kajian ekonomi regional - bi.go.id filesamarinda. triwulan i - 2009 . i . kata pengantar . puji...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Kalimantan Timur
Kantor Bank Indonesia Samarinda
Triwulan I - 2009
i
KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan
buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Kalimantan Timur (Kaltim) periode triwulan I-2009 dapat
dirampungkan. Buku KER ini mengulas perkembangan ekonomi, perbankan, keuangan daerah, sistem
pembayaran dan outlook Kaltim dalam rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para
stakeholders Bank Indonesia. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber
rujukan bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-
pihak lainnya yang membutuhkan serta memiilki perhatian terhadap perkembangan ekonomi Kaltim.
Asesmen singkat kami terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan daerah Kalimantan
Timur (Kaltim) selama triwulan I-2009, adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2009 diperkirakan turun sebesar 0,95% (y-o-y),
setelah pada triwulan sebelumnya masih tercatat positif sebesar 1,44% (y-o-y). Pertumbuhan
ekonomi Kaltim tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional
yang diperkirakan mencapai 4% (y-o-y).
2. Laju inflasi triwulanan Kaltim pada triwulan I-2009 mencapai 9,39% (y-o-y), menunjukkan
penurunan dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 13,06% (y-o-y). Laju inflasi
tahunan Kaltim ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang tercatat
sebesar 7,92% (y-o-y). Angka inflasi Kaltim tersebut merupakan gabungan inflasi (IHK) yang
terjadi di Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan, yang merupakan wilayah baru yang dimasukkan
untuk perhitungan laju inflasi di Kalimantan Timur, masing-masing sebesar sebesar 12,69% (y-o-
y), 11,30% (y-o-y) dan 19,85% (y-o-y).
3. Kinerja usaha perbankan Kaltim sebagaimana lazimnya pola awal tahun terlihat belum terlalu
bergairah.
a) Dari sisi penghimpunan dana, simpanan dana masyarakat pada bank-bank umum se-
Kaltim selama periode laporan mencapai Rp 41.367 miliar, mengalami penurunan sebesar
0,36% dibandingkan dengan posisi pada triwulan sebelumnya.
b) Sementara dari sisi penyaluran dana, total kredit atas dasar lokasi kantor selama triwulan
I-2009 mencapai sebesar Rp 21.012 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 2,63%
dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. Namun atas dasar lokasi proyek, kredit
yang disalurkan sistem perbankan secara nasional untuk Kaltim tercatat menurun sebesar
3,5% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sehingga posisinya menjadi Rp 29.110
miliar pada triwulan I-2009 (s.d Februari). Apabila ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa
35,3% dari total kredit berlokasi proyek di Kaltim berasal dari bank yang berkantor di luar
Kaltim, terutama oleh kantor pusat bank yang berada di DKI Jakarta (pangsa 33,8%).
c) Walaupun secara nominal kredit berdasarkan lokasi proyek pada triwulan I-2009 mengalami
penurunan namun rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) Kaltim atas dasar lokasi proyek
mencapai 70,4%, masih lebih tinggi dibandingkan dengan LDR atas dasar lokasi kantor yang
sebesar 50,8%.
d) Pembiayaan berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) yang berhasil disalurkan bank
umum yang berkantor di Kaltim selama periode laporan mencapai 65,5% atau Rp 13.764
miliar dari total kredit sebesar Rp 21.012 miliar. Penyaluran kredit UMKM tersebut
mengalami peningkatan sebesar 1,39% dibandingkan dengan triwulan IV-2008.
4. Dengan mencermati berbagai faktor, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan II-2009
diperkirakan mencapai 1,7% - 2,7% (y-o-y) atau kembali tumbuh positif setelah mengalami
penurunan pada triwulan laporan, dengan laju inflasi triwulanan yang diperkirakan lebih tinggi
dibandingkan periode sebelumnya.
ii
Dengan memperhatikan perkembangan ekonomi Kaltim yang mulai terimbas krisis ekonomi
global, stimulus fiskal baik yang berasal dari APBN maupun APBD menjadi kunci utama untuk
menyelamatkan sektor riil dari keterpurukan yang lebih dalam. Program pembangunan yang
diarahkan kepada penguatan kemandirian ekonomi domestik dan peningkatan daya saing ekonomi
lokal perlu mendapat prioritas dan langkah nyata dari pemerintah daerah dan segenap unsur
masyarakat. Selain itu, sinergitas antara dunia usaha, perbankan dan pemerintah daerah perlu
dipupuk secara berkala sehingga setiap kendala yang menghambat jalannya perekonomian Kaltim
dapat dicarikan solusinya secara optimal didukung dengan aparat birokrat yang handal dan memilki
tata kelola yang baik (good governance).
Akhirnya, kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, untuk itu secara terus
menerus memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, masukan dan kritik yang membangun serta umpan
balik sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas publikasi ini di masa mendatang. Dalam
penyusunan kajian ini, kami banyak memperoleh bantuan data/informasi dari berbagai pihak seperti
perbankan dan instansi pemerintah daerah, BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih
informatif. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi yang
setinggi-tingginya. Harapan kami, hubungan baik yang terjalin selama ini terus berlangsung bahkan
dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Samarinda, 1 Mei 2009
BANK INDONESIA SAMARINDA
Gentur Wibisono Deputi Pemimpin
iii
DDAAFFTTAARR IISSII
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….........................................................
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..........................................................
DAFTAR TABEL .....................………………………………………………................................................….
DAFTAR GRAFIK ...............................................................................................................
i
iii
vi
vii
RRIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF ………………………………..…………………………………………………………………………………
I. Gambaran Umum ……………………….…………………………………………………………………….……..
II. Asesmen Perekonomian ..............................................................................
III. Asesmen Inflasi ……………………………………………………………………………………………………..
IV. Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................
1. Perbankan .........................................................................................
2. Sistem Pembayaran .............................................................................
V. Perkiraan …………………………………………………………………………………………………………………..
VI. Anekdotal Informasi ………………………………………………………………………………………………
BBAABB II PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN EEKKOONNOOMMII MMAAKKRROO REGIONAL …………………………….……………………….
1.1 Gambaran Umum ..........................................................................................
1.2 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Permintaan ..................................................
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ......................................................................
1.2.2 Pengeluaran Pemerintah ........................................................................
1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) ………………………………………
1.2.4 Ekspor dan Impor ...…….........................................................................
1.3 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Penawaran …………………………………………………………
1.3.1 Sektor Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan ……………………………..
1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ………………………………………………..…………..
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan ……………………………………………………………….……………..
1.3.4 Sektor Listrik dan Air Bersih ………………………………………………………………………….….
1.3.5 Sektor Bangunan …………………………………………...........................................….
1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran …………....................................……
1.3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .....................................................
1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ...................................
1.3.9 Sektor Jasa-jasa ...................................................................................
Boks. Pertumbuhan Pasar Ekspor Non Migas Provinsi Kalimantan Timur tahun 2000 – 2008 dengan Analisis Shift Share ………….....…………………………………….
BBAABB IIII EEVVAALLUUAASSII PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNFFLLAASSII ………………………………………………………………………..…….
2.1 Gambaran Umum ……………………………………………………….……………………………………..…..
2.2. Inflasi Triwulanan (q-t-q)………………………………………………………………..……...…………….
2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (q-t-q)…….………………………………………………
2.2.2 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (q-t-q)……………………………………….…………..
2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (q-t-q)…………………………………………………………
1
1
1
2
3
3
3
4
4
6
6
6
7
8
8
9
11
12
13
13
14
14
15
15
16
17
18
20
20
20
20
21
21
iv
2.3. Inflasi Tahunan (y-o-y).......................................………………………………………………
2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda ……….......................................…………..
2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan ….......................................................
2.3.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan ………………………………………………………………………..
22
22
23
23
BBAABB IIIIII PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN PPEERRBBAANNKKAANN DDAAEERRAAHH ………. …….…………………………………………………
3.1 Gambaran Umum ……………………………………………………………………………………………..……….
3.2 Perkembangan Usaha Bank Umum ……………………………………………………………….…….……
3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif ………………………………………………………………………..
3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat ……………….. …………………………………………….….
3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum ……………………………………………………….…….………….
a. Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim ….….…………………………………….…..
b. Kredit Bank Umum berlokasi proyek di Kaltim …………………………………..…..
3.3 Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)………………………………….………
3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ……………………………………………….
a. Perkembangan Aset BPR …………………………………………………………………………....
b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR ……………………………………………..………
c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR ……..…………………………………………………..
3.5 Asesmen Risiko Perbankan …………………………………………………………. ……………..…………..
3.5.1 Risiko Kredit ……………………………………………………………………………………................
3.5.2 Risiko Likuiditas ...................................................................................
3.5.3 Risiko Pasar ........................................................................................
Boks. Hasil Quick Survey: Penurunan BI Rate dan Suku Bunga Perbankan Kaltim ................................................................................................................
BAB IV KEUANGAN DAERAH ………………….………….......................………………… ...........................
4.1 Gambaran Umum ...........................................................……………....................
4.2 Pendapatan .....................................................………………………………..................
4.3 Belanja …………………………………….………………………………………………………….……………………….
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ………………………………………………………………………….
5.1 Gambaran Umum ……………………. …………………………………………………………………… ……………
5.2 Perkembangan Transaksi Tunai …………………………………………….…………………………………..
5.2.1 Perkembangan Peredaran Uang Kartal ……………………………………………………………..
5.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai …………………………………………………………………………..
5.3.1 Perkembangan Transaksi Kliring ……………………………………………………………………….
5.3.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS …………………………………………………………………..
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN .................
6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur per Sektor Ekonomi …………
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH .....................................................
7.1 Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II-2009 ................................................
7.2 Prospek Perkembangan Inflasi .........................................................................
LAMPIRAN
25
25
26
26
26
27
27
28
30
32
32
33
33
34
34
35
36
37
39
39
39
40
42
42
42
42
43
43
43
45
45
46
46
48
v
DDAAFFTTAARR TTAABBEELL Halaman
1.1
1.2 1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
2.1 2.2 2.3 2.4
2.5
2.6
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
3.13 5.1
6.1
Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Kalimantan Timur .......................................
Realisasi Penanaman Modal di Kaltim……………………………………………………………………………
Perkembangan Komponen Ekspor Tw I-2009 ……………………………………………………..
Komoditas Utama dan Negara Tujuan Utama Ekspor non Migas Kaltim Triwulan I-2009 (HS 2 dijit, dalam juta USD).....................................................................
Perkembangan Komponen Impor Tw IV-2008 ……………………………………………………….
Komoditas Impor Non Migas Utama dan Negara Asal Impor Utama Kaltim Triwulan I-2009 (HS 2 Dijit, dalam juta USD) ........................................................ ......
Pertumbuhan PDRB Sektoral Kalimantan Timur .........……...........................…………
Perkembangan Industri Non Migas Kaltim Trw I-2009 (y-o-y) ............................
Perkembangan Sub Sektor Angkutan Kaltim Trw I-2009 (y-o-y) ..........................
Perkembangan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ………………….
Perkembangan Sub Sektor Jasa-jasa Swasta ………………………………………………………
Inflasi Triwulanan di Kota Samarinda................................................................
Inflasi Triwulanan di Kota Balikpapan.................................................................
Inflasi Triwulanan di Kota Tarakan ………………………………………………………………………………
Inflasi Tahunan Kota Samarinda menurut kelompok barang dan jasa................
Inflasi Tahunan Kota Balikpapan menurut kelompok barang dan jasa.....................
Inflasi Tahunan Kota Tarakan menurut kelompok barang dan jasa.....................
Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum di Kaltim ......
Perkembangan Penghimpunan Dana pada bank Umum di Kaltim...........................
Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim ........................................
Jumlah Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim ........................................
Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK menurut Kabupaten/Kota di Kaltim .....
Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit .....................................
Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi .....................................................................
Perkembangan Kredit UMKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Menurut Skala Kredit
Perkembangan Kredit UMKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi ………………………………………….................
Perkembangan Usaha BPR di Kalimantan Timur (dalam juta rupiah) .....................
Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Kolektibilitas .....................................
Perkembangan Kredit Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Bank Umum ......................
Struktur Jangka Waktu, Sebaran Nominal dan Rekening DPK ...............................
Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Timur (Rp miliar) .........................
Komposisi Ketenagakerjaan per Sektor Ekonomi di Kalimantan Timur.....................
7
8 9
10 10
11
12
13
15
16
17 21
21 22
22 23
24
26
27 28
29
30 30
31
32
34
34
35
36
44
45
vi
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
1.12
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.21
2.1
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
DDAAFFTTAARR GGRRAAFFIIKK
Pertumbuhan PDB Nasional vs PDRB Kaltim (y-o-y)…………………………………………………..
Perkembangan Kredit Konsumsi …………………………………………………………………………...…...
Perkembangan IKK, Kondisi Ekonomi Saat Ini & Ekspektasi Konsumen .…........…….
Perkembangan Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini.............................................
Perkembangan Dana Pemda di Perbankan Kalimantan Timur.................................
Perkembangan Kredit Investasi ……………..…………....................................…..…………
Perkembangan Ekspor Impor melalui Pelabuhan di Samarinda & Balikpapan ………
Komoditas Penyumbangan Penurunan Pertumbuhan Ekspor Non Migas Kaltim Tw 1-
09 …………………………………………………………………………………………………………………………………..
Kontribusi Pertumbuhan Ekspor Non Migas Kaltim Q 1-09 per Negara………………………
Kontribusi Pertumbuhan Sektor Pertanian Triwulan I-2009 (y-o-y) …………………………
Perkembangan Kredit Sektor Pertanian di Kaltim ……………………………………………………….
Kontribusi Pertumbuhan Subsektor Pertambang Triwulan I-2009 (y-o-y) …………………
Perkembangan Produksi Batubara di Kaltim........................................................
Perkembangan Kredit Sektor Industri di Kaltim..................................................
Perkembangan Kredit Sektor Listrik di Kaltim.....................................................
Perkembangan Konsumsi Semen di Kalimantan Timur..........................................
Perkembangan Kredit Perdagangan di Kaltim ……………..................................……….
Perkembangan Bongkar & Muat melalui Pelabuhan di Samarinda dan Balikpapan……
Perkembangan Arus Penumpang Domestik di Bandara Sepinggan…………………………….
Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan ……………………………………………………….
Perkembangan Laba Operasional Perbankan di Kaltim………………………………………………..
Laju Inflasi Kalimantan Timur dan Nasional (y-o-y) …………..………………………………………
Kinerja Triwulanan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (q-t-q) ............
Kinerja Tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (y-o-y) ...............
Perkembangan Suku Bunga Simpanan dan BI-Rate..............................................
Perkembangan Suku Bunga Kredit dan BI-Rate .............................................
Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim ........................................
Perkembangan Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim...............................
Perkembangan Aset BPR .................................................................................
Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis ..............................................................
Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan ...............................................
Perkembangan Rasio Alat Likuid Perbankan Kaltim .........................................
Struktur Kepemilikan Simpanan .......................................................................
Perkembangan Bunga Kredit dan Rasio NPLs ..................................................
Komposisi Komponen Pendapatan pada Realisasi APBD Prov. Kaltim 2008.............
Kontribusi Realisasi Komponen PAD ..................................................................
Kontribusi Realisasi Komponen Pendapatan Transfer...........................................
Pangsa APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kaltim th 2009 (tidak termasuk Kutai
Kartanegara) utk Komponen Pendapatan ..........................................................
Komposisi Komponen Belanja pada Realisasi APBD Prov. Kaltim 2008....................
Kontribusi Realisasi Komponen Belanja Operasi...................................................
Kontribusi Realisasi Komponen Belanja Modal....................................................
Pangsa APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kaltim th 2009 (tidak termasuk Kutai
6
7
7
8
8
8
9
9
10
12
12
13
13
13
14
14
15
15
15
16
16
20
25
25
26
27
28
29
32
33
33
35
35
36
39
39
40
40
40
40
41
vii
5.1
5.2
5.3
5.4
6.1
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
Kartanegara) utk Komponen Belanja..................................................................
Perkembangan Pengedaran Uang Kartal di Kaltim …………..…………………………………………
Perkembangan PTTB …………………………………………………………………………………………………..
Perkembangan Transaksi Kliring di Kalimantan Timur ……………………………………………….
Perkembangan Transaksi RTGS di Kota Samarinda & Balikpapan......................
Komposisi Tenaga Kerja per Sektor Ekonomi di Kaltim tahun 2008........................
Survei Kegiatan Dunia Usaha ............................ .........................................
Ketepatan Waktu untuk membeli barang tahan lama............................................
Perkembangan Ekspektasi Konsumen ...........................................................
Ekspektasi Penghasilan dan Ekspektasi Tabungan ...............................................
Indeks Perubahan Harga Umum 3 bulan yang akan datang...................................
41
42
43
43
44
45
46
46
47
48
48
Ringkasan Eksekutif
1
RRIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF KKAAJJIIAANN EEKKOONNOOMMII RREEGGIIOONNAALL
PPRROOVVIINNSSII KKAALLIIMMAANNTTAANN TTIIMMUURR PPEERRIIOODDEE TTRRIIWWUULLAANN II--22000099
I. Gambaran Umum
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur triwulan I-2009 diperkirakan
mengalami pertumbuhan yang negatif, yaitu sebesar -0,95% (y-o-y), setelah pada triwulan
IV-2008 tumbuh positif sebesar 1,44%. Dari sisi permintaan, kontributor terbesar penurunan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2009 ini berasal komponen penanaman modal tetap
domestik bruto (PMDTB) dan komponen konsumsi rumah tangga.
Dari sisi penawaran, penurunan PDRB pada triwulan laporan berasal dari sektor
pertambangan dan penggalian, terutama akibat menurunnya produksi sub-sektor
pertambangan non migas, yaitu batubara, yang dipengaruhi oleh faktor cuaca dan
pelemahan permintaan. Sektor lainnya yang juga berpengaruh pada melambatnya
pertumbuhan ekonomi triwulan berjalan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang
dipengaruhi oleh menurunnya permintaan; serta sektor pertanian yang dipengaruhi
penurunan produksi sub-sektor perikanan, terkait dengan penurunan permintaan pasar
terutama pasar luar negeri.
Sementara itu, laju peningkatan harga barang dan jasa di Kalimantan Timur pada
periode berjalan ini cenderung melambat bila dibandingkan dengan triwulan IV-2008.
Penurunan ini dipengaruhi oleh menurunnya permintaan masyarakat terhadap barang dan
jasa dan penurunan tarif angkutan menyusul penurunan harga BBM oleh pemerintah.
Perkembangan intermediasi perbankan di Kalimantan Timur pada triwulan I-2009
diwarnai dengan penurunan jumlah simpanan masyarakat (-0,36%) pada bank umum di
Kaltim namun jumlah kredit bank umum atas dasar lokasi kantor tetap tumbuh positif
(2,63%). Asesmen terhadap risiko yang dihadapi perbankan Kaltim menunjukkan stabilitas
yang tetap konusif dengan sedikit peningkatan pada risiko kredit dan risiko likuiditas.
Pada triwulan II-2009, perekonomian Kalimantan Timur diperkirakan kembali
tumbuh posisitf dalam kisaran antara 1,7% sampai dengan 2,7% (y-o-y). Faktor yang
diperkirakan akan menjadi pendorong pergerakan ekonomi triwulan II-2009 adalah
meningkatnya permintaan masyarakat untuk konsumsi dan meningkatnya investasi yang
didorong oleh ekspektasi positif para pelaku usaha. Sedangkan berdasarkan sektor
ekonominya, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2009 diperkirakan akan didorong oleh sektor
industri pengolahan, terutama migas.
Takanan laju inflasi pada triwulan II-2009 diperkirakan akan meningkat. Prediksi ini
terkait dengan meningkatnya permintaan masyarakat yang dudukung oleh hasil survei
konsumen yang menunjukkan ekspektasi peningkatan penghasilan. Selain itu juga,
diperkirakan masyarakat cenderung menggunakan tambahan penghasilannya untuk
konsumsi dibandingkan dengan ditabung.
II. Asesmen Perekonomian
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada periode triwulan I-2009
diperkirakan mengalami pertumbuhan yang negatif, yaitu sebesar -0,95% (y-o-y)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Laju perumbuhan ini lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang mencapai 1,44% (y-
o-y).
Ringkasan Eksekutif
2
Dari sisi permintaan
Dari
, kontributor terbesar menurunnya pertumbuhan ekonomi pada
triwulan I-2009 ini berasal dari penanaman modal tetap domestik bruto (PMDTB) yaitu
sebesar -1,17%, dengan pertumbuhan mencapai -7,08% (y-o-y) dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya. Komponen ini dipengaruhi oleh melambatnya
pertumbuhan realisasi investasi. Hal ini tercermin pula dari melambatnya pertumbuhan
penyaluran kredit perbankan. Komponen lainnya yang menjadi kontributor cukup besar
adalah komponen konsumsi rumah tangga, yang turun sebesar 2,74% (y-o-y) dan memiliki
kontribusi sebesar -0,43%.
sisi penawaran
, penurunan PDRB pada triwulan laporan terutama berasal dari
pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian, yang turun sebesar 5,25% (y-o-y)
dengan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar -2,03%. Penurunan pertumbuhan sektor
ini dipengaruhi oleh menurunnya produksi sub-sektor pertambangan non migas, terutama
batubara, yang dipengaruhi oleh tingginya curah hujan sehingga menyulitkan proses
penambangan, dan menurunnya permintaan pasar. Sektor lainnya yang menjadi salah satu
kontributor besar terhadap penurunan selama triwulan I-2009 adalah sektor perdagangan,
hotel dan restoran yang diperkirakan mengalami penurunan sebesar -2,32% (y-o-y), dengan
kontribusi sebesar -0,19%. Penurunan pada sektor ini terkait dengan masih lemhanya daya
beli yang berakibat pada penurunan permintaan masyarakat. Selain itu juga, melambatnya
pertumbuhan ekonomi Kaltim triwulan I-2009 juga dipengaruhi oleh sektor pertanian, yang
berkontribusi sebesar -0,16% dengan pertumbuhan sebesar -2,20% (y-o-y), yang
dipengaruhi oleh menurunnya produktivitas sub sektor perikanan karena menurunnya
permintaan pasar, terutama pasar luar negeri yang terimbas krisis ekonomi global.
III. Asesmen Inflasi
Laju perkembangan inflasi tahunan di Kalimantan Timur pada triwulan I-2009, yang
ditunjukkan oleh pergerakan IHK, tercatat sebesar 9,39% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan IV-2008 tercatat sebesar 13,06%. Namun laju inflasi tahunan Kalimantan
Timur ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang tercatat sebesar
7,92%. Melambatnya laju inflasi tahunan pada triwulan I-2009 ini dipengaruhi oleh
menurunnya tingkat konsumsi masyarakat dan harga komoditas serta penurunan ongkos
angkut. Sementara faktor yang menjadi determinan laju inflasi di Kalimantan Timur periode
berjalan ini adalah adanya kenaikan tarif PDAM.
Laju inflasi tahunan Kota Samarinda
Laju inflasi tahunan
triwulan I-2009 mencapai 10,52% (y-o-y), lebih
rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 12,69%. Laju inflasi tahunan tertinggi di Kota
Samarinda terjadi pada kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar yaitu
sebesar 18,07% (y-o-y). Inflasi kelompok komoditas ini dipengaruhi oleh kenaikan tarif air
minum PDAM. Kemudian diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau (14,88%) dan kelompok komoditas bahan makanan (11,28%).
Kota Balikpapan
Laju inflasi tahunan
pada periode berjalan ini mencapai 7,29% (y-o-y),
lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya sebesar 11,30%.
Kelompok komoditas dengan laju inflasi tertinggi di Kota Balikpapan terjadi pada kelompok
komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga, yaitu sebesar 13,69% (y-o-y), yang
dipengaruhi oleh meningkatnya biaya pendidikan; kemudian diikuti oleh kelompok komoditas
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (10,57%) dan kelompok komoditas bahan
makanan (9,21%).
Kota Tarakan triwulan I-2009 tercatat sebesar 11,69% (y-o-y), lebih
rendah dibandingkan dengan laju inflasi tahunan triwulan IV-2008 yang mencapai 19,85%.
Kelompok komoditas bahan makanan merupakan kelompok komoditas dengan laju inflasi
Ringkasan Eksekutif
3
tertinggi, yaitu sebesar 21,31% (y-o-y), diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi
(13,46%) dan kelompok komoditas sandang (8,89%).
IV. Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran
1. Perbankan
Kegiatan intermediasi perbankan Kaltim selama triwulan I-2009 diwarnai oleh
penurunan simpanan masyarakat sebesar 0,36% (q-t-q) sehingga posisinya menjadi Rp
41,37 triliun. Menurut jenis simpanan, penurunan dana pada triwulan laporan terutama
berasal dari giro dan tabungan, yang masing-masing turun sebesar 2,48% dan 3,90%.
Sementara itu, simpanan deposito mencatat kenaikan sebesar 5,93%.
Penyaluran kredit pada triwulan I-2009 masih bertumbuh secara positif meskipun
mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah kredit yang
dikucurkan bank umum yang berkantor di Kaltim mencapai Rp 21.012,4 miliar atau hanya
tumbuh sebesar 2,63% (q-t-q), sedikit lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya sebesar 3,16% (q-t-q). Sementara itu, penyaluran kredit berdasarkan lokasi
proyek pada periode laporan (s.d Februari 2009) tercatat berjumlah Rp 29.110,2 miliar atau
mengalami penurunan sebesar 3,5% dibandingkan posisi triwulan IV-2008. Dengan
perkembangan tersebut, LDR atas dasar lokasi proyek mencapai 70,4% atau lebih tinggi
dibandingkan dengan LDR atas dasar lokasi kantor yang sebesar 50,8%.
Penyaluran kredit berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) oleh bank umum di
Kaltim pada Triwulan I-2009 mencapai Rp 13.764 miliar atau dengan pangsa 65,5%
terhadap total kredit. Sama halnya dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan, kredit
MKM pada triwulan laporan juga tumbuh relatif rendah yakni sebesar 1,39% (q-t-q). Dari
segi kualitasnya, persentase NPLs kredit MKM menunjukkan peningkatan, yakni dari 2,40%
menjadi 3,06%.
Perkembangan BPR di wilayah Kalimantan Timur pada triwulan I-2009 dibandingkan
dengan triwulan IV-2008, cukup beragam. Perkembangan jumlah aset dan penghimpunan
dana mengalami peningkatan masing-masing sebesar 4,77% dan 7,60% (q-t-q). Jumlah aset
meningkat menjadi Rp 191,4 miliar dan DPK meningkat menjadi Rp 66,43 miliar. Namun
demikian, penyaluran kredit BPR mengalami penurunan sebesar -1,69% (q-t-q); menjadi Rp
133,75 miliar; dengan persentase NPL menjadi 8,99% dari 8,83% pada triwulan IV-2008.
Hasil asesmen terhadap stabilitas perbankan Kaltim selama triwulan I-2009
menggambarkan tingkat risiko yang relatif terkendali meskipun dengan sedikit peningkatan
pada risiko kredit dan risiko likuiditas. Pada sisi risiko kredit, persentase NPL mencatat sedikit
kenaikan, dari 2,20% pada triwulan IV-2008 menjadi 2,50% pada triwulan laporan.
Sementara dari risiko likuiditas, rasio alat likuid terhadap non-core deposits (NCD)
mengalami penurunan, dari 97,30% pada triwulan IV-2008 menjadi 89,63% pada triwulan I-
2009.
2. Sistem Pembayaran
Jumlah transaksi uang kartal antara perbankan di wilayah Kalimantan Timur dengan
Bank Indonesia pada triwulan I-2009 mencapai Rp 2.143 miliar, naik 42,99% (y-o-y)
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jumlah uang kartal yang beredar
tersebut terdiri dari jumlah inflow sebesar Rp 1.122 miliar dan jumlah outflow sebesar Rp
1.021 miliar; sehingga pada triwulan I-2009 ini, wilayah Kalimantan Timur mengalami net
inflow sebesar Rp 101,36 miliar. Jumlah net inflow ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah
Ringkasan Eksekutif
4
setoran bank-bank ke kas Bank Indonesia. Meningkatnya jumlah uang kartal yang masuk ke
kas Bank Indonesia di Kalimantan Timur ini tidak memberi dampak pada peningkatan jumlah
uang kartal yang dikategorikan dalam Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Jumlah PTTB
pada triwulan berjalan mencapai Rp 52 miliar atau turun -73,41% (q-t-q) dibandingkan
dengan triwulan IV-2008. Adanya peningkatan jumlah inflow yang tidak diikuti oleh
meningkatnya jumlah PTTB menunjukkan bahwa secara umum perbankan di wilayah
Kalimantan Timur menyetorkan uang yang layak edar, hal ini dikarenakan menumpuknya
jumlah uang kartal di kazanah perbankan.
Sementara jumlah transaksi kliring di Kalimantan Timur tercatat sebesar Rp 4.499
miliar, mengalami peningkatan sebesar 7,14% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Sedangkan transaksi RTGS menunjukkan masih menunjukkan
perkembangan yang menurun, yaitu sebesar -41,33% (y-o-y) dibandingkan triwulan I-2008,
menjadi Rp 28.755 miliar.
V. Perkiraan
1. Perekonomian
Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan II-2009 diperkirakan akan tumbuh
positif, yaitu berkisar antara 1,7% s.d. 2,7% (y-o-y). Beberapa indikator yang diperkirakan
menentukan arah pertumbuhan ekonomi yang positif pada triwulan II-2009, adalah:
meningkatnya ekspektasi para pelaku usaha terhadap perekonomian yang dapat berimbas
pada peningkatan investasi dan produktivitas, dan juga adanya peningkatan ekspektasi
konsumen, yang dapat menjadi pendorong pada peningkatan konsumsi. Dari PDRB sisi
permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi ini diperkirakan dipengaruhi oleh konsumsi
rumah tangga, yang diperkirakan meningkat karena dorongan konsumsi non makanan. Hal
ini ditunjukkan oleh hasil survei konsumen (SK) Bank Indonesia bahwa pada triwulan II-2009
konsumen cenderung untuk meningkatkan pembelian barang tahan lama; yang didorong
dengan adanya peningkatan gaji PNS, TNI dan Polri. Selain itu, komponen ekspor
diperkirakan juga akan menjadi salah satu pendorong, dengan pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan impor. Demikian juga halnya dengan komponen
penanaman modal domestik tetap bruto (PMDTB), yang diperkirakan akan kembali
mengalami pertumbuhan yang positif.
Sedangkan dari PDRB sektoral, perekonomian Kalimantan Timur diperkirakan akan
didorong oleh kinerja positif sektor industri pengolahan, terutama migas, yang didorong oleh
meningkatnya produksi elpiji seiring dengan rencana pemerintah untuk mengurangi
penggunaan minyak tanah, dan melakukan konversi ke elpiji. Sementara sektor lainnya
diperkirakan masih akan tumbuh negatif, namun relatif lebih baik dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan I-2009.
2. Inflasi
Tekanan terhadap inflasi di Kalimantan Timur pada triwulan II-2009 diprediksi akan
meningkat, sehingga laju inflasi IHK akan lebih tinggi dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Meningkatnya tekanan ini diperkirakan berasal dari meningkatnya permintaan
masyarakat karena adanya ekspektasi peningkatan penghasilan, salah satunya adalah
kebijakan pemerintah untuk menaikkan gaji pegawai negeri sipil (PNS), TNI dan Polri. Selain
itu, berdasrkan hasil konsumen diketahui bahwa konsumen akan mulai membelanjakan
tambahan penghasilan yang diperoleh untuk pembelian barang tahan lama.
Ringkasan Eksekutif
5
VI. Anekdotal Informasi
• Gubernur Kaltim pada triwulan laporan telah menandatangani 4 (empat) Nota
Kesepahaman (MoU) pembangunan Kaltim, meliputi:
Kerjasama Pemprov Kaltim dengan PT. PLN terkait penyediaan listrik 2 x 100 MW,
bernilai Rp 1,48 triliun untuk jangka waktu sampai dengan 2011.
Pengembangan Bandara Internasional Sepinggan meliputi perpanjangan landasan
pacu menjadi 3.250 meter dan perluasan terminal baru, bernilai Rp 1,1 triliun yang
berasal dari APBD Pemkot. Balikpapan sebesar Rp 50 miliar, APBD Pemprov. Kaltim
Rp 100 miliar, APBN Rp 350 miliar dan PT. Angkasa Pura Rp 800 miliar.
Pembangunan akan dimulai pada tahun 2010.
Kerjasama Pemprov. Kaltim dengan PT. Merex Indonesia dalam pembentukan
Kaltim Airlines yang bergerak dalam bidang jasa penerbangan, bernilai USD 15 juta
dengan komposisi penyertaan saham adalah 34% untuk Pemprov. Kaltim, 33%
oleh investor dan 33% oleh pengelola atau investor.
Kerjasama Pemprov. Kaltim dengan PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV untuk
membangun pelabuhan peti kemas di Kariangau, bernilai Rp 583,5 miliar untuk
jangka waktu sampai dengan tahun 2010. Dana pembangunan tersebut berasal dari
APBD Pemprov. Kaltim (Rp 70 miliar), APBN Rp 99 miliar dan PT. Pelindo Rp 414,5
miliar. Diharapkan pada 2011 terminal peti kemas ini sudah dapat beroperasi.
• Alokasi pemanfaatan dana SILPA untuk stimulus Fiskal guna mendukung ekspansi ke
sektor riil di Kalimantan Timur pada tahun 2009 mencapai Rp 138 miliar. Alokasi dana ini
meliputi beberapa proyek sebagai berikut:
Departemen Pekerjaan Umum, sebesar Rp 58 miliar yang meliputi:
Jalan & jembatan provinsi, yaitu poros Bontang-Sangatta dan Perbatasan
Simanggaris (Rp 25 miliar) dan jalan & jembatan kabupaten kota yang berada
di wilayah Kab. Berau, Tana Tidung, dan Kutai Barat (Rp 33 miliar)
Departemen Perhubungan, sebesar Rp 58 miliar, yang meliputi:
Pelabuhan udara di Kab. Pasir dan Kota Samarinda (Rp 15 miliar) dan
pelabuhan laut di Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Berau dan Kab. Kutai
Kartanegara (Rp 43 miliar).
Departemen Pertanian, berupa proyek jalan produksi sentra perkebunan dan jalan
usaha tani dan irigasi di Kota Samarinda, Kab. Kutai Kartanegara dan Kab. Penajam
Paser Utara (Rp 20 miliar).
6
PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN EEKKOONNOOMMII MMAAKKRROO
RREEGGIIOONNAALL
1.1 Gambaran Umum
Perekonomian Kalimantan Timur pada
triwulan I-2009 diperkirakan mengalami
pertumbuhan yang negatif, yaitu sebesar -
0,95% (y-o-y), setelah pada triwulan IV-2008
masih tumbuh positif sebesar 1,44%.
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur ini
lebih rendah dibandingkan perkiraan
pertumbuhan PDB Nasional sebesar 4% (Grafik
1.1.).
Dari sisi permintaan, melambatnya
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur
triwulan I-2009 ini dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan investasi di Kalimantan Timur
karena para pelaku usaha masih mengambil sikap wait and see terhadap perkembangan
perekonomian sehubungan dengan perlambatan perekonomian global. Selain itu juga dipengaruhi
oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, terutama untuk konsumsi non makanan
karena masyarakat cenderung lebih suka menabung kelebihan pendapatannya dibandingkan untuk
konsumsi.
Sementara itu berdasarkan PDRB sisi penawaran, melambatnya pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Timur dipengaruhi oleh perlambatan yang terjadi di sektor pertambangan dan
penggalian, terutama sub sektor pertambangan non migas, sebagai akibat dari penurunan
produktivitas batubara yang disebabkan curah hujan yang tinggi sehingga menyulitkan proses
penambangan dan perlambatan permintaan.
1.2 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Permintaan
Berdasarkan PDRB menurut penggunaan triwulan I-2009, perekonomian Kalimantan Timur
menunjukkan pertumbuhan yang negatif, yaitu sebesar -0,95% (y-o-y). Hal ini terutama
dipengaruhi oleh pertumbuhan negatif pada komponen penanaman modal tetap domestik bruto
(PMDTB) dan konsumsi rumah tangga, yang masing-masing mengalami penurunan sebesar -7,08%
dan -2,74%; dan berkontribusi sebesar -1,17% dan -0,43% terhadap pertumbuhanekonomi
Kalimantan Timur triwulan I-2009.
Faktor-faktor yang menjadi mempengaruhi penurunan ekonomi Kalimantan Timur dari sisi
permintaan adalah melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit perbankan yang dipengaruhi oleh
perilaku pelaku usaha yang membatasi investasinya mengingat semakin meningkatnya potensi
perlambatan ekonomi ke depan, dan menurunnya konsumsi masyarakat, terutama untuk konsumsi
non makanan.
BBBAAABBB
III
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
7
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Kalimantan Timur
Q III-08 Q IV-08 Q I-09* Q III-08 Q IV-08 Q I-09*Konsumsi Rumah Tangga 3.34 1.14 -2.74 0.53 0.18 -0.43
Makanan 4.67 1.38 7.40 0.36 0.11 0.57Non Makanan 2.08 0.91 -12.53 0.17 0.07 -0.99
Pengeluaran KLSN 5.89 2.78 6.50 0.02 0.01 0.02Pengeluaran Pemerintah 9.52 4.28 -8.44 0.47 0.22 -0.43
Pemb. Modal Tetap Domestik Bruto 10.27 4.90 -7.08 1.63 0.80 -1.17Perubahan Stok 6.24 10.89 15.64 0.06 0.10 0.15
Ekspor Neto (a-b) 3.01 0.21 1.46 1.87 0.13 0.90a. Ekspor 6.33 -6.19 -5.82 7.67 -7.52 -7.10
Ekspor LN 6.23 -6.45 -5.35 5.30 -5.49 -4.58Ekspor Antar Daerah 6.56 -5.58 -6.94 2.37 -2.03 -2.52
b. Impor 9.80 -12.71 -13.24 5.80 -7.65 -8.00Impor LN 14.32 -23.50 -17.16 4.62 -7.85 -5.78
Impor Antar Daerah 4.38 0.74 -8.29 1.18 0.20 -2.21PDRB Kaltim 4.58 1.44 -0.95 4.58 1.44 -0.95Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah (Q I-09 perkiraan Bank Indonesia)
Jenis PenggunaanKontribusiPertumbuhan (y-o-y)
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Rumah Tangga di Kalimantan
Timur pada triwulan I-2009 diperkirakan
mengalami pertumbuhan yang melambat, yaitu
sebesar -2,74% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
1,14%. Melambatnya pertumbuhan tingkat
konsumsi ini dipengaruhi oleh melambatnya
pertumbuhan konsumsi rumah tangga non
makanan. Kontribusi pertumbuhan komponen
konsumsi non makanan ini terhadap pertumbuhan
komponen konsumsi rumah tangga mencapai -6,37%. Sedangkan pertumbuhan komponen
makanan sebesar 3,63%. Melambatnya pertumbuhan komponen konsumsi non makanan
terlihat dari melambatnya penyaluran kredit konsumsi perbankan yang pada triwulan I-2009
tumbuh sebesar 23,84%(y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan IV-2008 yang mencapai 28,49% (y-o-y) (Grafik 1.2). Penyaluran kredit konsumsi
pada periode berjalan ini mencapai Rp 6,7 triliun.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK)
yang dilakukan oleh Bank Indonesia Samarinda
pada triwulan I-2009, Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK) berada sedikit diatas level optimis 100, yaitu
sebesar 106,17. Posisi ini dipengaruhi oleh Indeks
Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar
116,17. Nilai IEK ini menunjukkan bahwa
konsumen memiliki ekspektasi yang positif
terhadap perkembangan ekonomi dalam 6 bulan
ke depan. Sementara Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKES) masih berada di bawah level
100, yaitu sebesar 96,17 (Grafik 1.3). Rendahnya indeks ini menunjukkan bahwa konsumen
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
8
melihat bahwa perekonomian saat ini
masih berada pada kondisi yang relatif
tertekan oleh perkembangan global.
Perlambatan yang terjadi pada
pertumbuhan komponon konsumsi non
makanan ini dipengaruhi juga oleh
menurunnya pendapatan yang mereka
terima pada periode berjalan. Hal ini
terlihat pada indeks Kondisi Penghasilan
Saat ini yang menunjukkan penurunan
(Grafik 1.4).
1.2.2 Pengeluaran Pemerintah
Pengeluran Pemerintah
pada triwulan I-2009 diperkirakan
mengalami pertumbuhan yang
melambat, yaitu sebesar -8,44% (y-
o-y), lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan IV-2008 yang
tercatat sebesar 4,28%. Hal ini
dipengaruhi oleh relatif rendahnya
realisasi pengeluaran pemerintah,
terutama untuk pembiayaan proyek.
Hal ini dapat tercermin dari nominal simpanan milik Pemda di perbankan Kaltim yang
meningkat cukup tinggi, yakni dari Rp 8.856,2 miliar pada triwulan IV-2008 menjadi Rp
11.218,6 miliar pada triwulan I-2009 (Grafik 1.5).
1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)
Pembentukan Modal Tetap Domestik
Bruto (PMDTB) Kalimantan Timur pada triwulan
I-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan
yang melambat, yaitu sebesar -7,08% (y-o-y),
lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan PMTDB pada triwulan IV-2008
yang mencapai 4,9%.
Dari sisi pembiayaan perbankan,
melambatnya pertumbuhan tersebut terlihat
juga dari perlambatan kredit investasi
perbankan pada periode berjalan. Penyaluran
kredit investasi pada triwulan I-2009 mencapai Rp 5,32 triliun, atau tumbuh 45,05% (y-o-y),
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang sebesar 45,67%.
(Grafik 1.6). Penurunan ini diperkirakan terkait dengan prilaku pelaku usaha yang
membatasi investasinya mengingat semakin meningkatnya potensi perlambatan ekonomi ke
depan.
Sementara itu, berdasarkan
data BKPM, realisasi penanaman
modal dalam negeri (PMDN) di
Tabel 1.2 Realisasi Penanaman Modal di KaltimInvestasi Q 1-08 Q 2-08 Q 3-08 Q 4-08 Q 1-09*PMDN (Rp miliar) 13.0 - 214.8 70.9 7.6 PMA (USD juta) 1.5 3.1 7.2 0.8 - *Jan 2009Sumber: BKPM
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
9
Kalimantan Timur pada triwulan I-2009 (hingga Januari) tercatat sebesar Rp 7,6 miliar;
sedangkan penanaman modal asing (PMA) belum ada realisasinya (Tabel 1.2). PMDN
tersebut menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang.
1.2.4 Ekspor dan Impor
Pertumbuhan ekspor Kalimantan
Timur pada triwulan I-2009, diperkirakan
masih mengalami penurunan, yaitu
sebesar -5,8% (y-o-y) dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini lebih tinggi dibandingkan dengan
penurunan triwulan IV-2008 yang sebesar -6,19%. Kontribusi penurunan komponen ekspor
pada triwulan berjalan adalah komponen ekspor luar negeri yang berkontribusi sebesar -
3,8% dan komponen ekspor antar daerah sebesar -2%.
Penurunan ekspor ini juga
terlihat dari melambatnya
pertumbuhan aktivitas ekspor di dua
pelabuhan besar di Kalimantan Timur,
yaitu pelabuhan di Kota Samarinda dan
Kota Balikpapan. Pertumbuhan volume
ekspor di kedua pelabuhan tersebut
pada triwulan I-2009 hanya sebesar
56%, lebih rendah dibandingkan
dengan pertumbuhan pada triwulan IV-
2008 yang tercatat sebesar 124,94% (y-o-y) (Grafik 1.7). Penurunan kinerja ekspor ini
diduga terkait dengan krisis ekonomi global yang berdampak terhadap penurunan
permintaan komoditas ekspor Kalimantan Timur.
Sementara itu berdasarkan data ekspor non migas yang berasal dari Ditjen. Bea
dan Cukai yang diolah oleh Bank Indonesia, ekspor non migas Kalimantan Timur triwulan I-
2009 mencapai USD 968,9 juta, mengalami penurunan sebesar -2,40% dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar USD 992,8 juta. Berdasarkan
komoditasnya, ekspor bahan bakar mineral masih menjadi komoditas andalan ekspor non
migas Kalimantan Timur dengan pangsa pasar terbesar, yaitu mencapai 91,93% dengan nilai
USD 890,7 juta (Tabel 1.3). Nilai ekspor komoditas ini mengalami pertumbuhan sebesar
17,83% dibandingkan dengan triwulan I-2008, yang mencapai USD 755,9 juta. Hal ini
dipengaruhi oleh permintaan batubara yang relatif stabil. Namun demikian, pertumbuhan
ekspor batubara yang berkontribusi sebesar 13,57% terhadap pertumbuhan ekspor non
migas Kaltim triwulan I-2009, tidak diikuti oleh ekspor sejumlah komoditas lainnya, yang
cenderung mengalami penurunan.
Kontribusi penurunan terbesar berasal
dari ekspor komoditas bahan kimia
anorganik yang mengalami penurunan
sebesar -80,82% (y-o-y), dengan
kontribusi sebesar -7,73%; diikuti oleh
ekspor komoditas bahan kimia organik
dengan kontribusi sebesar -3,69% dan
komoditas kayu dan barang dari kayu
Komponen Pangsa Pertumb. KontribusiEkspor 1.00 -5.8 -5.8
Ekspor LN 0.71 -5.3 -3.8Ekspor Antar Daerah 0.29 -6.9 -2.0
Sumber: Perkiraan BI Samarinda, diolah
Tabel 1.3 Perkembangan Komponen Ekspor Tw I-2009
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
10
sebesar -2,66% (Grafik 1.8). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh berkurangnya permintaan
karena perlambatan ekonomi dunia.
Tabel 1.4. Komoditas Utama dan Negara Tujuan Utama Ekspor non Migas Kaltim Triwulan I-2009 (HS 2 dijit, dalam USD)
Komoditas Jumlah Pangsa Negara Jumlah Pangsa
27 - Bahan Bakar Mineral 890,695,940 91.93% Jepang 261,842,734 27.02%
03 - Ikan dan Udang 20,046,602 2.07% India 169,025,058 17.44%
28 - Bahan Kimia Anorganik 18,207,785 1.88% Korea Selatan 109,468,643 11.30%
44 - Kayu, Barang dari Kayu 14,553,873 1.50% Taiwan 105,679,771 10.91%
29 - Bahan Kimia Organik 12,423,577 1.28% Hongkong 62,191,275 6.42%
84 - Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 4,677,641 0.48% Italia 53,756,009 5.55%
15 - Lemak & Minyak Hewan / Nabati 4,243,582 0.44% Cina 45,774,347 4.72%
90 - Perangkat Optik 1,366,252 0.14% Filipina 33,324,890 3.44%
73 - Benda-benda dari Besi dan Baja 671,204 0.07% Belanda 30,275,752 3.12%
88 - Kapal Terbang dan Bagiannya 465,100 0.05% Malaysia 27,099,314 2.80%
Lainnya 1,572,579 0.16% Lainnya 70,486,342 7.27%
Total 968,924,135 100% Total 968,924,135 100%
Sumber: Ditjen Bea & Cukai, diolah
Berdasarkan negara tujuan
ekspor, pangsa terbesar triwulan I-2009
ini masih dimiliki oleh Jepang (27,02%),
diikuti oleh India (17,44%), dan negara
dengan pangsa pasar terbesar ketiga
adalah Korea Selatan (11,3%).
Berdasarkan kontribusi terhadap
pertumbuhan, kontribusi terbesar
pertumbuhan berasal dari India (8,64%),
diikuti Jepang (5,82%), Hongkong (4,01%), Belanda (2,03%) dan Filipina (0,63%) (Grafik
1.9). Pada triwulan I-2009 ini, negara tujuan ekspor non migas Kalimantan Timur yang
mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan triwulan I-2008 adalah Brunei
Darussalam, yang meningkat secara signifikan, yaitu lebih dari 4000%; diikuti oleh Belanda
(198,54%) dan Hongkong (177,44%). Sementara negara tujuan yang mengalami penurunan
adalah Rusia sebesar -99,93%, diikuti oleh negara Eropa lainnya (-99,93%) dan Pakistan (-
99,5%).
Sementara itu, pertumbuhan
impor Kalimantan Timur pada triwulan IV-
2008 diperkirakan mengalami penurunan
sebesar -13,24% (y-o-y) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar -12,71%. Penurunan kinerja
impor Kalimantan Timur triwulan I-2009 ini dipengaruhi terutama oleh penurunan impor luar
negeri, yang menyumbang -9,15% terhadap pertumbuhan impor periode berjalan ini.
Sementara impor antar daerah menyumbang -3,87% (tabel 1.5).
Berdasarkan data yang tercatat di Bea Cukai, nilai impor non-migas Kaltim selama
triwulan I- 2009 berjumlah USD 1.101 juta atau mengalami peningkatan sebesar 370,9%,
dibandingkan dengan triwulan I tahun 2008. Berdasarkan negaranya, kontribusi terbesar
pertumbuhan impor non-migas adalah impor dari Korea Selatan yang menyumbang sebesar
Komponen Pangsa Pertumb. KontribusiImpor 1.00 -13.24 -13.02
Impor LN 0.53 -17.16 -9.15Impor Antar Daerah 0.47 -8.29 -3.87
Sumber: Perkiraan BI Samarinda, diolah
Tabel 1.5 Perkembangan Komponen Impor Tw I-2009
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
11
350,% dari kenaikan impor non migas Kalimantan Timur; kemudian diikuti oleh peningkatan
impor yang berasal dari Singapura (13,14%), Amerika Serikat (9,09%), Kanada (3,43%)
dan Jerman (2,59%). Berdasarkan pangsa pasarnya, Korea Selatan merupakan negara asal
barang dengan pangsa pasar terbesar, yaitu mencapai 74,6% diikuti oleh Singapura (5,1%),
Amerika Serikat (5%) dan Negara Eropa lainnya (4,3%) (Tabel 1.6).
Sementara berdasarkan komoditasnya, pertumbuhan impor non-migas Kaltim pada
triwulan I-2009 disumbang oleh komoditas kapal laut dan bangunan terapung (320,05%),
mesin-mesin/pesawat mekanik (19,85%) dan komoditas mesin dan peralatan listrik
(18,72%). Pangsa terbesar impor non migas Kalimantan Timur didominasi oleh komoditas
kapal laut dan bangunan terapung yaitu sebesar 74,7% (Tabel 1.6).
Tabel 1.6 Komoditas Impor Non Migas Utama dan Negara Asal Impor Utama Kaltim Triwulan I-2009 (HS 2 Dijit, dalam USD)
Komoditas Jumlah Pangsa
Negara Jumlah Pangsa
(USD) Pasar (USD) Pasar
89 - Kapal Laut dan Bangunan Terapung 822,132,282 74.7% Korea Selatan 821,758,480 74.6%
84 - Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 130,661,536 11.9% Singapura 56,420,931 5.1%
85 - Mesin / Peralatan Listik 49,630,257 4.5% Amerika Serikat 55,137,378 5.0%
73 - Benda-benda dari Besi dan Baja 24,721,089 2.2% Eropa Lainnya 46,996,414 4.3%
31 - Pupuk 19,182,085 1.7% Jepang 32,338,884 2.9%
87 - Kendaraan dan Bagiannya 15,717,028 1.4% Kanada 17,658,254 1.6%
40 - Karet dan Barang dari Karet 12,550,575 1.1% Australia 15,172,254 1.4%
90 - Perangkat Optik 8,033,537 0.7% Perancis 12,084,716 1.1%
82 - Perkakas, Perangkat Potong 5,888,741 0.5% Jerman 8,312,738 0.8%
38 - Berbagai Produk Kimia 5,185,319 0.5% Italia 7,668,689 0.7%
Lainnya 7,459,053 0.7% Lainnya 27,612,764 2.5%
Total 1,101,161,502 100% Total 1,101,161,502 100%
Sumber: Ditjen Bea & Cukai, diolah Perdagangan komoditas non migas Kalimantan Timur pada triwulan I-2009
mengalami net import (jumlah impor lebih besar dibandingkan dengan ekspor) sebesar USD
132,2 juta.
Namun demikian, secara keseluruhan, Kalimantan Timur diperkirakan masih
mengalami net export. Komponen net export ini pada periode berjalan diperkirakan
mengalami pertumbuhan sebesar 1,46% dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Pertumbuhan net export yang positif ini memberikan kontribusi sebesar 0,9%
terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur triwulan I-2009 (Tabel 1.1).
1.3 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Penawaran
Perekonomian Kalimantan Timur secara tahunan, yang dihitung melalui PDRB dengan
migas diperkirakan mengalami penurunan pada triwulan I-2009, yaitu sebesar -0,95% (y-o-y),
setelah pada triwulan IV-2008 masih tumbuh positif sebesar 1,44%. Sedangkan PDRB tanpa
migasnya mengalami penurunan yang lebih tajam yakni sebesar -6,04%, sedangkan pada periode
sebelumnya yang tercatat tumbuh positif sebesar 0,36%.
Penurunan PDRB sisi penawaran Kalimantan Timur periode berjalan ini terutama berasal
dari penurunan sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai -5,25% (y-o-y) dengan
kontribusi sebesar -2,03%. Penurunan sektor ini terutama berasal dari penurunan produksi pada
sub-sektor pertambangan non migas, terutama batubara. Beberapa sektor lainnya yang
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
12
diperkirakan tumbuh melambat adalah sektor pertanian (-2,20%), bangunan (-1,84%), sektor
perdagangan, hotel dan restoran (-2,32%) dan sektor pengangkutan (-0,67%).
Namun demikian, sektor industri pengolahan mampu tumbuh positif, yaitu dengan
pertumbuhan sebesar 3,87% (y-o-y) dan menyumbang sebesar 1,24% terhadap pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Timur pada periode berjalan ini. Sektor-sektor lainnya yang juga tumbuh
positif adalah sektor listrik, gas dan air bersih (2,72%), sektor keuangan (8,52%) dan sektor jasa-
jasa (2,06%).
Table 1.7. Pertumbuhan PDRB Sektoral Kalimantan Timur
Sektor Ekonomi Pertumbuhan (y-o-y) Kontribusi
Q III-08 Q IV-08 Q I-09 Q III-08 Q IV-08 Q I-09
Pertanian -1.29 -17.58 -2.20 -0.09 -1.27 -0.16
Pertambangan & penggalian 5.46 5.73 -5.25 2.12 2.22 -2.03
Industri Pengolahan 2.15 -2.10 3.87 0.70 -0.68 1.24
Listrik, gas, & air bersih 6.06 3.38 2.72 0.02 0.01 0.01
Bangunan 7.76 5.35 -1.84 0.26 0.18 -0.06
Perdagangan, hotel dan restoran 8.75 4.11 -2.32 0.70 0.34 -0.19
Pengangkutan 8.01 5.80 -0.67 0.41 0.30 -0.03
Keuangan 10.86 7.40 8.52 0.30 0.21 0.24
Jasa-jasa 7.75 6.41 2.06 0.15 0.12 0.04
PDRB 4.58 1.44 -0.95 4.58 1.44 -0.95
PDRB tanpa Migas 5.32 0.36 -6.04
Sumber: BPS Kaltim, diolah
1.3.1 Sektor Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan pada triwulan IV-2008 diperkirakan
mengalami penurunan sebesar 2,20% (y-o-y), lebih
baik dibandingkan penurunan pada triwulan IV-2008
yang mencapai 17,58%. Pertumbuhan yang negatif
ini berasal dari penurunan yang terjadi di beberapa
sub sektor, yaitu sub sektor perikanan (-13,97%),
sub sektor tanaman bahan makanan (-1,23%) dan
sub sektor tanaman perkebunan (-0,76%). Sub
sektor perikanan juga memberikan kontribusi
terbesar pertumbuhan negatif di sektor pertanian,
yaitu sebesar -3,48%. Hal ini dipengaruhi oleh
menurunnya permintaan komoditas perikanan, terutama untuk pasar ekspor.
Dari sisi pembiayaan perbankan, terlihat
bahwa penyaluran kredit untuk sektor
pertanian mengalami pertumbuhan yang
melambat, dengan jumlah penyaluran pada
triwulan I-2009 sebesar Rp 883,6 miliar, atau
tumbuh sebesar 66,35% (y-o-y), lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan IV-2008 yang mencapai
74,89%.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
13
1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor ini diperkirakan mengalami pertumbuhan
yang negatif, yaitu sebesar -5,25% (y-o-y), sedangkan
pada triwulan IV-2008 masih tumbuh positif sebesar
5,73%. Kinerja negatif ini dipengaruhi oleh menurunnya
kinerja sub sektor pertambangan non migas, yang tumbuh
negatif -15,61%. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya curah
hujan di Kalimantan Timur pada triwulan I-2009 sehingga
menyulitkan penambangan batubara dan berkurangnya
permintaan batubara karena perlambatan ekonomi dunia.
Hal ini didukung oleh data produksi batu-bara yang
bersumber Departemen ESDM yang memperlihatkan
perlambatan melambatnya produksi
batubara Kalimantan Timur (Grafik 1.13).
Melambatnya kinerja sub sektor ini
menyumbang -7,90% terhadap
pertumbuhan sektor pertambangan dan
penggalian. Demikian halnya yang terjadi
dengan sub sektor penggalian, yang juga
mengalami pertumbuhan yang negatif.
Namun, sub sektor pertambangan migas
mampu tumbuh sebesar 5,78%, dengan
kontribusi pertumbuhan terhadap sektoral
sebesar 2,77%.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan pada triwulan
I-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan
yang positif, yaitu sebesar 3,87% (y-o-y),
setelah pada triwulan IV-2008 tercatat
mengalami penurunan sebesar -2,1% (y-o-y).
Meningkatnya pertumbuhan sektor berasal dari
meningkatnya kinerja sub sektor industri
pengolahan migas, yang pertumbuhannya didorong oleh kebijakan pemerintah untuk meningkatkan
produksi elpiji dalam rangka mempercepat kebijakan konversi dari minyak tanah ke elpiji.
Sementara itu, laju pertumbuhan sub sektor industri pengolahan non migas menunjukkan
pertumbuhan yang negatif, yaitu sebesar -
1,1% (y-o-y). Kontributor terbesar
pertumbuhan negatif tersebut berasal dari sub
sektor industri pupuk, kimia dan barang dari
karet, dengan kontribusi sebesar -2,14% atau
tumbuh sebesar -8,81% (y-o-y). Penurunan
kinerja industri ini diperkirakan dipengaruhi
oleh penurunan produksi pupuk. Sub sektor
lain yang juga berkontribusi cukup besar pada
pertumbuhan yang negatif adalah industri
makanan, minuman dan tembakau, dengan
Industri Tanpa Migas Pangsa Pertumb. KontribusiMakanan, Minuman & Tembakau 0.15 -10.20 -1.51Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 0.01 -0.79 0.00Barang Kayu & Hasil Hutan Lain 0.21 6.32 1.32Kertas & Barang Cetakan 0.34 5.01 1.71Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 0.25 -8.81 -2.16Semen, Barang Lain Bukan Logam 0.02 -13.25 -0.23Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 0.02 -7.33 -0.16Barang Lainnya 0.01 -3.47 -0.04
Jumlah 1.00 -1.08 -1.08Sumber: Proyeksi BI Samarinda, diolah
Tabel 1.8 Perkembangan Industri Non Migas Kaltim Tw I-2009 (y-o-y)
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
14
kontribusi sebesar -1,53% terhadap pertumbuhan sub sektor industri pengolahan migas (Tabel
1.9). Penurunan sektor industri pengolahan non migas ini juga terlihat dari melambatnya
penyaluran kredit sektor industri, yang tumbuh sebesar 9,18% (y-o-y), lebih lambat dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan IV-2008, yang mencapai 20,56% (1.14).
1.3.4 Sektor Listrik dan Air Bersih
Sektor listrik dan air bersih pada
periode laporan diperkirakan tumbuh
sebesar 2,72% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
3,38%. Meningkatnya produksi sektor ini
dipengaruhi oleh subsektor air bersih yang
mengalami peningkatan sebesar 2,59% (y-
o-y) dan sub sektor listrik (2,75%).
Pertumbuhan kedua sub sektor tersebut
dipengaruhi dengan adanya peningkatan
penyediaan fasilitas listrik dan air bersih
untuk masyarakat. Peningkatan kinerja sektor ini terlihat juga dari meningkatnya pertumbuhan
kredit perbankan yang disalurkan pada sektor listrik, air dan gas (Grafik 1.15).
1.3.5 Sektor Bangunan
Sektor bangunan diperkirakan
menunjukkan pertumbuhan yang
negatif pada periode berjalan ini,
yaitu sebesar -1,84% (y-o-y),
sedangkan pada triwulan IV-2008
masih tumbuh positif sebesar 5,35%.
Penurunan kinerja sektor ini terlihat
dari menurunnya konsumsi semen di
Kalimantan Timur, yang pada triwulan
I-2009 mencapai 225,8 ribu ton, atau
mengalami penurunan sebesar -
4,10% (y-o-y); padahal pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 17,50%, atau mencapai 246,5
ribu ton. Penurunan ini dipengaruhi oleh berkurangnya aktivitas pembangunan fisik, terutama
proyek pemerintah yang biasanya pada triwulan pertama masih dalam proses perencanaan atau
persiapan pelelangan.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
15
1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan
restoran pada triwulan I-2009 diperkirakan
mencatat pertumbuhan yang negatif, yaitu
sebesar -2,32% (y-o-y), sementara pada
triwulan IV-2008 masih tumbuh posisif
sebesar 4,11%. Melambatnya pertumbuhan
sektor ini dipengaruhi oleh menurunnya
permintaan masyarakat terhadap barang
dan jasa. Hal ini didukung pula oleh
melambatnya pertumbuhan penyaluran
kredit perdagangan pada triuwlan laporan,
yang mencapai Rp 4,77 triliun, atau tumbuh sebesar 22,31% (y-o-y); lebih rendah dibandingkan
dengan pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang sebesar 30,38%.
Penurunan aktivitas perdagangan di
wilayah Kalimantan Timur pada triwulan I-
2009 ini terlihat juga dari penurunan
aktivitas bongkar-muat di pelabuhan
Samarinda dan Balikpapan, yang
meningkat hanya sebesar -37,23% (y-o-
y); lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang
sebesar -26.68% (Grafik 1.18).
1.3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan & komunikasi
pada triwulan IV-2008 diprediksi mengalami
penurunan sebesar -0,67% (y-o-y), setelah
pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar
5,80%. Penurunan sektor ini berasal dari sub
sektor komunikasi yang tumbuh negatif sebesar -4,39% (y-o-y), karena adanya penurunan tarif
komunikasi. Sementara itu sub sektor angkutan mengalami pertumbuhan yang stagnan.
Pertumbuhan sub sektor angkutan berasal dari pertumbuhan pada sub sektor angkutan laut yang
memberikan kontribusi sebesar 0,37%, diikuti oleh sub sektor jasa penunjang angkutan (0,18%).
Sedangkan sub sektor yang memberikan kontribusi negatif adalah sub sektor angkutan jalan raya
dan sub sektor angkutan udara,
yang masing-masing
berkontribusi sebesar -0,40%
dan -0,32% (Tabel 1.10).
Perkembangan sub sektor
angkutan udara yang melambat
terlihat pada jumlah arus
penumpang domestik di bandara
Sepinggan, Balikpapan. Pada
triwulan I-2009, jumlah
penumpang domestik melalui
Pengangkutan Pangsa Pertumb. KontribusiAngkutan Jalan Raya 0.27 -1.48 -0.40Angkutan Sungai, Danau dan Penyeb. 0.12 1.42 0.16Angkutan Laut 0.11 3.42 0.38Angkutan Udara 0.14 -2.34 -0.32Jasa Penunjang Angkutan 0.37 0.49 0.18
Jumlah 1.00 0.01 0.01Sumber: Proyeksi BI Samarinda, diolah
Tabel 1.9 Perkembangan Sub Sektor Angkutan Kaltim Tw I-2009 (y-o-y)
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
16
Sepinggan mencapai 924 ribu orang atau tumbuh sebesar 6,31% (y-o-y). Pertumbuhan ini masih
lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang sebesar 9,20%.
(Grafik 1.19).
1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan pada triwulan I-2009 ini mengalami
pertumbuhan sebesar 8,52% (y-o-y), lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan IV-2008 sebesar 7,40%. Kontribusi
terbesar pertumbuhan sektor ini dipengaruhi oleh sub sektor sewa bangunan yaitu sebesar 4,77%,
dengan pertumbuhan sebesar 11,02% (y-o-y); kemudian dikuti oleh sub jasa perusahaan
(2,145%) dengan pertumbuhan sebesar 8,06% (y-o-y), dan sub sektor bank (1,18%) dengan
pertumbuhan sebesar 4,60%. Dari sub sektor perbankan,
pertumbuhan kinerja sub sektor ini terlihat
dari meningkatnya penyaluran kredit, yang
pada triwulan I-2009 mencapai Rp 21,01
triliun, atau tumbuh sebesar 27,93% (y-o-y)
dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya, sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan IV-2008 yang
tumbuh sebesar 30,15% (Grafik 1.20).
Pertumbuhan sub sektor bank yang positif ini
didorong masih cukup tingginya kebutuhan
dunia usaha terhadap pembiayaan perbankan,
walaupun tidak setinggi periode sebelumnya
karena tekanan perlambatan ekonomi dan suku
bunga kredit yang masih dinilai cukup tinggi.
Sementara dari operasional perbankan
menunjukkan bahwa laba operasional
perbankan masih tumbuh positif, yaitu sebesar
29,84% (y-o-y), namun lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan IV-2008 yang sebesar 33,20% (Grafik
1.21).
Industri Tanpa Migas Pangsa Pertumb. KontribusiBank 0.26 4.60 1.18Lembaga Keuangan Tanpa bank 0.04 9.65 0.43Jasa Penunjang Keuangan 0.00 8.39 0.00Sewa Bangunan 0.43 11.02 4.77Jasa Perusahaan 0.27 8.06 2.14
Jumlah 1.00 8.52 8.52Sumber: Proyeksi BI Samarinda, diolah
Tabel 1.10 Perkembangan Sektor Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
17
1.3.9 Sektor Jasa-jasa
Sektor ini pada periode laporan
diperkirakan mengalami pertumbuhan
sebesar 2,06% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan
IV-2008 sebesar 6,41%. Subsektor
pemerintah umum mengalami peningkatan sebesar 3,14%, sebaliknya subsektor swasta
diperkirakan mengalami penurunan sebesar 1,41%.
Pada subsektor swasta, kontribusi pertumbuhan yang negatif dipengaruhi oleh sub sektor
jasa perorangan dan rumah tangga yaitu sebesar -1,56%, dengan pertumbuhan sebesar -2,27%
(y-o-y). Sementara sub sektor jasa hiburan dan rekreasi dan sub sektor jasa sosial
kemasyarakatan tumbuh positif masing-masing sebesar 0,40% dan 0,82%.
Swasta Pangsa Pertumb. KontribusiJasa Hiburan dan Rekreasi 0.26 0.40 0.11Jasa Sosial Kemasyarakatan 0.05 0.82 0.04Jasa Perorangan dan Rumahtangga 0.69 -2.27 -1.56
Jumlah 1.00 -1.41 -1.41Sumber: Proyeksi BI Samarinda, diolah
Tabel 1.12 Perkembangan Sub Sektor Jasa-jasa Swasta
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
18
Boks. Pertumbuhan Pasar Ekspor Non Migas Provinsi Kalimantan Timur tahun 2000 – 2008
dengan Analisis Shift-Share
Nilai ekspor Non migas Provinsi Kalimantan
Timur (Kaltim) sejak tahun 2000 hingga
2008 terus menunjukkan perkembangan
yang meningkat, dengan peningkatan
mencapai 299,54% pada tahun 2008
dibandingkan dengan ekspor tahun 2000,
yaitu dari USD 2,1 miliar menjadi USD 8,3
miliar. Sementara pertumbuhan ekspor
tahun 2008 dibandingkan dengan tahun
2007 mengalami pertumbuhan sebesar 55,02% (y-o-y). Ekspor non migas Kaltim ini sangat
dipengaruhi oleh ekspor komoditas coal, coke & briquette (SITC) yang pada tahun 2008 menyumbang
lebih dari 80% ekspor non migas Kaltim (Grafik 1). Sementara berdasarkan negara tujuan ekspornya,
masih didominasi oleh negara-negara di kawasan Asia, yang pada tahun 2008 memiliki pangsa sebesar
lebih dari 87% dari keseluruhan ekspor non migas Kaltim. Besarnya pangsa pasar negara-negara Asia
terhadap ekspor non migas Kaltim dipengaruhi oleh pesatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan
tersebut, sejak tahun 2000. Oleh karena itu, permintaan mereka terhadap komoditas sumber energi
juga meningkat, dan salah satu sumber energi yang jumlahnya berlimpah dan dengan harga yang
relatif murah adalah batubara; dan Kaltim merupakan salah satu daerah utama penghasil komoditas ini.
Perkembangan ekonomi yang pesat
dalam kurun waktu lebih dari
sewindu ini, yang berbeda di tiap
negara, telah meningkatkan
permintaan negara-negara importir
komoditas non migas dari Kaltim;
dan hal ini telah merubah posisi tiap-
tiap negara sebagai negara tujuan
utama ekspor Kaltim. Berdasarkan
analisis shift share diketahui bahwa
sejak tahun 2000 hingga 2008 telah
terjadi perubahan yang signifikan
diantara pangsa negara-negara importir tersebut.
Dari hasil perhitungan shift share terhadap negara tujuan ekspor non migas Kaltim tahun 2008, negara
dengan perubahan pangsa pasar terbesar adalah India, yang dapat meningkatkan pangsa pasarnya
sebesar 6,46%, naik dari 2,26% pada tahun 2000 menjadi 8,72% pada tahun 2008. Peningkatan ini
diikuti oleh Korea Selatan (4,43%), Malaysia (3,80%), Cina (3,70%) dan Italia (2,98%) (Gafik 2). Dari
10 negara dengan shift share terbesar, 8 diantaranya berasal dari kawasan Asia, sedangkan 2 negara
lainnya adalah Italia dan Australia. Namun demikian, walaupun India tercatat sebagai negara dengan
peningkatan pangsa pasar terbesar, negara yang masih dominan menjadi negara dengan pangsa pasar
terbesar komoditas ekspor non migas Kaltim adalah Jepang; yang pada tahun 2008 dibandingkan
dengan tahun 2000 telah mengalami penurunan pangsa pasar sebesar -13,36%. Jepang merupakan
negara dengan dengan negative net shift share terbesar, atau telah kehilangan sebesar USD 1,1 miliar;
diikuti oleh Amerika Serikat (-5,89%), Singapura (-3,14%), Belanda (-1,31%), dan Vietnam (-0,94%)
(Tabel 1).
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
19
Tabel. 1 Komposisi negara-negara dengan Positive Net Shift Share dan Negative Net Shift Share
Negara Pangsa
Selisih Positive
Negara Pangsa
Selisih Negative
2000 2008 Net Shift (USD) 2000 2008 Net Shift (USD)
India 2.26% 8.72% 6.46% 536,970,484 Jepang 32.25% 18.89% -13.36% (1,111,191,445)
Korea Selatan 9.57% 14.00% 4.43% 368,367,215 Amerika Serikat 6.75% 0.87% -5.89% (489,751,340)
Malaysia 2.08% 5.88% 3.80% 315,969,002 Singapura 6.15% 3.02% -3.14% (260,897,093)
Cina 2.50% 6.20% 3.70% 307,435,842 Belanda 3.42% 2.11% -1.31% (108,862,047)
Italia 1.83% 4.80% 2.98% 247,535,894 Vietnam 1.48% 0.54% -0.94% (78,027,658)
Thailand 1.88% 4.81% 2.93% 243,440,276 Belgia 1.10% 0.22% -0.88% (72,880,551)
Taiwan 15.18% 17.74% 2.56% 213,083,303 Saudi Arabia 0.91% 0.30% -0.61% (51,108,223)
Hongkong 1.54% 2.94% 1.40% 116,261,715 Amerika Selatan 0.85% 0.25% -0.59% (49,430,788)
Pakistan 0.02% 0.63% 0.61% 50,435,577 Inggris 1.27% 0.77% -0.50% (41,398,690)
Australia 0.81% 1.15% 0.34% 28,501,935 Eropa Timur 0.49% 0.01% -0.48% (40,018,951)
Sumber: Ditjen Bea dan Cukai, Bank Indonesia; diolah
Peningkatan pangsa pasar di
beberapa negara tujuan ekspor non
migas Kaltim, tentunya tidak terlepas
dari pertumbuhan ekonomi yang
terjadi di negara-negara tersebut,
yang sejak tahun 2000 hingga 2008
mampu mencatatkan pertumbuhan
ekonomi yang positif dan relatif
tinggi (Grafik 3).
20
EEVVAALLUUAASSII PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNFFLLAASSII
2.1 Gambaran Umum
Laju inflasi tahunan di Kalimantan Timur
pada triwulan I-2009 mencapai 9,39% (y-o-
y), masih lebih rendah dibandingkan laju
inflasi tahunan pada triwulan IV-2008, yang
tercatat sebesar 13,06%. Namun laju inflasi
di Kalimantan Timur ini masih lebih tinggi
dibandingkan dengan laju inflasi tahunan
nasional yang sebesar 7,92%. Berdasarkan
komoditasnya, laju inflasi tertinggi terjadi
pada kelompok komoditas perumahan, yaitu
sebesar 13,62% (y-o-y); diikuti oleh kelompok komoditas makanan jadi, rokok dan tembakau
(12,02%), kelompok komoditas bahan makanan (11,79%), kelompok komoditas pendidikan,
rekreasi dan olahraga (9,49%), kelompok komoditas kesehatan (6,85%), kelompok komoditas
sandang (5,17%) dan kelompok komoditas transportasi dan komunikasi yang merupakan satu-
satunya kelompok komoditas yang mengalami deflasi, yaitu sebesar -0,94%.
Berdasarkan kota pembentuk inflasi Kaltim, inflasi tahunan tertinggi pada triwulan laporan
terjadi di Tarakan yakni sebesar 11,69% (y-o-y), diikuti oleh Samarinda dan Balikpapan masing-
masing sebesar 10,52% (y-o-y) dan 7,29% (y-o-y).
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Inflasi Kaltim pada triwulan I
2009, meliputi:
• Dari sisi permintaan, adanya kenaikan tarif air minum oleh PDAM di Kota Samarinda dan
Balikpapan.
• Dari sisi penawaran, dipengaruhi oleh penurunan harga bahan bakar (BBM).
2.2 Inflasi Triwulanan (q-t-q)
2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (q-t-q)
Laju perkembangan harga komoditas barang dan jasa triwulanan di Kota Samarinda pada
triwulan I-2009 mencapai 1,49% (y-t-d), merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan
kota-kota lainnya di Kalimantan Timur, dengan laju inflasi tertinggi pada triwulan awal tahun
2009 ini tercatat terjadi pada kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar, yaitu mencapai 3,36% (y-t-d). Tingginya laju inflasi kelompok komoditas ini
dipengaruhi oleh kenaikan tarif air minum PDAM. Kemudian diikuti oleh kelompok komoditas
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (2,94%) dan kelompok komoditas sandang
(2,59%). Sedangkan kelompok komoditas transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami
deflasi tertinggi, yaitu sebesar -3,82%. Hal ini dipengaruhi dengan adanya penurunan harga
BBM yang kemudian diikuti dengan penurunan tarif angkutan kota.
BBBAAABBB
IIIIII
Evaluasi Perkembangan Inflasi
21
Tabel 2.1
Inflasi Triwulanan di Kota Samarinda
Q 4-08 Q 1-09Bahan Makanan 1.58 2.44Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4.14 2.94
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar -2.44 3.36Sandang 0.81 2.59Kesehatan 0.76 1.86Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 1.11 -0.36Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -3.15 -3.82
UMUM -0.06 1.49Sumber: BPS, diolah
KelompokInflasi Q-t-Q (%)
2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (q-t-q)
Laju inflasi triwulanan di Kota Balikpapan pada triwulan I-2009 tercatat sebesar 0,03% (y-
t-d), merupakan laju inflasi tahun berjalan terendah di wilayah Kalimantan Timur. Kelompok
komoditas yang mengalami peningkatan laju inflasi tertinggi adalah kelompok komoditas
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, yaitu sebesar 2,82%; diikuti oleh kelompok
komoditas sandang (1,82%) dan kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas, dan bahan
bakar (1,13%). Sedangkan laju deflasi terbesar terjadi pada kelompok komoditas transpor,
komunikasi dan jasa keuangan, yaitu sebesar -4,30%. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan
harga tarif angkutan karena adanya penurunan harga BBM.
Tabel 2.2 Inflasi Tahun Berjalan di Kota Balikpapan
Q 4-08 Q 1-09Bahan Makanan 1.32 -0.84Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.73 2.82Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.21 1.13Sandang 1.09 1.82Kesehatan 0.93 0.84Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.63 -0.07Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -2.56 -4.30
UMUM 0.39 0.03Sumber: BPS, diolah
KelompokInflasi Q-t-Q (%)
2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (q-t-q)
Laju inflasi triwulanan di Kota Tarakan triwulan I-2009 mencapai 0,53% (y-t-d), dengan
kelompok komoditas sandang tercatat dengan laju inflasi tertinggi, yaitu mencapai 4,89%; diikuti oleh
kelompok komoditas bahan makanan (1,92%) dan kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau (0,33%). Sementara kelompok komoditas transpor, komunikasi dan jasa keuangan,
seperti halnya yang terjadi pada kota-kota lain di Kalimantan Timur, mengalami deflasi, yaitu sebesar -
4,11%; yang juga dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan kota karena penurunan harga BBM.
Evaluasi Perkembangan Inflasi
22
Tabel 2.3 Inflasi Triwulanan di Kota Tarakan
Q 4-08 Q 1-09Bahan Makanan 3.06 1.92Makananan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.70 0.33Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.43 0.30Sandang 2.18 4.89Kesehatan 1.36 0.07Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.22 0.00Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -5.77 -4.11
UMUM 0.82 0.53Sumber: BPS, diolah
Q-t-Q (%)Kelompok
2.3 Inflasi Tahunan (y-o-y)
2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda
Laju inflasi Kota Samarinda secara tahunan pada triwulan I-2009 tercatat sebesar 10,52%
(y-o-y), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 12,69%.
Laju inflasi Kota Samarinda ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan secara
nasional yang tercatat sebesar 7,92%.
Kelompok komoditas dengan laju inflasi terbesar adalah kelompok perumahan, air listrik,
gas dan bahan bakar yang mencapai 18,07%. Peningkatan laju inflasi kelompok komoditas ini
dipengaruhi oleh kenaikan tarif PDAM. Komoditas lainnya yang memiliki laju inflasi cukup tinggi
adalah komoditas makanan jadi (14,88%), diikuti oleh kelompok bahan makanan (11,28%)
dan kelompok komoditas kesehatan (8,43%) (Tabel 2.5). Secara umum, penurunan laju inflasi
tahunan di Kota Samarinda ini dipengaruhi oleh melambatnya permintaan masyarakat
dibandingkan dengan periode sebelumnya dan adanya kecukupan pasokan untuk komoditas
kebutuhan pokok. Sedangkan kelompok komoditas transpor, komunikasi dan jasa keuangan
mengalami deflasi sebesar -0,52% yang dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan karena
adanya penurunan harga BBM.
Tabel 2.4
Inflasi tahunan Samarinda menurut kelompok barang & jasa
Kelompok Inflasi Y-o-Y (%)
Q 3-08 Q 4-08 Q 1-09 Bahan Makanan 20.66 20.38 11.28 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 11.01 12.94 14.88 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 19.59 15.91 18.07 Sandang 13.38 7.85 5.44 Kesehatan 11.21 7.64 8.43 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 5.22 8.50 7.77 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 6.87 3.53 -0.52
TOTAL 14.37 12.69 10.52 Sumber: BPS, diolah
Evaluasi Perkembangan Inflasi
23
2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan
Laju inflasi tahunan di Kota Balikpapan pada periode berjalan mencapai 7,29% (y-o-y),
lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan IV-2008 yang mencapai 11,30%. Laju
inflasi tahunan Kota Balikpapan ini lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi tahunan
nasional yang tercatat sebesar 7,92%. Laju inflasi tertinggi di kota ini tercatat terjadi pada
kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 13,69% (y-o-y).
Komoditas lainnya yang memiliki laju inflasi yang cukup tinggi juga adalah komoditas
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (10,57%), kelompok komoditas bahan makanan
(9,21%) dan komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (8,12%). Sementara
satu-satunya kelompok komoditas yang mengalami deflasi adalah kelompok komoditas
transpor, komunikasi dan jasa keuangan, yang dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan
kota.
Tabel 2.5 Inflasi tahunan Balikpapan menurut kelompok barang & jasa
Kelompok Inflasi Y-o-Y (%)
Q 3-08 Q 4-08 Q 1-09 Bahan Makanan 19.05 21.02 9.21 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 6.74 6.92 8.12 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 13.90 12.64 10.57 Sandang 2.16 5.02 3.59 Kesehatan 2.95 4.83 4.68 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 18.49 15.91 13.69 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 4.53 2.50 -2.27
TOTAL 11.42 11.30 7.29 Sumber: BPS, diolah
2.2.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan
Laju inflasi tahunan di Kota Tarakan pada triwulan I-2009 mencapai 11,69% (y-o-y),
merupakan yang tertinggi diantara kota-kota pembentuk inflasi di Kalimantan Timur. Laju inflasi
tahunan Kota Tarakan ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang 7,92%.
Berdasarkan kelompok komoditasnya, kelompok komoditas bahan makanan merupakan kelompok
komoditas dengan laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 21,31% (y-o-y); diikuti oleh kelompok
komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (13,46%), dan kelompok komoditas
sandang (8,89%). Sementara laju inflasi terendah tercatat pada kelompok komoditas transpor,
komunikasi dan jasa keuangan, yaitu sebesar 1,56%.
Evaluasi Perkembangan Inflasi
24
Tabel 2.6 Inflasi tahunan Kota Tarakan menurut kelompok barang & jasa
Kelompok Y-o-Y (%)
Q 4-08 Q 1-09 Bahan Makanan 35.25 21.31 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 15.78 13.46 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 18.99 7.53 Sandang 8.74 8.89 Kesehatan 9.69 7.46 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2.62 1.68 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 8.62 1.56
UMUM 19.85 11.69 Sumber: BPS, diolah
25
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.1. Gambaran Umum
Perkembangan ekonomi global yang semakin memburuk turut mempengaruhi kinerja
perbankan Kaltim selama triwulan laporan. Hal ini tercermin dari penurunan beberapa indikator
kegiatan usaha perbankan seperti aset dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Namun
demikian, penyaluran kredit tetap mengalami peningkatan. Sementara itu, asesmen terhadap
stabilitas perbankan daerah memperlihatkan kondisi yang kondusif meskipun beberapa risiko
mulai menunjukkan peningkatan.
Apabila dibandingkan dengan data nasional (s.d Februari 2009) atas dasar pertumbuhan
triwulanan (qtq), indikator kegiatan usaha di Kaltim dan nasional menujukkan perkembangan
yang tidak searah. Jumlah aset dan DPK nasional tercatat meningkat masing-masing sebesar
1,4% dan 1,0%, sedangkan pada saat yang sama perbankan Kaltim mengalami penurunan
jumlah aset dan DPK masing-masing sebesar 1,8% dan 0,4%. Di sisi kredit, pengucuran kredit
secara nasional menurun sebesar 0,4% namun di Kaltim tercatat naik sebesar 2,6%.
Menurut pertumbuhan tahunan (yoy), kinerja perbankan Kaltim tercatat lebih baik
dibanding nasional. Jumlah aset, DPK dan kredit pada perbankan Kaltim bertumbuh masing-
masing sebesar 25,5%, 25,5% dan 27,8%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan nasional
masing-masing sebesar 20,5%, 20,8% dan 25,7%.
Sementara itu, perkembangan kegiatan usaha BPR pada triwulan I 2009 juga
menunjukkan perkembangan yang beragam. Total aset mencatat peningkatan sebesar 4,77%
(q-t-q) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara penghimpunan dana mengalami
peningkatan sebesar 7,60% (q-t-q). Sedangkan penyaluran kredit mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan IV-2008, yaitu turun sebesar -1,69% (q-t-q).
BBBAAABBB
IIIIIIIII
1.4%
1.0%
-0.4%
-0.4%
2.6%
-1.8%
-2.0% -1.0% 0.0% 1.0% 2.0% 3.0%
Aset
DPK
Kredit
Nasional
Kaltim
Grafik 3.1
Kinerja triwulanan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (qtq)
20.5%
20.8%
25.7%
25.5%
25.5%
27.8%
0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0%
Aset
DPK
Kredit
Grafik 3.2
Kinerja tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (yoy)
Perkembangan Perbankan Daerah
26
Asesmen terhadap risiko-risiko yang dihadapi perbankan daerah, memperlihatkan
terjadinya peningkatan risiko kredit dan risiko likuiditas namun tetap dalam kondisi yang
terkendali.
3.2. Perkembangan Usaha Bank Umum
3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif
Total aset bersih (net assets) bank umum di Kaltim pada triwulan I-2009 tercatat Rp
45.652 miliar, mengalami penurunan 1,75% (qtq) dibandingkan posisi triwulan sebelumnya
(Tabel 3.1). Menurut kelompok bank, penurunan jumlah aset bersih dialami baik oleh bank
pemerintah maupun bank swasta, masing-masing sebesar 2,4% dan 0,21%. Jika
dibandingkan dengan posisi triwulan I-2008, total aset perbankan mencatat pertumbuhan
sebesar 25,45% (yoy).
Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum di Kaltim
Tw1-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw3-08 Tw4-08 qtq yoy
Jumlah Aset Bersih 36,389 46,465 45,652 100.00% 100.00% -1.75% 25.45%
Bank Pemerintah 25,654 32,634 31,850 70.23% 69.77% -2.40% 24.15%
Bank Swasta 10,735 13,832 13,802 29.77% 30.23% -0.21% 28.57%
Aktiva Produktif 24,573 30,487 30,572 100.00% 100.00% 0.28% 24.41%
Penempatan pada Bank Indonesia 6,372 7,891 7,549 25.88% 24.69% -4.34% 18.47%
Penempatan pada Bank Lain 420 790 702 2.59% 2.30% -11.16% 67.13%
Surat berharga yang dimiliki 1,335 1,308 1,296 4.29% 4.24% -0.95% -2.97%
Kredit yang diberikan 16,435 20,474 21,012 67.16% 68.73% 2.63% 27.85%
Lainnya 11 24 13 0.08% 0.04% -46.49% 18.68%
Pertumb. Tw1-09Keterangan
Posisi (dalam Rp miliar) Komposisi
Dilihat dari komposisinya, aktiva produktif bank umum di Kaltim masih didominasi
oleh pemberian kredit dengan pangsa 68,73% dan penempatan pada BI dengan pangsa
24,69%. Sedangkan surat-surat berharga (SSB) yang dimiliki pangsanya hanya 4,24% dan
sisanya 2,30% terdiri dari penempatan pada bank lain, tagihan lainnya dan penyertaan (tabel
3.1). Penurunan suku bunga acuan (BI-rate) pada triwulan laporan, diperkirakan ikut
berpengaruh terhadap penurunan penempatan pada BI sebesar 4,34%, dari Rp 7.891 miliar
pada triwulan IV-2008 menjadi Rp 7.549 miliar pada triwulan laporan.
3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat
Dana masyarakat yang berhasil
dihimpun oleh bank umum di Kaltim pada
triwulan I-2009 mencapai Rp 41.367 miliar,
mengalami penurunan 0,36% (qtq)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
(Tabel 3.2). Jika dibandingkan dengan posisi
triwulan I-2008, penghimpunan dana pihak
ketiga (DPK) telah mengalami pertumbuhan
sebesar 25,45% (yoy). Tren penurunan suku
bunga simpanan menyusul penurunan BI-
rate (Grafik 3.3), diperkirakan memberikan
andil terhadap penurunan DPK pada bank umum di Kaltim.
2
4
6
8
10
12
14
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2007 2008 2009
Suku
Bun
ga (%
)
Tabungan Dep-1m BI-rate
Grafik 3.3. Perkembangan Suku Bunga Simpanan
dan BI-rate
Perkembangan Perbankan Daerah
27
Berdasarkan jenis simpanannya, penurunan dana pada triwulan laporan terutama
berasal dari giro dan tabungan, yang masing-masing turun sebesar 2,48% dan 3,90%.
Sementara itu, simpanan deposito mencatat kenaikan sebesar 5,93%.
Menurut kelompok bank, penurunan simpanan terjadi baik pada bank milik
pemerintah maupun swasta, masing-masing sebesar 0.29% dan 0,54%. Menurut jenis
simpanannya, deposito pada bank pemerintah dan tabungan pada bank swasta mengalami
peningkatan sebesar 10,12% dan 0,68%. Sedangkan untuk jenis simpanan lainnya
mengalami penurunan.
Tabel 3.2. Perkembangan Penghimpunan Dana pada bank Umum di Kaltim
KomposisiTw1-08 Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw1-09 q-t-q y-o-y
Total DPK 32,974 35,113 39,350 41,518 41,367 100.0% -0.36% 25.45%Giro 9,523 11,013 13,532 12,917 12,597 30.5% -2.48% 32.28%Tabungan 12,643 14,031 14,474 15,525 14,920 36.1% -3.90% 18.01%Deposito 10,809 10,069 11,344 13,075 13,851 33.5% 5.93% 28.15%
Bank Pemerintah 24,022 25,797 29,183 29,940 29,852 72.2% -0.29% 24.27%Giro 7,740 9,099 11,643 10,859 10,586 25.6% -2.51% 36.77%Tabungan 8,983 10,168 10,405 10,962 10,326 25.0% -5.81% 14.95%Deposito 7,298 6,530 7,135 8,119 8,941 21.6% 10.12% 22.50%
Bank Swasta 8,953 9,315 10,166 11,578 11,515 27.8% -0.54% 28.62%Giro 1,783 1,914 1,889 2,059 2,011 4.9% -2.32% 12.80%Tabungan 3,660 3,863 4,069 4,563 4,594 11.1% 0.68% 25.52%Deposito 3,510 3,538 4,208 4,957 4,910 11.9% -0.94% 39.88%
Pert. TwI-09Posisi (dalam Rp Miliar)Jenis Simpanan
3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum
Penyaluran kredit bank umum di Kaltim
pada triwulan I-2009 menunjukkan
perlambatan namun masih tercatat positif
Perlambatan pertumbuhan kredit tersebut juga
seiring dengan tingkat suku bunga yang masih
cenderung meningkat meskipun BI-rate telah
mengalami penurunan cukup tajam selama
triwulan laporan, yakni dari 9,25% pada akhir
triwulan IV-2008 menjadi 7,75% pada triwulan
laporan (Grafik 3.4). Semakin meningkatnya
tingkat kehati-hatian perbankan di tengah
prospek ekonomi yang terimbas krisis global dan terdapatnya jeda waktu dalam merespon
penurunan BI-rate merupakan sejumlah faktor yang diperkirakan menjadi alasan dibalik tren
peningkatan suku bunga kredit (lihat boks “Hasil Quick Survei Penurunan BI-rate dan Suku
Bunga Perbankan Kaltim”).
a. Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim
Jumlah kredit yang disalurkan bank umum yang berkantor di Kaltim pada triwulan I-
2009 mencapai Rp 21.012,4 miliar (tabel 3.3). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit pada
triwulan laporan tercatat 2,63% (q-t-q) atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan IV-2008 sebesar 3,16%. Jika dibandingkan dengan posisi
triwulan I-2008, penyaluran kredit pada triwulan I-2009 telah tumbuh sebesar 27,85% (y-
o-y) (grafik 3.5).
Menurut kelompok bank, kredit yang disalurkan bank umum pemerintah mencapai Rp
13.167,5 miliar (pangsa 62,7%) atau mengalami peningkatan 9,47% dibandingkan dengan
6
8
10
12
14
16
18
20
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2007 2008 2009
Suku
Bun
ga (%
)
K. Inv K. Kons KMK BI-rate
Grafik 3.4.
Perkembangan Suku Bunga Kredit dan BI-rate
Perkembangan Perbankan Daerah
28
triwulan sebelumnya. Sebaliknya, penyaluran kredit oleh bank umum swasta mengalami
penurunan sebesar 7,11%, menjadi Rp 7.844,9 miliar (pangsa 37,3%) pada triwulan
laporan.
Berdasarkan jenis penggunaannya,
semua jenis kredit mengalami
pertumbuhan yang positif secara
triwulanan (qtq). kredit investasi
mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu
sebesar 5,84% menjadi Rp 5.324,5 miliar
(pangsa 25,3%). Selanjutnya kredit
konsumsi meningkat sebesar 2,76%
menjadi Rp 6.664 miliar (pangsa 31,7%),
diikuti kredit modal keja yang meningkat
0,73% menjadi Rp 9.024 miliar (pangsa
42,9%). Menurut sektor ekonomi,
pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan air (26,99%), diikuti
sektor pertambangan (22,54%), sektor angkutan (6,79%) dan sektor konstruksi (6,1%).
Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim
Komposisi
Tw1-08 Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw1-09 q-t-q y-o-y
Kredit 16,435.2 18,209.6 19,846.9 20,473.8 21,012.4 100.0% 2.63% 27.85%
Kelompok Bank
Bank Pemerintah 9,891.5 11,144.0 11,938.4 12,028.3 13,167.5 62.7% 9.47% 33.12%
Bank Swasta 6,543.7 7,065.6 7,908.5 8,445.5 7,844.9 37.3% -7.11% 19.88% Jenis Penggunaan
Modal Kerja 7,373.3 8,202.2 8,713.7 8,958.4 9,024.0 42.9% 0.73% 22.39%Investasi 3,670.8 4,219.6 4,804.4 5,030.6 5,324.5 25.3% 5.84% 45.05%Konsumsi 5,391.2 5,787.9 6,328.8 6,484.7 6,664.0 31.7% 2.76% 23.61%
Sektor EkonomiPertanian 550.6 665.9 846.0 887.4 915.9 4.4% 3.21% 66.35%Pertambangan 525.2 583.0 478.7 555.5 680.7 3.2% 22.54% 29.61%Perindustrian 719.8 710.5 767.5 864.7 785.9 3.7% -9.12% 9.18%Listrik, Gas dan Air 14.2 14.9 27.4 27.2 34.6 0.2% 26.99% 144.05%Konstruksi 2,152.9 2,384.7 2,719.9 2,476.4 2,627.5 12.5% 6.10% 22.04%Perdagangan 3,901.1 4,319.5 4,524.9 4,765.4 4,771.3 22.7% 0.12% 22.31%Angkutan 549.6 703.8 813.8 889.9 950.3 4.5% 6.79% 72.90%Jasa Dunia Usaha 2,459.3 2,803.6 3,090.1 3,254.6 3,311.0 15.8% 1.73% 34.63%Jasa Sosial 161.4 222.4 238.8 254.7 260.7 1.2% 2.37% 61.57%Lain-Lain 5,401.2 5,801.2 6,339.8 6,498.0 6,674.7 31.8% 2.72% 23.58%
LDR 49.84% 51.86% 50.44% 49.31% 50.79%
Pert. Tw1-09Keterangan
Posisi (dalam Rp Miliar)
Dengan terjadinya peningkatan kredit di saat penurunan simpanan, nisbah pinjaman
terhadap simpanan bruto (Gross-LDR) bank umum yang berkantor di Kaltim mengalami
kenaikan, dari 49,31% pada triwulan IV-2008 menjadi 50,79% pada triwulan laporan.
b. Kredit bank umum berlokasi proyek di Kaltim
Jumlah kredit yang disalurkan perbankan secara nasional untuk membiayai proyek
yang berlokasi di wilayah Kaltim pada periode laporan (s.d Februari 2009) tercatat sebesar
Rp 29.110,2 miliar, mengalami penurunan sebesar 3,5% dibandingkan dengan posisi kredit
pada triwulan sebelumnya (Tabel 3.4). Namun jika dibandingkan dengan triwulan I tahun
0
5
10
15
20
25
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008 2009
Kre
dit
(tr
iliu
n R
p)
0%5%10%15%20%25%30%35%40%
Kredit g (yoy) g (qtq)
Grafik 3.5.
Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim
Perkembangan Perbankan Daerah
29
2008, kredit berdasarkan lokasi proyek mengalami pertumbuhan sebesar 21,26% (y-o-y)
(Grafik 3.6).
Menurut propinsi asal bank pemberi
kredit, 64,7% merupakan kredit dari bank
di Kaltim sendiri sementara sisanya berasal
dari bank umum yang berkantor di luar
Kaltim, terutama diberikan oleh kantor
pusat bank di Jakarta dengan pangsa
33,8% terhadap total kredit berlokasi
proyek di Kaltim. Sisanya berasal dari bank
yang berkantor di Jatim (0,81%) dan Kalsel
(0,56%) dan propinsi lainnya dengan
pangsa 0,20%.
Pertumbuhan triwulanan (qtq) kredit menurut kelompok bank menujukkan bahwa
baik bank pemerintah maupun bank swasta mengalami penurunan kredit yakni sebesar
0,87% dan 6,14%. Sementara menurut jenis penggunaan, penurunan hanya dialami oleh
kredit modal kerja (-10,22%) sedangkan kredit investasi dan konsumsi meningkat sebesar
2,65% dan 1,22%. Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor
perindustrian (22,9%) dan sektor konstruksi (8,08%). Sementara itu, sektor
pertambangan, sektor angkutan dan sektor perdagangan mengalami penurunan kredit,
masing-masing sebesar 38,27%, 2,46% dan 1,77%. Dengan tingkat penurunan kredit yang
lebih besar dibanding tingkat penurunan DPK maka nisbah pinjaman terhadap simpanan
(LDR) berdasarkan lokasi proyek di Kaltim mengalami penurunan, dari sebesar 72,7% per
triwulan IV-2008 menjadi 70,4% per triwulan I-2009.
Tabel 3.4. Jumlah Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim
Komposisi
Tw1-08 Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw1-09 q-t-q y-o-y
Kredit Lokasi Proyek 24,005.8 27,091.9 29,728.4 30,166.0 29,110.2 100.0% -3.50% 21.26% Kelompok Bank
Bank Pemerintah 11,745.2 13,024.9 14,086.1 15,116.8 14,985.0 51.5% -0.87% 27.58%Bank Swasta 12,260.6 14,067.0 15,642.3 15,049.2 14,125.2 48.5% -6.14% 15.21%
Jenis PenggunaanModal Kerja 11,570.4 13,223.1 14,257.1 13,693.4 12,293.8 42.2% -10.22% 6.25%Investasi 7,218.5 8,084.1 9,160.0 9,961.0 10,225.4 35.1% 2.65% 41.66%Konsumsi 5,249.6 5,784.6 6,311.3 6,511.6 6,591.0 22.6% 1.22% 25.55%
Sektor EkonomiPertanian 1,478.1 1,898.7 2,213.0 2,438.5 2,461.0 8.5% 0.92% 66.50%Pertambangan 4,028.1 4,969.4 5,220.0 4,617.3 2,850.4 9.8% -38.27% -29.24%Perindustrian 1,376.3 1,323.5 1,492.1 1,688.4 2,075.0 7.1% 22.90% 50.77%Listrik, Gas dan Air 314.9 344.3 348.2 335.7 341.5 1.2% 1.72% 8.46%Konstruksi 2,691.2 2,943.2 3,315.2 3,109.7 3,360.9 11.5% 8.08% 24.88%Perdagangan 4,304.6 4,733.5 5,173.5 5,417.6 5,321.6 18.3% -1.77% 23.63%Angkutan 941.6 1,086.5 1,164.2 1,277.0 1,245.5 4.3% -2.46% 32.28%Jasa Dunia Usaha 3,409.5 3,839.5 4,292.3 4,547.6 4,634.4 15.9% 1.91% 35.92%Jasa Sosial 244.5 168.6 198.5 222.6 228.9 0.8% 2.83% -6.39%Lain-Lain 5,217.0 5,784.6 6,311.4 6,511.6 6,591.0 22.6% 1.22% 26.34%
LDR - lokasi proyek 72.8% 77.2% 75.5% 72.7% 70.4%
Pert. Tw1-09Keterangan
Posisi (dalam Rp Miliar)
Menurut kabupaten/kota, penyaluran kredit terkonsentrasi untuk membiayai proyek
di kota Samarinda dan kota Balikpapan yang merupakan pusat bisnis di Kalimantan Timur.
Jumlah kredit yang dikucurkan untuk proyek di kota Samarinda mencapai Rp 9.132,3 miliar
0
510
1520
2530
35
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008 2009
Kre
dit
(tr
iliu
n R
p)
-20%
-10%0%
10%20%
30%40%
50%Kredit (sb kanan) g (yoy) g (qtq)
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum Berlokasi
Proyek di Kaltim
Perkembangan Perbankan Daerah
30
(pangsa 31,21%) dan di kota Balikpapan (termasuk Kabupaten Penajam Paser Utara)
sebesar Rp 8.792,9 miliar (pangsa 30,05%). Sementara itu, alokasi kredit terkecil diperoleh
Kabupaten Malinau sebesar Rp 72,3 miliar (pangsa 0,25%).
Apabila dilihat dari nisbah pinjaman terhadap simpanan (LDR), nisbah tertinggi
terjadi di kota Bontang sebesar 132,6%, diikuti oleh Kabupaten Kutai Barat (119,74%) dan
Kabupaten Kutai Kartanegara (115,59%). Sedangkan LDR terendah terjadi pada Kabupaten
Malinau dengan nisbah 11,9% (Tabel 3.5).
Tabel 3.5. Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK menurut Kabupaten/Kota di Kaltim
Kredit DPK Kredit DPKKota Samarinda 9,132.3 14,134.4 31.21% 35.48% 64.61%Kota Balikpapan 8,792.9 9,316.2 30.05% 23.39% 94.38%Kab. Kutai Kartanegara 3,233.4 2,797.3 11.05% 7.02% 115.59%Kota Bontang 2,639.6 1,986.8 9.02% 4.99% 132.86%Kab. Berau 1,632.7 1,804.7 5.58% 4.53% 90.47%Kota Tarakan 1,234.7 3,329.5 4.22% 8.36% 37.08%Kab. Paser 822.0 1,777.7 2.81% 4.46% 46.24%Kab. Kutai Timur 728.9 1,830.8 2.49% 4.60% 39.81%Kab. Bulungan 432.5 1,352.6 1.48% 3.40% 31.98%Kab. Kutai Barat 325.1 271.5 1.11% 0.68% 119.74%Kab. Nunukan 210.0 628.9 0.72% 1.58% 33.39%Kab. Malinau 72.3 607.4 0.25% 1.52% 11.90%
*) konsep netto yaitu tidak termasuk milik pemerintah pusat dan bukan penduduk
Kabupaten/KotaNominal* (Rp M) Pangsa
LDR
3.3. Perkembangan Kredit Mikro Kecil dan Menengah (MKM)
Penyaluran kredit berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) oleh bank umum di Kaltim
pada Triwulan I-2009 mencapai Rp 13.764 miliar atau dengan pangsa 65,5% terhadap total
kredit (Tabel 3.6). Sejalan dengan pertumbuhan total kredit, kredit MKM pada triwulan laporan
juga tumbuh relatif rendah yakni sebesar 1,39% (q-t-q) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Menurut skalanya, kredit berskala mikro (plafon hingga Rp 50 juta) tumbuh
sebesar 4,83% diikuti kredit berskala kecil (plafon Rp 50 juta hingga Rp 500 juta) sebesar
2,22%. Sedangkan kredit menengah (plafon Rp 500 juta s.d Rp 5 miliar) mengalami penurunan
sebesar 1,30%. Apabila dibandingkan dengan posisi triwulan I-2008, kredit MKM mencatat
pertumbuhan sebesar 27,85% (yoy).
Tabel 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit
Tw1-08 Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw1-09 q-t-q y-o-y
Mikro (s.d Rp 50 jt) 3,000 3,245 3,499 3,523 3,694 17.6% 4.83% 23.12%
Kecil (Rp 50 jt s.d 500 jt) 3,407 3,848 4,212 4,248 4,342 20.7% 2.22% 27.44%
Menengah (Rp 500 jt s.d 5 miliar) 4,779 5,368 5,705 5,804 5,728 27.3% -1.30% 19.87%
Kredit UMKM (s.d Rp 5 miliar) 11,186 12,460 13,416 13,575 13,764 65.5% 1.39% 23.05%
Besar (> Rp 5 miliar) 5,250 5,749 6,431 6,899 7,249 34.5% 5.07% 38.08%
Total 16,435 18,210 19,847 20,474 21,012 100.0% 2.63% 27.85%
KomposisiSkala Kredit
Posisi (miliar Rp) Pert. Tw4-08
Berdasarkan kelompok bank, kredit MKM yang disalurkan bank pemerintah pada triwulan
laporan tercatat Rp 7.918,3 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 9,54% dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Sebaliknya, jumlah kredit MKM yang dikucurkan bank swasta turun
sebesar 7,88% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Tabel 3.7).
Perkembangan Perbankan Daerah
31
Tabel 3.7. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Menurut Kelompok Bank,
Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi
Tw1-08 Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw4-08 Tw1-09 q-t-q y-o-y
Kredit UMKM 11,185.6 12,460.2 13,415.7 13,574.6 13,763.7 100.0% 100.0% 1.39% 23.05%
Kelompok Bank
Bank Pemerintah 6,176.2 6,967.1 7,504.4 7,228.8 7,918.3 53.3% 57.5% 9.54% 28.21%
Bank Swasta 5,009.4 5,493.1 5,911.3 6,345.8 5,845.4 46.7% 42.5% -7.88% 16.69% Jenis Penggunaan
Modal Kerja 4,525.9 5,127.8 5,426.3 5,459.4 5,381.4 40.2% 39.1% -1.43% 18.90%Investasi 1,377.2 1,622.6 1,749.6 1,793.9 1,889.1 13.2% 13.7% 5.31% 37.18%Konsumsi 5,282.6 5,709.8 6,239.8 6,321.2 6,493.2 46.6% 47.2% 2.72% 22.92%
Sektor EkonomiPertanian 313.8 340.7 321.7 351.5 352.9 2.6% 2.6% 0.39% 12.46%Pertambangan 148.7 143.0 138.7 139.5 133.0 1.0% 1.0% -4.66% -10.55%Perindustrian 174.5 177.9 189.6 184.4 177.8 1.4% 1.3% -3.54% 1.90%Listrik, Gas dan Air 6.4 7.9 21.1 20.8 21.4 0.2% 0.2% 2.75% 234.26%Konstruksi 811.2 949.7 1,063.8 969.2 956.9 7.1% 7.0% -1.27% 17.96%Perdagangan 2,848.4 3,192.9 3,356.7 3,462.9 3,497.4 25.5% 25.4% 1.00% 22.78%Angkutan 254.2 299.4 333.7 372.3 357.0 2.7% 2.6% -4.09% 40.47%Jasa Dunia Usaha 1,250.3 1,534.3 1,640.7 1,641.8 1,661.4 12.1% 12.1% 1.19% 32.88%Jasa Sosial 85.5 91.3 98.9 97.7 102.0 0.7% 0.7% 4.39% 19.27%Lain-Lain 5,292.6 5,723.1 6,250.8 6,334.5 6,503.9 46.7% 47.3% 2.67% 22.89%
Pert. Tw1-09Keterangan
KomposisiPosisi (dalam Rp miliar)
Peningkatan penyaluran kredit MKM pada triwulan laporan juga didukung oleh penyaluran
kredit usaha rakyat (KUR) di Kalimantan Timur yang pada triwulan laporan mencapai Rp 273,6
miliar dengan jumlah debitur sebanyak 28.808.
Menurut jenis penggunaan, lebih dari separoh kredit MKM disalurkan untuk usaha
produktif yang pangsanya mencapai 52,8%, terdiri dari kredit modal kerja dan kredit investasi
masing-masing berjumlah Rp 5.381,4 miliar (pangsa 39,1%) dan Rp 1.889,1 miliar (pangsa
13,7%). Sementara sisanya sebesar Rp 6.493,2 miliar (pangsa 47,2%) merupakan kredit
konsumsi. Dilihat dari pertumbuhannya secara triwulanan (qtq), kredit investasi tumbuh paling
tinggi yaitu sebesar 5,31%, diikuti kredit konsumsi yang meningkat 2,72%. Sementara, kredit
modal kerja mengalami penurunan sebesar 1,43%.
Secara sektoral, distribusi penyaluran kredit MKM terutama untuk membiayai tiga sektor
utama, yaitu sektor perdagangan (pangsa 25,4%), sektor jasa dunia usaha (pangsa 12,1%) dan
sektor konstruksi (pangsa 7,0%). Dilihat dari pertumbuhan triwulanannya (qtq), lima sektor
mencatat pertumbuhan positif, tertinggi dialami oleh sektor jasa sosial (4,39%). Sedangkan,
empat sektor mengalami penurunan kredit, dengan tingkat penurunan tertinggi terjadi pada
sektor pertambangan (-4,66%).
Tabel 3.8. Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Menurut Skala Kredit
Mikro Kecil Menengah UMKM Mikro Kecil Menengah UMKM
Lancar 3,126.5 3,858.6 5,314.9 12,300.0 3,244.1 3,798.6 5,056.1 12,098.7
Dalam Perhatian Khusus 328.5 282.6 337.5 948.5 362.2 431.3 450.4 1,243.9
Kurang Lancar 11.1 22.9 31.0 64.9 17.9 15.2 59.5 92.7
Diragukan 14.4 10.7 27.0 52.1 22.9 18.7 35.1 76.6
Macet 43.0 72.7 93.4 209.1 46.5 77.9 127.4 251.8
Total Kredit UMKM 3,523.3 4,247.5 5,803.7 13,574.6 3,693.6 4,341.7 5,728.5 13,763.7
Nominal NPLs 68.4 106.3 151.4 326.1 87.3 111.8 222.0 421.1
% NPLs 1.94 2.50 2.61 2.40 2.36 2.57 3.88 3.06
Trw1-09 (miliar Rp)Koletibilitas
Trw4-08 (miliar Rp)
Perkembangan Perbankan Daerah
32
Kualitas kredit MKM yang disalurkan bank umum di Kaltim selama triwulan laporan relatif
terjaga, meskipun sedikit memburuk seperti ditunjukkan oleh persentase kredit bermasalah
bruto (gross-non performing loans/NPLs) yang sebesar 3,06% pada trwulan laporan atau lebih
tinggi dibanding persentase NPLs pada triwulan IV-2008 yang sebesar 2,40%. Dilihat dari
skalanya, kredit MKM yang dikucurkan untuk kredit mikro memiliki persentase NPLs terendah
yaitu 2,36%, sedanmgkan persentase NPLs tertinggi dialami oleh kredit berskala menengah
sebesar 3,88% (Tabel 3.8).
Tabel 3.9
Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi
Tw1-08 Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 +/- (Rp M) q-t-q Tw4-08 Tw1-09
NPLs Kredit UMKM 375.8 379.5 358.2 326.1 421.1 95.0 29.13% 2.40% 3.06%
Kelompok Bank
Bank Pemerintah 257.8 271.4 249.0 186.5 283.8 97.3 52.18% 2.58% 3.58%
Bank Swasta 118.0 108.1 109.2 139.6 137.3 -2.3 -1.67% 2.20% 2.35% Jenis Penggunaan
Modal Kerja 172.9 179.0 162.1 164.6 193.5 28.8 17.52% 3.02% 3.60%Investasi 71.8 71.9 72.6 45.5 76.6 31.2 68.53% 2.53% 4.06%Konsumsi 131.1 128.5 123.5 116.0 151.0 35.0 30.15% 1.84% 2.33%
Sektor EkonomiPertanian 23.8 24.3 13.7 10.6 15.6 5.0 47.44% 3.00% 4.41%Pertambangan 4.1 3.1 5.0 3.3 3.4 0.1 2.17% 2.38% 2.55%Perindustrian 12.2 13.0 12.0 5.0 4.2 -0.7 -14.85% 2.69% 2.37%Listrik, Gas dan Air 0.0 0.0 0.0 0.2 0.2 0.0 -11.76% 0.98% 0.84%Konstruksi 44.0 34.2 38.7 32.5 71.8 39.3 121.12% 3.35% 7.51%Perdagangan 104.5 114.6 108.1 92.9 109.9 17.0 18.33% 2.68% 3.14%Angkutan 4.2 6.4 5.9 5.3 3.6 -1.8 -32.93% 1.43% 1.00%Jasa Dunia Usaha 45.3 48.4 41.9 51.0 51.4 0.4 0.73% 3.11% 3.09%Jasa Sosial 4.6 5.0 7.4 7.0 6.8 -0.2 -2.53% 7.13% 6.66%Lain-Lain 133.0 130.4 125.4 118.4 154.3 35.8 23.00% 1.87% 2.37%
KeteranganNisbah NPLPert. Tw1-09Posisi (Rp miliar)
Berdasarkan kelompok bank, persentase kredit MKM bermasalah pada bank pemerintah
tercatat di atas persentase NPLs bank swasta, yakni 3,58% berbanding 2,35%. (tabel 3.9).
Dilihat dari jenis penggunaan kredit, persentase NPLs UMKM untuk kredit investasi
merupakan yang tertinggi yaitu mencapai 4,06% atau sedikit diatas NPLs triwulan sebelumnya
yang sebesar 2,53%. Selanjutnya, persentase NPLs UMKM untuk kredit modal kerja dan
konsumsi juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 3,60% dan 2,33%, atau lebih tinggi
dibanding persentase NPLs triwulan sebelumnya sebesar 3,02% dan 1,84%. Menurut sektor
ekonomi, persentase NPLs tertinggi terjadi pada sektor konstruksi (7,51%) dan sektor jasa sosial
(6,66%). Sedangkan sektor-sektor lainnya mencatat persentase NPLs di bawah 5%.
3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 1
a. Perkembangan Aset BPR
Jumlah aset BPR di wilayah Kalimantan
Timur mengalami pertumbuhan sebesar 33,73% (y-
o-y) dibandingkan dengan triwulan I-2008, dengan
total nilai mencapai Rp 191,4 miliar. Pertumbuhan
ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan IV-2008 yang sebesar 24,39%.
1 Tidak termasuk BPR/S di kota Balikpapan (2 BPR/S)
Perkembangan Perbankan Daerah
33
Demikian juga secara triwulanan, aset BPR tumbuh sebesar 4,77% (q-t-q) dibandingkan
dengan jumlah aset triwulan IV-2008. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan aset triwulan IV-2008 dibandingkan dengan triwulan III-2008 yang sebesar
5,80%.
b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) BPR di Kalimantan Timur pada triwulan I-2009 ini
mengalami peningkatan sebesar 30,65% (y-o-y) dibandingkan triwulan I-2008. Pertumbuhan
ini lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008
yang sebesar 24,32%. Pertumbuhan pada
periode berjalan ini dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah deposito yang mengalami peningkatan
sebesar 36,36% (y-o-y) menjadi Rp 66,43 miliar
dari Rp 48,71 miliar pada triwulan IV-2007.
Pertumbuhan deposito ini berkontribusi sebesar
20,50% dari pertumbuhan DPK triwulan berjalan.
Secara triwulanan, DPK BPR tumbuh sebesar
7,60% (q-t-q) dibandingkan dengan triwulan IV-
2008.
c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR
Penyaluran kredit oleh BPR pada
triwulan laporan mencapai Rp 133,75 miliar,
atau mengalami peningkatan sebesar 40,87%
(y-o-y) dibandingkan triwulan I-2008.
Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan IV-2008 yang sebesar 49,40%.
Peningkatan ini terutama dipengaruhi oleh
pertumbuhan pada kredit modal kerja yang
pada triwulan berjalan ini mengalami
pertumbuhan sebesar 36,88% (y-o-y) menjadi
Rp 80,97 miliar; dengan kontribusi sebesar 22,98%. Sementara pertumbuhan kredit
konsumsi dan kredit investasi masing-masing mencapai 38,17% dan 86,06% (y-o-y),
dengan kontribusi terhadap pertumbuhan kredit BPR sebesar 11,59% dan 6,30. Secara
triwulanan, penyaluran kredit ini mengalami pertumbuhan yang negatif, yaitu sebesar -
1,69% (q-t-q) dibandingkan dengan triwulan IV-2008. Sementara itu, rasio kredit
bermasalah (Non Performing Loans/NPL) BPR pada triwulan I-2009 mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan IV-2008, yaitu dari 8,83% menjadi 8,99%.
Perkembangan Perbankan Daerah
34
Tabel 3.10. Perkembangan usaha BPR di Kalimantan Timur
(dalam juta rupiah)
2009Q I Q II Q III Q IV Q I Q-t-Q Y-o-Y
Jumlah BPR 11 11 11 11 11Aset 143,155 161,276 172,714 182,727 191,434 4.77 33.73Kredit 94,943 117,144 125,516 136,050 133,747 -1.69 40.87
Modal Kerja 59,157 73,120 80,966 86,113 80,971 -5.97 36.88Investasi 6,951 8,632 9,301 12,727 12,932 1.61 86.06Konsumsi 28,836 35,391 35,248 37,209 39,844 7.08 38.17
DPK 86,408 93,546 101,344 104,923 112,896 7.60 30.65Deposito 48,714 54,247 60,423 61,081 66,426 8.75 36.36Tabungan 37,694 39,299 40,920 43,842 46,470 5.99 23.28LDR (%) 109.88 125.23 123.85 129.67 118.47 NPLs (%) 7.86 7.74 6.59 8.83 8.99
Sumber : Laporan bulanan BPR Kalimantan Timur, diolah kembali.
Keterangan2008 Q I-2009
3.5. Asesmen Risiko Perbankan
3.5.1 Risiko Kredit
Secara umum, risiko kredit yang dihadapi perbankan daerah Kaltim masih kondusif
meskipun terdapat sedikit peningkatan persentase kredit bermasalah bruto (Gross-NPLs)
pada semua jenis penggunaan kredit dan sebagian sektor ekonomi yang dibiayai.
Kualitas kredit yang disalurkan bank umum di Kaltim pada triwulan laporan
mengalami sedikit penurunan, tercermin dari nisbah NPLs pada triwulan I-2009 sebesar
2,50% atau sedikit lebih tinggi dibanding nisbah NPLs triwulan IV-2008 sebesar 2,20%
(Tabel 3.11). Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah kredit bermasalah tercatat meningkat
sejumlah Rp 75,9 miliar (16,88%).
Tabel 3.11. Perkembangan Kolektibiltas Kredit Bank Umum
Tw1-08 Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw4-08 Tw1-09 +/- (Rp M) q-t-q
1. Lancar 14,675.9 16,594.6 17,986.9 18,868.7 18,470.8 92.16% 87.90% -397.9 -2.11%
2. Dalam Perhatian Khusus 1,244.5 1,089.6 1,337.9 1,155.4 2,016.1 5.64% 9.59% 860.7 74.50%
3. Kurang lancar 56.4 61.2 86.5 64.9 121.2 0.32% 0.58% 56.3 86.78%
4. Diragukan 69.0 65.4 71.5 103.4 82.6 0.50% 0.39% -20.8 -20.08%
5. Macet 389.5 398.8 364.1 281.4 321.7 1.37% 1.53% 40.3 14.33%
NPLs (3+4+5) 514.9 525.4 522.1 449.7 525.6 2.20% 2.50% 75.9 16.88%
Total Kredit 16,435.2 18,209.6 19,846.9 20,473.8 21,012.4 100.00% 100.00% 538.7 2.63%
Pert. Tw4-08Sektor
Kolektibilitas (Rp M) Komposisi
Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah menghadapi risiko kredit yang relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan bank swasta. Hal tersebut terlihat dari persentase kredit
bermasalah (NPLs) pada bank pemerintah yang tercatat 2,73%, atau lebih tinggi
dibandingkan dengan nisbah NPLs bank swasta sebesar 2,12%. Dilihat dari
perkembangannya, baik bank pemerintah maupun bank swasta sama-sama mengalami
peningkatan nisbah NPLs (Tabel 3.12).
Menurut jenis penggunaan, risiko kredit pada semua jenis penggunaan relatif terjaga
dengan baik dengan mencatat rasio NPLs dibawah 5%. Risiko kredit tertinggi terjadi pada
kredit modal kerja, yang persentase NPLs-nya pada triwulan laporan mencapai 3,11% atau
meningkat dibandingkan dengan persentase NPLs pada triwulan sebelumnya sebesar 2,85%.
Sementara itu, persentase NPLs kredit kredit konsumsi dan kredit investasi tercatat sebesar
2,27% dan 1,77%.
Perkembangan Perbankan Daerah
35
Tabel 3.12. Perkembangan Kredit Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Bank Umum
Tw1-08 Tw2-08 Tw3-08 Tw4-08 Tw1-09 +/- (Rp M) q-t-q Tw4-08 Tw1-09 Kelompok Bank
Bank Pemerintah 366.65 319.09 383.07 280.67 359.28 78.61 28.0% 2.33 2.73 Bank Swasta 148.23 206.32 139.08 169.01 166.31 -2.71 -1.6% 2.00 2.12
Jenis PenggunaanModal Kerja 204.35 212.21 218.78 255.09 280.49 25.39 10.0% 2.85 3.11 Investasi 179.44 184.67 179.88 78.59 94.12 15.53 19.8% 1.56 1.77 Konsumsi 131.08 128.53 123.48 116.00 150.98 34.98 30.2% 1.79 2.27
Sektor EkonomiPertanian 34.34 34.88 24.22 21.04 30.07 9.02 42.9% 2.37 3.28 Pertambangan 9.27 6.36 5.02 15.92 15.99 0.07 0.5% 2.87 2.35 Perindustrian 20.87 21.59 20.63 4.96 4.22 -0.74 -14.8% 0.57 0.54 Listrik, Gas & Air 0.02 0.02 0.02 0.20 0.18 -0.02 -11.8% 0.75 0.52 Konstruksi 134.62 133.83 144.49 82.30 120.45 38.15 46.4% 3.32 4.58 Perdagangan 111.77 121.65 133.87 114.44 125.64 11.21 9.8% 2.40 2.63 Angkutan 4.25 6.44 5.91 5.32 3.57 -1.75 -32.9% 0.60 0.38 Jasa Dunia Usaha 62.19 65.25 49.64 74.79 59.13 -15.66 -20.9% 2.30 1.79 Jasa Sosial 4.58 4.96 12.92 12.30 12.07 -0.23 -1.9% 4.83 4.63 Lain-Lain 132.96 130.44 125.42 118.41 154.26 35.85 30.3% 1.82 2.31
514.88 525.41 522.14 449.68 525.58 75.90 16.9% 2.20 2.50
Nisbah NPL (%)Keterangan
Total
Pert. Tw1-09Nominal NPL (Rp M)
Berdasarkan sektor ekonomi, semua sektor mencatat nisbah NPLs yang relatif rendah
(dibawah 5%) dengan nisbah tertinggi terjadi pada sektor konstruksi dan sektor jasa sosial,
dengan persentase NPLs masing-masing sebesar 4,63% dan 4,58%.
3.5.2 Risiko Likuiditas
Asesmen risiko likuiditas bertujuan untuk melihat paparan risiko likuiditas yang
dihadapi bank umum di Kaltim ditinjau dari kecukupan likuiditas, struktur kepemilikan
simpanan dan profil jangka waktu dan sebaran nominal serta rekening simpanan.
Kondisi likuiditas perbankan Kaltim selama triwulan laporan cukup terkendali
meskipun sedikit mengetat. Ketahanan likuiditas perbankan Kaltim yang tercermin dari rasio
antara jumlah alat likuid terhadap jumlah non-core deposit (NCD) tercatat sebesar 89.63%
atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 97,30%. Penurunan ini berasal
dari lebih tingginya penurunan jumlah alat likuid dibanding penurunan kewajiban jangka
pendek (Grafik 3.10).
89.6397.30104.55
84.1393.71
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
T1-08 T2-08 T3-08 T4-08 T1-09
(Rp
tri
liu
n)
0
20
40
60
80
100
120
(%)
Alat Likuid NCD Alat Likuid/NCD Grafik 3.10.
Perkembangan Rasio Alat Likuid Perbankan Kaltim
11.2
4.1
1.2
8.8
5.2
2.1
21.6
10.1
4.1
3.6
20.4
8.1
3.8
2.8
19.3
8.6
3.1
2.1
24.824.4
0 5 10 15 20 25 30
Perorangan
Pemda
Perus. Swasta
Lainnya
DPK (Rp miliar)
Tw 1-09
Tw 4-08
Tw 3-08
Tw 2-08
Tw 1-08
Grafik 3.11. Struktur Kepemilikan Simpanan
Perkembangan Perbankan Daerah
36
Dari segi struktur kepemilikan diketahui bahwa 60% simpanan di bank umum pada
triwulan laporan merupakan milik perorangan, yakni mencapai Rp 24.807 miliar. Selanjutnya
dana milik pemerintah daerah tercatat Rp 11.207 miliar dengan pangsa 27,11% dan dana
milik perusahaan swasta sebesar Rp 4.103 miliar dengan pangsa 9,93% (Grafik 3.11).
Tabel 3.13
Struktur Jangka Waktu, Sebaran Nominal dan Rekening DPK
Tw1-08 Tw4-08 Tw1-09 Tw1-08 Tw4-08 Tw1-09
Jangka pendek
Giro 9,523 12,917 12,597 28.9% 31.1% 30.5%
Tabungan 12,643 15,525 14,920 38.3% 37.4% 36.1%
Simpanan berjangka s.d 3 bulan 9,303 10,908 11,821 28.2% 26.3% 28.6%
Total DPK s.d 3 bulan 31,469 39,350 39,338 95.4% 94.8% 95.1%
Jangka menengah panjang
Total DPK > 3 bulan 1,506 2,168 2,030 4.6% 5.2% 4.9%
Struktur Sebaran Nominal DPK
Nominal s.d Rp 100 juta 8,626 10,769 10,452 26.2% 25.9% 25.3%
Nominal >Rp 100 juta s.d Rp 2 miliar 12,202 15,381 14,750 37.0% 37.0% 35.7%
Nominal > Rp 2 miliar 12,146 15,367 16,166 36.8% 37.0% 39.1% Struktur Sebaran Rekening DPK
Rekening s.d Rp 100 jt (dlm ribuan) 1,758.1 1,779.7 1,844.1 97.6% 97.2% 97.4%
Rekening > Rp 100 jt s.d Rp 2 miliar 41.9 50.4 47.6 2.3% 2.8% 2.5%
Rekening > Rp 2 miliar 1.1 1.6 1.4 0.1% 0.1% 0.1%
32,974 41,518 41,367 100.0% 100.0% 100.0%
1,801.2 1,831.7 1,893.1 100.0% 100.0% 100.0%
Komposisi
Total DPK
Keterangan
Total Rekening
Posisi (nominal dlm miliar Rp)
Berdasarkan profil jangka waktu, struktur simpanan terkonsentrasi tinggi pada
simpanan jangka pendek dengan pangsa 95,1% (Tabel 3.13). Struktur simpanan yang
didominasi oleh simpanan berjangka pendek tersebut rentan terhadap penarikan dana secara
tiba-tiba (sudden withdrawal), terutama oleh nasabah besar. Namun kebijakan pemerintah
untuk menjamin jumlah simpanan masyarakat hingga sebesar Rp 2 miliar/nasabah
menguatkan kepercayaan deposan terhadap sistem perbankan. Hal ini dibuktikan dari
perkembangan struktur sebaran nominal dan rekening DPK yang menunjukkan tidak
terdapatnya pengalihan rekening pada nominal kecil, bahkan nominal simpanan di atas Rp 2
miliar mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
3.5.3 Risiko Pasar
Berdasarkan analisis grafis yang
menghubungkan antara suku bunga
kredit dengan rasio NPLs dalam periode
triwulan I-2006 s.d triwulan I-2009
(Grafik 3.12), terlihat pergerakan yang
acak antara nisbah NPLs dengan suku
bunga kredit. Hal ini didukung oleh hasil
penghitungan koefisien korelasi2
2 Angka koefisen korelasi berkisar 0 s.d 1, makin mendekati angka 1 berarti derajat hubungan antara kedua variabel makin tinggi, sebaliknya makin mendekati angka 0 menunjukkan hubungan yang makin lemah
kedua
variabel tersebut yang hanya 0,54. Oleh
karenanya dapat dikatakan bahwa
persentase NPLs tidak sensitif terhadap
perubahan tingkat bunga kredit.
10.011.012.013.014.015.016.017.018.0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008 2009
(%)
0.01.02.03.04.05.06.07.08.0
(%)
Bunga Kredit (sumbu kiri)
Gross NPLs (sumbu kanan)
Grafik 3.12. Perkembangan bunga kredit dan rasio NPLs
Perkembangan Perbankan Daerah
37
BOKS. HASIL QUICK SURVEI:
Penurunan BI-rate selama triwulan I-2008 yang mencapai 150 basis poin, dari 9,25% pada akhir triwulan IV-2008 menjadi 7,75% ternyata tidak direspon dengan penurunan suku bunga perbankan terutama suku bungan kredit. Oleh karena itu pada Maret 2009, KBI Samarinda melakukan quick survei dengan responden 20 bank umum di Kaltim melalui pengisian kuesioner oleh pejabat yang berwenang.
PENURUNAN BI RATE DAN SUKU BUNGA PERBANKAN KALTIM
Respon suku bungan simpanan
Hasil quick survei menunjukkan bahwa dari sisi simpanan, 40% responden bank menyatakan menurunkan tingkat bunga giro, 40% responden menurunkan tingkat bunga tabungan dan 75% responden menurunkan suku bunga deposito. Adapun alasan bagi bank untuk tidak menurunkan suku bunga simpanan terutama mengingat suku bunga yang berlaku sekarang dinilai sudah rendah (38%), mencegah nasabah penyimpan beralih ke bank lain yang menawarkan suku bunga lebih tinggi (38%) dan sebagai strategi bank mempertahanan likuiditas (25%). Respon suku bunga pinjaman
Dilihat dari segi pinjaman, 47% responden bank menyatakan menurunkan suku bunga kredit konsumsi, 58% responden menurunkan tingkat bunga kredit modal kerja dan 58% responden menyatakan menurunkan suku bunga kredit investasi.
Adapun alasan bagi bank untuk tidak menurunkan suku bunga pinjaman terutama mengingat tingkat risiko kredit yang diperkirakan masih tinggi (56%), suku bunga dinilai sudah rendah (25%), net interest margin (NIM) menipis sehingga dapat menganggu target laba (13%) dan permintaan kredit dinilai masih tinggi atau debitur tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga (6%). Jika dibandingkan antara penurunan suku bunga simpanan dengan suku bunga pinjaman, terlihat bahwa suku bunga simpanan khususnya deposito cukup responsif terhadap penurunan BI-rate sementara suku bunga kredit belum sepenuhnya berubah.
Suku Bunga Giro saat ini (dibandingkan Desember 2008)
Turun40%
Tetap 60%
Naik0%
Suku Bunga Tabungan saat ini (dibandingkan Desember 2008)
Naik15%
Tetap 45%
Turun40%
Suku bunga Deposito saat ini (dibandingkan Desember 2008)
Tetap 10%
Turun75%
Naik15%
Faktor penyebab suku bunga naik atau tetap setelah penurunan BI-rate
25%
37%
38%
Strategi mempertahankan likuiditasSuku bunga simpanan sudah relatif rendahMencegah nasabah beralih ke bank lain
Suku Bunga Kredit Konsumsi saat ini (dibandingkan Desember 2008)
Turun47% Tetap
32%
Naik21%
Suku Bunga Kredit Modal Kerja saat ini (dibandingkan Desember 2008)
Naik26%
Tetap 16%
Turun58%
Suku bunga Kredit Investasi saat ini (dibandingkan Desember 2008)
Tetap 16%Turun
58%
Naik26%
Faktor penyebab suku bunga naik atau tetap setelah penurunan BI-rate
56%25%
13% 6%
Tingkat risiko kredit diperkirakan masih tinggiSuku bunga sudah relatif rendahNIM menipis shg target laba tergangguPermintaan kredit masih tinggi
Perkembangan Perbankan Daerah
38
Jangka waktu penyesuaian bila terjadi penurunan BI-rate Rata-rata waktu yang diperlukan bagi bank untuk melakukan penyesuaian bila terjadi penurunan BI-rate cukup berbeda antara suku bungan simpanan dengan suku bunga pinjaman. Untuk simpanan, 58% responden bank hanya membutuhkan waktu kurang dari satu bulan untuk melakukan penyesuaian suku bunga bila terjadi penurunan BI-rate. Sementara dari sisi pinjaman, 48% responden menyatakan memerlukan rata-rata waktu penyesuaian suku bunga antara satu sampai dengan dua bulan setelah terjadinya penurunan BI-rate. Periode Evaluasi Suku Bunga Dalam melakukan evaluasi terhadap perubahan suku bunga, hanya 14% responden bank yang menyatakan BI-rate sebagai faktor pertimbangan. Sebagian besar respoden (72%) menyebutkan evalusi dilakukan setap saat sesuai dengan kebutuhan pengelolaan aset dan likuiditas. Sisanya 14% responden mengatakan bahwa evaluasi dilakukan secara periodeik atau bersifat rutin. Hasil quick survei di atas mengonfirmasi lebih sensitifnya suku bunga simpanan terhadap penurunan B-rate namun tidak demikian halnya dengan suku bunga pinjaman, yang ternyata tidak otomatis merespon penurunan BI-rate karena mempertimbangkan berbagai faktor lainnya terutama kebutuhan portofolio aset dan likuiditas.
Waktu penyesuaian suku bunga simpanan merespon penurunan BI-rate
>2 bln26%
1-2 bln16%
< 1 bln58%
Waktu penyesuaian suku bunga pinjaman merespon penurunan BI-rate
< 1 bln26%
1-2 bln48%
>2 bln26%
Periode Evaluasi Penetepan suku bunga
72%
14%
14%
setiap saat sesuai kebutuhan pengelolaanaset dan liabilitasSegera setelah terjadi perubahan BI rate
Setiap periode tertentu/rutin
P
39
KEUANGAN DAERAH
4.1 Gambaran Umum
Realisasi komponen pendapatan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Perubahan Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2008 lebih tinggi dibandingkan dengan APBD Pnya.
Peningkatan ini terjadi pada setiap komponen pendapatan, dan yang memberikan kontribusi terbesar
pada peningkatan realisasi pendapatan adalah komponen dana bagi hasil bukan pajak (SDA), yang juga
merupakan komponen terbesar pembentuk komponen pendapatan.
Sementara itu, realisasi komponen belanja lebih rendah dibandingkan dengan APBD P; yang
dipengaruhi oleh rendahnya realisasi seluruh komponen belanja. Kontributor terbesar rendahnya
realisasi komponen belanja dipengaruhi oleh rendahnya realisasi pada komponen belanja bangunan dan
gedung.
4.2 Pendapatan
Komponen pendapatan dalam APBD
Kalimantan Timur terdiri dari beberapa
komponen besar, yaitu Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Pendapatan Transfer, dan komponen
Lain-lain pendapatan yang sah (Grafik 4.1).
Secara keseluruhan, realisasi komponen
pendapatan pada APBD Prov. Kalimantan
Timur tahun 2008 mengalami peningkatan
sebesar 19,27%, yaitu tumbuh dari Rp 4.944
miliar berdasarkan APBD-P menjadi Rp 6.124
miliar. Kontribusi terbesar peningkatan pendapatan berasal dari komponen Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
(SDA) yaitu sebesar 12,76%, dengan pertumbuhan mencapai 23,15%. Jumlah Dana Bagi Hasil Bukan
Pajak (SDA) ini sebesar Rp 3.375,8 miliar. Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah dana
bagi hasil sumber daya alam yang diterima oleh Kalimantan Timur.
Berdasarkan komponen utamanya, realisasi komponen PAD mengalami pertumbuhan sebesar
16,14% dibandingkan dengan APBD Perubahan.
Peningkatan komponen ini dipengaruhi oleh
pertumbuhan komponen Pendapatan Pajak
Daerah, yang memberikan kontribusi
pertumbuhan sebesar 9,04%. Komponen ini
memiliki pangsa sebesar 75,55% dengan
pertumbuhan sebesar 11,96%. Komponen
lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar
adalah komponen Lain-lain PAD yang sah,
dengan kontribusi sebesar 5,46% dengan pertumbuhan sebesar 45,13% (Grafik 4.2).
Komponen pendapatan transfer mengalami pertumbuhan sebesar 20,88% dibandingkan
dengan APBD P. Kontributor terbesar pertumbuhan komponen ini berasal dari komponen Dana Bagi
Hasil Bukan Pajak (SDA) sebesar 19,29%; dengan pertumbuhan mencapai 23,15%. Realisasi komponen
ini mencapai Rp 3.375,8 miliar atau meningkat sebesar Rp 781,4 miliar. Komponen lainnya, yaitu dana
BBBAAABBB
IIIVVV
Keuangan Daerah
40
bagi hasil pajak dan dana alokasi umum juga
mengalami pertumbuhan yang positif, masing-masing
sebesar 11,69% dan 0,01%. Kontribusi kedua
komponen tersebut sebesar 1,58% dan 0% (Grafik
4.3). Komponen pendapatan yang terakhir adalah
komponen Lain-lain pendapatan yang sah, yang
mengalami pertumbuhan sebesar 11,73%.
Pertumbuhan komponen ini berasal dari pendapatan
hibah, yang pada realisasi ini jumlahnya mencapai Rp 7,02 miliar.
Sementara itu berdasarkan APBD
tahun 2009, jumlah komponen pendapatan
APBD seluruh kabupaten/kota dan provinsi
di Kalimantan Timur (tidak termasuk Kab.
Kutai Kartanegara karena belum ada
datanya) mencapai Rp 17,72 triliun. Pangsa
terbesarnya dimiliki oleh APBD Provinsi
Kalimantan Timur, yaitu mencapai 28,28%;
dan yang terkecil adalah kabupaten termuda
di wilayah Kalimantan Timur, yaitu
Kabupaten Tana Tidung, dengan pangsa
sebesar 1,11% (Grafik 4).
4.3 Belanja
Komponen Belanja pada realisasi APBD
Kaltim tahun 2008 terdiri dari komponen belanja
operasi, belanja modal , transfer dan belanja tak
terduga. Masing-masing komponen tersebut
memiliki pangsa sebesar 62,65%, 26,06%,
11,28% dan 0,02% (Grafik 4.5). Secara
keseluruhan, realisasi komponen belanja ini
mencapai Rp 6,35 triliun, lebih rendah
dibandingkan dengan APBD P tahun 2008 yang
sebesar Rp 7,42 triliun; atau lebih rendah
sebesar -16,90%. Kontributor terbesar rendahnya realisasi komponen ini adalah dari komponen belanja
bangunan dan gedung, yaitu sebesar -4,10%; dengan pertumbuhan sebesar -34,79%. Komponen ini
memiliki pangsa sebesar 11,78%.
Berdasarkan komponen utamanya,
realisasi komponen belanja operasi lebih
rendah 16,08% dibandingkan dengan APBD
P; dengan kontribusi terbesar rendahnya
realisasi komponen ini adalah berasal dari
komponen belanja barang, yaitu sebesar -
5,98%, diikuti oleh komponen hibab (-
5,08%), belanja pegawai (-3,27%), belanja
bantuan sosial (-1,39%), dan belanja
bantuan keuangan (-0,38%) (Grafik 4.6).
Realisasi pada komponen belanja modal mencapai Rp 1,65 triliun, lebih rendah 25,97%
dibandingkan dengan APBD P. Komponen terbesar yang mempengaruhi rendahnya realisasi komponen
Keuangan Daerah
41
belanja modal pada tahun 2008 ini adalah komponen
belanja bangunan dan gedung, yaitu sebesar -15,73%.
Beberapa komponen lainnya juga mengalami realisasi
yang rendah, yaitu masing-masing adalah komponen
belanja jalan, irigasi dan jaringan (-5,13%), belanja
peralatan dan mesin (-3,51%), belanja tanah (-0,93%),
dan komponen belanja aset tetap lainnya (-0,68%) (Grafik
4.7).
Sementara itu, berdasarkan APBD
tahun 2009 seluruh wilayah di Kalimantan
Timur (tidak termasuk Kab. Kutai
Kartanegara), pangsa terbesar komponen
belanja dimiliki oleh Provinsi Kalimantan
Timur, dengan pangsa sebesar 22,55%
(Grafik 4.8). Total keseluruhan komponen
belanja ini mencapai Rp 24,1 trliun.
42
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5.1. Gambaran Umum
Perkembangan sistem pembayaran pada triwulan I-2009, yang terdiri dari transaksi
tunai melalui uang kartal dan transaksi non tunai melalui kliring dan RTGS menunjukkan
perkembangan yang beragam. Transaksi uang kartal mengalami peningkatan yang relatif tinggi
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dan mengalami net inflow karena
meningkatnya jumlah setoran uang kartal dari perbankan di wilayah Kalimantan Timur.
Sedangkan jumlah uang kartal yang termasuk dalam kategori Pemberian Tanda Tidak Berharga
(PTTB) mengalami pertumbuhan yang negatif.
Sementara itu, transaksi non tunai melalui kliring pada periode berjalan ini masih
mengalami pertumbuhan yang positif, namun relatif melambat dibandingkan triwulan IV-2008,
sedangkan transaksi melalui RTGS mengalami pertumbuhan yang negatif.
5.2. Perkembangan Transaksi Tunai
5.2.1. Perkembangan Pengedaran Uang Kartal
Transaksi tunai antara
perbankan di Kalimantan Timur dengan
Kantor Bank Indonesia Samarinda dan
Balikpapan, pada triwulan I-2009
mencapai Rp 2.143 miliar atau
mencatat pertumbuhan positif sebesar
42,99% dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya (grafik
5.1). Angka pertumbuhan tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan transaksi tunai secara
year-on-year pada triwulan IV-2008 yang sebesar -20,94%. Sementara itu, transaksi tunai
secara triwulanan mengalami penurunan sebesar -37,46% dibandingkan dengan triwulan IV-
2008.
Dari nominal transaksi tunai pada periode laporan tersebut, jumlah uang yang keluar
dari kas Bank Indonesia di Kalimantan Timur mencapai Rp 1.021 miliar. Jumlah ini
mengalami penurunan sebesar -60,28% (q-t-q) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sedangkan jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia dari perbankan mencapai
Rp 1.122 miliar atau naik sebesar 31% dibandingkan triwulan IV-2008. Secara keseluruhan,
pada triwulan I-2009 ini, Kalimantan Timur mengalami net inflow (jumlah uang masuk lebih
besar dibandingkan dengan uang yang keluar) sebesar Rp 101,36 miliar. Meningkatnya
jumlah uang yang masuk ini dipengaruhi oleh meningkatnya setoran uang kartal dari
perbankan karena berkurangnya permintaan uang kartal dari masyarakat untuk transaksi
pada triwulan I-2009.
BBBAAABBB
VVV
Perkembangan Sistem Pembayaran
43
Dari jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia di wilayah Kalimantan
Timur, terdapat uang kartal yang masuk dalam kategori Uang Tidak Layak Edar (UTLE), yaitu
uang yang menurut klasifikasi Bank Indonesia sudah tidak layak untuk menjadi alat
pembayaran, misalnya mengalami kelusuhan dalam tingkat yang parah atau rusak. Jenis
uang yang termasuk dalam UTLE tersebut kemudian masuk dalam klasifikasi untuk
dimusnahkan atau Bank Indonesia
melakukan Pemberian Tanda Tidak
Berharga (PTTB). Jumlah uang yang
termasuk dalam kategori PTTB ini
pada triwulan I-2009 mencapai Rp 52
miliar atau mengalami penurunan
sebesar -73,41% (q-t-q)
dibandingkan triwulan IV-2008
(grafik 5.2). Sedangkan secara
tahunan, jumlah PTTB ini mengalami
penurunan sebesar -80,92% (y-o-y).
Meningkatnya jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia, namun tidak
diikuti oleh meningkatnya jumlah PTTB menunjukkan bahwa jumlah uang yang disetorkan
kembali oleh perbankan secara umum masih termasuk dalam kategori layak edar.
5.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai
5.3.1. Perkembangan Transaksi Kliring
Transaksi kliring di wilayah Kalimantan
Timur, yang meliputi Kota Samarinda, Balikpapan,
Bontang dan Tarakan, pada triwulan I-2009
mengalami pertumbuhan yang positif dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya,
walaupun menunjukkan kecenderungan yang
melambat (grafik 5.3). Jumlah transaksi kliring
triwulan I-2009 mencapai Rp 4.499 miliar atau
meningkat 7,14% (y-o-y); dengan jumlah volume
transaksi sebesar 223.000 transaksi. Sementara
dibandingkan dengan periode triwulan IV-2008,
transaksi kliring mengalami penurunan sebesar
sebesar -10,99% (q-t-q). Melambatnya pertumbuhan transaksi kliring ini dipengaruhi oleh
melambatnya aktivitas perekonomian Kalimantan Timur pada periode berjalan, sehingga
mempengaruhi jumlah transaksi keuangan.
5.3.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS
Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) di Kalimantan Timur triwulan I-2009
mencapai Rp 28.755 miliar, atau mengalami penurunan sebesar 41,33% (y-o-y)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat penurunan ini lebih
tinggi dibandingkan dengan tingkat penurunan pada triwulan IV-2008 yang sebesar -
27,53%. Melambatnya pertumbuhan transaksi RTGS pada periode berjalan ini dipengaruhi
oleh menurunnya tingkat transaksi dengan menggunakan RTGS, baik yang berasal dari
Perkembangan Sistem Pembayaran
44
maupun yang masuk ke Kalimantan Timur, yang masing-masing menunjukkan pertumbuhan
yang negatif yaitu sebesar -49,98% dan -29,65% (y-o-y).
Sementara secara triwulanan, transaksi RTGS pada triwulan I-2009 juga mengalami
penurunan sebesar -27,08% (q-t-q) dibandingkan dengan transaksi pada triwulan IV-2008
yang sebesar Rp 39.431 miliar. Penurunan ini dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan
transaksi ekonomi masyarakat Kalimantan Timur karena pengaruh melambatnya
pertumbuhan ekonomi global. Hal ini disebabkan tingginya ketergantungan perekonomian
Kaltim terhadap daerah luar Kaltim.
Tabel 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Timur (Rp miliar)
Transaksi RTGS 2008 2009 Q I-2009
Q I Q II Q III Q IV Q I Q-t-Q Y-o-Y
Keluar Kaltim
Jumlah 28,145 14,320 16,340 17,746 14,077 -20.67 -49.98
Volume 16,243 17,476 20,648 20,163 17,024 -15.57 4.81
Masuk Ke Kaltim
Jumlah 20,863 15,409 20,123 21,686 14,678 -32.32 -29.65
Volume 22,142 23,940 28,501 30,181 26,740 -11.40 20.77
Total
Jumlah 49,008 29,729 36,463 39,431 28,755 -27.08 -41.33
Volume 38,385 41,416 49,149 50,344 43,764 -13.07 14.01
Sumber : BI Web
Berdasarkan lokasi Kantor Bank
Indonesia (KBI) di Kalimantan Timur,
transaksi RTGS di wilayah kerja KBI
Samarinda pada periode berjalan ini
mencapai Rp 20.927 miliar dengan volume
transaksi sebesar 26.442 transaksi. Jumlah
transaksi RTGS di KBI Samarinda mengalami
penurunan sebesar 50,01% (y-o-y)
dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Sementara transaksi RTGS
di Balikpapan tercatat sebesar Rp 7.828 miliar
atau meningkat sebesar 9,51% (y-o-y) dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Penurunan transaksi di Kota Samarinda memberikan sumbangan yang besar
terhadap penurunan transaksi RTGS di Kalimantan Timur, yaitu dengan andil sebesar -
42,71%, karena pangsa transaksi RTGS Kota Samarinda mencapai 85,41% dari keseluruhan
transaksi RTGS di Kalimantan Timur.
45
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur per sektor ekonomi
Perekonomian Kalimantan Timur
sangat didominasi oleh dua sektor
utama, yaitu sektor pertambangan dan
penggalian dan sektor industri
pengolahan, yang berdasarkan pada
PDRB 2008, masing-masing memiliki
pangsa sebesar 45,47% dan 33,78%.
Namun dari sisi penyerapan tenaga
kerja, kedua sektor tersebut hanya
mampu menyerap tenaga kerja sebesar
13,07% dari keseluruhan tenaga kerja di
Kalimantan Timur pada tahun 2008 atau sebesar 155.033 orang (Grafik 6.1). Keseluruhan tenaga kerja
di Kalimantan Timur pada tahun 2008 mencapai 1.259.072 orang; dan sektor pertanian merupakan
sektor terbesar yang mampu menyerap tenaga kerja. Penyerapan yang tinggi ini dipengaruhi oleh
karakteristik dari sektor pertanian, yaitu merupakan sektor yang padat karya dan tidak memerlukan
keterampilan yang tinggi untuk dapat bekerja di sektor tersebut. Sementara pada sektor pertambangan
dan sektor industri pengolahan, merupakan sektor ekonomi yang padat modal, sehingga tidak
memerlukan jumlah tenaga kerja yang besar, dan untuk dapat bekerja pada sektor tersebut, diperlukan
keterampilan khusus, sehingga hal ini mampu membatasi jumlah orang yang dapat bekerja di sektor
tersebut.
Secara keseluruhan, sejak tahun 2005 hingga 2008, perkembangan ketenagakerjaan di
Kalimantan Timur berdasarkan sektor ekonominya, relatif tidak mengalami perubahan yang berarti.
Tabel 6.1 Komposisi Ketenagakerjaan per Sektor Ekonomi di Kalimantan Timur
Lap. Kerja Utama 2005 2006 2007 2008
Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa
Pertanian 369,579 34.28% 409,479 35.70% 369,702 33.87% 456,453 36.25%
Pertambangan 46,557 4.32% 78,669 6.86% 62,271 5.70% 71,085 5.65%
Industri 93,097 8.64% 78,468 6.84% 82,979 7.60% 83,948 6.67%
Listrik, Gas & Air 7,496 0.70% 4,372 0.38% 4,675 0.43% 4,227 0.34%
Bangunan 76,378 7.08% 70,323 6.13% 69,207 6.34% 81,306 6.46%
Perdagangan 226,089 20.97% 228,394 19.91% 232,401 21.29% 258,683 20.55%
Angkutan & Pergudangan 79,305 7.36% 69,414 6.05% 74,266 6.80% 83,863 6.66%
Keuangan & Jasa Perusahaan 10,857 1.01% 49,670 4.33% 25,982 2.38% 24,097 1.91%
Jasa Kemasyarakatan 168,736 15.65% 158,092 13.78% 170,142 15.59% 195,410 15.52%
TOTAL 1,078,094 100.00% 1,146,881 100.00% 1,091,625 100.00% 1,259,072 100.00%
Sumber: BPS Kaltim, diolah
BBBAAABBB
VVVIII
45
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
7.1 Prospek Perekonomian Daerah Triwulan I-2009
Perekonomian Kalimantan Timur pada
triwulan II-2009 diperkirakan akan mengalami
peningkatan dan tumbuh positif, dengan perkiraan laju
pertumbuhan berkisar antara 1,7% s.d. 2,7% (y-o-y).
Salah satu indikator yang menjadi arah pertumbuhan
positif tersebut dapat terlihat dari hasil Survei
Indikator Ekonomi Regional (SKDU) yang dilakukan
Bank Indonesia Samarinda, yang menunjukkan bahwa
pada triwulan II-2009 para pelaku usaha memiliki
ekspektasi yang lebih optimis terhadap kondisi usaha
mereka dibandingkan dengan triwulan I-2009. Saldo
bersih tertimbang (SBT) Ekspektasi usaha triwulan II-
2009 tercatat sebesar 7,33%, lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang tercatat
sebesar 0,37%. Sedangkan SBT untuk ekspektasi situasi bisnis triwulan II-2009 sebesar 12%, lebih
tinggi dibandingkan triwulan I-2009 yang sebesar 4,11%. Faktor yang mendorong meningkatnya
ekspektasi para pelaku usaha adalah pelaksanaan pemilu legislatif yang berlangsung dengan aman dan
diperkirakan dimenangkan oleh partai yang berasal dari pemerintah saat ini, sehingga hal ini akan
memberikan arah kebijakan ekonomi yang lebih jelas ke depannya.
Dari PDRB sisi permintaan, konsumsi rumah
tangga diperkirakan mengalami pertumbuhan yang
positif, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan I-2009, yang diperkirakan akan didorong
oleh peningkatan konsumsi non makanan. Hal ini
terlihat dari indikator Survei Konsumen (SK), yaitu
ketepatan waktu untuk membeli barang tahan lama,
yang pada SK bulan April 2009 berada pada level
116,5; lebih tinggi dibandingkan posisi akhir triwulan I-
2009 (Maret) yang sebesar 87 (Grafik 7.2)
Meningkatnya konsumsi masyarakat ini diperkirakan turut didorong oleh kenaikan gaji pegawai negeri
sipil (PNS), TNI dan Polri pada bulan April 2009. Sementara itu pertumbuhan ekonomi triwulan II-2009
juga diperkirakan akan didorong oleh kembali tumbuhnya komponen ekspor dengan mulai membaiknya
permintaan luar negeri. Pertumbuhan ekspor ini diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan pertumbuhan impor, yang diperkirakan masih tumbuh negatif, namun relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan I-2009, seiring dengan meningkatnya ekspektasi pelaku ekonomi untuk
meningkat skala usahanya. Komponen lainnya, seperti pengeluaran pemerintah dan penanaman modal
domestik bruto (PMDTB) diperkirakan mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan periode
sebelumnya, walaupun masih menunjukkan pertumbuhan yang negatif.
BBBAAABBB
VVVIIIIII
Prospek perekonomian Daerah
46
Sementara itu dari sisi PDRB sektoral, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2009 diperkirakan
didorong oleh pertumbuhan di sektor industri pengolahan, terutama migas, dengan adanya kebijakan
pemerintah untuk meningkatkan konversi elpiji; dan sektor pertambangan dan penggalian, yang
didorong oleh pertumbuhan pada sub sektor pertambangan migas dan non migas. Sementara beberapa
sektor lainnya diperkirakan masih tumbuh negatif, walaupun relatif lebih baik dibandingkan periode
triwulan I-2009. Sektor-sektor tersebut antara lain sektor pertanian, yang diperkirakan masih akan
tertekan oleh pertumbuhan negatif yang terjadi pada sub sektor perikanan karena belum pulihnya
permintaan dari luar negeri terhadap komoditas perikanan; sektor perdagangan, dan sektor keuangan.
Sementara itu hasil SK yang
dilakukan Bank Indonesia Samarinda pada
bulan April 2008 menunjukkan Indeks
Ekspektasi Konsumen (IEK) berada pada
level 126,33; berada diatas level optimis
100,00, dan lebih tinggi dibandingkan posisi
akhir triwulan I-2009 (Maret), yang tercatat
sebesar 116,17 (Grafik 7.3). Hal ini
menunjukkan bahwa konsumen memiliki
keyakinan yang cukup positif terhadap
kondisi perekonomian di masa mendatang,
terutama ekspektasi terhadap penghasilan, yang dipengaruhi oleh adanya kenaikan gaji bagi PNS, TNI
dan Polri.
Isu-isu strategis yang diperkirakan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur di
masa yang akan datang, antara lain:
• Gubernur Kaltim menandatangani 4 (empat) Nota Kesepahaman (MoU) pembangunan Kaltim
Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak, telah menandatangani 4 (empat) Nota Kesepahaman (MoU)
pembangunan Kaltim, yaitu:
Kerjasama Pemprov Kaltim dengan PT. PLN terkait penyediaan listrik 2 x 100 MW, bernilai
Rp 1,48 triliun untuk jangka waktu sampai dengan 2011.
Pengembangan Bandara Internasional Sepinggan meliputi perpanjangan landasan pacu
menjadi 3.250 meter dan perluasan terminal baru, bernilai Rp 1,1 triliun yang berasal dari
APBD Pemkot. Balikpapan sebesar Rp 50 miliar, APBD Pemprov. Kaltim Rp 100 miliar,
APBN Rp 350 miliar dan PT. Angkasa Pura Rp 800 miliar. Pembangunan akan dimulai pada
tahun 2010.
Kerjasama Pemprov. Kaltim dengan PT. Merex Indonesia dalam pembentukan Kaltim
Airlines yang bergerak dalam bidang jasa penerbangan, bernilai USD 15 juta dengan
komposisi penyertaan saham adalah 34% untuk Pemprov. Kaltim, 33% oleh investor dan
33% oleh pengelola atau investor.
Kerjasama Pemprov. Kaltim dengan PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV untuk
membangun pelabuhan peti kemas di Kariangau, bernilai Rp 583,5 miliar untuk jangka
waktu sampai dengan tahun 2010. Dana pembangunan tersebut berasal dari APBD
Pemprov. Kaltim (Rp 70 miliar), APBN Rp 99 miliar dan PT. Pelindo Rp 414,5 miliar.
Diharapkan pada 2011 terminal peti kemas ini sudah dapat beroperasi.
Prospek perekonomian Daerah
47
• Alokasi pemanfaatan dana SILPA untuk stimulus Fiskal guna mendukung ekspansi ke sektor riil di
Kalimantan Timur pada tahun 2009 mencapai Rp 138 miliar. Alokasi dana ini meliputi beberapa
proyek sebagai berikut:
Departemen Pekerjaan Umum, sebesar Rp 58 miliar yang meliputi:
Jalan & jembatan provinsi, yaitu poros Bontang-Sangatta dan Perbatasan
Simanggaris (Rp 25 miliar) dan jalan & jembatan kabupaten kota yang berada di
wilayah Kab. Berau, Tana Tidung, dan Kutai Barat (Rp 33 miliar)
Departemen Perhubungan, sebesar Rp 58 miliar, yang meliputi:
Pelabuhan udara di Kab. Pasir dan Kota Samarinda (Rp 15 miliar) dan pelabuhan
laut di Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Berau dan Kab. Kutai Kartanegara (Rp 43
miliar).
Departemen Pertanian, berupa proyek jalan produksi sentra perkebunan dan jalan usaha
tani dan irigasi di Kota Samarinda, Kab. Kutai Kartanegara dan Kab. Penajam Paser Utara
(Rp 20 miliar).
7.2 Prospek Perkembangan Inflasi
Tekanan terhadap laju perkembangan harga
barang dan jasa pada triwulan II-2009 diperkirakan
akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan
periode triwulan I-2009. Hal ini dipengaruhi oleh
adanya peningkatan konsumsi masyarakat yang
dipengaruhi oleh adanya peningkatan penghasilan,
seperti halnya yang diterima oleh PNS, TNI dan Polri.
Hal ini terlihat juga dari hasil SK bulan April 2009 yang
menunjukkan bahwa indeks ekspektasi penghasilan
masyarakat berada pada level 156; lebih tinggi dibandingkan dengan posisi bulan Maret 2009 yang
sebesar 144,5. Sementara indeks ekspektasi tabungan masyarakat pada bulan April 2009 tercatat
sebesar 140; lebih rendah dibandingkan dengan bulan Maret 2009 yang sebesar 141 (Grafik 7.4). Hal
ini menunjukkan bahwa dengan adanya ekspektasi peningkatan penghasilan pada triwulan II-2009,
masyarakat akan cenderung menggunakannya untuk konsumsi, dibandingkan dengan menabung. Hal
ini didukung pula dengan meningkatnya indeks ketepatan waktu untuk membeli barang tahan lama
(Gafik 7.2).
Sementara itu juga, indeks yang
mengukur perubahan harga umum 3 bulan
yang akan datang dari hasil SK bulan April
2009 berada pada level 136; lebih tinggi
dibandingkan posisi bulan Maret 2009 yang
sebesar 129 (Grafik 7.5). Hal ini menunjukkan
bahwa konsumen memperkirakan bahwa pada
periode triwulan II-2009 harga-harga akan
naik.
LAMPIRAN
2009
Q I Q II Q III Q IV Q I*
MAKRO EKONOMI
Indeks Harga Konsumen (IHK) 166.80 112.61 116.35 116.63 117.54
Kota Samarinda 165.99 113.57 116.93 116.86 118.60
Kota Balikpapan 167.76 110.64 113.98 114.43 114.46
Kota Tarakan 115.17 121.55 122.55 123.20
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y,%) 11.05 14.9 13.99 13.06 9.39
Kota Samarinda 11.60 15.83 14.37 12.69 10.52
Kota Balikpapan 10.40 13.66 11.42 11.30 7.29
Kota Tarakan 15.33 20.68 19.85 11.69
PDRB - harga konstan (miliar Rp) 25,592.33 25,814.59 25,949.64 25,811.47 25,348.76
Pertanian 1,957.63 1,860.22 1,728.87 1,511.26 1,914.66
Pertambangan & Penggalian 9,858.43 10,041.29 10,184.14 10,429.62 9,341.19
Industri Pengolahan 8,164.66 8,232.89 8,231.40 8,010.76 8,480.72
Listrik, gas dan air bersih 78.64 79.30 80.24 80.35 80.78
Bangunan 874.35 892.53 907.53 913.97 858.29
Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,107.97 2,117.59 2,162.06 2,190.87 2,059.17
Pengangkutan dan Komunikasi 1,328.20 1,347.21 1,375.70 1,382.01 1,319.30 Keuangan, Persewaan dan Jasa 727.37 745.19 764.74 767.97 789.38 Jasa 495.07 498.37 514.97 524.68 505.26
Pertumbuhan PDRB (y-o-y,%) 6.62 6.82 4.58 1.44 (0.95) Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) 1,575.36 1,733.84 2,420.98 2,588.11 992.79 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 28,888 28,732 29,504 3,365 13,427 Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 304.82 404.26 370.31 693.46 1,101.16 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 149.03 161.41 115.06 154.17 66.68 *PDRB Kaltim Q 1-09 merupakan angka perkiraan Bank Indonesia
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
INDIKATOR2008
2009
Q I Q II Q III Q IV Q I*PERBANKANBank Umum:Total Aset (Rp triliun) 36.39 38.72 43.69 46.47 45.65 DPK (Rp triliun) 32.97 35.11 39.35 41.52 41.37
Tabungan (Rp triliun) 12.64 14.03 14.47 15.52 14.92 Giro (Rp triliun) 9.52 11.01 13.53 12.92 12.60 Deposito (Rp triliun) 10.81 10.07 11.34 13.08 13.85
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan lokasi proyek 24.01 27.09 29.73 30.17 29.11 Modal Kerja 11.57 13.22 14.26 13.69 12.29 Konsumsi 7.22 8.08 9.16 9.96 10.23 Investasi 5.25 5.78 6.31 6.51 6.59 LDR 72.80% 77.16% 75.55% 72.66% 70.37%
Kredit (Rp triliun) -berdasarkan lokasi kantor cab 16.44 18.21 19.85 20.47 21.01 Modal Kerja 7.37 8.20 8.71 8.96 9.02 Konsumsi 5.39 5.79 6.33 6.48 6.66 Investasi 3.67 4.22 4.80 5.03 5.32 LDR 49.84% 51.86% 50.43% 49.31% 50.79%
Kredit UMKM (Rp triliun)Kredit Mikro (<Rp 50 juta) (Rp triliun) 3.00 3.25 3.50 3.52 3.69
Kredit Modal Kerja 0.35 0.41 0.44 0.42 0.44
Kredit Investasi 0.04 0.10 0.10 0.10 0.11 Kredit Konsumsi 2.61 2.74 2.95 3.00 3.14
Kredit Kecil (Rp 50 juta < X ≤ Rp 500 juta) (Rp triliun) 3.41 3.85 4.21 4.25 4.34 Kredit Modal Kerja 1.20 1.32 1.42 1.39 1.36 Kredit Investasi 0.25 0.36 0.42 0.46 0.52 Kredit Konsumsi 1.96 2.17 2.37 2.40 2.45
Kredit Menengah (Rp 500 juta < X < ≤ Rp 5 miliar) (Rp triliun) 4.78 5.37 5.70 5.80 5.73 Kredit Modal Kerja 2.98 3.40 3.56 3.65 3.58 Kredit Investasi 1.09 1.16 1.23 1.24 1.26 Kredit Konsumsi 0.72 0.81 0.91 0.92 0.90
Total Kredit MKM (Rp triliun) 11.19 12.46 13.42 13.57 13.76 NPL MKM gross (%) 3.66 3.05 2.67 2.40 3.06 NPL MKM nett (%)
BPR:Total Aset (Rp miliar) 143.15 161.28 172.71 182.73 191.43 DPK (Rp miliar) 86.41 93.55 101.34 104.92 112.90
Tabungan 37.69 39.30 40.92 43.84 46.47 Giro - - - - - Deposito 48.71 54.25 60.42 61.08 66.43
Kredit (Rp miliar) 94.94 117.14 125.52 136.05 133.75 Modal Kerja 59.16 73.12 80.97 86.11 80.97 Konsumsi 28.84 35.39 35.25 37.21 39.84 Investasi 6.95 8.63 9.30 12.73 12.93
Kredit UMKM (Rp miliar) 94.94 117.14 125.52 136.05 133.75 Rasio NPL Gross (%) 7.86 7.74 6.59 8.83 8.99 Rasio NPL Nett (%)LDR 109.88% 125.23% 123.85% 129.67% 118.47%
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
INDIKATOR2008