kak_ parkir kendaraan

15
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Perhubungan RI Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Program : Pengelolaan dan Peyelenggaraan Transportasi Udara. Hasil : Tercapainya Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara yang aman, nyaman dan selamat. Unit Eselon II/Satker : Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kasiguncu Poso. Indikator Kinerja Kegiatan : Tercapainya Pekerjaan Konstruksi Pembuatan Parkir Kendaraan Satuan Ukur dan Jenis Kegiatan : Paket, Pengawasan Pembuatan Parkir Kendaraan. Volume : 1 (satu) 1. LATAR BELAKANG 1.1. Dasar Hukum a. Undang - Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481) ; b. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075); c. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146); d. Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 94 Tahun 2006; e. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia n sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2007; f. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T11./2/4-U tanggal 30 Nopember 1960 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (CASR) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 4 Tahun 2006;

Upload: syarifuddin-ishak

Post on 14-Nov-2015

817 views

Category:

Documents


75 download

DESCRIPTION

KAK

TRANSCRIPT

  • KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)

    Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Perhubungan RI

    Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

    Program : Pengelolaan dan Peyelenggaraan Transportasi Udara.

    Hasil : Tercapainya Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara yang aman, nyaman dan selamat.

    Unit Eselon II/Satker : Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kasiguncu Poso.

    Indikator Kinerja Kegiatan : Tercapainya Pekerjaan Konstruksi Pembuatan Parkir Kendaraan

    Satuan Ukur dan Jenis Kegiatan : Paket, Pengawasan Pembuatan Parkir Kendaraan.

    Volume : 1 (satu)

    1. LATAR BELAKANG

    1.1. Dasar Hukum

    a. Undang - Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481) ;

    b. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075);

    c. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146);

    d. Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;

    e. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia n sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2007;

    f. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T11./2/4-U tanggal 30 Nopember 1960 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (CASR) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 4 Tahun 2006;

  • Kerangka Acuan Kerja 1

    g. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;

    h. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum;

    i. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;

    j. Kerangka Acuan Kerja k. Pedoman Gambar Kerja l. Spesifikasi Teknis m. Kepres No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman

    PelaksanaanPengadaan Barang / Jasa Pemerintah dan perubahannya.

    n. Perpres No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah serta Perubahanya.

    1.2. Gambaran Umum

    Poso merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota di Kota Poso, secara geografis terletak di 1006 44 20 1253 LS dan antara 1200 05 09 1200 52 04 BT. Daerah ini berbatasan dengan Teluk Tomini dan Propinsi Sulawesi Utara di utara, Propinsi Sulawesi Selatan di selatan, Kabupaten Tojo Una-Una dan Kabupaten Morowali di timur, Kabupetan Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong di barat. Luas wilayah daerah ini adalah 24.197 km2. Secara admisinstratif, daerah ini terbagi menjadi 13 Kecamatan. Daerah ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan antara lain di sektor perkebunan dengan komoditi utama yang dihasilkan berupa kakao, kelapa dalam, kopi arabika, kopi robusta, cengkeh, lada, dan jambu mete. Untuk kegiatan pertanian di daerah ini tanaman pangan masih menjadi andalan yang utama berupa padi, tanaman holtikultura, dan palawija. Untuk sektor pariwisata, Pulau togean yang semakin ramai dikunjungi wisatawan mancanegara menjadi modal utama pengembangan wisata bahari, disamping itu terdapat festival Danau Poso yang pernah menjadi barometer perkembangan pariwisata, serta Taman Nasional Lore Lindu yang telah ditetapkan sebagai biosfir dunia oleh UNESCO berpotensi besar sebagai obyek eko-wisata yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Dari hasil pertanian dan obyek wisata ini berdampak besar terhadap perdagangan barang dan jasa. Perdagangan menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk setelah pertanian. keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih memudahkan para pedagang untuk berinteraksi sehingga memperlancar arus barang dan jasa, daerah ini juga didukung Bandara Kasinguncu dan Pelabuhan utama Poso, serta terdapat berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya sarana pembangkit tenaga listrik, air bersih, gas dan jari ngan telekomunikas

  • Kerangka Acuan Kerja 2

    Sesuai dengan paradigma baru peran pemerintah dan era implementasi otonomi daerah, maka semakin besar tuntutan bahwa pemerintah adalah sebagai regulator dan fasilitator dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini tentunya akan lebih memperbesar peran pihak swasta dalam proses pembangunan. Sebagaimana diketahui dan telah menjadi fakta bahwa sektor swasta merupakan engine of growth dalam suatu pembangunan. Sektor swasta-lah yang pada kenyataannya mampu menggerakkan roda perekonomian suatu wilayah baik melalui proses produksi, distribusi dan pemasaran barang dan jasa, dampak penciptaan peluang kerja serta dampak nilai tambah daya tarik suatu daerah.

    Atas dasar potensi dan permintaan akan jasa transportasi yang cepat, aman, nyaman dan efisien terhadap waktu, maka Pemerintah Kabupaten Poso dan Satuan Kerja Bandar Udara Kasiguncu Poso berupaya merealisasikan program tersebut secara bertahap sesuai dengan kemampuan pendanaan pelaksanaan kegiatan yang dialokasikan melalui Anggaran APBD Kabupaten dan Anggaran APBN maupun APBN-P.

    Sesuai dengan tahap kegiatan, pembangunan Bandar Udara Kasiguncu Poso yang dapat dilaksanakan pada tahap sekarang adalah Pekerjaan Pengawasan Pembuatan Parkir Kendaraan).

    2. PENERIMA MANFAAT

    2.1. Unit Eselon Penerima Manfaat

    Unit Eselon II atau Satuan Kerja yang menerima manfaat adalah Satuan Kerja Bandar Udara Kasiguncu Poso.

    2.2. Alasan Kegiatan Dilaksanakan

    a. Memberikan pelayanan transportasi yang cepat aman dan nyaman bagi pengguna jasa/pelaku perjalanan.

    b. Memberikan dan meningkatkan efisiensi waktu perjalanan. c. Memperlancar perekonomian wilayah. d. Menciptakan sistem pertahanan dan ketahanan Negara Kesatuan

    Republik Indinesia (NKRI).

    2.3. Kegiatan Yang Dilaksanakan

    a. Uraian Kegiatan

    Kegiatan yang dilaksanakan adalah Pembangunan Fasilitas Sisi Darat Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kasiguncu Poso di Kabupaten Poso.

    b. Batasan Kegiatan

    Adapun batasan pelaksanaan kegiatan Pekerjaan Pengawasan Pembuatan parkir Kendaraan

  • Kerangka Acuan Kerja 3

    2.4. Maksud Dan Tujuan

    a. Maksud Kegiatan

    Maksud pelaksanaan pekerjaan ini adalah melakukan kegiatan pengawasan dilapangan secara riil dalam rangka pelaksanaan pembangunan agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat serta dokumen lainnya.

    b. Tujuan Kegiatan

    Tujuan pelaksanaan pengawasan ini ini adalah tercapainya hasil pelaksanaan konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis, ketepatan waktu pelaksanaan dan tercapainya kualitas dan kuantitas pekerjaan sesuai dengan dokumen yang mengikat.

    3. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

    3.1. Indikator Keluaran (Kualitatif)

    Indikator keluaran merupakan acuan atau tolak ukur untuk mencapai target terselesaikannya kegiatan yang direncanakan sesuai dengan volume kegiatan dan anggaran biaya yang tersedia. Mengingat target kegiatan yang akan dicapai merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan.

    Adapun indikator keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut;

    a. Pekerjaan Sub Base Course

    Bahan subbase harus terdiri dari material yang mempunyai partikel dengan tingkat kekerasan atau fragmen dengan butiran agregat yang terdiri dari campuran sirtu, batu pecah, kerikil atau material sejenis dari sumber yang telah disetujui. Material material tersebut harus bersih dari humus, lumpur, lempung yang berlebihan serta bahan organik lainnya. Gradasi dari campuran agregat kering harus memenuhi suatu persyaratan dibawah ini:

    Gradasi Gabungan Saringan A.S.T.M Prosentase passing bobot kering

    3 No. 10 No. 40

    No. 200

    100 20 - 100 5 - 60 0 - 8

    Gradasi dalam daftar di atas mengambarkan batas - batas yang akan menentukan apakah agregat yang dipakai dari sumber pengadaannya. Hasil akhir dari penyusunan / penggabungan gradasi

  • Kerangka Acuan Kerja 4

    dengan memakai dasar gradasi limit tersebut, harus masuk dalam batas grading limit hingga penyusunan/ penggabungan gradasi tersebut harus mempunyai susunan uniform dari course aggregate sampai ke fine aggregate. Jumlah fraksi agregat yang lewat saringan No. 200 tidak boleh lebih dari jumlah fraksi agregat yang lewat saringan No.40. Seluruh agregat yang dipakai untuk agregat subbase, termasuk fraksi agregat yang lewat saringan No. 40 harus mempunyai liquid limit tidak lebih dari 25% dan plasticity indexnya tidak lebih darl 6% bila ditest dengan persyaratan ASTM 4318. Sand equivalent + 95 % dan maksimum jumlah material yang lebih halus dari 0.02 mm harus kurang dari 3 %. CBR min sub Base harus lebih besar dari 25 %.

    Kondisi Kualitas Untuk Bahan Sub Base Course Uraian Batas Tes Batas Cair Indeks Plastisitas Ekivalensi Pasir (bahan halus plastis) CBR terendam Kehilangan berat karena Abrasi (500 putaran) Campuran lempung dan butir butir mudah pecah dalam agregat Perbandingan % lolos #200 dan No. 40

    Maksimum 25% Maksimum 6% Minimum 25% Minimum 25% Maksimum 40%

    Maksimum 5%

    Maksimum 5%

    b. Pekerjaan Base Course Aggregate harus terdiri dari batu pecah, fine aggregate yang

    merupakan hasil screening yang diperoleh dari pemecahan batu (minimum pecah 3 sisi).

    Batu pecah dari batu gunung, batu kali yang dipecah sedemikian hingga butirannya yang ukurannya sesuai dengan persyaratan dan harus bebas dari kelebihan bahan - bahan yang gepeng/ flat, panjang / elongated, lunak atau hancur, kotor dan bahan lainnya yang tidak

    diinginkan. Gradasi itu harus memenuhi persyaratan gradasi limit seperti tabel

    dibawah ini :

    Gradasi Agregat Base Course

    Saringan A.S.T.M

    % Lapisan bobot normal size of

    aggregate

    3 1.5

    3 1.5

    3/8

    No. 4 No. 8 No. 40

    100 80-100

    60-100 45-60

    30-50 20-40 10-30

    100 100

    80-100 65-80

    40-60 30-50 15-30

  • Kerangka Acuan Kerja 5

    No. 200 0-10 0-10

    Agregat Cara yang dipakai dalam menghasilkan batu pecah adalah sedemikian

    rupa sehingga hasil pemecahannya adalah mempunyai gradasi yang sama/ sesuai. Pemecahan itu harus menghasilkan bahan pecah yang mempunyai gradasi dengan syarat, bahan tersebut semuanya

    tertinggal disaringan No. 4 dan yang harus sekurang - kurangnya 90 % berat mempunyai satu muka bidang pecah.

    Apabila perlu, batu pecah itu harus disaring sebelum dipecah untuk memenuhi persyaratan ini. Semua bahan yang mutunya rendah harus dibuang. Batu pecah harus terdiri dari bahan yang keras, awet / tahan aus, dan tidak mempunyai

    bagian yang panjang /elongated, lunak/soft atau hancur serta harus bebas dari kotoran - kotoran bahan - bahan lain yang tidak diinginkan

    tidak lebih dari 5 % dan harus mempunyai nilai Los Angeles Abrassion

    test 40 % setelah 500 putaran seperti yang ditentukan oleh ASTM C 131 - 81 Los Angeles Roller Test (Abrassion test).

    Bahan - bahan pecahan tidak boleh menunjukan kenyataan akan hancur atau menunjukan satu total kehilangan yang lebih besar dari 12% jika dikenakan 5 putaran / cycles dari pada sodium sulphate Accelerated Soundness Test dengan menggunakan ASTM C - 88 - 76.

    Semua bahan yang lolos saringan No. 4 yang dihasilkan dalam proses pemecahan, baik kerikil maupun batu kali, harus disatukan dalam

    bahan base kecuali jika terdapat satu jumlah yang berlebihan yang apabila dimasukan tidak akan memenuhi persyaratan gradasi.

    Bahan Halus Tambahan

    Apabila bahan halus tambahan, melebihi dari bahan yang memang terdapat dalam bahan base course, perlu untuk membentuk gradasi

    bagi pembuatan dari pada gradasi yang dispesifikasikan, atau untuk pengikatan bahan base, atau untuk penggantian kepadatan tanah dari pada bahan yang tertapis dengan saringan No.40, maka bahan tersebut dicampur secara seragam dan diaduk dengan bahan base

    course pada mesin pemecah atau oleh sebuah mesin yang diuji. Tidak akan ada pekerjaan ulangan dari pada bahan base course ditempat

    untuk memperoleh gradasi yang dispesifikasikan. Bahan halus tambahan untuk maksud ini harus diperoleh dari pemecahan batu kali atau kerikil.

    Kondisi Kualitas Untuk Bahan Base Course

    Uraian Batas Tes

    CBR terendam Kehilangan berat karena Abrasi (500 putaran) Campuran lempung dan butir butir mudah

    pecah dalam agregat Perbandingan % lolos #200 dan No. 40

    Soundness Tes (Sodium Sulphate)

    Minimum 80% Maksimum 40% Maksimum 5%

    Maksimum 5%

    Maksimum 12%

  • Kerangka Acuan Kerja 6

    c. Pekerjaan Lapisan Prime Coat

    Jenis asphalt untuk Prime Coat ini adalah Asphalt Cement 60/70 komposisi sesuai hasil tes viscositas, perihal bahan-bahan dilaksanakan dengan memakai pressure distributtor yang memenuhi syarat. Pemakaian asphalt jenis lain hanya dibenarkan dengan ijin Pejabat Pembuat Komitmen / Direktorat Bandar Udara. Dalam garis besarnya, jumlah bahan asphalt tergantung dari texture dari base course, dan banyaknya berkisar 2 kg/m2 jika terlalu pekat dapat diijinkan menggunakan bahan pengencer secukupnya.

    Tabel Spesifikasi Material Aspal untuk Prime Coat Temperatur Aplikasi

    Tipe dan Grade Spesifikasi F C Aspal Emulsi

    SS-1, SS-1h ASTM D 977 70-160 20-70 MS-2, HFMS-1 ASTM D 977 70-160 20-70 CSS-1, CSS-1h ASTM D 2397 70-160 20-70

    CMS-2 ASTM D 2397 70-160 20-70 Cutback Asphalt

    RC-250 ASTM D 2028 165+ 75+ RC-70 ASTM D 2028 120+ 50+

    Volume harus dikoreksi dengan volume pada 60F (15C) sesuai dengan ASTM D 1250 for cutback asphalt, and Table IV-3 of The Asphalt Institute's Manual MS-6 for emulsified asphalt.

    Prime Coat dapat digunakan hanya apabila permukaan yang ada tetap kering tetapi kelembaban cukup untuk memperoleh penyebaran bahan asphalt yang merata pada waktu suhu udara berada di atas 15 C dan apabila cuaca tidak berkabut atau hujan. Persyaratan suhu dapat diabaikan hanya apabila disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

    Perlengkapan yang digunakan oleh konsultan harus meliputi sapu listrik atau peniup listrik, sebuah distributor bahan asphalt yang otomatis serta peralatan untuk memanaskan bahan asphalt, serta peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan untuk menyelesaikan bagian ini, dioperasikan sedemikian hingga temperatur asphalt pada kepanasan yang merata dapat digunakan secara seragam pada kelebaran permukaan yang berbeda-beda dengan perbandingan yang sudah ditentukan serta terawasi dari 0.20 sampai 7.50 kg. Perlengkapan distributor harus berisikan pula sebuah alat pengukur volume yang seksama atau calibrated, serta sebuah thermometer untuk mengukur suhu isi tangki.

  • Kerangka Acuan Kerja 7

    d. Pekerjaan Asphalt Treated Base (ATB)

    Konstruksi ini dikategorikan sebagai lapisan Base (bukan lapis permukaan), karena bergradasi terbuka sehingga tidak kedap air.

    Filosofi dasar rancangan campuran untuk HRS dan ATB adalah campuran yang mengutamakan keawetan tinggi (high durability),

    tidak cepat teroksidasi. Keawetan diperoleh dari selimut aspal (Film Thickness) yang tebal ini hanya mungkin diperoleh dengan membuat gradasi menjadi terbuka (open graded) atau gradasi senjang (gep graded).

    Untuk ATB dianjurkan memakai gradasi terbuka karena dibutuhkan stabilitas tinggi walaupun tidak terlalu kedap air.

    Oleh sebab itu filosofi pembuatan rancangan campuran untuk Asphalt

    Treated Base (ATB) adalah menentukan terlebih dahulu kadar aspalnya kemudian dicari gradasi yang sesuai yang memenuhi

    persyaratan yang ditentukan oleh spesifikasi.

    3.2. Keluaran (Kuantitatif)

    Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah Pekerjaan Pengawasan Pembuatan Parkir Kendaraan sesuai spesifikasi dan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

    4. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

    4.1. Metode Pelaksanaan.

    a. Umum

    Konsultan Pelaksana sebelum melaksanakan pekerjaan di lapangan diharuskan menyusun metode kerja yang akan diterapkan pada kegiatan ini, yang menyangkut mengenai tata cara kerja, penyiapan dan pengadaan peralatan dan tenaga kerja, mengatur waktu pelaksanaan, agar dapat tercapai hasil pekerjaan sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang ditentukan.

    b. Pengukuran

    Sebelum melaksanakan kegiatan fisiknya, konsultan diwajibkan melaksanakan kegiatan pengukuran awal yang meliputi; batas area, ketinggian dan kedalaman tanah serta luasan area yang akan dikerjakan.

    Pengukuran harus dilaksanakan dengan menggunakan peralatan ukur yang direkomendasikan oleh konsultan pengawas dan direksi teknis dan peralatan sudah dikalibrasi oleh badan atau instansi terkait.

    Pengukuran hasil akhir pekerjaan harus dilaksanakan oleh kontraktor bersama konsultan pelaksana guna mendapatkan

  • Kerangka Acuan Kerja 8

    volume akhir pekerjaan dan digunakan sebagai dasar penyusunan as built drawing.

    c. Pembersihan Lahan

    Melakukan kegiatan pembersihan lahan yang harus dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana antara lain: Membersihkan lahan dengan cara menghilangkan lumpur atau

    debu yang ada di permukaan konstruksi dengan alat kompresor atau alat penyemprot air.

    d. Penggalian Tanah

    Pekerjaan galian tanah yang harus dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana, antara lain: Mengupas tanah permukaan (top soil) dengan kedalaman sesuai

    dengan yang tercantum dalam RKS dan membuang hasil galian keluar area pekerjaan dengan menggunakan alat berat.

    Tanah galian yang diangkut sebagai bahan timbunan konstruksi harus bersih dari sisa-sisa akar dan humus.

    Galian tanah murni diangkut ke daerah timbunan dengan menggunakan alat angkut sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

    e. Penimbunan Tanah Padat

    Konsultan harus mengawasi pelaksanaan pekerjaan timbunan dengan ketentuan sebagai berikut; Kontraktor pelaksana sebelum melakukan penimbungan terlebih

    dahulu harus melaksanakan test laboratorium terhadap bahan timbunan.

    Bahan timbunan yang digunakan harus seijin direksi teknis dan konsultan pengawas.

    Lahan sebelum ditimbun dengan tanah timbunan dipastikan sudah bersih dari sisa-sisa tanaman, semak, lumpur dan sudah diangkat lapisan top soil.

    Area timbunan dipastikan tidak terdapat air yang akan mengakibatkan perubahan struktur tanah timbunan.

    Material timbunan harus bersih dari sisa-sisa akar dan material-material yang mengakibatkan pelapukan tanah.

    Penimbunan dilakukan dengan cara lapis demi lapis, dimana setiap lapisan tebal maksimum 20 cm.

    Tanah timbunan yang didatangkan dari area galian diangkut dengan menggunakan alat sesuai dengan spesifikasi alat yang ditentukan.

    f. Perataan

    Pekerjaan perataan tanah yang harus diperhatikan oleh kontraktor pelaksana, antara lain;

  • Kerangka Acuan Kerja 9

    Tanah timbunan diangkut menggunakan dump truk dari tempat galian

    Tanah timbunan diratakan dengan menggunakan alat berat sesuai dengan yang ditentukan dalam RKS.

    Setiap lapisan tanah timbunan maksimum 20 cm. Setiap lapisan timbunan harus dilakukan pengecekan elevasi

    permukaan tanah timbunan dengan menggunakan alat ukur yang sudah dikalibrasi oleh lembaga atau instansi terkait.

    g. Pemadatan

    konsultan pelaksana harus mengawasi pelaksanaan pemadatan pada daerah timbunan maupun pada daerah galian, yang meliputi; Pemadatan setiap lapisan timbunan minimal dipadatkan dengan

    alat / mesin gilas yang ditentukan sebanyak 4 kali lintasan. Sistem pemadatan tanah harus memperhatikan karakteristik area

    pemadatan. Penggunaan alat pemadatan juga harus memperhatikan

    karakteristik kondisi timbunan. Pengendalian kadar air harus selalu diperhatikan oleh kontraktor

    pelaksana. Konsultan beserta kontraktor pelaksana harus melakukan

    pengujian daya dukung tanah sampai mencapai angka yang ditentukan dalam spesifikasi teknis pada setiap lapisan timbunan.

    h. Lapisan Perkerasan Pondasi

    Konsultan pengawas harus mengawasi pengadaan material, penghamparan dan pemadatan pada lokasi pekerjaan, yang meliputi; Pemadatan setiap lapisan material pondasi dipadatkan dengan

    alat / mesin gilas yang ditentukan hingga mencapai daya dukung yang ditentukan.

    Sistem pemadatan material harus memperhatikan karakteristik material dan area pemadatan.

    Penggunaan alat pemadatan juga harus memperhatikan karakteristik kondisi dan jenis material perkerasan.

    Pengendalian kadar air harus selalu diperhatikan oleh kontraktor pelaksana.

    Konsultan bersama kontraktor pelaksana harus melakukan pengujian daya dukung sampai mencapai angka yang ditentukan dalam spesifikasi teknis pada setiap lapisan.

    i. Lapisan Perkerasan Base Course.

    Konsultan pengawas harus mengawasi pengadaan material, penghamparan dan pemadatan pada lokasi pekerjaan, yang meliputi; Kontraktor harus melaksanakan kegiatan pengadaan material

    sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Pencampuran material perkerasan harus sesuai dengan ketentuan

    dalam spesifikasi teknis atau ketentuan lainnya yang disetujui oleh direksi teknis.

  • Kerangka Acuan Kerja 10

    Pemadatan setiap lapisan material pondasi dipadatkan dengan alat / mesin gilas yang ditentukan hingga mencapai daya dukung yang ditentukan.

    Sistem pemadatan material harus memperhatikan karakteristik material dan area pemadatan.

    Penggunaan alat pemadatan juga harus memperhatikan karakteristik kondisi dan jenis material perkerasan.

    Pengendalian kadar air harus selalu diperhatikan oleh kontraktor pelaksana.

    Konsultan bersama kontraktor pelaksana harus melakukan pengujian daya dukung lapisan BC sampai mencapai angka yang ditentukan dalam spesifikasi teknis.

    j. Lapisan Prime Coat

    Konsultan pelaksana harus mengawasi pelaksanaan pengadaan material dan penghamparan pada lokasi pekerjaan, yang meliputi; Konsultan harus mengawasi pelaksanaan kegiatan pengadaan

    material sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Pencampuran material aspal harus sesuai dengan ketentuan

    dalam spesifikasi teknis atau ketentuan lainnya yang disetujui oleh direksi teknis.

    Penghamparan campuran prime coat harus dilakukan secara merata dengan ketebalan sesuai ketentuan dalam spesifikasi teknis.

    Tidak diijinkan penghamparan dalam kondisi permukaan basah atau tergenang air.

    4.2. Tahapan Kegiatan.

    Tahapan pelaksanaan kegiatan Pekerjaan Pengawasan Pembuatan parkir Kendaraan Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kasiguncu Poso dibagi menjadi 4 tahapan kegiatan seperti yang tertera pada tabel berikut;

    Tahapan Kegiatan Uraian Kegiatan Produk/Keluaran

    Tahap I : Pekerjaan Persiapan dan Pengukuran Awal.

    Koordinasi dengan instansi terkait; Kajian data awal; Kunjungan lapangan/survey

    pendahuluan; Penyusunan metode & rencana kerja.

    1. Lay-out rencana kerja 2. Data Pengukuran

    Awal.

  • Kerangka Acuan Kerja 11

    Tahapan Kegiatan Uraian Kegiatan Produk/Keluaran

    Tahap II : Mobilisasi Peralatan Berat dan Personil

    Melengkapi peralatan yang diperlukan.

    Menyediakan tenaga ahli yang ditentukan

    Menyediakan alat bantu sesuai dengan kebutuhan

    Menyediakan bahan sesuai dengan kebutuhan

    1. Tersedia alat-alat yang diperlukan

    2. Tersedia Tenaga Ahli 3. Tersedia Alat bantu

    kerja

    Tahap III : Pelaksanaan Kegiatan

    Pekerjaan Tanah Pekerjaan Pondasi (sub base course) Pekerjaan Pondasi (base course) Pekerjaan Lapisan ATB Menyusun As Built Drawing Menyusun laporan harian, mingguan

    dan bulanan

    1. Pekerjaan Tanah 2. Lapisan Pondasi B 3. Lapisan Pondasi A 4. Lapisan ATB 5. Laporan Kegiatan. 6. Serah Terima

    Pekerjaan Pertama

    Tahap IV: Pemeliharaan

    Menjaga/mempertahankan kondisi pekerjaan dari kerusakan-kerusakan

    Memperbaiki sebagian atau seluruh bagian pekerjaan yang rusak.

    1. Serah Terima pekerjaan Terakhir

    5. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN

    Lokasi pekerjaan berada di lokasi Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kasiguncu Poso, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.

    6. PELAKSANA DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN

    6.1. Pelaksana Kegiatan

    1. Personil Pelaksana Kegiatan

    Kontraktor Pelaksana diharuskan menunjuk tenaga/personel yang profesional sebagai berikut:

    a. Tenaga Ahli Inti, meliputi;

    1) Team Leader 2) Quantity Engineer

    b. Tenaga Pendukung, meliputi;

    1. Surveyor 2. Inspektor

  • Kerangka Acuan Kerja 12

    2. Tugas dan Tanggung Jawab Personil

    Untuk melakukan pekerjaan konstruksi tersebut diperlukan satu Tim Pelaksana yang beranggotakan beberapa personil tenaga ahli. Tim ini bertugas penuh dalam mengendalikan dan merealisasikan pekerjaan sesuai dengan tugas pekerjaan tersebut di atas. Kualifikasi dan uraian tugas masing-masing posisi jabatan dalam Tim ini adalah sebagai berikut :

    a. Team Leader

    Team Leader yang diperlukan dalam pekerjaan konstruksi ini adalah tenaga profesional yang memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Teknik Sipil Transportasi dan keahlian profesional dengan Kualifikasi Ahli Utama pengalaman minimum 7 tahun. Tugas dan Tanggung Jawab Team Leader, meliputi;

    1) Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan. 2) Membantu Satuan Kerja Bandar Udara Kasiguncu Poso dalam

    menjamin pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak. 3) Bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu yang

    dilakukan oleh masing-masing Tenaga Ahli. 4) Bertanggung jawab membuat buku harian lapangan dan

    catatan hasil pengukuran. 5) Menelaah dan mengevaluasi program, Jadwal dan kemajuan

    pekerjaan setiap item kegiatan. 6) Memantau kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan

    mempersiapkan Laporan Bulanan (Fisik dan Keuangan), hasil pengujian mutu dan masalah-masalah yang dialami.

    7) Menelaah gambar desain yang ada dan mengendalikan penerapannya.

    8) Mengesahkan semua pembayaran sesuai dengan kemajuan pekerjaan.

    9) Menyusun dan mengajukan kepada Penggunan Anggaran dalam hal perubahan pekerjaan (Contract Change Orders/CCO) dengan pihak perencana untuk mendapat persetujuan dalam bentuk Justifikasi Teknis.

    10) Menyusun dan mengajukan usulan penggunaan bahan, peralatan dan pekerjaan yang disubkotrakkan oleh Kontraktor.

    11) Mempersiapkan notulen rapat. 12) Membuat dan mengajukan PHO (Provisional Hand Over) dan

    masa Jaminan Pemeliharaan serta mempersiapkan daftar kekurangan dan kerusakan pekerjaan.

    b. Quantity Engineer

    Quantity Engineer yang diperlukan dalam pekerjaan prakonstruksi ini adalah tenaga profesional yang memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Teknik Sipil dan keahlian profesional dengan Kualifikasi Ahli pengalaman minimum 4 tahun.

  • Kerangka Acuan Kerja 13

    Tugas dan tanggung jawab Quantity Engineer, meliputi;

    1) Mengawasi dan memeriksa hasil kerja di lapangan bekerja sama dengan surveyor.

    2) Membantu mempersiapkan As Built Drawing semua pekerjaan.

    3) Melaksanakan survai selama pelaksanaan berlangsung bekerja sama dengan tenaga ahli lainnya yang terkait untuk mengkonfirmasikan hasil pekerjaan.

    4) Memelihara catatan kemajuan pekerjaan harian, mancatat cuaca, perubahan volume dan dukungan tenaga kerja, peralatan di lapangan, kuantitas pekerjaan yang telah selesai, pengukuran lapangan dan kejadian-kejadian khusus.

    5) Membuat catatan lengkap atas peralatan, tenaga kerja dan bahan yang digunakan, jika pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan tambahan.

    6) Melaksanakan dan melaporkan tentang PHO (Provisional Hand Over).

    Dalam Melaksanakan kegiatannya personil inti dapat dibantu oleh tenaga pedukung yang diperlukan.

    3. Jadwal Penugasan Personel

    Pelaksanaan penugasan personel pelaksana kegiatan ini sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan adalah selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender. Penugasan personel harus ditempatkan sesuai dengan Jadwal kegiatan terkait dalam paket kegiatan ini agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan lancar, tepat waktu, kuantitas dan kualitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing personel.

    Jadwal Penugasan Personel

    No Kualifikasi Periode Bulan Ke Man Month

    1 2 3 4 5 6 A. Tenaga Inti

    1 Team Leader 6 2 Quantity Engineer 6 B. Tenaga Pendukung

    1 Surveyor 6 2 Inspektor 6

    6.2. Penanggungjawab Kegiatan

    Penanggungjawab kegiatan adalah Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar.

  • Kerangka Acuan Kerja 14

    6.3. Penerima Manfaat

    Penerima manfaat kegiatan adalah Satuan Kerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kasiguncu Poso.

    7. JADWAL KEGIATAN

    7.1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

    Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dalam jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender.

    7.2. Matrik Pelaksanaan Kegiatan

    No Kegiatan Periode Bulan Ke 1 2 3 4 5 6

    1 Pekerjaan Persiapan 2 Pekerjaan Pengukuran elevasi

    permukaan

    3 Pekerjaan Pemadatan Tanah 4 Pekerjaan Lapisan Pondasi

    Kelas B

    5 Pekerjaan Lapisan Pondasi Kelas A

    6 Pekerjaan Lapisan ATB 7 Pekerjaan Pembersihan Kembali

    8. BIAYA KONSTRUKSI

    Biaya pelaksanaan kegiatan adalah sebesar Rp. 109.614.000,- (Seratus Sembilan Juta Enam Ratus Empat Belas Ribu Rupiah).

    Poso, Januari 2015

    PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN KANTOR UNIT PENYELENGGARA

    BANDAR UDARA KASIGUNCU POSO

    RORY ABDULLAH NIP. 19610303 198103 1 001