analisis semantik-semiotik pada poster larangan …
TRANSCRIPT
ANALISIS SEMANTIK-SEMIOTIK PADA POSTER
LARANGAN MEROKOK DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Rosana Suci Ramadhani Ba’amran
10533760014
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2018
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan
Allah”
( HR. Turmudzi )
Terkadang yang kita pikirkan itu sudah baik tapi belum tentu baik bagi
orang lain, terkadang yang kita anggap itu sudah benar tapi belum tentu
benar bagi orang lain, belajarlah saling mengerti , menerima dan
memahami satu sama lain, dan saat itulah engkau akan mengerti arti
sebuah hubungan.
Kupersembahkan karya ini kepada:
Kedua orang tuaku, Awab Abdi Ba‟amran, Kurniati Jabbar , saudaraku M. Firza
Ba‟amran, Thalita Ba‟amran, dan orang yang selalau memberikan semangat
kakanda Jufrianto serta sahabat-sahabatku tercinta atas bantuan serta doa yang
tak henti-hentinya mereka berikan dalam mewujudkan angan dan mimpi serta
segenggam harapan yang mulia demi masa depanku. InsyaAllah kelak karya ini
akan aku aplikasikan kepada bangsa, negara, dan agamaku demi membawa nama
baik almamaterku tercinta.
ABSTRAK
Rosana Suci Ramadhani Ba‟amran. 2018. Analisis Semantik-Semiotik Pada
Poster Larangan Merokok di Kota Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I St. Suwadah Rimang dan pembimbing
II Amal Akbar.
Poster merupakan salah satu media iklan dalam bentuk cetak dan dapat
dipajang dimana saja. Keberadaannya sangat menarik karena memadukan unsur
kata yang singkat dan gambar dalam satu tempat, sehingga memungkinkan para
pembaca agar mudah membacanya. Dikota Makassar terdapat beberapa tulisan
larangan merokok melalui sebuah poster ataupun tulisan-tulisan di tembok.
Penelitian mengenai poster larangan merokok ini menggunakan
pendekatan kualitatif, merupakan penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif dan mendalam. Dan menggunakan analisis semiotik dari teori Roland
Barthes, melihat tanda dan makna dari kode-kodenya. Unsur semiotika dalam hal
ini terdiri dari lima kode. Adapun kode-kode tersebut ialah: pertama, kode
hermeunetik, yaitu artikulasi berbagai cara pertanyaan, teka-teki, respon, enigma,
penangguhan jawaban, dan akhirnya menuju pada jawaban . kedua, kode
semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda. Ketiga,
kode simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis, antitesis,
kemenduaan, pertentangan dua unsur. Keempat, kode narasi atau proairetik, yaitu
kode yang mengandung cerita, urutan, narasi atau antinarasi. Dan yang kelima,
kode kebudayaan atau kultural, yaitu suara-suara bersifat kolektif, anomin, bawah
sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni,
legenda.
Poster yang diteliti berjumlah 6 buah terdiri dari poster larangan merokok
di pesantren ulil albab terdapat 2 poster, di jalan Sultan Alauddin tepatnya di
Unismuh Makassar, di jl. Batua raya SMPN 8 Makassar, dan di puskesmas
Mamajang terdapat 2 poster. Dalam penelitian ini, yang menjadi perumusan
masalah yakni apa makna semantik-semiotik yang terkandung di dalam poster?
Dapat disimpulkan bahwa makna yang terkandung dalam poster menyatakan
bahwa menjaga kesehatan di setiap tempat adalah tindakan yang sangat bijak,
menjaga kesehatan setiap tempat adalah perbuatan yang mencerminkan tingkat
keimanan yang baik dari seseorang. Jika diaplikasikan dengan menggunakan teori
dari Barthes, maka seluruh poster dapat mempunyai makna pengetahuan karena
mempunyai unsur kode kebudayaan dengan unsur pengetahuan mengenai bahaya
merokok di sembarang tempat.
Kata Kunci: analisis semantik- semiotik, poster larangan merokok.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas
segala karuniah dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah
pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu,
Sang Khalik, sehingga skripsi dengan judul “Analisis Semantik-Semiotik pada
Poster Larangan Merokok di Kota Makassar” dapat diselesaikan dengan baik.
Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw.
Skripsi ini disusun berdasarkan berbagai referensi yang sungguh sangat
membantu dalam mengembangkan dan mengaplikasikan materi dalam proposal
ini. Tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk melengkapi bahan bacaan bagi
mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Skripsi ini sangatlah
jauh dari kesempurnaan dan penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan serta doa dari berbagai pihak.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan
skripsi ini. Segala hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang
tua, Awab Abdi Ba‟amran dan Kurniati Jabbar yang telah berjuang, berdoa,
mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses
pencarian ilmu. Demikian pula adanya dengan para keluarga besar terkhusus B.
Kepada Ibunda Dr. St. Suwadah Rimang, M.Hum, dan Dr. Amal Akbar, S.Pd.,
M.Pd., selaku pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga
selesainya skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada bapak Dr. H. Rahman
Rahim. S.E. M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib,
M.Pd.,P.Sd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar, Dra. Munirah, M.Pd., ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Dsr. H. Hambali, S.Pd., M.Pd.,
selaku Penasehat Akademik serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam
lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan
yang sangat bermanfaat bagi penulis. Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuanganku, yang selama ini tak
pernah henti memberikan bantuan dan semangat, serta seluruh rekan kelas B dan
segenap mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan
2014. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi
ini sangat jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah
swt.. Oleh karena itu, demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini
bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang
membutuhkan, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.
Makassar, Juli 2018
Rosana SR Ba‟amran
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KARTU KONTROL I ............................................................................................ ii
KARTU KONTROL II .......................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... v
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... vi
SURAT PERJANJIAN ......................................................................................... vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8
1. Penelitian yang Relevan .................................................................. 8
2. Semantik ........................................................................................ 11
3. Semiotik ....................................................................................... 23
4. Poster ............................................................................................ 30
5. Merokok ......................................................................................... 35
6. Larangan Merokok ......................................................................... 39
B. Kerangka Pikir ................................................................................... 40
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................ 43
B. Batasan Istilah ........................................................................................ 44
C. Data dan Sumber Data ........................................................................... 45
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 46
E. Teknik Analisis Data ............................................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian ....................................................................................... 48
B. Pembahasan ............................................................................................ 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 71
B. Saran .... .................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dan bahasa merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Dikatakan demikian karena bahasa merupakan alat komunikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Manusia melakukan sesuatu menggunakan bahasa
dengan cara bertutur, menulis, mendengarkan dan membaca. Dengan adanya
bahasa, pesan atau gagasan yang ada disekitar manusia dapat ditanggapi,
disusun, diungkapkan, bahkan dikembangkan kembali sebagai bahan
komunikasi. Kegiatan berkomunikasi melalui bahasa tidak terjadi dengan
sendirinya. Dengan kata lain, komunikasi tidak hanya sebuah peristiwa,
melainkan peristiwa bahasa yang diatur secara sistematis oleh manusia.
Komunikasi mempunyai fungsi, makna, maksud, dan tujuan tertentu. Hal ini
dipengaruhi oleh situasi dan konteks bahasa. Sebagai alat komunikasi, bahasa
dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu ragam lisan dan tulisan.
Dibandingkan ragam lisan, ragam tulisan lebih mengutamakan
kejelasan struktur kalimat, karena ragam tulis tidak disertai dengan gerak-
gerik, pandangan dan anggukan sebagai tanda penegas seperti yang terdapat
pada ragam lisan. Dalam ragam tulisan tidak digambarkan tinggi rendahnya
nada atau panjang pendeknya suara yang dapat menimbulkan nuansa arti. Oleh
karena itu, kalimat dalam ragam tulis bagi penutur yang cermat sering dikaji,
dan disunting sebelum disajikan dalam bentuk yang terakhir (Muji, 1997:49).
Dalam bahasa tulis rangkaian bunyi yang didengar sambung-menyambung 1
dapat diwakili oleh rangkaian huruf (ejaan) yang disertai tanda baca.Salah satu
ragam bahasa tulis yang banyak ditemui dalam masyarakat adalah ragam
bahasa poster. Bahasa Poster (BP) adalah salah satu bentuk tindak tutur yang
sangat berkaitan dengan konteks wacana.
Poster adalah salah satu media cetak yang tidak hanya menampilkan
gambar-gambar kosong yang memikat mata, tetapi juga sebagai media yang
dapat memberikan informasi pada khalayak. Jika kita lihat sekilas, poster
hanyalah gambar-gambar biasa ataupun tulisan-tulisan sederhana yang dibuat
dengan perpaduan warna misalnya, ataupun dibuat dengan iringan kata-kata
yang mampu menarik perhatian, tetapi jika kita teliti lebih dalam, poster
memiliki karakter yang kuat ataupun bentuk tulisan yang menarik. Disamping
gambar dan warna yang menarik, poster disandingkan dengan kalimat-kalimat
singkat, agar mudah dipahami ataupun mampu menarik perhatian para
khalayak akan pesan dari poster tersebut.
Bercerita mengenai poster itu sendiri, sebenarnya poster pada awalnya
lahir dari bentuk perlawanan King (1483-1546), seorang biarawan katolik dari
Ordo Santo Agustinus yang di mata katolik berbalik menjadi bid‟ah. Martin
memilih poster sebagai media informasi kepada khalayak karena poster
dianggap sebagai media paling produktif untuk menyampaikan informasi
dengan mereka yang buta huruf, poster dapat menyampaikan pesan tanpa
harus bisa membaca.
Poster merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang
media cetak. Kemajuan teknologi ini tidak lepas dari era globalisasi yang kian
hari menunjukkan eksistensinya. Globalisasi merupakan suatu kondisi di mana
batas-batas geografis seolah-olah tidak ada. Penduduk dunia berada dalam
ruang kaca di mana mereka dapat melihat kejadian di luar daerahnya dengan
jelas tanpa perlu mendatangi daerah tersebut. Keadaan ini merupakan dampak
dari pesatnya perkembangan teknologi.
Pemberitahuan ataupun penyampaian merupakan salah satu bentuk
komunikasi antara penyampai dan para pelaku atau dalam hal ini seseorang
yang dituju oleh penyampaian tersebut. Tujuan sebuah penyampaian ataupun
pemberitahuan adalah untuk memberitahukan seseorang tentang sebuah
informasi ataupun sebuah larangan ketika itu bersifat larangan. Pada
umumnya pemberitahuan itu dirancang sedemikian rupa untuk kemudian
dapat memberikan pemahaman yang baik terhadap si pembaca ataupun dalam
hal ini kepada orang yang di maksud. Untuk itu, peran bahasa sangatlah
penting. Dengan bahasa yang menarik, indah dan sesuai dengan sasaran yang
hendak dicapai akan lebih mudah dimengerti. Bahasa di dalam poster,
spanduk ataupun tulisan langsung selama ini yang biasa di gunakan tidak bisa
lepas dari tindak tutur atau tindak ujar sebagai alatnya. Hal ini berpengaruh
terhadap keragaman jenis tuturan yang digunakan.
Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada wacana penyampaian
berbahasa Indonesia dalam poster . Penyampaian berbahasa Indonesia di
poster sangat efektif karena mudah dimengerti oleh seseorang. Oleh sebab itu
bentuk tuturan dalam poster yang disampaikan pada poster harus mampu
membuat pembaca itu mengerti akan maksud dan tujuan dari penyampaian
tersebut. Dalam penelitian ini, penulis akan mengamati, meneliti, dan mencari
data mengenai “Analisis Semantik-Semiotik pada Poster Larangan Merokok
di Kota Makassar”.
Menggunakan poster sebagai media untuk memberikan informasi
tentang larangan merokok dianggap sangat efektif, mengingat bahwa
merokok adalah suatu limbah yang dapat menganggu kesehatan baik yang
merokok maupun yang ada disekitarnya. Dari sisi kesehatan bahaya
merokoksudah tidak terbantahkan lagi, bukan hanya sekedar konsep belaka,
namun fakta membuktikan bahwa merokok adalah salah satu faktor utama
yang mengakibatkan sesorang terserang penyakit. Poster penyampaian dalam
penelitian ini merupakan pemberitahuan ataupun pengumuman larangan
merokokdi tempat yang disampaikan melalui poster ataupun tulisan-tulisan
pada papan dan tembok. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah
poster atau spanduk .
Penyimpangan dalam pemakaian bahasa Indonesia masih terjadi baik
lisan maupun tertulis. Salah satu penyebab penyimpangan dan pemakaian
unsur-unsur bahasa tertentu dalam penggunaan suatu bahasa biasanya terdapat
pada unsur semantik-semiotik.
Kesalahan semantik-semiotik dapat terjadi ketika dwibahasawan
menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia ataupun dalam penggunaan
bahasa Intersebut diselipkan kata-kata yang tidak memenuhi ketentuan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan kata lain, bahasa yang tidak
memenuhi kaidah-kaidah berbahasa yang baik dan benar mampu
memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan
hanya itu, penggunaan bahasa yang tidak benar tersebut bisa saja
menimbulkan sebuah masalah yang tidak kita harapkan.
Semantik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang
makna kata dan kalimat. Sedangkan semiotik itu sendiri adalah salah satu
bagian dari ilmu semantik. Kemudian dalam pembagian ilmu semantik ini
salah satunya adalah semiotik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
semiotik diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem
tanda dan lambang dalam kehidupan manusia.
Hal yang kemudian melandasi penulis dalam memilih judul tersebut
adalah karena begitu banyak poster-poster larangan merokok yang keluar dari
konsep makna yang sebenarnya. Bahasa yang digunakan dalam poster
penyampaian seharusnya dibuat dengan jelas dan terstruktur agar
menimbulkan daya pengaruh bagi pembaca. Namun pada kenyataanya ada
beberapa tempat dan beberapa poster yang justru menggunakan bahasa yang
ambigu dalam penyampaiannya tersebut. Kepedulian akan muncul jika
didasari kesadaran akan pentingnnya kepedulian tersebut. Memang sedikit
sekali orang yang mau mengorbankan kepentingan lingkungan hidup,
termasuk untuk makhluk hidup bukan manusia. Hal itulah yang kemudian
membuat peneliti tertarik untuk mengkaji makna bahasa pada poster
pengumuman untuk tidak merokokpada kota Makassar.
Poster larangan merokok di kota Makassar ini dijadikan objek
penelitian karena di Makassar terdapat beberapa tempat dan beberapa poster
yang menggunakan bahasa yang tidak seharusnya digunakan dalam sebuah
penyampaian ataupun pengumuman, terlebih lagi poster tersebut disaksikan
oleh banyak orang. Dengan adanya hal tersebut berarti peneliti memiliki
beberapa referensi untuk kemudian sebagai pembukti dari hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakangmasalah di atas, pokok permasalahan yang
perlu menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
maknasemantik-semiotik yang terkandung dalam poster larangan merokok di
kota Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam
setiap poster larangan merokok yang ada di kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik
bersifat teoretis maupun bersifat praktis:
1. Secara teoretis.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk
pengembangan teori kebahasaan dan menambah informasi khazanah
penelitian kajian semiotik sebagai disiplin ilmu linguistik yang memusatkan
perhatiannya pada gejala kebahasaan di masyarakat.
2. Secara praktis
Penelitian ini memberikan gambaran tentang makna semiotik pada
poster larangan merokok di kota Makassar, dan memperkaya wawasan
pengetahuan di bidang linguistik khususnya pengetahuan tentang semantik
(semiotik) dalam pengggunaan bahasa Indonesia. Temuan tersebut
diharapkan memberi kontribusi data dasar bagi penelitian lanjutan yang
sejenis serta dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, peneliti dan para
pemerhati kebahasaan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
Keberhasilan suatu penelitian bergantung teori yang mendasarinya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori yang terkait,
semua teori tersebut dipaparkan sebagai berikut;
1.Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelusuran terhadap beberapa karya penelitian
sebelumnya yang memiliki tema yang hampir relevan dengan tema yang
diangkat peneliti yakni sebagai berikut: Ega Noviana Ammin Putry (2014)
dengan judul “ Analisis Struktural Semiotik puisi Pierrot dan Pierrot
Gamin karya Paul verlane “, yang mengungkapkan bahwa tujuan dari
penelitian tersebut untuk mendeskripsikan aspek bunyi, aspek metric,
aspek sintaksis,aspek semiotik, dan aspek semantik.
Penelitian selanjutnya oleh Rois (2011) dengan judul “ Analisis
Semiotik Film Sang Pencerah “ yang mengungkapkan dalam skripsinya
bahwa tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui makna (petanda)
secara denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam film Sang
Pencerah (penanda). Serta mengetahui pesan yang terdapat dalam film
Sang Pencerah. Untuk penelitian relevan yang ketiga adalah Sopianah
(2010) dengan judul “ Analisis Semiotik terhadap Iklan Susu Bendera
Edisi Ramadhan 1430 H di Televisi “, yang dalam skripsinya
8
mengungkapkan bahwa tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk
mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos yang terdapat dalam iklan
Susu Bendera Edisi Ramadhan 1430 H di Televisi.
Adapun penelitian yang hampir serupa dengan penelitian ini dan
bersumber dari jurnal yakni: Jurnal yang di susun oleh Novi Veralina
(2013) dengan judul jurnal Analisis Semiotik Makna Pesan Non Verbal
dalam Iklan Class Mild Versi “Macet” di Media Televisi. Dalam
jurnalnya, Novi menuliskan bahwa tujuan dari penulisan tersebut adalah
untuk mengetahui makna non verbal yang terkandung dalam iklan class
mildversi “Macet” di media televisi tersebut dengan mengidentifikasi
tanda non verbal yang terdapat dalam iklan dengan menggunakan analisis
semiotika. Untuk selanjutnya Jurnal yang di tulis oleh Murti Candra Devi
dengan judul jurnal Representasi Pakaian Muslimah dalam Iklan (
Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce pada Iklan Kosmetik Wardah
di Tabloid Nova ). Dalam jurnalnya, Novi mengemukakan bahwa yang
menjadi perhatiannya dalam penelitian itu kemudian adalah iklan di media
cetak. Kenapa dan untuk apa media cetak membutuhkan perhatian adalah
karena kekuatan advertismentmedia cetak yang memiliki kompleksitas di
balik sebuah pesan visual sederhana. Dan untuk penelitian relevan ketiga
yang bersumber dari jurnal ada penelitian yang di tulis oleh Ricky
Widianto, Desie. M.D. Warouw dan juga Johny.J.Senduk yang dalam
tulisannya ia mengatakan film tersebut bersifat kontroversial dan
menciptakan banyak polemik dikalangan khalayak, inilah yang kemudian
menarik perhatian Ricky Dkk untuk menjadikan film tersebut bahan
penelitiannya.
Berdasarkan temuan-temuan di atas, ditunjukkan bahwa tema yang
diangkat penulis memiliki perbedaan oleh kedua penulis yang telah
disebutkan di atas. Pertama, dilihat lebih dekat kalau dibandingkan dengan
penelitianEga Noviana Ammin Putry berbeda sasaran yang akan diteliti.
Sasaran peneliti adalah mencari tahu makna semiotik pada poster larangan
merokok di kota Makassar. Sedangkan, penelitian Ega Noviana Ammin
Putry mengungkapkan bahwa tujuan penelitiannnya adalah untuk lebih
mengetahui aspek bunyi, aspek metrik, aspek sintaksis, aspek semiotik,
dan aspek semantik.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan penelitian dari Amin
Rois, subjek dan objek yang diteliti berbeda. Objek yang diangkat penulis
yaitu Analisis Semantik-Semiotik pada Poster Larangan Merokok di Kota
Makassar. Sementara, pada karya penelitian Amin Rois adalah Analisis
Semiotik Film Sang Pencerah. Subjek sasaran pun berbeda, subjek
penelitian penulis adalah masyarakat kota Makassar, sedangkan subjek
Masrurah Mochtar dilaksanakan dengan meneliti film Sang Pencerah.Oleh
karena itu, dengan permasalahan Analaisis Semantik-Semiotik pada Poster
Larangan Merokok di Kota Makassar, layak untuk dikaji lebih lanjut untuk
dijadikan sebagai objek penelitian ini.
Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, maka peneliti mampu
mengetahui bahwa persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama
meneliti tentang semiotik yang terdapat dalam sebuah wacana ataupun
dalam sebuah poster.
2. Semantik
a. Pengertian Semantik
Semantik berasal bahasa Yunani Sema (Nomina) „tanda‟: atau dari
verba samaino „menandai‟, „berarti‟. Istilah tersebut digunakan oleh
para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang
mempelajari makna. Dalam buku Pengantar Semantik yang ditulis oleh
Stephen Ullmann menyatakan bahwa semantik (semantics) adalah
cabang utama linguistik yang khusus menyangkut kata yaitu etimologi,
studi tentang asal usul kata, dan semantik atau ilmu makna, studi
tentang makna.
Perkembangan tentang semantik dapat dibagi ke dalam tiga fase.
Pertama, yang meliputi masa kira-kira setengah abad (dimulai sejak
1923), banyak yang melukiskan sebagai “periode bawah tanah”
daripada semantik, sejak kira-kira tahun 1825 ahli klasik, C.Chr.Reisig,
mengemukakan sebuah konsep tentang tata bahasa. Dalam kuliah-
kuliahnya di Halle tentang filologi bahasa Latin dia memunculkan ilmu
semasiologi, studi tentang makna, sebagai salah satu bagian dari tiga
bagian dalam tata bahasa. Dua bagian lainnya ialah etimologi dan
sintaksis. Dia menganggap semasiologi sebagai suatu disiplin historis
yang hendak mencari “prinsip-prinsip yang menguasai perkembangan
makna”. Sebagaimana kalsifikasinya yang tentatif tentang perubahan-
perubahan makna menunjukkan, Reisig memang belum mempunyai
gagasan yang cukup jelas tentang semasiologi itu; tetapi dia telah
mengambil langkah-langkah menentukan dengan memberikan tempat
tersendiri bagi makna itu dalam studi kebahasaan. Inisiatif Reisig tadi
diterima oleh rekan-rekannya di Jerman yang melihat bahwa dalam
gagasan Reisig itu terdapat suatu reaksi sehat menentang penjajahan
(praokupasi) studi fifologi.
Kemudian fase kedua dalam sejarah ilmu semantik dimulai pada
awal 1880-an sampai kira-kira setengah abad kemudian. Fase ini
dimulai dengan munculnya tulisan Michel Breal (1883) dalam sebuah
jurnal klasik. Dalam artikel ini Breal membuat kerangka program
sebuah ilmu pengetahuan “baru” dan memberikan sebuah nama yang
sampai sekarang masih terkenal yaitu Semantik, ilmu tentang makna,
seperti halnya Reisig sebelumnya, menganggap semantik sebagai studi
yang murni historis. Pada fase ketiga atau fase baru telah terjadi
kemajuan pesat studi tentang perubahan makna. Para ahli semantik
secara perlahan-lahan memisahkan diri dari kategori-kategori kuna
yang diwariskan oleh ilmu retorik, dan berpindah mendekat pada
disiplin lain yang lebih dekat seperti filsafat, psikologi, sosiologi,
sejarah peradaban, untuk membina pengertian yang lebih mendalam
tentang makna.
Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195)
Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang
menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam
pengalaman dunia manusia. Menurut Ensiklopedia Britanika
(Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996:313) Semantik adalah studi
tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan
proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara. Ditambahkan pula
oleh Chaer semantik adalah ilmu tentang makna atau arti. Yaitu salah
satu dari tiga tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal, dan
semantik)
Charles Morrist mengemukakan bahwa semantik menelaah
“hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan
wadah penerapan tanda-tanda tersebut”. Tarigan (1985:7) Menelaah
lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan hubungan makna
satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan
masyarakat. Sedangkan Ferdinand de Saussure (1966) Semantik terdiri
dari:
1. Komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk dan bunyi
bahasa.
2. Komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang
pertama itu.
b. Jenis-jenis semantik
Dijelaskan bahwa semantik adalah disiplin linguistik yang
mengkaji sistem makna. Jadi, objeknya makna. Makna yang dikaji
dalam semantik dapat dikaji dari banyak segi, terutama teori atau
aliran yang berbeda dalam lingustik. Teori yang mendasari dan dalam
lingkungan mana semantik dibahas membawa kita kepengenalan
tentang jenis-jenis semantik. Jenis-jenis semantik dapat
dideskripsikan sebagai berikut.
1. Semantik Behavioris
Para penganut aliran behavioris memiliki sikap umum: (1)
penganut pandangan behavioris tidak terlalu yakin dengan istilah-
istilah yang bersifat mentalistik berupa mind, concept, dan
idea: (2) tidak ada perbedaan esensial antara tingkah laku manusia
dan hewan: (3) mementingkan factor belajar dan kurang yakin
terhadap faktor-faktor bawaan: dan (4) mekanismenya atau
determinasinya.
Berdasarkan sketsa itu makna berada dalam rentangan
antara stimulus dan respon, antara rangsangan dan
jawaban.Makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan
oleh lingkungan.Karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada
data yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan
pengalaman manusia. Contoh: seorang ibu yang menyuapkan
makanan pada sibayi.
2. Semantik Deskriptif
Semantik deskriptif yaitu kajian semantik yang khusus
memperlihatkan makna yang sekarang berlaku. Makna kata ketika
kata itu untuk pertama kali muncul. Tidak diperhatikan. Misalnya
dalam bahasa Indonesia ada kata juara yaitu ornag yang mendapat
peringkat teratasa dalam pertandingan tanpa memperhatikan
makna sebelumnya yaitu pengatur atau pelerai dalam persabungan
ayam. Jadi Semantik deskriptif hanya memperhatikan makna
sekarang.
3. Semantik Generatif
Konsep-konsep yang terkenal dalam aliran ini adalah: (1)
kompetensi (competence), yaitu kemampuan atau pengetahuan
bahasa yang dipahami itu dalam komunikasi: (3) struktur luar,
yaitu unsur bahasa berupa kata atau kalimat yang seperti
terdengar: dan (4) struktur dalam, yaitu makna yang berada dalam
struktur luar. Aliran ini menjadi terkenal dengan munculnya buku
Chomsky tahun 1957 yang kemudian diperbarui.
Teori semantik generatif muncul tahun 1968 karena ketidak
puasan linguis terhadap pendapat Chomsky.Menurut pendapat
mereka struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat homogen.
Struktur dalam tidak sama dengan struktur semantik. Untuk
menghubungkannya digambarkan dengan satu kaidah, yaitu
transformasi. Teori ini tiba pada kesimpulan bahwa tata bahasa
terdiri dari struktur dalam yang berisi tidak lain dari struktur
semantik dan struktur luar yang merupakan perwujudan ujaran
kedua struktur ini dihubungkan dengan suatu proses yang disebut
transformasi.
4. Semantik Leksikal
Semantik leksikal adalah kajian simentik yang lebih
memuaskan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam
kata. Semantik leksikal tidak terlalu sulit. Sebuah kamus
merupakan contoh yang tepat untuk Semantik leksikal: makna
setiap kata diuraikan disitu. Jadi, Semantik leksikal
memperhatikan makna yang terdapat didalam kalimat kata sebagai
satuan mandiri.
5. Semantik Historis
Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji
sistem makna dalam rangkaian waktu. Studi semantik historis ini
menekankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan
perubahan bentuk kata. Perubahan bentuk kata lebih banyak dikaji
dalam linguistik historis. Asal-usul kata menjadi bagian studi
etimilogi. Semantik ini membandingkan kata-kata berdasarkan
periode atau antara kata pada masa tertentu dengan kata pada
bahasa yang lain. Misalnya dalam BI terdapat kata padi dan dalam
bahasa jawa terdapat kata pari. Fonem/ d/ dan/ r/
berkorespondensi.
6. Semantik Logika
Semantik logika adalah cabang logika modern yang
berkaitan dengan konsep-konsep dan notasi simbolik dalam
analisis bahasa semantik logika mengkaji sistem makna yang
dilihat dari logika seperti yang berlaku dalam matematika yang
mangacu kepada kata pengkajian makna atau penafsiran ajaran,
terutama yang dibentuk dalam sistem logika yang oleh Carnap
disebut semantik
Dalam semantik logika dibahas makna proporsi yang
dibedakan dengan kalimat, sebab kalimat yang berbeda dalam
bahasa yang sama dapat aja diujarkan dalam proporsi yang sama.
Sebaliknya, sebuah kalimat dapat diujarkan dalam dua atau lebih
proporsi.Proporsi boleh benar boleh salah, dan lambang disebut
sebagai variabel proporsional dalam semantik logika.
7. Semantik Struktural
Semantik struktural bermula dari pandangan linguis
struktural yang dipelopori oleh Saussure. Penganut strukturalisme
berpendapat bahwa setiap bahasa adalah sebuah sistem, sebuah
hubungan struktur yang unik yang terdiri dari satuan-satuan yang
disebut struktur. Struktur itu terjelma dalam unsure berupa fonem,
morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana yang
membaginya menjadi kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan
wacana.
Berdasarkan dari beberapa jenis-jenis semantik di atas
dapat disimpulkan bahwa jenis semantik yang dianalsis oleh
peneliti adalah jenis semantik leksikal. Dalam buku Dasar-dasar
Ilmu Semantik yang ditulis oleh Suhardi, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1990: 510), “Leksikal adalah bersangkutan
dengan kata atau kosa kata; kamus sederhana; daftar istilah dalam
suatu bidang yang disusun menurut abjad, dilengkapi dengan
keterangan. Berdasarkan rujukan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa makna leksikaladalah makna kata sesuai dengan yang
tertera di dalam kamus atau makna kamus.
Wijana dan Rosmadi (dalam Suhardi 2015:56), “Makna
leksikal adalah makna leksem yang terbentuk tanpa
menggabungkannya leksem tersebut dengan unsur lain. “Contoh:
Kata membaca, bacakan, membacakan, dan dibacakan, dibentuk
dari leksem yang sama, yaitu leksem bacayang mendapat atau
digabungkan dengan unsur lain, seperti mem- , -kan, mem- + -kan,
dan di- + -kan. Adapun yang dimaksud leksem baca adalah suatu
proses melihat atau memahami isi tulisan (KBBI, 1990: 62).
Makna leksikal dapat juga diterjemahkan sebagai makna leksem
sebelum leksem tersebut mendapat imbuhan atau afiks.
c. Unsur-unsur Semantik
1. Tanda dan Lambang (simbol)
Tanda dan lambang (simbol merupakan dua unsur yang terdapat
dalam bahasa. Tanda dan lambang (simbol) dikembangkan menjadi
sebuah teori yang dinamakan semiotik. Semiotik mempunyai tiga
aspek yang sangat berkaitan erat dengan ilmu bahasa, yaitu aspek
sintaksis, aspek semantik, dan aspek pragmatik. Pada aspek semantik
dalam pandangan C.Morris (sign, Language, and behavior, 1946)
dalam buku Stepen Ullmann tentang teori tanda mengemukakan:
“pernyataan-pernyataan akan makna biasanya membuang sejumput
unsur yang ada pada sasaran gejala makna, sedangkan suatu semiotik
(=teori tentang tanda) yang bersifat teknis haruslah menyajikan kata-
kata yang dipertajam maknanya”.
2. Makna leksikal dan Hubungan Referensial
Unsur leksikal adalah unit yang terkecil di dalam sistem makna
suatu ilmu bahasa dan keberadaannya dapat dibedakan dari unit
terkecil lainnya. Makna leksikal dapat berupa categorematical dan
syncategorematical, yaitu semua kata dan imlpeksi, kelompok ilimiah
dengan makna struktural yang harus didefinisikan dalam satuan
konstruksi. Sedangkan hubungan referensial adalah hubungan yang
terdapat antara sebuah kata dan dunia luar bahasa yang diacu oleh
pembicaraan.
3. Penamaan
Istilah penamaan, diartikan Kridalaksana (1993), sebagai proses
pencariaan lambang bahasa untuk menggambarkanobjek konsep,
proses dan sebagainya biasanya dengan memanfaatkan
perbendaharaan yang ada antara lain dengan perubahan-perubahan
makna yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok
kata.
Berdasarkan unsur semantik di atas, tanda dan lambang atau
semiotik saling berhubungan dengan semantik. Semiotik semantik
menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan „arti‟ yang
disampaikan. Semantik semiotik merupakan tinjauan tentang sistem
tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan. Dalam bahasa,
semantik semiotik merupakan perwujudan makna yang ingin
disampaikan oleh penuturnya dan disampaikan melalui ekspresi
wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil
presepsi oleh pendengarnya. Perwujudan makna suatu bahasa dapat
dikatakan berhasil jika makna atau „arti‟ yang ingin disampaikan oleh
penutur melalui kalimatnya dapat dipahami dan diterima secara tepat
oleh pendengarnya, jika ekspresi yang ingin disampaikan penuturnya
sama dengan presepsi pendengarnya.
Contoh:
Sebuah ambulans yang meluncur di jalan raya yang membunyikan
sirine dengan lampu merah berputar-putar, menandakan ada orang
celaka yang dilarikan ke rumah sakit. Tafsiran tanda ini berbeda jika
sirine itu berasal dari mobil polisi yang melaju di depan rombongan
pembesar, karena sirine itu menandakan bahwa ada pembesar yang
lewat. Begitu pula sirine yang disertai lampu merah berputar-putar
berbeda tafsirannya jika hal itu berasal dari mobil pemadam
kebakaran.
d. Jenis-jenis Makna
1. Makna Sempit
Kridalaksana (1993: 133), menyatakan bahwa makna sempit
(specialized meaning, narrowed meaning) adalah makna ujaran yang
lebih sempit dari pada makna pusatnya; misalnya, kepala dalam
kepala batu.
2. Makna luas
Djajasudarman (1993: 8), makna luas (widened meaning atau
extended meaning) adalah makna yang terkandung pada sebuah kata
lebih luas dari yang diperkirakan
3. Makna Kognitif
Djajasudarman (1993: 9), makna kognitif disebut juga makna
deskritif atau denotatif adalah makna yang menunjukan adanya
hubungan konsep dengan dunia kenyataan. Makna kognitif adalah
makna lugas, makna apa adanya. Makna kognitif tidak hanya dimiliki
kata-kata yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi mengacu pula
pada bentuk-bentuk yang makna kognitifnya khusus.
4. Makna Konotatif dan Emotif
Makna konotatif adalah makna yang muncul dari makna kognitif
(lewat makna kognitif), ke dalam makna kognitif tersebut
ditambahkan komponen makna lain.Makna emotif adalah makna yang
melibatkan perasaan (pembicara, pendengar; penulis dan pembaca)
kearah yang positif.
5. Makna Referensial
Makna referensial adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat
hubungannya dengan dunia di luar bahasa (objek atau gagasan), dan
yang dapat dijelaskan oleh analisi komponen; juga disebut denotasi;
lawan dari konotasi.
6. Makna Konstruksi
Makna konstruksi adalah makna yang terdapat dalam konstruksi,
misalnya „milk‟ yang dalam bahasa Indonesia diungkapkan dengan
urutan kata.
7. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang
benda, peristiwa, dan lain-lain. sementara, makna gramatikal adalah
makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang
muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat. Di
dalam semantik makna gramatikal dibedakan dari makna leksikal.
Makna leksikal dapat berubah ke dalam makna gramatikal secara
operasional.
8. Makna Idesional
Makna idesional adalah makna yang muncul sebagai akibat
penggunaan kata yang berkonsep atau ide yang terkandung di dalam
satuan kata-kata, baik bentuk dasar maupun turunan.
9. Makna Proposisi
Makna proposisi adalah makna yang muncul ketika kita membatasi
pengertian tentang sesuatu. Kata-kata dengan makna proposisi dapat
kita lihat di bidang matematika, atau bidang eksatra. Makna proposisi
mengandung pula makna saran, hal, rencana, yang dapat dipahami
melalui konteks.
10. Makna Pusat
Makna pusat adalah makna kata yang umumnya dimengerti
bilamana kata itu diberikan tanpa konteks. Makna pusat disebut juga
makna takberciri.
11. Makna Piktorial
Makna pictorial adalah makna suatu kata yang berhubungan
dengan perasaan pendengar atau pembaca.
12. Makna Idiomatik
Makna idiomatik adalah atau kiasan adalah pemakaian kata dengan
makna yang tidak sebenarnya.
3. Semiotik
a. Pengertian Semiotik
Semiotik berasal dari kata Yunani: semion, yang berarti tanda. Dalam
pandangan piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam
berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan
untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan
kata lain bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Berdasarkan
pandangan semiotika , bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai
fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal
ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.
Dalam buku Pengantar Semiotika yang ditulis oleh Kahfie
Nazaruddin menyatakan bahwa semiotika memiliki dua tokoh, yakni
Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Umberto Eco (1976). Kedua tokoh
tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal
satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat.Latar
belakang keilmuannya adalah linguistik, sedangkan Peirce Filsafat.Saussure
menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology).
Semiologi menurut Saussure adalah ilmu yang menelaah peran tanda
sebagai bagian dari kehidupan sosial; ilmu ini meneliti hakikat tanda dan
hukum yang mengatur tanda (Saussure, 1993:82).Jelas bahwa Saussure
melihat tanda sebagai bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sosial
manusia. Di dalam latar kehidupan sosial itu,tanda menjalankan peranannya.
Dengan kata lain, tanda memiliki fungsi dan makna sosial. Melanjutkan
lopgika itu, masuk akal bilamana kita katakana bahwa semiotika yang
mempelajari tanda sebagaimana baru saja dipaparkan, memiliki juga fungsi
dan makna sosial.
Ada lima pandangan Saussure tentang prinsip dasar semiotika yaitu
pertama, signifier (penanda) dan signified (petanda); kedua, form (bentuk)
dan content (isi); ketiga, langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran);
keempat, synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik); dan kelima,
syntagmatik (sintagmatik) dan associative (paradignatik).
Sedangkan Eco (dalam Nazaruddin 1976:3), semiotika adalah
menelaah segala sesuatu yang dapat ditanggapi sebagai tanda. Defenisi itu
hampir tidak berbeda dengan defenisi singkat mengenai semiotika di awal
bab ini (semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda). Namun, ada
perbedaan penting.Eco menekankan peran subjek yang memberikan
tanggapan terhadap sesuatu sehingga sesuatu itu menjadi tanda, bukan lagi
objek yang tanpa arti.
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign),
berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi
seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Thomas (dalam
Nazaruddin 2015:4), mengatakan bahwa tanda memungkinkan manusia (1)
mengisyaratkan keberadaannya, (2) mengomunikasikan pesan, dan (3)
membangun model pada informasi yang diperolehnya dari dunia eksternal.
Selanjutnya, beliau menyatakan bahwa semiotic adalah ilmu yang
mempelajari fungsi-fungsi itu.Tampak betapa Sebeok mengemukakan
definisinya dengan titik tolak tanda beserta fungsi-fungsinya.
Sampai sejauh ini, bidang-bidang study semiotika sangatlah beragam,
mulai dari kajian perilaku komunikasi hewan (zoosemiotics) sampai dengan
analisis atau sistem-sistem pemaknaan seperti komunikasi tubuh (kinesik dan
proksemik), tanda-tanda bebauan (olfactory signs), teori estetika, retorika,
dan seterusnya (lihat Eco, 1979: 9-14; Hawkes, 1978: 124). Ruang lingkup
studi semiotika, dengan demikian, sangatlah luas sehingga mungkin akan
menimbulkan kesan sebagai suatu ilmu dengan, meminjam istilah Eco (1979:
6), “imperialisme” yang arogan. Sementara itu, bila kita mengikuti Morris
(1938: 6; dalam Levinson, 1983: 1), seorang filsuf yang juga menaruh
perhatian atas ilmu tentang tanda-tanda, semiotika pada dasarnya dapat
dibedakan kedalam tiga cabang penyelidikan (branches of inquiry), yakni
sintatik, semantic, dan pragmatik.
1. Sintaktik (syntactic) atau sintaksis (syntax): suatu cabang
penyelidikan semiotika yang mengkaji “hubungan formal diantara
satu tanda dengan tanda-tanda yang lain”. Dengan kata lain, karena
hubungan-hubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah yang
mengendalikan tuturan dan interpretasi, pengertian sintaktik kurang
lebih adalah semacam “gramatika”.
2. Semantik (semantics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang
mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan designate atau
objek-objek yang diacunya”. Bagi Morris, yang dimaksudkan
dengan designate adalah makna tanda-tanda sebelum digunakan
didalam tuturan tertentu.
3. Pragmatik (pragmatics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang
mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan interpreter-
interpreter atau para pemakainya” pemakaian tanda-tanda
Pragmatiksecara khusus berurusan dengan aspek-aspekkomunikasi,
khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan.
Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara
tanda dan rujukan pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit,
langsung, dan pasti. Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang
menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di dalamnya beroperasi
makna yang bersifat implisit dan tersembunyi.
Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak mengandung
makna atau perasaan-perasaan tambahan. Maknanya disebut makna denotatif.
Makna denotatif memiliki beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna
referensial, makna konseptual, atau makna ideasional. Sedangkan konotasi adalah
kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di
samping makna dasar yang umum. Konotasi atau makna konotatif disebut juga
makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif.
Mitos adalah sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan primitif
tentang kehidupan alam gaib, yang timbul dari usaha manusia yang tidak ilmiah
dan tidak berdasarkan pada pengalaman yang nyata untuk menjelaskan dunia atau
alam disekitarnya. Mitos adalah cerita yang aneh dan seringkali sulit dipahami
maknanya atau diterima kebenarannya karena kisah di dalamnya “tidak masuk
akal”.
Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan beberapa aspek tentang
realitas dan gejala alam. Mitos merupakan sesuatu yang sudah mempunyai suatu
dominasi, dari tradisi lisan yang menceritakan mengenai hidup dan mati, manusia
dan dewa-dewi, binatang dan sebagainya. Sedangkan mitos masa kini misalnya
mengenai feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan (Fiske dalam Sopianah,
1990).
b. Teori Roland Barthes
Konsep dasar semiotik yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada Roland Barthes yang berangkat dari pendapat Ferdinand De
Saussure.Roland Barthes melihat semiotik dari kode. Kode menurut
Piliang (1998:17), adalah cara pengkombinasian tanda yang disepakati
secara sosial, untuk memungkinkan suatu pesan disampaikan dari
seseorang ke orang lainnya. Sedangkan kode dalam terminologi
sosiolinguistik, ialah variasi tutur yang memiliki bentuk khas, serta makna
yang khas pula (Poedjo Soedarmo, (1986:27).Di dalam praktik bahasa,
sebuah pesan yang dikirim kepada penerima pesan diatur seperangkat
konvensi atau kode. Umberto Eco menyebut kode sebagai aturan yang
menjadikan tanda sebagai tampilan yang konkrit dalam sistem
komunikasi, (Eco,1979).
Kode pertama yang berlaku pada teks-teks ialah kode bahasa yang
digunakan untuk mengutarakan teks yang bersangkutan.Kode bahasa itu
dicantumkan dalam kamus dan tata bahasa.Selain itu, teks-teks tersusun
menurut kode-kode lain yang disebut kode sekunder, karena bahannya
ialah sebuah sistem lambing primer, yaitu bahasa.Sedangkan struktur
cerita, prinsip-prinsip drama, bentuk-bentuk argumentasi, sistem metric,
itu semua merupakan kode sekunder yang digunakan dalam teks-teks
untuk mengalihkan arti.
Roland Barthes mengelompokkan kode-kode tersebut menjadi lima
kisi-kisi kode, yakni kode hermeunetik, kode semantik, kode simbolik,
kode narasi, dank ode cultural atau kode kebudayaan (Barthes, 1974:106).
Uraian kode-kode tersebut dijelaskan oleh Pradopo (1991:80-81) sebagai
berikut:
1. Kode Hermeunetik, yaitu artikulasi berbagai cara pertanyaan, teka-
teki, respon, enigma, penangguhan jawaban, akhirnya menuju pada
jawaban. Atau dengan kata lain, kode hermeunetik berhubungan
dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah wacana. Siapakah
mereka? Apa yang terjadi? Halangan apakah yang
muncul?Bagaimanakah tujuannya? Jawaban yang satu menunda
jawaban lain.
2. Kode semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level
penanda. Misalnya konotasi feminitas, maskulinitas, atau dengan kata
lain kode semantik adalah tanda-tanda yang ditata sehingga
memberikan suatu konotasi maskulin, feminism, kebangsaan,
kekuasaan, loyalitas.
3. Kode simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis,
antithesis, kemenduaan, pertentangan dan unsur.
4. Kode narasi atau proairetik, yaitu kode yang mengandung cerita,
urutan, narasi atau antinarasi.
5. Kode kebudayaan atau kultural, yaitu suara-suara yang bersifat
kolektif, anonym, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan,
sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, legenda.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa teori Barthes
mengacu pada teori dari Saussure, Saussure membedakan makna
denotative dengan makna konotatif. Spradley (1997:122) menjabarkan
makna denotatif meliputi hal-hal yang ditunjukkan oleh kata-kata (makna
referensial). Piliang (1998:14) mengartikan makna denotative adalah
hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam
pertandaan tahap denotative, pada tahap ini hanya informasi data yang
disampaikan.
Spradley (1997:123) menyebut makna konotatif meliputi semua
signifikansi sugestif dari symbol yang lebih dari pada arti referensinya.
Menurut Piliang, makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan
dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi.
4. Poster
Menurut Bittner (Rakhmat, dalam Karnilh, dkk.1999), komunikasi
massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa
pada sejumlah besar orang. Sedangkan menurut Gerbner (1967) “Mass
communication is the tehnologically and institutionally based production
and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in
industrial societes”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi
yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta
paling luas dimiliki orang dalam masyarakat Indonesia ( Rakhmat, seperti
yang dikutip Komala, dalam Karnilah, dkk.1999). Adapun media yang
digunakan dalam komunikasi massa dapat melalui media elektronik juga
media cetak. Dan media poster termasuk kedalam media cetak.
a. Pengertian Poster
Poster adalah plakat yang dipasang ditempat umum (berupa
pengumuman atau iklan). Cambridge Advanced Leaner‟s
Dictionary, Cambridge University Press (dalam Safiansyah 2010),
mengartikan poster :a large printed picture, photograph or notice
which you stick or pin to a wall or board, usually for decoration
or to advertise something. Dictionary of America English (dalam
Deni Safiansyah 2010) mengartikan poster a large sheet of paper,
usually announcing some event: political works put up posters
around town their candidate‟s name and picture on it.
Dapat disimpulkan bahwa poster adalah:
1. Plakat (surat pengumuman).
2. Dipajang/dipasang ditempat umum.
3. Berukuran besar (a large of papper)
4. Tulisan dengan gambar
5. Bertujuan untuk mengenalkan, atau mempromosikan sesuatu.
Dilihat dari tujuannya, poster adalah media cetak yang di satu
pihak adalah produk kehumasan (publicity announcing some event),
namun di pihak lain juga merupakan produk bisnis bisa saja dibuat jelas-
tegas, sesuai dengan tujuannya.
b. Poster sebagai produk humas: yakni sebuah poster yang dirancang
untuk mengkomunikasikan atau menjelaskan sesuatu kepada audience,
tidak atau hanya sedikit sekali unsur komunikasi bisnis didalamnya.
Artinya, tidak ada sama sekali tujuan bisnis didalam rancangan
maupun kegiatan produksi maupun exposure-nya.
Poster juga termasuk sebuah iklan, poster dengan tujuan sebagai
produk humas merupakan jenis iklan non komersial yakni iklan yang
bersifat secara tidak langsung menjual produk atau jasa. Yang
termasuk kedalam iklan ini antara lain:
1. Iklan Public relations: iklan yang bertujuan memberikan
informasi-informasi penting tentang perusahaan kepada
publiknya. Seperti: pengumuman, pergantian direksi,
pelayanan perusahaan, pindah gedung, ganti nomor telepon,
gangguan pelayanan dan sebagainya.
2. Iklan rekrutmen (iklan lowongan kerja)
3. Iklan layanan masyarakat: iklan yang berisi pesan-pesan
yang mengingatkan dan mengajak masyarakat untuk
berpartisipasi menyukseskan program-program yang
ditujukan untuk kemaslahatan bersama.
4. Iklan identitas korporat: salah satu alat pembentuk citra
adalah identitas perusahaan (korporat). Identitas perusahaan
pada dasarnya merupakan simbol-simbol yang digunakan
untuk mempresentasikan perusahaan dimata publik. Oleh
karena itu diperlukan iklan yang memberikan citra baik
terhadap suatu perusahaan.
c. Poster sebagai produk bisnis: poster yang dengan sengaja dan secara
strategis dirancang untuk tujuan bisnis, untuk mendapatkan
keuntungan atau untuk mengkomunikasikan suatu produk, atau
perusahaan, agar khalayak sadar, dan akhirnya mengkonsumsi, atau
membeli suatu produk yang dikomunikasikan melalui poster tersebut.
Poster jenis ini termasuk kedalam iklan komersial, yakni iklan
yang bersifat menjual produk atau jasa secara langsung. Yang
termasuk kedalam jenis ini antara lain:
(1.) Iklan konsumen: iklan yang menjual barang-barang
konsumsi.
(2.) Iklan antarbisnis: iklan yang menawarkan barang-barang
non konsumen.
(3.) Iklan perdagangan: iklan yang menawarkan barang yang
akan dijual lagi, karena itu sasaran iklan ini adalah para
pemasok, grosir, agen, pengecer.
(4.) Iklan pengecer: iklan yang dilakukan oleh pengecer agar
dagangannya laku, misalnya iklan diskon besar-besaran.
(5.) Iklan respon langsung: iklan jenis baru yang
memungkinkan khalayak bias memberikan respon
langsung ketika melihatnya.
Bila dilihat dari penjelasan di atas, maka poster yang digunakan
oleh masyarakat kota Makassar mengenai larangan merokok termasuk
kedalam poster sebagai media humas dan termasuk kedalam iklan layanan
masyarakat. Melalui iklan layanan masyarakat ini humas berupaya
mewujudkan lingkungan yang bersih dan jauh dari asap rokok
Iklan ini berusaha memersuasi orang-orang untuk bersikap dan
memerhatikan persoalan-persoalan sosial, mengubah kebiasaan yang
buruk menjadi lebih baik, menginformasikan kepada publik tentang
larangan merokok.
d. Sejarah Poster
Tidak ada yang tahu pasti, kapan poster untuk pertama kalinya di
produksi dan dipasang.Juga tidak diketahui catatan, yang pertama kali di
produksi, apakah jenis poster kehumasan atau poster bisnis.
Akan tetapi, dilihat dari sisi kreatif dan medianya, poster
merupakan perkembangan dari tulisan di dinding dan gua-gua yang sudah
lebih maju dan modern, dengan menggunakan teknik tinggi yang lebih
beradab. Didalam poster ditemukan tidak hanya pesan, tetapi juga ada
unsur-unsur lain, seperti: ilustrasi dan pewarnaan, dengan sentuhan ilmu
komunikasi modern, hal ini menunjukkan bahwa didalam memproduksi
poster, dibutuhkan kreatifitas yang tinggi dan ketajaman intuisi agar poster
berhasil mencapai sasarannya.
e. Poster Larangan Merokok
Poster atau tulisan tembok adalah karya seni atau design yang
memuat komposisi gambar ataupun huruf di atas kertas atau tembok yang
besar. Pengaplikasiaannya dengan ditempel didinding atau bahkan di tulis
langsung pada tembok-tembok, dengan sifat mencari perhatian mata
sekuat mungkin, karena itu poster biasanya dengan warna kontra yang
kuat.
Poster bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, dan
dekorasi.Selain itu bisa pula berupa salinan karya seni terkenal.Dan poster
larangan merokok merupaakan poster sebagai sarana pendidikan, karena di
dalamnya mengandung arti tentang betapa pentingnya kesehatan dengan
tidak merokok, dengan catatan memenuhi kaidah-kaidah yang sebenarnya,
baik penulisan dan peletakan poster tersebut.
5. Merokok
Permasalahan lingkungan saat ini ada diberbagai
tempat.Permasalahan itu menyangkut pencemaran.Pencemaranasap rokok
tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia yang merokok. Pencemaran
asap rokok ini bahayanya sama dengan polusi yang dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit.
a. Pengertian Merokok
Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang
digulung/dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung sebesar
kelingking dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang
setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia
berbahaya. Hanya dengan membakar dan menghisap sebatang rokok
saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis bahan kimia, yang 400
diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa berakumulasi dalam
tubuh dan dapat menyebabkan kanker.
b. Bahan-bahan kimia rokok
Berikut adalah bahan kimia yang terkandung dalam rokok:
1. Nikotin
Kandungan yang menyebabkan perokok merasa rileks, zat
ini juga dapat membuat perokok menjadi kecanduan. Nikotin
yang berasal dari daun tembakau.
2. Tar
Tar yang terdiri dari 4.000 bahan kimia yang mana 60
bahan kimia diantaranya bersifat karsinogenik atau zat yang
dapat menyebabkan kanker dengan mengubah asam
deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh, dan hal ini
mengganggu proses biologis.
3. Sianida
Senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano
4. Benzene
Benzene atau juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia
organik yang mudah terbakar dan tidak berwarna.
5. Cadmium
Cadmium adalah sebuah logam yang sangat beracun dan
radioaktif.
6. Metanol (alkohol kayu)
Alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai
metil alkohol
7. Asetilena
Asetilena merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga
merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.
8. Amonia
Amonia dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat
beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
9. Formaldehida
Cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk
mengawetkan mayat
10. Hidrogen sianida
Racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh
semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan
pestisida.
11. Arsenik
Bahan yang terdapat dalam racun tikus
12. Karbon monoksida
Bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan
mobil dan motor.
c. Jenis Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini
didasarkan atas:
1. Bahan pembungkus rokok
2. Bahan baku atau isi rokok
3. Proses pembuatan rokok
4. Penggunaan filter pada rokok
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok
Faktor resiko merokok merupakan faktor penyebab pertama kali
seseorang untuk merokok atau faktor yang meningkatkan probabilitas
seseorang untuk merokok.Faktor resiko tersebut diantaranya :
1. Pengaruh orang tua
2. Pengaruh teman
3. Faktor kepribadian
4. Pengaruh iklan
5. Stres
6. Budaya
7. Pengalaman buruk
8. Kemudahan memperoleh rokok
e. Akibat atau Bahaya yang Ditimbulkan oleh Rokok
1. Rambut rontok
2. Katarak
3. Kulit keriput
4. Hilangnya pendengaran
5. Osteoporosis
6. Penyakit jantung
7. Kanker
8. Tukak lambung
9. Kanker uterus
10. Disklori jari-jari
6. Larangan Merokok
Larangan merokok atau hukum bebas asap rokok adalah kebijakan
publik, termasuk hukum pidana dan peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja, yang melarang kegiatan merokok tembakau di tempat
kerja dan ruang publik lainnya.
Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan dalam membatasi
seseorang untuk merokok sesuai dengan aturan UUD Pasal 115 ayat 1,
mengatur mengenai “kawasan tanpa rokok antara lain fasilitas
pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat bermain
anak, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum, dan
tempat lain yang ditetapkan”, dan pada Pasal 115 ayat 2 mengatakan
bahwa “Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di
wilayahnya”.
Dijelaskan juga dalam Al-Qur‟an dalilnya adalah firman Allah
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.” (An-Nisa: 29).
“Dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri dalam
kebinasaan.” (Al-Baqarah: 195).
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.” (An-nisa: 5).
B. Kerangka Pikir
Semantik-semiotik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai
dengan „arti‟ yang disampaikan. Semantik-semiotik merupakan tinjauan
tentang sistem tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan. Dalam
bahasa, semantik-semiotik merupakan perwujudan makna yang ingin
disampaikan oleh penuturnya dan disampaikan melalui ekspresi wujudnya.
Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh
pendengarnya. Perwujudan makna suatu bahasa dapat dikatakan berhasil jika
makna atau „arti‟ yang ingin disampaikan oleh penutur melalui kalimatnya
dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pendengarnya, jika ekspresi
yang ingin disampaikan penuturnya sama dengan persepsi pendengarnya.
Poster memiliki karakteristik berupa lukisan atau gambar yang
menyampaikan suatu pesan atau ide tertentu. Dibuat dalam ukuran besar,
menggunakan kata-kata efektif, sugestif, dan mudah diingat menggunakan
variasi bentuk huruf dan variasi warna yang menarik serta sederhana, tetapi
mempunyai daya tarik dan daya guna maksimal.
Lambang atau tanda ( semiotik ) sejatinya terdapat dalam setiap
tindakan, perbuatan bahkan dalam setiap kata. Hanya saja kita cenderung
tidak perduli akan makna dari tanda yang dimaksud. Dalam keseharian kita
tentunya tak asing lagi dengan yang namanya poster larangan merokok.
Selain berbahaya dan merugikan, rokok itu melemahkan tubuh, segala
sesuatu yang melemahkan tubuh dilarang (haram). Hal ini bersandar dari
hadist riwayat Ummu salamah, bahwa Rasulullah SAW melarang segala
sesuatu yang memabukkan dan melemahkan.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnnya
kesehatan, kenyamanan dan kebersihan lingkungan dari bahaya rokok,
dibutuhkan suatu media ataupun alat yang mampu memberitahukan secara
tidak langsung.
Bagan Kerangka Pikir
Semantik-Semiotik
Larangan Merokok
Kode
Hermeunetik
Kode
Semantik Kode
Simbolik
Analisis
Temuan
BAB III
METODE PENELITIAN
Kata metode berarti cara yang telah diatur dan disusun secara
sistematis untuk mencapai suatu maksud tertentu baik dalam ilmu
pengetahuan ataupun yang lainnya. Jadi untuk memperoleh data yang
obyektif dalam penelian perlu digunakan metode atau cara. Begitupula
dalam penelitian larangan merokok dengan menggunakan kata-kata yang
kurang tepat oleh masyarakat Makassar. Penelitian ini juga melalui
tahapan-tahapan untuk mendapat hasil penelitian yang valid. Adapun
tahap-tahapnya dalam penelitian ini harus mengetahui beberapa hal
sebagai berikut:
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna.
Pada dasarnya desain dalam penelitian kualitatif meliputi
penentuan pemilihan obyek dari mana informasi atau data akan diperoleh,
teknik yang digunakan untuk pengumpulan, serta perlakuan yang akan
diselenggarakan.
43
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Dengan menggunakan metode analisis deskriptif, metode deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek,
suatu set kondisi, suatu sistempemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena
yang diselidiki.
Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau
setandar-setandar, sehingga penelitian deskriptif ini disebut juga survey
normative. Dalam metode deskriptif dapat diteliti masalah normative
bersama-sama dengan masalah status dansekaligus membuat
perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi demikian dinamakan
secara umum sebagai studi atau penelitian deskriptif. Prespektif waktu
yang dijangkau dalam penelitian deskriptif , adalah waktu sekarang, atau
sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan
responden.
B. Batasan Istilah
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini maka penulis perlu
menegemukakan definisi istilah, semantik-semiotik pada poster larangan
merokok di kota Makasar, yang akan dikaji dalam penelitian ini, yakni
makna yang terdapat pada poster larangan merokok. Disamping itu perlu
adanya pemahaman agar dapat mengidentifikasi kesalahan yang timbul
pada poster larangan merokok di kota Makassar.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kata dan kalimat
yang terdapat dalam poster larangan merokok di kota Makassar
terhadap penggunaan bahasa Indonesia sehingga menimbulkan makna
yang berbeda ataupun menimbulkan adanya makna laindengan perihal
yang ingin di sampaikan.
2. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah poster yang terdapat di
sekitar masyarakat kota Makassar yang berada disekitar poster
larangan merokok tersebut. Seperti dijelaskan di atas, bahwa dipilihnya
lokasi ini dikarenakan adanya poster atau tulisan-tulisan larangan
merokok di tempat tersebut dengan menggunakan redaksi kata yang
kurang tepat dan terkesan ambigu, sehingga peneliti berpendapat
bahwa hal tersebut cocok untuk dijadikan obyek dalam penelitian
efektifitas ini. Dalam artian, kita akan tahu apakah dengan adanya
poster larangan merokok dengan menggunakan redaksi kata yang
kurang tepat tersebut mampu mempengaruhi warga sekitar untuk tidak
lagi merokok di tempat tersebut. Dan untuk penutur, peneliti ingin
mengkaji alasan-alasan yang menyebabkan penutur menggunakan
bahasa yang kurang tepat tersebut dalam penulisan posternya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis dan dokumentasi. Teknik analisis dilakukan
dengan mengamati poster-poster larangan merokok di kota Makassar yang
kemudian mengamati lebih lanjut mengenai kode-kode ataupun lambang
yang terdapat dalam poster tersebut. Teknik dokumentasi yakni
mengumpulkan data melalui sumber-sumber yang dimaksudkan. Di
samping itu, data yang relevan dengan tujuan penenlitian ini yaitu:
Data primer yaitu data pokok yang merupakan objek kajian
penelitian ini. Data yang dimaksud adalah Poster Larangan
merokok di Kota Makassar.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk
yang lebih mudah dimengerti. Analisis yang digunakan pada penelitian ini
adalah analisis kualitatif, yaitu analisis yang diperoleh melalui proses
observasilangsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan data
yang sesuai dengan tujuan penelitian yang tidak memungkinkan untuk
menggunakan pengukuran secara numerik atau analisis kuantitatif.
Tahapan analisis data yang dilakukan peneliti yaitu dengan
mengapresiasikan objek penelitian sebagai langkah awal untuk memahami
film. Kemudian membedah objek penelitian untuk mencermati setiap
bagian lalu mengkombinasikan dengan data pendukung yang didapat
sehingga didapatkan pesan yang ingin disampaikan melalui film itu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sistem analsisis yang
dikembangkan oleh Roland Barthes yaitu sistem konotasi dan denotasi.
Kata konotasi berasal dari bahasa latin connotare, menjadi tanda dan
mengarah kepada makna-makna kultural yang terpisah atau berbeda
dengan kata dari bentuk-bentuk komunikasi. Kata konotasi melibatkan
simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional.
Denotasi dan konotasi menguraikan hubungan antara signifier dan
referentnya. Denotasi menggunakan makna dari tanda sebagai definisi
secara literal atau nyata. Konotasi mengarah pada kondisi sosial budaya
dan emosional personal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Poster Larangan Merokok di Kota Makassar 1
a. Data Poster
Teks:
KAWASAN BEBAS ROKOK
b. Analisis Poster
48
Poster ini ditulis dan terpajang di Student Mall Unismuh tepatnya di
kampus Universitas Muhammadiyah Makassar yang terletak di Jalan. Sultan
Alauddin Kota Makassar
Berdasarkan tanda verbal dan visual dalam poster tersebut, maka kode
hermeunetik yang terkandung dalam poster dapat terlihat dari kalimat tersebut
“kawasan bebas rokok”. Kalimat tersebut secara tidak langsung mampu membuat
kita berpikir bahwa di tempat ini kita bebas untuk membawa rokok, jika seseorang
membawa atau memegang rokok di tempat tersebut berarti tidak ada orang yang
bisa melarang ataupun menegur orang tersebut, karena dalam KBBI kata “bebas”
diartikan sebagai leluasa, tidak terganggu, dan tidak ada halangan sama sekali.
Kode semantik dari poster tersebut terlihat dari gambar rokok dalam
lingkaran yang berwarna putih, kita ketahui bersama bahwa warna putih adalah
lambang kesucian yang berarti bersih, ini memberikan kita pehaman bahwa
kebersihan itu adalah sesuatu yang baik. Kemudian garis merah yang memberikan
kita pemahaman dan peringatan bahwa hal tersebut terlarang, bahaya, atau
berhenti. dengan garis merah yang seakan mencoret gambar rokok yang berwarna
hitam sebagai kombinasi yang baik dari poster tersebut, juga tak lepas dari sebuah
makna semantik, kita ketahui bahwa adanya poster tulisan “larangan bebas rokok”
dengan tanda coretan rokok yang berwarna putih dicampuri dengan warna merah
dan hitam adalah sesuatu yang dilarang, untuk tidak merokok di tempat tersebut.
Kode simbolik pada poster ini dapat dilihat dari latar tempat larangan
merokok tersebut dipasang, yakni di Student Mall Unismuh Makassar yang kita
ketahui bersama bahwa di Student Mall Unismuh Makassar ini adalah kantin atau
pusat perbelanjaan atau perlengkapan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah
Makassar. Hal ini menandakan bahwa di tempat tersebut terdapat banyaknya
mahasiswa yang sedang melakukan aktivitas seperti makan ataupun jual beli, dan
aktivitas tersebut selama tidak adanya asap rokok yang menganggu orang-orang
disekitar akan nyaman dan tidak merasa terganggu jika semua pihak tidak
mencemari tempat tersebut dengan merokok.
Kode kebudayaan disini merupakan sesuatu yang bersifat kebijaksanaan.
Hal ini dapat terlihat dari makna pada tulisan di poster tersebut. “ Kawasan bebas
rokok ”. Maksud dari tulisan tersebut ialah penulis memberikan pilihan kepada
khalayak bahwa tempat tersebut bukanlah tempat yang tepat untuk merokok, dan
jika memang kita tidak menginginkan pencemaran asap rokok disekitar kita, kita
sebaiknya tidak merokok di tempat tersebut.
Makna poster jika dilihat dari keseluruhan baik tulisan, juga kalimat
dalam poster tersebut ialah menjaga kebersihan dan kesehatan dari pencemaran
asap rokok memerlukan kesadaran semua pihak, bukan hanya penulis namun juga
pembaca termasuk pelaku perokok yang tidak menaati peraturan di tempat-tempat
tertentu. Orang yang beriman tentunya paham akan pentingnnya menjaga
kesehatan dan kebersihan dari pencemaran rokok dan terlebih orang yang bijak
tentunya tahu mana tempat yang dibolehkan untuk merokok dan mana tempat
yang dilarang untuk merokok, mana yang baik dilakukan dan mana yang tidak
baik untuk dilakukan. Lingkungan yang bebas dari asap rokok, kehidupan yang
bersih tentunya akan menjauhkan kita dari penyakit dan juga hal-hal buruk
lainnya.
2. Poster Larangan Merokok di Kota Makassar II
a. Data Poster
Teks:
JIKA INGIN SEHAT& BERPRESTASI!
JANGAN MEROKOK!!!
KARENA BISA MEMBUNUHMU!!!
b. Analisis Poster
Poster ini terletak di Pesantren Modern Ulul Albab Jl. Deng Ramang
tepatnya di Kecamatan Biringkanayya Sudiang Raya kota Makassar. Poster ini
terlihat sangat simpel, karena hanya menggunakan besi dan papan sebagai latar
dari tulisan yang terdapat pada poster tersebut, namun hal tersebut tidak
mengurangi makna yang akan disampaikan. Justru sebaliknya, penggunaan tempat
ini sebagai latar tulisan poster sarat akan makna namun mudah untuk dimengerti
oleh khalayak yang melihat.
Tulisan pada poster yang kedua ini, yakni jika ingin sehat dan berprestasi
jangan merokok! Karena bisa membunuhmu!!! Menandakan bahwa sipenulis
menginginkan jika orang yang merokok itu tidak akan sehat dan berprestasi dan
bisa terbunuh karena rokok. Inilah yang menjadi kode hermeneutik pada poster
kedua ini. Bukan tanpa alasan mengapa pemaknaan ini yang muncul, sebab kita
ketahui bersama bahwa kesehatan, prestasi dan kebersihan itu adalah penting bagi
kehidupan, jadi jelas bahwa semakin sering orang merokok maka semakin kecil
pula peluang kesehatan dan tingkat prestasi orang tersebut, yang kemudian bisa
saja membuatnya terbunuh. Bila dilihat dari latar belakang poster, maka
mengandung kode semantik, latar belakang yang cenderung berwarna putih
menandakan kesucian dan kebersihan. Warna hijau yang terdapat dalam tulisan
kata “sehat” mengartikan kesejukan, keberuntungan dan kesehatan. Warna merah
yang terdapat pada tulisan kata “merokok”dan kata “membunuhmu” mengartikan
sebuah peringatan yang disampaikan oleh penulis kepada khalayak tentang
larangan merokok di tempat tersebut. Teks yang terdapat dalam poster tersebut
mempunyai makna yang jelas, yakni memberikan peringatan kepada semua pihak
agar tidak merokok di tempat tersebut.
Kode simbolik pada poster ini dapat dilihat dari latar tempat larangan
merokok tersebut dipasang, yakni di sekolah Pesantren Moderen Ulul Albab di
Kota Makassar yang kita ketahui bersama bahwa di pesantren ini terdapat para
santri atau siswa-siswi. Hal ini menandakan bahwa di tempat tersebut terdapat
banyaknya guru dan santri-santri pesantren yang sedang melakukan aktivitas
belajar mengajar, dan aktivitas tersebut selama tidak adanya asap rokok yang
menganggu orang-orang disekitar akan nyaman dan tidak merasa terganggu jika
semua pihak tidak mencemari tempat tersebut dengan merokok.
Kode kebudayaan pada poster ini terlihat dari segi pengetahuan.
Pengetahuan yang disampaikan berupa informasi bahwa menjaga kesehatan dan
prestasi adalah hal yang penting, orang yang merokok akan memperbesar
kemungkinan dirinya tidak sehat, tidak berprestasi dan akan terbunuh. Jika dilihat
secara menyeluruh, maka makna yang terkandung pada poster larangan merokok
yang kedua ini ialah sehat dan berprestasi, akan terkalahkan dengan rokok bahkan
kita bisa terbunuh dengan merokok. Sesorang yang mengaku bahwa dirinya
memiliki tingkat kebersihan yang tinggi tentu paham dengan aturan pentingnya
menjaga kesehatan. Berkaitan dengan poster sebelumnya yang memberikan
pandangan pentingnya menjaga kebersihan dari pencemaran asap rokok dengan
menjadikan sifat bijaknya sebagai tolok ukur dalam hal tersebut tentu saling
memiliki keterkaitan dengan poster kedua ini, sebab sama-sama memiliki tujuan
untuk menjaga kesehatan dari asap rokok.
3. Poster Larangan Merokok di Kota Makassar III
Data Poster
Teks:
TABE‟...
ANDA MEMASUKI
KAWASAN BEBAS ASAP ROKOK
a. Analisis Poster
Sama halnya dengan poster sebelumnya, poster ini juga terdapat di
Pesantren yang ditulis dalam tulisan yang berwarna hitam dan hijau dengan latar
putih dan gambar rokok yang tercoreng dalam sebuah lingkaran berwarna merah
dengan maksud dan tujuan untuk memberi peringatan kepada siapapun yang
masuk ke dalam lingkungan sekolah itu, baik itu siswa, guru, ataupun tamu yang
masuk ke dalam sekolah tersebut. Poster ini tampak hampir sama dari poster
sebelumnya karena juga menggunakan besi dan papan sebagai latar tulisan yang
dicat dengan cat warna putih. Namun meski demikian tetap terdapat makna-
makna semantik pada poster tersebut.
Kode hermeneutik poster ketiga ini terlihat pada teks dari poster yakni,
“Tabe‟ Anda Memasuki Kawasan Bebas Asap Rokok”. Untuk poster ketiga ini
tentunya redaksi kata yang digunakan terkesan lebih berbeda dibandingkan teks
pada poster sebelumnya. Penulis dengan jelas menuliskan kata tabe‟. Bahwasanya
yang perlu kita ketahui kata tabe‟ itu berasal dari bahasa Bugis Makassar yang
mana kata ini sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Bugis Makassar karena
mengandung arti kata yang sangat sopan dan santun yang tidak lain artinya adalah
“permisi”. Kata “tabe” anda memasuki kawasan bebas asap rokok”, tak bisa
dipungkiri bahwa masih ada dari sebagian orang yang memahami arti kata ini
dengan maksud asap rokoknya bebas masuk, ada juga yang memahami dengan
bebas membawa rokok, tapi yang dimaksud dalam poster ini dengan kata “tabe‟
anda memasuki kawasan bebas asap rokok” yaitu bebas dari asap rokok, dengan
tidak membawa rokok masuk ke dalam kawasan tersebut.
Kode semantik dapat kita lihat dari latar poster tersebut. Poster tersebut
berlatar warnah putih mengandung arti sebuah kesucian dan kebersihan. Warna
hijau yang terdapat dalam tulisan kata “kawasan bebas asap rokok” mengartikan
kesejukan, keberuntungan dan kesehatan jika kita terbebas atau terhindar dari asap
rokok. Warna merah yang terdapat pada lingkaran bergaris merah dan dengan
gambar rokok yang berwarna hitam mengartikan sebuah peringatan yang
disampaikan oleh penulis kepada khalayak tentang larangan merokok di tempat
tersebut. Teks yang terdapat dalam poster tersebut mempunyai makna yang jelas,
yakni memberikan peringatan kepada semua pihak agar tidak merokok di tempat
tersebut.Dan tentu saja poster ini juga mengandung kode kebudayaan yang
terdapat pongetahuan didalamnya. Dengan melihat poster ketiga ini maka kita
akan lebih mengerti mengenai pentingnnya menjaga suatu kesehatan tanpa
merugikan orang lain.
Makna yang terkandung pada poster tersebut juga menjelaskan secara
keseluruhan dengan cara sopan dan santun telah diperingatkan bahwa untuk tidak
merokok di tempat tersebut.
4. Poster Larangan Merokok di Kota Makassar IV
a. Data Poster
Teks :
Merokok Yuuk Broo Biar Keren !!!
ROKOKTidak MembuatmuBERGAYAMalah Membuatmu Tak BERDAYA,
Ayo Hidup S-E-H-A-T
b. Analisis Poster
Poster ini terletak di Sekolah Menengah Pertama Jl. Batua Raya Makassar.
Poster ini terlihat sangat menarik, karena menggunakan plastik yang di berikan
gambar karikatur sebagai latar dari tulisan yang terdapat pada poster tersebut,
namun hal tersebut tidak mengurangi makna yang akan disampaikan. Justru
sebaliknya, penggunaan poster dalam menyampaikan tujuan sangat mudah untuk
dimengerti oleh khalayak yang melihat.
Tulisan pada poster yang keempat ini, Menandakan bahwa sipenulis ingin
meberi tahukan bahwa merokok bukanlah sebuah gaya yang patut dibanggakan
dan dipamerkan,. Inilah yang menjadi kode hermeneutik pada poster kedua ini.
Bukan tanpa alasan mengapa pemaknaan ini yang muncul, sebab kita ketahui
bersama bahwa kesehatan, prestasi, gaya hidup dan kebersihan itu adalah penting
bagi kehidupan, jadi jelas bahwa semakin sering orang merokok maka semakin
kecil pula peluang kesehatan dan tingkat prestasi orang tersebut, yang kemudian
bisa saja membuatnya terbunuh.
Bila dilihat dari latar belakang poster, maka mengandung kode semantik,
latar belakang yang cenderung berwarna putih menandakan kebersihan. Warna
hijau yang terdapat dalam tulisan kata “sehat” mengartikan kesejukan dan
kesehatan. Warna merah yang terdapat pada tulisan kata “rokok” dan kata
“bergaya” mengartikan sebuah peringatan yang disampaikan oleh penulis kepada
khalayak tentang larangan merokok dan rokok bukanlah gaya hidup. Teks yang
terdapat dalam poster tersebut mempunyai makna yang jelas, yakni memberikan
peringatan kepada semua pihak agar tidak menjadikan kegiatan merokok sebagai
salah satu gaya hidup yang posistif.
Kode simbolik pada poster ini dapat dilihat dari latar tempat larangan
merokok tersebut dipasang, yakni di sekolah menengah pertama negeri 8 di Kota
Makassar. Hal ini menandakan bahwa di tempat tersebut terdapat banyaknya guru
dan siswa yang sedang melakukan aktivitas belajar mengajar, dan aktivitas
tersebut selama tidak adanya asap rokok yang menganggu orang-orang disekitar
akan nyaman dan tidak merasa terganggu jika semua pihak tidak mencemari
tempat tersebut dengan merokok.
Kode kebudayaan pada poster ini terlihat dari segi pengetahuan.
Pengetahuan yang disampaikan berupa informasi bahwa menjaga kesehatan dan
prestasi adalah hal yang penting, orang yang merokok akan memperbesar
kemungkinan dirinya tidak sehat, tidak berprestasi dan akan terbunuh. Jika dilihat
secara menyeluruh, maka makna yang terkandung pada poster larangan merokok
yang kedua ini ialah sehat dan berprestasi, akan terkalahkan dengan rokok bahkan
kita bisa terbunuh dengan merokok.
Berkaitan dengan poster sebelumnya yang memberikan pandangan
pentingnya menjaga kebersihan dari pencemaran asap rokok dengan menjadikan
sifat bijaknya sebagai tolok ukur dalam hal tersebut tentu saling memiliki
keterkaitan dengan poster ini, sebab sama-sama memiliki tujuan untuk menjaga
kesehatan dari asap rokok.
5. Poster Larangan Merokok Yang Ada di Kota Makassar V
a. Data Poster
Teks :
„‟KAU YANG MEROKOK KITA YANG MATI‟‟
BETAPA TEGANYA ANDA MEMAKSA MEREKA MEROKOK LANGSUNG
DARI ASAP ROKOK ANDA
b. Analisis Poster
Poster ini terletak di Puskesmas Mamajang Kota Makassar. Poster ini
terlihat sangat menarik, karena menggunakan kata yang memberikan penjelasan
yang sangat mendetail bahwa merokok sama halnya kita membunuh orang berada
disekitar kita. bukanlah sebuah kebaikan apabila anda meorok. pemberian kata
dampak akibat merokok juga menghiasi poster sebagai peringatan dari tulisan
yang terdapat pada poster tersebut, namun hal tersebut tidak mengurangi makna
yang akan disampaikan. Justru sebaliknya, penggunaan kata yang menjadi
dampak karena merokok dapat membuat poster lebih efektif dalam
menyampaikan tujuan larangan merokok. Tulisan pada poster yang keenam ini,
Menandakan bahwa sipenulis ingin meberi tahukan bahwa merokokadalah
kegiatan yang mematikan yang perlahan lahan membunuh orang lain.
Kode hermeneutik pada poster keenam ini. Bukan tanpa alasan mengapa
pemaknaan ini yang muncul, sebab kita ketahui bersama bahwa kesehatan,
prestasi, gaya hidup dan kebersihan itu adalah penting bagi kehidupan, jadi jelas
bahwa semakin sering orang merokok maka semakin kecil pula peluang
kesehatan dan tingkat prestasi orang tersebut dan semakin banyak pula orang yang
rugi karena perbuatan kita yang kemudian bisa saja membuatnya terbunuh dan
merugikan lingkungan, orang lain bahkan keluarga tercinta.
Apabila dilihat dari latar belakang poster, maka mengandung kode
semantik, latar belakang yang cenderung berwarna hitam dengan kata dampak
merokok menandakan keburukan. Warna merah yang terdapat pada latar tulisan
kata “kau yang merokok kita yang mati” mengartikan sebuah perbuatan yang
berhubungan dengan hal yang negatif. Kata yang terdapat pada poster dapat
memberikan arti bahwa merokok bukanlah sebuah keceriaan melainkan kematian,
peringatan yang disampaikan oleh penulis kepada khalayak tentang larangan
merokok dan rokok bukanlah sebuah kehidupan melainkan kematian yang
perlahan. Teks yang terdapat dalam poster tersebut mempunyai makna yang jelas,
yakni memberikan peringatan kepada semua pihak agar tidak menjadikan kegiatan
merokok sebagai salah satu solusi hidup yang posistif.
Kode simbolik pada poster ini dapat dilihat dari latar tempat larangan
merokok tersebut dipasang, yakni di Puskesmas Mamajang Makassar. Hal ini
menandakan bahwa di tempat tersebut terdapat banyaknya pasien dan staf yang
sedang melakukan aktivitas, dan aktivitas tersebut selama tidak adanya asap rokok
yang menganggu orang-orang disekitar akan nyaman dan tidak merasa terganggu
jika semua pihak tidak mencemari tempat tersebut dengan merokok.
Kode kebudayaan pada poster ini terlihat dari segi pengetahuan.
Pengetahuan yang disampaikan berupa informasi bahwa menjaga kesehatan dan
prestasi adalah hal yang penting, orang yang merokok akan memperbesar
kemungkinan dirinya tidak sehat, tidak berprestasi dan akan terbunuh. Jika dilihat
secara menyeluruh, maka makna yang terkandung pada poster larangan merokok
yang kelima ini ialah sehat dan rokok bukanlah solusi,
Berkaitan dengan poster sebelumnya yang memberikan pandangan
pentingnya menjaga kebersihan dari pencemaran asap rokok dengan menjadikan
sifat bijaknya sebagai tolok ukur dalam hal tersebut tentu saling memiliki
keterkaitan dengan poster ini, sebab sama-sama memiliki tujuan untuk menjaga
kesehatan dari asap rokok dan memberikan peringatan bahwa rokok dapat
membunuh orang disekitar kita secara perlahan termasuk diri kita sendiri.
6. Poster Larangan Merokok yang Ada Di Kota Makassar VI
a. Data Poster
Teks :
BISA MEROKOK ASALKAN ASAPNYA DI TELAN!
b. Analisis Poster
Poster ini terletak di Rumah Makan Malupu jl. Boulevard Makassar.
Poster ini terlihat sangat menarik, karena menggunakan kata sindiran yang
memberikan penjelasan yang sanagt mendetail bahwa merokok sama halnya kita
membunuh orang yang berada disekitar kita. bukanlah sebuah kebaikan apabila
kita merokok. pemberian kata sindiran untuk larangan merokok juga menghiasi
poster sebagai peringatan dari tulisan yang terdapat pada poster tersebut, namun
hal tersebut tidak mengurangi makna yang akan disampaikan. Justru sebaliknya,
penggunaan kata sindiran yang menjadi larangan merokok dapat membuat poster
lebih efektif dalam menyampaikan tujuan larangan merokok. Tulisan pada poster
yang ketujuh ini, Menandakan bahwa sipenulis ingin meberi tahukan bahwa
merokok adalah kegiatan yang mematikan yang perlahan lahan membunuh dan
orang lain.
Kode hermeneutik pada poster ketujuh ini. Bukan tanpa alasan mengapa
pemaknaan ini yang muncul, sebab kita ketahui bersama bahwa kesehatan,
prestasi, gaya hidup dan kebersihan itu penting bagi kehidupan, jadi jelas bahwa
semakin sering orang merokok maka semakin kecil pula peluang kesehatan dan
tingkat prestasi orang tersebut dan semakin banyak pula orang yang rugi karena
perbuatan kita yang kemudian bisa saja membuatnya terbunuh dan merugikan
lingkungan, orang lain bahkan keluarga tercinta.
Bila dilihat dari latar belakang poster, maka mengandung kode semantik,
latar belakang yang cenderung berwarna hitam dengan kata sindiran larangan
merokok menandakan keburukan. Warna merah yang terdapat pada tulisan tulisan
kata “bisa merokok asalkan asapnya ditelan” mengartikan sebuah perbuatan yang
berhubungan dengan hal yang negatif. kata yang terdapat pada poster dapat
memberikan arti bahwa merokok bukanlah sebuah hal yang dapat di sepelehkan
karena dapat menyebabkan kematian, peringatan yang disampaikan oleh penulis
kepada khalayak tentang larangan merokok dan rokok bukanlah sebuah kehidupan
positif melainkan kematian yang perlahan. Teks yang terdapat dalam poster
tersebut mempunyai makna yang jelas, yakni memberikan peringatan kepada
semua pihak agar tidak menjadikan kegiatan merokok sebagai salah satu solusi
hidup yang posistif.
Kode simbolik pada poster ini dapat dilihat dari latar tempat larangan
merokok tersebut dipasang, yakni diRumah Makan Malupu jl. Boulevard
Makassar. Hal ini menandakan bahwa di tempat tersebut terdapat banyaknya
pelayan dan pengunjung yang sedang melakukan aktivitas, dan aktivitas tersebut
selama tidak adanya asap rokok yang menganggu orang-orang disekitar akan
nyaman dan tidak merasa terganggu jika semua pihak tidak mencemari tempat
tersebut dengan merokok.
Kode kebudayaan pada poster ini terlihat dari segi pengetahuan.
Pengetahuan yang disampaikan berupa informasi bahwa menjaga kesehatan dan
prestasi adalah hal yang penting, orang yang merokok akan memperbesar
kemungkinan dirinya tidak sehat, tidak berprestasi dan akan terbunuh. Jika dilihat
secara menyeluruh, maka makna yang terkandung pada poster larangan merokok
yang ketujuh ini ialah sehat dan rokok bukanlah solusi positif,
Berkaitan dengan poster sebelumnya yang memberikan pandangan
pentingnya menjaga kebersihan dari pencemaran asap rokok dengan menjadikan
sifat bijaknya sebagai tolok ukur dalam hal tersebut tentu saling memiliki
keterkaitan dengan poster ini, sebab sama-sama memiliki tujuan untuk menjaga
kesehatan dari asap rokok dan memberikan peringatan bahwa rokok dapat
membunuh orang disekitar kita secara perlahan termasuk diri kita sendiri.
B. Pembahasan
Bahasa dalam keadaannya yang abstrak (karena berada di dalam benak)
tidak bisa langsung dicapai oleh pengamat tanpa melalui medium buatan seperti
kamus dan buku tata bahasa. Menurut pengalaman nyata, bahasa itu selalu muncul
dalam bentuk tindak atau tingkah tutur individual (individual acat of speech).
Karena itu tiap telaah struktur bahasa harus dimulai dari pengkajian tindak tutur
itu. Wujudnya ialah bahasa lisan.
Manusia dan bahasa merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Dikatakan demikian karena bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Manusia melakukan sesuatu menggunakan bahasa dengan cara
bertutur, menulis, mendengarkan dan membaca. Dengan adanya bahasa, pesan
atau gagasan yang ada disekitar manusia dapat ditanggapi, disusun, diungkapkan,
bahkan dikembangkan kembali sebagai bahan komunikasi. Kegiatan
berkomunikasi melalui bahasa tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain,
komunikasi tidak hanya sebuah peristiwa, melainkan peristiwa bahasa yang diatur
secara sistematis oleh manusia. Komunikasi mempunyai fungsi, makna, maksud,
dan tujuan tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh situasi dan konteks bahasa. Sebagai
alat komunikasi, bahasa dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu ragam lisan
dan tulisan.
Dibandingkan ragam lisan, ragam tulisan lebih mengutamakan kejelasan
struktur kalimat, karena ragam tulis tidak disertai dengan gerak-gerik, pandangan
dan anggukan sebagai tanda penegas seperti yang terdapat pada ragam lisan.
Dalam ragam tulisan tidak digambarkan tinggi rendahnya nada atau panjang
pendeknya suara yang dapat menimbulkan nuansa arti. Oleh karena itu, kalimat
1
dalam ragam tulis bagi penutur yang cermat sering dikaji, dan disunting sebelum
disajikan dalam bentuk yang terakhir (Muji, 1997:49). Dalam bahasa tulis
rangkaian bunyi yang didengar sambung-menyambung dapat diwakili oleh
rangkaian huruf (ejaan) yang disertai tanda baca.Salah satu ragam bahasa tulis
yang banyak ditemui dalam masyarakat adalah ragam bahasa poster. Bahasa
Poster (BP) adalah salah satu bentuk tindak tutur yang sangat berkaitan dengan
konteks wacana.
Penyimpangan dalam pemakaian bahasa Indonesia masih terjadi baik lisan
maupun tertulis. Salah satu penyebab penyimpangan dan pemakaian unsur-unsur
bahasa tertentu dalam penggunaan suatu bahasa biasanya terdapat pada unsur
semantik-semiotik.
Kesalahan semantik-semiotik dapat terjadi ketika dwibahasawan
menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia ataupun dalam penggunaan bahasa
Intersebut diselipkan kata-kata yang tidak memenuhi ketentuan berbahasa
Indonesia yang baik dan benar. Dengan kata lain, bahasa yang tidak memenuhi
kaidah-kaidah berbahasa yang baik dan benar mampu memengaruhi penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan hanya itu, penggunaan bahasa yang
tidak benar tersebut bisa saja menimbulkan sebuah masalah yang tidak kita
harapkan.
Semantik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang
makna kata dan kalimat. Sedangkan semiotik itu sendiri adalah salah satu bagian
dari ilmu semantik. Kemudian dalam pembagian ilmu semantik ini salah satunya
adalah semiotik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia semiotik diartikan
sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam
kehidupan manusia.
Hal yang kemudian melandasi penulis dalam memilih judul tersebut
adalah karena begitu banyak poster-poster larangan merokok yang keluar dari
konsep makna yang sebenarnya. Bahasa yang digunakan dalam poster
penyampaian seharusnya dibuat dengan jelas dan terstruktur agar menimbulkan
daya pengaruh bagi pembaca. Namun pada kenyataanya ada beberapa tempat dan
beberapa poster yang justru menggunakan bahasa yang ambigu dalam
penyampaiannya tersebut. Kepedulian akan muncul jika didasari kesadaran akan
pentingnnya kepedulian tersebut. Memang sedikit sekali orang yang mau
mengorbankan kepentingan lingkungan hidup, termasuk untuk makhluk hidup
bukan manusia. Hal itulah yang kemudian membuat peneliti tertarik untuk
mengkaji makna bahasa pada poster pengumuman untuk tidak merokokpada kota
Makassar.
Poster larangan merokok di kota Makassar ini dijadikan objek penelitian
karena di Makassar terdapat beberapa tempat dan beberapa poster yang
menggunakan bahasa yang tidak seharusnya digunakan dalam sebuah
penyampaian ataupun pengumuman, terlebih lagi poster tersebut disaksikan oleh
banyak orang. Dengan adanya hal tersebut berarti peneliti memiliki beberapa
referensi untuk kemudian sebagai pembukti dari hal tersebut.
Sesuai dengan judul dari penelitian ini, maka bahasan yang dilakukan
yaitu menganalisis makna semiotik yang tekandung pada poster larangan merokok
di kota Makassar. Dalam poster-poster larangan merokok tersebut, terdapat tanda
dan makna. Dari makna hermeunetik, semantik, simbolik, narasi atau proairetik,
kebudayaan atau kultural yang terdapat dalam pada poster berhasil diidentifikasi
kemudian dianalisis dan memang memiliki maksud, arti tertentu, serta makna
yang tersembunyi dan mendalam.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, tanda adalah sesuatu yang
bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu
yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda
tidaklah terbatas pada benda. Dalam hal ini, sebuah tanda dapat dilakukan telaah
untuk menemukan makna sebenarnya yang terkandung dalam poster larangan
merokok tersebut. Metode yang dapat digunakan untuk telaahan makna dan
maksud terselubung dari sebuah tanda dan objek yang dimaksud penanda dan
petanda, terdapat dalam sebuah foto, yaitu metode analisis semantik-semiotik.
Untuk mengetahui makna sebenarnya yang terkandung dalam poster
larangan merokok di kota Makassar tersebut, terlebih dahulu dianalisis makna
terdalam dari foto tersebut melalui tanda yang diperlihatkan. Untuk itu dalam
penelitian, diuraikan makna yang terdapat dalam poster larangan merokok melalui
pembagian suatu tanda yang terdapat dalam foto ke dalam tiga klasifikasi
berdasarkan kode hermeunetik, semantik, simbolik, narasi atau proairetik,
kebudayaan atau kultural. Dalam ilmu tanda (semiotik) untuk menelaah dan
menemukan makna tanda yang ada dalam Poster Larangan Merokok di kota
Makassar, dapat dilakukan penelaahan melalui pembagian klasifikasi dari setiap
kode yang dimaksud. Eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda,
dan norma yang dikandung oleh tanda.Sebuah makna dari tanda-tanda dalam
poster larangan Merokok di kota Makassar akan dapat diketahui, jika seluruh
klasifikasi kode hermeunetik, semantik, simbolik, narasi atau proairetik,
kebudayaan atau kultural sudah bisa diketahui atau diinterpretasikan
kebenarannya serta dipahami maksud dari tanda-tanda yang terdapat dalam poster
larangan buang di kota Makassar.
Dari klasifikasi tanda, makna dalam poster larangan merokok di kota
Makassar menandakan bahwa tanda, dan objek dalam poster larangan merokok di
kota Makassar tersebut sangat berhubungan erat dan mempunyai konsepsi oposisi
biner yang menimbilkan tanda dari poster tersebut “larangan merokok di kota
Makassar” larangan merokok, makna penanda dan petanda adalah tidak
diperbolehkannya merokok di tempat tersebut. Maka dari itu, peneliti mengadakan
analisis semiotika dengan menggunakan penganalisisan makna Hermeunetik,
semantik, simbolik, narasi atau proairetik, dan kebudayaan atau kultural yang
terkandung dan tersembunyi dalam sebuah tanda pada poster tersebut.
Semiotik biasanya diidefinisikan sebagai teori filsafat umum yang
berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari
sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik
meliputi tanda-tanda visual dan verbal. Tanda-tanda merupakan perangkat yang
kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah
manusia dan bersama-sama dengan manusia. Semua tanda atau sinyal yang bisa
diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki ketika tanda-tanda
tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi
atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia. Untuk itu,
analisis semantik-semiotika dalam poster larangan merokok di kota Makassar ini
bertujuan mengungkap makna yang tersembunyi dari sebuah tanda.
Makna dari tanda yang terdapat pada poster larangan merokok di kota
Makassar, merupakan makna dasar atau terkecil yang terdapat dalam sebuah
tanda. Dalam penelitian ini yaitu tanda-tanda yang terdapat dalam poster larangan
merokok di kota Makassar, teks poster, latar poster, tempat pemasangan poster,
tanda baca dalam poster di kota Makassar dapat dijadikan suatu tanda yang
mempunyai makna yang tersembunyi. Sementara makna dari objek, merupakan
makna gabungan atau terbentuk dari hubungan tanda dan objek. Makna ini timbul
apabila adanya unsur penggabungan antara satu tanda dengan objek lainnya.
Selain itu, dalam penelitian ini, makna dari objek diungkapkan berdasarkan
interpretasi peneliti yang tertuang dalam poster larangan merokok di kota
Makassar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap keenam poster larangan
merokok di kota Makassar, penulis dapat menyimpulkan bahwa makna
semiotik dari tiap poster saling mempunyai keterkaitan, yakni tentang
pentingnya bagi manusia menjaga keesehatan dan kebersihan di seiitar
lingkungan kita. Makna semiotik dalam poster ini juga dapat kita lihat dari
segi-segi penempatan dan penulisan dari poster tersebut. Semua poster
mempunyai satu arti yakni memberikan peringatan kepada khalayak untuk
tidak merokok di sembarang tempat, sebab selain akan mencemari
lingkungan, juga akan menganggu kesehatan orang-orang yang berada di
sekitar kita.
Oleh karena itu penting sekali untuk selalu menjaga kesehatan dan
kebersihan lingkungan. Salah satu caranya ialah dengn tidak merokok di
sembarangan tempat. Dan dalam Al-Quran juga jelas diterangkan
bahwasanya Allah swt., sangatlah mencintai orang-orang yang bersih dan
menjaga kesehatannya, oleh dan dianjurkan untuk berperilaku hidup
bersih. Dalam hadis juga dikatakan bahwasanya sangat pentingnya
menjaga kesehatan, jadi jelas bahwa menjaga kesehatan adalah satu hal
kecil yang sangat penting demi kehidupan kita.
71
B. Saran
Dari keempat poster yang peneliti analisis, maka peneliti dapat
menyarankan:
1. Sebagai alat untuk memberikan peringatan kepada khalayak maka
poster yang harus dibuat sebaiknya menggunakan redaksi kata yang
lebih tepat, agar mampu memberikan kesan yang baik kepada
penerima.
2. Pihak yang menulis poster larangan merokok diharap lebih kreatif lagi
dalam memberikan peringatan.
3. Bagi mahasiswa, dengan adanya penelitian ini diharapkan agar
penelitian selanjutnya menggunakan pendekatan yang berbeda agar
dapat memperluas dan menambah wawasan keilmuan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriana, Dina. 2009,” Peningkatan Keterampilan Menulis Poster dengan Media
Iklan Masyarakat di Televisi Siswa Kelas VIIC SMP Negeri 4
Cilacap”,skripsi. Fakultas Bahasa dan Seni.Universitas Negeri Semarang.
Candra, Murti Dewi. 2013. Representasi Pakaian Muslimah dalam Iklan (Analisis
Semiotik Charles Sanders Peirce pada Iklan Kosmetik Wardah di Tabloit
Nova). Jurnal. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Depdiknas.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta.PT. Balai Pustaka.
Depdiknas.1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta.PT.Balai Pustaka.
Ega, Noviana A.P. 2014,”Analisis Struktural Semiotik Puisi pierrot dan Pierrot
Gamin Karya Paul Verlane”, skripsi. Fakultas Bahasa dan
Seni.Universitas Negeri Yogyakarta.
Erlanti, Ranita Harahap. 2008,”Analisis Semiotik pada Poster HIV/AIDS di
yayasan Pelita Ilmu”, skripsi.Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
Feralina, Novi. 2013. Analisis Semiotika Makna Pesan Non Verbal dalam Iklan
Class Mild Versi “Macet” di media Televisi. Jurnal. Universitas
Mulawarman
Maysharah, Dhian. 2012. Materi Merokok. Ilmugreen.blogspot.co.id/2012/07/
Materi leaflet.Merokok.Html. Diakses Juli 2012.
Muhid, Abdul. 2008. Analisis Data. Surabaya. IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Nazaruddin, Kahfie. 2015. Pengantar Semiotika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Parera, J.D. 2004.Teori Semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sopianah, Siti. 2010,” Analisis Semiotik terhadap Iklan Susu Bendera Edisi
Ramadhan 1430 H di Televisi”, skripsi.Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Suhardi. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Semantik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Ullmann, Stephen. 2014. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Widianto, Ricky, Dkk. 2015. Analisis Semiotika pada Film Senyap Karya Joshua
Oppen Heimer. Jurnal. Acta Diuran
Gambar I
Keterangan: Balai Sidang Universitas Muhammadiyah Makassar, jl. Sultan
Alauddin Makassar
Gambar II
Keterangan: parkiran sekolah pesantreln ulul albab jl. Daeng Ramang, kecamatan
biringkanayya kota Makassar
Gambar III
Keterangan: Pesantren Ulul Albab, jl. Daeng Ramang kecamatan biringkanayya
kota Makassar
Gambar IV
Keterangan: Sekolah menengah pertama, jl. Batua Raya kota Makassar
Gambar V
Keterangan: puskesmas mamajang kota Makassar
Gambar VI
Keterangan: RM Malupu jl. Boulevard kota Makassar
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Rosana Suci Ramadhani Ba’amran. Dilahirkan
Sengkang. Kabupaten Wajo pada tanggal 4 Februari 1997, dari pasangan
Ayahanda Awab Abdi Ba‟amran dan Ibunda Kurniati Jabbar. Penulis masuk
sekolah dasar pada tahun 2003 di SDN 2 Unggulan Sengkang, dan tamat tahun
2009, tamat SMP
Negeri 6 Unggulan Sengkang pada tahun 2011, dan tamat SMA Negeri 1 Favorit
Sengkang pada tahun 2014. Kemudian pada tahun yang sama (2014) penulis
melanjutkan pendidikan pada program Strata Satu (S1) dengan Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penilis mulai aktif pada lembaga kemahasiswaan intra kampus, yaitu Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia periode 2015-
2016, serta pada lembaga lainnya yakni Forum Kajian Mahasiswa periode 2014-
2015.