalo mau pulang paling cuma karena sakit
jarang sih jarang pulang, kemarin doang pulang karena mau
bayar spp
Peneliti pernah ngobrol sama abi nggak ?
Informan Nggak
Peneliti kenapa nggak pernah ngobrol sama abi ?
Informan Takut
Peneliti kenapa takut ? emang abi galak ?
Informan tegas, tegas banget
Peneliti kalau salim tapi pernah dong, tatap muka nggak ?
Informan salim iya tapi gak tatap muka nunduk
Peneliti kenapa sih takutnya ?
Informan tegas soalnya
Peneliti pernah liat abi marah ?
Informan pernah, sering banget
Peneliti biasanya gara-gara apa tuh
xxxviii
Informan kebersihat banat, kurang disiplin, kadang abi suka masuk
terus liat piring kotor terus udah tuh piringnya langsung
dilempar
Peneliti itu kalian dimarahin didepan kalian atau saat kalian ga ada ?
Informan didepan kita
Peneliti terus kalian gimana tuh ?
Informan nunduk hehe degdegan
Peneliti terus abi marah gara-gara apalagi tuh
Informan kalo banat mah kan susah bgt disiplinnya, jadi abi marah
mulu
Peneliti pernah nggak sih abi marah karena kesalahan santri yang
secara personal gitu ?
Informan pernah, karena sering keluar gitu santrinya.
Peneliti biasanya marahnya gimana sih ?
Informan nasehatin, tapi nasehatinnya bikin kita gak mau gitu lagi
Peneliti emang santri tuh kalo keluar ngapain sih ?
Informan kadang ke tokser, ke alfamart, tapi kalo izin dibolehin
Peneliti emangnya boleh tuh pergian jauh ke alfa dan indomaret ?
Informan ada waktnya sih, di minggu kedua sama minggu ketiga, itu
juga sama orang tua kan misal mau beli sabun gitu
xxxix
Nama : M Arkan Maulana
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Santri
Peneliti kamu mondok disini suruhan orang tua atau kemauan diri
sendiri ?
Informan dari diri sendiri
Peneliti tau pondok ini darimana ?
Informan dari ayah nyari
Peneliti orang mana sih ?
Informan jembatan serong
Peneliti berarti emang kamu minta sama orang tua ya ?
Informan Iyaa
Peneliti gimana monodk disini betah nggak ?
Informan Betah
Peneliti apa sih yang bikin betah ?
Informan banyak temen, ya belajar bareng
Peneliti kalo guru ngajinya galak-galak gak sih ?
Informan nggak sih, bukannya galak tapi tegas
Peneliti pernah nggak dimarahin sama guru ngajinya ?
Informan pernah, ya paling kalo nggak merhatiin aja sih
xl
Peneliti dari 24jam kegiatan, kamu paling seneng kegiatan pas
ngapain ?
Informan Sekolah
Peneliti kenapa emangnya ? lebih seneng sekolah ?
Informan enak aja
Peneliti pernah ngobrol sama abi nggak ?
Informan Nggak
Peneliti kenapa nggak pernah ?
Informan emang nggak berani, paling salim doang si
Peneliti abi tuh orangnya gimana ?
Informan ya tegas, baik, peduli sama santrinya
Peneliti pernah nggak dimarahin sama abi ? kalo pernah itu gara-gara
apa ?
Informan pernah gara-gara rambutnya panjang, di potong sama abi
Peneliti kamu pernah liat abi marah itu pas kapan ?
Informan dulu pas kelas 2 smp
Peneliti kenapa tuh ?
Informan ceritanya ustadz saya ulang tahun, terus kita bikin kejutan
gitu terus berantakan kuenya. Abi naek keatas, yaudah
marah-marah karena kotor karaena kiai saya paling nggak
suka kotor
Peneliti dia pernah marah karena kamar kotor nggak ?
xli
Informan iya sering, misalnya kita lagi pada ngaji atau dimasjid terus
abi masuk kamar ada baju-baju yang digantung di jendela,
yaudah itu baju-bajunya pada diabungin didepan kamar.
Karena abi nggak suka yang digantung-gantung , lemari
dijatohin pada
Peneliti terus apalagi tuh yang biasanya bikin marah ?
Informan udah sih kalo kiai saya mah ditegaskanya kebersihan
Peneliti kagum gak sih sama sosok abi ?
Informan Kagum
Peneliti apasih yang bikin kagum ?
Informan ya kagum aja punya link banyak, punya pondok segede gini
xlii
Nama : Abiyu Syafaan mansyah
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Santri
Peneliti kamu mondok disini karena orang tua apa sendiri ?
Informan sendiri tapi kalo pondoknya dicariin sama orang tua
Peneliti orang tua tau darimana tuh pondok ini ?
Informan ada sodara sih disini
Peneliti gimana mondok disini betah nggak ?
Informan alhamdulillah betah
Peneliti apa sih yang bikin betah ?
Informan kebersamaan sih
Peneliti apa kegiatan favorit kamu selama 24 jam disini ?
Informan lebih suka ngaji sih
Peneliti disini guru-guru ngajinya gimana sih
Informan baik, enak
Peneliti pernah dimarahin gak sama gurunya
Informan pernah kalo lagi salah aja ka misalnya karena nggak focus
belajarnya
Peneliti dihukumnya gimana tuh kalo salah
Informan paling berdiri dibangku atau berdiri didepan
xliii
Peneliti pernah dimarahin abi ?
Informan pernah sekali waktu lagi main bola, karena waktunya kiraat
malahan main bola
Peneliti kagum gak sih sama abi ? apa yang kamu kagumi dari abi ?
Informan kebiasaan dia dll
Peneliti pernah liat abi marah banget itu pas kapan ?
Informan kalo kita kotor, lingkungannya kotor abi suka marah
Peneliti biasanya marahnya gimana tuh ?
Informan diajtoh-jatohin barangnya, annti disuru rapihin sama abi
Nama : Rijal
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Alumni sekaligu guru SD dan guru Ngaji
Peneliti jal kalo ngabdi emang ngapain aja sih ?
Informan ya gantiin guru yang kosong gitu the, misal nih ntar ada yang
gak masuk gurunya yaudah ijal gantiin dah
Peneliti biasanya kalo ngabdi berapa lama jal ?
Informan minimal setahun si jal
Peneliti itu yang ngabdi boleh siapa aja yang penting alumni apa
gimana ?
Informan tergantung abinya si the
xliv
Peneliti kalo ngabdi berarti nggak wajib ya ?
Informan Nggaksi
Peneliti terus kenapa ijal mau ngabdi ? kan ga wajib
Informan ya abis daripada ga ngapa-ngapain dirumah teh, bosen.
Awalnya mah ijal mau masuk kuliah eh cuma daftarnya telat.
Jadi yaudah paling taun depan. Makanya sekarang ngisi
waktu luang aja.
Peneliti enak gaksih waktu mondok disini ?
Informan enak enak gaenak sih, enaknya karena bareng-bareng, ga
enaknya kalo lagi apalan banyak ya gak enak pas jadi santri
Peneliti ijal mondok disuru ibu apa diri sendiri sih ?
Informan diri sendiri dong
Peneliti terus ijal ngabdi disini ibu ngebolehin ?
Informan ya ngebolehin sih ka
Peneliti jal ada gak sih perbedaan santri sekarang sama waktu ijal jadi
santri ?
Informan ada tehh banyak
Peneliti apa aja tuh
Informan kalo santri sekarang lebih banyak tehh, terus juga gampang
banget nangis gitu. Santri sekarang mah pada manja-manja.
Kalo dulu ijal mah kan diajarinnya tegas banget gitu agak
galak, sekarang mah santri-santrinya lebih cemen lebih
lembek haha
xlv
Peneliti terus ada algi gak bedanya
Informan ohiya sama ini teh kalo santri sekarang mah ngga ada yang
bandel kayak dulu-dulu.
Peneliti emang dulu bandel giman tuh ?
Informan ya dulu mah kan ada yang ngeroko, kabur-kaburan malem,
bawa HP, gitu kalo sekarang mah nih kaga ada yang berani
tehh. Cemen-cemen banget dah. Paling dioelin abi juga
karena kebersihan doang ka udah dah.
Peneliti dulu emang biasanya kalo yang ngeroko gitu dihukumnya
gimana jal
Informan biasanya dibotakin tehh, atau nggak kena peringatan gitu
Peneliti kalo yg bawa hp gitu ?
Informan kalo yang bawa hape pernah tuh ketauan sama abi berapa
orang gitu kan, yaudah dah langsung diancurin didepan kita
semuanya. Parah banget dah dulu mah abi juga. Kalo
sekarang mah santri pada takut gitu ama abi padahal mah ga
ada apa-apanya disbanding dulu
Peneliti ijal pernah diomelin abi nggak ?
Informan Nggak the
Peneliti kalo sekarang biasanya santri diomelin gara-gara apa sih ?
Informan kebersihan doang kalo nggak pada keluar jajan mulu si abi
suka marah
Peneliti iya teteh juga sering liat santri ke warung the eti mulu dah jal
xlvi
Informan iya the emang ke warung itu mulu, tapi kan sebenarnya kalo
dia mau jajan juga dia bayar ke kita. Ke ustadznya. Per orang
seribu kalo mau keluar jajan gitu. Nah duitnya nanti
dikumpulin untuk beli sesuatu dikamar santri.
Peneliti itu ijal tadi bilang sekarang udah gak kayak dulu bandelnya,
menurut ijal kenapa tuh bisa nggak sebandel dulu ?
Informan ga tau ya ka, tapi emang disini mah kayak ada kramatnya gitu
tau. Jadi ya kalo kita ngelakuin hal apapun yang salah itu
bakalan pasti ketauan cepet atau lambat
Peneliti masa sih jal ?
Informan iya kak, misalnya nih kita bikin salah, itu pasti bakalan
ketauan dah sebelum kita lulus. Walaupun bikin salahya di
kelas 1 smp, dan baru ketauan di kelas 3. Itu pasti bakal
ketauan. Jadi kayak ada kramatnya gitu haha
Peneliti ohhh hahaha emang abi orangnya gimana sih ?
Informan ya gimana ya, ya enak dah. Baik, ama ijal ga pernah ngomel
Peneliti tapi kalo sama yang lain suka ngomel gitu ?
Informan ya misalnya karena pesantren kotor, terus santri gak ada yang
ngurus gitu biasanya marah
Peneliti apasih jal yang abi perintahkan ke ustaz-ustaz dalam ngedidik
satri ?
Informan kalo abi tuh yang penting solat jamaah, kebersihan udah itu
doang. ustaz-ustaz paling diomelin kalo misalnya kamar
banat sama banin ada yang kotor, itu kayak ga bisa ngurus
santri gitu kak menurut abi.
xlvii
Peneliti begitu doang tuh jal?
Informan ya soalnya sekarang santrinya kalem-kalem ka, kalo dulu
mah temen saya dibotakin segala macem jadi abi juga rada
keras ke ustaznya dulu mah kayaknya
Peneliti dulu emang temen rijal dibotakin gara-gara apa tuh ?
Informan gara-gara ketauan pacaran ka
Peneliti emang abi biasanya kalo ketauan pacaran hukumnya gimana
?
Informan biasanya tuh ngehukumnya ya bisa pake dijemur dua-duanya,
bisa cowonya dibotakin dulu mah, ada juga yang dikeluarin
dari sekolah. Tapi sekarang mah kemaren ada yang ketauan
pacaran cuma disuu ngapal doang. Tapi tergantung abi si ka
kalo ngehukum gitu kan ustaznya harus nanya dulu ke abi.
Nama : Dwi
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Peremppuan
Status : Ngabdi, Alumni, Guru TK
Peneliti Kenapa mau mengabdi disini ?
Informan Pertama karena hutang budi sama pondok, itung-itung bisa
bantu-bantu. Yang kedua mengajar sekalian belajar untuk
mengamalkan ilmu juga.
Peneliti Ko bisa sampai ngerasa hutang budi ke pondok ? kenapa tuh
?
xlviii
Informan Karena pertama kali masuk belum bisa baca quran, terus
belum tau detail-detail agama itu seperti apa. Semenjak
masuk sini kan jadi tau agam ini kan begini begitu rinciannya.
Jadi ilmu seperti itu tuh nggak smeua orang dapat, makanya
disini ngerasa berhutang budi banget kesini
Peneliti Kaka dari SMP atau MA aja ?
Informan Aku dari SMP, 6 tahun
Peneliti Ini awal tahu pondok pesantren tuh dari mana sih ka ?
Informan Saya sih nyari-nyari aja gitu terus ada plangnya gitu yaudah
saya liat aja. Terus keliatan nyaman, bersih, langsung ketemu
abi terus langsung daftar yaudah deh.
Peneliti emang sebegitu nyamannya kak, sampai mau ngabdi disini ?
Informan Kalau ditanya nyaman, ini aku sih nyaman banget ka.
Peneliti Apa sih yang bikin nyaman ?
Informan Pertama lingkungan, dari temen-temen, bahkan
masyarakatnya juga sikap dan perilakunya bikin kita tuh
nyaman. Kayak gak pingin gitu ninggalinnya tuh. Belajarnya,
ngajinya, kalau diluar kan mungkin kita ga dapet ini ya,
Cuma kalo disini dapet ilmu jadi saying-sayang.
Peneliti Kamu ngeliat santri-santri sekarang tuh gimana sih ?
Informan Kalo diliat dari zamannya, santri itu hanya sebuah nama.
Kalo ngeliat dari sekarang ini santri ya sebatas nama untuk
perilaku, perbuatan. Jadi ya cuma nama doang gitu.
Peneliti Ada gak sih perbedaan kegiatan ketika kamu jadi santri, sama
xlix
ketika kamu udah nggak jadi santri ?
Informan Ada pasti banyak banget. Waktu masih jadi santri ngerasa
manage waktu tuh harus bisa banget gitu. Kan dari bangun
pagi.
Peneliti Menurut kamu, abi tuh orang yang seperti apa sih ?
Informan Baik, baik banget, tegas, disiplin. Nah kadang
kedisiplinannya disalahartikan oleh orang-orang. Apalagi abi
orang asli betawi kan, jadi wataknya emang begitu. Kayak
bijak, tutur bahasanya kayak kasar, tapi bukan kasar sih, itu
memang logatnya abi kayak gitu. Jadi kayak orang baru tuh
mungkin ngeliat abi tuh galak, marah-marah gitu. Padahal
enggak.
Peneliti Kagum gaksih sama abi ?
Informan Kagum banget
Peneliti Apasih yang bikin kagum ?
Informan Pertama abi orang betawi asli, maksudnya bisa ngebuktiin
bahwa orang betawai juga bisa melakukan sesuatu, nggak
diem aja. Abi tuh bisa ngebangun, ngebangun nama
daerahnya sendiri. Abi kan dari 0, maksudnya bukan dari
keluarga yang ada, sodara-sodaranya juga biasa aja dan dulu
abi tuh hidupnya dulu merih (susah), dan sekarang bisa
membangun pondok ini.
Peneliti Kamu tau cerita ini dari abi ?
Informan Iyaa dia sering kasih cerita-cerita jaman dulunya dia seperti
apa kesantri-santri, buat memotivasi santri
l
Peneliti Kalau abi tuh kalau interaksi ke santri tuh gimana ? sering
ngobrol ke santri gaksih ?
Informan Sering, kan ada buya atau kiai yang mengarahkan semuanya
kepada ustadz dan ustadzah, nah kalo abi enggak, kalo
sesuatu ada yang masih bisa abi kerjain sendiri abi terjun
langsung. Contoh kayak piket, itu kan suatu hal kecil, abi
kalo sempet itu turun langsung. Jadi kadang abi nyapu
halaman pondok, lalu kita samperin terus kita bilang biar kita
aja. Kalo emang abi lagi senggang yaudah ahirnya abi aja
gitu. Nyiram-nyiram juga sering. Terus ngecek-ngecek kalo
kita ada pengajian di masjid atau di aula, kan biasnaya
ngumpul ga ada yang dikamar, itu biasanya abi ke kamar
banat sama banin untuk ngecek-ngecek.
Peneliti Kamu pernah gak sih kena marah saat abi lagi ngecek ?
Informan Pernah, itu biasa. Apalagi anak cowok, lemari berantakan,
soalnya abi menjaga banget kebersihan soalnya. Pasti setiap
ngaji abi selalu bilang “kebersihan itu annazofatuminal iman
”. makanya kalo masalah piket abi keras banget.
Peneliti Jadi ai ngontrol langsung
Informan Iyah ngontrol langsung
Peneliti Pernah gaksih abi tuh bener-bener marah gara-gara apa tuh ?
Informan Untuk sekarang-sekarang ini sih ga ada, karena memang ga
ada masalah yang begitu banget. Paling ada juga dulu waktu
saya masih kelas 1 SMP, ada peraturan santri nggak boleh
ada yang bawa alat komunikasi lalu ternyata ada yang bawa
kaka kelas waktu itu. Abi langsung ngumpulin dilapangan,
yaudah langsung HP diancurin semuanya. Memang peraturan
li
di pondok pesantren tidak boleh bawa HP. Lalu dihukum
hafalan juga.
Peneliti Kalau bicara pesantren ini masuknya salaf modern ya?
Informan Iya salaf modern
Peneliti Kalau untuk kesalahan, keseringan itu kesalahan apa yang
diperbuat oleh santri-santri ya ?
Informan Itu paling sih kesalahan mencakup santri laki-laki dan
perempuan ya. Kayak suart-suratan.
Peneliti Kalau ketahuan itu dihukumnya gimana ka ?
Informan Dikumpulin buktinya dulu, saksi, dari pihak laki-laki dan
dikumpul ke ustadz, saksi dari pihak perempuan dikumpul ke
ustadzah, kita kumpulin terus abis itu kita rapatin. Terus
biasanya kita juga ngomong ke atasan penyelesaiannya
gimana, kadang sih abi bilang hafalan aja. Kadang dijemur
disini (nunjuk lapangan) jadi sesuai keputusan abi sih.
Nama : KH. DR. Saroni NA, S.Ag. M.Pd
Umur : 71 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Pimpinan Pondok Pesantren Sa’id Yusuf
Peneliti Apasih bi alesan abi bangun Pondok
Pesantren Sa’id Yusuf ini ?
Informan Ya alesannya, pertama karena dakwah
itu bidang saya. Kedua, dunia
lii
pendidikan juga adalah bidang saya.
Kemudian dakwah juga bukan hanya
sekedar lewat ucapan lisan, tapi juga
harus dibuktikan dengan praktek kerja
nyata. Maka berdirilah pesantren Sa’id
Yusuf ini. Alesan yang mendasar sih itu.
Peneliti Kalau pada dasarnya awalnya pondok
pesantren ini hanya salaf saja, atau
langsung salaf modern ya bi ?
Informan Pertama salaf satu tahun, kemudian
tahun selanjutnya 2008 berdiri sekolah
formal. Maka dipadukanlah salaf
dengan modern. Jadi kita padukan, ada
sekolah formalnya. Awalnya kan salaf
satu tahun, mereka anak-anak disini ada
sekitar 14 orang hanya mengaji disini
khusus lalu kemudian sekolahnya diluar.
Tapi karena banyak yang masuk,
kemudian saya melihat ada kebutuhan
formal maka berdirilah sekolah formal
juga.
Peneliti Berarti untuk saat ini pondok pesantren
ini mengadopsi juga kurikulum dari
pemerintah ya pak ?
Informan Iya pakai kurikulum pemerintah. Jadi
untuk sekolah formalnya kurikulum
pemerintah. Kalo untuk pesantrennya
kurikulum pesantren sendiri.
liii
Peneliti Ditengah kemodernan yang ada saat ini,
gimana sih bi mempertahankan nilai
khas dari sebuah pondok pesantren ?
Informan Kalo nilai khas dari kepesantrenan itu
kan akhlak, kemudian tauhid, dan
syariah gitu kan. Dan itu yang kita
pertahankan sebagai ciri khas pesantren.
Jadi akhlak disini bagaimana mereka
bersikap di dunia modern seperti
sekarang ini kita tahu tantanganya.
Kemudian tauhid, bagaimana dia bisa
melaksanakan atau mempertahankan
ibadah kepada yang maha kuasa. Di
syariatnya bagaimana dia melakukan
ibadah itu dengan baik sesuai dengan
syariat.
Peneliti Gimana sih bi cara pesantren ini
mengkader santri untuk berdayaguna di
dunia akademik maupun di masyarakat
?
Informan Ya pertama kita gembleng mereka,
karena saya melihatnya begini termasuk
kurikulum yang ada di pesantren ya, jadi
saya melihat fenomena apa nih yang ada
di masyarakat. Kemudian apa sih yang
dibutuhkan dari masyarakat. Teutama
kaitannya dengan kebiasaan, maka
itulah yang saya buat, kayak sekarang di
masyarakat saat ini kan sudah hampir
liv
punah orang yang menyolatkan mayat
itu kan mereka takut, mereka ga bisa,
kemudian orang melakukan ibadah
hanya yang instan-instan saja misalnya
ketika wudhu dalam aturan itu dalam
sunnahnya itu bagaimana doa tangan
kanan, doa tangan kiri dan itu saya
terapkan kepada santri-santri dan saya
pertahankan kebiasaan yang baik
ditengah masyarakat. Yang kedua untuk
menggembleng santri itu kita mental
mereka itu kita gembleng makanya
disini ada yang namanya muhadarah,
kemudian ada pentas seni mereka tampil
di panggung, kemudian ada ceramah,
pembawa acara dll. Itu ditujukan untuk
membangun mental mereka.
Peneliti Ada gak bi kegiatan disini yang masih
abi pegang ?
Informan Kalau secara umum, untuk maju atau
mundur nya pesantren ini masih tetap
saya yang pegang administrasinya.
Artinya saya yang memanage itu semua.
Baik dari tingkat RA, sampai ke tingkat
Madrasah Aliyah hingga ketingkat
kepesantrenan. Kemudian untuk sehari-
harinya ya saya tetap mengawasi
bagaimana pembelajaran itu berjalan,
dan saya tetap ikut berperan mengajar
juga. Jadi mengajar ilmu dasar yang
lv
harus mereka miliki terlebih dahulu baru
setelah saya ajarkan kepada mereka,
meraka dikembangkan oleh guru-guru
yang baik disini. Jadi pintunya misalkan
saya megang ilmu alatnya, nausorohnya,
fiqihnya, tahrimnya, kemudian saya
pegang ilmu akhlaknya, saya tetap
berperan memegang itu.
Peneliti Apakah bapak memberikan jaringan
terhadap guru-guru yang ada sini ?
contoh seperti mendelegasikan salahs
atu guru untuk menghadiri suatu acara
yang mengatasnamakan pondok
pesantren ini
Informan Ohiya kalo itu iya biasa, kaya macem
kemarin acara forum komunikasi
pesantren. Itu kan saya mengutus salah
satu ustadz. Kemudian acara misalkan
rapat-rapat kepesantrenan ke
KEMENAG itu saya utus ustadznya.
Tujuannya agar dia juga paham gitu.
Ketika dia sudah tidak disini, dia bisa
memanage pesantren yang lain gitu.
Peneliti Itu kalo untuk menghadapi
permasalahan di pondok, itu apa bapak
turun lanngsung atau gimana pak ?
Informan Pertama ke pengasuh dulu, kemudian
apabila pengasuh tidak mampu
lvi
menangani saya yang turun.
Peneliti Biasanya nih pak untuk kasus-kasus
besar, apasih pak jenis hukuman yang
diberikan dari bapak ke santri yang
bermasalah ?
Informan Paling hukuman untuk anak-anak itu
mereka yang sifatnya edukasi ya seperti
hafalan. Hafalan aja yang kita kasih
hukuman kepada mereka. Karena
kenapa hafalan, karena saya melihat
model pembelajaran kan ada jenis
hukuman yang mendidik, jadi itu aja.
Peneliti Kenapa sih pak masih berkontribusi di
masyarakat kayak kemarin pemotongan
sapi di lingkungan, padahal disini juga
ada pemotongan sapi pak. Tapi kenapa
bapak lebih memilih kurban di
lingkungan ya pak ?.
Informan Kan kita hidup di masyarakat,
masyarakat itu tidak bisa kita tingalkan.
Dan kita ada lembaga, ketika saya
mengajar di sekolah alhamidiyah nih,
tapi sekolah diluar juga harus di ajarkan
juga (masyarakat).
Peneliti Apa sih pak visi misi dari bapak untuk
pondok pesantren ini
Informan Visi misi kita ini ingin menjadikan
lvii
pesantren ini menjadi lembaga yang bisa
berkiprah di masyarakat. Lemabaga
yang berwibawa, berdedikasi, yang
sesuai dengan ajaran rasulullah SAW.
Peneliti
Informan Kalo kita berbicara bagaimana pesantren
mengkonstruk modernitas, itu
tergantung dari pimpinan sebenernya.
Makanya ketika ada seribu pesantren ya
berarti ada seribu pemikiran.