kajian fungsi dan sign arsitektur karo

10
© 2003 Digitized by USU digital library 1 KAJIAN FUNGSI DAN SIGN ARSITEKTUR KARO Studi Kasus Rumah Raja Di Kampung Lingga FIRMAN EDDY,ST Program Studi Arsitektur Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengertian semiotik pertama kali dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce yang mendefinisikannya sebagai “the study of patterned human behavior in communication in all its modes” dalam pengertian ini menekankan bahwa makna (meaning) selalu merupakan suatu hasil budaya atau kebiasaan sosial. Semiotik mulai dihubungkan dengan arsitektur sejak Charles Sanders Pierce dan Ferdinand de Saussure menyatakan bahwa sistem tanda itu dapat diberlakukan lebih luas lagi untuk berbagai fenomena budaya. Semiologi menjadi jembatan penghubung antara hakikat suatu hal dengan manusia. Semiologi berada diantara epistomologi yang melekat pada suatu hal dengan psikologi yang ada pada manusia, khususnya psikologi persepsi. Dalam proses ini selalu ada representasi (signifier), konsep (signified), dan persepsi (referent). Pada tahun-tahun terakhir terbukti bahwa bahasa ini sangat menarik bagi mereka yang cenderung menggunakan pendekatan sain, terutama saat linguistik telah berkembang menjadi serangkaian model interpretasi. Inovasi ini telah memberikan inspirasi bagi transisi yang sangat dramatis dan telah menjadi inti pembahasan dalam pemahaman arsitektur saat ini, di mana banyak para arsitek dan pemerhati arsitektur saat itu mulai menyadari akan adanya potensi yang sangat besar pada “bahasa” di dalam arsitektur yang dapat berperan sebagai sarana komunikasi secara luas. Maka mulai saat itulah semiotik banyak dibicarakan sebagai sebuah disiplin induk dari arsitektur dan bahasa dalam konteks obyek-obyek arsitektur (ruang/ tempat, atau alat yang digunakan manusia sehari-hari) yang merupakan hasil transformasi dari karya-karya arsitektur. Interpreter biasanya mengevaluasi karya arstektur atau bangunan dengan parameter efisiensi ruang- ruang termasuk komponen-komponennya. Dengan dukungan semiotik diharapkan aspek-aspek lainnya yang melekat dapat dikomunikasikan secara apa adanya dan sistematis kepada interpreter atau sekelompok interpreter (pengamat) yang tentunya sangat subyektif tergantung dari pengalaman dan pemahaman seseorang atau sekelompok orang. Sebagai titik tolak dapat dipakai pedoman evaluasi karya arsitektur seperti aspek kekokohan (konstruksi), aspek fungsi (fungsional), aspek keindahan (ekspresi), dan lain sebagainya. Dalam tulisan ini kajian semiotik dikembangkan pada dua titik tolak yaitu: Sign dan Fungsi. I.2. Semiotika Model Umberto Eco Dalam semiotika model ini, Eco mempergunakan model signifikasi berlapis dua, yaitu menganggap bahwa fungsi bangunan adalah sebagai “denotasi” dan “konotasi” yang juga memisahkan makna arsitektur menjadi makna “primer” dan makna “sekunder”. Pengertiannya dapat dipahami sebagai berikut: Makna Primer/ Fungsi Utama/ Denotasi: makna yang disampaikan oleh perancangnya, sebagai tujuan dasar pembuatan objek atau komponenya. Makna Sekunder/ Fungsi Sekunder/ Konotasi: tujuannya disesuaikan dengan berbagai cara untuk mewujudkannya yang disesuaikan dengan siapa

Upload: ave-harysakti

Post on 29-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Pengertian semiotik pertama kali dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce yang mendefinisikannya sebagai “the study of patterned human behavior in communication in all its modes” dalam pengertian ini menekankan bahwa makna (meaning) selalu merupakan suatu hasil budaya atau kebiasaan sosial. Semiotik mulai dihubungkan dengan arsitektur sejak Charles Sanders Pierce dan Ferdinand de Saussure menyatakan bahwa sistem tanda itu dapat diberlakukan lebih luas lagi untuk berbagai fenomena budaya. Semiologi menjadi jembatan penghubung antara hakikat suatu hal dengan manusia. Semiologi berada diantara epistomologi yang melekat pada suatu hal dengan psikologi yang ada pada manusia, khususnya psikologi persepsi. Dalam proses ini selalu ada representasi (signifier), konsep (signified), dan persepsi (referent).

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Fungsi Dan Sign Arsitektur Karo

© 2003 Digitized by USU digital library 1

KAJIAN FUNGSI DAN SIGN ARSITEKTUR KARO Studi Kasus Rumah Raja Di Kampung Lingga

FIRMAN EDDY,ST

Program Studi Arsitektur

Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengertian semiotik pertama kali dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce yang mendefinisikannya sebagai “the study of patterned human behavior in communication in all its modes” dalam pengertian ini menekankan bahwa makna (meaning) selalu merupakan suatu hasil budaya atau kebiasaan sosial. Semiotik mulai dihubungkan dengan arsitektur sejak Charles Sanders Pierce dan Ferdinand de Saussure menyatakan bahwa sistem tanda itu dapat diberlakukan lebih luas lagi untuk berbagai fenomena budaya. Semiologi menjadi jembatan penghubung antara hakikat suatu hal dengan manusia. Semiologi berada diantara epistomologi yang melekat pada suatu hal dengan psikologi yang ada pada manusia, khususnya psikologi persepsi. Dalam proses ini selalu ada representasi (signifier), konsep (signified), dan persepsi (referent). Pada tahun-tahun terakhir terbukti bahwa bahasa ini sangat menarik bagi mereka yang cenderung menggunakan pendekatan sain, terutama saat linguistik telah berkembang menjadi serangkaian model interpretasi. Inovasi ini telah memberikan inspirasi bagi transisi yang sangat dramatis dan telah menjadi inti pembahasan dalam pemahaman arsitektur saat ini, di mana banyak para arsitek dan pemerhati arsitektur saat itu mulai menyadari akan adanya potensi yang sangat besar pada “bahasa” di dalam arsitektur yang dapat berperan sebagai sarana komunikasi secara luas. Maka mulai saat itulah semiotik banyak dibicarakan sebagai sebuah disiplin induk dari arsitektur dan bahasa dalam konteks obyek-obyek arsitektur (ruang/ tempat, atau alat yang digunakan manusia sehari-hari) yang merupakan hasil transformasi dari karya-karya arsitektur. Interpreter biasanya mengevaluasi karya arstektur atau bangunan dengan parameter efisiensi ruang-ruang termasuk komponen-komponennya. Dengan dukungan semiotik diharapkan aspek-aspek lainnya yang melekat dapat dikomunikasikan secara apa adanya dan sistematis kepada interpreter atau sekelompok interpreter (pengamat) yang tentunya sangat subyektif tergantung dari pengalaman dan pemahaman seseorang atau sekelompok orang. Sebagai titik tolak dapat dipakai pedoman evaluasi karya arsitektur seperti aspek kekokohan (konstruksi), aspek fungsi (fungsional), aspek keindahan (ekspresi), dan lain sebagainya. Dalam tulisan ini kajian semiotik dikembangkan pada dua titik tolak yaitu: Sign dan Fungsi. I.2. Semiotika Model Umberto Eco

Dalam semiotika model ini, Eco mempergunakan model signifikasi berlapis dua, yaitu menganggap bahwa fungsi bangunan adalah sebagai “denotasi” dan “konotasi” yang juga memisahkan makna arsitektur menjadi makna “primer” dan makna “sekunder”. Pengertiannya dapat dipahami sebagai berikut: • Makna Primer/ Fungsi Utama/ Denotasi: makna yang disampaikan oleh

perancangnya, sebagai tujuan dasar pembuatan objek atau komponenya. • Makna Sekunder/ Fungsi Sekunder/ Konotasi: tujuannya disesuaikan

dengan berbagai cara untuk mewujudkannya yang disesuaikan dengan siapa

Page 2: Kajian Fungsi Dan Sign Arsitektur Karo

© 2003 Digitized by USU digital library 2

yang memakainya, juga dipengaruhi oleh kualitas tempat dan status objek disekitarnya.

Kemudian menurut Eco penilaian atas fungsi sebuah karya arsitektur tetap relatif sifatnya, karena hanya berlaku secara kontekstual dari aspek historis, seperti yang dijelaskan sebagai berikut: • Historis/ Kesejarahan Fungsi: sebuah hasil karya arsitektur dapat berdiri

ribuan tahun lamanya, sehingga seringkali terjadi perubahan fungsi, yang ditentukan sendiri oleh pemakainya tanpa berkonsultasi dengan arsiteknya, karena telah lama meninggal dunia, sehingga titik tolak penilaian atas fungsi hasil karya arsitektur bersifat relatif, dan berlaku secara kontekstual.

Dalam kajian semiotika ini akan dilakukan pengamatan terhadap beberapa kemungkinan perubahan fungsi dan makna dalam kejadian-kejadian sebagai berikut: • Fungsi utama yang sudah lama hilang, dan fungsi sekundernya masih dapat

diimajinasikan serta dipakai untuk mempromosikan fungsi utama yang baru. • Fungsi utamanya tidak hilang sepanjang waktu, sedangkan fungsi sekundernya

berubah-ubah sesuai konteksnya. • Fungsi utama dan sekundernya sama sekali hilang, dan keduanya digantikan

dengan fungsi-fungsi baru. • Fungsi utamanya tidak berlaku lagi, sedangkan fungsi sekundernya berubah

total. • Fungsi sekundernya didukung oleh fungsi utama dari obyek yang berasal dari

masa lalu, sedang fungsi utama obyek tersebut tidak berubah sepanjang masa.

BAB II. PEMBAHASAN II.1. Rumah Raja di Kampung Lingga Rumah Raja di kampung Lingga ini hanya ada sebuah yang terletak di sisi utara dari pusat desa yang sekarang maupun yang lama. Ada beberapa perbedaan yang cukup berarti antara Rumah Raja ini dengan rumah tradisional Karo pada umumnya/ masyarakat umum yang dikenal dengan sebutuan Rumah Siwaluh Jabu. Perbedaan ini antara lain:

Rumah Raja Rumah Siwaluh Jabu. • Dihuni untuk 8 keluarga dengan

10 ruangan (rumah lebih besar). • Dihuni untuk 8 keluarga dengan 8

ruangan (rumah lebih kecil). • Terdapat Ornamen Gerga di

sekeliling bangunan (ada bunga gundur/ labu), daunnya, tapak raja Sulaiman dan istrinya), yang bermakna kesuburan/ tanah yang subur, dan ornamen-ornamen lainnya.

• Dan lain sebagainya.

• Tidak terdapat ornamen Gerga, dan ornamen lainnya relatif lebih sedikit.

Page 3: Kajian Fungsi Dan Sign Arsitektur Karo

© 2003 Digitized by USU digital library 3

gambar 1. Rumah Raja (dok. survei 18/4/03)

gambar 2. Ornamen Gerga (dok. survei 18/4/03)

Bentuk rumah ini secara keseluruhan (dengan dinding miringnya) seperti

posisi orang yang sedang berdoa/ beribadah (pada saat animisme sudah meyakini ada yang perlu disembah), atau ada juga anggapan bentuknya berbentuk tutup dadu, atau merupakan perwujudan Tuhan yang ada 3, yaitu Tuhan yang di atas, Tuhan yang di tengah, dan Tuhan yang di bawah.

Gambar 3. Posisi orang yang sedang

berdoa (dok. survei 18/4/03)

Gambar 4. Tampak depan Rumah Raja

Page 4: Kajian Fungsi Dan Sign Arsitektur Karo

© 2003 Digitized by USU digital library 4

Di bagian atap yang disebut tersek terdapat ayo-ayo (muka rumah), berbentuk segi tiga yang terbuat dari anyaman bambu, bermotifkan 8 alfa, yang bermakna ada 8 arah mata angin. Di bagian atas dan bawahnya terdapat lubang berbentuk segi tiga yang dulunya dominan berfungsi untuk ventilasi asap tunggku di dalam bangunan, di samping sebagai pengaliran udara. Di puncak atap terdapat kepala kerbau dengan tanduk yang masih asli, namun kepalanya terbuat dari semen, sebagai elemen penolak bala.

Gambar 5. Ayo-ayo (muka rumah), dengan ornamen dan lubang ventilasi. Di bagian puncak atap terdapat kepala kerbau. (dok. survei 18/4/03)

Warna pada ayo-ayo maupun pada gerga terdiri dari 5 warna, mengikuti marga silima yaitu: - Merah : Marga Karo-Karo - Hitam : Marga Sembiring - Biru : Marga Ginting - Putih: Marga Perangin-Angin - Kuning : Marga Tarigan Memiliki makna apabila sama warna atau sama marga, dilarang untuk menikah. Tangga terdiri dari 3 anak tangga (rakut sitelu) pada tangga depan, dan 5 anak tangga di bagian belakang (marga silima : Karo-karo, Sembiring, Ginting, Perangin-Angin, dan Tarigan) , sehingga semuanya berjumlah 8 (tutur siwalu), maksudnya sebuah rumah tradisional Karo biasanya dihuni oleh 8 keluarga.

Page 5: Kajian Fungsi Dan Sign Arsitektur Karo

© 2003 Digitized by USU digital library 5

Gambar 6. Tangga depan dengan 3 anak tangga terbuat dari bambu, bersandar pada turai (teras depan) yang juga terbuat dari bambu. . (dok. survei 18/4/03)

Memasuki bangunan Rumah Raja melewati pintu kecil yang disebut pintun

prik (pintu burung), di sebelah kiri dan kanannya terdapat pegangan tangan untuk masuk ke rumah yang disebut bendi-bendi, juga terdapat beberapa jendela kecil. Pada saat memasuki ambang pintun prik, kita akan menginjakkan kaki pada danggulan (kayu yang menjorok seperti tempat pijakan). Danggulan ini dulunya selain sebagai tempat pijakan orang yang akan masuk ke rumah, ia juga berfungsi pada saat terjadinya proses melahirkan, di mana si ibu akan didudukkan pada danggulan menghadap ke Timur, dengan kedua tangan memegang bendi-bendi. Dipercayai danggulan merupakan tempat paling baik pada saat melahirkan, karena dapat menolak pengaruh jahat yang akan menggagalkan kelahiran, dikarenakan pada saat pembangunan rumah, para dukun memberikan kekuatan tolak bala terpusat pada danggulan ini.

Page 6: Kajian Fungsi Dan Sign Arsitektur Karo

© 2003 Digitized by USU digital library 6

Gambar 7. Pintun prik dengan pegangan bendi-bendi, dan danggulan (kayu yang menonjol) di bawah pintun prik (terletak pada sisi ornamen gerga) . (dok. survei 18/4/03)

Ujung danggulan dan ujung kepala kerbau pada bagian atas atap merupakan garis lurus vertikal (pernah dibuktikan dengan pengukuran).

Ornamen simbolik lainnya yaitu retret (hewan beraspati), yang dikatakan sebagai sahabat manusia, karena pada saat warga kampung yang sedang mencari kayu di hutan, bila tersesat, maka mereka akan mencari beraspati (berkepala dua, bisa maju mundur, dan berkaki banyak) ini, yang dipercayai dapat menunjukkan jalan kembali ke kampung. Ornamen ini terbuat dari tali tambang yang secara fungsional mengikat papan-papan dinding dengan melubanginya. Di sudut pertemuan dapur-dapur (balok besar tempat ornamen gerga) terdapat cuping-cuping, yang melambangkan rumah ini hidup/ dapat mendengar seperti manusia.

Gambar 8. Ornamen retret sebagai pengikat dinding/ papan miring. (dok. survei 18/4/03)

Gambar 9. Cuping-cuping, seperti telinga manusia sebagai bentuk simbolik. (dok. survei 18/4/03)

Page 7: Kajian Fungsi Dan Sign Arsitektur Karo

© 2003 Digitized by USU digital library 7

Rumah Raja seperti juga rumah tradisional Karo lainnya merupakan rumah berkolong disengajakan. Dulunya kolong di bawah lantai rumah difungsikan sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan tempat memelihara ternak. Ketinggian kolong ini tidak sama, atay tanah tidak diratakan, walaupun lantai bangunan tetap timbang air/ tetap rata. Pada kolong ini ada balok penguat, dan ada palas/ batu. Antara palas dan tiang (binangun sebagai soko guru, dan pandak sebagai penopang) diletakkan kain putih dan ijuk yang diberi kekuatan tolak bala, yaitu agar kayu yang berasal dari hutan dan penunggu hutan tersebut tidak mengganggu penghuni rumah. Ijuk di sini secara fungsional juga berfungsi sebagai pegas penahan goncangan gempa. Binangun (tiang/ soko guru/ tiang yang menerus ke atas) semuanya berjumlah 6 buah, yaitu 4 buah di sudut-sudut dan 2 buah di tengah-tengah sisi memanjang, sedangkan sisanya berupa tiang penopang yang disebut pandak (tidak menerus ke atas), juga terdapat balok-balok penguat yang disebut tekang.

Gambar 10. Binangun, pandak, dan tekang.

(dok. survei 18/4/03) Di bagian bawah terdapat awit (lantai) yang terbuat dari pohon enau yang dibelah (mirip kelapa), di bagian atas lantai terbuat dari papan.

Memasuki bangunan, dapat diamati pola papan/ kayu lantai, di mana semua pangkal kayu harus menghadap ke barat (papan kayu memanjang pada as pintu depan ke belakang), yang disebut jabu bena kayu (rumah pangkal kayu), sedangkan pada sisi timur (pintu muka) disebut jabu ujung kayu (rumah ujung kayu).Binangun (tiang yang menerus dari bawah) menopang balok besar yang disebut tekang, dan ada juga balok yang lebih kecil yang disebut kite-kite kucing (jembatan untuk kucing). Di bagian tengah, di atas balok memanjang terdapat 4 buah tiang menjulang ke atas yang disebut tunjuk langit, dan di atas balok-balok melintang dan memanjang ini terdapat para ganjang (tempat menyimpan barang-barang terutama kayu bakar). Pada Rumah Raja ini terdapat 2 bilik (ruang tidur) yang masih asli, sebuah untuk kalin bubuk, dan sebuah lagi untuk anak beru. Juga terdapat 4 buah tungku (menandakan area dapur), berukuran 1,5 m2, berbentuk kotak dari papan berisikan tanah yang padat. Pada setiap tungku terdapat 5 buah batu tungku yang disebut 5 dalikan (masing-masing 2 batu untuk area keluarga, 1 buah ditengah). Di atasnya terdapat tempat meletakkan periuk atau peralatan dapur lainnya, kemudian tampat tempat menghangatkan padi dan kemiri, juga dapat sebagai tempat mengasapkan daging ikan/ ikan sale. Ada anggapan bahwa hidup dan matinya rumah tradisional ini tergantung hidup dan matinya tunggku. Anggapan ini mengacu pada material atap yang terbuat dari ijuk dan bambu dengan ukuran yang besar, diwaktu hujan akan

Page 8: Kajian Fungsi Dan Sign Arsitektur Karo

© 2003 Digitized by USU digital library 8

menjadi berat (menyimpan air/ basah), yang bila tidak dihangatkan oleh tungku, maka bobot atap dapat merusak struktur bangunan secara keseluruhan, di samping itu asap dapat mengawetkan bambu dan ijuk tesebut di samping mengusir nyamuk.

Gambar 11. Tungku dengan 5 batu

tungku (5 dalikan) (dok. survei 18/4/03)

Gambar 12. Tempat penyimpanan alat dapur dan menghangatkan makanan

(dok. survei 18/4/03) Bangunan ini masih dominan menggunakan pasak, sedangkan kayu yang digunakan antara lain: - Ambar tuah : dimaksudkan agar penghuni mendapatkan tuah/ anak. - Sibernaik : dimaksudkan agar penghuni naik/ murah rezekinya. - Nerasi : dimaksudkan agar penghuni dapat serasi dalam menghuni rumah ini. Sedangkan bambu yang dipakai (dominan pada atap) antara lain seperti buluh belin (besar), buluh regen (kecil) , dan buluh bulak. II.2. Kajian Fungsi dan Sign Pada Rumah Raja di kampung Lingga ini terdapat beberapa elemen arsitektural yang memiliki fungsi dan makna yang merupakan suatu hasil budaya atau kebiasaan-kebiasaan sosial, yang dalam kajian semiotika model Umberto Eco dapat berfungsi sebagai “denotasi” dan “konotasi”, di mana penilaian terhadapnya bersifat relatif (dapat berubah-ubah) atau berlaku secara kontekstual. Pengamatan terhadap elemen-elemen arsitektural pada Rumah Raja ini dilakukan terhadap beberapa kemungkinan perubahan fungsi-fungsi dan makna-makna tersebut, diantaranya seperti dalam pembahasan berikut ini: - Danggulan (gambar 7)

Fungsi utama pada masa lampau sebagai pusat kekuatan tolak bala di sebuah rumah tinggal, dan di sinilah pulalah awal kehidupan dimulai (tempat melakukan proses persalinan). Makna yang lebih mendalam di balik fungsi utama ini adalah menyelamatkan ibu dan bayinya, atau menyelamatkan kehidupan itu sendiri. Fungsi utama ini sekarang telah hilang, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, di mana orang lebih memilih melakukan proses kelahiran di klinik atau rumah sakit. Juga sejalan dengan perubahan kepercayaan, di mana danggulan ini sudah tidak diyakini mempunyai kekuatan magis.

Page 9: Kajian Fungsi Dan Sign Arsitektur Karo

© 2003 Digitized by USU digital library 9

Sedangkan fungsi sekundernya dapat difahami karena letaknya di depan pintu, yaitu dapat digunakan sebagai tempat pijakan orang yang akan masuk ke rumah. Fungsi sekunder di masa lalu ini, pada saat sekarang dapat dipromosikan menjadi fungsi utama yang baru. Sedangkan fungsi sekunder sekarang dapat diwujudkan, tergantung siapa yang memakainya, kualitas tempat, dan obyek lain di sekitarnya. Misalnya: dapat dianggap sebagai bentuk ornamental estetis, as bangunan, tempat duduk diwaktu sore, dan lain sebagainya.

- Bendi-bendi (gambar 7)

Elemen ini terletak di sebelah kanan dan kiri pintun prik (pintu), yang dalam tinjauan yang sama dengan danggulan, fungsi utamanya di masa lalu adalah sebagai elemen pegangan untuk menaiki/ memasuki pintun prik atau rumah. Terutama bagi orang tua atau anak-anak yang relatif rentan atau lemah, mengingat ketinggian antara lantai turai (teras depan) dan lantai rumah cukup tinggi dengan hanya menginjak danggulan. Fungsi utama sekarang masih tetap atau tidak hilang sepanjang waktu.

Sedangkan fungsi sekunder dimasa lalu adalah sebagai tempat pegangan seorang ibu yang sedang melahirkan pada danggulan. Fungsi ini sekarang telah hilang, atau bisa dikatakan fungsi sekundernya sekarang didukung oleh fungsi primernya dimasa lalu (fungsi sekunder sekarang = fungsi primer masa lalu = fungsi primer sekarang). Atau fungsi sekunder sekarang dapat diwujudkan, tergantung siapa yang memakainya, kualitas tempat, dan obyek lain di sekitarnya

- Turai/ teras depan (gambar 6)

Fungsi dimasa lalu adalah sebagai teras untuk memasuki rumah sekaligus dapat dipakai kepala kaum dalam mengumpulkan warga kampung. Fungsi utama sekarang masih tetap atau tidak hilang sepanjang waktu (walaupun ada sedikit pergeseran mengikuti perubahan status sosial penghuninya).

Sedangkan fungsi sekunder dimasa lalu adalah sebagai area seorang ibu yang sedang melahirkan pada danggulan (dengan ditutupi tirai yang digantungkan pada konstruksi bambu). Fungsi ini sekarang telah hilang, atau bisa dikatakan fungsi sekundernya sekarang didukung oleh fungsi primernya dimasa lalu (fungsi sekunder sekarang = fungsi primer masa lalu = fungsi primer sekarang). Atau fungsi sekunder sekarang dapat diwujudkan, tergantung siapa yang memakainya, kualitas tempat, dan obyek lain di sekitarnya

- Retret (gambar 8) Fungsi utama dimasa lalu sebagai elemen magis, yaitu dikatakan sebagai

sahabat manusia, karena pada saat warga kampung yang sedang mencari kayu di hutan, bila tersesat, maka mereka akan mencari retret./ beraspati (berkepala dua, bisa maju mundur, dan berkaki banyak) ini, yang dipercayai dapat menunjukkan jalan kembali ke kampung (fungsi pelindung penghuni rumah dan pemberi arah). Fungsi utama ini sekarang masih ada namun hanya dipercaya oleh sebagian kecil warga kampung (fungsi utama sudah berubah).

Sedangkan fungsi sekunder dimasa lalu secara struktural adalah mengikat (dengan tali tambang) papan-papan dinding dengan cara melubangi papan-papan tersebut. Fungsi sekunder ini masih berlaku dimasa sekarang dan dipakai untuk mempromosikan fungsi utama yang baru. Sedangkan fungsi sekunder sekarang (menembus konteks rumah tradisional) secara simbolik, retret ini memliliki fungsi seperti maskot masyarakat Karo.

- Cuping-cuping (gambar 9)

Page 10: Kajian Fungsi Dan Sign Arsitektur Karo

© 2003 Digitized by USU digital library 10

Elemen ini terletak di di sudut pertemuan dapur-dapur (balok besar tempat ornamen gerga), fungsi utamanya di masa lalu adalah melambangkan bahwasannya rumah ini mendengar atau hidup seperti manusia. Fungsi utama ini sekarang masih ada namun hanya dipercaya oleh sebagian kecil warga kampung (fungsi utama sudah berubah).

Sedangkan fungsi sekunder dimasa lalu adalah sebagai elemen estetis. Fungsi sekunder ini masih berlaku dimasa sekarang dan dipakai untuk mempromosikan fungsi utama yang baru. Fungsi sekunder sekarang dapat diwujudkan, tergantung siapa yang memakainya, kualitas tempat, dan obyek lain di sekitarnya

- Dapur-dapur (gambar 2 dan 7)

Fungsi utama dimasa lalu adalah sebagai elemen pelindung/ tolak bala bagi penghuninya, juga melambangkan kesuburan. Fungsi utama ini sekarang masih ada namun hanya dipercaya oleh sebagian sebagian kecil warga kampung (fungsi utama sudah berubah).

Sedangkan fungsi sekunder dimasa lalu adalah sebagai elemen estetis dan struktural (sebagai struktur/ balok utama penopang bangunan di atasnya). Fungsi sekunder ini masih berlaku dimasa sekarang dan dipakai untuk mempromosikan fungsi utama yang baru. Fungsi sekunder sekarang dapat diwujudkan, tergantung siapa yang memakainya, kualitas tempat, dan obyek lain di sekitarnya

BAB III. KESIMPULAN

- Penilaian terhadap fungsi dan sign sebuah bangunan, relatif sifatnya, hanya berlaku secara kontekstual dari aspek historis, yang ditentukan sendiri oleh masyarakat pemakai pada zamannya.

- Melakukan pengkajian sign dan fungsi dengan menggunakan saluran semiotika relatif lebih mudah dilakukan, terutama dalam melihat perubahan-perubahan fungsi dan makna yang terjadi di sebuah bangunan tradisional.

DAFTAR PUSTAKA

Jencks, Charles & George Baird, Meaning in Architecture, Barrie and Jenkins. Van de Ven, Cornelis, 1995, Ruang dalam Arsitektur, PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta. Geoffrey Broadbent, 1980, Sign, Symbol and Architecture, Jhon Wiley & Sons,

New York. Bonta, Juan Pablo, 1979, Architecture and Its Interpretation: W & J Mackay

Limited, Chatcam, Kent.