laporan penelitian di gerabah

51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum keberadaan perusahaan kecil dan menengah (UKM) di Negara – Negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian Negara. Keberadaan usaha kecil dan menengah terbukti telah mampu menggerakkan roda perekonomian bangsa dan mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Meski para UKM ini memiliki beberapa keterbatasan, namun pada kenyataannya mereka mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Bahkan pada saat kondisi perekonomian memburuk dan banyak perusahaan besar yang terancam bangkrut, para UKM ini tetap mampu untuk bertahan. Kenyataan ini menunjukkan kekuatan dari para UKM sebenarnya. Kekuatan UKM ini muncul karena mereka telah mulai menerapkan visi kewirausahaannya sehingga mereka mampu membawa perusahaanya tumbuh dan berkembang serta memperoleh profitabilitas yang meningkat.

Upload: faizal

Post on 02-Jul-2015

2.344 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Penelitian Di Gerabah

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Secara umum keberadaan perusahaan kecil dan menengah

(UKM) di Negara – Negara berkembang dapat dikatakan sebagai

tulang punggung perekonomian Negara. Keberadaan usaha kecil dan

menengah terbukti telah mampu menggerakkan roda perekonomian

bangsa dan mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Meski para

UKM ini memiliki beberapa keterbatasan, namun pada kenyataannya

mereka mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain.

Bahkan pada saat kondisi perekonomian memburuk dan banyak

perusahaan besar yang terancam bangkrut, para UKM ini tetap mampu

untuk bertahan. Kenyataan ini menunjukkan kekuatan dari para UKM

sebenarnya. Kekuatan UKM ini muncul karena mereka telah mulai

menerapkan visi kewirausahaannya sehingga mereka mampu

membawa perusahaanya tumbuh dan berkembang serta memperoleh

profitabilitas yang meningkat.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang

dikelola oleh sekelompok masyarakat maupun keluarga. Usaha kecil

dan menengah itu salah satunya adalah industry kerajinan gerabah

yang ada di daerah istimewa Yogyakarta. Keberadaan industri

kerajinan gerabah telah menjadikan salah satu ciri khas wilayah in dan

salah satu komoditi unggulan, yang dikenal tidak saja karena mutu

Page 2: Laporan Penelitian Di Gerabah

yang tinnggi, desain yang variatuf, dan kualitas yang bagus, tetapi juga

dari nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu kunci keberhasilan usaha

kerajinan ini yang mampu memasarkan produknya tidak saja terbatas

pada pasar local seperti Jakarta, Surabaya dan Bali, tetapi juga pasar

ekspor Australia, Kanada, Jepang Belanda dan Amerika Serikat

dengan total ekspor yang mencapai US$ 140 juta per tahun.

Dalam pengembangan usaha kecil menengah salah satunya

gerabah di Indonesia sangat penting untuk dilakukan karena

mengingat fungsi social ekonomi politiknya yang strategis. Potensi

usaha kecil dan menengah di Indonesia saat ini sekitar 99,9% dari

seluruh jumlah unit usaha yang ada dan melihat besarnya jumlah

pelaku ekonomi dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja,

maka gerakan kasongan layak mendapat perhatian dan meningkatnya

daya beli masyarakat memperbesar tingkat permintaan dan

meningkatnya pertumbuhan investasi.

Tambunan (2000), meyatakan bahwa masalah lemahnya

manajemen, pemasaran, kekurangan keterampilan, kekurangan bahan

baku, serta kelemahan dalam penyerapan teknologi merupakan factor

penghambat pengembangan usaha kecil menengah. Dan untuk

kepentingan pengembangan industri gerabah kasongan, pemerintah

Yogyakarta membentuk senntra industri gerabah yang berlokasi di

Kabupaten Bantul Yogyakarta yang kemudian dikenal dengan nama

pusat industri kerajinan gerabah kasongan. Dan nama kasngan sendiri

Page 3: Laporan Penelitian Di Gerabah

memiliki nilai-nilai historis yang terjadi sejak penjajahan Belanda dan

kini telah menjamin salah satu objek wisata terkenal di Yogyakarta.

Penelitian seputar kerajinan gerabah antara lain dilakukan oleh

Sri Susilo (2005) dan Dedy Handrmurt Jahyo dkk (2007). Penelitian ini

kini berlanjut oleh Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM)

Yayasan Perguruan Islam Maros (YAPIM) dalam pelaksanaan Kuliah

Kerja Lapang Plus (2011) yang menitik beratkan penelitian mereka

pada mutu barang, Harga Juala dan Pelayanan pada kasongan bantul

Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah harga jual mempengaruhi volume penjualan pada Gerabah

di Kasongan Yogyakarta

2. Apakah Mutu barang mempengaruhi volume penjualan pada

Gerabah di Kasongan Yogyakarta

3. Apakah Pelayanan volume mempengaruhi penjualan pada

Gerabah di Kasongan Yogyakarta

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh harga jual terhadap volume penjualan

pada gerabah di kasongan Yogyakarta

2. Untuk mengetahui pengaruh mutu barang terhadap volume

penjualan pada gerabah di kasongan Yogyakarta

Page 4: Laporan Penelitian Di Gerabah

3. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan terhadap volume penjualan

pada gerabah di kasongan Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi para pemilik took kerajinan sebagai informasi tentang factor-

faktor yang berpengaruh terhadap volume penjualan gerabah

kasongan Yogyakarta.

2. Bagi akademisi, sebabai bahan kajian dan pengujian terhadap

factor – factor yang berpengaruh terhadap volume penjualan pada

gerabah kasongan di Yogyakarta

3. Bagi praktisi, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam

pengambilan kebijakan dan keputusan pada volume penjualan

gerabah

4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lain, untuk pengembangan

ilmu lebih lanjut, khususnya pada volume penjualan terhadap

gerabah.

Page 5: Laporan Penelitian Di Gerabah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA & KERANGKA FIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Gerabah

Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat

berdasarkan tingkat kualitas bahannya. Namun masyarakat ada

mengartikan terpisah antara gerabah dan keramik, karena benda-

benda keramik adalah benda-benda pecah belah permukaannya

halus dan mengkilap seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci,

tegel lantai dan lain-lain. Sedangkan gerabah adalah barang-

barang dari tanah liat dalam wujud seperti periuk, belanga, tempat

air dll. Untuk memperjelas hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa

sumber berikut ini :

Menurut The Concise Colombia Encyclopedia, copryght a

1995, kata “keramik” berasal dari bahasa Yunanai (greeak)

“keramikos” menunjuk pada pengertian gerabah; ”Keramos”

menunjuk pada pengertian tanah liat. “Keramikos” terbuat dari

mineral non metal, yaitu tanah liat yang dibentuk, kemudian secara

permanen menjadi keras setelah melalui proses pembakaran pada

suhu tinggi. Usia keramiik tertua dikenal dari zaman Paleolitikum

27.000 tahun lalu. Sedangkan menurut Malcolm G. McLaren

dalam Encyclopedia Americana 1996 disebutkan keramik adalah

suatu istilah yang sejak semula diterapkan pada karya yang

Page 6: Laporan Penelitian Di Gerabah

terbuat dari tanah liat alami dan telah melalui perlakuan

pemanasan pada suhu tinggi.

Beberapa teori lain tentang ditemukannya keramik pertama

kali, salah satunya terkenal dengan “teori keranjang”. Teori ini

menyebutkan pada zaman prasejarah Keranjang anyaman

digunakan orang untuk menyimpan bahan makanan. Agar tak

bocor keranjang tersebut dilapisi dengan tanah liat dibagian

dalammnya. Setelah terpakai keranjang di buang keperapian,

kemudian keranjang itu musnah tetapi tanah liatnya yang berbentuk

wadah itu ternyata mengeras. Teori ini dihubngkan dengan

ditemukannya keramik pra sejarah, bentuk dan motif hiasannya

dibagian luar berupa relief cap tangan keranjang (Nelson, 1984 :20)

Dari teori keranjang dan teori lainnya di atas dapat

dimengerti bahwa benda-benda keras dari tanah liat dari awal

ditemukan sudah dinamakan benda keramik, walaupun sifatnya

masih sangat sederhana seperti halnya gerabah dewasa ini.

Pengertian ini menunjukkan bahwa gerabah adalah salah satu

bagian dari benda-benda keramik.

Di Indonesia istilah ‘gerabah’ juga dikenal dengan keramik

tradisional sebagai hasil dari kegiatan kerajinan masyarakat

pedesaan dari tanah liat, ditekuni secara turun temurun. Gerabah

juga disebut keramik rakyat, karena mempunyai ciri pemakaian

Page 7: Laporan Penelitian Di Gerabah

tanah liat bakaran rendah dan teknik pembakaran sederhana (Oka,

I.B., 1979:9).

Dalam Ilmu Purbakala (Arkeologi) istilah lain

gerabah/keramik tradisional ini adalah kereweng, pottery, terracotta

dan tembikar. Istilah tersebut dipergunakan untuk menyebut

pecahan-pecahan periuk dan alat lainnya yang dibuat dari tanah liat

dan ditemukan di tempat-tempat pemakaman zaman prasejarah.

Barang-barang tanah bakar yang ditemukan di luar sarkopagus

(peti mayat berbentuk Pulungan batu) berupa jembung, piring-piring

kecil, priuk-periuk kecil, stupa-stupa kecil dan sebagainya

(Yudosaputro, W., l983 :31). Berkaitan dengan hal di atas,

Excerpted from Campton’s Interactive Encyclopedia dalam

„Pottery and Porcelain‟, Copyright © 1994-1995, disebutkan kriya

keramik atau pembuatan bejana dari tanah liat merupakan salah

satu karya seni tertua di dunia, seperti kutipan berikut :

“The craft of ceramics, or making clay vassels, is one of the oldest

arts in the world.”

2. Pengertian Mutu Barang (Kualitas)

Bentuk dan kegunaan gerabah sangat beraneka ragam, mulai

sekedar barang hiasan ruangan, peralatan rumah tangga hingga

souvenir dengan ukuran yang sangat beragam. Menurut bentuk

dan kegunaannya, gerabah dapat dipilah menjadi 2 jenis, yaitu :

Page 8: Laporan Penelitian Di Gerabah

1) Fungsi Gerabah

Berdasarkan fungsinya, gerabah dapat digolongan menjadi :

a. Fungsional : gerabah yang dapat memberikan manfaat

secara langsung kepada penggunanya. Bentuk gerabah

fungsional antara lain : pot bunga, tempat payung,

tempayan, kendi, asbak, tempat lilin dan peralatan dapur;

b. Non Fungsional : gerabah dengan golongan ini lebih

diutamakan sebagai barang-barang hiasan ruang, seperti

guci.

2) Ukuran Gerabah

Berdasarkan ukurannya, gerabah dapat digolongkan menjadi :

a. Gerabah Besar : gerabah jenis ini berukuran antara 60 – 150

cm, seperti guci, patung;

b. Gerabah Sedang : gerabah dengan ukuran < 60 cm, seperti

tempayan, kuali, peralatan dapur, guci, tempat payung, pot

bunga

c. Gerabah Kecil : gerabah jenis ini diutamakan sebagai

barangbarang hiasan dan souvenir, seperti asbak, tempat

lilin, patung kecil.

Pengendalian mutu dilakukan sejak penyiapan bahan baku

hingga pengiriman barang (pesanan), tanpa dilakukan

pengujian kualitas atau mutu secara khusus. Pengawasan

dilakukan langsung oleh pemilik usaha, dengan tujuan untuk

Page 9: Laporan Penelitian Di Gerabah

menjaga kualitas atau mutu produk serta sarana dalam upaya

membimbing pekerja untuk meningkatkan dan memotivasi

kreativitas serta semangat kerja. Selain pemilik usaha,

peninjauan secara berkala juga dilakukan oleh Departemen

Perindustrian melalui petugas UPT Perindustrian Kasongan

yang diberi wewenang sebagai lembaga bantuan teknis instansi

dalam kegiatan proses produksi gerabah di Kasongan.

Kualitas produk sangat tergantung kepada perbandingan

campuran bahan baku utama, proses penjemuran dan

pembakaran. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga

kerja tersebut yang harus diperhatikan dari pengrajin karena

akan menentukan kualitas gerabah yang dihasilkan. Apabila

pengawasan kurang dilakukan pada proses ini maka keramik

yang dihasilkan akan bermutu rendah dan mudah rusak.

Pengendalian mutu lainnya adalah pemeliharaan campuran

bahan baku utama yang harus dalam keadaan lembab.

Dalam kegiatan proses produksi jika terdapat kerusakan atau

cacat maka semaksimal mungkin dilakukan perbaikan terhadap

produk tersebut selama kondisi memungkinkan untuk diperbaiki.

Tetapi jika kerusakan atau cacat produk dianggap berat, maka

produk tersebut tidak akan dipasarkan.

Page 10: Laporan Penelitian Di Gerabah

3. Pengertian Harga Jual

Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun

barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi

barang atau jasa. Perusahaan selalu menetapkan harga produknya

dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh

memperoleh laba yang maksimal. Hansen dan Mowen (2001:633)

mendefinisikan “harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan

oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang

atau jasa yang dijual atau diserahkan”. Menurut Mulyadi (2001:78)

“pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh

ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya

produksi ditambah mark-up”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual

adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk

memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase

laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba

yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan

untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan

harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat

adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang

dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada

konsumen.

Page 11: Laporan Penelitian Di Gerabah

Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu

melalui komponen-komponen penetapan harga. Beberapa

perusahaan mencoba untuk meningkatkan keuntungan dengan

menetapkan harga rendah untuk menarik bisnis baru. Menurut

Boone dan Kurtz (2002:70) “ada empat kategori dasar atau sasaran

penetapan haga, yaitu: 1) profitabilitas, 2) volume, 3) tingkat

kompetisi, dan 4) pretise”.

1) Sasaran profitabilitas

Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran

profitabilitas dalam strategi penetapan harganya. Para pemasar

mengerti bahwa laba diperoleh dari selisih pendapatan dan

beban. Dan juga pendapatan merupakan harga jual dikalikan

dengan jumlah yang terjual. Berbagai teori ekonomi mendasari

prinsip maksimalisasi keuntungan (profit maximization). Akan

tetapi pada kenyatannya prinsip ini masih sulit diterapkan. Maka

banyak perusahaan beralih pada sasaran profitabilitas yang

lebih sederhana, yaitu Target Return Goal, dimana perusahaan

menetapkan harga dengan tingkat profitabilitas yang diinginkan

sebagai pengembalian finansial atas penjualan ataupun

investasi.

2) Sasaran Volume

Pendekatan yang lain dalam strategi penetapan harga disebut

maksimalisasi penjualan (sales maximization), para manajer

Page 12: Laporan Penelitian Di Gerabah

menetapkan tingkat minimum profitabilitas yang dapat diterima

dan kemudian menetapkan harga yang akan mengahasilkan

volume penjualan tertinggi tanpa menyebabkan laba turun di

bawah level itu. Strategi ini memandang ekspansi penjualan

sebagai suatu prioritas yang lebih penting bagi posisi

persaingan jangka panjang perusahaan daripada laba jangka

pendek.

3) Strategi Penentuan Harga Jual

Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan

mempengaruhi pendapatan perusahaan dan pada akhirnya

tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual produknya

dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai

persediaan, dan harga persaingan.

1) Penentuan harga berdasarkan biaya produksi

Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk

sebuah produk dengan mengestimasi biaya per unit untuk

memproduksi produk tersebut dan menambahkan suatu

kenaikan. Jika metode ini digunakan, perusahaan harus

mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah

produk dan diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi

semua biaya tersebut.Sebuah strategi harga harus

menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau jasa yang

berada di dalam skala ekonomis, harga harus cukup rendah

Page 13: Laporan Penelitian Di Gerabah

agar dapat mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi

sehingga biaya produksi mengalami penurunan.

2) Penentuan Harga Berdasarkan Suplay Persediaan

Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga

jika mereka harus mengurangi persediaan.

3) Penentuan Harga Berdasarkan Harga Pesaing

Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas

tiga yaitu:

a) Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan

menentukan harga yang lebih rendah dari harga pesaing

agar dapat menembus pasar. Keberhasilan penentuan

harga penetrasi tergantung pada seberapa besar

tanggapan konsumen terhadap penurunan harga dan

juga perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini

bila produknya tidak elastis terhadap harga karena

kebanyakan konsumen tidak akan beralih ke produk

pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga yang

lebuh rendah.

b) Penentuan harga defensive, dimana perusahaan

menrunkan harga produk untuk mempertahankan pangsa

pasarnya. Selain itu beberapa perusahaan juga

menurunkan harga untuk menyerang pesaing baru yang

masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya predatori.

Page 14: Laporan Penelitian Di Gerabah

c) Penentuan harga prestise, harga prestise ditentukan

dengan tujuan untuk memberikan kesan lini terbaik bagi

produk perusahaan. Perusahaan yang memiliki

diversifikasi bauran produk akan menggunakan strategi

penetrasi harga pada beberapa produk dan penentuan

harga prestise untuk produk lainnya.

4. Pengertian Pelayanan

Salah satu fungsi-fungsi dari birokrasi pemerintahan adalah

memberikan pelayanan bagi masyarakat. Dengan demikkian

pelayanan dapat di definisikan sebuah kegiatan yang dilakukukan

untuk memenui keinginan dan kebutuhan fihak lain. dalam

ensiklopedi administrasi (1997) dijelaskan bahwa:” pelayanan

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh perorangan untuk

mengamalkan atau mengabdikan diri.

menurut keputusan mentri pemberdaya gunaan aparatur

pemerintah No 63 tahun 2004 tentang pedoman penyelenggaraan

pelayanan publik dan rancangan undang –undang tentang

pelayana publik mendefinisikan pelayana publik sebagai “ kegiatan

atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

dasar sesuai denga hak-hak sipil sebagai warga negara dan

penduduk atas suatu barang, jasa dan pelayanan administrasi yang

di sediakan oleh penyelenggara pelayanan publik,” yakni lembaga

pemerintah.“sementara H. A.S.Moenir (2000) mendefinisikan

Page 15: Laporan Penelitian Di Gerabah

pelayanan “ sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan melalui

aktifitas orang lain ” lebih lanjut dikatakan pelayanan umum adalah

“ kegiatan yang dilakukan olih seseorang atau kelompok orang

denan landasan faktor material, melalui sistem prosedur, dan

metode tertentu dalam rangka usaha memenui kepentingan orang

lain sesuai dengan haknya”. Zulian zanit (2005) mengemukakkan

beberapa karakteristik yang dapat menjelaskan tentang jasa

pelayanan, karakteristik tersebut diantaranya:

1. tidak dapat diraba( intangibility)

2. tidak dapat disimpan ( inability to inventary)

3. produksi dan konsumsi secara bersama

4. memasukinya lebih mudah

5. sangat dipengarui oleh faktor dari luar

kegiatan pelayanan umum diarahkan pada terselenggaranya

pelayanan untuk memenui kepentingan umum ? kepentingan

perseorangan melalui cara cara yang tepat dan memuaskan fihak

yang dilayani, supaya pelayanan umum berhasil baik unsur pelaku

sangat menentukan. Pelaku dapat berbentuk badan atau organisasi

yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan dan

manusia sebagai pegawai. ( Ananta budhi bahtiar. Skripsi 2009:13)

Page 16: Laporan Penelitian Di Gerabah

Harga Jual Barang

Mutu Barang

Pelayanan

Volume Jual Gerabah

B. Kerangka Pikir

Proses penjualan gerabah Kasongan Bantul Yogyakarta

dipengaruhi beberapa faktor baik dari segi mutu barang, harga jual

yang bervariasi maupun berasal dari faktor pelayanan terhadap

konsumen.

Dari penjelasan diatas dapat kita buat gambaran sebagai berikut

:

Gambar 1 : Skema Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Dari masalah yang telah dikemukakan diatas maka hipotesisnya

adalah “ Harga Jual, Mutu Barang (Kualitas), dan Pelayanan

mempengaruhi Volume penjualan gerabah di Kasongan Bantul

Yogyakarta”.

Page 17: Laporan Penelitian Di Gerabah

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kabupaten Bantul Yogyakarta

tepatnya pada kerjanian gerabah kasongan, dengan waktu penelitian

selama 10 Hari dengan subjek penelitian adalah para pengrajin

sekaligus pemilik usaha kerajinan gerabah melalui sistem acak

dengan jumlah 10 sample.

B. Variabel dan Desain Penelitian

a. Variabel

Variable merupakan indikator terpenting yang menentukan

keberhasilan penelitian, sebab variabel penelitian adalah objek

penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Variable yang diteliti yaitu faktor – faktor yang berpengaruh

terhadap volume penjualan pada gerabah kasongan Bantul Yogyakarta

b. Desain Penelitian

Desaian penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adala metode deskriptif. Hal ini di tetapkan dengan dasar

pertimbangan bahwa metode ini akan mampu mengungkapkan

sekaligus menguji hipotesis serta menjawab permasalahan yang

telah dirumuskan.

Menurut Winarto, pelaksanaan penelitian dengan metode

deskriptif tersebut ditempuh melalui langkah-langkah (1)

Page 18: Laporan Penelitian Di Gerabah

pengumpulan data, (2)Pengolahan data, dan (3) membuat

kesimpulan dan laporan sesuai dengan tujuan penelitian.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin

sekaligus pemilik toko yang berada di Kasongan Bantul

Yogyakarta.

2. Sampel

Dengan pertimbangan beberapa hal, yaitu banyaknya jumlah

populasi penelitian, data atau objek penelitian, sehingga

menyebabkan terlalu sempitnya tingkat pengamatan peneliti

terhadap data ataupun objek penelitian dan terbatasnya waktu

yang tersedia, maka peneliti hanya mengambil sampel sebanyak

10 orang pengrajin sekaligus pemilik toko.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi mengenai data yang relevan

dengan asumsi penulisan proposal ini dengan lebih baik, maka penulis

menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu :

a. Penelitian lapangan (field research), yaitu dengan melakukan

penelitian langsung ke objek penelitian dengan tujuan

menggambarkan semua fakta yang terjadi pada objek penelitian,

agar permasalahan dapat diselesaikan. Pada penelitian lapangan

ini penulis menggunakan dua teknik penelitian yaitu :

Page 19: Laporan Penelitian Di Gerabah

1) Teknik observasi, yaitu dilakukan dengan mengadakan

pengamatan langsung pada objek penelitian.

2) Teknik interview, yaitu dilakukan dengan wawancara langsung

dengan sumber teknik yaitu pimpinan dan karyawan

perusahaan.

b. Penelitian pustaka (library research), yaitu dengan mempelajari

beberapa literature yang ada hubungannya dengan penulisan

proposal ini untuk melengkapi data yang diperoleh di lapangan

serta untuk mendapatkan suatu kerangka teori yang akan dipakai

sebagai bahan acuan.

E. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

a. Jenis data :

Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara

berupa gambaran umum perusahaan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi volume penjualan gerabah di Kasongan Bantul

Yogyakarta yang memerlukan pengolahan.

b. Sumber Data

Sumber data atau informasi yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah :

Page 20: Laporan Penelitian Di Gerabah

1) Data primer, yaitu data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan

wawancara langsung dengan Pengrajin atau pemilik toko yang

berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen

perusahaan serta informasi-informasi yang tertulis lainnya yang

berasal dari pihak yang erat kaitannya dengan pembahasan ini.

F. Metode Analisis

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi volume

penjualan pada gerabah di kasongan Yogyakarta maka penulis

menggunakan metode analisis deskriftif kualitatif yaitu penggalian

informasi sedalam mungkin melalui langkah observasi dan intervie

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan.

Page 21: Laporan Penelitian Di Gerabah

BAB IV

GAMBARAN UMUM KASONGAN

A. Sejarah Berdirinya Kasongan

Pada masa penjajahan Belanda, salah satu daerah di sebelah

selatan kota Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan

warga setempat, yaitu seekor kuda milik Reserse Belanda ditemukan

mati di atas lahan sawah milik seorang warga. Hal tersebut membuat

warga ketakutan setengah mati. Karena takut akan hukuman, warga

akhirnya melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi.

Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun

kemudian diakui oleh penduduk desa lain. Warga yang takut akhirnya

berdiam diri di sekitar rumah mereka. Karena tidak memiliki lahan

persawahan lagi, maka untuk mengisi hari, mereka memanfaatkan apa

saja yang ada di sekitar. Mereka memanfaatkan tanah yang ada,

kemudian mengempal-ngempalnya yang ternyata tidak pecah bila

disatukan, lalu mulai membentuknya menjadi berbagai fungsi yang

cenderung untuk jadi barang keperluan dapur atau mainan anak-anak.

Berawal dari keseharian nenek moyang mereka itulah yang akhirnya

kebiasaan itu diturunkan hingga generasi sekarang yang memilih

menjadi perajin keramik untuk perabot dapur dan mainan hingga kini.

Seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengepal-

ngepal tanah yang tidak pecah disatukan. Sebenarnya tanah tersebut

hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja.

Page 22: Laporan Penelitian Di Gerabah

Namun karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun, kasongan

akhirnya menjadi Desa yang cukup terkenal.

Sejak tahun 1971 – 1972 Desa Wisata Kasongan mengalami

kemajuan cukup pesat, Sapto Hudoyo (seorang seniman besar

Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa wisata Kasongan

dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk

memberikan berbagai sentuhan seni dan komersil bagi desain

kerajinan gerabah sehingga gerabah yang dihasilkan tidak

menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat

memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik

Kasongan dikomersialkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik

sekitar tahun 1980an.

Kasongan adalah tempat industri Gerabah terkenal di

Yogyakarta, serta segala jenis baik patung, peralatan makan,

asessories, dan berbagai macam jenis lainnya terbuat dari tanah

liat.Desa Wisata Gerabah "Kasongan" terletak di Desa Bangunjiwo,

Kecamatan Kasihan, sekitar 4 kilometer ke arah utara Kota Bantul.

Desa wisata ini memproduksi peralatan rumah tangga seperti piring,

mangkuk, guci, dan lain sebagainya yang terbuat dari tanah liat.

Pengunjung tidak hanya dapat berbelanja, tetapi juga dapat menikmati

secara langsung proses pembuatan gerabah sambil bertanya jawab

dengan pengrajin.

Page 23: Laporan Penelitian Di Gerabah

Kerajinan Kasongan umumnya adalah Guci dengan berbagai

motif (burung merak, naga, bunga mawar, batik, kaligrafi, dll), pot

berbagai ukuran dari kecil hingga setinggi orang dewasa, souvenir,

hiasan dinding, lukisan, pigura, perabot lain seperti meja, kursi, dipan,

dll. Tetapi sekarang variasi kerajinan kasongan sudah banyak seperti :

bunga tiruan dari daun pisang serta biji-bijian, perabot dari bambu,

patung dari batu atau kayu, miniatur sepeda atau miniatur becak,

topeng batik, gorden, tas, dll. Kerajinan Kasongan ini banyak yang

berkualitas bagus dan berkualitas eksport, sehingga banyak dikirim ke

Amerika dan Eropa. Desa Kasongan yang terkenal dengan kerajinan

kasongan ini sangat ramai jika musim liburan

B. Kendala Yang di Hadapi

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Mungkin kata-

kata mutiara ini tak cukup kuat untuk menahan kesedihan para korban

bencana gempa bumi di Yogyakarta, 27 Mei 2006 lalu.

Gempa yang memluluhlantakkan hampir sebagian besar

kabupaten/kota di Yogyakarta di pagi hari itu hingga kini mungkin

memang masih terasa. Kita ingat bagaimana musibah gempa

berkekuatan 5,8 SR dan berdurasi hampir satu menit itu menyedot

perhatian nasional dan internasional.

Bencana yang mengakibatkan lumpuhnya kegiatan

perekonomian dan aktivitas masyarakat selama beberapa waktu itu

Page 24: Laporan Penelitian Di Gerabah

bahkan diplot sebagai salah satu bencana terbesar. Bagaimana tidak,

ribuan nyawa melayang dan ribuan bangunan runtuh.

Namun, yang terjadi biarlah berlalu. Kini, secara perlahan tapi

pasti, masyarakat Yogyakarta kembali merajut puing-puing

kehidupannya. Mereka tidak mau berlama-lama larut dalam kesedihan

dan berkomitmen untuk membangun kembali Yogyakarta sesuai

dengan kemampuan dan bidangnya masing.

Sekadar diketahui, sektor pariwisata Yogyakarta saat ini kembali

menggeliat. Meski tertimpa bencana, secara "ajaib" Yogyakarta

kembali pulih dan sudah bisa dikatakan kondusif sebagai daerah

tujuan wisata. Ini fakta. Daerah-daerah tujuan wisata di Yogyakarta kini

nyaris tak tampak lagi sebagai daerah yang pernah tertimpa bencana.

Di Malioboro, Keraton Kesultanan Yogyakarta, Candi

Borobudur, Candi Prambanan, Pantai Parangtritis serta sentra-sentra

UKM yang menawarkan produk khas Yogyakarta yang menjadi bagian

dari paket wisata itu kini sudah tak terlihat lagi sebagai tempat yang

pernah tertimpa gempa bumi.

Salah satunya adalah sentra usaha kecil dan menengah (UKM)

yang memproduksi keramik gerabah, di daerah Tirto/Kasongan,

Bangunjiwo-Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Sentra UKM yang selama ini

memproduksi beraneka ragam dan jenis keramik gerabah ini kembali

menggeliat.

Page 25: Laporan Penelitian Di Gerabah

Pelaku usaha keramik gerabah di daerah yang bisa dinilai

sebagai tujuan wisata wajib dikunjungi di Yogyakarta ini mulai kembali

berproduksi. Gempa bumi memang meyesakkan, namun tak perlu

diratapi, karena hidup terus berjalan. Mungkin ini yang berada di benak

para pelaku dan pengrajin usaha keramik gerabah di daerah yang

terkenal disebut Kasongan itu.

Seperti diketahui, Kabupaten Bantul merupakan salah satu

daerah di Yogyakarta yang paling parah terkena dampa bencana

gempa bumi. Ribuan nyawa melayang dan banyak bangunan yang

runtuh. Tak terkecuali sentra UKM keramik gerabah di Kasongan,

Bangunjiwo-Kasihan, di Bantul.

Namun trauma musibah besar itu tampaknya tak menjadikan

masyarakat, khususnya pelaku dan penggrajin usaha keramik, duduk

berdiam diri sambil berpangku tangan. Ini berhasil dibuktikan oleh

salah satu pengusaha keramik gerabah asli Kasongan, Timbul

Raharjo.

Meski tempat produksi dan toko berbagai jenis keramik

gerabahnya hancur akibat gempa, secara perlahan tapi pasti Timbul

bersama karyawan dan pengrajinnya kembali berproduksi. Bahkan

Timbul secara intensif terus mempertahankan komunikasi dengan para

pembeli produknya (buyers), baik di dalam maupun luar negeri.

Timbul menjadi salah satu pelopor kembali menggeliatnya

sentra UKM keramik gerabah di kasongan. Bahkan 10 hari pasca-

Page 26: Laporan Penelitian Di Gerabah

gempa, dia sudah mengekspor satu peti kemas ukuran 40 kaki

(maksimal) ke Eropa.

"Memang banyak bangunan (1 tempat produksi dan 4 toko)

serta produk keramik saya hancur akibat gempa. Namun saya

kumpulkan produk-produk yang masih bagus dan memperbaiki produk-

produk yang rusaknya tidak terlalu parah ditambah sedikit produksi

baru untuk diekspor. Ini dalam rangka memenuhi pesanan sebelum

terjadinya gempa," kata Timbul.

Ayah dua orang anak ini mengaku, para buyers di dalam dan

luar negeri sangat mengerti kondisi usahanya akibat gempa bumi

tersebut dan memberikan dispensasi atau keringanan. Sehingga,

secara perlahan usahanya kini bisa kembali bangkit dan para

karyawan serta pengrajinnya juga dapat kembali bekerja.

Menurut Timbul, penjualan keramik gerabahnya sudah bisa

dikatakan kembali normal, di mana sebanyak hampir 30 peti kemas

dalam dua bulan terakhir bisa diekspor. Keramik gerabahnya sebagian

besar dikirim ke Italia, Belanda, Spanyol, Jerman, Australia, dan

Amerika Serikat.

"Keramik gerabah Yogyakarta masih diminati buyers luar negeri,

karena memliki nilai seni yang sulit di produk sejenis dari negara lain.

Selain itu, desain juga menjadi salah satu nilai tambah," kata lulusan

Sarjana S-2 yang juga staf pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI)

Yogyakarta ini.

Page 27: Laporan Penelitian Di Gerabah

Pengusaha yang belum genap berusia 37 tahun ini

mengatakan, pihaknya terus berusaha menjadikan sentra UKM

keramik gerabah Kasongan, Bantul, kembali normal secara

menyeluruh seperti sebelum gempa bumi. Selain produknya masih

diminati di pasar lokal dan internasional, sentra UKM keramik gerabah

ini juga harus tetap dipertahankan, karena juga merupakan salah satu

tujuan wisata yang khas di Yogyakarta.

Dan hal ini pun sudah dikomunikasikan dengan Pemprov DI

Yogyakarta dan pemerintah pusat. Bahkan Departemen Perdagangan

bekerja sama dengan Pemprov DI Yogyakarta serta instansi terkait

lainnya juga siap memberikan bantuan untuk pemulihan secara

terintegrasi dan komprehensif. (*/Andrian Novery)

Page 28: Laporan Penelitian Di Gerabah

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Variabel Penelitian

1. Deskripsi Variabel Harga Jual

Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun

barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi

barang atau jasa. Perusahaan selalu menetapkan harga produknya

dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh

memperoleh laba yang maksimal. Hansen dan Mowen (2001:633)

mendefinisikan “harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan

oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang

atau jasa yang dijual atau diserahkan”.

Menurut Mulyadi (2001:78) “pada prinsipnya harga jual

harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang

wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up”.

Dari hasil interview kepada kepada para pengrajin tentang

pengaruh harga jual terhadap volume penjualan dapat dilihat pada

table berikut ini :

Table 1Pengaruh Harga Jual Terhadap Volume Penjualan

Gerabah di KasonganNo Uraian Jumlah Persentase ( %)123

BerpengaruhKurang BerpengaruhTidak Berpengaruh

631

60 %30 %10 %

Jumlah 10 100 %Sumber Data : Hasil Interview KKLP 2011

Page 29: Laporan Penelitian Di Gerabah

Bila diperhatikan tabel di atas tampak bahwa pada tingkat

harga jual, responden yang berpendapat bahwa harga jual

berpengaruh terhadap volume penjualan sebanyak 6 orang atau 60

%, 3 orang atau 30 % menyatakan kurang berpengaruh sedangkan

1 orang atau 10 % menyatakan bahwa tidak berpengaruh, hal ini

menunjukkan bahwa harga jual sangat berpengaruh terhadap

volume penjualan gerabah di Kasongan Bantul Yogyakarta.

2. Deskripsi Variabel Mutu Barang

Mutu barang merupakan penunjang utama dalam

keberhasilan suatu usaha untuk dapat melanjutkan kegiatan

produksinya, karena dengan baiknya mutu barang yang dihasilkan

maka akan semakin baik pula penawaran yang diberikan oleh

konsumen dan juga menambah kepercayaan konsumen terhadap

suatu perusahaan.

Demi menjaga kestabilan mutu barang, para pengrajin di

daerah kasongan selalu memakai bahan kualitas nomor satu

sehingga hasil produksi tetap dengan kualitas yang seharusnya,

Adapun rincian bahan baku utama dan bahan penolong dalam

proses pembuatan gerabah di Kasongan adalah :

a. Tanah liat hitam (Bangunjiwo) dan tanah kuning (Godean)

sebagai bahan baku utama. Untuk menghasilkan produk berupa

barang-barang keperluan rumah tangga dan peralatan dapur

diperlukan tanah liat hitam, sedangkan untuk menghasilkan

Page 30: Laporan Penelitian Di Gerabah

produk kerajinan yang berkualitas, seperti patung, guci

dipergunakan campuran tanah liat kuning dengan perbandingan

tertentu.

b. Pasir halus, sebagai bahan pencampur agar tanah liat dapat

merekat erat. Bahan baku ini diperoleh dari penambangan pasir

di sungai-sungai di wilayah Kasongan sendiri.

c. Air, berfungsi untuk melunakkan campuran tanah liat dan pasir

sehingga memudahkan dalam membentuk suatu model

gerabah.

d. Kayu bakar dan jerami, sebagai bahan penolong dalam proses

pembakaran gerabah.

e. Cat, sebagai bahan pelengkap agar gerabah mempunyai cita

rasa seni sehingga memberikan daya tarik dan keindahan.

Proses pembuatan gerabah juga didasarkan pada kualitas

mulai dari pencampuran bahan baku sampai menjadi adonan

semuanya memakai takaran, proses pengeringan juga memakan

waktu yang tidak sebentar tergantung dari tebal tipisnya bahan

yang dikeringkan, pengeringan berkisar 2 hari samai 5 hari, pada

proses pembaran bahan tidak di bakar secara asal-asalan tetapi

memakai perhitungan dengan lama waktu sekitar 6 jam dengan

suhu 800 – 1000oC setelah tahap pembakaran kemudian gerabah

dihaluskan dan dibersihkan lalu masuk ke tahap finishing yaitu

Page 31: Laporan Penelitian Di Gerabah

pemberian warna dan motif yang indah untuk menambah daya

tarik.

Dari hasil penelitian kami tentang tingkat pengaruh mutu

barang (kualitas) terhadap volume penjualan Gerabah dapat dilihat

pada tabel berikut :

Table 2

Pengaruh Mutu Barang (Kualitas) Terhadap Volume PenjualanGerabah Di Kasongan

No Uraian Jumlah Persentase ( %)123

BerpengaruhKurang BerpengaruhTidak Berpengaruh

820

80 %20 %

0Jumlah 10 100 %

Sumber Data : Hasil Interview KKLP 2011

Berdasarkan data di atas dari 10 responden terdapat 8

orang atau 80% mengatakan bahwa mutu barang berpengaruh

terhadap volume penjualan, sedangkan 2 orang atau 20 %

mengatakan bahwa mutu barang kurang berpengaruh terhadap

volume penjualan Gerabah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu barang

mempunyai andil yang sangat besar terhadap volume penjualan

dimana semakin bagus kualitas barang yang di hasilkan maka

semakin besar minat konsumen ataupun daya beli dari para

konsumen terhadap barang yang di hasilkan, namun tidak dapat

dipungkiri bahwa sebagian pembeli datang tidak melihat dari

kualitas tetapi berupa kepuasan dari para buyer itu sendiri atau

Page 32: Laporan Penelitian Di Gerabah

hanya sebagai oleh-oleh yang tidak terlalu mementingkan kualitas

barang.

3. Deskripsi Variabel Pelayanan

Pelayanan merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan

untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan pihak lain. Dalam

ensiklopedi administrasi (1997) di jelaskan bahwa “ pelayanan

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan perorangan untuk

mengamalkan atau mengabdikan diri. Sementara H.A.Smoenir

(2000) mendefenisikan pelayanan “ sebagai suatu proses

pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain” lebih lanjut

dikatakan bahwa pelayanan adalah “ Kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang atau kelompok orang dengan landasan faktor material,

melalui sistem prosedur, dan metode tertentu dalam rangka usaha

memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya”.

Dalam Industri Gerabah di Kasongan Bantul Yogyakarta

memakai tekhnik pelayanan sederhana dengan cara memberikan

senyuman yang ramah kepada para pelannggannya dan tidak

sungkan untuk memberikan keterangan tentang kerajinan yang

mereka buat untuk lebih menarik minat dari para konsumen yang

datang kepada mereka.

Selain pelayanan dalam bentuk sederhana ada juga diantara

beberapa sampel yang telah go international sehingga mereka juga

Page 33: Laporan Penelitian Di Gerabah

dapat memberikan pelayanan kepada konsumen melalui Internet

atau dengan kata lain secara online.

Terbukti bahwa dengan pelayanan yang ramah serta di

tambah dengan beberapa trik yang dilakukan para pengrajin

kepada konsumennya sehingga menimbulkan daya beli konsumen

terhadap hasil produksi mereka, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut :

Table 3Pengaruh Pelayanan Terhadap Volume Penjualan

Gerabah Di KasonganNo Uraian Jumlah Persentase ( %)123

BerpengaruhKurang BerpengaruhTidak Berpengaruh

532

50 %30 %20 %

Jumlah 10 100 %

Sumber Data : Hasil Interview KKLP 2011

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dari 10

responden, terdapat 5 orang atau 50 % mengatakan bahwa dengan

pelayanan yang baik kepada para konsumen akan menimbulkan

daya beli yang lebih baik terhadap hasil produksi yang mereka

hasilkan.

Sedangkan responden yang berpendapat kurang

berpengaruh terdapat 3 orang atau 30 % serta 2 orang atau 20 %

yang menyatakan sama sekali tidak berpengaruh terhadap daya

beli dari konsumen. Oleh karenanya terkait dengan pelayanan

terhadap volume penjualan gerabah di Kasongan Bantul

Page 34: Laporan Penelitian Di Gerabah

Yogyakarta ini sangat berpengruh terhadap volume penjualan

gerabah atau hasil produksi para pengrajin di Kasongan Bantul

Yogyakarta.

B. Pengaruh Variabel Harga Jual, Mutu Barang dan Pelayanan

Terhadap Volume Penjualan Gerabah Di Kasongan Bantul

Yogyakarta.

Dari hasil penelitian berupa data-data yang telah diolah

seperti pada pembahasan sebelumnya pada tingkat Variabel harga

jual dari 10 responden 6 orang atau 60 % mengatakan bahwa

harga jual berpengaruh pada volume penjualan, pada tingkat

variabel mutu barang dari 10 responden 8 orang atau 80 %

mengatakan bahwa mutu barang berpengaruh pada volume

penjualan, sedangkan pada tingkat variabel pelayanan dari 10

responden 5 orang atau 50 % mengatakan bahwa pelayanan

berpengaruh pada volume penjualan.

Dari semua variabel yang kami teliti menunjukkan bahwa

volume penjualan gerabah kasongan di pengaruhi oleh harga jual,

mutu barang dan pelayanan. Dengan adanya mutu barang yang

bervariasi konsumen dapat memiliki benda koleksi / hasil produksi

dari pengrajin sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dari

konsumen.

Mutu barang sangat berpengaruh kepada volume penjualan

gerabah kasongan, karena dengan semakin baiknya mutu barang

Page 35: Laporan Penelitian Di Gerabah

yang dihasilkan maka akan semakin menambah kepercayaan

konsumen kepada pengrajin sehingga akan menimbulkan daya beli

yang terus menerus meningkat dari tahun ketahun terhadap hasil

produksi yang di hasilkan, sedangkan dengan adanya pelayanan

yang baik terhadap konsumen juga dapat menambah daya beli

masyarakat atau konsumen terhadap hasil produksi para pengrajin.