kajian ekonomi regional - bank indonesia · 2.5 perkembangan harga cabe dan bawang merah 34 2.6...

134
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Kantor Bank Indonesia Jambi Triwulan IV - 2010

Upload: others

Post on 07-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Jambi

Kantor Bank Indonesia Jambi

Triwulan IV - 2010

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

K A T A P E N G A N T A R

Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan IV-2010 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik Bank Indonesia Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholders eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.

Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan IV-2010 menunjukkan pertumbuhan yang melambat dibandingkan triwulan III-2010. Dari sisi harga, laju inflasi Kota Jambi (y-o-y) pada triwulan laporan meningkat dari periode sebelumnya. Perkembangan perbankan dari sisi aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit mengalami peningkatan. Loan to deposits ratio (LDR) perbankan juga meningkat menjadi 89,84%. Sementara itu, kualitas kredit masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,33%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang bergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Dalam penyusunan KER triwulan IV-2010 ini, kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Februari 2010

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

i

DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................................................................... i Daftar Tabel .......................................................................................... ii Daftar Grafik .......................................................................................... iii Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1 BAB I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional ................................. 5 A. Umum ............................................................................. 5 B. PDRB Sisi Produksi.............................................................. 7 C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................ 20 BAB II. Perkembangan Harga-Harga..................................................... 29

A. Kajian Umum ................................................................. 29 B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ................................. 31

Boks 1 : Pemetaan Komoditi Penyumbang Inflasi Terbesar Boks 2 : Koordinasi Pengendalian Inflasi Jelang Hari Besar Keagamaan BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................ 39 A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... 39

B. Bank Umum ................................................................... 40 C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)............................................ 50

Boks 3 : Mendorong Pengembangan Industri Batik Jambi Dengan Peningkatan Akses Permodalan Melalui Penyusunan Lending Model “Industri Dan Pedagang Batik Jambi” BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 51

A. Anggaran Pendapatan Tahun 2011 .................................... 52 B. Anggaran Belanja Tahun 2011 ........................................... 52 C. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2010 ........................... 54 D. Realisasi Belanja Daerah Tahun 2010 ................................. 55 E. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ............................... 55 F. Keuangan Pemerintah Daerah ............................................ 58

BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ....................................... 59 A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai .............................. 59 B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... 61

BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ............................. 63 A. Keternagakerjaan Daerah................................................... 63 B. Kesejahteraan .................................................................... 64 C. Kemiskinanan .................................................................... 67 BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah....................................... 69 A. Pertumbuhan Ekonomi......................................................... 69 B. Proyeksi Inflasi ..................................................................... 75 Lampiran Glosary

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

ii

DAFTAR TABEL

1.1 Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi

Penggunaan 6

2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 31

2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan

Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 32

2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi

Periode triwulan III-2010 33

3.1 Perkembangan Jumlah kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi 40

3.2 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 42

3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 43

3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank 43

3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 44

3.6 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi 46

3.7 Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan

Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 46

3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi

Jambi

4.1 Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Jambi 52

4.2 Anggaran B APBD Provinsi Jambi 53

4.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 56

4.4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 57

5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KBI Jambi 61

5.2 Perkembangan Transaksi RTGS 62

6.1 Perbandingan UMP Wilayah Sumatera 66

6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) 67

7.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 73

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

iii

DAFTAR GRAFIK

1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) 5 1.2 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 6 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 7 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

Triwulan III Tahun 2010 8 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan III Tahun 2010 (ha) 8 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan IV Tahun 2010 (ha) 8 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan III Tahun 2010 (ha) 9 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan IV Tahun 2010 9 1.9 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 10 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) 11 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%) 11 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 11 1.13 Distribusi Jenis Pupuk 12 1.14 Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk 12 1.15 Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR 13 1.16 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 13 1.17 PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi 14 1.18 Lifting Minyak Bumi 14 1.19 Lifting Gas Alam 14 1.20 Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) 14 1.21 Volume Penjualan Minyak Bakar 15 1.22 Volume Penjualan Minyak Diesel 15 1.23 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 15 1.24 Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet , CPO, Makanan dan dan Minuman 16 1.25 Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata 16 1.26 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 16 1.27 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 16 1.28 Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi 17 1.29 Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 17 1.30 PPDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur 18 1.31 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 18 1.32 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 18 1.33 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal 19 1.34 Perkembangan Total Arus Peti Kemas 19 1.35 Perkembangan Total Arus Barang 19

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

iv

1.36 Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 20 1.37 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan IV Tahun 2010 21 1.38 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indek Ekspektasi Konsumen (IEK) 22 1.39 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 22 1.40 Perkembangan Penjualan Premium 23 1.41 Perkembangan Penjualan Solar 23 1.42 Perkembangan Penjualan Minyak Tanah 23 1.43 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi 23 1.44 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor 23 1.45 Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru 23 1.46 Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru 24 1.47 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 24 1.48 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 24 1.49 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 25 1.50 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 25 1.51 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi 25 1.52 Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 26 1.53 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 26 1.54 Pangsa Ekspor Provinsi Jambi Berdasarkan SITC 26 1.55 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 27 1.56 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 27 1.57 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 28 1.58 Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 28 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 29 2.2 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi 30 2.3 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan 65 Kota di Indonesia per September 2010 30 2.4 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (y-o-y) 31 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga Beras 35 2.9 Perkembangan Harga Terigu 35 2.10 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 36 2.11 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 37 2.12 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 38 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 41 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 42 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi 47 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi 47

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

v

3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi 49

3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 49 4.1 APBD Provinsi Jambi 51 4.2 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi 54 4.2 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi 55 4.3 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 56 4.4 Pangsa Realisasi Pendapatan Dalam Negeri di Provinsi Jambi 56 4.5 Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 57 4.6 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 58 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 60 5.2 Perkembangan Nominal Kliring 61 5.3 Perkembangan Volume Kliring 61 6.1 Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi 64 6.2 Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran 64 6.3 Perkembangan Harga Beras 65 6.4 Perkembangan Harga Tepung Terigu 65 6.5 Perkembangan Harga Minyak Goreng 65 6.6 Perkembangan Harga Komoditas Lainnya 65 6.7 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 68 7.1 Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan

Ekspektasi Penghasilan 70 7.2 Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang 71 7.3 Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang 75 7.4 Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2007 s.d 2010 serta Perkiraan Januari s.d Desember 2011 76 7.5 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2006 2007 s.d 2010 serta Perkiraan Januari s.d Desember 2011 76

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

a. Inflasi dan PDRB

2009TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV*)

MAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 117.54 119.34 123.18 126.1 129.1

Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 2.23 3.79 7.91 7.91 10.52

PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) 16,274,908 4,205,614 4,305,361 4,434,704 4,519,574 - Pertanian 5,003,441 1,281,632 1,301,250 1,328,520 1,348,454 - Pertambangan dan Penggalian 1,875,312 473,783 513,335 561,162 598,163 - Industri Pengolahan 2,137,363 555,209 557,660 559,860 560,546 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 128,646 34,217 34,920 36,902 39,484 - Bangunan 782,475 201,893 207,046 212,277 214,153 - Perdagangan Hotel dan Restoran 2,764,830 726,182 749,520 780,224 789,908 - Pengangkutan dan Komunikasi 1,268,175 325,432 327,721 331,731 333,886 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 889,519 238,272 243,769 253,610 261,653 - Jasa 1,425,146 368,995 370,140 370,418 373,327

Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) 2) 614,432 224,179 308,434 342,806 314,917 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1,337,556 265,662 454,808 729,660 720,895

Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 3) 86,622 24,519 44,693 41,583 19,378 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 94,821 30,366 31,394 301,223 295,539

Catatan*) s.d bulan November 1) Angka sementara berdasarkan tahun dasar 2000

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

2010INDIKATOR

2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.Data Trw.I-2010 s.d Februari 20103) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

b. Perbankan

Tw.I-10 Tw.II-10 Tw.III-10 Tw.IV-10PERBANKANA. Bank Umum 1):a. Bank Umum Konvensional:Total Aset (Rp Juta) 14,215,759 14,992,362 15,626,041 16,427,119 16,562,337 DPK(Rp Juta) 10,842,509 11,470,936 12,161,122 12,440,155 12,550,443

- Tabungan 6,035,667 5,632,414 6,096,903 6,421,154 6,803,201 - Giro 1,984,419 2,933,137 3,096,605 2,758,128 2,504,325 - Deposito 2,822,423 2,905,385 2,967,614 3,260,873 3,242,917

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek2) 11,835,042 11,814,907 12,664,086 13,787,489 13,468,427 - Modal Kerja 4,570,316 4,499,439 4,642,064 5,818,100 5,859,118 - Konsumsi 4,388,293 5,020,160 5,383,930 5,553,470 2,565,226 - Investasi 2,876,433 2,295,308 2,638,092 2,415,919 5,044,083 - Dana 10,842,509 11,470,936 12,161,122 12,440,155 12,550,443 - LDR 109.15 103.00 104.14 110.83 107.31

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 9,116,912 9,434,289 10,254,563 10,766,287 11,275,758 - Modal Kerja 3,672,737 3,647,185 3,733,927 4,485,722 4,841,263- Konsumsi 1,769,894 1,666,305 2,004,096 1,559,585 1,680,918- Investasi 3,674,281 4,120,799 4,516,540 4,720,980 4,753,577- LDR (%) 84.08 82.25 84.32 86.54 89.84- NPL Gross (%) 300,207 224,614 226,875 247,307 375,024- NPL Gross nominal 3.29 2.38 2.21 2.30 3.33

Kredit UMKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3,000,377 2,613,173 2,725,510 2,776,375 2,779,156

- Kredit Modal Kerja 713,908 601,135 602,249 871,400 885,991 - Kredit Investasi 433,237 323,451 368,377 141,961 126,513 - Kredit Konsumsi 1,853,232 1,688,587 1,754,884 1,763,014 1,766,652

Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) 3,017,536 3,753,841 4,153,245 4,434,871 4,731,660 - Kredit Modal Kerja 1,064,924 1,163,404 1,214,427 1,462,484 1,538,491 - Kredit Investasi 315,613 425,252 465,522 325,608 361,284 - Kredit Konsumsi 1,636,999 2,165,186 2,473,296 2,646,778 2,831,884

Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) 1,447,120 1,589,951 1,767,214 1,882,950 2,020,548 - Kredit Modal Kerja 1,014,212 1,120,158 1,238,053 1,367,480 1,468,871 - Kredit Investasi 340,276 325,466 373,331 361,096 402,601 - Kredit Konsumsi 92,632 144,326 155,830 154,374 149,076

Total Kredit MKM (Rp Juta) 7,465,033 7,956,965 8,645,969 9,094,196 9,531,364 NPL MKM gross (%) 3.33 2.12 2.08 2.08 2.29- NPL MKM Gross Nominal 248,428 168,705 179,530 189,528 218,042

B. BPR :Total Aset (Rp Juta) 244,249 270,288 285,696 305,307 316,503DPK (Rp Juta) 186,824 208,402 224,555 235,976 240,734 - Tabungan (Rp Juta) 33,189 36,852 40,593 39,778 43,685- Deposito (Rp Juta) 153,635 171,550 183,962 196,197 197,049

Kredit (Rp Juta) 183,445 77,620 204,073 210,473 214,363 - Modal Kerja 45,895 49,358 53,659 57181 58,353 - Investasi 28,391 28,262 30,610 31518 31,900 - Investasi 109,159 113,887 119,803 121773 124,111

Kredit UMKM (Rp Juta) 183,445 77,620 204,073 210,473 214,363 Rasio NPL Gross (%) 7.88 18.21 7.26 6.79 6.68 - NPL Gross (Nominal) 14,454 14,136 14,816 14,287 14,311- PPAP 4,757 7,677 8,082 5,715 6,010Rasio NPL Net (%) 5.29 8.32 3.30 4.07 3.87 LDR (%) 98.19 37.25 90.88 89.19 89.05

Catatan :1) Data s.d Bulan November 2010, sudah termasuk bank syariah di dalamnya

TAHUN 2009 TAHUN 2010

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

c. Sistem Pembayaran

Tw.I-10 Tw.II-10 Tw.III-10 Tw.IV-10

SISTEM PEMBAYRAN

Posisi Kas Gabungan (Rp Miliar) 7,778 3,613 1,683 2,815 2,303

Inflow (Rp Juta) 987,607 217,196 134,582 382,368 139,693

Outflow (Rp Juta) 3,322,272 396,029.80 1,019,261.73 1,304,163.10 1,970,648

Pemusnahan Uang (ribu lembar) 21,060 6,334,351 5,827,372 5,998,687 6,990,156

Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 95,552 40,032 43,400 37,503 40,544

Volume Transaksi RTGS 100,915 25,886 29,335 33,007 40,553

Nominal Kliring Debet (Rp juta) 6,320,835 1,632,198 1,499,718 1,892,848 1,912,401

Volume Kliring Debet (lembar) 240,476 61,881 57,197 63,822 61,697

Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet 25,694 26,757 24,995 30,530 29,881

Rata-rata Harian Volume Kliring Debet 978 1,014 953 1,029 964

Nominal Kliring Pengembalian t (Rp juta) 153,064 29,221 26,291 25,897 31,953

Volume Kliring Pengembalian (lembar) 5,370 1,011 989 1,098 1,131

Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian 622 479 438 418 499

Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian 22 17 16 18 18

Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp juta) 116,392 19,222 17,737 19,087 24,849

Volume Tolakan Cek/BG Kosong (lembar) 3,933 716 713 815 790

Rata-rata Harian Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 473 315 296 308 388

Rata-rata Harian Volume Tolakan Cek/BG Kosong 16 12 12 13 12

INDIKATOR TAHUN 2009 TAHUN 2010

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

1

RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI

I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan IV-2010 menunjukkan

pertumbuhan sebesar 1,91 %, melambat dibandingkan dengan triwulan III-

2010 yang sebesar 3,00% (q-t-q). Secara tahunan pertumbuhan ekonomi

menunjukkan peningkatan menjadi sebesar 8,68% (y-o-y) dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,77% (y-o-y). Pada triwulan

laporan, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (q-t-q) dipicu oleh sektor

pertanian serta pertambangan dan penggalian.

Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan PDRB Provinsi Jambi pada triwulan

laporan terutama berasal dari meningkatnya ekspor provinsi Jambi serta

pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB). Tingginya produksi

kelapa sawit pada triwulan laporan mendorong meningkatnya ekspor provinsi

Jambi. Sementara itu, terakselerasinya pembangunan di akhir tahun 2010 lalu

memicu meningkatnya angka PMTDB.

II. Perkembangan Harga-Harga

Inflasi Kota Jambi pada triwulan IV-2010 mencapai 3,02% (q-t-q), meningkat

dibandingkan triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 2,37% (q-t-q).

Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan Oktober, November dan

Desember 2010 masing-masing sebesar minus 0,02%(m-t-m), 1,18%(m-t-m)

dan 1,83%(m-t-m). Sementara itu, secara tahunan, inflasi Kota Jambi pada

akhir periode tahun 2010 juga mengalami peningkatan dengan angka yang

relatif tinggi yaitu sebesar 10,52%(y-o-y) dibandingkan triwulan lalu yang

sebesar 7,91% (y-o-y). Inflasi tahunan Kota Jambi ini lebih tinggi dibandingkan

inflasi nasional yang sebesar 6,96%.

Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama disumbangkan oleh inflasi

kelompok bahan makanan. Meningkatnya harga pada sub kelompok bumbu-

bumbuan dan padi-padian memberikan sumbangan inflasi pada kelompok

bahan makanan.

Perekonomian Provinsi Jambi triwulan IV-

2010 ditandai tumbuhnya laju

pertumbuhan ekonomi sebesar 1,91% (q-t-q).....

Pada triwulan IV-2010, Provinsi jambi mengalami

inflasi sebesar 10,52% (y-o-y) ..........

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

2

III. Perkembangan Perbankan Daerah

Kinerja perbankan pada triwulan IV-20101 menunjukkan peningkatan baik dari

sisi aset, penghimpunan dana serta penyaluran kredit. Lebih tingginya

pertumbuhan penyaluran kredit dibandingkan penghimpunan dana pada

triwulan laporan menyebabkan meningkatnya Loan to Deposits Ratio (LDR)

perbankan sebesar 330 bps menjadi 89,84%. Dari sisi kualitas kredit yang

diberikan menunjukkan penurunan, dimana pada triwulan laporan angka Non

Performing Loan (NPL) mengalami peningkatan menjadi 3,33%.

Outstanding kredit bank umum meningkat sebesar 4,73% sehingga menjadi

sebesar Rp11,28 triliunsementara DPK meningkat 3,13% menjadi sebesar

Rp12,55 triliun. Aset perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp16,56 triliun.

IV. Perkembangan Keuangan Daerah

Rencana APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan

kabupaten) tahun 2011 sebesar Rp1,50 triliun, turun 0,41% dari APBD awal

tahun lalu yang sebesar Rp 1,51 triliun. Sementara itu, rencana anggaran

pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2011 sebesar Rp1,40 triliun atau

meningkat 7,00% dibandingkan anggaran awal pendapatan tahun 2010

sebesar Rp1,31 triliun.

Sementara itu realisasi pendapatan provinsi Jambi selama tahun 2010

mencapai Rp1.625,65 miliar. Realisasi pendapatan ini lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun 2009 yang menyerap Rp1.292,67 miliar.

Sementara itu, realisasi belanja pemerintah provinsi Jambi tahun 2010 sebesar

Rp1.498,75 miliar lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang

mencapai Rp1.532,40 miliar.

V. Perkembangan Sistem Pembayaran

Pada periode triwulan IV-2010, aktivitas pembayaran tunai dan non tunai

mengalami peningkatan. Aktivitas pembayaran tunai yang tercermin dari

meningkatnya net outflow2 sebesar 51,10% (q-t-q) sementara jumlah nilai

kliring dan RTGS juga mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Aktivitas

pembayaran tunai mengalami peningkatan net outflow sebesar

Rp1.830,96miliar meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

1 Data bulan November 2010 2 Net outflow adalah kondisi dimana aliran uang masuk (inflow) lebih sedikit dibandingkan aliran uang keluar (outflow) pada periode yang sama.

Kinerja perbankan meningkat ditandai dengan meningkatnya jumlah aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit....

Realisasi pendatan tahun 2010 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya namun realisasi belanja mengalami penurunan

Di bidang sistem pembayaran, aktivitas pembayaran tunai dan non tunai mengalami peningkatan....

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

RINGKASAN EKSEKUTIF

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 3

Rp921,80miliar. Seiring dengan itu, nilai nominal kliring pada periode laporan

mengalami juga meningkat sebesar 1,03% menjadi Rp1.921,40 miliar.

VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami

peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 95,98 menjadi

96,41. Angka NTP tersebut juga masih berada di bawah 100 yang

mengindikasikan belum mencukupinya penerimaan petani dibandingkan biaya

yang dikeluarkan.

Sementara itu, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK) menunjukkan

ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih berada pada

level pesimis. Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang

pendidikan pada triwulan IV-2010 meningkat sebesar 237,14% jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah

Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan I-2011

diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan IV-2010

namun mengalami perlambatan. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi

pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 8,00-9,00% (y-o-y).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pendorong

pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang yang didukung oleh

konsumsi nirlaba. Dari sisi penawaran, perkembangan sektor pertanian pada

triwulan mendatang diperkirakan masih tumbuh positif. Semakin membaiknya

harga komoditas perkebunan seperti kelapa sawit dan karet menjadi

pendorong tumbuhnya sektor pertanian pada triwulan mendatang. Sub sektor

tanaman bahan makanan juga diperkirakan tumbuh positif yang didorong

mulai memasukinya musin panen tanaman bahan makanan (tabama).

Membaiknya harga komoditas unggulan provinsi Jambi (sawit) diperkirakan

akan mendukung pertumbuhan sektor industri pengolahan.

Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan sedikit

melambat dibandingkan triwulan IV-2010, namun masih berada pada level

yang cukup tinggi. Dengan demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan

sedikit menurun dibandingkan triwulan laporan. Inflasi Kota Jambi pada

Triwulan I-2011 diperkirakan sebesar 9,78±1% (y-o-y).

NTP Provinsi Jambi meningkat.....

Laju pertumbuhan PDRB triwulan I-2011

diperkirakan berkisar 8,00-9,00% (y-o-y).....

Laju inflasi Triwulan I-2011 diperkirakan

berkisar 9,78±1% (y-o-y).....

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

4

Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama

triwulan mendatang antara lain: 1) Terdapatnya hari libur nasional di triwulan

mendatang yang memicu meningkatnya aktivitas transportasi 2)

Meningkatnya pembangunan residensial di Jambi dapat dapat memicu

kenaikan harga barang-barang material dan jasa tukang, 3) Kondisi

infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan

biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa, 4) Kondisi cuaca yang

memasuki musim hujan dapat menjadi ancaman dalam distribusi hasil

pertanian pendistribusian barang, 5) Potensi kenaikan harga minyak mentah

dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan

(kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar internasional.

Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi

pada periode triwulan I tahun 2011.

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

5

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

A. Umum

Perkembangan perekonomian Jambi pada triwulan IV-2010 menunjukkan

perlambatan dibandingkan triwulan III-2010. Pertumbuhan ekonomi Jambi

triwulan laporan mencapai 1,91% (q-t-q) melambat dibandingkan triwulan III-

2010 yang sebesar 3,00% (q-t-q).

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q)

1.55 1.32

1.79 1.64

2.68

0.77

1.43

0.96

1.27

3.01 3.04

1.18

0.58

1.72

1.98

1.06 1.13

2.37

3.00

1.91

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

PersenRp miliarNominal (aksis kiri) Pertumbuhan (aksis kanan)

Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan disebabkan

oleh perlambatan konsumsi rumah tangga. Perayaan hari besar keagamaan pada

triwulan lalu memicu meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Namun demikian, masih meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan

laporan dipicu oleh meningkatnya ekspor provinsi Jambi serta pembentukan

modal tetap domestik bruto. Di samping itu, meningkatnya aktivitas

pembangunan proyek di akhir tahun 2010 memicu meningkatnya angka PMTDB.

Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan

dipicu oleh meningkatnya sektor pertambangan dan penggalian serta pertanian.

Meningkatnya hasil produksi kelapa sawit pada triwulan laporan memicu

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

6

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

meningkatnya pertumbuhan ekonomi di provinsi Jambi serta angka ekspor dari

sisi pengeluaran.

Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y)

6.066.736.74

5.846.21 6.30

6.25

5.27

4.53

4.084.16

5.435.69

6.175.82

6.90

7.647.05

6.685.96

4.50

6.82

8.51 8.75

7.98

6.47

5.485.44

6.02

6.71

7.77

8.68

3.00

5.00

7.00

9.00

Q1-07

Q2-07

Q3-07

Q1V-07

Q1-08

Q2-08

Q3-08

Q1V-08

Q1-09

Q2-09

Q3-09

Q1V-09

Q1-010

Q2-010

Q3-010

Q1V-010

Sumber: BPS (diolah)

%

Indonesia Jambi

Secara tahunan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi meningkat menjadi

sebesar 8,68% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 7,77%.

Pertumbuhan ekonomi Jambi juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka

nasional yang pada triwulan IV-2010 yang sebesar 6,9%.

Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan

I II iii IV I II III IV

0.79 0.21 0.31 0.15 0.42 0.47 0.63 0.45 Pertambangan dan Penggalian (1.01) 0.14 0.10 (0.10) 0.11 0.94 1.11 0.83 Industri Pengolahan (0.00) 0.20 0.36 0.15 0.17 0.06 0.05 0.02 Listrik, Air dan Gas 0.01 0.05 (0.00) 0.00 0.04 0.02 0.05 0.06

0.16 0.06 0.08 0.07 0.05 0.12 0.12 0.04 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.12 0.55 0.55 0.36 0.17 0.55 0.71 0.22 Pengangkutan dan Komunikasi 0.05 0.16 0.18 0.07 0.02 0.05 0.09 0.05 Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 0.31 0.22 0.26 0.16 0.08 0.13 0.23 0.18

0.15 0.12 0.14 0.20 0.06 0.03 0.01 0.07 0.58 1.72 1.98 1.06 1.13 2.37 3.00 1.91

I II iii IV I II III IV

Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga (0.89) 0.84 2.67 0.67 0.30 0.34 3.21 0.53 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (0.74) 0.67 0.87 0.99 (0.38) 0.47 2.45 1.04 Lembaga Swasta Nirlaba 0.03 0.02 0.01 0.01 0.10 0.04 3.46 (2.94) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (0.75) 0.17 0.27 0.76 (0.50) 0.26 6.97 3.24 Perubahan Stok 0.04 0.03 0.06 0.02 (0.08) 0.03 2.48 0.54

2.30 2.24 6.49 0.56 -1.05 7.34 16.55 11.21-0.61 2.25 8.39 1.95 -2.74 6.11 15.68 8.790.58 1.72 1.98 1.06 1.13 2.37 3.00 1.91

2009**

2009**

Ekspor

JENIS PENGELUARAN

ImporPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Pertanian

Bangunan

Jasa-Jasa

2010***

2010***

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

7

B. PDRB Sisi Produksi

Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor

yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor pertambangan dan

penggalian serta sektor pertanian (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar terhadap

pertumbuhan disumbangkan oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar

0,83% (q-t-q), diikuti oleh sektor pertanian (0,45%/q-t-q).

Dari sisi distribusinya (share), pada periode triwulan laporan

menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu

47,60% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) 36,45%

dan sektor sekunder sebesar 15,95%.

Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q)

0.63 1.11

0.05

0.05

0.12

0.71

0.09

0.23

0.01

0.45

0.83

0.02

0.06

0.04

0.22

0.05

0.18

0.07

(0.40) (0.20) - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Air dan Gas

bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan

Jasa-Jasa

Trw IV-10

Trw III-10

Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar

Rp14,70 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian

sebesar 29,92%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 17,68%, serta

sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,06%. Dengan demikian,

struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami

perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4).

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

8

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2010

Pertanian, 29.92

Pertambangan dan Penggalian,

17.68Industri Pengolahan,

10.66

Listrik, gas & air, 0.89

Bangunan, 4.40

Perdagangan, Hotel dan

restauran, 15.06

Pengangkutan dan Komunikasi,

6.55

Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan, 5.22

Jasa-jasa, 9.63

1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Pada triwulan laporan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan,

kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 1,50% (q-t-q), melambat

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,10%

(q-t-q). Masih tumbuhnya sektor ini disumbangkan oleh masih terus

meningkatnya produksi tanaman perkebunan.

Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan III tahun 2010 (ha) Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2010 (ha)

20,818

15,155

3,212

1,626 411 103 669 476

Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Grafik 1.5

48,282

15,201

3,413

2,197456

224 812 569

Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai

Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Grafik 1.6

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

9

Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan III tahun 2010 (ha) Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2010 (ha)

32,768

3,700

3,904

2,572 549 164 763 697

Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai

Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Grafik 1.7

22,945

6,917

3,966

1,932 545141754 626

Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Grafik 1.8

Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2010

Pada triwulan laporan, perkembangan tanaman bahan makanan

mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 1,10% (q-t-q) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,77% (q-t-q). Kondisi ini juga tercermin dari

menurunnya luas panen mayoritas komoditi tanaman pangan terutama untuk

padi sawah. Luas panen padi sawah yang pada triwulan lalu diperkirakan

mencapai 37,77 kha mengalami penurunan 29,98% menjadi 22,95 kha.

Sementara itu, luas tanam lahan pertanian mengalami peningkatan

sebesar 28,69 Kha pada triwulan laporan. Meningkatnya luas tanam tersebut

tersebut disebabkan oleh meningkatnya luas tanam padi sawah hingga 131,92%

yaitu dari 20,82 Kha menjadi 48,28 Kha. Musim tanam pada triwulan lalu ini

diperkirakan akan memasuki puncak masa panen pada triwulan II-2011 (grafik

1.5-grafik 1.8).

Nilai Tukar Petani (NTP), mengalami sedikit peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya.3 NTP Desember 2010 dibandingkan NTP September 2010

meningkat 0,45% menjadi 96,41. Meningkatnya NTP disebabkan oleh

peningkatan indeks diterima petani (2,66%) lebih tinggi dibandingkan indeks

yang dibayar (2,21%) sehingga NTP petani pada triwulan laporan meningkat 43

bps (lihat grafik 1.9). Namun demikian, Nilai Tukar Petani yang masih di bawah

3 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

10

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

100 menunjukkan bahwa pendapatan petani Jambi masih lebih rendah dibanding

harga-harga kebutuhan hidup dan biaya bertani.

Grafik 1.9. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi

80

90

100

110

120

130

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

indeks terima indeks bayar NTP

Sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar 16,27% dari PDRB

mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,39% (q-t-q), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,33% (q-t-q). Meningkatnya sub sektor ini

didorong oleh meningkatnya produksi kelapa sawit meskipun produksi karet

cenderung menurun.

Meningkatnya produksi kelapa sawit ini seiring dengan meningkatnya

harga TBS dan CPO. Pada triwulan laporan, Harga rata-rata TBS 10 tahun

meningkat 18,77% menjadi Rp1.820,97/kg sementara harga CPO meningkat

15,35% menjadi 8.300,63/kg pada bulan Desember 2010. Harga TBS dan CPO

ini hampir mencapai harga tertinggi TBS dan CPO yang sebesar Rp1.913,27/kg

dan Rp8.762,33/kg pada pertengahan 2008 lalu.

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

11

Grafik 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%)

Grafik 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%)

5.45

19.61

5.08

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

Produksi Hortikultura Produksi Karet Produksi Kelapa Sawit

Produksi Kelapa Produksi Pinang Grafik 1.10

(4.61)

35.64

(3.19)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

120

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

Produksi Telur Produksi Daging Produksi Perikanan

Grafik 1.11

Grafik 1.12 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi

6,790.0 7,137

3,717.24,340

1,403.8 1,521

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2007 2008 2009 2010Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi

Harga (Rp)

CPO INTI TBS 10 TAHUN

Sumber: BPS Provinsi Jambi,2010.

Berdasarkan data prompt indikator sub sektor perkebunan selama periode

triwulan laporan, produksi kelapa sawit meningkat 19,61% (q-t-q) sementara itu

produksi karet menurun 40,33%(q-t-q) (lihat grafik 1.10).

Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor

tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan

laporan sebesar 32.164 ton meningkat 116,29% (q-t-q) dari triwulan lalu.4

Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi,

penyaluran pupuk bersubsidi sebagian besar didominasi oleh pupuk Urea

4 Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

12

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

(50,40%), diikuti oleh pupuk NPK Phonska (27,16%), SP-36 (15,57%), dan ZA

(6,87%).

Grafik 1.13. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.14. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000

TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

TW II

TW III

TW IV

2008

2009

2010

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi

(Ton)

SP-36/Superphos ZA NPK PHONSKA Urea

Grafik 1.13

(60.00)(40.00)(20.00)-20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV

2008 2009 2010

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi

Persen (%)Ton

Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk

Grafik 1.14

Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh

sebesar 2,67% (q-t-q) melambat dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 4,10%

(q-t-q). Masih tumbuhnya sub sektor ini seiring dengan meningkatnya indeks

produksi daging sebesar 35,64% (q-t-q). Di sisi lain, sub sektor kehutanan

mengalami penurunan sebesar 4,81% (q-t-q) dari triwulan lalu yang juga turun

sebesar 1,34% (q-t-q).

2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan pertumbuhan

mencapai 1,24% (q-t-q); melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 4,10% (q-t-q). Tingginya intensitas pertemuan pada triwulan

laporan memicu masih tumbuhnya sektor ini.

Pada triwulan laporan, sub sektor perdagangan besar dan eceran

tumbuh sebesar 1,15% (q-t-q) melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 4,11% (q-t-q) seiring dengan melambatnya aktivitas perdagangan

masyarakat pasca hari besar keagamaan pada triwulan III lalu. Sementara itu, sub

sektor hotel mengalami pertumbuhan yang cukup besar yaitu 5,88% (q-t-q)

seiring dengan meningkatnya pertemuan-pertemuan yang diselenggakaran baik

oleh pemerintah maupun swasta.

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

13

Grafik 1.15. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.16. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 5

(18.95)(23.91)

13.02 4.95

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

120

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

(%) Persen

Harga Perdagangan Besar Harga Perdagangan Barang Konstruksi

Perdagangan Kendaraan Bermotor Perdagangan Pulsa

Tingkat Hunian Hotel Restorasi * Perhitungan perdagangan kendaraan bermotor, perdagangan pulsa dan restorasi sejak tahun 2009

Grafik 1.15

13.22

4.38 0.47

(8.85)

8.04

16.13

10.44

-15.0

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

II III IV I II III IV

2010

Persen (%)

Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)

KWH (dalam Ribuan)

Bisnis Per tumbuhan Bisnis

Grafik 1.16

Masih tumbuhnya sektor PHR pada triwulan laporan dikonfirmasi dengan

meningkatnya indeks produksi baik perdagangan dan tingkat hunian hotel. Pada

triwulan laporan, tingkat hunian hotel meningkat 13,02%. (lihat grafik 1.16.).

Meningkatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran

berpengaruh pada meningkatnya konsumsi listrik untuk bisinis. Konsumsi listrik

bisnis yang sempat menurun pada triwulan lalu, saat ini mengalami peningkatan

sebesar 10,44%.

Berdasarkan pangsanya, sektor perdagangan, hotel dan restoran

didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai

13,84% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel

masing-masing sebesar 1,00% dan 0,21%.

3. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 6,59% (q-t-q)

melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,32%

(q-t-q). Kondisi ini didorong oleh meningkatnya pertumbuhan hasil

pertambangan migas, dan tanpa migas masing-masing sebesar 6,00%; dan

13,35%.

5 Data konsumsi listrik tersebut hanya untuk PLN wilayah Kotamadya Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

14

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Grafik 1.17. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi

(20.00)(15.00)(10.00)(5.00)-5.00 10.00 15.00 20.00

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

I II III IV I II III IV I II III IV*

2008 2009 2010

PErsentase

Keterangan: *) angka perkiraan Bank Indonesia Jambi untuk bulan Desember 2010Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah)

ribu barel

Lifting Minyak Bumi Pertumbuhan PDRB

Grafik 1.18. Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19. Lifting Gas Alam

(40.00)(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi.*: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk bulan Desember 2010

Barel

Minyak Bumi (Barel)

Pertumbuhan, aksis kanan

(40.00)(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi.*: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk bulan Desember 2010

BBTU

Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiriPertumbuhan, aksis kanan

Pada triwulan laporan, lifting minyak bumi mengalami penurunan

sebesar 9,79% menjadi 1.748,43 Kbarrel dari triwulan sebelumnya yang sebesar

1.938,28 Kbarrel. Sementara itu, lifting gas alam pada triwulan laporan mencapai

13.231 bbtu atau turun 2,43% dari triwulan sebelumnya.6

Meningkatnya hasil produksi penggalian salah satunya dipicu oleh

peningkatan produksi bahan galian gol. C. Hal ini dikonfirmasi dari meningkatnya

indeks produksi bahan galian gol. C sebesar 2,53% pada triwulan laporan.

Sementara itu perkembangan produksi batu bara mengalami penurunan 3,24%.

Grafik 1.20. Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%)

(3.24)2.53

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

Produksi Batubara Produksi Bahan Galian Gol.C

6 Data bulan Desember 2010 merupakan perkiraan data Kantor Bank Indonesia Jambi

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

15

4. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan tumbuh mencapai 0,12% (q-t-q), melambat

bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 0,39% (q-t-q). Melambatnya

pertumbuhan pada sektor ini dipicu oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor

industri tanpa migas yaitu masing-masing sebesar 0,11 (q-t-q) dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh 0,42% (q-t-q).

Grafik 1.21. Volume Penjualan Minyak Bakar Grafik 1.22. Volume Penjualan Minyak Diesel

(100.0)

(50.0)

-

50.0

100.0

150.0

200.0

250.0

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

M. Bakar g.Myk. Bakar

Grafik 1.20

(60.0)

(40.0)

(20.0)

-

20.0

40.0

60.0

80.0

-

200

400

600

800

1,000

1,200

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

M. Diesel g.Myk. Diesel

Grafik 1.21

Grafik 1.23. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri 7

6.07

(4.10)

20.65

4.59

22.62

0.83

(2.49)

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

-

5,000

10,000

15,000

20,000

II III IV I II III IV

2010

Persen (%)

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)

KWH (dalam Ribuan)

Industri Pertumbuhan Industri

Masih meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan tercermin dari

masih tumbuhnya penjualan bahan bakar minyak bakar. Konsumsi minyak diesel

meningkat sebesar 70,38% (q-t-q) sementara minyak bakar meningkat 9,64% (q-

t-q).

7 Data konsumsi listrik tersebut hanya untuk PLN wilayah Kotamadya Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

16

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Grafik 1.24. Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet, CPO, Makanan dan Minuman Grafik 1.25. Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata

24.10 27.32

19.30

(50)

-

50

100

150

200

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

Industri Karet Industri CPO Industri Makanan Industri Minuman Grafik 1.24

29.74 (4.58)

(100)

-

100

200

300

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

Industri Barang dari Semen Industri Barang dari Kayu Industri Batu Bata Grafik 1.25

Masih meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan tanpa

migas tercermin dari meningkatnya pertumbuhan mayoritas komoditi industri.

Komoditi industri pengolahan unggulan Jambi seperti industri pengolahan karet

dan industri CPO meningkat masing-masing 24,10% dan 27,32%.

5. Sektor-sektor Lain

Sektor listrik, gas, dan air (LGA) bersih tumbuh sebesar 7,00% (q-t-q)

pada triwulan laporan meningkat dibandingkan laju pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang sebesar 5,68% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sektor ini

berasal dari meningkatnya pertumbuhan sub sektor listrik yaitu sebesar 8,02% (q-

t-q). Di sisi lain, sub sektor gas mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar

0,35% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumny ayang tumbuh 1,27%(q-t-q).

Grafik 1.26. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.27. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik

(2.25)

4.68

6.77 6.77

(2.64)

7.05

(1.80)

8.02

(3.49)

6.99

1.45 3.60

(0.05)

9.20

5.33

(10.68)

-15.0

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)

KWH (dalam Ribuan)

Total Pemakaian Pertumbuhan Total

Grafik 1.26

2.14

0.75

2.93

3.60 3.41

2.82

2.32

2.57

3.05

0.50 0.41

1.28

3.10

1.19

0.21

(0.61)

-1.0

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)

Pelanggan

Total Pelanggan Perumbuhan Pelanggan

Grafik 1.27

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

17

Perlambatan sub sektor air

bersih tercermin dari menurunnya

konsumsi air di Kota Jambi sebesar

6,47% (q-t-q). Konsumsi air bersih

melalu PDAM Kota Jambi pada

triwulan laporan sebesar 2,48 juta

M² turun dari triwulan sebelumnya

yang sebesar 2,66 juta juta M².

Penurunan ini dipicu oleh menurunnya konsumsi air oleh rumah tangga sebesar

27,42%.

Sektor bangunan

menunjukkan pertumbuhan

sebesar 0,88% (q-t-q), melambat

dari pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 2,53 (q-t-q).

Masih meningkatnya

pertumbuhan sektor bangunan

dikonfirmasi dengan meningkatnya indeks industri perumahan rakyat pada

triwulan laporan sebesar 38,24%. Seiring dengan itu, konsumsi semen juga

mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan lalu sebesar 18,03%. Situasi

akhir tahun yang diikuti dengan adanya pembagian bonus bagi beberapa jenis

usaha diikuti dengan meningkatnya minat masyarakat untuk membeli tempat

tinggal.

Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar

0,65% (q-t-q) pada triwulan laporan, melambat dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 1,22% (q-t-q). Melambatnya pertumbuhan sektor ini berasal dari

melambatnya pertumbuhan baik sub sektor pengangkutan maupun komunikasi

masing-masing sebesar 0,69% (q-t-q) dan 0,24% (q-t-q).

Pada triwulan laporan, musim libur tengah semester serta perayaan

Natal dan tahun baru memicu masih tumbuhnya sub sektor angkutan udara

Grafik 1.28. Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

m3

Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009

m3

Rumah Tangga

Industri

Grafik 1.29. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV

2008 2009 2010

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)

PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Semen (ton), aksis kiri

Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan Pert. PDRB Bangunan (%), aksis kanan

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

18

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

sebesar 1,75% (q-t-q). Pertumbuhan ini terlihat dari meningkatnya jumlah

kedatangan dan keberangkatan penumpang masing-masing 5,77% dan 5,52%.

Grafik 1.30. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur

(80)

(70)

(60)

(50)

(40)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV

2008 2009 2010

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang dan BPS Provinsi Jambi (diolah)

PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiriKonsumsi Avtur (ratusan liter), aksis kiriPert. Konsumsi Avtur (%), aksis kanan

Grafik 1.31. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Grafik 1.32. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang

(15)

(10)

(5)

-

5

10

15

20

-

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PT. Angkasa Pura II

ribu orang

Kedatangan Penumpang (aksis kiri) Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)

Datang (aksis kanan) Berangkat (aksis kanan)

Grafik 1.31

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

ousa

ds

Sumber: PT.Angkasa Pura II

ton

Jumlah Bongkar (aks is kiri) Jumlah Muat (aksis kiri)

Per tumbuhan Bongkar (aks is kana) Pertumbuhan Muat (aksis kanan)

Grafik 1.32

Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 0,10%

melambat dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 0,31%. Masih tumbuhnya

sub sektor ini tercermin dari meningkatnya arus peti kemas dan arus barang

meskipun jumlah kunjungan kapal mengalami penurunan. Jumlah kunjungan

kapal tercatat sebanyak 633 unit menurun 15,49% dari triwulan sebelumnya.

Sementara itu, total arus barang tercatat sebanyak 1,50 juta ton, meningkat

42,03% dibandingkan triwulan sebelumnya.8 Di sisi lain, jumlah arus peti kemas

berdasarkan perdagangan di Pelabuhan Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh

sebesar 16.477 peti kemas, menurun 42,93% dibandingkan triwulan

sebelumnya.9

8 Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat.. 9 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20”, 40” serta diatas 40”. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

19

Grafik 1.33 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal Grafik 1.34. Perkembangan Total Arus Peti Kemas

Grafik 1.35. Perkembangan Total Arus Barang

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

persen(%)

Sumber: Pelindo Jambi

unit

Unit Pertumbuhan

Grafik 1.33

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

persen(%)

Sumber: Pelindo Jambi

ribu unit

Jumlah Total Arus Barang Per tumbuhan

Grafik 1.34

-100

-50

0

50

100

150

200

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

persen(%)

Sumber: Pelindo Jambi

ribu unit

Jumlah Arus Peti Kemas Pertumbuhan

Grafik 1.35

Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan

telekomunikasi masing-masing yang mengalami pertumbuhan sebesar 0,22% (q-

t-q) melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,67% (q-t-q) . Di sisi lain,

sub sektor jasa penunjang komunikasi tumbuh 2,24% (q-t-q) meningkat dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,49% (q-t-q).

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar

3,17% (q-t-q) pada triwulan laporan atau melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 4,04% (q-t-q). Pelambatan tersebut terutama

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan semua sub sektor, terutama sub

sektor bank yang tumbuh 3,85% dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh mencapai 5,66%.

Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tumbuh 0,79% (q-t-q) meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,08% (q-t-q). Meningkatnya

sektor ini dipicu oleh meningkatnya seluruh sub sektornya. Sub sektor jasa

pemerintahan umum tumbuh 0,83% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

20

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

sebesar 0,04% (q-t-q) sementara sub sektor jasa swasta tumbuh 0,58% (q-t-q)

meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0,25% (q-t-q). Meningkatnya

aktivitas pembangunan oleh pemerintah daerah memicu meningkatnya

pertumbuhan sub sektor jasa pemerintahan.

C. PDRB Sisi Pengeluaran

Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada

triwulan laporan terutama didorong oleh meningkatnya ekspor provinsi Jambi

serta Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto. Meningkatnya perdagangan

provinsi Jambi keluar negeri (terutama untuk hasil olahan kelapa sawit) memicu

meningkatnya angka ekspor luar negeri pada triwulan laporan. Sementara itu,

meningkatnya aktivitas pembangunan proyek di akhir tahun 2010 ini memicu

peningkatan angka PMTDB.

Grafik 1.36. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 10

2.26

0.48

0.02

1.09

0.07

(0.92)

0.38

0.20

-0.02

0.53

0.02

0.81

-1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Lembaga Swasta Nirlaba

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

Perubahan Stok

Net Ekspor/Impor

Trw IV-10 Trw III-10

Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai

pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 61,56% dari PDRB Jambi pada triwulan

IV-2010 (lihat grafik 1.36). Selain itu, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

(PMTDB) dan pengeluaran konsumsi pemerintah memiliki pangsa yang relatif

besar dengan masing-masing sebesar 21,40% dan 18,18%. Sedangkan share

perubahan stok sebesar 2,44% dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,63%.

10 Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor.

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

21

Grafik 1.37. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan IV tahun 2010 11

Pengeluaran konsumsi

rumah tangga , 61.56

Lembaga Swasta Nirlaba,

0.63

Pengeluaran Konsumsi

pemerintah , 18.18

Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto, 21.40

Perubahan Stok, 2.44Net Impor, 4.22

1. Pengeluaran Konsumsi

Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga

konstan selama triwulan laporan sebesar 0,53% (q-t-q), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya 3,21% (q-t-q). Konsumsi rumah tangga mengalami

perlambatan setelah meningkat cukup signifikan pada triwulan lalu seiring

dengan pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) serta aktivitas belanja menjelang

hari besar keagamaan. Melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat juga

terlihat dari melambatnya konsumsi listrik rumah tangga sebesar 1,03%. Namun

demikian, indeks keyakinan konsumen menunjukkan perbaikan. Setelah pada

dua triwulan lalu indeks keyakinan konsumen (IKK) berada pada level pesimis,

pada triwulan laporan IKK mengalami peningkatan dengan angka di atas 100

yang menandakan optimisme masyarakat akan perekonomian ke depan.

11 Pangsa (share) net impor sebesar 4,22% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran.

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

22

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Grafik 1.38. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Grafik 1.39. Konsumsi Listrik Rumah Tangga 12

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

Indeks

Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 1.38

5.02 5.25

2.16

(1.54)

9.35

7.88

(1.03)

-4.0

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

II III IV I II III IV

2010

Persen (%)

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)

KWH (dalam Ribuan)

Rumah Tangga Pertumbuhan RT

Grafik 1.39

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan terutama

dipicu oleh meningkatnya pembeliaan barang tahan lama seperti kendaran

bermotor dan perumahan. Penjualan kendaraan bermotor mengalami

peningkatan yang cukup signifikan yaitu 35,75% yaitu dari 29.947 unit menjadi

40.652 unit.

Sementara itu, penyaluran kredit real estate menunjukkan peningkatan

yang signifikan sebesar 39,45% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya. Peningkatan

tersebut menunjukkan tingginya permintaan akan perumahan pada triwulan

laporan. Adanya pembagian bonus tahunan bagi pegawai (terutama swasta)

terutama dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membeli barang tahan lama

dimaksud.

Pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami perlambatan sebesar

1,04% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,45% (q-t-q). Masih

tingginya realisasi APBD di akhir tahun 2010 memicu masih tumbuhnya konsumsi

pemerintah. Di sisi lain, pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba mengalami

penurunan sebesar 2,94% (q-t-q), dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 3,46% (q-t-q).

12 Data konsumsi listrik tersebut hanya untuk PLN wilayah Kotamadya Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

23

Grafik 1.40. Perkembangan Penjualan Premium Grafik 1.41. Perkembangan Penjualan Solar

Grafik 1.42. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.43. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi

Grafik 1.44. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik 1.45. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru

(10.0)

(5.0)

-

5.0

10.0

15.0

20.0

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

Premium g.Premium

Grafik 1.40.

(30.0)

(20.0)

(10.0)

-

10.0

20.0

30.0

40.0

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

M. Solar g.M. Solar

Grafik 1.41.

(20.0)

(15.0)

(10.0)

(5.0)

-

5.0

10.0

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

M.Tanah g.M.Tanah

Grafik 1.42.

37.45

-4.99

39.45

-10

0

10

20

30

40

50

0

20

40

60

80

100

120

Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010

Kredit Real Estate

Pertumbuhan

Grafik 1.43.

(14.21)

21.56 26.81

9.78

23.64

1.61 (1.58)

(32.52)

(33.43)

8.22

43.83

3.99 8.18

30.48

(20.40)

35.75

(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40 50

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

Persen(%)

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

unitKENDARAAN BERMOTOR Per tumbuhan

Grafik 1.44.

(15.19)

21.26 26.81

10.01

23.49

1.05 (1.04)

(32.73)(34.04)

9.33

44.35

4.06

7.83

30.96

(20.44)

34.38

(50)

(40)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

Persen(%)

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

unitSEPEDA MOTOR Pertumbuhan

Grafik 1.45.

2. Investasi

Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto

(PMTDB) tumbuh 3,24% (q-t-q) melambat dibandingkan triwulan lalu yang

tumbuh sebesar 6,97% (q-t-q). Realisasi proyek pembangunan fisik oleh

pemerintah yang berlangsung sejak triwulan lalu memicu tumbuhnya sektor

dimaksud. Kondisi ini juga didukung dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) terlihat situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin

dari nilai saldo bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 32,64 meningkat dari

triwulan sebelumnya yang sebesar 29,17.

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

24

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Grafik 1.46. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.47. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi

Grafik 1.48. Konsumsi Semen Provinsi Jambi

(100)

(50)

-

50

100

150

200

250

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

Persen(%)

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

unit

TRUCK/PICK UP Pertumbuhan

Grafik 1.46.

-3,000

-2,000

-1,000

0

1,000

2,000

3,000

-25.00

-20.00

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

TW I TW II TW III

TW IV

TW I TW II TW III

TW IV

TW I TW II TW III

TW III

2008 2009 2010

Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri

Grafik 1.47.

(30.0)

(20.0)

(10.0)

-

10.0

20.0

30.0

40.0

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah

Ton

Konsumsi Sem en Per tumbuhan

Grafik 1.48.

Perubahan stok pada triwulan IV-2010 mengalami peningkatan sebesar

0,54% (q-t-q) melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,48% (q-t-q).

Sementara, pangsa stok pada triwulan laporan sebesar 2,44%.

3. Perdagangan Eksternal

Perkembangan ekspor Provinsi Jambi (ke luar daerah dan luar negeri) dan

impor provinsi Jambi (dari luar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan

pada triwulan laporan. Ekspor barang (dari luar provinsi maupun luar negeri)

meningkat sebesar 11,21% (q-t-q) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 16,55% (q-t-q). Sementara impor barang (dari luar provinsi

maupun luar negeri) meningkat 8,79% melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 15,68% (q-t-q). Pada triwulan laporan, ekspor Provinsi

Jambi mencapai Rp8,30 triliun, lebih rendah dibandingkan impor yang hanya

mencapai Rp8,92 triliun.

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

25

Meningkatnya ekspor dalam

PDRB tersebut juga seiring dengan

meningkatnya ekspor provinsi Jambi

ke luar negeri. Berdasarkan dokumen

pemberitahuan ekspor barang (PEB),

ekspor Provinsi Jambi sebesar USD

314,92 juta meningkat 31,73% dari

triwulan laporan sedangkan impor sebesar USD 19,38 juta. 13 Dengan kondisi

tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD 295,54 juta,

meningkat sebesar 39,53% dibandingkan posisi yang sama periode triwulan

sebelumnya yang mencapai USD 211,81 juta. 14

Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas karet dan CPO. 15

Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi nilai

impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan.

3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi

Pada triwulan laporan (Oktober-November 2010), ekspor ke luar negeri

Provinsi Jambi meningkat sebesar 31,73% dibandingkan periode yang sama

triwulan sebelumnya (Juli-Agustus 2010), yaitu dari USD 239,07 juta menjadi USD

314,92 juta. Berdasarkan komoditasnya, peningkatan ekspor pada triwulan

laporan dipicu oleh meningkatnya ekspor minyak dan lemak sayur (fixed

vegetables oil & fat) sebesar USD 54,13 juta (124,25%). Sejalan dengan itu,

berdasarkan volumenya, ekspor komoditi tersebut meningkat sebesar 79,45%.

Kondisi ini juga dikonfirmasi dengan meningkatnya hasil produksi industri CPO

sebesar 27,32% pada triwulan laporan. Selain itu, terus meningkatnya harga jual

CPO ikut mendongkrak nilai ekspor di provinsi Jambi.

13 Data Bulan Oktober-November 2010 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). 14 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan dibandingkan net ekspor bulan Oktober-November 2010 dengan Juli-Agustus 2010. 15 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC).

Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi

0

50

100

150

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2009 2010Sumber: DSM, Bank Indonesia

juta USD

Impor Ekspor Net

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

26

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Grafik 1.50. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi

Grafik 1.51. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi

-

50

100

150

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2009 2010

CRUDE MATERIALS, INEDIBLE ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS

LAINNYA

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2010

Juta USD

CRUDE RUBBER PULP AND WASTE PAPER

FIXED VEGETABLE OILS & FATS PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF

COAL, COKE AND BRIQUETTES LAINNYA

Berdasarkan jenis komoditasnya,

nilai ekspor tertinggi (Oktober-November

2010) dicapai oleh komoditas karet mentah

(crude rubber) sebesar USD 164,05 juta

atau 52,09% dari total ekspor non migas,

sementara nilai ekspor lemak nabati dan

minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta

batu bara dan briket (coal, coke and

briquettes) masing-masing mencapai USD

97,70 juta (31,02% dari total ekspor non migas), dan USD 19,67 juta (6,25%

dari total ekspor non migas). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi,

terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas

karet mentah, lemak nabati dan minyak, disusul batu bara dan briket.

Grafik 1.53. Volume Ekspor Non Migras Provinsi Jambi

Grafik 1.54. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan

(50)

-

50

100

150

200

250

300

350

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kil

o T

on

Kil

o T

on 23 - CRUDE RUBBER

25 - PULP AND WASTE PAPER 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF LAINNYA32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES (RHS)

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2010

Ribu USD

C. UNITED STATES OF AMERICA SINGAPORE MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C LAINNYA

Berdasarkan negara tujuan, meningkatnya ekspor provinsi Jambi pada

triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya ekspor ke Malaysia dan Vietnam yang

masing-masing meningkat USD 28,22 juta (75,72%) dan USD 24,56 juta

(4.519,86%). Berdasarkan pangsanya negara tujuan ekspor utama provinsi Jambi

Grafik 1.52. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan SITC

CRUDE RUBBER

52%

PULP AND WASTE PAPER

3%

FIXED VEGETABLE OILS & FATS

31%

PAPER,PAPERBOARD&MFD

THEREOF3%

COAL, COKE AND

BRIQUETTES6%

LAINNYA5%

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

27

berada di kawasan Asia yang hampir setara dengan 69,59% total ekspor Provinsi

Jambi. Penyumbang utama ekspor ke negara Asia adalah Malaysia yang

mencapai USD 64,49 juta (20,80%) diikuti dengan China yang mencapai USD

43,67 juta (13,87%) serta Jepang sebesar USD 31,45 juta (9,99%). Sementara

ekspor ke negara Amerika Serikat sebesar USD 52,62 juta (16,71%) pada

triwulan laporan.

3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi

Dari sisi impor (Oktober-November 2010), impor non migas mengalami

penurunan sebesar 28,92% (USD 7,88 juta) jika dibandingkan periode yang sama

triwulan sebelumnya (Juli-Agustus 2010) sehingga menjadi sebesar USD 19,38

juta. Menurunnya jumlah impor tersebut disebabkan oleh menurunnya impor

peralatan dan mesin industri (general industrial machine & equipment) sebesar

USD 5,90 juta (63,41%) diikuti dengan mesin peralatan dan mesin daya (power

generating mach & equipment) sebesar USD 3,50 juta (68,85%). Sementara itu,

peningkatan impor dialami oleh mesin khusus industri (machine special for

particulr industries) sebesar USD 3,95juta.

Grafik 1.55. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi

Grafik 1.56. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2009 2010

MACHINERY & TRANSPORT EQP CHEMICAL LAINNYA

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Ribu USD

71 - POWER GENERATING MACH. & EQP 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS 74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP 59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES

Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih

didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport

equipment) yang menguasai 60,65% dari nilai impor. Selain itu, kelompok bahan

mentah juga memberikan kontribusi impor sebesar 14,28% dari total impor

Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah bubur kertas dan benih

tanaman sebesar USD 2,77 juta.

Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan

terutama berasal dari Hongkong sebesar USD 8,39 juta (43,31%), diikuti dengan

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

28

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Singapura sebesar USD 7,08 juta (36,55%) dari total impor pada triwulan laporan

(s.d. bulan November) sebesar USD 19,38 juta.

Grafik 1.57. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara

Penjual

Grafik 1.58. Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2010

Ribu USD

C. CANADA SINGAPORE MALAYSIA C. HONGKONG

C. TAIWAN C. R.R.C LAINNYA

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2010

LAINNYA C. R.R.C C. TAIWAN C. HONGKONG MALAYSIA SINGAPORE C. CANADA

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

29

BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA

A. Kajian Umum

Inflasi Kota Jambi pada triwulan IV-2010 mencapai 3,02% (q-t-q),

meningkat dibandingkan triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 2,37%

(q-t-q). Inflasi yang terjadi di Kota Jambi berasal dari laju inflasi kelompok bahan

makanan dan kelompok makanan jadi.16

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2008 2009 2010

Sumber: BPS Provinsi Jambi.

Bulanan (m-t-m) Triwulanan (q-t-q)Year to date (y-t-d) Year on year (y-o-y)

Secara tahunan, inflasi Kota Jambi pada tahun 2010 mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan angka inflasi yang

relatif tinggi yaitu sebesar 10,52% (y-o-y) dibandingkan triwulan lalu yang

sebesar 7,91% (y-o-y). Sementara, pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di

bulan Oktober, November dan Desember 2010 masing-masing sebesar minus

0,02%(m-t-m), 1,18%(m-t-m) dan 1,83%(m-t-m).

Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi dan nasional menunjukkan

peningkatan dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan Inflasi Kota Jambi

16 Kendala pasokan bahan makanan dari luar daerah serta tingginya permintaan akan kebutuhan bahan makanan pada periode bulan Ramadhan cenderung dimanfaatkan oleh para pedagang untuk mencari keuntungan sesaat dengan meningkatkan harga.

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

30

INFLASI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

secara tahunan (y-o-y) sebesar 10,52% lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi

nasional yang sebesar 6,96%.

Grafik 2.2. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi

12.62

9.9210.96

7.425.69

13.99 13.68

11.57

9.16

1.10 1.71 2.49

3.79

7.91 7.91

10.52

6.52 5.77 6.95 6.59

8.17

11.03 12.14

11.06

7.92

3.652.83 2.86 3.43

5.05 5.86.96

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2007 2008 2009 2010

%

Kota Jambi Nasional

Berdasarkan kotanya, tingkat inflasi di Jambi merupakan ketiga tertinggi di

Indonesia setelah Sibolga dan Mataram. Inflasi Kota Jambi juga lebih tinggi

dibandingkan dibandingkan daerah sekitarnya, yaitu Kota Bengkulu (9,08%/y-o-

y), kota Padang (7,84%/y-o-y), Kota Pekanbaru (6,99%/y-o-y) serta Kota

Palembang (6,02%/y-o-y).17

Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan 65 Kota di Indonesia per Desember 2010

0

5

10

15

Sibo

lga

Mat

aram

Jam

biKu

pang

Band

ar L

ampu

ngPe

mat

ang

Sian

tar

Sam

pit

Pala

ngka

raya

Pang

kal P

inan

gBe

ngku

luBa

njar

mas

inDu

mai

Ambo

nPo

ntia

nak

Mau

mer

eSo

rong

Denp

asar

Depo

kTa

raka

nBe

kasi

Pada

ngM

edan

Goro

ntal

oPa

dang

Sid

empu

anBa

tam

Yogy

akar

taBa

likpa

pan

Sura

baya

Lhok

seum

awe

Sem

aran

gSi

ngka

wan

gJe

mbe

rSa

mar

inda

Paka

nbar

uNa

siona

lM

akas

arKe

diri

Sum

enep

Wat

ampo

neTe

gal

Cire

bon

Mal

ang

Prob

olin

ggo

Sura

kart

aBo

gor

Mad

iun

Palu

Bim

aM

anad

oJa

kart

aSe

rang

Tanj

ung

Pina

ngCi

lego

nTa

nger

ang

Purw

oker

toPa

lem

bang

Pare

-Par

eTa

sikm

ala y

aSu

kabu

mi

Tern

ate

Mam

uju

Man

okw

ari

Band

a Ac

ehBa

ndun

gJa

yapu

raPa

lopo

Kend

ari

Di atas Inflasi Nasional Di bawah Inflasi Nasional

Namun demikian, berdasarkan asesmen Bank Indonesia, tingginya inflasi

di Kota Jambi pada triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya inflasi volatile

17 Sumber: DSM, Bank Indonesia.

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

INFLASI

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

31

foods yang mencapai 25,21% (y-o-y) jauh meningkat dibandingkan dengan

triwulan lalu yang sebesar 15,00% (y-o-y). Sementara itu, inflasi inti kota Jambi

pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,86% (y-o-y) menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 6,36% (y-o-y). Sementara inflasi administered

price pada triwulan laporan sebesar 3,12% (y-o-y).18

Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (y-o-y)

-5

0

5

10

15

20

25

30

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

%(y-o-y)

Inflasi Inti Volatile FoodsAdministered Prices U m u m

B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Berdasarkan kelompoknya, sumbangan inflasi tertinggi pada triwulan

laporan berasal dari kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 6,31% (q-

t-q) dan sumbangan inflasi 1,93% (q-t-q), diikuti dengan makanan jadi dengan

inflasi 4,01% (q-t-q) dan sumbangan inflasi 0,74% (q-t-q). (lihat tabel 2.1.)

Semenjak triwulan II-2010, kelompok bahan makanan menjadi penyumbang

inflasi terbesar di Kota Jambi.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi

Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn

I Bahan Makanan 2.10 0.61 9.14 2.60 4.89 1.49 6.31 1.93

II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 3.51 0.64 1.40 0.26 3.42 0.62 4.01 0.74

III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.83 0.17 1.23 0.26 0.49 0.10 0.72 0.15

IV Sandang -0.10 -0.01 1.45 0.09 1.58 0.09 1.89 0.11

V Kesehatan 1.08 0.04 0.67 0.03 -0.06 0.00 0.37 0.01

VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.45 0.02 -0.02 0.00 0.43 0.02 0.01 0.00

VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.34 0.06 -0.09 -0.02 0.37 0.06 0.41 0.06

INFLASI 1.53 1.53 3.22 3.22 2.37 2.37 3.02 3.02

Triwulan IV-2010(q-t-q, %)KELOMPOK

Triwulan I-2010(q-t-q, %)

Triwulan II-2010(q-t-q, %)

Triwulan III-2010(q-t-q, %)

18 Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang.

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

32

INFLASI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Dilihat per sub kelompok, inflasi tertinggi pada triwulan laporan adalah

sub kelompok bumbu-bumbuan. Sementara itu, sub kelompok daging dan hasil-

hasilnya cenderung mengalami penurunan harga.

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN 9.14 14.54 4.89 14.38 6.31 24.26a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 3.03 15.52 7.54 20.42 7.73 23.71b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 13.03 9.02 13.54 26.10 -13.96 20.82c. IKAN SEGAR -2.25 -4.77 22.50 5.94 -3.11 2.74d. IKAN DIAWETKAN -2.58 -1.31 -1.86 -2.81 3.51 -1.12e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 2.08 1.77 3.49 2.68 2.00 5.39f. SAYUR-SAYURAN -3.11 17.94 15.54 36.41 0.62 26.42g. KACANG-KACANGAN -0.33 2.65 4.58 7.94 -2.85 1.87h. BUAH-BUAHAN 8.76 20.71 1.10 9.40 -0.64 12.90i. BUMBU-BUMBUAN 87.46 116.68 -28.11 7.65 61.59 132.92j. LEMAK DAN MINYAK -3.24 -6.89 8.47 11.03 11.95 21.32k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 1.41 6.68 1.42 5.89 -0.09 11.67II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 1.40 10.14 3.42 12.52 4.01 12.90a. MAKANAN JADI 1.52 11.21 4.11 15.34 4.54 15.46b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.43 13.44 1.73 8.98 3.81 9.01c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 1.69 5.89 2.82 8.40 2.91 9.45III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1.23 2.10 0.49 2.51 0.72 3.32a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 2.02 4.13 -0.70 3.00 1.69 4.42b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0.48 0.34 3.14 3.49 -0.52 3.83c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 0.08 -0.87 0.09 0.34 -0.11 -0.93d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA -0.05 -1.44 -0.32 -1.46 -0.33 -0.94IV. SANDANG 1.45 3.00 1.58 4.57 1.89 4.90a. SANDANG LAKI-LAKI 0.69 3.84 1.14 3.85 0.04 3.97b. SANDANG WANITA -0.21 0.94 2.32 1.92 0.48 2.45c. SANDANG ANAK-ANAK -0.13 -0.41 4.53 3.88 1.37 5.36d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 4.79 6.68 -0.71 8.26 5.14 7.61V. KESEHATAN 0.67 7.67 -0.06 6.97 0.37 2.07a. JASA KESEHATAN 0.00 7.11 0.00 7.11 0.00 0.00b. OBAT-OBATAN 1.01 7.47 0.10 5.59 0.66 5.91c. JASA PERAWATAN JASMANI 8.26 57.10 0.00 54.27 0.50 8.97d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA -0.45 0.72 -0.22 0.06 0.62 0.95VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA -0.02 8.65 0.43 2.18 0.01 0.88a. JASA PENDIDIKAN 0.00 11.53 0.00 0.00 0.00 0.00b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 1.69 0.00 0.00 0.00 0.00c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0.30 3.83 3.10 7.36 0.05 7.44d. REKREASI -0.40 6.40 -0.34 6.03 0.04 -1.49e. OLAHRAGA 0.44 6.16 0.00 1.36 -0.41 -0.17VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN -0.09 3.43 0.37 1.82 0.41 1.03a. TRANSPOR -0.70 1.92 -0.31 -0.78 0.52 0.02b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 3.49 23.32 5.35 25.43 0.57 9.68d. JASA KEUANGAN 0.00 0.22 0.00 0.00 0.00 0.00

INFLASI (UMUM) 3.22 7.91 2.37 7.91 3.02 10.52

Sumb Sumber: BPS (diolah)

Triwulan II-2010 Triwulan III-2010 Triwulan IV-2010KELOMPOK/SUBKELOMPOK

Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi

terbesar adalah beras; bawang merah; nasi (Oktober 2010), cabe merah; bawang

merah; minyak goreng (November 2010) serta cabe merah; beras; kelapa

(Desember 2010). Sementara itu, deflasi yang dialami kota Jambi pada bulan

Oktober 2010 dipicu oleh menurunnya harga daging ayam ras; cabe merah dan

kacang panjang.

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

INFLASI

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

33

Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi

Periode triwulan IV-2010 TW IV-2010 TW IV-2010

Sumbangan Sumbangan

OKTOBER OKTOBER

1 BERAS 0.3350 1 DAGING AYAM RAS -0.4664

2 BAWANG MERAH 0.1857 2 CABE MERAH -0.2759

3 NASI 0.0609 3 KACANG PANJANG -0.0767

4 MINYAK GORENG 0.0535 4 KELAPA -0.0484

5 AYAM GORENG 0.0508 5 TOMAT BUAH -0.0389

6 GULA PASIR 0.0427 6 NILA -0.0278

7 EMAS PERHIASAN 0.0353 7 DENCIS -0.0197

8 PATIN 0.0308 8 TELUR AYAM RAS -0.0196

9 KANGKUNG 0.0307 9 TAHU MENTAH -0.0189

10 KAYU BALOKAN 0.0196 10 DAGING SAPI -0.0176

0.8450 -1.0099NOVEMBER NOVEMBER

1 CABE MERAH 0.5946 1 DAGING AYAM RAS -0.2484

2 BAWANG MERAH 0.1785 2 NILA -0.0667

3 MINYAK GORENG 0.1333 3 SEPEDA MOTOR -0.0494

4 BERAS 0.1196 4 KANGKUNG -0.0373

5 NASI 0.1132 5 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA -0.0349

6 BENSUN 0.0810 6 KETIMUN -0.0136

7 AYAM GORENG 0.0763 7 NBAYAM -0.0108

8 GADO-GADO 0.0473 8 PASIR -0.0099

9 KACANG PANJANG 0.0323 9 DENCIS -0.0092

10 GULA PASIR 0.0321 10 DAUN SINGKONG -0.0068

1.4082 -0.4870DESEMBER DESEMBER

1 CABE MERAH 1.0968 1 NILA -0.0700

2 BERAS 0.1067 2 BAWANG MERAH -0.0596

3 KELAPA 0.0955 3 DENCIS -0.0559

4 DAGING AYAM RAS 0.0928 4 TONGKOL -0.0368

5 MINYAK GORENG 0.0890 5 BAWANG PUTIH -0.0269

6 CABE RAWIT 0.0765 6 KACANG PANJANG -0.0199

7 UDANG BASAH 0.0584 7 PATIN -0.0131

8 KAYU BALOKAN 0.0536 8 DAGING SAPI -0.0120

9 ROKOK KRETEK FILTER 0.0531 9 BUNCIS -0.0106

10 TELUR AYAM RAS 0.0511 10 DAUN SINGKONG -0.0091

1.7735 -0.3139Sumber : BPS (diolah)

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

1. Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2010 mengalami inflasi

sebesar 6,31% (q-t-q) dengan sumbangan inflasi sebesar 1,93%. Tingginya inflasi

kelompok tersebut terutama disumbangkan oleh sub kelompok bumbu-bumbuan

yang mengalami inflasi mencapai 61,59% (q-t-q).

Meningkatnya harga sub kelompok bumbu-bumbuan terutama

dipengaruhi oleh meningkatnya harga cabe merah dan bawang merah yang

cukup signifikan. Menurunnya pasokan yang masuk di kota Jambi pada triwulan

laporan ikut menekan harga cabai sehingga kembali meningkat. Pada triwulan

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

34

INFLASI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

laporan harga cabe merah meningkat 158,13% sementara harga bawang merah

meningkat 30,08%19 Grafik 2.5. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

Sumber: Disperindag Provinsi Jambi

(Rp/kg)

Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa

Bawang Putih Bawang Merah

Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami penurunan harga

dengan deflasi sebesar minus 13,96% (q-t-q). Pada bulan Oktober dan

November 2010, daging ayam ras merupakan komoditi penyumbang deflasi

terbesar. Harga daging ayam yang meningkat pada triwulan sebelumnya kini

mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya produksi sementara

permintaan tetap.

Grafik 2.6. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.7. Perkembangan Harga Daging

0

1000

2000

3000

4000

5000

0

1

2

3

4

5

6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

(Rp/Kg)

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

(USD/Bushel)

Jagung internasional (aksis kiri)Jagung pipilan kering (aksis kanan)

50,000

55,000

60,000

65,000

70,000

75,000

80,000

-

8,000

16,000

24,000

32,000

40,000

48,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

(Rp/Kg)

Sumber: Disperindag Provinsi Jambi

(Rp/Kg)

Ayam Kampung (aksis kiri)Daging Ayam Broiler (aksis kiri)Daging Sapi Murni (aksis kanan)

19 Pasokan cabai ke Kota jambi dipasok dari Kerinci, Sarolangun, Sumatra Barat serta Bengkulu (Curup)

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

INFLASI

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

35

Perkembangan harga

beras (IR 64) menunjukkan

peningkatan pada triwulan

laporan sebesar 21,66%

dibandingkan triwulan III-

2010. Hal ini juga diikuti

dengan kenaikan harga beras

premium meskipun dengan

kenaikan yang relatif lebih rendah. Meningkatnya harga beras tersebut seiring

dengan berkurangnya pasokan dari sentra produksi.

Sub kelompok ikan segar juga mengalami penurunan harga pada

triwulan laporan dengan angka deflasi sebesar minus 3,11% (q-t-q).

Meningkatnya produksi ikan budidaya keramba seperti ikan nila dan patin

memicu menurunnya harga sub kelompok ini.

Sementara,

perkembangan harga

tepung terigu merek

Segitiga Biru relatif

stabil yaitu di harga

Rp7.500/kg. Tren

peningkatan rata-rata

harga gandum, yang

merupakan bahan

baku tepung terigu,

di pasar internasional sebesar 16% menjadi $6,95/bushel pada triwulan laporan

belum diikuti dengan naiknya harga tepung terigu di Jambi.21

20 Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg. 21 Satu bushel setara dengan 27 kg.

Grafik 2.8. Perkembangan Harga Beras20

4000

5000

6000

7000

8000

9000

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

(Rp/Kg)

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

(USD/CWT)

Beras internasional (aksis kiri)lokal IR 64 (aksis kanan)

Grafik 2.9. Perkembangan Harga Tepung Terigu

5000

6000

7000

8000

9000

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

(Rp/Kg)

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

(USD/Bushel)

Wheat/Gandum (aksis kiri)Tepung Terigu lokal (aksis kanan)

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

36

INFLASI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Di sisi lain, harga rata-rata

crude palm oil (CPO) internasional

meningkat mencapai 32,87% (q-

t-q). Sejalan dengan hal tersebut,

peningkatan harga CPO juga

diikuti dengan naiknya harga

minyak goreng lokal. Harga rata-

rata minyak goreng lokal

berdasarkan data dari Disperindag meningkat 12,73% (q-t-q) dibandingkan

triwulan lalu. Dengan demikian inflasi sub kelompok lemak dan minyak pada

triwulan laporan mencapai 11,95% (q-t-q).

2. Kelompok Makanan Jadi

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan

IV-2010 mengalami inflasi sebesar 12,90% (y-o-y) dengan laju inflasi triwulanan

sebesar 4,01% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi

tercatat pada sub kelompok makanan jadi sebesar 4,54% (q-t-q), diikuti sub

kelompok minuman tidak beralkohol (3,81%/q-t-q) serta sub kelompok

tembakau dan minuman beralkohol (2,91%/q-t-q).

Pada triwulan laporan, sumbangan nasi, dan ayam goreng memberikan

sumbangan cukup berarti bagi kenaikan harga sub kelompok makanan jadi.

Naiknya harga bahan makanan jadi seperti nasi tersebut mengikuti kenaikan

harga bahan makanan seperti harga beras.

3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV-

2010 mengalami inflasi sebesar 0,72% (q-t-q) serta dengan laju inflasi tahunan

mencapai 3,32% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, hanya sub kelompok

biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi yaitu sebesar 1,69% (q-t-q)

sementara sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air; sub kelompok

perlengkapan rumah tangga dan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga

Grafik 2.10. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng

5000

6000

7000

8000

9000

10000

11000

12000

0

500

1000

1500

2000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

(Rp/Kg)

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

(Ringgit/Ton)

CPO internasional (aksis kiri)Minyak goreng lokal (aksis kanan)

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

INFLASI

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

37

mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,52% (q-t-q); 0,11% (q-t-q); dan

0,33% (q-t-q).

4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada triwulan IV-2010 mengalami inflasi sebesar

1,89% (q-t-q). Inflasi kelompok sandang dipicu oleh meningkatnya harga semua

sub kelompoknya dengan peningkatan tertinggi pada sub kelompok barang

pribadi dan sandang lainnya yaitu sebesar 5,14% (q-t-q).

Harga rata-rata emas pada

triwulan laporan kembali

mengalami peningkatan. Harga

rata-rata emas (logam mulia) 24

karat di Jambi pada triwulan IV-

2010 sebesar Rp379.521/gram

meningkat 10,16%

dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp344.520/gram.22 Hal ini sejalan dengan peningkatan

harga emas internasional yang mampu mencapai 1.392,60/troy ounce pada

akhir Desember 2010.23

5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,37% (q-t-q) pada

triwulan IV-2010. Inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh meningkatnya

harga obat-obatan, jasa perawatan jasmani dan perawatan jasmani dan

kosmetika masing-masing sebesar 0,66% (q-t-q); 0,50% (q-t-q); 0,62% (q-t-q) .

6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan IV-2010

mengalami inflasi sebesar 0,01% (q-t-q) menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 0,43% (q-t-q). Meningkatnya harga kelompok ini

disebabkan oleh meningkatnya harga sub kelompok rekreasi sebesar 0,04% (q-t-

22 Sumber: BPS Provinsi Jambi. 23 Sumber: Bloomberg. 1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org)

Grafik 2.11. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional

0

100

200

300

400

0

500

1000

1500

2000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

(Rp ribu/gram)

Sumber: Bloomberg & BPS Prov. Jambi

(USD/troy ounce)

Emas internasional (aksis kiri)

Emas Lokal 24 karat (aksis kanan)

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

38

INFLASI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

q) sementara sub kelompok olahraga mengalami penurunan sebesar 0,41% (q-t-

q).

7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Perkembangan harga yang terjadi pada kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan IV-2010 sebesar

0,41% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi pada sub

kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 0,57% (q-t-q), diikuti dengan

sub kelompok transpor sebesar 0,52% (q-t-q).

Perkembangan harga rata-rata minyak di pasar internasional mengalami

peningkatan pada periode triwulan IV-2010. Periode triwulan IV-2010, harga

rata-rata minyak sebesar USD 85,10/barrel, meningkat 11,97% dari triwulan

sebelumnya yang sebesar USD 76,00/barrel akan tetapi secara umum harga

minyak menunjukkan angka yang cukup stabil dalam setahun terakhir ini.

Namun demikian rencana pemerintah untuk mulai menghapuskan penggunaan

premium bagi masyarakat umum dapat menjadi ancaman tersendiri bagi

tekanan inflasi di Indonesia.

Grafik 2.12. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional

0

25

50

75

100

125

150

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg

Harga Minyak (USD/Barrel)

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

i

Boks 1.

PEMETAAN KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERBESAR DI KOTA JAMBI

Inflasi merupakan fenomena umum yang terjadi pada hampir seluruh negara

baik pada tingkat perekonomian nasional maupun regional. Pada tingkat yang relatif

rendah, inflasi tidak menimbulkan persoalan terlalu serius bagi perekonomian bahkan

diperlukan sebagai insentif untuk merangsang peningkatan produksi barang dan jasa.

Sebaliknya jika pergerakannnya berlangsung sangat cepat pada tingkat yang cukup

tinggi dan tidak stabil, inflasi justru akan menimbulkan dampak yang kurang

menguntungkan bahkan dapat menjelma menjadi penyakit yang akan mengganggu

kelangsungan berbagai aktivitas perekonomian. Itulah sebabnya perubahan laju inflasi

harus dikendalikan agar selalu berada pada tingkat dan interval yang relatif rendah

serta stabil.

Bila diamati perkembangan perubahan tingkat harga antar daerah di Indonesia,

Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah yang laju inflasinya tergolong tinggi dan

sangat fluktuatif. Pada tahun 2007, laju inflasi di daerah ini mencapai 7,42%

kemudian naik menjadi 11,57% pada tahun berikutnya. Angka-angka ini lebih tinggi

dari laju inflasi nasional masing-masing sebesar 6,59% dan 11,06%. Tingkat inflasi

turun drastis menjadi 2,49% pada tahun 2009 lebih rendah dari inflasi national

sebesar 2,78%, namun perkembangan terbaru menunjukkan tanda-tanda

meningkatnya kembali tingkat inflasi yang telah mencapai sebesar 6,96% pada tahun

2010.

Kontribusi setiap kelompok barang atau komoditi terhadap pembentukan

inflasi bergantung kepada dua hal yaitu perubahan harga dan bobot komoditi tersebut

dalam perhitungan indeks harga konsumen. Selain kedua unsur tersebut, faktor

stabilitas harga atau frekuensi perubahann harga suatu komoditi juga sangat

menentukan gejolak atau fluktuasi laju inflasi. Semakin tinggi frekuensi perubahan

harga suatu komoditi semakin tinggi keragaman laju inflasi dalam suatu periode waktu

tertentu dan akibatnya semakin besar ketidakpastian yang ditimbulkannya. Pola

perubahan harga seperti ini akan berdampak terhadap pengambilan keputusan oleh

para aktor atau pelaku ekonomi baik produsen, maupun konsumen dan pemerintah.

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

ii

TUJUAN PENELITIAN

a. Mengetahui dan menganalisis komoditi yang berperan dominan terhadap laju

inflasi berdasarkan besarnya nilai bobot atau penimbangnya dalam pembentukan

IHK di Kota Jambi.

b. Mengetahui besaran perubahan tingkat harga dan frekuensi perubahan harga

komoditi-komoditi yang berperan dominan terhadap laju inflasi di Kota Jambi.

c. Memetakan komoditi-komoditi pembentuk IHK untuk memperoleh komoditi

pemilik bobot atau penimbang terbesar dan frekuensi perubahan harga tertinggi

di Kota Jambi

JENIS DAN SUMBER DATA

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri atas bobot atau

penimbang komoditi dalam pembentukan IHK, data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan

Inflasi selama periode 2008-2010 yang terperinci menurut jenis komoditi. Data IHK

dibedakan atas runut waktu bulanan dan mingguan sesuai dengan survey masing-

masing komoditi yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam perhitungan IHK.

METODE PENGUMPULAN DATA

Data sekunder dikumpulkan dari kompilasi data BPS Provinsi Jambi yang

meliputi bobot atau penimbang setiap komoditi dan IHK rinci mencakup berbagai

barang dan jasa yang telah dikumpulkan selama rentang waktu April 2008 sampai

dengan September 2010 (30 bulan).

PEMETAAN KOMODITI

Pemetaan komoditi dilakukan dengan menghubungkan antara bobot

penimbang masing-masing komoditi dengan besaran frekuensi perubahan tingkat

harganya masing-masing pada sumbu vertikal atau horizontal. Pemetaan ini akan

mengelompokkan seluruh komoditi kedalam empat kuadran sebagai berikut:

Kuadran I : Komoditi yang kedua komponen baik Bobot Penimbang maupun tingkat

perubahan harga atau frekuensi perubahan harganya relatif lebih tinggi.

Kuadran II : Komoditi yang mempunyai Bobot Penimbang tinggi, tetapi perubahan

tingkat harga atau frekuensi perubahan harganya relativ lebih rendah

Kuadran III : Komoditi yang kedua komponen baik Bobot Penimbang maupun

perubahan tingkat harga atau frekuensi perubahan harganya relatif lebih

rendah

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

iii

Kuadran IV: Komoditi yang mempunyai Bobot Penimbang lebih Rendah tetapi

perubahan tingkat harga atau frekuensi perubahan harganya relatif lebih

tinggi.

Pengelompokan seluruh komoditi yang tercakup dalam perhitungan IHK ke

dalam keempat kuadran di atas dapat disajikan seperti peta komoditi sebagai berikut.

Gambar 1 Peta Kuadran Komoditi Penyumbang Inflasi di Kota Jambi

Koefisien Variasi

Nilai Pembobot

Kuadran II

Bobot/ Penimbang Rendah

Tetapi Frekuensi

Kuadran I

Bobot/ Penimbang dan Frekuensi Perubahan

Harga Tinggi

Kuadran III

Bobot/ Penimbang dan Frekuensi Perubahan

Harga Rendah

Kuadran IV

Bobot/ Penimbang Tinggi

Tetapi Frekuensi

HASIL PENELITIAN

Komoditi Mingguan

Nilai koefisien variasi dan pembobot setiap komoditi pada sepuluh komoditi

pencacahan mingguan cukup bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya.

Komoditi cabe merah merupakan satu-satunya komoditi yang memiliki frekuensi

perubahan harga sekaligus pembobot atau penimbang relatif lebih tinggi dari komoditi

yang lain. Tiga komoditi lainnya juga memiliki frekuensi perubahan harga yang cukup

tinggi, tetapi nilai pembobotnya lebih rendah yaitu bawang putih, tomat sayur dan

bayam. Komoditi bayam yang berasal dari kuadran dua pada pemetaan komoditi

merupakan pemilik pembobot paling rendah, namun frekuensi perubahan harganya

cukup tinggi menempati urutan ketiga setelah bawang putih dan cabe merah. Empat

komoditi sebenarnya memiliki frekuensi perubahan harga relatif lebih rendah, tetapi

nilai pembobotnya lebih tinggi yaitu daging ayam, emas perhiasan, bawang merah dan

gula pasir. Dua komoditi lainnya memiliki frekuensi perubahan harga dan nilai

pembobot relatif lebih rendah yaitu ikan teri dan sabun deterjen.

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

iv

Bila diamati lebih jauh hasil perhitungan koefisien variasi dan besarnya nilai

pembobot yang diberikan pada sepuluh besar komoditi penyumbang tertinggi

terhadap inflasi di Kota Jambi, cabe merah ternyata berperan sebagai komoditi yang

frekuensi perubahan harganya tinggi sekaligus memiliki nilai pembobot lebih besar.

Kedua besaran yang dimiliki komoditi ini menempati urutan kedua tertinggi yaitu

tertinggi kedua setelah komoditi bawang putih untuk nilai koefisien variasi dan

tertinggi kedua setelah daging ayam ras untuk nilai pembobot atau penimbang.

Kombinasi dua faktor inilah yang menjadikan komoditi cabe merah tampil sebagai

penyumbang inflasi dengan fluktuasi perubahan harga tertinggi dalam beberapa tahun

terakhir khususnya pada periode 2008-2010.

Konsumsi daging ayam ras sesungguhnya menempati urutan pertama dalam

total pengeluaran rumah tangga sehingga komoditi ini diberikan nilai bobot terbesar

dalam perhitungan IHK di Kota Jambi, namun frekuensi perubahan harganya relatif

rendah. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh komoditi emas perhiasan dan bawang

merah yang bobotnya tinggi tetapi frekuensi perubahannya rendah. Jadi tingginya

kontribusi ketiga komoditi ini terhadap inflasi lebih disebabkan oleh besarnya

pengeluaran rumah tangga, walaupun frekuensi perubahan harganya lebih rendah dari

bawang putih dan cabe merah. Komoditi bawang putih sendiri yang nilai bobotnya

rendah karena kecilnya proporsi konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, frekuensi

perubahan harganya ternyata sangat tinggi.

Tabel 4. Nilai Koefisien Variasi dan Penimbang Sepuluh Besar Komoditi Pencacahan Mingguan di Kota Jambi

No. Jenis Komoditi Koefisien variasi

Penimbang SBH 2007

Penimbang SBH 2002

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10.

Bawang putih Cabe merah Bawang merah Daging ayam ras Emas perhiasan Teri Tomat sayur Bayam Gula pasir Sabun detergen bubuk

0,56 0,40 0,18 0,15 0,15 0,22 0,25 0,34 0,23 0,17

0,22 1,29 0,62 2,09 1,02 0,43 0,22 0,19 0,93 0,48

0,29 1,79 0,74 2,61 0,26 0,51 0,35 0,39 1,59 0,59

Sumber: Hasil Olahan Pemetaan Komoditi oleh BPS Jambi.

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

v

Komoditi Bulanan

Sepertihalnya pada kelompok komoditi pencacahan mingguan, pemetaan 230

komoditi pada kelompok pencacahan bulanan telah menghasilkan sepuluh komoditi

penyumbang tertinggi terhadap IHK Kota Jambi. Apabila dibandingkan dengAn hasil

pengolahan data kelompok komoditi pencacahan mingguan, koefisien variasi komoditi

kelompok pencacahan bulanan ternyata jauh lebih bervariasi diantara kesepuluh

komoditi tersebut. Besaran koefisen variasi antar komoditi tidak selalu searah dengan

angka pembobotnya seperti halnya pada kelompok komoditi pencacahan mingguan.

Bahan bakar rumah tangga tampil sebagai komoditi yang frekuensi perubahan

harganya paling tinggi sekaligus memiliki nilai pembobot paling besar, sementara

komoditi sepatu anak-anak yang koefisien variasinya menempati urutan tertinggi

keempat juga memiliki nilai pembobot cukup besar menempati urutan yang sama yaitu

tertinggi keempat. Akan tetapi komoditi papan, biskuit, pompa air listrik, meja kursi

tamu, sebagai komoditi yang memiliki koefisien variasi tertinggi kedua, ketiga, dan

keempat justeru memiliki nilai pembobot relatif lebih kecil masing-masing menempati

urutan terkecil kedua, ketiga, pertama dan keempat. Komoditi yang frekuensi

perubahan harganya lebih rendah tetapi nilai pembobotnya relatif lebih tinggi adalah

tomat, cat tembok dan genteng. Teh adalah komoditi yang frekuensi perubahan

harganya paling rendah sekaligus nilai pembobotnya lebih kecil dari kesepuluh

komoditi tersebut.

Tidak jauh berbeda dengan hasil pemetaan komoditi pencacahan mingguan,

pemetaan komoditi pencacahan bulanan juga menghasilkan satu komoditi yang

mengalami perubahan harga tertinggi dan memiliki pembobot terbesar yaitu bahan

bakar rumah tangga yang direpresentasikan oleh gas elpiji berbobot 12 kg. Perpaduan

koefisien variasi yang tinggi dan nilai bobot yang besar menjadikan komoditi ini

sebagai penyumbang inflasi yang tinggi pada kelompok pencacahan bulanan seperti

halnya komoditi cabe merah pada kelompok komoditi pencacahan mingguan atau dua

mingguan.

Berpedoman pada nilai pembobot dan koefisien variasi sepuluh komoditi di

atas akhirnya diplih lima komoditi penyumbang inlasi tertinggi pada kelompok

pencacahan bulanan. Kelima komoditi tersebut adalah gas elpiji dengan bobot terbesar

dan perubahan harga tertinggi; papan dengan frekuensi perubahan harga tertinggi

kedua; genteng dan tomat buah dengan nilai bobot tertinggi kedua dan ketiga, dan

teh dengan frekuensi perubahan harga terendah dan bobot terendah ketiga.

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

vi

Tabel 5. Nilai Koefisien Variasi dan Penimbang Sepuluh Besar Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi

No. Jenis Komoditi Koefisien variasi

Penimbang SBH 2007

Penimbang SBH 2002

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Bahan bakar rumahtangga (gas

elpiji 12kg) Papan Genteng Cat tembok Tomat buah Biskuit Pompa air listrik Meja kursi tamu Sepatu anak-anak

3,00 0,61 0,46 0,35 0,32 0,56 0,52 0,52 0,52 0,32

2,29 0,12 0,26 0,22 0,24 0,15 0,10 0,21 0,23 0,15

0,56 0,34 0,33 0,40 0,16 0,27 0,08 0,12 0,15 0,29

Sumber: Hasil Olahan Pemetaan Komoditi oleh BPS Jambi

Komoditi-komoditi yang frekuensi perubahan harganya tergolong tinggi di

Kota Jambi tidak jauh berbeda dengan pola perubahan tingkat harga umum yang

terjadi pada tingkat perekonomian nasional. Pada SBH tahun 2007 komoditi penyusun

Indeks Harga Konsumen dibagi dalam tiga kelompok paket komoditi, yaitu: (1) paket

komoditi volatile yaitu kelompok komoditi dengan harga fluktuatif; (2) paket komoditi

administered yaitu komoditi yang tingkat harganya diatur oleh pemerintah; dan (3)

paket komoditi core yaitu komoditi inti yang tingkat harganya lebih banyak ditentukan

oleh mekanisme pasar atau interaksi permintaan dan penawaran secara normal.

Komoditi yang termasuk ke dalam paket pertama adalah produk-produk pertanian

bahan makanan yang aktivitas produksinya sangat dipengaruhi oleh perubahan musim

dan cuaca berada di luar kendali manusia sehingga perubahan tingkat harganya lebih

banyak ditentukan oleh produksi, jumlah pasokan atau suplai pasar. Sebaliknya

komoditi-komoditi yang diadministrasi oleh pemerintah, tingakat harganya ditentukan

melalui penetapan tarif seperti listrik dan telepon atau penetapan harga langsung

seperti gas elpiji.

Hasil pemetaan komoditi seperti ditunjukkan di atas memperlihatkan bahwa

komoditi yang frekuensi perubahan harganya relatif lebih tinggi adalah produk-produk

pertanaian yang bersifat volatile pada kelompok pencacahan mingguan seperti

bawang putih, cabe merah, bawang merah, bayam, tomat sayur dan tomat buah.

Pada hasil pemetaan komoditi pencacahan bulanan, gas elpiji 12 kg yang tergolong ke

dalam administered good tecatat sebagai komoditi yang frekuensi perubahan

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

vii

harganya tertinggi. Sebagai komoditi ”administered price” tingkat harganya sangat

bergantung pada perubahan kebijakan pemerintah, sehingga frekuensi perubahan

harganya semestinya relatif kecil. Walaupun perubahan kebijakan pemerintah tidak

dilakukan secara cepat, kenyataan dalam kehidupn sehari-hari di lapangan, harga gas

elpiji 12 kg sangat bervariasi antar pedagang. Jadi disamping perubahan kebijakan

pemerintah, harga komoditi ini juga ditentukan oleh pedagang secara bervariasi.

Terkait dengan fakta ini, komoditi gas elpiji 12 kg dipandang perlu untuk dimasukkan

sebagai komoditi yang akan diobservasi lebih lanjut.

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

viii

LAMPIRAN 1 HASIL PEMETAAN KOMODITI PEMBENTUK IHK DI KOTA JAMBI

PADA KELOMPOK KOMODITI PENCACAHAN MINGGUAN

No Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 41 Bawang putih Bayam Ikan saluang Beras2 Cabe merah Ikan kaleng Tauge/kecambah Minyak goreng3 Tahu mentah Gabus Terong panjang Ikan nila4 Tomat sayur Kangkung Gabus Daging sapi5 Gula pasir Kacang panjang Kembang kol Telur ayam ras6 Ikan teri Lambak Ikan bawal Ikan patin7 Udang basah Wortel Kacang tanah Mie instant8 Bawang merah Sawi hijau Ikan Kembung Semen9 Sabun detergen Petai Jagung pipilan Susu bubuk

10 Daging ayam Daun singkong Telur ayam kampung Ikan dencis11 Emas perhiasan Cabe rawit Ikan bulu ayam Kelapa12 Cumi-cumi Beras jagung Tempe13 Garam Ikan asin belah Kentang14 Buncis Lele Susu balita15 Kol putih/kubis Kacang kedelai Susu kental16 Cabe hijau Tepung terigu Susu bayi17 Nangka muda Sabun cair Ikan tongkol18 Jagung manis Ikan gurame19 Kerang20 Ikan peda21 Sepat siam22 Ikan kepala batu23 Ikan kakap

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

ix

LAMPIRAN 2 HASIL PEMETAAN KOMODITI PEMBENTUK IHK DI KOTA JAMBI

PADA KELOMPOK KOMODITI PENCACAHAN BULANAN

No Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 41 Bahan Bakar Piring Gelas Minum Kayu Balokan2 Papan Kursi Hand Body Lotion Air Minum Kemasan3 Genteng Celana Pendek Pria Handuk Apel4 Cat Tembok Lampu Tl/Neon Helm Ayam Goreng

5Tomat Buah Kipas Angin Jam Tangan Baju Kaos/T Shirt Anak

6Biskuit Buku Pelajaran Sd Jamu Baju Kaos/T Shirt Pria

7Pompa Listrik Margarine Juice Buah

Baju Kaos/T-Shirt Wanita

8 Meja Kursi Kasur Kaos Kutang/Singlet Ban Luar Mobil9 Sepatu Anak-Anak Magic Com Kaos Oblong Anak Ban Luar Motor

10 Teh Kain Gorden Karpet Batu Bata/Batu Tela

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

i

Boks 2.

KARAKTERISTIK KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERBESAR DI KOTA JAMBI

Meningkatnya harga yang tercermin melalui angka inflasi secara secara umum

disebabkan oleh meningkatnya permintaan, menurunnya penawaran, serta ekspektasi

masyarakat terhadap perubahan harga pada masa yang akan datang. Peningkatan

harga yang bersumber dari permintaan dapat disebabkan oleh tingginya jumlah

kebutuhan dan meningkatnya daya beli masyarakat, sementara kenaikan harga yang

bersumber dari penawaran dapat disebabkan oleh kegagalan panen dan terhambatnya

jalur distribusi barang. Peningkatan harga komoditi yang bersumber dari ekspektasi

masyarakat dapat terjadi karena kekhawatiran masyarakat akan kenaikan harga-harga

sebagai akibat dari pengalaman pada periode lalu.

Di lingkungan provinsi Jambi, daya beli masyarakat masih relatif rendah yaitu

pada urutan ketiga terendah di Sumatera setelah Lampung dan Bengkulu. Hal ini

menunjukkan potensi tekanan inflasi dari sisi permintaan masih relatif rendah. Namun

demikian, fakta menunjukkan tingkat harga umum di Kota Jambi ternyata relatif lebih

tinggi dan cenderung berfluktuasi dalam rentang yang cukup besar. Dari sisi suplai

sebagian besar barang yang diperdagangkan di Kota Jambi berasal dari daerah lain

termasuk komoditi tanaman bahan makanan, meskipun potensi pengembangannya

sangat besar di sekitar wilayah Provinsi Jambi. Ketergantungan yang tinggi terhadap

pasokan luar daerah mengakibakan kecilnya peran yang dapat dilakukan oleh

pemerintah daerah bersama pelaku ekonomi lokal untuk melakukan langkah-langkah

dalam meredam inflasi dari sisi suplai. Sementara kebijakan ekonomi regional adalah

dalam sisi suplai. Kebijakan stabilitas ekonomi terutama dalam pengendalian inflasi di

sisi permintaan berada dalam kekuasaan pemerintah pusat besama otoritas moneter

melalui kebijakan fiskal dan moneter.

Gambaran di atas memperlihatkan bahwa gejolak perubahan harga dapat

disebabkan oleh berbagai faktor yang tidak selalu dapat diidentifikasi dengan kasat

mata. Namun demikian rumusan disain kebijakan pengendaliannya harus dimulai dari

informasi mengenai faktor dominan penyebab terjadinya inflasi. Pada tingkat

perekonomian regional, arus barang antar daerah memiliki mobilitas yang tinggi

sehingga daerah-daerah yang kekurangan pasokan lokal akan dibanjiri oleh komoditi

dari daerah lain. Pembentukan harga untuk komoditi impor seperti ini telah dimulai

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

ii

dari wilayah sentra produksinya. Proporsi peran daerah konsumen dalam

mengendalikan perubahan harganya relatif kecil.

TUJUAN PENELITIAN

a. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya frekuensi perubahan

harga komoditi-komoditi yang berperan dominan terhadap laju inflasi di Kota

Jambi?

b. Menyusun rekomendasi kebijakan dalam mengendalikan peningkatan harga

komoditi-komoditi dominan untuk menurunkan kontribusinya terhadap laju inflasi

di Kota Jambi.

JENIS DAN SUMBER DATA

Penelitian ini menggunakan data data primer untuk menelusuri faktor

penyebab kenaikan harga komoditi-komoditi yang berperan dominan dalam

pembentukan IHK dan inflasi di Kota Jambi. Komoditi yang disurvei dikelompokkan

menjadi 2 (dua) yaitu komoditi yang dicacah mingguan dan komoditi yang dicacah

bulanan. Komoditi mingguan terdiri atas bawang putih, bawang merah, cabe merah,

daging ayam ras, dan emas perhiasan sementara komoditi bulanan terdiri atas cat

tembok, gas, genteng, papan, dan tomat buah.

METODE PENGUMPULAN DATA

Penarikan sample dilakukan secara sengaja (purposive sampling) agar

pedagang yang terpilih benar-benar representatif dan memberikan informasi yang

akurat. Adapun kriteria pemilihan responden adalah sebagai berikut: (1) mempunyai

persediaan yang cukup, sehingga pencatatan harga pada waktu yang akan datang bisa

berkesinambungan; (2) banyak dikunjungi atau ramai didatangi pembeli; dan (3)

mempunyai tempat usaha yang tetap. Pemilihan jenis barang dan jasa beserta

kualitasnya yang diperdagangkan responden dilakukan berdasarkan pertimbangan hal-

hal sebagai berikut: (1) dominan dikonsumsi oleh masyarakat; (2) Data harganya

tersedia; (3) harganya dapat dipantau dalam waktu yang relatif lama; dan (4)

spesifikasinya jelas.

Survey dilakukan di pasar-pasar tradisional dalam wilayah Kota Jambi. Jumlah

responden adalah 220 pada kelompok komoditi pencacahan mingguan dan 230 pada

komoditi pencacahan bulanan. Pasar yang dipilih sebagai lokasi penelitian didasarkan

atas beberapa pertimbangan atau kriteria. Adapun kriteria yang harus dipenuhi adalah

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

iii

sebagai berikut: (1) pasarnya relatif besar dan oleh masyarakat setempat dipakai

sebagai patokan atau pembanding baik harga, komoditi dan kualitas/merk dari pasar

lainnya di kota bersangkutan; (2) berbagai komoditi barang/jasa dapat ditemui; (3)

banyak masyarakat berbelanja di pasar tersebut; (4) waktu keramaian berbelanja cukup

panjang. Berdasarkan criteria ini maka pasar yang diplih sebagai lokasi penelitian

adalah : Pasar Induk Angso Dua, Pasar Talang Banjar dan beberapa pasar lainnya.

KARAKTERISTIK KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERTINGGI

Analisis dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya

perubahan harga pada sepuluh komoditi tersebut dengan melakukan survei langsung

ke pasar-pasar tradisional dalam wilayah Kota Jambi. Survei dibatasi hanya pada

tingkat pedagang pengecer mengingat pembentukan IHK didasarkan atas pengeluaran

konsumen terhadap seluruh barang dan jasa yang tercakup dalam SBH. Sebagian besar

konsumen berhubungan langsung dengan pedagang pengecer, kalaupun ada hanya

sebagian kecil yang melakukan transaksi langsung ke pedagang perantara, pedagang

besar/grosir atau produsen.

Pola perdagangan komoditi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya

adalah asal barang, rantai tataniaga, dan wilayah jangkauan pemasaran. Dilihat dari

asal barang, ada dua jawaban dominan pada kelompok komoditi pencacahan

mingguan yaitu sebanyak 46,82% responden menyatakan komoditi yang

diperdagangkan berasal dari Kota Jambi, sementara 40,91% menyatakan dari provinsi

lain. Bila ditelusuri per jenis komoditi, bawang putih sebagian besar berasal dari Kota

Jambi (44%) dan Provinsi Lain (32%). Komoditi cabe merah dan bawang merah

keduanya lebih banyak dipasok dari luar Provinsi Jambi masing-masing 66% (bawang

merah) dan 78% (cabe merah), sementara daging ayam dan emas perhiasan sebagian

besar berasal dari Kota Jambi masing-masing dengan proporsi 95% (daging ayam) dan

88% (emas perhiasan).

Tabel 1. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Asal Kelompok

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

iv

Komoditi Pencacahan Mingguan di Kota Jambi

Jenis Komoditi

Asal Barang Bawang

Putih

Bawang

Merah

Cabe Mera

h

Daging

Ayam

Emas Perhiasa

n

Jumlah

Kota Jambi 22 5 11 43 22 103 Kabupaten Lain 0 0 0 1 0 1 Kota Jambi dan Kabupaten Lain

2 7 0 0 0 9

Provinsi Lain 17 33 39 0 1 90 Negara lain 9 5 0 0 0 14 Provinsi Lain dan Negara Lain

0 0 0 1 2 3

Total 50 50 50 45 25 220

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Kota Jambi bukan wilayah sentra produksi melainkan berperan sebagai wilayah

perdagangan, sehingga jawaban pedagang pengecer mengenai asal barang perlu

dikontrol dan ditelusuri lebih lanjut. Hal ini telah dilakukan dengan menelusuri sumber

pembelian komoditi oleh pedagang pengecer. Pada kelompok komoditi pencacahan

mingguan, komoditi yang diperdagangkan sebagian besar ternyata bersumber dari

pedagang besar atau grosir (72,73 %), sementara yang dibeli dari pedagang perantara

dan produsen masing-masing hanya 16,82% dan 2,27%.

Proporsi pembelian komoditi dari pedagang besar atau grosir masing-masing

adalah bawang putih (72,00%), bawang merah (76,00%), cabe merah (92,00%) dan

daging ayam ras (68,89%). Khusus komoditi emas perhiasan proporsi pembeliannya

tersebar dari berbagai sumber masing-masing terdiri atas pedagang besar (36,00%),

pedagang pengumpul (32,00%), produsen (4,00%) dan sumber lainnya (28,00%).

Tabel 2. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Sumber Pembelian,

Kelompok Komoditi Pencacahan Mingguan di Kota Jambi

Jenis Komoditi Sumber

Pembelian Bawang Putih

Bawang

Merah

Cabe Mera

h

Daging Ayam

Emas Perhiasa

n

Jumlah

Produsen 0 0 2 2 1 5 Pedagang Pengumpul

8 10 1 10 8 37

Pedagang Besar/Grosir

36 38 46 31 9 160

Lainnya 6 2 1 2 7 18 Total 50 50 50 45 25 220

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

v

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Temuan di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar komoditi yang

diperdagangkan di Kota Jambi berasal dari luar Provinsi Jambi, kecuali daging ayam ras

dan emas perhiasan. Hasil studi sebelumnya menunjukan komoditi bawang merah

yang diperdagangkan di Kota Jambi sebagian besar berasal dari Brebes (Jawa Tengah),

sementara bawang putih berasal dari Thailand. Studi yang sama juga menunjukkan

bahwa komoditi cabe merah sebagian besar berasal dari Curup (Bengkulu), disamping

Palembang, Lampung, Medan dan bahkan Jawa. Komoditi yang lebih banyak disuplai

dari Kota Jambi sendiri dan daerah di sekitarnya adalah daging ayam ras. Komoditi

emas perhiasan kemungkinan sebagian berasal dari penambangan emas tradisional

dalam wilayah Provinsi Jambi seperti Sarolangun dan sebagian berasal dari provinsi

lain, namun tidak terdapat penambangan emas di Kota Jambi. Mengingat besarnya

proporsi komoditi yang bersumber dari luar Provinsi Jambi, proses pembentukan

harganya menjadi lebih kompleks dimulai dari harga ditingkat produsen dan pedagang

pengumpul di wilayah sentra produksi kemudian berlanjut ke pedagang besar/grosir

dan pedagang perantara hingga akhirnya ke pedagang pengecer yang menjadi

responden penelitian di pasar-pasar tradisional dalam wilayah Kota Jambi.

Tidak jauh berbeda dengan kelompok komoditi pencacahan mingguan,

komoditi yang dicacah bulanan juga lebih banyak berasal dari Kota Jambi. Berdasarkan

komoditi, proporsi komoditi yang berasal dari Kota Jambi masing-masing adalah cat

tembok (77,78%), gas elpiji 12 kg (91,11%), genteng (68,89%) dan papan (71,11%),

sementara komoditi tomat buah lebih banyak berasal dari kabupaten lain (46,00%)

dalam wilayah Provinsi Jambi dan Provinsi Lain (40,00%).

Tabel 3. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Asal Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi

Jenis Barang Asal Komoditi Cat

Tembok Gas Genteng Papan Tomat Buah

Jumlah

Kota Jambi 35 41 31 32 7 146 Kabupaten Lain 0 0 0 12 23 35 Provinsi Lain 10 4 14 1 20 49 Total 45 45 45 45 50 230

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Komoditi cat tembok dan gas elpiji sebenarnya berasal dari provinsi lain, namun

mengingat para pengecer mendapatkannya dair pedagang grosir di Kota Jambi

sehingga responden menyatakan asal kedua komoditi tersebut dari kota Jambi. Hal ini

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

vi

sejalan dengan jawaban responden ketika ditanyakan sumber pembelian komoditi

yang diperdagangkan. Sebagain besar responden menyatakan bahwa komoditi-

komoditi tersebut dibeli dari pedagang besar atau grosir dengan proporsi masing-

masing adalah cat tembok (84,44%), gas elpiji (73,33%), genteng (93,33%) dan

tomat buah (90,00%). Pedagang besar komoditi cat tembok dan gas elpiji merupakan

perantara yang melakukan pembelian dari luar Provinsi Jambi, sementara grosir

komoditi genteng dan tomat membeli dari produsen di beberapa kabupaten dalam

wilayah Propinsi Jambi. Khusus komoditi papan, pembelian tersebar pada tiga sumber

dengan proporsi terbesar juga berasal dari pedagang besar atau grosir yaitu sekitar

51,11%, sementara proporsi responden yang membeli langsung ke produsen dalam

wilayah Provinsi Jambi mencapai 22,22% dan responden yang membeli dari pedagang

pengumpul adalah 17,78%.

Tabel 4. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Sumber Pembelian

Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi Jenis Barang

Sumber Pembelian Cat

Tembok Gas

Elpiji Genteng PapanTomat Buah

Jumlah

Produsen 0 1 2 10 0 13 Pedagang Pengumpul

6 10 1 8 3 28

Pedagang Besar/Grosir

38 33 42 23 45 181

Lainnya 1 1 0 4 0 8 Total 45 45 45 45 50 230

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Tataniaga pembelian komoditi pada kelompok pencacahan bulanan tidak

menunjukkan perbedaan yang berarti dengan kelompok komoditi pencacahan

mingguan. Sebagian besar responden membeli dari pedagang besar atau grosir.

Temuan ini memperlihatkan bahwa rantai tataniaga komoditi dipasar lokal relatif

pendek, tetapi untuk komoditi yang diimpor dari provinsi lain rantai tataniaganya

menjadi lebih panjang karena adanya proses pengiriman dari produsen ke pedagang

besar atau grosir. Jarak tempuh yang lebih jauh berimplikasi pada tingginya ongkos

angkut. Komponen ongkos angkut merupakan salah satu sumber peningkatan harga

ketika barang sampai pada pedagang pengecer di Kota Jambi.

PENYEBAB FLUKTUASI PERUBAHAN HARGA

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

vii

Fluktuasi harga komoditi terkait dengan berbagai faktor disamping struktur

pasar yang berakibat pada sistem penetapan harga secara sepihak oleh pedagang.

Faktor-faktor yang dipertimbangkan sebagai penyebab kenaikan harga pada survey

lapangan adalah biaya transportasi, kelangkaan barang dan harga tingkat distributor.

Hasil survey memperlihatkan bahwa kelangkaan barang merupakan penyebab paling

dominan, diikuti oleh tingkat harga yang ditetapkan distributor dan biaya transportasi

pada urutan ketiga. Khusus pada komoditi emas perhiasan, fluktuasi harga semata-

mata dipengaruhi oleh tingkat harga yang ditetap oleh pedagang besar atau

distributor. Sementara itu, faktor kelangkaan barang dan tingkat harga yang

ditetapkan pedagang besar atau grosir sama-sama penting perannya dalam

mempengaruhi fluktuasi harga komoditi daging ayam ras menurut pendapat

responden.

Tabel 5. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Pendapat Penyebab Fluktuasi Harga Barang Kelompok Komoditi Pencacahan Mingguan di Kota

Jambi Jenis Komoditi

Penyebab Fluktuasi Harga Bawang

Putih Bawang Merah

Cabe Merah

Daging Ayam

Emas Perhiasan

Jumlah

Biaya transportasi 4 7 4 4 0 19 Kelangkaan Barang 29 30 33 20 3 115 Harga Distributor 17 11 11 20 22 81 Lainnya 0 2 2 1 0 5 Total 50 50 50 45 25 220

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Pada kelompok komoditi pencacahan bulanan, fluktuasi harga komoditi cat

tembok, genteng dan gas elpiji lebih banyak disebakan oleh penetapan tingkat harga

pada pedagang besar atau distributor, sementara fluktuasi harga pada komoditi papan

dan tomat buah lebih banyak disebabkan oleh kelangkaan barang. Kelangkaan

komoditi papan terkait dengan semakin berkurangnya bahan baku kayu alam,

sementara kelangkaan komoditi tomat buah disebabkan oleh faktor musim, cuaca dan

kegagalan panen karena gangguan hama dan penyakit tanaman.

Tabel 6. Jumlah Responden Dirinci Menurut Jenis dan Pendapat Penyebab Fluktuasi Harga Barang Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan di Kota Jambi

Jenis Komoditi Penyebab

Fluktuasi Harga Cat Tembok

Gas Elpiji

Genteng Papan Tomat Buah

Jumlah

Biaya transportasi 13 10 15 4 6 48 Kelangkaan Barang

7 10 3 32 27 79

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

viii

Harga Distributor 25 25 26 9 15 100 Lainnya 0 0 1 0 2 3 Total 45 45 45 45 50 230

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Jawaban responden terhadap penyebab fluktuasi harga telah ditelusuri lebih

jauh untuk mendalami penyebab kenaikannya masing-masing. Berdasarkan hasil

survey diketahui bahwa peningkatan biaya transportasi terutama disebabkan kebijakan

peningkatan harga BBM dan banyaknya gangguan dalam perjalanan yang disertai

berbagai bentuk pungutan. Ketika diinternalisasi ke dalam total biaya pedagang harus

mengkompensirnya dengan meningkatkan harga jual produk sehingga menghasilkan

kenaikan harga ditingkat konsumen akhir.

Tabel 7. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Penyebab Kenaikan Biaya Transportasi, Kelompok Komoditi Pencacahan

Mingguan Jenis Komoditi

Penyebab Kenaikan Biaya Transportasi Bawang

Putih Bawang Merah

Cabe Merah

Daging Ayam

Emas Perhiasan

Jumlah

Infrasruktur Jalan Buruk

4 4 4 5 0 17

Tarif Angkutan Naik 1 1 0 0 0 2 Harga BBM Naik dan Gangguan Perjalanan

45 42 45 40 25 197

Alasan Lainnya 0 3 1 0 0 4 Total 50 50 50 45 25 220

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Pendapat responden pedagang pada kelompok komoditi pencacahan

mingguan ternyata tidak berbeda jauh dengan pendapat responden pada kelompok

komoditi pencacahan bulanan. Penyebab utma kenaikan biaya transportasi juga

bersumber dari kenikan harga BBM dan gangguan dalam perjalanan pengangkutan

yang disertai berbagai bentk pungutan resmi atau tidak resmi. Keberadaan biaya-biaya

di luar biaya produksi dan trasportasi yang sesungguhnya berakibat pada

meningkatnya total biaya dan berujung pada meningkatnya harga jual produk yang

diperdagangkan. Kondisi infrastruktur transportasi yang kurang memadai menempati

urutan pertama sebagai penyebab tingginya biaya transportasi menurut pendapat

responden. Kombinasi kondisi infrastruktur yang kurang memadai dengan banyaknya

gangguan dalam perjalanan semakin membebani pedagang dalam mentapkan harga

jual. Pada akhirnya memang bermuara pada peningkatan harga jual di tingkat

konsumen.

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

ix

Tabel 8. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Penyebab Kenaikan Biaya Transportasi, Kelompok Komoditi

Pencacahan Bulanan Jenis Komoditi

Penyebab Kenaikan Biaya Transportasi Cat

TembokGas

Elpiji Genteng Papan Tomat

Buah Jumlah

Infrastruktur Jalan Buruk

8 8 10 7 7 40

Kenaikan Harga BBM 3 1 0 0 0 4 Kenaikan Tarif Angkutan 1 0 3 0 0 4

Kenaikan Harga BBM dan Gangguan Perjalnan

30 33 28 37 43 171

Alasan Lainnya 3 3 4 1 0 11 Total 45 45 45 45 50 230

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Penelusuran sumber penyebab fluktuasi harga juga telah dilakukan terhadap

faktor kelangkaan barang. Hasil survey memperlihatkan bahwa kelangkaan barang

terutama disebabkan oleh kurangnya pasokan sehingga tidak mencukupi bagi

pemenuhan permintaan konsumen. Pada kondisi ini harga akan melonjak pada tingkat

yang relatif tinggi. Sebaliknya, harga akan kembali ke tingkat keseimbangan awal atau

turun pada tingkat yang lebih rendah ketika jumlah pasokan meningkat sebagai

dampak panen raya khususnya pada komoditi pertanian bahan makanan. Faktor

lainnya yang menjadi penyebab kelangkaan barang adalah perubahan musim dan

cuaca yang semakin sulit diprediksi. Ketidakpastian musim dan cuaca lebih juga banyak

berpengaruh terhadap produksi dan pasokan komoditi pertanian bahan makanan.

Pada saat petani memperkirakan musim panas akan datang, mereka tidak akan

menanam namun ternyata musim hujan berlanjut sehingga produksi dan pasokan

menurun yang selanjutnya menyebabkan harga melonjak. Berdasarkan pengalaman

tersebut, petani berspekulasi dengan berharap musim hujan akan berlanjut, sehingga

mereka melakukan penanaman, namun kemudian musim panas datang dan terjadilah

kegagalan panen. Akibatnya produksi dan jumlah pasokan turun sehingga harga juga

meningkat. Ketidakpastian perubahan iklim seperti ini telah terjadi sejak tahun 2007.

Contoh paling nyata adalah fluktuasi harga komoditi cabe merah yang sangat tinggi,

mengingat komoditi ini sangat sensitif terhadap perubahan iklim dan musim.

Tabel 9. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Penyebab Kelangkaan Barang, Kelompok Komoditi Pencacahan Mingguan

Penyebab Jenis Komoditi Jumlah

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

x

Kelangkaan Barang Bawang Putih

Bawang Merah

Cabe Merah

Daging Ayam

Emas Perhiasan

Pasokan Kurang 14 16 18 15 2 65 Cuaca Tidak Mendukung 10 10 6 2 0 28

Pasokan Kurang dan faktor lainnya

21 17 15 23 22 98

Alasan Lainnya 5 7 11 5 1 29 Total 50 50 50 45 25 220

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Keterbatasan pasokan sebagai penyebab kelangkaan barang yang ditemui

pada kelompok komoditi pencachan mingguan juga ditemui pada kelompok komoditi

pencacahan bulanan. Lebih dari 75% responden komoditi cat tembok, gas elpiji,

genteng dan tomat buah menyatakan kekurangan pasokan dari produsen sebagai

penyebab kelangkaan barang. Pada komoditi papan, kelangkaan barang disebabkan

oleh berbagai faktor terutama pengurangan jumlah bahan baku berupa kayu alam

seiring dengan terjadinya deforestasi di sekitar wilayah Provinsi Jambi.

Gambaran ini memperlihatkan bahwa pengaruh faktor suplai terhadap

fluktuasi tingkat harga pada komoditi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Jambi

cukup dominan.

Faktor hambatan dalam perjalanan terutama yang disebabkan oleh kondisi

infrastruktur jalan dapat menyebabkan frekuenai perubahan harga yang sangat tinggi

dalam periode waktu yang singkat. Sebagian besar produk bahan makanan yang

diperdagangkan di Kota Jambi berasal dari luar daerah. Komoditi cabe merah misalnya

masuk ke Pasar Angso duo sekitar jam 3.00 pagi. Keterlambatan pengangkutan

menyebabkan terlambatnya kedatangan barang akan berdampak langsung pada

peningkatan harga. Kedaan yang sama juga akan terjadi ketika jumlah pasokan kurang

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Jambi dan sekitarnya. Keadaan

sebaliknya terjadi ketika jumlah pasokan melebihi jumlah yang dibutuhkan masyrakat.

Tabel 10. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Penyebab Kelangkaan Barang, Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan

Jenis Komoditi Penyebab

Kelangkaan Barang Cat

Tembok

Gas Elpiji

Genteng

Papan

Tomat Buah

Jumlah

Kekurangan Pasokan 3 7 3 11 16 40 Kekurangan Pasokan dan Faktor penyebab lainnya

36 34 41 9 21 141

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

xi

Cuaca Tidak Mendukung 1 1 1 8 5 16

Penyebab Lainnya 5 3 0 17 8 33 Total 45 45 45 45 50 230

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Sementara itu, dari sisi pengaruh faktor pengangkutan, jumlah pasokan dan

harga yang ditetapkan distributor terhadap kenaikan harga, didapatkan informasi

bahwa ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh yang tinggi terhadap kenaikan harga

komoditi. Pada kelompok komoditi pencacahan mingguan proporsinya lebih dari 70%,

bahkan mencapai di atas 80% pada komoditi cabe merah. Di sisi lain, pada komoditi

bulanan hanya sekitar 59% responden yang menyatakan bahwa pengaruh ketiga

faktor tersebut tinggi terhadap kenaikan harga sementara 40% lainnya menyatakan

pengaruhnya sedang. Hal ini menunjukkan bahwa biaya transportasi dan berbagai

pungutan resmi dan tidak resmi disepanjang perjalanan, keterbatasan jumlah pasokan

dan harga uang ditetapkan oleh pedagang grosir berpengaruh cukup besar terhadap

kenaikan harga komoditi di Jambi.

Tabel 11. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Pengaruh Transportasi, Pasokan dan Harga BBM terhadap Kenaikan Harga,

Kelompok Komoditi Pencacahan Mingguan

Jenis Komoditi Pengaruh Biaya Transportasi, Pasokan dan Distributor

terhadap Harga

Bawang Putih

Bawang

Merah

Cabe Mera

h

Daging Ayam

Emas Perhias

an Jumlah

Tinggi 36 36 41 35 18 166 Sedang 13 14 9 10 7 53 Rendah 1 0 0 0 0 1 Total 50 50 50 45 25 220

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

Tabel 12. Responden Dirinci Menurut Jenis Komoditi dan Pendapat Mengenai Pengaruh Transportasi, Pasokan dan Harga BBM terhadap Kenaikan

Harga, Kelompok Komoditi Pencacahan Bulanan

Jenis Komoditi Pengaruh Biaya Transportasi, Pasokan

dan Distributor terhadap Harga

Cat Tembo

k

Gas Elpiji

Genteng

Papan

Tomat

Buah

Jumlah

Tinggi 16 32 18 30 39 135

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

xii

Sedang 29 13 27 13 11 93 Rendah 0 0 0 2 0 2 Total 45 45 45 45 50 230

Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2010

KESIMPULAN

1. Sebagian besar komoditi yang diperdagangkan berasal dari luar Provinsi Jambi

dan dipasok oleh pedagang besar atau grosir ke Kota Jambi, termasuk

komoditi bahan makanan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga

komoditi telah terjadi di daerah asal barang di mana untuk mengendalikannya

berada di luar kemampuan daerah pengguna atau daerah tujuan pemasaran.

2. Peran kegiatan spekulasi dalam meningkatkan harga barang relatif kecil, dan

biasanya hanya dilakukan untuk komoditi yang dihasilkan pabrik yang lebih

tahan lama.

3. Sumber penyebab kenaikan harga pada komoditi bahan makanan terutama

berasal dari kelangkaan barang, disamping disebabkan oleh tingginya harga

yang ditetapkan distributor dan kenaikan biaya transportasi. Di sisi lain,

kenaikan harga untuk komoditi non pangan lebih disebabkan oleh tingginya

harga jual yang ditetapkan distributor, disamping kenaikan biaya transportasi

dan kelangkaan barang. Hal ini sejalan dengan jumlah distributor komoditi non

pangan yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah distributor

komoditi bahan makanan.

4. Menurunnya pasokan terutama disebabkan oleh menurunnya pasokan dari

sentra produksi dan kondisi cuaca yang kurang mendukung khususnya untuk

komoditi bahan makanan. Sementara itu, meningkatnya biaya transportasi

disebabkan oleh meningkatnya harga BBM dan banyaknya gangguan dalam

perjalanan serta kondisi infrastruktur jalan yang kurang memadai.

REKOMENDASI

1. Mengupayakan terjaminannya kesinambungan pasokan barang khususnya

komoditi bahan makanan. Hal ini diantarnya dapat dilakukan melalui

peningkatan produksi komoditi lokal dengan menata kembali penggunaan

lahan (landused) dan memaksimalkan pemanfaatan lahan tidur yang masih

cukup luas, disertai penyediaan bibit unggul; jaminan ketersediaan sarana dan

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

xiii

prasarana produksi; penyediaan fasilitas pembiayaan; bantuan teknis budidaya

pertanian ramah lingkungan untuk menghasilkan komoditi yang aman,

nyaman dan sehat untuk dikonsumsi dengan mengaktifkan kembalai dan

meningkatkan peran penyuluh lapangan; penataan pola tanam antar daerah

sentra produksi; mengintensifkan koordinasi antar daerah sentra produksi dan

daerah konsumen; meningkatkan peran BMKG dalam kegiatan budidaya;

meningkatkan koordinasi dinas terkait tingkat provinsi dengan dinas yang sama

di tingkat kabupaten, dan melakukan regulasi pemasaran produk yang

dihasilkan sentra produksi lokal untuk kebutuhan pasar dalam wilayah Provinsi

Jambi.

2. Mengupayakan penataan suplai barang untuk mengurangi besarnya peran

pedagang besar atau grosir dalam menetapkan harga beli pedagang pengecer

dan mengurangi peran pedagang pengecer dalam menetapkan harga jual ke

konsumen serta memperkecil peluang terjadinya spekulasi pada berbagai

tingkatan pedagang khususnya untuk komoditi non pangan dan komoditi

pangan tahan lama.

3. Mengupayakan peningkatan efisiensi trasportasi melalui peningkatan kuantitas

dan kualitas infrastruktur angkutan darat, meningkatkan jangkauan pelayanan

transportasi ke daerah sentra produksi, dan pengurangan berbagai bentuk

gangguan dalam pengangkutan barang yang menimbulkan ekonomi biaya

tinggi (hight cost economy).

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

39

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan pada triwulan IV-2010 menunjukkan peningkatan baik

dari sisi aset, penghimpunan dana maupun penyaluran kredit. Lebih tingginya

pertumbuhan penyaluran kredit dibandingkan penghimpunan dana pada

triwulan laporan menyebabkan meningkatnya Loan to Deposits Ratio (LDR)

perbankan sebesar 330 bps menjadi 89,84%. Dari sisi kualitas kredit yang

diberikan menunjukkan penurunan, dimana pada triwulan laporan angka Non

Performing Loan (NPL) mengalami peningkatan menjadi 3,33%.

A. Perkembangan Kelembagaan24

Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor

Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan IV - 2010 tercatat sebanyak 24

(dua puluh empat) bank umum dan 11 (sebelas) BPR, yang terdiri dari 227 kantor

bank umum dan 17 kantor BPR. Dari 24 (dua puluh tiga) bank umum yang

beroperasi di wilayah Jambi, terdapat 20 (dua puluh) bank konvensional,

termasuk diantaranya 1 (satu) Bank Pembangunan Daerah, dan 4 (empat) bank

syariah.

Pada periode triwulan laporan tidak terdapat penambahan bank umum

namun terdapat penambahan 9 (sembilan) kantor bank yaitu 8 KCP dan 1 Kantor

Kas. Sementara untuk BPR, tidak terdapat penambahan kantor.

Berdasarkan sebarannya, jumlah kantor bank umum didominasi di Kota

Jambi, yaitu sebanyak 87 (delapan puluh satu) kantor atau 35,66% dari seluruh

total kantor bank di Provinsi Jambi. Sementara, untuk kabupaten yang paling

sedikit jumlah kantor banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yaitu

sebanyak 6 (enam) kantor (2,45%).

24 Rincian jumlah Kantor Bank Umum dan BPR per-kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dapat dilihat pada halaman lampiran.

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

40

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi

Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV

Kota Jambi 69 73 75 76 79 82 85 87 35.66

Kerinci 19 20 20 21 21 21 21 21 8.61

Bungo 14 15 16 18 20 21 22 24 9.84

Muara Jambi 18 18 18 19 19 19 22 22 9.02

Sarolangun 13 13 13 15 16 16 17 19 7.79

Tebo 13 13 13 14 14 15 17 17 6.97

Merangin 14 15 15 15 15 15 17 17 6.97

Batanghari 12 12 12 14 14 14 15 16 6.56

Tanjung Jabung Barat 13 13 13 13 14 14 14 15 6.15

Tanjung Jabung Timur 5 5 5 5 5 5 5 6 2.46

T O T A L 190 197 200 210 217 222 235 244 100.00

Pangsa (%)

JUMLAH BANK2009 2010

B. Bank Umum25

1. Perkembangan Aset Bank

Total aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan meningkat

Rp135,218 miliar atau 0,82% dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun

sebesar 5,13%. Meningkatnya aset perbankan dipicu oleh meningkatnya aset

bank swasta sebesar Rp210,95 miliar (4,42%) dan bank syariah sebesar Rp57,937

miliar (9,19%). Sementara itu aset bank pemerintah turun sebesar Rp133,67

miliar(1,2%). Dengan demikian, total aset bank umum pada triwulan laporan

naik menjadi sebesar Rp16.562 miliar.26

25 Posisi data bank umum diambil berdasarkan periode Laporan Bank Umum bulan Nov 2010. 26 Bank konvensional termasuk bank milik pemerintah dan bank swasta nasional.

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAREAH

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

41

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi

-4

0

4

8

12

16

20

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

Q1-06

Q2-06

Q3-06

Q4-06

Q1-07

Q2-07

Q3-07

Q4-07

Q1-08

Q2-08

Q3-08

Q4-08

Q1-09

Q2-09

Q3-09

Q4-09

Q1-10

Q2-10

Q3-10

Q4-10

PersenRp miliar

Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%)

Dilihat dari total pangsa pasar aset bank umum, pangsa aset bank

konvensional tercatat sebesar 95,84% sementara aset bank syariah sebesar 4,6%

pada triwulan laporan.

2. Perkembangan Dana Masyarakat

Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada

triwulan laporan naik sebesar 3,13%, yaitu dari Rp12.440,155 miliar menjadi

Rp12.550,443 miliar.

Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK didukung oleh

meningkatnya penghimpunan dana baik oleh bank konvensional maupun bank

syariah. Penghimpunan dana oleh bank konvensional meningkat Rp82,284miliar

atau sebesar 0,68% dari triwulan sebelumnya sementara penghimpunan dana

oleh bank syariah meningkat 8,69% atau sebesar Rp28,004 miliar. Dengan

demikian total DPK bank umum pada triwulan laporan mengalami kenaikan

sebesar Rp389,621miliar.

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

42

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Tabel 3.2 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

Trw I Trw II Trw III Trw IV Nominal Persen11,213,788 11,881,723 12,117,864 12,200,148 82,284 0.68

1 2,880,322 3,039,223 2,699,580 2,441,073 (258,507) (9.58) 2 5,494,397 5,944,913 6,249,021 6,614,464 365,443 5.85 3 Simpanan Berjangka 2,839,069 2,897,587 3,169,263 3,144,611 (24,652) (0.78)

257,148 279,399 322,291 350,295 28,004 8.69 1 52,815 57,382 58,548 63,252 4,704 8.03 2 138,017 151,990 172,133 188,737 16,604 9.65 3 66,316 70,027 91,610 98,306 6,696 7.31

11,470,936 12,161,122 12,440,155 12,550,443 110,288 0.89 1 2,933,137 3,096,605 2,758,128 2,504,325 (253,803) (9.20) 2 5,632,414 6,096,903 6,421,154 6,803,201 382,047 5.95 3 2,905,385 2,967,614 3,260,873 3,242,917 (17,956) (0.55)

Pertumbuhan

Bank Konvensional

URAIAN2010

GiroTabunganSimpanan Berjangka

GiroTabungan

Bank SyariahGiroTabungan Simpanan Berjangka

Jumlah

Berdasarkan jenis penghimpunan dana, meningkatnya DPK pada

triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya penghimpunan tabungan masyarakat

sebesar Rp382,05 miliar (5,95%). Di sisi lain, penghimpunan dana melalui giro

dan deposito turun masing-masing sebesar Rp253,80 miliar (9,2%) dan Rp17,96

miliar (0.55%). Berdasarkan pangsanya, penghimpunan dana terbesar masih

diraih oleh tabungan yaitu sebesar 54,20%, diikuti oleh deposito 25,83% dan

giro 19,95%.

Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

Rp miliarRp miliar

Giro (aksis kiri) Simpanan Berjangka (aksis kiri) Tabungan (aksis kiri) DPK (aksis kanan)

Berdasarkan golongan pemilik, meningkatnya nilai DPK terutama

berasal dari golongan perorangan sebesar Rp357,084 miliar, diikuti dengan

Badan Usaha Milik Negara sebesar Rp70,585 miliar, serta pemerintah pusat

sebesar Rp4,545 miliar dan Koperasi sebesar Rp1,139 miliar. Dengan demikian,

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAREAH

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

43

berdasarkan pangsanya, DPK terbesar masih dikuasai oleh perorangan yang

mencapai 74,97%, diikuti oleh pemerintah daerah 13,49%, dan perusahaan

swasta 6,26%.

Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan lokasi proyek (dalam jutaan rupiah)

Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share

1 Pemerintah Pusat 62,629 0.55 147,398 1.22 58,683 0.48 63,278 0.52

2 Pemerintah Daerah 1,796,811 15.66 1,756,391 14.48 1,901,599 15.69 1,645,478 13.49

3 Badan/lembaga pemerintah 78,112 0.68 77,750 0.64 74,942 0.62 31,042 0.25

4 Badan Usaha Milik Negara 112,636 0.98 116,547 0.96 101,882 0.84 172,467 1.41

5 Perusahaan asuransi 272,663 2.38 271,395 2.24 271,925 2.24 271,279 2.22

6 Perusahaan swasta 728,267 6.35 760,663 6.27 807,534 6.66 763,392 6.26

7 Yayasan dan Badan Sosial 93,097 0.81 98,176 0.81 70,201 0.58 65,019 0.53

8 Koperasi 34,019 0.30 29,876 0.25 21,344 0.18 22,483 0.18

9 Perorangan 8,266,470 72.07 8,833,850 72.84 8,788,455 72.53 9,145,539 74.97

10 Lainnya 25,530 0.22 35,298 0.29 20,400 0.17 19,385 0.16

Jumlah 11,470,234 100.00 12,127,344 100.00 12,116,965 100.00 12,199,362 100.00

Bukan Penduduk/Non-Residents 702 0 33,778 0 898 0 785 0

11,470,936 12,161,122 12,117,863 12,200,147

Trw.IV-2010Trw.I-2010

Penduduk/Residents

Trw.II-2010 Trw.III-2010

Penduduk dan bukan penduduk

No. Golongan Pemilik

Berdasarkan lokasi proyek, jumlah penghimpunan dana masyarakat

mengalami peningkatan di beberapa kabupaten/kota. Berdasarkan lokasinya,

peningkatan jumlah DPK terbesar dialami oleh kota Jambi sebesar Rp224,39

(2,75) diikuti oleh Kerinci Rp48,20 (4,1%) dan Sarolangun Rp31,18 miliar

(15,7%). Sementara itu, berdasarkan pangsanya 69,58% penghimpunan dana di

provinsi Jambi masih didapatkan dari kota Jambi didikuti dengan Kabupaten

Kerinci sebesar 10,17%.

Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek27 (dalam jutaan rupiah)

Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Persen

1 Kota Jambi 6,976,996 67.70 7,874,735 68.70 8,154,823 68.67 8,379,205 69.58 224,382 2.75

2 Batanghari 298,298 2.89 131,304 1.15 120,220 1.01 102,282 0.85 (17,938) (14.92)

3 Tanjung Jabung Barat 611,009 5.93 681,275 5.94 795,350 6.70 766,888 6.37 (28,462) (3.58)

4 Merangin 359,401 3.49 341,017 2.98 346,455 2.92 326,748 2.71 (19,707) (5.69)

5 Kerinci 628,046 6.09 1,201,468 10.48 1,176,733 9.91 1,224,932 10.17 48,199 4.10

6 Sarolangun 247,603 2.40 211,052 1.84 206,880 1.74 238,063 1.98 31,183 15.07

7 Bungo 722,559 7.01 613,234 5.35 670,021 5.64 663,654 5.51 (6,367) (0.95)

8 Tebo 146,372 1.42 126,857 1.11 103,470 0.87 89,395 0.74 (14,075) (13.60)

9 Tanjung Jabung Timur 315,343 3.06 280,814 2.45 302,019 2.54 251,024 2.08 (50,995) (16.88)

10,305,627 100.00 11,461,756 100.00 11,875,971 100.00 12,042,191 100.00 414,215 3.61

Trw.II-10 Trw.III-10 Trw.IV-10Trw.I-10

JUMLAH

Kota/KabupatenNo.Pertumbuhan

27 Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (termasuk BPR) dan berdasarkan lokasi penghimpunan dana sehingga terdapat perbedaan dengan data DPK sebelumnya yang bersumber dari LBU

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

44

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana

Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan

meningkat Rp509,471 miliar (4,73%) sedikit melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 4,99%. Jumlah penyaluran kredit pada triwulan

laporan sebesar Rp11.275,76 miliar meningkat dari triwulan lalu yang sebesar

Rp10.766,29 miliar.

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

TW I TW II TW III TW IV Nominal Persen

Kelompok Bank 9,434,289 10,254,563 10,766,287 11,275,758 509,471 4.73 1 Bank Konvensional 8,992,671 9,758,969 10,175,465 10,628,685 453,220 4.45 2 Bank Syariah 441,618 495,594 590,822 647,073 56,251 9.52

Jenis Penggunaan 9,434,289 10,254,563 10,766,287 11,275,758 509,471 4.73 1 Modal Kerja 3,647,185 3,733,927 4,485,722 4,841,263 355,541 7.93 2 Investasi 1,666,305 2,004,096 1,559,585 1,680,918 121,333 7.78 3 Konsumsi 4,120,799 4,516,540 4,720,980 4,753,577 32,597 0.69

Sektor Ekonomi 9,434,289 10,254,563 10,766,287 11,275,758 509,471 4.73 1 Pertanian 993,939 1,105,772 1,204,116 1,165,396 (38,720) (3.22) 2 Pertambangan 28,484 23,480 37,186 23,938 (13,248) (35.63) 3 Perindustrian 448,754 492,388 490,762 577,637 86,875 17.70 4 Listrik, Gas dan Air 27,073 27,051 26,979 26,426 (553) (2.05) 5 Konstruksi 238,904 287,507 276,710 317,364 40,654 14.69 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,149,003 2,316,973 2,717,554 2,915,410 197,856 7.28 7 Pengangkutan, Pergudangan dan

Komunikasi 127,354 121,817 128,069 127,307 (762) (0.59) 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 336,225 389,259 400,769 443,762 42,993 10.73 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 126,424 177,790 190,606 192,176 1,570 0.82

10 Lain-lain 4,958,129 5,312,526 5,293,536 5,486,342 192,806 3.64

URAIANPertumbuhan2010

Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami baik

oleh bank konvensional maupun bank syariah. Penyaluran kredit bank

konvensional tumbuh Rp453,22 miliar (4,45%) sementara kredit bank syariah

tumbuh Rp56,251 miliar (9,52%). Sementara, jika dilihat dari pangsa (share)

penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan

pangsa sebesar 69,80%, diikuti dengan kelompok bank swasta sebesar 24,46

dan bank syariah sebesar 5,74%.

Berdasarkan Jenis Penggunaan, pada triwulan laporan peningkatan

jumlah kredit modal kerja Rp355,54 miliar (7,93%) dari triwulan sebelumnya

diikuti dengan kredit investasi yang tumbuh Rp121,33 miliar (7,78%) serta kredit

konsumsi yang tumbuh Rp32,60 miliar (0,69%).

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAREAH

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

45

Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar masih didominasi oleh kredit

modal kerja, yaitu sebesar 42,94% dari total kredit pada triwulan laporan.

Kemudian diikuti oleh kredit konsumsi sebesar 42,16%, dan kredit investasi

sebesar 14,91%.

Berdasarkan Sektor Ekonomi, hampir semua sektor ekonomi

mengalami peningkatan jumlah penyaluran kreditnya, kecuali untuk empat sektor

ekonomi yaitu Pertanian; Pertambangan; Pengangkutan, Pergudangan dan

Komunikasi; dan sektor listrik gas dan air. Secara nominal, peningkatan kredit

terbesar dialami oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp197,86

miliar (7,28%), yang kemudian diikuti oleh sektor lain-lain sebesar Rp192,81

miliar (3,64%) dan sektor industri sebesar Rp86,88 miliar (17,70%).

Pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit sektor lain-lain,

yaitu sebesar 48,66%, yang kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran,

dan hotel sebesar 25,86% dan sektor pertanian sebesar 10,34%. Dominasi

penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 84,85% dari total

outstanding kredit.

Berdasarkan lokasi Proyek28, jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami penurunan

sebesar 2,31%, yaitu dari Rp13.787,49 miliar menjadi sebesar Rp13.468,43

miliar.29 Menurunnya jumlah kredit ini terutama dipicu oleh menurunnya kredit

lain-lain sebesar Rp720.376 miliar (2,31%) serta sektor pertambangan yang turun

Rp16.561 (17,53%). Sebaliknya, selain kedua sektor tersebut, penyaluran kredit

masih menunjukkan peningkatan. Berdasarkan nominal kredit, peningkatan

kredit lokasi proyek pada triwulan laporan terlihat pada sektor perdagangan

meningkat sebesar Rp227.229 (7,78%), Sektor Jasa-jasa dunia usaha meningkat

sebesar Rp68.696 (15,16%), sektor industri meningkat Rp69,942 (4,43%) dan

sektor konstruksi meningkat Rp40.008 (15,24%). 28 Data s.d. bulan November 2010. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek termasuk kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi. 29 Data s.d. bulan November 2010. Mulai Mei 2007, data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

46

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

III IV I II III IVPertanian 2,077,761 2,218,021 1,831,035 1,856,467 1,999,285 2,001,727Pertambangan 158,199 218,987 170,809 248,011 96,706 80,145Perindustrian 810,173 960,764 872,224 807,006 1,577,064 1,647,006Perdagangan 2,682,693 2,800,588 2,149,467 2,529,964 2,921,619 3,148,848Jasa-jasa 1,521,339 1,485,762 1,111,385 1,309,235 1,257,800 1,376,062 - listrik, gas dan air 467,801 415,761 187,280 189,581 186,996 194,023 - konstruksi 312,752 278,993 259,019 297,980 262,563 302,571 - pengangkutan 104,524 117,160 156,118 181,795 163,283 164,791 - jasa dunia usaha 484,654 510,934 381,849 460,793 453,262 521,958 - jasa sosial masyarakat 151,608 162,914 127,119 178,906 191,696 192,719Lain-lain 4,380,585 4,582,113 5,876,199 6,123,015 5,935,015 5,214,639TOTAL 11,630,750 12,266,234 12,011,119 12,873,698 13,787,489 13,468,427

Sumber: SEKDA Provinsi Jambi

Sektor Ekonomi20102009

4. Undisbursed Loan

Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan laporan

mengalami penurunan sebesar 1,64% . Pada triwulan laporan, total undisbursed

loan sebesar Rp1.050,23 miliar atau lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai Rp1.191,55 miliar. Turunnya undisbursed loan

tersebut terutama dipicu oleh turunnya kelonggaran tarik kredit investasi yang

mencapai 28,46% turun sebesar Rp46,72 miliar dan kelonggaran tarik modal

kerja turun 11,16% atau sebesar Rp110,21 miliar. Pada triwulan laporan,

penyaluran kredit kedua jenis ini mengalami peningkatan yang cukup besar

sehingga mengurangi kelonggaran tarik debitur. Berdasarkan jenis penggunaan,

proporsi undisbursed loan terbesar terdapat pada kredit modal kerja, yaitu

mencapai 83,56% diikuti dengan kredit investasi dan konsumsi masing-masing

11,18% dan 5,25%.

Tabel 3.7 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV

1 investasi 64,087 87,355 111,783 101,832 253,640 177,474 164,189 117,468

2 konsumsi 3,744 1,183 472 77,946 66,682 45,807 39,563 55,174

3 modal kerja 678,555 567,845 578,390 560,970 850,532 846,466 987,800 877,589

746,386 656,383 690,645 740,748 1,170,854 1,069,747 1,191,551 1,050,230 * Perhitungan Undisbursed Loan Tahun 2010 berdasarkan laporan LBU Bassel

2010*

Jenis Penggunaan

2009Kategori

Total

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAREAH

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

47

5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)

gross Bank Umum di Provinsi Jambi

Loan to Deposits Ratio (LDR)30 perbankan di provinsi Jambi mengalami

peningkatan bila dilihat berdasarkan wilayah pelapor yaitu meningkat dari

86,54% menjadi 89,84%, sedangkan LDR berdasarkan Lokasi Proyek turun dari

113,81% menjadi 105,47%, Menurunnya penghimpunan penyaluran kredit

perbankan sementara dana pihak ketiga meningkat menyebabkan Loan to

Deposits Ratio (LDR)31 berdasarkan lokasi proyek mengalami penurunan.

Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi

Rp triliun

8 8 8 8 9 9 910 11 11

97.77% 101.97% 101.20%106.41%

113.68% 110.84%104.71% 105.86% 110.83% 107.31%

72.65% 75.41% 75.36% 79.44%86.69% 84.08% 82.25% 84.32% 86.54% 89.84%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-100%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) Kredit Perbankan Jambi (Rp juta)DPK Perbankan (Rp juta) LDR Lokasi Proyek (persen)LDR Perbankan Jambi (persen)

Grafik 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

549

873

248

78

788

519

240278

164 116 81 69 73

624 597

233175

10954 23

0100200300400500600700800900

1000

Batanghari Muara Jambi Tebo Merangin Saro langun Tanjabbar Bungo Kota Jambi Kerinci Tanjabtim

Triwulan III-10Triwulan IV-10

Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Batanghari memiliki LDR

tertinggi di antara seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi, yaitu sebesar

873,44%, diikuti oleh Kabupaten Muara Jambi sebesar 623,53%. Sementara itu

30 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. 31 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan.

LDR < 100%

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

48

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

terdapat tiga kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% yaitu Kota

Jambi 77,82%, Kerinci 53,59% dan Tanjung Jabung Timur 23,22%.

Kualitas kredit yang diberikan pada triwulan laporan menunjukkan

penurunan. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya rasio Non Performing Loan

(NPL) gross bank umum, yaitu dari 2,30% pada triwulan sebelumnya menjadi

3,33%.

Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor pertanian,

yaitu sebesar 6,17% dan Sektor Perdagangan Restoran dan Hotel sebesar 6,01%

yang berarti di atas ketentuan Bank Indonesia yang sebesar 5%. Sementara itu,

NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih berada dalam kategori baik (dibawah

5%).

Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi

KreditNominal

NPL NPL (%) KreditNominal

NPL NPL (%) KreditNominal

NPL NPL (%)1. Pertanian 1,105,772 26,498 2.40 1,204,116 49,456 4.11 1,165,396 71,932 6.17 2. Pertambangan 23,480 272 1.16 37,186 237 0.64 23,938 58 0.24 3. Perindustrian 492,388 22,016 4.47 490,762 27,604 5.62 577,637 27,573 4.77 4. Listrik, Gas dan Air 27,051 501 1.85 26,979 497 1.84 26,426 0 - 5. Konstruksi 287,507 2,336 0.81 276,710 3,720 1.34 317,364 2,039 0.64

6.Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,316,973 52,339 2.26 2,717,554 75,050 2.76 2,915,410 175,218 6.01

7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 121,817 4,112 3.38 128,069 3,148 2.46 127,307 5,063 3.98

8. Jasa-jasa Dunia Usaha 389,259 5,924 1.52 400,769 5,264 1.31 443,762 4,895 1.10 9. Jasa-jasa Sosial Masyarakat 177,790 5,724 3.22 190,606 6,046 3.17 192,176 5,401 2.81

10. Lain-lain 5,312,526 107,153 2.02 5,293,536 76,285 1.44 5,486,342 82,845 1.51 10,254,563 226,875 2.21 10,766,287 247,307 2.30 11,275,758 375,024 3.33

TW IV-10TW II-10 TW III-10

J U M L A H

No Sektor Ekonomi

Dilihat dari spread bunga (grafik 3.8), terlihat bahwa margin keuntungan

perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan kembali mengalami

penurunan. Margin rata-rata tertimbang32 antara suku bunga kredit dengan suku

bunga deposito 3 (tiga) bulan menurun dari 8,32% menjadi 8,21% pada triwulan

laporan. Peningkatan ini dipicu oleh lebih tingginya penurunan suku bunga kredit

sementara suku bunga deposito masih tinggi.

32 Data menggunakan suku bunga rata-rata tertimbang bank umum pemerintah s.d. bulan Mei 2010.

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAREAH

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

49

Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi

4.69 4.95 5.61 6.02 6.17 6.36 6.5 6.74 7.15 7.06 7.77 7.49 7.99 8.19 8.06 8.30 8.19 8.32 7.92 8.21 8.14 8.11 7.93 8.01

0

5

10

15

20

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Ags

Sept

Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni Juli

Agu

s

Sept

Okt

Nov Des

Persen (%)

Margin Kredit Deposito SBI

Stabilnya angka BI Rate semenjak bulan Agustus 2009 diikuti dengan

penurunan suku bunga secara perlahan-lahan oleh perbankan. Suku bunga

deposito yang diberikan perbankan saat ini sudah berada di bawah angka BI-rate

yaitu sebesar 6,28%. Namun demikian, suku bunga kredit yang ditetapkan masih

tinggi yaitu pada kisaran 14% sejak awal tahun 2009.

6. Perkembangan Kredit MKM

Seiring dengan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 4,73% pada

triwulan laporan, kredit MKM juga mengalami pertumbuhan sedikit di atas

pertumbuhan total kredit yaitu sebesar 4,81%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

kepercayaan perbankan akan kredit MKM masih cukup tinggi.

Grafik 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

TW I-09 TW II-09 TW III-09 TW IV-09 TW I-10 TW II-10 TW III-10 TW IV-10

Rp

Tri

liun

0

2

4

6

8

10

12

Total Kredit - Bank Pelapor MikroKecil MenengahPertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor Pertumbuhan UMKM (%)

Dilihat dari distribusinya, kredit kecil memiliki pangsa yang terbesar yaitu

41,96% lalu diikuti kredit mikro sebesar 24,65%, serta kredit menengah sebesar

17,92% dari total kredit perbankan.

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

50

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

Grafik 3.7 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi

36.08 34.27 34.06 33.59 27.78 26.66 25.79 24.65

35.1441.19 41.96

18.02 17.50 17.10 16.05 17.91 17.49 17.92

13.87 16.46 19.54 15.47

32.11 34.47 35.64 39.71 35.89

16.93

13.6713.78 15.5313.77

0%

20%

40%

60%

80%

100%

TW I-09 TW II-09 TW III-09 TW IV-09 TW I-10 TW II-10 TW III-10 TW IV-10Mikro Kecil Menengah Kredit Besar/Non-UMKM

Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan kredit MKM ditopang oleh

meningkatnya pertumbuhan kredit kecil sebesar Rp296,79 miliar (6,7%) diikuti

dengan kredit menengah sebesar Rp137,60 miliar (7,31%) dan kredit kecil

sebesar Rp137,6 miliar (0,1%).

C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibanding

triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset, DPK dan penyaluran kredit yang

mengalami pertumbuhan positif. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi

mencapai sebesar Rp316,50 miliar atau meningkat 3,67% dibanding pada

triwulan sebelumnya yang sebesar Rp285,70 miliar. Sementara itu, jumlah

penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh BPR di Provinsi Jambi meningkat

sebesar Rp4,76 miliar (2,02%).

Pada triwulan IV 2010 ini, jumlah penyalran penyalurab juga mengalami

peningkatan, yaitu sebesar 1,85% atau sebesar Rp3,89miliar. Pertumbuhan kredit

yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan DPK membuat fungsi

intermediasi BPR di provinsi Jambi yang dicerminkan dari rasio loan to deposit

ratio (LDR) menurun menjadi 89,05% dari sebelumnya 89,19%. Sementara itu,

kualitas kredit menunjukkan perbaikan, yaitu dengan menurunnya persentase

Non Performing Loan (NPL) menjadi 6,68%.

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

i

Boks 3.

MENDORONG PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK JAMBI DENGAN

PENINGKATAN AKSES PERMODALAN MELALUI PENYUSUNAN LENDING MODEL

“INDUSTRI DAN PEDAGANG BATIK JAMBI”

Kebijakan pembangunan yang mengkombinasikan pendekatan sektoral

(sectoral developed approach) dengan pendekatan wilayah (regional developed

approach) berdampak pada munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi (growth

pole) dan aktifnya perdagangan antar wilayah (interregional trade). Kondisi ini

memungkinkan berkembangnya unit-unit usaha ekonomi baru termasuk usaha kecil

dan menengah. Setiap pusat pertumbuhan ekonomi baru yang berada dalam suatu

wilayah harus saling memiliki keterkaitan aktivitas ekonomi, demikian juga dengan

usaha kecil dan menengah yang berada pada masing-masing pusat pertumbuhan

tersebut.

Perlu pengidentifikasian terhadap kendala, potensi dan kebijakan yang terkait

dengan usaha kecil dan menengah dalam upaya pengembangannya. Upaya ini

ternyata akan lebih efektif jika dilakukan sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi

masing-masing usaha kecil dan menengah. Demikian juga halnya dengan usaha

industri batik di Jambi.

Industri batik Jambi sangat membutuhkan dorongan dan bantuan kebijakan

pemerintah dalam hal pengembangan usahanya. Bentuk kebijakan yang dilakukan

pemerintah adalah mendorong pihak perbankan dalam memberikan dukungan

pendanaan guna memenuhi kebutuhan modal usaha/kredit untuk industri batik.

Dukungan perbankan tentu saja juga akan sangat berarti bila dukungan

permodalan juga diberikan kepada kelompok pedagang yang berperan sebagai

konsumen dan menjadi ujung tombak dari industri batik. Semakin kuat dukung

permodalan yang diberikan kepada kelompok pedagang ini maka semakin besar

peluang industri batik untuk meningkatkan usahanya. Oleh sebab itu, juga perlu

dilakukan kajian kelayakan usaha terhadap kelompok pedagang ini sehingga akan

lebih membantu perbankan dalam menganalisis kelayakan kreditnya.

Lending Model Industri dan Pedagang Batik Jambi secara substansi akan

dijadikan prototype lending model dalam upaya pengembangan industri batik di

Jambi. Lebih lanjut, juga diharapkan memberi manfaat sebagai berikut :

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

ii

1. Dapat dijadikan sebagai dasar rujukan bagi pihak perbankan dalam pemberian

kredit kepada industri batik dan pedagang batik yang berperan sebagai konsumen

industri batik. Hal ini dikarenakan kajian yang dilakukan memuat secara

komprehensif informasi yang dibutuhkan, terutama sekali yang terkait dengan

analisis kelayakan ekonomi dan keuangan serta prospektif usaha dari industri batik

dan pedagang batik di Jambi.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi institusi pemerintah pembina dalam

merumuskan kebijakan pengembangan yang lebih operasional dan realistis,

terutama yang terkait dalam upaya mengatasi masalah keterbatasan modal usaha

pada industri batik dan pedagang batik.

Untuk dapat menilai apakah industri batik Jambi ini potensial dibiayai, maka

dilakukan analisa kelayakan usaha, yang memperhatikan berbagai aspek ekonomi

seperti umur ekonomis, kebutuhan biaya, umur proyek, dan kelayakan investasi.

Berdasarkan hasil analisa yang dilakukakan, industri batik secara umum potensial dan

layak untuk dibiayai. Pengembangan Usaha industri batik yang membutuhkan dana

investasi sebesar Rp 18.125.000 dengan pendapatan per periode Rp 20.500,000 dan

layak untuk dijalankan. Hal ini didasarkan dari analisis NPV, Rasio B/C, IRR, dan analisis

sensitivitas. Hasil analisis sensitivitas mengindikasikan usaha ini layak untuk dijalankan,

jika terjadi kenaikan biaya operasional hingga 10% per tahun. Namun bila kenaikan

periodik lebih dari 64% maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Namun

sensitifitas ini dapat diturunkan jika terjadi kenaikan harga jual produk atau menekan

biaya operasional.

Untuk pembiayaan kepada industri batik Jambi ini, terdapat tiga pola yang

mungkin dapat diterapkan, yaitu:

1. Alternatif Pertama, pola yang memfokuskan pada pengelolaan dan koordinasi satu

atap. Artinya, semua kegiatan pengelolaan dan koordinasi pemberian kredit modal

kerja untuk industri dan pedagang batik dilaksanakan dalam satu atap. Model yang

dimaksud dijabarkan dalam skema berikut ini:

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

iii

Gambar 1. Pola Pembiayaan Alternatif I

Gambar Pola Pembiayaan Alternatif I

Keterangan : 1. Copy Persetujuan dan SPMU 2. Copy Bukti Pencairan 3. Copy Bukti Pengembalian

2. Alternatif kedua, pola pembiayaan yang menempatkan instansi tekhnis/ dinas

terkait sebagai institusi yang diberi wewenang dalam memberikan persetujuan atas

kelayakan nasabah. Disamping itu, juga mempunyai kewajiban dalam melakukan

pembinaan terhadap keberhasilan nasabah dalam penggunaan dana yang

diterimanya. Dalam model ini, BANK hanya berfungsi sebagai juru bayar. Ini berarti,

tanggung jawab ketepatan dalam penyaluran, penggunaan dan tingkat

keberhasilan pengembalian berada di tangan masing-masing instansi tekhnis/ dinas

terkait. Skema berikut menggambarkan bagaimana lending model industri batik

Jambi ini dilaksanakan:

POKJA

3

Perorangan

2

Kelompok

Pemohon Kredit

Kantor Cabang BANK UMUM

Pembina teknis/ Instansi

Teknis

Tim penilai kredit

BU

Tim pengawas

dan pembina kredit/ BI

Pengembalian Dana

Persetujuan Pemohon

Dana

PERORANGAN KELOMPOK

1

Pencairan Dana

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

iv

Gambar 2. Pola Pembiayaan Alternatif II

Gambar 2. Model Alternatif Kedua

PENGAWASAN

BANK INDONESIA

Pemohon Kredit

Perorangan

Kelompok

Kantor Cabang

Bank Umum

Instansi Teknis

Tim Pengelola Adm Kredit

Tim Penilai Kredit

Tim Pembina Teknis

Persetujuan Teknis

Pemohon

Pengembalian

Pencairan Dana

3. Pola Pembiayaan Alternatif Ketiga, yaitu pola pembiayaan yang lebih

memfokuskan kepada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada

pihak perbankan sepenuhnya. Sejak dari pengajuan pencairan dana hingga

pengembalian dana kredit adalah tanggung jawab bank. Sedangkan instansi

teknis hanya unsur pendukung yang ikut membantu dalam pembinaan.

Deskripsi secara visual dari model alternatif ketiga dimuat pada skema berikut

ini.

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

v

Gambar 3. Pola Pembiayaan Alternatif III

BANK UMUM

Pengelola administrasi

kredit Penilai kredit

Pengawas dan

pembina kredit

Pemohon Kredit

Perorangan

Kelompok

Pengembalian dana

Permohonan

Persetujuan

Pencairan dana

Keterangan :

1. Copy Persetujuan & SPMU 2. Copy Bukti Pencairan Dana 3. Copy Bukti Pengembalian

3 1 2

Ketiga alternatif pola pembiayaan tersebut pada dasarnya dapat diterapkan,

namun berdasarkan hasil kajian, yang paling memungkinkan untuk diterapkan adalah

pola pembiayaan alternatif pertama karena lebih memfokuskan pada pengelolaan dan

koordinasi satu atap. Artinya, semua kegiatan pengelolaan dan koordinasi pemberian

kredit modal kerja untuk industri batik dilaksanakan dalam satu atap, sehingga akan

menimbulkan efisiensi dari sisi biaya. Lending model ini diharapkan dapat menjadi

refensi bagi pihak perbankan, lembaga pembiayaan maupun instansi terkait lainnya

dalam upaya pengembangan industri batik Jambi.

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

51

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Rencana APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota

dan kabupaten) tahun 2011 sebesar Rp1,50 triliun, turun 0,41% dari APBD awal

tahun lalu yang sebesar Rp 1,51 triliun. Sementara itu, rencana anggaran

pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2011 sebesar Rp1,40 triliun atau

meningkat 7,00% dibandingkan anggaran awal pendapatan tahun 2010 sebesar

Rp1,31 triliun.

Grafik 4.1. APBD Provinsi Jambi

9561136

12571305

13991292

1429

16211505 1499

6.82

18.85

10.63

3.82

7.22

11.65 10.65 13.39

(7.14)

(0.41)

-10

10

30

50

0

250

500

750

1000

1250

1500

1750

2007 2008 2009 2010 2011

persen (%)miliar (Rp)

Sumber: Biro Keuangan (diolah)

Pendapatan (aksis kiri) Belanja (aksis kiri)% Pertumbuhan Pendapatan (aksis kanan) % Pertumbuhan Belanja (aksis kanan)

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

52

A. Anggaran Pendapatan Tahun 2011

Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2011

dianggarkan meningkat sebesar 7,22% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara

nominal, peningkatan pendapatan tersebut berasal dari Pendapatan Asli Daerah

(PAD) sebesar Rp67,49 miliar atau meningkat 13,40% dibandingkan tahun

sebelumnya. Di sisi lain, dana Perimbangan mengalami peningkatan sebesar

Rp26,70 miliar atau sebesar 3,33%. Berdasarkan pangsanya, 59,17% APBD

provinsi Jambi didukung oleh Dana Perimbangan. Kondisi ini menunjukkan masih

tingginya ketergantungan Provinsi Jambi akan bantuan dari pusat.

Tabel 4.1. Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Jambi APBD APBD APBD APBD APBD 2007 2008 2009 2010 2011

Pendapatan Daerah 364.93 406.31 480.31 503.81 571.30 13.40 Pajak Daerah 319.49 351.44 423.79 430.80 482.50 12.00 Retribusi Daerah 22.46 23.58 27.78 40.03 6.15 (84.65) Hasil Pengelolaan Pajak daerah yang dipisahkan 4.03 2.96 4.73 11.06 10.88 (1.58) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 18.95 28.33 24.01 21.92 71.77 227.37

Dana Perimbangan 591.03 713.83 776.58 801.12 827.82 3.33 Dana Bagi Hasil pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 156.02 220.57 267.95 292.32 314.01 7.42 Dana Alokasi Umum 415.02 468.80 473.51 488.51 489.07 0.12 Dana Alokasi Khusus 20.00 24.45 35.12 20.30 24.74 21.85

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah - 16.00 - - - Total Pendapatan 955.96 1,136.13 1,256.89 1,304.93 1,399.12 7.22

Keterangan Perubahan (%)

Dilihat berdasarkan komponennya, pajak daerah merupakan penyumbang

terbesar dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu sebesar 84,46%, diikuti lain-lain

pendapatan asli daerah sebesar 12,56%. Sementara itu, dana perimbangan

provinsi Jambi didukung dari Dana Alokasi Umum sebesar Rp489,07 miliar atau

sebesar 59,08% serta dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak sebesar

Rp314.01 miliar atau sebesar 37,93%.

B. Anggaran Belanja Tahun 2011

Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2011 sebesar

Rp1,498.75 miliar atau menurun 0,41% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan

jenisnya, 54,90% atau sebesar Rp822,74 miliar belanja pemerintah adalah untuk

belanja langsung sementara Rp676,01 miliar untuk belanja tidak langsung.

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KEUANGAN PEMERINTAH DAREAH

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 53

Tabel 4.2. Anggaran Belanja APBD Provinsi Jambi APBD APBD APBD APBD APBD 2007 2008 2009 2010 2011

Belanja Tidak Langsung 404.20 522.38 685.67 707.11 676.01 (4.40) Belanja Pegawai 219.38 354.30 355.25 400.80 380.03 (5.18) Belanja Subsidi - 0.37 Belanja Hibah 2.64 3.50 46.80 9.80 (79.06) Belanja Bantuan Sosial 21.53 11.29 31.20 4.45 4.50 1.12 Belanja Bagi Hasil Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa 142.42 142.65 170.95 176.27 189.16 7.31 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa

15.88 6.50 114.77 58.79 88.15 49.94

Belanja Tidak Terduga 5.00 5.00 10.00 20.00 4.00 (80.00) Belanja Langsung 887.40 906.79 934.92 797.83 822.74 3.12

Belanja Pegawai 85.14 61.90 58.15 61.68 66.58 7.95 Belanja Barang dan Jasa 338.22 335.68 424.68 341.77 328.17 (3.98) Belanja Modal 464.04 509.22 452.09 394.37 427.99 8.52

Total Belanja 1,291.60 1,429.18 1,620.59 1,504.93 1,498.75 (0.41)

Keterangan Perubahan (%)

Jika ditilik lebih lanjut, belanja langsung yang terbesar adalah untuk

belanja modal yaitu sebesar Rp428,25 miliar (52,05%) diikuti dengan belanja

barang dan jasa sebesar Rp327,84 miliar (39,85%). Namun demikian, jumlah

anggaran belanja modal di tahun ini turun 13,66% dari anggaran tahun

sebelumnya.

Sementara itu, belanja pada APBD 2010 menurut urusannya, anggaran

belanja terbesar diperuntukkan untuk otonomi daerah, pemerintahan umum,

administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian

yaitu sebesar 35,41% dari total belanja, diikuti oleh urusan pekerjaan umum

22,40%; kesehatan 10,36%, dan pendidikan 9,80%.

Pada tahun 2011 ini, anggaran untuk dinas pekerjaan umum meningkat

sebesar 24,9%. Dengan adanya peningkatan ini diharapkan kualitas dan

kuantitas infrastruktur di provinsi Jambi dapat meningkat. Kondisi infrastruktur

yang baik akan mendukung efisiensi biaya produksi dan distribusi sehingga

harga-harga di provinsi Jambi dapat lebih stabil.

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

54

Grafik 4.2. Perkembangan Belanja per Dinas 2010-2011

Grafik 4.3. Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi

(50.0)

(40.0)

(30.0)

(20.0)

(10.0)

-

10.0

20.0

30.0

0

100

200

300

400

500

600

Otoda PU Kshtn PnddknPrtnan Naker LainnyaPrmhn Kpgwn

2010 2011 Pertumbuhan (aksis kanan)

Otoda35.4%

PU22.4%

Kshtn10.4%

Pnddkn9.8%

Prtnan4.1%

Naker2.1%

Lainnya15.9%

C. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2010

Pada tahun 2010, realisasi pendapatan Provinsi Jambi mencapai

Rp1.625,65 miliar (124,58%). Realisasi pendapatan ini lebih tinggi dibandingkan

pencapaian realisasi pendapatan pada tahun 2009 yang hanya menyerap

Rp1.292,67 miliar (104,85%). Meningkatnya realisasi pendapatan terutama

berasal dari meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun 2010 yang

sebesar Rp169,68 miliar (27,58%). Peningkatan terbesar terutama disumbangkan

oleh realisasi pajak daerah yang meningkat sebesar Rp159,19 miliar (34,54%).

Grafik 4.4. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi

0

25

50

75

100

125

150

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I SMT II

2007 2008 2009 2010

persen (%)miliar (Rp)

Sumber: Biro Keuangan (diolah)Mulai tahun 2007 laporan realisasi APBD dilakukan per-semester

Pendapatan (aksis kiri) Realisasi Pendapatan (aksis kiri)% Realisasi Pendapatan (aksis kanan)

Dari segi pencapaian realisasi pendapatan, pendapatan pajak daerah juga

menjadi sumber penghasilan dengan realisasi tertinggi yang mencapai 129,44%,

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KEUANGAN PEMERINTAH DAREAH

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 55

diikuti oleh komponen dana bagi hasil pajak/bukan pajak yang mencapai

128,33%.

D. Realisasi Belanja Daerah Tahun 2010

Belanja pemerintah Provinsi Jambi tahun 2010 terdiri terealisasi sebesar

Rp1.498,75 miliar (93,47%). Secara nominal, realisasi belanja tahun 2010 lebih

rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp1.532,40 miliar.

Grafik 4.5. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi

0

25

50

75

100

125

150

0200400600800

10001200140016001800

SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I SMT II SMT I SMT II

2007 2008 2009 2010

persen (%)miliar (Rp)

Sumber: Biro KeuanganMulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester

Belanja (aksis kiri)

Realisasi Belanja (aksis kiri)

Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja terbesar secara nominal adalah

untuk belanja langsung yaitu sebesar Rp815,45 miliar diikuti dengan belanja tidak

langsung sebesar Rp676,66 miliar. Belanja langsung terealisasi sebesar 92,71%

dari anggaran dengan komposisi biaya terbesar (secara nominal) untuk belanja

modal yaitu sebesar Rp428,25 miliar diikuti dengan belanja barang sebesar

Rp327,84 miliar. Dari sisi belanja tidak langsung, pengeluaran terbesar dari

komponen belanja ini adalah untuk belanja pegawai yaitu sebesar Rp380,03

miliar (terealisasi 91,15%).

E. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan IV - 2010

terealisasi sebesar Rp763,52 miliar, meningkat sebesar 21,07% dibandingkan

triwulan sebelumnya namun menurun sebesar 18,36% dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun lalu. Secara nominal, penerimaan pajak tertinggi

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

56

dicapai oleh jenis pajak pertambahan nilai (ppn) sebesar Rp312,83 miliar, diikuti

jenis pajak penghasilan sebesar Rp244,83 miliar.

Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa

paling besar yaitu 79,80% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan.

Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak

pertambahan nilai (40,97%) memiliki pangsa paling besar, diikuti pajak

penghasilan (32,00%), serta pajak bumi dan bangunan (4,54%).

Grafik 4.6. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.7. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi

Pendapatan PPh12.51%

Pendapatan PPN30.04%

Pendapatan PBB-28.78%

Pendapatan BPHTB20.77%

Pendapatan Cukai0.00%

Pendapatan Pajak Lainnya

7.90%

Pendapatan Pajak Dalam

Negeri79.80%

Pendapatan Pajak

Perdagangan Int'l

15.37%

Penerimaan SDA

0.14%

Pendapatan PNPB Lainnya

4.68%

Grafik 4.6 Grafik 4.7

Belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan IV-2010

terealisasi sebesar Rp1.238,53 miliar, meningkat sebesar 62,11% dibandingkan

triwulan sebelumnya. Namun demikian, belanja pemerintah pusat didaerah turun

16,42% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun lalu. Secara

nominal, belanja pemerintah pusat tertinggi adalah untuk belanja gaji dan

Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah)

Nominal (%)I Pendapatan Pajak Dalam Negeri 309,825,440,340 766,844,431,227 555,662,022,398 609,322,142,627 53,660,120,229 9.66

Pendapatan Pajak Penghasilan 149,463,488,691 204,450,473,043 179,988,342,117 244,318,781,094 64,330,438,977 35.74 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 144,241,599,007 181,037,982,423 168,348,119,007 312,829,752,284 144,481,633,277 85.82 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 3,687,606,231 363,261,432,324 194,785,865,957 34,660,662,041 (160,125,203,916) (82.21) Pendapatan BPHTB 5,807,485,121 10,659,948,287 5,282,251,447 8,416,136,004 3,133,884,557 59.33 Pendapatan Cukai - - - 202,500,000 202,500,000 Pendapatan Pajak Lainnya 6,625,261,290 7,434,595,150 7,257,443,870 8,894,311,204 1,636,867,334 22.55 Pengembalian Pendapatan Pajak dan Cukai - - - - -

II Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

6,351,103,553 8,098,197,819 19,956,462,890 117,370,189,736 97,413,726,846 488.13

Pendapatan Bea Masuk 3,097,689,346 2,205,530,389 4,044,897,211 4,718,811,270 673,914,059 16.66 Pendapatan Bea Keluar 3,253,414,207 5,892,667,430 15,911,565,679 112,651,378,466 96,739,812,787 607.98 Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor - - - - -

III Penerimaan Sumber Daya Alam 557,233,933 718,380,526 1,279,779,850 1,100,372,914 (179,406,936) (14.02) Pendapatan Pertambangan Umum 557,233,933 718,380,526 1,018,479,850 1,100,372,914 81,893,064 8.04 Pendapatan kehutanan - - 261,300,000 - (261,300,000) (100.00)

IV Pendapatan PNPB Lainnya 52,487,470,452 25,477,171,121 53,766,986,500 35,722,843,883 (18,044,142,617) (33.56) V Pendapatan Hibah - - - -

369,221,248,278 801,138,180,693 630,665,251,638 763,515,549,160 132,850,297,522 21.07

Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah

Total Realisasi Pendapatan

Triwulan I 2010 Triwulan III 2010 Triwulan IV 2010Triwulan II 2010

KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAHPertumbuhan

REALISASI PENDAPATAN

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KEUANGAN PEMERINTAH DAREAH

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 57

tunjangan yaitu sebesar Rp271,87 miliar (21,95%), diikuti dengan belanja barang

yang mencapai Rp188,02 miliar (15,18%).

Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah)

Nominal (%)

I Belanja Pegawai 205,004,864,088 276,662,079,996 255,246,595,028 277,695,238,097 22,448,643,069 8.79 Belanja Gaji dan Tunjangan 203,118,163,260 271,391,600,396 250,539,793,966 271,871,850,611 21,332,056,645 8.51 Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj K 1,909,364,928 5,421,648,664 4,927,961,821 5,891,164,879 963,203,058 19.55 Belanja Kontribusi Sosial (22,664,100) (151,169,064) (221,160,759) (67,777,393) 153,383,366 (69.35)

II Belanja Barang 53,691,791,130 179,397,100,088 170,683,544,760 278,313,947,482 107,630,402,722 63.06 Belanja Barang 30,005,124,020 106,624,352,377 94,336,676,345 188,018,065,144 93,681,388,799 99.31 Belanja Jasa 6,288,401,684 15,664,863,345 17,556,272,492 25,433,559,075 7,877,286,583 44.87 Belanja Perjalanan 9,117,773,034 33,312,804,252 33,578,568,805 49,064,765,639 15,486,196,834 46.12 Belanja Pemeliharaan 8,280,492,392 23,795,080,114 22,562,608,593 7,898,778,812 (14,663,829,781) (64.99) Belanja Layanan Umum - - 2,649,418,525 7,898,778,812 5,249,360,287 198.13

III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan 1,214,571 - 78,428,413 - (78,428,413) (100.00) Belanja Denda 1,214,571 - 78,428,413 - (78,428,413) (100.00) Belanja Subsidi Perusahaan Negara - - - - -

IV Belanja Bantuan Sosial 72,653,304,750 158,548,016,170 196,045,959,162 319,669,731,477 123,623,772,315 63.06 Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan d 66,604,304,750 92,501,551,600 136,440,731,698 196,526,340,411 60,085,608,713 44.04 Belanja Lembaga Sosial Lainnya 6,049,000,000 66,046,464,570 59,605,227,464 123,143,391,066 63,538,163,602 106.60

V Belanja Lain-Lain 2,035,022,998 3,918,468,518 4,530,765,819 7,204,578,073 2,673,812,254 59.01 Belanja Lain-Lain 2,035,022,998 3,918,468,518 4,530,765,819 7,204,578,073 2,673,812,254 59.01

VI Belanja Modal 47,700,740,640 134,617,868,400 137,409,904,816 355,648,587,130 218,238,682,314 158.82 Belanja Modal Tanah 506,440,000 1,623,822,400 512,672,544 1,353,804,913 841,132,369 164.07 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 1,528,616,000 7,798,631,894 11,864,532,636 73,564,460,262 61,699,927,626 520.04 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 1,204,303,184 7,179,100,915 24,517,440,410 128,924,354,900 104,406,914,490 425.85

Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan 44,193,696,936 117,584,089,391 96,353,103,696 144,582,793,451 48,229,689,755 50.06

Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi - - - - - Belanja Modal Fisik Lainnya 267,684,520 432,223,800 3,457,955,530 4,718,501,604 1,260,546,074 36.45 Belanja Modal Badan Layanan Umum - - 704,200,000 2,504,672,000 1,800,472,000 255.68

381,086,938,177 753,143,533,172 763,995,197,998 1,238,532,082,259 474,536,884,261 62.11 Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah

Total Realisasi Belanja

Triwulan II 2010Triwulan I 2010

KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH

Triwulan III 2010 Triwulan IV 2010Pertumbuhan

REALISASI BELANJA

Meningkatnya belanja pemerintah pusat di Jambi terutama dipicu

peningkatan belanja modal sebesar Rp218,24 miliar (158,82%). Kondisi ini

disebabkan oleh realisasi belanja pemerintah yang cenderung akan terakselerasi

menjelang akhir tahun. Belanja modal untuk jalan, irigasi dan jaringan pada

triwulan I sampai dengan III 2010 baru teralisasi sebesar Rp32,90 miliar namun di

triwulan IV dapat terealisasi sampai RpRp128,94 miliar.

Grafik 4.8. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

belanja pegawai22.42%belanja barang

22.47%

belanja bantuan sosial

25.81%

belanja lain-lain0.58%

belanja modal28.72%

belanja denda dan subsidi perusahaan

negara0.00%

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010

58

F. Keuangan Pemerintah Daerah

Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi

mencapai Rp1,645 triliun pada triwulan laporan (posisi November 2010),

menurun 16,41% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1,90 triliun.

Berdasarkan jenisnya, simpanan pemerintah daerah paling besar dalam bentuk

giro (61,05%), diikuti dengan deposito (38,10%). Di akhir tahun, dimana

akselerasi realisasi APBD meningkat, sehingga simpanan pemerintah daerah

tersebut mengalami penurunan.

Grafik 4.9. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi

(dalam miliar Rupiah)

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2009 2010

Deposito Giro

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

59

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Pada periode triwulan IV-2010, aktivitas pembayaran tunai dan non tunai

mengalami peningkatan. Aktivitas pembayaran tunai yang tercermin dari

meningkatnya net outflow33 sebesar 98,63% (q-t-q) sementara jumlah nilai kliring

dan RTGS juga mengalami peningkatan pada triwulan laporan.

Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KBI Jambi

Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Nominal Persen

Nilai Kliring (juta Rp) 1,632,198 1,499,717 1,892,849 1,912,401 19,552 1.03 Volume Kliring (lembar warkat) 61,881 57,197 63,822 61,697 (2,125) (3.33) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 217,196 134,582 382,368 139,693 (242,675) (63.47) Aliran Uang Keluar/Ouflows (juta Rp) 396,030 1,019,262 1,304,163 1,970,648 666,485 51.10 Net Inflows/ (Net Outflows) (juta Rp) (178,834) (884,679) (921,795) (1,830,955) (909,160) 98.63 RTGS dari jambi (miliar Rp) 9,259 12,437 14,675 13,615 (1,060) (7.22) RTGS ke Jambi (miliar Rp) 30,773 30,963 22,828 26,929 4,101 17.96 Penemuan Uang Palsu- Pecahan Rp100.000,00 - - - - - - - Pecahan Rp50.000,00 - - - - - - - Pecahan Rp20.000,00 - - - - - - - Pecahan Rp10.000,00 - - - - - - Jumlah PTTB (juta Rp) 130,156 114,152 139,562 133,387 (6,175) (4.42) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) 59.93 84.82 36.50 95.49 59 161.61 Cek dan BG Kosong- Lembar 716 713 815 790 (25.00) (3.07) - Nominal (juta Rp) 19,222 17,737 19,087 24,849 5,762 30.19

2010 Pertumbuhan (q-t-q)Uraian

A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai

A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan laporan di Provinsi Jambi

mengalami net outflow. Jika dibandingkan pada triwulan yang lalu (q-t-q), net

outflow di Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar sebesar Rp909,16

miliar atau 98,63% (Grafik 5.1) menjadi Rp1.830,96 miliar. Hal ini disebabkan

oleh kebutuhan uang kartal dalam rangka hari besar keagamaan dan liburan

akhir tahun yang bertepatan dengan libur sekolah.

33 Net outflow adalah kondisi dimana aliran uang masuk (inflow) lebih sedikit dibandingkan aliran uang keluar (outflow) pada periode yang sama.

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 60

Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi

-200

300

800

1,300

1,800

2,300

2,800

-500

0

500

1,000

1,500

2,000

Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

PersenRp miliar

Inflows Outflows Net Outflows Pert. Net Outflows (%)

Pada triwulan laporan, aliran kas keluar (cash outflow) meningkat sebesar

Rp909,16 miliar (98,63%) sementara arus kas masuk (cash inflow) menurun

sebesar Rp242,68 miliar (63,47%) menjadi Rp139,69 miliar.

A.2. Penyediaan Uang Layak Edar

Secara berkala BI melaksanakan pemusnahan terhadap uang yang sudah

tidak layar edar (UTLE) melalui kegiatan yang diberi nama Pemberian Tanda Tidak

Berharga (PTTB). Pemberian tanda terhadap uang kartal yang tidak layak edar

(lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga kelayakan

uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, PTTB di provinsi

Jambi mengalami penurunan sebesar Rp6,18 miliar (4,42%) menjadi Rp133,39

miliar. Penurunan PTTB dimaksud seiring dengan menurunnya aliran kas masuk

pada triwulan laporan.

A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan

Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan

berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor

Bank Indonesia Jambi terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah

kepada masyarakat.

Page 105: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 61

B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai

B.1. Perkembangan Kliring Lokal

Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan

laporan tercatat sebesar Rp1.912,40 miliar atau meningkat sebesar 19,55%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun volume kliring mengalami penurunan

sebesar 2,13%, yaitu dari 63.882 lembar menjadi 61.697 lembar warkat.

Di sisi lain, jumlah lembar cek dan BG kosong juga mengalami

penurunan sebesar 25%, yaitu dari 815 lembar menjadi 790 lembar. Namun,

secara nominal jumlah cek dan BG kosong meningkat sebesar 30,19% yaitu dari

Rp19,08 miliar menjadi Rp24,85 miliar.

B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)34

Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan

masuk/dari dan ke) meningkat sebesar 8,11% menjadi sebesar Rp40,54 triliun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp37,50 triliun. Transfer masuk

ke Provinsi Jambi menurun sebesar Rp1,06 triliun (7,22%) sementara transfer

keluar dari Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp4,10 triliun (17,96%) pada

triwulan IV tahun 2010.

34 Sistem BI-RTGS adalah suatu system transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika (real time).

Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring

1,585 1,601 1,721 1,632 1,5001,893 1,912

12.12

0.997.51

(5.16) (8.12)

26.21

1.03

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Trw.II Trw.III Trw.IV Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV

2010

(25)(15)(5)5152535

dalam miliar RupiahPersen

Nilai Kliring Pertumbuhan Nilai Kliring

Grafik 5.2

59,407 57,197 61,69761,88161,39761,323 63,8221.81

(7.57)

0.79(3.33)

11.58

2,89 0.12

-

40,000

80,000

120,000

Trw.II Trw.III Trw.IV Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV

2010

(15)

-

15

lembar warkatPersen

Volume Kliring Pertumbuhan Volume Kliring

Grafik 5.3

Page 106: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 62

Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah)

Dari Ke Dari KeTW II-07 5,469.05 11,659.81 88.21 188.06 (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 TW III-07 6,683.00 15,264.37 102.82 234.84 22.20 30.91 16.56 24.87 TW IV-07 6,789.21 14,003.22 113.15 233.39 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) TW I-08 5,620.00 16,025.00 93.67 267.08 (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 TW II-08 6,351.75 16,874.15 100.82 267.84 13.02 5.30 7.64 0.28 TW III-08 7,204.01 19,314.53 114.35 306.58 13.42 14.46 13.42 14.46 TW IV-08 7,384.30 19,030.05 121.05 311.97 2.50 (1.47) 5.86 1.76 TW I-09 5,511.05 18,792.30 93.41 318.51 (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 TW II-09 6,168.31 19,149.01 99.49 308.86 11.93 1.90 6.51 (3.03) TW III-09 6,554.08 13,347.82 107.44 218.82 6.25 (30.29) 8.00 (29.15) TW IV-09 8,031.94 17,997.98 127.49 285.68 22.55 34.84 18.66 30.56 TW I-10 9,259.26 30,772.72 151.79 504.47 15.28 70.98 19.06 76.58 TW II-10 12,437.08 30,962.79 207.28 516.05 34.32 0.62 36.56 2.29 TW III-10 14,675.00 22,828.00 236.69 368.19 17.99 (26.27) 14.19 (28.65) TW IV-10 13,615.07 26,928.71 212.74 420.76 (7.22) 17.96 (10.12) 14.28 Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi

Ke Dari Ke

Kumulatif Triwulanan Rata-Rata HarianKumulatif triwulanan

PertumbuhanRata-rata harianKeterangan

Dari

Page 107: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

63

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK)

menunjukkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih

berada pada level pesimis.35 Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang

pendidikan pada bulan pertama triwulan IV-2010 meningkat sebesar 237,14%

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.36

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi

bulan Desember 2010) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan

sebelumnya (posisi September 2010). Sementara itu, rasio Upah Minimum

Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan IV tahun

2010 menurun sebesar 8,92% jika dibandingkan triwulan III tahun 2010.37

A. Ketenagakerjaan Daerah

Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi, pada bulan pertama triwulan IV-2010,

jumlah pencari kerja meningkat sebesar 237,14% jika dibandingkan dengan

bulan Juli 2010 (bulan awal triwulan III-2010).

Terselenggaranya kegiatan penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS)

untuk ditempatkan dilingkungan pemerintah daerah seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Jambi memicu meningkatnya angka jumlah pencari kerja di triwulan

laporan.38 Penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) merupakan salah satu

momentum yang mampu mendorong peningkatan pencari kerja terutama tingkat

pendidikan Sarjana.

35 Nilai saldo dibawah 100 artinya berada pada level pesimis. Jika nilai saldo meningkat, berarti masyarakat memandang kondisi pengangguran membaik. 36 Data perbandingan bulan pertama per triwulan, yaitu data Oktober 2010 dibandingkan data Juli 2010. 37 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%). 38 Penerimaan pegawai terutama untuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Jambi.

Page 108: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 64

Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Grafik 6.2. Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran

(51.93)(5.56)

404.79

(75.15)(32.50) (9.53)

237.14

(200)

(100)

-

100

200

300

400

500

-

1,000

2,000

3,000

4,000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV

2009 2010

(%)

Sumber: Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2010

(orang)

Total Pencari Kerja g.pencari kerja

Grafik 6.1

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Indeks

Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran

Grafik 6.2

Secara nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh tingkat pendidikan

dari sarjana sebanyak 987 orang, diikuti dengan D3/Sarjana muda sebanyak 250

orang pada bulan Oktober 2010. Berdasarkan distribusinya (share), pencari kerja

dengan jenjang pendidikan sarjana merupakan bagian terbesar pencari kerja

(52,28%) diikuti oleh D3/sarjana muda sebesar 13,24%.

Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini

dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu masih belum menunjukkan perbaikan.

Kondisi ini tercermin dari nilai saldo kondisi pengangguran yang masih berada

pada level pesimis (47,22) pada triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut,

nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi pengangguran juga

menunjukkan penurunan yaitu dari sebesar 75,33 menjadi 33,80. Nilai saldo

kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih berada

pada level pesimis menunjukkan bahwa masyarakat memandang kondisi

ketenagakerjaan masih kurang kondusif.

B. Kesejahteraan

Pergerakan inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 3,02%/q-t-q

dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya harga-harga beberapa

kebutuhan pokok tersebut pada akhirnya menyebabkan rata-rata triwulanan

kebutuhan hidup layak (KHL) di Provinsi Jambi cukup tinggi, yaitu mencapai

Rp1.027.740 pada triwulan IV-2010.

Page 109: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 65

Grafik 6.3-6.6. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok

4,000

4,500

5,000

5,500

6,000

6,500

7,000

7,500

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

RpRp

Merk Anggur Merk King Merk Belida

IR 64 (aksis kanan) IR 42 (aksis kanan) Perkembangan Harga Beras

Grafik 6.3

6,200

6,400

6,600

6,800

7,000

7,200

7,400

7,600

7,800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

Rp

Segi Tiga Biru Merk Lencana Perkembangan Harga Tepung Terigu

Grafik 6.4

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

Rp

Bimoli Botol Special Tanpa Merk

Perkembangan Harga Minyak Goreng

Grafik 6.5

-

4,000

8,000

12,000

16,000

20,000

-

9,000

18,000

27,000

36,000

45,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

RpRp

Ayam Kampung (aksis kiri) Susu Merk Dancow (aksis kiri)Kacang Kedelai Impor Daging Ayam Broiler (aksis kiri)Bawang Merah

Perkembangan Harga Komoditas lainnya

Grafik 6.6

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2010.

Perkembangan harga rata-rata beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat

Grafik 6.4-6.7) sebagian besar menunjukkan tren peningkatan. Harga rata-rata

beras mengalami peningkatan sebesar 4,97%-11,79% selama periode triwulan

laporan.39

Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan harga terjadi pada komoditas

bumbu-bumbuan seperti bawang merah serta makanan jadi seperti minyak

goreng dan gula. Harga rata-rata bawang merah pada triwulan laporan

meningkat 18,12% sementara harga minyak goreng dan gula pasir meningkat

masing-masing sebesar 11,44% dan 9,23%.

Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya semakin berat. Hal ini tercermin dari rasio Upah Minimum

Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL). Rasio UMP terhadap rata-

rata KHL pada triwulan laporan sebesar 85,57% yaitu dengan KHL sebesar

Rp1.027.740. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMP dalam menutupi

39 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2010.

Page 110: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 66

KHM/KHL masih terbatas. Bagi para pekerja yang mendapatkan upah sesuai

dengan UMP atau bahkan dibawah UMP tentunya sangat berat dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Sementara itu, UMP provinsi Jambi pada tahun 2011 meningkat 14,22%

yaitu dari Rp900.000,- menjadi Rp1.028.00. Persentase kenaikan ini merupakan

yang tertinggi untuk wilayah sumatera. Sementara itu, berdasarkan nominalnya,

UMP provinsi Jambi merupakan ke-enam tertingi setelah NAD, Sumatera Utara,

Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau.

Tabel 6.1. Perbandingan UMP Wilayah Sumatera

2010 20111 NAD 1,300,000 1,350,000 3.85 2 SUMUT 965,000 1,035,000 7.25 3 SUMBAR 940,000 1,055,000 12.23 4 RIAU 1,016,000 1,120,000 10.24 5 KEPRI 925,000 975,000 5.41 6 JAMBI 900,000 1,028,000 14.22 7 SUMSEL 927,825 1,048,440 13.00 8 BANGKA BELITUNG 910,000 1,024,000 12.53 9 BENGKULU 780,000 815,000 4.49

10 LAMPUNG 767,500 855,000 11.40

UMP %No Provinsi

Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara

lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan

Desember 2010. Pada bulan Desember 2010, NTP sebesar 96,41 atau

meningkat 0,45% dibandingkan bulan September 2010 (95,98).40 NTP yang

masih berada dibawah 100 menunjukkan bahwa kenaikan indeks harga hasil

produksi pertanian relatif lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks harga

barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan

produksi pertanian.

Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan

fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan

Desember 2010, It mengalami peningkatan sebesar 2,66% dibandingkan bulan 40 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.

Page 111: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 67

September 2010. Sementara, indeks yang dibayar (Ib) petani juga meningkat

sebesar 2,21% dibandingkan bulan September 2010. Lebih tingginya

peningkatan indeks yang diterima (It) dibandingkan indeks yang dibayar (Ib)

menyebabkan NTP pada bulan Desember 2010 meningkat dibandingkan NTP

bulan September 2010.

Tabel 6.2. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)

Apr Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

1 Tanaman Padi Palawijaa Indeks Diterima Petani 118.84 119.21 120.01 120.69 120.59 120.76 121.09 122.35 123.46 2.24

- Padi 113.30 113.30 113.30 113.76 113.76 113.76 113.76 115.29 116.80 2.67- Palawija 140.44 142.22 146.17 147.73 147.22 148.07 149.66 149.85 149.42 0.91

b Indeks Dibayar Petani 120.07 120.02 120.96 122.64 123.19 124.12 124.91 125.81 126.94 2.27- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.94 118.92 119.98 122.04 122.75 123.89 124.83 125.93 127.21 2.68- Indeks BPPBM 124.85 124.63 125.05 125.15 125.07 125.08 125.27 125.32 125.83 0.60Nilai Tukar Petani (NTP-P) 98.97 99.32 99.22 98.41 97.89 97.30 96.94 97.25 97.26 -0.04

2 Hortikulturaa Indeks Diterima Petani 112.69 111.96 113.71 122.98 122.80 120.46 118.41 120.76 122.58 1.76

- Sayur-sayuran 116.96 113.93 114.94 131.56 127.90 123.07 120.96 124.01 126.48 2.77- Buah-buahan 107.53 109.57 112.23 112.59 116.61 117.31 115.31 116.83 117.87 0.48

b Indeks Dibayar Petani 119.44 119.48 120.35 122.06 122.66 123.57 124.29 125.16 126.24 2.16- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.59 118.58 119.65 121.72 122.44 123.57 124.49 125.59 126.85 2.65- Indeks BPPBM 122.64 122.88 123.01 123.36 123.48 123.57 123.51 123.53 123.91 0.28Nilai Tukar Petani (NTP-H) 94.35 93.71 94.49 100.76 100.11 97.49 95.27 96.49 97.11 -0.39

3 Tanaman Perkebunan Rakyata Indeks Diterima Petani 117.34 116.14 114.86 116.15 115.81 116.57 118.28 119.75 121.45 4.19

- Tanaman Perkebunan Rakyat 117.34 116.14 114.86 116.15 115.81 116.57 118.28 119.75 121.45 4.19b Indeks Dibayar Petani 120.88 120.82 121.87 123.69 123.99 124.91 125.72 126.63 127.93 2.42

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120.59 120.61 121.75 124.00 124.34 125.52 126.31 127.45 128.92 2.71- Indeks BPPBM 122.01 121.64 122.31 122.51 122.61 122.54 123.46 123.46 124.09 1.26Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 97.07 96.13 94.25 93.90 93.41 93.32 94.08 94.56 94.94 1.74

4 Peternakana Indeks Diterima Petani 117.41 117.41 117.61 119.14 121.23 124.25 124.07 124.69 124.82 0.46

- Ternak Besar 112.66 112.66 112.66 114.15 116.45 119.61 119.61 119.99 119.99 0.32- Ternak Kecil 115.11 115.11 115.11 115.11 117.20 119.48 119.48 120.63 120.74 1.05- Unggas 127.38 127.38 128.23 130.29 132.08 135.75 134.94 136.12 136.64 0.66- Hasil Ternak 134.45 134.45 134.45 137.18 138.11 138.11 138.11 138.11 138.11 0.00

b Indeks Dibayar Petani 118.63 118.63 119.15 120.37 121.19 121.98 122.51 123.02 123.84 1.52- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119.07 119.08 119.87 121.81 122.67 123.86 124.86 125.73 126.94 2.49- Indeks BPPBM 118.01 118.01 118.15 118.39 119.13 119.86 119.26 119.27 119.55 -0.26Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 98.98 98.97 98.71 98.97 100.03 101.87 101.27 101.36 100.80 -1.05

5 Perikanana Indeks Diterima Petani 107.87 107.87 107.87 108.60 109.48 110.17 110.17 110.43 110.27 0.09

- Penangkapan 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 0.00- Budidaya 121.99 121.99 121.99 124.13 126.70 128.72 128.72 129.47 129.00 0.22

b Indeks Dibayar Petani 117.54 117.51 118.16 119.64 120.06 120.74 121.13 121.65 122.42 1.39- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.24 118.20 119.15 121.29 121.87 122.69 123.28 124.11 125.18 2.03- Indeks BPPBM 116.07 116.07 116.07 116.16 116.23 116.62 116.62 116.47 116.61 -0.01Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 91.77 91.79 91.29 90.77 91.19 91.25 90.95 90.78 90.07 -1.29

a INDEKS YANG DITERIMA (It) 116.67 116.17 116.22 118.71 118.75 119.03 119.43 120.87 122.2 2.66b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 120.06 120.03 120.94 122.64 123.11 124.01 124.76 125.61 126.75 2.21c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 97.18 96.79 96.09 96.80 96.46 95.98 95.73 96.22 96.41 0.45

Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)

KELOMPOK DAN SUB KELOMPOKPERSENTASE

PERUBAHAN (%) (Des ke Sept)

PROVINSI JAMBI

2010

C. Kemiskinan

Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal

penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi)

secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak.

Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 6.950 ton, menurun

2,63% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6.110 ton.41

41 Provinsi Jambi pada 2010 mendapat jatah Raskin sekitar 20.000 ton untuk penyaluran selama 10 bulan bagi 133.137 RTS tersebar di dua kota dan sembilan kabupaten dengan harga Rp1.600/Kg.

Page 112: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 68

Grafik 6.7. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi

(100)

(50)

-

50

100

150

200

250

-

2

4

6

8

10

12

14

TW I TW II TW III TRW IV

TW I TW II TW III TRW IV

TW I TW II TW III TRW IV

2008 2009 2010

Sumber: Bulog Prov. Jambi

Ribu

ton

Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan

Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)

Page 113: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

69

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan I-

2011 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan IV-2010

namun mengalami perlambatan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga

diperkirakan masih menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi

Jambi pada triwulan mendatang yang didukung oleh pengeluaran konsumsi

nirlaba. Sementara itu, konsumsi pemerintah daerah di triwulan mendatang

diperkirakan akan menurun dibandingkan triwulan laporan. Dari sisi penawaran,

kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih dominan oleh sektor pertanian,

dan sektor industri pengolahan.

Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih

cukup tinggi. Namun demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan relatif

melambat dibandingkan triwulan laporan. Dari sisi permintaan, terdapatnya

beberapa hari libur nasional serta tingginya permintan akan residensial dapat

memicu angka inflasi Kota Jambi pada triwulan mendatang. Disamping itu, masih

adanya kendala jalur distribusi akibat kondisi jalan yang belum baik serta kondisi

cuaca dapat mengganggu kelancaran arus distribusi barang sehingga berpotensi

meningkatkan angka inflasi.

A. Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang

diperkirakan pada kisaran 1% (q-t-q) melambat dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan laporan yang mencapi 1,91%. Sementara itu, secara

tahunan, pertumbuhan ekonomi Jambi diperkirakan berada di kisaran 8,0-9,0%

(y-o-y).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama

pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang yang

Page 114: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 70

didukung oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi nirlaba. Meningkatnya

pengeluaran konsumsi RT tercermin dari nilai indeks ekspektasi ekonomi sebesar

156,67 meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 124,67 dan berada

pada level optimis (nilai indeks diatas 100).

Sejalan dengan hal tersebut, indeks ekspektasi penghasilan masyarakat

juga masih berada pada level yang optimis (152,67) dan meningkat dari triwulan

lalu yang sebesar 142,67.42 Semakin membaiknya perekonomian di Jambi serta

rencana gaji pegawai negeri sipil (PNS), TNI, POLRI tahun 2011 dan kenaikan UMP

memberikan harapan akan penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat pada

triwulan mendatang.

Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

Indeks

Ekspektasi ekonomi Ekspektasi pengangguran Ekspektasi penghasilan

Hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan laporan

menggambarkan rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang

sebagian besar berada pada level pesimis, kecuali nilai saldo bersih rencana

konsumsi barang sandang tercatat sebesar 150,00. Sedangkan indikator lainnya

masih bertengger pada level pesimis yaitu: pembelian/perbaikan rumah (68,00);

peralatan rumah tangga (64,67); perabotan rumah tangga (55,33); kendaraan

bermotor (33,33); serta rekreasi/tamasya (82,67). Hal ini menunjukkan bahwa

kecenderungan belanja masyarakat di triwulan I-2011 masih diutamakan untuk

42 Setelah triwulan II-2008 yang tumbuh pesimis (60,67), indeks ekspektasi penghasilan terus tumbuh pada level optimis.

Page 115: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 71

memenuhi kebutuhan pokok, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan

lainnya.

Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

Indeks

Peralatan rumah tangga Perabotan rumah tangga

Kendaraan bermotor Barang sandang

Berdasarkan hasil SKDU triwulan IV-2010, optimisme responden pada

triwulan mendatang diyakini oleh pelaku usaha hampir terjadi pada sebagian

sektor usaha. Hal ini terlihat dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

untuk sektor-sektor tersebut yang masih tumbuh positif dibandingkan triwulan

sebelumnya (Tabel 7.1), kecuali untuk sektor bangunan serta perdagangan, hotel

dan restoran.

Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha

Triwulan IV-2010

Triwulan I-2011*

1 Pertanian 7.02 0.88

2 Pertambangan dan Penggalian 1.27 2.55

3 Industri Pengolahan 3.87 3.32

4 Listrik dan Air Minum - 0.40

5 Bangunan (1.37) (1.37)

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (1.69) (0.85)

7 Pengangkutan dan Komunikasi 3.41 2.92

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.05 2.05

9 Jasa-jasa 1.25 1.25

15.81 11.14

Saldo Bersih TertimbangNo Sektor/Subsektor

Total Sementara itu, pengeluaran konsumsi Pemerintah Daerah pada triwulan

mendatang diperkirakan mengalami penurunan setelah terakselerasi dengan

cukup tinggi di triwulan laporan. Dari sisi penawaran, perkembangan sektor

Page 116: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 72

pertanian pada triwulan mendatang diperkirakan masih tumbuh positif. Semakin

membaiknya harga komoditas perkebunan seperti kelapa sawit dan karet menjadi

pendorong tumbuhnya sektor pertanian pada triwulan mendatang. Sub sektor

tanaman bahan makanan juga diperkirakan tumbuh positif yang didorong mulai

memasukinya musin panen tanaman bahan makanan (tabama). Sektor industri

pengolahan diperkirakan akan meningkat pertumbuhannya sejalan dengan

pertumbuhan sektor pertanian. Membaiknya harga komoditas unggulan provinsi

Jambi (sawit) diperkirakan akan mendukung pertumbuhan sektor industri

pengolahan. Namun demikian, potensi kondisi cuaca yang cukup ekstrem juga

menjadi ancaman bagi produktivitas beberapa hasil pertanian.

Pergerakan sektor penggalian dan sektor bangunan diperkirakan

mengalami perlambatan di triwulan mendatang. Namun demikian pembangunan

properti residensial (perumahan) oleh perusahaan pengembang (developer) dan

masyarakat umum serta pembangunan properti komersial seperti hotel dan ruko

(rumah toko) diperkirakan masih tumbuh untuk memenuhi permintaan dari akhir

tahun 2010.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga diperkirakan akan tumbuh

melambat seiring dengan menurunnya aktivitas perdagangan, tingkat kunjungan

restoran serta kapasitas hunian hotel pasca hari besar keagamaan dan liburan

akhir tahun. Sektor pengangkutan dan komunikasi juga diprakirakan masih

tumbuh positif terutama didorong oleh terdapatnya beberapa hari libur nasional

di triwulan mendatang.

Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi

tahunan (y-o-y) Provinsi Jambi pada triwulan I-2011 diperkirakan pada kisaran

8,00%-9,00%. Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2011

diperkirakan pada kisaran 7,00-8,00%.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

pasca krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar

dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan ekonominya.

Page 117: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 73

Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih

baik, antara lain melalui:

1. Percepatan realisasi APBD terutama proyek-proyek fisik yang

berorientasi memacu perekonomian.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur merupakan kunci

pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dengan optimal. Pemerintah daerah

diharapkan dapat menyegerakan realisasi belanja modal APBD 2011 sehingga

mampu mempercepat stimulus pembangunan ekonomi di Jambi di tahun

2011. Pada tahun 2011, anggaran APDB dan APBN untuk infrastruktur

meningkat 70,59%. Pemanfaatan dana yang optimal dan tepat sasaran

diharapkan dapat mendukung pembangunan Infrastruktur yang efektif

bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Peningkatan koordinasi antar kabupaten/kota.

Koordinasi pembangunan antar kabupaten/kota diharapkan dapat lebih

ditingkatkan. Setiap daerah diharapkan dapat fokus dalam mencapai target

pembangunan yang nantinya akan dimanfaatkan oleh daerah-daerah di

sekitarnya. Pengembangan yang bersifat one village one product ini

diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber

pendanaan yang ada. Koordinasi yang baik diharapkan akan mengefisiensikan

sumber daya yang ada dan mendapatkan hasil yang lebih tepat sasaran.

3. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking.

Inflasi pada tahun 2010 menunjukkan angka yang tinggi. Oleh sebab itu,

diperlukan keberlangsungan kebijakan penanganan inflasi (pengendalian

harga-harga) yang koordinatif antar dinas/instansi terkait secara

berkesinambungan sehingga dapat mendukung terciptanya inflasi yang relatif

rendah dan stabil melalui pengendalian inflasi yang forward looking

diantaranya melalui:

a. Koordinasi antara FKPI Provinsi Jambi dengan Tim Pengendalian Inflasi di

level pusat yang lebih intensif.

b. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahaman

kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan

resiko tekanan inflasi.

Page 118: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 74

c. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih kepada komoditas

bahan makanan utama yang masih didatangkan dari luar daerah

sehingga harganya berpotensi untuk bergejolak.

d. Peningkatan efisiensi transportasi melalui peningkatan kuantitas dan

kualitas infrastruktur angkutan darat, meningkatkan jangkauan

pelayanan transportasi ke daerah sentra produksi, dan pengurangan

berbagai bentuk gangguan dalam pengangkutan barang yang

menimbulkan ekonomi biaya tinggi (hight cost economy).

4. Kebijakan Agrobisnis yang menguntungkan bagi petani dan

pengusaha.

Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah:

- Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak

goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk

dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added labih baik

sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor

perkebunan.

- Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti

serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses

produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk

yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi.

- Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi

kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga

pupuk yang sangat memberatkan petani.

- Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani

dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh

karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut

melalui toke.43 Hal ini dikarenakan toke membeli harga komoditas

unggulan Jambi (sawit dan karet) ke petani dibawah harga pasar/harga

yang telah ditetapkan sehingga merugikan petani.

5. Penguatan ekspor barang dan jasa.

Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan

produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit)

43 Toke adalah sebutan bagi tengkulak atau cukong.

Page 119: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 75

sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional yang

didukung dengan ketersediaan industri hilir.

6. Pertumbuhan kredit perbankan

Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan I-2011

berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan kepada

usaha mikro dan kecil.

B. Proyeksi Inflasi

Secara tahunan (y-o-y), perkembangan harga-harga pada triwulan I-2011

diperkirakan sedikit melambat dibandingkan triwulan IV-2010, namun masih

berada pada level yang tinggi. Tingginya angka inflasi ini tercermin dari hasil

Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang menunjukkan bahwa keyakinan

masyarakat terhadap perbaikan harga-harga masih berada pada level pesimis. Hal

tersebut tercermin dari seluruh indikator ekspektasi harga yang memiliki nilai

dibawah 100 atau berada dalam level pesimis (lihat Grafik 7.3). Sedangkan nilai

saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar 36,67 sedikit

lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya (30,00).44

Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang

-

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2007 2008 2009 2010

IndeksBahan sandangPerumahan & bahan bangunanTransportasi & komunikasiHarga UmumBahan makanan

Inflasi Kota Jambi pada Triwulan I-2011 diperkirakan sebesar 9,78% ± 1

(y-o-y). Pada triwulan mendatang, tekanan inflasi dalam sisi permintaan relatif

masih rendah. Komoditi-komoditi yang diperkirakan mengalami peningkatan

harga seiring dengan meningkatnya permintaan adalah jasa transportasi, dan

44 SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.

Page 120: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2010 76

bahan bangunan. Namun demikikan, dari sisi penawaran, masih relatif tingginya

harga bahan makanan serta rencana penghapusan bbm subsidi bagi masyarakat

serta adanya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti

pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung,

gandum), crude palm oil (CPO), di pasar internasional disertai dengan belum

membaiknya kondisi jalan dapat memicu meningkatnya angka inflasi Kota Jambi.

Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi periode tahun 2007 s.d. 2010 serta Perkiraan Januari s.d. Desember 2011

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Catatan: Inflasi bulan Januari - Desember 2011 adalah angka perkiraan

m-t-m (%)2007 2008 2010

2009 2011

Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi periode tahun 2007 s.d. 2010 serta Perkiraan Januari s.d. Desember 2011

0

5

10

15

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Catatan: Inflasi Bulan Januari-Desenber2011 merupakan angka perkiraan dengan deviasi 1%

y-o-y (%)

2007 2008 2009 2010 2011

Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan

tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi

keluar dari sasaran antara lain 1) Terdapatnya hari libur nasional di triwulan

mendatang yang memicu meningkatnya aktivitas transportasi, 2) Meningkatnya

pembangunan residensial di Jambi dapat dapat memicu kenaikan harga barang-

Page 121: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

TRIWULAN IV-2010 | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI 77

barang material dan jasa tukang. 3) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang

masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan

jasa, 4) Kondisi cuaca yang memasuki musim hujan dapat menjadi ancaman

dalam distribusi hasil pertanian pendistribusian barang, serta 5) Potensi kenaikan

harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas

bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar

internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya

angka inflasi pada periode triwulan I tahun 2011.

Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok serta

perkiraan musim panen tanaman diprakirakan cukup mampu meredam potensi

gejolak harga yang terjadi sewaktu-waktu. Stok beras di BULOG Divre Jambi juga

diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras. Selain itu penerapan

kebijakan BULOG dalam menyalurkan raskin menjadi 13 (tiga belas) kali dalam

setahun diharapkan dapat membantu masyarakat yang kurang mampu.

Page 122: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 123: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

LAMPIRAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

Page 124: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 125: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

I II III IV I II III IV(1) (2) (3) (4) (5) (2) (3) (4) (5)

1. PERTANIAN 2,888,361 3,007,394 3,079,500 3,137,823 3,544,265 3,897,313 4,072,368 4,392,032 a. Tanaman Bahan Makanan 932,216 999,663 1,014,412 1,016,022 1,074,393 1,122,230 1,197,362 1,284,517 b. Tanaman Perkebunan 1,420,388 1,444,508 1,487,248 1,536,909 1,864,267 2,140,229 2,216,122 2,388,211 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 162,032 169,262 173,236 177,663 191,896 207,534 209,752 236,518 d. Kehutanan 216,968 234,889 239,958 242,005 246,624 253,375 264,214 279,470 e. Perikanan 156,758 159,073 164,646 165,224 167,085 173,946 184,918 203,315 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,741,522 1,955,343 2,143,670 2,238,063 2,257,467 2,474,660 2,422,934 2,595,591 a. Minyak dan Gas Bumi 1,463,306 1,658,590 1,837,921 1,947,555 1,955,314 2,080,900 1,992,656 2,139,106 b. Pertambangan tanpa Migas 172,445 187,468 192,573 177,589 185,410 265,257 291,666 313,554 c. Penggalian 105,770 109,285 113,176 112,920 116,742 128,502 138,613 142,931 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,249,449 1,282,558 1,342,362 1,383,836 1,458,694 1,456,127 1,499,759 1,564,426 a. Industri Migas 114,035 114,948 117,113 118,415 142,903 135,504 135,777 141,746 1. Pengilangan Minyak Bumi 114,035 114,948 117,113 118,415 142,903 135,504 135,777 141,746 2. Gas Alam Cair - - - - b. Industri Tanpa Migas **) 1,135,414 1,167,610 1,225,249 1,265,421 1,315,791 1,320,623 1,363,983 1,422,680 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 87,295 93,306 93,695 93,747 113,816 114,834 119,987 131,139 a. Listrik 71,057 77,014 76,913 76,933 96,193 97,116 101,499 110,982 b. Gas - - - - c. Air Bersih 16,238 16,293 16,782 16,814 17,623 17,718 18,487 20,157 5. BANGUNAN 513,869 527,669 544,835 559,887 570,335 602,974 627,679 645,581 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,475,825 1,572,543 1,661,602 1,718,193 1,772,579 1,849,725 1,995,109 2,210,154 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,356,340 1,450,607 1,535,322 1,588,821 1,629,238 1,700,474 1,835,426 2,031,775 b. Hotel 21,508 21,961 22,574 23,380 24,495 26,434 28,957 30,844 c. Restoran 97,977 99,976 103,706 105,992 118,846 122,817 130,727 147,535 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 718,091 743,159 778,312 801,093 815,870 842,039 897,539 961,864 a. Pengangkutan 659,885 683,992 716,409 737,665 750,202 773,426 825,146 884,612 1. Angkutan Rel - - - - 2. Angkutan Jalan Raya 465,407 476,048 499,729 516,023 518,670 537,209 576,526 615,469 3. Angkutan Laut 80,671 82,190 83,447 84,249 94,996 95,816 99,059 104,424 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 32,197 33,212 33,819 34,266 36,124 36,155 37,276 40,874 5. Angkutan Udara 46,592 56,847 61,934 64,381 61,516 63,997 69,527 77,808 6. Jasa Penunjang Angkutan 35,017 35,696 37,480 38,746 38,896 40,249 42,758 46,038 b. Komunikasi 58,206 59,167 61,903 63,428 65,668 68,613 72,393 77,251 1. Pos dan Telekomunikasi 57,328 58,272 60,973 62,474 64,696 67,605 71,331 76,051 2. Jasa Penunjang Komunikasi 878 895 930 954 972 1,008 1,061 1,201 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 532,370 557,609 586,433 607,020 649,214 658,565 693,642 765,897 a. Bank 221,595 237,251 256,007 267,679 278,551 280,963 298,284 337,132 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 34,987 35,930 36,658 37,464 42,904 43,705 46,532 49,266 c. Jasa Penunjang Keuangan 2,342 2,388 2,499 2,587 2,783 2,967 3,149 3,519 d. Sewa Bangunan 265,054 273,495 282,443 290,216 315,052 320,922 335,128 364,504 e. Jasa Perusahaan 8,392 8,544 8,826 9,075 9,925 10,008 10,549 11,476 9. JASA-JASA 1,061,354 1,085,949 1,112,711 1,150,556 1,195,913 1,229,884 1,303,672 1,413,045 a. Pemerintahan Umum 912,522 933,904 954,153 985,674 1,022,483 1,053,928 1,119,571 1,207,883 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 628,029 641,649 654,864 677,639 699,134 720,698 765,429 842,949 2. Jasa Pemerintah lainnya 284,494 292,256 299,289 308,035 323,349 333,230 354,141 364,934 b. Swasta 148,832 152,045 158,559 164,882 173,430 175,956 184,101 205,162 1. Sosial Kemasyarakatan 101,573 103,956 109,269 113,821 117,851 119,389 125,176 140,970 2. Hiburan & Rekreasi 7,496 7,619 7,820 8,169 8,250 8,617 8,741 9,177 3. Perorangan & Rumahtangga 39,762 40,470 41,470 42,893 47,328 47,950 50,184 55,015 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 10,268,135 10,825,531 11,343,121 11,690,218 12,378,153 13,126,121 13,632,689 14,679,729 PDRB Tanpa Migas 8,690,794 9,051,993 9,388,088 9,624,248 10,279,936 10,909,717 11,504,256 12,398,876

LAPANGAN USAHA2009* 2010**

Keterangan: *angka sementara

** angka sangat sementara

Page 126: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

I II III IV I II III IV(1) (2) (3) (4) (5) (2) (3) (4) (5)

1. PERTANIAN 1,236,653 1,245,135 1,257,680 1,263,974 1,281,632 1,301,250 1,328,520 1,348,454 a. Tanaman Bahan Makanan 460,948 464,980 465,422 452,485 466,843 475,697 484,111 489,420 b. Tanaman Perkebunan 580,663 584,225 592,933 610,502 614,818 624,196 638,713 653,957 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 80,147 80,228 81,896 83,770 82,570 84,243 87,700 90,046 d. Kehutanan 65,683 65,804 66,411 66,489 66,494 64,827 63,957 60,884 e. Perikanan 49,212 49,900 51,017 50,728 50,907 52,288 54,040 54,146 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 463,721 469,116 473,288 469,188 473,783 513,335 561,162 598,163 a. Minyak dan Gas Bumi 369,776 370,483 372,696 373,635 373,330 398,920 433,850 459,901 b. Pertambangan tanpa Migas 47,215 50,772 51,458 46,952 49,516 62,964 73,239 83,013 c. Penggalian 46,730 47,860 49,134 48,601 50,937 51,450 54,073 55,248 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 519,674 527,585 541,994 548,110 555,209 557,660 559,860 560,546 a. Industri Migas 27,802 27,951 28,418 28,885 31,527 31,866 31,881 31,970 1. Pengilangan Minyak Bumi 27,802 27,951 28,418 28,885 31,527 31,866 31,881 31,970 2. Gas Alam Cair - - - - - - b. Industri Tanpa Migas **) 491,872 499,634 513,576 519,225 523,681 525,795 527,978 528,577 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 30,707 32,763 32,581 32,595 34,217 34,920 36,902 39,484 a. Listrik 25,998 28,081 27,791 27,797 29,392 30,042 31,962 34,527 b. Gas - - - - - - c. Air Bersih 4,708 4,682 4,790 4,798 4,825 4,878 4,940 4,957 5. BANGUNAN 191,514 193,824 197,188 199,949 201,893 207,046 212,277 214,153 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 659,941 681,849 704,075 718,966 726,182 749,520 780,224 789,908 a. Perdagangan Besar & Eceran 601,362 623,064 644,933 658,956 665,634 688,032 716,321 724,552 b. Hotel 10,905 11,022 11,067 11,288 11,635 12,476 13,672 14,475 c. Restoran 47,674 47,763 48,075 48,723 48,913 49,012 50,231 50,880 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 307,979 314,192 321,521 324,483 325,432 327,721 331,731 333,886 a. Pengangkutan 280,537 286,369 292,723 295,017 295,526 297,642 301,450 303,532 1. Angkutan Rel - - - - - - 2. Angkutan Jalan Raya 182,967 185,308 188,526 189,265 189,717 190,749 192,641 193,193 3. Angkutan Laut 39,043 39,123 39,402 39,687 39,757 40,062 40,185 40,224 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 16,602 16,655 16,700 16,870 16,890 16,901 16,924 17,323 5. Angkutan Udara 24,713 27,935 30,321 30,999 30,963 31,706 33,453 34,039 6. Jasa Penunjang Angkutan 17,213 17,347 17,774 18,196 18,199 18,224 18,247 18,753 b. Komunikasi 27,442 27,823 28,798 29,466 29,906 30,079 30,281 30,355 1. Pos dan Telekomunikasi 27,142 27,517 28,484 29,145 29,579 29,750 29,950 30,016 2. Jasa Penunjang Komunikasi 301 306 314 321 327 329 331 338 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 208,813 217,632 228,191 234,883 238,272 243,769 253,610 261,653 a. Bank 100,831 108,017 116,691 121,986 123,975 128,500 135,770 140,991 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 12,014 12,061 12,186 12,445 12,660 12,854 13,190 13,406 c. Jasa Penunjang Keuangan 1,190 1,208 1,237 1,280 1,304 1,338 1,378 1,421 d. Sewa Bangunan 91,170 92,720 94,423 95,450 96,595 97,287 99,402 101,910 e. Jasa Perusahaan 3,608 3,627 3,654 3,723 3,739 3,789 3,871 3,925 9. JASA-JASA 347,711 352,666 358,301 366,468 368,995 370,140 370,418 373,327 a. Pemerintahan Umum 288,598 293,009 296,930 303,628 305,956 306,861 306,982 309,522 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 185,192 187,549 189,748 194,097 195,799 196,645 196,699 198,852 2. Jasa Pemerintah lainnya 103,406 105,460 107,183 109,530 110,157 110,216 110,283 110,670 b. Swasta 59,113 59,657 61,371 62,840 63,040 63,279 63,436 63,805 1. Sosial Kemasyarakatan 37,742 38,202 39,685 40,748 40,848 40,992 41,037 41,078 2. Hiburan & Rekreasi 3,416 3,425 3,453 3,560 3,567 3,572 3,578 3,595 3. Perorangan & Rumahtangga 17,955 18,030 18,232 18,532 18,625 18,715 18,821 19,132 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3,966,712 4,034,764 4,114,817 4,158,615 4,205,614 4,305,361 4,434,704 4,519,574 PDRB Tanpa Migas 3,569,134 3,636,330 3,713,704 3,756,095 3,800,757 3,874,575 3,968,973 4,027,703

LAPANGAN USAHA2009* 2010**

Keterangan: *angka sementara

** angka sangat sementara

Page 127: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)

Komponen I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010 II-2010 III-2010 IV-2010

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,611,917 6,734,980 7,188,127 7,319,749 7,762,384 8,125,028 8,802,594 9,036,7232. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 56,215 60,578 62,950 64,346 76,712 83,536 87,698 93,1143. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,646,167 1,764,573 1,867,114 2,127,802 2,198,584 2,311,401 2,419,564 2,668,5704. Pembentukan Modal Tetap Bruto 1,687,309 1,796,878 1,905,116 2,012,664 2,016,641 2,196,068 2,431,689 3,141,6675. Perubahan Stok 278,451 290,613 303,598 304,059 304,591 315,073 331,184 358,7276. Ekspor Barang dan Jasa 4,687,671 5,112,832 5,694,363 5,924,418 5,846,392 6,613,246 7,682,770 8,304,9797. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 4,699,594 4,934,921 5,678,146 6,062,819 5,827,150 6,518,230 8,122,810 8,924,051

PDRB 10,268,135 10,825,531 11,343,121 11,690,218 12,378,153 13,126,121 13,632,689 14,679,729

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)

Komponen I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010 II-2010 III-2010 IV-2010

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2,845,832 2,879,304 2,987,171 3,014,852 3,027,456 3,041,767 3,139,257 3,155,9372. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 21,921 22,674 23,108 23,558 27,567 29,097 30,104 29,2183. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 730,776 757,457 792,630 833,263 817,296 837,014 857,554 866,5154. Pembentukan Modal Tetap Bruto 632,537 639,264 650,184 681,291 660,483 671,568 718,372 741,6585. Perubahan Stok 123,445 124,474 126,879 127,821 124,451 125,571 128,683 129,3776. Ekspor Barang dan Jasa 2,006,921 2,095,596 2,357,526 2,380,697 2,337,098 2,645,949 3,083,903 3,429,7477. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2,394,720 2,484,006 2,822,682 2,902,867 2,788,737 3,045,605 3,523,169 3,832,877

PDRB 3,966,712 4,034,764 4,114,817 4,158,615 4,205,614 4,305,361 4,434,704 4,519,574 Keterangan: *angka sementara

** angka sangat sementara

Page 128: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Jumlah Bank Provinsi Jambi (Bank Umum dan BPR)

KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total

Kota Jambi 1 24 42 6 73 1 25 44 6 76 1 25 47 6 79 1 25 48 7 81Kerinci 0 3 15 2 20 0 3 15 2 20 0 3 15 2 20 0 3 15 2 20Bungo 0 4 14 0 18 0 4 14 1 19 0 4 15 1 20 0 4 17 1 22Muara Jambi 0 0 12 3 15 0 0 12 3 15 0 0 15 3 18 0 0 15 3 18Sarolangun 0 2 12 0 14 0 2 12 0 14 0 2 13 0 15 0 2 15 0 17Tebo 0 1 11 2 14 0 1 12 2 15 0 1 14 2 17 0 1 14 2 17Merangin 0 3 11 0 14 0 3 11 0 14 0 3 13 0 16 0 3 13 0 16Batanghari 0 2 11 1 14 0 2 11 1 14 0 2 12 1 15 0 2 13 1 16Tanjung Jabung Barat 0 3 10 0 13 0 3 10 0 13 0 3 10 0 13 0 3 11 0 14Tanjung Jabung Timur 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5 0 1 4 1 6T O T A L 1 43 141 15 200 1 44 144 16 205 1 44 157 16 218 1 44 165 17 227

KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK TotalKota Jambi 6 0 0 0 6 6 0 0 0 6 6 0 0 0 6 6 0 0 0 6Kerinci 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1Bungo 1 1 0 0 2 1 1 0 0 2 1 1 0 0 2 1 1 0 0 2Muara Jambi 2 0 0 2 4 2 0 0 2 4 2 0 0 2 4 2 0 0 2 4Sarolangun 0 2 0 0 2 0 2 0 0 2 0 2 0 0 2 0 2 0 0 2Tebo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Merangin 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1Batanghari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Tanjung Jabung Barat 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1Tanjung Jabung Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0T O T A L 11 4 0 2 17 11 4 0 2 17 11 4 0 2 17 11 4 0 2 17

KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK TotalKota Jambi 7 24 42 6 79 7 25 44 6 82 7 25 47 6 85 7 25 48 7 87Kerinci 1 3 15 2 21 1 3 15 2 21 1 3 15 2 21 1 3 15 2 21Bungo 1 5 14 0 20 1 5 14 1 21 1 5 15 1 22 1 5 17 1 24Muara Jambi 2 0 12 5 19 2 0 12 5 19 2 0 15 5 22 2 0 15 5 22Sarolangun 0 4 12 0 16 0 4 12 0 16 0 4 13 0 17 0 4 15 0 19Tebo 0 1 11 2 14 0 1 12 2 15 0 1 14 2 17 0 1 14 2 17Merangin 0 4 11 0 15 0 4 11 0 15 0 4 13 0 17 0 4 13 0 17Batanghari 0 2 11 1 14 0 2 11 1 14 0 2 12 1 15 0 2 13 1 16Tanjung Jabung Barat 1 3 10 0 14 1 3 10 0 14 1 3 10 0 14 1 3 11 0 15Tanjung Jabung Timur 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5 0 1 4 1 6T O T A L 12 47 141 17 217 12 48 144 18 222 12 48 157 18 235 12 48 165 19 244

Trw III-2010

Trw II-2010

Trw II-2010

Bank Umum

BPRTrw I-2010 Trw II-2010

T O T A LTrw I-2010 Trw II-2010

Trw III-2010

Trw II-2010

Trw II-2010

Trw I-2010 Trw II-2010

Page 129: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Indeks Harga Konsumen (IHK) Jambi Tahun Dasar 2007=100

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DESI UMUM 119.83 119.40 119.34 119.32 119.33 123.18 125.76 124.93 126.1 126.08 127.57 129.91II BAHAN MAKANAN 131.12 129.27 126.86 126.41 126.07 138.45 147.73 142.53 145.22 143.43 147.27 154.39III. MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK 128.92 129.30 131.64 131.73 131.90 133.48 134.43 136.73 138.04 139.55 141.9 143.58IV. PERUMAHAN 113.93 113.83 114.32 114.49 114.50 115.73 115.39 116.36 116.3 116.7 116.65 117.14V. SANDANG 115.08 114.73 115.09 115.37 116.00 116.76 116.56 116.71 118.61 119.82 120.36 120.85VI. KESEHATAN 116.63 116.79 117.21 117.81 118.01 117.99 118.01 117.92 117.92 118.12 118.38 118.36VII. PENDIDIKAN, REKREASI & OR 115.50 115.87 115.83 115.61 115.53 115.81 115.89 115.89 116.31 116.3 116.31 116.32VIII. TRANSPORT & KOMUNIKASI 105.72 105.84 106.08 106.15 106.30 105.98 106.04 105.85 106.37 106.55 106.76 106.81

URAIAN 2010

Sumber: BPS Provinsi Jambi

Page 130: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 131: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang

bersifat komersil maupun bukan komersil.

Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.

PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.

Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.

Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.

Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.

Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.

Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.

Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.

Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.

Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.

Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.

Page 132: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh

bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank,

seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap

aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing

aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya.

Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot

yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada

perorangan.

Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja

debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit

digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus

(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal

pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari

masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito.

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang

diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama

dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.

Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus

(persistent).

Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-

barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh

pemerintah (misalnya bahan bakar).

Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat

and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga

barang impor dan ekspektasi masyarakat.

Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga

barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya

bergerak sangat volatile (misalnya beras).

Page 133: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar

peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta

yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang

disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro,

nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank

Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia

sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring

debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI

di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.

Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang

dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank

Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless).

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan

terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito).

Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan

beban bunga.

Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari

30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.

Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang

termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah suatu

pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari

tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP

ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin

besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong

Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah

dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus

dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs) adalah rasio

kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total

Page 134: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · 2.5 Perkembangan Harga Cabe dan Bawang Merah 34 2.6 Perkembangan Harga Jagung 34 2.7 Perkembangan Harga Daging 34 2.8 Perkembangan Harga

kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross.

Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong

NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva

Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses

penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real

time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat

bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank

Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian

akhirnya dilakukan secara nasional.