kajian tindak tutur persembahan pada tradisi rebo di …

18
13 KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO WEKASAN DI DUSUN NANGTUNG KABUPATEN SUMEDANG: KAJIAN PRAGMATIK (SPEECH ACTS IN REBO WEKASAN OFFERING TRADITION OF DUSUN NANGTUNG OF SUMEDANG REGENCY: A PRAGMATIC STUDY) Arip Budiman STKIP Sebelas April Sumedang Jalan Angkrek Situ Nomor 19 Sumedang, Jawa Barat 45323 Pos-el: [email protected] Ji9 Asep Saepurokhman STKIP Sebelas April Sumedang Jalan Angkrek Situ Nomor 19 Sumedang, Jawa Barat 4532 Dadang Gunadi STKIP Sebelas April Sumedang Jalan Angkrek Situ Nomor 19 Sumedang, Jawa Barat 4532 April Sumedang Abstract This writing discusses the Rebo Wekasan offering tradition speech acts in Dusun Nangtung, Sumedang Regency from a pragmatic point of view using a qualitative- descriptive method. Data were collected by means of documentation, observation, and interviews. The results show that the Rebo Wekasan program contains speech acts offerings in the form of locution, illocutionary, and perlocution. Locutionary speech act was indicated in the form of declarative utterance by the interlocutor. Illocutionary speech acts was contained in direct and assertive type of utterance. The utterance has the purpose to remind all residents of Dusun Nangtung to always be grateful for the blessings The Lord has given. Perlocutionary speech act was indicated by the hearer’s doing what is stated in illocutionary speech acts. The speech acts of offering in Rebo Wekasan tradition contain humans devotion to God, respect for other humans, and harmony between humans and nature. It is in the form of devotion from humans to God. Humans are seen as small creatures to always worship God according to His rules and regulations. Keywords: speech act, Rebo Wekasan, pragmatics, Dusun Nangtung, Sumedang Regency. Abstrak Kajian ini membahas tindak tutur tradisi persembahan Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang dalam tinjauan pragmatik. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif-deskriptif. Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi, observasi, dan wawancara. Hasil analisis menunjukkan bahwa acara Rebo Wekasan mengandung tindak tutur persembahan berupa lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi ditandai dengan ucapan berbentuk kalimat deklaratif oleh lawan tutur. Tindak tutur ilokusi ditandai dengan tindak tutur langsung yang berjenis asertif. Tuturan tersebut memiliki tujuan menyatakan agar seluruh warga Dusun Nangtung untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya. Tindak tutur perlokusi ditandai

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

Arip Budiman, et al : Kajian Tindak Tutur Persembahan ...

13

KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO WEKASAN DI DUSUN NANGTUNG KABUPATEN SUMEDANG:

KAJIAN PRAGMATIK

(SPEECH ACTS IN REBO WEKASAN OFFERING TRADITION OF DUSUN NANGTUNG OF SUMEDANG REGENCY: A PRAGMATIC

STUDY)

Arip BudimanSTKIP Sebelas April Sumedang

Jalan Angkrek Situ Nomor 19 Sumedang, Jawa Barat 45323Pos-el: [email protected]

Ji9Asep Saepurokhman

STKIP Sebelas April Sumedang Jalan Angkrek Situ Nomor 19 Sumedang, Jawa Barat 4532

Dadang GunadiSTKIP Sebelas April Sumedang

Jalan Angkrek Situ Nomor 19 Sumedang, Jawa Barat 4532 April Sumedang

Abstract

This writing discusses the Rebo Wekasan offering tradition speech acts in Dusun Nangtung, Sumedang Regency from a pragmatic point of view using a qualitative-descriptive method. Data were collected by means of documentation, observation, and interviews. The results show that the Rebo Wekasan program contains speech acts offerings in the form of locution, illocutionary, and perlocution. Locutionary speech act was indicated in the form of declarative utterance by the interlocutor. Illocutionary speech acts was contained in direct and assertive type of utterance. The utterance has the purpose to remind all residents of Dusun Nangtung to always be grateful for the blessings The Lord has given. Perlocutionary speech act was indicated by the hearer’s doing what is stated in illocutionary speech acts. The speech acts of offering in Rebo Wekasan tradition contain humans devotion to God, respect for other humans, and harmony between humans and nature. It is in the form of devotion from humans to God. Humans are seen as small creatures to always worship God according to His rules and regulations.

Keywords: speech act, Rebo Wekasan, pragmatics, Dusun Nangtung, Sumedang Regency.

Abstrak

Kajian ini membahas tindak tutur tradisi persembahan Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang dalam tinjauan pragmatik. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif-deskriptif. Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi, observasi, dan wawancara. Hasil analisis menunjukkan bahwa acara Rebo Wekasan mengandung tindak tutur persembahan berupa lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi ditandai dengan ucapan berbentuk kalimat deklaratif oleh lawan tutur. Tindak tutur ilokusi ditandai dengan tindak tutur langsung yang berjenis asertif. Tuturan tersebut memiliki tujuan menyatakan agar seluruh warga Dusun Nangtung untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya. Tindak tutur perlokusi ditandai

Page 2: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

14

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 13–30

oleh tanggapan lawan tutur yang melakukan tindakan atas apa yang dinyatakan pada tindak tutur ilokusi. Tindak tutur persembahan pada tradisi Rebo Wekasan mengandung pengabdian manusia terhadap Tuhan, penghormatan manusia kepada manusia, dan pengharmonisan manusia dengan alam. Hal tersebut berupa sembah pengabdian dari manusia kepada Tuhan. Manusia dipandang kecil sebagai makhluk Tuhan untuk selalu beribadah sesuai dengan aturan dan kaidahnya.

Kata kunci: tindak tutur, Rebo Wekasan, pragmatik, Dusun Nangtung, Kabupaten Sumedang.

1. Pendahuluan Bahasa pada dasarnya tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia, terutama dalam kehidupan bermasyarakat yang menuntut manusia untuk berhubungan satu dengan yang lainnya (Aronoff & Rees-Miller, 2003; Higby et al., 2013; Nasrullah et al., 2019; Wijana, 2018). Bahasa memiliki peranan penting terkait dengan kebutuhan manusia akan interaksi sebagai makhluk sosial. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan berbagai gagasan, pikiran, dan perasaan.

Bahasa sebagai alat komunikasi terdiri atas dua aspek, yakni aspek linguistik dan aspek paralinguistik. Kedua aspek tersebut bekerja sama dalam membangun komunikasi bahasa. Aspek linguistik mencakup tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Ketiga tataran itu mendukung terbentuknya semantik. Aspek paralinguistik mencakup kualitas ujaran, unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, intonasi, jarak, gerak-gerik tubuh, dan rabaan yang berkenaan dengan indra perasa (kulit). Dalam proses komunikasi tersebut, bahasa (sebagai alat) informasi yang disampaikan, serta pihak partisipan sebagai pemberi informasi dan penerima informasi, secara bersama-sama membentuk apa yang disebut dengan situasi tutur dan peristiwa tutur dalam suatu tindak tutur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembicara dituntut untuk memahami situasi, peristiwa, dan tindak tutur yang tidak dapat dilepaskan begitu saja dari konteks berbahasa.

Salah satu bentuk tradisi yang menarik untuk dikaji adalah tindak tutur persembahan pada tradisi Rebo Wekasan yang ada di Kabupaten Sumedang. Di dalamnya ada literasi yang mengajarkan dan membaca kehidupan, yaitu mengenal Tuhan, alam, masyarakat, dan diri sendiri, yang mengandung keutuhan nilai-nilai persembahan. Penulis memilih tindak tutur persembahan pada

tradisi Rebo Wekasan karena tradisi tersebut memiliki cerita tersendiri untuk dikaji lebih jauh dengan data berupa tuturan-tuturan. Selain itu, ada keutamaan dan keaslian bahasa Sunda dalam tradisi Rebo Wekasan di Dusun Nangtung yang berupa nilai lokal budaya Sunda yang di dalamnya mengandung ajaran keutuhan agar selamat dan tertib dalam kehidupan. Amanat yang disampaikan dalam tradisi Rebo Wekasan adalah menjaga hubungan manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan, yang di dalamnya mengingatkan atau menegur dalam kebaikan secara rutin dengan konsep persembahan.

Konsep tindak tutur persembahan pada tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten Sumedang bertujuan menolak bala. Tradisi Rebo Wekasan dilakukan dengan maksud dan amanat yang mengandung peringatan agar terhindar dari bencana dan selalu dekat kepada Sang Pencipta. Selain itu, amanat dari datangnya bencana adalah agar memiliki hubungan yang baik antara manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia yang lain, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Itu adalah konsep budaya yang terdapat di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang melalui tradisi Rebo Wekasan.

Kajian ini adalah kajian tindak tutur persembahan pada tradisi Rebo Wekasan dalam bentuk verbal, yaitu bahasa Sunda.

Menjadi hal yang menarik apabila dilakukan kajian mendalam dan komprehensif tentang tradisi Rebo Wekasan ditinjau dari aspek pragmatik, khususnya aspek tindak tutur. Hasil kajian ini diharapkan dapat memerikan pola-pola lingual yang khas dari tradisi Rebo Wekasan yang pada masa yang akan datang dapat menjadi pertimbangan dalam upaya pemertahanan bahasa dan budaya Sunda.

Penelitian tindak tutur persembahan tradisi

Page 3: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

Arip Budiman, et al : Kajian Tindak Tutur Persembahan ...

15

Rebo Wekasan memerlukan metode yang relevan dan komprehensif agar dapat memerikan, menganalisis, mendeskripsikan, dan mengonstruksikan teori kebahasaan yang ada di dalamnya (Nugrahani, 2014). Dengan demikian, pemilihan metode harus didasarkan dan disesuaikan dengan masalah-masalah yang telah teridentifikasi pada data yang diperoleh. Esensi suatu ilmu pengetahuan dan penelitian ada pada penerapan metodenya. Semakin baik, komprehensif, dan tepat sebuah metode yang berperan sebagai pisau bedah seorang peneliti, semakin baik dan terukur pula hasil penelitiannya.

Penelitian ini menggunakan ancangan kualitatif deskriptif dan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur dan variasi teks pada kegiatan tradisi Rebo Wekasan. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan penajaman-penajaman pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Alwasilah, 2011; Djajasudarma, 2010; Nugrahani, 2014; Sudaryanto, 2015). Sudaryanto (2015) mengatakan bahwa metode kualitatif adalah metode penelitian yang semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya sehingga yang dihasilkan dicatat berupa data yang apa adanya. Desain penelitian menggunakan studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada fenomena yang dipilih dan dipahami dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya.

Penelitian kualitatif adalah kegiatan yang berlangsung secara simultan dengan kegiatan analisis data (Djajasudarma, 2010; Mahsun, 2007; Sudaryanto, 2015). Menurut Moleong (2007), penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan perhitungan atau angka-angka. Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan pengumpulan data, analisis data yang sudah terkumpul, dan reduksi data.

Proses pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan penulis dalam mengumpulkan data penelitian. Proses pengumpulan data yang digunakan adalah melalui analisis dokumen. Peneliti menggali struktur teks upacara kegiatan tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten Sumedang yang terdiri

atas praacara, pembukaan, dan penutup. Setelah dokumen terkumpul, penulis melakukan observasi ke Dusun Nangtung, Desa Ciherang, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang untuk melihat secara langsung pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan. Penulis kemudian mewawancarai pemangku adat dan masyarakat pelaku tradisi Rebo Wekasan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan pendekatan pragmatik. Analisis data secara kualitatif berarti suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari sehingga mampu untuk dipahami. Agar lebih mudah dalam mengolah data, prosedur selanjutnya yang harus dilakukan adalah menganalisis data dengan membaca dan memahami secara keseluruhan isi teks upacara tradsi Rebo Wekasan sesuai dengan masalah yang dikaji. Pembacaan ini dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan pemahaman.

2. Kerangka TeoriTindak tutur atau tindak ujar merupakan

entitas utama yang bersifat sentral sehingga bersifat pokok di dalam pragmatik. Dalam bahasan terkait tindak tutur, terdapat beberapa aspek yang dibahas, seperti definisi, jenis, dan bentuk tindak tutur.

Tindak tutur adalah dasar bagi analisis topik-topik pragmatik lain seperti praanggapan, prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan. Tindak tutur memiliki bentuk yang bervariasi untuk menyatakan suatu tujuan, misalnya menurut ketentuan hukum yang berlaku di negara ini Saya memerintahkan Anda untuk meninggalkan gedung ini segera. Tuturan tersebut juga dapat dinyatakan dengan tuturan Mohon Anda meninggalkan tempat ini sekarang juga atau cukup dengan tuturan Keluar. Ketiga contoh tuturan tersebut dapat ditafsirkan sebagai perintah apabila konteksnya sesuai.

Austin (1962) menyatakan bahwa ada ribuan kata kerja dalam bahasa Inggris seperti bertanya, meminta, memimpin, membutuhkan, menyuruh,

Page 4: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

16

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 13–30

memerintah, menyarankan, memohon, dan menuntut yang menandai tindak tutur. Menurut Austin (1962) ada tiga macam tindak tutur.1. Tindak tutur lokusi, yaitu tindak tutur lokusi

adalah tindak mengucap sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah sintaksisnya. Contoh: Ani: “Ibu sedang memasak di dapur”. Kalimat tersebut memiliki informasi bahwa ibu dari si Ani sedang memasak di dapur;

2. Tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud yang berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan. Tindak tutur ilokusi berkaitan dengan beberapa jenis dalam pikiran pembicara;

3. Tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur. Tindak tutur perlokusi memiliki akibat tuturan (hal yang dilakukan pendengar akibat ilokusi). Tindak tutur perlokusi terjadi jika lawan tutur melakukan sesuatu setelah adanya lokusi dan ilokusi. Berdasarkan contoh lokusi dan ilokusi dapat disimpulkan bahwa perlokusinya adalah anak belajar dengan rajin karena ujian sudah dekat.

3. Hasil dan PembahasanTradisi Rebo Wekasan merupakan sebuah

tradisi memperingati hari Rabu terakhir di bulan Safar dengan tujuan untuk menolak bencana.

Kegiatan yang dilakukan berkisar pada berdoa, salat sunah, dan bersedekah. Kegiatan tersebut dapat bermacam-macam dalam praktiknya. Daerah-daerah yang memperingatinya adalah Gresik, Probolinggo, Situbondo, Pasuruan (Jawa Timur); Tasikmalaya, Cirebon, dan

Sumedang (Jawa Barat); Pandeglang, dan Serang (Banten). Meskipun tidak semua daerah di kabupaten tersebut memperingatinya, paling tidak mereka mengenal nama Rebo Wekasan.

Pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar, yaitu bulan ke-2 dari 12 bulan penanggalan Hijriah.

Sebelum pelaksanaan dimulai, semua warga yang melaksanakan tradisi Rebo Wekasan berduyun-duyun membersihkan seluruh badan agar dijauhkan dari penyakit. Pada malam Rebo Wekasan, pemakai tradisi Rebo Wekasan memasak makanan untuk sesajen, di antaranya bermacam-macam bubur, ketupat, dan bahan palawija.

Tepat pada hari pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan masyarakat berkumpul di depan rumah pemangku adat untuk persiapan tradisi Rebo Wekasan. Sebelum memulai pelaksanaan, mereka mengadakan salat sunah dua rakaat dan doa bersama. Pemangku adat membaca jampi-jampi yang berisi tolak bala agar dijauhkan dari marabahaya. Selain dibacakan jampi-jampi di depan pemangku adat, disiapkan juga sesajen yang dibuat pada malam Rebo Wekasan. Sesajen berupa beberapa jenis bubur yang kemudian dimakan bersama-sama; bermacam-macam bentuk ketupat; dan bahan palawija untuk dipajang di atas pintu atau jendela dengan tujuan menolak bencana dan menolak bala. Kegiatan tersebut merupakan bentuk bersyukur dan berterima kasih atas nikmat dan karunia-Nya. Selain makanan yang dipajang di atas pintu dan jendela, makanan lainnya dibagikan untuk dimakan bersama-sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan tradisi tersebut bersifat gotong royong dan kekeluargaan.

Pelaksanaan tradisi Rebo Weksan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang terdapat beberapa tahap struktur Rebo Wekasan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Struktur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang

No. Jenis Struktur Rebo Wekasan Penutur Petutur Konteks

1 Pembukaan Pembawa Acara

Masyarakat Dusun Nangtung

Pelaksanaan di halaman rumah pemangku adat. Acara dimulai pukul 06.30 pagi.

2 Acara inti Pembawa Acara

Pemangku adat, kepala dusun, ustaz, dan masyarakat pelaku Rebo Wekasan

Acara inti dilaksanakan di halaman rumah pemangku adat dan dimulai pukul 07.00 pagi. Sarana pendukung di antaranya sesajen, tumpeng, palawija, dan ketupat.

Page 5: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

Arip Budiman, et al : Kajian Tindak Tutur Persembahan ...

17

Jangjawokan Pemangku Adat

Pembawa acara, kepala dusun, ustaz, dan masyarakat pelaku Rebo Wekasan

Dalam pembacaan jangjawokan konteks yang ada di antaranya adalah teks jangjawokan, sesajen berupa jenis-jenis bubur, ketupat, palawija, dan tumpeng.

Pelaksanaan salat sunah tolak bala

Pemangku adat

Masyarakat pelaku Rebo Wekasan

Pelaksanaan salat sunah tolak bala dilaksanakan pada pukul 10.00 pagi dan dikerjakan sendiri-sendiri. Sarana pendukung dalam pelaksanaan di antaranya tempat wudu, seperangkat alat salat, dan teks doa.

Pelaksanaan salat wajib Ustaz

Masyarakat pelaku

Rebo Wekasan

Pelaksanaan salat wajib (Duhur) dilaksanakan pada pukul 12.00 siang dan dikerjakan berjamaah. Sarana pendukung dalam pelaksanaan itu di antaranya tempat bersuci dan seperangkat alat salat.

Pembagian hidangan

Pemangku adat

Masyarakat pelaku Rebo Wekasan

Acara pembagian hidangan dilaksanakan pada pukul 13.00 bertempat di halaman rumah pemangku adat. Sarana pendukung di antaranya nasi tumpeng, beberapa jenis bubur, beberapa jenis ketupat, peralatan makan, dan air mineral.

Pemajangan ketupat

Pemangku adat

Masyarakat pelaku Rebo Wekasan

Acara pemajangan ketupat dilaksanakan bersamaan dengan pembagian hidangan sekaligus makan bersama. Pemajangan ketupat dilakukan oleh pemangku adat. Pemajangan dilakukan di atas pintu atau jendela. Sarana pendukung yang ada di antaranya rempah-rempah, beberapa jenis ketupat, palawija, dan rumah.

3 Penutup Pembawa acara

Pemangku adat, kepala dusun, ustaz, dan masya-rakat pelaku Rebo Wekasan

Acara penutupan dilaksanakan di halaman rumah pemangku adat pada pukul 13.30.

Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan tradisi Rebo Wekasan yang dilaksanakan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang memiliki jenis struktur berupa pembukaan, acara inti yang terdiri atas jangjawokan, pelaksanaan salat sunah tolak bala, pelaksanaan salat wajib, pembagian hidangan, pemajangan ketupat, dan acara penutupan. Pada tradisi persembahan Rebo Wekasan itu ada tiga komponen, yaitu penutur, petutur, dan konteks.

3.1 Tindak Tutur pada Bagian Pembacaan Doa Pembukaan Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten SumedangData hasil analisis kategorisasi tindak tutur

di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang pada bagian pembacaan doa pembukaan tradisi Rebo Wekasan bertemapat dapat dilihat dalam Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Tindak Tutur pada Bagian Pembacaan Doa Pembukaan Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten Sumedang

Data

Lokusi Ilokusi

PerlokusiTuturan

Jenis Tindak Tutur Bentuk

TTL TTTL1a Dengan nama Allah yang Maha

Pemurah lagi Maha Penyayang. (Kalimat Deklaratif) √ Asertif

Warga masyarakat Dusun Nangtung mengusap muka dengan telapak tangan dan mengangkat kedua telapak tangan sambil mengujarkan kata “amin”.

Page 6: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

18

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 13–30

1b Ya Allah, Tuhan yang Maha Memiliki Kekuatan dan Keupayaan. (Kalimat Deklaratif) √

AsertifWarga masyarakat Dusun Nangtung mengangkat kedua telapak tangan sambil mengujarkan kata “amin”.

1c Ya Allah, Tuhan yang Maha Baik Perbuatan-Nya. (Kalimat Deklaratif) √

Warga masyarakat Dusun Nangtung mengangkat kedua telapak tangan sambil mengujarkan kata “amin”.

1d.

Ya Allah, tiada Tuhan kecuali Engkau dengan Rahmat-Mu yang Maha Penyayang. (Kalimat Deklaratif)

√ AsertifWarga masyarakat Dusun Nangtung mengangkat kedua telapak tangan sambil mengujarkan kata “amin”.

1e Ya Allah, Tuhan yang Maha Memelihara, cukuplah Allah yang Maha Memelihara lagi Maha Mengetahui untuk memelihara segalanya. (Kalimat Deklaratif)

√ Asertif Warga masyarakat Dusun Nangtung mengangkat kedua telapak tangan sambil mengujarkan kata “amin”.

Data 1a merupakan tindak tutur ilokusi asertif yang ditandai dengan tuturan Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Konteks adalah tuturan yang diucapkan oleh ustaz sebagai pembuka dimulainya acara inti dalam kegiatan Rebo Wekasan. Data adalah pernyataan yang diungkapkan oleh ustaz pada bagian pembacaan doa acara inti tradisi Rebo Wekasan. Data 4a merupakan tindak tutur ilokusi. Ilokusi asertif selaras dengan jenis tindak tutur lokusinya yang berbentuk kalimat deklaratif. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur asertif memohon. Penutur (ustaz) bermaksud untuk menyampaikan informasi mengenai pernyataan Sang Pencipta kepada lawan tutur (masyarakat Dusun Nangtung). Tuturan pada data 4a disampaikan secara langsung dan berisi fakta tentang penutur. Tuturan memohon yang dituturkan oleh penutur dianggap penting untuk diketahui oleh lawan tuturnya. Pada tuturan Maha Pemurah lagi Maha Penyayang membuktikan bahwa adanya informasi yang diberikan penutur dan bertujuan agar informasi yang disampaikan dapat dipercayai oleh lawan tutur.

Data 1b menunjukkan adanya pemberian informasi oleh penutur kepada lawan tuturnya. Informasi itu mungkin penting diketahui oleh lawan tutur. Tuturan memohon disampaikan oleh ustaz sebagai pembaca doa pada kegiatan tradisi Rebo Wekasan kepada warga Dusun Nangtung. Tuturan diyakini kebenarannya oleh si penutur. Penutur memberikan pernyataan tersebut secara langsung. Tuturan memiliki membuktikan adanya informasi yang diberikan penutur dan bertujuan agar informasi yang disampaikan

dapat dipercayai oleh lawan tutur.Data 1c merupakan tindak tutur ilokusi

asertif yang ditandai dengan tuturan “Ya Allah, Tuhan yang Maha Baik Perbuatan-Nya”, konteks tuturan tersebut diucapkan oleh ustaz sebagai lanjutan bentuk pembukaan dimulainya acara inti berupa doa dalam kegiatan Rebo Wekasan. Ustaz mengatakan kepada masyarakat untuk selalu meyakini adanya Sang Pencipta dan kebesaran Tuhan. Data 4e merupakan tindak tutur ilokusi. Ilokusi asertif selaras dengan jenis tindak tutur lokusinya yang berbentuk kalimat deklaratif. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur asertif memohon.

Data 1d merupakan tindak tutur ilokusi asertif yang ditandai dengan tuturan “Ya Allah, tiada Tuhan kecuali hanya Engkau dengan Rahmat-Mu yang Maha Penyayang”. Konteks tuturan tersebut diucapkan oleh ustaz sebagai lanjutan bentuk pembukaan dimulainya acara inti berupa doa dalam kegiatan Rebo Wekasan. Ustaz mengatakan kepada masyarakat untuk selalu beriman dan bertakwa dan bahwa tiada Tuhan selain Allah sebagai pencipta alam semesta. Data 1g merupakan tindak tutur ilokusi. Ilokusi asertif selaras dengan jenis tindak tutur lokusinya yang berbentuk kalimat deklaratif. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur asertif memohon.

Data 1e merupakan tindak tutur ilokusi asertif yang ditandai dengan tuturan “Ya Allah, Tuhan yang Maha Memelihara, cukuplah Allah yang Maha Memelihara lagi Maha Mengetahui untuk memelihara segalanya”, konteks tuturan tersebut diucapkan oleh ustaz sebagai lanjutan bentuk

Page 7: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

Arip Budiman, et al : Kajian Tindak Tutur Persembahan ...

19

pembukaan dimulainya acara inti berupa doa dalam kegiatan Rebo Wekasan.

3.1.1 Tindak Tutur pada Bagian Sambutan Pemangku Adat

Kegiatan tradisi Rebo Wekasan dimulai dari

bagian isi acara inti pada sesi sambutan pemangku adat. Adapun data hasil analisis kategorisasi tindak tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang pada bagian sambutan pemangku adat acara inti tradisi Rebo Wekasan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Tindak Tutur pada Bagian Sambutan Pemangku Adat

Data

Lokusi

Penanda PerlokusiTuturan

Jenis Tindak Tutur

Bentuk

IlokusiTTL TTTL

2a

Anu ku simkuring dipihormat masarakat Dusun Nangtung anu dipikareueus.

‘Hadirin Warga Dusun Nangtung yang saya hormati!’ (Kalimat Deklaratif)

√ Asertif

Anu ku simkuring dipihormat masarakat Dusun Nangtung anu dipikareueus.

‘Hadirin warga Dusun Nangtung yang saya hormati’

Warga masyarakat Dusun Nangtung menganggukkan kepala dan menempelkan telapak tangan di depan dada sebagai bukti jawaban atas penghormatan yang disampaikan oleh penutur, yaitu pemangku adat.

2b

Dinten ieu mangrupakeun dinten Rebo, anu panungtung dina bulan Sapar sok disebut ogé Rebo Wekasan.

‘Hari ini adalah hari Rabu akhir dalam bulan Safar yang disebut juga Rebo Wekasan’. (Kalimat Deklaratif)

Asertif

Dinten ieu nyaeta dinten Rebo, anu panungtung tina bulan Sapar sok disebut ogé Rebo Wekasan.

‘Hari ini adalah hari Rabu akhir dalam bulan safar yang disebut juga Rabu Wekasan’

Warga masyarakat Dusun Nangtung menganggukkan kepala sambil menyimak dan memperhatikan tuturan pemangku adat.

2c

Di masyarakat urang boga kayakinan yen bulan Sapar ieu ngarupakan bulan kanggo nolak rupa-rupa panyakit, nolak bala, sareng sukuran

‘Masyarakat kita mempunyai keyakinan bahwa bulan Safar itu merupakan bulan untuk menolak berbagai penyakit tolak bala dan syukuran’. (Kalimat Deklaratif)

√ Asertif

Di masarakat urang, boga kayakinan yén bulan Sapar ieu mangrupakeun bulan kanggo nolak rupa-rupa panyakit, nolak bala, sareng sukuran

‘Di masyarakat kita mempunyai keyakinan bahwa bulan Safar itu merupakan bulan untuk berbagai penyakit tolak bala dan bersyukur’

Warga masyarakat Dusun Nangtung menganggukkan kepala sambil menyimak dan memperhatikan apa yang dituturkan oleh pemangku adat.

Data 2 merupakan tuturan yang dinyatakan oleh pemangku adat pada bagian sambutan tradisi Rebo Wekasan. Penutur lebih banyak memproduksi tindak tutur langsung (TTL), aspek lokusi dalam bentuk kalimat deklaratif. Bentuk tindak tuturnya bersifat asertif dan tindak tutur perlokusi penandanya mengandung arti penutur terikat pada kebenaran proposisi yang

diungkapkan berupa melaporkan.

3.1.2 Tindak Tutur pada Bagian Jampi Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten SumedangJampi atau jangjawokan merupakan ritual

persembahan dalam kegiatan Rebo Wekasan.

Page 8: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

20

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 13–30

Bagi masyarakat penghayat jangjawokan, kegiatan sehari-hari kerap diwarnai dengan pembacaan mantra demi keberhasilan dalam mencapai maksud. Mantra diterima oleh masyarakat penghayatnya sebagai kebutuhan penunjang setelah kehidupan agamanya dijalani secara sungguh-sungguh.1. Adapun tahapan dalam pembacaan jampi/

jangjawokan adalah sebagai berikut.2. Sebelum menjalankan atau mengamalkan

sebaiknya memilih dulu jampi, doa, dan ucapan sesuai dengan tujuan dan kemampuan melaksanakannya, terutama yang menyangkut persyaratan.

3. Mandi keramas agar bersih dari hadas besar dan hadas kecil.

4. Niat harus bulat, terkonsentrasi. Jika jampinya asihan, harus membayangkan wajah orang yang diinginkan.

5. Menjalankan puasa sesuai dengan petunjuk guru.

6. Jika sudah selesai puasa dan bacaan sudah

hafal, dianjurkan mengadakan selamatan, yaitu menyediakan makanan sesuai petunjuk guru, biasanya berupa nasi gurih dengan ayam putih, ikan warna tertentu, atau telur jumlah tertentu. Semuanya sesuai dengan petunjuk guru.

7. Jika dalam pelaksanaan persyaratan tersebut mendapat godaan sampai batal, harus sabar dan mencoba lagi.Jangjawokan memiliki kekuatan magis.

Kekuatan dari kandungan magis yang dirasakan menyebabkan jangjawokan ditularkan secara turun temurun. Jangjawokan tidak mungkin dapat bertahan dan terkabarkan hingga sekarang jika tidak dirasakan manfaatnya dan diyakini kekuatannya.

Data hasil analisis kategorisasi tindak tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang pada bagian acara inti pada teks jampi/jangjawokan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Tindak Tutur pada Bagian Jampi Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten Sumedang

Data

Lokusi Perlokusi

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Bentuk

IlokusiTTL TTTL

3a

Nu di wétan

Nu di kulon

Kuring di dieu kumpul

‘Yang di timur

yang di barat kita semuanya berkumpul’.

(Kalimat Deklaratif)

√ Asertif

Warga masyarakat Dusun Nangtung menyimak yang dituturkan oleh pemangku adat sambil menundukan kepala

3b

Deukeutkeun kuring tina kasugemaan

‘Dekatkan kami dari kebahagiaan’.

(Kalimat Imperatif) √

Asertif

Warga masyarakat Dusun Nangtung menyimak yang dituturkan oleh pemangku adat sambil mengucapkan kata amin.

3c

Ieu sasajén kanggo Anjeun

Jauhkeun kuring tina musibah.

‘Itu sesajen untuk-Mu,

jauhkanlah kami dari musibah’.

(Kalimat Deklaratif)

Asertif

Warga masyarakat Dusun Nangtung menyimak yang dituturkan oleh pemangku adat sambil menundukan kepala.

Page 9: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

Arip Budiman, et al : Kajian Tindak Tutur Persembahan ...

21

3d

Nya aing Céda Wisésa,

Panca buana di buana panca tengah,

Tiis ti peuting ngeunah ti beurang,

Ngeunah ku Allah Taala.

‘Akulah Ceda Wisesa, pancabuana di buana pancatengah. Sejuk pada malam hari, nyaman pada siang hari. Nikmat dari Allah Subhanahuwataala’.

(Kalimat Deklaratif)

√ AsertifWarga masyarakat Dusun Nangtung mengkat kedua telapak tangan sambil menuturkan kata amin.

3e

Ya Allah hurip waras

‘Hidupkan dan sembuhkan’.

(Kalimat Deklaratif)

√ AsertifWarga masyarakat Dusun Nangtung mengkat kedua telapak tangan sambil menuturkan kata amin.

Data pada Tabel 3.4 merupakan tuturan yang dinyatakan oleh pemangku adat. Bagian teks jampi/jangjawokan dalam acara tradisi Rebo Wekasan lebih banyak memproduksi tindak tutur langsung (TTL) karena digunakan secara konvensional. Tuturan pemangku adat menarik perhatian warga Dusun Nangtung agar menyimak dan mengikuti arahannya. Pembacaan teks jampi/jangjawokan oleh pemangku adat merupakan acara inti tradisi Rebo Wekasan.

Tindak tutur asertif meminta dapat ditandai dengan penggunaan kalimat yang bermaksud memberikan informasi. Salah satunya adalah kalimat “Nu di wétan. Nu di kulon. Kuring di dieu kumpul. Jauhkeun kuring tina panyakit. Deukeutkeun kuring tina kasugemaan. Kuring

yakin Anjeun nyaah ka kuring. Ieu sasajén kanggo Anjeun.”Kalimat tersebut merupakan fakta informatif yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tutur. Hal itulah yang melandasi munculnya tindak tutur asertif meminta. Penutur memaparkan informasi yang sesuai dengan pemahamannya.

3.1.3 Tindak Tutur pada Bagian Doa Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten SumedangKegiatan tradisi Rebo Wekasan dimulai

dengan acara inti, yaitu pembacaan teks istigfar. Adapun teks pembacaan istigfar dalam acara tradisi Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5 Tindak Tutur pada Bagian Doa Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten Sumedang

Doa Istigfar Makna

a. Abdi neda panghampura. Ka Gusti Allah nu Agung,

b. Teu aya deui ngaku iwal Pangéran. Anging Allah, Anging Allah, anu hurip anu jumeneng ku Anjeun.

c. Abdi tobat ka Pangéran, abdi tobat ka Pangéran, saperti abdi dianiaya.

d. Teu ngamilik diri abdina pribadi. Teu ngamilik madorotna. Teu ngamilik mangpaatna. Teu ngamilik kana maotna. Teu ngamilik kana hirupna. Teu ngamilik pigelarna.

a. ‘Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung’.

b. ‘Saya mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Tuhan yang hidup terus dan berdiri dengan sendiri-Nya’.

c. ‘Saya mohon taubat selaku seorang hamba, seperti saya disiksa’.

d. ‘Tidak memiliki diri saya pribadi tidak memiliki mudarat. Tidak memiliki manfaatnya, tidak memiliki dalam matinya. Tidak memiliki dalam hidupnya’.

Adapun data hasil analisis kategorisasi tindak tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang pada bagian acara inti

pada pembacan teks doa istigfar adalah sebagai berikut.

Page 10: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

22

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 13–30

Data dalam Tabel 3.6 adalah tuturan yang dinyatakan oleh ustaz pada bagian sambutan pembacaan teks doa istigfar tradisi Rebo Wekasan. pembacaan doa itu lebih banyak memproduksi tutur berdasarkan tindak tutur langsung (TTL) karena digunakan secara

konvensional. Tuturan menarik perhatian warga Dusun Nangtung untuk memohon doa istigfar sesuai dengan yang diutarakan oleh ustaz. Hal ini menandai dimulainya rangkaian acara inti tradisi Rebo Wekasan. Aspek lokusi dalam bentuk kalimat imperatif, bentuk

Tabel 3.6 Kategorisasi Tindak Tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang Bagian Acara Inti pada Pembacan Teks Doa Istigfar

Data

Lokusi Ilokusi

PerlokusiTuturan

Jenis Tindak Tutur

BentukTTL TTTL

4a

Abdi neda panghampura ka Gusti Allah nu Agung

‘Saya memohon ampun kepada Allah yang Mahaagung’.

(Kalimat Deklaratif)

√Asertif

Warga masyarakat Dusun Nangtung mengujarkan kata “amin” sambil mengangkat telapak tangan yang di dalamnya mengisyaratkan permohonan doa kepada Allah Subhanahuwataala.

4b

Teu aya deui Pangéran anging Allah, Anging Allah, anu hurip anu jumeneng ku Anjeun

‘Saya mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Tuhan yang hidup terus dan berdiri dengan sendiri-Nya’.

(Kalimat Deklaratif)

Asertif Warga masyarakat Dusun Nangtung mengujarkan kata “amin” sambil mengangkat telapak tangan yang di dalamnya mengisyaratkan permohonan doa kepada Allah Subhanahuwataala.

4c

Abdi tobat ka Pangéran, Abdi tobat ka Pangréan, saperti abdi dianiaya

‘Saya mohon taubat selaku seorang hamba, seperti saya disiksa’.

(Kalimat Deklaratif)√

AsertifWarga masyarakat Dusun Nangtung mengujarkan kata “amin” sambil mengangkat telapak tangan yang di dalamnya mengisyaratkan permohonan doa kepada Allah Subhanahuwataala.

4c

Teu ngamilik diri abdina pribadi. Teu ngamilik madorotna. Teu ngamilik mangpaatna. Teu ngamilik kana maotna. Teu ngamilik kana hirupna. Teu ngamilik pigelarna.

‘Tidak memiliki diri saya pribadi tidak memiliki mudarat. Tidak memiliki manfaatnya, tidak memiliki dalam matinya. Tidak memiliki dalam hidupnya tidak memiliki bangkitnya’.

(Kalimat Deklaratif)

AsertifWarga masyarakat Dusun Nangtung mengujarkan kata “amin” sambil mengangkat telapak tangan yang di dalamnya mengisyaratkan permohonan doa kepada Allah Subhanahuwataala.

Page 11: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

Arip Budiman, et al : Kajian Tindak Tutur Persembahan ...

23

tindak tuturnya bersifat asertif menyatakan. Tindak tutur asertif menyatakan dapat ditandai dengan penggunaan kalimat yang bermaksud memberikan informasi. Salah satunya adalah kalimat Abdi neda panghampura ka Gusti Allah nu Agung, Ka Gusti Allah nu Agung. Teu aya deui Pangéran. Anging Allah, Anging Allah, anu hurip anu jumeneng ku Anjeun. Abdi tobat ka Pangéran, Abdi tobat ka Pangéran, saperti abdi dianiaya. Teu ngamilik diri abdina pribadi. Teu ngamilik madorotna. Teu ngamilik mangpaatna. Teu ngamilik kana maotna. Teu ngamilik kana hirupna. Teu ngamilik pigelarna.

Kalimat tersebut merupakan fakta informatif

yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tutur. Hal itulah yang melandasi munculnya tindak tutur asertif memohon. Penutur memaparkan informasi yang sesuai dengan pemahamannya. 3.1.4 Tindak Tutur pada Bagian Doa

Istigfar Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten SumedangKegiatan tradisi Rebo Wekasan dimulai

dalam acara inti pada bagian sesi pembacaan teks doa salat lidafil bala. Adapun teks doa salat lidafil bala pada acara tradisi Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang sebagai berikut.

Tabel 3.7 Tindak Tutur pada Bagian Doa Istigfar Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten Sumedang

Doa Istigfar Maknanya

a. Nun Gusti, simkuring pasrah ka Anjeun. Ku aosan anu sampurna tina angin beureum anu arageung manah sareng marabahaya tina panyawat anu ageung dina manah, daging, tulang, jeung urat.

b. Mahasuci Anjeun anu mutuskeun dina sagalana ku aoskeun kudu jadi sagalana kudu jadi.

a. ‘Ya Allah, aku pasrah pada-Mu dengan kalimat-Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang. dan urat’.

b. ‘Mahasuci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah” maka jadilah ia’.

Adapun data hasil analisis kategorisasi

tindak tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang pada bagian acara inti

Tabel 3.8 Kategorisasi Tindak Tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang pada Bagian Acara Inti Pembacan Doa Salat Lidafil Bala

Data

Lokusi Ilokusi

PerlokusiTuturan

Jenis Tindak Tutur Bentuk

TTL TTTL

5a

Nun Gusti, simkuring pasrah ka Anjeun. Ku aosan anu sampurna tina angin beureum anu arageung manah sareng marabahaya tina panyawat anu ageung dina manah, daging, tulang, jeung urat.

‘Ya Allah, aku pasrah pada-Mu dengan kalimat- Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging tulang, dan urat’. (Kalimat deklaratif)

√ Asertif

Warga masyarakat Dusun Nangtung mengujarkan kata “amin” sambil mengangkat telapak tangan yang di dalamnya mengisyaratkan permohonan doa kepada Allah Subhanawataala.

pada pembacan doa salat lidafil bala adalah sebagai berikut.

Page 12: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

24

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 13–30

5b

Mahasuci Anjeun anu mutuskeun dina sagalana ku nyaoskeun kudu jadi sagalana kudu jadi.

‘Mahasuci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “ Jadilah” maka jadilah ia’.

(Kalimat deklaratif)

Asertif

Warga masyarakat Dusun Nangtung mengujarkan kata “amin” sambil mengangkat telapak tangan yang di dalamnya mengisyaratkan permohonan doa kepada Allah Subhanawataala.

Data-data pada tabel tersebut merupakan tuturan yang dinyatakan oleh ustaz pada bagian sambutan pembacaan teks doa salat lidafil bala pada acara tradisi Rebo Wekasan lebih banyak memproduksi tutur berdasarkan tindak tutur langsung (TTL) karena digunakan secara konvensional. Tuturan memberi perhatian kepada warga Dusun Nangtung untuk memohon doa yang disampaikan oleh ustaz dalam rangkaian pelaksanaan acara inti tradisi Rebo Wekasan dimulai. Aspek lokusi dalam bentuk kalimat deklaratif, bentuk tindak tuturnya bersifat asertif menyatakan. Tindak tutur asertif menyatakan dapat ditandai dengan penggunaan kalimat yang bermaksud memberikan informasi. Salah satunya adalah kalimat Nun Gusti, simkuring pasrah ka anjeun. Ku aosan anu sampurna tina angin beureum anu arageung manah sareng mara bahaya dina panyawat anu ageung dina manah, daging, tulang, jeung urat. Maha suci anjeun

anu mutuskeun dina sagalana ku nyaoskeun kudu jadi sagalana kudu jadi. Kalimat tersebut merupakan fakta informatif yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tutur. Hal itulah yang melandasi munculnya tindak tutur asertif menyatakan. Penutur memaparkan informasi yang sesuai dengan pemahamannya.

3.1.5 Tindak Tutur pada Bagian Doa Setelah Salat Lidaf’il Bala Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten SumedangAcara inti kegiatan tradisi Rebo Wekasan

dimulai pada bagian pembacaan teks doa salat lidafil bala. Adapun data hasil analisis kategorisasi tindak tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang pada bagian acara inti, yaitu pembacaan teks doa salat lidafil bala adalah sebagai berikut.

Tabel 3.9 Kategorisasi Tindak Tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang Bagian Acara Inti pada Pembacaan Teks Doa Salat Lidafil Bala

Data

Lokusi Ilokusi

PerlokusiTuturan

Jenis Tindak Tutur Bentuk

TTL TTTL

6a

Nun Gusti, simkuring pasrah ka Anjeun. Ku aosan anu sampurna tina angin beureum anu arageung manah sareng marabahaya tina panyawat anu ageung dina manah, daging, tulang, jeung urat.

‘Ya Allah, aku pasrah pada-Mu dengan kalimat- Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging tulang, dan urat’.

(Kalimat deklaratif)

AsertifWarga masyarakat Dusun Nangtung mengujarkan kata “amin” sambil mengangkat telapak tangan yang di dalamnya mengisyaratkan permohonan doa kepada Allah Subhanahuwataala.

Page 13: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

Arip Budiman, et al : Kajian Tindak Tutur Persembahan ...

25

6b Mahasuci Anjeun anu mutuskeun dina sagalana ku aoskeun kudu jadi sagalana kudu jadi.

‘Mahasuci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “ Jadilah” maka jadilah ia’.

(Kalimat deklaratif)

Asertif Warga masyarakat Dusun Nangtung mengujarkan kata “amin” sambil mengangkat telapak tangan yang di dalamnya mengisyaratkan permohonan doa kepada Allah Subhanahuwataala.

Data pada Tabel 3.9 merupakan tuturan yang dinyatakan oleh ustaz dalam sambutan pembacaan teks doa salat lidafil bala pada acara tradisi Rebo Wekasan. Penutur lebih banyak memproduksi tuturan tindak tutur langsung (TTL) karena digunakan secara konvensional. Tuturan tersebut untuk menarik perhatian warga Dusun Nangtung untuk memohon doa yang disampaikan oleh ustaz dalam rangkaian pelaksanaan acara inti tradisi Rebo Wekasan. Aspek lokusi terdapat dalam bentuk kalimat deklaratif, sedangkan bentuk tindak tuturnya bersifat asertif menyatakan. Tindak tutur asertif menyatakan dapat ditandai dengan penggunaan kalimat yang bermaksud memberikan informasi. Salah satunya adalah kalimat Nun Gusti, simkuring pasrah ka Anjeun. Ku aosan anu sampurna tina angin beureum anu arageung manah sareng mara bahaya dina panyawat anu ageung dina manah, daging, tulang, jeung urat.

Mahasuci Anjeun anu mutuskeun dina sagalana ku oaskeun kudu jadi sagalana kudu jadi. Kalimat tersebut merupakan fakta informatif yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tutur. Hal itulah yang melandasi munculnya tindak tutur asertif menyatakan. Penutur memaparkan informasi yang sesuai dengan pemahamannya.

3.1.6 Tindak Tutur pada Bagian Pembacaan Teks Makan Bersama Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten SumedangAcara inti kegiatan tradisi Rebo Wekasan

berikutnya dimulai dengan pembacaan teks makan bersama. Adapun teks makan bersama pada acara tradisi Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut.

Tabel 3.10 Tindak Tutur pada Bagian Pembacaan Teks Makan Bersama Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten Sumedang

Teks Makan Bersama Maknanya

a. Bapa miwah Ibu sadayana, urang sadayana parantos ngalaksankeun runtuyan acara ka acara.

b. Dina énjing ieu hayu urang tuang sami-sami ngariung sasarengan.

c. Yén urang sadayana dipasihan kaséhatan lahir sinareng batin,

d. Dijauhkeun tina mara bahaya sareng dipasihan rijki anu agung.

e. Sateuacana tuang sasarengan mangga urang sami-sami ngaoskeun surah al-fatihah. Al-fatihah dikawitan.

a. ‘Bapak dan Ibu sekalian, kita semuanya telah melaksanakan rangkaian acara’.

b. ‘Pagi ini mari kita berkumpul untuk makan bersama-sama’.

c. ‘Agar kita diberikan kesehatan lahir dan batin’.

d. ‘Dijauhkan dari berbagai ancaman, diberikan rezeki yang berlimpat ganda’.

e. ‘Sebelum kita semuanya makan, mari kita bersama-sama membaca surat al-Fatihah. Al-Fatihah dimulai’.

Page 14: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

26

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 13–30

Adapun data hasil analisis kategorisasi tindak tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung

Data pada Tabel 3.11 adalah tuturan yang dinyatakan oleh pemangku adat pada bagian teks makan bersama dalam acara tradisi Rebo Wekasan. Penutur lebih banyak memproduksi tuturan berdasarkan tindak tutur langsung (TTL) karena digunakan secara konvensional. Tuturan menarik perhatian kepada warga Dusun Nangtung untuk mengikuti kegiatan makan bersama yang langsung dipimpin oleh pemangku adat dalam rangkaian pelaksanaan acara inti tradisi Rebo Wekasan. Aspek lokusi terdapat dalam bentuk kalimat deklaratif, bentuk tindak tuturnya bersifat asertif, dan penand atindak

Kabupaten Sumedang pada bagian acara makan bersama adalah sebagai berikut.

Tabel 3.11 Kategorisasi Tindak Tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang pada Bagian Acara Makan Bersama

Data

Lokusi

Penanda PerlokusiTuturan

Jenis Tindak Tutur Bentuk

IlokusiTTL TTTL

7a

Bapa miwah ibu sadayana, urang sadayana parantos ngalaksankeun runtuyan acara ka acara.

‘Bapak dan Ibu sekalian, kita semuanya telah melaksanakan rangkaian acara’.

(Kalimat Deklaratif)

Asertif

Bapa miwah ibu sadayana, urang sadayana parantos ngalaksanakeun runtuyan acara ka acara.

‘Bapak dan Ibu sekalian, kita semuanya telah melaksanakan rangkaian acara’.

Warga masyarakat Dusun Nangtung menyimak apa yang pemangku adat utarakan sambil menganggukkan kepala.

7b

Dina énjing ieu hayu urang tuang sami-sami ngariung sasarengan.

‘Pagi ini mari kita semuanya bersama-sama berkumpul bersana-sama’.

(Kalimat Deklaratif)

√ Direktif Hayu ‘Mari’

Warga masyarakat Dusun Nangtung berkumpul untuk mengikuti rangkaian acara inti berupa makan bersama sambil mempersiap-kan sajian yang akan dimakan bersama-sama.

tutur perlokusinya menyatakan bahwa penutur terikat pada kebenaran yang diungkapkan.

3.1.7 Tindak Tutur pada Bagian Pembacaan Teks Pembagian Ketupat Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten SumedangDalam kegiatan tradisi Rebo Wekasan ada

pembacaan teks pembagian ketupat. Adapun teks pembagian ketupat pada acara tradisi Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut.

Page 15: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

Arip Budiman, et al : Kajian Tindak Tutur Persembahan ...

27

Tabel 3.12 Tindak Tutur pada Bagian Pembacaan Teks Pembagian Ketupat Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten Sumedang

Teks Pembagian Ketupat Maknanya

a. Bapa miwah Ibu sadayana, simkuring badé ngabagikeun tuangeun ieu ka Bapa sareng Ibu.

b. Mugia dina tuangeun ieu urang sadayana dipasihan rijki anu langkung-langkung, ditebihkeun tina marabahaya sareng nu utami mah dijauhkeun tina panyawat.

c. Dihaturkeun ka Bapa miwah Ibu tiasa nyandak leupeut, bubur, sareng beuti-beutian anu ku simkuing parantos disiapkeun.

a. ‘Bapak dan Ibu, saya akan membagikan makanan itu kepada Bapak dan Ibu’.

b. ‘Mudah-mudahan dengan makanan ini, kita semunya diberikan rezeki yang lebih, dijauhkan dari marabahaya, dan yang paling utama dijauhkan dari Penyakit’.

c. ‘Silakan Bapak dan Ibu dapat mengambil makanan ketupat, bubur, dan palawija yang sudah saya siapkan’.

Data hasil analisis kategorisasi tindak tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten

Sumedang pada bagian acara pembagian ketupat adalah sebagai berikut.

Tabel 3.13 Kategorisasi Tindak Tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang pada Bagian Acara Pembagian Ketupat

Data

Lokusi Ilokusi

Penanda PerlokusiTuturanJenis Tindak

Tutur BentukTTL TTTL

8a Bapa miwah Ibu sadayana, simkuring badé ngabagikeun tuangeun ieu ka Bapa sareng Ibu

‘Bapak dan Ibu, saya akan membagikan makanan ini kepada Bapak dan Ibu’.

(Kalimat Deklaratif)

√ Asertif Bapa miwah Ibu sadayana, simkuring badé ngabagikeun tuangeun ieu ka Bapa sareng Ibu

‘Bapak dan Ibu, saya akan membagikan makanan ini kepada Bapak dan Ibu’

Warga masyarakat Dusun Nangtung menyimak apa yang pemangku adat utarakan sambil menganggukkan kepala.

8b

Mugia dina tuangeun ieu urang sadayana dipasihan rijki anu langkung-langkung, ditebihkeun tina mara bahaya, sareng nu utami mah dijauhkeun tina panyawat.

‘Mudah-mudahan dengan makanan itu, kita semunya diberikan rezeki yang lebih dijauhkan dari mara bahaya, yang paling utama jauh dari Penyakit’.

(Kalimat Deklaratif)

Asertif

Mugia dina tuangeun ieu urang sadayana dipasihan rijki anu langkung-langkung, ditebihkeun tina mara bahaya, sareng nu utami mah dijauhkeun tina panyawat.

‘Mudah-mudahan dengan makanan itu, kita semunya diberikan rezeki yang lebih dijauhkan dari marabahaya, dan yang paling utama dijauhkan dari Penyakit’

Warga masyarakat Dusun Nangtung mengusap muka dengan kedua telapak tangan sambil menuturkan kata “amin”.

Page 16: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

28

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 13–30

Data tersebut merupakan tuturan yang dinyatakan oleh pemangku adat pada bagian teks pembagian ketupat dalam tradisi Rebo Wekasan yang lebih banyak memproduksi tuturan berdasarkan tindak tutur langsung (TTL) karena digunakan secara konvensional. Tuturan yang diujarkan oleh pemangku adat menarik perhatian warga Dusun Nangtung untuk bersama-sama memakan ketupat dalam rangkaian acara inti tradisi Rebo Wekasan. Aspek lokusi dalam bentuk kalimat deklaratif, bentuk tindak tuturnya bersifat asertif, dan tindak tutur perlokusi penandanya adalah pernyataan yang digunakan untuk memastikan kesesuaian

dengan kenyataan

3.1.8 Tindak Tutur pada Bagian Pemajangan Ketupat dan Palawija Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten SumedangKegiatan tradisi Rebo Wekasan selanjutna

dimulai dengan pembacaan teks pemajangan ketupat dan palawija. Adapun teks pemajangan ketupat dan palawija pada acara tradisi Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang sebagai berikut.

Tabel 3.14 Tindak Tutur pada Bagian Sesi Pemajangan Ketupat dan Palawija Tradisi Rebo Wekasan di Kabupaten Sumedang

Teks Pemajangan Ketupat dan Palawija Maknanyaa. Simkuring, ngagantungkeun ieu leupeut sareng

beuti-beutian, jauhkeun tina kasangsaraan.

b. Jauhkeun simkuring tina bencana alam, jeung jauhkeun tina panyakit.

c. Ku nempelken leupeut sareng beuti-beutian pasihan simkuring rijki anu ageung sareng simkuring ngahaturkeun nuhun tos dipasihan rijki anu lumayan ku Gusti Nu Mahaagung. Aamiin ya Robal Alamin.

a. ‘Saya, memajang ketupat dan hasil palawija ini, jauhkan dari kemiskinan’.

b. ‘Jauhkan kami dari bencana alam, dan jauhkan kami semuanya dari berbagai penyakit’.

c. ‘Dalam pemajangan ketupat dan palawija ini diberi rezeki yang besar dan terima kasih telah diberikan rezeki yang begitu banyak dari Tuhan Yang Mahaagung. Amin ya Robal Alamin’

Data hasil analisis kategorisasi tindak tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten

Sumedang pada bagian acara pemajangan ketupat dan palawija adalah sebagai berikut.

Tabel 3.15 Kategorisasi Tindak Tutur Rebo Wekasan di Dusun Nangtung Kabupaten Sumedang pada Bagian Acara Pemajangan Ketupat dan Palawija

Data

Lokusi

Penanda PerlokusiTuturan

Jenis Tindak Tutur Bentuk

IlokusiTTL TTTL

9a

Simkuring, ngagantungkeun ieu leupeut sareng beuti-beutian, jaukeun tina kasangsaraan

‘Saya memajang ketupat dan hasil palawija. Jauhkan dari kemiskinan’

(Kalimat Imperatif)

√Direktif

Jauhkeun

‘Jauhkan’

Warga masyarakat Dusun Nangtung bersama-sama memajang ketupat/palawija di atas pintu atau jendela di rumah masing-masing, sebagai bukti terjauh dari bencana dan penyakit.

Page 17: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

Arip Budiman, et al : Kajian Tindak Tutur Persembahan ...

29

9b

Jauhkeun simkuring tina bencana alam, jauhkeun tina panyakit.

‘Jauhkan saya dari bencana alam dan berbagai penyakit’

(Kalimat Imperatif)

√Direktif

Jauhkeun

‘Jauhkan’

Warga masyarakat Dusun Nangtung mengujarkan kata amin dan mengkat kedua telapak tangan.

Jenis tindak tutur persembahan yang terkandung dalam pernyataan yang diungkapkan oleh pemangku adat pada bagian teks jampi/jangjawokan acara inti tradisi Rebo Wekasan di Dusun Nangtung, Kabupaten Sumedang adalah sembah permohonan manusia yang direalisasikan dengan cara memberikan sesajen pada makhluk gaib agar diberikan rezeki yang berlimpah dan kesehatan, baik lahir maupun batin. Dalam hal ini, manusia selalu menjaga kelestarian alam jangan sampai terjadinya bencana atau malapetaka.

Jenis tindak tutur yang terkandung dalam pernyataan yang diungkapkan oleh ustaz pada bagian pembacaan doa istigfar dalam acara inti tradisi Rebo Wekasan di Dusun Nangtung, Kabupaten Sumedang adalah sembah pengabdian manusia kepada Tuhan yang direalisasikan dengan permohonan doa bahwa manusia dipandang paling kecil dan hanya Tuhan sebagai pencipta yang memiliki semuanya. Manusia hanya berusaha dan berdoa. Yang menentukan segalanya hanya Tuhan sebagai Maha Pemilik segalanya yang memiliki sifat pemaaf bagi umat-Nya.

Jenis tindak tutur persembahan yang terkandung dalam pernyataan yang diungkapkan oleh ustaz pada bagian pembacaan doa lidafil bala dalam acara inti tradisi Rebo Wekasan di Dusun Nangtung, Kabupaten Sumedang adalah sembah pengabdian manusia kepada Tuhan yang direalisasikan melalui permohonan. Manusia tidak luput dari dosa. Untuk itu, manusia memohon dan berserah diri kepada Tuhan Sang Pencipta alam dengan ibadah dan doa, pasrahkan dan curahkan melalui doa dalam ibadah.

4.2 SaranRebo Wekasan dapat dijadikan bahan

pembelajaran secara religius sekaligus untuk memperkenalkan kebudayaan Sunda kepada

Data pada Tabel 3.15 merupakan tuturan yang dinyatakan oleh pemangku adat pada teks pemajangan ketupat dalam acara acara tradisi Rebo Wekasan. Penutur lebih banyak memproduksi tuturan berdasarkan tindak tutur langsung (TTL) karena digunakan secara konvensional. Tuturan menarik perhatian warga Dusun Nangtung untuk menempelkan atau memajang ketupat/hasil palawija yang diletakkan di atas pintu atau jendela rumah masing-masing agar dijauhkan dari marabahaya dan penyakit. Lokusi dalam bentuk kalimat imperatif, bentuk tindak tuturnya bersifat direktif dan tindak tutur perlokusi penandanya meminta.

4. Penutup4.1 Simpulan

Kegiatan Rebo Wekasan di Dusun Nangtung, Desa Ciherang, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang dilaksanakan sesuai dengan tradisinya. Dalam hal ini, pelaksanaaan tradisi Rebo Wekasan sangat dipengaruhi kepercayaan di daerah penganutnya. Struktur tradisi Rebo Wekasan meliputi pembukaan, inti, dan penutup.

Tindak tutur persembahan dalam tradisi Rebo Wekasan berkaitan erat dengan pemberian, pemberitahuan, dan penyajian kepada Tuhan/hal gaib. Tindak tutur persembahan terdapat dalam empat bagian acara yang ada dalam tradisi Rebo Wekasan, yaitu (1) teks doa, (2) jampi, (3) doa istigfar, dan (4) doa salat tolak bala.

Jenis tindak tutur persembahan yang terkandung adalah sembah pengabdian manusia kepada Tuhan yang direalisasikan melalui permohonan. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa dengan mencurahkan doanya yang di dalamnya meminta maaf kepada Sang Pencipta, karena Tuhan Mahapemurah lagi Mahapenyayang yang memiliki kekuatan besar.

Page 18: KAJIAN TINDAK TUTUR PERSEMBAHAN PADA TRADISI REBO DI …

30

Metalingua, Vol. 19 No. 1, Juni 2021: 13–30

masyarakat umum yang masih banyak belum mengetahui dan mengenal tradisi tersebut. Pengkajian tindak tutur persembahan dalam tradsi Rebo Wekasan juga dapat dijadikan sarana

yang tepat untuk penanaman nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat yang sekarang ini sudah banyak dilupakan, selain untuk perkembangan budaya itu sendiri.

Daftar PustakaAlwasilah, C. 2011. Pokoknya Kualitatif: Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian

Kualitatif Edisi 6. Pustaka Jaya.Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. London: Oxford University Press.Aronoff, M., & Rees-Miller, J. 2003. The Handbook of Linguistics. Blackwell Publishing.Djajasudarma, F. 2010. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Rafika Aditama.Higby, E., Kim, J., & Obler, L. K. 2013. “Multilingualism and the Brain”. Annual Review of Applied

Linguistics”. 33, 68–101.Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Raja Grafindo

Persada.Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.Nasrullah, R., Suganda, D., Wagiati, & Riyanto, S. 2019. “Recovery Patterns and A Linguistic Therapy

Model of Sundanese-Indonesian Bilingual Aphasia: A Neurolinguistic Study”. Indonesian Journal of Applied Linguistics, 9(2), 452–462. https://doi.org/10.17509/ijal.v9i2.20243

Nugrahani, F. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Cakra Books.Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Sanata Dharma University Press.Wijana, D. P. 2018. “Pemertahanan dan Pengembangan Bahasa Indonesia (Indonesian Language

Maintenance And Development)”. Widyaparwa: Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan, 46(1), 91–98.