karakterisasi dan identifikasi simplisia daun … · asam urat dibentuk dari xantin dan hipoxantin...
TRANSCRIPT
KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI SIMPLISIA DAUN SIDAGURI
SERTA UJI PENGHAMBATAN ENZIM XANTIN OKSIDASE EKSTRAK
ETANOL DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Sheela Apriana Tampubolon
NIM : 148114136
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI SIMPLISIA DAUN SIDAGURI
SERTA UJI PENGHAMBATAN ENZIM XANTIN OKSIDASE EKSTRAK
ETANOL DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Sheela Apriana Tampubolon
NIM : 148114136
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KARAKTERISASI DAN
IDENTIFIKASI SIMPLISIA DAUN SIDAGURI SERTA UJI
PENGHAMBATAN ENZIM XANTIN OKSIDASE EKSTRAK ETANOL
DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.)” sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian payung dari Ibu Dr. Erna Tri
Wulandari, Apt. dengan nomor SK 025/LPPM USD/IV/2017 dengan Judul “Efek
Penghambatan Enzim Xantin Oksidase Ekstrak Daun Sidaguri (Sida
rhombifolia L.) dan Daun Salam (Eugenia polyantha Wight.)”
Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan kesempatan untuk menjadi anak bimbingan dengan selalu
memberikan bantuan dan bimbingan selama pembuatan proposal skripsi
hingga penulisan naskah skripsi dengan kesabaran.
3. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan bimbingan, kritik dan saran selama pembuatan skripsi
hingga dapat terselesaikan.
4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan bimbingan, kritik dan saran selama pembuatan skripsi hingga
dapat terselesaikan.
5. Ibu Phebe Hendra, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi, perhatian dan bimbingan selama perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
7. Bapak Yohanes Wagiran selaku Laboran Laboratorium Farmakognosi
Fitokimia yang telah membantu selama pengerjaan skripsi di laboratorium.
8. Papa, mama, kak siska, dan keluarga besar yang selalu mendukung melalui
doa.
9. Sahabat-sahabat selama perkuliahan (Agnes Puspitasari, Yovita Mella dan
Avila C.I. Ragha) atas dukungannya selama pengerjaan dan penyelesaian
skripsi.
10. Tim Skripsi (Dany, Wisnu, Chris, Kevin dan Martin) atas kerjasama,
dukungan dan semangatnya selama pengerjaan skripsi.
11. Teman-teman FSMD 2014 dan teman-teman Farmasi angkatan 2014 atas
semua dukungannya dalam pengerjaan dan penyelasaian skripsi.
12. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis merasa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya khususnya dalam
bidang farmasi dan kesehatan.
Yogyakarta, 13 Maret 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
I think, therefore I am - René Descartes
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Kedua Orangtua (Jusni Partohap Tampubolon dan Masayu Lulitawati)
Kakak (Rien Fransisca Tampubolon)
Sahabat-sahabat dan Almamater
Sumber semangatku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
ABSTRAK ............................................................................................................ xiv
ABSTRACT ............................................................................................................ xv
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 2
Alat dan bahan .......................................................................................... 2
Determinasi tanaman sidaguri ................................................................... 3
Pengumpulan bahan .................................................................................. 3
Karakterisasi simplisia daun sidaguri ....................................................... 3
Uji fitokimia simplisia daun sidaguri dengan uji tabung .......................... 5
Ekstraksi daun sidaguri ............................................................................. 6
Uji kandungan kimia secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ............... 6
Uji aktivitas inhibisi xantin oksidase ........................................................ 7
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 10
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 19
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
LAMPIRAN .......................................................................................................... 22
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil Karakterisasi Simplisia Daun Sidaguri ...................................... 11
Tabel II. Hasil Uji Fitokimia Simplisia Daun Sidaguri ..................................... 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil penotolan ekstrak etanol daun sidaguri (A) dan standar
kuersetin (B) dengan fase gerak n butanol: asam asetat: air
(4:1:5) v/v, fase diam silika gel GF254 dan detektor UV 365 nm .. 14
Gambar 2. Hubungan konsentrasi allopurinol dengan % inhibisi enzim xantin
oksidase dari replikasi 1 (A), replikasi 2 (B), dan replikasi 3 (C) .. 16
Gambar 3. Hubungan konsentrasi ekstrak etanol daun sidaguri dengan %
inhibisi enzim xantin oksidase dari replikasi 1 (A), replikasi 2
(B), dan replikasi 3 (C) ................................................................... 17
Gambar 4. Struktur senyawa kuersetin............................................................. 19
Gambar 5.1 Tanaman sidaguri .......................................................................... 27
Gambar 5.2 Serbuk simplisia daun sidaguri ...................................................... 27
Gambar 5.3 Ekstrak etanol daun sidaguri ......................................................... 27
Gambar 5.4 Sisa kadar abu daun sidaguri ......................................................... 27
Gambar 5.5 Kadar sari larut air sidaguri ........................................................... 27
Gambar 5.6 Kadar sari larut etanol sidaguri ....................................................... 27
Gambar 6. Hasil penotolan standar kuersetin (A) dan ekstrak etanol daun
sidaguri (B) dengan fase gerak n butanol: asam asetat: air
(4:1:5) v/v, fase diam silika gel GF254 dan detektor UV 365 nm .. 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan simplisia daun sidaguri ..................................... 21
Lampiran 2. Surat keterangan hasil determinasi tanaman ................................ 22
Lampiran 3. Certificate of Analysis enzim xantin oksidase .............................. 24
Lampiran 4. Gambar sampel penelitian ............................................................ 26
Lampiran 5. Hasil uji mikroskopik simplisia daun sidaguri .............................. 27
Lampiran 6. Penimbangan sampel simplisia daun sidaguri dan perhitungan %
rendemen ekstrak .......................................................................... 28
Lampiran 7. Perhitungan hasil karakterisasi simplisia daun sidaguri ............... 29
Lampiran 8. Hasil uji kualitatif kandungan fitokimia simplisia daun sidaguri . 31
Lampiran 9. Hasil scanning optimasi panjang gelombang maksimum asam
urat ............................................................................................... 33
Lampiran 10. Perhitungan Rf ............................................................................... 33
Lampiran 11. Pembuatan larutan xantin oksidase .............................................. 34
Lampiran 12. Pembuatan larutan seri standar allopurinol ................................... 35
Lampiran 13. Pengukuran serapan larutan seri standar allopurinol .................... 36
Lampiran 14. Pembuatan larutan seri ekstrak etanol daun sidaguri. ................... 38
Lampiran 15. Uji penghambatan aktivitas xantin oksidase oleh ekstrak etanol
daun sidaguri ................................................................................. 39
Lampiran 16. Data Uji Statistik ........................................................................... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRAK
Hiperurisemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar
asam urat darah di atas normal. Xantin oksidase mengkatalisis oksidasi hipoxantin
dan xantin menjadi asam urat. Salah satu tanaman obat yang memiliki aktivitas
antihiperurisemia adalah tanaman sidaguri (Sida rhombifolia L.). Berdasarkan
aktivitas antihiperurisemia dari tanaman sidaguri, maka dilakukan penelitian tentang
karakteristik dan identifikasi kandungan kimia simplisia daun sidaguri serta efek
penghambatan enzim xantin oksidase oleh ekstrak etanol 96% daun sidaguri dengan
menentukan nilai IC50. Uji karakteristik simplisia daun sidaguri telah memenuhi
standar yang ditetapkan oleh Materia Medika Indonesia jilid VI dan Farmakope
Herbal Indonesia. Uji fitokimia ekstrak etanol daun sidaguri menunjukkan adanya
senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Nilai IC50 rata-rata standar
allopurinol adalah 0,59 ± 0,45 μg/ml dan nilai IC50 rata-rata ekstrak etanol daun
sidaguri adalah 4,26 ± 2,32 μg/ml. Berdasarkan hasil statistika antara dua kelompok
didapatkan hasil yang berbeda signifikan (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efek antara daya hambat allopurinol dan daya
hambat ekstrak etanol daun sidaguri terhadap aktivitas xantin oksidase.
Kata Kunci: sidaguri, xantin oksidase, hiperurisemia, konsentrasi inhibisi (IC50)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRACT
Hyperuricemia is a condition in which the levels of uric acid is above normal.
Xanthine oxidase catalyses the oxidation of hypoxanthine and xanthine into uric acid.
One of the medicinal plants that have antihyperuricemia activity is sidaguri plant
(Sida rhombifolia L.). Based on the inhibition activity of sidaguri plant, therefore in
this research, simplicia of sidaguri leaf will do a characteristic test and phytochemical
test and inhibition assay of ethanol extract of sidaguri leaves with IC50. The
characteristic test of simplicia of sidaguri leaf has fulfilled the standard by Materia
Medika Indonesia volume VI and Indonesian Herbal Pharmacopoeia. Phytochemical
test of ethanol extract of sidaguri leaves showed the presence of alkaloid, flavonoid,
saponin and tannin compounds. The value of xanthine oxidase enzyme inhibition
activity was performed by spectrophotometric method with wavelength 291,5 nm.
Phytochemical test of ethanol extract of sidaguri leaf showed the presence of
alkaloid, flavonoid, saponin and tannin compounds. The mean IC50 value of
allopurinol standard was 0,59 ± 0,45 μg / ml and the mean IC50 value of sidaguri leaf
ethanol extract was 4,26 ± 2,32 μg / ml. Based on the statistical result between two
groups, there were significant different results (p > 0,05) so it can be concluded that
there is a difference between allopurinol’s inhibitory effect and ethanol extract of
sidaguri leaf’s inhibitory effect.
Keywords: sidaguri, xanthin oxidase, hyperuricemia, inhibition concentration (IC50)
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Hiperurisemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar
asam urat darah di atas normal. Batasan normal kadar asam urat pada laki-laki adalah
7 mg/dl dan pada wanita 6 mg/dl (Dipiro, 2008). Prevalensi kasus hiperurisemia pada
tahun 2013 di Indonesia pada penduduk berusia ≥15 tahun sebesar 24,7% (Kemenkes
RI, 2013).
Asam urat dibentuk dari xantin dan hipoxantin yang dikatalisis oleh xantin
oksidase (Murray et al., 2006). Produksi berlebih dan kurangnya ekskresi asam urat
dalam tubuh dapat menyebabkan hiperurisemia yang telah dianggap sebagai faktor
resiko utama untuk penyakit gout. Penghambatan xantin oksidase dapat menghalangi
biosintesis asam urat dalam tubuh yang menjadi salah satu pendekatan terapeutik
untuk pengobatan hiperurisemia (Wang et al., 2008).
Allopurinol merupakan senyawa penghambat xantin oksidase yang sering
digunakan. Dalam penggunaannya obat ini tidak lepas dari adanya efek samping
seperti hipersensitivitas, sindrom Steven Johnson, dan toksisitas ginjal. Oleh karena
itu ada kebutuhan untuk mengembangkan senyawa yang memiliki aktivitas
penghambatan xantin oksidase tanpa memberikan efek samping yang dapat diperoleh
dari tanaman obat (Umamaheswari et al., 2009).
Beberapa tanaman diketahui memiliki aktivitas antihiperurisemia. Salah satu
tanaman Indonesia yang memiliki aktivitas antihiperurisemia yang cukup potensial
dan aman yakni sidaguri (Sida rhombifolia L.) (Fadilah, 2017). Hal ini telah
dibuktikan dari beberapa penelitian mengenai potensi tanaman ini baik bagian akar,
daun ataupun herba. Pada penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa flavonoid dari
ekstrak metanol-air (9:1) herba sidaguri menunjukkan penghambatan aktivitas xantin
oksidase yang dilakukan secara in vitro, yaitu sampai 55% dan dapat menurunkan
kadar asam urat (Iswantini, Darusman, dan Hidayat, 2009). Ekstrak etanol 80% akar
sidaguri berpotensi menghambat aktivitas xantin oksidase dengan persentase
penghambatan 33,42% (Laurens, 2010), sedangkan penelitian terhadap ekstrak etanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
96% daun sidaguri menghasilkan penurunan asam urat 49,45%, 43,11% dan 47,9%
secara in vivo pada mencit jantan yang diinduksi kalium oksonat (Simarmata, 2012).
Salah satu cara untuk mengendalikan kualitas simplisia adalah dengan
melakukan uji karakterisasi. Uji karakterisasi atau standarisasi mempunya pengertian
bahwa simplisia yang digunakan sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan
yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan RI (Materia
Medika Indonesia/Farmakope Herbal Indonesia). Dalam penelitian ini akan dilakukan
uji karakterisasi untuk mengendalikan kualitas simplisia yang mengacu pada
parameter yang tercantum dalam Materia Medika Indonesia/Farmakope Herbal
Indonesia. Parameter mutu simplisia meliputi pemeriksaan secara mikroskopik,
penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar sari
larut air, penetapan kadar sari larut etanol dan identifikasi kandungan kimia simplisia
dan ekstrak untuk mengetahui senyawa aktif yang berperan dalam aktivitas
antihiperurisemia (Depkes RI, 2000). Selain itu dilakukan uji aktivitas penghambatan
enzim xantin oksidase menggunakan ekstrak etanol 96% daun sidaguri dengan
menetapkan nilai IC50, yaitu konsentrasi yang dapat menghambat 50% aktivitas
xantin oksidase dalam kondisi pengujian (Umamaheswari et al., 2007). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia daun sidaguri,
mengetahui kandungan senyawa dalam simplisia daun sidaguri dan menentukan
aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase oleh ekstrak etanol daun sidaguri yang
dinyatakan dengan IC50.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman sidaguri bagian
daunnya yang diperoleh dari CV Merapi Farma dalam bentuk serbuk simplisia.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Aquades bebas CO2,
K2HPO4 1 M, HCl 1 N, dapar fosfat 0,05 M, NaOH 1 M, n butanol, asam asetat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pereaksi Dragendorff, AlCl3, FeCl3, kuersetin (Sigma), substrat xantin (Sigma
Aldrich), allopurinol, enzim xantin oksidase (Sigma Aldrich).
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu), timbangan analitik (Mettler Toledo), shaker
(Optima), pH meter (Merck), cooler box (kotak es), vacuum rotary evaporator
(Butchi), oven (Memmert), pipet mikro (Socorex); mikrotube (eppendorf); alat-alat
gelas seperti tabung reaksi (Pyrex), beaker glass (Pyrex), labu ukur (Pyrex).
Determinasi tanaman sidaguri
Tanaman sidaguri yang diperoleh dari CV Merapi Farma dideterminasi di
Laboratorium Sistematika Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada.
Pengumpulan bahan
Tanaman sidaguri diperoleh dari CV Merapi Farma dalam bentuk serbuk.
Serbuk yang diperoleh ditimbang dan dihaluskan kembali menggunakan blender
kemudian diayak. Setelah diayak, serbuk dikeringkan di dalam oven.
Karakterisasi simplisia daun sidaguri
Karakterisasi simplisia sidaguri dilakukan sesuai dengan Farmakope Herbal
Indonesia (2013).
Kadar air
Simplisia ditimbang 3 g dan dimasukkan dalam labu kering. Toluen jenuh air
dimasukkan lebih kurang 200 ml ke dalam labu, kemdian rangkaian alat dipasang.
Toluen jenuh air dimasukkan ke dalam tabung penerima melalui pendingin sampai
leher alat penampung. Labu dipanaskan selama 15 menit. Setelah mendidih,
penyulingan diatur dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes per detik hingga sebagian
air tersuling. Setelah semua air tersuling tabung penerima didinginkan hingga suhu
ruang. Baca volume air setelah air dan toluen memisah sempurna. Kadar air dihitung
dalam % v/b.
Kadar abu total
Simplisia ditimbang sebanyak 3 g kemudian dimasukkan dalam krus silikat
yang telah dipijar dan ditara, lalu diratakan. Krus yang berisi ekstrak dipijar perlahan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
lahan hingga arang habis, dinginkan dan lakukan penimbangan. Jika arang tidak dapat
dihilangkan, maka air panas ditambahkan dan disaring dengan kertas saring bebas
abu. Kertas saring dan sisa penyaringan dipijarkan dalam krus yang sama. Kemudian
filtrat dimasukkan ke dalam krus lalu diuapkan dan dipijar hingga bobot tetap, lalu
ditimbang. Kadar abu total ditentukan dengan cara dihitung terhadap berat simplisia
yang diuji dan dinyatakan dalam % b/b.
Kadar abu tidak larut asam
Abu yang diperoleh pada Penetapan Kadar Abu Total didihkan selama 5
menit dengan 25 ml asam klorida encer P. Bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan dan disaring melalui kertas saring bebas abu. Kemudian dicuci dengan
air panas dan dipijarkan dalam kurs hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut
asam ditimbang dan dihitung terhadap bahan uji dinyatakan dalam % b/b.
Uji organoleptik
Panca indera digunakan untuk melakukan uji organoleptik dalam
mendeskripsikan bentuk, warna, dan bau dengan kriteria bentuk meliputi padat;
serbuk kering; cair atau kental, warna meliputi kuning; coklat; dan lain-lain, bau
meliputi bau aromatik; tidak berbau; dan lain-lain.
Uji mikroskopik simplisia
Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia dengan bantuan pereaksi air untuk
melihat fragmen pengenal pada tanaman. Serbuk simplisia diletakkan pada gelas
objek dan dilakukan pengamatan dengan perbesaran yang sesuai.
Uji kadar sari larut air
Serbuk simplisia ditimbang 5 g dan dimasukkan dalam erlenmeyer. Kemudian
100 ml air jenuh kloroform ditambahkan ke dalam erlenmeyer sambil diaduk berkali-
kali selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam. Lalu disaring dan 20 ml
filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan porselen yang telah dipanaskan pada suhu
105°C dan ditara. Residu dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap dan
dihitung kadar dalam % larut air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Uji kadar sari larut etanol
Serbuk simplisia ditimbang 5 g dan dimasukkan dalam erlenmeyer dan
ditambahkan 100 ml etanol P sambil diaduk berkali-kali selama 6 jam pertama.
Kemudian biarkan selama 18 jam. Penyaringan dilakukan dengan cepat agar
menghindari penguapan etanol, kemudian 20 ml diuapkan hingga kering dalam
cawan porselen yang telah dipanaskan 105°C dan ditara. Residu dipanaskan pada
suhu 105°C hingga bobot tetap dan dihitung kadar % larut etanol.
Uji fitokimia simplisia daun sidaguri dengan uji tabung
Uji alkaloid
Simplisia ditimbang sebanyak 200 mg dan dilarutkan dengan 1 ml HCl 1% di
atas waterbath. Larutan dipanaskan selama 5 menit dan disaring. Hasil saringan
ditambah dengan 5 tetes pereaksi Dragendorff. Hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah atau oranye (Harborne, 1996).
Uji flavonoid
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 200 mg dan dilarutkan dengan 1 ml
petroleum eter dan 20 ml etanol 96%. Filtrat diambil sebanyak 3 ml dan dilarutkan
dengan 4 ml AlCl3. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning
(Depkes, 1995).
Uji saponin
Uji saponin dilakukan dengan menimbang 200 mg simplisia dan dilarutkan
menggunakan aquades dengan volume 10 ml dalam tabung reaksi, lalu diaduk selama
15 menit. HCl 2 N ditambahkan sebanyak 3 tetes untuk membuat buih stabil. Hasil
positif ditunjukkan dengan adanya buih yang stabil selama 15 menit (Depkes, 1995).
Uji tanin
Simplisia ditimbang sebanyak 200 mg dan dilarutkan dengan 10 ml aquades.
Kemudian ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3. Hasil positif ditunjukkan oleh
terjadinya perubahan warna larutan menjadi biru kehitaman atau hijau kehitaman
(Depkes, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Uji minyak atsiri
Simplisia 200 mg dilarutkan dalam 10 ml aquades kemudian diuapkan di atas
cawan porselen hingga diperoleh residu. Hasil positif ditandai dengan bau khas
aromatik yang dihasilkan residu tersebut (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Ekstraksi daun sidaguri
Serbuk kering daun sidaguri ditimbang kurang lebih 10 g ditambah etanol
96% sebanyak 100 ml kemudian dimaserasi sambil sekali-kali diaduk selama 24 jam.
Hasil maserasi disaring dengan corong Buchner sampai diperoleh maserat. Maserasi
dilakukan berulang-ulang dengan pelarut yang sama sampai filtrat hasil maserasi
jernih. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan vacuum rotary
evaporator pada suhu lebih kurang 50°C hingga diperoleh ekstrak kering etanol.
Masing-masing ekstrak ditimbang dan dihitung rendemen ekstrak.
Uji flavonoid ekstrak etanol daun sidaguri secara Kromatografi Lapis Tipis
(KLT)
Fase gerak n butanol : asam asetat : air (4:1:5 v/v) dimasukkan ke dalam
bejana hingga tingginya 1 cm dari dasar bejana. Kertas saring ditempatkan ke dalam
bejana kromatografi yang memiliki tinggi 18 cm dan lebar yang sama dengan lebar
bejana. Tutup kedap dan biarkan hingga kertas saring basah seluruhnya.
Ekstrak etanol daun sidaguri ditimbang 10 mg dan dilarutkan dengan 1 ml
etanol 96% sambil diaduk di atas penangas air selama 5 menit. Masukkan filtrat ke
dalam microtube.
Larutan uji dan larutan pembanding kuersetin ditotolkan dengan volum 2 μl
dengan jarak 1,5 cm dari tepi bawah lempeng, dan biarkan mengering. Beri tanda
pada jarak rambat untuk menentukan tempat penotolan dan jarak rambat. Lempeng
dimasukkan ke dalam bejana. Bejana ditutup dan fase gerak dibiarkan merambat
hingga batas jarak rambat. Lempeng dikeluarkan dan keringkan. Bercak diamati
dengan sinar tampak, UV gelombang pendek (254 nm) kemudian dengan ultraviolet
gelombang panjang (365 nm). Jarak tiap bercak dari titik penotolan diukur dan dicatat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
serta catat panjang gelombang untuk tiap bercak yang diamati (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
Uji aktivitas inhibisi xantin oksidase
Pembuatan dapar fosfat pH 7,5 0,05 M
Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) sebanyak 680,5 mg dilarutkan dalam 60
ml aquades bebas CO2. Larutan NaOH 2 N ditambahkan ke dalam campuran KH2PO4
dan aquades sebanyak 1,8 ml kemudian diencerkan dengan aquades bebas CO2
hingga 100 ml. Atur pH hingga mencapai 7,5 dengan NaOH 0,2 N atau HCl 0,2 N.
Pembuatan larutan substrat xantin
Substrat xantin sebanyak 1,521 mg ditimbang dan dilarutkan dengan beberapa
tetes NaOH 0,2 N hingga larut kemudian diencerkan dengan dengan aquades bebas
CO2 hingga 10 ml. Larutan induk dipipet 1,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur
10 ml dan ditambahkan aquades bebas CO2 hingga batas.
Pembuatan larutan enzim xantin oksidase 0,1 unit/ml
Enzim xantin oksidase sebanyak 9,0875 mg ditimbang dan dilarutkan dalam
dapar fosfat pH 7,8 hingga volume 10 ml.
Pembuatan larutan asam klorida 0,1 N
Asam klorida pekat 10 ml diencerkan dengan aquades bebas CO2 hingga 100
ml.
Penentuan panjang gelombang maksimum
Larutan dapar fosfat 0,05 M pH 7,5 sebanyak 3,9 ml dan 2 ml substrat xantin
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diinkubasi selama 30 menit. Kemudian
ditambahkan 0,1 dapar fosfat 0,05 M pH 7,5 dan diinkubasi selama 15 menit. Setelah
inkubasi, larutan ditambahkan 1 ml HCl 1 N dan diukur serapannya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 260-300 nm.
Pembuatan larutan standar allopurinol 1000 μg/ml
Allopurinol ditimbang sebanyak 10 mg dan dilarutkan dengan aquades bebas
CO2 10 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Pengujian efek inhibisi larutan kontrol standar allopurinol
Larutan standar allopurinol 1000 μg/ml dipipet masing-masing 5; 10; 25; 50;
100 μl dan dilarutkan dengan aquades bebas CO2 hingga 10 ml. Larutan uji dengan
konsentrasi 0,5; 1; 2,5; 5; 10 μg/ml dipipet 1 ml dan ditambahkan 3 ml dapar fosfat
0,05 M pH 7,5 dan 2 ml substrat xantin. Larutan diinkubasi selama 15 menit,
kemudian ditambahkan 0,1 ml dapar fosfat 0,05 M pH 7,5. Setelah itu, larutan
diinkubasi 30 menit. Larutan ditambahkan 1 ml HCl 1 N untuk menghentikan reaksi
dan diukur serapannya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum.
Pengujian efek inhibisi larutan standar allopurinol
Larutan induk dipipet masing-masing 5; 10; 25; 50; 100 μl dan dilarutkan
dengan aquades bebas CO2 hingga 10 ml. Larutan uji dengan konsentrasi 0,5; 1; 2,5;
5; 10 μg/ml dipipet 1 ml dan ditambahkan dapar fosfat 0,05 M pH 7,5 sebanyak 2,9
mL dan larutan substrat xantin sebanyak 2 ml. Setelah selama 15 menit melalui
inkubasi I pada suhu 30°C, reaksi dimulai dengan penambahan larutan enzim 0,1
U/ml sebanyak 0,1 ml dalam dapar fosfat pH 7,5 kemudian diinkubasikan selama 30
menit pada suhu 30°C. Penambahan 1 ml HCl 1 N untuk menghentikan reaksi.
Serapannya diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum dan pengujian dilakukan 3 kali.
Pengujian efek inhibisi larutan blanko
Dapar fosfat 0,05 M pH 7,5 sebanyak 3,9 ml dan 2 ml substrat xantin
dilakukan inkubasi I pada suhu 30°C selama 15 menit. Setelah inkubasi I selesai 0,1
ml larutan xantin oksidase ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan dihomogenkan.
Larutan diinkubasi pada suhu 30°C selama 30 menit. Reaksi dihentikan dengan
penambahan HCl 1 N sebanyak 1 ml, kemudian diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimum.
Pengujian efek inhibisi larutan kontrol blanko
Dapar fosfat 0,05 M pH 7,5 sebanyak 3,9 ml dan 2 ml larutan substrat xantin
diinkubasi selama 15 menit, kemudian ditambahkan 0,1 ml dapar fosfat 0,05 M pH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
7,5 dan larutan diinkubasi pada suhu 30°C selama 30 menit. Setelah inkubasi, reaksi
larutan dihentikan dengan penambahan larutan HCl 1 N sebanyak 1 ml dan diukur
serapannya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum.
Pengujian efek inhibisi larutan kontrol sampel
Larutan uji sebanyak 1 ml ditambahkan 2,9 ml dapar fosfat 0,05 M pH 7,5
dan 2 ml substrat xantin. Larutan dilakukan inkubasi I selama 15 menit, kemudian
ditambahkan 0,1 ml dapar fosfat 0,05 M pH 7,5 dan larutan diinkubasikan pada suhu
30°C selama 30 menit. Setelah inkubasi selesai reaksi larutan dihentikan dengan
penambahan 1 ml larutan HCl 1 N dan diukur serapannya menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum.
Pengujian efek inhibisi larutan sampel
Ekstrak etanol daun sidaguri 10 mg dilarutkan dengan aquades bebas CO2 10
ml. Larutan induk dipipet masing-masing 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 ml dan dilarutkan
dengan aquades bebas CO2 hingga 10 ml. Larutan uji dengan konsentrasi 10; 20; 30;
40; 50 μg/ml dipipet 1 ml dan ditambahkan dapar fosfat 0,05 M pH 7,5 sebanyak 2,9
ml dan larutan substrat xantin sebanyak 2 ml. Setelah selama 15 menit melalui
inkubasi I pada suhu 30°C, reaksi dimulai dengan penambahan larutan enzim 0,1
U/ml sebanyak 0,1 ml dalam dapar fosfat pH 7,5 kemudian diinkubasikan selama 30
menit pada suhu optimum. Penambahan 1 ml HCl 1 N untuk menghentikan reaksi.
Serapannya diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum dan pengujian dilakukan 3 kali.
Perhitungan Nilai IC50
Perhitungan aktivitas inhibitor xantin oksidase dapat dihitung dengan rumus:
% inhibisi = (1 − B
A) x 100 % (Lestari, 2012)
keterangan :
A : perubahan absorbansi larutan uji tanpa ekstrak daun sidaguri
Blanko (abs dengan enzim) – Kontrol blanko (abs tanpa enzim)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B : perubahan absorbansi larutan uji dengan ekstrak daun sidaguri
Sampel (abs dengan enzim) – Kontrol sampel (abs tanpa enzim)
Nilai IC50 dihitung menggunakan rumus persamaan regresi untuk menentukan y
= a + bx. Aktivitas inhibisi dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50% (IC50)
yaitu konsentrasi sampel yang dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase
sebanyak 50%. Variabel x adalah konsentrasi sampel dan variabel y adalah %
inhibisi. Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah mengganti y = 50.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi dilakukan sebagai tahap awal penelitian dengan menggunakan
sampel berupa tanaman. Tujuan determinasi adalah untuk memastikan identitas dari
suatu tanaman sehingga menghindari kesalahan dalam pemilihan sampel. Hasil
determinasi diperoleh dari Laboratorium Sistematika Tumbuhan, Fakultas Biologi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan menyatakan bahwa sampel yang
digunakan adalah Sida rhombifolia L. (sidaguri).
Tanaman sidaguri diperoleh dari CV Merapi Farma Yogyakarta dalam bentuk
serbuk simplisia. Serbuk simplisia dihaluskan dengan blender dan diayak untuk
memperkecil ukuran partikel sehingga luas permukaan menjadi lebih besar yang
dapat membuat proses ekstraksi menjadi maksimal karena luas area kontak antara
simplisia dan larutan penyari menjadi lebih besar. Setelah diayak, serbuk simplisia
dikeringkan di dalam oven. Tujuan dari pengeringan adalah untuk meminimalkan
kandungan air di dalam simplisia sehingga tidak ditumbuhi bakteri atau jamur.
Uji karakterisasi simplisia bertujuan untuk untuk memastikan bahwa simplisia
dan ekstrak yang digunakan telah memenuhi standar mutu dan kualitas yang telah
ditentukan. Pengujian terhadap simplisia sidaguri sebagai tahap standardisasi
dilakukan dengan beberapa parameter simplisia sesuai dengan Farmakope Herbal
Indonesia, sedangkan pengujian terhadap ekstrak sidaguri dilakukan dengan uji
kandungan kimia secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel I. Hasil Karakterisasi Simplisia Daun Sidaguri
Karakteristik Hasil Analisis (%) Nilai Standar (%)
Kadar Air 7,80 < 10
Kadar Abu 7,38 < 8
Kadar Abu Tidak Larut Asam 0,47 < 1
Kadar Sari Larut Air 8,92 > 7
Kadar Sari Larut Etanol 4,18 > 3,5
Penetapan kadar air adalah pengukuran kandungan air pada simplisia yang
telah dikeringkan dan diserbukkan. Tujuannya adalah untuk memberikan batasan
minimal kandungan air dalam serbuk simplisia tersebut. Persentase kadar air
simplisia daun sidaguri adalah 7,80%. Persentase kadar air simplisia daun sidaguri
telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Farmakope Herbal Indonesia tahun 2013
bahwa kadar air tidak boleh lebih dari 10%.
Uji kadar abu total bertujuan untuk melihat gambaran kandungan mineral
internal dan eksternal berupa senyawa organik dan anorganik yang berasal dari proses
awal sampai terbentuknya serbuk simplisia (Depkes RI, 2000). Persentase kadar abu
simplisia daun sidaguri adalah 7,38%. Kadar abu total simplisia menurut Materia
Medika Indonesia jilid VI tidak boleh lebih dari 8%, jika dilihat dari hasil yang
diperoleh maka dapat dikatakan bahwa simplisia yang dibuat telah memenuhi standar
yang telah ditentukan oleh Materia Medika Indonesia jilid VI.
Uji penetapan kadar abu tidak larut asam dilakukan untuk mengetahui jumlah
abu yang diperoleh dari faktor eksternal, berasal dari pengotor yang berasal dari pasir
atau tanah silikat (Depkes RI, 2000). Persentase kadar abu tidak larut asam simplisia
daun sidaguri adalah 0,47%. Kadar abu tidak larut asam yang ditetapkan oleh Materia
Medika Indonesia jilid VI yaitu tidak lebih dari 1%, dapat dikatakan bahwa simplisia
telah memenuhi standar yang ditetapkan.
Uji kadar sari larut air bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah
senyawa yang dapat tersari dengan pelarut air dari suatu simplisia dan ekstrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
(Depkes RI, 2000). Persentase kadar sari larut air simplisia daun sidaguri adalah
8,92%. Menurut Materia Medika Indonesia jilid VI, kadar sari larut air pada simplisia
yang memenuhi syarat adalah tidak kurang dari 7%. Data yang diperoleh telah
memenuhi syarat yang ditentukan oleh Materia Medika Indonesia Jilid VI.
Uji kadar sari larut etanol dilakukan untuk memberikan gambaran awal
jumlah senyawa yang dapat tersari dengan pelarut etanol dari suatu simplisia (Depkes
RI, 2000). Persentase kadar sari larut etanol simplisia daun sidaguri adalah 4,18%.
Kadar sari larut etanol yang ditentukan oleh Materia Medika Indonesia jilid VI adalah
tidak boleh kurang dari 3,5%. Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh maka
dapat dikatakan bahwa simplisia telah memenuhi kriteria yang ditentukan.
Uji mikroskopik merupakan salah satu uji untuk memastikan bahwa tanaman
yang diambil dan digunakan tepat sesuai dengan tanaman yang diharapkan, dalam hal
ini daun sidaguri. Uji mikroskopik digunakan untuk uji identifikasi kebenaran dalam
pengambilan sampel dengan menggunakan unsur-unsur anatomi yang khas.
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan pada serbuk simplisia. Menurut Materia Medika
Indonesia Jilid VI, pengamatan mikroskopik pada serbuk simplisia daun sidaguri
akan tampak parenkim dengan kristal oksalat bentuk roset, rambut penutup bentuk
bintang, epidermis dengan stomata, mesofil dengan kristal kalsium oksalat, berkas
pembuluh dan kristal kalsium oksalat, dan serabut sklerenkim. Hasil pemeriksaan
mikroskopik daun sidaguri didapatkan unsur-unsur yang sesuai dengan Materia
Medika Indonesia jilid VI sehingga dapat dikatakan daun sidaguri sudah tepat sesuai
dengan tanaman yang diharapkan (Lampiran 5). Sedangkan uji organoleptik serbuk
simplisia menunjukkan bahwa serbuk simplisia daun sidaguri berbentuk serbuk
kering halus, berwarna hijau tua dan berbau khas.
Uji fitokimia merupakan uji kualitatif untuk mengetahui senyawa yang
terkandung dalam tanaman. Prinsip dasarnya adalah dengan melihat perubahan reaksi
yang terbentuk dengan penambahan suatu reagen yang spesifik untuk kandungan
tertentu. Berikut ini hasil pengujian fitokimia reagen pada tabel II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tabel II. Hasil Uji Fitokimia Simplisia Daun Sidaguri (Oktari, 2014)
Golongan senyawa
aktif
Pereaksi Hasil Keterangan Hasil Positif
Flavonoid AlCl3 + Berwarna kuning
Alkaloid Dragendorff + Berwarna merah
Tanin FeCl3 + Berwarna biru-kehitaman
Saponin HCl + Terbentuk buih atau busa
Minyak atsiri - + Tercium bau aromatik
Keterangan - = tidak mengandung senyawa
+ = positif mengandung senyawa
Ekstraksi serbuk simplisia daun sidaguri dilakukan dengan metode ekstraksi
cara dingin, yaitu maserasi. Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada suhu ruangan.
Kemudian dilakukan remaserasi dengan cara pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan maserat pertama. Pada proses ekstraksi, digunakan
serbuk simplisia daun sidaguri sebanyak 10 g dan pelarut berupa etanol 96%
sebanyak 100 ml. Proses ekstraksi dilakukan selama 24 jam dan kemudian dilakukan
remaserasi dengan penambahan 100 ml etanol 96%. Remaserasi dilakukan hingga
diperoleh filtrat jernih. Ekstrak dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator
hingga ekstrak menjadi lebih pekat lalu dilanjutkan di atas waterbath hingga
didapatkan ekstrak kental. Ekstrak dimasukkan ke dalam oven hingga diperoleh bobot
tetap. Persen rendemen yang didapat untuk 3 kali replikasi berturut-turut adalah
14,86%; 14,38%; dan 15,38%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Gambar 1. Hasil penotolan ekstrak etanol daun sidaguri (A) dan
standar kuersetin (B) dengan fase gerak n butanol: asam asetat: air
(4:1:5) v/v, fase diam silika gel GF254 dan detektor UV 365 nm
Gambar 1.A merupakan hasil elusi dari ekstrak etanol daun sidaguri yang
diamati di bawah sinar UV 365 nm. Senyawa kuersetin dijadikan standar pada
pengujian kromatogram untuk membandingkan bercak yang didapat oleh sampel
dengan standar setelah keduanya dielusikan menggunakan eluen n butanol: asam
asetat: air (4:1:5). Selain itu juga dilakukan penyemprotan dengan reaksi semprot
sitroborat yang menghasilkan bercak berwarna kuning. Berdasarkan hasil yang
didapat, nilai Rf standar kuersetin adalah 0,91 sedangkan nilai Rf ekstrak etanol daun
sidaguri adalah 0,89. Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasi senyawa.
Jika nilai Rf mirip maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik
yang mirip karena memiliki kepolaritasan yang hampir serupa (Chem, 2016). Dalam
penelitian ini nilai Rf sampel melebar diperkirakan karena beberapa kemungkinan,
yaitu kadar sampel terlalu besar atau sampel belum murni sehingga terdapat banyak
senyawa dalam sampel (Chem, 2016). Uji KLT ini sudah cukup membuktikan bahwa
7,5 cm
6,8 cm 6,4 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
terdapat senyawa flavonoid di dalam sampel tetapi belum dapat menjelaskan
keberadaan flavonoid golongan kuersetin.
Kandungan kimia seperti flavonoid dapat berperan sebagai penghambat enzim
xantin oksidase. Golongan flavonoid seperti apigenin, kuersetin, myrecitin dan
genistein menghambat melalui penghambatan kompetitif. Dari beberapa golongan
flavonoid yang menunjukkan aktivitas penghambatan, apigenin merupakan golongan
flavonoid yang memiliki nilai penghambatan paling besar (Lin, 2002). Tetapi dalam
penelitian ini digunakan standar kuersetin karena flavonoid yang terdapat dalam daun
sidaguri adalah flavonoid golongan kuersetin (Ghosh, 2015).
Ekstrak daun sidaguri di uji secara in vitro. Prinsip dasar pengujian ini adalah
mengukur serapan dari asam urat yang merupakan produk dari reaksi katalisis xantin
oksidase terhadap substratnya yaitu xantin (Umamaheswari et al., 2009). Pengukuran
serapan dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu)
pada panjang gelombang 291,5 nm, pada suhu 30°C, menggunakan dapar fosfat pH
7,5 dan waktu inkubasi I selama 15 menit dan waktu inkubasi II 30 menit (Iswantini,
2009). Panjang gelombang diperoleh dari penentuan panjang gelombang maksimum
larutan enzim xantin oksidase dengan tujuan untuk menentukan panjang gelombang
yang menghasilkan serapan maksimum. Pengujian efek inhibisi dilakukan pada
larutan blanko, kontrol blanko, sampel, kontrol sampel, kontrol standar allopurinol
dan standar allopurinol.
Pengujian larutan blanko dan kontrol blanko dilakukan untuk mengetahui
aktivitas enzim tanpa penambahan ekstrak, sedangkan pengujian larutan sampel dan
standar untuk mengetahui kemampuan penghambatan aktivitas enzim yang diberikan
oleh ekstrak dan standar, sedangkan kontrol sampel dan kontrol standar dilakukan
sebagai faktor koreksi terhadap larutan sampel dan larutan standar.
Parameter aktivitas penghambatan pada suatu senyawa atau ekstrak
dinyatakan dalam IC50. IC50 merupakan konsentrasi dari senyawa atau ekstrak yang
mempunyai aktivitas penghambatan kerja enzim xantin oksidase sebesar 50% yang
diperoleh dari suatu persamaan regresi linear yang menyatakan hubungan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
konsentrasi senyawa atau ekstrak dengan % IC. Semakin kecil konsentrasi yang dapat
menimbulkan IC50 maka aktivitas inhibisi dari senyawa atau ekstrak tersebut semakin
baik.
Allopurinol digunakan sebagai kontrol positif. Pengujian dilakukan dengan
konsentrasi yang berbeda pada kondisi pengujian yang sama. Persamaan linier dari
kurva standar allopurinol pada 3 replikasi berturut-turut adalah y = 2,0809x+49,582;
y = 2,0493x+49,742; y = 2,0877x +49,640. Nilai r berturut-turut adalah 0,992; 0,995;
0,993. Hasil pengujian menunjukkan bahwa standar allopurinol memiliki efek
penghambatan aktivitas xantin oksidase dengan nilai IC50 0,20; 0,13; dan 0,17 μg/ml.
Gambar 2. Hubungan konsentrasi allopurinol dengan % inhibisi enzim xantin
oksidase dari replikasi 1 (A), replikasi 2 (B), dan replikasi 3 (C)
Larutan uji dibuat dari ekstrak daun sidaguri sebanyak 10 mg yang dilarutkan
dengan 10 ml aquades bebas CO2. Konsentrasi ekstrak yang dibuat adalah 10; 20; 30;
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
0 5 10 15
% In
hib
isi
Konsentrasi (μg/ml)
A
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
0 5 10 15
% in
hib
isi
Konsentrasi (μg/ml)
B
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
0 5 10 15
% In
hib
isi
konsentrasi (μg/ml)
C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
40; 50 μg/ml. Pengujian dilakukan pada konsentrasi yang berbeda dimaksudkan
untuk melihat pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak pada peningkatan daya
inhibisi. Dari hasil uji penghambatan xantin oksidase oleh ekstrak daun sidaguri,
diperoleh bahwa semua ekstrak sampel yang diuji memiliki nilai serapan yang lebih
rendah dibandingkan dengan blanko. Hal ini menunjukkan bahwa semua ekstrak
memiliki potensi untuk menghambat aktivitas xantin oksidase.
Hasil pengujian terhadap sampel ekstrak etanol daun sidaguri menunjukkan
bahwa konsentrasi ekstrak terendah (10 μg/ml) dapat menghasilkan persen inhibisi
lebih dari 50%. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun sidaguri, maka persen
inhibisi akan meningkat.
Gambar 3. Hubungan konsentrasi ekstrak etanol daun sidaguri dengan % inhibisi
enzim xantin oksidase dari replikasi 1 (A), replikasi 2 (B), dan replikasi 3 (C)
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
0 10 20 30 40 50
% In
hib
isi
Konsentrasi (μg/ml)
A
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
0 10 20 30 40 50
% In
hib
isi
Konsentrasi (μg/ml)
B
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
0 10 20 30 40 50
% In
hib
isi
Konsentrasi (μg/ml)
C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Pada uji penghambatan diperoleh IC50 ekstrak etanol daun sidaguri 3 replikasi
berturut-turut adalah 2,88; 2,95; dan 6,95 μg/ml. Nilai IC50 yang besar disebabkan
oleh persen hambatan yang kecil dari variasi konsentrasi ekstrak, sedangkan kecilnya
nilai IC50 disebabkan oleh kandungan kimia yang menghambat aktivitas xantin
oksidase memiliki efek yang lebih besar dalam menghambat aktivitas xantin
oksidase.
Nilai IC50 rata-rata standar allopurinol adalah 0,59 ± 0,45 μg/ml dan nilai IC50
rata-rata ekstrak etanol daun sidaguri adalah 4,26 ± 2,32 μg/ml. Hasil IC50 rata-rata
standar dan sampel menunjukkan bahwa standar memiliki nilai IC50 yang lebih besar
dibandingkan sampel. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa daya hambat
aktivitas xantin oksidase oleh ekstrak etanol daun sidaguri lebih rendah dibandingkan
dengan allopurinol.
Data IC50 ekstrak etanol daun sidaguri dan allopurinol dibandingkan dengan
uji statistik menggunakan uji t melalui program IBM SPSS Statistics 22 (lampiran 16)
dengan tujuan untuk mengetahui adanya perbandingan antara kedua kelompok
tersebut. Berdasarkan hasil statistika antara dua kelompok didapatkan hasil yang
berbeda signifikan (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
efek antara daya hambat allopurinol dan daya hambat ekstrak etanol daun sidaguri
terhadap aktivitas xantin oksidase.
Aktivitas penghambatan xantin oksidase oleh beberap macam golongan
flavonoid telah diuji. Kemampuan flavonoid dalam menghambat aktivitas xantin
oksidase berlangsung melalui mekanisme inhibisi kompetitif. Aktivitas
penghambatan berlangsung dengan berikatan dengan sisi aktif xantin oksidase, yaitu
molybdoprotein Model molekular dari flavonoid jenis kuersetin merupakan flavonoid
planar yang memiliki gugus hidroksil pada C7 dan C5 yang dapat berinteraksi dengan
gugus aktif enzim xantin melalui ikatan hidrogen serta gugus karbonil pada C4 yang
dapat berinteraksi melalui interaksi elektrostatik (Lin, 2002). Aktivitas struktur
flavonoid mempengaruhi penghambatan xantin oksidase melalui interaksi dengan
target molekul flavonoid. Flavonoid sebagai penghambat xantin oksidase harus terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dari gugus hidroksil C5 dan C7, ikatan rangkap antara struktur C2 dan C3 atau planar
(Gambar 4). Aktivitas penghambatan yang lebih rendah disebabkan oleh penggantian
gugus hidroksil pada C3 dan C7 sehinga terbentuk senyawa glikosida (Wong et al.,
2014).
(Harizon, 2015)
Gambar 4. Struktur Senyawa Kuersetin
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari uji karakteristik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa simplisia
daun sidaguri telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Materia Medika
Indonesia jilid VI dan Farmakope Herbal Indonesia (2013). Nilai IC50 rata-rata
standar allopurinol adalah 0,59 ± 0,45 μg/ml dan nilai IC50 rata-rata ekstrak etanol
daun sidaguri adalah 4,26 ± 2,32 μg/ml. Berdasarkan hasil statistika antara dua
kelompok didapatkan hasil yang berbeda signifikan (p > 0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efek antara daya hambat allopurinol dan daya
hambat ekstrak etanol daun sidaguri terhadap aktivitas xantin oksidase.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan isolasi struktur senyawa
dari ekstrak etanol daun sidaguri untuk mengetahui senyawa aktif spesifik yang
berperan sebagai penghambat aktivitas xantin oksidase dalam ekstrak tersebut.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini dilaksanakan dengan pembiayaan dari Lembaga Penelitian
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sanata Dharma dengan nomor kontak
070/Penel/LPPM-USD/IV/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
DAFTAR PUSTAKA
Chem 333 L., 2016. Thin Layer Chromatography Analyses. [online]. Available from
http://infohost.nmt.edu/~jaltig/TLC.pdf [17 Mei 2018]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik
Obat Tradisional. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat, Jakarta, hal. 17.
Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 2000. Parameter Standard Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. 13-
36.
Dipiro, J., Talbert, R., Yee, G., Matzke, G., Wells, B., Posey, L. 2008.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th Ed. The Mc Graw-Hill
Comapanies Inc., New York.
Fadilah, N. N., 2017. Aktivitas, Mekanisme, Aksi Dan Toksisitas Sidaguri (Sida
rhombifolia L.) Sebagai Antihiperurisemia, Farmaka, 15 (2), 24.
Ghosh, G., Debajyoti, D., 2015. An Overview on Therapeutic Potential and
Phytochemistry of Sida rhombifolia Linn, Int. J. Pharm. Sci, 32(1), 209-216.
Gunawan, D., dan Mulyani, S., 2014. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB, Bandung.
Harizon, Betry, P., Dikdik, K., Dadan S., Unang S., Yoshihito, S., 2015. Kuersetin
dan Kuersetin 3-O-Glukosida dari Kulit Batang Sonneratia alba (Lythraceae).
Jurnal Kimia VALENSI, 1(1), 35.
Iswantini, D., Darusman, L.K., dan Hidayat, R. 2009. Indonesia Sidaguri (Sida
rhombifolia L.) as Antigout and Inhibition Kinetics of Crude Extract on the
Activity of Xanthine Oxidase. Journal of Biological Sciences, 9, 5.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Farmakope Herbal Indonesia
(Acuan dan standar bagi Industri Obat Tradisional) Edisi Pertama, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lestari, S. M., 2012. Uji Penghambatan Ekstrak Daun Sidaguri (Sida rhombifolia L.)
Terhadap Aktivitas Xantin Oksidase Dan Identifikasi Golongan Senyawa Pada
Fraksi Yang Aktif. Universitas Indonesia. 27.
Lin, C., Chien-shu, C., Chien-Tsu, C., Yu-Chih, L., Jen-Kun, L., 2002. Molecular
modeling of flavonoids that inhibits xanthine oxidase, Biochemical and
Biophysical Research Communication, 294, 167-172.
Markham, J., Sweeney, S., Shalliker, R., 2001. Xanthine Oxidase Inhibitory Activity
of Selected Australian Native Plants, Journal of Ethnopharmacology, 75, 273-277.
Murray, R., 2006. Biokimia Harper edisi 27. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Oktari, T., Fitmawati, Nery, S., 2014. Identifikasi dan Uji Fitokimia Ekstrak Alami
Tanaman Antiurolithiasis, JOM FMIPA, 1(2), 6-7.
Simarmata, Y.B., Saragih, A., Bahri, S. 2012. Efek Hipourikemia Ekstrak Daun
Sidaguri (Sida rhombifolia L.) pada Mencit Jantan. Journal of Pharmaceutics
and Pharmacology, 1(1), 21-28.
Umamaheswari, M., Asokkumar K, Subhadradevi, V. Sivashanmugam A.T. 2009. In
Vitro Xantin Oxidase Inhibitory Activity of The Fractions Erythrina stricta
Roxb. Journal of Ethnopharmacology, 124, 646-648.
Umamaheswari, M., Asokkumar K, Subhadradevi, V. Sivashanmugam A.T. 2007.
Xantin Oxidase Inhibitory Activity of Some Indian Medical Plants. Journal of
Ethnopharmacology, 109, 547-551.
Wang, S.Y., Yanga, C.W., Liaob, J.W., Zhena, W.W., Chuc, F.H., & Chang S.T.
2008. Essential Oil From Leaves of Cinnamomun Osmophloeum Acts as a
Xanthine Oxidase Inhibitor and Reduces the Serum Uric Acid Levels in
Oxonate-Induced Mice. Phytomedicine, 15, 940-945.
Wong, Y. P., Ruey, C. N., Shu, P. C., Rhun, Y. K., Anna P. K. L., 2014. Antioxidant
and Xanthine Oxidase Inhibitory Activities of Swietenia Macrophylla and
Punica Granatum, International Conference on Biological, Environment and
Food Engineering, 53-57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Simplisia Daun Sidaguri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 2. Surat Keterangan Hasil Determinasi Tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 3. Certificate of Analysis Enzim Xantin Oksidase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 4. Gambar Sampel Penelitian
Gambar 5.1 Tanaman Sidaguri Gambar 5.2 Serbuk simplisia daun
sidaguri
Gambar 5.3 Ekstrak etanol daun
sidaguri
Gambar 5.4 Sisa kadar abu daun
sidaguri
Gambar 5.5 Kadar sari larut air
sidaguri
Gambar 5.6 Kadar sari larut etanol
sidaguri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 5. Hasil Uji Mikroskopik Simplisia Daun Sidaguri
N
o
Nama
Bagian
Gambar Mikroskopik Materia Medika Indonesia Jilid
VI
1 Berkas
pembuluh
dan kristal
kalsium
oksalat
2 Epidermis
dengan
stomata
3 Mesofil
dengan
kalsium
kristal
oksalat
4 Parenkim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
5 Rambut
penutup
bentuk
bintang
6 Serabut
sklerenkim
Lampiran 6. Penimbangan Simplisia Daun Sidaguri dan Perhitungan %
Rendemen Ekstrak
a. Data penimbangan serbuk untuk ekstraksi
Ekstrak Replikasi I
(g)
Ekstrak Replikasi
II (g)
Ekstrak Replikasi
III (g)
Berat perkamen 4,0909 2,9605 4,0002
Berat perkamen
+ serbuk
14,0904 12,9702 14,1200
Berat perkamen
sisa
4,0795 2,9697 4,1198
Berat serbuk 10,0109 10,0005 10,0002
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Data penimbangan ekstrak
Ekstrak Replikasi I
(g)
Ekstrak Replikasi II
(g)
Ekstrak Replikasi
III (g)
Berat cawan 50,7449 66,8461 62,3675
Berat cawan +
ekstrak
52,2325 68,2839 63,9053
Berat ekstrak 1,4876 1,4378 1,5378
Replikasi 1
% rendemen = 1,4876
10,0109 x 100 % = 14,86%
Replikasi 3
% rendemen = 1,5378
10,0002 x 100% = 15,38%
Replikasi 2
% rendemen = 1,4378
10,0005 x 100% = 14,38%
Lampiran 7. Perhitungan Hasil Karakterisasi Simplisia Daun Sidaguri
a. Kadar Air
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 (𝑚𝑙)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) × 100%
Hasil
Bobot simplisia (g) 5,0002
Volume air (ml) 0,4
Kadar air (%) 7,80
b. Kadar Sari Larut Air
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟 =𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑟𝑖 (𝑔)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 (𝑔) × 100%
Hasil
Bobot simplisia (g) 5,0000
Bobot cawan kosong (g) 44,1154
Bobot cawan dan simplisia (g) 44,5614
Kadar sari larut air (%) 8,92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
c. Kadar Sari Larut Etanol
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 =𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑟𝑖 (𝑔)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 (𝑔) × 100%
Hasil
Bobot simplisia (g) 5,0001
Bobot cawan kosong (g) 37,7056
Bobot cawan dan simplisia (g) 37,9146
Kadar sari larut etanol (%) 4,18
d. Kadar Abu
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 =𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑏𝑢 (𝑔)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 (𝑔) × 100%
Hasil
Bobot simplisia (g) 3,0002
Bobot cawan kosong (g) 23, 3385
Bobot abu dan simplisia (g) 23,5598
Kadar abu (%) 7,38
e. Kadar Abu Tidak Larut Asam
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚 =𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑏𝑢 (𝑔)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 (𝑔) × 100%
Hasil
Bobot simplisia (g) 3,0002
Bobot cawan kosong (g) 23,3385
Bobot abu dan simplisia (g) 23,3524
Kadar abu tidak larut asam
(%)
0,47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 8. Hasil uji kualitatif kandungan fitokimia simplisia daun sidaguri
No Nama Uji
Tabung
Gambar Uji Tabung Hasil
Penelitian
Hasil
Menurut
Literatur
1 Uji Alkaloid
Positif Warna merah
2 Uji
Flavonoid
Positif Warna
kuning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3 Uji Saponin
Positif Busa
4 Uji Tanin
Positif Biru
kehitaman
5 Minyak
Atsiri
Positif Tercium bau
aromatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Lampiran 9. Hasil scanning optimasi panjang gelombang maksimum asam urat
Lampiran 10. Perhitungan Rf
Ekstrak etanol daun sidaguri dielusi dengan fase gerak optimum yaitu n butanol:
asam asetat: air (4:1:5) v/v dengan pembanding kuersetin.
Gambar 6. Hasil penotolan standar kuersetin (A) dan ekstrak
etanol daun sidaguri (B) dengan fase gerak n butanol: asam asetat:
air (4:1:5) v/v, fase diam silika gel GF254 dan detektor UV 365 nm
7,5 cm
6,8 cm 6,7 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 11. Pembuatan larutan xantin oksidase
Keterangan:
Solid = Xantin Oksidase
a. Perhitungan unit xantin oksidase
Jumlah total unit enzim :
44,2 mg solid x 0,11 unit/mg solid = 4,86 unit 4,86 𝑢𝑛𝑖𝑡
0,7 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑚𝑔 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛
= 6,945714 mg ≈ 6,95 mg protein
44,2 𝑚𝑔 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑
6,95 𝑚𝑔 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛=
6,35 𝑚𝑔 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑
1 𝑚𝑔 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛= 6,35 𝑚𝑔
𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑
1𝑚𝑔 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛
Perhitungan yang diperoleh dari keterangan pada label kemasan xantin
oksidase diperoleh : 1 mg protein ~ 6,35 mg solid ~ 0,7 unit. Konsentrasi
larutan enzim yang dibuat adalah 0,1 unit/ml. Untuk tiap ml diperlukan xantin
oksidase sebanyak :
0,1 𝑢𝑛𝑖𝑡
0,7 𝑢𝑛𝑖𝑡 × 6,35 𝑚𝑔 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 = 0,91 𝑚𝑔
Jika dibuat dalam 10 ml, maka jumlah enzim yang harus ditimbang sebanyak
0,91 mg/ml x 10 ml = 9,10 mg
b. Hasil penimbangan xantin oksidase
Hasil
Bobot cawan kosong (g) 24,1667
Bobot cawan dan xantin oksidase (g) 24,1758
Bobot xantin oksidase (g) 0,0091
Pada label kemasan dituliskan :
44,2 mg solid 0,11 unit/mg solid
0,7 unit/mg protein
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Lampiran 12. Pembuatan larutan seri standar allopurinol
a. Penimbangan Allopurinol
Hasil
Bobot kertas perkamen (g) 0,2631
Bobot kertas perkamen dan
allopurinol (g)
0,2731
Bobot allopurinol (g) 0,0100
b. Perhitungan larutan stok allopurinol
10 𝑚𝑔
10 𝑚𝑙= 1
𝑚𝑔
𝑚𝑙= 1000 𝜇𝑔/𝑚𝑙
c. Perhitungan larutan seri allopurinol
C1.V1 = C2.V2
0,5 μg/ml
1000 μg/ml. V1 = 0,5 μg/ml.
10 mL
V1 = 0,005 ml
5 μg/ml
1000 μg/ml. V1 = 5 μg/ml. 10
ml
V1 = 0,05 ml
1 μg/ml
1000 μg/ml. V1 = 1 μg/ml. 10
mL
V1 = 0,01 ml
10 μg/ml
1000 μg/ml. V1 = 10 μg/ml.
10 ml
V1 = 0.1 ml
2,5 μg/ml
1000 μg/ml. V1 = 2,5 μg/ml.
10 ml
V1 = 0,025 ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Lampiran 13. Pengukuran serapan larutan seri standar allopurinol
a. Hasil IC50 oleh larutan standar allopurinol
Blanko Kotrol
Blanko
Konsentrasi
(μg/ml) Sampel
Kontrol
Sampel B - KB S - KS %inhibisi IC50
R.1 0.638 0,152
0,5 0,306 0,060 0,486 0,246 49,38%
0,20
1 0,289 0,054 0,486 0,235 51,65%
2,5 0,274 0,059 0,486 0,215 55,76%
5 0,259 0,069 0,486 0,190 60,91%
10 0,243 0,096 0,486 0,147 69,75%
R.2 0,638 0,152
0,5 0,305 0,061 0,486 0,244 49,79%
0,13
1 0,289 0,055 0,486 0,234 51,85%
2,5 0,275 0,059 0,486 0,216 55,56%
5 0,259 0,068 0,486 0,191 60,70%
10 0,243 0,096 0,486 0,147 69,75%
R.3 0,638 0,152
0,5 0,305 0,059 0,486 0,246 49,38%
0,17
1 0,289 0,056 0,486 0,233 52,06%
2,5 0,274 0,058 0,486 0,216 55,56%
5 0,259 0,069 0,486 0,190 60,91%
10 0,243 0,097 0,486 0,146 69,96%
b. Kurva baku dan persamaan linier larutan seri standar allopurinol
x = konsentrasi (μg/ml)
y = % inhibisi
y = 2.0809x + 49.582r = 0.992
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
0 5 10 15
% In
hib
isi
Konsentrasi (μg/ml)
Kurva Baku Standar Allopurinol (Replikasi 1)
Standar Allopurinol
Linear (StandarAllopurinol)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
x = konsentrasi (μg/ml)
y = % inhibisi
x = konsentrasi (μg/ml)
y = % inhibisi
y = 2.0493x + 49.742r = 0.995
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
0 5 10 15
% in
hib
isi
Konsentrasi (μg/ml)
Kurva Baku Standar Allopurinol (Replikasi 2)
Standar Allopurinol
Linear (StandarAllopurinol)
y = 2.0877x + 49.640r = 0.993
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
0 5 10 15
% In
hib
isi
konsentrasi (μg/ml)
Kurva Baku Standar Allopurinol (Replikasi 3)
Standar Allopurinol
Linear (StandarAllopurinol)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Lampiran 14. Pembuatan larutan seri ekstrak etanol daun sidaguri
a. Penimbangan ekstrak etanol daun sidaguri
Hasil
Bobot cawan kosong (g) 62,1322
Bobot cawan kosong dan
ekstrak (g)
63,1222
Bobot ekstrak (g) 0,0100
b. Perhitungan larutan stok ekstrak etanol daun sidaguri
10 𝑚𝑔
10 𝑚𝑙= 1
𝑚𝑔
𝑚𝑙= 1000 𝜇𝑔/𝑚𝑙
c. Perhitungan larutan seri ekstrak etanol daun sidaguri
C1.V1 = C2.V2
10 μg/ml
1000 μg/ml. V1 = 10 μg/ml.
10 mL
V1 = 0,1 ml
40 μg/ml
1000 μg/ml. V1 = 40 μg/ml.
10 ml
V1 = 0,4 ml
20 μg/ml
1000 μg/ml. V1 = 20 μg/ml.
10 ml
V1 = 0,2 ml
50 μg/ml
1000 μg/ml. V1 = 50 μg/ml.
10 ml
V1 = 0,5 ml
30 μg/ml
1000 μg/ml. V1 = 30 μg/ml.
10 ml
V1 = 0,3 ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Lampiran 15. Uji penghambatan aktivitas xantin oksidase oleh ekstrak etanol
daun sidaguri
a. Hasil IC50 oleh ekstrak etanol daun sidaguri
Blanko Kotrol
Blanko
Konsentrasi
(μg/ml) Sampel
Kontrol
Sampel B - KB S - KS %inhibisi IC50
R.1 0,638 0,152
10 0,344 0,116 0,486 0,228 53,09%
2,88
20 0,334 0,117 0,486 0,217 55,35%
30 0,335 0,126 0,486 0,209 57,00%
40 0,319 0,128 0,486 0,191 60,70%
50 0,302 0,135 0,486 0,167 65,64%
R.2 0,638 0,152
10 0,345 0,114 0,486 0,231 52,47%
2,95
20 0,338 0,115 0,486 0,223 54,12%
30 0,328 0,120 0,486 0,208 57,20%
40 0,317 0,123 0,486 0,194 60,08%
50 0,307 0,128 0,486 0,179 63,17%
R.3 0,638 0,152
10 0,354 0,116 0,486 0,238 51,03%
6,95
20 0,340 0,122 0,486 0,218 55,14%
30 0,332 0,126 0,486 0,206 57,61%
40 0,312 0,130 0,486 0,182 62,55%
50 0,300 0,132 0,486 0,168 65,43%
b. Kurva dan persamaan linier ekstrak etanol daun sidaguri
x = konsentrasi (μg/ml)
y = % inhibisi
0 10 20 30 40 50 60
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%
10 20 30 40 50
% in
hib
isi
konsentrasi (μg/ml)
konsentrasi ekstrak etanol daun sidaguri vs % inhibisi enzim xantin oksidase
replikasi 1
replikasi 2
replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Persamaan regresi linier:
Replikasi 1 :
y = 0,3045x + 49,221
r = 0,977
Replikasi 3 :
y = 0,2736x + 49,2
r = 0,995
Replikasi 2 :
y = 0,3623x + 47.481
r = 0,996
Lampiran 16. Data Uji Statistik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tests of Normality
KEL Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
NILAI standard .385 3 . .750 3 .000
ekstrak .380 3 . .763 3 .029
a. Lilliefors Significance Correction
Test Statisticsa
NILAI
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b
a. Grouping Variable: KEL
b. Not corrected for ties.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Karakterisasi dan Identifikasi
Simplisia Daun Sidaguri serta Uji Penghambatan Enzim
Xantin Oksidase Ekstrak Etanol Daun Sidaguri (Sida
rhombifolia L.) memiliki nama lengkap Sheela Apriana
Tampubolon. Penulis dilahirkan di Batam pada tanggal 14
April 1996 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari
pasangan Jusni Partohap Tampubolon dan Masayu Lulitawati.
Penulis menempuh pendidikan formal di TK Immanuel Batam
(2002-2003), SD Immanuel Batam (2003-2009), SMP Immanuel Batam (2009-2011),
SMA Negeri 3 Batam (2011-2014), dan kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2014. Semasa kuliah, penulis aktif
dalam berbagai kegiatan fakultas dan organisasi, seperti menjadi bendahara acara
Pharmacy Badminton Tournament (2015); seksi acara Desa Mitra I (2016); seksi
acara Lomba Cerdas Cermat Kimia dan Pharmacy Performance (2016); bendahara
BEMF Farmasi (2016); asisten praktikum Botani Farmasi (2017) dan asisten
praktikum Farmakognosi Fitokimia (2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI