penyelesaian sengketa konsumen jasa parkir...

108
PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2157 K/Pdt/2010) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Masyita Mustika Sariyani 11140480000118 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1439/2018 M

Upload: doannhan

Post on 21-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR

KENDARAAN BERMOTOR

(Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2157 K/Pdt/2010)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Masyita Mustika Sariyani

11140480000118

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1439/2018 M

Page 2: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

ii

Page 3: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

iii

Page 4: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

iv

Page 5: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

v

ABSTRAK

Masyita Mustika Sariyani. NIM 11140480000118. PENYELESAIAN

SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR

(Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2157 K/Pdt/2010). Program Studi

Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1439 H / 2018 M. Isi: ix +

77 halaman + 17 halaman lampiran + 4 halaman daftar pustaka.

Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah mengenai mekanisme

penyelesaian sengketa konsumen jasa parkir serta untuk mengetahui apakah

pertimbangan hakim dalam kasus perparkiran antara Ramadhan M dan Ariyanti

dengan PT. Cipta Sumina Indah Satresna telah sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Metode penelitian ini

menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan mengidentifikasi berbagai

peraturan perundang-undangan di bidang Perlindungan Konsumen. Penelitian

menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach), dan

pendekatan kasus (case approach).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan putusan Mahkamah Agung

Nomor 2157 K/ Pdt/ 2010 yaitu sengketa antara PT. Cipta Sumina Indah Satresna

sebagai pengelola parkir (Pemohon Kasasi/Tergugat) melawan Ramadhan M., dan

Ariyanti sebagai pemilik kendaraan bermotor (Termohon Kasasi/Penggugat).

Dengan kata lain apabila terjadi kerusakan dan bahkan kehilangan kendaraan di

area parkir merupakan tanggung jawab pengelola parkir.

Kata Kunci : Penyelesaian Sengketa, Parkir, Perlindungan Konsumen.

Pembimbing : Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H.

Drs. Abu Tamrin, S.H., M. Hum.

Daftar Pustaka : Tahun 1976 Sampai Tahun 2017

Page 6: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan

semesta alam atas segala rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA

PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi Putusan Mahkamah Agung

Nomor 2157 K/Pdt/2010)” Shalawat serta salam semoga senantiasa

tercurahkankan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga,

sahabat yang telah membawa kita ke luar dari zaman kegelapan menuju zaman

yang terang benderang saat ini. Semoga kita diberikan syafaat nya pada yaumil

akhir kelak. Aamiin.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah

membantu peneliti baik secara materiil maupun immaterial. Oleh karena itu,

peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., ketua Program Studi Ilmu Hukum

dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., dan Drs. Abu Tamrin, S.H.,

M.Hum., dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan begitu banyak

arahan, dan telah meluangkan banyak waktunya untuk membimbing

peneliti dengan begitu sabar selama ini, sehingga Alhamdulillah berkat beliau

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

4. Nur Rohim Yunus, LL.M, Dosen pembimbing akademik yang begitu dengan

sabar membimbing sejak awal masuk perkuliahaan hingga sampai saat ini.

Page 7: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

vii

5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Pimpinan Pusat Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan

studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

6. Orang tua peneliti Musdalifah S.Km dan Ir. Yani Suhaeb yang dengan sangat

sabar mendidik peneliti mulai dari lahir hingga sekarang tanpa merasa lelah

dan selalu memberikan doa kepada peneliti. Terimakasih juga kepada adik

peneliti Syamira Nurjanah Ramadhani dan Mutiara Ayu Indah Cahyani yang

selalu menyemangati serta memberi dukungan dalam pembuatan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat yang selalu bersama dan menemani peneliti selama peneliti

mengemban dunia pendidikan sejak semester awal hingga saat ini yaitu

Ahmad Adri, Hanifa Tri Agustina, Nabilah Nur Annisa, Putri Nur Aini,

Iqlimatul Annisa, Nurlia Fikawaty, Widy Mayunita, dan Adella Farah F.

Terimakasih selalu ada dan menyemangati peneliti sejak awal dimulainya

penulisan skripsi ini hingga selesai. Semoga persahabatan kita tidak terputus.

8. Teman-teman alumni Ilmu Hukum UIN Jakarta, terutama Bang Yusuf, Bang

Milzam, Bang rama, dan Kak Novia Indriani yang telah meluangkan

waktunya dalam membantu peneliti menyelesaikan penelitian skripsi ini.

9. Keluarga besar Ilmu Hukum 2014, HMPS Ilmu Hukum, DEMA Fakultas

Syariah, HMI Komfaksy, dan keluarga besar KKN Archery 169 UIN Jakarta

2017 yang selalu membantu dan menyemangati peneliti dalam proses

penyelesaian skripsi ini hingga selesai.

10. Serta kepada pihak-pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu oleh

peneliti yang tidak bisa peneliti berikan untuk membalas jasa-jasa kalian

kecuali doa dan ucapan terima kasih.

Demikian peneliti ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada

umumnya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Page 8: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8

D. Metode Penelitian ..................................................................... 9

E. Sistematika Penulisan ............................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERLINDUNGAN KONSUMEN ... 15

A. Kerangka Konseptual ............................................................... 15

B. Tinjauan Umum Hukum Perlindungan Konsumen .................. 17

1. Teori Perlindungan Hukum ................................................ 17

2. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen ..................... 19

3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen......................... 21

4. Pihak-pihak Yang Terkait Perlindungan Konsumen ..........

C. Tinjauan Umum Klausula Baku ............................................... 28

1. Pengertian Klausula Baku .................................................. 28

2. Bentuk dan Jenis Perjanjian Klausula Baku ....................... 31

3. Klausula Eksonerasi ........................................................... 34

D. Tinjauan Review Terdahulu ..................................................... 35

BAB III DATA PENELITIAN .................................................................. 38

A. Akibat Hukum Klausula Baku dalam Perjanjian...................... 38

B. Penyimpangan Penggunaan Klausula Baku Pada Karcis

Page 9: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

ix

Parkir Kendaraan Bermotor Terhadap UUPK .......................... 41

C. Hubungan Hukum Antara Pihak Pengelola Parkir dengan

Konsumen Jasa Parkir .............................................................. 45

D. Kronologis Kasus Hilangnya Kendaraan Bermotor di Area

Lahan Parkir Mall Lembuswana Samarinda ............................ 49

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS .............................................51

A. Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam Hal Tuntutan Ganti

Rugi Sebagai Akibat dari Penggunaan Jasa Parkir................... 51

B. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan

Mahkamah Agung Nomor 2157 K/Pdt/2010 ........................... 55

BAB V PENUTUP .................................................................................... 75

A. Kesimpulan ............................................................................... 75

B. Rekomendasi ............................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 78

LAMPIRAN ....................................................................................................

Page 10: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kenyamanan dan keamanan bagi konsumen parkir merupakan faktor

utama dalam pengoperasian lahan parkir. Rasa aman merupakan peran

lebih dari sekedar kenyamanan, namun juga merupakan tanggungjawab

moral demi mencapai standar pelayanan tertinggi. Menggiurkannya bisnis

perparkiran, pada praktiknya perparkiran tidak terlepas dari masalah yang

cukup serius bagi konsumen dan pengelola perparkiran. Konsumen

pengguna jasa parkir kerap kali menjadi pihak yang dirugikan jika terjadi

kehilangan atas kendaraannya maupun barang yang berada di dalam

kendaraannya maupun kerusakan-kerusakan yang terjadi selama waktu

penitipan di area parkir.

Perkembangan jumlah kendaraan di Indonesia selalu menunjukkan

grafik yang meningkat, yang memiliki arti bahwa jumlah kendaraan

semakin banyak. Semakin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor

tersebut, memiliki implikasi terhadap kebutuhan parkir di tempat-tempat

umum seperti di kantor, pusat perbelanjaan, sekolah, kampus, tempat

rekreasi, dan tempat-tempat umum lainnya yang memiliki area parkir yang

cukup luas.1

Menurut Pasal 1 nomor 1 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor

KM 65 Tahun 1993, yang dimaksud dengan parkir adalah “keadaan tidak

bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara”. Fasilitas parkir

merupakan fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan.

Fasilitas parkir dapat dibedakan menjadi 2 (dua), pertama fasilitas parkir

pada badan jalan, yaitu fasilitas untuk parkir kendaraan dengan

menggunakan sebagian badan jalan dan kedua, fasilitas parkir di luar

badan jalan, yaitu fasilitas parkir yang dibuat khusus yang dapat berupa

taman parkir dan/atau gedung parkir. Fasilitas untuk umum adalah fasilitas

1 David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir, (Jakarta: Timpani,

2007), h. 2.

Page 11: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

2

parkir di luar badan jalan berupa gedung parkir atau taman parkir yang

diusahakan sebagai kegiatan usaha yang berdiri sendiri dengan

menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum.2 Fasilitas parkir yang

hendak dibahas dalam skripsi ini adalah fasilitas parkir untuk umum.

Pengelolaan fasilitas parkir untuk umum dapat diselenggarakan oleh

pemerintah, badan hukum Indonesia atau warga negara Indonesia. Oleh

karena itulah muncul usaha perparkiran, yaitu suatu kegiatan usaha yang

menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum atau kegiatan usaha yang

menyediakan fasilitas parkir untuk umum.3

Pihak-pihak dalam usaha parkir ini adalah pihak pelaku usaha

perparkiran atau pengelola parkir dan pihak masyarakat sebagai konsumen

pemanfaat jasa parkir. Jika dikaitkan dengan banyaknya gedung-gedung

dan tempat-tempat umum, maka jasa pengelolaan parkir di Indonesia

mempunyai prospek yang sangat baik, karena dapat dipastikan gedung-

gedung dan tempat-tempat umum tersebut pastilah mempunyai fasilitas

berupa lapangan parkir. Sehingga hal tersebut sangatlah menguntungkan

pengelola parkir.

Dikarenakan usaha pengelolaan parkir memiliki prospek yang baik

dan memiliki keuntungan yang relatif besar, maka pengelola parkir harus

memiliki standar-standar keamanan yang harus diterapkan di tempat

parkir. Tidak hanya keselamatan dalam hal standar keamanan gedung

parkir, namun juga harus memperhatikan standar keamanan barang yang

dititipkan di tempat parkir tersebut, baik berupa kendaraan yang dititipkan

ataupun hal lain yang dititipkan di tempat parkir tersebut oleh konsumen.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi penitipan itu

diartikan sebagai berikut:

“Definisi penitipan adalah proses menaruh barang (barang dan

sebagainya) supaya disimpan (dirawat, disampaikan kepada orang

lain, dan sebagainya)”.

2 David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir…, h. 5.

3 David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir…, h. 7.

Page 12: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

3

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) juga

menjelaskan mengenai penitipan, hal tersebut terdapat dalam Pasal 1694

KUH Perdata yang berbunyi:

“Penitipan adalah terjadi, apabila seseorang menerima sesuatu barang

dari orang lain, dengan syarat bahwa ia telah menyimpannya dan

mengembalikannya dalam ujud asalnya”.

Dalam hal penitipan, apabila terjadi sesuatu hal yang terjadi dengan

barang yang dititipkan, baik itu berupa kerusakan ataupun kehilangan

barang yang dititipkan, maka hal tersebut haruslah menjadi tanggungjawab

orang yang dipercayakan untuk dititipkan barangnya tadi oleh konsumen.

Dalam KUH Perdata dijelaskan mengenai tanggungjawab bagi si penerima

penitipan barang, hal tersebut terdapat di dalam Pasal 1706 KUH Perdata

yang berbunyi:

“Si penerima titipan diwajibkan mengenai perawatan barang yang

dipercayakan padanya, memeliharanya dengan minat yang sama

seperti ia memelihara barang-barangnya sendiri”.

Seperti tidak langsung dalam pasal-pasal tersebut di atas menjelaskan

bahwa setiap barang yang dititipkan itu merupakan tanggungjawab si

penerima titipan. Apabila terjadi sesuatu dengan barang yang dititipkan,

baik itu berupa kerusakan ataupun kehilangan, maka hal tersebut tetaplah

menjadi tanggungjawab si penerima titipan. Jika dikaitkan dengan tulisan

ini, perjanjian yang telah dilakukan antara pengelola parkir dengan

konsumen adalah perjanjian penitipan, sehingga pengelola parkir harus

bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan kendaraan milik

konsumen dan pengelola parkir juga harus bertanggungjawab apabila ia

melakukan suatu kelalaian dengan rusaknya barang ataupun hilangnya

barang (dalam hal ini bisa berupa kendaraan yang dititipkan, ataupun

barang yang dititipkan di tempat perparkiran) sehingga menimbulkan

kerugian bagi pihak konsumen.

Hilangnya atau rusaknya barang yang dititipkan di tempat parkir,

maka pengelola parkir telah melakukan suatu ketidaktelitian atau

ketidakhati-hatian yang membuat ia melakukan perbuatan yang telah

Page 13: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

4

melanggar kewajiban hukumnya untuk menjamin keamanan kendaraan

milik konsumen, sehingga pengelola parkir dapat dikenakan

tanggungjawab atas ketidaktelitian atau ketidakhati-hatian barang yang

telah dititipkan.4

Memang telah menjadi suatu kenyataan bahwa kedudukan konsumen

dalam jalannya dan berlangsungnya roda perekonomian cukup penting dan

vital. Namun sangat disayangkan bahwa keberadaan dan kedudukan

konsumen justru berada pada posisi yang sangat lemah baik secara sosial,

ekonomi, ataupun hukum. Dalam rangka mencapai sasaran usaha yang

mencapai untung yang setinggi-tingginya, para produsen pelaku usaha

harus bersaing antar sesama mereka dengan perilaku bisnisnya sendiri-

sendiri yang dapat merugikan konsumen.5 Lemahnya posisi konsumen ini

dalam banyak hal menimbulkan serangkaian eksploitasi oleh pelaku usaha

yang secara sosial dan ekonomi lebih kuat dari konsumen.6

Konsumen memiliki sejumlah hak hukum yang perlu mendapat

perlindungan dalam pemenuhannya. Hak-hak itu perlu mendapat

pemahaman dan penghargaan dari semua pihak, dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara.7 Konsumen perlu menyadari akan hak-haknya

sebagai konsumen yang dilindungi oleh undang-undang perlindungan

konsumen sehingga dapat melakukan sosial kontrol terhadap perbuatan

dan perilaku pengusaha dan pemerintah. Untuk memberikan perlindungan

kepada konsumen dalam melakukan kegiatan konsumsi, pemerintah

mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut “UUPK”). Lahirnya UUPK

diharapkan agar upaya perlindungan konsumen di Indonesia untuk dapat

lebih diperhatikan sekaligus mengintegrasikannya sehingga dapat

4 David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir…, h. 7.

5 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2014), h. 2.

6 Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit Media,

2007), h. 24.

7 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia…, h. 2.

Page 14: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

5

memperkuat penegakan hukum perlindungan konsumen di Indonesia. Di

dalam UUPK ini memuat aturan-aturan yang dijadikan payung hukum

yang menyangkut konsumen.8

UUPK telah memberikan perlindungan kepada konsumen jasa parkir,

salah satunya dengan masih mencantumkan klausula baku pada karcis

parkir yang jelas-jelas tidak diperbolehkan dalam Pasal 18 UUPK

mengenai ketentuan klausula baku. Melihat dari perikatan dasar yang

diberikan oleh pelaku usaha ke konsumen sering kali terlihat pada klausula

baku yang terdapat pada saat kita memarkirkan kendaraan kita di suatu

lokasi yang bersifat swasta. Pelayanan jasa parkir ini ditujukan untuk

memberi kenyamanan serta keamanan terhadap kendaraan, akan tetapi

apabila ditinjau lebih lanjut dari sisi klausula baku yang diberikan sama

sekali tidak memiliki nilai tanggungjawab. Kegiatan yang terjadi di

kalangan pelaku usaha dengan konsumen mengenai pelayanan jasa parkir

tersebut akan menimbulkan suatu permasalahan baru apabila terjadinya

suatu kerugian baik dari pihak pelaku usaha maupun konsumen.

Adanya klausula baku pada karcis parkir menyebabkan kedudukan

konsumen sangat lemah, sehingga segala kerugian dan kerusakan

ditanggung oleh konsumen walaupun kesalahan disebabkan oleh kelalaian

atau kurang profesionalnya manajemen pelaku usaha perparkiran.

Penggunaan klausula baku yang diwujudkan dalam karcis parkir

membuat bargaining power (posisi tawar) antara pengelola parkir dengan

konsumen menjadi berat sebelah, sehingga pilihan konsumen hanyalah

take it or leave it (menerima atau menolak) dan tidak ada kesempatan

bernegosiasi. Hal tersebut membuat konsumen tidak mempunyai daya

tawar dan tidak pernah diberi kesempatan untuk didengar pendapatnya

terutama pada perjanjian baku dimana perjanjian tersebut dibuat sepihak

oleh pelaku usaha yang secara nyata lebih kuat secara moral dan ekonomi.

8 Sebagaimana disebutkan di dalam penjelasan umum UUPK, sampai pada terbentuknya

UUPK telah ada 20 undang-undang yang materinya melindungi kepentingan konsumen sehingga

UUPK dijadikan sebagai payung hukum bagi perundang-undangan lain yang mengatur

perlindungan konsumen.

Page 15: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

6

Rendahnya kesadaran para pihak, terutama pelaku usaha dalam

permasalahan ini mengindikasikan bahwa pelaku usaha belum menyadari

adanya larangan pencantuman klausula baku tersebut berdasarkan UUPK.

Para konsumen pun seharusnya mampu menyikapi setiap klausula baku

yang dapat merugikan dirinya sendiri secara kritis.

Jika dilihat perkembangan pelayanan yang diberikan oleh pelaku

usaha perparkiran pada saat ini telah banyak mendapat sorotan dari

masyarakat karena pengelolaan yang tidak professional, yaitu diantaranya

dalam hal keamanan dan kenyamanan. Salah satunya kasus kehilangan

kendaraan bermotor di tempat parkir yang akan dibahas dalam tulisan ini,

yaitu kasus gugatan oleh Ramadhan M dan Ariyanti terhadap PT Cipta

Sumina Indah Satresna selaku pihak pengelola parkir Mall Lembuswana

Samarinda.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti mencoba untuk meninjau

melalui penulisan ini dengan judul “Penyelesaian Sengketa Konsumen

Jasa Parkir Kendaraan Bermotor (Studi Putusan Mahkamah Agung

Nomor 2157 K/Pdt/2010)”.

B. Identifikasi, Pembahasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan

sebelumnya, maka identifikasi masalah yang muncul dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Saat memarkirkan kendaraan bermotornya, konsumen tidak

menyadari akan dampak dari pencantuman klausula baku yang

tercantum didalam karcis parkir.

b. Terjadi ketidakseimbangan hak dan kewajiban antara pihak

konsumen dan pelaku usaha

c. Konsumen banyak dirugikan atas pengalihan tanggungjawab oleh

pihak pelaku usaha atas pencantuman klausula baku yang

tercantum didalam karcis parkir

Page 16: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

7

d. Pelaku usaha mengabaikan pelarangan pencantuman klausula baku

yang telah diatur oleh UUPK.

2. Pembatasan Masalah

Permasalahan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya

dengan apa yang sebenarnya, antara apa yang diperlukan dengan apa

yang tersedia, antara harapan dengan capaian atau singkatnya antara

das sollen dengan das sein.9 Untuk menghindari meluasnya

permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, maka peneliti

membatasi masalah yang akan diteliti dan hanya berfokus pada

penyelesaian sengketa konsumen jasa parkir kendaraan bermotor dan

analisis putusan sengketa konsumen jasa parkir putusan Mahkamah

Agung Nomor 2157 K/ Pdt/2010.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, permasalahan

utama dalam penelitian skripsi yang peneliti teliti ini adalah telah

dilanggarnya hak-hak konsumen parkir oleh pengelola parkir atas

hilangnya kendaraan bermotor sehingga konsumen selaku pengguna

jasa parkir menggunakan haknya untuk menempuh upaya penyelesaian

sengketa konsumen dalam menggugat haknya yang telah dilanggar

oleh pengelola jasa parkir. Maka pertanyaan penelitian dalam

permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa konsumen dalam

hal tuntutan ganti rugi akibat sebagai akibat dari penggunaan jasa

parkir?

b. Apakah pertimbangan hakim dalam perkara kasus sengketa

konsumen parkir dalam Putusan Pengadilan Nomor 2157

K/Pdt/2010/MA telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?

9 Bambang Suggono, Metodologi Peneltian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005), h. 103.

Page 17: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berangkat dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah

dijabarkan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian sengketa konsumen

pengguna jasa parkir dalam hal hilangnya kendaraan bermotor di

area lahan parkir

b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam perkara kasus

sengketa konsumen parkir dalam Putusan Pengadilan Nomor 2157

K/Pdt/2010/MA apakah telah sesuai dengan hukum perlindungan

konsumen.

2. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

yang baik yang tidak hanya untuk peneliti, tetapi juga untuk akademis

dan masyarakat umum.

a. Manfaat Akademis

1) Secara akademis, penelitian ini diharapkan berguna bagi

peneliti lain serta perkembangan ilmu hukum kedepannya,

khususnya dalam hukum bisnis,

2) Memberikan informasi dan pemahaman teori dan kepustakaan

mengenai perlindungan konsumen dari jasa layanan parkir yang

merugikan konsumen, dan hal-hal yang berkaitan dengannya;

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian

bagi peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian kebih

lanjut di bidang perlindungan konsumen.

b. Manfaat Praktis

1) Sebagai bahan masukan bagi pengelola jasa parkir dan

masyarakat dalam menggunakan jasa parkir serta resiko dan

langkah-langkah untuk memperoleh kepastian hukum,

Page 18: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

9

2) Sebagai pedoman untuk menyelesaikan permasalahan sejenis

tentang perlindungan konsumen jasa parkir;

3) Sebagai bahan masukan bagi para konsumen dalam melakukan

upaya hukum untuk memperoleh haknya dalam apabila terjadi

kehilangan kendaraan bermotor

D. Metode Penelitian

Metode adalah pedoman cara seorang ilmuwan mempelajari dan

memahami lingkungan-lingkungan yang dipahami. Pada dasarnya sesuatu

yang dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah pengetahuan atau lebih

tepatnya pengetahuan yang benar, dimana pengetahan yang benar ini

nantinya dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan

tertentu.10

Pada penelitian ini akan digunakan metode penelitian hukum secara

yuridis normatif. Penelitian secara yuridis normatif adalah penelitian yang

dilakukan dengan mengkaji dan menganalisa substansi peraturan

perundang-undangan atas pokok permasalahan atau isu hukum dalam

konsistensinya dengan asas-asas hukum yang ada.11

Penelitian dengan

metode yuridis normatif ini merupakan proses dalam menemukan hukum

yang tepat untuk diterapkan dalam masyarakat masa kini melalui aturan-

aturan hukum yang telah berkembang dalam masyarakat, prinsip hukum,

dan doktrin hukum

1. Pendekatan Penelitian

Berkaitan dengan tipe penelitian yang peneliti lakukan, peneliti

menggunakan penelitian yuridis normatif, maka pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach)12

10

Bambang Sunggono, Metodologi Peneltian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2005), h. 27-28.

11 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 140.

12 Johny Ibrahim, Teori & Metodologi Peneltiian Hukum Normatif, (Jawa Timur:

Bayumedia Publishing, 2007), h. 302.

Page 19: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

10

Dalam hal pendekatan menggunakan perundang-undangan (Statute

Approach) peraturan perundang-undangan yang digunakan

khususnya pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

b. Pendekatan Kasus (Case Approach)

Pendekatan kasus (Case Approach) yaitu pendekatan dengan cara

beberapa kasus ditelaah untuk referensi bagi isu hukum.13

Pendekatan ini diperlukan guna mempelajari penerapan-penerapan

norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik

hukum. Pendekatan kasus dalam penelitian normatif bertujuan

untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum dalam praktek

hukum. Pada penggunaan pendekatan kasus yang perlu dipahami

oleh peneliti adalah ratio decidendi, yaitu alasan hukum yang

digunakan hakim untuk sampai kepada putusannya. Dalam hal ini

peneliti akan menganalisa kasus pelanggaran hak konsumen dalam

hilangnya kendaraan bermotor di area lahan parkir yang sudah

berkekuatan hukum tetap yaitu pada putusan Mahkamah Agung

Nomor 2157 K/Pdt/2010.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian hukum deskriptif

bersifat pemaparan dan bertujuan untuk mendapatkan gambaran

(deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat

tertentu dan pada saat tertentu, mengenai gejala yuridis yang ada, atau

peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.14

Penelitian

ini memberikan gambaran pertimbangan hukum dari hakim dalam

menentukan kekuatan mengikat keputusan hakim dalam perjanjian

parkir.

13

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum…, h. 142.

14 Muhammad Abdul Kadir, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2004), h. 52.

Page 20: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

11

3. Sumber Data

Berkaitan dengan data yang digunakan, sumber data yang

digunakan dalam penelitian terbagi dalam tiga jenis:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai

kekuatan mengikat dan bersifat autoratif yang memiliki sifat

otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan.

Selain peraturan perundang-undangan, yang termasuk dalam

hukum primer yaitu catatan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan peraturan perundang-undangan dan putusan hakim.15

Dalam penelitian peraturan perundang-undangan yang digunakan

yaitu:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 42 Tahun 1999 Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3281.

3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan

4) Putusan Mahkamah Agung Nomor 2157 K/Pdt/2010

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang erat kaitannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa,

memahami, dan menjelaskan bahan hukum primer. Bahan hukum

sekunder diperoleh dari pendapat sarjana hukum, hasil karya dari

kalangan ahli hukum, skripsi, thesis, jurnal-jurnal hukum, makalah,

artikel-artikel imiah hukum, dan komentar-komentar para ahli

hukum dalam putusan pengadilan.16

Dalam penelitian ini, peneliti

15

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum…, h. 141.

16 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum…, h. 145.

Page 21: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

12

menggunakan beberapa buku, jurnal, skripsi dan thesis terdahulu

yang berkaitan dengan judul penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun kejelasan dari bahan-bahan hukum primer dan

sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan misalnya, Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kamus hukum, penelusuran

internet dan lain-lain.

4. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur pengumpulan

data dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (library research),

Studi Kepustakaan (library research) yaitu pengkajian informasi

tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan

dipublikaskan secara luas serta dibutuhkan dalam penelitian hukum

normatif dengan cara membaca, menelaah, dan mengutip peraturan

perundang-undangan, buku, dan literatur yang berkaitan dengan

penelitan. Dalam hal ini peneliti menggunakan buku-buku dan

perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan

konsumen.

b. Studi Dokumen.

Studi Dokumen dalam hal ini berupa pengkajian informasi tertulis

mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum, tetapi

boleh diketahui oleh pihak tertentu, dalam hal ini peneliti mengkaji

dan menganalisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 2157

K/Pdt/2010.

5. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan peneliti adalah mengelola

data yang sedemikian rupa sehingga data dan bahan hukum tersebut

tersusun secara runtut dan sistematis, yang akan memudahkan peneliti

Page 22: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

13

dalam melakukan analisis dan menarik kesimpulan dari pembahasan

masalah yang ada.

6. Analisis Bahan Hukum

Penelitian ini akan dikaji dengan analisis kualitatif. Analisis

kualitatif artinya dianalisis dengan data-data yang sudah ada. Metode

analisis data secara kualitatif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang

dijadikan rujukan dalam menyajikan permasalahan hukum yang

menjadi objek kajian.17

Data yang sudah ada akan diolah dan dianalisis secara deduktif,

yang selanjutnya dikaitkan dengan norma-norma hukum, doktrin-

doktrin hukum, dan teori ilmu hukum yang ada. Penelitian secara

kualitatif ini mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan

perundang-undangan dan putusan pengadilan, serta norma-norma yang

hidup dan berkembang dalam masyarakat.18

7. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh peneliti dalam

skripsi ini berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang

terdapat dalam buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2017”.

E. Sistematika Penulisan

Untuk menjelaskan isi skripsi ini secara menyeluruh ke dalam

penulisan yang sistematis dan terstruktur, maka skripsi ini disusun dengan

sistematika penulisan yang terdiri dari 5 (lima) bab sebagai berikut:

BAB I : Bab ini merupakan pendahuluan dalam penelitian skripsi

yang dilaukukan oleh peneliti. Isi pendahuluan merupakan

17

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Sinar Grafika, 2011), h. 107.

18 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2002), h. 103.

Page 23: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

14

penjelasan yang erat sekali hubungannya dengan masalah

yang akan dibahas dalam bab-bab. Penjelasan-penjelasan

itu dirinci sebagai berikut yaitu: Latar Belakang Masalah;

Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah; Tujuan

dan Manfaat Penelitian; Metode Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : Bab ini memuat kajian pustaka yang terbagi dalam

beberapa sub bab, yaitu di dalamnya menguraikan kerangka

konseptual yang terkait dengan penelitian ini, tinjauan

pustaka yang membahas tentang hukum perlindungan

konsumen , dan tinjauan (review) kajian terdahulu yang

sama-sama membahas mengenai perlindungan konsumen.

BAB III : Bab ini memuat tentang akibat hukum klausula baku pada

perjanjian, penyimpangan penggunaan klausula baku pada

karcis parkir kendaraan bermotor terhadap UUPK,

hubungan hukum antara pihak pengelola parkir dengan

konsumen jasa parker, dan kronologis kasus hilangnya

kendaraan bermotor di Areal Lahan Parkir Mall

Lembuswana Samarinda.

BAB IV : Bab ini memuat tentang hasil penelitian dan pembahasan.

Pada bab ini menguraikan penyelesaian sengketan

konsumen dalam hal tuntutan ganti rugi sebagai akibat

penggunaan jasa parkir, dan analisis dasar pertimbangan

hakim dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 2157

K/Pdt/2010.

BAB V : Bab ini merupakan bab penutup dalam skripsi ini. Pada bab

ini, peneliti menarik kesimpulan hasil penelitian dan

rekomendasi.

Page 24: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah merupakan pedoman yang lebih konkrit

dari kerangka teori yang berisi definisi operasional yang menjadi pegangan

dalam penulisan skripsi.1 Sumber yang digunakan untuk menentukan

definisi diambil dari peraturan perundang-undangan dan penelitian

perpustakaan sehingga metode yang digunakan adalah metode paraphrase2

yaitu menjelaskan arti dengan menggunakan kalimat yang lain.

1. Perlindungan Konsumen

Pasal 1 angka 1 UUPK merumuskan bahwa perlindungan konsumen

adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada konsumen.3, yang dimaksud

perlindungan konsumen dalam penelitian skripsi ini adalah

perlindungan konsumen jasa parkir dalam hal hilangnya kendaraan di

area lahan parkir.

2. Konsumen

Konsumen menurut Pasal 1 angka 2 UUPK adalah setiap orang

pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik

bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk

hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.4 Konsumen yang

dimaksud dalam penelitian skripsi ini adalah yaitu pengguna jasa

parkir kendaraan bermotor.

3. Pelaku Usaha

1 Soerjono Seokanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), h. 133.

2 Parafrase adalah istilah linguistic yang berarti pengungkapan kembali suatu konsep

dengan cara lain dalam bahasa yang sama, namun tanpa mengubah maknanya. Paraphrase

memberikan kemungkinan kepada sang penulis untuk memberi penekanan yang agak berlainan

dengan penulis asli.

3 Ahmadi Miru, dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo, 2004), h. 10.

4 Yusuf Shofie, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2002), h.1.

Page 25: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

16

Pelaku usaha menurut pengertian Pasal 1 angka 3 UUPK adalah setiap

orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam

wilayah Hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun

bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha

dalam berbagai badan ekonomi. Pelaku usaha yang dimaksud dalam

penelitian skripsi ini adalah pengelola jasa parkir kendaraan bermotor.

4. Jasa

Jasa menurut pengertian Pasal 1 angka 5 UUPK adalah setiap layanan

yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi

masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Jasa yang dimaksud

dalam penelitian skripsi ini adalah jasa layanan parkir yang dikelola

oleh pelaku usaha atau pengelola jasa parkir.

5. Klausula baku

Klausula baku menurut pengertian Pasal 1 angka 10 UUPK adalah

setiap aturan dan ketentuan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan

ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang

dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat

dan wajib dipenuhi oleh konsumen.5

6. Kendaraan bermotor

Menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang dimaksud dengan

kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas

rel. Pada pengertian lain, kendaraan bermotor adalah semua kendaraan

yang beroda dua atau lebih yang jalan di darat dan digunakan untuk

mengangkut orang dan/atau yang dijalankan oleh bensin, dengan

minyak lain, atau gas yang ada dalam lalu lintas bebas. Kendaraan

5 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT. Grasindo, 2006), h.

2.

Page 26: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

17

bermotor yang dimaksud dalam penelitian skripsi ini adalah mobil

dan/atau motor yang diparkirkan oleh konsumen di area lahan parkir.

7. Parkir

Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat

sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya.

B. Tinjauan Umum Hukum Perlindungan Konsumen

1. Teori Perlindungan Hukum

Pada teori perlindungan hukum, ada beberapa ahli yang

menjelaskan tentang bahasan pada teori ini, antara lain yaitu

Fitzgerald, Satjipto Raharjo, Phillipus M Hanjon dan Lily Rasyidi.

Fitzgerald telah mengutip istilah teori perlindungan hukum dari

Salmond bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena

dalam sutu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan

tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan

di lain pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan

kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan

hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari

suatu ketentuan masyarakat yang pada dasarnya merupakan

kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku

antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan

pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.6

Menurut Satjipto Rahardjo, Perlindungan hukum adalah

memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang

dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat

agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.7

Selanjutnya menurut Phillipus M. Hadjon memberikan definisi

mengenai perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan

6 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53.

7 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum..., h. 69.

Page 27: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

18

pemerintah yang bersifat preventif dan represif. Perlindungan hukum

preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang

mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam

pengambilan keputusan berdasar pada diskresi dan perlindungan yang

represif adalah bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa,

termasuk penangannya di lembaga peradilan.8

Sedangkan menurut Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra bahwa hukum

dapat didisfungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya

tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga predektif dan

antisipatif.9

Sesuai dengan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa fungsi hukum

adalah melindungi rakyat dari bahaya dan tindakan yang dapat

merugikan dan menderitakan hidupnya dari orang lain, masyarakat

maupun penguasa. Selain itu, berfungsi pula untuk memberikan

keadilan serta menjadai sarana untuk mewujudkan kesejahteraan bagi

seluruh rakyat.

Perlindungan hukum bisa pula diartikan sebagai perlindungan yang

diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan dan tidak dicederai

oleh aparat penegak hukum dan bisa pula perlindungan yang diberikan

oleh hukum terhadap sesuatu.

Hukum harus memberikan perlindungan terhadap semua pihak

sesuai dengan status hukumnya karena setiap orang memiliki

kedudukan yang sama dihadapan hukum. Aparat penegak hukum

wajib menegakkan hikum dan dengan berfungsinya aturan hukum,

maka secara tidak langsung pula hukum akan memberikan

perlindungan pada tiap hubungan hukum atau segala aspek dalam

kehidupan bermasyarakat yang diatur oleh hukum.

Perlindungan hukum bagi rakyat meliputi dua hal, yakni:

8 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum…, h. 54.

9 Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Remaja

Rusdakarya, 1993), h. 118.

Page 28: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

19

1. Perlindungan hukum preventif, yakni bentuk perlindungan hukum

dimana rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau

pendapat sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk

yang definitif.

2. Perlindungan hukum represif, yakni bentuk perlindungan hukum

dimana lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa.10

Perlindungan hukum yang diberikan bagi rakyat Indonesia

merupakan implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan

terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada pancasila

dan prinsip negara hukum yang berdasarkan pancasila. Setiap orang

berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh

hubungan hukum harus mendapatkan perlindungan dari hukum. Oleh

karena itu, terdapat banyak macam perlindungan hukum.

2. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen

merupakan dua bidang hukum yang sulit dipisahkan dan ditarik

batasannya. Pada intinya hukum perlindungan konsumen merupakan

bagian dari hukum konsumen dan tidak dapat dipisahkan.11

Rumusan

pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam pasal 1 angka

1 UUPK yang menyatakan Perlindungan Konsumen adalah segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen. Kepastian hukum itu meliputi segala

upaya untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan

pilihannya atas barang dan/atau jasa kebutuhannya serta

mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh

pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen tersebut.

10

Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009), h.

38.

11 Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit

Media, 2007), h. 20-21.

Page 29: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

20

Menurut Az. Nasution Hukum Konsumen adalah sebagai

keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan dan

masalah penyediaan penggunaan produk (barang dan/atau jasa) antara

penyedia dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat,

sedangkan hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-

asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen

dalam hubungannya dengan masalah penyediaan dan penggunaan

produk (barang dan/atau jasa) antara penyedia dan penggunanya dalam

kehidupan bermasyarakat.12

Cakupan perlindungan konsumen itu dapat dibedakan dalam dua

aspek, yaitu:

a. Perlindungan terhadap barang yang diserahkan kepada konsumen

yang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati;

b. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak

adil kepada konsumen.

Perlindungan hukum kepada konsumen ini dapat berasal dari

lingkup berbagai disiplin hukum, diantaranya hukum privat (hukum

perdata), maupun hukum publik (baik hukum pidana maupun hukum

administrasi). Keterlibatan berbagai disiplin hukum ini mempertegas

kedudukan hukum perlindungan konsumen dalam bidang hukum

ekonomi. Hal ini sesuai dengan sifat hukum ekonomi, khususnya

hukum ekonomi di Indonesia, yang melibatkan aspek-aspek hukum

perdata, dan pada saat yang bersamaan melibatkan aspek-aspek hukum

publik.

Al-Quran surat Al-Falaq ayat 1-5, yaitu:

ت ٣ومن شر غاسق إذا وقة ٢من شر ما خلق ١قل أعوذ ترب ٱلفلق ثومن شر ٱلنف

٥ومن شر حاسد إذا حسد ٤في ٱلعقد

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai

subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam

apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita

12

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar…, h. 22.

Page 30: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

21

tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari

kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki” (QS. Al-Falaq: 1-

5)

Dalam Surat Al-Falaq memerintahkan untuk memohon perlindungan

dari keburukan yang samar dan mengajarkan kepada manusia, hanya

kepada Allah-lah menyerahkan perlindungan diri dari segala kejahatan.

Ayat pada surat ini bisa menjadi acuan perlindungan konsumen pada

umumnya.

3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

a. Asas Perlindungan Konsumen

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan arti kata asas

mempuyai makna yaitu dasar, dasar cita-cita atau hukum dasar.

Sudikno Mertokusumo mendefinisikan asas hukum bukan sebagai

hukum konkrit merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak

atau merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terdapat

dalam dan dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam

peraturan perundang-undangan dan putusan hakim merupakan

hukum positif dan dapat ditemukan dengan mencari sifat-sifat atau

ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkrit tersebut.13

Asas merupakan suatu dasar dari pelaksanaan hukum. Dalam

hal ini, diperlukannya dasar untuk melaksanakan Hukum

Perlindungan Konsumen. Asas Hukum Perlindungan Konsumen

dimuat dalam Pasal 2 UUPK, yang merumuskan bahwa

Perlindungan Konsumen didasari beberapa asas, antara lain adalah:

1) Asas manfaat adalah segala upaya dalam menyelenggarakan

perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara

keseluruhan.

13

Yusuf Shofie, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi…, h. 25.

Page 31: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

22

2) Asas keadilan adalah memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

melaksanakan kewajibannya secara adil.

3) Asas keseimbangan adalah memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam

arti materiil maupun spiritual.

4) Asas keamanan dan keselamatan konsumen adalah untuk

memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada

konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan

barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5) Asas kepastian hukum adalah pelaku usaha mauapun

konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen serta negara

menjamin kepastian hukum

b. Tujuan Perlindungan Konsumen

Selain merumuskan asas dalam Perlindungan Konsumen,

UUPK juga merumuskan tujuan Perlindungan Konsumen. Achmad

Ali mengatakan masing-masing Undang-Undang memiliki tujuan

khusus. Hal itu juga tampak dari pengaturan Pasal 3 UUPK yang

mengatur tujuan khusus perlindungan konsumen, sekaligus

membedakan dengan tujuan sebagaimana dikemukakan berkenaan

dengan Pasal 2 di atas. Perlindungan Konsumen perlu diwujudkan

dalam kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan kepentingan

konsumen sebagaimana telah diatur di dalam pasal 3 UUPK yang

bertujuan untuk mewujudkan yakni14

:

1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian

konsumen untuk melindungi diri;

14

Elsi Kartika Sari dan Advendi, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: PT. Grasindo, 2007),

h. 159.

Page 32: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

23

2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang

dan/atau jasa;

3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses

untuk mendapatkan infomasi;

5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggungjawab dalam berusaha;

6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan kualitas barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

UUPK ini bermaksud untuk melindungi kepentingan

konsumen. Yang dimaksud dengan kepentingan konsumen adalah

“setiap kepentingan dari benih hidup dalam rahim ibu sampai

dengan tempat pemakaman dan seluruh kepentingan di antara

keduanya”.15

Pasal 3 UUPK ini, merupakan isi pembangunan

nasional sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 sebelumnya,

karena tujuan perlindungan konsumen yang ada itu merupakan

sasaran akhir yang harus dicapai dalam pelaksanaan pembangunan

di bidang hukum perlindungan konsumen. Kepentingan konsumen

ini perlu dilindungi dikarenakan konsumen itu lemah, baik

kedudukan konsumen dari sudut social-ekonomi/keuangan,

pendidikan serta (dan kursif peneliti) daya tawar (bargaining

power).16

4. Pihak-pihak Terkait Dalam Perlindungan Konsumen

15

A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar…, h. 25.

16 Catatan Kuliah A.Z. Nasution (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Pancasila, 2006)

Page 33: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

24

Dalam hukum perlindungan konsumen terdapat pihak-pihak yang

terkait didalamnya yaitu:

a. Konsumen

Konsumen pada umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir

dari produk yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha, yatu

setiap orang yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak

diperdagangkan atau diperjualbelikan lagi. Pengertian konsumen

menurut Pasal 1 angka 2 UUPK adalah setiap orang pemakai

barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk

hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Pengertian konsumen sesungguhnya dapat terbagi dalam tiga

bagian, yang terdiri atas:

1) Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna,

dan/atau jasa pemanfaat barang dan/atau jasa untuk tujuan

tertentu;

2) Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna, dan/atau

pemanfaat barang dan/atau jasa untuk diproduksi (produsen)

menjadi barang dan/atau jasa lain atau untuk

memperdagangkan (distributor), dengan tujuan komersil;

3) Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna, dan/atau pemanfaat

barang dan/atau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan

diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk

diperdagangkan kembali.

Pengertian konsumen dalam UUPK adalah konsumen akhir,

yakni pengguna terakhir atau pemanfaat akhir suatu produk (end

user).17

Konsumen sebagai pengguna akhir (end user) dimana tidak

17

Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen..., h. 7.

Page 34: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

25

ada motif untuk memperoleh keuntungan dari transaksi yang

dilakukan konsumen dengan pelaku usaha.18

a) Hak dan Kewajiban Konsumen

(1) Hak Konsumen

Hak-hak konsumen dalam praktek sehari-hari sering

diabaikan bahkan tidak mengetahui hak-haknya sebagai

konsumen yang menyebabkan tidak ditetapkannya hak-hak

konsumen sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan

karena ketidaktahuan dan enggannya konsumen untuk

memanfaatkan dan mencari tahu hak-hak yang dimiliki.

Sementara itu, masih banyak produsen yang bertindak

semerta-merta dibalik ketidakberdayaan dan ketidaktahuan

konsumen tersebut dalam memproduksi barang dan/atau

jasa yang dihasilkannya dibalik ketidaktahuan konsumen

tersebut demi orientasi profit sebesar-besarnya. Masalah

perlindungan konsumen di Indonesia termasuk dalam

masalah baru, wajar apabila masih banyaknya konsumen

yang belum menyadari hak-haknya. Kesadaran akan hak

tidak dapat memungkiri sejalan dengan kesadaran hukum.

Semakin tingginya tingkat kesadaran hukum masyarakat,

maka makin tinggi penghormatannya pada hak-hak dirinya

dan orang lain.

Sebagai payung undang-undang (umbrella act), UUPK

seharusnya dapat mengatur hak-hak konsumen itu secara

komprehensif. Langkah untuk meningkatkan martabat dan

kesadaran konsumen harus diawali dengan upaya untuk

memahami hak-hak pokok konsumen, yang dapat dijadikan

18

Nurul Fibrianti, Perlindungan Konsumen dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen

Melalui Jalur Litigasi , Jurnal Hukum Acara Perdata ADHAPER. Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015,

h. 122.

Page 35: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

26

sebagai landasan perjuangan untuk mewujudkan hak-hak

tersebut.

Dari pengertian di atas, konsumen dalam hal ini

mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilindungi dan

diperhatikan. Istilah “perlindungan konsumen” berkaitan

dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan

konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang

diberikan hukum terhadap hak-hak konsumen. Secara

umum ada 4 (empat) hak dasar konsumen, yaitu:

(a) Hak untuk mendapatkan keamanan (the right safety);

(b) Hak untuk mendapatkan informasi (the right to

informed);

(c) Hak untuk memilih (the right to choose);

(d) Hak untuk didengar (the right to be heard) 19

Empat hak dasar yang diakui secara internasional

dalam perkembangannya, organisasi-organisasi konsumen

yang tergabung dalam The International Organization of

Consumer Union (IOCU) menambahkan lagi beberapa hak,

seperti hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak

mendapatkan ganti kerugian, dan hak mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat.20

Hak-hak yang dapat melindungi konsumen tersebut

menurut Pasal 4 UUPK, yang menjadi hak-hak konsumen

adalah sebagai berikut:21

A. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

19

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 16-17.

20 Celiana Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika,

2011), h. 31.

21 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen…, h. 33-40.

Page 36: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

27

B. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta

mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai

dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

C. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

D. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas

barang dan/atau jasa yang digunakan;

E. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan

upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen

secara patut;

F. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan

konsumen;

G. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan

jujur serta tidak diskriminatif;

H. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi

dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang

diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya;

I. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan lainnya.

Apabila konsumen benar-benar akan dilindungi, maka

hak konsumen yang disebutkan di atas harus dipenuhi, baik

oleh pemerintah maupun oleh produsen karena pemenuhan

hak-hak konsumen tersebut akan melindungi konsumen

dari kerugian.22

(2) Kewajiban Konsumen

Dalam UUPK juga telah diatur tentang kewajiban-

kewajiban yang harus dipenuhi oleh konsumen sebagai

22

Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen…, h. 14-15.

Page 37: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

28

pemakai barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

Adapun kewajiban konsumen menurut Pasal 5 UUPK

adalah sebagai berikut:

(a) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan

prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau

jasa, demi keamanan dan keselamatan;

(b) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian

barang dan/atau jasa;

(c) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

(d) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa

perlindungan konsumen secara patut.

Menurut Ahmadi Miru, bahwa adanya kewajiban

konsumen membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan

prosedur pemakaian barang dan/atau jasa demi keamanan

dan keselamatan, merupakan hal penting mendapat

pengaturan.23

Adapun pentingnya kewajiban ini karena

sering pelaku usaha telah menyampaikan peringatan secara

jelas pada label suatu produk, namun konsumen tidak

membaca peringatan yang telah disampaikan kepadanya.

Adanya pengaturan kewajiban ini memberikan

konsekuensi pelaku usaha yang tidak bertanggungjawab

jika konsumen yang bersangkutan menderita kerugian

akibat mengabaikan kewajiban tersebut.24

b. Pelaku Usaha

Pengertian pelaku usaha berdasarkan UUPK diatur pada Pasal

1 angka 3 yang ditegaskan yaitu pelaku usaha adalah setiap orang

perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan

atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik

23

Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen…, h. 14

24 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen…, h. 15

Page 38: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

29

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Pada penulisan skripsi ini, maka pengertian pelaku usaha yang

digunakan adalah pengertian pelaku usaha menurut Pasal 1 angka 3

UUPK.

1) Hak Pelaku Usaha

Hak pelaku usaha telah diatur dalam pasal 6 UUPK. Pokok-

pokok hak dari produsen/ pelaku usaha adalah:

a) Menerima pembayaran;

b) Mendapat perlindungan hukum;

c) Membela diri; dan

d) rehabilitasi25

Hak-hak pelaku usaha yang diatur menurut pasal 6 UUPK

adalah sebagai berikut:

(1) Hak untuk menerima pembayaran sesuai dengna

kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang

dan/atau jasa yang diperdagangkan;

(2) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan

konsumen yang beritikad tidak baik;

(3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam

penyelesaian hukum sengketa konsumen;

(4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbuti secara

hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh

barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

(5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan

lainnya.

2) Kewajiban Pelaku Usaha

25

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2014), h. 72.

Page 39: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

30

Sedangkan mengenai kewajiban produsen sebagaimana

termuat dalam pasal 7 UUPK. Kewajiban pelaku usaha yang

diatur dalam pasal 7 UUPK adalah sebagai berikut:

a) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b) Memberikan infomasi yang benar, jelas, dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta

memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan

pemeliharaan;

c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan

jujur serta tidak diskriminatif;

d) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi

dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar

mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e) Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji

dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta

memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat

dan/atau yang diperdagangkan;

f) Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas

kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan

barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g) Memberikan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian

apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau

dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Dengan demikian, pokok-pokok kewajiban produsen/

pelaku usaha adalah:

(1) Beritikad baik;

(2) Memberi informasi;

(3) Melayani dengan cara yang sama;

(4) Memberi jaminan;

(5) Memberi kesempatan mencoba; dan

Page 40: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

31

(6) Memberi kompensasi. 26

C. Tinjauan Umum Klausula Baku

1. Pengertian Klausula Baku

Perjanjian standar atau yang biasa disebut perjanjian baku (klausul

baku) sebenarnya dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Plato (423-347

SM), misalnya pernah memaparkan praktik penjualan makanan yang

harganya ditentukan secara sepihak oleh si penjual. Dalam

perkembangannya, tentu saja penentuan secara sepihak oleh produsen/

penyalur produk (penjual), tidak lagi sekedar masalah harga, tetapi

mencakup syarat-syarat yang lebih detail. Selain itu, bidang-bidang

yang diatur dalam perjanjian standar pun semakin bertambah luas.

Tujuan dibuatnya perjanjian standar atau perjanjian baku yaitu

untuk memberikan kemudahan bagi para pihak yang bersangkutan.

Oleh karena itu, bertolak dari tujuan itu, Mariam Darul Badrulzaman

mendefinisikan perjanjian standar sebagai perjanjian yang isinya

dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.27

Sultan Remi Sjahdeni mengartikan perjanjian standar atau

perjanjian baku sebagai perjajian yang hampir seluruh klausul-

klausulnya dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada

dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta

perubahan. Sjahdeni menekankan, yang dibakukan bukan formulir

perjanjian tersebut, melainkan klausul-klausulnya.28

Definisi perjanjian baku (klausula baku) menurut para ahli

memang sangat bervariasi, sebagaimana diuraikan dibawah ini29

:

a. Prof. Abdulkadir Muhammad

26

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia…, h. 73.

27 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen…, h. 146.

28 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen…, h. 147.

29 David M. L. Tobing, Parkir + Perlindungan Hukum Konsumen, (Jakarta: Timpani

Agung), h. 35-38.

Page 41: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

32

Perjanjian baku artinya perjanjian yang menjadi tolak ukur yang

dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap konsumen yang

mengadakan hubungan hukum dengan pengusaha. Yang dibukukan

dalam perjanjian baku ialah meliputi model, rumusan, dan ukuran.

b. Prof. Mariam Darus Badrulzaman

Perjanjian baku sebenarnya adalah perjanjian yang isinya

dibakukan syarat eksenorasi dan dituangkan dalam bentuk formulir

c. Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo

Perjanjian baku tetap merupakan perjanjian yang mengikat para

pihak yang menandatanganinya, walaupun harus diakui bahwa

klausula yang terdapat dalam perjanjian baku banyak mengalihkan

beban tanggungjawab dari pihak perancangan perjanjian baku

kepada pihak lawannya, namun setiap kerugian yang timbul

dikemudian hari akan tetap ditanggung oleh para pihak yang

bertanggungjawab berdasarkan klausula perjanjian tersebut,

kecuali jika klausula tersebut merupakan klausula yang dilarang

berdasarkan Pasal 18 UUPK.

d. Munir Fuadi

Yang dimaksud dengan kontrak baku adalah suatu kontrak tertulis

yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak tersebut,

bahkan sering kali kontrak tersebut sudah tercetak (boilerplate)

dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah satu pihak yang

dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya para

pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja dengan

sedikit atau tanpa perubahan dalam klausula-klausulanya, dimana

pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan

atau hanya sedikit kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah

klausula-klausula yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut,

sehingga biasanya kontrak baku sangat berat sebelah.

Di satu sisi, bentuk perjanjian seperti ini sangat menguntungkan

jika dilihat dari sisi waktu, tenaga dan biaya yang dapat di hemat.

Page 42: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

33

Namun, dalam sisi lain bentuk perjanjian seperti ini tentu

menempatkan pihak yang tidak ikut membuat klausul-klausul di dalam

perjanjian itu sebagai pihak yang baik langsung maupun tidak sebagai

pihak yang dirugikan,yakni di satu sisi sebagai salah pihak dalam

perjanjian itu memiliki hak untuk memperoleh kedudukan seimbang

dalam menjalankan perjanjian tersebut, di sisi lain ia harus menurut

terhadap isi perjanjian yang disodorkan kepadanya.

Jadi, perjanjian standar adalah perjanjian yang ditetapkan secara

sepihak, yakni oleh produsen/pelaku usaha, dan mengandung

ketentuan yang berlaku umum, sehingga pihak lain (konsumen) hanya

memiliki dua pilihan yaitu menyetujui atau menolaknya.

Yang dimaksud dengan klausula baku menurut pasal 1 angka 10

UUPK adalah:

“Setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah

dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh

pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau

perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen."

Perjanjan baku atau klausula baku sangat penting diatur dalam

sebuah undang-undang karena dalam transaksi perdagangan baik

barang maupun jasa, perjanjian baku harus memenuh prinsip

kesetaraan para pihak untuk mengeliminir dominasi salah satu pihak

dalam menentukan isi perjanjian baku, sehingga jika timbul kerugian

yang diakibatkan kelalaian atau ketidak hati-hatian para pihak harus

dapat dimintakan pertanggungjawabannya kepada pihak yang salah

dengan menerapkan sanksi yang adil menurut hukum.

Terkait dengan penulisan skripsi berjudul “Penyelesaian Sengketa

Konsumen Jasa Parkir Kendaraan Bermotor (Studi Putusan MA

Nomor 2157 K/PDT/2010)”, maka pengertian klausula baku yang

digunakan adalah pengertian klausula baku menurut Pasal 1 angka 10

Undang-Undnag Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. Klasula baku yang digunakan adalah klasula baku berupa

karcis parkir kendaraan bermotor.

Page 43: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

34

2. Bentuk dan Jenis Perjanjian Klausula Baku

Dari definisi dan pendapat para ahli mengenai perjanjian baku

(klausula baku) yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat diambil

ciri-ciri dari perjanjian baku yang dapat disimpulkan yaitu:

a. Perjanjian baku (klausula baku) bukanlah perjanjian murni karena

pada saat dibuat hanya ada satu pihak yang mengetahuinya yaitu si

pembuatan itu sendiri/ tidak ada negosiasi;

b. Perjanjian baku (klasula baku) memuat syarat-syarat eksonerasi

yang membuat pembatasan dan/atau pengalihan tanggungjawab

dari si pembuat perjanjian baku (produsen);

c. Isi perjanjian sudah dibuat dan ditetapkan terlebih dahulu oleh satu

pihak dan untuk diberlakukan secara berulang-ulang (biasanya oleh

pengusaha atau produsen dalam melakukan perjanjian dengan

konsumen);

d. Perjanjian baku (klausula baku) tersebut sudah tidak tercetak dalam

suatu kertas perjanjian dan tidak dapat dilakukan perubahan lagi

kecuali oleh yang membuat dan menetapkan;

e. Umumnya perjanjian baku (klausula baku) harus dimintakan tanda

tangan atau paraf dari pihak yang “terpaksa” menerima saja isi

perjanjian tersebut namun dalam praktek banyak perjanjian baku

yang tidak diperlukan tanda tangan dan atau paraf melainkan hanya

berupa ketentuan-ketentuan umum dalam satu produk seperti

halnya karcis parkir kendaraan.30

Prof Mariam Darus Badrulzaman membedakan macam-macam

jenis perjanjian dengan klausula baku dalam 4 (empat) jenis yaitu:

1) Perjanjian baku sepihak adalah perjanjian yang isinya ditentukan

oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak

yang kuat di sini adalah pihak kreditur yang lazimnya mempunyai

posisi (ekonomi) kuat dibanding pihak kreditur;

30

David M. L. Tobing, Parkir + Perlindungan Hukum Konsumen…, h. 38.

Page 44: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

35

2) Perjanjian baku timbal balik adalah perjanjian baku yang isinya

ditentukan oleh kedua belah pihak, misalnya perjanjian baku yang

pihak-pihaknya terdiri dari pihak majikan (kreditur) dan pihak

lainnya buruh (debitur). Kedua pihak lazimnya terikat dalam

organisasi, misalnya dalam perjanjian buruh kolektif;

3) Perjanjian baku yang ditetapkan pemerintah, ialah perjanjian baku

yang isinya ditentukan pemerintah terhadap perbuatan-perbuatan

hukum tertentu, misalnya perjanjian-perjanjian yang mempunyai

obyek hak-hak atas tanah;

4) Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan notaris atau advokat

adalah perjanjian-perjanjian yang konsepnya sejak semula sudah

disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat

yang minta bantuan notaris atau advokat yang bersangkutan. Di

dalam kepustakaan Belanda, jenis keempat ini disebut dengan

kontrak model.31

Secara umum bentuk perjanjian dengan syarat-syarat baku atau

klausula baku terdiri dari 2 bentuk, bentuk dokumen dan bentuk

persyaratan-persyaratan dalam perjanjian. Lebih lanjut, Az. Nasution

menjabarkan menjadi:

a) Dalam bentuk dokumen

Perjanjian baku dalam bentuk dokumen mempunyai bentuk-bentuk

lain, yaitu syarat-syarat khusus yang termuat dalam berbagai

kuitansi, tanda penerimaan atau tanda penjualan, kartu-kartu

tertentu, pada papan-papan pengumuman yang diletakkan di ruang

penerimaan tamu atau di lapangan atau secarik kertas tertentu yang

termuat di dalam kemasan atau wadah produk yang bersangkutan.

b) Dalam bentuk perjanjian

Perjanjian baku dalam bentuk perjanjian merupakan suatu

perjanjian yang konsepnya atau draftnya telah dipersiapkan terlebih

31

Mariam Darus Badrulzaman ©, “Beberapa Guru Besar Berbicara Tentang Hukum dan

Pendidikan Hukum”, Kumpulan Pidato Pengukuhan (Bandung: Alumni, 1981), h. 98.

Page 45: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

36

dahulu oleh salah satu pihak, biasanya penjual atau produsen.

Perjanjian ini disamping memuat aturan-aturan yang umumnya

biasa tercantum dalam suatu perjanjian, memuat pula persyaratan-

persyaratan khusus baik berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian,

syarat-syarat tentang risiko tertentu, hal-hal tertentu yang tidak

ditanggung dan/atau berbagai persyaratan lain yang pada umumnya

menyimpang dari ketentuan yang umum berlaku. Berkaitan dengan

masalah berlakunya ketentuan syarat-syarat umum yang telah

ditentukan atau ditunjuk oleh perusahaan tertentu, termuat pula

ketentuan tentang ganti rugi dan jaminan-jaminan tertentu dari

suatu produk.32

3. Klausula Eksonerasi

Rikjen mengatakan bahwa klausul eksonerasi adalah klausul yang

dicantumkan dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak

menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti

rugi seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau

perbuatan melanggar hukum.33

Klausula Eksonerasi adalah klausul

yang mengandung, membatasi, atau bahkan menghapus sama sekali

tanggungjawab yang semestinya dibebankan kepada pihak produsen/

penyalur produk (penjual).

Tidak semua kontrak baku adalah klausula eksonerasi. Jika melihat

pada Pasal 18 ayat (1) UUPK, klausula baku dan klausula eksonerasi

berbeda dan tidak sama. Artinya klausula baku adalah klausula yang

dibuat sepihak oleh pelaku usaha, tetapi isinya tidak boleh mengarah

kepada klausula eksonerasi.34

Klausula eksonerasi hanya dapat

digunakan dalam pelaksanaan perjanjian dengan itikad baik.

Eksonerasi yang timbul karena kesengajaan pengusaha/ penyedia jasa

dan menyebabkan kerugian bagi konsumen, bertentangan dengan

32

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar…, h. 99-101.

33 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), h. 47.

34 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen…, h. 121.

Page 46: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

37

kesusilaan. Karena itu pengadilan dapat mengesampingkan klausula

eksonerasi tersebut.35

Pada umumnya syarat-syarat eksonerasi itu dituangkan dalam 3

(tiga) macam bentuk yuridis, yaitu:

a. Bentuk bahwa tanggungjawab untuk akibat hukum karena tidak

atau kurang baik memenuhi kewajiban-kewajiban, dikurangi atau

dihapuskan (misalnya ganti kerugian dalam hal ingkar janji);

b. Bentuk bahwa kewajiban-kewajiban sendiri, yang biasanya

dibebankan pada pihak untuk mana syarat dibuat, dibatasi atau

dihapuskan (misalnya perluasan pengertian keadaan darurat);

c. Bentuk bahwa kewajiban-kewajiban dicipta syarat-syarat

pembebasan (vrijwarings bedingen); salah satu pihak dibebankan

dengan kewajiban untuk memikul tanggungjawab pihak lain yang

mungkin ada untuk kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.

Syarat-syarat eksonerasi ini merupakan suatu ketentuan yang dibuat

untuk menghindari adanya ketidakadilan yang menyebabkan kerugian

bagi salah satu pihak dalam pelaksanaan perjanjian.

D. Tinjauan (Review) Terdahulu

Penelitian skripsi ini, peneliti merujuk kepada beberapa penelitian

terdahulu dengan membedakan apa yang menjadi fokus masalah yang

terdapat dalam rujukan dengan masalah yang peneliti teliti, diantaranya:

1. Skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS

KEHILANGAN BARANG (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

NOMOR 3010 K/Pdt/2014 ATAS PERKARA KONSUMEN D’BATOE

BOUTIQUE HOTEL)” karya Novia Andriani, Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun

2016. Skripsi tersebut membahas tentang perlindungan konsumen atas

kehilangan barang yang terjadi di Hotel D’batoe Boutique Bandung.

35

Munir Fuady, Hukum Kontrak “Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis”, (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2001), h. 76.

Page 47: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

38

Perbedaan yang mendasar dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan adalah pada objek kajian penelitian. Peneliti membahas

tentang upaya hukum yang ditempuh oleh konsumen dalam hal

hilangnya kendaraan bermotor, sedangkan pada skripsi tersebut

membahas bagaimana bentuk perlindungan konsumen pada konsumen.

2. Skripsi yang bejudul “PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK

KENDARAAN YANG HILANG DI TEMPAT PARKIR BERDASARKAN

PERDA NO. 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN

PERPARKIRAN DAN RETRIBUSI PARKIR” karya Fikha Nailu Muna,

Fakultas Hukum, Universitas Surabaya, Tahun 2010. Skripsi tersebut

membahas tentang perlindungan hukum pemilik kendaraan yang

hilang di tempat parkir berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2009 tentang

Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir. Perbedaan yang

mendasar dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada bahan

hukum yang digunakan, pada skripsi di atas meninjau berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Surabaya yang mengatur tentang

penyelenggaraan perparkiran dan retribusi parkir. Pada penelitian yang

akan peneliti lakukan, peneliti meninjau lebih lanjut melalui Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

3. Buku yang berjudul “Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia”

karya Janus Sidabalok tahun 2014. Dalam buku ini dijelaskan tentang

bagaimana perlindungan konsumen serta akibat hukum dari

pelanggaran terhadap konsumen peneliti menggunakan beberapa

peraturan dasar dari buku ini untuk menjadi landasan dasar dari setiap

penelitian yang akan dilakukan peneliti. Perbedaan antara buku di atas

banyak membahas tentang peraturan-peraturan tentang perlindungan

konsumen, sedangkan peneliti lebih memfokuskan mengenai

perlindungan konsumen dalam bisnis jasa yaitu perparkiran yang

mengalami kerugian akibat hilangnya kendaraan bermotor di area

lahan parkir, maka konsumen dapat melakukan berbagai upaya hukum

dalam menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

Page 48: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

39

4. Jurnal yang berjudul “Hubungan Hukum Antara Pemilik Kendaraan

Dengan Pengelola Parkir” karya Indah Parmitasari, Fakultas Hukum,

UPN “Veteran” Jakarta, Tahun 2016. Penelitian dalam jurnal yuridis

Vol. 3 Nomor 1 Juni Tahun 2016, Universitas UPN “Veteran” Jakarta.

Disusun oleh Indah Parmitasari S.H., membahas tentang hubungan

hukum antara pemilik kendaraan dengan pengelola parkir dan

pertanggungjawaban pengelola parkir terhadap kehilangan kendaraan

dan barang milik konsumen di tempat parkir terkait adanya perjanjian

baku pengalihan tanggungjawab dalam karcis parkir. Perbedaan

penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah

penelitian di atas tidak membahas secara lebih mendetail tentang

hubungan hukum antara pemilik kendaraan dengan pengelola parkir,

sedangkan peneliti lebih pada penyelesaian sengketa konsumen jasa

parkir atas hilangnya kendaraan bermotor di area lahan parkir dan

sekaligus akan menganalisis pertimbangan hakim dalam Putusan

Nomor 2157 K/Pdt/2010/MA.

Page 49: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

40

BAB III

DATA PENELITIAN

A. Akibat Hukum Klausula Baku dalam Perjanjian

Definisi perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata yaitu perjanjian adalah

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih.

Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian,

yaitu:

1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum

3. Adanya objek

4. Adanya kausa yang halal.1

Menurut Abdulkadir, isi perjanjian terdiri dari syarat-syarat yang tegas

(expers term), syarat yang diam-diam (implied term) dan klausula

penyampingan. Syarat-syarat yang tegas adalah syarat-syarat yang secara

khusus disebutkan dan disetujui oleh pihak-pihak pada waktu membuat

perjanjian. Syarat-syarat yang diam-diam adalah syarat yang tidak ditentukan

secara tegas mengenai suatu hal dalam perjanjian. Klausula penyampingan

adalah untuk membatasi tanggung jawab salah satu pihak.2

Pada pembuatan suatu perjanjian, hukum perjanjian mempunyai unsur-

unsur sebagai berikut:

a. Adanya kaidah hukum

b. Subjek hukum

c. Adanya prestasi

d. Akibat hukum. 3

1 Syafrudin Makmur, Hukum Kontrak Dagang, (Jakarta: FSH Press, 2016), h. 57.

2 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1980), h. 8.

3 Syafrudin Makmur, Hukum Kontrak Dagang…, h. 10.

Page 50: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

41

Namun, harus dipahami bahwa maksud dari Pasal 1320 KUH Perdata

yang merupakan hukum peninggalan kolonial Belanda adalah asas kebebasan

berkontrak dapat diterapkan apabila kedudukan para pihak seimbang. Apabila

kedudukan para pihak tidak seimbang, penerapan asas kebebasan berkontrak

akan membawa kecenderungan terjadinya eksploitasi dari pihak yang kuat

(produsen/pelaku usaha) kepada pihak yang lemah (konsumen).4

Di Indonesia, hukum perjanjian menganut beberapa asas hukum salah

satunya yaitu asas kebebasan berkontrak (freedom of contract). Dengan

adanya asas ini para pihak yang membuat dan mengadakan perjanjian

diperbolehkan untuk menyusun dan membuat kesepakatan atau perjanjian

yang melahirkan kewajiban apa saja, selama dan sepanjang prestasi yang

wajib dilakukan tersebut bukanlah sesuatu yang terlarang.

Sistem hukum perdata mengenal asas kebebasan berkontrak, sebagaimana

dianut di dalam KUH Perdata buku III Perikatan. Asas ini disebut dengan

freedom of contract atau laissez faire. Asas kebebasan berkontrak yang biasa

disebut dengan “sistem terbuka”, artinya bahwa setiap orang bebas untuk

mengadakan perjanjian baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur di

dalam undang-undang.5 Asas ini terkandung secara implisit di dalam Pasal

1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku halnya sebagai undang-

undang bagi mereka yang membuatnya”.

Pasal 1338 KUH Perdata yang merupakan tiangnya hukum perdata

berkaitan dengan penjabaran dari asas kebebasan berkontrak, yaitu:

1) Bebas membuat jenis perjanjian apapun;

2) Bebas mengatur isinya;

3) Bebas mengatur bentuknya.6

4 Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen, (Bandung: Citra Aditya, 1999), h. 52.

5 Syafrudin Makmur, Hukum Kontrak Dagang…, h. 5.

6 Lukman Santoso, Hukum Perjanjian Kontrak, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2012), h. 18.

Page 51: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

42

Pengaturan mengenai klasula baku merupakan konsekuensi dari upaya

kebijakan untuk memberdayakan konsumen supaya dalam kondisi yang

seimbang, yakni terdapatnya suatu hubungan kontraktual antara produsen

(pelaku usaha) dan konsumen dalam prinsip kebebasan berkontrak.

Kebebasan berkontrak adalah apabila para pihak dalam melakukan perjanjian

berada dalam situasi dan kondisi yang bebas menentukan kehendaknya dalam

konsep atau rumusan perjanjian yang di sepakati.

Bebas diartikan sebagai tidak dalam keadaan dipaksa dan terpaksa bagi

semua pihak dalam melakukan perjanjian. Ini diartikan pula bahwa setiap

pihak-pihak menyadari sepenuhnya tentang isi dari perjanjian itu, dan

demikian pula setiap pihak tidak berada kondisi atau keadaan sulit

menentukan keinginan dan pilihan dalam melakukan perjanjian itu. Atas dasar

asas kebebasan berkontrak inilah yang dijadikan dasar eksistensi kontrak baku

dalam suatu perjanjian.

Perjanjian baku ini sendiri dalam teori kontrak termasuk dalam doktrin

ketidakadilan (unconscionability) yaitu suatu doktrin dalam ilmu hukum

kontrak yang mengajarkan bahwa suatu kontrak batal atau dapat dibatalkan

oleh pihak yang dirugikan manakala dalam kontrak tersebut terdapat klausula

yang tidak adil dan sangat memberatkan salah satu pihak, sungguhpun kedua

pihak telah menandatangani kontrak yang bersangkutan.

Suatu klausula dalam kontrak dianggap merupakan unfair surprise

manakala klausula tersebut bukan klausula yang diharapkan oleh seorang

yang normal dalam kontrak semacam itu, sementara pihak yang menulis

kontrak mempunyai alasan untuk mengetahui bahwa klausula tersebut tidak

akan sesuai dengan keinginan yang wajar dari pihak lain, tetapi pihak yang

Page 52: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

43

menulis kontrak tersebut tidak berusaha menarik perhatian pihak lainnya

terhadap klausula tersebut.7

Contoh klausula yang bersifat unfair surprise adalah kontrak baku atau

kontrak standar. Pandangan yang modern dalam hukum kontrak mengajarkan

bahwa klausula dalam kontrak baku hanya mengikat klausula tersebut akan

dipandang sebagai klausula yang wajar dan adil. Jika ada klausula tersebut

bersifat sebaliknya, maka yang bersangkutan oleh hukum dianggap tidak

pernah ada.8

David M.L. Tobing dalam kesimpulan untuk mengartikan konsep

perjanjian baku dari berpendapat, bahwa klasula baku adalah:

a) Perjanjian baku bukanlah perjanjian murni karena pada saat dibuat hanya

ada satu pihak yang mengetahuinya yaitu si pembuat itu sendiri/tidak ada

negosiasi (perjanjian sepihak).

b) Perjanjian baku memuat syarat-syarat eksonerasi yang membuat

perbatasan dan/atau pengalihan tanggung jawab dari si pembuat perjanjian

baku (pelaku usaha).

c) Isi perjanjian sudah dibuat dan ditetapkan terlebih dahulu oleh satu pihak

dan untuk diberlakukan secara berulang-ulang. Biasanya oleh pengusaha

atau produsen dalam melakukan perjanjian dengan konsumen.

d) Perjanjian baku tersebut sudah dicetak dalam suatu kertas perjanjian dan

tidak dapat dilakukan perubahan lagi kecuali oleh yang mebuat dan

menetapkan (klausula baku). 9

Pengertian klausula baku dalam Pasal 1 angka 10 UUPK yang

memberikan rumusan tentang klausula baku sebagai setiap aturan atau

ketentuan dengan syarat yang telah disiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu

7 David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir, (Jakarta: Timpani, 2007),

h. 39.

8 David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir…, h. 40.

9 David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir…, h. 41.

Page 53: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

44

secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen

dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

Berlakunya perjanjian baku tersebut memunculkan suatu permasalahan

bagi pihak lain, yakni bahwa perjanjian itu bersifat “berat sebelah”. Perjanjian

berat sebelah adalah bahwa perjanjian itu hanya mencantumkan hak-hak salah

satu pihak saja yaitu pihak yang mempersiapkan perjanjian baku tersebut

tanpa mencantumkan apa yang menjadi kewajiban pihak lainnya, sedangkan

apa yang menjadi hak-hak pihak lainnya itu tidak disebutkan.

B. Penyimpangan Penggunaan Klausula Baku Pada Karcis Parkir

Kendaraan Bermotor Terhadap UUPK

Keberadaan klausula baku tentu saja sangat menguntungkan bagi para

pelaku usaha, karena klausula baku sendiri dibuat dengan maksud tujuan

untuk memberikan keuntungan padanya. Proses pembuatan suatu klausula

baku pun harus memperhatikan ketentuan-ketentuan tentang pencantuman

klausula baku yang telah diatur dalam pasal 18 UUPK.

Suatu perusahaan pengelola parkir dalam melakukan kegiatan usaha parkir

tentu saja harus memberikan jasa pelayanan yang baik dan maksimal kepada

konsumen. Sebagaimana diatur dalam pasal 4 UUPK, bahwa konsumen

berhak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa. Namun ketika pengelola parkir lalai dalam

melaksanakan kewajibannya dalam menjaga kendaraan beserta isinya yang

menyebabkan terjadinya kerugian yang dialami oleh konsumen selaku

pengguna jasa parkir, maka pihak pengelola parkir telah merugikan pihak

konsumen pengguna jasa parkir.

Pihak konsumen yang merasa dirugikan oleh pengelola parkir dapat

menuntut ganti kerugian padanya. Akan tetapi, untuk menghindari

memberikan ganti rugi pada konsumen, biasanya pihak pengelola parkir

Page 54: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

45

membuat suatu klausula baku/ klausula eksonerasi yang dicantumkan dalam

karcis parkir kendaraan bermotor.

Ketentuan yang mengatur tentang pencantuman klausula baku pada suatu

dokumen dan/atau perjanjian diatur dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) UUPK

yang menyatakan bahwa:

Pasal 18

(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan

untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula

baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

barang yang dibeli konsumen;

c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

konsumen;

d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha

baik secara langsung maupun secara tidak langsung untuk melakukan

segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh

konsumen secara angsuran;

e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaataan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa

atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual

beli jasa;

g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa

aturan baru, tambahan lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang

dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen

memanfaatkan jasa yang dibelinya;

Page 55: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

46

h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha

untuk pembebasan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan

terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak dan

bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang

pengungkapannya sulit dimengerti.

Larangan dan persyaratan tentang penggunaan klausula baku di atas

dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan konsumen agar setara dengan

pelaku usaha berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak dan mencegah

kemungkinan timbulnya tindakan yang merugikan konsumen karena faktor

ketidaktahuan, kedudukan yang tidak seimbang, dan sebagainya yang dapat

dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk memperoleh keuntungan.10

Klausula-klausula pada karcis parkir telah membatasi hak-hak dari

konsumen dan lebih banyak mengatur mengenai kewajiban konsumen

pengguna jasa parkir serta meminimalisir kewajiban-kewajiban pihak

pengelola parkir.11

Ada beberapa penyimpangan klausula baku pada karcis

parkir terhadap Pasal 18 ayat (1) UUPK yaitu:

1. Pengalihan dan pembatasan tanggungjawab pengelola parkir

Kewajiban pihak pengelola parkir yang seharusnya bertanggung jawab

atas kehilangan kendaraan bermotor beserta kelengkapannya yang dialami

oleh konsumen yang justru malah mengalihkan tanggungjawab tersebut

kepada konsumen yaitu dengan adanya klausula “kerusakan dan

kehilangan kendaraan bermotor sepenuhnya menjadi tanggung jawab

pemilik kendaraan”. Ketika konsumen jasa parkir memarkirkan kendaraan

di area lahan parkir milik pengelola parkir tersebut, maka pihak pengelola

10

David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir…, h. 41-42.

11 David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir…, h. 42.

Page 56: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

47

parkir yang seharusnya bertanggungjawab atas segala kerugian yang

dialami oleh konsumen tersebut.

2. Ketidakseimbangan kedudukan antara pihak pengelola parkir dengan

konsumen

Dengan adanya klausula baku yang merugikan tersebut telah

menunjukan bahwa konsumen berada dalam kedudukan yang tidak

seimbang dengan pihak pengelola parkir, karena konsumen berada pada

posisi yang lebih lemah dibanding dengan pihak pengelola parkir.

Ketidakseimbangan kedudukan konsumen ini juga dapat dilihat dari

klausula “apabila karcis parkir ini hilang, harap segera melaporkan

kepada petugas parkir dengan menunjukan bukti STNK asli yang berlaku

dan membayar denda kendaraan sebesar Rp. 25.000,- untuk motor dan

Rp. 50.000,- untuk mobil”.

Ketika konsumen ingin mendapatkan haknya yaitu kendaraannya akan

tetapi karena karcis parkir hilang, maka konsumen wajib untuk membayar

denda sesuai jenis kendaraan miliknya meskipun konsumen telah

menunjukan STNK asli yang berlaku. Padahal seharusnya hanya dengan

menunjukkan STNK asli kendaraan saja sudah cukup namun konsumen

juga diharuskan membayar dendanya. Dengan ketentuan tersebut mau

tidak mau konsumen diharuskan membayarkan denda tersebut untuk

mendapatkan kendaraannya kembali.

3. Adanya ketentuan yang menyatakan bahwa konsumen tunduk pada

peraturan yang berupa aturan baru yang dibuat oleh pelaku usaha dalam

masa konsumen memanfaatkan jasa

Ketentuan tersebut dapat dilihat dari klausula pada “mematuhi dan

menyetuji segala ketentuan yang berlaku”. Klausula mengenai tunduknya

konsumen pada peraturan yang berupa aturan baru yang dibuat oleh

pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa tersebut telah

melanggar pasal 18 ayat (1) huruf g UUPK.

Page 57: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

48

Akibat adanya klausula tersebut, konsumen diharuskan tunduk pada

ketentuan-ketentuan yang telah dibuat secara sepihak oleh pihak pengelola

parkir, sehingga konsumen terikat pada ketentuan-ketentuan tersebut.12

Terikatnya konsumen pada ketentuan-ketentuan yang ada pada karcis

parkir tersebut, telah menjadikan konsumen berada dalam posisi yang

lemah dan dihadapkan pada situasi yang membuatnya harus menerima

klausula-klausula yang telah dibuat oleh pihak pengelola parkir.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa ada beberapa klausula baku

pada karcis parkir kendaraan bermotor yang telah melanggar ketentuan Pasal

18 ayat (1) UUPK. Dalam pasal 18 ayat (3) UUPK ditegaskan bahwa “setiap

klausula baku yang ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau

perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum”. Maka berdasarkan pasal tersebut,

hanya klausula pada karcis parkir yang melanggar UUPK yang bertentangan

dengan hukum saja yang berakibat batal demi hukum, sedangkan perjanjian

parkir adalah tetap sah.

C. Hubungan Hukum Antara Pihak Pengelola Parkir Dengan Konsumen

Pengguna Jasa Parkir

Perikatan adalah hubungan yang terjadi di antara dua orang atau lebih,

terletak dalam harta kekayaan, dengan pihak yang satu berhak atas prestasi

dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.13

Menurut ketentuan pasal

1233 KUH Perdata dapat dirumuskan bahwa suatu perikatan dapat lahir dari

dua hal yaitu perjanjian dan undang-undang. Ketentuan tersebut dipertegas

lagi dengan rumusan ketentuan pasal 1313 KUH Perdata yang menyatakan

bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan yang terjadi antara satu orang

12

David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir…, h. 39.

13 Shidarta, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2002), h. 18.

Page 58: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

49

atau lebih untuk mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Pengertian perjanjian yang diberikan dalam ketentuan pasal 1313 KUH

Perdata tersebut menunjukkan bahwa suatu perjanjian adalah:

1. Suatu perbuatan;

2. Antara sekurangnya dua orang (dapat lebih dari dua orang);

3. Perbuatan tersebut melahirkan perikatan diatara pihak-pihak yang

membuat perjanjian tersebut.

Telah jelas bahwa suatu perikatan dapat melahirkan suatu perikatan.

Berdasarkan pengertian perikatan di atas, dapat diketahui bahwa unsur-unsur

yang terdapat dalam suatu perikatan adalah sebagai berikut:

a. Hubungan hukum;

b. Kekayaan;

c. Pihak-pihak;

d. Prestasi.14

Perikatan telah melahirkan hak dan kewajiban dalam lapangan hukum

harta kekayaan. Dengan demikian, suatu perjanjian akan melahirkan suatu

hak dan kewajiban dalam hal harta kekayaan bagi pihak-pihak yang membuat

perjanjian. Dalam membuat suatu perjanjian, para pihak akan secara sukarela

mengikatkan diri untuk menyerahkan sesuatu, berbuat sesuatu, atau untuk

tidak berbuat sesuatu dengan jaminan atau tanggungan berupa harta kekayaan

yang dimiliki atau akan dimiliki oleh pihak yang akan membuat perjanjian

atau yang telah mengikatkan diri tersebut.15

Maka dengan adanya sifat

sukarela, maka seharusnya perjanjian tersebut lahir dari kehendak para pihak

atau dengan kata lain bahwa suatu perjanjian tidak mungkin terjadi tanpa

dikehendaki oleh para pihak atau dengan kata lain bahwa suatu perjanjian

tidak akan terjadi tanpa dikehendaki oleh para pihak, dan apa yang telah

14

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2008), h. 1.

15 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian…, h. 2.

Page 59: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

50

disepakati oleh para pihak harus dilaksanakan sesuai dengan maksud dari

para pihak yang membuatnya.

Perjanjian antara para pihak sangat sering terjadi hanya sebatas

kesepakatan mengenai “harga” dan “barang/jasa” secara lisan, tanpa diikuti

atau ditindaklanjuti dengan suatu perjanjian tertulis yang dibuat dan

ditandatangani oleh para pihak. Namun, kesepakatan yang merupakan

pernyataan kehendak masing-masing pihak tidak hanya melalui lisan saja,

melainkan juga melalui perilaku para pihak yang mencerminkan adanya

kehendak untuk mengadakan perjanjian. Hal ini berlaku pula pada perjanjian

parkir, dimana perjanjian parkir tidak diikuti dengan suatu perjanjian tertulis

yang ditandatangani oleh para pihak.

Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen jasa

parkir maka yang pertama hendak diketahui adalah hubungan hukum antara

konsumen (pengguna jasa parkir) dengan pihak pengelola tempat parkir guna

mengetahui hak dan kewajiban. Dengan adanya hubungan hukum yang

terjadi diantara para pihak, maka melahirkan hak dan kewajiban pada masing-

masing pihak. Kewajiban bagi konsumen adalah membayar biaya parkir,

sedangkan kewajiban bagi pihak pengelola jasa parkir adalah diharuskan

untuk menjaga ketertiban dan keamanan terhadap kendaraan yang diparkir di

tempat parkir yang menjadi tanggungjawabnya, dengan kata lain pihak

pengelola jasa parkir bertanggungjawab untuk menjaga kendaraan beserta

isinya dengan sebaik-baiknya sehingga tidak berkurang suatu apapun

melainkan sama seperti ketika konsumen pengguna jasa parkir menyerahkan

kepadanya.

Pada bidang jasa parkir, secara implisit para pihak bersepakat untuk

melakukan perjanjian parkir ketika konsumen menerima penawaran dari jasa

pengelola parkir dan konsumen menerima karcis parkir, dengan adanya karcis

parkir yang diterima oleh konsumen merupakan sebagai bukti bahwa telah

Page 60: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

51

terjadinya perjanjian parkir, mengingat bahwa perjanjiannya tidak dalam

bentuk tertulis yang ditandatangani oleh para pihak.

Berhubungan dengan masalah yang diteliti, jasa parkir merupakan suatu

perikatan yang timbul karena perjanjian atau perikatan yang timbul karena

undang-undang. Hubungan hukum antara pihak pengelola jasa parkir dengan

konsumen jasa parkir pada dasarnya disebut konsumen adalah hubungan

hukum penitipan barang.

Perjanjan penitipan barang dalam KUH Perdata diatur mulai dari Pasal

1694 sampai dengan Pasal 1729. Pasal 1694 menegaskan bahwa, penitipan

adalah terjadi apabila seseorang menerima sesuatu barang dari orang lain,

dengan syarat bahwa ia akan menyimpannya dan mengembalikannya dalam

wujud asalnya.16

Pasal 1696 ayat (1) menegaskan bahwa, penitipan barang

sejatinya dianggap telah dibuat dengan cuma-cuma jika tidak diperjanjikan

dengan sebaliknya. Pasal 1706 KUH Perdata menegaskan bahwa, penerima

titipan wajib memelihara barang titipan itu dengan sebaik-baiknya seperti

memelihara barang-barang kepunyaan sendiri.

Pasal 1707 ketentuan dalam pasal di atas ini wajib diterapkan secara lebih

teliti, antara lain:

1) Jika penerima titipan itu yang mula-mula menawarkan diri untuk

meyimpan barang itu;

2) Jika ia meminta dijanjikan suatu upah untuk penitipan itu;

3) Jika penitipan itu terjadi terutama untuk kepentingan penerima titipan;

4) Jika diperjanjikan dengan tegas, bahwa penerima titipan

bertanggungjawab atas semua kelalaian dalam menyimpan barang titipan

itu.

Ketika konsumen memilih untuk melakukan jasa layanan parkir, maka

dilihat dari prosedur pelaksanaan parkir yaitu ketika konsumen memarkirkan

16

David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir…, h. 41.

Page 61: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

52

kendaraan bermotornya di area lahan parkir, maka pada saat itu konsumen

mempunyai kepercayaan pada pihak penyelenggara parkir bahwa akan

menjaga kendaraannya dengan baik dan mengembalikannya dalam keadaan

seperti ujud asalnya serta percaya bahwa barang-barang yang ada di dalam

kendaraannya tidak akan hilang atau rusak. Kepercayaan tersebut diperlukan

oleh seseorang konsumen parkir karena telah memarkirkan dan menitipkan

kendaraannya kepada jasa pengelola layanan parkir.

Adanya kewajiban dari pihak pengelola parkir, apabila karena adanya

kesengajaan atau kelalaian dari pihak pengelola parkir sehingga terjadinya

kehilangan atau kerusakan kendaraan atau barang yang ada di dalam

kendaraan tersebut, maka ia harus bertanggungjawab atas kerugian yang

diderita oleh konsumen baik itu kerugian secara materiil maupun immaterial.

D. Kronologis Kasus Hilangnya Kendaraan Bermotor di Areal Lahan

Parkir Mall Samarinda

Kasus ini bermula saat Ramadhan berkunjung ke Mall Lembuswana

Samarinda yang berada di Jalan S Parman – M. Yamin pada tanggal 24

Agustus 2008 sekitar pukul 18.00 WITA. Saat memasuki area mall,

Ramadhan membayar karcis parkir sebesar Rp. 1000,00. Lantas, Ramadhan

pun memarkirkan motor Suzuki 150 dengan nomor polisi KT 3805 XB.

Setelah dua jam berjalan-jalan di mall tersebut, Ramadhan pun keluar mall

dan bergegas untuk pulang. Namun Ramadhan kaget sebab kendaraannya

sudah tidak ada di tempat sebelumnya ia memarkirkan kendarannya, lalu

Ramadhan bertanya kepada petugas parkir dan mencari ke seluruh pelosok

area lahan parkir mall tetapi hasilnya nihil. Setelah meyakini kendaraannya

hilang, Ramadhan lalu melaporkan ke pengelola parkir mall yaitu PT Cipta

Sumina Indah Satresna, namun pihak PT Cipta Sumina Indah Satresna

menolak untuk bertanggungjawab atas hal hilangnya kendaraan milik

Ramadhan. Alhasil, Ramadhan pun mengajukan gugatan ke Lembaga

Page 62: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

53

Perlindungan Konsumen Kalimantan Timur pada tanggal 25 Agustus 2008.

Pada kasus kehilangan motor tersebut, Ramadhan mengalami kerugian

sebesar Rp. 17.500.000,00 atau seharga sepeda motor tersebut.

Tidak hanya dialami oleh Ramadhan, pada bulan Juli sebelumnya telah

terjadi kehilangan kendaraan bermotor di area lahan parkir Mall Lembuswana

Samarinda. Kehilangan yang dialami oleh pengunjung mall lainnya juga

dialami oleh Ariyani pada tanggal 6 Juli 2008. Ariyanti kehilangan sepeda

motor Suzuki 150 dengan nomor polisi KT 3639 NL saat ditinggal berkunjung

ke mall antara pukul 19.00-20.00 WITA. Ariyanti pun menggugat seperti

langkah yang diambil oleh Ramadhan untuk meminta pertanggungjawaban

ganti rugi sebesar Rp. 17.500.000 atau seharga sepeda motor tersebut.

Pada 15 Juni 2009, Pengadilan Negeri (PN) Samarinda mengabulkan

gugatan Ramadhan dan Ariyanti. Pengadilan Negeri menghukum PT Cipta

Sumina Indah Satresna untuk membayar masing-masing kerugian kepada

masing-masing penggugat sebesar Rp. 12.500.000,00. Putusan ini dikuatkan

oleh Pengadilan Tinggi (PT) Samarinda. Atas vonis ini, PT Cipta Sumina

Indah Satresna mengajukan kasasi, namun Mahkamah Agung (MA) justru

memperberat vonisnya.17

Tergugat/Pembanding mendalilkan bahwa klausula

baku tersebut mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

17

http://news.detik.com/berita/2263395/lagima-hukum-pengelola-parkir-gantikendaraan-

yang-hilang

Page 63: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

54

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam Hal Tuntutan Ganti Rugi

Sebagai Akibat dari Penggunaan Jasa Parkir.

UUPK tidak memberikan pengertian mengenai sengketa konsumen.1

Namun, dalam Pasal 1 Angka 11 UUPK hanyalah dijumpai kata-kata

sengketa konsumen yaitu, bahwa BPSK merupakan suatu lembaga yang

mempunyai tugas untuk menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan

konsumen. Secara implisit, ketentuan tersebut memberikan arti bahwa

yang dimaksud dengan sengketa konsumen adalah sengketa yang terjadi

antara pelaku usaha dan konsumen. Berdasarkan Pasal 1 angka 8

Kepmerindag Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 yang dimaksud dengan

sengketa konsumen adalah:

“Sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menuntut ganti

rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau yang menderita kerugian

akibat mengkonsumsi barang dan/atau memanfaatkan jasa.”

Kerugian yang dialami oleh konsumen pengguna jasa parkir dapat pula

disebabkan oleh:

1. Adanya kesalahan dari pihak pengelola parkir baik karena

disengaja maupun karena kelalaian pihak pengelola parkir yang

menyebabkan hilangnya atau rusaknya kendaraan pemakai jasa

parkir atau barang-barang di dalamnya

2. Adanya keadaan yang memaksa (overmacht atau force majeur)

yang tidak dapat dilaksanakannya apa yang menjadi kewajiban

pengelola parkir, yaitu menjaga keamanan dari kendaraan bermotor

yang diparkirkan.

Konsumen pengguna jasa parkir sebagai pihak yang menggunakan

jasa parkir dari pihak pengelola parkir berhak untuk mendapatkan

advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa konsumen secara

1 Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 20-21.

Page 64: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

55

patut ketika konsumen pengguna jasa parkir sedang mengalami sengketa

dengan pihak pengelola parkir.2

UUPK mengatur mengenai penyelesaian sengketa dalam bab

tersendiri, yakni dalam BAB X tentang Penyelesaian Sengketa. Pasal 45

ayat (1) UUPK mengatur bahwa:

“Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha

melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara

konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di

lingkungan peradilan umum.”

Pasal 45 ayat (1) UUPK ini memberikan kewenangan bagi konsumen

yang merasa dirugikan atau tidak terpenuhi haknya untuk melakukan

gugatan, baik melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa

antara konsumen dan pelaku usaha (dalam hal ini Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen) maupun melalui peradilan yang berada di

lingkungan peradilan umum.

Berdasarkan Pasal 45 ayat (2) UUPK, penyelesaian sengketa

konsumen terdiri dari dua macam, yaitu:

a. Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan

b. Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan

Penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat ini

tidak menutup kemungkinan penyelesaian damai oleh para pihak yang

bersengketa. Pada setiap tahap diusahakan untuk menggunakan

penyelesaian damai oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Yang

dimaksud dengan penyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang

dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa (pelaku usaha dan

konsumen) tanpa melalui pengadilan atau badan penyelesaian sengketa

konsumen dan tidak bertentangan dengan UUPK.

Konsumen pengguna jasa parkir yang mengalami sengketa dengan

pihak pengelola parkir dan menderita kerugian, dapat menyelesaikan

2 David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir, (Jakarta: Timpani,

2007), h. 20.

Page 65: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

56

sengketanya melalui jalur di luar pengadilan maupun pengadilan.3 Jika

kerugian yang diderita oleh konsumen tidak lebih besar dibandingkan

dengan biaya proses di pengadilan, maka lebih baik memilih

menyelesaikan melalui jalur non litigasi.

1) Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

Untuk mengatasi keberlikuan proses pengadilan, UUPK memberi

jalan alternatif dengan menyediakan penyelesaian sengketa di luar

pengadilan. Pasal 45 ayat (4) UUPK menyebutkan, ”jika telah dipilih

upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan

melalui pengadilan hanya dapat ditempuh jika upaya itu tidak berhasil

oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa”. Ini

berarti, penyelesaian di pengadilan pun tetap dibuka setelah para pihak

gagal menyelesaikan sengketa mereka di luar pengadilan.

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah upaya perdamaian

di antara pihak yang bersengketa, atau juga termasuk penyelesaian

melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Yang

dimaksud dengan “penyelesaian sengketa” di luar pengadilan ini

termasuk juga penyelesaian melalui BPSK yang tentu saja tidak

mungkin ada kesan bahwa salah satu pihak atau para pihak lain dapat

menghentikan perkaranya di tengah jalan sebelum BPSK menjatuhkan

putusan. Demikian kata-kata “dinyatakan tidak berhasil” pun tidak

mungkin dapat dilakukan begitu saja oleh salah satu pihak atau para

pihak. Sekali mereka memutuskan untuk memilih penyelesaian melalui

BPSK, maka mereka seterusnya terikat untuk menempuh proses

pemeriksaan sampai saat penjatuhan putusannya. Jika mereka tidak

dapat menerima putusan itu, barulah mereka diberi hak melanjutkan

penyelesaiannya di pengadilan negeri.

2) Penyelesaian sengketa melalui pengadilan

3 David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir…, h. 31.

Page 66: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

57

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan diatur dalam Pasal 45

ayat (4) UUPK menyebutkan, apabila telah dipilih upaya

penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui

pengadilan hanya dapat ditempuh jika upaya itu tidak berhasil oleh

salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.” Ini berarti,

penyelesaian di pengadilan pun tetap dibuka setelah para pihak gagal

menyelesaikan sengketa mereka di luar pengadilan.

Penyelesaian sengketa konsumen baik di luar pengadilan maupun

melalui pengadilan, berdasarkan ketentuan UUPK, mengatur beberapa

ketentuan tentang:

a) Pembuktian kesalahan dibebankan pada pelaku usaha

Pasal 22 UUPK, pembuktian terhadap ada tidaknya unsur

kesalahan dalam kasus pidana sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 19 ayat (4), Pasal 20, dan Pasal 21 UUPK

merupakan beban tanggung jawab pelaku usaha tanpa menutup

kemungkinan bagi jaksa untuk melakukan pembuktian.

Pasal 28 UUPK, pembuktian terhadap ada tidaknya unsur

kesalahan dalam gugatan ganti rugi sebagaiman dimaksud

dalam Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 23 UUPK merupakan

tanggung jawab pelaku usaha.

b) Pelaku usaha yang menolak atau tidak memberi tanggapan atau

tidak memenuhi unsur ganti rugi dapat digugat di BPSK atau

Pengadilan Negeri di tempat kedudukan konsumen.

c) Putusan perkara wajib dijatuhkan dalam waktu singkat

d) Pasal 64 UUPK menentukan bahwa UUPK diberlakukan

apabila masalahnya diatur secara khusus dalam UUPK atau

ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang mengatur

hal tertentu bertentangan dengan UUPK (lex specialis derogat

legi generalis).

Dalam kasus antara PT. Cipta Sumina Indah Satresna dengan

Ramadhan M., dan Ariyanti, penyelesaian sengketa telah sesuai dengan

Page 67: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

58

Pasal 45 ayat (1) UUPK untuk memilih cara penyelesaian sengketa baik

melalui pengadilan maupun di luar pengadilan. Pada kasus ini Penggugat

memilih untuk melakukan penyelesaian sengketa melalui pengadilan,

dalam hal ini Pengadilan Negeri Samarinda. Hal ini telah sesuai dengan

Pasal 45 ayat (4) UUPK.

B. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Mahkamah

Agung Nomor 2157K/Pdt/2010.

Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai badan tertinggi

pelaksana kekuasaan kehakiman yang membawahi 4 (empat) badan

peradilan di bawahnya, yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan

militer, dan peradilan tata usaha negara telah menentukan bahwa putusan

hakim harus mempertimbangkan segala aspek yang bersifat yuridis,

filosofis, dan sosiologi, sehingga keadilan yang ingin dicapai, diwujudkan,

dan dipertanggungjawabkan dalam putusan hakim adalah keadilan yang

berorientasi pada keadilan hukum (legal justice), keadilan moral (moral

justice), dan keadilan masyarakat (social justice).4

Putusan Mahkamah Agung Nomor 2157K/Pdt/2010 merupakan

putusan atas perkara antara:

1. PT. CIPTA SUMINA INDAH SATRESNA, berkedudukan di

Kompleks Mall Lembuswana Blok J No. 9 Jalan S. Parman-M.

Yamin, Kota Samarinda, dalam hal ini memberi kuasa kepada:

HAMZAH DAHLAN, S.H., dan AGUS WALUYO, S.H., Advokat

berkantor di Jalan Jend. Sudirman Bandar Balikpapan Blok G No.

7, Balikpapan, Pemohon Kasasi dahulu Tergugat/Pembanding.

2. RAMADHAN. M, bertempat tinggal dahulu Jalan Elang No. 68 RT

81, sekarang di Jalan Rajawali Dalam I No. 20 RT 10, Kota

Samarinda. Dan ARIYANTI, bertempat tinggal di Jalan Untung

Surapati, Komp. Carpolek Blok QQQ No. 16 RT 13, Kota

4 Achmad Rifa’I, Penemuan Hukum oleh Hakim (Dalam Perspektif Hukum Progesif),

(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 126.

Page 68: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

59

Samarinda, para Termohon Kasasi dahulu para Penggugat/para

Terbanding.

Sebelum perkara ini diajukan ke pengadilan, Penggugat telah meminta

pertanggungjawaban Tergugat, namun Tergugat enggan untuk

bertanggungjawab dengan alasan pengunjung/konsumen telah menyetujui

ketentuan yang tertera pada karcis retribusi parkir tersebut dan segala

kehilangan dan kerusakan atas kendaraan yang diparkirkan dan barang-

barang di dalamnya adalah resiko sendiri (tidak ada penggantian berupa

apapun) dan bukan tanggung jawab pengelola. Tidak puas dengan

tanggapan Tergugat tersebut, Penggugat I dan Penggugat II

menyampaikan pengaduan ke Lembaga Perlindungan Konsumen Kaltim

pada tanggal 25 Agustus 2008 dan 1 September 2008. Selanjutnya

Lembaga Perlindungan Konsumen Kaltim mengirim surat kepada

Tergugat sebagaimana suratnya tertanggal 10 September 2008, No.

31/LPK-KT/U/IX/2008, perihal: Tindak Lanjut Laporan Kehilangan

Kendaraan Konsumen. Karena merasa tidak puas, Penggugat kemudian

mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Samarinda.

Di tingkat pertama, PN Samarinda telah mengambil putusan, di dalam

Putusan Nomor 03/Pdt.G/2009/PN Smda tanggal 15 Juni yaitu

mengabulkan sebagian gugatan Penggugat. PN Samarinda menyatakan

bahwa Tergugat terbukti melakukan perbuatan melawan hukum,

menghukum Tergugat membayar sejumlah ganti kerugian, menghukum

Tergugat untuk membayar semua biaya yang timbul dalam perkara ini,

serta menolak gugatan Penggugat I dan II untuk selebihnya. Putusan ini

kemudian dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Samarinda dengan Putusan

Nomor 122/Pdt/2009/PT. Smda tanggal 11 Januari 2010.

Atas putusan judex facti tersebut, Tergugat kemudian mengajukan

permohonan Kasasi ke Mahkamah Agung. Dalam memori kasasinya

Tergugat/Pemohon Kasasi mendalilkan judex facti telah salah dalam

menerapkan hukum, oleh karena dalam pertimbangan hukumnya telah

mencampur adukkan antara konsep perbuatan melawan hukum dan konsep

Page 69: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

60

wanprestasi, padahal dalil gugatan para Penggugat adalah hubungan

hukum antara Penggugat dengan Tergugat adalah merupakan hubungan

kontrak standar atau kontrak baku yang secara tertulis dan yuridis diakui

eksistensinya dalam hukum positif di Indonesia, yang salah satu ketentuan

yuridis normatif berkaitan dengan kontrak standar atau kontrak baku diatur

dalam Pasal 1 angka 10 UUPK.

Selain itu menurut Tergugat, judex facti juga telah keliru dalam

menafsirkan pemberlakuan/pencantuman klausula baku yang diterapkan

oleh Tergugat, dimana judex facti menafsirkan bahwa klausula dalam

karcis parkir tersebut haruslah ditafsirkan diberlakukan sepanjang tidak

ada kelalaian dari pihak pengelola parkir. Tergugat berpendapat bahwa

klausula dalam karcis parkir tersebut bunyina adalah sangat jelas sekali

dan sangat sejalan dengan ketentuan Pasal 1 angka 10 UUPK yang

mengatur tentang pentingnya konsumen dimana ditentukan klausula-

klausula tersebut sifatnya mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

Untuk menunjukkan bahwa klausula dalam karcis parkir tersebut tidaklah

perlu diberlakukan penafsiran Tergugat juga menunjukkan ketentuan Pasal

1342 BW, jika kata-kata suatu perjanjian jelas tidaklah diperkenankan

untuk menyimpang dari jalan penafsiran.

Menurut Tergugat, bahwa judex facti dalam putusannya halam 23

alinea 2 telah mempertimbangkan bahwa Tergugat tidak sepenuhnya lalai

dalam menjalankan kewajibannya, maka menurut pendapat Tergugat hal

ini sudah masuk dalam ranah wanprestasi.

Dan judex facti dalam putusannya halaman 23 alinea 1 telah

mempertimbangkan ketentuan Pasal 4 angka (1) UUPK. Tergugat

berpendapat bahwa judex facti tidak melaksakanan sesuai dengan Pasal 1

angka 10 UUPK tidak dilaksanakan, padahal secara jelas ditentukan

klausula dalam perjanjian baku mempunyai sifat mengikat dan wajib

dipenuhi.

Kasasi secara lisan diajukan oleh PT. Cipta Sumina Indah Satresna

pada tanggal 2 Maret 2010. Majelis Hakim dalam Perkara Nomor 2157

Page 70: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

61

K/Pdt/2010 menyatakan bahwa judex facti (pengadilan tinggi5) tidak salah

dalam menerapkan hukum, bahwa terlepas dari pertimbangan tersebut,

menurut pendapat Mahkamah Agung amar putusan Pengadilan Tinggi

Samarinda yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Samarinda harus

diperbaiki sepanjang mengenai besarnya ganti kerugian dengan

pertimbangan sebagai berikut:

a. Bahwa telah terbukti Tergugat lalai dalam menjalankan usahanya

yang merugikan orang lain, oleh karena itu harus dihukum untuk

membayar ganti rugi seharga barang yang hilang

b. Bahwa adapun tergugat rugi biaya dan waktu adalah merupakan

akibat dari kelalaiannya sendiri, sehingga tidak dapat dibebankan

kepada para Penggugat

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka permohonan kasasi yang

diajukan oleh Pemohon Kasasi: PT CIPTA SUMINA INDAH

SATRESNA tersebut harus ditolak dengan perbaikan amar putusan

Pengadilan Tinggi Samarinda Nomor 122/Pdt/2009/PN. Smda tanggal 11

Januari 2010 yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Samarinda

Nomor 03/Pdt.G/2009/PN. Smda.

Konsumen yang menitipkan kendaraan pada pengelola parkir sudah

pasti mempunyai hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban ini timbul sejak

disetujui atau adanya kesepakatan dari pihak-pihak yang mengadakan

perjanjian tersebut. Namun untuk penitipan kendaraan, hak dan kewajiban

itu mulai timbul sejak diserahkannya barang yang berbentuk kendaraan

dari pemiliknya kepada pihak yang mengelola parkir tersebut. Adapun hak

dari pemilik kendaraan tersebut yaitu adalah untuk meminta ganti rugi

kepada pengelola parkir yang melalaikan barang yang dititipkan yang

menyebabkan terjadinya kehilangan atau kerusakan pada alat-alat

perlengkapan dari kendaraan yang dititipkannya.

5Perkara dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 2157 K/Pdt/2010 didahului dengan

adanya Putusan Nomor 122/Pdt/2009/PN. Smda dan Putusan Nomor 03/Pdt.G/2009/PT. Smda

Page 71: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

62

Konsumen atau pengunjung pengguna jasa parkir Mall Lembuswana

selaku Termohon Kasasi yang telah dirugikan oleh lalainya pengawasan

jasa parkir oleh pengelola parkir Mall Lembuswana selaku Pemohon

Kasasi berhak untuk menuntut haknya atas kehilangan kendaraanya yang

telah dititipkan kepada petugas perparkiran Mall Lembuswana yaitu hak

atas keamanan, hal ini telah sesuai dengan dasar hukumnya yaitu pada

pasal 4 huruf a UUPK yaitu:

“Hak Konsumen adalah Hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.”

Karena itulah pihak pengelola parkir harus bertanggungjawab atas

kerugian tersebut yang akibat dari kelalaian dalam hal pelayanan jasa

keamanan sehingga konsumennya mengalami kehilangan barang.

Pengertian kerugian menurut Nieuwenhuis, adalah berkurangnya harta

kekayaan pihak yang satu, yang disebabkan oleh perbuatan (melakukan

atau membiarkan) yang melanggar norma oleh pihak lain.6 Kerugian yang

diderita seseorang secara garis besar dapat dibagi atas dua bagian, yaitu

kerugian yang menimpa diri dan kerugian yang menimpa harta benda

seseorang. Sedangkan kerugian harta benda sendiri dapat berupa kerugian

nyata yang dialami serta kehilangan keuntungan yang diharapkan.7

Dalam prinsip tanggung jawab, berdasarkan unsur kesalahan, yang

menyatakan seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawaban secara

hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Sesuai dengan Pasal

1365 KUHPerdata, yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan

melawan hukum. Dimana ada 4 (empat) unsur pokok yang harus dipenuhi

yaitu:

1) Adanya perbuatan,

2) Adanya unsur kesalahan,

3) Adanya kerugian yang diderita,

6 J. H. Nieuwenhuis, Pokok-Pokok Hukum Perikatan terjemahan oleh Djasadin Saragih,

(Surabaya: Universitas Airlangga, 2005), h. 57.

7 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2004), h. 133.

Page 72: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

63

4) Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

Dalam kasus antara PT. Cipta Sumina Indah Satresna dengan M.

Ramadhan dan Ariyanti, ke-empat unsur tersebut telah terpenuhi. Apabila

dijabarkan dan dikaitan dengan kasus tersebut, melalui unsur pertama

adanya perbuatan yaitu yang dilakukan oleh pihak pengelola parkir PT.

Cipta Sumina Indah Satresna selaku pengelola jasa layanan parkir Mall

Lembuswana Samarinda telah terbukti melakukan tindakan wanprestasi

yaitu dilanggarnya perjanjian perparkiran yang telah disepakati antara

pihak pengelola parkir dengan pengguna jasa parkir sehingga terjadinya

kelalaian yang dilakukan oleh pihak petugas pengelola parkir serta

terbuktinya pihak pengelola parkir melakukan tindakan perbuatan

melawan hukum yaitu enggan untuk bertanggung jawab atas hilangnya

kendaraan bermotor di area lahan parkir Mall Lembuswana Samarinda.

Unsur kedua yaitu adanya kesalahan akibat dari perbuatan tersebut

terdapat unsur kesalahan pada pihak pengelola parkir yang telah lalai

dalam menjaga hak keamanan dan kenyamanan konsumennya. Unsur

ketiga, yaitu adanya kerugian yang diderita oleh konsumen pengguna jasa

parkir akibat dari hilangnya kendaraan bermotor tersebut, dan pada unsur

ke-empat yaitu hubungan kausalitas (sebab akibat) antara kesalahan dan

kerugian disini dapat dijelaskan bahwa akibat dari kesalahan pihak

pengelola parkir, maka konsumen pengguna jasa parkir telah dirugikan

dalam hal hilangnya kendaraan bermotor.

Pada praktik perparkiran, jika pembuatan jasa perparkiran tidak

digunakan untuk sendiri, maka umumnya jasa tersebut adalah dibuat dalam

rangka hubungan bisnisnya dengan konsumen. Pelaku usaha akan

memanfaatan jasa tersebut untuk kepentingan menyediakan jasa kepada

pelanggannya. Meskipun jika jasa tersebut tidak dibuatnya sendiri, namun

dalam hubungannya dengan konsumen, bukan berarti pelaku usaha

melepas tanggungjawabnya dan/atau mengalihkan tanggung jawabnya

terhadap jasa yang telah disediakannya. Terlepas dari apakah terdapat

perjanjian untuk secara bersama-sama menangggung risiko antara mitra

Page 73: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

64

pembisnis, tetap saja pelaku usaha harus bertanggungjawab terlebih dahulu

selaku pihak yang berhubungan langsung dengan konsumen.

Lazimnya para pihak pengelola parkir tidak lupa untuk

mengasuransikan jasa yang diberikan terlebih dahulu sebelum

memutuskan berhubungan dengan konsumen agar dapat meminimalisir

segala risiko adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban pengelola

parkir kepada konsumen. Selain tanggung jawab kepada konsumen, pelaku

usaha perparkiran juga bertanggungjawab untuk mengikuti standar yang

berlaku dalam jasa perparkiran dan/atau terhadap penerapan peraturan

pemerintah sebagai tolak ukur dalam melakukan upaya yang terbaik dalam

menjaga mutu penyelenggaraan jasanya.

Dalam praktek peradilan, badan hukum dapat pula melakukan tindakan

perbuatan melawan hukum dan karenanya dapat dipertanggungjawabkan

berdasarkan pada ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada

pihak lain, mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan kerugian

itu, mengganti kerugian tersebut.”

Yang dapat melakukan perbuatan melawan hukum adalah subjek

hukum. Menurut Chaidir Ali, subjek hukum adalah segala sesuatu yang

menurut hukum dapat mempunyai hak dan kewajiban.8 Selanjutnya yang

dapat dikatakan sebagai subjek hukum selain manusia yaitu badan hukum

(Rechtpersoon). Perbuatan melawan hukum dari organ badan hukum

dianggap sebagai perbuatan melawan hukum dari badan hukum, apabila

organ badan hukum tersebut bertindak dalam “formele king” dari

wewenangnya, yang artinya jika organ badan hukum tersebut bertindak

untuk memenuhi tugas yang dibebankan kepadanya.9 Untuk perbuatan

melawan hukum yang dilakukan oleh seorang wakil badan hukum yang

mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum, dapat

8 Chadir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2005), h. 14.

9 R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Binacipta, 1979), h. 80.

Page 74: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

65

dipertanggungjawabkan berdasarkan ketentuan pasal 1367 ayat (1) KUH

Perdata yang berbunyi:

“Seseorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang

disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian

perbuatan orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh

barang-barang yang berada dibawah pengawasannya;”

Dalam pasal 1367 ayat (3) KUH Perdata juga menjelaskan yaitu:

“Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain

untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggungjawab

tentang kerugian yang diterbitjab oleh pelayan-pelayan atau bawahan-

bawahan mereka didalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-

orang dipakainya”

Dari hal tersebut maka diketahui bahwa PT. Cipta Sumina Indah

Satresna selaku Tergugat merupakan suatu subjek hukum yaitu badan

hukum, dikarenakan Tergugat telah memenuhi syarat-syarat badan hukum

sebagai subjek hukum, maka ia dapat melakukan perbuatan melawan

hukum dan dapat dituntut di muka peradilan. Pada kedua pasal tersebut

jelas bahwa atas perbuatan lalai yang dilakukan oleh petugas pengelola

parkir dianggap telah melanggar hak-hak Penggugat dan dapat dituntut

untuk bertanggungjawab atas kerugian yang dialami oleh Penggugat yang

telah disebabkan oleh perbuatan yang dilakukan oleh Penggugat.

Sudah seharusnya hak konsumen untuk mendapatkan haknya sesuai

dalam Pasal 4 huruf a UUPK yaitu untuk mendapatkan keamanan baik

jiwa maupun harta yang merupakan bagian dari tanggungjawab pelaku

usaha PT. Cipta Sumina Indah Satresna selaku pengelola parkir yang

menjual jasa pelayanan perparkiran di Mall Lembuswana Samarinda, yang

kemudian apabila terjadinya hal-hal yang menyebabkan kerugian bagi

konsumennya, maka disitulah hukum perlindungan konsumen berlaku dan

pengelola parkir selaku pelaku usaha wajib untuk bertanggung jawab atas

kerugian yang dialami oleh konsumen pengguna jasa parkirnya.

Pada dasarnya terdapat 4 (empat) alasan mengapa pengelola parkir

harus bertanggungjawab, antara lain yaitu:

a) Pengelola parkir melanggar ketentuan yang telah diatur dalam UUPK;

Page 75: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

66

b) Pengelola parkir dinilai telah melanggar Pasal 1366 KUH Perdata yang

menyebutkan bahwa seseorang bertanggung jawab tidak saja untuk

kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk

kerugian yang disebabkan karena kelalaian/ kekurang hati-hatiannya;

c) Hilangnya kendaraan akibat kelalaian pengelola parkir;

d) Pengelola parkir yang dilakukan oleh perusahaan professional

sehingga harus bertanggungjawab secara hukum.10

Tanggung jawab produk (product liability) adalah tanggungjawab para

produsen untuk produk yang dibawanya ke dalam peredaran yang

menimbulkan atau menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada

produk tersebut. Tanggung jawab produk ini dapat bersifat kontraktual

atau berdasarkan undang-undang, tetapi penekanannya terdapat pada yang

berdasarkan undang-undang.11

Hukum perdata mengenal adanya asas kebebasan berkontrak. Pada

asas kebebasan berkontrak, pihak dalam perjanjian bebas untuk

menentukan isi dari kontrak sehingga dalam perjanjian sewa menyewa

dapat diberikan batasan-batasan. Batasan-batasan ini biasanya dibuat

bukan karena ingin mengekang penggunaan manfaat dari barang yang

disewa tersebut, melainkan karena ingin mencegah dampak-dampak dari

dilanggarnya batasan-batasan yang telah dibuat tersebut.12

Konsumen jasa parkir nampaknya tidak pernah bisa lepas dari praktek

unsecure parking, seperti bodi mobil tergores, velg roda hilang, kaca spion

di congkel, hingga yang paling ekstrim sekalipun yaitu kendaraan yang

hilang. Kerugian konsumen mencapai puncaknya manakala pihak

pengelola parkir melepas diri dari tanggungjawab kerugian itu.

Sebagaimana kasus yang terjadi antara PT. Cipta Sumina Indah Satresna

dengan Ramadhan M., dan Ariyanti. Pihak PT. Cipta Sumina Indah

10

http://undang-undang-indonesia.com/forum/index.php?topic=74.0, diakses pada tanggal

18 Mei, 2018 pukul 19.30 WIB.

11 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen…, h. 65.

12 Subekti, Hukum Perjanjian¸ (Jakarta: Intermasa, 2002), h. 43.

Page 76: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

67

Satresna selaku pelaku usaha menolak untuk memberikan ganti rugi

kepada Ramadhan M., dan Ariyanti selaku konsumen dengan alasan dalam

karcis parkir telah disebutkan bahwa pengelola jasa parkir tidak

bertanggungjawab atas hilangnya kendaraan bermotor dari pengguna

parkir.

Pada dasarnya, pengelola parkir tidak dapat melempar tanggung

jawabnya dengan menggunakan Pasal 1 angka 10 UUPK dimana

ditentukan klausula-klausula tersebut sifatnya mengikat dan wajib

dipenuhi oleh konsumen. Di dalam konstruksi hukum penitipan barang,

pengelola parkir harus bertanggungjawab atas keamanan dari kehilangan

maupun kerusakan selama kendaraan berada di area parkir. Selain itu,

dasar hukum Penggugat untuk menggunakan Pasal 1 angka 10 UUPK

sebagai alasan untuk tidak mau memberikan kompensasi, ganti rugi

dan/atau penggantian karena adanya klausula tersebut juga telah

bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) huruf a dan g yang berbunyi:

Pasal 18

(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan

untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula

baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:

a. Menyatakan pengalihan tanggungjawab pelaku usaha;

g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa

aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang

dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen

memanfaatkan jasa yang dibelinya.

Dan berdasarkan Pasal 18 ayat (3) UUPK, konsekuensi terhadap

pencantuman klausula baku mengenai pengalihan tanggungjawab seperti

tersebut adalah batal demi hukum.

Mengenai hak konsumen terhadap ganti rugi ini juga secara yuridis

terdapat dalam Pasal 4 huruf h Undang-Undang Nomor 8 ayang berbunyi:

“Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai

dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya”

Page 77: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

68

Dalam kasus ini, konsumen tidak pernah menyangka bahwa

kepercayaannya kepada jasa layanan parkir yang ditawarkan oleh Mall

Lembuswana Samarinda akan membawa kerugian pada dirinya, sehingga

konsumen berhak atas kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian karena

terjadinya kejadian tersebut.

Ganti rugi materiil bagi Penggugat merupakan haknya sebagai

konsumen apabila salah satu haknya yaitu untuk mendapatkan keamanan

dilanggar dan hal ini jelas tertuang dalam Pasal 4 huruf h UUPK, atas

dasar itu pihak pengelola parkir selaku Tergugat memiliki kewajiban untuk

melakukan pembayaran gantu kerugian yang dialami oleh Penggugat.

Sesuai dengan Pasal 19 ayat (1) UUPK, pelaku usaha

bertanggungjawab dalam memberikan ganti kerugian atas kerusakan

pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang

dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Berdasarkan pasal

tersebut maka konsumen pengguna jasa parkir Mall Lembuswana yang

dikelola oleh PT. Cipta Sumina Indah Satresna yaitu sebagai pemilik

kendaraan apabila terjadi kehilangan atau kerugian maka berhak untuk

menuntut kepada pihak pengeloa parkir Mall Lembuswana Samarinda.

Adanya hak atas ganti kerugian yang dimiliki konsumen, dimaksudkan

agar untuk memulihkan keadaan yang telah menjadi rusak (tidak

seimbang) akibat adanya penggunaan barang dan/atau jasa yang tidak

memenuhi harapan konsumen.

Majelis Hakim melalui putusannya yang mengadili sendiri dalam

pokok perkara menghukum Tergugat untuk membayar kerugian yang telah

dialami oleh Penggugat, yaitu menghukum Tergugat membayar ganti rugi

atas hilangnya sepeda motor milik Penggugat I dan II masing-masing

sebesar Rp. 17.500.000,- (tujuh belas juta lima ratus ribu rupiah) yang

dimana dalam putusan tingkat kasasi ini, Majelis Hakim semakin

memberatkan hukuman untuk Tergugat. Dalam pertimbangan hukum

Majelis Hakim, Tergugat terbukti lalai dalam menjalankan usahanya yang

merugikan orang lain, oleh karenanya harus dihukum untuk membayar

Page 78: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

69

ganti rugi seharga barang yang hilang. Pada putusan tingkat pertama yaitu

tingkat Pengadilan Negeri Samarinda, Majelis Hakim menghukum

Tergugat untuk membayar ganti rugi atas hilangnya sepeda motor milik

Penggugat I dan II masing-masing sebesar Rp. 12.250.000,- (dua belas juta

dua ratus lima puluh ribu rupiah). Sehingga menurut peneliti, jumlah ganti

kerugian dalam pertimbangan putusan Majelis Hakim telah memberikan

rasa adil kepada Penggugat I dan II, karena jumlah kerugian tersebut

adalah jumlah kerugian yang seharga dengan sepeda motor milik

Penggugat yang hilang dan menyebabkan biaya tambahan sebesar Rp.

1.000.000.,- (satu juta rupiah) setiap bulan sampai dengan putusan tersebut

diputuskan.

Selanjutnya mengenai pertimbangan putusan Majelis Hakim mengenai

biaya perkara, apa yang sudah Majelis Hakim putuskan sudah sangatlah

adil bahwa biaya perkara ditanggung oleh pihak PT. Cipta Sumina Indah

Satresna selaku pihak yang kalah karena permohonanan kasasi yang

diajukan Pemohon ditolak. Hal ini sudah sangat sesuai dengan ketentuan

Pasal 181 HIR yaitu dimana biaya perkara haruslah dibebankan kepada

pihak yang kalah di dalam persidangan.

Selain dari segi peraturan perundang-undangan yang telah peneliti

bahas terkait halnya kasus yang dialami oleh konsumen pengguna jasa

parkir Mall Lembuswana Samarinda, seharusnya Majelis Hakim juga

dapat mempertimbangkan Pasal 1964 KUH Perdata tentang Penitipan

Barang untuk menguatkan argumentasi dan membebankan tanggung jawab

secara hukum kepada pelaku usaha.

Apabila dianalisa berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata

maka dapat dikategorikan bahwa hubungan hukum antara pihak pengguna

jasa parkir dengan pengelola parkir adalah merupakan perjanjian penitipan

barang yang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1694 sampai dengan

Pasal 1792 KUH Perdata.

Dalam perlindungan konsumen konstruksi hukum perparkiran, yang

terjadi antara PT. Cipta Sumina Indah Satresna dengan Ramadhan. M, dan

Page 79: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

70

Ariyanti adalah penitipan barang. Dalam Pasal 1694 KUH Perdata

menentukan bahwa penitipan adalah terjadi apabila seorang menerima

sesuatu barang dari seseorang lain, dengan syarat bahwa ia akan

menyimpannya dan mengembalikannya dalam wujud asalnya. 13

Unsur-

unsur dari perjanjian penitipan menurut pasal tersebut terbagi menjadi dua

macam, yaitu adanya serah terima barang yang akan dititipkan oleh si

penitip kepada penerima titipan dan adanya kewajiban bagi si penerima

titipan untuk menjaga dan mengembalikan barang yang dititipkan

kepadanya.

Pasal 1706 KUH Perdata menyatakan bahwa penerima titipan wajib

merawat dan memelihara barang yang dititipkan seperti milik sendiri. Pada

area parkir, petugas parkir akan membantu memarkir kendaraan dan

mengawasi kendaraan agar tidak saling menyerempet. Hilangnya sepeda

motor milik Penggugat selaku konsumen yang dititipkan di tempat parkir,

maka Tergugat yang dalam hal ini pengelola parkir telah melakukan suatu

ketidaktelitian atau ketidakhati-hatian yang membuat ia melakukan

perbuatan yang telah melanggar kewajiban hukumnyaa untuk menjamin

keamanan kendaraan milik konsumen, sehingga pengelola parkir dapat

dikenakan tanggungjawab atas ketidaktelitian atau ketidakhati-hatian

barang yang telah dititipkan. Pada kasus ini Tergugat telah melakukan

perbuatan melawan hukum. Petugas parkir dapat dikatakan merawat dan

memelihara seperti milik sendiri. Pada kasus yang terdapat dalam Putusan

Mahkamah Agung Nomor 2157 K/Pdt/2010, Petugas parkir PT. Cipta

Sumina Indah Satresna telah lalai dalam menjalankan tugasnya untuk

menjaga keamanan sepeda motor Penggugat I dan II yang di parkirkan di

area parkir Mall Lembuswana hingga sepeda motor tersebut hilang.

Apabila dilihat dari peraturan yang berlaku dan mengatur mengenai

Perlindungan Konsumen terkait dengan kasus ini, tidak ada peraturan yang

menyalahi aturan lainnya. Hasil Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung,

13

David M. L. Tobing, Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir…, h. 30.

Page 80: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

71

menurut peneliti sudahlah cukup untuk memenuhi aspek yuridis sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Mengenai aspek filosofis merupakan aspek yang berintikan pada

kebenaran dan keadilan, sedangkan dalam aspek sosiologis

mempertimbangkan tata nilai budaya yang hidup dalam masyarakat.

Dalam penerapannya, aspek filosofis dan sosiologis sangat memerlukan

pengalaman dan pengetahuan yang luas serta kebijaksanaan yang mampu

mengikuti nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang terabaikan.

Penerapan kedua asas ini sangat sulit sebab tidak mengikuti asas legalitas

dan tidak terikat pada sistem. Pencantuman ketiga unsur tersebut tidak lain

agar putusan tersebut dianggap adil dan dapat diterima oleh masyarakat.14

Menurut analisis peneliti dalam putusan Mahkamah Agung Nomor

2157 K/Pdt/2010 atas perkara konsumen jasa parkir Mall Lembuswana

Samarinda apabila dilihat secara aspek filosofis, pertimbangan hakim

dalam memutuskan perkara dalam kasus perlindungan konsumen ini

memiliki dasar dari pemikirian salah satu mazhab yaitu mazhab

utilitarianisme yang pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf Inggris,

Jeremy Bentham (1742-1832).

Bentham berpandangan bahwa tujuan hukum adalah dapat

memberikan jaminan kebahagiaan kepada individu-individu. Karena

menurut kodratnya, tingkah laku manusia terarah pada kebahagiaan. Suatu

perbuatan dapat dinilai baik atau buruk apabila dapat meningkatkan atau

mengurangi kebahagiaan banyak orang. Moralitas dalam suatu tindakan

harus ditentukan dengan menimbang kegunaannya untuk mencapai

kebahagiaan umat manusia, dengan demikian, Bentham sampai pada the

principle of utility yang berbunyi: “the greatest happiness of the greatest

number.” yang artinya adalah “kebahagiaan terbesar dari jumlah orang

14

Achmad Rifa’I, Penemuan Hukum oleh Hakim, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 126.

Page 81: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

72

terbesar”. Prinsip kegunaan ini menjadi norma untuk tindakan-tindakan

kita pribadi maupun untuk kebijaksanaan pemerintah.15

Pertimbangan hakim melalui putusan ini, peneliti menilai bahwa

keadilan sangat ditonjolkan dalam pertimbangan hakim untuk memutuskan

putusan ini. Seperti yang kita ketahui, bahwa tujuan dari hukum itu sendiri

ada tiga yaitu keadilan, kepastian, dan kemanfaatan, kemudian

pertimbangan dari Majelis Hakim Mahkamah Agung mengenai hukuman

ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak pengelola parkir menurut peneliti

juga telah cukup untuk memenuhi rasa keadilan bagi konsumen. Apalagi

jumlah nilai ganti kerugian yang telah diputuskan oleh Majelis Hakim

Mahkamah Agung telah sesuai dengan tuntutan gugatan ganti rugi oleh

pihak Penggugat pada tingkat pengadilan pertama yang akhirnya oleh

Majelis Hakim Mahkamah Agung para Terggugat wajib mengganti biaya

ganti kerugian karena kelalaian pihak pengelola parkir seharga dengan

barang yang hilang.

Mengenai keadilan maupun kebenaran sebagai dasar dari

pertimbangan hakim dalam memutuskan suatu perkara. Bukan sesuatu

yang mudah untuk memutuskan, karena definisi adil dari sisi konsumen

yang menuntut ganti rugi atas kehilangan barang yang kemudian

dikabulkan ganti ruginya tersebut belum tentu adil bagi pihak pengelola

parkir. Namun hakim dalam memutuskan perkara juga telah menimbang

berdasarkan fakta-fakta yang ditemukannya.

Tujuan hukum tidak hanya keadilan, tetapi juga kepastian, dan

kemanfaatan. Idealnya hukum memang harus mengakomodasi ketiganya.

Putusan hakim misalnya sedapat mungkin merupakan resultante dari

ketiganya.16

Dalam tahap penentuan, hakim sebagai pemutus yuridis melakukan 3

(tiga) tugas atau kegiatan pokoknya dalam memeriksa dan mengadili

15

M. Erwin, Filsafat Hukum (Refleksi Kritis terhadap Hukum), (Jakarta: Rajawali Press,

2012), h. 179-183.

16 Bisma Siregar, Rasa Keadilan, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1996), h.7.

Page 82: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

73

sengketa dalam persidangan di pengadilan, yaitu mengkonstitusi. Hal ini

dilakukan semata-mata untuk mencari suatu keadilan yang seadil-adilnya

bagi pihak-pihak yang berperkara. Perintah dalam menegakkan keadilan

terdapat dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa ayat 58:

أهلها وإذا حكمتم بيه ٱلىاس ت إلى ى وا ٱلم يأمركم أن تؤد ا يعظكم بهۦ ۞إن ٱلل وعم أن تحكمىا بٱلعدل إن ٱلل

ا بصيرا كان سميع إن ٱلل

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”. [Q.S. (4) : (58)].17

Apabila dianalisis dari segi aspek sosiologis, pertimbangan hakim

sudah cukup untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang ada di dalam

masyarakat, khususnya dalam praktek perlindungan konsumen. Antara

konsumen dan pelaku usaha, sama-sama memiliki hak maupun kewajiban

yang harus dipenuhi dalam perdagangan barang dan/atau jasa. Apabila hak

dan kewajiban tersebut dilanggar/ diabaikan, maka menjadi

tanggungjawab para pihak yang melanggar untuk memberikan ganti rugi

kepada pihak yang dirugikan. Oleh karena itu, pertimbangan hakim

mengabulkan ganti rugi yang diminta konsumen selaku pemberi titipan

kepada pihak pengelola parkir yang bertanggungjawab atas kehilangan

kendaraan bermotor sebagai penerima titipan telah sesuai dengan

kebiasaan masyarakat Indonesia.

Posisi konsumen dalam praktik perlindungan konsumen yang

berkembang di Indonesia seringkali memiliki kedudukan yang lemah

dalam hal mempertahankan hak-haknya dibandingkan dengan pelaku

usaha. Hal tersebut juga dipengaruhi faktor pengetahuan maupun

pemahaman yang kurang memadai mengenai perlindungan konsumen

dalam masyarakat, tepatnya kepada hak-hak yang dimiliki oleh konsumen

yang menyebabkan seringnya dilanggar dan/atau diabaikannya oleh pelaku

usaha ketika hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Menurut peneliti,

17

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra,

1989), h. 124.

Page 83: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

74

pertimbangan hakim dalam mengabulkan gugatan ganti rugi bagi

konsumen yang kehilangan barang telah sesuai.

Hakim dalam mengambil sebuah keputusan antara para pihak yang

bersengketa, tetap memiliki kedaulatan dalam mempertimbangkan suatu

permasalahan hukum konkret yang tidak terlepas dari peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia untuk mencapai tujuan

hukum yaitu memenuhi rasa kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan

dalam putusan yang diambil.

Indonesia sebagai negara yang menganut sistem hukum sipil (civil law

system) yaitu sistem hukum yang mendasarkan sistem hukumnya kepada

undang-undang, dan hakim berperan sebagai pelaksana undang-undang

dan bukan pula sebagai pembuat undang-undang (hukum), sebagaimana

yang dilakukan oleh para hakim-hakim di negara yang menganut sistem

common law (kebiasaan), para hakim di Indonesia dapat pula melakukan

penemuan hukum (rechtsvinding) di dalam putusan-putusannya dengan

syarat ada aturan yang harus ditaati yaitu hakim tidak boleh menabrak isi

dan falsafah peraturan perundang-undangan yang sudah ada.18

Pertimbangan hakim pada perkara ini, hakim dalam memutuskan

putusan hukumnya mengikuti yurisprudensi yang ada mengenai kasus

sengketa konsumen parkir memelalui pertimbangannya dalam hal

pertanggungjawaban oleh pihak pengelola parkir kepada konsumen

pengguna jasa parkir yang mengalami kehilangan kendaraan bermotor

akibat kelalaian petugas pengelola parkir mall tersebut.

Dari pertimbangan hakim dalam putusan Mahkamah Agung Nomor

2157 K/ Pdt/2010, peneliti berkesimpulan bahwa hakim telah berdasarkan

pada berbagai aspek yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan dari hukum

itu sendiri yaitu memberikan rasa keadilan, kepastian hukum, maupun

kemanfaatan bagi para pihak yang berperkara. Pertimbangan ini baik

secara yuridis, filosofis, maupun sosiologis telah sesuai dengan peraturan

18

Achmad Rifa’I, Penemuan Hukum oleh Hakim…, h. 129.

Page 84: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

75

hukum yang berlaku di masyarakat dan dapat dijadikan acuan dalam

penyelesaian sengketa konsumen-konsumennya terkhusus dalam hal

hilangnya kendaraan bermotor akibat pencantuman klausula baku yang

digunakan oleh pengelola parkir dalam hal menghilangkan tanggungjawab

dalam ganti kerugian.

Hasil dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2157 K/ Pdt/2010

menurut analisis peneliti sudah termasuk kedalam putusan akhir yang

bersifat menghukum (condemnatoir) yaitu dimana putusan hakim bersifat

menghukum salah satu pihak untuk memenuhi prestasi. Pihak yang

menerima hukuman tersebut dalam perkara ini adalah pihak PT Cipta

Sumina Indah Satresna, yang mana pihak tersebut telah terbukti

dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum dan diwajibkan ganti

rugi kepada konsumennya.

Dalam usaha memberikan putusan yang memenuhi rasa keadilan bagi

konsumen dalam hal perlindungan konsumen jasa parkir tersebut sudah

memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat (social justice) yang didasarkan

pada pencarian akan keadilan yang substansial itulah maka majelis hakim

di Mahkamah Agung menilai bahwa segala tuntutan agar pihak pengelola

jasa parkir untuk tidak mengganti biaya kerugian yang dialami oleh

konsumen pengguna jasa parkir haruslah ditolak dengan memperbaiki

amar putusan Pengadilan Tinggi Samarinda Nomor 122/Pdt/2009 dengan

memperbaiki total biaya ganti kerugian materiil dengan nilai yang sama

seharga dengan barang yang hilang.

Menurut pendapat peneliti, analisa kasus putusan Nomor 2157

K/Pdt/2010 atas perkara konsumen PT. Cipta Sumina Indah Satresna

tentang kehilangan kendaraan di area parkir yang menjadi objek dalam

penelitian ini sudah memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dan

dapat dijadikan acuan untuk kedepannya apabila terjadi suatu

permasalahan hukum yang substansinya sama di kemudian hari ataupun

menjadi pelajaran agar tidak terulang kembali masalah hukum yang sama/

sejenis.

Page 85: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya

maka peneliti dapat memberi kesimpulan bahwa:

1. Mekanisme penyelesaian sengketa konsumen pengguna jasa parkir

dalam hal hilangnya kendaraan bermotor di area lahan parkir dapat

menyelesaikan sengketanya melalui jalur di luar pengadilan maupun

pengadilan. Konsumen berhak untuk menggugat sepeda motor yang

hilang di area parkir, karena Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen menjamin hak konsumen untuk

menggugat pelaku usaha yang telah melakukan pelanggaran melalui

lembaga yang bertugas menyekesaikan sengketa antara konsumen dan

pelaku usaha (dalam hal ini Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen)

ataupun melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.

Hak konsumen untuk menggugat kerugian yang terjadi ini diatur

dalam BAB III Pasal 4 (e) tentang Hak Konsumen dan Pasal 45 ayat

(1), Pasal 47, Pasal 48 UUPK tentang Penyelesaian Sengketa Undang-

Undang Perlindungan Konsumen. Penyelesaian sengketa antara

konsumen dan pelaku usaha tidak hanya dapat diselesaikan melalui

kedua lembaga tersebut, penyelesaian sengketa juga dapat dilakukan

melalui penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa selama

tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku di Indonesia.

2. Dasar pertimbangan hakim yang memutuskan dalam Putusan

Mahkamah Agung Nomor 2157 K/ Pdt/2010 atas perkara sengketa

konsumen jasa parkir Mall Lembuswana yang dikelola oleh PT. Cipta

Sumina Indah Satresna telah sesuai dengan ketiga aspek yang ada

dalam pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan yaitu aspek

yuridis, filosofis, dan sosiologis. Putusan yang menyatakan untuk

perbaikan amar Putusan Pengadilan Tinggi Negeri Samarinda Nomor

Page 86: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

77

122/ Pdt/ 2009 yang dimana secara yuridis menggunakan dasar pada

Pasal 1367 KUH Perdata karena kelalaian yang dilakukan oleh pihak

pengelola jasa parkir sehingga terjadinya kerugian materiil yang

diderita oleh konsumen jasa parkir. Kemudian dilihat bahwa hubungan

antara pengguna jasa parkir dengan penyedia jasa parkir adalah

merupakan perjanjian penitipan barang sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 1694 sampai dengan Pasal 1792 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata telah tepat. Sehingga, terdapat 4 (empat) alasan mengapa

pengelola parkir harus bertanggung jawab, yakni karena pengelola

parkir telah melanggar ketentuan yang diatur dalam Pasal 18 huruf a

Undang-Undang Perlindungan Konsumen, pengelola parkir telah

melanggar ketentuan dalam KUH Perdata Pasal 1365, 1366 dan 1367

atas hilangnya kendaraan yang terjadi akibat kelalaian pengelola

parkir. Pengelolaan parkir dilakukan oleh perusahaan profesional yang

merupakan badan hukum yaitu PT Cipta Sumina Indah Satresna dalam

hal ini selaku Tergugat harus bertanggung jawab secara hukum, dan

telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen. Secara filosofis pertimbangan hakim telah

mempertimbangkan mazhab utilitiarianisme yang dianut oleh Jeremy

Bentham yaitu mengenai kebahagiaan terbesar, sedangkan secara

sosiologis pertimbangan hakim telah sesuai dengan nilai-nilai yang

terkandung dalam masyarakat dan budaya di Indonesia terkait

penitipan barang. Sehingga putusan yang diputuskan oleh hakim telah

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan telah

mengikuti yurisprudensi terkait sengketa parkir.

B. Rekomendasi

Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti

mencoba memberikan rekomendasi agar terciptanya bisnis perparkiran

yang sesuai dengan kepentingan konsumen dan pihak pengelola parkir.

Adapun saran dari peneliti yaitu:

1. Pemerintah

Page 87: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

78

Kepada pemerintah disarankan agar meningkatkan serta memperkuat

lagi sistem dan proses pengawasan terhadap pencantuman klausula

baku pada usaha jasa perparkiran yang menimbulkan kerugian bagi

konsumen jasa parkir.

2. Perusahaan Jasa Parkir

Sebagai pelaku usaha dalam membuat perjanjian pada dokumen parkir

harus memperhatikan hak dan kewajiban konsumen sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang ada, dan jika terjadi kelalaian

maka pengelola parkir harus mampu bertanggungjawab memberikan

ganti rugi atas hilangnya kendaraan yang diparkir di tempatnya,

pengelola parkir tidak dapat merujuk pada klausula eksonerasi dalam

perjanjian parkir, yaitu bahwa dirinya tidak bertanggungjawab atas

terjadinya kerusakan atau kehilangan kendaraan yang di parkir

ditempatnya. Pengelola tempat parkir tidak boleh melepaskan

tanggung jawab begitu saja.

3. Konsumen

Konsumen harus teliti akan hak dan kewajibannya dalam memahami

suatu perjanjian dengan pelaku usaha sebelum menyepakati perjanjian

tersebut.

Page 88: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

79

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Al-Qur’an Al-Karim

Ali, Chadir, Badan Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Sinar Grafika,

2011.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: CV.

Toha Putra, 1989.

Erwin, M, Filsafat Hukum (Refleksi Kritis terhadap Hukum), Jakarta:

Rajawali Press, 2012

Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman

Penulisan Skripsi, Jakarta: FSH, 2017

Fuady, Munir, Hukum Kontrak “Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis”,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001.

Hamzah, Andi, Kamus Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.

I.B Wysa Putra dan Lili Rasjidi, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung:

Remaja Rusdakarya, 1993.

Ibrahim, Johny, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif cet. III,

Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2007.

Makmur, Syafrudin, Hukum Kontrak Dagang, Jakarta: FSH Press, 2016.

Mariam, Darus Badrulzaman, “Beberapa Guru Besar Berbicara Tentang

Hukum dan Pendidikan Hukum”, Kumpulan Pidato Pengukuhan,

Bandung: Alumni, 1989

__________________________, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: Alumni,

1994

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2011.

Page 89: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

80

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen,

Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004.

Moleong Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002.

Muhammad, Abdul Kadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2004.

_____________________, Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1980.

Muljadi Kartini dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari

Perjanjian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Nasution, A.Z, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Jakarta:

Diadit Media, 2007.

Nieuwenhuis, J. H, Pokok-Pokok Hukum Perikatan.Terjemahan oleh

Djasadin Saragih. Surabaya: Universitas Airlangga.

Poerwadinata, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1976

R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung: Binacipta, 1979.

Raharjo, Sutjipto, Ilmu Hukum, Bandung: PT Cipta Aditya Bakti, 2000.

Rifa’I, Achmad, Penemuan Hukum oleh Hakim (Dalam Perspektif Hukum

Progesif), Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Santoso, Lukman, Hukum Perjanjian Kontrak, Jakarta: Kompas Gramedia,

2012.

Sidabalok, Janus, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung:

PT Citra Aditya Bakti, 2014.

Simangusong, Advendi dan Elsi Kartika Sari, Hukum dalam Ekonomi,

Jakarta: PT Grasindo, 2007.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: PT

Grasindo, 2006.

Page 90: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

81

Shofie, Yusuf, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi,

Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Siregar, Bisma, Rasa Keadilan, Surabay: PT Bina Ilmu, 1996.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan

Kepustakaan di dalam Penelitian Hukum, Jakarta: Pusat Dokumen

Universitas Indonesia, 1979

_________, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1984.

Subekti, R. Aneka Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992.

_________, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 2002.

Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen, Bandung: Citra Aditya,

1999.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2005.

Tobing, David M. L., Hukum Perlindungan Konsumen dan Parkir,

Jakarta: Timpani Agung, 2007.

Tri Siwi Celina Kristianyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta:

Sinar Grafika, 2011.

B. Jurnal

Indah Parmitasari, “Hubungan Hukum Antara Pemilik Kendaraan Dengan

Pengelola Parkir”, Jurnal Yuridis Fakultas Hukum UPN “Veteran”

Jakarta, Vol. 3 Nomor 1 Juni Tahun 2016.

Nurul Fibrianti, Perlindungan Konsumen dalam Penyelesaian Sengketa

Konsumen Melalui Jalur Litigasi, Jurnal Hukum Acara Perdata

ADHAPER, Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015.

Basri. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Parkir. Perspektif Vol.

xx No. 1. 2015.

Page 91: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

82

C. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan

Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

D. Internet

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol19187/pengadilan-kembali-

menangkan-gugatan-konsumen-parkir, diakses pada tanggal 29 Oktober

2017, pukul 23:48 WIB.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4febf6d28c5e3/tanggung-

jawab-pemilik-tempat-parkir, diakses pada tanggal 30 Oktober 2017,

pukul 00:02 WIB.

Page 92: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

No. 2157 K/Pdt / 2010

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memer iksa perkara perda ta dalam t i ngka t kasas i te l ah

memutuskan sebaga i ber i ku t da lam perkara :

PT. CIPTA SUMINA INDAH SATRESNA, berkedudukan

di Kompleks Mal l Lembuswana Blok J No. 9,

Ja lan S. Parman- M. Yamin, Kota Samar inda ,

da lam hal in i member i kuasa kepada: HAMZAH

DAHLAN, S.H. , dan AGUS WALUYO, S.H. , Advokat ,

berkan to r d i Ja lan Jend. Sudi rman Bandar

Bal i kpapan Blok G No. 7, Bal i kpapan , Pemohon

Kasas i dahulu Tergugat /Pemband ing ;

m e l a w a

n:

1. RAMADHAN. M, ber tempat t i ngga l dahulu

Ja lan Elang No. 68 RT 81, sekarang di

Ja lan Rajawal i Dalam I No. 20 RT 10, Kota

Samar inda ;

2. ARIYANTI , ber tempat t i ngga l d i Ja lan

Untung Surapa t i , Komp. Carpo lek Blok QQQ

No. 16 RT 13, Kota Samar inda , para

Termohon Kasas i dahu lu para Penggugat / pa ra

Terband ing ;

Mahkamah Agung te rsebu t ;

Membaca sura t - sura t yang bersangku tan ;

Menimbang, bahwa dar i sura t - sura t te rsebu t te rnya ta

bahwa sekarang para Termohon Kasas i dahu lu sebaga i para

Penggugat te l ah menggugat sekarang Pemohon Kasas i dahu lu

sebaga i Tergugat d i muka pers idangan Pengad i l an Neger i

Samar inda pada pokoknya atas dal i l - da l i l :

PENGGUGAT I :

Bahwa Penggugat I adalah pemi l i k dar i kendaraan

bermoto r roda 2 (sepeda motor ) dengan nomor po l i s i awal

Hal . 1 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 93: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sesua i STNK sementara KT- 3805- XB Jen is Suzuk i FU 150 (CKD)

Lembar Formul i r Buku Tanda Coba KendaraanNo. 007877

H/KT/2008 , se lan ju t nya sesua i STNK No. 0114371/KT/2008

nomor po l i s i berubah menjad i KT.3646 NP, Nama Pemi l i k :

Ramadhan M, a lamat Ja lan Elang No. 68, RT 81, Kelu rahan

Supida Samar inda , Merk /Type : Suzuk i /PU 150 (CKD) ,

Jen is /Mode l : SPD-MTR/SPD. Motor , Tahun pembuatan : 2008,

Tahun perak i t an : 2008, Is i Sel i nde r 150 CC, Warna: Hi tam

Abu- Abu, Nomor Rangka/NK: MH8BG41CA8J- 199742, Nomor mesin :

G420- ID- 199311, Warna TNKB: Hi tam, Bahan bakar : bens in ,

No. Urut Pendaf t : 397/24 .07 .2008 /B ;

Bahwa pada tangga l 24 Agustus 2008 sek i t a r jam 18.00

wi ta Penggugat I berkun jung ke Mal l Lembuswana yang

bera lamat di Ja lan S. Parman – M. Yamin Samar inda untuk

belan ja dan sebe lum memasuki kawasan Mal l Lembuswana

Penggugat I membayar karc i s park i r sebesar Rp. 1.000 , -

(se r i bu rup iah ) dan mendapatkan karc i s park i r dengan nomor

ser i E: 736073 dan se lan ju t nya Penggugat I masuk keda lam

kawasan perpark i r an Mal l Lembuswana dan kemudian Penggugat

I memark i r kan sepeda motor d i tempat yang te lah

dised iakan ;

Bahwa sete lah memark i r kan sepeda motor Penggugat I

kemudian memasuk i Mal l Lembuswana untuk berbe lan j a sampai

dengan sek i t a r jam 20.00 wi ta Penggugat I ke lua r dan

menuju tempat park i r untuk mengambi l motor , namun motor

Penggugat I te rnya ta t i dak ada di tempat park i r . Akhi rnya

Penggugat I ke l i l i n g tempat park i r untuk mencar inya dan

menanyakan ke petugas park i r Mal l Lembuswana, namun motor

t i dak di temukan atau hi l ang ;

Bahwa sete lah mengetahu i motor h i l ang , Penggugat I

melaporkan keh i l angan kepada penge lo l a park i r Mal l

Lembuswana, da lam hal in i Tergugat (PT. Cip ta Sumina Indah

Sat resna) dan meminta per tanggung jawaban Tergugat untuk

menggant i motor Penggugat I , namun Tergugat menolaknya ;

Bahwa se lan ju t nya Penggugat I pada tangga l 25 Agustus

2008 menyampaikan pengaduan ke Lembaga Per l i ndungan

Hal . 2 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 94: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Konsumen Kal t im dan se lan ju t nya Lembaga Per l i ndungan

Konsumen Kal t im mengi r im sura t kepada Tergugat sebaga imana

sura tnya te r t angga l 10 September 2008, No. 31/LPK-

KT/U/ IX /2008 , per iha l : Tindak Lan ju t Laporan Kehi l angan

Kendaraan Konsumen;

Bahwa se lan ju t nya Tergugat menanggap i mela lu i

sura tnya No. 688/Wkl .GM- CSIS/SMD/ IX /2008 yang ber i s i :

- Sehubungan dengan sura t No. 31/LPK- KT/U/ IX /2008

per iha l : Tindak Lanju t Laporan Kehi l angan Kendaraan

Konsumen te r t angga l 10 September 2008, dengan in i

kami menyampaikan dan member i pen je l asan mengenai

perpark i r an di area Mal l Lembuswana;

- Ret r i bus i kendaraan bermoto r roda dua untuk park i r d i

area /kawasan Mal l Lembuswana sebesar Rp. 1.000 , -

(se r i bu rup iah ) hanya untuk pemakaian lahan park i r ;

- Keten tuan yang d i l akukan oleh pihak penge lo l a

(Management ) yang te r t e r a pada karc i s re t r i b us i

park i r sebaga i keten tuan /sya ra t memasuk i kawasan

perpark i r an ;

- Pada saat pengun jung /konsumen te l ah menyetu ju i

keten tuan yang te r t e r a di karc i s re t r i b us i te r sebu t

dan sega la keh i l angan dan kerusakan atas kendaraan

yang dipa rk i r k an dan barang- barang di da lamnya ada lah

res i ko send i r i ( t i dak ada penggant i an berupa apapun)

dan bukan tanggung jawab penge lo l a ;

- Pemer iksaan STNK di p in tu ke lua r untuk memin imalkan

pencur i an kendaraan bermoto r roda dua di

area l / k awasan Mal l Lembuswana;

Bahwa atas keh i l angan motor Penggugat I d i park i r

Mal l Lembuswana, Penggugat I menyampaikan laporan

keh i l angan ke Pol tabes Samar inda sebaga imana Sura t Tanda

Pener imaan Laporan No. Pol : K/1823/V I I I / 2 008 SPK

te r t angga l 24 Agustus 2008;

Bahwa atas keh i l angan motor Penggugat I d i Mal l

Lembuswana Penggugat I mender i t a kerug ian sebesar Rp.

17.500 .000 , - ( tu j uh be las ju ta l ima ra tus r i bu rup iah )

Hal . 3 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 95: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

seharga sepeda motor yang hi l ang dan se jak tangga l 1

September 2008 hingga sekarang keper l uan sehar i - har i

sebesar Rp. 1.000 .000 , - (sa tu ju ta rup iah ) set i ap bulan ;

PENGGUGAT I I :

Bahwa Penggugat I I ada lah pemi l i k dar i kendaraan

bermoto r roda 2 (sepeda motor ) dengan nomor po l i s i KT- 3639

NL, Merk /Type : Suzuk i /PU 150 (CKD), Jen is /Mode l : SPD-

MTR/SPD. Motor R2, Tahun pembuatan : 2007, Tahun rak i t an :

2007, Is i s i l i n de r : 150 CC, Warna: Abu- Abu Hi tam, Nomor

Rangka/NK: MH 8BG41CA7J- 163495, Nomor mesin : G420- ID-

163711, Warna TNKB: Hi tam, Bahan bakar : bens in , No. Urut

Pendaf t : 610/24 .01 .2008 /B ;

Bahwa pada tangga l 6 Ju l i sek i t a r jam 19.00- 20.00

wi ta Penggugat I I berkun jung ke Mal l Lembuswana di Ja lan

S. Parman – M. Yamin Samar inda untuk belan ja dan sebe lum

memasuk i kawasan Mal l Lembuswana Penggugat I I membayar

karc i s park i r sebesar Rp. 1.000 , - (se r i bu rup iah ) dan

mendapatk l an karc i s park i r dengan nomor ser i E: 392691 dan

se lan ju t nya Penggugat I I masuk keda lam kawasan perpark i r an

Mal l Lembuswana dan kemudian Penggugat I I memark i r kan

sepeda motor d i tempat yang te l ah dised iakan ;

Bahwa sete lah memark i r kan sepeda motor Penggugat I I

kemudian memasuk i Mal l Lembuswana untuk berbe lan j a sampai

dengan sek i t a r jam 20.00 wi ta Penggugat I I ke lua r dan

menuju tempat park i r untuk mengambi l motor , namun motor

Penggugat I I te rnya ta t i dak ada di tempat park i r . Akhi rnya

Penggugat I I ke l i l i n g tempat park i r untuk mencar inya dan

menanyakan ke petugas park i r Mal l Lembuswana, namun motor

t i dak di temukan atau hi l ang ;

Bahwa sete lah mengetahu i motor h i l ang , Penggugat I I

melaporkan keh i l angan kepada penge lo l a park i r Mal l

Lembuswana, da lam hal in i Tergugat (PT. Cip ta Sumina Indah

Sat resna) dan meminta per tanggung jawaban Tergugat untuk

menggant i motor Penggugat I I , namun Terguga t menolaknya ;

Bahwa se lan ju t nya Penggugat I I pada tangga l 1

September 2008 menyampaikan pengaduan ke Lembaga

Hal . 4 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 96: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Per l i ndungan Konsumen Kal t im dan se lan ju t nya Lembaga

Per l i ndungan Konsumen Kal t im mengi r im sura t kepada

Tergugat sebaga imana sura tnya te r t angga l 10 September

2008, No. 31/LPK- KT/U/ IX /2008 , per iha l : Tindak Lan ju t

Laporan Kehi l angan Kendaraan Konsumen;

Bahwa se lan ju t nya Tergugat menanggap i mela lu i

sura tnya No. 688/Wkl .GM- CSIS/SMD/ IX /2008 yang ber i s i :

- Sehubungan dengan sura t No. 31/LPK- KT/U/ IX /2008

per iha l : Tindak Lanju t Laporan Kehi l angan Kendaraan

Konsumen te r t angga l 10 September 2008, dengan in i

kami menyampaikan dan member i pen je l asan mengenai

perpark i r an di area Mal l Lembuswana;

- Ret r i bus i kendaraan bermoto r roda dua untuk park i r d i

area /kawasan Mal l Lembuswana sebesar Rp. 1.000 , -

(se r i bu rup iah ) hanya untuk pemakaian lahan park i r ;

- Keten tuan yang d i l akukan oleh pihak penge lo l a

(Management ) yang te r t e r a pada karc i s re t r i b us i

park i r sebaga i keten tuan /sya ra t memasuk i kawasan

perpark i r an ;

- Pada saat pengun jung /konsumen te l ah menyetu ju i

keten tuan yang te r t e r a di karc i s re t r i b us i te r sebu t

dan sega la keh i l angan dan kerusakan atas kendaraan

yang dipa rk i r k an dan barang- barang di da lamnya ada lah

res i ko send i r i ( t i dak ada penggant i an berupa apapun)

dan bukan tanggung jawab penge lo l a ;

- Pemer iksaan STNK di p in tu ke lua r untuk memin imalkan

pencur i an kendaraan bermoto r roda dua di

area l / k awasan Mal l Lembuswana;

Bahwa atas keh i l angan motor Penggugat I I d i park i r

Mal l Lembuswana, Penggugat I I menyampaikan laporan

keh i l angan ke Polsek ta Samar inda Ulu sebaga imana Sura t

Tanda Pener imaan Laporan No. Pol : K/84 /2008 /Sek Ulu

te r t angga l 6 Ju l i 2008;

Bahwa atas keh i l angan motor Penggugat I I d i Mal l

Lembuswana Penggugat I I mender i t a kerug ian sebesar Rp.

17.500 .000 , - ( tu j uh be las ju ta l ima ra tus r i bu rup iah )

Hal . 5 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 97: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

seharga sepeda motor yang hi l ang dan se jak tangga l 1

Agustus r 2008 hingga sekarang Penggugat I I te rpaksa

menyewa motor untuk menunjang keper l uan sehar i - har i

sebesar Rp. 1.000 .000 , - (sa tu ju ta rup iah ) set i ap bulan ;

Bahwa hubungan hukum anta ra Penggugat I dan Penggugat

I I dengan Tergugat ada lah hubungan anta ra konsumen dan

pelaku usaha sebaga imana dimaksud dalam Undang- Undang No.

8 Tahun 1999 Tentang Per l i ndungan Konsumen;

Bahwa Penggugat I dan Penggugat I I adalah konsumen

ya i t u sebaga i orang pemakai barang dan/a tau jasa yang

te rsed ia da lam masyaraka t , bag i kepent i ngan di r i send i r i

dan t i dak untuk dipe rdagangkan (Pasa l 1 angka 2 Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999) ;

Bahwa Tergugat adalah pelaku usaha ya i t u badan usaha

yang berben tuk badan hukum yang did i r i k an dan berkedudukan

atau melakukan keg ia tan dalam wi layah hukum Negara

Republ i k Indones ia , ba ik send i r i maupun bersama- sama

mala lu i per jan j i a n menyelenggarakan keg ia tan usaha dalam

berbaga i b idang ekonomi ;

Bahwa keg ia tan usaha yang dise lenggarakan Tergugat

ada lah sebaga i penge lo la dan penyed ia jasa park i r d i Mal l

Lembuswana. Jasa ada lah set i ap layanan yang berben tuk

peker j aan atau pres tas i yang dised iakan bag i masyaraka t

untuk dimanfaa tkan konsumen;

Bahwa Penggugat I dan Penggugat I I sebaga i konsumen

pengguna jasa park i r Mal l Lembuswana te lah memenuhi

kewaj i ban membayar biaya park i r sebesar Rp. 1.000 , -

(se r i bu rup iah ) sesua i dengan re t r i b us i park i r yang

di t e t apkan Tergugat (Pasa l 5 huru f (c ) Undang- Undang No. 8

Tahun 1999) , o leh karenanya mempunyai hak atas kenyamanan,

keamanan dan kese lamatan dalam menggunakan jasa park i r

Mal l Lembuswana (Pasa l 4 huru f (a ) Undang- Undang No. 8

Tahun 1999) ;

Bahwa dengan hi l angnya sepeda motor Penggugat I dan

Penggugat I I saat d ipa rk i r d i park i r an Mal l Lembuswana

je l as menunjukkan pengaba ian te rhadap hak atas keamanan

Hal . 6 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 98: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sepeda motor yang di park i r d i Mal l Lembuswana. Tergugat

te lah la l a i menjaga keamanan sepeda motor Penggugat I dan

Penggugat I I h ingga sepeda motor te rsebu t h i l ang ;

Bahwa pengaba ian hak atas keamanan oleh Tergugat

te rhadap sepeda motor Penggugat I dan Penggugat I I saat

d ipa rk i r d i Mal l Lembuswana hingga menyebabkan h i l ang ,

je l as merupakan perbua tan melawan hukum ya i t u t i dak

te rpenuh inya Pasa l 4 huru f (a ) Undang- Undang No. 8 Tahun

1999 Tentang Per l i ndungan Konsumen;

Bahwa sebaga i ak iba t dar i adanya perbua tan melawan

hukum yang di l akukan Tergugat , Penggugat I dan Penggugat

I I mender i t a kerug ian ;

Bahwa kerug ian mater i i l Penggugat I ada lah h i l angnya

sebuah sepeda motor Merk /Type : Suzuk i /PU 150 (CKD),

Jen is /Mode l : SPD-MTR/SPD.Motor , Tahun pembuatan : 2008,

Tahun perak i t an : 2008, Is i s i l i n de r : 150 CC, Warna: Hi tam

abu- abu, seharga Rp. 17.500 .000 , - ( tu j uh be las ju t a l ima

ra tus r i bu rup iah ) dan untuk menunjang keg ia tan dan

peker j aan Penggugat I harus sewa sepeda motor set i ap bulan

sebesar Rp. 1.000 .000 , - (sa tu ju ta rup iah ) , te rh i t ung

se jak bulan September 2008 h ingga saat in i ;

Bahwa kerug ian mater i i l Penggugat I I adalah hi l angnya

sebuah sepeda motor KT 3639 NL, Merk /Type : Suzuk i /FU 150

(CKD), Jen is /Mode l : SPD-MTR/S.Moto r R2, Tahun pembuatan :

2007, Tahun perak i t an : 2007, Is i s i l i n de r : 150 CC, Warna:

Abu- abu hi tam, Nomor Rangka/NK: MH8BG41CA7J- 163495, Nomor

Mesin : G420- ID- 163711, Warna TNKB: Hi tam, Bahan bakar :

Bens in , seharga Rp. 17.500 .000 , - ( tu j uh belas ju ta l ima

ra tus r i bu rup iah ) dan untuk menunjang keg ia tan har i - har i

Penggugat I I harus sewa sepeda motor set i ap bulan Rp.

1.000 .000 , - (sa tu ju ta rup iah ) te rh i t u ng se jak bulan

Agustus 2008 hingga saat in i ;

Bahwa Tergugat sebaga i pe laku usaha jasa park i r d i

Mal l Lembuswana berdasarkan Pasa l 19 ayat 1 Undang- Undang

No. 8 Tahun 1999 Tentang Per l i ndungan Konsumen, Tergugat

sebaga i pe laku usaha ber tanggung jawab member ikan gant i

Hal . 7 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 99: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

rug i atas kerug ian konsumen ak iba t menkonsumsi barang

dan/a tau jasa yang d ihas i l k an atau dipe rdagangkan ;

Bahwa oleh karena kerug ian yang dia lam i Penggugat I

dan Penggugat I I d isebabkan o leh perbua tan melawan hukum

Tergugat , maka sangat bera lasan dan berdasar hukum

Tergugat d ibeban i tanggung jawab membayar se lu ruh gant i

kerug ian yang dia lami Penggugat I dan Penggugat I I ;

Bahwa agar Tergugat bersed ia melaksanakan putusan

dalam perkara in i , mohon agar Terguga t d ihukum membayar

uang paksa (dwangsom) kepada Penggugat I dan Penggugat I I

masing- masing sebesar Rp. 1.000 .000 , - (sa tu ju ta rup iah )

set i ap bulannya , set i ap Tergugat la l a i memenuhi i s i

putusan te rh i t u ng se jak putusan d iucapkan sampai putusan

di l aksanakan ;

Bahwa berdasarkan hal - ha l te rsebu t d i atas Penggugat

I dan Penggugat I I mohon kepada Pengadi l an Neger i

Samar inda agar te r l eb i h dahu lu mele takkan s i ta jaminan

atas har ta mi l i k Tergugat dan se lan ju t nya menuntu t kepada

Pengad i l an Neger i te rsebu t agar member ikan putusan sebaga i

ber i ku t :

1. Mener ima dan mengabu lkan gugatan Penggugat I dan

Penggugat I I untuk se lu ruhnya ;

2. Menyatakan Tergugat melakukan perbua tan melawan hukum

dengan sega la ak iba t hukum yang t imbu l dar i padanya;

3. Menghukum Tergugat menggant i sebuah sepeda motor

Merk /Type : Suzuk i /PU 150 (CKD) , Jen is /Mode l : SPD-

MTR/SPD.Moto r , Tahun pembuatan : 2008, Tahun

perak i t an : 2008, Is i s i l i n de r : 150 CC, Warna: Hi tam

abu- abu atau membayar gant i rug i sebesar Rp.

17.500 .000 , - ( tu j uh be las ju t a l ima ra tus r i bu

rup iah ) seharga sepeda motor yang hi l ang secara tuna i

kepada Penggugat I ;

4. Menghukum Tergugat menggant i sebuah sepeda motor

Merk /Type : Suzuk i /PU 150 (CKD) , Jen is /Mode l : SPD-

MTR/S.Moto r R2, Tahun pembuatan : 2007, Tahun

perak i t an : 2007, Is i s i l i n de r : 150 CC, Warna Abu- abu

Hal . 8 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 100: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

hi t am, Nomor Rangka/NK: MH8BG41CA7J- 163495, Nomor

mesin : G420- ID- 163711, Warna TNKB: Hi tam, Bahan

bakar : Bens in atau membayar gant i rug i sebesar Rp.

17.500 .000 , - ( tu j uh be las ju t a l ima ra tus r i bu

rup iah ) seharga sepeda motor yang hi l ang secara tuna i

kepada Penggugat I I ;

5. Menghukum Tergugat membayar gant i rug i sewa motor

kepada Penggugat I sebesar Rp. 1.000 .000 , - (sa tu ju ta

rup iah ) set i ap bulan te rh i t u ng se jak bulan September

2008 sampai dengan Tergugat menyerahkan sepeda motor

penggant i atau membayar gant i rug i sebesar harga

sepeda motor yang hi l ang ;

6. Menghukum Tergugat membayar gant i rug i sewa motor

kepada Penggugat I I sebesar Rp. 1.000 .000 , - (sa tu

ju t a rup iah ) set i ap bulan te rh i t ung se jak bulan

Agustus 2008 sampai dengan Tergugat menyerahkan

sepeda motor penggant i atau membayar gant i rug i

sebesar harga sepeda motor yang h i l ang ;

7. Menghukum Tergugat membayar uang paksa (dwangsom)

set i ap bulan sebesar Rp. 1.000 .000 , - (sa tu ju ta

rup iah ) kepada Penggugat I set i ap Terguga t la l a i

melaksanakan putusan ;

8. Menghukum Tergugat membayar uang paksa (dwangsom)

set i ap bulan sebesar Rp. 1.000 .000 , - (sa tu ju ta

rup iah ) kepada Penggugat I I set i ap Terguga t la l a i

melaksanakan putusan ;

9. Menyatakan sah dan berharga s i ta jaminan yang

di l akukan Penggugat I dan Penggugat I I ;

10. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara ;

Atau: apab i l a Maje l i s Hakim berpendapat la i n , mohon

putusan yang sead i l - ad i l nya ;

Menimbang, bahwa te rhadap gugatan te rsebu t Tergugat

mengajukan ekseps i yang pada pokoknya atas dal i l - da l i l

sebaga i ber i ku t :

Bahwa gugatan para Penggugat kurang pihak , karena

organ pelaksana Tergugat pada pin tu masuk maupun pin tu

Hal . 9 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 101: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ke lua r t i dak di ta r i k sebaga i Tergugat , padaha l pe laksana-

pelaksana te rsebu t l ah yang melaksanakan t i ndakan hukum

secara mater i i l ;

Bahwa gugatan para Penggugat prematu r (p rad in i ) atau

belum waktunya , karena para Penggugat te l ah mengadukan

pihak Terguga t kepa la Lembaga Per l i ndungan Konsumen dan

belum ada ke je l asan apakah sudah ada keputusan dar i

lembaga Per l i ndungan Konsumen mengena i pengaduan para

Penggugat te rsebu t ;

Bahwa berdasarkan hal - ha l te rsebu t d i atas Tergugat

mohon kepada Pengad i l an Neger i Samar inda agar menolak

gugatan Penggugat atau set i dak - t i daknya gugatan dinya takan

t i dak dapat d i t e r ima ;

Menimbang, bahwa te rhadap gugatan te rsebu t Pengad i l an

Neger i Samar inda te l ah mengambi l putusan , ya i t u putusan

No. 03/Pd t .G /2009 / PN.Smda tangga l 15 Jun i 2009 yang

amarnya sebaga i ber i ku t :

DALAM EKSEPSI:

- Menolak se lu ruh Ekseps i yang dia jukan Tergugat ;

DALAM POKOK PERKARA:

- Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebag ian ;

- Menyatakan Tergugat melakukan perbua tan melawan

hukum dengan sega la ak iba t hukum yang t imbu l

dar i padanya;

- Menghukum Tergugat membayar gant i rug i atas

hi l angnya sepeda motor mi l i k Penggugat I sebesar

Rp. 12.250 .000 , - (dua be las ju t a dua ra tus l ima

puluh r i bu rup iah ) ;

- Menghukum Tergugat membayar gant i rug i atas

hi l angnya sepeda motor mi l i k Penggugat I I

sebesar Rp. 12.250 .000 , - (dua belas ju ta dua

ra tus l ima puluh r ibu rup iah ) ;

- Menghukum Tergugat untuk membayar semua biaya

yang t imbu l da lam perkara in i , yang h ingga k in i

d ipe rh i t ungkan sebesar Rp. 291.000 , - (dua ra tus

sembi l an puluh satu r i bu rup iah ) ;

Hal . 10 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 102: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Menolak gugatan Penggugat I dan I I untuk

se leb ihnya ;

Menimbang, bahwa dalam t i ngka t band ing atas

permohonan Tergugat , putusan Pengadi l an Neger i te rsebu t

te lah dikua tkan o leh Pengadi l an Tingg i Samar inda dengan

putusan No. 122/Pd t / 2009 /PT .Smda tangga l 11 Januar i 2010;

Menimbang, bahwa sesudah putusan te rakh i r in i

d ibe r i t a hukan kepada Tergugat /Pemband ing pada tangga l 19

Februar i 2010, kemudian te rhadapnya oleh

Tergugat /Pemband ing , dengan peran ta raan kuasanya ,

berdasarkan sura t kuasa khusus tangga l 19 Maret 2010

dia j ukan permohonan kasas i secara l i s an pada tangga l 2

Maret 2010, sebaga imana te rnya ta dar i Akte Permohonan

Kasas i No. 03/Pdt .G /2009 /PN.Smda, yang d ibua t o leh

Pani te ra Pengad i l an Neger i Samar inda , permohonan mana

di i ku t i o leh memor i kasas i yang memuat a lasan- alasan yang

di t e r ima di Kepani t e r aan Pengad i l an Neger i te rsebu t pada

tangga l 8 Maret 2010;

Bahwa sete lah i t u oleh para Penggugat /pa ra Terband ing

yang pada tangga l 10 Maret 2010 te lah dibe r i t a hu ten tang

memor i kasas i dar i Terguga t / Pembanding , t i dak d ia j ukan

jawaban memor i kasas i ;

Menimbang, bahwa permohonan kasas i a quo beser ta

alasan- a lasannya te l ah d ibe r i t a hukan kepada pihak lawan

dengan seksama, dia j ukan da lam tenggang waktu dan dengan

cara yang di ten tukan dalam undang- undang, maka oleh karena

i t u permohonan kasas i te rsebu t fo rma l dapat d i t e r ima ;

Menimbang, bahwa alasan- a lasan yang d ia j ukan oleh

Pemohon Kasas i /Te rguga t da lam memor i kasas inya te rsebu t

pada pokoknya ia l ah :

1 . Bahwa judex fac t i te l ah sa lah dalam menerapkan hukum,

karena dalam per t imbangan hukumnya te l ah mencampur

adukkan anta ra konsep perbua tan melawan hukum dan

konsep wanpres tas i , padaha l da l i l gugatan para

Penggugat ada lah hubungan hukum anta ra para Penggugat

dengan Tergugat ada lah merupakan hubungan kont rak

Hal . 11 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 103: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

standar atau kont rak baku yang secara te r t u l i s dan

yur i d i s d iaku i eks is t ens i nya dalam hukum pos i t i f d i

Indones ia , yang sa lah satu keten tuan yur i d i s normat i f

berka i t an dengan kont rak standar atau kont rak baku

dia tu r dalam Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Per l i ndungan Konsumen menentukan di da lam Pasal 1

angka 10 yang berbuny i : "K lausu la baku ada lah set i ap

atu ran atau keten tuan dan syara t - syara t yang te lah

dipe rs i apkan dan di te t apkan te r l eb i h dahu lu secara

sep ihak o leh pelaku usaha yang di tuangkan da lam suatu

dokumen dan atau per jan j i a n yang mengika t dan waj ib

dipenuh i o leh konsumen;

2 . bahwa judex fac t i secara te rsu ra t te lah

memper t imbangkan ten tang kont rak standar atau kont rak

baku, d imana maje l i s Hakim mempert imbangkan k lausu la

yang te rdapa t pada karc i s E: 392691 dan E: 736073

yang menyatakan : "Terguga t t i dak ber tanggung jawab

atas hi l angnya kendaraan bermoto r dar i pengguna

park i r " , menuru t hemat Maje l i s Hakim harus lah

di ta f s i r k an bahwa k lausu la te rsebu t d ibe r l a kukan

sepan jang t i dak ada ke la l a i an dar i p ihak penge lo la

park i r . Per t imbangan te rsebu t ke l i r u , karena Maje l i s

Hakim te l ah menafs i r kan k lausu la kont rak standar atau

kont rak baku te rsebu t bahwa k lausu la da lam karc i s

park i r te r sebu t buny inya ada lah sangat je l as seka l i .

Menuru t keten tuan Pasa l 1342 BW, j i k a kata - kata suatu

per j an j i a n je l as t i dak l ah dipe rkenankan untuk

menyimpang dar i padanya dengan ja l an penafs i r an .

Bahwa keten tuan Pasa l 1342 BW te rsebu t sangat se ja l an

dengan keten tuan Pasa l 1 angka 10 Undang- Undang No. 8

Tahun 1999 ten tang pent i ngnya konsumen d imana

di ten tukan k lausu la - k lausu la te rsebu t s i f a t nya

mengika t dan waj ib dipenuh i o leh konsumen. Bahwa

penafs i r an yang di l akukan oleh Maje l i s Hakim yang

menguatkan k lausu la te rsebu t harus lah di ta f s i r k an

dibe r l a kukan sepan jang t i dak ada ke la l a i an dar i p ihak

Hal . 12 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 104: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

penge lo l a park i r merupakan t i ndakan yang sa lah dan

ke l i r u da lam menerapkan hukum Pasa l 1342 BW dan Pasal

1 angka 10 Undang- Undang No. 8 Tahun 1999;

3 . Bahwa judex fac t i da lam putusannya halaman 23 al i nea

2 te l ah memper t imbangkan bahwa Terguga t t i dak

sepenuhnya atau la l a i menja lankan kewaj i bannya , maka

hal in i sudah masuk dalam per t imbangan ten tang

wanpres tas i . Pernya taan la l a i dan ke la l a i an je l as

merupakan ranah dar i wanpres tas i ;

4 . Bahwa judex fac t i da lam putusannya halaman 23 al i nea

1 te lah memper t imbangkan keten tuan Pasa l 4 angka (1 )

Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 ten tang Per l i ndungan

Konsumen, akan te tap i keten tuan Pasa l 1 angka 10

Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 ten tang Per l i ndungan

Konsumen t i dak di l aksanakan , padaha l secara je l as

di ten tukan k lausu la da lam per jan j i a n baku mempunyai

s i f a t mengika t dan waj ib d ipenuh i ;

Menimbang, bahwa te rhadap a lasan- a lasan te rsebu t

Mahkamah Agung berpendapat :

mengenai alasan ke 1 sampai dengan 4:

Bahwa alasan- alasan te rsebu t t i dak dapat d ibenarkan ,

karena judex fac t i t i dak sa lah da lam menerapkan hukum;

Menimbang, bahwa te r l epas dar i per t imbangan te rsebu t

d i atas , menuru t pendapat Mahkamah Agung amar putusan

Pengad i l an Tingg i Samar inda yang menguatkan putusan

Pengad i l an Neger i Samar inda harus dipe rba i k i sepan jang

mengenai besarnya gant i kerug ian dengan per t imbangan

sebaga i ber i ku t :

Bahwa te lah te rbuk t i Tergugat la l a i da lam menja lankan

usahanya yang merug ikan orang la i n , o leh karena i t u harus

dihukum untuk membayar gant i rug i seharga barang yang

hi l ang ;

Bahwa adapun Tergugat rug i b iaya dan waktu ada lah

merupakan ak iba t dar i ke la l a i annya send i r i , seh ingga t i dak

dapat d ibebankan kepada para Penggugat ;

Menimbang, bahwa berdasarkan per t imbangan di atas ,

Hal . 13 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 105: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

maka permohonan kasas i yang dia j ukan oleh Pemohon Kasas i :

PT. CIPTA SUMINA INDAH SATRESNA te rsebu t harus di to l ak

dengan perba i kan amar putusan Pengad i l an Tingg i Samar inda

No. 122/Pdt / 2009 /PN.Smda tangga l 11 Januar i 2010 yang

menguatkan putusan Pengad i l an Neger i Samar inda No.

03/Pdt .G /2009 /PN.Smda tangga l 15 Jun i 2009 seh ingga

amarnya seper t i yang akan disebu tkan di bawah in i ;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasas i dar i

Pemohon Kasas i d i t o l a k , meskipun dengan perba ikan amar

putusan , maka Pemohon Kasas i d ihukum untuk membayar biaya

perkara da lam t i ngka t kasas i in i ;

Memperhat i kan pasa l - pasa l dar i Undang- Undang No. 48

Tahun 2009, Undang- Undang No. 14 Tahun 1985 sebaga imana

yang te lah diubah dengan Undang- Undang No. 5 Tahun 2004

dan perubahan kedua dengan Undang- Undang No. 3 Tahun 2009

ser ta pera tu ran perundang- undangan la i n yang bersangku tan ;

M E N G A D I L I :

Menolak permohonan kasas i dar i Pemohon Kasas i : PT.

CIPTA SUMINA INDAH SATRESNA te rsebu t ;

Memperba ik i amar putusan Pengad i l an Tingg i Samar inda

No. 122/Pdt / 2009 /PT .Smda tangga l 11 Januar i 2010 yang

menguatkan putusan Pengad i l an Neger i Samar inda No.

03/Pdt .G /2009 /PN.Smda tangga l 15 Jun i 2009, seh ingga amar

se lengkapnya sebaga i ber i ku t :

DALAM EKSEPSI:

- Menolak ekseps i dar i Tergugat ;

DALAM POKOK PERKARA:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebag ian ;

2. Menyatakan Tergugat melakukan perbua tan melawan hukum

dengan sega la ak iba t hukum yang t imbu l dar i padanya;

3. Menghukum Tergugat membayar gant i rug i atas h i l angnya

sepeda motor mi l i k Penggugat I sebesar Rp.

17.500 .000 , - ( tu j uh be las ju ta l ima ra tus r i bu

rup iah ) ;

4. Menghukum Tergugat membayar gant i rug i atas h i l angnya

sepeda motor mi l i k Penggugat I I sebesar Rp.

Hal . 14 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 106: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

17.500 .000 , - ( tu j uh be las ju ta l ima ra tus r i bu

rup iah ) ;

5. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara dalam

t i ngka t per tama sebesar Rp. 291.000 , - (dua ra tus

sembi l an puluh satu r i bu rup iah ) ;

6. Menolak gugatan Penggugat I dan I I untuk se la i n dan

se leb ihnya ;

- Menghukum Pembanding untuk membayar biaya perkara dalam

t i ngka t band ing sebesar Rp. 100.000 , - (se ra tus r i bu

rup iah ) ;

Menghukum Pemohon Kasas i /Te rguga t untuk membayar

biaya perkara dalam t i ngka t kasas i sebesar Rp 500.000 , -

( l ima ra tus r i bu rup iah ) ;

Demik ian lah d ipu tuskan da lam rapa t permusyawara tan

Mahkamah Agung pada har i Senin tangga l 31 Januar i 2011

oleh PROF. DR. MIEKE KOMAR, S.H. , MCL., Hakim Agung yang

di t e t apkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebaga i Ketua

Maje l i s , SYAMSUL MA'ARIF, S.H. , LLM., Ph.D. dan DRS. H.

HABIBURRAHMAN, M.Hum., Hakim- Hakim Agung sebaga i Anggota ,

dan diucapkan dalam s idang te rbuka untuk umum pada har i

i t u juga o leh Ketua Maje l i s beser ta Hakim- Hakim

Anggota te rsebu t dan diban tu oleh DRS. H. ABD. GHONI,

S.H. , M.H. , Pani te ra Penggant i dengan t i dak dihad i r i o leh

para pihak ;

Hakim- Hakim Anggota;

Ketua;

t td / .

t td / .

SYAMSUL MA'ARIF, S.H. ,LLM. , Ph.D. PROF.DR.MIEKE KOMAR,

S.H. , MCL

t td / .

DRS. H. HABIBURRAHMAN, M.Hum.

Hal . 15 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 107: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Biaya kasasi :

Pani te ra Penggant i ;

1. Metera i …..……… Rp. 6.000 , -

t t d / .

2. Redaks i …..…….. Rp. 5.000 , - DRS. H. ABD.

GHONI, S.H. , M.H.

3. Admin is t r a s i kasas i Rp. 489.000 . -

Jumlah Rp. 500.000 , -

==========

Untuk Sal i nan

Mahkamah Agung R. I

a.n . Pani te ra

Pani te ra Muda Perdata

SOEROSO ONO, S.H. , M.H.

NIP: 040 044 809

Hal . 16 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 108: PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42992/1/MASYITA...PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hal . 17 dar i 13 hal . Put . No. 2157 K/Pdt /2010

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17