file · web viewuntuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang...

36
TUGAS MAKALAH MATA KULIAH OPTIMASI PABRIK ( HMKB766 ) NAMA : AMAT SANTOSO NIM : H1F113073 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Upload: lytu

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH

OPTIMASI PABRIK ( HMKB766 )

NAMA : AMAT SANTOSO

NIM : H1F113073

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2016

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah tentang “Quality Control Untuk Produksi Kertas

Pt X Paper Products Menggunakan Metode Six Sigma”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami

menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan

kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami

menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki

makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Quality Control Untuk

Produksi Kertas Pt X Paper Products Menggunakan Metode Six Sigma” ini dapat

memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan industri saat ini semakin ketat, berbagai cara dilakukan untuk

memenangkan persaingan. Tidak sedikit para pengusaha kalah dalam persaingan

produksi. Kekalahan itu terjadi karena hasil produknya tidak banyak diminati

dalam hal ini tidak laku di pasaran, sehingga menimbulkan kerugian besar.

Banyak faktor penyebab ketidaklakuan suatu produk yaitu karena kelemahan

manajemen produksi suatu perusahaan, khususnya kurang kepedulian terhadap

hasil produk sebelum dipasarkan kepada konsumen oleh karena pesaing memiliki

hasil produk yang lebih baik. Keinginan konsumen pada intinya adalah ingin

mendapatkan kepuasaan terhadap barang yang dibelinya. Jika konsumen

dihadapkan dengan beberapa pilihan dengan harga yang relatif hampir sama maka

yang dipilih adalah produk yang memiliki kualitas utama.

Inti dari pernyataan di atas penting adanya suatu manejemen pengawasan

kualitas produk. Saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan penghasil barang

melabelkan nama kualitas pada media iklan maupun langsung pada kemasan

produknya. Hal tersebut dilakukan tidak lebih agar konsumen yakin bahwa produk

yang ditawarkan kepadanya adalah produk yang paling baik. Sistem kualitas

tersebut dikenal dalam dunia produksi adalah Quality Control atau Pengendalian

Mutu Produk.

Pengendalian kualitas produk dalam proses produksi merupakan faktor yang

sangat penting bagi dunia industri karena pengendalian kualitas yang baik dan

dilakukan secara terus menerus akan dapat mendeteksi ketidaknormalan secara

cepat, sehingga dapat segara dilakukan tindakan antisipasinya. Hal ini untuk

menjamin mutu produksi. Makin meningkatnya kemajuan proses produksi makin

diperlukan pengendalian kualitas. Kontrol kualitas sangat diperlukan dalam

memproduksi suatu barang untuk menjaga kesetabilan mutu. Kontrol kualitas

secara statistik berbeda dengan kontrol kualitas secara kimia atau fisika. Pada

kontrol kualitas secara statistik tidak menghendaki terbaik absolut, tetapi kualitas

yang diinginkan adalah memenuhi permintaan konsumen.

Proses pengendalian mutu / Quality control pada dasarnya terbagi dalam

dua proses yaitu dilihat dari sebelum atau sesudah, maksudnya adalah waktu

penelitiannya apakah data tersebut dilakukan sebelum proses berlangsung atau

dikenal dengan istilah DFSS atau dilakukan setelah proses berlangsung atau

DMAIC [9]. DMAIC merupakan jantung analisis metode Six Sigma yang

menjamin voice of customer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk

yang dihasilkan memuaskan keinginan pelanggan. DMAIC adalah singkatan dari

Define yang merupakan fase Menentukan masalah, Measure adalah fase

mengukur tingkat kecacatan, Analyze adalah fase menganalisis sebab-sebab

masalah pada proses, Improve adalah fase meningkatkan proses dan

menghilangkan sebab-sebab cacat, dan Control adalah fase mengawasi kinerja

proses dan menjamin cacat tidak akan muncul lagi [3]. Hasil penelitian terdahulu

yang dijadikan referensi adalah“Analisis Masalah Kualitas Produk Pada

Perusahaan Developer Real Estate Menggunakan Metode Six Sigma” oleh Dian

Nur Apriani.

PT X merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kertas.

Dalam pembuatan kertas tersebut, PT X sangat memperhatikan kualitas

produknya. Dengan keahlian dan penyelidikan laboratorium yang semakin

modern mengenai standar kualitas yang harus dicapai dalam pembuatan kertas, PT

X selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produknya agar selalu dapat

memenuhi keinginan konsumen. Dengan melihat kenyataan di atas, maka

penelitian yang diajukan “Quality Control Untuk Produksi Kertas pada PT X

Paper Products Menggunakan Metode Six Sigma.

1.2 Masalah

Berdasarkan keterangan dari latar belakang di atas, maka munculah

permasalahan mengenai cacatnya produksi kertas pada PT X Paper Products dan

mengalisa solusi dari permasalahan produksi Jenis IT 127 dan IT 170

menggunakan metode Six Sigma.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian dapat lebih fokus dan terarah sesuai dengan kondisi maka

penelitian dibatasi antara lain :

a. Pengendalian kualitas pada penelitian ini menekankan hanya pada kondisi

kertas mengalami cacat/gagal.

b. Produksi yang diteliti adalah kertas gulungan/roll yang selanjutnya akan

dikirim kepada pengolah kertas selanjutnya.

c. Penelitian Quality Control menggunakan metode Six Sigma pada Fase Define,

Measure, dan Analyze. Tanpa mengikutsertakan Fase Control dan Improve

karena cakupan yang begitu luas.

d. Penelitian ini menggunakan 5 variabel (Light/l, Dyes a, Dyes b, Brightness,

dan Whiteness) dengan masing-masing variabel terdiri atas dua kategori

penyebab cacat suatu kertas.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui keadaan pengendalian kualitas kertas pada PT X.

b. Untuk mengetahui faktor utama penyebab suatu produk kertas mengalami

kegagalan dalam proses produksi.

c. Melihat kapabilitas kinerja perusahaan dalam memproduksi kertas.

d. Menindaklanjuti faktor-faktor penyebab terjadinya kegagalan produk kertas

PT X dan memberikan solusi atas setiap permasalahan suatu kertas dikatakan

mengalami kecacatan.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penerapan teori-teori statistika yang

diaplikasikan pada kasus nyata di lapangan serta pelatihan dalam menganalisis

suatu masalah secara ilmiah dan mengasah ketajaman berpikir. Hasil penelitian

diharapkan mampu memberikan masukan sebagai dasar pertimbangan dalam

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan upaya pencapaian kualitas

produksi.

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dijelaskan tentang pengendalian kualitas terhadap produk dan

statistik, six sigma dan proses produksi kertas PT X. Pada konsep Six Sigma

dibahas beberapa hal antara lain : Defini Six Sigma dan metodologi peningkatan

Six Sigma menggunakan metode DMAIC yang terdiri dari fase Define, Measure,

Analyze, Improve, dan Control.

2.1 Definisi Pengendalian Kualitas

2.1.1 Pengendalian Kualitas Produk

Peranan pegendalian kualitas produk menjadi bertambah besar dan

penting dengan adanya perkembangan selera akibat peradaban manusia yang

berubah. Perubahan selera tersebut mendorong konsumen untuk selalu

mencari barang yang nilai gunanya lebih sempurna dan baik. Kualitas suatu

produk dengan proses produksi sangat erat kaitannya.

Suatu produk dibuat melalui proses pengolahan dari bahan baku

menjadi barang setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi (finished

goods) berdasarkan kualitas yang diciptakan. Kualitas suatu produk berkaitan

dengan bentuk, warna, dan dapat pula dikaitkan dengan seni, karena kualitas

selalu dikaitkan dengan memenuhi selera konsumen. Konsumen bersedia

membayar dengan harga mahal, asalkan mereka memperoleh kepuasan.

Artinya mereka bersedia membeli suatu barang dengan harga yang masuk

akal, tetapi kualitas harganya baik. Kualitas suatu produk adalah keadaan

fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera

dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah

dikeluarkan. Pengendalian kualitas merupakan kegiatan terpadu mulai dari

produk standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi,

barang jadi, sampai standar pengiriman produk ke konsumen, agar barang

atau jasa yang diproduksi sesuai dengan kualitas yang direncanakan

(pemenuhan spesifikasi kebutuhan). Pengendalian kualitas dapat dilakukan

pada produk yang dihasilkan, atau dikenal dengan rencana penerimaan

sampel produk (acceptance sampling). Acceptance sampling merupakan

proses evaluasi bagian produk dan seluruh produk yang dihasilkan agar

konsumen menerima seluruh produk yang dihasilkan tersebut. Jadi

pengendalian kualitas suatu produk merupakan pekerjaan yang kompleks

karena menyangkut berbagai tugas yang berkaitan dengan proses pembuatan

suatu produk.

2.1.2 Pengendalian Kualitas Statistik

Batasan teknik pengendalian kualitas produksi adalah pengendalian kualitas

produksi secara statistik. Pengendalian kualitas statistik (statistical quality

control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses

statistik (statistical process control) atau yang sering disebut dengan control chart

dan rencana penerimaan sampel produk atau yang sering dikenal dengan

acceptance sampling. Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control)

merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan sebagai

pemonitor, pengendali, penganalisis, pengelola dan memperbaiki proses

menggunakan metode statistik. Pengendalian proses statistik merupakan

penerapan metode-metode statistik untuk pengukuran dan analisis variasi proses.

Dengan pengendalian proses statistik maka dapat dilakukan analisis dan

meminimalkan penyimpangan atau kesalahan, mengkuantifikasikan kemampuan

proses dan membuat hubungan antara konsep dan teknik yang ada untuk

mengadakan perbaikan proses. Keberhasilan dalam pengendalian proses statistik

sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni sistem pengukuran, sistem pelatihan

yang tepat, dan komitmen manajemen.

Kontrol kualitas secara statistik yang diinginkan adalah yang memenuhi

permintaan konsumen. Permintaan konsumen yang dimaksud adalah akhir

kegunaan suatu produk dan harga jual suatu produk. Lebih lanjut hal ini

dijabarkan dalam bentuk spesifikasi ukuran, ciri-ciri operasi, ongkos produk,

syarat produksi untuk menghasilkan produk yang dikehendaki.

2.2 Six sigma

Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah

dan meningkatkan proses melalui fase DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Improve and Control). Secara sederhana Six Sigma dapat diterjemahkan sebagai

suatu proses yang mempunyai kemungkinan cacat (defect opportunity) sebesar

0.00034% atau sebanyak 3.4 buah dalam satu juta produk (defect per

million). Umumnya Six Sigma dituliskan dalam simbol 6 sigma (6𝜎). Produk

yang dimaksud adalah produk yang dapat dinilai secara objektif.

Defect adalah semua kejadian atau peristiwa dimana produk atau proses

memenuhi kebutuhan sesorang pelanggan. Sekali menghitung defect dapat pula

menghitung “hasil” proses (persentase item tanpa defect), dan menggunakan tabel

untuk menentukan “level sigma”. Level sigma dari kinerja juga sering

diekspresikan dalam “Defect per Million Opportunities” (Kesalahan per sejuta

peluang) atau “DPMO”. DPMO mengidentifikasikan berapa banyak kesalahan

yang akan muncul jika sebuah aktivitas diulang satu juta kali. Dalam melakukan

kalkulasi, dengan memfaktorkan peluang-peluang dalam defect. Persentase dan

jumlah kecacatan dari beberapa sigma dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1. Tabel Konversi Sigma

Tabel Konversi Sigma yang disederhanakan

Persentase Tanpa Kecacatan DPMO Sigma

30.90% 690000 1

69.20% 308000 2

93.30% 66800 3

99.40% 6210 4

99.98% 320 5

99.99% 3.4 6

Dalam usaha-usaha memperkecil variansi, six sigma dilakukan secara

sistematis dengan mendefinisikan, mengukur, menganalisa, memperbaiki, dan

mengendalikan produk suatu barang.

Ada enam tema utama dalam Six Sigma, yaitu :

a. Fokus yang sungguh-sungguh kepada pelanggan

b. Manajemen yang digerakkan oleh data dan fakta.

c. Fokus pada proses , manajeman, dan perbaikan.

d. Manajemen proaktif.

e. Kolaborasi tanpa batas.

f. Dorongan untuk sempurna dan toleransi terhadap kegagalan.

DMAIC merupakan jantung analisis Six Sigma yang menjamin voice of

customer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk yang dihasilkan

memuaskan keinginan pelanggan. Tahapan-tahapan dari Six Sigma adalah:

2.2.1 Fase Define (Pendefinisian)

Adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan

pelanggan dan membangun tim. Fase ini tidak banyak menggunakan statistik.

Statistik yang sering digunakan adalah diagram Pareto. Seperti Gambar 2.1.

berikut ini:

Gambar 2.1 Contoh Diagram Pareto

Alat statistik tersebut digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan

menentukan prioritas masalah. Masalah tersebut akan dijelaskan secara rinci

pada fase Measure.

Proses Mapping adalah grafik yang menggambarkan langkah-langkah yang

dilakukan dalam meningkatkan kualitas proses menggunakan simbol-simbol

standar flowchart. Proses mapping mempunyai lima kategori kerja utama, yaitu

mengidentifikasi supplier, input supplier, process, output proses dan pelanggan

dari proses.

Kelima kategori ini dikenal dengan istilah SIPOC (Supplier-Input-

Process-Output-Customer) dengan keterangan sebagai berikut :

a. Supplier yaitu orang atau kelompok yang memberikan informasi kunci,

bahan- bahan atau sumber daya lainnya kepada proses.

b. Input adalah sesuatu yang diberikan.

c. Process adalah sekumpulan langkah yang mengubah dan ideal nya

menambahkan nilai/input.

d. Customer adalah orang atau kelompok yang menerima output .

Simbol-simbol yang digunakan pada pembuatan proses mapping

: digunakan untuk menggambarkan awal dan akhir

proses.

: digunakan untuk menggambarkan tahap-tahap dalam

proses.

: digunakan untuk menggambarkan pengambilan

keputusan.

: digunakan untuk menghubungkan tahap-tahap dalam proses.

2.2.2 Fase Measure (Pengukuran)

Adalah fase mengukur tingkat kecacatan dan tingkat kinerja. Dalam fase

ini, pengukuran yang dilakukan antara lain :

1. Pengukuran baseline kinerja

Sebelum dilakukan proses Six Sigma harus dilakukan pengukuran tingkat

kinerja saat ini atau pengukuran baseline kinerja. Ukuran hasil kinerja baseline

yang digunakan pada Six Sigma adalah tingkat DPMO (Defect Per Million

Oppurtunity) dan pencapaian tingkat kapabilitas sigma (sigma level). Perhitungan

nilai sigma dilakukan unuk mengetahui performa proses saat ini yang akan

menjadi tolak ukur dalam menentukan tindakan perbaikan yang harus

dilakukan. Langkah-langkahnya yaitu:

a. Menghitung nilai DPMO

DPMO merupakan suatu ukuran kegagalan dalam Six Sigma yang

menunjukan kerusakan suatu produk dalam satu juta barang yang diproduksi.

Kriteria DPMO harus didefinisikan dengan teliti. Kerusakan dapat digambarkan

dengan tidak bersih, tepat atau tidak sesuai dengan standar.

Nilai DPMO dari suatu produk menggambarkan rata-rata pengukuran pada

suatu proses.

b. Mengkonversi nilai DPMO ke nilai sigma menggunakan Tabel Konversi

Sigma

Setelah diperoleh nilai DPMO dan level sigma, maka kita dapat ketahui

besarnya baseline kinerja perusahaan saat ini.

2. Pengukuran tingkat kapabilitas proses (capability process)

Suatu proses disebut mempunyai kapabilitas jika proses tersebut mempunyai

kemampuan untuk menghasikan output yang berada dalam batas spesifikasi yang

diharapkan. Dimana nilai rata-rata dari proses sama dengan nilai target yang

diharapkan dan besar rentang spesifikasi yang diinginkan perusahaan yaitu (USL − LSL) lebih besar dari rentang batas terkontrol pada produk yang

dihasilkan UCL-LCL.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2. besarnya batas

spesifikasi perusahaan ditentukan oleh bagian Quality Control pada perusahaan

sedangkan besarnya batas terkontrol dapat diketahui melalui bagan kendali

Shewhart. Ukuran yang menyatakan kemampuan proses tersebut dinamakan

capability index. Sedangkan analisanya disebut analisa proses kapabilitas. Analisa

proses kapabilitas dapat digunakan apabila proses tersebut berada dalam statistical

process control, apabila tidak maka kapabilitasnya tidak dapat dipercaya.

proses kapabilitas dapat digolongkan dalam tiga kondisi, yaitu:

A. Proses yang memiliki kapabilitas tinggi, yang terjadi bila rentang proses

berada didalam rentang spesifikasi (Dapat dilihat pada Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Bagan Kendali Proses Kapabilitas Tinggi

b. Proses yang memiliki kapabilitas hampir tidak cukup, yang terjadi bila

rentang proses sama dengan rentang spesifikasi. (Gambar 2.4)

Gambar 2.4 Bagan Kendali Proses Kapabilitas Hampir Cukup

C. Proses yang tidak memiliki kapabilitas, terjadi bila rentang proses lebih besar

dibandingkan dengan rentang spesifikasi (Gambar 2.5).

Gambar 2.5 Bagan Kendali Proses Tidak Memiliki Kapabilitas

2.2.3 Fase Analyze (Analisis)

Merupakan fase mencari dan menentukan penyebab dari suatu masalah.

Selanjutnya akar utama suatu permasalahan dapat dianalisis menggunakan

diagram cause & effect/ Ichigawa/ Fishbone dan Failure Models and Effect

Analysis/FMEA).

1. Diagram Sebab Akibat

Cause and Effect diagram adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengorganisasi dan menggabungkan seluruh ide-ide mengenai penyebab

potensial dari sutu masalah. Bentuknya seperti tulang ikan (fishbone), terdiri dari

dua macam bagian yaitu [1]:

a. Kepala ikan (akibat), berada di sebelah kanan. Bagian ini memuat suatu

permasalahan (kecacatan produk), yaitu akibat yang terjadi.

b. Tulang ikan (penyebab), terdiri dari faktor-faktor penyebab dimana duri-duri

tersebut akan bercabang-cabang sesuai jumlah penyebab yang ditemukan.

2. FMEA (Failure Models and Effect Analysis)

Failure Models and Effect Analysis atau analisa potensi kegagalan dari

produk/proses dan efek-efeknya merupakan suatu kegiatan mendokumentasikan

pengidentifikasian tindakan atau menghilangkan atau mengurangi kemungkinan

potensi kegagalan terjadi.

Langkah-langkah dalam menggunakan FMEA yaitu [8]:

a. Mengidentifikasi proses, produk atau jasa.

Membuat kolom-kolom dalam sebab sphreadsheet. Masing-masing kolom

tersebut diberi nama: modes of failure, cause of failure, effect of failure,

frequency of occurance, degree of severity, chance of detection, risk priority

mumber (RPN) dan rank.

b. Membuat daftar masalah-masalah yang mungkin muncul.

c. Mengidentifikasi semua penyebab dari setiap masalah yang muncul.

d. Menentukan akibat dari setiap masalah tersebut. Kemudian mengidentifikasi

akibat potensial dari masalah terhadap pelanggan, produk dan proses.

e. Membuat tabel keterangan nilai-nilai yang akan ditentukan. Untuk mengisi

kolom frequency of occurance, degree of severity, dan chance of detection

dibuat suatu tabel consensus dari nilai-nilai relative untuk mengasumsikan

frekuensi muncul (occurance), seberapa besar pengaruh efek kegagalan yang

terjadi (severity). Kemungkinan masalah tersebut terdeteksi dan diatasi

sekarang ini (detection). Selanjutnya mengisikan nilai yang sesuai untuk

kolom-kolom di atas berdasarkan tabel yang telah dibuat.

2.2.4 Fase Improve (Meningkatkan)

Adalah fase meningkatkan proses dan menghilangkan sebab cacat. Pada

fase Measure telah ditetapkan variabel faktor untuk masing-masing respon. Pada

fase Improve memilih strategi peningkatan variabel faktor.

Design of Eksperiment (DOE) merupakan salah satu metode statistik yang

digunakan untuk meningkatkan dan melakukan perbaikan kualitas. Design of

Eksperiment dapat didefinisikan suatu uji atau rentetan uji dengan mengubah-

ubahvariabel input (faktor) suatu proses sehingga dapat diketahui penyebab

perubahan output (respon).

2.2.5 Fase Control (Pengawasan)

Fase Control merupakan fase mengontrol kinerja proses dan menjamin

cacat tidak muncul. Alat yang paling utama digunakan adalah diagram

kontrol. Fungsi utama diagram kontrol adalah sebagai berikut:

a. Membantu mengurangi variabilitas

b. Memonitor kinerja setiap saat

c. Memungkinkan proses koreksi untuk mencegah kegagaalan

d. Trend dan kondisi di luar kendali terdeteksi secara cepat.

Diagram control merupakan run chart dalam suatu interval keyakinan

tertentu, biasanya 3 standar deviasi (3𝜎), diagram ini memuat 3 garis batas, yaitu

Batas Kontrol Atas / Upper Control Limit (UCL), rata-rata kualitas sampel, dan

Batas Kontrol Bawah / Lower Control Limit (LCL). Garis UCL dan LCL

merupakan garis dengan menambahkan dan mengurangkan 3 standar deviasi dari

garis rata-rata kualitas sampel.

Secara umum diagram kontrol dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu

diagram kontrol variabel dan diagram kontrol atribut. Diagram kontrol variabel

memiliki tipe data kontinu dan datanya diperoleh sebagai hasil pengukuran.

Sebagai contoh, pengukuran berat, panjang, dan lain-lain. Diagram kontrol atribut

memiliki tipe data diskrit dan datanya diperoleh sebagai hasil perhitungan.

Sebagai contoh jumlah cacat atau proporsi cacat produk [3]. Dalam penelitian

ini data yang digunakan adalah berbentuk ukuran yang kontinu yaitu ukuran

tekstur kertas dan warna kertas sehingga data yang dipilih adalah diagram kontrol

variabel.

2.3 Proses Produksi Kertas PT X

Proses produksi kertas di PT. X meliputi semua proses di seksi Stock

Preparation, Paper Machine, dan Finishing-Converting.

2.3.1 Stock Preparation (Penyediaan Bahan)

Seksi Stock Preparation bertugas untuk mempersiapkan semua bahan

baku yang diperlukan dalam proses produksi kertas. Tahap persiapan ini sangat

menentukan mutu kertas yang dihasilkan.

1. Proses Persiapan Bahan Baku Pulp

Terdiri dari 4 tahap, yaitu:

a. Pulping (Peleburan Bahan Kayu)

Proses pulping adalah proses pembuburan (penghancuran) lembaran pulp &

broker paper yang dimasukkan oleh operator menjadi buburan pulp dengan

menambah process water (air buangan proses produksi yang sudah didaur

ulang di settling tank) untuk mengencerkan buburan pulp, dimana sebelumnya

operator memisahkan kawat pengikat & kotoran dari lembaran pulp kering.

b. Refining (Penggilingan)

Dari flow tank, buburan pulp terlebih dahulu melalui filter. Di dalam filter

buburan pulp dibersihkan kembali, baru kemudian buburan pulp digiling.

c. Mixing (Pencampuran)

Dari refining chest, buburan pulp dimasukkan ke dalam mixing chest untuk

dicampur dengan buburan pulp dari broke paper (dari Departemen Paper

Machine dan Departemen Finishing and Converting).

2. Proses Penyiapan Larutan CaCO3

Larutan CaCO3 disiapkan dengan 3 tahap, yaitu :

a. Pengenceran

Pengenceran dilakukan dengan menggunakan fresh water yang berasal dari

seksi Water Treatment sampai didapat konsistensi 23 ± 2 %. Sebelumnya

agitator pada tangki pengaduk dihidupkan kemudian dialirkan fresh water pada

saat tangki pengaduk terisi 1/3 bagiannya, CaCO3 dimasukkan dengan

konsistensi larutan 30 ± 2 %. Aliran air dihentikan pada saat pulper sudah terisi

penuh.

b. Penyaringan

Larutan CaCO3 yang telah diencerkan tercampur merata akan melewati

vibro screen untuk memisahkan kotoran-kotoran yang terbawa dan

dipindahkan ke tangki penampung dan siap dipompa ke Paper Machine.

c. Pemurnian

Larutan CaCO3 tersebut ditambahkan biocide yang berfungsi untuk

mematikan mikroorganisme pada larutan yang akan menurunkan kualitas

produk.

3. Proses Pembuatan Larutan Bahan Pewarna (Dyes)

Langkah-langkah pembuatan larutan bahan pewarna adalah sebagai berikut:

1. Fresh water dimasukkan ke dalam drum (ukuran 30mL, 60mL, atau 120mL)

sampai ¼ bagian.

2. Pigment Dyes atau pewarna dimasukkan ke dalam drum tersebut sesuai

dengan konsentrasi larutan yang akan dibuat (missal 1%-20%).

3. Dyes non pigment dalam tobin langsung dipakai di paper machine, pengontrolan debit pemakaian dilakukan sesuai standar warna.

2.3.2 Paper machine

Di seksi Peper Machine terjadi proses utama dalam pembuatan kertas

yaitu dari bubur pulp yang ditambahkan bahan-bahan penunjang lainnya yang

telah disiapkan di seksi Stock Preparation, kemudian dipress dan dikeringkan

hingga menjadi jumbo roll. Tugas pembuatan kertas hampir 70 % dilakukan oleh

Paper Machine. Mesin ini dijalankan oleh operator yang bertugas mengatur

ukuran suatu bahan pembuat kertas.

2.3.3 Finishing dan Converting

Departemen Finishing-Converting terbagi atas dua seksi yaitu seksi

Finishing dan seksi Converting. Kertas dalam bentuk jumbo roll yang dihasilkan

oleh seksi Paper Machine akan diuji kualitasnya oleh Quality Control (QC),

kertas yang lolos seleksi akan dikirim ke seksi Finishing. Pada seksi Finishing,

jumbo roll akan melewati beberapa tahap perlakuan yaitu pemotongan,

penyortiran, dan pembungkusan. Seksi Finishing akan menghasilkan kertas dalam

bentuk miniroll dan big sheet.

2.3.4 Variabel Dalam Penelitian

Variabel yang diuji dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ligth/l

Variabel ini menjelaskan tentang terangnya suatu kertas yang

diproduksi, dalam penelitan variabel dapat dikategorikan menjadi dua

permasalahan yaitu kertas sangat terang jika nilai skalar dalam produksi

melebihi batas atas/ UCL dan sangat gelap jika nilai skalarnya kurang dari

batas bawah/LCL dalam penghitungan.

2. Dyes aVariabel ini menjelaskan tentang pemakaian warna dalam produksi

dengan batasan Merah hingga Hijau. Kombinasi dua warna inilah yang

menjadi tolak ukur dalam variabel a dengan dua permasalahan yaitu

Merah berlebihan jika melebihi nilai skalar dalam produksi melebihi batas

atas/UCL dan Hijau berlebihan jika nilai skalarnya kurang dari batas

bawah/LCL dalam perhitungan.

3. Dyes b

Variabel ini menjelaskan tentang pemakaian warna dalam produksi

dengan batasan Kuning hingga Biru. Kombinasi dua warna inilah yang

menjadi tolak ukur dalam variabel b dengan dua permasalahan yaitu Kuning

berlebihan jika melebihi nilai skalar dalam produksi melebihi batas

atas/UCL dan Biru berlebihan jika nilai skalarnya kurang dari batas

bawah/LCL dalam perhitungan.

4. Brightness/ Tingkat Kecerahan Kertas

Variabel ini menjelaskan tentang tingkat kecerahan suatu kertas.

Dimana permasalahan produksi adalah jika kertas sangat cerah jika nilai

skalarnya melebihi batas atas/UCL dan kertas pucat jika nilai skalarnya

kurang dari batas bawah/LCL dalam perhitungan.

5. Whiteness/ Tingkat Keputihan Kertas

Variabel ini menjelaskan tentang tingkat putihnya suatu kertas

dengan dua permasalahan produksi yaitu putih mendominasi jika nilai

skalarnya melebihi batas atas/UCL dan tidak putih jika nilai skalarnya

kurang dari batas bawah/UCL dalam perhitungan.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan terhadap dua sampel jenis warna yang sering dipesan

oleh konsumen, yaitu IT 127 dan IT 170. Peranan konsep Six Sigma sangat

diperlukan untuk meningkatkan kualitas khususnya pada jenis yang diteliti.

Sehingga perusahaan tetap dapat bersaing secara kompetitif dan bersaing.

Langkah awal adalah mengidentifikasi masalah-masalah pembuat cacat kertas.

Permasalahan terbagi atas 10 jenis pembuat cacat kertas. Untuk jenis IT 127

diperoleh bahwa kecacatan yang sering terjadi adalah faktor sangat terang,

sedangkan pada IT 170 kecacatan yang sering muncul adalah merah berlebihan.

Setelah diketahui masalah utama yang dihadapi PT X pada kedua jenis

kertas, maka selanjutnya dilakukan pengukuran baseline kinerja perusahaan dan

diperoleh bahwa kondisi belum memiliki kapabilitas dan berada pada level 1,31

sigma untuk jenis IT 127 dan level 1,52 sigma untuk jenis 170. Selanjutnya

dilakukan analisa dan brainstorming dengan pihak Quality Control dan Paper

Machine di PT X tentang masalah sangat terang pada IT 127 dan merah belebihan

pada IT 170, diperoleh kesimpulan bahwa penyebab utama sangat terang dan

merah berlebihan pada proses pembuatan kertas di PT X adalah factor

kecerobohan pekerja sehingga proses pencampuran bahan-bahan menjadi tidak

tepat. Oleh karena itu, diambil solusi berupa kegiatan traning atau pelatihan

pekerja yaitu APAR, Chemical, Dyes, dan Operasional Pekerja. Untuk selanjutnya

perlu dilakukan suatu evaluasi pekerja untuk mengurangi tingkat kecerobohan

yang menyebabkan kegagalan/cacat suatu kertas.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka penulis ingin

memberikan saran kepada perusahaan dan peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian di bidang yang sama, antara lain:

1. Untuk mengatasi masalah sangat terang pada IT 127 dan merah berlebihan

pada IT 170 perusahaan perlu melakukan kontrol terhadap sistem kerja

operator komputer menjalankan mesin agar lebih teliti dalam proses

pencampuran bahan dan proses pengadukan dan setiap pekerja memahami

ukuran standar bahan pembuat kertas.

2. Pada penulisan ini hanya dilakukan analisis masalah sangat terang pada IT 127

dan merah berlebihan pada IT 170 pada fase define, measure, dan analyze

(DMA), peneliti lain dapat melanjukan penelitian ini pada fase improve dan

control (IC).

DAFTAR PUSTAKA

[1] Bass, Issa. Six Sigma Statistics With Excel and Minitab. New York: McGraw-Hill, 2007.

[2] Dorothea, W.A. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kualitatif dalam Manajemen Kualitas), Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2003.

[3] Hendaradi, Tri. Statisik Six Sigma dengan Minitab, Yogyakarta:Andi Yogyakarta, 2006.

[4] Praptono. Buku Materi Pokok Statistik Pengawas Kualitas. Jakarta: Universitas Terbuka, 1986.

[5] Prawirosentono, Sujadi. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

[6] Yuli Awan. “Pengertian Tugas dan Tnggung Jawab Quality Control”. 19 November 2016.

http://sharetipsdancara.blogspot.co.id/2014/09/pengertian-tugas-tanggung-jawab-quality.html

[7] M. Nur Hadi. “Quality Control” 19 November 2016”

https://mnurhadi.wordpress.com/2008/04/05/quality-control-pengendalian-mutu/