karakteristik briket arang cangkang pangi pangium … · 2020. 2. 12. · ii karakteristik briket...
TRANSCRIPT
-
i
KARAKTERISTIK BRIKET ARANG CANGKANG PANGI
(Pangium edule Reiwn) DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT
TEPUNG DARI LIMBAH AMPAS SAGU DAN PENAMBAHAN
GETAH PINUS
SKRIPSI
MUTMAINNAH
105950057815
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
-
ii
KARAKTERISTIK BRIKET ARANG CANGKANG PANGI
(Pangium edule Reiwn) DENGAN MENGGUNAKAN PEREKAT
TEPUNG DARI LIMBAH AMPAS SAGU DAN PENAMBAHAN
GETAH PINUS
MUTMAINNAH
105950057815
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Jurusan Kuhutanan Fakultas Pertanian.
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
-
iii
-
iv
-
v
PENYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama: Mutmainnah
Nim : 105950057815
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
Dengan ini saya Mutmainnah saya menyatakan dengan sungguh-sungguh:
1. Saya menyadari bahwa memalsukan karya ilmiah dalam bentuk yang dilarang
oleh undang-undang,termasuk pembuatan karya ilmiah oleh orang lain dengan
suatu imbalan, atau mengambil karya orang lain, adalah tindakan kejahatan yang
harus dihukum menurut undang-undang yang berlaku.
2. Bahwa skripsi ini adalah hasil karya dan tulisan saya sendiri, bukan karayan orang
lain atau karya plagiat, atau karya jiplakan dari karya orang lain.
3. Bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak mendapat atau mendapat yang pernah atau diterbitkan orang lain ,
kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naskah saya ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Bila kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, saya bersediah
tanpa mengajukan banding menerima sanksi:
1. Skripsi ini beserta nilai-nilai hasil ujian skripsi saya dibatalkan
2. Pencabutan kemali gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh, serta pembatalan
dan penarikan ijazah sarjana dan transkip nilai yang telah aya terima.
Makassar, 05 Desember 2019
Penulis,
Mutmainnah
-
vi
Hak Cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar Tahun 2019
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau kutipan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Dilarang mengumumkan dan meperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk laporan tanpa izin Universitas Muhammadiyah Makassar.
-
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Dimana ada kemauan disitu ada jalan, tidak ada hal yang sulit jika kita mau
berusaha dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas, yang penting ada kemauan
dan ada kesungguhan serta gunakan ilmu pengetahuan sesuai kapasitas kita masing-
masing yang telah Allah karuniakan.
“Man Jadda Wa Jadda”
“Barang siapa yang bersungguh-sunggu akan mendapatkannya”
Kupersembahkan karya ini teruntuk:
Kedua orang tuaku, saudaraku, sahabatku,
teman-teman seperjuanganku dan semua yang mendo’akan
serta mendukung penulis dalam menggapai
dan menjalani kehidupan.
-
viii
ABSTRAK
MUTMAINNAH (105950057815). Karakteristik Briket Arang Cangkang pangi
(Pangium edule Reiwn) dengan Menggunakan Perekat Tepung dari Limbah Ampas
Sagu dan Pembahan Getah Pinus. Dibawah bimbingan Husnah Latifah dan
Muhammad Daud.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik briket arang yang dibuat
dari cangkang pangi dengan perekat tepung dari limbah ampas sagu dan penambahan
getah pinus. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan Makassar, Sulawesi Selatan serta berlangsung selama dua bulan dari bulan
September hingga bulan Oktober 2019. Penelitian menggunakan rancangan factorial
2 faktor dengan rancangan dasar rancangan acak lengkap. Faktor pertama adalah
komposisi perekat tepung sagu dengan konsentrasi 8%, 12%, dan 16%, sedangkan
faktor kedua adalah penambahan getah pinus 0% dan 5% dari berat serbuk kering
tanur. Pengamatan ini dilakukan dengan 3 kali ulangan. Untuk perlakuan yang
berpengaruh terhadap respon dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ ) atau
Tukey Test. Briket arang yang dihasilkan dari cangkang kulit pangi dengan
menggunakan perekat tepung dari limbah ampas sagu dan penambahan getah pinus
memberikan nilai kadar air berkisar antara 3,09-7,53 %, kadar zat menguap (volatile
meter) 19,40-25,34 %, kadar abu 1,62-3,06 %, kadar karbon terikat (fixed carbon)
71,61-78,96, kerapatan 0,60-0,70 g/cm3, uji tekan 5,12-7,20 kg/cm
3 dan uji nyala 57-
132 detik. Semua kombinasi perlakuan telah memenuhi SNI 01-6235-2000 tentang
Briket Arang kecuali kadar zat mudah menguap. Pemberian perlakuan yang
bervariasi dalam pemberian perekat limbah sagu mempengaruhi jumlah kadar air,
kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon terikat, kerapatan, keteguhan tekan, dan
penyalaan awal briket cangkang pangi. Pemberian getah pinus pada briket arang
cangkang pangi mempengaruhi cepat nyala dan lebih cepat pula membara pada
penyalaan awal briket arang cangkang pangi. Kualitas briket arang cangkang pangi
yang dihasilkan dari pengujian beberapa taraf dipengaruhi oleh kombinasi serta
komposisi perekat sagu dan penambahan getah pinus. Pemberian aditif getah pinus
mempercepat penyalaan briket arang cangkang pangi. Terdapat perbedaan signifikan
antara masing-masing kombinasi perlakuan kadar perekat tapioka dan kadar getah
pinus terhadap karakteristik briket arang terutama kadar air, kadar zat menguap, kadar
abu, kadar karbon terikat, kerapatan, keteguhan tekan, dan penyalaan awal.
Kombinasi perlakuan serbuk arang 83%, perekat limbah tapioka 12% dan getah pinus
5% (A2B2) merupakan perlakuan optimal dalam meningkatkan kualitas briket arang
limbah cangkang pangi dengan penambahan perekat limbah sagu dan aditif berbasis
limbah
Kata Kunci: Bioenergi, Cangkang pangi, Briket Arang, Limbah Sagu, Getah Pinus
-
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa untuk segala
berkat, rahmat dan Kasih-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam melaksanakan
seluruh kegiatan penelitian ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
pelajaran, petunjuk serta bantuan yang sangat dan akan besrmanfaat bagi penulis
didalam menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan. Karenanya,
pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Husnah Latifah, S. Hut, M. Si, IPM selaku pembimbing I dan Bapak Ir.
Muhammad Daud, S. Hut, M. Si, IPM selaku pembimbing II yang dengan sabar
dan telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan dan
membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Hikmah, S. Hut, M. Si, IPM., dan Bapak Ir. Muhammad Tahnur S. Hut,
M. Hut, IPM selaku dosen penguji yang telah memberikan bantuan, saran dan
koreksi dalam penyusunan skripsil ini.
3. Kedua orang tua Ayahanda tersayang Mustafa dan Ibunda tercinta Jumiati, serta
Kakak-kakak dan Adikku yang terkasih Yusri Mustafa, Yusnaeni Mustafa, S.Pd,
Zulkipli, S.P, Mujriah, Nurul khaeria dan segenap keluarga yang senantiasa
-
x
mencurahkan doa, kasih sayang, pengorbanan, motivasi, semangat dan memberi
bantuan, baik moral maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Dr. Ir. Hikmah, S. Hut, M. Si, IPM., selaku Ketua Jurusan Kehutanan.dan Ibu
Dr. Ir. Husnah Latifah, S. Hut, M. Si, IPM, selaku Penasehat Akademik penulis.
5. Seluruh staf pegawai Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar
yang telah membantu mengurus administrasi yang penulis butuhkan.
6. Rekan sepenelitian Samsul Samrin dan Sri Wahyuni Ary Orbani terima kasih atas
bantuan dan dorongan semangatnya yang tulus
7. Teman-teman seperjuangan Fikri Faisal, Ekayanti, Sukni Fahma Muh.Ardam,
Aslam Muhammad dan serta Keluarga Besar Trembesi angkatan 2015, terima
kasih banyak telah memberikan bantuan semangat dan dorongan dalam penyusunan
skripsi ini hingga selesai.
8. Sahabat tercinta Nur Afiyah Safitri dan Semua pihak yang telah membantu
penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih sangat banyak
terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki, unuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri.
Makassar, Desember 2019
Mutmainnah
-
XI
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN KOMISI PENGUJI .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ v
HAK CIPTA ........................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3.Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.4.Kegunaan .................................................................................................... 4
1.5.Hipotesis ..................................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Pangi .......................................................................... 5
2.2 Karbonisasi ................................................................................................. 7
2.3 Perekat ........................................................................................................ 8
-
XII
2.4 Getah Pinus ............................................................................................... 9
2.5 Briket Arang ............................................................................................... 9
2.6 Kerangka Pikir ........................................................................................... 9
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................... 15
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 15
3.3 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 15
3.4 Variabel yang diamati .................................................................................. 17
3.5 Rancangan Percobaan .................................................................................. 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kadar Air ..................................................................................................... 23
4.2 Kadar Zat Menguap .................................................................................... 25
4.3 Kadar Abu ................................................................................................... 27
4.4 Kadar Karbon Terikat ................................................................................. 39
4.5 Kerapatan .................................................................................................... 31
4.6 Uji Tekan .................................................................................................... 33
4.7 Uji Nyala ..................................................................................................... 36
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 38
5.2 Saran ................................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
XIII
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Sifat Briket Arang Berdasarkan SNI 01-6235-2000 dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan .................................................................... 12
2. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kadar Air Briket Arang Cangkang Pangi. ........................................................................................................... 23
3. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang Pangi. ......................................................................................... 25
4. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kadar Abu Briket Arang Cangkang Pangi. ........................................................................................................... 27
5. Hasil Perhitungan Rata- rata Kadar Karbon Terikat Briket Arang Cangkang Pangi. ......................................................................................... 30
6. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kerapatan Briket Arang Cangkang Pangi. ........................................................................................................... 32
7. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Keteguhan Tekan Briket Arang Cangkang Pangi. ......................................................................................... 34
8. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Penyalaan Awal Briket Arang Cangkang Pangi. ......................................................................................... 36
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Kerangka Pikir/ Bagan Alur Penelitian ............................................................ 13
2. Diagram Kadar Air ........................................................................................... 24
3. Diagram Kadar Zat Menguap ........................................................................... 26
4. Diagram kadar Abu ........................................................................................... 28
5. Diagram Kadar Karbon Terikat ........................................................................ 31
6. Diagram Kerapatan ........................................................................................... 33
7. Diagram Keteguhan Tekan ............................................................................... 35
8. Diagram Uji Nyala ............................................................................................ 37
-
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis energi merupakan permasalahan dunia saat ini. Tiap tahunnya
kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia
yang menggunakan bahan bakar, terutama bahan bakar berbasis fosil. Keterbatasan
persediaan bahan bakar fosil yang semakin menipis mengakibatkan kenaikan harga,
oleh karena itu diperlukan suatu alternative untuk mengurangi penggunaan bahan
bakar minyak (BBM). Maka dari itu, salah satu alternative yang dipilih adalah
pemamfaatan limbah dan penggunaan energy biomassa. Biomassa yang dijadikan
sebagai bahan bakar alternative tentulah yang bersifat ramah lingkungan, mudah
diperoleh, lebih ekonomis dan dapat digunakan oleh masyarakat luas.
Biomassa merupakan salah satu potensi sumber energi yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut. Potensi biomassa pada tahun 2004
tercatat setara dengan 49.81 GW namun baru dimanfaatkan sebesar 302.4 MW.
Limbah biomassa pada umumnya berbentuk butiran, serbuk, atau potongan-potongan
kecil sehingga penggunaannya menjadi bahan bakar langsung kurang diminati
masyarakat. Selain itu, penggunaan limbah biomassa dalam bentuk aslinya sangat
sulit untuk ditransportasikan, memiliki kadar pembakaran rendah karena nilai
kerapatannya (bulk density) rendah, kadar airnya masih tinggi, dan nilai kalornya
rendah. Oleh karena itu, perlu pengembangan teknologi untuk meningkatkan minat
-
2
penggunaan limbah biomassa yaitu dengan cara mengempa limbah biomassa tersebut
menjadi bahan bakar padat (briket) melalui proses densifikasi.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah
berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan
ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah cangkang kepayang hampir tidak pernah digunakan karena selain tidak
awet orang lebih mengutamakan hasil biji dan daunnya. Tetapi pada umumnya
digunakan sebagai bahan makanan serta dijadikan minyak. Oleh karena itu, perlu
usaha penelitian untuk memanfaatkan limbah cangkang kepayang ini dengan
mengolah limbah tersebut menjadi briket arang. Hal ini dimaksudkan untuk memberi
nilai tambah buah tanaman kepayang serta dapat menghasilkan produk baru di
samping produk utamanya.
Getah pinus merupakan produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang
mempunyai prospek cukup cerah dimasa mendatang untuk di kembangkan di
indnesia mengingat potensi hutan pinus yang cukup besar yang belum di manfaatkan
secara optimal, serta adanya peluang pasar yang terbuka lebar, baik untuk keperluan
domestik maupun ekspor.
Briket Arang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk
menggantikan bahan bakar minyak dan gas dalam kegiatan industri dan rumah
tangga. Briket arang merupakan bentuk energi terbarukan dari biomassa yang berasal
dari tumbuhan atau tanaman yang saat ini sangat banyak tersedia di lingkungan.
-
3
Beberapa penelitian tentang briket arang dan telah banyak dilakukan,
diantaranya, Ishak Isa, dkk yang meneliti tentang ”Briket Arang Dan Arang Aktif
Dari Limbah Tongkol Jagung”.pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa briket
arang yang dibuat dari limbah tongkol jagung dapat digunakan sebagai energi
alternatif pengganti bahan bakar minyak dan gas. Kalor yang dihasilkan dari briket
arang cukup tinggi. (Ishak, dkk, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah
Kholil, yang berjudul ”Analisis Fisis Briket Arang Dari Ssampah Berbahan Alami
Kulit Buah Pelepah Salak” Proses pengolahan sampah organik kayu, bambu, sabut
dan tempurung kelapa dapat menghasilkan produk yang bermanfaat berupa arang dan
asap cair, sedangkan arang yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku pada
pembuatan briket arang, (Abdullah Khalil, 2017).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh kadar perekat tepung dari limbah ampas sagu dan kadar getah
pinus terhadap karakteristik briket arang pangi (Pangium edule Reiwn)?
2. Adakah perbedaan karakteristik briket arang pangi (Pangium edule Reiwn) pada
berbagai kombinasi kadar perekat tepung dari limbah sagu dengan kadar getah
pinus?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh kadar perekat tepung dari limbah ampas sagu dan kadar
getah pinus terhadap karakteristik briket arang pangi (Pangium edule Reiwn)?
-
4
2. Mengetahui perbedaan karakteristik briket arang pangi (Pangium edule Reiwn)
pada berbagai kombinasi kadar perekat tepung dari limbah sagu dengan kadar
getah pinus
1.4. Kegunaan
Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi memanfaatkan limbah tempurung
pangi sebagai bahan dasar pembuatan briket arang dengan menggunakan perekat
tepung dari limbah ampas sagu dan penambahan getah pinus.
1.5. Hipotesis
Hipotesisi dari penelitian ini adalah limbah cangkang pangi dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan briket arang, variasi jumlah bahan
perekat dari tepung limbah ampas sagu dan penambahan getah pinus memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap karakteristik terbaik memiliki kadar air, kadar abu,
dan kaar zat menguap yang paling rendah serta memiliki kadar karbon terikat dan
lama nyala briket arang cangkang pangi.
-
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Tanaman Pangi
Menurut Heyne (1987) sistematika tanaman kepayang adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Passiflora
Family : Flacourtiaceae
Genus : Pangium
Spesies : Pangium edule Reinw
Tanaman ini mempunyai banyak nama daerah, antara lain: kepayang
(Indonesia), pangi atau hapesong (Batak), pangi (Malaysia), kayu rubah buah
(Lampung), pacung atau picung (Sunda), pakem atau pucung (Jawa), kalowa
(Sumbawa) dan pangi (Bugis). Tanaman kepayang tersebar di seluruh nusantara dan
banyak tumbuh liar di Pulau Jawa, yakni daerah-daerah dengan ketinggian di bawah
1.000 m dari permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah yang
mempunyai ketinggian 10–1000 meter di atas permukaan laut. Suhu lingkungan yang
tepat bagi tanaman ini adalah suhu yang tidak banyak berubah yaitu antara 22 – 30 -
0C.
-
6
Tanaman kepayang dapat hidup sampai umur di atas 100 tahun. Tinggi pohon
dapat mencapai 40 meter. Batang pokoknya besar dan pada pangkal pohon terdapat
banir - banir yang lebarnya dapat mencapai 2,5 meter. Ranting muda berambut
(berbulu) lembut dan berwarna coklat. Daunnya sebagian besar terkumpul pada ujung
ranting dan mempunyai tangkai daun yang panjang. Buah kepayang berukuran
beragam ada yang besar dan ada pula yang berukuran kecil, serta berambut halus
berwarna coklat yang rapat. Bentuk buah yang sudah tua adalah bulat telur
(ellipsoid). Buah kepayang yang berukuran besar dapat mencapai diameter 25 cm,
sedangkan yang berukuran kecil mempunyai diameter sekitar 10 cm. Buah kepayang
mengandung biji yang jumlahnya banyak dan tersusun rapi pada poros buah seperti
buah cempedak.
Dalam setiap biji buah terbalut daging buah berwarna kuning (seperti biji
buah durian). Buah yang berukuran besar mengandung biji yang jumlahnya dapat
mencapai 30 biji, sedangkan buah yang berukuran kecil mengandung sekitar 12 biji.
Biji buah kepayang berkulit luar yang keras yang disebut tempurung atau cangkang.
Tempurung biji berwarna coklat dengan garis-garis menonjol yang melingkar-lingkar
indah. Biji kepayang mengandung inti biji (endosperm) berwarna putih dan keras, di
mana antara inti biji dengan tempurung dibatasi oleh selaput tipis berwarna coklat.
Manfaat inti biji kepayang berbeda-beda di setiap daerah, di Banten di manfaatkan
untuk mengawetkan ikan, di Madiun (Jawa Timur) untuk pembuatan terasi, di
Saparuan untuk pembuatan kecap, di Sumatera Barat untuk pembuatan minyak dan di
Toraja sebagai bahan makanan (Sunanto, 1992) dalam Achmad (2008).
-
7
2.2. Karbonisasi
Karbonisasi adalah istilah untuk konversi dari zat organik menjadi karbon atau
residu yang mengandung karbon melalui pirolisis atau destilasi destruktif. Hal ini
sering digunakan dalam kimia organik dengan mengacu pada generasi gas batubara
serta aspal batubara dari batubara mentah. Bahan bakar fosil umumnya merupakan
produk dari karbonisasi sayuran. Istilah karbonisasi juga diterapkan pada pirolisis
batubara untuk memproduksi kokas. Karbonisasi juga merupakan suatu tahap dalam
proses pembuatan arang, dan dianggap sebagai langkah yang paling penting dari
semuanya karena memiliki kekuatan untuk mempengaruhi seluruh proses mulai dari
pohon yang tumbuh hingga distribusi akhir arang ke berbagai sumber.
Proses karbonisasi dapat merupakan reaksi endotermik atau eksotermik
tergantung pada suhu dan proses reaksi kimia yang sedang terjadi. Secara umum hal
ini dipengaruhi oleh hubungan suhu karbonisasi, sifat reaksi, dan perubahan
fisik/kimiawi yang terjadi. Proses karbonisasi dilakukan melalui dua cara, pertama
dengan pemanasan secara langsung dalam tungku yang berbentuk kubah. Pemanasan
menggunakan tungku merupakan cara yang paling tua dimana batubara dibakar pada
kondisi udara terbatas, sehingga hanya zat terbang saja yang akan terbakar. Jika zat
terbang terbakar habis, proses pemanasan dihentikan. Kelemahannya antara lain
terdapat produk samping berupa gas dan cairan yang tidak dapat dimanfaatkan atau
habis terbakar, disamping itu produktivitas sangat rendah.
-
8
Cara kedua adalah karbonisasi batubara dengan pemanasan tak langsung atau
sistem distilasi kering. Dalam hal ini batubara ditempatkan pada ruang tegak sempit
dan dipanaskan dari luar (pemanasan tak langsung). Melalui dinding baja, panas
disalurkan ke dalam tanur bakar yang berisi batubara. Pada suhu sekitar 375 °C - 475
°C, batubara mengalami dekomposisi membentuk lapisan plastis di sekitar dinding.
Ketika suhu mencapai 475 °C - 600 °C, terlihat munculnya cairan tar (aspal) dan
senyawa hidrokarbon (minyak), dilanjutkan dengan pemadatan massa plastis menjadi
semi-kokas. Pada suhu 600 °C - 1100 °C, proses stabilitas kokas dimulai.
Cara ini selain menghasilkan kokas juga diperoleh produk samping berupa
aspal, amonia, gas metana, gas hidrogen dan gas lainnya. Gas-gas tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar. sedangkan produk cair berupa aspal, amonia dan
lain-lain dapat diproses lebih lanjut untuk menghasilkan bahan-bahan kimia,
umumnya berupa senyawa aromatik.
2.3. Perekat
Sutigno (1986) dalam Latifah (1997) bahwa perekat adalah suatu bahan yang
dapat menahan dua benda berdasarkan ikatan permukaan. Dalam arti luas, perekat
dapat didefenisikan sebagai suatu zat dimana benda dimungkinkan untuk menempel
atau melengkat pada benda lain atau suatu zat yang mampu mendekatkan beberapa
material satu sama lain dengan pengikatan permukaan.
-
9
Perekat adalah suatu abahan yang dapat menahan dua benda berdasarkan
ikatan permukaan. Dalam arti luas, perekat dapat didefinisikan sebagai suatu zat
dimana benda dimungkinkan untuk menempel atau melekat pada benda lain atau
suatu zat yang mampu mendekatkan beberapa material satu sama lain dengan
pemikatan permukaan. Sutigno (1986) dalam Latifah.
Sagu mempunyai granula berbentuk elips agak terpotong dengan ukuran 20-
60 mikron. Kandungan emilosa pati sagu 27 % dan amilopektin 73 % dengan suhu
gelatinasi yang dapat dicapai berkisar 60-72 %. (Haryanto dan Pangloli,1992 dalam
Latifah, 1997).
2.4. Getah Pinus
Getah pinus (colophony) merupakan substansi yang transparan, kental dan
memiliki daya rekat yang cukup tinggi (Rendy Irawan , 2010). Getah pinus memiliki
keunggulan terletak pada daya benturannya yang kuat, meskipun dijatuhkan dari
tempat yang tinggi, briket akan tetap utuh serta mudah menyalah jika dibakar. Namun
asap yang keluar cukup banyak dan menyebabkan bau yang agak menusuk hidung.
(Anton Irawan, 2011).
2.5.Briket Arang
1. Teknik Pembuatan Briket Arang
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994) dalam
Masturin (2002) mengemukakan bahwa proses pembuatan briket arang meliputi
empat cara yaitu:
-
10
a. Pengempaan serbuk gergaji menjadi briket kemudian disusul dengan
karbonisasi pada tekanan sedang.
b. Pengempaan dan proses karbonisasi serbuk kayu dilakukan secara
serentak.
c. Pengempaan campuran arang kayu dan serbuk kayu menjadi briket
disusul dengan proses karbonisasi.
d. Pengempaan campuran arang kayu dan bahan perekat menjadi briket
disusul dengan proses pengeringan yang kadang dikarbonisasi kembali.
Proses yang umum dilakukan adalah proses yang tercantum pada butir a dan
d. Briket yang baru dibentuk dengan tekanan tertentu dikeringkan didalam oven
bersuhu 60 0C selama 24 jam atau dijemur di udara terbuka sampai mencapai kadar
air lingkungan.
Menurut Herman (1989) dalam Masturin (2002), tekanan pengempaan
diberikan untuk menciptakan kontak antara permukaan bahan yang direkat dengan
bahan perekat. Semakin tinggi tekanan pengempaan, maka semakin tinggi kerapatan
briket dengan mengikuti persamaan regresi linier. Penambahan tekanan pada suatu
batas tertentu akan menyebabkan bahan perekat ikut terbuang. Briket yang terlalu
padat akan sulit terbakar, sedangkan briket yang kurang padat akan mengakibatkan
briket mudah terurai pada saat penggunaannya seperti ditunjukkan oleh percikan bara
dan mengakibatkan kesan kurang bersih meskipun laju pembakarannya cepat.
Dengan demikian dibutuhkan tekanan densifikasi yang tepat, hal tersebut ditentukan
oleh jenis bahan yang didensifikasi. Menurut Pari et al. (1990) dalam Triono (2006)
-
11
menyatakan bahwa pada umumnya semakin tinggi tekanan yang diberikan akan
memberikan kecenderungan menghasilkan briket arang dengan kerapatan dan
keteguhan tekanan yang semakin tinggi pula.
Menurut Suryani (1986) dalam Rustini (2004) pengempaan dalam pembuatan
briket dapat dilakukan dengan alat-alat pengepres type cmpression atau extrussion.
Tekanan yang diberikan untuk pembentukan briket arang dibedakan menjadi dua cara
yaitu batas elastisitas bahan baku sehingga struktur sel akan runtuh dan belum
melampaui batas elastisitas bahan baku. Menurut Abdullah, dkk. (1991) beberapa alat
atau mesin pengempa yang dapat digunakan untuk densifikasi dibedakan atas empat
jenis, yaitu:(1) Piston press yang digerakkan oleh piston mekanis dan hidroulik, (2)
Conical screw press, (3) Screw press dengan mantel pemanas, (4) Rotary ring disc
press.
2. Mutu Briket Arang
Persyaratan briket arang tidak berbeda jauh dengan persyaratan arang.
Menurut Millstein dan Morkved (1960) dalam Rustini (2004), persyaratan briket
arang yang baik yaitu: bersih, tidak berdebu dan berbau, mempunyai kekerasan yang
merata, kadar abu serendah mungkin, nilai kalor sepadan dengan bahan bakar lain,
serta menyala dengan baik dan memberikan panas yang merata, harganya dapat
bersaing dengan bahan bakar lain.
Kualitas briket arang dipengaruhi oleh jenis bahan baku arang yang
digunakan, komposisi perekat serta tingkat pengempaan. Ukuran serbuk arang yang
halus untuk bahan baku briket arang akan mempengaruhi ketahanan briket arang yang
-
12
semakin meningkat. Ukuran yang besar dan tidak seragam akan menyebabkan proses
perekatan briket tidak maksimal dan keteguhan tekan briket yang dihasilkan rendah
(Nurhayati, 1983 dalam Rustini, 2004).
Sudrajat (1982) dalam Latifah (1997) menyatakan bahwa sifat-sifat briket
arang meliputi kadar air, zat mudah menguap, karbon terikat, kadar abu, nilai kalor,
kerapatan dan keteguhan tekan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persyaratan umum
standar kuaitas briket arang meliputi karbon terikat tinggi (>60%), zat mudah
menguap (0,7 g/cm³), dan keteguhan tekan tinggi (>12,0 kg/cm2). Untuk mengetahui standar
kualitas secara bahan baku untuk briket arang Indonesia mengacu pada Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-
6235-2000) seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Sifat Briket Arang Berdasarkan SNI 01-6235-2000 dan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan.
Sifat-Sifat Briket Arang Satuan SNI (BPPK)
Kadar air (moisture content) % Maksimum 8 7,57
Kadar zat mudah terbang
(volatile matter content)
% Maksimum 15 16,14
Kadar abu (ash content) % Maksimum 8 5,51
Kadar karbon terikat (fixed
carbon content) % - 78,35
Kerapatan (density)
g/cm3 - 0,4407
Keteguhan tekan
g/cm2 - -
Sumber: Standarisasi Nasional Indonesia, 2000 dan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, 1994.
-
13
2.5. Kerangka Pikir
Hutan
Hasil Hutan Bukan Kayu
Kemiri
Limbah Cangkang
Kepayang
Arang Getah PinusLimbah Ampas Sagu
Briket Arang
Karakteristik Briket Arang Cangkang Kepayang (Pangium edule Reiwn)
dengan Menggunakan Perekat Tepung dari Limbah AmpasSagu dan Penambahan
Getah Pinus
Gambar 5. Kerangka Pikir
Hasil hutan yang banyak dimanfaatkan berupa hasil hutan bukan kayu, salah
satunya adalah Cangkang Pangi (Pangium edule Reiwn). Bagian kepayang yang
dimanfaatakan berupa buahnya dan dari buah pangi ini menghasilkan limbah berupa
cangkang yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan energi. Dalam penelitian ini
Pangi
Limbah cangkang
pangi
Limbah Cangkang
Pangi
-
14
cangkang pangi akan dibuat menjadi briket arang dengan menggunakan campuran
perekat tepung dari limbah ampas sagu dan ditambahkan getah pinus, kemudian
dilakukan pengujian dan analisis karakteristik briket arang cangkang pangi tersebut.
-
15
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2019, pembuatan
briket arang di lakukan di Program Studi Kehutanan dan pengujian karakteristik
briket dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Makassar,
Sulawesi Selatan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pembuatan briket arang antara lain: alat penggiling,
alat pengempa, cetakan briket, ayakan 60 mesh, wadah plastik, pemanas atau kompor,
termometer, desikator, oven, kuas, gelas ukur, timbangan analitik, cawan porselin,
universal testing gebruder amsler dan perioxide bomb calorimeter. Bahan baku yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang kepayang yang telah jadi arang, air
dan bahan perekat tepung dari limbah ampas sagu dan penambahan getah pinus.
3.3 Prosedur Penelitian
1. Perlakuan Bahan Baku
Cangkang pangi dibersihkan dan dikeringkan kemudian diarangkan
dengan menggunkan tungku kiln drum selama ±4-6 jam. Arang cangkang
kemiri dibersihkan dari kotoran, setelah itu bahan baku arang cangkang pangi
dihancurkan atau dihaluskan.
-
16
2. Pengayakan Serbuk Arang
Serbuk arang yang diperoleh disaring dengan menggunakan saringan 60
mesh sebelum diproses menjadi briket. Serbuk arang yang digunakan adalah
serbuk yang lolos dari saringan 60 mesh.
3. Pembuatan Briket Arang
a. Kerapatan target briket arang yang akan dibuat adalah 0.7 g/cm3. Diameter
cetakan briket arang memiliki diametr dalam 5.5 cm dan tinggi 5 cm,
sehingga total volume cetakan adalah 111.73 cm2, sehingga untuk
memenuhi target kerapat maka dibutuhkan volume campuran bahan baku
briket setiap cetakan adalah 83.11. Sehingga, pembuatan briket arang
dalam penelitian ini menggunakan serbuk arang, perekat sagu dan getah
pinus pada berbagai komposisi dengan berat keseluruhan campuran 83.11
g. Penelitian ini menggunakan rangkangan faktorial 2 faktor yaitu faktor
kadar perekat tepung dari limbah ampas sagu dan faktor kadar getah pinus.
b. Adonan campuran serbuk arang, perekat dan getah pinus dimasukkan
dalam alat cetakan yang dilengkapi alat penekan, kemudian dilakukan
pengempaan
4. Pengeringan
Briket arang yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada temperatur 60 0C
selama 24 jam. Setelah itu dilakukan pengemasan dalam kantong plastik dan ditutup
rapat-rapat untuk menjaga agar briket arang tetap dalam keadaan kering.
-
17
3.4 Variabel yang diamati
Variabel yang diamati untuk menentukan sifat arang meliputi sifat kimia
dan sifat fisik yang terdiri atas: (1) pengujian dan pengukuran kadar air, zat
mudah menguap, kadar abu sesuai standar SNI 01-6235-2000, (2) pengujian nilai
kalor yang disesuaikan dengan standar yang berlaku di PT. Superitending
Company of Indonesia (Sucopindo), (3) pengujian dan pengukuran karbon terikat,
kerapatan dan keteguhan tekan sesuai dengan standar ASTM 1984 No. D 1762 –
84.
1. Kadar Air
Kadar air ditentukan dengan menimbang 1 gram contoh dalam cawan porselin
yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu
115 0C selama ± 3 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam lalu
ditimbang kembali. Rumus perhitungan kadar air yang digunakan sebagai berikut:
Ba - Bkt
Kadar air (%) = x 100%
Bkt
Di mana:
Ba = Berat sampel sebelum dikeringkan (g)
Bkt = Berat sampel kering tanur (g)
-
18
2. Kadar Zat Menguap (Volatile)
Cawan porselin yang berisi 2 g contoh uji yang sudah diketahui beratnya,
dimasukkan ke dalam oven pada suhu ±950 0C selama 7 menit. Setelah
penguapan selesai, lalu didinginkan dalam desikator selama 1 jam selanjutnya
ditimbang. Kadar zat mudah menguap dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
(X1 - X2)
Kadar zat mudah menguap = x 100%
X1
Di mana:
X1 = Bobot awal (g)
X2 = Bobot akhir (g)
3. Kadar Abu
Cawan porselin yang berisikan 2 g contoh uji dimasukkan dalam oven pada
suhu ± 900 0C selama 2 jam, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
Kadar abu dinyatakan dengan rumus :
Bobot abu
Kadar abu (%) = x 100%
Bobot contoh
4. Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon)
Kadar karbon terikat dinyatakan dalam persen dengan rumus:
Kadar Karbon Terikat = 100 – (Kadar abu + kadar zat menguap) %
-
19
5. Kerapatan
Kerapatan dinyatakan dalam perbandingan berat dan volume, yaitu dengan
cara menimbang briket arang dan mengukur volumenya. Perhitungan volume
briket arang dihitung dengan menggunakan rumus:
Vsilinder = 1 πd2 . t2
4
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Kerapatan briket arang
dihitung dengan menggunakan perhitungan:
Bobot briket arang (g)
Kerapatan (g/cm3) =
Volume (cm3)
6. Keteguhan Tekan
Pengukuran keteguhan tekan dilakukan dengan menggunakan alat Universal
Testing Gebruder Amsler. Penekanan yang diberikan dilakukan secara perlahan-
lahan sampai briket tersebut pecah. Angka pada skala dikonversikan dalam
satuan kg/cm2 merupakan besar keteguhan tekan briket persatuan luas.
Penentuan keteguhan tekan dihitung dengan menggunakan perhitungan:
Beban penekanan (kg)
Keteguhan tekan (kg/cm3) =
Luas permukaan briket (cm2)
-
20
7. Penyalaan Awal
Pengukuran penyalaan awal pada briket yaitu berapa waktu yang dibutuhkan
sebuah briket menyala bila disulut dengan api pada lilin, waktu penyalaannya akan
dihitungan dengan stopwacth dalam satuan detik.
3.5 Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan rancangan
dasar rancangan acak lengkap (RAL). Faktor kadar perekat tepung dari limbah ampas
sagu masing-masing terdiri atas 3 taraf yaitu 8% (A1), 12% (A2) dan 16% (A3) dan
faktor kadar getah pinus masing-masing terdiri atas 2 taraf yaitu 0% (B1), 5% (B2).
Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Adapun campuran masing
kombinasi sebagai berikut:
(1) A1B1: Serbuk arang sebanyak 92 % (76.46 g), ditambah perekat tepung dari
limbah ampas sagu 8 % (6.65 g) dan getah pinus 0 % (tanpa getah
pinus)
(2) A1B2: Serbuk arang sebanyak 87 % (72.30 g), ditambah perekat tepung dari
limbah ampas sagu 8 % (6.65 g) dan getah pinus 5 % (4.16 g)
(3) A2B1: Serbuk arang sebanyak 88 % (73.14 g), ditambah perekat tepung dari
limbah ampas sagu 12 % (9.97 g) dan getah pinus 0 % (tanpa getah
pinus)
(4) A2B2: Serbuk arang sebanyak 83 % (68.98 g), ditambah perekat tepung dari
limbah ampas sagu 12 % (9.97 g) dan getah pinus 5 % (4.16 g)
-
21
(5) A3B1: Serbuk arang sebanyak 84 % (69.81 g), ditambah perekat tepung dari
limbah ampas sagu 16 % (13.30 g) dan getah pinus 0 % (tanpa getah
pinus)
(6) A3B2: Serbuk arang sebanyak 79 % (65.65 g), ditambah perekat tepung dari
limbah ampas sagu 16 % (13.30 g) dan getah pinus 5 % (4.16 g)
Setiap kombinasi perlakuan diulang masing-masing sebanyak 3 kali yang
terdiri atas 3 faktor, yaitu:
1. Kadar perekat tepung dari limbah ampas sagu yang terdiri atas 3 taraf:
A1 = Kadar perekat 8%
A2 = Kadar perekat 12%
A3 = Kadar perekat 16%
2. Kadar getah pinus yang terdiri atas 3 taraf:
B1 = kadar getah pinus 0% (tanpa getah pinus)
B2 = kadar getah pinus 5%
Model matematis untuk rancangan faktorial menurut Gaspertz (1991) sebagai
berikut:
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + Єijk
Dengan,
Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j
dari faktor B dan taraf ke-k faktor C).
Μ = Nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya)
αi = Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A.
-
22
βj = Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B.
(αβ)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B.
Єijk = Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi ijk.
Data diolah dengan sidik ragam yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
perlakuan yang diberikan. Untuk mengetahui perbedaan antar masing-masing
perlakuan pada berbagai perbedaan komposisi, maka dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) sebagai berikut:
BNJ = ω = qα (p,n2). SY
Dimana:
ω = Nilai uji Tukey
qα = Nilai tabel Tukey
p = Jumlah perlakuan
n2 = Derajat bebas galat
SY = √{(KT Galat) / r}
Dimana r = Jumlah ulangan
-
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kadar Air
Hasil pengukuran kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang pangi yang
diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan getah pinus
0% dan 5% disajikan pada lampiran A.1 Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai
kadar air berkisar antara 3,09 – 7,53 %.
Tabel 4.1. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kadar Air Briket Arang Cangkang
Pangi.
No. Perlakuan Rata-rata (%) BNJ
1 A1B1 4,17a
2 A1B2 4,90ab
3 A2B1 5,27ab
4 A2B2 5,64abc
5 A3B1 6,01abc
6 A3B2 6,76bc
Keterangan : Huruf yang tidak sama berbeda nyata
Sumber: Data Primer Sudah Diolah, 2019
Hasil analisis ragam sebagaimana disajikan pada lampiran B.1 Untuk
mengetahui pengaruh antar perlakuan dilakukan uji BNJ, yang hasilnya disajikan
pada Tabel 4.1. Hasil uji BNJ menunjukkan antara komposisi perekat dan getah pinus
terdapat tidak berbeda nyata pada perlakuan A1B1 berbeda nyata dengan A3B2
namun berbeda tidak nyata denan A1B2, A2B1, A2B2, dan A3B1. Nilai kadar air
yang diperoleh memenuhi SNI 01-6235-2000 yaitu maksimum 8 % dan standar
BPPK yaitu maksimal 7,57%. Nilai kadar air briket arang yang diperoleh
-
24
menunjukkan kecenderungan menaik dengan bertambahnya perekat. Peningkatan
jumlah perekat limbah ampas sagu akan menyebabkan jumlah kadar air dalam briket
arang meningkat.
Gambar 6. Diagram Kadar Air
Gambar 6 diatas dapat dilihat bahwa jumlah bahan perekat yang diberikan
memberi pengaruh terhadap kadar air briket arang cangkang pangi. Semakin tinggi
jumlah perekat yang digunakan makan semakin tinggi pula kadar air dari briket
arang. Kadar air mempengaruhi kualitas briket arang yang dihasilkan. Semakin
rendah kadar air maka nilai kalor dan daya pembakarannya akan semakin tinggi,
begitupun sebaliknya. Kadar air briket juga dapat menentukan sifat higroskopis dari
briket tersebut. Briket yang memiliki kadar air tinggi akan sulit dinyalakan, mudah
rapuh dan ditumbuhi jamur (Maryono, Sudding & Rahmawati, 2013 dalam Budi
Utami, 2015).
4,17 4,90 5,27 5,64 6,01 6,76
AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Kadar Air (%)
Rerata
-
25
Semakin tinggi jumlah kadar air briket maka semakin rendah nilai kalor yang
dihasilkan. Hal ini dikarenakan panas yang tersimpan dalam briket terlebih dahulu
digunakan untuk mengeluarkan atau menguapkan air yang terperangkap dalam briket
sebelum kemudian menghasilkan panas yang digunakan sebagai panas pembakaran
(Ismayana & Afriyanto, 2012 dalam Budi Utami, 2015).
4.2 Kadar Zat Menguap (Volatile)
Hasil pengmatan besarnya kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang
pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan
getah pinus 0% dan 5% disajikan Lampiran A.2 dan hasil analisis sidik ragam
disajikan pada Lampiran B.2. Hasil uji BNJ dan nilai rata-rata kadar zat menguap
disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kadar Zat Menguap Briket Arang
Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Rata-rata (%) BNJ
1 A1B1 19,46a
2 A1B2 21,79b
3 A2B1 22,41c
4 A2B2 23,39d
5 A3B1 24,23e
6 A3B2 25,30f
Keterangan : Huruf yang tidak sama berbeda nyata
Sumber: Data Primer Sudah Diolah, 2019
Hasil penelitian menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang
kulit pangi dengan menggunakan perekat sagu dan penambahan getah pinus memiliki
-
26
nilai zat menguap antara 19,40 dan 25,34. Zat menguap terendah dijumpai pada
kombinasi A1B1 dengan kadar perekat 8% dan tanpa getah pinus, sedangkan kadar
zat menguap tertinggi pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16% dan getah
pinus 5%. Jika dibandingkan dengan kadar zat menguap briket standar Nasional
Indonesia (SNI) maksimum 15% maka kadar zat menguap briket arang cangkang
pangi yang dihasilkan memenuhi standar Nasional Indonesia.
Hasil analisa sidik ragam bahwa perlakuan, perekat, getah pinus serta
interaksi antara perekat dan getah pinus memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap kadar zat menguap briket arang cangkang pangi. Hasil uji lanjut BNJ
menunjukkan perlakuan kombinasi perekat sagu dengan getah pinus A1B1 berbeda
nyata satu sama lain dengan A1B2, A2B1, A2B2, A3B1 dan A3B2.
Gambar 7. Diagram Kadar Zat Menguap
Grafik pada gambar 7 menunjukkan terjadinya peningkatan zat menguap yang
dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah bahan perekat yang digunakan, semakin
tinggi jumlah perekat maka akan semakin tinggi juga zat menguap dari briket arang
cangkang pangi. Kadar zat menguap adalah zat yang menguap sebagai hasil
dekomposisi senyawasenyawa yang masih terdapat di dalam arang selain air. Tinggi
19,46 21,79 22,41 23,39 24,23 25,30
AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Kadar Zat Menguap (%)
Rerata
-
27
rendahnya kadar zat mudah menguap pada briket disebabkan oleh kesempurnaan
proses karbonisasi, waktu dan suhu. Semakin lama waktu pembakaran dan semakin
tinggi suhu karbonisasi maka semakin banyak zat menguap yang terbuang. Semakin
banyak kadar perekat maka semakin banyak kandungan mineral dari bahan perekat
akibatnya kadar zat menguap briket arangnya juga makin bertambah (Budi Utami,
2015).
4.3 Kadar Abu
Hasil pengmatan besarnya kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang
pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan
getah pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran A.3 dan hasil analisis sidik ragam
disajikan pada Lampiran B.3. Hasil uji BNJ dan nilai rata-rata kadar abu disajikan
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kadar Abu Briket Arang Cangkang
Pangi.
No. Perlakuan Rata-rata (%) BNJ
1 A1B1 1,64a
2 A1B2 1,99b
3 A2B1 2,09c
4 A2B2 2,41d
5 A3B1 2,88e
6 A3B2 3,05f
Keterangan : Huruf yang tidak sama berbeda nyata
Sumber: Data Primer Sudah Diolah, 2019
-
28
Hasil penelitian menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang
kulit pangi dengan menggunakan perekat sagu dan penambahan getah pinus memiliki
nilai kadar abu antara 1,62 dan 3,06 . Kadar abu terendah dijumpai pada kombinasi
A1B1 dengan kadar perekat 8% dan tanpa getah pinus, sedangkan kadar zat menguap
tertinggi pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16% dan getah pinus 5%. Jika
dibandingkan dengan kadar abu briket standar Nasional Indonesia (SNI) maksimum
8% maka kadar abu briket arang cangkang pangi yang dihasilkan memenuhi standar
Nasional Indonesia.
Hasil analisa sidik ragam bahwa perlakuan,perekat, getah pinus serta interaksi
antara perekat dan getah pinus yang diberikan menunjukkan pengaruh yang sangat
nyata terhadap kadar abu briket arang cangkang pangi. Hasil uji lanjut BNJ
menunjukkan perlakuan kombinasi perekat sagu dengan getah pinus A1B1 berbeda
nyata satu sama lain dengan A1B2, A2B1, A2B2, A3B1 dan A3B2.
Gambar 8. Kadar Abu
Gambar 8 Grafik kadar abu menunjukkan perekat yang diberikan
mempengaruhi jumlah kadar abu briket arang cangkang pangi. Semakin tinggi jumlah
1,64 1,99 2,09 2,41
2,88 3,05
AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
kadar Abu (%)
Rerata
-
29
perekat sagu yang digunakan maka semakin tinggi pula kadar abu yang dihasilkan.
Kadar abu menunjukkan banyaknya kandungan mineral-mineral terutama unsur-
unsur logam dalam bahan. Abu merupakan bagian dari proses pembakaran yang
sudah tidak memiliki unsur karbon lagi. Unsur utama abu adalah silika dan
pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Semakin rendah kadar
abu maka semakin tinggi kualitas briket karena kandungan abu yang rendah dapat
meningkatkan nilai kalor briket arang. Rendahnya kadar abu dapat disebabkan
pemilihan arang yang baik dan adanya proses pembersihan kotoran dan debu sebelum
arang dihaluskan. (Martawijaya, dkk,1981 dalam Mardiana achmad, 2008).
4.4 Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon)
Hasil pengmatan besarnya kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang
pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan
getah pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran A.4 dan hasil analisis sidik ragam
pada Lampiran B.4. Hasil uji BNJ dan nilai rata-rata kadar karbon disajikan Tabel 4.4
-
30
Tabel 4.4. Hasil Uji BNJ dan nilai Rata- rata Kadar Karbon Terikat Briket Arang
Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Rata-rata (%) BNJ
1 A1B1 78,91a
2 A1B2 76,22b
3 A2B1 75,50c
4 A2B2 74,20d
5 A3B1 72,89e
6 A3B2 71,65f
Keterangan : huruf yang tidak sama berbeda nyata
Sumber: Data Primer Sudah Diolah, 2019
Hasil penelitian menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang
kulit pangi dengan menggunakan perekat sagu dan penambahan getah pinus memiliki
nilai kadar abu antara 71,61 dan 78,96. Kadar karbon terikat terendah dijumpai pada
kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16% dan getah pinus 5%, sedangkan kadar
karbon terik tertinggi pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 8% dan tanpa
getah pinus. Jika dibandingkan dengan kadar karbon terikat briket, standar Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan yaitu 78,35, maka kadar karbon terikat
arang cangkang pangi yang dihasilkan memenuhi standar BPPK.
Hasil analisis sidik ragam bahwa perlakuan,perekat, getah pinus setra interaksi
antara perekat dan getah pinus yang diberikan menunjukan pengaruh yang sangat
nyata terhadap kadar karbon terikat briket arang cangkang pangi. Hasil uji lanjut BNJ
menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi perekat dengan getah pinus A1B1 berbeda
nyata satu sama lain dengan A1B2, A2B1, A2B2, A3B1 dan A3B2.
-
31
Gambar 9. Kadar Karbon Terikat
Grafik gambar 9 menunjukkan semakin tinggi jumlah kadar perekat yang
digunakan maka akan terjadi penurunan kadar karbon dari briket arang cangkang
pangi. Kadar karbon terikat berpengaruh terhadap nilai kalor bakar briket arang.
Kadar karbon terikat akan bernilai tinggi apabila nilai kadar abu dan kadar zat mudah
menguap briket arang rendah. Semakin tinggi kadar karbon terikat pada arang kayu
maka menandakan arang tersebut adalah arang yang baik. Pada proses pembakaran
membutuhkan karbon yang bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan (Abidin
(1973) dalam Mardiana Achmad (2008).
4.5 Kerapatan
Hasil pengmatan besarnya kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang
pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan
getah pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran A.5 dan hasil analisis sidik ragam
disajikan pada Lampiran B.5. Hasil uji BNJ dan nilai rata-rata kerapatan disajikan
pada Tabel 4.5
78,91 76,22 75,50 74,20 72,89 71,65
AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Kadar Karbon Terikat (%)
Rerata
-
32
Tabel 4.5. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Kerapatan Briket Arang Cangkang
Pangi.
No. Perlakuan Rata-rata (gr/cm3) BNJ
1 A1B1 0,60
2 A1B2 0,63
3 A2B1 0,64
4 A2B2 0,65
5 A3B1 0,68
6 A3B2 0,70
Keterangan : huruf yang tidak sama berbeda nyata
Sumber: Data Primer Sudah Diolah, 2019
Hasil penelitian menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang
kulit pangi dengan menggunakan perekat sagu dan penambahan getah pinus memiliki
nilai kerapatan antara 0,60 dan 0,70. Kerapatan terendah dijumpai pada kombinasi
A1B1 dengan kadar perekat 8 % dan dan getah pinus, sedangkan kaerapatan tertinggi
pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16 % dan getah pinus 5%. Jika
dibandingkan dengan kerapatan briket standar yaitu maksimum 0,7 g/cm3, maka
kerapatan arang cangkang pangi yang dihasilkan memenuhi standar.
Hasil analisis sidik ragam bahwa perlakuan,perekat,getah pinus serta interaksi
antara perekat dan getah pinus yang diberikan menunjukan pengaruh yang tidak nyata
terhadap kerapatan briket arang cangkang pangi sehingga tidak dilakukan uji lanjut
dengan uji BNJ.
-
33
Gambar 10. Kerapatan
Grafik gambar 10 menunjukkan semakin tinggi kadar perekat yang digunakan
maka semakin tinggi pula kerapatan dari briket arang cangkang pangi. Nilai
kerapatan briket arang yang diperoleh menunjukkan kecenderungan naik dengan
bertambahnya perekat. Penambahan perekat akan menyebabkan luas permukaan
kontak partikel briket arang yang diselubungi oleh perekat tapioka meningkat,
sehingga menyebabkan daya rekat (adhesi) partikel dengan tepung tapioka juga
meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan kerapatan briket arang yang dihasilkan
(Mardiana Achmad, 2008).
4.6 Keteguhan Tekan
Hasil pengmatan besarnya kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang
pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan
getah pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran A.6 dan hasil analisis sidik ragam
disajiakn pada Lampiran B.6. Hasil uji BNJ dan nilai rata-rata keteguhan tekan di
sajikan pada Tabel 4.6
0,60 0,63 0,64
0,65 0,68 0,70
AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Kerapatan (gr/cm3)
Rerata
-
34
Tabel 4.6. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Keteguhan Tekan Briket Arang
Cangkang.
No. Perlakuan Rata-rata (kg/cm2) BNJ
1 A1B1 5,54a
2 A1B2 5,67ab
3 A2B1 5,84abc
4 A2B2 6,11abcd
5 A3B1 6,73d
6 A3B2 6,93e
Keterangan : huruf yang tidak sama berbeda nyata
Sumber: Data Primer Sudah Diolah, 2019
Hasil penelitian menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang
kulit pangi dengan menggunakan perekat sagu dan penambahan getah pinus memiliki
nilai kadar air antara 5.12 g/cm 2
dan 7.20g/cm2 . Kadar air terendah dijumpai pada
kombinasi A1B1 dengan kadar perekat 8% dan tanpa getah pinus, sedangkan kadar
air tertinggi pada kombinasi A3B2 dengan kadar perekat 16% dan getah pinus 5%.
Jika dibandingkan dengan uji tekan briket standar yaitu maksimum 12 kg/cm3
, maka
uji tekan briket arang cangkang pangi yang dihasilkan memenuhi standar.
Hasil analisa sidik ragam bahwa perlakuan dan perekat memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap uji tekan briket arang yang dihasilkan, sedangkan getah
pinus menunjukkan pengaruh nyata namun interaksi antara perekat dan getah pinus
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata . Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan
perlakuan komposisi perekat dan getah pinus A1B1 berbeda nyata satu sama lain
dengan A3B1 dan A3B2 namun berbeda tidak nyata dengan A1B2, A2B1, dan A2B2.
-
35
Gambar 11. Keteguhan Tekan
Grafik gambar 11 diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar perekat
maka akan terjadi peningkatan nilai tekan dari briket arang cangkang pangi. Nilai
keteguhan tekan briket arang yang diperoleh menunjukkan kecenderungan naik
dengan bertambahnya perekat. Peningkatan jumlah perekat akan menyebabkan
kerapatan briket arang cenderung meningkat sehingga menyebabkan keteguhan tekan
briket arang yang dihasilkan juga meningkat. Penambahan kadar perekat akan
menambah daya ikat antara perekat arang pada briket. Selain itu, keteguhan tekan
juga disebabkan tekanan pengempaan yang diberikan . (Pari et al. 1990 dalam dalam
Mardiana Achmad 2008).
4.7 Penyalaan Awal
Hasil pengmatan besarnya kadar air briket arang yang dibuat dari cangkang
pangi yang diberi perekat dengan 3 komposisi 8%, 12% dan 6% serta penambahan
getah pinus 0% dan 5% disajikan pada Lampiran A.7 dan hasil analisis sidik ragam
5,54 5,84 5,67 6,11
6,73 6,93
AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Keteguhan Tekan (kg/cm2)
Rerata
-
36
pada Lampiran B.7. Hasil uji BNJ dan nilai rata-rata penyalaan awal disajikan pada
Tabel 4.7
Tabel 4.7. Hasil Uji BNJ dan Nilai Rata- rata Penyalaan Awal Briket Arang
Cangkang.
No. Perlakuan Rata-rata (detik) BNJ
1 A1B1 128
2 A1B2 76
3 A2B1 102
4 A2B2 63
5 A3B1 126
6 A3B2 98
Keterangan : huruf yang tidak sama berbeda nyata
Sumber: sumber data primer sudah diolah, 2019
Hasil penelitian menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dari cangkang
kulit pangi dengan menggunakan perekat sagu dan penambahan getah pinus memiliki
nilai antara 57 detik dan 132 detik. Uji nyala terendah dijumpai pada kombinasi
A2B2 dengan kadar perekat 12% dan penambahan getah pinus 5%, sedangkan nilai
tertinggi pada kombinasi A1B2 dengan kadar perekat 8% dan getah pinus 5%. Dari
pengujian ini menunjukan bahwa penambahan getah pinus dapat mempercepat proses
penyalaan pada briket.
Hasil analisa sidik ragam bahwa perlakuan, getah pinus memberikan pengaruh
yang sangat nyata, sedangkan perekat menunjukkan pengaruh yang nyata namun
interaksi antara perekat dan geta pinus menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata.
Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan perlakuan komposisi perekat dan getah pinus
-
37
berpengaruh tidak berbeda nyata terhadap uji nyala arang cangkang pangi yang
dihasilkan.
Gambar 12. Uji Nyala
Gambar 12 Grafik uji nyala menunjukkan bahwa penambahan getah pinus
cenderung dapat mempercepat proses penyalaan briket arang cangkang pangi dan
kadar perekat yang digunakan juga akan mempengaruhi lama waktu penyalaan,
semakin tinggi kadar perekat maka semakin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk
penyalaan briket arang. Hal ini disebabkan karena pada perekat terdapat kadar, air
sehingga semakin tinggi kadar perekat maka semakin tinggi pula kadar airnya.
127,67
76,33 101,67
63,00
126,00 97,67
AIBI A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Uji Nyala (Detik)
rerata
-
38
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Briket arang yang dihasilkan dari cangkang kulit pangi dengan menggunakan
perekat tepung dari limbah ampas sagu dan penambahan getah pinus memberikan
nilai kadar air berkisar antara 3,09-7,53 %, kadar zat menguap (volatile meter) 19,40-
25,34 %, kadar abu 1,62-3,06 %, kadar karbon terikat (fixed carbon) 71.61-78.96,
kerapatan 0,60-0,70 g/cm3, uji tekan 5,12-7,20 kg/cm
3 dan uji nyala 57-132 detik.
Pemberian komposisi perekat limbah ampas sagu yang bervariasi
mempengaruhi jumlah kadar air, kadar zat menguap (volatile meter), kadar abu, kadar
karbon terikat (fixed carbon), kerapatan, uji tekan dan uji penyalaan. Kombinasi
pemberian getah pinus sangat mempengaruhi cepatnya uji nyala briket arang
cangkang kulit pangi dan briket yang paling cepat membara ketika dinyalakan yaitu
briket dengan penambahan getah pinus. Kualitas briket yang dihasilkan dari hasil
pengujian beberapa taraf dipengaruhi oleh kombinasi komposisi perekat dan getah
pinus. Terdapat perbedaan signifikan antara masing-masing kombinasi perlakuan
kadar perekat sagu dan kadar getah pinus terhadap karakteristik briket arang terutama
kadar air, kadar zat menguap, kadar abu, kadar karbon terikat, kerapatan, keteguhan
tekan, dan penyalaan awal. Kombinasi perlakuan serbuk arang 83%, perekat limbah
tapioka 12% dan getah pinus 5% (A2B2) merupakan perlakuan optimal dalam
-
39
meningkatkan kualitas briket arang limbah cangkang pangi dengan penambahan
perekat limbah sagu dan aditif berbasis limbah. Semua kombinasi perlakuan telah
memenuhi SNI 01-6235-2000 tentang Briket Arang kecuali kadar zat mudah
menguap
5.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya agar kombinasi dari komposisi perekat
dan getah pinus untuk lebih banyak lagi variasi perlakuan sehingga pengaruhnya
terhadap briket arang cangkang pangi yang dihasilkan lebih bervariasi dan akan
menghasilkan komposisi baru yang sesuai dengan standar.
-
40
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, dkk, 1991, Energi dan Listrik Pertanian. JICA. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Achmad, M. 2008, Kualitas Briket Arang Kulit Biji Kepayang (Pengium edule
Reinw) dengan Penggunaan Perekat Tapioka.
Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994. Pedoman Teknis Pembuatan
Briket Arang. Departemen Kehutanan Bogor.
Badan Standardisasi Nasional. 2000. SNI 01-6235-2000: Briket Arang Kayu, Jakarta.
Gaspersz, V. 1994. Metode Rancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Teknik
dan Biologi. Buku. CV Armico. Bandung. 472 p.
Kahlil, A. 2017. “Analisis Fisis Briket Arang dari Ampah Berbahan Alami Kulit
Buah Pelepah Salak” Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim
Hayne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia JIlid I dan II. Terjemahan Badan
Litbang Kehutanan. Cetakan I. Yayasan Sarana Koperasi Karyawan.
Departemen Kehutanan.
Irawan, A. 2011. Modul Pengeringan, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, Banten.
Irawan, R. 2010. Kajian Pemanfaatan Getah Pinus (pinus mercusii) Sebagai Bahan Baku
Perekat. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Ishak, dkk, 2018. Briket Arang danAarangAaktif dari Limbah Tongkol Jagung”
Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan IPA Universitas
Negri Gorontalo
Latifah, H. 1997, Pengaruh Jenis Kayu dan Perekat Terhadap Kualitas Briket Arang
Skripsi Studi Teknologi Hasil Hutan. Jurusan Kehutanan. Fakultas
Pertanian dan Kehutanan. Universitas Hasanuddin. Makassar
-
41
Masturin, A. 2002, Sifat Fisis dan Kimia Briket Arng dari Campuran Arang Limbah
Gergajian Kayu. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas
Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar.
Rustini, 2004, Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus (pinus
merkusii jungh.et de Vr.,) dengan Penambahan Tempurung Kelapa.
Skripsi Jurusan TeknologI Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institute
Pertanian Bogor.
Triono, A. 2006, Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu
Afrika (Maesopsis eminii Engl) dan Sengon (Paraserianthes falcataria L.
Nielsen) dengan Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L).
Skripsi Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.
-
42
LAMPIRAN
-
43
Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan
Lampiran 1.1. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Air (%) Briket Arang Cangkang Pangi
pada Komposisi Perekat yang Berbeda serta Penambahan Getah
Pinus.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata (%) 1 2 3
1 A1B1 4.17 5.26 3.09 12.52 4.17
2 A1B2 4.17 5.26 5.25 14.69 4.90
3 A2B1 4.17 5.26 6.38 15.81 5.27
4 A2B2 5.26 6.38 5.26 16.91 5.64
5 A3B1 6.38 5.26 6.38 18.03 6.01
6 A3B2 6.38 7.53 6.38 20.29 6.76
Total 30.53 34.96 32.77 98.26 5.46
Lampiran 1.2. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Zat Menguap (%) Briket Arang
Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata 1 2 3
1 A1B1 19.45 19.40 19.52 58.37 19.46
2 A1B2 21.77 21.80 21.79 65.36 21.79
3 A2B1 22.41 22.39 22.43 67.23 22.41
4 A2B2 23.36 23.40 23.42 70.18 23.39
5 A3B1 24.21 24.25 24.22 72.68 24.23
6 A3B2 25.27 25.30 25.34 75.91 25.30
Total 136.47 136.54 136.72 409.73 136.58
Lampiran 1.3. Hasil Pengamatan Nilai Kadar Abu (%) Briket Arang Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata 1 2 3
1 A1B1 1.62 1.64 1.65 4.91 1.64
2 A1B2 1.98 2.01 1.99 5.98 1.99
3 A2B1 2.09 2.10 2.08 6.27 2.09
4 A2B2 2.41 2.39 2.08 7.22 2.41
5 A3B1 2.87 2.89 2.42 8.64 2.88
6 A3B2 3.06 3.03 2.88 9.14 3.05
Total 14.03 14.06 3.05 42.16 14.05
-
44
Lampiran 1.4. Hasil Pengamatan Nilai Karbon Terikat (%) Briket Arang Cangkang
Pangi.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata 1 2 3
1 A1B1 78.93 78.96 78.83 236.72 78.91
2 A1B2 76.25 76.19 76.22 228.66 76.22
3 A2B1 75.50 75.51 75.49 226.50 75.50
4 A2B2 74.23 74.21 74.16 222.60 74.20
5 A3B1 72.92 72.86 72.90 218.68 72.89
6 A3B2 71.67 71.67 71.61 214.95 71.65
Total 449.50 449.40 449.21 1.348,11 449.37
Lampiran 1.5. Hasil Pengamatan Nilai Kerapatan (g/cm3) Briket Arang Cangkang
Pangi
No. Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata 1 2 3
1 A1B1 0.60 0.60 0.61 1.81 0.60
2 A1B2 0.64 0.63 0.63 1.90 0.63
3 A2B1 0.64 0.65 0.64 1.93 0.64
4 A2B2 0.65 0.66 0.65 1.96 0.65
5 A3B1 0.68 0.69 0.68 2.05 0.68
6 A3B2 0.69 0.70 0.70 2.09 0.70
Total 3.90 03.93 3.91 11.74 3.91
Lampiran 1.6. Hasil Pengamatan Nilai Keteguhan Tekan (kg/cm2) Briket Arang
Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata 1 2 3
1 A1B1 5.12 5.60 5.90 16.62 5.54
2 A1B2 5.91 5.81 5.79 17.51 5.84
3 A2B1 5.78 5.56 5.67 17.01 5.67
4 A2B2 6.26 6.50 5.56 18.32 6.11
5 A3B1 6.80 6.60 6.78 20.18 6.73
6 A2B2 7.20 6.69 6.91 20.80 6.93
Total 37.07 39.76 36.61 110.44 36.81
-
45
Lampiran 1.7. Hasil Pengamatan Nilai Penyalaan Awal (detik) Briket Arang
Cangkang Pangi.
No. Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata 1 2 3
1 A1B1 129 132 122 383 128
2 A1B2 86 81 62 229 76
3 A2B1 121 122 62 305 102
4 A2B2 66 57 66 189 63
5 A3B1 123 126 129 378 126
6 A2B2 64 111 118 293 98
Total 589 629 559 1.777 592
-
46
Lampiran 2. Data Hasil Analisa Sidik Ragam
Lampiran 2.1. Analisis Ragam Nilai Kadar Air Briket Arang Cangkang Pangi pada
Komposisi Perekat yang Berbeda serta penambahan Getah Pinus.
SUMBER
KERAGAMAN JK db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 12.109 5 2.422 3.569 * 3.11 5.06
A 10.268 2 5.134 7.566 ** 3.89 6.93
B 1.699 1 1.699 2.504 tn 4.75 9.33
A*B 0.143 2 0.071 0.105 tn 3.89 6.93
G 8.143 12 0.679
Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: *
= berpengaruh nyata **
= berpengaruh sangat nyata
tn = berpengaruh tidak nyata
Lampiran 2.2. Analisis Ragam Nilai Kadar Zat Menguap Briket Arang Cangkang
Pangi pada Komposisi Perekat yang Berbeda serta penambahan
Getah Pinus.
SUMBER
KERAGAMAN JK db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 58.933 5 11.787 321.649 ** 3.11 5.06
A 45.370 2 22.685 619.063 ** 3.89 6.93
B 12.202 1 12.202 332.978 ** 4.75 9.33
A*B 1.361 2 0.681 18.571 ** 3.89 6.93
G 0.440 12 0.037
Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: **
= berpengaruh sangat nyata
-
47
Lampiran 2.3. Analisis Ragam Nilai Kadar Abu Briket Arang Cangkang Pangi pada
Komposisi Perekat yang Berbeda serta penambahan Getah Pinus.
SUMBER
KERAGAMAN JK db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 4.341 5 0.868 1680.269 ** 3.11 5.06
A 3.951 2 1.975 3823.301 ** 3.89 6.93
B 0.367 1 0.367 710.204 ** 4.75 9.33
A*B 0.023 2 0.012 22.269 ** 3.89 6.93
G 0.006 12 0.001
Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: **
= berpengaruh sangat nyata
Lampiran 2.4. Analisis Ragam Nilai Karbon Terikat Briket Arang Cangkang Pangi
pada Komposisi Perekat yang Berbeda serta penambahan Getah
Pinus.
SUMBER
KERAGAMAN JK Db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 99.691 5 19.938 12726.465 ** 3.11 5.06
A 84.023 2 42.011 26815.706 ** 3.89 6.93
B 13.659 1 13.659 8718.525 ** 4.75 9.33
A*B 2.009 2 1.005 641.195 ** 3.89 6.93
G 0.019 12 0.002 Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: **
= berpengaruh sangat nyata
-
48
Lampiran 2.5. Analisis Ragam Nilai Kerapatan Briket Arang Cangkang Pangi pada
Komposisi Perekat yang Berbeda serta penambahan Getah Pinus.
SUMBER
KERAGAMAN JK Db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 4.942 5 0.988 0.003 tn 3.11 5.06
A 4.460 2 2.230 0.006 tn 3.89 6.93
B 0.442 1 0.442 0.001 tn 4.75 9.33
A*B 0.040 2 0.020 0.000 tn 3.89 6.93
G 4530.667 12 377.556
Signifikan pada taraf 1%
Lampiran 2.6. Analisis Ragam Nilai Keteguhan Tekan Briket Arang Cangkang Pangi
pada Komposisi Perekat yang Berbeda serta penambahan Getah Pinus.
SUMBER
KERAGAMAN JK Db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 4.147 5 0.829 12.303 ** 3.11 5.06
A 14.809 2 7.404 109.831** 3.89 6.93
B 0.207 1 0.207 3.070 tn 4.75 9.33
A*B 0.195 2 0.098 1.448 tn 3.89 6.93
G 0.809 12 0.067
Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: **
= berpengaruh sangat nyata
tn = berpengaruh tidak nyata
-
49
Lampiran 2.7. Analisis Ragam Nilai Penyalaan Awal Briket Arang Cangkang Pangi
pada Komposisi Perekat yang Berbeda serta penambahan Getah
Pinus.
SUMBER
KERAGAMAN JK Db KT F Hit
F Tabel
5% 1%
P 10106.944 5 2021.389 5.354 ** 3.11 5.06
A 2707.444 2 1353.722 3.585 * 3.89 6.93
B 7001.389 1 7001.389 18.544 ** 4.75 9.33
A*B 398.111 2 199.056 0.527 tn 3.89 6.93
G 4530.667 12 377.556
Signifikan pada taraf 1%
Keterangan: *
= berpengaruh nyata **
= berpengaruh sangat nyata
tn = berpengaruh tidak nyata
-
50
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 3.1. Alat Pembuatan dan Pengujian Briket Arang
Gambar 1. Bahan Pembuatan Briket Arang.
-
51
Gambar 2. Proses Karbonisasi Arang Briket
Gambar 3. Limbah ampas sagu sebagai bahan perekat
-
52
Gambar 4. Arang Cangkang Pangi
Gambar 5. Getah Pinus
-
53
-
54
Gambar 6 . Pembuatan dan Pengujian Brket Arang.
-
55
-
56
-
57
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Balabatu (Enrekang) 30 April 1997. Penulis
merupakan anak ke-5 dari 6 bersaudara dan merupakan buah hati
dari Mustafa dan Jumiati. Adapun jenjang pendidikan yang
penulis lalui yaitu masuk ke SDK Balabatu Tahun 2003 sampai
tahun 2009. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di MTs Guppi Buntu Barana dan tamat pada tahun 2012.kemudian pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di MA Pesantren Pembangunan
Muhammadiyah Tana Toraja dan tamat pada tahun 2015. Kemudian pada tahun yang
sama penulis berhasil lulus pada jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar program strata 1 (S1). Dan pada tahun 2019, akan
menyelesaikan masa perkuliahan di Universitas muhammadiyah Makassar dengan
judul skripsi ”Karakteristik Briket Arang Cangkang pangi (Pangium edule Reiwn)
dengan Menggunakan Perekat Tepung dari Limbah Ampas Sagu dan Pembahan
Getah Pinus”.