karakterisasi penguat carbon-nanotube terhadap penigkatan
TRANSCRIPT
Karakterisasi Penguat Carbon-Nanotube Terhadap Penigkatan Ketahanan Aus dan Self-Lubrication Cylinder Liner dan Cincin Torak Berbasis
Pelapisan CNT-Al2O3 Nanokomposit Dengan Metode Penyemprotan Dingin
Aulia Fitriani1, Winarto1
1Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, 16436, Indonesia
Email: [email protected]; [email protected]
Abstrak
Pada era ini, Aluminum AC4B telah banyak diaplikasikan untuk komponen kendaraan salah satunya adalah torak. Torak berperan sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil pembakaran pada ruang bakar dan tersambung ke bagian poros engkol. Namun terdapat masalah-masalah seperti keausan dan penggunaan pelumas yang boros yang harus diatasi dengan ide melapisi cylinder liner dan cincin torak menggunakan nanokomposit dengan memvariasikan komposisi penguat CNT (0%, 2%, dan 4%) dengan metode pelapisan penyemprotan dingin. Prosedur perlakuan pendispersian dan planetary ball mill juga memegang peranan penting sebelum proses pelapisan dilakukan. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian kekerasan mikro, metalografi-SEM, EDS (pemetaan unsur), kekasaran permukaan, ketahanan aus, dan FTIR. Dari hasil pengujian didapatkan data bahwa penambahan CNT hingga 2% akan meningkatkan kekerasan, ketahanan aus, dan juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pelumas.
Characterization of Carbon Nanotube Strengthening To Improving Wear Resistance and Self Lubrication Coating Cylinder Liner and Piston Ring With CNT-Al2O3 Coating
By Cold Spraying
Abstract
In this era, Aluminum AC4B has widely applied to vehicle components, one of the application is piston. Piston acts in order to pressing the air and receiving the results of the combustion pressure in the combustion chamber which is connected to the crankshaft. However, there are problems such as wear and wasteful use of lubricants that must be overcome by the idea of coating the piston ring and also cylinder liner using nanocomposite by varying the composition of CNT reinforcement (0%, 2%, and 4) by using cold spraying for the coating method. Dispersing treatment procedures and planetary ball mill also plays an important role before the coating process is done. Tests were carried out which micro hardness testing, metallography-SEM, EDS (mapping element), surface roughness, wear resistance, and FTIR. Data obtained from the test results that the addition of up to 2% CNT will increase hardness, wear resistance, and also can improve the efficiency of the use of lubricants.
Keyword: AC4B, cylinder liner, piston, CNT, Al2O3, wear resistance
1. Pendahuluan
Industri otomotif merupakan salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu negara.
Dalam dunia otomotif, sudah banyak perkembangan teknologi dari bagian mesin dan
komponen-komponen penyusunnya yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja dengan baik.
Salah satu komponen mesin yang sedang dikembangkan yaitu torak. Torak berfungsi sebagai
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil pembakaran pada ruang bakar dan
tersambung pada bagian poros engkol. Material yang digunakan untuk torak memiliki
ketahanan aus, ketahanan korosi, ringan, dan ketahanan panas yang baik ketika sedang
beroperasi. Pada bagian kepala torak dan batang torak, biasanya menggunakan material yang
tahan korosi, ringan, dan tahan terhadap beban tekan, contohnya aluminum paduan.
Teknologi terbaru sekarang adalah menemukan material yang sangat keras tetapi bobot
ringan, ketahanan aus tinggi, dan tidak terjadi ekspansi berlebih ketika terkena panas.
Penggunaan material komposit berbasis keramik telat berkembang pesat disebabkan oleh
peningkatan karakteristik yang berbeda dibandingkan bentuk dasar material monolitik[1].
Salah satu bagian torak, yaitu cylinder liner, yang biasanya memakai material yang berat
dapat diganti dengan material yang ringan seperti Aluminum Silikon. Untuk menambah
kekerasan cylinder liner dapat diberi pelapisan berbasis material nanokomposit.
Pelapisan material nanokomposit mulai dikembangkan untuk meningkatkan kekerasan,
ketahanan aus, stabilitas permukaan, dan sifat self-lubrication pada permukaan komponen[2].
Pelapisan tersebut akan diberikan pada cylinder liner dan cincin torak. Berdasarkan
pemanfaatan sifat nanokomposit material tersebut, pada penelitian ini akan mengembangkan
pelapisan nanokomposit dengan penguat Carbon Nanotube (CNT) dalam matriks Alumina
atau Al2O3. Adanya sifat self lubricant pada CNT akan memiliki daya serap untuk mengikat
pelumas sehingga pelumas akan lebih efisien dan tahan lama untuk digunakan. Hal tersebut
dapat berdampak pada jangka umur pakai piston yang lebih lama dan efisiensi penggunaan
bahan bakar.
Ketersediaan sumber daya alam bumi kita semakin lama semakin menipis. Oleh
karena itu, pada saat ini sedang dikembangkan prinsip long-life parts atau reusable parts
tetapi tetap memiliki peningkatan kinerja dari material tersebut. Salah satu jenis material yang
memenuhi syarat dapat tersebut adalah material nanokomposit seperti pelapisan CNT-
Alumina. Pada matriks CNT terdapat sistem self lubricant dan bridging mechanism[4]. Pada
penelitian ini, pengubahan material yang digunakan pada cylinder liner, dari besi tuang
menjadi aluminum paduan (Al-Si) AC4B, dan material tersebut akan diberi pelapisan material
nanokomposit dengan penguat Multi Walled Carbon Nanotube (MWCNT) dalam matriks
Al2O3, yang keduanya berbentuk serbuk. Cylinder liner dan cincin torak menjadi objek
pilihan karena pada bagian tersebut sering mengalami kegagalan sehingga tidak dapat
berfungsi dengan baik. Ketika pada kondisi overhaul (premature failure) atau saat sedang
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
dioperasikan, bagian cylinder liner dan cincin torak mengalami blow yang cukup tinggi,
padahal saat itu konsumsi pelumas sangat tinggi[4,5]. Bila pelumas mengalami deficiency,
cylinder liner dan cincin torak akan saling mengikis sehingga terjadi kebocoran pembakaran
gas. Hal tersebut dapat merusak keseluruhan bagian mesin.
2. Tinjauan Teoritis 2.1. Aluminum AC4B
Aluminum AC4B atau Al-8Si-2,4Cu merupakan jenis aluminum dari hasil permosesan
Low Pressure Die Casting (LPDC). Aluminum AC4B memiliki kemampuan cor, ketahanan
korosi, dan sifat mekanis yang baik, serta biaya proses daur ulang yang rendah[3]. Aluminum
AC4B termasuk dalam hypoeutectic Al–Si Alloy yang memiliki dua tahap dalam proses
pembekuan, yaitu tahap pertama pembentukan aluminum rich dendrites dan diikuti dengan
perkembangan fase Silikon[2].
2.2. Nanokomposit Material
Molekul CNT memiliki bentuk seperti pipa yang permukaan kulitnya tersusun atas
unsur karbon dan terdapat ruang rongga. Terdapat dua jenis CNT, yaitu Single Walled Carbon
Nanotube (SWCNT) dan Multi Walled Carbon Nanotube (MWCNT). Ukuran serta sifat
kimia dan fisiknya SWCNT sangat berbeda dengan MWCNT. Reaktivitas kimia meningkat
bila diameter CNT lebih kecil. Molekul CNT memiliki modulus young yang sangat besar
pada arah aksialnya dan sangat fleksibel disebabkan oleh ukurannya yang panjang. Muzzakir,
et al membuktikan bahwa penambahan %vol.CNT dari 0.01% hingga 0.1% terhadap volume
pelumas dapat meminimalisir massa material yang tergerus akibat beban gesek, dimana CNT
akan mengisi celah-celah yang ada permukaan material dan akan membentuk lapisan
protektif/lapisan yang dikorbankan yang akan menerima beban gesek secara langsung pada
mekanisme reduksi aus [10].
Aluminum Oksida atau Alumina merupakan jenis material keramik yang memiliki
ikatan interatomic sangat kuat dikarenakan struktur kristalin/hexagonal alpha phase yang
stabil pada suhu tinggi. Sifat utamanya adalah keras dan tahan goresan/pembebanan abrasif,
konduktivitas termal tinggi, sifat dielectric baik, kekuatan dan kekuannya juga baik. Alumina
sering dipakai karena paling efektif dalam biaya pembuatan.
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
2.3. Penyemprotan Dingin
Penyemprotan dingin merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pelapisan
material logam. Metodenya adalah partikel yang akan disemprot ke substrat didepositkan
menggunakan supersonic velocity impact (300-1200m/s) pada suhu dibawah suhu leleh dari
material spray (berukuran 1-50µm) dan substrat[8]. Pada proses penyemprotan dingin, partikel
serbuk mengalami percepatan hingga mencapai kecepatan penyemprotan yang sangat tinggi
melewati pipa semprot dengan daya dorongnya dihasilkan dari gas bertekanan tinggi dengan
rentang 1.5 – 5.0 MPa. Saat terjadi tumbukan dengan energi kinetik yang cukup, partikel
padat serbuk akan terdeformasi secara plastis. Kemudian partikel tersebut berikatan dengan
substrat dengan bantuan bond coat seperti Ni-Al. Selanjutnya akan berikatan bersama dan
membentuk lapisan nanokomposit. Kecepatan penembakan yang dihasilkan untuk
menghasilkan ikatan bergantung terhadap ukuran butir, sifat material, dan temperatur. Logam
dengan tingkat kekerasan yang rendah seperti Al dan Cu dan sangat sesuai untuk
diaplikasikan penyemprotan dingin.
2.4. Ketahanan Aus Material
Keausan merupakan kehilangan material secara progresif dari suatu permukaan
sebagai hasil dari pergerakan relatif antara permukaan tersebut dan permukaan lainnya[6].
Keausan juga dapat dikatakan sebagai respon material terhadap kontak permukaan[6]. Ada
berbagai macam metode untuk mengetahui keausan suatu material, salah satunya adalah
metode Ogoshi. Prinsip dari metode Ogoshi adalah spesimen memperoleh beban gesek dari
revolving disc[6,7]. Tingkat keausan material diukur dengan besarnya jejak dari gesekan
revolving disc tersebut terhadap permukaan spesimen. Parameter yang digunakan pada
pengujian aus penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Riyadh, et al
dimana menggunakan pembebanan 30 N dan kecepatan pembebanan sebesar 718 rpm (untuk
kecepatan pembebanan disesuaikan dengan penyetelan mesin Ogoshi)[9].
3. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah simulasi pelapisan cylinder liner dan cincin torak kendaraan yang
terbuat dari Aluminum Silikon jenis AC4B dengan metode penyemprotan dingin pada
temperatur sekitar 200°C. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan ketahanan aus, sifat
mekanis, ketahanan termal, dan sifat self lubrication-nya. Bahan yang digunakan sebagai
pelapis nanokomposit yaitu penguat MWCNT dalam matriks Alumina (Al2O3) dengan
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
menggunakan perangkat “CastoDyn®DS-8000”. Alumina yang digunakan adalah
METACERAM 25010 (Al2O3). Pengujian yang dilakukan meliputi karakterisasi material
SEM resolusi tinggi untuk melihat struktur lapisan dengan perbesaran tinggi, XRD untuk
mengetahui keberhasilan pencampuran kedua jenis serbuk sehingga membentuk komposit),
FTIR untuk mengecek kandungan pelumas pada lapisan nanokomposit, dan EDS untuk
mengetahui kandungan kimia atau fase pada titik yang diinginkan. Sedangkan untuk
pengujian merusaknya dilakukan pengujian aus Ogoshi untuk menguji tingkat ketahanan aus
dari lapisan nanokomposit dan dilakukan pula pengujian kekerasan mikro Vickers. Kode
spesimen dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengkodean spesimen penelitian
Komposisi CNT (wt.%)
0 2 4
SERBUK
METACERAM
25010 à A
(Al2O3) A0 A2 A4
4. Hasil Penelitian
4.1. Hasil Pra-perlakuan CNT
Gambar 1. Hasil serbuk pasca ball mill. (a) Perbesaran 10000x; (b) Perbesaran 100000x
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
4.2. Hasil Penyemprotan Spesimen Pra-perlakuan (Metalografi dan SEM-EDS)
Gambar 2. Mikrostruktur penampang lapisan alumina-CNT (A=A0, B=A2, dan C=A4) dengan masing-masing perbesaran 500x
Gambar 3. Bagian yang berwarna putih ada lapisan pengikat Ni-Al dan bagian yang berwarna kelabu adalah lapisan Al2O3-CNT pada spesimen A2
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
Gambar 4. Hasil EDS matriks lapisan spesimen kode A2
4.3. Hasil Perhitungan Ketebalan Lapisan Nanokomposit
Gambar 5. Perbedaan ketebalan sampel ketiga sampel (A=A0, B=A2, C=A4) dengan perbesaran 500x
Tabel 2. Ketebalan Lapisan Ketiga Spesimen
Spesimen Ketebalan Lapisan Minimum Maksimum Rata-rata
A0 17.20 µm 56.40 µm 34.25 µm A2 16.80 µm 76.80 µm 43.90 µm A4 40.80 µm 73.60 µm 58.40 µm
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
4.4. Hasil XRD
Gambar 6. Perbandingan puncak XRD aktual (atas) dengan literatur (bawah)
4.5. Hasil FTIR
pelumasName
Sample 04 By Administrator Date Tuesday, April 07 2015Description
4500 4504000 3000 2000 1000
146
60
70
80
90
100
110
120
130
140
cm-1
%T
2920.92cm-1, 62.28%T2852.50cm-1, 71.72%T
1457.22cm-1, 81.32%T
462.20cm-1, 89.53%T1376.95cm-1, 89.79%T
517.39cm-1, 95.69%T495.93cm-1, 96.58%T
974.07cm-1, 96.92%T
470.96cm-1, 98.02%T507.05cm-1, 98.56%T
724.76cm-1, 99.32%T
577.97cm-1, 99.95%T543.03cm-1, 100.33%T
824.17cm-1, 100.81%T552.25cm-1, 100.84%T
788.26cm-1, 101.09%T761.97cm-1, 101.57%T
484.42cm-1, 102.11%T
646.97cm-1, 102.57%T
588.66cm-1, 102.82%T610.27cm-1, 102.85%T620.35cm-1, 102.94%T666.56cm-1, 103.33%T656.97cm-1, 103.55%T583.96cm-1, 104.29%T
527.11cm-1, 104.64%T
567.19cm-1, 105.16%T635.95cm-1, 105.19%T603.46cm-1, 105.24%T683.87cm-1, 105.33%T630.16cm-1, 105.54%T599.03cm-1, 105.57%T557.44cm-1, 105.63%T532.68cm-1, 106.32%T593.58cm-1, 106.70%T
538.15cm-1, 108.64%T
501.24cm-1, 110.90%T
Gambar 7. Puncak FTIR pelumas yang digunakan pada pengujian aus
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
A4Name
Sample 1 By Administrator Date Tuesday, April 07 2015Description
4500 4504000 3000 2000 1000
100.1
94.7
95.0
95.5
96.0
96.5
97.0
97.5
98.0
98.5
99.0
99.5
100.0
cm-1
%T
2923.49cm-1, 94.79%T
Gambar 8. Puncak FTIR spesimen kode A
4.6. Hasil Kekerasan Mikro
Gambar 9. Grafik perbandingan nilai kekerasan mikro lapisan dengan variasi kandungan CNT
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
4.7. Hasil Pengujian Aus (Pelumasan dan Non-Pelumasan)
Gambar 10. Grafik ketahanan aus spesimen dengan kondisi tanpa pelumasan dengan METACERAM 25010
Gambar 11. Grafik ketahanan aus spesimen dengan kondisi pelumasan, dengan METACERAM 25010
5. Pembahasan
5.1. Pra-perlakuan CNT
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa CNT setelah dilakukan proses dispersi dengan
menggunakan surfaktan masih kurang sempurna karena masih terdapat CNT yang
menggumpal, terlihat pada A di Gambar 1. Tetapi pada Gambar 1 B, CNT berhasil
didispersikan. CNT tersebut masih dapat menyebar setelah dilakukan penyemprotan dingin.
Hal ini dikarenakan proses tersebut menggunakan kecepatan penyemprotan yang sangat tinggi
sehingga memungkinkan terjadinya penyebaran CNT kembali. Kemudian ukuran CNT akan
mengecil karena terpotong saat bertabrakan dengan substrat.
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
5.2. Metalografi dan SEM-EDS
Pada Gambar 2 terlihat ada lapisan berwarna putih diatas spesimen ialah lapisan
pengikat (METACERAM®29029, Ni-Al) yang disemprotkan pasca sand blasting untuk
mengikat antara permukaan spesimen dengan serbuk nanokompositnya. Sedangkan lapisan
yang (abu-abu) menempel pada lapisan pengikat tersebut ialah Alumina-CNT, hal ini
diperkuat dengan pengujian EDS pada spesimen A2 sebagaimana terlihat pada Gambar.
Lapisan yang terbentuk tidak terlalu ideal, karena saat proses penyemprotan, seringkali serbuk
nanokomposit tersumbat di dalam alat semprot dan tersendat saat hendak disemprotkan ke
substrat, jadi serbuk yang tidak keluar secara sempurna akan berdampak pada
ketidaksempurnaannya lapisan untuk menutupi permukaan susbtrat. Akan tetapi, lapisan yang
terbentuk pasca penyemprotan masih dapat diamati pengaruhnya dengan pengujian-pengujian
yang dilakukan. Walaupun begitu, Al2O3-CNT dapat dikatakan telah berhasil melakukan
ikatan dengan lapisan pengikatnya, dan sedikit banyak akan memengaruhi sifat mekanis dari
lapisan dan akan meningkatkan ketahanan aus dari substratnya, yakni Aluminum AC4B. Dari
hasil XRD juga dapat dilihat bahwa hasil penelitian sama dengan literatur.
5.3. Ketebalan Lapisan Nanokomposit
Pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa sampel A0 memiliki rata-rata ketebalan 34.25 µm
dengan minimum ketebalan 17.20 µm dan maksimumnya 56.40 µm. Sampel A2 memiliki
ketebalan rata-rata 43.90 µm dengan minimum ketebalan 16.80 µm dan maksimumnya 76.80
µm. Sedangkan sampel A4 memiliki ketebalan rata-rata 58.40 µm dengan ukuran minimum
40.80 µm dan maksimumnya adalah 73.60 µm. Jika dari rata-rata ketebalan masing-masing
sampel, dapat dilihat bahwa semakin banyak kadar Al2O3-CNT, semakin tinggi ketebalan
lapisan. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya CNT, semakin ringan lapisan tersebut
sehingga saat penyemprotan, lebih banyak serbuk yang keluar dari gun dan menempel pada
sampel.
5.4. Pengujian FTIR
Hasil dari pengujian FTIR menunjukkan bahwa efisiensi pelumas pasca dilakukannya
pengujian aus dapat dikatakan cukup baik. Spesimen pelumas memiliki puncak FTIR yang
identik dimana dapat dikatakan pelumas masih banyak terkandung baik pada lapisan luar,
maupun pada celah-celah antara CNT dengan matriks alumina. Hal ini dibuktikan dengan
seluruh puncak baik puncak pelumas spesimen kode A, menunjukkan daerah frekuensi yang
sama dan menunjukkan gugus C-H atau Alkana.
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
5.5. Kekerasan Mikro
Pada data kekerasan mikro Gambar 9 terlihat tren dimana terjadi peningkatan
kekerasan seiring dengan meningkatnya komposisi CNT dalam matriks alumina. Kekerasan
paling tinggi dicapai oleh spesimen dengan 4% CNT, disusul oleh 2 % CNT, dan paling lunak
adalah 0% CNT. Dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan yang signifikan bila dibandingkan
sampel 0% CNT dengan 2% CNT. Sedangkan dari 2% CNT ke 4% CNT mengalami kenaikan
yang tidak signifikan. Hal ini disebabkan oleh CNT yang lebih dari 2% akan menempel pada
nozzle cold sprayer. Sehingga kekerasan tidak akan terlalu berubah banyak.
5.6. Pengujian Aus
Dari Gambar 10 terlihat bahwa sampel memperlihatkan peningkatan ketahanan aus
dengan bertambahnya volume CNT dari 0% ke 2% dan selanjutnya mengalami penurunan
ketahanan aus pada CNT 4%. Dengan penambahan CNT lebih 2%, ikatan CNT dengan
lapisan Ni-Al sudah tidak efektif penempelannya. Hal ini disebabkan oleh jumlah CNT yang
lebih dari 2% akan menempel pada nozzle cold sprayer. Dan kondisi tanpa pelumasan juga
semakin memperburuk ketahanan lapisan nanokomposit terhadap beban aus, yang berimbas
kepada semakin mudahnya lapisan nanokomposit tergerus dan rontok. Jadi berdasarkan
Gambar 11, lapisan Al2O3-CNT hanya dapat bertahan diangka 2x10-6 mm2/kg dengan kondisi
tanpa pelumasan.
Sedangkan pada Gambar 11, terlihat peningkatan ketahanan ausnya dengan pemberian
CNT pada lapisan. Terjadi perbedaan yang signifikan dari spesimen yang tidak diberikan
CNT pada matriksnya dan spesimen yang diberikan CNT, walaupun sama seperti pada kasus
spesimen tanpa pelumasan dimana ada angka yang menjadi batasan untuk lapisan
nanokomposit dapat menahan beban aus, contohnya pada komposisi CNT 4% mengalami
sedikit penurunan nilai aus. Menurut Ahmad, et al[11], hal tersebut dikarenakan jika komposisi
CNT terlalu banyak akan menyebabkan CNT tersebut mengikat oksida lebih banyak sehingga
akan menyebabkan impurities[4]. Walau begitu, secara garis besar ketahanan aus dalam
kondisi pelumasan lebih baik dari kondisi tanpa pelumasan, dimana meningkatkan nilai
ketahanan ausnya dari 2x10-6 mm2/kg hingga 4x10-7 mm2/kg.
Hal ini disebabkan oleh pelumasan yang diberikan dapat menunda tergerusnya lapisan
Al2O3-CNT. Kemungkinan besar pelumas tersebut masuk ke dalam celah-celah antara CNT
dengan Al2O3 seperti yang terlihat pada hasil SEM di Gambar 3, sehingga pelumasan terpakai
secara efektif. Ditambah lagi CNT terhadap lapisan atau matriksnya mengalami penutupan
retak sehingga terjadi peningkatan nilai. Pada saat lapisan diberikan pembebanan, matriks
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
alumina tidak langsung mengalami kegagalan, melainkan terjadi penundaan kegagalan. Hal
ini sangat penting bila ingin mendapatkan komponen yang memiliki ketahanan yang baik.
Dan dengan parameter pengujian yang sama, penambahan pelumas akan dapat meningkatkan
ketahanan aus yang tadinya hanya sampai ~2x10-6 mm2/kg.
Jenis keausan yang terjadi pada penelitian ini merupakan jenis keausan abrasif dimana
prinsipnya adalah keausan yang terjadi apabila suatu partikel keras dari material tertentu
meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi berupa
penekanan atau pemotongan terhadap material yang lebih lunak tersebut[6,7]. Semakin kecil
lebar celah maka ketahanan aus yang dimiliki spesimen akan semakin baik (dari segi nominal,
makin bagus ketahanan aus nilainya semakin kecil). Hal ini berarti semakin baik ketahanan
aus berarti semakin kecil lapisan yang tergerus setelah dilakukan pengujian aus.
Sedangkan apabila ditinjau dari kekasaran permukaan, menurut Riyadh, et al[9]
dikatakan bahwa semakin kasar permukaan atau semakin besar nilai Ra-nya maka koefisien
friksi akan semakin besar pula, akan tetapi nilai Ra berbanding terbalik dengan beban yang
digunakan[9]. Pada penelitian ini kekasaran permukaan lapisan nanokomposit tidak
berpengaruh pada nilai ketahanan aus dikarenakan kekasaran tidak divariasikan dan hal ini
terbukti pada spesimen yang masing-masing nilai kekasarannya berbeda sekitar 0.3 µm nilai
ketahanan ausnya tidak signifkan perbedaannya.
6. Kesimpulan
1. Proses pelapisan Al2O3-CNT berhasil dibuat dengan menggunakan proses
penyemprotan dingin.
2. Kualitas lapisan nanokomposit ditentukan oleh terbentuknya persebaran yang baik
berupa penguat CNT di dalam matriks Al2O3. Dengan melakukan proses pra-
perlakuan berupa pendispersian dan planetary ball mill akan diperoleh campuran
serbuk Al2O3-CNT yang baik untuk pembuatan lapisan nanokomposit.
3. Semakin banyak kadar CNT maka semakin tinggi ketebalan lapisan.
4. Kekerasan lapisan nanokomposit meningkat seiring dengan meningkatnya %Volume
CNT dari 0% hingga 2%. Namun demikian nilai kekerasan tidak jauh berbeda antara
2%vol. CNT dan 4%vol.CNT.
5. Nilai keausan lapisan CNT memiliki nilai optimum pada penambahan 2%vol. CNT.
Penambahan diatas 2%vol. CNT akan menurunkan nilai keausan.
6. Nilai ketahanan lapisan nanokomposit Al2O3-CNT dengan penambahan pelumasan oli
menunjuk peningkatan dibandingkan lapisan nanokomposit Al2O3-CNT tanpa
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
pelumasan oli. Hal ini disebabkan oleh sifat MWCNT sebagai pelumas padatan dan
self-absorbed lubricant.
7. Sifat kekerasan dan keausan yang optimum diperoleh pada lapisan nanokomposit
dengan campuran 2%vol. CNT - Al2O3 (METACERAM 25010).
8. Terdapat perbedaan antara grafik XRD spesimen CNT murni dengan spesimen A2
(Al2O3+2%CNT)
7. Saran
1. Selama material substrat yang digunakan ialah Aluminum, maka temperatur proses
tidak akan melampaui 500ºC. Jadi mungkin dapat dilakukan pelapisan dengan
menggunakan lapisan Al atau Cu sebagai kandungan utama yang ditambahkan dengan
CNT dengan komposisi yang sama.
2. Apabila tetap ingin melakukan penelitian dengan lapisan Al2O3 + CNT maka substrat
harus diganti dengan menggunakan material ferrous yang tergolong ringan sehingga
temperatur penyemprotan bisa ditingkatkan hingga mencapai temperatur
penyemprotan plasma dimana masih merupakan proses yang menghasilkan lapisan
paling bagus.
3. Pengukuran tebal spesimen sebelum dan setelah dilakukan pengamplasan halus pasca
penyemprotan harus diamati agar apabila terjadi kehilangan konten serbuk pada
lapisan dapat terdeteksi.
4. Dilakukan XRD setelah dilakukan proses pencampuran dengan tujuan mengetahui
apakah serbuk matriks dan penguatnya sudah bercampur secara baik atau belum.
5. Kalau bisa menggunakan serbuk alumina dalam skala nano juga agar lebih baik lagi
pengikatan dengan CNT dan agar dapat tercampur dengan sempurna, yang nantinya
dilakukan perlakuan pengeringan semprot untuk membuat penguat dan matriksnya
menjadi satu badan.
6. Proses pendispersian CNT yang lain sangat dirokemendasikan untuk dicoba, seperti
dengan menggunakan UT-Sonicator.
7. Sebaiknya dilakukan uji SEM setelah uji kekerasan agar dapat mengetahui kekuatan
lapisan Alumina+CNT.
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016
8. Daftar Referensi
[1] Chen, M.Y., et al. 2002. “Friction and wear scar analysis of carbon nanofiber-
reinforced polymeric composite coatings on alumina/aluminum composite”. WEAR,
252 (7-8), pp. 624-634.
[2] M.D, Bermudez., et al. 2011. “Abrasive wear under multiscratching of Polystyrene +
SWCNT nanocomposites. Effect of sliding direction and modification by ionic
liquid”. Applied Surface Science, 257, pp. 9073-9081.
[3] Sofyan, T.Bondan, et al. 2006. “Modification of Microstructure of Low Pressure Die
Casting AC4B Alloy by Addition of 0.015wt.% Sr”. 9th International QIR Proceeding.
pp 1-5.
[4] Lubrications Engineers®,inc. Techni/Tips, Publication of the Lubrication Engineers
Technical Department: “Piston Ring and Cylinder Wear and Failures”. Leader In
Lubricants Magazine Vol.72 Rev.02-94 pp.1-8 : 300 Bailey Ave, Fort Worth, TX
76107.
[5] CHEN, Jinfeng., et al. 2014. “Investigation on Premature Failure of the Self-
Lubricated Piston Rings in Oil-free Compressor”. 22nd International Compressor
Engineering Conference at Purdue pp.1-11.
[6] Smallman, R.E. 1985. "Modern Physical Metallurgy 4th edition". Butterworth & Co
(Publishers) Ltd
[7] ASM Metal Handbook Volume 18 “Friction, Lubrication, and Wear Technology”
[8] H. Singh., et al, Frattura ed Integrità Strutturale, 22 (2012) 69-84; DOI: 10.3221/IGF-
ESIS.22.08.
[9] Al-Samarai, Riyadh A, et al. 2012. “Evaluate the Effects of Various Surface
Roughness on the Tribological Characteristics under Dry and Lubricated Conditions
for Al-Si Alloy”. Journal of Surface Engineered Materials and Advanced Technology,
Scientific Research, pp. 167-173.
[10] Muzakkir, S.M., et al. 2015. “Carbon Nanotubes as Solid Lubricant Additives for
Anti-wear Performance Enhancement under Mixed Lubrication Conditions”.
International Journal Of Modern Engineering Research (IJMER) Vol. 5, pp. 25-28.
[11] Ahmad, I., et al. 2010. “Wear resistant properties of multi-walled Carbon Nanotubes
reinforced Al2O3 nanocomposites”. WEAR, 269, pp. 71-78.
Karakterisasi penguat ..., Aulia Fitriani, FT UI, 2016