kajian ekonomi regional - bank indonesia · 2.5 perkembangan harga cabe dan bawang merah 34 2.6...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Jambi
Kantor Bank Indonesia Jambi
Triwulan IV - 2010
Halaman ini sengaja dikosongkan
K A T A P E N G A N T A R
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan IV-2010 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik Bank Indonesia Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholders eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.
Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan IV-2010 menunjukkan pertumbuhan yang melambat dibandingkan triwulan III-2010. Dari sisi harga, laju inflasi Kota Jambi (y-o-y) pada triwulan laporan meningkat dari periode sebelumnya. Perkembangan perbankan dari sisi aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit mengalami peningkatan. Loan to deposits ratio (LDR) perbankan juga meningkat menjadi 89,84%. Sementara itu, kualitas kredit masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,33%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang bergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Dalam penyusunan KER triwulan IV-2010 ini, kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Februari 2010
Halaman ini sengaja dikosongkan
i
DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................................................................... i Daftar Tabel .......................................................................................... ii Daftar Grafik .......................................................................................... iii Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1 BAB I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional ................................. 5 A. Umum ............................................................................. 5 B. PDRB Sisi Produksi.............................................................. 7 C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................ 20 BAB II. Perkembangan Harga-Harga..................................................... 29
A. Kajian Umum ................................................................. 29 B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ................................. 31
Boks 1 : Pemetaan Komoditi Penyumbang Inflasi Terbesar Boks 2 : Koordinasi Pengendalian Inflasi Jelang Hari Besar Keagamaan BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................ 39 A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... 39
B. Bank Umum ................................................................... 40 C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)............................................ 50
Boks 3 : Mendorong Pengembangan Industri Batik Jambi Dengan Peningkatan Akses Permodalan Melalui Penyusunan Lending Model “Industri Dan Pedagang Batik Jambi” BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 51
A. Anggaran Pendapatan Tahun 2011 .................................... 52 B. Anggaran Belanja Tahun 2011 ........................................... 52 C. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2010 ........................... 54 D. Realisasi Belanja Daerah Tahun 2010 ................................. 55 E. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ............................... 55 F. Keuangan Pemerintah Daerah ............................................ 58
BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ....................................... 59 A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai .............................. 59 B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... 61
BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ............................. 63 A. Keternagakerjaan Daerah................................................... 63 B. Kesejahteraan .................................................................... 64 C. Kemiskinanan .................................................................... 67 BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah....................................... 69 A. Pertumbuhan Ekonomi......................................................... 69 B. Proyeksi Inflasi ..................................................................... 75 Lampiran Glosary
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
ii
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi
Penggunaan 6
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 31
2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan
Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 32
2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode triwulan III-2010 33
3.1 Perkembangan Jumlah kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi 40
3.2 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 42
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 43
3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank 43
3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 44
3.6 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi 46
3.7 Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 46
3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi
Jambi
4.1 Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Jambi 52
4.2 Anggaran B APBD Provinsi Jambi 53
4.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 56
4.4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 57
5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KBI Jambi 61
5.2 Perkembangan Transaksi RTGS 62
6.1 Perbandingan UMP Wilayah Sumatera 66
6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) 67
7.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 73
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
iii
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) 5 1.2 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 6 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 7 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Triwulan III Tahun 2010 8 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan III Tahun 2010 (ha) 8 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan IV Tahun 2010 (ha) 8 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan III Tahun 2010 (ha) 9 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan IV Tahun 2010 9 1.9 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 10 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) 11 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%) 11 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 11 1.13 Distribusi Jenis Pupuk 12 1.14 Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk 12 1.15 Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR 13 1.16 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 13 1.17 PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi 14 1.18 Lifting Minyak Bumi 14 1.19 Lifting Gas Alam 14 1.20 Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) 14 1.21 Volume Penjualan Minyak Bakar 15 1.22 Volume Penjualan Minyak Diesel 15 1.23 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 15 1.24 Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet , CPO, Makanan dan dan Minuman 16 1.25 Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata 16 1.26 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 16 1.27 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 16 1.28 Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi 17 1.29 Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 17 1.30 PPDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur 18 1.31 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 18 1.32 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 18 1.33 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal 19 1.34 Perkembangan Total Arus Peti Kemas 19 1.35 Perkembangan Total Arus Barang 19
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
iv
1.36 Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 20 1.37 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan IV Tahun 2010 21 1.38 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indek Ekspektasi Konsumen (IEK) 22 1.39 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 22 1.40 Perkembangan Penjualan Premium 23 1.41 Perkembangan Penjualan Solar 23 1.42 Perkembangan Penjualan Minyak Tanah 23 1.43 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi 23 1.44 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor 23 1.45 Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru 23 1.46 Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru 24 1.47 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 24 1.48 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 24 1.49 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 25 1.50 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 25 1.51 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi 25 1.52 Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 26 1.53 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 26 1.54 Pangsa Ekspor Provinsi Jambi Berdasarkan SITC 26 1.55 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 27 1.56 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 27 1.57 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 28 1.58 Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 28 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 29 2.2 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi 30 2.3 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan 65 Kota di Indonesia per September 2010 30 2.4 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (y-o-y) 31 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga Beras 35 2.9 Perkembangan Harga Terigu 35 2.10 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 36 2.11 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 37 2.12 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 38 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 41 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 42 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi 47 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi 47
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
v
3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi 49
3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 49 4.1 APBD Provinsi Jambi 51 4.2 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi 54 4.2 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi 55 4.3 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 56 4.4 Pangsa Realisasi Pendapatan Dalam Negeri di Provinsi Jambi 56 4.5 Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 57 4.6 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 58 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 60 5.2 Perkembangan Nominal Kliring 61 5.3 Perkembangan Volume Kliring 61 6.1 Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi 64 6.2 Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran 64 6.3 Perkembangan Harga Beras 65 6.4 Perkembangan Harga Tepung Terigu 65 6.5 Perkembangan Harga Minyak Goreng 65 6.6 Perkembangan Harga Komoditas Lainnya 65 6.7 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 68 7.1 Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan
Ekspektasi Penghasilan 70 7.2 Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang 71 7.3 Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang 75 7.4 Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2007 s.d 2010 serta Perkiraan Januari s.d Desember 2011 76 7.5 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2006 2007 s.d 2010 serta Perkiraan Januari s.d Desember 2011 76
Halaman ini sengaja dikosongkan
a. Inflasi dan PDRB
2009TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV*)
MAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 117.54 119.34 123.18 126.1 129.1
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 2.23 3.79 7.91 7.91 10.52
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) 16,274,908 4,205,614 4,305,361 4,434,704 4,519,574 - Pertanian 5,003,441 1,281,632 1,301,250 1,328,520 1,348,454 - Pertambangan dan Penggalian 1,875,312 473,783 513,335 561,162 598,163 - Industri Pengolahan 2,137,363 555,209 557,660 559,860 560,546 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 128,646 34,217 34,920 36,902 39,484 - Bangunan 782,475 201,893 207,046 212,277 214,153 - Perdagangan Hotel dan Restoran 2,764,830 726,182 749,520 780,224 789,908 - Pengangkutan dan Komunikasi 1,268,175 325,432 327,721 331,731 333,886 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 889,519 238,272 243,769 253,610 261,653 - Jasa 1,425,146 368,995 370,140 370,418 373,327
Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) 2) 614,432 224,179 308,434 342,806 314,917 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1,337,556 265,662 454,808 729,660 720,895
Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 3) 86,622 24,519 44,693 41,583 19,378 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 94,821 30,366 31,394 301,223 295,539
Catatan*) s.d bulan November 1) Angka sementara berdasarkan tahun dasar 2000
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
2010INDIKATOR
2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.Data Trw.I-2010 s.d Februari 20103) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku
b. Perbankan
Tw.I-10 Tw.II-10 Tw.III-10 Tw.IV-10PERBANKANA. Bank Umum 1):a. Bank Umum Konvensional:Total Aset (Rp Juta) 14,215,759 14,992,362 15,626,041 16,427,119 16,562,337 DPK(Rp Juta) 10,842,509 11,470,936 12,161,122 12,440,155 12,550,443
- Tabungan 6,035,667 5,632,414 6,096,903 6,421,154 6,803,201 - Giro 1,984,419 2,933,137 3,096,605 2,758,128 2,504,325 - Deposito 2,822,423 2,905,385 2,967,614 3,260,873 3,242,917
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek2) 11,835,042 11,814,907 12,664,086 13,787,489 13,468,427 - Modal Kerja 4,570,316 4,499,439 4,642,064 5,818,100 5,859,118 - Konsumsi 4,388,293 5,020,160 5,383,930 5,553,470 2,565,226 - Investasi 2,876,433 2,295,308 2,638,092 2,415,919 5,044,083 - Dana 10,842,509 11,470,936 12,161,122 12,440,155 12,550,443 - LDR 109.15 103.00 104.14 110.83 107.31
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 9,116,912 9,434,289 10,254,563 10,766,287 11,275,758 - Modal Kerja 3,672,737 3,647,185 3,733,927 4,485,722 4,841,263- Konsumsi 1,769,894 1,666,305 2,004,096 1,559,585 1,680,918- Investasi 3,674,281 4,120,799 4,516,540 4,720,980 4,753,577- LDR (%) 84.08 82.25 84.32 86.54 89.84- NPL Gross (%) 300,207 224,614 226,875 247,307 375,024- NPL Gross nominal 3.29 2.38 2.21 2.30 3.33
Kredit UMKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3,000,377 2,613,173 2,725,510 2,776,375 2,779,156
- Kredit Modal Kerja 713,908 601,135 602,249 871,400 885,991 - Kredit Investasi 433,237 323,451 368,377 141,961 126,513 - Kredit Konsumsi 1,853,232 1,688,587 1,754,884 1,763,014 1,766,652
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) 3,017,536 3,753,841 4,153,245 4,434,871 4,731,660 - Kredit Modal Kerja 1,064,924 1,163,404 1,214,427 1,462,484 1,538,491 - Kredit Investasi 315,613 425,252 465,522 325,608 361,284 - Kredit Konsumsi 1,636,999 2,165,186 2,473,296 2,646,778 2,831,884
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) 1,447,120 1,589,951 1,767,214 1,882,950 2,020,548 - Kredit Modal Kerja 1,014,212 1,120,158 1,238,053 1,367,480 1,468,871 - Kredit Investasi 340,276 325,466 373,331 361,096 402,601 - Kredit Konsumsi 92,632 144,326 155,830 154,374 149,076
Total Kredit MKM (Rp Juta) 7,465,033 7,956,965 8,645,969 9,094,196 9,531,364 NPL MKM gross (%) 3.33 2.12 2.08 2.08 2.29- NPL MKM Gross Nominal 248,428 168,705 179,530 189,528 218,042
B. BPR :Total Aset (Rp Juta) 244,249 270,288 285,696 305,307 316,503DPK (Rp Juta) 186,824 208,402 224,555 235,976 240,734 - Tabungan (Rp Juta) 33,189 36,852 40,593 39,778 43,685- Deposito (Rp Juta) 153,635 171,550 183,962 196,197 197,049
Kredit (Rp Juta) 183,445 77,620 204,073 210,473 214,363 - Modal Kerja 45,895 49,358 53,659 57181 58,353 - Investasi 28,391 28,262 30,610 31518 31,900 - Investasi 109,159 113,887 119,803 121773 124,111
Kredit UMKM (Rp Juta) 183,445 77,620 204,073 210,473 214,363 Rasio NPL Gross (%) 7.88 18.21 7.26 6.79 6.68 - NPL Gross (Nominal) 14,454 14,136 14,816 14,287 14,311- PPAP 4,757 7,677 8,082 5,715 6,010Rasio NPL Net (%) 5.29 8.32 3.30 4.07 3.87 LDR (%) 98.19 37.25 90.88 89.19 89.05
Catatan :1) Data s.d Bulan November 2010, sudah termasuk bank syariah di dalamnya
TAHUN 2009 TAHUN 2010
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
INDIKATOR
c. Sistem Pembayaran
Tw.I-10 Tw.II-10 Tw.III-10 Tw.IV-10
SISTEM PEMBAYRAN
Posisi Kas Gabungan (Rp Miliar) 7,778 3,613 1,683 2,815 2,303
Inflow (Rp Juta) 987,607 217,196 134,582 382,368 139,693
Outflow (Rp Juta) 3,322,272 396,029.80 1,019,261.73 1,304,163.10 1,970,648
Pemusnahan Uang (ribu lembar) 21,060 6,334,351 5,827,372 5,998,687 6,990,156
Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 95,552 40,032 43,400 37,503 40,544
Volume Transaksi RTGS 100,915 25,886 29,335 33,007 40,553
Nominal Kliring Debet (Rp juta) 6,320,835 1,632,198 1,499,718 1,892,848 1,912,401
Volume Kliring Debet (lembar) 240,476 61,881 57,197 63,822 61,697
Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet 25,694 26,757 24,995 30,530 29,881
Rata-rata Harian Volume Kliring Debet 978 1,014 953 1,029 964
Nominal Kliring Pengembalian t (Rp juta) 153,064 29,221 26,291 25,897 31,953
Volume Kliring Pengembalian (lembar) 5,370 1,011 989 1,098 1,131
Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian 622 479 438 418 499
Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian 22 17 16 18 18
Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp juta) 116,392 19,222 17,737 19,087 24,849
Volume Tolakan Cek/BG Kosong (lembar) 3,933 716 713 815 790
Rata-rata Harian Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 473 315 296 308 388
Rata-rata Harian Volume Tolakan Cek/BG Kosong 16 12 12 13 12
INDIKATOR TAHUN 2009 TAHUN 2010
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
Halaman ini sengaja dikosongkan
1
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan IV-2010 menunjukkan
pertumbuhan sebesar 1,91 %, melambat dibandingkan dengan triwulan III-
2010 yang sebesar 3,00% (q-t-q). Secara tahunan pertumbuhan ekonomi
menunjukkan peningkatan menjadi sebesar 8,68% (y-o-y) dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,77% (y-o-y). Pada triwulan
laporan, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (q-t-q) dipicu oleh sektor
pertanian serta pertambangan dan penggalian.
Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan
laporan terutama berasal dari meningkatnya ekspor provinsi Jambi serta
pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB). Tingginya produksi
kelapa sawit pada triwulan laporan mendorong meningkatnya ekspor provinsi
Jambi. Sementara itu, terakselerasinya pembangunan di akhir tahun 2010 lalu
memicu meningkatnya angka PMTDB.
II. Perkembangan Harga-Harga
Inflasi Kota Jambi pada triwulan IV-2010 mencapai 3,02% (q-t-q), meningkat
dibandingkan triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 2,37% (q-t-q).
Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan Oktober, November dan
Desember 2010 masing-masing sebesar minus 0,02%(m-t-m), 1,18%(m-t-m)
dan 1,83%(m-t-m). Sementara itu, secara tahunan, inflasi Kota Jambi pada
akhir periode tahun 2010 juga mengalami peningkatan dengan angka yang
relatif tinggi yaitu sebesar 10,52%(y-o-y) dibandingkan triwulan lalu yang
sebesar 7,91% (y-o-y). Inflasi tahunan Kota Jambi ini lebih tinggi dibandingkan
inflasi nasional yang sebesar 6,96%.
Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama disumbangkan oleh inflasi
kelompok bahan makanan. Meningkatnya harga pada sub kelompok bumbu-
bumbuan dan padi-padian memberikan sumbangan inflasi pada kelompok
bahan makanan.
Perekonomian Provinsi Jambi triwulan IV-
2010 ditandai tumbuhnya laju
pertumbuhan ekonomi sebesar 1,91% (q-t-q).....
Pada triwulan IV-2010, Provinsi jambi mengalami
inflasi sebesar 10,52% (y-o-y) ..........
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
2
III. Perkembangan Perbankan Daerah
Kinerja perbankan pada triwulan IV-20101 menunjukkan peningkatan baik dari
sisi aset, penghimpunan dana serta penyaluran kredit. Lebih tingginya
pertumbuhan penyaluran kredit dibandingkan penghimpunan dana pada
triwulan laporan menyebabkan meningkatnya Loan to Deposits Ratio (LDR)
perbankan sebesar 330 bps menjadi 89,84%. Dari sisi kualitas kredit yang
diberikan menunjukkan penurunan, dimana pada triwulan laporan angka Non
Performing Loan (NPL) mengalami peningkatan menjadi 3,33%.
Outstanding kredit bank umum meningkat sebesar 4,73% sehingga menjadi
sebesar Rp11,28 triliunsementara DPK meningkat 3,13% menjadi sebesar
Rp12,55 triliun. Aset perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp16,56 triliun.
IV. Perkembangan Keuangan Daerah
Rencana APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan
kabupaten) tahun 2011 sebesar Rp1,50 triliun, turun 0,41% dari APBD awal
tahun lalu yang sebesar Rp 1,51 triliun. Sementara itu, rencana anggaran
pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2011 sebesar Rp1,40 triliun atau
meningkat 7,00% dibandingkan anggaran awal pendapatan tahun 2010
sebesar Rp1,31 triliun.
Sementara itu realisasi pendapatan provinsi Jambi selama tahun 2010
mencapai Rp1.625,65 miliar. Realisasi pendapatan ini lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2009 yang menyerap Rp1.292,67 miliar.
Sementara itu, realisasi belanja pemerintah provinsi Jambi tahun 2010 sebesar
Rp1.498,75 miliar lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai Rp1.532,40 miliar.
V. Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada periode triwulan IV-2010, aktivitas pembayaran tunai dan non tunai
mengalami peningkatan. Aktivitas pembayaran tunai yang tercermin dari
meningkatnya net outflow2 sebesar 51,10% (q-t-q) sementara jumlah nilai
kliring dan RTGS juga mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Aktivitas
pembayaran tunai mengalami peningkatan net outflow sebesar
Rp1.830,96miliar meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar
1 Data bulan November 2010 2 Net outflow adalah kondisi dimana aliran uang masuk (inflow) lebih sedikit dibandingkan aliran uang keluar (outflow) pada periode yang sama.
Kinerja perbankan meningkat ditandai dengan meningkatnya jumlah aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit....
Realisasi pendatan tahun 2010 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya namun realisasi belanja mengalami penurunan
Di bidang sistem pembayaran, aktivitas pembayaran tunai dan non tunai mengalami peningkatan....
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 3
Rp921,80miliar. Seiring dengan itu, nilai nominal kliring pada periode laporan
mengalami juga meningkat sebesar 1,03% menjadi Rp1.921,40 miliar.
VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami
peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 95,98 menjadi
96,41. Angka NTP tersebut juga masih berada di bawah 100 yang
mengindikasikan belum mencukupinya penerimaan petani dibandingkan biaya
yang dikeluarkan.
Sementara itu, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) menunjukkan
ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih berada pada
level pesimis. Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang
pendidikan pada triwulan IV-2010 meningkat sebesar 237,14% jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah
Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan I-2011
diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan IV-2010
namun mengalami perlambatan. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 8,00-9,00% (y-o-y).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pendorong
pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang yang didukung oleh
konsumsi nirlaba. Dari sisi penawaran, perkembangan sektor pertanian pada
triwulan mendatang diperkirakan masih tumbuh positif. Semakin membaiknya
harga komoditas perkebunan seperti kelapa sawit dan karet menjadi
pendorong tumbuhnya sektor pertanian pada triwulan mendatang. Sub sektor
tanaman bahan makanan juga diperkirakan tumbuh positif yang didorong
mulai memasukinya musin panen tanaman bahan makanan (tabama).
Membaiknya harga komoditas unggulan provinsi Jambi (sawit) diperkirakan
akan mendukung pertumbuhan sektor industri pengolahan.
Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan sedikit
melambat dibandingkan triwulan IV-2010, namun masih berada pada level
yang cukup tinggi. Dengan demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan
sedikit menurun dibandingkan triwulan laporan. Inflasi Kota Jambi pada
Triwulan I-2011 diperkirakan sebesar 9,78±1% (y-o-y).
NTP Provinsi Jambi meningkat.....
Laju pertumbuhan PDRB triwulan I-2011
diperkirakan berkisar 8,00-9,00% (y-o-y).....
Laju inflasi Triwulan I-2011 diperkirakan
berkisar 9,78±1% (y-o-y).....
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
4
Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama
triwulan mendatang antara lain: 1) Terdapatnya hari libur nasional di triwulan
mendatang yang memicu meningkatnya aktivitas transportasi 2)
Meningkatnya pembangunan residensial di Jambi dapat dapat memicu
kenaikan harga barang-barang material dan jasa tukang, 3) Kondisi
infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan
biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 4) Kondisi cuaca yang
memasuki musim hujan dapat menjadi ancaman dalam distribusi hasil
pertanian pendistribusian barang, 5) Potensi kenaikan harga minyak mentah
dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan
(kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional.
Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi
pada periode triwulan I tahun 2011.
5
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Perkembangan perekonomian Jambi pada triwulan IV-2010 menunjukkan
perlambatan dibandingkan triwulan III-2010. Pertumbuhan ekonomi Jambi
triwulan laporan mencapai 1,91% (q-t-q) melambat dibandingkan triwulan III-
2010 yang sebesar 3,00% (q-t-q).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q)
1.55 1.32
1.79 1.64
2.68
0.77
1.43
0.96
1.27
3.01 3.04
1.18
0.58
1.72
1.98
1.06 1.13
2.37
3.00
1.91
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
PersenRp miliarNominal (aksis kiri) Pertumbuhan (aksis kanan)
Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan disebabkan
oleh perlambatan konsumsi rumah tangga. Perayaan hari besar keagamaan pada
triwulan lalu memicu meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Namun demikian, masih meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan
laporan dipicu oleh meningkatnya ekspor provinsi Jambi serta pembentukan
modal tetap domestik bruto. Di samping itu, meningkatnya aktivitas
pembangunan proyek di akhir tahun 2010 memicu meningkatnya angka PMTDB.
Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan
dipicu oleh meningkatnya sektor pertambangan dan penggalian serta pertanian.
Meningkatnya hasil produksi kelapa sawit pada triwulan laporan memicu
6
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
meningkatnya pertumbuhan ekonomi di provinsi Jambi serta angka ekspor dari
sisi pengeluaran.
Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y)
6.066.736.74
5.846.21 6.30
6.25
5.27
4.53
4.084.16
5.435.69
6.175.82
6.90
7.647.05
6.685.96
4.50
6.82
8.51 8.75
7.98
6.47
5.485.44
6.02
6.71
7.77
8.68
3.00
5.00
7.00
9.00
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q1V-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q1V-08
Q1-09
Q2-09
Q3-09
Q1V-09
Q1-010
Q2-010
Q3-010
Q1V-010
Sumber: BPS (diolah)
%
Indonesia Jambi
Secara tahunan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi meningkat menjadi
sebesar 8,68% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 7,77%.
Pertumbuhan ekonomi Jambi juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka
nasional yang pada triwulan IV-2010 yang sebesar 6,9%.
Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan
I II iii IV I II III IV
0.79 0.21 0.31 0.15 0.42 0.47 0.63 0.45 Pertambangan dan Penggalian (1.01) 0.14 0.10 (0.10) 0.11 0.94 1.11 0.83 Industri Pengolahan (0.00) 0.20 0.36 0.15 0.17 0.06 0.05 0.02 Listrik, Air dan Gas 0.01 0.05 (0.00) 0.00 0.04 0.02 0.05 0.06
0.16 0.06 0.08 0.07 0.05 0.12 0.12 0.04 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.12 0.55 0.55 0.36 0.17 0.55 0.71 0.22 Pengangkutan dan Komunikasi 0.05 0.16 0.18 0.07 0.02 0.05 0.09 0.05 Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 0.31 0.22 0.26 0.16 0.08 0.13 0.23 0.18
0.15 0.12 0.14 0.20 0.06 0.03 0.01 0.07 0.58 1.72 1.98 1.06 1.13 2.37 3.00 1.91
I II iii IV I II III IV
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga (0.89) 0.84 2.67 0.67 0.30 0.34 3.21 0.53 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (0.74) 0.67 0.87 0.99 (0.38) 0.47 2.45 1.04 Lembaga Swasta Nirlaba 0.03 0.02 0.01 0.01 0.10 0.04 3.46 (2.94) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (0.75) 0.17 0.27 0.76 (0.50) 0.26 6.97 3.24 Perubahan Stok 0.04 0.03 0.06 0.02 (0.08) 0.03 2.48 0.54
2.30 2.24 6.49 0.56 -1.05 7.34 16.55 11.21-0.61 2.25 8.39 1.95 -2.74 6.11 15.68 8.790.58 1.72 1.98 1.06 1.13 2.37 3.00 1.91
2009**
2009**
Ekspor
JENIS PENGELUARAN
ImporPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
LAPANGAN USAHA
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Pertanian
Bangunan
Jasa-Jasa
2010***
2010***
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
7
B. PDRB Sisi Produksi
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor
yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor pertambangan dan
penggalian serta sektor pertanian (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar terhadap
pertumbuhan disumbangkan oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar
0,83% (q-t-q), diikuti oleh sektor pertanian (0,45%/q-t-q).
Dari sisi distribusinya (share), pada periode triwulan laporan
menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu
47,60% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) 36,45%
dan sektor sekunder sebesar 15,95%.
Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q)
0.63 1.11
0.05
0.05
0.12
0.71
0.09
0.23
0.01
0.45
0.83
0.02
0.06
0.04
0.22
0.05
0.18
0.07
(0.40) (0.20) - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Air dan Gas
bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan
Jasa-Jasa
Trw IV-10
Trw III-10
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar
Rp14,70 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian
sebesar 29,92%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 17,68%, serta
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,06%. Dengan demikian,
struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami
perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4).
8
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2010
Pertanian, 29.92
Pertambangan dan Penggalian,
17.68Industri Pengolahan,
10.66
Listrik, gas & air, 0.89
Bangunan, 4.40
Perdagangan, Hotel dan
restauran, 15.06
Pengangkutan dan Komunikasi,
6.55
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan, 5.22
Jasa-jasa, 9.63
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Pada triwulan laporan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan,
kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 1,50% (q-t-q), melambat
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,10%
(q-t-q). Masih tumbuhnya sektor ini disumbangkan oleh masih terus
meningkatnya produksi tanaman perkebunan.
Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan III tahun 2010 (ha) Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2010 (ha)
20,818
15,155
3,212
1,626 411 103 669 476
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.5
48,282
15,201
3,413
2,197456
224 812 569
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Grafik 1.6
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
9
Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan III tahun 2010 (ha) Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2010 (ha)
32,768
3,700
3,904
2,572 549 164 763 697
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.7
22,945
6,917
3,966
1,932 545141754 626
Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.8
Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2010
Pada triwulan laporan, perkembangan tanaman bahan makanan
mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 1,10% (q-t-q) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,77% (q-t-q). Kondisi ini juga tercermin dari
menurunnya luas panen mayoritas komoditi tanaman pangan terutama untuk
padi sawah. Luas panen padi sawah yang pada triwulan lalu diperkirakan
mencapai 37,77 kha mengalami penurunan 29,98% menjadi 22,95 kha.
Sementara itu, luas tanam lahan pertanian mengalami peningkatan
sebesar 28,69 Kha pada triwulan laporan. Meningkatnya luas tanam tersebut
tersebut disebabkan oleh meningkatnya luas tanam padi sawah hingga 131,92%
yaitu dari 20,82 Kha menjadi 48,28 Kha. Musim tanam pada triwulan lalu ini
diperkirakan akan memasuki puncak masa panen pada triwulan II-2011 (grafik
1.5-grafik 1.8).
Nilai Tukar Petani (NTP), mengalami sedikit peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya.3 NTP Desember 2010 dibandingkan NTP September 2010
meningkat 0,45% menjadi 96,41. Meningkatnya NTP disebabkan oleh
peningkatan indeks diterima petani (2,66%) lebih tinggi dibandingkan indeks
yang dibayar (2,21%) sehingga NTP petani pada triwulan laporan meningkat 43
bps (lihat grafik 1.9). Namun demikian, Nilai Tukar Petani yang masih di bawah
3 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
10
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
100 menunjukkan bahwa pendapatan petani Jambi masih lebih rendah dibanding
harga-harga kebutuhan hidup dan biaya bertani.
Grafik 1.9. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
80
90
100
110
120
130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
indeks terima indeks bayar NTP
Sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar 16,27% dari PDRB
mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,39% (q-t-q), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,33% (q-t-q). Meningkatnya sub sektor ini
didorong oleh meningkatnya produksi kelapa sawit meskipun produksi karet
cenderung menurun.
Meningkatnya produksi kelapa sawit ini seiring dengan meningkatnya
harga TBS dan CPO. Pada triwulan laporan, Harga rata-rata TBS 10 tahun
meningkat 18,77% menjadi Rp1.820,97/kg sementara harga CPO meningkat
15,35% menjadi 8.300,63/kg pada bulan Desember 2010. Harga TBS dan CPO
ini hampir mencapai harga tertinggi TBS dan CPO yang sebesar Rp1.913,27/kg
dan Rp8.762,33/kg pada pertengahan 2008 lalu.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
11
Grafik 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%)
Grafik 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%)
5.45
19.61
5.08
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
Produksi Hortikultura Produksi Karet Produksi Kelapa Sawit
Produksi Kelapa Produksi Pinang Grafik 1.10
(4.61)
35.64
(3.19)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
Produksi Telur Produksi Daging Produksi Perikanan
Grafik 1.11
Grafik 1.12 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
6,790.0 7,137
3,717.24,340
1,403.8 1,521
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2007 2008 2009 2010Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
Harga (Rp)
CPO INTI TBS 10 TAHUN
Sumber: BPS Provinsi Jambi,2010.
Berdasarkan data prompt indikator sub sektor perkebunan selama periode
triwulan laporan, produksi kelapa sawit meningkat 19,61% (q-t-q) sementara itu
produksi karet menurun 40,33%(q-t-q) (lihat grafik 1.10).
Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor
tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan
laporan sebesar 32.164 ton meningkat 116,29% (q-t-q) dari triwulan lalu.4
Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi,
penyaluran pupuk bersubsidi sebagian besar didominasi oleh pupuk Urea
4 Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.
12
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
(50,40%), diikuti oleh pupuk NPK Phonska (27,16%), SP-36 (15,57%), dan ZA
(6,87%).
Grafik 1.13. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.14. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
2008
2009
2010
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
(Ton)
SP-36/Superphos ZA NPK PHONSKA Urea
Grafik 1.13
(60.00)(40.00)(20.00)-20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
2008 2009 2010
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Persen (%)Ton
Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk
Grafik 1.14
Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh
sebesar 2,67% (q-t-q) melambat dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 4,10%
(q-t-q). Masih tumbuhnya sub sektor ini seiring dengan meningkatnya indeks
produksi daging sebesar 35,64% (q-t-q). Di sisi lain, sub sektor kehutanan
mengalami penurunan sebesar 4,81% (q-t-q) dari triwulan lalu yang juga turun
sebesar 1,34% (q-t-q).
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan pertumbuhan
mencapai 1,24% (q-t-q); melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 4,10% (q-t-q). Tingginya intensitas pertemuan pada triwulan
laporan memicu masih tumbuhnya sektor ini.
Pada triwulan laporan, sub sektor perdagangan besar dan eceran
tumbuh sebesar 1,15% (q-t-q) melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 4,11% (q-t-q) seiring dengan melambatnya aktivitas perdagangan
masyarakat pasca hari besar keagamaan pada triwulan III lalu. Sementara itu, sub
sektor hotel mengalami pertumbuhan yang cukup besar yaitu 5,88% (q-t-q)
seiring dengan meningkatnya pertemuan-pertemuan yang diselenggakaran baik
oleh pemerintah maupun swasta.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
13
Grafik 1.15. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.16. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 5
(18.95)(23.91)
13.02 4.95
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
(%) Persen
Harga Perdagangan Besar Harga Perdagangan Barang Konstruksi
Perdagangan Kendaraan Bermotor Perdagangan Pulsa
Tingkat Hunian Hotel Restorasi * Perhitungan perdagangan kendaraan bermotor, perdagangan pulsa dan restorasi sejak tahun 2009
Grafik 1.15
13.22
4.38 0.47
(8.85)
8.04
16.13
10.44
-15.0
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
II III IV I II III IV
2010
Persen (%)
Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)
KWH (dalam Ribuan)
Bisnis Per tumbuhan Bisnis
Grafik 1.16
Masih tumbuhnya sektor PHR pada triwulan laporan dikonfirmasi dengan
meningkatnya indeks produksi baik perdagangan dan tingkat hunian hotel. Pada
triwulan laporan, tingkat hunian hotel meningkat 13,02%. (lihat grafik 1.16.).
Meningkatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran
berpengaruh pada meningkatnya konsumsi listrik untuk bisinis. Konsumsi listrik
bisnis yang sempat menurun pada triwulan lalu, saat ini mengalami peningkatan
sebesar 10,44%.
Berdasarkan pangsanya, sektor perdagangan, hotel dan restoran
didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai
13,84% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel
masing-masing sebesar 1,00% dan 0,21%.
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 6,59% (q-t-q)
melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,32%
(q-t-q). Kondisi ini didorong oleh meningkatnya pertumbuhan hasil
pertambangan migas, dan tanpa migas masing-masing sebesar 6,00%; dan
13,35%.
5 Data konsumsi listrik tersebut hanya untuk PLN wilayah Kotamadya Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
14
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Grafik 1.17. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi
(20.00)(15.00)(10.00)(5.00)-5.00 10.00 15.00 20.00
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
I II III IV I II III IV I II III IV*
2008 2009 2010
PErsentase
Keterangan: *) angka perkiraan Bank Indonesia Jambi untuk bulan Desember 2010Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
ribu barel
Lifting Minyak Bumi Pertumbuhan PDRB
Grafik 1.18. Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19. Lifting Gas Alam
(40.00)(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi.*: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk bulan Desember 2010
Barel
Minyak Bumi (Barel)
Pertumbuhan, aksis kanan
(40.00)(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi.*: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk bulan Desember 2010
BBTU
Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiriPertumbuhan, aksis kanan
Pada triwulan laporan, lifting minyak bumi mengalami penurunan
sebesar 9,79% menjadi 1.748,43 Kbarrel dari triwulan sebelumnya yang sebesar
1.938,28 Kbarrel. Sementara itu, lifting gas alam pada triwulan laporan mencapai
13.231 bbtu atau turun 2,43% dari triwulan sebelumnya.6
Meningkatnya hasil produksi penggalian salah satunya dipicu oleh
peningkatan produksi bahan galian gol. C. Hal ini dikonfirmasi dari meningkatnya
indeks produksi bahan galian gol. C sebesar 2,53% pada triwulan laporan.
Sementara itu perkembangan produksi batu bara mengalami penurunan 3,24%.
Grafik 1.20. Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%)
(3.24)2.53
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
Produksi Batubara Produksi Bahan Galian Gol.C
6 Data bulan Desember 2010 merupakan perkiraan data Kantor Bank Indonesia Jambi
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
15
4. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan tumbuh mencapai 0,12% (q-t-q), melambat
bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 0,39% (q-t-q). Melambatnya
pertumbuhan pada sektor ini dipicu oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor
industri tanpa migas yaitu masing-masing sebesar 0,11 (q-t-q) dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 0,42% (q-t-q).
Grafik 1.21. Volume Penjualan Minyak Bakar Grafik 1.22. Volume Penjualan Minyak Diesel
(100.0)
(50.0)
-
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
M. Bakar g.Myk. Bakar
Grafik 1.20
(60.0)
(40.0)
(20.0)
-
20.0
40.0
60.0
80.0
-
200
400
600
800
1,000
1,200
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
M. Diesel g.Myk. Diesel
Grafik 1.21
Grafik 1.23. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri 7
6.07
(4.10)
20.65
4.59
22.62
0.83
(2.49)
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
-
5,000
10,000
15,000
20,000
II III IV I II III IV
2010
Persen (%)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
KWH (dalam Ribuan)
Industri Pertumbuhan Industri
Masih meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan tercermin dari
masih tumbuhnya penjualan bahan bakar minyak bakar. Konsumsi minyak diesel
meningkat sebesar 70,38% (q-t-q) sementara minyak bakar meningkat 9,64% (q-
t-q).
7 Data konsumsi listrik tersebut hanya untuk PLN wilayah Kotamadya Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
16
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Grafik 1.24. Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet, CPO, Makanan dan Minuman Grafik 1.25. Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata
24.10 27.32
19.30
(50)
-
50
100
150
200
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
Industri Karet Industri CPO Industri Makanan Industri Minuman Grafik 1.24
29.74 (4.58)
(100)
-
100
200
300
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
Industri Barang dari Semen Industri Barang dari Kayu Industri Batu Bata Grafik 1.25
Masih meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan tanpa
migas tercermin dari meningkatnya pertumbuhan mayoritas komoditi industri.
Komoditi industri pengolahan unggulan Jambi seperti industri pengolahan karet
dan industri CPO meningkat masing-masing 24,10% dan 27,32%.
5. Sektor-sektor Lain
Sektor listrik, gas, dan air (LGA) bersih tumbuh sebesar 7,00% (q-t-q)
pada triwulan laporan meningkat dibandingkan laju pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang sebesar 5,68% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sektor ini
berasal dari meningkatnya pertumbuhan sub sektor listrik yaitu sebesar 8,02% (q-
t-q). Di sisi lain, sub sektor gas mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar
0,35% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumny ayang tumbuh 1,27%(q-t-q).
Grafik 1.26. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.27. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik
(2.25)
4.68
6.77 6.77
(2.64)
7.05
(1.80)
8.02
(3.49)
6.99
1.45 3.60
(0.05)
9.20
5.33
(10.68)
-15.0
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
KWH (dalam Ribuan)
Total Pemakaian Pertumbuhan Total
Grafik 1.26
2.14
0.75
2.93
3.60 3.41
2.82
2.32
2.57
3.05
0.50 0.41
1.28
3.10
1.19
0.21
(0.61)
-1.0
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
Pelanggan
Total Pelanggan Perumbuhan Pelanggan
Grafik 1.27
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
17
Perlambatan sub sektor air
bersih tercermin dari menurunnya
konsumsi air di Kota Jambi sebesar
6,47% (q-t-q). Konsumsi air bersih
melalu PDAM Kota Jambi pada
triwulan laporan sebesar 2,48 juta
M² turun dari triwulan sebelumnya
yang sebesar 2,66 juta juta M².
Penurunan ini dipicu oleh menurunnya konsumsi air oleh rumah tangga sebesar
27,42%.
Sektor bangunan
menunjukkan pertumbuhan
sebesar 0,88% (q-t-q), melambat
dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 2,53 (q-t-q).
Masih meningkatnya
pertumbuhan sektor bangunan
dikonfirmasi dengan meningkatnya indeks industri perumahan rakyat pada
triwulan laporan sebesar 38,24%. Seiring dengan itu, konsumsi semen juga
mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan lalu sebesar 18,03%. Situasi
akhir tahun yang diikuti dengan adanya pembagian bonus bagi beberapa jenis
usaha diikuti dengan meningkatnya minat masyarakat untuk membeli tempat
tinggal.
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar
0,65% (q-t-q) pada triwulan laporan, melambat dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 1,22% (q-t-q). Melambatnya pertumbuhan sektor ini berasal dari
melambatnya pertumbuhan baik sub sektor pengangkutan maupun komunikasi
masing-masing sebesar 0,69% (q-t-q) dan 0,24% (q-t-q).
Pada triwulan laporan, musim libur tengah semester serta perayaan
Natal dan tahun baru memicu masih tumbuhnya sub sektor angkutan udara
Grafik 1.28. Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
m3
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009
m3
Rumah Tangga
Industri
Grafik 1.29. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
2008 2009 2010
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Semen (ton), aksis kiri
Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan Pert. PDRB Bangunan (%), aksis kanan
18
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
sebesar 1,75% (q-t-q). Pertumbuhan ini terlihat dari meningkatnya jumlah
kedatangan dan keberangkatan penumpang masing-masing 5,77% dan 5,52%.
Grafik 1.30. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur
(80)
(70)
(60)
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
2008 2009 2010
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiriKonsumsi Avtur (ratusan liter), aksis kiriPert. Konsumsi Avtur (%), aksis kanan
Grafik 1.31. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Grafik 1.32. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang
(15)
(10)
(5)
-
5
10
15
20
-
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PT. Angkasa Pura II
ribu orang
Kedatangan Penumpang (aksis kiri) Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)
Datang (aksis kanan) Berangkat (aksis kanan)
Grafik 1.31
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
ousa
ds
Sumber: PT.Angkasa Pura II
ton
Jumlah Bongkar (aks is kiri) Jumlah Muat (aksis kiri)
Per tumbuhan Bongkar (aks is kana) Pertumbuhan Muat (aksis kanan)
Grafik 1.32
Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 0,10%
melambat dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 0,31%. Masih tumbuhnya
sub sektor ini tercermin dari meningkatnya arus peti kemas dan arus barang
meskipun jumlah kunjungan kapal mengalami penurunan. Jumlah kunjungan
kapal tercatat sebanyak 633 unit menurun 15,49% dari triwulan sebelumnya.
Sementara itu, total arus barang tercatat sebanyak 1,50 juta ton, meningkat
42,03% dibandingkan triwulan sebelumnya.8 Di sisi lain, jumlah arus peti kemas
berdasarkan perdagangan di Pelabuhan Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh
sebesar 16.477 peti kemas, menurun 42,93% dibandingkan triwulan
sebelumnya.9
8 Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat.. 9 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20”, 40” serta diatas 40”. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
19
Grafik 1.33 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal Grafik 1.34. Perkembangan Total Arus Peti Kemas
Grafik 1.35. Perkembangan Total Arus Barang
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
persen(%)
Sumber: Pelindo Jambi
unit
Unit Pertumbuhan
Grafik 1.33
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
persen(%)
Sumber: Pelindo Jambi
ribu unit
Jumlah Total Arus Barang Per tumbuhan
Grafik 1.34
-100
-50
0
50
100
150
200
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
persen(%)
Sumber: Pelindo Jambi
ribu unit
Jumlah Arus Peti Kemas Pertumbuhan
Grafik 1.35
Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan
telekomunikasi masing-masing yang mengalami pertumbuhan sebesar 0,22% (q-
t-q) melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,67% (q-t-q) . Di sisi lain,
sub sektor jasa penunjang komunikasi tumbuh 2,24% (q-t-q) meningkat dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,49% (q-t-q).
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar
3,17% (q-t-q) pada triwulan laporan atau melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 4,04% (q-t-q). Pelambatan tersebut terutama
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan semua sub sektor, terutama sub
sektor bank yang tumbuh 3,85% dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh mencapai 5,66%.
Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tumbuh 0,79% (q-t-q) meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,08% (q-t-q). Meningkatnya
sektor ini dipicu oleh meningkatnya seluruh sub sektornya. Sub sektor jasa
pemerintahan umum tumbuh 0,83% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang
20
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
sebesar 0,04% (q-t-q) sementara sub sektor jasa swasta tumbuh 0,58% (q-t-q)
meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0,25% (q-t-q). Meningkatnya
aktivitas pembangunan oleh pemerintah daerah memicu meningkatnya
pertumbuhan sub sektor jasa pemerintahan.
C. PDRB Sisi Pengeluaran
Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada
triwulan laporan terutama didorong oleh meningkatnya ekspor provinsi Jambi
serta Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto. Meningkatnya perdagangan
provinsi Jambi keluar negeri (terutama untuk hasil olahan kelapa sawit) memicu
meningkatnya angka ekspor luar negeri pada triwulan laporan. Sementara itu,
meningkatnya aktivitas pembangunan proyek di akhir tahun 2010 ini memicu
peningkatan angka PMTDB.
Grafik 1.36. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 10
2.26
0.48
0.02
1.09
0.07
(0.92)
0.38
0.20
-0.02
0.53
0.02
0.81
-1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Lembaga Swasta Nirlaba
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Perubahan Stok
Net Ekspor/Impor
Trw IV-10 Trw III-10
Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai
pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 61,56% dari PDRB Jambi pada triwulan
IV-2010 (lihat grafik 1.36). Selain itu, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
(PMTDB) dan pengeluaran konsumsi pemerintah memiliki pangsa yang relatif
besar dengan masing-masing sebesar 21,40% dan 18,18%. Sedangkan share
perubahan stok sebesar 2,44% dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,63%.
10 Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
21
Grafik 1.37. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan IV tahun 2010 11
Pengeluaran konsumsi
rumah tangga , 61.56
Lembaga Swasta Nirlaba,
0.63
Pengeluaran Konsumsi
pemerintah , 18.18
Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto, 21.40
Perubahan Stok, 2.44Net Impor, 4.22
1. Pengeluaran Konsumsi
Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga
konstan selama triwulan laporan sebesar 0,53% (q-t-q), melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya 3,21% (q-t-q). Konsumsi rumah tangga mengalami
perlambatan setelah meningkat cukup signifikan pada triwulan lalu seiring
dengan pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) serta aktivitas belanja menjelang
hari besar keagamaan. Melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat juga
terlihat dari melambatnya konsumsi listrik rumah tangga sebesar 1,03%. Namun
demikian, indeks keyakinan konsumen menunjukkan perbaikan. Setelah pada
dua triwulan lalu indeks keyakinan konsumen (IKK) berada pada level pesimis,
pada triwulan laporan IKK mengalami peningkatan dengan angka di atas 100
yang menandakan optimisme masyarakat akan perekonomian ke depan.
11 Pangsa (share) net impor sebesar 4,22% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran.
22
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Grafik 1.38. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Grafik 1.39. Konsumsi Listrik Rumah Tangga 12
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
Indeks
Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.38
5.02 5.25
2.16
(1.54)
9.35
7.88
(1.03)
-4.0
-2.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
II III IV I II III IV
2010
Persen (%)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
KWH (dalam Ribuan)
Rumah Tangga Pertumbuhan RT
Grafik 1.39
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan terutama
dipicu oleh meningkatnya pembeliaan barang tahan lama seperti kendaran
bermotor dan perumahan. Penjualan kendaraan bermotor mengalami
peningkatan yang cukup signifikan yaitu 35,75% yaitu dari 29.947 unit menjadi
40.652 unit.
Sementara itu, penyaluran kredit real estate menunjukkan peningkatan
yang signifikan sebesar 39,45% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya. Peningkatan
tersebut menunjukkan tingginya permintaan akan perumahan pada triwulan
laporan. Adanya pembagian bonus tahunan bagi pegawai (terutama swasta)
terutama dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membeli barang tahan lama
dimaksud.
Pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami perlambatan sebesar
1,04% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,45% (q-t-q). Masih
tingginya realisasi APBD di akhir tahun 2010 memicu masih tumbuhnya konsumsi
pemerintah. Di sisi lain, pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba mengalami
penurunan sebesar 2,94% (q-t-q), dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 3,46% (q-t-q).
12 Data konsumsi listrik tersebut hanya untuk PLN wilayah Kotamadya Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
23
Grafik 1.40. Perkembangan Penjualan Premium Grafik 1.41. Perkembangan Penjualan Solar
Grafik 1.42. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.43. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi
Grafik 1.44. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik 1.45. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru
(10.0)
(5.0)
-
5.0
10.0
15.0
20.0
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
Premium g.Premium
Grafik 1.40.
(30.0)
(20.0)
(10.0)
-
10.0
20.0
30.0
40.0
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
M. Solar g.M. Solar
Grafik 1.41.
(20.0)
(15.0)
(10.0)
(5.0)
-
5.0
10.0
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
M.Tanah g.M.Tanah
Grafik 1.42.
37.45
-4.99
39.45
-10
0
10
20
30
40
50
0
20
40
60
80
100
120
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010
Kredit Real Estate
Pertumbuhan
Grafik 1.43.
(14.21)
21.56 26.81
9.78
23.64
1.61 (1.58)
(32.52)
(33.43)
8.22
43.83
3.99 8.18
30.48
(20.40)
35.75
(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40 50
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unitKENDARAAN BERMOTOR Per tumbuhan
Grafik 1.44.
(15.19)
21.26 26.81
10.01
23.49
1.05 (1.04)
(32.73)(34.04)
9.33
44.35
4.06
7.83
30.96
(20.44)
34.38
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unitSEPEDA MOTOR Pertumbuhan
Grafik 1.45.
2. Investasi
Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto
(PMTDB) tumbuh 3,24% (q-t-q) melambat dibandingkan triwulan lalu yang
tumbuh sebesar 6,97% (q-t-q). Realisasi proyek pembangunan fisik oleh
pemerintah yang berlangsung sejak triwulan lalu memicu tumbuhnya sektor
dimaksud. Kondisi ini juga didukung dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) terlihat situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin
dari nilai saldo bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 32,64 meningkat dari
triwulan sebelumnya yang sebesar 29,17.
24
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Grafik 1.46. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.47. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
Grafik 1.48. Konsumsi Semen Provinsi Jambi
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unit
TRUCK/PICK UP Pertumbuhan
Grafik 1.46.
-3,000
-2,000
-1,000
0
1,000
2,000
3,000
-25.00
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
TW I TW II TW III
TW IV
TW I TW II TW III
TW IV
TW I TW II TW III
TW III
2008 2009 2010
Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri
Grafik 1.47.
(30.0)
(20.0)
(10.0)
-
10.0
20.0
30.0
40.0
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
Ton
Konsumsi Sem en Per tumbuhan
Grafik 1.48.
Perubahan stok pada triwulan IV-2010 mengalami peningkatan sebesar
0,54% (q-t-q) melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,48% (q-t-q).
Sementara, pangsa stok pada triwulan laporan sebesar 2,44%.
3. Perdagangan Eksternal
Perkembangan ekspor Provinsi Jambi (ke luar daerah dan luar negeri) dan
impor provinsi Jambi (dari luar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan
pada triwulan laporan. Ekspor barang (dari luar provinsi maupun luar negeri)
meningkat sebesar 11,21% (q-t-q) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 16,55% (q-t-q). Sementara impor barang (dari luar provinsi
maupun luar negeri) meningkat 8,79% melambat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 15,68% (q-t-q). Pada triwulan laporan, ekspor Provinsi
Jambi mencapai Rp8,30 triliun, lebih rendah dibandingkan impor yang hanya
mencapai Rp8,92 triliun.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
25
Meningkatnya ekspor dalam
PDRB tersebut juga seiring dengan
meningkatnya ekspor provinsi Jambi
ke luar negeri. Berdasarkan dokumen
pemberitahuan ekspor barang (PEB),
ekspor Provinsi Jambi sebesar USD
314,92 juta meningkat 31,73% dari
triwulan laporan sedangkan impor sebesar USD 19,38 juta. 13 Dengan kondisi
tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD 295,54 juta,
meningkat sebesar 39,53% dibandingkan posisi yang sama periode triwulan
sebelumnya yang mencapai USD 211,81 juta. 14
Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas karet dan CPO. 15
Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi nilai
impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan.
3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi
Pada triwulan laporan (Oktober-November 2010), ekspor ke luar negeri
Provinsi Jambi meningkat sebesar 31,73% dibandingkan periode yang sama
triwulan sebelumnya (Juli-Agustus 2010), yaitu dari USD 239,07 juta menjadi USD
314,92 juta. Berdasarkan komoditasnya, peningkatan ekspor pada triwulan
laporan dipicu oleh meningkatnya ekspor minyak dan lemak sayur (fixed
vegetables oil & fat) sebesar USD 54,13 juta (124,25%). Sejalan dengan itu,
berdasarkan volumenya, ekspor komoditi tersebut meningkat sebesar 79,45%.
Kondisi ini juga dikonfirmasi dengan meningkatnya hasil produksi industri CPO
sebesar 27,32% pada triwulan laporan. Selain itu, terus meningkatnya harga jual
CPO ikut mendongkrak nilai ekspor di provinsi Jambi.
13 Data Bulan Oktober-November 2010 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). 14 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan dibandingkan net ekspor bulan Oktober-November 2010 dengan Juli-Agustus 2010. 15 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC).
Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi
0
50
100
150
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2009 2010Sumber: DSM, Bank Indonesia
juta USD
Impor Ekspor Net
26
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Grafik 1.50. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi
Grafik 1.51. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi
-
50
100
150
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2009 2010
CRUDE MATERIALS, INEDIBLE ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS
LAINNYA
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2010
Juta USD
CRUDE RUBBER PULP AND WASTE PAPER
FIXED VEGETABLE OILS & FATS PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF
COAL, COKE AND BRIQUETTES LAINNYA
Berdasarkan jenis komoditasnya,
nilai ekspor tertinggi (Oktober-November
2010) dicapai oleh komoditas karet mentah
(crude rubber) sebesar USD 164,05 juta
atau 52,09% dari total ekspor non migas,
sementara nilai ekspor lemak nabati dan
minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta
batu bara dan briket (coal, coke and
briquettes) masing-masing mencapai USD
97,70 juta (31,02% dari total ekspor non migas), dan USD 19,67 juta (6,25%
dari total ekspor non migas). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi,
terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas
karet mentah, lemak nabati dan minyak, disusul batu bara dan briket.
Grafik 1.53. Volume Ekspor Non Migras Provinsi Jambi
Grafik 1.54. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
(50)
-
50
100
150
200
250
300
350
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kil
o T
on
Kil
o T
on 23 - CRUDE RUBBER
25 - PULP AND WASTE PAPER 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF LAINNYA32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES (RHS)
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2010
Ribu USD
C. UNITED STATES OF AMERICA SINGAPORE MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C LAINNYA
Berdasarkan negara tujuan, meningkatnya ekspor provinsi Jambi pada
triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya ekspor ke Malaysia dan Vietnam yang
masing-masing meningkat USD 28,22 juta (75,72%) dan USD 24,56 juta
(4.519,86%). Berdasarkan pangsanya negara tujuan ekspor utama provinsi Jambi
Grafik 1.52. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan SITC
CRUDE RUBBER
52%
PULP AND WASTE PAPER
3%
FIXED VEGETABLE OILS & FATS
31%
PAPER,PAPERBOARD&MFD
THEREOF3%
COAL, COKE AND
BRIQUETTES6%
LAINNYA5%
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
27
berada di kawasan Asia yang hampir setara dengan 69,59% total ekspor Provinsi
Jambi. Penyumbang utama ekspor ke negara Asia adalah Malaysia yang
mencapai USD 64,49 juta (20,80%) diikuti dengan China yang mencapai USD
43,67 juta (13,87%) serta Jepang sebesar USD 31,45 juta (9,99%). Sementara
ekspor ke negara Amerika Serikat sebesar USD 52,62 juta (16,71%) pada
triwulan laporan.
3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi
Dari sisi impor (Oktober-November 2010), impor non migas mengalami
penurunan sebesar 28,92% (USD 7,88 juta) jika dibandingkan periode yang sama
triwulan sebelumnya (Juli-Agustus 2010) sehingga menjadi sebesar USD 19,38
juta. Menurunnya jumlah impor tersebut disebabkan oleh menurunnya impor
peralatan dan mesin industri (general industrial machine & equipment) sebesar
USD 5,90 juta (63,41%) diikuti dengan mesin peralatan dan mesin daya (power
generating mach & equipment) sebesar USD 3,50 juta (68,85%). Sementara itu,
peningkatan impor dialami oleh mesin khusus industri (machine special for
particulr industries) sebesar USD 3,95juta.
Grafik 1.55. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
Grafik 1.56. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2009 2010
MACHINERY & TRANSPORT EQP CHEMICAL LAINNYA
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ribu USD
71 - POWER GENERATING MACH. & EQP 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS 74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP 59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES
Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih
didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport
equipment) yang menguasai 60,65% dari nilai impor. Selain itu, kelompok bahan
mentah juga memberikan kontribusi impor sebesar 14,28% dari total impor
Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah bubur kertas dan benih
tanaman sebesar USD 2,77 juta.
Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan
terutama berasal dari Hongkong sebesar USD 8,39 juta (43,31%), diikuti dengan
28
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Singapura sebesar USD 7,08 juta (36,55%) dari total impor pada triwulan laporan
(s.d. bulan November) sebesar USD 19,38 juta.
Grafik 1.57. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara
Penjual
Grafik 1.58. Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2010
Ribu USD
C. CANADA SINGAPORE MALAYSIA C. HONGKONG
C. TAIWAN C. R.R.C LAINNYA
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2010
LAINNYA C. R.R.C C. TAIWAN C. HONGKONG MALAYSIA SINGAPORE C. CANADA
29
BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA
A. Kajian Umum
Inflasi Kota Jambi pada triwulan IV-2010 mencapai 3,02% (q-t-q),
meningkat dibandingkan triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 2,37%
(q-t-q). Inflasi yang terjadi di Kota Jambi berasal dari laju inflasi kelompok bahan
makanan dan kelompok makanan jadi.16
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
(4.00)
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Jambi.
Bulanan (m-t-m) Triwulanan (q-t-q)Year to date (y-t-d) Year on year (y-o-y)
Secara tahunan, inflasi Kota Jambi pada tahun 2010 mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan angka inflasi yang
relatif tinggi yaitu sebesar 10,52% (y-o-y) dibandingkan triwulan lalu yang
sebesar 7,91% (y-o-y). Sementara, pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di
bulan Oktober, November dan Desember 2010 masing-masing sebesar minus
0,02%(m-t-m), 1,18%(m-t-m) dan 1,83%(m-t-m).
Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi dan nasional menunjukkan
peningkatan dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan Inflasi Kota Jambi
16 Kendala pasokan bahan makanan dari luar daerah serta tingginya permintaan akan kebutuhan bahan makanan pada periode bulan Ramadhan cenderung dimanfaatkan oleh para pedagang untuk mencari keuntungan sesaat dengan meningkatkan harga.
30
INFLASI
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
secara tahunan (y-o-y) sebesar 10,52% lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi
nasional yang sebesar 6,96%.
Grafik 2.2. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi
12.62
9.9210.96
7.425.69
13.99 13.68
11.57
9.16
1.10 1.71 2.49
3.79
7.91 7.91
10.52
6.52 5.77 6.95 6.59
8.17
11.03 12.14
11.06
7.92
3.652.83 2.86 3.43
5.05 5.86.96
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008 2009 2010
%
Kota Jambi Nasional
Berdasarkan kotanya, tingkat inflasi di Jambi merupakan ketiga tertinggi di
Indonesia setelah Sibolga dan Mataram. Inflasi Kota Jambi juga lebih tinggi
dibandingkan dibandingkan daerah sekitarnya, yaitu Kota Bengkulu (9,08%/y-o-
y), kota Padang (7,84%/y-o-y), Kota Pekanbaru (6,99%/y-o-y) serta Kota
Palembang (6,02%/y-o-y).17
Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan 65 Kota di Indonesia per Desember 2010
0
5
10
15
Sibo
lga
Mat
aram
Jam
biKu
pang
Band
ar L
ampu
ngPe
mat
ang
Sian
tar
Sam
pit
Pala
ngka
raya
Pang
kal P
inan
gBe
ngku
luBa
njar
mas
inDu
mai
Ambo
nPo
ntia
nak
Mau
mer
eSo
rong
Denp
asar
Depo
kTa
raka
nBe
kasi
Pada
ngM
edan
Goro
ntal
oPa
dang
Sid
empu
anBa
tam
Yogy
akar
taBa
likpa
pan
Sura
baya
Lhok
seum
awe
Sem
aran
gSi
ngka
wan
gJe
mbe
rSa
mar
inda
Paka
nbar
uNa
siona
lM
akas
arKe
diri
Sum
enep
Wat
ampo
neTe
gal
Cire
bon
Mal
ang
Prob
olin
ggo
Sura
kart
aBo
gor
Mad
iun
Palu
Bim
aM
anad
oJa
kart
aSe
rang
Tanj
ung
Pina
ngCi
lego
nTa
nger
ang
Purw
oker
toPa
lem
bang
Pare
-Par
eTa
sikm
ala y
aSu
kabu
mi
Tern
ate
Mam
uju
Man
okw
ari
Band
a Ac
ehBa
ndun
gJa
yapu
raPa
lopo
Kend
ari
Di atas Inflasi Nasional Di bawah Inflasi Nasional
Namun demikian, berdasarkan asesmen Bank Indonesia, tingginya inflasi
di Kota Jambi pada triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya inflasi volatile
17 Sumber: DSM, Bank Indonesia.
INFLASI
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
31
foods yang mencapai 25,21% (y-o-y) jauh meningkat dibandingkan dengan
triwulan lalu yang sebesar 15,00% (y-o-y). Sementara itu, inflasi inti kota Jambi
pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,86% (y-o-y) menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 6,36% (y-o-y). Sementara inflasi administered
price pada triwulan laporan sebesar 3,12% (y-o-y).18
Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (y-o-y)
-5
0
5
10
15
20
25
30
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
%(y-o-y)
Inflasi Inti Volatile FoodsAdministered Prices U m u m
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan kelompoknya, sumbangan inflasi tertinggi pada triwulan
laporan berasal dari kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 6,31% (q-
t-q) dan sumbangan inflasi 1,93% (q-t-q), diikuti dengan makanan jadi dengan
inflasi 4,01% (q-t-q) dan sumbangan inflasi 0,74% (q-t-q). (lihat tabel 2.1.)
Semenjak triwulan II-2010, kelompok bahan makanan menjadi penyumbang
inflasi terbesar di Kota Jambi.
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn
I Bahan Makanan 2.10 0.61 9.14 2.60 4.89 1.49 6.31 1.93
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 3.51 0.64 1.40 0.26 3.42 0.62 4.01 0.74
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.83 0.17 1.23 0.26 0.49 0.10 0.72 0.15
IV Sandang -0.10 -0.01 1.45 0.09 1.58 0.09 1.89 0.11
V Kesehatan 1.08 0.04 0.67 0.03 -0.06 0.00 0.37 0.01
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.45 0.02 -0.02 0.00 0.43 0.02 0.01 0.00
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.34 0.06 -0.09 -0.02 0.37 0.06 0.41 0.06
INFLASI 1.53 1.53 3.22 3.22 2.37 2.37 3.02 3.02
Triwulan IV-2010(q-t-q, %)KELOMPOK
Triwulan I-2010(q-t-q, %)
Triwulan II-2010(q-t-q, %)
Triwulan III-2010(q-t-q, %)
18 Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang.
32
INFLASI
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Dilihat per sub kelompok, inflasi tertinggi pada triwulan laporan adalah
sub kelompok bumbu-bumbuan. Sementara itu, sub kelompok daging dan hasil-
hasilnya cenderung mengalami penurunan harga.
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN 9.14 14.54 4.89 14.38 6.31 24.26a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 3.03 15.52 7.54 20.42 7.73 23.71b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 13.03 9.02 13.54 26.10 -13.96 20.82c. IKAN SEGAR -2.25 -4.77 22.50 5.94 -3.11 2.74d. IKAN DIAWETKAN -2.58 -1.31 -1.86 -2.81 3.51 -1.12e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 2.08 1.77 3.49 2.68 2.00 5.39f. SAYUR-SAYURAN -3.11 17.94 15.54 36.41 0.62 26.42g. KACANG-KACANGAN -0.33 2.65 4.58 7.94 -2.85 1.87h. BUAH-BUAHAN 8.76 20.71 1.10 9.40 -0.64 12.90i. BUMBU-BUMBUAN 87.46 116.68 -28.11 7.65 61.59 132.92j. LEMAK DAN MINYAK -3.24 -6.89 8.47 11.03 11.95 21.32k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 1.41 6.68 1.42 5.89 -0.09 11.67II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 1.40 10.14 3.42 12.52 4.01 12.90a. MAKANAN JADI 1.52 11.21 4.11 15.34 4.54 15.46b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.43 13.44 1.73 8.98 3.81 9.01c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 1.69 5.89 2.82 8.40 2.91 9.45III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1.23 2.10 0.49 2.51 0.72 3.32a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 2.02 4.13 -0.70 3.00 1.69 4.42b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0.48 0.34 3.14 3.49 -0.52 3.83c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 0.08 -0.87 0.09 0.34 -0.11 -0.93d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA -0.05 -1.44 -0.32 -1.46 -0.33 -0.94IV. SANDANG 1.45 3.00 1.58 4.57 1.89 4.90a. SANDANG LAKI-LAKI 0.69 3.84 1.14 3.85 0.04 3.97b. SANDANG WANITA -0.21 0.94 2.32 1.92 0.48 2.45c. SANDANG ANAK-ANAK -0.13 -0.41 4.53 3.88 1.37 5.36d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 4.79 6.68 -0.71 8.26 5.14 7.61V. KESEHATAN 0.67 7.67 -0.06 6.97 0.37 2.07a. JASA KESEHATAN 0.00 7.11 0.00 7.11 0.00 0.00b. OBAT-OBATAN 1.01 7.47 0.10 5.59 0.66 5.91c. JASA PERAWATAN JASMANI 8.26 57.10 0.00 54.27 0.50 8.97d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA -0.45 0.72 -0.22 0.06 0.62 0.95VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA -0.02 8.65 0.43 2.18 0.01 0.88a. JASA PENDIDIKAN 0.00 11.53 0.00 0.00 0.00 0.00b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 1.69 0.00 0.00 0.00 0.00c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0.30 3.83 3.10 7.36 0.05 7.44d. REKREASI -0.40 6.40 -0.34 6.03 0.04 -1.49e. OLAHRAGA 0.44 6.16 0.00 1.36 -0.41 -0.17VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN -0.09 3.43 0.37 1.82 0.41 1.03a. TRANSPOR -0.70 1.92 -0.31 -0.78 0.52 0.02b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 3.49 23.32 5.35 25.43 0.57 9.68d. JASA KEUANGAN 0.00 0.22 0.00 0.00 0.00 0.00
INFLASI (UMUM) 3.22 7.91 2.37 7.91 3.02 10.52
Sumb Sumber: BPS (diolah)
Triwulan II-2010 Triwulan III-2010 Triwulan IV-2010KELOMPOK/SUBKELOMPOK
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi
terbesar adalah beras; bawang merah; nasi (Oktober 2010), cabe merah; bawang
merah; minyak goreng (November 2010) serta cabe merah; beras; kelapa
(Desember 2010). Sementara itu, deflasi yang dialami kota Jambi pada bulan
Oktober 2010 dipicu oleh menurunnya harga daging ayam ras; cabe merah dan
kacang panjang.
INFLASI
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
33
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode triwulan IV-2010 TW IV-2010 TW IV-2010
Sumbangan Sumbangan
OKTOBER OKTOBER
1 BERAS 0.3350 1 DAGING AYAM RAS -0.4664
2 BAWANG MERAH 0.1857 2 CABE MERAH -0.2759
3 NASI 0.0609 3 KACANG PANJANG -0.0767
4 MINYAK GORENG 0.0535 4 KELAPA -0.0484
5 AYAM GORENG 0.0508 5 TOMAT BUAH -0.0389
6 GULA PASIR 0.0427 6 NILA -0.0278
7 EMAS PERHIASAN 0.0353 7 DENCIS -0.0197
8 PATIN 0.0308 8 TELUR AYAM RAS -0.0196
9 KANGKUNG 0.0307 9 TAHU MENTAH -0.0189
10 KAYU BALOKAN 0.0196 10 DAGING SAPI -0.0176
0.8450 -1.0099NOVEMBER NOVEMBER
1 CABE MERAH 0.5946 1 DAGING AYAM RAS -0.2484
2 BAWANG MERAH 0.1785 2 NILA -0.0667
3 MINYAK GORENG 0.1333 3 SEPEDA MOTOR -0.0494
4 BERAS 0.1196 4 KANGKUNG -0.0373
5 NASI 0.1132 5 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA -0.0349
6 BENSUN 0.0810 6 KETIMUN -0.0136
7 AYAM GORENG 0.0763 7 NBAYAM -0.0108
8 GADO-GADO 0.0473 8 PASIR -0.0099
9 KACANG PANJANG 0.0323 9 DENCIS -0.0092
10 GULA PASIR 0.0321 10 DAUN SINGKONG -0.0068
1.4082 -0.4870DESEMBER DESEMBER
1 CABE MERAH 1.0968 1 NILA -0.0700
2 BERAS 0.1067 2 BAWANG MERAH -0.0596
3 KELAPA 0.0955 3 DENCIS -0.0559
4 DAGING AYAM RAS 0.0928 4 TONGKOL -0.0368
5 MINYAK GORENG 0.0890 5 BAWANG PUTIH -0.0269
6 CABE RAWIT 0.0765 6 KACANG PANJANG -0.0199
7 UDANG BASAH 0.0584 7 PATIN -0.0131
8 KAYU BALOKAN 0.0536 8 DAGING SAPI -0.0120
9 ROKOK KRETEK FILTER 0.0531 9 BUNCIS -0.0106
10 TELUR AYAM RAS 0.0511 10 DAUN SINGKONG -0.0091
1.7735 -0.3139Sumber : BPS (diolah)
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2010 mengalami inflasi
sebesar 6,31% (q-t-q) dengan sumbangan inflasi sebesar 1,93%. Tingginya inflasi
kelompok tersebut terutama disumbangkan oleh sub kelompok bumbu-bumbuan
yang mengalami inflasi mencapai 61,59% (q-t-q).
Meningkatnya harga sub kelompok bumbu-bumbuan terutama
dipengaruhi oleh meningkatnya harga cabe merah dan bawang merah yang
cukup signifikan. Menurunnya pasokan yang masuk di kota Jambi pada triwulan
laporan ikut menekan harga cabai sehingga kembali meningkat. Pada triwulan
34
INFLASI
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
laporan harga cabe merah meningkat 158,13% sementara harga bawang merah
meningkat 30,08%19 Grafik 2.5. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/kg)
Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa
Bawang Putih Bawang Merah
Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami penurunan harga
dengan deflasi sebesar minus 13,96% (q-t-q). Pada bulan Oktober dan
November 2010, daging ayam ras merupakan komoditi penyumbang deflasi
terbesar. Harga daging ayam yang meningkat pada triwulan sebelumnya kini
mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya produksi sementara
permintaan tetap.
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.7. Perkembangan Harga Daging
0
1000
2000
3000
4000
5000
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Jagung internasional (aksis kiri)Jagung pipilan kering (aksis kanan)
50,000
55,000
60,000
65,000
70,000
75,000
80,000
-
8,000
16,000
24,000
32,000
40,000
48,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
(Rp/Kg)
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/Kg)
Ayam Kampung (aksis kiri)Daging Ayam Broiler (aksis kiri)Daging Sapi Murni (aksis kanan)
19 Pasokan cabai ke Kota jambi dipasok dari Kerinci, Sarolangun, Sumatra Barat serta Bengkulu (Curup)
INFLASI
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
35
Perkembangan harga
beras (IR 64) menunjukkan
peningkatan pada triwulan
laporan sebesar 21,66%
dibandingkan triwulan III-
2010. Hal ini juga diikuti
dengan kenaikan harga beras
premium meskipun dengan
kenaikan yang relatif lebih rendah. Meningkatnya harga beras tersebut seiring
dengan berkurangnya pasokan dari sentra produksi.
Sub kelompok ikan segar juga mengalami penurunan harga pada
triwulan laporan dengan angka deflasi sebesar minus 3,11% (q-t-q).
Meningkatnya produksi ikan budidaya keramba seperti ikan nila dan patin
memicu menurunnya harga sub kelompok ini.
Sementara,
perkembangan harga
tepung terigu merek
Segitiga Biru relatif
stabil yaitu di harga
Rp7.500/kg. Tren
peningkatan rata-rata
harga gandum, yang
merupakan bahan
baku tepung terigu,
di pasar internasional sebesar 16% menjadi $6,95/bushel pada triwulan laporan
belum diikuti dengan naiknya harga tepung terigu di Jambi.21
20 Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg. 21 Satu bushel setara dengan 27 kg.
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Beras20
4000
5000
6000
7000
8000
9000
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/CWT)
Beras internasional (aksis kiri)lokal IR 64 (aksis kanan)
Grafik 2.9. Perkembangan Harga Tepung Terigu
5000
6000
7000
8000
9000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Wheat/Gandum (aksis kiri)Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
36
INFLASI
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Di sisi lain, harga rata-rata
crude palm oil (CPO) internasional
meningkat mencapai 32,87% (q-
t-q). Sejalan dengan hal tersebut,
peningkatan harga CPO juga
diikuti dengan naiknya harga
minyak goreng lokal. Harga rata-
rata minyak goreng lokal
berdasarkan data dari Disperindag meningkat 12,73% (q-t-q) dibandingkan
triwulan lalu. Dengan demikian inflasi sub kelompok lemak dan minyak pada
triwulan laporan mencapai 11,95% (q-t-q).
2. Kelompok Makanan Jadi
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan
IV-2010 mengalami inflasi sebesar 12,90% (y-o-y) dengan laju inflasi triwulanan
sebesar 4,01% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi
tercatat pada sub kelompok makanan jadi sebesar 4,54% (q-t-q), diikuti sub
kelompok minuman tidak beralkohol (3,81%/q-t-q) serta sub kelompok
tembakau dan minuman beralkohol (2,91%/q-t-q).
Pada triwulan laporan, sumbangan nasi, dan ayam goreng memberikan
sumbangan cukup berarti bagi kenaikan harga sub kelompok makanan jadi.
Naiknya harga bahan makanan jadi seperti nasi tersebut mengikuti kenaikan
harga bahan makanan seperti harga beras.
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV-
2010 mengalami inflasi sebesar 0,72% (q-t-q) serta dengan laju inflasi tahunan
mencapai 3,32% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, hanya sub kelompok
biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi yaitu sebesar 1,69% (q-t-q)
sementara sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air; sub kelompok
perlengkapan rumah tangga dan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga
Grafik 2.10. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
0
500
1000
1500
2000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(Ringgit/Ton)
CPO internasional (aksis kiri)Minyak goreng lokal (aksis kanan)
INFLASI
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
37
mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,52% (q-t-q); 0,11% (q-t-q); dan
0,33% (q-t-q).
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada triwulan IV-2010 mengalami inflasi sebesar
1,89% (q-t-q). Inflasi kelompok sandang dipicu oleh meningkatnya harga semua
sub kelompoknya dengan peningkatan tertinggi pada sub kelompok barang
pribadi dan sandang lainnya yaitu sebesar 5,14% (q-t-q).
Harga rata-rata emas pada
triwulan laporan kembali
mengalami peningkatan. Harga
rata-rata emas (logam mulia) 24
karat di Jambi pada triwulan IV-
2010 sebesar Rp379.521/gram
meningkat 10,16%
dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar Rp344.520/gram.22 Hal ini sejalan dengan peningkatan
harga emas internasional yang mampu mencapai 1.392,60/troy ounce pada
akhir Desember 2010.23
5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,37% (q-t-q) pada
triwulan IV-2010. Inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh meningkatnya
harga obat-obatan, jasa perawatan jasmani dan perawatan jasmani dan
kosmetika masing-masing sebesar 0,66% (q-t-q); 0,50% (q-t-q); 0,62% (q-t-q) .
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan IV-2010
mengalami inflasi sebesar 0,01% (q-t-q) menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar 0,43% (q-t-q). Meningkatnya harga kelompok ini
disebabkan oleh meningkatnya harga sub kelompok rekreasi sebesar 0,04% (q-t-
22 Sumber: BPS Provinsi Jambi. 23 Sumber: Bloomberg. 1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org)
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
0
100
200
300
400
0
500
1000
1500
2000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
(Rp ribu/gram)
Sumber: Bloomberg & BPS Prov. Jambi
(USD/troy ounce)
Emas internasional (aksis kiri)
Emas Lokal 24 karat (aksis kanan)
38
INFLASI
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
q) sementara sub kelompok olahraga mengalami penurunan sebesar 0,41% (q-t-
q).
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Perkembangan harga yang terjadi pada kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan IV-2010 sebesar
0,41% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi pada sub
kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 0,57% (q-t-q), diikuti dengan
sub kelompok transpor sebesar 0,52% (q-t-q).
Perkembangan harga rata-rata minyak di pasar internasional mengalami
peningkatan pada periode triwulan IV-2010. Periode triwulan IV-2010, harga
rata-rata minyak sebesar USD 85,10/barrel, meningkat 11,97% dari triwulan
sebelumnya yang sebesar USD 76,00/barrel akan tetapi secara umum harga
minyak menunjukkan angka yang cukup stabil dalam setahun terakhir ini.
Namun demikian rencana pemerintah untuk mulai menghapuskan penggunaan
premium bagi masyarakat umum dapat menjadi ancaman tersendiri bagi
tekanan inflasi di Indonesia.
Grafik 2.12. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
0
25
50
75
100
125
150
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg
Harga Minyak (USD/Barrel)
i
Boks 1.
PEMETAAN KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERBESAR DI KOTA JAMBI
Inflasi merupakan fenomena umum yang terjadi pada hampir seluruh negara
baik pada tingkat perekonomian nasional maupun regional. Pada tingkat yang relatif
rendah, inflasi tidak menimbulkan persoalan terlalu serius bagi perekonomian bahkan
diperlukan sebagai insentif untuk merangsang peningkatan produksi barang dan jasa.
Sebaliknya jika pergerakannnya berlangsung sangat cepat pada tingkat yang cukup
tinggi dan tidak stabil, inflasi justru akan menimbulkan dampak yang kurang
menguntungkan bahkan dapat menjelma menjadi penyakit yang akan mengganggu
kelangsungan berbagai aktivitas perekonomian. Itulah sebabnya perubahan laju inflasi
harus dikendalikan agar selalu berada pada tingkat dan interval yang relatif rendah
serta stabil.
Bila diamati perkembangan perubahan tingkat harga antar daerah di Indonesia,
Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah yang laju inflasinya tergolong tinggi dan
sangat fluktuatif. Pada tahun 2007, laju inflasi di daerah ini mencapai 7,42%
kemudian naik menjadi 11,57% pada tahun berikutnya. Angka-angka ini lebih tinggi
dari laju inflasi nasional masing-masing sebesar 6,59% dan 11,06%. Tingkat inflasi
turun drastis menjadi 2,49% pada tahun 2009 lebih rendah dari inflasi national
sebesar 2,78%, namun perkembangan terbaru menunjukkan tanda-tanda
meningkatnya kembali tingkat inflasi yang telah mencapai sebesar 6,96% pada tahun
2010.
Kontribusi setiap kelompok barang atau komoditi terhadap pembentukan
inflasi bergantung kepada dua hal yaitu perubahan harga dan bobot komoditi tersebut
dalam perhitungan indeks harga konsumen. Selain kedua unsur tersebut, faktor
stabilitas harga atau frekuensi perubahann harga suatu komoditi juga sangat
menentukan gejolak atau fluktuasi laju inflasi. Semakin tinggi frekuensi perubahan
harga suatu komoditi semakin tinggi keragaman laju inflasi dalam suatu periode waktu
tertentu dan akibatnya semakin besar ketidakpastian yang ditimbulkannya. Pola
perubahan harga seperti ini akan berdampak terhadap pengambilan keputusan oleh
para aktor atau pelaku ekonomi baik produsen, maupun konsumen dan pemerintah.
ii
TUJUAN PENELITIAN
a. Mengetahui dan menganalisis komoditi yang berperan dominan terhadap laju
inflasi berdasarkan besarnya nilai bobot atau penimbangnya dalam pembentukan
IHK di Kota Jambi.
b. Mengetahui besaran perubahan tingkat harga dan frekuensi perubahan harga
komoditi-komoditi yang berperan dominan terhadap laju inflasi di Kota Jambi.
c. Memetakan komoditi-komoditi pembentuk IHK untuk memperoleh komoditi
pemilik bobot atau penimbang terbesar dan frekuensi perubahan harga tertinggi
di Kota Jambi
JENIS DAN SUMBER DATA
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri atas bobot atau
penimbang komoditi dalam pembentukan IHK, data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan
Inflasi selama periode 2008-2010 yang terperinci menurut jenis komoditi. Data IHK
dibedakan atas runut waktu bulanan dan mingguan sesuai dengan survey masing-
masing komoditi yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam perhitungan IHK.
METODE PENGUMPULAN DATA
Data sekunder dikumpulkan dari kompilasi data BPS Provinsi Jambi yang
meliputi bobot atau penimbang setiap komoditi dan IHK rinci mencakup berbagai
barang dan jasa yang telah dikumpulkan selama rentang waktu April 2008 sampai
dengan September 2010 (30 bulan).
PEMETAAN KOMODITI
Pemetaan komoditi dilakukan dengan menghubungkan antara bobot
penimbang masing-masing komoditi dengan besaran frekuensi perubahan tingkat
harganya masing-masing pada sumbu vertikal atau horizontal. Pemetaan ini akan
mengelompokkan seluruh komoditi kedalam empat kuadran sebagai berikut:
Kuadran I : Komoditi yang kedua komponen baik Bobot Penimbang maupun tingkat
perubahan harga atau frekuensi perubahan harganya relatif lebih tinggi.
Kuadran II : Komoditi yang mempunyai Bobot Penimbang tinggi, tetapi perubahan
tingkat harga atau frekuensi perubahan harganya relativ lebih rendah
Kuadran III : Komoditi yang kedua komponen baik Bobot Penimbang maupun
perubahan tingkat harga atau frekuensi perubahan harganya relatif lebih
rendah
iii
Kuadran IV: Komoditi yang mempunyai Bobot Penimbang lebih Rendah tetapi
perubahan tingkat harga atau frekuensi perubahan harganya relatif lebih
tinggi.
Pengelompokan seluruh komoditi yang tercakup dalam perhitungan IHK ke
dalam keempat kuadran di atas dapat disajikan seperti peta komoditi sebagai berikut.
Gambar 1 Peta Kuadran Komoditi Penyumbang Inflasi di Kota Jambi
Koefisien Variasi
Nilai Pembobot
Kuadran II
Bobot/ Penimbang Rendah
Tetapi Frekuensi
Kuadran I
Bobot/ Penimbang dan Frekuensi Perubahan
Harga Tinggi
Kuadran III
Bobot/ Penimbang dan Frekuensi Perubahan
Harga Rendah
Kuadran IV
Bobot/ Penimbang Tinggi
Tetapi Frekuensi
HASIL PENELITIAN
Komoditi Mingguan
Nilai koefisien variasi dan pembobot setiap komoditi pada sepuluh komoditi
pencacahan mingguan cukup bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya.
Komoditi cabe merah merupakan satu-satunya komoditi yang memiliki frekuensi
perubahan harga sekaligus pembobot atau penimbang relatif lebih tinggi dari komoditi
yang lain. Tiga komoditi lainnya juga memiliki frekuensi perubahan harga yang cukup
tinggi, tetapi nilai pembobotnya lebih rendah yaitu bawang putih, tomat sayur dan
bayam. Komoditi bayam yang berasal dari kuadran dua pada pemetaan komoditi
merupakan pemilik pembobot paling rendah, namun frekuensi perubahan harganya
cukup tinggi menempati urutan ketiga setelah bawang putih dan cabe merah. Empat
komoditi sebenarnya memiliki frekuensi perubahan harga relatif lebih rendah, tetapi
nilai pembobotnya lebih tinggi yaitu daging ayam, emas perhiasan, bawang merah dan
gula pasir. Dua komoditi lainnya memiliki frekuensi perubahan harga dan nilai
pembobot relatif lebih rendah yaitu ikan teri dan sabun deterjen.
iv
Bila diamati lebih jauh hasil perhitungan koefisien variasi dan besarnya nilai
pembobot yang diberikan pada sepuluh besar komoditi penyumbang tertinggi
terhadap inflasi di Kota Jambi, cabe merah ternyata berperan sebagai komoditi yang
frekuensi perubahan harganya tinggi sekaligus memiliki nilai pembobot lebih besar.
Kedua besaran yang dimiliki komoditi ini menempati urutan kedua tertinggi yaitu
tertinggi kedua setelah komoditi bawang putih untuk nilai koefisien variasi dan
tertinggi kedua setelah daging ayam ras untuk nilai pembobot atau penimbang.
Kombinasi dua faktor inilah yang menjadikan komoditi cabe merah tampil sebagai
penyumbang inflasi dengan fluktuasi perubahan harga tertinggi dalam beberapa tahun
terakhir khususnya pada periode 2008-2010.
Konsumsi daging ayam ras sesungguhnya menempati urutan pertama dalam
total pengeluaran rumah tangga sehingga komoditi ini diberikan nilai bobot terbesar
dalam perhitungan IHK di Kota Jambi, namun frekuensi perubahan harganya relatif
rendah. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh komoditi emas perhiasan dan bawang
merah yang bobotnya tinggi tetapi frekuensi perubahannya rendah. Jadi tingginya
kontribusi ketiga komoditi ini terhadap inflasi lebih disebabkan oleh besarnya
pengeluaran rumah tangga, walaupun frekuensi perubahan harganya lebih rendah dari
bawang putih dan cabe merah. Komoditi bawang putih sendiri yang nilai bobotnya
rendah karena kecilnya proporsi konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, frekuensi
perubahan harganya ternyata sangat tinggi.
Tabel 4. Nilai Koefisien Variasi dan Penimbang Sepuluh Besar Komoditi Pencacahan Mingguan di Kota Jambi
No. Jenis Komoditi Koefisien variasi
Penimbang SBH 2007
Penimbang SBH 2002
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
Bawang putih Cabe merah Bawang merah Daging ayam ras Emas perhiasan Teri Tomat sayur Bayam Gula pasir Sabun detergen bubuk
0,56 0,40 0,18 0,15 0,15 0,22 0,25 0,34 0,23 0,17
0,22 1,29 0,62 2,09 1,02 0,43 0,22 0,19 0,93 0,48
0,29 1,79 0,74 2,61 0,26 0,51 0,35 0,39 1,59 0,59
Sumber: Hasil Olahan Pemetaan Komoditi oleh BPS Jambi.
v
Komoditi Bulanan
Sepertihalnya pada kelompok komoditi pencacahan mingguan, pemetaan 230
komoditi pada kelompok pencacahan bulanan telah menghasilkan sepuluh komoditi
penyumbang tertinggi terhadap IHK Kota Jambi. Apabila dibandingkan dengAn hasil
pengolahan data kelompok komoditi pencacahan mingguan, koefisien variasi komoditi
kelompok pencacahan bulanan ternyata jauh lebih bervariasi diantara kesepuluh
komoditi tersebut. Besaran koefisen variasi antar komoditi tidak selalu searah dengan
angka pembobotnya seperti halnya pada kelompok komoditi pencacahan mingguan.
Bahan bakar rumah tangga tampil sebagai komoditi yang frekuensi perubahan
harganya paling tinggi sekaligus memiliki nilai pembobot paling besar, sementara
komoditi sepatu anak-anak yang koefisien variasinya menempati urutan tertinggi
keempat juga memiliki nilai pembobot cukup besar menempati urutan yang sama yaitu
tertinggi keempat. Akan tetapi komoditi papan, biskuit, pompa air listrik, meja kursi
tamu, sebagai komoditi yang memiliki koefisien variasi tertinggi kedua, ketiga, dan
keempat justeru memiliki nilai pembobot relatif lebih kecil masing-masing menempati
urutan terkecil kedua, ketiga, pertama dan keempat. Komoditi yang frekuensi
perubahan harganya lebih rendah tetapi nilai pembobotnya relatif lebih tinggi adalah
tomat, cat tembok dan genteng. Teh adalah komoditi yang frekuensi perubahan
harganya paling rendah sekaligus nilai pembobotnya lebih kecil dari kesepuluh
komoditi tersebut.
Tidak jauh berbeda dengan hasil pemetaan komoditi pencacahan mingguan,
pemetaan komoditi pencacahan bulanan juga menghasilkan satu komoditi yang
mengalami perubahan harga tertinggi dan memiliki pembobot terbesar yaitu bahan
bakar rumah tangga yang direpresentasikan oleh gas elpiji berbobot 12 kg. Perpaduan
koefisien variasi yang tinggi dan nilai bobot yang besar menjadikan komoditi ini
sebagai penyumbang inflasi yang tinggi pada kelompok pencacahan bulanan seperti
halnya komoditi cabe merah pada kelompok komoditi pencacahan mingguan atau dua
mingguan.
Berpedoman pada nilai pembobot dan koefisien variasi sepuluh komoditi di
atas akhirnya diplih lima komoditi penyumbang inlasi tertinggi pada kelompok
pencacahan bulanan. Kelima komoditi tersebut adalah gas elpiji dengan bobot terbesar
dan perubahan harga tertinggi; papan dengan frekuensi perubahan harga tertinggi
kedua; genteng dan tomat buah dengan nilai bobot tertinggi kedua dan ketiga, dan
teh dengan frekuensi perubahan harga terendah dan bobot terendah ketiga.
vi
Tabel 5. Nilai Koefisien Variasi dan Penimbang Sepuluh Besar Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi
No. Jenis Komoditi Koefisien variasi
Penimbang SBH 2007
Penimbang SBH 2002
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Bahan bakar rumahtangga (gas
elpiji 12kg) Papan Genteng Cat tembok Tomat buah Biskuit Pompa air listrik Meja kursi tamu Sepatu anak-anak
3,00 0,61 0,46 0,35 0,32 0,56 0,52 0,52 0,52 0,32
2,29 0,12 0,26 0,22 0,24 0,15 0,10 0,21 0,23 0,15
0,56 0,34 0,33 0,40 0,16 0,27 0,08 0,12 0,15 0,29
Sumber: Hasil Olahan Pemetaan Komoditi oleh BPS Jambi
Komoditi-komoditi yang frekuensi perubahan harganya tergolong tinggi di
Kota Jambi tidak jauh berbeda dengan pola perubahan tingkat harga umum yang
terjadi pada tingkat perekonomian nasional. Pada SBH tahun 2007 komoditi penyusun
Indeks Harga Konsumen dibagi dalam tiga kelompok paket komoditi, yaitu: (1) paket
komoditi volatile yaitu kelompok komoditi dengan harga fluktuatif; (2) paket komoditi
administered yaitu komoditi yang tingkat harganya diatur oleh pemerintah; dan (3)
paket komoditi core yaitu komoditi inti yang tingkat harganya lebih banyak ditentukan
oleh mekanisme pasar atau interaksi permintaan dan penawaran secara normal.
Komoditi yang termasuk ke dalam paket pertama adalah produk-produk pertanian
bahan makanan yang aktivitas produksinya sangat dipengaruhi oleh perubahan musim
dan cuaca berada di luar kendali manusia sehingga perubahan tingkat harganya lebih
banyak ditentukan oleh produksi, jumlah pasokan atau suplai pasar. Sebaliknya
komoditi-komoditi yang diadministrasi oleh pemerintah, tingakat harganya ditentukan
melalui penetapan tarif seperti listrik dan telepon atau penetapan harga langsung
seperti gas elpiji.
Hasil pemetaan komoditi seperti ditunjukkan di atas memperlihatkan bahwa
komoditi yang frekuensi perubahan harganya relatif lebih tinggi adalah produk-produk
pertanaian yang bersifat volatile pada kelompok pencacahan mingguan seperti
bawang putih, cabe merah, bawang merah, bayam, tomat sayur dan tomat buah.
Pada hasil pemetaan komoditi pencacahan bulanan, gas elpiji 12 kg yang tergolong ke
dalam administered good tecatat sebagai komoditi yang frekuensi perubahan
vii
harganya tertinggi. Sebagai komoditi ”administered price” tingkat harganya sangat
bergantung pada perubahan kebijakan pemerintah, sehingga frekuensi perubahan
harganya semestinya relatif kecil. Walaupun perubahan kebijakan pemerintah tidak
dilakukan secara cepat, kenyataan dalam kehidupn sehari-hari di lapangan, harga gas
elpiji 12 kg sangat bervariasi antar pedagang. Jadi disamping perubahan kebijakan
pemerintah, harga komoditi ini juga ditentukan oleh pedagang secara bervariasi.
Terkait dengan fakta ini, komoditi gas elpiji 12 kg dipandang perlu untuk dimasukkan
sebagai komoditi yang akan diobservasi lebih lanjut.
viii
LAMPIRAN 1 HASIL PEMETAAN KOMODITI PEMBENTUK IHK DI KOTA JAMBI
PADA KELOMPOK KOMODITI PENCACAHAN MINGGUAN
No Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 41 Bawang putih Bayam Ikan saluang Beras2 Cabe merah Ikan kaleng Tauge/kecambah Minyak goreng3 Tahu mentah Gabus Terong panjang Ikan nila4 Tomat sayur Kangkung Gabus Daging sapi5 Gula pasir Kacang panjang Kembang kol Telur ayam ras6 Ikan teri Lambak Ikan bawal Ikan patin7 Udang basah Wortel Kacang tanah Mie instant8 Bawang merah Sawi hijau Ikan Kembung Semen9 Sabun detergen Petai Jagung pipilan Susu bubuk
10 Daging ayam Daun singkong Telur ayam kampung Ikan dencis11 Emas perhiasan Cabe rawit Ikan bulu ayam Kelapa12 Cumi-cumi Beras jagung Tempe13 Garam Ikan asin belah Kentang14 Buncis Lele Susu balita15 Kol putih/kubis Kacang kedelai Susu kental16 Cabe hijau Tepung terigu Susu bayi17 Nangka muda Sabun cair Ikan tongkol18 Jagung manis Ikan gurame19 Kerang20 Ikan peda21 Sepat siam22 Ikan kepala batu23 Ikan kakap
ix
LAMPIRAN 2 HASIL PEMETAAN KOMODITI PEMBENTUK IHK DI KOTA JAMBI
PADA KELOMPOK KOMODITI PENCACAHAN BULANAN
No Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 41 Bahan Bakar Piring Gelas Minum Kayu Balokan2 Papan Kursi Hand Body Lotion Air Minum Kemasan3 Genteng Celana Pendek Pria Handuk Apel4 Cat Tembok Lampu Tl/Neon Helm Ayam Goreng
5Tomat Buah Kipas Angin Jam Tangan Baju Kaos/T Shirt Anak
6Biskuit Buku Pelajaran Sd Jamu Baju Kaos/T Shirt Pria
7Pompa Listrik Margarine Juice Buah
Baju Kaos/T-Shirt Wanita
8 Meja Kursi Kasur Kaos Kutang/Singlet Ban Luar Mobil9 Sepatu Anak-Anak Magic Com Kaos Oblong Anak Ban Luar Motor
10 Teh Kain Gorden Karpet Batu Bata/Batu Tela
Halaman ini sengaja dikosongkan
i
Boks 2.
KARAKTERISTIK KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERBESAR DI KOTA JAMBI
Meningkatnya harga yang tercermin melalui angka inflasi secara secara umum
disebabkan oleh meningkatnya permintaan, menurunnya penawaran, serta ekspektasi
masyarakat terhadap perubahan harga pada masa yang akan datang. Peningkatan
harga yang bersumber dari permintaan dapat disebabkan oleh tingginya jumlah
kebutuhan dan meningkatnya daya beli masyarakat, sementara kenaikan harga yang
bersumber dari penawaran dapat disebabkan oleh kegagalan panen dan terhambatnya
jalur distribusi barang. Peningkatan harga komoditi yang bersumber dari ekspektasi
masyarakat dapat terjadi karena kekhawatiran masyarakat akan kenaikan harga-harga
sebagai akibat dari pengalaman pada periode lalu.
Di lingkungan provinsi Jambi, daya beli masyarakat masih relatif rendah yaitu
pada urutan ketiga terendah di Sumatera setelah Lampung dan Bengkulu. Hal ini
menunjukkan potensi tekanan inflasi dari sisi permintaan masih relatif rendah. Namun
demikian, fakta menunjukkan tingkat harga umum di Kota Jambi ternyata relatif lebih
tinggi dan cenderung berfluktuasi dalam rentang yang cukup besar. Dari sisi suplai
sebagian besar barang yang diperdagangkan di Kota Jambi berasal dari daerah lain
termasuk komoditi tanaman bahan makanan, meskipun potensi pengembangannya
sangat besar di sekitar wilayah Provinsi Jambi. Ketergantungan yang tinggi terhadap
pasokan luar daerah mengakibakan kecilnya peran yang dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah bersama pelaku ekonomi lokal untuk melakukan langkah-langkah
dalam meredam inflasi dari sisi suplai. Sementara kebijakan ekonomi regional adalah
dalam sisi suplai. Kebijakan stabilitas ekonomi terutama dalam pengendalian inflasi di
sisi permintaan berada dalam kekuasaan pemerintah pusat besama otoritas moneter
melalui kebijakan fiskal dan moneter.
Gambaran di atas memperlihatkan bahwa gejolak perubahan harga dapat
disebabkan oleh berbagai faktor yang tidak selalu dapat diidentifikasi dengan kasat
mata. Namun demikian rumusan disain kebijakan pengendaliannya harus dimulai dari
informasi mengenai faktor dominan penyebab terjadinya inflasi. Pada tingkat
perekonomian regional, arus barang antar daerah memiliki mobilitas yang tinggi
sehingga daerah-daerah yang kekurangan pasokan lokal akan dibanjiri oleh komoditi
dari daerah lain. Pembentukan harga untuk komoditi impor seperti ini telah dimulai
ii
dari wilayah sentra produksinya. Proporsi peran daerah konsumen dalam
mengendalikan perubahan harganya relatif kecil.
TUJUAN PENELITIAN
a. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya frekuensi perubahan
harga komoditi-komoditi yang berperan dominan terhadap laju inflasi di Kota
Jambi?
b. Menyusun rekomendasi kebijakan dalam mengendalikan peningkatan harga
komoditi-komoditi dominan untuk menurunkan kontribusinya terhadap laju inflasi
di Kota Jambi.
JENIS DAN SUMBER DATA
Penelitian ini menggunakan data data primer untuk menelusuri faktor
penyebab kenaikan harga komoditi-komoditi yang berperan dominan dalam
pembentukan IHK dan inflasi di Kota Jambi. Komoditi yang disurvei dikelompokkan
menjadi 2 (dua) yaitu komoditi yang dicacah mingguan dan komoditi yang dicacah
bulanan. Komoditi mingguan terdiri atas bawang putih, bawang merah, cabe merah,
daging ayam ras, dan emas perhiasan sementara komoditi bulanan terdiri atas cat
tembok, gas, genteng, papan, dan tomat buah.
METODE PENGUMPULAN DATA
Penarikan sample dilakukan secara sengaja (purposive sampling) agar
pedagang yang terpilih benar-benar representatif dan memberikan informasi yang
akurat. Adapun kriteria pemilihan responden adalah sebagai berikut: (1) mempunyai
persediaan yang cukup, sehingga pencatatan harga pada waktu yang akan datang bisa
berkesinambungan; (2) banyak dikunjungi atau ramai didatangi pembeli; dan (3)
mempunyai tempat usaha yang tetap. Pemilihan jenis barang dan jasa beserta
kualitasnya yang diperdagangkan responden dilakukan berdasarkan pertimbangan hal-
hal sebagai berikut: (1) dominan dikonsumsi oleh masyarakat; (2) Data harganya
tersedia; (3) harganya dapat dipantau dalam waktu yang relatif lama; dan (4)
spesifikasinya jelas.
Survey dilakukan di pasar-pasar tradisional dalam wilayah Kota Jambi. Jumlah
responden adalah 220 pada kelompok komoditi pencacahan mingguan dan 230 pada
komoditi pencacahan bulanan. Pasar yang dipilih sebagai lokasi penelitian didasarkan
atas beberapa pertimbangan atau kriteria. Adapun kriteria yang harus dipenuhi adalah
iii
sebagai berikut: (1) pasarnya relatif besar dan oleh masyarakat setempat dipakai
sebagai patokan atau pembanding baik harga, komoditi dan kualitas/merk dari pasar
lainnya di kota bersangkutan; (2) berbagai komoditi barang/jasa dapat ditemui; (3)
banyak masyarakat berbelanja di pasar tersebut; (4) waktu keramaian berbelanja cukup
panjang. Berdasarkan criteria ini maka pasar yang diplih sebagai lokasi penelitian
adalah : Pasar Induk Angso Dua, Pasar Talang Banjar dan beberapa pasar lainnya.
KARAKTERISTIK KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERTINGGI
Analisis dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya
perubahan harga pada sepuluh komoditi tersebut dengan melakukan survei langsung
ke pasar-pasar tradisional dalam wilayah Kota Jambi. Survei dibatasi hanya pada
tingkat pedagang pengecer mengingat pembentukan IHK didasarkan atas pengeluaran
konsumen terhadap seluruh barang dan jasa yang tercakup dalam SBH. Sebagian besar
konsumen berhubungan langsung dengan pedagang pengecer, kalaupun ada hanya
sebagian kecil yang melakukan transaksi langsung ke pedagang perantara, pedagang
besar/grosir atau produsen.
Pola perdagangan komoditi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
adalah asal barang, rantai tataniaga, dan wilayah jangkauan pemasaran. Dilihat dari
asal barang, ada dua jawaban dominan pada kelompok komoditi pencacahan
mingguan yaitu sebanyak 46,82% responden menyatakan komoditi yang
diperdagangkan berasal dari Kota Jambi, sementara 40,91% menyatakan dari provinsi
lain. Bila ditelusuri per jenis komoditi, bawang putih sebagian besar berasal dari Kota
Jambi (44%) dan Provinsi Lain (32%). Komoditi cabe merah dan bawang merah
keduanya lebih banyak dipasok dari luar Provinsi Jambi masing-masing 66% (bawang
merah) dan 78% (cabe merah), sementara daging ayam dan emas perhiasan sebagian
besar berasal dari Kota Jambi masing-masing dengan proporsi 95% (daging ayam) dan
88% (emas perhiasan).
Tabel 1. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Asal Kelompok
iv
Komoditi Pencacahan Mingguan di Kota Jambi
Jenis Komoditi
Asal Barang Bawang
Putih
Bawang
Merah
Cabe Mera
h
Daging
Ayam
Emas Perhiasa
n
Jumlah
Kota Jambi 22 5 11 43 22 103 Kabupaten Lain 0 0 0 1 0 1 Kota Jambi dan Kabupaten Lain
2 7 0 0 0 9
Provinsi Lain 17 33 39 0 1 90 Negara lain 9 5 0 0 0 14 Provinsi Lain dan Negara Lain
0 0 0 1 2 3
Total 50 50 50 45 25 220
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010
Kota Jambi bukan wilayah sentra produksi melainkan berperan sebagai wilayah
perdagangan, sehingga jawaban pedagang pengecer mengenai asal barang perlu
dikontrol dan ditelusuri lebih lanjut. Hal ini telah dilakukan dengan menelusuri sumber
pembelian komoditi oleh pedagang pengecer. Pada kelompok komoditi pencacahan
mingguan, komoditi yang diperdagangkan sebagian besar ternyata bersumber dari
pedagang besar atau grosir (72,73 %), sementara yang dibeli dari pedagang perantara
dan produsen masing-masing hanya 16,82% dan 2,27%.
Proporsi pembelian komoditi dari pedagang besar atau grosir masing-masing
adalah bawang putih (72,00%), bawang merah (76,00%), cabe merah (92,00%) dan
daging ayam ras (68,89%). Khusus komoditi emas perhiasan proporsi pembeliannya
tersebar dari berbagai sumber masing-masing terdiri atas pedagang besar (36,00%),
pedagang pengumpul (32,00%), produsen (4,00%) dan sumber lainnya (28,00%).
Tabel 2. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Sumber Pembelian,
Kelompok Komoditi Pencacahan Mingguan di Kota Jambi
Jenis Komoditi Sumber
Pembelian Bawang Putih
Bawang
Merah
Cabe Mera
h
Daging Ayam
Emas Perhiasa
n
Jumlah
Produsen 0 0 2 2 1 5 Pedagang Pengumpul
8 10 1 10 8 37
Pedagang Besar/Grosir
36 38 46 31 9 160
Lainnya 6 2 1 2 7 18 Total 50 50 50 45 25 220
v
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010
Temuan di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar komoditi yang
diperdagangkan di Kota Jambi berasal dari luar Provinsi Jambi, kecuali daging ayam ras
dan emas perhiasan. Hasil studi sebelumnya menunjukan komoditi bawang merah
yang diperdagangkan di Kota Jambi sebagian besar berasal dari Brebes (Jawa Tengah),
sementara bawang putih berasal dari Thailand. Studi yang sama juga menunjukkan
bahwa komoditi cabe merah sebagian besar berasal dari Curup (Bengkulu), disamping
Palembang, Lampung, Medan dan bahkan Jawa. Komoditi yang lebih banyak disuplai
dari Kota Jambi sendiri dan daerah di sekitarnya adalah daging ayam ras. Komoditi
emas perhiasan kemungkinan sebagian berasal dari penambangan emas tradisional
dalam wilayah Provinsi Jambi seperti Sarolangun dan sebagian berasal dari provinsi
lain, namun tidak terdapat penambangan emas di Kota Jambi. Mengingat besarnya
proporsi komoditi yang bersumber dari luar Provinsi Jambi, proses pembentukan
harganya menjadi lebih kompleks dimulai dari harga ditingkat produsen dan pedagang
pengumpul di wilayah sentra produksi kemudian berlanjut ke pedagang besar/grosir
dan pedagang perantara hingga akhirnya ke pedagang pengecer yang menjadi
responden penelitian di pasar-pasar tradisional dalam wilayah Kota Jambi.
Tidak jauh berbeda dengan kelompok komoditi pencacahan mingguan,
komoditi yang dicacah bulanan juga lebih banyak berasal dari Kota Jambi. Berdasarkan
komoditi, proporsi komoditi yang berasal dari Kota Jambi masing-masing adalah cat
tembok (77,78%), gas elpiji 12 kg (91,11%), genteng (68,89%) dan papan (71,11%),
sementara komoditi tomat buah lebih banyak berasal dari kabupaten lain (46,00%)
dalam wilayah Provinsi Jambi dan Provinsi Lain (40,00%).
Tabel 3. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Asal Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi
Jenis Barang Asal Komoditi Cat
Tembok Gas Genteng Papan Tomat Buah
Jumlah
Kota Jambi 35 41 31 32 7 146 Kabupaten Lain 0 0 0 12 23 35 Provinsi Lain 10 4 14 1 20 49 Total 45 45 45 45 50 230
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010
Komoditi cat tembok dan gas elpiji sebenarnya berasal dari provinsi lain, namun
mengingat para pengecer mendapatkannya dair pedagang grosir di Kota Jambi
sehingga responden menyatakan asal kedua komoditi tersebut dari kota Jambi. Hal ini
vi
sejalan dengan jawaban responden ketika ditanyakan sumber pembelian komoditi
yang diperdagangkan. Sebagain besar responden menyatakan bahwa komoditi-
komoditi tersebut dibeli dari pedagang besar atau grosir dengan proporsi masing-
masing adalah cat tembok (84,44%), gas elpiji (73,33%), genteng (93,33%) dan
tomat buah (90,00%). Pedagang besar komoditi cat tembok dan gas elpiji merupakan
perantara yang melakukan pembelian dari luar Provinsi Jambi, sementara grosir
komoditi genteng dan tomat membeli dari produsen di beberapa kabupaten dalam
wilayah Propinsi Jambi. Khusus komoditi papan, pembelian tersebar pada tiga sumber
dengan proporsi terbesar juga berasal dari pedagang besar atau grosir yaitu sekitar
51,11%, sementara proporsi responden yang membeli langsung ke produsen dalam
wilayah Provinsi Jambi mencapai 22,22% dan responden yang membeli dari pedagang
pengumpul adalah 17,78%.
Tabel 4. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Sumber Pembelian
Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi Jenis Barang
Sumber Pembelian Cat
Tembok Gas
Elpiji Genteng PapanTomat Buah
Jumlah
Produsen 0 1 2 10 0 13 Pedagang Pengumpul
6 10 1 8 3 28
Pedagang Besar/Grosir
38 33 42 23 45 181
Lainnya 1 1 0 4 0 8 Total 45 45 45 45 50 230
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010
Tataniaga pembelian komoditi pada kelompok pencacahan bulanan tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti dengan kelompok komoditi pencacahan
mingguan. Sebagian besar responden membeli dari pedagang besar atau grosir.
Temuan ini memperlihatkan bahwa rantai tataniaga komoditi dipasar lokal relatif
pendek, tetapi untuk komoditi yang diimpor dari provinsi lain rantai tataniaganya
menjadi lebih panjang karena adanya proses pengiriman dari produsen ke pedagang
besar atau grosir. Jarak tempuh yang lebih jauh berimplikasi pada tingginya ongkos
angkut. Komponen ongkos angkut merupakan salah satu sumber peningkatan harga
ketika barang sampai pada pedagang pengecer di Kota Jambi.
PENYEBAB FLUKTUASI PERUBAHAN HARGA
vii
Fluktuasi harga komoditi terkait dengan berbagai faktor disamping struktur
pasar yang berakibat pada sistem penetapan harga secara sepihak oleh pedagang.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan sebagai penyebab kenaikan harga pada survey
lapangan adalah biaya transportasi, kelangkaan barang dan harga tingkat distributor.
Hasil survey memperlihatkan bahwa kelangkaan barang merupakan penyebab paling
dominan, diikuti oleh tingkat harga yang ditetapkan distributor dan biaya transportasi
pada urutan ketiga. Khusus pada komoditi emas perhiasan, fluktuasi harga semata-
mata dipengaruhi oleh tingkat harga yang ditetap oleh pedagang besar atau
distributor. Sementara itu, faktor kelangkaan barang dan tingkat harga yang
ditetapkan pedagang besar atau grosir sama-sama penting perannya dalam
mempengaruhi fluktuasi harga komoditi daging ayam ras menurut pendapat
responden.
Tabel 5. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Pendapat Penyebab Fluktuasi Harga Barang Kelompok Komoditi Pencacahan Mingguan di Kota
Jambi Jenis Komoditi
Penyebab Fluktuasi Harga Bawang
Putih Bawang Merah
Cabe Merah
Daging Ayam
Emas Perhiasan
Jumlah
Biaya transportasi 4 7 4 4 0 19 Kelangkaan Barang 29 30 33 20 3 115 Harga Distributor 17 11 11 20 22 81 Lainnya 0 2 2 1 0 5 Total 50 50 50 45 25 220
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010
Pada kelompok komoditi pencacahan bulanan, fluktuasi harga komoditi cat
tembok, genteng dan gas elpiji lebih banyak disebakan oleh penetapan tingkat harga
pada pedagang besar atau distributor, sementara fluktuasi harga pada komoditi papan
dan tomat buah lebih banyak disebabkan oleh kelangkaan barang. Kelangkaan
komoditi papan terkait dengan semakin berkurangnya bahan baku kayu alam,
sementara kelangkaan komoditi tomat buah disebabkan oleh faktor musim, cuaca dan
kegagalan panen karena gangguan hama dan penyakit tanaman.
Tabel 6. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Pendapat Penyebab Fluktuasi Harga Barang Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi
Jenis Komoditi Penyebab
Fluktuasi Harga Cat Tembok
Gas Elpiji
Genteng Papan Tomat Buah
Jumlah
Biaya transportasi 13 10 15 4 6 48 Kelangkaan Barang
7 10 3 32 27 79
viii
Harga Distributor 25 25 26 9 15 100 Lainnya 0 0 1 0 2 3 Total 45 45 45 45 50 230
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010
Jawaban responden terhadap penyebab fluktuasi harga telah ditelusuri lebih
jauh untuk mendalami penyebab kenaikannya masing-masing. Berdasarkan hasil
survey diketahui bahwa peningkatan biaya transportasi terutama disebabkan kebijakan
peningkatan harga BBM dan banyaknya gangguan dalam perjalanan yang disertai
berbagai bentuk pungutan. Ketika diinternalisasi ke dalam total biaya pedagang harus
mengkompensirnya dengan meningkatkan harga jual produk sehingga menghasilkan
kenaikan harga ditingkat konsumen akhir.
Tabel 7. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Penyebab Kenaikan Biaya Transportasi, Kelompok Komoditi Pencacahan
Mingguan Jenis Komoditi
Penyebab Kenaikan Biaya Transportasi Bawang
Putih Bawang Merah
Cabe Merah
Daging Ayam
Emas Perhiasan
Jumlah
Infrasruktur Jalan Buruk
4 4 4 5 0 17
Tarif Angkutan Naik 1 1 0 0 0 2 Harga BBM Naik dan Gangguan Perjalanan
45 42 45 40 25 197
Alasan Lainnya 0 3 1 0 0 4 Total 50 50 50 45 25 220
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010
Pendapat responden pedagang pada kelompok komoditi pencacahan
mingguan ternyata tidak berbeda jauh dengan pendapat responden pada kelompok
komoditi pencacahan bulanan. Penyebab utma kenaikan biaya transportasi juga
bersumber dari kenikan harga BBM dan gangguan dalam perjalanan pengangkutan
yang disertai berbagai bentk pungutan resmi atau tidak resmi. Keberadaan biaya-biaya
di luar biaya produksi dan trasportasi yang sesungguhnya berakibat pada
meningkatnya total biaya dan berujung pada meningkatnya harga jual produk yang
diperdagangkan. Kondisi infrastruktur transportasi yang kurang memadai menempati
urutan pertama sebagai penyebab tingginya biaya transportasi menurut pendapat
responden. Kombinasi kondisi infrastruktur yang kurang memadai dengan banyaknya
gangguan dalam perjalanan semakin membebani pedagang dalam mentapkan harga
jual. Pada akhirnya memang bermuara pada peningkatan harga jual di tingkat
konsumen.
ix
Tabel 8. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Penyebab Kenaikan Biaya Transportasi, Kelompok Komoditi
Pencacahan Bulanan Jenis Komoditi
Penyebab Kenaikan Biaya Transportasi Cat
TembokGas
Elpiji Genteng Papan Tomat
Buah Jumlah
Infrastruktur Jalan Buruk
8 8 10 7 7 40
Kenaikan Harga BBM 3 1 0 0 0 4 Kenaikan Tarif Angkutan 1 0 3 0 0 4
Kenaikan Harga BBM dan Gangguan Perjalnan
30 33 28 37 43 171
Alasan Lainnya 3 3 4 1 0 11 Total 45 45 45 45 50 230
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010
Penelusuran sumber penyebab fluktuasi harga juga telah dilakukan terhadap
faktor kelangkaan barang. Hasil survey memperlihatkan bahwa kelangkaan barang
terutama disebabkan oleh kurangnya pasokan sehingga tidak mencukupi bagi
pemenuhan permintaan konsumen. Pada kondisi ini harga akan melonjak pada tingkat
yang relatif tinggi. Sebaliknya, harga akan kembali ke tingkat keseimbangan awal atau
turun pada tingkat yang lebih rendah ketika jumlah pasokan meningkat sebagai
dampak panen raya khususnya pada komoditi pertanian bahan makanan. Faktor
lainnya yang menjadi penyebab kelangkaan barang adalah perubahan musim dan
cuaca yang semakin sulit diprediksi. Ketidakpastian musim dan cuaca lebih juga banyak
berpengaruh terhadap produksi dan pasokan komoditi pertanian bahan makanan.
Pada saat petani memperkirakan musim panas akan datang, mereka tidak akan
menanam namun ternyata musim hujan berlanjut sehingga produksi dan pasokan
menurun yang selanjutnya menyebabkan harga melonjak. Berdasarkan pengalaman
tersebut, petani berspekulasi dengan berharap musim hujan akan berlanjut, sehingga
mereka melakukan penanaman, namun kemudian musim panas datang dan terjadilah
kegagalan panen. Akibatnya produksi dan jumlah pasokan turun sehingga harga juga
meningkat. Ketidakpastian perubahan iklim seperti ini telah terjadi sejak tahun 2007.
Contoh paling nyata adalah fluktuasi harga komoditi cabe merah yang sangat tinggi,
mengingat komoditi ini sangat sensitif terhadap perubahan iklim dan musim.
Tabel 9. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Penyebab Kelangkaan Barang, Kelompok Komoditi Pencacahan Mingguan
Penyebab Jenis Komoditi Jumlah
x
Kelangkaan Barang Bawang Putih
Bawang Merah
Cabe Merah
Daging Ayam
Emas Perhiasan
Pasokan Kurang 14 16 18 15 2 65 Cuaca Tidak Mendukung 10 10 6 2 0 28
Pasokan Kurang dan faktor lainnya
21 17 15 23 22 98
Alasan Lainnya 5 7 11 5 1 29 Total 50 50 50 45 25 220
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010
Keterbatasan pasokan sebagai penyebab kelangkaan barang yang ditemui
pada kelompok komoditi pencachan mingguan juga ditemui pada kelompok komoditi
pencacahan bulanan. Lebih dari 75% responden komoditi cat tembok, gas elpiji,
genteng dan tomat buah menyatakan kekurangan pasokan dari produsen sebagai
penyebab kelangkaan barang. Pada komoditi papan, kelangkaan barang disebabkan
oleh berbagai faktor terutama pengurangan jumlah bahan baku berupa kayu alam
seiring dengan terjadinya deforestasi di sekitar wilayah Provinsi Jambi.
Gambaran ini memperlihatkan bahwa pengaruh faktor suplai terhadap
fluktuasi tingkat harga pada komoditi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Jambi
cukup dominan.
Faktor hambatan dalam perjalanan terutama yang disebabkan oleh kondisi
infrastruktur jalan dapat menyebabkan frekuenai perubahan harga yang sangat tinggi
dalam periode waktu yang singkat. Sebagian besar produk bahan makanan yang
diperdagangkan di Kota Jambi berasal dari luar daerah. Komoditi cabe merah misalnya
masuk ke Pasar Angso duo sekitar jam 3.00 pagi. Keterlambatan pengangkutan
menyebabkan terlambatnya kedatangan barang akan berdampak langsung pada
peningkatan harga. Kedaan yang sama juga akan terjadi ketika jumlah pasokan kurang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Jambi dan sekitarnya. Keadaan
sebaliknya terjadi ketika jumlah pasokan melebihi jumlah yang dibutuhkan masyrakat.
Tabel 10. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Penyebab Kelangkaan Barang, Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan
Jenis Komoditi Penyebab
Kelangkaan Barang Cat
Tembok
Gas Elpiji
Genteng
Papan
Tomat Buah
Jumlah
Kekurangan Pasokan 3 7 3 11 16 40 Kekurangan Pasokan dan Faktor penyebab lainnya
36 34 41 9 21 141
xi
Cuaca Tidak Mendukung 1 1 1 8 5 16
Penyebab Lainnya 5 3 0 17 8 33 Total 45 45 45 45 50 230
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010
Sementara itu, dari sisi pengaruh faktor pengangkutan, jumlah pasokan dan
harga yang ditetapkan distributor terhadap kenaikan harga, didapatkan informasi
bahwa ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh yang tinggi terhadap kenaikan harga
komoditi. Pada kelompok komoditi pencacahan mingguan proporsinya lebih dari 70%,
bahkan mencapai di atas 80% pada komoditi cabe merah. Di sisi lain, pada komoditi
bulanan hanya sekitar 59% responden yang menyatakan bahwa pengaruh ketiga
faktor tersebut tinggi terhadap kenaikan harga sementara 40% lainnya menyatakan
pengaruhnya sedang. Hal ini menunjukkan bahwa biaya transportasi dan berbagai
pungutan resmi dan tidak resmi disepanjang perjalanan, keterbatasan jumlah pasokan
dan harga uang ditetapkan oleh pedagang grosir berpengaruh cukup besar terhadap
kenaikan harga komoditi di Jambi.
Tabel 11. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Pengaruh Transportasi, Pasokan dan Harga BBM terhadap Kenaikan Harga,
Kelompok Komoditi Pencacahan Mingguan
Jenis Komoditi Pengaruh Biaya Transportasi, Pasokan dan Distributor
terhadap Harga
Bawang Putih
Bawang
Merah
Cabe Mera
h
Daging Ayam
Emas Perhias
an Jumlah
Tinggi 36 36 41 35 18 166 Sedang 13 14 9 10 7 53 Rendah 1 0 0 0 0 1 Total 50 50 50 45 25 220
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010
Tabel 12. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Pengaruh Transportasi, Pasokan dan Harga BBM terhadap Kenaikan
Harga, Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan
Jenis Komoditi Pengaruh Biaya Transportasi, Pasokan
dan Distributor terhadap Harga
Cat Tembo
k
Gas Elpiji
Genteng
Papan
Tomat
Buah
Jumlah
Tinggi 16 32 18 30 39 135
xii
Sedang 29 13 27 13 11 93 Rendah 0 0 0 2 0 2 Total 45 45 45 45 50 230
Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010
KESIMPULAN
1. Sebagian besar komoditi yang diperdagangkan berasal dari luar Provinsi Jambi
dan dipasok oleh pedagang besar atau grosir ke Kota Jambi, termasuk
komoditi bahan makanan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga
komoditi telah terjadi di daerah asal barang di mana untuk mengendalikannya
berada di luar kemampuan daerah pengguna atau daerah tujuan pemasaran.
2. Peran kegiatan spekulasi dalam meningkatkan harga barang relatif kecil, dan
biasanya hanya dilakukan untuk komoditi yang dihasilkan pabrik yang lebih
tahan lama.
3. Sumber penyebab kenaikan harga pada komoditi bahan makanan terutama
berasal dari kelangkaan barang, disamping disebabkan oleh tingginya harga
yang ditetapkan distributor dan kenaikan biaya transportasi. Di sisi lain,
kenaikan harga untuk komoditi non pangan lebih disebabkan oleh tingginya
harga jual yang ditetapkan distributor, disamping kenaikan biaya transportasi
dan kelangkaan barang. Hal ini sejalan dengan jumlah distributor komoditi non
pangan yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah distributor
komoditi bahan makanan.
4. Menurunnya pasokan terutama disebabkan oleh menurunnya pasokan dari
sentra produksi dan kondisi cuaca yang kurang mendukung khususnya untuk
komoditi bahan makanan. Sementara itu, meningkatnya biaya transportasi
disebabkan oleh meningkatnya harga BBM dan banyaknya gangguan dalam
perjalanan serta kondisi infrastruktur jalan yang kurang memadai.
REKOMENDASI
1. Mengupayakan terjaminannya kesinambungan pasokan barang khususnya
komoditi bahan makanan. Hal ini diantarnya dapat dilakukan melalui
peningkatan produksi komoditi lokal dengan menata kembali penggunaan
lahan (landused) dan memaksimalkan pemanfaatan lahan tidur yang masih
cukup luas, disertai penyediaan bibit unggul; jaminan ketersediaan sarana dan
xiii
prasarana produksi; penyediaan fasilitas pembiayaan; bantuan teknis budidaya
pertanian ramah lingkungan untuk menghasilkan komoditi yang aman,
nyaman dan sehat untuk dikonsumsi dengan mengaktifkan kembalai dan
meningkatkan peran penyuluh lapangan; penataan pola tanam antar daerah
sentra produksi; mengintensifkan koordinasi antar daerah sentra produksi dan
daerah konsumen; meningkatkan peran BMKG dalam kegiatan budidaya;
meningkatkan koordinasi dinas terkait tingkat provinsi dengan dinas yang sama
di tingkat kabupaten, dan melakukan regulasi pemasaran produk yang
dihasilkan sentra produksi lokal untuk kebutuhan pasar dalam wilayah Provinsi
Jambi.
2. Mengupayakan penataan suplai barang untuk mengurangi besarnya peran
pedagang besar atau grosir dalam menetapkan harga beli pedagang pengecer
dan mengurangi peran pedagang pengecer dalam menetapkan harga jual ke
konsumen serta memperkecil peluang terjadinya spekulasi pada berbagai
tingkatan pedagang khususnya untuk komoditi non pangan dan komoditi
pangan tahan lama.
3. Mengupayakan peningkatan efisiensi trasportasi melalui peningkatan kuantitas
dan kualitas infrastruktur angkutan darat, meningkatkan jangkauan pelayanan
transportasi ke daerah sentra produksi, dan pengurangan berbagai bentuk
gangguan dalam pengangkutan barang yang menimbulkan ekonomi biaya
tinggi (hight cost economy).
Halaman ini sengaja dikosongkan
39
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan pada triwulan IV-2010 menunjukkan peningkatan baik
dari sisi aset, penghimpunan dana maupun penyaluran kredit. Lebih tingginya
pertumbuhan penyaluran kredit dibandingkan penghimpunan dana pada
triwulan laporan menyebabkan meningkatnya Loan to Deposits Ratio (LDR)
perbankan sebesar 330 bps menjadi 89,84%. Dari sisi kualitas kredit yang
diberikan menunjukkan penurunan, dimana pada triwulan laporan angka Non
Performing Loan (NPL) mengalami peningkatan menjadi 3,33%.
A. Perkembangan Kelembagaan24
Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor
Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan IV - 2010 tercatat sebanyak 24
(dua puluh empat) bank umum dan 11 (sebelas) BPR, yang terdiri dari 227 kantor
bank umum dan 17 kantor BPR. Dari 24 (dua puluh tiga) bank umum yang
beroperasi di wilayah Jambi, terdapat 20 (dua puluh) bank konvensional,
termasuk diantaranya 1 (satu) Bank Pembangunan Daerah, dan 4 (empat) bank
syariah.
Pada periode triwulan laporan tidak terdapat penambahan bank umum
namun terdapat penambahan 9 (sembilan) kantor bank yaitu 8 KCP dan 1 Kantor
Kas. Sementara untuk BPR, tidak terdapat penambahan kantor.
Berdasarkan sebarannya, jumlah kantor bank umum didominasi di Kota
Jambi, yaitu sebanyak 87 (delapan puluh satu) kantor atau 35,66% dari seluruh
total kantor bank di Provinsi Jambi. Sementara, untuk kabupaten yang paling
sedikit jumlah kantor banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yaitu
sebanyak 6 (enam) kantor (2,45%).
24 Rincian jumlah Kantor Bank Umum dan BPR per-kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dapat dilihat pada halaman lampiran.
40
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV
Kota Jambi 69 73 75 76 79 82 85 87 35.66
Kerinci 19 20 20 21 21 21 21 21 8.61
Bungo 14 15 16 18 20 21 22 24 9.84
Muara Jambi 18 18 18 19 19 19 22 22 9.02
Sarolangun 13 13 13 15 16 16 17 19 7.79
Tebo 13 13 13 14 14 15 17 17 6.97
Merangin 14 15 15 15 15 15 17 17 6.97
Batanghari 12 12 12 14 14 14 15 16 6.56
Tanjung Jabung Barat 13 13 13 13 14 14 14 15 6.15
Tanjung Jabung Timur 5 5 5 5 5 5 5 6 2.46
T O T A L 190 197 200 210 217 222 235 244 100.00
Pangsa (%)
JUMLAH BANK2009 2010
B. Bank Umum25
1. Perkembangan Aset Bank
Total aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan meningkat
Rp135,218 miliar atau 0,82% dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun
sebesar 5,13%. Meningkatnya aset perbankan dipicu oleh meningkatnya aset
bank swasta sebesar Rp210,95 miliar (4,42%) dan bank syariah sebesar Rp57,937
miliar (9,19%). Sementara itu aset bank pemerintah turun sebesar Rp133,67
miliar(1,2%). Dengan demikian, total aset bank umum pada triwulan laporan
naik menjadi sebesar Rp16.562 miliar.26
25 Posisi data bank umum diambil berdasarkan periode Laporan Bank Umum bulan Nov 2010. 26 Bank konvensional termasuk bank milik pemerintah dan bank swasta nasional.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAREAH
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
41
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
-4
0
4
8
12
16
20
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Q2-09
Q3-09
Q4-09
Q1-10
Q2-10
Q3-10
Q4-10
PersenRp miliar
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%)
Dilihat dari total pangsa pasar aset bank umum, pangsa aset bank
konvensional tercatat sebesar 95,84% sementara aset bank syariah sebesar 4,6%
pada triwulan laporan.
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada
triwulan laporan naik sebesar 3,13%, yaitu dari Rp12.440,155 miliar menjadi
Rp12.550,443 miliar.
Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK didukung oleh
meningkatnya penghimpunan dana baik oleh bank konvensional maupun bank
syariah. Penghimpunan dana oleh bank konvensional meningkat Rp82,284miliar
atau sebesar 0,68% dari triwulan sebelumnya sementara penghimpunan dana
oleh bank syariah meningkat 8,69% atau sebesar Rp28,004 miliar. Dengan
demikian total DPK bank umum pada triwulan laporan mengalami kenaikan
sebesar Rp389,621miliar.
42
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Tabel 3.2 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Trw I Trw II Trw III Trw IV Nominal Persen11,213,788 11,881,723 12,117,864 12,200,148 82,284 0.68
1 2,880,322 3,039,223 2,699,580 2,441,073 (258,507) (9.58) 2 5,494,397 5,944,913 6,249,021 6,614,464 365,443 5.85 3 Simpanan Berjangka 2,839,069 2,897,587 3,169,263 3,144,611 (24,652) (0.78)
257,148 279,399 322,291 350,295 28,004 8.69 1 52,815 57,382 58,548 63,252 4,704 8.03 2 138,017 151,990 172,133 188,737 16,604 9.65 3 66,316 70,027 91,610 98,306 6,696 7.31
11,470,936 12,161,122 12,440,155 12,550,443 110,288 0.89 1 2,933,137 3,096,605 2,758,128 2,504,325 (253,803) (9.20) 2 5,632,414 6,096,903 6,421,154 6,803,201 382,047 5.95 3 2,905,385 2,967,614 3,260,873 3,242,917 (17,956) (0.55)
Pertumbuhan
Bank Konvensional
URAIAN2010
GiroTabunganSimpanan Berjangka
GiroTabungan
Bank SyariahGiroTabungan Simpanan Berjangka
Jumlah
Berdasarkan jenis penghimpunan dana, meningkatnya DPK pada
triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya penghimpunan tabungan masyarakat
sebesar Rp382,05 miliar (5,95%). Di sisi lain, penghimpunan dana melalui giro
dan deposito turun masing-masing sebesar Rp253,80 miliar (9,2%) dan Rp17,96
miliar (0.55%). Berdasarkan pangsanya, penghimpunan dana terbesar masih
diraih oleh tabungan yaitu sebesar 54,20%, diikuti oleh deposito 25,83% dan
giro 19,95%.
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
Rp miliarRp miliar
Giro (aksis kiri) Simpanan Berjangka (aksis kiri) Tabungan (aksis kiri) DPK (aksis kanan)
Berdasarkan golongan pemilik, meningkatnya nilai DPK terutama
berasal dari golongan perorangan sebesar Rp357,084 miliar, diikuti dengan
Badan Usaha Milik Negara sebesar Rp70,585 miliar, serta pemerintah pusat
sebesar Rp4,545 miliar dan Koperasi sebesar Rp1,139 miliar. Dengan demikian,
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAREAH
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
43
berdasarkan pangsanya, DPK terbesar masih dikuasai oleh perorangan yang
mencapai 74,97%, diikuti oleh pemerintah daerah 13,49%, dan perusahaan
swasta 6,26%.
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan lokasi proyek (dalam jutaan rupiah)
Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share
1 Pemerintah Pusat 62,629 0.55 147,398 1.22 58,683 0.48 63,278 0.52
2 Pemerintah Daerah 1,796,811 15.66 1,756,391 14.48 1,901,599 15.69 1,645,478 13.49
3 Badan/lembaga pemerintah 78,112 0.68 77,750 0.64 74,942 0.62 31,042 0.25
4 Badan Usaha Milik Negara 112,636 0.98 116,547 0.96 101,882 0.84 172,467 1.41
5 Perusahaan asuransi 272,663 2.38 271,395 2.24 271,925 2.24 271,279 2.22
6 Perusahaan swasta 728,267 6.35 760,663 6.27 807,534 6.66 763,392 6.26
7 Yayasan dan Badan Sosial 93,097 0.81 98,176 0.81 70,201 0.58 65,019 0.53
8 Koperasi 34,019 0.30 29,876 0.25 21,344 0.18 22,483 0.18
9 Perorangan 8,266,470 72.07 8,833,850 72.84 8,788,455 72.53 9,145,539 74.97
10 Lainnya 25,530 0.22 35,298 0.29 20,400 0.17 19,385 0.16
Jumlah 11,470,234 100.00 12,127,344 100.00 12,116,965 100.00 12,199,362 100.00
Bukan Penduduk/Non-Residents 702 0 33,778 0 898 0 785 0
11,470,936 12,161,122 12,117,863 12,200,147
Trw.IV-2010Trw.I-2010
Penduduk/Residents
Trw.II-2010 Trw.III-2010
Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan Pemilik
Berdasarkan lokasi proyek, jumlah penghimpunan dana masyarakat
mengalami peningkatan di beberapa kabupaten/kota. Berdasarkan lokasinya,
peningkatan jumlah DPK terbesar dialami oleh kota Jambi sebesar Rp224,39
(2,75) diikuti oleh Kerinci Rp48,20 (4,1%) dan Sarolangun Rp31,18 miliar
(15,7%). Sementara itu, berdasarkan pangsanya 69,58% penghimpunan dana di
provinsi Jambi masih didapatkan dari kota Jambi didikuti dengan Kabupaten
Kerinci sebesar 10,17%.
Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek27 (dalam jutaan rupiah)
Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Persen
1 Kota Jambi 6,976,996 67.70 7,874,735 68.70 8,154,823 68.67 8,379,205 69.58 224,382 2.75
2 Batanghari 298,298 2.89 131,304 1.15 120,220 1.01 102,282 0.85 (17,938) (14.92)
3 Tanjung Jabung Barat 611,009 5.93 681,275 5.94 795,350 6.70 766,888 6.37 (28,462) (3.58)
4 Merangin 359,401 3.49 341,017 2.98 346,455 2.92 326,748 2.71 (19,707) (5.69)
5 Kerinci 628,046 6.09 1,201,468 10.48 1,176,733 9.91 1,224,932 10.17 48,199 4.10
6 Sarolangun 247,603 2.40 211,052 1.84 206,880 1.74 238,063 1.98 31,183 15.07
7 Bungo 722,559 7.01 613,234 5.35 670,021 5.64 663,654 5.51 (6,367) (0.95)
8 Tebo 146,372 1.42 126,857 1.11 103,470 0.87 89,395 0.74 (14,075) (13.60)
9 Tanjung Jabung Timur 315,343 3.06 280,814 2.45 302,019 2.54 251,024 2.08 (50,995) (16.88)
10,305,627 100.00 11,461,756 100.00 11,875,971 100.00 12,042,191 100.00 414,215 3.61
Trw.II-10 Trw.III-10 Trw.IV-10Trw.I-10
JUMLAH
Kota/KabupatenNo.Pertumbuhan
27 Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (termasuk BPR) dan berdasarkan lokasi penghimpunan dana sehingga terdapat perbedaan dengan data DPK sebelumnya yang bersumber dari LBU
44
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan
meningkat Rp509,471 miliar (4,73%) sedikit melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 4,99%. Jumlah penyaluran kredit pada triwulan
laporan sebesar Rp11.275,76 miliar meningkat dari triwulan lalu yang sebesar
Rp10.766,29 miliar.
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
TW I TW II TW III TW IV Nominal Persen
Kelompok Bank 9,434,289 10,254,563 10,766,287 11,275,758 509,471 4.73 1 Bank Konvensional 8,992,671 9,758,969 10,175,465 10,628,685 453,220 4.45 2 Bank Syariah 441,618 495,594 590,822 647,073 56,251 9.52
Jenis Penggunaan 9,434,289 10,254,563 10,766,287 11,275,758 509,471 4.73 1 Modal Kerja 3,647,185 3,733,927 4,485,722 4,841,263 355,541 7.93 2 Investasi 1,666,305 2,004,096 1,559,585 1,680,918 121,333 7.78 3 Konsumsi 4,120,799 4,516,540 4,720,980 4,753,577 32,597 0.69
Sektor Ekonomi 9,434,289 10,254,563 10,766,287 11,275,758 509,471 4.73 1 Pertanian 993,939 1,105,772 1,204,116 1,165,396 (38,720) (3.22) 2 Pertambangan 28,484 23,480 37,186 23,938 (13,248) (35.63) 3 Perindustrian 448,754 492,388 490,762 577,637 86,875 17.70 4 Listrik, Gas dan Air 27,073 27,051 26,979 26,426 (553) (2.05) 5 Konstruksi 238,904 287,507 276,710 317,364 40,654 14.69 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,149,003 2,316,973 2,717,554 2,915,410 197,856 7.28 7 Pengangkutan, Pergudangan dan
Komunikasi 127,354 121,817 128,069 127,307 (762) (0.59) 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 336,225 389,259 400,769 443,762 42,993 10.73 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 126,424 177,790 190,606 192,176 1,570 0.82
10 Lain-lain 4,958,129 5,312,526 5,293,536 5,486,342 192,806 3.64
URAIANPertumbuhan2010
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami baik
oleh bank konvensional maupun bank syariah. Penyaluran kredit bank
konvensional tumbuh Rp453,22 miliar (4,45%) sementara kredit bank syariah
tumbuh Rp56,251 miliar (9,52%). Sementara, jika dilihat dari pangsa (share)
penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan
pangsa sebesar 69,80%, diikuti dengan kelompok bank swasta sebesar 24,46
dan bank syariah sebesar 5,74%.
Berdasarkan Jenis Penggunaan, pada triwulan laporan peningkatan
jumlah kredit modal kerja Rp355,54 miliar (7,93%) dari triwulan sebelumnya
diikuti dengan kredit investasi yang tumbuh Rp121,33 miliar (7,78%) serta kredit
konsumsi yang tumbuh Rp32,60 miliar (0,69%).
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAREAH
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
45
Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar masih didominasi oleh kredit
modal kerja, yaitu sebesar 42,94% dari total kredit pada triwulan laporan.
Kemudian diikuti oleh kredit konsumsi sebesar 42,16%, dan kredit investasi
sebesar 14,91%.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, hampir semua sektor ekonomi
mengalami peningkatan jumlah penyaluran kreditnya, kecuali untuk empat sektor
ekonomi yaitu Pertanian; Pertambangan; Pengangkutan, Pergudangan dan
Komunikasi; dan sektor listrik gas dan air. Secara nominal, peningkatan kredit
terbesar dialami oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp197,86
miliar (7,28%), yang kemudian diikuti oleh sektor lain-lain sebesar Rp192,81
miliar (3,64%) dan sektor industri sebesar Rp86,88 miliar (17,70%).
Pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit sektor lain-lain,
yaitu sebesar 48,66%, yang kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran,
dan hotel sebesar 25,86% dan sektor pertanian sebesar 10,34%. Dominasi
penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 84,85% dari total
outstanding kredit.
Berdasarkan lokasi Proyek28, jumlah kredit yang disalurkan oleh
perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami penurunan
sebesar 2,31%, yaitu dari Rp13.787,49 miliar menjadi sebesar Rp13.468,43
miliar.29 Menurunnya jumlah kredit ini terutama dipicu oleh menurunnya kredit
lain-lain sebesar Rp720.376 miliar (2,31%) serta sektor pertambangan yang turun
Rp16.561 (17,53%). Sebaliknya, selain kedua sektor tersebut, penyaluran kredit
masih menunjukkan peningkatan. Berdasarkan nominal kredit, peningkatan
kredit lokasi proyek pada triwulan laporan terlihat pada sektor perdagangan
meningkat sebesar Rp227.229 (7,78%), Sektor Jasa-jasa dunia usaha meningkat
sebesar Rp68.696 (15,16%), sektor industri meningkat Rp69,942 (4,43%) dan
sektor konstruksi meningkat Rp40.008 (15,24%). 28 Data s.d. bulan November 2010. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek termasuk kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi. 29 Data s.d. bulan November 2010. Mulai Mei 2007, data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).
46
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
III IV I II III IVPertanian 2,077,761 2,218,021 1,831,035 1,856,467 1,999,285 2,001,727Pertambangan 158,199 218,987 170,809 248,011 96,706 80,145Perindustrian 810,173 960,764 872,224 807,006 1,577,064 1,647,006Perdagangan 2,682,693 2,800,588 2,149,467 2,529,964 2,921,619 3,148,848Jasa-jasa 1,521,339 1,485,762 1,111,385 1,309,235 1,257,800 1,376,062 - listrik, gas dan air 467,801 415,761 187,280 189,581 186,996 194,023 - konstruksi 312,752 278,993 259,019 297,980 262,563 302,571 - pengangkutan 104,524 117,160 156,118 181,795 163,283 164,791 - jasa dunia usaha 484,654 510,934 381,849 460,793 453,262 521,958 - jasa sosial masyarakat 151,608 162,914 127,119 178,906 191,696 192,719Lain-lain 4,380,585 4,582,113 5,876,199 6,123,015 5,935,015 5,214,639TOTAL 11,630,750 12,266,234 12,011,119 12,873,698 13,787,489 13,468,427
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi
Sektor Ekonomi20102009
4. Undisbursed Loan
Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan laporan
mengalami penurunan sebesar 1,64% . Pada triwulan laporan, total undisbursed
loan sebesar Rp1.050,23 miliar atau lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp1.191,55 miliar. Turunnya undisbursed loan
tersebut terutama dipicu oleh turunnya kelonggaran tarik kredit investasi yang
mencapai 28,46% turun sebesar Rp46,72 miliar dan kelonggaran tarik modal
kerja turun 11,16% atau sebesar Rp110,21 miliar. Pada triwulan laporan,
penyaluran kredit kedua jenis ini mengalami peningkatan yang cukup besar
sehingga mengurangi kelonggaran tarik debitur. Berdasarkan jenis penggunaan,
proporsi undisbursed loan terbesar terdapat pada kredit modal kerja, yaitu
mencapai 83,56% diikuti dengan kredit investasi dan konsumsi masing-masing
11,18% dan 5,25%.
Tabel 3.7 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
1 investasi 64,087 87,355 111,783 101,832 253,640 177,474 164,189 117,468
2 konsumsi 3,744 1,183 472 77,946 66,682 45,807 39,563 55,174
3 modal kerja 678,555 567,845 578,390 560,970 850,532 846,466 987,800 877,589
746,386 656,383 690,645 740,748 1,170,854 1,069,747 1,191,551 1,050,230 * Perhitungan Undisbursed Loan Tahun 2010 berdasarkan laporan LBU Bassel
2010*
Jenis Penggunaan
2009Kategori
Total
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAREAH
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
47
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)
gross Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR)30 perbankan di provinsi Jambi mengalami
peningkatan bila dilihat berdasarkan wilayah pelapor yaitu meningkat dari
86,54% menjadi 89,84%, sedangkan LDR berdasarkan Lokasi Proyek turun dari
113,81% menjadi 105,47%, Menurunnya penghimpunan penyaluran kredit
perbankan sementara dana pihak ketiga meningkat menyebabkan Loan to
Deposits Ratio (LDR)31 berdasarkan lokasi proyek mengalami penurunan.
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
Rp triliun
8 8 8 8 9 9 910 11 11
97.77% 101.97% 101.20%106.41%
113.68% 110.84%104.71% 105.86% 110.83% 107.31%
72.65% 75.41% 75.36% 79.44%86.69% 84.08% 82.25% 84.32% 86.54% 89.84%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-100%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) Kredit Perbankan Jambi (Rp juta)DPK Perbankan (Rp juta) LDR Lokasi Proyek (persen)LDR Perbankan Jambi (persen)
Grafik 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi
549
873
248
78
788
519
240278
164 116 81 69 73
624 597
233175
10954 23
0100200300400500600700800900
1000
Batanghari Muara Jambi Tebo Merangin Saro langun Tanjabbar Bungo Kota Jambi Kerinci Tanjabtim
Triwulan III-10Triwulan IV-10
Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Batanghari memiliki LDR
tertinggi di antara seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi, yaitu sebesar
873,44%, diikuti oleh Kabupaten Muara Jambi sebesar 623,53%. Sementara itu
30 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. 31 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan.
LDR < 100%
48
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
terdapat tiga kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% yaitu Kota
Jambi 77,82%, Kerinci 53,59% dan Tanjung Jabung Timur 23,22%.
Kualitas kredit yang diberikan pada triwulan laporan menunjukkan
penurunan. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya rasio Non Performing Loan
(NPL) gross bank umum, yaitu dari 2,30% pada triwulan sebelumnya menjadi
3,33%.
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor pertanian,
yaitu sebesar 6,17% dan Sektor Perdagangan Restoran dan Hotel sebesar 6,01%
yang berarti di atas ketentuan Bank Indonesia yang sebesar 5%. Sementara itu,
NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih berada dalam kategori baik (dibawah
5%).
Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi
KreditNominal
NPL NPL (%) KreditNominal
NPL NPL (%) KreditNominal
NPL NPL (%)1. Pertanian 1,105,772 26,498 2.40 1,204,116 49,456 4.11 1,165,396 71,932 6.17 2. Pertambangan 23,480 272 1.16 37,186 237 0.64 23,938 58 0.24 3. Perindustrian 492,388 22,016 4.47 490,762 27,604 5.62 577,637 27,573 4.77 4. Listrik, Gas dan Air 27,051 501 1.85 26,979 497 1.84 26,426 0 - 5. Konstruksi 287,507 2,336 0.81 276,710 3,720 1.34 317,364 2,039 0.64
6.Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,316,973 52,339 2.26 2,717,554 75,050 2.76 2,915,410 175,218 6.01
7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 121,817 4,112 3.38 128,069 3,148 2.46 127,307 5,063 3.98
8. Jasa-jasa Dunia Usaha 389,259 5,924 1.52 400,769 5,264 1.31 443,762 4,895 1.10 9. Jasa-jasa Sosial Masyarakat 177,790 5,724 3.22 190,606 6,046 3.17 192,176 5,401 2.81
10. Lain-lain 5,312,526 107,153 2.02 5,293,536 76,285 1.44 5,486,342 82,845 1.51 10,254,563 226,875 2.21 10,766,287 247,307 2.30 11,275,758 375,024 3.33
TW IV-10TW II-10 TW III-10
J U M L A H
No Sektor Ekonomi
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.8), terlihat bahwa margin keuntungan
perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan kembali mengalami
penurunan. Margin rata-rata tertimbang32 antara suku bunga kredit dengan suku
bunga deposito 3 (tiga) bulan menurun dari 8,32% menjadi 8,21% pada triwulan
laporan. Peningkatan ini dipicu oleh lebih tingginya penurunan suku bunga kredit
sementara suku bunga deposito masih tinggi.
32 Data menggunakan suku bunga rata-rata tertimbang bank umum pemerintah s.d. bulan Mei 2010.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAREAH
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
49
Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi
4.69 4.95 5.61 6.02 6.17 6.36 6.5 6.74 7.15 7.06 7.77 7.49 7.99 8.19 8.06 8.30 8.19 8.32 7.92 8.21 8.14 8.11 7.93 8.01
0
5
10
15
20
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Ags
Sept
Okt
Nov Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni Juli
Agu
s
Sept
Okt
Nov Des
Persen (%)
Margin Kredit Deposito SBI
Stabilnya angka BI Rate semenjak bulan Agustus 2009 diikuti dengan
penurunan suku bunga secara perlahan-lahan oleh perbankan. Suku bunga
deposito yang diberikan perbankan saat ini sudah berada di bawah angka BI-rate
yaitu sebesar 6,28%. Namun demikian, suku bunga kredit yang ditetapkan masih
tinggi yaitu pada kisaran 14% sejak awal tahun 2009.
6. Perkembangan Kredit MKM
Seiring dengan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 4,73% pada
triwulan laporan, kredit MKM juga mengalami pertumbuhan sedikit di atas
pertumbuhan total kredit yaitu sebesar 4,81%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kepercayaan perbankan akan kredit MKM masih cukup tinggi.
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
TW I-09 TW II-09 TW III-09 TW IV-09 TW I-10 TW II-10 TW III-10 TW IV-10
Rp
Tri
liun
0
2
4
6
8
10
12
Total Kredit - Bank Pelapor MikroKecil MenengahPertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor Pertumbuhan UMKM (%)
Dilihat dari distribusinya, kredit kecil memiliki pangsa yang terbesar yaitu
41,96% lalu diikuti kredit mikro sebesar 24,65%, serta kredit menengah sebesar
17,92% dari total kredit perbankan.
50
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
Grafik 3.7 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
36.08 34.27 34.06 33.59 27.78 26.66 25.79 24.65
35.1441.19 41.96
18.02 17.50 17.10 16.05 17.91 17.49 17.92
13.87 16.46 19.54 15.47
32.11 34.47 35.64 39.71 35.89
16.93
13.6713.78 15.5313.77
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TW I-09 TW II-09 TW III-09 TW IV-09 TW I-10 TW II-10 TW III-10 TW IV-10Mikro Kecil Menengah Kredit Besar/Non-UMKM
Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan kredit MKM ditopang oleh
meningkatnya pertumbuhan kredit kecil sebesar Rp296,79 miliar (6,7%) diikuti
dengan kredit menengah sebesar Rp137,60 miliar (7,31%) dan kredit kecil
sebesar Rp137,6 miliar (0,1%).
C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibanding
triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset, DPK dan penyaluran kredit yang
mengalami pertumbuhan positif. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi
mencapai sebesar Rp316,50 miliar atau meningkat 3,67% dibanding pada
triwulan sebelumnya yang sebesar Rp285,70 miliar. Sementara itu, jumlah
penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh BPR di Provinsi Jambi meningkat
sebesar Rp4,76 miliar (2,02%).
Pada triwulan IV 2010 ini, jumlah penyalran penyalurab juga mengalami
peningkatan, yaitu sebesar 1,85% atau sebesar Rp3,89miliar. Pertumbuhan kredit
yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan DPK membuat fungsi
intermediasi BPR di provinsi Jambi yang dicerminkan dari rasio loan to deposit
ratio (LDR) menurun menjadi 89,05% dari sebelumnya 89,19%. Sementara itu,
kualitas kredit menunjukkan perbaikan, yaitu dengan menurunnya persentase
Non Performing Loan (NPL) menjadi 6,68%.
i
Boks 3.
MENDORONG PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK JAMBI DENGAN
PENINGKATAN AKSES PERMODALAN MELALUI PENYUSUNAN LENDING MODEL
“INDUSTRI DAN PEDAGANG BATIK JAMBI”
Kebijakan pembangunan yang mengkombinasikan pendekatan sektoral
(sectoral developed approach) dengan pendekatan wilayah (regional developed
approach) berdampak pada munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi (growth
pole) dan aktifnya perdagangan antar wilayah (interregional trade). Kondisi ini
memungkinkan berkembangnya unit-unit usaha ekonomi baru termasuk usaha kecil
dan menengah. Setiap pusat pertumbuhan ekonomi baru yang berada dalam suatu
wilayah harus saling memiliki keterkaitan aktivitas ekonomi, demikian juga dengan
usaha kecil dan menengah yang berada pada masing-masing pusat pertumbuhan
tersebut.
Perlu pengidentifikasian terhadap kendala, potensi dan kebijakan yang terkait
dengan usaha kecil dan menengah dalam upaya pengembangannya. Upaya ini
ternyata akan lebih efektif jika dilakukan sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi
masing-masing usaha kecil dan menengah. Demikian juga halnya dengan usaha
industri batik di Jambi.
Industri batik Jambi sangat membutuhkan dorongan dan bantuan kebijakan
pemerintah dalam hal pengembangan usahanya. Bentuk kebijakan yang dilakukan
pemerintah adalah mendorong pihak perbankan dalam memberikan dukungan
pendanaan guna memenuhi kebutuhan modal usaha/kredit untuk industri batik.
Dukungan perbankan tentu saja juga akan sangat berarti bila dukungan
permodalan juga diberikan kepada kelompok pedagang yang berperan sebagai
konsumen dan menjadi ujung tombak dari industri batik. Semakin kuat dukung
permodalan yang diberikan kepada kelompok pedagang ini maka semakin besar
peluang industri batik untuk meningkatkan usahanya. Oleh sebab itu, juga perlu
dilakukan kajian kelayakan usaha terhadap kelompok pedagang ini sehingga akan
lebih membantu perbankan dalam menganalisis kelayakan kreditnya.
Lending Model Industri dan Pedagang Batik Jambi secara substansi akan
dijadikan prototype lending model dalam upaya pengembangan industri batik di
Jambi. Lebih lanjut, juga diharapkan memberi manfaat sebagai berikut :
ii
1. Dapat dijadikan sebagai dasar rujukan bagi pihak perbankan dalam pemberian
kredit kepada industri batik dan pedagang batik yang berperan sebagai konsumen
industri batik. Hal ini dikarenakan kajian yang dilakukan memuat secara
komprehensif informasi yang dibutuhkan, terutama sekali yang terkait dengan
analisis kelayakan ekonomi dan keuangan serta prospektif usaha dari industri batik
dan pedagang batik di Jambi.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi institusi pemerintah pembina dalam
merumuskan kebijakan pengembangan yang lebih operasional dan realistis,
terutama yang terkait dalam upaya mengatasi masalah keterbatasan modal usaha
pada industri batik dan pedagang batik.
Untuk dapat menilai apakah industri batik Jambi ini potensial dibiayai, maka
dilakukan analisa kelayakan usaha, yang memperhatikan berbagai aspek ekonomi
seperti umur ekonomis, kebutuhan biaya, umur proyek, dan kelayakan investasi.
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukakan, industri batik secara umum potensial dan
layak untuk dibiayai. Pengembangan Usaha industri batik yang membutuhkan dana
investasi sebesar Rp 18.125.000 dengan pendapatan per periode Rp 20.500,000 dan
layak untuk dijalankan. Hal ini didasarkan dari analisis NPV, Rasio B/C, IRR, dan analisis
sensitivitas. Hasil analisis sensitivitas mengindikasikan usaha ini layak untuk dijalankan,
jika terjadi kenaikan biaya operasional hingga 10% per tahun. Namun bila kenaikan
periodik lebih dari 64% maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Namun
sensitifitas ini dapat diturunkan jika terjadi kenaikan harga jual produk atau menekan
biaya operasional.
Untuk pembiayaan kepada industri batik Jambi ini, terdapat tiga pola yang
mungkin dapat diterapkan, yaitu:
1. Alternatif Pertama, pola yang memfokuskan pada pengelolaan dan koordinasi satu
atap. Artinya, semua kegiatan pengelolaan dan koordinasi pemberian kredit modal
kerja untuk industri dan pedagang batik dilaksanakan dalam satu atap. Model yang
dimaksud dijabarkan dalam skema berikut ini:
iii
Gambar 1. Pola Pembiayaan Alternatif I
Gambar Pola Pembiayaan Alternatif I
Keterangan : 1. Copy Persetujuan dan SPMU 2. Copy Bukti Pencairan 3. Copy Bukti Pengembalian
2. Alternatif kedua, pola pembiayaan yang menempatkan instansi tekhnis/ dinas
terkait sebagai institusi yang diberi wewenang dalam memberikan persetujuan atas
kelayakan nasabah. Disamping itu, juga mempunyai kewajiban dalam melakukan
pembinaan terhadap keberhasilan nasabah dalam penggunaan dana yang
diterimanya. Dalam model ini, BANK hanya berfungsi sebagai juru bayar. Ini berarti,
tanggung jawab ketepatan dalam penyaluran, penggunaan dan tingkat
keberhasilan pengembalian berada di tangan masing-masing instansi tekhnis/ dinas
terkait. Skema berikut menggambarkan bagaimana lending model industri batik
Jambi ini dilaksanakan:
POKJA
3
Perorangan
2
Kelompok
Pemohon Kredit
Kantor Cabang BANK UMUM
Pembina teknis/ Instansi
Teknis
Tim penilai kredit
BU
Tim pengawas
dan pembina kredit/ BI
Pengembalian Dana
Persetujuan Pemohon
Dana
PERORANGAN KELOMPOK
1
Pencairan Dana
iv
Gambar 2. Pola Pembiayaan Alternatif II
Gambar 2. Model Alternatif Kedua
PENGAWASAN
BANK INDONESIA
Pemohon Kredit
Perorangan
Kelompok
Kantor Cabang
Bank Umum
Instansi Teknis
Tim Pengelola Adm Kredit
Tim Penilai Kredit
Tim Pembina Teknis
Persetujuan Teknis
Pemohon
Pengembalian
Pencairan Dana
3. Pola Pembiayaan Alternatif Ketiga, yaitu pola pembiayaan yang lebih
memfokuskan kepada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada
pihak perbankan sepenuhnya. Sejak dari pengajuan pencairan dana hingga
pengembalian dana kredit adalah tanggung jawab bank. Sedangkan instansi
teknis hanya unsur pendukung yang ikut membantu dalam pembinaan.
Deskripsi secara visual dari model alternatif ketiga dimuat pada skema berikut
ini.
v
Gambar 3. Pola Pembiayaan Alternatif III
BANK UMUM
Pengelola administrasi
kredit Penilai kredit
Pengawas dan
pembina kredit
Pemohon Kredit
Perorangan
Kelompok
Pengembalian dana
Permohonan
Persetujuan
Pencairan dana
Keterangan :
1. Copy Persetujuan & SPMU 2. Copy Bukti Pencairan Dana 3. Copy Bukti Pengembalian
3 1 2
Ketiga alternatif pola pembiayaan tersebut pada dasarnya dapat diterapkan,
namun berdasarkan hasil kajian, yang paling memungkinkan untuk diterapkan adalah
pola pembiayaan alternatif pertama karena lebih memfokuskan pada pengelolaan dan
koordinasi satu atap. Artinya, semua kegiatan pengelolaan dan koordinasi pemberian
kredit modal kerja untuk industri batik dilaksanakan dalam satu atap, sehingga akan
menimbulkan efisiensi dari sisi biaya. Lending model ini diharapkan dapat menjadi
refensi bagi pihak perbankan, lembaga pembiayaan maupun instansi terkait lainnya
dalam upaya pengembangan industri batik Jambi.
Halaman ini sengaja dikosongkan
51
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Rencana APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota
dan kabupaten) tahun 2011 sebesar Rp1,50 triliun, turun 0,41% dari APBD awal
tahun lalu yang sebesar Rp 1,51 triliun. Sementara itu, rencana anggaran
pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2011 sebesar Rp1,40 triliun atau
meningkat 7,00% dibandingkan anggaran awal pendapatan tahun 2010 sebesar
Rp1,31 triliun.
Grafik 4.1. APBD Provinsi Jambi
9561136
12571305
13991292
1429
16211505 1499
6.82
18.85
10.63
3.82
7.22
11.65 10.65 13.39
(7.14)
(0.41)
-10
10
30
50
0
250
500
750
1000
1250
1500
1750
2007 2008 2009 2010 2011
persen (%)miliar (Rp)
Sumber: Biro Keuangan (diolah)
Pendapatan (aksis kiri) Belanja (aksis kiri)% Pertumbuhan Pendapatan (aksis kanan) % Pertumbuhan Belanja (aksis kanan)
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
52
A. Anggaran Pendapatan Tahun 2011
Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2011
dianggarkan meningkat sebesar 7,22% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara
nominal, peningkatan pendapatan tersebut berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebesar Rp67,49 miliar atau meningkat 13,40% dibandingkan tahun
sebelumnya. Di sisi lain, dana Perimbangan mengalami peningkatan sebesar
Rp26,70 miliar atau sebesar 3,33%. Berdasarkan pangsanya, 59,17% APBD
provinsi Jambi didukung oleh Dana Perimbangan. Kondisi ini menunjukkan masih
tingginya ketergantungan Provinsi Jambi akan bantuan dari pusat.
Tabel 4.1. Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Jambi APBD APBD APBD APBD APBD 2007 2008 2009 2010 2011
Pendapatan Daerah 364.93 406.31 480.31 503.81 571.30 13.40 Pajak Daerah 319.49 351.44 423.79 430.80 482.50 12.00 Retribusi Daerah 22.46 23.58 27.78 40.03 6.15 (84.65) Hasil Pengelolaan Pajak daerah yang dipisahkan 4.03 2.96 4.73 11.06 10.88 (1.58) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 18.95 28.33 24.01 21.92 71.77 227.37
Dana Perimbangan 591.03 713.83 776.58 801.12 827.82 3.33 Dana Bagi Hasil pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 156.02 220.57 267.95 292.32 314.01 7.42 Dana Alokasi Umum 415.02 468.80 473.51 488.51 489.07 0.12 Dana Alokasi Khusus 20.00 24.45 35.12 20.30 24.74 21.85
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah - 16.00 - - - Total Pendapatan 955.96 1,136.13 1,256.89 1,304.93 1,399.12 7.22
Keterangan Perubahan (%)
Dilihat berdasarkan komponennya, pajak daerah merupakan penyumbang
terbesar dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu sebesar 84,46%, diikuti lain-lain
pendapatan asli daerah sebesar 12,56%. Sementara itu, dana perimbangan
provinsi Jambi didukung dari Dana Alokasi Umum sebesar Rp489,07 miliar atau
sebesar 59,08% serta dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak sebesar
Rp314.01 miliar atau sebesar 37,93%.
B. Anggaran Belanja Tahun 2011
Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2011 sebesar
Rp1,498.75 miliar atau menurun 0,41% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan
jenisnya, 54,90% atau sebesar Rp822,74 miliar belanja pemerintah adalah untuk
belanja langsung sementara Rp676,01 miliar untuk belanja tidak langsung.
KEUANGAN PEMERINTAH DAREAH
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 53
Tabel 4.2. Anggaran Belanja APBD Provinsi Jambi APBD APBD APBD APBD APBD 2007 2008 2009 2010 2011
Belanja Tidak Langsung 404.20 522.38 685.67 707.11 676.01 (4.40) Belanja Pegawai 219.38 354.30 355.25 400.80 380.03 (5.18) Belanja Subsidi - 0.37 Belanja Hibah 2.64 3.50 46.80 9.80 (79.06) Belanja Bantuan Sosial 21.53 11.29 31.20 4.45 4.50 1.12 Belanja Bagi Hasil Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa 142.42 142.65 170.95 176.27 189.16 7.31 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa
15.88 6.50 114.77 58.79 88.15 49.94
Belanja Tidak Terduga 5.00 5.00 10.00 20.00 4.00 (80.00) Belanja Langsung 887.40 906.79 934.92 797.83 822.74 3.12
Belanja Pegawai 85.14 61.90 58.15 61.68 66.58 7.95 Belanja Barang dan Jasa 338.22 335.68 424.68 341.77 328.17 (3.98) Belanja Modal 464.04 509.22 452.09 394.37 427.99 8.52
Total Belanja 1,291.60 1,429.18 1,620.59 1,504.93 1,498.75 (0.41)
Keterangan Perubahan (%)
Jika ditilik lebih lanjut, belanja langsung yang terbesar adalah untuk
belanja modal yaitu sebesar Rp428,25 miliar (52,05%) diikuti dengan belanja
barang dan jasa sebesar Rp327,84 miliar (39,85%). Namun demikian, jumlah
anggaran belanja modal di tahun ini turun 13,66% dari anggaran tahun
sebelumnya.
Sementara itu, belanja pada APBD 2010 menurut urusannya, anggaran
belanja terbesar diperuntukkan untuk otonomi daerah, pemerintahan umum,
administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian
yaitu sebesar 35,41% dari total belanja, diikuti oleh urusan pekerjaan umum
22,40%; kesehatan 10,36%, dan pendidikan 9,80%.
Pada tahun 2011 ini, anggaran untuk dinas pekerjaan umum meningkat
sebesar 24,9%. Dengan adanya peningkatan ini diharapkan kualitas dan
kuantitas infrastruktur di provinsi Jambi dapat meningkat. Kondisi infrastruktur
yang baik akan mendukung efisiensi biaya produksi dan distribusi sehingga
harga-harga di provinsi Jambi dapat lebih stabil.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
54
Grafik 4.2. Perkembangan Belanja per Dinas 2010-2011
Grafik 4.3. Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi
(50.0)
(40.0)
(30.0)
(20.0)
(10.0)
-
10.0
20.0
30.0
0
100
200
300
400
500
600
Otoda PU Kshtn PnddknPrtnan Naker LainnyaPrmhn Kpgwn
2010 2011 Pertumbuhan (aksis kanan)
Otoda35.4%
PU22.4%
Kshtn10.4%
Pnddkn9.8%
Prtnan4.1%
Naker2.1%
Lainnya15.9%
C. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2010
Pada tahun 2010, realisasi pendapatan Provinsi Jambi mencapai
Rp1.625,65 miliar (124,58%). Realisasi pendapatan ini lebih tinggi dibandingkan
pencapaian realisasi pendapatan pada tahun 2009 yang hanya menyerap
Rp1.292,67 miliar (104,85%). Meningkatnya realisasi pendapatan terutama
berasal dari meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun 2010 yang
sebesar Rp169,68 miliar (27,58%). Peningkatan terbesar terutama disumbangkan
oleh realisasi pajak daerah yang meningkat sebesar Rp159,19 miliar (34,54%).
Grafik 4.4. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi
0
25
50
75
100
125
150
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I SMT II
2007 2008 2009 2010
persen (%)miliar (Rp)
Sumber: Biro Keuangan (diolah)Mulai tahun 2007 laporan realisasi APBD dilakukan per-semester
Pendapatan (aksis kiri) Realisasi Pendapatan (aksis kiri)% Realisasi Pendapatan (aksis kanan)
Dari segi pencapaian realisasi pendapatan, pendapatan pajak daerah juga
menjadi sumber penghasilan dengan realisasi tertinggi yang mencapai 129,44%,
KEUANGAN PEMERINTAH DAREAH
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 55
diikuti oleh komponen dana bagi hasil pajak/bukan pajak yang mencapai
128,33%.
D. Realisasi Belanja Daerah Tahun 2010
Belanja pemerintah Provinsi Jambi tahun 2010 terdiri terealisasi sebesar
Rp1.498,75 miliar (93,47%). Secara nominal, realisasi belanja tahun 2010 lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp1.532,40 miliar.
Grafik 4.5. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi
0
25
50
75
100
125
150
0200400600800
10001200140016001800
SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I SMT II
2007 2008 2009 2010
persen (%)miliar (Rp)
Sumber: Biro KeuanganMulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester
Belanja (aksis kiri)
Realisasi Belanja (aksis kiri)
Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja terbesar secara nominal adalah
untuk belanja langsung yaitu sebesar Rp815,45 miliar diikuti dengan belanja tidak
langsung sebesar Rp676,66 miliar. Belanja langsung terealisasi sebesar 92,71%
dari anggaran dengan komposisi biaya terbesar (secara nominal) untuk belanja
modal yaitu sebesar Rp428,25 miliar diikuti dengan belanja barang sebesar
Rp327,84 miliar. Dari sisi belanja tidak langsung, pengeluaran terbesar dari
komponen belanja ini adalah untuk belanja pegawai yaitu sebesar Rp380,03
miliar (terealisasi 91,15%).
E. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan IV - 2010
terealisasi sebesar Rp763,52 miliar, meningkat sebesar 21,07% dibandingkan
triwulan sebelumnya namun menurun sebesar 18,36% dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun lalu. Secara nominal, penerimaan pajak tertinggi
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
56
dicapai oleh jenis pajak pertambahan nilai (ppn) sebesar Rp312,83 miliar, diikuti
jenis pajak penghasilan sebesar Rp244,83 miliar.
Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa
paling besar yaitu 79,80% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan.
Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak
pertambahan nilai (40,97%) memiliki pangsa paling besar, diikuti pajak
penghasilan (32,00%), serta pajak bumi dan bangunan (4,54%).
Grafik 4.6. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.7. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi
Pendapatan PPh12.51%
Pendapatan PPN30.04%
Pendapatan PBB-28.78%
Pendapatan BPHTB20.77%
Pendapatan Cukai0.00%
Pendapatan Pajak Lainnya
7.90%
Pendapatan Pajak Dalam
Negeri79.80%
Pendapatan Pajak
Perdagangan Int'l
15.37%
Penerimaan SDA
0.14%
Pendapatan PNPB Lainnya
4.68%
Grafik 4.6 Grafik 4.7
Belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan IV-2010
terealisasi sebesar Rp1.238,53 miliar, meningkat sebesar 62,11% dibandingkan
triwulan sebelumnya. Namun demikian, belanja pemerintah pusat didaerah turun
16,42% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun lalu. Secara
nominal, belanja pemerintah pusat tertinggi adalah untuk belanja gaji dan
Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah)
Nominal (%)I Pendapatan Pajak Dalam Negeri 309,825,440,340 766,844,431,227 555,662,022,398 609,322,142,627 53,660,120,229 9.66
Pendapatan Pajak Penghasilan 149,463,488,691 204,450,473,043 179,988,342,117 244,318,781,094 64,330,438,977 35.74 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 144,241,599,007 181,037,982,423 168,348,119,007 312,829,752,284 144,481,633,277 85.82 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 3,687,606,231 363,261,432,324 194,785,865,957 34,660,662,041 (160,125,203,916) (82.21) Pendapatan BPHTB 5,807,485,121 10,659,948,287 5,282,251,447 8,416,136,004 3,133,884,557 59.33 Pendapatan Cukai - - - 202,500,000 202,500,000 Pendapatan Pajak Lainnya 6,625,261,290 7,434,595,150 7,257,443,870 8,894,311,204 1,636,867,334 22.55 Pengembalian Pendapatan Pajak dan Cukai - - - - -
II Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
6,351,103,553 8,098,197,819 19,956,462,890 117,370,189,736 97,413,726,846 488.13
Pendapatan Bea Masuk 3,097,689,346 2,205,530,389 4,044,897,211 4,718,811,270 673,914,059 16.66 Pendapatan Bea Keluar 3,253,414,207 5,892,667,430 15,911,565,679 112,651,378,466 96,739,812,787 607.98 Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor - - - - -
III Penerimaan Sumber Daya Alam 557,233,933 718,380,526 1,279,779,850 1,100,372,914 (179,406,936) (14.02) Pendapatan Pertambangan Umum 557,233,933 718,380,526 1,018,479,850 1,100,372,914 81,893,064 8.04 Pendapatan kehutanan - - 261,300,000 - (261,300,000) (100.00)
IV Pendapatan PNPB Lainnya 52,487,470,452 25,477,171,121 53,766,986,500 35,722,843,883 (18,044,142,617) (33.56) V Pendapatan Hibah - - - -
369,221,248,278 801,138,180,693 630,665,251,638 763,515,549,160 132,850,297,522 21.07
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Total Realisasi Pendapatan
Triwulan I 2010 Triwulan III 2010 Triwulan IV 2010Triwulan II 2010
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAHPertumbuhan
REALISASI PENDAPATAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAREAH
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 57
tunjangan yaitu sebesar Rp271,87 miliar (21,95%), diikuti dengan belanja barang
yang mencapai Rp188,02 miliar (15,18%).
Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah)
Nominal (%)
I Belanja Pegawai 205,004,864,088 276,662,079,996 255,246,595,028 277,695,238,097 22,448,643,069 8.79 Belanja Gaji dan Tunjangan 203,118,163,260 271,391,600,396 250,539,793,966 271,871,850,611 21,332,056,645 8.51 Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj K 1,909,364,928 5,421,648,664 4,927,961,821 5,891,164,879 963,203,058 19.55 Belanja Kontribusi Sosial (22,664,100) (151,169,064) (221,160,759) (67,777,393) 153,383,366 (69.35)
II Belanja Barang 53,691,791,130 179,397,100,088 170,683,544,760 278,313,947,482 107,630,402,722 63.06 Belanja Barang 30,005,124,020 106,624,352,377 94,336,676,345 188,018,065,144 93,681,388,799 99.31 Belanja Jasa 6,288,401,684 15,664,863,345 17,556,272,492 25,433,559,075 7,877,286,583 44.87 Belanja Perjalanan 9,117,773,034 33,312,804,252 33,578,568,805 49,064,765,639 15,486,196,834 46.12 Belanja Pemeliharaan 8,280,492,392 23,795,080,114 22,562,608,593 7,898,778,812 (14,663,829,781) (64.99) Belanja Layanan Umum - - 2,649,418,525 7,898,778,812 5,249,360,287 198.13
III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan 1,214,571 - 78,428,413 - (78,428,413) (100.00) Belanja Denda 1,214,571 - 78,428,413 - (78,428,413) (100.00) Belanja Subsidi Perusahaan Negara - - - - -
IV Belanja Bantuan Sosial 72,653,304,750 158,548,016,170 196,045,959,162 319,669,731,477 123,623,772,315 63.06 Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan d 66,604,304,750 92,501,551,600 136,440,731,698 196,526,340,411 60,085,608,713 44.04 Belanja Lembaga Sosial Lainnya 6,049,000,000 66,046,464,570 59,605,227,464 123,143,391,066 63,538,163,602 106.60
V Belanja Lain-Lain 2,035,022,998 3,918,468,518 4,530,765,819 7,204,578,073 2,673,812,254 59.01 Belanja Lain-Lain 2,035,022,998 3,918,468,518 4,530,765,819 7,204,578,073 2,673,812,254 59.01
VI Belanja Modal 47,700,740,640 134,617,868,400 137,409,904,816 355,648,587,130 218,238,682,314 158.82 Belanja Modal Tanah 506,440,000 1,623,822,400 512,672,544 1,353,804,913 841,132,369 164.07 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 1,528,616,000 7,798,631,894 11,864,532,636 73,564,460,262 61,699,927,626 520.04 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 1,204,303,184 7,179,100,915 24,517,440,410 128,924,354,900 104,406,914,490 425.85
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan 44,193,696,936 117,584,089,391 96,353,103,696 144,582,793,451 48,229,689,755 50.06
Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi - - - - - Belanja Modal Fisik Lainnya 267,684,520 432,223,800 3,457,955,530 4,718,501,604 1,260,546,074 36.45 Belanja Modal Badan Layanan Umum - - 704,200,000 2,504,672,000 1,800,472,000 255.68
381,086,938,177 753,143,533,172 763,995,197,998 1,238,532,082,259 474,536,884,261 62.11 Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Total Realisasi Belanja
Triwulan II 2010Triwulan I 2010
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
Triwulan III 2010 Triwulan IV 2010Pertumbuhan
REALISASI BELANJA
Meningkatnya belanja pemerintah pusat di Jambi terutama dipicu
peningkatan belanja modal sebesar Rp218,24 miliar (158,82%). Kondisi ini
disebabkan oleh realisasi belanja pemerintah yang cenderung akan terakselerasi
menjelang akhir tahun. Belanja modal untuk jalan, irigasi dan jaringan pada
triwulan I sampai dengan III 2010 baru teralisasi sebesar Rp32,90 miliar namun di
triwulan IV dapat terealisasi sampai RpRp128,94 miliar.
Grafik 4.8. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
belanja pegawai22.42%belanja barang
22.47%
belanja bantuan sosial
25.81%
belanja lain-lain0.58%
belanja modal28.72%
belanja denda dan subsidi perusahaan
negara0.00%
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010
58
F. Keuangan Pemerintah Daerah
Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi
mencapai Rp1,645 triliun pada triwulan laporan (posisi November 2010),
menurun 16,41% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1,90 triliun.
Berdasarkan jenisnya, simpanan pemerintah daerah paling besar dalam bentuk
giro (61,05%), diikuti dengan deposito (38,10%). Di akhir tahun, dimana
akselerasi realisasi APBD meningkat, sehingga simpanan pemerintah daerah
tersebut mengalami penurunan.
Grafik 4.9. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
(dalam miliar Rupiah)
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2009 2010
Deposito Giro
59
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada periode triwulan IV-2010, aktivitas pembayaran tunai dan non tunai
mengalami peningkatan. Aktivitas pembayaran tunai yang tercermin dari
meningkatnya net outflow33 sebesar 98,63% (q-t-q) sementara jumlah nilai kliring
dan RTGS juga mengalami peningkatan pada triwulan laporan.
Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KBI Jambi
Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Nominal Persen
Nilai Kliring (juta Rp) 1,632,198 1,499,717 1,892,849 1,912,401 19,552 1.03 Volume Kliring (lembar warkat) 61,881 57,197 63,822 61,697 (2,125) (3.33) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 217,196 134,582 382,368 139,693 (242,675) (63.47) Aliran Uang Keluar/Ouflows (juta Rp) 396,030 1,019,262 1,304,163 1,970,648 666,485 51.10 Net Inflows/ (Net Outflows) (juta Rp) (178,834) (884,679) (921,795) (1,830,955) (909,160) 98.63 RTGS dari jambi (miliar Rp) 9,259 12,437 14,675 13,615 (1,060) (7.22) RTGS ke Jambi (miliar Rp) 30,773 30,963 22,828 26,929 4,101 17.96 Penemuan Uang Palsu- Pecahan Rp100.000,00 - - - - - - - Pecahan Rp50.000,00 - - - - - - - Pecahan Rp20.000,00 - - - - - - - Pecahan Rp10.000,00 - - - - - - Jumlah PTTB (juta Rp) 130,156 114,152 139,562 133,387 (6,175) (4.42) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) 59.93 84.82 36.50 95.49 59 161.61 Cek dan BG Kosong- Lembar 716 713 815 790 (25.00) (3.07) - Nominal (juta Rp) 19,222 17,737 19,087 24,849 5,762 30.19
2010 Pertumbuhan (q-t-q)Uraian
A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai
A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan laporan di Provinsi Jambi
mengalami net outflow. Jika dibandingkan pada triwulan yang lalu (q-t-q), net
outflow di Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar sebesar Rp909,16
miliar atau 98,63% (Grafik 5.1) menjadi Rp1.830,96 miliar. Hal ini disebabkan
oleh kebutuhan uang kartal dalam rangka hari besar keagamaan dan liburan
akhir tahun yang bertepatan dengan libur sekolah.
33 Net outflow adalah kondisi dimana aliran uang masuk (inflow) lebih sedikit dibandingkan aliran uang keluar (outflow) pada periode yang sama.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 60
Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi
-200
300
800
1,300
1,800
2,300
2,800
-500
0
500
1,000
1,500
2,000
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
PersenRp miliar
Inflows Outflows Net Outflows Pert. Net Outflows (%)
Pada triwulan laporan, aliran kas keluar (cash outflow) meningkat sebesar
Rp909,16 miliar (98,63%) sementara arus kas masuk (cash inflow) menurun
sebesar Rp242,68 miliar (63,47%) menjadi Rp139,69 miliar.
A.2. Penyediaan Uang Layak Edar
Secara berkala BI melaksanakan pemusnahan terhadap uang yang sudah
tidak layar edar (UTLE) melalui kegiatan yang diberi nama Pemberian Tanda Tidak
Berharga (PTTB). Pemberian tanda terhadap uang kartal yang tidak layak edar
(lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga kelayakan
uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, PTTB di provinsi
Jambi mengalami penurunan sebesar Rp6,18 miliar (4,42%) menjadi Rp133,39
miliar. Penurunan PTTB dimaksud seiring dengan menurunnya aliran kas masuk
pada triwulan laporan.
A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan
berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor
Bank Indonesia Jambi terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah
kepada masyarakat.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 61
B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
B.1. Perkembangan Kliring Lokal
Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan
laporan tercatat sebesar Rp1.912,40 miliar atau meningkat sebesar 19,55%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun volume kliring mengalami penurunan
sebesar 2,13%, yaitu dari 63.882 lembar menjadi 61.697 lembar warkat.
Di sisi lain, jumlah lembar cek dan BG kosong juga mengalami
penurunan sebesar 25%, yaitu dari 815 lembar menjadi 790 lembar. Namun,
secara nominal jumlah cek dan BG kosong meningkat sebesar 30,19% yaitu dari
Rp19,08 miliar menjadi Rp24,85 miliar.
B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)34
Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan
masuk/dari dan ke) meningkat sebesar 8,11% menjadi sebesar Rp40,54 triliun
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp37,50 triliun. Transfer masuk
ke Provinsi Jambi menurun sebesar Rp1,06 triliun (7,22%) sementara transfer
keluar dari Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp4,10 triliun (17,96%) pada
triwulan IV tahun 2010.
34 Sistem BI-RTGS adalah suatu system transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika (real time).
Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring
1,585 1,601 1,721 1,632 1,5001,893 1,912
12.12
0.997.51
(5.16) (8.12)
26.21
1.03
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Trw.II Trw.III Trw.IV Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
2010
(25)(15)(5)5152535
dalam miliar RupiahPersen
Nilai Kliring Pertumbuhan Nilai Kliring
Grafik 5.2
59,407 57,197 61,69761,88161,39761,323 63,8221.81
(7.57)
0.79(3.33)
11.58
2,89 0.12
-
40,000
80,000
120,000
Trw.II Trw.III Trw.IV Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
2010
(15)
-
15
lembar warkatPersen
Volume Kliring Pertumbuhan Volume Kliring
Grafik 5.3
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 62
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah)
Dari Ke Dari KeTW II-07 5,469.05 11,659.81 88.21 188.06 (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 TW III-07 6,683.00 15,264.37 102.82 234.84 22.20 30.91 16.56 24.87 TW IV-07 6,789.21 14,003.22 113.15 233.39 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) TW I-08 5,620.00 16,025.00 93.67 267.08 (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 TW II-08 6,351.75 16,874.15 100.82 267.84 13.02 5.30 7.64 0.28 TW III-08 7,204.01 19,314.53 114.35 306.58 13.42 14.46 13.42 14.46 TW IV-08 7,384.30 19,030.05 121.05 311.97 2.50 (1.47) 5.86 1.76 TW I-09 5,511.05 18,792.30 93.41 318.51 (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 TW II-09 6,168.31 19,149.01 99.49 308.86 11.93 1.90 6.51 (3.03) TW III-09 6,554.08 13,347.82 107.44 218.82 6.25 (30.29) 8.00 (29.15) TW IV-09 8,031.94 17,997.98 127.49 285.68 22.55 34.84 18.66 30.56 TW I-10 9,259.26 30,772.72 151.79 504.47 15.28 70.98 19.06 76.58 TW II-10 12,437.08 30,962.79 207.28 516.05 34.32 0.62 36.56 2.29 TW III-10 14,675.00 22,828.00 236.69 368.19 17.99 (26.27) 14.19 (28.65) TW IV-10 13,615.07 26,928.71 212.74 420.76 (7.22) 17.96 (10.12) 14.28 Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi
Ke Dari Ke
Kumulatif Triwulanan Rata-Rata HarianKumulatif triwulanan
PertumbuhanRata-rata harianKeterangan
Dari
63
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK)
menunjukkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih
berada pada level pesimis.35 Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang
pendidikan pada bulan pertama triwulan IV-2010 meningkat sebesar 237,14%
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.36
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi
bulan Desember 2010) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya (posisi September 2010). Sementara itu, rasio Upah Minimum
Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan IV tahun
2010 menurun sebesar 8,92% jika dibandingkan triwulan III tahun 2010.37
A. Ketenagakerjaan Daerah
Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi, pada bulan pertama triwulan IV-2010,
jumlah pencari kerja meningkat sebesar 237,14% jika dibandingkan dengan
bulan Juli 2010 (bulan awal triwulan III-2010).
Terselenggaranya kegiatan penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS)
untuk ditempatkan dilingkungan pemerintah daerah seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Jambi memicu meningkatnya angka jumlah pencari kerja di triwulan
laporan.38 Penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) merupakan salah satu
momentum yang mampu mendorong peningkatan pencari kerja terutama tingkat
pendidikan Sarjana.
35 Nilai saldo dibawah 100 artinya berada pada level pesimis. Jika nilai saldo meningkat, berarti masyarakat memandang kondisi pengangguran membaik. 36 Data perbandingan bulan pertama per triwulan, yaitu data Oktober 2010 dibandingkan data Juli 2010. 37 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%). 38 Penerimaan pegawai terutama untuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Jambi.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 64
Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Grafik 6.2. Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran
(51.93)(5.56)
404.79
(75.15)(32.50) (9.53)
237.14
(200)
(100)
-
100
200
300
400
500
-
1,000
2,000
3,000
4,000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV
2009 2010
(%)
Sumber: Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2010
(orang)
Total Pencari Kerja g.pencari kerja
Grafik 6.1
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Indeks
Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran
Grafik 6.2
Secara nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh tingkat pendidikan
dari sarjana sebanyak 987 orang, diikuti dengan D3/Sarjana muda sebanyak 250
orang pada bulan Oktober 2010. Berdasarkan distribusinya (share), pencari kerja
dengan jenjang pendidikan sarjana merupakan bagian terbesar pencari kerja
(52,28%) diikuti oleh D3/sarjana muda sebesar 13,24%.
Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini
dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu masih belum menunjukkan perbaikan.
Kondisi ini tercermin dari nilai saldo kondisi pengangguran yang masih berada
pada level pesimis (47,22) pada triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut,
nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi pengangguran juga
menunjukkan penurunan yaitu dari sebesar 75,33 menjadi 33,80. Nilai saldo
kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih berada
pada level pesimis menunjukkan bahwa masyarakat memandang kondisi
ketenagakerjaan masih kurang kondusif.
B. Kesejahteraan
Pergerakan inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 3,02%/q-t-q
dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya harga-harga beberapa
kebutuhan pokok tersebut pada akhirnya menyebabkan rata-rata triwulanan
kebutuhan hidup layak (KHL) di Provinsi Jambi cukup tinggi, yaitu mencapai
Rp1.027.740 pada triwulan IV-2010.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 65
Grafik 6.3-6.6. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok
4,000
4,500
5,000
5,500
6,000
6,500
7,000
7,500
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
RpRp
Merk Anggur Merk King Merk Belida
IR 64 (aksis kanan) IR 42 (aksis kanan) Perkembangan Harga Beras
Grafik 6.3
6,200
6,400
6,600
6,800
7,000
7,200
7,400
7,600
7,800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Rp
Segi Tiga Biru Merk Lencana Perkembangan Harga Tepung Terigu
Grafik 6.4
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Rp
Bimoli Botol Special Tanpa Merk
Perkembangan Harga Minyak Goreng
Grafik 6.5
-
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
-
9,000
18,000
27,000
36,000
45,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
RpRp
Ayam Kampung (aksis kiri) Susu Merk Dancow (aksis kiri)Kacang Kedelai Impor Daging Ayam Broiler (aksis kiri)Bawang Merah
Perkembangan Harga Komoditas lainnya
Grafik 6.6
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2010.
Perkembangan harga rata-rata beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat
Grafik 6.4-6.7) sebagian besar menunjukkan tren peningkatan. Harga rata-rata
beras mengalami peningkatan sebesar 4,97%-11,79% selama periode triwulan
laporan.39
Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan harga terjadi pada komoditas
bumbu-bumbuan seperti bawang merah serta makanan jadi seperti minyak
goreng dan gula. Harga rata-rata bawang merah pada triwulan laporan
meningkat 18,12% sementara harga minyak goreng dan gula pasir meningkat
masing-masing sebesar 11,44% dan 9,23%.
Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya semakin berat. Hal ini tercermin dari rasio Upah Minimum
Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL). Rasio UMP terhadap rata-
rata KHL pada triwulan laporan sebesar 85,57% yaitu dengan KHL sebesar
Rp1.027.740. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMP dalam menutupi
39 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2010.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 66
KHM/KHL masih terbatas. Bagi para pekerja yang mendapatkan upah sesuai
dengan UMP atau bahkan dibawah UMP tentunya sangat berat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Sementara itu, UMP provinsi Jambi pada tahun 2011 meningkat 14,22%
yaitu dari Rp900.000,- menjadi Rp1.028.00. Persentase kenaikan ini merupakan
yang tertinggi untuk wilayah sumatera. Sementara itu, berdasarkan nominalnya,
UMP provinsi Jambi merupakan ke-enam tertingi setelah NAD, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau.
Tabel 6.1. Perbandingan UMP Wilayah Sumatera
2010 20111 NAD 1,300,000 1,350,000 3.85 2 SUMUT 965,000 1,035,000 7.25 3 SUMBAR 940,000 1,055,000 12.23 4 RIAU 1,016,000 1,120,000 10.24 5 KEPRI 925,000 975,000 5.41 6 JAMBI 900,000 1,028,000 14.22 7 SUMSEL 927,825 1,048,440 13.00 8 BANGKA BELITUNG 910,000 1,024,000 12.53 9 BENGKULU 780,000 815,000 4.49
10 LAMPUNG 767,500 855,000 11.40
UMP %No Provinsi
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara
lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan
Desember 2010. Pada bulan Desember 2010, NTP sebesar 96,41 atau
meningkat 0,45% dibandingkan bulan September 2010 (95,98).40 NTP yang
masih berada dibawah 100 menunjukkan bahwa kenaikan indeks harga hasil
produksi pertanian relatif lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks harga
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan
produksi pertanian.
Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan
fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan
Desember 2010, It mengalami peningkatan sebesar 2,66% dibandingkan bulan 40 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 67
September 2010. Sementara, indeks yang dibayar (Ib) petani juga meningkat
sebesar 2,21% dibandingkan bulan September 2010. Lebih tingginya
peningkatan indeks yang diterima (It) dibandingkan indeks yang dibayar (Ib)
menyebabkan NTP pada bulan Desember 2010 meningkat dibandingkan NTP
bulan September 2010.
Tabel 6.2. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)
Apr Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 Tanaman Padi Palawijaa Indeks Diterima Petani 118.84 119.21 120.01 120.69 120.59 120.76 121.09 122.35 123.46 2.24
- Padi 113.30 113.30 113.30 113.76 113.76 113.76 113.76 115.29 116.80 2.67- Palawija 140.44 142.22 146.17 147.73 147.22 148.07 149.66 149.85 149.42 0.91
b Indeks Dibayar Petani 120.07 120.02 120.96 122.64 123.19 124.12 124.91 125.81 126.94 2.27- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.94 118.92 119.98 122.04 122.75 123.89 124.83 125.93 127.21 2.68- Indeks BPPBM 124.85 124.63 125.05 125.15 125.07 125.08 125.27 125.32 125.83 0.60Nilai Tukar Petani (NTP-P) 98.97 99.32 99.22 98.41 97.89 97.30 96.94 97.25 97.26 -0.04
2 Hortikulturaa Indeks Diterima Petani 112.69 111.96 113.71 122.98 122.80 120.46 118.41 120.76 122.58 1.76
- Sayur-sayuran 116.96 113.93 114.94 131.56 127.90 123.07 120.96 124.01 126.48 2.77- Buah-buahan 107.53 109.57 112.23 112.59 116.61 117.31 115.31 116.83 117.87 0.48
b Indeks Dibayar Petani 119.44 119.48 120.35 122.06 122.66 123.57 124.29 125.16 126.24 2.16- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.59 118.58 119.65 121.72 122.44 123.57 124.49 125.59 126.85 2.65- Indeks BPPBM 122.64 122.88 123.01 123.36 123.48 123.57 123.51 123.53 123.91 0.28Nilai Tukar Petani (NTP-H) 94.35 93.71 94.49 100.76 100.11 97.49 95.27 96.49 97.11 -0.39
3 Tanaman Perkebunan Rakyata Indeks Diterima Petani 117.34 116.14 114.86 116.15 115.81 116.57 118.28 119.75 121.45 4.19
- Tanaman Perkebunan Rakyat 117.34 116.14 114.86 116.15 115.81 116.57 118.28 119.75 121.45 4.19b Indeks Dibayar Petani 120.88 120.82 121.87 123.69 123.99 124.91 125.72 126.63 127.93 2.42
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120.59 120.61 121.75 124.00 124.34 125.52 126.31 127.45 128.92 2.71- Indeks BPPBM 122.01 121.64 122.31 122.51 122.61 122.54 123.46 123.46 124.09 1.26Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 97.07 96.13 94.25 93.90 93.41 93.32 94.08 94.56 94.94 1.74
4 Peternakana Indeks Diterima Petani 117.41 117.41 117.61 119.14 121.23 124.25 124.07 124.69 124.82 0.46
- Ternak Besar 112.66 112.66 112.66 114.15 116.45 119.61 119.61 119.99 119.99 0.32- Ternak Kecil 115.11 115.11 115.11 115.11 117.20 119.48 119.48 120.63 120.74 1.05- Unggas 127.38 127.38 128.23 130.29 132.08 135.75 134.94 136.12 136.64 0.66- Hasil Ternak 134.45 134.45 134.45 137.18 138.11 138.11 138.11 138.11 138.11 0.00
b Indeks Dibayar Petani 118.63 118.63 119.15 120.37 121.19 121.98 122.51 123.02 123.84 1.52- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119.07 119.08 119.87 121.81 122.67 123.86 124.86 125.73 126.94 2.49- Indeks BPPBM 118.01 118.01 118.15 118.39 119.13 119.86 119.26 119.27 119.55 -0.26Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 98.98 98.97 98.71 98.97 100.03 101.87 101.27 101.36 100.80 -1.05
5 Perikanana Indeks Diterima Petani 107.87 107.87 107.87 108.60 109.48 110.17 110.17 110.43 110.27 0.09
- Penangkapan 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 0.00- Budidaya 121.99 121.99 121.99 124.13 126.70 128.72 128.72 129.47 129.00 0.22
b Indeks Dibayar Petani 117.54 117.51 118.16 119.64 120.06 120.74 121.13 121.65 122.42 1.39- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.24 118.20 119.15 121.29 121.87 122.69 123.28 124.11 125.18 2.03- Indeks BPPBM 116.07 116.07 116.07 116.16 116.23 116.62 116.62 116.47 116.61 -0.01Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 91.77 91.79 91.29 90.77 91.19 91.25 90.95 90.78 90.07 -1.29
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 116.67 116.17 116.22 118.71 118.75 119.03 119.43 120.87 122.2 2.66b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 120.06 120.03 120.94 122.64 123.11 124.01 124.76 125.61 126.75 2.21c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 97.18 96.79 96.09 96.80 96.46 95.98 95.73 96.22 96.41 0.45
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOKPERSENTASE
PERUBAHAN (%) (Des ke Sept)
PROVINSI JAMBI
2010
C. Kemiskinan
Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal
penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi)
secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak.
Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 6.950 ton, menurun
2,63% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6.110 ton.41
41 Provinsi Jambi pada 2010 mendapat jatah Raskin sekitar 20.000 ton untuk penyaluran selama 10 bulan bagi 133.137 RTS tersebar di dua kota dan sembilan kabupaten dengan harga Rp1.600/Kg.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 68
Grafik 6.7. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
-
2
4
6
8
10
12
14
TW I TW II TW III TRW IV
TW I TW II TW III TRW IV
TW I TW II TW III TRW IV
2008 2009 2010
Sumber: Bulog Prov. Jambi
Ribu
ton
Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
69
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan I-
2011 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan IV-2010
namun mengalami perlambatan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
diperkirakan masih menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi
Jambi pada triwulan mendatang yang didukung oleh pengeluaran konsumsi
nirlaba. Sementara itu, konsumsi pemerintah daerah di triwulan mendatang
diperkirakan akan menurun dibandingkan triwulan laporan. Dari sisi penawaran,
kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih dominan oleh sektor pertanian,
dan sektor industri pengolahan.
Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih
cukup tinggi. Namun demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan relatif
melambat dibandingkan triwulan laporan. Dari sisi permintaan, terdapatnya
beberapa hari libur nasional serta tingginya permintan akan residensial dapat
memicu angka inflasi Kota Jambi pada triwulan mendatang. Disamping itu, masih
adanya kendala jalur distribusi akibat kondisi jalan yang belum baik serta kondisi
cuaca dapat mengganggu kelancaran arus distribusi barang sehingga berpotensi
meningkatkan angka inflasi.
A. Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang
diperkirakan pada kisaran 1% (q-t-q) melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan laporan yang mencapi 1,91%. Sementara itu, secara
tahunan, pertumbuhan ekonomi Jambi diperkirakan berada di kisaran 8,0-9,0%
(y-o-y).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama
pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang yang
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 70
didukung oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi nirlaba. Meningkatnya
pengeluaran konsumsi RT tercermin dari nilai indeks ekspektasi ekonomi sebesar
156,67 meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 124,67 dan berada
pada level optimis (nilai indeks diatas 100).
Sejalan dengan hal tersebut, indeks ekspektasi penghasilan masyarakat
juga masih berada pada level yang optimis (152,67) dan meningkat dari triwulan
lalu yang sebesar 142,67.42 Semakin membaiknya perekonomian di Jambi serta
rencana gaji pegawai negeri sipil (PNS), TNI, POLRI tahun 2011 dan kenaikan UMP
memberikan harapan akan penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat pada
triwulan mendatang.
Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
Indeks
Ekspektasi ekonomi Ekspektasi pengangguran Ekspektasi penghasilan
Hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan laporan
menggambarkan rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang
sebagian besar berada pada level pesimis, kecuali nilai saldo bersih rencana
konsumsi barang sandang tercatat sebesar 150,00. Sedangkan indikator lainnya
masih bertengger pada level pesimis yaitu: pembelian/perbaikan rumah (68,00);
peralatan rumah tangga (64,67); perabotan rumah tangga (55,33); kendaraan
bermotor (33,33); serta rekreasi/tamasya (82,67). Hal ini menunjukkan bahwa
kecenderungan belanja masyarakat di triwulan I-2011 masih diutamakan untuk
42 Setelah triwulan II-2008 yang tumbuh pesimis (60,67), indeks ekspektasi penghasilan terus tumbuh pada level optimis.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 71
memenuhi kebutuhan pokok, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan
lainnya.
Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
Indeks
Peralatan rumah tangga Perabotan rumah tangga
Kendaraan bermotor Barang sandang
Berdasarkan hasil SKDU triwulan IV-2010, optimisme responden pada
triwulan mendatang diyakini oleh pelaku usaha hampir terjadi pada sebagian
sektor usaha. Hal ini terlihat dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
untuk sektor-sektor tersebut yang masih tumbuh positif dibandingkan triwulan
sebelumnya (Tabel 7.1), kecuali untuk sektor bangunan serta perdagangan, hotel
dan restoran.
Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha
Triwulan IV-2010
Triwulan I-2011*
1 Pertanian 7.02 0.88
2 Pertambangan dan Penggalian 1.27 2.55
3 Industri Pengolahan 3.87 3.32
4 Listrik dan Air Minum - 0.40
5 Bangunan (1.37) (1.37)
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (1.69) (0.85)
7 Pengangkutan dan Komunikasi 3.41 2.92
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.05 2.05
9 Jasa-jasa 1.25 1.25
15.81 11.14
Saldo Bersih TertimbangNo Sektor/Subsektor
Total Sementara itu, pengeluaran konsumsi Pemerintah Daerah pada triwulan
mendatang diperkirakan mengalami penurunan setelah terakselerasi dengan
cukup tinggi di triwulan laporan. Dari sisi penawaran, perkembangan sektor
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 72
pertanian pada triwulan mendatang diperkirakan masih tumbuh positif. Semakin
membaiknya harga komoditas perkebunan seperti kelapa sawit dan karet menjadi
pendorong tumbuhnya sektor pertanian pada triwulan mendatang. Sub sektor
tanaman bahan makanan juga diperkirakan tumbuh positif yang didorong mulai
memasukinya musin panen tanaman bahan makanan (tabama). Sektor industri
pengolahan diperkirakan akan meningkat pertumbuhannya sejalan dengan
pertumbuhan sektor pertanian. Membaiknya harga komoditas unggulan provinsi
Jambi (sawit) diperkirakan akan mendukung pertumbuhan sektor industri
pengolahan. Namun demikian, potensi kondisi cuaca yang cukup ekstrem juga
menjadi ancaman bagi produktivitas beberapa hasil pertanian.
Pergerakan sektor penggalian dan sektor bangunan diperkirakan
mengalami perlambatan di triwulan mendatang. Namun demikian pembangunan
properti residensial (perumahan) oleh perusahaan pengembang (developer) dan
masyarakat umum serta pembangunan properti komersial seperti hotel dan ruko
(rumah toko) diperkirakan masih tumbuh untuk memenuhi permintaan dari akhir
tahun 2010.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga diperkirakan akan tumbuh
melambat seiring dengan menurunnya aktivitas perdagangan, tingkat kunjungan
restoran serta kapasitas hunian hotel pasca hari besar keagamaan dan liburan
akhir tahun. Sektor pengangkutan dan komunikasi juga diprakirakan masih
tumbuh positif terutama didorong oleh terdapatnya beberapa hari libur nasional
di triwulan mendatang.
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi
tahunan (y-o-y) Provinsi Jambi pada triwulan I-2011 diperkirakan pada kisaran
8,00%-9,00%. Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2011
diperkirakan pada kisaran 7,00-8,00%.
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
pasca krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar
dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan ekonominya.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 73
Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih
baik, antara lain melalui:
1. Percepatan realisasi APBD terutama proyek-proyek fisik yang
berorientasi memacu perekonomian.
Akselerasi pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur merupakan kunci
pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dengan optimal. Pemerintah daerah
diharapkan dapat menyegerakan realisasi belanja modal APBD 2011 sehingga
mampu mempercepat stimulus pembangunan ekonomi di Jambi di tahun
2011. Pada tahun 2011, anggaran APDB dan APBN untuk infrastruktur
meningkat 70,59%. Pemanfaatan dana yang optimal dan tepat sasaran
diharapkan dapat mendukung pembangunan Infrastruktur yang efektif
bermanfaat bagi masyarakat luas.
2. Peningkatan koordinasi antar kabupaten/kota.
Koordinasi pembangunan antar kabupaten/kota diharapkan dapat lebih
ditingkatkan. Setiap daerah diharapkan dapat fokus dalam mencapai target
pembangunan yang nantinya akan dimanfaatkan oleh daerah-daerah di
sekitarnya. Pengembangan yang bersifat one village one product ini
diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber
pendanaan yang ada. Koordinasi yang baik diharapkan akan mengefisiensikan
sumber daya yang ada dan mendapatkan hasil yang lebih tepat sasaran.
3. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking.
Inflasi pada tahun 2010 menunjukkan angka yang tinggi. Oleh sebab itu,
diperlukan keberlangsungan kebijakan penanganan inflasi (pengendalian
harga-harga) yang koordinatif antar dinas/instansi terkait secara
berkesinambungan sehingga dapat mendukung terciptanya inflasi yang relatif
rendah dan stabil melalui pengendalian inflasi yang forward looking
diantaranya melalui:
a. Koordinasi antara FKPI Provinsi Jambi dengan Tim Pengendalian Inflasi di
level pusat yang lebih intensif.
b. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan
resiko tekanan inflasi.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 74
c. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih kepada komoditas
bahan makanan utama yang masih didatangkan dari luar daerah
sehingga harganya berpotensi untuk bergejolak.
d. Peningkatan efisiensi transportasi melalui peningkatan kuantitas dan
kualitas infrastruktur angkutan darat, meningkatkan jangkauan
pelayanan transportasi ke daerah sentra produksi, dan pengurangan
berbagai bentuk gangguan dalam pengangkutan barang yang
menimbulkan ekonomi biaya tinggi (hight cost economy).
4. Kebijakan Agrobisnis yang menguntungkan bagi petani dan
pengusaha.
Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah:
- Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak
goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk
dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added labih baik
sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor
perkebunan.
- Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti
serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses
produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk
yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi.
- Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi
kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga
pupuk yang sangat memberatkan petani.
- Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani
dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh
karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut
melalui toke.43 Hal ini dikarenakan toke membeli harga komoditas
unggulan Jambi (sawit dan karet) ke petani dibawah harga pasar/harga
yang telah ditetapkan sehingga merugikan petani.
5. Penguatan ekspor barang dan jasa.
Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan
produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit)
43 Toke adalah sebutan bagi tengkulak atau cukong.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 75
sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional yang
didukung dengan ketersediaan industri hilir.
6. Pertumbuhan kredit perbankan
Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan I-2011
berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan kepada
usaha mikro dan kecil.
B. Proyeksi Inflasi
Secara tahunan (y-o-y), perkembangan harga-harga pada triwulan I-2011
diperkirakan sedikit melambat dibandingkan triwulan IV-2010, namun masih
berada pada level yang tinggi. Tingginya angka inflasi ini tercermin dari hasil
Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang menunjukkan bahwa keyakinan
masyarakat terhadap perbaikan harga-harga masih berada pada level pesimis. Hal
tersebut tercermin dari seluruh indikator ekspektasi harga yang memiliki nilai
dibawah 100 atau berada dalam level pesimis (lihat Grafik 7.3). Sedangkan nilai
saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar 36,67 sedikit
lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya (30,00).44
Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang
-
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010
IndeksBahan sandangPerumahan & bahan bangunanTransportasi & komunikasiHarga UmumBahan makanan
Inflasi Kota Jambi pada Triwulan I-2011 diperkirakan sebesar 9,78% ± 1
(y-o-y). Pada triwulan mendatang, tekanan inflasi dalam sisi permintaan relatif
masih rendah. Komoditi-komoditi yang diperkirakan mengalami peningkatan
harga seiring dengan meningkatnya permintaan adalah jasa transportasi, dan
44 SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 76
bahan bangunan. Namun demikikan, dari sisi penawaran, masih relatif tingginya
harga bahan makanan serta rencana penghapusan bbm subsidi bagi masyarakat
serta adanya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti
pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung,
gandum), crude palm oil (CPO), di pasar internasional disertai dengan belum
membaiknya kondisi jalan dapat memicu meningkatnya angka inflasi Kota Jambi.
Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi periode tahun 2007 s.d. 2010 serta Perkiraan Januari s.d. Desember 2011
-2
-1
0
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi bulan Januari - Desember 2011 adalah angka perkiraan
m-t-m (%)2007 2008 2010
2009 2011
Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi periode tahun 2007 s.d. 2010 serta Perkiraan Januari s.d. Desember 2011
0
5
10
15
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi Bulan Januari-Desenber2011 merupakan angka perkiraan dengan deviasi 1%
y-o-y (%)
2007 2008 2009 2010 2011
Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan
tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi
keluar dari sasaran antara lain 1) Terdapatnya hari libur nasional di triwulan
mendatang yang memicu meningkatnya aktivitas transportasi, 2) Meningkatnya
pembangunan residensial di Jambi dapat dapat memicu kenaikan harga barang-
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 77
barang material dan jasa tukang. 3) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang
masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan
jasa, 4) Kondisi cuaca yang memasuki musim hujan dapat menjadi ancaman
dalam distribusi hasil pertanian pendistribusian barang, serta 5) Potensi kenaikan
harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas
bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar
internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya
angka inflasi pada periode triwulan I tahun 2011.
Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok serta
perkiraan musim panen tanaman diprakirakan cukup mampu meredam potensi
gejolak harga yang terjadi sewaktu-waktu. Stok beras di BULOG Divre Jambi juga
diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras. Selain itu penerapan
kebijakan BULOG dalam menyalurkan raskin menjadi 13 (tiga belas) kali dalam
setahun diharapkan dapat membantu masyarakat yang kurang mampu.
Halaman ini sengaja dikosongkan
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
I II III IV I II III IV(1) (2) (3) (4) (5) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 2,888,361 3,007,394 3,079,500 3,137,823 3,544,265 3,897,313 4,072,368 4,392,032 a. Tanaman Bahan Makanan 932,216 999,663 1,014,412 1,016,022 1,074,393 1,122,230 1,197,362 1,284,517 b. Tanaman Perkebunan 1,420,388 1,444,508 1,487,248 1,536,909 1,864,267 2,140,229 2,216,122 2,388,211 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 162,032 169,262 173,236 177,663 191,896 207,534 209,752 236,518 d. Kehutanan 216,968 234,889 239,958 242,005 246,624 253,375 264,214 279,470 e. Perikanan 156,758 159,073 164,646 165,224 167,085 173,946 184,918 203,315 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,741,522 1,955,343 2,143,670 2,238,063 2,257,467 2,474,660 2,422,934 2,595,591 a. Minyak dan Gas Bumi 1,463,306 1,658,590 1,837,921 1,947,555 1,955,314 2,080,900 1,992,656 2,139,106 b. Pertambangan tanpa Migas 172,445 187,468 192,573 177,589 185,410 265,257 291,666 313,554 c. Penggalian 105,770 109,285 113,176 112,920 116,742 128,502 138,613 142,931 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,249,449 1,282,558 1,342,362 1,383,836 1,458,694 1,456,127 1,499,759 1,564,426 a. Industri Migas 114,035 114,948 117,113 118,415 142,903 135,504 135,777 141,746 1. Pengilangan Minyak Bumi 114,035 114,948 117,113 118,415 142,903 135,504 135,777 141,746 2. Gas Alam Cair - - - - b. Industri Tanpa Migas **) 1,135,414 1,167,610 1,225,249 1,265,421 1,315,791 1,320,623 1,363,983 1,422,680 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 87,295 93,306 93,695 93,747 113,816 114,834 119,987 131,139 a. Listrik 71,057 77,014 76,913 76,933 96,193 97,116 101,499 110,982 b. Gas - - - - c. Air Bersih 16,238 16,293 16,782 16,814 17,623 17,718 18,487 20,157 5. BANGUNAN 513,869 527,669 544,835 559,887 570,335 602,974 627,679 645,581 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,475,825 1,572,543 1,661,602 1,718,193 1,772,579 1,849,725 1,995,109 2,210,154 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,356,340 1,450,607 1,535,322 1,588,821 1,629,238 1,700,474 1,835,426 2,031,775 b. Hotel 21,508 21,961 22,574 23,380 24,495 26,434 28,957 30,844 c. Restoran 97,977 99,976 103,706 105,992 118,846 122,817 130,727 147,535 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 718,091 743,159 778,312 801,093 815,870 842,039 897,539 961,864 a. Pengangkutan 659,885 683,992 716,409 737,665 750,202 773,426 825,146 884,612 1. Angkutan Rel - - - - 2. Angkutan Jalan Raya 465,407 476,048 499,729 516,023 518,670 537,209 576,526 615,469 3. Angkutan Laut 80,671 82,190 83,447 84,249 94,996 95,816 99,059 104,424 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 32,197 33,212 33,819 34,266 36,124 36,155 37,276 40,874 5. Angkutan Udara 46,592 56,847 61,934 64,381 61,516 63,997 69,527 77,808 6. Jasa Penunjang Angkutan 35,017 35,696 37,480 38,746 38,896 40,249 42,758 46,038 b. Komunikasi 58,206 59,167 61,903 63,428 65,668 68,613 72,393 77,251 1. Pos dan Telekomunikasi 57,328 58,272 60,973 62,474 64,696 67,605 71,331 76,051 2. Jasa Penunjang Komunikasi 878 895 930 954 972 1,008 1,061 1,201 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 532,370 557,609 586,433 607,020 649,214 658,565 693,642 765,897 a. Bank 221,595 237,251 256,007 267,679 278,551 280,963 298,284 337,132 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 34,987 35,930 36,658 37,464 42,904 43,705 46,532 49,266 c. Jasa Penunjang Keuangan 2,342 2,388 2,499 2,587 2,783 2,967 3,149 3,519 d. Sewa Bangunan 265,054 273,495 282,443 290,216 315,052 320,922 335,128 364,504 e. Jasa Perusahaan 8,392 8,544 8,826 9,075 9,925 10,008 10,549 11,476 9. JASA-JASA 1,061,354 1,085,949 1,112,711 1,150,556 1,195,913 1,229,884 1,303,672 1,413,045 a. Pemerintahan Umum 912,522 933,904 954,153 985,674 1,022,483 1,053,928 1,119,571 1,207,883 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 628,029 641,649 654,864 677,639 699,134 720,698 765,429 842,949 2. Jasa Pemerintah lainnya 284,494 292,256 299,289 308,035 323,349 333,230 354,141 364,934 b. Swasta 148,832 152,045 158,559 164,882 173,430 175,956 184,101 205,162 1. Sosial Kemasyarakatan 101,573 103,956 109,269 113,821 117,851 119,389 125,176 140,970 2. Hiburan & Rekreasi 7,496 7,619 7,820 8,169 8,250 8,617 8,741 9,177 3. Perorangan & Rumahtangga 39,762 40,470 41,470 42,893 47,328 47,950 50,184 55,015 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 10,268,135 10,825,531 11,343,121 11,690,218 12,378,153 13,126,121 13,632,689 14,679,729 PDRB Tanpa Migas 8,690,794 9,051,993 9,388,088 9,624,248 10,279,936 10,909,717 11,504,256 12,398,876
LAPANGAN USAHA2009* 2010**
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
I II III IV I II III IV(1) (2) (3) (4) (5) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 1,236,653 1,245,135 1,257,680 1,263,974 1,281,632 1,301,250 1,328,520 1,348,454 a. Tanaman Bahan Makanan 460,948 464,980 465,422 452,485 466,843 475,697 484,111 489,420 b. Tanaman Perkebunan 580,663 584,225 592,933 610,502 614,818 624,196 638,713 653,957 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 80,147 80,228 81,896 83,770 82,570 84,243 87,700 90,046 d. Kehutanan 65,683 65,804 66,411 66,489 66,494 64,827 63,957 60,884 e. Perikanan 49,212 49,900 51,017 50,728 50,907 52,288 54,040 54,146 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 463,721 469,116 473,288 469,188 473,783 513,335 561,162 598,163 a. Minyak dan Gas Bumi 369,776 370,483 372,696 373,635 373,330 398,920 433,850 459,901 b. Pertambangan tanpa Migas 47,215 50,772 51,458 46,952 49,516 62,964 73,239 83,013 c. Penggalian 46,730 47,860 49,134 48,601 50,937 51,450 54,073 55,248 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 519,674 527,585 541,994 548,110 555,209 557,660 559,860 560,546 a. Industri Migas 27,802 27,951 28,418 28,885 31,527 31,866 31,881 31,970 1. Pengilangan Minyak Bumi 27,802 27,951 28,418 28,885 31,527 31,866 31,881 31,970 2. Gas Alam Cair - - - - - - b. Industri Tanpa Migas **) 491,872 499,634 513,576 519,225 523,681 525,795 527,978 528,577 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 30,707 32,763 32,581 32,595 34,217 34,920 36,902 39,484 a. Listrik 25,998 28,081 27,791 27,797 29,392 30,042 31,962 34,527 b. Gas - - - - - - c. Air Bersih 4,708 4,682 4,790 4,798 4,825 4,878 4,940 4,957 5. BANGUNAN 191,514 193,824 197,188 199,949 201,893 207,046 212,277 214,153 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 659,941 681,849 704,075 718,966 726,182 749,520 780,224 789,908 a. Perdagangan Besar & Eceran 601,362 623,064 644,933 658,956 665,634 688,032 716,321 724,552 b. Hotel 10,905 11,022 11,067 11,288 11,635 12,476 13,672 14,475 c. Restoran 47,674 47,763 48,075 48,723 48,913 49,012 50,231 50,880 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 307,979 314,192 321,521 324,483 325,432 327,721 331,731 333,886 a. Pengangkutan 280,537 286,369 292,723 295,017 295,526 297,642 301,450 303,532 1. Angkutan Rel - - - - - - 2. Angkutan Jalan Raya 182,967 185,308 188,526 189,265 189,717 190,749 192,641 193,193 3. Angkutan Laut 39,043 39,123 39,402 39,687 39,757 40,062 40,185 40,224 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 16,602 16,655 16,700 16,870 16,890 16,901 16,924 17,323 5. Angkutan Udara 24,713 27,935 30,321 30,999 30,963 31,706 33,453 34,039 6. Jasa Penunjang Angkutan 17,213 17,347 17,774 18,196 18,199 18,224 18,247 18,753 b. Komunikasi 27,442 27,823 28,798 29,466 29,906 30,079 30,281 30,355 1. Pos dan Telekomunikasi 27,142 27,517 28,484 29,145 29,579 29,750 29,950 30,016 2. Jasa Penunjang Komunikasi 301 306 314 321 327 329 331 338 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 208,813 217,632 228,191 234,883 238,272 243,769 253,610 261,653 a. Bank 100,831 108,017 116,691 121,986 123,975 128,500 135,770 140,991 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 12,014 12,061 12,186 12,445 12,660 12,854 13,190 13,406 c. Jasa Penunjang Keuangan 1,190 1,208 1,237 1,280 1,304 1,338 1,378 1,421 d. Sewa Bangunan 91,170 92,720 94,423 95,450 96,595 97,287 99,402 101,910 e. Jasa Perusahaan 3,608 3,627 3,654 3,723 3,739 3,789 3,871 3,925 9. JASA-JASA 347,711 352,666 358,301 366,468 368,995 370,140 370,418 373,327 a. Pemerintahan Umum 288,598 293,009 296,930 303,628 305,956 306,861 306,982 309,522 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 185,192 187,549 189,748 194,097 195,799 196,645 196,699 198,852 2. Jasa Pemerintah lainnya 103,406 105,460 107,183 109,530 110,157 110,216 110,283 110,670 b. Swasta 59,113 59,657 61,371 62,840 63,040 63,279 63,436 63,805 1. Sosial Kemasyarakatan 37,742 38,202 39,685 40,748 40,848 40,992 41,037 41,078 2. Hiburan & Rekreasi 3,416 3,425 3,453 3,560 3,567 3,572 3,578 3,595 3. Perorangan & Rumahtangga 17,955 18,030 18,232 18,532 18,625 18,715 18,821 19,132 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3,966,712 4,034,764 4,114,817 4,158,615 4,205,614 4,305,361 4,434,704 4,519,574 PDRB Tanpa Migas 3,569,134 3,636,330 3,713,704 3,756,095 3,800,757 3,874,575 3,968,973 4,027,703
LAPANGAN USAHA2009* 2010**
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Komponen I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010 II-2010 III-2010 IV-2010
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,611,917 6,734,980 7,188,127 7,319,749 7,762,384 8,125,028 8,802,594 9,036,7232. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 56,215 60,578 62,950 64,346 76,712 83,536 87,698 93,1143. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,646,167 1,764,573 1,867,114 2,127,802 2,198,584 2,311,401 2,419,564 2,668,5704. Pembentukan Modal Tetap Bruto 1,687,309 1,796,878 1,905,116 2,012,664 2,016,641 2,196,068 2,431,689 3,141,6675. Perubahan Stok 278,451 290,613 303,598 304,059 304,591 315,073 331,184 358,7276. Ekspor Barang dan Jasa 4,687,671 5,112,832 5,694,363 5,924,418 5,846,392 6,613,246 7,682,770 8,304,9797. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 4,699,594 4,934,921 5,678,146 6,062,819 5,827,150 6,518,230 8,122,810 8,924,051
PDRB 10,268,135 10,825,531 11,343,121 11,690,218 12,378,153 13,126,121 13,632,689 14,679,729
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Komponen I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010 II-2010 III-2010 IV-2010
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2,845,832 2,879,304 2,987,171 3,014,852 3,027,456 3,041,767 3,139,257 3,155,9372. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 21,921 22,674 23,108 23,558 27,567 29,097 30,104 29,2183. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 730,776 757,457 792,630 833,263 817,296 837,014 857,554 866,5154. Pembentukan Modal Tetap Bruto 632,537 639,264 650,184 681,291 660,483 671,568 718,372 741,6585. Perubahan Stok 123,445 124,474 126,879 127,821 124,451 125,571 128,683 129,3776. Ekspor Barang dan Jasa 2,006,921 2,095,596 2,357,526 2,380,697 2,337,098 2,645,949 3,083,903 3,429,7477. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2,394,720 2,484,006 2,822,682 2,902,867 2,788,737 3,045,605 3,523,169 3,832,877
PDRB 3,966,712 4,034,764 4,114,817 4,158,615 4,205,614 4,305,361 4,434,704 4,519,574 Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
Jumlah Bank Provinsi Jambi (Bank Umum dan BPR)
KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total
Kota Jambi 1 24 42 6 73 1 25 44 6 76 1 25 47 6 79 1 25 48 7 81Kerinci 0 3 15 2 20 0 3 15 2 20 0 3 15 2 20 0 3 15 2 20Bungo 0 4 14 0 18 0 4 14 1 19 0 4 15 1 20 0 4 17 1 22Muara Jambi 0 0 12 3 15 0 0 12 3 15 0 0 15 3 18 0 0 15 3 18Sarolangun 0 2 12 0 14 0 2 12 0 14 0 2 13 0 15 0 2 15 0 17Tebo 0 1 11 2 14 0 1 12 2 15 0 1 14 2 17 0 1 14 2 17Merangin 0 3 11 0 14 0 3 11 0 14 0 3 13 0 16 0 3 13 0 16Batanghari 0 2 11 1 14 0 2 11 1 14 0 2 12 1 15 0 2 13 1 16Tanjung Jabung Barat 0 3 10 0 13 0 3 10 0 13 0 3 10 0 13 0 3 11 0 14Tanjung Jabung Timur 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5 0 1 4 1 6T O T A L 1 43 141 15 200 1 44 144 16 205 1 44 157 16 218 1 44 165 17 227
KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK TotalKota Jambi 6 0 0 0 6 6 0 0 0 6 6 0 0 0 6 6 0 0 0 6Kerinci 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1Bungo 1 1 0 0 2 1 1 0 0 2 1 1 0 0 2 1 1 0 0 2Muara Jambi 2 0 0 2 4 2 0 0 2 4 2 0 0 2 4 2 0 0 2 4Sarolangun 0 2 0 0 2 0 2 0 0 2 0 2 0 0 2 0 2 0 0 2Tebo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Merangin 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1Batanghari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Tanjung Jabung Barat 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1Tanjung Jabung Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0T O T A L 11 4 0 2 17 11 4 0 2 17 11 4 0 2 17 11 4 0 2 17
KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK TotalKota Jambi 7 24 42 6 79 7 25 44 6 82 7 25 47 6 85 7 25 48 7 87Kerinci 1 3 15 2 21 1 3 15 2 21 1 3 15 2 21 1 3 15 2 21Bungo 1 5 14 0 20 1 5 14 1 21 1 5 15 1 22 1 5 17 1 24Muara Jambi 2 0 12 5 19 2 0 12 5 19 2 0 15 5 22 2 0 15 5 22Sarolangun 0 4 12 0 16 0 4 12 0 16 0 4 13 0 17 0 4 15 0 19Tebo 0 1 11 2 14 0 1 12 2 15 0 1 14 2 17 0 1 14 2 17Merangin 0 4 11 0 15 0 4 11 0 15 0 4 13 0 17 0 4 13 0 17Batanghari 0 2 11 1 14 0 2 11 1 14 0 2 12 1 15 0 2 13 1 16Tanjung Jabung Barat 1 3 10 0 14 1 3 10 0 14 1 3 10 0 14 1 3 11 0 15Tanjung Jabung Timur 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5 0 1 4 1 6T O T A L 12 47 141 17 217 12 48 144 18 222 12 48 157 18 235 12 48 165 19 244
Trw III-2010
Trw II-2010
Trw II-2010
Bank Umum
BPRTrw I-2010 Trw II-2010
T O T A LTrw I-2010 Trw II-2010
Trw III-2010
Trw II-2010
Trw II-2010
Trw I-2010 Trw II-2010
Indeks Harga Konsumen (IHK) Jambi Tahun Dasar 2007=100
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DESI UMUM 119.83 119.40 119.34 119.32 119.33 123.18 125.76 124.93 126.1 126.08 127.57 129.91II BAHAN MAKANAN 131.12 129.27 126.86 126.41 126.07 138.45 147.73 142.53 145.22 143.43 147.27 154.39III. MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK 128.92 129.30 131.64 131.73 131.90 133.48 134.43 136.73 138.04 139.55 141.9 143.58IV. PERUMAHAN 113.93 113.83 114.32 114.49 114.50 115.73 115.39 116.36 116.3 116.7 116.65 117.14V. SANDANG 115.08 114.73 115.09 115.37 116.00 116.76 116.56 116.71 118.61 119.82 120.36 120.85VI. KESEHATAN 116.63 116.79 117.21 117.81 118.01 117.99 118.01 117.92 117.92 118.12 118.38 118.36VII. PENDIDIKAN, REKREASI & OR 115.50 115.87 115.83 115.61 115.53 115.81 115.89 115.89 116.31 116.3 116.31 116.32VIII. TRANSPORT & KOMUNIKASI 105.72 105.84 106.08 106.15 106.30 105.98 106.04 105.85 106.37 106.55 106.76 106.81
URAIAN 2010
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Halaman ini sengaja dikosongkan
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.
PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.
Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.
Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh
bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank,
seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap
aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing
aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya.
Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot
yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada
perorangan.
Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja
debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit
digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus
(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal
pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari
masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito.
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang
diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama
dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.
Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus
(persistent).
Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-
barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh
pemerintah (misalnya bahan bakar).
Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat
and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga
barang impor dan ekspektasi masyarakat.
Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga
barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya
bergerak sangat volatile (misalnya beras).
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar
peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta
yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang
disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro,
nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank
Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia
sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring
debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI
di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.
Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang
dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank
Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless).
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan
terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito).
Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan
beban bunga.
Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap
pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari
30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.
Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang
termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah suatu
pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari
tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP
ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin
besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong
Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah
dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus
dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs) adalah rasio
kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total
kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross.
Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong
NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva
Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses
penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real
time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat
bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank
Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian
akhirnya dilakukan secara nasional.