kajian interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi ... · hipertensi merupakan sepuluh besar...
TRANSCRIPT
KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN HIPERTENSI
GERIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PANTI
NUGROHO YOGYAKARTA PERIODE JANUARI – JUNI 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm. )
Program Studi Farmasi
Oleh :
Yokebed Christina Gunawan
NIM : 138114048
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN HIPERTENSI
GERIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PANTI
NUGROHO YOGYAKARTA PERIODE JANUARI – JUNI 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm. )
Program Studi Farmasi
Oleh :
Yokebed Christina Gunawan
NIM : 138114048
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum taurat dan
kitab para nabi.”
Matius 7 : 12
Kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus yang menolong dan menguatkanku
Papa dan Mama yang selalu setia dan sangat mengasihiku
Teman- teman dan sahabat yang sangat menguatkan dan menghiburku
Almamater yang kubanggakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, kasih dan
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kajian
Interaksi Obat pada Peresepan Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari – Juni 2016” sebagai
salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana farmasi di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses penyusunan skripsi ini banyak
mendapat dukungan dan bimbingan serta doa dari berbagai pihak, sehingga
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberi bimbingan dan arahan
selama penulis menjadi mahasiswa di Fakutas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Direktur Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta dan Staff Administrasi
Rumah Sakit Panti Nugroho yang telah memberikan ijin penelitian yang
dilakukan peneliti, serta Staff bagian Rekam Medis dan Apoteker serta
tenaga kefarmasian yang sangat membantu penulis.
3. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt. sebagai dosen
pembimbing utama yang selalu membimbing, memberi arahan dan
dukungan selama penyusunan skripsi.
4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc.,
Apt. sebagai dosen penguji yang membimbing penulis dalam penyusunan
skripsi.
5. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. sebagai dosen pembimbing
akademik yang membimbing dan membantu saya dalam menjalani kuliah.
6. Kedua orang tua Bambang Gunawan dan Mariani terkasih yang selalu
menyemangati dan mendoakan penulis dalam proses penyusunan skripsi.
7. Adikku terkasih Yosua Gunawan yang selalu membuat semangat dan
manghibur dalam proses penyusunan skripsi.
8. Sahabat tersayang Evi Magdalena, Anastasia Sari Sulistyowati, Priscilla
Frihastie Setyawati, Masrial Zalukhu, Krispina Priska Adriani, Dian
Pratiwi, Caecilia Desi Kristanti, Deriven Samurai Teweng, Veronica
Olivia Gita Puspa Dewi, Sridea, Maynardo Innocencio Aethelstone, Dwi
Putra Prihandito, Sonny Fernando, Jhony Maruli Setiawan, kak Grace
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v
LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
ABSTRACT .........................................................................................................xiii
ABSTRAK ...........................................................................................................xiv
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 3
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel I. Gambaran Umum Peresepan Pasien Hipertensi Geriatri di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Periode
Januari – Juni 2016 .......................................................................... 4
Tabel II Distribusi Golongan dan Jenis Obat Anti Hipertensi pada
Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah
Sakit Panti Nugroho Periode Januari – Juni 2016 ........................... 4
Tabel III Distribusi Kategori Signifikansi Klinis, Dampak, dan Jenis
Interaksi Obat Antar Obat Antihipertensi dan Antara Obat
Antihipertensi dan Obat Non Antihipertensi ................................... 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Persentase peresepan dengan interaksi obat dan tanpa interaksi
obat pada peresepan pasien hipertensi geriatri di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Periode Januari
sampai Juni 2016 ............................................................................. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Ijin Penelitian di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta......................................... 14
Lampiran 2. Distribusi Kombinasi Obat Anti Hipertensi pada Pasien
Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti
Nugroho Periode Januari – Juni 2016 .............................................. 15
Lampiran 3 Daftar Obat yang Berinteraksi, Kategori Signifikansi dan Jenis
Interaksi tiap Rekam Medis ............................................................. 16
Lampiran 4. Alat pengambilan data penelitian peresepan obat pada pasien
hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti
Nugroho Yogyakarta periode Januari – Juni 2016 .......................... 21
Lampiran 5 Tabel interaksi obat antar obat anti hipertensi meliputi obat
yang terlibat, kategori signifikansi klinis interaksi obat, jenis
interaksi obat, jumlah kasus, dan managemen interaksi obat .......... 22
Lampiran 6. Tabel interaksi obat antara obat anti hipertensi dengan obat
lain meliputi obat yang terlibat, kategori signifikansi klinis
interaksi obat, jenis interaksi obat, jumlah kasus, dan
managemen interaksi obat ............................................................... 29
Lampiran 7. Keterangan Kelayakan Etik / Ethical Clearance ............................. 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRACT
Hypertension is a serious health problem in Indonesia and cases of
hypertension is likely to increase. The risk of hypertension increases significantly
with age. Hypertension outpatients tend to get a prescription of more than one
type of drug, both drugs hypertension alone or with other medications if
accompanied by comorbidities. Therefore, drug interactions can occur. This study
aims to describe the prescription, the incidence of drug interactions, as well as
related mechanisms of pharmacodynamic and pharmacokinetic drug interactions,
and clinical significance categories that occur in outpatient hypertensive geriatric
patients in Panti Nugroho Hospital Yogyakarta period from January to June 2016.
This type of research is a non-experimental research evaluative descriptive, which
means on this research could be the evaluation of health personnel, especially
matters related to drug interactions in prescribing pattern on an outpatient
hypertension geriatrics with retrospective nature, data retrieved from patient
records and studied theoretically based on the literature. The sampling technique
is done randomly and obtained a sample of 258 medical records. The results of
this study indicate there are 99 cases of drug interactions, the type of drug
interactions more dominant happens is pharmacodynamic interaction, and the the
most frequent category of significance category of drug interactions is significant
as many as 147 cases and there are also 18 cases of serious drug interactions
among them are amlodipine with diltiazem (1 case), clonidine with bisoprolol (1
case), lisinopril with candesartan (1 case), amlodipine with simvastatin (13 cases),
and captopril with allopurinol (2 cases) of hypertension geriatric outpatients in
Panti Nugroho Hospital Yogyakarta period from January to June 2016. Serious
interaction of these two drugs is very user should be avoided and use alternative
other drugs, if it was needed then patient's clinical status must be highly
monitored.
Keywords: hypertension, antihypertensive drug interactions, geriatrics,
outpatient.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRAK
Hipertensi merupakan merupakan masalah kesehatan yang serius dan di
Indonesia kasus hipertensi cenderung meningkat. Risiko hipertensi meningkat
bermakna sejalan dengan bertambahnya usia. Pasien hipertensi rawat jalan
cenderung mendapatkan peresepan lebih dari satu jenis obat, baik obat hipertensi
saja atau dengan obat non anti hipertensi jika disertai penyakit penyerta. Oleh
karena itu, interaksi obat kemungkinan dapat terjadi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran peresepan, insiden terjadinya interaksi obat, serta
interaksi obat terkait mekanisme farmakodinamik, farmakokinetik, dan kategori
signifikansi klinis yang terjadi pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2016. Jenis
penelitian ini adalah penelitian non eksperimental deskriptif evaluatif yang berarti
penelitian ini dapat menjadi evaluasi tenaga kesehatan khususnya hal-hal yang
berkaitan dengan interaksi obat pada pola peresepan pada pasien rawat jalan
hipertensi geriatri yang bersifat retrospektif yaitu data diambil dari rekam medis
pasien dan dikaji secara teoritis berdasarkan literatur. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara acak dan didapat sampel sebanyak 258 rekam medis. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan terdapat 99 kasus interaksi obat, jenis interaksi obat
yang lebih dominan terjadi adalah interaksi farmakodinamik, serta kategori
signifikansi interaksi obat yang paling sering terjadi yaitu signifikan sebanyak 147
kasus dan terdapat pula 18 kasus interaksi obat yang serius diantaranya yaitu
amlodipine dengan diltiazem (1 kasus), klonidin dengan bisoprolol (1 kasus),
lisinopril dengan candesartan (1 kasus), amlodipine dengan simvastatin (13
kasus), dan captopril dengan allopurinol (2 kasus) pada pasien hipertensi geriatri
di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari
– Juni 2016. Interaksi serius dari pemakaian dua obat ini sangat perlu dihindari
dan menggunakan alternatif obat lain, jika memang sangat dibutuhkan maka
status klinis pasien harus sangat terpantau.
Kata kunci : hipertensi, interaksi obat antihipertensi, geriatri, rawat jalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang
sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer (Rahajeng dan
Tuminah, 2009). Hipertensi merupakan sepuluh besar penyakit yang didiagnosa pada
pasien di Rumah Sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinkes DIY, 2013). Pengobatan
hipertensi lebih kompleks pada orang tua, karena perbedaan dalam patofisiologi hipertensi
dengan penuaan dan akumulasi penyakit organ akhir (Goodarzi & Burback, 2015). Di
Indonesia menurut UU no. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam
et al, 2008). Golongan diuretik adalah pilihan pertama pada pengobatan hipertensi pada
usia lanjut, tetapi perlu pemantauan khusus dikarenakan sensitifitas mereka terhadap
diuretik, pilihan pertama lain yaitu golongan calcium channel blocker (CCB) , ACE
inhibitor (ACE I) , dan angiotensin II receptor blocker (ARB) (Stokes, 2009).
Potensi interaksi obat meningkat dengan peningkatan jumlah obat yang diresepkan
dan jumlah obat yang diresepkan meningkat dengan bertambahnya usia (Kapadia et al,
2013). Prevalensi interaksi obat secara keseluruhan adalah 50%-60%. Perubahan fisiologis
yang terjadi pada orang usia lanjut akan memberikan efek serius pada banyak proses yang
terlibat dalam penatalaksanaan obat. Kejadian ini lebih sering terjadi pada pasien yang
sudah berusia lanjut yang biasanya menderita lebih dari satu penyakit (Syamsudin, 2011).
Prevalensi interaksi obat dalam populasi geriatri dapat tinggi dikarenakan oleh polifarmasi
(Kafeel et al, 2014). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmawati
et al (2006) menunjukan bahwa interaksi obat terjadi pada 59% pasien rawat inap dan 69%
pasien rawat jalan. Sebuah studi menyatakan interaksi obat yang ditemukan pada
pengobatan hipertensi sebanyak 71,5% dari 557 pasien rawat jalan, interaksi obat
terbanyak ditemukan pada atenolol dan amlodipine (Kothari dan Ganguly, 2014).
Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu dilakukan kajian interaksi obat pada
peresepan pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai gambaran umum peresepan dan seberapa besar insiden
terjadinya interaksi obat, kategori signifikansi klinis interaksi obat, serta memberikan
informasi manajemen interaksi obat pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat
retrospektif. Bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medis dari pasien hipertensi
geriatri. Dalam setiap rekam medis, data yang diambil merupakan peresepan terakhir dari
pasien hipertensi geriatri. Alat atau instrumen penelitian berupa lembar kerja serta literatur,
lembar kerja yang digunakan memuat data yang diambil dari rekam medis pasien meliputi
tanggal pengobatan, nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, tekanan darah, diagnosis,
jenis dan regimen obat antihipertensi dan obat non antihipertensi, serta jumlah obat
antihipertensi dan obat non antihipertensi. Literatur yang digunakan yaitu Medscape
(2016) didukung dengan Drugs.com (2016) dan Tatro (2007).
Gambaran umum peresepan pasien hipertensi geriatri meliputi jumlah obat,
golongan dan jenis obat antihipertensi yang digunakan pasien di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta. Jumlah obat merupakan banyaknya obat
antihipertensi dan obat non antihipertensi yang diterima pasien hipertensi geriatri saat
menjalani pengobatan. Golongan obat merupakan kelompok obat antihipertensi yang
diberikan ke pasien. Jenis obat adalah nama generik obat antihipertensi yang diberikan
kepada pasien. Interaksi obat yang dimaksud adalah interaksi yang terjadi disaat dua obat
digunakan bersamaan dan terdeteksi berinteraksi oleh Medscape (2016). Dampak interaksi
obat yaitu diinginkan/ tidaknya interaksi obat tersebut. Jenis interaksi obat yang dimaksud
adalah interaksi obat terkait mekanisme farmakokinetik dan farmakodinamik yang terjadi
pada peresepan pasien hipertensi geriatri. Kategori signifikansi klinis pada peresepan
pasien hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta. Jenis
dan kategori signifikansi klinis dikaji secara teoritis berdasar literatur Medscape (2016)
didukung dengan Drugs.com (2016), dan Tatro (2007).
Tata cara penelitian dimulai dengan tahap persiapan, peneliti melakukan survei ke
tempat penelitian untuk mengetahui adanya kebutuhan mengenai evaluasi peresepan pasien
pada penyakit tertentu serta tata cara dalam pengambilan data penelitian. Selanjutnya cara
pengambilan data subyek penelitian adalah dengan menggunakan jumlah populasi yaitu
sebanyak 730 pasien hipertensi geriatri, kemudian menggunakan teknik simple random
sampling untuk memperoleh sampel penelitian dengan mengundi populasi. Besar sampel
yang dibutuhkan dihitung menggunakan rumus Taro Yamane dengan tingkat kepercayaan
95% yaitu : n = N / [N (d)2 + 1 ]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dimana n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi, dan d adalah presisi (Akdon
dan Riduwan, 2007). Dari rumus didapatkan 258 sampel yang harus diambil secara acak
dari populasi pasien hipertensi geriatri. Sampel penelitian dipilih berdasarkan kriteria
inklusi yaitu pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho
Yogyakarta yang mendapatkan obat antihipertensi dengan atau tanpa obat non
antihipertensi dengan jumlah obat lebih dari satu dalam tiap rekam medis periode Januari –
Juni 2016. Kriteria eksklusi dari subyek penelitian adalah rekam medis pasien yang tidak
lengkap. Kemudian dilakukan pengambilan data menggunakan lembar kerja dan dilakukan
validasi.
Data yang diperoleh diolah dengan metode statistika deskriptif dengan menghitung
persentase masing-masing bagian yang akan dianalisis meliputi gambaran umum
peresepan yaitu jumlah, jenis dan golongan obat antihipertensi, kemudian ada tidaknya
interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi geriatri, jenis interaksi obat meliputi
interaksi farmakokinetik dan famakodinamik, serta kategori signifikansi klinis interaksi
obat yang dikaji dari literatur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini diambil dari sejumlah sampel sebesar 258 pasien hipertensi geriatri.
Terdapat 243 pasien (94,2%) yang juga mendapatkan obat non antihipertensi. Bagian
pertama akan membahas gambaran umum peresepan pasien hipertensi geriatri di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta meliputi jumlah obat, golongan dan
jenis obat antihipertensi yang ada dalam rekam medis pasien. Tabel I menunjukkan
persentase terbesar distribusi jumlah obat antihipertensi yaitu dengan jumlah obat satu
sebanyak 138 peresepan (53,5%). Hal ini sesuai dengan Hypertension Canada’s 2016
CHEP Guidelines for Blood Pressure Measurement, Diagnosis, Assessment of Risk,
Prevention and Treatment of Hypertension yang menyatakan bahwa inisiasi antihipertensi
yang pertama kali diberikan yaitu monoterapi. Penggunaan kombinasi pada pasien geriatri
yang mengalami hipertensi dapat lebih cepat menurunkan tekanan darah karena toleransi
yang rendah (Leung et al, 2016). Persentase terbesar jumlah obat non antihipertensi yang
diterima pasien yaitu dengan dua sampai tiga obat sebanyak 147 peresepan (57%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Tabel I. Gambaran Umum Peresepan Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Panti Nugroho Periode Januari – Juni 2016
No Gambaran Umum
Peresepan Parameter
Jumlah Pasien (N= 258)
N %
1. Jumlah obat
antihipertensi
1
2
3
4
5
138
83
33
3
1
53,5
32,2
12,8
1,1
0,4
2. Jumlah obat non
antihipertensi
0-1
2-3
4-5
6-7
8
62
147
44
4
1
24
57
17
1,6
0,4
3 Jumlah obat per
rekam medis
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
36
68
65
48
25
8
5
2
0
1
14
26,4
25,2
18,6
9,7
3,1
1,9
0,8
0
0,4
Tabel II. Distribusi Golongan dan Jenis Obat Anti Hipertensi pada Pasien Hipertensi
Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Periode Januari – Juni 2016
Golongan dan Jenis Obat
Anti Hipertensi
Jumlah Pasien
N = 258
Persentase (%)
ACE I
Captopril 16 6,2
Lisinopril 3 1,2
ARB
Valsartan 134 51,9
Irbesartan 5 1,9
Candesartan 3 1,2
CCB
Amlodipin 174 67,4
Diltiazem 1 0,4
Diuretik
Hidrochlorothiazide (HCT) 9 3,5
Furosemide 45 17,4
Spironolakton 3 1,2
β-Blocker
Bisoprolol 18 7
Central α2-Agonis
Klonidin 9 3,5 ACE I = Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor; ARB = Angiotensin Receptor Blocker; CCB = Calcium
Channel Blocker.
Golongan obat antihipertensi yang diresepkan pada pasien hipertensi geriatri di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho periode Januari – Juni 2016 dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
terlihat di tabel II. Tabel II menunjukkan bahwa persentase obat antihipertensi yang paling
sering digunakan yaitu golongan CCB sebanyak 175 obat (67,8%). Sesuai dengan Eighth
Joint National Comitee (JNC 8) menyatakan untuk pasien hipertensi dengan usia > 60
tahun first line yang tepat adalah Diuretik thiazide/ ACEI / ARB/ CCB tunggal atau
kombinasi (James et al, 2014). Jenis obat antihipertensi yang paling banyak digunakan
adalah amlodipin sebanyak 174 obat (67,4%). Amlodipin (CCB) akan menjadi pilihan
utama untuk pasien yang kontraindikasi dengan diuretik atau pasien yang mengalami
angina atau gangguan ritme jantung (Nguyen et al, 2012). Golongan CCB ini juga
mencegah stroke pada hipertensi geriatri. Sebuah meta-analisis terbaru menemukan bahwa
CCB dihidropiridin mengurangi stroke sebesar 10% dibandingkan dengan terapi aktif
lainnya (Oparil ,2006). Menurut American Heart Association and American Stroke
Association menyatakan bahwa kesempatan memiliki stroke sekitar dua kali lipat untuk
setiap dekade kehidupan setelah usia 55 (AHA, 2017).
Kombinasi yang paling banyak digunakan untuk pasien hipertensi geriatri adalah
golongan CCB dan ARB sebanyak 57 peresepan (22,1%) dapat dilihat dalam lampiran 2.
Dalam jurnal meta analisis dikatakan terapi kombinasi menggunakan ARB dan CCB
superior dibanding kombinasi lain dari terapi antihipertensi dengan menunjukan insiden
lebih sedikit dalam kejadian kardiovaskular dan efek yang merugikan (Chi et al¸ 2016).
Potensi interaksi obat meningkat dengan peningkatan jumlah obat yang diresepkan
dan jumlah obat yang diresepkan meningkat dengan bertambahnya usia. (Kapadia et al,
2013). Persentase interaksi obat yang terjadi pada peresepan pasien hipertensi geriatri di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho periode Januari sampai Juni 2016
ditunjukkan dalam Gambar 1. Persentase rekam medis pasien hipertensi geriatri tanpa
interaksi obat lebih tinggi yaitu sebanyak 159 rekam medis (61,6%) dibanding rekam
medis dengan interaksi yaitu sebanyak 99 peresepan (38,4%). Dalam bahasan sebelumnya
dikatakan persentase terbesar jumlah obat antihipertensi yaitu sebanyak satu dan jumlah
obat non antihipertensi sebanyak dua sampai tiga, hal ini mempengaruhi angka kejadian
interaksi obat. Kemudian dilakukan perhitungan proporsi interaksi obat yang terjadi antar
obat hipertensi dan antara obat antihipertensi dengan obat non antihipertensi. Persentase
interaksi obat antar obat antihipertensi yaitu sebanyak 32 peresepan (12,4%), interaksi
antara obat antihipertensi dengan obat non antihipertensi yaitu sebanyak 48 peresepan
(18,6%), dan interaksi keduanya sebanyak 19 peresepan (7,4%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Gambar 1. Persentase peresepan dengan interaksi obat dan tanpa interaksi obat pada
peresepan pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho
Periode Januari sampai Juni 2016
Interaksi obat yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu interaksi
farmakokinetik dan farmakodinamik (Baxter, 2010). Pengelompokan jenis interaksi obat
yang terjadi pada peresepan pasien hipertensi geriatri ditunjukkan dalam Lampiran 3.
Lampiran 3 menunjukkan bahwa persentase jenis interaksi farmakodinamik lebih banyak
dibanding jenis interaksi farmakokinetik. Sebuah penelitian mengenai interaksi obat yang
potensial terjadi pada peresepan pasien hipertensi dengan menggunakan Medscape Drug
Interaction Checker Software hasil mendeteksi ada 55,23% jenis interaksi farmakodinamik
dari 918 interaksi obat. dan farmakokinetik hanya 4,79% dengan mayoritas interaksi yaitu
farmakodinamik sinergis yaitu antara beta blocker- calcium channel blocker (CCB) dan
beta blocker- angiotensin receptor blocker (ARB) (Kothari dan Ganguly, 2014). Potensi
interaksi farmakodinamik harus dipertimbangkan untuk obat yang bersaing satu sama lain
di target farmakologi dan / atau memiliki efek terapetik atau efek merugikan yang serupa
atau bertentangan (European Medicines Agency, 2015).
Interaksi obat dapat mempengaruhi efektifitas, dan toksisitas masing-masing obat,
tetapi terdapat beberapa interaksi obat memang diinginkan terjadi dalam praktek klinis,
diantaranya yaitu valsartan dengan diuretik interaksi ini dapat memperbaiki hipokalemia
yang disebabkan oleh diuretik (Gradman et al, 2010). Interaksi furosemid dengan
bisoprolol akan mempertinggi efektifitas beta blocker / bisoprolol (Gradman et al, 2010)
dan menurunkan efek samping serta terapi lebih menguntungkan dengan kombinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
tersebut (Skolnik et al, 2000). Terdapat juga interaksi yang serius tetapi memang
menguntungkan dalam praktek klinis yaitu antara captopril dengan allopurinol, keduanya
secara sinergis menurunkan kejadian sindrom metabolik dengan menurunkan tekanan
darah, menurunkan akumulasi lemak abdominal, memperbaiki dislipidemia, dan mencegah
resistensi insulin, dan kombinasi ini superior untuk mencegah diabetes dan penyakit
kardiovaskular (Rocal et al, 2009), tetapi resiko hipersensitifitas lebih tinggi (Drugs.com,
2016). Kemudian interaksi antara ARB dan digoxin, keduannya sama-sama mendukung
terapi gagal jantung (Gheorghiade et al, 2006). Interaksi obat yang tidak ditangani akan
berakibat buruk bagi pasien, beberapa contohnya adalah antara bisoprolol dengan HCT dan
bisoprolol dengan spironolakton akan mempertinggi resiko diabetes (Lim et al, 2015).
Lisinopril dan candesartan merupakan kombinasi yang sangat dihindari, menurut
ESH/ESC kombinasi ini akan mempertinggi kejadian penyakit ginjal tahap akhir/ ESRD
(Mancia et al, 2013). Furosemide dengan digoxin, kombinasi ini lebih dari tiga kali lipat
menaikkan resiko rawat inap dikarenakan intoksisitas digoxin (Wang et al, 2010).
Interaksi obat yang terjadi dapat dikelompokan menjadi 3 kategori signifikansi
klinis interaksi obat menurut Medscape (2016). Persentase kategori signifikansi klinis
interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi geriatri yang ditampilkan pada tabel IV.
Tingkat serius/major mempunyai efek yang berpotensi mengancam nyawa atau mampu
menyebabkan kerusakan permanen. Tingkat moderat/signifikan mempunyai efek yang
mungkin dapat menyebabkan penurunan status klinis pasien. Tingkat keparahan minor
mempunyai efek yang yang biasanya ringan sehingga terapi tambahan tidak diperlukan
(Tatro, 2007).
Tabel III menunjukkan bahwa proporsi terbanyak kategori signifikansi klinis yaitu
signifikan yaitu sebanyak 147 kasus. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa hampir
sepertiga dari interaksi obat yang potensial terjadi adalah signifikan secara klinis (Kapadia
et al, 2013). Terdapat 18 kasus dengan kategori signifikansi klinis yaitu serius dimana
dapat berakibat fatal bagi pasien dan disarankan untuk menggunakan kombinasi lain/
alternatif lain (Medscape, 2016). Terdapat 14 kasus dengan kategori minor.
Kategori signifikansi klinis interaksi obat serius paling banyak terjadi pada
penggunaan amlodipine dengan simvastatin (13 kasus). Amlodipine dengan Simvastatin
dapat secara signifikan meningkatkan kadar darah simvastatin dengan penghambatan
amlodipine oleh metabolisme simvastatin melalui usus dan hati CYP450 3A4. Interaksi ini
berdampak merugikan pada pasien dengan meningkatkan risiko efek samping seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kerusakan hati dan kondisi yang jarang namun serius yang disebut rhabdomyolysis yang
melibatkan pemecahan jaringan otot rangka (Drugs.com, 2016). Manajemen dari interaksi
ini adalah gunakan obat alternatif lain, sebisa mungkin hindari kombinasi ini, atau jika
benar-benar harus menggunakan terapi maka dosis Simvastatin tidak boleh melebihi 20 mg
setiap hari bila digunakan dalam kombinasi dengan amlodipine, dan perlu penyesuaian
dosis atau pemantauan lebih sering untuk keamanan menggunakan kedua obat.
Tabel III. Distribusi Kategori Signifikansi Klinis, Dampak, dan Jenis Interaksi Obat Antar
Obat Antihipertensi dan Antara Obat Antihipertensi dan Obat Non Antihipertensi
Kategori
Signifikansi
Klinis
Interaksi Obat
Obat yang Berinteraksi Favorable (F)/
Tidak (NF)
FK/
FD
Jumlah Kasus
N= 258
Serius Amlodipine – Diltiazem
Klonidin – Bisoprolol
Lisinopril – Candesartan
Amlodipine – Simvastatin
Captopril – Allopurinol
NF
NF
NF
NF
F
FD
FD
FD
FK
FD
1
1
1
13
2
Signifikan Amlodipine – Bisoprolol
Valsartan – Bisoprolol
Valsartan – Furosemide
Valsartan/ Irbesartan – HCT
Furosemide – Bisoprolol
Furosemide – Irbesartan
Furosemide – Spironolakton
Bisoprolol – HCT
Bisoprolol – Spironolakton
Spironolakton – Valsartan
Captopril – Asam Mefenamat
Captopril – Glimepiride
Valsartan – Gemfibrozil
Valsartan – golongan NSAID
Valsartan/ Irbesartan – Digoxin
Valsartan – Simvastatin
Furosemide – Aspirin
Furosemide – Digoxin
Furosemide – Diklofenak
Furosemide – Meloxicam
HCT – Aspirin
Spironolakton – Digoxin
Spironolakton – Aspirin
NF
NF
F
F
F
F
NF
NF
NF
NF
NF
NF
NF
NF
F
NF
NF
NF
NF
NF
NF
NF
NF
FD
FD
FD
FD
FK
FD
FD
FD
FD
FD
FD
FD
FD
FD
FD
FD
FD
FD
FD
FD
FD
FK
FD
5
13
26
9
7
1
2
2
1
1
1
1
3
34
3
17
11
3
1
3
1
1
1
Minor Amlodipine – Griseofulvin
Amlodipine – Methylprednisolone
Amlodipine – Triamcinolone
Furosemide – Glimepirid,
Glibenklamid, Glikuidon
Furosemide – Asam Folat
Furosemide – CaCO3
Klonidin – Metformin
NF
NF
NF
NF
NF
NF
NF
FK
FK
FK
FK
FK
FK
FD
1
4
1
4
2
1
1 F= interaksi obat biasanya diinginkan namun harus dipantau, FD= farmakodinamik, FK= farmakokinetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Terdapat kasus interaksi yang sering terjadi yaitu valsartan dengan golongan
NSAID (34 kasus) dengan kategori signifikansi klinis yaitu signifikan. NSAID mengurangi
efek dari Valsartan, dan meningkatkan toksisitas satu sama lain, mengakibatkan fungsi
ginjal kerusakan, terutama pada usia lanjut. Perlu penyesuaian dosis atau modifikasi terapi
serta memantau ketat terapi. Pasien yang menerima ARB yang membutuhkan
berkepanjangan (lebih dari 1 minggu) terapi bersamaan dengan NSAID harus dipantau
lebih dekat tekanan darahnya setelah memulai, penghentian, atau perubahan dosis NSAID.
Fungsi ginjal juga harus dievaluasi secara periodik selama coadministrasi berkepanjangan.
Secara umum manajemen dari interaksi obat adalah dengan menghindari terapi
kombinasi, penyesuaian dosis obat utama, mengatur waktu asupan dua obat, pemantauan
terapi kombinasi bila digunakan, dan mengedukasi pasien tentang potensi interaksi, dan
teknik screening lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi interaksi (Muntha, 2013).
Tenaga kesehatan dengan tanggungjawab untuk pasien lanjut usia harus mengembangkan
strategi untuk memonitor terapi obat (Kafeel et al, 2014).
Penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya yaitu dengan menggunakan
Medscape Multi-Drug Interaction Checker peneliti hanya dapat mendeteksi interaksi
antara 2 obat yang digunakan bersamaan dan yang terdeteksi oleh Medscape (2016) saja
serta belum dapat mengaitkan interaksi-interaksi obat yang terjadi dalam satu rekam medis.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam penelitian Kajian Interaksi Obat pada Peresepan Pasien Hipertensi Geriatri
di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari – Juni
2016 dapat disimpulkan penggunaan obat antihipertensi terbanyak yaitu monoterapi
dengan golongan obat Calcium Channel Blocker (CCB) 67,8% dan jenis obat Amlodipin
sebanyak 174 obat (67,4%). Interaksi obat yang terjadi berjumlah 99 peresepan (38,4%),
dan jenis interaksi yang paling sering terjadi yaitu farmakodinamik. Kategori signifikansi
klinis interaksi obat paling banyak pada peresepan pasien hipertensi geriatri adalah
signifikan sebanyak 147 kasus interaksi. Interaksi obat yang paling sering terjadi yaitu
antara valsartan dengan NSAID. Terdapat pula 18 kasus interaksi obat yang serius
diantaranya yaitu amlodipine dengan diltiazem (1 kasus), klonidin dengan bisoprolol (1
kasus), lisinopril dengan candesartan (1 kasus), amlodipine dengan simvastatin (13 kasus),
dan captopril dengan allopurinol (2 kasus). Interaksi serius dari pemakaian dua obat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
sangat perlu dihindari dan menggunakan alternatif obat lain, jika memang sangat
dibutuhkan maka status klinis pasien harus sangat terpantau.
Saran untuk pihak Rumah Sakit Panti Nugroho adalah perlu dilakukan monitoring
secara dekat efek interaksi obat pada pengobatan hipertensi dan manajemen interaksi obat
jika memang terapi sangat diperlukan khususnya bagi pasien geriatri. Saran untuk
penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan penelitian mengenai kajian interaksi obat
penyakit lain yang umum di masyarakat khususnya masyarakat lanjut usia dengan
memperhitungkan jumlah interaksi yang terjadi pada setiap rekam medis/ setiap pasien
dengan menggunakan literatur lain/ guidelines yang terpercaya dan spesifik untuk penyakit
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon dan Riduwan, 2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Alfabeta, Bandung.
American Heart Association (AHA), 2017. Stroke Risk Factors,
http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/UnderstandingRisk
/Understanding-Stroke-Risk_UCM_308539_SubHomePage.jsp, diakses tanggal 3
Januari 2017.
Baxter, K., 2010. Stockley’s Drug Interactions. Ninth Edition. Pharmaceutical Press.
Chi, C., Tai, C., Bai, B., Yu, S., Karamanou, M., et al.¸ 2016. Angiotensin System
Blockade Combined With Calcium Channel Blockers is Superior to Other
Combinations in Cardiovascular Protection With Similar Blood Pressure
Reduction: A Meta-Analysis in 20,451 Hypertensive Patients. The Journal of
Clinical Hypertension.,18 (8).
Dinkes DIY, 2013. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013. Dinkes
DIY, Yogyakarta.
European Medicines Agency, 2015. Guideline on the investigation of drug interactions.
Committee for Human Medicinal Products (CHMP), 21 (June), 6.
Gheorghiade, M., Veldhuisen, D.J., dan Colucci, W.S., 2006. Contemporary Use of Digoxin
in the Management of Cardiovascular Disorders. Circulation., 113, 2556-2564.
Goodarzi, Z., dan Burback, D., 2015. Can We Stay On Target? A Review Of Hypertension
Treatment in the Elderly. Journal of CME., 5, 9.
Gradman, A.H., Basile, J.N., Carter, B.L., dan Bakris, G.L., 2010. Combination therapy in
hypertension. Journal of the American Society of Hypertension., 4(2), 90–98.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
James, P.A., Oparil, S., Carter, B.L., Cushman, W.C., Dennison-Himmelfarb, C., Handler,
J., et al., 2014. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High
Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the
Eighth Joint National Committee (JNC 8) 2014 Evidence-Based Guideline for the
Management of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members
Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA., 311 (5),
American Medical Association, E 10.
Kapadia, J., Thakor, D., Desai, C., dan Dikshit, R.K., 2013. A Study of Potential Drug-
Drug Interactions in Indoor Patients of Medicine Department at a Tertiary Care
Hospital. JAPS, Vol. 3(10), p. 095.
Kafeel, H., Rukh, R., Qamar, H., Bawany, J., Jamshed, M., Sheikh, R., et al., 2014.
Possibility of Drug-Drug Interaction in Prescription Dispensed by Community and
Hospital Pharmacy. Pharmacology & Pharmacy., 5, pp. 403-404
Kothari, N., dan Ganguly, B., 2014. Potential Drug - Drug Interactions among Medications
Prescribed to Hypertensive Patients. J Clin Diagn Res, 8(11): HC01–HC04.
Leung, A.A., Nerenberg, K., Daskalopoulou, S.S., McBrien, K., Zarnke K.B., et al. , 2016.
Hypertension Canada’s 2016 CHEP Guidelines for Blood Pressure Measurement,
Diagnosis, Assessment of Risk, Prevention and Treatment of Hypertension,
Canadian Journal of Cardiology, 32-34.
Lim, K.K., Sivasampu, S., dan Khoo, E.M., 2015. Antihypertensive drugs for elderly
patients: a cross‑ sectional study. Singapore Med J, 56(5): 291-297.
Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redo´n, J., Zanchetti, A., et al., 2013. 2013
ESH/ESC Guidelines for The Management of Arterial Hypertension : TheTask
Force for the management ofarterial hypertension of the European Society of
Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC). Journal of
Hypertension., 31 (7), 1314-1315.
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A., dan Batubara, I., 2008. Mengenal
Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika, Jakarta.
Medscape, 2016. Drug Interaction Checker (Online), http://reference.medscape.com/drug-
interactionchecker diakses pada 20 Desember 2016.
Drugs.com, 2016. Drug Interactions Checker (Online) ,
https://www.drugs.com/dru_interactions.php, Multum Information Services, Inc,
diakses tanggal 20 Desember 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Muntha, P., 2013. Drug Interactions – Causes & Implications. RRJPPS., 2(3), 102-103.
Nguyen, Q.T., Anderson, S.R., Sanders, L., dan Nguyen L.D., 2012. Managing
Hypertension in the Elderly: A Common Chronic Disease with Increasing Age.
Am Health Drug Benefits., 5 (3), 146-153.
Oparil S., 2006. Hypertension in the Elderly: The Bottom Line: What Are the Best
Treatments for Hypertension in the Elderly?. Medscape Cardiology., 10(1), 5.
Rahajeng, E., dan Tuminah, S., 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia., 59 (12), 580-586.
Rahmawati, F., Handayani, R., dan Gosal, V., 2006. Kajian Retrospektif Interaksi Obat di
Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia.,
hal 177.
Rocal, C.A., Reungjui, C.A., Sánchez-Lozada, L.G., Mu, W., Sautin, Y.Y., Nakagawa, T.,
dan Johnson, R.J., 2009. Combination of Captopril and Allopurinol Retards
Fructose-Induced Metabolic Syndrome. Am J NephroL., 30(5): 399–404.
Skolnik, N.S., Beck, J.D., dan Clark, M., 2000. Combination Antihypertensive Drugs:
Recommendations for Use. Am Fam Physician., 61(10):3049-3056.
Stokes, G.S., 2009. Management of Hypertension in the Elderly Patient. Clinical
Interventions in Aging,Vol. 4, 383-384.
Syamsudin, 2011. Interaksi Obat: Konsep Dasar dan Klinis. UI-Press, Jakarta.
Tatro, D.S., 2007. Drug Interaction Facts 2007. First Edition, Wolters Kluwer Health,
Facts & Comparisons, U.S.
Wang, MT., Su, CY., Chan, A.L.F., Lian, PW., Leu, HB., dan Hsu, YJ., 2010. Risk of
digoxin intoxication in heart failure patients exposed to digoxin–diuretic
interactions: a population-based study. Br J Clin Pharmacol. 70(2): 258–267.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Lampiran 1 : Surat Keterangan Ijin Penelitian di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Lampiran 2. Distribusi Kombinasi Obat Antihipertensi pada Pasien
Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho
Periode Januari – Juni 2016
No Kombinasi obat
antihipertensi
Jumlah rekam
medis
N = 258
Persentase (%)
1 ACE I + CCB 2 0,8
2 ACE I + ARB 1 0,7
3 ACE I + ARB + α2
sentral
1 0,7
4 ACE I + ARB + CCB 1 0,7
5 ACE I + CCB + β-
blocker
1 0,7
6 ARB + CCB 57 22,1
7 ARB + CCB + β-
blocker
4 1,6
8 ARB + CCB +
Diuretik
18 7
9 ARB + Diuretik 10 3,9
10 ARB + Diuretik + β-
blocker
3 1,2
11 ARB + β-blocker 3 1,2
12 ARB + CCB +
Central α2-Agonis
2 0,8
13 ARB + CCB +
Diuretik + β-blocker
1 0,7
14 ARB + CCB +
Diuretik + Central α2-
Agonis
2 0,8
15 ARB + CCB +
Diuretik + β-blocker +
Central α2-Agonis
1 0,7
16 CCB + Diuretik 5 1,9
17 CCB + Central α2-
Agonis
2 0,8
18 CCB + Diuretik + β-
blocker
2 0,8
19 CCB + CCB 1 0,7
20 Diuretik + Diuretik 1 0,7
21 ARB + CCB + ACE I 1 0,7
22 Diuretik + Diuretik +
β-blocker
1 0,7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Lampiran 3. Daftar Obat yang Berinteraksi, Kategori Signifikansi dan Jenis
Interaksi tiap Rekam Medis
No Obat yang berinteraksi
Kategori
Signifikansi
Klinis
Jenis
Interaksi
1 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
2 Valsartan Gemfibrozil Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
3 Amlodipin Methylprednisolone Minor FK
4 Furosemide CaCO3 Minor FK
Furosemide Asam Folat Minor FK
5 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
6 Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Valsartan Furosemide Signifikan FD
Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
7 Valsartan Meloxicam Signifikan FD
Valsartan Ketorolac Signifikan FD
8 Amlodipin Methylprednisolone Minor FK
9 Captopril Allopurinol Serius FD
10 Furosemide Diklofenak Signifikan FD
11 Valsartan Furosemide Signifikan FD
12 Valsartan Furosemide Signifikan FD
13 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Amlodipin Simvastatin Serius FK
14 Captopril Asam Mefenamat Signifikan FD
15 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
16 Valsartan Diklofenak Signifikan FD
17 Valsartan HCT Signifikan FD
18 Valsartan HCT Signifikan FD
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Amlodipin Simvastatin Serius FK
19 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Amlodipin Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
20 Amlodipin Griseofulvin Minor FK
21 Lisinopril Candesartan Serius FD
22 Valsartan Aspirin Signifikan FD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
23 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Furosemide Glikuidon Minor FK
24 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Amlodipin Simvastatin Serius FK
25 Valsartan Furosemide Signifikan FD
26 Valsartan Meloxicam Signifikan FD
27 Klonidin Metformin Minor FD
Amlodipin Simvastatin Serius FK
28 Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
29 Amlodipin Simvastatin Serius FK
30 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Furosemide Signifikan FD
Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
31 Amlodipin Simvastatin Serius FK
Irbesartan HCT Signifikan FD
32 Amlodipin Simvastatin Serius FK
33 Valsartan Aspirin Signifikan FD
Valsartan Gemfibrozil Signifikan FD
34 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
35 Amlodipin Simvastatin Serius FK
Amlodipin Methylprednisolone Minor FK
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
36 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
37 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
38 Amlodipin Triamnicolone Minor FK
39 Amlodipin Simvastatin Serius FK
40 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
41 Valsartan Diklofenak Signifikan FD
42 Valsartan Asam Mefenamat Signifikan FD
43 Valsartan Furosemide Signifikan FD
44 Valsartan Furosemide Signifikan FD
45 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Furosemide Glibenklamid Minor FK
46 Valsartan Aspirin Signifikan FD
47 Amlodipin Diltiazem Serius FD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
48 Furosemide Meloxicam Signifikan FD
Furosemide Asam Folat Minor FK
49 Valsartan Furosemide Signifikan FD
50 Valsartan HCT Signifikan FD
51 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Valsartan Digoxin Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Furosemide Digoxin Signifikan FD
52 Valsartan Ketorolac Signifikan FD
53 Valsartan HCT Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
HCT Aspirin Signifikan FD
54 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan HCT Signifikan FD
Bisoprolol HCT Signifikan FD
55 Valsartan Furosemide Signifikan FD
56 Amlodipin Simvastatin Serius FK
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
57 Valsartan Aspirin Signifikan FD
58 Captopril Glimepiride Signifikan FD
Captopril Allopurinol Serius FD
59 Valsartan Furosemide Signifikan FD
60 Valsartan Celecoxib Signifikan FD
61 Valsartan Furosemide Signifikan FD
62 Valsartan Diklofenak Signifikan FD
63 Valsartan Aspirin Signifikan FD
64 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
65 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
66 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
67 Amlodipin Bisoprolol Signifikan FD
68 Furosemide Aspirin Signifikan FD
69 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
70 Valsartan HCT Signifikan FD
71 Furosemide Meloxicam Signifikan FD
72 Valsartan Aspirin Signifikan FD
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
73 Valsartan Gemfibrozil Signifikan FD
74 Valsartan Furosemide Signifikan FD
75 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
76 Furosemide Irbesartan Signifikan FD
Irbesartan Digoxin Signifikan FD
Furosemide Digoxin Signifikan FD
77 Valsartan Furosemide Signifikan FD
78 Furosemide Spironolakton Signifikan FD
Spironolakton Aspirin Signifikan FD
Spironolakton Digoxin Signifikan FK
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Furosemide Digoxin Signifikan FD
79 Valsartan Furosemide Signifikan FD
80 Valsartan HCT Signifikan FD
81 Amlodipin Simvastatin Serius FK
82 Valsartan Furosemide Signifikan FD
83 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Valsartan Meloxicam Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Furosemide Meloxicam Signifikan FD
84 Amlodipin Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan HCT Signifikan FD
Bisoprolol HCT Signifikan FD
Klonidin Bisoprolol Serius FD
85 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Amlodipin Simvastatin Serius FK
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
86 Valsartan Aspirin Signifikan FD
87 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
88 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
89 Furosemide Glimepiride Minor FK
90 Amlodipin Methylprednisolone Minor FK
91 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Furosemide Glimepiride Minor FK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
92 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
Valsartan Furosemide Signifikan FD
93 Amlodipin Simvastatin Serius FK
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
94 Valsartan Furosemide Signifikan FD
95 Valsartan Spironolakton Signifikan FD
96 Amlodipin Bisoprolol Signifikan FD
Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
Furosemide Aspirin Signifikan FD
97 Valsartan Aspirin Signifikan FD
Valsartan Digoxin Signifikan FD
Valsartan Diklofenak Signifikan FD
98 Amlodipin Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Furosemide Signifikan FD
Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
99 Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
Furosemide Spironolakton Signifikan FD
Bisoprolol Spironolakton Signifikan FD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 4. Alat pengambilan data penelitian peresepan obat pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari – Juni 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 5. Tabel interaksi obat antar obat antihipertensi meliputi obat yang terlibat, kategori signifikansi klinis interaksi
obat, jenis interaksi obat, jumlah kasus, dan managemen interaksi obat
Obat yang Berinteraksi Kategori
Signifikansi
Efek Mekanisme Manajemen Jumlah
kasus
Amlodipine Bisoprolol Signifikan –
perlu
pemantauan
Bisoprolol dan Amlodipine
dapat memiliki efek aditif
dalam menurunkan tekanan
darah dan detak jantung.
Menaikan penghambatan
kanal anti hipertensi. Dapat
mengalami sakit kepala,
pusing, ringan, pingsan, dan
/ atau perubahan denyut
nadi atau jantung berdetak.
Efek samping ini dapat
dilihat pada awal
pengobatan, disusul
kenaikan dosis, atau ketika
pengobatan diulang setelah
interupsi.
Aditif
farmakodinamik
Dibutuhkan penyesuaian
dosis atau pemantauan
lebih sering oleh dokter
untuk keamanan
menggunakan kedua
obat. Hindari mengemudi
atau mengoperasikan
mesin berbahaya sampai
tahu bagaimana obat
mempengaruhi tubuh,
dan berhati-hati ketika
bangun dari posisi duduk
atau berbaring
5
Amlodipine Diltiazem Serius. Diltiazem akan
meningkatkan level/ efek
dari amlodipin. Konsentrasi
amlodipine dalam plasma
dapat naik, hasilnya efek
farmakologi dan efek
Potensiasi
farmakodinamik
.
Hindari kombiasi atau
gunakan obat alternatif .
Monitoring dengan hati-
hati tekanan darah ketika
memulai atau
menghentikan pemakaian
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
merugikan naik. Keduanya
menghambat sistem renin-
angiotensin.
diltiazem, dan persiapkan
untuk menyesuaikan
dosis amlodipin sesuai
kebutuhan..
Valsartan Bisoprolol Signifikan –
perlu
pemantauan
Valsartan dan Bisoprolol
sama-sama dapat
meningkatan kalium serum.
kombinasi Valsartan dengan
Beta-blocker dan ACE
inhibitor dikaitkan dengan
hasil yang tidak
menguntungkan pada
morbiditas dan mortalitas
pada pasien gagal jantung.
Sinergisme
farmakodinamik
Monitor terus status
klinis pasien.
13
Valsartan Furosemide Signifikan –
perlu
pemantauan
Valsartan meningkatkan dan
Furosemide menurun
kalium serum.
Antagonis
farmakodinamik
.
Monitor serum kalium
pasien
26 (F)
Valsartan ,
Irbesartan
HCT Signifikan –
perlu
pemantauan
Valsartan/ Irbesartan
meningkatkan dan HCT
menurun kalium serum.
Antagonis
farmakodinamik
.
Monitor serum kalium
pasien
9 (F)
Furosemide
( Diuretik
loop)
Bisoprolol
(Beta
Blocker)
Signifikan –
perlu
pemantauan
Aksi kardiovaskuler dari
bisonolol dapat meningkat.
Dapat meningkatkan risiko
hiperglikemia dan
hipertrigliseridemia pada
beberapa pasien terutama
Farmakokinetik Tidak ada intervensi
yang diperlukan. Monitor
status kardiovaskuler
pasien, sesuaikan disis
dari beta blocker sesuai
kebutuhan. Pemantauan
7 (F)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pada pasien dengan diabetes
atau diabetes laten.
Mungkin dengan
menurunkan cairan
ekstravaskuler dan
perubahan parameter
farmakokinetik dari
bisoprolol.
kadar kalium serum,
tekanan darah, dan
glukosa darah
direkomendasikan
selama coadministrasi.
Pasien harus disarankan
untuk mencari bantuan
medis jika mereka
mengalami pusing,
kelemahan, pingsan,
cepat atau tidak teratur
detak jantung, atau
hilangnya kontrol
glukosa darah.
Furosemide Irbesartan Signifikan –
perlu
pemantauan
Irbesartan menaikan dan
Furosemide menurunkan
serum potassium.
Antagonis
farmakodinamik
Monitor serum potassium 1 (F)
Furosemid Spironolakto
n
Signifikan –
perlu
pemantauan
Spironolakton
meningkatkan dan
Furosemide menurunkan
kalium serum.
Antagonis
farmakodinamik
Modifikasi Terapi /
Memantau ketat.
2
Bisoprolol HCT Signifikan –
perlu
pemantauan
Bisoprolol meningkatkan
dan HCT menurunkan
kalium serum. Diuretik dan
Beta-blockers dapat
meningkatkan risiko
hiperglikemia dan
Antagonis
farmakodinamik
Meskipun mereka sering
dikombinasikan dalam
praktek klinis,
Pemantauan kadar
kalium serum, tekanan
darah, dan glukosa darah
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
hipertrigliseridemia pada
beberapa pasien, terutama
pada pasien dengan diabetes
atau diabetes laten.
direkomendasikan
selama coadministrasi.
Pasien harus disarankan
untuk mencari bantuan
medis jika mereka
mengalami pusing,
kelemahan, pingsan,
cepat atau tidak teratur
detak jantung, atau
hilangnya kontrol
glukosa darah.
Bisoprolol Spironolakto
n
Signifikan –
perlu
pemantauan
Bisoprolol dan
Spironolakton sama-sama
meningkatkan kalium
serum. Menggunakan
Spironolakton dan
Bisoprolol bersama-sama
dapat menurunkan tekanan
darah dan memperlambat
detak jantung. Hal ini dapat
menyebabkan pusing, atau
perasaan seperti Anda akan
pingsan, kelemahan,
pingsan, cepat atau tidak
teratur detak jantung, atau
hilangnya kontrol glukosa
darah. diuretik dan beta-
blockers dapat
Sinergis
farmakodinamik
Meskipun mereka sering
dikombinasikan dalam
praktek klinis, perlu
penyesuaian dosis atau
butuh tekanan darah
Anda diperiksa lebih
sering menggunakan
kedua obat aman.
Pemantauan kadar
kalium serum, tekanan
darah, dan glukosa darah
direkomendasikan
selama coadministration.
Pasien harus disarankan
untuk mencari bantuan
medis jika mereka
mengalami pusing,
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
meningkatkan risiko
hiperglikemia dan
hipertrigliseridemia pada
beberapa pasien, terutama
pada pasien dengan diabetes
atau diabetes laten.
kelemahan, pingsan,
cepat atau tidak teratur
detak jantung, atau
hilangnya kontrol
glukosa darah.
Klonidin Bisoprolol
(beta blocker)
Serius. efek potensial mengancam
nyawa meningkat dengan
tekanan darah.
meningkatkan toksisitas
yang lain, dan
meningkatkan risiko
bradikardia.
Sinergisme
farmakodinamik
Monitor dekat tekanan
darah setelah inisiasi atau
setelah penghentian
klonidin atau beta
blocker ketika diberikan.
Hentikan agen tersebut,
lebih baik pertama kali
hentikan beta blocker .
klonidin tidak boleh
dihentikan tiba-tiba,
tetapi harus tapering off
lebih dari 2 sampai 4
hari. Beta blocker harus
dihentikan beberapa hari
secara bertahap sebelum
menghentikan klonidin
tersebut. Disarankan
bahwa mengganti
klonidin dan beta blocker
dengan labetalol (alfa
dan beta blocker) Pasien
berhenti menggunakan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
klonidin harus hati-hati
dipantau untuk
perubahan tekanan darah,
sakit kepala parah,
tremor, ketakutan,
pembilasan, mual, dan
muntah.
Lisinopril Candesartan Serius. Meningkatkan toksisitas
satu sama lain. Blokade
ganda sistem renin-
angiotensin meningkatkan
risiko hipotensi,
hiperkalemia, dan gangguan
ginjal.
Sinergis
farmakodinamik
.
Jika kombinasi dianggap
medis diperlukan,
elektrolit serum, tekanan
darah, dan fungsi ginjal
harus dimonitor secara
seksama. pemantauan
rutin elektrolit dan fungsi
ginjal dapat
diindikasikan pada orang
tua atau pasien dengan
memburuknya gagal
jantung atau risiko
dehidrasi. suplementasi
kalium umumnya harus
dihindari kecuali diawasi
secara ketat, dan pasien
harus disarankan untuk
mencari bantuan medis
jika mereka mengalami
tanda-tanda dan gejala
hiperkalemia seperti
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kelemahan, kelesuan,
kebingungan, kesemutan
dari ekstremitas, dan
denyut jantung tidak
teratur. Tidak dianjurkan,
terutama pada pasien
dengan nefropati
diabetik.
Spironolakt
on
Valsartan Signifikan –
perlu
pemantauan
ARB dan diuretik hemat
kalium dapat meningkatkan
risiko hiperkalemia.
Mengancam jiwa dan
hiperkalemia yang fatal
dapat terjadi, terutama
ketika kombinasi digunakan
pasien dengan faktor risiko
seperti gangguan ginjal,
diabetes, usia tua, berat atau
perburukan gagal jantung,
dehidrasi, penggunaan
bersama agen lain yang
menghalangi renin-
angiotensin sistem -
aldosterone atau
meningkatkan kadar kalium
serum.
Aditif
farmakodinamik
Kalium serum dan fungsi
ginjal harus diperiksa
sebelum memulai terapi
dan teratur setelah itu,
dan suplemen kalium
serta penggunaan
pengganti garam kalium
yang mengandung harus
dihindari kecuali benar-
benar diperlukan dan
manfaat lebih besar
daripada potensi resiko.
Beberapa peneliti
menyarankan dosis yang
tidak melebihi 25 mg /
hari pada pasien berisiko
tinggi.
1
(F)= interaksi yang biasanya diinginkan terjadi namun harus dipantau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 6. Tabel interaksi obat antara obat anti hipertensi dengan obat non antihipertensi meliputi obat yang terlibat,
kategori signifikansi klinis interaksi obat, jenis interaksi obat, jumlah kasus, dan managemen interaksi obat
Obat yang Berinteraksi Kategori
Signifikansi
Efek Jenis interaksi Manajemen Jumlah
kasus
Amlodipine Griseofulvin Minor Griseofulvin akan
menurunkan efek dari
amlodipin dengan
mempengaruhi
metabolisme enzim
CYP3A4 di hati/ intestinal
Farmakokinetik Tidak ada intervensi
khusus, pemantauan
tekanan darah.
1
Amlodipine Methylpredni-
solone
Minor Methylprednisolone akan
menurunkan level/efek
dari amlodipin. Interaksi
ini paling mungkin terjadi
ketika Methylprednisolone
digunakan untuk lebih dari
seminggu, karena
penggunaan jangka
panjang dapat
menyebabkan retensi
natrium dan air.
Mempengaruhi
metabolisme enzim
CYP3A4 di hati/ intestinal
Farmakokinetik Pasien pada
berkepanjangan (yaitu,
lebih lama dari sekitar
seminggu) atau terapi
kortikosteroid dosis
tinggi harus memiliki
tekanan darah, kadar
elektrolit, dan berat
badan dimonitor secara
teratur, dan diamati
untuk pengembangan
edema dan gagal jantung
kongestif. Dosis obat
antihipertensi mungkin
memerlukan
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
penyesuaian. Jangan
berhenti menggunakan
obat apapun tanpa
terlebih dahulu berbicara
dengan dokter Anda.
Amlodipine Simvastatin Serius. Menggabungkan obat-obat
ini dapat secara signifikan
meningkatkan kadar darah
simvastatin. penghambatan
amlodipine oleh
metabolisme simvastatin
melalui usus dan hati
CYP450 3A4. Hal ini
dapat meningkatkan risiko
efek samping seperti
kerusakan hati dan kondisi
yang jarang namun serius
yang disebut
rhabdomyolysis yang
melibatkan pemecahan
jaringan otot rangka.
Dalam beberapa kasus,
rhabdomyolysis dapat
menyebabkan kerusakan
ginjal dan bahkan
kematian
Farmakokinetik Hindari kombinasi ini
atau gunakan obat
alternatif lain. Dosis
Simvastatin tidak boleh
melebihi 20 mg setiap
hari bila digunakan
dalam kombinasi dengan
amlodipine. Perlu
penyesuaian dosis atau
pemantauan lebih sering
untuk keamanan
menggunakan kedua
obat.
13
Amlodipine Triamcinolone Minor Triamcinolone dapat
mengurangi efek dari
Farmakokinetik Pasien pada
berkepanjangan (yaitu,
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
amlodipine dalam
menurunkan tekanan darah
dengan mempengaruhi
metabolisme enzim hepar
dan intestinal CYP3A4.
lebih lama dari sekitar
seminggu) atau terapi
kortikosteroid dosis
tinggi harus memiliki
tekanan darah, kadar
elektrolit, dan berat
badan dimonitor secara
teratur, dan diamati
untuk pengembangan
edema dan gagal jantung
kongestif. Dosis obat
antihipertensi mungkin
memerlukan
penyesuaian.
Captopril Allopurinol Serius Resiko reaksi
hipersensitifitas lebih
tinggi.
Farmakodinami
k
Hentikan pemakaian
obat. Terapi langsung
untuk gejala reaksi
hipersensitifitas.
2 (F)
Captopril Asam
mefenamat
Signifikan –
Perlu
pemantauan
Meningkatkan toksisitas
yang lain dengan lainnya,
mengakibatkan fungsi
ginjal mengalami
kerusakan, terutama pada
usia lanjut, dan dapat
mengurangi efek Captopril
dalam menurunkan
tekanan darah.
Antagonis
farmakodinamik
Untuk pemakaian ACE I
lebih dari 1 minggu,
perlu monitor tekanan
darah lebih ketat lagi.
Perlu penyesuaian dosis
atau pemantauan lebih
sering oleh dokter untuk
keamanan menggunakan
kedua obat.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Captopril Glimepiride Signifikan –
Perlu
pemantauan
Captopril meningkatkan
efek Glimepiride dan
menyebabkan kadar gula
darah terlalu rendah.
Gejala gula darah rendah
termasuk sakit kepala,
pusing, mengantuk, mual,
lapar, tremor, kelemahan,
berkeringat, dan cepat atau
berdebar detak jantung.
Kedua obat menurunkan
glukosa darah.
Sinergisme
farmakodinamik
.
Perlu penyesuaian dosis
dan memonitor glukosa
darah lebih sering.
1
Valsartan Gemfibrozil Signifikan –
Perlu
pemantauan
Gemfibrozil akan
meningkatkan level atau
efek dari valsartan
Potensiasi
Farmakodinami
k
Pemantauan tekanan
darah
3
Valsartan NSAID
(Ketorolac,
Aspirin,
Meloxicam,
Celecoxib,
Asam
Mefenamat,
Diklofenak)
Signifikan –
Perlu
pemantauan
NSAID mengurangi efek
dari valsartan, dan
meningkatkan toksisitas
yang lain dengan lainnya,
mengakibatkan fungsi
ginjal kerusakan, terutama
pada usia lanjut . NSAID
menurunkan sintesis
vasodilatasi prostaglandin
ginjal, dan dengan
demikian mempengaruhi
homeostasis cairan dan
dapat mengurangi efek
Antagonisme
farmakodinamik
.
Perlu penyesuaian dosis
atau modifikasi terapi
serta memantau ketat.
Pasien yang menerima
angiotensin II antagonis
reseptor yang
membutuhkan
berkepanjangan (lebih
dari 1 minggu) terapi
bersamaan dengan
NSAID harus memiliki
tekanan darah dipantau
lebih dekat setelah
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
antihipertensi.
valsartan dan NSAID
sama-sama meningkatan
kalium serum.
memulai, penghentian,
atau perubahan dosis
NSAID. Fungsi ginjal
juga harus dievaluasi
secara periodik selama
coadministrasi
berkepanjangan.
Valsartan ,
Irbesartan
Digoxin Signifikan –
Perlu
pemantauan
Digoxin akan
meningkatkan tingkat atau
efek dari valsartan/
irbesartan. Valsartan/
irbesartan dan digoxin
sama-sama peningkatan
kalium serum.
Sinergis
Farmakodinami
k
Monitor tekanan darah
dan serum kalium
3 (F)
Valsartan Simvastatin Signifikan –
Perlu
pemantauan
Simvastatin akan
meningkatkan tingkat atau
efek dari valsartan.
Valsartan meningkatkan
toksisitas simvastatin.
Potensiasi
farmakodinamik
Monitor tekanan darah 17
Furosemide
(Diuretik
loop)
Aspirin Signifikan –
Perlu
pemantauan
Aspirin mengurangi efek
dari Furosemide. Aspirin
meningkat dan furosemide
menurunkan kalium
serum.
Antagonis
farmakodinamik
.
Tidak ada intervensi
yang diperlukan. Untuk
pasien dengan sirosis dan
ascites yang
membutuhkan diuterik
loop, gunakan salisilat
dengan perhatian.
11
Furosemide
(Diuretik
Digoxin Signifikan –
Perlu
Furosemide meningkatkan
efek Digoxin.
Potensiasi
farmakodinamik
Hipokalemia dan
hipomagnesemia harus
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
loop) pemantauan diobati dengan tepat.
penyesuaian dosis
digitalis mungkin
diperlukan. Mengukur
level plasma dari
potasium dan magnesium
ketika menggunakan
obat-obat ini dalam
kombinasi. Pasien
disuplemen dengan level
rendah. Mencegah
kehilangan lebih lanjut
dengan diet pembatasan
sodium atau adisi dari
diuretik hemat potasium.
Furosemide
(Diuretik
loop)
Diklofenak Signifikan –
Perlu
pemantauan
Efek diuretik loop akan
menurun
Antagonisme
farmakodinamik
Meningkatkan dosis
diuretik loop.
Mempertimbangkan agen
anti inflamasi lain ketika
diuresis tidak cukup.
Manajemen terdiri dari
menghindari dehidrasi
dan hati-hati memantau
fungsi ginjal dan tekanan
darah pasien. Jika
insufisiensi ginjal atau
hiperkalemia
berkembang, kedua obat
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
harus dihentikan sampai
kondisi tersebut
diperbaiki
Furosemide
(Diuretik
loop)
Glimepirid,
Glibenklamid,
Glikuidon
Minor Diuretik loop dapat
menurunkan toleransi
glukosa, menghasilkan
hiperglikemia di pasien
yang sebelumnya
terkontrol dengan baik
menggunakan sulfonilurea.
Farmakokinetik Tidak ada intervensi
yang diperlukan. Monitor
kadar gula.
4
Furosemide Asam Folat Minor Furosemide menurunkan
level asam folat dengan
meningkatkan klirens
ginjal
Farmakokinetik Tidak ada intervensi
yang diperlukan.
2
Furosemide CaCO3 Minor Furosemide menurunkan
kadar kalsium karbonat
dengan meningkatkan
klirens ginjal.
Farmakokinetik Tidak ada intervensi
yang diperlukan. Bila
perlu tingkatkan dosis
CaCO3
1
Furosemide Meloxicam Signifikan –
Perlu
pemantauan
Meloxicam mengurangi
efek dari Furosemide
Antagonisme
farmakodinamik
Pada pasien yang
menerima baik diuretik
dan terapi NSAID,
manajemen terdiri dari
menghindari dehidrasi
dan hati-hati memantau
pasien ginjal fungsi dan
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
tekanan darah. Jika
insufisiensi ginjal atau
hiperkalemia
berkembang, kedua obat
harus dihentikan sampai
kondisi tersebut
diperbaiki.
HCT Aspirin Signifikan –
perlu
pemantauan
Hydrochlorothiazide akan
meningkatkan efek aspirin
oleh kompetisi obat asam
(anion) untuk clearance
tubular ginjal. Aspirin
meningkat dan
hidroklorotiazid
menurunkan kalium
serum.
Potensiasi
farmakodinamik
Monitor serum kalium 1
Klonidin Metformin Minor Klonidin menurunkan efek
dari Metformin Penurunan
hipoglikemia yang
diinduksi produksi
katekolamin
Antagonisme
farmakodinamik
.
Tidak ada intervensi
yang diperlukan. Monitor
kadar gula darah
1
Spironolakt
on
Digoxin Signifikan –
perlu
pemantauan
Spironolakton akan
meningkatkan level atau
efek dari digoxin oleh P-
glikoprotein (MDR1)
penghabisan transporter.
Spironolakton telah
Farmakokinetik Memantau dengan
cermat selama
coadministrasi
Tingkat kedua obat
harus diperiksa bila
diperlukan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
terbukti meningkatkan
waktu paruh digoxin dan
toksisitas selanjutnya
dapat terjadi.
Mekanisme: penurunan
klirens ginjal.
Spironolakton dapat
menyebabkan elevasi
palsu assay digoxin.
Spironolakton dan digoxin
sama-sama meningkatkan
kalium serum. Plasma
clearance dari digoxin
mungkin akan menurun,
dan kadar plasma dapat
meningkat.
Spironolakt
on
Aspirin Signifikan –
perlu
pemantauan
Spironolakton dan Aspirin
sama-sama meningkatkan
kalium serum.
Sinergis
farmakodinamik
Jika diuresis tidak
memadai, pertimbangkan
penghentian salisilat atau
meningkatkan dosis
spironolakto sementara
perhatikan konsentrasi
kalium serum pasien.
1
(F)= interaksi yang biasanya diinginkan terjadi namun harus dipantau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 7. Keterangan Kelayakan Etik / Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BIOGRAFI PENULIS
Yokebed Christina Gunawan merupakan anak pertama
dari pasangan Bambang Gunawan dan Mariani, lahir di
Magelang tanggal 31 Agustus 1995. Pendidikan
dimulai pada Taman Kanak Kanak Tunas Kasih
Magelang tahun 2000 sampai 2001
Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar
Kristen Indonesia Magelang tahun 2001 hingga tahun
2007. Kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Pertama Kristen Indonesia
Magelang pada tahun 2007 hingga 2010. Setelah lulus, melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Atas Negeri Magelang mulai tahun 2010 hingga 2013.
Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan menyelesaikan masa studi pada tahun 2016.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi
kampus diantaranya mulai tahun 2013 bergabung dan aktif dalam Persekutuan
Mahasiswa Kristen Apostolos , Unit Kegiatan Fakultas DNA Dance, dan
Cosmetic Student Club, pada tahun 2014 ikut dalam kepanitiaan Retreat, Herbal
Garden Team, pada tahun 2015 ikut dalam kepanitiaan Inisiasi Sanata Dharma
(INSADHA) sebagai pendamping kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI