kajian kebijakan pengelolaan sumber daya pulau …

22
1 PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DANA BOPTN 2015 KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU GILI KETAPANG, KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR Tim Pengabdi: Ketua : Ir. Hasan Ikhwani, MSc (Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS) Anggota 1 : Dr. Suntoyo, ST, M.Eng (Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS) Anggota 2 : Dr. M. Mustain, MSc (Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS) Anggota 3 : Dr. H. D. Armono, ST, M.Eng (Jur Teknik Kelautan FTK-ITS) Anggota 4 : Arwi Yudhi Koswara, ST, MT (Jurusan PWK-FTSP ITS) LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2015

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

1

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DANA BOPTN 2015

KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA

PULAU GILI KETAPANG, KABUPATEN PROBOLINGGO,

JAWA TIMUR

Tim Pengabdi:

Ketua : Ir. Hasan Ikhwani, MSc (Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS)

Anggota 1 : Dr. Suntoyo, ST, M.Eng (Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS)

Anggota 2 : Dr. M. Mustain, MSc (Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS)

Anggota 3 : Dr. H. D. Armono, ST, M.Eng (Jur Teknik Kelautan FTK-ITS)

Anggota 4 : Arwi Yudhi Koswara, ST, MT (Jurusan PWK-FTSP ITS)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2015

Page 2: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

2

KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU GILI KETAPANG,

KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR

RINGKASAN

Di Indonesia, jumlah pulau kecil mencapai ribuan dan kurang mendapat perhatian pemerintah

dalam pengelolaannya. Kasus hilangnya Pulau Lipatan dan Sepidan ke tangan pemerintah

Malaysia menunjukkan betapa lemahnya pemerintah kita dalam mengelola pulau-pulau kecil.

Paradigma pembangunan yang berorientasi ke darat, menjadikan pulau-pulau kecil lebih

termarginalkan. Pulau Gili Ketapang merupakan salah satu pulau kecil dari 445 pulau yang ada

di Jawa Timur. Pulau Gili Ketapang ini terletak di Wilayah Kabupaten Probolinggo, terletak

kurang lebih 3.8 mil laut dari Pelabuhan Mayangan dan dapat ditempuh kurang lebih 45 menit

dengan perahu. Luas Pulau Gili Ketapang hanya sekitar 60 ha. Dimensi yang demikian itu

Pulau Gili Ketapang dapat dikategorikan sebagai pulau yang sangat kecil. Di sisi lain, jumlah

penduduk di pulau tersebut mencapai 9.389 jiwa. Kondisi ini mengakibatkan kerapatan

penduduknya sangat tinggi (1610 jiwa/km2). Dengan kepadatan penduduk yang tinggi tersebut

tentu akan mempunyai permasalahan tersendiri apabila sumber daya alam di pulau tersebut

tidak mampu secara ekonomi mencukupi kebutuhan penduduknya.

Pulau Gili ketapang sebetulnya mempunyai potensi ekonomi yang tinggi, salah satunya adalah

tekstur tanah berupa pasir putih dan karang. Kondisi tersebut merupakan lahan yang subur bagi

terumbu karang untuk hidup. Akan tetapi terumbu karang di Pulau Gili Ketapang dilaporkan

tinggal 40% saja yang masih baik. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan karena terumbu

karang merupakan indikator kesehatan ekosistem yang akan berdampak terhadap kelangsungan

sumber daya ikan lestari di pulau tersebut. Di samping sebagai habitat ikan-ikan pelagis,

terumbu karang juga mempunyai potensi untuk wisata bahari. Upaya perbaikan telah dilakukan

oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur dengan diakukannya rehabilitasi terumbu

karang buatan sebanyak 196 buah di tahun 2005. Di samping terumbu karang, di bagian sisi

pulau terdapat gua alami yang juga berpotensi sebagai tempat tujuan wisata.

Potensi lain yang ada di pulau tersebut belum digali secara maksimal. Untuk itu, dalam

kegiatan ini akan dilakukan kajian sebagai upaya membantu pemerintah Provinsi Jawa Timur

dan Pemkab Probolinggo dalam menggali potensi sumber daya alam di Pulau Gili Ketapang,

kemudian memberikan usulan untuk pengelolaan ke depannya sehingga potensi yang ada di

pulau tersebut dapat digunakan semaksimalnya dalam mensejahterakan penduduk yang ada di

pulau tersebut. Pemetaan potensi menggunakan SWOT analysis, dan konsep pengelolaan

dimodelkan dengan mengunakan pendekatan dynamic system.

Page 3: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah suatu negara kepulauan (archipelago states), yang terdiri kurang lebih 17.504

pulau, yang sebagian besar berupa pulau-pulau kecil. Pulau kecil tersebut berjumlah lebih

10.000 buah (Bengen 2003). Di Jawa Timur sendiri, jumlah pulau kecil mencapai 445 buah,

dengan panjang pantai mencapai 1600 km dan luas perairan 208.097 km2 (Dinas Perikanan

dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, 2010). Jumlah yang demikian besar tersebut merupakan

peluang untuk memanfaatkan potensi pulau-pulau kecil dalam rangka peningkatan

kesejahteraan, namun juga merupakan tantangan bagi pemerintah untuk memberikan

pengelolaan yang lebih baik. Belajar dari lepasnya Pulau Lipatan dan Sepidan ke Negara

Malaysia, pengelolaan pulau kecil tidak bisa dilakukan sembarangan dan diperlukan usaha

yang sungguh-sungguh bagi semua pemangku kepentingan (stake holder).

Pengelolaan pulau kecil merupakan persoalan tersendiri. Persoalan umum yang dijumpai

pulau-pulau kecil adalah limbah lokal, persoalan perikanan, kehutanan, penggunaan lahan dan

persoalan hak ulayat pulau. Sementara itu persoalan yang bersifat lokal dapat berupa hilangnya

tanah (soil loss), kekurangan air (water shortage), limbah padat, bahan kimia beracun, dan

problem spesies langka (DKP, 2009). Kerusakan ekosistem akibat kegiatan perikanan, seperti

penangkapan berlebih, pemboman yang mengakibatkan kerusakan terumbu karang, peracunan

ikan, juga sering dijumpai di wilayah pulau-pulau kecil.

Pulau kecil didefinisikan sebagai pulau yang memiliki luas kurang dari 10.000 km2 dan

penduduk kurang dari 500.000 jiwa, sementara itu Kepmen Kelautan dan Perikanan no

41/2000 memberikan batasan jumlah penduduk kurang dari 200.000 jiwa. Peraturan Presiden

no 78/2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar memberikan batasan definisi pulau

kecil adalah pulau yang luasnya kurang dari 2.000 km2. Definisi yang terakhir ini pula yang

ditegaskan dalam UU no 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Sementara itu, pulau yang luasnya kurang dari 100 km2 dengan lebar kurang dari 3 km dapat

dikatakan sebagai pulau yang sangat kecil (Bengen, 2003).

Pulau Giliketapang merupakan pulau karang yang terletak di sebelah utara wilayah Kabupaten

Probolinggo pada koordinat 113o15’21” BT dan 7o40’48” LS, dengan kondisi daerah yang

khas pesisir dan penduduk Suku Madura. Panjang pulau Giliketapang 2,1 km dengan lebar

0,6 km, dan luas wilayah kurang lebih 60 ha. Jumlah penduduk di Pulau Giliketapang

berdasarkan hasil data statistik Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 sebanyak 9.389 jiwa,

dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar + 1 %. Berdasarkan data tersebut, maka Pulau

Gili Ketapang dapat dikategorikan Pulau Kecil, bahkan Pulau Yang Sangat Kecil dengan

kepadatan penduduk yang paling padat di Jawa Timur.

Pulau Gili Ketapang memiliki 8 Dusun yang tersebar dari barat sampai timur pulau yaitu

Dusun Pesisir, Dusun Mujahidin, Dusun Krajan, Dusun Baiturrohman, Dusun Mardian, Dusun

Gozali, Dusun Suro dan Dusun Marwa. Adapun prosentase mata pencaharian penduduk di

Pulau Giliketapang, adalah sebagai berikut : nelayan (90%); pedagang (5%); buruh (3%), PNS

1%), lain-lain (1%) (Dinas Perikanan dan Kelautan Pemkab Probolingo, 2013).

Permasalahan penduduk di pulau yang sangat kecil ini akan menjadi pemicu bagi

permasalahan-permasalahan lain, diantaranya:

a. Ketersediaan air bersih

Page 4: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

4

b. Ketersediaan penerangan dan listrik

c. Limbah domestik

d. Lingkungan

e. Sarana dan prasarana fisik/non fisik

f. Kerusakan ekosistem perairan

g. dan Sumber Daya Manusia

Gambar 1. Peta Lokasi Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

Gambar 1. Letak Pulau Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur

Gambar 2. Kepadatan Penduduk di Pulau Gili Ketapang dilihat dari Citra Satelit

Kompleksnya permasalahan tersebut mengharuskan adanya prioritas pembangunan dan

pengelolaan yang tepat. Proposal ini bertujuan untuk mengkaji kebijakan yang paling sesuai

PPaaiittoonn

SSuukkaappuurraa

SSuummbbeerr KKrruucciill

TTiirriiss

GGaaddiinngg

KKoottaaaannyyaarr

PPaakkuunniirraann

BBeessuukk

WWoonnoommeerrttoo

PPaajjaarraakkaann DDrriinngguu

BBaannyyuuaannyyaarr

KKRRAAKKSSAAAANN

SSuummbbeerraassiihh

SELAT MADURA

KKAABB.. JJEEMMBBEERR

KKAABB.. LLUUMMAAJJAANNGG

KKOOTTAA PPRROOBBOOLLIINNGGGGOO

MMaarroonn

GGeennddiinngg

LLeecceess

BBaannttaarraann

KKuurriippaann

LLuummbbaanngg

TTeeggaallssiiwwaallaann

TToonnggaass

KKrreejjeennggaann

P. GILIKETAPANG

Page 5: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

5

pemanfataan dan pengelolaan Pulau Gili Ketapang sebagai pulau kecil di wilayah Kabupaten

Probolinggo. Potensi sumber daya alam yang ada di pulau tersebut juga akan dikaji dan

dipetakan sebagai potensi ekonomi yang mandiri. Hasil dari kegiatan ini adalah memberikan

masukan bagi Pemda Probolinggo dan Dinas Perikanan & Kelautan Jawa Timur, dan sekaligus

sebagai upaya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di Pulau Gili Ketapang.

1.2 Perumusan Masalah

Pulau Gili Ketapang terletak kurang lebih 3.8 mil laut dari daratan, ditempuh dengan

menggunakan perahu penumpang kurang lebih 45 menit dari Pelabuhan Mayangan di

Probolinggo. Letak geografis ini mengakibatkan Pulau Gili Ketapang terisolasi dari daratan

utama, sehingga timbul berbagai permasalahan antara lain terbatasnya pendidikan, kesehatan,

aksebilitas, sarana dan prasarana (listrik, air bersih).

Kondisi yang demikian mengakibatkan minimnya sumberdaya manusia yang berkualitas dan

kerusakan lingkungan yang semakin meningkat. Laporan dari Pemkab Probolinggo, terumbu

karang yang hidup di sekitar pulau Gili Ketapang tinggal 40% saja, hal tersebut karena dirusak

oleh penduduk untuk diambil sebagai bahan bangunan, atau diledakkan untuk mendapatkan

ikan secara pintas (lihat gambar). Kondisi yang demikian sangat mengkhawatirkan, karena

dengan rusaknya terumbu karang akan mengakibatkan turunnya sumber daya perikanan lestari

di pulau tersebut.

Gambar 3. Terumbu Karang yang di ambil Penduduk

Page 6: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

6

Gambar 4. Terumbu Karang yang Digunakan sebagai Pondasi Rumah

Selain sebagai habitat ikan-ikan pelagis, terumbu karang yang sehat juga sebagai potensi

ekonomi yang tidak kalah pentingnya yaitu sebagai wisata bahari (selam, snorkeling). Wisata

tersebut saat ini menjadi andalan nasional sebagaimana di Bunaken, Manado dan Raja Ampat,

Papua. Oleh karena itu dibutuhkan adanya suatu pola pengelolaan pulau yang tepat, sesuai

dengan potensi sumber daya alam, karakteristik, dan permasalahan yang dimiliki di Pulau Gili

Ketapang.

I.3. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah :

1. Mengetahui dan menggali potensi sumber daya alam yang ada di Pulau Gili Ketapang

sebagai potensi ekonomi.

2. Menganalisis alternatif pengelolaan yang paling sesuai untuk Pulau Gili Ketapang

sebagai pulau kecil yang terpisah dari daratan utama (maindland).

I.4. Manfaat

Manfaat dari kegiatan ini adalah :

1. Melibatkan secara aktif peran masyarakat di Pulau Gili Ketapang dalam pengelolaan

pulau, khususnya dalam usaha pelestarian ekosistem terumbu karang.

2. Memberikan kontribusi kepada Dinas Perikanan & Kelautan Jawa Timur dan Pemkab

Probolinggo berupa konsep dan pola pengelolaan pulau kecil yang berkelanjutan.

3. Sebagai usaha pemikiran untuk mensejahterakan masyarakat pesisir di Pulau Gili

Ketapang.

I.5. Target Luaran

Target luaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah berupa kebijakan sebagai

pedoman bagi Dinas Perikanan & Kelautan Jawa Timur dan Pemkab Probolinggo dalam

merencanakan anggaran untuk pengelolaan Pulau Gili Ketapang. Hasil kajian akan

dipublikasikan dalam :

1. Seminar Kelautan yang diadakan di ITS bulan Nopember 2015, atau bulan Juli 2015 di

UGM, atau

2. Majalah Ilmiah Kelautan Neptunus, Universitas Hang Tuang Surabaya

Page 7: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Pulau Kecil

Paradigma pembangunan dengan orientasi daratan (land based oreinted) pada masa lalu telah

memarginalkan pulau-pulau kecil di wilayah Indonesia. Padahal tidak dapat dipungkairi bahwa

negara kita adalah negara kepulauan (archipelago countries) yang mempunyai 17.000 pulau

lebih. Pemeriantah baru sadar setelah hilangnya 2 (dua) pulau kecil di perbatasan dengan

Malaysia, yaitu Lipatan dan Sipidan hanya karena Malaysia mengklaim telah melakukan

pengelolaan terhadap lingkungan di kedua pulau tersebut, yang pada akhirnya Mahkamah

Internasional menjatuhkan keputusan atas dua pulau tersebut ke tangan Malaysia. Dua pulau

tersebut hanya sebagai contoh betapa lemahnya pemerintah dalam memberikan perhatian

terhadap pulau-pulau kecil yang jumlahnya ribuan.

Kebijakan pembangunan yang keliru (miss management) pada masa lampau, menurut

Retraubun (2003) telah menjadikan kawasan pulau-pulau kecil mengalami berbagai kondisi,

seperti: miskinnya masyarakat pada kawasan itu, kemampuan sumberdaya manusia yang

rendah sebagai akibat kurangnya sentuhan pendidikan formal –walaupun sebetulnya mereka

kaya dengan pengetahuan tradisional-, tidak termanfaatkan secara optimal dan efisien

sumberdaya hayati maupun nirhayatinya, terjadi kerusakan lingkungan yang cukup serius baik

di pantai maupun lautnya di kawasan itu, dan terjadi kesenjangan pembagunan yang sangat

besar bila dibanding dengan daratan utama (mainland).

Menurut Martadiningrat (2009), konsep pembangunan di Indonesia masa lalu adalah

berdasarkan wawasan kontinental (continental paradigm). Mengingat wilayah NKRI 2/3 adalah

berupa lautan dan didalamnya bertebaran pulau-pulau kecil, konsep tersebut adalah sangat

keliru. Konsep pembangunan di Indonesia seharusnya berorientasi pada pembangunan maritim

berdasarkan pada wawasan maritim (maritime paradigm). Hal ini sebagai konsekuensi dari

konsep geopolitik dan geostrategis, mengharuskan bangsa Indonesia melakukan perubahan

paradigma dari semangat pembangunan ke arah kontinental menuju ke arah pembangunan

keluatan, sesuai dengan fakta bahwa Bangsa Indonesia adalah negara kepulauan. Dengan

bergesernya arah paradigma tersebut, bukan berarti mengabaikan potensi daratan, namun

kegiatan pembangunan di daratan seharusnya bersifat sinergis dan saling menguatkan dengan

pembangunan kelautan (Muladi, 2009).

Berdasarkan Permen No 20/2008, pemanfaatan pulau-pulau kecil diprioritaskan untuk 8

(delapan) kegiatan utama, yaitu: (1) konservasi; (2) pendidikan dan pelatihan; (3) penelitian

dan pengembangan; (4) budidaya laut; (5) ekowisata pantai dan bahari; (6) usaha perikanan

dan kelautan secara lestari; (7) pertanian organik; (8) peternakan. Pemanfaatan tersebut harus

dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut: (1) keterpaduan antara kegiatan

pemerintah dengan pemerintah daerah, antar pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat

dalam perencanaan dan pemanfaatan ruang pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya; (2)

kepekaan/kerentanan ekosistem suatu kawasan yang berupa daya dukung lingkungan, dan

sistem tata air suatu pulau kecil; (3) ekologis yang mencakup fungsi perlindungan dan

konservasi; (4) kondisi sosial dan ekonomi masyarakat; (5) politik yang mencakup fungsi

pertahanan, keamanan, dan kedaulatan NKRI, (6) teknologi ramah lingkungan, dan (7) budaya

dan hak masyarakat adat, masyarakat lokal, serta masyarakat tradisional.

Pengelolaan pulau-pulau kecil berkelanjutan, menurut Retraubun (2003) haruslah memenuhi

kriteria-kriteria, yaitu efisien dan optimal secara ekonomi (economically sound), berkeadilan

Page 8: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

8

dan dapat diterima secara sosial-budaya (socio-culturally accepted and just), dan tidak

melampaui daya dukung lingkungan secara ekologis (environmentally friendly). Sedang

menurut Dahuri (2003) pengelolaan berkelanjutan adalah suatu pemanfaatan sumberdaya

alamiah yang sedemikian rupa sehingga kapasitasnya untuk memberikan kemanfaatan bagi

kehidupan umat manusia tetap lestari dan tidak rusak. Dahuri dkk (1996) mengemukakan

bahwa kriteria-kriteria pembangunan berkelanjutan dapat dikelompokkan ke dalam 4 aspek,

yaitu: ekologis, sosial ekonomi, sosial politik, dan hukum kelembagaan.

2.2. SWOT Analysis

Analisis SWOT (Strenght Weakness Opportunities Threats) adalah identifikasi berbagai faktor

secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis tersebut didasarkan pada logika yang

dapat memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) (Salusu, 1996).

Analisis SWOT merupakan suatu alat yang umum digunakan untuk menganalisis lingkungan

internal dan eksternal dalam rangka mencapai suatu pendekatan sistematis dan dukungan untuk

suatu situasi pengambilan keputusan.

Faktor-faktor dalam SWOT sebagai berikut :

1. Strengths (S) atau kekuatan adalah berbagai sumberdaya dan tatanan yang dimiliki daerah

yang sudah maupun yang belum dimanfaatkan yang mana apabila diberdayakan akan

memberi kinerja yang lebih baik sehingga bisa memberi kontribusi kepada tujuan dan

sasaran pembangunan.

2. Weaknesses (W) atau kelemahan adalah berbagai sumberdaya dan tatanan dan kegiatan di

dalam daerah yang merupakan kekurangan dan hambatan apabila diminimalkan akan

memberi kontribusi terhadap perkembangan kegiatan di dalam daerah.

3. Opportunities (O) atau peluang adalah berbagai kondisi, tatanan dan kegiatan di luar

daerah yang apabila dimanfaatkan akan memberikan kontribusi terhadap perkembangan

kegiatan di daerah.

4. Threats (T) atau ancaman adalah unsur-unsur diluar daerah yang bersifat kontra produktif.

Analisis SWOT dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari 2 model matriks, yaitu

matriks SWOT atau matriks TOWS (Salusu, 1996). Matriks SWOT menghasilkan 4 strategi

yaitu :

1. Strategi SO (Strategi kekuatan-peluang), menciptakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

2. Strategi WO (Strategi kelemahan-peluang), menciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

3. Strategi ST (Strategi kekuatan-ancaman), menciptakan strategi dengan memanfaatkan

kekuatan untuk menghindari atau memperkecil dampak dari ancaman eksternal.

4. Strategi WT (Strategi kelemahan-ancaman), didasarkan pada kegiatan yang bersifat

defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan, serta menghindari ancaman (Rangkuti,

2005).

Keterkaitan faktor internal dan eksternal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Keterkaitan Faktor Internal dan Eksternal

INTERNAL EKSTERNAL

Faktor

Kekuatan

(S)

Bobot

Urgensi

Skor

Faktor

Peluang

(O)

Bobot

Urgensi

Skor

Page 9: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

9

Sub Jumlah

(S)

Sub Jumlah

(O)

Faktor

Kelemahan

Bobot

Urgensi

Skor

Faktor

Ancaman

Bobot

Urgensi

Skor

Sumber : Rangkuti, ( 2005)

Perumusan strategi pengembangan dengan menggunakan analisa SWOT merupakan analisa

pendekatan yang sistematis dan terstruktur, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Secara sistematis artinya kajian aspeknya selalu didasarkan pada aspek internal dan

eksternal meliputi faktor-faktor potensi/kekuatan (strengths) dan kelemahan (

weaknesses). Sedangkan aspek eksternal meliputi faktor peluang (opportunities) dan

ancaman (threats).

b. Secara terstruktur artinya langkah-langkah perumusan strategis pengembangan selalu

diawali dengan mengidentifikasi dan mengkaji aspek internal dan eksternal yang

kemudian dilanjutkan dengan mengawinsilangkan kedua aspek tersebut.

2.3. Dynamic Systems

Pemodelan dinamika sistem adalah sebuah metode analisis masalah dimana waktu adalah

faktor yang penting dan merupakan studi bagaimana sistem bekerja setelah ada pengaruh –

pengaruh dari luar (Coyle, 1995). Dinamika Sistem adalah suatu metode pemodelan yang

diperkenalkan oleh Jay Forrester pada tahun 1950-an dan dikembangkan di Massachusetts

Institute of Technology Amerika. Sesuai dengan namanya, penggunaan metode ini erat

berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamik sistem-sistem

yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan

bertambahnya waktu. Asumsi utama dalam paradigma dinamika sistem adalah bahwa tendensi-

tendensi dinamik yang persistent (terjadi terus menerus) pada setiap sistem yang kompleks

bersumber dari struktur kausal yang membentuk sistem itu. Oleh karena itulah model-model

dinamika sistem diklasifikasikan ke dalam model matematik kausal.

.

Gambar 5. Sistem pada Pemodelan System Dynamic

Pada Gambar 5 di atas adalah sebuah grup bebas dari variable-variabel yang terpola dan telah

terdefinisikan. Dengan pendekatan sistem terlebih dahulu kita akan lebih mudah untuk

memprediksikan apa yang akan terjadi. Suatu sistem bisa memiliki beberapa pola tingkah laku

(Pattern of Behavior) yang berbeda karena perubahan variabel atau definisi yang ada pada

sistem. Perubahan pola tingkah laku sistem akan menyebabkan perbedaan kejadian yang akan

terjadi pada sistem tersebut. Perubahan kejadian akan digunakan untuk mengkoreksi sistem

tersebut, apakah struktur sistem yang dibuat telah sesuai atau tidak. Struktur sistem yang tidak

sesuai perlu dilakukan perubahan hingga akhirnya sistem yang dibuat dapat bertahan terhadap

Page 10: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

10

perubahan.Jadi paradigma dalam pemodelan dinamika sistem adalah pendekatan untuk

penyelesaian suatu masalah dengan titik berat pada struktur sistem yang dibangun karena

pengaruh pola tingkah laku dari variable-variabel dalam sisem tersebut dan perubahan yang

akan mengkoreksi sistem.

2.3.1 Pola Tingkah Laku Sistem (Pattern of Behaviour)

Penentuan pattern of behavior pada struktur sistem sangat penting. Pattern of behavior akan

menunjukkan apa yang terjadi apabila variable-varabel yang telah terdefinisi dalam sisem

tersebut dihubungkan. Pola tingkah laku sistem didapatkan dari bentuk grafik yang diinginkan.

Grafik yang menggambarkan pola tingkah laku sistem ada 4 macam yaitu :

1. Grafik Pertumbuhan Eksponensial (Eksponential Growth)

Adalah grafik yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan secara kuantitas.

Pertumbuhan eksponensial berasal dari pemodelan matematika untuk menggambarkan

proses peningkatan pertumbuhan dimana pertumbuhan mengikuti fungsi partikular

yang disebut eksponensial

Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Eksponensial

2. Grafik Goal-Seeking

Adalah grafik yang menujukkan pertumbuhan yang dimulai diatas atau dibawah goal

level dan secara periodik akan mendekati nilai target.

Gambar 7. Grafik Goal Seeking

3. Grafik S – Shape

Adalah grafik yang menunjukkan pertumbuhan eksponensial yang diikuti dengan

perilaku goal seeking sehingga hasil akhirnya ada pada satu level.

Gambar 8. Grafik S – Shape

Page 11: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

11

4. Grafik Gelombang (Oscillation)

Adalah grafik yang menunjukkan kuantitas dari peningkatan yang terjadi secara

fluktuatif pada beberapa level.

Gambar 9. Grafik Oscillation

Pola tingkah laku struktur juga bisa terbentuk dari kombinasi grafik pola tingkah laku di atas.

Dalam model dinamika sistem, sistem dianggap sebagai kumpulan dari bebrapa variabel yang

dikelola untuk satu tujuan. Model dinamika sistem mengelompokkan variable-variabel dari

sistem menjadi 3 kelompok yaitu : informasi, tindakan dan kosekuensi. Dalam 3 kelompok

tersebut terkandung pilihan, kebijakan dan pengetahuan. Bersama-sama ketiganya disebut

dynamic behavior yang dipengaruhi oleh waktu (Coyle, 1996).

2.3.2 Feedback

Menurut Richardon dan Pugh (1981dalam Chen (2004), feedback adalah transmisi dan

informasi yang kembali. Feedback loop adalah sebuah konsekuensi dari proses sebab akibat

yang berasal dari bagian-bagian tindakan dan informasi yang tertutup dalam sistem. Feedback

loop perlu dibuat karena perlunya pertimbangan untuk memahami apa yang menyebabkan pola

tingkah laku sistem. Sebuah diagram feedback loop adalah titik awal untuk menganalisa pola

tingkah laku sistem.

Sebuah feedback diagram yang lengkap memiliki elemen dan arah panah. Arah panah

menunjukkan langkah dan keterkaitan variabel sedangkan elemen menginformasikan

bagaimana sistem tersebut berjalan pada kondisi normal dan adanya feedback. Elemen

dilambangkan dengan tanda positif (+) dan negative (-), tanda-tanda tersebut bermakna :

a. Jika hubungan dari elemen A dan elemen B positif maka perubahan di A juga terjadi di

B dengan arah yang sama.

b. Jika hubungan dari elemen A dan B bertanda negative (-) maka perubahan di A akan

menyebabkan terjadinya perubahan di B dengan arah yang berlawanan.

Dalam model dinamika sistem, loop akan menyebabkan sistem terkoreksi. Negative feedback

akan menyeimbangkan sistem, sedangkan positive feedback akam membuat sistem lebih

berkembang.

a. Positive Feedback Loop

Positive feedback loop menyebabkan sistem lebih berkembang. Pola tingkah laku pada positive

feedback biasanya adalah pertumbuhan eksponensial, ini sesuai karena sistem yang mengalami

positive feedback akan mengalami peningkatan atau pertumbuhan.

Page 12: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

12

Gambar 10. Positive feedback loop

b. Negative Feedback Loop

Negative feedback loop bersifat menyeimbangi sistem. Ide dasar negative feedback adalah bila

ada perbedaan antara keinginan dan kondisi sekarang akan ada tindakan yang akan

mempengaruhi kebijakan untuk meniadakan perbedaan itu. Pola tingkah laku sistem yang

sesuai dengan negative feedback adalah goel seeking.

Gambar 11. Negative feedback loop

2.3.3 Casual Loop Diagrams

Pembuatan causal loop diagram menurut Richardson dan Pugh (1981) serta Kim (1992) dalam

Chen (2004) adalah :

1. Menentukan elemen yang ada dalam causal loop sebagai variabel sistem.

2. Menghubungkan antar variabel yang ada menjadi diagram. Tentukan kemungkian

adanya dampak lain dari diagram yang telah terbuat.

3. Untuk negative loop dimana ada target (goal) akan lebih mudah dengan menunjukkan

selisih goal dengan “gap” dimana loop akan mendekati goal.

4. Perbedaan kondisi sekarang dan keinginan penting untuk menerangkan pola tingkah

laku sistim maka perlu dibuat causal loop keduanya.

5. Perbedaan konsekuensi dan tindakan pada jangka pendek dan jangka panjang bisa

diatasi dengan membuat loop yang beda.

6. Jika kaitan antara kedua elemen memerlukan banyak keterangan maka bisa dibuat

sebuah elemen untuk memperjelasnya.

Page 13: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

13

7. Buat diagram yang simple. Tujuan dari diagram tidak untuk menjelaskan semua

terperinci tetapi menggambarkan keterkaitan dan pola tingkah laku sistem.

Dalam pemodelan dinamika sistem symbol-simbol yang digunakan adalah simbol-simbol yang

telah distandartkan.Tahapan pembuatan model dinamika sistem adalah

1. Membuat struktur sistem

Dengan merangkaikan variable-variabel yang berpengaruh pada sistem tersebut

sehingga menjadi satu sistem yang melingkar. Struktur sistem yang dibuat harus

melingkar agar proses yang terjadi pada sistem tersebut terjadi secara kontinyu.

2. Mentukan jenis grafik

Penentuan jenis grafik yang akan memudahkan dalam pengoperasian yang ada pada

sistem. Pada dasarnya ada 4 macam jenis grafik yaitu : Eksponensial, goal seeking, S-

Shape dan Osicillation.

3. Kejadian-kejadian yang terjadi

Kejadian adalah konsekuensi dari tindakan dan pilihan yang diambil. Dalam pemodelan

dinamika sistem, perancang harus dapat memikirkan apa saja kejadian yang akan

terjadi. Dengan mengetahui kejadian yang akan terjadi maka diharapkan dapat

menentukan respons yang akan diambil sehingga sistem tetap stabil.

Ketiga tahapan tersebut adalah tahapan yang melingkar dan saling berhubungan untuk

memastikan agar sistem yang dibangun bisa stabil bahkan berkembang.

Page 14: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

14

BAB III

METODE

Langkah-langkah dalam pengerjaan kegiatan ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah.

Pada tahap ini dilakukan pendefinisian masalah dan tujuan yang akan dicapai. Untuk itu

dilakukan studi pendahuluan berupa mempelajari data sekunder yang sudah ada untuk

mengetahui kondisi wilayah studi. Data dapat diperoleh dari Pemkab Probolinggo,

Pemprov Jawa Timur dan mengamati langsung di Pulau Gili Ketapang.

2. Pengumpulan Data

Data didapat dari wawancara dan kuisioner yang disebar ke responden yang merupakan

pemangku kepentingan (stake holder). Responden dapat berasal dari :

a. Masyarakat pesisir/nelayan di Pulau Gili Ketapang, yang dapat diwakili oleh Kades,

Ketua Dusun di 8 Dusun, tokoh masyarakat, RW dan RT.

b. Kecamatan Sumberasih, Probolinggo.

c. Bapeda Probolinggo

d. Dinas Perikanan dan Kelautan Pemkab Probolinggo

e. Dinas Perikanan dan Kelautan Pemprov Jatim

f. Perguruan Tinggi di Jawa Timur yang mempunyai Pusat Kajian Pesisir/Kelautan

g. Konsorsium Kemitraan Bahari Regional Jawa Timur

h. LSM

Penyebaran kusioner dibantu oleh 3 orang mahasiswa dari Jurusan Teknik Kelautan FTK-

ITS.

3. Pengolahan dan Analisis Data

A. SWOT Analysis

Analisis ini dilakukan dengan menerapkan kriteria kesesuaian dengan data kuantitatif dan

deskripsi keadaan (faktor internal dan eksternal) yang ada di Pulau Gili Ketapang.

Pembobotan dan skoring dalam analisis SWOT ini dilakukan berdasarkan hasil kuisioner

dan wawancara dari seluruh responden (steakholders) yang kemudian dianalisa dalam

bentuk bobot dan skor. Pada tahap ini data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan

internal. Data eksternal berasal dari lingkungan luar (peluang dan ancaman), sedangkan

data internal berasal dari dalam sistem pengelolaan Pulau Gili Ketapang yang mencakup

ketersediaan dan kondisi sumberdaya alam, kondisi sumberdaya manusia dan

pengembangan kawasan yang sedang dijalankan (kekuatan dan kelemahan). Dalam tahap

ini digunakan dua model matriks yaitu: matriks faktor strategi eksternal dan matriks faktor

strategi internal. Adapun matriks faktor strategi internal disusun dengan langkah-langkah:

- Pada kolom 1 disusun kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan.

- Pada kolom 2 diberi bobot terhadap masing-masing faktor, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah bobot untuk semua faktor kekuatan

dan kelemahan sama dengan 1,0.

- Pada kolom 3 diberi skala rating mulai dari nilai 4 (outstanding) sampai dengan 1

(poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pemanfaatan lahan untuk

suatu kegiatan tertentu. Pemberian nilai rating untuk kekuatan bersifat positif (nilai 4:

Page 15: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

15

sangat besar, 3: besar, 2: sedang, dan 1: kecil). Sedangkan pemberian nilai rating untuk

kelemahan bersifat negatif (nilai 4: kecil, 3: sedang, 2: besar dan 1: sangat besar).

- Pada kolom 4 diisi nilai hasil perkalian bobot dan rating suatu faktor yang sama. Nilai

hasil kali tersebut merupakan skor pembobotan dari faktor tersebut.

- Pada kolom 5 diberi komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan

bagaimana skor pembobotannya dihitung.

- Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4.

Tabel 2. Analisis Strategi Faktor Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary)

Faktor-faktor

Strategi Internal Bobot Rating Skor Komentar

1 2 3 4 5

Kekuatan :

S1

S2

S3

....

4

3

2

1

Kelemahan :

W1

W2

W3

....

1

2

3

4

TOTAL 1,00 -

Sumber: Rangkuti, 2005

Matriks faktor strategi eksternal disusun dengan langkah-langkah:

- Pada kolom 1 disusun peluang-peluang dan ancaman-ancaman.

- Selanjutnya pada kolom 2 diberi bobot terhadap masing-masing faktor peluang dan

ancaman, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah

bobot untuk semua faktor peluang dan ancaman sama dengan 1,0.

- Pada kolom 3 diberi skala rating mulai dari nilai 4 (outstanding) sampai dengan 1

(poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pemanfaatan lahan untuk

suatu kegiatan tertentu. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif (nilai 4:

sangat besar, 3: besar, 2: sedang, dan 1: kecil). Sedangkan pemberian nilai rating untuk

ancaman bersifat negatif (nilai 4 : kecil, 3 : sedang, 2 : besar, dan 1 : sangat besar).

- Pada kolom 4 diisi nilai hasil perkalian bobot dan rating suatu faktor yang sama. Nilai

hasil kali tersebut merupakan skor pembobotan dari faktor tersebut.

- Pada kolom 5 diberi komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan

bagaimana skor pembobotannya dihitung.

- Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4. Nilai tersebut menunjukkan bagaimana

sistem bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.

Tabel 3. Analisis Strategi Faktor Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary)

Faktor-faktor

Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Komentar

1 2 3 4 5

Peluang:

O1

O2

4

3

Page 16: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

16

O3

....

2

1

Ancaman:

T1

T2

T3

....

1

2

3

4

TOTAL 1,00 -

Sumber: Rangkuti, 2005

Selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan model matriks SWOT, dimana terdapat 4

strategi yang dapat dihasilkan, yaitu strategi SO, ST, WO dan WT setelah diperoleh matriks

SWOT, selanjutnya disusun rangking semua strategi yang dihasilkan berdasarkan faktor-faktor

penyusun strategi tersebut.

Tabel 4. Model Matriks Hasil Analisis SWOT

External Strategic

Factors

Analysis Summary

(Internal Strategic Factors Analysis Summary)

STRENGTH (S) WEAKNESSES (W)

OPPORTUNITIES

(O)

SO1 WO1

SO2 WO2

SO3 WO3

.. ..

.. ..

Son Won

THREATS

(T)

ST1 WT1

ST2 WT2

ST3 WT3

.. ..

.. ..

STn WTn

Sumber: Rangkuti, 2005

B. Dynamic System

Setelah mengetahui pemetaan potensi yang ada di Gili Ketapang dengan SWOT analysis,

selanjutnya dilakukan pemodelan dengan dynamic system, yang secara garis besar dibagi

menjadi tiga bagian.

a. Konseptualisasi model dan formulasi

Penyusunan Model simulasi diawali dengan pembuatan causal loops diagram.

Penyusunan causal loop dilakukan untuk mengetahui struktur umpan-balik antar

variabel sebagai hubungan logis sebab-akibat. Dengan perkataan lain, suatu struktur

umpan-balik adalah suatu causal loop (lingkar sebab-akibat). Dengan berdasar pada

konseptualisasi model yang telah dibuat, kemudian diformulasikan secara matematis

hubungan-hubungan antar variabel tersebut sesuai stocks dan flows. Tahap formulasi

Page 17: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

17

model dinamik merupakan penyusunan model dalam software simulasi yaitu Stella

9.1.3. Tahap ini meliputi langkah-langkah terkait dengan penggambaran model secara

metodologis yang digunakan untuk me-replikasi permasalahan dari sistem

pengembangan Pulau Gili Ketapang.

b. Simulasi, validasi dan penyusunan scenario

Simulasi dilakukan untuk mengetahui secara logika sebuah sistem ini dapat dikatakan

benar atau vallidasi sebuah sistem yang telah dibangun. Penyusunan skenario adalah

penyusunan rencana pengembangan yang baik dalam sebuah sistem sehingga dapat

mencapai tujuan yang diinginkan. Jika dalam sebuah sistem ada terdapat kesalahan dan

penyimpangan hasil validasi maka dilakukan konseptualisasi model ulang.

c. Rekomendasi

Setelah dilakukan analisa atas hasil pemodelan di atas, kemudian dilakukan untuk

mengetahui hasil dari sebuah sistem yang dibangun berdasarkan data yang telah

dibentuk dalam rangkaian variabel. Analisa yang dilakukan adalah perbandingan antara

pemodelan kondisi sebenarnya (existing) dan scenario yang akan dikembangkan. Dari

hasil analisa yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi

pengelolaan Pulau Gili Ketapang. Secara keseluruhan metodologi penelitian dapat

dilihat pada gambar diagram alir di bawah.

Langkah-langkah studi yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir

penelitian.

Tahap Awal

Mulai

Identifikasi masalah

Perumusan masalah

Tujuan

Studi bahan dan literatur

SOWT Analysis Potensi Pulau Gili Ketapang

A

Survey lapangan dan pengumpulan data

dadatadata

Page 18: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

18

Tidak

Ya Tahap Pemodelan

Tahap Akhir

Gambar 12. Diagram Alir Penelitian

4. Pelaporan dan Desiminiasi

Hasil akhir dari kegiatan ini berupa laporan yang berisi rekomendasi kebijakan pengelolaan

Pulau Gili Ketapang untuk instansi terkait, yaitu Departemen Perikanan dan Kelautan

Prmprov Jawa Timur dan Pemkab Probolinggo. Desiminasi akan dilakukan melalui

seminar atau publikasi dalam jurnal.

Analisa

Rekomendasi

mpulan

A

Konseptualisasi model System Dynamic

Identifikasi variabel berdasarkan data

Membuat causal loop diagram

Simulasi, validasi, dan penysunan scenario

Menjalankan sistem yang telah dibangun

Validasi sistem agar dapat dikatakan

benar

Penyusunan rencana pengembangan

Selesai

Valid

Page 19: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

19

BAB IV

ORGANISASI TIM, JADWAL DAN ANGGARAN BIAYA

1.1 . Organisasi Tim

Tim pengabdi terdiri dari 5 (lima) dosen dan dibantu oleh 3 (tiga) mahasiswa

sebagai berikut ini:

NO NAMA JABATAN DALAM

TIM

KETARANGAN

1 Ir. Hasan Ikhwani, MSc Ketua Dosen Teknik Kelautan

FTK ITS

2 Dr. Suntoyo Anggota 1 Dosen Teknik Kelautan

FTK ITS

3 Dr. M. Mustain Anggota 2 Dosen Teknik Kelautan

FTK ITS

4 Dr. Haryo D Armono Anggota 3 Dosen Teknik Kelautan

FTK ITS

5 Arwy Yudi K, ST, MT Anggota 4

Dosen PWK FTSP ITS

6 Wilda Ningrum Rofika R.

NRP: 4312100051

Pembantu Survey Mahasiswa Teknik

Kelautan FTK ITS

7 Harish Wirayuhanto

NRP: 4312100050

Pembantu Survey Mahasiswa Teknik

Kelautan FTK ITS

8 Muhammad Fathur Rozi

NRP: 4312100049

Pembantu Survey Mahasiswa Teknik

Kelautan FTK ITS

Adapun perincian tugas dari masing-masing adalah sebagai berikut;

a. Ketua Tim

Nama : Ir. Hasan Ikhwani, MSc

Unit kerja : Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS

Tugas dalam kegiatan :

- Merancang kegiatan

- Membuat kuisioner

- Melakukan survey lapangan

- Melakukan identifikasi masalah, pengolahan data dan analisis

- Mengkoordinir semua kegiatan

- Melakukan presentasi

b. Anggota Tim

Nama : Dr. Suntoyo, ST, M.Eng

Unit kerja : Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS

Tugas dalam kegiatan :

- Melakukan survey lapangan

- Membantu pengolahan data dan analisis

- Melakukan pemodelan

c. Anggota Tim

Nama : Dr. M. Mustain, MSc

Unit kerja : Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS

Page 20: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

20

Tugas dalam kegiatan :

- Melakukan survey lapangan

- Membantu pengolahan data dan analisis

- Melakukan pemodelan

d. Anggota Tim

Nama : Dr. Haryo D. Armono, ST, M.Eng

Unit kerja : Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS

Tugas dalam kegiatan :

- Melakukan survey lapangan

- Membantu pengolahan data dan analisis

- Melakukan pemodelan

e. Anggota Tim

Nama : Arwi Yudhi Koswara, ST, MT

Unit kerja : Jurusan Perencanaan Wilayah Kota FTSP-ITS

Tugas dalam kegiatan :

- Melakukan survey lapangan

- Membantu pengolahan data

- Melakukan analisa SWOT

f. Pembantu kegiatan

Kegiatan ini dibantu oleh 3 (tiga) mahasiswa dari Jurusan Teknik Kelautan.

Tugas mahasiswa adalah sbb:

- Membantu survey lapangan

- Melakukan wawancara ke responden

- Membantu mengolah data

- Membantu membuat dokumentasi kegiatan

1.2 . Jadwal

Kegiatan pengabdian ini direncanakan akan berlangsung selama sepuluh bulan dengan rencana

kegiatan dan alokasi waktu sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:

NO KEGIATAN

B U L A N

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Penyiapan Program kerja&koordinasi

2 Studi literatur pembuatan kuisioner

3 Penyusunan rencana survey

4 Pelaksanaan kegiatan lapangan/survey

5 Pengolahan data dan Pemodelan

6 Analisis

7 Pelaporan dan publikasi

Page 21: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

21

1.3 . Anggaran Biaya

1.GAJI DAN UPAH

NO PELAKSANA KEGIATAN JML MG VOLUME SAT BIAYA

SATUAN (Rp) BIAYA

1 Ketua 15 12 jam/mg 10,000.00 Rp1,800,000.00

2 Anggota 1 15 10 jam/mg 10,000.00 Rp1,500,000.00

3 Anggota 2 15 10 jam/mg 10,000.00 Rp1,500,000.00

4 Anggota 3 15 10 jam/mg 10,000.00 Rp1,500,000.00

5 Anggota 4 15 10 jam/mg 10,000.00 Rp1,500,000.00

Sub Total Rp7,800,000.00

2. BIAYA SURVEY dan PENGOLAHAN DATA

NO JENIS VOLUME LAMA SAT BIAYA

SATUAN (Rp) BIAYA

1 Sewa mobil 1 3 hari 500,000.00 Rp1,500,000.00

2 sewa perahu 2 3 hari 300,000.00 Rp1,800,000.00

3 Akomodasi 3 3 hari 350,000.00 Rp3,150,000.00

4 Konsumsi 8 9 kali 20,000.00 Rp1,440,000.00

5 wawancara responden 30 1 kali 100,000.00 Rp3,000,000.00

5 Pengolahan data dan pemodelan 1 1 paket 1,000,000.00 Rp1,000,000.00

Sub Total Rp11,890,000.00

3. BAHAN HABIS PAKAI

NO BAHAN VOLUME SAT BIAYA

SATUAN (Rp) BIAYA

1 Kertas A4 4 rim 50,000.00 Rp200,000.00

2 Alat-alat tulis (ballpoint, dsb) 1 paket 250,000.00 Rp250,000.00

3 Tinta printer deskjet 2 buah 250,000.00 Rp500,000.00

4 Toner printer 1 buah 500,000.00 Rp500,000.00

5 materai 20 buah 6,000.00 Rp120,000.00

6 buku catatan, kwitansi, dsb 1 paket 200,000.00 Rp200,000.00

7 keperlauan arsip (foto, ordner) 1 paket 250,000.00 Rp250,000.00

8 Flash disk 2 buah 200,000.00 Rp400,000.00

9 compact disk 1 box 250,000.00 Rp250,000.00

Sub Total Rp2,670,000.00

4. LAIN-LAIN

NO URAIAN VOLUME SAT BIAYA

SATUAN (Rp) BIAYA

1 Publikasi (Jurnal) 1 judul 500,000.00 Rp500,000.00

2 Publikasi (seminar) 2 org/hari 500,000.00 Rp1,000,000.00

3 Pelaporan 1 paket 550,000.00 Rp550,000.00

4 Komunikasi (telp, internet, dsb) 2 bulan 300,000.00 Rp600,000.00

Sub Total Rp2,650,000.00

TOTAL Rp25,010,000.00

DIBULATKAN Rp.25.000,000,00

Page 22: KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU …

22

REKAPITULASI

NO URAIAN (%) JUMLAH

1 GAJI UPAH 30.1

Rp7,800,000.00

2 BIAYA SURVEY 47.4

Rp11,890,000.00

3 BAHAN HABIS 11.4

Rp2,670,000.00

4 LAIN-LAIN 11.1

Rp2,650,000.00

5 BIAYA TOTAL 100

Rp25,010,000.00

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2003. Definisi, Batasan dan Realitas Pulau Kecil. Makalah disampaikan dalam

Semiloka Penentuan Definisi dan Pendataan Pulau di Indonesia. Jakarta.

Chen. 2004. “Decision Support System For Tourism Development : System Dynamics

Approach”. The Journal of Computer Information Systems.

Coyle, R.G., 1995. Systems Dynamic Modelling. Chapman&Hall. London

Dahuri, R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. IPB Bogor.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan

Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Modul Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Probolinggo. 2013. Profil Pulau Gili Ketapang,

Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, 2010. Profil dan Program Pembangunan

Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil di Jawa Timur.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan no 41 tahun 2000. Pedoman Umum Pengelolaan

Pulau-Pulau Kecil yang Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat.

Martadiningrat, Y.S. 2009. Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan dalam Memperkokoh

Ketahanan Nasional. Makalah disampaikan dalam acara Rembug nasional Kelautan,

Lemhanas, Jakarta, 26 Pebruari 2009.

Muladi. 2009. Geopolitik dalam Perspektif Indonesia sebagai Negara Kepulauan. Makalah

disampaikan dalam acara Rembug nasional Kelautan, Lemhanas, Jakarta, 26 Pebruari

2009.

Permadi, B. 1992. AHP. PAU-EK-UI. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Antar

Univrsitas Studi Ekonomi, Universitas Indonesia.

Retraubun, A.W. 2003. Pengembangan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan. Seminar Kebijakan

dan Strategi Nasional Pengembangan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia. Jakarta Rangkuti, F. 2005, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Salusu J. 1996. Proses Pengambilan Keputusan Perencanaan. Modul Perencanaan

Pembangunan. Pusat Studi Kebijaksanaan dan Manajemen Pembangunan – LPPM –

Universitas Hasanuddin. Program Pendidikan dan Latihan Teknik dan Manajemen

Perencanaan Pembangunan Tingkat Dasar (TMPP-D), Kerjasama OTO –

BAPPENAS – Departemen Dalam Negeri dengan Universitas Hasanuddin T.A.

1995/1996. Ujung Panjang

Undang-Undang no 27 tahun 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.