kalazion.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: Kalazion.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/563db965550346aa9a9cf19a/html5/thumbnails/1.jpg)
REFERAT
“KALAZION”
Pembimbing:
Dr. Med. dr. Jannes Fritz Tan, SpM
Disusun Oleh :
1. Handhika Dhio Sumarsono 1061050027
2. Lusitania Ayu Widyastuti 1061050062
3. I Gusti Ayu Wijayanti 1061050065
4. Wenti Angelina Putri 1061050066
5. I Gede Bungas Arisudana 1061050067
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 31 AGUSTUS 2015 – 29 SEPTEMBER 2015
![Page 2: Kalazion.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/563db965550346aa9a9cf19a/html5/thumbnails/2.jpg)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 1
I. Pendahuluan............................................................................................... 2
II. Definisi......................................................................................................... 4
III.Etiologi......................................................................................................... 4
IV. Epidemiologi................................................................................................ 4
V. Patofisiologi................................................................................................. 4
VI. Manifestasi Klinis....................................................................................... 5
VII. Diagnosis Banding...................................................................................... 6
VIII. Diagnosa...................................................................................................... 7
IX. Penatalaksanaan......................................................................................... 7
X. Prognosis..................................................................................................... 9
XI. Komplikasi.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 10
1
![Page 3: Kalazion.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/563db965550346aa9a9cf19a/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Kalazion adalah radang granulomatosa menahun steril dan idiopatik pada kelenjar
meibom, umumnya ditandai pembengkakakn terbatas yang tidak disertai sakit dan
berkembang dalam beberapa minggu. Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan
mirip hordeolum; dibedakan dari hordeolum karena tidak terdapat tanda tanda radang akut.
Kebanyakan kalazion mengarah ke permukaan konjungtiva, yang mungkin sedikit merah atau
meninggi. Jika cukup besar, sebuah kalazion dapat menekan bola mata dan menyebabkan
astigmatisma sehingga mengganggu penglihatan atau secara kosmetik mengganggu sehingga
dianjurkan untuk eksisi lesi. 1
Pemeriksaan laboratorium jarang diminta, namun pemeriksaan patologik menunjukan
proliferasi endotel asinus dan respon radang granulomatosa yang mencakup sel sel radang
mirip langerhans. Biopsi diindikasikan pada kalazion yang kambuhan, karena tampilan
karsinoma kelenjar meibom mirip kalazion. 1
Eksisi bedah dilakukan melalui sayatan vertikal kedalam kelenjar tarsal dari permukaan
konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjarnya dengan hati-hati.
Penyuntikan steroid kedalam lesi saja ada manfaatnya untuk lesi kecil, dan dikombinasikan
dengan tindakan bedah dalam kasus sulit.1
2
![Page 4: Kalazion.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/563db965550346aa9a9cf19a/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Palpebra
Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang tipis,
sedang di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian berupa kelenjar-kelenjar dan otot. Kelenjar yang
terdapat pada kelopak mata di antaranya adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat,
kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus yang bermuara
pada margo palpebra.
Sedangkan otot yang terdapat pada kelopak adalah M. Orbikularis Okuli dan M.
Levator Palpebra. Palpebra diperdarahi oleh Arteri Palpebra. Persarafan sensorik kelopak
mata atas berasal dari ramus frontal n. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi
oleh cabang ke II n. V. 2
Pada kelopak terdapat bagian-bagian:
1. Kelenjar :
a. Kelenjar Sebasea
b. Kelenjar Moll atau Kelenjar Keringat
c. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut dan juga
menghasilkan sebum
3
![Page 5: Kalazion.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/563db965550346aa9a9cf19a/html5/thumbnails/5.jpg)
d. Kelenjar Meibom (Kelenjar Tarsalis) terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini
menghasilkan sebum (minyak).
2. Otot-otot Palpebra:
a. M. Orbikularis Okuli
Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit
kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut
sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi
N. Fasialis.
b. M. Levator Palpebra
Bererigo pada Anulus Foramen Orbita dan berinsersi pada Tarsus Atas dengan
sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot
ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau
membuka mata.2
3. Di dalam kelopak mata terdapat :
a. Tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar
Meibom yang bermuara pada margo palpebra
b. Septum Orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan
c. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (tediri atas jaringan ikat yang merupakan
jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak mata atas
dan 20 buah di kelopak bawah)
d. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah A. Palpebrae
e. Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus frontal N. V,
sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V (N. V2).
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak.Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli.
Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan
musin.1
4
![Page 6: Kalazion.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/563db965550346aa9a9cf19a/html5/thumbnails/6.jpg)
Gerakan palpebra :
1. Menutup Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N.VII) dan relaksasi M. Levator
Palpebra superior. M. Riolani menahan bgn belakang palpebra terhadap dorongan
bola mata.
2. Membuka Kontraksi M. Levator Palpebra Superior (N.III). M. Muller
mempertahankan mata agar tetap terbuka.
3. Proses Berkedip (Blink): Refleks (didahului oleh stimuli) dan Spontan (tidak
didahului oleh stimuli) Kontraksi M. Orbikularis Okuli Pars Palpebra.
DEFINISI
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat.
Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang
mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan
kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.2
ETIOLOGI
Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom.2 Chalazion
mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder
dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis,
dan acne rosacea.
EPIDEMIOLOGI
Chalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim sangat
jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal terhadap sekresi
sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa
pubertas dan selama kehamilan.3
PATOFISIOLOGI
Kalazion tidak terinfeksious yang merupakan radang granulomatosa kelenjar
Meibom. Nodul terlihat atas sel imun steroid responsive termasuk jaringan ikat makrofag
seperti histiosit, sel raksasa multinucleate sel plasma, sepolimorfonuklear leukosit dan
eosinofil.2
Chalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemik,
tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar.
5
![Page 7: Kalazion.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/563db965550346aa9a9cf19a/html5/thumbnails/7.jpg)
Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga
terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan
karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi.
Proses granulomatous ini yang membedakan antara chalazion dengan hordeolum internal
atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun chalazion
dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal
(jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal.
Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.2
MANIFESTASI KLINIS
a. Benjolan pada kelopaka mata, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan.
b. Pseudoptosis
c. Kelenjar preaurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata
tersebut.
d. Pada anak muda dapat diabsobsi spontan.2, 4
DIAGNOSIS BANDING
6
![Page 8: Kalazion.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/563db965550346aa9a9cf19a/html5/thumbnails/8.jpg)
a. Hordeoulum.2
b. Dermoid Cyst.2
c. Tear Gland Adenoma.7
d. Blefaritis.
7
![Page 9: Kalazion.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/563db965550346aa9a9cf19a/html5/thumbnails/9.jpg)
e. Trikiasis.
DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata.
Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk
memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi.4
PENATALAKSANAAN
Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorbsi
(diserap) setelah beberapa bulan atau beberapa tahun.
1. Kompres hangat 10-20 menit 4kali sehari.
2. Antibiotika topikal dan steroid disertai kompres panas dan bila tidak berhasil
dalam waktu 2 minggu maka dilakukan pembedahan.
3. Bila kecil dapat disuntik steroid dan yang besar dapat dilakukan pengeluaran
isinya.
4. Bila terdapat sisa bisa dilakukan kompres panas.2
Untuk mengurangi gejala :
8
![Page 10: Kalazion.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/563db965550346aa9a9cf19a/html5/thumbnails/10.jpg)
a. Dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dilakukan ekstirpasi
kalazion tersebut. Insisi dilakukan seperti insisi pada hordeolum internum.
b. Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa klai sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosis dengan
kemungkinan adanya suatu keganasan. 4
Ekskokleasi Kalazion
Terlebih dahulu mata ditetesi dengan anastesi topikal pentokain.Obat anestesia
infiltratif disuntikan dibawah kulit didepan kalazion. Kalazion dijepit dengan klem
kalazion kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat.
Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai
bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salem mata.
Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan pemasangan
drain kalau perlu diberi antibiotik, lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif diberikan
bila sangant diperlukan untuk rasa sakit.3
Catatan :
- Dalam menangani hordeolum dan kalazion, kemudian keganasan jangan
dilupakan.
- Apabila peradangan tidak mereda perlu dilakukan pemeriksaan uji resistensi dan
dicari underlying cause.4
Penyulit :
9
![Page 11: Kalazion.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/563db965550346aa9a9cf19a/html5/thumbnails/11.jpg)
Kalazion besar dapat mengakibatkan astigmat
Hati-hati kemungkinan karsinoma sel sebasea.2
PROGNOSIS
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali
timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang
kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan
sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.5
KOMPLIKASI
Komplikasi pada kalazion adalah infeksi dan deformitas pada kosmetik. Kesalahan
pada penatalaksanaan dapat mengakibatkan trikiasis dan hilangnya bulu mata. Gangguan
penglihatan dapat terjadi pada kalazion yang besar, dan astigmatisme dapat terjadi bila
massa yang terbentuk mengubah struktur dari kornea5
10
![Page 12: Kalazion.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/563db965550346aa9a9cf19a/html5/thumbnails/12.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Sullivan JH, Shetlar DJ, Whitcher JP. Chalazion, In: Riordan P, Whitcher JP, Editors.
Oftalmologi Umum Ed 17. Jakarta: EGC, 2015. Hal 97-98.
2. Riordan P, FRCS, FRCOphth. Chalazion, In: Riordan P, Whitcher JP, Editors.
Oftalmologi Umum Ed 17. Jakarta: EGC, 2015. Hal 15-17
3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: FK UI; 2009. hal 28-29.
4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: FK UI; 2009. hal 94-75.
5. Deschenes, Jean, 31 Oktober 2014. Chalazion, diakses tanggal 7 September 2015.
Terdapat di: http://emedicine.medscape.com/article/1212709-clinical#b3
11