kajian semantik dan semiotik karya seni jalanan …

24
KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN BERBAHASA ARAB PADA MASA ARAB SPRING Azizah Fakhria Zahra dan Maman Lesmana Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Jurnal ini merupakan penelitian kualitatif tentang makna-makna yang terkandung dalam karya seni jalanan berbahasa Arab yang terdapat pada masa Arab Spring tahun 2011-2013 di tiga negara Arab, yaitu Tunisia, Mesir, dan Libya. Dalam mengungkapkan makna-makna tersebut secara terstruktur dan konstruktif, penulis menggunakan analisis semantik dan analisis semiotik. Fokus analisis semantik dalam skripsi terletak pada penentuan jenis makna yang terdapat pada ungkapan tertulis dalam bahasa Arab yang terdapat pada karya seni jalanan yang diteliti berdasarkan teori jenis makna Leech (1974) dan penentuan relasi makna, antara homonimi dan polisemi, yang muncul pada ungkapan-ungkapan tertulis tersebut berdasarkan teori relasi makna Chaer (2009) dan Taufiqurrahman (2008), sedangkan fokus analisis semiotik ialah mengungkapkan makna pada tanda melalui proses semiosis berdasarkan teori semiotik trikotomis-pragmatis Peirce. Hasil dari analisis semantik pada tiga karya seni jalanan yang dipilih menunjukkan hasil bahwa pada ketiga karya tersebut terdapat ungkapan tertulis yang memiliki makna konseptual, stilistika dan konotatif serta memiliki relasi makna polisemi, sedangkan analisis semiotik menunjukkan bahwa tanda-tanda yang terdapat pada ketiga karya tersebut digolongkan sebagai simbol. Semantic and Semiotic Study of Arabic Street Artworks in Arab Spring Period Abstract This journal is a qualitative study of meanings contained in Arabic street artworks found during the Arab Spring in three Arab countries, namely Tunisia, Egypt, and Libya. To revealing these meanings in structured and constructively way, the author uses semantic analysis and semiotic analysis. The focus of the semantic analysis lies on determining types of meaning which are contained in Arabic written phrase in the street artworks based on types of meaning theory by Leech (1974) and determining meaning relation, between homonymy and polysemy, which contained in the Arabic written phrase based on meaning relation theory by Chaer (2009) and Taufiqurrahman (2008), while the focus of semiotic analysis is to reveal the meaning of the signs in the artworks through the process of semiosis based on Peirce’s triadic, pragmatic semiotics theory. The result of semantic analysis indicates that the written phrases of the three selected artworks have conceptual meaning, social meaning, and connotative meaning and also have polysemy meaning; while the semiotic analysis showed that the signs in the three works classified as symbol. Keywords: Semantics, Semiotics, Street Art. Pendahuluan Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN BERBAHASA ARAB

PADA MASA ARAB SPRING

Azizah Fakhria Zahra dan Maman Lesmana

Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Jurnal ini merupakan penelitian kualitatif tentang makna-makna yang terkandung dalam karya seni jalanan berbahasa Arab yang terdapat pada masa Arab Spring tahun 2011-2013 di tiga negara Arab, yaitu Tunisia, Mesir, dan Libya. Dalam mengungkapkan makna-makna tersebut secara terstruktur dan konstruktif, penulis menggunakan analisis semantik dan analisis semiotik. Fokus analisis semantik dalam skripsi terletak pada penentuan jenis makna yang terdapat pada ungkapan tertulis dalam bahasa Arab yang terdapat pada karya seni jalanan yang diteliti berdasarkan teori jenis makna Leech (1974) dan penentuan relasi makna, antara homonimi dan polisemi, yang muncul pada ungkapan-ungkapan tertulis tersebut berdasarkan teori relasi makna Chaer (2009) dan Taufiqurrahman (2008), sedangkan fokus analisis semiotik ialah mengungkapkan makna pada tanda melalui proses semiosis berdasarkan teori semiotik trikotomis-pragmatis Peirce. Hasil dari analisis semantik pada tiga karya seni jalanan yang dipilih menunjukkan hasil bahwa pada ketiga karya tersebut terdapat ungkapan tertulis yang memiliki makna konseptual, stilistika dan konotatif serta memiliki relasi makna polisemi, sedangkan analisis semiotik menunjukkan bahwa tanda-tanda yang terdapat pada ketiga karya tersebut digolongkan sebagai simbol.

Semantic and Semiotic Study of Arabic Street Artworks in Arab Spring Period

Abstract

This journal is a qualitative study of meanings contained in Arabic street artworks found during the Arab Spring in three Arab countries, namely Tunisia, Egypt, and Libya. To revealing these meanings in structured and constructively way, the author uses semantic analysis and semiotic analysis. The focus of the semantic analysis lies on determining types of meaning which are contained in Arabic written phrase in the street artworks based on types of meaning theory by Leech (1974) and determining meaning relation, between homonymy and polysemy, which contained in the Arabic written phrase based on meaning relation theory by Chaer (2009) and Taufiqurrahman (2008), while the focus of semiotic analysis is to reveal the meaning of the signs in the artworks through the process of semiosis based on Peirce’s triadic, pragmatic semiotics theory. The result of semantic analysis indicates that the written phrases of the three selected artworks have conceptual meaning, social meaning, and connotative meaning and also have polysemy meaning; while the semiotic analysis showed that the signs in the three works classified as symbol. Keywords: Semantics, Semiotics, Street Art. Pendahuluan

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 2: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

Munculnya berbagai corak dan bentuk dalam seni merupakan dampak dari kebudayaan

yang bersifat dinamis. Kini, kedinamisan itu membuat dunia seni kontemporer mengenal istilah

Street Art atau Seni Jalanan. Seni jalanan adalah sebuah fenomena unik yang terjadi di ranah

publik yang menarik perhatian banyak pihak, khususnya mereka yang bergelut di bidang seni

dan budaya. Seni jalanan merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut berbagai

bentuk seni yang terdapat di jalan atau ruang publik lainnya Bentuk-bentuk seni tersebut di

antaranya adalah graffiti, mural (urban painting), dan poster wheat-paste. Dengan bentuknya

yang berbagai macam, seni jalanan memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menyuarakan ide,

gagasan, kreativitas, dan pendapat para seniman tersebut kepada masyarakat di sekitarnya.

Mulai marak di akhir tahun 1960-an di New York (Stowers: 3), kini seni jalanan,

khususnya graffiti, telah menjamur di kota-kota besar di seluruh dunia dan mulai merambah ke

kota-kota kecil. Fenomena seni jalanan kini telah menghiasi tembok kota-kota besar seperti

London, Paris, Bogota, Tokyo, New Delhi, hingga Jakarta dan Bandung. Bahkan salah satu

bentuk seni jalanan, graffiti, berhasil menyulap dinding abu-abu di kota Bristol dan menarik

perhatian para turis untuk berkunjung ke sana (Arfin: 11). Kawasan Timur Tengah pun tidak

ketinggalan dan turut mengalami fenomena ini. Graffiti dan seni jalanan dengan mudahnya

ditemukan di kota Rammalah, Palestina dan Beirut, Libanon.

Seni jalanan di kota-kota bukanlah tanpa makna Sebagian besar karya-karya tersebut

merupakan tanggapan terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul, khususnya di kota

tempat karya tersebut berada. Konflik sosial dan politik dapat menjadi katalis dalam

perkembangan graffiti di suatu wilayah. Salah satu contohnya adalah peristiwa Arab Spring yang

berlangsung sejak tahun 2011 hingga saat jurnal ini ditulis. Di samping peristiwa Arab Spring

merupakan sebuah peristiwa geopolitik, Arab Spring dianggap telah membawa revolusi bagi

dunia seni di Timur Tengah, khususnya negara-negara yang mengalami Arab Spring, seperti

Tunisia, Mesir, dan Libya. Pada masa yang penuh gejolak ini, perkembangan seni jalanan di

ketiga negara tersebut justru mengalami perkembangan yang signifikan. Ketika graffiti dikatakan

sebagai bentuk vandalisme di Amerika Serikat, pada masa Arab Spring, graffiti justru menjamuri

tembok-tembok kota di Tunisia, Mesir, dan juga Libya. Berlomba-lomba untuk menyampaikan

“pesan” kepada masyarakat, baik melalui gambar, tulisan, ataupun gabungan dari keduanya.

Bagi para seniman jalanan, hanya melalui graffiti di tembok-tembok kotalah mereka dapat

menyuarakan aspirasi rakyat mengenai pemerintah (NPR, 2013: 1). Kini, seni jalanan di Timur

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 3: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

Tengah menjadi bahasan yang menarik dan tiada habisnya diperbincangkan. Media pemberitaan

seperti BBC, Huffington Post, dan Al Jazeera tidak ketinggalan dalam menyoroti hal ini. Sebagai

seorang akademisi yang bergelut di bidang studi Timur Tengah, penulis merasa hal ini menarik

untuk diteliti.

Jika selama ini masyarakat dunia melihat Arab Spring sebagai peristiwa geopolitik dan

titik tolak kebebasan masyarakat yang ditinjau melalui hukum dan undang-undang, maka penulis

ingin menunjukkan dampaknya dalam sisi budaya, khususnya linguistik. Tulisan ini akan

mengulas tiga karya seni jalanan yang masing-masingnya berasal dari Mesir, Libya, dan Tunisia

pada masa Arab Spring. Ketiga karya tersebut akan diteliti maknanya ditinjau dari aspek

semantik dan semiotik. Kedua aspek ini penulis pilih dengan tujuan untuk mengungkapkan

makna dari karya-karya tersebut secara terstruktur dan konstruktif. Selain itu, penulis mengamati

bahwa belum ada penelitian tentang seni jalanan dan graffiti terkait kajian linguistik, yaitu

ditinjau dari aspek semantik dan semiotik. Hal ini menjadi poin penting bagi penulis untuk

berkontribusi dalam studi linguistik dengan cara meneliti hal yang belum pernah menjadi fokus

pada penelitian-penelitian linguistik sebelumnya.

Tinjauan Teoritis

Untuk mengungkapkan makna dari tiga karya seni jalanan yang diteliti secara terstruktur

dan konstruktif, penulis menggunakan beberapa teori sebagai landasan dalam melakukan

analisis, yaitu teori semantik, berupa teori jenis makna dan teori relasi makna, untuk

menganalisis ungkapan tertulis yang terdapat pada karya-karya tersebut dan teori semiotik yang

digunakan untuk menganalisis makna dari tanda-tanda berupa gambar yang terdapat pada karya-

karya yang diteliti.

Teori Jenis Makna

Dalam analisis jenis makna, penulis memilih untuk menggunakan teori Leech (1974)

sehingga penulis hanya akan mengulas buku-buku yang membahas teori jenis makna menurut

Leech. Leech membagi makna ke dalam tiga kelompok besar, yaitu makna konseptual, makna

asosiatif, dan makna tematik. Tetapi makna tematik tidak akan digunakan dalam penelitian ini.

Kemudian Leech membagi makna asosiatif menjadi lima jenis makna, yaitu makna konotatif,

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 4: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

makna stilistik, makna afektif, makna refleksi, dan makna kolokatif (Kisno, 2012: 78). Berikut

ini merupakan uraian dari makna-makna berikut:

1. Makna Konseptual

Makna konseptual, atau disebut juga makna leksikal, makna logis, dan makna kognitif,

ialah makna proposisional dasar yang mengacu pada definisi kamus utama serta

merupakan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apa pun (Chaer, 2009: 72).

2. Makna Stilistika

Makna stilistika, sebagian menyebutnya makna sosial, disebut juga sebagai makna

kontekstual. Menurut Leech (1974), makna stilistika didapat dari konteks sosial yang

terdapat pada sebuah ungkapan. Makna dari ungkapan tersebut dapat menunjukkan latar

belakang sosial orang yang mengucapkannya atau orang menuliskannya. (Kisno, 2012:

82)

3. Makna Konotatif

Mengutip Leech (1974), makna konotatif adalah makna yang didapat dari nilai rasa pada

sebuah ekspresi yang melampaui makna konseptualnya. Makna konotatif bersifat tidak

stabil karena bergantung dengan hal-hal ekstralingual, seperti budaya suatu pemakai

bahasa. (Kisno, 2012: 81). Menurut Chaer (2009: 67), nilai rasa pada makna konotatif

dapat bersifat positif ataupun negatif. Jika sebuah kata tidak memiliki nilai rasa, maka

kata tersebut tidak memiliki konotasi. Tetapi ada juga yang menyebutnya berkonotasi

netral.

4. Makna Afektif

Makna afektif adalah makna yang berkaitan dengan cita rasa dan emosi seseorang yang

didapat dari suatu ungkapan, baik berupa kata, frasa, atau kalimat. Pada makna afektif,

seseorang menggunakan bahasa untuk mengekspresikan perasaaan pribadinya atau

sikapnya terhadap pendengar atau terhadap subjek permasalahan yang sedang dibahas

(Chaer, 2009: 73).

5. Makna Reflektif

Makna reflektif adalah makna yang muncul pada kata yang bermakna konseptual ganda,

jika suatu pengertian dari suatu kata pada pemakaiannya secara otomatis memunculkan

sebagian respons kita terhadap pengertian lain. Sehingga kekuatan sugesti yang dominan

dari kata tersebutlah yang menang. Hal ini terjadi disebabkan oleh keakraban makna

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 5: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

dominan (makna yang mendorong atau makna reflektif) bagi pendengar atau pembaca.

(Kisno, 2012: 86-87)

6. Makna Kolokatif

Makna yang terakhir adalah makna kolokatif, yaitu makna yang mengandung asosiasi-

asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata lain yang

cenderung muncul bersamaan dengannya (Kisno, 2012: 88).

Teori Relasi Makna

Selain melakukan analisis jenis makna, penulis juga melakukan analisis relasi makna

homonimi dan polisemi pada ungkapan tertulis berbahasa Arab pada tiga karya seni jalanan yang

diteliti. Analisis ini dilakukan untuk membuktikan adanya keterkaitan antara makna dari

ungkapan tertulis; baik kata, frasa, atau kalimat; pada karya seni jalanan dengan makna inti dari

ungkapan tersebut.

Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan

homo yang artinya ‘sama’. Verhaar (1978) mendefinisikan homonimi homonimi sebagai

ungkapan (kata, frasa, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain, tetapi

maknanya berbeda. (Chaer, 2009: 94). Taufiqurrahman (2008: 68) memberikan contoh terkait

homonimi dalam bahasa Arab, yaitu kata االجد /al-jaddu/ yang memiliki tiga makna yang berbeda,

yaitu (1) ‘bapak dari ayah atau ibu’ (أأبو االأمم atau أأبو االأبب /abū l-ummi/ atau /abū l-abi/), (2) ‘nasib

baik’ (االحظ /al-haẓu/), (3) ‘tepi sungai’ (شاططئ االنھهر /syāti`i n -nahri/).

Selanjutnya ialah relasi makna polisemi. Menurut Lesmana (2010: 54), polisemi adalah

kebalikan dari sinonimi. Jika sinonimi adalah dua buah kata atau lebih yang memiliki kesamaan

makna, maka polisemi adalah sebuah kata yang memiliki banyak arti, lebih dari satu, tetapi

makna-makna dari kata tersebut saling berkaitan satu sama lain. Timbulnya berbagai macam arti

ini disebabkan oleh adanya pergeseran makna atau perbedaan tafsir.

Adanya keterkaitan pada makna-makna dari kata yang polisemi dikarenakan makna-

makna tersebut dikembangkan dari makna (awal) yang sama. Contohnya adalah kata ‘kepala’

yang dapat bermakna (1) bagian tubuh dari leher ke atas, pada manusia dan hewan; (2) bagian

dari sesuatu yang terletak di bagian atas atau depan dan merupakan hal yang penting atau paling

utama, seperti pada ‘kepala kereta api’, ‘kepala surat’; (3) bagin dari sesuatu yang bentuknya

bulat sepeti kepala, seperti ‘kepala korek api’; (4) pemimpin atau ketua, seperti ‘kepala sekolah’

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 6: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

dan ‘kepala kantor’; dan (5) jiwa atau orang, seperti dalam kalimat ‘setiap kepala menerima

bantuan Rp 5.000.000’. Dalam beberapa kasus, polisemi dan homonimi sukar dibedakan secara

tegas (Chaer, 2009: 101-104).

Taufiqurrahman (2008) menyebutkan polisemi dalam bahasa Arab sebagai Taaddud al-

Ma’na. Contoh polisemi dalam bahasa Arab dapat ditemukan salah satunya pada kata عیين

/‘ainun/ yang mengandung beberapa konsep makna, yaitu (1) ‘mata’ sebagai panca indera ( عیين

ainu l‘/ االبصر -baṣar/), (2) ‘sumur’ atau mata air’ (االبئر /al -bi`ru/), (3) ‘mata-mata’ (االجاسوسس /al -

jāsūs/), dan (4) ‘bulatan matahari’ (قرصص االشمس /quruṣu sy-syams/). Contoh lainnya adalah kata یيد

/yadun/ yang dapat bermakna (1) ‘tangan’, bagian anggota tubuh (عضو /‘aḍuwun/), (2) ‘sifat

dermawan’ (كثر االعطاء وواالجودد /kuṡuru l-‘aṭā`i wa l-juud/), (3) ‘kekuasaaan’ (قوةة /quwwah/).

Teori Semiotik

Teori terakhir yang penulis gunakan ialah teori semiotik. Menurut Hoed (2011: 3),

semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan

dengan tanda. Ia juga menyatakan bahwa semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai

tanda, sesuatu yang harus kita beri makna. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori

semiotik Charles Sanders Peirce yang bersumber pada penjelasan Hoed (2011) dan Zaimar

(2008).

Peirce mengembangkan teori semiotik pragmatis. Menurutnya, tanda adalah “sesuatu

yang mewakili sesuatu”. “Sesuatu” itu dapat berupa hal yang konkret (dapat ditangkap oleh

panca indera manusia) dan melalui suatu proses, mewakili “sesuatu” yang ada dalam kognisi

manusia. Dalam teori Peirce, “sesuatu” yang pertama merupakan perwakilan yang disebut

representamen, sedangkan sesuatu yang ada dalam kognisi manusia merupakan object.

Hubungan dari representamen ke object disebut sebagai proses semiosis (semeion,Yun. ‘tanda’).

Untuk melengkapi proses semiosis tersebut, terdapat satu proses lagi yang disebut interpretan

(proses penafsiran) (Hoed, 2011: 4). Karena teori semiotik Peirce ini mengaitkan tiga segi dalam

suatu proses semiosis, maka teori ini bersifat trikotomis.

Proses semiosis Peirce dapat digambarkan seperti di bawah ini dalam bentuk segitiga

(skema 3.1). Tetapi pada dasarnya proses semiosis tidak terbatas. Jadi, interpretan dapat berubah

menjadi representamen [R] baru yang merujuk pada objek [O] yang baru dan interpretan [I] yang

baru, begitulah seterusnya dan proses ini dapat terjadi dalam jumlah yang tak terhingga. i. Proses

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 7: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

ini dapat digambarkan dalam bentuk rangkaian segitiga seperti pada skema 3.2. Penafsiran pada

sebuah tanda dipengaruhi oleh pengalaman budaya seseorang. Untuk menghindari

kesalahpahaman dalam menafsirkan tanda, maka perlu adanya persamaan pengetahuan antara

pengirim dan penerima tanda, atau disebut juga ground, sehingga representamen dapat dipahami

(Zaimar, 2009: 4).

Objek [O]

Representamen [R] Interpretan [I]

Skema 1. Proses Semiosis

O1 O2 O3 O4

R1 I1/R2 I2/R3 I3/R4 I4

Skema 2. Proses Semiosis Berlanjut

Peirce merupakan seorang ahli logika (Zaimar, 2008: 3), maka tidak mengherankan jika

teori semiotiknya lebih diarahkan pada pemahaman tentang bagaimana kognisi manusia

memahami hal-hal yang berada di sekitarnya, baik lingkungan sosial, alam maupun jagat raya.

Pengikut teori semiotik Peirce, di antaranya adalah Danesi dan Perron. Mereka menyebut

manusia sebagai homo culturalis, yakni makhluk yang selalu ingin memahami makna dari hal-

hal yang ditemuinya (meaning-seeking creature). Makna dalam sejarah adalah hasil kumulasi

dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, manusia juga mencari makna dengan melihat pada

sejarah. (Hoed, 2011: 5)

Hoed menuliskan rumusan faktor-faktor yang diperlukan dalam melihat kebudayaan

sebagai signifying order, yaitu: (1) jenis tanda (indeks, ikon, dan lambang), (2) jenis sistem tanda

(bahasa, musik, gerakan tubuh, dan lukisan), (3) jenis teks (percakapan, grafik, lagu atau lirik,

komik, dan lukisan), dan (4) jenis konteks atau situasi yang mempengaruhi makna tanda

(psikologis, sosial, historis, dan kultural). (2011: 24)

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 8: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

Lebih lanjut lagi, Hoed (2007) merujuk pada Peirce, menjelaskan mengenai tiga jenis

tanda dalam kaitannya dengan objek (hal yang dirujuk), yaitu indeks, ikon, dan lambang. Berikut

penjelasannya:

1. Indeks adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya bersifat langsung,

bahkan didasari pada hubungan kontiguitas atau sebab-akibat.

2. Ikon adalah tanda yang representamennya merupakan tiruan identitas objek yang

dirujuknya.

3. Lambang adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya didasari pada

konvensi sosial. (2011, 246-247)1

Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah metode

penelitian deskriptif analisis. Menurut Ratna (2004: 53), metode deskriptif-analisis ini dapat

dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta, lalu dari fakta-fakta tersebut dianalisis.

Penulis menyelidiki masalah melalui studi kepustakaan dan menjadikan teori-teori yang telah

didokumentasikan sebagai acuan serta mengembangkan teori-teori tersebut sesuai objek yang

diteliti.

Korpus Data Bahan penelitian utama dalam skripsi ini penulis dapatkan dari berbagai sumber, baik

buku maupun artikel online. Objek penelitian ini ialah karya seni jalanan yang terdapat di

Tunisia, Mesir, dan Libya pada masa Arab Spring. Penulis mengambil masing-masing satu buah

karya seni dari tiap negara tersebut untuk dijadikan korpus data. Alasan penulis memilih tiga

negara tersebut ialah jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang juga mengalami

Arab Spring; Tunisia, Mesir, dan Libya adalah tiga negara yang telah mengalami revolusi dalam

pemerintahannya dan saat ini sedang dalam masa transisi. Selain itu, pergolakan di ketiga negara

tersebut melatarbelakangi perkembangan seni jalanan dan keduanya saling mempengaruhi satu

sama lain. Hal inilah yang mendasari pilihan penulis untuk menjadikannya sebagai korpus data.

                                                                                                                         1 Lihat juga Zaimar (2008) halaman 5-7

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 9: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

Tiga negara tersebut diharapkan dapat menjadi representasi dari negara-negara Arab lainnya

dalam penggunaan bahasa Arab dan tanda-tanda, khususnya pada seni jalanan.

Untuk memudahkan penulis dalam mengolah data-data tersebutm penulis menggunakan

beberapa kamus, antara lain ialah Kamus Arab-Indonesia yang disusun oleh Ahmad Warson

Munawwir, kamus ini dikenal dengan sebutan Kamus Al-Munawwir, dan A Dictionary of

Modern Written Arabic: (Arabic-English) yang disusun oleh Hans Wehr sehingga kamus ini

dikenal dengan sebutan Kamus Hans Wehr.  

Gambar 1. Seni Jalanan di Tunisia

Sumber: www.theguardian.com

Gambar 2. Seni Jalanan di Mesir Sumber: Revolution Graffiti: Street Art of

The New Egypt (2012)

Gambar 3. Karya Seni Jalanan Libya Sumber: www. npr.org

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 10: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

Hasil Analisis Semantik dan Semiotik Karya Seni Jalanan Berbahasa Arab

Berikut ini merupakan hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis melalui analisis

semantik dan semiotik dan dituliskan dalam format tabel-tabel. Tabel 1 merupakan hasil

penelitian mengenai klasifikasi jenis makna ungkapan tertulis yang diteliti, lalu Tabel 2

merupakan daftar makna dari ungkapan tertulis yang diteliti, sedangkan Tabel 3 merupakan hasil

analisis semiotik.

Hasil Analisis Semantik Ungkapan Tertulis Pada Karya Seni Jalanan Berbahasa Arab

Karya Seni Jalanan Ungkapan Tertulis

Jenis Makna Relasi Makna

Kon

sept

ual

Kon

otat

if

Stili

stik

a

Afe

ktif

Ref

lekt

if

Kol

okat

if

Hom

onom

i

Polis

emi

Tunisia حریية /ḥurriyyah/ + + + - - - + -

Mesir

+ - - - + + + /ṡawrah/ ثوررةة-

+ - - - + + + /al-‘askarī/ االعسكريي-

+ - - - + + + /al-aḥzāb/ االأحزاابب-

Libya 17 فبراایير /sab’ata ‘asyarah fabrāyir/ + + + - - - - -

Tabel 1. Tabel Hasil Analisis Semantik Ungkapan Tertulis Pada Karya Seni Jalanan Berbahasa Arab I

Karya Seni

Jalanan

Ungkapan Tertulis Makna Konseptual

Makna Konotatif Makna Kontekstual

Positif Negatif

Tunisia حریية /ḥurriyyah/ Al-Munawwir (1997: 251): ‘kebebasan’ dan ‘kemerdekaan’.

v - kebebasan dari pemerintahan diktator Zinedine Ben Ali

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 11: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

Mesir

/ṡawrah/ ثوررةة

Al-Munawwir (1997: 160): ‘revolusi’, ‘pemberontakan’, dan ‘pergolakan’. Hans Wehr (1994: 130): agitation, outburst, fit (of despair), eruption (of a volcano), uprising, upheaval, riot, rebellion, dan revolution.

v v Revolusi di Mesir

-al/ االعسكريي‘askarī/

Al-Munawwir (1997: 931): ‘militer’ dan ‘tentara’ - v

حكم االمجلس االعسكريي/hukmu l-majlisi l-‘askarī/ atau Supreme Council of the Armed Forces (SCAF) (Gröndahl, 2012: ix)

/al-aḥzāb/ االأحزاابب

Al-Munawwir (1997: 259): jamak dari kata حزبب /ḥizb/ yang memiliki definisi ‘kelompok’, ‘golongan’, dan ‘partai’.

- v Partai politik di Mesir

Libya فبراایير 17

/sab’ata ‘asyarah fabrāyir/

17 /sab’ata ‘asyarah/: Tujuh belas ’fabrāyir/: ‘februari/ فبراایير

v v Hari kemerdekaan Libya dari pemerintahan Qaddafi

Tabel 2. Tabel Hasil Analisis Semantik Ungkapan Tertulis Pada Karya Seni Jalanan Berbahasa Arab II

Hasil Analisis Semiotik

Karya Seni Jalanan

Tanda / Representamen [R]

Objek [O]

Interpretan [I] Ik

on

Inde

ks

Sim

bol

Tunisia

Sekumpulan Orang-Orang Sekumpulan Orang-Orang

Rakyat Tunisia yang berkumpul - - +

Sepeda Motor Alat Transportasi Menuju Suatu Tempat

Cara atau metode yang digunakan untuk sampai

pada tujuan - - +

Papan Penunjuk Arah Papan Penunjuk Arah Penunjuk arah yang dituju - - +

Mesir

Tangan yang Terkepal Momen saat seseorang mengepalkan tangan

persatuan, solidaritas, perlawanan, kemarahan - - +

Dinding Penghalang Rintangan - - +

Batu Bata Bahan Baku Bangunan Inti Rintangan - - +

Libya Tikus Berkepala Qaddafi Qaddafi dan Tikus Qaddafi merupakan

pemimpin yang korup seperti seekor tikus

- - +

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 12: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

Tabung Gas Semprot Pengusir Hama

Tabung Gas Semprot Pengusir Hama

Cara mengusir ‘hama’ semacam Qaddafi - - +

Urutan warna merah, hitam, dan hijau Bendera Oposisi Libya Rakyat Libya - - +

Tangan Tangan Kekuasaan - - +

Tabel 3. Tabel Hasil Analisis Semiotik Pada Karya Seni Jalanan

Pembahasan Berikut ini merupakan penjelasan dari hasil penelitian yang didapat yang terbagi ke dalam tiga

sub bab berdasarkan asal karya seni jalanan yang diteliti, yaitu Tunisia, Mesir, dan Libya.

Analisis Karya Seni Jalanan Tunisia

Karya seni jalanan pada gambar 1 memuat gambar orang-orang yang beramai-ramai

menaiki sebuah sepeda motor menuju suatu tempat yang disebut حریية /ḥurriyyah/ atau freedom

yang ditunjukkan melalui papan penunjuk arah. Pada karya tersebut terdapat tiga buah ungkapan

yang berasal dari bahasa yang berbeda, yaitu kalimat vive le peuple dari bahasa Prancis, freedom

dari bahasa Inggris, dan حریية /ḥurriyyah/ dari bahasa Arab. Ragam penggunaan bahasa dalam

karya tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Tunisia menggunakan ketiga bahasa tersebut

dalam berkomunikasi sehari-hari. Dengan menggunakan ketiga bahasa tersebut, sang seniman

Zoo Project berusaha agar pesan-pesan yang terkandung dalam karyanya dapat sampai dengan

tepat kepada masyarakat.

Analisis Semantik Karya Seni Jalanan Tunisia

Kata حریية /ḥurriyyah/ merupakan satu-satunya kata yang berasal dari bahasa Arab dalam

mural pada gambar 1 Sehingga hanya kata حریية /ḥurriyyah/ yang akan dianalisis unsur

semantiknya dalam tulisan ini. Kata حریية /ḥurriyyah/ pada mural tersebut dapat menimbulkan

beberapa makna dengan jenis yang berbeda, seperti makna konseptual, makna konotatif, dan

makna stilistika. Makna konseptual yang terkandung dalam kata حریية /ḥurriyyah/ adalah makna

yang mengacu pada definisi kamus utama yang telah dicantumkan pada Tabel 2, yaitu

‘kebebasan’ dan ‘kemerdekaan’. Kedua makna tersebut diperkuat dengan adanya kata freedom

yang terletak tepat di bawahnya. Kata freedom (Inggris) juga memiliki definisi ‘kebebasan’ dan

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 13: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

‘kemerdekaan’ dalam bahasa Indonesia. Kata ‘kebebasan’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) offline didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang bebas, tanpa kekangan dan

penghalang, sehingga dapat bergerak, berbicara, dan bersikap dengan leluasa.

Kata حریية /ḥurriyyah/ juga memiliki makna konotatif disebabkan oleh nilai rasa yang

terkandung dalam kata tersebut. Kata حریية /ḥurriyyah/ memiliki nilai rasa positif. Hal ini penulis

dapatkan dari hubungan antara ‘kebebasan’ dan ‘kekangan’. Hubungan dalam antara kata-kata

tersebut menunjukkan bahwa ‘kebebasan’ bertentangan dengan ‘kekangan’. Dapat didefinisikan

bahwa ‘kebebasan’ ialah sebuah keadaan yang tidak terkekang. Kata ‘kekangan’ menimbulkan

nilai rasa negatif karena mengandung unsur paksaan dan tekanan. Maka kata ‘kebebasan’ yang

bertentangan dengan ‘kekangan’ memiliki nilai rasa positif.

Kata حریية /ḥurriyyah/ juga memiliki makna stilistika atau makna kontekstual, yaitu makna

yang didapat dari konteks sosial yang terdapat pada sebuah ungkapan. Konteks sosial pada kata

ḥurriyyah/ dalam gambarl 1 merujuk pada konteks sosial masyarakat Tunisia. Berdasarkan/ حریية

hal tersebut, maka kebebasan yang dimaksud dapat dikhususkan menjadi kebebasan dari

pemerintahan diktator Zinedine Ben Ali (The Telegraph, 2011: 1). Ada pun beberapa kebebasan

yang diperjuangkan rakyat Tunisia, di antaranya adalah kebebasan pers.

Analisis selanjutnya ialah analisis relasi makna. Seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, berdasarkan kamus Al-Munawwir, kata حریية /ḥurriyyah/ memiliki definisi

‘kebebasan’ dan ‘kemerdekaan’. Kedua definisi ini menunjukkan adanya relasi makna polisemi

karena keduanya memiliki keterkaitan dengan ‘kondisi yang bebas dan tidak terkekang’. Tetapi

dalam penggunaannya, makna ‘kemerdekaan’ cenderung digunakan untuk menyatakan kondisi

yang lepas dari penjajahan, sedangkan kekangan pada ‘kebebasan’ lebih bersifat umum.

Analisis Semiotik Karya Seni Jalanan Tunisia

Terdapat tiga hal yang menjadi tanda dan kemudian dianalisis dari karya tersebut, yaitu

(1) orang-orang yang menaiki sepeda motor, (2) sepeda motor, dan (3) papan penunjuk jalan.

Ketiganya merupakan representamen dalam proses semiosis yang dipaparkan pada tabel 3

beserta objek dan interpretannya. Jika interpretan dari tanda-tanda tersebut dirangkai menjadi

satu maka makna yang didapatkan adalah: rakyat Tunisia berkumpul dan bersatu dalam satu

kesatuan dan secara kompak menjalankan metode yang sama untuk mencapai tujuan mereka,

yaitu kebebasan. Sekelompok orang-orang menaiki sebuah motor merupakan kreasi yang unik

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 14: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

dalam menggambarkan perjuangan rakyat Tunisia dalam mendapatkan kebebasan. Dapat

dibayangkan bahwa menaiki motor beramai-ramai bukanlah ide yang bagus. Tentunya terdapat

kesulitan dan sangat beresiko jika dibandingkan menaiki mobil, bis, truk, atau kendaraan lainnya

yang dapat memuat banyak penumpang. Tetapi walaupun cara tersebut sulit dan perlu

perjuangan yang lebih keras, mereka tetap memilihnya untuk mendapatkan kebebasan yang

mereka impikan.

Ketiga tanda pada karya seni jalanan 1; gambar sekumpulan orang, sepeda motor, dan

papan penunjuk arah; dapat diklasifikasikan ke salah satu dari tiga jenis tanda: indeks, ikon, dan

lambang atau simbol. Ketiga tanda tanda termasuk dalam jenis simbol. Tanda-tanda tersebut

tidak bisa dikategorikan sebagai indeks. Karena indeks merupakan jenis tanda yang memiliki

hubungan sebab-akibat. Tanda dalam karya ini memang berposisi sebagai sebab, tetapi tidak bisa

diteliti bagaimana akibat yang terjadi pada masyarakat Tunisia setelah melihat gambar ini karena

keterbatasan ruang dan waktu penulis. Tanda-tanda tersebut juga tidak digolongkan sebagai ikon.

Walaupun tanda-tanda tersebut merupakan gambaran yang menyerupai bentuk asli, tetapi

interpretan yang didapat bukanlah situasi yang serupa dengan gambar. Tanda-tanda tersebut

memiliki interpretan lain yang ditentukan oleh konteks sosial Tunisia. Sehingga kata-kata

tersebut lebih tepat jika diklasifikasikan sebagai simbol.

Sintesis Analisis Karya Seni Jalanan Tunisia

Pada bagian ini, penulis ingin memaparkan sintesis dari hasil yang penulis dapatkan dari

kedua analisis yang sudah dilakukan. Terdapat keharmonisan yang unik pada kedua makna,

semantik dan semiotik, dari gambar 1. Gambar 1 mendeskripsikan rakyat Tunisia yang bahu-

membahu bersatu dalam melakukan revolusi yang penuh dengan resiko guna meraih kebebasan

menggambarkan bahwa yang diinginkan oleh rakyat حریية Penggunaan kata .(/ḥurriyah/ حریية)

Tunisia ialah suatu kebebasan yang besar dan menyeluruh dalam berbagai aspek, seperti

kebebasan berasosiasi, kebebasan pers, dan kebebasan mengemukakan pendapat. Selain

menggambarkan kondisi masyarakat Tunisia saat itu, gambar 1 juga memprovokasi masyarakat

Tunisia untuk bersatu dan kompak dalam usaha mereka meraih kebebasan yang mereka

inginkan.

Analisis Karya Seni Jalanan Mesir

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 15: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

Gambar 2 merupakan karya seni jalanan berupa gambar tangan yang terkepal dan tangan

tersebut berhasil menghancurkan tembok. Gambaran tembok yang hancur dapat dipahami dari

retakan-retakan pada tembok dan batu-batu bata yang terpental. Pada tangan tersebut terdapat

satu konsonan Arab di masing-masing jarinya, yaitu ثث /ṡ/, � /w/, � /r/, dan ةة /tā` marbuṭah/,

yang jika dirangkai akan membentuk kata ثوررةة /ṡawrah/. Pada bata-bata yang terpental, walaupun

ada tiga bata yang terdapat kata di dalamnya, hanya dua kata yang terbaca, yaitu االعسكريي /al-

‘askarī/ dan االأحزاابب /al-aḥzāb/.

Analisis Semantik Karya Seni Jalanan Mesir

Seperti yang telah disebutkan, terdapat tiga buah kata dari bahasa Arab dalam mural

tersebut. Ketiga kata tersebut akan dianalisis unsur semantiknya sehingga makna yang

terkandung dapat dipahami dengan baik. Ketiga kata yang akan dianalisis adalah kata ةةثورر

/ṡawrah/, kata االعسكريي / al-‘askarī /, dan kata االأحزاابب /al-aḥzāb/. Kata ثوررةة /ṡawrah/, kata االعسكريي

/al-‘askarī/, dan kata االأحزاابب /al-ahzāb/ yang terdapat dalam mural 2 menimbulkan beberapa

makna berdasarkan jenis makna menurut Leech, yaitu makna konseptual, makna konotatif, dan

makna stilistika. Makna konseptual yang mengacu pada definisi kamus utama terdapat pada

ketiga kata tersebut dan definisi-definisi tersebut telah disebutkan pada Tabel 3 berdasarkan

kamus Al-Munawwir dan Hans Wehr.

Makna konotatif didapatkan dari nilai rasa yang terdapat pada kata ثوررةة /ṡawrah/, kata

,al-ahzāb/. Ketiga kata tersebut memiliki konotasi negatif/ االأحزاابب al-‘askarī/, dan kata/ االعسكريي

tetapi untuk kata ثوررةة /ṡawrah/ juga mengandung nilai rasa positif disebabkan oleh beberapa

kondisi. Berikut ini merupakan penjelasannya. Analisis pada kata ثوررةة /ṡawrah/ penulis lakukan

dengan merujuk pada contoh yang diberikan oleh Taufiqurrahman (2008: 74). Taufiqurrahman

menyatakan bahwa kata ثَورريي /ṡawrī/ yang berarti ‘pelaku revolusi’ memiliki konotasi negatif

jika dibandingkan dengan sinonimnya, yaitu مجددد /mujaddid/ yang berarti ‘pembaharu’. Contoh

ini merupakan bentuk nomina pelaku, sedangkan kata ثوررةة merupakan bentuk kata nomina verba.

Tetapi keduanya tetap memiliki konotasi yang sama. Kata تجدیيد /tajdīd/ (‘pembaharuan’)

memiliki konotasi positif karena sikap yang dirujuk dalam dunia nyata menunjukkan bahwa

‘pembaharuan’ seringkali dilakukan dengan cara yang lembut dan damai. Bertentangan dengan

bagaimana ‘revolusi’ dijalankan.

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 16: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

Sedangkan kata ثوررةة /ṡawrah/ memiliki konotasi positif didasarkan pada sudut pandang

rakyat Mesir saat revolusi berlangsung. Revolusi yang terjadi di Mesir dilakukan dan didukung

oleh rakyat Mesir. Pembelaan yang mereka lakukan tentunya didasari rasa setuju dan

pembenaran mengenai hal tersebut. Mereka melakukan revolusi dengan harapan revolusi dapat

memperbaiki nasib mereka. Sehingga revolusi yang terjadi saat itu direspon secara positif oleh

rakyat Mesir sehingga konotasi yang didapatkan pun baik.

Selanjutnya, konotasi negatif yang terdapat pada dua kata lainnya, kata االعسكريي /al-

‘askarī/ dan kata االأحزاابب /al-ahzāb/, didapatkan dari pemahaman atas pesan mural secara

keseluruhan (akan dijelaskan pada subbab selanjutnya). Sang seniman menunjukkan

keberpihakan dengan ‘revolusi’ dalam mural 2. Keberpihakan umumnya membuat pihak yang

dibela menjadi pihak yang benar dan membuat pihak yang menjadi lawannya memiliki nilai rasa

negatif. Dalam gambar tersebut ‘revolusi’ ditujukan pada Al-‘Askarī dan Al-Ahzāb. Jika rakyat

Mesir, sebagai penerima pesan dari mural ini, berpihak pada revolusi, maka Al-‘Askarī dan Al-

Ahzāb akan mendapatkan konotasi negatif dalam pandangan mereka.

Makna stilistika atau kontekstual juga terdapat pada kata االعسكريي /al-‘askarī/ dan kata

al-‘askarī/ dalam konteks sosial Mesir tidaklah diartikan secara/ االعسكريي al-ahzāb/. Kata/ االأحزاابب

sederhana sebagai ‘militer’ atau ‘tentara’. Kata ini digunakan untuk menyingkat sebutan حكم

hukmu l-majlisi l-‘askarī/ atau Supreme Council of the Armed Forces (SCAF)/ االمجلس االعسكريي

(Gröndahl, 2012: ix) atau Pimpinan Dewan Militer. Kata yang terakhir, االأحزاابب /al-ahzāb/,

dianalisis berdasarkan ranah istilah ini digunakan. Mural 2 sangat sarat dengan pesan politik

sehingga kata االأحزاابب merujuk pada partai politik, bukan sekedar golongan atau kelompok-

kelompok biasa.

Analisis relasi makna pada kata pada kata ثوررةة /ṡawrah/, kata االعسكريي /al-‘askarī/, dan

kata االأحزاابب /al-ahzāb/ menunjukkan adanya keterkaitan makna polisemi pada masing-masing

kata tersebut. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, masing-masing dari ketiga tersebut

memiliki makna yang berjumlah lebih dari satu. Tetapi semuanya saling berhubungan satu sama

lain. Pada kata ثوررةة /ṡawrah/, terdapat keterkaitan dengan makna ‘sesuatu yang bergolak yang

didasari rasa kekecewaan’. Lalu polisemi pada kata االعسكريي /al-‘askarī/ menunjukan keterkaitan

dengan ‘sesuatu yang berhubungan dengan tentara’. Sedangkan kata االأحزاابب /al-ahzāb/

menunjukkan relasi makna polisemi melalui definisi-definisinya yang berkaitan dengan

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 17: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

‘kelompok’. ‘golongan’ dan ‘partai’ merupakan sinonim dari ‘kelompok’. Tetapi penggunaan

maknanya bergantung pada konteks pembicaraan.

Analisis Semiotik Karya Seni Jalanan Mesir

Terdapat beberapa hal yang berperan sebagai tanda pada karya tersebut. Di antaranya

adalah (1) gambar tangan yang terkepal, (2) gambar dinding yang hancur dengan (3) potongan-

potongan batu bata yang terpental. Proses semiosis ketiganya telah disebutkan pada Tabel 3. Jika

semua makna dari tanda-tanda ini dirangkai, maka makna yang didapat dari mural 4.2 ialah:

rakyat mesir bersama-sama membangun solidaritas serta kekuatan dalam memperjuangkan

revolusi dan melawan rintangan berupa SCAF dan partai-partai politik di Mesir. Mans (2006: 33)

menyatakan bahwa mengepalkan tangan ialah sikap yang menunjukkan perlawanan politik yang

memiliki makna-makna seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satunya ialah amarah.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka mural di atas menunjukkan adanya perasaan marah yang

ditujukan pada SCAF dan partai-partai politik (parpol). Tidak mengherankan jika parpol turut

menjadi sasaran mengingat kekacauan Arab Spring merupakan peristiwa geopolitik, maka

percekcokan di dunia politik pun dianggap sebagai sumber permasalahan.

Berdasarkan proses semiosis yang digambarkan melalui skema-skema, ketiga tanda yang

terdapat pada gambar 2; gambar tangan yang terkepal, dinding yang retak, dan bata yang

terpental; diklasifikasikan dalam jenis simbol. Seperti halnya tanda-tanda pada gambar 1, tanda-

tanda pada gambar 2 juga tidak bisa dikategorikan sebagai indeks yang memiliki hubungan

sebab-akibat. Karena tidak bisa diteliti bagaimana akibat yang terjadi pada masyarakat Mesir

setelah melihat gambar ini karena keterbatasan ruang dan waktu penulis. Tanda-tanda tersebut

juga tidak digolongkan sebagai ikon. Walaupun tanda-tanda tersebut merupakan gambaran yang

menyerupai bentuk asli, tetapi interpretan yang didapat bukanlah situasi yang serupa dengan

gambar. Tanda-tanda tersebut memiliki interpretan lain yang ditentukan oleh konteks sosial dan

politik Mesir seperti yang sudah dijelaskan. Sehingga kata-kata tersebut lebih tepat jika

diklasifikasikan sebagai simbol.

Sintesis Analisis Karya Seni Jalanan Mesir

Gambar dan kata-kata yang digunakan dalam mural 2 bersifat saling melengkapi

sehingga pesan yang ingin disampaikan pun menjadi jelas. Seperti mural pada gambar 1, mural

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 18: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

ini pun mengandung unsur provokasi. Provokasi untuk melakukan revolusi dan melawan SCAF

serta parpol-parpol yang saat itu berada di puncak kekuasaan.

Mural ini dibuat pada tahun 2012. Berdasarkan kronologi Arab Spring di Mesir yang

disusun oleh Hamdy dan Karl (2014), setelah kejatuhan Mubarak pada 11 Februari 2011,

kepemimpinan Mesir pun diambil alih oleh حكم االمجلس االعسكريي (/hukum l-majlisi l-‘askarī/) atau

Supreme Council of the Armed Forces (SCAF) atau Pimpinan Dewan Militer. Sekalipun

Mubarak telah jatuh, tetapi revolusi belumlah selesai. Rakyat Mesir masih harus menghadapi

kesewenang-wenangan Al-‘Askarī atau SCAF yang memimpin sejak bulan Februari 2011 hingga

Juli 2012. Ditambah lagi pada awal tahun 2012 kondisi politik Mesir sedang disibukkan dengan

masalah pemilihan presiden. Melihat para pemimpin negeri yang lebih tertarik memperebutkan

kekuasaan memicu kemarahan rakyat.

Kesimpulan di atas juga berdasarkan pada pernyataan Barakat (2012). Ia menyatakan

bahwa tekanan pemerintahan Arab yang cenderung diktator membuat rakyat Arab merasa

teralienasi. Karena rakyat tidak berperan layaknya masyarakat sipil yang diikutsertakan dalam

menjalankan sebuah negara. Melainkan rakyat dijadikan sebagai objek yang dijalankan. Penulis

merasa bahwa pernyataan ini sangat berhubungan dengan pesan yang terkandung dalam mural

4.2. Sehingga pada mural tersebut digambarkan bahwa yang menjadi sasaran dari revolusi ini

antara lain ialah SCAF dan parpol. Sang seniman berusaha menunjukkan bahwa yang harus

‘dikoreksi’ dalam politik dan pemerintahan Mesir adalah dua pihak tersebut.

Analisis Karya Seni Jalanan Libya

Setelah Tunisia dan Mesir mengalami revolusi, tidak lama waktu berselang, Libya juga

turut mengalaminya. Aksi revolusi di Libya didahului dengan serangkaian aksi protes sejak

tanggal 17 Februari 2011. Walaupun di bagian timur kota Benghazi aksi protes telah dilakukan

sejak tanggal 15 Februari, tetapi disepakati bahwa tanggal revolusi Libya adalah 17 Februari

(Gall: 7). Di Tunisia dan Mesir, selisih waktu antara bermulanya revolusi dengan kejatuhan

presiden mereka hanya sebentar saja jika dibandingkan dengan yang terjadi di Libya. Rakyat

Libya akhirnya melihat kejatuhan Muammar Qaddafi setelah menunggu sekitar enam bulan sejak

revolusi dimulai. Gambar 4.3 di bawah ini merupakan dokumentasi salah satu karya seni jalanan

di Libya terkait revolusi di sana.

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 19: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

Gambar 3 hanya ada satu ungkapan saja pada karya tersebut, yaitu “ فبراایير 17 ” /sab’ata

‘asyarah fabrāyir/, yang akan dianalisis unsur semantiknya dan memiliki empat tanda yang akan

dianalisis makna semiotiknya, yaitu gambar tikus berkepala Qaddafi yang sedang kabur dengan

buntut yang terjepit perangkap tikus, tabung semprotan yang bertuliskan 17 فبراایير /sab’ata

‘asyarah fabrāyir/, gas semprot yang memiliki tiga warna, yaitu merah, hitam, dan hijau, tangan

yang memegang tabung semprotan pengusir hama, dan handband berupa bendera Libya.

Analisis Semantik Karya Seni Jalanan Libya

Satu-satunya ungkapan dalam bahasa Arab yang terdapat pada mural 4.3 adalah kata 17

fabrāyir/ dalam/ فبراایير fabrāyir/ yang tertulis di badan tabung gas pengusir hama. Kata 17/ فبراایير

kamus al-Munawwir dan Hans Wehr memiliki definisi “februari” yang merupakan nama bulan

kedua dalam kalender tahun Masehi. Maka kata 17 فبراایير /sab’ata ‘asyarah fabrāyir/, merujuk

pada tanggal, yaitu 17 Februari.

Frasa 17 فبراایير memiliki makna konseptual, makna stilistika atau makna kontekstual, dan

makna konotatif. Memiliki makna konseptual karena mengacu pada definisi kamus utama, yaitu

“februari” yang merupakan nama bulan. Jika kata februari dipadankan dengan angka 17 seperti

pada gambar, maka hal tersebut merujuk pada sebuah tanggal dan hari ketujuhbelas pada bulan

Februari. Tanggal 17 Februari juga memiliki makna stilistika yang merujuk pada konteks sosial

dan sejarah Libya. Tanggal 17 Februari disepakati sebagai hari revolusi Libya. Sehingga jika

terdapat bahasan terkait 17 Februari, maka rakyat Libya akan langsung mengasosiasikannya

dengan hari revolusi mereka. Terkait makna konotatif, maka yang dilihat adalah nilai rasa yang

terdapat pada kata 17 فبراایير /17 fabrāyir/. Kata tersebut dapat memunculkan nilai rasa positif jika

berdasarkan sudut pandang rakyat Libya yang kontra terhadap Qaddafi. Seperti halnya bangsa

Indonesia yang mengelu-elukan tanggal 17 Agustus, rakyat Libya pun bersikap demikian

terhadap tanggal 17 Februari karena tanggal ini dianggap sebagai hari kebebasan mereka.

Sebaliknya, bagi Qaddafi dan para pendukungnya, tanggal 17 Februari dianggap memiliki nilai

rasa negatif dan juga sebagai mimpi buruk yang menandai awal dari runtuhnya kekuasaan

Qaddafi.

Selanjutnya adalah analisis relasi makna pada kata 17 فبراایير /sab’ata ‘asyarah fabrāyir/.

Pada kata tersebut tidak ditemukan adanya makna homonimi atau pun polisemi. Karena hanya

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 20: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

terdapat satu definisi untuk kata فبراایير /fabrāyir/, yaitu ‘Februari’ dan tidak ada ungkapan lain

yang memiliki bunyi bacaan yang sama dengan kata tersebut.

Analisis Semiotik Karya Seni Jalanan Libya

Gambar 3 memiliki lebih banyak tanda yang berperan sebagai representamen

dibandingkan karya-karya sebelumnya. Tanda-tanda tersebut antara lain adalah gambar tikus

berkepala Qaddafi yang sedang kabur dengan buntut yang terjepit perangkap tikus, tabung

semprotan yang bertuliskan 17 فبراایير /sab’ata ‘asyarah fabrāyir/, gas semprot yang memiliki tiga

warna, yaitu merah, hitam, dan hijau, tangan yang memegang tabung semprotan pengusir hama,

dan handband berupa bendera Libya. Jika interpretan dari seluruh tanda-tanda pada keempat

skema itu dirangkai menjadi satu maka akan mendapatkan makna utuh berupa: Qaddafi

merupakan seorang tokoh politik Libya yang korup yang sedang melarikan diri dari serangan

yang dilancarkan oleh rakyatnya pada tanggal 17 Februari. Gambaran buntut tikus yang terjepit

perangkap tikus bukanlah sebuah kreasi tanpa makna. Memang, gambar tikus seringkali

dihadirkan dengan gambar keju atau perangkap tikus. Tetapi pada mural 4.3, gambaran itu juga

menjelaskan kondisi Qaddafi yang saat itu sedang terjepit menghadapi kritik dari rakyatnya

ditambah lagi dengan sanksi dari Amerika Serikat (AS) berupa pembekuan asset Libya sejumlah

32 juta dollar AS.

Berdasarkan mural pada gambar 3, salah satu cara menjatuhkan Qaddafi ialah dengan

melancarkan aksi revolusi yang dimulai sejak tanggal 17 Februari 2011. Seperti yang

digambarkan, aksi revolusi ini sesungguhnya hanyalah “kemasan” saja. Yang sebenarnya dapat

melumpuhkan hama ialah zat yang terkandung dalam tabung gas tersebut. Dalam gambar

tersebut, gas yang disemprotkan memiliki tiga warna seperti warna bendera oposisi. Artinya, di

balik “kemasan” revolusi, sesungguhnya yang bergerak sebagai “zat pembasmi” adalah rakyat

Libya yang menjadi oposisi dari Qaddafi. Pada mural tersebut, tangan yang memegang tabung

gas pengusir hama menggunakan handband bendera oposisi Libya. Hal ini menandakan bahwa

yang memiliki kekuatan, kuasa, serta kontrol atas aksi revolusi adalah pihak oposisi Libya, yang

tak lain adalah rakyat Libya itu sendiri.

Berdasarkan skema-skema proses semiosis pada karya seni jalanan Libya, maka

klasifikasi jenis tanda untuk tanda-tanda yang terdapat pada gambar 4.3; tikus berkepala Qaddafi,

semprotan hama, warna gas semprot, dan tangan; ialah simbol. Tanda-tanda tersebut tidak bisa

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 21: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

dikategorikan sebagai indeks. Karena indeks merupakan jenis tanda yang memiliki hubungan

sebab-akibat. Tanda dalam karya ini tidak bisa dianalisis berposisi sebagai sebab, tetapi tidak

bisa diteliti bagaimana akibat yang terjadi pada masyarakat Libya setelah melihat gambar ini

karena keterbatasan ruang dan waktu penulis. Tanda-tanda tersebut juga tidak digolongkan

sebagai ikon. Karena gambar tikus berkepala Qaddafi tentunya bukanlah gambaran dari bentuk

yang nyata. Sehingga interpretan yang muncul pada benak si penerima tanda adalah hal lain yang

ditentukan oleh konteks sosial dan politik masyarakat Libya.

Sintesis Analisis Karya Seni Jalanan Libya

Keharmonisan antara ungkapan tertulis dan gambar yang terdapat pada mural 4.3

membantu menjelaskan makna karya tersebut secara keseluruhan. Melalui mural tersebut, maka

penerima tanda dapat memahami bahwa revolusilah yang mengakibatkan kejatuhan Qaddafi.

Karya ini muncul pertama kali pada situs www.channel4.com pada November 2011. Tidak ada

keterangan yang jelas mengenai kapan karya tersebut dibuat, apakah sebelum dimulainya

revolusi, yaitu sebelum 17 Februari, semasa revolusi, ataukah setelah jatuhnya Qaddafi.

Jika mural ini dibuat sebelum dan semasa revolusi, maka mural ini bersifat provokatif.

Mural ini berfungsi menjadi pendorong dan penyemangat untuk melakukan revolusi terhadap

pemerintahan Qaddafi. Tetapi, jika mural ini dibuat setelah jatuhnya Qaddafi, maka mural ini

bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan bahwa Qaddafi, seorang pemimpin tetapi korup seperti

tikus, dijatuhkan melalui revolusi yang dilakukan oleh rakyat Libya.

Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa

1. Hasil analisis jenis makna ekstralingual menunjukkan bahwa karya-karya tersebut

mengandung kata-kata yang memunculkan jenis makna konseptual, makna konotatif dan

makna stiliska. Berdasarkan analisis jenis makna juga, penulis tidak menemukan jenis

makna afektif, reflektif, dan kolokatif pada kata-kata yang tercantum dalam karya seni

jalanan, baik yang berasal dari Tunisia, Mesir, atau pun Libya.

2. Kata-kata berpolisemi lebih banyak digunakan karena kata-kata tersebut memiliki makna

yang lebih luas. Ada pun tujuan dari pengguanan kata polisemi ialah untuk menegaskan

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 22: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

suatu makna agar menjadi lebih konkret (eksplisit) atau sebaliknya yaitu menyamarkan

makna sehingga menjadi semakin abstrak (implisit).

3. Hasil analisis semiotik menunjukkan bahwa tanda-tanda yang terdapat pada ketiga karya

seni jalanan yang diteliti termasuk dalam jenis simbol atau lambang. Penggunaan simbol-

simbol pada gambar ibarat penggunaan kata-kata berpolisemi pada sebuah ungkapan. Hal

ini berarti simbol-simbol tersebut memiliki makna-makna yang luas dan bermacam-

macam untuk dipahami oleh masyarakat. Penulis memahami bahwa penggunaan simbol-

simbol berupa gambar merupakan kreasi unik para seniman dalam mengkritisi kondisi

sosial-politik Arab Spring dan sekaligus merupakan sebuah hiburan sederhana untuk

publik.

Berdasarkan temuan-temuan di atas, penulis menyimpulkan bahwa ketiga karya seni jalanan

yang penulis jadikan korpus data dalam penelitian ini dapat menjadi representasi penggunaan

bahasa Arab dan tanda-tanda pada karya seni jalanan di Timur Tengah pada masa Arab Spring.

Makna-makna dan pesan-pesan yang terkandung dalam karya-karya tersebut pun

merepresentasikan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh masyarakat Arab di negara-negara

lainnya terkait peristiwa Arab Spring ini.

Daftar Referensi Buku

Barakat, Halim. Dunia Arab. Jakarta: Nusamedia, 2012.

Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Darmojuwono, Setiowati. "Semantik." Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Ed. Kushartanti, Untung Yuwono and Multamia RMT Lauder. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.

_____________. Graffiti Revolution: Street Art of the New Egypt. Kairo & New York: The American University in Cairo Press, 2012.

Hoed, Benny H. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu, 2011.

Kisno. Semantic: A View to Logic of Semantic. Jakarta & Batam: Halaman Moeka, 2012.

Lesmana, Maman. Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2010.

Mans, Minette. Centering on African Practice in Musical Arts Education. Cape Town: African Minds, 2006.

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 23: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Robinson, Peter. Research Themes for Tourism. Oxfordshire: CABI, 2011.

Taufiqurrahman, H. R. Leksikologi Bahasa Arab. Malang: UIN Malang Press, 2008.

Waclawek, Anna. Graffiti and Street Art. New York: Thames and Hudson Inc., 2011.

Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Written Arabic: (Arabic-English). Ed. J. Milton Cowan. 4th. Illinois: Spoken Language Service Inc., 1994.

Zaimar, Okke K. S. Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Zainal Arifin, et.al. Teori dan kajian Bahasa Indonesia. Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012.

Zoghbi, Pascal & Don Karl. Arabic Graffiti. Berlin: From Here To Fame Publishing, 2011.

Internet

Arab American National Museum. "Humor and Subversion." n.d. Creative Dissent: Arts Of The Arab World Uprisings. 21 Februari 2014. <http://artsofthearabworlduprisings.com/humor-and-subversion/>.

Arfin, Ferne. "Bristol: An International Magnet for Graffiti and Street Artists." n.d. United Kingdom Travel. 20 Februari 2014. <http://gouk.about.com/od/museumsandexhibitions/p/Bristol-An-International-Magnet-For-Graffitti-And-Street-Artists.htm >.

Fox News. "Tunisia's Ben Ali: Cult Personality Ends." 14 Januari 2011. Fox News. 29 Mei 2014. <http://www.foxnews.com/world/2011/01/14/tunisias-ben-ali-cult-personality-ends/>.

Gall, Carlotta. "Celebrations and Unease in Libya on Anniversary of Uprising." 17 Februari 2014. New York times. 29 Mei 2014. <http://www.nytimes.com/2014/02/18/world/africa/celebrations-and-unease-in-libya-on-anniversary-of-uprising.html?_r=1 >.

Kafala, Tarik. "Gaddafi's Quixotic and Brutal Rule." 20 Oktober 2011. BBC. 29 Mei 2014. <http://www.bbc.com/news/world-africa-12532929 >.

NPR. "Art Revolution Blooms After Arab Spring." 7 November 2013. NPR. 21 Februari 2014. <http://www.npr.org/2013/11/07/243720260/arab-spring-artists-paint-the-town-rebel >.

Smith, Whitney. "Flag of Libya." n.d. Encyclopedia Britannica. 29 Mei 2014. <http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1355358/flag-of-Libya >.

Stowers, George C. "Graffiti Art: An Essay Concerning The Recognition of Some Forms of Graffiti as Art." n.d. Art Crimes, The Writing on the Wall. 20 Februari 2014. <http://www.graffiti.org/faq/stowers.html>.

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014

Page 24: KAJIAN SEMANTIK DAN SEMIOTIK KARYA SENI JALANAN …

 

The Telegraph. “Tunisia’s Ben Ali: Soldier Who Turn Into Dictator.” 20 Juni 2011. The Telegraph. 30 Juni 2014. <http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/africaandindianocean/tunisia/8586165/Tunisias-Ben-Ali-Soldier-who-turned-into-dictator.html>.

Webster, Merriam. French-English Dictionary. Massachusets: Merriam Webster Inc., 2000. <http://books.google.co.id/books?id=XP4ana3LqK4C&source=gbs_navlinks_s>.

Zarkar, Rustin. "Word As Image: Contextualizing “Calligraffiti: 1984-2013″ with French-Tunisian Street Artist eL Seed." 17 September 2013. Ajam Media Collective. 18 Februari 2014. <http://ajammc.com/2013/09/17/word-as-image-contextualizing-calligraffiti-1984-2013-with-french-tunisian-street-artist-el-seed/>.

Kajian semantik…, Azizah Fakhria Zahra, FIB UI, 2014