karakteristik gunung krakatau

10
KARAKTERISTIK GUNUNG KRAKATAU, LAMPUNG Tipe Gunungapi Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan tipe perret. Tipe perret termasuk tipe yang sangat merusak karena ledakannya sangat dahsyat. Ciri utama tipe ini ialah letusan tiangan, gas yang sangat tinggi, dan dihiasi oleh awan menyerupai bunga kol di ujungnya. Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan letusan yang paling kuat dengan fase gas setinggi 50 km. Karena letusannya sangat hebat, maka akan menyebabkan puncak gunung tersebut menjadi tenggelam dan merosotnya dinding kawah, kemudian akan membentuk sebuah kaldera. Sejarah Letusan Komplek Krakatau terdiri dari empat pulau, Rakata, Sertung, Panjang dan Anak Krakatau. Ketiga pulau pertama adalah sisa pembentukan kaldera, sedangkan Anak krakatau tumbuh mulai 20 Januari 1930. Letusan paroksismal pada 27 Agustus 1883 dianggap kejadian terbesar dalam sejarah letusannya, melontarkan rempah vulkanik dengan volume 18 km 3 ,

Upload: syahronidavi-al-ghifari

Post on 16-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Karakteristik Gunung Krakatau

TRANSCRIPT

KARAKTERISTIK GUNUNG KRAKATAU, LAMPUNG

Tipe GunungapiLetusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan tipe perret. Tipe perret termasuk tipe yang sangat merusak karena ledakannya sangat dahsyat. Ciri utama tipe ini ialah letusan tiangan, gas yang sangat tinggi, dan dihiasi oleh awan menyerupai bunga kol di ujungnya. Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan letusan yang paling kuat dengan fase gas setinggi 50 km. Karena letusannya sangat hebat, maka akan menyebabkan puncak gunung tersebut menjadi tenggelam dan merosotnya dinding kawah, kemudian akan membentuk sebuah kaldera.

Sejarah LetusanKomplek Krakatau terdiri dari empat pulau, Rakata, Sertung, Panjang dan Anak Krakatau. Ketiga pulau pertama adalah sisa pembentukan kaldera, sedangkan Anak krakatau tumbuh mulai 20 Januari 1930. Letusan paroksismal pada 27 Agustus 1883 dianggap kejadian terbesar dalam sejarah letusannya, melontarkan rempah vulkanik dengan volume 18 km3, tinggi asap 80 km dan menimbulkan gelombang pasang (tsunami) setinggi 30 m di sepanjang pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung.Krakatau diketahui dalam sejarah pada saat terjadi letusan besar pada 416 SM, yang menyebabkan tsunami dan pembentukan kaldera (Judd, 1889), kemudian terjadi paroksismal kedua, beberapa letusan terjadi pada abad 3, 9, 10, 11, 12, 14, 16 dan 17 yang diikuti dengan pertumbuhan kerucut Rakata, Danan dan Perbuatan. Setelah beristirahat sekitar 200 tahun, Krakatau kembali memperlihatkan kegiatannya yang diawali dari beberapa letusan G. Danan dan G. Perbuatan. Pada 20 Mei 1883 letusan G. Perbuatan berkomposisi basaltis mengawali letusan paroksismal pada 27 Agustus 1883 yang berkomposisi dasit. Krakatau tenang kembali mulai Februari 1884 sampai Juni 1927, ketika pada 11 Juni 1927 erupsi yang berkomposisi magma basa muncul di pusat komplek Krakatau, yang dinyatakan sebagai kelahiran G. Anak Krakatau. Akibat letusan-letusannya, G. Anak Krakatau tumbuh semakin besar dan tinggi, membentuk kerucut yang sekarang mencapai tinggi sekitar 300m dari muka laut. Di samping menambah tinggi kerucut tubuhnya, juga memperluas wilayah daratannya.Catatan sejarah kegiatan vulkanik G. Anak Krakatau sejak lahirnya 11 Juni 1930 hingga 2000, telah mengadakan erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat eksplosif maupun efusif. Dari sejumlah letusan tersebut, pada umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya. Waktu istirahat berkisar antara 1 8 tahun dan umumnya terjadi 4 tahun sekali berupa letusan abu dan leleran lava.

Gambar 2. Letusan G. Anak Krakatau diambil dari P. Rakata (arah selatan)

MorfologiKenampakan geomorfologi komplek vulkanik Krakatau terdiri dari dinding kaldera, bentukan kerucut vulkanik, aliran lava, dataran dan daerah pantai. Morfologi kaldera yang ada dicirikan oleh dinding sangat curam yang terbentuk di bagian utara pulau Rakata. Morfologi dinding kaldera di pulau Sertung dan Panjang dibentuk oleh erupsi paroksismal pra-sejarah, sedangkan dinding kaldera Rakata terbentuk pada saat pembentukan kaldera (1883). Kenampakan morfologi pulau-pulau tersebut dicirikan oleh topografi bentuk lereng yang dapat dijumpai di sebelah selatan P. Rakata, sebelah barat P. Sertung dan sebelah timur P. Panjang. Bentuk morfologi lereng ini terdiri dari perulangan lembah dan punggungan dan di P. Rakata menampakkan pola radial sedangkan di P. Panjang dan P. Sertung semi-radial. Morfologi kerucut vulkanik dijumpai di pulau Rakata dan Anak Krakatau. Bagian puncak Rakata tersusun oleh sumbat vulkanik dan endapan aliran piroklastik. Kerucut vulkanik Anak Krakatau terdiri atas kerucut vulkanik tua dan kerucut vulkanik muda yang masih aktif. Kerucut vulkanik tua tidak menunjukkan kerucut yang sebenarnya karena bagian atas kerucut menghilang akibat adanya erupsi dan meninggalkan dinding kawah besar dan puncak tertinggi. Dinding kawah ini terbuka ke arah tenggara, tetapi pada tahun 1999 kerucut vulkanik tua dan kerucut aktif menyatu membentuk kerucut vulkanik besar yang tersusun oleh perlapisan jatuhan piroklastik dan aliran lava. Akibat adanya proses erupsi yang intens, maka material hasil dari erupsi kerucut muda ini akan semakin membesar dan menutupi morfologi bentukan kerucut tua. Morfologi pada Krakatau juga terdapat aliran lava, dimana aliran lava yang ada berupa lava aa atau bongkahan lava dengan pola aliran yang akan menyebabkan permukaan yang kasar. Akibatnya, akan membentuk punggungan yang membentang dari sumbernya ke arah pantai, yang mana akan mengakibatkan bertambahnya ukuran pantai.

StratigrafiEffendi, dkk. (1983) menyatakan bahwa Komplek Vulkanik Krakatau dikontrol oleh pergerakan tektonik yang berhubungan dengan Sistem Sesar Sumatra Selatan. Struktur ini ditunjukkan oleh keberadaan dike dan rekahan di P. Rakata, dan struktur seperti graben di Anak Krakatau.

Gambar 1. Geologi Komplek Anak Gunung Krakatau

Urutan stratigrafi endapan/batuan vulkanik di daerah ini dihasilkan oleh kegiatan erupsi Krakatau. Periode I adalah pembentukan gunungapi tunggal, yang disebut sebagai Krakatau purba. Pada urutan ini dijumpai dua satuan lava yang diselingi endapan jatuhan batuapung. Peride II adalah periode penghancuran G.Krakatau purba. Peristiwa ini dicirikan oleh dominannya endapan piroklastika aliran dan jatuhan. Bagian bawah satuan ini terdiri atas ignimbrit terlaskan dan bagian atasnya ignimbrit tak terlaskan, keduanya dipisahkan oleh lapisan tanah dan/atau bidang erosi.. Periode III dimulai dengan pertumbuhan gunungapi Rakata, Danan dan Perbuatan setelah pembentukan kaldera pertama. Batuan periode ini hanya tersingkap di P. Rakata, sekurang-kurangnya terdiri atas lima satuan batuan. Perselingan antara lava andesit basaltis dengan endapan piroklastik tersingkap di bagian tengah dinding kaldera di P. Rakata. Bagian alas satuan ini tersusun atas endapan jatuhan lapili skoria yang terpilah baik bercampur dengan litik, abu dan bom yang membentuk struktur bomb sag. Bagian tengah satuan ini tersusun atas abu putih berlapis baik. Bagian atas satuan ini terdiri atas endapan aliran piroklastik. Periode IV adalah periode penghancuran gunungapi Rakata, Danan dan Perbuatan, diakibatkan oleh pembentukan kaldera tahun 1883 yang menghasilkan endapan khas. Satuan batuan ini terdiri atas batuapung berupa endapan aliran piroklastik, jatuhan piroklastik dan surge, menutupi ketiga pulau, Rakata, Panjang dan Sertung. Periode V merupakan periode pembangunan gunungapi Anak Krakatau setelah pembentukan kaldera 1883, yang mana terdiri atas litologi berupa abu, lapili dan bongkahan - bongkahan lepas.

PetrologiBerdasarkan pada pengamatan secara makroskopik, pada prinsipnya mineral-mineral primer yang terdapat pada aliran lava maupun material piroklastik seperti bomb tersusun atas mineral augit, hipersten, plagioklas, dan sejumlah butiran kecil mineral olivin. Dimana dilihat dari kristalinitasnya, maka pada umumnya tebentuk dalam masadasar hipokristalin sampai holokristalin.

REFERENSIhttp://yudhapramuka.blogspot.com/2014/07/bentuk-bentuk-dan-tipe-gunung-api.html (Diakses pada hari Selasa, 12 Mei 2015 pada pukul 20.42 WIB). www.vsi.esdm.go.id/index.php/kegiatan-pvmbg/download-center/catview/87-data-dasar-gunungapi-indonesia ((Diakses pada hari Selasa, 12 Mei 2015 pada pukul 21.20 WIB).