kamu setuju nggak berpoligami
TRANSCRIPT
-
8/9/2019 Kamu Setuju Nggak Berpoligami
1/2
Kamu Setuju Nggak untuk Berpoligami???
Beberapa waktu lalu, saya ditanya teman (marah), kamu setuju nggak untuk
berpoligami?. Awalnya kaget juga mendapat pertanyaan demikian, karena pertanyaan
itu seharusnya bersifat personal (pribadi), kenapa ditanyakan ke saya. Tapi mengingat
bahwa yang menanyakan hal itu benar-benar hanya teman berdiskusi, maka saya
beranggapan bahwa sebenarnya yang ingin dia tanyakan adalah pendapat saya mengenai
dalil-dalil poligami, bukan kesanggupan saya untuk melakukan poligami (hehe.... sempet
gr juga ditanya begitu).
Namun, saya tidak memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Itukan hal pribadi,
saya bilang. Berikutnya saya balik bertanya, kalo kamu dipoligami mau nggak?. Tanpa
saya duga, dia menyatakan bersedia dipoligami. Selanjutnya saya tanya lagi, nggak takut
suami berlaku nggak adil?, apa nggak takut juga entar istri yang satu dengan yang lain
saling iri jika ada sesuatu yang kalian rasa nggak adil?. Akhirnya dijawab juga, ya takut
siih........ Jawaban terakhir ini menunjukkan bahwa memang kadang ada ketakutan
dalam memilih sesuatu, entah khawatir dengan resikonya, atau berkaitan dengan
pertimbangan yang menjadi dasar keputusannya tersebut, dan ini berawal dari pertanyaanyang personal tersebut.
Ketika kita ditanya setuju atau tidak setuju dengan sesuatu hal, dengan kata lain mau atau
tidak, maka itu adalah pertanyaan yang saya anggap personal, karena kita menjawabnya
dengan pertimbangan akal dan kemampuan kita, tentu saja dengan subyektifitas kita juga.
Sedangkan kalau ditanyakan pendapat saya mengenai berpoligami berdasar cara hidup
saya (syariat Islam), tentu tidak bisa saya jawab dengan setuju atau tidak setuju, bersedia
atau tidak bersedia. Tapi mengacunya kembali kepada dalil tentang boleh atau tidaknya
berpoligami. Kalau dalil menyatakan boleh berpoligami maka tidak dimungkinkan bagi
saya untuk menyatakan tidak setuju, karena dalil tidak akan berubah dengan adanya
pernyataan pendapat seseorang. Begitupun sebaliknya, jika dalil menyatakan tidak
-
8/9/2019 Kamu Setuju Nggak Berpoligami
2/2
diperbolehkan, maka saya tidak bisa menyatakan hal yang tidak diperbolehkan syariat itu
berganti hukumnya menjadi diperbolehkan.
Jadi, jika pertanyaannya semacam itu (boleh atau tidak boleh berpoligami?), maka itu
adalah pertanyaan umum dan menjawabnya juga bukan berasal dari saya pribadi, tetapi
dengan membaca dan menganalisis dalil (syariat Islam).
Kalau pertanyaannya tetap seperti awal (kamu setuju nggak untuk berpoligami?), maka
itu tergantung otak saya, saya mampu nggak, dan jika saya menyatakan setuju (bersedia)
maka muncul juga subyektifitas diri saya atas diri seseorang yang akan saya ajak
berpoligami sampai dengan menganalisis kecantikannya, kepandaiannya, budi
pekertinya, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Hehe......., tulisan ini sekedar uneg-uneg. Semoga bermanfaat.
Agustus, 2008
Tag: poligami, dalil, subyektif, adil, marah, pribadi