kami yang kasih itu
DESCRIPTION
jssshhakhTRANSCRIPT
Struktur dan Mekanisme Sistem Pencernaan pada Manusia
Stela Angelia Dj Babua
102014180 / A4
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida wacana
Jl. Arjuna Utara No.06, Jakarta Barat
Pendahuluan
Pencernaan merupakan suatu proses penguraian makanan dari struktur yang komplek diubah
menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim yang diproduksi di
dalam sistem pencernaan. Organ-organ utama yang berperan dalam sistem pencernaan antara
lain mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Sementara organ
tambahan dalam sistem pencernaan meliputi hati, pankreas. Semua organ tersebut
menghasilkan enzim-enzim yang berguna untuk menguraikan makanan dari molekul kompleks
menjadi sederhana yang dapat digunakan oleh setiap sel untuk aktivitas tubuh manusia. Tetapi
dalam kasus ini hanya membahas saluran pencernaan dari usus halus – usus besar (kolon)
Makanan merupakan faktor yang menentukan kesehatan individu. Makanan yang kurang
bergizi dan waktu makan yang tidak teratur dapat menyebabkan kesehatan tergganggu. Agar
kita dapat memilih makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka perlu pengetahuan tentang,
cara pengolahannya , dan penyajiannya. Jumlah zat makanan yang kita makan tidak sama,
tergantung kebutuhan tubuh. Dalam makalah ini akan di bahas tentang struktur makro miko
usus halus dan kolon, mekanisme pencernaan, proses pencernaan, dan defekasi.
A. Struktur Anatomi Usus Halus , Kolon (Usus Besar)
Usus Halus
Duodenum atau juga disebut dengan usus 12 jari merupakan usus yg berbentuk seperti
huruf C yg menghubungkan antara gaster dengan jejunum. Duodenum melengkung di sekitar
1
caput pancreas. Duodenum merupakan bagian terminal/ muara dr system apparatus biliaris dr
hepar maupun dr pancreas. Selain itu duodenum juga merupakan batas akhir dr saluran cerna
atas. Dimana saluran cerna dipisahkan menjadi di saluran cerna atas dan bawah oleh adanya
lig. Treitz (m. suspensorium duodeni) yg terletak pd flexura duodenojejunales yg merupakan
batas antara duodenum dan jejunum. 1
Gambar 1. Struktur Anatomi Duodenum.5
Di dalam lumen duodenum terdapat lekukan2 kecil yg disebut dg plica sircularis.
Duodenum terletak di cavum abdomen pd regio epigastrium dan umbilikalis. Duodenum
memiliki penggantung yg disebut dg mesoduodenum. Duodenum terdiri atas beberapa bagian :
Pars superior duodeni
Bagian ini bermula dr pylorus dan berjalan ke sisi kanan vertebrae lumbal I dan terletak
di linea transylorica. Bagian ini terletak setinggi Vertebrae Lumbal I, dan memiliki
syntopi :
Anterior : lobus quadratus hepatis, vesica fellea.
Posterior : bursa omentalis, a. gastroduodenalis, ductus choledocus, v. portae
hepatis dan V. cava inferior.
Superior : foramen epiploica winslow.
Inferior : caput pancreas.
2
Pars descendens duodeni
Merupakan bagian dr duodenum yg berjalan turun setinggi Vertebrae Lumbal II –
III. Pd duodenum bagian ini terdapat papilla duondeni major dan minor, yg merupakan
muara dr ductus pancreaticus major dan ductus choledocus, jg oleh ductus pancreaticus
minor yg merupakan organ apparatus biliaris yg merupakan organ-organ system
enterohepatic. Duodenum bagian ini memiliki syntopi :
Anterior : fundus vesica fellea, colon transversum, lobus hepatis dextra, lekukan
usus halus.
Posterior : ureter dextra, hilus renalis dextra
Medial : caput pancreas
Lateral : colon ascendens, flexura coli dextra, lobus hepatis dextra
Pars inferior/horizontal
Merupakan bagian dr duodenum yg berjalan horizontal ke sinistra mengikuti
pinggir bawah caput pancreas dan memiliki skeletopi setinggi Vertebrae Lumbal II.
Duodenum bagian ini memiliki syntopi :
Anterior : mesenterium usus halus, vasa. Mesenterica superior, lekukan jejunum
Posterior : ureter dextra, m. psoas dextra, VCS, aorta
Superior : caput pancreas
Inferior : lekukan jejunum
Pars ascendens duodeni
Merupakan bagian terakhir dr duodenum yg bergerak naik hingga pd flexura
duodenujejunales yg merupakan batas antara duodenum dan jejunum. Pd flexura
duodenojejunales ini terdapat ligamentum yg menggantung yg merupakan lipatan
peritoneum yg disebut dg lig. Treitz (m. suspensorium duodeni) yg dimana ligamentum
ini juga merupakan batas yg membagi saluran cerna mjd saluran cerna atas dan saluran
cerna bawah. Duodenum bagian ini memiliki skeletopi setinggi Vertebrae Lumbal I
atau II. Duodenum bagian ini memiliki syntopi :
Anterior : mesenterium, lekukan jejunum.
Posterior : pinggir kiri aorta , pinggir medial m. psoas sinistra
Vaskularisasi duodenum baik arteri maupun vena nya terbagi menjadi 2. Untuk
duodenum pars superior hingga duodenum pars descendens diatas papilla duodeni major
3
(muara ductus pancreticus major), divaskularisasi oleh R. superior a. pancrearicoduodenalis
cabang dari a. gastroduodenalis, cabang dari a. hepatica communis, cabang dr triple hallery yg
dicabangkan dr aorta setinggi Vertebae Thoracal XII – Vertebrae Lumbal I. dan aliran vena
nya langsung bermuara ke vena porta. Sedangkan dibawah papilla duodeni major, duodenum
divaskularisasi oleh R. duodenalis a. mesenterica superior yg dicabangkan dr aorta setinggi
Vertebrae Lumbal I. Sedangkan aliran vena nya bermuara ke v. mesenterica superior.
Duodenum di innervasi oleh persarafan simpatis oleh truncus sympaticus segmen thoracal VI-
XII, sdgkn persarafan parasimpatis nya oleh n. vagus (n. X).1,2,3
Jejunum dan ileum juga srg disebut dg usus halus/ usus penyerapan membentang dr
flexura duodenojejunales sampai ke juncture ileocacaecalis. Jejunum dan ileum ini sama2
merupakan organ intraperitoneal. Jejunum dan ileum memiliki penggantung yg disebut sg
mesenterium yg memiliki proyeksi ke dinding posterior abdomen dan disebut dg radix
mesenterii. Pd bagian akhir dr ileum akan terdapat sebuah katup yg disebut dg valvulla
ileocaecal (valvulla bauhini) yg merupakan suatu batas yg memisahkan antara intestinum tenue
dg intestinum crassum. Selain itu, juga berfungsi utk mencegah terjadi nya refluks fekalit
maupun flora normal dalam intestinum crassum kembali ke intestinum tenue, dan jg utk
mengatur pengeluara zat sisa penyerapan nutrisi. Berikut adalah perbedaan antara jejunum dan
duodenum :
4
Jejunales dan ileum divaskularisasi oleh vasa ileales. Dimana a. jejunales dan a. ileales
sama2 merupakan cabang dr a. mesenterica superior yang dicabangkn dr aorta setinggi
Vertebrae Lumbal I. Sedangkan v. jejunales dan v. ileales jg sama2 bermuara ke v. mesenterica
superior.2
Gambar 2. Perdarahan jejunum-ileum3
Pembuluh arteri yang mendarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang arteria
mesenterica superior. Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri arteria dan berjalan di
dalam mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh-pembuluh ini beranastomis satu dengan
yang lain untuk membentuk serangkaian arcade. Bagian paling bawah ileum diperdarahi juga
oleh arteria ileocolica. Vena sesuai dengan cabang-cabang arteria mesenterica superior dan
mengalirkan darahnya ke dalam vena mesenterica superior. Saraf-saraf berasal dari saraf
simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) plexus mesentericus superior.3
Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua arcade dengan
cabang- cabang panjang dan jarang yang berjalan ke dinding intestinum tenue. Ileum menerima
banyak pembuluh darah pendek yang berasal dari tiga atau empat atau lebih arcade.
Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat radix dan jarang ditemukan di dekat
dinding jejunum. Pada ujung mesenterium ileum, lemak disimpan di seluruh bagian sehingga
lemak ditemukan mulai dari radix sampai dinding ileum.
5
Kelompok jaringan limfoid (lempeng Peyer) terdapat pada tunica mucosa ileum bagian bawah
sepanjang pinggir antimesenterica. Pada orang hidup, lempeng Peyer dapat dilihat dari luar
pada dinding ileum.
Jejunum dan Ileum
Jejunum dan ileum serupa dengan duodenum bagian atas. Perkecualiannya adalah tidak
ada kelenjar duodenal (Brunner) yang hanya terbatas pada bagian atas duodenum. Vili
memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi pada bagian-bagian usus halus berbeda, namun hal
ini tidak selalu jelas pada sediaan histologik. Di bagian akhir ileum, terdapat kumpulan
limfonoduli (plak Peyer) dengan interval tertentu.4
Tampilan dan distribusi mukosa muskularis, submukosa, muskularis eksterna, dan
serosa adalah khas untuk usus halus. Sel-sel ganglion parasimpatis pleksus mienterikus terlihat
di dalam jaringan ikat di antara lapisan otot polos sirkular (dalam) dan longitudinal (luar)
muskularis eksterna. Sel-sel ganglion pleksus submukosus juga terdapat di usus halus.4
Usus Besar
Anatomi usus besar manusia dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata
panjangnya 1,5 m dan lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam cecum, colon, dan rectum.
Vermiform appendix berada pada bagian distal dari cecum. Colon terbagi menjadi colon
ascending, colon transversal, colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus
besar adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal pada anus berfungsi untuk
mengontrol pembukaan anus.
6
Gambar 3. Struktur Anatomi Usus Besar.
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Diameter usus besar sudah pasti
lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat
anus diameternya semakin kecil.23 Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar adalah
selaput lendir, lapisan otot yang memanjang, dan jaringan ikat. Ukurannya lebih besar daripada
usus halus, mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot
longitudinal dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita, taenia coli yang menarik kolon
menjadi kantong-kantong besar yang disebut dengan haustra.
Bagian-bagian usus besar terdiri dari:
1. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup ileosekal
apendiks.25 Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada
7
ujung sekum.23 Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang sempit yang berisi
jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum.
2. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki tiga divisi:
(i) Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di sebelah kanan
dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatica, (ii) Kolon transversum:
merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal
kiri, tempatnya memutar ke bawah fleksura splenik, (iii) Kolon desenden : merentang
ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang
bermuara di rektum.
- Kolon, yang membentuk sebagain besar usus besar, tidak bergelung seperti usus halus
tetapi terdiri dari tiga bagian relatif lurus, yaitu kolon asendens, kolon transversum, dan
kolon desendens. Bagian terakhir kolon desendens membentuk huruf S, membentuk kolon
sigmoid, kemudian lurus membentuk rektum.5
- Kolon ascendens membentang dari caecum pada fossa iliaca dextra ke sisi kanan abdomen
sampai flexura colica dextra di bawah lobus hepatis dexter. Pada flexura colica dextra
kolon membelok ke kiri dengan tajam dan menyilangi abdomen sebagai kolon
transversum dalam lengkungan yang dapat menggantung lebih rendah daripada umbilikus,
dan baik pada sisi kiri berakhir pada flexura colica sinistra di bawah lien. Pada flexura
colica sinistra, colon membelok kembali berjalan ke bawah pada sisi kiri absdomen
sampai tepi pelvis, tempat colon berlanjut sebagai colon sigmoid. Colon sigmoid memiliki
beberapa lengkungan di dalam pelvis dan berakhir pada sisi yang berlawanan dengan
pertengahan sekum tepatnya berhubungan dengan rektum.6
- Rektum memiliki panjang seitar 12cm dn mendapat namanya karena berbentuk lurus atau
hampir lurus. Rektum dimulai pada pertengaha sakrum dan berakhir pada canalis analis.
Hubungan rektum pada bagian posterior adalah setengah bawah sakrum dan coccygeus,
lateral dengan musculus levator ani, anterior pria dengan vesica uriaria- vesicula
seminalis- galndula prostatica, dan anterior wanita dengan cervix uteri serta vagina.6
3. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13 cm.
Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.h
B. Mikroskopik
8
Usus Halus
Usus halus terdiri atas tiga daerah yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Tunika mukosa
usus halus memperlihatkan lipatan yang disebut dengan vili intestinal. Pada tunika submukosa
tampak lipatan spiral yang disebut dengan plika sirkularis.
Duodenum
Pada duodenum, lapisan mukosa diliputi oleh epitel selapis torak yang mempunyai
mikrovili dan sel piala. Sel piala disini belum begiu banyak. Mukosa mempunyai vili intestinal
yang gemuk-gemuk. Lamina propia terdapat di bawah epitel vili maupun kriptus Lieberkuhn.
Lapisan otot mukosa tidak ikut membentuk vili intestial. Lapisan submukosa dipenuhi kelenjar
Burnner. Lapisan otot terdiri atas lapisan lingkar dan mamanjang, dan dianataranya terdapat
pleksus saraf.
Jejunum
Pada jejunum lebih lebar, berdinding lebih tebal, dan lebih merah dibandingkan ileum
lapisan mukosanya mirip dengan duodenum tetapi vilusnya lebih langsing dan sel gobletnya
lebih banyak. Pada dasarnya kriptus dapat ditemukan sel paneth, berupa sel berbentuk limas
dengan puncaknya menghadap lumen. Di dalam sitoplasmanya terdapat granula kasar
berwarna merah. Lapisan submukosa disini tidak terdapat kelenjar.
Ileum
Lapisan mukosa pada ileum seperti jejunum tetapi sel pialanya jauh lebih banyak. Di dalam
lamina propia terdapat kelompok nodulus limfatikus yang membentuk bangunan khusus yang
disebut plaque peyeri yang dapat terliht meluas ke dalam submukosa. Lapisan submukosa
terdiri tas jaringan ikat jarang dengan pleksus meissner di dalamnya dan tidak mempunyai
kelenjar.
Jejunum dan ileum serupa dengan duodenum bagian atas. Perkecualiannya adalah tidak
ada kelenjar duodenal (Brunner) yang hanya terbatas pada bagian atas duodenum. Vili
memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi pada bagian-bagian usus halus berbeda, namun hal
ini tidak selalu jelas pada sediaan histologik. Di bagian akhir ileum, terdapat kumpulan
limfonoduli (plak Peyer) dengan interval tertentu.6
9
Gambar 4. Struktur Mikroskopis Usus Halus.
Usus Besar
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan
rektum, dimana nantinya raktum akan berlanjut ke anus. Pada kolon usus besar, lapisan
mukosa mempunyai bangunan mirip vilus tetapi itu bukan vilus, itu adalah potongan kriptus
liberkuhn. Vilus intestinalis tidak sama tinggi. Usus besar tidak mempunyai vilus. Epitel
sebagai terbesar terdiri atas sel piala. Kadang-kadang dapat ditemukan nodulus limfatikus di
dalam lamina propia. Lapisan otot mukosa mudah dikenali sebagai pembatas dengan lapisan
submukosa. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang yang di dalamnya dapat
ditemukan pleksus meissner. 7
Umbai cacing atau dikenal juga dengan appendix lapisan mukosanya seperti usus lainnya,
yaitu epitel selapos torak yang mempunyai sel goblet. Terdapat banyak nodulus limfatikus di
dalam lamina propia yang memenuhi sekeliling dindingnya. Lapisan mukosa pada rektum dan
anus terdiri dari epitel selapis torak dengan sel goblet yang menjadi epitel berlapis gepeng
tanpa lapisan tandung yang semakin ke distal dapat dijumpai adanya lapisan tanduk.
10
Gambar 5. Struktur Mikroskopis Kolon
Proses dan Mekanisme Sistem Pencernaan8
Terdapat empat proses dasar dalam pencernaan yaitu motilitas, sekresi, pencernaan,
penyerapan.
Motilitas
Motilitas adalah kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan,
otot polos di dinding saluran pencernaan secara terus menerus berkontraksi dengan kekuatan
rendah yang disebut dengan tonus. Tonus ini sangat penting untuk mempertahankan agar
tekanan pada isi saluran pencernaan tetap dan untuk mencegah dinding saluran pencernaan
melebar secara permanen setelah mengalami distensi.
Dalam proses motilitas terjadi dua gerakan yaitu gerakan propulsif dan gerakan
mencampur. Gerakan propulsif yaitu gerakan mendorong atau memajukan isi saluran
pencernaan sehingga berpindah tempat ke segmen berikutnya, dimana gerakan ini pada setiap
segmen akan berbeda tingkat kecepatannya sesuai dengan fungsi dari regio saluran pencernaan,
contohnya gerakan propulsif yang mendorong makanan melalui esofagus berlangsung cepat
karena struktur ini hanya berfungsi sebagai tempat lewat makanan dari mulut ke lambung tapi
sebaliknya di usus halus tempat utama berlangsungnya pencernaan dan penyerapan makanan
bergerak sangat lambat sehingga tersedia waktu untuk proses penguraian dan penyerapan
makanan. Gerakan kedua adalah gerakan mencampur, gerakan ini mempunyai 2 fungsi yaitu
mencampur makanan dengan getah pencernaan dan mempermudah penyerapan pada usus.1,2
11
Sekresi
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke lumen saluran pencernaan oleh kelenjar
eksokrin yang terletak di sepanjang rute, masing-masing dengan produk sekretorik spesifiknya
sendiri. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit dan konstituen organik spesifik
yang penting dalam proses pencernaan, seperti enzim, garam empedu, atau mukus. Sekresi
semua getah pencernaan memerlukan energi, baik untuk transportasi aktif sebagian bahan
mentah ke dalam sel (sebagian berdifusi secara pasif) maupun untuk sintesis produk sekretorik
oleh retikulum endoplasma.
Pencernaan
Pencernaan atau digesti merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang
kompleks menjadi satuan-satuan yang lebih kecil sehingga dapat diserap oleh enzim-enzim
yang diproduksi didalam sistem pencernaan. Karbohidrat, protein dan lemak merupakan
molekul-molekul besar yang tidak dapat menembus membran plasma utuh untuk diserap dari
lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe sehingga diperlukan proses pencernaan
untuk menguraikan molekul-molekul tersebut.
Bentuk karbohidrat paling sederhana adalah gula sederhana atau monosakarida (molekul
“satu gula”), misalnya glukosa, fruktosa, dan galaktosa, yang dalam keadaan normal jumlahnya
sangat sedikit dalam makanan. Protein dalam makanan terdiri dari kombinasi asam amino yang
disatukan ikatan peptida akan diuraikan menjadi asaam –asam amino konstituennya serta
beberapa polipeptida kecil yang dapat diserap. Lemak dalam makanan berbentuk trigliserida
akan dipecah menjadi monogliserida dan asam lemak.7
Penyerapan
Pencernaan diselesaikan dan sebagian besar penyerapan terjadi di usus halus. Setelah
proses digesti molekul-molekul yang telah menjadi satuan-satuan kecil dapat diabsorpsi
bersama dengan air, vitamin, dan elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran pencernaan ke
dalam darah atau limfe.
Usus Halus
Usus Halus merupakan tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan berlangsung.
Sepertinya sebelumnya pembahasan akan dikaitkan dengan 4 proses dasar pencernaan.
12
Motilitas
Segmentasi, merupakan mode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan makanan,
yang meliputi proses mencampur dan mendorong kimus secara perlahan. Segementasi terdiri
dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan berbentuk cincin disepanjang usus halus.
Cincin kontraktil ini tidak menyapu di sepanjang usus seperti halnya gelombang peristaltik.
Setelah suatu periode singkat segmen-segmen yang berkontrasi melemas dan kontraksi
berbentuk cincin ini muncul di bagian-bagian yang sebelumnya melemas.
Kontraksi baru mendorong kimus di bagian yang semula rileks untuk bergerak ke kedua
arah ke bagian-bagian yang kini melemas disampingnya. Karena itu, segmen yang baru
melemas menerima kimus dari kedua segmen yang berkontraksi tepat di belakang dan
depannya. Segera setelah itu bagian yang berkontraksi meleas kembali berganti. Dengan cara
ini kimus dipotong, digiling dan dicampur secara merata. Fungsi dari proses segmentasi ini
adalah untuk mencampur kimus dengan getah pencernaan yang disekresikan ke dalam lumen
usus halus dan memanjankan semua kimus ke permukaan absorptif mukosa usus halus.
Gambar 6. Segmentasi.
Migrating Motility Complex
Ketika sebagian besar makanan telah diserap, kontraksi segmentasi berhenti dan diganti di
antara waktu makan oleh migrating mitility complex. Motilitas disini berbentuk gelombang
peristaltik leemah berulang yang bergerak dalam jarak pendek ke hilir sebelum lenyap.
Gelombang peristaltik ini memerlukan waktu sekitar 100 sampai 150 menit untuk akhirnya
bermigrasi dari lambung ke ujung usus halus, dengan setiap kontraksi menyapu maju sisa-sisa
makanan sebelumnya. Mekanisme ini diperkirakan diatur oleh hormon motilin yang di
keluarkan sel-sel endokrin usus halus saat keadaan tidak makan.6
Sekresi Usus Halus
13
Setiap hari sel-sel kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mensekresikan ke dalam lumen
sekitar 1,5 liter larutan cair garam dan mukus yang disebut sukus enterikus (jus usus). Sekeresi
meningkat setelah makan sebagai repons terhadap stimulasi lokal mukosa usus halus oleh
adanya kimus.
Mukus di dalam sekresi berfungsi untuk melindungi dan melumasi. Selain itu, sekresi cair
menyerdiakan banyak H2O untuk berperan dalam pencernan makanan oleh enzim. Tidak ada
enzim pencernaan yang disekresikan ke dalam getah usus ini. Usus halus memang mensintesis
enzim pencernaan, tetapi enzim-enzim ini berfungsi di dalam membran brush-border sel epitel
yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak disekresikan langsung ke dalam lumen.
Pencernaan Usus Halus
Pencernaan di lumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas, dengan pencernaan
lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim-enzim pankreas, lemak di
reduksi secara sempurna menjadi unit-unit monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat
diserap. Protein diuraikan menjadi fragmen-fragmen peptida kecil dan beberapa asam amino.
Karbohidrat diubah menjadi disakarida dan beberapa monosakarida. Karena itu, pencernaan
lemak telah seleasi di dalam lumen usus halus, tetapi pencernaan karbohidrat dan protein
belum tuntas.
Nantinya, pencernaan karbohidrat dan protein akan dituntaskan di brush border yang
mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membran. Yaitu: enterokinase
(mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen), disakaridase meliputi maltase-sukrase-laktase
(menuntaskan pencernaan karbohidrat), dan aminopeptidase (menghidrolisis fragmen-fragmen
peptida kecil menjadi komponen asam aminonya).
Penyerapan Usus Halus
Semua produk pencernaan karbohidrat, lemak dan protein, serta seagain besar elektrolit,
vitamin, dan air, normalnya diserap oleh usus halus tanpa pandang bulu. Hanya penyerapan
kalsium dan besi yang biasnya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu semakin
banyak makanan yang dikonsumsi, semakin banyak ayang akan dicerna dan diserap.
Penyerapan sebagaian besar berlangsung di duodenum dan jejunum. 50% bagian dari usus
halus dapat diangkat tanpa menyebabkan gangguan penyerapan, namun jika ileum terminal
diangkat, maka akan terjadi gangguan penyerapan vitamin B12 dan garam empedu.
Usus Besar
14
Motilitas usus besar
Gerakan Mencampur (Haustrasi), umumnya gerakan usus besar belangsung lambat dan
tidak mendorong sesuai fungsinya sebagai tempat penyerapan dan penyimpanan. Motilitas
utama kolon adalah kontraksi haustra yang dipicu oleh ritmisitas otonom sel-sel otot polos
kolon. Kontraksi ini, yang menyebabkan kolon membentuk haustra, serupa dengan segemntasi
susu halus tetapi terjadi jauh lebih jarang. Lokasi kantung haustra secara bertahap berubah
sewaktu segmen yang semula meleas dan membentuk kantung mulai berkontraksi secara
perlahan sementara bagian yang tadinya berkontrasi melemas secara bersamaan membentuk
kantung baru. Gerakan ini tidak mendorong isi usus tetapi secara perlahan mengaduknya
masju-mundur sehingga isis kolon teroanjan ke mukosa penyerapan. Kontraksi haustra
umumnya dikontrol oleh refleks lokal yang melibatkan pleksus intrinsik.5,6
Gerakan Massa, tiga atau empat kali sehari, terjadi peningkatan mencolok motilitas saat
segmen-segmen besar kolon asendens dan transversum berkontraksi secara simultan,
mendorong tinja sepertiga sampai seperempat panjang kolon dalam beberapa detik. Kontraksi
masif ini yang secara tepat dinamai gerakan massa, mendorong isi kolon ke bagian distal usus
besar, tempat bahan disimpan sampai terjadi defikasi.
Ketika makanan masuk ke lambung, terjadi refleks gastrokolon, yang menjadi pemicu
utama gerakan massa di kolon. Ketika makanan masuk ke saluran cerna, terpicu refleks-refleks
yang memindahkan isi yang sudah ada ke bagian distal untuk.
menyediakan tempat bagi makanan yang baru masuk. Refleks gastroileum memindahkan
isi usus halus yang masih ada ke dalam usus besar, dan refleks gastrokolon mendorong isi
kolon ke dalam rektum, memicu defekasi.
Refleks Defekasi
Ketika gerakan masa di kolon mendorong tinja ke dalam rektum, peregangan yang teradi di
rektum merangsang reseptor regang di didinding rektum, memicu refleks defekasi. Refleks
defekasi memicu sfingter ani internus (otot polos) melemas dan rekum serta kolon sigmoid
berkontraksi lebih kuat. Jika sfingter ani eksternus (otot rangka) juga melemas maka terjadi
defekasi. Karena otot rangka, sfingter ani eksternus berada di bawah kontrol volunter, jika
keadaan tidak memungkinkan untuk defekasi maka akan terjadi pengencangan sfingter ani
eksternus secara segaja.8
15
Jika defekasi ditunda maka dinding rektum yang semula teregang secara perlahan melemas,
dan keinginan untuk buang air besar mereda sampai gerakan massa berikutnya mendorong
lebih banyak tinja ke dalam rektum dan kembali meregangkan rektum serta memicu refleks
defekasi. Jika defekasi terjadi maka biasanya dibantu oleh gerakan mengejan volunter yang
melibatkan kontraksi otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis tertutup secara
bersamaan.8
Gambar 7. Mekanisme Defekasi.8
Sekresi Usus Besar
Usus besar tidak mengeluarkan enzim pencernaan apapun. Tidak ada yang diperlukan
karena pencernaan telah selesai sebelum kimus mencapai kolon. Sekresi kolon terdiri dari
laruan mukus basa (NaHCO3) yang fungsinya adalah melindungi mukosa usus besar dari
cederamekanis dan kimiawi. Mukus mempermudah feses bergerak, sementara NaHCO3
menetralkan asam iritan yang diproduksi oleh fermentasi bakteri lokal.
Pencernaan Usus Besar
Dalam usus besar tidak terjadi pencernaan karena tidak terdapat enzim pencernaan.
Bakteri kolon mampu mencerna sebagain selulosa namun untuk kepentingan metabolisme
mereka sendiri.
Penyerapan Usus Besar
Kolon dalam keadaan normal menyerap garam dan H2O. Natrium diserap secara aktif, Cl-
mengikuti secara pasif menuruni gradien listrik, dan H2O mengikuti secara osmotis. Kolon
16
menyerap sejumlah elektrolit lain serta vitamin K yang disintesis oleh bakteri kolon. Melalui
penyerapan garam dan H2O terbentuk massa tinja yang padat.
Tinja atau feses merupakan hasil akhir dari sistem pencernaan. Dimana feses terdiri dari
100gr H2O, 50gr bahan padat meliputi selulosa-bilirubin-bakteri-sejumlah kecil garam, dan
residu makanan yang tidak diserap. Selain mengeluarkan feses, terdapat pula gas yang turut
dikeluarkan yang disebut flatus.
Penutup
Sistem pencernaan adalah salah satu sistem yang sangat penting bagi tubuh manusia.
Jika salah satu proses sistem pencernaan terganggu, maka aka nada sebagian kecil yang
menjadi kebutuhan tubuh kita tidak terpenuhi karena tidak diserab atau tidak dapat diambil
oleh tubuh kita. Jika sistem pencernaan mengalami gangguan maka tubuh kita dapat
mengalami kekurangan nutrisi yang menjadi kebutuhan bagi tubuh kita.
Daftar Pustaka
1. Wibowo S Daniel. Anatomi tubuh manusia. Jakarta : Grasindo; 2005. P.56-
82.
2. Dewajanthi A.M. Salim D. Mexcorry E. Rumiati F. Winata H. Kindangen K. et al.
Bahan kuliah blok 9 digestive system-1. [Bab 4: Sistem digestive 1] Jakarta:
UKRIDA;2014. P.30-5.
3. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta : EGC; 2006.
4. Schuenke M. Atlas of anatomy: latin nomenclature. 2nd Ed. New York: Thieme; 2009.
5. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002. Lauralee S.
6. Human physiology from cells to system. Belmont: Thomson brooks/cole; 2007. P.57-
82.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
8. Brooker C. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.9. Michal P. Turski. Kynurenic Acid in the Digestive System—New Facts, New
Challenges International Journal of Tryptophan Research; 2013. Vol. 33. No. 6, p. 47-55
17