karakteristik persalinan

3
Hal yang terpenting untuk memahami persalinan normal adalah menentukan kapan mulai terjadi persalinan, Definisi yang tepat tentang persalinan adalah : adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan pendataran dan dilatasi serviks yang nyata, dimana hal ini tidaklah mudah dipakai untuk membantu para penolong persalinan dalam memastikan proses persalinan akan mulai, oleh karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkan retrospektif. Beberapa metode dapat dipakai untuk penentuan mulai persalinan. Antara lain : sesuai bertambahnya waktu terdapat kontraksi uterus yang nyeri secara reguler / teratur. Akan tetapi, aktivitas uterus itu sendiri seringkali menyebabkan ketidaknyamanan, dimana juga pertanda persalinan palsu yang terjadi setiap waktu selama masa kehamilan. Metode kedua untuk memastikan onset persalinan, apabila memenuhi beberapa kriteria adanya kontraksi uterus yang nyeri disertai salah satu berikut ini : 1). adanya selaput ketuban pecah spontan; 2)bloody “show”, 3) serta pendataran serviks komplit. KALAI I PERSALINAN : Berdasarkan asumsi bahwa setelah diagnosis onset persalinan telah tegak, kemudian bagaimana kemajuan persalinan berikutnya….? Dari hasil penelitian oleh Friedman (1954), telah ditunjukkan adanya suatu pola sigmoid persalinan yang khas dengan cara menggambarkan suatu grafik dari pembukaan serviks dibandingkan waktu. Friedman telah mengembangkan suatu konsep 3 divisi fungsional persalinan untuk menggambarkan fisiologis dari tiap-tiap divisi tersebut. Pada divisi preparasi, komponen jaringan ikat serviks mengalami perubahan secara bermakna. Dengan pemberian sedasi maupun analgesia konduksi akan menghentikan persalinan. Divisi dilatasi, dimana saat terjadi pembukaan yang cepat dan progresif, maka tidak akan terpengaruh oleh sedasi atau analgesia. Divisi pelvis yaitu terjadi deselerasi dari fase pembukaan serviks. Mekanisme persalinan klasikal akan melibatkan berbagai proses pergerakan janin pada presentasi belakang kepala, yaitu engagement, fleksi, penurunan kepala, putaran paksi dalam, ekstensi, dan putaran paksi luar. Semua pergerakan ini terjadi saat divisi pelvis. Namun demikian, secara aktual onset dari divisi pelvis ini jarang sekali dapat diidentifikasi. Pola pembukaan serviks selama divisi preparasi dan divisi dilatasi persalinan normal membentuk suatukurva sigmoid Terdapat dua fase pembukaan serviks, yaitu fase laten, dimana merupakan divisi preparasi, dan fase aktif merupakan divisi dilatasi. Fase Laten. Onset fase laten persalinan, sebagaimana didefinisikan oleh Friedman (1972), adalah titik dimana ibu merasakan adanya kontraksi uterus yang teratur. Fase laten berakhir pada pembukaan antara 3 sampai 5 cm. Batas ini berguna bagi penolong untuk menentukan fase persalinan aktif yang dapat diharapkan. Friedman dan Sachletban (1963) mendefinisikan prolonged latent phase, apabila melebihi 20 jam pada nullipara dan 14 jam pada multipara. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fase laten antara lain :pemberian sedasi yang berlebihan atau analgesia epidural, kondisi serviks yang belum matang yaitu masih tebal, belum mendatar atau belum membuka, serta kemungkinan suatu persalinan palsu. Namun setelah pemberian sedasi, kira-kira 85% wanita bersalin akan memasuki fase aktif, lainnya, 10 % akan berhenti kontraksi, dan disimpulkan sebagai persalinan palsu. Pada akhirnya, kira-kira 5% adalah fase latent yang abnormal serta memerlukan

Upload: nunki-aprillita

Post on 21-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Hal yang terpenting untuk memahami persalinan normal adalah menentukan kapan mulai terjadi persalinan, Definisi yang tepat tentang persalinan adalah : adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan pendataran dan dilatasi serviks yang nyata, dimana hal ini tidaklah mudah dipakai untuk membantu para penolong persalinan dalam memastikan proses persalinan akan mulai, oleh karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkanretrospektif.Beberapa metode dapat dipakai untuk penentuan mulai persalinan. Antara lain : sesuai bertambahnya waktu terdapat kontraksi uterus yang nyeri secara reguler / teratur. Akan tetapi, aktivitas uterus itu sendiri seringkali menyebabkan ketidaknyamanan, dimana juga pertanda persalinan palsu yang terjadi setiap waktu selama masa kehamilan.Metode kedua untuk memastikan onset persalinan, apabila memenuhi beberapa kriteria adanya kontraksi uterus yang nyeri disertai salah satu berikut ini :1). adanya selaput ketuban pecah spontan;2)bloody show,3) serta pendataran serviks komplit.KALAI I PERSALINAN :Berdasarkan asumsi bahwa setelah diagnosis onset persalinan telah tegak, kemudian bagaimana kemajuan persalinan berikutnya.? Dari hasil penelitian olehFriedman(1954), telah ditunjukkan adanya suatu pola sigmoid persalinan yang khas dengan cara menggambarkan suatu grafik dari pembukaan serviks dibandingkan waktu.Friedman telah mengembangkan suatu konsep 3 divisi fungsional persalinan untuk menggambarkan fisiologis dari tiap-tiap divisi tersebut. Padadivisi preparasi, komponen jaringan ikat serviks mengalami perubahan secara bermakna. Dengan pemberiansedasimaupunanalgesia konduksiakan menghentikan persalinan.Divisi dilatasi,dimana saat terjadi pembukaan yang cepat dan progresif, maka tidak akan terpengaruh oleh sedasi atau analgesia.Divisi pelvisyaitu terjadi deselerasi dari fase pembukaan serviks.Mekanisme persalinan klasikal akan melibatkan berbagai proses pergerakan janin pada presentasi belakang kepala, yaituengagement, fleksi, penurunan kepala, putaran paksi dalam, ekstensi, dan putaran paksi luar.Semua pergerakan ini terjadi saat divisi pelvis. Namun demikian, secara aktual onset dari divisi pelvis ini jarang sekali dapat diidentifikasi.Pola pembukaan serviks selama divisi preparasi dan divisi dilatasi persalinan normal membentuk suatukurva sigmoidTerdapat dua fase pembukaan serviks, yaitufase laten,dimana merupakan divisi preparasi,dan fase aktifmerupakan divisi dilatasi.Fase Laten.Onset fase laten persalinan, sebagaimana didefinisikan oleh Friedman (1972), adalah titik dimana ibu merasakan adanya kontraksi uterus yang teratur. Fase laten berakhir pada pembukaan antara 3 sampai 5 cm. Batas ini berguna bagi penolong untuk menentukan fase persalinan aktif yang dapat diharapkan.Friedman dan Sachletban (1963) mendefinisikanprolonged latent phase, apabila melebihi 20 jam pada nullipara dan 14 jam pada multipara. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fase laten antara lain :pemberian sedasi yang berlebihan atau analgesia epidural, kondisi serviks yang belum matang yaitu masih tebal, belum mendatar atau belum membuka, serta kemungkinan suatu persalinan palsu.Namun setelah pemberian sedasi, kira-kira 85% wanita bersalin akan memasuki fase aktif, lainnya, 10 % akan berhenti kontraksi, dan disimpulkan sebagai persalinan palsu. Pada akhirnya, kira-kira 5% adalah fase latent yang abnormal serta memerlukan stimulasi oksitosin. Friedman (1972) melaporkan bahwa pemanjangan fase laten tidak akan berpengaruh jelek terhadap morbiditas dan mortalitas ibu maupun janinnya.Fase Aktif.Pembukaan serviks 3 5 cm atau lebih, yang disertai kontraksi uterus adekuat dapat dipakai sebagai titik awal persalinan fase aktif. Masih menurut Friedman (1955), durasi rata-rata fase aktif persalinan pada nullipara adalah 4,9 jam, dengan maksimal 11,7 jam, dimana kecepatan pembukaan serviks minimal 1,2 sampai 6,8 cm / jam. Sedangkan pada multipara kemajuan fase aktif agak lebih cepat dengan kecepatan pembukaan minimal 1,5 cm / jam.Gangguan abnormal fase aktif persalinan agak lebih sering terjadi Dilaporkan bahwa, kira-kira 25% persalinan nullipara akan mengalami hambatan, sedangkan pada multipara 15%.Friedman (1972) membagi hambatan yang terjadi selama fase aktif menjadi kemajuan persalinan yang melambat dan macet. Dia mendefinisikan perlambatan kemajuan persalinan apabila kecepatan pembukaan serviks atau penurunan kepala pada nullipara < 1,2 cm / jam, atau < 1 cm penurunan kepala / jam. Untuk multipara, perlambatan ditentukan 1,5 cm pembukaan serviks/jam, atau < 2 cm penurunan kepala / jam. Pembukaan serviks macet ditentukan, apabila dalam waktu 2 jam tidak ada perubahan pembukaan serviks.KALA II PERSALINAN:Kala ini dimulai ketika pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir setelah bayi lahir. Lama rata-rata sekitar 50 menit pada nullipara, dan sekitar 20 menit pada multipara, akan tetapi hal ini sangat bervariasi tiap individu. Pada wanita dengan paritas tinggi dimana telah mengalami pembukaan vagina dan perineum, maka dengan 2 sampai 3 kali mengejan setelah pembukaan lengkap sudah cukup untuk melahirkan bayi. Sebaliknya, pada seorang wanita dengan kesempitan panggul atau janin besar atau adanya hambatan dalam usaha mengejan akibat pemberian analgesia konduksi atau sedasi, maka kala II akan memanjang abnormal.LAMA PERSALINAN :Beberapa peneliti melaporkan bahwa, rata-rata lama kala I dan kala II sekitar 9 jam pada wanita nullipara, sedangkan multipara rata-rata sekitar 6 jam. Para ahli mendefinisikan persalinan sudah mulai yaitu,saat seoarang wanita mengalami kontraksi uterus teratur, disertai nyeri tiap 3 sampai 5 menit sekali yang mengakibatkan adanya perubahan serviks.RINGKASAN PERSALINAN NORMAL :Persalinan ditandai secara khas adanya variasi biologik. Fase aktif persalinan secara terpercaya dapat ditegakkan ketika pembukaan serviks mencapai 3 cm atau lebih yang disertai kontraksi uterus adekuat. Sekali batas pembukaan serviks ini dapat dilampaui, maka kemajuan persalinan normal dapat diharapkan, tergantung paritasnya, yaitu sekitar 4 sampai 6 jam. Pada akhirnya, sebagian besar wanita yang akan partus spontan tanpa memandang paritas, akan melahirkan bayi kira-kira 10 jam setelah masuk rumah sakit. Adanya kontraksi uterus yang tidak adekuat adalah sering terjadi dan merupakan penyebab yang dapat dikoreksi untuk kemajuan persalinan.MANAJEMEN PERSALINAN NORMALManajemen ideal pada persalinan memerlukan dua pandangan yang saling bertolak belakang yang akan dihadapi oleh setiap penolong.Pertama,bahwa persalinan seharusnya dianggap sebagai suatu proses fisiologis normal pada sebagian besar wanita tanpa komplikasi.Kedua,adanya komplikasi intrapartum yang harus cepat disadari, dimana seringkali terjadi dalam waktu cepat dan tanpa dapat diketahui terlebih dahulu. Oleh karena itu, kepada setiap penolong harus selalu memberikan kenyamanan secara bersamaan baik kepada pasien maupun keluarganya, bahwa walaupun persalinan akan aman buat ibu maupun bayinya, akan tetapi dapat saja berkembang suatu komplikasi atau penyulit yang datangnya tiba-tiba.Pemeriksaan Tanda Vital dan Riwayat Kehamilan. Tekanan darah maternal, temperatur, nadi dan respirasi harus diperiksa untuk kemungkinan adanya abnormalitas. Riwayat kehamilan segera harus dicatat untuk mengidentifikasi adanya komplikasi yang pernah dialami.Apapun masalah yang pernah terjadi diidentifikasi selama periode antepartum dan segera dapat diantisipasi dengan memberikan tulisan dalam catatan pasien.Pemeriksaan Vagina.Paling sering, tanpa pengecualian apabila terdapat perdarahan yang keluar sebagai suatubloody show, maka pemeriksaan vagina harus dilakukan. Satu hal yang penting untuk menghindari menyentuh dubu, dan jari tangan tidak dikeluarkan dari vagina sebelum pemeriksaan sempurna/ komplit. Berulang-ulang dilakukan pemeriksaan vagina selama persalinan akan berkorelasi dengan kenaikkan tingkat infeksi, terutama pada kasus dengan ketuban pecah dini.Deteksi Selaput Ketuban Pecah. Seorang wanita hamil harus selalu diinstruksikan selama periode antepartum untuk waspada terhadap bocornya air ketuban dari vagina dan melaporkan segera kondisi ini. Pecahnya selaput ketuban secara bermakna mempunyai 3 alasan penting yang harus diperhatikan.Pertama,bagian presentasi janin tidak mencakup atau terfiksasi sempurna di dalam pelvis, kemungkinan terjadi tali pusat menumbung, dan adanya kompresi talipusat.Kedua,persalinan kemungkinan akan mulai segera jika umur kehamilan sudah aterm atau mendekati cukup bulan.Ketiga,kemungkinan persalinan akan terhenti dalam waktu 24 jam atau lebih setelah selaput ketuban pecah, maka infeksi intrauterin akan meningkat.