karakteristik penyakit jantung koroner dengan …

12
KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT M. SALAMUN TAHUN 2015 MAKALAH Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Kedokteran Oleh: Syam Hidayatullah 4111131044 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI MARET 2017

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN …

KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG

KORONER DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI

PADA PASIEN RAWAT JALAN

RUMAH SAKIT M. SALAMUN TAHUN 2015

MAKALAH

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

Syam Hidayatullah

4111131044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

MARET 2017

Page 2: KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN …

KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN FAKTOR

RISIKO HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN

RUMAH SAKIT M. SALAMUN TAHUN 2015

Syam Hidayatullah1, Hendri Priyadi2, Lutfhi Nurlaela3 1Program Studi Fakultas Kedokteran Unjani, 2Bagian Penyakit Dalam

Kedokteran Unjani,3Bagian Laboratorium Parasitologi Kedokteran Unjani

Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

ABSTRAK

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian utama di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011, sebanyak 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik dan setidaknya 17,5 juta atau setara dengan 30% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Hipertensi merupakan faktor risiko penting terjadinya PJK. Deteksi dini dan perawatan hipertensi yang efektif dapat menurunkan angka kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien rawat jalan PJK dengan faktor risiko hipertensi berdasarkan usia, jenis kelamin, riwayat kontrol hipertensi, lama terapi hipertensi, obesitas, dan dislipidemia di RS M. Salamun tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, data diperoleh dari rekam medik, kemudian diolah secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan dari 136 pasien PJK, 99 orang memiliki risiko hipertensi (72,7%). Penderita PJK terbanyak golongan usia lansia (55%), jenis kelamin terbanyak perempuan (51,5%), jumlah pasien hipertensi yang tidak teratur kontrol lebih banyak (52,5%), lama terapi terbanyak 1-3 tahun (55,5%), pasien yang mengalami obesitas (52,5%), dan pasien yang mengalami dislipidemia (53,5%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah usia lansia, jenis kelamin perempuan, tidak teratur kontrol hipertensi, lama terapi, obesitas, dan dislipidemia menjadi faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi pasien hipertensi sehingga menyebabkan terjadinya PJK. Kata kunci : Hipertensi, Penyakit jantung koroner ABSTRACT Coronary heart diseasae (CHD) is the main cause of mortality in the world. According to WHO in 2011, it was estimated that almost 60% of the majority cause of death is ischemic heart disease, and at least 17,5 billion or same as 30 % of death in the entire world caused by heart disease. Hypertension was an important risk factor for developing CHD. Early detection and effective treatment of hypertension may reduce mortality rate. This study aimed to investigate the characteristics the outpatients of CHD with hypertension risk based on age, gender, control of hypertension, duration of hypertension therapy, obesity, and dyslipidemia in in the Hospital M. Salamun in 2015. This study used descriptive, the data were obtained from medical records. Then the data was proceed using statistic and presented in table form. The results of study showed proportion from 136 CHD patients, 99 of them having hypertension risk (72,7%). CHD patients most commonly found in the end of adult age group (55%), for gender most commonly found in woman (51,5%), patient with uncontrol hypertension most

1

Page 3: KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN …

2

commonly found in this study (52,5%), the duration of hypertension therapy most

commonly found in 1-3 years (55,5%), CHD with obesity (52,5%), and CHD with dyslipidemia (53,5%). The conclusion of this study was: the end of adult age group, woman, uncontrol hypertension, duration of hypertension therapy, obesity, dyslipidemia has became risk factors of hypertension that could drove into the worst condition like CHD. Keywords: Coronary heart disease, hypertension

PENDAHULUAN

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan

menyempitnya pembuluh darah yang mensuplai darah dan oksigen ke jantung.

Biasanya kejadian ini disebabkan oleh proses aterosklerosis akibat terbentuknya

plak pada dinding arteri koroner jantung. Berdasarkan data WHO (2011) bahwa

penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan 60%

dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik

dan sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30 % kematian di seluruh dunia

disebabkan oleh penyakit jantung. Diperkirakan tahun 2030 bahwa 23,6 juta orang

di dunia akan meninggal karena penyakit kardiovaskular.1-3

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik

Indonesia menyatakan bahwa peringkat penyakit kardiovaskular sebagai

penyebab kematian semakin meningkat. Berdasarkan SKRT tahun 2004

melaporkan bahwa sekitar 2,2% penduduk Indonesia yang berusia diatas 15 tahun

pernah terdiagnosis menderita penyakit jantung dan sekitar 1,3% penduduk

Indonesia pernah didiagnosis menderita penyakit jantung angina. Berdasarkan

diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013

berkisar 0,5% atau sekitar 883.447 orang, dan terbanyak di Provinsi Jawa Barat

sebanyak 160.812 orang.4-7

Data diatas menunjukkan tingginya prevalensi kematian pada penderita

PJK karena perubahan pola hidup masyarakat yang menyebabkan pengaruh

faktor risiko terjadinya PJK semakin besar. Faktor risiko PJK dibagi menjadi faktor

risiko mayor dan minor, salah satu faktor risiko mayor adalah hipertensi.8 Selain

mengakibatkan penyakit jantung koroner dan gagal jantung, dapat juga

mengakibatkan gagal ginjal dan penyakit serebrovaskular. Proporsi hipertensi di

seluruh dunia tahun 2008 pada pria sebesar 29,2% dan pada wanita sebesar

24,8%. Berdasarkan data Kemenkes RI, penyakit hipertensi termasuk penyakit

Page 4: KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN …

3

dengan jumlah kasus terbanyak pada pasien rawat jalan yaitu 80.615 kasus.

Hipertensi merupakan penyakit penyebab kematian peringkat ketiga di Indonesia

dengan CFR (Case Fatality Rate) sebesar 4,81%. Berdasarkan data Riskesdas

(2013), prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5% dan cakupan

diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan mencapai 36,8%, atau dengan kata

lain sebagian besar hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis (63,2%),

tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),

Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).5,9,10

Hipertensi berperan dalam proses aterosklerosis dengan cara meningkatkan

pulse pressure sedangkan tekanan pengisian arteri koroner yang jatuh pada early

diastolic phase menurun. Faktor risiko hipertensi meliputi: jenis kelamin,

usia,genetik, ras, pendidikan, diet garam, obesitas, dislipidemia, merokok, kafein,

dan stress mental. Pada usia tua, risiko hipertensi meningkat tajam pada wanita

dibandingkan laki – laki. Usia juga merupakan faktor risiko PJK dimana

penambahan usia akan meningkatkan risiko terjadinya PJK. Semakin tua umur

maka semakin besar kemungkinan timbulnya karat yang menempel di dinding dan

menyebabkan mengganggu aliran air yang melewatinya. Berdasarkan penelitian

Nababan di RSU Dr. Pirngadi Medan penderita PJK didapatkan lebih banyak pada

kelompok usia ≥ 40 tahun.9,11,12

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan

darah. Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni dan Eksanoto (2013), wanita

cenderung menderita hipertensi daripada pria. Pada penelitian tersebut sebanyak

27,5% wanita mengalami hipertensi, sedangkan untuk pria hanya sebesar 5,8%.

Wanita akan mengalami peningkatan risiko tekanan darah tinggi (hipertensi)

setelah menopouse yaitu usia diatas 45 tahun. Wanita yang belum menopouse

dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High

Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya kolesterol

LDL (Low Density Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis

dan mengakibatkan tekanan darah tinggi. Lipid abnormal yang aterogenik secara

jelas menyebabkan disfungsi endotel. Halperin ruben dkk meneliti 3110 pria yang

normotensi dan diikuti selama rata-rata 18 tahun, menemukan 1019 pria mendapat

hipertensi.9,11,12

Faktor risiko hipertensi dan PJK yang dapat dimodifikasi salah satunya

adalah obesitas. Obesitas diketahui sebagai hasil kombinasi disfungsi pusat

Page 5: KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN …

4

makan di otak, ketidakseimbangan asupan energi dan pengeluaran, dan variasi

genetik ,pada obesitas dan hipertensi diketahui memiliki gen yang sama. Insiden

obesitas lebih tinggi pada wanita 34,4%, dibandingkan pada pria 28,6%.13,14 Upaya

untuk mencegah hipertensi yang menjadi kronis perlu diperhatikan kepatuhan

terhadap pengobatan hipertensi. Kepatuhan dan ketaatan merupakan prasyarat

untuk keefektivan terapi hipertensi sehingga menurunkan kemungkinan terjadinya

komplikasi dan potensi terbesar untuk perbaikan pengendalian hipertensi yang

terletak dalam meningkatkan perilaku pasien tersebut.9,11,12 Komplikasi hipertensi

menyebabkan sekitar 9,4% kematian di seluruh dunia setiap tahunya. Hipertensi

menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% karena

stroke. Kematian oleh penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan terus

meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.4

Rumah Sakit TNI AU Dr.M. Salamun sebagai salah satu unit pelayanan

kesehatan tipe B di kota Bandung ,memiliki jumlah kunjungan pasien PJK di

poliklinik jantung sebanyak 30% dari 150-200 pasien setiap harinya berdasarkan

data kunjungan pasien dalam buku tahunan. Kemudahan akses menuju ke tempat

pengambilan data menjadi salah satu alasan peneliti untuk melakukan penelitian

di Rumah Sakit TNI AU Dr.M.Salamun. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai “Karakteristik Penyakit Jantung Koroner

dengan Faktor Risiko Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit

M.Salamun Tahun 2015”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode deskriptif.15 Data

sekunder tersebut diambil dari rekam medik pasien penyakit jantung koroner

dengan faktor risiko hipertensi di RS TNI AU Dr. M. Salamun Tahun 2015. Kriteria

inklusi pada penelitian ini adalah semua rekam medik penderita penyakit jantung

koroner di Rumah Sakit TNI Angkatan Udara Dr. M. Salamun Tahun 2015 yang

lengkap meliputi nomor register pasien, usia, jenis kelamin, tinggi badan dan berat

badan, hasil lab mengenai kadar lipid, didiagnosis penyakit jantung koroner

disertai hipertensi oleh dokter spesialis jantung di Rumah Sakit TNI Angkatan

Udara Dr. M. Salamun, dan rutin kontrol setiap bulan dari Januari – Desember

2015. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah data rekam medik pasien yang

Page 6: KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN …

5

tidak jelas dan tidak lengkap dalam penulisan. Sampel pada penelitian ini yaitu

total sampling. Penelitian dilaksanakan di RS TNI AU Dr. M. Salamun pada bulan

September 2016 – Desember 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan Hipertensi

Berdasarkan Usia

Tabel 4.1 Karakteristik Berdasarkan Golongan Usia

Golongan Usia Jumlah (%)

Remaja (12 -25 tahun)

Dewasa (26 - 45 tahun)

Lansia (46 – 65 tahun)

Manula (65 tahun keatas)

1 (1%)

0 (0%) 55 ( 55,5%) 43 (43,4 %)

PJK dan hipertensi dipengaruhi oleh pertambahan usia, pada Tabel 4.1

dapat dilihat bahwa angka PJK dengan faktor risiko hipertensi paling banyak pada

golongan lansia sebanyak 55 pasien atau 55,5 %. Hasil ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Fang, Shaw dan Keenan di Amerika Serikat tahun

2011 yang mendapatkan tingginya kejadian PJK pada usia 45-64 tahun. Hasil

penelitian oleh Siregar dkk. Di RS Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 juga melaporkan

sebagian besar penderita PJK berusia di atas 55 tahun. Hal ini sesuai dengan teori

yang menyatakan, semakin bertambahnya usia menyebabkan terjadinya proses

degeneratif dari pembuluh darah, yaitu terjadi perubahan struktur anatomi dan

fungsi vaskular koroner yang ditandai dengan perubahan remodelling arteri serta

disfungsi endotel. Pada lansia proses remodelling arteri diawali oleh perubahan

molekular, seluler, dan enzimatik pada dinding arteri, selain itu terjadi penurunan

viskositas rasio elastin dan kolagen sehingga mengakibatkan terjadinya kekauan

arteri. Disfungsi endotel sering mulai terjadi pada usia muda dan mengalami

puncaknya pada usia lanjut. Endotel yang mengalami jejas memiliki faktor

prokoagulan yang lebih banyak dibanding antikoagulan, serta mengalami

pemacuan molekul adhesi leukosit seperti L selektin, platelet endothelial

celladhesionmolecule (PECAM-1) dan molekul adhesi endotel seperti E selektin,

P selektin, intracelular cell adhesion molecule (ICAM-1 )dan vascular cell adhesion

molecule (VCAM-1).16,17

Page 7: KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN …

6

Keadaan ini memungkinkan makromolekul lebih mudah menempel pada

dinding pembuluh darah sehingga mengakibatkan jejas pada endotel. Lipoprotein

bisa menembus sel endotel dan ditahan oleh matriks subendotelium dan

proteoglikans. Protein dan lipid yang termodifikasi dapat mengganggu ekspresi

gen sel endotel sehingga produksi prokoagulan, molekul adhesi, faktor kemotaktik

dan sitokin akan meningkat. Akibatnya terjadi penetrasi dan adhesi monosit

sirkulasi ke dalam lapisan intima arteri koroner yang mengalami diferensiasi dan

teraktivasi menjadi makrofag. Lipid akan berakumulasi di intraseluler melalui

proses glikasi, oksidasi dan glikooksidasi sehingga terbentuk fatty streak.18,19

Pada penelitian ini didapatkan 1 pasien golongan usia remaja. Kemungkinan

faktor risiko PJK pada usia muda merupakan akibat dari perubahan gaya hidup

yang tidak sehat, dan yang paling sering adalah merokok, dislipidemia, obesitas,

dan faktor keluarga dengan riwayat PJK. Faktor risko lain adalah familial

hiperkolesterolemia , yaitu kelainan genetik autosomal dominan, dimana terjadi

peningkatan kolesterol total dan LDL. Penyebab terjadinya PJK pada usia dewasa

muda atau remaja dibagi dalam 4 kelompok, yaitu 1.PJK ateromatous pada usia

muda biasa disebut dengan premature atherosclerosis, teori infiltrasi lemak dan

kerusakan endotel paling banyak dianut; 2.PJK non-ateromatous seperti

myocardial bridging , abnormalitas pembuluh darah koroner kongenital, infeksi

HIV, Toxoplasma gondii, Cryptoccocus neoformansl; 3.status hiperkoagulasi akibat

Systemic Lupus Erithematosus, Anti phospolipid syndrome, sindrom nefrotik; dan

4.PJK terkait penyalahgunaan obat seperti penggunaan kokain, ganja, dan

amfetamin.20

Karakteristik Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan Hipertensi

Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik Berdasarkan Golongan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah (%)

Laki – laki

Wanita

48 (48,4%)

51 (51,5%)

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah pasien penderita PJK dengan

faktor risiko hipertensi paling banyak dialami oleh wanita sebanyak 51 pasien atau

51,5%. Peningkatan kejadian PJK pada wanita itu terjadi setelah menopause dan

Page 8: KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN …

7

kematian 2-3 kali lebih besar daripada wanita sebelum menopause. Hal ini

berhubungan dengan penurunan kadar hormon estrogen yang berperan dalam

melindungi pembuluh darah dari kerusakan yang memicu terjadinya

aterosklerosis. Wanita yang belum menopouse dilindungi oleh hormon estrogen

yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar

kolesterol HDL rendah dan tingginya kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)

mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis, sehingga dapat menjadi pemicu

terjadinya PJK. Oleh karena itu, wanita pasca-menopause harus ekstra waspada

terhadap PJK.9,12

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hariadi dan Ali (2008),

didapatkan angka kejadian pria lebih tinggi dibandingkan wanita, yaitu 64,7%

berbanding 35,3%. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Siregar dkk. (2009)

yang mengatakan bahwa penderita PJK didominasi wanita, yaitu sebesar 64,3%.

Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan karakteristik usia penderita

dan pola hidup subjek.9,12 Penelitian ini tidak dapat mewakili perbandingan

banyaknya pria dan wanita yang menderita PJK secara keseluruhan karena data

yang diambil hanya dari rekam medik yang tersedia dan lengkap tanpa adanya

perlakuan khusus dan persamaan rasio jumlah subjek yang diteliti.

Karakteristik Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan Hipertensi

Berdasarkan Riwayat Kontrol Hipertensi

Tabel 4.3 Karakteristik Berdasarkan Riwayat Kontrol Hipertensi

Variabel Jumlah = 99 (%)

Riwayat kontrol hipertensi

Teratur

Tidak teratur

47 ( 47,4%)

52 (52,5%)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pasien PJK dengan faktor risiko hipertensi

memiliki riwayat kontrol hipertensi yang tidak teratur sebanyak 52 pasien atau 52,5

%. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari JNC 8 mengenai evidence based

guideline for the management of high blood pressure in adults, bahwa pasien yang

kontrol teratur tiap bulan hingga target tekanan darah tercapai, akan mengurangi

beban kerja pada pembuluh darah dan meningkatkan kualitas hidup pasien

hipertensi.20 Pada penelitian ini riwayat tidak teratur berobat hipetensi pasien dapat

Page 9: KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN …

8

menjadi penyebab timbulnya komplikasi pada organ jantung yaitu PJK. Banyak

faktor penyebab tidak teraturnya pasien untuk berobat yaitu, tidak adanya gejala,

salah paham mengenai pengertian hipertensi, sosiokultural, kepercayaan pada

pengobatan tradisional yang dipercaya dapat menyembuhkan hipertensi, dan

kesulitan mencapai pusat pelayanan kesehatan terutama masyarakat yang tinggal

di desa. Kontrol yang teratur diharapkan dapat mengurangi TDS 2-5 mmHg

sehingga akan mengurangi risiko kejadian PJK 20-25%, dan mengurangi kematian

akibat PJK 4-9%. 21,23

Selain itu dokter dapat memberikan edukasi kepada pasien selain rajin

minum obat yaitu mengenai modifikasi gaya hidup seperti menurunkan berat

badan (IMT 18,5-24,9 kg/m2) akan menurunkan 5-20 mmHg/10 KgBB TDS;

melakukan pola diet DASH dengan mengkonsumsi makanan yang kaya dengan

buah-buahan, sayuran, produk makanan yang rendah lemak, dengan kadar lemak

total dan saturasi yang rendah akan menurunkan 8-14mmHg TDS; diet rendah

natrium mengurangi asupan garam sebesar tidak lebih dari 100 mmol per-hari (2,4

gr Natrium atau 6 gr garam) menurunkan 2-8 mmHg TDS; olahraga aerobik fisik

secara teratur, seperti jalan cepat paling tidak 30 menit per-hari setiap hari dalam

seminggu menurunkan 4-9 mmHg TDS; membatasi alkohol akan menurunkan 2-

4mmHg TDS.22,23

Karakteristik Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) dengan Hipertensi

Berdasarkan Lama Terapi Hipertensi

Tabel 4.4 Karakteristik Berdasarkan Riwayat Kontrol dan Lama Terapi Hipertensi

Variabel Jumlah = 99 (%)

Lama terapi hipertensi

1-3 tahun

4-6 tahun

7-10 tahun

55 (55,5%)

33 (33,3%) 11 (11,1%)

Karakteristik berdasarkan lama terapi hipertensi pasien dapat dilihat pada

Tabel 4.4. Berdasarkan data yang ada didapatkan bahwa pasien yang melakukan

terapi hipertensi 1-3 tahun sebanyak 55 pasien atau 55,5%, sedangkan yang

melakukan terapi 4-6 tahun sebanyak 33 pasien atau 33,3%, dan 7-10 tahun

sebanyak 11 pasien atau 11,1%. Lamanya pasien melakukan berobat untuk

hipertensinya bisa menandakan lama pasien tersebut menderita hipertensi. Pada

Page 10: KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN …

9

penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Ferry usnizar dkk. (2012) dimana

kategori lama hipertensi 11-15 tahun mendominasi sebesar 47,9% dibandingkan

kategori 1-5 tahun (22,9%) dan 6-10 tahun (29,2%). Menurut teori penurunan

terapeutik tekanan darah dapat mengurangi risiko aterosklerosis, menurunkan

insidensi PJK, dan mencegah komplikasi.18,23,24 Perbedaan ini kemungkinan

karena karakteristik pasien yang berobat ke rumah sakit tempat penelitian

berbeda.

Karakteristik Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Hipertensi

Berdasarkan Riwayat Obesitas

Pasien PJK dengan faktor risiko hipertensi yang memiliki riwayat obesitas

terdapat 51 orang atau sekitar 51%. Hal ini dapat menjelaskan bahwa terdapat

faktor risiko lain yang dapat memicu terjadinya hipertensi dan PJK. Pada obesitas

terjadi peningkatan lemak viseral mengakibatkan resisten insulin. Akibat

hiperinsulinemia dan penumpukan lemak viseral menyebabkan peningkatan

absorbsi Na oleh ginjal, aktivitas simpatetik, aktivitas sistem renin angiotensin yang

berkontribusi terhadap hipertensi.22,25

Tabel 4.5 Karakteristik Berdasarkan Riwayat Obesitas

Variabel N= 99 (%)

Riwayat obesitas

obesitas

tidak obesitas

52 (52,5%) 47 (47,4%)

Kaitan antara obesitas dengan PJK adalah karena terganggungya

metabolisme lemak , di mana terjadi peningkatan trigliserida yang mempercepat

terjadinya plak ateroma dan peningkatan LDL yang akan merusak endotel.22,25

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Donald Nababan di RSU

Dr.Pirngadi menunjukkan sebanyak 31 orang (44,3%) dari 50 orang yang diteliti

mengalami obesitas menderita PJK sedangkan 19 lainnya tidak. Obesitas juga

merupakan faktor risiko bagi hipertensi, dislipidemia dan diabetes. Menurut

Framingham Study menunjukkan bahwa insiden penyakit jantung koroner

meningkat dengan meningkatnya berat badan, baik pada pria maupun wanita.

Setiap 10% kenaikan berat badan, TDS naik 6,5 mmHg, plasma kolesterol 12

mg/dL, dan kadar glukosa darah naik 2 mg/dL. Meskipun pada penelitian ini tidak

Page 11: KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN …

tidak dislipidemia 53 (53,5%)

10

terlihat perbedaan yang bermakna, hal ini dapat dijelaskan bahwa obesitas tidak

berdiri sendiri, tetapi biasanya diperburuk oleh faktor risiko lain 22,25

Karakteristik Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Hipertensi

Berdasarkan Riwayat Dislipidemia

Tabel 4.6 Karakteristik Berdasarkan Riwayat Dislipidemia

Variabel N= 99 (%)

Riwayat dislipidemia

dislipidemia

46 (46,4%)

Hasil penelitian ini didapatkan 52 pasien mempunyai riwayat dislipidemia

atau sekitar 52,5%. Kolesterol-LDL secara epidemiologi telah terbukti bersifat

aterogenik. LDL mengandung 50% kolesterol dan 25% fosfolipid. Peningkatan

kadar LDL atau kolesterol menyebabkan monosit melekat pada permukaan

endotel arteri dan selanjutnya melakukan migrasi ke dalam subendotelial dan akan

memperparah proses aterosklerosis.22,66

Hal ini sesuai dengan hasil studi Atherosclerotic Risk in Communities (ARIC)

menunjukkan peningkatan risiko PJK sebesar 59% pada pasien dengan kadar

kolesterol LDL yang tinggi. Namun berbeda dengan penelitian Yanti (2009) yang

mendapatkan sebagian besar penderita PJK memiliki profil lipid normal.

Perbedaan ini mungkin disebabkan adanya perbedaan jenis makanan yang

dikonsumsi, gaya hidup, dan tingkat ekonomi sehingga timbulnya perbedaan

karakteristik subjek yang diteliti.22,26

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan simpulan bahwa

karakteristik penyakit jantung koroner dengan faktor risiko hipertensi pada pasien

rawat jalan Rumah Sakit M. Salamun Tahun 2015 yaitu : Pasien PJK terbanyak

pada golongan usia lansia (55,5%), pasien PJK dengan faktor risiko hipertensi

terbanyak adalah wanita (51,5%), jumlah pasien hipertensi yang tidak teratur

kontrol lebih banyak (52,5%), lama terapi hipertensi terbanyak sekitar 1-3 tahun

(55,5%), pasien PJK dengan faktor risiko hipertensi yang mengalami obesitas

(52,5%), pasien PJK dengan faktor risiko hipertensi yang mengalami dislipidemia

Page 12: KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN …

11

(53,5%).

Terdapat beberapa saran yang dapat diberikan yaitu, Penelitian selanjutnya

disarankan untuk mengambil data primer, yaitu memberikan kuesioner kepada

pasien. Diharapkan dapat menambah informasi yang tidak tercantum secara jelas

dari rekam medik, seperti kebiasaan pasien di rumah saat konsumsi obat, kontrol

berobat, dan informasi lainnya. Data rekam medis pasien di RS M.Salamun diisi

dengan lengkap sehingga beberapa data yang penting untuk dilakukan penelitian

bisa mudah dicari.