kajian faktor yg berpengaruh terhadap volume penjualan pada gerabah 2

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum keberadaan perusahaan kecil dan menengah (UKM) di Negara – Negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian Negara. Keberadaan usaha kecil dan menengah terbukti telah mampu menggerakkan roda perekonomian bangsa dan mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Meski para UKM ini memiliki beberapa keterbatasan, namun pada kenyataannya mereka mampu bersaing dengan perusahaan- perusahaan lain. Bahkan pada saat kondisi perekonomian memburuk dan banyak perusahaan besar yang terancam bangkrut, para UKM ini tetap mampu untuk bertahan. Kenyataan ini menunjukkan kekuatan dari para UKM sebenarnya. Kekuatan UKM ini muncul karena mereka telah mulai menerapkan visi kewirausahaannya sehingga

Upload: faizal

Post on 02-Jul-2015

447 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum keberadaan perusahaan kecil dan menengah (UKM) di

Negara – Negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung

perekonomian Negara. Keberadaan usaha kecil dan menengah terbukti telah

mampu menggerakkan roda perekonomian bangsa dan mengurangi jumlah

pengangguran yang ada. Meski para UKM ini memiliki beberapa keterbatasan,

namun pada kenyataannya mereka mampu bersaing dengan perusahaan-

perusahaan lain. Bahkan pada saat kondisi perekonomian memburuk dan banyak

perusahaan besar yang terancam bangkrut, para UKM ini tetap mampu untuk

bertahan. Kenyataan ini menunjukkan kekuatan dari para UKM sebenarnya.

Kekuatan UKM ini muncul karena mereka telah mulai menerapkan visi

kewirausahaannya sehingga mereka mampu membawa perusahaanya tumbuh

dan berkembang serta memperoleh profitabilitas yang meningkat.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang dikelola

oleh sekelompok masyarakat maupun keluarga. Usaha kecil dan menengah itu

salah satunya adalah industry kerajinan gerabah yang ada di daerah istimewa

Yogyakarta. Keberadaan industri kerajinan gerabah telah menjadikan salah satu

Page 2: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

ciri khas wilayah in dan salah satu komoditi unggulan, yang dikenal tidak saja

karena mutu yang tinnggi, desain yang variatuf, dan kualitas yang bagus, tetapi

juga dari nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu kunci keberhasilan usaha kerajinan

ini yang mampu memasarkan produknya tidak saja terbatas pada pasar local

seperti Jakarta, Surabaya dan Bali, tetapi juga pasar ekspor Australia, Kanada,

Jepang Belanda dan Amerika Serikat dengan total ekspor yang mencapai US$

140 juta per tahun.

Dalam pengembangan usaha kecil menengah salah satunya gerabah di

Indonesia sangat penting untuk dilakukan karena mengingat fungsi social

ekonomi politiknya yang strategis. Potensi usaha kecil dan menengah di

Indonesia saat ini sekitar 99,9% dari seluruh jumlah unit usaha yang ada dan

melihat besarnya jumlah pelaku ekonomi dan kemampuannya dalam menyerap

tenaga kerja, maka gerakan kasongan layak mendapat perhatian dan

meningkatnya daya beli masyarakat memperbesar tingkat permintaan dan

meningkatnya pertumbuhan investasi.

Tambunan (2000), meyatakan bahwa masalah lemahnya manajemen,

pemasaran, kekurangan keterampilan, kekurangan bahan baku, serta kelemahan

dalam penyerapan teknologi merupakan factor penghambat pengembangan

usaha kecil menengah. Dan untuk kepentingan pengembangan industri gerabah

kasongan, pemerintah Yogyakarta membentuk senntra industri gerabah yang

Page 3: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

berlokasi di Kabupaten Bantul Yogyakarta yang kemudian dikenal dengan nama

pusat industri kerajinan gerabah kasongan. Dan nama kasngan sendiri memiliki

nilai-nilai historis yang terjadi sejak penjajahan Belanda dan kini telah menjamin

salah satu objek wisata terkenal di Yogyakarta.

Penelitian seputar kerajinan gerabah antara lain dilakukan oleh Sri Susilo

(2005) dan Dedy Handrmurt Jahyo dkk (2007). Penelitian ini kini berlanjut oleh

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Yayasan Perguruan Islam

Maros (YAPIM) dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Lapang Plus (2011) yang menitik

beratkan penelitian mereka pada mutu barang, Harga Juala dan Pelayanan pada

kasongan bantul Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah harga jual mempengaruhi volume penjualan pada Gerabah di

Kasongan Yogyakarta

2. Apakah Mutu barang mempengaruhi volume penjualan pada Gerabah di

Kasongan Yogyakarta

3. Apakah Pelayanan volume mempengaruhi penjualan pada Gerabah di

Kasongan Yogyakarta

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui apakah Harga Jual, Mutu Barang dan Pelayanan

Page 4: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

mempengaruhi volume penjualan pada Gerabah Kasongan di Kabupaten Bantul

Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi para pemilik took kerajinan sebagai informasi tentang factor-faktor yang

berpengaruh terhadap volume penjualan gerabah kasongan Yogyakarta.

2. Bagi akademisi, sebabai bahan kajian dan pengujian terhadap factor – factor

yang berpengaruh terhadap volume penjualan pada gerabah kasongan di

Yogyakarta

3. Bagi praktisi, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan

kebijakan dan keputusan pada volume penjualan gerabah

4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lain, untuk pengembangan ilmu lebih

lanjut, khususnya pada volume penjualan terhadap gerabah.

Page 5: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA & KERANGKA FIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Gerabah

Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat

kualitas bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan terpisah antara

gerabah dan keramik, karena benda-benda keramik adalah benda-benda

pecah belah permukaannya halus dan mengkilap seperti porselin dalam

wujud vas bunga, guci, tegel lantai dan lain-lain. Sedangkan gerabah adalah

barang-barang dari tanah liat dalam wujud seperti periuk, belanga, tempat

air dll. Untuk memperjelas hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa sumber

berikut ini :

Menurut The Concise Colombia Encyclopedia, copryght a 1995, kata

“keramik” berasal dari bahasa Yunanai (greeak) “keramikos” menunjuk pada

pengertian gerabah; ”Keramos” menunjuk pada pengertian tanah liat.

“Keramikos” terbuat dari mineral non metal, yaitu tanah liat yang dibentuk,

kemudian secara permanen menjadi keras setelah melalui proses

pembakaran pada suhu tinggi. Usia keramiik tertua dikenal dari zaman

Paleolitikum 27.000 tahun lalu. Sedangkan menurut Malcolm G. McLaren

Page 6: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

dalam Encyclopedia Americana 1996 disebutkan keramik adalah suatu istilah

yang sejak semula diterapkan pada karya yang terbuat dari tanah liat alami

dan telah melalui perlakuan pemanasan pada suhu tinggi.

Beberapa teori lain tentang ditemukannya keramik pertama kali,

salah satunya terkenal dengan “teori keranjang”. Teori ini menyebutkan

pada zaman prasejarah Keranjang anyaman digunakan orang untuk

menyimpan bahan makanan. Agar tak bocor keranjang tersebut dilapisi

dengan tanah liat dibagian dalammnya. Setelah terpakai keranjang di buang

keperapian, kemudian keranjang itu musnah tetapi tanah liatnya yang

berbentuk wadah itu ternyata mengeras. Teori ini dihubngkan dengan

ditemukannya keramik pra sejarah, bentuk dan motif hiasannya dibagian luar

berupa relief cap tangan keranjang (Nelson, 1984 :20)

Dari teori keranjang dan teori lainnya di atas dapat dimengerti bahwa

benda-benda keras dari tanah liat dari awal ditemukan sudah dinamakan

benda keramik, walaupun sifatnya masih sangat sederhana seperti halnya

gerabah dewasa ini. Pengertian ini menunjukkan bahwa gerabah adalah

salah satu bagian dari benda-benda keramik.

Di Indonesia istilah ‘gerabah’ juga dikenal dengan keramik tradisional

sebagai hasil dari kegiatan kerajinan masyarakat pedesaan dari tanah liat,

ditekuni secara turun temurun. Gerabah juga disebut keramik rakyat, karena

Page 7: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

mempunyai ciri pemakaian tanah liat bakaran rendah dan teknik

pembakaran sederhana (Oka, I.B., 1979:9).

Dalam Ilmu Purbakala (Arkeologi) istilah lain gerabah/keramik

tradisional ini adalah kereweng, pottery, terracotta dan tembikar. Istilah

tersebut dipergunakan untuk menyebut pecahan-pecahan periuk dan alat

lainnya yang dibuat dari tanah liat dan ditemukan di tempat-tempat

pemakaman zaman prasejarah. Barang-barang tanah bakar yang ditemukan

di luar sarkopagus (peti mayat berbentuk Pulungan batu) berupa jembung,

piring-piring kecil, priuk-periuk kecil, stupa-stupa kecil dan sebagainya

(Yudosaputro, W., l983 :31). Berkaitan dengan hal di atas, Excerpted from

Campton’s Interactive Encyclopedia dalam „Pottery and Porcelain‟,

Copyright © 1994-1995, disebutkan kriya keramik atau pembuatan bejana

dari tanah liat merupakan salah satu karya seni tertua di dunia, seperti

kutipan berikut :

“The craft of ceramics, or making clay vassels, is one of the oldest arts in the

world.”

2. Pengertian Mutu Barang (Kualitas)

Bentuk dan kegunaan gerabah sangat beraneka ragam, mulai sekedar barang

hiasan ruangan, peralatan rumah tangga hingga souvenir dengan ukuran

Page 8: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

yang sangat beragam. Menurut bentuk dan kegunaannya, gerabah dapat

dipilah menjadi 2 jenis, yaitu :

1) Fungsi Gerabah

Berdasarkan fungsinya, gerabah dapat digolongan menjadi :

a. Fungsional : gerabah yang dapat memberikan manfaat secara

langsung kepada penggunanya. Bentuk gerabah fungsional antara lain

: pot bunga, tempat payung, tempayan, kendi, asbak, tempat lilin dan

peralatan dapur;

b. Non Fungsional : gerabah dengan golongan ini lebih diutamakan

sebagai barang-barang hiasan ruang, seperti guci.

2) Ukuran Gerabah

Berdasarkan ukurannya, gerabah dapat digolongkan menjadi :

a. Gerabah Besar : gerabah jenis ini berukuran antara 60 – 150 cm,

seperti guci, patung;

b. Gerabah Sedang : gerabah dengan ukuran < 60 cm, seperti tempayan,

kuali, peralatan dapur, guci, tempat payung, pot bunga

c. Gerabah Kecil : gerabah jenis ini diutamakan sebagai barangbarang

hiasan dan souvenir, seperti asbak, tempat lilin, patung kecil.

Pengendalian mutu dilakukan sejak penyiapan bahan baku hingga

pengiriman barang (pesanan), tanpa dilakukan pengujian kualitas atau

Page 9: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

mutu secara khusus. Pengawasan dilakukan langsung oleh pemilik usaha,

dengan tujuan untuk menjaga kualitas atau mutu produk serta sarana

dalam upaya membimbing pekerja untuk meningkatkan dan memotivasi

kreativitas serta semangat kerja. Selain pemilik usaha, peninjauan secara

berkala juga dilakukan oleh Departemen Perindustrian melalui petugas

UPT Perindustrian Kasongan yang diberi wewenang sebagai lembaga

bantuan teknis instansi dalam kegiatan proses produksi gerabah di

Kasongan.

Kualitas produk sangat tergantung kepada perbandingan campuran

bahan baku utama, proses penjemuran dan pembakaran. Pekerjaan-

pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja tersebut yang harus

diperhatikan dari pengrajin karena akan menentukan kualitas gerabah

yang dihasilkan. Apabila pengawasan kurang dilakukan pada proses ini

maka keramik yang dihasilkan akan bermutu rendah dan mudah rusak.

Pengendalian mutu lainnya adalah pemeliharaan campuran bahan baku

utama yang harus dalam keadaan lembab.

Dalam kegiatan proses produksi jika terdapat kerusakan atau cacat maka

semaksimal mungkin dilakukan perbaikan terhadap produk tersebut

selama kondisi memungkinkan untuk diperbaiki. Tetapi jika kerusakan

Page 10: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

atau cacat produk dianggap berat, maka produk tersebut tidak akan

dipasarkan.

3. Pengertian Harga Jual

Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang

dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa.

Perusahaan selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk

tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang maksimal. Hansen

dan Mowen (2001:633) mendefinisikan “harga jual adalah jumlah moneter

yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas

barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”. Menurut Mulyadi (2001:78)

“pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah

dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah

mark-up”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah

sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu

barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan

perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh

perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen

adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual.

Page 11: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu

barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu melalui

komponen-komponen penetapan harga. Beberapa perusahaan mencoba

untuk meningkatkan keuntungan dengan menetapkan harga rendah untuk

menarik bisnis baru. Menurut Boone dan Kurtz (2002:70) “ada empat

kategori dasar atau sasaran penetapan haga, yaitu: 1) profitabilitas, 2)

volume, 3) tingkat kompetisi, dan 4) pretise”.

1) Sasaran profitabilitas

Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas

dalam strategi penetapan harganya. Para pemasar mengerti bahwa laba

diperoleh dari selisih pendapatan dan beban. Dan juga pendapatan

merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah yang terjual. Berbagai

teori ekonomi mendasari prinsip maksimalisasi keuntungan (profit

maximization). Akan tetapi pada kenyatannya prinsip ini masih sulit

diterapkan. Maka banyak perusahaan beralih pada sasaran profitabilitas

yang lebih sederhana, yaitu Target Return Goal, dimana perusahaan

menetapkan harga dengan tingkat profitabilitas yang diinginkan sebagai

pengembalian finansial atas penjualan ataupun investasi.

Page 12: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

2) Sasaran Volume

Pendekatan yang lain dalam strategi penetapan harga disebut

maksimalisasi penjualan (sales maximization), para manajer menetapkan

tingkat minimum profitabilitas yang dapat diterima dan kemudian

menetapkan harga yang akan mengahasilkan volume penjualan tertinggi

tanpa menyebabkan laba turun di bawah level itu. Strategi ini

memandang ekspansi penjualan sebagai suatu prioritas yang lebih

penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan daripada laba

jangka pendek.

3) Strategi Penentuan Harga Jual

Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi

pendapatan perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan

menentukan harga jual produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu

biaya produksi, suplai persediaan, dan harga persaingan.

1) Penentuan harga berdasarkan biaya produksi

Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah

produk dengan mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi

produk tersebut dan menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini

digunakan, perusahaan harus mencatat semua biaya yang melengkapi

produksi sebuah produk dan diupayakan agar harga tersebut dapat

Page 13: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

menutupi semua biaya tersebut.Sebuah strategi harga harus

menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau jasa yang berada di

dalam skala ekonomis, harga harus cukup rendah agar dapat

mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga biaya

produksi mengalami penurunan.

2) Penentuan Harga Berdasarkan Suplay Persediaan

Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika

mereka harus mengurangi persediaan.

3) Penentuan Harga Berdasarkan Harga Pesaing

Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yaitu:

a) Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan menentukan

harga yang lebih rendah dari harga pesaing agar dapat menembus

pasar. Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada

seberapa besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga

dan juga perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini bila

produknya tidak elastis terhadap harga karena kebanyakan

konsumen tidak akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil

keuntungan dari harga yang lebuh rendah.

b) Penentuan harga defensive, dimana perusahaan menrunkan harga

produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selain itu

Page 14: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk menyerang

pesaing baru yang masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya

predatori.

c) Penentuan harga prestise, harga prestise ditentukan dengan

tujuan untuk memberikan kesan lini terbaik bagi produk

perusahaan. Perusahaan yang memiliki diversifikasi bauran

produk akan menggunakan strategi penetrasi harga pada

beberapa produk dan penentuan harga prestise untuk produk

lainnya.

4. Pengertian Pelayanan

Salah satu fungsi-fungsi dari birokrasi pemerintahan adalah

memberikan pelayanan bagi masyarakat. Dengan demikkian pelayanan dapat

di definisikan sebuah kegiatan yang dilakukukan untuk memenui keinginan

dan kebutuhan fihak lain. dalam ensiklopedi administrasi (1997) dijelaskan

bahwa:” pelayanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh

perorangan untuk mengamalkan atau mengabdikan diri.

menurut keputusan mentri pemberdaya gunaan aparatur pemerintah

No 63 tahun 2004 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan publik dan

rancangan undang –undang tentang pelayana publik mendefinisikan

pelayana publik sebagai “ kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

Page 15: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

pemenuhan kebutuhan dasar sesuai denga hak-hak sipil sebagai warga

negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan pelayanan administrasi

yang di sediakan oleh penyelenggara pelayanan publik,” yaknilembaga

pemerintah.“sementara H. A.S.Moenir (2000) mendefinisikan pelayanan “

sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain ”

lebih lanjut dikatakan pelayanan umum adalah “ kegiatan yang dilakukan olih

seseorang atau kelompok orang denan landasan faktor material, melalui

sistem prosedur, dan metode tertentu dalam rangka usaha memenui

kepentingan orang lain sesuai dengan haknya”. Zulian zanit (2005)

mengemukakkan beberapa karakteristik yang dapat menjelaskan tentang

jasa pelayanan, karakteristik tersebut diantaranya:

1. tidak dapat diraba( intangibility)

2. tidak dapat disimpan ( inability to inventary)

3. produksi dan konsumsi secara bersama

4. memasukinya lebih mudah

5. sangat dipengarui oleh faktor dari luar

kegiatan pelayanan umum diarahkan pada terselenggaranya

pelayanan untuk memenui kepentingan umum ? kepentingan perseorangan

melalui cara cara yang tepat dan memuaskan fihak yang dilayani, supaya

pelayanan umum berhasil baik unsur pelaku sangat menentukan. Pelaku

Page 16: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

Harga Jual Barang

Mutu Barang

Pelayanan

Volume Jual Gerabah

dapat berbentuk badan atau organisasi yang bertanggung jawab atas

terselenggaranya pelayanan dan manusia sebagai pegawai. ( Ananta budhi

bahtiar. Skripsi 2009:13)

B. Kerangka Pikir

Proses penjualan gerabah Kasongan Bantul Yogyakarta dipengaruhi

beberapa faktor baik dari segi mutu barang, harga jual yang bervariasi maupun

berasal dari factor pelayanan terhadap konsumen.

Dari penjelasan diatas dapat kita buat gambaran sebagai berikut :

Gambar 1 : Skema Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Dari masalah yang telah dikemukakan diatas maka hipotesisnya adalah “ Kajian

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah di

Kasongan Yogyakarta”

Page 17: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kabupaten Bantul Yogyakarta tepatnya pada

kerjanian gerabah kasongan, dengan waktu penelitian selama 10 Hari dengan

subjek penelitian adalah para pengrajin sekaligus pemilik usaha kerajinan

gerabah melalui sistem acak dengan jumlah 10 sample.

B. Variabel dan Desain Penelitian

a. Variabel

Variable merupakan indikator terpenting yang menentukan keberhasilan

penelitian, sebab variabel penelitian adalah objek penelitian yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian.

Variable yang diteliti yaitu faktor – faktor yang berpengaruh terhadap

volume penjualan pada gerabah kasongan Bantul Yogyakarta

b. Desain Penelitian

Desaian penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adala metode

deskriptif. Hal ini di tetapkan dengan dasar pertimbangan bahwa metode ini

akan mampu mengungkapkan sekaligus menguji hipotesis serta menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan.

Page 18: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

Menurut Winarto, pelaksanaan penelitian dengan metode deskriptif

tersebut ditempuh melalui langkah-langkah (1) pengumpulan data,

(2)Pengolahan data, dan (3) membuat kesimpulan dan laporan sesuai dengan

tujuan penelitian.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 100 orang pengrajin sekaligus

pemilik took yang berada di Kasongan Bantul Yogyakarta.

2. Sampel

Dengan pertimbangan beberapa hal, yaitu banyaknya sjumlah

populasi penelitian, data atau objek penelitian, sehingga menyebabkan

terlalu sempitnya tingkat pengamatan peneliti terhadap data ataupun objek

penelitian dan terbatasnya waktu yang tersedia, maka peneliti hanya

mengambil sampel sebanyak 10 orang pengrajin sekaligus pemilik toko.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi mengenai data yang relevan dengan

asumsi penulisan proposal ini dengan lebih baik, maka penulis menggunakan dua

metode pengumpulan data yaitu :

a. Penelitian lapangan (field research), yaitu dengan melakukan penelitian

langsung ke objek penelitian dengan tujuan menggambarkan semua fakta

Page 19: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

yang terjadi pada objek penelitian, agar permasalahan dapat diselesaikan.

Pada penelitian lapangan ini penulis menggunakan dua teknik penelitian

yaitu :

1) Teknik observasi, yaitu dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung pada objek penelitian.

2) Teknik interview, yaitu dilakukan dengan wawancara langsung dengan

sumber teknik yaitu pimpinan dan karyawan perusahaan.

b. Penelitian pustaka (library research), yaitu dengan mempelajari beberapa

literature yang ada hubungannya dengan penulisan proposal ini untuk

melengkapi data yang diperoleh di lapangan serta untuk mendapatkan suatu

kerangka teori yang akan dipakai sebagai bahan acuan.

E. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Jenis data :

Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara berupa

gambaran umum perusahaan dan kebijakan-kebijakan perusahaan yang

memerlukan pengolahan.

Page 20: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

b. Sumber Data

Sumber data atau informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah :

1) Data primer, yaitu data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan

wawancara langsung dengan Pengrajin atau pemilik toko yang berhubungan

dengan masalah yang akan dibahas.

2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen perusahaan serta

informasi-informasi yang tertulis lainnya yang berasal dari pihak yang erat

kaitannya dengan pembahasan ini.

F. Metode Analisis

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan

pada gerabah di kasongan Yogyakarta maka penulis menggunakan metode

analisis deskriftif kualitatif yaitu penggalian informasi sedalam mungkin melalui

langkah observasi dan intervie untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi volume penjualan.

Page 21: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

BAB IV

GAMBARAN UMUM KASONGAN

A. Sejarah Berdirinya Kasongan

Pada masa penjajahan Belanda, salah satu daerah di sebelah selatan

kota Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan warga setempat,

yaitu seekor kuda milik Reserse Belanda ditemukan mati di atas lahan sawah

milik seorang warga. Hal tersebut membuat warga ketakutan setengah mati.

Karena takut akan hukuman, warga akhirnya melepaskan hak tanahnya dan

tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang

telah dilepas inipun kemudian diakui oleh penduduk desa lain. Warga yang

takut akhirnya berdiam diri di sekitar rumah mereka. Karena tidak memiliki

lahan persawahan lagi, maka untuk mengisi hari, mereka memanfaatkan apa

saja yang ada di sekitar. Mereka memanfaatkan tanah yang ada, kemudian

mengempal-ngempalnya yang ternyata tidak pecah bila disatukan, lalu mulai

membentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk jadi barang

keperluan dapur atau mainan anak-anak. Berawal dari keseharian nenek

moyang mereka itulah yang akhirnya kebiasaan itu diturunkan hingga

generasi sekarang yang memilih menjadi perajin keramik untuk perabot

dapur dan mainan hingga kini.

Page 22: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

Seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengepal-ngepal

tanah yang tidak pecah disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya

digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja. Namun karena

ketekunan dan tradisi yang turun temurun, kasongan akhirnya menjadi Desa

yang cukup terkenal.

Sejak tahun 1971 – 1972 Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan

cukup pesat, Sapto Hudoyo (seorang seniman besar Yogyakarta) membantu

mengembangkan Desa wisata Kasongan dengan membina masyarakatnya

yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan seni

dan komersil bagi desain kerajinan gerabah sehingga gerabah yang dihasilkan

tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat

memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan

dikomersialkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980an.

Kasongan adalah tempat industri Gerabah terkenal di Yogyakarta,

serta segala jenis baik patung, peralatan makan, asessories, dan berbagai

macam jenis lainnya terbuat dari tanah liat.Desa Wisata Gerabah "Kasongan"

terletak di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, sekitar 4 kilometer ke arah

utara Kota Bantul. Desa wisata ini memproduksi peralatan rumah tangga

seperti piring, mangkuk, guci, dan lain sebagainya yang terbuat dari tanah

liat. Pengunjung tidak hanya dapat berbelanja, tetapi juga dapat menikmati

Page 23: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

secara langsung proses pembuatan gerabah sambil bertanya jawab dengan

pengrajin.

Kerajinan Kasongan umumnya adalah Guci dengan berbagai motif

(burung merak, naga, bunga mawar, batik, kaligrafi, dll), pot berbagai ukuran

dari kecil hingga setinggi orang dewasa, souvenir, hiasan dinding, lukisan,

pigura, perabot lain seperti meja, kursi, dipan, dll. Tetapi sekarang variasi

kerajinan kasongan sudah banyak seperti : bunga tiruan dari daun pisang

serta biji-bijian, perabot dari bambu, patung dari batu atau kayu, miniatur

sepeda atau miniatur becak, topeng batik, gorden, tas, dll. Kerajinan

Kasongan ini banyak yang berkualitas bagus dan berkualitas eksport,

sehingga banyak dikirim ke Amerika dan Eropa. Desa Kasongan yang terkenal

dengan kerajinan kasongan ini sangat ramai jika musim liburan

B. Kendala Yang di Hadapi

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Mungkin kata-kata

mutiara ini tak cukup kuat untuk menahan kesedihan para korban bencana

gempa bumi di Yogyakarta, 27 Mei 2006 lalu.

Gempa yang memluluhlantakkan hampir sebagian besar kabupaten/kota

di Yogyakarta di pagi hari itu hingga kini mungkin memang masih terasa. Kita

Page 24: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

ingat bagaimana musibah gempa berkekuatan 5,8 SR dan berdurasi hampir satu

menit itu menyedot perhatian nasional dan internasional.

Bencana yang mengakibatkan lumpuhnya kegiatan perekonomian dan

aktivitas masyarakat selama beberapa waktu itu bahkan diplot sebagai salah satu

bencana terbesar. Bagaimana tidak, ribuan nyawa melayang dan ribuan

bangunan runtuh.

Namun, yang terjadi biarlah berlalu. Kini, secara perlahan tapi pasti,

masyarakat Yogyakarta kembali merajut puing-puing kehidupannya. Mereka

tidak mau berlama-lama larut dalam kesedihan dan berkomitmen untuk

membangun kembali Yogyakarta sesuai dengan kemampuan dan bidangnya

masing.

Sekadar diketahui, sektor pariwisata Yogyakarta saat ini kembali

menggeliat. Meski tertimpa bencana, secara "ajaib" Yogyakarta kembali pulih

dan sudah bisa dikatakan kondusif sebagai daerah tujuan wisata. Ini fakta.

Daerah-daerah tujuan wisata di Yogyakarta kini nyaris tak tampak lagi sebagai

daerah yang pernah tertimpa bencana.

Di Malioboro, Keraton Kesultanan Yogyakarta, Candi Borobudur, Candi

Prambanan, Pantai Parangtritis serta sentra-sentra UKM yang menawarkan

produk khas Yogyakarta yang menjadi bagian dari paket wisata itu kini sudah tak

terlihat lagi sebagai tempat yang pernah tertimpa gempa bumi.

Page 25: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

Salah satunya adalah sentra usaha kecil dan menengah (UKM) yang

memproduksi keramik gerabah, di daerah Tirto/Kasongan, Bangunjiwo-Kasihan,

Bantul, Yogyakarta. Sentra UKM yang selama ini memproduksi beraneka ragam

dan jenis keramik gerabah ini kembali menggeliat.

Pelaku usaha keramik gerabah di daerah yang bisa dinilai sebagai tujuan

wisata wajib dikunjungi di Yogyakarta ini mulai kembali berproduksi. Gempa

bumi memang meyesakkan, namun tak perlu diratapi, karena hidup terus

berjalan. Mungkin ini yang berada di benak para pelaku dan pengrajin usaha

keramik gerabah di daerah yang terkenal disebut Kasongan itu.

Seperti diketahui, Kabupaten Bantul merupakan salah satu daerah di

Yogyakarta yang paling parah terkena dampa bencana gempa bumi. Ribuan

nyawa melayang dan banyak bangunan yang runtuh. Tak terkecuali sentra UKM

keramik gerabah di Kasongan, Bangunjiwo-Kasihan, di Bantul.

Namun trauma musibah besar itu tampaknya tak menjadikan

masyarakat, khususnya pelaku dan penggrajin usaha keramik, duduk berdiam

diri sambil berpangku tangan. Ini berhasil dibuktikan oleh salah satu pengusaha

keramik gerabah asli Kasongan, Timbul Raharjo.

Meski tempat produksi dan toko berbagai jenis keramik gerabahnya

hancur akibat gempa, secara perlahan tapi pasti Timbul bersama karyawan dan

pengrajinnya kembali berproduksi. Bahkan Timbul secara intensif terus

Page 26: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

mempertahankan komunikasi dengan para pembeli produknya (buyers), baik di

dalam maupun luar negeri.

Timbul menjadi salah satu pelopor kembali menggeliatnya sentra UKM

keramik gerabah di kasongan. Bahkan 10 hari pasca-gempa, dia sudah

mengekspor satu peti kemas ukuran 40 kaki (maksimal) ke Eropa.

"Memang banyak bangunan (1 tempat produksi dan 4 toko) serta produk

keramik saya hancur akibat gempa. Namun saya kumpulkan produk-produk yang

masih bagus dan memperbaiki produk-produk yang rusaknya tidak terlalu parah

ditambah sedikit produksi baru untuk diekspor. Ini dalam rangka memenuhi

pesanan sebelum terjadinya gempa," kata Timbul.

Ayah dua orang anak ini mengaku, para buyers di dalam dan luar negeri

sangat mengerti kondisi usahanya akibat gempa bumi tersebut dan memberikan

dispensasi atau keringanan. Sehingga, secara perlahan usahanya kini bisa

kembali bangkit dan para karyawan serta pengrajinnya juga dapat kembali

bekerja.

Menurut Timbul, penjualan keramik gerabahnya sudah bisa dikatakan

kembali normal, di mana sebanyak hampir 30 peti kemas dalam dua bulan

terakhir bisa diekspor. Keramik gerabahnya sebagian besar dikirim ke Italia,

Belanda, Spanyol, Jerman, Australia, dan Amerika Serikat.

Page 27: Kajian Faktor Yg Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan Pada Gerabah 2

"Keramik gerabah Yogyakarta masih diminati buyers luar negeri, karena

memliki nilai seni yang sulit di produk sejenis dari negara lain. Selain itu, desain

juga menjadi salah satu nilai tambah," kata lulusan Sarjana S-2 yang juga staf

pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini.

Pengusaha yang belum genap berusia 37 tahun ini mengatakan, pihaknya

terus berusaha menjadikan sentra UKM keramik gerabah Kasongan, Bantul,

kembali normal secara menyeluruh seperti sebelum gempa bumi. Selain

produknya masih diminati di pasar lokal dan internasional, sentra UKM keramik

gerabah ini juga harus tetap dipertahankan, karena juga merupakan salah satu

tujuan wisata yang khas di Yogyakarta.

Dan hal ini pun sudah dikomunikasikan dengan Pemprov DI Yogyakarta

dan pemerintah pusat. Bahkan Departemen Perdagangan bekerja sama dengan

Pemprov DI Yogyakarta serta instansi terkait lainnya juga siap memberikan

bantuan untuk pemulihan secara terintegrasi dan komprehensif. (*/Andrian

Novery)