kajian rahasia hari

13
KAJIAN RAHASIA HARI (Bagian 1) Kajian kali ini akan membahas tentang rahasia hari. Tentu saja kajian ini yang akan dibahas adalah yang berkaitan dengan bidang yang kita geluti yaitu ilmu hikmah. Bukan dikaji secara mendetail dari sisi ilmiah (sains). Walaupun tetap memakai dasar ilmu alam (sains). Dengan mempelajari “Kajian Rahasia Hari” kita akan mengetahui rahasia-rahasia dibalik pemakaian hari dalam sebuah ritual amalan ilmu hikmah. Khususnya Aji mantra Jawa, sebab latar belakang pengetahuan saya adalah mistik budaya Jawa. Bahkan dengan dasar kajian ini bisa sampai digunakan untuk mengenali watak seseorang berdasarkan hari kelahirannya. Mungkin pernah terbesit rasa ingin tahu dalam benak anda: mengapa amalan ilmu A dimulai hari Senin, Amalan ilmu B diawali hari Selasa dan lain sebagainya. Penentuan hari dalam suatu ritual atau amalan ilmu memiliki dasar alasan. Para leluhur dan pinisepuh ilmu kebatinan tidaklah sembarangan dalam memberi tuntunan ilmu. Walaupun terkadang sulit diterima nalar, tetapi setidaknya selalu memiliki dasar alasan. Seperti yang pernah saya katakan dalam artikel “Rahasia di balik Rahasia”. Bahwa: Tak semua Guru paham, tak semua murid mengerti, tak semua pengamal ilmu tahu. Hanya mereka yang senantiasa mengikuti petunjuk Maha Guru, memurnikan tuntunan ilmunya tanpa dicampuri angan dan keinginan (merubah-ubah) yang akan mengerti Rahasia dibalik tuntunan ilmu. Diantaranya adalah “Rahasia Hari” Pergerakan Alam Dalam pandangan ahli ilmu hikmah setiap fenomena alam memiliki rahasia dan akan mencerminkan watak (karakter) tersendiri. Termasuk fenomena perubahan “hari” dalam sistem penanggalan. Mengapa bisa demikian? Dikarenakan gerakan bumi tidak pernah berhenti, maka setiap detik posisinya berubah. Untuk kembali pada

Upload: dadang-purnama

Post on 21-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hari baik

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Rahasia Hari

KAJIAN RAHASIA HARI

(Bagian 1)

Kajian kali ini akan membahas tentang rahasia hari. Tentu saja kajian ini yang akan dibahas adalah yang berkaitan dengan bidang yang kita geluti yaitu ilmu hikmah. Bukan dikaji secara mendetail dari sisi ilmiah (sains). Walaupun tetap memakai dasar ilmu alam (sains).

Dengan mempelajari “Kajian Rahasia Hari” kita akan mengetahui rahasia-rahasia dibalik pemakaian hari dalam sebuah ritual amalan ilmu hikmah. Khususnya Aji mantra Jawa, sebab latar belakang pengetahuan saya adalah mistik budaya Jawa. Bahkan dengan dasar kajian ini bisa sampai digunakan untuk mengenali watak seseorang berdasarkan hari kelahirannya.

Mungkin pernah terbesit rasa ingin tahu dalam benak anda: mengapa amalan ilmu A dimulai hari Senin, Amalan ilmu B diawali hari Selasa dan lain sebagainya.

Penentuan hari dalam suatu ritual atau amalan ilmu memiliki dasar alasan. Para leluhur dan pinisepuh ilmu kebatinan tidaklah sembarangan dalam memberi tuntunan ilmu. Walaupun terkadang sulit diterima nalar, tetapi setidaknya selalu memiliki dasar alasan.

Seperti yang pernah saya katakan dalam artikel “Rahasia di balik Rahasia”. Bahwa: Tak semua Guru paham, tak semua murid mengerti, tak semua pengamal ilmu tahu. Hanya mereka yang senantiasa mengikuti petunjuk Maha Guru, memurnikan tuntunan ilmunya tanpa dicampuri angan dan keinginan (merubah-ubah) yang akan mengerti Rahasia dibalik tuntunan ilmu. Diantaranya adalah “Rahasia Hari”

Pergerakan Alam

Dalam pandangan ahli ilmu hikmah setiap fenomena alam memiliki rahasia dan akan mencerminkan watak (karakter) tersendiri. Termasuk fenomena perubahan “hari” dalam sistem penanggalan. Mengapa bisa demikian? Dikarenakan gerakan bumi tidak pernah berhenti, maka setiap detik posisinya berubah. Untuk kembali pada posisi yang sama, membutuhkan siklus waktu tertentu. Sirklus jam, sirklus hari, bulan, tahun, pasaran (Legi, Pon dsb), Wuku dan lain sebagainya. Pada intinya setiap siklus berhubungan dengan posisi orbit bumi.

Dengan latar belakang tersebut, maka kelahiran manusia dan kejadian di alam semesta ini (misalnya musim) dengan sendirinya akan menempati salah satu siklus diantara siklus-siklus yang ada. Misalnya manusia yang dilahirkan pada hari Senin, akan masuk ke dalam siklus Senin yang telah dihuni oleh banyak orang sebelumnya, yang lahir pada hari yang sama. Oleh karena itu secara umum mereka menjadi satu wadah yang bernama siklus. Maka berdasarkan ‘Ilmu Titen’ atau ilmu hasil dari mengenali / mengamati dan terus berlangsung turun-temurun, watak seseorang atau pergerakan alam secara garis besar dapat dikenali bahkan diprediksi.

Sirklus Jam

Page 2: Kajian Rahasia Hari

Hari dalam bahasa Jawa disebut “dina” (dino). Sebagaimana telah kita ketahui bahwa satu hari adalah sebuah unit waktu yang diperlukan bumi untuk berotasi (berputar) pada porosnya sendiri. Unit waktu ini bisa berupa detik, menit ataupun jam. Jaman sekarang 1 hari = 24 jam, atau jika dihitung dalam menit, 1 hari = 1440 menit. Jika dihitung dalam detik, 1 hari = 86400 detik.

Jadi Bumi membutuhkan waktu 24 jam untuk sekali berputar pada porosnya. Akibat rotasi ini terjadilah fenomena siang dan malam. Dimana bagian sisi bumi yang menghadap Matahari mengalami masa Siang (terang), sedangkan bagian sisi bumi yang membelakangi Matahari mengalami masa Malam (gelap).

Jutaan tahun yang lalu 1 hari tidak berlangsung lama seperti sekarang ini (24 jam) mungkin hanya 18 jam saja. Penyebabnya karena Rotasi bumi ketika itu berlangsung lebih cepat. Sebab jarak Bulan (Moon) dengan Bumi lebih dekat daripada jarak sekarang. Begitu pula sebaliknya, dimasa yang akan datang (jutaan tahun lagi) 1 hari bisa berlangsung semakin lama, hingga 30 jam. Sebab jarak Bumi dan Bulan semakin menjauh, akibatnya bumi berrotasi lebih lambat. Setiap fenomena alam yang terjadi akan membawa dampak pengaruh bagi penghuni alam khususnya manusia.

Sirklus Tujuh Hari = seminggu

Mencari tahu asal muasal “1 minggu = 7 hari” tidaklah mudah. Cukup sulit mencari kebenaran teori dibalik penentuan “1 minggu = 7 hari”. Banyak teori yang berbeda-beda bahkan saling berseberangan. Ada yang berdasar ajaran agama (kitab suci), Mitos Dewa-dewa penguasa 7 planet, praktek perhitungan geometri primitif dan lain sebagainya.

Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua bangsa meyakini “1 minggu” terdiri dari 7 hari. Misalnya, orang Mesir kuno memakai hitungan 1 minggu = 10 hari. Kalender Maya memakai 13 dan 20 hari dalam seminggu. Orang Lithuania memakai 9 hari dalam seminggu, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana dengan siklus hari dalam budaya Jawa?

Sirklus Hari dalam penanggalan Jawa.

Page 3: Kajian Rahasia Hari

Sedangkan dalam budaya Jawa, sistem sirklus hari ada bermacam-macam. Sebenarnya jaman dahulu orang Jawa kuno mengenal 10 jenis minggu. Dari seminggu yang jumlahnya hanya satu hari, hingga Seminggu yang jumlah harinya terdapat 10 hari. Nama macam-macam minggu tersebut adalah Ekawara, Dwiwara, Triwara, Caturwara, Pancawara, Sadwara, Saptawara, Hastawara, Nawawara dan Dasawara.

Untuk lebih jelasnya perhatikan perumusan tata penanggalan Jawa sebagai berikut :

Perhitungan hari dengan siklus 5 harian disebut sebagai Pancawara – Pasaran. (Artinya dalam 1 minggu (Pancawara) hanya ada 5 hari)

Perhitungan hari dengan siklus 6 harian disebut Sadwara – Paringkelan.

Perhitungan hari dengan siklus 7 harian disebut Saptawara – Padinan.

Perhitungan hari dengan siklus 8 harian disebut Hastawara – Padewan

Perhitungan hari dengan siklus 9 harian disebut Sangawara – Padangon

Perhitungan hari dengan siklus mingguan (7 hari) terdiri 30 minggu disebut Wuku.

Namun jaman sekarang yang biasa dipakai hanya 2 jenis minggu saja, yaitu Pancawara (pasaran) dan Saptawara (Padinan). Misalnya Senin Legi, Selasa Pahing dan seterusnya. Perubahan penanggalan Jawa ini terjadi masa pemerintahan Sultan Agung Prabu Hanyakrakusumo di Kerajaan Mataram Islam Jawa Tengah. Saptawara dipakai karena dinilai universal (sirklus 7 hari). Sedangkan Pancawara tetap dipakai karena melambangkan jati diri manusia Jawa yang berbudaya.

Dalam kajian kali ini kita hanya akan membahas Perhitungan hari dengan siklus 7 hari. Atau dalam bahasa Jawa disebut Saptawara (Padinan) dan Sirklus 5 hari (Pancawara).

Dalam kitab Primbon, dijelaskan orang Jawa percaya bahwa hitungan 7 hari dalam seminggu bermula ketika Tuhan menciptakan alam semesta ini dalam 7 tahap. Dimana tahap pertama diawali hari Ahad (Minggu).

Pertama, Ketika Tuhan memiliki kehendak ingin menciptakan dunia. Kehendak Tuhan ini lalu disimbolkan dengan MATAHARI yang bersinar sebagai sumber kehidupan.

Kedua, ketika Tuhan menurunkan kekuatanNYA untuk menciptakan dunia. Kekuatan Tuhan itu lalu disimbolkan dengan BULAN yang bercahaya tanpa menyilaukan.

Ketiga, Ketika kekuatan Tuhan tadi mulai menyebarkan percik-percik sinar Tuhan. Percik sinar Tuhan itu lalu disimbolkan dengan API yang berpijar.

Keempat, Ketika Tuhan menciptakan dimensi ruang untuk wadah alam semesta. Dimensi ruang itu lalu disimbolkan dengan BUMI menjadi tempat makhluk hidup.

Kelima, Ketika tuhan menciptakan panas yang menyalakan kehidupan. Panas yang menyala itu lalu disimbongkan dengan ANGIN yang bergerak dan petir yang menyambar.

Page 4: Kajian Rahasia Hari

Keenam, Ketika tuhan menciptakan air yang dingin. Air yang dingin itu lalu disimbolkan dengan BINTANG yang mirip titik-titik air yang menyejukan.

Ketujuh, Ketika Tuhan menciptakan unsur materi kasar sebagai dasar pembentuk kehidupan. Materi kasar itu lalu disimbolkan dengan AIR sebagai sumber kehidupan.

Perlu dipahami bahwa penyebutan elemen (anasir) ini hanyalah sebagai simbol. Bukan merupakan urutan kejadian alam semesta itu sendiri. Simbol inilah yang nantinya digunakan dalam mengenali watak (karakter) hari.

Arti Nama Hari

Dalam penyebutan nama-nama hari disetiap bangsa juga memiliki perbedaan. Dan tentu saja memiliki makna dan alasan tersendiri. Sedangkan nama hari dalam penanggalan Jawa sejak masa pemerintahan Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma di Kerajaan Mataram Islam memakai istilah Arab yang sudah dilafalkan dalam lidah Jawa. Sebelumnya nama hari masih memakai istilah Jawa kuno yaitu :

Nama Hari Siklus 7 hari, Saptawara = Padinan:

Radite = Akad Soma = Senen

Anggara = Slasa

Budha= Rebo

Respati = Kemis

Sukra = Jemuwah

Tumpak/Saniscara = Setu

Asal kata dan Arti nama Hari (Padinan)

Akad (minggu), berasal dari kata Arab “ahad”, yang berarti hari pertama. Senen (Senin), berasal dari kata Arab “istnain”, yang berarti hari kedua.

Slasa (Selasa), berasal dari kata Arab “tsalatsah”, yang berarti hari ketiga.

Rebo (Rabu), berasal dari kata Arab “arba’ah”, yang berarti hari keempat.

Kemis (Kamis), berasal dari kata Arab “khamsah”, yang berarti hari kelima,

Jemuwah (Jum’at), berasal dari kata Arab “jumu’ah”, yang berarti hari untuk berkumpul,

Setu (Sabtu), berasal dari kata Arab “sab’ah” (sabat), yang berarti hari ketujuh.

Page 5: Kajian Rahasia Hari

Jelas bahwa nama-nama hari yang sampai sekarang digunakan itu (Senin, Selasa dst) merupakan perpaduan peradaban Islam dan kebudayaan Jawa. Dipakai sejak pergantian Kalender Jawa asli (Tahun SAKA) menjadi kalender Jawa Sultan Agung (Anno Javanico – Tahun AJ). Pergantian kalender itu mulai 1 Sura, tahun Alip 1555. Yang jatuh pada tanggal 1 Muharam 1042. Atau bertepatan dengan kalender Masehi 8 Juli 1633. Angka tahun AJ itu meneruskan angka tahun Saka yang waktu itu sampai tahun 1554, sejak itu tahun Saka tidak dipakai lagi di Jawa, tetapi hingga kini masih digunakan di Bali.

Tahun Jawa dan tahun Islam (hijriyah) adalah penanggalan Qomariyah atau sistem Lunar (bulan) yang mengikuti peredaran bulan kepada bumi. Maka perhitungan hari pun dimulai pada senja hari, saat awal munculnya rembulan malam atau saat Maghrib.

Sedangkan tahun Masehi dan tahun Saka Hindu adalah penanggalan Syamsiyah atau sistem solar (Matahari) yang mengikuti peredaran bumi terhadap Matahari. Pergantian hari dalam penanggalan Masehi yang dimulai pada pukul 12 malam.

Untuk diketahui, dalam amalan ilmu-ilmu Rasa Sejati ini juga memakai penanggalan Jawa & Islam yaitu memakai sistem Lunar (bulan), perhitungan hari dimulai saat Maghrib.

KAJIAN RAHASIA HARI

(Bagian 2)

PASARAN

Pasaran berasal dari kata dasar “pasar”, mendapat akhiran –an. Pasaran adalah sirklus mingguan yang berjumlah 5 hari. Yaitu Legi, Paing, Pon, Wage dan Kliwon. Disebut pasaran karena sistem ini lazim dipakai untuk membagi hari buka pasar (tempat jual beli) yang berada di 5 titik tempat.

Pada jaman dahulu salah satu sistem pemerataan perekonomian rakyat diatur dengan pembagian tempat jual beli (pasar). Yang berjumlah 5 titik tempat mengikuti arah mata angin (Timur, Selatan, Barat, Utara dan Tengah). Pasar Legi berada di Timur, Pasar Pahing berada di Selatan, Pasar Pon di Barat, Pasar Wage di Utara dan Pasar Kliwon berada di pusat / tengah kota. Pasar ini buka secara bergantian, mengikuti sirklus pasaran (pancawara) tersebut.

Sedangkan dalam masyarakat Melayu Islam, tempat jual beli (pasar) disebut pekan. Dan hari pasar memakai sirklus mingguan yang berjumlah 7 hari (Senin, Selasa dst). Misalnya ada Pasar Minggu, Pasar Senen dan seterusnya. Oleh sebab itu seminggu (7 hari) dalam  bahasa Melayu disebut juga sepekan (pekan=pasar).

Dengan demikian tidaklah aneh bila penamaan hari dan pasaran seperti Senin Kliwon, Selasa Legi dan seterusnya itu hanya dikenal di Jawa saja.

Menurut kepercayaan Jawa, hitungan Pasaran yang berjumlah lima itu sejalan dengan ajaran “Sedulur papat, kalima pancer”. Empat saudara, kelimanya pusat. Ajaran ini mengandung pengertian bahwa setiap diri manusia mempunyai empat saudara. Disebut saudara sebab

Page 6: Kajian Rahasia Hari

keberadaannya ada sejak manusia masih dalam kandungan ibu. Pancer adalah diri kita (ke-aku-an atau Ego). Juga berkaitan dengan 4 unsur anasir pembentuk raga atau jasad yaitu tanah, air, api dan udara.

Hubungan pasaran, empat unsur dan Sedulur 4 itu adalah sebagai berikut :

Pasaran Legi bertempat di Timur, Anasir (elemen) Udara, memancarkan sinar (aura) putih.Pasaran Paing bertempat di Selatan, anasir Api, memancarkan sinar merah.Pasaran Pon bertempat di Barat, anasir Air, memancarkan sinar kuning.Pasaran Wage bertempat di Utara, anasir Tanah, memancarkan sinar hitam.Pasaran Kliwon tempatnya di pusat atau di tengah, anasir Eter, memancarkan sinar manca warna.

HUB PASARAN, MATA ANGIN, ELEMEN, WARNA

WAGEUTARATANAHHITAM

PONBARAT

AIRKUNING

KLIWONPANCER

ETERMANCA WARNA

LEGITIMURUDARAPUTIH

PAHINGSELATAN

APIMERAH

NEPTU

Neptu adalah nilai angka yang disematkan pada tiap-tiap hari dan pasaran. Neptu singkatan (jarwo dhosok) dari “geneping wetu” (penggenap keluarnya sebuah uraian), karena neptu memang digunakan untuk mewakili suatu hal dalam sebuah perhitungan (petungan).

Neptu Hari

Minggu neptu 5 Senin neptu 4

Selasa neptu 3

Rabu neptu 7

Page 7: Kajian Rahasia Hari

Kamis neptu 8

Jumat neptu 6

Sabtu neptu 9

Jumlah NEPTU HARI = 42

Bila diperhatikan dari urutan angka Neptu maka akan didapat bahwa hari JUMAT berada pada posisi tengah (PANCER). Sedangkan dalam sirklus Pasaran, KLIWON adalah PANCER.

Neptu Pasaran

Kliwon neptu 8 Legi neptu 5

Pahing neptu 9

Pon neptu 7

Wage neptu 4

Jumlah NEPTU PASARAN = 33

Jika neptu hari dan pasaran dijumlahkan : 42 +33 = 75.

Angka 75 ini bila dipecah :

7 = merupakan jumlah hari yang ada (7 hari)5 = jadi jumlah pasaran 5.

Sedangkan bila kedua angka tersebut dijumlahkan maka akan ketemu jumlah bulan. 7 + 5 = 12 menjadi jumlah bulan dalam 1 tahun.

Penggabungan sirklus Hari dan Pasaran ini akan membentuk sirklus hari yang totalnya jumlahnya 35 hari. Para sesepuh Jawa banyak menggunakan neptu ini untuk berbagai macam perhitungan (petungan) nasib dan karakter.

Karakteristik HARI dan PASARAN

Menurut para sesepuh dan pinisepuh Jawa, setiap Hari dan Pasaran memiliki karakteristik tersendiri yang dipercayai berpengaruh kepada baik dan buruknya segala hal yang akan dikerjakan saat hari dan pasaran itu.

Karakteristik Hari, Pasaran dan Neptu

Page 8: Kajian Rahasia Hari

Arti Watak Hari dan Pasaran :

Lakune geni gedhe : watak baik, menggambarkan sumber kekuatan Sri Kombang : watak baik, menggambarkan kemasyuran

Sri Agung : watak baik, menggambarkan kemuliaan

Gigis Wunu : watak kurang baik, menggambarkan kerugian

Pathol : watak buruk, menggambarkan penyakit

Peso : watak buruk, menggambarkan bahaya

Para sesepuh dan pinisepuh ilmu kasepuhan Jawa juga memakai karakteristik Hari dan Pasaran ini guna menentukan hari untuk mengawali suatu ritual ilmu ghaib. Bila kita mencermati hari ritual ilmu Aji kesaktian Jawa (Aji Panglimunan, Aji Brajamusti dll) akan didapati hampir semua ritual diawali pada hari yang berkarakter baik atau memakai dasar hitungan neptu. Ya, para sesepuh memang tidak sembarangan dalam memberikan tuntunan ilmu.

Jika dilihat dari tabel diatas, JUMAT LEGI adalah saat yang terbaik, karena menggambarkan sumber kekuatan (lakune geni gedhe). Itulah sebabnya masyarakat Jawa Timur, lebih

Page 9: Kajian Rahasia Hari

memuliakan Jumat LEGI untuk keperluan mencari kesaktian. Salah satu contohnya pengijazahan Hizib Maghrobi. Dan memang Hizib ini lebih banyak berkembang di Jawa Timur.

Nah, sekarang anda mengerti alasan mengapa Hizib Maghrobi diijazahkan pada malam Jumat Legi. Jelas sekali Hizib Maghrobi adalah amalan ilmu hikmah yang berasal dari wilayah pesantren di Jawa Timur. Inilah gunanya memurnikan ajaran para Mahaguru. Agar kita dan beserta anak cucu kelak tetap bisa menelusuri asal-usul dan berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu hikmah yang bersangkutan.

Lalu mengapa orang Jawa Tengah & Yogyakarta lebih memuliakan JUMAT KLIWON untuk mencari daya linuwih / kesaktian?

Selain hari Jumat Kliwon memiliki karakteristik baik, menggambarkan Kemasyuran (Sri Kombang). Hari Jumat sesuai angka neptu berada di Tengah (pancer). Sedangkan Pasaran letak Kliwon juga berada di tengah (pancer). Maka Jumat Kliwon adalah lambang dari diri pribadi sebagai Pancer. Sesungguhnya daya linuwih sejati memang bias dari pengenalan diri pribadi. Ingsun Sejati, Sedulur Sejati, Guru Sejati dan Sukma Sejati semuanya ada dalam diri manusia.

Begitu pula dengan hari Selasa Kliwon atau hari Anggara Kasih (Jawa Kuno) memiliki karakteristik yang baik, Sri Rahayu, melambangkan kemuliaan. Namun biasanya ritual pada hari-hari tersebut tidak dijalani dalam sehari saja, tetapi selama beberapa hari. Dengan memakai hitungan Neptu yang memiliki makna keutamaan (daya lebih).

Hari 3 NEPTU 40

Sebagaimana telah diuraiakan di atas, bahwa Hari dan Pasaran memiliki nilai angka yang disebut Neptu. Dalam khasanah ilmu kesaktian Jawa banyak amalan ritual ilmu yang mempergunakan puasa selama 40 hari. Dan bila ritual ini dirasa berat atau bersifat mendesak, misalnya keburu untuk segera digunakan. Maka para sesepuh Jawa memakai hitungan NEPTU hari dan Pasaran yang bila dijumlahkan hasilnya 40. Maka didapatlah 3 hari berturut-turut yang nilainya setara dengan 40 hari. Yaitu :

Selasa Kliwon + Rabu Legi + Kamis Pahing. Rabu Pon + Kamis Wage + Jumat Kliwon.

Kamis Wage + Jumat Kliwon + Sabtu Legi.

Jumat Pahing + Sabtu Pon + Minggu Wage.

Sabtu Kliwon + Minggu Legi + Senin Pahing.

Untuk lebih jelasnya perhatikan keterangan sebagai berikut :

Jumlah Neptu Selasa (3) + Kliwon (8) = 11Jumlah Neptu Rabu (7) + Legi (5) = 12Jumlah Neptu Kamis (8) + Pahing (9) = 17Jika NEPTU 3 hari berturut-turut tersebut dijumlahkan: 11 + 12 + 17 = 40

Page 10: Kajian Rahasia Hari

Jadi menurut para pinisepuh apabila ada amalan ilmu yang memakai ritual puasa 40 hari, dapat diringkas dengan cukup dijalankan 3 hari berturut-turut saja. Dengan syarat 3 hari tersebut memiliki jumlah Neptu 40.

***