kajian potensi kawasan pertambakan di ... kajian potensi kawasan pertambakan di kabupaten pangkep...

12
493 Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI KABUPATEN PANGKEP, SULAWESI SELATAN DENGAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Utojo dan Rachmansyah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Pendataan potensi kawasan pesisir untuk pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan sampai saat ini belum divalidasi secara tepat melalui survei lokasi. Adanya laju perubahan fungsi lahan pesisir yang cepat menyebabkan terjadinya perubahan potensi lokasi budidaya tambak, sehingga diperlukan akurasi data terkini melalui validasi potensi, luas tambak dan lokasi potensial untuk budidaya tambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi data potensi lokasi budidaya tambak di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan yang akurat dan terkini. Penentuan data potensi lahan pesisir tersebut bersumber dari citra landsat ALOS AVNIR-2 digital akuisisi 21 Juni 2008 dan peta Rupabumi Indonesia skala 1:50.000, lembar Pangkep sebagai peta dasar. Mekanisme pemetaan potensi, luas tambak dan lokasi potensial budidaya tambak yang akurat dan terkini melalui integrasi hasil klasifikasi citra dengan hasil digitasi peta Rupabumi Indonesia menggunakan analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk mendapatkan peta awal. Keakuratan peta awal ditingkatkan dengan survei lapang dan didapatkan peta akhir potensi, luas tambak dan lokasi potensial budidaya tambak yang akurat dan terkini. Hasil analisis spasial menggunakan SIG, di dapatkan data potensi lokasi budidaya tambak di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan tahun 2008 seluas 14.885,44 ha dan luas tambaknya 13.616,17 ha yang berarti masih ada lokasi potensial untuk pengembangan budidaya tambak seluas 1.269,27 ha, yang tersebar di tujuh kecamatan. Luas tambak pada tahun 2002 yaitu 13.528,50 ha dan pada tahun 2008, luasnya meningkat menjadi 13.616,17 ha. Pada tahun 2002, luas sawah 18.280,00 ha dan pada tahun 2008, luasnya menurun menjadi 16.486,72 ha. Pada tahun 2002, luas pemukiman 4.684,60 ha dan mangrove 32,30 ha dan pada tahun 2008, luasnya meningkat menjadi 5.120,96 ha dan 347,84 ha. Peningkatan luas tambak di kabupaten tersebut sebagian besar berasal dari konversi lahan sawah dan sisanya berasal dari konversi lahan pesisir untuk penggunaan lainnya seperti mangrove dan pemukiman. KATA KUNCI: validasi, potensi, tambak, sistem informasi geografis,KabupatenPangkep PENDAHULUAN Kabupaten Pangkep memiliki potensi budidaya tambak yang cukup luas yaitu luasnya mencapai 12.527 ha (luas kotor) dengan produksi total tambak 13.448,6 ton yang terdiri atas udang windu 1.746,7 ton, udang api-api 233,1 ton, mujair 401,7 ton, rumput laut Gracilaria sp. 1.947,8 ton dan ikan lainnya 95,6 ton (Anonim, 2006 a ). Namun demikian, sampai saat ini data potensi, luas tambak dan lokasi yang potensial untuk pengembangan budidaya tambak melalui perencanaan tata ruang wilayahnya di kabupaten tersebut, belum terinventarisir secara lengkap. Hal ini disebabkan pemerintah daerah belum merencanakan tata ruang wilayah pesisir terutama untuk pengembangan budidaya tambak secara rinci, jelas dan tepat. Pada umumnya kawasan pesisir di Kabupaten Pangkep memiliki lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah produktif yang cukup luas serta lahan mangrovenya hanya di sepanjang tepi laut sehingga peningkatan luas tambaknya saat ini lebih mengarah ke kawasan lahan persawahan. Hal ini terbukti dari hasil evaluasi data potensi tambak lebih banyak berasal dari konversi lahan sawah dari pada lahan mangrove menjadi tambak. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk di kawasan pesisir kabupaten tersebut disertai dengan keberhasilan budidaya udang windu (Penaeus monodon) di tambak di awal tahun 1990-an merupakan penyebab terjadinya peningkatan luas tambak cukup besar yang berasal dari lahan sawah produktif. Menurut

Upload: hoangkhuong

Post on 10-May-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI ... Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan

493 Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo)

KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI KABUPATEN PANGKEP,SULAWESI SELATAN DENGAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUHYANG DIINTEGRASIKAN DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Utojo dan RachmansyahBalai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: l [email protected]

ABSTRAK

Pendataan potensi kawasan pesisir untuk pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Pangkep, SulawesiSelatan sampai saat ini belum divalidasi secara tepat melalui survei lokasi. Adanya laju perubahan fungsilahan pesisir yang cepat menyebabkan terjadinya perubahan potensi lokasi budidaya tambak, sehinggadiperlukan akurasi data terkini melalui validasi potensi, luas tambak dan lokasi potensial untuk budidayatambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi data potensi lokasi budidaya tambak di KabupatenPangkep, Sulawesi Selatan yang akurat dan terkini. Penentuan data potensi lahan pesisir tersebut bersumberdari citra landsat ALOS AVNIR-2 digital akuisisi 21 Juni 2008 dan peta Rupabumi Indonesia skala 1:50.000,lembar Pangkep sebagai peta dasar. Mekanisme pemetaan potensi, luas tambak dan lokasi potensial budidayatambak yang akurat dan terkini melalui integrasi hasil klasifikasi citra dengan hasil digitasi peta RupabumiIndonesia menggunakan analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk mendapatkan petaawal. Keakuratan peta awal ditingkatkan dengan survei lapang dan didapatkan peta akhir potensi, luastambak dan lokasi potensial budidaya tambak yang akurat dan terkini. Hasil analisis spasial menggunakanSIG, di dapatkan data potensi lokasi budidaya tambak di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan tahun 2008seluas 14.885,44 ha dan luas tambaknya 13.616,17 ha yang berarti masih ada lokasi potensial untukpengembangan budidaya tambak seluas 1.269,27 ha, yang tersebar di tujuh kecamatan. Luas tambak padatahun 2002 yaitu 13.528,50 ha dan pada tahun 2008, luasnya meningkat menjadi 13.616,17 ha. Padatahun 2002, luas sawah 18.280,00 ha dan pada tahun 2008, luasnya menurun menjadi 16.486,72 ha. Padatahun 2002, luas pemukiman 4.684,60 ha dan mangrove 32,30 ha dan pada tahun 2008, luasnya meningkatmenjadi 5.120,96 ha dan 347,84 ha. Peningkatan luas tambak di kabupaten tersebut sebagian besar berasaldari konversi lahan sawah dan sisanya berasal dari konversi lahan pesisir untuk penggunaan lainnya sepertimangrove dan pemukiman.

KATA KUNCI: validasi, potensi, tambak, sistem informasi geografis,KabupatenPangkep

PENDAHULUAN

Kabupaten Pangkep memiliki potensi budidaya tambak yang cukup luas yaitu luasnya mencapai12.527 ha (luas kotor) dengan produksi total tambak 13.448,6 ton yang terdiri atas udang windu1.746,7 ton, udang api-api 233,1 ton, mujair 401,7 ton, rumput laut Gracilaria sp. 1.947,8 ton danikan lainnya 95,6 ton (Anonim, 2006a). Namun demikian, sampai saat ini data potensi, luas tambakdan lokasi yang potensial untuk pengembangan budidaya tambak melalui perencanaan tata ruangwilayahnya di kabupaten tersebut, belum terinventarisir secara lengkap. Hal ini disebabkan pemerintahdaerah belum merencanakan tata ruang wilayah pesisir terutama untuk pengembangan budidayatambak secara rinci, jelas dan tepat.

Pada umumnya kawasan pesisir di Kabupaten Pangkep memiliki lahan sawah tadah hujan danlahan sawah produktif yang cukup luas serta lahan mangrovenya hanya di sepanjang tepi laut sehinggapeningkatan luas tambaknya saat ini lebih mengarah ke kawasan lahan persawahan. Hal ini terbuktidari hasil evaluasi data potensi tambak lebih banyak berasal dari konversi lahan sawah dari padalahan mangrove menjadi tambak. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup dengan bertambahbanyaknya jumlah penduduk di kawasan pesisir kabupaten tersebut disertai dengan keberhasilanbudidaya udang windu (Penaeus monodon) di tambak di awal tahun 1990-an merupakan penyebabterjadinya peningkatan luas tambak cukup besar yang berasal dari lahan sawah produktif. Menurut

Page 2: KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI ... Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 494

Utojo et al. (2009), kawasan pesisir merupakan daerah transisi antara ekosistem darat dan laut yangmemiliki karakteristik tersendiri dan sifatnya peka terhadap perubahan kondisi lingkungan sekitarnyaakibat adanya suatu kegiatan. Usaha pembukaan tambak berarti kawasan pesisir mengalami tekanandan perubahan biofisik lingkungan yang cepat. Membuka tambak baru di kawasan mangrove, akanbanyak masalah yang dihadapi seperti pembersihan pohon, tanahnya masam, bergambut, bahanorganik dan kandungan piritnya tinggi serta perluasan tambak dengan mengkonversi hutan man-grove yang tidak terkendali dapat merusak ekosistem pesisir dan sumberdaya perikanan. Apabilamembuka tambak baru di lahan sawah produktif yang umumnya berada jauh dari tambak dan laut,airnya tawar, tidak terjangkau oleh sungai air laut dan sulit dalam pergantian air, akan menghambatlaju pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang dan bandeng serta rentang penyakit sehinggadapat menurunkan produktivitas tambak. Oleh karena itu, dalam pengembangan usaha budidayatambak harus berhati-hati, terkendali, efektif, ekonomis dan ramah lingkungan.

Beralihnya usaha tani menjadi petambak di Kabupaten Pangkep, dengan mengkonversi lahansawah menjadi tambak semakin meningkat, selain meningkatnya kebutuhan hidupnya, juga ditunjangdengan harga udang jauh lebih tinggi dari pada harga beras serta mengelola tambak dengan kondisitanah di lahan sawah, lebih baik dari pada yang berasal dari lahan mangrove, sehingga tingkatkeberhasilannya tinggi. Pertimbangan lain hasil konversi lahan sawah menjadi tambak, sebagianbesar terjadi pada persawahan yang kurang produktif karena berdekatan dengan pertambakan yangairnya payau sebagai akibat terjadinya intrusi air asin dan kondisi lingkungannya sesuai denganpertumbuhan dan kelangsungan hidup udang dan bandeng yang dipelihara, seperti yang terjadi diKabupaten Pinrang, Barru dan Maros, Sulawesi Selatan (Naharuddin, 1990; Sanusi, 2001). Sawahyang dikonversi menjadi tambak di Kabupaten Pangkep, dapat juga dijumpai di tempat dimanasaluran atau sungai air laut masih menjangkau sawahnya. Selain itu walaupun sawahnya tidakberdekatan dengan tambak atau tidak terjangkau oleh saluran atau sungai air laut, ada jugapembudidaya sawah mengkonversi sawahnya menjadi tambak dengan memanfaatkan air tanah yangtergolong payau melalui sumur bor sebagai sumber air untuk budidaya tambak.

Dengan semakin meningkatnya alih fungsi lahan sawah menjadi tambak di beberapa daerah diIndonesia, maka Presiden Republik Indonesia memutuskan untuk melarang adanya konversi dan alihfungsi lahan pertanian yang produktif serta setiap penggunaan lahan harus sesuai denganperuntukannya seperti halnya yang diatur dalam perencanaan tata ruang wilayah secara tepat padasetiap daerah (Anonim, 2006b).

Adanya laju perubahan fungsi lahan yang cepat menyebabkan adanya perubahan ekosistem,karakteristik lahan dan tipologi pesisir serta potensi kawasan pertambakan, sehingga diperlukanakurasi data terkini melalui validasi potensi, luas tambak dan lokasi yang potensial untuk budidayatambak. Menurut Kushardono (1999), pengembangan kawasan atau pemodelan lingkungan suatulahan, data dan informasi penggunaan lahan atau penutup lahan terkini adalah sangat diperlukan.Barnsley et al. (2001) menyatakan bahwa penggunaan lahan dan penutup lahan merupakan konsepyang berbeda, tetapi keduanya memiliki hubungan yang erat. Pengetahuan mengenai penutup lahandapat memberi petunjuk ke arah pengenalan penggunaan lahan (Treitz & Rogan, 2004).

Teknologi penginderaan jauh melalui pemanfaatan citra satelit telah digunakan sebagai sumberdata utama penggunaan lahan (Campbell, 2002). Manfaat teknologi Sistem Informasi Geografis untukmemvalidasi data potensi lokasi budidaya tambak di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan yangakurat dan terkini.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Maret 2010.Lokasi penelitian meliputi wilayah pesisir Kecamatan Minasatene, Pangkajene, Segeri, Bungoro,Labakkang, Marang, dan Mandalle (Gambar 1). Luas tambak dan penggunaan lahan pesisir lainnyatahun 1991, digunakan peta Rupabumi Indonesia skala 1:50.000 No. Lembar 2011-31 (LembarPangkajene), 2011-33 (Lembar Segeri) dan 2011-22 (Lembar Balang Lompo). Untuk tahun 2002,digunakan citra satelit landsat-7 Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+) akuisisi 28 September 2002sebanyak 1 scene dengan Path/Row 114/63 dan untuk tahun 2008, digunakan citra satelit ALOS

Page 3: KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI ... Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan

495 Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo)

AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan untuk mengetahui perubahanpenggunaan atau penutup lahan (Sitanggang, 1999). Diagram alir dalam menentukan validasi potensi,luas tambak dan lahan yang potensial untuk tambak, disajikan pada Gambar 2. Peta Rupabumi Indo-nesia yang digunakan terlebih dahulu di scan dan dilakukan digitasi serta selanjutnya dilakukananalisis spasial dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).

Citra satelit landsat yang digunakan merupakan citra yang sudah terkoreksi geometrik, terkoreksiradiometrik dan teregistrasi. Penajaman citra dengan cara modifikasi kontras data citra dengan bantuanProgram “ER Mapper 6.4”. Untuk mengurangi pengaruh kecerahan/kegelapan dari titik citra di dalam

Gambar 1. Lokasi survai di kawasan pesisir Kabupaten Pangkep ProvinsiSulawesi Selatan

Page 4: KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI ... Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 496

citra, maka dilakukan pentapisan citra. Reduksi kanal dilakukan dengan menggunakan MetodePemilihan Kombinasi Kanal Spektral dan klasifikasi dilakukan dengan Metode Terbimbing.

Peta hasil digitasi dan peta hasil klasifikasi diintegrasikan untuk menghasilkan peta awal(Danoedero, 1996) tahun 2002 dan 2008. Pengecekan lapang dilakukan untuk pengukuran keakuratanpeta awal dengan memilih area yang diketahui secara pasti jenisnya di lapangan.

Data dan referensi yang diperoleh dari cek lapang digunakan untuk melakukan reinterpretasicitra hasil klasifikasi dan peta awal. Reinterpretasi terutama dilakukan untuk mengoreksi bias-biaspoligon tambak pada citra hasil klasifikasi dan peta awal sehingga diperoleh hasil luas tambak aktualyang akurat. Proses reinterpretasi menghasilkan luasan tambak terkoreksi, selanjutnya dibuat petaakhir yang menggambarkan secara spasial sebaran tambak dan penggunaan lahan lainnya di KabupatenPangkep (Gambar 3).

HASIL DAN BAHASAN

Hasil klasifikasi Citra satelit ALOS AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008 menunjukkan ada 7 jenispenggunaan lahan di kawasan pesisir Kabupaten Pangkep yang utama diidentifikasi. Ketujuh jenispenggunaan lahan tersebut antara lain tambak, sawah, lahan kering, pemukiman, mangrove, sungaidan laut dangkal. Luas kawasan lahan pesisir yang didapatkan adalah 38.338,6 ha (Gambar 3 &Tabel 1). Citra satelit tidak hanya mampu memberikan gambaran tentang jenis penggunaan lahanyang teridentifikasi, namun yang lebih penting lagi adalah penyebaran masing-masing jenispenggunaan lahan tersebut pada suatu kawasan. Informasi penyebaran ini penting dalam rangkamemudahkan perencanaan dan pengembangan suatu kawasan termasuk kawasan pesisir. MenurutMustafa et al. (2006), berdasarkan hasil analisis spasial menggunakan peta Rupabumi Indonesia,potensi tambak di Kabupaten Pangkep pada tahun 1991 seluas 7.779,4 ha, sedangkan hasil analisisspasial menggunakan citra landsat-7 ETM+ akuisisi 28 September 2002 pada tahun 2002 seluas13.528,5 ha atau terjadi peningkatan potensi tambak seluas 5.749,1 ha selama 11 tahun atau 522,7ha/tahun. Sebaliknya luas sawah yang ada di kawasan pesisir Kabupaten Pangkep dari 22.803,1 ha

Citra Satelit

Persiapan

Penajaman Citra

Pentapisan Citra

Reduksi Kanal

Pengklasifikasian

Penajaman Citra

Peta Rupabumi Indonesia

Digitasi dengan Aplikasi SIG

Peta Hasil Klasifikasi

Peta Awal

Peta Akhir

Cek Lapang

Integrasi

Gambar 2. Diagram alir analisis spasial dalam sistem informasi geografis untukmenentukan validasi potensi, luas tambak dan lahan yang potensialuntuk tambak di Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan

Page 5: KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI ... Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan

497 Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo)

menjadi 18.280,0 ha atau terjadi penurunan luas sawah seluas 4.523,1 ha. Hasil analisis spasialmenggunakan citra satelit ALOS AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008, potensi tambak di Kabupaten Pangkeppada tahun 2008 yaitu 14.885,44 ha, dibandingkan dengan tahun 2002, terjadi peningkatan potensitambak seluas 1.356,94 ha selama 6 tahun atau 226,2 ha/tahun. Sebaliknya luas sawah yang ada dikawasan pesisir Kabupaten Pangkep dari 18.280,0 ha menjadi 16.486,7 ha atau terjadi penurunanluas sawah seluas 1.793,3 ha. Untuk lahan mangrovenya dari seluas 32,3 ha menjadi 347,8 ha atauterjadi peningkatan luas mangrove seluas 315,5 ha, sedangkan luas lahan pemukiman dari 4.684,60ha menjadi 5.120,9 ha atau terjadi peningkatan luas pemukiman seluas 436,3 ha. Hal ini menunjukkanbahwa sawah adalah penggunaan lahan di kawasan pesisir Kabupaten Pangkep yang terbesardikonversi menjadi tambak dan penurunan luas sawah juga sebagai akibat dikonversi menjadipemukiman (Anonim, 2003). Sisa lahan di kawasan pesisir Kabupaten Pangkep yang dikonversi menjadi

Gambar 3. Potensi lahan budidaya tambak di Kabupaten Pangkep, ProvinsiSulawesi Selatan

Page 6: KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI ... Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 498

tambak dapat berasal dari lahan kering, sedangkan meningkatnya luas mangrove, sebagian besardari hasil penanaman jenis tanaman Avicennia marina, Sonneratia alba dan Rhizophora mucronata olehmasyarakat di kawasan tepi pantai dan tepi sungai di Kecamatan Labakkang serta di kecamatan lainseperti di Kecamatan Marang dan Pangkajene terdapat juga penambahan mangrove, baik dari hasilpenanaman maupun tumbuh secara alami. Menurut Mustafa & Hanafi (1996), pembudidaya tambakdi Kabupaten Pangkep memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menanam mangrove di kawasanpesisir dan sungai untuk melindungi tambaknya dari pengaruh ombak dan arus yang kuat. Sebaiknyapemerintah daerah berupaya untuk merehabilitasi hutan mangrove tersebut dengan menggabungkankepentingan ekologis (konservasi hutan mangrove) dengan kepentingan sosial ekonomi masyarakatdi sekitar hutan mangrove. Menurut Bengen (2004), habitat hutan mangrove yaitu di daerah inter-tidal yang berjenis tanah berlumpur, berlempung atau berpasir, mendapatkan pasokan air tawaryang cukup atau air bersalinitas payau (2-22 ppt) hingga asin (mencapai 38 ppt), terlindung darigelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.

Penggunaan lahan pesisir untuk pertambakan seperti luas tambak yang ada, potensi lahanpertambakan dan lahan yang potensial untuk pengembangan budidaya tambak setiap kecamatan,disajikan pada Tabel 2. Lahan pertambakan di Kabupaten Pangkep, didapatkan di tujuh kecamatanyaitu di Kecamatan Mandalle, Segeri, Marang, Labakkang, Bungoro, Pangkajene dan Manasatene,yang masing-masing seluas 1.573,64 ha, 785,46 ha, 3.270,55 ha, 3.212,43 ha, 1.578,23 ha, 2.528,76ha, dan 667,1 ha. Luasnya pertambakan di tujuh kecamatan ini akibat adanya sebagian besar darikonversi lahan sawah dan sisanya berasal dari konversi penggunaan lahan lainnya terutama lahankering (belukar dan ladang) yang letaknya mulai di dekat laut, di sekitar bantaran sungai sampaiagak jauh dari laut. Keberadaan pemukiman di lahan pesisir yang semakin meningkat akan berdampakterhadap menurunnya kualitas lahan dan sumber air (laut dan sungai) yang selanjutnya dapatmenurunkan produktivitas tambak. Oleh karena itu, dengan banyaknya penggunaan lahan pesisiruntuk berbagai kepentingan akan membawa konsekuensi terhadap tingkat limbah dan degradasilingkungan yang dapat menurunkan daya dukung lahan. Menurut Wirasantosa (2004), setiap kegiatanpengelolaan di kawasan lahan pesisir terutama di lahan mangrove, sebaiknya harus berhati-hati dandilakukan bersama-sama dengan sektor lain yang terkait secara efektif, efisien dan ekonomis, mulaidari saat perencanaan hingga akhir pelaksanaan dengan mempertimbangkan daya dukung lahandan karakteristik lingkungan serta menjaga kelestarian organisme yang hidup di sekitarnya.

Terjadinya kerusakan ekosistem mangrove, sawah, belukar dan ladang di kawasan lahan pesisirKabupaten Pangkep, terutama diakibatkan belum adanya kejelasan tentang tata ruang dan rencanapengembangan wilayah pesisir sesuai peruntukkannya sehingga banyak terjadi tumpang tindihpenggunaan lahan untuk berbagai kegiatan pembangunan seperti pemukiman, pertambakan dankawasan industri secara tidak terkendali. Dampak laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan

Tabel 1. Luas setiap penggunaan lahan di kawasan pesisir Kabupaten Pangkep, ProvinsiSulawesi Selatan

Citra satelit landsat-7 ETM+ Citra satelit ALOS AVNIR-2 akuisisi 2002 akuisisi 2008

Potensi tambak 13.528,5 14.885,44Sawah 18.280,0 16.486,7Belukar 16.793,2 -Hutan 24.526,3 -Ladang/lahan kering 4.961,7/- 1.390,9Pemukiman 4.684,6 5.120,9Mangrove 32,3 347,8Sungai/laut dangkal 159,0/- 67,7/39,2

Jenis penggunaan / Penutupan lahan

Luas lahan pesisir (ha) dengan analisis spasial menggunakan

Sumber: Luas lahan pesisir dengan citra landsat-7 ETM+ akuisisi 2002 (Mustafa et al ., 2006)

Page 7: KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI ... Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan

499 Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo)

pesatnya kegiatan pembangunan di lahan pesisir untuk berbagai peruntukan seperti pemukiman,pertambakan dan lain-lain secara bertahap dapat menurunkan kualitas lahan mangrove, sawah, belukardan ladang yang berdampak terhadap kerusakan ekosistemnya. Saat ini masyarakat pesisir diKecamatan Labakkang, Marang dan Pangkajene sudah mulai menanam mangrove di sekitar tepipantai dan sungai untuk melindungi kawasan pertambakan dari abrasi pantai dan erosi sungai sertasebagai filter alami. Pentingnya merehabilitasi hutan mangrove di kawasan lahan pesisir yang telahgundul untuk mengembalikan nilai estetika dan fungsi ekologis kawasan hutan mangrove. Sepertiyang terjadi di pantai utara Jawa sekitar 20.000 ha hutan mangrove yang rusak telah berhasildirehabilitasi menggunakan tanaman utama Rhizophora sp. dan Avicennia sp. dengan tingkat persentasetumbuh 60%-70% (Soemodihardjo & Soerianegara, 1989).

Konversi lahan sawah menjadi tambak di Kabupaten Pangkep sebagian besar terjadi padapersawahan yang letaknya berdekatan dengan tambak. Hal ini sebagai akibat terjadinya intrusi airlaut di persawahan yang berdekatan dengan tambak, menyebabkan air di persawahan menjadi payaudan berdampak pada rendahnya produktivitas sawah. Lahan pertanian yang terintrusi air asin, baikdi lahan kering maupun di lahan beririgasi, akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan,kelangsungan hidup tanaman dan produksi pertanian (Metternicht & Zinck, 2003). Hal ini jugamerupakan dasar pertimbangan pembudidaya sawah di Kabupaten Pangkep mengkonversi sawahnyamenjadi tambak. Di beberapa tempat di kabupaten tersebut, pembudidaya sawah ada yang tetapmempertahankan sawahnya walaupun berdekatan dengan tambak untuk memproduksi padi, tetapiyang ditanam adalah padi varietas lokal relatif tahan terhadap salinitas air payau, namun waktupemeliharaannya lebih lama dan produksinya lebih rendah dari pada varietas unggulan seperti yangterjadi di Kabupaten Maros. Sawah yang dikonversi menjadi tambak dapat juga dijumpai di bantaransungai, dimana air laut atau air payau masih menjangkau sawahnya. Terdapat juga pembudidayasawah yang mengkonversi sawahnya menjadi tambak yang lokasinya tidak berdekatan dengan tambakatau tidak terjangkau sumber air payau atau air laut terutama di beberapa desa pada KecamatanMarang dan Segeri dengan memanfaatkan air tanah yang dipompa melalui sumur bor pada kedalaman17 m, memiliki salinitas 3-8 ppt. Menurut Effendi (2003), karateristik air tanah yaitu memiliki salinitasyang relatif stabil, namun kandungan besinya relatif tinggi sehingga untuk mengurangi kandunganbesi, diperlukan penanganan khusus melalui aerasi.

Sumber air untuk pengairan pertambakan di Kabupaten Pangkep, sebagian besar berasal dari 3sungai besar yaitu Sungai Limbangan, Sungai Pangkajene dan Sungai Binangasangkara serta sungai-sungai lainnya yang berukuran sedang dan kecil dengan kisaran salinitas 10,6-25,3 ppt. Kawasanpertambakan yang letaknya dekat laut dan jauh dari sungai, sumber airnya hanya dipasok dari lautSelat Makassar dengan kisaran salinitas 29,5-35,2 ppt. Adanya tiga sungai besar ini, dapat memberikankontribusi nyata terhadap perluasan tambak yang berasal dari konversi sawah, lahan kering danjenis penggunaan lahan lainnya. Menurut Poernomo (1992), salinitas air yang baik untuk kelangsunganhidup dan pertumbuhan udang windu dan bandeng di tambak berkisar 15-25 ppt. Didukung jugadengan kualitas airnya terutama salinitas air laut dan sungai yang relatif sesuai untuk kelangsunganhidup dan pertumbuhan udang dan bandeng, sehingga memudahkan bagi pengguna lahan pesisirdalam upaya pengembangannya yang mengakibatkan terjadinya percepatan perubahan fungsi lahanpesisir menjadi pertambakan.

Berdasarkan hasil analisis tanah tambak di Kabupaten Pangkep, umumnya memiliki jenis tanahalluvial dengan tekstur tanah lempung liat berpasir hingga pasir berlempung serta terdapatnyakandungan pirit, besi dan aluminium terutama di tambak lahan mangrove. Status penggunaan lahanpesisir di Kabupaten Pangkep saat ini sebagian besar merupakan pertambakan rakyat yang umumnyamemiliki bentuk petakan dan saluran irigasi tambak yang berbeda serta luas tambak yang bervariasiyaitu berkisar 0,5-3 ha dengan 1 pintu, kedalaman air tambaknya berkisar 0,4-0,6 m dengan rata-rata 0,5 m. Sistem irigasi tambak yang terdapat satu saluran air masuk dan keluar tambak melaluisatu pintu, dinilai kurang efektif dalam pergantian air saat pasang terutama dalam pasokan debet airbaru yang cukup dan pengencerannya sehingga dapat mengganggu kehidupan dan pertumbuhanudang yang dibudidayakan. Rata-rata kedalaman air tambak 0,5 m, tidak bermasalah bagi budidayabandeng sesuai dengan hasil penelitian Chiang et al. (2004), bandeng dapat dipelihara pada tambak

Page 8: KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI ... Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 500

dangkal dengan kedalaman air 0,3–0,4 m. Rata-rata tinggi air dalam tambak tergolong rendah untukbudidaya udang windu seperti dikatakan oleh Chiang et al. (1989), kedalaman air optimum untukbudidaya udang windu di tambak pada saat penebaran yaitu 0,3–0,6 m dan selanjutnya kedalamanair ditingkatkan hingga mencapai 1,0–1,2 m dengan teknologi yang semakin intensif. Komoditasyang dibudidayakan di tambak yaitu udang windu dan bandeng dengan pola monokultur ataupolikultur yang dikelola secara tradisional hingga tradisional plus, yang saat ini ada yang aktif danada yang masih dalam persiapan. Rata-rata setiap unit pertambakan di sepanjang kawasan pesisirterdapat tempat pemukiman. Unit pertambakan yang ramah lingkungan, terletak di luar pemukimanatau yang penduduknya relatif sedikit. Semakin padat penduduknya yang hidup di kawasan pesisir,semakin meningkat limbah yang terdegradasi, secara bertahap terjadi penurunan kualitas perairantambak yang selanjutnya dapat menurunkan produktivitas tambak.

Apabila membuka tambak baru di kawasan mangrove, memiliki kecenderungan dapat menurunkankualitas sumberdaya lahan dan ekosistem mangrove serta memerlukan biaya yang tinggi untukpembersihan lahan dan konstruksi tambak. Menurut Poernomo (1992), dalam pengelolaannya akanterjadi permasalahan seperti tanahnya dominan pasir, bergambut, berpirit, kemasamannya tinggidengan pH 2,5–5,0, kandungan bahan organik dan besi tinggi serta mudah dalam pengisian tambaksecara gravitasi saat pasang tinggi, namun terdapat kesulitan dalam pengeluaran air dan pengeringanpelataran tambak. Hampir semua tambak baru di lahan mangrove yang elevasinya rendah denganamplitudo pasang surut hanya 1 m, tidak dapat digunakan secara cepat untuk berproduksi, terlebihdahulu dilakukan reklamasi atau perbaikan tanah tambak melalui penjemuran tanah dasar,perendaman dan pencucian tambak yang memerlukan waktu minimal 3 bulan.

Setelah reklamasi, tanah dasar tambak dijemur dan dilakukan pengapuran minimal 1 ton/ha sertaproduktivitasnya rendah pada tahap awal operasional. Oleh karena itu, sebaiknya pembudidayatambak tidak memperluas tambaknya dengan membuka tambak baru di kawasan mangrove yangbanyak permasalahan dan mengintensifikasikan tambak yang sudah ada melalui perbaikan kualitastanah dan air. Pembukaan dan pengembangan budidaya tambak yang ramah lingkungan di kawasanpesisir termasuk di lahan mangrove, pembudidaya wajib mempertahankan jalur hijau. Hasilpengukuran langsung dan analisis pasang surut di daerah ini menunjukkan data tunggang pasang125 cm. Berdasarkan Keppres No. 32, Tahun 1990, lebar jalur hijau di sepanjang pantai KabupatenPangkep yang harus diaplikasikan dan dipertahankan minimal 130 x nilai rata-rata perbedaan airpasang tertinggi dan terendah setempat (1,25 m) yang diukur dari garis pantai saat air surut terendahyaitu 162,5 m dan lebar jalur hijau di tepi sungai minimal berjarak 100 m dari kiri dan kanan sungaibesar serta 50 m dari kiri dan kanan sungai kecil yang berada di luar pemukiman.

Pengelolaan di kawasan hutan mangrove yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, disarankanmenggabungkan kepentingan ekologis (konservasi hutan mangrove) dengan kepentingan sosialekonomi masyarakat di sekitar hutan mangrove (Raharjo, 1996). Dalam hal ini masyarakat ikutmemikirkan, memformulasikan, merencanakan, mengimplementasikan, memonitor dan mengevaluasisesuatu yang menjadi kebutuhannya.

Dari Tabel 2, terlihat bahwa luas lahan yang potensial untuk tambak di Kabupaten Pangkepmencapai 1.269,27 ha yang tersebar di tujuh kecamatan yaitu di Kecamatan Mandalle, Segeri, Marang,Labakkang, Bungoro, Pangkajene dan Minasatene. Lahan yang potensial untuk tambak di limakecamatan yaitu Kecamatan Minasatene, Pangkajene, Bungoro, Segeri dan Mandalle, sebagian besarberasal dari konversi lahan kering, lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah produktif. Hal initerlihat dari Tabel 3 bahwa luas mangrove di lima kecamatan tersebut relatif kecil, masing-masing25,95 ha, 59,78 ha, 39,56 ha, 40,32 ha dan 37,84 ha. Sedangkan lahan yang potensial untuk tambakdi Kecamatan Marang dan Labakkang sebagian berasal dari lahan mangrove karena luas mangrovedi kecamatan tersebut relatif besar, masing-masing 66,35 ha dan 78,00 ha. Seperti halnya yangterjadi di Kabupaten Maros, Barru dan Pinrang dimana konversi sawah menjadi tambak umumnyaterjadi pada sawah-sawah yang berdekatan dengan tambak. Akibat dari sawah, lahan kering sepertitegalan dan ladang yang berdekatan dengan tambak yaitu terjadinya intrusi air asin yang menyebabkanair di sawah, tegalan dan ladang menjadi payau dan produktivitasnya menjadi rendah. Denganmempertimbangkan nilai ekonomis, keberhasilan budidaya dan lahan yang tidak produktif untuk

Page 9: KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI ... Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan

501 Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo)

sawah, tegalan dan ladang, sehingga pembudidaya sawah, tegalan dan ladang mengkonversi sawah,tegalan dan ladangnya menjadi tambak.

Menurut Metternicht dan Zinck (2003), lahan yang terintrusi air asin akan berdampak negatifterhadap hasil tanaman dan produksi pertanian bukan hanya pada lahan kering tetapi juga padalahan beririgasi sebagai akibat miskinnya lahan dan pengelolaan air dan juga memperluas lahanpertanian yang marjinal. Perubahan penggunaan lahan terutama berkorelasi dengan laju pertumbuhanpenduduk, kondisi ekonomi pertanian, level kemakmuran dari pembudidaya, tingkatan teknologidalam produksi pertanian dan faktor kebijaksanaan (Weng, 2002; Quan et al., 2006).

KESIMPULAN

Potensi lahan budidaya tambak di Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008adalah 14.885,4 ha dan luas tambak yang ada 13.616,17 ha yang berarti masih ada lahan potensialuntuk pengembangan budidaya tambak seluas 1.269,27 ha. Potensi tambak pada tahun 2002 yaitu13.528,5 ha dan pada tahun 2008, potensinya meningkat menjadi 14.885,44 ha. Pada tahun 2002,luas sawah 18.280,00 ha dan pada tahun 2008 menurun menjadi 16.486,70 ha, sedangkan luasmangrove dan pemukiman pada tahun 2002, masing-masing yaitu 32,30 ha dan 4.684,60 ha, padatahun 2008, luasnya meningkat menjadi 387,84 ha dan 5.120,90 ha. Peningkatan luas tambak dikabupaten tersebut sebagian besar berasal dari konversi lahan sawah dan sisanya berasal dari konversi

Tabel 2. Potensi lahan tambak, luas tambak yang ada dan lahan yangpotensial untuk tambak di Kabupaten Pangkep, ProvinsiSulawesi Selatan

Potensi lahan tambak

Luas tambak yang ada

Luas lahan potensial untuk tambak

(ha) (ha) (ha)Mandalle 1.742,39 1.573,64 54,12Segeri 880,27 785,46 595,49Marang 3.369,30 3.270,55 42,23Labakkang 3.427,55 3.212,43 215,12Bungoro 1.620,46 1.578,23 98,75Pangkajene 3.124,25 2.528,76 94,81Minasatene 721,22 667,1 168,75

Total 14.885,44 13.616,17 1.269,27

Kecamatan

Tabel 3. Luas mangrove di setiap kecamatan di KabupatenPangkep, Provinsi Sulawesi Selatan

Kecamatan Luas mangrove (ha)

Minasatene 25,95Pangkajene 59,78

Bungoro 39,56Labakkang 78,00

Marang 66,35Segeri 40,32

Mandalle 37,84Jumlah 347,80

Page 10: KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI ... Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 502

lahan mangrove serta lahan pesisir untuk penggunaan lainnya seperti pemukiman. Sebaiknya tidakmemperluas kawasan pertambakan melalui konversi lahan mangrove, sawah, tegalan dan ladang,tetapi meningkatkan kualitas lahan tambak yang ada secara intensif dengan reklamasi, pengapurandan pemupukan, ditunjang dengan pengelolaan air, pemilihan benur udang windu dan nener bandengserta kualitas pakan buatan yang baik dan pengaturan pelaksanaan budidaya tambak yang tepatwaktu, dapat meningkatkan produktivitas tambak.

DAFTAR ACUAN

Anonim. 2003. Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pangkep. Badan Pengendalian DampakLingkungan Daerah, Pangkep.

Anonim. 2006a. Laporan Statistik Perikanan Sulawesi Selatan 2006. Dinas Perikanan dan KelautanProvinsi Sulawesi Selatan, Makassar 217 pp.

Anonim. 2006b. SBY: hentikan alih fungsi lahan. Lampung Post, Rabu, 22 November 2006.Barnsley, M. J., Møller-Jensen, L. and Barr, S. L. 2001. Inferring urban land use by spatial and struc-

tural pattern recognition. In: J. P. Donnay, M. J. Barnsley and P. A. Longley (Eds.), Remote Sensingand Urban Analysis. Taylor and Francis, London. pp. 225-242.

Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat KajianSumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 59 hlm.

Campbell, J. B. 2002. Introduction to Remote Sensing. Third edition. Guilford Press, New York.Chiang, F.S., Sun, C.H., and Yu, J.M. 2004. Technical efficiency analysis of milkfish (Chanos-chanos)

production in Taiwan an aplplication of stochastic frontier production function. Aquaculture, 230:99-116.

Chiang, P.D.M., Kuo, C.M., and Liu, C.F. 1989. Pond preparation for shrimp growout. In: Akiyama,D.M. (Ed.). Proceeding of the Southeast Asia Shrimp Farm Management Workshop. American Soy-bean Assosiation, Singapore, p. 48-55.

Danoedero, P. 1996. Pengolahan Citra Digital: Teori dan Aplikasinya dalam Bidang PenginderaanJauh. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. PenerbitKANISIUS (Anggota IKAPI), Yogyakarta, 258 pp.

Kushardono, D. 1999. Klasifikasi penutup/penggunaan lahan dari data inderaja. Dalam: Suharmanto,IL. Arisdyo, R. Ginting dan A. Effendi (Eds.). Pengantar Teknologi, Aplikasi Penginderaan Jauh Satelitdan Sistem Informasi Geografi. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dan Badan Penerapandan Pengkajian Teknologi, Jakarta, p. 167-184.

Metternicht, G. I. and Zinck, J. A. 2003. Remote sensing of soil salinity: potentials and constraints.Remote Sensing of Environment 85, 1-20.

Mustafa, A. dan A. Hanafi. 1996. Pola Penataan Kawasan Tambak Berwawasan Lingkun gan. Disajikanpada Rapat Kerja Teknis Balai Penelitian Perikanan Pantai, Makassar, 17-18 April 1996. Balai PenelitianPerikanan Pantai, Maros.

Mustafa, A., Utojo, Hasnawi dan Rachmansyah. 2006. Validasi data luas lahan budidaya tambak diKabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan teknologipenginderaan jauh dan sistem informasi geografis. Jurnal Riset Akuakultur. Pusat Riset PerikananBudidaya, Jakarta, 3(1):419-430.

Naharuddin. 1990. Potensi sumberdaya perikanan pantai Kabupaten Pangkep. Dalam: F. Cholik, MJR,Yakob, Rosmiati, A. Mustafa, H. Pramana, dan A.M. Pirzan (Eds.). Prosiding Temu Karya IlmiahPotensi Sumberdaya Perikanan Pantai Sulawesi Selatan. Balai Penelitian Budidaya Pantai, Maros. P.59-60.

Poernomo, A. 1992. Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan. Seri PengembanganHasil Penelitian No. PHP/KAN/PATEK/004/1992. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, PusatPenelitian dan Pengembangan Perikanan bekerjasama dengan USAID/FRDP, Jakarta. 40 pp.

Quan, B., Chen, J. F., Qiu, H. L., Römkens, M. J. M., Yang, X. Q., Jiang, S. F. and Li, B. C. 2006. Spatial-temporal pattern and driving forces of land use changes in Xiamen. Pedosphere 16(4), 477-488.

Page 11: KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI ... Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan

503 Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo)

Raharjo, Y. 1996. Pengelolaan berbasis masyarakat di wilayah pesisir. Pelatihan Perencanaan WilayahPesisir Secara Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sanusi, A. 2001. Konversi Lahan Sawah Menjadi Tambak Ditinjau dari Pendapatan Petani. Tesis Mag-ister. Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

Sitanggang, G.M. 1999. Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk aplikasi darat. Dalam: Suharmanto,F. Tjinda, S. Yulmantoro, IL. Arisdyo, R. Ginting dan A. Effendi (Eds.). Pengantar Teknologi, AplikasiPenginderaan Jauh Satelit dan Sistem Informasi Geografi. Lembaga Penerbangan dan AntariksaNasional dan Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi, Jakarta, p. 225-240.

Soemodihardjo, S. dan I. Soerianegara. 1989. The status of mangrove forests in Indonesia. InSoerianegara, I., D.M. Sitompul & U. Rosalina (Eds.). Symposium on Mangrove Management: ItsEcological and Economic Considerations. Biotrop Special Publication 37: 73-114.

Treitz, P. and Rogan, J. 2004. Remote sensing for mapping and monitoring land-cover and land-usechange-an introduction. Progress in Planning 61, 269-279.

Utojo, A. Mustafa, Rachmansyah dan Hasnawi. 2009. Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambakberkelanjutan dengan aplikasi sistem informasi geografis di Kabupaten Lampung Selatan. JurnalRiset Akuakultur. Pusat Riset Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta3(4): 407-423.

Wirasantosa, S. 2004. Pengawasan Ekosistem Laut dan Permasalahannya. Pengawasan SemakinMenggigit. Media Informasi dan Komunikasi Internal Ditjen Pengawasan Sumberdaya Kelautandan Perikanan “Barracuda” 1(2): 33-37.

Weng, Q. 2002. Land use change analysis in the Zhujiang Delta of China using satellite remotesensing, GIS and stochastic modeling. Journal of Environmental Management 64, 273-284.

Page 12: KAJIAN POTENSI KAWASAN PERTAMBAKAN DI ... Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep ... (Utojo) AVNIR-2 akuisisi 21 Juni 2008. Citra satelit landsat tersebut digunakan

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 504