kajian ekonomi dan keuangan regional - bi.go.id · utara, data realisasi apbn dari dirjen...

97
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA Agustus 2016

Upload: buihanh

Post on 24-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SUMATERA UTARA

Agustus 2016

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera
Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

VISI DAN MISI

i

VISI DAN MISI

Visi Bank Indonesia:

“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan

nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang

stabil”

Misi Bank Indonesia:

1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung

tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola

(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai-nilai Strategis:

Trust and Integrity- Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and

Teamwork

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara:

“Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan

kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional”

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara:

Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas

sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran

untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang

inklusif dan berkesinambungan.

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

VISI DAN MISI

ii

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

KATA PENGANTAR

iii

KATA PENGANTAR

Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Edisi periode ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan II 2016 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, inflasi, stabilitas keuangan, sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, prospek ekonomi Sumatera Utara ke depan, serta rekomendasi kepada instansi terkait. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data realisasi investasi dari Badan Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera Utara, dan data dari instansi/lembaga terkait lainnya serta informasi dari para pelaku ekonomi utama di Sumatera Utara.

Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, yaitu dari 5,0% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,7% (yoy). Akselerasi ini terjadi seiring dengan perbaikan perekonomian yang terjadi pada level nasional yang mencapai 5,2% (yoy). Perbaikan perekonomian pada triwulan II didorong oleh melonjaknya realisasi permintaan domestik yang diiringi dengan keseimbangan eksternal yang membaik. Memasuki triwulan III 2016, kinerja perekonomian diperkirakan masih disumbang oleh masih kuatnya aktivitas konsumsi, realisasi proyek infrastruktur strategis pemerintah yang tepat waktu serta net ekspor yang terus membaik. Mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara triwulan III 2016 diperkirakan masih cukup baik dengan rentang 5,1% (yoy) – 5,5% (yoy). Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian kedepan. Belum meratanya perbaikan harga komoditas perkebunan pada awal triwulan III diperkirakan menjadi penyebab kurang optimalnya kinerja perekonomian pada periode mendatang.

Optimisme akan perbaikan perekonomian pada triwulan IV 2016 masih cukup kuat. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kokohnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal dapat dikatakan masih relatif terbatas. Perbaikan perekonomian ini mampu diimbangi dengan realisasi inflasi yang terjaga. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,5 ± 0,5% (yoy).

Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA

Difi A. Johansyah Direktur Eksekutif

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

KATA PENGANTAR

iv

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

DAFTAR ISI

v

DAFTAR ISI

VISI DAN MISI ........................................................................................................................................... I

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. III

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... V

DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................................................... VII

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................................... XI

TABEL INDIKATOR ................................................................................................................................. XII

RINGKASAN UMUM ............................................................................................................................. XIII

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH ......................................................................... 1

1.1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM ................................................................. 2

1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN ....................................................................................... 3

1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA ............................................................................... 11

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH ....................................................................................................... 27

2.1 GAMBARAN UMUM .......................................................................................................................... 28

2.2 REALISASI APBD PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA ...................................................... 28

2.3 REALISASI APBN DI SUMATERA UTARA TRIWULAN II 2016 ..................................................................... 30

BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ......................................................................................... 33

3.1 KONDISI UMUM ............................................................................................................................... 34

3.2 PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL...................................................................................... 35

3.3 PERKEMBANGAN INFLASI FUNDAMENTAL ............................................................................................. 37

3.4 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA ................................................................................. 39

3.4.1 KELOMPOK BAHAN MAKANAN ............................................................................................................ 39

3.4.2 KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU ......................................................... 40

3.4.3 KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR .......................................................... 40

3.4.4 KELOMPOK SANDANG .................................................................................................................... 40

3.4.5 KELOMPOK KESEHATAN .................................................................................................................. 41

3.4.6 KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA .......................................................................... 41

3.5 PERBANDINGAN INFLASI ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA ............................................................... 42

3.6 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI .......................................................................................................... 42

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM .......... 45

4.1 KETAHANAN SEKTOR KORPORASI ........................................................................................................ 46

4.1.1 SUMBER-SUMBER KERENTANAN SEKTOR KORPORASI .............................................................................. 46

4.1.2 KINERJA KORPORASI DAN PENILAIAN RISIKO .......................................................................................... 47

4.1.3 EKSPOSUR PERBANKAN PADA SEKTOR KORPORASI ................................................................................. 49

4.2 KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA ................................................................................................ 50

4.2.1 SUMBER KERENTANAN DAN KONDISI SEKTOR RUMAH TANGGA ................................................................ 50

4.2.2 DANA PIHAK KETIGA PERSEORANGAN DI PERBANKAN ............................................................................. 51

4.2.3 PERKEMBANGAN KREDIT RUMAH TANGGA SUMATERA UTARA ................................................................. 51

4.3 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM ................................................................................. 52

4.4 PROGRAM PENGEMBANGAN UMKM SUMUT ....................................................................................... 53

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH ................. 57

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

DAFTAR ISI

vi

5.1 PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN LAYANAN SISTEM PEMBAYARAN ..................................................... 58

5.1. PERKEMBANGAN TRANSAKSI SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI ................................................................ 58

5.2 PERKEMBANGAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH .................................................................................... 59

5.2.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PENYETORAN DAN PENARIKAN UANG KARTAL ............................................... 59

5.2.2. PELAKSANAAN CLEAN MONEY POLICY ................................................................................................. 60

5.2.3 UPAYA MENEKAN PEREDARAN UANG PALSU ........................................................................................ 60

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ............................................................................ 63

6.1 KETENAGAKERJAAN ........................................................................................................................... 64

6.2 KESEJAHTERAAN ............................................................................................................................... 64

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ....................................................................................... 69

7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI .................................................................................................... 70

7.1 PROSPEK INFLASI .............................................................................................................................. 73

7.2 REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH ...................................................................................... 75

LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 76

DAFTAR ISTILAH .................................................................................................................................... 78

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

DAFTAR GRAFIK

vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan ............................................................................................. 3

Grafik 1.2 Konsumsi Listrik ..................................................................................................................................... 4

Grafik 1.3 Survei Konsumen ................................................................................................................................... 4

Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Tukar ..................................................................................................................... 4

Grafik 1.5 Indeks Penjualan Eceran ........................................................................................................................ 4

Grafik 1.6 Impor Barang Konsumsi ......................................................................................................................... 5

Grafik 1.7 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja ..................................................................... 5

Grafik 1.8 Perkembangan KPR ................................................................................................................................ 5

Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi ............................................................................................................ 5

Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan II di Sumatera Utara ................................................................... 6

Grafik 1.11 Persentase Realisasi Belanja Langsung APBD Triwulan II di Sumatera Utara ...................................... 6

Grafik 1.12 Perkembangan Rekening Pemda ......................................................................................................... 6

Grafik 1.13 Penjualan Semen.................................................................................................................................. 7

Grafik 1.14 Penjualan Barang Konstruksi................................................................................................................ 7

Grafik 1.15 Impor Barang Modal ............................................................................................................................ 7

Grafik 1.16 Pembelian Barang Tahan Lama ............................................................................................................ 7

Grafik 1.17 Kredit Investasi ..................................................................................................................................... 8

Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet .................................................................................................. 8

Grafik 1.19 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara ........................................................................... 9

Grafik 1.20 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama .................................................................................................. 9

Grafik 1.21 Ekspor CPO ........................................................................................................................................... 9

Grafik 1.22 PMI Negara Mitra Dagang Utama ...................................................................................................... 10

Grafik 1.23 Ekspor Karet ....................................................................................................................................... 10

Grafik 1.24 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut .................................................................................. 10

Grafik 1.25 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut ....................................................................................... 11

Grafik 1.26 Penyaluran Pupuk Bersubsidi ............................................................................................................. 12

Grafik 1.27 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara ................................................................................ 12

Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Perkebunan .......................................................................................................... 13

Grafik 1.29 Realisasi NTP Sumatera Utara ............................................................................................................ 14

Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Pertanian .............................................................................................................. 14

Grafik 1.31 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera Utara .............................................................................. 14

Grafik 1.32 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate .................................................. 15

Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Kategori PBE ......................................................................................................... 15

Grafik 1.34 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan ....................................................................... 15

Grafik 1.35 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara ..................................................................................... 16

Grafik 1.36 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan .............................................................. 16

Grafik 1.37 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi .............................................................................................. 16

Grafik 1.38 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan ............................................................................... 17

Grafik 1.39 Perkembangan Ekspor Manufaktur ................................................................................................... 17

Grafik 1.40 Perkembangan Penyaluran Air ........................................................................................................... 17

Grafik 1.41 Perkembangan Ekspor Manufaktur ................................................................................................... 20

Grafik 1.42 Perkembangan Kegiatan Usaha ......................................................................................................... 22

Grafik 1.43 Jumlah Karyawan ............................................................................................................................... 22

Grafik 1.44 Perkembangan Harga Jual .................................................................................................................. 22

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

DAFTAR GRAFIK

viii

Grafik 1.45 Kapasitas Terpakai ............................................................................................................................. 22

Grafik 1.46 Perkiraan Kegiatan Usaha dan Harga Jual .......................................................................................... 23

Grafik 1.47 Perkiraan Jumlah Karyawan ............................................................................................................... 23

Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional ................................................................................................................... 34

Grafik 3.2 Inflasi Triwulan II 2016 di seluruh Provinsi se-Sumatera ..................................................................... 34

Grafik 3.3 Inflasi Kumulatif Juli 2016 di seluruh Provinsi se-Sumatera................................................................. 35

Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Sumut ..................................................................................................................... 35

Grafik 3.5 Dinamika Inflasi Volatile Foods Sumut ................................................................................................. 36

Grafik 3.6 Stok Beras BULOG ................................................................................................................................ 37

Grafik 3.7 Ekspektasi Inflasi .................................................................................................................................. 37

Grafik 3.8 Survei Harga Properti Residensial ........................................................................................................ 38

Grafik 3.9 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika ........................................................................................ 38

Grafik 3.10 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen di Sumatera Utara ........ 39

Grafik 4.1 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama .................................................................................................. 46

Grafik 4.2 Perkembangan harga CPO dan Karet ................................................................................................... 47

Grafik 4.3 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektoral ...................................................................................................... 47

Grafik 4.4 Perkembangan Pembiayaan 3 (tiga) Sektor Utama Kredit Korporasi Sumut. ..................................... 47

Grafik 4.5 Perkembangan Kemampuan Membayar Korporasi Keuangan Sumatera Utara ................................. 47

Grafik 4.6 Indeks Harga Properti Residensial Sumatera Utara ............................................................................ 48

Grafik 4.7 Likert Scale Permintaan Domestik dan Ekspor .................................................................................... 49

Grafik 4.8 Likert Scale Kapasitas Utilisasi dan Investasi ....................................................................................... 49

Grafik 4.9 Likert Scale Biaya ................................................................................................................................. 49

Grafik 4.10 Proporsi Kredit Korporasi per Jenis Penggunaan .............................................................................. 49

Grafik 4.11 Proporsi Kredit Sektoral Korporasi .................................................................................................... 49

Grafik 4.12 Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektor Utama Sumatera Utara ........................................................ 50

Grafik 4.13 Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Sektor Utama Sumatera Utara ................................................. 50

Grafik 4.14 Persepsi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja .................................................................. 50

Grafik 4.15 Persepsi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja .................................................................. 51

Grafik 4.16 Perkembangan Dana Pihak Ketiga .................................................................................................... 51

Grafik 4.17 Preferensi rata-rata penggunaan penghasilan rumah tangga .......................................................... 51

Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga .................................................................................................. 51

Grafik 4.19 Pertumbuhan KPR per Tipe ................................................................................................................ 52

Grafik 4.20 Pertumbuhan Kredit UMKM .............................................................................................................. 52

Grafik 4.21 Perkembangan NPL Kredit UMKM ..................................................................................................... 53

Grafik 4.22 Aktifitas dan Pasar Keuangan Syariah ................................................................................................ 54

Grafik 4.23 Porsi Bank Konven Pada PUAS ........................................................................................................... 54

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS ............................................................................................................ 58

Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring .......................................................................................................... 58

Grafik 5.3 Penarikan dan Penyetoran di Sumut ................................................................................................... 60

Grafik 5.4 Pemusnahan Uang Rupiah Tidak Layak Edar di Sumatera Utara ........................................................ 60

Grafik 5.5 Temuan Uang Rupiah Palsu di Sumut ................................................................................................ 60

Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ................................................................................................... 64

Grafik 6.2 Indikator Jumlah Karyawan Total ......................................................................................................... 64

Grafik 6.3 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan ............................................................................................. 65

Grafik 6.4 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi...................................................... 65

Grafik 6.5 Penduduk Miskin di Sumatera Utara ................................................................................................... 66

Grafik 6.6 Persentase Penduduk Miskin di Sumatera .......................................................................................... 66

Grafik 6.7 Penduduk Miskin Berdasarkan Lokasi ................................................................................................. 66

Grafik 6.8 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Sumatera Utara .................................................... 67

Grafik 7.1 Survei Konsumen ................................................................................................................................. 70

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

DAFTAR GRAFIK

ix

Grafik 7.2 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen ............................................................................................. 70

Grafik 7.3 Indeks Perkiraan Penjualan .................................................................................................................. 70

Grafik 7.4 Purchasing Manager Index .................................................................................................................. 71

Grafik 7.5 Stock Beras BULOG.............................................................................................................................. 73

Grafik 7.6 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap Perubahan Harga ..................................................... 74

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

DAFTAR GRAFIK

x

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan ................................................................................... 3

Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara ............................................................................................. 8

Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama ........................................................................................................... 9

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran ................................................................................... 11

Tabel 1.5 Dramaga di Kawasan Danau Toba......................................................................................................... 19

Tabel 2.1 Anggaran dan Realisasi APBD Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Triwulan II 2016 ............ 28

Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara .............................................................................................. 31

Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan II 2016 di Sumatera Utara ........ 35

Tabel 3.2 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa ......................................................................................... 39

Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan ........................................................................................................ 39

Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau ..................................................... 40

Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ......................................................... 40

Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang .................................................................................................................... 40

Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan ................................................................................................................. 41

Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga ............................................................................. 41

Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan .......................................................... 41

Tabel 4.1 Indikator Perbankan Sumatera Utara Triwulan I 2016 ......................................................................... 46

Tabel 4.2 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral Sumatera Utara .......................................................... 48

Tabel 4.3 Perbandingan DSR dan ICR Per Sektor .................................................................................................. 48

Tabel 5.1 Transaksi RTGS ...................................................................................................................................... 58

Tabel 5.2 Perputaran Kliring ................................................................................................................................. 58

Tabel 5.3 Daftar Sosialisasi CIKUR ........................................................................................................................ 61

Tabel 6.1 Nilai Tukar Petani .................................................................................................................................. 65

Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan .................................................................................................. 71

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

TABEL INDIKATOR

xii

TABEL INDIKATOR

IV Total I II III IV Total I II IIIP IVP Totalp

PDRB (%,yoy) 4.7 5.2 4.8 5.1 5.1 5.3 5.1 5.0 5.7 5.1 - 5.5 5.2 - 5.6 5.1 - 5.5

Konsumsi 5.0 5.0 4.8 4.1 4.4 4.1 4.3 4.6 5.1 4.9 - 5.3 4.8 - 5.2 4.7 - 5.1

Konsumsi Swasta 5.3 5.3 4.8 4.5 4.6 4.5 4.6 4.7 5.2 5 - 5.4 4.8 - 5.2 4.8 - 5.2

Konsumsi Pemerintah 3.3 2.9 4.3 1.5 3.0 1.4 2.4 4.3 4.5 4.3 - 4.7 4.7 - 5.1 4.5 - 4.9

Pembentukan Modal Tetap Bruto* 3.0 3.1 3.3 3.1 4.9 4.5 4.0 5.0 5.0 4.8 - 5.2 5.2 - 5.6 5 - 5.4

Ekspor 1.5 7.9 -4.3 -1.8 -2.5 2.4 -1.6 3.2 6.9 6.7 - 7.1 4.7 - 5.1 4.4 - 4.8

Impor 1.4 8.3 -5.5 -6.6 -5.7 1.4 -4.1 1.4 7.4 7.2 - 7.6 2.1 - 2.5 3.1 - 3.5

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.2 4.4 6.1 5.6 3.8 7.0 5.6 5.5 7.2 5.9 - 6.3 5.6 - 6 5.8 - 6.2

Pertambangan dan Penggalian 4.1 5.1 12.4 6.1 3.7 3.8 6.4 1.4 7.6 4.7 - 5.1 1.4 - 1.8 3.5 - 3.9

Industri Pengolahan 0.3 3.0 0.3 3.1 5.0 5.5 3.5 6.6 2.2 2.8 - 3.2 3.2 - 3.6 3.4 - 3.8

Pengadaan Listrik, Gas 2.9 3.2 -8.5 -5.6 4.7 4.5 -1.3 4.3 11.9 7.8 - 8.2 6.1 - 6.5 7.3 - 7.7

Pengadaan Air 6.8 6.0 9.7 8.6 4.3 3.4 6.4 4.6 6.1 4.8 - 5.2 5.4 - 5.8 5 - 5.4

Konstruksi 8.5 6.8 8.3 6.6 5.6 2.0 5.5 4.3 5.5 5.9 - 6.3 6.7 - 7.1 5.4 - 5.8

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor5.5 6.9 4.5 5.4 4.2 3.3 4.4 2.4 5.2 4.9 - 5.3 5.3 - 5.7 4.3 - 4.7

Transportasi dan Pergudangan 6.3 5.7 5.1 5.1 6.0 5.7 5.5 5.6 8.3 6.2 - 6.6 5.7 - 6.1 6.2 - 6.6

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.5 6.5 9.2 6.9 6.2 5.7 7.0 4.3 5.7 5.2 - 5.6 5.2 - 5.6 4.9 - 5.3

Informasi dan Komunikasi 4.7 7.2 5.8 7.1 8.1 7.4 7.1 5.8 6.9 5.6 - 6 5.7 - 6.1 5.8 - 6.2

Jasa Keuangan 4.8 2.6 4.2 4.7 8.5 11.1 7.2 7.6 6.2 6.8 - 7.2 6.7 - 7.1 6.6 - 7

Real Estate 7.9 6.6 4.9 5.6 6.1 6.3 5.8 4.6 5.2 4.9 - 5.3 4.7 - 5.1 4.7 - 5.1

Jasa Perusahaan 7.5 6.8 7.2 6.8 5.0 4.5 5.9 5.5 5.5 6 - 6.4 6.2 - 6.6 5.6 - 6

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib5.2 6.9 5.3 6.3 7.0 4.7 5.8 5.5 12.0 6.1 - 6.5 6.4 - 6.8 7.3 - 7.7

Jasa Pendidikan 0.0 6.4 2.5 -0.2 8.1 9.8 5.0 7.4 7.0 7.1 - 7.5 6.7 - 7.1 6.8 - 7.2

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.6 7.0 6.4 7.9 8.8 4.7 6.9 7.9 5.2 7 - 7.4 7.3 - 7.7 6.6 - 7

Jasa lainnya 6.1 7.0 6.2 6.9 5.6 8.1 6.7 7.0 6.3 5.9 - 6.3 6.2 - 6.6 6.1 - 6.5

Inflasi IHK (%,yoy) 8.2 8.2 6.1 7.8 6.6 3.2 3.2 7.2 4.3

Inti 4.0 4.0 4.3 4.8 4.7 4.4 4.4 4.4 5.7

Volatile Foods 7.5 7.5 3.8 8.1 4.6 4.5 4.5 4.5 5.6

Administered Prices 14.0 14.0 9.4 10.5 9.4 1.0 1.0 1.0 1.3

Ekspor Luar Negeri (Juta USD) 2,223 9,162 1,804 1,953 1,965 1,926 7,647 1,690 1,853

Ekspor CPO 840 3,341 570 694 717 696 2,677 499 614

Ekspor Karet 193 1,002 189 198 191 160 738 139 162

Ekspor Kopi 96 369 98 114 85 83 381 89 93

Impor Luar Negeri (Juta USD) 877 3,654 802 1,019 854 871 3,546 804 789

Berbagai sumber, diolah

p : angka proyeksi

#N/A #N/A #N/A

4.5±0.5 4.5±0.5 4.5±0.5

Sisi Permintaan

Sisi Produksi

Indikator Makro20152014 2016

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

RINGKASAN UMUM

xiii

RINGKASAN UMUM

ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Diluar perkiraan, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 melonjak tajam dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari 5,0% (yoy) menjadi 5,7% (yoy). Akselerasi seiring dengan perbaikan perekonomian yang terjadi pada level nasional yang mencapai 5,2% (yoy). Perbaikan perekonomian pada triwulan II 2016 didorong oleh melonjaknya realisasi permintaan domestik yang diiringi dengan keseimbangan eksternal yang membaik. Adanya pergeseran bulan Ramadhan, pencairan THR, gaji ke 13 dan 14, perbaikan harga komoditas serta iklim investasi yang kondusif mampu mendorong tajamnya akselerasi perekonomian domestik. Sementara itu, perbaikan harga komoditas yang disertai dengan perayaan festival di Tiongkok mendorong kinerja perdagangan Sumatera Utara. Pada triwulan III 2016, kinerja perekonomian diperkirakan masih disumbang oleh masih kuatnya aktivitas konsumsi, realisasi proyek infrastruktur strategis pemerintah yang tepat waktu serta net ekspor yang terus membaik. Mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara triwulan III 2016 diperkirakan masih cukup baik dengan rentang 5,1% (yoy) – 5,5% (yoy). Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian kedepan. Belum meratanya perbaikan harga komoditas perkebunan pada awal triwulan III 2016 diperkirakan menjadi penyebab kurang optimalnya kinerja perekonomian pada periode mendatang.

ASESMEN KEUANGAN DAERAH

Realisasi belanja Pemerintah di Sumatera Utara yang lebih baik memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Perbaikan realisasi anggaran terlihat baik pada APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota maupun APBN pada triwulan II 2016 yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi belanja Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan II 2016 mencapai 30,7% dari total anggaran. Demikian halnya dengan serapan APBN terealisasi 35,3% dari pagunya. Realisasi ini masih sesuai dengan polanya, dimana akselerasi penyerapan anggaran diperkirakan baru akan terjadi pada triwulan III 2016, sejalan dengan terlaksananya pengadaan barang dan jasa (belanja modal).

ASESMEN INFLASI

Perbaikan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 juga didukung oleh capaian inflasi yang terkendali menuju sasaran yang telah ditetapkan. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat 4,3% (yoy), lebih rendah dari realisasi triwulan lalu yang mencapai 7,2% (yoy). Realisasi inflasi ini di atas inflasi nasional pada triwulan II 2016 yang mencapai 3,5% (yoy), maupun inflasi kawasan Sumatera yang mencapai 3,71% (yoy). Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi Sumatera Utara kembali mereda. Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli 2016 tercatat 0,2% (mtm) atau 2,2% (ytd). Rendahnya capaian inflasi tahun kalender per Juli 2016 kian menguatkan optimisme akan terjangkarnya tekanan inflasi pada triwulan III 2016 sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Masih kuatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa ditengah daya beli yang relatif terjaga diperkirakan akan menjadi pendorong utama tekanan inflasi pada triwulan III 2016. ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Sejalan pemulihan ekonomi Sumatera Utara, ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih terjaga. Kondisi tersebut sejalan dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2016. Sektor utama ekonomi Sumatera Utara yang mengalami perlambatan adalah Industri Pengolahan. Namun, konsumsi masyarakat yang membaik diperkirakan dapat menopang kinerja korporasi sektor Industri Pengolahan. Indikator kinerja korporasi dari sisi profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan debt equity ratio (DER) cenderung mengalami perbaikan hampir di semua sektor. Pertumbuhan kredit ke sektor korporasi meningkat dengan risiko yang masih terjaga. Di sektor rumah tangga, optimisme yang terjaga sejalan dengan perbaikan harga komoditas mengindikasikan ketahanan di sektor ini. Hal ini terkonfirmasi dari

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

RINGKASAN UMUM

xiv

indeks keyakinan konsumen (IKK) yang menunjukkan tendensi positif optimisme masyarakat terhadap perbaikan ekonomi Sumatera Utara. Berbeda dengan korporasi yang tumbuh positif, kredit rumah tangga masih tertahan dan melambat terutama untuk kredit kendaraan bermotor.

ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Sumatera Utara yang pada umumnya mengalami net inflow, mencatatkan net outflow pada triwulan II 2016. Kondisi ini didorong oleh peningkatan kebutuhan uang baru menghadapi perayaan hari besar lebaran. Sejalan dengan kebijakan clean money policy, Bank Indonesia juga melakukan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang meningkat mencapai 57% dari triwulan sebelumnya. Temuan uang palsu juga mengalami penurunan yang signifikan mencapai -97,7% dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi non tunai Sumatera Utara melalui RTGS mengalami peningkatan mencapai 13,6% (qtq) setelah sebelumnya mengalami penurunan. Berbeda dengan transaksi RTGS, transaksi kliring menunjukkan tren penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh penerapan kebijakan bulk payment dalam pembayaran menggunakan mekanisme kliring.

ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Di tengah membaiknya perekonomian, kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara pada triwulan II 2016 menunjukkan penurunan, meskipun persepsi terhadap triwulan mendatang kembali meningkat. Konsumen masih memandang pesimis terhadap ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2016, tercermin dari Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini yang kembali menunjukkan tren penurunan. Hal ini diperkirakan sejalan dengan kinerja kategori industri pengolahan yang kembali tumbuh melambat. Sementara itu, kesejahteraan penduduk Sumatera Utara pada triwulan II 2016 terindikasi membaik, yang tercermin dari Nilai Tukar Petani yang meningkat dan profil kemiskinan yang membaik.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Optimisme akan perbaikan perekonomian pada triwulan IV 2016 masih cukup kuat. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kokohnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal dapat dikatakan masih relatif terbatas. Perbaikan perekonomian ini mampu diimbangi dengan realisasi inflasi yang terjaga. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,5 ± 0,5% (yoy). Perkiraan kembali menurunnya tekanan inflasi terutama didorong oleh peningkatan tekanan inflasi kelompok Volatile Foods dan Administered Prices sementara tekanan inflasi inti relatif menurun. Meskipun inflasi tahun kalender Sumatera Utara hingga bulan Juli 2016 masih relatif rendah, yaitu 2,2% (yoy), namun inflasi Sumatera Utara masih dihadapkan pada beberapa risiko. Meskipun demikian, tingginya komitmen Tim Pengendalian Inflasi Daerah se-Sumatera Utara dalam mencapai realisasi inflasi yang rendah dan stabil mampu mendorong kembali terjangkarnya inflasi pada sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

1

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO DAERAH

Diluar perkiraan, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 melonjak tajam dibanding

triwulan sebelumnya, yaitu dari 5,0% (yoy) menjadi 5,7% (yoy). Akselerasi ini terjadi seiring dengan

perbaikan perekonomian yang terjadi pada level nasional yang mencapai 5,2% (yoy). Perbaikan

perekonomian pada triwulan II didorong oleh melonjaknya realisasi permintaan domestik yang

diiringi dengan keseimbangan eksternal yang membaik. Adanya pergeseran bulan Ramadhan,

pencairan THR, gaji ke 13 dan 14, perbaikan harga komoditas serta iklim investasi yang kondusif

mampu mendorong tajamnya akselerasi perekonomian domestik. Sementara itu, perbaikan harga

komoditas yang disertai dengan perayaan festival di tiongkok mendorong kinerja perdagangan

Sumatera Utara. Pada triwulan III 2016, kinerja perekonomian diperkirakan masih disumbang oleh

masih kuatnya aktivitas konsumsi, realisasi proyek infrastruktur strategis pemerintah yang tepat

waktu serta net ekspor yang terus membaik. Mencermati perkembangan beberapa indikator

terkini, perekonomian Sumatera Utara triwulan III 2016 diperkirakan masih cukup baik dengan

rentang 5,1% (yoy) – 5,5% (yoy). Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang

mewarnai perekonomian kedepan. Belum meratanya perbaikan harga komoditas perkebunan

pada awal triwulan III diperkirakan menjadi penyebab kurang optimalnya kinerja perekonomian

pada periode mendatang.

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

2

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

Diluar perkiraan, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 melonjak

tajam dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari 5,0% (yoy) pada triwulan I

2016 menjadi 5,7% (yoy). Akselerasi ini terjadi seiring dengan perbaikan

perekonomian yang terjadi pada level nasional yang mencapai 5,2% (yoy).

Perbaikan perekonomian pada triwulan II didorong oleh melonjaknya realisasi

permintaan domestik yang diiringi dengan keseimbangan eksternal yang membaik. Adanya pergeseran bulan

Ramadhan, pencairan THR, gaji ke 13 dan 14, perbaikan harga komoditas serta iklim investasi yang kondusif

mampu mendorong akselerasi perekonomian domestik. Sementara itu, perbaikan harga komoditas yang disertai

dengan pergeseran bulan Ramadhan dari sisi domestik serta perayaan festival kue bulan di Tiongkok dari sisi

eksternal mendorong kinerja perdagangan Sumatera Utara.

Dari sisi penawaran, melejitnya perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 ditopang oleh kategori

Pertanian, kategori Konstruksi, serta kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Pergeseran periode panen

beberapa komoditas tanaman pangan akibat anomali cuaca pada awal tahun serta perkembangan harga

komoditas perkebunan yang relatif membaik mendorong optimalnya kinerja kategori Pertanian. Sementara itu,

berlanjutnya proyek infrastruktur strategis nasional di Sumatera Utara mendorong akselerasi kinerja kategori

Konstruksi. Kuatnya permintaan domestik dalam menyemarakkan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri juga turut

mendorong kinerja kategori PBE. Meskipun demikian, momentum penguatan perekonomian domestik belum

berimplikasi secara baik pada kategori Industri Pengolahan. Perbaikan harga komoditas yang disertai dengan

kuatnya perekonomian domestik tidak serta merta berdampak pada kinerja Industri Pengolahan. Perilaku

efisiensi di hulu yang terlanjur dilakukan pada tahun 2015 melalui pola pemupukan dan alih tanaman

perkebunan, menyebabkan produktivitas tanaman perkebunan terutama kelapa sawit dan karet menurun.

Penurunan produktivitas ini berdampak pada terganggunya pasokan bahan baku industri pengolahan, , sehingga

industri pengolahan belum dapat tumbuh secara optimal. Meskipun demikian, secara kumulatif, perekonomian

Sumatera Utara semester I 2016 tumbuh 5,3% (ctc)1, lebih baik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang

tumbuh sebesar 5,0% (ctc).

Pada triwulan III 2016, kinerja perekonomian diperkirakan masih disumbang oleh masih kuatnya aktivitas

konsumsi, realisasi proyek infrastruktur strategis pemerintah yang tepat waktu serta net ekspor yang terus

membaik. Mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan

III 2016 diperkirakan masih cukup baik dan berada pada rentang 5,1% (yoy) – 5,5% (yoy). Meskipun demikian,

masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian kedepan. Belum meratanya perbaikan

harga komoditas perkebunan pada awal triwulan III 2016 diperkirakan menjadi penyebab kurang optimalnya

kinerja perekonomian pada periode mendatang.

Tw-I 2016 Tw-II 2016

5,0 5,7

Sum

ut

Tw-I 2016 Tw-II 2016

4,9 5,2

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

3

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi

Penggunaan

Akselerasi perekonomian Sumatera Utara pada

triwulan II 2016 ditopang oleh penguatan

perekonomian domestik dan membaiknya

keseimbangan eksternal. Perbaikan perekonomian

pada triwulan II 2016 mengkonfirmasi tren perbaikan

perekonomian sejak awal tahun 2015 lalu. Kuatnya

konsumsi rumah tangga serta perbaikan kinerja

ekspor menjadi penyumbang utama pertumbuhan

ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2016.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan

Konsumsi rumah tangga meningkat tajam dari 4,7%

(yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,2% (yoy) pada

triwulan II 2016. Bergesernya Ramadhan ke triwulan II

ditengarai menjadi penyebab utama lonjakan kinerja

konsumsi rumah tangga. Adanya pergeseran

Ramadhan menyebabkan pergeseran pencairan gaji

ke 13, 14 dan THR sehingga daya beli masyarakat

relatif meningkat. Daya beli masyarakat yang

meningkat juga didukung oleh realisasi inflasi yang

terkendali.

Meningkatnya permintaan juga didorong oleh

antusiasme masyarakat yang cukup tinggi dalam

menyambut hari raya Idul Fitri melalui peningkatan

konsumsi, terutama konsumsi makanan dan sandang.

Persiapan lebaran yang bertepatan dengan end

season sale menciptakan optimalnya aktivitas

konsumsi masyarakat. Hasil liaison Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara kepada

pelaku usaha di bidang ritel menyatakan permintaan

akan sandang meningkat tajam. Selain itu, adanya

aktivitas mudik sebagai budaya rutin tahunan umat

muslim turut menyebabkan tingginya kebutuhan akan

moda transportasi udara, laut maupun darat.

Daya beli masyarakat yang membaik juga didukung

oleh pemulihan harga komoditas perkebunan baik di

pasar domestik maupun pasar internasional yang

berdampak kepada peningkatan pendapatan

masyarakat. Komoditas unggulan dengan perbaikan

harga yang cukup signifikan pada triwulan II adalah

kelapa sawit dan karet. Harga CPO di pasar domestik

pada periode laporan sudah mencapai Rp8.605,-/kg,

lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi harga pada

triwulan lalu yang hanya sebesar Rp7.475,-/kg. Di

pasar internasional, harga CPO naik menjadi

US$650/metric ton, jauh lebih baik dari periode

sebelumnya yang tercatat US$576/metric ton.

Komoditas karet juga turut menunjukkan

perkembangan harga yang menggembirakan. Harga

karet di pasar domestik membaik dari Rp14.959/kg

menjadi Rp17.624/kg. Begitu juga dengan

perkembangan harga di pasar internasional yang

IV Total I II III IV Total I II Arah

PDRB (%,yoy) 4.7 5.2 4.8 5.1 5.1 5.3 5.1 5.0 5.7

Konsumsi 5.0 5.0 4.8 4.1 4.4 4.1 4.3 4.6 5.1

Konsumsi Swasta 5.3 5.3 4.8 4.5 4.6 4.5 4.6 4.7 5.2

Konsumsi Pemerintah 3.3 2.9 4.3 1.5 3.0 1.4 2.4 4.3 4.5

Pembentukan Modal Tetap Bruto* 3.0 3.1 3.3 3.1 4.9 4.5 4.0 5.0 5.0

Ekspor 1.5 7.9 -4.3 -1.8 -2.5 2.4 -1.6 3.2 6.9

Impor 1.4 8.3 -5.5 -6.6 -5.7 1.4 -4.1 1.4 7.4

Sisi Permintaan

Pertumbuhan Ekonomi20152014 2016

Konsumsi Rumah Tangga;

2.9%Konsumsi Pemerintah

; 0.4%

PMTB; 1.6%

Net Ekspor; 0.5%

Tw-I 2016 Tw-II 2016

4,7 5,2

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

4

membaik dari USD cents 139/kg pada triwulan I 2016

menjadi USD cents 183/kg. Perbaikan harga

komoditas perkebunan ini tak lepas dari perbaikan

harga minyak dunia yang mulai menunjukkan

perbaikan pada triwulan II 2016.

Perbaikan aktivitas konsumsi masyarakat turut

terefleksikan dari perkembangan konsumsi listrik yang

menunjukkan perbaikan. Membaiknya konsumsi

listrik pada triwulan II 2016 didukung oleh mulai

memadainya pasokan listrik memasuki tahun 2016.

Sumber: PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.2 Konsumsi Listrik

Daya beli masyarakat yang relatif membaik tercermin

pada terjaganya keyakinan konsumen. Hal ini

menunjukkan optimisme masyarakat dalam

merealisasikan aktivitas konsumsinya yang didukung

oleh perbaikan harga. Hal tersebut tercermin dari

Indeks Keyakinan Konsumen yang masih pada level

optimis dan relatif stabil. Kondisi tersebut didukung

oleh tingkat pendapatan masyarakat yang relatif

meningkat. Pemulihan harga komoditas mendorong

persepsi masyarakat yang positif atas penghasilan dan

lapangan kerja yang ada saat ini.

Grafik 1.3 Survei Konsumen

Stabilitas nilai tukar yang terus diupayakan oleh Bank

Indonesia diperkirakan dapat menjaga level psikologis

masyarakat dalam melakukan aktivitas konsumsinya.

Nilai tukar Rupiah ini secara konsisten mengalami

penguatan sejak awal tahun 2016 dan terus berlanjut

memasuki triwulan III 2016.

Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Tukar

Perbaikan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari

perkembangan indeks penjualan eceran yang secara

konsisten membaik sejak tahun 2015 lalu. Perbaikan

indeks penjualan eceran ini terutama terjadi pada

kelompok suku cadang dan asesoris. Persiapan arus

mudik Lebaran mendorong tersedianya kondisi moda

angkutan dalam kondisi prima sehingga permintaan

akan maintenance dan suku cadang kendaraan

mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Dengan demikian, konsumsi untuk komoditas

transportasi dan komunikasi meningkat dari 4,0%

(yoy) menjadi 4,2% (yoy).

Grafik 1.5 Indeks Penjualan Eceran

Peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan II

2016 diperkirakan dipenuhi dari produksi domestik.

Hal tersebut dikarenakan impor luar negeri untuk

klasifikasi barang konsumsi justru tercatat melambat

dari 88,6% (yoy) menjadi 11,9% (yoy). Merosotnya

impor barang konsumsi ini terutama terjadi untuk

klasifikasi barang makanan maupun makanan jadi.

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

1

1

2

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoymilyar kWhBisnis IndustriRumah Tangga G RumahG Bisnis G Industri

75

85

95

105

115

125

135

145

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

IEK IKK IKE Batas

OP

TIM

ISP

ESIM

IS

8,90

4

8,59

0

8,61

0

9,00

0

9,10

0

9,30

6

9,50

8

9,62

4

9,69

4

9,78

9

10,6

64

11,6

89

11,8

47

11,6

18

11,7

62

12,2

47

12,7

99

13,1

34

13,6

39

13,5

78

13,5

33

13,3

32

-10.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyUSD/Rp

RptoUS Growth

94

.2

96

.7

13

0.2

14

2.9

15

0.8

14

9.9

17

1.5

17

6.8

18

4.1

18

0.3

20

0.0

20

2.9

19

1.8

19

7.4

19

6.1

18

5.3

17

6.0

17

5.7

17

8.7

17

6.1

17

9.4

18

6.3

1.9%

6.0%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Indeks SPE Growth (yoy)

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

5

Grafik 1.6 Impor Barang Konsumsi

Grafik 1.7 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan

Lapangan Kerja

Namun, sumber pembiayaan konsumsi masyarakat

masih berasal dari tabungan. Hal ini terindikasi oleh

pertumbuhan kredit konsumsi yang masih rendah.

Demikian juga dengan kebijakan pelonggaran kembali

ketentuan Loan to Value (LTV) untuk kepemilikan

properti yang diindikasikan belum memberikan

dampak yang signifikan dalam penyaluran kredit

konsumsi. Hal tersebut tercermin dari penyaluran KPR

yang masih relatif stagnan.

Grafik 1.8 Perkembangan KPR

Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi

Memasuki triwulan III 2016, berdasarkan

perkembangan indikator terkini, konsumsi rumah

tangga diperkirakan melambat. Kondisi tersebut

dipengaruhi oleh bergesernya pola konsumsi

masyarakat terkait Ramadhan dan Lebaran. Selain itu,

perbaikan harga komoditas pada bulan Juli 2016 yang

belum merata diperkirakan akan berdampak kepada

pendapatan dan daya beli masyarakat. Namun,

konsumsi masyarakat pada triwulan III 2016 masih

akan didorong oleh kegiatan terkait libur sekolah,

perayaan 17 Agustus, dan hari raya Idul Adha.

Stabilisasi iklim politik serta upaya monitoring realisasi

anggaran oleh pemerintah mendorong normalisasi

realisasi konsumsi pemerintah. Selain itu, adanya

pencairan gaji ke-13 dan 14 yang lebih cepat seiring

dengan pergeseran hari raya Idul Fitri turut

mendorong perbaikan pola konsumsi pemerintah.

Dengan demikian, konsumsi pemerintah meningkat

dari 4,3% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 4,5% (yoy).

Perbaikan kinerja konsumsi pemerintah juga

tercermin dari realisasi anggaran belanja APBN hingga

triwulan II yang terus membaik. Hingga triwulan II

2016 realisasi belanja APBN telah mencapai 35,3% dari

pagunya. Realisasi ini jauh lebih tinggi dari realisasi

dalam 7 tahun terakhir yang terutama terdorong oleh

tingginya realisasi belanja pegawai yang telah

mencapai 51,8% dari pagunya.

11

4.0

73

.9

83

.1

85

.6

62

.8

11

0.4

72

.6

65

.3

74

.9

86

.7

73

.3

11

9.9

62

.2

70

.0

48

.6

12

0.7

11

7.3

78

.4

-33.6%

0.7%

88.6%

11.9%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

jutaVolume (ton) Growth (yoy)

-

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Persepsi Penghasilan Persepsi Lapangan Kerja

6,3

83

6,8

63

8,0

10

8,6

44

9,0

63

10

,19

0

9,6

40

10

,33

8

10

,77

8

11

,86

7

12

,67

4

13

,06

7

13

,09

3

14

,14

2

13

,70

3

13

,84

4

13

,87

7

14

,00

1

14

,07

4

14

,04

8

13

,99

5

14

,08

4

0.80.6

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%, YoyRp MiliarNilai Growth YoY

24

,78

1

26

,29

9

27

,80

3

29

,37

1

30

,21

9

31

,23

9

32

,88

0

34

,54

8

35

,07

2

35

,42

1

36

,94

3

37

,68

1

37

,82

1

38

,61

5

39

,75

2

40

,96

8

40

,96

5

41

,76

2

42

,41

4

42

,79

44

2,9

07

43

,60

7

43

,56

0.0

04.7% 4.4%

3.9%0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 7

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp MiliarNominal Growth (yoy)

Tw-I 2016 Tw-II 2016

4,3 4,5

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

6

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara,

diolah

Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan II di

Sumatera Utara

Realisasi belanja pemerintah Provinsi Sumatera Utara

hingga triwulan II telah mencapai 39,8% dari pagunya.

Realisasi ini jauh lebih tinggi dari historisnya pada

triwulan yang sama pada 4 tahun terakhir. Sementara

itu, realisasi belanja pemerintah daerah se-Provinsi

Sumatera Utara2 telah mencapai 30,7% dari pagunya.

Derasnya belanja pemerintah ini juga tercermin dari

rekening pemda di perbankan yang menurun dari

14,7% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,5% (yoy).

Sumber: DJPK dan Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

Grafik 1.11 Persentase Realisasi Belanja Langsung APBD

Pemprov Sumatera Utara Triwulan II

Grafik 1.12 Perkembangan Rekening Pemda

Pada triwulan III 2016, kinerja konsumsi pemerintah

diperkirakan terakselerasi sesuai dengan polanya,

yang didukung oleh stabilitas politik yang kondusif.

Berdasarkan pola historisnya, konsumsi pemerintah

akan menanjak memasuki semester II 2016. Namun

adanya pengurangan belanja operasional pemerintah

pada semester II 2016 diperkirakan menjadi faktor

risiko tidak optimalnya realisasi konsumsi

pemerintah3.

Kinerja investasi di Sumatera Utara pada triwulan II

2016 stabil di kisaran 5,0% (yoy). Kegiatan investasi

terutama terjadi pada investasi bangunan. Hal ini

sejalan dengan realisasi proyek infrastruktur strategis

nasional di Sumatera Utara yang secara umum

berjalan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

Sementara itu, belanja modal Pemerintah Daerah

masih terbatas sehingga menahan kinerja investasi.

Investasi bangunan terkonfirmasi dari berlanjutnya

perbaikan konsumsi semen yang mencapai 40,3%

(yoy), jauh lebih baik dari realisasi pada triwulan

sebelumnya yang telah mencapai 20,9% (yoy).

Perbaikan konsumsi semen ini mengkonfirmasi tren

perbaikan kinerja investasi bangunan yang terjadi

sejak triwulan III 2014 lalu.

31.5 32.0 24.2 27.5 24.9 29.7 21.2 35.30.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

%

28.0% 24.1% 26.0% 32.6% 39.8%0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

45.0%

2012 2013 2014 2015 2016

8.8%

16.0%20.8%

-1.4%

27.1%

22.0%

19.5%

-19.6%

-0.3%

0.6%

9.1%

11.7%

2.4%

24.8%

18.7%

41.8% 42.8%

27.3%

29.1%32.9%

14.7%

5.5%

-30.0%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kredit (Rp Miliar) G (yoy)

Tw-I 2016 Tw-II 2016

5,0 5,0

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

7

Grafik 1.13 Penjualan Semen

Sejalan dengan konsumsi semen, indeks penjualan

barang konstruksi juga turut terakselerasi pada

triwulan II 2016. Selain semen, melonjaknya

pertumbuhan indeks penjualan barang konstruksi

pada triwulan II 2016 hingga 53,6% (yoy) juga

disebabkan oleh perbaikan penjualan perlengkapan

konstruksi.

Grafik 1.14 Penjualan Barang Konstruksi

Grafik 1.15 Impor Barang Modal

Dalam meningkatkan kapabilitas perekonomian untuk

merespon penguatan ekonomi domestik, investasi

non bangunan pada triwulan II 2016 juga turut

membaik yang terindikasi dari peningkatan impor

barang modal dari -17,8% (yoy) menjadi 19,0% (yoy).

Peningkatan impor barang modal ini terkonfirmasi

dari hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sumatera Utara kepada pelaku usaha yang

masih menunjukkan optimismenya terhadap iklim

usaha terutama untuk pasar domestik. Adanya

peningkatan indeks barang tahan lama semakin

mengukuhkan tingginya potensi pasar domestik.

Terus berlanjutnya stabilitas politik serta kondusivitas

iklim investasi yang semakin digencarkan yang disertai

dengan perkembangan indikator makro yang terus

menggembirakan mendorong mulai pulihnya tingkat

kepercayaan investor untuk terus berinvestasi di

wilayah Sumatera Utara. Selain itu, upaya pemerintah

untuk terus meningkatkan investasi melalui paket

kebijakan juga turut berkontribusi pada menariknya

iklim investasi di Sumatera Utara. Dengan demikian,

pada triwulan II 2016, baik PMA maupun PMDN

menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan setelah

turun cukup signifikan pada triwulan lalu.

Grafik 1.16 Pembelian Barang Tahan Lama

Realisasi PMA pada triwulan II 2016 mencapai

USD320,0 juta, jauh lebih tinggi dari realisasi pada

triwulan lalu yang hanya mencapai USD18,1 juta.

Peningkatan investasi terutama terjadi pada sektor

Listrik, Gas dan Air, Perdagangan dan Reparasi,

Pertambangan serta Tanaman Pangan dan

Perkebunan. Tingginya realisasi investasi pada sektor

Listrik, Gas dan Air terjadi terkait dengan proyek

pembangkitan 35.000 Mega Watt yang banyak

ditempuh dengan mekanisme Independent Power

Producer (IPP). Adanya kebijakan pemerintah untuk

menghapus atau meningkatkan porsi Daftar Negatif

Investasi (DNI) untuk beberapa sektor diindikasikan

belum terlihat pada perkembangan PMA. Hal ini

mencerminkan perlu upaya untuk terus membangun

persepsi positif investor akan iklim investasi di

Sumatera Utara.

Sama halnya dengan investasi PMA, realisasi PMDN di

Sumatera Utara pada triwulan II 2016 juga meningkat

tajam. Nilai investasi PMDN pada triwulan II 2016

mencapai Rp888,2 miliar, jauh lebih tinggi dari

realisasi pada triwulan lalu yang hanya mencapai

Rp161,3 miliar. Peningkatan PMDN terutama terjadi

pada kategori Listrik, Gas dan Air, Industri Mineral Non

75

8

84

4

67

0

74

0

68

9

78

1

70

6

75

1

78

2

79

3

63

4

77

1

75

3

67

6

59

2

72

4

72

5

68

0

61

2

86

8

82

3

66

7

20.9%

40.3%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Ribu Ton Volume Growth

2,97

8

3,14

6

3,66

8

3,99

9

3,99

7

3,73

8

3,96

3

3,98

9

4,15

2

4,27

8

4,19

9

4,17

7

4,89

0

4,86

3

4,77

3

4,77

6

4,96

7

4,98

3.4

14.3%

1.6%

53.6%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

Rp Juta Indeks Penjualan Barang Konstruksi Growth

36

.7

37

.3

31

.0

13

5.8

55

.1

42

.5

45

.1

33

.6

28

.2

96

.6

30

.3

32

.8

30

.3

28

.8

24

.8

31

.0

24

.9

34

.2

-5.4%

-17.8%

19.0%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

jutaVolume (ton) Growth (yoy)

90.0

95.0

100.0

105.0

110.0

115.0

120.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

8

Logam serta Industri Makanan. Masih disebabkan oleh

gencarnya proyek infrastruktur listrik 35.000 MW,

realisasi PMDN pada sektor ini meningkat tajam

hingga Rp208,2miliar.

Meskipun demikian, potensi investasi masih dapat

dikatakan cukup besar. Realisasi belanja modal

pemerintah daerah di Provinsi Sumatera Utara hingga

triwulan II 2016 baru mencapai 15,9% dari pagunya.

Realisasi belanja modal ini terkendala proses

pengadaan yang diperkirakan baru dapat terlaksana

dengan baik pada semester II 2016.

Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara

Periode PMA PMDN

Proyek I (juta USD)

Proyek I (Rp miliar)

2014 I 65 122,4 15 559,5

II 117 156,3 49 2.985,8

III 74 200,3 20 428,5

IV 180 71,8 73 250,1

Total 436 550,8 157 4.223,9

2015 I 123 308,1 53 905,1

II 107 323,6 59 2.110,1

III 101 308,2 24 82,8

IV 107 306,1 33 1.189,5

2016 I 39 18,1 13 161,3

II 320,0 888,2

P: jumlah proyek; I: Nilai Investasi

Sumber: BKPM, diolah

Dari sisi investasi non bangunan, realisasi pada

kategori ini juga dapat dikatakan belum optimal.

Mayoritas kapasitas terpasang perusahaan di

Sumatera Utara dapat dikatakan belum maksimal,

baru mencapai 74%. Selain itu, adanya kesepakatan

pembatasan volume ekspor karet sebagai langkah

perbaikan harga juga turut mendorong lebih

rendahnya utilisasi alat yang digunakan. Dengan

demikian, pelaku usaha relatif menahan rencana

investasinya kedepan.

Sikap ini juga terefleksikan dalam penyaluran kredit

investasi yang justru terkontraksi dari 7,8% (yoy)

menjadi -1,3% (yoy). Adanya pelonggaran kebijakan

moneter yang diikuti penurunan tingkat suku bunga

belum mendorong peningkatan permintaan kredit.

Grafik 1.17 Kredit Investasi

Pada triwulan III 2016, seiring dengan mulai

digelontorkannya belanja infrastruktur pemerintah

daerah serta realisasi infrastruktur strategis nasional

yang masih berjalan tepat waktu, kinerja investasi di

Sumatera Utara diperkirakan meningkat. Pelonggaran

kebijakan moneter, adanya tax amnesty serta

efektifnya pemberlakuan paket kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah diperkirakan cukup

akomodatif dalam mem-boost kinerja investasi

kedepan.

Di sisi eksternal, perbaikan kinerja ekspor terus

berlanjut. Perbaikan kinerja ekspor ini terjadi baik

untuk perdagangan luar negeri maupun perdagangan

antar daerah. Selain dipengaruhi oleh perkembangan

harga yang cukup baik, adanya mandatori bahan bakar

nabati (BBN) yang meningkatkan konsumsi biodiesel

dari sisi domestik turut memberikan dampak positif

bagi kinerja ekspor antar daerah. Dengan demikian,

perdagangan antar daerah turut mengalami perbaikan

dari 6,0% (yoy) menjadi 12,5% (yoy).

Sumber: Bloomberg dan Bappebti, diolah

Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet

16,6

51

17,4

94

18,1

17

22,3

43

24,6

26

25,3

57

25,8

73

29,5

24

30,1

94

35,9

73

37,2

57

40,1

90

39,9

10

39,9

95

39,0

54

38,6

60

39,5

47

39,7

27

40,1

50

42,6

0242

,649

39,2

29

7.8%

-1.3%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp MiliarNominal

Tw-I 2016 Tw-II 2016

3,2 6,9

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

CPO Lokal CPO Intl Karet Lokal Karet Intl

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

9

Selaras dengan ekspor dalam negeri, ekspor luar

negeri tercatat membaik dari -10,9% (yoy) menjadi

0,6% (yoy). Perbaikan ekspor luar negeri ini terutama

didorong oleh membaiknya ekspor luar negeri untuk

kategori barang, sementara kinerja ekspor luar negeri

untuk jasa justru menurun. Kenaikan ekspor barang ini

terutama didorong oleh mulai membaiknya harga

komoditas di pasar internasional.

Grafik 1.19 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera

Utara4

Ekspor luar negeri Sumatera Utara masih didominasi

oleh ekspor kelapa sawit dengan pangsa sebesar

33,1% dari total nilai ekspor, disusul oleh komoditas

karet dengan pangsa 8,7% dan kopi 5,0%. Tingginya

dominasi produk ekstraktif dalam komoditas ekspor

menyebabkan tingginya pengaruh pasar komoditas

terhadap kinerja ekspor Sumatera Utara.

Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama

Komoditas Pangsa

Kelapa Sawit 33,1% Karet 8,7% Kopi 5,0% Lainnya 53,2%

Kinerja ekspor Sumatera Utara juga cukup bergantung

pada kinerja perekonomian beberapa mitra dagang

utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India dan

Euro Area. Ekspor ke empat negara tersebut mencapai

sekitar 39,9%, meningkat dibanding triwulan

sebelumnya yang sebesar 39,3% terhadap total ekspor

Sumatera Utara.

Data Cognos Bank Indonesia, terdapat perbedaaan pencatatan ekspor luar negeri oleh BPS dan Bank Indonesia

Grafik 1.20 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama

Perbaikan kinerja ekspor luar negeri Sumatera Utara

terjadi pada komoditas unggulan CPO dan karet

seiring dengan harga di pasar internasional yang mulai

membaik. Peningkatan harga terutama disebabkan

oleh berkurangnya pasokan sebagai dampak El Nino

pada tahun 2015 di sejumlah kawasan serta

penyerapan CPO domestik untuk program mandatori

biodiesel. Terkait dengan El Nino, dampak terhadap

Sumatera Utara relatif minim sehingga produksi

kelapa sawit dan karet tetap optimal di tengah

kenaikan harga. Pada triwulan II 2016 ekspor luar

negeri CPO Sumatera Utara membaik dari -12,5%

(yoy) menjadi -11,6% (yoy).

Grafik 1.21 Ekspor CPO

Pemberlakuan efektif pelarangan trans fat dalam

produk makanan oleh Food and Drug Administration

(FDA) Amerika Serikat menjadikan CPO sebagai salah

satu kandidat bahan substitusi yang relatif murah

sehingga permintaan CPO dari Amerika Serikat

meningkat. Selain itu, adanya perayaan festival di

Tiongkok serta persiapan perayaan Diwali di India

mendorong permintaan akan minyak nabati yang

tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri

sebagai imbas penurunan produksi El Nino pada 2015

2.6

2.4

2.6

2.5

2.4

2.3

2.3

2.4

2.3

2.3

2.3

2.2

1.8

2.0

2.0

1.9

1.7

1.9

2.0

1.7

2.3

2.4

2.2

2.2

2.2

2.3

2.1

2.0

2.3

2.3

1.9

2.2

2.4

2.5

2.0

2.0

-6.3%

-5.1%

4.8%-9.6%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume

Tiongkok10%

USA12%

Europa9%

India8%

Lainnya61%

0.9

0.7

1.0

0.9

0.8

0.8

0.8

0.9

0.8

0.8

0.9

0.8

0.6

0.7

0.7

0.7

0.5

0.6

0.9

0.6

1.1

1.1

1.1

1.1

1.0

1.1

1.0

0.9

1.2

1.2

0.9

1.1

1.2

1.3

0.9

0.9

-12.5% -11.6%

2.3%

-15.7%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

10

lalu, juga menguntungkan kinerja perdagangan CPO

Sumatera Utara. Dibatalkannya pajak progresif kelapa

sawit oleh pemerintah Perancis diharapkan kembali

menumbuhkan optimisme pelaku usaha di bidang

kelapa sawit sehingga bisa mendorong kinerja ekspor

kedepannya.

Meskipun tren perbaikan sudah mulai terlihat, namun

permintaan masih lemah. Perbaikan aktivitas

manufaktur negara mitra dagang utama dapat

dikatakan tidak merata. Perbaikan aktivitas

manufaktur hanya terlihat di Tiongkok, sementara

Amerika Serikat, India dan Jepang masih terus

menunjukkan tren perlambatannya.

Sumber: ieconomics.com dan tradingeconomics.com, diolah

Grafik 1.22 PMI Negara Mitra Dagang Utama

Perbaikan kinerja ekspor juga mulai terlihat pada

komoditas karet. Ekspor luar negeri karet tercatat

membaik dari -26,6% (yoy) menjadi -18,5% (yoy).

Adanya perbaikan harga komoditas mampu

mendorong kinerja ekspor luar negeri karet. Namun

perbaikan masih terbatas terkait adanya pembatasan

volume impor sebagai bentuk kesepakatan antar

anggota International Tripartite Rubber Council

(ITRC).

Grafik 1.23 Ekspor Karet

Pada triwulan III 2016, kinerja ekspor Sumatera Utara

diperkirakan cukup baik. Meski perkembangan

indikator harga terkini menunjukkan adanya

penurunan harga komoditas perkebunan. Namun

adanya sistem kontrak yang ditetapkan dalam

penjualan komoditas diharapkan masih berjalan

dengan baik. Hal ini juga diperkuat dengan kapabilitas

pasar domestik yang semakin mumpuni, terutama

pasca program BBN yang semakin digalakkan.

Seiring dengan penguatan perekonomian domestik,

kebutuhan akan impor barang semakin meningkat.

Kinerja impor meningkat dari 1,4% (yoy) menjadi 7,4%

(yoy). Perbaikan kinerja impor terjadi baik untuk

impor luar negeri maupun impor antar daerah.

Grafik 1.24 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut

Impor antar daerah mengalami lonjakan tajam dari

6,0% (yoy) menjadi 10,8% (yoy). Lonjakan ini terjadi

sebagai respons dari meningkatnya kebutuhan

konsumsi terutama untuk komoditas bahan makanan

dalam bulan Ramadhan dan persiapan Idul Fitri.

Beberapa kebutuhan pokok masih harus diimpor dari

daerah lain karena belum optimalnya produksi

tanaman bahan makanan seiring dengan adanya

anomali cuaca pada awal triwulan menyebabkan

kebutuhan akan impor dari daerah lain meningkat.

Impor luar negeri di Sumatera Utara meningkat dari -

8,6% (yoy) menjadi 0,5% (yoy). Peningkatan impor

luar negeri didorong oleh peningkatan kebutuhan

impor barang modal serta trend penguatan nilai tukar

rupiah. Perekonomian domestik yang kuat

mendorong adanya peningkatan kebutuhan akan

barang modal dari luar negeri sehingga impor barang

modal meningkat dari -10,9% (yoy) menjadi 0,6%

(yoy). Sementara itu, impor jasa justru melambat dari

3,5% menjadi 0,2% (yoy).

45

47

49

51

53

55

57

59

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

US China India Jepang Batas

EKSP

AN

SIK

ON

TRA

KSI

0.5

0.5

0.4

0.4

0.5

0.4

0.4

0.4

0.3

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.1

0.2

0.1

0.1

0.1

0.1

0.2

0.1

0.2

0.2

0.2

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

-26.6%

-18.5%

-5.7%

-12.3%

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume

Tw-I 2016 Tw-II 2016

1,4 7,4

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Bahan Baku Barang Konsumsi Barang Modal Total

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

11

Grafik 1.25 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut

Berdasarkan kategorinya, kelompok barang modal

dan bahan baku mengalami peningkatan sementara

impor barang konsumsi justru menurun. Impor barang

modal meningkat signifikan dari -17,8% (yoy) menjadi

19,0% (yoy). Sementara itu, impor bahan baku

tercatat membaik dari -11,1% (yoy) menjadi -0,4%

(yoy). Selain dipengaruhi oleh permintaan domestik

yang kuat, adanya kebutuhan untuk meningkatkan

persediaan dalam menghadapi hari raya Idul Fitri juga

turut menyebabkan tingginya perbaikan kinerja impor

barang modal dan bahan baku. Lain halnya dengan

impor barang konsumsi yang justru menurun dari

88,6% (yoy) menjadi 11,9% (yoy).

Laju impor di triwulan III 2016 diperkirakan turun

terbatas. Seiring dengan aktivitas konsumsi yang

diperkirakan menurun akibat pergeseran pola

konsumsi, impor diperkirakan turut menurun.

Meskipun demikian, penurunan diperkirakan tidak

akan terlalu dalam mengingat adanya kebutuhan

untuk meningkatkan persediaan barang modal untuk

mengolah CPO yang akan melimpah ruah pada akhir

tahun.

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi

Lapangan Usaha

Dari sisi penawaran, perbaikan yang signifikan pada

perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016

ditopang oleh perbaikan kinerja kategori Pertanian,

kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE),

kategori Konstruksi serta kategori Transportasi dan

Pergudangan. Sementara itu, kinerja kategori Industri

Pengolahan yang merupakan sektor utama

perekonomian Sumatera Utara justru mengalami

perlambatan yang cukup dalam. Kelima kategori

tersebut menyumbang lebih dari 75% PDRB Sumatera

Utara.

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Bahan Baku Barang Konsumsi Barang Modal Total

IV Total I II III IV Total I II Arah

PDRB (%,yoy) 4.7 5.2 4.8 5.1 5.1 5.3 5.1 5.0 5.7

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.2 4.4 6.1 5.6 3.8 7.0 5.6 5.5 7.2

Pertambangan dan Penggalian 4.1 5.1 12.4 6.1 3.7 3.8 6.4 1.4 7.6

Industri Pengolahan 0.3 3.0 0.3 3.1 5.0 5.5 3.5 6.6 2.2

Pengadaan Listrik, Gas 2.9 3.2 -8.5 -5.6 4.7 4.5 -1.3 4.3 11.9

Pengadaan Air 6.8 6.0 9.7 8.6 4.3 3.4 6.4 4.6 6.1

Konstruksi 8.5 6.8 8.3 6.6 5.6 2.0 5.5 4.3 5.5

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor5.5 6.9 4.5 5.4 4.2 3.3 4.4 2.4 5.2

Transportasi dan Pergudangan 6.3 5.7 5.1 5.1 6.0 5.7 5.5 5.6 8.3

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.5 6.5 9.2 6.9 6.2 5.7 7.0 4.3 5.7

Informasi dan Komunikasi 4.7 7.2 5.8 7.1 8.1 7.4 7.1 5.8 6.9

Jasa Keuangan 4.8 2.6 4.2 4.7 8.5 11.1 7.2 7.6 6.2

Real Estate 7.9 6.6 4.9 5.6 6.1 6.3 5.8 4.6 5.2

Jasa Perusahaan 7.5 6.8 7.2 6.8 5.0 4.5 5.9 5.5 5.5

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib5.2 6.9 5.3 6.3 7.0 4.7 5.8 5.5 12.0

Jasa Pendidikan 0.0 6.4 2.5 -0.2 8.1 9.8 5.0 7.4 7.0

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.6 7.0 6.4 7.9 8.8 4.7 6.9 7.9 5.2

Jasa lainnya 6.1 7.0 6.2 6.9 5.6 8.1 6.7 7.0 6.3

Sisi Produksi

Pertumbuhan Ekonomi20152014 2016

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

12

Perbaikan harga komoditas di pasar domestik dan

internasional terutama untuk komoditas CPO dan

karet mendorong kinerja kategori Pertanian lebih

baik dari pola historisnya. Kategori Pertanian

membaik dari 5,5% (yoy) menjadi 7,2% (yoy).

Perbaikan kinerja kategori Pertanian didorong oleh

perbaikan kinerja subsektor perkebunan. Sementara

itu, menurut data Dinas Pertanian Provinsi Sumatera

Utara, subsektor tanaman bahan pangan masih

menunjukkan penurunan produksi. Produksi padi

pada triwulan II 2016 turun sebesar -29% (yoy), serta

cabai merah dan bawang merah masing-masing turun

-26%(yoy) dan -16% (yoy).

Penurunan produksi tanaman pangan direspon oleh

pemerintah melalui penyaluran pupuk bersubsidi

yang lebih intensif. Penyaluran pupuk bersubsidi pada

triwulan II 2016 telah mencapai 44,2% dari pagu,

relatif baik dari rata-rata penyaluran pupuk bersubsidi

dalam 5 tahun terakhir untuk triwulan II 2016 yang

biasanya mencapai 41,8% dari pagu. Begitu juga

dengan volume impor pupuk yang masih terkontraksi.

Permasalahan kualitas bibit yang digunakan oleh

petani terlihat berdampak pada kinerja Pertanian

pada periode laporan.

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.26 Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Grafik 1.27 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera

Utara

Penurunan produksi tanaman bahan pangan juga

dipengaruhi anomali cuaca dalam beberapa periode

terakhir yang kurang kondusif. Cuaca di Sumatera

Utara dilaporkan cenderung kering sehingga

menyebabkan kurang kondusifnya aktivitas pertanian

pada triwulan II 2016. Lebih lanjut, keadaan cuaca

tersebut menggeser periode tanam beberapa

komoditas pertanian. Hingga bulan September 2016

diperkirakan realisasi luas tanam di Sumatera Utara

baru mencapai 49,6% dari rencana yang telah

ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut juga diperparah

dengan masih belum memadainya kapasitas irigasi

dalam memenuhi kebutuhan pengairan ditengah

anomali cuaca yang terjadi memasuki triwulan II 2016

semakin menekan produktivitas tanaman pangan

pada periode mendatang.

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 1.1 Realisasi Sifat Curah Hujan April 2016

Tw-I 2016 Tw-II 2016

5,5 7,2

Padi

-29 Cabai Besar

-26 Bawang Merah

-16

Produksi Triwulan II 2016 (%, yoy)

16

.7%

38

.4%

57

.8%

83

.2%

21

.5%

48

.4%

71

.9%

10

0.8

%

18

.9%

43

.9%

66

.0%

90

.4%

22

.9%

48

.2%

67

.4%

94

.4%

20

.9%

44

.2%

-30.0%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

Realisasi Sisa Kebutuhan Growth Realisasi

18

1.6

31

3.9

20

3.9

14

1.8

92

.3

18

1.9

20

2.4

19

3.4

16

6.6

31

0.8

21

4.8

16

6.8

26

1.9

18

8.2

17

4.9

20

6.3

16

5.2

18

5.6

-18.6%

23.7%

-36.9%

-1.4%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

jutaVolume (ton) Growth (yoy)

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

13

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 1.2 Realisasi Sifat Curah Hujan Mei 2016

Berbeda dengan sektor tanaman pangan, kategori

tanaman perkebunan justru diperkirakan membaik

seiring dengan membaiknya harga komoditas di pasar

internasional dan domestik. Adanya kenaikan harga

minyak dunia mendorong kenaikan harga CPO dan

karet di pasar internasional maupun domestik.

Penguatan harga CPO di pasar domestik juga

ditunjang dengan adanya komitmen kontrak

pengadaan biodiesel yang akan disalurkan pada bulan

Mei-Oktober 20165. Menurunnya produksi beberapa

negara yang terimbas oleh El Nino pada tahun 2015

lalu menyebabkan pasokan menurun juga turut

mendukung perbaikan harga. Kondisi ini cukup

menguntungkan bagi Sumatera Utara mengingat

minimalnya dampak El Nino pada tahun 2015 lalu

sehingga produksi kelapa sawit tidak terganggu secara

signifikan dibandingkan dengan pesaing utama

lainnya seperti Malaysia. Dengan kondisi tersebut,

optimisme perbankan dalam menyalurkan kredit ke

kategori ini terus berlanjut, yang tercermin dari

akselerasi kredit yang mencapai 28,2% (yoy), lebih

tinggi dari capaian triwulan lalu yang mencapai 23,9%

(yoy).

Untuk komoditas karet, adanya kesepakatan

pembatasan ekspor oleh ITRC serta pergerakan

minyak dunia yang merangkak naik sepanjang

triwulan II 2016 mendorong perbaikan harga baik di

pasar lokal maupun internasional. Perbaikan harga ini

memberikan angin segar bagi petani karet yang sudah

beberapa tahun terakhir terhimpit faktor harga yang

terlalu rendah. Meskipun demikian, tanpa adanya

pembatasan ekspor pun pada dasarnya pasokan karet

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.

258/K/12/DJE/2016 mengenai penetapan Badan Usaha

Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Alokasi Besaran Volume

sudah mulai menurun akibat hilangnya minat petani

karet rakyat untuk ‘menderes’ getah karet akibat

terlalu rendahnya harga. Hal tersebut juga turut

meredupkan gairah perbankan dalam menyalurkan

kreditnya pada sektor ini. Kredit ke perkebunan karet

melambat dari -17,5% (yoy) menjadi -19,1% (yoy).

Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Perkebunan

Sementara itu, kinerja perkebunan kopi pada triwulan

II 2016 masih cukup baik yang disebabkan oleh masih

kondusifnya aktivitas perdagangan domestik.

Berdasarkan hasil liaison, penjualan kopi domestik

terutama didorong oleh meningkatnya permintaan

untuk produk kopi premium arabika seiring dengan

daya beli masyarakat domestik yang membaik serta

tren coffee shop yang semakin merebak di beberapa

kota besar di Indonesia. Harga kopi arabika di pasar

domestik membaik dari -5,7% (yoy) pada triwulan lalu

menjadi 6,0% (yoy) pada triwulan II 2016. Namun,

kinerja perdagangan kopi di pasar internasional relatif

menurun sejalan dengan belum pulihnya ekonomi

global. Hal tersebut tercermin dari harga kopi di pasar

internasional yang justru melambat dari 6,4% (yoy)

menjadi 5,8% (yoy). Lebih lanjut, penurunan kinerja

perkebunan kopi di pasar global juga tercermin dari

penurunan ekspor kopi dari -8,9% (yoy) menjadi -

19,0% (yoy).

Untuk Pengadaan BBN Jenis Biodiesel di PT Pertamina dan

PT AKR Corporindo Periode Mei-Oktober 2016

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

-

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Rp Triliun Kebun Karet Kebun SawitG. P Karet G P Sawit

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

14

Perbaikan kinerja kategori Pertanian mendorong

tingkat kesejahteraan petani pada triwulan II 2016,

bahkan mulai melewati level indikatifnya sebesar 100.

NTP Provinsi Sumatera Utara6 pada triwulan II 2016

membaik dari 99,3 pada triwulan lalu menjadi 100,6

pada periode laporan. Perbaikan NTP pada periode

laporan terutama disebabkan oleh membaiknya NTP

perkebunan secara signifikan yang didorong oleh

membaiknya harga.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.29 Realisasi NTP Sumatera Utara

Mulai membaiknya harga diharapkan menjadi daya

tarik bagi petani maupun buruh perkebunan untuk

tetap bekerja di sektor Pertanian. Alih profesi petani

perkebunan menjadi buruh pabrik, keengganan untuk

melakukan aktivitas produksi atau bahkan menjadi

petani tanaman pangan yang marak dilakukan akibat

kemerosotan harga yang cukup signifikan pada tahun

lalu menyebabkan menurunnya ketersediaan bahan

baku bagi industri pengolahan.

Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Pertanian

Perbaikan kategori Pertanian diperkirakan masih

berlangsung pada beberapa periode kedepan. Indikasi

perbaikan ini tercermin dari masih tingginya

penyaluran kredit pada kategori pertanian yang

Menggunakan nilai rata-rata bulanan April, Mei dan Juni

2016

tumbuh dari 21,8% (yoy) menjadi 25,7% (yoy). Selain

itu, adanya panen raya kedua tanaman pangan

diperkirakan juga turut berkontribusi pada baiknya

kinerja kategori ini pada periode mendatang, meski

tidak optimal akibat adanya pergeseran periode

tanam.

Perbaikan permintaan domestik yang signifikan

mendorong tingginya akselerasi kategori

Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Adanya

persiapan perayaan Idul Fitri, penyaluran THR, gaji ke

13 dan 14 ditengah tekanan inflasi yang terkendali

menyebabkan terjaganya daya beli masyakarakat.

Dengan kondisi tersebut, kategori Perdagangan

tercatat tumbuh dari 2,4% (yoy) menjadi 5,2% (yoy).

Peningkatan aktivitas perdagangan didorong oleh

melejitnya penjualan suku cadang yang mencapai

24,0% (yoy), jauh lebih tinggi dari capaian triwulan lalu

yang hanya mencapai 2,5% (yoy). Perbaikan kinerja

penjualan suku cadang ini terkait dengan tingginya

aktivitas mudik yang dibarengi dengan penguatan nilai

tukar yang terus berlanjut sehingga harga sparepart,

suku cadang dan aksesoris kendaraan relatif menurun.

Grafik 1.31 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera

Utara

Meskipun membaik, kinerja kategori ini diperkirakan

belum optimal terkait dengan kinerja pariwisata yang

masih terbatas. Hal tersebut tercermin dari tingkat

occupancy rate hotel/penginapan yang menurun serta

kunjungan wisatawan yang masih terkontraksi meski

banyak event musiman. Masih berlanjutnya erupsi

100.

8

100.

4

97.8

98.7

100.

4

101.

1

99.3

99.1

98.5

98.6

97.7

98.1

99.3

100.

6

100

98

93

97

100

101

96

95

95 96

93

93

95

98

104

105

102

100

96

98

98

101

99

98

93

96.5

97.4

98

100

100

98 99

100 101

100

98

96

96

96 97

98

98

86

88

90

92

94

96

98

100

102

104

106

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Indeks ntp NTPR NTPH NTPP

9,7

03

9,6

71

11

,55

0

13

,95

3

13

,98

0

14

,93

6

15

,50

1

18

,35

8

18

,39

6

18

,83

4

19

,18

3

22

,03

6

22

,29

1

23

,62

9

23

,56

5

25

,00

7

24

,19

6

25

,09

5

26

,28

6

28

,62

3

29

,47

3

31

,54

5

21.8%

25.7%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp MiliarNominal Growth (yoy)

Tw-I 2016 Tw-II 2016

2,4 5,2

532.

8

548.

4

586.

7

580.

5

640.

8

555.

4

469.

0

376.

6

371.

9

426.

6

487.

3

472.

8

450.

1

418.

0

459.

1

484.

6

558.

1

631.

5

2.5%

24.0%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

Rp Juta Penjualan Suku Cadang Growth

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

15

Sinabung diperkirakan turut menahan laju kedatangan

wisatawan ke daerah Sumatera Utara. Meskipun

demikian, adanya program pemerintah dalam

pengembangan Danau Toba sebagai objek wisata

nasional kedepannya diperkirakan dapat mendorong

kinerja pariwisata.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.32 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara

dan Occupancy Rate

Pada triwulan III 2016, kinerja kategori PBE

diperkirakan relatif stabil. Adanya perayaan hari raya

Idul Fitri, libur sekolah, Festival Danau Toba, hari raya

Idul Adha, serta tahun ajaran baru akan menjaga

kuatnya permintaan domestik pada periode

mendatang. Optimisme ini juga tercermin dari

membaiknya penyaluran kredit pada triwulan II 2016,

dari -3,0% (yoy) menjadi 3,0% (yoy) yang diharapkan

menjadi stimulus perbaikan kinerja kategori ini

kedepannya. Sementara itu, beberapa faktor yang

diperkirakan menahan kinerja kategori ini pada

triwulan III 2016 diantaranya adalah bergesernya pola

konsumsi masyarakat seiring dengan beralihnya

Ramadhan ke triwulan II 2016. Selain itu adanya

pemotongan anggaran operasional pemerintah pusat

dan daerah diperkirakan menahan kinerja kategori ini.

Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Kategori PBE

Semaraknya budaya mudik serta perbaikan harga

komoditas mendorong terdongkraknya kinerja

Transportasi dan Pergudangan hingga tumbuh 8,3%

(yoy). Adanya perbaikan harga komoditas juga

mendorong tingginya arus transportasi barang

sehingga membutuhkan kapasitas pergudangan yang

memadai. Dengan demikian, kinerja subkategori

perdagangan juga diperkirakan turut membaik seiring

dengan perbaikan harga komoditas tersebut. Hal

tersebut tercermin dari tingginya realisasi arus

bongkar muat yang meningkat secara signifikan.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.34 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan

Belawan

Hari raya Idul Fitri diiringi dengan arus mudik yang

cukup tinggi mendorong peningkatan kebutuhan akan

moda transportasi baik untuk darat, laut dan udara.

Adanya kebutuhan yang tinggi ini direspon dengan

adanya penambahan kapasitas angkut baik melalui

moda transportasi yang lebih banyak maupun

frekuensi angkut yang lebih tinggi. Namun, arus mudik

diperkirakan tidak hanya terkonsentrasi di akhir

triwulan II 2016 menjelang Idul Fitri. Arus mudik

terlihat masih cukup ramai mendekati Idul Fitri yang

berlangsung pada awal triwulan III 2016. Hal tersebut

tercermin dari pertumbuhan arus penumpang udara

maupun laut yang pada triwulan II 2016 justru

terkontraksi dalam.

38

4

1

46

4

0

42

4

4

40

4

4

44

4

4

38

4

5

42

4

5

44

4

6

40

4

5

42

4

3

50

5

4

52

5

2

50

48

-11.4%

-12.3%

-40.0%

-30.0%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

-

10

20

30

40

50

60Occupancy Rate Wisman

18

,43

1

19

,19

3

20

,64

3

21

,70

9

22

,78

4

24

,89

7

24

,52

5

26

,53

1

27

,06

6

32

,02

8

32

,14

4

33

,87

3

34

,49

6

36

,20

0

36

,73

5

38

,96

8

42

,19

5

42

,95

2

44

,01

1

44

,59

8

40

,94

1

44

,22

9 -3.0%

3.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

50,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp Miliar

Nominal Growth (yoy)

Tw-IV 2015 Tw-I 2016

5,6 8,3

-18.1%

0.8%8.8%

-70.9%

-32.9%

42.1%

-80.0%

-60.0%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

-

1

1

2

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

juta Ton

Bongkar Muat G Bongkar G Muat

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

16

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.35 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara

Selain didorong oleh perayaan Idul Fitri, libur sekolah

dan tahun ajaran baru, ekspektasi akan membaiknya

kategori Transportasi dan Pergudangan di periode

mendatang tercermin dari masih terus berlanjutnya

perbaikan penyaluran kredit ke kategori ini.

Penyaluran kredit kategori transportasi dan

pergudangan kembali membaik dari -11,7% (yoy)

menjadi -3,2% (yoy). Terus digenjotnya akselerasi

beberapa program peningkatan kapasitas

infrastruktur perhubungan yang telah dimulai pada

akhir tahun 2015 lalu diharapkan dapat mendukung

kinerja kategori ini di masa mendatang.

Grafik 1.36 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan

Pergudangan

Proyek infrastruktur strategis nasional di Sumatera

Utara yang terus digencarkan menopang kokohnya

realisasi kinerja kategori konstruksi dari 4,3% (yoy)

menjadi 5,5% (yoy). Hal ini selaras dengan akselerasi

konsumsi semen dan indeks penjualan barang

konstruksi. Beberapa proyek infrastruktur strategis

yang merupakan lanjutan dari proyek multiyears yang

dimulai tahun lalu diantaranya adalah pembangunan

Pelabuhan Belawan, Terminal Multi purpose

Pelabuhan Kuala Tanjung dan Tol Trans Sumatera.

Dorongan pemerintah pusat untuk melakukan

percepatan pembangunan infrastruktur strategis

turut berkontribusi dalam tingginya realisasi proyek-

proyek tersebut.

Sementara itu, kinerja kategori Konstruksi pada

triwulan laporan belum mendapat dorongan yang

lebih besar dari realisasi investasi swasta maupun

program pemerintah daerah, khususnya investasi

bangunan. Pelaku usaha masih cenderung wait and

see terhadap perkembangan perekonomian, terutama

terkait dengan belum kokohnya perbaikan

permintaan. Sementara itu, terlambatnya proses

pengadaan masih menjadi momok sulitnya

optimalisasi realisasi pembangunan dari sisi

pemerintah daerah.

Grafik 1.37 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi

Pada triwulan III 2016, akselerasi kinerja kategori

konstruksi diperkirakan berlanjut seiring dengan

realisasi infrastruktur strategis yang tepat waktu.

Selain itu, perkiraan dari selesainya proses pengadaan

infrastruktur perhubungan dari sisi APBD juga

diperkirakan mendorong kinerja kategori ini lebih

baik. Penyaluran kredit pada triwulan II yang

terakselerasi dari -2,1% (yoy) menjadi 7,3% (yoy) juga

diharapkan dapat menjadi stimulus dari perbaikan

perekonomian ke depan.

Ditengah perbaikan harga komoditas yang terus

berlanjut, kinerja kategori Industri Pengolahan pada

triwulan II 2016 melambat cukup signifikan. Industri

pengolahan tercatat melambat tajam dari 6,6% (yoy)

menjadi 2,2% (yoy). Adanya perilaku pelaku usaha

untuk meningkatkan stok sebelum pucak permintaan

berlangsung sementara aktivitas produksi relatif

33.0%

6.8%

-49.1%

-2.2%

9.9%

-60.0%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

-

1

1

2

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

juta orang Penumpang Udara Penumpang Laut

G Penumpang Udara G Penumpang Laut

1,5

68

1,9

43

2,2

33

2,4

85

2,5

98

2,8

75

2,9

95

3,3

10

3,3

97

3,5

88

3,7

04

3,6

83

3,5

70

5,1

61

4,6

55

3,9

25

3,8

07

3,5

98

3,6

05

3,4

78

3,3

60

3,4

82

-11.7%-3.2%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp Miliar

Nominal Growth (yoy)

Tw-I 2016 Tw-II 2016

4,3 5,5

2,7

02

2,6

87

3,1

90

3,1

56

2,9

35

3,2

97

3,8

35

3,9

53

3,7

76

4,4

07

5,2

79

5,1

14

4,9

04

4,9

07

5,3

57

5,3

94

5,0

27

5,1

81

5,2

97

5,2

70

4,9

22

5,5

92

-2.1%

7.9%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp Miliar

Nominal Growth (yoy)

Tw-I 2016 Tw-II 2016

6,6 2,2

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

17

menurun seiring dengan adanya libur lebaran

mendorong perlambatan kategori ini. Melambatnya

kinerja kategori ini juga tercermin dari melambatnya

penyaluran kredit industri pengolahan.

Grafik 1.38 Penyaluran Kredit Kategori Industri

Pengolahan

Masih belum kuatnya permintaan global juga turut

menahan perbaikan kinerja kategori Industri

Pengolahan. Hal ini tertangkap dari masih

terkontraksinya kinerja ekspor manufaktur Sumatera

Utara. Selain terkendala dari sisi permintaan,

perkembangan industri pengolahan di Sumatera

Utara, terutama karet juga berasal dari pasokan.

Permasalahan minimnya bahan baku juga masih

menjadi dilema bagi industri pengolahan karet,

dimana kekurangan bahan baku untuk industri

domestik saja mencapai 40%.

Grafik 1.39 Perkembangan Ekspor Manufaktur

Selain itu, kinerja kategori ini tidak lepas dari

meningkatnya ketersediaan fasilitas pendukung,

seperti listrik dan gas. Pada awal tahun 2016,

Sumatera Utara secara keseluruhan telah melewati

episode defisit listrik yang telah lama dikeluhkan oleh

pelaku usaha dan masyarakat. Memadainya pasokan

listrik untuk kepentingan industri yang diiringi dengan

terus disesuaikannya harga listrik oleh pemerintah

mendorong mulai kondusifnya aktivitas industri

pengolahan. Meskipun demikian, pelaku usaha masih

merasakan pasokan listrik yang telah memadai

tersebut belum diiringi dengan keandalan layanan

yang prima, dengan demikian pelaku usaha masih

perlu menggunakan daya pengganti, baik itu dalam

bentuk genset atau energi alternatif.

Di tahun 2016, Pemerintah terus menggodok

kebijakan maupun langkah-langkah akomodatif dalam

menciptakan iklim usaha maupun investasi yang

kondusif. Memasuki awal tahun 2016, pemerintah

daerah Sumatera Utara berhasil mengupayakan

penurunan tarif gas industri yang harganya jauh

melebihi rata-rata harga gas industri di ASEAN. Harga

gas industri di Sumatera Utara memasuki awal tahun

2016 turun dari US$12,22/MMBTU menjadi

US$11,22/MMBTU. Meski sudah turun, namun harga

gas industri di Sumatera Utara masih relatif lebih

tinggi dibandingkan dengan harga gas industri di

daerah lain yang hanya mencapai US$6-8/MMBTU.

Pemerintah daerah Sumatera Utara terus melakukan

koordinasi dan konsolidasi untuk mengatasi

permasalahan tingginya harga gas ini.

Sumber: PDAM Tirtanadi

Grafik 1.40 Perkembangan Penyaluran Air

Meskipun kinerja Industri Pengolahan menurun,

penyaluran air sebagai komponen pendukung industri

yang sangat penting masih relatif prima. Penyaluran

air bersih tumbuh dari 2,8% (yoy) menjadi 5,4% (yoy).

Begitu juga dengan listrik industri yang tumbuh dari -

0,4% (yoy) menjadi 2,9% (yoy).

Pada triwulan III 2016, diperkirakan kinerja industri

pengolahan membaik seiring dengan masih kuatnya

permintaan domestik serta meningkatnya hasil

produksi kelapa sawit sebagai bahan baku industri.

Selain itu, adanya kontrak pembelian CPO untuk

biodiesel seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

juga diperkirakan turut mendorong kinerja industri

pengolahan. Dari sisi eksternal, seiring dengan adanya

pelaksanaan festival kue bulan di Tiongkok juga turut

mendorong permintaan.

17

,67

0

18

,22

6

18

,45

5

21

,66

6

20

,74

1

23

,12

0

23

,68

9

26

,14

0

25

,94

2

26

,89

9

29

,86

7

31

,88

3

31

,21

1

33

,20

7

33

,38

0

33

,03

0

35

,07

3

37

,80

3

38

,84

6

36

,36

9

35

,42

5

36

,73

1

1.0%

-2.8%

-10.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

45.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp Miliar

Nominal Growth (yoy)

1.9

1.7

2.1

2.0

1.8

1.8

1.8

1.9

1.8

1.8

1.9

1.8

1.4

1.5

1.6

1.6

1.4

1.5

1.8

1.5

2.1

2.2

2.0

2.0

1.9

2.1

1.9

1.8

2.1

2.1

1.7

1.9

2.2

2.3

1.8

1.7

-3.6%-2.5%

6.2%-9.3%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

MilyarNilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume

-4.0%

-2.0%

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

11

11

12

12

13

13

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

juta m3Volume Growth (yoy)

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

18

Meskipun demikian, kinerja kategori ini masih

dihadang oleh kembali menurunnya harga komoditas

perkebunan di pasar internasional memasuki awal

triwulan III 2016. Dengan adanya sistem kontrak

pembelian yang telah dilakukan sebelumnya,

diharapkan dampak dari penurunan harga komoditas

ini minimal sehingga industri pengolahan masih dapat

mencatatkan pertumbuhan yang baik kedepannya.

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

19

Strategi Pengembangan Kawasan Danau Toba

Sebagai Pusat Perekonomian

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat occupancy rate di Sumatera Utara pada triwulan II 2016

kembali menurun. Tingkat occupancy rate pada triwulan II 2016 hanya mencapai 48%, terus menurun sejak awal

tahun 2015 lalu. Hal ini patut disayangkan mengingat potensi pariwisata yang dimiliki oleh Sumatera Utara

sangat besar. Dengan demikian, pemerintah daerah maupun pusat mulai serius melakukan penggarapan Danau

Toba, salah satu icon pariwisata Sumatera Utara yang tersohor hingga ke mancanegara. Danau Toba merupakan

danau alami dengan luas sebesar 1.130km2 yang berada di 7 kabupaten yaitu Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi,

Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun dan

Kabupaten Humbang Hasundutan. Ketujuh kabupaten tersebut menyumbang 13,2% perekonomian Sumatera

Utara. Pertumbuhan daerah di sekitar Danau Toba pada tahun 2014 mencapai 5,1% (yoy)7.

Pengembangan Danau Toba kedepannya tertuang di dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan

Nasional (RIPPARNAS), yang akan dikembangkan dalam bentuk kawasan strategis pariwisata nasional dan

destinasi pariwisata nasional. Adapun pengembangan wisata Danau Toba direncanakan sesuai dengan Perpres

81 tahun 2014 pasar 8 ayat 4 dan pasar 40 diantaranya adalah budaya tradisional, panorama, cagar budaya etnik

Batak, kampung adat, serta wisata tirta. Lebih lanjut, dalam mengembangkan Danau Toba, telah dibentuk Badan

Otorita Danau Toba yang dibentuk melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2016 tentang

Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba. Adapun arah kebijakan pengembangan pariwisata di

Sumatera Utara, khusunya Danau Toba diantaranya adalah:

1. Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara dan

mendorong peningkatan wisatawan nusantara.

2. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdaya saing

di dalam negeri dan di luar negeri.

3. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional

serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk/jasa pariwisata nasional di setiap destinasi

pariwisata yang menjadi fokus pemasaran.

4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata: membangun sumber daya manusia pariwisata serta organisasi

kepariwisataan nasional.

Pengembangan pariwisata di Sumatera Utara, khususnya Danau

Toba masih menemui beberapa kendala, terutama permasalahan

dari fasilitas pendukung, seperti infrastruktur, konektivitas, promosi

dan sumber daya manusia. Aksesibilitas Danau Toba dinilai belum

optimal. Jarak tempuh dari Bandara Internasional Kuala Namu ke

Danau Toba (Parapat) sekitar 3-5 jam. Permasalahan ini telah

diselesaikan dengan kembali beroperasinya Bandar Udara Silangit

di Kabupaten Tapanuli Utara sebagai gerbang pintu masuk

wisatawan dari sisi barat. Sementara itu, dari sisi timur saat ini

tengah dilakukan pendalaman akses Bandar Udara Sibisa yang

berlokasi di Kabupaten Toba Samosir. Meskipun demikian,

kapasitas bandara yang ada saat ini masih belum optimal. Panjang

landasan pacu saat ini untuk Bandara Sibisa adalah 750x23 meter,

sementara untuk Bandara Silangit baru berukuran 2.250 x 30 meter.

Agregasi dari PDRB ketujuh kabupaten/kota sekitar Danau Toba

Boks 1

Tabel 1.5 Dramaga di Kawasan Danau Toba

Sumber: Bappeda Provinsi Sumatera Utara

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

20

Selain penguatan infrastruktur udara, konektivitas darat juga tidak luput dari perhatian Pemerintah Daerah dan

Pemerintah Pusat. Terdapat beberapa jalan yang rencananya akan dibangun pada periode mendatang,

diantaranya adalah Jalan Tol Tebing-Tinggi – Parapat, Jalan Rawasaring (Tanjung Morawa-Saribu Dolok-

Tongging), Jalan Lingkar Luar Danau Toba, Jalan Lingkar Pulau Samosir dan Jembatan Tano Ponggol. Selain itu,

Danau Toba juga telah dilengkapi dengan pelabuhan penyeberangan baik untuk penumpang maupun barang.

Pada saat ini terdapat 16 dermaga dengan luas daerah sebesar 13.519 m2. Dengan cukup baiknya konektivitas

darat ke depannya, diharapkan mobilitas wisatawan dapat lebih tinggi sehingga dapat memberikan manfaat

kepada masyarakat dan terbentuk perspektif positif di mancanegara terhadap Dana Toba.

Permasalahan SDM di wilayah Danau Toba juga masih menjadi permasalahan tersendiri. Meski kualitas SDM

Sumatera Utara yang tercermin dari IPM lebih baik dari nasional, namun persebaran kualitas SDM dapat

dikatakan belum merata. IPM Kabupaten Dairi, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli

Tengah tercatat lebih rendah dari IPM Sumatera Utara. Selain dari sisi kualitas SDM, permasalahan budaya

melayani dan keramahan masyarakat juga masih dikeluhkan oleh wisatawan. Dengan demikian, Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara mencoba merumuskan kebijakan revolusi mental, diantaranya adalah membentuk

masyarakat yang ramah dan lingkungan yang nyaman bagi pelancong, petugas yang ramah dan melayani serta

penegakan hukum dan disiplin.

Grafik 1.41 Perkembangan IPM

67.06 71.32 73.40 71.24 69.00 72.69 66.03

69.51

62.00

64.00

66.00

68.00

70.00

72.00

74.00

Tapteng Taput Tobasa Simalungun Dairi Karo Humbahas

2015 Sumut

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

21

Peluang Industri Non-Komoditas untuk

Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas

Dalam dekade terakhir, pergerakan dan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara secara umum tidak dapat

disangkal selalu diwarnai dengan pergerakan komoditas perkebunan, di antaranya yang paling besar adalah

kelapa sawit dan karet. Besarnya pengaruh komoditas tersebut terhadap perekonomian Sumatera Utara

disebabkan oleh faktor geografis dan kesuburan tanah yang sangat cocok untuk kedua komoditas di atas. Hal

tersebut berdampak positif ketika harga komoditas sedang boom seperti yang terjadi pada tahun 2011, akan

tetapi berdampak buruk secara signifikan ketika harga jatuh seperti yang dialami dalam 2 tahun terakhir. Dalam

update terakhir, meskipun komoditas karet sedang cukup terpuruk namun industri berbasis kelapa sawit masih

positif perkembangannya, dengan banyak investasi yang masuk. Pertanyaannya adalah, bagaimana bila

komoditas kelapa sawit juga mengalami bust?

Pada liaison periode ini, kami melakukan liaison ke 4 kontak perusahaan industri berbasis non komoditas

perkebunan di mana tiga diantaranya merupakan perusahaan yang sudah cukup established dan berskala

nasional maupun internasional. Meskipun demikian, berbeda dengan perusahaan berbasis komoditas kelapa

sawit dan karet, perusahaan yang menjadi kontak tersebut merupakan pemain tunggal di Sumatera Utara atau

minim kompetisi dari perusahaan serupa, sebagian besar pesaing berasal dari Jawa atau luar Indonesia.

Dari hasil liaison yang kami lakukan kepada beberapa perusahaan industri berbasis non komoditas perkebunan,

kinerja industri-industri ini relatif menggembirakan, berbeda dengan kondisi pelemahan industri komoditas

perkebunan. Perbaikan yang terjadi pada industri ini diharapkan dapat berfungsi sebagai buffer terhadap

pelemahan ekonomi akibat jatuhnya harga komoditas perkebunan.

Salah satu contoh yang menarik adalah perusahaan pengecoran mesin berbasis baja untuk pertambangan.

Industri tersebut merupakan salah satu industri bernilai tambah tinggi yang jarang dijumpai di Indonesia, dan

sebagian besar pesaingnya berasal dari Amerika Serikat, Tiongkok atau Australia. Berhasil tumbuhnya

perusahaan tersebut sangat positif bagi perekonomian Sumatera Utara, selain karena dari sisi penyerapan

tenaga kerja, namun memberikan spesialisasi industri yang memberikan nilai tambah dan teknologi yang tinggi

di Sumatera Utara.

Perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah Daerah dan regulator bagaimana mengembangkan atau menambah

pemain di industri serupa untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang lebih berkualitas.

Berdasarkan hasil in-depth interview dengan pelaku usaha untuk mengembangkan industri non komoditas di

perusahaan tersebut, diakui bahwa untuk non komoditas, keberadaan supporting industries yang diperlukan

untuk sinergi pengembangan masih sangat minim. Oleh karena itu sebagian besar kebutuhan bahan baku masih

harus diimpor dari luar negeri atau dari pulau Jawa.

Beberapa kebijakan yang bisa dan penting untuk dilakukan Pemerintah Daerah saat ini ada 3 hal yaitu mengurai

proses perizinan yang birokratis dan penuh ‘biaya siluman’, pembangunan infrastruktur logistik dan energi

(listrik dan gas), serta dukungan pembiayaan yang lebih terjangkau. Ketiga hal tersebut serupa dengan hasil

analisis riset Growth Diagnostic kami dimana faktor perizinan dan korupsi paling banyak dikeluhkan oleh pelaku

usaha dan akan membuat investor asing enggan untuk masuk ke Sumatera Utara.

Boks 2

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

22

Dunia Usaha Menunjukkan Optimisme

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Triwulan II 2016

Sejalan dengan siklus perkembangan perekonomian, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha pada triwulan II 2016

meningkat tajam dari -0,8% (yoy) menjadi 11,2% (yoy). Peningkatan kinerja dunia usaha ini terutama terjadi

pada sektor perdagangan dan industri pengolahan. Saldo bersih tertimbang sektor perdagangan tercatat

membaik dari -0,5% menjadi 3,2%. Begitu juga dengan sektor industri pengolahan yang meningkat dari 3,9%

menjadi 6,1%.

Adanya peningkatan kinerja dunia usaha belum diiringi dengan perbaikan penyerapan tenaga kerja. Masih

tingginya ketidakpastian pasar komoditas internasional menyebabkan sikap pelaku usaha untuk wait and see

dalam meningkatkan kapasitas produksinya. Dengan demikian, pertumbuhan jumlah karyawan pada triwulan II

2016 relatif stabil dari 3,6% menjadi 3,5%.

Grafik 1.42 Perkembangan Kegiatan Usaha Grafik 1.43 Jumlah Karyawan

Belum kuatnya perbaikan pasar komoditas juga tercermin dari perkembangan saldo bersih tertimbang harga

jual yang justru menurun, dari 18,0% menjadi 2,1%. Realisasi ini jauh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya

yang menunjukkan tingginya ekspektasi perbaikan harga. Sementara itu, kapasitas terpakai juga relatif menurun

dari 82% menjadi 78%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perbaikan kondisi dunia usaha pada triwulan II

2016 diperkirakan lebih banyak didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat yang bersifat musiman.

Grafik 1.44 Perkembangan Harga Jual Grafik 1.45 Kapasitas Terpakai

Ke depan, hasil SKDU pada Juli 2016 mengkonfirmasi optimisme pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha

khususnya pada triwulan III 2016. Hal tersebut tercermin dari indeks perkiraan kegiatan usaha yang justru

meningkat pada triwulan III 2016. Tingginya permintaan masyarakat seiring dengan perayaan hari raya Idul Fitri,

libur sekolah dan tahun ajaran baru mendorong optimisme pelaku usaha akan kegiatan dunia usaha dari 10,9%

pada triwulan II 2016 menjadi 13,6% pada triwulan III 2016. Hal tersebut juga yang mendorong pelaku usaha

11.3%11.1%

15.6%

20.5%

3.8%

19.4%

-7.7%

7.1%

-12.2%

9.1%

-0.3%0.0%2.4%

12.8%

8.4%

0.0%

17.6%

-3.2%

-10.49%

2.41%

-0.81%

11.19%

-15.0%

-10.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

4.2

%

-6.8

%

-10

.1%

-3.0

%

0.0

%

-5.5

%

-7.3

%

-15

.4%

-2.3

%

-1.4

%

-7.5

%

-9.2

%

-4.9

%

2.8

%

-0.5

%

-1.5

%

4.4

%

-11

.0%

-3.3

%

-3.2

%

3.6

%

3.5

%

-20.0%

-15.0%

-10.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

YoY

13

.7%

3.2

% 6.0

%

5.2

%

16

.0%

7.9

%

3.9

%

2.8

%

14

.0%

6.8

%

18

.8%

15

.7%

11

.8%

12

.0%

9.3

%

27

.2%

25

.2%

10

.5%

5.2

%

-2.9

%

18

.0%

2.1

%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%, yoy

72

%

69

%

69

%

66

%

66

%

73

%

66

%

68

%

70

%

66

%

67

%

71

%

76

%

90

%

81

%

87

%

77

%

92

%

83

%

83

%

82

%

78

%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kapasitas Terpakai

Boks 3

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

23

untuk melakukan perluasan penyerapan tenaga kerja, yang meningkat dari 11,8% menjadi 12,0%. Meskipun

demikian, optimisme pelaku usaha relatif tertahan terkait keyakinan terhadap perbaikan pasar domestik

maupun internasional yang belum persisten. Sementara itu, harga jual pada triwulan III 2016 diperkirakan

kembali menurun.

Grafik 1.46 Perkiraan Kegiatan Usaha dan Harga Jual Grafik 1.47 Perkiraan Jumlah Karyawan

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Perkiraan Kegiatan Usaha Perkiraan Harga Jual

6.2

% 7.4

%

11

.3%

7.1

%

11

.6%

5.8

%

4.4

%

-3.4

%

0.0

%

-3.4

%

3.4

%

-4.7

%

-5.5

%

4.8

%

7.3

%

1.6

%

0.3

%

10

.2%

0.0

%

3.7

%

0.2

%

11

.8%

12

.0%

-8.0%

-6.0%

-4.0%

-2.0%

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

24

Potensi Maritim Sumatera Utara

Dalam Menopang Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Sumatera Utara sebagai provinsi yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan Samudera Hindia memiliki

potensi yang sangat besar dalam industri maritim, baik dari sumber daya perikanan, transportasi laut, maupun

industri pariwisata. Sumatera Utara memiliki panjang pantai sebesar 1.300 km serta luas laut sebesar 110.000

km2. Dengan luas laut di wilayah Sumatera Utara yang mencakup 60,5% dari luas wilayahnya serta

pengembangan infrastruktur pelabuhan yang salah satunya akan menjadi hub perdagangan internasional

menunjukkan besarnya potensi tersebut.

Potensi perikanan tangkap di wilayah Sumatera Utara sangat tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan

Perikanan, potensi sumber daya ikan di Selat Malaka yang belum dimanfaatkan mencapai 276 ribu ton/tahun,

sementara di Samudera Hindia mencapai 565,2 ribu ton/tahun. Sementara pada tahun 2015, produksi

penangkapan ikan sebesar 611,9 ribu ton. Dengan demikian, produksi perikanan tangkap laut dapat ditingkatkan

lebih tinggi lagi untuk memenuhi kebutuhan ikan tidak hanya di Sumatera Utara tetapi juga secara nasional.

Pada tahun 2016, target penangkapan ikan dinaikkan menjadi 630.304 ton (untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi ikan sebesar 42 kg/kapita/tahun). Untuk mendukung pemenuhan konsumsi tersebut, saat ini di

Sumatera Utara telah dibangun 2.451 Unit Pengolahan Ikan (UPI) skala kecil dan 54 UPI skala menengah dan

besar serta 2 unit pengolahan dan penanganan produk non konsumsi. Akan tetapi jumlah UPI yang telah

memiliki sertifikat kelayakan pengolahan (SKP) ada 55 SKP dengan hanya 1 UPI kecil yang memiliki SKP. Volume

produk olahan dari keseluruhan UPI mencapai 31.109 ton dengan nilai produksi olahan sebesar Rp 697 milyar.

Belum optimalnya tangkapan perikanan laut didorong oleh beberapa faktor8. Masih tradisionalnya metode

penangkapan yang digunakan oleh nelayan menyebabkan hasil tangkapan nelayan tidak optimal. Sistem

penangkapan masih menggunakan sistem one day fishing. Alat yang digunakan oleh nelayan juga masih terbatas,

bahkan tidak jarang masih menggunakan alat yang dilarang seperti pukat hela dan pukat tarik. Kapal modern

(kapal motor) yang berada di Sumatera Utara hanya tercatat sebanyak 45%. Kondisi tersebut diantaranya terkait

dengan tingkat pendidikan mayoritas nelayan yang relatif rendah.

Dalam kaitan tersebut, pemerintah melalui kementerian kelautan berupaya memberikan bantuan biaya

pembuatan 3500 kapal penangkap ikan ramah lingkungan yang akan didistribusikan secara nasional. Syarat yang

harus dipenuhi adalah nelayan dimaksud tergabung dalam gabungan kelompok nelayan dan memiliki badan

hukum koperasi. Namun, banyak nelayan yang belum bergabung dalam koperasi.

Dari sisi regulasi, masih terdapat beberapa faktor yang menyebabkan belum optimalnya pencapaian kinerja

perikanan. Adanya pembatasan kapal angkut ikan yang hanya diperbolehkan dibawah 150 GT menyebabkan

ikan yang ditangkap tidak dapat diangkut secara maksimal. Hal ini berakibat pada penurunan harga ikan di

tingkat pemasok dan kenaikan di tingkat konsumen karena biaya angkut bertambah. Adanya ketentuan untuk

memiliki surat izin angkut ikan juga dinilai menyulitkan proses pengangkutan ikan olahan dengan menggunakan

kapal kargo.

Potensi ekonomi maritim juga terkait dengan optimalisasi transportasi laut. Dari sisi industri logistik, lokasi

Sumatera Utara dapat dikatakan sangat strategis. Total potensi lalu lintas peti kemas di Selat Malaka mencapai

51,5 juta TEUs/tahun. Namun, aktivitas peti kemas ini masih terpusat di Singapura sebagai wilayah transhipment

untuk daerah ASEAN. Potensi peti kemas yang mampu diserap oleh Singapura adalah 31,3 juta TEUs/tahun,

disusul oleh Port Klang dengan potensi sebesar 10,0 juta TEUs/tahun. Pelabuhan Belawan yang berlokasi di Selat

Malaka baru menyerap arus peti kemas sebanyak 1,0 juta TEUs/tahun. Untuk mendorong kinerja sektor logistik

Hasil FGD dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara

Boks 4

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

25

dan ekspor impor, kapasitas pelabuhan terus diupayakan untuk ditingkatkan. Pelabuhan Belawan sebagai

pelabuhan terbesar di Sumatera Utara saat ini masih direvitalisasi. Sementara itu, akses menuju Pelabuhan

Belawan juga terus dikembangkan, diantaranya adalah revitalisasi jalan dan pembangunan jalur kereta api BICT

Belawan.

Selain Pelabuhan Belawan, pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung diharapkan dapat menyokong aktivitas

logistik industri dan produk perkebunan yang lebih besar. Pelabuhan Kuala Tanjung sangat penting untuk dapat

bersaing dengan Port Klang di Malaysia dan pelabuhan di Singapura karena keterbatasan Pelabuhan Belawan

untuk dilalui mother vessel. Pelabuhan Kuala Tanjung merupakan pelabuhan di pantai timur Sumatera Utara

yang direncanakan memiliki kapasitas ± 25 juta TEUs. Pelabuhan dengan kapasitas yang sangat besar ini

direncanakan akan dibangun dalam beberapa tahap dalam kurun waktu 2015-2021, hingga mencapai cita-cita

akhirnya untuk membentuk suatu kawasan integrated urban area Kuala Tanjung. Pembangunan awal dari

kawasan ini adalah pembangunan terminal multipurpose hingga akhir 2016. Progress pembangunan terminal ini

masih on track dan saat ini telah mencapai 51% dari rencana pembangunannya. Pelabuhan dengan karakteristik

kedalaman alami ini diperkirakan akan menjadi pemain unggul dalam kancah pelabuhan di Selat Malaka ke

depannya. Sama seperti halnya rencana pengembangan Pelabuhan Belawan, pelabuhan ini kedepannya akan

turut ditunjang dengan fasilitas perkeretaapian. Pengembangan industri kemaritiman di Sumatera Utara juga

dikukuhkan dengan pengembangan Pelabuhan Palimbungan Ketek di pantai barat dan pengembangan kawasan

kepulauan Nias.

Dari hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia, pelaku usaha melihat yang paling penting untuk diperbaiki

adalah terkait dwelling time, kondisi infrastruktur menuju pelabuhan yang buruk dan bottleneck di pintu masuk,

serta biaya bongkar muat yang relatif mahal. Rata-rata dwelling time di Belawan adalah antara 3-7 hari, salah

satu penyebab utama pengecekan kepabeanan yang dianggap masih terlalu lama. Sementara di pelabuhan

Singapura atau Port Klang menggunakan metode online sehingga dwelling time hanya 1 hari. Selain itu, pelaku

usaha masih mengeluhkan mengenai biaya tidak resmi.

Pembangunan infrastruktur maritim juga diperlukan untuk mendukung sektor kepariwisataan khususnya wisata

bahari ke depan. Hal ini diperlukan mengingat jumlah wisatawan yang masuk ke Sumatera Utara di tahun 2015

turun sebesar 15,36% dibandingkan tahun 2014 dan merupakan penurunan terdalam dalam 10 tahun terakhir.

Berdasarkan pintu masuk, sebagian besar wisatawan masuk melalui Bandar Udara Kuala Namu 87%, Pelabuhan

Belawan 9% dan Pelabuhan Tanjung Balai 4%. Tujuan wisata di Sumatera Utara yang terkait dengan wisata

bahari diantaranya Nias dan Danau Toba. Pembangunan infrastruktur maritim juga dapat mendukung

pengembangan Danau Toba sebagai Monaco of Asia.

Di kepulauan Nias, penurunan wisatawan terutama peselancar dimana olahraga selancar menjadi salah satu

fokus pengembangan pariwisata di Sumatera Utara sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)

berdasarkan PP No.50 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional 2010-2025.

Nias memiliki potensi yang besar untuk wisata selancar dan keindahan pantainya.

Kendala utama wisata bahari adalah akomodasi dan ketersediaan tenaga kerja pariwisata bersertifikat dan

kesadaran pariwisata di masyarakat relatif rendah. Di Nias, jumlah akomodasi yang tersedia masih

terkonsentrasi pada Gunung Sitoli dan Nias Selatan dengan kualitas akomodasi kelas melati. Tingkat penghunian

juga masih berkisar antara 14% - 16%.

Selain itu, secara umum penurunan jumlah wisatawan disebabkan beberapa faktor, antara lain:

a. Jarak tempuh yang cukup lama dari kota Medan menuju tempat wisata dan variasi tempat wisata yang

tidak bertambah.

b. Naiknya karang laut akibat dari tsunami di Samudra Hindia menyebabkan tinggi ombak yang tidak sebaik

dulu untuk peselancar.

c. Infrastruktur jalan yang masih tersentralisasi di Teluk Dalam Nias Selatan menjadi hambatan bagi

wisatawan untuk meng-explore lebih lanjut keindahan wisata Kepulauan Nias.

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

26

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

KEUANGAN PEMERINTAH

27

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

Realisasi belanja Pemerintah di Sumatera Utara yang lebih baik memberikan sumbangan yang

cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Perbaikan realisasi

anggaran terlihat baik pada APBD Provinsi, APBD Kabupaten / Kota maupun APBN pada

triwulan II 2016 yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi belanja

Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan

II 2016 mencapai 30,7% dari total anggaran. Demikian halnya dengan serapan APBN

terealisasi 35,3% dari pagunya. Realisasi ini masih sesuai dengan polanya, dimana akselerasi

penyerapan anggaran diperkirakan baru akan terjadi pada triwulan III 2016, sejalan dengan

terlaksananya pengadaan barang dan jasa (belanja modal).

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

28

Tabel 2.1 Anggaran dan Realisasi APBD Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Triwulan II 2016

Dalam Rupiah

Sumber: Biro Keuangan dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

2.1 Gambaran Umum

Pada triwulan II 2016, serapan anggaran APBD

pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara dan

APBN di Sumatera Utara meningkat dibandingkan

tahun sebelumnya. Selain pengeluaran rutin kantor

dan belanja pegawai, realisasi anggaran juga sudah

meliputi belanja modal. Setelah sempat terkendala

karena proses revisi Rencana Anggaran Biaya

sehubungan dengan penyesuaian harga BBM, proses

pelelangan proyek-proyek strategis sudah mulai

dilaksanakan sejak bulan Mei 2016. Perikatan kontrak

juga telah dilakukan mulai bulan Juli 2016.

Diperkirakan serapan anggaran akan terus meningkat

pada triwulan III mendatang.

Terdiri dari APBD pemerintah Provinsi dan pemerintah

daerah 28 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara (data

sementara). Yang tidak termasuk adalah Kabupaten Nias,

Kabupaten Simalungun, Kabupaten Labuhan Batu,

2.2 Realisasi APBD Pemerintah

Daerah Provinsi Sumatera

Utara

Hingga triwulan II 2016, realisasi pendapatan

pemerintah daerah Sumatera Utara9 mencapai

Rp19.230 miliar atau 48,4% dari target pendapatan

tahun 2016 sebesar Rp39.754 miliar. Realisasi ini

secara nominal lebih tinggi dibandingkan triwulan II

2015 yang hanya mencapai Rp16.694 miliar namun

secara persentase terhadap pagunya lebih rendah dari

capaian tahun lalu (49,3%). Peningkatan signifikan

terjadi pada komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah

yang meningkat dari Rp500 miliar atau 32% dari target

Kabupaten Samosir dan Kota Medan karena keterbatasan

data.

PAGU PAGU

1. PENDAPATAN 33.879.148.889.526 16.694.500.784.627 49,3% 39.754.840.742.629 19.230.032.643.780 48,4%

1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 6.728.971.917.252 3.121.696.003.429 46,4% 6.962.844.230.206 2.886.446.877.295 41,5%

1.1.1 Pajak daerah 5.075.052.052.334 2.159.939.110.712 42,6% 5.136.096.231.653 2.080.709.008.624 40,5%

1.1.2 Retribusi daerah 572.203.639.816 224.785.708.899 39,3% 517.550.682.716 136.829.178.998 26,4%

1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 422.201.731.413 460.363.667.812 109,0% 425.196.280.799 329.369.976.126 77,5%

1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 659.514.493.689 276.607.516.006 41,9% 884.001.035.038 339.538.713.547 38,4%

1.2 TRANSFER 25.585.521.741.303 13.072.006.744.114 51,1% 32.307.075.586.509 15.091.918.638.969 46,7%

1.2.1 DAPER 20.531.344.045.575 10.676.522.721.314 52,0% 26.368.778.270.399 12.483.673.368.574 47,3%

1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 1.582.866.698.575 589.355.916.814 37,2% 2.648.261.235.099 1.699.688.524.203 64,2%

1.2.2 Dana Alokasi Umum 16.954.617.297.000 9.329.705.606.000 55,0% 18.759.801.906.000 9.248.451.439.751 49,3%

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 1.993.860.050.000 757.461.198.500 38,0% 4.960.715.129.300 1.535.533.404.620 31,0%

1.2.2 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 5.054.177.695.728 2.395.484.022.800 47,4% 5.938.297.316.110 2.608.245.270.395 43,9%

1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 1.564.655.230.971 500.798.037.083 32,0% 484.920.925.914 1.251.667.127.516 258,1%

1.3.1 Transfer antar Pemda/Pusat 1.467.221.785.855 284.858.844.921 19,4% 230.433.330.375 1.130.139.035.563 490,4%

1.3.2 Dana Darurat - - - -

1.3.3 Hibah 97.433.445.116 215.939.192.162 221,6% 254.487.595.539 121.528.091.953 47,8%

2. BELANJA 34.842.859.695.223 9.942.009.103.405 28,5% 42.317.313.271.051 13.011.107.033.580 30,7%

2.1 Belanja Pegawai 15.688.941.935.982 5.533.050.559.337 35,3% 17.256.997.586.619 6.418.278.937.637 37,2%

2.2 Belanja Barang & Jasa 6.085.011.249.484 1.369.550.264.616 22,5% 7.391.762.561.202 1.655.431.460.065 22,4%

2.3 Belanja Modal 6.599.423.431.944 840.440.053.945 12,7% 7.823.243.764.454 1.241.495.295.557 15,9%

2.4 Belanja Bansos dan Hibah 3.880.669.374.973 1.474.448.504.205 38,0% 9.053.254.096.851 1.963.715.718.932 21,7%

2.5 Transfer 2.524.212.261.465 708.716.431.476 28,1% 731.779.692.015 189.071.621.413 25,8%

2.6 Belanja Lainnya 64.601.441.376 15.803.289.827 60.275.569.911 1.543.113.999.976

Surplus/Defisit (963.710.805.697) 6.752.491.681.221 -701% (2.562.472.528.422) 6.218.925.610.200 -242,7%

APBD PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA

UTARA

2015 2016

REALISASI TW II REALISASI TW II

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

29

menjadi Rp1.251 miliar atau 258,1% dari target.

Komponen pendapatan transfer meningkat dari

Rp13.072 miliar (51,1%) menjadi Rp15.091 miliar

(46,7%), sementara PAD10 terealisasi lebih rendah

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Berdasarkan strukturnya, realisasi APBD pemerintah

daerah Sumatera Utara pada triwulan II 2016 masih

didominasi oleh Dana Perimbangan/Transfer yang

mencapai 78%, diikuti oleh PAD sebesar 15% dan Lain-

lain Pendapatan yang Sah sebesar 1%. Hal ini

menunjukkan rasio derajat otonomi fiskal Provinsi

Sumatera Utara masih rendah, dibandingkan daerah

di Pulau Jawa yang pangsa PAD-nya umumnya di atas

50%.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai

41,5% dari pagu, atau Rp2.886 miliar dari target

Rp6.962 miliar. Realisasi ini menurun jika

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

yang sebesar Rp3.121 miliar (46,5%). Pajak daerah

masih menjadi andalan sumber pendapatan yang

terealisasi Rp2.080 miliar (40,5% dari pagu), menurun

dibandingkan penerimaan triwulan II 2015 yang

mencapai Rp2.159 miliar (42,6%). Retribusi daerah

juga menurun dari 39,3% menjadi 26,4% dengan nilai

nominal sebesar Rp136 miliar. Satu-satunya

komponen PAD yang meningkat adalah komponen

Lain-lain PAD yang sah yang meningkat tajam dari

38,6% menjadi 65,9% dari pagu dengan nominal

sebesar Rp110,9 miliar. Belum optimalnya capaian

PAD diperkirakan merupakan dampak dari masih

terbatasnya perbaikan daya beli masyarakat seiring

dengan koreksi harga komoditas yang masih terbatas

di tengah melambatnya industri pengolahan.

Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat

meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Pada triwulan II 2016, pendapatan

transfer tercatat terealisasi sebesar Rp15.091 miliar

(46,7% dari pagu). Peningkatan realisasi bersumber

dari kenaikan dana bagi hasil (DBH) yang terealisasi

senilai Rp1.699 miliar atau 64,2% dari pagu,

meningkat dari triwulan II 2015 yang sebesar Rp589

miliar (37,2% dari pagu). Dana alokasi umum (DAU)

sedikit menurun, yaitu Rp9.248 miliar (49,3%)

Pajak provinsi umumnya adalah pajak yang berkaitan

dengan kegiatan konsumsi rumah tangga, seperti Pajak

dibandingkan triwulan II 2015 yang mencapai Rp9.329

miliar (55%). Sementara itu, Dana alokasi khusus

(DAK) dan Dana penyesuaian dan otonomi khusus

secara nominal meningkat tajam, masing-masing

mencapai Rp1.535 miliar dan Rp2.608 miliar.

Peningkatan yang cukup signifikan secara nominal

tersebut diperkirakan merupakan realisasi dana

operasional sekolah untuk pelaksanaan Ujian Nasional

tingkat SD, SMP, dan SMU yang berlangsung pada

bulan April dan Mei 2016 dan realisasi dana desa.

Dari sisi belanja, hingga triwulan II 2016 Pemerintah

Daerah Sumatera Utara telah merealisasikan

anggaran belanja sebesar Rp13.011 miliar atau 30,7%

dari total anggaran. Realisasi ini lebih tinggi

dibandingkan triwulan II 2015 yang tercatat hanya

sebesar 28,5% dari total anggaran. Belanja Pemda

Sumut masih didominasi oleh belanja pegawai sebesar

Rp6.418 miliar (37,2% dari pagu) diikuti belanja

bansos dan hibah sebesar Rp1.963 miliar (21,7% dari

pagu), belanja barang dan jasa sebesar Rp1.655 miliar

(22,4% dari pagu), dan belanja modal sebesar Rp1.241

miliar (15,9% dari pagu).

Perbaikan realisasi belanja Pemda Sumatera Utara

didorong oleh realisasi belanja modal yang pada

triwulan I 2016 masih terealisasi sangat rendah.

Setelah terkendala oleh revisi Rencana Anggaran

Biaya (RAB) pengadaan karena adanya penurunan

harga BBM, pengadaan proses pelelangan proyek-

proyek pembangunan maupun peningkatan jalan

dan jembatan telah dimulai pada bulan Mei 2016.

Penandatanganan kontrak sebagian telah terlaksana

pada bulan Juli 2016. Dari 741 rencana paket

pengadaan aktivitas strategis yang menggunakan

APBD Pemprov Sumut dengan total nilai sebesar

Rp1,53 triliun pada tahun 2016, hingga triwulan II

2016 telah diproses pengadaannya sebanyak 59,51%

(441 paket). Dari jumlah tersebut, 21,86% (162 paket)

Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor.

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

30

telah memasuki tahap pelaksanaan dan 2,56% (19

paket) telah selesai.

Secara spasial, Kabupaten Batubara merupakan

wilayah dengan realisasi belanja terbesar mencapai

45,9% dari pagu (Rp535 miliar), diikuti oleh Kabupaten

Langkat 43,5% (Rp794 miliar), Kota Binjai 42,5%

(Rp434 miliar), Kota Gunung Sitoli 41,3% (Rp317

miliar) dan Pemprov Sumatera Utara 39,8% (Rp3.959

miliar).

Sementara itu, Kabupaten Deli Serdang membukukan

realisasi anggaran belanja terendah, hanya mencapai

10,4% dari total anggaran. Rendahnya pencapaian

tersebut juga karena masih rendahnya realisasi untuk

belanja modal yang baru mencapai 11% dari pagunya.

Proses pengadaan lelang aktivitas strategis juga baru

dilakukan sebanyak 27,2% dari rencana. Pada tahun

2016 pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah

merencanakan 1.281 paket aktivitas strategis

pengadaan konstruksi maupun konsultansi senilai

Rp726,29 miliar, sehingga ke depan diharapkan dapat

mendorong pencapaian belanja modal yang optimal.

Dengan perkembangan tersebut, realisasi anggaran

belanja diperkirakan baru terakselerasi di triwulan III

2016 dan mencapai puncaknya di akhir tahun.

Secara strukturnya, realisasi belanja Pemda Sumatera

Utara masih didominasi oleh belanja pegawai, namun

porsinya menurun dari 55,7% menjadi 49,3%

dibandingkan triwulan II 2015. Realisasi belanja modal

menunjukkan peningkatan dari 8,5% menjadi 9,5%,

seiring dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah

dan investasi yang lebih tinggi pada PDRB Sumatera

Utara.

Pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara terus

berupaya untuk mempercepat proses pengadaan

belanja modal serta barang dan jasa yang akuntabel

dan transparan, antara lain dengan menerapkan e-

procurement melalui satu pintu. Ke depan, realisasi

belanja modal perlu senantiasa dicermati agar lebih

optimal, karena belanja modal yang efektif dapat

memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan

ekonomi Sumatera Utara yang lebih tinggi.

2.3 Realisasi APBN di Sumatera

Utara triwulan II 2016

Seiring dengan terus diupayakannya pembangunan

proyek-proyek infrastruktur strategis di Sumatera

Utara, realisasi belanja APBN di Sumatera Utara pada

triwulan II 2016 juga lebih tinggi dibandingkan

triwulan II 2015 (Tabel 2.3). Belanja APBN terealisasi

sebesar 35,3%11, sedangkan realisasi pada triwulan II

2015 hanya sebesar 22,2%. Berdasarkan jenisnya,

belanja pegawai yang merupakan belanja rutin

mencatat realisasi terbesar yaitu 51,8%12.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

peningkatan terbesar terjadi pada belanja modal yang

pada triwulan ini terealisasi 21,1%, lebih tinggi dari

triwulan II 2015 yang terealisasi 6,5%. Meningkatnya

realisasi belanja modal sejalan dengan peningkatan

pembangunan infrastruktur seperti jalan nasional,

jalan tol, fly over / underpass / terowongan, jalan

akses menuju pelabuhan Belawan dan Kuala Tanjung,

dan sistem kelistrikan bandara. Meningkatnya kinerja

realisasi belanja modal tercermin dari tingginya

pertumbuhan investasi (PMTB) pada struktur PDRB

Sumatera Utara. Investasi Sumatera Utara pada

triwulan II 2016 tumbuh 5,0% (yoy), lebih tinggi dari

triwulan yang sama tahun sebelumnya (3,1%, yoy).

Jika dilihat dari fungsinya, realisasi belanja APBN

terbesar dicapai oleh fungsi ketertiban dan keamanan

(54,1% dari pagunya) dan fungsi pertahanan (46,7%

dari pagunya), yang merupakan pengeluaran rutin

untuk menjaga keamanan dan ketertiban di

masyarakat. Namun secara nominal realisasi terbesar

terjadi pada sektor ekonomi senilai Rp1.629 miliar

(23,8% dari pagunya). Bentuk penyaluran belanja

fungsi ekonomi antara lain berupa pembangunan

jalan, irigasi, dan jaringan untuk mendukung program

peningkatan kualitas pengkarantinaan pertanian dan

pengawasan keamanan hayati, diversifikasi, dan

ketahanan pangan masyarakat.

Analisis yang digunakan adalah persentase realisasi

anggaran terhadap total anggaran belanja APBN

Analisis per jenis belanja maupun fungsi menggunakan

persentase realisasi dari anggaran masing-masing per jenis

belanja maupun fungsi, bukan dari total belanja APBN

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

31

Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara

Nominal % Pagu Nominal % Pagu

BERDASARKAN JENIS BELANJA

1 Belanja Pegawai 7.113 2.873 40,4% 7.088 3.675 51,8%

2 Belanja Barang 5.894 1.117 19,0% 6.216 1.866 30,0%

3 Belanja Modal 7.173 464 6,5% 5.786 1.218 21,1%

4 Belanja Bantuan Sosial 774 197 25,5% 65 9 13,5%

BERDASARKAN FUNGSI

1. Agama 260 61 23,5% 348 144 41,3%

2. Ekonomi 7.760 813 10,5% 6.858 1.629 23,8%

3. Kesehatan 850 229 27,0% 1.242 380 30,6%

4. Ketertiban dan Keamanan 1.469 538 36,6% 2.708 1.465 54,1%

5. Lingkungan Hidup 373 42 11,1% 364 96 26,4%

6. Pariwisata dan Budaya 50 4 8,8% 4 1 31,8%

7. Pelayanan Umum 3.650 1.152 31,6% 1.080 482 44,6%

8. Pendidikan 3.944 937 23,8% 3.691 1.424 38,6%

9. Perlindungan Sosial 73 8 10,6% 50 9 18,3%

10. Pertahanan 2.029 814 40,1% 2.191 1.024 46,7%

11. Perumahan dan Fasilitas Umum 496 53 10,7% 618 114 18,5%

TOTAL 20.953 4.651 22,2% 19.155 6.768 35,3%

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara

Realisasi Tw II

Miliar Rp

No Uraian

2015 2016

AnggaranRealisasi Tw II

Anggaran

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

32

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

33

BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI

DAERAH

Perbaikan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 juga didukung oleh capaian inflasi

yang terkendali menuju sasaran yang telah ditetapkan. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016

tercatat 4,3% (yoy), lebih rendah dari realisasi triwulan lalu yang mencapai 7,2% (yoy). Realisasi

inflasi ini di atas inflasi nasional pada triwulan II 2016 yang mencapai 3,5% (yoy), maupun inflasi

kawasan Sumatera yang mencapai 3,7% (yoy). Lebih tingginya inflasi di Sumatera Utara disebabkan

oleh adanya shock pasokan tanaman pangan terkait produktivitas tanaman pangan yang menurun

serta permintaan masyarakat yang meningkat menyambut Ramadhan dan Idul Fitri. Memasuki

triwulan III 2016, tekanan inflasi Sumatera Utara kembali mereda. Inflasi Provinsi Sumatera Utara

pada bulan Juli 2016 tercatat 0,2% (mtm) atau 2,2% (ytd). Rendahnya capaian inflasi tahun kalender

per Juli 2016 kian menguatkan optimisme akan terjangkarnya tekanan inflasi pada triwulan III 2016

sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Masih kuatnya permintaan masyarakat

akan barang dan jasa ditengah daya beli yang relatif terjaga diperkirakan akan menjadi pendorong

utama tekanan inflasi pada triwulan III 2016.

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

34

3.1 Kondisi Umum

Perbaikan perekonomian

Sumatera Utara pada triwulan II

2016 juga didukung oleh capaian

inflasi yang terkendali menuju

sasaran yang telah ditetapkan. Inflasi Sumatera Utara

pada triwulan II 2016 tercatat 4,3% (yoy), lebih rendah

dari realisasi triwulan lalu yang mencapai 7,2% (yoy).

Realisasi inflasi ini di atas inflasi nasional pada triwulan

II 2016 yang mencapai 3,5% (yoy), maupun inflasi

kawasan Sumatera yang mencapai 3,71% (yoy).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional

Penurunan tekanan inflasi pada triwulan II 2016

terutama didorong oleh penurunan tekanan inflasi

pada kelompok Volatile Foods dan Administered

Prices. Sementara tekanan kelompok inflasi inti relatif

meningkat sejalan dengan indikasi membaiknya

permintaan. Komitmen TPID se-Provinsi Sumatera

Utara dalam mendukung capaian inflasi yang rendah

dan stabil diejawantahkan dalam masifnya realisasi

program-program pengendalian inflasi sesuai dengan

roadmap pengendalian inflasi yang telah disusun.

Secara umum, seluruh kota SBH di Provinsi Sumatera

Utara mengalami penurunan tekanan inflasi yang

cukup dalam pada triwulan II 2016. Kota dengan

penurunan tekanan inflasi terdalam adalah kota

Sibolga, dari 7,9% (yoy) menjadi 2,8% (yoy). Seluruh

kota mencatatkan inflasi pada kisaran sasaran yang

telah ditetapkan, yaitu 4±1%.

Namun demikian, disparitas inflasi antara satu kota

dan kota lain di Sumatera Utara yang disurvei oleh BPS

yang masih tinggi tetap perlu mendapatkan perhatian.

Kota SBH di Sumatera Utara dengan realisasi inflasi

tertinggi adalah Kota Medan yang mencapai 4,5%

(yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi

inflasi kota Padang Sidimpuan yang hanya mencapai

2,7% (yoy). Dari 4 kota SBH, hanya Kota Medan dan

Pematangsiantar yang mencatatkan

angka realisasi yang lebih tinggi dari

capaian nasional.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.2 Inflasi Triwulan II 2016 di seluruh Provinsi se-Sumatera

Dalam kurun waktu 3 bulan, Sumatera Utara turun

dari posisi inflasi tahunan tertinggi kedua se-

kawasan Sumatera. Pada triwulan II 2016, Sumatera

Utara tercatat sebagai provinsi dengan inflasi tahunan

tertinggi ke-4 sekawasan Sumatera. Realisasi inflasi ini

lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Bangka

Belitung, Provinsi Bengkulu, dan Provinsi Sumatera

Selatan. Penurunan tekanan inflasi ini ditopang oleh

adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan

harga komoditas yang diatur oleh pemerintah seiring

dengan perkembangan harga minyak dunia yang

masih relatif rendah. Selain itu, program-program

yang dirumuskan oleh TPID se-Provinsi Sumatera

Utara terutama dalam menghadapi puncak

permintaan menyambut hari besar keagamaan

nasional (HBKN) terbukti efektif dalam menekan

lonjakan inflasi.

INFLASI BULANAN (% mtm) APRIL 2016 MEI 2016 JUNI 2016

-1,2% 0,4% 0,8%

Secara bulanan, perkembangan inflasi Sumatera Utara

triwulan II 2016 diwarnai dengan volatilitas yang

cukup tinggi. Pada bulan April 2016 inflasi Sumatera

Utara tercatat -1,2% (mtm). Deflasi yang cukup dalam

pada periode ini disebabkan oleh membaiknya kondisi

pasokan setelah terjadinya kelangkaan pada triwulan

lalu. Selain itu, adanya kebijakan pemerintah untuk

melakukan penyesuaian harga komoditas yang diatur

pemerintah juga mendorong adanya deflasi pada

periode ini. Lebih lanjut, realisasi ini jauh lebih rendah

dari pola historisnya dalam 5 tahun terakhir.

4.0

4.5

4.3

4.3

5.9

5.9

8.4

8.4

7.3

6.7

4.5

8.4

6.4

7.3

6.8

3.4

4.5

3.5

3.2

3.9

5.5

2.93.9

5.86.6

9.410.2

7.7

6.2

4.4

8.2

6.1

7.86.6

3.2

7.2

4.33.7

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Juli

2012 2013 2014 2015 2016

(% yoy)

NasionalSumut

6.2 5.5 4.4 4.3 3.8 3.4 3.2 3.2 2.3 1.90.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

Bab

el

Ben

gku

lu

Sum

sel

Sum

ut

Kep

ri

Jam

bi

Sum

bar

Lam

pu

ng

Ace

h

Ria

u

%, yoyInflasi Juni (yoy) Nasional

Tw-I 2016 Tw-II 2016

7,2 4,3

Sumut

Tw-I 2016 Tw-II 2016

4,5 3,5

Nasional

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

35

Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan

sepanjang Triwulan II 2016 di Sumatera Utara

Sumber: BPS, diolah

Menjelang bulan puasa, tekanan inflasi Mei 2016

meningkat hingga 0,4% (mtm). Peningkatan tekanan

inflasi terutama terjadi pada kelompok Volatile Foods

dan inflasi inti. Kenaikan harga di tingkat agen untuk

komoditas daging ayam ras yang umumnya terjadi

menjelang bulan Ramadhan mendorong tingginya

realisasi inflasi pada bulan ini. Kembali erupsinya

Gunung Sinabung juga turut menghambat produksi

dan produktivitas tanaman hortikultura sehingga

pasokannya di pasaran relatif terganggu. Adanya

dampak lanjutan penyesuaian harga BBM pada

periode April lalu menahan peningkatan tekanan

inflasi pada bulan Mei 2016.

Seiring dengan meningkatnya permintaan pada bulan

Ramadhan, tekanan inflasi Sumatera Utara bulan Juni

2016 mencapai 0,8% (mtm). Peningkatan permintaan

menjelang HBKN yang diiringi dengan kenaikan daya

beli berkontribusi pada kenaikan tekanan inflasi di

periode laporan. Peningkatan tekanan inflasi

terutama didorong oleh kenaikan tekanan inflasi gula

pasir. Naiknya gula pasir secara signifikan ditengah

kondusifnya aktivitas panen tebu maupun

penggilingan di sentra produksi tebu mencerminkan

tingginya permintaan masyarakat akan gula pasir pada

bulan Ramadhan.

Namun demikian, tekanan inflasi terkait pola musiman

puasa tersebut relatif lebih rendah disbanding pola

historisnya. Kondisi ini juga tercermin pada inflasi Juli

2016.

Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi Sumatera

Utara kembali mereda. Inflasi Provinsi Sumatera Utara

pada bulan Juli 2016 tercatat 0,2% (mtm).

Berakhirnya periode puncak permintaan pada bulan

Juni lalu yang disertai dengan intensifnya program

kerja TPID dalam menangkal kenaikan harga,

menahan peningkatan tekanan inflasi pada bulan Juli.

Lebih jauh, inflasi pada Juli 2016 merupakan realisasi

inflasi bulan Juli terendah dalam 14 tahun terakhir.

Dengan demikian, inflasi tahun kalender hingga bulan

Juli 2016 baru mencapai 2,2% (ytd). Merosotnya

tekanan inflasi pada bulan Juli 2016 ini menggiring

Sumatera Utara untuk turun dari posisi realisasi inflasi

tahun kalender tertinggi di kawasan Sumatera.

Rendahnya capaian inflasi tahun kalender per Juli

2016 kian menguatkan optimisme akan terjangkarnya

tekanan inflasi pada triwulan III 2016 sesuai dengan

sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Masih

kuatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa

ditengah daya beli yang relatif terjaga diperkirakan

akan menjadi pendorong utama tekanan inflasi pada

triwulan III 2016.

Sumber: BPS, diolah Grafik 3.3 Inflasi Kumulatif Juli 2016 di seluruh Provinsi se-

Sumatera

3.2 Perkembangan Inflasi Non

Fundamental

Penurunan tekanan inflasi Sumatera Utara pada

triwulan II 2016 lebih banyak dipengaruhi oleh faktor

yang bersifat non fundamental. Tekanan inflasi

berasal dari faktor non fundamental yang bersifat

sementara menunjukkan penurunan dibandingkan

triwulan sebelumnya, baik inflasi Volatile Food

maupun Administered Prices.

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok)

Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Sumut

No. Komoditas (%, yoy)Kontribusi

(%, yoy)No. Komoditas (%, yoy)

Kontribusi

(%, yoy)

1 Bawang Merah 33.09 0.28 1 Cabai Merah 125.44 1.00

2 Angkutan Udara 12.82 0.10 2 Bensin -12.20 -0.57

3 Jeruk 9.42 0.04 3 Daging Ayam Ras 1.58 0.02

No. Komoditas (%, yoy)Kontribusi

(%, yoy)No. Komoditas (%, yoy)

Kontribusi

(%, yoy)

1 Daging Ayam Ras 4.35 0.05 1 Tomat Buah 2.25 0.02

2 Gula Pasir 17.26 0.15 2 Bensin -13.03 -0.60

3 Cabai Merah 22.38 0.32 3 Kembung/Gembung/Banyar/Gembolo/Aso-Aso-5.93 -0.04

No. Komoditas (%, yoy)Kontribusi

(%, yoy)No. Komoditas (%, yoy)

Kontribusi

(%, yoy)

1 Gula Pasir 24.09 0.21 1 Bawang Merah 7.86 0.09

2 Daging Ayam Ras 7.84 0.09 2 Tomat Buah -27.65 0.11

3 Wortel 35.28 0.04 3 Sawi Hijau 24.17 -0.01

Jun-16

Mei-16

Apr-16

4.0 3.6 2.4 2.2 2.2 1.7 1.5 1.0 0.9

1.8

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

Bab

el

Ben

gku

lu

Sum

sel

Kep

ri

Sum

ut

Sum

bar

Ace

h

Ria

u

Lam

pu

ng

Inflasi Juli (ytd) Nasional (ytd)

-5

0

5

10

15

20

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456

2011 2012 2013 2014 2015 2016

% (yoy)Inflasi IHK

Core

Volatile Foods

Administered Prices

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

36

Inflasi Administered Prices pada triwulan II 2016

tercatat 1,3% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan

dengan realisasi triwulan lalu yang mencapai 4,3%

(yoy). Hal ini terutama didorong oleh normalisasi

harga minyak dunia yang masih rendah. Terkait

dengan hal tersebut, pada bulan April 2016 lalu,

pemerintah memutuskan untuk kembali melakukan

penyesuaian/penurunan harga BBM dan tarif listrik.

Harga BBM bersubsidi baik untuk premium maupun

solar diturunkan masing-masing sebesar Rp500,-/liter.

Begitu juga dengan BBM non subsidi seperti pertamax

plus, pertamina DEX dan pertalite yang turun sebesar

Rp200,-/liter. Penurunan harga BBM non subsidi

masih terus berlanjut untuk beberapa periode

setelahnya seiring dengan masih rendahnya harga

minyak dunia. Adanya penurunan BBM ini mendorong

adanya penurunan tarif angkutan dalam dan antar

kota dengan penurunan masing-masing sebesar 1%

dan 4,7%. Dengan demikian, tekanan inflasi kelompok

Administered Prices semakin rendah.

Masih rendahnya harga minyak dunia juga turut

menyebabkan adanya penurunan tarif listrik baik

untuk golongan rumah tangga maupun industri.

Penurunan tarif listrik tercatat terjadi pada bulan April

dan Mei 2016. Hal tersebut turut berkontribusi pada

rendahnya realisasi inflasi kelompok Administered

Prices pada triwulan II 2016.

Memasuki triwulan III (bulan Juli) 2016, kelompok

Administered Prices mengalami peningkatan tekanan

inflasi dari 1,3% (yoy) menjadi 1,5% yoy). Budaya

mudik untuk memeriahkan hari raya Idul Fitri

mendorong meningkatnya permintaan masyarakat

akan angkutan udara. Tarif angkutan udara meningkat

sebesar 27,6% (yoy). Kenaikan tarif listrik pada

beberapa golongan rumah tangga dan industri juga

turut menambah tekanan inflasi pada kelompok ini.

Dengan mencermati realisasi inflasi Juli 2016 dan

risiko yang masih relatif moderat, tekanan inflasi

kelompok Administered Prices pada triwulan III 2016

diperkirakan relatif minimal. Keyakinan tersebut

semakin diperkuat dengan kembali menurunnya

harga minyak dunia serta adanya kebijakan

penurunan tarif listrik untuk beberapa tarif rumah

tangga dan industri per 1 Agustus 2016. Kembali

normalnya tarif angkutan udara pasca Lebaran

diperkirakan turut menjadi faktor penahan inflasi

administered prices.

Tekanan inflasi kelompok Volatile Foods justru turun

tajam ditengah menurunnya produksi tanaman

pangan serta pola konsumsi masyarakat yang

memasuki periode puncaknya. Inflasi kelompok

Volatile Foods pada triwulan II 2016 tercatat sebesar

5,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

realisasi triwulan I 2016 yang tercatat 13,7% (yoy).

Terdapat beberapa komoditas yang mengalami

penurunan yang sangat signifikan sehingga

mengakomodasi penurunan tekanan inflasi pada

kelompok Volatile Foods. Harga cabai merah yang

kembali normal setelah melonjak tajam pada triwulan

lalu mendorong rendahnya tekanan inflasi Volatile

Foods pada triwulan ini. Pasokan cabai merah yang

sempat menipis pada triwulan lalu terkait gangguan

produksi sudah mulai memadai seiring dengan

masifnya program operasi pasar pemerintah serta

pelaksanaan panen susulan di beberapa sentra

produksi.

Selain itu, terkendalinya harga di kelompok ikan-

ikanan juga mengakomodasi penurunan tekanan

inflasi kelompok Volatile Foods. Pasokan ikan segar

yang menjadi preferensi konsumsi masyarakat

Sumatera Utara relatif memadai pasca kembali

melautnya nelayan pada periode ini.

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok)

Grafik 3.5 Dinamika Inflasi Volatile Foods Sumut

INFLASI

year on year (%, YoY)

-

-

INFLASI

year on year (%, YoY)

-

-

3.9

11.4

3.4

14.8

13.6

3.8

10.3

0.91.4

7.8

-0.8

1.7

9.810.1

12.813.4

5.04.05.1

7.5

3.8

8.1

4.64.5

13.7

5.6

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

16.0

18.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

%, yoy

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

37

Penurunan tekanan inflasi kelompok Volatile Foods

yang terjadi pada triwulan II 2016 ini diluar pola

historisnya. Triwulan I 2016 yang biasanya merupakan

puncak panen raya tanaman pangan relatif memiliki

realisasi inflasi yang lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan II. Terlebih lagi, produksi tanaman

pangan triwulan II 2016 yang pada dasarnya

terkontraksi antara -16% (yoy) hingga -29% (yoy) (baca

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan

Usaha/Kategori Pertanian) ditambah dengan

berlangsungnya bulan Ramadhan seyogyanya

mendorong meroketnya tekanan inflasi pada triwulan

ini. Kembali terjadinya erupsi Gunung Sinabung

sebagai daerah produsen tanaman hortikultura juga

mengancam perkembangan inflasi Volatile Foods.

Namun, hal tersebut dapat diantisipasi dengan baik

oleh TPID se-Provinsi Sumatera Utara melalui

program-program yang dirumuskan khusus untuk

menyambut Ramadhan dan Idul Fitri, terutama

dengan adanya pasar murah.

Intensifnya program TPID Sumatera Utara mendorong

terjaganya pasokan pangan untuk menghadapi

lonjakan permintaan selama bulan Ramadhan.

Siapnya TPID Provinsi Sumatera Utara dalam

menangkal puncak permintaan yang biasanya terjadi

setiap bulan Ramadhan tercermin dari tingginya

tingkat persediaan beras BULOG pada triwulan II 2016

yang melonjak tajam dari 0,6% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 49,4% (yoy).

Data triwulan III 2016 ada data stok pada bulan Juli 2016

Sumber: BULOG Divisi Regional Sumatera Utara, diolah

Grafik 3.6 Stok Beras BULOG

Berdasarkan perkembangan inflasi bulan Juli 2016,

tekanan inflasi kelompok Volatile Foods kembali

mereda dari 5,6% (yoy) menjadi 2,7% (yoy). Program

taktis TPID se-Provinsi Sumatera Utara dalam

menangkis lonjakan tekanan inflasi yang biasanya

terjadi pada periode Ramadhan-Lebaran kembali

menunjukkan efektivitasnya dalam mengendalikan

inflasi. Masifnya operasi pasar sebagai program kerja

TPID dapat disimpulkan sukses menahan meroketnya

harga kebutuhan pokok masyarakat selama bulan Juli

2016. Adanya kerja sama dengan Pemerintah Daerah

Provinsi Jawa Tengah dalam memenuhi pasokan

bawang merah selama periode Ramadhan-Idul Fitri

juga sukses menurunkan harga bawang merah.

Meskipun realisasi inflasi pada bulan Juli sangat

rendah, pengelolaan risiko tekanan inflasi Volatile

Foods pada periode mendatang diperkirakan masih

menjadi tantangan. Pasokan pangan yang menipis

ditengah belum optimalnya produksi dan

produktivitas tanaman pangan sepanjang triwulan III

2016 dapat meningkatkan risiko kenaikan inflasi pada

kelompok ini.

3.3 Perkembangan Inflasi

Fundamental

Perbaikan daya beli masyarakat mendorong

kenaikan inflasi inti dari 5,2% (yoy) menjadi 5,7%

(yoy). Daya beli masyarakat yang meningkat tidak

terlepas dari perbaikan harga komoditas perkebunan

yang terjadi pada triwulan II 2016. Ekspektasi inflasi

yang melambung juga turut mendorong tekanan

inflasi inti. Ekspektasi inflasi tercatat sedikit meningkat

baik pada level pedagang maupun level konsumen.

Grafik 3.7 Ekspektasi Inflasi

Komoditas yang berkontribusi pada naiknya tekanan

inflasi inti diantaranya adalah gula pasir, sewa rumah

dan emas perhiasan. Naiknya harga gula pasir secara

signifikan ditengah kondusifnya aktivitas panen tebu

48

1

04

6

6

42

3

4

18

1

7

13

3

5

26

2

2

31

5

0

24

2

2

30

2

8

16

3

1

17

2

9

24

2

3

0.6%

49.4%

-26.9%

-100.0%

-50.0%

0.0%

50.0%

100.0%

150.0%

200.0%

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyjuta ton

Volume Growth

INFLASI

year on year (%, YoY)

-

-

90.0

110.0

130.0

150.0

170.0

190.0

210.0

III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

SK (Perub Hrg 3 bln yad) SK (Perub Hrg 6 bln yad)

SPE (Perub Hrg 3 bln yad) SPE (Perub Hrg 6 bln yad)

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

38

maupun penggilingan di sentra produksi tebu

mencerminkan tingginya permintaan masyarakat

akan gula pasir pada bulan Ramadhan. Gula pasir pada

bulan Juni 2016 naik hingga 24,1% (yoy).

Harga properti yang terus meningkat ditengah

kebutuhan akan hunian yang masih tinggi mendorong

adanya kenaikan tekanan inflasi dari komoditas sewa

rumah pada triwulan II 2016 sebesar 5,5% (yoy).

Kenaikan harga properti ini didorong oleh kenaikan

upah buruh bangunan terkait kenaikan UMP, serta

kenaikan harga lahan terkait semakin terbatasnya

lahan pemukiman di area perkotaan. Berdasarkan

hasil Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia,

harga properti pada triwulan II 2016 meningkat dari

7,2% (yoy) menjadi 7,4% (yoy). Peningkatan harga

properti terutama terjadi untuk properti kelas kecil

dan menengah, sementara properti klasifikasi besar

justru tercatat melambat.

Grafik 3.8 Survei Harga Properti Residensial

Masih disebabkan oleh adanya persiapan masyarakat

dalam menyambut hari raya Idul Fitri yang identik

dengan penampilan baru, permintaan akan emas

perhiasan meningkat 8,4% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mencapai 3,1% (yoy). Selain itu, adanya lonjakan

harga emas internasional pasca Brexit juga turut

berpengaruh terhadap kenaikan harga emas

domestik.

Penguatan nilai tukar yang terus terjadi pada triwulan

II 2016 mampu menahan peningkatan tekanan inflasi

inti. Nilai tukar pada triwulan II 2016 tercatat

Rp13.332/USD, menguat dibandingkan dengan nilai

tukar pada periode lalu yang tercatat Rp13.533/USD.

Grafik 3.9 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika

Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi inti

kembali meningkat hingga 5,8% (yoy). Meningkatnya

tekanan inflasi inti terutama didorong oleh komoditas

gula pasir dan emas perhiasan. Kultur masyarakat

pada bulan Ramadhan hingga Idul Fitri untuk

mengkonsumsi minuman dan makanan sarat gula

dalam jumlah yang banyak meningkatkan permintaan

sehingga harga tetap meningkat meski periode panen

dan giling tebu tengah berlangsung di beberapa sentra

produksi. Sementara itu kenaikan harga emas

internasional berkontribusi besar dalam kenaikan

harga emas perhiasan. Meskipun harga masih relatif

tinggi, semaraknya perayaan hari raya Idul Fitri turut

mendorong permintaan masyarakat terhadap emas

perhiasan.

Dengan mencermati realisasi inflasi pada bulan Juli

tersebut, tekanan inflasi inti pada triwulan III 2016

diperkirakan kembali terkendali. Beberapa indikator

pendukung juga mengindikasikan risiko tekanan inflasi

yang minimal. Kembali melemahnya nilai tukar, harga

komoditas perkebunan yang kembali merosot serta

kenaikan ekspektasi inflasi di tingkat konsumen yang

tidak disertai dengan kenaikan ekspektasi inflasi di

level pedagang semakin memantapkan keyakinan

akan kembali terkendalinya realisasi inflasi inti pada

triwulan III 2016.

195.

0

199.

9

204.

1

205.

3

205.

9

206.

5

211.

4

212.

2

213.

9

216.

0

217.

2

224.

2

229.

3

232.

11

13.3%

16.3%16.0%

11.4%

5.6%

3.3% 3.6% 3.4%3.9%

4.6%

2.8%

5.7%

7.2% 7.4%

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

16.0%

18.0%

170.0

180.0

190.0

200.0

210.0

220.0

230.0

240.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

SHPR Growth

8,9

04

8,5

90

8,6

10

9,0

00

9,1

00

9,3

06

9,5

08

9,6

24

9,6

94

9,7

89

10

,66

4

11

,68

9

11

,84

7

11

,61

8

11

,76

2

12

,24

7

12

,79

9

13

,13

4

13

,63

9

13

,57

8

13

,53

3

13

,33

2 -3.9%

-5.8%

-4.3%

0.9%

2.2%

8.3%

10.4%

6.9%

6.5%

5.2%

12.2%

21.5%

22.2%

18.7%

10.3%

4.8%

8.0%

13.0%

16.0%

10.9%

3.0%

-2.3%

-10.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyUSD/Rp

RptoUS Growth

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

39

3.4 Inflasi Menurut Kelompok

Barang dan Jasa

Grafik 3.10 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen di Sumatera Utara

Dinamika inflasi Sumatera Utara dipengaruhi oleh

kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau, perumahan, air, listrik, gas dan

bahan bakar, serta kelompok transpor, komunikasi

dan jasa keuangan. Keempat kelompok tersebut

memiliki bobot 83% terhadap pembentukan inflasi di

Sumatera Utara.

Penurunan tekanan inflasi pada triwulan II 2016

terjadi di seluruh kelompok komoditas, kecuali

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau serta kelompok pendidikan, rekreasi dan

olah raga. Kelompok komoditas dengan andil inflasi

tertinggi pada triwulan II 2016 adalah kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan

andil sebesar 1,8% (yoy), disusul oleh kelompok bahan

makanan dengan andil sebesar 1,3% (yoy) dan

kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dengan

andil sebesar 0,5% (yoy).

Tabel 3.2 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa

Sumber: BPS, diolah

3.4.1 Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan merupakan kelompok

dengan penurunan tekanan inflasi terdalam pada

triwulan II 2016, yaitu dari 14,8% (yoy) menjadi 5,4%

(yoy). Penurunan tekanan inflasi yang sangat tajam ini

terutama terjadi pada pada kelompok bumbu-

bumbuan yang merosot secara signifikan dari 101,2%

(yoy) pada triwulan lalu menjadi 8,8% (yoy). Lebih

spesifik, penurunan tekanan inflasi terutama terjadi

untuk komoditas cabai merah dan bawang merah.

Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: BPS, diolah

Pasokan cabai merah pada triwulan II 2016 ditengarai

membaik meski periode puncak panen raya telah

terlalui dan permintaan masyarakat yang meningkat

dalam menyemarakkan bulan Ramadhan. Adanya

perbaikan pasokan ini terutama terjadi dikarenakan

intensifnya program operasi pasar TPID pasca

langkanya pasokan cabai merah di pasaran akibat

perdagangan antar wilayah serta penurunan

produktivitas pada triwulan lalu.

Adanya kerja sama dengan Pemerintah Daerah Jawa

Tengah dalam meningkatkan pasokan bawang merah

mampu menekan perkembangan harga bawang

merah. Harga bawang merah tercatat turun signifikan

dari 56,7% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 7,9% (yoy)

pada triwulan II 2016.

Kembali berlangsungnya erupsi Gunung Sinabung

memasuki akhir triwulan II 2016 juga menimbulkan

fluktuasi yang cukup tajam untuk komoditas sayuran.

Selain itu, produksi tanaman hortikultura juga relatif

belum optimal mengingat Gunung Sinabung

merupakan salah satu sentra produksi tanaman

hortikultura. Lebih jauh, data Dinas Pertanian

menunjukkan adanya penurunan produksi cabai

merah sebesar -26% (yoy) pada triwulan II 2016.

24.17

16.23

24.34

6.84

4.04

6.12

18.26

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau

Perumahan, Air, listrik, Gas & BB

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

IV I II Arah Andil (yoy)

Bahan Makanan 4.4 14.8 5.4 1.3

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 6.2 10.8 11.9 1.8

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 4.0 3.0 1.6 0.4

Sandang 4.0 4.8 6.3 0.4

Kesehatan 6.0 4.9 4.7 0.2

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 5.9 6.0 6.5 0.5

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -2.8 1.8 -1.1 -0.2

Umum 3.3 7.2 4.3 4.3

Sumber : BPS, diolah

2016Kelompok

2015

2015

IV I II

BAHAN MAKANAN 4.2 14.8 5.4 1.3

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 10.3 7.7 6.3 0.3

Daging dan Hasil-hasilnya 10.7 12.4 9.8 0.2

Ikan Segar 1.5 0.3 -0.9 0.0

Ikan Diawetkan 4.3 2.5 0.6 0.0

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 7.5 7.9 4.6 0.1

Sayur-sayuran 1.5 10.6 15.0 0.3

Kacang-kacangan 3.6 8.3 11.2 0.0

Buah-buahan 7.6 4.9 1.8 0.0

Bumbu-bumbuan -5.3 101.2 8.8 0.3

Lemak dan Minyak -2.3 -2.3 -1.5 0.0

Bahan Makanan Lainnya 4.3 6.5 9.5 0.0

Arah Andil

(yoy)Kelompok

2016

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40

Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi kelompok

bahan makanan pada bulan Juli 2016 kembali merosot

hingga hanya tercatat 2,4% (yoy). Realisasi ini

merupakan realisasi inflasi terendah untuk kelompok

bahan makanan sepanjang tahun 2016. Intensifnya

program TPID dalam menjamin ketersediaan pasokan

dan kelancaran distribusi masih memiliki andil yang

cukup besar dalam rendahnya capaian inflasi

kelompok bahan makanan. Dengan demikian,

diharapkan tekanan inflasi bahan makanan pada

triwulan III 2016 dapat kembali terkendali.

3.4.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok

dan Tembakau

Tingginya permintaan masyarakat dalam

menyambut Ramadhan mendorong peningkatan

tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau. Inflasi kelompok ini meningkat

dari 10,7% (yoy) menjadi 11,9% (yoy). Peningkatan

tekanan inflasi ini terutama didorong oleh

peningkatan inflasi pada komoditas gula pasir. Seperti

yang dijelaskan sebelumnya, bulan Ramadhan

biasanya diwarnai pola konsumsi masyarakat akan

makanan dan minuman sarat gula sehingga

permintaan akan gula pasir tetap meroket meski

aktivitas panen dan giling gula pasir relatif kondusif

(lebih lanjut baca Perkembangan Inflasi

Fundamental).

Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Sumber: BPS, diolah

3.4.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan

Bahan Bakar

Tekanan inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik,

Gas dan Bahan Bakar juga turut mereda, dari 3,0%

(yoy) menjadi 1,6% (yoy). Penurunan tekanan inflasi

pada kelompok ini terutama didorong oleh komoditas

bahan bakar rumah tangga dan tarif listrik.

Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sumber: BPS, diolah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, adanya

kebijakan pemerintah untuk kembali melakukan

penyesuaian tarif listrik baik untuk golongan rumah

tangga maupun Industri pada triwulan II 2016

mendorong rendahnya realisasi inflasi subkelompok

bahan bakar, penerangan dan air. Sementara itu,

penyesuaian harga LPG 12 kg yang dilakukan per 5

Januari 2016 lalu juga turut berkontribusi dalam

capaian inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan

dan air yang rendah. Pada Januari 2016 lalu terdapat

penurunan harga LPG 12 kg dengan kisaran Rp5.800-

Rp5.900/tabung. Dengan demikian, deflasi

subkelompok bahan bakar, penerangan dan air kian

mendalam dari -0,6% menjadi -3,7% (yoy).

3.4.4 Kelompok Sandang

Antusiasme masyarakat dalam menyambut lebaran

yang identik dengan pakaian baru dan segala upaya

untuk mempercantik diri mendorong peningkatan

tekanan inflasi sandang dari 4,8% (yoy) menjadi 6,3%

(yoy). Inflasi kelompok ini utamanya didorong oleh

peningkatan inflasi subkelompok sandang wanita,

sandang anak dan subkelompok barang pribadi dan

sandang lain.

Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang

Sumber: BPS, diolah

Komoditas penyumbang inflasi utama dalam

kelompok ini diantaranya emas perhiasan, sepatu,

gaun/terusan, dan baju/kaos berkerah. Tingginya

kebutuhan masyarakat untuk berhias selama Lebaran

yang disertai dengan masih tingginya animo

masyarakat untuk menjadikan emas perhiasan

sebagai instrumen investasi dan lonjakan harga emas

internasional mendorong kenaikan tekanan inflasi

emas perhiasan (lebih lanjut baca Perkembangan

Inflasi Fundamental).

2015

IV I II

MAKANAN JADI 6.4 10.7 11.9 1.8

Makanan Jadi 3.2 7.1 7.9 0.7

Minuman yang Tidak Beralkohol 8.9 8.8 12.8 0.3

Tembakau dan Minuman Beralkohol 10.8 18.7 18.6 0.8

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2016

2015

IV I II

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB 4.1 3.0 1.6 0.4

Biaya Tempat Tinggal 3.8 4.3 3.5 0.4

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 5.2 -0.6 -3.7 -0.2

Perlengkapan Rumah Tangga 3.5 6.3 8.4 0.1

Penyelenggaraan Rumah Tangga 3.7 3.9 2.3 0.1

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2016

2015

IV I II

SANDANG 4.0 4.8 6.3 0.4

Sandang Laki-Laki 3.9 2.7 2.4 0.0

Sandang Wanita 6.8 10.1 11.0 0.2

Sandang Anak-Anak 3.3 3.5 5.1 0.1

Barang Pribadi dan Sandang Lain 2.1 3.4 7.3 0.1

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2016

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

41

Keinginan masyarakat untuk mempercantik diri

selama lebaran juga mendorong lonjakan permintaan

atas gaun/terusan, baju/kaos berkerah dan sepatu.

Hal ini juga terkonfirmasi dari hasil liaison kepada

perusahaan ritel yang menyatakan puncak dari

permintaan masyarakat pada umumnya terjadi pada

periode Ramadhan dan Lebaran. Sementara itu,

periode lebaran yang beririsan dengan tahun ajaran

baru juga semakin meningkatkan permintaan

masyarakat akan sepatu.

3.4.5 Kelompok Kesehatan

Inflasi kelompok kesehatan pada triwulan II 2016

relatif stabil, dari 4,9% (yoy) menjadi 4,7% (yoy).

Stabilnya tekanan inflasi pada kelompok ini

disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi

subkelompok jasa kesehatan, obat-obatan dan jasa

perawatan jasmani sementara subkelompok

perawatan jasmani dan kosmetika justru relatif

menurun.

Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: BPS, diolah

Komoditas dengan peningkatan tekanan inflasi

terbesar pada kelompok ini diantaranya adalah tarif

rumah sakit, tarif gunting rambut wanita dan tarif

gunting rambut pria. Kenaikan tarif gunting rambut

rambut wanita dan pria terjadi masih dikarenakan

kebutuhan untuk bersolek dalam menyambut

lebaran. Sementara itu, kenaikan tarif rumah sakit

terjadi seiring dengan kenaikan biaya operasional

terutama bahan habis pakai yang memang mengalami

kenaikan setiap tahunnya.

3.4.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Senada dengan kelompok kesehatan, inflasi

kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga juga

relatif stabil. Inflasi tahunan kelompok ini mencapai

6,5% (yoy). Terjaganya tekanan inflasi kelompok ini

terutama didorong oleh stabilnya seluruh

subkelompok, kecuali subkelompok pendidikan yang

justru mengalami peningkatan.

Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga

Sumber: BPS, diolah

Komoditas yang mengalami peningkatan tekanan

inflasi terbesar pada kelompok ini diantaranya adalah

sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

Dimulainya tahun ajaran baru mendorong

peningkatan inflasi pada komoditas ini.

2.3.2 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan

Kembali disesuaikannya harga BBM menyebabkan

menurunnya tekanan inflasi kelompok Transportasi,

Komunikasi dan Jasa Keuangan. Pada triwulan II 2016

inflasi kelompok ini tercatat deflasi -1,1% (yoy), jauh

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang

sebesar 1,8% (yoy).

Masih relatif rendahnya perkembangan harga minyak

dunia mendorong adanya penyesuaian harga BBM.

Pada bulan April 2016, pemerintah melakukan

penyesuaian harga BBM bersubsidi baik harga

premium maupun solar yang mengalami penurunan

harga sebesar Rp500,-/liter. Begitu juga dengan harga

BBM non subsidi seperti pertamax plus, pertamina

DEX dan pertalite yang turun sebesar Rp200,-/liter.

Adanya penurunan harga BBM bersubsidi ini

mendorong adanya penurunan tarif angkutan dalam

kota sebesar 1% serta tarif angkutan antar kota

sebesar 4,7%. Dengan demikian, bensin merupakan

komoditas dengan penurunan tekanan inflasi tertinggi

pada kelompok ini.

Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Sumber: BPS, diolah

2015

IV I II

KESEHATAN 6.1 4.9 4.7 0.2

Jasa Kesehatan 1.7 0.9 3.1 0.0

Obat-obatan 1.4 2.1 2.8 0.0

Jasa Perawatan Jasmani 8.8 2.4 6.0 0.0

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 10.4 9.4 6.1 0.1

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2016

2015

IV I II

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.2 6.0 6.5 0.5

Pendidikan 9.3 9.2 10.1 0.4

Kursus-Kursus / Pelatihan 0.6 0.6 0.7 0.0

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 3.9 4.3 4.2 0.0

Rekreasi 2.3 1.6 2.1 0.0

Olahraga 3.3 0.7 0.8 0.0

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2016

2015

IV I II

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN -2.8 1.8 -1.1 -0.2

Transpor -4.5 2.0 -2.0 -0.3

Komunikasi dan Pengiriman 0.1 0.1 0.1 0.0

Sarana dan Penunjang Transpor 7.9 3.5 3.8 0.1

Jasa Keuangan 0.0 1.5 1.6 0.0

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2016

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

42

3.5 Perbandingan Inflasi Antar

Provinsi/Kota di Sumatera

Secara agregat, laju inflasi tahunan Pulau Sumatera

pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 3,7% (yoy), di

atas laju inflasi nasional sebesar 3,5% (yoy). Inflasi

Sumatera pada triwulan II menurun tajam bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (5,7%;

yoy).

Seluruh kota di kawasan Sumatera relatif menurun

tekanan inflasinya pada triwulan II 2016, kecuali

Provinsi Bangka Belitung. Tekanan inflasi Provinsi

Bangka Belitung justru relatif meningkat dari 5,5%

(yoy) menjadi 6,2% (yoy). Realisasi ini jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan inflasi nasional. Lebih lanjut,

pada bulan Juli 2016 Provinsi Bangka Belitung

merupakan provinsi dengan inflasi kumulatif tertinggi

se-Indonesia.

Sumber: BPS, diolah

Gambar 3.1 Sebaran Inflasi Sumatera

3.6 Upaya Pengendalian Inflasi

Meski risiko tekanan inflasi dapat dikatakan moderat,

TPID Provinsi Sumatera Utara tetap siaga untuk

mewujudkan tercapainya inflasi sesuai dengan

sasaran yang telah ditetapkan. Beberapa program

yang telah disiapkan diantaranya adalah:

a. Mengintensifkan aktivitas perdagangan antar

wilayah, diantaranya melalui kerja sama dengan

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa

Timur serta melakukan pembelian langsung ke

beberapa sentra produksi lain untuk menjamin

ketersediaan pasokan bahan pangan.

b. Pembenahan tata niaga yang terus disempurnakan

untuk mengantisipasi praktik penimbunan serta

pengembangan pasar lelang komoditas pertanian.

Gudang-gudang penyimpanan barang pokok terus

dimonitor secara intensif serta dilakukan

pencatatan harga pada level distributor untuk

memonitor sumber kenaikan harga.

c. Melakukan operasi pasar dan pasar murah untuk

menjamin akses masyarakat dalam memperoleh

bahan pangan yang berkualitas dan terjangkau.

d. Meningkatkan arus informasi terkait cuaca seperti

prakiraan curah dan sifat hujan, hari tanpa hujan,

daerah rawan banjir dan peta ketersediaan air

tanah untuk mendukung pertanian dan perikanan

Sumatera Utara. Terkait dengan hal tersebut, TPID

juga menyiapkan program antisipasi bencana

terkait dengan situasi cuaca yang kurang menentu.

e. Meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) padi dari

1,5 menjadi 1,8 di tahun 2016 melalui pertanaman

padi jajar legowo dengan metode hazton yang

lebih tahan hama. Diharapkan produktivitas

tanaman padi dapat meningkat dari 5,1 ton/ha

menjadi 5,5 ton/ha.

f. Membangun Toko Tani Indonesia di beberapa

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara sesuai dengan

pedoman umum dari Kementerian terkait.

g. Memasang variable message di ruas

Pematangsiantar – Parapat yang berfungsi

memberikan informasi kepada pengguna jalan

terkait kepadatan jalan dan alternatif jalan yang

lebih nyaman. Saat ini variable message tersebut

sudah terpasang di Tebing Tinggi – Medan dan

Medan – Brastagi.

SUMATERA 5,7 3,7

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

43

Inflasi Lebaran Yang Terkendali

Permintaan masyarakat yang memang biasanya melonjak pada perayaan hari raya Idul Fitri yang bersamaan

dengan tahun ajaran baru 2016/2017 mampu ditangani dengan baik. Pasokan barang khususnya bahan pangan

dapat dikelola dengan baik sehingga inflasi Juli 2016 terkendali. Realisasi inflasi Sumatera Utara bulan Juli 2016

tercatat 0,18% (mtm) jauh lebih rendah dari nasional 0,69% (mtm). Realisasi ini bahkan merupakan capaian

inflasi bulan Juli terendah dalam 10 tahun terakhir yang secara rata-rata sebesar 0,92% (mtm). Rendahnya inflasi

Sumatera Utara terutama didorong oleh sektor bahan makanan yang justru mengalami deflasi mencapai -0,48%.

Intensifnya program kerja TPID Provinsi Sumatera Utara berkontribusi besar pada penurunan harga bahan

pangan selama Ramadhan dan Lebaran. Menghadapi bulan Ramadhan, TPID Provinsi Sumatera Utara telah

melaksanakan beberapa program unggulan untuk menekan laju inflasi. Beberapa program dimaksud

diantaranya adalah:

a. Mengintensifkan perdagangan antar wilayah, diantaranya melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah

Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta melakukan pembelian langsung ke beberapa sentra produksi lain

untuk menjamin ketersediaan pasokan bahan pangan selama Ramadhan.

b. Pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat yang lebih baik melalui strategi komunikasi yang gencar dan

terpusat dalam mengedukasi masyarakat terkait perilaku konsumsi dan ketersediaan pasokan yang relatif

terjaga, diantaranya melalui talkshow televisi dan radio.

c. Pembenahan tata niaga yang terus disempurnakan untuk mengantisipasi praktik penimbunan serta

pengembangan pasar lelang komoditas pertanian.

d. Melakukan operasi pasar dan pasar murah untuk menjamin akses masyarakat dalam memperoleh bahan

pangan yang berkualitas dan terjangkau.

e. Program antisipasi bencana terkait dengan situasi cuaca yang kurang menentu.

Ke depan, TPID se-Provinsi Sumatera tetap berkomitmen dalam mencapai realisasi inflasi yang rendah dan stabil

melalui beberapa program pengendalian inflasi strategis jangka menengah dan panjang. Tujuan dari perumusan

program ini adalah untuk semakin memantapkan stabilitas harga. Program-program ini dituangkan dalam

bentuk Roadmap Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Sumatera utara 2016-2018 yang telah diformulasikan dan

disetujui bersama seluruh anggota TPID se-Sumatera Utara. Adapun kemajuan pelaksanaan program strategis

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan ketersediaan pasokan, telah dilaksanakan:

1) Pemberian saprodi secara bertahap serta bantuan alat tangkap

2) Program pendampingan kepada petani dan nelayan

3) Operasi pasar melalui BULOG

4) Penyusunan kalender tanam

b. Pembenahan tataniaga dan kelembagaan, telah dilakukan:

1) Pengawasan terhadap ketersediaan pakan ternak

2) Pembentukan tim monitoring LPG dan pelabelan gas bersubsidi

c. Distribusi dan infrastruktur, kemajuan yang telah dicapai:

1) Perluasan areal lahan dilakukan di Batubara melalui pengelolaan peralihan tanam dari cabai merah

menjadi bawang merah;

2) Pengaktifan pasar induk telah berjalan sejak akhir Februari 2016 untuk menghadapi permasalahan

penyaluran komoditas keluar daerah; dan.

3) Penyaluran raskin madani telah dilakukan sejalan dengan telah diterbitkannya pagu dan petunjuk

teknis beras masyarakat sejahtera.

Boks 6

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

44

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

45

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

DAN UMKM

Sejalan pemulihan ekonomi Sumatera Utara, ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih

terjaga. Kondisi tersebut sejalan dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada

triwulan II 2016. Sektor utama ekonomi Sumatera Utara yang mengalami perlambatan adalah Industri

Pengolahan. Namun, konsumsi masyarakat yang membaik diperkirakan dapat menopang kinerja

korporasi sektor Industri Pengolahan. Indikator kinerja korporasi dari sisi profitabilitas, solvabilitas,

likuiditas, dan debt equity ratio (DER) cenderung mengalami perbaikan hampir di semua sektor.

Pertumbuhan kredit ke sektor korporasi meningkat dengan risiko yang masih terjaga. Di sektor rumah

tangga, optimisme yang terjaga sejalan dengan perbaikan harga komoditas mengindikasikan

ketahanan di sektor ini. Hal ini terkonfirmasi dari indeks keyakinan konsumen (IKK) yang menunjukkan

tendensi positif optimisme masyarakat terhadap perbaikan ekonomi Sumatera Utara. Berbeda

dengan korporasi yang tumbuh positif, kredit rumah tangga masih tertahan dan melambat terutama

untuk kredit kendaraan bermotor.

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

46

Tabel 4.1 Indikator Perbankan Sumatera Utara Triwulan I 2016

4.1 Ketahanan Sektor Korporasi

Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Provinsi

Sumatera Utara masih terjaga ditengah kondisi

ekonomi yang belum pulih. Kinerja perbankan masih

relatif baik yang tercermin dari permodalan dan

likuiditas yang memadai.

Hal ini juga berdampak pada kinerja korporasi yang

cenderung membaik ditandainya dengan Indikator

Kinerja Koorporasi dan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajibannya dari Debt Service Ratio yang

turun 4,1% dan Interest Coverage Ratio yang naik

16,9%.

Non Performing Loan (NPL) Sumatera Utara naik 0,2%

dari triwulan sebelumnya namun masih terjaga pada

kisaran dibawah 5%. Kenaikan ini merupakan dampak

dari ekspansi kredit yang dilakukan perbankan.

4.1.1 Sumber-sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Kinerja korporasi masih dipengaruhi oleh kondisi

ekonomi global yang menyebabkan harga komoditas

internasional masih berada pada level yang rendah.

Hal ini dikarenakan ekonomi Sumatera Utara masih

sangat bergantung pada komoditas utamanya CPO

selain karet dan kopi. Perbaikan harga komoditas

secara terbatas baru terlihat pada komoditas CPO.

Namun, perbaikan harga tersebut diperkirakan belum

sustainable dikarenakan belum adanya perbaikan dari

sisi permintaan. Sementara itu, di sisi domestik

perbaikan permintaan juga masih terbatas.

Kondisi tersebut terutama mempengaruhi kinerja

korporasi khususnya sektor Industri Pengolahan yang

melambat di triwulan II 2016. Sementara itu, sektor

Pertanian justru masih tumbuh meningkat sehingga

secara keseluruhan ekonomi Sumatera Utara

meningkat dibanding triwulan sebelumnya.

Di tengah peningkatan permintaan domestik dan

terjaganya keseimbangan eksternal yang mendorong

peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara

pada triwulan II 2016, sektor Industri Pengolahan

melambat. Masih belum kuatnya permintaan global,

minimnya bahan baku (terutama karet), dan belum

memadainya fasilitas pendukung seperti listrik, air dan

gas, diduga memberikan tekanan pada kinerja

korporasi Sumatera Utara khususnya sektor industri

pengolahan. Selain itukinerja perekonomian beberapa

mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok,

India dan Euro Area masih relatif belum pulih. Ekspor

ke empat negara tersebut mencapai sekitar 39%

terhadap total ekspor Sumatera Utara. Pelemahan

permintaan dari negara mitra dagang utama tersebut

menekan kinerja sektor korporasi khususnya yang

berorientasi ekspor.

Grafik 4.1 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama

Namun demikian, tekanan kinerja korporasi di sektor

Industri Pengolahan masih terjaga sejalan dengan

masih kuatnya konsumsi swasta. Pada triwulan II 2016

konsumsi swasta meningkat cukup signifikan. Kondisi

tersebut juga sejalan dengan Indeks Keyakinan

Konsumen yang masih berada pada level optimis.

Indeks penjualan eceran juga menunjukkan perbaikan.

Total Aset Triliun Rp 216,0 222,7 229,5 233,1 234,2 241,0 255,5 246,3 243,6 256,9

Pertumbuhan Aset (%yoy) 17,5 16,9 12,9 8,4 8,4 8,3 11,3 5,7 4,0 9,2

Kredit Triliun Rp 156,0 159,7 159,3 166,9 167,1 172,1 180,5 179,3 173,0 180,1

Pertumbuhan Kredit (%yoy) 16,5 13,8 8,7 7,0 7,1 7,7 13,3 7,4 3,5 7,8

DPK Triliun Rp 158,2 167,3 174,7 179,4 178,5 183,4 191,6 185,6 187,2 191,7

Pertumbuhan DPK (%yoy) 14,7 19,7 17,5 15,1 12,8 9,6 9,7 3,4 4,9 (2,4)

LDR % 98,6 95,5 91,2 93,0 93,6 93,8 94,2 96,6 92,4 92,4

NPL-Gross % 2,4 2,6 2,8 2,5 2,7 3,0 3,2 3,0 3,0 3,2

Tiongkok10%

USA12%

Europa9%

India8%

Lainnya61%

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

47

Grafik 4.2 Perkembangan harga CPO dan Karet

Sumber kerentanan lainnya adalah anomali cuaca dan

iklim. Hal ini berpengaruh pada korporasi yang

berkaitan dengan tanaman bahan makanan dan

perkebunan antara lain dengan bergesernya musim

tanam dan terganggunya produktivitas/hasil panen.

4.1.2 Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara

pada triwulan II 2016 terkonfirmasi dari hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang

mengindikasikan perbaikan kegiatan dunia usaha

dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan

kegiatan usaha tersebut tercermin dari saldo bersih

tertimbang (SBT) kegiatan usaha sebesar 11,2%, jauh

lebih tinggi dibandingkan posisi akhir triwulan I 2016

sebesar -0,8%.

Peningkatan kegiatan usaha di triwulan II 2016

terutama disebabkan oleh meningkatnya Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran (Grafik 4.2). Kinerja

korporasi subsektor Perdagangan diindikasikan masih

baik yang tercermin pada indeks penjualan eceran

yang meningkat dari 179,4 pad triwulan lalu menjadi

186,2 pad triwulan II 2016. Kinerja korporasi di

subsektor hotel dan restoran diperkirakan juga masih

cukup baik yang tercermin pada occupancy rate relatif

tinggi. Hal ini juga tercermin dari meningkatnya

pembiayaan perbankan ke sektor ini yang meningkat

dari -3%% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 3% (yoy).

Grafik 4.3 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektoral

Penyaluran kredit ke sektor pertanian juga mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan kredit sektor ini mencapai 25,7% (yoy),

meningkat tajam jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang hanya tumbuh 4,2% (yoy).

Sementara itu penyaluran kredit ke sektor industri

pengolahan terkontraksi lebih dalam -2,8% (yoy)

setelah triwulan sebelumnya tercatat tumbuh hanya

1% (yoy).

Grafik 4.4 Perkembangan Pembiayaan 3 (tiga) Sektor

Utama Kredit Korporasi Sumut.

Grafik 4.5 Perkembangan Kemampuan Membayar

Korporasi Keuangan Sumatera Utara

Perbaikan perekonomian Sumatera Utara juga

berdampak pada perbaikan kinerja keuangan

korporasi secara keseluruhan. Indikator kinerja

keuangan korporasi yang tercermin dari profitabilitas,

solvabilitas, likuiditas, dan debt equity ratio (DER)

cenderung mengalami perbaikan hampir di semua

sektor. Asset turnover korporasi relatif stabil 0,2%

dibarengi dengan peningkatan inventory turn over dari

7,1% menjadi 13,7%.

Jika ditinjau lebih jauh, ketahanan korporasi Sumatera

Utara dalam jangka panjang (solvabilitas) maupun

jangka pendek menunjukkan perbaikan. Hal ini

tercermin dari meningkatnya rasio TA/TL (total

asset/total liabilities), DER (deb equity ratio) dan rasio

CR (current ratio). Seluruh sektor menunjukkan

kemampuan membayar jangka panjang yang stabil

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

CPO Lokal CPO Intl Karet Lokal Karet Intl

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

48

atau meningkat. Hal ini tercermin dari stabilnya rasio

TA/TL (Total Asset/Total Liabilities) dengan

kecenderungan meningkat dan menurunnya DER.

Demikian pula halnya dengan kemampuan membayar

jangka pendek/likuiditas seluruh sektor juga

menunjukkan peningkatan, kecuali sektor industri

barang konsumsi dan sektor properti yang

menunjukkan penurunan. Di sektor barang konsumsi

diperkirakan terkait dengan permintaan masyarakat

yang belum pulih sepenuhnya. Sementara di sektor

properti diperkirakan terkait dengan masih lesunya

pasar properti sementara tekanan kenaikan harga

tetap ada terkait kenaikan biaya input seperti bahan

baku dan tenaga kerja (Grafik 4.6).

Grafik 4.6 Indeks Harga Properti Residensial

Sumatera Utara

Tabel 4.2 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral Sumatera Utara

Sumber: Bloomberg Tw III 2016, (diolah dari 81 Korporasi).

Kemampuan korporasi dalam membayar utang

membaik jika dibandingkan dengan triwulan yang

sama tahun 2015. Kondisi ini tercermin dari

meningkatnya Interest Coverage Ratio (ICR) dari 24,4

manjadi 41,3. Selain itu, Debt Service Ratio (DSR)

Sumatera Utara juga mengalami penurunan yang

cukup signifikan dari 8,3 % menjadi 4,2%. Penurunan

ini merupakan dampak dari perilaku pelaku usaha yang

pada triwulan sebelumnya sudah meningkatkan

persediaan. Berdasarkan sebaran sektor ekonomi yang

memiliki DSR paling rendah terdapat pada sektor

Infrastruktur Utilitas dan Transportasi serta sektor

Industri Barang Konsumsi. Hal ini diperkirakan terkait

dengan membaiknya kinerja korporasi sejalan dengan

meningkatnya permintaan terkait musiman

puasa/Lebaran. Lebih lanjut, sektor aneka industri

memiliki kemampuan membayar bunga paling baik,

sedangkan sektor industri dasar dan kimia memiliki

kemampuan membayar bunga terendah.

Tabel 4.3 Perbandingan DSR dan ICR Per Sektor

Hasil liaison Sumatera Utara triwulan II 2016 juga

menunjukkan kinerja korporasi yang meningkat.

Penjualan domestik meningkat sejalan dengan

konsumsi swasta, sementara penjualan ekspor

meningkat seiring dengan peningkatan harga

komoditas internasional dan perbaikan permintaan

dari negara mitra dagang. Kapasitas utilisasi meningkat

menghadapi permintaan domestik terkait Ramadhan

dan Lebaran. Investasi tumbuh sedikit melambat

dipengaruhi sikap hati-hati pengusaha untuk

melakukan investasi ekspansif lebih lanjut terkait

kenaikan permintaan yang masih terbatas. Beban

biaya khususnya bahan baku dan tenaga kerja

meningkat yang diteruskan kepada kebijakan

peningkatan harga jual untuk menjaga margin

perusahaan. Menghadapi kondisi dunia usaha yang

meningkat, kebutuhan akan pembiayaan pada

triwulan II 2016 juga menunjukkan peningkatan.

2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016

1 Pertanian -0,26% 0,76% -0,53% 1,54% 1,1 1,0 1,9 2,0 1,0 1,2 2,1 2,2 0,2 0,2

2 Industri Dasar dan Kimia 1,14% 3,12% 2,67% 6,56% 1,3 1,1 1,7 1,9 1,8 1,9 1,2 1,2 0,3 0,3

3 Industri Barang Konsumsi 2,34% 2,14% 4,61% 3,93% 1,0 0,8 2,0 2,2 2,0 1,9 2,0 2,1 0,3 0,3

4 Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 2,32% 5,01% 4,17% 8,97% 0,8 0,8 2,3 2,3 1,2 1,4 39,7 86,0 0,2 0,3

5 Aneka Industri -2,90% 0,32% -20,17% 0,52% 5,9 0,6 1,2 2,6 0,4 2,0 2,5 2,0 0,1 0,1

6 Properti dan Real Estate 0,94% 0,54% 2,51% 1,42% 1,7 1,7 1,6 1,6 1,8 1,7 0,5 0,4 0,1 0,1

7 Perdagangan Jasa dan Investasi 0,87% 1,41% 1,72% 2,77% 1,0 1,0 2,0 2,0 1,4 1,4 1,7 2,1 0,3 0,3

0,64% 1,90% -0,72% 3,67% 1,8 1,0 1,8 2,1 1,4 1,6 7,1 13,7 0,2 0,2

CR Inventory TO Asset TO

Agregat

No SektorROA ROE DER TA/TL

2015 2016 2015 2016

1 Pertanian 9,0 8,5 10,9 8,8

2 Industri Dasar dan Kimia 3,6 3,0 8,6 8,5

3 Industri Barang Konsumsi 1,7 2,3 32,2 38,4

4 Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 0,7 0,5 35,1 40,5

5 Aneka Industri 36,5 5,7 5,4 99,3

6 Properti dan Real Estate 3,6 5,6 50,0 56,4

7 Perdagangan Jasa dan Investasi 3,0 4,0 28,6 37,3

8,3 4,2 24,4 41,3

No SektorDSR ICR

Agregat

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

49

Grafik 4.7 Likert Scale Permintaan Domestik dan Ekspor

Grafik 4.8 Likert Scale Kapasitas Utilisasi dan Investasi

Grafik 4.9 Likert Scale Biaya

4.1.3 Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi

Kredit yang disalurkan ke sektor korporasi Sumatera

Utara pada triwulan II 2016 tercatat sebesar

Rp133.840,- milyar atau 75,4% dari total kredit yang

disalurkan perbankan. Berdasarkan jenis penggunaan,

pertumbuhan paling tinggi terjadi pada kredit investasi

yang mencapai 32,6% (yoy) meskipun secara share

yang paling besar masih terdapat pada kredit modal

kerja yang tumbuh 2,2% (yoy). Kredit konsumsi

mengalami penurunan 4,3% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,7% (yoy). Namun

demikian, berdasarkan hasil liaison, sebagian besar

korporasi masih menggunakan dana internal sebagai

sumber pembiayaan.

Grafik 4.10 Proporsi Kredit Korporasi per Jenis

Penggunaan

Grafik 4.11 Proporsi Kredit Sektoral Korporasi

Penyaluran kredit korporasi Sumatera Utara tumbuh

meningkat 5,7% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya tumbuh 2,8% (yoy). Hal ini

terutama didorong oleh peningkatan kredit sektor

Pertanian yang memiliki pangsa kedua terbesar

(23,6%) dari total penyaluran kredit korporasi, yaitu

dari 21,8% (yoy) menjadi 25,7% (yoy). Peningkatan

penyaluran kredit sektor pertanian ditopang oleh

peningkatan pembiayaan perkebunan kelapa sawit

yang meningkat menjadi 28,2% (yoy) dari triwulan

sebelumnya 23,9% (yoy). Kredit sektor Perdagangan

Besar dan Eceran (pangsa 33%) sedikit meningkat dari

-3% (yoy) menjadi 3% (yoy).

Dari 3 sektor utama Sumatera Utara, penyaluran kredit

ke sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan

terdalam. Kredit ke sektor Industri Pengolahan

terkontraksi -2,8% dari yang hanya tumbuh 1% pada

triwulan sebelumnya. Penurunan ini sejalan dengan

perlambatan pertumbuhan Industri Pengolahan dalam

PDRB Sumatera Utara sebagaimana dijelaskan

sebelumnya.

9.0

9.5

10.0

10.5

11.0

11.5

12.0

12.5

13.0

13.5

14.0

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%Rp Triliun Modal Kerja Investasi Konsumsi

SB Modal Kerja SB Investasi SB Konsumsi

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

50

Grafik 4.12 Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektor Utama

Sumatera Utara

Secara keseluruhan NPL (Non Performing Loan) kredit

korporasi masih terjaga seperti triwulan sebelumnya

yaitu 3,4%. NPL sektor Perdagangan Besar dan Eceran

dan sektor Pertanian mengalami penurunan,

sementara NPL pada sektor Industri Pengolahan

meningkat. Sektor Industri Pengolahan menunjukkan

peningkatan risiko kredit secara terbatas menjadi 2,5%

dari sebelumnya 2,2%. Selain tiga sektor utama

tersebut, rasio NPL sektor Konstruksi masih cukup

tinggi mencapai 9,1% walaupun sudah menunjukkan

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 10,2% (yoy). Dengan demikian, meskipun

rasio NPL di beberapa sektor meningkat, rasio NPL

sektor korporasi secara keseluruhan masih terjaga di

bawah batas indikatif 5%. Oleh karena itu, stabilitas

keuangan yang bersumber dari korporasi di Sumatera

Utara pada triwulan II 2016 masih dikategorikan

terjaga.

Grafik 4.13 Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Sektor

Utama Sumatera Utara

4.2 Ketahanan Sektor Rumah

Tangga

4.2.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah

Tangga

Seiring dengan meningkatnya perekonomian

Sumatera Utara pada triwulan II 2016, kinerja

konsumsi rumah tangga (RT) juga tumbuh meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan

tersebut bahkan lebih tinggi dari pola historisnya.

Pertumbuhan konsumsi masyarakat tercermin dari

hasil Survei konsumen Bank Indonesia yang

menunjukkan optimisme yang diindikasikan dari

indeks keyakinan konsumen (IKK) terhadap kondisi

ekonomi yang mencapai 105,8, khususnya indeks

ekspektasi konsumen (IEK) sebesar 110,5. Angka ini

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Dengan

terkendalinya inflasi, konsumsi rumah tangga triwulan

depan diindikasikan juga masih optimis (Grafik 4.14).

Grafik 4.14 Persepsi Penghasilan dan Ketersediaan

Lapangan Kerja

Melambatnya kinerja industri pengolahan sebagai

salah satu sektor utama Provinsi Sumatera Utara

menjadi salah satu faktor yang diperkirakan

berdampak pada menurunnya optimisme terhadap

ketersediaan lapangan kerja. Hal ini tercermin dari

menurunnya indeks ketersediaan lapangan kerja saat

ini hasil survei konsumen yang dilakukan Bank

Indonesia. Namun demikian ketersediaan lapangan

kerja pada periode 6 bulan mendatang dipersepsikan

meningkat.

(5.0)

-

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%, yoyRp Miliar Kredit Pertanian Kredit Ind. Pengolahan

Kredit PBE g Kredit Pertanian

g Kredit Ind. Pengolahan g Kredit PBE

- 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0

I

II

III

IV

I

II

III

IV

I

II

20

14

20

15

20

16

NPL PBE NPL Ind. Pengolahan NPL Pertanian

80

85

90

95

100

105

110

115

120

I II III IV I II

2015 2016

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen

Optimis

Pesimis

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

51

Grafik 4.15 Persepsi Penghasilan dan Ketersediaan

Lapangan Kerja

Sumber kerentanan rumah tangga lainnya adalah

anomali cuaca dan iklim. Hal ini diperkirakan akan

berdampak pada pendapatan masyarakat yang

didominasi bekerja di sektor pertanian (hingga 42,5%

pada tahun 2014). Namun demikian, perbaikan

kesejahteraan petani yang tercermin dari NTP yang

mulai di atas 100 menunjukkan ketahanan sektor

rumah tangga relatif membaik.

4.2.2 Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan

Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat terkontraksi dari

4,9% menjadi -2,4% (yoy) pada triwulan II 2016.

Perlambatan ini dipengaruhi oleh semakin

menurunnya tabungan meskipun Giro dan Deposito

menunjukkan tren meningkat sejak awal tahun 2016.

Penurunan tabungan dipengaruhi oleh meningkatnya

kebutuhan masyarakat pada triwulan II 2016 untuk

keperluan perayaan hari besar keagamaan dan liburan

sekolah. Pertumbuhan giro mengikuti peningkatan

kebutuhan pembayaran proyek pembangunan pada

tengah tahun.

Grafik 4.16 Perkembangan Dana Pihak Ketiga

Meskipun terkontraksi, berdasarkan Survei

Konsumen Bank Indonesia, persentase rata-rata

penggunaan penghasilan rumah tangga untuk

konsumsi di Sumatera Utara pada triwulan II 2016

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Persentase pengeluaran masyarakat untuk aktivitas

konsumsi meningkat dari 69% menjadi 70,5% dari

pengeluarannya. Hal ini diperkirakan terkait dengan

meningkatnya kebutuhan dalam rangka ramadhan dan

Lebaran. (Grafik 4.17).

Grafik 4.17 Preferensi rata-rata penggunaan penghasilan

rumah tangga

4.2.3 Perkembangan Kredit Rumah Tangga Sumatera

Utara

Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

Kredit perbankan kepada sektor rumah tangga di

Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat sebesar

Rp43.607 miliar. Kredit rumah tangga didominasi oleh

kredit multiguna, kredit pemilikan rumah (KPR), dan

kredit kendaraan bermotor (KKB). Kredit sektor RT

tumbuh 4,45% (yoy), menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya 4,74% (yoy). Perlambatan didorong oleh

penurunan ekspansi kredit kendaraan bermotor (KKB)

yang terkontraksi -6,62% (yoy), lebih dalam dari

triwulan sebelumnya yang sebesar -3,64%.

Perlambatan juga terjadi pada kredit perumahan yang

hanya tumbuh 0,59% (yoy), relatif stagnan

dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 0,85% (yoy).

Akselerasi terjadi pada kredit multiguna dan kredit

pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d 70. Kredit

multiguna tumbuh 7,09% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 6,83% (yoy). Penurunan

suku bunga kredit rumah tinggal tipe 22 s.d 70 dari

17,3% (triwulan I 2016) menjadi 10,7% (triwulan II

29 35 36 28 30 34 65 65 68 73 70 73 83 82 85 83 83 85 (5.0)

-

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II

2015 2016

%, yoyRp TriliunNominal Giro Nominal TabunganNominal Deposito g Girog Tabungan g Deposito

67.1

66.2

63.6

71.6

68.3

72.0

25.7

23.9

25.4

21.2

23.3

20.2

10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0

I

II

III

IV

I

II

20

15

20

16

Konsumsi Tabungan

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%, yoyRp MiliarKredit KPR Kredit KKBKredit Multiguna g Kredit KPRg Kredit KKB g Kredit Multiguna

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

52

2016) turut berdampak pada akselerasi pertumbuhan

kredit ini menjadi 13,6% (yoy). Kondisi tersebut juga

diindikasikan terkait dengan pelonggaran ketentuan

Rasio Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV).

Kredit untuk kepemilikan perumahan mengalami

peningkatan terutama untuk tipe 22 s.d. 70 meski

masih lambat. Sementara kredit untuk tipe lainnya

cenderung masih stabil bahkan menurun pada tipe

kecil. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan

KPR ke depan diperkirakan semakin membaik dengan

rencana relaksasi lebih lanjut ketentuan LTV tersebut.

Selain itu, Bank Indonesia juga akan memperlonggar

kredit/pembiayaan inden dengan pengaturan

pencairan kredit bertahap sesuai progress

pembangunan rumah.

Grafik 4.19 Pertumbuhan KPR per Tipe

Secara agregat, kredit rumah tinggal mengalami

perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Perlambatan KPR terutama didorong penurunan KPR

tipe 21 dari sebelumnya tumbuh 0,9% (yoy) menjadi -

5,1% (yoy), serta KPR tipe di atas 70 dari -4,9% (yoy)

menjadi -5,3% (yoy). Penurunan KPR tipe di atas 70

selain dipengaruhi peningkatan suku bunga kredit dari

11,46% menjadi 11,47%, diduga dipengaruhi juga oleh

kenaikan harga rumah. Peningkatan harga rumah ini

tercermin dari peningkatan Indeks Harga Properti

Residensial (IHPR) dari 229 (triwulan I 2016) menjadi

232,1 (triwulan II 2016). Sementara kenaikan suku

bunga kredit Rumah Tinggal s.d Tipe 21 dari meningkat

dari 11,3% (Triwulan I 2016) menjadi 11,33% pada

triwulan berjalan.

Penurunan suku bunga Kredit Kendaraan Bermotor

(KKB) dari 11,66% menjadi 11,62% belum diikuti oleh

pertumbuhan kredit KKB yang justru mengalami

perlambatan. Perlambatan kredit kendaraan

bermotor diikuti oleh kenaikan risiko kredit yang

tercermin dari NPL KKB menjadi 2,2%, meningkat dari

triwulan sebelumnya sebesar 1,9%. Namun demikian,

hasil Survei Penjualan Eceran pada triwulan II 2016

menunjukkan peningkatan pada pembelian bahan

makanan dan suku cadang dan aksesoris. Hal ini

mengindikasikan kemampuan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan tersiernya.

Sementara itu, kredit pemilikan apartemen-KPA

masih menunjukkan peningkatan kinerja dari

sebelumnya untuk semua tipe apartemen, terutama

untuk apartemen s.d Tipe 21 yang tumbuh 7,2% (yoy).

Kondisi ini sekaligus mengkonfirmasi masih tingginya

permintaan apartemen pada periode laporan.

4.3 Pengembangan Akses

Keuangan dan UMKM

Total kredit yang disalurkan ke pelaku usaha UMKM di

Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat sebesar

Rp49.824 miliar, atau 27,7% dari total kredit

perbankan di Sumatera Utara. Kredit ke sektor UMKM

tersebut tumbuh 5,1% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,6% (yoy).

Perlambatan terjadi untuk kredit usaha mikro dan

usaha kecil, sementara kredit usaha menengah mulai

membaik meski pertumbuhannya masih terkontraksi.

Grafik 4.20 Pertumbuhan Kredit UMKM

Perlambatan terdalam terjadi pada sektor industri

pengolahan, sejalan dengan perlambatan

pertumbuhan sektor industri pengolahan pada PDRB

Sumatera Utara sebagaimana dijelaskan pada bab

sebelumnya.

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

%, yoyRp Miliar

g RT Tipe 21 g RT Tipe 22 s/d 70

g RT Tipe >70 Kredit RT Tipe 21

Kredit RT Tipe 22 s/d 70 Kredit RT Tipe > 70

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

53

Grafik 4.21 Perkembangan NPL Kredit UMKM

Perlambatan kredit kepada UMKM diikuti dengan

meningkatnya risiko kredit. Hal ini tercermin dari

meningkatnya NPL dari 6,51% menjadi 6,57%. NPL

tertinggi terdapat pada kredit usaha kecil (7,54%)

dengan kecenderungan menurun dan kredit usaha

menengah (7,31%) dengan kecenderungan meningkat.

Secara sektoral, NPL tertinggi terdapat pada UMKM

sektor konstruksi (15,67%) dengan kecenderungan

meningkat, diikuti oleh sektor jasa sosial masyarakat

(8,02%) dan sektor pertambangan (7,28%).

4.4 Program Pengembangan

UMKM Sumut

Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Sibolga dan Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Pematang Siantar

berpartisipasi aktif dalam pengembangan UMKM di

Sumatera Utara. Pengembangan UMKM dilakukan

dalam berbagai bentuk, antara lain:

1) Mengembangkan klaster baik yang eksisting

maupun baru. Terdapat 5 (lima) klaster yang

menjadi fokus binaan yang terdiri dari 4 (empat)

klaster ketahanan pangan (klaster padi, klaster

bawang merah, klaster kopi, klaster pertanian

terintegrasi) dan 1 (satu) klaster industri kreatif

(tenun ulos).

2) Bank Indoneisa juga mengembangkan klaster

pertanian terintegrasi pertanian dengan

peternakan. Fokus pengembangan ada pada

pengembangan sapi dengan memanfaatkan

limbah tanaman pertanian menjadi pakan sapi.

Selanjutnya limbah ternak diolah menjadi bio gas,

bio urine, pupuk organik dan bio pestisida.

Klaster dikembangkan di Kecamatan Hinai,

Kabupaten Langkat.

3) Bank Indonesia juga mengembangkan Kawasan

Ekonomi Daerah Pesisir dengan tujuan

meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir

melalui pengembangan kegiatan ekonomi,

penguatan kelembagaan sosial ekonomi dengan

mendayagunakan sumber daya lahan dan pesisir

laut secara berkesinambungan. Program

diimplementasikan pada kawasan pesisir Serdang

Bedagai.

4) Melaksanakan Program Pengembangan Wira

Usaha Bank Indonesia (WUBI), antara lain melalui

program pelatihan, pembentukan klinik UMKM

oleh WUBI, dan pembentukan UMKM Ekspo.

Dalam pelaksanaan berbagai program pengembangan

UMKM, Bank Indonesia bekerjasama dengan institusi

terkait baik dari pemerintah, gapoktan, maupun

pelaku usaha UMKM.

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

NPL UMKM Mikro Kecil Menengah

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

54

Hedging Syariah (Tahawuth Islami)

Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip Syariah

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia perlu didukung oleh pengembangan pasar keuangan. Hal ini

diperlukan agar pembiayaan syariah dapat ditingkatkan supaya lembaga keuangan dapat berkembang lebih baik

diantaranya dalam menghadapi gejolak nilai tukar. Disamping itu, transaksi di Pasar Keuangan Antarbank Syariah

(PUAS) juga semakin meningkat (Grafik 4.22) yang memerlukan pengaturan agar dapat berkembang dalam

koridor yang aman. Tidak hanya bank syariah, PUAS juga dimanfaatkan oleh bank konvensional sebagai pilihan

alternatif dalam dalam mengelola portofolio keuangannya. (Grafik 1.2).

Grafik 4.22 Aktifitas dan Pasar Keuangan Syariah Grafik 4.23 Porsi Bank Konven Pada PUAS

Pelaku pasar keuangan termasuk yang berbasis syariah juga perlu melakukan mitigasi risiko kerugian karena

ketidakpastian pergerakan nilai tukar (currency mismatch). Sentimen ekonomi domestik, regional dan global

serta kondisi mikrostruktur pasar valas domestik yang rentan terhadap market shock meningkatkan risiko

tekanan nilai tukar. Kondisi ini berimplikasi pada ketidakstabilan pasar keuangan. Bagi pelaku usaha, hal ini turut

meningkatkan risiko keuangan dan potensi kerugian serta ketidakpastian perhitungan bisnis terutama badan

usaha yang business cycle-nya masih terdapat kebutuhan valas. Hedging atau lindung nilai menjadi salah satu

solusi untuk memitigasi risiko nilai tukar.

Untuk menjawab kebutuhan akan mekanisme lindung nilai untuk pelaku ekonomi yang berbasis syariah, maka

diberlakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.18/2/PBI/2016 terkait Transaksi Lindung Nilai Rupiah. Terbitnya

Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.96/DSN-MUI/III/2015 tentang Transaksi Lindung Nilai Syariah (Al-

Tahawwuth Al Islami/Islamic Hedging) atas Nilai Tukar menjadi dasar pemberlakuan ketentuan hedging ini. Jenis

transaksi ini pada prinsipnya boleh dilakukan dengan ketentuan :

a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan) dengan mekanisme saling berjanji (mu a’adah) yang

nontradeable.

b. Adanya kebutuhan yang nyata untuk mengurangi risiko nilai tukar yang tidak terhindarkan

c. Apabila dilakukan dengan mata uang sejenis, nilainya harus sama dan tunai (at-taqabudh) dan bila

berlainan jenis nilainya harus sama dengan nilai kurs yang berlaku.

Adapun Transaksi Lindung Nilai Syariah terdiri dari Transaksi Lindung Nilai Syariah Sederhana dan Transaksi

Lindung Nilai Kompleks yang dapat dilihat dari diagram berikut:

Boks 5

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

55

a. Transaksi Lindung Nilai Syariah Sederhana adalah transaksi dengan skema forward agreement yang

diikuti transaksi spot pada saat jatuh tempo serta penyelesaian berupa serah terima mata uang.

b. Transaksi Lindung Nilai Syariah Kompleks adalah transaksi dengan skema berupa rangkaian spot dan

forward agreement yang diikuti dengan transaksi spot pada saat jatuh tempo disertai dengan

penyelesaian berupa serah terima mata uang.

Lindung nilai syariah juga mensyaratkan pemberi wajib untuk memastikan pemohon menyampaikan dokumen

underlying transaksi yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang dilakukan saat forward agreement

dilakukan. Pelaku transaksi lindung nilai juga diatur dalam ketentuan ini. Pelaku yang boleh menjadi pemohon

lindung nilai syariah adalah Nasabah, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Sedangkan Bank Umum

Konvensional diperkenankan menjadi pemberi hedging akan tetapi tidak diperkenankan menjadi pemohon

hedging.

PBI ini juga mengatur sanksi bagi pelaku yang melakukan pelanggaran. Sanksi administratif (teguran tertulis),

sanksi pelaporan dan kewajiban membayar dikenakan pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang

melanggar ketentuan underlying. Sedangkan counterparty Bank Umum Konvensional hanya dikenakan sanksi

administratif teguran dan sanksi pelaporan jika tidak melaksanakan ketentuan dan syarat yang diatur dalam

hedging syariah.

Lindung Nilai Syariah Sederhana Lindung Nilai Syariah Kompleks

Today Forward Date

Bank Bank

Nasabah Nasabah

Underlying Transaksi

Curr A

Curr B

Deal

Today Forward Date

Bank Bank Bank

Nasabah Nasabah Nasabah

h

Underlying Transaksi

Curr A Curr A

Curr B Curr B

Deal

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

56

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

57

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM

PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN

UANG RUPIAH

Sumatera Utara yang pada umumnya mengalami net inflow, mencatatkan net outflow pada triwulan

II 2016. Kondisi ini didorong oleh peningkatan kebutuhan uang baru menghadapi perayaan hari

besar lebaran. Sejalan dengan kebijakan clean money policy, Bank Indonesia juga melakukan

pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang meningkat mencapai 57% dari triwula laporan.

Temuan uang palsu juga mengalami penurunan yang signifikan mencapai 97,7% dibandingkan

triwulan sebelumnya. Transaksi non tunai Sumatera Utara melalui RTGS mengalami peningkatan

mencapai 13,5% setelah sebelumnya mengalami penurunan. Berbeda dengan transaksi RTGS,

transaksi kliring menunjukka tren penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh penerapan kebijakan

bulk payment dalam pembayaran menggunakan mekanisme kliring.

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

58

Tabel 5.1 Transaksi RTGS

Tabel 5.2 Perputaran Kliring

5.1 Perkembangan

Penyelenggaraan Layanan

Sistem Pembayaran

5.1. Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Non

Tunai

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS

Transaksi Non Tunai yang diselenggarakan oleh Bank

Indonesia terdiri dari transaksi RTGS dan SKNBI. Pada

triwulan II 2016, transaksi yang dilakukan melalui

Sistem BI-RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement) mencapai 104,1 ribu transaksi dengan

nilai sebesar Rp137,6 triliun. Volume transaksi

mengalami peningkatan sebesar 39,4% dibandingkan

periode sebelumnya yang tercatat sebanyak 74,7 ribu

transaksi. Sementara itu nilai transaksi mengalami

peningkatan sebesar 13,6% dari triwulan sebelumnya

sebesar Rp121,2 triliun. Rata-rata transaksi harian BI-

RTGS tercatat mencapai 1.700 transaksi dengan nilai

Rp2,3 triliun per hari.

Peningkatan nilai transaksi BI RTGS dipengaruhi oleh

peningkatan transaksi antar nasabah terkait dengan

puasa dan lebaran.

Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring

SKNBI merupakan sarana transfer dana non tunai

secara ritel selain RTGS dengan nominal transaksi

yang lebih kecil. Di Sumatera Utara, penyelenggaraan

kegiatan kliring dilaksanakan di 3 (tiga) tempat Kantor

Perwakilan Bank Indonesia yaitu di Medan, Pematang

Siantar dan Sibolga. Untuk meningkatkan pelayanan

I II III IV I II III IV I II

Jumlah Transaksi RTGS :

Nominal (Triliun Rp) 201,7 233,9 212,1 239,7 176,3 223,8 196,1 179,7 121,2 137,6

Volume (ribu lembar warkat) 219,6 239,9 204,1 199,6 127,0 128,7 120,5 98,7 74,7 104,1

Rata-rata Transaksi RTGS per hari :

Rata2 harian (Triliun Rp) 3,4 3,9 3,2 3,7 2,8 3,7 3,1 3,0 2,0 2,3

Rata2 harian (ribu lembar warkat) 3,7 4,0 3,1 3,1 2,0 2,1 1,9 1,6 1,2 1,7

Pertumbuhan RTGS

Pertumbuhan nominal (qtq, %) (12,0) 16,0 (9,3) 13,0 (26,4) 26,9 (12,4) (8,4) (32,6) 13,6

Pertumbuhan volume (qtq, %) (7,8) 9,3 (14,9) (2,2) (36,4) 1,4 (6,4) (18,1) (24,3) 39,4

Pertumbuhan nominal (yoy, %) 2,8 10,6 4,3 4,6 (12,6) (4,3) (7,5) (25,0) (31,3) (38,5)

Pertumbuhan volume (yoy, %) (8,8) (3,4) (10,5) (16,2) (42,2) (46,3) (41,0) (50,5) (41,2) (19,1)

20162014 2015

64

173.

0609

3

200.

5262

4

257.

769

210.

5607

9

196.

0954

3

211.

4817

4

203.

3128

3

229.

1569

1

201.

6717

9

233.

9234

212.

0610

7

239.

6794

3

176.

3450

8

223.

7954

7

196.

1271

052

179.

684

121.

1584

137.

603

224.

345

252.

829

202.

75

263.

768

240.

666

248.

4281

6

228.

0661

8

238.

181

219.

573

239.

926

204.

127

199.

584

126.

976

128.

745

120.

506

104.

114

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

100

120

140

160

180

200

220

240

260

280

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016

YoY (%)Nominal (Triliun Rp)Volume (ribu lembar warkat)

35

.40

36

.37

40

.08

40

.98

40

.12

27

.95

40

.91

32

.48

40

.45

33

.11

6.2

2

9.6

5

10

.81

17

.51

10

.94

7.5

9

10

.81

8.4

8

7.3

6

5.2

8

-70

-20

30

80

130

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

yoy (%)Nominal (Triliun Rp)

Volume (ratus ribu lembar warkat)

Nominal (yoy)

Volume (yoy)

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

59

transaksi kliring kepada masyarakat, Bank Indonesia

juga membuka kesempatan bagi institusi yang ingin

menjadi Penyelenggara Kliring Lokal (PKL). Saat ini di

Sumatera Utara terdapat 2 PKL yaitu di Kota Tebing

Tinggi dan Kabanjahe (Kabupaten Karo).

Pada triwulan II 2016, transaksi kliring melalui SKNBI13

volumenya tercatat sebanyak 527.863 warkat dengan

nilai nominal transaksi sebesar Rp33.107 miliar.

Volume tersebut menunjukkan penurunan sebesar

28,29% dibandingkan volume transaksi SKNBI pada

triwulan I 2016 yang tercatat sebanyak 736.059

warkat. Penurunan volume transaksi juga diikuti oleh

penurunan nilai transaksi sebesar 18,16% dari

sebelumnya sebesar Rp40.454 miliar menjadi

Rp33.107 miliar. Rata-rata harian transaksi SKNBI di

Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat 8.248

warkat dengan nilai sebesar Rp517 miliar per hari.

Penurunan transaksi melalui SKNBI terutama

disebabkan penerapan bulk payment sejak Mei 2016,

dimana settlement dilakukan secara bulk per kantor

cabang bank (sebelumnya dibukukan per masing-

masing transaksi). Hal ini menyebabkan perbedaan

signifikan dalam pencatatan transaksi kliring.

5.2 Perkembangan Pengelolaan

Uang Rupiah

Sesuai dengan polanya, pada triwulan laporan

penarikan uang kartal meningkat secara signifikan

disertai penurunan penyetoran seiring dengan

peningkatan kebutuhan uang tunai menjelang

Lebaran dan memasuki tahun ajaran baru.

Peningkatan kebutuhan uang tunai ini sejalan dengan

meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat,

sebagaimana tercermin pada peningkatan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga / swasta pada

PDRB Sumatera Utara triwulan II 2016 (dari 4,7%

menjadi 5,2%). Peningkatan net cash outflow pada

triwulan laporan juga lebih tinggi dibandingkan

13 SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia), berbeda

dengan BI RTGS, setelmennya periodik (netting) serta untuk

transaksi bernilai kecil (maksimal Rp.500 juta). Data periode

ini berbeda dengan triwu

Net cash outflow mencerminkan jumlah penarikan (outflow) dari Bank Indonesia lebih tinggi dibanding jumlah penyetoran (inflow) ke Bank Indonesia. Perhitungan

triwulan II 2015 seiring dengan bergesernya bulan

puasa.

Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga

yang berwenang untuk mengeluarkan dan

mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik

dan memusnahkan uang dari peredaran. Terkait

dengan peran Bank Indonesia dalam mengeluarkan

dan mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa

berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang

kartal di masyarakat dalam nominal yang cukup, jenis

pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan layak edar

(clean money policy).

Untuk mewujudkan clean money policy, pengelolaan

pengedaran uang yang dilaksanakan oleh Bank

Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang,

pengedaran uang, pencabutan dan penarikan uang

sampai dengan pemusnahan uang.

5.2.1 Perkembangan Transaksi Penyetoran dan

Penarikan Uang Kartal

Secara keseluruhan, aliran uang kartal di Provinsi

Sumatera Utara mencatat net cash outflow14 sebesar

Rp5.114 miliar, berbeda dengan kondisi triwulan

sebelumnya yang tercatat net cash inflow sebesar

Rp5.123 miliar. Secara spasial, net cash outflow terjadi

di Pematang Siantar dan Sibolga masing-masing

sebesar Rp3.441 miliar dan Rp1.846 miliar, sedangkan

Medan masih mencatat net cash inflow sebagaimana

polanya sebesar Rp173,6 miliar.

Penyetoran uang kartal dari perbankan di Provinsi

Sumatera Utara ke Bank Indonesia15 pada triwulan II

2016 tercatat sebesar Rp7.047 miliar, atau tumbuh

melambat dari triwulan sebelumnya yang sebesar

15,7% (yoy) menjadi 10,5% (yoy). Sedangkan

penarikan uang kartal oleh perbankan dari Bank

Indonesia mencapai Rp12.161 miliar, atau meningkat

signifikan dari 20,6% (yoy) pada triwulan lalu menjadi

72,6% (yoy).

inflow/outflow uang kartal dilakukan berdasarkan pelaporan bank di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang berada di Sumatera Utara yaitu KPw BI Provinsi Sumatera Utara, KPw BI Sibolga, dan KPw BI Pematangsiantar.

Terdapat 3 Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Sumatera

Utara yaitu di Medan, Pematang Siantar dan Sibolga

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

60

Grafik 5.3 Penarikan dan Penyetoran di Sumut

5.2.2. Pelaksanaan Clean Money Policy

Dalam rangka melaksanakan clean money policy,

seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Provinsi

Sumatera Utara secara rutin melakukan kegiatan

penarikan uang lusuh, cacat, dan sudah dicabut dan

ditarik dari peredaran, untuk selanjutnya disortir dan

diganti dengan uang layak edar. Hal tersebut untuk

menjamin ketersediaan dan meningkatkan standar

kualitas uang yang diedarkan ke masyarakat.

Grafik 5.4 Pemusnahan Uang Rupiah Tidak Layak

Edar di Sumatera Utara

Ditengah penyetoran uang kartal yang menurun,

jumlah uang rupiah tidak layak edar (UTLE) yang

dimusnahkan pada triwulan laporan meningkat 57%

dari Rp2.930 miliar pada triwulan lalu menjadi

Rp4.602 miliar pada triwulan II 2016. Uang tidak layak

edar yang dimusnahkan tersebut tercatat sebesar

65% dari penyetoran uang kartal ke Bank Indonesia di

Sumatera Utara pada triwulan laporan, meningkat

tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat hanya sebesar 30%. Meningkatnya UTLE

mengindikasikan tingkat perputaran uang di

masyarakat. Hal tersebut juga sejalan dengan

preferensi masyarakat untuk melakukan penukaran

uang lusuh untuk diganti dengan uang baru dan uang

pecahan kecil terkait Lebaran.

Selain itu, pada triwulan II 2016 Bank Indonesia juga

mengeluarkan uang hasil cetak sempurna senilai

Rp2.279 miliar yang diedarkan ke masyarakat di

Sumatera Utara. Uang hasil cetak sempurna yang

dikeluarkan tersebut mencapai 32,3% dari penarikan

uang kartal oleh perbankan. Jumlah ini meningkat

tajam dibandingkan triwulan lalu yang sebesar Rp508

miliar (11% dari penarikan). Peningkatan ini untuk

mengimbangi meningkatnya UTLE yang dimusnahkan

sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang

baru dan uang pecahan kecil untuk keperluan

Lebaran, Bank Indonesia selama bulan puasa

melakukan penukaran secara langsung ke masyarakat

maupun melalui perbankan secara intensif. Di Kota

Medan misalnya, Bank Indonesia melakukan

penukaran langsung ke masyarakat antara lain di

Lapangan Benteng, Pasar Petisah dan kantor-kantor

pemerintah.

5.2.3 Upaya Menekan Peredaran Uang Palsu

Grafik 5.5 Temuan Uang Rupiah Palsu di Sumut

Temuan uang rupiah palsu menurun signifikan 97,7%

dari 1.446 lembar pada triwulan sebelumnya menjadi

33 lembar pada triwulan laporan. Temuan tersebut

antara lain berasal dari hasil setoran bank, setoran

masyarakat melalui loket penukaran, serta dari

temuan perbankan yang dilaporkan ke Bank

Indonesia. Temuan uang palsu tersebut masing-

masing sebanyak 29 lembar (87,8%) di Pematang

Siantar dan 4 lembar (12,2%) di Sibolga.

Bank Indonesia terus berupaya mengantisipasi

penggunaan dan peredaran uang Rupiah palsu. Upaya

yang dilakukan berupa perencanaan desain dan

bahan pengaman uang, koordinasi yang intensif

dengan berbagai pihak (termasuk Kepolisian), dan

sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah (CiKUR) ke

berbagai lapisan masyarakat baik melalui media

maupun secara langsung.

6,2

29

,85

2

3,1

03

,41

5

4,2

79

,60

6

7,3

33

,68

9

7,5

67

,27

5

4,5

45

,61

8

5,5

87

,74

4

8,5

78

,22

9

7,1

65

,95

4

3,7

26

,49

4

7,0

48

,06

8

8,0

90

,06

1

9,0

12

,48

9

4,4

92

,86

0

12

,16

1,9

24

4,9

35

,78

1

7,3

79

,39

2

5,8

57

,04

7

8,3

58

,46

6

5,0

79

,70

7

8,4

10

,88

2

6,7

91

,52

6

9,7

80

,61

2

4,1

78

,41

3

8,3

13

,76

5

6,3

78

,68

9

9,5

92

,42

0

5,9

68

,70

5

9,6

16

,26

3

7,0

47

,91

6

(5,123,403)

5,114,008

(6,000,000)

(4,000,000)

(2,000,000)

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000Q

IV -

20

12

Q I

- 2

01

3

Q II

- 2

01

3

Q II

I - 2

01

3

Q IV

- 2

01

3

Q I

- 2

01

4

Q II

- 2

01

4

Q II

I - 2

01

4

Q IV

- 2

01

4

Q I

- 2

01

5

Q II

- 2

01

5

Q II

I - 2

01

5

Q IV

- 2

01

5

Q I

- 2

01

6

Q II

- 2

01

6

Rp Juta

Penarikan Penyetoran Net Penarikan/ Penyetoran

38

0,6

11

72

9,8

97

1,3

39

,42

0

2,0

37

,23

8

2,4

64

,08

5

2,7

55

,04

2

1,6

73

,23

7

2,1

67

,46

5

2,9

19

,18

6

3,2

44

,56

9

2,6

28

,84

6

3,8

40

,16

2

3,2

13

,97

5

2,9

30

,71

8

4,6

02

,21

6

30%

65%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

4,500,000

5,000,000

Q IV

- 2

01

2

Q I

- 2

01

3

Q II

- 2

01

3

Q II

I - 2

01

3

Q IV

- 2

01

3

Q I

- 2

01

4

Q II

- 2

01

4

Q II

I - 2

01

4

Q IV

- 2

01

4

Q I

- 2

01

5

Q II

- 2

01

5

Q II

I - 2

01

5

Q IV

- 2

01

5

Q I

- 2

01

6

Q II

- 2

01

6

Rp Juta

Pemusnahan % Pemusnahan thd Inflow

- 1

2,094

722 817

461

1,373

615

298

1,227

944 1,066

1,446 1,496

33 -

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Q IV

- 2

01

2

Q I

- 2

01

3

Q II

- 2

01

3

Q II

I - 2

01

3

Q IV

- 2

01

3

Q I

- 2

01

4

Q II

- 2

01

4

Q II

I - 2

01

4

Q IV

- 2

01

4

Q I

- 2

01

5

Q II

- 2

01

5

Q II

I - 2

01

5

Q IV

- 2

01

5

Q I

- 2

01

6

Q II

- 2

01

6

Lembar

Uang Palsu

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

61

Tabel 5.3 Daftar Sosialisasi CIKUR

Politeknik Mandiri Bina Prestasi Medan

Mahasiswa UINSU

STAI Jamaiyah Mahmudiah, Langkat

STAI Syeh Abdul Halim Hasan Al Islamiyah Binjai

Universitas Samudera Langsa Aceh

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Universitas Negeri Medan

Mahasiswa Politeknik Negeri Medan

Pesantren Al Barokah Simalungun

Murid dan Guru Sekolah Minggu GKPI

SMA/SMK PELITA Pematangsiantar

SMP dan SMA Methodis

Teacher Competency Development Program

Masyarakat Kecamatan Pangkalan Brandan

Masyarakat Kecamatan Pangkalan Susu

Masyarakat Kecamatan Geang

Anggota HIMPAUDI (Perhimpunan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Anak Usia Dini)

Teller dan Customer Service Bank Panin

Teller dan Customer Service Bank Central Asia

Mahasiswa

Pelajar

Masyarakat

Perbankan

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

62

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

63

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Di tengah membaiknya perekonomian, kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara pada

triwulan II 2016 menunjukkan penurunan, meskipun persepsi terhadap triwulan

mendatang kembali meningkat.

Kesejahteraan penduduk Sumatera Utara pada triwulan II 2016 terindikasi membaik,

yang tercermin dari Nilai Tukar Petani dan profil kemiskinan.

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

64

6.1 Ketenagakerjaan

Di tengah kondisi perekonomian yang membaik,

optimisme konsumen terhadap kondisi

ketenagakerjaan di Sumatera Utara belum

membaik, bahkan cenderung kembali menurun.

Konsumen masih memandang pesimis terhadap

ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2016,

tercermin dari Indeks Ketersediaan lapangan Kerja

Saat Ini yang kembali menunjukkan tren

penurunan dari 82,8 menjadi 81,1 (Grafik 5.1). Hal

ini diperkirakan sejalan dengan kinerja kategori

industri pengolahan yang kembali tumbuh

melambat.

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Provinsi Sumut

Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Penurunan ketersediaan lapangan kerja ini juga

terkonfimasi dari indikator jumlah karyawan total

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang

menunjukkan penurunan Saldo Bersih Tertimbang

(SBT) dari 3,6 menjadi 3,5 (Grafik 5.2). Sektor

dengan penurunan tenaga kerja terdalam adalah

sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan diikuti oleh sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran. Hal ini

berlawanan dengan kinerja kedua kategori ini yang

menunjukkan peningkatan pertumbuhan

dibandingkan triwulan lalu. Hal ini terkonfirmasi

dari hasil liaison kepada pelaku usaha sektor

perkebunan yang melakukan efisiensi

ketenagakerjaan dalam bentuk pengurangan

ataupun tidak mengganti pegawai yang pensiun.

Meskipun demikian, kondisi ketenagakerjaan yang

akan datang masih dipandang optimis bahkan lebih

baik dari saat ini. Hal ini terlihat dari indeks

ekspektasi ketersediaan lapangan kerja 6 bulan

yang akan datang yang meningkat dari 85,5

menjadi 94,4. (Grafik 5.1).

Beberapa faktor yang diperkirakan mendorong

optimisme akan perbaikan kondisi

ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara pada

triwulan mendatang diantaranya adalah: (1) masih

berlanjutnya pemulihan harga komoditas, (2)

meningkatnya penyerapan CPO domestik terkait

mandatori biodiesel, (3) percepatan pembangunan

infrastruktur strategis, serta (4) pembukaan

lowongan kerja Pegawai Negeri Sipil.

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, BI Sumut

Grafik 6.2 Indikator Jumlah Karyawan Total

6.2 Kesejahteraan

Seiring dengan membaiknya kondisi

perekonomian, kesejahteraan penduduk

Sumatera Utara terindikasi membaik, meski

belum optimal. Kondisi spasial juga perlu

mendapat perhatian mengingat masih terdapat

ketimpangan yang cukup tinggi antar perkotaan

dan pedesaan.

Di tengah penerimaan gaji ke 13, 14 dan THR pada

periode laporan, hasil survei menunjukkan

konsumen Sumatera Utara masih optimis dalam

memandang penghasilan saat ini, meski tidak

sebaik periode sebelumnya. Berdasar Survei

Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia di

Sumatera Utara, indeks penghasilan saat ini

kembali menurun menjadi 114,2 dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 121,6 (Grafik

5.4). Hal ini diperkirakan sejalan dengan efisiensi

tenaga kerja di sektor industri pengolahan

sebagaimana disebutkan sebelumnya, dan

berkurangnya jam operasional pedagang

khususnya restoran selama bulan puasa.

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

65

Grafik 6.3 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan

Optimisme masyarakat akan penghasilan saat ini

juga sejalan dengan beberapa indikator seperti

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK), meski Indeks Kondisi

Ekonomi (IKE) cenderung menurun dan di bawah

level optimis (Grafik 5.5).

Grafik 6.4 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen

serta Kondisi Ekonomi

Persepsi masyarakat terhadap penghasilannya

pada triwulan mendatang justru meningkat. Hal

tersebut tercermin dari meningkatnya Indeks

Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan yang akan datang.

Optimisme ini diperkirakan terkait dengan

membaiknya harga komoditas serta meningkatnya

ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan kerja.

Tabel 6.1 Nilai Tukar Petani

Sumber: BPS

Kesejahteraan petani pada periode laporan

menunjukkan perbaikan dan sudah berada di level

optimis. Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan

indikator kesejahteraan petani pada triwulan

laporan tercatat 100,5, lebih baik dibandingkan

dengan capaian triwulan lalu yang tercatat 99,3

(Tabel 6.1).

Capaian ini juga telah berada di level indikatif

kesejahteraan (NTP=100) yang diduga sejalan

dengan meningkatnya pertumbuhan kategori

pertanian pada triwulan laporan. Kenaikan NTP

pada triwulan laporan didorong kenaikan NTP

petani perkebunan, hortikultura, peternakan dan

perikanan. Sedangkan NTP petani tanaman pangan

mengalami penurunan.

NTP petani perkebunan rakyat meningkat menjadi

98,3 dibandingkan triwulan sebelumnya 95,0.

Kenaikan NTP ini disebabkan oleh kenaikan harga

jual TBS sawit dan karet sebagaimana disebutkan

sebelumnya (lihat bab Perkembangan Ekonomi

Makro Daerah).

NTP perikanan mengalami kenaikan menjadi 98,9

dibandingkan triwulan sebelumnya 98,4. Kenaikan

NTP perikanan pada triwulan laporan sejalan

dengan inflasi pada beberapa komoditas ikan

diantaranya dencis akibat kelangkaan pasokan dan

banjir rob di Medan. Selain itu terjadi penurunan

biaya produksi seiring dengan turunnya harga

bahan bakar solar pada triwulan II 2016.

NTP petani tanaman pangan berupa padi dan

palawija menurun menjadi 98,3 dibandingkan

triwulan sebelumnya 99,3. Penurunan diduga

didorong oleh menurunnya tingkat produktivitas

10

0.8

10

0.4

97

.8

98

.7

10

0.4

10

1.1

99

.3

99

.1

98

.5

98

.6

97

.7

98

.1

99

.3

10

0.6

10

0

98

93

97

10

0

10

1

96

95

95

96

93

93

95

98

10

4

10

5

10

2

10

0

96

98

98

10

1

99

98

93

96

.5

97

.4

98

10

0

10

0

98

99

10

0

10

1

10

0

98

96

96

96

97

98

98

86

88

90

92

94

96

98

100

102

104

106

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Indeks ntp NTPR NTPH NTPP

Tw-I 2016 Tw-II 2016

99,3 100,5

SUMATERA UTARA NILAI TUKAR PETANI

ilai ukar etani erkebunan akyat

ilai ukar etani or kultura

ilai ukar etani elayan dan

embudidaya kan

ilai ukar elayan

ilai ukar embudidaya kan

ilai ukar etani eternakan

ilai ukar etani anaman

angan

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

66

tanaman pangan akibat anomali cuaca yang kurang

kondusif terhadap aktivitas tanam dan panen.

NTP petani hortikultura meningkat menjadi 98,1

dari triwulan sebelumnya yang sebesar 96,9.

Peningkatan NTP petani hortikultura seiring

dengan inflasi komoditas sayur-mayur. Hal ini

diperkirakan akibat penurunan produktivitas

tanaman sayuran dan hortikultura, terutama untuk

komoditas wortel dan kentang, sebagai dampak

dari masih berlangsungnya erupsi Gunung

Sinabung.

Dari seluruh subsektor, hanya subsektor

peternakan yang memiliki nilai indeks lebih dari

100 dengan kecenderungan meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. NTP

peternakan meningkat menjadi 110,4 dari

sebelumnya 109,4. Kenaikan NTP peternakan

sejalan dengan inflasi pada komoditas daging dan

hasil-hasilnya karena meningkatnya permintaan

terkait bergesernya puasa dan lebaran ke triwulan

II 2016.

Sejalan dengan membaiknya kondisi

perekonomian dan kembali optimisnya Nilai Tukar

Petani, profil kemiskinan Sumatera Utara juga

menunjukkan perbaikan. Selama periode

September 2015 hingga Maret 2016, jumlah

penduduk miskin Sumatera Utara menurun

sebesar 0,44% atau 52.150 jiwa dari 1.508.100 jiwa

menjadi 1.455.950 jiwa. Secara persentase,

penduduk miskin di Sumatera Utara sebesar

10,35%, sedikit menurun dibandingkan

sebelumnya sebesar 10,79%, namun lebih rendah

dibandingkan nasional yang sebesar 10,86%.

Penurunan jumlah dan persentase penduduk

miskin selama periode September 2015 – Maret

2016 ditengarai didorong oleh meningkatnya nilai

tukar petani, terkendalinya inflasi, dan

menurunnya tingkat pengangguran terbuka.

Sumber: BPS Sumut

Grafik 6.5 Penduduk Miskin di Sumatera Utara

Dibandingkan provinsi lainnya di Sumatera,

persentase angka kemiskinan Sumatera Utara

berada di posisi kelima setelah Bengkulu (17,32%),

Aceh (16,73%), Lampung (14,29%), dan Sumatera

Selatan (13,54%).

Sumber: BPS Sumut

Grafik 6.6 Persentase Penduduk Miskin di Sumatera

Grafik 6.7 Penduduk Miskin Berdasarkan Lokasi

Berdasarkan domisilinya, pada Maret 2016

sebanyak 53% jumlah penduduk miskin Sumatera

Utara berdomisili di desa, sisanya 47% berada di

perkotaan. Proporsi penduduk miskin di perkotaan

cenderung menurun sejak tahun 2014, sedangkan

yang di pedesaan cenderung meningkat.

Kemiskinan Maret 2016

% Pend.Miskin

Kedalaman

10,8 10,4

1,9 1,8 Keparahan 0,5 0,5

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

67

Sumber: BPS Sumut (diolah)

Grafik 6.8 Indeks Kedalaman dan Keparahan

Kemiskinan di Sumatera Utara

Garis kemiskinan merupakan cerminan dari jumlah

rupiah minimum yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan pokok minimum, baik untuk

makanan maupun non makanan. Pada periode

Maret 2016, garis kemiskinan wilayah pedesaan

mencapai Rp377.748,-per kapita per bulan,

sementara di perkotaan sebesar Rp398.408,- per

kapita per bulan. Dengan demikian, biaya hidup

minimum di perkotaan Sumatera Utara lebih tinggi

daripada di wilayah pedesaan.

Selain jumlah dan persentase penduduk miskin, hal

yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan

adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari

kemiskinan. Berbagai kebijakan yang diambil harus

bisa sekaligus mengurangi tingkat kedalaman dan

keparahan kemiskinan.

Pada periode September 2015 hingga Maret 2016,

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) di Sumatera Utara

menunjukkan kecenderungan menurun. P1 turun

dari 1,89 pada September 2015 menjadi 1,77 pada

Maret 2016. Sementara P2 turun dari 0,52 pada

September 2015 menjadi 0,50 pada Maret 2016.

Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata

pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin

mendekati garis kemiskinan dan tingkat

ketimpangan pengeluaran penduduk miskin

semakin berkurang.

Pada tahun 2016,selain penyaluran rastra (beras

sejahtera) dan dana desa yang merupakan

program dari pemerintah pusat, pemerintah

Provinsi Sumatera Utara telah mencanangkan

beberapa program kerja untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan

kemiskinan, diantaranya Pemberdayaan Sosial

Keluarga Miskin di Daerah Pesisir/Nelayan/

Pedesaan/Perkotaan, Pembinaan dan Pelatihan

Keterampilan Kerja Bagi Wanita Rawan Sosial

Ekonomi, Pembinaan dan Bantuan Rehabilitasi

Rumah Tidak Layak Huni, dan Pembinaan LKM dan

KUBE Fakir Miskin. Dengan pelaksanaan program

tersebut, diharapkan dapat menurunkan

kemiskinan dan meminimalkan disparitas antar

wilayah pedesaan dan perkotaan.

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

68

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

69

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

Optimisme akan perbaikan perekonomian pada triwulan IV 2016 masih cukup kuat. Perekonomian

Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Sumber

utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari

kuatnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal dapat dikatakan masih

relatif terbatas. Perbaikan perekonomian ini mampu diimbangi dengan realisasi inflasi yang

terjaga. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,5 ± 0,5%

(yoy). Perkiraan kembali menurunnya tekanan inflasi terutama didorong oleh peningkatan

tekanan inflasi kelompok Volatile Foods dan Administered Prices sementara tekanan inflasi inti

relatif menurun. Meskipun inflasi tahun kalender Sumatera Utara hingga bulan Juli 2016 masih

relatif rendah, yaitu 2,2% (yoy), namun inflasi Sumatera Utara masih dihadapkan pada beberapa

risiko. Meskipun demikian, tingginya komitmen Tim Pengendalian Inflasi Daerah se-Sumatera

Utara dalam mencapai realisasi inflasi yang rendah dan stabil mampu mendorong kembali

terjangkarnya inflasi pada sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

70

7.1 Prospek Pertumbuhan

Ekonomi

Optimisme akan perbaikan perekonomian

pada triwulan IV 2016 masih cukup kuat.

Perekonomian Sumatera Utara pada

triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada

kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Sumber utama

pertumbuhan perekonomian pada

triwulan mendatang diperkirakan masih

bersumber dari kokohnya permintaan

domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal

masih relatif terbatas.

Grafik 7.1 Survei Konsumen

Perekonomian domestik pada triwulan IV 2016

diperkirakan masih cukup solid. Puncak periode panen

kelapa sawit yang biasanya terjadi pada triwulan IV

yang disertai dengan perkiraan adanya panen seiring

dengan pergeseran periode panen akibat anomali

cuaca diperkirakan mampu meningkatkan

pendapatan masyarakat.

Masih optimisnya ekspektasi masyarakat terhdap

perekonomian pada triwulan IV 2016 mendukung

masih kuatnya aktivitas konsumsi masyarakat.

Meskipun demikian, optimisme masyarakat ini justru

diiringi dengan penurunan persepsi akan penjualan

pada periode mendatang.

Grafik 7.2 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen

Sejalan dengan polanya,

realisasi konsumsi

pemerintah juga

diperkirakan membaik.

Monitoring realisasi

anggaran yang terus

dilaksanakan secara

intensif diperkirakan

dapat mendorong realisasi

konsumsi pemerintah.

Realisasi investasi pada triwulan mendatang

diperkirakan terus menguat, sejalan dengan

komitmen pemerintah untuk terus menyempurnakan

kualitas infrastruktur yang ada. Terus digenjotnya

realisasi infrastruktur strategis menjadi stimulus

utama akselerasi investasi pada periode mendatang.

Beberapa infrastruktur strategis yang masih berlanjut

pada triwulan mendatang adalah infrastruktur

perhubungan darat, laut serta listrik. Meskipun

demikian, proses pengadaan yang relatif terhambat

masih membayangi optimalnya realisasi belanja

infrastruktur.

Grafik 7.3 Indeks Perkiraan Penjualan

Ekspektasi peningkatan investasi dari sisi swasta juga

masih cukup kuat, tercermin dari beberapa kontak

liaison yang menyatakan rencananya untuk

merealisasikan investasi berupa barang modal pada

periode mendatang, antara lain replanting, upaya

peningkatan luas lahan beserta produktivitasnya serta

pengadaan mesin.

Stabilitas politik yang mulai terjaga diiringi dengan

dampak paket kebijakan ekonomi pemerintah

diharapkan menciptakan daya tarik investasi swasta.

Sosialisasi mengenai peraturan pengampunan pajak

yang digarap oleh pemerintah diharapkan mampu

menepis keragu-raguan swasta dalam merealisasikan

rencana investasinya ke depan. Selain itu,

pelonggaran kebijakan moneter serta relaksasi loan to

value (LTV) yang dilakukan Bank Indonesia pada

75

85

95

105

115

125

135

145

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

IEK IKK IKE Batas

OP

TIM

ISP

ES

IMIS

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

110.0

120.0

130.0

140.0

150.0

160.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Penghasilan 6 bulan yad Lapangan kerja 6 bulan yad

Ekonomi 6 bulan yad Batas

-

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

180.0

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

Penjualan 3 bulan kedepan Penjualan 6 bulan kedepan

Tw-II

2016

Tw-I

2016

Tw-II I

2016

5,0 5,7 5,1

5,5 esimis

p mis

PROYEKSI PDRB SUMUT Tw IV 2016

Tw-IV

2016

5,2

5,6 esimis

p mis

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

71

beberapa periode lalu diperkirakan dapat

menstimulus investasi rumah tangga.

Di sisi eksternal, indikasi perbaikan kinerja ekspor

masih cukup kuat meski dihadapkan pada beberapa

tantangan. Harga komoditas perkebunan terutama

CPO sebagai produk unggulan Sumut diperkirakan

kembali menurun, sementara harga karet dan kopi

diperkirakan terus membaik. Meskipun demikian,

sistem kontrak yang diterapkan dalam pembelian

komoditas perkebunan dipekirakan mampu menahan

menurunnya kinerja ekspor.

Tingginya permintaan seiring dengan festival di

beberapa negara mitra dagang juga diperkirakan

mampu mendorong kinerja ekspor. Adanya perayaan

Diwali di India pada Oktober mendatang ditengah

masih belum pulihnya kapabilitas produksi dalam

negeri diperkirakan masih mendorong kinerja ekspor.

Sementara itu, pelaksanaan Festival Kue Bulan di

Tiongkok pada bulan September juga mendorong

kinerja ekspor. Kembali tingginya harga kedelai

sementara permintaan melonjak meningkatkan

preferensi akan kelapa sawit meski industri

peternakan di Tiongkok sedang digencarkan.

Masih baiknya kinerja ekspor juga didorong oleh

meningkatnya permintaan domestik. Konsumsi

biodiesel yang terus meningkat yang tercermin dari

komitmen kontrak pengadaan biodiesel yang akan

disalurkan pada bulan Mei-Oktober 201616,

diperkirakan akan menopang kinerja ekspor.

Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan

Komoditas Harga Tw III 2016

(%, yoy)

Harga Tw IV 2016 (%, yoy)

Kelapa Sawit 10 8

Karet 12 18

Kopi 24 51

Sumber: IMF Edisi Juli 2016, diolah

Ekspektasi akan membaiknya harga karet di pasar

internasional didorong oleh adanya kesepakatan

antara International Tripartite Rubber Council (ITRC)

untuk membatasi volume ekspor untuk periode

Maret-Agustus 2016. Selain itu pembentukan

Regional Rubber Market (RRM) yang di-launching

pada April lalu diharapkan mampu mendorong kinerja

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.

258/K/12/DJE/2016 mengenai penetapan Badan Usaha

Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Alokasi Besaran Volume

perkebunan karet. Selain itu, adanya wacana

penyerapan karet dalam produk infrastruktur hingga

15-20% untuk aspal pada tahun 2017 mendatang akan

mendorong kinerja karet. Lebih lanjut, adanya

kegiatan promosi dagang ke negara-negara Timur

Tengah terutama Turki dapat mendorong penetrasi

pasar baru untuk komoditas ekspor Sumatera Utara.

Adanya kebijakan pemerintah Tiongkok untuk

memotong bea masuk dan bea keluar beberapa

komoditas untuk menstimulasi konsumsi domestiknya

diperkirakan dapat memberikan dampak positif

terhadap perekonomian Sumatera Utara.

Pengurangan pajak ekspor oleh Tiongkok akan

menyebabkan harga barang impor dari Tiongkok lebih

murah, sehingga diperkirakan dapat meningkatkan

konsumsi. Sementara itu, pengurangan pajak impor

diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk

ekspor Indonesia dari produk lokal.

Grafik 7.4 Purchasing Manager Index

Mulai membaiknya persepsi terhadap kelapa sawit di

pasar internasional juga diperkirakan mampu

meningkatkan permintaan kelapa sawit kedepannya.

Dibatalkannya rencana penerapan pajak progresif

pemerintah Prancis diharapkan mampu memulihkan

dampak Black Campign kelapa sawit yang menyeruak

dalam beberapa tahun kebelakang.

Sementara itu, prospek akan perbaikan permintaan

global masih ada. Mulai beranjaknya geliat industri

manufaktur Tiongkok dari episode kontraksi

diharapkan berlanjut pada periode mendatang.

Untuk Pengadaan BBN Jenis Biodiesel di PT Pertamina dan

PT AKR Corporindo Periode Mei-Oktober 2016

45

47

49

51

53

55

57

59

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

US China India Jepang Batas

EKSP

AN

SIK

ON

TRA

KSI

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

72

Dari sisi penawaran, perbaikan perekonomian pada

triwulan mendatang diperkirakan didukung oleh

masih baiknya kinerja seluruh kategori unggulan, baik

itu kategori Pertanian, kategori Konstruksi, kategori

Industri Pengolahan maupun kategori Perdagangan

Besar dan Eceran (PBE).

Masuknya periode puncak produksi kelapa sawit pada

triwulan IV 2016 mendorong kinerja kategori

Pertanian. Seiring dengan kembali melimpahnya

pasokan kelapa sawit, harga diperkirakan kembali

menurun sehingga kinerja subkategori perkebunan

dapat dikatakan belum optimal. Adanya pergeseran

periode panen tanaman pangan juga turut

mendorong kinerja kategori Pertanian yang lebih baik.

Berlanjutnya proyek infrastruktur strategis menjadi

pemicu utama membaiknya kinerja kategori

Konstruksi pada periode mendatang. Realisasi

pembangunan yang terus digenjot mendorong

tingginya realisasi konstruksi. Beberapa proyek

infrastruktur strategis yang masih berlanjut adalah

revitalisasi Pelabuhan Belawan, pembangunan

Terminal Multipurpose Pelabuhan Kuala Tanjung, Tol

Trans Sumatera serta beberapa proyek pendukung

lainnya. Secara umum, proyek-proyek infrastruktur

tersebut berjalan sesuai jadwal yang ditetapkan (on

schedule).

Terlambatnya proses pengadaan proyek infrastruktur

pemerintah daerah yang diperkirakan baru rampung

memasuki pertengahan semester II 2016 diperkirakan

semakin menggenjot kinerja konstruksi pada triwulan

IV 2016 seiring dengan keharusan penyelesaian

pekerjaan sebelum tahun anggaran berakhir. Dengan

demikian, kinerja konstruksi pada triwulan IV 2016

diperkirakan semakin terakselerasi.

Adanya perayaan HBKN dan persiapan liburan sekolah

maupun tahun baru mendorong kinerja perdagangan

Besar dan Eceran. Tingginya konsumsi masyarakat

serta kebutuhan akan moda transportasi

meningkatkan permintaan akan suku cadang.

Meskipun demikian, optimisme para pelaku ritel

terhadap penjualan masih terbatas sejalan dengan

perbaikan permintaan masyarakat yang masih lambat.

Penguatan nilai tukar yang terus berlanjut diharapkan

mampu mendorong kinerja kategori ini.

Tingginya permintaan domestik terkait dengan

kontrak biodiesel serta konsumsi masyarakat yang

diiringi dengan perbaikan permintaan luar negeri

seiring dengan perayaan festival di beberapa negara

mitra dagang mendorong kinerja Industri Pengolahan.

Adanya pemenuhan kontrak biodiesel serta sistem

kontrak penjualan juga turut menjaga kinerja kategori

Industri Pengolahan. Pasokan listrik yang mulai

memadai diharapkan mampu mendukung kinerja

industri pengolahan. Sementara itu, rencana

penurunan tarif listrik yang akan efektif per bulan

September 2016 juga diharapkan menjadi insentif bagi

industri pengolahan dalam efisiensi biaya produksi ke

depan.

Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera

Utara pada tahun 2016 masih diperkirakan membaik

dibandingkan tahun sebelumnya dan berada pada

kisaran 5,1%-5,5%, yang disebabkan oleh perbaikan

permintaan domestik yang semakin semakin solid

serta kinerja net ekspor yang semakin membaik

khususnya memasuki semester II 2016. Konsumsi

rumah tangga yang kuat masih menjadi penyumbang

utama akselerasi perekonomian pada tahun 2016.

Upaya Pemerintah untuk memperbaiki kualitas

infrastruktur yang memadai juga memberikan

dukungan terhadap potensi tetap kuatnya permintaan

domestik dari sisi investasi. Realisasi proyek

infrastruktur yang tepat waktu menciptakan persepsi

positif akan iklim investasi di Sumatera Utara.

Beberapa paket kebijakan yang dikeluarkan oleh

Pemerintah sepanjang tahun 2015-2016 juga semakin

mendorong persepsi positif terhadap investor. Hal

tersebut juga diakomodasi oleh reformasi birokrasi

yang terus diupayakan oleh pemerintah. Pembiayaan

yang memadai juga menunjang realisasi investasi

pada periode mendatang.

Optimisme akan adanya perbaikan kinerja net ekspor

tidak lepas dari perkiraan akan mulai membaiknya

harga komoditas internasional terutama memasuki

semester kedua tahun 2016.

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

73

7.1 Prospek Inflasi

Inflasi Sumatera Utara pada triwulan IV 2016

diperkirakan berada pada kisaran 4,5 ± 0,5% (yoy).

Perkiraan kembali terjaganya tekanan inflasi terutama

didorong oleh peningkatan tekanan inflasi kelompok

Volatile Foods dan Administered Prices sementara

tekanan inflasi inti relatif menurun. Meskipun inflasi

tahun kalender Sumatera Utara hingga bulan Juli 2016

masih relatif rendah, yaitu 2,2% (yoy), namun inflasi

Sumatera Utara masih dihadapkan pada beberapa

risiko. Meskipun demikian, koordinasi pengendalian

inflasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah

melalui forum TPI/TPID yang telah berjalan dengan

baik dan terus ditingkatkan diperkirakan akan dapat

menjaga stabilitas inflasi.

Tekanan inflasi kelompok Volatile Foods pada triwulan

IV 2016 diperkirakan menurun. Pergeseran periode

tanam pada triwulan III mendorong kembali primanya

pasokan tanaman pangan pada triwulan IV 2016.

Selain itu, permasalahan rendahnya kualitas benih

yang digunakan petani diharapkan tidak lagi terjadi

pada periode mendatang. Disalurkannya bantuan

benih padi, jagung dan kedelai (pajale) terutama di

beberapa sentra produksi padi, jagung dan kedelai di

Sumatera Utara. Tingginya komitmen Pemerintah

untuk mewujudkan swasembada pangan juga

mencadi pemacu suksesnya kegiatan panen pada

periode mendatang. Komitmen tersebut dilakukan

dalam bentuk pendampingan maupun penyaluran

pupuk bersubsidi yang lebih deras. Hal tersebut

tercermin dari realisasi penyaluran pupuk bersubsidi

pada triwulan II 2016 yang tercatat jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan historisnya.

TPID Provinsi Sumatera Utara melalui BULOG juga

berupaya untuk mengendalikan peningkatan tekanan

inflasi pada akhir tahun. Hal tersebut tercermin dari

masih primanya stok beras di Sumatera Utara.

Data triwulan III 2016 ada data stok pada bulan Juli 2016

Sumber: BULOG Divisi Regional Sumatera Utara, diolah

Grafik 7.5 Stock Beras BULOG

Perkiraan kembali normalnya cuaca memasuki

triwulan III 2016 diperkirakan mampu menjaga

kondusifitas kategori Pertanian. Cuaca diperkirakan

berkisar antara normal hingga sedikit di atas normal

sehingga aktivitas tanam maupun distribusi cukup

kondusif. Tingginya intensi pemerintah untuk terus

mengupayakan penyempurnaan konektivitas

perhubungan diperkirakan mampu menjaga tekanan

inflasi dari sisi distribusi.

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 7.1 Perkiraan Sifat Curah Hujan Juli 2016

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 7.2 Perkiraan Sifat Curah Hujan Agustus 2016

( ,yoy)

dm ri es ( , yoy)

4,5 ± 0,5% Tw-IV 2016

PROYEKSI INFLASI

48

1

04

6

6

42

3

4

18

1

7

13

3

5

26

2

2

31

5

0

24

2

2

30

2

8

16

3

1

17

2

9

24

2

3

0.6%

49.4%

-26.9%

-100.0%

-50.0%

0.0%

50.0%

100.0%

150.0%

200.0%

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyjuta ton

Volume Growth

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

74

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 7.3 Perkiraan Sifat Curah Hujan September 2016

Meksipun demikian, terdapat beberapa faktor risiko

yang berpengaruh pada perkembangan inflasi

kelompok Volatile Foods. Kembali erupsinya Gunung

Sinabung pada bulan Mei 2016 lalu juga turut

menyebabkan belum optimalnya aktivitas tanam dan

panen tanaman sayuran dan hortikultura hingga

beberapa bulan ke depan. Peningkatan harga Days Old

Chicken sejak akhir Juli 2016 juga turut mewarnai

risiko tekanan inflasi pada akhir tahun 2016. Adanya

peningkatan harga ini didorong oleh adanya kebijakan

pembatasan kuota bibit ayam pada beberapa periode

lalu. Meski menimbulkan inflasi dalam jangka pendek,

adanya pembatasan ini diharapkan mampu

mendorong stabilisasi harga terkait dengan terjaganya

keberlangsungan pasokan disamping dapat

meningkatkan kesejahteraan peternak.

Risiko kenaikan tekanan inflasi juga berasal dari

kendala kelancaran distribusi perdagangan antar

wilayah. Produktivitas tanaman padi di Sulawesi

Selatan dan Jawa selaku daerah utama pemasok

komoditas pangan Sumatera Utara pada periode

tertentu terancam menurun seiring dengan terjadinya

La Nina sebagai dampak lanjutan dari El Nino hebat

pada tahun 2015 lalu. Curah hujan yang relatif tinggi

dengan adanya La Nina ini juga diperkirakan turut

berpengaruh pada produktivitas tanaman bawang

merah di Provinsi Jawa tengah.

Penurunan tekanan inflasi juga diperkirakan terjadi

pada kelompok Administered Prices. Pergerakan harga

minyak dunia yang masih relatif rendah menurunkan

risiko kenaikan tekanan inflasi pada triwulan IV 2016.

Pergerakan harga minyak dunia yang rendah

mendorong kembali disesuaikannya harga BBM non

subsidi serta tarif listrik per Agustus 2016. Selain itu,

hal ini juga mengurangi risiko penyesuaian harga BBM

bersubsidi pada periode mendatang. Rendahnya risiko

kenaikan tekanan inflasi dari kelompok Administered

Prices juga didorong oleh mundurnya rencana

pemerintah untuk melakukan migrasi pelanggan listrik

ke tahun 2017.

Meskipun demikian, komitmen Pemerintah untuk

meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan

masyarakat melalui rokok dituangkan dalam rencana

kenaikan cukai rokok. Dengan demikian, hal ini juga

turut diperkirakan meningkatkan tekanan inflasi dari

kelompok Administered Prices.

Seiring dengan perkiraan membaiknya daya beli

masyarakat, tekanan inflasi inti diperkirakan

meningkat. Periode puncak produksi kelapa sawit

yang pada umumnya terjadi pada triwulan IV yang

disertai dengan perkirakan harga komoditas yang

terus membaik mendorong daya beli masyarakat.

Selain itu, tingginya permintaan semen yang biasanya

terjadi pada akhir tahun yang diiringi dengan tingginya

permintaan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur

juga meningkatkan tekanan inflasi Administered

Prices.

Grafik 7.6 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap

Perubahan Harga

Meskipun meningkat, tekanan inflasi pada periode

mendatang diperkirakan masih dalam level yang

terkendali. Masih berlanjutnya penguatan nilai tukar

diperkirakan dapat menahan peningkatan tekanan

inflasi inti pada periode mendatang. Begitu juga

dengan ekspektasi masyarakat yang semakin terkelola

dengan baik. Perkembangan ekspektasi terkini

menunjukkan kenaikan ekspektasi inflasi di level

konsumen yang justru diiringi dengan penurunan

ekspektasi inflasi pada level produsen.

Secara keseluruhan tahun, tekanan inflasi Sumatera

Utara tahun 2016 diperkirakan 4,5 ± 0,5% (yoy),

meningkat dibandingkan dengan tahun 2015.

Peningkatan tekanan inflasi ini terjadi seiring dengan

perkiraan akan membaiknya perekonomian pada

90.0

110.0

130.0

150.0

170.0

190.0

210.0

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

SK (Perub Hrg 3 bln yad) SK (Perub Hrg 6 bln yad)

SPE (Perub Hrg 3 bln yad) SPE (Perub Hrg 6 bln yad)

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

75

tahun 2016 ini yang mendorong daya beli masyarakat.

Tekanan inflasi dari seluruh kelompok disagreasi

diperkirakan meningkat. Meskipun demikian,

peningkatan tekanan inflasi ini diperkirakan masih

dalam level yang terkendali sehingga masih terjangkar

pada sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

7.2 Rekomendasi kepada

Pemerintah Daerah

Pertumbuhan Ekonomi

Indikasi perbaikan perekonomian yang terus berlanjut

masih dibayangi oleh beberapa faktor risiko terutama

dari sisi eksternal yang belum menunjukkan perbaikan

secara fundamental. Dengan demikian, diperlukan

penguatan perekonomian dari sisi domestik yang

dapat didorong oleh Pemerintah Daerah. Beberapa

langkah dan rekomendasi di antaranya adalah:

a. Mengintensifkan monitoring realisasi APBD dan

APBN se-Provinsi Sumatera Utara.

b. Melakukan percepatan finalisasi RTRW Provinsi

Sumatera Utara. Koordinasi secara terbuka dan

efektif dengan stakeholder dan pemerintah pusat

dalam menanggulangi dampak terhambatnya

pengesahan RTRW juga perlu ditingkatkan.

c. Mendorong berbagai kegiatan MICE dalam rangka

penguatan permintaan domestik melalui aktivitas

konsumsi seperti event pariwisata melalui media

pemasaran yang massive dan terpusat serta

penciptaan budaya masyarakat pariwisata.

d. Menciptakan persepsi positif terhadap iklim

investasi di Sumatera Utara kepada investor dan

masyarakat luas melalui publikasi perkembangan

kemajuan pembangunan infrastruktur melalui

media komunikasi yang lebih luas dan terpusat

dengan kredibilitas informasi yang lebih tinggi

(Regional Investor Relation Unit/RIRU).

e. Penguatan ekonomi kerakyatan melalui UMKM

yang mengoptimalkan potensi lokal.

f. Menyempurnakan program pengembangan SDM

yang didasarkan pada potensi perekonomian

daerah.

g. Peningkatan efisiensi transaksi keuangan melalui

elektronifikasi.

Pengendalian Inflasi

Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk

pengendalian inflasi tetap terkendali, diantaranya:

a. Meningkatkan koordinasi TPID dalam

mengendalikan fluktuasi harga komoditas pangan

yang bergejolak serta pengendalian ekspektasi

inflasi yang umumnya meningkat seiring dengan

persiapan pelaksanaan HBKN.

b. Meningkatkan program pendampingan dan

pembinaan kelompok petani terkait optimalisasi

produktivitas tanaman serta mendorong petani

“melek” risiko saat periode tanam/panen tertentu.

c. Melanjutkan program peningkatan produksi

pangan maupun diversifikasi konsumsi masyarakat

melalui komunikasi yang lebih intensif.

d. Melakukan percepatan pembangunan

infrastruktur perhubungan untuk mendukung

kelancaran distribusi barang. Hal tersebut dapat

dilakukan melalui kemudahan perizinan,

pengadaan lahan maupun penguatan komunikasi

dengan masyarakat. Hal ini juga penting untuk

meningkatkan perdagangan antar wilayah.

e. Mendukung peningkatan kapabilitas UMKM yang

bergerak dalam industri pangan untuk meredam

fluktuasi harga akibat panen.

f. Sosialisasi yang lebih intensif mengenai program

sertifikasi lahan pertanian dan skema pembiayaan

petani untuk meningkatkan akses pembiayaan.

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

LAMPIRAN

76

LAMPIRAN

INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA

(dalam Triliun Rupiah)

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

LAMPIRAN

77

INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA

(dalam Triliun Rupiah)

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

DAFTAR ISTILAH

78

DAFTAR ISTILAH

Administered Price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya bahan bakar, penerangan, dan air serta transportasi ataupun harga barang/jasa yang dipengaruhi oleh ketentuan pemerintah misalnya tembakau dan minuman beralkohol. Base Effect Efek kenaikan/penurunannilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi. BEC Pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut. Barang Modal (Capital Goods) Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi, biasanya bernilai guna lebih dari 1 tahun. Bahan Baku (Raw Material) Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri. BI Rate Suku bunga referensi yang mencerminkan sikap atau arah kebijakan moneter yang ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulannya dan diumumkan kepada publik. BI-RTGS Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, merupakan proses penyelesaian akhir transaksi (settlement)

pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time

(electronically processed), di mana rekening peserta dapat didebit/ dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai

dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Ceteris paribus Semua variabel di luar sistem/model dianggap konstan. CPO (Crude Palm Oil) Minyak nabati yang dihasilkan oleh buah-buahan dari kelapa sawit. Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka (deposito). Disposable income Sejumlah uang yang dapat dapat dibelanjakan dan ditabung setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar daerah. Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah maupun valas. Terminologi FDR untuk bank syariah sementara LDR untuk bank konvensional. Harga Minyak WTI Harga minyak mentah dunia yang mengacu pada sebuah ukuran kualitas bernama West Texas Intermediate atau Texas light sweet.

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

DAFTAR ISTILAH

79

Indeks Penjualan Barang Konstruksi Indeks yang merepresentasikan nilai penjualan dari barang-barang konstruksi. Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang dihasilkan oleh Survei Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian, baik saat ini maupun masa mendatang. Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu indeks pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan persepsi konsumen akan kondisi perekonomian pada saat ini. Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. Inflow Aliran masuk uang kartal ke Kantor Bank Indonesia. Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit Investasi Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang modal seperti pembangunan pabrik dan pembelian mesin. Kredit Modal Kerja Kredit jangka pendek atau menengah yang diberikan untuk pembiayaan/pembelian bahan baku produksi. Kredit Konsumsi Kredit bagi perorangan untuk pembiayaan barang-barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit Pemilikan Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), dan lain-lain seperti Kredit tanpa agunan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM memiliki prospek bisnis yang baik (feasible) tapi belum memiliki kemampuan mengembalikan (bankable). Dana KUR berasal dari bank pelaksana, namun dijamin sebagian besarnya oleh Pemerintah. Leading Indicators Indikator yang digunakan untuk memprediksi pergerakan atau titik balik dari suatu siklus bisnis. Liaison Suatu kegiatan pengumpulan data statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku usaha mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha. Loan to Value (LTV) Sebuah dasar atau metode yang digunakan untuk menentukan seberapa besar pinjaman yang dapat diberikan kepada debitur berdasarkan aset yang dijadikan jaminan. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) Persentase kredit/pembiayaan yang masuk dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit. Terminologi NPL untuk bank konvensional sementara NPF untuk bank syariah

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

DAFTAR ISTILAH

80

NTP (Nilai Tukar Petani) Rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Outflow Aliran keluar uang kartal dari Kantor Bank Indonesia. Passthrough effect Efek dari perubahan kondisi ekonomi terhadap ongkos produksi yang pada akhirnya akan berdampak pada harga retail suatu produk. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja (yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Quarter on Quarter (qtq) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi triwulan tertentu terhadap posisi triwulan sebelumnya. PDRB Riil Produk Domestik Bruto Regional yang nilainya menggunakan harga konstan. Hal ini untuk menghilangkan pengaruh inflasi dalam mengukur pertumbuhan antar waktu. Seasonal event Kejadian yang terjadi secara musiman yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan cenderung terjadi berulang antar tahun. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp100 juta. SurveI Konsumen Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dilakukan secara bulanan untuk mengetahui persepsi atau tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian. Survei Penjualan Eceran Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk merefleksikan pergerakan dari penjualan eceran dan dilakukan secara bulanan. Uang Kartal Alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan dan dijamin oleh Bank Indonesia, baik berupa kertas maupun logam. Volatile Foods Komoditas yang termasuk kelompok bahan makanan, kecuali subkelompok ikan diawetkan dan bahan makanan lainnya, yang pergerakan naik turunnya harga cukup besar (volatile). Year on year (yoy) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi satu titik waktu (misal bulan atau triwulan) terhadap posisi satu titik waktu yang sama tahun sebelumnya. Pembandingan ini dilakukan untuk menghilangkan efek seasonal yang biasanya terjadi di titik waktu tertentu (misal bulan Ramadhan, tahun ajaran baru, dsb).

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016

DAFTAR ISTILAH

81

Editor

Departemen Regional 1

Divisi Asesmen dan Advisory: Budi Trisnanto

Kontributor

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Tim Asesmen dan Advisory: Demina R. Sitepu

Nur Fikriyah Dzakiyah

Fika Habbina

Tim Data dan SEKDA: Elian Ciptono

Fadli Putra

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Tim Asesmen dan Advisory

Telp. 061-4150500

Fax. 061-4534760