kajian terhadap manajemen konservasi energi … · 16 peluang konservasi energi sistem tata udara...

89
KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI LISTRIK UNTUK PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA GEDUNG PERKANTORAN PT. PHE AJEN MUKAROM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: vonhan

Post on 17-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI

LISTRIK UNTUK PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN

PADA GEDUNG PERKANTORAN PT. PHE

AJEN MUKAROM

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43
Page 3: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian terhadap

Manajemen Konservasi Energi Listrik untuk Perencanaan dan Pengendalian pada

Gedung Perkantoran PT. PHE adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Ajen Mukarom

NIM H251100161

Page 4: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

RINGKASAN

AJEN MUKAROM. Kajian terhadap Manajemen Konservasi Energi Listrik untuk

Perencanaan dan Pengendalian pada Gedung Perkantoran PT. PHE. Dibimbing

oleh ABDUL KOHAR IRWANTO dan ARMANSYAH H TAMBUNAN.

Penelitian ini mengkaji mengenai penerapan manajemen konservasi energi

listrik pada PT. PHE. Pokok bahasan penelitian ini meliputi analisa profil

konsumsi energi, IKE, kualitas kelistrikan, sistem selubung bangunan, sistem tata

udara, sistem tata cahaya, rekomendasi peluang konservasi energi serta sistem

manajemen konservasi energi. Metode penelitian yang digunakan yaitu audit

energi, analisa IKE, peluang hemat energi dan analisa finansial konservasi energi.

Hasil penelitian ini menunjukkan konsumsi energi listrik pada PT. PHE

pada tahun 2012 cenderung menurun. Rata-rata konsumsi energi listrik selama

tahun 2012 sebesar 446,191 kWh dengan rata-rata biaya per bulan 355,288,895

rupiah. Sedangkan nilai IKE termasuk dalam kategori cukup efisien dengan nilai

rata-rata 12.45 kWh/m2/bulan. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan energi

listrik belum efisien. Sementara itu kualitas sistem kelistrikan peralatan yang

terpasang tergolong dalam kategori baik, kecuali nilai maksimum

ketidakseimbangan arus dan harmonisa berada di atas standar. Hal ini disebabkan

oleh ketidakseimbangan beban pada trafo 2. Hasil audit energi pada sistem

selubung bangunan diperoleh nilai transfer panas menyeluruh sebesar 29.45

Watt/m2, nilai tersebut sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil

audit energi pada sistem tata udara juga menunjukkan kondisi secara umum,

sesuai dengan SNI. Kisaran temperatur antara 24oC – 26

oC dengan kelembaban

udara 56 – 65 persen. Efisiensi energi pada sistem tata udara dapat ditingkatkan

dengan cara menghidupkan air conditioner atau chiller 1 jam sebelum jam kerja

dan mematikannya 30 menit sebelum akhir jam kerja. Cara tersebut dapat

menghemat biaya energi 260,231,400 rupiah per tahun. Hasil audit energi sistem

tata cahaya menunjukkan intensitas daya penerangan sesuai dengan SNI.

Meskipun intensitas daya penerangan sudah sesuai SNI namun kuat pencahayaan

yang dihasilkan belum sesuai standar. Oleh sebab itu, direkomendasikan untuk

meretrofit lampu TL 36 watt dengan TL LED 18 watt, lampu TL 18 watt dengan

TL LED 9 watt, PLC 14 watt dengan TL LED 9 watt di koridor dan lobi, serta

mematikan lampu di lobi saat pencahayaan dari luar mencukupi. Apabila

rekomendasi tersebut dijalankan total biaya yang dapat dihemat 128,922,300

rupiah per tahun. Pada analisis kelayakan finansial investasi konservasi energi

akan lebih menguntungkan jika menggunakan modal dari kas internal perusahaan.

Program konservasi energi tersebut perlu didukung oleh sistem manajemen

energi. Alat yang digunakan untuk menganalisis sistem manajemen energi adalah

matriks manajemen energi yang terdiri dari enam pilar utama yaitu kebijakan dan

sistem, organisasi energi, motivasi, sistem informasi, promosi dan investasi.

Berdasarkan hasil analisis manajemen energi pada PT. PHE berada pada level 1.

Kata kunci: manajemen konservasi energi, audit energi, efisiensi energi.

Page 5: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

SUMMARY

AJEN MUKAROM. The Study of Electrical Energy Conservation Management

for Planning and Controlling at PT. PHE. Supervised by ABDUL KOHAR

IRWANTO and ARMANSYAH H TAMBUNAN.

The purpose of this paper is to address the issue of electrical energy

consumption through case studies as a sample of buildings on a PT. PHE. This

study analyzes energy consumption profile, Energy Consumption Intensity (ECI),

electricity quality, building envelope systems, HVAC, lighting systems, energy

conservation opportunity and energy conservation management. This study uses

energy audit method, ECI analyze, energy conservation opportunity, financial

assessment and feasiblity study of energy conservation.

The result of this study indicated that the consumption of electrical energy

in PT. PHE tended to decline in 2012. The average of electricity consumption

amounted to 446,191 kWh with an average cost each month of 355,288,895

rupiah. ECI values was 12.45 kWh/m2/month, it is quite efficient category. The

electricity quality systems generally meet the standard. Except the maximum

value of current unbalance and harmonics are higher than standard, that are caused

by an unbalance of the load factor at the transformer 2. Both of the energy audit

on the overall transfer thermal value 29.45 kWh/m2 and HVAC systems are

accordance with the Indonesian National Standard. But energy efficiency still can

be upgraded simply by turning on the air conditioning or chiller mechine 1 hour

before work and turn off 30 minutes before the end of working hours. The

estimate cost saving of this implementation is 260,231,400 rupiah. Energy audit of

lighting systems shows the power intensity of lighting which still meet with

standards. However, the intensity of illumination is lower than standard.

Therefore, the recommendation to retrofitting TL 36 watt with 18 watt tube LED,

TL 18 watt with LED 9 watt tube, PLC 14 watt with 9 watt LED, turning off the

lights in the lobby when outside lighting is sufficient. If the recommendations are

implemented, it will save an amounted cost 128,922,300 rupiah per year. In order

towards profitable energy conservation investment, it is recommended to invest

with internal corporate capital. this energy conservation program must be

supported by energy management systems. The tools utilized to analyzed energy

management model is a matrix of energy management. It has six main pillars

consisting of policy and system, organization of energy, motivation, information

systems, and investment promotion. Based on the results of research, the status of

implementation of SME in PT . PHE is at level 1 .

Keyword: energy conservation management, energy audit, energy efficiency.

Page 6: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Manajemen

KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI

LISTRIK UNTUK PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN

PADA GEDUNG PERKANTORAN PT. PHE

AJEN MUKAROM

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 8: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Mukhammad Najib, STP, MM.

Page 9: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

Judul Tesis : Kajian terhadap Manajemen Konservasi Energi Listrik untuk

Perencanaan dan Pengendalian pada Gedung Perkantoran PT. PHE

Nama : Ajen Mukarom

NIM : H251100161

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

ttd. ttd.

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc

Ketua

Prof Dr Armansyah H Tambunan, MSc

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Manajemen

ttd.

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

ttd.

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 22 Agustus 2013

Tanggal Lulus:

Page 10: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

Judul Tesis : Kajian terhadap Manajemen Konservasi Energi Listrik untuk Perencanaan dan Pengendalian pada Gedung Perkantoran PT. PHE

Nama : Ajen Mukarom

NIM : H251100161

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc Prof Dr Armansyah H Tambunan, MSc Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc

Tanggal Ujian: 22 Agustus 2013 Tanggal Lulus: rr1 NOV 2013

Page 11: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam ini ialah Kajian terhadap Manajemen Konservasi Energi Listrik

untuk Perencanaan dan Pengendalian pada Gedung Perkantoran PT. PHE.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Kohar Irwanto dan

Bapak Prof Armansyah H Tambunan selaku pembimbing, serta PT Energi

Manajemen Indonesia dan PT. PHE yang telah memberi kesempatan dan

pembelajaran dalam proses penelitian ini. Di samping itu, penghargaan penulis

sampaikan kepada Bapak Ruby Dharmapala, yang telah membantu selama

pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istriku

tercinta Diah Kusumayanti, ayah, ibu, kakak, adik serta seluruh keluarga, atas

segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

Ajen Mukarom

Page 12: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah Penelitian 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 4

Manajemen Konservasi Energi Listrik 4

Audit Energi 6

Audit Energi Pendahuluan 7

Audit Energi Rinci 7

Parameter Audit Energi 8

Audit Energi Selubung Bangunan 11

Audit Energi Sistem Tata Udara 12

Audit Energi Sistem Tata Cahaya 14

Tarif Dasar Listrik 15

Studi Kelayakan Program Konservasi Energi 16

Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu 17

Alur Pikir Studi 18

3 METODE 21

Waktu dan Lokasi Penelitian 21

Jenis dan Sumber Data 21

Metode Pengumpulan Data 21

Prosedur Audit Energi 22

Pengolahan dan Analisis Data 23

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Profil Perusahaan 26

Sistem Kelistrikan 26

Konsumsi dan Biaya Energi Listrik 27

Intensitas Konsumsi Energi 29

Profil Beban Listrik Harian 30

Kualitas Kelistrikan 31

Konservasi Energi pada Selubung Bangunan 36

Analisis Sistem Tata Udara 39

Peluang Konservasi Energi Sistem Tata Udara 42

Analisis Sistem Tata Cahaya 44

Peluang Konservasi Energi Sistem Tata Cahaya 47

Analisis Kelayakan Finansial 50

Sistem Manajemen Energi 55

Implikasi Manajerial 59

Page 13: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

6 SIMPULAN DAN SARAN 61

Simpulan 61

Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 63

LAMPIRAN 65

RIWAYAT HIDUP 72

Page 14: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

DAFTAR TABEL

1 Potensi penghematan energi pada bangunan gedung 6

2 Kriteria IKE bangunan gedung tidak ber-AC 8

3 Kriteria IKE bangunan gedung ber-AC 9

4 Tingkat pencahayaan lingkungan kerja 14

5 Daya listrik maksimum untuk pencahayaan di gedung kantor menurut SNI

6197 tahun 2011 15

6 Tingkat pencahayaan rata-rata, rederensi dan temperatur warna yang

direkomendasikan untuk gedung kantor menurut SNI 6197 tahun 2011 15

7 Tarif dasar listrik untuk keperluan bisnis berlaku Juli - September 2013 16

8 Kajian penelitian terdahulu 18

9 Konsumsi dan biaya listrik di gedung PT. PHE tahun 2012 27

10 Nilai arus dan ketidakseimbangan arus 35

11 Nilai harmonisa arus 35

12 Nilai harmonisa tegangan 36

13 Nilai window to wall ratio (WWR) 38

14 Perhitungan nilai OTTV gedung PT. PHE 38

15 Performansi peralatan AC gedung PT. PHE 42

16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala

AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

17 Peluang konservasi energi sistem tata udara melalui perubahan jam mati

AC atau chiller 30 menit sebelum jam kerja berakhir 44

18 Peluang konservasi energi sistem tata cahaya melalui retrofit lampu TL 36

watt dengan TL LED 18 watt 48

19 Peluang konservasi energi sistem tata cahaya melalui retrofit lampu TL 18

watt dengan TL LED 9 watt 48

20 Peluang konservasi energi sistem tata cahaya melalui retrofit lampu PLC

14 watt dengan LED 9 watt 49

21 Peluang konservasi energi sistem tata cahaya dengan cara mematikan

lampu di lobby saat pencahayaan dari luar mencukupi 50

22 Nilai sisa investasi konservasi energi listrik di gedung PT. PHE 52

23 Biaya investasi pelaksanaan rekomendasi konservasi energi 52

24 Kelayakan finansial rekomendasi konservasi energi skenario I 53

25 Kelayakan finansial rekomendasi konservasi energi skenario II 54

26 Matriks sistem manajemen energi PT. PHE 58

DAFTAR GAMBAR

1 Potensi penghematan energi 6

2 Alur pikir studi 20

3 Prosedur audit energi 22

4 Single line sistem distribusi listrik gedung PT. PHE 27

5 Trend konsumsi dan biaya energi listrik gedung PT. PHE tahun 2012 29

6 Perkembangan IKE gedung PT. PHE tahun 2012 29

Page 15: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

7 Profil beban listrik pada trafo 1 30

8 Profil beban listrik pada trafo 2 31

9 Profil cosphi trafo 1 32

10 Profil cosphi trafo 2 32

11 Profil ketidakseimbangan tegangan trafo 1 33

12 Profil ketidakseimbangan tegangan trafo 2 33

13 Profil ketidakseimbangan arus trafo 1 34

14 Profil ketidakseimbangan arus trafo 2 34

15 Kondisi kaca dan shading gedung PT. PHE 37

16 Profil daya listrik peralatan AC gedung PT. PHE 39

17 Kondisi temperatur udara di dalam bangunan gedung PT. PHE 40

18 Kondisi kelembaban udara di dalam bangunan gedung PT PHE 41

19 Sumber pencahayaan alami di gedung PT. PHE 45

20 Kondisi kuat pencahayaan di ruang kerja gedung PT. PHE 46

21 Siklus Sistem Manajemen Energi pada PT. PHE 55

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil pengukuran kenyamanan termis di bangunan gedung PT. PHE 65

2 Daya dan intensitas peralatan AC bangunan gedung PT. PHE 66

3 Intensitas daya penerangan bangunan gedung PT. PHE 66

4 Kuat pencahayaan pada bangunan gedung PT. PHE 67

5 Kelayakan investasi konservasi energi pada PT.PHE dengan skenario I 70

6 Kelayakan investasi konservasi energi pada PT.PHE dengan skenario II 70

Page 16: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Listrik merupakan bentuk energi yang memliki peranan strategis sebagai

penunjang produktivitas pada sektor pembangunan dan perekonomian. Sehingga

penggunaan energi listrik di lingkungan bisnis maupun industri merupakan hal

yang mutlak dan tak dapat dihindari. Hal ini disebabkan karena fasilitas industri

ataupun bisnis modern, baik untuk kebutuhan administrasi, operasional dan

produksi hampir seluruhnya menggunakan peralatan yang memakai energi listrik.

Ditinjau dari segi efisiensi, efektifitas maupun optimalisasi proses

produksi pemakaian peralatan yang menggunakan energi listrik sangat

mendukung penyelenggaraan operasional perusahaan, namun disisi lain harga

energi listrik semakin mahal. Sebuah survei menemukan bahwa sebelum krisis

ekonomi pada tahun 1997, komponen biaya energi dalam operasional perusahaan

hanya 10 persen dari total biaya rutin, tetapi sekarang biaya tersebut naik hingga

30 persen (Elyza 2005). Kondisi ini mengharuskan setiap perusahaan termasuk di

PT PHE berupaya mengurangi biaya energi listrik dengan cara melakukan

efisiensi energi.

Selain menekan biaya penggunaan energi, efisiensi energi dapat

memberikan solusi yang sangat menguntungkan untuk upaya peningkatan

kenyamanan. Ketika suatu perusahaan menghemat biaya energi dalam periode

tertentu, akan tersedia dana yang dapat dikonversi untuk membiayai kegiatan

operasional perusahaan lainnya, serta secara otomatis akan mampu meningkatkan

daya saing perusahaan (Elyza 2005).

Sebagai perusahaan yang bergerak pada bidang gas dan minyak bumi

dengan kegiatan bisnis energi-intensif, PT.PHE memiliki tekad untuk

mewujudkan kantor dengan predikat “green office”. Inisiatif tersebut dilakukan

dalam rangka untuk memperoleh peringkat emas Program Penilaian Peringkat

Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) tahun

2013. PROPER menjadi target Pertamina sebagai bagian dari menyeimbangkan

kegiatan usaha di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Salah satu kriteria

penilaian PROPER adalah aspek efisiensi energi termasuk efesiensi dalam

penggunaan energi listrik. Indikator yang sering digunakan dalam mengukur

efisiensi energi listrik yaitu Intensitas Konsumsi Energi (IKE).

Nilai IKE listrik pada bangunan gedung PT. PHE pada tahun 2012

menunjukkan nilai rata-rata 12.45 kWh/m2/bulan. Sementara batas kisaran nilai

efisien 7.93 – 12.08 kWh/m2/bulan. PT PHE dalam rangka memenuhi kriteria

PROPER tersebut perlu melakukan langkah-langkah evaluasi dan perencanaan

efisiensi penggunaan energi pada bangunan gedung PT PHE. Salah satu langkah

evaluasi terhadap efisiensi energi listrik adalah melalui audit energi.

Elyza (2005) menuturkan untuk menghasilkan program efisiensi energi

yang sukses, audit energi mutlak dilaksanakan. Proses audit energi juga

merupakan langkah awal dalam mengidentifikasi data-data penggunaan energi

yang dapat digunakan sebagai acuan dalam program efisiensi energi. Dengan

demikian, hasil audit akan memberikan informasi mengenai langkah-langkah

untuk menjalankan program efisiensi energi. Proses ini juga menjadi dasar dari

Page 17: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

2

penentuan target efisiensi yang akan menjadi acuan dalam penyusunan rencana

aksi berupa rekomendasi penghematan energi.

Pada tugas akhir ini, penulis melakukan Kajian terhadap Manajemen

Konservasi Energi Listrik untuk Perencanaan dan Pengendalian pada Gedung

Perkantoran PT PHE. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh hasil-hasil

audit energi.

Perumusan Masalah Penelitian

PT. PHE memegang teguh prinsip keberlanjutan dan green business dalam

praktik perusahaan. Salah satu implementasi kebijakan tersebut adalah efisiensi

energi. Disamping itu, efisiensi energi juga menjadi sebuah keharusan bagi PT.

PHE dalam rangka memenuhi syarat penilaian PROPER tahun 2013. Efisiensi

energi yang dimaksud salah satunya ialah efisiensi energi listrik.

Hasil audit pendahuluan menunjukkan nilai IKE pada gedung perkantoran

PT. PHE rata-rata 12.45 kWh/m2/bulan. Nilai IKE tersebut termasuk kategori

cukup efisien. Sementara batas kisaran nilai efisien 7.93 – 12.08 kWh/m2/bulan.

Apabila PT. PHE ingin mewujudkan efisiensi energi, maka perlu melakukan

langkah - langkah evaluasi dan perencanaan dengan baik. Evaluasi dan

perencanaan efisiensi energi dapat diketahui melalui audit energi. Sehingga

dengan hasil audit tersebut perusahaan dapat melakukan tindakan koreksi

pengelolaan energi berdasarkan rekomendasi hasil audit energi. Berdasarkan

pemaparan tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1 Bagaimanakah gambaran konsumsi energi listrik, Intensitas Konsumsi Energi,

dan profil beban energi listrik di gedung perkantoran PT. PHE?

2 Bagaimanakah kualitas sistem kelistrikan di gedung perkantoran PT. PHE?

3 Bagaimanakah dengan manajemen konservasi energi pada sistem selubung

bangunan gedung perkantoran PT. PHE?

4 Bagaimanakah dengan manajemen konservasi energi sistem tata udara dan tata

cahaya pada gedung perkantoran PT. PHE?

5 Bagaimanakah rekomendasi langkah-langkah konservasi energi pada gedung

perkantoran PT. PHE?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1 Menganalisis gambaran konsumsi energi listrik, Intensitas Konsumsi Energi,

dan profil beban energi listrik di gedung perkantoran PT. PHE

2 Menganalisis kualitas sistem kelistrikan di gedung perkantoran PT. PHE

3 Menganalisis manajemen konservasi energi pada sistem selubung bangunan

gedung perkantoran PT. PHE

4 Menganalisis manajemen konservasi energi sistem tata udara dan tata cahaya

pada gedung perkantoran PT. PHE

5 Merekomendasikan langkah-langkah konservasi energi pada gedung

perkantoran PT. PHE

Page 18: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

3

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1 Pertimbangan manajerial dalam melakukan konservasi energi listrik sehingga

penggunaan energi bisa lebih efisien tanpa mengorbankan kenyamanan para

penggunanya.

2 Bahan informasi sebagai bahan pertimbangan, perbandingan, dan bacaan bagi

peneliti lain yang ingin mengkaji masalah konservasi energi.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan meliputi audit energi terhadap kualitas sistem

kelistrikan, sistem selubung bangunan, tata udara dan tata cahaya. Data

pengukuran mengacu pada proses pengukuran yang dilakukan sesuai waktu yang

telah ditentukan.

Pelaksanaan audit energi berpedoman pada Standar Nasional Indonesia

tahun 2011 tentang prosedur audit energi pada bangunan gedung, sistem selubung

bangunan, konservasi energi sistem tata udara, dan konservasi energi sistem

pencahayaan. Biaya energi listrik dihitung berdasarkan standar perhitungan tarif

PLN.

Page 19: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Konservasi Energi Listrik

Program manajemen energi adalah program terencana yang bertujuan

untuk mengurangi anggaran biaya pengeluaran energi pada suatu instansi atau

perusahaan. Awal mula manajemen energi adalah dengan menyelaraskan strategi

perusahaan dengan penerapan manajemen energi, dengan demikian seluruh

karyawan akan dapat berkomitmen terhadap penghematan energi di suatu instansi

atau perusahaan (Rizkani dkk 2012).

Undang-Undang Energi No.30 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah

Nomor 70 tahun 2009 tentang konservasi energi menjabarkan konservasi energi

adalah sebagai upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan

sumberdaya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya.

Konservasi energi tidak selalu diartikan penggunaan energi yang sesedikit

mungkin, tapi merupakan pengeluaran biaya untuk konsumsi energi yang

serendah mungkin (Nugroho Hanan 2005). Konservasi energi juga dapat

didefinisikan sebagai penggunaan energi, sumber energi dan sumber daya energi

secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang

benar-benar diperlukan dan tidak menurunkan fungsi energi itu sendiri secara

teknis namun memiliki tingkat ekonomi yang serendah-rendahnya dapat diterima

oleh masyarakat serta tidak pula mengganggu lingkungan. Sehingga konservasi

energi listrik adalah penggunaan energi listrik secara efisiensi tinggi melalui

langkah-langkah penurunan berbagai kehilangan energi listrik pada semua taraf

pengelolaan, mulai dari pembangkitan, transmisi, sampai dengan pemanfaatan.

Akhadi (2009) mengungkapkan bahwa gerakan konservasi berawal dari

munculnya gerakan lingkungan hidup yang bertujuan menyelamatkan lingkungan

dari kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan industri dan pembangunan.

Gerakan tersebut dalam perkembangan selanjutnya dikenal sebagai gerakan

konservasi. Konservasi muncul sebagai suatu falsafah yang berpola fikir baik dan

telah menjadi suatu gerakan terencana selama beberapa tahun di abad ke-19 dan

awal abad ke-20. Landasan pemikiran dalam konservasi energi adalah

pemanfaatan sumber-sumber daya energi dengan efisiensi yang lebih tinggi,

dengan menggunakan cara-cara yang layak dari sudut teknis, ekonomis, tidak

mengganggu lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat. Konservasi energi

mencakup semua langkah yang dapat ditempuh untuk menurunkan tingkat

kehilangan energi pada semua tingkat pengelolaan.

Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (2011) menyebutkan bahwa

masalah pemborosan energi di Indonesia sekitar 80 persen disebabkan oleh faktor

manusia dan 20 persen disebabkan oleh faktor teknis. Penyebab pemborosan

energi tersebut dapat diatasi dengan efisiensi energi. Pada kalangan masyarakat

luas, efisiensi energi diartikan sebagai kegiatan penghematan energi. Keberhasilan

program penghematan energi sangat dipengaruhi oleh perilaku, kebiasaan,

kedisplinan dan kesadaran hemat energi. Efisiensi energi juga dapat dilakukan

melalui cara lain diantaranya dengan melakukan perawatan dan perbaikan

peralatan yang mengkonsumsi energi, menggunakan teknologi yang menerapkan

efisiensi energi, mengaplikasikan teknologi proses yang hemat energi dan lain-

lain.

Page 20: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

5

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat serta bertambahnya

gedung-gedung di Indonesia, penerapan efisiensi energi di gedung-gedung yang

sesuai dengan Standar Nasional Indonesia menjadi hal yang sangat penting. Pada

umumnya gedung di negara tropis seperti Indonesia paling banyak menggunakan

energi untuk sistem tata udara (45-70 persen), sistem tata cahaya (10-20 persen),

lift dan eskalator (2-7 persen) serta alat-alat kantor dan elektronik (2-10 persen).

Gedung yang boros energi bukan hanya menyebabkan biaya operasional menjadi

tinggi namun juga menghasilkan emisi gas rumah kaca yang dapat merusak

lingkungan. Tipe-tipe gedung yang masih boros energi meliputi perkantoran,

gedung pemerintah, pusat perbelanjaan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan

dan perhotelan.

Beberapa langkah utama untuk meningkatkan efisiensi energi di gedung

diantaranya melalui peningkatan performa gedung. Langkah ini dapat difokuskan

pada perbaikan sistem, operasional dan pemeliharaan gedung. Secara teknis untuk

dapat mengetahui langkah perbaikan performa sebuah gedung perlu dilakukan

audit energi. Ruang lingkup audit energi meliputi identifikasi dan analisis secara

keseluruhan terhadap masalah-masalah efisiensi energi pada gedung seperti sistem

operasional Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), tingkat

kenyamanan dan pemeliharan gedung. Langkah-langkah yang biasa diterapkan

adalah retrofitting pada bangunan gedung, upgrade teknologi peralatan dan

pembiasaan perilaku hemat energi bagi para penghuni gedung.

a. Retrofitting merupakan proses merombak ulang atau sebagian dari sebuah

gedung guna meningkatkan performanya. Proses ini meliputi analisa kondisi

gedung pada saat ini dan implementasi solusi-solusi yang memungkinkan

gedung dapat beroperasi secara maksimal. Proses retrofitting meliputi

pendekatan terintegrasi dari beberapa ilmu yang berbeda seperti arsitektur,

desain interior, mekanikal elektrikal, teknik bangunan, dan keahlian lainnya.

Dari segi arsitektur, gedung dapat dirombak agar lebih efisien misalnya dalam

pemanfaatan cahaya alami. Penempatan dinding yang strategis, langit-langit

yang ditinggikan serta jendela yang diperbanyak dapat membantu

mengoptimalkan cahaya alami di dalam ruangan. Dari segi mekanikal dan

elektrikal, teknologi seperti sensor okupansi dan stabilisasi voltase pada

gedung dapat membantu mengurangi konsumsi energi.

b. Upgrade teknologi dengan yang lebih hemat energi pada gedung yang sudah

ada dapat menghemat lebih dari 10 persen biaya energi. Dengan memilih

peralatan yang lebih efisien, tagihan energi listrik pada suatu gedung dapat

ditekan. Oleh karenanya peralatan yang digunakan hendaknya sesuai standar

yang ditetapkan pemerintah. Contoh kegiatan upgrade teknologi pada

bangunan gedung misalnya upgrade teknologi sistem tata cahaya. Untuk

menghemat energi dan biaya pada sistem tata cahaya dapat digunakan lampu

efisien energi dengan performa tinggi seperti light emitting diode (LED).

c. Perilaku hemat energi yang dapat dilakukan para penghuni gedung misalnya

mengubah pengaturan komputer untuk selalu berada dalam kondisi standby

mode saat tidak digunakan, mencabut kabel listrik dari stop kontak saat

peralatan tidak digunakan atau menggunakan smart power strip untuk seluruh

peralatan elektronik. Selain itu, pelatihan mengenai cara hemat energi bagi

para karyawan dapat menjadi salah satu kegiatan dalam program manajemen

energi.

Page 21: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

6

Langkah-langkah diatas meskipun tergolong sebagai investasi biaya

rendah, namun dapat memberikan potensi keuntungan berupa pengurangan biaya

energi listrik (Tabel 1).

Tabel 1 Potensi penghematan energi pada bangunan gedung

Investasi Langkah-Langkah yang dapat dilakukan Potensi

Penghematan

Tanpa Biaya/Biaya

Rendah

Perubahan perilaku hemat energi

Mengurangi load gedung dengan “on-off scheduling”

Meningkatkan performa melalui kalibrasi dan

re-commissioning peralatan, tune up unit AC,

cooling tower dan pompa air.

7% - 11%

Biaya Sedang

Mengganti peralatan agar lebih hemat energi,

misalnya seluruh lampu di gedung

Building Automation Sistem (BAS)

Memperbaiki kualitas power (capacitor

bank, phase liner, harmonization).

15% - 25%

Biaya Tinggi

Mengganti seluruh peralatan utama agar

lebih hemat energi

Menggunakan sistem kogenerasi

Perhitungan kenyamanan termal overall

thermal transfer value (OTTV).

25% - 35%

Sumber: Kementerian ESDM (2011)

Menurut Kementerian ESDM (2011) kegiatan efisiensi energi listrik pada

bangunan gedung dapat difokuskan pada sistem Air Conditioning (AC), house

keeping, utilitas, dan sistem penerangan. Potensi penghematan dari masing-

masing sistem disajikan pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Potensi penghematan energi

Audit Energi

Audit energi adalah cara yang dipakai untuk memeriksa dan menghitung

besarnya konsumsi energi suatu sistem untuk melakukan kerja. BSN (2000)

mendefinisikan audit energi sebagai teknik yang dipakai untuk menghitung

besarnya konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untuk

penghematannya. Selain itu definisi audit energi lainnya yaitu:

1 Kegiatan menyusun data pemakaian energi pada sistem tertentu secara

sistematis untuk mengidentifikasi titik-titik kerugian energi dan mencari

peluang penghematan energi yang signifikan.

Page 22: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

7

2 Identifikasi penggunaan energi pada proses dan atau operasi peralatan atau

teknologi tertentu dengan fokus pada operasi yang tidak efisien.

3 Upaya pengamatan secara sistematis terhadap suatu sistem untuk

mendapatkan atau mengidentifikasi peluang penghematan energi.

Jadi audit energi dapat disimpulkan sebagai suatu tindakan untuk

mendapatkan potret atau profil penggunaan energi dari hasil kompilasi data energi

yang terkumpul dan teranalisis pada suatu sistem, guna memberikan gambaran

untuk merencanakan tindakan manajemen konservasi dalam menyelesaikan

masalah energi (Siswoyo dan Zulkarnaen 2009). Berdasarkan tahapannya audit

energi terdiri dari audit energi pendahuluan dan audit energi rinci.

Audit Energi Pendahuluan

Audit energi pendahuluan merupakan pengumpulan data awal, tidak

menggunakan instrumentasi yang canggih dan hanya menggunakan data yang

tersedia. Dengan kata lain audit energi awal merupakan pengumpulan data di

mana, bagaimana, berapa, dan jenis energi apa yang dipergunakan oleh suatu

fasilitas. Data ini diperoleh dari catatan penggunaan energi tahun atau bulan

sebelumnya pada bangunan dan keseluruhan sistem kelengkapannya. Audit energi

awal terdiri dari tiga tahap pelaksanaan yaitu:

1 Melakukan identifikasi berapa jumlah dan biaya energi menurut jenis energi

yang dipergunakan oleh bangunan dan kelengkapannya.

2 Melakukan identifikasi konsumsi energi per bagian/sistem dari bangunan dan

kelengkapannya.

3 Mengoreksi masukan energi dan keluaran produksi atau biasa disebut dengan

instensitas energi.

Hasil dari audit energi awal berupa langkah-langkah „housekeeping’ tanpa

biaya atau dengan biaya rendah, dan daftar sumber-sumber pemborosan energi

yang nyata. Audit energi memberikan identifikasi tentang perlunya dilakukan

audit energi rinci serta ruang lingkupnya.

Audit Energi Rinci

Audit energi rinci merupakan survey dengan memakai instrumen untuk

menyelidiki peralatan-peralatan pemakai energi, yang selanjutnya diteruskan

dengan analisa secara rinci terhadap masing - masing komponen, peralatan, grup -

grup komponen yang melengkapi bangunan guna mengidentifikasi jumlah energi

yang dikonsumsi oleh peralatan, komponen, bagian-bagian tertentu dari bangunan,

sehingga pada akhirnya dapat disusun aliran energi keseluruhan bangunan.

Prosedur audit energi rinci dapat dibagi kedalam delapan langkah utama

sebagai berikut:

1 Perencanaan yaitu merencanakan audit secara teliti, mengidentifikasi bagian-

bagian atau peralatan-peralatan utama pengguna energi dan merencanakan

pemakaian waktu yang tersedia secara efisien bagi tim audit.

2 Pengumpulan data dasar yaitu mengumpulkan data dasar yang tersedia,

meliputi penggunaan energi dan kegiatan produksi dan jadwal penggunaan

gedung.

Page 23: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

8

3 Data pengujian peralatan yaitu melakukan pengujian operasi dan mendapatkan

data baru pada kondisi operasi yang sebenarnya.

4 Analisa data yaitu menganalisa data yang telah dikumpulkan, termasuk

menggambarkan grafik energi spesifik, menghitung efisiensi peralatan dan

membuat sistem balance dan electricity balance.

5 Rekomendasi tanpa biaya/dengan biaya rendah yaitu mengidentifikasi cara-

cara operasi, pemeliharaan dan housekeeping yang akan menghilangkan

pemborosan energi atau memperbaik efisiensi.

6 Investasi modal yaitu mengidentifikasi peluang penghematan energi yang

memerlukan investasi.

7 Rencana pelaksanaan yaitu menggambarkan dengan jelas rencana pelaksanaan

yang memuat semua langkah yang diperlukan oleh perusahaan untuk

menerapkan rekomendasi.

8 Laporan yaitu menyusun laporan untuk manajemen, menyimpulkan temuan

hasil audit, rekomendasi yang dibuat dan rencana pelaksanaan/implementasi.

Parameter Audit Energi

Intensitas Konsumsi Energi

IKE listrik merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya

pemakaian energi dalam bangunan gedung per meter persegi per bulan atau per

tahun. Nilai IKE ini penting untuk dijadikan tolak ukur dalam menghitung potensi

penghematan energi yang mungkin diterapkan di tiap ruangan atau seluruh area

bangunan. Melalui perbandingan nilai IKE bangunan gedung dengan standar bisa

diketahui tingkat efisiensi sebuah ruangan atau keseluruhan gedung dalam proses

konservasi energi. Persamaan yang digunakan untuk menghitung IKE sebagai

berikut.

IKE (kWh/m2) = Total konsumsi energi listrik ……………………….(1)

Luas area

Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya di

lingkungan Departemen Pendidikan Nasional yang diacu dari Standar Nasional

Indonesia (SNI), nilai IKE dari suatu bangunan gedung digolongkan dalam dua

kriteria, yaitu untuk bangunan ber–AC (Tabel 2) dan bangunan tidak ber-AC

(Tabel 3).

Tabel 2 Kriteria IKE bangunan gedung tidak ber-AC Kriteria Keterangan

Efisien

(0,84 – 1,67)

kWh/m2

/bulan

a) Pengelolaan gedung dan peralatan energi dilakukan dengan prinsip

konservasi energi listrik

b) Pemeliharaan peralatan energi dilakukan sesuai dengan prosedur

c) Efisiensi penggunaan energi masih mungkin ditingkatkan melalui

penerapan sistem manajemen energi terpadu

Cukup Efisien

(1,67 – 2,5)

kWh/m2

/bulan

a) Penggunaan energi cukup efisien namun masih memiliki peluang

konservasi energi

b) Perbaikan efisiensi melalui pemeliharaan bangunan dan peralatan

energi masih dimungkinkan

Boros

(2,5 – 3,34)

kWh/m2

/bulan

a) Audit energi perlu dilakukan untukmenentukan langkah-langkah

pernbaikan sehingga pemborosan energi dapat dihindari

b) Desain bangunan maupun pemeliharaan dan pengoperasian gedung belum mempertimbangkan konservasi energi

Page 24: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

9

Lanjutan Tabel 2 Kriteria Keterangan

Sangat Boros

(3,34 – 4,17)

kWh/m2

/bulan

a) Instalasi peralatan, desain pengoperasian, dan pemeliharaan tidak

mengacu pada penghematan energi

b) Agar dilakukan peninjauan ulang atas semua instalasi /peralatan

energi serta penerapan manajemen energi dalam pengelolaan

bangunan

c) Audit energi adalah langkah awal yang perlu dilakukan

Kriteria IKE bangunan gedung ber-AC disajikan pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Kriteria IKE bangunan gedung ber-AC Kriteria Keterangan

Sangat Efisien

(4,17 – 7,92)

kWh/m2

/bulan

a) Desain gedung sesuai standar tata cara perencanaan teknis

konservasi energi b) Pengoperasian peralatan energi dilakukan dengan prinsip-

prinsip manajemen energi

Efisien

(7,93 – 12,08)

kWh/m2

/bulan

a) Pemeliharaan gedung dan peralatan energi dilakukan sesuai

prosedur

b) Efisiensi energi masih mungkin ditingkatkan melalui penerapan

sistem manajemen energi terpadu

Cukup Efisien

(12,08 – 14,58)

kWh/m2

/bulan

a) Penggunaan energi cukup efisien melalui pemeliharaan

bangunan dan peralatan energi masih memungkinkan

b) Pengoperasian dan pemeliharaan gedung belum

mempertimbangkan prinsip konservasi energi

Agak Boros

(14,58 – 19,17)

kWh/m2

/bulan

a) Audit energi perlu dipertimbangkan untuk menentukan

perbaikan efisiensi yang mungkin dilakukan b) Desain bangunan maupun pemeliharaan dan pengoperasian

gedung belum mempertimbangkan konservasi energi

Bila IKE hasil perhitungan telah dibandingkan dengan IKE standar

ternyata hasilnya sama atau kurang dari target IKE, maka kegiatan audit energi

selanjutnya dapat dihentikan atau diteruskan dengan harapan diperoleh nilai IKE

yang lebih rendah lagi. Sedangkan audit energi rinci dapat dilakukan bilamana

nilai IKE yang diperoleh lebih besar dari target nilai IKE standar seperti yang

dicantumkan di atas (Mukhlis 2011).

Profil Beban Listrik Harian

Pengukuran profil beban listrik harian bertujuan untuk mengetahui pola

penggunaan dan pengoperasian peralatan yang menggunakan energi listrik pada

perusahaan. Profil beban listrik gedung diperoleh melalui pengukuran langsung

dengan menggunakan alat ukur Electrical Power Analyzer, pada panel utama

gedung yang diikuti dengan load survey di tiap-tiap MCB pada panel subdistribusi

dengan menggunakan Clamp on Meter. Profil beban listrik harian disajikan dalam

bentuk kurva beban yang menunjukkan hubungan antara pemakaian listrik dengan

waktu. Dengan adanya kurva beban akan terlihat seberapa besar penggunaan

listrik setiap waktunya.

Kualitas Kelistrikan

a. Faktor Daya (Cosphi)

Nilai faktor daya didefinisikan sebagai perbandingan daya nyata dengan daya

semu. Daya reaktif akan dikirim dari sumber beban, walaupun tidak akan

didata pada alat ukur energi seperti layaknya daya aktif. Magnitude dari daya

reaktif ini meningkat seiring dengan menurunnya faktor daya. Adanya energi

Page 25: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

10

yang terbuang karena adanya daya reaktif ini menyebabkan beberapa

penyuplai listrik memberikan penalti berupa denda kepada konsumen yang

memiliki faktor daya rendah. Selain itu, keadaan ini akan meningkatkan rugi-

rugi pada jaringan listrik karena meningkatnya arus yang dikirimkan. Oleh

karena itu penghematan energi yang cukup signifikan dapat dilakukan dengan

meningkatkan faktor daya. Peningkatan faktor daya dapat dilakukan dengan

pemasangan kapasitor paralel pada sisi beban.

Di Indonesia nilai faktor daya (cosphi) yang diijinkan oleh PLN agar tidak

terjadi denda KVAr di atas 85 persen. Nilai cosphi tersebut ditetapkan karena

penyedia listrik harus mengirimkan daya kompleks (kVA) yang lebih besar

untuk memenuhi kebutuhan energi listrik atau daya aktif yang tetap apabila

faktor daya buruk.

b. Arus Listrik

Arus listrik merupakan gerakan kelompok partikel bermuatan listrik dalam

arah tertentu. Besaran ini mempunyai satuan Ampere. Alat yang digunakan

untuk mengukur arus listrik adalah Amperemeter.

Nilai ketidakseimbangan arus merupakan salah satu parameter yang diukur

untuk mengetahui kualitas sistem kelistrikan. Nilai ketidakseimbangan arus

tidak boleh melebihi 20 persen. karena jika nilai ketidakseimbangan arus

melebihi nilai standar akan mengakibatkan Transformator Harmonic Derating

Factor (THDF) menjadi tinggi, timbul arus netral, dan isolasi menjadi panas

serta akan mempengaruhi kinerja trafo distribusi.

c. Tegangan Listrik

Tegangan listrik adalah beda potensial antara dua penghantar yang bermuatan

listrik. Besaran ini mempunyai satuan Volt. Alat yang digunakan untuk

mengukur tegangan adalah voltmeter.

Tegangan listrik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tegangan fasa-netral dan

fasa-fasa. Tegangan fasa-netral adalah beda tegangan antara fasa dengan

netral, yaitu R-N, S-N dan T-N. sedangkan, tegangan fasa-fasa adala beda

potensial antara fasa yang satu dengan yang lain, yaiut R-S, R-T dan S-T.

standar untuk tegangan fasa-netral yaitu 220 V.

Nilai tegangan listrik merupakan hal penting dalam sistem kelistrikan karena

bilai nilai ketidakseimbangan tegangan diatas nilai standar maka kinerja

motor-motor listrik menjadi turun serta akan cepat mengalami kerusakan.

Nilai ketidakseimbangan tegangan tidak boleh melebihi 3 persen.

Ketidakseimbangan tegangan yang tinggi akan menimbulkan arus

tidakseimbang yang menyebabkan motor menjadi panas.

d. Frekuensi

Frekuensi listrik adalah jumlah siklus arus bolak-balik per detik. Beberapa

negara termasuk Indonesia menggunakan frekuensi listrik standar sebesar 50

Hz. Salah satu parameter kualitas sumber listrik yang baik adalah mempunyai

frekuensi yang konstan. Ferkuensi dapat berubah-ubah, seperti halnya

tegangan. (Rao Cen 1990).

e. Distrorsi Harmonik

Harmonisa merupakan gangguan yang terjadi pada sistem distribusi tenaga

listrik akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. Pada dasarnya,

harmonik adalah gejala pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi

berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya

Page 26: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

11

(Surya 2010). Hal ini disebut frekuensi harmonik yang timbul pada bentuk

gelombang aslinya sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut

angka urutan harmonik.

Harmonisa tegangan dan arus adalah komponen-komponen gelombang sinus

dengan frekuensi dan amplitudo yang lebih kecil dari gelombang asalnya.

Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) 159 menetapkan

THDV dan THDI minimum 15 persen. Tingkat harmonisa yang melewati

standar dapat menyebabkan terjadinya peningkatan panas pada peralatan.

Bahkan pada kondisi terburuk dapat terjadi gangguan bahkan kerusakan

permanen pada beberapa peralatan elektronik yang sensitif termasuk

komputer. Selain itu juga dapat menyebabkan berkurangnya umur peralatan.

Audit Energi Selubung Bangunan

Komponen pemakaian energi terbesar dalam suatu bangunan gedung

adalah sistem pendingin. Air conditioning mencapai 50 – 70 persen dari seluruh

energi listrik yang digunakan. Oleh karena itu sasaran dari penghematan energi

dalam bangunan gedung seharusnya ditujukan pada optimasi sistem tata udara.

Efisiensi sistem tata udara dapat dilakukan antara lain dengan cara memperkecil

beban pendinginan serta pemilihan sistem kontrol tata udara yang tepat.

Beban pendinginan dari suatu bangunan gedung yang dikondisikan terdiri

dari beban internal yaitu yang ditimbulkan oleh lampu, penghuni serta peralatan

lain yang menimbulkan panas, dan beban eksternal yaitu panas yang masuk dalam

bangunan akibat radiasi matahari dan konduksi melalui selubung bangunan.

Untuk membatasi beban eksternal, selubung bangunan dan bidang atap

merupakan elemen penting yang harus diperhitungkan dalam penggunaan energi

(Loekita 2006). Karena fungsinya sebagai selubung eksternal itulah maka

kriteria-kriteria konservasi energi perlu dipertimbangkan dalam proses desain

suatu bangunan khususnya yang menyangkut perancangan bidang-bidang ekterior

dalam hubungannya dengan penampilan tampak bangunan.

Untuk mengurangi beban eksternal Badan Standarisasi Nasional Indonesia

menentukan kriteria desain selubung bangunan yang dinyatakan dalam Harga Alih

Termal Menyeluruh (Overall Thermal Transfer Value, OTTV) yaitu OTTV ≤ 45

Watt/m2. Ketentuan ini berlaku untuk bangunan gedung yang dikondisikan dan

dimaksudkan untuk memperoleh desain selubung bangunan yang dapat

mengurangi beban eksternal sehingga menurunkan beban pendinginan.

Perancangan selubung bangunan yang optimal dapat menghasilkan penggunaan

energi yang efisien tanpa harus mengurangi dan mengubah fungsi bangunan,

kenyamanan dan produktivitas kerja penghuni, serta mempertimbangkan aspek

biaya.

Konsep OTTV mencakup tiga elemen dasar perpindahan panas melalui

selubung luar bangunan yaitu: konduksi panas melalui dinding tidak tembus

cahaya, radiasi matahari melalui kaca, dan konduksi panas melalui kaca. Nilai

perpindahan termal menyeluruh (OTTV) untuk setiap bidang dinding luar

bangunan gedung dengan orientasi tertentu dapat dihitung melalui persamaan:

Page 27: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

12

OTTVi = α [Uw x (1-WWR)] x TDek+(SC x WWR x SF)+(Uf x WWR x ΔT)…(2)

dimana:

OTTVi = nilai perpindahan panas termal menyeluruh pada dinding luar yang

memiliki arah atau

orientasi tertentu (Watt/m2)

α = absorbtansi radiasi matahari

Uw = transmitansi termal dinding tak tembus cahaya (Watt/m2.oK)

WWR = perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada

orientasi yang

ditentukan

TDek = beda temperatur ekivalen (oK)

SC = koefisien peneduh dari sistem fenestrasi

SF = faktor radiasi matahari (Watt/m2)

Uf = transmitansi termal fenestrasi (Watt/m2.oK)

ΔT = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil 5

oK).

Untuk mengitung OTTV seluruh dinding luar, hasil perhitungan OTTV pada

semua bidang luar dijumlahkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

……………………………….. (3)

dimana:

Aoi = luas dinding pada bagian dinding luar i (m2). Luas ini termasuk semua

permukaan dinding tak tembus cahaya dan luas permukaan jendela yang

terdapat pada bagian dinding tersebut.

OTTVi = nilai perpindahan termal menyeluruh pada bagian dinding luar i sebagai

hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan (1)

Audit Energi Sistem Tata Udara

Sistem tata udara adalah suatu proses mengolah udara untuk

mengendalikan temperatur ruangan, kelembaban relatif, kualitas udara, dan

penyegarannya untuk menjaga persyaratan kenyamanan bagi penghuni ruangan.

jika seseorang berada di dalam suatu ruangan tertutup untuk jangka waktu yang

lama, maka pada suatu ketika akan merasa kurang nyaman, begitu juga ketika

berada pada ruang terbuka pada siang hari dengan sinar matahari mengenai tubuh

akan terasa kurang nyaman. Hal ini diakibatkan dua hal utama yakni temperatur

dan kelembaban udara tersebut tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh.

Kondisi suhu dan kelembaban dalam suatu ruangan sangat mempengaruhi

kenyamanan penghuni yang berada di ruangan tersebut. Rasa nyaman dapat

diperoleh apabila suhu ruangan berkisar antara 24oC – 27

oC dan dengan

OTTV =

𝑛

𝑖=1

(Aoi x OTTVi)

𝑛

𝑖=1

Aoi

Page 28: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

13

kelembaban udara antara 55 - 65 persen (BSN 2011). Untuk mencapai kondisi

yang diinginkan tersebut maka digunakan peralatan penyejuk udara seperti kipas

angin dan air conditioning (AC).

Sistem pengkondisian udara atau air conditioning di sebuah gedung

komersial merupakan peralatan pengguna energi terbesar di sektor komersial. Dari

berbagai survey yang dilakukan diperkirakan bahwa sekitar 70 persen penggunaan

energi listrik di gedung adalah digunakan sebagai sistem pendingin. Oleh karena

itu penghematan energi di sistem pendingin udara akan sangat efektif untuk

menurunkan penggunaan energi secara keseluruhan (BPPT 2012). Audit energi

sistem tata udara bertujuan untuk mengetahui kondisi suhu dan kelembaban suatu

ruangan serta mengetahui efisiensi peralatan penyejuk udara.

Sebuah bangunan gedung komersial yang besar pada umumnya

menggunakan sistem pendingin terpusat. Sistem ini secara garis besar dibagi

menjadi dua, berdasarkan tipe pendinginan chillernya yaitu chiller berpendingin

udara (air cooled chiller) dan chiller berpendingin air (water cooled chiller).

Menurut Ashrae (2009) peralatan pengkondisian udara saat ini berada pada nilai

performa 2.8 – 3.45 untuk jenis pengkondisian udara air cooled dan 4.2 – 6.4

untuk jenis pengkondisian udara water cooled.

Pada Air Conditioning (AC) dikenal istilah Coefficient of Performance

(COP) dan Energy Efficiency Ratio (EER). Koefisien kinerja pendinginan

merupakan angka perbandingan antara laju aliran kalor yang diserap oleh sistem

pendinginan dengan laju aliran energi yang dimasukkan ke dalam sistem tersebut.

Sedangkan rasio efisiensi energi (Energy Efficiency Ratio/EER) merupakan

perbandingan antara kapasitas pendinginan neto peralatan pendingin (Btu/jam)

dengan seluruh masukan energi listrik (Watt) pada kondisi operasi yang

ditentukan. Bila digunakan satuan yang sama untuk kapasitas pendingin dan

masukan energi listrik, nilai EER sama dengan COP.

Kinerja siklus refrigerasi biasanya digambarkan oleh koefisien kinerja

(COP), yang didefinisikan sebagai manfaat dari siklus (jumlah panas yang

dihilangkan) dibagi dengan masukan energi yang dibutuhkan untuk siklus operasi.

COP = efek pendinginan (kW) …………………………………………….. (4) Energi input (kW)

Sedangkan efisiensi adalah kapasitas dalam watt dibagi dengan masukan

dalam watt. Untuk pengatur temperatur udara ruangan, disebut sebagai rasio

efisiensi energi (EER) atau koefisien kinerja (COP). Untuk mengkonversi EER ke

COP, kalikan EER dengan 0,293.

EER = Efek pendinginan (Btu/Jam) …………………………………………. (5) Energi input (W)

Penerapan konservasi energi listrik pada sistem pendinginan udara bisa

dilakukan dengan berbagai macam cara, mulai dari pengaturan penetapan

temperatur udara ruangan hingga sikap yang perlu diterapkan dalam pelaksanaan

penerapan pola menejmen energi yang hemat (Handoko dkk 2012).

Page 29: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

14

Audit Energi Sistem Tata Cahaya

Menurut Standar Nasional Indonesia, pencahayaan adalah jumlah

penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

secara efektif. Tata cahaya bangunan gedung sangat penting bagi kegiatan bisnis

karena memiliki dampak terhadap produktivitas para pekerja di dalam bangunan

gedung tersebut. Pencahayaan yang baik dan memadai merupakan salah satu hal

penting yang diperlukan agar pekerjaan yang berlangsung di dalamnya

berlangsung efisien dan aman. Selain itu, pencahayaan yang baik berguna untuk

menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan.

Tingkat penerangan pada tiap pekerjaan berbeda tergantung sifat dan jenis

pekerjaan (Tabel 4). Sebagai contoh gudang memerlukan intensitas penerangan

yang lebih rendah dari tempat kerja administrasi, dimana diperlukan ketelitian

yang lebih tinggi. Besarnya intensitas cahaya dapat diukur dengan menggunakan

lux meter. Satuan dari intensitas cahaya disebut lumen/m2 atau sering dikatakan

lux.

Tabel 4 Tingkat pencahayaan lingkungan kerja Jenis Kegiatan Tingkat

pencahayaan

minimal

Keterangan

Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus

100 Ruang penyimpanan dan ruang peralatan/intalasi yang memerlukan

pekerjaan kontinyu

Pekerjaan kasar dan terus-

menerus

200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol,

pekerjaan mesin dan perakitan/penyusun

Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan

mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau

pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan tekstil,

pekerjaan mesin halus dan perakitan halus

Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2011)

Untuk mengetahui efisiensi dan peluang konservasi energi pada sistem tata

cahaya perlu dilakukan audit energi sistem tata cahaya. Audit energi sistem tata

cahaya ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kuat penerangan dalam suatu

ruangan. Selain untuk mengetahui tingkat kuat penerangan dalam suatu ruangan,

audit energi sistem tata cahaya juga bertujuan untuk mengetahui efisiensi

penggunaan energi untuk sistem pencahayaan dalam suatu ruangan yang dapat

diperoleh dengan mengukur intensitas daya penerangan yang dinyatakan dalam

satuan Watt/m2.

Anderson (2003) menyatakan bahwa audit energi pada sistem tata cahaya

dapat mengungkapkan pemborosan energi yang disebabkan oleh kesalahan –

kesalahan umum pada desain sistem tata cahaya yang antara lain.

1 Inefisiensi luminer; terjadi dimana lampu yang digunakan memiliki intensitas

daya tinggi tetapi menghasilkan iluminasi yang rendah.

2 Pencahayaan berlebihan; terjadi ketika output iluminasi melebihi dari yang

diperlukan

Page 30: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

15

3 Menghasilkan panas yang berlebihan; sehingga panas yang dihasilkan oleh

sistem tata cahaya perlu diimbangi oleh pengkondisian udara

4 Kerugian transmisi; apabila luminer terpasang jauh dari tempat kerja,

menyebabkan intensitas pencahayaan menjadi rendah.

Berkaitan dengan konservasi energi, SNI 6197:2011 menetapkan daya

listrik maksimum untuk pencahayaan pada ruang kerja adalah sekitar 12 Watt/m2

(Tabel 5). Artinya bahwa pada setiap luasan area 1 m2, total daya maksimum

untuk lampu penerangan yang dapat dipergunakan adalah sebesar 12 Watt.

Tabel 5 Daya listrik maksimum untuk pencahayaan di gedung kantor menurut

SNI 6197 tahun 2011. Fungsi Ruangan Daya pencahayaan Maks. (W/m2)

Ruang Resepsionis 13

Ruang Direktur 13

Ruang Kerja 12

Ruang Komputer 12

Ruang Rapat 12

Ruang Gambar 20

Ruang Arsip 6 Ruang Arsip Aktif 12

Ruang Tangga Darurat 4

Ruang Parkir 4

Sumber: BSN (2011)

Untuk mengkaji kesesuaian kuat pencahayaan pada ruangan dalam suatu

bangunan gedung, Badan Standarisasi Nasional juga mengeluarkan SNI

6197:2011 (konservasi energi pada sistem pencahayaan), sesuai jenis bangunan

dan peruntukkannya (Tabel 6).

Tabel 6 Tingkat pencahayaan rata-rata, rederensi dan temperatur warna yang

direkomendasikan untuk gedung kantor menurut SNI 6197 tahun 2011 Fungsi Ruangan Tingkat pencahayaan maks. (lux)

Ruang Resepsionis 300

Ruang Direktur 350

Ruang Kerja 350

Ruang Komputer 350 Ruang Rapat 300

Ruang Gambar 750

Ruang Arsip 150

Ruang Arsip Aktif 300

Ruang Tangga Darurat 150

Ruang Parkir 100

Sumber: Badan Standarisai Nasional (2011)

Tarif Dasar Listrik

Tarif dasar listrik adalah tarif yang dikenakan oleh pemerintah untuk para

pelanggan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Berdasarkan Peraturan Presiden

Nomor 30 tahun 2012 telah ditetapkan tarif dasar listrik yang diberlakukan sama

di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Karena PT. PHE termasuk ke dalam golongan untuk bisnis besar pada

tegangan menengah (B3-TM) kontrak daya sebesar 2770 kVA maka tarif dasar

listrik yang diberlakukan seperti pada Tabel 7.

Page 31: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

16

Tabel 7 Tarif dasar listrik untuk keperluan bisnis berlaku Juli – September 2013 No Gol

Tarif

Batas

Daya

Reguler

Biaya Beban

(Rp/kVA/bln

Biaya Pemakaian (Rp/kWh)

dan Biaya kVArh (Rp/kVArh)

Pra

Bayar

1 B-1/TR 450 VA 23.500 Blok I : 0 s.d. 30 kWh : 254 535

Blok II: di atas 30 kWh : 420 2 B-1/TR 900 VA 26.500 Blok I : 0 s.d. 108 kWh : 420 630

Blok II: di atas 108 kWh: 465 3 B-1/TR 1.300 VA *) 921 920 4 B-1/TR 2.200 VA s.d. 5.500

VA *) 1048 1048

5 B-2/TR 6.600 VA s.d. 200 kVA

**) Blok I:0 s.d 60 jam nyala = 1,310 Blok II:di atas 60 jam nyala: 1,380

1347

6 B-3/TM Di atas 200 kVA ***) Blok WBP = K x 975 Blok LWBP=975 kVArh = 1,067****)

-

Sumber: PLN (2012)

Catatan:

*) diterapkan Rekening Minimum (RM):

RM 1 = 40 (jam nyala) x daya tersambung (kVA) x biaya pemakaian

**) diterapkan Rekening Minimum (RM): RM 2 = 40 (jam nyala) x daya tersambung (kVA) x biaya pemakaian Blok 1

***) diterapkan Rekening Minimum (RM):

RM 3 = 40 (jam nyala) x daya tersambung (kVA) x biaya pemakaian LWBP Jam nyala : kWh per bulan dibagi dengan kVA tersambung.

****) Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (kVArh) dikenakan dalam hal faktor daya

rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per seratus).

K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 ≤ K≤ 2), ditetapkan oleh Direksi PT.PLN

WBP : Waktu Beban Puncak

LWBP : Luar Waktu Beban Puncak

Studi Kelayakan Program Konservasi Energi

Studi kelayakan dalam konservasi energi adalah suatu proses mengkaji

aspek-aspek suatu sistem energi. Untuk mengetahui pengelolaan energi yang telah

ada tersebut tergolong masih layak dilaksanakan ataukah perlu dimodifikasi atau

retrofitting maupun perlu diganti dengan teknologi baru (Kemenperin 2011).

Pada penelitian ini studi kelayakan konservasi energi fokus terhadap

analisa finansial yang terdiri dari skema pendanaan proyek dan simulasi model

finansial. Skema pendanaan proyek berisi analisa biaya investasi untuk proyek

konservasi energi dan alternatif komposisi pendanaan antara modal dan hutang

serta skema project company yang akan diterapkan. Sedangkan simulasi model

finansial berupa penyusunan model untuk menentukan kelayakan investasi dengan

skema pembiayaan proyek yang dipilih.

Hasil studi kelayakan dalam konservasi energi sangat bergantung pada

pembacaan dan pengukuran sistem energi yang ada. Oleh karena itu data audit

energi yang diperoleh arus benar-benar merepresentasikan kondisi energi beserta

subsistem yang mendukung berupa data peralatan, kelistrikan dan lain-lain

(Kemenperin 2012).

Page 32: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

17

Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

Siswono dan Zulkarnaen (2009) meneliti tentang Konservasi Energi

Listrik pada Bangunan Kantor BAPPEDA Kotamadya Daerah tingkat II Bandung.

Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui profil konsumsi energi

listrik, kandungan harmonisa beban, dan memberikan solusi penghematan.

Metode konservasi yang digunakan yaitu audit energi, analisas IKE, potensi dan

peluang penghematan energi listrik. Hasil analisa dari penelitian ini menunjukkan

bahwa Air Conditioning (AC) merupakan elemen sistem yang mengkonsumsi

energi listrik paling besar yaitu sekitar 54 persen.

Karnoto (2008) meneliti tentang Efisiensi Energi Litrik Kampus Undip

Tembalang. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan konsumsi

energi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa fakultas pelanggan berdasarkan

kapasitas energi yang terpasang belum sesuai dengan penggunaannya.

Rekomendasi dari penelitian ini berupa penurunan langganan PLN sebagai

alternatif efisiensi pemakaian energi listrik untuk FMIPA dari 345 kVA menjadi

197 kVA dan penurunan langganan FPIK, FKM, Fakultas Psikologi dari 240 kVA

menjadi 131 kVA.

Rizkani dan Ciptomulyono (2012) melakukan Audit Energi dengan

Pendekatan Metode MCDM-PROMETHEE untuk Konservasi serta Efisiensi

Listrik di Rumah Sakit Haji Surabaya. Analisis yang digunakan adalah analisis

audit energi, analisis pemakaian energi listrik, analisis perhitungan IKE, analisis

ANP dan Promethee. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan

bahwa (1) hasil audit energi listrik pada RSU Haji Surabaya, termasuk dalam

klasifikasi cukup efisien dengan nilai IKE 17.468 kWh/m2/bulan; (2) Unit cost

pemakaian energi listrik per pasien 29,263 kwh/pasien dan telah sesuai standar

yang telah ditetapkan pihak manajemen rumah sakit; (3) terdapat empat jenis

alternatif peluang penghematan energi yang dapat diterapkan antara lain:

perubahan SOP fasilitas rumah sakit, penyesuaian desain bangunan rumah sakit,

penerapan teknologi hemat energi, dan pelatihan dan pengembangan sumberdaya

manusia; (4) pada perhitungan bobot kriteria menggunakan metode ANP, kriteria

yang memiliki bobot paling besar adalah kriteria kenyamanan pelanggan;

(5) alternatif penghematan energi yang direkomendasikan untuk diterapkan adalah

perubahan SOP rumah sakit.

Mukhlis (2011) meneliti tentang Evaluasi Penggunaan Energi Listrk pada

Bangungan Gedung di Lingkungan Universitas Tadulako. Untuk mencapai tujuan

penelitiannya digunakan metodologi berupa observasi langsung melakukan

pengukuran luas ruangan dan mendata seluruh jumlah peralatan listrik yang ada

pada suatu ruangan disamping membagikan format pengisian data peralatan pada

setiap ruangan. setelah data terkumpul kemudian dilakukan perhitungan IKE.

Hasil analisis memperlihatkan bahwa dari 136 ruangan yang diteliti, sebanyak 72

ruangan ber-AC dan 64 ruangan tidak ber-AC. Jumlah ruangan yang nilai IKE-

nya masuk kategori agak boros 29 dengan peluang penghematan Rp 3,704,263;

jumlah ruangan yang nilai IKE-nya masuk kategori boros 42 dengan peluang

penghematan Rp 4,989,749; Jumlah ruangan yang nilai IKE-nya masuk kategori

sangat boros 65 dengan peluang penghematan Rp 8,992,210; bila peluang

penghematan dari 136 ruangan diimplementasikan maka universitas tersebut dapat

menghemat biaya listrik sebanyak Rp 17,686,222 perbulan. Ringkasan dari uraian

berbagai hasil penelitian tersebut disajikan pada Tabel 8.

Page 33: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

18

Tabel 8 Kajian penelitian terdahulu

Peneliti dan

Tahun

Analisis Data Hasil Penelitian

Siswono dan

Zulkarnaen

(2009)

Audit energi,

Intensitas Konsumsi

Energi, Potensi

penghematan dan peluang penghematan

energi listrik

Ditemukan nilai konsumsi energi terbesar

yaitu pada Air Conditioning dengan

persentasi konsumsi energi listrik sebesar 54

persen

Karnoto (2008)

Audit Energi Alternatif efisiensi energi dengan menurunkan langganan PLN, untuk FMIPA

dari 345 KVA menjadi 197 KVA dan FPIK,

FKM, fakultas Psikologi dari 240 KVA

menjadi 131 KVA.

Rizkani dan

Ciptomulyono

(2012)

analisis audit energi,

analisis pemakaian

energi listrik, analisis perhitungan IKE,

analisis ANP dan

Promethee

RSU Haji Surabaya termasuk dalam

klasifikasi cukup efisien; Unit cost

pemakaian energi listrik per pasien 29,263 kwh/pasien dan telah sesuai standar yang

telah ditetapkan pihak manajemen rumah

sakit; terdapat 4 jenis alternatif peluang

penghematan energi yang dapat diterapkan antara lain: (1) perubahan SOP fasilitas (2)

penyesuaian desain bangunan (3) penerapan

teknologi hemat energi, pelatihan dan pengembangan SDM; (4) pada analisis ANP,

kriteria dengan bobot tertinggi adalah

kenyamanan pelanggan; (5) alternatif

penghematan energi yang direkomendasikan untuk diterapkan adalah perubahan SOP .

Mukhlis

(2012)

Observasi langsung

dan survei, serta perhitungan nilai IKE

Jumlah ruangan yang diteliti sebanyak 136

ruangan terdiri atas 72 ruangan ber-AC dan 64 ruangan tidak ber-AC. Jumlah ruangan

yang nilai IKE-nya masuk kategori agak

boros 29 dengan peluang penghematan Rp

3,704,263; jumlah ruangan yang nilai IKE-nya masuk kategori boros 42 dengan peluang

penghematan Rp 4,989,749; Jumlah ruangan

yang nilai IKE-nya masuk kategori sangat boros 65 dengan peluang penghematan Rp

8,992,210; bila peluang penghematan dari

136 ruangan diimplementasikan maka universitas tersebut dapat menghemat biaya

listrik sebanyak Rp 17,686,222 perbulan.

Alur Pikir Studi

Energi listrik memiliki manfaat yang strategis sebagai dalam sektor

pembangunan dan perekonomian. Sehingga penggunaan energi listrik di

lingkungan bisnis maupun industri merupakan hal yang mutlak dan tak dapat

dihindari. Namun disisi lain harga energi listrik semakin mahal yang ditandai

dengan naiknya tarif dasar listrik akibat menipisnya sumber energi fosil yang

Page 34: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

19

mempengaruhi jumlah suplai energi tersebut. Kondisi ini mengharuskan para

pelaku usaha di sektor industri maupun bisnis mengurangi biaya energi melalui

implementasi efisiensi energi. Sebab kedua sektor tersebut tidak dapat

mengendalikan pasokan listrik, kelangkaan energi, dan kenaikan harga energi.

Akan tetapi faktor-faktor seperti perilaku penggunaan energi, tingkat konsumsi

serta sistem peralatan kelistrikan masih dapat dikendalikan baik oleh sektor

industri maupun sektor bisnis.

Hasil penelitian Kementerian ESDM (2011) menemukan fakta bahwa

sekitar 80 persen masalah pemborosan energi disebabkan oleh faktor manusia dan

20 persen disebabkan oleh faktor teknis. Penyebab pemborosan energi tersebut

dapat dicapai dengan menerapkan program konservasi atau efisiensi energi.

Efisiensi energi penekanannya lebih manajemen energi dari sisi permintaan.

Karena, keberhasilan penggunaan energi secara efisien sangat dipengaruhi oleh

perilaku, kebiasaan, kedisplinan dan kesadaran terhadap efisiensi energi. Efisiensi

energi juga dapat dilakukan dengan cara lain diantaranya melakukan perawatan

dan perbaikan pada alat-alat yang mengkonsumsi energi, menggunakan teknologi

yang efisiensi energi, mengaplikasikan teknologi proses yang hemat energi dan

lain-lain. Dalam rangka untuk mencapai efisiensi penggunaan energi listrik maka

perlu dilakukan langkah-langkah konservasi energi. Bagi PT. PHE program

konservasi energi atau efisiensi energi disamping untuk mengurangi biaya energi

juga ditujukan dalam rangka memenuhi syarat penilaian PROPER tahun 2013.

Pada tahun 2012 pada bangunan gedung PT. PHE menunjukkan nilai IKE

rata-rata perbulan di atas ambang nilai efisien yaitu 12.45 kWh/m2/bulan,

sementara nilai batasan efisien berkisar antara 7.93 – 12.08 kWh/m2/bulan.

Apabila ingin menerapkan efisiensi energi maka PT. PHE perlu melakukan

langkah evaluasi melalui audit energi.

Pelaksanaan audit energi merupakan langkah awal untuk memulai

manajemen energi yang baik. Melalui audit energi akan diperoleh data yang

konkrit mengenai kondisi peralatan yang ada pada gedung, profil konsumsi

energi, dan peluang konservasi energi. Dari data-data tersebut dapat dianalisa

sejauhmana peluang penghematan energi yang akan dicapai dan nilai uang yang

dapat dihemat.

Berdasarkan uraian tersebut maka langkah-langkah yang dilakukan

selanjutnya adalah melakukan audit energi dengan mengumpulkan data konsumi

energi, peralatan energi, luas bangunan dan melakukan pengukuran energi. data

yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan

pendekatan accounting base analysis. Dari analisis tersebut maka akan diajukan

rekomendasi konservasi atau langkah-langkah efisiensi energi. Pemikiran tersebut

dapat dibuat skema seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Page 35: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

20

Gambar 5 Alur Pikir Studi

Gambar 2 Alur pikir studi

Existing Problem:

1. Kenaikan harga energi listrik

2. Peringkat PROPER PT. PHE

3. Peningkatan Nilai IKE

Faktor yang dapat dikendalikan:

1. Tingkat konsumsi energi listrik

2. Beban listrik harian

3. Perilaku pengguna energi listrik

Faktor yang tidak dapat dikendalikan:

1. Pasokan listrik

2. Kenaikan tarif dasar listrik

3. Kelangkaan energi

Input: 1. Data konsumsi listrik

2. Luas bangunan

3. Data survey dan pengukuran

Metode pengumpulan data

Proses Analisis & Audit Energi:

1. Perhitungan nilai IKE

2. Kinerja alat 3. Identifikasi peluang hemat energi

4. Feasibility Study

Impact: 1. Efisiensi energi

2. Penghematan dan konversi anggaran

3. Peningkatan daya saing

Feedback

Parameter Kontrol:

IKE= 7.93 – 12.08 kWh/m2/bln; Cos

θ = >0.85; Ketidakseimbangan

Tegangan=3%; Ketidakseimbangan

arus:20%; Frekuensi: 50±0.6 Hz;

Harmonisa: 15%; OTTV: ≤35W/m2;

T: 25.5±1.5; Rh: 60±5; lux: 300-350;

cd = 12 W/m2

Output:

IKE, OTTV, profil sistem tata udara, profil

sistem tata cahaya; NPV; IRR; PP;NET B/C

Outcome:

Rekomendasi konservasi/efisiensi energi

20

Page 36: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

21

3 METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013

bertempat di PT. PHE Jakarta. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara

sengaja dengan pertimbangan bahwa PT. PHE merupakan lembaga yang bergerak

di sektor bisnis energi yang terus mengalami perkembangan. PT. PHE juga telah

menetapkan target-target efisiensi energi setiap tahunnya. Pada tahun 2013

PT. PHE menetapkan target efisiensi energi sebesar 12.5 persen.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh

melalui observasi. Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari litelatur

yang relevan dengan topik penelitian. Pengambilan data sekunder diperoleh juga

dari literatur-literatur, hasil penelitian terdahulu, jurnal, artikel, data historis,

laporan fasilitas dan inventaris gedung, laporan kondisi SDM, data pembayaran

listrik serta informasi lain yang relevan.

Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan jenis dan sumber data metode pengumpulan data yang

digunakan adalah:

a. Pengumpulan data historis

Pengumpulan data historis konsumsi energi listrik yang dicatat selama ini oleh

pihak pengelola dapat memberikan informasi berharga bagi peneliti untuk

mengetahui variasi konsumsi dan kebutuhan energi listrik. Data harian atau

data bulanan dikumpulkan, sehingga dapat diketahui konsumsi dan biaya

energi listrik. Data-data historis sistem kelistrikan biasanya dikumpulkan

melalui rekening listrik bulanan selama setahun. Selain itu data yang

dikumpulkan berupa denah bangunan, denah instalasi pencahayaan, diagram

garis tunggal listrik, dan tingkat hunian. Berdasarkan data bangunan tersebut

dapat dihitung rincian luas bangunan dan luas bangunan total (m2), tingkat

pencahayaan ruangan (lux/m2), daya listrik total yang dibutuhkan (kVA atau

kW), intensitas daya terpasang per m2 peralatan lampu, daya listrik terpasang,

IKE dan biaya energi bangunan.

b. Pengukuran

Objek yang perlu diukur secara on-line pada sistem kelistrikan adalah: daya,

faktor daya, waktu operasi, kualitas tegangan, frekuensi, konsumsi energi dan

lainnya. Selain itu pengukuran juga dilakukan terhadap intensitas

pencahayaan, temperatur dan kelembaban ruangan, serta besaran konsumsi

energi sistem tata udara dan tata cahaya. Alat yang digunakan untuk mengukur

kelistrikan yaitu power factor analyzer dan clamp on meter, untuk mengukur

intensitas cahaya menggunakan lux meter, untuk mengukur termperatur dan

kelembaban ruangan menggunakan anemometer.

c. Survei

Survei dilakukan dengan cara mengidentifikasi jenis dan spesifikasi peralatan

yang menggunakan energi listrik di gedung perkantoran PT. PHE.

Page 37: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

22

d. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap pemegang jabatan yang kompeten dan

merupakan pengambil keputusan bidang energi.

Prosedur Audit Energi

Gambar 3 Prosedur audit energi

tidak

Audit energi

rinci

Audit energi awal

tidak ya

Mulai

Data historis energi

tahun sebelumnya

Menghitung Intensitas Konsumsi

Energi (IKE) tahun sebelumnya

Periksa IKE apakah

melebihi target?

Mengenali Kemungkinan “PHE”

Analisis “PHE”

Rekomendasi “PHE”

Implementasi

Lakukan Penelitian dan Pengukuran

Konsumsi Energi

Data Konsumsi Energi

Hasil Pengukuran

Periksa IKE apakah

melebihi target?

Periksa IKE apakah

melebihi target?

Pengumpulan dan penyusunan data

historis energi tahun sebelumnya

Page 38: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

23

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan metode analisis yang digunakan dengan

tujuan untuk memperoleh gambaran secara mendalam dan objektif mengenai

obyek penelitian. Dalam upaya membantu memaparkan hasil analisis ini disajikan

dalam bentuk tabulasi, gambar, matriks sesuai dengan hasil pengamatan. Analisis

deskriptif juga dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan program konservasi energi

dan implementasi hasil-hasil audit energi listrik yang dilakukan oleh PT. PHE.

Analisis Intensitas Konsumsi Energi

Perhitungan intensitas konsumsi energi listrik dilakukan dengan cara

membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional

Indonesia (SNI). Perhitungan dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu

perhitungan IKE listrik tahunan dan IKE listrik bulanan. Dalam konteks

perhitungan IKE listrik tahunan di gedung PT. PHE dapat dihitung menggunakan

persamaan:

IKE = energi yang digunakan (kWh/tahun) ……………………………….. (6)

Luas bangunan (m2)

Sedangkan perhitungan IKE listrik bulanan dapat dihitung dengan persamaan:

IKE = energi yang digunakan (kWh/bulan) ……………………………….. (7)

Luas bangunan (m2)

Hasil perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik pada gedung

perkantoran PT. PHE akan dibandingkan dengan IKE Standar Nasional Indonesia

(SNI). Jika nilai IKE hasil pengukuran lebih besar dari IKE benchmark maka

penggunaan energi listrik semakin tidak efisien.

Analisis Peluang Hemat Energi

Apabila peluang hemat energi telah dikenali, selanjutnya perlu

ditindaklanjuti dengan analisa peluang hemat energi, yaitu dengan cara

membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar

untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan.

Penghematan energi pada bangunan tidak berarti mengurangi tingkat kenyamanan

penghuni. Analisa peluang hemat energi dilakukan dengan upaya-upaya:

1 Mengurangi sekecil mungkin penggunaan energi (mengurangi kW dan jam

operasi)

2 Memperbaiki kinerja peralatan

3 Penggunaan sumber energi yang murah

Potensi penghematan merupakan hasil analisa IKE untuk selanjutnya

dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia jika didapati IKE lebih besar

dari IKE standar maka ada potensi penghematan.

Page 39: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

24

Analisis Finansial

Analisis finansial bertujuan untuk mengukur konsumsi energi, biaya

penggunaan energi, penghematan energi dan studi kelayakan investasi. Melalui

analisis ini dapat diketahui besar energi yang dikonsumsi oleh suatu sistem, biaya

penggunaannya, penghematan biaya jika menerapkan konservasi energi dengan

cara tertentu, dan dapat diketahui kelayakan dari langkah konservasi energi yang

direkomendasikan berdasarkan hasil audit energi.

1 Perhitungan konsumsi dan biaya penggunaan energi

Pendekatan yang digunakan untuk mengukur konsumsi, biaya penggunaan dan

penghematan energi listrik yaitu pendekatan berdasarkan accounting based

analysis. Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung jumlah

konsumsi energi dalam satuan kWh adalah:

Konsumsi kWh per hari = (∑ Watt x Jam penggunaan per hari) ….…….(8)

1000

Sedangkan biaya penggunaan energi dihitung menggunakan persamaan:

Biaya energi listrik = (kWh x TDL) x ∑ Hari penggunaan …………..…(9)

2 Kelayakan finansial

Analisa kelayakan finansial terlebih dahulu harus menyusun aliran kas yang

terdiri dari arus penerimaan dan arus pengeluaran. Arus penerimaan terdiri

dari nilai penghematan energi dan nilai sisa. Arus pengeluaran terdiri dari

biaya investasi, biaya operasional, biaya pemasangan dan perawatan serta

pembayaran pinjaman dan bunga. Pengukuran arus penerimaan dan

pengeluaran akan diperoleh net benefit atau net saving. Analisis finansial

dilakukan secara kuantitatif dan alat analisis yang digunakan untuk menguji

kelayakan yaitu NPV, Net B/C, IRR dan PBP.

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah selisih antara present value dari investasi

dengan nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan datang

(Umar 2005). Rumus yang digunakan dalam menghitung NPV adalah sebagai

berikut:

……………………………….…………….… (10)

Keterangan:

Bt = penerimaan (benefit) pada tahun ke-t

Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t

n = umur proyek (tahun)

i = discount factor (%)

Penilaian kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV terdapat tiga kriteria

investasi dalam NPV yaitu lebih besar dari nol berarti proyek menguntungkan

dan layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV sama dengan nol berarti proyek

tidak menguntungan dan juga tidak merugi karena manfaat yang diperoleh

n

t ti

CtBtNPV

1 )1(

Page 40: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

25

hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. Sedangkan NPV lebih

kecil dari nil berarti proyek merugi dan lebih baik untuk tidak dilaksanakan.

Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return adalah presentase keuntungan yang akan diperoleh

perusahaan yang melakukan investasi, biasanya dinyatakan dalam persen.

tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui presentase keuntungan dari

sesuatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan proyek dalam

mengembalikan bunga pinjaman. Investasi dikatakan layak jika nilai IRR

lebih besar dari tingkat diskonto, sedangkan jika nilai IRR lebih kecil dari

tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan (Umar

2005). Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah:

.……………..…………………….(11)

Keterangan:

i1 = Nilai diskonto pada saat NPV1

i2 = Nilai diskonto pada saat NPV2

NPV1 = Nilai NPV positif

NPV2 = Nilai NPV negatif

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi

penggunaan biaya berupa angka antara jumlah nilai bersih sekarang (present

value) yang positif dengan nilai bersih sekarang (present value) negatif. Net

B/C rasio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap

tambahan biaya sebesar satu rupiah. Jika Net B/C lebih besar dari satu, maka

usaha tersebut layak untuk dilaksanakan (Umar 2005). Rumus yang digunakan

dalam menghitung Net B/C adalah:

………………………..…………….(12)

Keterangan:

Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t

Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t

n = umur proyek (tahun)

i = discount rate (%)

Payback Periode (PP)

Periode pengembalian atau payback periode adalah suatu angka yang

mengindikasikan waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal

investasi awal. Biasanya dinyatakan dalam satuan tahun atau bulan. Rumus

yang digunakan untuk menghitung PBP adalah:

………………………………..……………..………....(13)

)( 21

21

1

1ii

NPVNPV

NPViIRR

n

t

n

t

ti

BtCt

ti

CtBt

CNETB

1

1

)1(

)1(/

Ab

IPP

Page 41: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

26

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Perusahaan

PT. PHE merupakan perusahaan yang bergerak di sektor minyak dan gas

bumi. PT. PHE didirikan pada tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT

Permina. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN Permina dan

setelah merger dengan PN Pertamin di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN

PT. PHE. Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan

perusahaan menjadi PT. PHE.

Pendirian PT. PHE (Persero) dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang

tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas,

Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero),

dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun

2003 tentang pengalihan bentuk perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi

negara menjadi perusahaan perseroan.

Bangunan gedung PT. PHE ini berlokasi di Jalan Medan Merdeka Timur

No. 6 Jakarta. Gedung PT. PHE mulai dioperasikan sejak tahun 1970. Bangunan

gedung terdiri dari 17 lantai, 2 lantai basement dan 1 lantai Auditorium serta area

pendukung yang terdiri dari area koridor dan area parkir. Fungsi utama gedung

sebagai gedung perkantoran.

Luas lantai keseluruhan gedung adalah 35,841.9 m2 dengan jumlah hunian

gedung pada hari kerja rata-rata sekitar 1,005 orang, terdiri dari 567 orang

karyawan outsourcing dan 438 orang karyawan PT. PHE. Pada waktu dilakukan

audit terdapat 3 lantai gedung yang sedang dilakukan renovasi sehingga tidak ada

aktifitas pada 3 lantai tersebut. Jumlah staf yang bertanggung jawab atas

pengelolaan gedung adalah 18 orang, bertugas dibidang keteknikan, termasuk

pengelolaan energi.

Jam kerja pada PT. PHE dimulai pukul 07.00 sampai dengan 16.00 WIB

dari Senin hingga Jumat. Jam kerja akan melebihi dari waktu yang ditentukan

apabila ada permintaan lembur kerja yang diajukan karyawan dengan mengisi

fomulir yang telah tersedia.

Sistem Kelistrikan

Sumber utama kebutuhan energi listrik di PT. PHE disuplai oleh PT. PLN

dengan kontrak daya sebesar 2.770 kVA, 3 phasa tegangan 380 Volt. Daya listrik

tersebut didistribusikan melalui 2 unit trafo yang melalui 2 panel utama, terdiri

dari 1 panel untuk AC, 1 panel untuk penerangan dan stop kontak. Sistem operasi

jaringan distribusi listrik gedung dari PLN merupakan sumber energi listrik utama

dan genset sebagai cadangan apabila mengalami pemadaman dengan sistem

Change Over Switch (COS) secara otomatis.

Secara sederhana, single line diagram sistem distribusi listrik di gedung

PT. PHE ditunjukkan pada Gambar 4.

Page 42: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

27

Gambar 4 Single line sistem distribusi listrik gedung PT. PHE

Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa gedung kantor tersebut menggunakan

listrik dari PLN dengan 1 langganan dan 2 unit genset sebagai cadangan. Pihak

manajemen harus menjaga dokumen gambar dan label breaker sistem distribusi

listrik dan membuat SOP sistem kelistrikan agar tidak terjadi salah operasi dalam

mengoperasikan sistem distribusi listrik.

Konsumsi dan Biaya Energi Listrik

Total penggunaan energi listrik di gedung PT. PHE pada tahun 2012

mencapai 5,354,300 kWh dengan nilai total biaya Rp 4,263,466,750. Rata-rata

penggunaan energi listrik 446,191 kWh per bulan dengan rata-rata biaya listrik

bulanan Rp 355,288,895. Penggunaan energi listrik di PT. PHE tahun 2012

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Konsumsi dan biaya listrik di gedung PT. PHE tahun 2012

Bulan LWBP WBP Total Biaya

(kWh) (kWh) kWh Rp

Januari 429,300 43,350 472,650 370,749,750

Februari 414,850 39,750 454,600 355,862,250

Maret 422,850 39,150 462,000 361,187,250

April 428,250 39,750 468,000 376,118,250

Mei 401,650 41,900 443,550 401,961,750

Page 43: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

28

Bulan LWBP WBP Total Biaya

(kWh) (kWh) kWh Rp

Juni 462,050 49,000 511,050 401,662,500

Juli 405,050 38,500 443,550 347,100,000

Agustus 378,250 38,150 416,400 326,606,250

September 442,500 42,850 485,350 380,081,250

Oktober 374,300 30,500 404,800 325,037,500

Nopember 389,700 36,350 426,050 333,168,750

Desember 341,750 24,550 366,300 283,931,250

Total 4,890,500 463,800 5,354,300 4,263,466,750

Rata-rata 407,542 38,650 446,192 355,288,895

Sumber : Rekening listrik gedung PT. PHE (data diolah 2013)

Konsumsi dan biaya listrik tertinggi terjadi pada bulan Juni 2012 sebesar

511,050 kWh dengan biaya Rp 401,662,500, dan konsumsi listrik paling rendah

terjadi pada Desember 2012 sebesar 366,300 kWh dengan biaya Rp 283,931,250.

Tingginya konsumsi dan biaya energi listrik pada bulan Juni 2012 disebabkan

oleh peningkatan aktivitas yang lebih tinggi jika dibandingkan pada bulan-bulan

lainnya. Aktivitas-aktivitas ekstra pada pada bulan Juni pada PT. PHE di

antaranya kegiatan peringatan hari jadi perusahaan. Kegiatan tersebut

diselenggarakan setelah jam kerja berakhir yaitu pada malam hari. Kegiatan

tersebut berimplikasi pada peningkatan konsumsi energi listrik. Sementara itu,

konsumsi energi listrik pada bulan Desember 2012 bernilai lebih rendah

dibanding bulan lainnya karena pada bulan tersebut frekuensi aktivitas ekstra pada

perusahaan sudah menurun.

Konsumsi energi listrik pada PT. PHE apabila dilihat dari distribusi waktu

penggunaannya 91.3 persen, digunakan pada saat Luar Waktu Beban Puncak

(LWBP) dan 8.7 persen digunakan pada saat Waktu Beban Puncak (WBP) yaitu

pada pukul 17.00 - 22.00 WIB. Penggunaan energi listrik pada saat WBP

diterapkan tarif yang lebih mahal dibandingkan dengan tarif saat LWBP. Sehingga

semakin tinggi konsumsi energi listrik saat WBP, menyebabkan biaya yang

dikeluarkan untuk membayar energi listrik akan semakin mahal. Alasan tarif

listrik dibebankan lebih malah pada pukul 17.00 – 22.00 WIB atau saat Waktu

Beban Puncak karena pada saat itu Pelanggan PLN diseluruh Indonesia

menyalakan listrik secara bersamaan. Melambungnya grafik konsumsi listrik pada

waktu beban puncak memiliki dampak yang serius terhadap sistem dan pasokan

listrik PLN.

Apabila disajikan dalam grafik terlihat trend konsumsi dan biaya energi

listrik pada tahun 2012 berfluktuasi tetapi cenderung mengalami penurunan pada

akhir tahun 2012 (Gambar 5). Demikian juga dengan biaya yang dibayarkan untuk

energi listrik.

Lanjutan Tabel 9

Page 44: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

29

Gambar 5 Trend konsumsi dan biaya energi listrik gedung PT. PHE tahun 2012

(data diolah 2013)

Intensitas Konsumsi Energi

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang

digunakan untuk menyatakan besaran pemakaian energi pada bangunan gedung.

Nilai IKE dinyatakan dalam satuan kWh/m2/bulan atau kWh/m

2/tahun.

Konsumsi energi total pada PT. PHE selama setahun adalah 5,354,300

kWh, rata-rata konsumsi energi bulanan 446,192 kWh, gedung PT. PHE memiliki

luas area total 35,841.9 m2. Berdasarkan perhitungan terhadap IKE listrik di

gedung PT. PHE diperoleh nilai 149.39 kWh/m2/tahun.

Rata-rata nilai IKE 12.45

kWh/m2/bulan.

Jika diibandingkan nilai benchmark SNI 6390:2011, maka IKE aktual

gedung dikategorikan cukup efisien. Hal tersebut berarti bahwa masih perlu

dilakukan upaya-upaya konservasi energi untuk menurunkan IKE agar efisien atau

sangat efisien. Untuk itu penggunaan energi pada gedung masih memungkinkan

dilakukan melalui pemeliharaan bangunan dan peralatan energi.

Perkembangan nilai IKE di gedung PT. PHE selama tahun 2012 disajikan

pada Gambar 6. Tampak pada gambar tersebut perkembangan nilai IKE

perusahaan berfluktuasi dan cenderung menurun pada akhir tahun. Semakin kecil

nilai IKE suatu gedung maka dapat dikatakan penggunaan energi pada gedung

tersebut semakin efisien.

Gambar 6 Perkembangan IKE gedung PT. PHE tahun 2012 (data diolah 2013)

0

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000

350,000,000

400,000,000

450,000,000

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des

kWh Rupiah

13.1

9

12.6

8

12.8

9

13.0

6

12.3

8

14.2

6

12

.38

11.6

2

13.5

4

11.2

9

11.8

9

10.2

2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des

IKE

lis

trik

Page 45: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

30

Untuk menjaga agar IKE berada pada kategori yang efisien menurut Elyza

(2005) dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan perawatan dan penggunaan

peralatan hemat energi. Menurut Kementerian ESDM (2011), penyebab

pemborosan energi 80 persen disebabkan oleh faktor manusia dan 20 persen

disebabkan oleh faktor teknis. Oleh karena itu, upaya efisiensi energi harus

ditekankan pada aspek demand side management yaitu fokus pada perubahan

perilaku, kebiasaan, kedisiplinan, dan kesadaran hemat energi.

Upaya mempertahankan nilai IKE dengan menerapkan program efisiensi

energi paling tidak dapat menghemat biaya penggunaan energi hingga 25 persen

(Elyza 2005). Selain dapat menekan biaya penggunaan energi, efisiensi energi

juga dapat memberikan solusi yang sangat menguntungkan untuk meningkatkan

daya saing usaha. Karena pada prinsipnya energy saving sama dengan money

saving. Sehingga dengan demikian perusahaan dapat mengkonversi uang yang

dihemat untuk membiayai aspek operasional lainnya seperti untuk meningkatkan

produksi, pelayanan, dan kesejahteraan pegawai atau dapat juga diinvestasikan

kembali untuk membeli peralatan energi yang jauh lebih hemat energi.

Profil Beban Listrik Harian

Hasil pengukuran profil beban listrik menunjukkan bahwa terdapat

ketidaksesuaian antara jam operasional gedung dengan jam operasional yang

ditetapkan (Gambar 7). Siklus pada Gambar 7 menunjukkan profil beban listrik

harian pada saat hari kerja dan hari libur.

Waktu

Gambar 7 Profil beban listrik pada trafo1 (data diolah 2013)

Pada saat hari kerja, beban listrik yang digunakan lebih besar

dibandingkan dengan pada saat hari libur karena sistem tata cahaya dan peralatan

listrik dibutuhkan secara maksimum untuk menunjang aktivitas kerja. Pada hari

kerja beban listrik pada trafo 1 mulai dinyalakan pada jam 05.00 WIB dan

dimatikan pada jam 18.00 WIB, padahal jam kerja kantor adalah jam 07.00

sampai 16.00 WIB. Jam masuk kerja dengan jam pengopersian alat listrik terdapat

perbedaan 2 jam dan waktu stop peralatan listrik terjadi perbedaan 2 jam.

Perbedaan waktu tersebut disebabkan sebagian pegawai mulai masuk kerja jam

06.00 WIB dan pulang kantor jam 18.00 WIB.

Beban listrik pada trafo 2 diukur pada saat hari kerja. Seperti halnya pada

trafo 1 siklus penggunaan energi pada trafo 2 yang dimanfaatkan untuk AC juga

menunjukkan ketidaksesuaian antara jam operasi dengan jadwal yang ditetapkan

pada saat hari kerja. Beban listrik pada trafo 2 mulai dinyalakan pada jam 05.00

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

0:0

2:2

42

:17

:24

4:3

2:2

46

:47

:24

9:0

2:2

41

1:1

7:2

41

3:3

2:2

41

5:4

7:2

41

8:0

2:2

42

0:1

7:2

42

2:3

2:2

40

:47

:24

3:0

2:2

45

:17

:24

7:3

2:2

49

:47

:24

12

:02

:24

14

:17

:24

16

:32

:24

18

:47

:24

21

:02

:24

23

:17

:24

1:3

2:2

43

:47

:24

6:0

2:2

48

:17

:24

10

:32

:24

12

:47

:24

15

:02

:24

17

:17

:24

19

:32

:24

21

:47

:24

Day

a ak

tif

(kW

)

Page 46: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

31

WIB dan dimatikan pada jam 18.00 WIB, padahal jam kerja kantor adalah jam

07.00 WIB sampai 16.00 WIB. Profil beban listrik harian pada trafo 2 disajikan

pada Gambar 8.

Waktu

Gambar 8 Profil beban listrik pada trafo 2 (data diolah 2013)

Nilai daya listrik maksimum di gedung PT. PHE pada trafo 1 yang

difungsikan sebagai penerangan dan power kontak terjadi pada pagi hari yaitu

dengan beban maksimum 542,600 watt dan beban minimum 151,300 watt terjadi

pada pagi dini hari. Sementara itu, pada trafo 2 yang difungsikan untuk AC

beban maksimumnya terjadi pada jam 15.00 WIB dengan besar konsumsi energi

840,000 watt.

Jika dilihat dari pola jam nyala peralatan listrik untuk penerangan dan juga

Air Conditioner terdapat peluang konservasi energi dengan cara menggeser jadwal

menghidupkan peralatan yang dilakukan oleh petugas untuk trafo 1. Jadwal

petugas kontrol dalam menghidupkan peralatan di ruang kerja pada jam masuk

pengawai dimundurkan pada jam 06.00 WIB sehingga dapat meminimalisir

selisih antara jadwal jam kerja dengan jam nyala peralatan listrik dan untuk

pegawai lembur direkomendasikan disediakan ruangan khusus. Dengan demikian,

peluang penghematan energi dengan cara menggeser jam nyala selama 1 jam

adalah 8,247 kWh. Jumlah penghematan tersebut diperoleh dari hasil kali jumlah

daya listrik yang dipakai rata-rata 275 kW x 30 hari. Jika asumsi harga energi

listrik per-kWh adalah Rp 880 maka jumlah energi yang bisa dihemat tiap bulan

8,247 kWh x Rp 880 = Rp 7,257,360 per bulan atau sebesar Rp 87,088,320 per

tahun.

Kualitas Kelistrikan

Profil beban listrik gedung diperoleh melalui pengukuran langsung dengan

menggunakan alat ukur Electrical Power Analyzer, pada panel utama gedung

yang diikuti dengan load survey ditiap-tiap MCB pada panel subsdistribusi

dengan menggunakan Clamp on Meter. Pengukuran dilakukan selama beberapa

hari guna mendapatkan data kondisi kelistrikan yang aktual seperti karakteristik

daya nyata (kW)/daya semu (kVA), faktor daya, frekuensi maksimum/minimum,

tegangan/arus antar phasa, ketidakseimbangan tegangan/beban, harmonik

tegangan/arus, serta mati/hidup-nya beban listrik tersebut.

Terdapat 2 panel utama yaitu panel utama untuk AC dan panel utama

untuk peralatan dan penerangan. Kondisi aktual mengenai kondisi operasi dan

kualitas kelistrikan yang melayani beban-beban listrik pada gedung kantor

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1000.00

10

:25

:48

12

:00

:48

13

:35

:48

15

:10

:48

16

:45

:48

18

:20

:48

19

:55

:48

21

:30

:48

23

:05

:48

0:4

0:4

8

2:1

5:4

8

3:5

0:4

8

5:2

5:4

8

7:0

0:4

8

8:3

5:4

8

10

:10

:48

11

:45

:48

13

:20

:48

14

:55

:48

16

:30

:48

18

:05

:48

19

:40

:48

21

:15

:48

22

:50

:48

0:2

5:4

8

2:0

0:4

8

3:3

5:4

8

5:1

0:4

8

6:4

5:4

8

8:2

0:4

8

9:5

5:4

8

Day

a ak

tif

(kW

)

Page 47: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

32

tersebut akan diketahui melalui grafik profil beban harian, grafik faktor daya dan

grafik ketidakseimbangan.

Faktor daya (Cosphi)

Nilai cos phi didefinisikan sebagai perbandingan daya nyata dengan daya

semu. Nilai cosphi yang diijinkan oleh PLN agar tidak terjadi denda KVAr diatas

0.85 atau 85 persen. Nilai cosphi tersebut ditetapkan karena penyedia listrik

(PLN) harus mengirimkan daya kompleks (kVA) yang lebih besar untuk

memenuhi kebutuhan energi listrik atau daya aktif (kW) yang tetap apabila faktor

dayanya buruk. Manfaat lain dari nilai cos phi yang besar (baik) ini adalah

kapasitas beban (KW) dapat optimal termanfaatkan dari suatu kapasitas terpasang

(KVA).

Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh cosphi pada trafo 1 dan 2

diperoleh nilai cosphi yang bervariasi. Ragam dari nilai tersebut dipengaruhi oleh

beban. Nilai cosphi pada trafo 1 berkisar antara 0.97 – 0.99 dengan nilai rata-rata

0.98. Profil cosphi trafo 1 untuk beberapa hari kerja disajikan pada Gambar 9.

Waktu

Gambar 9 Profil cosphi trafo 1 (data diolah 2013)

Hasil pengukuran terhadap nilai cosphi pada trafo 2 memiliki kisaran nilai

yang sama dengan nilai cosphi pada trafo 1 yaitu 0.97 – 0.99. Profil cosphi pada

trafo 2 disajikan pada Gambar 10.

Waktu

Gambar 10 Profil cosphi trafo 2 (data diolah 2013)

Dari profil cosphi di atas menunjukkan bahwa nilai cosphi sistem

kelistrikan gedung berada dalam kondisi yang baik dan sesuai dengan yang

ditetapkan oleh PLN. Sehingga PT. PHE tidak perlu membayar denda kepada

Cos

phi

Cos

phi

Page 48: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

33

PLN. Nilai cosphi agar tetap dalam keadaan baik, dapat dijaga dengan melakukan

monitoring dan perawatan secara terus menerus pada sistem distribusi listrik

supaya nilai cosphi bisa tetap berada diatas 0.85. Keuntungan dari nilai cosphi

yang baik tersebut disamping menghindari denda dan daya pada gedung tersebut

bisa dimanfaatkan secara maksimal. Karena kualitas daya yang baik akan dapat

memperbaiki drop tegangan, faktor daya, rugi-rugi daya, kapasitas daya dan

efisiensi energi listrik. Menurut Syafrianto et. al. (2012), kualitas daya yang baik

akan mengurangi drop tegangan, faktor daya, rugi-rugi daya, kapasitas daya aktif

(kW) dan daya semu (kVA) dan dapat meningkatkan efisiensi energi listrik.

Kualitas daya yang baik adalah jika power faktor > 0.8. Beban-beban dengan sifat

induktif menyebabkan rendahnya power faktor (cosphi).

Tegangan Listrik

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tegangan listrik, diketahui bahwa

nilai tegangan listrik pada trafo 1 rata-rata berada di bawah 3 persen. Kondisi

tersebut menunjukkan jika nilai tegangan pada masing-masing trafo dalam

keadaan baik. Profil ketidakseimbangan tegangan pada trafo 1 disajikan pada

Gambar 11.

Waktu

Gambar 11 Profil ketidakseimbangan tegangan (data diolah 2013)

Hasil pengukuran terhadap ketidakseimbangan tegangan pada trafo 2 juga

menunjukkan profil yang baik dengan nilai rata-rata lebih kecil dari 3 persen

(Gambar 12).

Gambar 12 Profil ketidakseimbangan tegangan trafo 2 (data diolah 2013)

Unbal

ance

teg

angan

(%

) U

nbal

ance

teg

angan

(%

)

Page 49: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

34

Nilai tegangan listrik tersebut merupakan hal penting dalam sistem

kelistrikan baik pada sistem transmisi maupun sistem distribusi. Karena bila nilai

ketidakseimbangan tegangan diatas nilai standar maka kinerja motor-motor listrik

menjadi turun serta cepat mengalami kerusakan. Ketidakseimbangan tegangan

yang tinggi akan menimbulkan arus tidak seimbang yang menyebabkan motor

menjadi panas. Untuk mengukur nilai ketidakseimbangan tegangan sudah

memiliki standar dalam sistem kelistrikan yaitu Standar ANSI C84.1-1995,

dimana nilai ketidakseimbangan tegangan sistem distribusi tegangan rendah tidak

boleh melebihi 3 persen.

Arus Listrik

Berdasarkan hasil pengukuran langsung terhadap nilai ketidakseimbangan

arus listrik pada trafo 1 diperoleh profil arus sebagaimana ditunjukkan pada

Gambar 13.

Gambar 13 Profil ketidakseimbangan arus trafo 1 (data diolah 2013)

Sementara itu, nilai ketidakseimbangan arus listrik pada trafo 2 diperoleh

profil arus sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 14.

Gambar 14 Profil ketidakseimbangan arus trafo 2 (data diolah 2013)

Nilai ketidakseimbangan arus merupakan hal penting dalam mengukur

kualitas sistem kelistrikan. Karena jika nilai ketidakseimbangan arus diatas nilai

standar akan mengakibatkan Transformator Harmonic Derating Factor (THDF–Arus)

menjadi tinggi, timbulnya arus netral, dan isolasi menjadi panas serta

mempengaruhi kinerja trafo distribusi. Standar ANSI C84.1-1995 menetapkan

nilai ketidakseimbangan arus sistem distribusi tidak boleh melebihi 20 persen.

Unbal

ance

Aru

s (%

)

Unbal

ance

Aru

s (%

)

Page 50: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

35

Tabel 10 Nilai arus dan ketidakseimbangan arus

Data Arus (TR1) Ketidak

seimbangan

Arus

Arus (TR2/AC) Ketidak seimbangan

Arus I1 I2 I3 I1 I2 I3

Max 804.5 811.1 843.0 8.6% 1316.6 1354.0 122.80 200.0%

Min 233.3 210.2 236.2 0.7% 0.0 0.00 0.10 0.5%

Rata-Rata 388.0 371.7 395.1 4.2% 521.5 534.36 492.53 84.4%

Hasil pengukuran menggunakan power factor analyzer (data diolah 2013)

Nilai ketidakseimbangan arus pada trafo 1 dan 2 menunjukkan nilai rata-

rata dibawah 20 persen. Tetapi nilai maksimum terutama pada trafo 2 melebihi

nilai standar. Ketidakseimbangan arus trafo 2 terjadi selama 12 jam pada malam

hari. Hal ini disebabkan oleh beban 1 fassa di fassa T. Kondisi ini dapat diatasi

dengan melakukan proses balancing beban listrik pada Sub Distribution Panel

(SDP) beban rata pada ketiga phasa. Rugi-rugi jaringan pada line netral tersebut

diatas, bisa dihilangkan dengan cara rewiring pada sub distribution panel agar

beban listrik terdistribusi merata pada setiap phasa (R-S-T).

Frekuensi Listrik

Frekuensi listrik adalah jumlah siklus arus bolak-balik per detik. Beberapa

negara termasuk Indonesia menggunakan frekuensi listrik standar sebesar 50 Hz.

Frekuensi listrik ditentukan oleh kecepatan perputaran dari turbin sebagai

penggerak mula. Salah satu contoh akibat dari frekuensi listrik yang tidak stabil

adalah akan mengakibatkan perputaran motor listrik sebagai penggerak mesin-

mesin produksi di industri manufaktur juga tidak stabil, dimana hal ini akan

mengganggu proses produksi. Gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem

frekuensi terdiri atas :

1. Penyimpangan terus-menerus (continuous deviation); frekuensi berada diluar

batasnya pada saat yang lama (secara terus-menerus), frekuensi standar 50 Hz

dengan toleransi 0,6 Hz (49,4 – 50,6 Hz) IEEE-446.

2. Penyimpangan sementara (transient deviation); penurunan atau penaikkan

frekuensi secara tiba-tiba dan sesaat.

Hasil pengukuran terhadap frekuensi listrik pada jaringan sistem distribusi

listrik di gedung kantor masih tergolong baik, yaitu 49.9 sampai 50.6 Hz sehingga

masih dalam batas standar IEEE-446.

Harmonisa Tegangan dan Arus

Harmonisa tegangan dan arus adalah komponen-komponen gelombang

sinus dengan frekuensi dan amplitudo yang lebih kecil dari gelombang asalnya

(bentuk gelombang yang cacat), standar IEEE 159 menetapkan THDV & THDI

minimum sebesar 15 persen. Hasil pengukuran diperoleh nilai harmonisa arus

sebagaimana disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Nilai harmonisa arus

Data Harmonisa Arus (TR1) % Harmonisa Arus (TR2/AC) %

THDFI1 THDFI2 THDFI3 THDFI1 THDFI2 THDFI3

Max 26.67 28.88 28.38 74.04 70.01 69.91

Min 15.24 15.31 12.94 7.27 7.98 8.26

Rata-Rata 21.91 23.25 21.28 26.50 22.88 21.77

Nilai harmonisa arus (data diolah 2013)

Page 51: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

36

Tabel 11 menunjukkan nilai harmonisa arus minimum pada trafo 1 dan 2

masih dalam batas standar tetapi untuk batas harmonisa maksimum sudah

melebihi batas standar. Hal tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan beban

terutama di trafo 2 untuk AC. Agar nilai harmonisa maksimal tetap stabil dapat

dilakukan dengan cara balancing beban listrik pada ketiga phasa jaringan listrik

serta melakukan monitoring secara rutin temperatur sambungan-sambungan

terutama pada jaringan netral dan phasa T agar tidak sampai rusak (over heat) atau

kebakaran. Jika ditemukan ada sambungan dengan temperatur ekstrim, maka

harus segera dilakukan perbaikan kekencangan sambungan tersebut.

Harmonisa arus dan tegangan yang tidak sesuai dengan standar dapat

mengakibatkan panas yang berlebihan, getaran keras, suara berisik dan terbakar

pada peralatan capacitor reactor, meledak pada peralatan power fuse (power

capacitor), salah beroperasi pada peralatan breaker; suara berisik, bergetar pada

peralatan dan pada peralatan motor listrik, elevator dan peralatan-peralatan

kontrol, getaran yang tinggi, panas berlebihan dan kesalahan operasi. Kontribusi

arus harmonik dapat menyebabkan cacat (distorsi) pada tegangan, meskipun

tergantung besaran kontribusinya. Cara mengurangi pengaruh harmonisa tegangan

dan atau harmonisa arus yang terjadi pada sistem adalah dengan memasang

harmonic filter yang sesuai pada peralatan-peralatan yang dapat menyebabkan

timbulnya harmonik seperti arus magnetisasi transformer, static VAR

compensator dan peralatan-peralatan elektronika daya (seperti inverter, rectifier,

converter dan sebagainya. Pada Tabel 12 disajikan nilai harmonisa tegangan.

Tabel 12 Nilai harmonisa tegangan

Hasil pengukuran harmonisa tegangan (data diolah 2013)

Pada Tabel tersebut terlihat bahwa nilai harmonisa tegangan pada tiap

phasa masih dalam batas standar. Sehingga tidak diperlukan koreksi pada

harmonisa tegangan. Namun demikian, harmonisa tegangan perlu tetap dijaga

sesuai standar agar tidak menimbulkan penurunan pada kualitas kelistrikan.

Konservasi Energi pada Selubung Bangunan

Selubung bangunan pada gedung PT. PHE sudah menggunakan kaca film

di seluruh bangunan gedungnya. Selain itu juga terlihat adanya shading di tiap-

tiap bangunan. Atap dan bahan dinding bangunan terdiri atas beton ringan dengan

orientasi bangunan gedung menghadap ke arah barat. Berdasarkan hasil

pengamatan terhadap sistem selubung bangunan ditemukan hal-hal sebagai

berikut.

a. Kaca jendela

Radiasi matahari merupakan beban thermal eksternal bagi sistem tata udara

sehingga sistem tata udara tidak dapat bekerja maksimal karena temperatur di

Data

Harmonisa Tegangan (TR1) % Harmonisa Tegangan (TR2/AC) %

THDF

U1

THDF

U2

THDF

U3

THDF

U1

THDF

U2

THDF

U3

Max 2.5 2.8 2.8 2.58 2.78 2.53

Min 1.6 1.7 1.6 1.03 0.98 0.74

Rata-Rata 2.1 2.2 2.1 1.59 1.77 1.49

Page 52: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

37

dalam ruangan tinggi diakibatkan oleh radiasi matahari melalui kaca jendela.

Salah satu cara efektif untuk menghambat radiasi matahari yang masuk ke

dalam ruangan yaitu dengan memasang kaca film. Selain itu dapat juga

digunakan shading atau overhang untuk menghambat sinar matahari yang

akan masuk ke dalam ruangan.

Gedung PT. PHE sudah menggunakan kaca film di seluruh bangunannya

sehingga dapat menghambat radiasi matahari yang akan masuk ke dalam

ruangan. Sistem vegetasi gedung PT. PHE pun sudah cukup baik untuk

menghalangi pancaran sinar matahari yang akan masuk ke dalam ruangan dan

juga menyebabkan udara sekitar cenderung menjadi tidak panas. Menurut

BPPT (2012) mengurangi beban pendinginan secara langsung dapat

menghemat energi listrik pada sistem pendingin ruangan. Beban pendingin

ruangan pada umumnya bersumber dari sinar matahari, sistem pencahayaan,

manusia, peralatan listrik udara luar.

BPPT (2012) sumber utama panas pada bangunan gedung di negara tropis

adalah sinar matahari. Dengan mengurangi radiasi sinar matahari yang masuk

ke dalam ruangan gedung, beban pendinginan akan turun. Hal tersebut dapat

dilakukan antara lain dengan memasang kaca film, memanfaatkan material

bangunan yang memiliki nilai koefisien transfer thermal yang rendah,

menanam pohon di sekitar gedung, mengurangi cahaya langsung masuk ke

dalam gedung, mengatur orientasi bangunan, mengatur organisasi

ruang,memasang selective glassing (kaca film). Kondisi kaca film dan shading

gedung dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Kondisi kaca dan shading gedung PT. PHE

b. Overall Thermal Transfer Value (OTTV)

Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui sebarapa besar bangunan telah

menerapkan hemat energi yaitu melalui pendekatan OTTV sesuai Standar

Nasional Indonesia 6389:2011 tentang konservasi energi selubung bangunan.

Page 53: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

38

Penentuan nilai OTTV merupakan salah satu upaya efisiensi sistem tata udara

dengan cara memperkecil beban pendinginan serta pemilihan sistem dan

kontrol tata udara yang tepat.

Pengukuran sistem selubung bangunan PT. PHE terdiri dari luas jendela, luas

dinding, dan sistem peneduh pada bangunan. Pengukuran luas jendela dan luas

dinding ditujukan untuk mencari nilai WWR (window to wall ratio),

sedangkan pengamatan kondisi bangunan dilakukan untuk mencari data

material bangunan dan sistem peneduh untuk memperoleh nilai koefisien

peneduh (shading coefisien) yang diperlukan dalam perhitungan OTTV

bangunan. Nilai OTTV tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan bahwa

selubung bangunan tersebut telah memenuhi nilai standar SNI 6389:2011

(OTTV ≤ 35 Watt/m2). Berdasarkan hasil assessment maka didapatkan data

luas bangunan dan luas jendela serta nilai WWR gedung PT. PHE seperti yang

disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Nilai window to wall ratio (WWR)

Orientasi Gedung Luas (m2)

WWR SF

(disesuaikan arah sisi bangunan) Jendela Total

K1 679 1836 0.37 243

K2 588 1836 0.32 130

K3 588 1836 0.32 112

K4 624 1836 0.34 97

Berdasarkan perolehan nilai WWR maka dapat dihitung nilai OTTV gedung

(Tabel 14).

Tabel 14 Perhitungan nilai OTTV gedung PT. PHE OTTVi = a [Uw x (1-WWR)] x TDEk + (SC x WWR x SF) + (Uf x WWR xDT)

OTTV = (OTTV x Ai) + ….. + (OTTVn x An) / (Ai + …. + An)

Propertis:

a 0.86

Uw 1.193247 Uw = 1/(Rup + Rul + Rk)

RUP 0.299

RUL 0.044

RK 0.49505 Rk = t/k

T 0.15 k 0.303

TDEk 10

SC 0.25 SC = SCk x SCf ; SCk standar = 0.5

Uf 5.993443

RUP 0.12

RUL 0.044

RK 0.002849

t 0.003

k 1.053

∆T 5

OTTV Gedung:

OTTV A1 40.03

OTTV A2 26.97

OTTV A3 25.53

OTTV A4 25.21

OTTV total 29.43

Hasil perhitungan OTTV bangunan gedung (data diolah 2013)

Page 54: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

39

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh nilai OTTV gedung 29.43 Watt/m2.

Dengan demikian nilai OTTV gedung masih dibawah nilai standar SNI OTTV.

Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa semakin besar WWR suatu

gedung makin besar pula nilai OTTV gedung. Hal ini berarti bahwa dengan makin

besarnya jendela, maka radiasi matahari dan konduksi panas lewat jendela yang

masuk ke dalam bangunan bertambah besar (Loekita 2006). Untuk

mempertahankan agar nilai OTTV sesuai standar SNI, yaitu dengan mengurangi

radiasi sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan gedung. Beberapa upaya

yang dapat dilakukan ialah dengan memasang kaca film, memanfaatkan material

bangunan yang memiliki nilai koefisien transfer thermal yang rendah, menanam

pohon di sekitar gedung, mengurangi cahaya langsung masuk ke dalam gedung,

mengatur orientasi bangunan, mengatur organisasi ruang, memasang selective

glassing (BPPT 2012). Selain itu pemilihan sistem pencahayaan yang tepat juga

akan mengurangi beban pendinginan, antara lain dengan pemilihan jenis lampu

yang memiliki nilai efisiensi tinggi, meminimalisasi penggunaan lampu pijar,

mengurangi cahaya matahari yang langsung masuk ke gedung dan lain-lain.

Selain faktor tersebut di atas, manusia juga merupakan bagian dari beban

pendinginan. Mengurangi beban pendinginan yang disebabkan oleh manusia

antara lain dapat dilakukan dengan mengarahkan pendinginan secara efektif ke

ruangan kerja dan mengurangi pendinginan yang tidak perlu ke ruang area yang

kosong. Aspek lain yang berpengaruh terhadap transfer thermal adalah peralatan

listrik dan elektronik. Penempatan peralatan-peralatan yang menghasilkan panas

seperti mesin fotokopi, pemanas air, lemari pendingin, dan lain-lainnya di tempat

service dan mengatur pendinginan yang tepat di ruangan-ruangan tersebut. Hal

lainnya yang berpengaruh terhadap sistem pendingin adalah masuknya udara luar.

Infiltrasi udara luar dapat dicegah dengan memasang pintu otomatis (BPPT 2012).

Analisis Sistem Tata Udara

Berdasarkan hasil pengukuran konsumsi daya listrik untuk sistem tata

udara yang ditunjukkan pada Gambar 16, diperoleh informasi bahwa jadwal jam

nyala peralatan AC mulai dari pukul 05.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.

Sementara sistem pengoperasian unit AC menggunakan remote control terpusat.

Dari hasil pengamatan dan pengukuran juga ditemukan bahwa pengoperasian unit

AC pada gedung dilakukan dengan mode cooling pada setting temperatur 21oC.

Gambar 16 Profil daya listrik peralatan AC gedung PT. PHE (data diolah 2013)

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1000.00

10

:25

:48

12

:00

:48

13

:35

:48

15

:10

:48

16

:45

:48

18

:20

:48

19

:55

:48

21

:30

:48

23

:05

:48

0:4

0:4

8

2:1

5:4

8

3:5

0:4

8

5:2

5:4

8

7:0

0:4

8

8:3

5:4

8

10

:10

:48

11

:45

:48

13

:20

:48

14

:55

:48

16

:30

:48

18

:05

:48

19

:40

:48

21

:15

:48

22

:50

:48

0:2

5:4

8

2:0

0:4

8

3:3

5:4

8

5:1

0:4

8

6:4

5:4

8

8:2

0:4

8

9:5

5:4

8

Day

a ak

tif

(kW

)

Waktu

Page 55: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

40

Hasil pengukuran profil AC di gedung PT. PHE memperlihatkan pola

operasi AC di ruang kerja gedung PT. PHE mulai beroperasi dari pukul 05.00

WIB dengan daya maksimum 840 Kw terjadi pada pukul 15:05:48 WIB.

Pengoperasian sistem tata udara di Gedung PT. PHE dilakukan secara manual,

dimana bagian perawatan menyalakan AC setiap hari pada pukul 05.00 WIB dan

mematikan pada pukul 16.00 WIB dan sistem pemantauan dilakukan secara

otomatis dari ruang kendali. Adapun faktor yang mempengaruhi pendinginan

internal pada gedung adalah beban panas manusia, dan peralatan kelistrikan yang

menimbulkan panas di dalam bangunan gedung, sedangkan beban eksternal sudah

dikurangi dari desain gedung itu sendiri.

Kualitas Kenyamanan Termal Ruangan

Hasil pengukuran temperatur dan kelembapan udara di dalam ruangan

gedung diperoleh nilai sebaran temperatur ruangan serta kelembaban udara seperti

ditunjukkan pada Gambar 17.

Titik pengamatan

Gambar 17 Kondisi temperatur udara di dalam bangunan gedung PT. PHE

(data diolah 2013)

Meskipun mode cooling temperatur di setting pada 21oC namun dari

Gambar 18 terlihat bahwa sebaran temperatur pada setiap titik pengumpulan data

secara umum sudah memenuhi standar SNI 6390:2011 yaitu berada pada kisaran

24oC hingga 26

oC tetapi pada beberapa titik pengukuran seperti di ruang kerja dan

ruang rapat di lantai 17, lobi dan koridor ruang kerja masih terdapat yang kurang

dari standar yang ditetapkan dalam SNI 6390:2011. Kondisi tersebut disebabkan

oleh adanya beban panas yang ditimbulkan oleh peralatan listrik dan pergerakan

manusia.

Sementara itu, hasil pengukuran nilai kelembaban udara pada setiap

ruangan di gedung PT. PHE berkisar antara 56 - 65 persen. Nilai kelembaban

tersebut secara umum sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan.

20

21

22

23

24

25

26

27

28

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Data pengukuran Min SNI 6390:2011 Maks. SNI 6390:2011

Tem

per

atur

(0C

)

Page 56: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

41

Titik pengamatan

Gambar 18 Kondisi kelembaban udara di dalam bangunan gedung PT. PHE

(data diolah 213)

Tingkat kenyamanan termal pada suatu ruangan sangat penting untuk

menunjang fungsi-fungsi ruangan di dalam bangunan gedung. Tingkat

kenyamanan yang dimaksud merupakan ekspresi dari kondisi thermal udara yang

diwakili oleh setidaknya dua properties udara yang ada pada ruangan tersebut

yaitu temperatur dan kelembaban udara. Properties udara di dalam gedung harus

berada pada kondisi standar sesuai dengan fungsi gedung. Berdasarkan SNI

6390:2011 serta Permen ESDM No. 13 tahun 2012 bahwa tingkat kenyamanan

ruangan di dalam gedung kantor adalah 25.5 ⁰C ±1.5 ⁰C (24 ⁰C s/d 27 ⁰C) dan

kelembaban udara 60% ±5% (55% s/d 65%).

Properties udara tersebut merupakan kondisi terbaik untuk manusia berada

pada suatu ruangan, karena jika keadaan udara pada suatu ruangan lebih tinggi

dan atau lebih rendah dari nilai rujukan tersebut, maka selain tidak nyaman secara

thermal, terdapat banyak potensi kerugian dari sisi kesehatan, yaitu bakteri akan

mudah berkembang biak, sehingga dapat mengakibatkan mudah terinfeksi saluran

pernafasan. Standar kenyamanan ASHRAE Handbook of Fundamentals tahun

2009 mendeskripsikan efek kesehatan dari pengkondisian udara yang berkaitan

dengan kelembaban ruangan, yaitu:

1 Ruangan yang memiliki kelembaban relatif (RH) di atas 75 persen, merupakan

daerah di mana virus, bakteri, dan jamur akan meningkat populasinya dengan

cepat.

2 Ruangan yang memiliki kelembaban relatif (RH) antara 70 – 75 persen, akan

terjadi static electricity (listrik statis), terutama pada daerah yang lantainya

menggunakan karpet.

3 Ruangan yang memiliki kelembaban relatif (RH) antara 50 – 70 persen,

merupakan standar kenyamanan yang terbaik bagi rumah, perkantoran, dan

jenis hunian lainnya.

4 Ruangan yang memiliki kelembaban relatif (RH) di bawah 50 persen,

merupakan daerah yang terlalu kering, yang dapat menyebabkan infeksi

saluran pernafasan.

50

52

54

56

58

60

62

64

66

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Data Pengukuran Min. SNI 6390:2011 Maks. SNI 6390:2011

Kel

embab

an (

%)

Page 57: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

42

Sistem dan Kapasitas Terpasang

Kapasitas peralatan yang dinilai konservatif untuk melayani suatu ruangan

pada bangunan gedung dapat didefinisikan sebagai kebutuhan energi input sistem

pengkondisian udara per satuan luas ruangan yang dilayani oleh peralatan

tersebut. Berdasarkan SNI 6390:2011 kapasitas peralatan yang terpasang yang

dapat melayani suatu beban thermal pada ruangan yang dikondisikan dalam

penilaian konservatif <50 Watt/m2.

Pada kondisi ideal maka beban pendinginan merupakan ekspresi dari

semua sumber panas yang berada dalam suatu ruangan pada bangunan gedung

diantaranya radiasi matahari, infiltrasi atau eksfiltrasi udara, jumlah tingkat

hunian, peralatan-peralatan yang ada dalam ruangan yang menimbulkan panas

serta fungsi ruangan yang berhubungan dengan kegiatan hunian pada ruangan.

Hasil perhitungan terhadap intensitas konsumsi energi aktual per lantai

diperoleh rata-rata 37.85 Watt/m2

(lampiran 2). Hal tersebut berarti bahwa IKE

peralatan AC di gedung tersebut tergolong efisien.

Unjuk Kerja Air Conditioner (AC)

Faktor lainnya yang dijadikan suatu analisa terhadap peralatan

pengkondisian udara untuk menunjang kondisi kenyaman thermal yaitu penilaian

unjuk kerja Air Conditioner. Tabel 15 berikut adalah uraian rinci dari unjuk kerja

sampel unit AC yang terdapat di gedung PT. PHE.

Tabel 15 Performansi peralatan AC gedung PT. PHE

No Nama Beban

Konsumsi Cooling COP kW/TR

Kondisi Daya

(kW)

Efek

(kW)

Eksisting Name

plate

Eksisting Name

plate

1 Chiller 1

Cap 150 TR

144.10 482.81 3.66 4.00 0.96 0.88 < standar

2 Chiller 2

Cap 150 TR

152.81 455.27 3.45 4.00 1.02 0.88 < standar

Kesimpulan 296.91 938.08 3.56 4.00 0.99 0.88 < standar

Hasil observasi kinerja AC (data diolah 2013)

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa secara umum COP

sistem AC pada gedung PT. PHE rata-rata berada pada kondisi optimal meskipun

sudah berada dibawah name plate. Hal ini dikarenakan perawatan yang teratur

yaitu 3 kali dalam setahun. Suatu peralatan pengkondisian udara berlaku sama

dengan peralatan-peralatan lain pada umumnya dimana faktor usia pakai sangat

mempengaruhi unjuk kerja peralatan tersebut dimana umumnya beriring dengan

waktu operasinya maka terjadi derating atau fouling yang menyebabkan peralatan

tersebut tidak dapat memberikan efek yang sama seperti keadaan sebelumnya,

kecuali jika dilakukan perawatan secara berkala dan terus menerus dan atau

modifikasi.

Peluang Konservasi Energi Sistem Tata Udara

Meskipun berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan penerapan

konservasi energi pada sistem tata udara sesuai dengan standar akan tetapi masih

terdapat peluang konservasi energi listrik untuk meningkatkan efisiensi energi dan

Page 58: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

43

menghemat biaya energi listrik. Peluang konservasi tersebut dapat diperoleh

dengan cara:

1 Menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja

Profil penggunaan energi menunjukkan terdapat kelebihan penggunaaan jam

pemakaian AC yaitu dinyalakan 2 jam sebelum waktu jam kerja yaitu pada

pukul 07.00. Chiller sebaiknya dinyalakan 1 jam sebelum jam kerja walaupun

sudah terdapat karyawan yang masuk pada pukul 06.00 WIB, karena nilai

penghematan yang dapat diperoleh dengan cara tersebut cukup besar. Potensi

penghematan energi dengan cara di atas dapat menghemat energi listrik

sebesar 100 persen. Persentase tersebut diperoleh karena untuk melakukan

upaya ini hanya diperlukan perubahan perilaku dan tidak diperlukan biaya

investasi. Daya rata-rata AC saat jam 05.00 – 06.00 yaitu sekitar 696 kW.

Lama operasi selama 1 jam. Jika diasumsikan jam kerja yang berlaku rata-rata

setiap bulan adalah 22 hari kerja maka konsumsi energi total sebesar 15,312

kWh per bulan. Dengan mengubah jam nyala AC dari jam 05.00 menjadi jam

06.00 akan diperoleh penghematan energi sebesar 15,312 kWh per bulan. Jika

diasumsikan harga energi listrik yang diberlakukan adalah tarif periode Juli –

September 2013 yaitu Rp 975 per-kWh dapat diperoleh penghematan biaya

energi listrik 15,312 kWh/bulan x Rp 975 = Rp 14,929,200/bulan. Jadi selama

1 tahun akan diperoleh penghematan biaya energi listrik Rp 179,150,400.

Nilai penghematan tersebut berarti bahwa PT. PHE dapat memangkas

anggaran untuk energi Rp 179,150,400 setiap tahun sehingga anggaran

tersebut dapat dialihkan untuk membiayai keperluan operasional lainnya.

Berikut simulasi perhitungan peluang konservasi energi yang bisa diperoleh

melalui langkah 1 disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam

nyala AC atau Chiller 1 jam sebelum jam kerja Keterangan Nilai Satuan

Daya AC rata-rata saat jam 05.00 – 06.00 : 696 kW

Lama Operasi : 1 Jam

Konsumsi energi total : 15,312 kWh/bulan

Asumsi tarif listrik per-kWh : 975 rupiah Biaya listrik per bulan : 14,929,200 Rp/bulan

Menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja

Estimasi penghematan (%) : 100 %

Penghematan energi : 15,312 kWh/bulan

Penghematan biaya listrik (bulan) : 14,929,200 Rp/bulan

Penghematan biaya listrik (tahun) : 179,150,400 Rp/tahun

Peluang konservasi skenario 1 di atas dapat tercapai apabila penghuni di

masing-masing ruang turut bekerjasama dalam menggunakan AC sesuai

dengan dengan waktu yang telah disepakati dan sesuai kebutuhannya. ESDM

(2012) mewajibkan pengelola bangunan gedung BUMN untuk menyalakan

AC sentral 30 menit sebelum jam kerja dan unit fan AC dinyalakan 1 jam

kemudian. Cara tersebut dapat menurunkan jumlah konsumsi energi secara

signifikan karena komponen terbesar penggunaan energi di gedung 50 – 70

persen digunakan untuk Air Conditioner.

Page 59: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

44

2 Mematikan AC atau chiller 30 menit sebelum jam kerja berakhir

Profil penggunaan energi pada trafo 2 untuk AC menunjukkan AC atau chiller

dimatikan pada pukul 16.00 WIB. Apabila AC dimatikan 30 menit sebelum

jam kerja berakhir atau pada pukul 15.30 WIB dapat membatu secara

signifikan dalam penghematan penggunaan energi (Tabel 17). Karena

komponen terbesar dalam penggunaan energi di gedung ini adalah AC.

Tabel 17 Peluang konservasi energi sistem tata udara melalui perubahan jam

mati AC atau chiller 30 menit sebelum jam kerja berkahir Keterangan Nilai Satuan

Daya AC rata-rata saat jam 15.30 – 16.00 : 630 kW

Lama Operasi : 0.5 Jam

Konsumsi energi total : 6,930 kWh/bulan

Asumsi tarif listrik per-kWh : 975 Rupiah

Biaya listrik : 6,756,750 Rp/bulan

Mengubah jam mati AC atau chiller 30 menit sebelum jam kerja berakhir

Estimasi penghematan (%) : 100 %

Penghematan energi : 6,930 kWh/bulan

Penghematan biaya listrik (bulan) : 6,756,750 Rp/bulan

Penghematan biaya listrik (tahun) : 81,081,000 Rp/tahun

Kementerian ESDM (2012) telah menganjurkan bangunan gedung BUMN

untuk mematikan kompresor Air Conditioner 30 menit sebelum jam kerja

berakhir dan unit fan AC dimatikan saat jam kerja berakhir. Potensi

penghematan energi yang dapat diperoleh dengan cara tersebut sebesar 100

persen karena untuk melakukan upaya ini hanya diperlukan perubahan

perilaku dan tidak diperlukan biaya investasi. Hasil pengukuran menunjukkan

daya rata-rata AC saat jam 15.30 – 16.00 WIB sebesar 630 kW. Jika

diasumsikan jam kerja yang berlaku rata-rata setiap bulan adalah 22 hari kerja

maka konsumsi energi total sebesar 6,930 kWh per bulan. Dengan mengubah

jam mati AC atau chiller dari jam 16.00 menjadi jam 15.30 akan diperoleh

penghematan energi sebesar 6,930 kWh per bulan. Jika diasumsikan harga

energi listrik per-kWh adalah Rp 975 dapat diperoleh penghematan biaya

energi listrik 6,930 kWh/bulan x Rp 975 = Rp 6,756,750/bulan. Jadi selama 1

tahun akan diperoleh penghematan biaya energi listrik Rp 81,081,000. Nilai

penghematan tersebut diartikan bahwa perusahaan dapat memangkas biaya

untuk energi setiap tahunnya Rp 81,081,000 sehingga anggaran dapat

dimanfaatkan untuk membiaya kegiatan operasional lainnya.

Analisis Sistem Tata Cahaya

Berdasarkan hasil pengamatan pada sistem tata cahaya di masing-masing

ruangan gedung PT. PHE menggunakan lampu jenis TL 18 watt, TL 36 watt,

down lite 14 watt, lampu hias 10 watt dan lampu sorot 1000 watt (lampiran 3).

Sistem pengoperasian lampu menggunakan saklar atau switch dengan pola

pengoperasian manual dan belum dikontrol secara otomatis menggunakan

Building Automation System (BAS). Perawatan tata cahaya yang dilakukan di

gedung ini menerapkan sistem breakdown maintanance.

Breakdown maintenance merupakan aktivitas pemeliharaan yang

dilakukan sebagai reaksi atau tindakan segera yang menduduki prioritas utama

untuk mengembalikan kondisi peralatan atau mesin pada kondisi atau keadaan

Page 60: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

45

normal setelah mengalami kegagalan fungsi yang mengakibatkan peralatan

tersebut berhenti beroperasi. Hal ini sebagian besar diakibatkan oleh minimnya

perhatian yang diberikan terhadap kondisi operasi peralatan atau sistem yang

dijalankan. Pendekatan manajemen pemeliharaan tersebut jelas tidaklah efektif

selain itu juga akan menimbulkan biaya perawatan menjadi tinggi di kemudian

hari. Dalam breakdown maintenance terdapat dua faktor utama yang dapat

memberikan kontribusi yang kuat yang dapat menyebabkan tingginya biaya

perawatan antara lain tidak baiknya perencanaan atau belum adanya perencanaan

dan perbaikan yang kurang menyeluruh.

Kebutuhan penerangan di dalam suatu bangunan selain dapat diperoleh

melalui sistem penerangan buatan juga dapat diperoleh melalui sumber

penerangan alami. Namun demikian, sumber pencahayaan alami dalam sistem tata

cahaya tidak selalu dapat digunakan sebagai sumber penerangan utama di dalam

ruangan bangunan, hal ini disebabkan antara lain tingkat penerangan sangat

tergantung pada kondisi cuaca, penataan ruang di dalam gedung, dan lingkungan

disekitar bangunan.

Apabila ditinjau dari hasil observasi ditemukan sumber-sumber

pencahayaan alami pada gedung, seperti contohnya ditunjukkan pada Gambar 19.

Berdasarkan hasil observasi, pemanfaatan sumber pencahayaan alami pada

gedung PT. PHE belum dapat terpenuhi karena sumber pencahayaan alami pada

gedung terkendala oleh penggunaan kaca film di seluruh bagian bangunan

sehingga menghalangi sinar matahari masuk ruangan. Namun hal ini memiliki

dampak positif karena dapat mengurangi beban thermal bagi sistem tata udara.

Gambar 19 Sumber pencahayaan alami di gedung PT. PHE

Untuk dapat menganalisis sistem tata cahaya gedung kemudian dilakukan

audit energi pada sistem tata cahaya bangunan gedung. Audit energi sistem tata

cahaya bertujuan untuk mengetahui tingkat kuat penerangan dalam suatu ruangan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar aktifitas pada bangunan

gedung dilakukan pada siang hari. Hampir sepanjang jam kerja lampu di dalam

ruangan dinyalakan. Berdasarkan hasil audit energi pada sistem tata cahaya

ditemukan hal-hal sebagai berikut.

a. Intensitas daya penerangan

Pada penelitian ini pengukuran kuat pencahayaan lebih difokuskan pada

pengukuran illuminance (kuat pencahayaan yang jatuh pada satu unit

permukaan). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut

visual photometer, atau lebih dikenal sebagai illuminance meter atau lux-meter

yang menggunakan sensor elektronik.

Page 61: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

46

Hasil pengukuran menunjukkan Intensitas daya penerangan di gedung PT. PHE

berkisar antara 2.24 – 6.90 Watt/m2 (lampiran 4). Berkaitan dengan konservasi

energi, SNI 6197:2011 menyebutkan daya listrik maksimum untuk

pencahayaan termasuk rugi-rugi ballast adalah sekitar 12 Watt/m2. Artinya

bahwa pada setiap luasan area 1 m2, total daya maksimum untuk lampu

penerangan yang dapat dipergunakan adalah sebesar 12 Watt. Jika

dibandingkan dengan standar SNI 6197:2011, maka daya pencahayaan

bangunan gedung PT. PHE tergolong efisien.

Lampiran 4 menunjukkan bahwa pemilihan jenis lampu berpengaruh terhadap

nilai intensitas daya penerangan. Semakin besar daya lampu yang digunakan

maka semakin besar pula intensitas daya penerangan pada bangunan gedung.

Untuk meningkatkan agar intensitas daya penerangan lebih efisien maka

diperlukan penggantian lampu dengan jenis lampu yang lebih hemat energi.

b. Kuat cahaya penerangan

Untuk mendapatkan gambaran mengenai kualitas pencahayaan yang ada di

gedung PT. PHE, dilakukan pengukuran kuat pencahayaan dengan

menggunakan lux-meter. Pengukuran dilakukan dengan pengambilan sampel

data kuat pencahayaan pada beberapa titik di dalam ruangan. Hasil pengukuran

kuat pencahayaan (lumen) di dalam ruangan dengan menggunakan peralatan

ukur lux meter didapatkan nilai sebaran kuat pencahayaan di ruang kerja

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 20.

Titik pengamatan

Gambar 20 kondisi kuat pencahayaan di ruangan kerja gedung PT. PHE

(data diolah 2013)

Dari grafik diatas terlihat bahwa sebaran kuat pencahayaan pada setiap titik

pengumpulan data secara umum memiliki kuat pencahyaan 105 hingga 265 lux

(lampiran 5). Nilai tersebut belum memenuhi standar yang ditetapkan pada SNI

6197:2011 yaitu 300-350 lux.

Berdasarkan data pada lampiran 5 jika mengacu pada SNI 6197:2011, maka

kuat pencahayaan pada masing – masing lantai di masing-masing gedung area

PT. PHE tergolong kurang baik. Pengunaan lampu jenis TL dan PLC di ruang

kerja ternyata tidak memenuhi standar lumen yang dibutuhkan ruang kerja

yang dipersyaratkan SNI yakni sebesar 300 - 350 lux. Karena karakteristik dari

lampu TL dan PLC tersebut membuat cahaya yang dihasilkan tidak menyebar

tapi terfokus pada satu titik.

-50

50

150

250

350

450

550

650

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132333435363738

Data pengukuran (lux) Min. SNI 6197:2011 Maks. SNI 6197:2011

Page 62: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

47

Untuk meningkatkan kuat pencahayaan sesuai dengan SNI 6197:2011

yaitu 300 - 350 lux untuk standar ruang kerja, maka dapat dilakukan dengan

penggantian lampu jenis TL di ruang kerja menjadi jenis TL-LED sebagai berikut:

1 Meretrofit lampu jenis TL 36 watt dengan TL-LED 18 watt di ruang kerja

2 Meretrofit lampu jenis TL di ruang kerja dengan jenis TL-LED (TL 18 watt

dengan TL LED 9 watt)

3 Meretrofit PLC 14 watt dengan LED 9 watt di koridor dan lobi

4 Mematikan lampu di Lobby saat pencahayaan dari luar mencukupi

5 Melakukan penjadwalan maintanace secara rutin terhadap pembersihan

reflektor lampu yang bertujuan untuk menjaga kualitas pencahayaan lampu

tersebut.

Lampu LED adalah salah satu jenis lampu yang mengkonsumsi daya

listrik seminimal mungkin untuk menghasilkan cahaya tampak terpakai manusia

sebesar mungkin. Saat ini penggunaan kelompok lampu neon (TL, swaballast,

CFL, CCFL) dianggap sudah merupakan lampu hemat energi. Namun sesuai

perkembangan teknologi perlampuan terdapat lampu yang lebih hemat

dibandingkan lampu neon yaitu LED (Light Emitting Dioda). Penghematan energi

dengan retrofit lampu bukan semata-mata menurunkan konsumsi energi dengan

cara mengurangi penerangan saja, namun menyediakan penerangan tanpa

mengorbankan kualitas pelayanan cahaya bagi mata manusia.

Pemilihan lampu jenis LED untuk meretrofit jenis lampu yang terpasang

pada bangunan gedung berdasarkan pada kelebihan yang dimiliki oleh lampu jenis

LED bila dibandingkan dengan menggunakan lampu jenis lainnya. Menurut

BPPT (2012) beberapa keunggulan lampu LED antara lain:

1 Lampu LED memiliki umur panggunaan yang lebih lama dibanding lampu

biasa. Lampu LED bisa mencapai keawetan hingga 100 ribu jam bahkan bisa

memiliki daya tahan 20 – 25 tahun.

2 Lampu LED mempunyai efisiensi energi yang lebih baik dibanding lampu

pijar atau halogen, bahkan LED bisa hemat energi hingga 80 – 90 persen.

3 Lampu LED juga memiliki tegangan DC yang rendah.

4 Lampu LED mengeluarkan cahaya yang tidak panas, LED tidak mempunyai

sinar UV dan energi panas. Sehingga sekitar 15 sampai 25 persen listrik yang

dikonsumsinya digunakan untuk menghasilkan cahaya.

5 Bentuk silinder lampu LED tube tidak seluruhnya permukaan lampu

memendarkan cahaya, namun hanya setengah lingkaran yang mengeluarkan

cahaya dengan sudut penyinaran sekitar 120o. Hal ini menjadikan LED tube

lebih efisien dalam mendistribusikan cahaya ke pemakai.

Peluang Konservasi Energi Sistem Tata Cahaya

Berdasarkan hasil pengukuran dan observasi terhadap kondisi sistem tata

cahaya di gedung PT. PHE, terdapat peluang dan langkah-langkah yang

memungkinkan untuk penghematan energi listrik khususnya pada sistem tata

cahaya. Peluang dan langkah-langkah konservasi tersebut antara lain:

1 Meretrofit lampu TL 36 watt dengan LED 18 watt di ruang kerja.

Penggunaan lampu TL 36 watt di gedung PT. PHE sebanyak 752 unit dari total

lampu keseluruhan atau sekitar 15 persen dari total lampu terpasang.

Page 63: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

48

Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan lux meter, kuat pencahayaan di

ruang kerja masih berada di bawah standar SNI 6197:2011. Untuk

meningkatkan kuat pencahayaan menjadi 300-350 lux maka dilakukan

penggantian lampu jenis TL 36 watt menjadi lampu TL-LED 18 watt. Tiap 2

unit lampu TL 36 watt diretrofit dengan 2 unit lampu TL-LED 18 watt. Dari

proses penggantian lampu tersebut didapatkan peluang penghematan energi

sebesar 50 persen per tiap penggantian 2 unit lampu TL 36 watt menjadi 2 unit

lampu TL-LED 18 watt (EMI, 2010). Lampu LED dapat menghasilkan lumen

yang jauh lebih baik dibandingkan lampu jenis TL 36 watt selain itu sinar

lampu yang dihasilkan juga lebih nyaman di mata. Perhitungan potensi

penghematan sistem tata cahaya dengan cara mengganti lampu TL 36 watt

menjadi LED 18 watt ditunjukkan Tabel 18.

Tabel 18 Peluang konservasi energi sistem tata cahaya melalui retrofit lampu

TL 36 watt dengan LED 18 watt Keterangan Nilai Satuan

Jumlah lampu TL 36 watt yang terpasang : 752 Unit

Kapasitas daya total TL 36 watt : 27.07 kW

Lama Operasi : 10 Jam

Konsumsi energi total : 5,956 kWh/bulan

Biaya listrik : 5,282,830 Rp/bulan

Meretrofit lampu TL 36 watt dengan jenis TL-LED 18 watt

Estimasi penghematan : 50 %

Penghematan energi : 2,978 kWh/bulan

Penghematan biaya listrik (bulan) : 2,903,550 Rp/bulan

Penghematan biaya listrik (tahun) : 34,842,600 Rp/tahun

Biaya investasi : 225,600,000 Rp

Berdasarkan Tabel 15 retrofit 752 unit lampu TL 36 watt menjadi 752 unit

lampu TL-LED membutuhkan investasi sebesar Rp 225,600,000,- dan dapat

menghemat biaya energi Rp 34,842,600/tahun.

2 Meretrofit lampu TL 18 watt dengan LED 9 watt di ruang kerja.

Total lampu TL 18 watt yang terpasang di Gedung PT. PHE adalah 3,336 unit

atau sekitar 42 persen dari total lampu terpasang. Berdasarkan hasil

pengukuran menggunakan lux meter, kuat pencahayaan di ruang kerja masih

berada di bawah standar SNI. Untuk meningkatkan kuat pencahayaan sesuai

dengan standar SNI maka dilakukan penggantian lampu jenis TL 18 watt

menjadi lampu TL-LED 9 watt. Tiap 2 unit lampu TL 18 watt diretrofit dengan

unit lampu TL-LED 9 watt. Akan didapatkan peluang penghematan konsumsi

energi sebesar 50 persen per tiap penggantian 2 unit lampu TL 18 watt menjadi

2 unit lampu TL-LED 9 watt (EMI 2010). Perhitungan potensi penghematan

sistem tata cahaya dengan cara mengganti lampu TL 18 watt menjadi LED 9

watt ditunjukkan Tabel 19.

Tabel 19 Peluang konservasi energi sistem tata cahaya melalui retrofit lampu

TL 18 watt dengan TL-LED 9 watt Keterangan Nilai Satuan

Jumlah lampu TL 18 watt yang terpasang : 3,336 Unit

Kapasitas daya total TL 18 watt : 60.05 kW

Lama operasi : 10 Jam

Konsumsi energi total : 13,211 kWh/bulan

Biaya listrik : 11,717,767 Rp/bulan

Page 64: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

49

Keterangan Nilai Satuan

Meretrofit lampu TL 18 watt dengan jenis TL-LED 9 watt

Estimasi penghematan : 50 %

Penghematan energi : 6,605 kWh/bulan

Penghematan biaya listrik (bulan) : 6,439,875 Rp/bulan

Penghematan biaya listrik (tahun) : 77,278,500 Rp/tahun

Biaya investasi : 870,696,000 Rp

Berdasarkan Tabel 19 retrofit 3,336 unit lampu TL 18 watt menjadi 3,336 unit

lampu TL-LED 9 watt membutuhkan investasi sebesar Rp 870,696,000,- dan

dapat menghasilkan penghematan biaya energi sebesar Rp 77,278,500/tahun.

3 Meretrofit lampu PLC 14 watt dengan LED 9 watt di koridor dan lobi.

Penggunaan lampu PLC 14 watt di gedung PT. PHE sebanyak 1,077 unit

(sekitar 42 persen dari total lampu terpasang). Potensi penghematan melalui

retrofit lampu jenis PLC 14 watt menjadi LED 9 watt akan didapatkan peluang

penghematan konsumsi energi sebesar 35 persen (EMI 2010). Lampu LED

mampu menghasilkan lumen yang jauh lebih baik dibandingkan lampu jenis

PLC selain itu sinar lampu yang dihasilkan juga lebih nyaman di mata.

Perhitungan peluang konservasi ditunjukkan pada Tabel 20 dibawah ini.

Tabel 20 Peluang konservasi energi sistem tata cahaya melalui retrofit lampu

PLC 14 watt dengan LED 9 watt

Keterangan Nilai Satuan

Jumlah lampu PLC 14 watt yang terpasang : 1,077 Unit

Kapasitas daya total PLC 14 watt : 15.08 kW

Lama operasi : 10 Jam

Konsumsi energi total : 3,317 kWh/bulan

Biaya listrik : 2,942,321 Rp/bulan

Meretrofit lampu PLC 14 watt dengan jenis LED 9 watt

Estimasi penghematan : 35 %

Penghematan energi : 1,161 kWh/bulan

Penghematan biaya listrik (bulan) : 1,131,975 Rp/bulan

Penghematan biaya listrik (tahun) : 13,583,700 Rp/tahun

Biaya investasi : 96,930,000 Rp

Berdasarkan Tabel 20 retrofit 1,077 unit lampu PLC 14 watt diretrofit dengan

LED 9 watt membutuhkan investasi sebesar Rp 96,930,000,- dan dapat

menghemat biaya energi Rp 13,583,700/tahun.

4 Mematikan lampu di lobi saat pencahayaan dari luar mencukupi.

Berdasarkan hasil observasi langsung lampu TL 18 watt pada Lobby berjumlah

48 unit dan PLC 14 watt berjumlah 55 unit yang diyalakan padahal dengan

adanya sumber pencahayaan dari luar yang sudah mencukupi lampu tersebut

seharusnya dimatikan. Akan didapatkan potensi penghematan konsumsi energi

sebesar 100 persen apabila mematikan lampu pada Lobby pada saat

pencahayaan dari luar mencukupi. Perhitungan peluang konservasi ditunjukkan

pada Tabel 21.

Lanjutan Tabel 19

Page 65: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

50

Tabel 21 Peluang konservasi energi sistem tata cahaya dengan cara mematikan

lampu di Lobi saat pencahayaan dari luar mencukupi. Keterangan Nilai Satuan

Jumlah lampu di lobi : 48 TL Unit

55 PLC Unit

Kapasitas daya total PLC 14 watt : 2.50 kW

Lama operasi : 5 Jam

Konsumsi energi total : 275 kWh/bulan

Biaya listrik : 243,730 Rp/bulan

Mematikan lampu di lobi saat pencahayaan dari luar mencukupi

Estimasi penghematan : 100 %

Penghematan energi : 275 kWh/bulan

Penghematan biaya listrik (bulan) : 268,125 Rp/bulan

Penghematan biaya listrik (tahun) : 3,217,500 Rp/tahun

Berdasarkan Tabel 21 melalui implementasi rekomendasi ini akan diperoleh

penghematan energi listrik 100 persen dengan besar energi yang dapat dihemat

adalah 275 kWh/bulan. asumsi tersebut diperoleh karena rekomendasi ini tidak

perlu mengeluarkan biaya investasi untuk pembelian peralatan atau teknologi

tertentu. Adapun penghematan biaya energi yang dapat diperoleh sebesar

Rp 3,217,500- per tahun.

Analisa Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial konservasi energi listrik pada gedung

perkantoran PT. PHE dilakukan untuk mengetahui apakah investasi yang

dilakukan layak dan menguntungkan secara finansial bila dibandingkan dengan

nilai penghematannya. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-

kriteria penilaian investasi yang terdiri dari; NPV, Net Saving, SIR, Net B/C rasio,

AIRR dan payback period. Untuk menganalisis empat kriteria tersebut, digunakan

arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang

dikeluarkan oleh PT. PHE selama umur proyek yaitu 10 tahun. Penentuan umur

proyek tersebut berdasarkan umur ekonomis dari lampu LED yang digunakan

untuk meretrofit jenis lampu yang terpasang di gedung perkantoran PT. PHE.

Asumsi Dasar

Untuk mempermudah perhitungan dalam kelayakan finansial maka digunakan

asumsi-asumsi sebagai berikut:

1 Penghematan biaya energi listrik diperoleh dari penghematan melalui

pelaksanaan langkah-langkah konservasi energi pada sistem tata udara dan

sistem tata cahaya yang direkomendasikan sebesar Rp 482,620,308/tahun.

Penghematan biaya energi listrik merupakan inflow dalam proyek konservasi

energi ini.

2 Biaya investasi yang dikeluarkan tidak termasuk rekomendasi konservasi

energi pada sistem tata udara dan tata cahaya yang hanya memerlukan

perubahan perilaku pengguna dan operator karena diasumsikan tidak ada biaya

yang dikeluarkan untuk mengganti peralatan tertentu.

Page 66: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

51

3 Biaya investasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan PT. PHE untuk

menurunkan beban biaya energi listrik PLN yaitu dengan melakukan

pembelian lampu LED untuk menggantikan lampu TL dan PLC.

4 Investasi meretrofit lampu yang terpasang pada bangunan gedung sebesar Rp

1,193,226,000 dengan rincian sebagai berikut:

a. Lampu TL-LED 18 Watt, 752 unit x @Rp 300,000 = Rp 225,600,000

b. Lampu TL-LED 9 Watt, 3336 unit x @Rp 261,000 = Rp 870,696,000

c. Lampu LED 9 Watt, 1077 unit x @Rp 90,000 = Rp 96,930,000

5 Pemasangan lampu LED tidak mengubah instalasi lampu yang sudah ada.

6 Investasi baru yang dilakukan hanya mengganti jenis lampu yang digunakan.

7 Tarif dasar listrik yang digunakan yaitu tarif dasar listrik periode Juli –

September 2013 untuk golongan bisnis yakni Rp 975/kWh.

8 Biaya tenaga kerja Rp 100,000 per HOK; dalam perawatan lampu dan

reflektor lampu dibutuhkan 2 HOK per lantai. Jumlah keseluruhan terdiri dari

20 lantai gedung; frekuensi pemeliharaan 2 kali setahun. Maka total HOK

yang dibutuhkan adalah 20 HOK dengan besar biaya Rp 2,000,000. Jadi total

biaya perawatan lampu dan reflektor per tahun adalah Rp 8,000,000.

9 Tingkat discount factor yang digunakan jika investasi dilakukan dengan

modal perusahaan yaitu 6.5 persen, discount factor tersebut diacu dari suku

bunga deposito Bank Indonesia. Sedangkan discount factor yang digunakan

jika investasi dilakukan dengan dana pinjaman Bank yaitu 14 persen, diacu

dari suku bunga pasar yang berlaku.

Arus Penerimaan

1 Penghematan energi

Penerimaan dalam kegiatan konservasi energi di PT. PHE berupa penghematan

tahunan dari penggunaan energi listrik. Karena pada prinsipnya energy saving

merupakan money saving maka besar energi listrik yang dapat dihemat tersebut

dikonversi dengan tarif dasar listrik yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri

Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 30 Tahun 2012 tentang Tarif Tenaga

Listrik yang disediakan oleh PT. PLN untuk golongan Bisnis yaitu Rp

975/kwh.

Apabila rekomendasi konservasi energi listrik di gedung perkantoran PT. PHE

dilaksanakan, maka nilai biaya yang dapat dihemat pada sistem tata udara Rp

353,698,008 dan sistem tata cahaya Rp 128,922,300 per tahun, dengan

demikian total biaya yang dapat dihemat Rp 482,620,308 per tahun. Karena

penerimaan berasal dari total biaya yang dapat dihemat maka besar arus

penerimaan Rp 482,620,308.

2 Nilai sisa

Nilai sisa adalah semua biaya modal yang tidak habis digunakan selama umur

investasi. Biasanya nilai sisa diasumsikan 10 persen dari nilai awal (Gittinger,

1986). Nilai sisa yang terdapat dalam investasi konservasi energi tersebut

menjadi tambahan manfaat bagi proyek. Nilai sisa yang terdapat dalam

investasi konservasi energi terdiri dari nilai lampu TL LED 18 watt

Rp 22,500,000 Nilai lampu TL LED 9 watt Rp 87,069,600 dan PLC 14 watt

Page 67: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

52

Rp 9,693,000. Total nilai sisa dari investasi konservasi energi sebesar

Rp 119,262,600 (Tabel 22).

Tabel 22 Nilai sisa investasi konservasi energi listrik di gedung PT. PHE Uraian Jumlah Umur Ekonomis

(Tahun)

Nilai Awal (Rp) Nilai Sisa (Rp)

TL LED 18 watt 752 25 225,600,000 22,500,000 TL LED 9 watt 3336 25 870,696,000 87,069,600

LED 9 watt 1077 25 96,930,000 9,693,000

Total 119,262,600

Arus Biaya

Arus pengeluaran (outflow) pada investasi konservasi energi gedung

perkantoran PT. PHE terdiri dari biaya investasi, biaya operasional pemasangan

dan pemeliharaan. Arus biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaran-

pengeluaran yang akan terjadi selama masa proyek berlangsung.

1 Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama

proyek. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan

prasarana yang diperlukan untuk menjalankan rekomendasi konservasi energi.

Periode investasi dari proyek konservasi energi adalah 10 tahun. Biaya

investasi untuk pelaksanaan rekomendasi konservasi energi disajikan pada

Tabel 23.

Tabel 23 Biaya investasi pelaksanaan rekomendasi konservasi energi Uraian Jumlah Satuan Umur

Ekonomis

(Tahun)

Harga

satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

TL LED 18 watt 752 unit 25 300,000 225,600,000

TL LED 9 watt 3336 unit 25 261,000 870,696,000

LED 9 watt 1077 unit 25 90,000 96,930,000

Total 1,193,226,000

2 Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan

operasional proyek pelaksanaan rekomendasi konservasi energi. Biaya

tersebut dikeluarkan secara berkala selama periode investasi berjalan. Karena

proses penggantian lampu tidak merubah instalasi listrik yang sudah terpasang

maka biaya operasional yang dikeluarkan oleh PT. PHE hanya untuk

pemasangan dan pemeliharaan lampu. Perhitungan biaya operasional

dilakukan dengan asumsi biaya tenaga kerja untuk pemasangan diperlukan 4

HOK per lantai, besar biaya per HOK Rp 100,000 diacu dari Upah Minimum

Regional Harian Jakarta. Pemasangan dilakukan 1 kali diawal tahun investasi.

Jika jumlah keseluruhan gedung terdiri dari 20 lantai maka total HOK yang

dibutuhkan adalah 80 HOK. Maka total biaya yang dibutuhkan untuk tenaga

kerja pemasangan lampu TL LED sebesar Rp 8,000,000.

Sementara itu, perawatan lampu dan reflektor lampu gedung diperlukan 2

HOK per lantai. Jumlah keseluruhan gedung terdiri dari 20 lantai dengan

Page 68: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

53

frekuensi perawatan dan pemeliharaan 2 kali dalam setahun. Jika harga tenaga

kerja adalah Rp 100,000 per HOK, maka total HOK yang dibutuhkan adalah

20 HOK dengan nilai biaya Rp 2,000,000. Total biaya yang dikeluarkan untuk

perawatan lampu dan reflektor selama satu tahun dibutuhkan biaya Rp

8,000,000.

Kelayakan finansial Skenario I

Investasi Konservasi Energi Menggunakan Dana Internal Perusahaan

Perhitungan kelayakan dengan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih

antara biaya yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya

disajikan dalam bentuk laba rugi. Modal yang digunakan dalam usaha ini

seluruhnya berasal dari internal perusahaan dengan suku bunga acuan berupa

bunga deposito Bank Indonesia yang berlaku pada Juli 2013 yaitu sebesar 6.5

persen. Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan finansial investasi konservasi

energi pada PT. PHE diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 24).

Tabel 24 Kelayakan finansial rekomendasi konservasi energi skenario I Kriteria Investasi Satuan Nilai

Net Saving (Rp) 3,672,239,080

NPV (Rp) 1,461,155,127

Net B/C Ratio - 4

IRR % / tahun 55.36

Payback Period tahun 3.25

Hasil analisis finansial dengan modal yang berasal dari internal perusahaan

diperoleh nilai penghematan bersih (net saving) Rp 3,672,239,080 dan Net

Present Value sebesar Rp 1,461,155,127 artinya proyek konservasi energi

memberikan manfaat yang positif pada tingkat suku bunga deposito 6.5 persen.

Net B/C rasio sebesar 4 berarti dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama

umur proyek mampu menghasilkan manfaat sebesar 4 rupiah dan berdasarkan

kriteria ini proyek tersebut layak untuk dijalankan. Nilai IRR sebesar 55.36 persen

lebih besar dari tingkat suku bunga deposito sebesar 6.5 persen. Artinya investasi

ini layak untuk dijalankan.

Berdasarkan waktu pengembalian investasi yang ditanamkan dalam upaya

menjalankan program konservasi energi listrik pada PT. PHE yang dianalisis

dengan payback period, berdasarkan perhitungan waktu yang diperlukan untuk

mengembalikan modal investasi 3.25 tahun atau 3 tahun 3 bulan. Tingkat

pengembalian investasi program konservasi energi ini lebih kecil dari umur

proyek, sehingga rekomendasi layak untuk dijalankan berdasarkan waktu

pengembalian investasi. Semakin pendek periode pengembalian modal dalam

suatu investasi mengindikasikan suatu investasi layak untuk dijalankan. Hasil

analisis kelayakan finansial dengan menggunakan empat kriteria kelayakan

finansial dengan modal pinjaman pada tingkat diskonto 6.5 persen, dapat

disimpulkan bahwa rekomendasi konservasi energi layak untuk dijalankan.

Page 69: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

54

Kelayakan finansial Skenario II

Investasi Konservasi Energi Menggunakan Dana Pinjaman

Modal yang digunakan dalam usaha ini diasumsikan seluruhnya berasal

dari modal pinjaman dengan tingkat bunga 14 persen, ini berdasarkan suku bunga

dasar kredit investasi Bank Mandiri bulan Juli 2013. Debitur mengajukan

pinjaman ke Bank Mandiri karena merupakan salah satu bank yang menyediakan

kredit investasi, yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan

kepada calon debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka

rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya

untuk pembelian peralatan, mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik, yang

pelunasannya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai. Jumlah

pinjaman yang diperoleh dari bank diasumsikan senilai dengan total kebutuhan

investasi. Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan finansial dengan

menggunakan dana pinjaman diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 25).

Tabel 25 Kelayakan finansial rekomendasi konservasi energi skenario II Kriteria Investasi Satuan Nilai

Net Saving (Rp) 1,928,612,599

NPV (Rp) 504,172,029

Net B/C Ratio - 2

IRR % / tahun 12.50

Payback Period tahun 6.19

Hasil analisis finansial dengan modal yang berasal dari pinjaman diperoleh

nilai penghematan bersih (net saving) Rp 1,928,612,599 dan Net Present Value

sebesar Rp 504,172,029 artinya proyek konservasi energi memberikan manfaat

yang positif pada tingkat suku bunga deposito 14 persen. Net B/C ratio sebesar 2

berarti dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu

menghasilkan manfaat sebesar 2 rupiah dan berdasarkan kriteria ini proyek

tersebut layak untuk dijalankan. Nilai IRR sebesar 12.50 persen lebih kecil dari

tingkat suku bunga yang berlaku sebesar 14 persen. Artinya investasi ini tidak

layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria tersebut.

Berdasarkan waktu pengembalian investasi yang ditanamkan dalam upaya

menjalankan program konservasi energi listrik pada PT. PHE yang dianalisis

dengan payback period, berdasarkan perhitungan waktu yang diperlukan untuk

mengembalikan modal investasi 6.19 tahun atau 6 tahun 2 bulan 9 hari. Tingkat

pengembalian investasi program konservasi energi ini lebih kecil dari umur

proyek, sehingga rekomendasi layak untuk dijalankan berdasarkan waktu

pengembalian investasi. semakin pendek periode pengembalian modal dalam

suatu investasi mengindikasikan suatu investasi semakin baik untuk dijalankan.

Hasil analisis kelayakan finansial dengan menggunakan empat kriteria

kelayakan finansial dengan modal pinjaman pada tingkat diskonto 14 persen,

dapat disimpulkan bahwa rekomendasi konservasi energi tidak layak untuk

dijalankan berdasarkan kriteria Adjustment Internal Rate of Return. Sehingga

disarankan agar manajemen melakukan investasi dengan dana yang berasal dari

internal perusahaan karena lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan dana

yang bersumber dari pinjaman.

Page 70: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

55

Sistem Manajemen Energi

Sistem manajemen energi (SME) merupakan sarana pendukung untuk

melaksanakan program konservasi energi. Manajemen energi dibutuhkan untuk

mendapatkan hasil yang optimal dalam setiap penggunaan energi. Dengan

menggunakan pendekatan sistem manajemen energi, suatu organisasi dapat

memaksimalkan penggunaan energi dengan baik sehingga pelaku usaha dapat

memantau dan mengatur penggunaan energi yang dapat memberikan efek

pengurangan biaya. Sistem manajemen energi juga dapat digunakan untuk

merencanakan tingkat efisiensi energi yang ditargetkan oleh suatu organisasi

sehingga dapat dilakukan penghematan energi yang berkelanjutan (EMI 2010).

Siklus manajemen energi yang diimplementasikan di PT. PHE baik dari

sisi teknis maupun manajerial mengacu pada ISO 50001 yaitu Plan - Do- Check -

Action (PDCA) seperti ditunjukkan pada Gambar 21.

Gambar 21. Siklus Manajemen Energi pada PT. PHE

Sebagai perusahaan yang memegang teguh prinsip keberlanjutan energi

dan green business dalam praktik perusahaan, PT. PHE telah merubah visi yang

dijabarkan secara jelas dalam misi perusahaan. Salah satu implementasi kebijakan

tersebut yaitu program efisiensi energi. Sebagai pengguna energi PT. PHE terus

melakukan inisiatif efisiensi energi dengan menggalakan efisiensi energi di

kantor. Sejak tahun 2010 perusahaan telah menetapkan target-target efisiensi

energi yakni sebesar 5 persen pada tahun 2010, 7 persen pada tahun 2011 dan 12.5

persen pada tahun 2013.

PT. PHE juga menjadi salah satu dari 100 unit usaha Pertamina yang

berpartisipasi dalam program PROPER. Pada tahun 2011 perusahaan telah

berhasil mendapatkan peringkat hijau dan berpartisipasi kembali untuk

memperoleh peringkat emas pada tahun 2013. PROPER atau Program Penilaian

Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup menjadi

target Pertamina sebagai bagian dari menyeimbangkan kegiatan usaha di bidang

ekonomi, sosial dan lingkungan.

Pelaksanaan PROPER diharapkan dapat memperkuat berbagai instrumen

pengelolaan lingkungan yang ada, seperti penegakan hukum lingkungan, dan

ekonomi. Disamping itu penerapan PROPER dapat menjawab kebutuhan akses

Page 71: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

56

informasi, transparansi dan partisipasi publik dalam pengelolaan lingkungan di

Pertamina.

Penilaian kinerja penaatan perusahaan dalam PROPER dilakukan

berdasarkan atas kinerja perusahaan dalam memenuhi berbagai persyaratan

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kinerja

perusahaan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang terkait dengan kegiatan

pengelolaan lingkungan dan efisiensi energi yang belum menjadi persyaratan

penaatan. Keikutsertaan PT. PHE dalam program PROPER sekaligus untuk

penataan Sistem Manajemen Energi yang diterapkan dengan beberapa tahapan

yaitu melakukan audit energi, benchmarking dan menjalankan hasil audit energi.

Alat yang digunakan dalam menganalisa model manajemen energi adalah

matrik manajemen energi. Matrik ini merupakan suatu alat untuk mengukur

kinerja model penerapan manajemen energi di pengguna energi seperti industri,

gedung dan fasilitas-fasilitas pengguna energi lainnya. Matrik ini

mengelompokkan kualitas sistem manajemen energi suatu badan usaha ke dalam

lima level implementasi manajemen energi. Level yang terendah adalah level 0

dan level yang tertinggi adalah level 4.

Matrik manajemen energi memiliki enam pilar utama yang dapat

memetakan kondisi aktual model penerapan manajemen energi di suatu pengguna

energi, kemudian dari pemetaan tersebut dapat dirancang aksi-aksi peningkatan

dari model penerapan manajemen energi yang eksisting. Aksi-aksi peningkatan

tersebut berupa rekomendasi dari masing-masing penilaian terhadap kondisi

eksisting masing-masing pilar matrik manajemen energi. Keenam pilar utama

matrik manajemen energi terdiri dari kebijakan dan sistem, organisasi energi,

motivasi, sistem informasi, promosi, dan investasi.

Berdasarkan acuan tersebut diatas implementasi SME pada bangunan

gedung perkantoran PT. PHE dapat diuraikan sebagai berikut.

1 Kebijakan dan sistem

Aspek kebijakan dan sistem dalam matrik manajemen energi digunakan untuk

mengetahui komitmen manajemen puncak. Karena komitmen tersebut menjadi

syarat mutlak bagi berjalannya program konservasi energi di suatu pengguna

energi. Tanpa adanya komitmen ini akan sulit untuk membentuk organisasi

yang bertanggungjawab dalam mengeksekusi program dan target-target

efisiensi energi. Pada bangunan kantor PT. PHE kebijakan yang berkaitan

dengan konservasi energi mendapatkan perhatian penuh dari pihak

manajemen, karena aspek konservasi energi terkait langsung dengan masalah

pengelolaan lingkungan hidup. Salah satu bentuk komitmen manajemen

puncak adalah melaksanakan assessment energi pada tahun 2011 dan saat ini

sedang menerapkan Sistem Manajemen Energi yang mengacu pada ISO

50001:2011. Aktivitas-aktivitas penerapan SME yang dilakukan antara lain:

a. Pelatihan ISO 50001: 2011

b. Sistem desain dan pengembangan manajemen energi ISO 50001:2011

c. Penerapan Sistem Manajemen Energi ISO 50001: 2011

d. Pelatihan audit internal Sistem Manajemen Energi ISO:50001:2011

e. Sertifikasi Audit

Karena saat ini proses penerapan dan sertifikasi tersebut sedang berjalan,

maka belum ada kebijakan resmi tentang manajemen energi dan organisasi

energi yang ditetapkan.

Page 72: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

57

2 Organisasi energi

Organisasi dalam matrik digunakan untuk mengukur bagaimana model

manajemen puncak di dalam menerapkan sistem penugasan dan tanggung

jawab personal yang terlibat didalam alur tugas sistem perencanaan,

pengukuran, pemantauan, dan pelaporan terhadap pemanfaatan energi.

Organisasi energi merupakan elemen penting di dalam SME, karena dengan

organisasi yang efektif semua rencana-rencana aksi dan tugas-tugas pokok

pelaksanaan dapat diimplementasikan. Saat ini, organisasi energi di bangunan

gedung PT. PHE ditangani oleh Manajer Health Safety Security Environment

(HSSE), pengelolaan energi belum ditangani secara khusus oleh bidang energi.

3 Motivasi

Motivasi dalam matrik manajemen energi digunakan untuk mengukur model

komunikasi yang terjadi diantara pengelola energi (divisi yang

bertanggungjawab terhadap kondisi suplai energi) dengan pengguna energi

(divisi yang menggunakan energi) di dalam struktur internal perusahaan. Saat

ini, komunikasi yang berkaitan dengan pengelolaan energi di bangunan kantor

PT PHE belum terstruktur dengan jelas. Melalui ISO 50001:2011 pola

komunikasi tersebut dapat dibenahi.

4 Sistem monitoring

Kegiatan monitoring yang sudah dilakukan di bangunan kantor PT. PHE yaitu

monitoring berdasarkan data rekening bulanan dari pengelola gedung. Data

penggunaan diperoleh pengelola dari meteran energi yang terpasang pada

bangunan gedung. Namun demikian, monitoring secara rutin belum dilakukan

terhadap nilai IKE listrik.

5 Promosi

Promosi yang dimaksud dalam matrik manajemen energi adalah kegiatan

mengkampanyekan program konservasi energi. Peningkatan kesadaran atau

kemampuan pengelolaan energi merupakan sarana agar seluruh elemen

organisasi memiliki keinginan untuk berpartisipasi aktif dalam sistem

manajemen energi. Saat ini, kegiatan peningkatan kesadaran atau kemampuan

pengelolaan energi di bangunan gedung perkantoran PT. PHE masih berjalan

secara parsial, sementara aspek promosi yang dijalankan baru pada kegiatan

yang berkaitan dengan kewajiban PROPER.

6 Investasi

Program penghematan energi pada bangunan gedung perkantoran PT. PHE

masih bersifat investasi biaya rendah yang sifatnya house keeping.

Jika dituangkan kedalam matrik SME, status implementasi Sistem

Manajemen Energi pada PT. PHE berada pada level 1. Status pada level ini

menunjukkan selangkah lebih maju dalam penerapan manajemen energi. Adapun

matrik manajemen energi yang diterapkan pada PT. PHE disajikan pada Tabel 25.

Page 73: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

58

Tabel 25 Matrik sistem manajemen energi PT. PHE Tingkat Kebijakan dan Sistem Organisasi Motivasi

/Komunikasi

Sistem Informasi

/Monitoring

Promosi/Capacity

Building

Investasi/

Implementasi

4 Kebijakan formal

konservasi energi dan

sistem manajemen,

rencana aksi dan review

reguler dengan komitmen

dan manajemen senior,

atau bagian dari strategi

korporat

Manajemen energi telah

terintegrasi dalam struktur

manajemen pendelegasian

tanggung jawab yang jelas

tentang penggunaan energi

Komunikasi formal dan

informal secara reguler

yang dilakukan oleh

manajer energi dan

semua tingkat staff

Sistem menyeluruh yang

membuat target, pemantauan

dan konsumsi energi dan

buangan emisi, identifikasi

kesalahan, jumlah biaya

penghematan serta

pemantauan anggaran untuk

penggunaan energi

Memasarkan nilai

efisiensi energi dan

kinerja manajemen

energi baik di dalam

maupun di luar

organisasi

Seluruh investasi

berorientasi

efisiensi energi

3 Kebijakan formal

konservasi energi, sistem

manajemen belum

formal, dan manajemen

puncak belum memiliki

komitmen aktif.

Manajer energi dan

accountable pada komite

energi yang sesuai oleh

anggota dari manajemen

puncak

Komite energi sebagai

saluran utama

bersamaan sebagai

kontak dengan

pengguna energi yang

paling besar

Laporan monitoring dan

sasaran untuk masing –

masing individu berdasar

pada metering tetapi

penghematan tidak dilaporkan

pada pengguna secara efektif

Program pelatihan

untuk staff,

kesadaran dan

kempanye reguler

Penilaian yang

jelas untuk semua

bangunan,

peralatan dan

peluang

2 Kebijakan energi

informal dibuat oleh

manajer energi atau

manager senior

Manajer energi sudah ada,

melaporkan ke komite ad-hoc

tapi garis manajerial dan

otoritas belum jelas

Kontak dengan

pengguna energi besar

melalui adhoc yang

diketuai oleh manajer

senior departemen

Laporan pemantauan dan

sasaran berdasar pada data

pengukuran dan tagihan. Staff

energi diikutsertakan secara

tidak langsung pada

pembuatan

Kesadaran pada

beberapa staff

umum dan pelatihan

Investasi masa

payback pendek

yang

dilaksanakan

1 Petunjuk Belum Dibuat

Manajer energi dilakukan

oleh seorang bersifat paruh

waktu dengan pengaruh dan

otoritas terbatas

Kontak informal antara

engineer dan beberapa

pengguna energi

Laporan berdasar pada data

tagihan. Engineer

mengkompilasi laporan untuk

penggunaan internal berkaitan

dengan departemen teknis

Adanya sosialisasi

informal

hanya perbaikan

biaya rendah dan

tanpa biaya yang

dilakukan

0 Tidak ada kebijakan

Tidak ada manajer energi atau

formal organisasi yang

bertanggung jawab terhadap

penggunaan

Tak ada kontak dengan

pengguna energi

Tidak ada sistem informasi.

Tidak ada perhitungan untuk

konsumsi energi

Tidak ada promosi

konservasi energi

Tidak ada

investasi untuk

konservasi

58

Page 74: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

59

Implikasi Manajerial

Manajemen konservasi energi adalah program terencana yang bertujuan

untuk mengurangi anggaran biaya pengeluaran energi pada suatu instansi atau

perusahaan. Program konservasi energi yang diterapkan dapat menghemat biaya

energi dalam periode tertentu, sehingga akan tersedia dana yang dapat dikonversi

untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, serta akan mampu

meningkatkan daya saing perusahaan. Berdasarkan hasil temuan terhadap

konsumsi dan biaya energi listrik dalam penelitian terdapat ketidaksesuaian

penggunaan energi listrik dengan jam operasional kantor. Sehingga untuk

mengurangi biaya energi listrik petugas teknik perlu menyesuaikan jam nyala dan

jam mati peralatan listrik sehingga dapat meminimalisir energi yang terbuang

akibat penggunaan yang tidak perlu dan IKE listrik bangunan gedung lebih

efisien.

Kualitas kinerja peralatan dan sistem kelistrikan pada bangunan gedung

juga termasuk kedalam aspek yang dianalisis dalam audit energi. Kualitas sistem

kelistrikan yang ditunjukkan oleh profil cosphi, ketidakseimbangan tegangan dan

arus, frekuensi, harmonisa tegangan dan arus listrik merupakan aspek yang diukur

untuk mengetahui indikator kualitas kelistrikan pada bangunan gedung PT. PHE.

Kualitas daya yang baik akan memperbaik drop tegangan, faktor daya, rugi-rugi

daya, kapasitas daya dan efisiensi energi listrik. Untuk mengatasi permasalahan

pada kualitas daya perlu dipasang peralatan yang bisa menjaga kualitas daya

semakin baik yakni dengan menggunakan softswitch SVC dan penggunaan LCD

grafik untuk menampilkan gelombang daya, tegangan, arus serta menampilkan

nilai cosphinya. Sementara itu, harmonisa tegangan dan harmonisa arus dapat

diatasi dengan memasang harmonic filter yang sesuai dengan peralatan yang

dapat menyebabkan timbulnya harmonik.

Hasil audit energi sistem selubung bangunan, tata cahaya dan tata udara

secara umum menunjukkan kesesuaian dengan Standar Nasional Indonesia.

Walaupun demikian masih terdapat peluang untuk meningkatkan efisiensi

penggunaan energi. Untuk menurunkan nilai IKE dan biaya energi listrik

bangunan gedung PT. PHE pada sistem tata udara direkomendasikan untuk

menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja dan mematikan AC

atau chiller 30 menit sebelum jam kerja berakhir. Pada sistem tata cahaya, untuk

menghemat penggunaan energi listrik direkomendasikan agar pihak pengelola

gedung meretrofit lampu jenis TL 36 watt dengan TL LED 18 watt di ruang kerja,

meretrofit lampu TL 18 watt di ruang kerja dengan jenis TL LED 9 watt,

meretrofit PLC 14 watt dengan LED 9 watt di koridor dan lobi, mematikan lampu

di lobby saat pencahayaan dari luar mencukupi dan melakukan penjadwalan

perawatan secara rutin berupa pembersihan reflektor lampu agar kualitas

pencahayaan terjaga.

Apabila peluang-peluang konservasi energi tersebut diimplementasikan

dengan dua alternatif sumber pendanaan, maka berdasarkan perhitungan terhadap

kriteria investasi, pihak manajemen dapat mendapatkan hasil investasi ayng lebih

menguntungkan apabila melakukan investasi dengan dana yang berasal dari

internal perusahaan karena kriteria-kriteria menunjukkan nilai yang lebih baik.

Langkah implementasi konservasi energi pada PT. PHE harus ditunjang oleh

Sistem Manajemen Energi (SME). Manajemen energi ini sangat penting untuk

Page 75: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

60

memperoleh efisiensi energi yang berkelanjutan dan meningkatkan kinerja energi.

Peningkatan kinerja energi dapat memberikan manfaat yang cepat untuk sebuah

organisasi dengan memaksimalkan penggunaan sumber energi dan aset yang

berhubungan dengan energi, sehingga mengurangi biaya dan konsumsi energi.

SME pada PT. PHE dapat dilakukan dengan mengacu pada matriks manajemen

energi antara lain fokus pada aspek kebijakan dan sistem, pengembangan

organisasi energi, motivasi, sistem informasi, promosi dan investasi.

Sebagai tahap awal implementasi pihak manajemen dapat menyusun

usulan tertulis yang memuat tentang kebijakan umum efisiensi energi, target

penurunan konsumsi energi, dan penunjukkan penanggungjawab dan tim

penghematan energi. Pembentukan gugus organisasi energi diharapkan dapat lebih

fokus dalam menjalankan program kerjanya mulai dari perencanaan, pelaksanaan

konsumsi energi, dan evaluasi dari tindakan-tindakan perbaikan untuk

menurunkan intensitas konsumsi energi. Gugus energi dibentuk dengan struktur

formal berdasarkan surat keputusan manajemen dimana tugas pokok dan fungsi

dari gugus tersebut diatur dengan jelas. Kebijakan dan organisasi yang baik dapat

menjaga dalam upaya meningkatkan program kebersamaan, keterbukaan dan

kepedulian, mulai dari level paling atas hingga level bawah pada program

konservasi energi, sehingga komunikasi formal dan informal secara reguler akan

terbentuk dan menjadi budaya organisasi. Untuk itu perlu adanya program

peningkatan kapasitas yang dapat memacu personel guna menciptakan ide-ide

baru dalam mendukung program organisasi energi dan konservasi energi.

Sistem informasi energi juga merupakan hal penting dalam SME.

Berdasarkan hasil penelitian sistem monitoring energi pada PT. PHE masih

berupa metering PLN atau KWH meter. Belum ada sistem evaluasi energi

khususnya pada kondisi-kondisi dimana nilai IKE yang terjadi di luar nilai batas

normal trend histroris. Pengelompokan pusat biaya energi perlu semakin

difokuskan dengan cara lebih mengelompokkan berdasarkan fungsi proses untuk

keperluan monitoring, evaluasi dan pelaporan energi gedung kantor 8, kantor 10,

gedung IT dan gedung serbaguna atau gedung pendukung lainnya. Meningkatkan

sistem monitoring tidak hanya penggunaan secara total pada bangunan gedung

kantor, melainkan ke pola kinerja peralatan seperti AC, lampu dan peralatan

kantor lainnya. Hal ini disebabkan peralatan akan mengalami penurunan kinerja

akibat umur dan atau pola operasi peralatan. Sistem informasi manajemen energi

secara bertahap perlu ditingkatkan ke tingkat sistem yang lebih komprehensif

yaitu berupa sistem menyeluruh yang membuat target IKE, pemantauan dan

konsumsi energi spesifik di setiap cost center, identifikasi kesalahan atau

pemborosan, jumlah biaya penghematan serta pemantauan anggaran untuk

penggunaan energi.

Perlu peningkatan kesadaran, kepedulian dan pengetahuan staf pelaksana

atau personel bagian aset termasuk di tingkat manajemen menengah melalui

pelatihan atau workshop internal secara berkala. Membangun kapasitas tim

melalui partisipasi personel pengelola energi untuk mengikuti pelatihan sistem

manajemen energi sehingga dapat terjadi transfer pengetahuan kepada setiap

personel tim yang mengarah pada terwujudnya budaya efisiensi energi, serta

meningkatkan proses kinerja manajemen didalam maupun diluar organisasi.

Sehingga setiap investasi berorientasi pada efisiensi energi.

Page 76: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

61

6 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1 Konsumsi dan biaya energi listrik tahun 2012 berfluktuasi tetapi cenderung

mengalami penurunan. Namun nilai IKE tergolong dalam kategori cukup

efisien. Profil beban energi listrik harian memperlihatkan adanya

ketidaksesuaian jam operasi peralatan dengan jam operasional kerja.

2 Kualitas sistem kelistrikan yang terdiri atas nilai cosphi, tegangan, arus,

frekuensi dan harmonisa menunjukkan nilai yang sesuai standar kecuali nilai

maksimum ketidakseimbangan arus pada trafo 2 dan nilai harmonisa tegangan

dan arus.

3 Nilai OTTV selubung bangunan gedung 29.45 Watt/m2, nilai tersebut masih

dibawah nilai standar nasional Indonesia. Untuk mempertahankannya yaitu

dengan mengurangi radiasi sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan

gedung.

4 Kondisi kenyamanan termis yang ditunjukkan oleh temperatur dan

kelembaban udara dalam bangunan gedung secara umum telah memenuhi

standar SNI 6390-2011. Unjuk kerja peralatan pengkondisian udara juga

berada pada kondisi optimal.

5 Intensitas daya penerangan sistem tata cahaya di gedung PT. PHE sesuai

dengan Standara Nasional Indonesia lebih kecil dari batasan standar yaitu

lebih kecil dari 12 w/m2 untuk ruang kerja. Akan tetapi kuat pencahayaan di

ruang kerja belum seluruhnya sesuai standar SNI 6197-2011. Berdasarkan

hasil pengukuran berkisar antara 100 hingga 250 lux.

6 Langkah-langkah konservasi energi yang dapat diimplementasikan pada

sistem tata udara antara lain dengan menggeser jam nyala dan jam mati AC

atau chiller. Pada sistem tata cahaya dapat dilakukan dengan meretrofit jenis

lampu yang ada dengan lampu hemat energi (light emitting diode),

pemanfaatan cahaya alami di lobi dan perawatan secara rutin. Jika dilihat dari

parameter kelayakan finansial rekomendasi konservasi energi pada sistem tata

udara dan tata cahaya, investasi konservasi energi yang direkomendasikan

yaitu dengan menggunakan dana internal perusahaan. Sementara sistem

manajemen energi di PT. PHE yang dirangkum dalam matriks manajemen

energi masih berada pada level 1.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka secara umum dapat

direkomendasikan beberapa saran sebagai berikut:

1 Konsumsi energi listrik dan nilai IKE dapat diturunkan dengan menerapkan

aturan yang lebih tertib dalam penggunaan daya listrik, seperti halnya

menghindari penggunaan daya pada peak hour, tidak meninggalkan peralatan

listrik idle, mematikan lampu saat tidak diperlukan, penggunaan AC tidak

Page 77: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

62

pada setting maksimum, serta menyesuaikan jam operasi peralatan listrik

dengan jam operasional kantor.

2 Secara teknis menata dan memelihara peralatan yang menggunakan energi

agar tetap bekerja dalam penggunaan energi yang efisien atau dapat juga

dilakukan dengan memasang occupancy sensor.

3 Memperbaiki building envelope, meminimalisasi kebocoran termal yang

terjadi pada gedung, seperti buruknya isolasi antara di luar dan di dalam serta

memperbaiki sistem vegetasi lingkungan gedung.

4 Peralatan pengkondisian udara berlaku sama seperti peralatan lainnya dimana

faktor usia mempengaruhi unjuk kerja peralatan, maka perlu dilakukan

perawatan berkala dan terus menerus. Langkah lain yaitu dengan beralih

menggunakan peralatan listrik atau peralatan yang mempunyai efisiensi lebih

baik secara teknologi dibandingkan dengan kondisi eksisting, seperti

menggunakan pengkondisian udara dengan EER yang lebih tinggi.

5 Kuat pencahayaan di ruang kerja yang dianjurkan oleh SNI yaitu 300 – 350

lux. Untuk mencapai angka tersebut perlu diretrofit dengan lampu light

emitting diode sesuai rekomendasi hasil audit energi.

6 Untuk menjalankan rekomendasi hasil audit energi perlu komitmen kuat dari

top manajemen. Oleh karena itu diharapkan top manajemen dapat

memperbaiki sistem manajemen energi yang telah ada dengan rancangan

program konservasi energi yang lebih jelas, tertulis dan disosialisaikan serta

setiap investasi yang dikeluarkan harus menunjang program konservasi energi.

Page 78: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

63

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi M. 2009. Ekologi Energi. Mengenali Dampak Lingkungan dalam

Pemanfaatan Sumber-Sumber Energi. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Anderson GO. 2003. Energy Efficient Lighting Design. Domestic Use of Energy.

Proceeding of the 2003 International Conference towards sustainable

Energy, Solutions for the Developing World. Cope Town, 31 March – 3

April 2003. Cape Technikon:103-109.

ASHRAE. 2009. Handbook: Fundamentals. Inc. Atlanta (US): American Society

of Heating Refrigerating and Air Conditioning Engineers.

[BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2012. Perencanaan Efisiensi

dan Elastisitas Energi 2012. Tangerang (ID): BPPT Press.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. Prosedur Audit Energi pada

Bangungan Gedung, Konservasi Energi Sistem Pencahayaan Bangunan

Gedung (SNI 03-6196-2000, SNI 03-6090-2000, SNI 03-6197-2000).

Jakarta (ID): Departemen Pendidikan Nasional.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Prosedur Audit Energi pada Bangunan

Gedung ( SNI 6196:2011). Jakarta (ID): BSN.

-------. 2011. Konservasi Energi Sistem Selubung Bangunan pada Bangunan

Gedung ( SNI 6389:2011). Jakarta (ID): BSN.

-------. 2011. Konservasi Energi Sistem Tata Udara Bangunan Gedung ( SNI

6390:2011). Jakarta (ID): BSN.

-------. 2011. Konservasi Energi Sistem Pencahayaan ( SNI 6197:2011). Jakarta

(ID): BSN.

Dekker (1990). Industrial Power Distribution and Illuminating System. New York

(US): Rao Chen

[DEPDIKNAS] Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Pelaksanaan

Konservasi Energi dan Pengawasan di Lingkungan Depdiknas. Jakarta

(ID): Depdiknas

Elyza dkk. 2005. Efisiensi Energi di Hotel. Jakarta (ID): Yayasan Pelangi

[EMI] Energy Management Indonesia. 2010. Best Practice Efisiensi Energi pada

Bangunan Perkantoran. Jakarta (ID): EMI.

[ESDM] Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2011. Kantor Hemat

Energi. Energi Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia.

Jakarta (ID): Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.

Kementerian ESDM.

[ESDM] Kementerian Energi dan Sumbderdaya Mineral, [DANIDA] The

Ministry of Foreign Affairs of Denmark, [DEM] Danish Energy

Management. 2012. Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan

Gedung di Indonesia. Jakarta (ID): ESDM.

Indrajit. 2004. Kajian Strategis Cost-Benefit teknologi Informasi. Panduan

investasi pengembangan TI di perusahaan. Yogyakarta (ID): Penerbit

ANDI.

Karnoto. 2008. Efisiensi energi listrik kampus Undip Tembalang. Jurnal Teknik

Elektro, Jilid 10, Nomor 1, Maret 2008, hlm 38-42. Semarang (ID):

UNDIP.

Page 79: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

64

[Kemenperin] Kementerian Perindustrian. 2011. Pedoman Teknis Studi Kelayakan

(Implementasi Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO2 di

Sektor Industri). Jakarta (ID).

Loekita S. 2006. Analisis Konservasi Energi Melalui Selubung Bangunan. Civil

Engineering Dimension, Vol. 8, No.2 93-98, September 2006. Surabaya

(ID):Universitas Kristen Petra.

Mukhlis. 2011. Evaluasi Penggunaan Listrik Pada Bangunan Gedung di

Lingkungan Universitas Tadulako. Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 1, No.1,

Maret 2011, hlm 34. Palu (ID): Universitas Tadulako.

Nugroho Hanan. 2005. Konservasi Energi Sebagai Keharusan yang Terlupakan

dalam Manajemen Energi Nasional Indonesia: Belajar dari Jepang dan

Muangthai. Lokakarya Konservasi Energi di Yokohama serta

Kunjungan ke berbagai Proyek Konservasi Energi di Jepang. Januari –

Februari. 2005. Jakarta (ID): BAPPENAS. Hlm 1-11; (diunduh 2011)

Jan 7). Tersedia pada: http://www.bappenas.go.id/get-file-

server/node/8495/.

PT.PLN. 2012. Tarif dan Golongan Pelanggan listrik. Jakarta (ID): PLN. Diakses

pada: www.pln.co.id.

Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri ESDM No.13 tahun 2012 tentang

Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik. Jakarta (ID): Kementerian

Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia

Rizkani dan Ciptomulyono. 2012. Audit Energi dengan Pendekatan Model

MCDM-PROMETHEE untuk Konservasi serta Efisiensi Listrik di

Rumah Sakit Haji Surabaya. Jurnal Teknik ITS Vol.1, Sept 2012. Hlm

A465. Surabaya (ID): ITS.

Surya. 2008. Analisis Harmonisa Tegangan di Gedung Direktorat TIK.

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Siswoyo dan Zulkarnaen. 2009. Konservasi Energi Listrik Pada Bangunan Kantor.

Jurnal listrik Volume 6 Nomor 2, September 2009: hal 63 – 72.

Bandung (ID): Politeknik Negeri Bandung.

Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3. Jakarta (ID): PT. Gramedia

Pustaka Utama

Page 80: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43
Page 81: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

64

Page 82: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

65

Lampiran 1 Hasil pengukuran kenyamanan termis di bangunan gedung PT. PHE Titik Ukur Nama Ruang

Temperatur Kelembaban

Eksisting (0C)

Standar SNI 6390-2011 (0C)

Kondisi Eksisting (0C)

Standar SNI 6390-2011 (0C)

Kondisi

Lantai 17

1 R. Kerja sisi Kiri 24.2 25.5±1.5 Standar 63.2 60±5 Standar

2 R. Kerja sisi kanan 23.1 25.5±1.5 Di bawah 61.5 60±5 Standar

3 R. Rapat 22.8 25.5±1.5 Di bawah 63.9 60±5 Standar

Lantai 16

4 R.kerja sisi kiri 24.9 25.5±1.5 Standar 61.4 60±5 Standar

5 R.kerja sisi kanan 24.7 25.5±1.5 Standar 64.7 60±5 Standar

6 Loby 24.7 28.5±1.5 Standar 62.5 60±10 Standar

Lantai 15

7 R. Kerja 24.3 25.5±1.5 Standar 61 60±5 Standar

8 Pantry 24.3 28.5±1.5 Dibawah 61 60±10 Standar

9 Loby 24.6 28.5±1.5 Di bawah 61.5 60±10 Standar

Lantai 14

10 R.Kerja 24.3 25.5±1.5 Standar 64.7 60±5 Standar

11 Loby 23.9 28.5±1.5 Di bawah 62.9 60±10 Standar

Lantai 13

12 R.kerja sisi kiri 24.5 25.5±1.5 Standar 62.1 60±5 Standar

13 R.kerja sisi kanan 23.7 25.5±1.5 Di bawah 63.1 60±5 Standar

Lantai 12

14 R.kerja sisi kiri 25.1 25.5±1.5 Standar 60 60±5 Standar

15 R.kerja sisi kanan 25 25.5±1.5 Standar 61.3 60±5 Standar

16 Loby 24.5 28.5±1.5 Di bawah 59.5 60±10 Standar

Lantai 11

17 R.kerja sisi kiri 24.9 25.5±1.5 Standar 58.6 60±5 Standar

18 R.kerja sisi kanan 25 25.5±1.5 Standar 60 60±5 Standar

19 Loby 25.1 28.5±1.5 Di bawah 56.9 60±10 Standar

Lantai 10

20 R. kerja 24.8 25.5±1.5 Standar 58.1 60±5 Standar

21 Loby 25.8 28.5±1.5 Di bawah 56.1 60±10 Standar

Lantai 9

22 Loby 24.9 28.5±1.5 Di bawah 58.3 60±10 Standar

Lantai 8

23 R.kerja 24.5 25.5±1.5 standar 58.2 60±5 Standar

Lantai 7

24 RVP + sekretaris 25.2 25.5±1.5 standar 61.4 60±5 Standar

Lantai 5

25 Koridor R. kerja 24.7 25.5±1.5 Standar 57.6 60±5 Standar

26 Loby 23.8 28.5±1.5 Di bawah 59.6 60±10 Standar

27 R. kerja 23.9 25.5±1.5 standar 60 60±5 Standar

Lantai 4

28 Loby 23.8 28.5±1.5 Di bawah 60.5 60±10 Standar

29 R. Kerja 24 25.5±1.5 standar 59.5 60±5 Standar

Lantai 3

30 R. Poliklinik 24.1 25.5±1.5 Standar 58.5 60±5 Standar

31 R. Dokter 24.2 25.5±1.5 Standar 57 60±5 Standar

32 Koridor R. kerja 23.5 28.5±1.5 Di bawah 59.6 60±10 Standar

Lantai 2

33 Koridor R kerja 24.3 28.5±1.5 Di bawah 59.6 60±10 Standar

Lantai 1

34 Koridor Depan 25.4 28.5±1.5 Di bawah 59.6 60±10 Standar

35 R. kerja 24 25.5±1.5 standar 59.7 60±5 Standar

Ground

36 R. kerja 24.5 25.5±1.5 standar 59.5 60±5 Standar

37 Loby 25 28.5±1.5 Di bawah 60 60±10 Standar

Page 83: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

66

Lampiran 2 Daya dan intensitas peralatan AC bangunan gedung PT. PHE

Lantai Daya Chiller Daya AHU

Daya Total Pendingin

Luas Lantai (m2)

Intensitas (Watt/m2)

Bencmark (50w/m2)

Kondisi

PL LT 17 38937.06531 12.07488 38949.14019 1029 37.85 50 < standar PL LT 16 38937.06531 12.07488 38949.14019 1029 37.85 50 < standar PL LT 15 38937.06531 12.07488 38949.14019 1029 37.85 50 < standar PL LT 14 38937.06531 12.18432 38945.24963 1029 37.85 50 < standar

PL LT 13 38937.06531 17.61984 38954.68515 1029 37.86 50 < standar PL LT 12 38937.06531 17.83872 38954.90403 1029 37.86 50 < standar PL LT 11 38937.06531 13.05984 38950.12515 1029 37.85 50 < standar PL LT 10 38937.06531 13.05984 38950.12515 1029 37.85 50 < standar PL LT 9 38937.06531 10.50624 38947.57155 1029 37.85 50 < standar PL LT 8 38937.06531 10.50624 38947.57155 1029 37.85 50 < standar PL LT 7 38937.06531 11.16288 38948.22819 1029 37.85 50 < standar PL LT 6 38937.06531 10.944 38948.00931 1029 37.85 50 < standar PL LT 5 38937.06531 10.944 38948.00931 1029 37.85 50 < standar

PL LT 4 38937.06531 10.17792 38947.24323 1029 37.85 50 < standar PL LT 3 38937.06531 7.44192 38944.50723 1029 37.85 50 < standar PL LT 2 38937.06531 8.208 38945.27331 1029 37.85 50 < standar PL LT 1 38937.06531 4.9248 38941.99011 1029 37.85 50 < standar PL LT Ground 38937.06531 12.14784 38949.21315 1029 37.85 50 < standar

Lampiran 3 Intensitas daya penerangan bangunan gedung PT. PHE

Page 84: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

67

Lampiran 4 Kuat pencahayaan pada bangunan gedung PT. PHE

Nama Ruang Lux Rata-Rata (lux)

Standar SNI 6197:2011

Kondisi

Lantai 17 R kerja sisi kiri 220 330 275 350 < standar R kerja sisi kanan 250 190 220 350 < standar R rapat 300 150 225 300 < standar

Lantai 16

R kerja sisi kiri 300 210 225 350 < standar R kerja sisi kanan 250 180 215 350 < standar Loby 85 125 105 300 < standar

Lantai 15 R kerja 250 300 275 350 < standar Pantry 365 365 365 300 >standar Loby 170 210 190 300 < standar

Lantai 14 R kerja 250 360 300 350 < standar Loby 160 180 170 300 < standar

Lantai 13

R kerja sisi kiri 132 370 251 350 < standar R kerja sisi kanan 60 185 172.5 350 < standar

Lantai 12 R kerja sisi kiri 260 300 280 350 < standar R kerja sisi kanan 270 230 250 350 < standar Loby 275 275 275 300 < standar

Lantai 11 < standar R kerja sisi kiri 135 180 157.5 350 < standar R kerja sisi kanan 105 210 157.5 350 < standar Loby 204 237 220.5 300 < standar Lantai 10 R kerja 195 230 212.5 350 < standar loby 232 260 246 350 < standar

Lantai 9 loby 85 120 102.5 300 < standar Lantai 8 R kerja 125 190 157.5 350 < standar Lantai 7 R VIP & sekretaris 235 300 267.5 350 < standar Lantai 5 Koridor R Kerja 120 120 120 150 < standar Pantry 215 215 215 300 < standar Loby 115 115 115 300 < standar R Kerja 165 200 182.5 350 < standar Lantai 4 Loby 220 247 233.5 300 < standar R Kerja 130 170 150 350 < standar Lantai 3 R Loby Poliklinik 125 220 172.5 300 < standar R Dokter 275 430 352.5 350 > standar Koridor R Kerja 130 130 130 150 < standar Lantai 2 Koridor R Kerja 105 125 115 150 < standar Lantai 1 Koridor Depan 269 269 269 150 > standar R Kerja 220 300 280 350 < standar Ground R Kerja 180 250 215 350 < standar Loby 240 280 260 300 < standar

Page 85: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

70

Lampiran 5 Kelayakan investasi konservasi energi pada PT. PHE dengan sekenario I

Uraian

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. Inflow

1. Penghematan

Sistem Tata Udara 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008

Sistem Tata Cahaya 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300

Total Penghematan 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308

2. Nilai Sisa

Lampu TL LED 18 watt 22,500,000

Lampu TL LED 9 watt 87,069,000

Lampu LED 9 watt 9,693,000

Total Nilai Sisa 119,262,000

Total Inflow 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 601,882,308

II. Outflow

1. Biaya Investasi

Lampu TL LED 18 watt 225,600,000

Lampu TL LED 9 watt 870,696,000

Lampu LED 9 watt 96,930,000

Total Biaya Investasi 1,193,226,000

2. Biaya Operasional

Pemasangan 8,000,000

Pemasangan dan Pemeliharaan 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000

Total Outflow 1,201,226,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000

68

Page 86: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

71

Lanjutan lampiran 5

Uraian

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Net Benefit -718,605,692 474,620,308 474,620,308 474,620,308 474,620,308 474,620,308 474,620,308 474,620,308 474,620,308 593,882,308

Discount Factor 6.5% 0.939 0.882 0.828 0.777 0.730 0.685 0.644 0.604 0.567 0.533

PV -674,747,129 418,453,400 392,913,991 368,933,325 346,416,267 325,273,491 305,421,118 286,780,392 269,277,364 316,376,568

PV (+) 3,029,845,916

PV (-) -674,747,129

Net B/C 4

NPV 1,461,155,127

IRR 55.36%

PP 3.25 tahun

69

Page 87: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

72

Lampiran 6 Kelayakan investasi konservasi energi pada PT. PHE dengan skenario II

Uraian

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. Inflow

1. Penghematan

Sistem Tata Udara 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008 353,698,008

Sistem Tata Cahaya 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300 128,922,300

Total Penghematan 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308

2. Nilai Sisa

Lampu TL LED 18 watt 22,500,000

Lampu TL LED 9 watt 87,069,000

Lampu LED 9 watt 9,693,000

Total Nilai Sisa 119,262,000

Total Inflow 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 482,620,308 601,882,308

II. Outflow

1. Biaya Investasi

Lampu TL LED 18 watt 225,600,000

Lampu TL LED 9 watt 870,696,000

Lampu LED 9 watt 96,930,000

Total Biaya Investasi 1,193,226,000

2. Biaya Operasional

Pemasangan 8,000,000

Pemeliharaan 0 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000 8,000,000

3. Cicilan Kredit

Pengembalian Pinjaman

pokok 119,322,600 119,322,600 119,322,600 119,322,600 119,322,600 119,322,600 119,322,600 119,322,600 119,322,600 119,322,600

70

Page 88: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

73

Lanjutan lampiran 6

Uraian

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Bunga Pinjaman 104,668,947 91,814,866 80,539,356 70,648,558 61,972,419 54,361,771 47,685,764 41,829,618 36,692,647 32,186,533

Total Outflow 1,425,217,547 211,137,466 199,861,956 189,971,158 181,295,019 173,684,371 167,008,364 161,152,218 156,015,247 151,509,133

Net Benefit (saving) -942,597,239 271,482,842 282,758,352 292,649,150 301,325,289 308,935,937 315,611,944 321,468,090 326,605,061 450,373,175

Discount Factor 14% 0.877 0.769 0.675 0.592 0.519 0.456 0.400 0.351 0.308 0.270

PV -826,839,684 208,897,231 190,853,833 173,271,790 156,498,913 140,747,057 126,130,312 112,693,550 100,433,650 121,485,376

PV (+) 1,331,011,712

PV (-) -826,839,684

Net B/C 2

NPV 504,172,029

IRR 12.50%

PP 6.19 tahun

71

Page 89: KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI … · 16 Peluang konservasi energi sistem tata udara dengan menggeser jam nyala AC atau chiller 1 jam sebelum jam kerja 43

72

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 17 Desember 1981 dari

pasangan H. Muslihin dan Mamay Komarah. Penulis merupakan anak ke-2 dari

tiga bersaudara. Pendidikan Sarjana ditempuh di Program Studi Agribisnis

Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor, lulus pada tahun 2009. Pada

tahun 2010 penulis melanjutkan jenjang pendidikan di Program Studi Ilmu

Manajemen, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, lulus pada tahun

2013. Pada tahun 2006 penulis pernah bekerja di sebuah konsultan yang

bergerak di bidang pengembangan sumberdaya manusia dan aplikasi teknologi,

kemudian pada tahun 2009 bergabung dengan LPPM-IPB sebagai project officer

dan pada tahun 2010 bergabung di Direktorat Kerjasama dan Program

Internasional, IPB.

Bogor, Oktober 2013

Ajen Mukarom