kantor perwakilan bank indonesia provinsi · 2.1 struktur apbd 31 2.2 realisasi pendapatan apbd 33...
TRANSCRIPT
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA
KAJIAN EKONOMI
REGIONAL
PROVINSI MALUKU UTARA
TRIWULAN III 2015
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, meng.atur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di
daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan
sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan
dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok
bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja
Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini
diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan
kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi
bagi penentu kebijakan di daerah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa
kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan
kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini
menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami
sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, 18 November 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI MALUKU UTARA
Dwi Tugas Waluyanto Kepala Perwakilan
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GRAFIK iv INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA iv RINGKASAN UMUM xi BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1 1.1 Kondisi Umum 2 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 11 BOKS MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MALUKU UTARA MELALUI
KEPARIWISATAAN 19
BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 31 2.1 Struktur APBD 31 2.2 Realisasi Pendapatan APBD 33 2.3 Realisasi Belanja APBD 35 2.4 Rekening Pemerintah 37 BAB III INFLASI DAERAH 39 3.1 Kondisi Umum 40 3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 42 3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 47 3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 51 BAB IV KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 53 4.1 Kinerja Perbankan 54 4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 62 4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran 64 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 71 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 72 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) 72 5.3 Persepsi Tingkat Kesejahteraan 74 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN 77 6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 78 6.2 Outlook Inflasi Daerah 81
iv
DAFTAR TABEL
1 Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan 3 Tabel 1.1 Perkembangan Industri Manufaktur Kecil 17 2 Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I
2015 34
Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 36
3 Tabel 3.1 Statistik Inflasi Per Kelompok 41 Tabel 3.2 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan
Jasa (%) 42
Tabel 3.3 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa
43
Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
44
Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate
47
Tabel 3.6 Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate 52
4 Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II 2014 66 Tabel 4.2 Perkembangan Cek/BG Kosong 68 Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara 69
5 Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 72 Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua 73
DAFTAR GRAFIK
1 Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 4 Grafik 1.2 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 5 Grafik 1.3 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT) 5 Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek 5 Grafik 1.5 Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton) 6 Grafik 1.6 Volume Barang konsumsi lainnya (Ton) 6 Grafik 1.7 Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit) 6 Grafik 1.8 Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit) 6 Grafik 1.9 Perkembangan Konsumsi Semen 7 Grafik 1.10 Perkembangan PMA di Maluku Utara 8 Grafik 1.11 Perkembangan PMDN di Maluku Utara 8 Grafik 1.12 Perkembangan Giro Pemerintah 9 Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor 10 Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor 10 Grafik 1.15 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani
Ternate 10
Grafik 1.16 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
10
Grafik 1.17 Perkembangan Volume Impor 11 Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Impor 11 Grafik 1.19 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 11 Grafik 1.20 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 12 Grafik 1.21 Struktur PDRB Sisi Penawaran 13 Grafik 1.22 Volume Tangkapan Ikan Ternate 14 Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian 14 Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan 15 Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan 16 2 Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015 32 Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015 33 Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan
Triwulan I 2015 35
Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015
36
Grafik 2.5 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah) 37 3 Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 40
Grafik 3.2 Disagregasi Inflasi Maluku Utara 42 Grafik 3.3 Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas 43 Grafik 3.4 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 46 Grafik 3.5 Pergerakan Harga Emas Internasional 48 Grafik 3.6 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika 49 Grafik 3.7 Nilai Ikan Tangkap 50 Grafik 3.8 Volume Ikan Tangkap 50
Grafik 3.9 Pergerakan harga Premium dan Solar 51
vi
4 Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 54 Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 55 Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 57 Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 58 Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah 59 Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs 61 Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan 62 Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Prov. Malut 65
Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 65 Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara 67
5
Grafik 5.1 Sebaran Tenaga Kerja di Maluku Utara 73 Grafik 5.2 Perkembangan NTP Maluku Utara 74 Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara 75
6 Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya 78 Grafik 6.2 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya 81
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN
PROVINSI MALUKU UTARA
A.Inflasi dan PDRB
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3
112.16 114.28 117.01 122.30 121.04 123.67 124.73
8.8 9.75 5.4 9.34 7.92 8.22 6.6
4,684.0 4,743.5 4,858.7 4,925.9 4,930.0 5,053.6
1,151.2 1,171.6 1,175.3 1,152.5 1180.3 1199.7 1203.7
506.6 458.3 477.1 487.7 510.9 536.9 514.9
260.0 257.0 264.5 272.9 274.7 275.7 272.9
3.2 3.5 4.1 4.6 4.1 4.3 4.2
4.2 4.3 4.4 4.5 4.4 4.6 4.7
290.0 302.1 299.4 315.1 308.7 322.0 342.7
805.0 828.9 865.5 878.1 888.5 909.6 934.4
257.0 262.3 273.9 274.9 275.7 284.5 290.6
21.0 21.0 21.3 21.6 21.1 21.5 21.8
193.4 200.1 210.1 209.5 216.1 219.1 224.3
130.2 136.0 131.1 151.7 152.0 142.1 152.4
5.4 5.5 5.7 5.7 5.8 5.8 6
16.0 16.1 16.6 16.4 16.6 16.8 17.3
745.2 773.9 795.2 818.0 760.4 792.2 859.4
159.6 163.3 169.6 166.8 165.6 171.0 182.7
99.2 101.9 105.7 106.8 105.1 107.0 112.9
36.8 37.7 39.2 39.1 40.0 40.8 42.5
21.84 3.26 1.30 3.10 1.28 2.86 4.10
660.00 5.25 2.51 6.52 2.62 5.82 8.23
1.18 2.58 4.55 6.40 20.81 10.05 3.04
301.22 0.00 1154.08 3620.00 14194.58 2279.90 16648.81
2015INDIKATOR
2014
viii
B.Perbankan
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3
6,461.5 6,650.5 6,783.5 7,147.6 7,105.4 7,439.8 7,728.8
5,080.1 5,355.7 5,571.7 5,216.8 5,743.1 6,236.4 6,522.3
2,942.7 2,821.0 2,956.6 3,270.2 3,001.2 1,836.7 1,710.1
1,183.2 1,509.2 1,528.5 839.1 1,485.5 3,073.0 3,371.8
954.2 1,025.5 1,086.6 1,107.5 1,256.4 1,326.7 1,440.4
4,712.9 4,819.2 4,937.6 5,066.9 5,202.9 5,428.0 5,524.2
1,279.7 1,263.1 1,311.3 1,328.6 1,370.4 1,457.2 1,453.2
2,950.5 3,069.6 3,150.4 465.2 462.8 469.0 465.9
482.7 486.5 475.9 3,273.1 3,369.7 3,501.8 3,605.1
92.77 89.98 88.62 97.13 90.59 87.04 84.70
1,351.2 1,405.9 1,390.2 1,398.9 1,427.7 1,519.7 1,563.9
272.0 336.7 300.5 345.0 355.4 370.7 372.0
740.4 726.5 744.4 729.3 728.3 762.3 798.1
338.8 342.7 345.3 324.6 344.0 386.8 393.8
3.08 2.95 2.93 2.29 2.53 2.33 2.1
INDIKATOR2014 2015
Ringkasan Umum
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Perekonomian Maluku Utara konsisten menunjukkan perkembangan
positif dengan perekonomian yang kembali tumbuh meningkat. Pada
triwulan III-2015, PDRB Maluku Utara tercatat tumbuh 2,65% (qtq) lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2015 sebesar 2,51% (qtq).
Secara tahunan, perekonomian Malut tumbuh sebesar 6,77% (yoy), lebih tinggi
dari pertumbuhan triwulan II-2015 sebesar 6,54% (yoy). Pertumbuhan tersebut
lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,73% (yoy).
Dengan pertumbuhan tersebut maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Provinsi Maluku Utara atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2015 tercatat
sebesar Rp 6,8 triliun.
Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi
bersumber dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi
(PMTB), dan ekspor luar negeri. Dari sisi lapangan usaha atau penawaran,
pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan laporan terutama bersumber dari
peningkatan kinerja pada sektor pertanian, konstruksi, jasa keuangan dan
administrasi pemerintah.
Keuangan Pemerintah
Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi Maluku Utara 2015
mengalami peningkatan sebesar masing-masing 12,86% dan 16,42% dari APBD
2014. Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan APBD serta
pergantian pimpinan beberapa SKPD strategis, hingga akhir triwulan III-2015
realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara baru mencapai 58,59% dan
secara nominal turun 60,20% (yoy). Kendati belum mencapai target, kondisi
tersebut cukup mencerminkan progress yang signifikan dibandingkan triwulan
x
lalu. Progres tersebut menyebabkan komponen konsumsi pemerintah pada
PDRB Provinsi Maluku Utara triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar
5,91% (yoy), jauh meningkat dibandingkan triwulan lalu yang mengalami
kontraksi sebesar 1,42% (yoy).
Inflasi Daerah
Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku
Utara pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 6,60% (yoy), lebih rendah
dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 8,22% (yoy). Turunnya
tekanan inflasi pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya
disebabkan oleh penurunan harga pada hampir seluruh kelompok penyumbang
inflasi, terutama kelompok bahan makanan dan sandang. Berakhirnya siklus
puasa dan hari raya Idul Fitri yang lebih awal pada tahun ini serta dukungan
pasokan yang relatif lebih stabil selama triwulan III-2015 (relatif dibandingkan
triwulan III-2014) menjadi faktor utama penurunan tekanan inflasi pada
komoditas yang terkait dengan bahan makanan khususnya bumbu-bumbuan dan
ikan segar. Di samping itu, penurunan tarif listrik untuk pelanggan nonsubsidi
serta deflasi pada tarif angkutan udara turut menjadi faktor turunnya nflasi pada
akhir triwulan laporan.
Kinerja Perbankan dan Perkembangan Sistem
Pembayaran
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, secara umum kinerja perbankan di
Maluku Utara pada triwulan III-2015 masih menunjukkan kinerja yang positif.
Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan III-2015
tercatat sebesar Rp7,73 triliun, meningkat 3,89% (qtq) dari triwulan
sebelumnya. Secara tahunan, aset tumbuh sebesar 14,32% (yoy) lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,16% (yoy). Kondisi
ini seiring dengan meningkatnya pertumbuhan DPK, turunnya NPL dan
pengembangan jaringan kantor bank milik pemerintah.
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku
Utara pada triwulan III-2015 mencapai Rp 6,52 triliun, meningkat dari
triwulan sebelumnya sebesar 8,59% (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan DPK
mencapai 16,97% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-
2015 yang pertumbuhannya sebesar 16,44 % (yoy).
Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di
Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,52 triliun atau
meningkat 1,77% (qtq). Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 11,88%
(yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,63%
(yoy). Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang
diukur melalui tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level
yang tinggi yakni 84,70%.
Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah
tangga masih relatif baik yang terindikasi dari rasio NPL yang masih berada pada
level yang rendah pada kedua kelompok tersebut. Rasio NPL pada triwulan
laporan tercatat hanya sebesar 2,07%, lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,33%.
Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net outflow. Sementara itu,
seiring meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, transaksi non tunai nilai besar
menunjukan peningkatan.
Ketenagakerjaan dan kesejahteraan
Membaiknya kinerja perekonomian pada triwulan laporan menyebabkan
masyarakat optimis terhadap kondisi ketenagakerjaan dalam enam bulan ke
depan. Sementara itu, di tengah meningkatnya laju inflasi pada triwulan III-2015,
persepsi masyarakat mengenai kesejahteraan dirinya masih positif walaupun
sedikit lebih rendah dari triwulan II-2015. Di lain sisi, kesejahteraan petani
terindikasi menurun yang tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani
(NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 101,00, turun 3,0% (yoy).
xii
Prospek Perekonomian
Perekonomian Malut pada triwulan akhir 2015 diperkirakan tumbuh
melambat dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 6,36% - 6,86%
(yoy) dengan kecenderungan bias ke atas. Dengan pertumbuhan tersebut,
maka diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara selama tahun 2015
adalah sebesar 5,72% – 6,72% (yoy). Dari sisi permintaan, hampir seluruh
komponen diperkirakan mengalami perlambatan. Dari sisi penawaran, sektor
industri pertanian, pertambangan dan akomodasi diprediksi akan tumbuh
meningkat menyusul melimpahnya produksi bahan baku pada triwulan laporan.
Laju inflasi kota Ternate diperkirakan masih berada di dalam trend
menurun. Penurunan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh kondisi pasokan
pangan strategis yang relatif lebih baik dibandingkan tahun 2014. Hilangnya efek
kenaikan BBM yang terjadi dipenghujung tahun 2014 lalu dan sempat
diturunkannya kembali harga BBM pada awal tahun akan mengurangi tekanan
yang signifikan terhadap inflasi tahunan pada penghujung tahun ini. Dengan
mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi ke depan, inflasi
pada triwulan IV-2015 diproyeksikan lebih rendah dari triwulan laporan
yang mencapai 6,60% (yoy) yakni pada kisaran 4,78% ± 1% (yoy) dengan
kecenderungan bias ke atas.
1
Perekonomian Maluku Utara kembali tumbuh meningkat
sebesar 6,77% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan II-
2015 sebesar 6,54% (yoy).
Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi
bersumber dari konsumsi rumah tangga dan pemerintah,
investasi, serta ekspor luar negeri. Dari sisi lapangan usaha
pertumbuhan bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor
pertanian, konstruksi, jasa keuangan, dan administrasi
pemerintah.
1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan
Yoy Tw III
Pertumbuhan
QtQ Tw III
6,77%
2,65%
“Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara Kembali
Meningkat”
“PantaiSulamadaha” Courtesy :gambarwisata.com
2
PERTUMBUHAN EKONOMI
1.1 Kondisi Umum
Perekonomian Maluku Utara kembali tumbuh meningkat. Pada triwulan III-2015, PDRB
Maluku Utara tercatat tumbuh2,65% (qtq)lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II-
2015 sebesar 2,51% (qtq). Secara tahunan, perekonomian Malut tumbuh sebesar 6,77% (yoy),
lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan II-2015 sebesar 6,54% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih
tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,73% (yoy). Dengan
pertumbuhan tersebut maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara
atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp 6,8 triliun.
Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari konsumsi
rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi (PMTB), dan ekspor luar negeri. Dari sisi
lapangan usaha atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan laporan
terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sektor pertanian, konstruksi, jasa keuangan
dan administrasi pemerintah.
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan (penggunaan), faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada
triwulan laporan disumbang oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, PMTB, dan
ekspor luar negeri. Tingginya pertumbuhan PMTB (investasi) pada triwulan laporan yakni
sebesar 11,04% (yoy) turut memberikan andil paling dominan pada pertumbuhan yakni sebesar
2,96%.
Sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan juga masih disumbang oleh
permintaan domestik khususnya konsumsi rumah tangga. Komponen pengeluaran ini
memberikan andil pertumbuhan kedua terbesar yakni 2,84%. Sementara itu, setelah menjadi
salah satu faktor penghambat laju pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, komponen
konsumsi pemerintah pada triwulan laporan tumbuh positif sebesar 5,91% (yoy) dan
memberikan andil sebesar 1,82%.
Penahan laju pertumbuhan pada triwulan laporan adalah perdagangan antar daerah.
Impor antar daerah meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat pada
triwulan laporan karena besarnya ketergantungan Maluku Utara pada pasokan barang-barang
PERTUMBUHAN EKONOMI
konsumsi dari luar provinsi. Kondisi ini menyebabkan net impor antar daerah yang semakin
besar.
Tw II Tw III Tw II Tw III
Konsumsi RT 3.64 4.74 2.19 2.84
Konsumsi LNPRT 2.88 3.94 0.04 0.05
Konsumsi Pemerintah -1.42 5.91 -0.44 1.82
PMTB 7.27 11.04 2.00 2.96
Perubahan Inventory -87.02 80.46 -6.10 -1.43
Ekspor Luar Negeri 45.27 239.01 0.14 0.74
Impor Luar Negeri 400.47 22.47 2.85 0.16
Net Ekspor Antar Daerah -39.71 0.29 11.56 -0.05
6.54 6.77 6.54 6.77
KomponenPertumbuhan Andil
Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan
Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi
permintaan (penggunaan) pada triwulan III 2015 masih didominasi oleh konsumsi, khususnya
konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa sebesar 59,50%, meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 58,66%. Konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan
pangsa dari 30,12% menjadi 32,62%. Adapun pangsa investasi (PMTB) hanya meningkat tipis
dari 26,48% menjadi 26,79%. Di lain sisi, masih tingginya ketergantungan Maluku Utara
terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan terjadinya net impor antar daerah sehingga
menjadi pangsa negatif sebesar 16,67% bagi struktur perekonomian Maluku Utara .
4
PERTUMBUHAN EKONOMI
-16.67%
-3.62%
26.79%
32.62%
1.22%
59.50%
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Net Ekspor Antar Daerah
Perubahan Inventori
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pangsa
Ko
mp
on
en
PD
RB
Sis
i Pe
nge
lua
ran
STRUKTUR PDRB
Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan
1.2.1 Konsumsi Masyakat dan LNPRT
Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat tumbuh 4,74% (yoy)
terakselerasi dari triwulan sebelumnya sebesar 3,64%. Kondisi yang sama juga terjadi pada
konsumsi lembaga non profit yang pada triwulan ini tumbuh 3,89% (yoy) dimana pada
triwulan sebelumnya mencatat pertumbuhan 2,31%. Dengan demikian, konsumsi masyarakat
kembali memberikan andil kedua terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yakni
sebesar 2,89%.
Meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan terkonfirmasi
dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan III 2015 yang mencapai 108,94 lebih tinggi
dibandingkan triwulan II 2015 yang mencapai 103,81. Peningkatan kondisi ekonomi konsumen
ini didukung oleh meningkatnya indeks penerimaan rumah tangga (IPRT) dari 105,61 pada
triwulan II-2015 menjadi 111,75 pada triwulan laporan.
Tingginya konsumsi masyarakat pada triwulan laporan dipicu oleh musim liburan
sekolah, hari raya Idul Fitri, serta hari raya Idul Adha yang tahun ini seluruhnya berlangsung
pada triwulan III-2015. Di samping itu, dimulainya masa kampanye pilkada kabupaten dan kota
turut meningkatkan aktivitas masyarakat selama triwulan laporan. Dari sisi pendapatan,
penyesuaian renumerasi PNS, pemberian THR atau gaji ke-13, dan panen beberapa komoditas
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
PERTUMBUHAN EKONOMI
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
perkebunan pada akhir triwulan II-2015 efektif meningkatkan pendapatan masyarakat Maluku
Utara dan mendukung peningkatan konsumsi pada triwulan laporan.
TENDENSI KONSUMEN
Grafik 1.2 Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
Meningkatnya intensitas konsumsi masyarakat di Maluku Utara dibandingkan triwulan
lalu juga terlihat dari pergerakan kegiatan bongkar muat selama triwulan III-2015 di Pelabuhan
Ahmad Yani Ternate pada sebagian besar komoditas, terutama kegiatan bongkar bahan pokok
dan barang konsumsi yang dikirim dari luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung
(Manado). Volume bongkar barang konsumsi pada triwulan laporan tumbuh 84,92% (yoy) lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya 44,67% (yoy).
PENDAPATAN RUMAH TANGGA
Grafik 1.3 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT)
Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : LBU, diolah
6
PERTUMBUHAN EKONOMI
Sumber : DinasPendapatandanPengelolaanAset Daerah
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
1400%
1600%
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
00
0 t
on
Bahan Pokok g_yoy
BAHAN POKOK
-150%
-100%
-50%
0%
50%
100%
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
00
0 t
on
Barang konsumsi lainnya g_yoy
BARANG KONSUMSI
Grafik 1.5 Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton) Grafik 1.6 Volume Barangkonsumsilainnya (Ton)
Peningkatan konsumsi masyarakat dibandingkan triwulan lalu juga terkonfirmasi dari
jumlah kendaraan baru roda empat dan roda dua yang mengalami peningkatan. Kendaraan
roda empat baru tumbuh 84,7% (yoy) pada triwulan laporan lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang hanya tumbuh 29,9% (yoy). Sementara itu, kendaraan roda dua tumbuh
14,5% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 11% (yoy).
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
- 20 40 60 80
100 120 140 160 180 200
I II III IV I II III
2014 2015
Jumlah kendaraan g_yoy
KENDARAAN RODA 4
-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
I II III IV I II III
2014 2015
Kendaraan Roda 2 g_yoy
KENDARAAN RODA 2
Grafik 1.7 JumlahKendaraanRoda 4 Baru (unit)
Grafik 1.8JumlahKendaraanRoda 2 Baru (unit)
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
PERTUMBUHAN EKONOMI
1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan III 2015
tercatat sebesar 11,04% (yoy). PMTB tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh 7,27% (yoy). Pembangunan smelter, pelabuhan Ternate, pasar, perbaikan jalan, dan
pembelian mesin yang dilakukan beberapa perusahaan swasta menjadi pemicu tingginya
pertumbuhan PMTB pada triwulan laporan.
Grafik 1.9 Perkembangan Konsumsi Semen
Meningkatnya perkembangan kegiatan investasi juga terindikasi dari total volume
pengadaan semen di Maluku Utara yang meningkat sebesar 62,64% (yoy) jauh lebih tinggi
3,9% (yoy). Selain investasi swasta, meningkatnya.
Di tengah melambatnya pertumbuhan PMTB, kinerja arus investasi ke Maluku Utara
khususnya dari investor asing menunjukkan kinerja yang positif. Investasi dari investor asing
yang direpresentasikan dari foreign direct investment (FDI) tercatat meningkat. Perkembangan
FDI tercatat sebesar USD 88,7 juta atau tumbuh 128,02% (yoy) lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 17,54% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan investasi dari investor
dalam negeri yang diindikasikan oleh angka PMDN mengalami penurunan sebesar 61,93%
(yoy).
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
8
PERTUMBUHAN EKONOMI
INVESTASI ASING
INVESTASI DALAM NEGERI
Grafik 1.10 Perkembangan PMA di Maluku Utara Grafik 1.11 Perkembangan PMDN di Maluku Utara
1.2.3 Pengeluaran Pemerintah
Secara tahunan, konsumsi pemerintah pada triwulan III 2015 tumbuh 5,91% (yoy) jauh
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya di mana komponen ini mengalami penyusutan sebesar
1,42% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah seiring dengan
terealisasikannya pembayaran THR, meningkatnya pengeluaran pemerintah untuk persiapan
pilkada, serta terealisasikannya program pemerintah baik pusat maupun daerah terkait
pengembangan pertanian dan infrastruktur di Maluku Utara.
Membaiknya kinerja pengeluaran pemerintah juga terkonfirmasi oleh perkembangan
saldo giro milik pemerintah daerah. Pada akhir triwulan laporan, giro pemerintah tercatat
sebesar Rp548 miliar. Jumlah ini turun sebesar 7,37% (yoy) pada triwulan laporan setelah pada
triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 9,08% (yoy). Turunnya pertumbuhan giro
milik pemerintah menjadi indikator realisasi belanja yang terakselerasi lebih baik pada triwulan
laporan. Penjelasan lebih lanjut terkait pengeluaran pemerintah ini dapat dilihat pada bab
keuangan pemerintah.
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
PERTUMBUHAN EKONOMI
-60.00%
-40.00%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Rp
Ju
ta
giro milik pemda g-yoy
Giro Milik Pemda
Grafik 1.12 Perkembangan Giro Pemerintah
1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor
Neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah dan luar negeri)
pada triwulan laporan menunjukkan net impor sebesar Rp 798 miliar atau turun 3,11% (yoy).
Penurunan net impor terutama dipengaruhi oleh membaiknya kinerja ekspor luar negeri dan
melambatnya pertumbuhan impor luar negeri.
Komponen ekspor luar negeri dalam data PDRB tercatat tumbuh positif sebesar
238,86% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 45,27% (yoy). Peningkatan
terjadi pada ekspor komoditas kopra seiring dengan meningkatnya produksi kelapa sepanjang
tahun 2015. Total volume ekspor pada triwulan laporan mencapai 8,23 ribu ton atau tumbuh
230,09% (yoy).
Di lain sisi, impor luar negeri tumbuh melambat dari 400,47% (yoy) menjadi 22,41%
(yoy). Melambatnya impor luar negeri seiring dengan melambatnya impor barang modal karena
melambatnya perkembangan investasi baru seiring perkembangan kinerja ekonomi global yang
tidak menentu.
Sumber : LBU, diolah
10
PERTUMBUHAN EKONOMI
-150.00%
-100.00%
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
I II II IV I II II IV I II III
2013 2014 2015
(00
0)
ton
Volume ekspor g_yoy (RHS)
VOLUME EKSPOR
-150%
-100%
-50%
0%
50%
100%
-
50
100
150
200
250
I II II IV I II II IV I II
2013 2014 2015
U$
Ju
ta
Nilai ekspor g_yoy (RHS)
NILAI EKSPOR
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor
Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
00
0 t
on
total muat barang g_yoy
MUAT BARANG
-120%
-100%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
00
0 t
on
Jumlah total bongkar g_yoy
SELURUH BARANGSELURUH BARANG
Grafik 1.15 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Grafik 1.16 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Tingginya konsumsi masyarakat khususnya pada barang habis konsumsi yang
didatangkan dari luar daerah selama triwulan laporan, menghasilkan perkembangan net impor
antar daerah yang meningkat. Pada triwulan laporan, net impor antar daerah tumbuh sebesar
0,28% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang turun sebesar 39,71% (yoy) .
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
PERTUMBUHAN EKONOMI
Grafik 1.17 Perkembangan Volume Impor
Grafik 1.18 Perkembangan Nilai Impor
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan terutama dipicu
oleh meningkatnya kinerja sektor administrasi pemerintah, sektor konstruksi, dan sektor
pertanian. Sementara itu, walaupun tumbuh melambat, sektor perdagangan besar dan eceran
masih tumbuh sangat tinggi sehingga kembali memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan
ekonomi triwulan laporan yakni sebesar 1,42%.
Pertanian
9%
Pertambanga
n
12%
Perdagangan
21% Transportasi
5%
Konstruksi
13%
Jasa
keuangan
6%
Administrasi
Pemerintahan
19%
Lainnya
15%
ANDIL PERTUMBUHAN
PDRB
6,77%
0,89
1,42
0,920,59
1,32
Grafik 1.19 AndilPertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
12
PERTUMBUHAN EKONOMI
8.346.83
7.738.08
4.256.26
16.236.78
2.396.08
7.9614.44
5.943.91
3.187.94
2.42
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00
Jasa lainnyaJasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa PendidikanAdministrasi Pemerintahan
Jasa PerusahaanReal Estate
Jasa Keuangan dan AsuransiInformasi dan Komunikasi
Penyediaan Akomodasi dan Makan MinumTransportasi dan PergudanganPerdagangan Besar dan Eceran
KonstruksiPengadaan Air, Pengelolaan Sampah
Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi EsIndustri Pengolahan
Pertambangan dan PenggalianPertanian, Kehutanan, dan Perikanan
%
PERTUMBUHAN PDRB (yoy)
Grafik 1.20 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan III
2015 masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang
24,57% dari total PDRB. Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi
mobil dan sepeda motor yang memiliki andil pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan
memiliki pangsa sebesar 17,56%. Seiring dengan tingginya pertumbuhan pada triwulan laporan,
sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib mengalami kenaikan
pangsa dari 16,31% menjadi 17,35% Sementara itu, sektor lainnya memiliki pangsa dibawah
10%.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan,
25.39
Pertamba-
ngan dan
Penggalian ,
9.30
Perdaga-
ngan Besar
dan Eceran,
17.35
Transportasi
dan
Pergudangan ,
6.12
Konstruksi,
6.65
Industri
Pengolahan,
5.00Administrasi
Pemerinta-
han, 16.31
Lainnya,
13.35
PDRB
STRUKTUR
EKONOMI
SEKTORAL
Grafik 1.21 StrukturPDRB Sisi Penawaran
1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pada triwulan III 2015, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar
2,42% (yoy) tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 2,39% (yoy).
Meningkatnya pertumbuhan triwulan laporan dibandingkan triwulan lalu ini disebabkan oleh
meningkatnya hasil panen tabama. Peningkatan produksi ini terindikasi dari masih positifnya
estimasi pertumbuhan produksi padi Maluku Utara berdasarkan ARAM II yakni sebesar 77.102
ton GKG atau tumbuh 6,98% (yoy) akibat adanya peningkatan luas panen sebesar 4,18% (yoy)
serta peningkatan produktifitas sebesar 2,68% (yoy).
Di lain sisi, subsektor perikanan menunjukan perbaikan kinerja seiring kondisi
gelombang yang lebih baik serta efektifnya program pemerintah dalam memberikan bantuan
sarana prasarana penangkapan ikan bagi nelayan Malut. Pada triwulan laporan hasil tangkapan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
14
PERTUMBUHAN EKONOMI
ikan mencapai 2167 ton atau tumbuh 13,73% (yoy). Kondisi ini lebih baik daripada triwulan II-
2015 di mana hasil tangkapan ikan tercatat turun 4,52% (yoy).
Dari subsektor perkebunan, produksi kelapa juga mengalami peningkatan. Kondisi ini
terindikasi dari meningkatnya pertumbuhan ekspor kopra. Volume ekspor kopra pada triwulan
laporan tercatat mencapau erlambatan juga disebabkan oleh penundaan panen akibat factor
permintaan dimana permintaan ekspor untuk komoditas pala, cengkeh, dan kopra menurun
akibat melimpahnya panen kelapa di daerah produksi lain serta berlebihnya stok cengkeh pada
produsen rokok. Kualitas hasil panen rempah-rempah yang dinilai kurang baik pada periode
triwulan II 2015 ini.
1,837
1287
1754
2,167.41
13.73%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
I II III IV I II III
2014 2015
ton
Volume Tangkap g_yoy
-120%-100%-80%-60%-40%-20%0%20%40%60%
05
1015202530354045
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Rp. M
iliar
Baki Debet g_yoy
KREDIT PERTANIAN
Grafik 1.22 Volume TangkapanIkan Ternate Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian juga tercermin dari peningkatan kredit yang dikucurkan oleh
perbankan ke Maluku Utara. Total kredit (lokasi proyek) yang disalurkan ke sektor pertanian
selama triwulan laporan adalah Rp18,29 miliar, tumbuh meningkat dari 29,08% (yoy) menjadi
40,71% (yoy).
1.3.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh
sebesar 9,75% (yoy) melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang
Sumber : PelabuhanPerikanan Kota Ternate Sumber : LBU, diolah
PERTUMBUHAN EKONOMI
sebesar 7,96% (yoy). Melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan di tengah meningkatnya
konsumsi masyarakat disebabkan masih terhambatnya pengembangan sarana prasarana
perdagangan serta perbaikan kinerja ekspor luar negeri yang berlangsung lambat seiring belum
beroperasinya smelter hingga triwulan laporan. Perlambatan sektor perdagangan juga
dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas impor akibat menguatnya dolar Amerika Serikat.
Kondisi tersebut secara signifikan menyebabkan impor luar negeri tumbuh melambat seperti
yang dijelaskan pada sub-bab sebelumnya.
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
0200400600800
1,0001,2001,4001,600
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Rp
. Mili
ar
Baki Debet g_yoy
KREDIT PERDAGANGAN
Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan
Jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan pada sektor ini juga tercatat tumbuh
melambat. Berdasarkan lokasi proyek, kredit yang disalurkan pada triwulan laporan tercatat
sebesar Rp 1,39 miliar atau meningkat 8,02% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 11,33% (yoy). Dengan demikian, kinerja sektor ini pada triwulan
mendatang diperkirakan masih cukup tinggi.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan pada triwulan III 2015 tumbuh sebesar 3,18% (yoy),
melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,26% (yoy). Melambatnya
pertumbuhan pada sektor ini dipengaruhi oleh turunnya produksi dan harga rempah rempah
seperti cengkeh dan pala. Kondisi ini menyebabkan proses produksi minyak atsiri maupun
produk olahan lainnya dari komoditas tersebut mengalami penurunan.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
16
PERTUMBUHAN EKONOMI
Di lain sisi, harga kopra tercatat mulai mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan
petani cenderung menjual komoditasnya dalam bentuk kelapa segar dan kopra. Industri lainnya
terkait komoditas kelapa menjadi turun produktivitasnya akibat kesulitan bahan baku.
Melambatnya kinerja sektor industri pengolahan juga tercermin dari tingkat penyaluran
kredit pada sektor tersebut. Berdasarkan lokasi proyek kredit yang disalurkan pada sektor ini
mencapai Rp41,72 miliar tumbuh 5,51% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 8,67% (yoy).
-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%
05
101520253035404550
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Rp
. Mili
ar
Baki Debet g_yoy
KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN
Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan
Melambatnya pertumbuhan sektor industri juga tercermin dari pertumbuhan produksi
industri manufaktur mikro dan kecil yang pada triwulan III 2015 tumbuh sebesar 14,88% (yoy)
lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,87% (yoy). Sementara itu,
pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan laporan juga
tercatat turun sebesar 1,03% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif
sebesar 5,42% (yoy).
Hampir seluruh industri tercatat tumbuh melambat. Beberapa bahkan mencatatkan
pertumbuhan negatif seperti industri kayu, industri pakaian jadi, dan industri alat angkut lainnya
(perbaikan kapal).
Sumber : LBU, diolah
PERTUMBUHAN EKONOMI
qtq yoy qtq yoy
Industri Makanan 13.24 21.71 0.36 21.40Industri Minuman 7.62 37.75 2.97 20.43
Industri Pakaian Jadi 10.25 40.09 -33.05 -15.03
Industri Kayu -0.62 3.95 -3.31 -3.64Industri Barang Galian Bukan Logam 5.55 9.59 -2.55 16.48
Industri Logam Dasar 13.03 24.58 -3.69 16.89Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 11.45 36.87 0.85 28.37
Industri Alat Angkutan Lainnya -2.06 12.15 -10.15 -6.70Industri Furnitur 6.42 8.45 18.95 20.03
Industri Pengolahan Lainnya 13.92 37.98 -5.97 14.2610.78 19.87 -1.94 14.88
Jenis IndustriPertumbuhan Triwulan II 2015 Pertumbuhan Triwulan III 2015
Tabel 1.2 Perkembangan IndustriManufaktur Kecil
1.3.5 Sektor Pertambangan dan sektor lainnya
Akibat adanya baseline effect, sektor pertambangan pada triwulan laporan masih
menunjukan pertumbuhan yang cukup tinggi yakni sebesar 7,93% (yoy). Namun demikian
pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai
17,15% (yoy). Perlambatan ditengarai karena adanya penurunan produksi salah satu
perusahaan tambah emas seiring penurunan harga emas di pasar internasional. Belum
beroperasinya smelter hingga triwulan laporan menyebabkan produksi nikel cenderung stagnan
karena hanya berasal dari produksi salah satu perusahaan BUMN yang memiliki smelter di
Pulau Sulawesi. Perusahaan tersebut saat ini mengirimkan hasil produksinya ke Sulawesi untuk
diproses oleh smelter miliknya.
Sementara itu, sektor lainnya yang menjadi sumber peningkatan pertumbuhan adalah
sektor administrasi pemerintah dan sektor kontruksi. Sektor administrasi pemerintah tercatat
tumbuh 8,08% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 2,36% (yoy) seiring
meningkatnya realisasi belanja operasi khususnya untuk pembayaran THR, pelaksanaan
program, serta persiapan Pilkada Kabupaten/Kota. Sementara itu, seiring meningkatnya PMTB
serta realisasi pembangunan infrastruktur oleh pemerintah sektor konstruksi tumbuh meningkat
dari 6,56%(yoy) menjadi 14,45% (yoy).
18
PERTUMBUHAN EKONOMI
19
BOKS edisi khusus ini disajikan sebagai concern Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Maluku Utara
terhadap perkembangan terkini, dan dalam rangka menyambut Diseminasi KEKR Triwulan III : Dari
Pariwisata kita tingkatkan Perekonomian Maluku Utara”. Adapun topik tersebut disajikan bagi segenap
stakeholders eksternal Bank Indonesia, Instansi Pemerintahan, pelaku usaha, dan lainnya.
MENINGKATKAN PEREKONOMIAN
MALUKU UTARA MELALUI
KEPARIWISATAAN
ISU
BOKS EDISI KHUSUS
20
BOKS
“Dengan Mengoptimalkan Potensi Pariwisata, Kita
Tingkatkan Perekonomian Maluku Utara”
Pariwisata tidak dapat dipandang sebagai sektor yang memberikan efek parsial
semata, tetapi pariwisata merupakan pintu gerbang bagi sektor lainnya serta mampu
meningkatkan investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan putaran perekonomian.
Dukungan pemerintah, peningkatan sektor perdagangan dan akomodasi, serta beragam
potensi yang ada memperkuat sektor ini untuk dapat mengantarkan pada kondisi
perekonomian yang lebih baik ke depan.
LATAR BELAKANG
Melihat pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yang ada dan menangkap perubahan yang terjadi
di eksternal, maka dibutuhkan kajian sektoral yang dapat membantu perbaikan ekonomi yang
berkesinambungan. Pariwisata, suatu sektor yang dapat memberikan manfaat bagi sektor
lainnya serta perekonomian secara menyeluruh dipandang penting untuk dapat ditinjau.
Penelitian dari Harvard University mengemukakakn bahwa dimana terdapat perubahan kecil
pada sisi pariwisata di daerah terpencil, maka dapat mendatangkan keuntungan signifikan.
Sehingga di tengah potensi yang melimpah yang tersebar di beberapa daerah terpencil di
Provinsi Maluku Utara yang kini masih belum optimal dikelola, menjadikan isu pariwisata
semakin menarik untuk diperdalam.
Pariwisata telah menjadi isu nasional. Pemerintahan saat ini juga dinilai concern terhadap
perkembangan pariwisata Nasional. Peningkatan target wisman sebanyak 10 juta wisman dan
220 juta wisatawan domestik per tahun dan bahkan ditingkatkan lagi menjadi 12 juta orang
untuk wisman, dapat dikatakan merupakan target yang cukup fantasits. Tidak hanya target
yang meningkat, peningkatan APBN untuk kepariwisataan juga melambung hingga Rp 2,4
triliun dari sebelumnya Rp 1,6 triliun. per bulan Agustus 2015. Meskipun terdapat kenaikan
target, secara aktual performa kunjungan wisatawan skala nasional dapat melampaui target di
BOKS
v
atas 100%. Hal tersebut dapat mendasari bahwa animo kebijakan pemerintah terhadap
pariwisata disambut dengan baik oleh kenaikan performa setiap daerah dalam memasarkan
destinasinya.
Keadaan pasar pariwisata yang sudah jenuh karena terkonsentrasi pada tempat yang sama
selama dekade terakhir seperti Bali, NTB, membuka peluang destinasi baru di Indonesia.
Kepopuleran ‘Pesona Indonesia’ di mata dunia sudah merambah hingga ke Indonesia Timur,
contohnya adalah kepopuleran tempat wisata di Provinsi Papua Barat dan Maluku. Sehingga
tidak menutup kemungkinan dengan beberapa dukungan tambahan, Maluku Utara dapat
menjadi destinasi favorit wisatawan domestik hingga mancanegara.
BAGAIMANA PARIWISATA DAPAT MENINGKATKAN PEREKONOMIAN
Pariwisata sebagai pintu gerbang dapat memberikan multiplier effect terhadap perekonomian.
Perekonomian bukanlah sesuatu hal yang bersifat inersia dan stagnan, tetapi perekonmian
dapat memberikan efek yang contagious /menular dan semakin membesar.
Berdasarkan penelitian dari World Bank, pariwisata dapat mengurangi kemiskinan suatu daerah
melalui; direct effects yaitu pendapatan dari pengusaha setempat; indirect effects yaitu melalui
value chain pariwisata; dan dynamic effects seperti pembangunan infrastruktur, perekonomian,
konsumsi, dan pertumbuhan UMKM.
Pariwisata bukan hanya mengenai akomodasi dan restoran semata, tetapi dapat mencakup
sektor yang lain. Misalnya dari sektor transportasi sebagai sektor yang terkena dampak
pertama kali, kemudian penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor perdagangan dengan
bertambahnya wisatawan yang mengkonsumsi barang lokal, bahkan sektor pertanian juga ikut
terkena dampak tidak langsung.
Contohnya, apabila sejumlah wisatawan datang untuk berkunjung maka perusahaan maskapai,
perhotelan itu pusat perbelanjaan mendapatken eksternalitas positif. Sektor pertanian
khususnya hokikultura sebagai pemasok bahan maknan serta sektor listrik gas dan air turut
naik seiring suatu daerah yang semakin ramai. Pariwisata juga membuka gerbang
pengetahuan bagi eksternal untuk mengenal suatu daerah. Maka tidak menutup kemungkinan
dari antara wisatawan tersebut berminat untuk berinvestasi terhadap jenis usaha lainnya.
22
BOKS
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh tim peneliti Bank Indonesia dalam riset
Growth Diagnostic – General Computable Equilibrium yang menggunakan perangkat model
Indoterm, dapat disimpulkan bahwa peningkatan pariwisata seperti melalui pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus di beberapa daerah (dalam kasus ini menggunakan contoh Provinsi
Nusa Tenggara Barat) yang mampu mendorong peningkatan wisatawan asing dapat
meningkatkan (secara diferensiasi kumulatif) pertumbuhan ekonomi secara signifikan .
BAGAIMANA KONDISI PARIWISATA DI MALUKU UTARA
Pariwisata di Maluku Utara dikenal dengan wisata bahari, budaya dan sejarah. Hampir
keseluruhan kota kabupaten di Maluku utara memiliki destinasi wisata tersendiri. Tetapi
sebelum masuk ke dalam kepariwisataan Maluku Utara secara substansial, maka perlu ditinjau
kondisi perekonomian Maluku Utara yang berkaitan dengan pariwisata.
Perspektif ekonomis
Salah satu indikator dari perkembangan sektor pariwisata adalah pertumbuhan sektor
akomodasi dan penyediaan makan minum. Akomodasi yang merepresentasikan perkembangan
industri penginapan serta penyediaan makan minum yang menggambarkan restoran sedikit
banyak dapat menjadi indikasi peningkatan output yang dihasilkan atas respon dari
berkembangnya pariwisata setempat.
Berdasarkan data PDRB tahun dasar 2010 publikasi BPS, pertumbuhan sektor akomodasi dan
penyediaan makanan dan minum Malut terlihat memiliki rata-rata yang lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan PDRB, dan pada tahun 2014 menunjukkan kenaikan yang
signifikan. Hal ini cukup menggambarkan adanya potensi pengembangan pada sektor ini.
Grafik 1.26 Perkembangan Sektor Akomodasi & Penyediaan Makan Minum Malut
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
BOKS
Sementara itu, apabila dibandingkan dengan beberapa Provinsi di Kawasan Indonesia Timur, di
tengah pertumbuhan sektor akomodasi Maluku Utara, proporsi sektor ini tidak terlalu
menggembirakan. Maluku Utara mencatatkan proporsi sektor akomodasi terendah di antara
provinsi lain kawasan Indonesia Timur yang mulai fokus mengembangkan pariwisata.
Keseluruhan provinsi pembanding mencatatkan tren yang meningkat, menunjukkan bahwa
sektor akomodasi semakin menjadi andalan di Indonesia Timur. Provinsi Bali yang merupakan
tolok ukur terdepan pada sektor pariwisata memimpin dengan pangsa sebesar 23,1%.
Kemudian, Sulawesi Utara yang memiliki identitas sebagai wisata bahari yang mirip dengan
Maluku Utara memiliki pangsa 2,1%, dan Maluku provinsi serumpun Maluku Utara mencatat
pangsa 1,8%, lebih tinggi dibandingkan Maluku Utara yang hanya sebesar 0,5%.
Grafik 1.27 Perkembangan Pangsa Sektor Akomodasi Terhadap PDRB beberapa Provinsi KTI
Perspektif Daya Saing
Meninjau daya saing pariwisata di Kawasan Timur Indonesia dapat dilakukan melalui perspektif
tourism competitiveness. Indeks ini digunakan untuk melakukan asesmen competitiveness yang
berdasarkan adaptasi dari beberapa indikator yang digunakan OECD dalam melakukan
asesmen terhadap tourism competitiveness antar Negara.
Pengukuran terhadap indeksi daya saing ini diukur berdasarkan lima aspek, yaitu :
Governance of Tourism ; perhatian pemerintah terhadap pariwisata
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
24
BOKS
Quality of Tourism Service : quality of life & welcome visitors
Assesibility/Connectivity : infrastructure & geo strategic position
Natural and Cultural Resource
Human Resource Development : education, skill and training
Berdasarkan sejumlah aspek tersebut maka pengukuran dilakukan dengan menggunakan
indikator seperti lama tinggal, IPM, jumlah penerbangan maskapai, APBD, jumlah KPPN,
jumlah tamu, dan jumlah kamar sehingga dihasilkan suatu indeks keseluruhan yang digunakan
sebagai perbandingan. Adapun hasil total dari indeks tersebut adalah sebagai berikut ;
Tabel 1.3 Peringkat Daya Saing Pariwisata Daerah di KTI
Maluku Utara memiliki indeks yang kurang menggembirakan dengan hasil di bawah rata-rata
dan termasuk dalam provinsi yang memiliki indeks terkecil. Maluku Utara hanya berada di atas
provinsi pengembangan baru dengan infrastruktur yang masih minim seperti Gorontalo,
Sulawesi Barat dan Papua Barat.
Provinsi Indeks
Bali 9.20
Sulawesi Selatan 5.70
NTB 5.59
Sulawesi Utara 4.87
Sulawesi Tenggara 4.48
Nusa Tenggara Timur 4.26
Papua 4.16
Maluku 3.91
Sulawesi Tengah 3.86
Maluku Utara 3.77
Papua Barat 2.86
Gorontalo 2.76
Sulawesi Barat 1.50
BOKS
Apabila ditinjau terhadap sejumlah provinsi yang memiliki nilai terendah di KTI, memiliki
kesamaan yaitu fasilitas pendukung dan asesibilitas yang disinyalir dapat menghambat
perkembangan sektor pariwisata. Sementara untuk yang mendapatkan skor tertinggi memiliki
kesamaan yaitu ketersediaan fasilitas, kedekatan secara spasial dan kedekatan dengan Pulau
Jawa.
Analisa SWOT
Setelah membandingkan daya saing dengan provinsi lain, maka analisa perlu dilengkapi
dengan analisa yang berfokus kepada Provinsi Maluku Utara. Maluku Utara secara provinsi
memiliki berbagai peluang dan tantangan, berikut ini analisa SWOT (Strength, Weaknesess,
Oportunity dan Threats) hasil analisa dari tim peneliti Bank Indonesia KPw Prov. Maluku Utara :
26
BOKS
Potensi Spasial
Hampir seluruh daerah kota/kabupaten di Maluku Utara memiliki potensi pariwisata.
Sementara, apabIla ditinjau berdasarkan RPJMD yang telah dirancan oleh Bappeda, terdapat
konsep dan rencana pembangunan destinasi Pariwisata yang terbagi atas klaster
pengembangan sebagai berikut ;
Klaster A : Ternate – Tidore : “Pengembangan Culture and Urban Tourism’
Kawasan pengembangan Pulau Ternate dengan sub kawasan : Swering, Danau Tolire,
Benteng Tolukko, Batu Angus, Pantai Sulamadaha, Kraton Ternate, dan Danau Laguna.
Klaster B : Morotai – Tobelo : “Pengembangan Marine Heritage Tourism”
Kawasan pengembangan Pulau Morotai dengan sub kawasan : Morotai, Dodola,
Sumsum.
Klaster C : Guraici : “Pengembangan Marine Tourism”
Kawasan pengembangan Kepulauan Guraici dengan sub kawasan : Pulau Leilei, Pulau
Guraici, pulau Makian dan kawasan Bacan.
Sementara itu berdasarkan kebijakan Pemerintah, khususnya Kementrian Pariwisata,
telah menetapkan 10 destinasi prioritas Indonesia dimana Pulau Morotai, Kab. Pulau
Morotai termasuk di dalamnya.
Pemerintah berencana menerapakan Sustainable Tourism Development Kawasan
Morotai dimana akan didukung infrastuktur dan business Plan serta melakukan
koordinasi pembangunan infrastruktur daerah.
BOKS
Berikut ini gambaran masterplan pariwisata Pulau Morotai yang ditetapkan oleh
Kementrian Pariwisata :
Tabel 1.4 Realisasi dan Perkiraan Kinerja KEK Morotai
Sejauh ini di Morotai, untuk mengakomodir para wisatawan telah hadir resort yang merupakan
rintisan pihak swasta. Selain itu terdapat akses penerbangan dari Ternate langsung ke Morotai.
Akan tetapi jika melihat angka, performa pariwisata Morotai tergolong belum mencapai harapan.
Pertumbuhan kunjungan Morotai mencatat angka negatif, sementara itu progres pembangunan
infrastruktur yang direncanakan belum mencapai target.
Kondisi ini cukup kontras dengan destinasi pengembangan lainnya. Wakatobi yang juga
termasuk didalamnya dan menawarkan jenis wisata bahari yang serupa. Wakatobi mencatat
kenaikan kunjungan pada tahun 2013 sebesar 52,13 persen dengan devisa sebessar 3,32 juta
USD. Secara perkiraan ke depan, nilai investasi proyek KEK Morotai yang lebih dari dua kali
lipat dibandingkan dengan Wakatobi, diproyeksikan hanya akan menghasilkan devisa dan
jumlah kunjungan yang sama dengan Wakatobi. Selain itu, destinasi lainnya seperti Labuan
Bajo yang merupakan wisata alam di Provinsi NTT, juga mencatat pertumbuhan kunjungan
yang lebih baik, yaitu sebesar 29,01% dengan angka devisa yang fantastis yaitu sebesar 54,14
juta USD. Dari beberapa destinasi ini kita dapat belajar dari provinsi lain bagaimana
meningkatkan citra destinasi agar menghasilkan kinerja kunjungan yang menghasilkan.
Destinasi wisata bahari
Supporting : destinasi wisata budaya
Utama Jepang, Eropa
Potensial Timur Tengah, Asia Timur
DTWTaman Laut Selat Morotai, Pulau Rao,
Pulau Zum-zum
Akses/Hub
Bandara Sultan Babullah Ternate,
Sam Ratulangi Manado, Pelabuhan
Ahmad Yan, Pelabuhan Imam Lastori
Fasilitas
Pariwisata (tour
base)
Ternate, Tidore
Core Produk
Pasar
Komponen
Destinasi
Pertumbuhan
Kunjungan
Devisa
Wisman
(USD)
Investasi
(juta USD)
Proyeksi
Wisman
Proyeksi
Devisa (juta
USD)
2012 2013
618 500 -19.09% 500,000 3,600 500,000 500
Jumlah Wisman
Sumber : Kementrian Pariwisata
28
BOKS
BAGAIMANA BENCHMARK DAERAH PARIWISATA LAINNYA
Berikut ini berbagai strategi yang dilakukan berbagai daerah di KTI untuk meningkatkan sektor
pariwisata yang telah dirangkum tim peneliti Bank Indonesia :
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI LANGKAH PENGEMBANGAN
Berdasarkan kajian yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
Sektor pariwisata berpengaruh signifikan terhadap perekonomian
Sektor pariwisata Maluku Utara berkembang, namun masih tertinggal dibandingkan
daerah lainnya dan memiliki daya saing yang belum kompetitif
Sektor pariwisata Maluku Utara memiliki potensi yang besar serta memiliki peluang yang
prospektif
Perlu dilakukan langkah-langkah seperti daerah lainnya untuk dapat meningkatkan
pariwisata Maluku Utara
BOKS
Seperti yang telah disampaikan, pariwisata merupakan suatu sektor yang tidak dapat berdiri
sendiri. Begitupula dengan implementasi kebijakan terkait pengembangan kepariwisataan,
dipelukan sinergi dan koordinasi antar lembaga. Sehingga berangkat dari hal tesebut,
rekomendasi berikut ini ditujukan bagi stakeholders yang terlibat, dari pemerintah maupun pihak
swasta;
JANGKA PENDEK
Membentuk tim teknis yang terdiri dari berbagai instansi yang capable untuk dapat fokus
bersinergi terhadap isu pengembangan pariwisata
Menentukan identitas/jatidiri pariwisata pada spesifik daerah. Contoh: untuk kabupaten
A pariwisata syariah/religi, untuk kabupaten B pariwisata alam
Menyusun pemetaan potensi daerah wisata per daerah, melakukan FGD untuk
memetakan daerah potensial baru serta membuatkan prioritas
Pembuatan calendar event dan mempromosikannya secara nasional dan internasional
Menyusun materi guidance, paket tour atau sejenisnya yang dapat memberikan
rekomendasi bagi wisatawan untuk menikmati rangkaian obyek wisata yang dimiliki
dengan itenary efisien namun komprehensif
Menyusun grand design “marketing mix” bagi potensi daerah dan membuat tim khusus
(miniatur dari VITO : Visit Indonesia Tourism Officer) yang berfungsi mempromosikan
pariwisata melalui berbagai media
Berkoordinasi antar lembaga untuk dapat menyalurkan bantuan teknis maupun finansial
bagi UMKM yang membuka usaha di tempat wisata untuk meningkatkan keragaman
menu dan peningkatan estetika
Sertifikasi kompetensi tenaga kerja pariwisata dan membuka lowongan tenaga lepas
yang dapat menunjang pariwisata, contoh : jasa penerjemah, jasa tour guide, jasa
pengemudi lepas, jasa pelatih selam, serta mempromosikan jasa tenaga kerja tersebut
ke para wisatawan
30
BOKS
JANGKA MENENGAH PANJANG
Meningkatkan kualitas kebersihan melalui waste management, kemanan dan ketertiban
dengan bekerjasama dengan aparatur pemerintah kota/kabupaten
Pembangunan fasilitas umum yang terjamin perawatannya, seperti toilet, spot foto,
tempat duduk dan lainnya
Menyediakan/mempromosikan sarana transportasi khussunya laut dan udara pada
daerah wisata terpencil
Menggandeng pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur
Mempermudah perijinan untuk pembangunan cottage/fasilitas yang berkecimpung di
sektor pariwisata
Perbaikan dan pembangunan infrastruktur pendukung (bandara, jalan, pelabuhan, hotel,
rumah sakit)
Bagaimanapun juga pariwisata bukan sekedar destinasi. Pariwsata juga mencakup akses,
amenitas, serta atraksi. Pemerintah daerah khususnya dinas pariwisata, tidak dapat bekerja
sendiri. Di berbagai tempat, pariwisata menjadi isu penting yang ditangani oleh beragam
instansi. Tata kelola kepariwisataan seperti di Manado, Sulawesi Utara telah membentuk suatu
kelembagaan DMO (Destination Management Organizaton) yang secara efektif melibatkan
unsur masyarakat, industri, akademisi, dan unsur pemerintah. sehingga, belajar dari langkah
daerah tersebut, isu kepariwisataan ini juga perlu melibatkan jajaran vertikal untuk bersama-
sama fokus dan serius dalam menangani pariwisata Maluku Utara.
Adapun pembahasan mengenai kepariwisataan tidak cukup hanya berhenti pada cakupan boks
ini saja. Tetapi ke depan, perlu kajian lebih lanjut dan lebih lebih dalam mengenai branding dan
bagaimana memasarkan pariwisata Maluku Utara. Tentunya diperlukan forum dan diskusi lanjut
dengan pihak lain untuk menghasilkan kajian dan rekomendasi yang tepat guna dan berdampak
luas.
31
Hingga akhir triwulan laporan, realisasi pendapatan pemerintah
mencapai 71,04% atau secara nominal meningkat 6,24% (yoy).
Hingga akhir triwulan III-2015 realisasi belanja APBD Provinsi
Maluku Utara baru mencapai 58,59%. Namun demikian, secara
nominal jumlah realisasi belanja pemerintah daerah hingga
akhir triwulan laporan masih mengalami kenaikan tipis sebesar
0,06% (yoy)
2 KEUANGAN PEMERINTAH
Realisasi
Pendapatan Tw III
Realisasi
Belanja Tw III
71,04%
58,59%
“Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja
pemerintah mengalami penurunan”
“Festival Teluk Jailolo” Courtesy : wisataindonesia.co.id
32
KEUANGAN PEMERINTAH
2.1 Struktur APBD
Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2015 adalah sebesar
Rp1,83 triliun atau meningkat 12,86% dari anggaran pendapatan pada APBD 2014. Sementara
itu, anggaran belanja pada APBD 2015 tercatat sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 16,42%
dari anggaran belanja tahun sebelumnya.
Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan
transfer sebesar 34,8% (yoy). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari
pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur
pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara
yaitu sebesar 82,6% pada APBD 2015, dikarenakan Pendapatan Asli Daerah belum dapat
menjadi tonggak utama keuangan daerah mengingat belum optimalnya penyerapan pajak,
masih rendahnya pendapatan perusahaan daerah, serta dampak penerapan UU Minerba pada
sektor pertambangan nikel di Maluku Utara. Sementara itu, meningkatnya pendapatan transfer
dipengaruhi oleh pengalihan subsidi energi pada APBN 2015 pada dana untuk pembangunan
daerah serta fokus pembangunan pemerintah pusat terhadap daerah di kawasan Indonesia
Timur.
Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
KEUANGAN PEMERINTAH
Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran
pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 16,0% (yoy).
Kenaikan pada nominal belanja modal tersebut menjadi harapan meningkatnya pembangunan
sarana publik/infrastruktur pada triwulan mendatang. Secara struktural, pangsa dari anggaran
belanja tidak mengalami banyak perubahan. Meskipun mengalami penurunan, belanja
operasional masih mendominasi struktur belanja dengan pangsa sebesar 67,6%.
Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015
2.2 Realisasi Pendapatan APBD
Jumlah total realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara, hingga
akhir triwulan III-2015 mencapai Rp1.298,56 miliar, atau 71,04% dari total target anggaran
pendapatan 2015 yang sebesar Rp1.827,93 miliar, atau masih di bawah target per triwulan III
sebesar 75%. Pencapaian tersebut meningkat apabila dibandingkan dengan realisasi
pendapatan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 70,34%. Secara nominal,
realisasi pendapatan tersebut juga meningkat sebesar 6,24% (yoy).
Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi tertinggi pendapatan Pemerintah
Provinsi Maluku Utara berasal dari komponen Transfer Pemerintah Pusat-Dana Alokasi Umum
sebesar 61,29%, diikuti Dana Penyesuaian yang menyumbang sebesar 13,34% dari total
pendapatan. Dengan demikian, pendapatan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan
Kota di Maluku Utara sebagian besar bukan berasal dari pendapatan dari daerah itu sendiri,
melainkan bergantung pada dana perimbangan.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
34
KEUANGAN PEMERINTAH
Meski secara umum realisasi seluruh komponen pendapatan pada triwulan III tahun
2015 lebih tinggi dibandingkan dengan dengan tahun sebelumnya, realisasi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-lain mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan
periode yang sama di tahun 2014.
Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III-2015 – data per 30 September 2015 (dalam rupiah)
Realisasi PAD hingga akhir semester III-2015 baru mencapai 40,32%, lebih rendah dari
realisasi pada tahun 2014 yang sudah mencapai 56,11%. Kondisi tersebut ditengarai
disebabkan oleh perusahaan tambang nikel masih beroperasi terbatas sembari menunggu
selesainya pembangunan smelter. Lesunya aktivitas perusahaan tambang ini diikuti dengan
berhentinya perusahaan-perusahaan pendukung sektor pertambangan seperti jasa sewa alat
berat, jasa angkut, jasa pengiriman, jasa restoran dan akomodasi, serta perusahaan pendukung
lainnya. Perusahaan-perusahaan tersebut selama ini menjadi lumbung PAD Maluku Utara
melalui pajak maupun retribusi daerah.
Sementara itu, berkat komitmen yang tinggi dari pemerintah pusat, realisasi komponen
pendapatan transfer menunjukkan kinerja yang lebih tinggi. Komponen pendapatan yang
menguasai 82,57% dari keseluruhan anggaran pendapatan ini, mencatatkan realisasi sebesar
76,73%, lebih tinggi dari pencapaian pada periode yang sama di tahun 2014 sebesar 75,77%.
Secara nominal realisasi pendapatan transfer meningkat 28,74% (yoy).
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
KEUANGAN PEMERINTAH
Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan III-2014 dan Triwulan III-2015
2.3 Realisasi Belanja APBD
Total realisasi belanja daerah sampai dengan akhir triwulan III-2015 mencapai
Rp1.068,94 miliar atau 58,59% dari total anggaran belanja sebesar 1.824,43 miliar. Jumlah
realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi belanja pada periode yang sama di tahun
2014 sebesar 60,72%. Namun demikian, secara nominal realisasi belanja hingga akhir triwulan
laporan masih meningkat tipis sebesar 0,06% (yoy).
Berdasarkan pangsanya, penyumbang tertinggi belanja daerah berasal dari komponen
belanja pegawai dengan pangsa 29,79% dari keseluruhan realisasi belanja triwulan III-2015.
Kemudian disusul dengan komponen Belanja Barang dengan pangsa sebesar 20,95% terhadap
total realisasi triwulan III-2015.
Rendahnya realisasi belanja daerah pada triwulan III-2015 terutama dipengaruhi oleh
komponen Belanja Modal. Hingga akhir triwulan laporan, realisasi komponen tersebut baru
mencapai 34,27% dari yang dianggarkan, jauh lebih rendah dibandingkan pencapaian pada
periode yang sama di tahun sebelumnya yakni mencapai 57,65%. Secara nominal, realisasi
belanja modal hingga akhir triwulan laporan turun 60,20% (yoy). Rendahnya realisasi Belanja
Modal pada triwulan III-2015 adalah imbas lanjutan dari keterlambatan pengesahan APBD 2015
yang baru terlaksana pada akhir Februari 2015. Kondisi ini berdampak pada terlambatnya
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
36
KEUANGAN PEMERINTAH
dropping dana ke SKPD-SKPD serta pemerintah kabupaten kota. Akibat keterlambatan
dropping, keseluruhan proses lelang juga mengalami kemunduran..
Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan III 2014 dan Triwulan III 2015
Di lain sisi, realisasi komponen belanja operasi sudah mencapai 64,99% dari anggaran.
Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2014 yang realisasinya baru mencapai
61,65%. Meningkatnya aktivitas Pemda, pencairan THR, serta persiapan kampanye pilkada
kabupaten/kota menjadi akselerator realisasi komponen ini.
Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III-2015 (dalam rupiah) – data per 30 September 2015
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
KEUANGAN PEMERINTAH
2.4 Rekening Pemerintah
Dana pemerintah daerah yang tersimpan di perbankan hingga akhir triwulan III-2015
tercatat sebesar Rp. 1,08 triliun. Sesuai dengan siklusnya jumlah tersebut turun 3,13% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya seiring meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah.
Secara tahunan, dana milik pemerintah daerah tersebut tumbuh 29,67
% (yoy) sedikit lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 31,63% (yoy).
Kondisi ini disebabkan adanya pergeseran puncak realisasi anggaran pemerintah provinsi
Maluku Utara yang pada tahun ini benar-benar terpusat pada triwulan III-2015 pasca
keterlambatan pengesahan APBD Provinsi Maluku Utara.
Dana Pemda yang tersimpan dalam bentuk giro tercatat turun 7,37% (yoy) setelah pada
triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 9,08% (yoy). Sementara itu, simpanan likuid
lainnya yakni tabungan tercatat tumbuh melambat dari 130,92% (yoy) menjadi 118,83% (yoy)
Selain tingginya realisasi anggaran pada triwulan laporan, penurunan juga ditengarai karena
adanya shifting penempatan dana Pemda di perbankan ke dalam bentuk deposito. Bunga
deposito yang lebih tinggi diharapkan menjadi salah satu alternatif pendapatan daerah lainnya.
Hal ini terindikasi dari terus meningkatnya pertumbuhan dana milik Pemda yang disimpan
dalam bentuk deposito. Pada triwulan III-2015, deposito milik Pemda mencapai Rp 313,5 miliar
atau tumbuh 268% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan II-2015 sebesar 265% (yoy)
Grafik 2.5 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)
Sumber : Data Perbankan
38
KEUANGAN PEMERINTAH
39
Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di
Provinsi Maluku Utara pada triwulan III 2015 tercatat sebesar
6,60% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan
sebelumnya sebesar 8,22% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,40% (yoy).
Secara bulanan, selama triwulan kedua Provinsi Maluku Utara
mengalami dua kali inflasi yang cukup tinggi yaitu sebesar
0,90% (mtm), 1,56% (mtm) dan menutup triwulan III dengan
deflasi sebesar 1,58%.
3 INFLASI
Inflasi Yoy
Tw III
Inflasi Qtq
Tw III
6,60%
0,86%
“Tekanan Inflasi pada triwulan III 2015 menurun”
40
INFLASI
2.1 Kondisi Umum
Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara yang
direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 6,60% (yoy), lebih
rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 8,22% (yoy). Sementara inflasi tahun
kalender Kota Ternate mencatat angka sebesar 1,99% (ytd). Pencapaian tersebut juga lebih
baik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 2,70% (ytd). Adapun
angka inflasi tahunan Kota Ternate triwulan III 2015 ini lebih rendah dibandingkan dengan
angka inflasi Nasional sebesar 6,83% (yoy).
Secara bulanan, selama awal triwulan ketiga Provinsi Maluku Utara mengalami dua kali
inflasi berturut-turut yaitu sebesar 0,90% (mtm), 1,56% (mtm) dan menutup triwulan III dengan
deflasi sebesar 1,58%. Sehingga dengan adanya inflasi bulanan dan deflasi, hingga akhir
triwulan III-2015, Maluku Utara mengalami inflasi sebesar 1,99% (ytd). Inflasi kalender Malut
tersebut menempati posisi ke-40 daerah inflasi tertinggi pada skala Nasional, dimana angka ini
lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender Nasional sebesar 2,24% (ytd).
Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional
Turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya
disebabkan oleh penurunan harga pada hampir seluruh kelompok penyumbang inflasi, terutama
kelompok bahan makanan dan sandang. Berakhirnya siklus puasa dan hari raya Idul Fitri yang
lebih awal pada tahun ini serta dukungan pasokan yang relatif lebih stabil selama triwulan III-
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
INFLASI
2015 (relatif dibandingkan triwulan III-2014) menjadi faktor utama penurunan tekanan inflasi
pada komoditas yang terkait dengan bahan makanan khususnya bumbu-bumbuan dan ikan
segar. Dengan demikian, inflasi volatile foods pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,69%
(yoy) lebih rendah dari triwulan II 2015 yang mencapai 7,97% (yoy)
Sementara itu beberapa tarif yang tergolong dalam administered prices juga tercatat
turun seperti tarif listrik dan tarif angkutan. Masih rendahnya harga minyak dunia yang menjaga
harga bahan bakar bersubsidi serta menurunkan tarif listrik memberikan kontribusi pada
meredanya tekanan pada inflasi administered prices menjadi 12,02% (yoy) dari 15,10% (yoy)
pada triwulan sebelumnya
Di lain sisi, inflasi inti yang tercatat 5,44% (yoy), mengalami penurunan tekanan yang
lebih sedikit dibandingkan kelompok lainnya. Meskipun konsumsi masyarakat kembali normal
setelah siklus bulan Ramadhan, peningkatan nilai mata uang asing masih berdampak pada
kenaikan harga beberapa barang impor serta penyesuaian ongkos produksi beberapa produk
manufaktur.
Tabel 3.1 Statistik Inflasi Per Kelompok
Tw III
2014
YtD
2014
YoY
Tw II
2015
YoY
Tw III
2015
YoY
Tw III
2015
YtD
Tw III
2015
QTQ
UMUM
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
42
INFLASI
3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate
3.2.1 Inflasi Tahunan (yoy)
Inflasi tahunan Provinsi Maluku Utara pada triwulan laporan mereda dari 8,22% (yoy)
pada triwulan sebelumnya, menjadi 6,60% (yoy). Turunnya tekanan inflasi terutama disebabkan
oleh menurunnya inflasi kebutuhan primer yaitu komoditas yang termasuk dalam kelompok
bahan makanan dan sandang yang mencatat inflasi tahunan yang lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Tabel 3.2 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Berdasarkan disagregasinya, penurunan tekanan inflasi disumbang oleh ketiga
kelompok inflasi, dengan penurunan tekanan terbesar adalah pada kelompok volatile foods. Hal
tersebut serupa dengan kelompok komoditas kontributor penurunan tekanan inflasi yaitu bahan
makanan. Kelompok administered prices juga menunjukkan penurunan inflasi tahunan (year on
year) yang cukup siginifikan, sehingga inflasi administered prices memperlihatkan angka yang
cukup kontras dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya.
Grafik 3.2 Disagregasi Inflasi Maluku Utara
II III IV I II IIIKelompok Barang dan Jasa 2014 2015 Andil
INFLASI
Penurunan tekanan inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan terutama terjadi
pada subkelompok buah-buahan, bumbu dan kacang-kacangan. Sayuran pelengkap makanan
seperti tomat, wortel dan ketimun mengalami penurunan tekanan inflasi dibandingkan triwulan
lalu. Hal ini salah satunya didukung oleh ketersediaan sayuran dari dalam propinsi dapat terjaga
dengan pasokan yang mencukupi. Kondisi ini berbeda dengan daerah lain di wilayah Indonesia
yang dilanda oleh fenomena El-Nino sehingga mengalami kekeringan pada sebagian lahan
pertaniannya. Melimpahnya pasokan juga terkonfirmasi dari lonjakan jumlah sayuran dan
bumbu-bumbuan seperti cabai dan tomat yang diekspor ke luar Malut pada bulan September
yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.
Serupa dengan bahan makanan, kelompok sandang juga menunjukkan pelemahan
tekanan inflasi, khususnya pada komoditas yang terkait dengan sandang pria seperti kemeja,
sandal dan lainnya yang sebagian besar merupakan barang impor. Adapun meredanya tekanan
inflasi pada kedua kelompok ini dikarenakan berakhirnya bulan Ramadhan yang jatuh pada
triwulan lalu sehingga permintaan pada kedua kelompok tersebut berangsur menurun.
Grafik 3.3 Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
44
INFLASI
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Tabel 3.3 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa
3.2.2 Inflasi Triwulanan (qtq)
Inflasi triwulan laporan menunjukkan inflasi sebesar 0,86% (qtq) jauh lebih rendah
dibandingkan triwulan II-2015 yang mengalami inflasi sebesar 2,17% (qtq). Tingkat inflasi ini
jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi triwulanan Kota Ternate selama tiga tahun
terakhir yang sebesar 1,81% (qtq). Siklus inflasi triwulanan pada periode ini mengalami siklus
yang normal sesuai dengan siklus konsumsi paska hari raya. Penurunan tekanan inflasi
terutama disebabkan oleh turunnya inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan dan kelompok bahan makanan. Sementara penyebab inflasi triwulanan
disumbangkan tertinggi oleh inflasi pada kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga.
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Barang & Jasa Inflasi Andil Barang & Jasa Inflasi Andil
I II III IV I II IIIKelompok Barang dan Jasa
2014 2015Andil
INFLASI
Penurunan tekanan inflasi triwulanan yang drastis juga terjadi pada kelompok sandang
dan pangan, yang pada triwulan lalu mencatat lonjakan inflasi yang cukup signifikan akibat
tingginya permintaan pada pra dan saat bulan Ramadhan. Tingkat konsumsi yang cukup besar
pada triwulan lalu, mendeselerasi intensitas konsumsi masyarakat pada triwulan ini khususnya
barang yang tidak habis konsumsi seperti pakaian sehingga memperkecil tekanan inflasi
kelompok sandang pada triwulan ini.
Di lain sisi, inflasi pada triwulan ini sebagian besar disumbang oleh kelompok makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau yang juga mengalami peningkatan tekanan inflasi
triwulanan. Peningkatan harga rokok, beberapa jenis minuman seperti teh, dan beberapa jenis
makanan jadi disebabkan oleh meningkatnya permintaan selama bulan September 2015 untuk
keperluan syukuran keberangkatan calon jamaah haji.
Selain itu, penyumbang inflasi triwulanan pada periode laporan juga datang dari
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami lonjakan inflasi triwulanan yang
cukup signifikan. Kondisi ini terjadi seiring dengan faktor musiman tahun ajaran baru yang jatuh
pada triwulan laporan, atau tepatnya sekitar bulan Juli-Agustus, sehingga terjadi penyesuaian
biaya pendidikan. Hal ini terkonfimasi dari inflasi pada subkelompok pendidikan yang
mengalami inflasi sebesar 7,19% (qtq), dimana diantaranya terdiri atas kenaikan biaya sekolah
untuk seluruh tingkatan sekolah dari kelompok bermain hingga perguruan tinggi dengan
kenaikan berkisar antara 0,24% - 23,53%.
3.2.3 Inflasi Bulanan (mtm)
Laju inflasi bulanan (mtm) kota Ternate pada triwulan III 2015 mengalami tren yang
fluktuatif, dimana pada bulan Juli 2015, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,90% (mtm),
kemudian pada bulan Agustus 2015 kembali terjadi inflasi sebesar 1,56% (mtm) dan kemudian
triwulan III ditutup dengan deflasi yang cukup dalam yaitu sebesar deflasi 1,58% (mtm).
Pola inflasi nasional memiliki pola yang searah dengan inflasi Kota Ternate, dimana baik
Kota Ternate maupun inflasi nasional mengalami dua kali kenaikan dan kemudian ditakhiri
dengan penurunan level inflasi. Kendati selama dua bulan terakhir Kota Ternate memiliki inflasi
bulanan yang lebih tinggi dibandingkan kondisi inflasi di level Nasional dengan gap yang cukup
46
INFLASI
besar, deflasi pada akhir triwulan III Kota Ternate lebih dalam dibandingkan nasional yang
mencatat deflasi sebesar 0,05%.
Grafik 3.4 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional
Bahan makanan khususnya ikan dan beras masih mendominasi karakteristik inflasi
ketiga bulan tersebut. Penyumbang inflasi seperti komoditas ikan cakalang, daging ayam dan
beras beberapa kali ditemukan sebagai faktor penyebab inflasi pada triwulan ini meskipun
bukan menjadi penyumbang inflasi yang utama. Sementara itu, penyebab inflasi bulanan yang
utama masih berkaitan dengan faktor musiman.
Pada bulan Juli 2015, masih dalam periode hari raya Idul Fitri, perusahaan maskapai
memanfaatkan tingginya permintaan pada momentum ‘arus balik’ dengan peningkatan tarif,
sehingga peringkat pertama andil inflasi bulan Juli ditempati oleh tarif angkutan udara. Selain itu
tingginya permintaan rokok seiring seremoni pra keberangkatan haji yang berlaku dimasyarakat
Maluku Utara menjadikan rokok putih maupun kretek sebagai komoditas penyumbang inflasi
bulanan. Komoditas tersebut disusul dengan kenaikan harga ikan cakalang akibat cuaca yang
kurang kondusif.
Selama triwulan III-2015, inflasi bulanan tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2015 yakni
1,58% (mtm). Inflasi pada bulan ini terkonsentrasi pada komoditas ikan. Kenaikan harga ikan
segar pada bulan Agustus 2015 cukup fantastis dimana hampir seluruh jenis ikan tangkapan
laut mencapai kenaikan pada kisaran 10 hingga 40 persen. Pada minggu pertama hingga
minggu ketiga di bulan Agustus tercatat adanya gelombang laut yang relatif tinggi sehingga
aktivitas nelayan untuk melaut relatif berkurang. Kelangkaan pasokan langsung terlihat di sentra
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
INFLASI
perdagangan ikan pada awal bulan Agustus. Dari sisi permintaan, adanya syukuran wisuda 2
universitas serta syukuran keberangkatan calon jamaah haji meningkatkan intensitas
permintaan untuk komoditas ikan segar yang menjadi komoditas pangan favorit warga Maluku
Utara. Kondisi tersebut mengantarkan jenis ikan konsumsi utama masyarakat Malut yaitu
cakalang, malalugis serta selar/tude menempati tiga posisi inflasi teratas pada bulan Agustus.
Selain ikan, komoditas substitusinya seperti daging ayam juga mengalami kenaikan IHK
hingga 22,32% (mtm). Kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh kurangnya pasokan
komoditas tersebut dari Pulau Jawa. Pada bulan Agustus 2015 sempat terjadi pemogokan
pedagang ayam di area Jawa akibat tingginya harga ayam ras seiring meningkatnya harga
DOC, pakan ternak, dan vaksin ayam.
Kemudian pada bulan September 2015, kontras dengan bulan sebelumnya, tekanan
deflasi mengembalikan sejumlah komoditas yang pada bulan sebelumnya mengalami inflasi
contohnya komoditas perikanan. Bahkan, ketiga komoditas penyumbang inflasi teratas bulan
lalu kini mencatat deflasi paling dalam yang antara lain adalah cakalang, malalugis, selar.
Selain disebabkan oleh produksi tangkapan ikan yang tinggi pada bulan ini, kondisi ini disinyalir
terjadi sebagai implikasi mekanisme pasar dimana permintaan berkurang seiring harga yang
terus melonjak pada bulan sebelumnya, sehingga penjual harus menekan harga ke bawah.
Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate
3.3 Faktor-faktor Penggerak Inflasi
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan melemah
baik pada kelompok administered prices dan volatile foods, serta core inflation. Kendati masih
relatif stabil dan terjaga, beberapa gejolak masih terjadi secara signifikan pada masing-masing
kelompok inflasi.
JULINo. Komoditas Andil mtm
1 Angkutan Udara 0,27%
2 Rokok Putih 0,12%
3 Rokok Kretek Filter 0,11%
4 Cakalang/Sisik 0,08%
5 Cakalang Asap 0,06%
AGUSTUSNo. Komoditas Andil mtm
1 Cakalang/Sisik 0,53%
2 Malalugis/Sohiri 0,31%
3 Selar/Tude 0,24%
4 Pasir 0,14%
5 Daging Ayam Ras 0,12%
SEPTEMBERNo. Komoditas Andil mtm
1 Cakalang/Sisik -0.81%
2 Malalugis/Sohiri -0.30%
3 Selar/Tude -0.25%
4 Angkutan Udara -0.23%
5 Tongkol/Ambu-Ambu -0.08%
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
48
INFLASI
3.3.1 Faktor Fundamental
Core inflation
Tekanan inflasi inti (core inflation) tahunan pada triwulan III 2015 turun dari 6,05% (yoy)
menjadi 5,44% (yoy). Penurunan tekanan terutama terjadi komoditas kelombok makanan jadi
dan kelompok sandang. Turunnya tekanan inflasi inti disebabkan oleh menghilangnya efek
penyesuaian harga produk makanan jadi dan kelompok sandang yang sempat mengalami
kenaikan akibat efek kenaikan tarif listrik berkala di tahun 2014.
Penurunan tekanan inflasi inti juga dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas emas
perhiasan. Hal ini terindikasi dari harga emas dunia yang mengalami penurunan lebih dalam
dibandingkan dengan penurunan triwulan sebelumnya, yaitu turun sebesar 9,93% (yoy) pada
triwulan ini.
Grafik 3.6 Pergerakan Harga Emas Internasional
Meskipun mengalami penurunan tekanan, penurunan inflasi inti tidak sebesar kelompok
lainnya. Hal ini disebabkan oleh nilai mata uang asing yang semakin melambung pada triwulan
ini dan terus memberikan tekanan pada inflasi inti. Industri yang menggunakan bahan baku
impor serta sektor perdagangan yang menjual barang-barang impor seperti elektronik dan
perlengkapan rumah tangga beberapa kali menyesuaikan harga setelah kenaikan harga bahan
baku mengikis margin keuntungan. Selama triwulan laporan, Dollar Amerika terus mengalami
apresiasi. Pada akhir Tw III-2015, Nilai Rupiah terhadap dolar Amerika (kurs jual) tercatat
Sumber : World Bank
INFLASI
sebesar Rp.14.657 atau terapresiasi signifikan sebesar 20,62% (yoy) dibandingkan rata-rata
pada periode yang sama, dimana nilai tukar pada triwulan sebelumnya sebesar Rp.13.399,
Grafik 3.5 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika
3.3.2 Non Fundamental
Volatile foods
Tekanan inflasi yang dialami kelompok volatile foods pada triwulan laporan mengalami
retardasi dari 7,97% (yoy) pada triwulan II menjadi 4,69% (yoy) pada triwulan ini. Berkurangnya
tekanan inflasi volatile food disebabkan oleh terjaganya pasokan buah-buahan dan bumbu-
bumbuan seiring meningkatnya panen di sentra produksi dalam provinsi. Kedua subkelompok
ini mengalami deflasi sebesar 1,37% (yoy) dan 0,66% (yoy). Deflasi juga tercatat terjadi pada
subkelompok kacang-kacangan, serta lemak dan minyak seiring dengan lancarnya pasokan
dari Manado dan Surabaya..
Subkelompok ikan segar yang menjadi salah satu penyumbang terbesar pada
meredanya tekanan inflasi volatile foods year on year pada triwulan laporan seiring
meningkatnya stok pada kelompok komoditas ikan segar yang merupakan makanan favorit
warga Maluku Utara. Berdasarkan data PIPP yang mewakili hasil tangkapan nelayan, hasil
tangkapan ikan pada triwulan III 2015 dilaporkan mencapai 2.167 ton dengan pertumbuhan
Sumber : Bank Indonesia
50
INFLASI
13,73% (yoy), jauh meningkat dibandingkan tangkapan triwulan sebelumnya sebesar 1.754 ton
dengan pertumbuhan negatif 4,52% (yoy).
Grafik 3.7 Nilai Ikan Tangkap
Grafik 3.8 Volume Ikan Tangkap
Administered prices
Inflasi yang dialami oleh kelompok administered prices pada akhir triwulan III 2015
tercatat melemah dari 15,10% (yoy) menjadi 12,02% (yoy). Penurunan tekanan inflasi terjadi
pada beberapa subkelompok terutama subkelompok transport serta subkelompok bahan bakar,
penerangan, dan air.
Pada subkelompok transpor, turunya beberapa tarif angkutan terutama angkutan udara
disebabkan oleh berakhirnya peak season akibat hari raya Idul Fitri dan keberangkatan jamaah
haji yang bergeser ke depan (Juli-Agustus 2015). Dengan perkembangan tersebut serta
stabilnya harga avtur seiring melemahnya harga minyak dunia, tarif angkutan udara yang
mencatat deflasi sebesar 20,37% (yoy). Bukan hanya angkutan udara, sarana transportasi
jarak jauh yang biasa digunakan masyarakat untuk mobilitas selama lebaran seperti angkutan
laut juga mengalami penurunan tarif.
Sementara itu, implikasi kebijakan pemerintah juga efektif pada turunnya subkelompok
pada bahan bakar, penerangan dan air. Tarif PLN nonsubsidi (golongan R2, R3, B2, B3, I3, dan
I4) diturunkan seiring turunnya harga minyak mentah Indonesia. Dengan adanya penurunan
Sumber: PPN Kota Ternate, diolah Sumber: PPN Kota Ternate, diolah
INFLASI
tersebut inflasi tahunan pada tarif listrik tercatat sebesar 14,33% (yoy), turun dari triwulan
sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 24,44% (yoy).
Grafik 3.9 Pergerakan harga Premium dan Solar
Sementara itu BBM bersubsidi yang selama ini menjadi penyumbang inflasi terbesar di
Maluku Utara terpantau stabil. Belum ada isu terkait kenaikan harga bahan bakar seiring
turunnya harga minyak mentah dunia. Ketersediaan bahan bakar di Maluku Utara juga
terpantau relatif stabil dan tidak menunjukkan adanya kelangkaan, sehingga tarif angkutan
dalam kota serta barang substitusinya terpantau masih di dalam range yang terjaga.
3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara
Selama triwulan III 2015, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku Utara
dan TPID Kota Ternate telah melakukan 2 kali rapat koordinasi (high level meeting). Selain
untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi stok pangan strategis, rapat juga dilaksanakan
untuk merumuskan program-program TPID triwulan IV 2015 serta program TPID provinsi
Maluku Utara dalam rangka menjaga stabilitas inflasi dalam jangka menengah – panjang.
Sumber: Pertamina, diolah
52
INFLASI
No Koordinator Kegiatan
1 TPID Provinsi Maluku Utara High Level Meeting PIHPS dan perumusan strategi
pengendalian inflasi Maluku Utara Jangka Menengah
Panjang
2 TPID Kota Ternate High Level Meeting evaluasi inflasi 2015 dan perumusan
langkah pengendalian inflasi triwulan IV-2015
3 Pokjanas TPID Rakornas TPID
Tabel 3.6 Program Pengendalian Inflasi Puasa – Idul Fitri TPID Provinsi Maluku Utara dan Kota Ternate
Strategi sosialisasi peran TPID yang telah dilaksanakan TPID Provinsi Maluku Utara
melalui roadshow ke berbagai kabupaten kota di Maluku Utara telah mendapat tanggapan
positif. Saat ini, TPID Kota Tidore Kepulauan dan TPID Halmahera Timur telah resmi terbentuk.
Sementara itu dalam rangka meningkatkan koordinasi pemerintah kota Ternate dengan
pemerintah provinsi Jawa Timur untuk menjaga ketersediaan suplai dari Jawa Timur ke
Ternate, pada bulan Oktober akan dilakukan pertemuan delegasi dagang antara kedua pemda.
Pertemuan tersebut diikuti dengan pembentukan atase perdagangan Jawa Timur di Kota
Ternate.
53
Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada
triwulan III-2015 menunjukkan kinerja yang positif
khususnya pada perkembangan volume usaha dan
penghimpunan dana. Fungsi intermediasi perbankan juga
tercatat masih berada pada level yang tinggi.
Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor
korporasi maupun rumah tangga masih relatif baik yang
terindikasi dari rasio NPL yang berada pada level yang
rendah dan cenderung mengalami penurunan.
4 KINERJA PERBANKAN &
Pertumbuhan
DPKYoy Tw III
Penyaluran kredit
Yoy Tw III
16,97%
11,88%
PEKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
“Pantai Sulamadaha, Ternate” Courtesy : jalan2.com
“Kinerja positif sektor perbankan & kenaikan
transaksi tunai serta RTGS seiring
meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi”
54
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
4.1 Kinerja Perbankan
4.1.1 Perkembangan Aset Perbankan
Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan III-2015 tercatat sebesar
Rp7,73 triliun, meningkat 3,89% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, aset tumbuh
sebesar 14,32% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,16% (yoy).
Kondisi ini seiring dengan meningkatnya pertumbuhan DPK, turunnya NPL dan pengembangan
jaringan kantor bank milik pemerintah.
Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)
Dari segi kepemilikan, peningkatan pertumbuhan terutama dipengaruhi oleh ekspansi
bank milik pemerintah. Kelompok bank “pelat merah” ini tercatat tumbuh 15,26% (yoy) lebih
tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,73% (yoy). Sementara itu, bank milik
swasta tercatat tumbuh 6,59% (yoy) sedikit lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya
sebesar 6,79% (yoy).
Berdasarkan jenis operasinya, perbankan konvensional tercatat lebih agresif dalam
melakukan ekspansi. Aset perbankan konvensional tercatat tumbuh meningkat dari 11,98%
7,439.76 7,728.84
13.16% 14.32%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
AKTIVA yoy
AKTIVA PERBANKAN
Sumber: LBU diolah
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
(yoy) menjadi 14,21% (yoy). Sementara itu, perbankan syariah tumbuh melambat dari 9,91%
(yoy) menjadi 9,78% (yoy).
4.1.2 Intermediasi Perbankan
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada
triwulan III-2015 mencapai Rp 6,52 triliun, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 8,59%
(qtq). Secara tahunan, pertumbuhan DPK mencapai 16,97% (yoy), meningkat
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2015 yang pertumbuhannya sebesar 16,44 %
(yoy).
Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah)
Peningkatan pertumbuhan terutama terjadi pada jenis simpanan tabungan. Pada
triwulan laporan, jumlah simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp3,37 triliun atau
tumbuh meningkat dari 8,94% (yoy) menjadi 14,04% (yoy). Akselerasi terutama terjadi pada
simpanan milik perseorangan yang tumbuh sebesar 8,53% (yoy) lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang hanya tumbuh 3,63% (yoy).
Sementara itu, simpanan dalam bentuk deposito pada akhir triwulan laporan mencapai
Rp1,44 triliun, meningkat sebesar 8,57% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
Rp
Mili
ar
Giro Tabungan Deposito gDPK_yoy-RHS
DPK PERBANKAN
Sumber : LBU, diolah
56
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
tahunan, deposito tumbuh sebesar 32,56% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 29,36% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito pada triwulan laporan
disumbang oleh peningkatan deposito yang disimpan para pelaku usaha swasta. Deposito milik
swata non lembaga keuangan tercatat tumbuh 193,23% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan
triwulan sebelumnya sebesar 99,74% (yoy). Kondisi ini dapat menjadi indikasi bahwa
pendapatan para pelaku usaha swasta meningkat sehingga dapat menyimpan deposito dalam
jumlah yang lebih besar. Sementara itu, deposito milik Pemda juga tercatat tumbuh meningkat
dari 265,55% (yoy) menjadi 267,67% (yoy). Bunga deposito yang relatif tinggi menyebabkan
adanya fenomena shifting penempatan dana pemerintah dari giro menjadi deposito dalam
rangka mendapatkan tambahan pendapatan daerah.
Di lain sisi, simpanan giro tercatat tumbuh melambat. Pada akhir triwulan laporan
jumlah simpanan giro di perbankan Maluku Utara mencapai Rp1,70 triliun, tumbuh melambat
dari 21,69% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 11,54% (yoy). Perlambatan dipengaruhi
oleh meningkatnya realisasi anggaran belanja pemerintah di tengah melambatnya realisasi
pendapatan pemerintah. Giro milik Pemda tercatat mengalami kontraksi sebesar 7,37% (yoy)
setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 9,08% (yoy). Melambatnya giro
juga dipicu oleh meningkatnya penggunaan dana milik sendiri oleh berbagai perusahaan
swasta. Giro milik sektor swasta tercatat tumbuh melambat dari 39,46% (yoy) menjadi 29,52%
(yoy).
Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku
Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,52 triliun atau meningkat 1,77% (qtq). Secara
tahunan, penyaluran kredit tumbuh 11,88% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 12,63% (yoy).
Pelambatan laju penyaluran kredit terutama dipengaruhi oleh kredit kredit modal kerja
yang tumbuh 10,83% (yoy) pada triwulan laporan lebih rendah dari pertumbuhan triwulan II-
2015 sebesar 15,37% (yoy) pada triwulan II-2015. Kredit modal kerja yang disalurkan ke sektor
perdagangan dan sektor industri pengolahan tercatat tumbuh melambat seiring dengan lesunya
kinerja pada kedua sektor ini selama triwulan laporan. Adanya El Nino, ancaman gelombang
tinggi pada akhir tahun, serta harga komoditas di pasar internasional yang belum mengalami
kenaikan yang signifikan menyebabkan ekspektasi pelaku usaha di sektor perdagangan
cenderung turun sehingga mempengaruhi permintaan terhadap kredit. Hal ini terkonfirmasi dari
hasil SKDU di mana ekspektasi kinerja sektor perdagangan sedikit mengalami penurunan dari
12,01% menjadi 11,34%. Di lain sisi, berakhirnya masa panen komoditas perkebunan serta
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
faktor El nino menyebabkan pasokan bahan baku komoditas industri pengolahan di Maluku
Utara juga terbatas. Hal ini menyebabkan ruang ekspansi produksi menjadi terbatas dan
suntikan kredit modal kerja menjadi suatu keperluan yang sangat sekunder.
Sementara itu, kredit produktif lainnya yakni kredit investasi pada triwulan laporan
masih mengalami penurunan sebesar 3,61% (yoy) namun tidak sedalam penurunan pada
triwulan sebelumnya sebesar 3,61% (yoy). Adanya potensi perbaikan pertumbuhan kredit
investasi terutama dipengaruhi oleh persepsi para pelaku usaha seiring meningkatnya
kepastian pembangunan smelter di Maluku Utara..
Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)
Di lain sisi, seiring dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga, kredit konsumsi
yang menguasai 64,51% dari total keseluruhan kredit, tercatat tumbuh 14,43% (yoy) pada
triwulan laporan, lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai
14,08% (yoy). Adanya momen liburan sekolah, hari raya Idul Fitri, dan Idul Adha yang kali ini
seluruhnya berada pada triwulan III-2015 meningkatkan intensitas pembelian masyarakat akan
berbagai barang konsumsi secara signifikan khususnya untuk kendaran bermotor dan
elektronik. Kredit kendaraan bermotor tercatat tumbuh 499,56% (yoy) lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya sebesar 447,56% (yoy). Sementara itu, kredit untuk barang elektronik tumbuh
7,71% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 0,01% (yoy)
Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui
tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang tinggi yakni 84,70%.
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
Rp
Mili
ar
Modal Kerja Investasi Konsumsi gKredit_yoy-RHS
PERKEMBANGAN KREDIT
Sumber : LBU, diolah
58
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tingkat LDR tersebut sedikit mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang mencapai
87,04%.
Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara
4.1.3 Perkembangan Bank Syariah
Perbankan syariah secara umum memiliki share aset sebesar 5,13% dari seluruh
perbankan umum di Maluku Utara pada triwulan laporan. Kecilnya jumlah ini ditengarai karena
masih kecilnya preferensi masyarakat Maluku Utara untuk menggunakan layanan bank syariah.
Terbatasnya jaringan baik kantor maupun ATM juga menjadikan kelompok ini kurang dikenal
masyarakat.
Seiring dengan turunnya pertumbuhan pembiayaan dari bank syariah, volume usaha
kelompok bank syariah juga mengalami perlambatan. Aset perbankan syariah Maluku Utara
pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp396,46 miliar. Secara tahunan, volume usaha
perbankan syariah pada triwulan laporan tumbuh 9,17% (yoy), lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 9,78% (yoy).
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah pada triwulan III-2015
tercatat Rp352,88 miliar atau meningkat 8,42% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan,
DPK perbankan syariah tumbuh 20,22% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulanan
75%
80%
85%
90%
95%
100%
105%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
Rp
Mili
ar
DPK (Milyar Rp) Kredit (Milyar Rp) LDR-RHS
PERKEMBANGAN LDR
Sumber : LBU, diolah
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
sebelumnya yang mencapai 17,39% (yoy). Percepatan pertumbuhan didorong oleh
meningkatnya pertumbuhan tabungan syariah.
Tabungan syariah di Maluku Utara tercatat mencapai Rp224,85 miliar atau tumbuh
13,84% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 8,03% (yoy). Intensitas pencairan tabungan kembali normal pasca berakhirnya masa
liburan sekolah dan hari raya Idul Fitri di bulan Juli 2015.
Di lain sisi, deposito syariah tercatat tumbuh 10,28% (yoy) lebih rendah dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya 24,74% (yoy). Mulai turunnya rate bagi hasil deposito
syariah menyebabkan adanya shifting jenis simpanan dari deposito ke simpanan yang lebih
likuid yakni tabungan.
Giro syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya, melambat dari 21,01% (yoy) menjadi 9,42%. Selain meningkatnya realisasi dana
milik pemerintah daerah, perlambatan ini juga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan
dana milik sendiri oleh BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta.
Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah
Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan III-2015
tercatat sebesar Rp189,48 miliar, turun 4,09% (qtq). Secara tahunan, pembiayaan syariah turun
5,59% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga turun sebesar 1,39% (yoy). Perlambatan
terutama dipengaruhi oleh pembiayaan investasi yang mengalami kontraksi sebesar 6,18%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
Rp
Mili
ar
DPK (Juta) Pembiayaan (Juta) FDR
PERKEMBANGAN BANK SYARIAH
Sumber : LBU, diolah
60
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 15,57% (yoy). Kondisi
harga komoditas yang belum membaik menyebabkan pelaku usaha di sektor perdagangan
tidak mengajukan permohonan kredit untuk periode yang panjang. Di lain sisi, tingginya NPF
pada pembiayaan syariah sektor perdagangan menyebabkan perbankan cenderung hati-hati
dalam menyalurkan kredit jenis ini. Pada akhir triwulan III-2015 NPF sektor perdagangan di
Malut mencapai 14,44%.
Pembiayaan syariah produktif lainnya yakni pembiayaan modal kerja masih tumbuh
positif sebesar 14,87% (yoy) namun lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
mencapai 49,77% (yoy). Perlambatan ini seiring dengan melambatnya sektor pertanian dan
perdagangan yang merupakan pangsa terbesar dari pembiayaan jenis ini.
Sementara itu, pembiayaan konsumtif kembali mengalami penyusutan sebesar 12,20%
(yoy). Penyusutan ini tidak sedalam triwulan sebelumnya yang mencapai 17,68% (yoy).
Penyusutan kembali disebabkan oleh minimnya pembiayaan untuk kepemilikan rumah.
Turunnya pertumbuhan pembiayaan menyebabkan peran intermediasi bank syariah
yang tercermin dari angka FDR (financing to deposit ratio) mengalami penurunan. Pada triwulan
laporan, FDR perbankan syariah Maluku Utara tercatat sebesar 53,70% lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang mencapai 60,70%.
Dari sisi risiko pembiayaan, non performing finance (NPF) mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya dari 4,51% menjadi 4,08% pada triwulan laporan. Hal ini
menunjukan bahwa kualitas pembiayaan syariah mengalami perbaikan. Penurunan NPF
terutama berasal dari pembiayaan konsumtif yang kualitasnya membaik seiring kondisi
penerimaan masyarakat yang juga meningkat.
4.1.4 Bank Perkreditan Rakyat
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
di Maluku Utara pada triwulan III-2015 masih tumbuh positif namun melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Aset BPR/S secara tahunan tumbuh 18,40% (yoy) lebih rendah dari
triwulan sebelumnya sebesar 48,03% (yoy) seiring melambatnya pertumbuhan
penghimpunan dan penyaluran dana BPR/BPRS di Maluku Utara.
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs
DPK pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 28,02 miliar atau tumbuh 23,70% (yoy),
lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 31,32% (yoy). Pertumbuhan deposito
dan tabungan pada triwulan laporan masing-masing mencapai 23,47% (yoy) dan 29,80% (yoy)
lebih rendah dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar
37,70% (yoy) dan 46,62% (yoy). Melambatnya pertumbuhan DPK BPR/BPRS disebabkan oleh
besarnya penarikan dana pada triwulan laporan seiring meningkatnya konsumsi masyarakat.
Hal ini juga menjadi indikasi bahwa BPR/BPRS masih sangat tergantung pada nasabah lama
sehingga pertumbuhan DPKnya sangat sensitif terhadap kondisi konsumsi masyarakat.
Dari sisi penyaluran dana, pada triwulan laporan BPR/BPRS di Maluku Utara berhasil
mencatatkan kredit sebesar Rp41,98 miliar atau tumbuh 32,97% (yoy), lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh 42,83% (yoy). Sama halnya dengan bank umum,
perlambatan kredit terutama terjadi untuk debitur yang beroperasi di sektor perdagangan besar
dan eceran.
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Rp
Mili
ar
Aset (Juta Rp) DPK (Juta Rp) Kredit (Juta Rp)
PERKEMBANGAN BPR
Sumber : LBU, diolah
62
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
4.2 Stabilitas Sistem Keuangan
4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah dan Sektor Rumah Tangga
Secara umum, ketahanan sektor korporasi daerah dan sektor rumah tangga
masih berada dalam kondisi yang cukup baik. Risiko kredit yang dicerminkan dengan
perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan masih berada di dalam batas
aman. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian risiko kredit terindikasi mulai
menurun. Rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 2,07%, lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,33%.
Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan
Membaiknya risiko kredit berasal dari seluruh sektor baik rumah tangga maupun
produktif. NPL untuk kredit ke sektor rumah tangga terjaga di level yang rendah yakni sebesar
0,61% kembali membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 0,72%. Sementara itu NPL
pada sektor produktif membaik dari 5,43% menjadi 4,80%.
Penurunan NPL sektor rumah tangga terjadi seiring membaiknya kondisi pendapatan
masyarakat khususnya pasca penyaluran THR di Bulan Juni dan Juli 2015. Penurunan NPL
sektor rumah tangga terjadi pada jenis kredit multiguna dan kredit untuk kendaraan bermotor.
Kredit multiguna yang menguasai 50,34% dari total NPL kredit konsumtif, rasio NPLnya turun
dari 0,80% pada triwulan sebelumnya menjadi 0,56%. NPL kredit untuk kepemilikan kendaraan
bermotor turun dari 0,15% menjadi 0,09%.
0%
1%
1%
2%
2%
3%
3%
4%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014 2015
Rp
. ju
ta
Kredit (Milyar Rp) NPL's-RHS
PERKEMBANGAN NPL
Sumber : LBU, diolah
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Dari sektor produktif/korporasi, penurunan NPL terjadi pada kredit modal kerja maupun
investasi. Di samping membaiknya kinerja ekonomi pada triwulan laporan, penurunan NPL
tersebut adalah hasil dari strategi perbankan dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
penyaluran kredit untuk sektor tertentu. NPL kredit modal kerja tercatat turun dari 4,98%
menjadi 4,59%. Penurunan terutama terjadi pada sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor
perikanan, dan sektor real estate. Perbaikan NPL sektor pertanian dan perikanan adalah efek
membaiknya hasil produksi kedua sektor tersebut pada triwulan II-2015. Sementara itu, seiring
meningkatnya konsumsi masyarakat, kinerja pelaku usaha di sektor perdagang dan sektor real
estate juga membaik.
Sektor perdagangan masih mendominasi 63,57% kredit yang kualitasnya kurang baik
di Maluku Utara. Seiring dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga dan aktivitas ekspor,
NPL pelaku usaha sektor perdagangan pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar 4,72%,
lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,18%. Sementara itu, rasio NPL
korporasi yang masih cukup tinggi berasal dari sektor konstruksi. Terhambatnya pembangunan
perumahan salah satu bank serta tunggakan pembayaran vendor pembangun proyek
infrastruktur pemerintah menyebabkan NPL pada sektor konstruksi di akhir triwulan laporan
masih di atas 2 digit yakni mencapai 10,69%.
4.2.2 Pengembangan Akses Keuangan
Kredit UMKM yang disalurkan perbankan Malut pada triwulan laporan tercatat Rp 1,56
triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 12,49% (yoy) pada triwulan III-2015
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,10% (yoy). Peningkatan ini salah
satunya dipicu oleh kebijakan perbankan yang meningkatkan target penyaluran kredit bagi
debitur UMKM di tahun 2015. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya jumlah debitur
UMKM yang pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 21,24 ribu orang atau tumbuh
sebesar 6,03% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,67%.
Seiring dengan meningkatnya kinerja ekonomi Malut, peningkatan kredit UMKM terjadi
baik pada kredit modal kerja maupun kredit investasi. Kredit modal kerja yang diterima debitur
UMKM pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 16,60% (yoy), lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,96% (yoy). Sementara itu, kredit investasi untuk debitur
64
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
UMKM setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 1,08% (yoy) pada
triwulan laporan tumbuh positif sebesar 2,14% (yoy).
Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada debitur UMKM didominasi oleh Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang memiliki pangsa sebesar 71,99% pada triwulan
laporan. Sektor tersebut tumbuh sebesar 11,51% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 9,66% (yoy). Sektor lainnya yang mengalami peningkatan kredit untuk
debitur UMKM adalah sektor konstruksi. Seiring gencarnya pembangunan ruko dan infrastruktur
lainnya di Maluku Utara kredit ke sektor konstruksi tumbuh meningkat dari 7% (yoy) menjadi
19,63% (yoy).
Dari sisi kualitas kredit, NPL debitur UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar
5,29%, sudah membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,77%. Sama halnya dengan
kredit secara umum, perbaikan NPL terjadi pada sektor perdagangan yakni dari 4,87% menjadi
4,29%.
Masih tingginya NPL kredit untuk debitur UMKM menjadi indikasi bahwa pemerintah
perlu untuk membuat program-program pendampingan UMKM unggulan daerah sehingga
jumlah UMKM yang bankable dan feasible semakin banyak. Adanya Konsultan Keuangan Mitra
Bank (KKMB) yang dibiayai oleh Pemda juga bisa menjadi salah satu solusi dalam menciptakan
UMKM berkualitas dan layak mendapat akses pembiayaan bank yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Malut secara umum.
4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Maluku Utara mengalami net outflow. Sementara itu, seiring meningkatnya laju
pertumbuhan ekonomi, transaksi non tunai nilai besar menunjukan peningkatan. Walaupun
transaksi baik tunai maupun nontunai terindikasi meningkat, kualitas transaksi masih sangat
terjaga dengan sedikitnya temuan uang palsu dan rendahnya rasio cek/BG kosong pada
triwulan laporan
4.3.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
Aliran uang kartal pada triwulan III-2015 di Maluku Utara menunjukkan net outlow
(uang yang keluar lebih besar daripada jumlah uang yang masuk dari khasanah Kantor
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara). Pada triwulan laporan, aliran uang masuk
(inflow) tercatat sebesar Rp388,12 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar
Rp831,62 miliar sehingga menghasilkan net outflow sebesar Rp443,50 miliar.
Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut
Seiring dengan meningkatnya kinerja perekonomian triwulan III-2015, volume transaksi
tunai di Maluku Utara terindikasi meningkat. Jumlah uang masuk (inflow) meningkat 21,63%
(yoy), setelah pada triwulan sebelumnya turun 10,68% (yoy). Sementara itu, jumlah uang keluar
(outflow) meningkat hingga 64,79% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 24,39%
(yoy). Adapun net outflow pada triwulan III-2015 tercatat mengalami peningkatan sebesar
48,07% (yoy).
Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
-600.00
-400.00
-200.00
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1000.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015RP Miliar
Inflow Outflow Netflow
PERKEMBANGAN TRANSAKSI TUNAI
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara
66
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Agar uang tunai yang layak edar selalu diperoleh masyarakat, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara mengimplementasikan kebijakan Clean Money Policy secara
rutin melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar (UTLE). Proses
pemusnahan tersebut selalu dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap
tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan dalam rangka menjamin ketersediaan uang
layak edar (ULE) di masyarakat.
Selama triwulan laporan terdapat 3,78 juta lembar UTLE yang masuk ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, turun 8,55% (qtq) dan secara tahunan turun
25,91% (yoy). Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya uang rupiah,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara melakukan sosialisasi agar
masyarakat mampu memperlakukan uang rupiah dengan lebih baik lagi sehingga usia edar
uang lebih panjang dan pada akhirnya dapat menekan biaya pembuatan.
Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan I-2015
Untuk menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang masih relatif baru dan layak edar,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (KPw BI Provinsi Malut) juga
melakukan kegiatan kas keliling secara rutin ke berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi
Maluku Utara. Selama triwulan III-2015 Unit Operasional Kas KPw BI Provinsi Malut telah
melaksanakan 5 kali kas keliling ke luar Kota Ternate.
Pada triwulan III-2015, ditemukan uang palsu di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara sebanyak 9 lembar, jumlah ini sedikit lebih sedikit
dibandingkan triwulan sebelumnya dimana terdapat temuan sebanyak 15 lembar. Uang palsu
yang beredar mayoritas masih berupa pecahan Rp50.000 sebanyak 7 lembar. Sisanya berupa
2 lembar pecahan Rp100.000.
Dalam rangka melindungi masyarakat dari tindak kriminial pemalsuan uang, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Maluku Utara secara periodik melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian
uang rupiah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah dan
Bulan Lokasi
Tidore, Sofifi
Subaim, Buli, Maba (Haltim)
Weda, Wiroro (Halteng)
Jailolo, Ibu
September Sanana, Mangoli, Taliabu
Juli
Agustus
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
meminimalisir temuan uang palsu. Sosialisasi dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti
pasar (baik modern maupun tradisional), pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah atau
kepada Pemerintah Daerah. Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga
melakukan publikasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak
maupun elektronik.
4.3.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai
Pemulihan sektor pertambangan Maluku Utara yang berjalan lambat terindikasi dengan
penyusutan yang terjadi pada transaksi nontunai baik kliring maupun RTGS. Secara tahunan,
keduanya mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 24,71% (yoy) dan 0,09% (yoy).
4.3.2.1 Perkembangan Kegiatan Kliring
Transaksi nontunai melalui fasilitas kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar
Rp381,27 miliar, atau turun 37,45%(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami
penurunan sebesar 20,93% (yoy).
Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara
Sementara itu, di tengah melambatnya kondisi perekonomian, rasio cek dan bilyet giro
(BG) kosong masih terjaga di level yang sangat rendah. Pada triwulan laporan, jumlah cek dan
0.00
100000.00
200000.00
300000.00
400000.00
500000.00
600000.00
700000.00
800000.00
0.00
2000.00
4000.00
6000.00
8000.00
10000.00
12000.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
Nominal (Rp Juta, RHS) Jumlah warkat (lembar)
PERKEMBANGAN KLIRING
Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara
68
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
bilyet giro kosong tercatat sebesar 28 lembar atau turun 31,71% (yoy). Adapun rasio nilai cek
BG kosong terhadap cek BG yang diserahkan pada triwulan III-2015 adalah sebesar 0,94%,
lebih rendah dari rasio triwulan II-2015 sebesar 1,59%.
Tabel 4.2 Perkembangan Cek BG Kosong
4.3.2 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Selaras dengan meningkatnya kinerja perekonomian, transaksi nilai besar melalui
RTGS mengalami peningkatan. Total transaksi RTGS pada triwulan III-2015 tercatat sebesar
Rp2,28 triliun atau meningkat 4,77% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 3,36%
(yoy). Meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya pada sektor pertambangan terkait
pembangunan smelter, sektor pertanian seiring meningkatnya produksi padi dan komoditas
perkebunan serta transfer untuk keperluan pembangunan infrastruktur diperkirakan menjadi
pemicu utama peningkatan ini.
Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara (Rp Miliar)
Sumber: Website Bank Indonesia, diolah
70
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
71
Seiring dengan meningkatnya kinerja ekonomi, jumlah tenaga
kerja yang bekerja tumbuh 5,82% (yoy).
Angka kemiskinan tercatat menurun seiring meredanya
tekanan inflasi dan terjaganya kinerja sektor ekonomi utama.
Namun demikian, kesejahteraan petani terindikasi mengalami
penurunan akibat harga komoditas perkebunan yang
cenderung rendah.
5
Peningkatan
angkatan kerja
yang bekerja Yoy
NTP Yoy
5,82%
-3,0%
“Optimisme kondisi ketenagakerjaan yang masih
terjaga oleh kinerja perekonomian”
“Masjid Al Munawar, Ternate” Courtesy : iloveindonesian.files.wordpress.com
KESEJAHTERAAN
KETENAGAKERJAAN &
72
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2015 tercatat
sebesar 513,6 ribu jiwa atau meningkat 6,67% (yoy). Peningkatan ini sedikit lebih tinggi
dibandingkan peningkatan tahunan bulan Februari 2015. Jumlah angkatan kerja di Maluku
Utara yang bekerja pada akhir Agustus 2015 tercatat mencapai 482.5 ribu jiwa. Penambahan
jumlah angkatan kerja yang disertai dengan perkembangan kinerja sektor utama yang masih
positif menyebabkan terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja sebesar 5,82%
(yoy) lebih tinggi dari februari 2015 yang tumbuh sebesar 5,31% (yoy). Kendati demikian, angka
pengangguran tercatat sebesar 31,06 ribu jiwa meningkat meningkat 21,80% (yoy)
Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara Agustus (ribu jiwa)
Masyarakat juga optimis bahwa penyerapan tenaga kerja pada periode mendatang
cukup baik. Optimisme ini tergambar dari hasil Survei Konsumen (SK). Persepsi masyarakat
terhadap ketenagakerjaan dalam enam bulan ke depan yang tercermin dari SBT SK pada
indeks ketersediaan lapangan kerja yang menunjukkan nilai yang positif.
5.2 Nilai Tukar Petani (NTP)
Pada akhir triwulan III 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar
101,00, menurun 3,0% (yoy) dan turun 0,2% (qtq). Adapun penurunan ini lebih dalam
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, kenaikan indeks yang diterima
petani lebih rendah daripada indeks yang dibayar petani sehingga terjadi penurunan NTP pada
akhir triwulan laporan.
Jenis Kegiatan Utama 2011 2012 2013 2014 2015
Penduduk 15 Tahun Keatas 687.3 702.5 719.5 753.8 773.18
Angkatan Kerja 463.6 466.1 463.2 481.5 513.6
Bekerja 437.9 443.9 445.4 456.0 482.54
Pengangguran 25.7 22.2 17.9 25.5 31.06
Bukan Angkatan Kerja 223.7 236.4 256.3 272.3 259.58
TPAK 67.5% 66.3% 64.4% 63.9% 66.43
TPT 5.6% 4.8% 3.9% 5.3% 6.05
Agustus
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
Grafik 5.1 Perkembangan NTP Maluku Utara
Pada triwulan ini, NTP Maluku Utara memiliki nilai lebih rendah daripada NTP
Nasional. NTP tersebut berada pada peringkat kelima di wilayah KTI Sulampua (Sulawesi,
Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat). NTP secara nasional mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan lalu, begitu pula NTP KTI yang
cenderung menghasilkan komoditas pertanian yang seragam secara keseluruhan meningkat
tipis. Pada September 2015, dari 10 provinsi di wilayah Sulampua, kini tujuh provinsi
mengalami peningkatan kesejahteraan petani yang ditandai dengan NTP di atas 100.
Sedangkan tiga provinsi lain yaitu Sulawesi Tengah, Papua dan Sulawesi Utara terindikasi
mengalami penurunan kesejahteraan petani dengan NTP yang lebih kecil dari 100.
Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua
Peringkat Provinsi NTP
1 SulSel 106.43
2 SulBar 105.82
3 Gorontalo 103.80
4 Papua Barat 101.06
5 Maluku Utara 101.00
6 SulTra 100.72
7 Maluku 100.56
8 SulTeng 98.50
9 Papua 96.67
10 Sulut 95.89
Nasional 102.33
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
74
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
Turunnya NTP Malut didorong oleh tanaman pangan dan perkebunan rakyat.
Penurunan NTP ini disebabkan oleh menurunnya harga komoditas pertanian khususnya
tanaman perkebunan akibat berlebihnya pasokan di pasar pada triwulan laporan. Surplus suplai
komoditas pertanian ini salah satunya dipengaruhi oleh panen raya beberapa komoditas seperti
cengkeh, biji pala, kelapa, dan sagu. Di lain sisi, pelemahan Rupiah juga mendongkrak indeks
yang dibayar petani khususnya untuk pembelian pestisida maupun pupuk yang memiliki
komponen impor sehingga tingkat kesejahteraan petani menurun.
Grafik 5.2 Perkembangan NTP Maluku Utara
5.3 Tingkat Kesejahteraan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada Maret 2015
turun 3,32% (yoy) menjadi 79,90 ribu jiwa. Dengan perkembangan ini, persentase penduduk
miskin turun dari 7,30% pada Maret 2014 menjadi 6,84% pada Maret 2015. Dengan demikian,
persentase penduduk miskin di Maluku Utara selama enam tahun terakhir (2009-2014) secara
umum terus mengalami penurunan. Seiring dengan meningkatnya kinerja sektor utama, kondisi
kesejahteraan penduduk Maluku Utara selama semester II-2015 diperkirakan semakin
membaik.
Indikator lain dari persepsi kemiskinan yaitu indeks kedalaman kemiskinan,
mengalami penurunan. Indeks yang mengindikasikan gap antara pengeluaran penduduk
miskin dengan garis kemiskinan semakin menunjukkan perbaikan, dimana indeks turun cukup
dalam dari 1,102 menjadi 0,703. Artinya penduduk miskin semakin memiliki harapan untuk
keluar dari kemiskinan dengan semakin mendekatnya peduduk miskin dengan batas
kemiskinan.
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
Selain kedalaman kemiskinan, indeks keparahan kemiskinan (P2) juga mengalami
perbaikan dimana indeks tersebut turun dari 0,245 pada periode sebelumnya menjadi 0,126.
Artinya, ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin mengecil. Sehingga dengan
perbaikan kondisi pada kedua indeks tersebut semakin dimungkinkan penduduk miskin dapat
mendekati garis kemiskinan secara masif.
Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara
Berdasarkan hasil survei konsumen yang dilaksanakan Kantor Perwakilan BI Provinsi
Maluku Utara, dengan laju inflasi yang ada dan meningkatnya pertumbuhan beberapa sektor
ekonomi, persepsi masyarakat terhadap kesejahteraan dirinya selama triwulan laporan masih
berada pada tingkat positif. Indeks penghasilan saat ini berdasarkan SK tercatat pada indeks
yang masih positif yakni 119 walaupun sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang
mencapai 128.
.
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Maluku Utara, diolah
76
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
77
Perekonomian Malut pada triwulan IV 2015 diperkirakan
tumbuh lebih rendah dari triwulan laporan dan berada pada
kisaran 6,06% - 6,56% (yoy) dengan kecenderungan bias ke
atas.
Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi
ke depan, inflasi pada triwulan III-2015 diproyeksikan pada
kisaran 4,78% ± 1% (yoy) lebih rendah dari triwulan laporan
yang mencapai 6,60% (yoy).
6 PROSPEK PEREKONOMIAN
Proyeksi
Ekonomi
Tw IV
Proyeksi
Inflasi Tw III
6,36% -
6,86%
4,78%
± 1%%
“Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan
terakselerasi dengan tekanan inflasi yang
melemah”
78
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
6.1 Prospek Pertumbuhan ekonomi
Perekonomian Malut pada triwulan akhir 2015 diperkirakan tumbuh melambat dari
triwulan laporan dan berada pada kisaran 6,36% - 6,86% (yoy) dengan kecenderungan
bias ke atas. Dengan pertumbuhan tersebut, maka diproyeksikan pertumbuhan ekonomi
Maluku Utara selama tahun 2015 adalah sebesar 5,72% – 6,72% (yoy). Dari sisi permintaan,
hampir seluruh komponen diperkirakan mengalami perlambatan terkecuali komponen
konsumsi. Dari sisi penawaran, sektor industri pertanian, pertambangan dan akomodasi
diprediksi akan tumbuh meningkat menyusul melimpahnya produksi bahan baku pada triwulan
laporan.
Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Nasional Serta Proyeksinya
6.1.1 Sisi Permintaan
Pada triwulan IV 2015, komponen sisi permintaan diproyeksikan tumbuh melambat
dibandingkan dengan triwulan III 2014. Perlambatan terjadi pada hampir setiap komponen
terkecuali konsumsi rumah tangga.
Setelah mengalami peningkatan pada triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh
realisasi ekspansif pada penghujung semester pertama, konsumsi pemerintah di akhir semester
dua ini diperkirakan akan mengalami perlambatan. Realisasi anggaran yang cukup tinggi pada
triwulan ketiga sehingga menempatkan Pemprov Maluku utara sebagai salah satu Pemda
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
dengan realisasi anggaran tertinggi di Indonesia, akan mempersulit untuk mengejar standar
yang setara dengan triwulan laporan. Event Pilkada yang akan hadir dan sedikit banyak akan
mengalihkan fokus realisasi anggaran juga akan memperlambat realisasi belanja modal.
Bersambut dari perkiraan turunnya realisasi belanja modal pemerintah di penghujung
semester 2, akan berpengaruh pada terhambatnya ekspansi komponen pembentukan modal
tetap bruto pada triwulan IV 2015 diperkirakan turut serta menjadi faktor perlambatan
pertumbuhan. Komponen yang sudah tumbuh lebih cepat pada triwulan laporan sebagai
implikasi dimulainya kembali kegiatan paska hari raya Idul Fitri diperkirakan akan tidak sejajar
dengan realisasi yang ada pada triwulan IV. Kemudian telah selesainya smelter feronikel yang
dibangun 2 perusahaan dan mencapai progress pembangunan akhir diperkirakan turut serta
memperlambat kinerja komponen investasi pada PDRB triwulan keempat.
Sementara itu, net import yang terjadi pada neraca perdagangan Maluku Utara
diperkirakan mengalami peningkatan. Ekspor luar negeri diperkirakan melambat seiring mulai
berakhirnya faktor baseline effect dari komponen ekspor (tingkat ekspor pada periode sama
tahun sebelumnya sudah mengalami penurunan yang sangat signifikan). Ekspor antar daerah
juga diperkirakan meningkat seiring meurunnya produksi pertanian dan perkebunan akibat
curah hujan yang sangat sedikit pada triwulan ini. Sementara impor baik antar daerah maupun
luar negeri diperkirakan tumbuh tinggi karena adanya peningkatan kebutuhan untuk konsumsi
masyarakat dan investasi. kebutuhan investor untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas
yang dipersiapkan pada awal tahun 2016 akan meningkatkan impor sehingga dapat
memperdalam net impor pada triwulan depan.
Di tengah perlambatan beberapa komponen sisi permintaan tersebut, komponen
konsumsi masyarakat diperkirakan meningkat pada triwulan keempat 2015 usai dorongan
permintaan yang cukup tinggi seiring event Pilkada kabupaten dan kota, dimulainya musim
liburan sekolah, hari raya natal dan tahun baru dengan libur nasional yang cukup panjang, serta
seremoni kepulangan jamaah yang telah menunaikan ibadah haji. Inflasi komoditas konsumsi
pokok yang cukup mereda pada triwulan ini juga turut menyumbang peningkatan konsumsi
masyarakat pada triwulan depan.
6.1.2 Sisi Penawaran
Pada triwulan IV 2015, pertumbuhan akan didorong oleh sektor pertanian,
pertambangan, perdagangan, administrasi pemerintah, serta sektor akomodasi. Sementara itu,
sektor yang diperkirakan tumbuh melambat yakni sektor industri pengolahan dan konstruksi.
80
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
Pertumbuhan sektor pertanian yang akan mengalami peningkatan tipis pada triwulan IV
2015 merupakan implikasi dari panen komoditas tabama dan kenaikan produksi perikanan.
Angka ARAM dari BPS serta perkiraan dari Dinas pertanian terkait adanya peningkatan
produksi memperkuat perkitaan ini. Akan tetapi rendahnya curah hujan di beberapa daerah
serta berakhirnya masa panen komoditas perkebunan menjadi risiko yang membayangi kinerja
pada sektor ini ke depan.
Seiring dengan berkurangnya produksi sektor perkebunan yang terkendala oleh faktor
cuaca, sektor industri pengolahan Maluku Utara yang sebagian besar mengolah produk
perkebunan diperkirakan ikut terdeselerasi. Produksi kopra olahan diperkirakan lebih rendah
dari triwulan laporan.
Perlambatan juga diperkirakan terjadi pada sektor konstruksi seiring melambatnya
proyek investasi baru pada triwulan IV-2015. Fokus pemerintah daerah yang beralih pada
pelaksanaan pilkada Kabupaten/Kota serentak diperkirakan sedikit menahan laju investasi baru
selama triwulan mendatang. Selain itu peningkatan curah hujan pasca berakhirnya el nino
diperkirakan menghambat proses konstruksi perumahan dan infrastruktur yang tengah
berlangsung.
Sumber pertumbuhan masih akan berasal dari sektor perdagangan. Sektor ini
diperkirakan meningkat seiring beroperasinya beberapa pasar baru serta adanya pelaksanaan
kampanye dan pilkada kabupaten kota. Sumber pertumbuhan lainnya berasal dari sektor
pertambangan yang diperkirakan kembali mengalami akselerasi dengan tingkatan yang lebih
tinggi akibat faktor baseline effect dan rencana dimulainya produksi dari beberapa perusahaan
tambang nikel untuk mendukung operasional perangkat smelternya pada awal tahun 2016.
Sementara itu, sektor administrasi pemerintah yang memiliki kinerja yang cukup baik pada
triwulan dua dan ketiga terutama kontribusi dari belanja rutin, diperkirakan akan terus berlanjut
dengan adanya beberapa event pemerintah khususnya pelaksanaan pilkada serentak pada
bulan Desember 2015.
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
Grafik 6.2 Perkembangan Ekspektasi Kinerja Ekonomi
Proyeksi melambatnya laju pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2015 juga terkonfirmasi
dari hasil SKDU. Ekspektasi pelaku usaha terhadap kinerja perekonomian triwulan mendatang
terindikasi menurun baik dibandingkan dengan triwulan lalu maupun pada periode yang sama
tahun sebelumnya. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi pelaku usaha tercatat menurun
dari 48,06 menjadi 27,89.
6.2 Outlook Inflasi Daerah
Laju inflasi kota Ternate diperkirakan masih berada di dalam trend menurun.
Penurunan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh kondisi pasokan pangan strategis
yang relatif lebih baik dibandingkan tahun 2014. Hilangnya efek kenaikan BBM yang terjadi
dipenghujung tahun 2014 lalu dan sempat diturunkannya kembali harga BBM pada awal tahun
akan mengurangi tekanan yang signifikan terhadap inflasi tahunan pada penghujung tahun ini.
Panen padi dan beberapa tanaman hortikultura telah menghasilkan produksi yang
melimpah membaik dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, kondisi tangkapan ikan juga relatif
terjaga dengan baik dengan meningkatnya jumlah tangkapan yang mulai terindikasi sejak
triwulan III 2015. Dengan kondisi tersebut, tekanan dari kelompok volatile food diperkirakan
relatif berkurang.
Tekanan dari inflasi administered prices juga diperkirakan relatif minimal. Pemerintah
belum ada rencana untuk menaikan kembali beberapa tarif komoditas administered prices.
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Maluku Utara, diolah
82
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
Harga BBM juga diperkirakan stabil seiring dengan terus menurunnya harga minyak dunia
akibat berlebihnya stok di pasar internasional. Selain itu penurunan tariff listrik yang disertai
dengan dukungan paket kebijakan pemerintah pusat dapat memberikan ekspetasi yang positif
bagi inflasi yang diatur pemerintah ini. Akan tetapi tetap terdapat risiko peningkatan inflasi
administered prices yaitu isu kenaikan cukai rokok. Wacana pemerintah untuk menaikkan cukai
rokok diperkirakan dapat meningkatkan tekanan inflasi kelompok ini secara signifikan. Selain itu
Peraturan Daerah terkait minuman keras juga dapat berisiko ke depan.
Komponen inflasi inti diperkirakan menjadi faktor pendorong inflasi pada triwulan
mendatang. Dampak lanjutan penguatan mata uang asing diperkirakan masih berpotensi
menyisakan efek peningkatan inflasi pada beberapa komoditas produk manufaktur dan produk
impor.
Selain dampak penguatan mata uang asing, masih terdapat beberapa faktor yang dapat
meningkatkan inflasi Kota Ternate. Tekanan permintaan diperkirakan dapat meningkat
khususnya di akhir tahun 2015 dengan adanya kampanye dan pilkada Kota Ternate serta
beberapa libur panjang yang dapat meningkatkan barang konsumsi tersier dan peningkatan
harga tiket transportasi udara dan laut Di samping itu, ancaman gelombang tinggi dengan
kondisi yang lebih buruk dari Desember 2014 dimungkinkan terjadi sebagai penanda awal La
Nina. Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi ke depan, inflasi
pada triwulan IV-2015 diproyeksikan lebih rendah dari triwulan laporan yang mencapai
6,60% (yoy) yakni pada kisaran 4,78% ± 1% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas.