kanabioid

18
TINJAUAN PUSTAKA GANGGUAN BERHUBUNGAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ZAT Penggunaan ilegal dan luas zat yang mempengaruhi otak telah menyebabkan suatu malapetaka di masyarakat barat modern. Penyalahgunaan obat banyak dijumpai prevalensi seumur hidup 6% dari seluruh penduduk AS, tetapi pada beberapa kelompok kecil tertentu prevalensinya jauh lebih tinggi. Penyalahgunaan dikatakan terjadi jika pasien menggunakan obat dengan cara yang berbahay, melukai diri, menghancurkan diri dan memiliki kesulitan mengendalikan penggunaan walaupun penggunaannya jarang serta mengalami gangguan fungsi sosial dan pekerjaan karena penggunaannya. Salah satu contoh dari pemyalahgunaan zat ialah penyalahgunaan marijuana atau kanabis. Kanabis termasuk golongan zat adiktif. Kanabis merupakan nama singkatan dari tumbuhan asalnya, yaitu Canabis sativa, yang merupakan tumbuhan Rami. Kanabis dikenal dengan sebutan marijuana, pot, grass, weed, tea, Marry Jean, hemp, chasra, bhang, ganja, dagga, sinsemilla. Marijuana memiliki bahan aktif berupa delta-9-tetrahydrocannabinol (THC). Potensi marijuana tergantung dari konsentrasi THC yang terkandung dalam tumbuhan tersebut, yang ditentukan oleh: bagian dari tumbuhan yang digunakan, keadaan iklim, dan tempat tanaman tersebut tumbuh (geografik). Kanabis telah digunakan sejak zaman dahulukala. Tercatat pada sejarah kuno Cina, tahun 2737 B.C, kanabis

Upload: timothy-olson

Post on 27-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

hgdg

TRANSCRIPT

Page 1: kanabioid

TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN BERHUBUNGAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ZAT

Penggunaan ilegal dan luas zat yang mempengaruhi otak telah menyebabkan suatu

malapetaka di masyarakat barat modern. Penyalahgunaan obat banyak dijumpai prevalensi

seumur hidup 6% dari seluruh penduduk AS, tetapi pada beberapa kelompok kecil tertentu

prevalensinya jauh lebih tinggi.

Penyalahgunaan dikatakan terjadi jika pasien menggunakan obat dengan cara yang

berbahay, melukai diri, menghancurkan diri dan memiliki kesulitan mengendalikan penggunaan

walaupun penggunaannya jarang serta mengalami gangguan fungsi sosial dan pekerjaan karena

penggunaannya.

Salah satu contoh dari pemyalahgunaan zat ialah penyalahgunaan marijuana atau kanabis.

Kanabis termasuk golongan zat adiktif. Kanabis merupakan nama singkatan dari tumbuhan

asalnya, yaitu Canabis sativa, yang merupakan tumbuhan Rami. Kanabis dikenal dengan sebutan

marijuana, pot, grass, weed, tea, Marry Jean, hemp, chasra, bhang, ganja, dagga, sinsemilla.

Marijuana memiliki bahan aktif berupa delta-9-tetrahydrocannabinol (THC). Potensi marijuana

tergantung dari konsentrasi THC yang terkandung dalam tumbuhan tersebut, yang ditentukan

oleh: bagian dari tumbuhan yang digunakan, keadaan iklim, dan tempat tanaman tersebut tumbuh

(geografik).

Kanabis telah digunakan sejak zaman dahulukala. Tercatat pada sejarah kuno

Cina, tahun 2737 B.C, kanabis digunakan untuk pengobatan Kaisar Sheng Nung (Brecher 1972).

Kanabis mulai dikenal di Eropa Barat tahun 500 B.C, dengan ditemukannya bibit tanaman

kanabis di Berlin. Kemudian pada tahun 1490 – 1553, Francois Rabelais menggambarkan

tentang intoksikasi marijuana, yang disebutnya dengan ’herb pantagruelion’ . Di Amerika

kanabis pertama kali dikenal di Hemispher barat, pada tahun 1545 A.D, yang dibawa oleh

bangsa Spanyol. U.S Pharmacopeia memasukkan marijuana sebagai ekstrak kanabis dari tahun

1850 – 1942.

Kanabis merupakan obat perdagangan gelap yang banyak disalahgunakan di Amerika

Serikat. Pada era tahun 1960-an dan 1970-an, marijuana sangat terkenal dikalangan pengguna

obat – obat terlarang dari semua kalangan sosio-ekonomi dan semua etnis, lebih dari 40 juta

Page 2: kanabioid

orang Amerika menggunakannya. Berdasarkan data dari National Institue on Drug Abuse

(NIDA), pada tahun1991, sepertiga dari seluruh populasi penduduk Amerika Serikat pernah

memakai kanabis, dan 5%-nya masih aktif sebagai pemakai. Dari persentase ini, kelompok usia

18 – 25 tahun sebanyak 50% pernah memakai kanabis dan 13% - nya masih aktif sebagai

pemakai.

Berdasarkan data dari National Institue on Drug Abuse (NIDA), pada tahun1991,

sepertiga dari seluruh populasi penduduk Amerika Serikat pernah memakai kanabis, dan 5%-nya

masih aktif sebagai pemakai. Dari persentase ini, kelompok usia 18 – 25 tahun sebanyak 50%

pernah memakai kanabis dan 13% - nya masih aktif sebagai pemakai.

Penyalahgunaan dan ketergantungan kanabis lebih sering timbul pada akhir masa

remaja dan awal usia 20 – an. Apabila gangguan penggunaan zat bermula dari awal kehidupan,

hal itu sering kali berkaitan dengan keadaan kegagalan menyelesaikan sekolah dan suatu pola

yang hanya mampu mencapai jenjang pekerjaan yang rendah sepanjang hidup.

Marijuana jarang menyebabkan kasus kegawatdaruratan. Masalah timbul jika

marijuana digunakan dalam jangka waktu yang lama, pemakaian per oral, pemakaian bersama

dengan zat psikoaktif lain. Marijuana dapat mencetuskan psikosis pada individu dengan

kepribadian yang vulnarable, tapi hal ini tidak terjadi pada orang normal.

Beberapa kepercayaan (sebagai contohnya, Rastafarianisme) menganggap merokok

kanabis adalah sebagai bagian dari praktek religiusnya. Marijuana sering dihisap dengan pipa

atau atau bersamaan dengan rokok, dapat juga diingesti peroral melalui makanan atau miuiman.

Intoksikasi kanabis paling sering disebabkan oleh menghisap marijuana di dalam rokok (joint).

Bentuk lain adalah hasish, hash oil, delta-9-tetrahydrocannabiol (THC) (unsur aktif). Semua obat

tersebut dapat dihisap atau diingesti. Onset kerja setelah merokok adalah cepat. Ingesti oral

menyebabkan onset efek yang bertahap yang dapat berlangsung selama berjam – jam. Kemajuan

teknik yang cepat di Amerika Serikat telah menghasilkan jenis marijuana yang poten yang

disebut sinsemilla (tanpa benih).

GAMBARAN KLINIS

Page 3: kanabioid

Analisis objektif memberikan bukti yang paling dapat diandalkan perihal adanya

penggunaan akhir – akhir ini atau saat ini, meskipun data ini mempunyai keterbatasan terhadap

penggunaan zat dimasa lalu atau tingkat penggunaan saat ini.

Reaksi yang ditimbulkan oleh kanabis pada masing – masing individu bervasiasi, tergantung

dari: keadaan / suasana, kepribadian, dan konsentrasi THC.

Efek menyenangkan yang timbul dari menghisap marijuana adalah eforia, dan perasaan

rileks. Efek ini timbul beberapa menit setelah dihisap, mencapai puncaknya dalam waktu 30

menit, dan bertahan selama 2-4 jam. Di dalam tubuh manusia, delta-9-Tetrahidrocanabinnol

(THC) dengan cepat diubah menjadi 11-hidroksi-delta-9-THC. Konsentrasi reseptor kanabinoid

sangat tinggi terdapat di ganglia basalis, hipokampus, serebelum, sedangkan konsentrasinya di

corteks serebri lebih rendah. Reseptor ini tidak ditemukan di batang otak, sehingga efeknya

hanya minimal fungsi pernafasan dan sirkulasi.

Marijuana biasanya dihisap bersama rokok, yang menyebabkan intoksikasi dalam

waktu 10 – 30 menit. THC dan metabolitnya larut dalam lemak dan terakumulasi dalam sel – sel

lemak serta dapat disimpan dalam tubuh selama 30 hari; waktu paruhnya kira – kira 50 jam.

Intoksikasi dapat berlangsung selama 2 – 4 jam tergantung dari dosisnya, tetapi perubahan

tingkah laku dapat berlangsung lebih lama. Penggunaan marijuana melalui ingesti oral

(contohnya: penambahan marijuana pada bahan- bahan makanan yang dibakar) menimbulkan

onset yang lebih lama, tapi efek toksiknya lebih hebat. Gejala – gejala akan hilang 6 jam setelah

ingesti oral.

Gejala – gejala dan tanda klinis yang timbul dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

- Gejala fisik:

Dapat berupa takikardi, hipertensi, injeksi konjungtiva, mulut kering, dan lapar. Gejala

yang timbul pada dasarnya adalah efek yang biasa saja dari ganja, tetapi pada pemakaian

yang pemula (naive) dirasakan berlebihan atau mengancam. Penggunaan dalam jumlah

banyak dan kronis bersifat karsinigenik.

- Gejala Psikologis:

Page 4: kanabioid

Adanya perasaan nyaman, euforia ringan dan relaksasi. Terjadi perubahan ringan dan

penajaman persepsi (menghebat pada konsentrasi yang lebih tinggi), perasaan acuh tak acuh

dan perasaan waktu melambat. Sejumlah kecil orang mendapatkan rasa disforia pada

pemakaian kanabis, dan berkembang menjadi depresi, ansietas, panik, disosiasi atau bahkan

sindrom waham (biasanya paranoid, sering disertai depersonalisasi). Gangguan pada

penampilan psikomotor, perhatian, orientasi waktu dan memori (kemampuan belajar)

selama dan segera sesudah pemakaian adalah gangguan-gangguan yang lazim ditemukan.

Penggunaan yang sering dan kronismengakibatkan gangguan kognitif menyeluruh dan

gangguan fungsi sosial/pekerjaan.

Pemakaian kanabis biasanya terjadi dalam konteks penyalahgunaan polisubstansi, yang

paling sering dengan rokok, alkohol, dan kokain. Intoksikasi akut biasanya tidak memerlukan

pengobatan, tetapi gangguan delusional yang ringan, biasanya waham kejar, dapat terjadi dalam

keadaan panik akut yang singkat. Gejala yang jarang adalah depersonalisasi, halusinasi.

Pemakaian yang naif adalah rentan terhadap panik yang diinduksi oleh kanabis. Delirium toksik,

biasanya berhenti dengan sendirinya, dapat terjadi setelah diingesti atau diinhalasi dosis besar.

Pemakaian kanabis dapat mengeksaserbasi pasien skizofrenia pada pasien yang

sebelumnya stabil. Kanabis meningkatkan kadar lithium (eskalith) dan waktu paruh barbiturat.

Zat ini mempunyai efek psikologis tambahan pada amphetamin. Kombinasi kanabis-opiod dan

kanabis-alkohol dapat menyebabkan takikardi.

EFEK SAMPING

Page 5: kanabioid

Jenis Faktor pencetus Gejala Pengobatan

Panik akut

Delirium toksik

Flash back(kilas balik)

Psikosis kronik

Sindroma amotivasional

Pemakaian yang tidak berpengalaman, karakter histerikal atau obsesional, pemberian oral

Dosis besar pemakaian oral

Berhari – hari atau minggu setelah dosis terakhir, sebelum riwayat pemakaian halusinogen

Pemakaian berat yang lama dari marijuana yang sangat poten atau hashish; jarang di Amerika Serikat

Pemakaian berat dan lama, eksistensi sindrom adalah kontroversial

Kecemasan, depresi, tanpa gejala psikotik

Konfusi, disorientasi, halusinasi, depersonalisasi, waham

Pengalaman seperti halusinogen kecuali singkat

Paranoia, waham, halusinasi, panik, perilaku kacau, kadang – kadang penyerangan

Apati, penurunan atensi, pertimbangan buruk, hubungan interpersonal yang buruk

Menenangkan pasien, kadang – kadang ansiolitik; episode biasanya singkat.

Sebagian besar menghilang dalam 12 sampai 48 jam; diperlukan antipsikotik

Menenangkan pasien; ansiolitik jika perlu

Antipsikotik

Tidak ada pengobatan yang diketahui

KOMPLIKASI

1. Paru – paru

Iritasi asap ganja menimbulkan bronkitis tak khas, suatu serangan seperti: asma, bahkan

destruksi permanen jaringan paru

2. Hidung dan tenggorokan

Terjadi sinusitis dan faringitis serta meningkatnya risiko timbulnya kanker

3. Sistem kardiovaskular

Kekuatan kontraksi otot jantung menurun, denyut jantung meningkat

4. Sistem imunitas

Penurunan daya tahan tubuh oleh karena THC menekan produksi sel limfosit sehingga risiko

terkena infeksi meningkat.

5. Sistem reproduksi

Pemakaian ganja yang berat pada pria berakibat menurunnya produksi sperma, sedangkan

pada wanita menghambat ovulasi. Pada wanita hamil THC menghambat pertumbuhan janin

olehkarena terganggunya oksigenasi.

Page 6: kanabioid

6. Sistem endokrin

Kadar pelbagai hormin menurun termasuk testostero dan hormon pertumbuhan. Begitu pula

dilaporkan pengaruh ganja terhadap kadar prolaktin

7. Otak

Pemakai ganja berat mempeerlihatkan perubahan EEG. Pengaruh THC terhadap septum otak

dan sistim limbik berakibat pada kemampuan mengendalikan emosi. Ganja juga

mengakibatkan gangguan daya ingat dan persepsi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Evaluasi psikologis

2. Urinalisis untuk mendeteksi secara kualitatif adanya metabolit THC di dalam urin

Hasil tes urinalisa positif 7-10 hari setelah pemakaian kanabis, tapi pada pemakai berat dapat

positif sampai 2-4 minggu.

3. Foto toraks

4. EEG

KRITERIA DIAGNOSIS GANGGUAN PENGGUNAAN KANABIS

Penyalahgunaan zat tanpa ketergantungan didefinisikan sebagai:

1. Terdapat pola penggunaan patologik.

2. Hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan akibat penggunaan zat.

3. Jangka waktu minimal penggunaan zat itu paling sedikit 1 bulan.

Kriteria diagnostik Penyalahgunaan Kanabis tanpa Ketergantungan bedasarkan PPDGJ

II:

A. Pola penggunaan patologik: intoksikasi sepanjang hari; penggunaan kanabis hampir tiap hari

selama paling sedikit 1 bulan; ada episode – episode gangguan waham kanabis.

B. Hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan akibat penggunaan kanabis: misalnya minatnya

dalam aktivitas yang biasanya dilakukan sehari – hari secara jelas menurun, kehilangan

Page 7: kanabioid

kawan – kawan, tidak masuk kerja, kehilangan pekerjaan, atau terlibat pelanggaran hukum

(selain dari hanya sekali ditangkap karena memiliki, membeli atau menjual zat itu)

C. Lama gangguan paling sedikit satu bulan.

Ketergantungan zat didefinisikan sebagai:

1. Terdapat toleransi atau sindrom putus obat (withdrawal)

2. Khusus ketergantungan kanabis diperlukan syarat terdapatnya pola penggunaan patologik

atau hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan.

Gambaran utama yang khas dari sindrom ketergantungan ialah keinginan (sering amat

kuat dan bahkan terlalu kuat) untuk memggunakan zat. Mungkin ada bukti bahwa mereka yang

menggunakan kembali zat setelah suatu periode abstinensia akan lebih cepat kambuh daripada

individu yang sama sekali tidak ketergantungan.

Kriteria diagnosis Ketergantungan kanabis berdasarkan PPDGJ II:

A. Terdapat pola pola penggunaan patologik atau hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan

akibat penggunaan kanabis.

Pola penggunaan patologik: intoksikasi sepanjang hari; penggunaan kanabis hampir tiap hari

selama paling sedikit satu bulan, terdapatnya episode – episode Gangguan Waham Kanabis.

Hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan akibat penggunaan kanabis: misalnya, jelas

berkurangnya minat terhadap aktivitas yang biasa dilakukannya, kehilangan kawan – kawan,

absen bekarja, kehilangan pekerjaan, atau terlibat persoalan hukum (bukan hanya sekali

tertangkap karena memiliki, menjual atau membeli zat terlarang).

B. Toleransi: kebutuhan untuk menambah jumlah kanabis secara jelas meningkat agar tercapai

efek yang dikehendaki, atau dengan penggunaan jumlah yang sama secara teratur terjadi

pengurangan efek secara jelas.

Gangguan mental organik kanabis terdiri dari:

1. Intoksikasi kanabis

2. Gangguan waham kanabis

Kriteria diagnosis gangguan waham kanabis menurut PPDGJ II:

A. Baru menggunakan kanabis

B. Timbul sindrom waham organik di dalam waktu 2 jam sesudah penggunaan zat itu.

C. Gangguan itu tidak menetap sesudah lebih dari 6 jam penghentian zat itu.

Page 8: kanabioid

D. Tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau mental lainnya.

Kriteria diagnosis intoksikasi kanabis berdasarkan PPDGJ II:

A. Baru menggunakan kanabis

B. Takikardia

C. Paling sedikit terdapat satu dari gejala psikologik di bawah ini yang timbul dalam waktu 2

jam sesudah penggunaan zat itu:

1. Euforia

2. Perasaan intensifikasi persepsi secara subyektif

3. Perasaan waktu berlalu secara lambat

4. Apati

D. Paling sedikit terdapat satu dari gejala fisik di bawah ini yang timbul dalam waktu 2 jam

sesudah penggunaan zat itu:

1. Kemerahan konjungtiva

2. Nafsu makan bertambah

3. Mulut kering

E. Efek tingkah laku maladaptif, misalnya kecemasan berlebihan, kecurigaan atau ide – ide

paranoid, hendaya daya nilai, halangan dalam fungsi sosial atau pekerjaan

F. Tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau nmental lainnya.

Kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis berdasarkan DSM IV:

A. Pemakaian kanabis yang belum lama.

B. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis (misalnya:

gangguan koordinasi motorik, euforia, kecemasan, sensasi waktu menjadi lambat, gangguan

pertimbangan, penarikan sosial) yang berkembang segera, atau segara setelah pemakaian

kanabis.

C. Dua (atau lebih) tanda berikut, berkembang dalam 2 jam pemakaian kanabis:

1. Injeksi konjungtiva

2. Peningkatan nafsu makan

3. Mulut kering

Page 9: kanabioid

4. Takikardia

D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak diterangkan lebih baik oleh

gangguan mental lain.

Sebutkan jika:

dengan gangguan pervasi

DIAGNOSIS BANDING:

1. Skizofrenia

2. Gangguan depresi dengan atau tanpa ciri psikotik

3. Gangguan bipolar

4. Gangguan panik

5. Gangguan Anxietas

6. Intoksikasi alkohol

7. Gangguan delusional

8. Intoksikasi halusinogenik

PENATALAKSANAAN

Prinsip

1. Tentukan cara pemberian. Ingesti oral menghasilkan efek yang berlangsung sampai 12

jam atau lebih.

2. Periksalah pasien untuk adanya penyalahgunaan alkohol, kokain, stimulan lainnya,

sedatif-hipnotik, dan obat lain. Lakukan pemeriksaan saring toksikologi urin.

3. Periksalah pasien untuk gangguan psikotik, mood, dan kepribadian dasar.

4. Rujuklah pasien untuk pengobatan rawat jalan yang tepat jika diindikasikan.

Medikasi Mentosa

Medikasi biasanya tidak diperlukan, tetapi kecemasan yang berat dapat dihilangkan dengan

benzodiazepin – sebagai contohnya lorazepam (ativan) 1 – 2 mg per oral, aprazolam (xanax) 0,5

– 1 mg peroral, klonazepam (klonopim) 0,25 – 0,5 mg per oral, atau oxazepam (serax) 10 – 30

mg peroral – yang seringkali menyebabkan tidaur. Jika gejala psikotik menonjol, gunakan

Page 10: kanabioid

haloperidol (haldol) 1 – 2 mg per oral atau intramuskular. Ulangi dalam 20 – 30 menit sesuai

keperluan.

Terapi untuk Gejala Psikologi

Psikosis/Gangguan Psikosis Akibat Penggunaan Ganja

1. Bila ditemukan pasien kehilangan kontak dengan realitas, perlu perawatan inap jangka

pendek.

2. Hendaklah diterangkan pada keluarga pasien bahwa masalah ini sifatnya sementaradan agar

membantu yang bersangkutan untuk mengembalikan penilaian realitasnya.

3. Antipsikotika dapat diberikan untuk jangka pendekdalam rangka mengatasi perilaku yang

tidak diinginkan, boleh diberikan haloperidol 5 mg / hari dalam dosis terbagi atau

khlorpromazin 25 – 150 mg per oral.reaksi psikotik yang tidak hilang dalam sehari hendaklah

dievaluasi tentang kemungkinan gangguan jiwa yang berat. Yang paling sering: skizofrenia

atau gangguan afektif.

Reaksi panik

1. Dilakukan pemeriksaan fisik untuk membedakan dengan intoksikasi obat lain (amfetamin,

halusinogenika, kokain)

2. Ambil darah 10 cc atau urin 50 cc untuk pemeriksaan toksikologis

3. Tentukan dosis yang digunakan dan lama pemakaian ganja

4. Yakinkan bahwa masalah ini akan teratasi dalam waktu 4 – 8 jam

5. Tempatkan pasien pada ruangan yang tenang, berikan keyakinan dan kerabat / teman

diperbolehkan membantu ”talk him down”

6. Derajat intoksikasi mungkin berfluktuasi dalam 5 jam atau lebih.

7. Tidak ada pengobatan yang khusus.

8. Bila anxietas tidak bisa diatasi, boleh diberi anxietas khlordiazepoksida 10 – 50 mg per oral,

dapat diulangi setelah 1 jam. Oleh karena menetapnya metabolit THK di dalam tubuh, pasien

diberitahu bahwa mereka mungkin mengalami perasaan intoksikasi ringan dalam 2 – 4 hari.

Bila reaksi memberat maka pada pasien dan keluarganya dikemukakan kemungkinan adanya

kormobiditas gangguan jiwa yang lain.

9. Rawat inap

Intoksikasi ganja

Page 11: kanabioid

- Jarang menyebabkan kematian. Reaksi toksik terjadi pada penggunaan ganja dalam jumlah

besar. Penanganan seperti pada reaksi panik. Tempatkan pasien pada ruangan tenan untuk

mengurangi stimulasi.

Sindrom Otak Organik

- Terapi sama dengan reaksi panik

Keadaan putus ganja

- Kondisi klinis akibat putus ganja pada umumnya ringan dan segera menghilang dengan

sendirinya dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Page 12: kanabioid

DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association. Canabis related Disorder in Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders : DSM-IV. 4th edition. Washington. 1994.

2. Andreasen Nancy C, Black Donald W. Cannabis Use Disorders in Introductory Textbook

of Psychiatry. 3rd edition.1994

3. Departemen Kesehatan RI. Terapi Ketergantungan Ganja dalam Pedoman Terapi Pasien

ketergantungan Narkotika dan Zat Adiktif lainnya. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

2000. h30-35.

4. Flaherty Joseph A, Channon Robert A, Davis John M, editors. Psychoactive Substance

Abuse in a Lange Clinical Manual: Psychiatry Diagnosis & Therapy ‘88/’89. Prentice-

Hall International Inc. United States Of America.1992.

5. Kaplan Harold I, Sadock Benjamin J, Grebb jack A. Cannabis-Related Disorders in

Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences Clinical Psychiatry.

7th edition. Infomed. Hongkong. 1994. p419-20.

6. Kleber D. Herbert, Leigh Hoyle, editor. Drug Dependence in Psychiatry in the Practice

of Medicine. Addison-Wesley Publishing Company. Sydney. 1983.

7. Kusuma Widjaja, Saputra Lyndon, editor. Intoksikasi Kanabis (Marijuana) dalam Dari A

sampai Z Kedaruratan Psikiatrik dalam Praktek. Professional Books. Jakarta. 1997.

8. Milby Jesse B. Addictive Behavior and Its Treatment. Springer Publishing Company.

New York. 1981.

9. Slaby Andrew E. Cannabis Intoxication and Delusional Disorders in Handbook of

Psychiatric Emergencies. Appleton & Lange. Connecticut.

10. Tomb David. Buku Saku Psikiatri. EGC. Jakarta. 2004.

Page 13: kanabioid